pedoman uji mutu dan uji efikasi lapangan agens...

119
DIREKTORAT PERLINDUNGAN PERKEBUNAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2014 PEDOMAN UJI MUTU DAN UJI EFIKASI LAPANGAN AGENS PENGENDALI HAYATI (APH)

Upload: dangngoc

Post on 21-Jul-2019

223 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PEDOMAN UJI MUTU DAN UJI EFIKASI LAPANGAN AGENS …balaipontianak.ditjenbun.pertanian.go.id/uploads/download/1563503028.pdf · dan lingkungan hidup serta diberi label. Selanjutnya

DIREKTORAT PERLINDUNGAN PERKEBUNAN

KEMENTERIAN PERTANIAN

2014

PEDOMAN

UJI MUTU DAN UJI EFIKASI LAPANGAN

AGENS PENGENDALI HAYATI (APH)

Page 2: PEDOMAN UJI MUTU DAN UJI EFIKASI LAPANGAN AGENS …balaipontianak.ditjenbun.pertanian.go.id/uploads/download/1563503028.pdf · dan lingkungan hidup serta diberi label. Selanjutnya

i

KATA PENGANTAR

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1992 tentang Sistem Budidaya Tanaman, ditetapkan bahwa pestisida yang akan diedarkan di Indonesia wajib

terdaftar, memenuhi standar mutu, terjamin efektivitasnya, aman bagi manusia dan lingkungan hidup serta diberi label. Selanjutnya dalam Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1973 Tentang Pengawasan Atas Peredaran, Penyimpanan, dan

Penggunaan Pestisida, hanya pestisida yang telah terdaftar dan atau memperoleh izin Menteri Pertanian yang boleh diedarkan, disimpan dan digunakan dalam

wilayah Republik Indonesia.

Agens pengendali hayati (APH) seperti cendawan entomopatogen telah

banyak dipergunakan secara luas oleh petani sebagai bahan pengendali OPT yang efektif, aman dan ramah lingkungan. Berbagai APH telah dikembangkan oleh

Laboratorium Lapangan (LL)/Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) dan Unit Pelaksana Teknis (UPT) Pusat, namun sampai saat ini penggunaannya di lapangan

masih terkendala dengan masalah legalitas perizinannya, seperti yang disyaratkan oleh Permentan No. 24 tahun 2011, yang mensyaratkan semua jenis bahan pengendali yang dipergunakan harus terdaftar dan mendapatkan izin dari Menteri

Pertanian.TahapanAPH dalam mendapatkan izin adalah melakukan uji mutu dan uji efikasi lapangan.

Buku pedoman uji efikasi lapangan dan uji mutu APH berisi pedoman uji mutu

dan uji efikasi APH golongan cendawan entomopatogen yaitu Metarrhizium anisopliae, Beauveria bassiana dan Trichoderma sp serta feromon Rhynchophorus ferrugineus. Buku ini selanjutnya dapat dijadikan pedoman dalampelaksanaan

pengujian mutu dan efikasi APH di lingkup perkebunan.

Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan buku ini, khususnya para pakar dari Institut Pertanian Bogor

(IPB), Universitas Gadjah Mada (UGM), Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed), Balai Penelitian Tanaman Industri dan Penyegar (Balittri) serta Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan (BBPPTP) Surabaya yang telah

memberikan masukan dalam penyusunan pedoman uji mutu dan uji efikasi lapangan APH. Akhirnya kami berharap semoga buku ini bermanfaat bagi pihak

yang berkepentingan.

Jakarta, Maret 2014 Direktur Perlindungan Perkebunan

Page 3: PEDOMAN UJI MUTU DAN UJI EFIKASI LAPANGAN AGENS …balaipontianak.ditjenbun.pertanian.go.id/uploads/download/1563503028.pdf · dan lingkungan hidup serta diberi label. Selanjutnya

ii

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ............................................................................................ i

DAFTAR ISI ...................................................................................................... ii

BAB I. Protokol Uji Efikasi Lapang Agens Pengendali Hayati (APH) ....................... 1

I. Pengujian Lapangan Efikasi Agens Pengendali Hayati Kandungan (Jamur

Trichoderma sp.) Terhadap Penyakit Busuk Buah Kakao (BBK)

Phytophthora palmivora Pada Tanaman Kakao ........................................... 2

II. Pengujian Lapangan Efikasi Agens Pengendali Hayati Kandungan (Jamur

Trichoderma sp.) Terhadap Penyakit VSD (Oncobasidium theobromae) Pada

Tanaman Kakao ....................................................................................... 7

III. Pengujian Lapangan Efikasi Agens Pengendali Hayati (APH) Trichoderma sp.

Terhadap Penyakit Busuk Pangkal Batang (BPB) Phytophthora Capsici

Pada Tanaman Lada .................................................................................. 12

IV. Pengujian Lapangan Efikasi Agens Pengendali Hayati Kandungan (Jamur

Trichoderma sp.) Terhadap Penyakit Busuk Pangkal Batang (BPB)

Ganoderma boninense Pada Tanaman Kelapa sawit..................................... 17

V. Pengujian Lapangan Efikasi Agens Pengendali Hayati Kandungan (Jamur

Trichoderma sp.) Terhadap Penyakit Jamur Akar Putih (JAP) Rigidoporus

lignosus Pada Tanaman Karet ................................................................... 21

VI. Pengujian Lapangan Efikasi Agens Pengendali Hayati Kandungan (Jamur

Trichoderma sp.) Terhadap Penyakit Jamur Akar Putih (JAP) Rigidoporus

lignosus Pada Tanaman Jambu Mete .......................................................... 26

VII. Pengujian Lapangan Efikasi Agens Pengendali Hayati Kandungan (Jamur

Metarhizium anisopliae.) Terhadap Hama Kumbang Nyiur Oryctes rhinoceros

Pada Tanaman Kelapa ............................................................................... 31

VIII. Pengujian Lapangan Efikasi Agens Pengendali Hayati Kandungan (Jamur

Metarhizium anisopliae.) Terhadap Hama Kumbang Janur Brontispa

longissima Pada Tanaman Kelapa ............................................................... 35

Page 4: PEDOMAN UJI MUTU DAN UJI EFIKASI LAPANGAN AGENS …balaipontianak.ditjenbun.pertanian.go.id/uploads/download/1563503028.pdf · dan lingkungan hidup serta diberi label. Selanjutnya

iii

IX. Pengujian Lapangan Efikasi Agens Pengendali Hayati Kandungan (Jamur

Metarhizium anisopliae.) Terhadap Uret Lepitioda stigma Pada

Tanaman Tebu .......................................................................................... 40

X. Pengujian Lapangan Efikasi Agens Pengendali Hayati Kandungan (Jamur

Beauveria bassiana) Terhadap Hama Penggerek Buah Kopi (PBKo)

Hypothenemus hampei Pada Tanaman Kopi ................................................ 44

XI. Pengujian Lapangan Efikasi Agens Pengendali Hayati Kandungan (Jamur

Beauveria bassiana.) Terhadap Hama Penggerek Buah Kakao (PBK)

Conopomorpha cramerella Pada Tanaman Kakao ........................................ 49

XII. Pengujian Lapangan Efikasi Agens Pengendali Hayati Kandungan (Jamur

Beauveria bassiana.) Terhadap Hama Penghisap Buah Kakao Helopeltis sp ... 54

XIII. Protokol Pengujian Lapangan Efikasi Feromon Terhadap Hama

Kumbang Mocong (Rhynchophorus ferrugineus) pada Tanaman Kelapa ........ 58

BAB II. Protokol Uji Mutu Agens Pengendali Hayati (APH) .................................... 61

XIV. Agens Pengendali Hayati (APH) Trichoderma spp. ....................................... 62

XV. Agens Pengendali Hayati (APH) Metarhizium anisopliae ............................... 85

XVI. Agens Pengendali Hayati (APH) Bagian 1 : Beauveria bassiana ..................... 101

Page 5: PEDOMAN UJI MUTU DAN UJI EFIKASI LAPANGAN AGENS …balaipontianak.ditjenbun.pertanian.go.id/uploads/download/1563503028.pdf · dan lingkungan hidup serta diberi label. Selanjutnya

1

BAB I

PROTOKOL UJI EFIKASI LAPANG

AGENS PENGENDALI HAYATI

(APH)

Page 6: PEDOMAN UJI MUTU DAN UJI EFIKASI LAPANGAN AGENS …balaipontianak.ditjenbun.pertanian.go.id/uploads/download/1563503028.pdf · dan lingkungan hidup serta diberi label. Selanjutnya

2

PENGUJIAN LAPANGAN EFIKASI AGENS PENGENDALI HAYATI (Sebutkan nama dagang)

KANDUNGAN (JAMURTrichoderma sp.) TERHADAP PENYAKIT BUSUK BUAH KAKAO (BBK)

Phytophthora palmivora PADA TANAMAN KAKAO

1. LINGKUP PENGUJIAN

Pengujian lapangan yang dimaksud dalam pedoman ini adalah semua percobaan pengujian yang pada prinsipnya dilakukan dalam kondisi lapangan.

2. LOKASI DAN WAKTU

Lokasi dan waktu percobaan ditetapkan atas dasar cukup tersedianya sarana dengan memperhatikan faktor fisik dan biologi yang diperkirakan akan

mempengaruhi tujuan percobaan antara lain pertanaman kakao dengan tingkat serangan penyakit busuk buah kakao diatas 10% (sebutkan tempat

dan waktu pelaksanaan). Pengujian dilakukan di lapangan.

3. PELAKSANA

Sebutkan nama institusi pelaksana pengujian yang telah ditunjuk atau

disetujui oleh Menteri pertanian.

4. JUMLAH UNIT KEGIATAN Sebutkan jumlah unit kegiatan pengujian yang telah disetujui oleh Komisi

Pestisida.

5. BAHAN DAN METODE

5.1. BAHAN 5.1.1 Contoh APH yang diuji

Contoh APH yang diuji harus diuji mutu kadar bahan aktifnya

oleh laboratorium yang ditunjuk oleh Menteri Pertanian, bersegel dan berlabel Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian.

5.1.2 Varietas

Varietas tanaman yang digunakan adalah varietas yang sering digunakan oleh petani setempat atau terdapat di lokasi

percobaan (nama varietas disebutkan) dan cukup rentan terhadap serangan hama sasaran.

Page 7: PEDOMAN UJI MUTU DAN UJI EFIKASI LAPANGAN AGENS …balaipontianak.ditjenbun.pertanian.go.id/uploads/download/1563503028.pdf · dan lingkungan hidup serta diberi label. Selanjutnya

3

5.1.3 Umur tanaman

Tanaman kakao yang digunakan adalah tanaman yang sudah menghasilkan.

5.1.4 Jumlah tanaman per lubang tanam

Jumlah tanaman : 1 tanaman per lubang tanam

5.1.5 Pemeliharaan tanaman

Pemeliharaan tanaman dilakukan sebaik-baiknya untuk mencapai tujuan percobaan efikasi APH. Apabila untuk pemeliharaan tersebut perlu dipergunakan bahan pengendali lain (pestisida

kimia) harus dilakukan dengan hati-hati dan tidak bersamaan waktunya dengan APH yang diuji.

5.1.6 Pemupukan

Pemupukan sesuai dengan rekomendasi untuk budi daya kakao.

5.2. METODE

5.2.1 Rancangan percobaan

Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok.

5.2.2 Jumlah perlakuan dan ulangan

Banyaknya perlakuan dan ulangan harus memenuhi persyaratan (p-1) (u-1) > 15 dan u > 3; p = jumlah perlakuan, u = jumlah

ulangan.

5.2.3 Macam perlakuan yang diuji

Untuk pengujian 1 (satu) formulasi APH, digunakan 4 (empat)

taraf konsentrasi/dosis yaitu : A, ¾ A, ½ A dan ¼ A dan kontrol dengan taraf konsentrasi tertinggi diharapkan menjadi konsentrasi anjuran penggunaan formulasi APH tersebut (bila

permohonan pendaftaran disetujui).

5.2.4 Pola tanam

Pola tanam yang digunakan adalah monokultur

Page 8: PEDOMAN UJI MUTU DAN UJI EFIKASI LAPANGAN AGENS …balaipontianak.ditjenbun.pertanian.go.id/uploads/download/1563503028.pdf · dan lingkungan hidup serta diberi label. Selanjutnya

4

5.2.5 Jarak tanam

Disesuaikan dengan keadaan setempat

5.2.6 Ukuran petak perlakuan

Setiap petak perlakuan terdiri dari 16 pohon (empat baris dan setiap baris empat pohon).

5.2.7 Jarak antar petak

Jarak antar petak disesuaikan dengan keadaan setempat.

5.2.8 Tata letak perlakuan

Pengaturan tata letak perlakuan dan kelompok diusahakan

sedemikian rupa sehingga penyebaran Phytophthtora palmivora sasaran merata.

5.2.9 Cara dan alat aplikasi

Disesuaikan dengan formulasi produk.

5.2.10 Volume penyemprotan

Per tanaman disesuaikan dengan dosis yang tertera pada produk.

5.2.11 Waktu dan banyaknya aplikasi

5.2.11.1 Aplikasi pertama

Aplikasi APH pertama dilakukan bila sudah terdapat serangan penyakit sasaran namun masih dalam intensitas yang sangat rendah.

5.2.11.2 Interval aplikasi

Disesuaikan dengan informasi produk.

5.2.11.3 Banyaknya aplikasi

Disesuaikan dengan informasi produk.

Page 9: PEDOMAN UJI MUTU DAN UJI EFIKASI LAPANGAN AGENS …balaipontianak.ditjenbun.pertanian.go.id/uploads/download/1563503028.pdf · dan lingkungan hidup serta diberi label. Selanjutnya

5

5.2.12 Pengamatan

5.2.12.1 Jumlah contoh

Jumlah tanaman contoh yang diamati setiap petak percobaan adalah 12 tanaman.

5.2.12.2 Metode pengambilan contoh

Penentuan tanaman contoh dilakukan secara sistematis.

5.2.12.3 Metode pengamatan

Tingkat kerusakan tanaman kakao oleh penyakit busuk buah ditentukan dengan rumus :

%100xN

nI

I = tingkat kerusakan tanaman akibat penyakit busuk

buah n = jumlah buah yang menunjukkan gejala busuk

akibat P.palmivora N = jumlah buah yang diamati

5.2.12.4 Waktu pengamatan

a. Pengamatan dilakukan satu hari sebelum setiap aplikasi dan dua minggu setelah aplikasi terakhir.

5.2.13 Pengolahan data

Pengolahan data tingkat kerusakan tanaman oleh patogen sasaran pada petak-petak percobaan yang diberi perlakuan APH

uji dan pembanding serta kontrol dilakukan sesuai dengan rancangan percobaan yang digunakan.

Demikian juga data produksi tanaman tiap petak percobaan dianalisa sesuai dengan rancangan percobaan yang digunakan. Tingkat perbedaan dinyatakan pada taraf 5%.

5.2.14 Kriteria efikasi

Kriteria efikasi didasarkan pada tingkat kerusakan tanaman oleh patogen sasaran apabila pada awal percobaan tingkat kerusakan tanaman pada semua petak percobaan merata.

Kriteria efikasi didasarkan pada perkembangan penyakit oleh patogen sasaran apabila pada awal percobaan serangan tidak

merata.

Page 10: PEDOMAN UJI MUTU DAN UJI EFIKASI LAPANGAN AGENS …balaipontianak.ditjenbun.pertanian.go.id/uploads/download/1563503028.pdf · dan lingkungan hidup serta diberi label. Selanjutnya

6

Tingkat efikasi (TE) APH uji dihitung dari hasil pengamatan terakhir dengan menggunakan rumus :

TE = (ISK – ISP) (ISK)-1 x 100%, dimana TE ≥50%

Keterangan : TE = tingkat efikasi ISK = intensitas serangan penyakit pada kontrol (tanpa APH)

ISP = intensitas serangan penyakit pada perlakuan APH

5.2.15 Data penunjang

5.2.15.1 Serangan OPT lain

5.2.15.2 Produksi biji kering tiap petak pada saat panen.

Page 11: PEDOMAN UJI MUTU DAN UJI EFIKASI LAPANGAN AGENS …balaipontianak.ditjenbun.pertanian.go.id/uploads/download/1563503028.pdf · dan lingkungan hidup serta diberi label. Selanjutnya

7

PENGUJIAN LAPANGAN EFIKASI AGENS PENGENDALI HAYATI (Sebutkan nama dagang)

KANDUNGAN (JAMURTrichoderma sp.) TERHADAP PENYAKIT VSD (Oncobasidium theobromae)

PADA TANAMAN KAKAO

1. LINGKUP PENGUJIAN

Pengujian lapangan yang dimaksud dalam pedoman ini adalah semua

percobaan pengujian yang pada prinsipnya dilakukan dalam kondisi lapangan.

2. LOKASI DAN WAKTU

Lokasi dan waktu percobaan ditetapkan atas dasar cukup tersedianya sarana

dengan memperhatikan faktor fisik dan biologi yang diperkirakan akan mempengaruhi tujuan percobaan antara lain pertanaman kakao dengan

tingkat serangan VSD diatas 10%. Pengujian dilakukan di lapangan.

3. PELAKSANA

Sebutkan nama institusi pelaksana pengujian yang telah ditunjuk atau

disetujui oleh Menteri pertanian.

4. JUMLAH UNIT KEGIATAN Sebutkan jumlah unit kegiatan pengujian yang telah disetujui oleh Komisi

Pestisida.

5. BAHAN DAN METODE 5.1. BAHAN

5.1.1 Contoh APH yang diuji

Contoh APH yang diuji harus diuji mutu kadar bahan aktifnya

oleh laboratorium yang ditunjuk oleh Menteri Pertanian, bersegel dan berlabel Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian.

5.1.2 Varietas

Varietas tanaman yang digunakan adalah varietas yang sering

digunakan oleh petani setempat atau terdapat di lokasi percobaan (nama varietas disebutkan) dan cukup rentan terhadap serangan hama sasaran.

Page 12: PEDOMAN UJI MUTU DAN UJI EFIKASI LAPANGAN AGENS …balaipontianak.ditjenbun.pertanian.go.id/uploads/download/1563503028.pdf · dan lingkungan hidup serta diberi label. Selanjutnya

8

5.1.3 Umur tanaman

Tanaman kakao yang digunakan adalah tanaman menghasilkan yang memperlihatkan gejala serangan VSD.

5.1.4 Jumlah tanaman per lubang tanam

Jumlah tanaman = 1 tanaman per lubang tanam

5.1.5 Pemeliharaan tanaman

Pemeliharaan tanaman dilakukan sebaik-baiknya untuk mencapai tujuan percobaan efikasi APH. Apabila untuk pemeliharaan tersebut perlu dipergunakan bahan pengendali lain (pestisida

kimia) harus dilakukan dengan hati-hati dan tidak bersamaan waktunya dengan APH yang diuji.

5.1.6 Pemupukan

Pemupukan sesuai dengan rekomendasi untuk budidaya kakao.

5.2. METODE

5.2.1 Rancangan percobaan

Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok.

5.2.2 Jumlah perlakuan dan ulangan

Banyaknya perlakuan dan ulangan harus memenuhi persyaratan (p-1) (u-1) > 15 dan u > 3; p = jumlah perlakuan, u = jumlah

ulangan.

5.2.3 Macam perlakuan yang diuji

Untuk pengujian 1 (satu) formulasi APH, digunakan 4 (empat)

taraf konsentrasi/dosis yaitu: A, ¾ A, ½ A dan ¼ A dan kontrol dengan taraf konsentrasi tertinggi diharapkan menjadi konsentrasi anjuran penggunaan formulasi APH tersebut (bila

permohonan pendaftaran disetujui).

5.2.4 Pola tanam

Pola tanam yang digunakan adalah monokultur

Page 13: PEDOMAN UJI MUTU DAN UJI EFIKASI LAPANGAN AGENS …balaipontianak.ditjenbun.pertanian.go.id/uploads/download/1563503028.pdf · dan lingkungan hidup serta diberi label. Selanjutnya

9

5.2.5 Jarak tanam

Disesuaikan dengan keadaan setempat

5.2.6 Ukuran petak perlakuan

Setiap petak perlakuan terdiri dari 16 pohon (empat baris dan setiap baris empat pohon).

5.2.7 Jarak antar petak

Jarak antar petak disesuaikan dengan keadaan setempat.

5.2.8 Tata letak perlakuan

Pengaturan tata letak perlakuan dan kelompok diusahakan

sedemikian rupa sehingga penyebaran VSD sasaran merata.

5.2.9 Cara dan alat aplikasi

Disesuaikan dengan formulasi produk.

5.2.10 Volume penyemprotan

Per tanaman disesuaikan dengan dosis yang tertera pada

produk.

5.2.11 Waktu dan banyaknya aplikasi

5.2.11.1 Aplikasi pertama

Aplikasi dilakukan segera setelah ditemukan gejala serangan VSD pada daun dan ranting.

5.2.11.2 Interval aplikasi

Interval aplikasi dua minggu sekali.

5.2.11.3 Banyaknya aplikasi

Banyaknya aplikasi dilakukan selama tiga bulan.

5.2.12 Pengamatan

5.2.12.1 Jumlah contoh

Dari setiap petak diamati empat pohon.

Page 14: PEDOMAN UJI MUTU DAN UJI EFIKASI LAPANGAN AGENS …balaipontianak.ditjenbun.pertanian.go.id/uploads/download/1563503028.pdf · dan lingkungan hidup serta diberi label. Selanjutnya

10

5.2.12.2 Metode pengambilan contoh

Metode pengambilan contoh adalah empat pohon yang ada dibagian petak. Sebelum aplikasi dimulai setiap

pohon diambil secara acak 4-10 ranting (tergantung jenisnya) yang tumbuh dibagian batang dengan

ukuran panjang ranting 7-10 cm dan diberi tanda.

5.2.12.3 Metode pengamatan

Intensitas serangan penyakit VSD diamati di lapangan

pada tanaman contoh dan dihitung dengan rumus:

I =a

a + b x 100%

I = intensitas serangan (%)

a = jumlah ranting yang terserang b = jumlah ranting sehat

5.2.12.4 Waktu pengamatan

Pengamatan dilakukan satu hari sebelum setiap aplikasi dan dua minggu setelah aplikasi terakhir.

5.2.13 Pengolahan data Pengolahan data dikerjakan sesuai dengan rancangan

percobaan yang digunakan. Tingkat perbedaan dinyatakan pada taraf 5%.

5.2.14 Kriteria efikasi

- Efikasi APH yang diuji didasarkan pada tingkat kerusakan

ranting yaitu apabila pada awal percobaan penyebaran

gejala kerusakan ranting pada petak merata, atau perubahan tingkat kerusakan ranting, yaitu apabila pada

awal percobaa penyebaran gejala kerusakan ranting pada semua petak merata maupun tidak merata.

