pelaksanaan anggaran pemerintah print.pptx

Upload: arif-gunarsa-zain

Post on 04-Jun-2018

224 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 8/13/2019 Pelaksanaan Anggaran Pemerintah Print.pptx

    1/27

    PELAKSANAAN ANGGARAN

    Tugas Mata Kuliah GOVERNANCE DAN PENGELOLAAN

    KEUANGAN NEGARA

    Oleh:

    Arif GunarsaRizky Syahfandi

    MAGISTER AKUNTANSI

    FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS

    UNIVERSITAS DIPONEGORO

    SEMARANG

    2013

  • 8/13/2019 Pelaksanaan Anggaran Pemerintah Print.pptx

    2/27

    PELAKSANAAN ANGGARAN KELOMPOK 1

    Gambaran Umum Pelaksanaan APBN

    Pelaksanaan anggaran merupakan bagian dari Siklus anggaran yang terdiri dari perencanaan,

    pelaksanaan, pengawasan dan pertanggungjawaban. Siklus anggaran dimulai dari tahap

    penyusunan dan penetapan APBN. Pemerintah pusat menyampaikan pokok-pokok kebijakan

    fiskal dan kerangka ekonomi makro tahun anggaran berikutnya (misal tahun anggaran 2008)

    kepada DPR selambat-lambatnya pertengahan bulan Mei tahun berjalan (misal tahun 2007).

    Kemudian pemerintah pusat dan DPR membahas kerangka ekonomi makro dan pokok-pokok

    kebijakan fiskal yang diajukan oleh pemerintah pusat dalam pembicaraan pendahuluan

    rancangan APBN tahun anggran berikutnya.

    Berdasarkan kerangka ekonomi makro dan pokok-pokok kebijakan fiskal, pemerintah pusat

    bersama DPR membahas kebijaksanaan umum dan prioritas anggaran untuk dijadikan acuanbagi setiap kementerian negara/lembaga dalam penyusunan usulan anggaran.

    Dalam rangka penyusunan rancangan APBN, menteri/pimpinan lembaga selaku pengguna

    anggaran/pengguna barang menyusun rencana kerja dan anggaran Kemeterian Negara/Lembaga

    (RKA-KL) tahun berikutnya. RKA-KL disusun berdasarkan prestasi kerja yang akan dicapai,

    disertai dengan perkiraan belanja untuk tahun berikutnya setelah tahun anggaran yang sedang

    disusun. RKA-KL tersebut disampaikan kepada DPR untuk dibahas dalam pembicaraan

    pendahuluan rancangan APBN. Hasil pembahasan RKA-KL disampaikan kepada Menteri

    Keuangan sebagai bahan penyusunan rancangan undang-undang tentang APBN tahunberikutnya.

    Pemerintah pusat mengajukan rancangan undang-undang tentang APBN, disertai dengan nota

    keuangan dan dokumendokumen pendukungnya kepada DPR pada Bulan Agustus tahun

    sebelumnya. Pembahasan rancangan undang-undang tentang APBN dilakukan sesuai dengan

    undang-undang yang mengatur susunan dan kedudukan DPR. Dalam Pembahasan ini DPR dapat

    mengajukan usul yang mengakibatkan perubahan jumlah penerimaan dan pengeluaran dalam

    rancangan undang-undang tentang APBN.

    Pengambilan keputusan oleh DPR mengenai rancangan undang-undang tentang APBN dilakukan

    selambat-lambatnya dua bulan sebelum tahun anggaran yang bersangkutan dilaksanakan. APBN

    yang disetujui oleh DPR terinci sampai dengan unit organisasi, fungsi, sub fungsi, program,

    kegiatan, dan jenis belanja. Apabila DPR tidak menyetujui rancangan undang-undang tentang

  • 8/13/2019 Pelaksanaan Anggaran Pemerintah Print.pptx

    3/27

    PELAKSANAAN ANGGARAN KELOMPOK 1

    APBN yang diajukan pemerintah pusat,maka pemerintah pusat dapat melakukan pengeluaran

    setinggi-tingginya sebesar angka APBN tahun anggaran sebelumnya.

    Setelah APBN ditetapkan dengan undang-undang, rincian pelaksanaannya dituangkan lebih

    lanjut dengan Peraturan Presiden tentang rincian APBN. Kemudian Menteri Keuanganmemberitahukan kepada menteri/pimpinan lembaga agar menyampaikan dokumen pelaksanaan

    anggaran untuk masing-masing kementerian negara/lembaga. Menteri/pimpinan lembaga

    menyusun dokumen pelaksanaan anggaran untuk kementerian negara/lembaga yang

    dipimpinnya, berdasarkan alokasi anggaran yang ditetapkan dalam Peraturan Presiden tentang

    rincian APBN.

    Dalam dokumen pelaksanaan anggaran diuraikan sasaran yang hendak dicapai, fungsi, program,

    dan rincian kegiatan anggaran yang disediakan untuk mencapai sasaran tersebut, dan rencana

    penarikan dana tiap-tiap satuan kerja, serta pendapatan yang diperkirakan.Pada Dokumenpelaksanaan anggaran juga dilampirkan rencana kerja dan anggaran badan layanan umum dalam

    lingkungan kementerian negara/lembaga.

    Terhadap dokumen anggaran yang telah disahkan oleh Menteri Keuangan disampaikan kepada

    menteri/pimpinan lembaga, BPK, Gubernur, Direktur Jenderal Anggaran, Direktur Jenderal

    Perbendaharaan, Kepala Kantor Wilayah Ditjen Perbendaharaan terkait, Kuasa Bendahara

    Umum Negara (KPPN) terkait, dan Kuasa Pengguna Anggaran.

  • 8/13/2019 Pelaksanaan Anggaran Pemerintah Print.pptx

    4/27

    PELAKSANAAN ANGGARAN KELOMPOK 1

    Pengajukan dana dengan menerbitkan surat perintah membayar oleh masing-masing

    penanggungjawab kegiatan kepada Bendahara Umum Negara atau Kuasa Bendahara Umum

    Negara, yang kemudian melaksanakan fungsi pembebanan kepada masing-masing bagian

    anggaran serta fungsi pembayaran kepada yang berhak melalui jalur penyaluran dana yang

    ditetapkan dengan mekanisme giralisasi.

    Dokumen-dokumen penting dalam pelaksanaan APBN adalah Surat Keputusan Otorisasi/Daftar

    Isian Pelaksanaan Anggaran, Surat Permintaan Pembayaran, Surat Perintah Membayar, dan

    Surat Perintah Pencairan Dana.

    Dalam Pelaksanaan APBN tahun anggaran berjalan, pemerintah pusat menyusun laporan

    realisasi semester pertama APBN dan prognosis untuk enam bulan berikutnya, kemudian

    disampaikan kepada DPR selambat-lambatnya pada akhir Juli tahun anggaran yang

    bersangkutan, untuk dibahas bersama antara DPR dan Pemerintah pusat. Mengenai penyesuaianAPBN dengan perkembangan dan atau perubahan keadaan dibahas bersama DPR dengan

    pemerintah pusat dalam rangka penyusunan prakiraan perubahan atas APBN tahun anggaran

    yang besangkutan, apablia terjadi :

    1. Perkembangan ekonomi makro yang tidak sesuai dengan asumsi yang digunakan dalamAPBN;

    2. Perubahan pokok-pokok kebijakan fiskal;3. Keadaan yang menyebabkan harus dilakukan pergeseran anggaran antar unit organisasi,

    antar kegiatan, dan antar jenis belanja;

    4. Keadaan yang menyebabkan saldo anggaran lebih tahun sebelumnya harus digunakanuntuk pembiayaan anggaran yang berjalan.

