pemanfaatan karang lunak dan sponge sebagai antibakteri
DESCRIPTION
PEMANFAATAN KARANG LUNAK DAN SPONGE SEBAGAI ANTIBAKTERITRANSCRIPT
TUGAS ILMU DAN TEKNOLOGI KELAUTAN
PEMANFAATAN KARANG LUNAK DAN SPONGE SEBAGAI
ANTIBAKTERI
FAJAR SYUKRON1310247060
PROGRAM STUDI ILMU KELAUTANPROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS RIAUPEKANBARU
2014
Kesehatan memiliki peran penting agar kelangsungan hidup manusia berjalan dengan
baik. Masalah kesehatan yang sering terjadi umumnya akibat lingkungan yang kotor dan
makanan yang tercemar mikroorganisme, sehingga menyebabkan penyakit. Mikroorganisme
yang menimbulkan penyakit pada manusia umumnya berasal dari golongan bakteri. Bakteri
yang merugikan dan menimbulkan penyakit disebut sebagai bakteri patogen
(Pelczar dan Chan 2005).
Bakteri patogen dapat merugikan kesehatan manusia sehingga perlu diatasi dengan
menggunakan antibakteri yang tepat. Antibakteri merupakan senyawa kimia yang memiliki
fungsi menghambat pertumbuhan maupun membunuh sel bakteri (Madigan et al. 2009).
Antibakteri dapat berupa senyawa sintetik maupun senyawa yang berasal dari bahan alami
(natural product). Senyawa sintetik berpotensi menimbulkan efek negatif yang dapat
mengganggu kesehatan, misalnya kanker (Gold dan Slone 1999).
Senyawa antibakteri merupakan senyawa alami maupun kimia sintetik yang dapat
membunuh atau menghambat pertumbuhan bakteri. Senyawa yang dapat membunuh
organisme (bakteri) disebut bakterisidal. Bahan kimia yang tidak membunuh namun dapat
menghambat pertumbuhan organisme (bakteri) disebut bakteriostatik (Madigan et al. 2009).
Antibakteri dapat diklasifikasikan menjadi bakteriostatik, bakteriosidal, dan
bakteriolisis. Bakteriostatik secara berkala sebagai penghambat sintesis protein dan berfungsi
sebagai pengikat ribosom. Bakteriosidal mengikat kuat pada sel target dan tidak hilang
melalui pengenceran yang tetap akan membunuh sel. Sel yang mati tidak hancur dan tetap
memiliki jumlah sel yang konstan. Beberapa bakteriosidal merupakan bakteriolisis, yakni
membunuh sel dengan terjadi lisis pada sel dan mengeluarkan komponen sitoplasmanya.
Lisis dapat menurunkan jumlah sel dan juga kepadatan kultur. Senyawa bakteriolitik
termasuk dalam senyawa antibiotik yang menghambat sintesis dinding sel, seperti penicillin,
dan senyawa kimia seperti detergen yang dapat menghancurkan membran sitoplasma
(Madigan et al. 2009). Cara kerja zat antimikroba secara umum, yaitu menyebabkan
kerusakan dinding sel, mengubah permeabilitas sel, mengubah molekul protein dan asam
nukleat, menghambat kerja enzim, serta menghambat sintesis asam nukleat dan protein
(Pelczar dan Chan 2005).
Setiap jenis antibakteri memiliki meknisme tersendiri dalam menghambat
pertumbuhan antibakteri. Mekanisme kerja antibakteri adalah sebagai berikut:
Merusak dinding sel
Bakteri memiliki lapisan luar yang kaku disebut dinding sel yang dapat
mempertahankan bentuk bakteri dan melindungi membran protoplasma di bawahnya.
Struktur dinding sel dapat dirusak dengan cara menghambat pembentukannya atau
mengubahnya setelah selesai terbentuk. Antibiotik yang bekerja dengan mekanisme ini di
antaranya adalah penisilin (Pelczar dan Chan 2005).
Mengubah permeabilitas sel
Membran sitoplasma mempertahankan bahan tertentu di dalam sel serta mengatur
aliran keluar masuknya bahan lain. Membran memelihara integritas komponen seluler.
