ganggang karang

12
Ganggang Karang (Kelas Charophyceae) Ganggang Karang hanya terdiri atas beberapa marga saja. Sel- selnya mempunyai dinding selulosa, klorofil a dan b, dan zat tepung sebagai hasil asimilasi, dan merupakan zat makanan cadangan. Hidupnya di kolam-kolam atau selokan sebagai bentos. Habitusnya seperti tumbuhan yang seluruhnya hidup di dalam air. Talus berbuku-buku dengan ruas-ruas yang panjang dengan cabang- cabang yang tersusun dalam suatu karangan. Pembiakan seksual dengan oogami. Oogonium diselubungi benang-benang yang melingkar- lingkar seperti spiral. Anteridium bergandeng-gandengan mrupakan benang-benang dan tersusun dalam sebuah badan berbentuk peluru yang kosong. Pada buku-bukunya tumbuh cabang-cabang pendek yang beruas- ruas, kadang-kadang juga cabang-cabang yang lebih pendek lagi pada buku-bukunya Dari ketiak cabang-cabang pendek itu seringkali tumbuh cabang- cabang yang panjang yang susunannya sama dengan sumbu pokoknya. Sumbu itu pada pangkalnya melekat pada substrat yang keras (bata atau kayu) melainkan melekat pada Lumpur atau pasir. Beberapa jenis Characeae pada bagian bawah sumbunya membentuk semacam umbi yang penuh terisi dengan tepung dan merupakan alat untuk mengatasi kala yang buruk. Sumbu pokok dan cabang-cabangnya bertambah panjang karena sel ujung selalu memisahkan segmen dengan membentuk dinding- dinding pemisah melintang. Segmen itu membentang menjadi suatu

Upload: ir-dlogic

Post on 14-Aug-2015

149 views

Category:

Documents


13 download

DESCRIPTION

Ganggang Karang

TRANSCRIPT

Page 1: Ganggang Karang

Ganggang Karang (Kelas Charophyceae)

 

Ganggang Karang hanya terdiri atas beberapa marga saja. Sel-selnya mempunyai dinding

selulosa, klorofil a dan b, dan zat tepung sebagai hasil asimilasi, dan merupakan zat makanan

cadangan. Hidupnya di kolam-kolam atau selokan sebagai bentos. Habitusnya seperti tumbuhan

yang seluruhnya hidup di dalam air. Talus berbuku-buku dengan ruas-ruas yang panjang dengan

cabang-cabang yang tersusun dalam suatu karangan. Pembiakan seksual dengan oogami.

Oogonium diselubungi benang-benang yang melingkar-lingkar seperti spiral. Anteridium

bergandeng-gandengan mrupakan benang-benang dan tersusun dalam sebuah badan berbentuk

peluru yang kosong.

Pada buku-bukunya tumbuh cabang-cabang pendek yang beruas-ruas, kadang-kadang

juga cabang-cabang yang lebih pendek lagi pada buku-bukunya

Dari ketiak cabang-cabang pendek itu seringkali tumbuh cabang-cabang yang panjang yang

susunannya sama dengan sumbu pokoknya. Sumbu itu pada pangkalnya melekat pada substrat

yang keras (bata atau kayu) melainkan melekat pada Lumpur atau pasir. Beberapa jenis

Characeae pada bagian bawah sumbunya membentuk semacam umbi yang penuh terisi dengan

tepung dan merupakan alat untuk mengatasi kala yang buruk.

Sumbu pokok dan cabang-cabangnya bertambah panjang karena sel ujung selalu

memisahkan segmen dengan membentuk dinding-dinding pemisah melintang. Segmen itu

membentang menjadi suatu sel ruas yang memanjang dan tidak membelah diri lagi, dan sel

buku-buku yang berbentuk cakram.

