pelayanan antenatal care

43
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam rangka meningkatkan pelayanan kesehatan secara menyeluruh dan merata khususnya daerah pedesaan, pemerintah telah mengupayakan layanan kesehatan, khususnya program kesehatan ibu, anak dan remaja, serta keluarga berencana. Hal ini merupakan bagian kebijakan dan strategi baru pemerintah yang mencanangkan “Gerakan Pembangunan Berwawasan Kesehatan Sebagai Salah Satu Strategi Pembangunan Nasional Untuk Mewujudkan Indonesia Sehat 2010.” (Depkes, 1999). Sumber daya manusia merupakan unsur yang menentukan dalam kualitas pelayanan, disamping faktor prasarana dan sarana. Karyawan yang mempunyai profesionalisme tinggi, akan bekerja lebih efektif dan efisien. Komponen penting yang mendukung sumber daya manusia kesehatan adalah penyelenggaraan pembangunan kesehatan adalah ketersediaan obat, perbekalan kesehatan dan sarana kesehatan yang mampu menunjang berbagai upaya pelayanan kesehatan baik pada tingkat individu maupun masyarakat. Untuk mengoptimalkan penggunaan sarana dan meningkatkan efisien pelayanan, maka pembangunan fasilitas kesehatan baru sejauh mungkin akan dihindari. Kegiatan pembangunan akan lebih diutamakan pada optimalisasi dan peningkatan kualitas sarana fisik dan kemampuan

Upload: sugiarto

Post on 16-Jul-2016

62 views

Category:

Documents


12 download

DESCRIPTION

pelayanan antenatal care untuk bidan

TRANSCRIPT

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam rangka meningkatkan pelayanan kesehatan secara menyeluruh dan merata

khususnya daerah pedesaan, pemerintah telah mengupayakan layanan kesehatan, khususnya

program kesehatan ibu, anak dan remaja, serta keluarga berencana. Hal ini merupakan bagian

kebijakan dan strategi baru pemerintah yang mencanangkan “Gerakan Pembangunan

Berwawasan Kesehatan Sebagai Salah Satu Strategi Pembangunan Nasional Untuk

Mewujudkan Indonesia Sehat 2010.” (Depkes, 1999).

Sumber daya manusia merupakan unsur yang menentukan dalam kualitas pelayanan,

disamping faktor prasarana dan sarana. Karyawan yang mempunyai profesionalisme tinggi,

akan bekerja lebih efektif dan efisien. Komponen penting yang mendukung sumber daya

manusia kesehatan adalah penyelenggaraan pembangunan kesehatan adalah ketersediaan

obat, perbekalan kesehatan dan sarana kesehatan yang mampu menunjang berbagai upaya

pelayanan kesehatan baik pada tingkat individu maupun masyarakat. Untuk mengoptimalkan

penggunaan sarana dan meningkatkan efisien pelayanan, maka pembangunan fasilitas

kesehatan baru sejauh mungkin akan dihindari. Kegiatan pembangunan akan lebih diutamakan

pada optimalisasi dan peningkatan kualitas sarana fisik dan kemampuan pelayanan, misalnya

peningkatan peran bidan sesuai kebutuhan masyarakat dan permasalahan spesifik lokal.

(Dinkes, 2006).

Di Indonesia Angka Kematian Ibu (AKI) masih tinggi dan jauh berada diatas AKI

Negara ASEAN lainnya. Menurut survey SDKI pada tahun 2002/ 2003 angka kematian ibu

mencapai 307/100.000 kelahiran hidup. Di Jawa Timur tahun 2004 Angka Kematian Ibu

mencapai 69/100.000 kelahiran hidup (Dewi, 2006).

Salah satu upaya pemerintah untuk menurunkan angka kematian tersebut diantaranya

dengan mencanangkan making pregnancy safer, yang pada dasarnya menekan pada

penyelenggaraan pelayanan kesehatan maternal dan neonatal. Selain itu upaya intervensi

strategis dalam pendekatan safer motherhood yang terdiri 4 pilar yaitu KB, pelayanan antenatal,

persalinan yang aman dan pelayanan obstetri esensial. Pelayanan antenatal sebagai pilar ke-2

merupakan asuhan yang diberikan kepada ibu selama hamil yang sesuai dengan kebutuhan

sehingga dapat melahirkan bayi yang sehat (Manuaba, 1998).

Perilaku ibu hamil yang sadar akan pentingnya tujuan dari pemeriksaan kehamilan pasti

akan memeriksakan kehamilannya. Menurut WHO, setiap wanita hamil memerlukan sedikitnya

empat kali kunjungan selama periode antenatal, satu kali kunjungan pada trimester satu, satu

kali kunjungan pada trimester kedua, dua kali kunjungan pada trimester tiga. Mengingat

betapa pentingnya pemeriksaan dan pengawasan ibu hamil (ANC) seperti uraian di atas,

maka seorang ibu hamil diharuskan memeriksakan kehamilannya sedikitnya empat kali

kunjungan selama periode antenatal. (Depkes RI, 1996).

Mengingat kematian ibu dan perinatal yang masih tinggi pada negara berkembang

masih dapat dicegah maka harus dilaksanakan seoptimal mungkin dengan meningkatkan peran

bidan sebagai pelaksana, pengelola, pendidik, dan peneliti layanan kesehatan masyarakat dan

layanan KIA. Dimana faktor layanan kesehatan, khususnya layanan yang diberikan oleh

bidan terutama sebagai pendidik memegang peranan penting untuk meningkatkan

pelayanan yang menyeluruh dan bermutu di tengah masyarakat.

Dari latar belakang di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang

persepsi masyarakat terhadap peran pendidik Bidan di Desa dalam memberikan pelayanan

antenatal care. Dengan harapan dapat meningkatkan pelayanan Bidan sesuai standart yang

bermutu.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka penulis dapat merumuskan masalah yaitu:

Bagaiamana persepsi masyarakat terhadap peran pendidik bidan desa dalam memberikan

pelayanan Antenatal care?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui persepsi masyarakat terhadap peran pendidik bidan desa dalam

memberikan pelayanan Antenatal care.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengidentifikasi peran Bidan sebagai pendidik dalam memberikan pelayanan Antenatal

care

2. Mengidentifikasi keteraturan ibu hamil dalam melakukan Antenatal care

3. Mengetahui persepsi Ibu hamil terhadap peran pendidik Bidan dalam memberikan

pelayanan Antenatal care.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Bagi Tempat Penelitian

Sebagai masukan dalam upaya peningkatan kualitas pelayanan asuhan kebidanan

terutama dalam pemberian pelayanan Antenatal care secara optimal. Selain itu dapat

dijadikan pertimbangan dalam penentuan rencana program kesehatan agar lebih tepat

dan akurat sesuai dengan kondisi lapangan serta dapat meningkatkan pemberdayaan

bidan di desa sebagai ujung tombak layanan KIA di masyarakat.

