pelaksanaan kegiatan magang - repository.ipb.ac.id v...kegiatan magang yang dilakukan mencakup aspek...

15
11 telah ditetapkan, serta menjamin ketersediaan sumberdaya manusia di unit organisasinya. Dalam menjalankan tugasnya, Estate Manager dibantu oleh Asisten Kepala (Askep) yang bertugas membantu dalam pengawasan kegiatan di setiap afdeling, Asisten Kepala membawahi Asisten Afdeling. Pimpinan tertinggi di afdeling adalah Asisten Afdeling, yang bertanggung jawab penuh terhadap semua kegiatan yang ada di afdeling tersebut. Asisten Afdeling membawahi Mandor I yang mengurusi pekerjaan di lapangan, dan Kerani Afdeling serta Kerani Keliling yang mengurusi administrasi afdeling. Asisten Afdeling bertanggung jawab langsung kepada Asisten Kepala, Estate Manager, dan General Manager atas pelaksanaan hasil kerja dari afdeling yang dipimpinnya. Jumlah seluruh tenaga kerja yang terdapat pada Kebun Buatan PT Inti Indosawit Subur sebanyak 1 225 orang sehingga diperoleh Indeks Tenaga Kerja (ITK) pada Kebun Buatan sebear 0.22 orang/ha. ITK merupakan rasio antara jumlah tenaga kerja dengan luas kebun. Jumlah ITK yang ideal untuk perkebunan kelapa sawit sebesar 0.2 0.3 orang/ha. Pengelolaan tenaga kerja pada Kebun Buatan sudah efisien karena ITK pada Kebun Buatan diantara 0.2 0.3 orang/ha. PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG Kegiatan magang yang dilakukan mencakup aspek teknis dan aspek manajerial. Aspek teknis meliputi kegiatan Tunas pokok (pruning), pemanenan, pengendalian hama dan penyakit, pemupukan, pengendalian gulma (manual dan kimiawi), pemeliharaan sarana dan prasarana. Pelaksanaan kerja di Kebun Buatan, PT Inti Indosawit Subur secara umum dilaksanakan selama 6 hari kerja dalam seminggu. Waktu hari kerja dalam sehari rata-rata selama 7 jam yang dimulai pada pukul 07.00 sampai dengan 11.30 WIB, istirahat selama setengah jam (11.30 sampai dengan 12.00 WIB), lalu dilanjutkan bekerja selama dua jam dari pukul 12.00 sampai dengan 13.30 WIB. Penulis diwajibkan mengikuti muster morning (apel pagi) yang dimulai pukul 05.30 WIB bersama Asisten, mandor dan krani, kemudian dilanjutkan dengan kegiatan apel sore hari di kantor Afdeling pada pukul 16.00 sampai dengan 18.00 WIB untuk melaksanakan kegiatan administrasi dan perencanaan kegiatan yang akan dilakukan untuk esok hari. Aspek Teknis Tunas Pokok Penunasan pada tanaman menghasilkan (TM) adalah pemotongan pelepah dengan memperhitungkan jumlah pelepah yang dipertahankan. Tunas pokok adalah pekerjaan yang mengandung dua aspek yang saling bertolak belakang yakni mempertahankan jumlah pelepah yang masih produktif dan dilain pihak harus memotong pelepah untuk mempermudah pekerjaan potong buah, memperkecil losses (berondolan tersangkut di ketiak pelepah) dan memelihara

Upload: tranminh

Post on 10-Mar-2019

316 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

11

telah ditetapkan, serta menjamin ketersediaan sumberdaya manusia di unit

organisasinya.

Dalam menjalankan tugasnya, Estate Manager dibantu oleh Asisten Kepala

(Askep) yang bertugas membantu dalam pengawasan kegiatan di setiap afdeling,

Asisten Kepala membawahi Asisten Afdeling. Pimpinan tertinggi di afdeling

adalah Asisten Afdeling, yang bertanggung jawab penuh terhadap semua kegiatan

yang ada di afdeling tersebut. Asisten Afdeling membawahi Mandor I yang

mengurusi pekerjaan di lapangan, dan Kerani Afdeling serta Kerani Keliling yang

mengurusi administrasi afdeling. Asisten Afdeling bertanggung jawab langsung

kepada Asisten Kepala, Estate Manager, dan General Manager atas pelaksanaan

hasil kerja dari afdeling yang dipimpinnya.

Jumlah seluruh tenaga kerja yang terdapat pada Kebun Buatan PT Inti

Indosawit Subur sebanyak 1 225 orang sehingga diperoleh Indeks Tenaga Kerja

(ITK) pada Kebun Buatan sebear 0.22 orang/ha. ITK merupakan rasio antara

jumlah tenaga kerja dengan luas kebun. Jumlah ITK yang ideal untuk perkebunan

kelapa sawit sebesar 0.2 – 0.3 orang/ha. Pengelolaan tenaga kerja pada Kebun

Buatan sudah efisien karena ITK pada Kebun Buatan diantara 0.2 – 0.3 orang/ha.

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG

Kegiatan magang yang dilakukan mencakup aspek teknis dan aspek

manajerial. Aspek teknis meliputi kegiatan Tunas pokok (pruning), pemanenan,

pengendalian hama dan penyakit, pemupukan, pengendalian gulma (manual dan

kimiawi), pemeliharaan sarana dan prasarana.

Pelaksanaan kerja di Kebun Buatan, PT Inti Indosawit Subur secara umum

dilaksanakan selama 6 hari kerja dalam seminggu. Waktu hari kerja dalam sehari

rata-rata selama 7 jam yang dimulai pada pukul 07.00 sampai dengan 11.30 WIB,

istirahat selama setengah jam (11.30 sampai dengan 12.00 WIB), lalu dilanjutkan

bekerja selama dua jam dari pukul 12.00 sampai dengan 13.30 WIB. Penulis

diwajibkan mengikuti muster morning (apel pagi) yang dimulai pukul 05.30 WIB

bersama Asisten, mandor dan krani, kemudian dilanjutkan dengan kegiatan apel

sore hari di kantor Afdeling pada pukul 16.00 sampai dengan 18.00 WIB untuk

melaksanakan kegiatan administrasi dan perencanaan kegiatan yang akan

dilakukan untuk esok hari.

Aspek Teknis

Tunas Pokok

Penunasan pada tanaman menghasilkan (TM) adalah pemotongan pelepah

dengan memperhitungkan jumlah pelepah yang dipertahankan. Tunas pokok

adalah pekerjaan yang mengandung dua aspek yang saling bertolak belakang

yakni mempertahankan jumlah pelepah yang masih produktif dan dilain pihak

harus memotong pelepah untuk mempermudah pekerjaan potong buah,

memperkecil losses (berondolan tersangkut di ketiak pelepah) dan memelihara

12

sanitasi tanaman sehingga menciptakqan lingkungan yang bersih. Jumlah optimal

yang dipertahankan pada tanaman muda adalah 48 - 56 pelepah. PT Inti Indosawit

Subur mempunyai kebijakan penunasan progresif (progressive pruning), yaitu

penunasan yang dilakukan secara bersamaan dengan panen, jadi pokok yang

ditunas adalah pokok yang ada buah matangnya. Kelebihan dari sistem tunas

progresif ini adalah ancak akan semakin rapi karena ancak pasti akan dimasuki

setiap satu rotasi panen selain itu tunasan ini juga meminimalkan kebutuhan

supervisor. Kekurangan dari sistem tunasan ini adalah membutuhkan tenaga

pemanen yang banyak, sebab apabila tenaga pemanen kurang dan rotasi panen

tinggi maka progressive pruning tidak dapat dilakukan dengan baik. Untuk

mengatasi hal ini maka pihak manajemen membentuk suatu tim pekerja yang

khusus untuk melakukan penunasan. Rotasi penunasan yang dilakukan adalah 9

bulan untuk pelaksanaan hal ini dapat disesuaikan dengan kondisi tanaman di

lapangan.

