bakteri endofit asal berbagai akar tanaman sebagai agens...

26
Volume 12, Nomor 3, Mei 2016 Halaman 75–82 DOI: 10.14692/jfi.12.3.75 ISSN: 0215-7950 *Alamat penulis korespondensi: Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Jalan Kamper, Kampus Darmaga IPB, Bogor 16680. Tel: 0251-8629364, Faks: 0251-8629362. Surel: [email protected] 75 Bakteri Endofit Asal Berbagai Akar Tanaman sebagai Agens Pengendali Nematoda Puru Akar Meloidogyne incognita pada Tomat Endophytic Bacteria From Root of Several Plants as Biocontrol Agents of the Root-knot Nematode Meloidogyne incognita on Tomato Ankardiansyah Pandu Pradana, Abdul Munif*, Supramana Institut Pertanian Bogor, Bogor 16680 ABSTRAK Infeksi nematoda puru akar (NPA) Meloidogyne incognita pada tomat dapat menyebabkan kehilangan hasil. Keefektifan kelompok bakteri endofit asal akar tanaman sebagai agens pengendali NPA sampai saat ini masih belum banyak dilaporkan. Penelitian ini bertujuan mendapatkan kelompok bakteri endofit dari 16 jenis akar tanaman yang efektif sebagai agens pengendali NPA. Bakteri diisolasi menggunakan medium NA 20%, NA 50%, TSA 20%, TSA 50%, dan Kings’B. Bakteri yang menunjukkan hasil negatif pada uji hipersensitif dan aktivitas hemolisis diuji kemampuannya dalam menghasilkan enzim protease dan kitinase, dan sianida. Bakteri endofit yang sama juga diuji kemampuannya mengendalikan M. incognita juvenil 2 pada tomat dengan perlakuan perendaman benih dan penyiraman suspensi. Peubah agronomi dan patologi diukur 40 hari setelah infestasi nematoda. Sebanyak 80 kelompok bakteri endofit berhasil diisolasi, 17 di antaranya berpotensi sebagai kandidat agens pengendali NPA. Uji fisiologis menunjukkan 16 kelompok menghasilkan protease, 12 kelompok menghasilkan kitinase, dan 5 kelompok menghasilkan senyawa sianida. Kelompok bakteri TmtN5 asal tanaman tomat paling efektif dalam menekan kerusakan akar dan populasi NPA. Kelompok bakteri tersebut mampu menghasilkan enzim kitinase, protease, dan senyawa sianida. Penelitian ini memberikan informasi baru bahwa kelompok bakteri endofit asal berbagai macam akar tanaman memiliki potensi sebagai agens pengendali NPA. Kata kunci: enzim litik, pengendalian hayati, uji hemolisis, uji hipersensitif ABSTRACT Infection caused by root knot nematode (RKN) Meloidogyne incognita may cause yield losses. Little is known regarding the effectiveness of endophytic bacterial group as biocontrol agents of RKN. This research was aimed to obtain endophytic bacteria group from 16 species of plants, which effectively controlled the RKN. Isolation of endophytic bacteria group was conducted using NA 20%, NA 50%, TSA 20%, TSA 50%, and King’s B medium. All of the bacteria groups giving negative result in hypersensitive and haemolytic tests, was further examined for their ability to produce protease, chitinase, and cyanide acid. The same endophytic bacteria groups were also tested for their potential to control juvenile 2 of M. incognita on tomatoes by seed treatment and soil drenching. Agronomical and pathological traits were observed 40 days after nematodes infestation. Eighty endophytic bacteria groups were successfully isolated and 17 of them were considered potential. Physiological test showed that 16 groups of endophytic bacteria can produce protease enzyme, 12 groups can produce chitinase enzyme, and 5 groups can produce cyanide acid. Specific endophytic bacteria group, i.e. TmtN5 from roots of

Upload: lamcong

Post on 28-Apr-2019

219 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Bakteri Endofit Asal Berbagai Akar Tanaman sebagai Agens ...fp.unmas.ac.id/wp-content/uploads/2018/10/vol-12-no.3.pdfInfeksi nematoda puru akar (NPA) Meloidogyne incognita pada tomat

Volume 12 Nomor 3 Mei 2016Halaman 75ndash82

DOI 1014692jfi12375ISSN 0215-7950

Alamat penulis korespondensi Departemen Proteksi Tanaman Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor Jalan Kamper Kampus Darmaga IPB Bogor 16680 Tel 0251-8629364 Faks 0251-8629362 Surel abdulmunifipbacid

75

Bakteri Endofit Asal Berbagai Akar Tanaman sebagai Agens Pengendali Nematoda Puru Akar Meloidogyne incognita

pada Tomat

Endophytic Bacteria From Root of Several Plants as Biocontrol Agents of the Root-knot Nematode Meloidogyne incognita on Tomato

Ankardiansyah Pandu Pradana Abdul Munif SupramanaInstitut Pertanian Bogor Bogor 16680

ABSTRAK

Infeksi nematoda puru akar (NPA) Meloidogyne incognita pada tomat dapat menyebabkan kehilangan hasil Keefektifan kelompok bakteri endofit asal akar tanaman sebagai agens pengendali NPA sampai saat ini masih belum banyak dilaporkan Penelitian ini bertujuan mendapatkan kelompok bakteri endofit dari 16 jenis akar tanaman yang efektif sebagai agens pengendali NPA Bakteri diisolasi menggunakan medium NA 20 NA 50 TSA 20 TSA 50 dan KingsrsquoB Bakteri yang menunjukkan hasil negatif pada uji hipersensitif dan aktivitas hemolisis diuji kemampuannya dalam menghasilkan enzim protease dan kitinase dan sianida Bakteri endofit yang sama juga diuji kemampuannya mengendalikan M incognita juvenil 2 pada tomat dengan perlakuan perendaman benih dan penyiraman suspensi Peubah agronomi dan patologi diukur 40 hari setelah infestasi nematoda Sebanyak 80 kelompok bakteri endofit berhasil diisolasi 17 di antaranya berpotensi sebagai kandidat agens pengendali NPA Uji fisiologis menunjukkan 16 kelompok menghasilkan protease 12 kelompok menghasilkan kitinase dan 5 kelompok menghasilkan senyawa sianida Kelompok bakteri TmtN5 asal tanaman tomat paling efektif dalam menekan kerusakan akar dan populasi NPA Kelompok bakteri tersebut mampu menghasilkan enzim kitinase protease dan senyawa sianida Penelitian ini memberikan informasi baru bahwa kelompok bakteri endofit asal berbagai macam akar tanaman memiliki potensi sebagai agens pengendali NPA

Kata kunci enzim litik pengendalian hayati uji hemolisis uji hipersensitif

ABSTRACT

Infection caused by root knot nematode (RKN) Meloidogyne incognita may cause yield losses Little is known regarding the effectiveness of endophytic bacterial group as biocontrol agents of RKN This research was aimed to obtain endophytic bacteria group from 16 species of plants which effectively controlled the RKN Isolation of endophytic bacteria group was conducted using NA 20 NA 50 TSA 20 TSA 50 and Kingrsquos B medium All of the bacteria groups giving negative result in hypersensitive and haemolytic tests was further examined for their ability to produce protease chitinase and cyanide acid The same endophytic bacteria groups were also tested for their potential to control juvenile 2 of M incognita on tomatoes by seed treatment and soil drenching Agronomical and pathological traits were observed 40 days after nematodes infestation Eighty endophytic bacteria groups were successfully isolated and 17 of them were considered potential Physiological test showed that 16 groups of endophytic bacteria can produce protease enzyme 12 groups can produce chitinase enzyme and 5 groups can produce cyanide acid Specific endophytic bacteria group ie TmtN5 from roots of

J Fitopatol Indones Pradana et al

76

tomato plant is the most effective isolate for suppressing root damage and population of RKN This group was effective as biocontrol agents of RKN because it produceds chitinase protease and cyanide acid This research provided a new information regarding the potential use of endophytic bacteria group as a biocontrol agent of RKN

Key words biological control hemolysis test hypersensitive test lytic enzymes

PENDAHULUAN

Infeksi Meloidogyne incognita pada tanaman tomat menyebabkan terbentuknya puru pada akar Keberadaan puru dapat mengganggu sistem distribusi air dan mineral dari tanah melalui akar ke seluruh bagian tanaman akar baru tidak muncul tanaman mudah layu pertumbuhan terhambat kerdil dan pada infeksi parah menyebabkan klorosis (Bartlem et al 2013) Bakteri antagonis yang berpotensi untuk mengendalikan M incognita di antaranya ialah Bacillus sp dan Pseudomonas fluorescens Kedua bakteri tersebut diketahui dapat menghasilkan enzim protease dan kitinase yang mampu mendegradasi dinding sel telur dan larva nematoda M incognita dan M javanica (Kalaiarasan et al 2006 Harni et al 2007 Lian et al 2007 Tian et al 2007)

Keefektifan isolat tunggal bakteri endofit sebagai agens pengendali nematoda puru akar (NPA) sudah dilaporkan oleh Hallmann et al (2001) dan Munif et al (2015) Keduanya melaporkan bakteri endofit mampu menekan populasi dan tingkat infeksi NPA pada tanaman Namun sampai saat ini masih sedikit laporan mengenai keefektifan gabungan 2 atau lebih isolat bakteri endofit sebagai agens pengendali M incognita Menurut Mei dan Flinn (2010) gabungan 2 atau lebih isolat bakteri endofit memiliki potensi lebih besar untuk meningkatkan ketahanan tanaman terhadap cekaman lingkungan dan meningkatkan produksi tanaman dibandingkan dengan penggunaan isolat tunggal Laporan mengenai kombinasi 2 atau lebih bakteri endofit untuk mengendalikan patogen tumbuhan telah dilaporkan oleh Berg dan Hallmann (2006) yaitu menggabungkan 2 isolat bakteri endofit untuk menekan pertumbuhan cendawan patogen tumbuhan Namun keefektifan

kelompok bakteri endofit yang merupakan seluruh bakteri yang dapat ditumbuhkan pada medium buatan dari bagian suatu tanaman sebagai agens pengendali patogen tumbuhan masih belum banyak dilaporkan Penelitian ini bertujuan mendapatkan kelompok bakteri endofit dari akar berbagai tanaman yang efektif mengendalikan M incognita pada tomat dan mengidentifikasi aktivitas fisiologi bakteri tersebut

BAHAN DAN METODE

Isolasi Kelompok Bakteri EndofitKelompok bakteri endofit diisolasi dari

bagian akar tanaman bambu (Bambusa bambos) mint (Coleus amboinicus) bit merah (Beta vulgaris) gingseng (Talinum triangulare) pecah beling ungu (Strobilanthes crispus) pacar air (Impatiens balsamina) tomat (Lycopersicum esculentum) sereh (Cymbopogon nardus) padi (Oryza sativa) tithonia (Tithonia diversifolia) kumis kucing (Orthosiphon aristatus) binahong (Anredera cordifolia) jinten (Nigella sativa) temulawak (Curcuma xanthorrhiza) garut (Maranta arundinacea) dan cabai rawit (Capsicum frutescens) Sebanyak 1 g akar tanaman dicuci sampai bersih dan disterilkan permukaannya dengan merendamnya dalam alkohol 70 selama 1 menit NaOCl 1 selama 1 menit dan dibilas dengan akuades steril 3 kali Sampel dikeringkan dengan tisu steril kemudian ditempelkan pada medium tryptic soy agar (TSA) dan diinkubasi selama 2 hari Akar yang steril dimaserasi sampai halus dengan penambahan air 110 Selanjutnya sebanyak 01 mL suspensi diambil dan diisolasi pada medium TSA 20 TSA 50 nutrient agar (NA) 20 NA 50 dan KingsrsquoB lalu diinkubasi pada suhu ruang selama 2 hari (Lodewyckx et al 2002)

