pembahasan sabu pengolahan minimal
TRANSCRIPT
Tribowo Rachmat F240210110112
IV. HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
Produk buah dan sayur yang diolah minimal adalah produk yang dibuat
dengan menggunakan aplikasi proses yang minimal (pengupasan, pemotongan,
pengirisan dan lain-lain) dengan proses pemanasan minimal atau tanpa pemanasan
sama sekali. Produk buah dan sayur yang diolah minimal adalah produk yang
dibuat dengan menggunakan aplikasi proses yang minimal (pengupasan,
pemotongan, pengirisan dan lain-lain) dengan proses pemanasan minimal atau
tanpa pemanasan sama sekali. Perlakuan minimal ini menyebabkan kesegaran
buah dan sayur masih tetap bertahan, tetapi proses yang diberikan tidak
menginaktifkan mikroba yang ada didalam produk. Karena produk buah dan sayur
yang diolah minimal biasanya tidak mengalami proses pemanasan, maka mereka
harus ditangani dan disimpan pada suhu refrigerasi: 5ºC atau lebih rendah untuk
mencapai umur simpan yang cukup dan aman secara mikrobiologis.
Pada praktikum ini dilakukan pengamatan dari pengupasan dan pengolaha
minimalis pada bahan pangan, berikut hasil pengamatan dan pembahasan dari
hasil pengolahan selama praktikum:
4.1. Pengupasan Cara Manual
Pada pengupasan secara mekanis, bahan yang dikupas dengan pisau
stainles steel, sabut dan serutan pengupas. Sebelum sampel ditimbang untuk
mengetahui berat awal sebelum pengupasan. Setelah beberapa saat kemudian
diamati perbandingan perubahan warna pada kentang yang dikupas dengan kedua
alat tersebut dan dilihat kenampakannya.
Terakhir adalah menimbang kembali sampel setelah dilakukan pengupasan
sebagai berat akhir. Dengan demikian nantinya dapat diketahui efisiensi
pengupasan dengan menggunakan kedua alat tersebut. Sampel yang digunakan
yaitu kentang wortel dan ubi jalar. Hasil pengamatan dapat dilihat pada tabel 1.
Tabel 1. Penggunan berbagai macam alat dalam pengupasan
Tribowo Rachmat F240210110112
Kel Sampel AlatBerat (gram)
BDD WaktuSebelum Sesudah
1 Kentang
Pisau 133,0436 119,9517 90,15%3 menit
40 detik
Peeler 116,2108 108,7492 93,57%3 mneit
26 detik
Sabut 130,4963 122,8786 94,16%2 menit 7
detik
3Wortel
Pisau 56,0746 50,3409 89,77%3 menit
14 detik
Peeler 73,0372 61,2722 83,93%1 menit 3
detik
Sabut 55,3454 48,9918 88,52%1 menit
45 detik
10 Wortel
Pisau 79.675 77.6104 97.41%2 menit
48 detik
Peeler 71.933 62.5208 86.91%2 menit
17 detik
Sabut 66.045 58.0189 87.85%1 menit 8
detik
8 UbijalarPeeler 125,194 109,223 87,243 % 121 detik
Pisau 119,6494 107,7948 90,092 % 110 detik
Berdasarkan hasil yang diperoleh, rata-rata waktu pada bahan yang
dikupas menggunakan peeler lebih cepat jika dibandingkan dengan menggunakan
pisau biasa.Peeler adalah sejenis alat yang khusus didesain untuk memotong suatu
bahan tertentu, sehingga dalam penggunaannya menjadi lebih mudah dan
cepat.BDD yang dihasilkan dari pengupasan bahan dengan menggunakan pisau
lebih kecil jika dibandingkan denan menggunakan peeler.Hal ini disebabkan pada
saat membuang kulit bahan dengan menggunakan pisau, banyak bahan yang ikut
terbuang sehingga persentase BDD yang dihasilkan kecil.
Tribowo Rachmat F240210110112
Pengupasan yang terakhir dilakukan dengan menggunakan sabut. Prinsip kerja
sabut ini yaitu dengan menggesekannya dengan permukaan kasar, sehingga
kulitnya dapat terkelupas. Hasil pengamatan menunjukan bahwa sabut ini lebih
cocok digunakan pada permukaan sampel yang rata, atau teratur.
Hal tersebut karena pada permukaan sampel yang teratur, limbah yang
terbuang akan sedikit, namun pada permukaan yang tidak teratur limbah buangan
yang dihasilkan akan cukup banyak. Dari segi waktu, penggunaan relative lebih
cepat dibanding dengan menggunakan alat lain.