Pelepah yang terlalu banyak ditunas juga tidak baik karena hal ini akan

menyebabkan over pruning yaitu terbuangnya sejumlah pelepah produktif secara

berlebihan yang akan mengakibatkan penurunan produksi. Penurunan produksi ini

terjadi karena berkurangnya areal fotosintesis dan menyebabkab peningkatan

gugurnya bunga betina, penurunan seks ratio (peningkatan bunga jantan) dan

penurunan BJR. Under pruning juga dapat menimbulkan dampak negatif terhadap

produksi, karena unsur hara digunakan untuk pelepah yang berlebih dan

mengganggu proses panen. Jumlah pelepah yang dipertahankan berdasarkan umur

tanaman disajikan dalam Tabel 7.

Tabel 7. Jumlah pelepah yang dipertahankan berdasarkan umur tanaman

Umur Tanaman

(Tahun) Kebijakan

Jumlah

Pelepah /

Spriral

Songgo

< 3

Pemotongan pelepah tidak

diperbolehkan. Prioritas untuk

permulaan panen dengan cara

memotong pelepah tua dan kering

- -

4 – 7 Dipertahankan 48 – 56 pelepah 6 – 7 3

8 – 14 Dipertahankan 40 – 48 pelepah 5 – 6 2

> 15 Minimum dipertahankan 32 pelepah 4 1 Sumber : Agricultural Policy Manual Asian Agri (2010)

Di Kebun Buatan PT Inti Indosawit Subur terdapat beberapa instruksi kerja

dalam melakukan pekerjaan penunasan yaitu :

1 Pelepah dipotong mepet ke batang dengan bidang tebasan berbentuk

tapak kuda.

2 Selama menunas semua epifit pada batang tanaman dibersihkan dengan

mencabut menggunakan tangan dan “digebyok” dengan batang pelepah

pada bagian yang lebih tinggi.

3 Pokok yang pertumbuhannya kurang bagus atau kuning karena

defisiensi hara harus ditunas lebih hati hati, cukup membuang daun

keringnya saja.

4 Pokok yang telah dipastikan abnormal tidak perlu ditunas karena pada

akhirnya akan di thinning out.

13

Pemanenan

Panen merupakan pekerjaan terpenting pada perkebunan kelapa sawit,

alasannya adalah karena panen merupakan tujuan akhir dari proses membangun

perkebunan, karena hasil yang didapat dari proses panen adalah uang yang

bermanfaaat untuk mendukung kelangsungan perusahaan kedepannya. Sebagai

contoh apabila panen di suatu perusahaan tidak berjalan dengan baik dan terdapat

banyak pelanggaran yang terjadi maka akan menyebabkan perusahaan merugi. Di

Kebun Buatan, PT Inti Indosawit Subur terdapat Standard Operating Procedure

panen atau yang dikenal dengan istilah Sapta Potong Buah, yaitu: 1). Buah

matang dipotong semua, 2). Buah mentah tidak ada, 3). Berondolan dikutip

semuanya, 4). Buah disusun rapi dan cangkem kodok, 5). Pelepah disusun rapi di

gawangan mati, 6). Pelepah sengkleh tidak ada, dan 7). Administrasi diisi dengan

teliti dan tepat waktu.

Mutasi masa panen. Sebelum dapat dipanen, mutasi dari Tanaman Belum

Menghasilkan (TBM) menjadi Tanaman Menghasilkan (TM) merupakan suatu

masa yang sangat perlu mendapatkan perhatian baik dari lamanya maupun dari

persiapan yang harus dilakukan. Kedua aspek tersebut sangat perlu diperhatikan

dalam rangka mencapai keuntungan per Ha yang cepat dalam artian

mempersingkat masa TBM. Dengan memperhatikan genetik tanaman, kultur

teknis, dan pemeliharaan yang semakin maju maka masa TBM dapat dipersingkat

menjadi kurang dari tiga puluh bulan. Syarat-syarat mutasi dari TBM menjadi TM

adalah, umur rata-rata tanaman telah mencapai tiga puluh bulan ataupun kurang

dari itu, kerapatan panen besar dari 20%, dan berat janjang rata-rata besar dari tiga

kilogram.

Persiapan panen. Hal-hal yang perlu dilakukan sebelum mulai panen pada

saat tanaman menghasilkan adalah kastrasi, memotong tunas pasir, sanitasi kebun,

pembuatan pasar pikul, pembuatan TPH dengan ukuran 3 x 4m2 untuk tiga pasar

pikul dapat ditampung oleh satu TPH yang mencakup 100 - 110 tanaman, dan

yang paling penting adalah mempersiapkan karyawan dan peralatan pemanen.

Kriteria panen. Kriteria mutu buah yang digunakan sesuai dengan tingkat

kematangannya, klasifikasi mutu buah dibedakan menjadi lima kategori, yaitu :

1. Buah Mentah (Unripe)

Adalah buah yang membrondol kurang dari satu brondolan per kg janjang

2. Buah Masak (Ripe)

Adalah janjang yang warnanya kemerahan dan membrondol paling sedikit

satu brondolan per kg janjang dan paling banyak 30%

3. Buah Terlalu Masak (Over-Ripe)

Adalah janjang yang membrondol lebih dari 30% hingga maksimum 75%

4. Janjang Kosong (Empty Bunch)

Adalah janjang buah membrondol lebih dari 90% hingga membrondol

seluruhnya.

5. Buah Abnormal (Abnormal Bunch)

Adalah janjang buah yang gagal berkembang menjadi buah masak normal,

antara lain : buah parthenokarpi, buah batu, dan buah sakit.

Sumber : Agricultural Policy Manual Asian Agri (2010)

14

Buah matang didasarkan pada jumlah berondolan yang lepas secara alami

dari janjang panen. Buah dapat dipanen jika untuk tiap 1 kg berat janjang terdapat

satu brondolan yang lepas alami di piringan, tidak termasuk untuk brondolan yang

terlepas karena terkena penyakit. Misalkan, jika BJR dalam suatu blok adalah 10

kg maka kriteria matang panen di blok tersebut adalah apabila terdapat sepuluh

brondolan di piringan pokok, apabila hanya ada sembilan brondolan masih

dikatakan mentah.

