berlatih mengecoh x-ray - mirror universitas...

1
BANDAR narkoba juga punya mesin sinar-X (X-ray), bahkan kadang lebih canggih ketim- bang yang dimiliki negara- negara tujuan seperti Indonesia. Dalam bahasa jalanan, uang sindikat tak berseri, berapa pun diperlukan untuk mendukung organisasi, akan dikeluarkan. Karena itu, mesin sinar-X yang dimiliki jaringan narkoba, justru lebih canggih ketimbang yang dipasang di bandara. Then Woon Chon, 59, yang membawa 5 kg sabu, misalnya, dapat me- lewati 10 mesin sinar-X tanpa terdeteksi dari Malaysia. Ia masuk ke Indonesia meng- gunakan maskapai Malaysia Airlines MH 727 pada 23 No- vember 2010. Direktur Narkoba Bareskrim Polri Brigjen Arman Depari mencurigai Then sudah lulus latihan menembus mesin sinar-X. Sindikat besar sudah melatih semua kurirnya menembus mesin X-Ray. Berdasarkan peng- akuan tersangka, sebut Arman, pelaku tidak berhenti mencoba sebelum berhasil. “Mereka ber- latih menutupi barang bawaan dengan kertas timah atau kertas karbon supaya narkobanya tidak ketahuan. Segala cara di- lakukan, bahkan dengan mera- kit sedemikian rupa di dalam kaki palsu,” ujar Arman. Pengalaman lolosnya Then Woon Chon bersama 5 kg sabu membuat petugas Bea dan Cu- kai Bandara Soekarno-Hatta tidak lagi terlalu mengandalkan mesin sinar-X, namun juga mengintensifkan penginde- raan. Terbukti pada 1 Desember malam, Mohammad Reza, 46, Warga Negara Iran, tertangkap membawa sabu seberat 355 gram atau senilai Rp532 juta di Terminal 2-D. Reza tiba dengan pesawat Qatar Airways (QR-670) rute Damaskus-Jakarta. Petugas mencurigai gerak-gerik ter- sangka lalu melakukan peng- geledahan. Benar saja, tersangka menyembunyikan sabu seberat 355 gram di celana dalam. “Tersangka mengaku diberi imbalan US$1.000 untuk mem- bawa barang itu ke sebuah hotel di Jakarta. Sekembali ke Iran akan mendapat tambahan US$1.500 lagi,” tutur Kepala Kantor Pengawasan dan Pe- layanan Bea dan Cukai Bandara Soekarno-Hatta Bahaduri Wi- jayanta, kemarin. Melihat fakta demikian mengerikan, apakah tekad In- donesia bebas narkoba pada 2015 bukan slogan belaka? Ar- man Depari tetap yakin. “Kita bisa. Kan waktunya masih pan- jang. Upaya ke arah sana harus kita kerjakan dengan keras,” ujarnya. Arman mengakui kendala menuju Indonesia bebas narko- ba memang terpampang di de- pan mata. Apalagi dengan mun- culnya kasus oknum polisi membebaskan bandar narkoba. “Kita harus tetap yakin dengan apa yang kita kerjakan. Polisi nakal ditindak dan diberi sank- si. Sementara bandar narkoba kita kejar dan kita tangkap,” tegasnya. Menurut Arman, Polri tetap konsisten mengungkap dan memutus jaringan narkoba da- lam maupun luar negeri. Upaya polisi menyelamatkan bangsa dari ancaman obat berbahaya tersebut akan semakin mudah jika masyarakat juga peduli. Paling tidak memberikan infor- masi secara aktif kepada apara- tur negara. “Seperti operasi narkoba di lokasi hunian Tanah Tinggi, Jo- har Baru, Jakarta Pusat, Rabu (1/12). Sebanyak 16 orang ter- jaring, satu pengedar serta 15 pemakai narkoba. Setelah diber- sihkan, seharusnya warga men- jaga agar tidak ada lagi pemakai narkoba di