konsep antenatal care
DESCRIPTION
ANCTRANSCRIPT
KONSEP ANTENATAL CARE
A. DEFINISI
Pemeriksaan antenatal care (ANC) adalah pemeriksaan kehamilan untuk
mengoptimalkan kesehatan mental dan fisik ibu hamil. Sehingga mampu menghadapi
persalinan, kala nifas, persiapan pemberiaan ASI dan kembalinya kesehatan reproduksi
secara wajar (Manuaba, 1998). Kunjungan ANC adalah kunjungan ibu hamil ke bidan
atau dokter sedini mungkin semenjak ia merasa dirinya hamil untuk mendapatkan
pelayanan/asuhan antenatal. Pelayanan antenatal ialah untuk mencegah adanya
komplikasi obstetri bila mungkin dan memastikan bahwa komplikasi dideteksi sedini
mungkin serta ditangani secara memadai (Saifuddin, dkk., 2002).
Pemeriksaan kehamilan atau ANC merupakan pemeriksaan ibu hamil baik fisik
dan mental serta menyelamatkan ibu dan anak dalam kehamilan, persalinan dan masa
nifas, sehingga keadaan mereka post partum sehat dan normal, tidak hanya fisik tetapi
juga mental (Wiknjosastro, 2005). Pelayanan antenatal terintegrasi merupakan integrasi
pelayanan antenatal rutin dengan beberapa program lain yang sasarannya pada ibu
hamil, sesuai prioritas Departemen Kesehatan, yang diperlukan guna meningkatkan
kualitas pelayanan antenatal. Program-program yang di integrasikan dalam pelayanan
antenatal terintegrasi meliputi :
1. Maternal Neonatal Tetanus Elimination (MNTE)
2. Antisipasi Defisiensi Gizi dalam Kehamilan (Andika)
3. Pencegahan dan Pengobatan IMS/ISR dalam Kehamilan (PIDK)
4. Eliminasi Sifilis Kongenital (ESK) dan Frambusia
5. Pencegahan dan Penularan HIV dari Ibu ke Bayi (PMTCT)
6. Pencegahan Malaria dalam Kehamilan (PMDK)
7. Penatalaksanaan TB dalam Kehamilan (TB-ANC) dan Kusta
8. Pencegahan Kecacingan dalam Kehamilan (PKDK)
9. Penanggulangan Gangguan Intelegensia pada Kehamilan (PAGIN). (Depkes
RI, 2009)
B. TUJUAN, MANFAAT, DAN CARA ANTENATAL CARE
Baru dalam setengah abad ini diadakan pengawasan wanita hamil secara teratur
dan tertentu. Dengan usaha itu ternyata angka mortalitas serta morbiditas ibu dan bayi
jelas menurun.
Tujuan pengawasan wanita hamil ialah menyiapkan sebaik-baiknya fisik dan
mental, serta menyelamatkan ibu dan anak dalam kehamilan, persalinan dan masa
nifas, sehingga keadaan mereka postpartum sehat dan normal, tidak hanya fisik akan
tetapi juga mental. Ini berarti dalam antenatal care harus diusahakan agar :
1. Wanita hamil sampai akhir kehamilan sekurang – kurangnya harus sama
sehatnya atau lebih sehat,
2. Kelainan fisik atau psikologik harus ditemukan sejak dini dan diobati,
3. Wanita melahirkan tanpa kesulitan dan bayi yang dilahirkan sehat pula fisik dan
metal. (Wiknjosastro, 2005)
a) Tujuan Asuhan Antenatal yaitu :
- Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan Ibu dan
tumbuh kembang bayi;
- Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental, dan sosial
ibu dan bayi,
- Mengenali secara dini adanya ketidaknormalan atau komplikasi yang
mungkin terjadi selama hamil, termasuk riwayat penyakit secara umum,
kebidanan dan pembedahan,
- Mempersiapkan persalinan cukup bulan, melahirkan dengan selamat, Ibu
maupun bayinya dengan trauma seminimal mungkin,
- Mempersiapkan peran Ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran bayi
agar dapat tumbuh kembang secara normal (Saifuddin, dkk., 2002).
b) Keuntungan Antenatal Care
Dapat mengetahui berbagai resiko dan komplikasi hamil sehingga ibu hamil
dapat diarahkan untuk melakukan rujukan ke rumah sakit. (Manuaba,1998)
c) Fungsi Antenatal Care
- Promosi kesehatan selama kehamilan melalui sarana dan aktifitas
pendidikan.
