pemantauan di ruangan pemulihan rr
DESCRIPTION
recovery room (ruang pemulihanTRANSCRIPT
PEMANTAUAN DI RUANG PEMULIHAN/RECOVERY ROOM
Adinda Puspita Dewi
Pasien yang baru saja menjalani tindakan operasi harus dirawat sementara di PACU
(Post Anesthesia Care Unit) atau ruang pemulihan (recovery room) untuk perawatan post
anestesi sampai kondisi pasien stabil. Apabila pasien tidak mengalami komplikasi operasi dan
memenuhi syarat untuk dipindahkan ke ruang perawatan.
Definisi
Recovery room atau post-anesthesia care unit (PACU) adalah bagian vital dari sebuah
rumah sakit, pusat perawatan gawat darurat, dan fasilitas medis lain. RR atau PACU
merupakan tempat yang dirancang seperti kamar operasi dan bertujuan untuk menyediakan
perawatan pasca anestesi, baik anestesi umum, anestesi regional, ataupun anestesi lokal.1,2
Recovery Room (RR) adalah suatu ruangan yang terletak di dekat kamar bedah, dekat
dengan perawat bedah, ahli anesthesia dan ahli bedah sendiri, sehingga apabila timbul
keadaan gawat pasca-bedah, klien dapat segera diberi pertolongan.
Peralatan di Recovery Room
Berdasarkan rekomendasi yang diterbitkan oleh Association of Anaesthetic of Great
Britain and Ireland untuk peralatan yang penting pada sebuah ruang pemulihan disajikan
pada tabel berikut ini.
Pemantauan Pasca Operasi
Observasi keadaan umum
Monitoring jalan napas
Menurut Brunner and Suddarth (2002) bahwa kepatenan jalan nafas dan fungsi
pernafasan selalu dievaluasi pertama kali setiap 15 menit diikuti dengan sistem
kardiovaskuler. Tujuan utama tindakan ini adalah mempertahankan ventilasi pulmonal dan
mencegah hipoksemia dan hiperkapnea.
Monitoring pasca operasi dapat dibagi menjadi penilaian airway, breathing, dan
circulation. Airway dapat dinilai dengan memperhatikan tanda atau gejala obstruksi jalan
nafas seperti retraksi dinding dada atau retraksi supraklavikular pada saat inspirasi serta
terdengarnya bising saat pernafasan. Hal ini dapat dipebaiki dengan memperbaiki posisi
pasien menjadi berbaring ke lateral kiri yang akan menghindarkan jatuhnya lidah menutup
orofaring yang akan mempersulit pernafasan. Kesulitan pernafasan berkaitan dengan tipe
spesifik anesthesia. Pasien yang menerima anesthesia lokal atau oksida nitrat biasanya akan
sadar kembali dalam waktu beberapa menit setelah meninggalkan ruang operasi. Namun,
pasien yang mengalami anesthesia general/lama biasanya tidak sadar, dengan semua otot-
ototnya rileks. Relaksasi ini meluas sampai ke otot-otot faring, oleh karenanya ketika pasien
berbaring terlentang, rahang bawah dan lidahnya jatuh ke belakang dan menyumbat jalan
udara. Tanda-tandanya:
Tersedak
Pernafasan bising dan tidak teratur
Dalam beberapa menit kulit menjadi kebiruan.
Cara untuk mengetahui apakah pasien bernafas atau tidak adalah dengan
menempatkan telapak tangan di atas hidung dan mulut pasien untuk merasakan hembusan
nafas. Gerakan thoraks dan diafragma tidak selalu menandakan bahwa pasien bernafas.
Tindakan terhadap obstruksi hipofaringeus termasuk mendongakkan kepala ke belakang dan
mendorong ke depan pada sudut rahang bawah, seperti jika mendorong gigi bawah di depan
gigi atas. Manuver ini menarik lidah ke arah depan dan membuka saluran udara.
Kalau penyebab obstruksi pasien masih dalam anestesi dan lidah menutup faring, maka
lakukanlah manuver tripel, pasang jalan napas mulut-faring, hidung faring dan tentunya
O2 100%. Kalau tidak menolong pasang sungkup laring.
