homebase accounting micro
DESCRIPTION
Karya Ilmiah, UMKMTRANSCRIPT
HOMEBASE ACCOUNTING OF MICRO SECTOR : STRATEGI JITU MENINGKATKAN KUALITAS LAPORAN KEUANGAN UMKM DI
INDONESIA
KARYA TULIS ILMIAH
Diajukan dalam rangka mengikuti SELEKSI MAHASISWA BERPRESTASI UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2013
Disusun oleh :
Wahyuli Ambarwati W NIM. 7211410094
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2013
i
LEMBAR PENGESAHAN
Karya tulis dengan judul :
HOMEBASE ACCOUNTING OF MICRO SECTOR : STRATEGI JITU MENINGKATKAN KUALITAS LAPORAN KEUANGAN UMKM DI
INDONESIA
Disusun oleh :
Wahyuli Ambarwati W NIM. 7211410094
Telah disetujui dan disahkan untuk diajukan dalam rangka mengikuti SELEKSI
MAHASISWA BERPRESTASI UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2013, pada :
Hari : Jumat
Tanggal : 05 April 2014
Menyetujui,
Ketua Jurusan Akuntansi
FE UNNES
Drs. Fachrurrozie, M.Si.
NIP 196206231989011001
Dosen Pembimbing,
Niswah Baroroh, S.E
NRP. 198901282010122014
Pembantu Dekan Bidang Kemahasiswaan
Drs. Bambang Prishardoyo, M.Si
NIP. 1967020719920310
ii
KATA PENGANTAR
Alhamduliilahhirabbil’alamin. Puji syukur Penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT., karena atas limpahan berkah, karunia, taufik, hidayah serta inyah-Nyalah karya tulis ini dapat terselesaikan dengan baik dan tepat waktu. Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad SAW, keluarga, para sahabat dan penegak risalah-Nya, semoga kita mendapat syafa’atnya di yaumul akhir nanti, aamiin.
Karya tulis dengan judul HOMEBASE ACCOUNTING OF MICRO SECTOR: STRATEGI JITU MENINGKATKAN KUALITAS LAPORAN KEUANGAN UMKM DI INDONESIA ini diajukan dalam rangka mengikuti SELEKSI MAHASISWA BERPRESTASI UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2013.
Dalam penyusunan karya tulis ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :
1. Drs. S.Martono, M.Si selaku Dekan Fakultas Ekonomi UNNES.
2. Drs. Fachrurrozie, M.Si selaku Ketua Jurusan Akuntansi
3. Niswah Baroroh, S.E selaku dosen pembimbing dalam karya tulis ini.
4. Seluruh dosen Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Negeri
Semarang yang memberikan motivasi, semangat dan saran kepada penulis.
5. Ayah dan Ibu beserta seluruh keluarga yang senantiasa tulus ikhlas
mendo’akan, memberikan dukungan dan semangat kepada penulis, serta
pihak-pihak lain yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Semoga Allah SWT membalas kebaikan Anda dengan kebaikan yang lebih banyak, aamiin. Kesempurnaan hanya milik Allah SWT, dan kekurangan milik penulis selaku manusia biasa yang tak luput dari kesalahan, penulis menyadari bahwa karya tulis ini masih banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Oleh sebab itu Penulis menantikan adanya kritik dan saran yang membangun dari para pembaca yang budiman demi perbaikan untuk penulisan yang akan datang.
Semarang, 5 April 2013
Penulis
iii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...............................................................................................i
HALAMAN PENGESAHAN.................................................................................ii
KATA PENGANTAR ...........................................................................................iii
DAFTAR ISI .........................................................................................................iv
DAFTAR GRAFIK DAN BAGAN.........................................................................v
RINGKASAN ........................................................................................................vi
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................1
A. Latar Belakang Masalah ................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................................4
C. Tujuan Penulisan ...........................................................................5
D. Manfaat Penulisan .........................................................................5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.....................................................................7
A. Tinjauan tentang UMKM ..............................................................7
B. Tinjauan tentang Permodalan UMKM...........................................9
BAB III METODE PENULISAN .................................................................11
A. Jenis Penulisan dan Pendekatan Penulisan..................................11
B. Jenis Data dan Pengumpulan Data ..............................................12
C. Metode Analisis Data ..................................................................12
BAB IV PEMBAHASAN (ANALISIS DAN SINTESIS)..............................13
A.Sektor UMKM dan Tantangannya................................................14
B. implementasi HAMS pada UMKM.............................................17
BAB V PENUTUP ........................................................................................19
A. Simpulan ....................................................................................19
B. Rekomendasi .......................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................21
iv
DAFTAR TABEL
TABEL 1.: Faktor kesulitan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM)..........15
TABEL2 : Alasan UMKM tidak mengajukan kredit pada bank...........................14
v
RINGKASAN
Wahyuli Ambarwati Wulandari. Homebase Accounting of Micro Sector: Strategi Jitu Meningkatkan Kualitas Laporan Keuangan UMKM di Indonesia. Karya Tulis Ilmiah untuk mengikuti Seleksi Mahasiswa Berprestasi Universitas Negeri Semarang 2013. Pembimbing : Niswah baroroh, S.E. halaman.
Usaha mikro kecil dan menengah merupakan salah satu sektor usaha yang dapat menjadi tumpuan bagi perekonomian nasional. Hal ini dikarenakan UMKM mampu bertahan dibandingkan dengan usaha besar lainnya yang cenderung mengalami keterpurukan. Hal tersebut seiring dengan bertambahnya jumlah UMKM setiap tahunnya.
