pembahasan farmako

4
Anestesi berarti suatu keadaan dengan tidak ada rasa nyeri. Anestesi umum ialah suatu keadaan yang ditandai dengan hilangnya persepsi terhadap semua sensasi akibat induksi obat. Dalam hal ini, selain hilangnya rasa nyeri, kesadaran juga hilang. Obat anestesi umum terdiri atas golongan senyawa kimia yang heterogen, yang mendepresi SSP secara reversibel dengan spektrum yang hampir sama dan dapat dikontrol. Obat anastesi umum dapat diberikan secara inhalasi dan secara intravena. Obat anastesi umum yang diberikan secara inhalasi (gas dan cairan yang mudah menguap) yang terpenting di antaranya adalah N2O, halotan, enfluran, metoksifluran, dan isofluran. Obat anastesi umum yang digunakan secara intravena, yaitu tiobarbiturat, narkotik-analgesik, senyawa alkaloid lain dan molekul sejenis, dan beberapa obat khusus seperti ketamin. (Munaf, 2008). Stadium anestesi dibagi dalam 4 yaitu; Stadium I (stadium induksi atau eksitasi volunter), dimulai dari pemberian agen anestesi sampai menimbulkan hilangnya kesadaran. Rasa takut dapat meningkatkan frekuensi nafas dan pulsus, dilatasi pupil, dapat terjadi urinasi dan defekasi. Stadium II (stadium eksitasi involunter), dimulai dari hilangnya kesadaran sampai permulaan stadium pembedahan. Pada stadium II terjadi eksitasi dan gerakan yang tidak menurut kehendak, pernafasan tidak teratur, inkontinensia urin, muntah, midriasis, hipertensi, dan takikardia. Stadium III (pembedahan/operasi), terbagi dalam 3 bagian yaitu; Plane I yang ditandai dengan pernafasan yang teratur dan terhentinya anggota gerak. Tipe pernafasan thoraco-abdominal, refleks pedal masih ada, bola mata bergerak-gerak, palpebra, konjuctiva dan kornea terdepresi. Plane II, ditandai dengan respirasi thoraco-abdominal dan bola mata ventro medial semua otot mengalami relaksasi kecuali otot perut. Plane III, ditandai dengan respirasi regular, abdominal, bola mata kembali ke tengah dan otot perut relaksasi. Stadium IV (paralisis medulla oblongata atau overdosis),ditandai dengan paralisis otot dada, pulsus cepat

Upload: gisela

Post on 04-Dec-2015

19 views

Category:

Documents


7 download

DESCRIPTION

zzzzzzzzzzzzzzzzzzzzz

TRANSCRIPT

Page 1: PEMBAHASAN FARMAKO

Anestesi berarti suatu keadaan dengan tidak ada rasa nyeri. Anestesi umum ialah suatu keadaan yang ditandai dengan hilangnya persepsi terhadap semua sensasi akibat induksi obat. Dalam hal ini, selain hilangnya rasa nyeri, kesadaran juga hilang. Obat anestesi umum terdiri atas golongan senyawa kimia yang heterogen, yang mendepresi SSP secara reversibel dengan spektrum yang hampir sama dan dapat dikontrol. Obat anastesi umum dapat diberikan secara inhalasi dan secara intravena. Obat anastesi umum yang diberikan secara inhalasi (gas dan cairan yang mudah menguap) yang terpenting di antaranya adalah N2O, halotan, enfluran, metoksifluran, dan isofluran. Obat anastesi umum yang digunakan secara intravena, yaitu tiobarbiturat, narkotik-analgesik, senyawa alkaloid lain dan molekul sejenis, dan beberapa obat khusus seperti ketamin. (Munaf, 2008).

Stadium anestesi dibagi dalam 4 yaitu; Stadium I (stadium induksi atau eksitasi volunter), dimulai dari pemberian agen anestesi sampai menimbulkan hilangnya kesadaran. Rasa takut dapat meningkatkan frekuensi nafas dan pulsus, dilatasi pupil, dapat terjadi urinasi dan defekasi. Stadium II (stadium eksitasi involunter), dimulai dari hilangnya kesadaran sampai permulaan stadium pembedahan. Pada stadium II terjadi eksitasi dan gerakan yang tidak menurut kehendak, pernafasan tidak teratur, inkontinensia urin, muntah, midriasis, hipertensi, dan takikardia. Stadium III (pembedahan/operasi), terbagi dalam 3 bagian yaitu; Plane I yang ditandai dengan pernafasan yang teratur dan terhentinya anggota gerak. Tipe pernafasan thoraco-abdominal, refleks pedal masih ada, bola mata bergerak-gerak, palpebra, konjuctiva dan kornea terdepresi. Plane II, ditandai dengan respirasi thoraco-abdominal dan bola mata ventro medial semua otot mengalami relaksasi kecuali otot perut. Plane III, ditandai dengan respirasi regular, abdominal, bola mata kembali ke tengah dan otot perut relaksasi. Stadium IV (paralisis medulla oblongata atau overdosis),ditandai dengan paralisis otot dada, pulsus cepat dan pupil dilatasi. Bola mata menunjukkan gambaran seperti mata ikan karena terhentinya sekresi lakrimal (Munaf, 2008).