- Bila kerusakan tanaman pada pengamatan pertama (sebelum aplikasi APH) tidak berbeda nyata antar petak perlakuan, tingkat efikasi APH dihitung dengan rumus

Abbot:

EI = Ca − Ta

Ca x 100%

Page 15: PEDOMAN UJI MUTU DAN UJI EFIKASI LAPANGAN AGENS …balaipontianak.ditjenbun.pertanian.go.id/uploads/download/1563503028.pdf · dan lingkungan hidup serta diberi label. Selanjutnya

11

EI =Keefektifan APH yang diuji (%) Ca= Persentase kerusakan tanaman pada petak control

setelah aplikasi APH Ta= Persentase kerusakan tanaman pada petak perlakuan

setelah aplikasi APH

- Bila kerusakan tanaman pada pengamatan pertama berbeda nyata antar perlakukan, tingkat efikasi insektisida dihitung dengan rumus Henderson dan Tilton:

EI = 1 −Ta

Cax

Cb

Tb X 100%

EI = Keefektifan APH yang diuji (%) Ca = Kerusakan pada petak control setelah aplikasi APH

Cb = Kerusakan pada petak control sebelum aplikasi APH Ta = Kerusakan pada petak perlakuan setelah aplikasi APH

Tb = Kerusakan pada petak perlakuan sebelum aplikasi APH Suatu formulasi APH dikatakan efektif pada sekurang-

kurangnya (1/2 n + 1) kali pengamatan (n = jumlah total pengamatan setelah aplikasi/infestasi), tingkat efikasi

insektisida tersebut (EI).

5.2.15 Data penunjang

5.2.15.1 Serangan OPT lain

5.2.15.2 Produksi biji kering tiap petak pada saat panen.

Page 16: PEDOMAN UJI MUTU DAN UJI EFIKASI LAPANGAN AGENS …balaipontianak.ditjenbun.pertanian.go.id/uploads/download/1563503028.pdf · dan lingkungan hidup serta diberi label. Selanjutnya

12

PENGUJIAN LAPANGAN EFIKASI AGENS PENGENDALI HAYATI (APH) Trichoderma sp.

(Sebutkan nama dagang dan nama bahan aktifnya) TERHADAP PENYAKIT BUSUK PANGKAL BATANG (BPB)

Phytophthora capsici PADA TANAMAN LADA

1. LINGKUP PENGUJIAN

Pengujian lapangan yang dimaksud dalam pedoman ini adalah semua percobaan pengujian yang pada prinsipnya dilakukan dalam kondisi lapangan.

2. LOKASI DAN WAKTU

Lokasi dan waktu percobaan ditetapkan atas dasar cukup tersedianya sarana dengan memperhatikan faktor fisik dan biologi yang diperkirakan akan

mempengaruhi tujuan percobaan antara lain pertanaman lada dengan tingkat serangan penyakit BPB pada tanaman lada diatas 50% (sebutkan tempat dan

waktu pelaksanaan). Pengujian dilakukan di lapangan.

3. PELAKSANA

Sebutkan nama institusi pelaksana pengujian yang telah ditunjuk atau

disetujui oleh Menteri Pertanian.

4. JUMLAH UNIT KEGIATAN Sebutkan jumlah unit kegiatan pengujian yang telah disetujui oleh Komisi

Pestisida.

5. BAHAN DAN METODE

5.1. BAHAN 5.1.1 Contoh APH yang diuji

Contoh APH yang diuji harus diuji mutu kadar bahan aktifnya

oleh laboratorium yang ditunjuk oleh Menteri Pertanian, bersegel dan berlabel Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian.

5.1.2 Varietas

Varietas tanaman yang digunakan adalah varietas yang sering digunakan oleh petani setempat atau terdapat di lokasi

percobaan (nama varietas disebutkan) dan cukup rentan terhadap serangan hama sasaran.

Page 17: PEDOMAN UJI MUTU DAN UJI EFIKASI LAPANGAN AGENS …balaipontianak.ditjenbun.pertanian.go.id/uploads/download/1563503028.pdf · dan lingkungan hidup serta diberi label. Selanjutnya

13

5.1.3 Umur tanaman

Tanaman lada yang digunakan adalah tanaman yang sudah menghasilkan.

5.1.4 Jumlah tanaman per lubang tanam

Jumlah tanaman : 1 tanaman per lubang tanam

5.1.5 Pemeliharaan tanaman

Pemeliharaan tanaman dilakukan sebaik-baiknya untuk mencapai tujuan percobaan efikasi APH. Apabila untuk pemeliharaan tersebut perlu dipergunakan bahan pengendali lain (pestisida

kimia) harus dilakukan dengan hati-hati dan tidak bersamaan waktunya dengan APH yang diuji.

5.1.6 Pemupukan

Pemupukan sesuai dengan rekomendasi untuk budidaya lada.

5.2. METODE

5.2.1 Rancangan percobaan

Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok.

5.2.2 Jumlah perlakuan dan ulangan

Banyaknya perlakuan dan ulangan harus memenuhi persyaratan (p-1) (u-1) > 15 dan u > 3; p = jumlah perlakuan, u = jumlah

ulangan.

5.2.3 Macam perlakuan yang diuji

Untuk pengujian 1 (satu) formulasi APH, digunakan 4 (empat)

taraf konsentrasi/dosis yaitu: A, ¾ A, ½ A dan ¼ A dan kontrol dengan taraf konsentrasi tertinggi diharapkan menjadi konsentrasi anjuran penggunaan formulasi APH tersebut (bila

permohonan pendaftaran disetujui).

5.2.4 Pola tanam

Pola tanam yang digunakan adalah monokultur

Page 18: PEDOMAN UJI MUTU DAN UJI EFIKASI LAPANGAN AGENS …balaipontianak.ditjenbun.pertanian.go.id/uploads/download/1563503028.pdf · dan lingkungan hidup serta diberi label. Selanjutnya

14

5.2.5 Jarak tanam

Jarak tanam lada yang direkomendasikan adalah 2,5 x 2,5 m (1600 tanaman/ha) atau 3 x 3 m (1100 tanaman/ha).

5.2.6 Ukuran petak perlakuan

Ukuran petak perlakuan tergantung jumlah tanaman sampel yang diambil.Misal: setiap petak perlakuan terdiri dari 16 pohon

(empat baris dan setiap baris empat pohon)

5.2.7 Jarak antar petak

Jarak antar petak disesuaikan dengan keadaan setempat.

5.2.8 Tata letak perlakuan

Pengaturan tata letak perlakuan dan kelompok diusahakan

sedemikian rupa sehingga penyebaran Phytophthtora capsici merata.

5.2.9 Cara dan alat aplikasi

Disesuaikan dengan yang tertera pada formulasi produk

5.2.10 Volume/dosis

Per tanaman disesuaikan dengan dosis dan volume yang tertera

pada produk

5.2.11 Waktu dan banyaknya aplikasi

Tergantung produk yang diuji

5.2.12 Pengamatan

5.2.12.1 Jumlah contoh

Dari setiap petak diamati empat pohon.

5.2.12.2 Metode pengambilan contoh

Metode pengambilan contoh adalah empat pohon yang ada dibagian petak.

Page 19: PEDOMAN UJI MUTU DAN UJI EFIKASI LAPANGAN AGENS …balaipontianak.ditjenbun.pertanian.go.id/uploads/download/1563503028.pdf · dan lingkungan hidup serta diberi label. Selanjutnya

15

5.2.12.3 Metode pengamatan

Untuk satu unit pengamatan, pengamatan dilaksanakan terhadap seluruh tanaman lada dalam

kebun milik petani. Pengamatan dilakukan bukan dengan sistem sampel tetapi dengan sistem sensus

untuk semua tanaman di kebun. Intensitas serangan dihitung dengan cara sebagai berikut:

I =a

a + b x 100%

I = intensitas serangan (%) a = jumlah tanaman terserang BPB lada

b = jumlah tanaman lada sehat Hal-hal yang diamati:

- Terjadinya kelayuan pada daun dimulai dari daun

pucuk di puncak tajuk, kemudian diikuti daun-daun dibawahnya.

- Daun-daun layu tersebut akan berwarna hitam, kemudian gugur atau tetap menggantung.

- Perubahan warna pada pangkal batang menjadi hitam, kulit batang kadang-kadang mudah terlepas dan tinggal jaringan pembuluh kayu berwarna coklat kehitaman.

- Serangan patogen pada daun menyebabkan bercak pada ujung, tengah atau tepi daun.

5.2.12.4 Waktu pengamatan

Pengamatan ada/tidaknya serangan penyakit BPB lada pada kebun petani dilaksanakan secara terus menerus

dengan interval waktu sebulan sekali pada musim kemarau, dan 15 hari sekali pada musim penghujan.

5.2.13 Pengolahan data

Pengolahan data dikerjakan sesuai dengan rancangan percobaan yang digunakan. Tingkat perbedaan dinyatakan

pada taraf 5%.

Page 20: PEDOMAN UJI MUTU DAN UJI EFIKASI LAPANGAN AGENS …balaipontianak.ditjenbun.pertanian.go.id/uploads/download/1563503028.pdf · dan lingkungan hidup serta diberi label. Selanjutnya

16

5.2.14 Kriteria efikasi

- Efikasi APH yang diuji didasarkan pada pertumbuhan akar baru yang sehat pada tanaman lada setelah diaplikasi

dengan jamur Trichoderma sp.

- Bila kerusakan tanaman pada pengamatan pertama

(sebelum aplikasi APH) tidak berbeda nyata antar petak perlakuan, tingkat efikasi APH dihitung dengan rumus Abbot:

EI = Ca − Ta

Ca x 100%

EI =Keefektifan APH yang diuji (%)

Ca= Persentase kerusakan tanaman pada petak kontrol setelah aplikasi APH

Ta= Persentase kerusakan tanaman pada petak perlakuan setelah aplikasi APH

- Bila kerusakan tanaman pada pengamatan pertama berbeda

nyata antar perlakukan, tingkat efikasi insektisida dihitung

dengan rumus Henderson dan Tilton:

EI = 1 −Ta

Cax

Cb

Tb X 100%

EI = Keefektifan APH yang diuji (%)

Ca = Kerusakan pada petak control setelah aplikasi APH Cb = Kerusakan pada petak control sebelum aplikasi APH

Ta = Kerusakan pada petak perlakuan setelah aplikasi APH Tb = Kerusakan pada petak perlakuan sebelum aplikasi APH

Suatu formulasi APH dikatakan efektif pada sekurang-

kurangnya (1/2 n + 1) kali pengamatan (n = jumlah total pengamatan setelah aplikasi/infestasi), tingkat efikasi

insektisida tersebut (EI).

5.2.15 Data penunjang

5.2.15.1 Iklim

5.2.15.2 Kemiringan lahan 5.2.15.3 Cara budidaya tanaman lada yang dilakukan petani 5.2.15.4 Sejarah kebun

Page 21: PEDOMAN UJI MUTU DAN UJI EFIKASI LAPANGAN AGENS …balaipontianak.ditjenbun.pertanian.go.id/uploads/download/1563503028.pdf · dan lingkungan hidup serta diberi label. Selanjutnya

17

PENGUJIAN LAPANGAN EFIKASI AGENS PENGENDALI HAYATI (Sebutkan nama dagang)

KANDUNGAN (JAMURTrichoderma sp.) TERHADAP PENYAKIT BUSUK PANGKAL BATANG (BPB)

Ganoderma boninense PADA TANAMAN KELAPA SAWIT

1. LINGKUP PENGUJIAN

Pengujian lapangan yang dimaksud dalam pedoman ini adalah semua percobaan pengujian yang pada prinsipnya dilakukan dalam kondisi lapangan.

2. LOKASI DAN WAKTU

Lokasi dan waktu percobaan ditetapkan atas dasar cukup tersedianya sarana dengan memperhatikan faktor fisik dan biologi yang diperkirakan akan

mempengaruhi tujuan percobaan antara lain kondisi tanah dan bibit yang akan digunakan sebagai bahan uji (sebutkan tempat dan waktu pelaksanaan).

Pengujian dilakukan semi lapangan.

3. PELAKSANA

Sebutkan nama institusi pelaksana pengujian yang telah ditunjuk atau

disetujui oleh Menteri pertanian.

4. JUMLAH UNIT KEGIATAN Sebutkan jumlah unit kegiatan pengujian yang telah disetujui oleh Komisi

Pestisida.

5. BAHAN DAN METODE

5.1. BAHAN 5.1.1 Contoh APH yang diuji

Contoh APH yang diuji harus diuji mutu kadar bahan aktifnya

oleh laboratorium yang ditunjuk oleh Menteri Pertanian, bersegel dan berlabel Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian.

5.1.2 Varietas

Varietas tanaman yang digunakan adalah varietas yang sering digunakan oleh petani setempat atau terdapat di lokasi

percobaan (nama varietas disebutkan) dan cukup rentan terhadap serangan hama sasaran.

Page 22: PEDOMAN UJI MUTU DAN UJI EFIKASI LAPANGAN AGENS …balaipontianak.ditjenbun.pertanian.go.id/uploads/download/1563503028.pdf · dan lingkungan hidup serta diberi label. Selanjutnya

18

5.1.3 Umur tanaman

8-10 bulan di polybag.

5.1.4 Jumlah tanaman per lubang tanam

Jumlah tanaman : 1 tanaman per polybag

5.1.5 Pemeliharaan tanaman

Pemeliharaan tanaman dilakukan sebaik-baiknya untuk mencapai

tujuan percobaan efikasi APH. Apabila untuk pemeliharaan tersebut perlu dipergunakan bahan pengendali lain (pestisida kimia) harus dilakukan dengan hati-hati dan tidak bersamaan

waktunya dengan APH yang diuji.

5.1.6 Pemupukan

Pemupukan sesuai dengan rekomendasi untuk budidaya kelapa sawit

5.2. METODE

5.2.1 Rancangan percobaan

Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK) atau Rancangan Acak Lengkap (RAL) disesuaikan dengan situasi dan kondisi tempat uji.

5.2.2 Jumlah perlakuan dan ulangan

Banyaknya perlakuan dan ulangan harus memenuhi persyaratan

(p-1) (u-1) > 15 dan u > 3; p = jumlah perlakuan, u = jumlah ulangan.

5.2.3 Macam perlakuan yang diuji

Untuk pengujian 1 (satu) formulasi APH, digunakan 4 (empat) taraf konsentrasi/dosis yaitu: A, ¾ A, ½ A dan ¼ A dan kontrol dengan taraf konsentrasi tertinggi diharapkan menjadi

konsentrasi anjuran penggunaan formulasi APH tersebut (bila permohonan pendaftaran disetujui).

5.2.4 Pola tanam

Pola tanam yang digunakan adalah monokultur

Page 23: PEDOMAN UJI MUTU DAN UJI EFIKASI LAPANGAN AGENS …balaipontianak.ditjenbun.pertanian.go.id/uploads/download/1563503028.pdf · dan lingkungan hidup serta diberi label. Selanjutnya

19

5.2.5 Jarak tanam

Disesuaikan dengan keadaan setempat

5.2.6 Ukuran petak perlakuan

Setiap petak perlakuan terdiri dari min 18 petak uji (4 blok dengan 5 perlakuan atau 3 blok dengan 6 perlakuan)

5.2.7 Jarak antar petak

Jarak antar petak disesuaikan dengan keadaan setempat.

5.2.8 Tata letak perlakuan

Pengaturan tata letak perlakuan dan kelompok diusahakan

sedemikian rupa sehingga ada jarak yang jelas antar perlakuan

5.2.9 Cara dan alat aplikasi

Disesuaikan dengan formulasi produk.

5.2.10 Waktu dan banyaknya aplikasi

Disesuaikan dengan formulasi produk

5.2.11. Pengamatan

5.2.11.1. Pengamatan dilakukan pada seluruh tanaman

5.2.11.2. Metode pengamatan

Pengamatan dilakukan terhadap pertumbuhan daun, kondisi pangkal batang tanaman dan pertumbuhan APH pada permukaan tanah

5.2.11.3 Waktu pengamatan

Pengamatan dilakukan sebelum aplikasi dan setelah aplikasi.

5.2.12. Pengolahan data

Pengolahan data dikerjakan sesuai dengan rancangan percobaan yang digunakan. Tingkat perbedaan dinyatakan pada taraf 5%.

Page 24: PEDOMAN UJI MUTU DAN UJI EFIKASI LAPANGAN AGENS …balaipontianak.ditjenbun.pertanian.go.id/uploads/download/1563503028.pdf · dan lingkungan hidup serta diberi label. Selanjutnya

20

5.2.13. Kriteria efikasi

- Jumlah tanaman terserang per satuan luas (dibagi jumlah tanaman yang diamati).

- Bila kerusakan tanaman pada pengamatan pertama (sebelum aplikasi APH) tidak berbeda nyata antar petak

perlakuan, tingkat efikasi APH dihitung dengan rumus Abbot:

EI = Ca − Ta

Ca x 100%

EI =Keefektifan APH yang diuji (%) Ca= Persentase kerusakan tanaman pada petak control

setelah aplikasi APH Ta= Persentase kerusakan tanaman pada petak perlakuan

setelah aplikasi APH

- Bila kerusakan tanaman pada pengamatan pertama berbeda nyata antar perlakukan, tingkat efikasi insektisida dihitung dengan rumus Henderson dan Tilton:

EI = 1 −Ta

Cax

Cb

Tb X 100%

EI = Keefektifan APH yang diuji (%) Ca = Kerusakan pada petak control setelah aplikasi APH

Cb = Kerusakan pada petak control sebelum aplikasi APH Ta = Kerusakan pada petak perlakuan setelah aplikasi APH

Tb = Kerusakan pada petak perlakuan sebelum aplikasi APH

Suatu formulasi APH dikatakan efektif pada sekurang-kurangnya (1/2 n + 1) kali pengamatan (n = jumlah total

pengamatan setelah aplikasi/infestasi), tingkat efikasi insektisida tersebut (EI).

Page 25: PEDOMAN UJI MUTU DAN UJI EFIKASI LAPANGAN AGENS …balaipontianak.ditjenbun.pertanian.go.id/uploads/download/1563503028.pdf · dan lingkungan hidup serta diberi label. Selanjutnya

21

PENGUJIAN LAPANGAN EFIKASI AGENS PENGENDALI HAYATI (Sebutkan nama dagang)

KANDUNGAN (JAMURTrichoderma sp.) TERHADAP PENYAKIT JAMUR AKAR PUTIH (JAP)

Rigidoporus lignosus PADA TANAMAN KARET

1. LINGKUP PENGUJIAN

Pengujian lapangan yang dimaksud dalam pedoman ini adalah semua percobaan pengujian yang pada prinsipnya dilakukan dalam kondisi lapangan.

2. LOKASI DAN WAKTU

Lokasi dan waktu percobaan ditetapkan atas dasar cukup tersedianya sarana dengan memperhatikan faktor fisik dan biologi yang diperkirakan akan

mempengaruhi tujuan percobaan antara lain pertanaman karet dengan tingkat serangan Jamur Akar Putih diatas 5% (sebutkan tempat dan waktu

pelaksanaan). Lokasi uji adalah semi lapangan

3. PELAKSANA

Sebutkan nama institusi pelaksana pengujian yang telah ditunjuk atau

disetujui oleh Menteri pertanian.

4. JUMLAH UNIT KEGIATAN Sebutkan jumlah unit kegiatan pengujian yang telah disetujui oleh Komisi

Pestisida.

5. BAHAN DAN METODE

5.1. BAHAN 5.1.1 Contoh APH yang diuji

Contoh APH yang diuji harus diuji mutu kadar bahan aktifnya

oleh laboratorium yang ditunjuk oleh Menteri Pertanian, bersegel dan berlabel Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian.

5.1.2 Varietas

Varietas tanaman yang digunakan adalah varietas yang sering digunakan oleh petani setempat atau terdapat di lokasi

percobaan (nama varietas disebutkan) dan cukup rentan terhadap serangan OPT sasaran.

Page 26: PEDOMAN UJI MUTU DAN UJI EFIKASI LAPANGAN AGENS …balaipontianak.ditjenbun.pertanian.go.id/uploads/download/1563503028.pdf · dan lingkungan hidup serta diberi label. Selanjutnya

22

5.1.3 Umur tanaman

Tanaman karet yang digunakan adalah tanaman yang berumur 8-10 bulan di polybag.

5.1.4 Jumlah tanaman per lubang tanam

Jumlah tanaman: 1 tanaman per lubang tanam

5.1.5 Pemeliharaan tanaman

Pemeliharaan tanaman dilakukan sebaik-baiknya untuk mencapai tujuan percobaan efikasi APH. Apabila untuk pemeliharaan tersebut perlu dipergunakan bahan pengendali lain (pestisida

kimia) harus dilakukan dengan hati-hati dan tidak bersamaan waktunya dengan APH yang diuji.

5.1.6 Pemupukan

Pemupukan sesuai dengan rekomendasi untuk budi daya karet.

5.2. METODE

5.2.1 Rancangan percobaan

Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK) atau Rancangan Acak Lengkap (RAL) disesuaikan dengan situasi dan kondisi tempat uji.

5.2.2 Jumlah perlakuan dan ulangan

Banyaknya perlakuan dan ulangan harus memenuhi persyaratan

(p-1) (u-1) > 15 dan u > 3; p = jumlah perlakuan, u = jumlah ulangan.

5.2.3 Macam perlakuan yang diuji

Untuk pengujian 1 (satu) formulasi APH, digunakan 4 (empat) taraf konsentrasi/dosis yaitu: A, ¾ A, ½ A dan ¼ A dan kontrol dengan taraf konsentrasi tertinggi diharapkan menjadi

konsentrasi anjuran penggunaan formulasi APH tersebut (bila permohonan pendaftaran disetujui).

5.2.4 Pola tanam

Pola tanam yang digunakan adalah monokultur

Page 27: PEDOMAN UJI MUTU DAN UJI EFIKASI LAPANGAN AGENS …balaipontianak.ditjenbun.pertanian.go.id/uploads/download/1563503028.pdf · dan lingkungan hidup serta diberi label. Selanjutnya

23

5.2.5 Jarak tanam

Disesuaikan dengan keadaan setempat

5.2.6 Ukuran petak perlakuan

Setiap petak perlakuan terdiri dari 16 pohon (empat baris dan setiap baris empat pohon).

5.2.7 Jarak antar petak

Jarak antar petak disesuaikan dengan keadaan setempat.

5.2.8 Tata letak perlakuan

Pengaturan tata letak perlakuan dan kelompok diusahakan sedemikian rupa sehingga penyebaran JAP sasaran merata.

5.2.9 Cara dan alat aplikasi

Disesuaikan dengan formulasi produk.

5.2.10 Volume

Pertanaman sesuai dengan dosis dan volume yang tertera pada produk APH .

