pembahasan dan hasil fitokimia

8
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil dan Pembahasan Praktikum 4.1.1 Penapisan Fitokimia Penapisan fitokimia dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui senyawa metabolit sekunder yang terkandung dalam simplisia. Identifikasi yang dilakukan terdiri dari beberapa metabolit sekunder, yaitu golongan senyawa alkaloid, senyawa polifenat, tannin, flavonoid, monoterpenoid dan sesquiterpenoid, serta saponin. Tabel 4.1.1 Hasil Penapisan Fitokimia simplisia Morindae citrifoliae fructus Golongan senyawa Hasil (+/-) Alkaloid + Senyawa polifenat - Tannin - Flavonoid + Monoterpenoid dan sesquiterpenoid - Saponin + 4.1.1.1. Identifikasi Alkaloid

Upload: oryza-sativa

Post on 18-Dec-2015

53 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

senyawa skopoletin, penapisan fitokimia, skrinning fitokimia, ekstraksi dan fraksinasi.

TRANSCRIPT

BAB IVHASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil dan Pembahasan Praktikum4.1.1 Penapisan FitokimiaPenapisan fitokimia dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui senyawa metabolit sekunder yang terkandung dalam simplisia. Identifikasi yang dilakukan terdiri dari beberapa metabolit sekunder, yaitu golongan senyawa alkaloid, senyawa polifenat, tannin, flavonoid, monoterpenoid dan sesquiterpenoid, serta saponin.Tabel 4.1.1 Hasil Penapisan Fitokimia simplisia Morindae citrifoliae fructusGolongan senyawaHasil (+/-)

Alkaloid+

Senyawa polifenat-

Tannin-

Flavonoid+

Monoterpenoid dan sesquiterpenoid-

Saponin+

4.1.1.1. Identifikasi AlkaloidPada identifikasi alkaloid dari Morindae citrifoliae fructus ini menggunakan 2 pereaksi, yaitu pereaksi Mayer dan pereaksi Dragendorff. Keduanya menunjukkan hasil yang positif, pada pereaksi Mayer terdapat endapan putih dan pada peraksi Dragendroff terdapat endapan jingga pada filtrat. Hal ini sesuai dengan literature yang menyebutkan adanya senyawa alkaloid dalam Morindae citrifoliae fructus.

4.1.1.2 Identifikasi Polifenol, Tannin, dan SaponinTannin dan senyawa polifenolat alam dapat dikenali dengan pengenalan gugusan fenol yang memberi warna biru-hitam dengan pereaksi besi (III) klorida 1%. Untuk membedakan tannin dengan polifenolat alam, digunakan sifat tannin yang dapat mengendapkan larutan gelatin 1%.Pada uji ferriklorida menunjukkan hasil yang negative karena tidak terdapat perubahan warna filtrate dan terdapat endapan. Begitu juga dengan larutan gelatin 1% yang tidak terendapkan. Hal ini menunjukkan Morindae citrifoliae fructus tidak mengandung senyawa polifenol dan tannin.Reaksi pengenalan saponin didasarkan pada sifatnya yang memberikan busa pada pengocokan dan persisten pada penambahan sedikit asam atau pada pendiaman. Pada identifikasi senyawa saponin di filtrate Morindae citrifoliae fructus, hasilnya terbentuk busa yang menunjukkan terdapat senyawa saponin didalamnya.

4.1.1.3 Identifikasi FlavonoidPengenalan senyawa flavonoid didasarkan pada reaksi reduksi gugusan karbonil pada lingkar -lakton menjadi gugusan alkohol membentuk senyawa hidroksi yang berwarna-warna tergantung pada gugusan fungsional yang terkait pada lingkar A atau B, warna yang terjadi dapat ditarik oleh amil alkohol.Dari hasil pengamatan terjadi perubahan warna menjadi kuning dari pencampuran filtrate, sedikit serbuk Mg, dan 5 mL HCl 2% serta amil akohol, sehingga dapat dikatakan bahwa simplisia Morindae citrifoliae fructus mengandung senyawa flavonoid.

4.1.1.4 Identifikasi Monoterpen dan SesquiterpenMonoterpenoid dan sesquiterpenoid adalah senyawa-senyawa C10-C15 yang tersusun dari unit isoprene C5H8 sebagai penyusunnya. Senyawa monoterpenoid dan sesquiterpenoid ini merupakan komponen-komponen penyusun minyak atsiri. Reaksi pengenalan didasarkan pada kemampuannya membentuk warna-warna dengan pereaksi pereaksi vanillin-sulfat 10%. Hasil uji menunjukkan negative pada filtrate Morindae citrifoliae fructus, karena tidak terjadi perubahan warna dari perlakuan yang diberikan.