Kerusakan pada membran ini akan mengakibatkan terhambatnya pertumbuhan sel atau
matinya sel. Polimiksin bekerja dengan merusak struktur dinding sel dalam kemudian
antibiotic tersebut bergabung dengan membran sel sehingga menyebabkan disorientasi
komponen lipoprotein serta mencegah berfungsinya membran sebagai perintang osmotic
(Pelczar dan Chan 2005).
Mengubah molekul protein dan asam nukleat
Hidup suatu sel bergantung pada terpeliharanya molekul protein dan asam nukleat
dalam keadaan alamiahnya. Suatu antibakteri dapat mengubah keadaan ini dengan
mendenaturasikan protein dan asam nukleat sehingga merusak sel tanpa dapat diperbaiki
lagi. Salah satu antibakteri yang bekerja dengan cara mendenaturasi protein dan merusak
membran sel adalah senyawa turunan fenolik (Pelczar dan Chan 2005).
Menghambat sintesis asam nukleat dan protein
DNA, RNA, dan protein memegang peranan sangat penting di dalam proses
kehidupan normal sel. Hal ini berarti bahwa gangguan apapun yang terjadi pada
pembentukan atau pada fungsi zat-zat tersebut dapat mengakibatkan kerusakan total pada sel.
Tetrasiklin merupakan salah satu antibiotik yang dapat menghambat sintesis protein dengan
cara menghalangi terikatnya RNA pada ribosom selama pemanjangan rantai peptide
(Pelczar dan Chan 2005).
Gambar 1 Target kerja senyawa antibakteri
Gambar 2 Mekanisme antibakteri dalam menghambat sintesis dinding sel bakteri
Respon tiap bakteri terhadap antibakteri berbeda-beda. Bakteri memiliki tingkat
sensitivitas yang berbeda dimana umumnya bakteri Gram-positif lebih rentan dibandingkan
dengan bakteri Gram-negatif yang secara alami lebih resisten. Target penting antibiotik
terhadap bakteri yaitu ribosom, dinding sel, membran sitoplasma, enzim biosintesis lemak,
serta replikasi, dan transkripsi DNA (Madigan et al. 2009). Suatu zat aktif dikatakan
memiliki potensi yang tinggi sebagai antibakteri jika pada konsentrasi rendah mempunyai
daya hambat yang besar. Kriteria kekuatan antibakteri menurut Nazri et al. (2011) adalah
sebagai berikut.
Diameter zona hambat 15-20 mm: Daya hambat kuat
Diameter zona hambat 10-14 mm: Daya hambat sedang
Diameter zona hambat 0-9 mm : Daya hambat lemah
Perkembangan screening sumber antibakteri sudah banyak dilakukan dan telah
banyak menghasilkan banyak senyawa antibakteri yang bersumber dari tanaman terrestrial.
Seiring dengan terbatasnya sumber senyawa antibakteri di darat, maka eksplorasi untuk
penapisan senyawa antibakteri pada tiga dekade terakhir diarahkan pada laut. Dengan
keanekaragaman hayati yang sangat tinggi, laut memiliki potensi yang sangat besar sebagai
sumber bahan obat untuk memenuhi kebutuhan manusia akan kesehatan, termasuk
ketersediaan senyawa antibakteri. Perkembangan penelitian menunjukkan bahwa senyawa-
senyawa antibakteri juga dapat ditemukan di laut, antara lain pada rumput laut, spons dan
karang lunak.
Karang lunak (soft coral) merupakan bagian dari ekosistem terumbu karang yang
penting dan termasuk komponen terbesar setelah karang batu. Diantara organisme yang hidup
di laut, karang lunak termasuk organisme penghasil komponen bioaktif yang terbesar Dalam
dekade terakhir, dilaporkan bahwa sebanyak 50% senyawa bioaktif yang ditemukan dalam
invertebrata laut ini bersifat toksik. Beberapa komponen bioaktif yang dihasilkan oleh karang
lunak meliputi sitotoksik senyawa antitumor, dan antikanker. Selain itu, diketahui juga
karang lunak sebagai penghasil senyawa inhibitor enzim salah satunya adalah inhibitor
protease (Rashid et al. 2000).