sana,” cetusnya. Arman berharap masyarakat bukan hanya melindungi ke- luarga dari ancaman narkoba, namun juga melindungi ling- kungan dengan melaporkan setiap kejadian kepada pihak kepolisian. (San/SM/*/J-1) S UTINI, terpidana seu- mur hidup kasus pem- bunuhan, tertangkap membawa sabu ke da- lam selnya, Paviliun Melati di Lembaga Pemasyarakatan (LP) Wanita Tangerang, Sabtu (27/11) pagi. Kristal putih dalam plastik itu dimasukkan ke mulutnya. Petugas curiga karena dia bu- ru-buru masuk ke sel selepas dikunjungi Anto, residivis ka- sus narkotika. Anto sendiri dapat ditangkap di tempat parkir. Kepala LP Wanita Tangerang Etty Nurbaiti mengenal Sutini belum pernah membuat masalah bahkan cenderung pendiam. Perempuan yang membunuh tetangganya, Nen- sih, karena tidak bersedia me- minjamkan uang itu sebenarnya sudah menabung sejumlah poin kelakuan baik. Bak pepatah kemarau seta- hun habis diguyur hujan sehari, berakhirlah semua yang baik- baik dalam diri Sutini. “Tidak ampun lagi, seluruh kelakuan baiknya terhapus karena kasus tersebut,” tegas Etty. Banyak petugas LP yang tidak menyangka Sutini meru- pakan kaki tangan sindikat dalam penjara. Sudah beberapa kali Anto mengunjungi Sutini, petugas selalu menyangka se- bagai kunjungan biasa. Terungkapnya sabu masuk ke LP Wanita Tangerang menun- jukkan konsumen sabu di balik jeruji besi khusus perempuan tersebut juga banyak. Bukan rahasia umum bahwa tempat tahanan bak pasar tra- disional narkoba. Sudah bukan rahasia pula terpidana seumur hidup atau terpidana mati narkoba tetap menggerakkan bisnis haram mereka dari pen- jara. Bulan lalu, polisi membong- kar jaringan narkoba interna- sional yang dikendalikan dari dalam LP Cipinang, Jakarta Timur. Berawal dari penang- kapan seorang perempuan berinisial TA di sebuah hotel. Dari tangan tersangka disita 12 ribu pil ekstasi dan 650 gram sabu. Tak hanya itu, di dalam rumah TA ditemukan lagi air bercampur kristal sabu seberat 1.500 gram. Ketika polisi mengembang- 22 | JUMAT, 3 DESEMBER 2010 | MEDIA INDONESIA Fokus DALAM KONDOM: Petugas dari Direktorat Narkoba Polda Metro Jaya menunjukkan barang bukti sabu dalam kondom y Mencoba Mengubah Nasib T HEN Woon Chon, 59, sangat tenang menjawab setiap pertanyaan. Kemampuan bahasa Indonesia Then kurang baik. Kemampuan bahasa Inggris- nya pun setali tiga uang. Sama saja. Selama wawancara, Media Indonesia dibantu Hirwanto, 34, yang juga tersangka atas kasus penyelundupan 5 kg sabu dari Malaysia. Ia membantu menerjemahkan bahasa Melayu Then yang susah diartikan. “Saya menyesal menjadi kurir (narkoba),” cetus Then di Kantor Direktorat IV Tindak Pidana Narkotika/Narkoba serta Kejahatan Terselubung Badan Reserse Kriminal Polri di Jalan MT Haryono, Cawang, Kramat Jati, Jakarta Timur, Selasa (30/11). Then dan Hirwanto dibayar untuk memasok sabu ke Jakarta. Then mengaku mendapat uang jasa RM10.000 atau Rp26 juta. Hirwanto dibayar Rp10 juta per kilogram. “Kalau berhasil, saya dapat Rp50 juta,” lirih Hirwanto. Jejak kedua tersangka tercium berawal dari informasi yang menyebutkan ada bandar melego sabu seberat 5 kg dengan harga Rp7 miliar di