5.2.11 Waktu dan banyaknya aplikasi

Tergantung produk yang diuji

5.2.12 Pengamatan 5.2.12.1 Jumlah contoh

Semua tanaman uji

5.2.12.2 Metode pengambilan contoh

Semua tanaman uji diamati.

5.2.12.3 Metode pengamatan

Intensitas serangan penyakit JAP diamati di lapangan pada tanaman contoh dan dihitung dengan rumus:

Page 28: PEDOMAN UJI MUTU DAN UJI EFIKASI LAPANGAN AGENS …balaipontianak.ditjenbun.pertanian.go.id/uploads/download/1563503028.pdf · dan lingkungan hidup serta diberi label. Selanjutnya

24

I =a

a + b x 100%

I = intensitas serangan (%)

a = jumlah tanaman yang terserang b = jumlah tanaman sehat

5.2.12.4 Waktu pengamatan

a. Pengamatan dilakukan 2 minggu sebelum aplikasi, satu minggu setelah aplikasi (untuk

mengetahui perkembangan Trichoderma sp. di sekitar tanaman sakit) dan 2 bulan setelah

aplikasi (untuk melihat kesembuhan tanaman). 5.2.13 Pengolahan data

Pengolahan data dikerjakan sesuai dengan rancangan

percobaan yang digunakan. Tingkat perbedaan dinyatakan pada taraf 5%.

5.2.14 Kriteria efikasi

- Tingkat signifikan perlakuan terhadap kontrol, jumlah

tanaman terserang per satuan luas dibagi jumlah tanaman yang diamati.

- Bila kerusakan tanaman pada pengamatan pertama

(sebelum aplikasi APH) tidak berbeda nyata antar petak perlakuan, tingkat efikasi APH dihitung dengan rumus

Abbot:

EI = Ca − Ta

Ca x 100%

EI =Keefektifan APH yang diuji (%) Ca= Persentase kerusakan tanaman pada petak control

setelah aplikasi APH Ta= Persentase kerusakan tanaman pada petak perlakuan

setelah aplikasi APH

- Bila kerusakan tanaman pada pengamatan pertama berbeda

nyata antar perlakukan, tingkat efikasi insektisida dihitung dengan rumus Henderson dan Tilton:

EI = 1 −Ta

Cax

Cb

Tb X 100%

Page 29: PEDOMAN UJI MUTU DAN UJI EFIKASI LAPANGAN AGENS …balaipontianak.ditjenbun.pertanian.go.id/uploads/download/1563503028.pdf · dan lingkungan hidup serta diberi label. Selanjutnya

25

EI = Keefektifan APH yang diuji (%)

Ca = Kerusakan pada petak control setelah aplikasi APH Cb = Kerusakan pada petak control sebelum aplikasi APH

Ta = Kerusakan pada petak perlakuan setelah aplikasi APH Tb = Kerusakan pada petak perlakuan sebelum aplikasi APH

Suatu formulasi APH dikatakan efektif pada sekurang-kurangnya (1/2 n + 1) kali pengamatan (n = jumlah total

pengamatan setelah aplikasi/infestasi), tingkat efikasi insektisida tersebut (EI).

5.2.15 Data penunjang

5.2.15.1 Serangan OPT lain 5.2.15.2 Produksi lateks pada saat penyadapan.

5.2.15.3 Data kesembuhan tanaman (yang ditandai dengan): Hilangnya rhizomorfa JAP yang menempel pada kulit

akar, pulihnya luka pada akar, munculnya akar halus di sekitar leher akar atau di ujung akar yang semula membusuk.

Page 30: PEDOMAN UJI MUTU DAN UJI EFIKASI LAPANGAN AGENS …balaipontianak.ditjenbun.pertanian.go.id/uploads/download/1563503028.pdf · dan lingkungan hidup serta diberi label. Selanjutnya

26

PENGUJIAN LAPANGAN EFIKASI AGENS PENGENDALI HAYATI (Sebutkan nama dagang)

KANDUNGAN (JAMURTrichoderma sp.) TERHADAP PENYAKIT JAMUR AKAR PUTIH (JAP)

Rigidoporus lignosus PADA TANAMAN JAMBU METE

1. LINGKUP PENGUJIAN

Pengujian lapangan yang dimaksud dalam pedoman ini adalah semua percobaan pengujian yang pada prinsipnya dilakukan dalam kondisi lapangan.

2. LOKASI DAN WAKTU

Lokasi dan waktu percobaan ditetapkan atas dasar cukup tersedianya sarana dengan memperhatikan faktor fisik dan biologi yang diperkirakan akan

mempengaruhi tujuan percobaan antara lain pertanaman jambu mete dengan tingkat serangan Jamur Akar Putih diatas 5% (sebutkan tempat dan waktu

pelaksanaan). Lokasi uji adalah semi lapangan

3. PELAKSANA

Sebutkan nama institusi pelaksana pengujian yang telah ditunjuk atau

disetujui oleh Menteri Pertanian.

4. JUMLAH UNIT KEGIATAN Sebutkan jumlah unit kegiatan pengujian yang telah disetujui oleh Komisi

Pestisida.

5. BAHAN DAN METODE

5.1. BAHAN 5.1.1 Contoh APH yang diuji

Contoh APH yang diuji harus diuji mutu kadar bahan aktifnya

oleh laboratorium yang ditunjuk oleh Menteri Pertanian, bersegel dan berlabel Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian.

5.1.2 Varietas

Varietas tanaman yang digunakan adalah varietas yang sering

digunakan oleh petani setempat atau terdapat di lokasi percobaan (nama varietas disebutkan) dan cukup rentan terhadap serangan OPT sasaran.

Page 31: PEDOMAN UJI MUTU DAN UJI EFIKASI LAPANGAN AGENS …balaipontianak.ditjenbun.pertanian.go.id/uploads/download/1563503028.pdf · dan lingkungan hidup serta diberi label. Selanjutnya

27

5.1.3 Umur tanaman

Tanaman jambu mete yang digunakan adalah tanaman yang berumur 8-10 bulan di polybag.

5.1.4 Jumlah tanaman per lubang tanam

Jumlah tanaman : 1 tanaman per lubang tanam

5.1.5 Pemeliharaan tanaman

Pemeliharaan tanaman dilakukan sebaik-baiknya untuk mencapai tujuan percobaan efikasi APH. Apabila untuk pemeliharaan tersebut perlu dipergunakan bahan pengendali lain (pestisida

kimia) harus dilakukan dengan hati-hati dan tidak bersamaan waktunya dengan APH yang diuji.

5.1.6 Pemupukan

Pemupukan sesuai dengan rekomendasi untuk budi daya jambu mete.

5.2. METODE

5.2.1 Rancangan percobaan

Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK) atau Rancangan Acak Lengkap (RAL)

disesuaikan dengan situasi dan kondisi tempat uji.

5.2.2 Jumlah perlakuan dan ulangan

Banyaknya perlakuan dan ulangan harus memenuhi persyaratan (p-1) (u-1) > 15 dan u > 3; p = jumlah perlakuan, u = jumlah ulangan.

5.2.3 Macam perlakuan yang diuji

Untuk pengujian 1 (satu) formulasi APH, digunakan 4 (empat)

taraf konsentrasi/dosis yaitu: A, ¾ A, ½ A dan ¼ A dan kontrol dengan taraf konsentrasi tertinggi diharapkan menjadi

konsentrasi anjuran penggunaan formulasi APH tersebut (bila permohonan pendaftaran disetujui).

Page 32: PEDOMAN UJI MUTU DAN UJI EFIKASI LAPANGAN AGENS …balaipontianak.ditjenbun.pertanian.go.id/uploads/download/1563503028.pdf · dan lingkungan hidup serta diberi label. Selanjutnya

28

5.2.4 Pola tanam

Pola tanam yang digunakan adalah monokultur

5.2.5 Jarak tanam

Disesuaikan dengan keadaan setempat

5.2.6 Ukuran petak perlakuan

Setiap petak perlakuan terdiri dari 16 pohon (empat baris dan

setiap baris empat pohon).

5.2.7 Jarak antar petak

Jarak antar petak disesuaikan dengan keadaan setempat.

5.2.8 Tata letak perlakuan

Pengaturan tata letak perlakuan dan kelompok diusahakan sedemikian rupa sehingga penyebaran JAP sasaran merata.

5.2.9 Cara dan alat aplikasi

Disesuaikan dengan formulasi produk.

5.2.10 Volume

Pertanaman (sesuai dosis yang tertera pada produk APH) .

5.2.11 Waktu dan banyaknya aplikasi

Tergantung produk yang diuji

5.2.12 Pengamatan

5.2.12.1 Jumlah contoh

Semua tanaman uji

5.2.12.2 Metode pengambilan contoh

Semua tanaman uji diamati.

5.2.12.3 Metode pengamatan

Page 33: PEDOMAN UJI MUTU DAN UJI EFIKASI LAPANGAN AGENS …balaipontianak.ditjenbun.pertanian.go.id/uploads/download/1563503028.pdf · dan lingkungan hidup serta diberi label. Selanjutnya

29

Intensitas serangan penyakit JAP diamati di lapangan pada tanaman contoh dan dihitung dengan rumus:

I =a

a + b x 100%

I = intensitas serangan (%) a = jumlah tanaman yang terserang b = jumlah tanaman sehat

5.2.12.4 Waktu pengamatan

a. Pengamatan dilakukan 2 minggu sebelum

aplikasi, satu minggu setelah aplikasi (untuk mengetahui perkembangan T.koningii di sekitar tanaman sakit) dan 2 bulan setelah aplikasi

(untuk melihat kesembuhan tanaman).

5.2.13 Pengolahan data

Pengolahan data dikerjakan sesuai dengan rancangan percobaan yang digunakan. Tingkat perbedaan dinyatakan pada taraf 5%.

5.2.14 Kriteria efikasi

- Tingkat signifikan perlakuan terhadap kontrol, jumlah

tanaman terserang per satuan luas dibagi jumlah tanaman yang diamati.

- Bila kerusakan tanaman pada pengamatan pertama (sebelum aplikasi APH) tidak berbeda nyata antar petak

perlakuan, tingkat efikasi APH dihitung dengan rumus Abbot:

EI = Ca − Ta

Ca x 100%

EI =Keefektifan APH yang diuji (%) Ca= Persentase kerusakan tanaman pada petak control

setelah aplikasi APH Ta= Persentase kerusakan tanaman pada petak perlakuan

setelah aplikasi APH

- Bila kerusakan tanaman pada pengamatan pertama berbeda nyata antar perlakukan, tingkat efikasi insektisida dihitung dengan rumus Henderson dan Tilton:

Page 34: PEDOMAN UJI MUTU DAN UJI EFIKASI LAPANGAN AGENS …balaipontianak.ditjenbun.pertanian.go.id/uploads/download/1563503028.pdf · dan lingkungan hidup serta diberi label. Selanjutnya

30

EI = 1 −Ta

Cax

Cb

Tb X 100%

EI = Keefektifan APH yang diuji (%)

Ca = Kerusakan pada petak control setelah aplikasi APH Cb = Kerusakan pada petak control sebelum aplikasi APH Ta = Kerusakan pada petak perlakuan setelah aplikasi APH

Tb = Kerusakan pada petak perlakuan sebelum aplikasi APH

Suatu formulasi APH dikatakan efektif pada sekurang-kurangnya (1/2 n + 1) kali pengamatan (n = jumlah total pengamatan setelah aplikasi/infestasi), tingkat efikasi

insektisida tersebut (EI).

5.2.15 Data penunjang

5.2.15.1 Serangan OPT lain 5.2.15.2 Produksi lateks pada saat penyadapan. 5.2.15.3 Data kesembuhan tanaman (yang ditandai dengan):

Hilangnya rhizomorfa JAP yang menempel pada kulit akar, pulihnya luka pada akar, munculnya akar halus di

sekitar leher akar atau di ujung akar yang semula membusuk.

Page 35: PEDOMAN UJI MUTU DAN UJI EFIKASI LAPANGAN AGENS …balaipontianak.ditjenbun.pertanian.go.id/uploads/download/1563503028.pdf · dan lingkungan hidup serta diberi label. Selanjutnya

31

PENGUJIAN LAPANGAN EFIKASI AGENS PENGENDALI HAYATI (Sebutkan nama dagang)

KANDUNGAN (JAMUR Metarhizium anisopliae.) TERHADAP HAMA KUMBANG NYIUR

Oryctes rhinoceros PADA TANAMAN KELAPA

1. LINGKUP PENGUJIAN

Pengujian lapangan yang dimaksud dalam pedoman ini adalah semua percobaan pengujian yang pada prinsipnya dilakukan dalam kondisi lapangan.

2. LOKASI DAN WAKTU

Lokasi dan waktu percobaan ditetapkan atas dasar cukup tersedianya sarana dengan memperhatikan faktor fisik dan biologi yang diperkirakan akan

mempengaruhi tujuan percobaan antara lain pertanaman kelapa dengan tingkat serangan kumbang janur kelapa diatas 50% (sebutkan tempat dan

waktu pelaksanaan). Pengujian dilakukan semi lapang.

3. PELAKSANA

Sebutkan nama institusi pelaksana pengujian yang telah ditunjuk atau

disetujui oleh Menteri pertanian.

4. JUMLAH UNIT KEGIATAN Sebutkan jumlah unit kegiatan pengujian yang telah disetujui oleh Komisi

Pestisida.

5. BAHAN DAN METODE

5.1. BAHAN 5.1.1 Contoh APH yang diuji

Contoh APH yang diuji harus telah diuji mutu kadar bahan

aktifnya oleh laboratorium yang ditunjuk oleh Menteri Pertanian, bersegel dan berlabel Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian.

5.1.2 Varietas

Varietas tanaman yang digunakan adalah varietas yang sering

digunakan oleh petani setempat atau terdapat di lokasi percobaan (nama varietas disebutkan) dan cukup rentan terhadap serangan hama sasaran.

Page 36: PEDOMAN UJI MUTU DAN UJI EFIKASI LAPANGAN AGENS …balaipontianak.ditjenbun.pertanian.go.id/uploads/download/1563503028.pdf · dan lingkungan hidup serta diberi label. Selanjutnya

32

5.1.3 Umur tanaman

Pengujian dilakukan pada larva Oryctes rhinoceros

5.1.4 Jumlah bibit per lubang tanam

-

5.1.5 Pemeliharaan tanaman

-

5.1.6 Pemupukan

-

5.2. METODE

5.2.1 Rancangan percobaan

Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak

Lengkap.

5.2.2 Jumlah perlakuan dan ulangan

Banyaknya perlakuan dan ulangan harus memenuhi persyaratan (p-1) (u-1) > 15 dan u > 3; p = jumlah perlakuan, u = jumlah ulangan.

5.2.3 Macam perlakuan yang diuji

Untuk pengujian 1 (satu) formulasi APH, digunakan 4 (empat)

taraf konsentrasi/dosis yaitu: A, ¾ A, ½ A dan ¼ A dan kontrol dengan taraf konsentrasi tertinggi diharapkan menjadi konsentrasi anjuran penggunaan formulasi APH tersebut (bila

permohonan pendaftaran disetujui).

5.2.4 Pola tanam

-

5.2.5 Jarak tanam

-

5.2.6 Ukuran petak perlakuan

-

Page 37: PEDOMAN UJI MUTU DAN UJI EFIKASI LAPANGAN AGENS …balaipontianak.ditjenbun.pertanian.go.id/uploads/download/1563503028.pdf · dan lingkungan hidup serta diberi label. Selanjutnya

33

5.2.7 Jarak antar petak

-

5.2.8 Tata letak perlakuan

Pengaturan tata letak perlakuan dan kelompok diusahakan sedemikian rupa agar pada awal percobaan penyebaran hama sasaran merata.

5.2.9 Cara dan alat aplikasi

Disesuaikan dengan formulasi produk

5.2.10 Waktu dan banyaknya aplikasi

Tergantung produk yang diuji

5.2.11 Volume dan dosis Disesuaikan dengan volume/dosis yang tertera pada produk

5.2.12 Pengamatan

5.2.12.1 Jumlah contoh

Seluruh larva yang diberi perlakuan

5.2.12.2 Metode pengamatan

Menghitung jumlah larva yang mati

5.2.12.3 Waktu pengamatan

Satu minggu setelah aplikasi.

5.2.13 Pengolahan data

Pengolahan data dikerjakan sesuai dengan rancangan percobaan yang digunakan. Tingkat perbedaan dinyatakan

pada taraf 5%.

5.2.14 Kriteria efikasi

Page 38: PEDOMAN UJI MUTU DAN UJI EFIKASI LAPANGAN AGENS …balaipontianak.ditjenbun.pertanian.go.id/uploads/download/1563503028.pdf · dan lingkungan hidup serta diberi label. Selanjutnya

34

Efikasi Metharizium anisopliaeyang diuji didasarkan pada

jumlah larva yang mati. Jumlah larva yang mati pada perlakuan

APH dibandingkan dengan petak kontrol.

Page 39: PEDOMAN UJI MUTU DAN UJI EFIKASI LAPANGAN AGENS …balaipontianak.ditjenbun.pertanian.go.id/uploads/download/1563503028.pdf · dan lingkungan hidup serta diberi label. Selanjutnya

35

PENGUJIAN LAPANGAN EFIKASI AGENS PENGENDALI HAYATI (Sebutkan nama dagang)

KANDUNGAN (JAMURMetarhizium anisopliae.) TERHADAP HAMA KUMBANG JANUR

Brontispa longissima PADA TANAMAN KELAPA

1. LINGKUP PENGUJIAN

Pengujian lapangan yang dimaksud dalam pedoman ini adalah semua percobaan pengujian yang pada prinsipnya dilakukan dalam kondisi lapangan.

2. LOKASI DAN WAKTU

Lokasi dan waktu percobaan ditetapkan atas dasar cukup tersedianya sarana dengan memperhatikan faktor fisik dan biologi yang diperkirakan akan

mempengaruhi tujuan percobaan antara lain pertanaman kelapa dengan tingkat serangan kumbang janur kelapa diatas 50% (sebutkan tempat dan

waktu pelaksanaan). Pengujian dilakukan semi lapangan.

3. PELAKSANA

Sebutkan nama institusi pelaksana pengujian yang telah ditunjuk atau

disetujui oleh Menteri Pertanian.

4. JUMLAH UNIT KEGIATAN Sebutkan jumlah unit kegiatan pengujian yang telah disetujui oleh Komisi

Pestisida.

5. BAHAN DAN METODE

5.1. BAHAN 5.1.1 Contoh APH yang diuji

Contoh APH yang diuji harus telah diuji mutu kadar bahan

aktifnya oleh laboratorium yang ditunjuk oleh Menteri Pertanian, bersegel dan berlabel Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian.

5.1.2 Varietas

Varietas tanaman yang digunakan adalah varietas yang sering

digunakan oleh petani setempat atau terdapat di lokasi percobaan (nama varietas disebutkan) dan cukup rentan terhadap serangan hama sasaran.

Page 40: PEDOMAN UJI MUTU DAN UJI EFIKASI LAPANGAN AGENS …balaipontianak.ditjenbun.pertanian.go.id/uploads/download/1563503028.pdf · dan lingkungan hidup serta diberi label. Selanjutnya

36

5.1.3 Umur bibit

Tanaman kelapa yang digunakan adalah tanaman kelapa yang berumur 2 tahun.

5.1.4 Jumlah bibit per lubang tanam

Jumlah bibit: 1 bibit per lubang tanam

5.1.5 Pemeliharaan tanaman

Pemeliharaan tanaman dilakukan sebaik-baiknya untuk mencapai tujuan percobaan efikasi APH. Apabila untuk pemeliharaan tersebut perlu dipergunakan bahan pengendali lain (pestisida

kimia) harus dilakukan dengan hati-hati dan tidak bersamaan waktunya dengan APH yang diuji.

5.1.6 Pemupukan

Pemupukan sesuai dengan rekomendasi untuk budi daya kelapa.

5.2. METODE

5.2.1 Rancangan percobaan

Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK) atau Rancangan Acak Lengkap (RAL) sesuai situasi dan kondisi tempat uji.

5.2.2 Jumlah perlakuan dan ulangan

Banyaknya perlakuan dan ulangan harus memenuhi persyaratan

(p-1) (u-1) > 15 dan u > 3; p = jumlah perlakuan, u = jumlah ulangan.

5.2.3 Macam perlakuan yang diuji

Untuk pengujian 1 (satu) formulasi APH, digunakan 4 (empat) taraf konsentrasi/dosis yaitu: A, ¾ A, ½ A dan ¼ A dan control dengan taraf konsentrasi tertinggi diharapkan menjadi

konsentrasi anjuran penggunaan formulasi APH tersebut (bila permohonan pendaftaran disetujui).

5.2.4 Pola tanam

Pola tanam yang digunakan adalah monokultur

Page 41: PEDOMAN UJI MUTU DAN UJI EFIKASI LAPANGAN AGENS …balaipontianak.ditjenbun.pertanian.go.id/uploads/download/1563503028.pdf · dan lingkungan hidup serta diberi label. Selanjutnya

37

5.2.5 Jarak tanam

Jarak tanam : 6 x 6 m

5.2.6 Ukuran petak perlakuan

Setiap plot percobaan terdiri atas 6 x 6 pohon (36 pohon) yang diperlakukan dan diambil pohon contoh sebanyak 4 x 4 pohon (16 pohon) untuk diamati. Pada setiap plot pohon contoh dipilih

5 helai janur yang masih bebas serangan hamaBrontispa longissima.

5.2.7 Jarak antar petak

Jarak antar petak adalah 5 larik pohon.

5.2.8 Tata letak perlakuan

Pengaturan tata letak perlakuan dan kelompok diusahakan sedemikian ruma sehingga penyebaran hama sasaran merata.

5.2.9 Cara dan alat aplikasi

Disesuaikan dengan formulasi produk

5.2.10 Volume penyemprotan

Per tanaman sesuai volume dan dosis yang tertera pada produk

APH.

5.2.11 Waktu dan banyaknya aplikasi

Tergantung produk yang diuji

5.2.12 Pengamatan

5.2.12.1 Jumlah contoh

Pengamatan dilakukan terhadap intensitas serangan Brontispayang dinyatakan dalam persen janur

terserang Dengan cara mengambil 5 helai janur untuk dilihat

apakah janur tersebut membuka dengan sempurna atau mengkerut dan berwarna cokelat.

Page 42: PEDOMAN UJI MUTU DAN UJI EFIKASI LAPANGAN AGENS …balaipontianak.ditjenbun.pertanian.go.id/uploads/download/1563503028.pdf · dan lingkungan hidup serta diberi label. Selanjutnya

38

5.2.12.2 Metode pengambilan contoh

Metode pengambilan contoh secara sistematik

5.2.12.3 Metode pengamatan

Intensitas serangan hamaBrontispa diamati di lapangan pada tanaman contoh dan dihitung dengan rumus:

I =a

a + b x 100%

I = intensitas serangan (%)

a = jumlah janur yang terserang b = jumlah janur sehat

5.2.12.4 Waktu pengamatan

Pengamatan pendahuluan intensitas serangan dilakukan pada waktu sebelum aplikasi pertama

5.2.13 Pengolahan data

Pengolahan data dikerjakan sesuai dengan rancangan percobaan yang digunakan. Tingkat perbedaan dinyatakan

pada taraf 5%.

