antenatal care abrizan

44
ANTENATAL CARE A. ANTENATAL CARE I. PENDAHULUAN Asuhan antenatal menurut WHO/UNICEF 2003 adalah pelayanan yang dilakukan pada wanita selama kehamilan, yang dapat membantu kesehatan wanita setelah melahirkan dan bayi yang akan dilahirkan. Asuhan antenatal adalah jalan masuk bagi wanita- wanita hamil untuk menerima berbagai promosi kesehatan dan pencegahan berbagai penyakit, termasuk dukungan nutrisi; pencegahan dan penatalaksanaan anemia; pencegahan, deteksi, dan penatalaksanaan malaria, tuberkulosis, dan infeksi menular seksual/HIV/AIDS (secara khusus pencegahan HIV dari ibu ke anak); dan imunisasi tetanus toksoid. 1 Asuhan antenatal merupakan sebuah kesempatan untuk mengedukasi ibu agar melahirkan pada tenaga kesehatan yang terampil. Asuhan antenatal juga merupakan waktu yang ideal untuk memberikan konseling pada ibu tentang jarak kehamilan. 1 Asuhan antenatal merupakan contoh yang baik dalam upaya pencegahan. Pada tahun 1929, Kementerian Kesehatan Inggris membuat suatu klinik pelayanan antenatal. Pada tahun 1942, tablet vitamin diberikan kepada ibu-ibu hamil trimester 2 ke atas. Di Amerika 1

Upload: abrizan-hassan

Post on 22-Jan-2016

237 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

bbbbbbbbbbbbbbb

TRANSCRIPT

Page 1: Antenatal Care Abrizan

ANTENATAL CARE

A. ANTENATAL CARE

I. PENDAHULUAN

Asuhan antenatal menurut WHO/UNICEF 2003 adalah pelayanan

yang dilakukan pada wanita selama kehamilan, yang dapat membantu

kesehatan wanita setelah melahirkan dan bayi yang akan dilahirkan. Asuhan

antenatal adalah jalan masuk bagi wanita-wanita hamil untuk menerima

berbagai promosi kesehatan dan pencegahan berbagai penyakit, termasuk

dukungan nutrisi; pencegahan dan penatalaksanaan anemia; pencegahan,

deteksi, dan penatalaksanaan malaria, tuberkulosis, dan infeksi menular

seksual/HIV/AIDS (secara khusus pencegahan HIV dari ibu ke anak); dan

imunisasi tetanus toksoid. 1

Asuhan antenatal merupakan sebuah kesempatan untuk mengedukasi

ibu agar melahirkan pada tenaga kesehatan yang terampil. Asuhan antenatal

juga merupakan waktu yang ideal untuk memberikan konseling pada ibu

tentang jarak kehamilan.1

Asuhan antenatal merupakan contoh yang baik dalam upaya

pencegahan. Pada tahun 1929, Kementerian Kesehatan Inggris membuat suatu

klinik pelayanan antenatal. Pada tahun 1942, tablet vitamin diberikan kepada

ibu-ibu hamil trimester 2 ke atas. Di Amerika Serikat, mortalitas ibu hamil

menurun dari 319 per 100.000 kelahiran di tahun 1936 menjadi 15 per

100.000 kelahiran di tahun 1985.2

Asuhan antenatal menuai kesuksesan di Afrika, karena sebesar dua

pertiga wanita hamil (69 persen) melakukan setidaknya satu kali pelayanan

antenatal. Meskipun, untuk mencapai “keselamatan” total ibu dan anak,

setidaknya dilakukan empat kali pelayanan antenatal.3

Upaya peningkatan kesehatan ibu dan bayi merupakan dua hal yang

sangat erat hubungannya karena keadaan kesehatan ibu hamil akan

mempengaruhi kesehatan bayi yang dilahirkan. Disamping itu karena berbagai

faktor yang mempengaruhi kesehatan ibu hamil dan bayi yang dilahirkan,

1

Page 2: Antenatal Care Abrizan

menyebabkan Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia pada tahun 2012 masih

tinggi yaitu sekitar 359 per 100.000 kelahiran hidup, sedangkan target

Millenium Development Goals (MDGs) Indonesia pada tahun 2015 adalah

102 per 100.000 kelahiran hidup yang diperkirakan sulit untuk dicapai. 4

II. TUJUAN ASUHAN ANTENATAL

Asuhan antenatal merupakan pelayanan terhadap individu yang

bersifat preventive care untuk mencegah terjadinya masalah yang kurang baik

bagi ibu maupun janin. Asuhan antenatal merupakan upaya kesehatan

perorangan yang memperhatikan kualitas pelayanan medis yang diberikan.

Agar dapat melalui persalinan dengan sehat dan aman diperlukan kesiapan

fisik dan mental ibu, sehingga ibu dalam keadaan status kesehatan yang

optimal. Keadaan kesehatan ibu yang optimal sangat berpengaruh bagi

pertumbuhan janin yang dikandungnya.5

Adapun tujuan dilaksanakannya asuhan antenatal, antara lain:5

Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu dan

tumbuh kembang janin.

Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental, dan sosial

ibu.

Mengenali dan mengurangi secara dini adanya penyulit-penyulit atau

komplikasi yang mungkin terjadi selama hamil, termasuk riwayat penyakit

secara umum, kehamilan, dan pembedahan.

Mempersiapkan persalinan cukup bulan dan persalinan yang aman dengan

trauma seminimal mungkin.

Mempersiapkan ibu agar masa nifas berjalan normal dan mempersiapkan

ibu agar dapat memberikan ASI secara eksklusif.

Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran janin

agar dapat tumbuh kembang secara normal.

Mengurangi bayi lahir prematur, kelahiran mati dan kematian neonatal.

2

Page 3: Antenatal Care Abrizan

III. BENTUK PELAYANAN ANTENATAL

1) Anamnesis

Anamnesis pada kunjungan pelayanan antenatal pertama dari ibu hamil

meliputi: 5,6

a. Identifikasi ibu (nama, nama suami, usia, pekerjaan, agama, dan

alamat ibu)

b. Keluhan utama atau apa yang diderita, apakah ibu datang untuk

memeriksakan kehamilan atau ada masalah lain.