Keunggulan-keunggulan yang dimiliki UMKM dibandingkan dengan usaha
besar yaitu: (1) Inovasi dalam teknologi yang telah dengan mudah terjadi dalam
pengembangan produk; (2) berbasis pada sumber daya lokal sehingga dapat
memanfaatkan potensi secara maksimal dan memperkuat kemandirian; (3)
kemampuan menciptakan kesempatan kerja cukup banyak atau penyerapannya
terhada tenaga kerja; (4) fleksibilitas dan kemampuan menyesuaikan diri terhadap
kondisi pasar yang berubah dengan cepat dibanding dengan perusahaan skla besar
pada umumnya birokratis; (5) terdapatnya dinamisme manajerial dan peranan
kewirausahaan; (6) dimiliki dan dilaksanakan oleh masyarakat lokal sehingga
mampu mengembangkan sumber daya manusia; (7) terrsebar dalam jumlah yang
banyak sehigggga merupakan alat pemerataan pembangunan yang efektif (Azrin;
2004).
Walaupun memiliki potensi yang sedemikian banyak, kenyataan
menunjukkan bahwa UMKM masih belum dapat mewujudkan kemampuan dan
peranannya secara maksimal dalam fungsi sosial dan ekonomi. Hal ini disebabkan
oleh kenyataan bahwa UMKM masih menghadapi berbagai hambatan dan
kendala, salah satunya adalah sulitnya pengajuan pembiayaan dan permodalan
pada UMKM. Salah satu penyebabnya UMKM mengalami kesulitan dalam
pengajuan pembiayaan adalam administarasi dan pengelolaan keuangan yang
dilakukan masih belum dilakukan dengan baik, dan laporan keuangan yang
disajikan belum relevan dan reliabel sehingga membuat bank dan lembaga
keuangan lain sulit untuk menyetujui pengajuan pembiayaan tersebut.
Masalah dirumuskan berdasarkan latar belakang masalah, yaitu : (1)
Bagaimanakah konsep dan metode SMP HAMS (Homebase Accounting of Micro
Sector) yang digunakan untuk menyiapkan oran keuangan UMKM yang
vi
berkualitas? (2) Bagaimana proses implementasi proses penerapan HAMS
(Homebase Accounting of Micro Sector) dalam meningkatkan kualitas dan
menyiapkan laporan keuangan UMKM yang berkualitas?
Penulisan karya tulis ditujukan Mengkaji konsep dan metode HAMS
(Homebase Accounting of Micro Sector) yang digunakan untuk menyiapkan
laporan keuangan UMKM yang berkualitas. Metode penulisan yang digunakan
dalam karya tulis ini adalah perumusan masalah, pendekatan penulisan, metode
pengumpulan data, metode analisis data, penyusunan karya tulis, dan penarikan
kesimpulan dan rekomendasi.
Simpulan dari karya tulis ini adalah bahwa Homebase Accounting of Micro Sector strategi untuk mnyelesaikan permasalahan yang ada pada UMKM sekarang ini, yang salah satu masalahnya adalah sulitnya permodalan yang dihadapi oleh UMKM. Tentunya dengan metode dan konsep yang sesuai dengan yang dibutuhkan dalam sektor UMKM. Dengan adanya 4 tahapan proses yaitu identifikasi potensi, sosialisasi penyajian laporan keuangan yang relevan dan reliable, pelaksanaan program, serta monitorong dan evaluasi yang dilakukan secaraa kontinu, diharapkan dapat meningkatkan kualitas laporan keuangan UMKM dan membantu kendala UMKM mengenai pembiayaan dan permodalan di Indonesia
Kata kunci : UMKM, pembiayaan, Homebase Accounting of Micro Economy, Laporan keuangan
vii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Hampir semua orang pernah mendengar istilah UMKM, namun hanya sedikit
orang yang paham maksdud kata tersebut dengans atu kesamaan pandangan.
Maklumlah, karena instansi-instansi pemerintah sendiri memiliki perbedaan cara
dalam pengklasifikasiannya. Usaha skala mikro, kecil dan menengah (UMKM) di
negara berkembang hampir selalu merupakan kegiatan ekonomi yang terbesar
dalam jumlah dan kemampuannya dalam menyerap tenaga kerja. Begitu pula
dengan kondisi yang ada di Indonesia, meskipun dalam ukuran sumbangan
terhadap PDB belum cukup tinggi, sektor ini dapat tetap menjadi tumpuan bagi
stabilitas ekonomi nasional sehingga perannya diharapkan dapat menciptakan
kesejahteraan kepada masyarakat Indonesia.
Pada pasca krisis tahun 1997 di Indonesia, UMKM dapat membuktikan bahwa
sektor ini dapat menjadi tumpuan bagi perekonomian nasional. Hal ini
dikarenakan UMKM mampu bertahan dibandingkan dengan usaha besar lainnya
yang cenderung mengalami keterpurukan. Hal tersebut dengan semakin
bertambahnya jumlah UMKM setiap tahunnya (Maharani Tejasari:2008).
Keunggulan-keunggulan yang dimiliki UMKM dibandingkan dengan usaha
besar yaitu: (1) Inovasi dalam teknologi yang telah dengan mudah terjadi dalam
pengembangan produk; (2) berbasis pada sumber daya lokal sehingga dapat
memanfaatkan potensi secara maksimal dan memperkuat kemandirian; (3)
kemampuan menciptakan kesempatan kerja cukup banyak atau penyerapannya
terhada tenaga kerja; (4) fleksibilitas dan kemampuan menyesuaikan diri terhadap
kondisi pasar yang berubah dengan cepat dibanding dengan perusahaan skla besar
pada umumnya birokratis; (5) terdapatnya dinamisme manajerial dan peranan
kewirausahaan; (6) dimiliki dan dilaksanakan oleh masyarakat lokal sehingga
mampu mengembangkan sumber daya manusia; (7) terrsebar dalam jumlah yang
viii
banyak sehigggga merupakan alat pemerataan pembangunan yang efektif (Azrin;
2004).
