kegiatan praktek magang

31
KEGIATAN PRAKTEK MAGANG Manajemen Pakan Satwa Jenis dan Jumlah Pakan Satwa Secara garis besar jenis pakan yang diberikan di TMR dapat dibagi menjadi 2 kelompok besar, yaitu: makanan yang berasal dari tumbuh-tumbuhan seperti; buah-buahan (nanas, kelapa, pepaya, pisang batu, pisang siam, pisang ambon,jambu biji, tomat, dan lain lain); sayur-sayuran (sawi hijau, buncis, kangkung, daun singkong, daun papaya, kacang panjang, dan ketimun); biji bijian dan kacang kacangan (jagung, toge, kacang tanah, beras, dan gabah); umbi-umbian (ubi jalar, ubi kayu, bengkwang, dan lainnya). Makanan yang berasal dari hewan sebagai sumber protein, seperti daging ayam, jangkrik, ulat bulu, dagung sapi, dan telur semut(angkrang). Selain jenis pakan diatas, untuk beberapa jenis hewan diberikan pakan tambahan (feed additif) seperti biskut monkey chow untuk primata, beauty anti stress dan konsentrat untuk pakan jalak bali, dan imbuhan pakan (feed suplement) seperti vitastress yang mengandung vitamin dan mineral untuk menjaga kondisi hewan agar tetap sehat. Pada umumnya tujuan pemberian pakan tambahan diutamakan untuk satwa-satwa pada masa anak-anak dan remaja yang

Upload: metrizalpoenya

Post on 24-Jul-2015

243 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: KEGIATAN PRAKTEK MAGANG

KEGIATAN PRAKTEK MAGANG

Manajemen Pakan Satwa

Jenis dan Jumlah Pakan Satwa

Secara garis besar jenis pakan yang diberikan di TMR dapat dibagi menjadi 2

kelompok besar, yaitu: makanan yang berasal dari tumbuh-tumbuhan seperti; buah-

buahan (nanas, kelapa, pepaya, pisang batu, pisang siam, pisang ambon,jambu biji,

tomat, dan lain lain); sayur-sayuran (sawi hijau, buncis, kangkung, daun singkong, daun

papaya, kacang panjang, dan ketimun); biji bijian dan kacang kacangan (jagung, toge,

kacang tanah, beras, dan gabah); umbi-umbian (ubi jalar, ubi kayu, bengkwang, dan

lainnya). Makanan yang berasal dari hewan sebagai sumber protein, seperti daging

ayam, jangkrik, ulat bulu, dagung sapi, dan telur semut(angkrang). Selain jenis pakan

diatas, untuk beberapa jenis hewan diberikan pakan tambahan (feed additif) seperti

biskut monkey chow untuk primata, beauty anti stress dan konsentrat untuk pakan jalak

bali, dan imbuhan pakan (feed suplement) seperti vitastress yang mengandung vitamin

dan mineral untuk menjaga kondisi hewan agar tetap sehat. Pada umumnya tujuan

pemberian pakan tambahan diutamakan untuk satwa-satwa pada masa anak-anak dan

remaja yang berfungsi untuk menambah berat badan, mempercepat pertumbuhan

tubuh, menjaga kesehatan, dan mempercepat pertumbuhan bulu.

Gambar 7. Formulasi pakan satwa

Page 2: KEGIATAN PRAKTEK MAGANG

Distribusi Pakan

Pengelompokan jenis pakan sesuai dengan jenis hewan dilakukan Sebelum

pakan didistribusikan ke tiap tiap kandang satwa. Kegiatan di dapur pakan satwa

meliputi:

1. Penyortiran, yaitu: memilih sayur-sayuran dan buah-buahan untuk kemudian

dipisahkan antara yang matang, mentah, busuk, dan yang segar. Kegiatan ini

sangat penting untuk dilakukan, karena akan berpengaruh terhadap kualitas

pakan yang akan diberikan. Makanan berkualitas baik diperlukan untuk

menigkatkan dan menjaga kondisi hewan agar tetap sehat.

2. Peracikan, yaitu: pengaturan makanan untuk setiap satwa sesuai dengan

kebutuhan masing-masingnya. Peracikan yang tepat ialah peracikan yang

komposisinya sesuai, baik dari segi kualitas, kuantitas, serta jenis pakan yang

sesuai dengan kebutuhan jenis satwanya.

3. Penyimpanan. Sisa pakan yang dipakai akan disimpan dalam ruang

penyimpanan dengan tujuan agar kandungan gizi dari pakan tersebut tidak

berkurang. Bahan pakan yang cepat busuk seperti daging dan ikan disimpan

dalam freezer. Untuk sayur dan buah-buahan disimpan dalam ruang bersuhu

rendah. Sedangkan makanan kering seperti jagung, gabah, dan beras disimpan

dalam ruang yang terhindar dari tikus dan kutu.

4. Distribusi. Pakan yang telah disiapkan selanjutnya akan didistribusikan ke tiap-

tiap kandang satwa. Pendistribusian dilakukan dua kali yaitu pagi dan siang hari.

Pagi hari untuk jenis satwa-satwa omnivora dan siang hari untuk jenis satwa

karnivora dan herbivora. Distribusi pakan dilakukan dengan menggunakan mobil

khusus yang dirancang untuk mengantarkan pakan ke semua wilayah di dalam

kawasan TMR.