J Fitopatol Indones Pradana et al

77

Penapisan Kelompok Bakteri EndofitPengujian Hipersensitifitas Pengujian

dilakukan dengan menumbuhkan setiap kelompok bakteri endofit pada medium tumbuh sesuai medium asal bakteri tersebut (TSA 20 TSA 50 NA 20 NA 50 dan Kings B) selama 48 jam Seluruh koloni yang tumbuh dipanen menggunakan 1 mL akuades steril Suspensi tersebut diinfiltrasikan ke daun tanaman tembakau Kelompok bakteri yang menimbulkan gejala nekrosis pada daun tembakau dalam waktu 48 jam tidak digunakan dalam uji lanjut karena berpotensi sebagai patogen (Heath 2000)

Pengujian Aktivitas HemolisisKelompok bakteri ditumbuhkan pada medium agar-agar darah dan diinkubasi selama 24 jampada suhu 37 degC Isolat bakteri yang menghasilkan toksin β-hemolisis akan membentuk zona bening disekitar koloni dan yang menghasilkan toksin α-hemolisis akan membentuk zona agak gelap disekitar koloni (Salasia et al 2004) Kelompok bakteri yang menunjukkan toksin β-hemolisis atau α-hemolisis tidak digunakan dalam uji lanjut karena berpotensi membahayakan kesehatan manusia

Pengujian Keefektifan Kelompok Bakteri Endofit Sebagai Agens Hayati Nematoda

Kelompok bakteri diinokulasikan pada 100 mL medium tryptic soy borth (TSB) nutrient borth (NB) dan Kings B cair sesuai dengan medium asal kelompok bakteri kemudian diinkubasi selama 48 jam Benih tomat disterilkan menggunakan alkohol 70 selama 40 detik Tween 20 selama 1 menit dan dibilas dengan akuades 3 kali Benih tomat direndam dalam suspensi bakteri dengan kerapatan 108 cfu mL-1 selama 24 jam kemudian disemai dan ditanam di rumah kaca Penanaman dilakukan mengikuti pola rancangan acak kelompok dengan 5 ulangan setiap ulangan terdiri atas 2 tanaman uji yang ditanam pada pot yang berbeda Sebanyak 300 M incognita juvenil 2 diinokulasikan pada tanaman uji yang berumur 1 bulan Inokulum M incognita yang digunakan merupakan hasil perbanyakan di laboratorium Pada minggu

pertama ke-2 dan ke-5 setelah inokulasi nematoda tanaman disiram dengan 100 mL suspensi kelompok bakteri dengan kerapatan 108 cfu mL-1

Peubah yang diamati yaitu panjang akar (ujung pangkal batang sampai dengan ujung akar terpanjang) populasi nematoda pada akar dan tanah serta tingkat kerusakan akar didasarkan pada skala Zeck dengan skala 1 sampai dengan 10 (Zeck 1971) Populasi nematoda di dalam tanah dihitung dari ekstraksi 200 mL tanah menggunakan metode flotasi sentrifugasi Populasi nematoda di akar dihitung dengan pewarnaan akar Jumlah nematoda yang terwarnai dihitung dari 1 g akar Pengamatan dilakukan pada 40 hari setelah inokulasi nematoda (Munif et al 2013)

Karakterisasi Sifat Fisiologis Kelompok Bakteri Endofit

Pengujian Aktivitas Proteolitik Uji proteolitik dilakukan pada medium skim milk agar (SMA) Kelompok bakteri digores pada medium SMA dan diinkubasi pada suhu ruang selama 24ndash72 jam Aktivitas proteolitik ditunjukkan dengan terbentuknya zona bening disekitar koloni bakteri (Baehaki dan Budiman 2011)

Pengujian Aktivitas Kitinolitik Uji produksi kitinase dilakukan pada medium kitin 1 Kelompok bakteri digores pada medium dan diinkubasi pada suhu 27 degC Adanya aktivitas kitinolitik ditandai dengan terbentuknya zona bening disekitar bakteri setelah diinkubasi 3 hari (Hariprasad et al 2011)

Pengujian Produksi Senyawa Sianida Uji produksi senyawa sianida mengacu pada metode yang dideskripsikan oleh Ahmad et al (2008) Produksi senyawa sianida dideteksi dengan larutan cyanide detection solution (CDS) yang mengandung 2 g asam pikrat dan 8 g natrium karbonat dalam 200 mL akuades steril Kelompok bakteri digoreskan pada medium yang mengandung glisin Potongan kertas saring steril 1 cm times 1 cm dicelupkan ke dalam larutan CDS dan diletakkan pada tutup cawan petri bagian dalam kemudian

J Fitopatol Indones Pradana et al

78

diinkubasi pada suhu ruang selama 4 hari Kelompok bakteri yang dapat memproduksi sianida dideteksi dengan adanya perubahan warna pada kertas saring dari kuning menjadi jingga kecokelatan

HASIL

Sebanyak 80 kelompok bakteri endofit berhasil diisolasi Kelompok bakteri endofit yang diisolasi dari akar suatu tanaman dan ditumbuhkan pada medium yang berbeda menunjukkan karakter bakteri yang berbeda pula Perbedaan karakter terlihat dari dominasi warna koloni yang tumbuh (Tabel 1)Hasil penapisan terhadap kelompok bakteri endofit menunjukkan 16 kelompok dapat menyebabkan nekrosis pada uji reaksi hipersensitif 43 kelompok bakteri menghasilkan toksin β-hemolisin dan 4 kelompok bakteri menghasilkan α-hemolisin Hasil uji reaksi hipersensitif dan uji aktivitas hemolisis menunjukkan 17 kelompok bakteri endofit aman digunakan untuk uji lanjut

Hasil uji keefektifan kelompok bakteri endofit sebagai agens biokontrol menunjukkan

2 kelompok (1176) mampu menekan populasi NPA di akar 15 kelompok (8823) mampu menekan populasi NPA di tanah 16 kelompok (9411) mampu meningkatkan panjang akar tanaman dan 15 kelompok (8823) mampu menekan kerusakan akar akibat infeksi NPA dibandingkan dengan tanaman yang tidak diberi perlakuan kelompok bakteri endofit Namun demikian kelompok bakteri endofit TmtN5 yang diisolasi dari akar tanaman tomat merupakan kelompok yang paling efektif menekan kerusakan akar akibat infeksi NPA (Gambar 1 Tabel 2) Tanaman yang diberi perlakuan menggunakan kelompok bakteri endofit TmtN5 diketahui mampu menekan 3901 jumlah NPA di tanah 4299 jumlah NPA di akar 3714 tingkat kerusakan akar dan mampu meningkatkan 1191 panjang akar dibandingkan dengan tanaman kontrol

Hasil uji aktivitas fisiologi menunjukkan sebanyak 16 (9411) kelompok bakteri endofit menghasilkan enzim protease 12 (7058) kelompok menghasilkan enzim kitinase dan 5 (2941) kelompok menghasilkan senyawa sianida (Tabel 3)

Tabel 1 Dominasi koloni kelompok bakteri endofit asal tanaman pecah beling ungu (Strobilanthes crispus) pada media yang berbeda

Media Tumbuh Dominasi KoloniKings B Koloni berwarna putih dan putih kecokelatanNA 20 Koloni berwarna putih kecokelatan dan beberapa berwarna kuningNA 50 Koloni berwarna putih kecokelatan dan beberapa berwarna kuning

cokelat dan putih susuTSA 20 Koloni bakteri dengan warna putih dengan berbagai ukuran TSA 50 Koloni berwarna kuning dan beberapa berwarna putih dan cokelat

Gambar 1 Akar tanaman tomat yang diinfeksi Meloidogyne incognita setelah diperlakukan dengan kelompok bakteri endofit TmtN2 TmtN5 PbuT2 dan tanpa diberi perlakuan dengan kelompok bakteri endofit

TmtN2 TmtN5 PbuT2 Kontrol

J Fitopatol Indones Pradana et al

79

Kode Kelompok

sum NPAper g Akara

sum NPA per 200 mL Tanaha

Panjang Akar (cm)a

Skala Kerusakan Akara

PcrN5PcrT2MntT5BitT2GsgN5GsgN2PbuT2JtnT2GsgT2CbiKBPbuN5BitN5TmtN2TmtN5PdiT2PtmN2PdiN2Kontrol

2460 a2490 a2250 abc2620 a2750 a2480 a2230 abc2540 a2380 a2550 a2710 a2430 a1750 bc1720 c 2310 a2500 a2270 ab2820 a

6010 ab5480 bcd4880 cde5900 abc5390 bcd4670 def4150 ef5010 bcde4710 def4220 ef4200 ef5010 bcde4420 def3740 f4620 def4390 def4640 def6560 a

1610 de1639 cd1627 cd1665 cd1653 cd1644 cd1651 cd1663 cd1634 cd1674 c1652 cd1682 cb1726 ab1757 a1639 cd1629 cd1663 cd1570 e

290 cd290 cd280 d300 bcd330 abc300 bcd300 bcd300 bcd300 bcd300 bcd340 ab290 cd260 d220 e290 cd300 bcd290 cd350 a

Tabel 2 Pengaruh aplikasi kelompok bakteri endofit terhadap kerusakan akar dan populasi Meloidogyne incognita di tanah dan di akar tanaman tomat

aAngka-angka pada kolom yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada uji selang berganda Duncan pada α 5

Tabel 3 Karakter fisiologis kelompok bakteri endofit

Kode Kelompok Asal Kelompok Aktivitas

ProteolitikAktivitas

KitinolitikProduksi

HCNPcrN5PcrT2MntT5BitT2GsgN5GsgN2PbuT2JtnT2GsgT2CbiKBPbuN5BitN5TmtN2TmtN5PdiT2PtmN2PdiN2

Impatiens balsaminaImpatiens balsaminaColeus amboinicusBeta vulgarisTalinum triangulareTalinum triangulareStrobilanthes crispusNigella sativaTalinum triangulareCapsicum frutescensStrobilanthes crispusBeta vulgaris Lycopersicum esculentumLycopersicum esculentumOryza sativaMimosa pudicaOryza sativa

+++-+++++++++++++

+-+++++----++++++

--+-+--+----++---

+ memproduksi senyawa - tidak memproduksi senyawa

J Fitopatol Indones Pradana et al

80

PEMBAHASAN

Bakteri membutuhkan nutrisi dan kondisi lingkungan khusus agar dapat ditumbuhkan pada medium buatan Perbedaan jumlah dan kandungan nutrisi dalam medium buatan berpengaruh pada dominasi bakteri yang tumbuh Hal tersebut diungkapkan oleh Puspita et al (2012) bahwa terdapat dua hal yang memengaruhi dominasi pertumbuhan bakteri dalam medium buatan yaitu nutrisi medium dan jumlah sel yang terdapat pada suspensi Sel bakteri yang belum dapat ditumbuhkan pada medium buatan masih memiliki peluang untuk ditumbuhkan apabila ditemukan komposisi medium yang tepat

Reaksi hipersensitif dipengaruhi oleh gen hrp yang dapat ditemui pada kelompok bakteri patogen tanaman Xanthomonas sp Reaksi ini terjadi dalam waktu 24ndash48 jam dan terlokalisasi Membran seluler pada daun tanaman tembakau yang mengalami kontak dengan bakteri patogen akan hancur dan nekrosis Respons tersebut menunjukkan bahwa bakteri yang kontak dengan daun tanaman tembakau berpotensi sebagai patogen tumbuhan (Zhu et al 2000) Bakteri yang menghasilkan toksin hemolisis tidak digunakan pada uji lanjut karena supernatan dari α dan β hemolisis bersifat sangat cytotoxic terhadap granulocytes monocytes dan lymphocytes manusia (Duncan et al 2007 Lopes et al 2010)

Kelompok bakteri endofit hidup di dalam jaringan tanaman dan bersifat menguntungkan bagi tanaman Sebagai agens biokontrol bakteri endofit dapat melindungi tanaman dari infeksi patogen secara langsung maupun tidak langsung Secara tidak langsung bakteri endofit mampu menginduksi ketahanan tanaman (Lodewyckx et al 2002) dengan merangsang pembentukan asam salisilat peroksidase fitoaleksin PR-protein dan senyawa fenolik (Rosenblueth dan Martiacutenez-Romero 2006)