1.4.2 Bagi Institusi Pendidikan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi institusi pendidikan,

khususnya pada Program Studi Diploma III Kebidanan UNIPA Surabaya sebagai

masukan untuk menambah pengetahuan tentang persepsi masyarakat terhadap bidan di

desa sebagai peran pendidik dalam memberikan pelayanan Antenatal care.

1.4.3 Bagi Peneliti

Hasil penelitian diharapkan mampu meningkatkan mutu layanan kesehatan yang

diberikan setelah lulus dari pendidikan kebidanan. Dan sebagai penerapan teori yang

telah diterapkan dalam bentuk nyata diharapkan peneliti lebih bisa menjalankan

peran yang harus diemban sebagai bentuk tanggung jawab anggota profesi.

1.4.4 Bagi Masyarakat

Dapat menambah pengetahuan dan sebagai bahan informasi bagi masyarakat

terutama ibu hamil sehingga ibu hamil dapat menjalani kehamilan, persalinan dan

nifas dengan aman dan tanpa komplikasi.

1.4.5 Bagi Peneliti Selanjutnya

Sebagai bahan acuan dalam meneliti lebih lanjut tentang persepsi masyarakat

terhadap peran pendidik bidan desa dalam memberikan pelayanan Antenatal care.

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Persepsi

2.1.1 Pengertian

Persepsi adalah pengalaman tentang obyek, peristiwa atau hubungan yang diperoleh

dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan (Jalaluddin, 2000).

Persepsi adalah proses mental yang terjadi pada diri manusia yang akan menunjukkan

bagaimana kita melihat, mendengar, merasakan, memberi serta meraba (kerja indera)

disekitar kita (Tri Rusmi, 1999).

Persepsi adalah suatu proses dimana individu mengorganisasikan dan menafsirkan

kesan-kesan indera mereka untuk memberikan makna terhadap lingkungannya

(Robbins,1999)

2.1.2 Fungsi Persepsi

Menurut Willy F. Maramis (2006) dalam bukunya yang berjudul ilmu perilaku dalam

pelayanan kesehatan, fungsi persepsi adalah sebagai berikut :

1. Lokalisasi, adalah cara yang digunakan untuk bernavigasi didalam lingkungan untuk

mengetahui dimana obyek satu dari lainnya dan dari latar belakang kemudian system

perseptual dapat menentukan posisi obyek.

2. Menentukan pengenalan pola (recognition). Recognition obyek tergantung pada cabang

sistem visual yang mencakup area penerima kortikal untuk penglihatan dan daerah dekat

dasar otak.

2.1.3 Proses Terjadinya Persepsi

Pertama terjadinya persepsi adalah karena adanya obyek/ stimulus yang merangsang

untuk ditangkap oleh panca indra (obyek tersebut menjadi perhatian panca indra), kemudian

stimulus/ obyek perhatian tadi dibawa ke otak. Dari otak terjadi adanya kesan atau jawaban

(respons) adanya stimulus, berupa kesan atau respon dibalikkan indra kembali berupa tanggapan

persepsi atau hasil kerja indra pengalaman hasil pengolahan otak. Obyek/ stimulasi sensoris

diproses indra/ input. Out-put indra ke otak/ pusat saraf berupa persepsi rangsangan

pengalaman/ respon. Proses terjadinya persepsi ini perlu fenomena dan yang terpenting dari

persepsi ini adalah “perhatian” atau “Attention”. Pengertian perhatian itu sendiri adalah suatu

konsep yang diberikan pada proses persepsi yang menseleksi input-input tertentu untuk

diikutsertakan dalam suatu pengalaman yang kita sadari atau kenal dalam suatu waktu tertentu.

Perhatian sendiri mempunyai ciri khusus yaitu terfokus dan margin serta berubah-ubah. (Tri

Rusmi,1999).

2.1.4 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pembentukan Persepsi

Menurut Willy F. Maramis (2006) faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan

persepsi :

1. Pengalaman pribadi

Apa yang telah dan sedang kita alami akan ikut membentuk dan mempengaruhi

penghayatan kita terhadap stimulus sosial. Tanggapan akan menjadi salah satu dasar

terbentuknya sikap. Untuk dapat mempunyai tanggapan dan penghayatan, seseorang harus

mempunyai pengalaman yang berkaitan dengan obyek psikologis. Apakah penghayatan itu

kemudian akan membentuk sikap positif ataukah sikap negatif, akan tergantung pada berbagai

faktor lain. Middlebrook (1974) mengatakan bahwa tidak adanya pengalaman sama sekali

dengan suatu obyek psikologis cenderung akan membentuk sikap negatif terhadap obyek

tersebut. Pembentukan kesan atau tanggapan terhadap obyek merupakan proses kompleks

dalam diri individu yang melibatkan individu yang bersangkutan, situasi dimana tanggapan

itu terbentuk, dan atribut atau ciri-ciri obyektif yang dimiliki oleh stimulus, serta dalam situasi

yang melibatkan emosi, penghayatan akan pengalaman, dengan hal tersebut, kesan yang

terbentuk akan lebih mendalam dan lebih lama membekas.

2. Pengaruh orang yang dianggap penting

Orang lain disekitar kita merupakan salah satu diantara komponen sosial yang ikut

mempengaruhi persepsi kita. Seseorang yang dianggap penting, maka bentuk pemikiran

dan sikap tingkah lakunya akan banyak memberikan pengaruh pembentukan persepsi

terhadap sesuatu. Orang yang biasanya dianggap penting bagi individu, diantaranya adalah

orang tua, orang yang status sosialnya lebih tinggi, teman sebaya, teman dekat, guru, teman

kerja, istri atau suami, dan lain-lain.

3. Pengaruh Kebudayaan

Kebudayaan dimana kita hidup dan dibesarkan mempunyai pengaruh besar terhadap

pembentukan persepsi kita. Apabila kita hidup dalam budaya yang mempunyai norma longgar

bagi pergaulan heteroseksual, sangat mungkin kita akan mempunyai persepsi yang

mendukung terhadap masalah kebebasan pergaulan heteroseksual. Apabila kita hidup dalam

budaya sosial yang sangat mengutamakan kehidupan berkelompok, maka sangat mungkin kita

akan mempunyai persepsi negatif terhadap kehidupan individualisme yang mengutamakan

kepentingan perorangan. Menurut Burrhus Frederic Skinner, kepribadian tidak lain merupakan

pola persepsi yang konsisten yang menggambarkan sejarah reinforcement (penguatan, ganjaran)

yang kita alami (Hergenhahn, 1982). Artinya kita memiliki sikap dan perilaku tertentu

dikarenakan kita mendapat reinforcement (penguatan, ganjaran) dari masyarakat untuk

persepsi, sikap dan perilaku tersebut, bukan untuk persepsi, sikap dan perilaku yang lain.

Tanpa kita sadari, kebudayaan telah menanamkan garis pengarah persepsi kita terhadap

berbagai masalah. Kebudayaan telah mewarnai persepsi anggota masyarakatnya, karena

kebudayaan pulalah yang memberi corak pengalaman individu-individu yang menjadi anggota

kelompoknya. Hanya kepribadian individu yang telah mapan dan kuatlah yang dapat

memudarkan dominasi kebudayaan dalam pembentukan persepsi individu.