4.2. Pengupasan dengan Pencelupan kedalam Uap Panas
Cara pengupasan kedua adalah dengan memanfaatkan panas atau blansing.
Pengupasan dengan air panas ini dilakukan dengan mencelupkan bahan yang akan
dikupas kedalam ke dalam air mendidih kemudian setelah itu langsung
dicelupkan ke dalam air dingin atau disemprot dengan air dingin. Hal ini
menyebabkan kulit bahan menjadi retak dan pelepasan kulit dapat dilakukan
dengan tangan, semprotan air atau mesin.
Sampel yang digunakan yaitu ubi jalar, tomat dan kacang. Hasil
pengamatan pengupasan dengan air panas dapat dilihat pada tabel 2.
Tabel 2. Penggunan berbagai macam teknik blansing dalam pengupasan
Kel Sampel PerlakuanBerat (gram)
BDD WaktuSebelum Sesudah
9 Ubijalar
Blansing uap
10 menit98,5118 90,7532 92,12%
2 menit
25 detik
Blansing
rebus 15
menit
129,3643 119,8900 92,68%2 mneit
20 detik
7Kacang
tanah
Blansing uap 48,93 47,78 97,65%19 menit
32 detik
Blansing
rebus 49,54 48,12 97,13%
6 menit
13 detik
7 Kacang Blansing uap 48,83 46,79 95,82% 8 menit
Tribowo Rachmat F240210110112
kedelai
24 detik
Blansing
rebus48,89 47,13 96,40%
6 menit
14 detik
6 Tomat
Blansing uap3 menit
33 detik
Blansing
rebus
1 menit
55 detik
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan untuk sampel yang
dicelupkan ke dalam air panas. Masing-masing memiliki perbedaan hasil. Ubi
jalar dan tomat, proses pengelupasanya lebih cepat dibandingkan pada kacang.
Hal ini dimungkinkan karena kacang tanah dan kacang kedelai, struktur kulitnya
lebih keras dibandingkan tomat sehingga memerlukan pencelupan yang lebih
lama.
Pada pengujian ini juga dilakukan pengamatan terhadap karakteristik sampel
yang diuji. Hasil pengamatan karakteristik sampel, dapat dilihat pada tabel 3.
Tabel 3 Karakteristik Komoditas Sebelum dan Sesudah Pemanasan
Ke
l
Komodita
s
Perlakua
n
Karakteristik
sebelum
Karakteristik
sesudah
WarnaTekstu
rWarna
Tekstu
r
6 Tomat
Blansing
kukus
Merah
kehijauanKeras
Merah
kehijauan
segar
Lunak
++
Blansing
rebus
Merah
kehijauanKeras
Merah
kehijauan
pucat
Lunak
+++
7Kc.
Kedelai
Blansing
kukus
Kuning
kecoklatanKeras
Kuning
muda
Sedikit
lunak
Blansing
rebus
Kuning
kecoklatanKeras
Kuning
mudaLunak
Tribowo Rachmat F240210110112
7 Kc. Tanah
Blansing
kukus
Coklat
mudaKeras Krem
Sedikit
lunak
Blansing
rebus
Coklat
mudaKeras Krem Lunak
9 UbiJalar
Blansing
kukus
Jingga
pucatKeras Jingga Lunak
Blansing
rebus
Jingga
pucatKeras Jingga Lunak
Karakteristik warna dan tekstur dari bahan yang telah melalui proses
blansing mengalami perubahan. Perubahan warna yang dihasilkan dari kedua
blansing tersebut tetap sama, hanya yang berbeda pada tekstur bahan yang melalui
proses blansing rebus teksturnya lebih lunak jika dibandingkan dengan bahan
yang melalui proses blansing uap.
4.3. Pengolahan Minimalis
Pengolahan minimalis banyak digunakan pada produk sayur yang masih
segar. Pada praktikum ini pengolahan minimalis dilakukan dengan penambahan
bahan-bahan kimia. Menurut Tjahjadi, Dkk (2007), Penggunaan bahan kimia
dimadsudkan untuk mengurangi jumlah mikroorganisme, dan sebagai zat inhibitor
enzim pencoklatan. Bahan kimia yang digunakan yaitu asam sitrat dan asam
asetat. Sampel yang digunakan adalah selada. Hasil pengamatan pengolahan
minimalis dapat dilihat pada tabel 3.