    Berdasarkan perubahan-perubahan tersebut, pemerintah pusat mengajukan rancangan undang-

    undang tentang perubahan APBN tahun anggaran yang bersangkutan, untuk mendapatkan

    persetujuan DPR sebelum tahun anggaran yang bersangkutan berakhir. Demikian juga, dalam

    keadaan darurat pemerintah pusat dapat melakukan pengeluaran yang belum tersedia

    anggarannya, yang selanjutnya diusulkan dalam rancangan perubahan APBN dan atau

    disampaikan dalam laporan realisasi anggaran.

  • 8/13/2019 Pelaksanaan Anggaran Pemerintah Print.pptx

    5/27

    PELAKSANAAN ANGGARAN KELOMPOK 1

    Tahap pengawasan pelaksanaan APBN ini memang tidak diungkap secara nyata dalam UU

    17/2003, namun dalam Keputusan Presiden nomor 42/2002 jo Keppres 72/2004 tentang

    Pedoman Pelaksanaan APBN terdapat di Bab IX yang mengatur pengawasan pelaksanaan

    APBN. Pada tahap ini pengawasan terhadap pelaksanaan APBN dilakukan oleh atasan kepala

    kantor/satuan kerja kementerian negara/lembaga menyelenggarakan pengawasan terhadap

    pelaksanaan APBN yang dilakukan kepala kantor/satuan kerja dalam lingkungannya. Atasan

    langsung bendahara melakukan pemeriksaaan kas bendahara sekurang-kurangnya tiga bulan

    sekali.

    Inspektur Jenderal departemen/pimpinan unit pengawasan pada lembaga melakukan pengawasan

    atas pelaksanaan APBN yang dilakukan kantor/satuan kerja dalam lingkungan

    departemen/lembaga bersangkutan sesuai ketentuan yang berlaku. Mengenai hasil pemeriksaan

    Inspektur Jenderal departemen/pimpinan unit pengawasan pada lembaga tersebut disampaikan

    kepada menteri/pimpinan lembaga yang bersangkutan. Inspektur Jenderal departemen/pimpinan

    unit pengawasan lembaga wajib menindaklanjuti pengaduan masyarakat mengenai pelaksanaan

    APBN.

    Selain pengawasan yang dilakukan oleh pihak eksekutif, terdapat pula pengawasan yang

    dilakukan oleh DPR atau legislatif baik secara langsung mupun tidak langsung. Pengawasan

    secara langsung dilakukan melalui mekanisme monitoring berupa penyampaian laporan semester

    I kepada DPR selambat-lambatnya satu bulan setelah berakhirnya semester I tahun anggaran

  • 8/13/2019 Pelaksanaan Anggaran Pemerintah Print.pptx

    6/27

    PELAKSANAAN ANGGARAN KELOMPOK 1

    yang bersangkutan atau sekitar Bulan Juli. Laporan tersebut harus pula mencantumkan prognosa

    untuk semester kedua dengan maksud agar DPR dapat mengantisipasi kemungkinan ada

    tidaknya APBN perubahan untuk tahun anggaran bersangkutan. Laporan semester I dan

    prognosa semester II tersebut dibahas dalam rapat kerja antara panitia anggaran dan Menteri

    Keuangan sebagai wakil pemerintah. Pengawasan tidak langsung dilakukan melalui

    penyampaian hasil pemeriksaan BPK atas pelaksanaan APBN kepada DPR. Pemeriksaan yanag

    dilakukan BPK menyangkut tanggung jawab pemerintah dalam melaksanakan APBN.

    Pada tahap pertanggungjawaban, Menteri/pimpinan lembaga selaku pengguna

    anggaran/pengguna barang menyusun pertanggungjawaban pelaksanaan APBN di lingkungan

    kementerian negara/lembaga yang dipimpinnya, berupa laporan keuangan yang meliputi laporan

    realisasi anggaran, neraca, dan catatan atas leporan keuangan yang dilampiri laporan keuangan

    badan layanan umum pada kementerian negara/lembaga masing-masing.

    Laporan keuangan kementerian negara/lembaga oleh menteri/pimpinan lembaga disampaikan

    kepada Menteri Keuangan selambat-lambatnya dua bulan setelah tahun anggaran berakhir.

    Kemudian Menteri Keuangan menyusun rekapitulasi laporan keuangan seluruh instansi

    kementerian negara. Selain itu, Menteri Keuangan selaku bendahara umum negara menyusun

    laporan arus kas, dan Menteri Keuangan sebagai wakil pemerintah pusat dalam kepemilikan

    kekayaan negara yang dipisahkan menyusun ikhtisar laporan keuangan perusahaan negara.

    Semua laporan keuangan tersebut disusun oleh Menteri Keuangan selaku pengelola fiskal

    sebagai wujud laporan keuangan pemerintah pusat disampaikan kepada Presiden dalam

    memenuhi pertanggungjawaban pelaksanaan APBN. Presiden menyampaikan laporan keuangan

    pemerintah pusat kepada BPK paling lambat tiga bulan setelah tahun anggaran berakhir. Audit

    atas laporan keuangan pemerintah harus diselesaikan selambat-lambatnya dua bulan setelah

    laporan keuangan tersebut diterima oleh BPK dari pemerintah.

    Presiden menyampaikan rancangan undang-undang tentang pertanggung-jawaban pelaksanaan

    APBN kepad DPR berupa laporan keuangan yang telah diperiksa oleh Badan Pemeriksa

    Keuangan, selambat-lambatnya enam bulan setelah tahun anggaran berakhir. Laporan Keuangan

    dimaksud setidak-tidaknya meliputi Laporan Realisasi APBN, Neraca, Laporan Arus Kas, dan

    Catatan atas Laporan Keuangan, yang dilampiri dengan laporan keuangan perusahaan negara dan

    badan lainnya. Mengenai bentuk dan isi laporan pertanggungjawaban pelaksanaan APBN

    disusun dan disajikan sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintah.

  • 8/13/2019 Pelaksanaan Anggaran Pemerintah Print.pptx

    7/27

    PELAKSANAAN ANGGARAN KELOMPOK 1

    Landasan Hukum Pelaksanaan Anggaran

    Dengan berlakunya ketentuan peraturan Undang-Undang di bidang keuangan negara, yaitu

    Undang-Undang Nomor 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara, Undang-Undang Nomor 1

    tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara dan, Undang-Undang Nomor 15 tahun 2004 tentangPemeriksaan Pengelolaan dan Tanggungjawab Keuangan Negara, maka pengelolaan keuangan di

    Indonesia mengacu pada ketiga undang-undang tersebut di atas.

    Selanjutnya dalam pelaksanaannya diikuti dengan berbagai peraturan, baik berupa Peraturan

    Pemerintah, Peraturan/Keputusan Menteri Keuangan maupun Peraturan/Keputusan Direktur

    Jenderal Perbendaharaan, yang antara lain terdiri dari :

    1. Peraturan Pemerintah Nomor 20 tahun 2004 tentang Rencana Kerja Pemerintah.2.

    Peraturan Pemerintah Nomor 21 tahun 2004 tentang Penyusunan Rencana Kerja danAnggaran Kementerian Negara/Lembaga.

    3. Peraturan Pemerintah Nomor 23 tahun 2005 tentang Badan Layanan Umum.4. Peraturan Pemerintah Nomor 24 tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintah.5. Keputusan Presiden Nomor 42 tahun 2002 tentang Pedoman Pelaksanaan Anggaran

    Pendapatan dan Belanja Negara, sebagaimana telah diubah dengan Keputusan Presiden

    Nomor 72 tahun 2004.

    6. Keputusan Presiden Nomor 80 tahun 2003 tentang Pedoman Pelaksanaan PengadaanBarang/Jasa Pemerintah, sebagaimana telah diubah dengan Keputusan Presiden Nomor

    61 Tahun 2004.

    7. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 134/PMK.06/2005 tentang Pedoman Pembayarandalam Pelaksanaan APBN.