- Melakukan screening, identifikasi wanita dengan kehamilan resiko tinggi
dan merujuk bila perlu.
- Memantau kesehatan selama hamil dengan usaha mendeteksi dan
menangani masalah yang terjadi.
d) Cara Pelayanan Antenatal Care
Cara pelayanan Antenatal care disesuaikan dengan standar pelayanan
antenatal menurut Depkes RI yang terdiri dari :
- Kunjungan Pertama
a. Catat identitas ibu hamil
b. Catat kehamilan sekarang
c. Catat riwayat kehamilan dan persalinan yang lalu
d. Catat penggunaan cara kontrasepsi sebelum kehamilan
e. Pemeriksaan fisik diagnostik dan laboratorium
f. Pemeriksaan obstetri
g. Pemberian imunisasi tetanus toxoid (TT)
h. Pemberian obat rutin seperti tablet Fe, calsium, multivitamin, dan
mineral lainnya serta obat-obatan khusus atas indikasi.
i. Penyuluhan/konseling.
- Jadwal Kunjungan Ibu Hamil
Setiap wanita hamil menghadapi resiko komplikasi yang bisa
mengancam jiwanya. Wanita hamil memerlukan sedikitnya empat kali
kunjungan selama periode antenatal yang terdiri dari:
a. Satu kali kunjungan selama trimester satu (< 14 minggu).
b. Satu kali kunjungan selama trimester kedua (antara minggu 14 –
28).
c. Dua kali kunjungan selama trimester ketiga (antara minggu 28 –
36 dan sesudah minggu ke 36) (Saifudin, dkk.,2002),
d. Perlu segera memeriksakan kehamilan bila dirasakan ada
gangguan atau bila janin tidak bergerak lebih dari 12 jam
(Pusdiknakes, 2003).
Pada setiap kunjungan pemeriksaan kehamilan perlu melakukan
beberapa hal serta mendapatkan informasi yang sangat penting,
yaitu:
a. Trimester pertama sebelum minggu ke 14
1) Membangun hubungan saling percaya antara petugas
kesehatan dan ibu hamil.
2) Mendeteksi masalah dan menanganinya.
3) Melakukan tindakan pencegahan seperti tetanus
neonatorum, anemia kekurangan zat besi, penggunaan
praktek tradisional yang merugikan.
4) Memulai persiapan kelahiran bayi dan kesiapan untuk
menghadapi komplikasi.
5) Mendorong perilaku yang sehat (gizi, latihan dan
kebersihan, istirahat dan sebagainya.
b. Trimester kedua sebelum minggu ke 28
Sama seperti di atas, ditambah kewaspadaan khusus
mengenai preeklampsia (tanya ibu tentang gejala – gejala
preeklamsia, pantau tekanan darah, evaluasi edema, periksa
untuk apakah ada kehamilan ganda).
c. Trimester ketiga antara minggu 28-36
Sama seperti di atas, ditambah palpasi abdominal untuk
mengetahui apakah ada kehamilan ganda.
d. Trimester ketiga setelah 36 minggu
Sama seperti di atas, ditambah deteksi letak bayi yang tidak
normal, atau kondisi lain yang memerlukan kelahiran di
rumah sakit. (Saifuddin, dkk., 2002)
- Tinjauan tentang Kunjungan Ibu Hamil
Kontak ibu hamil dan petugas yang memberikan pelayanan untuk
mendapatkan pemeriksaan kehamilan, istilah kunjungan tidak
mengandung arti bahwa selalu ibu hamil yang ke fasilitas tetapi dapat
juga sebaliknya, yaitu ibu hamil yang dikunjungi oleh petugas
kesehatan (Depkes RI, 2004). Pelayanan/asuhan standar minimal
termasuk “7 T” terdiri dari:
a. (Timbang) berat badan
b. Ukur (Tekanan) darah
c. Ukur (Tinggi) fundus uteri
d. Pemberian imunisasi (Tetanus Toxoid)
e. Pemberian Tablet zat besi, minimum 90 tablet selama
kehamilan
f. Tes terhadap penyakit menular sexual
g. Temu wicara dalam rangka persiapan rujukan. (Saifudin,
2002).