Taksasi panen. Kegiatan taksasi dilakukan minimal sehari sebelum

dilaksanakannya pemanenan pada areal yang akan di panen. Tujuan dari taksasi

ini adalah untuk mengetahui banyaknya janjang yang akan dipanen pada hari

tersebut, untuk menentukan jumlah tenaga pemanen yang diperlukan dan

kebutuhan transportasi untuk pengangkutan buah. Taksasi panen dilakukan oleh

mandor panen pada 400 pokok sampel yang dipilih secara acak pada lahan yang

akan dipanen atau minimal 10% dari luas lahan yang akan dipanen. Selain itu di

PT Inti Indosawit Subur dilakukan juga sensus BBC (Black Bunch Census) setiap

enam bulan sekali yang bertujuan untuk mengetahui produksi dalam enam bulan

mendatang, sensus BBC ini dilakukan setiap akhir bulan Juni dan akhir bulan

Desember.

Rotasi panen. Merupakan salah satu faktor penting yang menentukan di

lapangan untuk mendapatkan produksi per ha yang tinggi, biaya per kg yang

rendah serta kadar ALB yang rendah. Pada saat buah normal, rotasi panen harus

dijaga tujuh hari namun jika kerapatan panen rendah rotasi dapat diperpanjang

menjadi sepuluh hari. Jika rotasi panen terlalu cepat akan mendorong buah yang

tidak matang dipanen karena jumlah buah matang telah menurun dan juga akan

meningkatkan biaya panen tetapi output pemanen akan menurun akibat tidak ada

buah. Sebaliknya, jika terlalu lama akan menyebabkan buah matang tinggal di

pohon dan menyebabkan buah terlalu matang sehingga brondolan semakin banyak

dan akan mengakibatkan waktu pemanen terpakai untuk mengutip brondolan.

Pada PT Inti Indosawit Subur rotasi panen yang standar dilakukan adalah 6/7

artinya kegiatan pemanen dilaksanakan dalam satu minggu untuk tiap afdeling.

Namun pada saat kerapatan buah sangat rendah (low crop) rotasi panen dapat

diperpanjang maksimal 10 hari.

Sistem panen. Untuk memudahkan pemanenan, dalam satu blok dibagi

menjadi enam seksi yaitu A, B, C, D, E, dan F sehingga rotasi panen bervariasi

antara 3,5 – 4,5 kali. Maksud dari pembagian seksi ini agar satu seksi selesai

dipanen dalam satu hari, mempermudah pemanen untuk pindah ancak, juga

mempermudah kontrol dan transport buah dengan harapan output pemanen dapat

lebih tinggi lagi. Penetapan seksi panen ditentukan berdasarkan perhitungan

produksi masing-masing blok. Jumlah tenaga pemanen buah per mandoran antara

18 – 20 orang. Jumlah mandor panen per afdeling maksimal tiga orang dengan

krani buah tiga orang. Hal ini dilakukan dengan tujuan memperkecil biaya tak

langsung. Sistem pengancakan menggunakan ancak giring tetap per mandoran

yang terdiri dari 2 – 4 baris tanaman per pemanen. Kelebihan dari sistem ancak ini

adalah jumlah tenaga kerja dapat diatur sesuai kebutuhan ataupun kondisi

kematangan buah, output mandor dan karyawan dapat dipacu dengan

pengancakan yang memperhatikan kekuatan masing-masing karyawan,

diharapkan mandor aktif melakukan pengawasan dan antara sesama mandor dapat

bersaing secara sehat. Disamping itu sistem ini juga memiliki kekurangan yaitu

15

tanggung jawab karyawan terhadap ancaknya masih relatih kecil dan adanya

pelanggaran masih sulit dideteksi apabila kontrol tidak dilakukan dengan ketat.

Kegiatan panen dimulai dimulai dengan apel pagi antara mandor buah

dengan para pemanen. Pada saat apel pagi mandor membagi ancak pemanen

berdasarkan hasil taksasi yang telah di lakukannya pada sore hari sebelumnya.

Setelah itu pemanen menuju ke lokasi panen yang telah ditentukan. Alat yang

digunakan untuk panen adalah egrek, kampak, gancu, angkong, dan goni.

Sebelum buah dipotong, terlebih dahulu pelepah yang berlebihan harus dibuang

atau yang biasa disebut dengan “progressive pruning”. Kemudian buah dipotong

dan diusahakan agar buah dan pelepah dipotong rapat ke batang untuk

menghindari berondolan tersangkut di pelepah sisa. Setelah itu pelepah yang telah

dipotong disusun rapi di gawangan mati. Buah yang telah dipotong diangkut dan

dikumpulkan di TPH terdekat dengan disusun rapi. Brondolan dikutip seluruhnya

dan diangkut ke TPH. Untuk tangkai buah yang masih panjang akan dipotong

membentuk huruf V atau yang dikenal dengan istilah “cangkem kodok”.

Kemudian diberi kode nomor pemanen pada tangkai buah. Kehilangan (losses)

pada panen kelapa sawit cukup tinggi. Sumber kehilangan pada saat panen adalah,

berondolan yang tidak dikutip oleh pemanen. buah mentah yang ikut terpanen,

buah masak yang tidak terpanen, brondolan atau buah dicuri, buah masak yang

tertinggal di piringan, dan buah busuk.

Pembagian seksi panen. Sebagai contoh Afdeling V Kebun Buatan dengan

luas areal TM 883 ha dengan produksi sebesar 26.45 ton/ha/tahun dan rotasi/tahun

sebesar 48, maka untuk menghitung hasil panen harian dan pembagian area

tersebut dalam enam seksi dapat dihitung dengan cara perhitungan di bawah.

Hasil perhitungan tersebut dapat digunakan untuk menduga produksi harian dan

menentukan kebutuhan pemanen. Berikut perhitungannya.

Penetapan luas area produksi per seksi per rotasi (ha/seksi/rotasi)

Luas rata – rata per seksi (A) :

=

Luas rata – rata hari jumat (5 jam kerja) (B) :

Koefesien penambah luas area (C) :

Luas rata- rata seksi hari biasa (7 jam kerja) : 147.2 ha + 7 ha = 154.2 ha

Luas seksi hari jumat ( 5 jam kerja ) : 105 ha + 7 ha = 112 ha

Penetapan rencana produksi per seksi per rotasi ( ton/ha/seksi/rotasi)

Produksi rata – rata / Rotasi :

ton/ha/seksi/rotasi

Produksi perseksi hari biasa (7 jam kerja) : 0.55 154 ha = 84.7 ton

Hari jumat 5 jam kerja) : 0.55 112 ha = 61.6 ton

Luas areal seksi yang diperoleh dalam perhitungan tidak sama dengan luas

areal aktual yang telah ditetapkan, perbandingannya dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8. Perbandingan luas areal seksi

Seksi A B C D E F Total

P 154.2 154.2 154.2 154.2 112.0 154.2 883.0

A 167.0 162.0 141.0 133.0 132.0 148.0 883.0 Sumber : Kantor Afdeling V Kebun Buatan

P : Luas areal hitung (tanpa memperhitungkan faktor lain)

A : Luas areal aktual

16

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat perbedaan antara luas areal yang

ditetapkan tanpa mempertimbangkan faktor lain dengan luas areal aktual. Faktor-

faktor yang menjadi bahan pertimbangan adalah bentuk blok, topografi blok,

posisi blok terhadap blok yang lain, dan lain-lain.

Dapat diperkirakan hasil panen per seksi pada hari biasa sebesar 84.7 ton.