4. Media Massa

Sebagai sarana komunikasi, berbagai bentuk media massa seperti televisi, radio, surat

kabar, majalah dan lain-lain, mempunyai pengaruh yang sangat besar dalam pembentukan

opini dan kepercayaan orang. Dalam penyampaian informasi sebagai tugas pokoknya, media

massa membawa pula pesan-pesan yang berisi sugesti yang mengarahkan opini seseorang.

Adanya informasi baru mengenai sesuatu hal memberikan landasan kognitif baru bagi

terbentuknya persepsi terhadap hal tersebut. Pesan-pesan sugestif yang dibawa oleh informasi

tersebut, apabila cukup kuat, akan memberi dasar efektif dalam menilai sesuatu hal sehingga

terbentuklah arah persepsi tertentu.

5. Lembaga Pendidikan dan Lembaga Agama

Lembaga pendidikan serta lembaga agama sebagai suatu sistem yang mempunyai

pengaruh dalam pembentukan persepsi dikarenakan keduanya meletakkan dasar pengertian

dan konsep moral dalam diri individu. Pemahaman akan baik dan buruk, garis pemisah antara

sesuatu yang boleh dan tidak boleh dilakukan, diperoleh dari pendidikan dan dari pusat

keagamaan serta ajaran-ajarannya. Apabila terdapat suatu hal yang bersifat kontroversial, pada

umumnya orang akan mencari informasi lain untuk menguatkan persepsinya atau mungkin

juga orang tersebut tidak mengambil sikap memihak. Dalam hal seperti itu, ajaran moral

yang diperoleh dari lembaga pendidikan atau dari agama seringkali menjadi determinan

tunggal dalam menentukan persepsi.

6. Faktor Emosional

Tidak semua bentuk persepsi ditentukan oleh situasi lingkungan dan pengalaman pribadi

seseorang. Kadang-kadang suatu bentuk persepsi merupakan pernyataan yang didasari oleh

emosi yang berfungsi sebagai semacam penyaluran frustrasi atau pengalihan bentuk

mekanisme pertahanan ego. Persepsi demikian dapat merupakan persepsi yang sementara dan

segera berlalu begitu frustrasi telah hilang, akan tetapi dapat pula merupakan persepsi yang lebih

persisten dan tahan lama.

2.1.5 Tingkat Persepsi

Menurut Syaifudin Azwar (2007) ada beberapa cara pengukuran persepsi antara lain :

1. Secara langsung

Pengukuran persepsi secara langsung adalah dimana subjek secara langsung diminta

pendapat bagaimana persepsinya terhadap sesuatu masalah/ hal yang dihadapi kepadanya.

Pengukuran tersebut dapat diperoleh secara tidak berstruktur misalnya dengan wawancara

bebas (fre interview), pengamatan langsung atau survei (misalnya Public Opinion Survey),

maupun secara berstruktur yaitu menggali pengetahuan persepsi dengan menggunakan

pernyataan-pernyataan yang telah disusun sedemikian rupa dalam suatu alat yang telah

ditentukan dan langsung diberikan kepada subyek yang diteliti. Misalnya dengan skala

Bogardus, Thurstone dan Linkert.

2. Secara tidak langsung

Pengukuran persepsi secara tidak langsung adalah pengukuran persepsi dengan

menggunakan tes. Salah satu metode yang digunakan dalam pengukuran secara tidak langsung

yaitu dengan pengukuran persepsi model Linkert : Skala linkert dikenal dengan Summated

rating methode. Dalam menciptakan alat ukur linkert juga menggunakan pernyataan-

pernyataan dengan menggunakan 5 alternatif jawaban atau tanggapan atas pernyataan-

pernyataan tersebut. Subjek yang diteliti disuruh memilih salah satu dari 5 alternatif jawaban

yang disediakan. 5 alternatif jawaban yang dikemukakan oleh Linkert adalah :

a. Sangat setuju (strangly approve)

b. Setuju (approve)

c. Tidak mempunyai standar (undecide)

d. Tidak setuju (disapprove)

e. Sangat tidak setuju (strangly disapprove)

Nilai untuk masing-masing pernyataan yang bersifat positif dan seseorang memilih

sangat setuju terhadap pernyataan tersebut maka orang yang bersangkutan memperoleh skore

5. Sebaliknya, bila sesuatu pernyataan bersifat negatif dan orang yang bersangkutan memilih

sangat tidak setuju maka orang tersebut akan memperoleh skore 1. Jumlah nilai yang dicapai

oleh seseorang merupakan indikasi bahwa seseorang tersebut persepsinya makin positif terhadap

objek persepsi demikian sebaliknya.

Prosedur perskalaan (scaling) yaitu penentuan pemberian angka atau skore yang harus

diberikan pada setiap kategori respon perskala terhadap pernyataan favorable dan pernyataan

unfavorable :

Pernyataan favorable Pernyataan unfavorable

SS : 5 TS : 1

S : 4 S : 2

N : 3 N : 3

TS : 2 TS : 4

STS : 1 STS : 5

Skore individu pada skala persepsi yang merupakan skore persepsinya adalah jumlah

skore dari keseluruhan pernyataan yang ada dalam skala.

Kemudian rata-rata (Mean) kelompok dan deviasi standart kelompok untuk menguji + /

- salah satu standart yang bisa digunakan untuk menginterprestasi skala model Linkert

adalah skore T yaitu :

T = 50 +10

Kesimpulan :

Sikap positif atau favorable bila T > mean T

Sikap negatif atau unfavorable T < mean T

2.2 Konsep Dasar Peran Bidan

2.2.1 Pengertian Peran

Keterlibatan seseorang dalam suatu kegiatan, tingkah laku yang diharapkan dan

dimiliki oleh orang yang berkedudukan di masyarakat. (Tim Prima Pena, 2000).

Peran adalah perilaku-perilaku yang berkenaan dengan siapa yang memegang suatu

posisi tertentu, posisi mengidentifikasi status atau tempat seseorang dalam suatu sistem sosial

(Friedman, 1998: 228).

Peran adalah pola, sikap, perilaku, nilai dan tujuan yang diharapkan dari seseorang

berdasarkan posisinya di masyarakat. (Keliat, 1992: 8).

2.2.2 Pengertian Bidan

Bidan adalah seseorang yang telah mengikuti dan menyelesaikan program pendidikan

bidan yang telah diadakan pemerintah dan lulus ujian sesuai dengan persyaratan yang berlaku

(Depkes RI, 1996).

Bidan adalah seseorang yang telah menyelesaikan program pendidikan bidan yang

diakui oleh negara serta memperoleh kualifikasi dan diberi izin ntuk menjalankan praktek

kebidanan (Sofyan, et all (ed), 2006: 15).