5.2.14 Kriteria efikasi

- Efikasi dinyatakan dengan banyaknya larva Brontispa yang

mati. - Bila kerusakan tanaman pada pengamatan pertama

(sebelum aplikasi APH) tidak berbeda nyata antar petak perlakuan, tingkat efikasi APH dihitung dengan rumus Abbot:

EI = Ca − Ta

Ca x 100%

EI =Keefektifan APH yang diuji (%)

Ca= Persentase kerusakan tanaman pada petak control setelah aplikasi APH

Ta= Persentase kerusakan tanaman pada petak perlakuan setelah aplikasi APH

Page 43: PEDOMAN UJI MUTU DAN UJI EFIKASI LAPANGAN AGENS …balaipontianak.ditjenbun.pertanian.go.id/uploads/download/1563503028.pdf · dan lingkungan hidup serta diberi label. Selanjutnya

39

- Bila kerusakan tanaman pada pengamatan pertama berbeda nyata antar perlakukan, tingkat efikasi insektisida dihitung

dengan rumus Henderson dan Tilton:

EI = 1 −Ta

Cax

Cb

Tb X 100%

EI = Keefektifan APH yang diuji (%)

Ca = Kerusakan pada petak control setelah aplikasi APH Cb = Kerusakan pada petak control sebelum aplikasi APH

Ta = Kerusakan pada petak perlakuan setelah aplikasi APH Tb = Kerusakan pada petak perlakuan sebelum aplikasi APH

Suatu formulasi APH dikatakan efektif pada sekurang-kurangnya (1/2 n + 1) kali pengamatan (n = jumlah total

pengamatan setelah aplikasi/infestasi), tingkat efikasi insektisida tersebut (EI).

5.2.15 Data penunjang

5.2.15.1 Serangan OPT lain 5.2.15.2 Produksi tanaman

Page 44: PEDOMAN UJI MUTU DAN UJI EFIKASI LAPANGAN AGENS …balaipontianak.ditjenbun.pertanian.go.id/uploads/download/1563503028.pdf · dan lingkungan hidup serta diberi label. Selanjutnya

40

PENGUJIAN LAPANGAN EFIKASI AGENS PENGENDALI HAYATI (Sebutkan nama dagang)

KANDUNGAN (JAMUR Metarhizium anisopliae) TERHADAP URET

Lepidiota stigma PADA TANAMAN TEBU

1. LINGKUP PENGUJIAN

Pengujian lapangan yang dimaksud dalam pedoman ini adalah semua percobaan pengujian yang pada prinsipnya dilakukan dalam kondisi lapangan

2. LOKASI DAN WAKTU

Lokasi dan waktu percobaan ditetapkan atas dasar cukup tersedianya sarana dengan memperhatikan faktor fisik dan biologi yang diperkirakan akan

mempengaruhi tujuan percobaan antara lain pertanaman kelapa dengan tingkat serangan kumbang janur kelapa diatas 50% (sebutkan tempat dan

waktu pelaksanaan). Pengujian dilakukan semi lapangan.

3. PELAKSANA

Sebutkan nama institusi pelaksana pengujian yang telah ditunjuk atau

disetujui oleh Menteri pertanian.

4. JUMLAH UNIT KEGIATAN Sebutkan jumlah unit kegiatan pengujian yang telah disetujui oleh Komisi

Pestisida.

5. BAHAN DAN METODE

5.1. BAHAN 5.1.1 Contoh APH yang diuji

Contoh APH yang diuji harus telah diuji mutu kadar bahan

aktifnya oleh laboratorium yang ditunjuk oleh Menteri Pertanian, bersegel dan berlabel Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian.

5.1.2 Varietas

Varietas tanaman yang digunakan adalah varietas yang sering

digunakan oleh petani setempat atau terdapat di lokasi percobaan (nama varietas disebutkan) dan cukup rentan terhadap serangan hama sasaran.

Page 45: PEDOMAN UJI MUTU DAN UJI EFIKASI LAPANGAN AGENS …balaipontianak.ditjenbun.pertanian.go.id/uploads/download/1563503028.pdf · dan lingkungan hidup serta diberi label. Selanjutnya

41

5.1.3 Pemeliharaan tanaman

Pemeliharaan tanaman dilakukan sebaik-baiknya untuk mencapai tujuan percobaan efikasi APH. Apabila untuk pemeliharaan

tersebut perlu dipergunakan bahan pengendali lain (pestisida kimia) harus dilakukan dengan hati-hati dan tidak bersamaan

waktunya dengan APH yang diuji. 5.1.4 Pemupukan

Pemupukan sesuai dengan rekomendasi untuk budi daya tebu.

5.2. METODE

5.2.1 Rancangan percobaan

Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK) atau Rancangan Acak Lengkap (RAL).

5.2.2 Jumlah perlakuan dan ulangan

Banyaknya perlakuan dan ulangan harus memenuhi persyaratan (p-1) (u-1) > 15 dan u > 3; p = jumlah perlakuan, u = jumlah

ulangan.

5.2.3 Macam perlakuan yang diuji

Untuk pengujian 1 (satu) formulasi APH, digunakan 4 (empat)

taraf konsentrasi/dosis yaitu: A, ¾ A, ½ A dan ¼ A dan kontrol dengan taraf konsentrasi tertinggi diharapkan menjadi

konsentrasi anjuran penggunaan formulasi APH tersebut (bila permohonan pendaftaran disetujui).

5.2.4 Pola tanam

Pola tanam yang digunakan adalah monokultur

5.2.5 Jarak tanam

Jarak tanam : 1,25 m

5.2.6 Ukuran petak perlakuan

Terdiri dari tanaman tebu

5.2.7 Jarak antar petak

Jarak antar petak 2 meter.

Page 46: PEDOMAN UJI MUTU DAN UJI EFIKASI LAPANGAN AGENS …balaipontianak.ditjenbun.pertanian.go.id/uploads/download/1563503028.pdf · dan lingkungan hidup serta diberi label. Selanjutnya

42

5.2.8 Tata letak perlakuan

Pengaturan tata letak perlakuan dan kelompok diusahakan sedemikian rupa agar pada awal percobaan penyebaran hama

sasaran merata.

5.2.9 Cara dan alat aplikasi

Cara aplikasi Metharizium sp. dan alat yang digunakan

disesuaikan dengan sifat, cara kerja dan bentuk formulasi Metharizium yang diuji.

5.2.10 Waktu dan banyaknya aplikasi

Tergantung produk yang diuji

5.2.11 Volume Penyemprotan

Per tanaman sesuai dengan volume dan dosis yang tertera pada

produk.

5.2.12 Pengamatan

5.2.12.1 Jumlah contoh

Seluruh tanaman, kecuali 2 baris tanaman pinggir

5.2.12.2 Metode pengamatan

Menghitung jumlah tanaman yang mati dan yag sehat pada petak perlakuan, kecuali 2 baris tanaman pinggir

dengan menggunakan rumus : I = a x 100 %

a + b

Keterangan : I = tingkat kerusakan tanaman a = Jumlah tanaman contoh mati b = jumlah tanaman contoh sehat

5.2.12.3 Waktu pengamatan

Pengamatan dilakukan tiga kali : a. Pengamatan pertama dilakukan 2 minggu

setelahtanam. b. Pengamatan kedua dilakukan 4 minggu setelah

tanam.

Page 47: PEDOMAN UJI MUTU DAN UJI EFIKASI LAPANGAN AGENS …balaipontianak.ditjenbun.pertanian.go.id/uploads/download/1563503028.pdf · dan lingkungan hidup serta diberi label. Selanjutnya

43

c. Pengamatan ketiga dilakukan 6 minggu setelah tanam.

5.2.13 Pengolahan data

Pengolahan data dikerjakan sesuai dengan rancangan

percobaan yang digunakan. Tingkat perbedaan dinyatakan pada taraf 5%.

5.2.14 Kriteria efikasi

- Efikasi Metharizium anisopliaeyang diuji didasarkan pada jumlah larva yang mati.

- Bila kerusakan tanaman pada pengamatan pertama (sebelum aplikasi APH) tidak berbeda nyata antar petak

perlakuan, tingkat efikasi APH dihitung dengan rumus Abbot:

EI = Ca − Ta

Ca x 100%

EI =Keefektifan APH yang diuji (%)

Ca= Persentase kerusakan tanaman pada petak control setelah aplikasi APH

Ta= Persentase kerusakan tanaman pada petak perlakuan

setelah aplikasi APH

- Bila kerusakan tanaman pada pengamatan pertama berbeda nyata antar perlakukan, tingkat efikasi insektisida dihitung

dengan rumus Henderson dan Tilton:

EI = 1 −Ta

Cax

Cb

Tb X 100%

EI = Keefektifan APH yang diuji (%)

Ca = Kerusakan pada petak control setelah aplikasi APH Cb = Kerusakan pada petak control sebelum aplikasi APH Ta = Kerusakan pada petak perlakuan setelah aplikasi APH

Tb = Kerusakan pada petak perlakuan sebelum aplikasi APH

Suatu formulasi APH dikatakan efektif pada sekurang-kurangnya (1/2 n + 1) kali pengamatan (n = jumlah total pengamatan setelah aplikasi/infestasi), tingkat efikasi

insektisida tersebut (EI).

5.2.15 Data penunjang Produksi tebu

Page 48: PEDOMAN UJI MUTU DAN UJI EFIKASI LAPANGAN AGENS …balaipontianak.ditjenbun.pertanian.go.id/uploads/download/1563503028.pdf · dan lingkungan hidup serta diberi label. Selanjutnya

44

PENGUJIAN LAPANGAN EFIKASI AGENS PENGENDALI HAYATI (Sebutkan nama dagang)

KANDUNGAN (JAMUR Beauveria bassiana) TERHADAP HAMA PENGGEREK BUAH KOPI (PBKo)

Hypothenemus hampei PADA TANAMAN KOPI

1. LINGKUP PENGUJIAN

Pengujian lapangan yang dimaksud dalam pedoman ini adalah semua percobaan pengujian yang pada prinsipnya dilakukan dalam kondisi lapangan.

2. LOKASI DAN WAKTU

Lokasi dan waktu percobaan ditetapkan atas dasar cukup tersedianya sarana dengan memperhatikan faktor fisik dan biologi yang diperkirakan akan

mempengaruhi tujuan percobaan antara lain pertanaman kopi dengan tingkat serangan penggerek buah kopi diatas 10% (sebutkan tempat dan waktu

pelaksanaan).

3. PELAKSANA

Sebutkan nama institusi pelaksana pengujian yang telah ditunjuk atau

disetujui oleh Menteri Pertanian.

4. JUMLAH UNIT KEGIATAN Sebutkan jumlah unit kegiatan pengujian yang telah disetujui oleh Komisi

Pestisida.

5. BAHAN DAN METODE

5.1. BAHAN 5.1.1 Contoh APH yang diuji

Contoh APH yang diuji harus diuji mutu kadar bahan aktifnya

oleh laboratorium yang ditunjuk oleh Menteri Pertanian, bersegel dan berlabel Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian.

5.1.2 Varietas

Varietas tanaman yang digunakan adalah varietas yang sering digunakan oleh petani setempat atau terdapat di lokasi

percobaan (nama varietas disebutkan) dan cukup rentan terhadap serangan hama sasaran.

Page 49: PEDOMAN UJI MUTU DAN UJI EFIKASI LAPANGAN AGENS …balaipontianak.ditjenbun.pertanian.go.id/uploads/download/1563503028.pdf · dan lingkungan hidup serta diberi label. Selanjutnya

45

5.1.3 Umur tanaman Tanaman kopi yang digunakan adalah tanaman yang sudah

menghasilkan.

5.1.4 Jumlah tanaman per lubang tanam

Jumlah tanaman: 1 tanaman per lubang tanam.

5.1.5 Pemeliharaan tanaman

Pemeliharaan tanaman dilakukan sebaik-baiknya untuk mencapai

tujuan percobaan efikasi APH. Apabila untuk pemeliharaan tersebut perlu dipergunakan bahan pengendali lain (pestisida kimia) harus dilakukan dengan hati-hati dan tidak bersamaan

waktunya dengan APH yang diuji.

5.1.6 Pemupukan

Pemupukan sesuai dengan rekomendasi untuk budidaya kopi.

5.2. METODE

5.2.1 Rancangan percobaan

Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak

Kelompok.

5.2.2 Jumlah perlakuan dan ulangan

Banyaknya perlakuan dan ulangan harus memenuhi persyaratan

(p-1) (u-1) > 15 dan u > 3; p = jumlah perlakuan, u = jumlah ulangan.

5.2.3 Macam perlakuan yang diuji

Untuk pengujian 1 (satu) formulasi APH, digunakan 4 (empat) taraf konsentrasi/dosis yaitu: A, ¾ A, ½ A dan ¼ A dan kontrol

dengan taraf konsentrasi tertinggi diharapkan menjadi konsentrasi anjuran penggunaan formulasi APH tersebut (bila permohonan pendaftaran disetujui).

5.2.4 Pola tanam

Pola tanam yang digunakan adalah monokultur

5.2.5 Jarak tanam

Jarak tanam : 4 x 4 m

Page 50: PEDOMAN UJI MUTU DAN UJI EFIKASI LAPANGAN AGENS …balaipontianak.ditjenbun.pertanian.go.id/uploads/download/1563503028.pdf · dan lingkungan hidup serta diberi label. Selanjutnya

46

5.2.6 Ukuran petak perlakuan

Setiap plot percobaan terdiri atas 6 x 6 pohon (36 pohon) yang

diperlakukan dan diambil pohon contoh sebanyak 4 x 4 pohon (16 pohon) untuk diamati. Pada setiap plot pohon contoh dipilih

100 buah kopi yang diperkirakan masih bebas serangan hamaPBKo.

5.2.7 Jarak antar petak

Jarak antar petak adalah 5 larik pohon.

5.2.8 Tata letak perlakuan

Pengaturan tata letak perlakuan dan kelompok diusahakan

sedemikian rupa sehingga penyebaran hama sasaran merata.

5.2.9 Cara dan alat aplikasi

Disesuaikan dengan formulasi produk.

5.2.10 Volume penyemprotan

Disesuaikan dengan formulasi produk.

5.2.11 Waktu dan banyaknya aplikasi

5.2.11.1 Aplikasi pertama

Aplikasi dilakukan pada saat buah masak susu.

5.2.11.2 Interval aplikasi

Aplikasi dilakukan dengan interval 10 hari sekali.

5.2.11.3 Banyaknya aplikasi

Banyaknya aplikasi dilakukan minimal sebanyak 5 (lima) kali.

5.2.12 Pengamatan

5.2.12.1 Jumlah contoh

Page 51: PEDOMAN UJI MUTU DAN UJI EFIKASI LAPANGAN AGENS …balaipontianak.ditjenbun.pertanian.go.id/uploads/download/1563503028.pdf · dan lingkungan hidup serta diberi label. Selanjutnya

47

Pengamatan dilakukan terhadap intensitas serangan PBKo yang dinyatakan dalam persen buah terserang

pada: - Setiap putaran panen sebelum dan sesudah aplikasi

APH selama 4 bulan. - Pengamatan dilakukan terhadap 20 pohon contoh.

Dari setiap pohon diambil 5 ranting, dari setiap ranting diambil 25 biji kopi.

5.2.12.2 Metode pengambilan contoh

Metode pengambilan contoh secara sistematik

5.2.12.3 Metode pengamatan

Intensitas serangan hama PBKo diamati di lapangan

pada tanaman contoh dan dihitung dengan rumus:

I =a

a + b x 100%

I = intensitas serangan (%) a = jumlah buah yang terserang b = jumlah buah sehat

5.2.12.4 Waktu pengamatan

Pengamatan intensitas serangan dilakukan pada waktu sebelum aplikasi pertama

5.2.13 Pengolahan data

Pengolahan data dikerjakan sesuai dengan rancangan

percobaan yang digunakan. Tingkat perbedaan dinyatakan pada taraf 5%.

5.2.14 Kriteria efikasi

- Kriteria efikasi dinilai berdasarkan jumlah buah yang

terserang. - Bila kerusakan tanaman pada pengamatan pertama

(sebelum aplikasi APH) tidak berbeda nyata antar petak

perlakuan, tingkat efikasi APH dihitung dengan rumus Abbot:

EI = Ca − Ta

Ca x 100%

Page 52: PEDOMAN UJI MUTU DAN UJI EFIKASI LAPANGAN AGENS …balaipontianak.ditjenbun.pertanian.go.id/uploads/download/1563503028.pdf · dan lingkungan hidup serta diberi label. Selanjutnya

48

EI =Keefektifan APH yang diuji (%)

Ca= Persentase kerusakan tanaman pada petak control setelah aplikasi APH

Ta= Persentase kerusakan tanaman pada petak perlakuan setelah aplikasi APH

- Bila kerusakan tanaman pada pengamatan pertama berbeda

nyata antar perlakukan, tingkat efikasi insektisida dihitung

dengan rumus Henderson dan Tilton:

EI = 1 −Ta

Cax

Cb

Tb X 100%

EI = Keefektifan APH yang diuji (%)

Ca = Kerusakan pada petak control setelah aplikasi APH Cb = Kerusakan pada petak control sebelum aplikasi APH

Ta = Kerusakan pada petak perlakuan setelah aplikasi APH Tb = Kerusakan pada petak perlakuan sebelum aplikasi APH

Suatu formulasi APH dikatakan efektif pada sekurang-kurangnya (1/2 n + 1) kali pengamatan (n = jumlah total

pengamatan setelah aplikasi/infestasi), tingkat efikasi insektisida tersebut (EI).

5.2.15 Data penunjang

5.2.15.1 Serangan OPT lain

5.2.15.2 Produksi tanaman

Page 53: PEDOMAN UJI MUTU DAN UJI EFIKASI LAPANGAN AGENS …balaipontianak.ditjenbun.pertanian.go.id/uploads/download/1563503028.pdf · dan lingkungan hidup serta diberi label. Selanjutnya

49

PENGUJIAN LAPANGAN EFIKASI AGENS PENGENDALI HAYATI (Sebutkan nama dagang)

KANDUNGAN (JAMUR Beauveria bassiana.) TERHADAP HAMA PENGGEREK BUAH KAKAO (PBK)

Conopomorpha cramerella PADA TANAMAN KAKAO

1. LINGKUP PENGUJIAN

Pengujian lapangan yang dimaksud dalam pedoman ini adalah semua percobaan pengujian yang pada prinsipnya dilakukan dalam kondisi lapangan.

2. LOKASI DAN WAKTU

Lokasi dan waktu percobaan ditetapkan atas dasar cukup tersedianya sarana dengan memperhatikan faktor fisik dan biologi yang diperkirakan akan

mempengaruhi tujuan percobaan antara lain pertanaman kakao dengan tingkat serangan penggerek buah kakao diatas 10% (sebutkan tempat dan

waktu pelaksanaan). Pengujian dilakukan di lapangan.

3. PELAKSANA

Sebutkan nama institusi pelaksana pengujian yang telah ditunjuk atau

disetujui oleh Menteri Pertanian.

4. JUMLAH UNIT KEGIATAN Sebutkan jumlah unit kegiatan pengujian yang telah disetujui oleh Komisi

Pestisida.

5. BAHAN DAN METODE

5.1. BAHAN 5.1.1 Contoh APH yang diuji

Contoh APH yang diuji harus diuji mutu kadar bahan aktifnya

oleh laboratorium yang ditunjuk oleh Menteri Pertanian, bersegel dan berlabel Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian.

5.1.2 Varietas

Varietas tanaman yang digunakan adalah varietas yang sering digunakan oleh petani setempat atau terdapat di lokasi

percobaan (nama varietas disebutkan) dan cukup rentan terhadap serangan hama sasaran.

Page 54: PEDOMAN UJI MUTU DAN UJI EFIKASI LAPANGAN AGENS …balaipontianak.ditjenbun.pertanian.go.id/uploads/download/1563503028.pdf · dan lingkungan hidup serta diberi label. Selanjutnya

50

5.1.3 Umur tanaman

Tanaman kakao yang digunakan adalah tanaman yang sudah menghasilkan.

5.1.4 Jumlah tanaman per lubangtanam

Jumlah tanaman : 1 tanaman per lubang tanam

5.1.5 Pemeliharaan tanaman

Pemeliharaan tanaman dilakukan sebaik-baiknya untuk mencapai tujuan percobaan efikasi APH. Apabila untuk pemeliharaan tersebut perlu dipergunakan bahan pengendali lain (pestisida

kimia) harus dilakukan dengan hati-hati dan tidak bersamaan waktunya dengan APH yang diuji.

5.1.6 Pemupukan

Pemupukan sesuai dengan rekomendasi untuk budidaya kakao.

5.2. METODE

5.2.1 Rancangan percobaan

Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok.

5.2.2 Jumlah perlakuan dan ulangan

Banyaknya perlakuan dan ulangan harus memenuhi persyaratan (p-1) (u-1) > 15 dan u > 3; p = jumlah perlakuan, u = jumlah

ulangan.

5.2.3 Macam perlakuan yang diuji

Untuk pengujian 1 (satu) formulasi APH, digunakan 4 (empat)

taraf konsentrasi/dosis yaitu : A, ¾ A, ½ A dan ¼ A dan control dengan taraf konsentrasi tertinggi diharapkan menjadi konsentrasi anjuran penggunaan formulasi APH tersebut (bila

permohonan pendaftaran disetujui). 5.2.4 Pola tanam

Pola tanam yang digunakan adalah monokultur

5.2.5 Jarak tanam

Jarak tanam : 4 x 4 m

Page 55: PEDOMAN UJI MUTU DAN UJI EFIKASI LAPANGAN AGENS …balaipontianak.ditjenbun.pertanian.go.id/uploads/download/1563503028.pdf · dan lingkungan hidup serta diberi label. Selanjutnya

51

5.2.6 Ukuran petak perlakuan

Setiap plot percobaan terdiri atas 6 x 6 pohon (36 pohon) yang diperlakukan dan diambil pohon contoh sebanyak 4 x 4 pohon

(16 pohon) untuk diamati. Pada setiap plot pohon contoh dipilih 100 buah kakao berukuran panjang 8-10 cm yang diperkirakan

masih bebas serangan hama penggerek buah kakao.

5.2.7 Jarak antar petak

Jarak antar petak adalah 5 larik pohon.

5.2.8 Tata letak perlakuan

Pengaturan tata letak perlakuan dan kelompok diusahakan sedemikian rupa sehingga penyebaran hama sasaran merata.

5.2.9 Cara dan alat aplikasi

Disesuaikan dengan formulasi produk.

