pembahasan modalitas rasa dalam rongga mulut

30
BAB I DASAR TEORI 1.1 Dasar teori 1.1.1 Dasar Teori Modalitas Rasa di Rongga Mulut Manusia memiliki lima alat indra, yaitu mata adalah indra penglihatan, telinga adalah indra pendengar, hidung adalah indra penciuman, kulit adalah indra peraba dan lidah adalah indera pengecap. Indera pengecap adalah organ penting pada manusia yang membuat manusia memilih makanan sesuai dengan keinginanya dan kebutuhan jaringan, selain itu dapat juga berfungsi untuk menghindari tubuh dari substansi beracun. Lidah merupakan massa jaringan pengikat dsan otot lurik yang diliputioleh membranmukosa. Membran mukosa melekat erat pada otot karena jaringan penyambung laminapropia menembus ke dalam ruang-ruang antarberkas- berkas otot. Pada bagian bawahlidah membran mukosanya halus.Lidah juga merupakan suatu rawan (cartilago) yang akarnya tertanam padabagian posterior rongga mulut (cavum oris) dekat dengan katupepiglotis yangmenuju ke laryng. Lidah merupakan bagian tubuh penting untuk indra pengecap yang terdapat kemoreseptor (bagian yang berfungsi untukmenangkaprangsangan kimia yang larut pada air) untuk merasakan respon rasa. Tiap rasa pada zat yang masuk kedalam rongga mulut akan direspon olehlidah di tempat yang berbeda-beda. 1

Upload: novia-fisca-liliany

Post on 18-Dec-2015

605 views

Category:

Documents


79 download

DESCRIPTION

laporan modalitas rasa

TRANSCRIPT

BAB I

DASAR TEORI1.1 Dasar teori1.1.1 Dasar Teori Modalitas Rasa di Rongga MulutManusia memiliki lima alat indra, yaitu mata adalah indra penglihatan, telinga adalah indra pendengar, hidung adalah indra penciuman, kulit adalah indra peraba dan lidah adalah indera pengecap.Indera pengecap adalah organ penting pada manusia yang membuat manusia memilih makanan sesuai dengan keinginanya dan kebutuhan jaringan, selain itu dapat juga berfungsi untuk menghindari tubuh dari substansi beracun.

Lidah merupakan massa jaringan pengikat dsan otot lurik yang diliputioleh membranmukosa. Membran mukosa melekat erat pada otot karena jaringan penyambung laminapropia menembus ke dalam ruang-ruang antarberkas-berkas otot. Pada bagian bawahlidah membran mukosanya halus.Lidah juga merupakan suatu rawan (cartilago) yang akarnya tertanam padabagian posterior rongga mulut (cavum oris) dekat dengan katupepiglotis yangmenuju ke laryng. Lidah merupakan bagian tubuh penting untuk indra pengecap yang terdapat kemoreseptor (bagian yang berfungsi untukmenangkaprangsangan kimia yang larut pada air) untuk merasakan respon rasa. Tiap rasa pada zat yang masuk kedalam rongga mulut akan direspon olehlidah di tempat yang berbeda-beda.Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi rasa antara lain :

1. Sistem indra seperti penglihatan, pembau, dan pendengar

2. Makanan : tekstur makanan, suhu, kandungan bahan-bahan, kandungan air dan udara dalam makanan

Terdapat lima macam rasa yang dapat kita kenali yaitu :

1. Asin, terletak di ujung lidah

Rasa asin dibentuk oleh garam-garam yang terionisasi. Kualitas rasanya berbeda-beda antara garam yang satu dengan yang lain karena garam juga membentuk sansasi rasa yang lain selain rasa asin.

2. Manis, terletak di ujung lidah

Rasa manis tidak dibentuk atas satu golongan kelas substansi kimia saja. Beberapa tipe substansi kimia yang menyebabkan rasa ini mencakup gula, glikol, alcohol, aldehid, keton, amida, ester, asam amino, beberapa protein kecil, asam sulfonat, asam halogenasi dan garam-garam dari timah dan berilium. Perubahan yang sangat kecil pada radikal sederhana, seringkali dapat mengubah substansi manis menjadi pahit.