Bidan adalah seorang wanita yang telah menyelesaikan pendidikan kebidanan yang

terakreditasi, memenuhi kualifikasi untuk diregistrasi, sertifikasi dan secara sah mendapat

lisensi untuk menjalankan praktek kebidanan (Saminem, 2007).

2.2.3 Pengertian Bidan di Desa

Bidan yang ditempatkan, diwajibkan tinggal serta bertugas melayani masyarakat di

wilayah kerjanya yang meliputi 1 sampai 2 desa. Dalam melaksanakan tugasnya bidan

bertanggung jawab langsung kepada kepala Puskesmas setempat dan bekerja sama dengan

perangkat desa (Depkes RI, 1996).

2.2.4 Peran Bidan

Dalam melaksanakan praktek bidan harus mampu memberikan asuhan sesuai dengan

kebutuhan, terhadap wanita yang sedang hamil, melahirkan, dan post partum serta memberi

asuhan pada bayi baru lahir, bayi, dan anak balita dalam rangka menyiapkan sumber daya

manusia atau generasi penerus yang berkualitas. Asuhan tersebut termasuk tindakan

pemeliharaan, pencegahan deteksi serta intervensi dan rujukan pada keadaan resiko tinggi

termasuk kegawat daruratan pada ibu dan anak.

1. Peran Sebagai Pelaksana Pelayanan Kebidanan.

Menurut Sofyan, et all (2006) bidan memberikan asuhan kebidanan dengan menggunakan

manajemen kebidanan secara langsung kepada kliennya berdasarkan standart dan

protokol. Sebagai pelaksana, bidan mempunyai 3 (tiga) kategori tugas, yaitu :

a. Tugas Mandiri

1) Menetapkan manajemen kebidanan pada setiap asuhan kebidanan yang diberikan,

diantaranya :

a) Mengkaji status kesehatan untuk memahami kebutuhan asuhan klien.

b) Menentukan diagnosa, prognosa, dan prioritas masalah.

c) Menyusun rencana tindakan sesuai dengan rencana yang telah disusun.

d) Mengevaluasi tindakan yang telah diberikan.

e) Membuat rencana tindak lanjut kegiatan atau tindakan.

f) Membuat catatan dan laporan kegiatan atau tindakan.

2) Memberikan pelayanan pada anak remaja dan wanita pra perkawinan dengan melibatkan

klien, yang meliputi :

a) Mengkaji status kesehatan dan kebutuhan anak remaja, dan wanita dalam masa pra

perkawinan.

b) Menentukan diagnosa dan kebutuhan pelayanan.

c) Menyusun rencana tindakan atau layanan bersama klien berdasarkan prioritas

masalah.

d) Melaksanakan tindakan atau layanan sesuai dengan rencana.

e) Mengevaluasi bersama klien hasil tindakan atau layanan yang telah diberikan.

f) Membuat rencana tindak lanjut atau layanan bersama klien.

g) Membuat catatan dan pelaporan asuhan.

3) Memberikan asuhan kebidanan pada klien selama kehamilan normal, yang meliputi :

a) Mengkaji status kesehatan klien yang dalam keadaan normal.

b) Menentukan diagnosa kebidanan dan kebutuhan kesehatan klien.

c) Melaksanakan asuhan kebidanan sesuai dengan rencana yang telah disusun.

d) Mengevaluasi tindakan yang telah diberikan.

e) Membuat rencana tindak lanjut asuhan kebidanan bersama klien.

f) Membuat catatan dan laporan asuhan yang telah diberikan.

4) Memberikan asuhan kebidanan kepada klien dalam masa persalinan normal dengan

melibatkan klien atau keluarga meliputi :

a) Mengkaji kebutuhan asuhan kebidanan pada klien dalam persalinan.

b) Menentukan diagnosa dan kebutuhan asuhan kebidanan.

c) Menyusun rencana asuhan bersama klien sesuai dengan prioritas masalah.

d) Melaksanakan asuhan kebidanan sesuai dengan rencana yang telah disusun.

e) Mengevaluasi bersama klien asuhan yang telah diberikan.

5) Memberikan asuhan kebidanan kepada bayi baru lahir, yang meliputi :

a) Mengkaji status kesehatan bayi baru lahir.

b) Menentukan diagnosa dan kebutuhan asuhan kebidanan bayi baru lahir.

c) Menyusun rencana asuhan kebidanan sesuai dengan prioritas masalah.

d) Melaksanakan asuhan sesuai dengan rencana yang telah dibuat.

e) Mengevaluasi asuhan yang telah diberikan.

f) Membuat rencana tindak lanjut.

g) Membuat rencana dan laporan asuhan yang telah diberikan.

6) Memberikan asuhan kebidanan pada klien dalam masa nifas dengan melibatkan klien

atau keluarga, yang meliputi :

a) Mengkaji kebutuhan asuhan pada ibu nifas.

b) Menentukan diagnosa dan kebutuhan asuhan.

c) Menyusun rencana asuhan kebidanan sesuai dengan prioritas masalah.

d) Melaksanakan asuhan kebidanan sesuai dengan rencana.

e) Mengevaluasi bersama klien asuhan yang telah diberikan.

f) Membuat rencana tindak lanjut asuhan kebidanan bersama klien.

g) Membuat catatan dan laporan asuhan yang telah diberikan.

7) Memberikan asuhan kebidanan pada wanita yang membutuhkan pelayanan keluarga

berencana, yang meliputi :

a) Mengkaji status kesehatan klien dan kebutuhan klien.

b) Menentukan diagnosa, prognosa dan kebutuhan asuhan.

c) Menyusun rencana asuhan kebidanan sesuai kebutuhan.

d) Melaksanakan asuhan kebidanan sesuai dengan rencana.

e) Mengevaluasi bersama klien asuhan yang telah diberikan.

f) Membuat rencana tindak lanjut asuhan kebidanan bersama klien.

g) Membuat catatan dan laporan asuhan yang telah diberikan.

8) Memberikan asuhan kebidanan pada wanita dengan gangguan sistem reproduksi dan

wanita dalam masa klimakterium dan menopause, yang meliputi :

a) Mengkaji status kesehatan dalam masa klimakterium dan menopause.

b) Menentukan diagnosa, prognosa dan kebutuhan asuhan.

c) Menyusun rencana asuhan sesuai dengan prioritas masalah bersama klien.

d) Melaksanakan asuhan kebidanan sesuai dengan rencana.

e) Mengevaluasi bersama klien asuhan kebidanan yang telah diberikan.

f) Membuat rencana tindak lanjut asuhan bersama klien.

g) Membuat pencatatan asuhan kebidanan.

9) Memberikan asuhan kebidanan pada bayi, balita dengan melibatkan keluarga, yang

meliputi :

a) Mengkaji kebutuhan asuhan kebidanan sesuai dengan tumbuh kembang bayi dan

balita.

b) Menentukan diagnosa dan prioritas masalah.

c) Menyusun rencana asuhan sesuai dengan prioritas masalah bersama klien.

d) Melaksanakan asuhan kebidanan sesuai dengan rencana.

e) Mengevaluasi hasil asuhan yang telah diberikan.

f) Membuat rencana tindak lanjut.

g) Membuat pencatatan laporan asuhan.

b. Pelayanan Kebidanan Kolaborasi

Adalah pelayanan yang dilakukan oleh bidan sebagai anggota tim yang kegiatannya

dilakukan secara bersama atau sebagai satu urutan dari suatu proses kegiatan pelayanan

kesehatan.