5.2.10 Volume penyemprotan

Per tanaman sesuai dengan volume dan dosis yang tertera pada produk APH.

5.2.11 Waktu dan banyaknya aplikasi

5.2.11.1 Aplikasi pertama

Aplikasi dilakukan pada saat buah kakao berukuran 8-10 cm.

5.2.11.2 Interval aplikasi

Aplikasi dilakukan dengan interval 10 hari sekali.

5.2.11.3 Banyaknya aplikasi

Banyaknya aplikasi dilakukan minimal sebanyak 5

(lima) kali.

5.2.12 Pengamatan

5.2.12.1 Jumlah contoh

Page 56: PEDOMAN UJI MUTU DAN UJI EFIKASI LAPANGAN AGENS …balaipontianak.ditjenbun.pertanian.go.id/uploads/download/1563503028.pdf · dan lingkungan hidup serta diberi label. Selanjutnya

52

Pengamatan dilakukan terhadap intensitas serangan PBK yang dinyatakan dalam persen buah terserang

pada: - Setiap putaran panen sebelum dan sesudah aplikasi

APH selama 4 bulan. - 100 buah contoh setelah dipanen.

5.2.12.2 Metode pengambilan contoh

Metode pengambilan contoh secara sistematik

5.2.12.3 Metode pengamatan

Intensitas serangan hama PBK diamati di lapangan

pada tanaman contoh dan dihitung dengan rumus:

I =a

a + b x 100%

I = intensitas serangan (%) a = jumlah buah yang terserang

b = jumlah buah sehat

5.2.12.4 Waktu pengamatan

a. Pengamatan pendahuluan intensitas serangan

dilakukan pada waktu sebelum aplikasi pertama 5.2.13 Pengolahan data

Pengolahan data dikerjakan sesuai dengan rancangan

percobaan yang digunakan. Tingkat perbedaan dinyatakan pada taraf 5%.

5.2.14 Kriteria efikasi

- Kriteria efikasi dinilai berdasarkan gejala buah terserang dan tingkat kerusakan buah (biji lengket).

- Bilakerusakantanamanpadapengamatanpertama (sebelumaplikasi APH)

tidakberbedanyataantarpetakperlakuan, tingkatefikasi APH dihitungdenganrumus Abbot:

EI = Ca − Ta

Ca x 100%

Page 57: PEDOMAN UJI MUTU DAN UJI EFIKASI LAPANGAN AGENS …balaipontianak.ditjenbun.pertanian.go.id/uploads/download/1563503028.pdf · dan lingkungan hidup serta diberi label. Selanjutnya

53

EI = Keefektifan APH yang diuji (%)

Ca = Persentase kerusakan tanaman pada petak control setelah aplikasi APH

Ta = Persentase kerusakan tanaman pada petak perlakuan setelah aplikasi APH

- Bila kerusakan tanaman pada pengamatan pertama berbeda

nyata antar perlakukan, tingkat efikasi insektisida dihitung

dengan rumus Henderson dan Tilton:

EI = 1 −Ta

Cax

Cb

Tb X 100%

EI = Keefektifan APH yang diuji (%)

Ca = Kerusakan pada petak control setelah aplikasi APH Cb = Kerusakan pada petak control sebelum aplikasi APH

Ta = Kerusakan pada petak perlakuan setelah aplikasi APH Tb = Kerusakan pada petak perlakuan sebelum aplikasi APH

Suatu formulasi APH dikatakan efektif pada sekurang-kurangnya (1/2 n + 1) kali pengamatan (n = jumlah total

pengamatan setelah aplikasi/infestasi), tingkat efikasi insektisida tersebut (EI).

5.2.15 Data penunjang

5.2.15.1 Serangan OPT lain 5.2.15.2 Produksi tanaman

Page 58: PEDOMAN UJI MUTU DAN UJI EFIKASI LAPANGAN AGENS …balaipontianak.ditjenbun.pertanian.go.id/uploads/download/1563503028.pdf · dan lingkungan hidup serta diberi label. Selanjutnya

54

PENGUJIAN LAPANGAN EFIKASI AGENS PENGENDALI HAYATI (Sebutkan nama dagang)

KANDUNGAN (JAMUR Beauveria bassiana) TERHADAP HAMA PENGHISAP BUAH KAKAO Helopeltis sp.

1. LINGKUP PENGUJIAN Pengujian lapangan yang dimaksud dalam pedoman ini adalah semua

percobaan pengujian yang pada prinsipnya dilakukan dalam kondisi lapangan.

2. LOKASI DAN WAKTU Lokasi dan waktu percobaan ditetapkan atas dasar cukup tersedianya sarana

dengan memperhatikan faktor fisik dan biologi yang diperkirakan akan mempengaruhi tujuan percobaan antara lain pertanaman kakao dengan

tingkat serangan penghisap buah kakao diatas 50% (sebutkan tempat dan waktu pelaksanaan). Pengujian dilakukan di lapangan (dengan kurungan).

3. PELAKSANA

Sebutkan nama institusi pelaksana pengujian yang telah ditunjuk atau disetujui oleh Menteri Pertanian.

4. JUMLAH UNIT KEGIATAN

Sebutkan jumlah unit kegiatan pengujian yang telah disetujui oleh Komisi Pestisida.

5. BAHAN DAN METODE

5.1. BAHAN

5.1.1 Contoh APH yang diuji

Contoh APH yang diuji harus diuji mutu kadar bahan aktifnya oleh laboratorium yang ditunjuk oleh Menteri Pertanian, bersegel

dan berlabel Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian.

5.1.2 Varietas

Varietas tanaman yang digunakan adalah varietas yang sering

digunakan oleh petani setempat atau terdapat di lokasi percobaan (nama varietas disebutkan) dan cukup rentan

terhadap serangan hama sasaran.

Page 59: PEDOMAN UJI MUTU DAN UJI EFIKASI LAPANGAN AGENS …balaipontianak.ditjenbun.pertanian.go.id/uploads/download/1563503028.pdf · dan lingkungan hidup serta diberi label. Selanjutnya

55

5.1.3 Umur tanaman

Tanaman kakao yang digunakan adalah tanaman yang sudah menghasilkan.

5.1.4 Jumlah tanaman per lubang tanam

Jumlah tanaman: 1 tanaman per lubang tanam

5.1.5 Pemeliharaan tanaman

Pemeliharaan tanaman dilakukan sebaik-baiknya untuk mencapai tujuan percobaan efikasi APH. Apabila untuk pemeliharaan tersebut perlu dipergunakan bahan pengendali lain (pestisida

kimia) harus dilakukan dengan hati-hati dan tidak bersamaan waktunya dengan APH yang diuji.

5.1.6 Pemupukan

Pemupukan sesuai dengan rekomendasi untuk budi daya kakao.

5.2. METODE

5.2.1 Rancangan percobaan

Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok.

5.2.2 Jumlah perlakuan dan ulangan

Banyaknya perlakuan dan ulangan harus memenuhi persyaratan (p-1) (u-1) > 15 dan u > 3; p = jumlah perlakuan, u = jumlah

ulangan.

5.2.3 Macam perlakuan yang diuji

Untuk pengujian 1 (satu) formulasi APH, digunakan 4 (empat)

taraf konsentrasi/dosis yaitu: A, ¾ A, ½ A dan ¼ A dan kontrol dengan taraf konsentrasi tertinggi diharapkan menjadi konsentrasi anjuran penggunaan formulasi APH tersebut (bila

permohonan pendaftaran disetujui). 5.2.4 Pola tanam

Pola tanam yang digunakan adalah monokultur

5.2.5 Jarak tanam

Jarak tanam : 4 x 4 m

Page 60: PEDOMAN UJI MUTU DAN UJI EFIKASI LAPANGAN AGENS …balaipontianak.ditjenbun.pertanian.go.id/uploads/download/1563503028.pdf · dan lingkungan hidup serta diberi label. Selanjutnya

56

5.2.6 Ukuran petak perlakuan

Setiap petak perlakuan terdiri dari 2 pohon. Pada tiap pohon digantungkan empat kurungan, satu diantaranya berisi 10 ekor

Helopeltis spp. Instar kelima.

5.2.7 Jarak antar petak

Jarak antar petak adalah 2 pohon.

5.2.8 Tata letak perlakuan

Letak petak percobaan tidak penting karena populasi awal diketahui dan penyebaran hama sasaran diketahui atau

ditetapkan.

5.2.9 Cara dan alat aplikasi

Disesuaikan dengan formulasi produk

5.2.10 Volume penyemprotan

Per tanaman disesuaikan dengan volume dan dosis yang tertera

pada produk APH.

5.2.11 Waktu dan banyaknya aplikasi Tergantung produk APH yang diuji

5.2.12 Pengamatan

5.2.12.1 Metode pengamatan

Menghitung gejala bekas tusukan dan mortalitas nimfa instar 3

5.2.12.2 Waktu pengamatan

a. Pengamatan awal dilakukan sesaat sebelum

aplikasi, dan apabila ada Helopeltis spp. Yang mati, diganti dengan Helopeltis spp. Dari

kelompok umur yang sama. b. Pengamatan akhir

Pengamatan akhir dilakukan 72 jam setelah aplikasi APH.

Page 61: PEDOMAN UJI MUTU DAN UJI EFIKASI LAPANGAN AGENS …balaipontianak.ditjenbun.pertanian.go.id/uploads/download/1563503028.pdf · dan lingkungan hidup serta diberi label. Selanjutnya

57

5.2.13 Pengolahan data

Pengolahan data dikerjakan sesuai dengan rancangan percobaan yang digunakan. Tingkat perbedaan dinyatakan

pada taraf 5%.

5.2.14 Kriteria efikasi

- Efikasi APH yang diuji didasarkan pada tingkat populasi

yaitu banyaknya nimfa instar 3 yang mati dan gejala bekas tusukan.

- Bila kerusakan tanaman pada pengamatan pertama (sebelum aplikasi APH) tidak berbeda nyata antar petak perlakuan, tingkat efikasi APH dihitung dengan rumus

Abbot:

EI = Ca − Ta

Ca x 100%

EI =Keefektifan APH yang diuji (%) Ca= Persentase kerusakan tanaman pada petak control

setelah aplikasi APH Ta= Persentase kerusakan tanaman pada petak perlakuan

setelah aplikasi APH

- Bila kerusakan tanaman pada pengamatan pertama berbeda

nyata antar perlakukan, tingkat efikasi insektisida dihitung dengan rumus Henderson dan Tilton:

EI = 1 −Ta

Cax

Cb

Tb X 100%

EI = Keefektifan APH yang diuji (%) Ca = Kerusakan pada petak control setelah aplikasi APH

Cb = Kerusakan pada petak control sebelum aplikasi APH Ta = Kerusakan pada petak perlakuan setelah aplikasi APH

Tb = Kerusakan pada petak perlakuan sebelum aplikasi APH Suatu formulasi APH dikatakan efektif pada sekurang-

kurangnya (1/2 n + 1) kali pengamatan (n = jumlah total pengamatan setelah aplikasi/infestasi), tingkat efikasi

insektisida tersebut (EI).

5.2.15 Data penunjang

5.2.15.1 Serangan OPT lain

5.2.15.2 Produksi tanaman

Page 62: PEDOMAN UJI MUTU DAN UJI EFIKASI LAPANGAN AGENS …balaipontianak.ditjenbun.pertanian.go.id/uploads/download/1563503028.pdf · dan lingkungan hidup serta diberi label. Selanjutnya

58

PROTOKOL Pengujian Lapangan Efikasi Feromon (Sebutkan Nama Dagang)

Terhadap Hama Kumbang Mocong (Rhynchophorus ferrugineus) pada Tanaman Kelapa

1. PEMILIK FORMULASI:

2. LINGKUP PENGUJIAN: Pengujian Lapangan

3. PELAKSANA:

Institusi:

Pelaksana Pengujian:

4. JUMLAH UNIT KEGIATAN: 1 unit percobaan

5. LOKASI DAN WAKTU

5.1. Lokasi:

5.2. Waktu:

6. BAHAN DAN METODE PENELITIAN

6.1. Bahan

6.1.1 Jenis: Feromon (Nama Dagang) yang telah dilegalisir oleh Komisi

Pestisida

6.1.2 Luas Areal:

6.1.3 Komoditi: Kelapa

6.1.4 Tahun Tanam: yang ada di lapangan

6.1.5 Jarak tanam: yang ada di lapangan

6.1.6 Pemupukan: Sesuai dengan anjuran

Page 63: PEDOMAN UJI MUTU DAN UJI EFIKASI LAPANGAN AGENS …balaipontianak.ditjenbun.pertanian.go.id/uploads/download/1563503028.pdf · dan lingkungan hidup serta diberi label. Selanjutnya

59

6.2. Metode

6.2.1 Rancangan Percobaan: rancangan acak kelompok (RAK)

6.2.2 Perlakuan yang diuji:

Kontrol

Feromon dengan kepadatan 1 perangkap/hektar

Feromon dengan kepadatan 2 perangkap/hektar Feromon dengan kepadatan 3 perangkap/hektar

Feromon dengan kepadatan 4 perangkap/hektar

6.2.3 Ulangan: 5 (lima)

6.2.4 Plot percobaan:

Plot percobaan adalah hamparan tanaman kelapa yang

mempunyai serangan hama penggerek kumbang moncong di atas

20%.

6.2.5 Cara dan alat aplikasi

Disesuaikan dengan formulasi produk

6.2.6 Tata letak percobaan

Pengaturan tata letak plot percobaan dilakukan secara acak.

Setiap plot percobaan berupa hamparan tanaman kelapa seluas 1

ha, antar plot dipisahkan dengan jarak minimal 100 m, sedangkan

antar blok sekitar 500 m. Dengan demikian jumlah plot

percobaan sebanyak (5)(5) = 25 plot.

6.3. Kriteria Efikasi

Efikasi senyawa feromon yang diuji didasarkan pada jumlah hama

penggerek kumbang moncong yang tertangkap. Hasil trapping pada

perlakuan feromon yang diuji akan dibandingkan dengan petak kontrol.

Page 64: PEDOMAN UJI MUTU DAN UJI EFIKASI LAPANGAN AGENS …balaipontianak.ditjenbun.pertanian.go.id/uploads/download/1563503028.pdf · dan lingkungan hidup serta diberi label. Selanjutnya

60

6.4. Pengamatan

Pengamatan dilakukan terhadap jumlah penggerek kumbang moncong

yang tertangkap setiap 5 hari sekali selama empat kali pengamatan.

Data tambahan berupa tingkat serangan hama penggerek kumbang

moncong, sebelum dan sesudah pemasangan perangkap juga akan

diamati.

6.5. Analisis Data

Analisis data jumlah hama penggerek kumbang moncong yang

tertangkap dilakukan dengan menggunakan analysis of variance

(ANOVA) (P=0.05). Sedangkan untuk menentukan perbedaan nilai

rata-rata akan menggunakan uji Duncan taraf 5%. Analisis data

dilakukan dengan menggunakan program statistik SAS.

Page 65: PEDOMAN UJI MUTU DAN UJI EFIKASI LAPANGAN AGENS …balaipontianak.ditjenbun.pertanian.go.id/uploads/download/1563503028.pdf · dan lingkungan hidup serta diberi label. Selanjutnya

61

BAB II PROTOKOL UJI MUTU

AGENS PENGENDALI HAYATI (APH)

Page 66: PEDOMAN UJI MUTU DAN UJI EFIKASI LAPANGAN AGENS …balaipontianak.ditjenbun.pertanian.go.id/uploads/download/1563503028.pdf · dan lingkungan hidup serta diberi label. Selanjutnya

62

Agens pengendali hayati (APH)

Trichoderma spp.

1. Ruang lingkup

Standar ini menetapkan syarat mutu, pengambilan contoh, pengujian,

pengemasan dan penandaan Agens Pengendali Hayati(APH)Trichoderma spp

2. Acuan normatif

SNI 19-0428, Petunjuk pengambilan contoh padatan

SNI 19-0429, Petunjuk pengambilan contoh cairan dan semi padat

3. Istilah dan definisi

3.1

agens pengendali hayati (APH)

mikroorganisme atau organisme yang mempunyai kemampuan untuk menekan, menghambat, atau mematikan jasad sasaran melalui mekanisme tertentu dan

berpotensi diigunakan dalam pengendalian. APH dapat sebagai parasit, predator atau patogen.

3.2 Trichoderma spp jamur Imperfecti, kelas Deuteromycetes, genus Trichoderma,meskipun ada

beberapa diantaranya yang mampu berkembangbiak secara seksual

CATATANTrichoderma spp. memiliki aktivitas antifungal atau dekomposer

sehingga dimanfaatkan sebagai APH.Di alam, jamur Trichoderma spp. banyak

ditemukan di hutandan lahan pertanian atau pada sisa-sisa kayu lapuk. Jamur

Trichoderma spp. termasuk jamur tanah (soil fungus).

Page 67: PEDOMAN UJI MUTU DAN UJI EFIKASI LAPANGAN AGENS …balaipontianak.ditjenbun.pertanian.go.id/uploads/download/1563503028.pdf · dan lingkungan hidup serta diberi label. Selanjutnya

63

3.3

konidium organ atau alat perkembangbiakan jamur secara aseksual yang mempunyai

bermacam-macam bentuk dan umumnya berkembang dengan membentuk buluh kecambah,berupa sel tunggal atau majemuk, bening (hialin) atau mengandung

pigmen (zat warna) cokelat, hijau, atau biru. 3.4.

kerapatan konidium

jumlah konidum dalam suspensi per satuan volume tertentu. 3.5.

viabilitas konidium

Kemampuan konidium untuk bertahan hidup pada keadaan tertentu yang dapat dilihat dari perkecambahan atau kondisi dinding konidium yang tidak berkerut.

3.6

patogenesitas

kemampuan relatif suatu patogen atau entomopatogen untuk menimbulkan

penyakit pada inang yang biasanya dinyatakan dalam LD50 dan LT50. 3.7

antagonisme

kejadian pada organisme atau mikroorganisme (termasuk jamur) berupa tertekannya aktivitas organisme atau mikroorganisme jika dua atau lebih jasad tersebut diletakkan berdekatan.

3.8

antibiosis

peristiwa terjadinya penghambatan satu patogen oleh jasad antagonistik dengan

terbentuknya zona bening.

3.9 mikoparasitisme

peristiwa terjadinya penghambatan satu patogen oleh jasad antagonistik dengan

jalan organ patogen dibelit oleh hifa jasad antagonistik

Page 68: PEDOMAN UJI MUTU DAN UJI EFIKASI LAPANGAN AGENS …balaipontianak.ditjenbun.pertanian.go.id/uploads/download/1563503028.pdf · dan lingkungan hidup serta diberi label. Selanjutnya

64

3.10

penghambatan

proses terhambatnya pertumbuhan patogen oleh jasad antagonistik melalui

proses kompetisi ruang dan nutrisi.

4. Persyaratan mutu

Persyaratan mutu APH Trichoderma spp dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1- Persyaratan mutu APHTrichoderma spp

Parameter Satuan Nilai

Kerapatan konidium per ml ≥ 106

Viabilitas konidium % ≥ 60

Patogenisitas terhadap

tanaman tembakau

- Negatif

Antagonisme

- Antibiosis - Mikoparasitisme - Penghambatan

-

-

%

Positif

Positif

≥ 50%

CATATAN bila salah satu parameter antagonisme terpenuhi berarti telah memenuhi

syarat

5. Pengambilan contoh

5.1 Pengambilan contoh dalam bentuk padat sesuai dengan SNI 19-0428 dan

pengambilan contoh APH dalam bentuk cair sesuai dengan SNi 19-0429.

5.2 Pengambilan contoh dilakukan oleh petugas pengmabil contoh yang

berkompeten.

6. Pengujian

6.1Pengujian dilakukan oleh petugas yang kompeten

Page 69: PEDOMAN UJI MUTU DAN UJI EFIKASI LAPANGAN AGENS …balaipontianak.ditjenbun.pertanian.go.id/uploads/download/1563503028.pdf · dan lingkungan hidup serta diberi label. Selanjutnya

65

6.2 Persiapan contoh pengujian dalam bentuk padat sesuai dengan lampiran A

dan dalam bentuk cair sesuai dengan lampiran B

6.3 Jenis pengujian

6.3.1Uji kerapatan konidium

Cara uji kerapatan konidium dapat dilihat pada lampiran C

6.3.2Uji viabilitas konidium

Cara uji viabilitas konidium dapat dilihat pada lampiran D

6.3.3Uji patogenisitas pada tanaman tembakau

Cara uji patogenisitas dapat dilihat pada lampiran E

6.3.4 Uji Antagonisme

6.3.4.1cara uji antibiosis dapat dilihat pada lampiran F

6.3.4.1cara uji mikoparasitisme dapat dilihat pada lampiran G

6.3.4.1cara uji penghambatan dapat dilihat pada lampiran H

7. Pengemasan

7.1APH dikemas dalam bentuk padat (tepung, serbuk, granul) atau cair

7.2Kemasan APH dibuat dari bahan yang tidak mudah rusak dan aman sehingga

APH tidak mengalami penurunan mutu.

8. Penandaan atau pelabelan

Penandaan atau pelabelan ditulis dengan bahan yang tidak luntur dan mudah dibaca. Pelabelan sekurang-kurangnya mencatumkan informasi tentang:

Nama dan alamat produsen Jenis APH

Bentuk produk Sasaran OPT Kerapatan konidium

Tanggal kadaluwarsa Kode produksi

Page 70: PEDOMAN UJI MUTU DAN UJI EFIKASI LAPANGAN AGENS …balaipontianak.ditjenbun.pertanian.go.id/uploads/download/1563503028.pdf · dan lingkungan hidup serta diberi label. Selanjutnya

66

Lampiran A

(Normatif)

Pengambilan contoh APH Trichoderma spp dalam bentuk padat

A.1 Prinsip

Mengambil contoh Trichoderma sppdalam bentuk padat.

A.2 Bahan

a. Contoh APH Trichoderma spp b. Aluminium foil

A.3 Peralatan

a. Timbangan analitik;

b. Sendok sampling; c. Magnetic strirer

A.4 Prosedur pengambilan contoh APH

a. Homogenkan contoh APHTrichoderma spp dalam bentuk padatan dengan cara dikocok.

b. Ambil contoh APH Trichoderma spp letakkan di atas aluminium foil. c. Timbang 1 g contoh bahan uji dengan menggunakan aluminium foil dan

masukkan ke Erlenmeyer 100 ml.

d. Tambahkan akuades hingga volume mencapai 100 ml. e. Homogenkan larutan dengan menggunakan magneticstirrer selama lebih kurang

15 menit. f. Contoh siap digunkan sebagai bahan uji.