4.1.2 Ekstraksi dengan Metode Maserasi dan EvaporasiEkstraksi terhadap simplisia Morindae citrifoliae fructus (buah mengkudu) dengan metode maserasi. Selama ekstraksi ini pelarut yang digunakan adalah etanol 70% karena simplisia yang digunakan adalah dalam bentuk kering sehingga digunakan pelarut dengan jumlah air yang lebih banyak. Rendemen ekstrak yang diperoleh adalah 426.06%. Dari ekstrak yang diperoleh, sebagian digunakan untuk pemeriksaan paramater ekstrak. Pemeriksaan parameter ekstrak dilakukan untuk mengetahui kualitas ekstrak yang dilihat dari sifat fisik dan kandungan kimianya. Parameter yang diperiksa meliputi organoleptik ekstrak, rendemen ekstrak, bobot jenis ekstrak, kadar air ekstrak, pola kromatogram lapis tipis, dan pola dinamolisis.4.1.2.1 Organoleptik ekstrakBerdasarkan pengamatan, bentuk dari ekstrak buah mengkudu adalah kental, dengan warna coklat tua, serta bau khas mengkudu dan rasa pahit.4.1.2.2 Rendemen ekstrakEkstrak yang didapatkan ditimbang dan beratnya adalah 1065,15 gram. Ekstrak kental dalam cawan penguap yang diuapkan di atas penangas air dengan temperatur 40- 500C sampai bobot tetap, ditimbang (129,46 gram), kemudian didapatkan rendemen ekstrak sebesar 426.06%. b/b.4.1.2.3 Bobot jenis ekstrakSelanjutnya adalah bobot jenis dari ekstrak. Setelah dilakukan penimbangan, kerapatan ekstrak buah mengkudu adalah 1,1 g/ml. Sedangkan bobot jenis ekstrak ditetapkan yaitu 0,92.

4.1.2.4 Kadar air ekstrakPenetapan kadar air ekstrak dilakukan dengan destilasi menggunakan destilasi toluene. Setelah air dan toluene terpisah sempurna, volume air dibaca yaitu sebanyak 100 ml kemudian kadar airnya 50 % v/b.4.1.2.5 Kromatografi Lapis TipisPengembang yang dipakai adalah n-heksana : etil asetat (1:1). Proses kromatografi dihentikan sampai cairan pengembang sampai ke garis tanda batas. Pola kromatografi diamati di bawah lampu UV 254 dan 366 nm. Spot terlihat jelas pada sinar UV 366 nm dengan warna spot biru. Kemudian Rf dihitung dan diperoleh besarnya 0.8. Menurut literatur besar Rf piperin yaitu 0,7 ; 0,75 ; 0,8 ; 0,9 (Depkes RI, 2008). Hipotesisnya ekstrak tersebut terdapat senyawa piperin dan berada di spot ketiga atau keempat dengan besar Rf yaitu 0,675 dan 0,925.4.1.2.6 Pola dinamolisisUntuk menentukan pola dinamolisis dilakukan sebagai langkah awal untuk mengetahui keberadaan senyawa yang ingin didapatkan yang dilihat dari degradasi warna yang dihasilkan. Pada diameter pertama yaitu 3 cm dengan warna kuning. Diameter kedua yaitu 7.8 cm berwarna kuning pucat.

4.1.3 Fraksinasi dengan Ekstraksi Cair- Cair (ECC)Kromatografi Cair Vakum (KCV) merupakan metode kromatografi kolom yang dimodifikasi dengan cara pengurangan tekanan melalui penghisapan dengan kompressor. Eluen yang digunakan memliki volume total 100 ml dengan prinsip elusi gradien. Elusi gradien adalah penggunaan eluen dengan kepolaran yag meningkat. Karena kepolaran yang ekan digunakan dimulai dari yang tidak polar, maka perbandingan n-heksana:etil asetat dimulai dari 100:0 hingga 0:100.Silika gel yang digunakan adalah silika gel G. Gel silika adalah bentuk dari silikon dioksida (silika). Atom silikon dihubungkan oleh atom oksigen dalam struktur kovalen yang besar. Namun, pada permukaan gel silika, atom silikon berikatan dengan gugus -OH. Jadi, pada permukaan silika gel terdapat ikatan Si-O-H (gugus silanol) selain Si-O-Si (gugus siloxan).Pada permukaan silika gel sifatnya sangat polar. Oleh karena itu gugus -OH ini dapat membentuk ikatan hidrogen dengan senyawa-senyawa yang agak polar sampai sangat polar. Piperin, sebagai senyawa target memiliki sifat polar. Hasil dari KCV terdapat 11 fraksi yang memiliki warna berbeda dari warna kuning bening hingga warna orange muda. Kemudian 11 fraksi tersebut dilakukan Kromatografi Lapis Tipis (KLT). Pengembang yang digunakan adalah n-heksana dan etil asetat sebanyak 10 ml dengan perbandingan 7:3. Silika gel bersifat polar sedangkan pengembang yang digunakan cenderung nonpolar. Pemilihan ini bertujuan agar saat dilakukan KLT, piperin yang bersifat polar akan terjerap di silika dan pengembang akan mengikat senyawa lain yang bersifat nonpolar.Kemudian pelat dilihat di bawah UV 366nm. Pada fraksi 1, 2, 3, 4 tidak didapatkan Rf. fraksi 5, 6, 7 didapatkan Rf 0,923 sedangkan Rf untuk fraksi 8 dan 9 adalh 0,73. Rf untuk fraksi 10 dan 11 masing-masing adalah 0.7435 dan 0,7692. Berdasarkan literatur, Rf unrtuk piperin adalah 0,7. Maka dari itu yang diduga mengandung seyawa target adalah fraksi ke 8, 9, dan 10.