1) Menetapkan manajemen kebidanan pada setiap asuhan kebidanan sesuai dengan

fungsi manajemen dengan melibatkan klien dan keluarga.

2) Memberikan asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan resiko tinggi dan pertolongan

pertama pada kegawatdaruratan yang memerlukan tindakan kolaborasi.

3) Memberikan asuhan kebidanan pada ibu masa persalinan dengan resiko tinggi dan

keadaan kegawatdaruratan yang memerlukan pertolongan pertama dengan tindakan

kolaborasi dengan melibatkan klien dan keluarga.

4) Memberikan asuhan kebidanan pada ibu dalam masa nifas dengan resiko tinggi dan

pertolongan pertama dalam keadaan kegawatdaruratan yang memerlukan tindakan

kolaborasi dengan klien dan keluarga.

5) Memberikan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dengan resiko tinggi dan yang

mengalami komplikasi serta kegawatdaruratan yang memerlukan tindakan kolaborasi

dengan melibatkan keluarga.

6) Memberikan asuhan kebidanan pada balita dengan resiko tinggi dan yang mengalami

komplikasi atau kegawatdaruratan yang memerlukan tindakan kolaborasi dengan

melibatkan keluarga.

c. Pelayanan Kebidanan Rujukan

Adalah layanan yang dilakukan oleh bidan dalam rangka rujukan ke sistem pelayanan

yang lebih tinggi atau sebaliknya, serta layanan yang dilakukan oleh bidan ke tempat /

fasilitas pelayanan kesehatan yang lain baik secara horizontal maupun vertikal atau ke

profesi kesehatan lainnya.

1) Menerapkan manajemen kebidanan pada setiap asuhan kebidanan sesuai dengan

fungsi keterlibatan klien dan keluarga.

2) Memberikan asuhan kebidanan melalui konsultasi dan rujukan pada ibu hamil dengan

resiko tinggi dan kegawat daruratan.

3) Memberikan asuhan kebidanan melalui konsultasi dan rujukan pada masa persalinan

dengan penyulit tertentu dengan melibatkan klien dan keluarga.

4) Memberikan asuhan kebidanan melalui konsultasi dan rujukan pada ibu hamil dalam

masa nifas dengan penyulit tertentu dengan keadaan kegawatdaruratan dengan

melibatkan klien dan keluarga.

5) Memberikan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dengan kelainan tertentu dan

kegawatdaruratan yang memerlukan konsultasi dan rujukan dengan melibatkan

keluarga.

6) Memberikan asuhan kebidanan kepada anak balita dengan kelainan tertentu dan

kegawatdaruratan yang melalui konsultasi dan rujukan dengan melibatkan klien dan

keluarga.

2. Peran Sebagai Pengelola Tempat Pelayanan Kebidanan.

Dalam peran ini, bidan memimpin, mengkoordinasi unsur-unsur dan kegiatan praktek

kebidanan untuk meningkatkan kesehatan individu, kelompok dan masyarakat di daerah

yang menjadi tanggung jawabnya.

a. Mengembangkan pelayanan dasar kesehatan terutama pelayanan kebidanan untuk

individu, keluarga, kelompok khusus dan masyarakat di wilayah kerja dengan melibatkan

masyarakat / klien.

1) Bersama tim kesehatan dan pemuka masyarakat mengkaji kebutuhan terutama yang

berhubungan dengan kesehatan ibu dan anak untuk meningkatkan dan

mengembangkan program pelayanan kesehatan di wilayah kerjanya.

2) Menyusun rencana kerja sesuai dengan hasil pengkajian dengan masyarakat.

3) Mengelola kegiatan-kegiatan pelayanan kesehatan masyarakat khususnya kesehatan

ibu dan anak serta KB sesuai dengan rencana.

4) Mengkoordinir mengawasi dan membimbing kader, dukun atau petugas kesehatan

lain dalam melaksanakan program / kegiatan pelayanan kesehatan ibu dan anak serta

KB.

5) Mengembangkan strategi untuk meningkatkan kesehatan masyarakat khususnya

kesehatan ibu dan anak serta KB termasuk pemanfataan sumber-sumber yang ada pada

program dan sektor terkait.

6) Menggerakkan, mengembangkan kemampuan masyarakat dan memelihara

kesehatannya dengan memanfaatkan potensi-potensi yang ada.

7) Mempertahankan, meningkatkan mutu dan keamanan praktek profesional melalui

pendidikan, pelatihan, magang dan kegiatan-kegiatan dalam kelompok profesi.

8) Mendokumentasikan seluruh kegiatan yang telah dilaksanakan.

b. Berpartisipasi dalam tim untuk melaksanakan program kesehatan dan sektor lain di

wilayah kerjanya melalui peningkatanss kemampuan dukun bayi, kader kesehatan dan

tenaga kesehatan lain yang berada di bawah bimbingan dalam wilayah kerjanya.

1) Bekerja sama dengan puskesmas, institusi lain sebagai anggota tim dalam memberikan

asuhan kepada klien dalam bentuk konsultasi rujukan dan tindak lanjut.

2) Membina hubungan baik dengan dukun bayi, kader kesehatan / PLKB dan masyarakat.

3) Melaksanakan pelatihan, membimbing dukun bayi, kader kesehatan dan petugas

kesehatan lain.

4) Memberikan asuhan kepada klien rujukan dari dukun bayi.

5) Membina kegiatan-kegiatan yang ada di masyarakat, yang berkaitan dengan kesehatan.

3. Peran Sebagai Pendidik

Bidan memberikan pendidikan kepada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat dalam

ruang lingkup tanggung jawab, selain itu bidan yang membimbing siswa bidan, dukun bayi,

kader kesehatan di dalam bidang pelayanan kesehatan.

a. Memberikan pendidikan dan penyuluhan kesehatan kepada individu, keluarga,

kelompok dan masyarakat tentang penanggulangan masalah kesehatan khususnya yang

berhubungan dengan pihak terkait kesehatan ibu, anak dan keluarga berencana.

1) Bersama klien mengkaji kebutuhan akan pendidikan dan penyuluhan kesehatan

masyarakat khususnya dalam bidang kesehatan ibu, anak dan keluarga berencana.

2) Menyiapkan alat dan bahan pendidikan dan penyuluhan sesuai dengan rencana yang

telah disusun.

3) Melaksanakan program / rencana pendidikan dan penyuluhan kesehatan masyarakat

sesuai dengan rencana jangka pendek dan jangka panjang melibatkan unsur-unsur

yang terkait termasuk masyarakat.

4) Bersama klien mengevaluasi hasil pendidikan / penyuluhan kesehatan masyarakat dan

menggunakannya untuk memperbaiki dan meningkatkan program di masa yang akan

datang.

5) Mendokumentasikan semua kegiatan dan hasil pendidikan / penyuluhan kesehatan

masyarakat secara lengkap dan sistematis.

b. Melatih dan membimbing kader kesehatan termasuk siswa bidan dan keperawatan

serta membina dukun bayi di wilayah atau tempat kerjanya.

1) Mengkaji kebutuhan latihan dan bimbingan kader kesehatan, dukun bayi dan siswa.

2) Menyusun rencana latihan dan bimbingan sesuai dengan hasil pengkajian.

3) Menyiapkan alat dan bahan untuk keperluan latihan bimbingan peserta latih sesuai

dengan rencana yang telah disusun.

4) Melaksanakan pelatihan dukun bayi dan kader kesehatan sesuai dengan rencana

yang telah disusun dengan melibatkan unsur-unsur terkait.

5) Membimbing siswa bidan dan siswa keperawatan dalam lingkup kerjanya.

6) Menilai hasil latihan dan bimbingan yang telah diberikan.

7) Menggunakan hasil evaluasi untuk meningkatkan program bimbingan.

8) Mendokumentasikan semua kegiatan termasuk hasil evaluasi pelatihan dan bimbingan

secara sistematis dan lengkap.

4. Peran Sebagai Peneliti

Menurut Sofyan et all (ed) 2006 bidan dengan dasar keilmuan yang dimilikinya dapat

melakukan penelitian terapan, baik secara mandiri, bersama atau sebagai anggota kelompok

peneliti dalam bidang kesehatan dan kesejahteraan ibu, anak, dan keluarga.

a. Melakukan evaluasi, pengkajian, survei dan penelitian yang dilakukan sendiri atau

bersama di dalam suatu kelompok dan ruang lingkup pelayanan kebidanan.

b. Melakukan penelitian kesehatan keluarga dan KB.

c. Melaksanakan investigasi sesuai dengan rencana.

d. Mengolah dan menginterpretasikan data hasil investigasi atau penelitian.

e. Menyusun laporan hasil investigasi atau penelitian dan tindak lanjut.

f. Memanfaatkan hasil investigasi atau penelitian untuk meningkatkan dan mengembangkan

Bidan program kerja atau pelayanan kesehatan.

2.3 Konsep Dasar Antenatal Care

2.3.1 Pengertian Antenatal Care

Antenatal Care (ANC) adalah pemeriksaan kehamilan untuk mengoptimalisasi

kesehatan mental dan fisik ibu hamil, sehingga mampu menghadapi persalinan, masa nifas

persiapan memberikan ASI dan kembalinya kesehatan reproduksi secara wajar (Manuaba, 1998).

Pemeriksaan kehamilan (ANC) merupakan pemeriksaan ibu hamil baik fisik dan mental

serta menyelematkan ibu dan anak dalam kehamilan, persalinan dan masa nifas, sehingga

keadaan mereka post partum sehat dan normal, tidak hanya fisik tetapi mental (Prawirohardjo,

1999).

2.3.2 Tujuan Antenatal Care

Menurut Siafuddin (2000), tujuan dari Antenatal Care adalah sebagai berikut :

1. Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu dan tumbuh kembang janin.

2. Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, maternal dan sosial ibu dan bayi.

3. Mengenali secara dini adanya komplikasi yang mungkin terjadi selama hamil, termasuk

riwayat penyakit secara umum, kebidanan dan pembedahan.

4. Mempersiapkan persalinan cukup bulan, melahirkan dengan selamat ibu maupun

bayinya dengan trauma seminimal mungkin.

5. Mempersiapkan ibu agar masa nifas berjalan normal dan pemberian ASI eksklusif.

6. Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran bayi agar dapat tumbuh

kembang secara normal.

7. Menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu dan perinatal.

2.3.3 Standar Asuhan Kebidanan

Standar Asuhan Kebidanan minimal termasuk “7T” yaitu :

1. Timbang berat badan

2. Ukur tekanan darah

3. Ukur tinggi fundus uteri

4. Pemberian imunisasi (tetanus toxoid) TT lengkap

5. Pemberian tablet zat besi, minimal 90 tablet selama kehamilan.

6. Test terhadap penyakit menular seksual

7. Temu wicara dalam rangka persiapan rujukan

2.3.4 Konsep Pemeriksaan Kehamilan (Antenatal Care)

1. Anamnesa

a. Anamnesa tentang identitas

1) Nama diri sendiri dan suami

2) Alamat

3) Pekerjaan

4) Pendidikan

b. Anamnesa Obstetri

1) Kehamilan ke berapa

2) Apakah persalinan spontan B, aterm, hidup atau dengan tindakan

3) Umur anak terkecil

4) Tanggal haid terakhir.

c. Anamnesa Tentang Keluhan utama

2. Pemeriksaan fisik

a. Pemeriksaan fisik umum

1) Keadaan umum : composmentis, tampak sakit

2) Tanda-tanda vital : tekanan darah, nadi, pernafasan, suhu, berat badan, tinggi badan.

b. Pemeriksaan khusus Obstetri

1) Inspeksi

Tinggi fundus uteri, perubahan kulit pada dinding abdomen, gerak janin yang tampak.

2) Palpasi

Pemeriksaan palpasi dipergunakan untuk menetapkan kedudukan janin dalam rahim dan

tuanya kehamilan.

3) Auskultasi

Mendengarkan denyut jantung janin.

4) Pemeriksaan tambahan

1) Pemeriksaan laboratorium

2) Pemeriksaan ultrasonografi

3) Pemeriksaan panggul luar.

3. Kebutuhan Ibu hamil

a. Nutrisi ibu hamil

Pada dasarnya dianjurkan makanan empat sehat lima sempurna. Karena kebutuhan akan

protein dan bahan makanan tinggi, dianjurkan tambahan telur sehari. Nilai gizi dapat

ditentukan dengan bertambahnya berat badan sekitar 6,5 sampai 15 kilogram selama hamil

(Manuaba, 1998). Makanan wanita hamil harus diperhatikan dari pada di luar

kehamilan karena dipergunakan untuk mempertahankan kesehatan dan kekuatan

badan, untuk tumbuhnya janin, supaya luka-luka persalinan lekas sembuh dalam nifas dan

guna mengadakan cadangan untuk masa laktasi (Unpad, 1983).

b. Persiapan Persalinan dan Laktasi

Salah satu tujuan persiapan persalinan adalah untuk meningkatkan kesehatan optimal

menjelang persalinan dan segera dapat memberikan laktasi (Manuaba, 1998).

c. Istirahat

Jadwal istirahat perlu diperhatikan dengan baik, karena istirahat yang teratur dapat

meningkatkan kesehatan jasmani dan rohani untuk kepentingan pertumbuhan dan

perkembangan janin (Manuaba, 1998).

4. Kunjungan Ibu Hamil

Adalah kontak ibu hamil dengan tenaga profesional untuk mendapatkan pelayanan

antenatal sesuai standar yang ditetapkan. Istilah “kunjungan” disini tidak mengandung arti

bahwa ibu hamil yang berkunjung ke fasilitas pelayanan, tetapi setiap kontak tenaga

kesehatan dengan ibu hamil untuk memberikan pelayanan antenatal sesuai standar dapat

dianggap sebagai kunjungan ibu hamil. (Untoro Rachmi, 1997).

5. Kunjungan baru Ibu Hamil (K1)

Adalah kunjungan ibu hamil yang pertama kali pada masa kehamilan (Untoro Rachmi, 1997).

6. Kunjungan Ulang

Adalah kontak ibu hamil dengan tenaga kesehatan yang kedua dan seterusnya untuk

mendapatkan pelayanan antenatal sesuai dengan standar selama satu periode kehamilan.

7. Kunjungan ulang Ibu Hamil (K4)

Adalah kontak ibu hamil dengan tenaga kesehatan yang keempat atau lebih untuk mendapat

pelayanan antenatal sesuai standar yang diharapkan dengan syarat:

a. Minimal satu kali kunjungan selama trimester pertama kehamilan (sebelum minggu ke-

14). Informasi penting yang harus dilakukan :

1) Membangun hubungan saling percaya antara petugas kesehatan dan ibu hamil.

2) Mendeteksi masalah dan menanganinya.

3) Melakukan tindakan pencegahan seperti tetanus neonatorum, anemia kurang zat besi,

penggunaan praktik tradisional yang merugikan.

4) Mulai mempersiapkan kelahiran bayi dengan kesiapan untuk komplikasi.

5) Mendorong perilaku yang sehat (gizi, kebersihan, istirahat, dsb).

b. Minimal satu kali kunjungan selama trimester dua (antara minggu 14-28).

Informasi penting sama seperti yang diatas, ditambah kewaspadaan khusus mengenai pre

eklampsi (tanya ibu tentang gejala-gejala pre-eklampsi, pantau tekanan darah, evaluasi

edema atau bengkak, periksa untuk mengetahui proteinuria).

c. Minimal dua kali kunjungan selama trimester ketiga (antara minggu 28-36 dan sesudah

minggu ke-36).

1) Waktunya antara minggu 28-36

Informasi penting : sama dengan diatas, ditambah palpasi abdominal untuk mengetahui

apakah ada kehamilan ganda.

2) Waktunya setelah 36 minggu

Informasi penting : sama dengan diatas, ditambah deteksi letak bayi yang tidak

normal, atau kondisi lain yang memerlukan kelahiran di rumah sakit.

Jadwal melakukan pemeriksaan Antenatal Care sebanyak 12 sampai 13 kali selama

hamil. Di negara berkembang pemeriksaan antenatal care dilakukan sebanyak empat kali

cukup sebagai kasus tercatat. Keuntungan antenatal care sangat besar karena dapat

mengetahui berbagai resiko dan komplikasi kehamilan sehingga ibu hamil dapat diarahkan

untuk melakukan rujukan ke Rumah Sakit. Untuk evaluasi keadaan dan kemajuan inpartu

dipergunakan partograf menurut WHO. Dengan jalan demikian diharapkan angka kematian ibu

dan perinatal yang sebagian terjadi pada saat pertolongan pertama dapat diturunkan secara

bermakna (Manuaba, 1998).

BAB 3

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Jenis penelitian ini adalah deskriptif yaitu dimana peneliti ingin menggambarkan

atau mengidentifikasi secara sistematis mengenai persepsi masyarakat terhadap peran

pendidik bidan desa dalam memberikan pelayanan Antenatal Care.

3.2 Kerangka Konseptual

Kerangka konsep yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan

model/ sistem yang terdiri dari unsur-unsur imput, proses dan output.

3. Imunisasi TT

Keterangan :

= yang diteliti

Peran pendidik bidan dalam antenatal care yaitu memberikan penyuluhan tentang :

1. Pentingnya antenatal care

2. Pentingnya minum tablet zat besi

3. Imunisasi TT

4. Nutrisi

5. Personal hygiene

6. Perawatan payudara

7. Tanda-tanda bahaya kehamilan

Persepsimasyarakatterhadap peranpendidik bidan

Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi ibu hamil terhadapantenatal care :1. Pengalaman pribadi2. Pengaruh orang yang dianggap penting3. Pengaruh kebudayaan4. Media massa5. Lembaga pendidikan dan lembaga agama6. Faktor emosional

Positif

negatif

Dari data diatas dapat dijelaskan bahwa penelitian ini dilakukan pada peran

pendidik bidan dalam Antenatal care yang bertujuan untuk menggambarkan persepsi masyarakat

terhadap peran pendidik bidan dalam memberikan pelayanan Antenatal care. Persepsi ibu

hamil terhadap Antenatal care di pengaruhi oleh beberapa faktor yaitu pengalaman pribadi,

pengaruh orang yang di anggap penting, pengaruh kebudayaan, media massa, lembaga

pendidikan dan lembaga agama, dan faktor emosional. Peran pendidik bidan dalam Antenatal

care nantinya akan menghasilkan persepsi yang positif dan negatif.

3.3 Variabel Penelitian

Variabel dalam penelitian ini adalah persepsi masyarakat terhadap peran pendidik bidan

desa dalam memberikan pelayanan Antenatal care.

3.4 Definisi Variabel

3.4.1 Definisi Konsep

Peran bidan sebagai pendidik adalah memberikan pendidikan kepada individu,

keluarga, kelumpok dan masyarakat tentang penanggilangan masalah kesehatan khususnya

yang berhubungan dengan pihak terkait kesehatan ibu, anak dan keluarga berencana (Sofyan, et

all, 2006).

Persepsi masyarakat adalah pengalaman tentang obyek, peristiwa atau hubungan

yang di peroleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan (Jalaludin, 2000).

3.4.2 Definisi Operasional Variabel

Tabel 3.1 Definisi Operasional

No. Variabel Definisi operasional Alat ukur Skala data Kategori

1. Peran bidan desa- Peran pendidik

Memberikan pendidikankepada ibu hamilmeliputi :Memberikan penyuluhanpada ibu hamil tentang :1. Pentingnya antenatal care2. Pentingnya minum tablet zat besi3. Imunisasi TT4. Tentang nutrisi5. Personal hygiene6. Perawatan payudara7. Tanda-tanda bahaya kehamilan

Kuesioner Ordinal - Sangat berperan bilajawaban responden memiliki skor 80100%

- Cukup berperan bilajawaban responden memiliki skor 60-79%- Kurang berperan bila jawaban respondenmemiliki skor < 60%

2. Persepsi

masyarakat

terhadap peran

pendidik bidan

dalam

memberikan

pelayanan ANC

Anggapan masyarakattentang bidan dalam halmemberikan penyuluhanterhadap ibu hamil

Kuesioner Nominal - Positif skor T > meanT- Negatif skor T < meanT

3.5 Populasi, Sampling, dan Sampel

3.5.1 Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu hamil yang tercatat pada periode 2008

ada di desa Mulung-Driyorejo , Kabupaten Gresik yaitu 100 ibu hamil.

3.5.2 Sampling

Dalam penelitian ini menggunakan teknik pengambilan sampel menggunakan random

sampling, yaitu dengan mengambil responden yang ada dan sesuai dengan kriteria inklusi.

3.5.3 Sampel

Besar sampel dalam penelitian ini adalah seluruh ibu hamil yang memenuhi kriteria

inklusi, di tentukan jumlah sampel dengan perhitungan sebagai berikut:

- Sangat berperan bila jawaban responden memiliki skor 80100%

- Cukup berperan bila

jawaban responden

memiliki skor 60-79%

- Kurang berperan bila

jawaban responden

memiliki skor < 60%

- Positif skor T > mean

T

- Negatif skor T < mean

T

Jika populasi < 1000, maka sampel bisa diambil 20 – 30%

20

=

n

xN

100

20

x=

n =

204

100

n = 40,8

˜

Keterangan

N = Besar populasi

n = Besar sampel

41

Jadi jumlah sampel yang diambil adalah sebanyak 41 ibu hamil.

3.6 Kriteria Sampel

3.6.1 Kriteria Inklusi

Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah :

1. Semua ibu hamil yang melakukan antenatal care di bidan

2. Semua ibu hamil yang dapat ditemui pada saat pengambilan data

3. Semua ibu hamil yang bersedia menjadi responden.

3.6.2 Kriteria eksklusi.

Kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah :

1. Semua ibu hamil yang tidak melakukan antenatal care

2. Semua ibu hamil yang tidak bersedia menjadi responden.

3.7 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di wilayah desa Mulung Kecamatan Driyorejo di

Kabupaten Gresik. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret-Juli 2009, dan pengambilan

data dilakukan pada tanggal 18-30Mei 2009.

3.8 Teknik Penumpulan Data

Dalam penelitian teknik pengumpulan data yang digunakan oleh peneliti untuk menyusun

penelitian adalah teknik pengumpulan data sekunder dan primer.

3.8.1 Data Primer

Data primer ini diperoleh langsung dari responden dengan datang ke rumah

responden dan memberikan penjelasan tentang tujuan penelitian kemudian melakukan informed

consent kepada responden untuk persetujuan pengambilan data. Setelah itu peneliti memberikan

koesioner kepada responden untuk diisi dan mendampingi responden dalam pengisian

koesioner, serta memberikan pengarahan dan penjelasan kepada responden jika ada kesulitan

dalam pengisian koesioner. Pengambilan data primer ini dilakukan pada tanggal 18-30 Mei 2009.

3.8.2 Data Sekunder

Data sekunder diperoleh langsung dari buku kohort ibu yang ada di Wilayah Kerja

Puskesmas Semboro Kecamatan Semboro, Kabupaten Jember pada periode 2008.

3.9 Alat Ukur yang Digunakan

Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan angket atau kuisioner yang

telah dilakukan uji validitas dan reliabilitas.

3.10 Teknik pengolahan/ Analisa Data

Pengolahan data dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut :

3.10.1 Editing

Memeriksa kembali data yang telah terkumspul melalui kuesioner dan memastikan

semua jawaban responden terisi sesuai pertanyaan. Kuisioner yang terkumpul telah

terisi sesuai dengan pertanyaan dan pernyataan. Jika terdapat kuesioner yang belum

dapat terisi atau tidak sesuai dengan petunjuk atau antara pernyataan jawaban tidak

sesuai maka responden dipersilahkan untuk mengisi kembali kuisioner yang masih

kosong.

3.10.2 Coding

Mengklasifikasikan data dengan memberi tanda sesuai dengan kategori yang telah

disediakan, dalam penelitian ini untuk responden 1, diberi kode R1, responden 2 diberi

kode R2, dan seterusnya. Pada hasil jawaban kuesioner peran, yaitu responden dengan

jawaban ya di beri nilai 1 dan responden dengan jawaban tidak diberi nilai 0. Sedangkan

pada jawaban kuesioner persepsi dengan kriteria positif diberi kode 1 dan kriteria negatif

diberi kode 2. Hal ini dimaksudkan untuk mempermudah waktu mengadakan tabulasi.

3.10.3 Scoring

Untuk menghitung persepsi masyarakat terhadap peran pendidik bidan dalam pelayanan

Antenatal care, maka digunakan rumus :

Jawaban Jumlah x 100 %

Peran Bidan = Option Total

Kemudian dikategorikan menjadi:

1. Sangat berperan, jika skor 80-100%

2. Cukup berperan, jika skor 60-79%

3. Kurang berperan, jika skor <60%

Sedangkan untuk mengetahui persepsi ibu hamil menggunakan skala Likert untuk

pernyataan fovarable skor yang digunakan SS = 5, pernyataan unfavorable SS = 1.

3.10.4 Tabulating

Data yang diperoleh kemudian di kelompokkan dan di proses dengan menggunakan

tabel untuk mengetahui tentang persepsi ibu hamil terhadap peran pendidik bidan di desa

dalam memberikan pelayanan Antenatal care. Setelah itu peneliti memasukkan skor dan

menghitung rata-rate skor. Dan setelah ditemukan rata-rata skor dihitung standart

devisiasinya untuk menentukan nilai T, dan rata-rata T dengan rumus :

3.10.5 Transfering

Memindahkan jawaban yang diperoleh dari responden ke dalam tabel induk atau master

sheet.

3.10.6 Analisa Data

Analisa data dilakukan secara deskriptif yaitu menggambarkan tentang persepsi ibu

hamil terhadap peran pendidik bidan di desa dalam memberikan pelayanan Antenatal

care. Berdasarkan tabel distribusi frekuensi terdiri dari kolom-kolom yang memuat

frekuensi dan prosentase untuk setiap kategori.

3.11 Etika Penelitian

Penelitian harus memahami prinsip-prinsip etika penelitian, secara umum prinsip-prinsip

etika dalam penelitian terdiri dari :

3.11.1 Inform Consent (lembar persetujuan)

Sebelum dilakukan pengambilan data penelitian, calon responden diberi penjelasan

mengenai tujuan dan manfaat penelitian yang akan dilakukan. Apabila calon responden

bersedia untuk diteliti maka mereka harus menandatangani lembar persetujuan

tersebut, dan jika calon responden menolak untuk diteliti maka peneliti tidak boleh

memaksa dan harus tetap menghormatinya.

3.11.2 Anonimity (tanpa nama)

Untuk menjaga kerahasiaan responden, maka peneliti tidak mencantumkan nama

responden pada lembar pengumpulan data, cukup dengan memberikan kode pada

masing-masing lembar pengumpulan data tersebut.

3.11.3 Confidentiality (kerahasiaan)

Kerahasiaan informasi yang telah dikumpulkan dari subyek dijaga kerahasiaannya

oleh peneliti. Data hanya akan disajikan atau dilaporkan pada kelompok yang

berhubungan dengan penelitian itu.

3.12 Jadwal Kegiatan Penelitian

Terlampir.