Walaupun mempunyai potensi yang sedemikian banyak, kenyataan
menunjukkan bahwa UMKM masih belum dapat mewujudkan kemampuan dan
peranannya secara maksimal dalam fungsi sosial dan ekonomi. Hal ini disebabkan
oleh kenyataan bahwa UMKM masih menghadapi berbagai hambatan dan
kendala, baik yang bersifat internal maupun eksternal., dalam bidang produksi dan
pengolahan, pemasaran, permodalan, sumberdaya manusia dan teknologi serta
iklim usaha yang belum mendukung bagi perkembangannya. Menurut Wijono
(2005) terdapat beberapa kendala atau permasalahan yang dihadapi oleh UMKM
yaitu:
1. Administrasi dan pengelolaan keuangan masih dilakukan secara manual
dan seringkali pengeluaran untuk keperluan rumah tangga sehari-hari
dimasukkan dalam pembukuan keuangan perusahaan
2. Dalam kaitannya dengan pengajuan pembiayaan ke lembaga keuangan,
mayoritas UMKM tidak dapat mempresentasikan laporan keuangan
dengan baik, sehingga tidak Bankbale dalam pemberian pembiayaan
3. Dalam kaitannya dengan pemgajuan pembiayaan ke lembaga keuangan,
UMKM sering tidak mampu menyediakan agunan, jikapun ada, legalitas
kepemilikan agunan tersebut belum memenuhi syarat yang memadai.
4. Karakteristik perusahaan berskala kecil mempunyai tingkat mobilitas yang
tinggi sehingga sering berpindah-pindahh tempat atau jenis usaha
5. Dari kondisi di atas, UMKM memerlukan monitoring yang ketat. Artinya
lembaga pembiayaan harus didirikan di sentra-sentra di mana usaha kecil
dan mikro berada, tetapi hal ini justru sulit dan membutuhkan biaya yang
besar apabila dilakukan oleh lembaga keuangan.
Dari beberapa kendala dan hambatan yang telah dipaparkan di atas adalah,
masalah yang berupa pembiayaan atau permodalan merupakan salah satu masalah
klasik yang dihadapi oleh UMKM. Salah satu yang menjadi syarat dalam
pengajuan pembiayaan di lembaga keuangan (misal bank), bank menjalankan
prinsip kehati-hatiannya yang berpatokan pada 5C’s principle yang menilai calon
ix
debitur dari 5 aspek yang berbeda, yaitu character (karakter debitur), collateral
(jaminan), capacity (kapasitas usaha), capital (modal yang dimiliki), dan salah
satunya adalah condition of economy (kondisi ekonomi). Kondisi ekonomi
seorang debitur (UMKM) dapat diukur dengan keadaan laporan keuangan yang
dimiliki oleh UMKM tersebut. Apabila laporan keuangan yang disajikan relevan
dan reliable maka bisa dipastikan bahwa kondisi keuangan UMKM tersebut baik.
Dan sebaliknya, apabila UMKM tidak dapat menyajikan laporan keuangan yang
merupakan representasi dari kondisi keuangannya dengan baik, maka bankpun
akan ragu-ragu untuk menyetujui pembiayaan yang telah diajukan oleh UMKM
tersebut.
Sedangkan apabila ditinjau dari permasalahan dan kendala yang dialami oleh
UMKM menurut Wijono (2005) adalah administrasi dan pengelolaan keuangan
masih dilakukan secara manual dan seringkali pengeluaran untuk keperluan rumah
tangga sehari-hari dimasukkan dalam pembukuan keuangan perusahaan. Sistem
pembukuaan pada UMKM yang masih asal-asalan, belum sistematis dan sesuai
dengan ketetapan akuntansi yang berlaku.
Jika hal tersebut berkelanjutan maka kemungkinan besar akan mengurangi
perolehan pembiayaan atau permodalan UMKM dari lembaga keuangan yang
akan menyebabkan menghambat pertumbuhan dan perkembangan industri
UMKM yang ada di Indonesia. Padahal sektor UMKM yang ada menyumbang
sepersekian persen PDB Indonesia, dan sektor ini dapat tetap menjadi tumpuan
bagi stabilitas ekonomi nasional sehingga perannya diharapkan dapat menciptakan
kesejahteraan kepada masyarakat Indonesia.. Dengan demikian perlu diadakannya
perbaikan laproan keuangan UMKM yang masih belum sistematis dan handal
menuju laporan keuangan yang sistematis, relevan dan reliable, handal, dan
sesuai dengan standar keuangan dan sesuai prasyarat yang diajukan oleh Bank.
Oleh karena itu untuk melakukan pengembangan kualitas laporan
keuangan UMKM dibutuhkan strategi yang dapat mengintegrasikan kemampuan
intelektual dalam ekonomi dan kontinuitas dalam pendampingan serrta
pembelajaran mengenai sistem pelaporan keuangan UMKM. Pelatihan yang
terbilang singkat belum cukup untuk mencipatakan para sumber daya manusia
x
yang handal dalam menyusun laporan keuangan. Diperlukan pembinaan yang
berkesinambungan diharapkan dapat memberikan pemahaman yang mendalam
kepada tenaga kerja mengenai penyusunan laporan keuangan yang baik dan benar
serta sesuai dengan prinsip dan standar akuntansi yang berlaku. Salah satu strategi
yang mampu mengembangkan kualitas laporan keuangan UMKM yang disusun
oleh tenaga kerja atau sember daya manusia adalah melalui kegiatan pembinaan
melalui Homebase Accounting of Micro Sector yakni merupakan suatu program
pembinaan yang terkontrol. Melalui HAMS, UMKM secara langsung dapat
mengembangkan kemampuan masing-masing tenaga kerja bagian keuangan
sekaligus sebagai bentuk kegiatan pembelajaran dibawah bimbingan dan arahan
orang lain, yang ahli dalam sebuah bakat atau keahlian tertentu.