Page 71: PEDOMAN UJI MUTU DAN UJI EFIKASI LAPANGAN AGENS …balaipontianak.ditjenbun.pertanian.go.id/uploads/download/1563503028.pdf · dan lingkungan hidup serta diberi label. Selanjutnya

67

Lampiran B

(Normatif)

Pengambilan contoh APH Trichoderma sppdalam bentuk cair

B.1 Prinsip

Mengambil contoh APHTrichoderma sppdalam bentuk cair.

B.2 Bahan

Contoh APH Trichoderma spp

B.3 Peralatan

a. Pipet ukur 10 ml; b. Erlenmeyer 100 ml;

c. Magnetic stirer

B.4 Prosedur pengambilan contoh APH

a. Homogenkan contoh APHTrichoderma spp dalam bentuk cair dengan cara dikocok.

b. Ambil contoh APH Trichoderma spp sebanyak 10 ml dengan menggunakan pipet ukur.

c. Masukkan ke dalam Erlenmeyer. d. Tambahkan akuades hingga volume mencapai 100 ml. e. Homogenkan larutan dengan menggunakan magnetic stirrer selama lebih kurang

15 menit. f. Contoh siap digunakan sebagai bahan uji.

Page 72: PEDOMAN UJI MUTU DAN UJI EFIKASI LAPANGAN AGENS …balaipontianak.ditjenbun.pertanian.go.id/uploads/download/1563503028.pdf · dan lingkungan hidup serta diberi label. Selanjutnya

68

Lampiran C

(Normatif)

Uji kerapatankonidium

C.1 Prinsip

Menghitung kerapatan konidium dengan menggunakan Haemacytometer tipe

Neubauer Improve dan mikroskop sesuai prosedur.

C.2 Bahan

a. Sampel APH Trichoderma spp; b. Akuades 100ml;

c. Aluminium foil; d. Alkohol 70%.

C.3 Peralatan

a. Mikroskop;

b. Haemacytometer tipe Neubauer improve; c. Handcounter; d. Gelas penutuphaemacytomete; e. Alat timbang analitik; f. Magnetic stirrer; g. Erlenmeyer 100 ml; h. Syringe atau pipet 1 ml; i. Sendok sampling.

C.4 Prosedur perhitungan kerapatan konidium

a) Siapkan haemacytometer tipe Neubauer Improve, letakkan pada meja benda mikroskop. Tutup dengan gelas penutup haemacytometer seperti Gambar 1.

Gambar 1- Penutupan haemacytometermenggunakan gelaspenutup.

Page 73: PEDOMAN UJI MUTU DAN UJI EFIKASI LAPANGAN AGENS …balaipontianak.ditjenbun.pertanian.go.id/uploads/download/1563503028.pdf · dan lingkungan hidup serta diberi label. Selanjutnya

69

b) Amati dengan perbesaran 100x, untuk mendapatkan bidang hitung pada haemacytometer.

c) Ambil 0,2 ml contoh uji menggunakan syringe atau pipet d) Teteskan suspensi konidium secara perlahan pada bidang hitung dengan

syringeatau pipet melalui kedua kanal pada sisi atas dan bawah hingga bidang hitung terpenuhi suspensi secara kapiler. Diamkan satu menit agar posisi stabil

(Gambar 2).

Gambar 2 - Penetesan suspensi pada bidang hitung

e) Ulangi pengamatan untuk memperoleh fokus pada konidium dan pada bidang hitung.

f) Hitung kerapatan konidium yang terdapat pada kotak hitung (a+b+c+d+e) dengan perbesaran 400x dengan menggunakan hand counter. Lakukan

pengecekan penghitungan untuk tiap kotak hitung.

Page 74: PEDOMAN UJI MUTU DAN UJI EFIKASI LAPANGAN AGENS …balaipontianak.ditjenbun.pertanian.go.id/uploads/download/1563503028.pdf · dan lingkungan hidup serta diberi label. Selanjutnya

70

0,2 mm

CATATANKotak no. 5 dengan luas 1mm x 1mm = 1 mm2 di bagi menjadi 25 kotaksehingga kotak a, b, c, d, e masing-masing memiliki luas 0,2 mm x 0,2 mm =

0,04 mm2

Gambar 3 - Kotak perhitungan pada haemacytometer

g) Alur perhitungan kerapatan konidium seperti tercantum dalam gambar 4.

Gambar 4 - Alur perhitungan konidium

0,2 mm

e

c

b

a 1 mm

1 mm d

Page 75: PEDOMAN UJI MUTU DAN UJI EFIKASI LAPANGAN AGENS …balaipontianak.ditjenbun.pertanian.go.id/uploads/download/1563503028.pdf · dan lingkungan hidup serta diberi label. Selanjutnya

71

h) Konidiumyang terletak pada garis batas kotak hitung hanya dihitung pada sisi kiri dan atas kotak hitung tersebut, sedangkan proses perhitungannya seperti

Gambar 5.

Keterangan gambar:

A : Konidium yang dihitung B : Konidium yang tidak dihitung

Gambar 5 - Perhitungan konidium

i) Ulangi langkah C.4.i pada bidang hitung 2

Keterangan :

A : Kanal 1

B : Bidang hitung 1

C : Bidang hitung 2

D : Kanal 2

Gambar 6 - Kanal pada haemacytometer

j) Bersihkan haemacytometer. k) Ulangi langkah C.4 a dan C.4 b, kemudian kocok suspensi konidium dengan

menggunakan magnetik strirer selama 3 menit.

B

A

A

B

C

D

Page 76: PEDOMAN UJI MUTU DAN UJI EFIKASI LAPANGAN AGENS …balaipontianak.ditjenbun.pertanian.go.id/uploads/download/1563503028.pdf · dan lingkungan hidup serta diberi label. Selanjutnya

72

l) Ulangi langkah C.4 f hingga C.4 l sebanyak 2 kali. m) Setelah diketahui banyaknya konidium pada kotak perhitungan, hitung jumlah

konidium/ml dengan cara sebagai berikut :

S = X

L mm2 x t mm xd x 103

Keterangan :

S adalah kerapatan konidium/ml

X adalahjumlah konidium pada kotak a,b,c,d,e

L adalah luas kotak hitung 0,04 mm2

T adalah kedalaman bidang hitung 0,1 mm

D adalah faktor pengenceran

103 adalah volume suspensi yang dihitung ( 1 ml = 103 mm3)

CATATAN Rumus ini digunakan apabila Haemacytometer yang dipakai

Neubauer Improve.Apabila menggunakan jenis yang lain, maka penghitungan

disesuaikan dengan kondisi Haemacytometer.

n) Hitung rerata kerapatan konidium pada kedua ulangan.

Page 77: PEDOMAN UJI MUTU DAN UJI EFIKASI LAPANGAN AGENS …balaipontianak.ditjenbun.pertanian.go.id/uploads/download/1563503028.pdf · dan lingkungan hidup serta diberi label. Selanjutnya

73

Lampiran D

(Normatif)

Uji viabilitas konidium

D.1 Prinsip

Menghitung persentase jumlah konidium yang berkecambah.

D.2 Bahan

a. SampelAPH Trichoderma spp.; b. Akuades;

c. Kapas gulung; d. Alkohol 70%; e. Medium PDA atau SDA.

D.3 Peralatan

a. Mikroskop;

b. Handcounter; c. Gelas benda (object glass)

d. Gelas penutup; e. Magnetic stirrer; f. Skalpel;

g. Lampu spiritus h. Syringeatau pipet tetes 1 ml;

i. Cawan petri diameter 9 cm; j. Bor gabus(cork borer) diameter 0,5 cm.

D.4 Prosedur pengujian viabilitas konidium

a) Cairkan medium PDA atau SDA tegak diatas lampu spiritus.

b) Tuangkan PDA atau SDA cair kedalam cawan petri berdiameter 9 cm, ratakan dan biarkan sampai padat.

c) Potong medium PDA atau SDA menggunakan bor gabus diameter 0,5 cm.

d) Letakkan potongan medium PDA atau SDA menggunakan skalpel diatas gelas benda (object glass). Tiap gelas benda berisi 3(tiga) potongan medium PDA atau

SDA sebagai ulangan. e) Teteskan suspensi konidium yang akan diuji sebanyak 1(satu) tetes (kerapatan

106ml) dengan menggunakan syringeataupipet volume 1 ml. f) Tutup tiap-tiap potongan medium PDA atau SDA dengan menggunakan gelas

penutup.

Page 78: PEDOMAN UJI MUTU DAN UJI EFIKASI LAPANGAN AGENS …balaipontianak.ditjenbun.pertanian.go.id/uploads/download/1563503028.pdf · dan lingkungan hidup serta diberi label. Selanjutnya

74

g) Amati dibawah mikroskop apakah konidium tampak jelas dan nantinya dapat diamati.

h) Siapkan cawan petri berdiameter 9 cm dan isidengan 1 gulung kapas yang beratnya lebih kurang 0,45 g. Tiap gulung kapas dibasahi dengan 5 tetes

akuades menggunakan pipet tetes. i) Letakkan gelas benda kedalam cawan petri dan diinkubasikan selama 8 jam, 16

jam atau 24 jam pada suhu kamar. j) Amati menggunakan mikroskop dengan perbesaran 400x. Hitung jumlah

konidium yang berkecambah dan yang tidak berkecambah.

k) Hitung daya kecambah konidium dengan rumus sebagai berikut :

VK = KB

KB + KTB x 100%

Keterangan :

VK adalah viabilitas konidium

KB adalah konidium yang berkecambah

KTB adalah konidium yang tidak berkecambah

l) Ulangi langkah D.4 j dan D.4 k untuk kedua potongan medium yang lain. m) Hitung rerata viabilitas dari ketiga potongan medium tersebut.

Page 79: PEDOMAN UJI MUTU DAN UJI EFIKASI LAPANGAN AGENS …balaipontianak.ditjenbun.pertanian.go.id/uploads/download/1563503028.pdf · dan lingkungan hidup serta diberi label. Selanjutnya

75

LAMPIRAN E

(normatif)

Pengujian Patogenisiatas terhadap Tanaman Tembakau

E.1Prinsip

Mengamati terjadinya patogenisitas berupa timbulnya bercak nekrotik pada daun

yang diinokulasi APH Trichoderma spp.

E.2 Bahan

a. Tanaman tembakau (Nikotiana tabacum) berumur 3-4 minggu; b. Sampel APH Trichoderma spp; c. Air steril.

E.3 Peralatan

a. Erlenmeyer 250 ml

b. Syringe.

E.4 Prosedur pengujian patogenisitas

a. Siapkan bibit tembakau berumur 3-4 minggu dalam polibag, dan siramlah dengan air secukupnya.

b. Siapkan syringeyang sudahdisterilkan. c. Buat suspensi konidium APH Trichoderma spp dalam Erlenmeyer dengan

kerapatan konidium sesuai standar. d. Suntikan secara aseptik tulang daun tembakaupada permukaan bawah dengan

suspensi konidium APH Trichodermaspp .

e. Amati ada tidaknya bercak nekrotik pada bagian yang disuntik. Pengamatan dilakukan setiap hari selama 5 hari.

f. Bilatidaktimbul bercak nekrotik, berarti reaksinya negatif atau tidak patogenik.

Page 80: PEDOMAN UJI MUTU DAN UJI EFIKASI LAPANGAN AGENS …balaipontianak.ditjenbun.pertanian.go.id/uploads/download/1563503028.pdf · dan lingkungan hidup serta diberi label. Selanjutnya

76

Lampiran F

(Normatif)

Cara uji penghambatan

F.1 Prinsip

Menghitung penghambatan pertumbuhan patogen oleh APH Trichoderma spp.

F.2 Bahan

a. Sampel APH Trichoderma sp;.

b. Patogen Fusarium spp atau patogen yang lain.

F.3 Peralatan

a. Cawan petri diameter 9 cm; b. Erlenmeyer 100 ml;

c. Bor gabus (cork borrer) diameter 0,5 cm.

F.4 Prosedur pengujian penghambatan

a) Siapkan medium PDA dalam cawan petri b) Ambil isolat Trichoderma spp. yang berumur 7 hari-9 hari menggunakan bor

gabus berdiameter 0.5 cm dari bagian tepi koloni. c) Letakkan potongan isolat Trichoderma spp. pada medium PDA dengan jarak 2

cm dari tepi cawan petri kemudian beri tanda T.

d) Ambil isolat Fusarium spp. (atau patogen lain) yang sudah disiapkan dengan bor gabus berdiameter 0.5 cm dari bagian tepi koloni.

e) Letakkan potongan isolatFusarium spp pada medium PDA dalam cawan petri dengan jarak 2 cm dari tepi cawan petri pada sisi yang berseberangan dengan Trichoderma spp kemudian beri tanda P.

f) Sebagai kontrol letakkan isolat patogen pada medium PDA tanpa Trichoderma spp

Page 81: PEDOMAN UJI MUTU DAN UJI EFIKASI LAPANGAN AGENS …balaipontianak.ditjenbun.pertanian.go.id/uploads/download/1563503028.pdf · dan lingkungan hidup serta diberi label. Selanjutnya

77

Keterangan

A : Trichoderma spp

B : Fusarium spp atau patogen lain

g) Amati pertumbuhan koloni untuk masing-masing jamur hingga terjadi kontak antara Trichoderma spp dengan Fusarium spp.

h) Ukur jari-jari koloni jamur patogen (Fusarium spp.) pada cawan petri perlakuan dan kontrol.

R

2

2

R

1

R

1

kontrol perlakuan

Gambar 8 - Pertumbuhan koloni pada proses antagonisme

A

1 2

2cm 4cm

2cm

A

P

2cm 6,5cm

Kontrol 2 Perlakuan

2 cm 6,5cm

P

A

Kontrol 1

Gambar 7- Antagonisme Trichoderma spp.

Page 82: PEDOMAN UJI MUTU DAN UJI EFIKASI LAPANGAN AGENS …balaipontianak.ditjenbun.pertanian.go.id/uploads/download/1563503028.pdf · dan lingkungan hidup serta diberi label. Selanjutnya

78

i) Hitung persentase penghambatan dengan rumus sebagai berikut :

Z = (r1 − r2)

r1 x 100%

Keterangan :

Z adalah Persentase penghambatan

r1 adalah Jari-jari Fusarium spp tanpa Trichoderma spp (kontrol)

r2adalah Jari-jari Fusarium spp dengan Trichoderma spp

j. Perlakuan uji penghambatan dilakukan minimum sebanyak tiga ulangan.

Page 83: PEDOMAN UJI MUTU DAN UJI EFIKASI LAPANGAN AGENS …balaipontianak.ditjenbun.pertanian.go.id/uploads/download/1563503028.pdf · dan lingkungan hidup serta diberi label. Selanjutnya

79

Lampiran G

(Normatif)

Uji antibiosis

G.1Prinsip

Mengamati terjadinya antibiosis pada Fusarium spp atau patogen lain oleh

APHTrichoderma spp

G.2 Bahan

a. Sampel APHTrichoderma sp;. b. Patogen Fusarium spp atau patogen yang lain.

G.3 Peralatan

a. Cawan petri diameter 9 cm;

b. Erlenmeyer 100 ml; c. Bor gabus (cork borer) diameter 0,5 cm.

G.4 Prosedur pengujian antibiosis

a) Siapkan medium PDA dalam cawan petri

Keterangan

A : Trichoderma spp.

B : Patogen

2cm 4cm

A P

Gambar9 - Proses antibiosis

Page 84: PEDOMAN UJI MUTU DAN UJI EFIKASI LAPANGAN AGENS …balaipontianak.ditjenbun.pertanian.go.id/uploads/download/1563503028.pdf · dan lingkungan hidup serta diberi label. Selanjutnya

80

b) Ambil isolat Trichoderma spp. yang berumur 7 hari-9 hari menggunakan bor

gabus berdiameter 0.5 cm dari bagian tepi koloni. c) Letakkan potongan isolatTrichoderma spp. pada medium PDA dengan jarak 2 cm

dari tepi cawan petri kemudian beri tanda T d) Ambil isolat Fusarium spp. (atau patogen lain) yang sudah disiapkan dengan bor

gabus berdiameter 0,5 cm dari bagian tepi koloni.

e) Letakkan potongan isolatFusarium spp pada medium PDA dalam cawan petri dengan jarak 2 cm dari tepi cawan petri pada sisi yang berseberangan dengan

Trichoderma spp kemudian beri tanda P. f) Ulangi langkah c dan d pada medium PDA yang berbeda sebagai kontrol.

g) Amati adanya zona bening yang tidak ditumbuhi oleh koloni jamur pada area di antara koloni jamur Trichoderma spp dengan Fusarium spp. sebagai salah satu indikator adanya aktifitas antibiosis.

h) Ukur zona bening yang terbentuk antara koloni jamur Trichoderma spp dengan patogen (Fusarium spp) pada cawan petri.

i) Pengujian dilakukan minimum sebanyak tiga ulangan.

Page 85: PEDOMAN UJI MUTU DAN UJI EFIKASI LAPANGAN AGENS …balaipontianak.ditjenbun.pertanian.go.id/uploads/download/1563503028.pdf · dan lingkungan hidup serta diberi label. Selanjutnya

81

Lampiran H

(Normatif)

Uji mikoparasitisme

H.1 Prinsip

Peristiwa terjadinya penghambatan satu patogen oleh jasad antagonistik dengan

terbentuknya zona bening.

H.2 Bahan

a. Sampel APHTrichoderma sp;. b. Patogen jamur Fusarium spp atau patogen yang lain.

H.3 Peralatan

a. Cawan petri diameter 9 cm;

b. Erlenmeyer 100 ml; c. Bor gabus(cork borer) diameter 0,5 cm.

H.4 Prosedur pengujian mikoparasitisme

a) Gelas benda dicelupkan dalam alkohol 70% kemudian panaskan di atas api lampu spiritus.

b) Cairkan medium PDA dalam tabung reaksi sampai medium cair. c) Teteskan sebanyak 1 tetes -2 tetes medium PDA di atas gelas benda sambil

diratakan. d) Inokulasi medium PDA dengan isolat jamur Trichoderma spp. dan jamur patogen

uji pada dua sisi yang berbeda dengan jarak 1 cm -2 cm.

Keterangan

A = Trichoderma spp.

B = jamur patogen

A B

Gambar 10 - Proses mikoparasitik

Page 86: PEDOMAN UJI MUTU DAN UJI EFIKASI LAPANGAN AGENS …balaipontianak.ditjenbun.pertanian.go.id/uploads/download/1563503028.pdf · dan lingkungan hidup serta diberi label. Selanjutnya

82

e) Apabila kedua koloni sudah saling bertemu, dilakukan pengamatan di bawah mikroskop untuk melihat adanya aktifitas mikoparasitisme yang ditunjukkan

dengan adanya hifa Trichoderma spp. yang melilit pada hifa jamur patogen dan kemudian akan diikuti dengan terjadinya lisis pada hifa jamur patogen.

Page 87: PEDOMAN UJI MUTU DAN UJI EFIKASI LAPANGAN AGENS …balaipontianak.ditjenbun.pertanian.go.id/uploads/download/1563503028.pdf · dan lingkungan hidup serta diberi label. Selanjutnya

83

Lampiran I

(informatif)

Pembuatan media agar

I.1 Prinsip

Membuat Medium agar

I.2 Bahan

a. Medium potato dextrose agar (PDA) instan

b. Medium sauboraud dextrose agar (SDA) instan

I.3 Peralatan

a. Cawan petri dengan diameter 15 cm; b. Erlenmeyer 250 ml;

c. Pipet tetes. d. Syringe

I.4 Prosedur pembuatan media agar

a. Timbang medium PDA sebanyak 39 g atau 65 g untuk medium SDA.

b. Masukkan medium tersebut kedalam gelas piala 1000 ml. c. Tuang akuades ke dalam gelas piala tersebut sampai 1000 ml. d. Tuangkan air kedalam panci kecil dan letakkan diatas nyala api kompor.

e. Letakkan gelas piala kedalam panci tersebut, kemudian aduk terus sampai medium PDA atau SDA didalamnya agak mengental (kurang lebih 1j am -2 jam)

f. Siapkan tabung reaksi pada rak atau erlenmeyer yang telah disteril, serta syringe5ml.

g. Setelah medium PDA atau SDA agak mengental kompor dimatikan.

h. Ambil PDAatau SDA dengan menggunakan syringesebanyak 5 ml dan tuangkan kedalam tabung reaksi, kemudian ditutup kapas dan aluminium foil. Sebagai stok,

tuangkan medium PDA atau SDA kedalam erlenmeyer sesuai dengan yang kita inginkan, kemudian ditutup dengan kapas dan aluminium foil.

i. Tabung reaksi dan erlenmeyer yang telah terisi PDA atau SDA kemudian dibungkus plastik dan disteril dengan menggunakan autoklaf.

j. Setelah proses sterilisasi menggunakan autoklaf selesai, medium yang

menggunakan tabung reaksi kemudian dimiringkan. k. Inkubasikan media tersebut selama 1hari -2 hari, pisahkan media yang

terkontaminasi. l. Medium dapat digunakan untuk perhitungan viabilitas konidium, maupun untuk

perbanyakan jamur. m. Apabila medium tersebut belum digunakan sebaiknya disimpan dalam lemari es

dengan suhu 5°C.

Page 88: PEDOMAN UJI MUTU DAN UJI EFIKASI LAPANGAN AGENS …balaipontianak.ditjenbun.pertanian.go.id/uploads/download/1563503028.pdf · dan lingkungan hidup serta diberi label. Selanjutnya

84

Lampiran J

(Informatif)

Morfologi Trichoderma spp

J.1 Morfologi makroskopis

Pada awal pertumbuhan,koloni mula-mula bening atau putih, kemudian berubah

menjadi kehijauan.Seringkali koloni membentuk lingkaran konsentris.

J.2 Morfologi mikroskopis

Jamur Trichoderma spp. memiliki konidiofor tegak, hialin dan bercabang-cabang.

Fialidnya tunggal atau lebih. Konidium berbentuk bulat telur, berukuran (2,8 - 3,2) x

(2,5 x 2,8) µm. Konidium terbentuk secara kelompok di ujung fialid.

Keterangan:

A : Konidium

B : Kodidiofor

C : Konidiospora

Gambar 11- Morfologi mikroskopis Trichoderma spp.

A

B

C

Page 89: PEDOMAN UJI MUTU DAN UJI EFIKASI LAPANGAN AGENS …balaipontianak.ditjenbun.pertanian.go.id/uploads/download/1563503028.pdf · dan lingkungan hidup serta diberi label. Selanjutnya

85

Agens pengendali hayati (APH) Metarhizium anisopliae

1. Ruang lingkup

Standar ini menetapkan syarat mutu, pengambilan contoh, pengujian, pengemasan

dan penandaan Agens Pengendali Hayati (APH)Metarhizium anisopliae.

2. Acuan normatif

SNI 19-0428 Petunjuk pengambilan contoh padatan SNI 19-0429 Petunjuk pengambilan contoh cairan dan semi padat.