    8. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 13/PMK.06/2005 tentang Bagan Perkiraan Standar.9. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 80/PMK.05/2007 tentang Petunjuk Penyusunan dan

    Penelaahan Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian Negara/Lembaga dan

    Penyusunan, Penelaahan, Pengesahan dan Pelaksanaan DIPA Tahun 2008.

    10.Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor PER-66/PB/2005 MekanismePelaksanaan Pembayaran atas Beban APBN.

  • 8/13/2019 Pelaksanaan Anggaran Pemerintah Print.pptx

    8/27

    PELAKSANAAN ANGGARAN KELOMPOK 1

    Hal yang sangat mendasar dalam pelaksanaan anggaran dengan diberlakukannya Undang-

    Undang Bidang Keuangan Negara di atas adalah adanya pemisahan kewenangan administratif

    (ordonatur) yang berada pada Menteri/pimpinan lembaga dan kewenangan perbendaharaa

    (comptable) yang berada pada Menteri Keuangan.

    Kewenangan administratif meliputi melakukan perikatan atau tindakan-tindakan lainnya yang

    mengakibatkan terjadinya penerimaan atau pengeluaran negara, melakukan pengujian dan

    pembebanan tagihan yang diajukan kepada kementerian negara/lembaga sehubungan dengan

    realisasi perikatan tersebut, serta memerintahkan pembayaran atau menagih penerimaan yang

    timbul sebagai akibat pelaksanaan anggaran.

    Di lain pihak, Menteri Keuangan selaku Bendahara Umum Negara (BUN) dan pejabat lainnya

    yang ditunjuk sebagai BUN bukanlah sekedar kasir yang hanya berwenang melaksanakan

    penerimaan dan pengeluaran negara tanpa berhak menilai kebenaran penerimaan dan

    pengeluaran tersebut. Menteri Keuangan selaku BUN adalah pengelola keuangan dalam arti

    seutuhnya, yaitu berfungsi sekaligus sebagai kasir, pengawas keuangan dan manajer keuangan.

    Fungsi pengawasan disini terbatas pada aspek rechmategheiddan wetmatigheiddan hanya

    dilakukan pada saat terjadinya penerimaaan dan pengeluaran, sehingga berbeda dengan fungsi

    pre-audit yang dilakukan oleh kementerian teknis atau post-audit yang dilakukan oleh aparat

    pengawasan fungsional.

    Menteri Keuangan sebagai pembantu Presiden dalam bidang keuangan pada hakikatnya

    adalah Chief Financial Officer(CFO) Pemerintah Republik Indonesia, sementara setiap

  • 8/13/2019 Pelaksanaan Anggaran Pemerintah Print.pptx

    9/27

    PELAKSANAAN ANGGARAN KELOMPOK 1

    menteri/pimpinan lembaga pada hakikatnya adalah Chief Operasional Officeruntuk suatu bidang

    tertentu pemerintahan. Sesuai dengan prinsip tersebut Kementerian Keuangan berwenang dan

    bertanggung jawab atas pengelolaan aset dan kewajiban negara secara nasional, sementara

    kementerian negara/lembaga berwenang dan bertanggungjawab atas penyelenggaraan

    pemerintah sesuai dengan bidang tugas dan fungsi masing-masing. Konsekuensi pembagian

    tugas antara Menteri Keuangan dan para menteri lainnya tercermin dalam pelaksanaan anggaran

    tersebut di atas.

    Kemudian pembagian kewenangan antara menteri/pimpinan lembaga dinyatakan dalam pasal 4

    Undang-Undang No. 1 tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, Menteri/pimpinan lembaga

    selaku Pengguna Anggaran/Pengguna Barang kementerian/lembaga yang dipimpinnya

    berwenang :

    1. menyusun dokumen pelaksanaan anggaran;2. menunjuk Kuasa Pengguna Anggaran/Pengguna Barang;3. menetapkan pejabat yang bertugas melakukan pemungutan penerimaan negara;4. menetapkan pejabat yang bertugas melakukan pengelolaan utang dan piutang;5. melakukan tindakan yang mengakibatkan pengeluaran anggaran belanja;6. menetapkan pejabat yang bertugas melakukan pengujian dan perintah pembayaran;7. menggunakan barang milik negara;8. menetapkan pejabat yang bertugas melakukan pengelolaan barang milik negara;9. mengawasi pelaksanaan anggaran;10.dan menyusun dan menyampaikan laporan keuangan.

    Sedangkan sesuai pasal 7 Undang-Undang No. 1 tahun 2004, Menteri Keuangan selaku BUN

    berwenang :

    1. menetapkan kebijakan dan pedoman pelaksanaan anggaran negara;2. mengesahkan dokumen pelaksanaan anggaran;3. melakukan pengendalian pelaksanaan anggaran;4. menetapkan sistem penerimaan dan pengeluaran kas negara;5. menunjuk bank dan/atau lembaga keuangan lainnya dalam rangka pelaksanaan

    penerimaan dan pengeluaran anggaran negara;

    6. mengusahakan dan mengatur dana yang diperlukan dalam pelaksanaan anggaran negara;7. menyimpan uang negara;8. menempatkan uang negara dan mengelola/menatausahakan investasi;

  • 8/13/2019 Pelaksanaan Anggaran Pemerintah Print.pptx

    10/27

    PELAKSANAAN ANGGARAN KELOMPOK 1

    9. melakukan pembayaran berdasarkan permintaaan Pejabat Pengguna Anggaran atas bebanrekening kas umum negara;

    10.melakukan pinjaman dan memberikan jaminan atas nama pemerintah;11.memberikan pinjaman atas nama pemerintah;12.melakukan pengelolaan utang dan piutang negara;13.mengajukan rancangan peraturan pemerintah tentang standar akuntansi pemerintah;14.melakukan penagihan piutang negara;15.menetapkan sistem akuntansi dan pelaporan keuangan negara;16.menyajikan informasi keuangan negara;17.menetapkan kebijakan dan pedoman pengelolaan serta penghapusan barang milik negara;18.menentukan nilai tukar mata uang asing terhadap rupiah dalam rangka pembayaran pajak;19.menunjuk pejabat Kuasa Bendahara Umum Negara.

    Pengertian Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran

    Pada Undang-undang nomor 1 tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara di pasal 4 ayat 2

    huruf a disebutkan bahwa Menteri/Pimpinan Lembaga selaku pengguna anggaran/pengguna

    barang kementerian negara/lembaga yang dipimpinnya berwenang menyusun dokumen

    pelaksanaan anggaran. Oleh karena itu, dalam pelaksanaan anggaran atau APBN, maka

    Menteri/Pimpinan Lembaga bertanggung jawab atas penyusunan dokumen pelaksanaan anggaran

    Kementerian negara/lembaga yang dipimpinnya. Kewenangan Menteri/Pimpinan Lembaga

    tersebut dilimpahkan kepada kepala satuan kerja (satker) pusat/unit pelaksana teknis/satker

    khusus/satker non vertikal tertentu/satker sementara.

    Wujud dokumen pelaksanaan anggaran yang berlaku mulai tahun anggaran 2005 berupa daftar

    isian yang memuat uraian sasaran yang hendak dicapai, fungsi, program dan rincian kegiatan,

    rencana penarikan dana tiap-tiap bulan dalam satu tahun serta pendapatan yang diperkirakan oleh

    kementerian negara/lembaga, sehingga dokumen pelaksanaan anggaran tersebut disebut daftar

    isian pelaksanaan anggaran atau disingkat DIPA. DIPA tersebut disusun atas dasar peraturan

    presiden tentang rincian APBN.