Page 3: KEGIATAN PRAKTEK MAGANG

Pemeriksaan dan Penyimpanan Pakan

Secara umum tempat penyimpanan pakan di gudang pakan TMR dapat

dikelompokkan menjadi beberapa tempat yaitu :

1. Refrigerator yang berfungsi untuk menyimpan serangga, daging, dan ikan.

2. Gudang penyimpanan pakan kering seperti jagung, dedak, gabah, biji bungan

matahari (kwaci), dan pakan kering lainnya

3. Gudang penyimpanan buah-buahan dan sayur-sayuran

4. Gudang penyimpanan makan hidup seperti mencit, ular, bebek, dan ayam.

Sistem Pemeliharaan Satwa

Konstruksi Kandang

Konstruksi kandang di Taman Margasatwa Ragunan dibuat sedemikian rupa

disesuaikan dengan jenis satwa, kecocokan dengan habitat aslinya, dan tidak

membahayakan para pengunjung. Pada umumnya setiap kandang dilengkapi dengan

beberapa fasilitas seperti tempat istirahat, tempat bermain(exercise), dan tempat

makan-minum. Penyediaan fasilitas seperti ini bertujuan agar satwa-satwa tersebut

dapat hidup secara bebas, misalnya untuk fasilitas bermain ada yang dibuat di dalam

kandang (closed type) seperti pada beberpa jenis primata dan harimau dan ada juga

yang dibuat diluar kandang seperti pada kandang reptil.

Bahan-bahan konstruksi kandang seperti dinding terbuat dari beton, atap dari

genting dan plat polikarbonat, lantai dari bahan semen, dan pintu dari jeruji kawat/besi.

Khusus untuk pintu, pada beberapa jenis hewan seperti primata, hariamau, dan

beberapa jenis burung dibuat dengan sistem kontrol, dimana dibuat sistem pintu

penghubung antar kandang yang bertujuan untuk mempermudah pemindahan satwa

dari kandang yang satu ke kandang yang lainnya. Khusus untuk kandang burung-

burung kecil, selain di tempatkan pada kandang semi tertutup juga dibuatkan kandang

Page 4: KEGIATAN PRAKTEK MAGANG

sistem individu berupa sangkar yang terbuat dari bahan kayu dan bambu. Hal ini

bertujuan untuk memudahkan penanganan terutama pada masa karantina dan

pengobatan. Untuk kandang- kandang hewan besar dan buas juga dilengkapi dengan

kandang jepit yang berfungsi untuk mempermudah pengendalian dan pengobatan

satwa-satwa.

Sistem Perkandangan

Sistem perkandangan umumnya disesuaikan dengan kondisi hewan.

Berdasarkan konstruksi dan bentuknya, jenis tipe perkandangan di Taman Margasatwa

Ragunan terdiri dari:

a. Kandang Tertutup

Kandang tertutup adalah kandang berdiri sendiri atau merupakan unit

yang bersambung antar satu kandang dengan kandang yang lain dimana sistem

pemeliharaannya sendiri-sendiri. Pada umumnya konstruksi kandang ini terbuat

dari beton, besi, dan kaca sebagai dinding depan sehingga dapat memudahkan

dalam kegiatan peragaan satwa-satwa. Selain itu juga bertujuan untuk

menghalangi pengunjung melakukan kontak langsung dengan satwa. Di dalam

kandang itu sendiri terdapat kolam, tumbuh-tumbuhan, dan lantainya berupa

pasir yang hampir mirip dengan kondisi habitat asli yang mereka dapatkan di

alam sebelumnya. Sistem kandang tertutup ini digunakan untuk jenis reptilia,

pisces, dan satwa mamalia kecil seperti kucing hutan, kucing ikan. Contoh

sistem perkandangan tertutup adalah terarium 1,2,3 dan mamalia kecil.

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar di bawah ini

Page 5: KEGIATAN PRAKTEK MAGANG

Gambar 5. Kandang Orangutan yang tertutup

b. Kandang Semi Tertutup

Kandang semi tertutup adalah kandang berbentuk kurungan dengan

konstruksi utamanya yaitu dinding yang dipagari dengan kawat, lantai dari tanah,

dan atap dari plat polikarbonat, berdiri sendiri atau merupakan unit bersambung,

dan sedikit lebih besar dibandingkan dengan sistem perkandangan tertutup. Tipe

perkandangan seperti ini digunakan untuk kandang kelompok hewan aves.

Selain itu, kandang semi tertutup juga menggunakan sekat dengan konstruksi

tembok yang umumnya digunakan untuk kandang-kandang satwa primata

(lutung, monyet jepang, dan siamang) dan kandang kelompok mamalia felis

(harimau, jaguar, dan macan). Kandang ini terdiri dari dua ruangan, pertama

kandang besar (exercise space) yang berfungsi sebagai arena bermain untuk

satwa dan kandang kecil sebagai tempat istirahat, perawatan ,dan tempat

meletakkan pakan satwa. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar di

bawah ini:

Gambar 5. Kandang semi tertutup di kandang Burung Lama

Page 6: KEGIATAN PRAKTEK MAGANG

c. Kandang Terbuka

karakteristik konstruksi sistem perkandangan terbuka adalah kandang

langsung dibatasi oleh parit berisi air disekelilingnya dan diberi pagar kawat

ataupun dinding yang lebih tinggi sebagai batas antara satwa dan pengunjung.

Sama halnya seperti kandang semi tertutup, tipe perkandangan terbuka juga

memiliki dua ruangan yang terdiri dari tempat bermain dan ruangan tidur bagi

satwa-satwa. Umumnya tipe perkandangan seperti ini dapat kita lihat pada

kelompok satwa-satwa reptil dan primata. Khusus untuk satwa-satwa primata,

tipe perkandangan terbuka memiliki konsep perkandangan yang dibuat seperti

pulau-pulau, dibatasi oleh pagar dengan ketinggian satu sampai dua meter dan

dikelilingi kolam yang berfungsi untuk mencegah hewan melompat keluar

kandang. Tipe kandang seperti ini dapat kita lihat pada kandang-kandang satwa

primata, reptil, beberapa jenis mamalia (harimau dan singa). Konstrusi kandang

seperti ini dinilai lebih ”mensejahterakan hewan” dibandingkan pemeliharaan

dalam kandang tertutup dan semi tertutup, karena hewan akan merasa lebih

bebas untuk mengekspresikan prilaku alamiah mereka. Untuk lebih jelasnya

dapat dilihat pada gambar di bawah ini:

Gambar 6. Kandang terbuka yang merupakan kandang Orangutan

Page 7: KEGIATAN PRAKTEK MAGANG

Selain tipe perkandangan diatas, berdasarkan fungsinya tipe perkandangan di

TMR dapat dikelompokkan menjadi 3 type yaitu :

a. Kandang Nursery

Kandang Nursery merupakan kandang khusus yang dibuat untuk

perawatan bayi-bayi dan satwa-satwa yang masih muda. Tindakan ini diambil

berdasarkan pengalaman dimana bayi-bayi satwa yang dirawat mengalami

cacat tubuh sehingga tidak memungkinkan hewan untuk dipelihara secara alami

oleh induknya sendiri atau terkadang ada beberapa jenis satwa yang memilki

sifat kanibalisme seperti pada satwa komodo, Sehingga dengan adanya

tindakan nursery ini, maka kemungkinan kematian dan cacatnya bayi-bayi satwa

dapat diminimalisir dengan campur tangan manusia dalam perawatannya.

Contohnya satwa-satwa yang dipelihara disini adalah burung nuri, kakak

tua putih, anak harimau, berang berang, anjing laut, dan beberapa spesies

hewan lainnya.

b. Kandang Karantina

Karantina satwa berfungsi sebagai tempat tinggal sementara bagi satwa-

satwa dalam masa observasi, dalam kondisi sakit, yang akan dikirim keluar,

ataupun yang akan masuk ke dalam lingkungan Taman Margasatwa Ragunan.

satwa satwa yang dipelihara di tempat ini umunya berasal dari:

1) Hasil sitaan yang dititipkan atau diberikan pada Taman Margsatwa

Ragunan;

2) Hasil sumbangan dari masayrakat;

3) Hasil tukar menukar dengan kebun binatang lain;

4) Satwa-satwa sakit dari kandang peragaan yang diduga dapat

menularkan penyakit kepada satwa-satwa lain

Page 8: KEGIATAN PRAKTEK MAGANG

Satwa-satwa yang baru ditempatkan di karantina, yang diawasi oleh

dokter hewan atau perawat satwa. Pemeliharaan dilakukan secara fisis, klinis

dan laboratoris. Dari hasil pengamatan karantina di Taman Margasatwa

Ragunan.

Dari hasil kegiatan dan pengamatan dikandang karantina satwa terlihat

bahwa kandang-kandang disana tidak hanya digunakan sebagai tempat kandang

observasi satwa saja, melainkan juga sebagai tempat tinggal beberapa jenis

satwa, hal ini dikarenakan masih kurangnya jumlah kandang pemeliharaan

terutama kandang untuk primata, sehingga kandang karantina satwa ini lebih

identik dengan kandang primata. sementara itu, untuk satwa-satwa yang

memiliki bobot tubuh yang sangat besar seperti gajah, jerapah, onta, dan

binatang besar lainnya kegiatan observasi atau karantina satwa, dilakukan

langsung di kandang tempat dimana mereka berada.

c. Kandang peragaan

Kandang peragaan sebenarnya mempunyai fungsi utama sebagai

”showroom hewan” yang bisa disaksikan oleh setiap pengunjung TMR. tetapi

kendala yang dihadapi saat ini adalah ketersedian sarana dan prasarana yang

belum mencukupi akibat kurangnya dana untuk pengadaan kandang peragaan,

sehingga kandang pemelihraan umum juga berfungsi langsung sebagai

kandang peragaan satwa.

Pemeliharaan diperagaan disesuaikan dengan jenis satwa yang memungkinkan

untuk dipelihara disana. Penempatan satwa-satwa itu sendiri di dalam kandang

peragaan berdasarkan :

1. peragaan menurut sistematik satwa

2. peragaan menurut daerah penyebarannya

Page 9: KEGIATAN PRAKTEK MAGANG

3. peragaan menurut daerah habitatnya

4. peragaan menurut tingkah laku satwa

5. peragaan menurut selera umum

6. peragaan yang mencakup satwa dan tumbuh-tumbuhan dalam satu areal

TMR sendiri dalam peragaan satwa-satwa nya menggunakan kombinasi daari

keenam cara peragaan satwa diatas. Faktor terpenting dalam penempatan satwa-satwa

didalam kandang peragaan adalah faktor keselamatan satwa peragaan, keselamatan

pengunjung, dan keselamatan petugas sendiri.

Dari penempatan satwa satwa diatas, yang perlu diperhatikan juga adalah

kelembaban udara lingkungan yang akan berhubungan erat dengan keadaan vegetasi di

Taman Margasatwa Ragunan terutama keberadaan pohon-pohon besar dan rindang

yang berfungsi sebagai pelindung bagi satwa-satwa pada saat musim hujan atau panas

terik matahari. Kelembapan udara kandang menjadi salah satu faktor timbulnya

penyakit, terutama gangguan saluran pernafasan seperti asma(dyspnue). Hal ini terjadi

terutama pada sistem perkandangan tertutup. Ventilasi udara yang kurang akan

menyebabkan kandang menjadi lembab. Cara yang digunakan Taman Margasatwa

Ragunan untuk mengatasi hal ini adalah dengan memberikan genteng kaca dan kawat

pada atap dan pemasanagan ventilasi udara sebanyak-banyaknya. Seperti pada

kandang terrarium tertutup dan kandang-kandang mamalia seperti harimau.