Jika berat janjang rata-rata 25 kg maka dalam panen per seksi per hari ada sekitar

3 388 janjang. Dengan kemampuan rata-rata pemanen memanen 80 Janjang per

hari maka dibutuhkan lebih kurang 42 tenaga pemanen untuk memanen satu seksi

dalam sehari. Untuk memperkecil biaya tidak langsung, jumlah pemanen dapat

diperkecil dengan menaikkan output pemanen baik dengan cara menaikkan basis

panen per hari ataupun dengan menggunakan tenaga pemanen yang lebih terampil.

Basis, premi, dan denda panen. Basis panen adalah banyaknya jumlah

tandan yang harus dipanen oleh pemanen dalam satu hari kerja, sedangkan premi

adalah upah yang diberikan untuk pemanen yang melebihi basis borong. Besar

basis dan premi panen ditentukan oleh umur tanaman, kondisi topografi, dan berat

janjang rata-rata pada areal tersebut. Denda adalah potongan terhadap pemanen

yang melanggar kriteria panen yang telah diberlakukan oleh perusahaan, denda

berupa pemotongan terhadap upah pemanen dengan besar denda yang berbeda-

beda tiap kesalahan. Jenis denda dan kesalahan dalam pelaksanaan potong buah

disajikan pada Tabel 9.

Tabel 9. Jenis kesalahan dan denda pada pelaksanaan potong buah

Jenis Kesalahan (pelanggaran) Denda

Potong buah mentah Rp. 5 000/jjg

Gagang panjang tidak dipotong rapat Rp. 1 000/jjg

Buah masak tinggal di pokok/tidak

dipanen Rp. 5 000/jjg

Buah mentah diperam di ancak Rp. 5 000/jjg

Buah mentah tinggal di

piringan/diancak/parit Rp. 5 000/jjg

Buah matahari / berondolan dipotong

Gagang Rp. 1 000/jjg

Berondolan tidak dikutip bersih Rp. 3 000/jjg

Pelepah tidak disusun rapi di

gawangan Rp. 1 000/jjg

Pelepah sengkleh Rp. 1 000/jjg

Tidak siap borong Denda di per-7 (dipotong jam kerja)

3x berturut-turut diberi peringatan Sumber : Agricultural Policy Manual Asian Agri (2010)

Pengendalian Hama dan Penyakit

Pengendalian hama dan penyakit tanaman pada hakikatnya adalah

mengendalikan suatu kehidupan. Oleh karena itu, konsep pengendaliannya

dimulai dari pengenalan dan pemahaman terhadap siklus hidup hama atau

penyakit itu sendiri. Pegetahuan terhadap setiap bagian dan yang dianggap paling

lemah dari seluruh mata rantai siklus hidupnya sangat berguna dalam

pengambilan keputusan pengendalian yang efektif

17

Ulat Api. Serangan hama ulat api dan ulat kantong atau disebut ulat

pemakan daun kelapa sawit (UPDKS) telah banyak menimbulkan masalah

yang berkepanjangan dengan terjadinya eksplosi dari waktu ke waktu. Akibat

serangan tersebut dapat menyebabkan kehilangan daun (defoliasi) pada tanaman

yang berdampak langsung terhadap penurunan produksi. Sistem pemantauan rutin

sangat membantu pelaksanaan kebijakan pengendalian hama terpadu. Kejadian

ledakan hama ulat api dan ulat kantong tidak tejadi secara tiba-tiba melainkan bisa

diduga dengan sistem pengamatan yang baik. Semakin cepat diketahui gejala

kenaikan jumlah populasi hama, akan semakin mudah pula untuk dikendalikan

dan luas areal yang terserang akan lebih terbatas. Tindakan pengamatan yang rutin

juga membantu dalam melaksanakan kebijaksanaan pengendalian hama yang

terpadu. Sehingga akhirnya dapat dijaga berkurangnya musuh alami dan

mewujudkan keseimbangan alami yang lebih serasi

Sensus Ulat Api. Sistem sensus meliputi deteksi dan penghitungan hama

pada titik sensus. Skema dalam penentuan titik sensus (TS) adalah titik sensus

pada seluruh titik sensus dimulai dari pokok keempat di tepi jalan kemudian setiap

10 pokok yakni TS 14, TS 24, TS 34, dan seterusnya, bila setelah TS terakhir

masih tersisa > 4 pokok maka ditambahkan satu TS pada pokok terakhir, setiap

TS terdiri dari tiga pokok yaitu pokok TS ditambahkan dua pokok disampingnya,

agar tidak terjadi “over prunning” akibat pemotongan pelepah karena sensus

setiap bulan, maka TS dapat digeser maju atau mundur 1 – 2 tanaman. Tenaga

kerja yang melakukan sensus ulat terdiri atas dua tim, yang masing-masing tim

terdiri atas tiga orang yaitu satu laki-laki sebagai penunas dan dua perempuan

sebagai pencatat jenis hama ulat api yang terlihat dan satunya lagi sebagai

penyusun pelepah ke gawangan mati. Pengamatan yang dilakukan dicatat yang

meliputi jumlah hama pemakan daun dan jenis hamanya. Pada baris keempat

pokok keempat (TS4), tim sensus harus memulai menghitung hama pemakan

daun. Penghitungan hama pemakan daun hanya pada satu pelepah contoh pada

setiap pokok dari tiga pokok dengan ketentuan pelepah yang menunjukkan gejala

serangan baru dan pelepah yang memiliki populasi hama tertinggi. Sensus ulat api

dilaksanakan setiap akhir bulan tanggal 20.

Pengendalian. Apabila semua blok telah selesai disensus maka Asisten

Afdeling dan mantri hama dan penyakit langsung merekapitulasi dan menganalisis

data hasil pengamatan. Data tersebut menjadi acuan apakah serangan ulat api

sudah diambang populasi kritis atau tidak. Ambang populasi kritis diartikan

sebagai rata-rata populasi larva sehat per pelepah. Ambang kritis untuk ulat api

adalah lima ekor per pelapah. Jenis ulat api yang sasaran utama untuk

penanggulangan adalah Setora nitens dan Thosea asigna yang menyerang pelepah

muda dan Derna therna yang menyerang pelepah tua. Pengendalian ulat api

dilakukan dengan pengasapan menggunakan Polydor dicampur solar.

Pengendalian dilaksanakan oleh anggota laki-laki yang menjadi tim sensus, satu

kap mengandung 4.6 liter solar dicampur 0.4 liter Polydor, umumnya satu hari

diperlukan lima kap untuk 5 ha lahan pengendalian ulat api. Waktu yang paling

tepat melakukan pengasapan adalah pada saat pagi atau sore hari pada saat

matahari tidak sedang terik, pada kenyataannya di lapang, pengasapan di lakukan

pada malam hari. Hal ini dilakukan agar tidak terjadi penguapan sehingga

pengasapan akan lebih efektif.