Batam. Petugas Direktorat IV Bareskrim pun meluncur ke Batam pada 19 November 2010. Petugas yang menyamar sebagai pembeli menemui Hirwanto. Tersangka mengatakan barang tersedia dan ada di sebuah tempat di Jakarta. Karena sudah ada pemesan, Then pun meluncur ke Jakarta menggunakan maskapai Malaysia Airlines MH 727 pada 23 November 2010. Ia dengan mudah meloloskan diri di Bandara Soekarno-Hatta dan menginap di sebuah hotel di kawasan Jakarta Pusat. Hirwanto menyusul ke Jakarta dari Batam pada 25 November 2010. Keesokan harinya ‘pembeli’ datang ke penginapan Hirwanto. Sebanyak 3 kg sabu ditemukan. Sisanya, 2 kg lagi, disita dari Then yang sudah pindah ke hotel di kawasan Grogol, Jakarta Barat. Then tergolong lihai karena dapat meloloskan diri dari tiga bandara, yaitu Bandar Udara Internasional Senai, Johor Bahru, Bandar Udara Internasional Kuala Lumpur, serta Bandar Udara Internasional Soekarno-Hatta. “Ada 10 X-ray yang saya lewati di Malaysia dan Indonesia. Sabu itu saya masukkan dalam tas koper. Cuma begitu,” ujar Then enteng. Ketika didesak apa yang dilakukan sehingga bisa lolos, Then meminta supaya ditanyakan kepada petugas bandara. “Jangan tanya saya,” ujarnya. Menurut Then, ia sempat takut. Namun mengingat uang yang diterima sebesar RM10.000, ia bersikap tenang ketika melewati X-ray. Ia bahkan dapat berjalan santai seperti penumpang umumnya. Namun, Kasub Bidang Pemberdayaan Potensi Masyarakat Badan Narkotika Nasional Dik Dik Kusnadi meragukan kepolosan Then. Dik Dik mencurigai ada konspirasi antara kurir narkoba dan pihak bandara. Kemungkinan kedua, kualitas X-ray jelek. “Kemungkinan ketiga, saya menduga Then sudah terlatih melewati X-ray,” terangnya. Getah karet Di Johor Bahru, Then bekerja sebagai pengambil getah karet. Memasuki usia kepala enam, ia ingin mengubah kehidupan yang selama ini hanya cukup buat makan. “Kebetulan ada tawaran dan saya tergoda,” katanya lagi. Di Malaysia, 1 gram sabu berkisar Rp400 ribu-Rp500 ribu. Di Indonesia tiga kali lebih mahal, yakni Rp1,2 juta-Rp1,5 juta per gram. Begitu juga di Iran hanya Rp100 juta per kg dan bila lolos masuk Indonesia, akan mudah menjualnya dengan harga Rp1,2 miliar. Itulah salah satu alasan mengapa warga negara Iran dan Malaysia belakangan semakin ramai membanjiri Jakarta dengan sabu. “Tidak ada alasan apa pun yang membawa saya ke Indonesia kecuali uang. Saya tidak tahu apakah akan di penjara di mana, berapa lama, tapi jangan sampai dihukum mati,” pintanya. (*/J-1) Muhammad Fauzi KENDALI DAR Terpidana mati narkoba dengan bebas mengendalikan jaringannya dari dalam penjara. Berlatih Mengecoh X-Ray REKONSTRUKSI PENYELUNDUPAN SABU: Warga negara Malaysia, Then Woon Chon, beserta barang bukti sabu seberat 5 kg (koper hitam) saat rekonstruksi penyelundupan sabu di Terminal 2D Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang, Banten, (29/11). MI/JHONI KRISTIAN FOTO ANTARA/JACKY PENYELUNDUPAN SABU: Petugas memperlihatkan barang bukti sabu yang dilekatkan pada kaki palsu milik warga negara Iran di Kantor Pelayanan Bea dan Cukai Bandara Soekarno- Hatta, Tangerang, Banten, beberapa waktu lalu.