4.3. Pengolahan Minimalis
Ke
l
Perlakua
n
Har
i
Karakteristik
Warna Kesegaran BeratSusut
Bobot
4 Asam
Asetat
0Hijau muda Segar ++++
21,532
3
20,03%
1 Hijau ada Segar++++ 20,728
Tribowo Rachmat F240210110112
bagian yang
hitam (dekat
lubang
plastik)
9
2 Hijau
kecoklatan
Segar+++ 20,334
2
3 Hijau
kecoklatan
Segar++ 18,076
4 Hijau
kecoklatan+
Segar++ 17,922
7
5 Hijau
kecoklatan+
Segar+ 17,546
3
6 Hijau
kecoklatan++
+
Segar 17,218
7
1
Asam
Sitrat +
Asam
Asetat
0 Hijau segarSegar ++++
+++
26,830
3
23,25%
1 HijauSegar ++++
++26,258
2Hijau
kecoklatan
Segar ++++
+25,35
3Hijau
kecoklatan+Segar ++++
23,874
1
4Hijau
kecoklatan++Segar +++ 23,566
5Hijau
kecoklatan++Segar ++ 23,228
6
Hijau
kecoklatan++
+
Segar +20,153
2
6 Blanko 0 Hijau
keputihan
Segar ++++ 35.86 35.02%
Tribowo Rachmat F240210110112
1 Hijau Layu 34.835
2 Hijau gelap Layu 31.903
3 Hijau gelap Layu 28.539
4Hejau bercak
coklatLayu 25.276
5Hijau bercak
hitamLayu 23.301
7Asam
Asetat
0Hijau segar Segar +3
43,850
6
3,08%
1 Hijau segar Segar +2 42,980
2
2 Hijau segar Segar +2 42,523
1
3 Hijau segar Segar +2 42,498
4
8Asam
Sitrat
0 Hijau segar Segar +3 42,21 -
1 Hijau layu Layu +1 41,566
2
0,6438
2Kuning bercak
coklat
Layu +1 40,396
1
1,1701
3Kuning bercak
coklat
Layu +3 39,98 0,4161
4
Hijau pucat
(tepi daun
sedikit hitam)
Layu +4 38,764
5
1,2155
5Kuning
kecoklatan
Layu +5 36,908
8
1,8557
9 Asam
Sitrat +
Asam
Asetat
0 Hijau muda Segar -
1
2
3
4
Tribowo Rachmat F240210110112
5
10
Asam
Sitrat +
Asam
Asetat
0Hijau
Segar ++++
+++
54,992
9
4,199%
1Hijau
Segar ++++
++
54,185
5
2 Hijau (sedikit
bintik kuning )
Segar ++++
+
53,569
1
3 Hijau (sedikit
bintik kuning )Segar ++++
52,992
3
4 Hijau (sedikit
bintik kuning
+)
Segar +++52,556
1
5 Hijau (sedikit
bintik kuning
+)
Segar ++52,683
3
Penggunaan pengawet dalam produk pangan dalam prakteknya berperan
sebagai antimikroba atau antioksidan atau keduanya.Jamur, bakteri dan enzim
sebagai penyebab pembusukan pangan perlu dihambat pertumbuhan maupun
aktivitasnya.Untuk menghambat pembusukan dan menjamin mutu awal pangan
agar tetap terjaga selama mungkin, maka makanan perlu diawetkan.
Hasil pengamatan menunjukan beberapa perubahan karakteristik, seperti
perubahan warna, pelunakan, pelayuan, dan terjadinya susut bobot. Larutan asam
yang digunakan dalam praktikum ini memiliki kemampuan menurunkan derajat
keasaman (pH) atau membuat suasana larutan menjadi asam.Namun, pada kondisi
tertentu suasana asam juga dapat dibuat dengan penambahan asam asetat atau
cuka (CH3COOH). Pengamatan karakteristik pada selada yang direndam dengan
asam asetat mempunyai kenampakan yang lebih baik dibandingkan dengan selada
yang direndam dengan asam sitrat maupun campuran keduanya.
Asam asetat lebih banyak berperan daripada asam sitrat dalam membantu
mempertahankan bahan makanan dari serangan mikroba pembusuk.Apabila
Tribowo Rachmat F240210110112
jumlah pemakaiannya tepat, pengawetan dengan bahan-bahan kimia dalam bahan
pangan sangat praktis karena dapat menghambat berkembang biaknya
mikroorganisme seperti jamur atau kapang, bakteri, dan ragi.