Sanitasi Kandang dan Lingkungan

Sanitasi adalah tindakan yang dilakukan dalam upaya pencegahan penyakit

yang dapat ditimbulkan oleh kotoran maupun udara di lingkungan habitat satwa tersebut

berada. Peralatan yang digunakan untuk kegiatan sanitasi kandang ini adalah: sapu,

sekop, sikat, tempat sampah, dan beberapa macam desinfektan seperti R/karbol dan

R/lysol. Kegitan sanitasi kandang ini dilakukan pada pagi hari sebelum pemberian pakan

dengan cara membersihkan tempat makan dan minum, dan membuang sisa sisa makan

Page 10: KEGIATAN PRAKTEK MAGANG

yang masih ada karena sisa makan tersebut dapat menjadi media pertumbuhan

penyakit terutama memeprcepat pertumbuhan jamur yang dapat menyebabkan

keracunan pakan (mycotoxin). Khusus untuk kandang terbuka dan semi tertutup yang

beralaskan tanah, rumput, dan batu dapat dibersihkan dengan cara disapu dan

disemprot dengan desinfektan. Sedangkan pada kandang tertutup yang umumnya

terbuat dari tembok biasanya dapat langsung di gosok dengan sikat dan disemprot

dengan air ataupun desinfektan.

Gambar 8. Tindakan Sanitasi yang dilakukan setiap pagi hari.

Penanganan dan Pengelolaan Kesehatan

Pencegahan Penyakit

a. Vaksinasi

Satwa-satwa yang baru datang dan dinyatakan dalam kondisi sehat

setelah melalui masa karantina selama 3 bulan akan diberikan tindakan

vaksinasi. Anak satwa mulai divaksinasi pada umur 40 hari, dan diberikan

vaksin booster yang diikuti dengan pemberian vaksinasi Rabies terutama pada

hewan primata dan harimau. Vaksinasi yang dilakukan secara tepat akan

mencegah timbulnya penyakit terutama jenis-jenis penyakit yang dilakukan

tindakan vaksinasi.

Beberapa jenis vaksin yang diberikan antara lain:

1) vaksin cacar untuk beberapa jenis burung,

2) vaksin rabies untuk primata dan srigala,

3) vaksin polio untuk primata,

Page 11: KEGIATAN PRAKTEK MAGANG

4) vaksin distemper pada anjing dan kucing, dan

5) vaksin tuberkulosis untuk primata

b. Tindakan Preventif Terhadap Parasit

Kegiatan dipping atau mandi dengan penambahan obat anti parasit

(seperti; PK, sabun hijau, dan lain-lain) dilakukan pada satwa-satwa yang

terindikasi memiliki penyakit kulit yang disebabkan gangguan ektoparasit (seperti

caplak dan tungau). Selain untuk hewan, penyiraman dengan obat anti-parasit

dan desinfektan juga dilakukan terhadap lantai, dinding dalam kandang, serta

tempat-tempat strategis dimana satwa berada. Sedangkan untuk tindakan

Preventif terhadap endoparasit seperti cacing (deworming) dilakukan secara rutin

setiap 3 bulan sekali.

c. Tindakan Sanitasi

Tindakan sanitasi dilakukan di daerah sekitar areal dalam dan luar

kandang, tempat makan, dan tempat minum hewan. Kegiatan tersebut dilakukan rutin

setiap harinya. Bahan aktif (desinfektan) yang biasa digunakan adalah R/carbol dan R/lysol, dengan cara dicampur dengan air sesuai dengan takaran yang telah ditentukan

yang kemudian disemprotkan keseluruh permukaan areal kandang, dengan harapan

semua kuman dan jamur yang terdapat di areal dalam dan luar kandang akan mati.

Tindakan ini terbukti cukup berhasil untuk mengurangi timbulnya kasus penyakit yang

disebabkan oleh pengaruh kondisi lingkungan kandang.

Karantina Hewan

a. Karantina Satwa Baru

Satwa-satwa yang baru datang akan dilakukan tindakan isolasi dan

karantina, satwa-satwa tersebut selanjutnya diperiksa terhadap indikasi

mengidap suatu penyakit yang kemungkinan dibawa dari luar TMR (carrier) dan

diawasi secara berkelanjutan selama 3 bulan. Satwa-satwa dalam masa

karantina ini ditempatkan di kandang surplus kesehatan hewan dan kandang

karantina. Pemeriksaan dilakukan secara klinis dan laboratoris. Seperti pada

satwa Primata dilakukan TB-test untuk uji penyakit Tuberkulosis. Jika ditemukan

penyakit menular, maka akan dilakukan stamping-out dan dibakar dalam ruang

krematorium walaupun hewan tersebut mempunyai nilai konservasi yang cukup

Page 12: KEGIATAN PRAKTEK MAGANG

tinggi, tetapi Sebaliknya jika tidak ditemukan akan dilakukan vaksinasi untuk

pencegahan penyakit.

b. Karantina Satwa penyakit menular dan tidak menular

Satwa-satwa kecil yang dalam kondisi sakit akan dirawat dan diobati di

klinik kesehatan hewan TMR, sedangkan satwa-satwa yang berukuran besar

dirawat dan diobati di kandang jepit atau dimana tempat satwa itu berada seperti

pada kelompok satwa reptil, onta dan harimau. Satwa-satwa yang sakit akan

selalu dikontrol dan diawasi setiap harinya oleh paramedis dan kurator di bawah

pengawasan Dokter hewan, sehingga nantinya diharapkan akan diperoleh hasil

diagnosa yang akurat dan dapat dilakukan tindakan pengobatan yang tepat

sesuai dengan jenis penyakit yang diderita. Jika dalam masa isolasi dan

pengobatan ini hewan tersebut mati, maka akan segera dilakukan tindakan

nekropsi (patologi-anatomi) untuk menentukan kepastian penyebab kematian.