Hal-hal yang diuraikan diatas adalah yang melatarbelakangi penulis
untuk mengkaji dan mengangkat solusi tentang peningkatan kualitas laporan
keuangan pada UMKM menjadi sebuah karya tulis dengan harapan bisa
berkontribusi terhadap upaya pertumbuhan dan perkembangan UMKM di
Indonesia. Karya tulis ini diberi judul: Homebase Accounting of micro Sector:
Strategi Jitu meningkatkan Kualitas Laporan Keuangan UMKM di Indonesia.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah konsep dan metode SMP HAMS (Homebase Accounting of
Micro Sector) yang digunakan untuk menyiapkan laporan keuangan
UMKM yang berkualitas?
2. Bagaimana proses implementasi proses penerapan HAMS (Homebase
Accounting of Micro Sector) dalam meningkatkan kualitas dan
menyiapkan laporan keuangan UMKM yang berkualitas?
1.3 Tujuan Penulisan
Karya tulis ini disusun dengan tujuan sebagai berikut:
xi
1. Mengkaji konsep dan metode HAMS (Homebase Accounting of Micro
Sector) yang digunakan untuk menyiapkan laporan keuangan UMKM
yang berkualitas.
2. Mengetahui proses implementasi HAMS (Homebase Accounting of
Micro Sector) di lembaga pendidikan formal dan lembaga keuangan
syariah dalam menyiapkan laporan keuangan yang berkualitas.
1.4 Manfaat Penulisan
Manfaat penulisan karya tulis ini terdiri dari manfaat teoretis dan manfaat
praktis. Manfaat teoretis dari karya tulis ini adalah dapat dijadikan sebagai
rujukan untuk pengembangan ilmu yang sesuai dengan bidang
peerekonomian, khususnya tentang ekonomi syariah, sedangkan manfaat
praktis dari karya tulis ini antara lain :
1. Bagi Penulis
Karya tulis ini diharapkan mampu menambah wawasan khazanah
keilmuan penulis tentang peranan Program HAMS (Homebase
Accounting of Micro Sector) untuk membentuk dan meningkatkan
laporan keuangan UMKM yang berkualitas
2. Bagi Lembaga Pendidikan
Karya tulis ini diharapkan dapat memberikan sumbang saran bagi
pengembangan konsep pengajuan pembiayaan UMKM antara lain
memperdalam kajian-kajian, memberi ide bagi penelitian, menjadi
bagian acuan kurikulum.
3. Bagi Sektor UMKM
Karya Tulis ini diharapkan agar dapat memanfaatkan sarana program
HAMS (Homebase Accounting of Micro Sector) sebagai pembinaan dan
pelatihan bagi karyawan agar benar-benar dapat menjalankan tugas
dengan mepresentasikan laporan keuangan yang relevan dan reliable ke
depannya.
4. Masyarakat yaitu dapat memberikan pemahaman tentang pentingnya
program HAMS (Homebase Accounting of Micro Sector) dalam
xii
membentuk dan meningkatkan laporan keuangan yang berkualitas.
Menjadi inspirasi dalam memberikan gagasan yang lebih baik untuk
bersama meningkatkan dan mengembangkan kualitas UMKM di masa
depan.
5. Pemerintah yaitu sebagai bahan pertimbangan untuk menetapkan
kebijakan-kebijakan yang strategis maupun operasional dalam UMKM
dalam hal penyusunan laporan keuangan dan kebijakan pembiayaan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan tentang UMKM
Pengertian mengenai Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) tidak
selalu sama, tergantung pada konsep yang digunakan. Dalam konsep tersebut
mencakup sedikitnya dua aspek, yaitu aspek penyerapan tenaga kerja dan aspek
pengelompokan perusahaan ditinjau dari jumlah tenaga kerja yang diserap dalam
kelompok perusahaan tersebut. Usaha kecil dioperasikan dan dimiliki secara
xiii
independent, tidak dominan dalam daerahnya dan tidak menggunakan praktek-
praktek inovatif. Tapi usaha yang bersifat kewirausahaan adalah usaha yang pada
awalnya bertujuan untuk tumbuh dan menguntungkan serta dapat
dikarakeristikkan dengan praktek-praktek inovasi strategis.
Pengertian usaha kecil dan menengah di Indonesia masih sangat beragam.
Sebelum dikeluarkannya UU no. 9 tahun 1995 dan UU no 20 tahun 2008 tentang
UMKM, setidaknya ada lima instansi yang merumuskan usaha kecil dengan
caranya masing-masing. Kelima instansi itu adalah Biro Pusat Statistik (BPS),
Departemen Perindustrian, Bank Indonesia, Departemen Perdagangan serta
Kamar Dagang dan Industri (Kadin). Pada kelima instansi itu, kecuali BPS,
usaha kecil pada umumnya dirumuskan dengan menggunakan pendekatan
finansial.
Biro Pusat Statistik (BPS) Indonesia menggambarkan bahwa perusahaan
dengan jumlah tenaga kerja 1-4 orang digolongkan sebagai industri kerajinan dan
rumah tangga, prusahaan dengan tenaga kerja 5-19 orang sebagai industri kecil,
perusahaan dengan tenaga kerja 20-99 orang sebagai industri sedang atau
menengah, dan perusahaan dengan tenaga kerja lebih dari 100 orang sebagai
industri besar.