C. INTERVENSI DALAM PELAYANAN ANTENATAL
Intervensi dalam pelayanan antenatal adalah perlakuan yang diberikan kepada ibu
hamil setelah dibuat diagnosa kehamilan. Adapun intervensi dalam pelayanan antenatal
adalah :
1. Intervensi Dasar
- Pemberian Tetanus Toxoid
- Tujuan pemberian TT adalah untuk melindungi janin dari tetanus
neonatorum, pemberian TT baru menimbulkan efek perlindungan bila
diberikan sekurang-kurangnya 2 kali dengan interval minimal 4 minggu,
kecuali bila sebelumnya ibu telah mendapatkan TT 2 kali pada kehamilan
yang lalu atau pada masa calon pengantin, maka TT cukup diberikan
satu kali (TT ulang). Untuk menjaga efektifitas vaksin perlu diperhatikan
cara penyimpanan serta dosis pemberian yang tepat.
- Dosis dan pemberian 0,5 cc pada lengan atas
- Pemberian Vitamin Zat Besi
- Tujuan pemberian tablet Fe adalah untuk memenuhi kebutuhan Fe pada
ibu hamil dan nifas karena pada masa kehamilan dan nifas kebutuhan
meningkat.
- Di mulai dengan memberikan satu sehari sesegera mungkin setelah rasa
mual hilang. Tiap tablet mengandung FeSO4 320 Mg (zat besi 60 Mg)
dan Asam Folat 500 Mg, minimal masing-masing 90 tablet. Tablet besi
sebaiknya tidak di minum bersama teh atau kopi, karena mengganggu
penyerapan. (Saifudin, 2002)
2. Intervensi Khusus
Intervensi khusus adalah melakukan khusus yang diberikan kepada ibu hamil sesuai
dengan faktor resiko dan kelainan yang ditemukan, meliputi:
a. Faktor resiko, meliputi:
Umur
- Terlalu muda, yaitu dibawah 20 tahun
- Terlalu tua, yaitu diatas 35 tahun
b. Paritas
- Paritas 0 (primi gravidarum, belum pernah melahirkan)
- Paritas > 3
c. Interval
Jarak persalinan terakhir dengan awal kehamilan sekurang – kurangnya 2
tahun.
d. Tinggi badan kurang dari 145 cm
e. Lingkar lengan atas kurang dari 23,5 cm
3. Komplikasi Kehamilan
a. Komplikasi obstetri langsung
Perdarahan
Preeklamasi/eklamsia
Kelainan letak lintang, sungsang primi gravid
Anak besar, hidramnion, kelainan kembar
Ketuban pecah dini dalam kehamilan.
b. Komplikasi obstetri tidak langsung
Penyakit jantung
Hepatitis
TBC (Tuberkolosis)
Anemia
Malaria
Diabetes militus
c. Komplikasi yang berhubungan dengan obstetri, komplikasi akibat kecelakaan
(kendaraan, keracunan, kebakaran). (Mochtar R, 1998)
D. Pelaksana dan Tempat Pelayanan Antenatal Pelayanan kegiatan pelayanan antenatal terdapat dari tenaga medis yaitu dokter umum
dan dokter spesialis dan tenaga paramedic yaitu bidan, perawat yang sudah mendapat
pelatihan. Pelayanan antenatal dapat dilaksanakan di puskesmas, puskesmas
pembantu, posyandu, Bidan Praktik Swasta, polindes, rumah sakit bersalin dan rumah
sakit umum. (Depkes RI, 1995)
E. Peran Serta Ibu dalam Pelayanan Antenatal Peran serta ibu dalam hal ini ibu-ibu hamil di dalam memanfaatkan pelayanan antenatal
dipengaruhi perilaku individu dalam penggunaan pelayanan kesehatan, adanya
pengetahuan tentang manfaat pelayanan antenatal selama kehamilan akan
menyebabkan sikap yang positif. Selanjutnya sikap positif akan mempengaruhi niat
untuk ikut serta dalam pemeriksaan kehamilan. Kegiatan yang sudah dilakukan inilah
disebut perilaku. (Fishbein dan Ajzen, 1980).