18

Sensus TO (Thinning Out). Merupakan kegiatan untuk mendata dan

menandai tanaman yang akan di bongkar. Tanaman kelapa sawit yang akan di TO

adalah tanaman dengan bunga jantan yang dominan, tanaman yang mati karena

tersambar petir, dan tanaman yang tidak produktif lagi. Pada kegiatan ini juga

dilaksanakan pendataan jumlah tanaman yang ada di areal tersebut sebagai acuan

untuk TPP (tempat peletakkan pupuk) yang akan digunakan untuk menentukan

jumlah untilan tiap TPP. Dalam satu afdeling terdapat 2 - 3 tim sensus dengan

prestasi kerja 5 - 7 ha/HK. Setiap tim terdiri dari tiga petugas yaitu Petugas A

(sebagai penghitung dan pencatat jumlah pokok), Petugas B (sebagai pembuat

nomor dan pembawa cat) dan petugas pembuat administrasi lapangan (Petugas C).

Bahan dan alat yang harus dipersiapkan dalam pekerjaan sensus, yaitu: triplek

(hard cover), ballpoint, formulir sensus, kuas, parang/sendok (alat pengerok), dan

cat warna merah dan warna putih.

Teknis pelaksanaannya adalah sebagai berikut, petugas berjalan di pasar

rintis pada setiap TPP yang ada pada blok yang akan disensus dan arah berjalan

menurut arah barisan. Petugas A menyensus dua baris pokok (baris 1 dan 2) dan

secara bersamaan petugas B membersihkan/”mengerok” pelepah pokok terluar

yang ada pada barisan tersebut sebagai tempat pencatatan hasil sensus. Petugas A

menyensus seluruh pokok dalam barisan tersebut dan memberitahukan jumlah

pokok normal/hidup dan pokok mati atau kosong ke petugas B, lalu Petugas B

berjalan secepatnya menuju pokok paling ujung, kemudian pelepah

dibersihkan/dikerok dan ditulis jumlah pokok hasil sensus dan jumlah untilan

dalam TPP tersebut.

Pemupukan

Prinsip utama dalam aplikasi penaburan pupuk di perkebunan kelapa sawit

adalah bahwa setiap pokok harus menerima tiap jenis pupuk sesuai dosis yang

telah direkomendasikan oleh bagian riset untuk mencapai produktivitas tanaman

yang menjadi tujuan akhir dari bisnis perkebunan. Biaya pemupukan sangat

signifikan karena mencapai 60% dari total biaya pemeliharaan, oleh karena itu

ketepatan/ketelitian aplikasi adalah sesuatu yang sangat mutlak untuk dilakukan.

Efektifitas dan efisiensi pemupukan ditentukan oleh enam faktor sebagai berikut,

jenis pupuk, dosis aplikasi, penyimpanan pupuk, waktu aplikasi, cara aplikasi,

tempat diaplikasikan. Selain enam faktor tersebut, kualitas pemupukan

mempunyai peranan penting dalam menentukan keberhasilan pemupukan.

Kualitas pemupukan dibagi menjadi dua hal yaitu kualitas penaburan pupuk di

lapangan yang berkaitan dengan pengolahan dan organisasi kerja pelaksanaan

pemupukan di lapangan dan administrasinya dan kualitas pupuk yang ditentukan

oleh jumlah/besarnya kandungan unsur hara utama didalam pupuk tersebut dan

kadar airnya.

Pemupukan di PT Inti Indosawit Subur dilakukan berdasarkan hasil analisis

daun (Leaf Sampling Unit) dan analisis tanah yang dilaksanakan sekali dalam satu

tahun. Analisis tersebut dilakukan oleh bagian Research and Development (R&D)

dari perusahaan. PT Inti Indosawit Subur menggunakan dua jenis pupuk, yaitu

pupuk organik dan anorganik. Pemupukan organik dilakukan dengan

menggunakan limbah berupa janjangan kosong, Decanter Solid (DS), abu janjang,

19

dan Palm Oil Mill Effluent (POME)/Land Application (LA), sementara

pemupukan anorganik menggunakan pupuk tunggal (Dolomite, ZA, MOP

(Muriate of Potash), RP (Rock Phospate), dan Borax. Dalam satu hektar tanaman

kelapa sawit pada umur 8 – 10 tahun untuk mecapai pertumbuhan dan produksi

optimal dibutuhkan unsur hara masing-masing 275 kg Nitrogen, 33 kg Phospor,

408 kg Kalium, dan 67 kg Magnesium sebanding dengan pemupukan 4.4 kg Urea,

2.0 kg RP, 6.0 MOP, dan 3.0 kg Kieserite. Oleh sebab itu untuk menjaga agar

produksi TBS tetap optimal maka unsur hara tersebut harus dipenuhi dengan cara

pemberian pupuk anorganik ataupun disubstitusi dengan pemberian pupuk

organik.

Pada saat pelaksanaan pemupukan para pemupuk harus mematuhi sapta

disiplin pemupukan yang telah di tetapkan oleh PT Inti Indosawit Subur yaitu:

1. Pokok mati ada dua macam yaitu mati alami dan mati TO (thining out).

2. Pokok di pingir parit dan jalan tetap dipupuk tetapi parit dan jalan tidak

boleh dipupuk.

3. Mengikuti instruksi mandor, hari ini berapa takaran.

4. Melaksanakan 4 T (tepat tempat, tepat cara, tepat waktu dan tepat dosis).

5. Mengunakan alat pelindung diri (APD) yaitu topi, masker, baju lengan

panjang, sarung tangan, apron dan sepatu boot.

Waktu pemupukan. Waktu pelaksanaan pemupukan di Kebun Buatan,

PT Inti Indosawit Subur, dilaksanakan dua kali aplikasi yaitu semester pertama

(Januari-Juni) dan semester kedua (Juli-Desember). Jadwal waktu kegiatan

aplikasi pemupukan tiap jenis pupuk terdapat di buku pedoman rekomendasi

pemupukan tiap afdeling. Faktor-faktor yang menjadi bahan pertimbangan

terhadap frekuensi dan waktu aplikasi pupuk yaitu curah hujan, topografi dan

sturuktur tanah, dan interaksi antara beberapa jenis pupuk yang berbeda.

Interval antara dua rotasi pada jenis pupuk yang sama tidak boleh kurang

dari dua bulan dengan rotasi pertama sebaiknya dilakukan pada semester I

(Januari - Juni) dan lainnya pada semester II (Juli - Desember). Pada umumnya

semua pupuk diaplikasi pada bulan dengan curah hujan cukup (60 – 300 mm)

karena pada saat itu tanah cukup basah (tidak jenuh) sehingga memudahkan

penyerapan unsur hara.

Uji analisa daun (leaf sampling unit). Merupakan kegiatan yang dilakukan

sekali dalam setahun untuk menentukan dosis pupuk yang sesuai berdasarkan

kondisi unsur hara pada jaringan tanaman. Pengambilan sampel daun pada Kebun

Buatan PT Inti Indosawit Subur dilakukan oleh pekerja harian lepas (PHL) yang

sebelumnya telah dilatih oleh bagian Research and Development (R&D).

Peralatan dan bahan yang digunakan dalam analisis daun adalah egrek, pisau, kuas,

cat dan kantong sampel yang telah diberi label.