Secara langsung kelompok bakteri endofit dapat berperan sebagai agens hayati dengan memproduksi senyawa-senyawa antimikrob Senyawa tersebut berupa enzim toksin maupun

gas yang mampu menghambat perkembangan patogen (Chernin et al 2002) Khan et al (2004) melaporkan bahwa enzim protease yang diproduksi oleh cendawan Paecilomyces lilacinus mampu menghambat penetasan telur nematoda M javanica Siddiqui et al (2005) dan Tian et al (2007) menyatakan produksi enzim protease oleh bakteri merupakan salah satu mekanisme bakteri sebagai agens pengendali nematoda puru akar Meloidogyne spp Degradasi lapisan lemak pada telur M hapla yang diberi perlakuan enzim protease menyebabkan banyak telur nematoda yang tidak dapat menetas (Khan et al 2004)

Harni et al (2007) melaporkan bahwa bakteri endofit Bacillus galur NJ46 Bacillus galur NA22 dan Bacillus galur NJ2 mampu menekan populasi nematoda Pratylenchus brachyurus Terjadinya penekanan tersebut disebabkan oleh metabolit sekunder enzim kitinase dan protease yang dihasilkan oleh bakteri-bakteri tersebut Enzim kitinase memiliki peran penting dalam pengendalian nematoda karena enzim ini mampu mendegradasi lapisan tengah telur nematoda seperti M javanica Rotylenchulus reniformis dan Tylenchulus semipenetrans (Tian et al 2007) Cronin et al (1997) menjelaskan enzim kitinase dapat menghambat penetasan telur Globodera rostochiensis sampai 70 dan enzim ini mampu mengendalikan populasi nematoda M javanica dan meningkatkan pertumbuhan tanaman tomat

HCN merupakan senyawa metabolit sekunder yang dihasilkan oleh bakteri Senyawa ini diketahui bersifat anticendawan dan berperan penting dalam pengendalian nematoda (Ramette et al 2003 Devi et al 2007) Keberadaan HCN di dalam tanah mampu menekan perkembangan M hapla sampai dengan 54 Semakin tinggi jumlah HCN yang ada kematian nematoda parasit tanaman juga semakin tinggi (Siddiqui et al 2006)

Pada penelitian ini diperoleh 1 kelompok bakteri endofit yang mampu mengendalikan M incognita dengan mekanisme produksi enzim protease kitinase dan asam sianida (HCN) Kelompok bakteri tersebut ialah TmtN5 yang diisolasi dari akar tanaman tomat

J Fitopatol Indones Pradana et al

81

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad F Ahmad I Khan M 2008 Screening of free-living rhizospheric bacteria for their multiple plant growth promoting activities Microbiol Res 163(2)173ndash181 DOI httpdxdoiorg101016jmicres200604001

Baehaki A Budiman A 2011 Isolasi dan karakterisasi protease dari bakteri tanah rawa Indralaya Sumatera Selatan J Teknologi dan Industri Pangan 22(1)37ndash42

Bartlem DG Jones MG Hammes UZ 2013 Vascularization and nutrient delivery at root-knot nematode feeding sites in host roots J Exp Bot 65(7)1789ndash1798 DOI httpdxdoiorg101093jxbert415

Berg G Hallmann J Control of plant pathogenic fungi with bacterial endophytes Di dalam Schulz B Boyle C Sieber T editor Microbial Root Endophytes Netherlands (NL) Springer hlm 53ndash69 DOI httpdxdoiorg1010073-540-33526-9_4

Chernin L Chet I Burns R Dick R 2002 Microbial enzymes in the biocontrol of plant pathogens and pests Di dalam Burns RG Dick RP editor Enzymes in The Environment Activity Ecology and Applications New York (US) CRC Press hlm 171ndash226 DOI httpdxdoiorg1012019780203904039ch7

Cronin D Moeumlnne-Loccoz Y Dunne C OrsquoGara F 1997 Inhibition of egg hatch of the potato cyst nematode Globodera rostochiensis by chitinase-producing bacteria Eur J Plant Pathol 103(5)433ndash440 DOI httpdxdoiorg101023A1008662729757

Devi KK Seth N Kothamasi S Kothamasi D 2007 Hydrogen cyanide-producing rhizobacteria kill subterranean termite Odontotermes obesus (Rambur) by cyanide poisoning under in vitro conditions Curr Microbiol 54(1)74ndash78 DOI httpdxdoiorg101007s00284-006-0473-z

Duncan S Louis P Flint H 2007 Cultivable bacterial diversity from the human colon Lett Appl Microbiol 44(4)343ndash350 DOI 101111j1472-765X200702129x

Hallmann J Hallmann AQ Miller WG Sikora RA Lindow SE 2001 Endophytic colonization of plants by the biocontrol agent Rhizobium etli G12 in relation to Meloidogyne incognita infection J Phytopathol 91(4)415ndash422 DOI httpdxdoiorg101094PHYTO2001914415

Hariprasad P Divakara S Niranjana S 2011 Isolation and characterization of chitinolytic rhizobacteria for the management of Fusarium wilt in tomato Crop Protection 30(12)1606ndash1612 DOI h t tp dx do i o rg 10 1016 j cropro201102032

Harni R Munif A Supramana Mustika I 2007 Pemanfaatan bakteri endofit untuk mengendalikan nematoda peluka akar (Pratylenchus brachyurus) pada tanaman nilam HAYATI J Biosci 14(1)7ndash12

Heath MC 2000 Hypersensitive response-related death Plant Mol Biol 44(3)321ndash334 DOI httpdxdoiorg101023A1026592509060

Kalaiarasan P Lakshmanan P Rajendran G Samiyappan R 2006 Chitin and chitinolytic biocontrol agents for the management of root knot nematode Meloidogyne arenaria in groundnut (Arachis hypogaea L) cv Co3 Indian J Nematol 36(2)181ndash186

Khan A Williams KL Nevalainen HK 2004 Effects of Paecilomyces lilacinus protease and chitinase on the eggshell structures and hatching of Meloidogyne javanica juveniles Bio Control 31(3)346ndash352 DOI httpdxdoiorg101016jbiocontrol200407011

Lian LH Tian BY Xiong R Xu J Zhang KQ 2007 Protease from Bacillus a new insight into the mechanism of action for rhizobacterial suppression of nematode populations Lett Appl Microbiol 45(2007)262ndash269 DOI httpdxdoiorg101111j1472-765X200702184x

Lodewyckx C Vangronsveld J Porteous F Moore ER Taghavi S Mezgeay M der Lelie Dv 2002 Endophytic bacteria and their potential applications Critical Rev

J Fitopatol Indones Pradana et al

Plant Sci 21(6)583ndash606 DOI httpdxdoiorg1010800735-260291044377

Lopes AH Souto-Padroacuten T Dias FA Gomes MT Rodrigues GC Zimmermann LT Alves e Silva T Vermelho AB 2010 Trypanosomatids odd organisms devastating diseases Open Parasitol 430ndash59 DOI httpdxdoiorg1021741874421401004010030

Mei C Flinn BS 2010 The use of benefecial microbial endophytes for plants biomass and stress tolerance improvement Recent Pat Biotechnol 481ndash95 DOI httpdxdoiorg102174187220810790069523

Munif A Hallmann J Sikora RA 2013 The influence of endophytic bacteria on Meloidogyne incognita infection and tomato plant growth J ISSAAS 19(2)68ndash74

Munif A Wibowo AR Herliyana EN 2015 Bakteri endofit dari tanaman kehutanan sebagai pemacu pertumbuhan tanaman tomat dan agen pengendali Meloidogyne sp J Fitopatol Indones 11(6)179ndash186 DOI httpdxdoiorg1014692jfi116179

Puspita ID Kamagata Y Tanaka M Asano K Nakatsu CH 2012 Are unciltivated bacteria really uncultivable Microbes Environ 27(4)356ndash366 DOI httpdxdoiorg101264jsme2ME12092

Ramette A Moeumlnne-Loccoz Y Deacutefago G 2003 Prevalence of fluorescent pseudomonads producing antifungal phloroglucinols andor hydrogen cyanide in soils naturally suppressive or conducive to tobacco black root rot FEMS Microbiol Ecol 44(1)35ndash43 DOI httpdxdoiorg101111j1574-69412003tb01088x

Rosenblueth M Martiacutenez-Romero E 2006 Bacterial endophytes and their interactions with hosts Mol Plant Microbe Interact 19(8)827ndash837 DOI httpdxdoiorg101094MPMI-19-0827

Salasia SIO Khusnan Z Lammler C Zschock M 2004 Comparative studies on phenol-and genotypic properties of Staphylococcus aureus isolated from bovine subclinical mastitis in central Java in Indonesia and Hesse in Germany J Vet Sci 5(2)103ndash109

Siddiqui IA Haas D Heeb S 2005 Extracellular protease of Pseudomonas fluorescens CHA0 a biocontrol factor with activity against the root-knot nematode Meloidogyne incognita App Environ Microbiol 71(9)5646ndash5649 DOI httpdxdoiorg101128AEM7195646-56492005

Siddiqui IA Shaukat SS Sheikh I Khan A 2006 Role of cyanide production by Pseudomonas fluorescens CHA0 in the suppression of root-knot nematode Meloidogyne javanica in tomato World J Microbiol Biotech 22(6)641ndash650 DOI httpdxdoiorg101007s11274-005-9084-2

Tian B Yang J Zhang K-Q 2007 Bacteria used in the biological control of plant-parasitic nematodes populations mechanisms of action and future prospects FEMS Microbiol Ecology 61(2)197ndash213 DOI httpdxdoiorg101111j1574-6941200700349x

Zeck WM 1971 A rating scheme for field evaluation of root-knot nematode infestasions Pflanzenschutz Nachrichten Bayer 24141ndash144

Zhu W MaGbanua MM White FF 2000 Identification of two novelhrp-associated genes in the hrp gene cluster of Xanthomonas oryzae pv oryzae J Bacteriol 182(7)1844ndash1853 DOI httpdxdoiorg101128JB18271844-18532000

82

Volume 12 Nomor 3 Mei 2016Halaman 83ndash88

DOI 1014692jfi12383ISSN 0215-7950

Alamat penulis korespondensi Fakultas Pertanian Universitas Lampung Jalan Sumanteri Brojonegoro No 1 Gedong Meneng Bandar Lampung 35145Tel 0721-787029 Surel igswibawayahoocom

83

Status Fitonematoda pada Tiga Kisaran Umur Lahan Pertanaman Pisang Cavendish di Way Kambas Lampung

Phytonematodes Status at Three Age Range of Cavendish Banana Plantations in Way Kambas Lampung

Yanto1 dan I Gede Swibawa21Sekolah Tinggi Perkebunan Lampung Lampung 35145

2Universitas Lampung Lampung 35145

ABSTRAK

Fitonematoda adalah salah satu penyebab penurunan produksi pisang Permasalahan ini sering muncul pada budi daya pisang secara intensif yang berlangsung lama Penelitian bertujuan menentukan status fitonematoda pada berbagai tingkat umur lahan pertanaman pisang Cavendish di PT NTF Way Kambas Lampung Sampel tanah dan akar diambil dari 3 kelompok umur lahan yaitu 3ndash5 10ndash12 dan 17ndash19 tahun terotasi Ekstraksi nematoda menggunakan metode corong Baermann yang dimodifikasi Status fitonematoda ditetapkan berdasarkan frekuensi absolut (FA) frekuensi relatif (FR) dan populasi absolut (PA) genus Hasil penelitian menunjukkan terdapat 13 genus fitonematoda berasosiasi dengan pisang Cavendish Fitonematoda dari genus Pratylenchus dan Radopholus memiliki FA FR dan PA tinggi pada lahan umur 3ndash5 dan 10ndash12 tahun serta sedang di lahan umur 17ndash19 tahun terotasi Nilai FA FR dan PA genus lainnya rendah pada semua umur lahan Pratylenchus dan Radopholus berstatus penting pada lahan umur 3ndash5 tahun dengan nilai FA 100 FR 31 dan PA masing-masing 2988 dan 4230 individu per 200 mL tanah serta pada lahan umur 10ndash12 tahun dengan nilai FA 100 FR 39 serta PA masing-masing 215 dan 126 individu per 200 mL tanah Pratylenchus dan Radopholus kurang penting di lahan umur 17ndash19 tahun terotasi dengan nilai FA77 FR 22 serta PA berurutan 330 dan 164 individu per 200 mL tanah Status fitonematoda lainnya tidak penting dengan FA FR dan PA yang rendah