Menurut Aked (2000), pengolahan minimal buah dan sayur mengalami proses
fisiologi yang berlanjut termasuk respirasi, diikuti perubahan perubahan fisiologi
seperti antara lain proses pelunakan jaringan, penurunan kadar asam-asam
organik, perubahan warna, kehilangan senyawa-senyawa mudah menguap yang
berperan dalam pembentukan aroma.
Perubahan fisiologis yang tidak terkontrol dengan baik akan mempercepat
proses penurunan mutu yang akan berakhir dengan penuaan jaringan hingga
kebusukan.
Tribowo Rachmat F240210110112
V. Kesimpulan
1. Penggunaan pisau steinlees lebih lama memerlukan waktu dalam
pengupasan dibanding menggunakan peleer.
2. Susut bobot yang paling sedikit yaitu menggukanan sabut
3. Penggunaan sabut untuk pengupasan relative lebih cepat dibanding dengan
menggunakan alat lain.
4. Ubi jalar dan tomat, proses pengelupasanya lebih cepat dibandingkan pada
kacang
5. Hasil pengamatan menunjukan beberapa perubahan karakteristik setelah
dilakukan pengolahan minimalis, seperti perubahan warna, pelunakan,
pelayuan, dan terjadinya susut bobot.
6. Penggunaan bahan kimia dimadsudkan untuk mengurangi jumlah
mikroorganisme, dan sebagai zat inhibitor enzim pencoklatan.
Tribowo Rachmat F240210110112
DAFTAR PUTAKA
Aked, J. 2000. Fruits and Vegetables in Stability and shelf-life of food ., in
Kilcast.K and Subramaniam, P (Eds.):The Stability and Shelf-life of Food,
CRCPress
Tjahjadi C, Marleen.H, Herlina.M . 2007. Bahan Ajar Praktikum Teknologi
Pengolahan Pangan. Universitas Padjadjaran.Bandung
Tribowo Rachmat F240210110112
JAWABAN PERTANYAAN
1. Apa sebabnya pengelupasan kulit umumnya dilaksanakan dengan metode
campuran yang terdiri dari cara mekanis dan cara pengupasan tangan?
Jawaban:
Pengupasan secara mekanis biasanya selalu diikuti dengan pengupasan
tangan dengan tujuan untuk mengupas bagian-bagin yang terlewati, bagian
yang agak dalam seperti mata, dan bagian yang busuk, memar, atau berwarna
menyimpang seperti hijau pada kentang.
2. Apa keuntungan dan kerugian dari cara pengupasan dengan tangan, mekanis,
dan pengelupasan? Uraikan dengan ringkas!
Jawab:
Pengupasan dengan tangan
(+): Biaya murah.
(-): Kurang efisien, kehilangan bahan bersama kulitnya cukup banyak.
Pengupasan dengan mekanis
(+): Cepat, mudah.
(-): Ada beberapa bagian kulit bahan yang tidak terjangkau oleh alat.
Pengelupasan:
(+): Lebih cepat.
(-): Hanya cocok untuk bahan yang memiliki kulit ari saja.
3. Apakah fungsi perendaman sayuran dalam larutan asam pada proses
pengolahan minimalis sayuran tersebut?
Tribowo Rachmat F240210110112
Jawab:
Penggunaan larutan asam dalam pengolahan minimal sayuran dan
buah-buahan dilakukan antara lain untuk mengurangi jumlah mikroorganisme
kontaminan/ pembusuk dan menjamin mutu awal pangan agar tetap terjaga
selama mungkin, sebagai zat inhibitor enzim pencoklatan enzimatis/ fenolase,
menurunkan pH, sebagai antioksidan, dan pengikat logam.
4. Jelaskan pengaruh jenis dan konsentrsi asam (larutan inhibitor) terhadap
produk pengolahan minimalis yang dihasilkan!
Jawaban:
Berdasarkan hasil praktikum dari kedua bahan kimia yang digunakan,
salada yang direndam dengan asam asetat lebih baik kenampakan
karakteristiknya dibandingkan dengan salada yang direndam dengan asam
sitrat maupun campuran keduanya.Hal ini terjadi karena asam asetat lebih
banyak berperan daripada asam sitrat dalam membantu mempertahankan
bahan makanan dari serangan mikroba pembusuk.Apabila
jumlah pemakaiannya tepat, pengawetan dengan bahan-bahan kimia dalam
bahan pangan sangat praktis karena dapat menghambat berkembang biaknya
mikroorganisme seperti jamur atau kapang, bakteri, dan ragi.
Tribowo Rachmat F240210110112