Upload: dokhanh

Post on 08-Apr-2019

229 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

BANDAR narkoba juga punya mesin sinar-X (X-ray), bahkan kadang lebih canggih ketim-bang yang dimiliki negara-negara tujuan seperti Indonesia. Dalam bahasa jalanan, uang sindikat tak berseri, berapa pun diperlukan untuk mendukung organisasi, akan dikeluarkan.

Karena itu, mesin sinar-X yang dimiliki jaringan narkoba, justru lebih canggih ketimbang yang dipasang di bandara. Then Woon Chon, 59, yang membawa 5 kg sabu, misalnya, dapat me-

lewati 10 mesin sinar-X tanpa terdeteksi dari Malaysia.

Ia masuk ke Indonesia meng-gunakan maskapai Malaysia Airlines MH 727 pada 23 No-vember 2010. Direktur Narkoba Bareskrim Polri Brigjen Arman Depari mencurigai Then sudah lulus latihan menembus mesin sinar-X.

Sindikat besar sudah melatih semua kurirnya menembus mesin X-Ray. Berdasarkan peng-akuan tersangka, sebut Arman, pelaku tidak berhenti mencoba sebelum berhasil. “Mereka ber-

latih menutupi barang bawaan dengan kertas timah atau kertas karbon supaya narkobanya tidak ketahuan. Segala cara di-lakukan, bahkan dengan mera-kit sedemikian rupa di dalam kaki palsu,” ujar Arman.

Pengalaman lolosnya Then Woon Chon bersama 5 kg sabu membuat petugas Bea dan Cu-kai Bandara Soekarno-Hatta tidak lagi terlalu mengandalkan mesin sinar-X, namun juga mengintensifkan penginde-raan.

Terbukti pada 1 Desember malam, Mohammad Reza, 46, Warga Negara Iran, tertangkap membawa sabu seberat 355 gram atau senilai Rp532 juta di Terminal 2-D.

Reza tiba dengan pesawat Qatar Airways (QR-670) rute Damaskus-Jakarta. Petugas mencurigai gerak-gerik ter-sangka lalu melakukan peng-geledahan. Benar saja, tersangka menyembunyikan sabu seberat 355 gram di celana dalam.

“Tersangka mengaku diberi imbalan US$1.000 untuk mem-

bawa barang itu ke sebuah hotel di Jakarta. Sekembali ke Iran akan mendapat tambahan US$1.500 lagi,” tutur Kepala Kantor Pengawasan dan Pe-layanan Bea dan Cukai Bandara Soekarno-Hatta Bahaduri Wi-jayanta, kemarin.

Melihat fakta demikian mengerikan, apakah tekad In-donesia bebas narkoba pada 2015 bukan slogan belaka? Ar-man Depari tetap yakin. “Kita bisa. Kan waktunya masih pan-jang. Upaya ke arah sana harus kita kerjakan dengan keras,” ujarnya.

Arman mengakui kendala menuju Indonesia bebas narko-ba memang terpampang di de-pan mata. Apalagi dengan mun-culnya kasus oknum polisi membebaskan bandar narkoba. “Kita harus tetap yakin dengan apa yang kita kerjakan. Polisi nakal ditindak dan diberi sank-si. Sementara bandar narkoba kita kejar dan kita tangkap,” tegasnya.

Menurut Arman, Polri tetap konsisten mengungkap dan memutus jaringan narkoba da-lam maupun luar negeri. Upaya polisi menyelamatkan bangsa dari ancaman obat berbahaya tersebut akan semakin mudah jika masyarakat juga peduli. Paling tidak memberikan infor-masi secara aktif kepada apara-tur negara.

“Seperti operasi narkoba di lokasi hunian Tanah Tinggi, Jo-har Baru, Jakarta Pusat, Rabu (1/12). Sebanyak 16 orang ter-jaring, satu pengedar serta 15 pemakai narkoba. Setelah diber-sihkan, seharusnya warga men-jaga agar tidak ada lagi pemakai narkoba di sana,” cetusnya.