Kebanyakan dari keluhan-keluhan itu adalah ketidaknyaman yang

normal dan merupakan bagian dari perubahan yang terjadi pada tubuh

ibu selama proses kehamilan berlangsung. Namun demikian, penting

untuk mengetahui dan membedakan antara ketidaknyamanan yang

normal dengan tanda-tanda bahaya. Beberapa keluhan yang paling

sering dikeluhkan ibu hamil adalah sakit kepala, bengkak dan rasa

panas dalam perut, dan peningkatan cairan vagina.5

Tanda-tanda bahaya selama masa kehamilan bila tidak dilaporkan

atau tidak terdeteksi oleh ibu hamil dapat menyebabkan kematian.

Tanda-tanda bahaya selama kehamilan seperti bengkak pada muka

atau tangan, nyeri abdomen yang hebat, berkurangnya gerak janin,

perdarahan pervaginam, sakit kepala hebat, penglihatan kabur, demam,

muntah-muntah hebat, keluar cairan banyak secara tiba-tiba

pervaginam. 5

c. Riwayat haid, untuk mengetahui faal alat kandungan.

Riwayat menstruasi sangatlah penting. Wanita yang memiliki

siklus menstruasi teratur yakni 28 hari akan berovulasi pada

pertengahan siklus. Dan dengan demikian, usia kehamilan menjadi

lebih sederhana ditentukan yaitu sejak haid terakhir. Jika siklus

menstruasi secara signifikan lebih panjang dari 28-30 hari, ovulasi

akan terjadi di atas 14 hari. Tanpa adanya riwayat menstruasi yang

teratur dan dapat terprediksi serta menunjukkan siklus ovulasi,

3

Page 4: Antenatal Care Abrizan

menentukan tanggal kehamilan yang akurat dengan anamnesis dan

pemeriksaan fisik merupakan suatu hal yang sulit.6,7

d. Riwayat kehamilan sekarang, meliputi:

HPHT (hari pertama haid terakhir)

Gerak janin (kapan mulai dirasakan apakah ada perubahan)

Penggunaan obat-obatan (termasuk jamu-jamuan)

Sangatlah penting untuk memastikan ada tidaknya penggunaan

kontrasepsi steroid sebelum kehamilan. Karena ovulasi mungkin saja

tidak terjadi 2 minggu setelah perdarahan terakhir, dan oleh karena itu

mungkin saja terjadi kesalahan dalam menentukan waktu konsepsi

dengan berpatokan pada waktu ovulasi.6,7

e. Riwayat kehamilan yang lalu, meliputi: 6,7

Berapa kali hamil, anak yang lahir hidup, persalinan tepat waktu,

persalinan prematur, keguguran, atau kegagalan kehamilan,

persalinan dengan tindakan (forcep, vakum ekstraksi, atau operasi

Caesar)

Perdarahan pada kehamilan, persalinan, kelahiran, atau pasca

persalinan

Persalinan yang lalu : spontan atau buatan, aterm atau prematur,

perdarahan, siapa yang menolong.

Melahirkan janin dengan BB <2,5 kg atau >4 kg

Bayi yang dilahirkan : jenis kelamin, berat, dan panjang badan,

hidup atau mati, bila mati umur berapa dan penyebabnya

f. Riwayat KB

Riwayat ini ditanyakan untuk mengetahui apakah ibu pernah

menggunakan KB jenis tertentu. Sehingga bisa diketahui apakah

kehamilan ini diinginkan atau tidak. Apabila ibu pernah menggunakan

KB tanyakan jenis KB yang digunakan, berapa lama menggunakan

KB, keluhan yang muncul, kemudian tanyakan pada ibu rencana ibu

apabila KB tersebut tidak sesuai.6

4

Page 5: Antenatal Care Abrizan

g. Riwayat kesehatan (penyakit yang pernah diderita), meliputi: penyakit

kardiovaskular, TB paru, Hepatitis B, Diabetes, Hipertensi, PMS atau

HIV/AIDS, Malaria, status imunisasi TT dan lain-lain.6,7

h. Kebiasaan makan dan gizi yang dikonsumsi (gizi seimbang), dengan

perhatian pada vitamin A dan zat besi.6,7

i. Kebiasaan hidup sehat meliputi kebiasaan merokok, minum obat/

alkohol / obat tradisional dan olahraga. 6,7

2) Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik yang dilakukan meliputi pemeriksaan fisik secara

umum, yaitu berat badan, tinggi badan, tekanan darah, denyut nadi,

pemeriksaan tiroid, limfonodus, paru-paru, jantung, payudara, abdomen,

dengan mengukur tinggi fundus dan ada tidaknya denyut jantung janin,

pemeriksaan kedua tungkai, dan skrining pemeriksaan neurologis dasar.7

Pemeriksaan berat badan ibu hamil penting untuk melihat status gizi

ibu hamil, apakah kurang gizi atau gizi lebih. Ibu hamil dengan indeks

massa tubuh <20 kg/m2 memiliki risiko yang tinggi untuk mengalami

pertumbuhan janin terhambat dan meningkatkan risiko kematian perinatal.

Pemeriksaan skrining untuk bakterial vaginosis juga perlu dilakukan

karena wanita hamil dengan bakterial vaginosis berisiko tinggi untuk

mengalami persalinan prematur.8

Pemeriksaan abdomen pada ibu hamil perlu dilakukan dengan lebih

rinci untuk memperoleh informasi yang optimal pada saat persalinan.8

Pemeriksaan yang dilakukan pada palpasi abdomen adalah

pemeriksaan Leopold. Pemeriksaan Leopold dilakukan sejak usia

kehamilan 34 minggu untuk menilai taksiran berat janin dan presentasi.