Monitoring Sirkulasi
Sirkulasi dapat dinilai dengan meraba denyut nadi, Denyut jantung biasanya harus
antara 60-90 bpm. Bradikardia biasanya berhubungan dengan anestesi dalam atau akibat
refleks vagal yang terstimulasi. Jika denyut jantung kurang dari 40-50bpm atau jika terjadi
hipotensi (memberikan atropin 200-400mcg). Takikardia kemungkinan disebabkan oleh
kontrol nyeri yang buruk atau hipovolemia, tapi jarang mungkin karena fibrilasi atrium atau
takikardia supraventricular. Pengobatan utama harus diarahkan pada penyebab (morfin atau
tantangan cairan 250 ml).
Monitoring Suhu Pasien
Brunner and Suddarth (2002) berpendapat bahwa Pasien yang mengalami anestesi
mudah menggigil, menggigil terjadi akibat hipotermia atau efek obat anestesi. Hipotermi
terjadi akibat suhu ruang operasi, ruang RR yang dingin, cairan infus yang dingin, cairan
irigasi yang dingin, bedah abdomen luas dan lama. Menggigil selain akibat turunnya suhu
dapat juga disertai oleh naiknya suhu dan biasanya akibat obat anestik inhalasi, sehingga
harus dipantau terhadap kejadian hipotermia 24 jam pertama pascaoperatif. Terapi petidin 10-
20 md i.v. pada dewasa sering membantu menghilangkan menggigil, Association of
Operating Room Nursing (2007) menyarankan ruangan dipertahankan pada suhu yang
nyaman, dan selimut hangat, infus hangat dengan infusion warmer, lampu penghangat untuk
menaikan suhu tubuh.
Monitoring Psikologis
Gelisah pasca anestesia dapat disebabkan karena hipoksia, asidosis, hipotensi,
kesakiatan, efek samping obat misalnya ketamin atau akibat buli-buli yang penuh. Setelah
disingkirkan sebab-sebab diatas, pasien dapat diberikan penenang midazolam (dormikum)
0.05-0.1 mg/kgBB.
Manajemen Nyeri Pasca Operasi
Nyeri pasca bedah dikategorikan sebagai nyeri berat, sedang, dan ringan. Untuk
meredam nyeri pasca bedah pada analgesia regional pasien dewasa, sering ditambahkan
morfin 0.05-0.10 mg saat memasukan anesttik lokal ke ruang subarachnoid atau morfin 2-
5mg ke ruang epidural. Tindakan ini sangat bermanfaat karena dapat membebaskan nyeri
pasca bedah sekitar 10-16 jam. Setelah nyeri yang timbul biasanya bersifat sedang atau
ringan dan jarang diperlukan tanbahan opioid dan kalaupun perlu cukup diberikan analgetik
golongan AINS nisalnya ketolorak 10-30 mg iv atau im.
Kalaupun terjadi nyeri berat pasca bedah di RR dapat diberikan obat golongan opioid
bolus dan selanjutanya titrasi perinfus.
Penilaian Derajat Kesadaran
Selama di RR pasien dinilai tingkat pulih sadarnya untuk kriteria pemindahan ke
ruang perawatan biasa.
NILAI 2 1 0
Kesadaran Sadar, orientasi baik Dapat dibangunkan Tak dapat
dibangunkan
warna Merah muda (pink)
Tanpa O2
SaO2>92%
Pucat / kehitaman
Perlu O2 agar
SaO2>90%
Sianosis
Dengan O2, SaO2
tetap<90%
Aktivitas 4 ekstremitas
bergerak
2 ekstremitas
bergerak
Tak ada ekstremitas
yang bergerak
Respirasi Dapat napas dalam
batuk
Napas dangkal
Sesak napas
Apnu atau obstruksi
Kardiovaskular Tekanan darah
berubah <20%
Berubah 20-30% Berubah >50%
Kriteria pindah dari RR jika nilai 9 atau 10