Arman berharap masyarakat bukan hanya melindungi ke-luarga dari ancaman narkoba, namun juga melindungi ling-kungan dengan melaporkan setiap kejadian kepada pihak kepolisian. (San/SM/*/J-1)

SUTINI, terpidana seu-mur hidup kasus pem-bunuhan, tertangkap membawa sabu ke da-

lam selnya, Paviliun Melati di Lembaga Pemasyarakatan (LP) Wanita Tangerang, Sabtu (27/11) pagi.

Kristal putih dalam plastik itu dimasukkan ke mulutnya. Petugas curiga karena dia bu-ru-buru masuk ke sel selepas dikunjungi Anto, residivis ka-sus narkotika. Anto sendiri dapat ditangkap di tempat parkir.

Kepala LP Wanita Tangerang Etty Nurbaiti mengenal Sutini b e l u m p e r n a h m e m b u a t masalah bahkan cenderung pendiam. Perempuan yang membunuh tetangganya, Nen-sih, karena tidak bersedia me-minjamkan uang itu sebenarnya sudah menabung sejumlah poin kelakuan baik.

Bak pepatah kemarau seta-hun habis diguyur hujan sehari, berakhirlah semua yang baik-baik dalam diri Sutini. “Tidak ampun lagi, seluruh kelakuan baiknya terhapus karena kasus tersebut,” tegas Etty.

Banyak petugas LP yang tidak menyangka Sutini meru-pakan kaki tangan sindikat dalam penjara. Sudah beberapa kali Anto mengunjungi Sutini, petugas selalu menyangka se-bagai kunjungan biasa.

Terungkapnya sabu masuk

ke LP Wanita Tangerang menun-jukkan konsumen sabu di balik jeruji besi khusus perempuan tersebut juga banyak.

Bukan rahasia umum bahwa tempat tahanan bak pasar tra-disional narkoba. Sudah bukan rahasia pula terpidana seumur hidup atau terpidana mati narkoba tetap menggerakkan bisnis haram mereka dari pen-jara.

Bulan lalu, polisi membong-kar jaringan narkoba interna-sional yang dikendalikan dari dalam LP Cipinang, Jakarta Timur. Berawal dari penang-kapan seorang perempuan berinisial TA di sebuah hotel. Dari tangan tersangka disita 12 ribu pil ekstasi dan 650 gram sabu. Tak hanya itu, di dalam rumah TA ditemukan lagi air bercampur kristal sabu seberat 1.500 gram.

Ketika polisi mengembang-

22 | JUMAT, 3 DESEMBER 2010 | MEDIA INDONESIA Fokus

DALAM KONDOM: Petugas dari Direktorat Narkoba Polda Metro Jaya menunjukkan barang bukti sabu dalam kondom y

Mencoba Mengubah Nasib

THEN Woon Chon, 59, sangat tenang menjawab setiap pertanyaan.

Kemampuan bahasa Indonesia Then kurang baik. Kemampuan bahasa Inggris-nya pun setali tiga uang. Sama saja.

Selama wawancara, Media Indonesia dibantu Hirwanto, 34, yang juga tersangka atas kasus penyelundupan 5 kg sabu dari Malaysia. Ia membantu menerjemahkan bahasa Melayu Then yang susah diartikan.

“Saya menyesal menjadi kurir (narkoba),” cetus Then di Kantor Direktorat IV Tindak

Pidana Narkotika/Narkoba serta Kejahatan Terselubung Badan Reserse Kriminal Polri di Jalan MT Haryono, Cawang, Kramat Jati, Jakarta Timur, Selasa (30/11).

Then dan Hirwanto dibayar untuk memasok sabu ke Jakarta. Then mengaku mendapat uang jasa RM10.000 atau Rp26 juta. Hirwanto dibayar Rp10 juta per kilogram. “Kalau berhasil, saya dapat Rp50 juta,” lirih Hirwanto.

Jejak kedua tersangka tercium berawal dari informasi yang menyebutkan ada bandar melego sabu seberat 5 kg

dengan harga Rp7 miliar di Batam. Petugas Direktorat IV Bareskrim pun meluncur ke Batam pada 19 November 2010.