Kegiatan yang pertama kali dilakukan adalah menentukan pokok yang

menjadi start awal pengambilan sampel. Pengambilan daun sampel dilakukan

pada daun ke 17 dengan memotong pelepah daun (pada tanaman tinggi) atau

dengan mengait pelepah daun (pada tanaman rendah), dari daun ke 17 diambil

delapan helai anak daun yang terdapat di tengah pelepah (4 helai dari sisi kanan

dan 4 helai dari sisi kiri), selain itu pangkal pelepah dari daun ke 17 diukur lebar

dan tebalnya. Daun ke 17 adalah daun yang lurus ke bawah dengan daun kesatu

yang di antarai oleh daun ke 9 (sesuai urutan daun pada spiral yang tegak lurus

20

yaitu 1-9-17-25-33). Jarak antara tanaman sampel pertama dengan kedua dan

selanjutnya adalah 10 tanaman. Setelah satu blok selesai diambil daun sampel

seluruhnya, daunnya dibersihkan dengan kain basah. Selanjutnya dipotong

menjadi tiga bagian dan bagian tengah daun yang diambil untuk dikeringkan

dengan oven dan dikirim ke bagian R&D untuk diteliti lebih lanjut. Pada

pengambilan sampel daun dilakukan juga identifikasi defisiensi unsur hara pada

daun di pokok yang menjadi sampel serta delapan pokok yang berdekatan dengan

pokok sampel, tingkat keparahan defisiensi unsur hara dibagi menjadi tiga bagian

yaitu ringan, sedang dan berat.

Pada setiap pokok sampel diberi tanda khusus berupa cat warna merah

berbentuk lingkaran yang bertujuan untuk memudahkan dalam penentuan

tanaman sampel pada tahun-tahun yang akan datang, selain itu pada tanaman

pinggir jalan dimana baris terpilih, diberi tanda cat merah berbentuk garis vertikal

sepanjang 15 cm dengan diberi tanda anak panah, anak panah ke bawah berarti

jalur ke dalam, sedangkan anak panah ke atas berarti jalur ke luar.

Penguntilan. Merupakan kegiatan membagi pupuk yang dilakukan untuk

memudahkan penaburan dan menjamin ketepatan pada saat pemupukan. Pada

umumnya satu untilan digunakan untuk memupuk delapan tanaman. Sebagai

contoh pemupukan dolomite dengan dosis 2 kg/pokok maka berat satu untilan

adalah 16 kg. Penguntilan dilakukan di gudang pupuk dengan menggunakan

takaran yang telah di kalibrasi sebelumnya.

Pelaksanaan pemupukan. Pada hari pemupukan, pupuk yang telah diuntil

pada hari sebelumnya akan di ecerkan di TPP (tempat peletakan pupuk) yang

terdapat pada blok yang akan dipupuk dengan menggunakan dump truck

berkapasitas lima ton. Pada umumnya satu TPP mencakup enam baris tanaman.

Setelah sampai di TPP pupuk diturunkan berdasarkan jumlah untilan yang

dibutuhkan. Pada TPP telah tertera jumlah pokok dan jumlah untilan yang

dibutuhkan. Losses sering terjadi pada saat menaikkan untilan ke dump truck dan

menurunkan untilan dari dump truck. Sistem penaburan pupuk di lapangan

menggunakan sistem tunggal, artinya kegiatan pemupukan hanya dilakukan pada

satu area blok saja dan tidak boleh ada kegiatan lain di blok tersebut pada hari

yang sama. Setelah pemupukan selesai setiap pemupuk wajib untuk

mengumpulkan karung dari pupuk yang telah ditebar di lapangan. Tujuan dari

pengumpulan karung ini untuk memeriksa atau menyamakan jumlah pupuk yang

diangkut dari gudang dengan jumlah karung yang ada di lapangan, selain itu juga

untuk memastikan bahwa semua pupuk telah diaplikasikan. Gambar kegiatan

pemupukan dapat dilihat pada gambar 1.

(a) (b)

Gambar 1. Kegiatan pada saat pemupukan (a) muat pupuk dan (b) aplikasi

21

Pengendalian Gulma

Pengendalian gulma adalah tindakan mengendalikan pertumbuhan tanaman

yang tidak diinginkan yang tumbuh di areal tanaman yang diusahakan. Tujuan

dari pengendalian gulma di perkebunan kelapa sawit adalah untuk mengurangi

kompetsisi air dan hara tanaman, pertumbuhan akar tanaman, memudahkan

pekerjaan kontrol pemupukan dan pemanenan, dan menjaga sanitasi kebun.

Gulma yang terdapat di areal Kebun Buatan PT. Inti Indosawit Subur antara lain

Ageratum conyzoides (babadotan), Asystasia coromandeliana, Axonopus

compressus (antalobang), Boreria alata, Boreria laevis, Chromolaena odorata

(putihan), Clidemia hirta (senggani betina), Dicranopteris linearis (pakis kawat),

Elusine indica (lulangan), Imperata cylindrica (alang-alang), Melastoma

malabathricum (senduduk), Mikania micrantha, Nephrolepis biserrata (pakis

larat), Pteridium osculentum (pakis gajah), dan Setaria plicata (bambuan).

Beberapa jenis pakisan dan tanaman lunak dibiarkan tumbuh untuk menjadi

sarang bagi musuh alami ulat api dan sarang serangga penyerbuk juga sebagai

penahan air hujan untuk mencegah erosi. Gulma dominan di areal Kebun Buatan

dapat dilihat pada gambar 2.

(a) Nephrolepis biserrata (b) Clidemia hirta

Gambar 2. Contoh gulma dominan di areal Kebun Buatan

Pengendalian secara manual. Salah satu jenis pengendalian gulma secara

manual yang dilakukan pada PT Inti Indosawit Subur adalah dongkel anak kayu

yang merupakan kegiatan mendongkel gulma yang berada di piringan maupun di

gawangan. Jenis gulma yang didongkel adalah gulma yang umumnya batangnya

berkayu seperti Chromolaena odorata (putihan), Climedia hirta (haredong atau

akar kala), Lantana camara (bunga tahi ayam), Melastoma malabatricum

(Senduduk atau senggani), kentosan/VOPS (voluntary oil palm seedlings) dan

semua jenis tanaman berkayu yang tumbuh di piringan dan gawangan. Biasanya

bersamaan dengan dilaksanakannya kegiatan dongkel anak kayu dilakukan juga

penyusunan pelepah yang terdapat di piringan untuk disusun ke gawangan mati.

Rotasi dari kegiatan dongkel anak kayu adalah 4 bulan dengan norma kerja

pekerja adalah satu pasar pikul atau sekitar 1.5 ha dalam satu hari kerja.

Pengendalian secara kimiawi. Pengendalian gulma secara kimiawi pada

PT Inti Indosawit Subur dilaksanakan oleh dua Tim Unit Semprot (TUS) yang

langsung berada di bawah tanggung jawab Asisten Kepala dan dua orang mandor.

Tim Unit Semprot dibagi berdasarkan alat yang digunakan yaitu, tim yang

menggunakan alat semprot Controlled droplet applicator (CDA)/Micron herbi

22

dan tim dengan alat semprot Knapsack sprayer (RB-15/Solo) dengan rotasi

penyemprotan empat bulan .

Tim pengendalian dengan alat semprot CDA menggunakan mobil pick up

dengan tangki berkapasitas 400 liter pada baknya. Herbisida langsung dilarutkan

dalam tangki pada saat persiapan penyemprotan di gudang. Kemudian larutan dari

tangki ini diecerkan ke dalam tangki CDA berkapasitas 10 liter per kap yang

menggunakan nozzle nomor tiga. Bahan Kimia yang digunakan untuk

penyemprotan dengan CDA adalah Elang dengan bahan aktif Paraquat konsentrasi

6.15% yang dicampur Sterin dengan bahan aktif floroksifir konsentrasi 1%.