    Konsep DIPA yang telah selesai disusun oleh Kuasa Pengguna Anggaran satker disampaikan

    kepada Direktur Jenderal Perbendaharaan untuk DIPA pusat dan kepada Kepala Kanwil DJPB

    untuk DIPA daerah. Direktur Jenderal Perbendaharaan atas nama Menteri Keuangan selaku

    Bendahara Umum Negara menelaah kesesuaian konsep DIPA dengan rincian APBN yang

    ditetapkan dalam peraturan presiden dan kemudian mengesahkan DIPA pusat. Sedangkan

    Kepala Kanwil DJPB atas nama Menteri Keuangan selaku BUN menelaah kesesuaian konsep

  • 8/13/2019 Pelaksanaan Anggaran Pemerintah Print.pptx

    11/27

    PELAKSANAAN ANGGARAN KELOMPOK 1

    DIPA dengan rincian APBN yang ditetapkan dalam Peraturan Presiden dan kemudian

    mengesahkan DIPA daerah.

    Apabila dalam batas waktu yang ditentukan (akhir tahun anggaran) Kuasa Pengguna Anggaran

    satker belum menyampaikan konsep DIPA, maka Direktur Jenderal Perbendaharaan atau KepalaKanwil DJPB tetap menerbitkan Surat Pengesahan DIPA yang dilampiri konsep DIPA

    (sementara) yang dibuat oleh Direktur Jenderal Perbendaharaan atau Kepala Kanwil DJPB

    berdasarkan surat rincian alokasi anggaran (SRAA) dan rencana kerja anggaran

    Kementerian/Lembaga (RKA-KL) atau peraturan presiden tentang rincian APBN. Dalam hal

    DIPA (sementara) ini dapat dipakai sebagai dasar penerbitan surat perintah membayar dengan

    ketentuan bahwa

    dana yang dapat dicairkan dibatasi untuk pembayaran gaji pegawai, pengeluaran keperluan

    sehari-hari perkantoran, daya dan jasa, dan lauk pauk/bahan makanan. Sedangkan dana untuk

    jenis pengeluaran lainnya harus diblokir.

    Menurut lampiran II Peraturan Menteri Keuangan nomor 80/PMK.05/2007 tentang Petunjuk

    Penyusunan dan Penelaahan, Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian Negara/Lembaga dan

    Penyusunan, Penelaahan, Pengesahan dan Pelaksanaan Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran

    Tahun Anggaran 2006, maupun dalam Peraturan Menteri Keuangan nomor 134/PMK.06/2005

    tentang Pedoman Pembayaran dalam Pelaksanaan APBN dipasal 1 angka 1 disebutkan bahwa

    yang dimaksud dengan daftar isian pelaksanaan anggaran (DIPA) adalah dokumen pelaksanaan

    anggaran yang dibuat oleh Menteri/Pimpinan Lembaga serta disahkan oleh Direktur Jenderal

    Perbendahaan atas nama Menteri Keuangan dan berfungsi sebagai dasar untuk melakukan

    tindakan yang mengakibatkan pengeluaran negara dan pencairan dana atas beban APBN serta

    dokumen pendukung kegiatan akuntansi pemerintah.

    Dari Pengertian tersebut, dapatlah dikatakan bahwa dalam DIPA terdapat dua dokumen yang

    merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan, yaitu dokumen pelaksanaan anggaran

    yang disusun kementerian negara/lembaga bersangkutan dan dokumen surat pengesahan DIPA

    yang ditandatangani oleh Direktur Jenderal Perbendaharaan atau Kepala Kanwil DJPB atas nama

    menteri keuangan selaku bendahara umum negara. Dengan demikian, suatu dokumen

    pelaksanaan anggaran dapat disebut DIPA (lengkap), apabila terdiri dari :

    1. Surat pengesahan DIPA (SP DIPA), berisi informasi mengenai hal hal yang disahkandari DIPA dan ditandatangani oleh Direktur Jenderal Perbendaharaan atau Kepala Kanwil

    DJPB atas nama Menteri Keuangan.

  • 8/13/2019 Pelaksanaan Anggaran Pemerintah Print.pptx

    12/27

    PELAKSANAAN ANGGARAN KELOMPOK 1

    2. DIPA halaman I (Umum), terdiri dari halaman IA dan halaman IB. Halaman IA memuatinformasi yang bersifat umum dari setiap satuan kerja. Halaman IB memuat informasi

    umum tentang rincian fungsi, program dan sasarannya serta indikator keluaran untuk

    masing-masing kegiatan.

    3. DIPA halaman II, berisi informasi setiap satuan kerja, uraian kegiatan / sub kegiatanbeserta volume keluaran yang hendak dicapai serta alokasi dana pada masing-masing

    belanja yang dicerminkan dalam mata anggaran keluaran. Rincian halaman II untuk

    masing-masing DIPA adalah sebagai berikut :

    1. DIPA kementerian negara/lembaga, meliputi belanja pegawai, belanja barang, belanjamodal, belanja bantuan sosial dan belanja lain-lain.

    2. DIPA perimbangan keuangan negara, meliputi belanja daerah dana alokasi umum,belanja daerah dana alokasi khusus, belanja daerah dana bagi hasil, belanja daerah dana

    penyesuaian, dan belanja daerah dana otonomi khusus.

    3. DIPA pembayaran bunga utang dan hibah, meliputi belanja bunga utang dalam negeri,belanja bunga utang luar negeri, Penerusan pinjaman dan belanja hibah.

    4. DIPA subsidi dan transfer berisi belanja subsidi.5. DIPA pembiayaan, meliputi pembiayaan dalam negeri, pembiayaan luar negeri,

    penerusan pinjaman dan penyertaan modal pemerintah.

    4. DIPA halaman III, berisi informasi tentang rencana penarikan dana dan penerimaannegara bukan pajak yang menjadi tanggungjawab setiap satuan kerja. Dalam hal

    pencantuman angka rencana penarikan pengeluaran pada halaman III DIPA berdasarkan

    rencana kerja, satuan kerja perlu memperhatikan hal

    hal sebagai berikut :1. Untuk belanja pegawai, rencana penarikan pengeluaran per bulan adalah seperdua belas

    dari pagu gaji satu tahun;

    2. Untuk belanja barang dan modal, agar memperhatikan kebutuhan berdasarkan rencanapenarikan/pembayaran dalam rangka pelaksanaan kegiatan yang meliputi rencana

    penarikan uang persediaan dan rencana penarikan langsung untuk setiap bulan.

    5. DIPA halaman IV, berisi catatan-catatan yaitu hal-hal yang perlu menjadi perhatian olehpelaksana kegiatan.

    Jenis-Jenis Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran

    Konsep DIPA disusun untuk masing-masing Satuan Kerja dan pada prinsipnya satu DIPA untuk

    satu satker. Khusus untuk Departemen Agama, Kejaksaan Agung, Departemen Hukum dan Hak

    Asasi manusia, Departemen Keuangan, Departemen Pertanhanan dan Keamanan, Kepolisian

    Indonesia, Badan Pertanahan Nasional, dan Badan Pusat Statistik, satu DIPA dapat meliputi

    beberapa satker pada masing-masing provinsi/Kantor Wilayah.

  • 8/13/2019 Pelaksanaan Anggaran Pemerintah Print.pptx

    13/27

    PELAKSANAAN ANGGARAN KELOMPOK 1

    Berdasarkan pembagian anggaran dalam APBN, jenis DIPA dapat dikelompokkan atas DIPA

    Kemeterian Negara/Lembaga dan DIPA Pembiayaan dan Perhitungan (DIPA APP).