Dapat ditawarkan pemeriksaan USG untuk konfimasi dan kemungkinan

intervensi.8

Inspeksi

Lihat derajat distensi, lihat ada tidaknya pergerakan janin untuk

memastikan bahwa perut membesar sebagai akibat dari kehamilan

dan bukan kista ovarium.8

5

Page 6: Antenatal Care Abrizan

Palpasi

a) Pada pemeriksaan leopold I dapat juga ditentukan tinggi fundus

uteri (bagian atas dari uterus) dengan menggunakan bagian ulnar

kedua tangan yang dipalpasi ke bawah dari xiphoideus. Tinggi

fundus diukur dengan menggunakan pita pengukur dari fundus

melewati umbilikus menuju ke batas atas simfisis pubis. 8

Setelah 16 minggu uterus biasanya berada pada pertengahan

antara simpisis pubis dan pusat. Pada 20 minggu fundus uteri

berada dekat pusat (2-3 jari bawah pusat). Pada minggu ke 28

fundus uteri berada 3 jari di atas pusat antara pusat dengan

processus xiphoid. Pada minggu ke 32, fundus uteri berada pada

pertengahan pusat dan processus xiphoid. Minggu ke 36, fundus

uteri mencapai 3 jari di bawah processus xiphoid.6

Tinggi fundus uteri yang normal untuk usia kehamilan 20-36

minggu dapat diperkirakan dengan rumus:

(usia kehamilan dalam minggu + 2) cm 6

Pengukuran Tinggi Fundus Uterus dengan Mc Donald

Perhitungan Tinggi Fundus Uterus dikalkulasi sebagai berikut :

Menentukan Usia Kehamilan

1. Tinggi Fundus (cm) x 2/7 =  ( durasi kehamilan dalam

bulan )

2. Tinggi Fundus (cm) x 8/7 = ( durasi kehamilan dalam

minggu )

3. Tinggi Fundus uteri dalam sentimeter (cm), yang normal

harus sama dengan umur kehamilan dalam minggu yang

ditentukan berdasarkan hari pertama haid terakhir.

Misalnya, jika umur kehamilannya 33 minggu, tinggu

fundus uteri harus 33 cm. jika hasil pengukuran berbeda

1-2 cm, masih dapat ditoleransi, tetapi jika deviasi lebih

6

Page 7: Antenatal Care Abrizan

kecil 2 cm dari umur kehamilan, kemungkinan ada

gangguan pertumbuhan janin, sedangkan bila deviasi

lebih besar dari 2 cm, kemingkinan terjadi bayi kembar,

polihidramnion, atau janin besar.

Tinggi fundus uteri dan usia kehamilan 5

Pengukuran Tinggi Fundus Uterus dengan Spiegelberg

Usia Kehamilan Tinggi Fundus

22 – 28 minggu 24 – 25 cm di atas simphisis

28 minggu 26,5 cm di atas simphisis

30 minggu 29,5 – 30 cm di atas simphisis

32 minggu 29,5 – 30 cm di atas simphisis

34 minggu 31 cm di atas simphisis

36 minggu 32 cm di atas simphisis

38 minggu 33 cm di atas simphisis

40 minggu 37,7 cm di atas simphisis

7

Page 8: Antenatal Care Abrizan

Pengukuran Taksiran Berat Janin dengan Johnson-Tausak

Cara pengukuran TFU dengan sentimeter bisa membantu

pengukuran berat janin, dengan rumus dari Johnson-Tausak

yaitu:

TBJ = [TFU (cm) – N] x 155 gram

Keterangan;

N = 13 Bila kepala belum melewati pintu atas panggul

N = 12 Bila kepala masih berada di atas spina iskiadika

N = 11 Bila kepala masih berada di bawah spina iskiadika

Cara pengukuran tinggi fundus dan usia kehamilan

berdasarkan tinggi fundus.11

b) Pada pemeriksaan leopold II dilakukan untuk menentukan posisi

berbaringnya janin dengan cara kedua telapak tangan ditempatkan

pada bagian lateral dari perut ibu. Dengan lembut salah satu

telapak tangan mendorong perut ibu, kemudian tentukan bagian

janin yang dipalpasi. 8

8

Page 9: Antenatal Care Abrizan

c) Pada pemeriksaan leopold III dilakukan untuk menentukan bagian

terbawah dari janin. Kedua tangan digunakan untuk mempalpasi

bagian bawah uterus dan menentukan bagian janin terbawah. 8

d) Pada pemeriksaan leopold IV dilakukan untuk menentukan

apakah bagian terbawah sudah mencapai pintu atas panggul atau

belum. Jika bagian terbawah adalah kepala, kita dapat meraba

penurunan kepala. 9

Cara pemeriksaan Leopold I-IV 6

Auskultasi

Keadaan janin – auskultasi denyut jantung janin dengan

menggunakan stetoskop Pinard atau Doppler melengkapi pemeriksaan

9

Page 10: Antenatal Care Abrizan

ini. Auskultasi denyut jantung janin menggunakan fetoskop atau

doppler (jika usia kehamilan > 16 minggu) Menganamnesis ibu

apakah bayinya mengalami pergerakan atau tidak juga boleh

dilakukan sebagai pengganti auskultasi denyut jantung janin. 6,9

3) Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksaan laboratorium dilakukan pada saat antenatal meliputi: 13

a. Pemeriksaan golongan darah

Pemeriksaan golongan darah pada ibu hamil tidak hanya untuk

mengetahui jenis golongan darah ibu melainkan juga untuk

mempersiapkan calon pendonor darah yang sewaktu-waktu diperlukan

apabila terjadi situasi kegawatdaruratan.

b. Pemeriksaan kadar hemoglobin darah (Hb)

Pemeriksaan kadar hemoglobin darah ibu hamil dilakukan minimal

sekali pada trimester pertama dan sekali pada trimester ketiga.

Pemeriksaan ini ditujukan untuk mengetahui ibu hamil tersebut menderita

anemia atau tidak selama kehamilannya karena kondisi anemia dapat

mempengaruhi proses tumbuh kembang janin dalam kandungan.

c. Pemeriksaan protein dalam urin

Pemeriksaan protein dalam urin pada ibu hamil dilakukan pada

trimester kedua dan ketiga atas indikasi. Pemeriksaan ini ditujukan untuk

mengetahui adanya proteinuria pada ibu hamil. Proteinuria merupakan

salah satu indikator terjadinya preeklampsia pada ibu hamil.

d. Pemeriksaan kadar gula darah

Ibu hamil yang berisiko menderita Diabetes Melitus harus

dilakukan pemeriksaan gula darah pada trimester kedua (24-28 minggu)

dengan dilakukan pemeriksaan tes toleransi glukosa oral (TTGO).

e. Pemeriksaan Hepatitis

Direkomendasikan semua perempuan hamil diperiksa HbsAg.