Kata kunci Pisang Cavendish Pratylenchus Radopholus

ABSTRACT

Crop losses due to phytonematodes infection commonly occurred on intensive plantation practiced for a long time The research was aimed to study phytonematodes status on several age-different plantation of Cavendish banana in PT NTF Way Kambas Lampung Soil and root samples were taken from three different plantations selected based on time period of cultivation practice ie 3ndash5 10ndash12 and 17ndash19 years long The modification of Baermann funnel method was applied to collect nematodes The status of phytonematodes were determined based on the absolute frequency (AF) relative frequency (RF) and absolute population (AP) of each genus The results showed that 13 phytonematodes genera inhabited Cavendish banana crops Pratylenchus and Radopholus have important status on a land that had been cultivated for 3ndash5 and 10ndash12 years with AF 100 RF 31 and AP 2988 and 4230 individues per 200 mL of soil respectively on 3ndash5 years long lands and AF100 RF 39 and PA 215 and 126 individues per 200 mL of soil respectively on 10ndash12 years long lands Pratylenchus and Radopholus were less important on 17ndash19 years long rotated lands with AF 77 RF 22 and AP 330 and

J Fitopatol Indones Yanto dan Swibawa

84

164 individues per 200 mL of soil respectively The status of other phytonematodes were not important with low value of AF RF and AP

Key words Cavendish banana Prtaylenchus Radopholus

PENDAHULUAN

Fitonematoda merupakan patogen utama pada tanaman pisang yang dapat menurunkan produksi sampai 60 Kehilangan hasil dapat lebih besar apabila fitonematoda berasosiasi dengan patogen tular tanah lainnya (Orsquobannon 1977)

Fitonematoda menyerang perakaran pisang dengan gejala bervariasi menurut spesiesnya dan yang paling merusak diantaranya ialah Radopholus Pratylenchus Helicotylenchus Meloidogyne dan Rotylenchulus (Gowen et al 2005) Nematoda ini juga menyerang tanaman pisang di Sumatera Barat (Jumjunidang 2003) Status fitonematoda pada pisang di beberapa negara bervariasi (Khan dan Hasan 2010 Srinivasan et al 2011 Rahman et al 2014 Nega dan Fetena 2015) karena faktor fisik dan tanaman (Gowen at al 2005) kompetisi dengan patogen lain seperti penyakit layu fusarium (Zhong et al 2011) pola tanam (Moser et al 2012) dan musim (Chaves dan Araya 2010)

PT Nusantara Tropical Farm (PT NTF) di Way Kambas Lampung mengelola pisang Cavendish secara intensif Perusahaan yang berdiri tahun 1992 ini mengelola 17526 ha pisang Cevendish yang terdiri atas beberapa klon yaitu CJ-20 CJ-30 dan DM-2 Perluasan lahan pertanaman pisang di PT NTF terus dilakukan sehingga saat ini terdapat variasi umur lahan yang berkisar antara 3 dan 20 tahun Sistem ratoon (memelihara anakan) sudah ditinggalkan sejak tahun 2010 untuk mempertahankan produksi optimum dan pembongkaran tanaman dilakukan setelah panen Budi daya pisang dilakukan secara intensif meliputi pengolahan tanah pemupukan pengairan sanitasi pengendalian hama dan penyakit tanaman serta penanganan panen (Ansyori 2009)

Masalah fitonematoda umumnya muncul pada pertanaman monokultur intensif

berlangsung lama Status fitonematoda di PT NTF belum dilaporkan padahal budi daya pisang telah berlangsung lama Walaupun sistem ratoon tidak diterapkan lagimdashyang mungkin menekan perkembangan populasi fitonematodamdashnamun menanam pisang secara terus menerus dapat menyebabkan akumulasi populasi fitonematoda

Penelitian ini bertujuan menentukan status fitonematoda pada beberapa umur lahan pisang Cavendish termasuk lahan yang pernah dirotasi Hasil penelitian diharapkan menjadi informasi bermanfaat dalam pengelolaan penyakit pisang terutama fitonematoda di PT NTF

BAHAN DAN METODE

Penelitian dilakukan pada pertanaman pisang Cavendish milik PT NTF di Way Kambas Lampung yang membudidayakan pisang secara intensif Lokasinya terletak pada 05deg 00ʹ-05deg15ʹ LS dan 105deg30ʹ-105deg45ʹ BTketinggian 20ndash60 m di atas permukaan laut iklim tipe B menurut SchimdtndashFerguson curah hujan 2372 mm per tahun suhu 27 degC RH 842 dan tipe tanah oxisol (Ansory 2009) Pertanaman ini memiliki lahan pisang baru dan lahan pisang lama yang pernah dirotasi dengan ubi kayu

Penelitian disusun dalam rancangan acak lengkap dengan 3 perlakuan umur lahan (3ndash5 10ndash12 dan 17ndash19 tahun yang pernah dirotasi) Masing-masing perlakuan ditanami pisang Cavendish klon CJ-30 CJ-20 dan DM-2 yang berumur 3ndash9 bulan Dalam setiap blok pertanaman dipilih secara acak petak berukuran 50 m times 50 m berisi 5 titik sampel diagonal dengan masing-masing 6 tanaman Pada setiap tanaman subsampel tanah dan akar diambil pada kedalaman 20 cm arah zig zag 3 subsampel berjarak 50 cm dan 3 subsampel lainnya berjarak 10 cm dari tanaman Sampel tanah dan akar dicampur dan selanjutnya

J Fitopatol Indones Yanto dan Swibawa

85

diambil 1 kg tanah dan 100 g akar untuk proses ekstraksi nematoda di laboratorium

Ekstraksi nematoda dari 200 mL tanah dan 50 g akar menggunakan metode corong Baermann yang dimodifikasi Akar dicuci dengan air mengalir dan 50 g akar dipotong-potong dengan panjang 05 cm tanpa maserasi lalu diletakkan pada corong Baermann berdiameter 8 cm dilengkapi dengan saringan 18 mesh (plusmn 15 mm) yang dilapisi kertas tisu dan kantong plastik pada bagian batang corong dan diinkubasi selama 72 jam dalam ruangan pada suhu plusmn 27 degC Nematoda yang diperoleh dimatikan dengan memanaskan suspensinya sampai suhu 60 degC kemudian difiksasi menggunakan larutan Golden X (campuran 8 bagian formalin 2 bagian gliserin dan 90 bagian aquades) sehingga nematoda berada dalam formaldehida 3 (Hooper et al 2005) Jumah nematoda dari setiap sampel dihitung dan 100 individu diambil secara acak untuk diidentifikasi sampai genus menggunakan kunci identifikasi Mai dan Lyon (1975)

Status fitonematoda penting kurang penting dan tidak penting ditetapkan ber-dasarkan populasi absolut (PA) frekuensi absolut (FA) dan frekuensi relatif (FR) genus PA genus ialah jumlah genus dari 100 individu yang diidentifikasi dikalikan jumlah nematoda setiap sampel FA dan FR dihitung menurut Norton (1978)

sum sampel yang mengandung genusFA = sum seluruh sampel yang dikoleksi times 100

danfrekuensi genusFR =total frekuensi seluruh genus times 100 dengan

FA frekuensi absolut dan FR frekuensi relatif

Populasi absolut dianalisis ragam dan pemisahan nilai tengah menggunakan uji BNT pada taraf nyata 5

HASIL

Sebanyak 13 genus fitonematoda terdapat di pertanaman pisang Cavendish Umur lahan memengaruhi keragaman populasi fitonematoda pada lahan umur 3ndash5 tahun terdapat 13 genus lahan umur 10ndash12 tahun

dan 17ndash19 tahun terotasi berturut-turut 7 dan10 genus Criconemella Ditylenchus Tylenchus Helicotylenchus Paralongidorus dan Xiphinema tidak ditemukan di lahan umur 10ndash12 tahun dan 3 genus terakhir tidak terdapat dilahan umur 17ndash19 tahun (Tabel 1)

Secara umum nilai FA dan FR di tanah lebih tinggi daripada di akar Dua genus nematoda yang memiliki nilai FA dan FR tinggi dari tanah ialah Pratylenchus dan Radopholus pada lahan umur 3ndash5 dan 10ndash12 tahun dan nilai sedang pada lahan umur 17ndash19 tahun Genus nematoda yang memiliki nilai FA dan FR rendah ialah Hoplolaimus dari tanah dan Meloidogyne dari akar pada lahan umur 17ndash19 tahun Genus fitonematoda lainnya baik dari tanah maupun akar memiliki nilai FA dan FR rendah pada semua umur lahan (Tabel 1)

Dari semua fitonematoda nilai PA Pratylenchus dan Radopholus paling tinggi dan dipengaruhi oleh umur lahan Nilai PA kedua genus ini dari tanah lahan umur 3ndash5 tahun tidak berbeda nyata dengan lahan umur 10ndash12 tahun tetapi nilai PA keduanya lebih tinggi daripada nilai PA pada lahan umur 17ndash19 tahun Nilai PA nematoda tersebut dari akar tidak dipengaruhi umur lahan (Tabel 2) Dua genus lain yang memiliki PA sedang yaitu Helicotylenchus dari tanah lahan umur 3ndash5 tahun dan Meloidogyne dari akar lahan umur 17ndash19 tahun nilai PA genus lainnya rendah baik dari tanah maupun akar dan tidak dipengaruhi oleh umur lahan (Tabel 2)

PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil penelitian ini terdapat 13 genus fitonematoda pada pertanaman pisang dan populasi nematoda yang bersifat endoparasit tidak diperoleh secara maksimum Hal ini dapat disebabkan oleh metode ekstraksi nematoda yang digunakan Ekstraksi nematoda dari akar dilakukan dengan metoda corong Baermann tanpa melakukan maserasi akar Jumlah genus nematoda yang diperoleh pada penelitian ini lebih tinggi daripada jumlah genus fitonematoda pada pertanaman pisang di Semenanjung Malaysia yaitu 9 genus

J Fitopatol Indones Yanto dan Swibawa

(Rahman et al 2014) dan di Bengali Barat India 12 genus (Khan dan Hasan 2010) tetapi lebih rendah daripada pertanaman pisang di Kamerun yaitu 16 genus (Bridge et al 1995)

Dari semua genus yang ditemukan dan berdasarkan pada nilai FA FR serta PA maka Pratylenchus dan Radopholus dapat dikategorikan sebagai fitonematoda penting pada lahan umur 3ndash5 dan 10ndash12 tahun kurang penting pada lahan umur 17ndash19 tahun sedangkan genus lainnya tidak penting pada semua umur lahan Nilai FA 100 untuk Pratylenchus dan Radopholus pada lahan umur 3ndash5 dan 10ndash12 tahun menunjukkan seluruh sampel tanah mengandung nematoda ini Nilai FR 39 menunjukkan Pratylenchus dan Radopholus mendominasi komunitas fitonematoda Nilai PA Radopholus masing-

masing 423 dan 126 individu per 200 mL tanah pada lahan umur 3ndash5 dan 10ndash12 tahun tergolong tinggi Herradura (2009) melaporkan bahwa dalam percobaan inokulasi 1000 ekor R similis pada bibit tanaman pisang populasinya meningkat menjadi 2500ndash3500 ekor per 10 g akar segar menjelang panen sehingga dapat menurunkan 68 bobot tandan pisang Grand Nain di Davao Filipina Nilai PA Pratylenchus 298 dan 215 individu per 200 mL tanah masing-masing pada lahan umur 3ndash5 dan 10ndash12 tahun juga tergolong tinggi Berdasarkan hasil penelitian ini disarankan untuk dilakukan pengendalian Radopholus dan Pratylenchus agar tidak menimbulkan kerugian