Petugas yang menyamar sebagai pembeli menemui Hirwanto. Tersangka mengatakan barang tersedia dan ada di sebuah tempat di Jakarta. Karena sudah ada pemesan, Then pun meluncur ke Jakarta menggunakan maskapai Malaysia Airlines MH 727 pada 23 November 2010.

Ia dengan mudah meloloskan diri di Bandara Soekarno-Hatta dan menginap

di sebuah hotel di kawasan Jakarta Pusat. Hirwanto menyusul ke Jakarta dari Batam pada 25 November 2010.

Keesokan harinya ‘pembeli’ datang ke penginapan Hirwanto. Sebanyak 3 kg sabu ditemukan. Sisanya, 2 kg lagi, disita dari Then yang sudah pindah ke hotel di kawasan Grogol, Jakarta Barat.

Then tergolong lihai karena dapat meloloskan diri dari tiga bandara, yaitu Bandar Udara Internasional Senai, Johor Bahru, Bandar Udara Internasional Kuala Lumpur, serta Bandar Udara Internasional Soekarno-Hatta.

“Ada 10 X-ray yang saya lewati di Malaysia dan Indonesia. Sabu itu saya masukkan dalam tas koper. Cuma begitu,” ujar Then enteng. Ketika didesak apa yang dilakukan sehingga bisa lolos, Then meminta supaya ditanyakan kepada petugas bandara. “Jangan tanya saya,” ujarnya.

Menurut Then, ia sempat takut. Namun mengingat uang yang diterima sebesar RM10.000, ia bersikap tenang ketika melewati X-ray. Ia bahkan dapat berjalan santai seperti penumpang umumnya.

Namun, Kasub Bidang Pemberdayaan Potensi Masyarakat Badan Narkotika Nasional Dik Dik Kusnadi meragukan kepolosan Then. Dik Dik mencurigai ada konspirasi antara kurir narkoba dan pihak bandara. Kemungkinan kedua, kualitas X-ray jelek. “Kemungkinan ketiga, saya menduga Then sudah terlatih melewati X-ray,” terangnya.

Getah karetDi Johor Bahru, Then bekerja

sebagai pengambil getah karet. Memasuki usia kepala enam, ia ingin mengubah kehidupan yang selama ini hanya cukup buat makan. “Kebetulan ada tawaran dan saya tergoda,” katanya lagi.

Di Malaysia, 1 gram sabu berkisar Rp400 ribu-Rp500 ribu. Di Indonesia tiga kali lebih mahal, yakni Rp1,2 juta-Rp1,5 juta per gram. Begitu juga di Iran hanya Rp100 juta per kg dan bila lolos masuk Indonesia, akan mudah menjualnya dengan harga Rp1,2 miliar.

Itulah salah satu alasan mengapa warga negara Iran dan Malaysia belakangan semakin ramai membanjiri Jakarta dengan sabu. “Tidak ada alasan apa pun yang membawa saya ke Indonesia kecuali uang. Saya tidak tahu apakah akan di penjara di mana, berapa lama, tapi jangan sampai dihukum mati,” pintanya. (*/J-1)

Muhammad Fauzi

KENDALIDAR

Terpidana mati narkoba dengan bebas mengendalikan jaringannya dari dalam penjara.

Berlatih Mengecoh X-Ray

REKONSTRUKSI PENYELUNDUPAN SABU:

Warga negara Malaysia, Then Woon Chon, beserta barang bukti sabu seberat

5 kg (koper hitam) saat rekonstruksi penyelundupan

sabu di Terminal 2D Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang,

Banten, (29/11).

MI/JHONI KRISTIAN

FOTO ANTARA/JACKY

PENYELUNDUPAN SABU:

Petugas memperlihatkan barang bukti sabu yang

dilekatkan pada kaki palsu milik warga negara Iran di

Kantor Pelayanan Bea dan Cukai Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang, Banten,

beberapa waktu lalu.