Setiap bayi yang lahir dari ibu dengan HbsAg positif atau ibu yang

HbsAg-nya tidak diketahui, harus mendapat vaksin hepatitis B dan HBIG

10

Page 11: Antenatal Care Abrizan

(hepatitis B Immunoglobulin). Pemberian HBIG ini  penting untuk

mencegah penularan saat kelahiran, dan harus segera diberikan (dalam 24

jam setelah lahir). Ini merupakan imunisasi pasif yang langsung bekerja

melindungi tubuh bayi. Kemudian diikuti dengan vaksin hepatitis B

(imunisasi rutin hepatitis B)  yang sudah menjadi program pemerintah.

Dengan diberikannya imunoglobulin ini, angka penularan vertikal dari ibu

ke anak menjadi sangat berkurang.

f. Pemeriksaan darah Malaria

Semua ibu hamil di daerah endemis Malaria dilakukan

pemeriksaan darah Malaria dalam rangka skrining pada kontak pertama.

Ibu hamil di daerah non endemis Malaria dilakukan pemeriksaan darah

Malaria apabila ada indikasi.

g. Pemeriksaan tes Sifilis

Pemeriksaan tes Sifilis dilakukan di daerah dengan risiko tinggi

dan ibu hamil yang diduga Sifilis. Pemeriksaaan Sifilis sebaiknya

dilakukan sedini mungkin pada kehamilan.

h. Pemeriksaan HIV

Pemeriksaan HIV terutama untuk daerah dengan risiko tinggi kasus

HIV dan ibu hamil yang dicurigai menderita HIV. Ibu hamil setelah

menjalani konseling kemudian diberi kesempatan untuk menetapkan

sendiri keputusannya untuk menjalani tes HIV.

i. Pemeriksaan BTA

Pemeriksaan BTA dilakukan pada ibu hamil yang menunjukkan

gejala dan dicurigai menderita tuberkulosis. Walaupun tidak

menampakkan gejala secara langsung namun terdapat faktor predisposisi

seperti lingkungan sekitar ataupun ada orang terdekat yang mengidap

tuberkulosis maka pemeriksaan BTA perlu dilakukan.

11

Page 12: Antenatal Care Abrizan

4) Pemeriksaan Penunjang Lainnya

a. Pemeriksaan USG

Pemeriksaan USG saat ini dipandang sebagai metode pemeriksaan yang

non invasif, aman, praktis dan hasilnya cukup akurat. Namun sebenarnya

belum ada keseragaman mengenai indikasi pemeriksaan USG dalam

kehamilan. Di beberapa Negara Eropa, pemeriksaan USG dikerjakan secara

rutin selama kehamilan sedikitnya 1-2 kali selama kehamilan. Di Amerika

Serikat pemeriksaan USG tidak dikerjakan secara rutin, melainkan atas

indikasi klinis yaitu bila dalam pemeriksaan klinis dijumpai keadaan yang

meragukan atau mencurigakan adanya kelainan dalam kehamilan. 12

USG pada trimester pertama :

Melakukan evaluasi terhadap uterus untuk melihat adanya kantung

gestasi yang sudah harus terlihat manakala kadar beta hCG serum telah

mencapai 1000 – 1200 mIU/mL dengan scanning transvaginal dan

pada 6000 mIU/mL pada scanning abdominal. Jika tidak terlihat, maka

harus diduga terjadinya kehamilan ektopik

Jika sudah terlihat kantung gestasi, diperiksa keberadaan yolk

sac (biasanya sudah terlihat pada kadar hCG 7000mIU/mL) dan janin

(pada kadar hCG 11.000 mIU/mL)

CRL – crown rump length pada trimester pertama merupakan ukuran

akurat dalam menentukan usia kehamilan dengan selisih ketepatan 3 –

5 hari (selisih pada pengukuran pada trimester II 2 minggu dan

trimester III sekitar 3 minggu).

12

Page 13: Antenatal Care Abrizan

CRL dalam mm + 6.5 = perkiraan usia kehamilan dalam minggu

Pada akhir trimester Pertama, ukuran BPD – biparietal diameter dapat

digunakan untuk memperkirakan usia kehamilan

Aktivitas jantung janin biasanya terlihat jelas setelah kutub janin jelas

terlihat. Jika ukuran CRL mencapai 3 – 5 mm tapi tak terlihat aktivitas

jantung maka harus dilakukan pemeriksaan USG lanjutan dalam waktu

3 – 5 hari kemudian untuk menentukan “pregnancy loss”. Jika

aktivitas jantung sudah terlihat maka “pregnancy loss” menurun

hingga 5%

Menentukan jumlah janin

Mengukur adanya nuchal translucency

13

Page 14: Antenatal Care Abrizan

Evaluasi uterus, struktur adneksa dan cavum Douglasi

USG trimester kedua:

Mendokumentasikan aktivitas jantung dan jumlah janin

Memperkirakan volume cairan ketuban

Menentukan lokasi plasenta. Jika ditemukan lokasi plasenta pada

segmen bawah rahim pada kehamilan 18 – 22 minggu, maka

pemeriksaan USG serial harus dilakukan untuk mengikuti perubahan

lokasi plasenta. Hanya sekitar 5% plasenta previa yang ditemukan

pada trimester II terus bertahan sampai kehamilan aterm.

Evaluasi tali pusat .

o Dilihat jumlah pembuluh darah (bila arteri umbilikalis hanya

satu buah maka patut diduga adanya aneuplodi janin,

khususnya jika terkait dengan anomali struktur janin.

o Insersi talipusat pada plasenta dan tubuh janin

o Herniasi ekstra abdominal lambung tengah (mid gut) ke

talipusat biasanya terjadi pada usia 8 – 12 minggu dan jangan

di interpretasikan adanya kelainan dinding perut.janin

Evaluasi panjang cervix

Menentukan usia kehamilan

Survei anatomis paling baik dilakukan pada kehamilan 18 – 22 minggu

Evaluasi uterus dan adneksa

USG trimester ketiga:

Serupa dengan sonografi trimester II

Menentukan tafsiran berat janin dengan menggunakan rata-

rata 3 ukuran: panjang femur – lingkar abdomen – diameter biparietal

Survei Anatomi

b. Pemeriksaan Kardiotokografi

Kardiotokografi (KTG) adalah seperangkat alat elektronik yang dapat

dipergunakan dalam memantau kesejahteraan janin melaluai penilaian denyut

jantung janin (DJJ), kontraksi uterus, dan gerak janin dalam waktu bersamaan.

14

Page 15: Antenatal Care Abrizan

Kesejahteraan janin menggambarkan kecukupan oksigenasi dan pertumbuhan

janin yang baik, kesehatan ibu, dan volume cairan amnion yang cukup.

Diperlukan seorang penanggung jawab untuk perawatan dan

pengoperasionalan KTG tersebut, juga pelatihan didalam menginterpretasikan

hasil KTG tersebut. Pada saat pemeriksaan KTG, posisi pasien tidak boleh

tidur terlentang, tetapi harus setengah duduk atau tidur miring.13

Posisi pasien saat pemeriksaan KTG 13

Beberapa keadaan dibawah ini memerlukan pemantauan dengan

kardiotokografi (KTG) karena berkaitan dengan meningkatnya morbiditas dan

mortalitas perinatal, misalnya pertumbuhan janin terhambat (PJT), gerakan

janin berkurang, kehamilan post-term (≥ 42 minggu), preeklampsia/hipertensi

kronik, diabetes mellitus prakehamilan, DM yang memerlukan terapi insulin,

ketuban pecah pada kehamilan preterm, dan suspek solusio plasenta.

Identifikasi pasien yang memiliki risiko tinggi insufisiensi uteroplasenta

mutlak dilakukan karena hal ini berkaitan dengan tatalaksana yang harus

dilakukan. Kegagalan dalam mengenal adanya faktor risiko, dapat berakibat

fatal.13

Batasan frekuensi dasar normal DJJ adalah 110 –160 dpm teratur. Definisi

frekuensi dasar DJJ menurut NICHD adalah nilai rata rata DJJ yang dipantau

selama 10 menit, dengan peningkatan 5 dpm. Bila perubahan tersebut < 5

menit, keadaan ini disebut perubahan periodik atau berkala (periodic

changes).13

15

Page 16: Antenatal Care Abrizan

Perubahan periodik adalah akselerasi atau deselerasi DJJ yang bersifat

transien yang kembali ke frekuensi dasar semula atau frekuensi dasarnya

menjadi berubah. Pada umumnya, perubahan periodik ini terjadi sebagai

respon terhadap kontraksi uterus atau gerakan janin. Takhikardia, bradikardia,

dan variabilitas memengaruhi perubahan frekuensi dasar DJJ.13

5) Diagnosis

Setelah dilakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik, maka dapat

ditegakkan diagnosis. Selain itu dapat pula diketahui: 6

Hamil atau tidak

Primigravida atau multigravida

Usia kehamilan

Janin hidup atau mati

Janin tunggal atau kembar

Letak anak

Anak terletak intrauterin atau ekstrauterin

Keadaan jalan lahir

Keadaan umum penderita

6) Terapi

Tujuan terapi pada ibu hamil adalah untuk mencapai derajat kesehatan

yang setinggi-tingginya dalam kehamilan dan menjelang persalinan. Keluhan

yang mengganggu perlu diperhatikan dan diberi pengobatan. Berikan

konseling pada ibu hamil mengenai kehidupan waktu hamil, higienitas, gizi,

pemeriksaan antenatal, dan tanda-tanda bahaya.6

Beri ibu 60 mg zat besi elemental segera setelah mual/muntah berkurang,

dan 400 μg asam folat 1x/hari sesegera mungkin selama kehamilan.

• Catatan: 60 mg besi elemental setara 320 mg sulfas ferosus.

• Efek samping yang umum dari zat besi adalah gangguan saluran cerna

(mual, muntah, diare, konstipasi).

16

Page 17: Antenatal Care Abrizan

• Tablet zat besi sebaiknya tidak diminum bersama dengan teh atau kopi

karena mengganggu penyerapan.

• Jika memungkinkan, idealnya asam folat sudah mulai diberikan sejak 2

bulan sebelum hamil (saat perencanaan kehamilan).

Di area dengan asupan kalsium rendah, suplementasi kalsium 1,5-2 g/ hari

dianjurkan untuk pencegahan preeklampsia bagi semua ibu hamil, terutama

yang memiliki risiko tinggi (riwayat preeklampsia di kehamilan sebelumnya,

diabetes, hipertensi kronik, penyakit ginjal, penyakit autoimun, atau

kehamilan ganda).

Pemberian 75 mg aspirin tiap hari dianjurkan untuk pencegahan

preeklampsia bagi ibu dengan risiko tinggi, dimulai dari usia kehamilan 20

minggu.

7) Prognosis

Prognosis persalinan dibuat setelah diagnosis ditegakkan. Prognosis

persalinan dapat diperkirakan apakah akan berjalan normal dan lahir normal

atau sulit dan berbahaya.5

Kategori Gambaran

Kehamilan normal - Keadaan umum ibu baik

- Tekanan darah <140/90 mmHg

- Bertambahnya berat badan sesuai minimal 8 kg

selama kehamilan (1 kg tiap bulan) atau sesuai IMT

ibu

- Edema hanya pada ekstremitas

- Denyut jantung 120-160 kali/menit

- Gerakan janin dapat dirasakan setelah usia

kehamilan 18-20 minggu hingga melahirkan

- Tidak ada kelainan riwayat obstetrik

- Ukuran uterus sesuai dengan usia kehamilan

- Pemeriksaan fisik dan laboratorium dalam batas

17

Page 18: Antenatal Care Abrizan

normal

Kehamilan dengan masalah

khusus

- Seperti masalah keluarga atau psikososial,

kekerasan dalam rumah tangga, kebutuhan

finansial, dll

Kehamilan dengan masalah

kesehatan yang

membutuhkan rujukan

untuk konsultasi dan atau

kerjasama penanganannya

- Riwayat pada kehamilan sebelumnya: janin atau

neonatus mati, keguguran ≥3x, bayi 4500 g,

hipertensi, pembedahan pada organ atau kerjasama

penanganannya reproduksi

- Kehamilan saat ini: kehamilan ganda, usia ibu 2kg

tiap bulan atau tidak sesuai IMT, TFU tidak sesuai

usia kehamilan, pertumbuhan janin terhambat,

infeksi saluran kemih, penyakit kelamin,

malposisi/malpresentasi, gangguan kejiwaan, dan

kondisi-kondisi lain yang dapat memburuk

kehamilan

Kehamilan dengan kondisi

kegawatdaruratan yang

membutuhkan rujukan

segera

- Perdarahan, preeklampsia, eklampsia, ketuban

kegawatdaruratan yang pecah dini, gawat janin, atau

kondisi-kondisi membutuhkan rujukan segera

kegawatdaruratan lain yang mengancam nyawa ibu

dan bayi

Tabel 2. Kondisi kehamilan 5

IV. PELAKSANAAN PELAYANAN ANTENATAL

1) Kunjungan Antenatal

Menurut WHO clinical guidelines 2014, kunjungan antenatal

dilakukan minimal empat kali bagi ibu yang sehat tanpa memiliki masalah

kesehatan tertentu. Di Indonesia, sesuai dengan kebijakan Departemen

Kesehatan, kunjungan pelayanan antenatal sebaiknya dilakukan paling

sedikit empat kali selama kehamilan, dengan ketentuan waktu sebagai

berikut: 3,6

18

Page 19: Antenatal Care Abrizan

Minimal 1 (satu) kali pada trimester pertama = K1

Pada kunjungan yang pertama sebelum minggu 16, dilakukan tes

kehamilan dan taksiran persalinan, memberikan jadwal kunjungan

asuhan antenatal (empat kali kunjungan) atau dilakukan perawatan

yang lebih khusus. Melakukan skrining, mengobati dan memberikan

langkah-langkah pencegahan. Menilai perkembangan janin,

pencegahan masalah darurat, memberikan saran dan nasihat. 6

Minimal 1 (satu) kali pada trimester kedua = K2

Pada kunjungan yang kedua di minggu 24-28, dilakukan penilaian

pada kondisi ibu dan janin khusus pasien dengan hipertensi dalam

kehamilan dan anemia. Meninjau, merencanakan kelahiran,

pencegahan masalah darurat , memberikan saran dan nasihat. 6

Minimal 2 (dua) kali pada trimester ketiga = K3 dan K4

Pada kunjungan yang ketiga di minggu 30-32, dilakukan penilaian

pada kondisi ibu dan janin khusus pasien dengan hipertensi dalam

kehamilan, anemia dan kehamilan kembar. Berikan langkah-langkah

pencegahan. Meninjau, merencanakan kelahiran, pencegahan masalah

darurat, memberikan saran dan nasihat.6

Pada kunjungan yang keempat di minggu 36-38, dilakukan

penilaian pada kondisi ibu dan janin khusus pasien dengan hipertensi

dalam kehamilan, anemia, kehamilan kembar dan malpresentasi.

Berikan langkah-langkah pencegahan. Meninjau, merencanakan

kelahiran, pencegahan masalah darurat, memberikan saran dan

nasihat.6

Apabila terdapat kelainan atau penyulit kehamilan, seperti mual,

muntah, keracunan kehamilan, perdarahan, kelainan letak, dan lain-

lain, frekuensi pemeriksaan disesuaikan dengan kebutuhan.5

Pada pemeriksaan harus dilakukan Standar Minimal Asuhan

Antenatal “10T”, yang terdiri dari: 6

Timbang berat badan dan ukur tinggi badan

Ukur Tekanan darah

19

Page 20: Antenatal Care Abrizan

Nilai status gizi (ukur lingkar lengan atas)

Ukur Tinggi fundus uteri

Tentukan presentasi janin dan denyut jantung janin (DJJ)

Pemberian imunisasi TT (Tetanus Toksoid) lengkap

Pemberian Tablet zat besi, minimal 90 hari selama kehamilan

Tes terhadap penyakit menular seksual, HIV/AIDS, dan malaria

Tatalaksana kasus

Temu wicara atau konseling dalam rangka persiapan rujukan.

Asuhan antenatal ini sebaiknya dilakukan oleh tenaga kesehatan

profesional. Dalam pelayanan antenatal, selain pemeriksaan

kehamilan, juga perlu diberikan penjelasan kepada ibu hamil

mengenai hal-hal yang perlu diperhatikan dalam kehamilan, yang

mencakup pola makan selama kehamilan, higienitas umum dalam

kehamilan, dan mengenai hubungan seks selama kehamilan.5,6

Tabel 3. Target kunjungan antenatal3

2) Pencegahan

a. Tetanus Toksoid

Vaksinasi tetanus toksoid pada pemeriksaan antenatal dapat

menurunkan kemungkinan kematian bayi dan mencegah kematian ibu

akibat tetanus. Semua ibu hamil harus diberitahukan tentang pemberian 5

suntikan tetanus sesuai dengan program TT seumur hidup. Selain itu, ibu

hamil juga harus memahami bahwa risiko infeksi tetanus akan berkurang

jika persalinannya dibantu oleh tenaga kesehatan yang terlatih.6,7

20

Page 21: Antenatal Care Abrizan

Setiap ibu hamil yang belum pernah diberikan imunisasi tetanus harus

mendapatkannya paling sedikit 2 kali suntikan selama kehamilannya, yaitu

pertama pada saat kunjungan antenatal pertama dan kedua kali pada 4

minggu kemudian. Walaupun demikian apabila ada waktu, suntikan ketiga

dapat diberikan juga. Untuk mencegah tetanus terhadap bayi baru lahir,

dosis terakhir harus diberikan paling lambat 2 minggu sebelum

melahirkan. 6

Apabila ibu pernah diberikan imunisasi sebelumnya, maka satu kali

pemberian serum tambahan masih diperlukan selama kehamilannya.

Berikan satu suntikan pada kunjungan antenatal pertama, paling lambat 2

minggu sebelum persalinan. 6

Imunisas

i

Interval Durasi Perlindungan

TT1 Pada kunjungan antenatal pertama -

TT2 4 minggu setelah TT1 3 tahun

TT3 6 bulan setelah TT2 5 tahun

TT4 1 tahun setelah TT3 10 tahun

TT5 1 tahun setelah TT4 25 tahun/seumur hidup

Tabel 4. Pemberian Imunisasi Tetanus Toksoid Lengkap 6

b. Aktivitas Fisik

Semua orang tahu olahraga merupakan cara yang baik untuk

memelihara stamina tubuh. Ternyata, bagi wanita hamil, olahraga juga

mempunyai banyak manfaat. Sebuah penelitian baru mengungkapkan

bahwa saat seorang calon ibu bekerja atau melakukan aktivitas fisik,

janinnya akan mendapatkan efek, yakni jantung si janin makin kuat dan

sehat. Setidaknya irama jantung tidak berdetak kencang, melainkan

melambat teratur. Olahraga bagi wanita hamil harus dilakukan hati-hati

sesuai anjuran dokter maupun pakar olahraga. 14

21

Page 22: Antenatal Care Abrizan

Anjuran latihan pada kehamilan dan postpartum dari American

College Of Obstetricians And Gynecologist (ACOG) adalah sebagai

berikut: 14

1. Selama kehamilan, wanita bisa terus melakukan latihan dan

memperoleh keuntungan kesehatan bahkan dari latihan rutin yang

ringan sampai yang sedang. Latihan yang teratur secara intermiten

(paling tidak 3 kali per minggu) sangat diutamakan.

2. Wanita sebaiknya menghindari latihan dalam posisi terlentang setelah

tri semester yang pertama. Posisi semacam itu menyebabkan

penurunan curah jantung pada sebgian besar wanita. Karena curah

jantung yang tetap akan didistribusikan keluar dari organ splanknik

(termasuk uterus) selama latihan yang berat, hal tersebut sebaiknya

dihindarkan selama masa kehamilan. Periode berdiri diam tanpa

bergerak dalam waktu lama juga harus dihindarkan.

3. Wanita harus waspada terhadap penurunan ketersediaan oksigen saat

latihan aerobik selama masa kehamilan. Mereka harus didorong untk

memodifikasi intensitas latihan menurut gejala maternal. Wanita hamil

harus berhenti berlatih jika lelah dan tidak berlatih sampai kehabisan

tenaga. Latihan beban dapat dilanjutkan menurut kondisi-kondisi

tertentu pada intensitas yang sama dengan sebelum kehamilan. Latihan

tanpa beban, seperti bersepeda atau berenang, akan mengurangi risiko

cedera dan memfasilitasi kelanjutan latihan selama kehamilan.

4. Perubahan-perubahan morfologis dalam kehamilan merupakan

kontraindikasi relatif untuk jenisjenis latihan yang menyebabkan

kehilangan keseimbangan karena dapat merugikan keadaan ibu atau

janin, khususnya dalam trismester ketiga. Oleh karena itu, semua jenis

latihan yang dapat menyebabkan trauma perut meskipun ringan harus

dihindari.

5. Kehamilan membutuhkan 300 kkal/hari untuk mempertahankan

homeostatis metabolik. Wanita yang melakukan olahraga selama

kehamilan harus berhati-hati untuk menjamin kecukupan diet.

22

Page 23: Antenatal Care Abrizan

6. Wanita hamil yang berlatih trisemester pertama harus memperbesar

pengeluaran panas dengan menjamin hidrasi yang cukup, pakaian yang

sesuai, dan lingkungan yang optimal selama olahraga.

7. Banyak perubahan-perubahan fisiologis maupun morfologis pada

kehamilan yang berlangsung sampai empat sampai enam minggu

postpartum. Latihan rutin sebelum kehamilan harus dilanjutkan secara

bertahap berdasarkan pada kemampuan fisik wanita tersebut.

3) Persiapan Persalinan

WHO memprediksi bahwa ibu hamil dapat mengalami komplikasi

yang membahayakan jiwa. Namun demikian, hampir tidak mungkin untuk

memprediksi ibu mana yang akan mengalami komplikasi tersebut. Faktor

yang memegang peranan penting dalam mengurangi angka kematian ibu

hamil adalah tenaga kesehatan yang terampil dalam menolong ibu pada

saat persalinan. Selain itu penting juga bekerja sama dengan ibu, keluarga

dan masyarakat dalam mempersiapkan persalinan serta membuat suatu

rencana tindakan bilamana terjadi komplikasi.6

Ibu hamil juga perlu mengetahui tanda-tanda mulainya persalinan

sebagai berikut:6

His teratur dan makin sering timbul, disertai nyeri mulai dari

pinggang menjalar ke perut

Keluarnya darah dan lendir dari vagina

Terjadi pembukaan serviks

Rencana tindakan yang akan dilaksanakan didiskusikan pada ibu

hamil dan keluarganya agar diperoleh kepastian bahwa ibu hamil dapat

menerima tindakan yang diperlukan, sehingga menghilangkan

kebingungan dan kekacauan pada saat persalinan dan meningkatkan

kepastian bahwa ibu menerima pelayanan dan tindakan yang sesuai dan

tepat waktu.6

Tanda bahaya pada kehamilan, persalinan dan nifas serta kesiapan

menghadapi komplikasi. Setiap ibu hamil diperkenalkan mengenai tanda

23

Page 24: Antenatal Care Abrizan

tanda bahaya baik selama kehamilan, persalinan, dan nifas misalnya

perdarahan pada hamil muda maupun hamil tua, keluar cairan berbau pada

jalan lahir saat nifas, dan sebagainya. Mengenal tanda-tanda bahaya ini

penting agar ibu hamil segera mencari pertolongan ke tenaga kesehatan.6

Ibu hamil diberikan pengarahan tentang pentingnya ikut KB

setelah persalinan untuk menjarangkan kehamilan dan agar ibu punya

waktu merawat kesehatan diri sendiri, anak, dan keluarga.6

4) Penapisan kehamilan resiko tinggi

Skor Poedji Rochjati adalah suatu cara untuk mendeteksi dini

kehamilan yang memiliki risiko lebih besar dari biasanya (baik bagi ibu

maupun bayinya), akan terjadinya penyakit atau kematian sebelum

maupun sesudah persalinan. Ukuran risiko dapat dituangkan dalam bentuk

angka disebut skor. Skor merupakan bobot prakiraan dari berat atau

ringannya risiko atau bahaya. Jumlah skor memberikan pengertian tingkat

risiko yang dihadapi oleh ibu hamil. Berdasarkan jumlah skor kehamilan

dibagi menjadi tiga kelompok:15

a. Kehamilan Risiko Rendah (KRR) dengan jumlah skor 2

b. Kehamilan Risiko Tinggi (KRT) dengan jumlah skor 6-10

c. Kehamilan Risiko Sangat Tinggi (KRST) dengan jumlah skor ≥ 12

a. Tujuan Sistem Skor 15

1. Membuat pengelompokkan dari ibu hamil (KRR, KRT, KRST) agar

berkembang perilaku kebutuhan tempat dan penolong persalinan

sesuai dengan kondisi dari ibu hamil.

2. Melakukan pemberdayaan ibu hamil, suami, keluarga dan masyarakat

agar peduli dan memberikan dukungan dan bantuan untuk kesiapan

mental, biaya dan transportasi untuk melakukan rujukan terencana.

24

Page 25: Antenatal Care Abrizan

b. Fungsi Skor 15

1. Alat komunikasi informasi dan edukasi bagi klien/ibu hamil, suami,

keluarga dan masyarakat.

2. Skor digunakan sebagai sarana yang mudah diterima, diingat,

dimengerti sebagai ukuran kegawatan kondisi ibu hamil dan

menunjukkan adanya kebutuhan pertolongan untuk rujukkan. Dengan

demikian berkembang perilaku untuk kesiapan mental, biaya dan

transportasi ke Rumah Sakit untuk mendapatkan penanganan yang

adekuat.

3. Alat peringatan bagi petugas kesehatan. Agar lebih waspada. Lebih

tinggi jumlah skor dibutuhkan lebih kritis penilaian/pertimbangan

klinis pada ibu Risiko Tinggi dan lebih intensif penanganannya.

c. Cara Pemberian Skor 15

Tiap kondisi ibu hamil (umur dan paritas) dan faktor risiko diberi

nilai 2,4 dan 8. Umur dan paritas pada semua ibu hamil diberi skor 2

sebagai skor awal. Tiap faktor risiko skornya 4 kecuali bekas sesar,

letak sungsang, letak lintang, perdarahan antepartum dan pre-eklamsi

berat/eklamsi diberi skor 8. Tiap faktor risiko dapat dilihat pada

gambar yang ada pada Kartu Skor ‘Poedji Rochjati’ (KSPR), yang

telah disusun dengan format sederhana agar mudah dicatat dan diisi.

25

Page 26: Antenatal Care Abrizan

Tabel Skor Poedji Rochjati

Keterangan :

1. Ibu hamil dengan skor 6 atau lebih dianjurkan untuk bersalin ditolong oleh

tenaga kesehatan.

2. Bila skor 12 atau lebih dianjurkan bersalin di RS/DSOG

26

Page 27: Antenatal Care Abrizan

d. Pencegahan Kehamilan Risiko Tinggi 15

Penyuluhan komunikasi, informasi, edukasi untuk kehamilan dan

persalinan aman.

1. Kehamilan Risiko Rendah (KRR), tempat persalinan dapat dilakukan di

rumah maupun di polindes, tetapi penolong persalinan harus bidan, dukun

membantu perawatan nifas bagi ibu dan bayinya.

2. Kehamilan Risiko Tinggi (KRT), ibu PKK membeti penyuluhan agar

pertolongan persalinan oleh bidan atau dokter puskesmas, di polindes atau

puskesmas (PKM), atau langsung dirujuk ke Rumah Sakit, misalnya pada

letak lintang dan ibu hamil pertama (primi) dengan tinggi badan rendah.

3. Kehamilan Risiko Sangat Tinggi (KRST), diberi penyuluhan dirujuk untuk

melahirkan di Rumah Sakit dengan alat lengkap dan dibawah pengawasan

dokter spesialis.

27

Page 28: Antenatal Care Abrizan

DAFTAR PUSTAKA

1. United State Agency. Focused antenatal care: providing integrated,

individualized care during pregnancy. Access to Clinical and Community

Maternal, Neonatal, and Womens’s Health Services 2007. p. 1-4.

2. Johnson TRB, Gregory KD, Niebyl JR. Preconception and prenatal care: part

of the continuum. In: Gabbe SG, Niebyl JR, Simpson JL, editors. Obstetrics

Normal and Problem Pregnancies fifth edition. Philadelphia: Churcill of

Livingstone, Elsevier; 2007.

3. Lincetto O, Mothebesoane-Anoh, Gomez P, Munjaja. Antenatal care [online].

2012 [cited 2015 March 11th]. Available from

http://www.who.int/pmnch/media/publications/aonsectionIII_2.pdf.

4. Syafiq A. Angka kematian ibu dan pendidikan perempuan di Indonesia:

tinjauan ekologis provinsial. Jakarta: FKM UI; 2013

5. Handayani R, dkk. Pedoman pelayanan antenatal. Jakarta: Departemen

Kesehatan RI; 2007. hlm. 9-96.

6. Achmad Kemal, dkk. Pelayanan Kesehatan Ibu Di Fasilitas Kesehatan Dasar

Dan Rujukan. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI; 2013. hlm. 22-35

7. Adriaansz George. Asuhan Antenatal. Dalam : Ilmu Kebidanan. Edisi 4.

Jakarta : Penerbit Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo; 2014. Hal. 278-287.

8. Cunningham, dkk. Chapter 22: Normal Labor. Williams Obstetrics 24th

edition. United States: Mc Graw Hill; 2014. P. 437-438

9. Pitkin J, Peattle AB, Magowan BA. Antenatal care. In: Pitkin J, Peattle AB,

Magowan BA, editors. Obstetrics and Gynaecology an illustrated colour text.

Philadelphia: Churcill of Livingstone, Elsevier; 2003. p. 4-5.

10. Bambang. Perawatan Antenatal. [online]. 2011 [cited 2015 June 4th].

Available from http://reproduksiumj.blogspot.com/2011/08/perawatan-

antenatal-lanjutan.html

11. Karsono B. Ultrasonografi Dalam Obstetri. Dalam : Ilmu Kebidanan. Edisi 4.

Jakarta : Penerbit Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo; 2010. Hal. 245-277.

28

Page 29: Antenatal Care Abrizan

12. Judi Januadi Endjun, Biran Affandi. Kardiotokografi (KTG). Departemen

Obstetri dan Ginekologi, RS Pendidikan RSPAD Gatot Soebroto

Ditkesad/FKUI. Jakarta: 2013

13. Budihardja, DT. Pedoman Pelayanan Antenatal Terpadu. Jakarta: Kementrian

Kesehatan RI, 2010.

14. Prasetyo,Y. Olahraga Bagi Ibu Hami. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran

ECG, 2010.

15. Suparyanto. Kehamilan Normal dan Risiko Tinggi. [online]. 2011 [cited 2015

September 4th]. Available from

http://dr-suparyanto.blogspot.co.id/2011/07/kehamilan-normal-dan-risiko-

tinggi.html

29