Pratylenchus dan Radopholus yang dapat dikategorikan fitonematoda penting pada pertanaman pisang ini juga merupakan

Genus Nematoda Sampel Umur lahan (tahun)3ndash5 10ndash12 17ndash19

FA FR FA FR FA FR()

Aphelenchoides Tanah 111 34 111 43 111 32Akar 111 31 00 00 00 00

Aphelenchus Tanah 111 34 00 00 333 97Akar 444 125 222 80 444 160

Criconemella Tanah 00 00 00 00 111 32Akar 111 31 00 00 111 40

Ditylenchus Tanah 111 34 00 00 111 32Akar - - - - - -

Helicotylenchus Tanah 222 69 00 00 00 00Akar 111 31 00 00 00 00

Hoplolaimus Tanah 111 34 333 130 556 161Akar 222 63 222 80 444 160

Meloidogyne Tanah 333 103 00 00 222 65Akar 222 63 444 160 667 240

Paralongidorus Tanah - - - - - -Akar 111 31 00 00 00 00

Pratylenchus Tanah 1000 310 1000 391 778 226Akar 889 250 889 320 667 240

Radopholus Tanah 1000 310 1000 391 778 226Akar 778 219 889 320 333 120

Scutellonema Tanah 111 34 111 43 333 97Akar 222 63 111 40 111 40

Tylenchus Tanah 00 00 00 00 111 32Akar 333 94 00 00 00 00

Xiphinema Tanah 111 34 00 00 00 00Akar - - - - - -

Tabel 1 Frekuensi absolut (FA) dan frekuensi relatif (FR) fitonematoda dari tanah dan akar pada berbagai umur lahan pisang Cavendish

- tidak ditemukan fitonematoda lahan dirotasi dengan ubi kayu

86

J Fitopatol Indones Yanto dan Swibawa

nematoda penting di beberapa negara penghasil pisang Di Kamerun P coffeae P goodey dan R similis adalah perusak akar utama akar pisang (Bridge et al 1995) sedangkan di Tamil Nadu India hanya R similis (Srinivasan et al 2011) Sementara itu di Nigeria Helicotylenchus lebih penting daripada Pratylenchus (Tanimola et al 2013) dan di Equador R similis lebih penting daripada Helicotylenchus Pratylenchus dan Meloidogyne (Chaves dan Araya 2010)

Umur lahan memengaruhi status Pratylenchus dan Radopholus Pada lahan umur 3ndash5 dan 10ndash12 tahun kedua nematoda berstatus penting sementara pada lahan umur 17ndash19 tahun dianggap kurang penting Lebih rendahnya nilai FA FR dan PA kedua fitonematoda pada lahan umur 17ndash19 tahun

dibandingkan dengan pada lahan umur 3ndash5 dan 10ndash12 tahun disebabkan oleh rotasi pisang dengan ubi kayu yang dilakukan 2ndash3 kali

UCAPAN TERIMA KASIH

Ucapan terima kasih disampaikan kepada RA Wardhana dan manajemen PT NTF yang telah memfasilitasi penelitian

DAFTAR PUSTAKA

Ansory 2009 Kriteria kesesuaian lahan untuk tanaman pisang Cavendish yang dikelola secara intensif di Way Kambas Lampung Timur [disertasi] Bogor (ID) Institut Pertanian Bogor

Tabel 2 Populasi absolut fitonematoda dari 200 mL tanah dan 50 g akar pada berbagai umur lahan pisang Cavendish

- tidak ditemukan fitonematoda data yang dianalisis ditransforamsi 2 kali ke radic (x+1) ns tidak nyata s nyata lahan dirotasi dengan ubi kayu Angka pada baris yang sama yang diikuti huruf sama tidak berbeda menurut uji BNT taraf nyata 5

Genus Nematoda SampelUmur lahan (tahun) KK

()Ket

3ndash5 10ndash12 17ndash19 (terotasi)

Aphelenchoides Tanah 01 01 01 32 nsAkar 02 00 00 32 ns

Aphelenchus Tanah 03 00 12 81 nsAkar 05 11 39 166 ns

Criconemella Tanah 00 00 01 19 nsAkar 07 00 01 69 ns

Ditylenchus Tanah 17 04 05 131 nsAkar - - -

Helicotylenchus Tanah 252 00 00 322 nsAkar 01 00 00 18 ns

Hoplolaimus Tanah 03 29 26 146 nsAkar 02 03 19 931 ns

Meloidogyne Tanah 11 00 10 101 nsAkar 22 45 127 252 ns

Paralongidorus Tanah - - -Akar 03 00 00 43 ns

Pratylenchus Tanah 2988 a 2152 a 330 b 129 sAkar 206 50 49 71 ns

Radopholus Tanah 4230 a 1261 a 164 b 121 sAkar 141 26 09 64 ns

Scutellonema Tanah 01 04 49 167 nsAkar 11 01 02 88 ns

Tylenchus Tanah 00 00 02 185 nsAkar 14 00 00 82 ns

Xiphinema Tanah 35 00 00 156 nsAkar - - -

87

J Fitopatol Indones Yanto dan Swibawa

Bridge J Price NS Kofi P 1995 Plant parasitic nematode on plantain and other crop in Cameroon West Africa Fundam Appl Nematol 18(3)251ndash260

Chaves C Araya M 2010 Spatial-temporal distribution of plant parasitic nematodes in banana (Musa AAA) plantation Equador J App Biosci 332057ndash2069

Gowen SR Queneherve P Fogain R 2005 Nematode parasites of banana and plantain Di dalam Luc M Sikora RA Bridge J editors Plant Parasitic Nematodes in Subtropical and Tropical Agriculture Ed ke-2 Wallingford (UK) CABI Publishing hlm 611ndash643 DOI httpdxdoiorg10107997808519972780611

Herradura LE 2009 Host respons of Eumusa varieties to a Radopholus similis population from the Philippines [disertasi]Leuven (BE) de Agricultura Katholieke Universiteit Leuven

Hooper DJ Hallman J Subbotin SA 2005 Methods for extraction processing and detection of plant and soil nematodes Di dalam Luc M Sikora RA Bridge J editor Plant Parasitic Nematodes in Subtropical and Tropical Agriculture Ed ke-2 Wallingford (UK) CABI Publishing hlm 53ndash86 DOI httpdxdoiorg10107997808519972780053

Jumjunidang 2003 Status and future RampD of nematodes in banana in Indonesia Di dalam Cruz Jr FS Van den Bergh I Waele D Hautea DM Molina AB editors Country Report of Workshop and Training Toward Management of Musa Nematodes in Asia and the Pasific 2003 Des 1ndash5 Los Banos Laguna (PH) The Institute of Plant Breeding UPLB hlm 43ndash46

Khan MR Hasan MA 2010 Nematode diversity in banana rhizosphere from West Bengal India J Plant Protec Res 50(3)263ndash268 DOI httpdxdoiorg102478v10045-010-0046-9

Mai WF Lyon HH 1975 Pictorial Key to

Genera of Plant-Parasitic Nematodes London (UK) Comstock Publishing Associated

Moser T Forster B Frankenbach S Marques R Rombke J Schmidt P Hofer H 2012 Nematodes assemblages in banana (Musa acuminata) monoculture and banana plantation with jucara palm (Euterpe edulis) in the Southern Mata Atlantica Brazil Nematology 14(3)371ndash384 DOI httpdxdoiorg101163156854111X601669

Nega G Fetena S 2015 Root necrosis assesment of plant parasitic nematodes of banana (Musa spp) at Arbaminch Etiophia J BiolAgric Healthcare 5(15)76ndash80

Norton DC 1978 Ecology of plant parasitic nematodes New York (US) John Willey and Sons Inc

Orsquobannon JH 1977 Worldwide dissemination of Radopholus similis and it importance in crop production J Nematol 9(1)16ndash25

Rahman SSA Zain SNM Mat MZB Sidam AK Othman RY Mohamed Z 2014 Population distribution of plant parasitic nematodes on bananas in Paninsular Malaysia Sains Malaysiana 43(2)175ndash183

Srinivasan R Kulothungan S Sundaraju P Govindasami C 2011 Biodiversity of plant parasitic nematodes associated with banana in Thanjavur District of Tamil Nadu Int J Plant Animal Environ Sci 1(2)63ndash69

Tanimola AA Asimeaa AO Ofuru-Joseph S 2013 Status of plant-parasitic nematodes on plantain (Musa parasidiaca (L)) in Choba Rivers State Nigeria Word J Agric Sci 9(2)189ndash195

ZhongS He Y Zeng H Mo Y Zhou ZX Zang ZP Jin Z 2011 Effect of banana wilt desasease on soil nematodes community structure and diversity Afr J Biotechnol 10(59)12729ndash12737

88

Volume 12 Nomor 3 Mei 2016Halaman 89ndash95

DOI 1014692jfi12389ISSN 0215-7950

Alamat penulis korespondensi Jurusan Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Halu Oleo Jalan HEA Mokodompit Kendari 93232 Tel 0401-3122320 Faks 0401-0401-3197045 Surel akhaeruniyahoocom

89

Ketahanan Berbagai Kultivar Padi Lokal terhadap Penyakit Hawar Daun Bakteri

Resistance of Local Rice Cultivars to Bacterial Leaf Blight Disease

Andi Khaeruni Erwin Najamuddin Teguh Wijayanto SyairUniversitas Halu Oleo Kendari 93232

ABSTRAK

Penyakit hawar daun bakteri yang disebabkan oleh Xanthomonas oryzae pv oryzae merupakan salah satu penyakit penting pada tanaman padi di Indonesia termasuk di Sulawesi Tenggara Penggunaan varietas tahan merupakan salah satu strategi pengendalian yang efektif dan ramah lingkungan untuk mengatasi penyakit Penelitian ini bertujuan mengetahui tingkat ketahanan beberapa varietas padi lokal asal Sulawesi Selatan dan Sulawesi Tenggara terhadap X oryzae pv oryzae patotipe IV VIII dan X Penelitian dilakukan di rumah kasa menggunakan tiga patotipe pada 11 kultivar padi lokal Inokulasi bakteri dilakukan menggunakan metode pengguntingan daun pada fase vegetatif dan generatif Pengamatan terhadap insidensi penyakit hawar daun bakteri dilakukan 3 minggu setelah inokulasi Data insidensi penyakit digunakan untuk menentukan tingkat ketahanan tanaman uji Hasil penelitian menunjukkan bahwa periode inkubasi penyakit pada kultivar Kelaca lebih lama dibandingkan dengan kultivar lainnya Pada fase vegetatif kultivar ini bereaksi agak tahan terhadap patotipe IV dan X serta sangat tahan terhadap patotipe VIII sedangkan pada fase generatif bereaksi agak tahan terhadap patotipe IV dan VII serta sangat tahan terhadap patotipe X Oleh karena itu kultivar Kelaca dapat direkomendasikan untuk ditanam pada daerah endemis penyakit hawar daun di Sulawesi Selatan dan Tenggara

Kata kunci insidensi penyakit patotipe Xanthomonas oryzae pv oryzae

ABSTRACT

Bacterial leaf blight disease caused by Xanthomonas oryzae pv oryzae is an important rice disease in Indonesia including in South East Sulawesi The use of resistant varieties is one of the effective and environmentally friendly control strategies to suppress the disease This study aimed to determine the level of resistance of some local rice varieties of South and Southeast Sulawesi against Xanthomonas oryzae pv oryzae pathotypes IV VIII and X The study was conducted in a screen house involving 3 bacterial pathotypes and 11 local rice cultivars Shearing method was used for inoculation of bacteria to leaf on vegetative and generative phases Disease incidences were measured 3 weeks after inoculation and the data was further used to determine the level of resistance of the tested rice cultivars The results showed that incubation period of the disease was longer on Kelaca cultivar compared to other cultivars On vegetative phase this cultivar showed moderate resistant to pathotypes IV and X and highly resistant to patotype VIII whereas on the generative phase it showed moderate resistant to pathotypes IV and VII and highly resistant to pathotype X Therefore Kelaca cultivar can be recommended for endemic areas of leaf blight in South and Southeast Sulawesi