3. Istilah dan definisi

3.1

Agens Pengendali Hayati (APH)

Mikroorganisme atau organisme yang mempunyai kemampuan untuk menekan,

menghambat, mematikan atau menyebabkan penyakit jasad sasaran melalui

mekanisme tertentu dan berpotensi digunakan dalam pengendalian. APH dapat

sebagai parasit, predator, atau pathogen.

3.2

Metarhizium anisopliae

Salah satu jamur terbawa tanah yang dapat digunakan sebagai agens pengendali

hayati, biasa disebut green muscardine.

CATATAN 1 Metarhizium anisopliae termasuk jamur kelas Deuteromycetes yang

dapat menyebabkan penyakit pada serangga. Kemampuan untuk menginfeksi inang

disebabkan adanya aktivitas toksin yang dihasilkan yaitu cyclopeptida, destruxin A,

B, C, D, E dan desmethyldestruxin B.

3.3

konidium

organ atau alat perkembangbiakan jamur secara aseksual yang mempunyai

bermacam-macam bentuk dan umumnya berkembang dengan membentuk buluh

Page 90: PEDOMAN UJI MUTU DAN UJI EFIKASI LAPANGAN AGENS …balaipontianak.ditjenbun.pertanian.go.id/uploads/download/1563503028.pdf · dan lingkungan hidup serta diberi label. Selanjutnya

86

kecambahberupa sel tunggal atau majemuk, bening (hialin) atau mengandung

pigmen (zat warna) cokelat, hijau, atau biru.

3.4

kerapatan konidium

jumlah konidium dalam suspensi per satuan volume tertentu.

3.5

viabilitas konidium

kemampuankonidium untuk bertahan hidup pada keadaan tertentu yang dapat

dilihat dari perkecambahan atau kondisi dinding konidium yang tidak berkerut.

3.6

patogenisitas

kemampuan relatif suatu patogen atau entomopatogen untuk menimbulkan penyakit

pada inang yang biasanya dinyatakan dalam LD 50& LT 50.

3.7

lethal dosage (LD50)

dosistunggal APH Metarhizium anisopliae yang dapat menyebabkan kematian

50%serangga uji.

3.8

lethal time (LT50)

waktu yang diperlukan APH Metarhizium anisopliae untuk mematikan 50% serangga

uji dalam kondisi tertentu.

3.9

Serangga uji

Serangga yang digunakan sebagai objek dalam uji patogenisitas.

4. Persyaratan mutu

Persyaratan mutu APH Metarhizium anisopliaedilihat dalam Tabel 1.

Page 91: PEDOMAN UJI MUTU DAN UJI EFIKASI LAPANGAN AGENS …balaipontianak.ditjenbun.pertanian.go.id/uploads/download/1563503028.pdf · dan lingkungan hidup serta diberi label. Selanjutnya

87

Tabel 1 -Persyaratan mutu APH Metarhizium anisopliae

Parameter Satuan

Nilai

Kerapatan konidium per ml ≥ 106

Viabilitas konidium % ≥ 60

Patogenisitas terhadap serangga uji

- LD50 - LT50

per ml

hari

≥106

≤4

Patogenisitas terhadap tanaman

tembakau - Negatif

5. Pengambilan contoh

5.1Pengambilan contoh dalam bentuk padat sesuai dengan SNI 19-0428 dan pengambilan contoh APH dalam bentuk cair sesuai dengan SNI 19-0429.

5.2 Pengambilan contoh dilakukan oleh petugas pengambil contoh yangkompeten.

6. Pengujian

6.1Pengujian dilakukan oleh petugas yang kompeten.

6.2Persiapan contoh pengujian dalam bentuk padat sesuai dengan lampiran A dan dalam bentuk cair sesuai dengan lampiran B.

6.3 Jenis pengujian

6.3.1 Uji kerapatan konidium

Cara uji kerapatan konidium dapat dilihat pada lampiran C.

6.3.2 Uji viabilitas konidium

Cara uji viabilitas konidium dapat dilihat dalam lampiran D.

6.2.3 uji patogenisitas pada serangga uji Cara uji patogenisitas pada serangga ujii dapat dilihat dalam lampiran E.

6.2.4 uji patogenisitas pada tanaman tembakau

Cara uji patogenisitas pada tanaman dapat dilihat dalam lampiran F.

Page 92: PEDOMAN UJI MUTU DAN UJI EFIKASI LAPANGAN AGENS …balaipontianak.ditjenbun.pertanian.go.id/uploads/download/1563503028.pdf · dan lingkungan hidup serta diberi label. Selanjutnya

88

7. Pengemasan

7.1APH dikemas dalam bentuk padat (tepung, serbuk, granul) atau cair.

7.2Kemasan dibuat dari bahan yang tidak mudah rusak dan aman sehingga APH tidak mengalami penurunan mutu.

8. Penandaan atau pelabelan

Penandaanatau pelabelan ditulis dengan bahan yang tidak luntur dan mudah dibaca.

Pelabelan sekurang-kurangnya mencantumkan informasi tentang : - Nama dan alamat produsen

- Jenis APH - Bentuk produk

- Sasaran OPT - Kerapatan konidium

- Tanggal kadaluwarsa - Kode produksi

Page 93: PEDOMAN UJI MUTU DAN UJI EFIKASI LAPANGAN AGENS …balaipontianak.ditjenbun.pertanian.go.id/uploads/download/1563503028.pdf · dan lingkungan hidup serta diberi label. Selanjutnya

89

Lampiran A (normatif)

Pengambilan contoh APHMetarhizium anisopliae dalam bentuk padat

A.1 Prinsip

Mengambil contoh APHMetarhizium anisopliae dalam bentuk padat.

A.2 Bahan

a. ContohAPHMetarhizium anisopliae; b. Aluminium foil;

A.3 Peralatan

a. Alat timbang analitik;

b. Sendok sampling; c. Magnetic stirer.

A.4 Prosedur pengambilan contohAPH

a) Homogenkan contoh APH Metarhizium anisopliaedalam bentuk padat dengan cara dikocok.

b) Ambil contoh APH Metarhizium anisopliae, letakkan diatas aluminium foil. c) Timbang 1 g contoh bahan uji dengan menggunakan aluminium foil dan

masukkan kedalam erlenmeyer 100 ml. d) Tambahkan akuades hingga volume mencapai 100 ml. e) Homogenkan larutan dengan menggunakan magnetic stirrer selama lebih kurang

15 menit. f) Contoh siap digunakan sebagai bahan uji.

Page 94: PEDOMAN UJI MUTU DAN UJI EFIKASI LAPANGAN AGENS …balaipontianak.ditjenbun.pertanian.go.id/uploads/download/1563503028.pdf · dan lingkungan hidup serta diberi label. Selanjutnya

90

Lampiran B

(normatif)

Pengambilan contoh APH Metarhizium anisopliae dalam bentuk cair

B.1 Prinsip

Mengambil contoh APH Metarhizium anisopliae dalam bentuk cair.

B.2 Bahan

Contoh APHMetarhizium anisopliae.

B.3 Peralatan

a. Pipet ukur 10 ml; b. Erlenmeyer 100 ml;

c. Magnetic stirer.

B.4 Prosedur pengambilan contoh APH

a) Homogenkan contohAPH Metarhizium anisopliaedalam bentuk cair dengan cara dikocok.

b) Ambil contoh APH Metarhizium anisopliae sebanyak 10 ml dengan menggunakan pipet ukur.

c) Masukkan ke dalam erlenmeyer. d) Tambahkan akuades hingga volume mencapai 100 ml. e) Homogenkan larutan dengan menggunakan magnetic stirrerselama lebih kurang

15 menit. f) Contoh siap digunakan sebagai bahan uji.

Page 95: PEDOMAN UJI MUTU DAN UJI EFIKASI LAPANGAN AGENS …balaipontianak.ditjenbun.pertanian.go.id/uploads/download/1563503028.pdf · dan lingkungan hidup serta diberi label. Selanjutnya

91

Lampiran C (normatif)

Uji kerapatan konidium

C.1 Prinsip

Menghitung kerapatan konidium dengan menggunakan Haemacytometer tipe

Neubauer Improve dan mikroskop sesuai prosedur.

C.2 Bahan

a. Sampel jamur Metarhizium anisopliae; b. Akuades 100 ml; c. Aluminium foil;

d. Alkohol 70%.

C.3 Peralatan

a. Mikroskop;

b. Haemacytometer tipe Neubauer improve; c. Handcounter; d. Gelas penutuphaemacytometer; e. Alat timbang analitik; f. Magnetic stirrer; g. Erlenmeyer 100 ml; h. Syringe atau pipet 1 ml; i. Sendok sampling.

C.4 Prosedur perhitungan kerapatan konidium

a) Siapkan haemacytometer tipe Neubauer Improve, letakkan pada meja benda

mikroskop. Tutup dengan gelas penutuphaemacytometer seperti Gambar 1.

Gambar 1- Penutupan haemacytometer menggunakan

gelaspenutup.

Page 96: PEDOMAN UJI MUTU DAN UJI EFIKASI LAPANGAN AGENS …balaipontianak.ditjenbun.pertanian.go.id/uploads/download/1563503028.pdf · dan lingkungan hidup serta diberi label. Selanjutnya

92

b) Amati dengan perbesaran 100x, untuk mendapatkan bidang hitung pada haemacytometer.

c) Ambil 0,2 ml contoh uji menggunakan syringe atau pipet. d) Teteskan suspensi konidium secara perlahan pada bidang hitung dengan

syringeatau pipet melalui kedua kanal pada sisi atas dan bawah hingga bidang hitung terpenuhi suspensi secara kapiler. Diamkan satu menit agar posisi stabil

(Gambar 2).

Gambar 2 - Penetesan suspensi pada bidang hitung

e) Ulangi pengamatan untuk memperoleh fokus pada konidium dan pada bidang hitung.

f) Hitung kerapatan konidium yang terdapat pada kotak hitung (a+b+c+d+e) dengan perbesaran 400x dengan menggunakan hand counter. Lakukan pengecekan penghitungan untuk tiap kotak hitung.

Page 97: PEDOMAN UJI MUTU DAN UJI EFIKASI LAPANGAN AGENS …balaipontianak.ditjenbun.pertanian.go.id/uploads/download/1563503028.pdf · dan lingkungan hidup serta diberi label. Selanjutnya

93

0,2 mm

CATATAN 2Kotak pada Gambar 3 dengan luas 1mm x 1mm = 1 mm2 di bagi menjadi 25 kotaksehingga kotak a, b, c, d, e masing-masing memiliki luas 0,2 mm x 0,2 mm = 0,04 mm2

Gambar 3 - Kotak perhitungan pada haemacytometer

g) Alur perhitungan kerapatan konidium seperti tercantum dalam Gambar 4.

Gambar 4 - Alur perhitungan konidium

h) Konidium yang terletak pada garis batas kotak hitung hanya dihitung pada sisi kiri dan atas kotak hitung tersebut, sedangkan proses perhitungannya seperti

Gambar 5.

Keterangan gambar:

A : Konidium yang dihitung B : Konidium yang tidak dihitung

Gambar 5 - Perhitungan konidium

a

b

c

d

e

0,2 mm 1 mm

1 mm

B

A

Page 98: PEDOMAN UJI MUTU DAN UJI EFIKASI LAPANGAN AGENS …balaipontianak.ditjenbun.pertanian.go.id/uploads/download/1563503028.pdf · dan lingkungan hidup serta diberi label. Selanjutnya

94

i) Ulangi langkahC.4 i pada bidang hitung 2

Keterangan gambar :

A : Kanal 1

B : Bidang hitung 1

C : Bidang hitung 2

D : Kanal 2

Gambar 6 - Kanal pada haemacytometer

j) Bersihkan haemacytometer. k) Ulangi langkah C.4 a dan C.4 b, kemudian kocok suspensi konidium dengan

menggunakan magnetic stirer selama 3 menit. l) Ulangi langkah C.4 f hingga C.4 l sebanyak 2 kali.

m) Setelah diketahui jumlah konidium pada kotak perhitungan, hitung kerapatan konidium/ml dengan cara sebagai berikut :

S = 𝑋

L × t × d× 103

Keterangan :

S adalah kerapatan konidium/ml

𝑋 adalah rerata jumlah konidium pada kotak a,b,c,d,e

L adalah luas kotak hitung 0,04 mm2

T adalah kedalaman bidang hitung 0,1 mm

D adalah faktor pengenceran

103 adalah volume suspensi yang dihitung (1 ml = 103 mm3)

CATATAN 2Rumus ini digunakan apabila haemacytometeryang dipakai Neubauer

Improve.Apabila menggunakan jenis yang lain, maka penghitungan disesuaikan

dengan kondisi Haemacytometer.

n) Hitung rerata kerapatan konidium pada kedua ulangan.

B

C

D

A

Page 99: PEDOMAN UJI MUTU DAN UJI EFIKASI LAPANGAN AGENS …balaipontianak.ditjenbun.pertanian.go.id/uploads/download/1563503028.pdf · dan lingkungan hidup serta diberi label. Selanjutnya

95

Lampiran D (normatif)

Uji viabilitas konidium

D.1 Prinsip

Menghitung persentase jumlah konidium yang berkecambah.

D.2 Bahan

a. Sampel APHMetarhizium anisopliae; b. Akuades;

c. Kapas gulung; d. Alkohol 70%; e. Medium PDA atau SDA.

D.3Peralatan

a. Mikroskop;

b. Handcounter; c. Gelas benda (object glass); d. Gelas penutup; e. Magnetic stirrer; f. Skalpel;

g. Lampu spiritus; h. Syringe atau pipet tetes 1 ml;

i. Cawan petri diameter 9 cm; j. Bor gabus(cork borer) diameter 0,5 cm.

D.4 Prosedur pengujian viabilitas konidium

a) Cairkan medium PDA atau SDA tegak diatas lampu spiritus.

b) Tuangkan PDA atau SDA cair kedalam cawan petriberdiameter 9cm, ratakan dan biarkan sampai padat.

c) Potong medium PDA atau SDA menggunakan bor gabus diameter 0,5 cm.

d) Letakkan potongan medium PDA atau SDA menggunakan skalpel diatas gelas benda (object glass). Tiap gelas benda berisi 3 (tiga) potongan medium

PDA/SDA sebagai ulangan. e) Teteskan suspensi konidium yang akan diuji sebanyak 1(satu) tetes (kerapatan

106/ml) dengan menggunakan syringeatau pipet volume 1ml. f) Tutup tiap-tiap potongan medium PDA atau SDA dengan menggunakan gelas

penutup.

g) Amati dibawah mikroskop apakah konidium tampak jelas dan nantinya dapat diamati.

Page 100: PEDOMAN UJI MUTU DAN UJI EFIKASI LAPANGAN AGENS …balaipontianak.ditjenbun.pertanian.go.id/uploads/download/1563503028.pdf · dan lingkungan hidup serta diberi label. Selanjutnya

96

h) Siapkan cawan petri berdiameter 9 cm dan isi dengan 1 gulung kapas yang beratnya lebih kurang 0,45 g. Tiap gulung kapas dibasahi dengan 5 tetes

akuades menggunakan pipet tetes. i) Letakkan gelas benda tersebut kedalam cawan petri dan inkubasikan selama 8

jam, 16 jam atau 24 jam pada suhu kamar. j) Amati menggunakan mikroskop pada perbesaran 400x. Hitung jumlah konidium

yang berkecambah dan yang tidak berkecambah. k) Hitung daya kecambah konidium dengan rumus sebagai berikut :

VK = KB

KB + KTB x 100 %

Keterangan :

VK adalah viabilitas konidium

KB adalah konidium yang berkecambah

KTB adalah konidium yang tidak berkecambah

l) Ulangi langkahD.4 j dan D.4 k untuk kedua potongan medium yang lain. m) Hitung rerata viabilitas dari ketiga potongan medium tersebut.

Page 101: PEDOMAN UJI MUTU DAN UJI EFIKASI LAPANGAN AGENS …balaipontianak.ditjenbun.pertanian.go.id/uploads/download/1563503028.pdf · dan lingkungan hidup serta diberi label. Selanjutnya

97

Lampiran E (normatif)

Uji patogenesitas APHMetarhizium anisopliae

E.1 Prinsi

Menghitung larva atau serangga uji yang mati akibat terinfeksi APHMetarhizium

anisopliae.

E.2 Bahan

a. SampelAPHMetarhizium anisopliae; b. Larva atau serangga uji.

E.3 Peralatan

a. Cawan petri dengan diameter 15 cm;

b. Erlenmeyer 250 ml; c. Pipet tetes.

E.4 Prosedur pengujian patogenesitas

a) Siapkan larva atau serangga uji di cawan petri yang telah disediakan. Dalam 1

cawan petri diisi sebanyak minimal 20 ekor serangga uji. b) Siapkan pakannya. Pakan dari serangga uji tersebut sebaiknya disterilkan

terlebih dahulu untuk menghindari kontaminasi dengan organisme lain.

c) Masukkan pakan tersebut kedalam penyungkup plastik yang telah diisi dengan serangga uji.

d) Buat suspensi konidium APHMetarhizium anisopliae dalam erlenmeyer dengan kerapatan konidium sesuai standar

e) Semprotkan suspensi konidium ke larva atau serangga uji di dalam cawan petri yang sudah disiapkan.

f) Amati setiap hari jumlah larva atau serangga ujiyang mati.

g) Persen kematian larva atau serangga dihitung dengan rumus sebagai berikut :

PK = SM

SUx 100 %

Keterangan :

PK adalah persentase kematian serangga uji

SM adalah serangga uji terinfeksi

SU adalah total serangga uji yang diamati

h) Perlakuan uji patogenesitas dilakukan minimal sebanyak tiga ulangan

Page 102: PEDOMAN UJI MUTU DAN UJI EFIKASI LAPANGAN AGENS …balaipontianak.ditjenbun.pertanian.go.id/uploads/download/1563503028.pdf · dan lingkungan hidup serta diberi label. Selanjutnya

98

LAMPIRAN F

(normatif)

Pengujian Patogenisitas terhadap tanaman tembakau

F.1 Prinsip

Mengamati terjadinya patogenisitas berupa timbulnya bercak nekrotik pada daun

yang diinokulasi APH Metarhizium anisopliae.

F.2 Bahan

a. Bibit tembakau (Nicotiana tabacum) berumur 3-4 minggu;

b. Sampel APH Metarhizium anisopliae;

c. Air steril.

F.3Peralatan

a. Erlenmeyer 250 ml;

b. Syringe.

F.4 Prosedur pengujian patogenisitas

a) Siapkan bibittembakau berumur 3-4 minggu dalam polibag, dan siramlah dengan

air secukupnya. b) Siapkan syringeyang sudah disterilkan. c) Buat suspensi konidium APH Metarhizium anisopliae dalam erlenmeyer dengan

kerapatan konidium sesuai standar. d) Suntikan secara aseptik tulang daun tembakau pada permukaan bawah dengan

suspensi konidium APH Metarhizium anisopliae. e) Amati ada tidaknya bercak nekrotik pada bagian yang disuntik. Pengamatan

dilakukan setiap hari selama 5 hari. f) Bila tidak timbul bercak nekrotik, berarti reaksinya negatif, atau tidak patogenik.

Page 103: PEDOMAN UJI MUTU DAN UJI EFIKASI LAPANGAN AGENS …balaipontianak.ditjenbun.pertanian.go.id/uploads/download/1563503028.pdf · dan lingkungan hidup serta diberi label. Selanjutnya

99

LampiranG (informatif)

MorfologiAPH Metarhizium anisopliae

G.1 Morfologi makroskopis

Pada awal pertumbuhan APH akan membentuk koloni berwarna putih, selanjutnya

koloni akan menebal dan berwarna hijau olive.

G.2 Morfologi mikroskopis

APH Metarhizium anisopliae mempunyai konidiofor tersusun tegak dalam suatu

kumpulan yang kompak, dan berlapis. Konidium berbentuk silinder, lonjong,

panjangnya mencapai 6-16 µm. Konidium bersel satu, hialin dan tidak bersekat.

Keterangan :

A &C : Konidiofor (pendukung konidium)

B &D : Konidium

Gambar 7 - Morfologi mikroskopik jamur Metarhizium anisopliae

Page 104: PEDOMAN UJI MUTU DAN UJI EFIKASI LAPANGAN AGENS …balaipontianak.ditjenbun.pertanian.go.id/uploads/download/1563503028.pdf · dan lingkungan hidup serta diberi label. Selanjutnya

100

Lampira n H (informatif)

Pembuatan media agar

H.1 Prinsip

Membuat medium agar

H.2 Bahan

a. Medium Potato Dextrose Agar (PDA) instan;

b. Medium Sauboroud Dextrose Agar (SDA) instan.

H.3 Peralatan

a. Cawan petri dengan diameter 15 cm;

b. Erlenmeyer 250 ml;

c. Piper tetes.

d. Syringe

e. Otoklaf

H.4 Prosedur pengujian patogenesitas

a. Timbang medium PDA sebanyak 39 g atau 65 g untuk medium SDA. b. Masukkan medium tersebut kedalam gelas piala 1000 ml.

c. Tuang akuades ke dalam gelas piala tersebut sampai 1000 ml. d. Tuangkan air kedalam panci kecil dan letakkan diatas nyala api kompor.

e. Letakkan gelas piala kedalam panci tersebut, kemudian aduk terus sampai medium PDA atau SDA didalamnya agak mengental (kurang lebih 1jam).

f. Siapkan tabung reaksi pada rak atau erlen meyer yang telah disterilkan, serta syringe 5ml.

g. Setelah medium PDA atau SDAhomogen dan agak mengental kompor dimatikan.

h. Ambil PDA atau SDA dengan menggunakan syringesebanyak 5 ml dan tuangkan kedalam tabung reaksi, kemudian ditutup kapas dan aluminium foil. Sebagai

stok, tuangkan medium PDAatau SDA kedalam erlenmeyer sesuai dengan yang kita inginkan, kemudian ditutup dengan kapas dan aluminium foil.

i. Tabung reaksi dan erlenmeyer yang telah terisi PDA atau SDA kemudian

dibungkus plastik dan disteril dengan menggunakan otoklaf. j. Setelah proses sterilisasi menggunakan otoklaf selesai, medium yang

menggunakan tabung reaksi kemudian dimiringkan. k. Inkubasikan medium tersebut selama 1hari -2 hari, pisahkan medium yang

terkontaminasi. l. Medium dapat digunakan untuk perhitungan viabilitas konidium, maupun untuk

perbanyakan jamur.

m. Apabila medium tersebut belum digunakan sebaiknya disimpan dalam lemari es dengan suhu 5°C.

Page 105: PEDOMAN UJI MUTU DAN UJI EFIKASI LAPANGAN AGENS …balaipontianak.ditjenbun.pertanian.go.id/uploads/download/1563503028.pdf · dan lingkungan hidup serta diberi label. Selanjutnya

101

Agens pengendali hayati (APH) Bagian 1:Beauveria bassiana

1. Ruang lingkup

Standar ini menetapkan syarat mutu, pengambilan contoh, pengujian, pengemasan

dan penandaan Agens Pengendali Hayati(APH)Beauveria bassiana.