    1. DIPA Kementerian Negara/LembagaDIPA Satker Pusat/kantor Pusat adalah DIPA yang memuat rincian penggunaan anggaran

    dari Bagian Anggaran Kementerian Negara/Lembaga, yang dikategorikan menjadi :

    1. DIPA Satker Pusat/Kantor PusatDIPA Satker Pusat/kantor Pusat adalah DIPA yang memuat rincian penggunaan anggaran

    kementerian negara/lembaga, yang pelaksanaannya dilakukan oleh satuan kerja yang

    merupakan satuan kerja pusat atau satuan kerja Kantor Pusat suatu kementrian

    negara/lembaga, termasuk di dalamnya untuk DIPA Badan Layanan Umum (BLU), dan

    Satuan Kerja Non Vertikal Tertentu (SNVT).

    Satuan Kerja Pusat dapat terdiri dari satuan kerjasatuan kerja yang dibentuk oleh

    kementerian nagara/ lembaga secara fungsional dan bukan merupakan instansi vertikal .

    Sedangkan Satuan Kerja Kantor Pusat adalah satuan kerja dalam lingkup Kantor Pusat

    suatu kementerian negara /lembaga. Konsep DIPA Satker Pusat/kantor Pusat disusun dan

    ditetapkan oleh Satuan Kerja masing-masing kementerian negara/lembaga.

    2. DIPA Satker Vertikal/ Kantor DaerahDIPA Satker Vertikal/Kantor Daerah adalah DIPA yang memuat rincian penggunaan

    anggaran kementerian negara/lembaga, yang pelaksanaannya dilakukan oleh

    Kantor/Instansi Vertikal Kementerian Negara/Lembaga di daerah.

    Konsep DIPA Satker Vertikal/Kantor Daerah disusun dan ditetapkan oleh Pengguna

    Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran Satuan Kerja Vertikal yang ditunjuk dan ditetapkan

    oleh Menteri/ Ketua Lembaga.

    3. DIPA Dana DekonsentrasiDIPA Dana dekonsentrasi adalah DIPA yang memuat rincian penggunaan anggaran

    kementerian negara/lembaga dalam rangka pelaksanaan dana dekonsentrasi, serta

    pelaksanaannya dilakukan oleh Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Provinsi yang

    ditunjuk oleh Gubernur.

  • 8/13/2019 Pelaksanaan Anggaran Pemerintah Print.pptx

    14/27

    PELAKSANAAN ANGGARAN KELOMPOK 1

    Konsep DIPA Dana Dekonsentrasi disusun dan ditetapkan oleh Kepala SKPD yang

    ditunjuk oleh Gubernur berdasarkan pendelegasian wewenang dari Menteri/Ketua

    Lembaga.

    4. DIPA Tugas PembantuanDIPA Tugas Pembantuan adalah DIPA yang memuat rincian penggunaan anggaran

    kementerian negara/lembaga dalam rangka pelaksanaan Tugas Pembantuan, serta

    pelaksanaannya dilakukan oleh Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD)

    Provinsi/Kabupaten/Kota yang ditunjuk oleh Gubernur/ Bupati/Walikota.

    Konsep DIPA Dana Dekonsentrasi disusun dan ditetapkan oleh Kepala Satker Pusat yang

    ditunjuk oleh Menteri/Ketua Lembaga.

    2. DIPA Anggaran Pembiayaan dan Perhitungan (DIPA APP)DIPA APP adalah DIPA yang memuat rincian penggunaan anggaran dari Bagian

    Anggaran Pembiayaan dan Perhitungan (BAPP). BAPP merupakan Bagian Anggaran

    yang dikelola oleh menteri Keuangan dan penggunaan anggaran tersebut bersifat khusus

    serta tidak termasuk dalam anggaran kementerian negara/lembaga/pemerintah daerah.

    Dalam Pelaksanaannya Menteri Keuangan menunjuk Kuasa Pengguna Anggaran untuk

    menyusun dan menetapkan konsep DIPA. BAPP meliputi :

    1. Cicilan Bunga Utang (BA 061)2. Subsidi dan Transfer (BA 062)3. Belanja Lain-Lain (BA 069)4. Dana Perimbangan (BA 070)5. Dana Otonomi Khusus dan Penyesuaian (BA 071)6. Pembayaran Cicilan Pokok Utang Luar Negari (BA 096)7. Pembayaran Cicilan Pokok Utang Dalam Negeri (BA 097)8. Penerusan Pinjaman sebagai Pinjaman (BA 098)9. Penyertaan Modal Negara (BA 099)10.Penerusan Pinjaman sebagai Hibah (BA 101)11.Penerusan Hibah sebagai Hibah (BA 102)

    DIPA APP dapat terdiri dari :

    1. DIPA Belanja Pemerintah Pusat.

  • 8/13/2019 Pelaksanaan Anggaran Pemerintah Print.pptx

    15/27

    PELAKSANAAN ANGGARAN KELOMPOK 1

    DIPA Belanja Pemerintah Pusat adalah DIPA yang memuat rincian penggunaan anggaran

    Bagian Anggaran Cicilan Bunga Utang (BA 061), Bagian Anggaran Subsidi dan Transfer

    (BA 062), Bagian Anggaran Belanja Lain-Lain (BA 069), dan Bagian Anggaran

    Penerusan Pinjaman sebagai Hibah (BA 101). Pelaksanaan anggaran dilakukan oleh

    satuan kerja kementerian negara/lembaga atau satuan kerja yang ditunjuk oleh MenteriKeuangan.

    2. DIPA Belanja DaerahDIPA Belanja Daerah adalah DIPA yang memuat rencana kerja dan anggaran Bagian

    Anggaran Bagian Anggaran Dana Perimbangan (BA 070) dan Bagian Anggaran Bagian

    Anggaran Dana Otonomi Khusus dan Penyesuaian (BA 071), pelaksanaannya dilakukan

    oleh pemerintah daerah Provinsi/Kabupaten/Kota.

    Konsep DIPA Dana Perimbangan disusun dan ditetapkan oleh Kuasa Pengguna

    Anggaran yang ditunjuk dan ditetapkan oleh Menteri Keuangan

    3. DIPA PembiayaanDIPA Pembiayaan adalah DIPA yang memuat rencana kerja dan anggaran BAPP sebagai

    berikut :

    1. Pembayaran Cicilan Pokok Utang Luar Negari (BA 096)2. Pembayaran Cicilan Pokok Utang Dalam Negeri (BA 097)3. Penerusan Pinjaman sebagai Pinjaman (BA 098)4. Penyertaan Modal Negara (BA 099)5. Penerusan Hibah sebagai Hibah (BA 102)4. DIPA Khusus

    DIPA Khusus adalah DIPA yang memuat rincian penggunaan anggaran yang berasal dari

    BAPP dimana karena sifat dan keperluannya sehingga Konsep DIPA dan Surat

    Pengesahan DIPA disatukan dalam satu lembar DIPA yang ditetapkan oleh Menteri

    Keuangan c.q. Direktur Jenderal Perbendaharaan.

    Sifat dan keperluan penerbitan DIPA Khusus ditetapkan oleh Direktur Jenderal

    Perbendaharaan dengan kriteria penanganan kejadian luar biasa yang mempunyai tingkat

    urgensi sangat tinggi dan bersifat mendesak, seperti :

  • 8/13/2019 Pelaksanaan Anggaran Pemerintah Print.pptx

    16/27

    PELAKSANAAN ANGGARAN KELOMPOK 1

    1. penanganan yang bersifat darurat,2. kegiatan yang bersifat politis dalam rangka menjaga kredibilitas Pemerintah

    STRUKTUR PENGANGGARAN

    Masing-masing kementerian negara/lembaga dibagi dalam tingkat eselon I. Dalam pasal

    11 ayat 5 UU No. 17/2003 menyatakan bahwa anggaran belanja negara dibagi atas unit

    organisasi, fungsi dan jenis belanja. Lebih jauh, dalam pasal 15 undang-undang yang sama

    menyatakan bahwa anggaran yang disetujui oleh DPR dirinci dalam unit organisasi, fungsi,

    program, kegiatan dan jenis belanja.