Satwa-satwa yang terindikasi mengidap penyakit menular akan diisolasi

dalam kandang karantina dan surplus Keswan TMR dalam jangka waktu yang tidak

dibatasi. Dua hal yang perlu diperhatikan dalam penanganan terhadap satwa-satwa

yang dirawat di kandang isolasi ini yaitu setelah diperoleh kepastian hasil diagnosa

penyakit, maka satwa yang terkena penyakit menular dan masih memiliki kemungkinan

besar untuk dapat disembuhkan akan terus dirawat di dalam kandang karantina, tetapi

apabila hasil diagnosa penyakit menunjukan bahwa satwa tersebut mengidap Penyakit

yang sifatnya zoonosis dan sulit untuk disembuhkan maka satwa-satwa tersebut harus

segera dimusnahkan walaupun memilki nilai konservasi yang cukup tinggi. Sedangkan

untuk tindakan biosafety pada petugas, hanya petugas petugas karantina dan orang-

orang berkepentingan saja yang diperbolehkan untuk masuk kedalam kandang

karantina. Semua tidakan karantiana satwa dapat dilakukan di kandang karantina

primata dan kandang surplus kesehatan hewan.

Page 13: KEGIATAN PRAKTEK MAGANG

Spesifikasi Hewan

Burung Hantu

Klasifikasi

Kingdom : Animalia

Filum : Chordata

Kelas : Aves

Ordo : Strigiformes

Famili : Strigidae

Subfamili : Buboninae

Genus : Ketupa

Spesies : Ketupa ketupu

Morfologi

Burung hantu mempunyai kepala besar, mata besar, lubang telinga besar,

terkadang mempunyai lembaran penutup, paruh pendek, aktif di malam hari,

makanannya burung kecil dan Artropoda dan hidup di daerah dingin(Mackinnon,1993).

Burung hantu mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :

tubuh ditutupi oleh kulit dan bulu

mempunyai paruh dan kaki bersisik

anggota bagian muka berupa sayap

berdarah panas

jantung terdiri dari 4 ruang, yaitu 2 bilik dan 2 serambi

berkembang biak dengan bertelur

adanya instink, misalnya untuk membuat sarang

berukuran besar sekitar 45 cm

berwarna coklat kekuningan dengan berkas telinga mencolok

tubuh bagian atas berwarna coklat terang dengan garis-garis hitam

dan bertepi kuning tua

tubuh bagian awah berwarna kuning tua kemerah-merahan dengan

garis hitam yang tebal

irisnya berwarna kuning gemerlap

paruhnya berwarna abu-abu

kakinya berwarna kuning

Page 14: KEGIATAN PRAKTEK MAGANG

Cara membedakan antara jantan dan betina pada burung hantu Ketupu daat

dilihat dari warna bulu yang ada pada bagian dada burung. Pada betina, bulu dadanya

berwarna lebih gelap bila dibandingkan engan jantan dan badannya lebih besar (bulat)

bila dibandingkan dengan jantan.

Habitat

Habitat yang disenangi burung hantu adalah kawasan yang berada diantara

hutan dan paang rumput terbuka. Dalam keadaan demikian burung hantu akan menetap

dan terkadang sebagai burung kelana. Burung hantu yang hidup dalam hutan lebat,

lebih tergantung pada bunyi suaranya jika dibandingkan dengan yang hidup dikawasan

terbuka. Burung hantu ketupu biasanya hidup dihutan-hutan tertutup dan tidak jarang

hidup di hutan dataran rendah sampai ketinggian 1100 m diatas permukaan laut. Di

Indonesia terdapat didaerah pantai dan pegunungan hingga ketinggian 1000 m darti

permukaan laut dan biasanya hidup dihutan-hutan sepanjang aliran sungai dan daerah

persawahan.

Penyebaran

Burung hantu Ketupu (Ketupa ketupu) mempunyai daerah penyebaran yang luas

di dunia. Daerah penyebarannya meliputi asia tenggara dan di Indonesia

penyebarannya meliputi Kalimantan, Sumatra, Riau, Belitung, Bangka, Nias, Jawa dan

Bali.

Pakan

Burung hantu merupakan pemakan daging (Karnivora). Di TMR pakan yang

diberikan pada b urung hantu adalah daging sapi. Di habitat aslinya, makanan utama

burung hantu adalah ikan, oleh karena itu burung hantu Ketupu disebut juga uhu ikan.

Akan tetapi di TMR, burung hantu Ketupu tidak makan ikan, hal ini disebabkan karena

kebiasaan perawat yang memberikan pakan yang berupa daging sapi.

Perkembangbiakan

Burung hantu berkembang biak dengan cara bertelur. Seperti halnya burung lain,

telur burung hantu juga berwarna putih. Burung hantu pada umumnya adalah burung

yang mengeram dalam liang dan meletakkan telurnya di celah, rongga, dan sarang

burung pelatuk yang diterlantarkan.

Page 15: KEGIATAN PRAKTEK MAGANG

Telur dan anak burung selalu dilindungi dari serangan yang dilancarkan hewan

pemangsa yang berada terlalu dekat dengannya. Beberapa spesies telah

mengembangkan peragaan bela diri yang dipertunjukkan di dekat sarang, dengan

memekarkan bulu, sayap dibentangkan dan diputar kearah depan. Burung hantu Ketupu

ketika bertelur, tidak mempunyai kebiasaan membuat sarang. Dihabitatnya, telur

diletakkan dilubang pohon, di dinding batu tua, celah-celah batu, bahkan di bawah atap

rumah. Masa kawin burung burung hantu Ketupu adalah pada bulan Juni-September.

Burung ini bertelur 1 kali dalam 1 tahun dan jumlah telurnya 1-2 setiap bertelur. Masa

Inkubasinya sekitar 30 hari dan burung hantu keluar dari sarang 60 hari setelah

menetas. Pengeraman dilakuakan bergantian antara induknya atau pasangannya.

Selama anak burung hantu tinggal disarang, burung tersebut diberi makan oleh

induknya atau pasangannya.

Kuda nil

Klasifikasi

Kingdom : Animalia

Filum : Chordata

Kelas : Mamalia

Ordo : Artiodactyl

Famili : Hippopotamidae

Genus : Hippopotamus

Spesies : Hippopotamus amphibius

Morfologi

Hippopotamidae memiliki bentuk badan yang pendek dan besar. Jenis jantan

biasanya lebih besar dari pada yang betina. Kepalanya tebal dan berat, kuping kecilnya

suka bergerak, mulutnya lebar dan dapat terbuka dengan lebar. Kaki Hippopotamidae

berukuran pendek dan hanya memiliki 4 jari kaki.