Menurut Lewrence Green dengan modifikasi dalam Buku Pendidikan dan Perilaku
Kesehatan (Sukidjo Notoatmodjo) faktor yang mempengaruhi perilaku antara lain:
Faktor yang mempermudah (Predisposing factor)
Mencakup pengetahuan, sikap, kepercayaan, moral social, dan unsur lain yang
terdapat dalam diri individu (masyarakat)
- Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan itu terjadi setelah
orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.
Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni indera
penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar
pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan
kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk
tindakan seseorang (overt behavior) (Notoatmodjo, 2003). Pengetahuan
menurut Bloom (1971) dalam muniarti (2008) adalah hasil tahu yang
dimiliki individu atau dengan memperjelas fenomena sekitar.
Pengetahuan adalah informasi atau maklumat yang diketahui atau
disadari oleh seseorang. Pengetahuan termasuk, tetapi tidak dibatasi
pada deskripsi, hipotesis, konsep, teori, prinsip dan prosedur yang secara
Probabilitas Bayesian adalah benar atau berguna.
Pengetahuan terdiri atas kepercayaan tentang kenyataan (reality).
Salah satu cara untuk mendapatkan dan memeriksa pengetahuan adalah
dari tradisi atau dari yang berwenang di masa lalu yang umumnya
dikenal, seperti aristoteles. Pengetahuan juga mungkin diperoleh
berdasarkan pengumuman sekuler atau kekuasaan agama, negara, atau
gereja. Cara lain untuk mendapat pengetahuan dengan pengamatan dan
eksperimen: metode ilmiah. Pengetahuan juga diturunkan dengan cara
logika secara tradisional, otoratif atau ilmiah atau kombinasi dari mereka,
dan dapat atau tidak dapat dibuktikan dengan pengamatan dan
pengetesan. Dari pengetahuan dan penelitian ternyata prilaku yang
didasari pengetahuan akan lebih langgeng daripada prilaku yang tidak
didasari oleh pengetahuan.(Notoatmodjo, 2003)
- Sikap
Sikap adalah merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih
tertutup terhadap suatu stimulus atau objek. Manifestasi sikap tidak dapat
dilihat langsung tetapi hanya dapat di tafsirkan terlebih dahulu dari
perilaku yang tertutup (Soekidjo, 2003).
Sikap adalah kesiapan pada seseorang untuk bertindak secara
tertentu terhadap hal-hal tertentu. Sikap positif, kecenderungan tindakan
adalah mendekati, menyenangi, mengharapkan obyek tertentu,
sedangkan dalam sikap negative terdapat kecenderungan menjauhi,
menghindari, membenci, tidak menyukai obyek tertentu (Sarlito, 2000).
Sikap merupakan penentu penting dalam tingkah laku. Sikap yang
ada pada seseorang yang memberikan gambaran corak tingkah laku
seseorang. Berdasar pada sikap seseorang, orang akan dapat menduga
bagaimana respon atau tindakan yang akan diambil tindakan oleh orang
tersebut terhadap suatu masalah atau keadaan yang dihadapinya. Jadi
dalam kondisi wajar gambaran kemungkinan tindakan atau tingkah laku
yang diambil sebagai respon terhadap suatu masalah atau keadaan yang
dihadapkan kepadanya dapat diketahui dari sikapnya (Hariyadi, 2003).
Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan. Untuk
terwujudnya sikap menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan faktor
pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan, antara lain fasilitas.
Misalnya sikap ibu yang sudah positif terhadap imunisasi tersebut harus
mendapat konfirmasi dari suaminya, dan ada fasilitas imunisasi yang
mudah dicapai, agar ibu tersebut mengimunisasikan anaknya. Disamping
faktor fasilitas juga diperlukan faktor dukungan dari pihak lain (Soekidjo,
2003).
Faktor pendukung (enabling factor)
- Keterjangkauan Fasilitas
Masalah kesehatan masyarakat terjadi tidak terlepas dari faktor-
faktor yang menjadi masa rantai terjadinya penyakit, yang kesemuanya
itu tidak terlepas dari faktor lingkungan dimana masyarakat itu berada,
perilaku masyarakat yang merugikan kesehatan ataupun gaya hidup
yang dapat merusak tatanan masyarakat dalam bidang kesehatan,
ketersediaan dan keterjangkauan fasilitas kesehatan yang dapat
memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat, disamping faktor-
faktor yang sudah dibawa sejak lahir sehingga menjadi masalah
tersendiri bila dilihat dari segi individu, keluarga, kelompok, maupun
masyarakat secara keseluruhan (Effendy, 1998).