Mengacu Undang-Undang No. 20 tahun 208, keriteria usaha mikro dilihat
dari segi keuangan, kekayaan dan modal yang dimilikinya adalah: (1) memiliki
kekayaan bersih paling banyak Rp 50.000.000,00 (tidak termasuk tanah dan
bangunan tempat usaha), atau (2) memiliki hasil penjualan tahunan paling
banyak Rp 300.000.000. Sedangkan kriteria usaha kecil (1) memiliki kekayaan
bersih lebih dari Rp 50.000.000 sampai dengan paling banyak Rp 500.000.000
(tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha), atau (2) memiliki hasil
penjualan tahunan lebih dari Rp 300.000.000 sampai paling banyak Rp
2.500.000.000. untuk kriteria Usaha Menengah adalah (1) memiliki kekayaan
bersih lebih dari Rp 500.000.000 sampai dengan paling banyak Rp 10.000.000
(tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha), atau 92) memiliki hasil
penjualan tahunan lebih dari Rp 2.500.000 sampai dengan paling banyak Rp
50.000.000.000.
xiv
Departemen Perindustrian melalui Surat Keputusan menteri Perindustrian
No. 286/M/SK/10/1989 dan Bank Indonesia, mendefinisikan usaha kecil
berdasarkan nilai asetnya. Menurut kedua instansi ini, yang dimaksud dengan
usaha kecil dan usaha yang asetnya (tidak termasuk tanah dan bangunannayP,
bernilai kurang dari 600 juta rupiah. Departemen Perdagangan membatasi usaha
kecil berdasarkan modal kerjanya.
Menurut Departemen Perdagangan, usaha kecil adalah usaha (dagang)
yang modal kerjanya bernilai kurang dari 25 juta rupia. Sedangkan Kamar
Dagang dan Industri (Kadin) terlebih dahulu membedakan usaha kecil menjadi
dua kelompok. Kelompok pertama adalah yang bergerak dalam bidang
perdagangan, pertanian dan industri. Kelompok kedua adalah bergerak dalam
bidang konstruksi. Menurut Kadin yang dimaksud dengan usaha kecil untuk
kelompok pertama adalah yang memiliki modal kerja kurang dari 600 juta
rupiah. Adapun untuk kelompok kedua yang dimaksud dengan usaha kecil adalah
yang memiiki modal kerja kurang dari 250 juta rupiah dan memiliki nilai usaha
kurang dari 1 Milyar Rupiah.
Selain itu, pengelompokan atau kategorisasi usaha-usaha di satu negara
mempunyai tujuan strategis, antara lain dikaitkan dengan standar kuantitatif
tertentu, serta seberapa jauh dapat dimasukkan ke dalam jenis-jenis usaha atau
bisnis. Tujuan pengelompokan usaha disebutkan beragam dan pada intinya
mencakup empat macam tujuan, yaitu sebagai berikut:
1. Untuk keperluan analisis yang dikaitkan dengan ilmu pengetahuan
(teoritis)
2. Untuk keperluan penentuan kebijakan-kebijakan pemerintah
3. Untuk meyakinkan pemilik modal atau pengusaha tentang posisi
perusahaannya
4. Untuk pertimbangan badan tertentu berkaitan dengan antisipasi kinerja
perusahaan (Partomo dan Soedjono, 2004).
2.2 Aspek Permodalan UMKM
xv
Salah satu hambatan bagi pengembangan kesempatan kerja disektor
UMKM adalah terrbatasnya modal yang dimiliki produsen pada sektor ini.
Modal adalah sumber-sumber ekonomi yang diciptakan manusia dalam bentuk
nilai uangg atau barang. Modal dalam bentuk uang dapat digunakan oleh sektor
produksi untuk membeli sektor produksi untuk membeli modal baru dalam
bentuk barang baru lagi (Cahyono, 1983). Salah satu bentuk permodalan bagi
suatu usaha yaitu dalam bentuk kredit.
Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan
dengan itu yang berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam
anntara Bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk
melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu denagn pemberian bunga (BI,
2005).
Mengacu pada pengertian kredit menurut Ronohadiwirjo (1969), Mubyarto
(1989) dan Baker (1968) dalam Kuncoro (1996), bahwa kredit mempunyai
peranan sangat penting dalam memacu perkembangan usaha, terutama dalam
pembentukan modal (capital formation). Kredit juga sangat penting untuk
meningkatkan likuiditas usaha walaupun dapat menimbulkan resiko apabila
usaha itu gagal memberikan penerimaan lebih tinggi dari biaya yang
dikeluarkan.
Berdasarkan tujuannya penggunaannya, Bank Indonesia (1999) dalam
Maharani T. (2008) membedakan kredit menjadi:
1. Kredit konsumtif merupakan jenis kredit yang diberikan misalnya
untuk membeli kendaraan, peralatan, dan lain-lain yang sifatnya untuk
tujuan konsumtif. Kredit ini digunakan untuk konsumsi secara pribadi
dan dalam kredit ini tidak ada pertambahan barang dan jasa yang
dihasilkan, karena memang untuk digunakan atau dipakai oleh
seseorang atau badan usaha
2. Kredit modal kerja yaitu kredit yang digunakan untuk menambah
modal kerja untuk membiayai seperti pembelian bahan baku, biaya-
biaya produksi, biaya pemasaran dan lain-lain dalam jangka waktu
pendek biasanya satu tahun. Kredit ini digunakan untuk keperluan
meningkarkan produksi dalam operasionalnya.