Sel buku-buku itu tetap pendek, tetapi membelah lagi dengan dinding pemisah

membujur, dan dari sel-sel ini akhirnya terbentuk cabang-cabang danjuga rizoid-rizoid. Pada

Nitella tiap-tiap ruas sumbu hanya terdiri atas satu sel ruas saja, tetapi pada Characeae umumnya,

sel ruas itu dikelilingi oleh selapis sel-sel yang tersusun sejajar menurut poros bujur, yang keluar

pada buku-buku dari sel-sel bagian bawah cabang-cabang.

Sel-selnya mengandung sebuah inti dan kloroplas berbentuk bulat. Dalam sel-sel ruas inti

mengadakan pembelahan amitosis, sehingga dalam sel-sel ruas terdapat beberapa inti.

Pembiakan aseksual dengan spora tidak ada. Alat-alat pembiakan seksual berupa

anteridium bulat berwarna kekuning-kuningan, dan oogonium berbentuk seperti telur berwarna

hijau dan terdapa tdalam ketiak cabang.

Page 2: Ganggang Karang

Anteridium berasal dari satu sel induk yangkemudian membelah-belah menjadi 8 sel,

yang dinamakan oktan. Tiap-tiap oktan lalu membentuk 2 dinding tangensial menjadi 3 sel,

sehingga dengan initerbentuklah 24 sel. Delapn sel yang paling luar pipih, dinamakan sel-sel

dinding (pelindung), 8 sel di tengah-tengah dinamakan sel-sel pemegang (manubrium), 8 lagi

yang paling dalam dinamakan sel-sel pokok. Sel-sel dinding lalu membentuk tonjolan-tonjolan

radial yang tidak sempurna, sehingga sel-sel itu terbagi-bagi dalm ruang-ruang yang terpisah-

pisah tidak sempurna pula. Sel-sel yang di tengah kemudian membentang kea rah radial. Karena

sel-sel dinding tumbuh meluas, dalam alat itu akan terjadi suatui ruangan dengan sel-sel

pemegang dan sel-sel pokok di dalamnya. Sel-sel yang paling dalam lalu membuat 3-6 sel

sekunder, dan dari sel-sel ini ditonjolkan 3-5 sel-sel benang spermatogen terdiri atas sel-sel

berbentuk cakram.

Dari setiap sel akhirnya keluar spermatozoid berbentuk spiral yang mempunyai satu

bintik mata, kadang-kadang tanpa plastida dan mempunyai dua bulu cambuk. Oogonium mula-

mula hanya satu sel telur saja yang penuh terisi dengan tetes-tetes minyak dan butir-butir tepung,

kemudian oogonium itu diselubungi oleh 5 buluh yang terpilin seperti spiral. Ujung benang-

benang selubung oogonium ini merupakan bentuk seperti mahkota, di antaranya terdapat celah-

celah jalan masuknya spermatozoid. Setelah selesai pembuahan, sel telur membentuk dinding

yang tidak berwarna. Dinding benang-benang pembungkus yang sebelah dalm menebal, warna

menjadi pirang, kadang-kadang diperkuat dengan kapur, sedang dinding luarnya lenyap setelah

buah itu jatuh. Pada perkecambahan zigot terjadi pembelahan reduksi dan terjadilah 4 inti

haploid. Dari 4 inti ini yang 3 mengalami degenerasi, sehingga akhirnya dari satu zigot hanya

tumbuh satu tumbuhan baru saja.

Karena sifat-sifatnya sebagai pembentuk kapur, maka Characeae penting peranannya

dalam pembentukan tanah-tanah kapur. Dalam keadaan fosil, Characeae ditemukan pada lapisan-

lapisan tanah dari zamn Jura.

Charophyceae atau Ganggang Karang merupakan golongan yang terasing, baik ke bawah

maupunke atas. Menurut susunan talusnya kelompok ganggang ini tergolong organisme yang

lebih tinggi tingkat perkembangannya (pembiakan generatif dengan oogami, tak ada pembiakan

aseksual). Dari bentuk talus dan alat-alat perkembangbiakan seksual, sukar ditemukan

hubungannya dengan salah satu golongan Chlorophyceae, tetapi umumnya masih dianggap

berdekatan dengan ganggang hijau itu. Semua warga kelas ini hanya dimasukkan dalam satu

Page 3: Ganggang Karang

bangsa saja, yaitu Charales yang terbagi dalm beberapa suku Characeae yang meliputi antara lain

Chara fragilis, Chara intermedia, Nitella gracilis, Tolypella prolifera.

Gambar Chara fragilis

Page 4: Ganggang Karang

Ganggang Pirang (Kelas Phaeophyceae)

Phaeophyceae adalah ganggang yang berwarna pirang. Dalam kromatofornya terkandung

klorofil-a, karotin, dan santofil, tetapi terutama fikosantin yang menutupi warna lainnya dan yang

menyebabkan ganggang itu kelihatan berwarna pirang. Sampai 50 % dari berat keringnya terdiri

atas laminarin, sejenis karbohidrat yang menyerupai dekstrin dan lebih dekat dengan selulosa

daripada dengan tepung. Selain laminarin juga ditemukan manit, minyak, dan zat-zat lain.

Dinding selnya terdiri dari pektin, selulosa, algin. Pada Phaeophyceae tingkat

perkembangan yang dapat bergerak berupa zoospora dan gamet, mempunyai 2 buluh cambuk

yang heterokon dan terdapat di bagian samping badannya yang berbentuk buah per atau sekoci.

Kebanyakan Phaeophyceae hidup dalam air laut, hanya beberapa jenis saja yang hidup

dalam air tawar. Gangganng ini termasuk bentos, melekat pada batu-batuan, kayu, epifit pada

talus lain ganggang, bahkan ada yang hidup sebagai endofit.

1. Bangsa Phaeosporales

Bangsa ini merupakan sebagian besar ganggang pirang. Kebanyakan mempunyai

perawakan seperti Cladophora, tetapi ada pula yang mempunyai talus yang lebih tinggi

tingkatannya. Pembiakan terjadi secara :

a. Aseksual dengan zoospora, yang terjadi karena adanya reeduksi. Dari zoospora itu

tumbuh gametofit haploid dengan gamatangium yang berwarna berkotak-kotak.

b. Seksual dengan isogami. Gametangium bersel banyak.

Gambar gametagium berkotak-kotak dan sporangium yang unilokulur pada plyceta ramulosa

Page 5: Ganggang Karang

Zoospora ganggang pirang

A. Zoospora chorda filum

B. Idem dari Ectocarpus globiffer

C. Zoospora yang telah menarik ke dalam flagelnya

Pada golongan ini terdapat satu pergiliran keturunan. Pada Ectocarpus siliculosus, gametofit dan

sporofit mempunyai habitus yang sama. Perkecualian terdapat pada Cutleria yang gametofitnya

lebih besar dari sporofit. Gametofit mempunyai talus yang tegak, bercabang-cabang menggarpu,

berbentuk pita, sedang sporofit mempunyai talus yang pipih, kecil seperti cakram, tipis, tepinya

berlekuk-lekuk, dan dinamakan Aglaozonia. Pada Ectocarpus dan Pleurocladia terdapat jenis-

jenis yang hidup sebagai epifit pada lain ganggang.

Pada beberapa jenis suku Cutleriaceae gametangium dan gamet betina lebih besar daripada yang

jantan, jadi di sini terdapat anisogami. Pada Phaeosporales tidak ada oogami. Phaeosporales

antara lain mencakup :

- Suku Ectocarpaceae. Contoh ; Ectocarpus siliculosus, Pleurocladia lacustris

- Suku Cutleriaceae. Contoh ; Cutleria multifida, Heterochordia abietina.

2. Bangsa Laminariles

Dalam bangsa ini termasuk suku Laminariaceae, yang antara lain meliputi

- Macrocystis pyrifera, hidup di daerah kutub selatan, talusnya mencapai panjang 60 m

dengan berat sampai 100 kg. Mempunyai cabang-cabang talus berbentuk lembaran yang

bergantungan, talus dapat terapung-apung pada permukaan air laut.