Gulma yang menjadi sasaran adalah Asystasia dan golangan rumput yang terdapat

pada piringan dan pasar pikul. Rata-rata dengan satu kap dapat digunakan untuk

menyemprot 200 pokok dalam waktu 90 menit dengan prestasi kerja karyawan

sebesar 5 ha/HK.

Tim pengendalian dengan alat semprot knapsack sprayer menggunakan

dump truck dengan tangki berkapasitas 2 000 liter dengan herbisida yang telah

dilarutkan pada saat persiapan penyemprotan di gudang. Herbisida lalu diecerkan

ke dalam tangki knapsack sprayer dengan kapasitas 15 liter yang menggunakan

nozzle VLV 200, bahan kimia yang digunakan untuk penyemprotan dengan

knapsack sprayer adalah Gramoxone dengan bahan aktif paraquat konsentrasi

0.5% yang dicampur Trapp dengan bahan aktif Methyl metsolfuron konsentrasi

0.03%. Gulma yang menjadi sasaran adalah gulma berkayu, pakisan, dan kentosan

yang terdapat pada piringan, pasar pikul, dan TPH. Rata-rata dengan satu kap

dapat menyemprot 40 pokok dalam waktu 20 menit dengan prestasi kerja

karyawan sebesar 3 ha/HK. Hal-hal yang mempengaruhi kecepatan jalan

penyemprot adalah keadaan topografi dan kerapatan gulma.

Pemeliharaan Sarana dan Prasarana

Kegiatan pemeliharaan sarana dan prasarana ini pada prinsipnya adalah

pengelolaan KTA (Konservasi Tanah dan Air) seperti pemasangan gorong-gorong,

pemeliharaan gorong-gorong, dan rempesan. Seluruh kegiatan itu dilakukan agar

kondisi jalan dalam kebun tetap dalam kondisi yang baik untuk dilalui dalam

segala kondisi cuaca. Karena jalan merupakan sarana pendukung untuk

berjalannya transportasi di kebun seperti pengangkutan pupuk, pengangkutan TBS,

dan untuk memperlancar kegiatan karyawan. Faktor-faktor yang menyebabkan

rusaknya jaringan jalan adalah air yang menggenang, bahan organik dalam tanah,

tekstur dan struktur tanah, kurangnya sinar matahari dan beban kendaraan itu

sendiri.

Gorong-gorong. Berfungsi untuk mengalirkan air yang tergenang pada

badan jalan karena air yang menggenang menyebabkan tanah menjadi remah dan

sulit untuk dilalui kendaraan. Terdapat dua jenis gorong-gorong yaitu gorong-

gorong yang terbuat dari bahan semen/beton dan dari paralon yang masing-

masing gorong-gorong tersebut berdiameter 30 cm. Untuk jalan yang berada di

lereng bukit, jalan dibuat dengan kemiringan 10° ke arah bukit. Setiap jarak 50 m

atau di tempat yang cekung, dibuat rorak dengan ukuran 75 cm x 75 cm dengan

kedalaman 1 m. Untuk mengalirkan air yang tertampung didalam rorak dibuat

gorong-gorong dengan diameter 30 cm dan diletakkan 20 cm di atas dasar rorak.

Setelah pemasangan gorong-gorong selesai, pada sisi jalan dibuat tumpukan

karung yang berisi pasir yang berfungsi untuk menahan tanah yang terdapat pada

badan jalan agar tidak jatuh kebawah yang akan menyebabkan terjadi

23

penyumbatan pada lubang gorong-gorong. Pemasangan gorong-gorong

dilaksanakan oleh tim prasarana yang biasanya terdiri dari empat orang dengan

prestasi kerja tiga gorong-gorong/HK. Untuk Pemeliharaan gorong-gorong

dilakukan secara manual dengan cangkul dan parang kegiatannya adalah

membongkar saluran gorong-gorong yang tersumbat lalu membuang tanah yang

menyumbat aliran air dari rorak ke tempat mengalirkan air ke luar, sehingga air

parit dapat lancar mengalir keluar dari gorong-gorong.

Rempesan. Merupakan kegiatan memotong pelepah yang berada diatas

jalan karena akan menghalangi sinar matahari ke jalan yang akan menyebabkan

jalan basah menjadi lama kering. Kegiatan rempesan dilaksanakan oleh dengan

tiga tim dengan masing-masing tim beranggotakan tiga orang, satu orang sebagai

penunas dan dua orang sebagai penyusun pelepah ke gawangan mati.

Garuk Rumpang. Merupakan kegiatan membersihkan sampah serasah

yang biasanya berasal dari sisa pelepah dari piringan ke gawangan mati. Kegiatan

ini bertujuan untuk sanitasi pokok yang akan memudahkan pengutipan brondolan

dan aplikasi pemupukan, membersihkan kokon (kepompong ulat api) yang berada

di sekitar pokok. Prestasi kerja kegiatan ini rata-rata 170 pokok/HK, hal ini

dipengaruhi juga oleh topografi lahan dan keadaan serasah apabila terlalu semak

biasanya hanya mencapai 150 pokok/HK.

Aspek Manajerial

Kegiatan manajemen merupakan rangkaian dari beberapa kegiatan yang

dilakasanakan guna mencapai tujuan akhir yang telah ditetapkan dengan

menggunakan atau mengkoordinasikan kegiatan-kegiatan orang lain. Agar

kegiatan tersebut dapat berjalan dengan baik dan benar maka diperlukan

dukungan dari sumber daya manusia yang berkualitas.

Karyawan Non Staf

Manajemen tingkat karyawan non staf adalah karyawan yang bertugas

membantu jalannya kegiatan, baik di kebun maupun pada administrasi kantor.

Karyawan yang termasuk tenaga kerja tingkat non staf terdiri atas Mandor I, Krani

Afdeling, Mandor Panen, Krani Buah, Mandor Semprot, dan Mandor Pupuk. Pada

minggu keempat sampai dengan minggu kelima selama magang penulis berstatus

sebagai pendamping mandor. Mandor merupakan pengelola dan pengawas

langsung terhadap kegiatan para PHL di lapangan. Mandor bertanggung jawab

terhadap hasil kerja yang dikelolanya dengan selalu berpedoman pada rencana

kerja harian (RKH) yang telah ditetapkan bersama antara mandor dan Asisten

Afdeling. Selain bertugas mengelola dan mengawasi kegiatan kerja para PHL di

lapangan, mandor juga harus dapat memberikan motivasi positif agar kinerja dari

para PHL yang menjadi tanggung jawabnya meningkat dan sesuai dengan standar

operasional perusahaan.