xvi
3. Kredit investasi merupakan kredit jangka menengah atau jangka
panjang untuk pembelian barang-barang modal beserta jasa yang
diperlukan untuk rehabilitasi, modernisasi, maupun ekspansi proek
yang sudah ada atau pendirian proyek baru
BAB III
METODE PENULISAN
3.1 Jenis Penulisan dan Pendekatan Penulisan
Karya tulis berfokus pada pembahasan upaya peningkatan kualitas
laporan keuangan UMKM dengan pembentukan HAMS (Homebase
Accounting of Micro Sector) sebagai upaya meningkatkan kualitas laporan
keuangan dan meningkatkan pembiayaan dan permodalan yang disetujui pada
UMKM di Indonesia. Sesuai dengan rumusan masalah, penulisan karya tulis
ini menggunakan penulisan deskriptif, sedangkan data yang digunakan
merupakan pendekatan kualitatif yaitu melalui penilaian secar sistematik atas
program HAMS (Homebase Accounting of Micro Sector) yang
diimplementasikan dalam pendidikan formal dan lembaga lembaga jasa
xvii
UMKM dalam membentuk dan meningkatkan sumber daya UMKM yang
menghasilkan laporan keuangan yang berkualitas di Indonesia.
Pendekatan kualitatif adalah prosedur yang menghasilkan data-data
deskriptif yang meliputi kata-kata tertulis atas lisan dari orang-orang yang
memahami objek penulisan yang sedang dilakukan dan didukung oleh studi
literature berdasarkan pengalaman kajian pustaka, baik berupa data penulisan
kata-kata maupun angka yang dapat dipahami dengan baik. Disamping itu,
pendekatan kualitatif lebih peka dan dapat menyesuaikan diri dengan banyak
penajaman pengaruh bersama pola-pola nilai yang dihadapi di lapangan
(Moelong, 2002)
Metode deskriptif adalah suatu metode dalam membahas status
sekelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu system pemikiran,
ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Tujuan dari penulisan
deskriptif ini adalah untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara
sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta serta hubungan antar
fenomena diselidiki. (Nazir, 2003)
3.2 Jenis Data dan Metode Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan dalam penulisan ini adalah sekunder, data
sekunder yaitu sumber data penulisan yang diperoleh secara tidak langsung
melalui media perantara atau diperoleh dan dicatat oleh pihak lain. Data
sekunder berupa bukti, catatan atau laporan historis yang telah tersusun
dalam arsip (data documenter), baik yang dipblikasikan maupun tidak
dipublikasikan (Indriantoro dan Soepomo, 2002).
Metode pengumpulan data yang digunakan didalam penulisan ini adalah
dengan metode:
1. Kepustakaan
Studi kepustakaan dilakukan dengan jalan membaca literature-
literatur yang berkaitan serta menunjang penulisan ini seperti informasi
mengenai laporan keuangan untuk UMKM, program pemberdayaan, dan
UMKM. Baik berupa pustaka cetak maupun elektronik (data-data internet)
xviii
sehingga dengan cara inilah penulis dapat memperoleh sumber informasi
data sekunder.
2. Intuitif Subjektif
Menurut Simogaki dalam Ghofar (1999) intuitif subjektif merupakan
perlibatan pendapat penulis atas masalah yang sedang dibahas.
3.3 Metode Analis Data
Sehubungan dengan permasalahan yang tertulis pada rumusan
masalah dan pendekatan penulisan yang digunakan, penulis menganalisa data-
data yang diperoleh dengan metode analisa deskriptif kualitatif, yaitu data
yang diperoleh kemudian disusun sehingga mempermudah pembahasan
masalah-masalah yang ada. Karena titik fokus penulisan ini adalah penulisan
berbasis literatur (pustaka), maka data yang dikumpulkan merupakan data
kualitatif atau non angka
Proses analisa data yang dilakukan dalam penulisan ini terjadi
secara bolak-balik dan berinteraktif, yang terdiri dari:
1. Pengumpulan data (Data Collection)
Pada proses analisa dalam tahap pengumpulan data, penulis
mengumpulkan data-data baik dari pustaka, data internet, observasi,
wawancara dan diskusi kelompok mengenai hal-hal yang berkaitan dengan
Program Pemberdayaan dalam membentuk dan meningkatkan kualitas
Laporan Keuangan UMKM yang berkualitas
2. Reduksi data (data reduction)
Selanjutnya dalam hasil pengumpulan data tersebut perlu untuk dilakuakan
reduksi data, yang dimaksud disini mencakup kegiatan mengikhtisarkan
hasil pengumpulan data selengkap mungkin, dan memilah-milahkannya
kedalam satuan konsep tertentu, kategori tertentu, atau tema tertentu
sehingga memudahkan penulis dalam penyusunan penulisan karya tulis
ini.
3. Penyajian data (data display)
Seperangkat hasil reduksi data juga perlu diorganisasikan ke dalam suatu
bentuk tertentu (display data) sehingga terlihat secara lebih utuh
xix
4. Pemaparan dan penegasan kesimpulan (conclution drawing and
verification)
Selanjutnya dalam hasil display data ini, bisa berbentuk sketsa, synopsis,
matriks, atau bentuk-bentuk lain itu sangat diperlukan untuk memudahkan
upaya pemaparan dan penegasan kesimpulan sehingga memudahkan
penulis dalam penulisan karya tulis ini.
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Sektor UMKM dan Tantangannya
Kementerian Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah mencatat
bahwa jumlah usaha kecil adalah sebanyak 44.6 juta unit atau 99,84% dari total
jumlah unit usaha pada tahun 2005. Dari sejumlah usaha tersebut, tenaga kerja
yang mampu diserap adalah sebanyak 71,2 juta atau sebesar 88,7% dari total
tenaga kerja. Namun demikian, Pendapatan Domestik Bruto (PDB) yang mampu
disumbangkan oleh usaha kecil tersebut baru sebesar Rp 1 triliun atau sebesar
42,8% dari total PDB.