Hippopotamidae merupakan salah satu di antara Artiodactylid yang terunik karena

mereka berjalan pada keempat jari kaki yang tersambung satu sama lainnya oleh

membran jaringan. Ekor bayi Hippopotamidae yang baru lahir berwarna pink keabu-

abuan. Meskipun mereka memiliki badan yang berat, akan tetapi mereka adalah

perenang yang handal karena lubang hidungnya dapat ditutup. Ada 7 ruas tulang

Page 16: KEGIATAN PRAKTEK MAGANG

belakang cervical, 15 thoraks, 4 lumbar, 6 sakral dan 12-13 coccygea. Rumusan gigi

Hippopotamidae ialah 38 atau 40: I 2-3/1-2. C 1/1, PM 4/4, M 3/3. Gigi depan tumbuh

secara terus-menerus dan gigi seri terus memanjang ke dalam gading/taring, kecuali

cacat sehingga tertutup oleh bibirnya (Klǒs, 1982).

Keluarga dari Hippopotamidae memiliki dua spesies yaitu kuda nil

(Hippopotamus amphibius) dan kuda nil Pigmy atau kuda nil kerdil (Choeropsis

liberiensis). Kuda nil Pigmy / kuda nil kerdil (Choeropsis liberiensis) memiliki panjang

sekitar 150 cm, tingginya sekitar 77-83 cm, dan beratnya adalah 180-260 kg. Kulitnya

yang berwarna cokelat kehitaman tetap basah karena pengeluaran lendir yang bening.

Rambut hanya tumbuh di bagian telinga, atas bibir, dan jambul. Tubuhnya hampir

berbentuk terpedo dengan kaki-kaki yang pendek dan tegap. Kepalanya termasuk lebih

kecil dan lebih bulat jika dibandingkan dengan Hippopotamus amphibius. Pada mulut

yang dapat dibuka dengan lebar hanya terdapat dua gigi seri pada rahang yang lebih

rendah.

Kuda nil (Hippopotamus amphibius) memiliki panjang 400-450 cm, tingginya

mencapai 165 cm, dan beratnya 3200 kg. Warnanya tembaga kecokelatan dengan

bagian belakang lebih gelap dan bagian bawah tubuhnya berwarna ungu terang.

Kulitnya mengeluarkan cairan yang berwarna merah. Seberapa baik kulit mereka dapat

beradaptasi di air dapat diamati ketika binatang ini dicegah pergi ke kolam mereka

dalam waktu yang lama. Kelenjar-kelenjar di bawah permukaan kulit kemudian akan

memproduksi lendir yang berwarna merah kecokelatan dan mengandung garam yang

tinggi. Pada saat lendir tersebut banyak diproduksi maka kuda nil (Hippopotamus

amphibius) akan tampak seperti berdarah di seluruh tubuhnya. Sewaktu kuda nil

(Hippopotamus amphibius) mandi secara rutin, maka kuda nil memiliki minyak yang

merupakan tanda dari kesehatan mereka. Kulit kuda nil (Hippopotamus amphibius)

merupakan yang tertebal sehingga mereka sering diburu. Gigi taringnya yang sangat

besar merupakan senjatanya untuk menyerang dan bertahan. Giginya digunakan untuk

mengoyak dan menggigit dalam perkelahian. Gigi taring terbesar yang pernah ditemui

yaitu koleksi Duke of Orleans yang memiliki panjang 64,5 cm. Pengelihatan, penciuman

dan pendengaran kuda nil juga berkembang dengan baik (Grzimek, 1989).

Page 17: KEGIATAN PRAKTEK MAGANG

Gambar 4. Gambar Kuda Nil (Hippopotamus amphibius)

Fisiologi

Hippopotamidae mempunyai sistem pencernaan yang kompleks. Perut kuda nil

(Hippopotamus amphibius) memiliki ukuran yang panjang dan tebal serta terdiri dari 3

bagian, yaitu bagian anterior yang permukaannya berkerut dengan dilengkapi 2 kantung

tambahan, bagian yang berbentuk seperti kamar, dan bagian perut yang berukuran

pendek dan kecil. Fermentasi bakteri dan protozoa dilakukan di forestomach dan

menghasilkan folatil asam amino. Usus Hippopotamidae berukuran panjang dan tidak

bisa dibedakan serta tidak terdapat caecum. Kuda nil termasuk herbivora sejati dengan

panjang usus yang sama dan pada proses traktus intestine panjangnya dapat mencapai

50-60 m. Hati memiliki bentuk yang sederhana, ginjalnya berlobus, serta feses dan

urine digunakan untuk menandakan wilayahnya. Darah dapat diambil dari pembuluh

darah ekor lateral walaupun harus menghadapi beberapa kesulitan (Grzimek, 1989).

Pengendalian Secara Kimia

Hippopotamidae merupakan hewan yang sulit untuk ditangani terutama dalam

mendeteksi gejala klinis dari suatu penyakit. Demikian juga dalam penanganan

pemeriksaan umum, pemeriksaan feses, diagnosis dan pengobatan. Untuk

Hippopotamidae yang terdapat di kebun binatang biasanya jarang terkena penyakit

distokia. Pengendalian secara kimia jarang dilakukan dalam penanganan

Hippopotamidae. Sedasi atau anasthesia jarang dilakukan karena penanganan

Hippopotamidae lebih baik dan aman bila dilakukan pengurungan secara alami atau

tidak dibius. Untuk pengendalian secara alami pada kuda nil dapat menggunakan

kandang jepit.