Munaf, S., 2008. Kumpulan Kuliah Farmakologi. Palembang: EGC

Pada praktikum pemberian anastesi umum digunakan obat anastetik menguap, yaitu eter. Sebelum percobaan dimulai, dilakukan pengamatan pada keadaan kelinci yang nantinya akan digunakan sebagai kontrol. Pada keadaan normal, frekuensi pernapasan normal adalah 240 kali/menit dengan pernapasan thoracaris abdominis, detak jantung sebanyak 240 kali/menit, kelinci coba hanya berkedip dan tidak mengikuti arah cahaya saat ada rangsangan cahaya. Reflek kornea kelinci coba juga normal karena adanya kedipan saat tissue didekatkan. Kelinci coba masih aktif bergerak yang menandakan aktivitas otot sedang aktif dan tidak relaksasi dan Pemberian tekanan pada telinga kelinci saat sebelum dianestesi masih menimbulkan reaksi pada kelinci berupa rasa kejut dan refleks menegang pada telinga kelinci. Hal ini disebabkan oleh semua saraf yang terdapat pada telinga kelinci masih berjalan dengan baik tanpa adanya peningkatan ambang rangsang (treshold) sel terhadap firing, yang menyebabkan transmisi impuls turun dan aktivitas neuron di sistem saraf pusat menurun. Setelah semua keadaan normal kelinci diukur, anastesi segera dilakukan. Anastesi dilakukan dengan cara meneteskan larutan eter pada corong yang ditempelkan pada hidung kelinci. Tetesan eter terus diteteskan setiap detik dan dihentikan saat mencapai stadium 3.

Page 2: PEMBAHASAN FARMAKO

Pemberian tekanan pada saat stadium pertama (analgesik), refleks kelinci tidak sebesar pada saat sebelum diberi anestestesi arena efek bius yang ditimbulkan oleh chloroform sudah mulai bekerja, yaitu dapat dilihat dari besar pupil yang miosis dan gejala lainnya yang mengakibatkan peningkatan ambang rangsang (treshold) sel terhadap firing, yang menyebabkan transmisi impuls turun dan aktivitas neuron di sistem saraf pusat menurun. Mengakibatkan ekspansi membran sel sehingga Na+ influks turun dan anestesia bekerja. TAMBAHIN DATA FREKUENSI NAPAS

Pada stadium 2 terjadi eksitasi ditandai dengan gerakan perlawanan dari kelinci, otot tidak relaksasi. Pupil kelinci mulai mengalami midriasis Midriasis merupakan suatu keadaan pupil mengalami dilatasi. Hal ini terjadi karena adanya kontraksi dari otot radial mata yang mengalami dilatasi. Ada dua otot yang mengatur ukuran iris, yaitu otot sirkular dan otot radial. Otot radial diinervasi oleh sistem saraf parasimpatik, sedangkan otot radial diinervasi oleh sistem saraf simpatis. Midriasis dapat terjadi karena adanya kontraksi alfa1 (contohnya penileprin) maupun karena adanya hambatan dari M3 (contohnya atropin). kelinci tidak memberikan respon apapun, baik rasa kejut maupun refleks menegang pada daun telinganya. Hal ini disebabkan oleh efek bius pada chloroform sudah bekerja dengan baik karena anestesi telah masuk ke dalam membran sel dan menyebabkan Na+ influks menurun, walaupun mata midirasis dan otot kejang. TAMBAHIN DATA FREKUENSI NAPAS

Setelah itu terjadi stadium III/1 dan mengakibatkan miosis. Miosis merupakan

keadaan dimana pupil mengalami konstriksi. Hal ini diakibatkan oleh sistem saraf

parasimpatis yang menyebabkan relaksasi. Kelinci sudah tidak memberontak, melainkan

diam. Pada pemberian tekanan pada saat stadium ketiga plane 1 hingga 3, refleks kelinci

sudah tidak ada karena efek bius yang ditimbulkan oleh chloroform sudah bekerja, yaitu

dapat dilihat dari besar pupil yang miosis dan gejala lainnya yang mengakibatkan influks Na+

ke dalam membran menurun. TAMBAHIN DATA FREKUENSI NAPAS

Pada Fase stadium III/2 pupil mulai mengalami midriasis kembali. Tonus otot bergaris telah

turun ditandai dengan kelinci yang tidak bergerak-gerak lagi dan mulai relaksasi. Pada

pemberian tekanan pada saat stadium ketiga plane 1 hingga 3, refleks kelinci sudah tidak ada

karena efek bius yang ditimbulkan oleh chloroform sudah bekerja, yaitu dapat dilihat dari

besar pupil yang miosis dan gejala lainnya yang mengakibatkan influks Na+ ke dalam

membran menurun. TAMBAHIN DATA FREKUENSI NAPAS

DAH YA NAD HAHAHAHAHA

UDH KU GABUNGIN

TINGGAL TAMBAHIN DATA WAKTU PER STADIUM SAMA FREKUENSI NAPAS

Page 3: PEMBAHASAN FARMAKO

KALO SALIVASI SIH KAYAKNYA GAK ADA DEH

BYE

SEMANGAT PA DAN BO