    Organisasi dan Bagian Anggaran

    Klasifikasi organisasi yang digunakan dalam anggaran belanja negara adalah sesuai unit

    yang bertanggung jawab terhadap pelaksanaan suatu program, unit eselon II dan unit eselon III

    yang bertanggung jawab terhadap suatu pelaksanaan kegiatan pendukung program. Pelaksanaan,

    monitoring, dan pelaporan anggaran akan menjadi suatu sinergi yang positif apabila ada

    sinkronisasi antara struktur program dan kegiatan dengan struktur organisasinya. Dengan

    demikian tanggung jawab dan kewenangan akan lebih jelas bagi para manajer, walaupun tetap

    ada sedikit kesulitan apabila program dimaksud dilaksanakan secara lintas unit organsasi danlintas kementerian negara/lembaga. Bagian anggaran merupakan klasifikasi anggaran

    berdasarkan organisasi antara lain menurut kementerian negara/lembaga.

    Fungsi dan Sub Fungsi

    Klasifikasi anggaran dibagi menurut fungsi, hal ini akan sangat membantu dalam

    penyusunan struktur program dan kegiatan. Fungsi adalah perwujudan tugas kepemerintahan di

    bidang tertentu yang dilaksanakan dalam rangka mencapai tujuan pembangunan nasional. Sub

    fungsi merupakan penjabaran fungsi yang dirinci ke dalam 79 (tujuh puluh sembilan) sub fungsi.

    Penggunaan fungsi dan sub fungsi disesuaikan dengan tugas pokok dan fungsi masing-masing

    kementerian negara/lembaga. Pedoman Pelaksanaan Anggaran I Pusdiklatwas BPKP - 2007

    17Contoh sub fungsi 01.01.lembaga eksekutif dan legislatif, keuangan dan fiskal serta urusan

    luar negeri digunakan untuk:

  • 8/13/2019 Pelaksanaan Anggaran Pemerintah Print.pptx

    17/27

    PELAKSANAAN ANGGARAN KELOMPOK 1

    administrasi, operasi ataudukungan untuk lembaga eksekutif, legislatif, keuangan dan fiskal,

    manajemen kas negara, utang pemerintah, operasional perpajakan;

    1. kegiatan kementerian keuangan;2. kegiatan luar negeri termasuk Menteri Luar Negeri, kegiatan diplomat, misi-misi

    internasional dll;

    3. penyediaan dan penyebaran informasi, dokumentasi, statistik keuangan dan fiskal;4. termasuk kegiatan kantor kepala eksekutif pada semua level: Presiden, Wakil Presiden,

    gubernur, bupati/walikota dan lain-lain; semua tingkatan lembaga legislatif: MPR, DPR,

    DPRD; lembaga penasehat, administrasi, serta staf yang ditunjuk secara politis untuk

    membantu lembaga eksekutif dan legislatif, semua badan atau kegiatan yang bersifat

    tetap atau sementara yang ditujukan untuk membantu lembaga eksekutif dan legislatif,

    kegiatan keuangan dan fiskal dan pelayanan pada seluruh tingkatan pemerintah, kegiatan

    politik dalam negeri, dan penyediaandan penyebaran informasi dokumentasi, statistik

    mengenai politik dalam negeri;

    5. sub fungsi ini (01.01) tidak termasuk untuk kantorkantor kementerian baik dipusatmaupun di daerah, komite antar departemen dan lain-lain yang terkait dengan fungsi

    tertentu (diklasifikasikan sesuai dengan fungsi masing-masing), pembayaran cicilan

    utang dan berbagai kewajiban pemerintah sehubungan dengan utang pemerintah, bantuan

    pemerintah RI kepada negara lain dalam rangka bantuan ekonomi.

    Program

    Program adalah penjabarankebijakan kementerian negara/lembaga dalam bentuk upaya

    yang berisi satu atau beberapa kegiatan dengan menggunakan sumber daya yang disediakan

    untuk mencapai hasil yang terukur sesuai dengan misi kementerian negara/lembaga.

    Kegiatan dan Sub Kegiatan

    Kegiatan adalah bagian dariprogram yang dilaksanakan oleh satu atau beberapa satuan

    kerja sebagai bagian dari pencapaian sasaran terukur pada suatu program, yang terdiri dari

    sekumpulan tindakan pengerahan sumber daya, baik yang berupa personil (sumber daya

    manusia), barang modal termasuk peralatan dan teknologi, dana, atau kombinasi dari

  • 8/13/2019 Pelaksanaan Anggaran Pemerintah Print.pptx

    18/27

    PELAKSANAAN ANGGARAN KELOMPOK 1

    beberapa atau semua jenis sumber daya tersebut sebagai masukan (input) untuk

    menghasilkan keluaran (output) dalam bentuk barang/jasa.

    Sub kegiatan adalah bagian dari kegiatan yang menunjang usaha pencapaian sasaran dan

    tujuan kegiatan tersebut. Timbulnya sub kegiatan adalah sebagai konsekuensi adanyaperbedaan jenis dan satuan keluaran antar sub kegiatan dalam kegiatan dimaksud. Dengan

    demikian dapat dikatakan bahwa sub kegiatan yang satu dipisahkan dengan sub kegiatan

    lainnya berdasarkan perbedaan keluaran.

    Contoh : Kegiatan pendidikan dan pelatihan aparatur negara dengan sub kegiatan :

    penyelenggaraan Diklat Penjenjangan Jabatan Fungsional Auditor (JFA) dengankeluaran antara lain: jumlah peserta didik;

    Penyelenggaraan Diklat Fungsional dengan keluaran antara lain: jumlah lulusan; pengembangan kurikulum diklatdengan keluaran antara lain: jumlah modul.

    Jenis Belanja

    Klasifikasi anggaran menurut jenis belanja dibagi ke dalam delapan kategori sebagai berikut :

    a) Belanja pegawai yaitu kompensasi dalam bentuk uang maupun barang yang diberikankepada pegawai pemerintah yang bertugas di dalam maupun di luar negeri sebagai

    imbalan atas pekerjaan yang telah dilaksanakan. Dikecualikan untuk pekerjaan yang

    berkaitan dengan pembentukan modal. Belanja ini antara lain digunakan untuk gaji dan

    tunjangan, honorarium, vakasi, lembur dan kontribusi sosial.

    b) Belanja barang yaitu pembelian barang dan jasa yang habis pakai untuk memroduksibarang dan jasa yang dipasarkan maupun yang tidak dipasarkan. Belanja ini antara lain

    digunakan untuk pengadaan barang dan jasa, pemeliharaan, dan perjalanan.

    c) Belanja Modal yaitu pengeluaran yang dilakukan dalam rangka pembentukan modal.Dalam belanja ini termasuk untuk tanah, peralatan dan mesin, gedung dan bangunan,

    jaringan, maupun dalam bentuk fisik lainnya, seperti buku, binatang dan lain sebagainya.

    d) Beban Bungayaitu pembayaran yang dilakukan atas kewajiban penggunaan pokok utang(principal outstanding), baik utang dalam negeri maupun utang luar negeri yang dihitung

    berdasarkan posisi pinjaman.