Dari data tersebut tampak bahwa jumlah usaha kecil sangat dominan
dibandingkan engan kelompok skala usaha lainnya. Di samping itu, peran usaha
kecil dalam menyerap tenaga kerja relatif besar. Penyerapan tenaga kerja
xx
tersebbut selanjutnya akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Dengan
demikian, penumbuhan usaha kecil menjadi suatu kebijakan strategis dan efektif
dalam meningkatkan taraf fidup masyarakat dan pertumbuhan ekonomi nasional.
Menurut Endang Sri Winarni (2006) dalam upaya penumbuhan usaha
kecil tersebut, perlu diketahui karakteristik serta permasalahan ada kendala yang
dihadapi oleh UKMK. Pada umumnya, UKMK mempunyai ciri antara lain
sebagai berikut:
1. Biasanya berbentuk usaha perseorangan dan belum berbadan hukum
perusahaan
2. Aspek legalitas usaha lemah
3. Struktur organisasi bersifat sederhana dengan pembagian kerja yang
tidak baku
4. Kebanyakan tidak mempunyai laporan keuangan dan tidak melakukan
pemisahan antara kekayaan pribadi dengan kekayaan perusahaan
5. Kualitas manajemen rendah dan jarang yang memiliki rencana usaha
6. Sumber utama modal usaha adalah modal pribadi
7. Sumber Daya Manusia (SDM) terbatas
8. Pemilik memiliki ikatan batin yang kuat dengan perusahaan, sehingga
seluruh kewajiban perusahaan juga menjadi kewajiban pemilik.
Sehubungan dengan permasalahan secara umum yang dialami UMKM,
Badan Pusat Statistiik (2003) mengidentifikasikan permasalahan yang dihadapi
oleh UKM sebagai berikut:
1. Kurang permodalan
2. Kesulitan dalam pemasaran
3. Persaingan usaha ketat
4. Kesulitan bahan baku
5. Kurang teknis produksi dan keahlian
6. Keterampilan manajerial kurang
7. Kurang pengetahuan manajemen keuangan
8. Iklim usaha yang kurang kondusif (perijinan, aturan/perundang-
undangan)
xxi
Hasil penelitian kerjasama Kementrian Negara KUKM dengan BPS (2003)
menginformasikan bahwa UKM yang mengalami kesulitan usaha 72,47%, sisanya
27,53% tidak ada masalah dari 72,47% yang mengalami kesulitan usaha tersebut,
teerutama meliputi kesulitan permodalan. Adapun faktor-faktor kesulitan secara
terperinci adalah sebagai berikut:
Tabel 1: faktor kesulitan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM)
Faktor Kesulitan Persentase
Permodalan 51,09 %
Pemasaran 34.72%
Bahan Baku 8,59%
Ketenagakerjaan 1,09%
Distribusi Transportasi 0,22%
Lainnya 3,93%
Sumber: hasil penelitian Kementrian KUKM dengan BPS (2003) dalam Suhendar Sulaeman, Pengembangan Usaha Kecil dan Menengah dalam menghadapi Pasar Regional Global, Infokop No. 25 Tahun XX, 2004
Lebih lanjut disebutkan bahwa dalam mengatasi kesulitan permodalannya
diketahui sebanyak 17,50% UKM menambah modalnya dengan meminjam ke
bank, sisanya 82,50% tidak melakukan pinjaman ke bank tetapi ke lembaga Non
Bank seperti Koperasi Simpan Pinjam (KSP), Perorangan, keluarga, modal
ventura, lainnya.
Alasan utama yang dikemukakan oleh UMKM kenapa mereka tidak
meminjam ke bank adalah sebagaimana tabel 2.
Tabel 2. Alasan UMKM tidak mengajukan kredit bank
Faktor Kesulitan Persentase
xxii
HAMS(Homebase Accounting of Micro Sector)
Mahasiswa Akuntansi PT
UMKM
Bank atau Lembaga Keuangan
Prosedur sulit 30.30%
Tidak berminat 25.34%
Tidak punya agunan 19.28%
Tidak tahu prosedur 14,33%
Suku bunga tinggi 8,82%
Proposal ditolak 1,93%
Sumber: hasil penelitian Kementrian KUKM dengan BPS (2003) dalam Suhendar Sulaeman, Pengembangan Usaha Kecil dan Menengah dalam menghadapi Pasar Regional Global, Infokop No. 25 Tahun XX, 2004
4.2 Implementasi HAMS
Pada implementasi atau praktiknya, Homebase Accounting of Micro
Sector diperankan oleh aliansi mahasiswa akuntansi Perguruan Tinggi Negeri
maupun swasta yang berada di Indonesia. Para mahasiswa membuat homebase di
setiap wilayah di Indonesia yang memiliki tanggung jawab mengatur,
mengkoordinasi UMKM yang ada di wilayah naungannya. Misalnya adalah,
untuk wilayah Jawa Tengah, Homebase Accounting of Micro Sector dikoordinir
oleh seluruh universitas yang ada di Jawa Tengah, dengan mendirikan salah satu
xxiii
homebase sebagai pusat. Misal Homebase utara di Semarang, homebase selatan di
Purwokerto, dan Homebase Timur di Solo.
Homebase tersebut memiliki fungsi antara lain adalah:
1. Sebagai sarana konsultan para pegiat UMKM dalam aspek penyajian
laporan keuangan
2. Sarana untuk memberikan pelatihan para pegiat, sumber daya manusia
UMKM mengenai cara memrepresentasikan laporan keuangan dengan
baik
3. Sebagai sarana untuk membimbing para pegiat UMKM dalam hal
peembuatan laporan keuangan dan pengajuan kredit pada bank
Homebase Accounting of Micro Sector memiliki tugas dengan langkah-
langkah:
1. Identifikasi potensi
2. Sosialisasi penyajian laporan keuangan yang relevan dan reliabel
3. Pelaksanaan program
4. Monitoring dan evaluasi
Identifikasi potensi, dimaksudkan untuk mengetahui karakteristik
sumberdaya manusia (SDM) UMKM dan lingkungan internalnya baik lingkungan
sosial, ekonomi dan sumber daya alam (SDA) khususnya yang terkait dengan
usahanya, maupun lingkungan eksternal UMKM.