- Jarak ke Pelayanan ANC
Menurut Departemen Pendidikan Nasional (2002) Jarak adalah
ruang sela (panjang atau jauh) antara dua benda atau tempat yaitu jarak
antara rumah dengan tempat pelayanan ANC. Faktor biaya dan jarak
pelayanan kesehatan dengan rumah berpengaruh terhadap perilaku
penggunaan dan pemanfaatan pelayanan kesehatan (Kresno, 2000).
Demikian juga menurut Andersen, et all (1975) dalam Muniarti
(2008) yang mengatakan bahwa jarak merupakan komponen kedua yang
memungkinkan seseorang untuk memanfaatkan pelayanan pengobatan.
Faktor pendorong (reinforcing factor)
Faktor pendorong merupakan faktor yang memperkuat perubahan
perilaku seseorang di karenakan adanya sikap dan perilaku yang lain seperti
sikap suami, orang tua, tokoh masyarakat, atau petugas kesehatan. Perilaku
individu sangat besar pengaruhnya terhadap kesehatan, perilaku yang positif
akan menunjang atau meningkatkan derajat kesehatan (Istiarti, 2000).
- Perilaku Masyarakat
Pada hakikatnya bila sesuatu program pembangunan kesehtan
dilaksanakan berlangsung sutu proses interaksi antara provider dengan
recipient, yang masing-masing memiliki latar belakang sosial budaya
sendiri-sendiri. Provider memilki sistem kesehatan kedokteran, recipient
memilki system kesehatan yang berlaku di komunitasnya.
Program pembangunan kesehatan, termasuk di dalamnya upaya
peningkatan kedudukan gizi, dapat mencapai tujuan program apabila dari
kedua belah pihak saling berpartisipasi aktif. Pihaknya perlu memahami
latar belakang sosial budaya dan psikologi recipient.
Prinsip-prinsip pembangunan masyarakat pedesaan perlu
diperhatikan prinsip-prinsip itu antara lain:
a) Untuk memperlancar pelaksanaan program masyarakat target
yang dapat menghambat, dan yang mendorong baik yang
terdapat dalam masyarakat target maupun staf birokrasi
inovasi.
b) Berdasarkan pengalaman, suatu program pembangunan
masyarakat terlaksana dengan lancar bila melibatkan peran
serta masyarakat dalam kegiatan-kegiatan, karena sesuai
dengan feltneed, yang berdasarkan pertimbangan provider
adalah need, menjadi feel-need bagi masyarakat yang
bersangkutan.
c) Dalam usaha memperbaiki kebiasaan makan anak balita dan
ibu menyusui, provider hendaknya memahami faktor-faktor
kebiasaan makan orang-orang dari masyarakat target. Ada
konsep kebiasaan makan yang dapat dijadikan pedoman,
antara lain teori Channel dari Kurt Lewin. Menurut teori ini
pemilihan makanan didasari oleh nilai intelektual dan
emosional dan dipengaruhi oleh rasa, status sosial, kesehatan
dan harga. Nilai-nilai berinteraksi satu dengan yang lain.
Makanan apa yang dipilih tergantung pada skala nilai yang
diacu (Joyomartono, 2011).
- Partisipasi Masyarakat
Menurut Depkes RI (2001), Partisipasi masyarakat atau sering
disebut peran serta masyarakat, diartikan sebagai adanya motivasi dan
keterlibatan masyarakat secara aktif dan terorganinsasi dalam seluruh
tahap pembangunan, mulai dari persiapan, perencanaan, pelaksanaan,
pengendalian, monitoring dan evaluasi serta pengembangan. Partisipasi
masyarakat dibagi menjadi lima tingkatan, yaitu:
a. Tingkat partisipasi masyarakat karena perintah atau karena
paksaan.
b. Tingkat partisipasi masyarakat karena imbalan atau karena
insensitif.
c. Tingkat partisipasi masyarakat karena identifikasi dan ingin
meniru.
d. Tingkat partisipasi masyarakat karena kesadaran.
e. Tingkat partisipasi masyarakat karena tuntutan akan hak azasi
dan tanggungjawab (Depkes RI, 2001).