  • 8/13/2019 Pelaksanaan Anggaran Pemerintah Print.pptx

    19/27

    PELAKSANAAN ANGGARAN KELOMPOK 1

    e) Subsidi yaitu alokasi anggaran yang diberikan kepada perusahaan/lembaga yangmemproduksi, menjual, mengekspor, atau mengimpor barang dan jasa untuk memenuhi

    hajat hidup orang banyak, sedemikian rupa sehingga harga jualnya dapat terjangkau oleh

    masyarakat. Belanja ini antara lain digunakan untuk penyaluran subsidi

    kepadaperusahaan negara dan perusahaan swasta.

    f) Bantuan Sosialyaitu transfer uang atau barang yang diberikan kepada masyarakat gunamelindungi dari kemungkinan terjadinya risiko sosial. Bantuan sosial dapat langsung

    diberikan kepada anggota masyarakat dan/atau lembaga kemasyarakatan. Bantuan ini

    antara lain untuk lembaga non pemerintah bidang pendidikan dan keagamaan.

    g) Hibah yaitu transfer dana yang sifatnya tidak wajib kepada negara lain atau kepadaorganisasi internasional. Belanja ini antara lain digunakan untuk hibah kepada

    pemerintah luar negeri dan organisasi internasional.

    h) Belanja lain-lain yaitu pengeluaran/belanja pemerintah pusat yang tidak dapatdiklasifikasikan ke dalam jenis belanja pada huruf a) sampai dengan huruf tersebut di

    atas.

    LOKASI

    DIPA juga menginformasikan lokasi pelaksanaan kegiatan/sub kegiatan, yaitu dengan

    memberikan informasi alamat pelaksanaan kegiatan seperti provinsi, kabupaten, kota atau lokasidi luar negeri.

    Pelaksanaan Anggaran

    Dalam pelaksanaan anggaran, Menteri/Pimpinan Lembaga selaku pengguna anggaran

    mempunyai kewenangan dan bertanggunjawab atas penyusunan kegiatan dan perhitungan biaya

    yang tertuang dalam dokumen pelaksanaan anggaran. Kewenangan dan tanggungjawab tersebut

    dilimpahkan kepada kepala satker pusat/unit pelaksana teknis/satker khusus/satker non vertikal

    tertentu/satker sementara, dan dikuasakan kepada gubernur untuk menunjuk satker perangkatdaerah selaku kuasa pengguna anggaran.

    Satker kementerian negara/lembaga tersebut menyusun dokumen pelaksanaan anggaran mengacu

    kepada rencana kerja dan anggaran (RKA-KL) dan peraturan presiden tentang rincian APBN.

    Hasil penyusunan dokumen pelaksanaan anggaran tersebut disebut konsep DIPA yang memuat

  • 8/13/2019 Pelaksanaan Anggaran Pemerintah Print.pptx

    20/27

    PELAKSANAAN ANGGARAN KELOMPOK 1

    uraian sasaran yang akan dicapai, fungsi, program, dan rincian kegiatan, rencana penarikan dana

    setiap bulan dalam satu tahun serta pendapatan yang diperkirakan.

    Konsep DIPA diajukan kepada Direktur Jendaral Perbendaharaan atau kepada Kepala Kanwil

    Ditjen PBN untuk memperoleh pengesahan. Sebelum melakukan pengesahan Konsep DIPAtersebut, Dirjen PBN dan Kanwil Ditjen PBn mengadakan penelaahan terhadap konsep DIPA,

    apakah telah sesuai dengan peraturan presiden tentang rincian APBN dan ketentuan perundang-

    undangan yang berlaku. Apabila telah selesai kemudian Direktur Jendaral Perbendaharaan atau

    kepada Kepala Kanwil Ditjen PBN menerbitkan SP DIPA. SP DIPA dan konsep DIPA tersebut

    menjadi satu kesatuan yang tidak terpisahkan disebut DIPA.

    Apabila dalam pelaksanaan DIPA terdapat hal-hal yang mengharuskan adanya perubahan isi

    yang tercantum dalam DIPA, maka satker kementerian negara/lembaga dapat mengajukan revisi

    DIPA kepada Direktur Jenderal Perbendaharaan atau Kepala Kanwil Ditjen PBN untukmemperoleh pengesahannya. Mengenai pengesahan revisi DIPA ini ada yang langsung

    diputuskan oleh Direktur Jendaral Perbendaharaan atau kepada Kepala Kanwil Ditjen PBN,

    namun ada yang harus terlebih dahulu mendapat persetujuan prinsip dari Direktur Jenderal

    Anggaran sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

  • 8/13/2019 Pelaksanaan Anggaran Pemerintah Print.pptx

    21/27

    PELAKSANAAN ANGGARAN KELOMPOK 1

    Sesuai dengan badan diatas terjadi pembagian wewenang antara DJN (Direktorat Jenderal

    Anggaran ) sebagai fiscal research dan fiscal policy, dan DJPBN ( Direktorat Jenderal

  • 8/13/2019 Pelaksanaan Anggaran Pemerintah Print.pptx

    22/27

    PELAKSANAAN ANGGARAN KELOMPOK 1

    Perbendaharaan Negara) selaku Fiscal Implementation dan Budget execution. DJN menganalisa

    dan mengkaji kebijakan fiscal serta perumusan asumsi makro, sedangkan DJPBN sebagai

    Perencana dan penyusun APBN serta pelaksana dan penanggung jawab APBN.

    Tata Cara Pembayaran Dalam Pengadaan Barang dan Jasa

    Untuk menguraikan lebih lanjut mengenai pembayaran dalam pengadaan barang dan

    jasa, dapat ditinjau berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2003

    Tentang Keuangan Negara dan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 tahun 2004

    tentang Perbendaharaan Negara yang mengatur tentang pengeluaran negara dan daerah. Pasal

    6 ayat (1) UU No. 17 Tahun 2003 menyatakan bahwa Presiden selaku Kepala Pemerintahan

    memegang kekuasaan pengelolaan keuangan negara sebagai bagian dari kekuasaan

    pemerintahan. Kekuasaan pengelolaan keuangan negara tersebut kemudian dijelaskan lebih

    lanjut dalam ayat (2), yang menjelaskan pembagian kekuasaan pengelolaan keuangan negara

    tersebut. Ada dua poin dari ayat (2) yang terkait dengan pembayaran pengadaan barang dan

    jasa, yaitu:

    (1) Untuk kementerian negara/lembaga, kekuasaan pengelolaan keuangan dikuasakan

    kepada menteri/pimpinan lembaga selaku Pengguna Anggaran/Pengguna Barang.

    Hal ini mempunyai pengertian yang sama dengan Pasal 1 Angka (19) dan Pasal 4

    ayat (1) UU No. 1 Tahun 2004;

    (2) Untuk Pemerintah Daerah, kekuasaan pengelolaan keuangan diserahkan kepada

    gubernur/bupati/walikota selaku kepala pemerintahan daerah dan juga selaku

    Pengguna Anggaran/Pengguna Barang untuk mengelola keuangan daerah dan

    mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang

    dipisahkan. Hal ini mempunyai pengertian yang sama dengan Pasal 5 ayat (1) UU

    No. 1 Tahun 2004 dan Pasal 5 ayat (1) PP No. 58 Tahun 2005. Dalam pasal 5 ayat

    (3) PP No. 58 Tahun 2005 disebutkan kekuasaan pengelolaan keuangan daerah

    tersebut diperluas dengan pelimpahan kewenangan kepada : Kepala SKPD selaku

    PPKD dan Kepala SKPD selaku Pengguna Anggaran / Pengguna Barang.

  • 8/13/2019 Pelaksanaan Anggaran Pemerintah Print.pptx

    23/27

    PELAKSANAAN ANGGARAN KELOMPOK 1

    Ketentuan tersebut diatas mengatur bahwa Pengguna Anggaran (PA) adalah pejabat

    yang diberikan kewenangan kekuasaan pengelolaan keuangan berdasarkan undang-undang,

    demikian juga untuk melakukan pembayaran atas pengadaan barang dan jasa yang

    merupakan bagian dari pengelolaan keuangan adalah menjadi kewenangan Pengguna

    Anggaran.