2. Acuan normatif

SNI 19-0428. Petunjuk pengambilan contoh padatan,

SNI 19-0429. Petunjuk pengambilan contoh cairan dan semi padat,

3. Istilah dan definisi

3.1

Agens Pengendali Hayati (APH)

mikroorganisme atau organisme yang mempunyai kemampuan untuk menekan,

menghambat, mematikan atau menyebabkan penyakit jasad sasaran melalui

mekanisme tertentu, dan berpotensi digunakan dalam pengendalian. APH dapat

sebagai parasit, predator, atau patogen

3.2

Beauveria bassiana

jamur imperfecti, klas Deuteromycetes, genus Beauveria, meskipun ada beberapa

diantaranya yang mampu berkembangbiak secara seksual CATATAN 1 Beauveria bassiana termasuk jamur entomopatogen yaitu jamur yang

dapat menimbulkan penyakit pada serangga karena memiliki kemampuan untuk menghasilkan racun (toksin) antara lain beauvericine, beauverolide, bassianolide dan

isorolide 3.3

konidium

organ atau alat perkembangbiakan jamur secara aseksual yang mempunyai

bermacam-macam bentuk dan umumnya berkembang dengan membentuk buluh

kecambah berupa sel tunggal atau majemuk, bening (hialin) atau mengandung

pigmen (zat warna) cokelat, hijau, atau biru

3.4

kerapatan konidium

jumlah konidium dalam suspensi per satuan volume tertentu

Page 106: PEDOMAN UJI MUTU DAN UJI EFIKASI LAPANGAN AGENS …balaipontianak.ditjenbun.pertanian.go.id/uploads/download/1563503028.pdf · dan lingkungan hidup serta diberi label. Selanjutnya

102

3.5

viabilitas konidium

kemampuankonidium untuk bertahan hidup pada keadaan tertentu yang dapat

dilihat perkecambahan atau kondisi konidium yang tidak berkerut

3.6

patogenisitas

kemampuan relatif suatu patogen atau entomopatogen untuk menimbulkan penyakit

pada inang. Biasanya dinyatakan dalam LD50 dan LT50

3.7

lethal dosage (LD50)

dosis tunggal APH Beauveria bassiana yang dapat menyebabkan kematian 50%

populasi serangga uji

3.8

lethal time (LT50)

waktu yang diperlukan APH Beauveria bassiana untuk mematikan 50% populasi

serangga uji dalam kondisi tertentu

3.9

serangga uji

serangga yang digunakan sebagai objek dalam uji patogenisitas

4. Persyaratan mutu

Persyaratan mutu APH Beauveria bassianadilihat dalam Tabel 1.

Tabel 1 –Persyaratan mutu APH Beauveria bassiana

Parameter Satuan Nilai

Kerapatan konidium per ml ≥106

Viabilitas konidium % ≥ 60

Patogenisitas terhadap serangga uji

- LD50

- LT50

per ml

hari

≥106

≤ 4

Patogenisitas terhadap tanaman

tembakau

- Negatif

Page 107: PEDOMAN UJI MUTU DAN UJI EFIKASI LAPANGAN AGENS …balaipontianak.ditjenbun.pertanian.go.id/uploads/download/1563503028.pdf · dan lingkungan hidup serta diberi label. Selanjutnya

103

5. Pengambilan contoh

5.1Pengambilan contoh APH dalam bentuk padat sesuai dengan SNI 19-0428 dan

pengambilan contoh APH dalam bentuk cair sesuai dengan SNI 19-0429.

5.2 Pengambilan contoh dilakukan oleh petugas pengambil contoh yang kompeten

6. Pengujian

6.1Pengujian dilakukan oleh petugas yang kompeten

6.2Persiapan contoh pengujian dalam bentuk padat sesuai dengan Lampiran A dan dalam bentuk cair sesuai dengan Lampiran B

6.3Jenis Pengujian

6.3.1 Uji kerapatan konidium Cara uji kerapatan konidium dapat dilihat dalamlampiran C.

6.3.2 Uji viabilitas konidium Cara uji viabilitas konidiumdapat dilihat dalam lampiran D.

6.3.3 Uji patogenisitaspada serangga uji

Cara uji patogenisitaspada serangga uji dapat dilihat dalamlampiran E.

6.3.4 Uji patogenisitas pada tanaman tembakau

Cara uji patogenisitaspada tanaman tembakaudapat dilihat dalam lampiran F.

7. Pengemasan

7.1APH dikemas dalam bentuk padat (tepung, serbuk, dan granul) atau cair

7.2Kemasan APH dibuat dari bahan yang tidak mudah rusak dan aman sehinggaAPH

tidakmengalami penurunan mutu.

8. Penandaan atau pelabelan

Penandaan atau pelabelan ditulis dengan bahan yang tidak luntur dan mudah

dibaca. Pelabelan sekurang-kurangnya mencantumkan informasi tentang:

- Nama dan alamat produsen, - Jenis APH,

- Bentuk produk, - OPT sasaran,

- Kerapatan konidium, - Tanggal kadaluwarsa, - Kode produksi

Page 108: PEDOMAN UJI MUTU DAN UJI EFIKASI LAPANGAN AGENS …balaipontianak.ditjenbun.pertanian.go.id/uploads/download/1563503028.pdf · dan lingkungan hidup serta diberi label. Selanjutnya

104

LampiranA (normatif)

Pengambilan contoh APH Beauveria bassiana dalam bentuk padat

A.1 Prinsip

Mengambil contoh Beauveria bassianadalam bentuk padat

A.2 Bahan

a. Contoh APHBeauveria bassiana;

b. Aluminium foil.

A.3 Peralatan

a. Alat timbang analitik; b. Sendok sampling;

c. Magnetic stirrer.

A.4 Prosedur pengambilan contoh APH

a) Homogenkan contoh APHBeauveria bassina dalam bentuk padat dengan cara dikocok.

b) Ambil contoh APH Beauveria bassina,selanjutnyaletakkan di atas aluminium foil. c) Timbang 1 g contoh bahan uji dengan menggunakan aluminium foil dan

masukkan ke dalam erlenmeyer 100 ml.

d) Tambahkan akuades hingga volume mencapai 100 ml e) Homogenkan larutan dengan menggunakan magnetic stirrer selama lebih kurang

15 menit. f) Contoh siap digunakan sebagai bahan uji

Page 109: PEDOMAN UJI MUTU DAN UJI EFIKASI LAPANGAN AGENS …balaipontianak.ditjenbun.pertanian.go.id/uploads/download/1563503028.pdf · dan lingkungan hidup serta diberi label. Selanjutnya

105

Lampiran B (normatif)

Pengambilan contoh Beauveria bassiana dalam bentuk cair

B.1 Prinsip

Mengambil contoh APH Beauveria bassiana dalam bentuk cair

B.2 Bahan

Contoh APH Beauveria bassiana;

B.3 Peralatan

a. Pipet ukur 10 ml; b. Erlenmeyer 100 ml;

c. Magnetic stirrer

B.4 Prosedur pengambilan contoh APH

a) Homogenkan contoh APH Beauveria bassina dalam bentuk cair dengan cara dikocok.

b) Ambil contoh APH Beauveria bassina sebanyak 10 ml dengan menggunakan pipet ukur.

c) Masukkan ke dalam erlenmeyer.

d) Tambahkan akuades hingga volume mencapai 100 ml. e) Homogenkan larutan dengan menggunakan magnetic stirrerselama lebih kurang

15 menit. f) Contoh siap digunakan sebagai bahan uji

Page 110: PEDOMAN UJI MUTU DAN UJI EFIKASI LAPANGAN AGENS …balaipontianak.ditjenbun.pertanian.go.id/uploads/download/1563503028.pdf · dan lingkungan hidup serta diberi label. Selanjutnya

106

Lampiran C (normatif)

Uji kerapatan konidium

C.1Prinsip

Menghitung kerapatan konidium dengan menggunakan Haemacytometer tipe

Neubauer Improve dan mikroskop sesuai prosedur.

C.2Bahan

a. Sampel APHBeauveria bassiana;

b. Akuades 100 ml; c. Aluminium foil;

d. Alkohol 70%.

C.3Peralatan

a. Mikroskop; b. Haemacytometer tipe Neubauer improve;

c. Handcounter; d. Gelas penutuphaemacytometer; e. Alat timbang analitik;

f. Magnetic stirrer; g. Erlenmeyer 100 ml;

h. Syringe atau pipet 1 ml; i. Sendok sampling.

C.4 Prosedur penghitungan kerapatan konidium

a) Siapkan haemocytometer tipe Neubauer Improve, letakkan pada meja benda

mikroskop. Tutup dengan gelas penutuphaemacytometerseperti Gambar 1

Gambar 1- Penutupan haemacytometer menggunakan gelaspenutup.

b) Amati dengan perbesaran 100x, untuk mendapatkan bidang hitung pada haemacytometer.

c) Ambil 0,2 ml contoh uji menggunakan syringe atau pipet.

d) Teteskan suspensi konidium secara perlahan pada bidang hitung dengan syringeatau pipet melaluikeduakanal pada sisi atas dan bawah, hingga bidang

hitung terpenuhi suspensi secara kapiler.Diamkan satu menit agar posisi stabil (Gambar 2).

Page 111: PEDOMAN UJI MUTU DAN UJI EFIKASI LAPANGAN AGENS …balaipontianak.ditjenbun.pertanian.go.id/uploads/download/1563503028.pdf · dan lingkungan hidup serta diberi label. Selanjutnya

107

Gambar 2 - Penetesan suspensi pada bidang hitung

e) Ulangi pengamatan untuk memperoleh fokus pada konidium dan pada bidang

hitung.

f) Hitung kerapatan konidium yang terdapat pada kotak hitung (a+b+c+d+e) dengan perbesaran 400x dengan menggunakan hand counter. Lakukan

pengecekan penghitungan untuk tiap kotak hitung.

Page 112: PEDOMAN UJI MUTU DAN UJI EFIKASI LAPANGAN AGENS …balaipontianak.ditjenbun.pertanian.go.id/uploads/download/1563503028.pdf · dan lingkungan hidup serta diberi label. Selanjutnya

108

CATATAN 2Kotak pada Gambar 3 dengan luas 1mm x 1mm = 1 mm2 dibagi menjadi 25 kotaksehingga kotak a, b, c, d, e masing-masing memiliki luas 0,2 mm x 0,2 mm = 0,04 mm2

Gambar 3 - Kotak perhitungan pada haemacytometer

g) Alur perhitungan kerapatan konidium seperti tercantum pada gambar 4.

Gambar 4 - Alur perhitungan konidium

h) Konidiumyang terletak pada garis batas kotak hitung hanya dihitung pada sisi kiri dan atas kotak hitung tersebut, sedangkan proses penghitungannya seperti Gambar 5.

Keterangan gambar:

A : Konidium yang dihitung B : Konidium yang tidak dihitung

Gambar 5 - Perhitungan konidium

a

b

c

d

e

0,2 mm 1 mm

1 mm

0,2 mm

B

A

Page 113: PEDOMAN UJI MUTU DAN UJI EFIKASI LAPANGAN AGENS …balaipontianak.ditjenbun.pertanian.go.id/uploads/download/1563503028.pdf · dan lingkungan hidup serta diberi label. Selanjutnya

109

i) Ulangi langkah C.4 f pada bidang hitung 2

Keterangan gambar :

A : Kanal 1

B : Bidang hitung 1

C : Bidang hitung 2

D : Kanal 2

Gambar 6 - Kanal pada haemacytometer

j) Bersihkan haemacytometer. k) Ulangi langkah C.4 a dan C.4 b, kemudianhomogenkan suspensi konidium

dengan menggunakan magnetic stirrer selama 3 menit. l) Ulangi langkah C.4 c hingga C.4 i sebanyak 2 kali.

m) Setelah diketahui banyaknya konidium pada kotak perhitungan, hitung jumlah konidium/ml dengan cara sebagai berikut :

S = x

L × t × d× 103

Keterangan :

S adalah kerapatan konidium/ml

X adalah rerata jumlah konidium pada kotak a,b,c,d,e

L adalah luas kotak hitung 0,04 mm2

t adalah kedalaman bidang hitung 0,1 mm

d adalah faktor pengenceran

103 adalah volume suspensi yang dihitung ( 1 ml = 103 mm3)

CATATAN 2Rumus ini digunakan apabila Haemocytometer yang dipakai

Neubauer Improve.Apabila menggunakan jenis yang lain, maka penghitungan

disesuaikan dengan kondisi Haemacytometer.

n) Hitung rerata kerapatan konidium pada kedua ulangan.

B

C

D

A

Page 114: PEDOMAN UJI MUTU DAN UJI EFIKASI LAPANGAN AGENS …balaipontianak.ditjenbun.pertanian.go.id/uploads/download/1563503028.pdf · dan lingkungan hidup serta diberi label. Selanjutnya

110

Lampiran D (normatif)

Uji viabilitaskonidium

D.1 Prinsip

Menghitung persentase jumlah konidium yang berkecambah.

D.2Bahan

a. SampelAPH Beauveria bassiana;

b. Akuades; c. Kapas gulung; d. Alkohol 70%;

e. Medium PDA atau SDA

D.3 Peralatan

a. Mikroskop; b. Hand t counter; c. Gelas benda (object glass) d. Gelas penutup;

e. Magnetic stirrer; f. Skalpel; g. Lampu spiritus

h. Syringe atau pipet tetes 1 ml; i. Cawan petri (petridish) diameter 9 cm;

j. Bor gabus(cork borrer) diameter 0,5 cm.

D.4 Prosedur pengujian viabilitas konidium

a) Cairkan medium PDA atau SDA tegak diatas lampu spiritus. b) Tuangkan PDA atau SDA cair kedalam cawan petri berdiameter 9cm, ratakan

dan biarkan sampai padat. c) Potong mediumPDA atau SDA menggunakan bor gabus diameter 0,5 cm. d) Letakkan potongan medium PDA atau SDA menggunakan skalpel diatas gelas

benda (object glass).Tiap gelas benda berisi 3 (tiga) potongan medium PDA atau SDA sebagai ulangan.

e) Teteskan suspensi konidium yang akan diuji sebanyak 1 tetes (kerapatan 106/ml) dengan menggunakan syringe atau pipet volume 1 ml.

f) Tutup tiap-tiap potongan medium PDA atau SDA dengan menggunakan gelas penutup.

g) Amati dibawah mikroskop apakah konidium tampak jelas dan nantinya dapat

diamati.

Page 115: PEDOMAN UJI MUTU DAN UJI EFIKASI LAPANGAN AGENS …balaipontianak.ditjenbun.pertanian.go.id/uploads/download/1563503028.pdf · dan lingkungan hidup serta diberi label. Selanjutnya

111

h) Siapkan cawan petri berdiameter 9 cm dan isi dengan 1 gulung kapas yang beratnya lebih kurang 0,45 g. Tiap gulung kapas dibasahi dengan 5 tetes

akuades. i) Letakkan gelas benda tersebut kedalam cawan petri dan inkubasikan selama 8,

16 atau 24 jam pada suhu kamar. j) Amati menggunakan mikroskop pada perbesaran 400x. Hitung jumlah konidium

yang berkecambah dan yang tidak berkecambah. k) Hitung daya kecambah konidium dengan rumus sebagai berikut :

VK = KB

KB + KTB x 100 %

Keterangan :

VK adalah viabilitas konidium

KB adalah konidium yang berkecambah

KTB adalah konidium yang tidak berkecambah

l) Ulangi langkah D.4 j dan D.4 k untuk kedua potongan medium yang lain. m) Hitung rerata viabilitas dari ketiga potongan medium tersebut.

Page 116: PEDOMAN UJI MUTU DAN UJI EFIKASI LAPANGAN AGENS …balaipontianak.ditjenbun.pertanian.go.id/uploads/download/1563503028.pdf · dan lingkungan hidup serta diberi label. Selanjutnya

112

Lampiran E (normatif)

Ujipatogenesitas APH Beauveria bassiana

E.1 Prinsip

Menghitung larva atau serangga uji yang mati akibat terinfeksi APHBeauveria

bassiana

E.2 Bahan

a. SampelAPH Beauveria bassiana;

b. Larva atau serangga uji.

E.3 Peralaan

a. Cawan petri dengan diameter 15 cm; b. Erlenmeyer 250 ml;

c. Pipet tetes.

E.4 Prosedur pengujian patogenesitas

a) Siapkan larva atau serangga uji di cawan petri yang telah disediakan. Dalam 1 (satu)cawan petri diisi sebanyak minimal 20 ekor serangga uji.

b) Siapkan pakannya. Pakan tersebut sebaiknya disterilkan terlebih dahulu untuk menghindari kontaminasi dengan organisme lain.

c) Masukkan pakan tersebut kedalam penyungkup plastik yang telah diisi dengan serangga uji.

d) Buat suspensi konidiumBeauveria bassianadalam erlenmeyer dengan kerapatan

konidium sesuai standar e) Semprotkan suspensi konidium ke larva atau serangga uji di dalam cawan petri

yang sudah disiapkan. f) Amati setiap hari jumlah larva atau serangga ujiyang mati.

g) Persentase kematian larva atau serangga dihitung dengan rumus sebagai berikut :

PK = SM

SUx 100 %

Keterangan :

PK adalah persentase kematian serangga uji

SMadalah serangga uji terinfeksi

SU adalah total serangga uji yang diamati

h) Perlakuan uji patogenisitas dilakukan minimal sebanyak tiga ulangan

Page 117: PEDOMAN UJI MUTU DAN UJI EFIKASI LAPANGAN AGENS …balaipontianak.ditjenbun.pertanian.go.id/uploads/download/1563503028.pdf · dan lingkungan hidup serta diberi label. Selanjutnya

113

Lampiran F (normatif)

Pengujian patogenisitas terhadap tanaman tembakau

F.1 Prinsip

Mengamati terjadinya patogenisitas berupa timbulnya bercak nekrotik pada daun

yang diinokulasiAPH Beauveria bassiana

F.2 Bahan

a. Bibittembakau (Nicotiana tabacum) berumur 3-4 minggu;

b. Sampel APH Beauveria bassiana; c. Akuades.

F.3 Peralatan

a. Erlenmeyer 250 ml;

b. Syringe.

F.4 Prosedur pengujian patogenisitas

a) Siapkan bibit tembakau berumur 3-4 minggu dalam polibag dan siramlah dengan

air secukupnya. b) Siapkan syringe yang sudah disterilkan. c) Buat suspensi konidium APH Beauveria bassiana dalam erlenmeyer dengan

kerapatan konidium sesuai standar d) Suntikkan secara aseptik tulang daun tembakau pada permukaan bawah dengan

susupensi konidium APH Beauveria bassiana e) Amati ada tidaknya bercak nekrotik pada bagian yang disuntik. Pengamatan

dilakukan setiap hari selama 5 hari f) Bila tidak timbul bercak nekrotik, berarti reaksinya negatif atau tidak patogenik

Page 118: PEDOMAN UJI MUTU DAN UJI EFIKASI LAPANGAN AGENS …balaipontianak.ditjenbun.pertanian.go.id/uploads/download/1563503028.pdf · dan lingkungan hidup serta diberi label. Selanjutnya

114

Lampiran G

(informatif)

Morfologi APHBeauveria bassiana

G.1Morfologi Makroskopis

APHBeauveria bassiana memiliki tipe pertumbuhan apikal, pada awal

pertumbuhannya koloni berwarna putih, dan selanjutnya koloni akan tampak

menebal, kadang-kadang berubah menjadi agak kekuningan.

G.2 Morfologi Mikroskopis

APHBeauveria bassiana memiliki konidium berbentuk oval agak bulat sampai bulat

telur, bersel satu, hialin dengan diameter 2-3 µm. Konidium Beauveria bassiana

dihasilkan secara aseksual. Konidium ini terbentuk pada ujung dan sisi-sisi konidiofor

dan melekat pada sterigma yang pendek. Konidiumterbentuk secara tunggal,

pertumbuhannya mengikuti pola berselang seling, sehingga setelah konidium masak

dan terlepas dari konidiofornya tampak berbentuk zig-zag

Keterangan :

A : konidium

B :konidiosporabentuk zig-zag

C : konidispora

Gambar 7 - Morfologi mikroskopikAPHBeauveria bassiana

A

B

C

Page 119: PEDOMAN UJI MUTU DAN UJI EFIKASI LAPANGAN AGENS …balaipontianak.ditjenbun.pertanian.go.id/uploads/download/1563503028.pdf · dan lingkungan hidup serta diberi label. Selanjutnya

115

Lampiran H (informatif)

Pembuatan medium agar

H.1 Prinsip

Membuat medium agar

H.2 Bahan

a. Medium Potato Dextrose Agar (PDA) instan

b. Medium Sauboraud Dextrose Agar (SDA) instan

H.3 Peralatan

a. Cawan petri berdiameter 15 cm; b. Erlenmeyer 250 ml;

c. Pipet tetes. d. Otoklaf

H.4 Prosedur pengujian patogenesitas

a. Timbang medium PDA sebanyak 39 g atau 65 g untuk medium SDA.

b. Masukkan medium tersebut kedalam gelas piala 1000 ml. c. Tuang akuades ke dalam gelas piala tersebut sampai volume mencapai 1000 ml. d. Tuangkan air kedalam panci kecil dan letakkan diatas nyala api kompor.

e. Letakkan gelas pialakedalam panci tersebut, kemudian aduk terus sampai medium PDA atau SDA didalamnya homogen dan agak mengental (kurang lebih

1jam) f. Siapkan tabung reaksi pada rak atau erlenmeyer yang telah disteril, serta

syringe5ml.

g. Setelah medium PDA atau SDA homogen dan agak mengental kompor dimatikan.

h. Ambil PDA atau SDA dengan menggunakan syringesebanyak 5 ml dan tuangkan kedalam tabung reaksi, kemudian ditutup kapas dan aluminium foil. Sebagai

stok, tuangkan medium PDA atau SDA kedalam erlenmeyer sesuai dengan yang kita inginkan, kemudian ditutup dengan kapas dan aluminium foil.

i. Tabung reaksi dan erlenmeyer yang telah terisi PDA atau SDA kemudian

dibungkus plastik dan disteril dengan menggunakan otoklaf. j. Setelah proses sterilisasi menggunakan otoklaf selesai,medium yang

menggunakan tabung reaksi kemudian dimiringkan. k. Inkubasikan media tersebut selama 1 hari -2 hari, pisahkan medium yang

terkontaminasi. l. Medium dapat digunakan untuk perhitungan viabilitas konidium, maupun untuk

perbanyakan jamur.

m. Apabila medium tersebut belum digunakan sebaiknya disimpan dalam lemari es dengan suhu 5°C.