Key words disease incidence pathotype Xanthomonas oryzae pv oryzae

J Fitopatol Indones Khaeruni et al

90

PENDAHULUAN

Hawar daun bakteri (HDB) yang disebabkan oleh Xanthomonas oryzae pv oryzae merupakan salah satu penyakit padi yang sulit dikendalikan karena memiliki banyak patotipe dan penyebarannya mudah terjadi (Akhtar et al 2008) Di Indonesia diketahui terdapat 12 patotipe X oryzae pv oryzae dengan tingkat virulensi yang berbeda dan merupakan ancaman utama bagi produksi padi nasional (Wahyudi et al 2011) Infeksi X oryzae pv oryzae pada tanaman padi di Indonesia menyebabkan kerugian hasil panen sebesar 21ndash36 pada musim hujan dan 18ndash28 pada musim kemarau (Suparyono et al 2004) Penanaman satu jenis varietas secara terus-menerus dengan skala yang luas dapat menyebabkan pergeseran patotipe sehingga patogen X oryzae pv oryzae menjadi semakin virulen

Penyakit HDB juga merupakan salah satu penyakit penting pada tanaman padi sawah di Sulawesi Tenggara Berdasarkan pengelompokan patotipe sistem KOZAKA yang menggunakan varietas diferensial dilaporkan terdapat 3 kelompok patotipe X oryzae pv oryzae di Sulawesi Tenggara yaitu patotipe IV VIII dan X yang memiliki virulensi tinggi (Khaeruni dan Wijayanto 2013)

Penggunaan varietas tahan terhadap patotipe yang dominan di daerah tertentu merupakan salah satu cara untuk mengendalikan X oryzae pv oryzae Pengendalian penyakit dengan menggunakan varietas tahan merupakan cara pengendalian yang efektif murah dan mudah untuk dilakukan sepanjang varietas tahan tersedia di masyarakat Rahim et al (2012) melaporkan 6 varietas padi komersial yang diuji terhadap X oryzae pv oryzae patotipe IV VIII IX dan X tidak ada satu pun varietas yang tahan Oleh karena itu pencarian varietas atau kultivar tahan perlu terus dilakukan Kultivar padi lokal yang telah dibudidayakan oleh masyarakat di Sulawesi Selatan dan Sulawesi Tenggara perlu dievaluasi ketahanannya terhadap X oryzae pv oryzae Penelitian ini bertujuan

menentukan tingkat ketahanan kultivar padi lokal asal Sulawesi Selatan dan Sulawesi Tenggara terhadap penyakit HDB

BAHAN DAN METODE

Isolat X oryzae pv oryzae dan Benih Padi Isolat X oryzae pv oryzae yang digunakan

ialah patotipe IV VIII dan X asal Sulawesi Tenggara (koleksi Laboratorium Ilmu Hama dan Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas Haluoleo) Padi lokal yang diuji sebanyak 6 kultivar asal Sulawesi Tenggara (Pae Nggonggohia Pae Biu Pae Nggomumu Pae Wila Padae Hada Padae Wolio) dan 5 kultivar dari Sulawesi Selatan (Mandi Kelaca Pulu Lotong Mandoti Pulu Pute) Padi var IR64 yang digunakan sebagai varietas rentan diperoleh dari hasil panen tanaman yang bebas dari penyakit HDB

Rancangan Percobaan Percobaan dilakukan di rumah kaca

disusun dalam rancangan acak kelompok Sebanyak 11 kultivar uji dan varietas IR64 diinokulasi dengan 3 patotipe X oryzae pv oryzae sehingga diperoleh 36 kombinasi perlakuan Setiap perlakuan diulang sebanyak 3 kali sehingga total keseluruhan terdapat 108 tanaman uji

Benih padi diperam semalam sebelum dikecambahkan di cawan petri yang dialasi kertas buram lembap Benih yang berkecambah pada umur 2 hari disemai pada kotak semai yang berisi arang sekam bercampur pupuk kandang dengan perbandingan 31 (vv) Bibit berumur 21 hari dipindah tanam dalam pot kantong plastik ukuran 30 cm times 20 cm yang berisi medium campuran tanah dan pupuk kandang dengan perbandingan 41 (vv) kemudian diletakkan dalam rumah kasa Tanaman disiram setiap pagi hari gulma dan hama yang ditemukan dikendalikan secara manual Pemeliharaan tanaman dilakukan sejak pindah tanam sampai pengujian selesai

Isolat dari setiap patotipe X oryzae pv oryzae dibiakkan secara terpisah pada medium pepton sukrosa agar (PSA) selama 48 jam Kultur murni disuspensikan dalam

J Fitopatol Indones Khaeruni et al

91

akuades steril hingga mencapai kepadatan 108ndash109 cfu mL-1 dan digunakan sebagai sumber inokulum (Khaeruni et al 2014a)

Inokulasi setiap patotipe X oryzae pv oryzae pada tanaman uji dilakukan 2 tahap yaitu pada fase vegetatif ketika tanaman berumur 3 minggu setelah tanam (MST) dan pada fase generatif tanaman berumur 8 MST Inokulasi dilakukan pada 5 sampel daun yang membuka sempurna dengan menggunting daun sekitar 2ndash3 cm dari ujung daun menggunakan gunting yang telah dicelupkan dalam suspensi X oryzae pv oryzae

PengamatanPengamatan meliputi periode inkubasi

insidensi penyakit dan reaksi ketahanan Pengamatan periode inkubasi dilakukan setiap hari mulai 1 hari setelah inokulasi sampai munculnya gejala pada daun yang diinokulasi patogen Pengamatan insidensi penyakit dilakukan 3 minggu setelah inokulasi pada setiap tahap inokulasi (fase vegetatif dan generatif)

Insidensi penyakit diamati dengan mengukur panjang gejala HDB pada setiap daun sampel yang diinokulasi Insidensi penyakit dihitung menggunakan rumus

IP = times 100 dengannN

IP insidensi penyakit n panjang gejala HDB pada daun sampel N panjang daun sampel

Kriteria tingkat ketahanan tanaman di-tentukan berdasarkan nilai insidensi penyakit pada setiap kultivar yang diuji pada setiap patotipe berdasarkan nilai skoring yang ditetapkan oleh IRRI tahun 1996 (Tabel 1)

HASIL

Periode InkubasiPeriode inkubasi penyakit pada fase

vegetatif bervariasi dari 27ndash4 hari setelah inokulasi Pada beberapa kultivar memiliki periode inkubasi penyakit yang lebih lama dibandingkan dengan pada varietas IR 64 yaitu 27ndash30 hari (Tabel 2) Periode inkubasi penyakit terpanjang terjadi pada kultivar Kelaca baik pada fase vegetatif maupun fase generatif Varietas IR64 dan kultivar Pae Biu tergolong rentan menunjukkan gejala layu dan muncul bercak kelabu pada tepi daun serta sedikit menggulung ke arah dalam sedangkan gejala layu tidak terjadi pada kultivar Kelaca yang tergolong varietas tahan

Insidensi Penyakit dan Reaksi KetahananInsidensi penyakit hawar daun pada kultivar

padi lokal yang diuji pada fase vegetatif bervariasi dari 26ndash776 sehingga reaksi ketahanan kultivar-kultivar padi lokal tersebut bervariasi dari rentan sampai sangat tahan sementara insidensi penyakit pada varietas IR64 berkisar 24ndash468 sehingga varietas ini bereaksi agak rentan terhadap semua patotipe X oryzae pv oryzae Ketahanan terbaik pada fase vegetatif terdapat pada kultivar Kelaca asal Sulawesi Selatan yang bereaksi agak tahan terhadap patotipe IV dan X serta tahan terhadap patotipe VIII Kultivar Paedai Wolio asal Sulawesi Tenggara memiliki reaksi agak rentan pada semua patotipe sementara kultivar Mandi Pae Ngonggohia Pae Biu Kelaca Pullu Lotong Pae Wila Paedai Hada Mandoti Pullu Pute Paedai Wolio memperlihatkan reaksi rentan sehingga kultivar tersebut memiliki ketahanan lebih rendah dibandingkan dengan varietas IR64 (Tabel 3)

Pada fase generatif insidensi penyakit berkisar 33ndash227 sehingga reaksi ketahanan berbagai kultivar padi lokal yang diinokulasikan dengan 3 patotipe X oryzae pv oryzae juga bervariasi jika dibandingkan dengan varietas IR64 Ketahanan terbaik diperlihatkan padi kultivar Kelaca yang memiliki respons agak tahan terhadap patotipe IV dan VIII serta sangat tahan terhadap patotipe X Selain

Skor Insidensi penyakit ()

Reaksi ketahanan

1 0ndash3 Sangat tahan (ST)2 4ndash6 Tahan (T)3 7ndash12 Agak tahan (AT)4 13ndash50 Agak rentan (AR)5 51ndash75 Rentan (R)6 gt75 Sangat rentan (SR)

Tabel 1 Skor dan insidensi penyakit tanaman berdasarkan pada luas daun padi yang bergejala hawar daun (SES IRRI 1996)

J Fitopatol Indones Khaeruni et al

92

Kultivar padi lokal Patotipe IV Patotipe VIII Patotipe XVeg Gen Veg Gen Veg Gen

Pae Ngonggohia 40 37 30 30 30 27Pae Biu 30 27 27 30 27 27Pae Nggomumu 33 30 37 30 30 37Pae Wila 33 30 33 40 37 43Paedai Hada 33 30 30 30 30 30Paedai Wolio 33 40 30 37 33 33Mandi 33 40 30 30 30 30Kelaca 40 47 37 47 37 47Pulu Lotong 30 30 33 30 30 30Mandoti 30 30 30 30 27 30Pulu Pute 30 30 30 37 23 37IR64 30 30 27 30 27 30

Tabel 2 Periode inkubasi (hari) penyakit hawar daun bakteri pada varietas padi lokal yang diinokulasi dengan 3 patotipe Xanthomonas oryzae pv oryzae

Veg fase vegetatif Gen fase generatif kontrol varietas rentan

Kultivar padi lokalPatotipe IV Patotipe VIII Patotipe X

IP ()

Skor (Respons)

IP ()

Skor (Respons)

IP ()

Skor (Respons)

Pae Ngonggohia 419 4 (AR) 557 5 (R) 391 4 (AR)Pae Biu 718 5 (R) 776 6 (SR) 465 4 (AR)Pae Nggomumu 115 3 (AT) 408 4 (AR) 425 4 (AR)Pae Wila 513 5 (R) 379 4 (AR) 665 5 (R)Paedai Hada 652 5 (R) 309 4 (AR) 743 5 (R)Paedai Wolio 261 4 (AR) 316 4 (AR) 461 4 (AR)Mandi 256 4 (AR) 510 5 (R) 458 4 (AR)Kelaca 78 3 (AT) 26 1 (ST) 69 3 (AT)Pulu Lotong 525 5 (R) 337 4 (AR) 353 4 (AR)Mandoti 448 4 (AR) 265 4 (AR) 519 5 (R)Pulu Pute 233 4 (AR) 342 4 (AR) 555 5 (R)IR64 468 4 (AR) 240 4 (AR) 396 4 (AR)

Tabel 3 Insidensi penyakit (IP) dan respons ketahanan berbagai kultivar padi lokal dan IR64 terhadap 3 patotipe Xanthomonas oryzae pv oryzae pada fase vegetatif

SR sangat rentan R rentan AR agak rentan AT agak tahan ST sangat tahan kontrol varietas rentan

padi kultivar Kelaca kultivar Pae Wila memiliki ketahanan yang relatif lebih kuat terhadap X oryzae pv oryzae karena bereaksi tahan terhadap patotipe IV dan X serta agak tahan terhadap patotipe VIII (Tabel 4)