3. Asam, terletak pada dua pertiga bagian samping lidah

Rasa asam disebabkan oleh asam. Intensitas dari sensasi rasa ini hampir sebanding dengan logaritma dari konsentrasi ion hidrogen, makin asam suatu asam makin kuat sensasi yang terbentuk

4. Pahit, terletak pada bagian posterior lidah dan palatum molle

Rasa pahit tidak dibentuk hanya oleh satu tipe substansi kimia, tetapi substansi rasa pahit hampir seluruhnya dibentuk oleh substansi organik, dua golongan substansi tertentu yang cenderung menimbulkan rasa pahit adalah (a) Substansi rasa organik rantai panjang yang mengandung nitrogen dan (b) alkaloid, seperti kina,kafein, striknin, dan nikotin.

Gambar : peta rasa pada lidah5. Umami, terletak di ujung lidah

Rasa umami adalah rasa yang diperoleh karena rangsangan pada reseptor metabotropic glutamate reseptor (mGluR4) yang sensitiv terhadap monosodiumglutamate (MSG). Monosodium glutamate umumnya ditambahkan pada makanan untuk menguiatkan rasa.

Pengecapan merupakan fungsi utama dari taste bud di dalam rongga mulut.

Taste bud merupakan struktur kecil yang terdapat pada permukaan lidah, palatum epiglotis, faring dan laring. Reseptor perasa/taste bud ditemukan pada papila lidah. Terdapat empat jenis papilla:1.Filiformis Terdapat di bagian posterior berbentuk penonjolan konis, sangatbanyak diseluruh permukaan lidah epitel tidak mengandung putting pengecap epitel berambut2. Fungiformis Di bagian anterior dan diantara filiformis menyerupai jamur karena menpunyai tangkai sempit dan permukaan yang halus,bagianatas melebar mengandung putting kecap, tersebar di permukaan atasepitel berlapis pipih tak menanduk3.Foliatel Pada pangkal lidah bagian lateral, terdapat beberapa tonjolan-tonjolan padat bentuk: sirkumvalata banyak putting kecap

4.Circumfalate Papillae yang sangat besar dengan permukaannya yang pipihmeluas di ataspapillae lain, susunan seperti parit tersebar di daerah Vbagian posterior lidah banyak kelenjar mukosa dan serosin banyak putting kecap yang terdapat di sepanjang sisi papilla. Setiap kuncup pengecap terdiri dari dua macam sel, yaitu sel pengecap dan sel penunjang, pada sel pengecap terdapat silia (rambut gustatori) yang memanjang ke lubang pengecap. Zat-zat kimia dari makanan yang kitamakan, mencapai kuncup pengecap melalui lubang-lubang pengecap (taste pores).

Berdasarkan penelitian bersifat psikofisiologik dan neurofisiologik, saat ini telah mengenali sedikitnya 13 macam reseptor kimia yang mungkin terdapat pada sel-sel pengecap, yaitu sebagai berikut : 2 reseptor natrium, 2 reseptor kalium, 1 reseptor klorida, 1 reseptor adenosine, 1 reseptor iosin, 2 reseptor manis, 2 reseptor pahit, 1 reseptor glutamate, dan 1 reseptor ion hidrogen.

1.1.2 Dasar Teori Sensasi di Rongga Mulut

Sel reseptor pengecapan adalah kemoreseptor yang berespon terhadap bahan-bahan yang larut dalam cairan mulut yang membasahi reseptor-reseptor tersebut. Reseptor pengecap (sekunder ) dikumpulkan bersama pada taste bud, terutama pada lidah dan palatum. Bahan-bahan ini bekerja pada mikrovili yang ada di pori-pori pengecap untuk mencetuskan potensial generator di sel reseptor yang menimbulkan potensial aksi di neuron sensorik.

Serat-serat saraf sensorik dari papil-papil pengecap di dua pertiga anterior lidah berjalan dengan cabang korda timpani, nervus facialis dan serat-serat saraf dari sepertiga posterior lidah mencapai batang otak melalui saraf glossofaringeus. Nukleus traktus solitarius untuk dapat menyatu ke dalam medulla oblongata harus bergabung dengan kedua sarafnya. Disana mereka bersinap dengan neuron-neuron ordo kedua yang aksonnya melintasi garis tengah dan bertemu dengan lemnikus medialis, berakhir di nukleus-nukleus pemancar sensorik spesifik pada talamus bersama serat untuk sensasi sentuh nyeri dan suhu. Impuls dipancarkan dari sini ke daerah proyeksi pengecapan di korteks serebrum di kaki girus pasca sentralis. Pengecapan tidak memiliki daerah proyeksi yang terpisah tetapi digambarkan di bagian girus pasca sentralis yang melayani sensasi kulit dan wajah.