Faktor penghambat dalam partisipasi masyarakat berasal dari
masyarakat dan pihak provider. Dilihat dari sudut masyarakat, hambatan
dapat terjadi karena kemiskinan, kesenjangan sosial, sistem pengambilan
keputusan dari atas ke bawah, adanya kepentingan tetap, pengalaman
pahit masyarakat tentang program sebelumnya, susunan masyarakat
yang sangat heterogen, persepsi masyarakat yang sangat berbeda
dengan persepsi provider tentang masalah kesehatan yang dihadapi.
Hambatan yang ada dalam pihak provider adalah terlalu mengejar target,
persepsi yang berbede antara provider dan masyarakat, dan pelaporan
yang tidak obyektif (Depkes RI, 2001).
Partisipasi masyarakat didorong oleh faktor yang berada dalam
masyarakat dan pihak provider yang akan mempengaruhi perubahan
perilaku yang merupakan faktor penting dan besar pengaruhnya terhadap
derajat kesehatan (Depkes RI, 2001).
F. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Antenatal Care Umur
Umur (usia) adalah masa individu terhitung mulai saat dilahirkan sampai saat
berulang tahun. Semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan
seseorang akan lebih matang dalam berpikir dan bekerja (Nursalam 2001).
Dengan bertambahnya umur seseorang maka kematangan dalam berpikir
semakin baik sehingga akan termotivasi dalam memeriksakan kehamilan, juga
mengetahui akan pentingnya Antenatal Care. Semakin muda umurnya semakin
tidak mengerti tentang pentingnya pemeriksaan kehamilan.
Umur sangat menentukan suatu kesehatan ibu, ibu dikatakan beresiko tinggi
apabila ibu hamil berusia dibawah 20 tahun dan di atas 35 tahun. Usia berguna
untuk mengantisipasi diagnosa masalah kesehatan dan tindakan yang dilakukan.
Seorang wanita sebagai insan biologis sudah memasuki usia produksi beberapa
tahun sebelum mencapai umur dimana kehamilan dan persalinan dapat
berlangsung aman, yaitu 20-35 tahun, setelah itu resiko ibu akan meningkat
setiap tahun.
Wiknjosastro (2005), juga menyatakan bahwa dalam kurun reproduksi
sehatdikenal bahwa usia aman untuk kehamilan dan persalinan adalah 20-30
tahun. Kematian maternal pada wanita hamil dan melahirkan pada usia dibawah
20 tahun ternyata 2-5 kali lebih tinggi dari pada kematian maternal yang terjadi
pada usia 20-29 tahun. Kematian maternal meningkat kembali sesudah usia 30-
35 tahun.
Pendidikan Pendidikan adalah suatu proses ilmiah yang terjadi pada manusia,
merupakan suatu proses dimana pengalaman atau informasi diperoleh sebagai
hasil dari proses belajar. Menurut Dictionary of Education, pendidikan dapat
diartikan suatu proses dimana seseorang mengembangkan kemampuan sikap
dan bentuk tingkah laku lainnya dalam masyarakat dan kebudayaan.
Pada umumnya semakin tinggi pendidikan seseorang, semakin baik pula
tingkat pengetahuannya (Notoatmodjo, 2003). Menurut Suparlan (2006)
pendidikan dalam arti luas yaitu segala kegiatan pembelajaran yang berlangsung
sepanjang zaman dalam segala situasi kegiatan kehidupan. Pendidikan dalam arti
sempit yaitu seluruh kegiatan belajar yang direncanakan, dengan materi
terorganisasi, dilaksanakan secara terjadwal dalam sistem pengawasan, dan
diberikan evaluasi berdasarkan pada tujuan yang telah ditentukan. Wanita yang
berpendidikan akan lebih terbuka terhadap ide-ide baru dan perubahan untuk
mendapatkan pelayanan kesehatan yang proposional karena manfaat pelayanan
kesehatan akan mereka sadari sepenuhnya. Jenjang pendidikan adalah tahapan
pendidikan yangditetapkan berdasarkan tingkat perkembangan peserta didik,
tujuan yang akan dicapai, dan kemampuan yang dikembangkan. Pendidikan di
Indonesia mengenal tiga jenjang pendidikan, yaitu pendidikan dasar (SD/MI/Paket
A dan SLTP/MTs/Paket B), pendidikan menengah (SMU, SMK), dan pendidikan
tinggi yang mencakup program pendidikan diploma, sarjana, magister, doktor, dan
spesialis yang diselenggarakan oleh perguruan tinggi.