Kuda nil (Hippopotamus amphibius) dengan berat 2500 kg yang sedang

bunting, dapat disedasi secara oral dengan menggunakan Promazine hydrochloride

Page 18: KEGIATAN PRAKTEK MAGANG

antara 4-5 mg/kg berat badan. Hewan ini akan menjadi jinak jika diberi Promazine

dengan dosis harian 10 gr. Setelah kuda nil tersebut melahirkan, dosisnya meningkat

menjadi 12,5 mg/kg berat badan yang digunakan untuk mengantisipasi sikap agresifnya.

Untuk pencegahan apabila kuda nil mengalami kegelisahan, biasanya kebun binatang

memberi dosis 15 mg/kg berat badan selama 4-5 hari. Efek dari pengobatan bisa

diketahui dengan perubahan mata, telinga dan kelopak mata yang terkulai. Ataxia

terjadi apabila pemberian dosis 7 mg/kg berat badan. Kuda nil merupakan hewan yang

mudah gelisah dan agresif sehingga efektif disedasi dengan tipe pengobatan ini.. Selain

itu untuk sedasi dapat juga digunakan Diazepam yang diberikan secara oral dengan

dosis 100 mg/ 20 kg berat badan.

Tabel 3. Data dari Hippopotamidae yang berada di Kebun Binatang New York pada tahun 1981

Anak kuda nil (Hippopotamus amphibius) selalu berlindung di belakang induknya

sehingga kecelakaan terhadapnya dapat terjadi. Anasthesi kuda nil di darat dapat

menggunakan M-99 dengan dosis 4-5 mg per hewan, sedangkan Sernyl-

Chlorpromazine dianjurkan untuk kuda nil jika berada di dalam air. Pendekatan ini

hampir dapat dilakukan apabila kuda nil ingin dipindahkan ke daratan. Sernyl biasa

digunakan untuk penangkapan 3 anak kuda nil. Pengendalian secara kimia pada hewan

ini biasanya berlangsung selama 6-8 jam. Sernyl dengan dosis 1 gr per hewan biasa

digunakan untuk menangkap 6 kuda nil dewasa. Sernyl dengan dosis 1 mg/kg berat

badan cukup untuk melumpuhkan kuda nil muda dengan berat 600 kg. Obat ini diinjeksi

di paha dekat pelvis dengan menggunakan jarum yang panjang dan kurus yang

dihubungkan dengan tabung karet (Davis, 1981).

Hippopotamus amphibius Choeropsis liberiensis

Berat ♂ dewasa : 2630 – 2970 Kg

♀ dewasa : 2000 – 2560 Kg

180 - 200 Kg

Umur

Lama Kebuntingan

Berat Badan Anak

Kuda Nil

Kebun binatang : 49 – 50

tahun

Alam liar : 41 tahun

227-240 hari

31.5-32,5 kg

± 35 tahun

199 hari

5-7kg

Page 19: KEGIATAN PRAKTEK MAGANG

Pakan

Untuk kuda nil (Hippopotamus amphibius) dewasa yang berada di kebun

binatang biasanya membutuhkan pakan kira-kira 40-50 kg Hay, 5-6 kg pellet (14%

protein), 2-3 lembar roti, 5-10 kg kentang, kol, wortel, apel dan bawang. Jika tersedia

rumput segar maka dapat juga diberikan, akan tetapi dalam pemberiannya harus

diberikan secara hati-hati sehingga masalah pencernaan dapat terhindar. Anak kuda nil

sukses dibesarkan dengan menggunakan susu pengganti yang berasal dari sapi yang

dicampur dengan telur atau hydrolisat protein serta pencampuran 5:1 antara susu sapi

dan krim yang terdiri dari 50 gr konsentrat protein/liter. Anak kuda nil harus diberi

makan setiap 2 jam dalam minggu pertama dan kedua (Klǒs, 1982).

Walaupun banyak kuda nil (Hippopotamus amphibius) di berbagai wilayah di

habitat aslinya memakan tumbuhan laut dan alang-alang, bagian terpenting dalam diet

kuda nil di Uganda terdiri dari rumput, dimana kuda nil akan menggigit rumput tersebut

sampai ke tanah dengan bibir mereka. Isi perut dari 122 kuda nil di Uganda diketahui

terdiri dari 27 macam rumput. Di Taman Nasional Elizabeth Queen, R.M.Laws dan

Ch.R. Field menemukan kuda nil betina dewasa dapat makan sekitar 1,3% dari BB per

hari, sedangkan yang jantan hanya makan 1,1% dari BB per hari. Kuda nil remaja, yang

berada di kandang kecil dengan berbagai macam makanan yang disediakan dapat

makan sekitar 1/100 dari BB nya dalam waktu sehari. Betina dapat makan lebih banyak

9,4% dari pejantan, sedangkan betina yang sedang menyusui akan mengkonsumsi

16,8% lebih banyak dibandingakan dengan betina yang sedang bunting. Di Afrika

Timur pakan yang tersedia adalah rumput kering yang pendek dan keras, akan tetapi

kuda nil tetap mendapatkan nutrisi yang baik (Grzimek, 1989).

Reproduksi dan Perkembangan

Kopulasi pada kuda nil (Hippopotamus amphibius) sering terjadi di air. Masa

kehamilannya antara 227-240 hari. Masa pubertas kuda nil di kebun binatang bersifat

fleksibel, dimana betina dimulai pada umur 7-8 tahun dan jantan 6 tahun. Estrus

postpartum terjadi dan kelahiran tiap tahun kemungkinan terjadi. Biasanya pada saat

kuda nil muda dilahirkan, induk dari kuda nil tidak memakan plasenta. Kuda nil betina

memiliki 2 puting susu. Kuda nil muda biasanya dirawat, sedangkan induknya berbaring

di sebelahnya sebagaimana babi melakukuannya. Masa perawatan kuda nil muda

berakhir antara 4-8 bulan.