Impuls pengecapan melintasi saraf otak ke tujuh, kesembilan dan kesepuluh menuju otak, tempat mereka berakhir di dalam traktur solitarius. Isyarat mula-mula ke talamus dan kemudian ke area operkulum insulaparietal korteks serebri. Area ini terletak pada pinggir lateral girus post sentralis dalam fisura sylvii yang erat berhubungan dengan atau bertindihan dengan daerah lidah area somatik 1.

Gambar : Trasmission of taste signals into the central nervous systemTerdapat banyak variasi dalam distribusi keempat papil pengecap dasar pada berbagai spesies dan dalam suatu spesies tertentu antar individu. Pengecapan memperlihatkan after-reaction dan fenomena kontras yang serupa dalam beberapa hal dalam after-image dan kontras penglihatan. Sebagian adalah tipuan kimia, tetapi sebagian lain mungkin benar-benar merupakan fenomena sentral.BAB II

HASIL PENGAMATAN2.1 Tabel Hasil Pengamatan

2.1.1 Pengenalan bentuk Berbagai Benda di Rongga Mulut dan area WajahBentuk spesimenPersepsi orang cobaUkuran (mm)Waktu

Segitiga Segitiga0,7 cm8 detik

OvalLonjong1 cm9 detik

LingkaranLingkaran1 cm8 detik

Segiempat Segitiga 0,7 cm8 detik

2.1.2 Two Point Discrimination di Rongga Mulut dan Area WajahLokasiJarak 1 mmJarak 2 mmJarak 3 mm

Anterior lidah 122

Samping kanan kiri lidah112

Posterior lidah112

Palatum122

Mukosa pipi112

Gusi122

Dahi112

Hidung112

Cuping Telinga122

Bibir atas122

Bibir bawah122

Leher112

Pipi kanan kiri112

Dagu112

2.1.3 Pengenalan Suhu di Rongga Mulut dan Area WajahLokasiAir esAir 80

Anterior lidah ++++

Samping kanan kiri lidah++++

Posterior lidah++

Palatum+++

Mukosa pipi+++

Gusi++

Dahi+++

Hidung++

Cuping Telinga+++

Bibir atas+++++

Bibir bawah+++

Leher+++

Pipi kanan kiri+++

Dagu+++

2.1.4 Persepsi Rasa Pada Beberapa Bagian LidahLokasiGaramAir GulaCukaKinaUmami

1++++++

2+++-++++++

3+++-++++++

4+++++++

5--+++

6+-+-++

7+-+++++

8+-+++++

2.1.5 Rasa Nyeri Pada Jaringan Rongga Mulut dan Area Wajah

A. Rangsangan Tekanan

LokasiTingkat kedalamanArea paling sensitive

11 mmUjung lidah

21 mmBag. Kanan lidah agak kebawah

32 mmBag. Kiri lidah agak ke bawah

41 mmBag. Dorsal agak ketengah

53 mmBag. Kanan depan agak ketengah

63 mmBag. Kiri depan agak ketengah

73 mmBag. Kanan agak keatas

83 mmBag. Kiri atas agak ke belakang

B. Rangsangan Panas

Lokasi708090Waktu nyeri

1+++++3 detik

2++++2 detik

3++++3 detik

4+++4 detik

5+++++2 detik

6+++++2 detik

7+++2 detik

8++++3 detik

C. Rangsangan Dingin

Lokasi0510Waktu nyeri

1+++++1 detik

2++++++2 detik

3++++++2 detik

4+++++++++4 detik

5+++++++3 detik

6++++++2 detik

7+++++++3 detik

8++++++2 detik

Urutan tingkat sensitifitas1. rangsangan tekanan : 5,6,7,8,3,1,2,42. rangsangan panas : 1,5,6,2,3,8,4,7