Spons merupakan biota laut yang termasuk dalam jenis Porifera yang kaya akan
kandungan metabolit sekunder (komponen bioaktif). Bahan metabolit sekunder yang
dihasilkan dapat berasal dari bakteri yang bersimbion di dalamnya maupun dari spons itu
sendiri. Bahan metabolit sekunder yang dihasilkan dapat pula dihasilkan karena adanya
“kerjasama” antara spons dengan simbiannya. Bahan metabolit ini berguna sebagai perisai
untuk melindungi diri dari predator, mengusir kehadiran mikroba pengganggu atau
menghambat pertumbuhan koloni lain (Wikanta 2005).
Penelitian Djajadisastra (2007) menunjukkan bahwa jenis spons Phyllospongia sp.
yang terdapat di perairan Taka Bonerate, Sulawesi Selatan, mampu menghasilkan senyawa
metabolit sekunder yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri. Antibakteri ini bersifat
bakteriostatik dengan daya hambat lemah (diameter zona hambat: 6 mm) dan mampu
menghambat pertumbuhan bakteri Escherichia coli, Pseudomonas aeruginosa dan
Staphylococcus aureus. Senyawa antibakteri ini memiliki LC50 sebesar 107460,8 ppm
sehingga tergolong aman untuk dikonsumsi oleh manusia karena memiliki nilai LC50 yang
lebih besar dari 1000 ppm. Penelitian lain dari Monks et al. (2002) menunjukkan bahwa
ekstrak spons laut spesies Haliclona tubifera memiliki aktivitas antibakteri yang mampu
menghambat pertumbuhan bakteri E. coli, Staphylococcus aureus, Staphylococcus
epidermidis, Bacillus subtilis dan Micrococcus luteus dengan daya hambat lemah dan sedang.
Penelitian Tadesse et al. (2008) menunjukkan bahwa koloni karang lunak Synoicum
pulmonaria mampu menghambat pertumbuhan bakteri pada konsentrasi 0,02 mg/ml.
Penelitian Nurhayati et al. (2010) menunjukkan bahwa ekstrak beberapa jenis karang
lunak seperti Sarcophyton sp., Sinularia sp., Nephthea, Xenia sp. dan Dendronephthya
mampu menjadi inhibitor protease untuk beberapa jenis bakteri seperti Escherichia coli,
Staphylococus aureus, Pseudomonas aeruginosa dan Aeromonas hydrophyla, bahkan
inhibitor protease dari Sarcophyton sp., Sinularia sp. mampu menghambat pertumbuhan
Staphylococus aureus hingga 100%. Konsentrasi minimal ekstrak karang lunak Sarcophyton
sp. Dan Sinularia sp. untuk dapat menghambat protease Staphylococus aureus adalah 0,04%
dan ekstrak karang lunak Xenia sp. membutuhkan konsentrasi minimal 0,08% untuk dapat
menghambat protease Staphylococus aureus. Inhibitor komersil EDTA untuk dapat
menghambat protease Staphylococus aureus dibutuhkan konsentrasi minimal 0,16%.