Page 20: KEGIATAN PRAKTEK MAGANG

Di alam liar, kuda nil betina cukup lama untuk pubertas. Kuda nil betina rata-rata

mengalami dewasa kelamin pada umur 9 tahun, sedangkan kuda nil jantan akan

mengalami dewasa kelamin pada umur 7,5 tahun. Kuda nil juga masih reproduktif pada

umur yang sudah tua, hal ini dapat dilihat dari organ seksualnya yang menunjukkan

bahwa mereka bisa mempunyai anak. Kuda nil betina di alam liar mempunyai siklus

estrus dimana kebanyakan kopulasi di Taman Elizabeth terjadi di akhir musim kering

yaitu di bulan Febuari dan Agustus.

Siklus reproduksi pada kuda nil ditentukan oleh iklim. Anak kuda nil lahir setelah

periode gestasi yaitu sekitar 240 hari di bulan Oktober dan April, dimana pada bulan-

bulan ini rumput tersedia dalam jumlah yang banyak. Hal ini membantu kuda nil betina

untuk mendapatkan banyak rumput berprotein tinggi yang dapat meningkatkan produksi

susu yang dibutuhkan untuk perawatan anak kuda nil. Kopulasi dilakukan di air yang

dangkal, dimana hal ini dilakukan karena kondisi berat badan yang meningkat. Hal ini

berlangsung dalam waktu yang cukup lama dan kuda nil betina hampir seluruhnya

selalu berada di dalam air. Betina seringkali mengeluarkan kepalanya ke permukaan air

untuk bernafas. Perbandingan jenis kelamin pada anak kuda nil dan kuda nil yang

sudah dewasa rata-rata adalah seimbang.

Orangutan

Gambar 3. Orang hutan di kandang tertutup

Morfologi dan klasifikasi Orang utan

Orangutan (Pongo pygmaeus) seperti Gorilla (Gorilla gorilla) dan Simpanse (Pan

troglodytes) masuk ke dalam famili Pongoidae. Kera besar asli Indonesia ini masuk ke

dalam subordo Anthropoidea karena kemiripannya dengan manusia. Keberadaan

orangutan di Indonesia sendiri berasal dari Pulau Sumatera dan Kalimantan. Meskipun

tergolong mirip dengan manusia, orangutan bukanlah nenek moyang dari manusia.

Page 21: KEGIATAN PRAKTEK MAGANG

Orangutan pada mulanya hanya dikenal satu spesies yaitu Pongo pygmaeus dan

memiliki 2 subspesies yaitu Pongo pygmaeus pygmaeus dan Pongo pygmaeus albelii.

Berdasarkan beberapa peneltian terkini orangutan saat ini telah dikelompokkan

berdasarkan 2 spesies dimana mengelompokkan orangutan menjadi orangutan

Kalimantan (Pongo pygmaeus) dan Orangutan Sumatera (Pongo abelii).

Klasifikasi Orangutan di Indonesia ialah

Kingdom : Animalia

Subkingdom : Methazoa

Filum : Chordata

Subfilum : Vertebrata

Kelas : Mamalia

Ordo : Primata

Famili : Pongoidae

Genus : Pongo

Spesies : Pongo pygmaeus (Kalimantan)

Pongo abelii (Sumatera)

Pola Perilaku Sosial Orangutan

Orangutan merupakan jenis kera besar yang hidup soliter. Kera ini bersosialisasi

dengan individu lainnya pada saat kawin yang berlangsung selama 2-3 minggu.

Orangutan betina melahirkan satu ekor anaknya setiap kelahiran dengan masa

kehamilan selama 9 bulan. Anak orangutan dirawat oleh induk mereka hingga umur

mereka 5-6 tahun. Terkadang orangutan betina dewasa dapat mengambil anak angkat

dari induk orangutan lainnya. Orangutan dapat hidup antara 50-60 tahun .

Jenis pakan orang utan

Jenis pakan orangutan sangat bervariasi dimana 60% adalah buah-buahan,

sedangkan sisanya adalah bunga, kulit kayu, daun muda, getah tumbuhan

(Semercarpus heterophyllus), berbagai jenis serangga dan telur burung. Pada awal

musim hujan orangutan menambahkan berat badannya dengan memakan kepompong

atau larva . Pakan orangutan di habitat asli adalah buah-buahan (60%), bunga dan

daun muda (25%), kulit kayu (15%), akar alang-alang air, serangga (rayap, ulat, semut,

belelang, jangkrik, kutu), jamur, telur dalam sarang burung, vertebrata kecil (tupai, tokek,

Page 22: KEGIATAN PRAKTEK MAGANG

kukang), madu, pangkal, batang tunas, rotan muda, tanaman jalar, pakis dan palma

kecil (Rijksen dalam P.S Fauzi, 2006). Meskipun variabilitas pada susunan makanan

orangutan sangat besar, orangutan pada dasarnya bersifat frugivora (pemakan buah-

buahan).

Perilaku Reproduksi orang utan

Orangutan memiliki masa pendekatan sebelum kopulasi selama 2-3 minggu.

Perkawinan dapat dilakukan di sarang ataupun percabangan dengan posisi saling

berhadapan dan memiliki masa hamil 9 bulan dengan 96 bulan jarak antar kelahiran.

Orangutan dalam masa pemeliharaan memiliki daur mensis selama 30 hari.

Pengamatan mengenai daur seks Orangutan betina relatif sulit dilakukan, hal ini karena

perilaku dalam memilih pasangan tetapi berdasarkan pencatatan tingkah laku

ketersediaan betina untuk berhubungan seks hanya pada masa pertengahan daur

seksual. Perubahan fisik yang terjadi pada saat kehamilan terlihat pada saat 3 bulan

sebelum kelahiran dimana daerah perinealnya membengkak dan disertai warna

keputihan, puting susu membesar lalu disertai membesarnya perut. Orangutan betina

melahirkan anaknya untuk pertama kali pada umur 9-10 tahun. Pengamatan mengenai

perubahan fisik betina bunting pada Orangutan harus dilakukan dengan teliti karena

besar kemungkinan rambut menutupi tanda-tanda fisik (P.S Fauzi,2006).