PEMBAHASAN

Penentuan periode inkubasi didasarkan munculnya gejala hawar pada daun yang diinokulsi X oryzae pv oryzae Periode

inkubasi pada beberapa kultivar lebih lama dibandingkan dengan padi var IR64 baik yang diinokulasi pada fase vegetatif maupun pada fase generatif Kultivar yang memiliki respons ketahanan terbaik ialah padi kultivar Kelaca karena memiliki periode inkubasi terlama dan insidensi penyakit yang lebih rendah dibandingkan dengan kultivar lainnya Hal ini sesuai dengan pendapat Nayak et al (1987) yang menyatakan ketahanan tanaman padi terhadap penyakit HDB secara tidak

J Fitopatol Indones Khaeruni et al

93

langsung ditentukan oleh periode inkubasi dan perkembangan penyakit

Gen ketahanan terhadap ras X oryzae pv oryzae ditentukan oleh gen R mayor (Liu et al 2006) Ketahanan varietas padi terhadap X oryzae pv oryzae berkaitan dengan kandungan gen ketahanan (gen Xa) varietas yang memiliki lebih dari satu gen Xa memperlihatkan ketahanan yang lebih kuat dibandingkan dengan yang hanya memiliki satu gen Xa (Nafisah et al 2007) X oryzae pv oryzae patotipe IV mempunyai gen virulensi yang dapat mematahkan gen ketahanan Xa1 Xa2 Xa4 Xa7 Xa10 Xa11 dan Xa 14 pada tanaman padi patotipe VIII dapat mematahkan gen ketahanan Xa1 Xa2 Xa3 Xa4 Xa7 Xa10 Xa11 dan Xa 14 sedangkan patotipe X dapat mematahkan gen ketahanan Xa1 Xa2 Xa4 Xa7 Xa10 Xa11 Xa14 dan Xa21 (Hifni dan Kardin 1998) Hal ini menunjukkan bahwa padi kultivar Kelaca tahan terhadap patotipe IV VIII dan X karena memiliki gen ketahanan Xa yang mampu mengatasi gen-gen virulen (Vir) dari ketiga patotipe tersebut

Djatmiko dan Fatichin (2011) menduga bahwa suatu tanaman menjadi tahan terhadap penyakit HDB karena meng-hasilkan fitoaleksin sebagai hasil interaksi inang-parasit yang fungsinya menghambat perkembangan bakteri Akumulasi fitoaleksin

dalam konsentrasi tinggi dapat membatasi area infeksi patogen (Suswati et al 2011) Hal yang sama dijelaskan oleh Hasegawa et al (2014) bahwa tanaman padi memiliki respons tahan terhadap penyakit blas karena mengakumulasi senyawa fitoaleksin sakuratenin yang bersifat toksin bagi patogen tanaman dengan cepat setelah terinfeksi patogen Oleh karena itu senyawa fitoaleksin diduga pula berpengaruh untuk menghambat penyakit-penyakit hawar daun bakteri pada padi kultivar Kelaca

Kultivar lokal Pae Wila Pulu Lotong Mandoti Pulu Pute mengalami peningkatan status ketahanan di fase generatif Hal ini mengindikasikan bahwa ketahanan kultivar tersebut meningkat seiring dengan pertambahan umur tanaman padi Hasil yang sama dilaporkan oleh Khaeruni et al (2014b) bahwa semakin tua umur tanaman padi Inpari 10 dan Cisantana yang diinokulasi X oryzae pv oryzae menjadi semakin lambat perkembangan penyakit hawar daun bakterinya Djatmiko dan Fatichin (2009) melaporkan bahwa fase vegetatif tanaman padi lebih rentan dibandingkan dengan fase generatifnya sedangkan Aditya et al (2015) mengemukakan bahwa ketahanan lapangan fase generatif padi lebih rentan terhadap penyakit hawar daun bakteri dibandingkan dengan fase vegetatifnya

VarietasKultivarPatotipe IV Patotipe VIII Patotipe X

IP ()

Skor(Respons)

IP ()

Skor (Respons)

IP ()

Skor (Respons)

Pae Ngonggohia 137 4 (AR) 210 4 (AR) 93 3 (AT)Pae Biu 130 4 (AR) 47 2 (T) 203 4 (AR)Pae Nggomumu 160 4 (AR) 227 4 (AR) 150 4 (AR)Pae Wila 38 2 (T) 733 3 (AT) 56 2 (T)Paedai Hada 167 4 (AR) 147 4 (AR) 200 4 (AR)Paedai Wolio 53 2 (T) 253 4 (AR) 170 4 (AR)Mandi 203 4 (AR) 137 4 (AR) 67 3 (AT)Kelaca 80 3 (AT) 120 3 (AT) 33 1 (ST)Pulu Lotong 97 3 (AT) 93 3 (AT) 73 3 (AT)Mandoti 97 3 (AT) 120 3 (AT) 50 2 (T)Pulu Pute 50 2 (T) 80 3 (AT) 130 4 (AR)IR64 220 4 (AR) 340 4 (AR) 213 4 (AR)

Tabel 4 Insidensi penyakit (IP) dan respons ketahanan berbagai kultivar padi lokal dan IR64 terhadap inokulasi 3 patotipe Xanthomonas oryzae pv oryzae pada fase generatif

SR sangat rentan R rentan AR agak rentan AT agak tahan ST sangat tahan kontrol varietas rentan

J Fitopatol Indones Khaeruni et al

Hasil penelitian ini secara umum memperlihatkan bahwa kultivar padi lokal yang diinokulasi oleh X oryzae pv oryzae patotipe IV VIII dan X memiliki reaksi ketahanan yang berbeda pada fase vegetatif dan generatif Kultivar Kelaca memiliki tingkat ketahanan yang lebih baik dibandingkan dengan kultivar uji lainnya Kultivar ini bereaksi agak tahan terhadap patotipe IV dan X juga sangat tahan terhadap patotipe VIII pada fase vegetatif sedangkan pada fase generatif bereaksi agak tahan terhadap patotipe IV dan VIII juga sangat tahan terhadap patotipe X

UCAPAN TERIMA KASIH

Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada Direktorat Pembinaan Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan Nasional yang telah membiayai penelitian ini melalui Hibah Penelitian Fundamental Nomor 0541023-04101002011

DAFTAR PUSTAKA

Aditya RH Wahyuni WS Mihardjo PA 2015 Ketahanan lapangan lima genotipe padi terhadap penyakit hawar daun bakteri J Fitopatol Indones 11(5)160ndash166 DOI httpdxdoiorg1014692jfi115160

Akhtar MA Rafi A Hameed A 2008 Comparison of methods of inoculation of Xanthomonas oryzae pvoryzae in rice cultivars Pak J Bot 40(5)2171ndash2175

Djatmiko HA Fatichin 2009 Ketahanan dua puluh satu varietas padi terhadap penyakit hawar daun bakteri J HPT Tropika 9(2)168ndash172

Hasegawa M Mitsuhara I Seo S Okada K Yamane H Iwai T Ohashi Y 2014 Analysis on blast fungus-responsive characters of a flavonoid phytoalexin sakuranetin accumulation in infected riceleaves antifungal activity and detoxification by fungus Molecules 1911404ndash11418 DOI httpdxdoiorg103390molecules190811404

Hifni HR Kardin MK 1998 Pengelompokan isolat Xanthomonas oryzae pv oryzae dengan menggunakan galur isogenik padi IRRI Hayati 566ndash72

IRRI 1996 Standard Evaluation System for Rice 4th ed Manila (PH) IRRI PO Box 933 Hlm 52

Khaeruni A Rahim A Syair Adriani 2014a Induksi ketahanan terhadap penyakit hawar daun bakteri di lapangan menggunakan rizobakteri indigenos J HPT Tropika 14(1)57ndash63

Khaeruni A Taufik M Wijayanto T Johan EA 2014b Perkembangan penyakit hawar daun bakteri pada tiga varietas padi sawah yang diinokulasi pada beberapa fase pertumbuhan J Fitopatol Indones 10(4)119ndash125 DOI http dxdoiorg1014692jfi104119

Khaeruni A Wijayanto T 2013 Pathotype grouping of Xanthomonas oryzae pv oryzae isolates from South Sulawesi and Southeast Sulawesi Agrivita 35 (2)138ndash144 DOI httpdxdoiorg1017503Agrivita-2013-35-2-p138-144

Liu DN Ronald PC Bogdanova AJ 2006 Xanthomonas oryzae pathovars model pathogens of a model crop Mol Plant Pathol 7303ndash324 DOI httpdxdoiorg101111j1364-3703200600344x

Nafisah Aan A Daradjat B Suprihatno Triny SK 2007 Heritabilitas karakter ketahanan hawar daun bakteri dari tiga populasi tanaman padi hasil seleksi daur siklus pertama Bull Penelitian Pertanian Tanaman Pangan 6(2)100ndash105

Nayak P Rao AVS Chakrabarti 1987 Components of resistance to bacterial blight disease of rice J Phytopathol 119(4)289ndash237 DOI httpdxdoiorg 101111j1439-04341987tb04402x

Rahim A Khaeruni A dan Taufik M 2012 Reaksi ketahanan beberapa varietas padi komersial terhadap Xanthomonas oryzae pv oryzae isolat Sulawesi Tenggara Berkala Penelitian Agronomi 1(2)132ndash138

Suparyono Sudir Suprihanto 2004 Pathotype profile of Xanthomonas oryzae pv oryzae

94

J Fitopatol Indones Khaeruni et al

isolates from the rice ecosystem in Java Indones J Agriculture Science 563ndash69

Suswati Habazar T Husin EF Nasir N Putra DP Taylor P 2011 Senyawa phenolik akar pisang cv kepok (Musa acuminata) yang diinduksi dengan fungi mikoriza arbuskular indigenus Pu10-Glomus sp1

terhadap penyakit darah bakteri J Nat Indones 13(3) 207ndash213

Wahyudi AT Meliah S Nawangsih AA 2011 Xanthomonas oryzae pv oryzae bakteri penyebab hawar daun pada padi isolasi karakterisasi dan telaah mutagenesis dengan transposon J Sains 15(1)89ndash96

95

Volume 12 Nomor 3 Mei 2016Halaman 104ndash108

DOI 1014692jfi123104ISSN 0215-7950

Alamat penulis korespondensi Laboratorium Fitopatologi Fakultas Pertanian Universitas SriwijayaJalan Palembang-Prabumulih Km32 Indralaya Palembang 30662Tel 0711-580663 Faks 0711-580663 Surel suwandisalehgmailcom

104

KOMUNIKASI SINGKAT

Penekanan Penyakit Blas Leher Malai Padi Menggunakan Ekstrak Kompos Jerami Padi

Suppression of Panicle Blast by Rice Straw Compost Extract

Suwandi Harman Hamidson Ahmad MuslimUniversitas Sriwijaya Palembang 30662

ABSTRAK

Penyakit blas merupakan penyakit penting pada tanaman padi dan menyebabkan kehilangan hasil pada lahan reklamasi pasang surut di Sumatera Selatan Ekstrak fermentasi kompos jerami dari tanaman padi sehat diuji potensinya dalam menekan blas leher malai pada percobaan dalam pot Padi varietas Ciherang ditanam pada campuran tanah dengan 1 jerami tanaman sakit (vv) yang diperoleh dari sawah pasang surut Insidensi penyakit blas leher malai dapat ditekan sebesar 71minus87 sebagai respons aplikasi ekstrak kompos Aplikasi ekstrak kompos tidak memengaruhi perkecambahan benih dan tinggi tanaman tetapi dapat meningkatkan hasil Kompos jerami dari tanaman sehat berpotensi sebagai sumber pengendalian blas di lapangan

Kata kunci lahan reklamasi kompos jerami tanah sulfat masam

ABSTRACT

Blast is the most important disease of rice and may cause significant losses in the reclaimed tidal swamp of South Sumatra Water extracts of fermented composts prepared from straws of the vigorous rice plant were tested in pot experiment for their ability to control blast Rice variety Ciherang was grown on mixture of field soil and 1 diseased rice straw (vv) collected from a tidal swamp rice field Incidence of panicle blast was reduced by 71minus87 in response to application of compost extract The compost extract did not affect seed germination and plant height instead it increased the yield The rice straw from healthy and vigorous plants is potential as a source for blast disease control