Berdasarkan hasil diatas ketiga ekstrak karang lunak tersebut memiliki konsentrasi lebih kecil
dibandingkan dengan EDTA. Hal ini menunjukkan bahwa ekstrak karang lunak jenis
Sarcophyton sp. dan Sinularia sp. potensial sebagai inhibitor terhadap protease Staphylococus
aureus dan lebih efektif dibandingkan dengan EDTA.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak karang lunak mampu menghambat sempurna
bakteri gram positif, seperti pada jenis Sinularia sp. dan Sarcophyton sp. yang memiliki daya hambat
sempurna terhadap protease bakteri Staphylococus aureus sebesar 100%, diikuti oleh ekstrak karang
lunak jenis Xenia sp. sebesar 62,41%. Hal ini karena bakteri Staphylococus aureus menghasilkan
protease jenis serin (Baehaki et al, 2004 dalam Nurhayati et al. 2010). Enzim ini disekresikan dalam
bentuk zimogen (tidak aktif) dan diaktifkan melalui mekanisme proteolisis terhadap substrat, diduga
ekstrak karang lunak mampu berikatan dengan substrat sehingga menghambat proteolisis dan
produksi enzim protease. Sementara itu karang lunak Nephthea mampu menghambat protease bakteri
gram negatif (Pseudomonas aeruginosa) yang memiliki beberapa lapisan sel berupa struktur
lipopolisakarida yang berikatan silang dengan protein dan mampu memproduksi beberapa jenis
protease seperti protease intraseluler golongan protease IV (Wilderman et al. 2001 dalam Nurhayati
et al. 2010), elastase (Branni et al., 2001; Braunn et al. dalam Nurhayati et al. 2010 2001), dan
alkalin protease (Baehaki et al. 2009; Feltzer et al. 2000 dalam Nurhayati et al. 2010) Hal ini
diduga karena komponen bioaktif yang terdapat pada ekstrak karang lunak Nephthea mampu
berkompetisi dengan substrat yang berupa protein (Coval et al. 1996 dalam Nurhayati et al. 2010),
sehingga membentuk kompleks enzim-inhibitor (EI). Dengan demikian terjadi persaingan antara
inhibitor dengan substrat terhadap bagian aktif enzim. Akibat dari kompleks enzim-inhibitor ini
menyebabkan terhambatnya produksi enzim ekstraseluler yang ditandai dengan mengecilnya zona
bening disekeliling koloni.
DAFTAR PUSTAKA
Djajadisastra AN. 2007. Penapisan komponen antibakteri dan uji toksisitas dari spons perairan Taka Bonerate Sulawesi Selatan [Skripsi]. Bogor: Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.
Gold LS, Slone TH. 1999. Ranking possible toxic hazards of dietary supplements compared to other natural and synthetic substances. food and drug administration (FDA) on dietary supplements. http://potency.berkeley.edu [29 April 2014].
Madigan TD, Martinko JM, Parker J. 2009. Brock Biology of Microorganism. Ed ke-12. San Francisco: Pearson/Benjamin Cummings.
Monks NR, Lerner C, Henriques AT, Farias FM, Schapoval EES, Suyenaga ES, da Rocha AB, Schwartsmanna G, Mothes B. 2002. Anticancer, antichemotactic and antimicrobial activities of marine sponges collected off the coast of Santa Catarina, southern Brazil. Journal of Experimental Marine Biology and Ecology 281: 1-12.
Rashid, M., Gustafson, K.R., & Boyd, M.R. 2000. HIV Inhibitory cembrane derivatives from a Philiphines collection of the soft coral Lobophytum Species. Journal Natural Product 63: 531-533.
Nazri NAAM, Ahmat N, Adnan A, Mohamad SAS, Ruzaina SAS. 2011. In vitro antibacterial and radical scavenging activities of Malaysian table salad. African Journal of Biotechnology 10(30): 5728-5735.
Nurhayati T, Fikri M, Desniar. 2010. Aktivitas Inhibitor Protease dari Ekstrak Karang Lunak, Asal Perairan Pulau Panggang Kepulauan Seribu. Jurnal Ilmu Kelautan 15 (2): 59-65.
Pelczar MJ, Chan ECS. 2005. Dasar-dasar Mikrobiologi. Hadioetomo et al., penerjemah. Jakarta: UI-Press. Terjemahan dari: Elements of Micribiology.
Tadesse M, Gulliksen B, Strøm MB, Styrvold OB, Haug T. 2008. Screening for antibacterial and antifungal activities in marine benthic invertebrates from northern Norway. Journal of Invertebrate Pathology 99: 286–293.
Wikanta T. 2005. Riset ekstraksi senyawa bioaktif dari sponge dan soft coral Di dalam Makalah Ekpedisi Wallacea II Perairan Teluk Tomini. Jakarta: Pusat Riset Pengolahan Produk dan Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan.