peluang dan tantangan micro payment di indonesia -draft

28
Peluang dan tantangan micro payment di Indonesia (Kerangka) 1. Pendahuluan - Pentingnya micropayment - Micro payment bisa via hape. Bisa! - Saat ini jumlahnya sedikit. - Penggunaan hape di Indonesia. Jumlahnya 255 juta pelanggan. - Peluang dan tantangan : Integrasi hape sebagai alat pembayaran, solusi dan terobosan. 2. Landasan Pustaka a. Micropayment (Definisi, sejarah, fitur, kemampuan, teknologi, dll) b. Hape c. RFID d. Kondisi di Negara lain 3. Pembahasan a. Kondisi di Indonesia - Model yang cocok di Indonesia - Penggunaan micropayment - Penggunaan seluler - Penggunaan ektp - Terjadinya kesenjangan b. Data pendukung (jumlah transaksi, penggunaan hape) c. Peluang dan tantangan 4. Kesimpulan Tantangannya adalah integrasi micropayment dengan seluler. Referensi :

Upload: miftah-ridho-anshari

Post on 16-Feb-2015

206 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: Peluang Dan Tantangan Micro Payment Di Indonesia -Draft

Peluang dan tantangan micro payment di Indonesia

(Kerangka)

1. Pendahuluan- Pentingnya micropayment- Micro payment bisa via hape. Bisa!- Saat ini jumlahnya sedikit.- Penggunaan hape di Indonesia. Jumlahnya 255 juta pelanggan.- Peluang dan tantangan : Integrasi hape sebagai alat pembayaran, solusi dan terobosan.

2. Landasan Pustakaa. Micropayment (Definisi, sejarah, fitur, kemampuan, teknologi, dll)b. Hapec. RFIDd. Kondisi di Negara lain

3. Pembahasana. Kondisi di Indonesia- Model yang cocok di Indonesia- Penggunaan micropayment- Penggunaan seluler- Penggunaan ektp- Terjadinya kesenjanganb. Data pendukung (jumlah transaksi, penggunaan hape)c. Peluang dan tantangan

4. KesimpulanTantangannya adalah integrasi micropayment dengan seluler.

Referensi :

Page 2: Peluang Dan Tantangan Micro Payment Di Indonesia -Draft

Peluang dan tantangan micro payment di Indonesia

(Kerangka)

1. Pendahuluan- Penggunaan Micro payment di Indonesia selama ini- Micro payment bisa via hape- Penggunaan hape di Indonesia- Peluang dan tantangan : Integrasi hape sebagai alat pembayaran

2. Landasan Pustaka

Ambil referensi dari paper shikha3, isinya bagus2 untuk landasan pustaka.

a. Micropayment (Definisi, sejarah, fitur, kemampuan, teknologi, dll)Micropayment adalah suatu transaksi keuangan yang nilainya sangat kecil dan biasanya dilakukan online [Wiki]. Micropayment didefinisikan oleh Paypal sebagai transaksi kurang dari 12 USD [1]. Sementara Visa mendefinisikan sebagai transaksi di bawah 20 dolar Australia [2]. Micropayments awalnya direncakan untuk transaksi yang sangat kecil (nilai sen dalam dolar), sistem praktis untuk memfasilitasi transaksi kurang dari 1 USD telah melihat sedikit keberhasilan. [3] Salah satu masalah yang penting dalam sistem micropayment adalah kebutuhan untuk tetap menjaga biaya transaksi yang rendah, bahkan jika biaya transaksi hanya beberapa sen. [4 dan 5]

Sejarah

Micropayments awalnya dirancang sebagai cara untuk memungkinkan penjualan secara online konten dan membayangkan untuk melibatkan sejumlah kecil hanya beberapa sen. [5] ini transaksi akan memungkinkan orang untuk menjual konten di Internet [5] dan akan menjadi alternatif untuk pendapatan iklan. [6]

Selama 1990-an, ada gerakan untuk menciptakan microtransaction standar , [5] dan World Wide Web Consortium (W3C) bekerja pada micropayments memasukkan ke dalam HTML bahkan akan sejauh untuk menyarankan embedding pembayaran-permintaan informasi dalam kode kesalahan HTTP . [4] W3C telah sejak berhenti usahanya di daerah ini, [4] dan micropayments belum menjadi metode yang luas digunakan menjual konten melalui Internet.

Awal penelitian dan sistem

Page 3: Peluang Dan Tantangan Micro Payment Di Indonesia -Draft

Pada akhir 1990-an, perusahaan-perusahaan mapan seperti IBM dan Compaq memiliki divisi microtransaction, [5] dan penelitian tentang micropayments dan micropayment standar dilakukan pada Carnegie Mellon dan oleh World Wide Web Consortium .

- IBM Micro Pembayaran

Pembayaran Mikro IBM didirikan c. 1999, [7] dan hal itu telah menjadi operasional akan "memungkinkan vendor dan pedagang untuk menjual konten, informasi, dan layanan melalui Internet untuk jumlah serendah satu sen". [8]

- Ipin

Sebuah usaha awal dalam membuat kerja micropayments, Ipin adalah tahun 1998 modal ventura yang didanai startup yang memberikan layanan yang memungkinkan pembeli membayar micropayment melalui tagihan internet. [9] Memulai debutnya pada tahun 1999, layanan ini tidak pernah diadopsi secara luas . [9]

- Millicent

Millicent, awalnya sebuah proyek dari Digital Equipment Corporation , [10] adalah sebuah sistem micropayment yang mendukung transaksi dari sekecil 1/10 sen sampai $ 5,00. [11] Ini tumbuh dari Protokol Millicent untuk Electronic Commerce Murah , yang dipresentasikan pada tahun 1995 Konferensi World Wide Web di Boston , [12] tetapi proyek menjadi terkait dengan Compaq setelah perusahaan itu dibeli Digital Equipment Corporation. [10] Sistem pembayaran yang digunakan kriptografi simetris . [13]

- NetBill

The NetBill elektronik proyek perdagangan di Carnegie Mellon universitas meneliti proses transaksi terdistribusi sistem dan protokol yang dikembangkan dan perangkat lunak untuk mendukung pembayaran untuk barang dan jasa melalui Internet. [14] Ini menampilkan pra-bayar rekening dari mana biaya micropayment bisa ditarik. [15] Dimulai pada tahun 1997, NetBill tampaknya telah mati sepenuhnya kadang-kadang setelah 2005. [16]

game online

Artikel utama: Ekonomi Virtual dan Free-to-play

Page 4: Peluang Dan Tantangan Micro Payment Di Indonesia -Draft

The microtransaction Istilah kadang-kadang digunakan untuk merujuk pada penjualan barang virtual dalam game online seperti World of Warcraft .

d.Sistem micropayment Terbaru

teknologi sekarang memungkinkan banyak micropayments dan biaya tagihan dimasukkan dalam telepon Anda satu lump sum atau menggunakan dompet didanai.

- FlattrArtikel utama: Flattr

Flattr adalah sistem micropayment (lebih khusus, sistem microdonation) yang diluncurkan pada Agustus 2010. [17] transaksi bank Aktual dan biaya overhead yang terlibat hanya pada dana ditarik dari rekening penerima.

- M-Coin

Sebuah layanan yang disediakan oleh TIMWE , M-koin memungkinkan pengguna untuk membuat micropayments di Internet. Tagihan telepon pengguna tersebut kemudian dibebankan oleh operator jaringan mobile. [18]

- Payclick

Sebuah singkat micropayment sistem dibentuk oleh Visa Inc di Australia , Payclick mengandalkan dompet didanai yang diambil dari saat pembelian di berpartisipasi pengecer online yang dibuat. [2] Layanan ini dihentikan pada 12 Februari 2013. [19]

- Zong

Zong pembayaran mobile adalah sistem micropayment yang biaya pembayaran untuk tagihan pengguna ponsel 'ponsel. [20] Layanan ini dapat digunakan untuk membeli barang-barang virtual di game online dan jaringan sosial . [21]

- PayPal

Micropayments PayPal adalah sistem micropayment yang biaya pembayaran kepada pengguna PayPal account dan memungkinkan transaksi kurang dari US $ 12 untuk mengambil tempat. [22] Layanan ini, seperti tahun 2013, ditawarkan dalam mata uang tertentu saja. [23]

Tambahan materi dari paper Shikha3Sebuah skema pembayaran mikro-adalah sistem pembayaran elektronik-

tem dirancang untuk memungkinkan pembayaran sering efisien keciljumlah (misalnya, kurang dari satu dolar atau beberapa sen). Diagar efisien dan menjaga biaya transaksi yang sangat

Page 5: Peluang Dan Tantangan Micro Payment Di Indonesia -Draft

rendah, mikro-pembayaran meminimalkan komunikasi danperhitungan yang digunakan. Berbeda dengan makro-pembayaran, mikro-skema pembayaran bertujuan untuk memungkinkan verifikasi pembayaran offlinemenggunakan kriptografi ringan. Sistem tidak kembaliquire keamanan transaksi yang tinggi, dalam rangka meningkatkan efisiensi-siensi. Biaya penipuan dibuat lebih mahal daripadanilai yang mungkin yang bisa diperoleh dengan kecurangan.Namun, beberapa persyaratan keamanan sangat penting,seperti otentikasi pelanggan dan pedagang, pro-tecting integritas pesan transaksi, dan mendapatkannon-penolakan proses transaksi. Karena iniproperti, sistem mikro-pembayaran yang baik tidak hanya per-membentuk transaksi akurat namun memenuhi berikutpersyaratan:

1) Baik efisiensi:Tindakan pembayaran harus dikelola dengan cepat danbarang informasi disampaikan secara online.2) Biaya rendah:Semua beban berikut harus diminimalkan:a. Komputasi beban:Biaya ini harus sebanding dengan nilaiyang harus dibayar. Oleh karena itu, kerja masyarakatkriptografi kunci, misalnya, skema tanda tangan, harusdicegah atau setidaknya disimpan sejarangmungkin.b. Penyimpanan beban:Karena akan ada sejumlah besar pembayaranuntuk ditangani, tidak layak untuk menyimpan catatansetiap pembayaran. Hal ini mungkin akan membuatbiaya pengolahan pembayaran dengan overloadingitu.c. Administrasi beban:Ini termasuk meminimalkan interaksidengan pihak ketiga yang terpercaya (biasanya bank)dan frekuensi melakukan penarikan dan de-berhipotesa.

3) Keamanan:Identitas pengguna (pelanggan atau pedagang)dan integritas pesan transaksi harusdisahkan dan dilindungi.

Page 6: Peluang Dan Tantangan Micro Payment Di Indonesia -Draft

4) Beberapa transaksi dan penyedia layanan:Seorang klien harus mampu melakukan sejumlah mikro-pembayaran transaksi dengan layanan yang berbedapenyedia pada satu hari.5) Anonimitas diperlukan:Orang-orang menggunakan uang untuk membeli barang atau jasa danpedagang atau bank / broker tidak bisa mengasosiasikan merekaidentitas dalam kehidupan nyata. Digital cash harus samasebagai uang riil.Dalam rangka untuk memenuhi persyaratan ini, mikro-pembayaransistem sering menggunakan teknik kriptografi yang efisien untuk en-Pastikan keamanan transaksi. The hash satu arah fungsi-tion adalah teknik yang berguna.

Yang paling menonjol perwakilan dari mikro-pembayaranskema termasuk yang diusulkan dalam [1, 7, 9, 13, 16, 22, 23].Alat dasar kriptografi untuk sebagian besarsistem pembayaran satu arah hash rantai yang menghasilkanfungsi hash satu arah. Satu arah rantai hash telahluas digunakan dalam pengembangan kelas khususberkecepatan tinggi skema tanda tangan disebut satu kali sig-Sifat skema [8, 17].

Lain2m-banking dipandang sebagai solusi tepat bagi negara berkembang dengan hambatan

geografis.Setiap pengguna dapat menikmati kemampuan m-banking seperti transaksi finansial, menabung, cek saldo, mengirim uang, membayar cicilan, membeli barang dan jasa. Konsep ini merupakan solusi tepat bagi penduduk di wilayah pedesaan atau kelompok masyarakat yang tidak dapat memiliki rekening bank karena berbagai kendala, seperti kondisi geografis, biaya, infrastruktur dan lainnya. G-Cash dan Smart Money cepat populer karena kemudahan penggunaan, yakni berjalan di basis teknologi standar SMS dengan STK (SIM Tool Kit) browser.Pada dasarnya pengguna selular yang ingin memanfaatkan layanan ini tidak harus memiliki rekening di bank. Sebelum menggunakan layanan, terlebih dahulu harus mendaftar melalui ponsel. Setelah itu dapat mengisi uang elektronik dengan membelinya ke berbagai gerai yang telah ditunjuk. Bisa juga dengan memperoleh uang elektronik di bank dan outlet yang menjadi mitra G-Cash dan Smart Money. Sistem ini biasa disebut dengan micropayment. Banyak manfaat yang diperoleh, seperti keamanan dan hemat waktu bertransaksi. Operator pun dapat menekan terjadinya churn rate (kartu hangus). Di Indonesia, konsep ini mulai

Page 7: Peluang Dan Tantangan Micro Payment Di Indonesia -Draft

diterapkan oleh Telkomsel dengan nama layanan T Cash pada November 2007.Berkaitan dengan hal ini, Juniper Research mengatakan, terdapat peluang yang signifikan untuk perkembangan layanan mobile payment yang menggunakan teknologi Near Field Communication (NFC), chip, ponsel dan teknologi lainnya, pada kurun waktu 2011 hingga 2013.NFC sendiri cocok digunakan oleh masyarakat di negara berkembang. Saat ini Jepang telah memimpin layanan micropayment dan mobile payment dengan meluncurkan ponsel-ponsel berkemampuan NFC. Langkah ini akan diikuti oleh negara-negara di Amerika Utara, Eropa Barat dan beberapa negara lainnya seperti Korea, Singapura dan Australia. Cara kerja NFC adalah dengan mendekatkan ponsel ke sebuah alat pembaca data (wireless reader) seperti di toko swalayan membaca barcode barang yang dibeli atau dengan mengetikkan nomor PIN di ponsel.NFC digagas oleh Nokia bersama operator telekomunikasi raksasa asal Eropa dan Asia – meliputi KPN, Maxis Communications Bhd, O2, Orange, SingTel, SKT, dan Wind serta 14 operator mobile lainnya. Mendukung proyek ini juga terlibat MasterCard. Sedangkan pengembangan wireless chip untuk NFC pada ponsel melibatkan China Mobile, Vodafone, Cingular yang dimiliki AT&T Inc, BellSouth Corp, dan Telefonica bersama produsen chip NXP serta Sony yang jadi pionir contactless chip.Secara teknis, teknologi ini sudah siap. Bahkan, vendor terbesar dunia asal Finlandia, Nokia, sudah memperkenalkan empat produk ponsel yang mengadopsi teknologi ini. Kendalanya adalah terbatasnya jumlah ponsel yang beredar di pasar dan tingginya biaya mengadopsi teknologi ini.ABI Research memproyeksikan 6,5 juta ponsel NFC terjual tahun ini atau naik 10 kali lipat dari angka pada 2007. Sementara Strategy Analytics mengatakan, meski 25% operator mendukung teknologi ini, NFC sepertinya masih sulit memasuki tahap uji coba tahun ini. Di Indonesia, dukungan pemerintah sebagai regulator sangat penting, terutama adanya aturan-aturan perlindungan konsumen dan mencegah terjadinya praktek pencucian uang.

http://12094903.blogspot.com/2012/05/definisi-micropayment.htmlb. Hape

c. Micropayment di Negara lain

Sektor keuangan Filipina, misalnya, telah menjadi yang terdepan dalam memanfaatkan ponsel dan jaringan untuk memberikan kemampuan transfer yang hemat biaya, volume tinggi, dan murah. Dua dari operator jaringan seluler di negara itu menawarkan fungsi yang setara dengan transaksi perbankan skala kecil bagi 5,5 juta estimasi pelanggan (Lyman, Pickens, dan Porteous 2008). Salah satu operator seluler, Globe Telecom, telah bermitra dengan Asosiasi Bankir Pedesaan Filipina menawarkan layanan “GCash” yang memungkinkan pelanggan untuk menggunakan pesan teks untuk membayar pinjaman maupun untuk menyetor, menarik, atau transfer dana dari rekening tabungan mereka dengan menggunakan jaringan agen GCash untuk menyetor atau menarik uang tunai. Wizzit Bank di Afrika Selatan adalah contoh lain penggunaan telepon seluler yang

Page 8: Peluang Dan Tantangan Micro Payment Di Indonesia -Draft

menjanjikan untuk mentransfer nilai ke dan dari suatu lembaga keuangan. Pada 2002, Wizzit dipandang sebagai bank komersial virtual yang amat mengandalkan ponsel—tidak ada bangunan atau kantor cabang (Ivatury dan Pickens 2006a). Wizzit beraliansi dengan Bank Athena Afrika Selatan untuk memperoleh izin perbankan, dan mulai beroperasi pada 2005. Pelanggan dapat menggunakan ponsel mereka, anjungan tunai mandiri (ATM), terminal POS, dan jaringan Bank Athena Afrika Selatan untuk melakukan penyetoran, penarikan, pembayaran angsuran, transfer antar rekening, dan pengiriman uang domestik maupun internasional serta untuk pembayaran efek barang dan jasa. Pada Januari 2009, Wizzit memiliki 250.000 pelanggan yang mampu menyimpan dan menarik uang tunai melalui ponsel mereka (Lapper 2009). Melalui aliansi dengan Beehive, sebuah LKM pedesaan, Wizzit juga mengembangkan sayap untuk memberikan layanan bagi nasabah di daerah pedesaan yang terpencil.

d. Kondisi di IndonesiaJakarta – Pengguna uang digital atau e-money pada tahun 2012 ini diproyeksi akan mencapai 12 juta di Indonesia. Namun yang akan menjadi pengguna aktif baru berkisar 30%-40%.“Sekitar 5%-10% dari industri telekomunikasi. BI (Bank Indonesia) akan menekan mereka (operator) untuk mempertanggungjawabkan lisensinya,” kata Chairman Sharing Vision, Dimitri Mahayana, saat ditemui detikINET, baru-baru ini.Operator yang saat ini memiliki produk uang digital, antara lain, Telkomsel (T-Cash), Telkom (Flexy Cash dan i-vas card), Indosat (Dompetku), dan XL Axiata (XL Tunai).Produk ini bersaing dengan produk uang digital dari bank seperti, JakCard dari Bank DKI, BCA(Flazz Card), atau Bank BNI dengan Kartuku.Di sektor telekomunikasi, T-Cash tahun lalu mengklaim menguasai43% pangsa pasar mikro payment operator dengan lima juta pengguna.“Agar bisa maju, e-money harusnya distandardisasi pemerintah. Seperti di Singapura, misalnya, mereka menggunakan standard chip dan reader sehingga bisa dipakai semua.Kalau teknologi beda, reader beda-beda, scalability-nya tidak masuk,” papar Dimitri.BI sendiri mencatat, pengguna uang digital atau e-money telah meningkat cukup signifikan. Tahun lalu, pengguna e-money hingga kuartal I-2011 mencapai 9,4 juta orang atau meningkat 1,5 juta orang dibandingkan akhir 2010 yang hanya sebanyak 7,9 juta orang.Jumlah transaksi pada kuartal I 2011 mencapai 8,3 juta transaksi dengan nominal sebesar Rp 176,56 miliar.Trend uang digital memang menjanjikan peluang bisnis. Pangsa pasar micro payment yang diperebutkan paling tidak mencapai Rp 200 triliun hingga Rp 293 triliun, di mana saat ini 77% transaksi retail masih dilakukan secara cash.BI sendiri menetapkan batas maksimum nilai uang digital yang tersimpanyakni un-registered maksimal Rp 1 juta, sedangkan teregistrasi maksimal Rp 5 juta. Total nilai transaksidalam periode tertentuadalahRp 20juta per bulan untuk pembayaran, transfer, dan transaksi lainnya.

Page 9: Peluang Dan Tantangan Micro Payment Di Indonesia -Draft

Saat ini, BI telah memberikan izin kepada 13 penerbit e-money. Bank yang telah memiliki e-money seperti Bank Central Asia (BCA), Bank Mandiri, Bank BNI, Bank Rakyat Indonesia (BRI), Bank DKI dan Bank Mega. Perusahaan non bank penyelenggara e-money adalah Telekomunikasi Indonesia (Telkom), Telekomunikasi Seluler (Telkomsel), Syke Sab Indonesia, Indosat, XL Axiata, Finnet Indonesia, dan Artajasa Pembayaran Elektronis.

Satu reader

E-money terdiri dari dua jenis, yakni tanpa registrasi dengan maksimum plafon sebesar Rp 1 juta dan dengan registrasi maksimal Rp 3 juta. Puji menyampaikan, kecilnya plafon e-money untuk menjaga keamanan nasabah, karena bank tak menjamin e-money jika terjadi kehilangan.

BI mencatat, per November 2012 jumlah e-money yang beredar sebanyak 21,55 juta per, naik 48% dibandingkan awal Januari 2012 sebesar 14,54 juta. Sedangkan volume transaksi 11,44 juta, tumbuh 152% dan nilai transaksi naik 72% menjadi Rp 191 miliar.

Ke depan BI akan mengintegrasikan transaksi e-money dengan satu pembaca (reader). Saat ini, 13 penerbit e-money memiliki reader masing-masing. "Nanti akan ada satu reader yang dapat membaca enam sampai tujuh e-money yang berbeda-beda dari setiap penerbit," jelas Boedi.

Bila rencana ini sukses, Puji yakin, e-money dapat mendorong transaksi keuangan mikro. Misalnya, seorang pedagang yang ingin membeli bahan baku dapat membayar belanjaannya dengan e-money, tanpa harus membawa dana tunai.

Suwignyo Budiman, Direktur BCA, sependapat. Oleh karena itu, BCA telah membidik pasar ritel dengan memasang reader di merchant-merchant di beberapa pusat perbelanjaan seperti Kelapa Gading dan Puri Indah. Menurutnya, ongkos pemasang reader atau penerbitan Flazz BCA akan terbayar jika masyarakat paham dan mau menggunakan e-money. Masalahnya, BCA kesulitan mengedukasi masyarakat menggunakan e-money. N

Pada 2009, Bank Indonesia mencatat 77% transaksi di Indonesia merupakan transaksi retail dengan nominal kecil atau senilai Rp 113 triliun. Sebagian besar transaksi tersebut menggunakan uang tunai yang rata-rata jumlah transaksi tahunannya mencapai 6,2 juta kali transaksi dengan nilai Rp260 triliun, dengan asumsi peningkatan nilai 10% setiap tahunnya.

Sekarang sebagian transaksi retail sudah dikonversikan ke dalam bentuk elektronis, dimana informasi telah disimpan dalam chip di kartu plastik atau di server untuk kemudian ditransmisikan ke sistem informasi terbuka seperti internet. Inilah yang disebut electronic money

Page 10: Peluang Dan Tantangan Micro Payment Di Indonesia -Draft

(e-money) yang bisa mengurangi peredaran uang tunai di masyarakat. Berkurangnya penggunaan uang tunai dinilai baik untuk perekonomian. Executive Vice President Visa kawasan Eropa Steve Perry mengatakan biaya uang tunai itu mahal. Dalam dunia bisnis, misalnya seperti supermarket, mereka merasa harus mengeluarkan uang tunai dari sistem mereka sehingga lebih mudah untuk dikendalikan. Sebab lebih banyak uang tunai berarti lebih banyak biaya, bahkan bisa mencapai dua pertiga biaya total. Bank Sentral Belanda memperkirakan biaya tahunan mengelola uang tunai mencapai €300 per keluarga. Untuk itu Bank Indonesia berusaha mendorong perkembangan e-money ini untuk mewujudkan less cash society.

Di Indonesia, pada 2007 jumlah transaksi e-money tercatat 165.193 transaksi dengan nilai transaksi Rp 19 juta per hari. Nilai tersebut meningkat pesat dimana per September 2011, transaksi mencapai 11,7 kali dengan nilai rata-rata per hari Rp 2,5 miliar dan volume harian mencapai 102 ribu. Jumlah transaksi e-money meningkat 51,53% menjadi 3,4 juta transaksi sepanjang Januari-Agustus 2011 dari 2,24 juta transaksi pada Januari-Agustus 2010. Sementara nilai transaksi e-money naik 79,75% menjadi Rp 102,31 miliar dibandingkan periode yang sama 2010 yang sebesar Rp 56,92 miliar.

Secara umum media e-money terbagi dua, card-based/ pre-paid card (e-wallet) dan network based/software based. E-wallet adalah dimana uang dikonversikan ke dalam chip kartu baik kartu plastik maupun kartu yang ditanam di ponsel, sementara network based/software based dimana data disimpan dalam hardware komputer untuk selanjutnya dihubungkan ke internet. Dari kedua model ini e-wallet-lah yang paling populer dan paling banyak pemainnya. Di tataran global, namanama seperti PayPal, Osaifu Keitai dari NTT Docomo Jepang, GCash dari Filipina, atau AliPay dari Alibaba China adalah sedikit dari penyedia e-wallet yang sudah cukup mapan. Dimana jika semua nilai digabungkan, maka nilai pasar global sudah mencapai US$ 163 miliar hanya dari delapan pemain besar ini. Di Indonesia sendiri, menurut Bank Indonesia, ada 10 pemain uang elektronik. Enam pemain diantaranya bank (terdiri dari lima bank umum dan satu

Page 11: Peluang Dan Tantangan Micro Payment Di Indonesia -Draft

bank pembangunan daerah) dan sisanya merupakan lembaga bukan bank (tiga diantaranya merupakan operator seluler).

E-wallet chip-based dikuasai oleh pihak bank untuk pembayaran parkir, makanan, transportasi, event musik, pengisian bahan bakar dan retailer lainnya. Sedangkan e-money berbasis server didominasi oleh perusahaan telekomunikasi untuk pembayaran konten, billing payment, airtime, dan merchant. Jumlah penerbitan alat pembayaran berupa uang elektronik atau e-money sampai Februari 2011 mencapai 8,7 juta kartu atau meningkat 10% dalam dua bulan. Pada akhir 2010 jumlah penerbitan e-money mencapai 7,9 juta kartu.

Keenam bank di atas mendorong e-money untuk meningkatkan pendapatan non-bunga (fee based income) karena tidak ingin lagi bergantung dengan pendapatan bunga. Hingga Agustus 2011, jumlah uang elektronik yang berada di masyarakat mencapai 11,3 juta kartu, tumbuh 86,78% dibanding periode yang sama tahun lalu yang sebesar 6,05 juta kartu. Pertumbuhan tersebut dirasakan Bank Mandiri yang mencatat transaksi e-money mencapai 1,9 juta kali transaksi dengan nilai Rp 20,898 miliar per bulan dengan 969 ribu kartu prepaid Mandiri. Bank Mandiri akan meningkatkan jumlah ketersediaan pembayaran dari 3.000 SPBU tahun depan dan memperluas jaringan merchant lewat minimarket Indomaret dan mulai menjajaki kerjasama dengan Alfamart. Sedangkan Bank Central Asia (BCA) yang mengusung Flazz baru mencapai total nilai transaksi Rp 33 miliar per bulan atau naik 40% dari rata-rata bulanan pada 2010. BCA berharap akan ada kenaikan nilai transaksi sebesar 30%-40% hingga mencapai Rp 46 miliar per bulan.  BCA baru bekerja sama dengan perusahaan parkir, taksi, dan perusahaan sektor makanan dan minuman serta sedang menjajaki ekspansi ke sektor transportasi untuk Flazz ini.

“Jumlah penerbitan alat pembayaran berupa uang elektronik atau e-money sampai Februari 2011 mencapai 8,7 juta kartu atau meningkat 10% dalam dua bulan. Pada akhir 2010 jumlah penerbitan e-money mencapai 7,9 juta kartu”.

Pertumbuhan signifikan juga terjadi dari sisi operator telekomunikasi. PT Telekomunikasi Indonesia menargetkan pengguna layanan e-money T-Cash sebesar 8 juta pengguna hingga akhir tahun. Pada kuartal I 2011, pelanggan T-Cash tercatat sebesar 5,3 juta pengguna, sementara di akhir tahun sebanyak 4,7 juta pengguna. Pengguna T-Cash cenderung naik daripada 2010 lalu yang hanya mencapai 2,2 juta orang. Sebelumnya pada November 2008 tercatat hanya ada 23 ribu transaksi dengan nilai Rp 1,6 miliar. Telkomsel berharap ada penambahan jumlah pelanggan T-cash sebesar 12% -15% per tahun. Sedangkan PT XL Axiata dan PT Axis Telecom Indonesia

Page 12: Peluang Dan Tantangan Micro Payment Di Indonesia -Draft

masih melakukan penjajakan di bisnis e-money ini. XL Axiata kini tengah melakukan pilot project di Yogyakarta untuk mengusung layanan XL Tunai.

 

Source : http://www.digitalkreatif.com/industry-landscape/content-application-industry/e-money

3. Pembahasana. Kondisi di Negara lainb. Kondisi di Indonesiac. Data pendukung (jumlah transaksi, penggunaan hape)

Oleh: Dimitri Mahayana (Chief Lembaga Riset Telematika Sharing Vision)

Ada sebuah statement menarik yang disampaikan dirut sebuah bank BUMN besar, Juni lalu, yang dikutip sejumlah media massa. Menurutnya, ancaman terbesar kalangan perbankan di masa mendatang berasal dari operator telekomunikasi.Ambil contoh layanan electronic payment. Dengan diinisiasi T-Cash dari Telkomsel beberapa tahun silam –dan sudah diikuti layanan sejenis: Dompetku Indosat dan XL Tunai– bertransaksi elektrik selevel kartu debet/kredit dari perbankan, kini telah hadir di masyarakat.Memang, pengguna e-money operator telekomunikasi masih jauh dari achievement kawan-kawan industri perbankan. Namun total pelanggan industri seluler di Indonesia akhir 2010

Page 13: Peluang Dan Tantangan Micro Payment Di Indonesia -Draft

lalu diperkirakan 200 juta nomor. Atau hampir tiga kali dari nasabah perbankan 80 juta nomor!Meski agak sulit dikomparasi secara linear, faktanya pencapaian pelanggan telekomunikasi seluler hanya dicapai dalam waktu sekitar 15 tahun. Sementara stagnansi klien perbankan adalah akumulasi historis perbankan Indonesia yang berusia lebih dari satu abad.Dengan situasi demikian, sang dirut tadi kemudian meminta regulasi yang komprehensif kepada Bank Indonesia dalam pengaturan pembayaran elektrik ini. Secara humanis, apalagi jika melihat data riil pelanggan, kekhawatiran sang dirut adalah wajar dan tidak berlebihan.Namun demikian, ada sejumlah data dan fakta yang memperlihatkan semacam sisi paranoid kalangan perbankan. Pertama, layanan keuangan elektrik yang fenomenal di dunia justru merupakan hasil kolaborasi harmonis operator seluler dan perbankan.MPesa (M kependekan dari mobile, Pesa berarti money–bahasa Swahili), alias mobile money, yaknilayanan transfer uang via SMS yang diberikan Safari Telecom, Kenya, yang merupakan hasil kerjasama dengan jasa keuangan Hawali Banking.Dengan jumlah penduduk 40 juta, 78% tinggal di desa, 75% mata pencaharian utama agraris, GDP per kapita US$ 1600, penetrasi mobile hampir 51%, dan perbandingan pemegang rekening bank dan pengguna seluler sebesar 1:3, MPesa berhasil menjangkau 80% penduduk Kenya.MPesa tahun lalu mempunyai sedikitnya 9,5 juta pelanggan. Mereka diperkirakan mencetak pendapatan sebesar US$113 juta di akhir tahun 2010, dengan volume transfer mencapai US$1,36 miliar, serta rata-rata melayani 2 juta transaksi setiap harinya!Layanan G-Cash, yang diinisiasi Globe Telecom dari Filipina, juga telah digunakan 42% masyarakat di negeri itu (setara dengan 1,3 juta pelanggan) saat melakukan pembayaran mikro. Ini juga hasil kolobarasi dengan industri perbankan disana.Tentu saja, jangan lupakan pula layanan pionir mobile payment yakni Oshaifu Ketai dari NTT DoCoMo Jepang yang telah jadi trendsetter global. Ini juga sama, layanannya hadir setelah dari awal terjalin aliansi dengan kongsi bank BUMN di negeri matahari terbit itu.Mari kita jujur mengakui bahwa operator telekomunikasi memiliki keunggulan dari segi cakupan layanan, infrastruktur, dan penguasaan pasar konsumer yang lebih baik. Namun mereka tak memiliki kompetensi yang memadai di bidang manajemen keuangan.Sebaliknya, kalangan perbankan adalah penguasa kompetensi layanan finansial yang memiliki keterbatasan dalam cakupan layanan yang menembus hingga kamar tidur, infastruktur yang relatif tanggung, dan penguasaan konsumer yang baru membaik belakangan ini.Melihat standing position demikian, menurut hemat penulis, keduanya sama-sama memiliki keunikan kompetensi. Otomatis, keduanya akan sulit untuk saling memasuki dunia satu sama lainnya dengan hasil yang maksimal.Kita lihat data-data Bank Indonesia terbaru. Hingga April 2011 lalu, jumlah e-money beredar mencapai 9,81 juta unit atau naik 24% dibandingkan posisi akhir tahun lalu sebanyak 7,91 juta unit. Dari jumlah itu, 90% pangsa-nya berasal dari layanan perbankan.

Page 14: Peluang Dan Tantangan Micro Payment Di Indonesia -Draft

Bank Indonesia memperkirakan, pengguna e-money hingga Mei 2011 berasal dari 11 penerbit di Indonesia dengan jumlah klien 10 juta. 11 penerbit itu 5 perbankan (terdiri atas 4 bank umum dan 1 Bank Pembangunan Daerah), 5 operator telekomunikasi, dan 1 perusahaan nonbank.Nampak jelas disparitas antara industri perbankan dan seluler. Meski potensinya besar, faktanya layanan keuangan dari operator masih merangkak pelan. Namun raihan 9 juta pengguna electronic payment nasabah perbankan juga bukan angka yang bagus.Dengan kata lain, jika operator telekomunikasi ngotot masuk layanan keuangan sendirian, bisa jadi layanan yang ada sekedar portofolio produk saja. Industri perbankan yang masuk layanan mobile banking juga sulit mencapai sukses industri secara keseluruhan.

Memang, akan sulit menihilkan atmosfer kompetisi (langsung atau tidak langsung) dari kedua layanan ini. Akan tetapi, globalisasi dan kemajuan ilmu juga telah banyak mengajarkan kisah sukses di belahan dunia manapun atas konsep competition-cooperation.Kedua, layanan elektrik yang efisien justru akan meningkatkan industri perbankan secara khusus dan ekonomi negara keseluruhan. Rujukan poin ini bisa mengacu riset World Bank yang dipadukan survei CGAP/Consultative Group to Assist the Poor.World Bank menyebutkan bahwa pengurangan biaya pengiriman uang sebesar 2-5% dapat meningkatkan remitansi 50-70%, sehingga meningkatkan kegiatan ekonomi nasional. Estimasi ini juga diperkuat survey CGAP, lembaga riset global bidang microfinance.Mereka mengeluarkan hasil riset bahwa kemudahan pembayaran mikro elektrik efektif meningkatkan ekonomi nasional, misalnya pendapatan masyarakat pedesaan di Kenya meningkat 5%-30% sejak mereka mulai menggunakan MPesa.Dan Indonesia adalah negara yang memiliki potensi amat besar mewujudkan kedua riset tersebut. Dengan jumlah penduduk hampir 250 juta, tersebar di ribuan pulau (ditambah pertumbuhan pekerja migrain), maka layanan elektrik efisien bisa sukses besar.Kita bandingkan lagi dengan data Bank Indonesia. Jumlah total remitansi hingga April 2011 mencapai US$2,225 miliar atau meningkat dibandingkan April 2010 US$2,222 miliar. Jumlah total pengiriman uang sepanjang 2010 sendiri mencapai US$6,73 miliar.Di sisi lain, jumlah Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di luar negeri per Februari 2010 mencapai 2,68 juta jiwa. Berapa devisa yang mereka berikan kepada negara dan keluarganya? Pada akhir tahun 2009 saja, sudah mencapai US$6,6 miliar. Angka ini pasti kian naik.Sharing Vision memprediksi, pada 2012, penggunaan mobile remittance akan mencapai 47 persen padahal riset kami tahun 2007 masih 0%. Akhir kata, apabila melihat dua paparan poin ini, maka tak ada lagi alasan industri kian bergandeng tangan membangun e-money di Indonesia! (**)

Dompet XLJAKARTA, KOMPAS.com — Para pengguna XL kini dapat menikmati layanan uang digital untuk melakukan transaksi nontunai melalui ponselnya. Layanan yang diberi nama XL Tunai ini menyediakan kemudahan untuk melakukan transaksi micropayment.

Page 15: Peluang Dan Tantangan Micro Payment Di Indonesia -Draft

Ongki Kurniawan, Senior Vice President PT XL Axiata Tbk, Senin (28/3/2011) di Jakarta, mengatakan, salah satu yang akan disasar layanan ini adalah bisnis toko online yang tengah menjamur di Indonesia. Misalnya, model bisnis daily deal yang meniru kesuksesan Groupon di AS.

"Bagi mereka yang sedang tumbuh ini akan sangat menguntungkan karena mereka dapat mengakses 40 juta pelanggan yang kami miliki saat ini," kata Ongki Kurniawan. Pihaknya terus menjajaki dengan para penyedia layanan tersebut dan saat ini sudah ada empat layanan yang segera menggunakan XL Tunai.

Namun, untuk sementara, layanan tersebut baru tersedia di Kota Yogyakarta. Kota-kota lainnya di Jawa dan Bali akan menyusul tahun ini dan ke pulau lainnya mulai tahun depan. Saat ini layanan tersebut juga memang baru dapat digunakan untuk melakukan transaksi pembayaran layanan XL, seperti pengisian pulsa dan pembayaran tagihan.

Untuk dapat menikmati layanan XL Tunai, pelanggan XL harus melakukan registrasi baru dengan cara mengetik *123*120#. Pelanggan dapat memilih batas maksimum rekening Rp 1 juta atau Rp 5 juta. Dari menu tersebut, transaksi dapat dilakukan.

"Bentuknya seperti dompet digital terpisah dari pulsa pelanggan. Untuk saat ini, pelanggan harus datang ke XL Center untuk menyetor uangnya," kata Dony Yuliardi, Business Development PT XL Axiata. Namun, ke depan, XL terus memperluas tempat untuk mengisi XL Tunai dan menambah merchant yang bisa menggunakannya.

Ambil bahan dari SIPerbankan_sutarno.pdfKajianemoney.pdf, semuanya bagus. Dibahas berbagi aspek dan ada kesimpulan untuk pengembangan di Indonesia.

4. Peluang dan tantangan5. Kesimpulan

Tantangannya adalah integrasi micropayment dengan seluler.

Mekanisme micropayments sedikitnya terdiri atas tiga pihak: pelanggan (atau klien), pedagang (atau vendor) dan pihak ketiga yang disebut broker. Hubungan antara tiga pihak ditunjukkan pada Gambar 2.• Pelanggan: yang meminta sertifikat kepada broker dan membuat pembelian di pedagang.• Pedagang: yang menyediakan pelanggan dengan informasi dan isinya sesuai dengan pembayaran mereka.• Para broker: yang mengeluarkan sertifikat kepada pelanggan dan bertindak sebagai CA (Certificate Authority), seringkali pihak ini diperankan oleh Bank.

Ada dua cara untuk menghasilkan uang untuk pembayaran mikro-skema.

Page 16: Peluang Dan Tantangan Micro Payment Di Indonesia -Draft

Uang dibuat atau disertifikasi oleh broker: Pelanggan diasumsikan untuk membeli uang mikro-pembayaran dalam jumlah besar dari broker melalui protokol makro-pembayaran, dan broker mendebit rekening nasabah. Untuk kedua pelanggan dan broker (siapa pun menciptakan atau mengesahkan uang), ini adalah pendekatan debit berbasis karena pelanggan harus membeli bentuk khusus dari uang di muka, siapa pun menyatakan uang akan mendapatkan keuntungan dari "float". Sebuah kebijakan pengembalian diperlukan untuk pelanggan untuk mengembalikan atau memperbaharui terpakai, uang kadaluarsa.

Uang yang dihasilkan oleh pelanggan: Uang yang dihasilkan oleh pelanggan tidak perlu sertifikasi langsung oleh broker. Dalam kasus ini, tidak ada pembelian massal atau makro-skema pembayaran diperlukan. Skema pembayaran kredit berbasis pelanggan, pedagang, dan broker karena account pelanggan tidak akan didebet sampai account akan dibayar pada penebusan.

Millicent diusulkan pada Digital Equipment Corporation [6]. Ini adalah protokol debit berbasis kepada, pedagang broker pelanggan, dan. Dalam protokol ini, pesan pembayaran disebut Scrip. Untuk memverifikasi Scrip, adalah efisien dalam menggunakan enkripsi simetris. Namun, Scrip adalah spesifik Mechant. Pertama, pelanggan harus membeli Scrip broker dari broker dengan menggunakan makro-pembayaran protokol. Bila pelanggan ingin membeli sesuatu pada situs merchant tertentu, pelanggan harus mengambil Scrip broker untuk mengubah Scrip merchant tertentu dari broker. The Scrip pedagang hanya dapat digunakan di situs merchant tertentu.The PayWord dan MicroMint dirancang oleh Ronald Rivest dan Adi Shamir [22]. PayWord adalah-kredit berbasis

protokol untuk, pedagang broker pelanggan, dan. Hal ini didasarkan pada rantai nilai hash, yang disebut payword. Payword Setiap dapat direpresentasikan sebagai nilai tertentu dan memiliki nilai yang sama dalam rantai yang sama. Pelanggan memperoleh sertifikat yang dikeluarkan oleh broker. Sertifikat memungkinkan pelanggan untuk menghasilkan hukum paywords. Untuk memverifikasi payword tersebut, vendor hanya menggunakan fungsi hash dan komitmen ditandatangani untuk menghormati pembayaran rantai itu. MicroMint menggunakan tabrakan hash k-arah fungsi untuk koin mint. Meskipun keamanan koin MicroMint lebih rendah, kinerja yang efisien. Pelanggan menghasilkan koin efisien dan pedagang memverifikasi koin ini on-line. Nilai Pembayaran Kecil (SVP) dirancang oleh Sern dan Vaudenay [25] Ini menggunakan otentikasi pesan kode (MAC) fungsi dan perangkat khusus, seperti smart card, untuk memverifikasi keabsahan pesan pembayaran. Setiap pedagang memiliki smart card yang diterbitkan oleh broker. Kartu pintar menyimpan kunci rahasia broker untuk memverifikasi identitas pelanggan. Namun, protokol ini membutuhkan banyak komunikasi antara pelanggan dan pedagang. Smart card harus menghasilkan nomor

Page 17: Peluang Dan Tantangan Micro Payment Di Indonesia -Draft

acak yang dikirim ke pelanggan, dan menunggu respon dari pelanggan di setiap transaksi. Hal ini tidak cocok untuk transaksi sering, karena transaksi lain harus menunggu sampai proses transaksi selesai.

Dalam [4], sebuah portable eksperimental mikro-sistem pembayaran berdasarkan PayWord [22] telah dilaporkan. Dari diskusi yang diberikan dalam kertas, menjadi jelas untuk perangkat portabel bertujuan umum, sementara nilai kecil atau cukup besar n (disebut panjang rantai pembayaran) akan diterima, n yang lebih besar dapat menyebabkan penundaan yang panjang tidak dapat diterima dalam perhitungan. Di sisi lain, nilai yang lebih besar dari n mengurangi jumlah yang diperlukan perhitungan untuk tanda tangan berbasis kunci publik yang sebenarnya esensi dari pengembangan PayWord-seperti mikro-pembayaran schemes.To memecahkan masalah yang disebutkan di atas, beberapa pekerja penelitian mengembangkan struktur yang efisien yang berbeda dari rantai satu arah hash sederhana untuk kebaikan mikro-pembayaran skema, terutama bagi mereka yang akan diimplementasikan pada perangkat komputasi portabel.

Jutla dan Yung mengusulkan struktur yang disebut PayTree [7]. PayTree Sebuah menawarkan solusi untuk lingkungan multi-merchant. Artinya, PayTree dapat dihabiskan di antara pedagang yang berbeda. Tapi ada dua kelemahan ketika kita menggunakan Paytree dalam praktek. Kelemahan pertama adalah bahwa pelanggan perlu menyimpan semua node daun dari sebuah Paytree. Ini node daun merupakan koin elektronik dibeli oleh pelanggan dari bank. Dalam aplikasi praktis, karena jumlah node daun bisa menjadi besar, pelanggan mungkin perlu menyiapkan sejumlah besar ruang memori untuk menyimpan semua nilai simpul. Kelemahan kedua adalah bahwa pengeluaran ganda koin dalam skema PayTree tidak dapat dihindari, meskipun dapat dideteksi setelah itu. Alasannya adalah bahwa pelanggan bisa membayar uang yang sama untuk pedagang yang berbeda.

Yen et al. diusulkan baru berbasis pohon struktur yang disebut pohon satu arah biner seimbang (UOBT) [28]. Perbedaan utama antara UOBT dan PayTree adalah bahwa UOBT mempromosikan merchant tertentu mikro-pembayaran dalam struktur satu arah rantai konvensional hash. Dalam skema yang didasarkan pada UOBT, nilai acak rahasia terpilih sebagai root. Ini nilai rahasia yang digunakan untuk membangun pohon dari akar menuju tingkat yang lebih rendah dalam pohon biner seimbang, sehingga untuk memberikan node anak, tidak ada simpul orangtua dapat diturunkan dari node anak. Dalam [28], hal itu menunjukkan bahwa pendekatan UOBT bisa meningkatkan kinerja mikro-pembayaran skema signifikan.

UOBT adalah 2-dimensi satu-arah fungsi rantai hash yang mempekerjakan dua yang berbeda satu arah fungsi hash. Linet al. mengusulkan skema mikro-pembayaran umum berdasarkan n-dimensi satu arah rantai fungsi hash pada tahun 2002 [18]. Dalam skema

Page 18: Peluang Dan Tantangan Micro Payment Di Indonesia -Draft

ini, pengguna dapat menentukan trade off dan memilih nomor yang benar dari dimensi untuk her-/himself

Kelemahan e-KTP

Dalam pelaksanaannya, penggunaan e-KTP terbukti masih memiliki kelemahan. Misalnya tidak tampilnya tanda tangan sipemilik di permukaan KTP. Tidak tampilnya tanda tangan di dalam e-KTP tersebut telah menimbulkan kasus tersendiri bagi sebagian orang. Misalnya ketika melakukan transaksi dengan lembaga perbankan, e-KTP tidak di akui karena tidak adanya tampilan tanda tangan. Ada beberapa kasus pemegang e-KTP tidak bisa bertransaksi dengan pihak bank karena tidak adanya tanda tangan. Tanda tangan yang tercetak dalam chip itu tidak bisa dibaca bank karena tak punya alat (card reader). Akhirnya pihak pemegang e-KTP terpaksa harus meminta rekomendasi dari Kepala Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil untuk meyakinkan bank.[9]

Referensi :

http://en.wikipedia.org/wiki/Micropayment

https://www.paypal.com/IntegrationCenter/ic_micropa yments.html

http://www.nytimes.com/2007/08/27/technology/27micro.html

http://www.bisnis-kti.com/index.php/2012/05/telekomunikasi-pelanggan-seluler-sentuh-255-juta-orang/

http://www.sharingvision.biz/tag/e-money/

http://abarky.blogspot.com/2011/03/xl-tunai-mudahkan-micropayment.html

http://sharingvision.com/2013/02/layanan-micropayment-yang-digunakan/

http://bangselular.blogspot.com/2011/06/perbankan-tidak-mungkin-garap.html

http://teknologi.kompasiana.com/terapan/2012/08/30/berhasil-pakai-t-cash-pada-percobaan-ke-2-488509.html

http://inet.detik.com/read/2013/01/02/123533/2131125/398/menanti-revolusi-transaksi-elektronik?id771108bcj

http://www.e-ktp.com/2012/03/e-ktp-generasi-kedua-perdana-fasilitas-e-health/

http://telsetnews.com/temabaru/bisnis-emoney-perbankan-harus-gandeng-operator-telko/

http://sharingvision.com/2013/02/layanan-micropayment-yang-digunakan/

Page 19: Peluang Dan Tantangan Micro Payment Di Indonesia -Draft

http://sharingvision.com/2012/01/pengguna-e-payment-jauh-dari-harapan/

http://sharingvision.com/2012/01/bergandeng-tangan-membangun-e-money-di-indonesia/

http://sharingvision.com/2012/02/pengguna-e-money-diproyeksi-tumbuh-jadi-12-juta/

Pengembangan Alternatif Model E-Payment B2c (Business To Consumer) Untuk Masyarakat Indonesia