Paritas Paritas adalah keadaan seorang ibu yang melahirkan janin lebih dari satu
orang. Ibu yang baru pertama kali hamil merupakan hal yang sangat baru
sehingga termotivasi dalam memeriksakan kehamilannya ketenaga kesehatan.
Sebaliknya ibu yang sudah pernah melahirkan lebih dari satu orang mempunyai
anggapan bahwa ia sudah berpengalaman sehingga tidak termotivasi untuk
memeriksakan kehamilannya (Wiknjosastro, 2005).
Paritas adalah jumlah janin dengan berat badan lebih dari 500 gram atau
lebih, yang pernah dilahirkan, hidup atau mati. Bila berat badan tidak diketahui
maka dipakai batas umur kehamilannya 24 minggu. Berdasarkan pengertian
tersebut maka paritas mempengaruhi kunjungan kehamilan. Paritas 1 dan paritas
tinggi (lebih dari 3) mempunyai angka kematian maternal lebih tinggi. Lebih tinggi
paritas, lebih tinggi kematian maternal. Resiko pada paritas 1 dapat ditangani
dengan asuhan obstetri lebih baik, sedangkan resiko pada paritas tinggi dapat
dikurangi atau dicegah dengan keluarga berencana. Sebagian kehamilan pada
paritas tinggi adalah tidak direncanakan (Wiknjosastro, 2005).
Pendapatan Perkapita Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), pendapatan perkapita
adalah besarnya pendapatan rata-rata keluarga dari suatu keluarga yang
diperoleh dari hasil pembagian pendapatan seluruh anggota keluarga tersebut.
Pendapatan adalah hasil pencarian atau perolehan usaha (Departemen
Pendidikan Nasional 2002).
Menurut Mulyanto Sumardi dan Hans Diater Evers (1982:20), pendapatan
yaitu seluruh penerimaan baik berupa uang maupun barang baik dari pihak lain
maupun dari hasil sendiri. Jadi yang dimaksud pendapatan dalam penelitian ini
adalah suatu tingkat penghasilan yang diperoleh dari pekerjaan pokok dan
pekerjaan sampingan dari orang tua dan anggota keluarga lainnya. Pendapatan
keluarga yang memadai akan menunjang antenatal care yang baik dan kesadaran
untuk periksa, karena dapat menyediakan semua kebutuhan dirinya baik yang
primer maupun sekunder (Soetjiningsih, 1995).
Pendapatan mempengaruhi kunjungan ANC. Hal ini disebabkan karena biaya
penghidupan yang tinggi sehingga diperlukan pasien harus menyediakan dana
yang diperlukan. Adapun tingkat ekonomi yang diteliti berdasarkan upah minimal
regional (UMR) adalah penghasilan sebesar Rp 1.305.000,- /bulan (BPS Medan
2013).
Menurut penelitian Shintha Kusumaning Pribadi (2008) meskipun faktor
ekonomi bukan penentu utama ketidakpatuhan seseorang, terhadap saran tenaga
kesehatan, namun kemapuan seseorang untuk membeli obat dari kantong sendiri
sedikit banyak mempengaruhi kepatuhan seseorang terhadap tenaga kesehatan.
Biaya pembelian obat yang dirasa terlalu mahal untuk ukuran kemampuan
ekonominya, cenderung tidak dibeli meskipun itu disarankan oleh tenaga
kesehatan. Walaupun obat yang gratis tidak terlalu disukai karena dirasa kurang
khasiatnya.
Jarak Menurut Departemen Pendidikan Nasional (2002), jarak adalah ruang sela
(panjang atau jauh) antara dua benda atau tempat yaitu jarak antara rumah
dengan tempat pelayanan ANC.
Indonesia merupakan negara yang luas sayangnya luas wilayah ini belum
diimbangi dengan kecukupan, ketersediaan sarana-sarana layanan publik
termasuk di bidang kesehatan. Di beberapa desa masih kesulitan mendapatkan
akses pelayanan kesehatan, tidak semua desa mempunyai puskesmas dan
tenaga medis seperti: dokter; bidan; atau perawat. Secara geografis masih
banyak masyarakat yang tinggal jauh dari sarana kesehatan (Depkes RI, 2003).
G. Pengetahuan tentang Antenatal Care Pengertian Pengetahuan
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2003), pengetahuan didefinisikan
segala sesuatu yang diketahui, segala sesuatu yang diketahui berkenaan dengan
hal.
Sedangkan Notoatmodjo (2003) mendefinisikan pengetahuan sebagai hasil
dari tahu setelah seseorang seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu
objek tertentu melalui indera penglihatan, pendengaran, penciuman, perasaan,
dan perabaan.
Pengetahuan juga dapat didefinisikan sebagai kumpulan informasi yang
diperbarui yang didapat dari proses belajar selama hidup dan dapat dipergunakan
sewaktu-waktu sebagai alat penyesuaian diri baik terhadap diri sendiri atau
lingkungannya.
Tingkat Pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2003), pengetahuan yang tercakup dalam domain
mempunyai 6 tingkatan, yaitu :
1. Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya.
2. Memahami (Comprehension)
Memahami adalah suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar
tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi
tersebut secara benar.
3. Aplikasi (Aplication)
Aplikasi diartikan suatu kemampuan untuk menggunakan materi yang
telah dipelajari pada situasi dan kondisi sebenarnya.
4. Analisis (Analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan suatu materi atau
objek ke dalam komponen-komponen tetapi masih di dalam satu struktur
organisasi dan masih ada kaitannya satu sama lain.
5. Sintesis
Sintesis menunjuk pada suatu kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan bagian-bagian dalam suatu bentuk keseluruhan yang
baru dengan kata lain suatu kemampuan untuk menyusun suatu formula
baru dan formulasi-formulasi yang ada.
6. Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan penilaian
terhadap suatu materi atau objek.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan
Menurut Sukmadinata (2003), faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan
seseorang adalah sebagai berikut :
1. Faktor internal
a. Jasmani
Faktor jasmani diantaranya adalah kesehatan indera seseorang.
b. Rohani
Faktor jasmani diantaranya adalah kesehatan psikis, intelektual,
psikomotor, serta kondisi afektif serta kognitif individu.
2. Faktor eksternal
a. Pendidikan
Tingkat pendidikan seseorang akan berpengaruh dalam member
respon terhadap sesuatu yang datang dari luar. Orang yang
berpendidikan tinggi akan memberi respon yang lebih rasional
terhadap informasi yang datang, akan berpikir sejauh mana
keuntungan yang mungkin akan mereka peroleh dari gagasan
tersebut.
b. Paparan media massa
Melalui berbagai media, baik cetak maupun elektronik, berbagai
informasi dapat diterima oleh masyarakat, sehingga seseorang yang
lebih sering terpapar media massa (TV, radio, majalah, pamflet, dan
lain-lain) akan memperoleh informasi lebih banyak jika dibandingkan
dengan orang yang tidak pernah terpapar informasi media. Hal ini
berarti paparan media massa mempengaruhi tingkat pengetahuan
yang dimiliki oleh seseorang.
c. Ekonomi
Dalam memenuhi kebutuhan pokok (primer) maupun kebutuhan
sekunder, keluarga dengan status ekonomi yang baik akan lebih
mudah tercukupi dibanding keluarga dengan status ekonomi yang
lebih rendah. Hal ini akan mempengaruhi pemenuhan kebutuhan
akan informasi pengetahuan yang termasuk kebutuhan sekunder.
d. Hubungan sosial
Manusia adalah makhluk sosial, sehingga dalam kehidupan saling
berinteraksi antara satu dengan yang lain. Individu yang dapat
berinteraksi secara kontinyu akan lebih besar terpapar informasi,
sementara faktor hubungan sosial juga mempengaruhi kemampuan
individu sebagai komunikan untuk menerima pesan menurut model
komunikasi media.
e. Pengalaman
Pengalaman seseorang tentang berbagai hal dapat diperoleh dari
lingkungan kehidupan dalam proses perkembangannya, misalnya
seseorang mengikuti kegiatan-kegiatan yang mendidik, seperti
seminar dan berorganisasi, sehingga dapat memperluas
pengalamannya, karena dari berbagai kegiatan-kegiatan tersebut,
informasi tentang suatu hal dapat diperoleh.