- Lessonia sp. Mempunyai talus yang bentuknya seperti pohon palma.

- Laminaria clustoni, pangkal talus setebal lengan dan umurnya tahunan, bagian atas

menyerupai daunatau mempunyai lembaran-lembaran menjari yang setiap tahun

diperbarui.

Page 6: Ganggang Karang

Pada Laminaria terdapat pergiliran keturunan yang beraturan. Gametofit itu berasal dari

zoospora, pada ujungnya terdapat anteridim yang hanya terdiri atas satu sel, masing-masing

mengeluarkan dua spermatozoid yang mempunyai dua bulu cambuk.

Gambar daur kehidupan & skema pergiliran keturunan Cutleria multifucata

Zigot hasil perkawinan tumbuh menjadi sporofit. Pada permukaan sporofit terdapat sel-

sel mandul berbentuk buluh (parafisis). Masing sporangium menghasilkan banyak zoospora

dengan dua bulu cambuk. Nerecystis leutkeana, talus mempunyai bagian seperti batang yang

panjangnya 70 m dan pada ujungnya trdapat gelembung pengapung berbentuk lembaran.

Gambar daur kehidupan & skema pergiliran keturunan Laminaria Cutloni

Page 7: Ganggang Karang

3.Bangsa Dictyotales

Pada ganggang ini spora tidak mempunyai bulu cambuk. Sporangium beruang satu dan

mengeluarkan 4 tetraspora. Pembiakan seksual dengan oogami. Gamet jantan mempunyai satu

bulu cambuk yang terdapat pada sisinya. Sporofit dan gametofit bergiliran dan beraturan, dan

keduanya mempuynyai talus berbentuk pita yang bercabang-cabang menggarpu, misalnya

Dictyota dichotoma. Bangsa Dictyotales terdiri atas satu suku saja, yaitu Dictyotaceae, yang

meliputi beberapa jenis, antara lain :

- Dictyotaceae dichotoma

- Dictyopteris polypoides

- Padina pavonia

Gambar Nereocytys luetkeana

4.Bangsa Fucales

Bersama-sama dengan Laminariales ganggang ini merupakan penyusun utama vegetasi

lautan di daerah dingin. Pembiakan generatif dengan oogami. Fucales hanya terdiri atas satu

suku yaitu Fucaceae, meliputi antara lain Fucus srratus. Fucus yang sudah berumur beberapa

tahun mempunyai talus yang berbentuk pita yang ditengah-tengahnya diperkuat oleh rusuk

tengah, kaku seperti kulit, bercabang-cabang menggarpu dan melekat pada batu dengan suatu

alat perekat berbentuk cakram. Ujung cabang-cabang talus ini agak membesar dan mempunyai

lekukan-lekukan yang disebit konseptakel. Didalamnya terdapat benang-benang mandul

(parafisis), oogonium, anteridium. Tiap anteridium menghasilkan 64 spermatozoid. Oogonium

Page 8: Ganggang Karang

berupa suatu badan yang duduk di atas tangkai terdiri atas satu sel saja, dan mengandung 8 sel

telur.

Selain Fucus serratus dalam suku ini termasuk pula Fucus vsiculosus, Sargassum

vulgare, Turbinaria decurrens. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa Phaeopyceae

bersifat heterotrik. Phaeopyceae mempunyai perkembangan yang setingkat dengan

Chlorophyceae. Melihat adanya rambut-rambut mengkilat pada salah satu bulu cambuknya yang

heterokon itu, rupanya ada hubungan kekerabatan dengan Chrysomonadales dan

Heterochloridales. Pembelahan reduksi pada umumnya terjadi pada pembentukan spora.

Gametofit dan sporofit dapat bersifat isomorf, dapat juga heteromorf. Beberapa jenis

Phaeophyceae menghasilkan yodium. Ada yang mempunyai khasiat obat, misalnya Laminaria

cloustoni dan Fucus vesiculosus.