3. rangsangan dingin : 4,8,7,5,6,2,3,12.1.6 Pemeriksaan Vitalitas Gigi

A. Test Vitalitas Gigi Dengan Suhu Dingin

LokasiRespon

Labial 1/3 incisa insisivAgak ngilu, terasa dingin

Mesio bukal cusp molarTerasa dingin, tidak ngilu

B. Test Vitalitas Gigi Dengan Suhu Panas

LokasiAir panasSuhu kamarGuttap Burnisher

Labial 1/3 incisa insisivTerasa panasBiasa saja/normalTerasa panas

Mesio bukal cusp molarSedikit terasa panasNormalSedikit panas

C. Test Vitalitas Gigi Dengan Tekan

LokasiRespon

Labial 1/3 incisa insisivTekanan sangat terasa

Mesio bukal cusp molarTekanan terasa

D. Test Perkusi Gigi dan Palpasi

LokasiRespon

Labial 1/3 incisa insisivKetukan sangat terasa, sedikit ngilu

Mesio bukal cusp molarKetukan terasa

2.2 Pertanyaan dan Jawaban

1. Bagian mulut dan wajah yang mana yang lebih sensitiv terhadap pengenalan bentuk benda?

Jawab : Bagian mulut dan wajah yang lebih sensitive terhadap pengenalan bentuk benda adalah bagian ujung lidah. Hal ini dikarenakan pada bagian ujung lidah banyak terdapat tonjolan papilla fungiformis yang dipermukaannya banyak terdapat taste bud (reseptor perasa). Semakin banyak taste bud maka daerah tersebut semakin sensitive. Selain itu juga dapat ditentukan oleh luas permukaan benda dan jumlah serta sensitivitas reseptor sensorik ujung saraf bebas berupa reseptor tekan dan raba.2. Bagian mulut dan wajah yang mana yang lebih sensitiv mengenali jarak antar dua titik? Jelaskan mengapa?

Jawab : Bagian mulut yang paling sensitive terhadap jarak antara dua titik adalah ujung lidah, sedangkan pada daerah wajah yang paling sensitive adalah bibir. Banyaknya papilla fungiformis pada ujung lidah menyebabkan lidah sensitive terhadap jarak antara dua titik. Karena papilla fungiformis banyak mengandung taste bud. Sedangkan pada bibir, sensitive dikarenakan banyak reseptor rasa nyeri pada bibir.Hal ini juga dapat dikarenakan pada bagian jaringan tersebut lebih sensitive pada rangsangan tekan. Rangsangan tekan memunculkan sensasi akibat perubahan bentuk jaringan. Pada bibir dan ujung lidah memiliki tekstur yang lebih tebal atau dalam sehingga bisa menangkap rangsangan tekana lebih sensitive.3. Bagian lidah mana yang lebih sensitive terhadap suhu? Jelaskan mengapa?

Jawab : Bagian lidah yang paling sensitive terhadap suhu adalah ujung lidah. Dikarenakan pada bagian ujung lidah banyak terdapat papilla fungiformis yang banyak mengandung taste bud. Taste bud inilah yang menghantarkan rangsangan, sehingga makin banyak taste bud makin sensitive bagian lidah tersebut.4. Bagian lidah yang mana yang lebih sensitive terhadap nyeri? Jelaskan mengapa?

Jawab : Bagian lidah yang sensitive terhadap nyeri adalah ujung lidah. Nyeri dihantarkan oleh reseptor yang terdapat pada taste bud. Pada bagian ujung lidah banyak terdapat papilla fungiformis yang pada bagian ujungnya banyak terdapat taste bud sehingga lebih sensitive.5. Apakah percobaan anda sesuai dengan teori yang anda peroleh?

Jawab : Hasil percobaan sesuai dengan teori, dimana pengenalan bentuk benda, pengenalan jarak antara dua titik, rangsangan suhu dan nyeri lebih sensitive pada bagian ujung lidah

6. Bagian lidah yang mana yang lebih sensitive terhadap rasa manis, asin, pahit, asam dan umami?

Jawab : Bagian lidah anterior lebih sensitive terhadap rangsang rasa asin, manis. Dan umami. Bagian lidah lateral lebih sensitive terhadap rangsangan asam. Bagian lidah posterior lebih sensitive terhadap rasa pahit.7. Mengapa perlu dilakukan test vitalitas gigi?

Jawab : Test vitalitas gigi perlu dilakukan untuk mengetahui keadaan atau status kesehatan gigi tersebut seperti untuk menentukan keadaan jaringan pulpa. Sensitivitas atau nyeri yang dirasakan merupakan suatu petunjuk vitalitas pulpa. Bila diketahui pulpa masih vital (gigi vital) maka biasanya gigi masih dapat dipertahankan. Tes vitalitas pulpa juga berguna untuk keperluan perawatan endodontik.8. Untuk apa test perkusi dan palpasi dilakukan?

Jawab : Test palpasi dan perkusi dilakukan untuk mengetahui kondisi gigi dalam keadaan baik ataupun tidak baik. Selain itu Test perkusi ini juga berfungsi untuk mengetahui ada atau tidaknya periodontitis dan inflamasi periapikal pada gigi, biasanya seseorang akan merasakan sakit atau tidaknya dan ada atau tidaknya sensasi ngilu pada saat dilakukan test perkusi. Bila dirasakan sakit, berarti terdapat kelainan disekitarnya. Sedangkan jika test palpasi berfungsi untuk memeriksa ada atau tidaknya edema atau pembengkakan, fluktuasi atau pergerakan jaringan dan ada atau tidaknya kelainan periapikal.

BAB IIIPEMBAHASAN3.1 Pengenalan bentuk Berbagai Benda di Rongga Mulut dan area WajahPada percobaan ini orang coba diinstruksikan untuk menutup mata agar tidak mengetahui bentuk permen karet yang akan dicobakan. Ambil salah satu manik kemudian masukkan ke dalam mulut di atas lidah orang coba dengan menggunakan pinset, letakkan perlahan dan jangan menyentuh lidah. Selanjutnya orang coba orang coba diminta untuk mengenali benda yang diatas lidahnya, menyebutkan bentuk serta ukuran. Berikutnya ulangi percobaan untuk jenis perm en karet dengan bentuk yang lain.

Berdasarkan hasil percobaan, digunakan berbagai bentu-bentuk benda yaitu kotak dengan ukuran 0,5 cm, elips dengan ukuran 1 cm dan benda terakhir yaitu segitiga dengan ukuran 1 cm pada setiap sisinya. Didapatkan bahwa untuk bentuk kotak orang coba dapat mengenalinya dalam waktu 20 detik. Pada benda berbentuk elips orang coba dapat mengenalinya dalam waktu 16 detik dan pada benda berbentuk segitiga orang coba dapat mengenalinya dalam waktu 13,00 detik. Dari data tersebut dapat diketahui bahwa waktu tercepat pada orang coba dalam mengenali bentuk adalah pada bentuk elips.

Variasi kecepatan waktu dalam mengenali benda-benda tersebut bergantung sensitivitas dari tiap-tiap orang. Kecepatan mengenali beberapa bentuk benda ini tergantung pada seberapa luas permukaan benda tersebut yang bersentuhan pada permukaan lidah. Semakin besar luas permukaan bendah yang bersentuhan dengan permukaan lidah maka semakin cepat pula benda tersebut mudah dikenali. Hal ini dikarenakan semakin besar luas permukaan benda tersebut maka rangsangan yang diberi pada lidah akan semakin kuat dan reseptor yang terangsan akan semakin banyak sehingga intrepetasi dari SSP juga semakin cepat.3.2 Two Point Discrimination di Rongga Mulut dan Area Wajah

Pada percobaan ini orang coba juga diinstruksikan untuk menutup mata. Kemudian dengan menggunakan jangka dengan ukuran jarak 1 mm, diletakkan pada lidah bagian depan, samping kiri dan kanan, dorsal/atas antero-posterior, dan posterior lidah. Jangka ini diletakkan secara perlahan dan minta orang coba untuk menyebutkan berapa titik yang dia rasakan. Selanjutnya ulangi perlakuan ini pada palatum, mukosa pipi, gusi, bibir atas, dahi, hidung, cuping telinga, pipi kiri dan kanan, bibir bawah, leher, dan dagu. Ulangi dengan jarak jangka 2 mm, 3 mm dan sampai orang coba dapat mengenali kedua titik jangka tersebut sebagai 2 titik.

Berdasarkan hasil percobaan, didapatkan bahwa lokasi paling sensitiv dimana orang coba tidak dapat mengenali ukuran terkecil 1 mm dibagian manapun.Sedangkan pada ukuran 2 mm anterior lidah, palatum, gusi,cuping,bibir atas, bibir bawah sudah dapat mendeteksi.

Untuk jarak 3 mm semua organ yang diuji sudah dapat mendeteksi secara maksimal dengan kurun waktu yang singkat.

Sensitivitas terhadap rangsangan ini tergantung pada reseptor dari rangsangan tekan tersebut. Rangsangan tekan umumnya disebabkan oleh adanya perubahan pada jaringan yang lebih dalam. Reseptor dari rangsangan tekan adalah reseptor taktil ujung saraf bebas. Pada daerah yang lebih sensitif seperti pada bagian lidah, dan leher memiliki reseptor yang lebih banyak pada daerah lain. Sedangkan pada bibir, sensitive dikarenakan banyak reseptor rasa nyeri pada bibir. Selain itu pada bibir dan ujung lidah juga memiliki tekstur yang lebih tebal atau dalam sehingga bisa menangkap rangsangan tekan.3.3 Pengenalan Suhu di Rongga Mulut dan Area Wajah

Percobaan selanjunya yaitu pengenalan suhu di rongga mulut dan area wajah. Sama seperti percobaan sebelumnya, orang coba diinstruksika untuk mata. Percobaan ini dilakukan dengan cara menetekan air dengan suhu 5C pada lidah bagian ujung depan, samping, dorsal/atas antero-posterior dan posterior lidah. Minta orang coba untuk menyebutkan apa yang dirasakan. Ulangi percobaan tadi pada bagian-bagian yang telah diinstruksikan pada buku petunjuk praktikum. Ulangi namun dengan suhu yang berbeda yaitu 60C.

Berdasarkan percobaan yang telah kita lakukan didapatkan hasil bahwa daerah yang paling sensitif pada suhu rendah (air dingin) yaitu pada lidah bagian posterior, sedangkan daerah yang sensitif terhadap air panas yaitu pada ujung lidah dan posterior lidah.

Bagian lidah ini sensitif dikarenakan pada bagian ujung lidah banyak terdapat papilla fungiformis yang banyak mengandung taste bud. Taste bud inilah yang menghantarkan rangsangan, sehingga makin banyak taste bud makin sensitive bagian lidah tersebut.3.4 Persepsi Rasa Pada Beberapa Bagian Lidah

Rasa yang digunakan pada percobaan ini yaitu air garam, air gula, cuka, kina dan umami. Orang coba diinstruksikan untuk menutup mata. Kemudian dengan menggunakan suntikan, semprotkan dari rasa yang diujikan pada bagian lidah sesuai dengan instruksi buku praktikum.

Berdasarkan pada tabel hasil percobaan, didapatkan bahwa daerah lidah yang sensitif pada terhadap manis dan asin yaitu pada ujung lidah. Daerah yang sensitif terhadap rasa asam yaitu pada bagian depan dan samping lidah, daerah yang sensitif terhadap rasa pahit adalah pada bagian posterior lidah dan daerah yang sensitif terhadap rasa umami adalah pada bagian ujung lidah.

Hasil tersebut tersebut sesuai dengan dasar teori dimana dapat kita ketahui bahwa Hingga saat ini terdapat lima macam rasa yang dapat dikenali yaitu :

1. asin, terletak di ujung lidah;

2. manis, terletak di ujung lidah;

3.asam, terletak pada dua pertiga bagian samping lidah;

4.pahit, terletak pada bagian posterior lidah dan palatum molle.

5.umami, terletak di ujung lidah3.5 Rasa Nyeri Pada Jaringan Rongga Mulut dan Area Wajah

A. Rangsangan Tekan

Pada pengujian rasa nyeri ini dibagi menjadi tiga percobaan yaitu yang pertama adalah rangsangan tekan. Percobaan rangsangan tekan ini dilakukan pada dorsal lidah (daerah 5), mukosa pipi kanan, gusi bagian anterior, pipi kanan, bibir atas, dahi dan leher. Percobaan ini menggunakan sonde besar yang ditekankan pada bagian-bagian tersebut secara bergantian. Orang coba diminta menyebutkan jika rasa nyeri mulai dirasakan.

Berdasarkan tabel hasil pengamatan terlihat bahwa daerah yang paling sensitif terhadap terhadap rangsangan nyeri yaitu pada gusi bagian anterior. pada kedalaman 1 mm sudah langsung dirasakan nyeri pada daerah gusi anterior. Berbeda pada daerah lain yang baru merasakan nyeri pada kedalaman 2 mm sampai 3 mm. Perbedaan ini disebabkan oleh tingkat lapisan epitel yang ada padanya. Semakin tebal lapisan epitelnya, akan dalam reseptor nyeri yang dapat diterima.B. Rangsangan Panas

Percobaan selanjutnya yang masih merupakan dari pengujian rasa nyeri yaitu rangsangan panas. Orang coba diinstruksikan untuk menutup mata, setelah itu merendam sonde pada air dengan suhu 70C, 80C dan 90C. Selanjutnya sonde tadi diletakkan pada bagian lidah yang telah diinstruksikan di buku petunjuk. Minta orang coba untuk menyebutkan timbulnya rasa nyeri pada suhu yang mana.

Berdasarkan tabel hasil pengamatan terlihat bahwa semakin tinggi suhu tersebut, semakin cepat pula orang coba merasakan nyeri. Hal ini ditunjukan dengan cepatnya waktu orang coba merasakan merasakan nyeri, yaitu sekitar 1 sampai 2 detik orang coba telah merasakan nyeri. Serabut nyeri mulai terangsang oleh panas, dan rasa nyeri itu bertambah seiring kenaikan suhu. Adapun tingkat perbedaan dalam penerimaan panas tergantung dari banyaknya reseptor kecap yang terdapat pada daerah tersebut.Reseptor rasa nyeri hanya dirangsang oleh gradasi panas atau dingin yang ekstrim, karena itu bersama reseptor dingin dan reseptor panas bertanggung jawab terhadap terjadinya sensasi sangat dingin (freezing cold) dan sensasi panas yang menyengat (burning hot).

C. Rangsangan Dingin

Pada percobaan ini orang coba juga diinstruksikan untuk menutup mata. Pada dasarnya percobaan ini sama seperti pada percobaan sebelumnya yaitu rangsangan panas. Namun percobaan ini menggunakan suhu yang dingin yaitu 0C, 5C, dan 10C.Berdasarkan tabel hasil pengamatan dapat ketahui bahwa pada beberapa bagian lidah tidak sama dalam tingkat kecepatan menerima rangsang dingin. Namun secara umum menurut tabel daerah yang paling cepat dalam menerima rangsang dingin adalah pada bagian posterior lidah. ini disebabkan oleh perbedaaan reseptor kecap pada beberapa daerah di lidah sehingga terdapat perbedaan dalam menerima rangsang dingin. Pada suhu yang terlalu dingin (0C) yang terangsang yaitu serabut saraf rasa nyeri. Bila suhu meningkat hingga 10C sampai 15C maka rasa sakitnya akan menghilang, namun pada saat itu reseptor dingin mulai terangsang.3.6 Pemeriksaan Vitalitas Gigi

A. Test Vitalitas Gigi dengan Suhu Dingin

Pengujian pemeriksaan vitalitas gigi dibagi menjadi empat percobaan, yang pertama yaitu test vitalitas gigi dengan suhu dingin. Percobaan ini dilakukan pada gigi insisiv dan gigi molar pertama kanan rahang bawah. Cotton pelletyang telah diolesi chlor ethyl diletakkan pada permukaan labial 1/3 incisisal dari gigi insisiv pertama. Lalu ambil cotton pellet yang telah di olesi chlor ethyl lagi untuk dioleskan ke permukaan incisal dari mesio bukal cusp setelah itu minta orang coba untuk menyebutkan respon apa yang dirasakan pada masing-masing gigi tersebut. Test dilakukan pada bagian ini karena bagian ini mendekati tanduk pulpa dimana inervasi saraf pulpa lebih banyak sehingga rangsangan akan diterima lebih cepat.Pada gigi insisiv saat diolesi dengan chlor ethyl terasa ngilu secara langsung, sedangkan pada gigi molar pertama hanya terasa dingin. Hal ini menunjukkan gigi masih bisa menghantarkan rasa dingin. Respon ini menunjukkan bahwa gigi yang di test masih vital. Stimulus yang diaplikasikan pada pulpa vital biasanya menimbulkan nyeri tajam dan sebentar jika material pengetesnya diangkat.B. Test Vitalitas Gigi Dengan Suhu Panas

Percobaan selanjutnya yang masih merupakan pemeriksaan vitalitas gigi yaitu test vitalitas gigi dengan suhu panas. Percobaan ini juga dilakukan pada gigi insisiv dan molar satu kanan pada rahang bawah. Semprotkan air panas dan air suhu kamar seta gutap perca menggunakan syringe pada gigi yang dites hingga seluruh permukaan terbasahi. Ulangi sampai 3 kali dan minta orang coba untuk menyebutkan respon yang dirasakan pada gigi yang dites tersebut.