Setiap pagi seluruh mandor wajib mengikuti muster morning (apel pagi)

bersama Asisten Afdeling untuk mendapatkan pengarahan tentang pekerjaan yang

akan dilaksanakan pada hari tersebut. Setelah itu mandor melakukan apel pagi

24

dengan para PHL yang menjadi tanggung jawabnya untuk memberitahu jenis

kegiatan dan metode kerjanya. Pada saat di lapangan mandor wajib mengawasi

secara langsung dan mengarahkan para pekerja agar bekerja lebih efektif. Sore

hari setelah selesai dari lapangan para mandor menghitung dan melaporkan hasil

pekerjaannya. Laporan tersebut meliputi prestasi kerja pekerja dan kualitas

pekerjaan kepada Asisten Afdeling dalam bentuk buku kerja mandor dan lembar

attendance & gang activity yang berisi tentang kehadiran PHL dan jenis pekerjaan

yang dilaksanakan pada hari itu. Selain itu juga mandor membuat rencana kerja

harian yang akan dilaksanakan untuk keesokan harinya.

Mandor I. Mandor I adalah orang yang mengatur semua kegiatan teknis di

lapangan, posisi jabatan mandor I berada langsung dibawah asisten afdeling dan

diatas mandor-mandor lainnya. Tugas dan tanggung jawab seorang mandor I lebih

luas jika dibandingkan dengan mandor-mandor lainnya. Mandor I mempunyai

tugas untuk mengontrol dan mengawasi semua jenis pekerjaan yang dilakukan.

Mandor I juga berkewajiban membuat rencana kerja harian dan berhak menegur

mandor dan karyawan secara langsung jika terdapat kesalahan dalam melakukan

pekerjaan. Seperti halnya Asisten Afdeling, mandor I memiliki wewenang untuk

memeriksa semua jenis kegiatan dan harus aktif menyelesaikan permasalahan

yang ada serta mencari solusinya.

Krani afdeling. Kantor afdeling merupakan salah satu pusat administrasi

terkecil dalam sebuah kebun dan menjadi sumber data langsung di lapangan tiap

afdeling, tugas kerani afdeling adalah memeriksa laporan baik yang masuk

maupun yang keluar seperti absensi mandor, membuat bon untuk pengadaan

barang dan laporan hasil kegiatan dari masing-masing mandor.

Mandor Panen. Pada perusahaan ini terdapat tiga mandor panen untuk

setiap afdeling. Tugas dari mandor panen adalah membuat perencanaan terhadap

areal seksi yang akan di panen atas persetujuan dari Asisten Afdeling. Selain itu

tugas mandor panen adalah apel pagi dengan para pemanen yang menjadi

tanggung jawabnya untuk memberikan pengarahan tentang pelakasanaan panen

dan mengingatkan tentang penggunaan alat pengaman diri (APD) untuk

keselamatan kerja. Pada saat apel pagi itu mandor panen juga mengabsen para

pemanen yang hadir, setelah itu mandor panen membagi ancak masing-masing

pemanen dan melaksanakan pengawasan pelaksanaan panen dan pemeriksaan

mutu ancak di lapangan. Setelah pelaksanaan panen, mandor panen melaksanakan

kegiatan taksasi panen yang bertujuan untuk memperkirakan hasil yang dapat

dipanen untuk esok hari.

Krani buah. Tugas utama kerani buah adalah mencatat jumlah TBS dan

mengawasi mutu buah yang dipanen oleh pemanen agar sesuai dengan kriteria

matang yang telah ditetapkan oleh perusahaan. Data yang telah didapatkan

tersebut dicatat dalam buku kerani panen. Kerani buah berhak untuk menegur

pemanen yang memanen buah tidak sesuai dengan kriteria matang yang telah

ditetapkan oleh perusahaan. Setelah selesai dari lapangan, krani panen melakukan

pendataan ulang total buah yang dipanen oleh pemanen, selain itu juga mencatat

total buah yang masak, buah mentah, buah busuk dan buah abnormal yang

dipanen oleh setiap pemanen untuk menentukan jumlah premi dan denda yang

akan diterima oleh pemanen pada hari itu.

Mandor semprot. Tugas mandor semprot adalah menentukan areal yang

akan disemprot atas persetujuan dari asisten afdeling dan asisten kepala,

25

melakukan apel pagi untuk memberikan pengarahan dan mengabsen karyawan,

lalu mengecek kelengkapan alat pengaman diri (APD) karyawan, dan

mempersiapkan larutan yang akan digunakan. Pada saat di lapangan mandor

semprot bertugas mengawasi pekerjaan di lapangan dan mengawasi penggunaan

herbisida. Setelah kegiatan di lapangan selesai mandor memberikan laporan hasil

kegiatan kepada asisten kepala dan asisten afdeling yang afdelingnya disemprot

pada hari itu dan juga membuat rencana kerja harian (RKH) untuk kegiatan esok

hari.

Mandor pupuk. Tugas dari mandor pupuk adalah membuat perencanaan

blok/petak yang akan dipupuk atas persetujuan asisten afdeling, membuat

permintaan bahan/bon gudang yang disetujui asisten afdeling, KTU dan manajer

kebun, mengawasi pengambilan pupuk di gudang, meminta kendaraan untuk

mengangkut pupuk dari gudang ke lapangan kepada mandor traksi, menghitung

tenaga kerja yang hadir untuk menentukan jumlah luasan yang akan dipupuk.

Pada saat apel pagi mandor pupuk memberikan pengarahan tentang pelaksanaan

pemumpukan kepada karyawan pemupuk dan memeriksa kelengkapan alat

pengaman diri para pemupuk. Pada saat di lapangan mandor pupuk mengawasi

distribusi pupuk dari gudang ke tempat peletakan pupuk yang telah ditentukan dan

mengawasi pelaksanaan kegiatan pemupukan di lapang.

Karyawan Staf

Setiap kebun dipimpin oleh seorang estate manager (EM) yang bertanggung

jawab dalam pengelolaan kebun dan menjadi pemegang puncak keputusan. EM

bertanggung jawab pada General Manager (GM) atas segala kegiatan yang ada di

kebun seperti keadaan kebun, proses produksi, administrasi kebun, pengusahaan

material, finansial, personalia dan termasuk dalam keamanan kebun. Sedangkan

setiap kebun terdiri atas beberapa afdeling, setiap afdeling dipimpin oleh seorang

asisten. Sehingga EM dibantu oleh beberapa asisten kepala dan asisten afdeling

yang membawahi beberapa mandor yang langsung menangani pelaksanaan

kegiatan lapang.

Asisten afdeling merupakan orang yang bertanggung jawab langsung

terhadap seluruh kegiatan dan hal-hal penting lainnya dalam suatu afdeling.

Asisten afdeling bertanggung jawab kepada asisten kepala, manajer kebun dan

GM. Asisten afdeling bertugas merencanakan dan mengkoordinasikan program

kerja harian dan bulanan yang sesuai untuk mencapai target yang telah ditentukan.

Selain itu juga mengevaluasi hasil-hasil kegiatan yang telah dilaksanakan dan

mengarahkan pemecahan masalah di tingkat afdeling, melakukan pengawasan dan

penilaian terhadap kinerja dari masing-masing mandor, melakukan pembinaan

terhadap sumber daya manusia yang ada di afdelingnya, dan melakukan

administrasi afdeling yang dibantu oleh kerani afdeling. Asisten afdeling juga

bertanggung jawab secara penuh terhadap kondisi kebun selama 24 jam, yang

meliputi semua pekerjaan yang ada di lapangan maupun dalam lingkungan

kemasyarakatan.