Sosialisasi penyajian laporan keuangan yang relevan dan reliable. Tahhap
ini dilakukan oleh perwakilan UMKM yang selanjutnya kegiatannya difasilitasi
oleh para mahasiswa yang ada di homebase accounting of micro sector untuk
mengadakan sosialisasi akan pentingnya pelaporan keuangan yang baik bagi
UMKM.
Pelaksanaan program, dalam tahapan pelaksanaan program adalah dalam
jangka waktu tertentu para pegiat UMKM diberikan pelatihan dan pembimbingan
dalam rangka penyajian pelaporan keuangan yang baik, sesuai dengan standar
akuntansi keuangan yang berlaku bagi UKMK. Dalam tahapan ini juga para
xxiv
pegiat UMKM dibimbing dalam pembuatan laporan keuangan yang akan
digunakan untuk pengajuan pembiayaan pada bank dan lembaga keuangan lain.
Monitoring dan evaluasi, berfungsi tidak saja untuk mengetahui hasil
pelaksaan program kerja bersama apakah yang dikerjakan sudah sesuai dengan
program kerja yang telah ditetapkan bersama, namun juga untuk membuat
penyesuaian-penyesuaian jika diperlukan sesuai dengan perubahan kondisi
lingkungan.
BAB V
PENUTUP
5.1 Simpulan
Dari uraian yang telah dikemukakan, maka dapat diambil beberapa
kesimpulan diantaranya :
1. Usaha Mikro, Kecil dan Menengah menyumbang sebagian besar PDB di
Indonesia dan menyerap tenaga kerja di Indonesia dengan jumlah yang
cukup besar. Tetapi masih banyak hambatan dan kendala yang harus
dihadapi oleh UMKM ini.
2. Salah satu kendala dan hambatan yang dihadapi oleh UMKM adalah aspek
pembiayaan dan permodalan yang sulit oleh UMKM karena salah satu
penyebabnya adalah manajemen keuangan yang masih kurang baik dan
pelaporan keuangan yang belum baik serta belum memenuhi standar
keuangan yang berlaku.
3. Homebase Accounting of Micro Sector merupakan salah satu strategi
untuk menyelesaikan permasalahan yang ada pada UMKM terutama
mengenai peningkatan kualitas laporan keuangan yang selanjutnya akan
digunakan untuk pengajuan pembiayaan dan permodalan pada bank dan
lembaga keuangan lain. Proses homebase dilakukan melalui 4 tahap, yaitu
xxv
(1) Identifikasi potensi; (2) Sosialisasi penyajian laporan keuangan yang
relevan dan reliabel; (3)Pelaksanaan program; (4) Monitoring dan evaluasi
5.2 Saran
1. Usaha mikro kecil dan menengah harus menerapkan praktik akuntansi
dengan baik dan benar sehingga laporan keuangan yang disajikan dapat
relevan dan reliable yang selanjutnya dapat berguna untuk pengajuan
pembiayaan dan permodalan di bank maupun di lembaga keuangan lain
2. Sosialisasi dan praktek dari Homebase Accounting of Sector Economy
harus terus dilakukan, dengan demikian masyarakat pada umumnya dan
sektor UMKM pada khususnya dapat memahami pentingnya sebuah
lembaga yang dapat mengembangkan UMKM di Indonesia.
xxvi
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pusat Statistik. 1997-2007. Statistik Indonesia. BPS. JakartaBadan Pusat Statistik. 1997-2006. Profil Usaha Kecil Menengah tidak Berbadan
Hukum di Indonesia. BPS. Jakarta.Bank Indonesia. 1997-2007. Statistik Ekonomi dan Keuangan Indonesia. Bank
Indonesia. JakartaData KUKM, 2005, www.depkop.go.idHafsah, Dr. Ir. 2004. Mohammad Jafar. Upaya Pengembangan Usaha Kecil dan Menengah. Infokop Nomor 25 tahun XXKantor Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (2005). Pengembangan Usaha Skala Mikro, Kecil, Menengah, dan Koperasi, Jakarta.Karsidi, Ravik. 2005.Pemberdayaan Masyarakat Untuk Usaha Kecil dan Mikro (Pengalaman Empiris di Wilayah Surakarta, Jawa Tengah. Institut Pertanian Bogor.Narbuko, Cholid dan Achmadi, Abu. 2004. Metodologi penelitian. Jakarta: PT. Bumi Aksara.Subandi, Slamet. Potensi Pengembangan Permodalan UMKM DARI Pinjaman Perbankan.kasubid Perencanaan dan Peneliti Deputi Bidang Pengkajian Sumberdaya UKMKSugiyono. 2010. Metodologi Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif dan R&D. Bandung: AlfabetaTejasari, Maharani. 2008. Peranan Usaha Kecil dan Menengah dalam
Penyerapan Tenaga Kerja dan Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia (skripsi). Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Institut Pertanian Bogor, bogor.
Winarni, Endang Sri. 2006. Strategi Pengembangan Usaha Kecil Melalui Peningkatan Aksesibilitas Kredit Perbankan. Infokop Nomor 29 tahun XXII
http://www.depkop.go.id/index.php?option=com_content&view=article&id=487:bps-tambah-survei-ukm-mulai-2011&catid=50:bind-berita&Itemid=97
xxvii