    Alokasi dana untuk pengadaan barang dan jasa bersumber dari APBN dan APBD

    sehingga untuk membahas tata cara pembayaran, akan diuraikan berdasarkan sumber

    pendanaannya.

    a. Alokasi Dana Yang Berasal Dari APBN

    Pasal 4, Pasal 5 dan Pasal 6 UU No. 1 Tahun 2004 menyatakan bahwa

    Menteri/pimpinan lembaga, Kepala Daerah dan Kepala SKPD selaku Pengguna

    Anggaran, berwenang untuk melakukan tindakan yang mengakibatkan pengeluaran

    anggaran belanja. Ketentuan yang sama juga dimuat dalam Pasal 3 ayat (1) PMK No.

    134/PMK.06/2005 yang menyatakan pelaksanaan pengeluaran atas beban APBN oleh

    KPPN dilakukan berdasarkan Surat Perintah Membayar (SPM) yang diterbitkan oleh

    Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran.

    Ini berarti dalam melaksanakan pengeluaran anggaran belanja ada pemisahan

    antara pejabat yang mengeluarkan dana kepada pihak ketiga/penerima hak dalam hal ini

    penyedia barang, dengan pejabat yang mempunyai kewenangan untuk memerintahkan

    dikeluarkannya dana tersebut.

    Ketentuan yang mengatur secara jelas tentang pembayaran tagihan pengadaan

    barang dan jasa yang bersumber dari APBN diatur dalam pasal 6 hingga pasal 10 PMK

    No. 170/PMK.05/2010 dan pasal 3, pasal 9 serta pasal 12 PMK No. 134/PMK.06/2005

    dengan perincian yang telah penulis singkat sebagai berikut :

    1) Tagihan atas pengadaan barang/jasa yang membebani APBN diajukan dengan surat

    tagihan oleh Penerima Hak kepada KPA/PPK paling lambat 5 (lima) hari kerja

    setelah timbulnya hak tagih kepada Negara.

  • 8/13/2019 Pelaksanaan Anggaran Pemerintah Print.pptx

    24/27

    PELAKSANAAN ANGGARAN KELOMPOK 1

    2) Apabila 5 (lima) hari kerja setelah timbulnya hak tagih kepada Negara Penerima Hak

    belum mengajukan surat tagihan, maka KPA/PPK harus segera memberitahukan

    secara tertulis kepada Penerima Hak untuk mengajukan tagihan.

    3) Dalam hal setelah 5 (lima) hari kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Penerima

    Hak belum mengajukan tagihan, maka Penerima Hak pada saat mengajukan tagihan

    harus memberikan penjelasan secara tertulis kepada KPA/PPK atas keterlambatan

    pengajuan tagihan tersebut.

    4) Tagihan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) didasarkan atas:

    a) Kontrak/Surat Perintah Kerja/Surat Tugas/Surat Perjanjian/Surat Keputusan;

    b) Berita Acara Kemajuan Pekerjaan;

    c) Berita Acara Penyelesaian Pekerjaan;

    d) Berita Acara Serah Terima barang/pekerjaan; dan/atau

    e) Bukti penyelesaian pekerjaan lainnya sesuai ketentuan.

    5) Surat Permintaan Pembayaran Langsung (SPP-LS) untuk non-belanja pegawai

    diterbitkan oleh PPK dan disampaikan kepada Pejabat Penanda Tangan Surat

    Perintah Membayar (PP-SPM) paling lambat 5 (lima) hari kerja setelah dokumen

    pendukung SPP-LS diterima secara lengkap dan benar dari Penerima Hak.

    Dokumen pendukung yang dimaksud adalah :

    a) Resume kontrak/SPK pengadaan barang dan jasa yang ditandatangani oleh

    Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran;

    b) Surat Pernyataan Tanggung Jawab Belanja (SPTB);

    c) Faktur Pajak beserta SSP-nya.

  • 8/13/2019 Pelaksanaan Anggaran Pemerintah Print.pptx

    25/27

    PELAKSANAAN ANGGARAN KELOMPOK 1

    6) Dalam hal PPK menolak/mengembalikan tagihan karena dokumen pendukung

    tagihan tidak lengkap dan benar, maka PPK harus menyatakan secara tertulis alasan

    penolakan/pengembalian tersebut paling lambat 2 (dua) hari kerja setelah

    diterimanya surat tagihan.

    7) Pengujian SPP-LS sampai dengan penerbitan Surat Permintaan Membayar Langsung

    (SPM LS) oleh PP-SPM diselesaikan paling lambat 5 (lima) hari kerja setelah SPP-

    LS beserta dokumen pendukung diterima secara lengkap dan benar dari PPK.

    8) Dalam hal PP-SPM menolak/mengembalikan SPP karena dokumen pendukung SPP

    tidak lengkap dan benar, maka PP-SPM harus menyatakan secara tertulis alasan

    penolakan/pengembalian tersebut paling lambat 2 (dua) hari kerja setelah

    diterimanya SPP.

    9) Pelaksanaan pengeluaran atas beban APBN oleh KPPN dilakukan berdasarkan Surat

    Perintah Membayar (SPM) yang diterbitkan oleh Pengguna Anggaran/Kuasa

    Pengguna Anggaran. Pembayaran dilakukan dengan penerbitan Surat Perintah

    Pencairan Dana (SP2D) oleh KPPN selaku Kuasa Bendahara Umum Negara.

    10) SPM beserta dokumen pendukung yang dilengkapi dengan Arsip Data Komputer

    (ADK) SPM disampaikan kepada KPPN oleh KPA atau pejabat yang ditunjuk

    paling lambat 2 (dua) hari kerja setelah SPM diterbitkan. Pelaksanaan ketentuan ini

    dikecualikan untuk Satker yang kondisi geografis dan transportasinya sulit, dengan

    memperhitungkan waktu yang dapat dipertanggungjawabkan.

    11) Berdasarkan SPM yang disampaikan oleh Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna

    Anggaran, KPPN menerbitkan SP2D yang ditujukan kepada Bank Operasional

    mitra kerjanya.

    12) KPPN menolak permintaan pembayaran yang diajukan Pengguna Anggaran/Kuasa

    Pengguna Anggaran dalam hal :

    a) Pengeluaran untuk MAK yang melampaui Pagu; dan/atau

  • 8/13/2019 Pelaksanaan Anggaran Pemerintah Print.pptx

    26/27

    PELAKSANAAN ANGGARAN KELOMPOK 1

    b) Tidak didukung oleh bukti pendukung/pengeluaran yang sah.

    13) Penerbitan SP2D sebagaimana dimaksud pada angka (12) atau penolakan

    permintaan pembayaran sebagaimana dimaksud pada angka (13) wajib diselesaikan

    oleh KPPN dalam batas waktu sebagai berikut :

    a) Penerbitan SP2D SPM Pembayaran Langsung (SPM-LS) paling lambat dalam

    waktu 1 (satu) hari kerja sejak diterimanya SPM secara lengkap.

    b) Pengembalian SPM dilakukan paling lambat hari kerja berikutnya sejak

    diterimanya SPM berkenaan.

    14) KPA melakukan pengawasan terhadap proses penyelesaian tagihan atas bebanAPBN pada Satker-nya masing-masing.

    15) KPA bertanggungjawab atas ketepatan waktu penyelesaian tagihan atas beban

    APBN pada Satker-nya masing-masing.

  • 8/13/2019 Pelaksanaan Anggaran Pemerintah Print.pptx

    27/27

    DAFTAR PUSTAKA

    DAFTAR PUSTAKA

    Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara;

    Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara;

    Undang-undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan, Pengelolaan dan

    Tanggung Jawab Keuangan Negara;

    Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2004 tentang Penyusunan Rencana Kerja dan

    Anggaran Kementerian Negara/Lembaga;