Berdasarkan hasil percobaan didapatkan bahwa pada percobaan pertama dan kedua gigi insisiv ketika disemprotkan duhu panas terasa lebih hangat sedangkan pada gigi molar tidak terasa. Pada suhu kamar gigi insisiv terasa agak dingin dan gigi molar tidak terasa dan pada gutap perca untuk gigi insisiv terasa panas dan gigi molar terasa hangat. Pada percobaan ketiga secara umum juga sama seperti percobaan pertama dan kedua.

Hal ini memperlihatkan dari gigi tersebut masih bisa menghantarkan sensasi panas sedangkan adanya rasa nyeri disebabkan karena ekspansi isi pulpa. Stimulus yang diaplikasikan pada pulpa vital biasanya menimbulkan nyeri tajam dan sebentar jika material pengetesnya diangkat. Jika tidak ada respon yang dihasilkan pada gigi yang ditest menandakan bahwa pulpanya nekrosis.

C. Test Vitalitas Tekanan

Percobaan ini juga dilakukan pada gigi insisiv dan molar pertama yaitu dengan cara menekankan handel kaca mulut pada gigi yang dites. Ulangi percoba 3 kali dan minta orang coba untuk menyebutkan respon apa yang dirasakan.

Berdasarkan hasil percobaan yang telah dilakukan secara umum pada gigi insisiv dan molar normal, sedikit ngilu pada gigi insisiv saat percobaan ke tiga. Dari percobaan didapatkan orang coba merasakana adanya tekanan pada gigi tetapi tidak merasa sakit. Hal ini menunjukkan tidak ada keradangan pada jaringan periodontal.D. Test Perkusi Gusi dan Palpasi

Percobaan selanjutnya yaitu test perkusi gusi dan palpasi. Berbeda dengan percobaan sebelumnya yang dilakukan dengan gigi insisiv dan gigi moler. Percobaan ini hanya dilakukan dengan menggunakan gigi insisiv. Test perkusi ini dapat menentukan ada tidaknya penyakit periradikuler positif yang jelas menandakan adanya inflamasi periodontium, sedangkan palpasi untuk menentukan seberapa jauh proses inflamasi telah meluas kearah periapeks. Respon positif pada palpasi menandakan adanya inflamasi periradikuler.

Percobaan test perkusi dilakukan dengan mengetuk-ngetukkan handel kaca mulut pada gigi yang ditest. Dari percobaan yang dilakukan didapatkan bahwa gigi merasa ada ketukan tetapi tidak sakit. Hal ini menunjukkan tidak ada keradangan pada jaringan periodontal.

Palpasi dilakukan pada gingiva gigi insisive pertama. Dari pemeriksaan yang dilakukan didapatkan hasil bahwa tidak ada pembengkakan pada gingiva. Hal ini menunjukkan jaringan periodontal normal. BAB IV

KESIMPULANDari percobaan yang telah kita lakukan dapat disimpulkan bahwa :

1. Pada bagian ujung lidah banyak terdapat tonjolan papilla fungiformis yang dipermukaannya banyak terdapat taste bud (reseptor perasa) sehingga pada bagian ini sensitiv terhadap pengenalan bentuk benda, jarak, suhu, serta nyeri.2. Kecepatan mengenali suatu benda dipengaruhi oleh luas permukaan benda dan banyaknya reseptor yang terangsang.

3. Rangsangan tekan disebabkan perubahan jaringan yang lebih dalam. Sensitivitas terhadap rangsangan ini tergantung pada reseptor dari rangsangan tekan ini (reseptor taktil ujung saraf bebas).4. Bagian lidah anterior lebih sensitive terhadap rangsang rasa asin, manis. Dan umami. Bagian lidah lateral lebih sensitive terhadap rangsangan asam. Bagian lidah posterior lebih sensitive terhadap rasa pahit.

5. Tes vitalitas gigi diperlukan untuk menentukan kadaan jaringan pulpa.6. Test palpasi dan perkusi dilakukan untuk mengetahui ataupun mengevaluasi status periodonsium sekitar suatu gigi.

DAFTAR PUSTAKA

Guyton & Hall. 1997. Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC

Guyton.1995. Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGCGanong.1983. Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC.

Sherwood, Lauralee.2001. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem,edisi 2. Jakarta: EGC.

21