Key words acid sulfate soil compost extract land reclamation

Indonesia memiliki lahan pasang surut yang luas yang sebagian besar terdapat di pesisir pantai Sumatera Kalimantan dan Papua Hampir 4 juta ha dari lahan pasang surut tersebut telah direklamasi (Suprianto et al 2009) dan 1 juta ha di antaranya ditanami padi Di Sumatera Selatan terdapat sekitar 2656 ribu ha padi dibudidayakan di lahan

pasang surut reklamasi (BPS Sumatera Selatan 2014) Rata-rata hasil padi sawah pasang surut di Banyuasin ialah 41 ton ha-1 (BPS Banyuasin 2014) dan hasil ini lebih rendah dibandingkan dengan hasil padi sawah irigasi pada tanah mineral di Kabupaten OKU Timur yang rata-ratanya mencapai 55 ton ha-1 (BPS OKU Timur 2014)

J Fitopatol Indones Suwandi et al

105

Penyakit blas yang disebabkan oleh Pyricularia oryzae merupakan penyakit terpenting pada tanaman padi Penyakit ini telah dilaporkan menyerang sejak periode awal budi daya padi di lahan reklamasi pasang surut Sumatera Selatan (Koswara dan Rumawas 1984) Survei penyakit yang dilakukan sejak tahun 2013 menunjukkan bahwa penyakit blas endemik di lahan suboptimal ini dan menyebabkan beberapa sawah mengalami gagal panen

Patogen blas diketahui memiliki daya adaptasi yang tinggi terhadap beragam kondisi lingkungan termasuk varietas resisten (Ou 1985 Scheuermann et al 2012) sehingga pengendaliannya sukar dilakukan Aplikasi ekstrak kompos atau dikenal sebagai teh kompos diketahui dapat meningkatkan pertumbuhan produksi dan kualitas gizi tanaman (Hargreaves et al 2009 Pant et al 2009 Shrestha et al 2012) Penekanan penyakit setelah aplikasi ekstrak kompos telah dilaporkan (Elad dan Shtienberg 1994 Curlango-Rivera et al 2013) Pada penelitian ini ekstrak kompos yang dibuat dari kompos jerami padi diuji potensinya untuk pengendalian penyakit blas

Penelitian dilaksanakan dalam pot menggunakan media tanah sulfat masam potensial yang diperoleh dari sawah lahan reklamasi pasang surut Telang II Banyuasin Sumatera Selatan Penelitian disusun dalam rancangan acak lengkap dengan 4 perlakuan dan 3 ulangan Perlakuan yang diuji ialah ekstrak kompos padi Ciherang kompos padi Inpari 1 dan kompos padi Inpari 10 serta ekstrak tanah (kontrol)

Infestasi patogen blas dilakukan secara alami dengan mencampur 1 volume cacahan jerami padi yang terserang parah penyakit blas ke dalam medium tanam Tanaman padi dipupuk dengan 90 kg N ha-1 60 kg P ha-140 kg K ha-1 menggunakan NPKMgCa (161616155) urea dan SP36 Sebanyak setengah takaran urea ditaburkan saat 7 hari setelah semai dan sisanya saat bunting

Kompos dibuat dengan cara mencampur potongan rumpun padi uji yang sehat dan bugar (yang menunjukkan pertumbuhan

lebih baik dibandingkan dengan tanaman padi lainnya dalam suatu sawah) berikut tanah perakarannya dengan pupuk kandang sapi dalam perbandingan volume yang sama Pengomposan dilakukan selama 14 hari di dalam guci tanah liat Setiap 2 hari campuran dibalik dan disemprot air untuk menjaga kadar air 60minus80 Komposmdashsetengah matangmdashselanjutnya disimpan dalam kantong plastik dalam lemari pendingin sampai digunakan untuk ekstraksi

Ekstrak kompos dibuat dengan cara merendam kompos dalam 2 kali volume air dan diaduk sesaat setelah direndam Rendaman kompos selanjutnya difermentasi selama 4 hari dalam suhu kamar (27minus29 degC) Air rendaman kompos selanjutnya dipanen dengan cara disaring dan segera digunakan dalam keadaan segar Sebagai pembanding (perlakuan kontrol) digunakan ekstrak rendaman tanah

Padi varietas Ciherang digunakan sebagai tanaman uji Padi ditanam pada baki plastik (30 cm times 23 cm) yang diisi dengan tanah yang diperoleh dari sawah di lahan reklamasi pasang surut Telang II Banyuasin Sumatera Selatan Aplikasi ekstrak dilakukan dengan perendaman benih selama 48 jam dan dilanjutkan dengan penyemprotan saat fase pemanjangan batang (6 minggu setelah semai) dan bunting (8 minggu setelah semai) Aplikasi ekstrak dilakukan pada konsentrasi 50 (11 [vv] ekstrak komposair) Penyemperotan dilakukan dengan volume semprot tinggi (750 L ha-1)

Pengamatan penyakit blas leher malai dilakukan saat panen Serangan penyakit dihitung berdasarkan insidensi blas leher malai yang dihitung dengan rumus

IBM = nN x 100 denganIBM insidensi blas leher malai n jumlah tangkai malai bergejala N jumlah malai per pot Hasil panen dinyatakan dalam g pot-1 dari hasil gabah yang dikeringkan hingga mencapai kadar air plusmn 14

Pencampuran 1 volume jerami dari tanaman sakit ke dalam media tanam menyebabkan serangan parah blas leher malai pada perlakuan kontrol (Tabel 1)

J Fitopatol Indones Suwandi et al

106

Hasil ini mengungkapkan bahwa sisa jerami tanaman sakit di lapangan dapat menjadi sumber inokulum bagi tanaman musim berikutnya Peranan sisa jerami tanaman sakit sebagai sumber utama inokulum penyakit blas sudah lama diketahui (Suzuki 1975 Ou 1985) Infektifitas yang tinggi inokulum dari jerami sakit memungkinkan sisa tanaman ini dijadikan sumber inokulum alami pada percobaan lapangan ataupun percobaan yang menghendaki inokulum yang mewakili populasi lapangan patogen blas

Insidensi blas secara nyata lebih rendah pada tanaman yang diberi perlakuan ekstrak fermentasi kompos yang berasal dari rumpun padi bugar Insidensi penyakit blas leher malai dapat ditekan sebesar 71minus87 pada tanaman yang diaplikasi dengan ekstrak kompos (Tabel 1) Perlakuan ekstrak kompos tidak

memengaruhi perkecambahan benih dan tinggi tanaman (Tabel 2) tetapi perlakuan ekstrak kompos padi Inpara 1 dapat meningkatkan hasil gabah dibandingkan dengan kontrol (Tabel 3) Peningkatan hasil ini selaras dengan tingginya penekanan penyakit setelah perlakuan ekstrak kompos tersebut

Penelitian ini menunjukkan manfaat aplikasi ekstrak kompos bagi produksi padi Efikasi lapangan ekstrak kompos di lahan pasang surut yang bermasalah dengan penyakit blas kini sedang dalam proses pengujian Ekstrak kompos bermanfaat bagi tanaman karena hara yang dikandungnya terurai melalui mineralisasi dan pelarutan (Shrestha et al 2012) dan secara tidak langsung melalui pengimbasan ketahanan (Kim et al 2015) Ekstrak kompos jerami padi diketahui kaya akan kandungan senyawa humat yaitu

Sumber ekstrak kompos Insidensi penyakit()

Penekanan penyakit()

Tanah (kontrol) 528 plusmn 88 a -Kompos jerami padi Ciherang 151 plusmn 76 b 71Kompos jerami padi Inpari 10 80 plusmn 39 b 85Kompos jerami padi Inpara 1 69 plusmn 32 b 87

Tabel 1 Insidensi penyakit saat panen dan penekanan penyakit blas leher malai padi dalam pot yang diaplikasi ekstrak kompos

Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji beda nyata jujur Tukey (P=005) nilai relatif terhadap kontrol

Sumber ekstrak kompos Perkecambahan benih ()

Tinggi tanaman (cm)

Tanah (kontrol) 867 plusmn 22 537 plusmn 12Kompos jerami padi Ciherang 817 plusmn 51 525 plusmn 08Kompos jerami padi Inpari 10 842 plusmn 44 523 plusmn 12Kompos jerami padi Inpara 1 792 plusmn 68 533 plusmn 10

Tabel 2 Pertumbuhan padi dalam pot yang diaplikasi ekstrak kompos

Sumber ekstrak kompos Hasil (g pot-1 gabah kering giling )

Jumlah malai per tanaman

Jumlah gabah per malai

Tanah (kontrol) 25 plusmn 01 b 33 plusmn 02 b 307 plusmn 32Kompos jerami padi Ciherang 25 plusmn 02 b 30 plusmn 02 b 310 plusmn 31Kompos jerami padi Inpari 10 27 plusmn 03 b 34 plusmn 02 b 382 plusmn 28Kompos jerami padi Inpara 1 38 plusmn 02 a 41 plusmn 03 a 399 plusmn 28

Tabel 3 Komponen hasil padi dalam pot yang diaplikasi ekstrak kompos

Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji beda nyata jujur Tukey (P=005)

J Fitopatol Indones Suwandi et al

asam humat dan fulvat (Agustian 2004 Goyal dan Sindhu 2011) Senyawa humat berperan dalam pemacuan pertumbuhan pembenah tanah dan peningkatan ketahanan terhadap hama dan penyakit (Scheuerell dan Mahaffee 2004 Scheuerell dan Mahaffee 2006 El-Ghamry 2009 Kamel et al 2014) Pengimbasan ketahanan tanaman oleh asam humat terjadi melalui peningkatan aktivitas kitinase (Abdel-Kareem 2007) peningkatan kandungan senyawa fenol serta peningkatan aktivitas enzim peroksidase dan fenilalanin amonia liase (PAL) (Abdel-Monaim et al 2011)

UCAPAN TERIMA KASIH

Penelitian ini didanai oleh Penelitian Unggulan Perguruan Tinggi Universitas Sriwijaya tahun anggaran 2013minus2015

DAFTAR PUSTAKA

Abdel-Kareem F 2007 Induced resistance in bean plants against root rot and alternaria leaf spot diseases using biotic and a biotic inducers under field conditions J Agric Biol Sci 3767ndash774

Abdel-Monaim MF Ismail ME Morsy KM 2011 Induction of systemic resistance of benzothiadiazole and humic acid in soybean plants against fusarium wilt disease Mycobiology 39(4)290minus298 D O I h t t p d x d o i o rg 1 0 5 9 4 1 MYCO2011394290

Agustian Susila P Gusnidar 2004 Pembentukan asam humat dan fulvat selama pembuatan kompos jerami padi Solum 19ndash14

[BPS Banyuasin] Badan Pusat Statistik Kabupaten Banyuasin 2014 Kabupaten Banyuasin Dalam Angka 2014 httpbanyuasinkabbpsgoiddatapublikasipublikasi_114indexhtml [diakses 20 Agst 2014]

[BPS OKU Timur] Badan Pusat Statistik Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur 2014 Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur Dalam Angka 2014 http

okutimurkabbpsgoiddatapublikasidda2014 [diakses 20 Agst 2014]

[BPS Sumatera Selatan] Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Selatan 2014 Sumatera Selatan Dalam Angka 2014 httpsumselbpsgoidimagespublikasiflipping2014sumsel20dalam20angka202014indexhtml [diakses 20 Agst 2014]

Curlango-Rivera G Pew T van Etten HD Zhongguo X Yu N Hawes MC 2013 Measuring root disease suppression in response to a compost water extract Phytopathology 103255minus260 DOI httpdxdoiorg101094PHYTO-06-12-0145-R

Elad Y Shtienberg D 1994 Effect of compost water extracts on grey mould (Botrytis cinerea) Crop Prot 13109minus114 DOI httpdxdoiorg1010160261-2194(94)90160-0

El-Ghamry AM Abdel-Hai KM Ghoneem KM 2009 Amino and humic acids promote growth yield and disease resistance of faba bean cultivated in clayey soil Aust J Basic Applied Sci 3731minus739

Goyal S Sindhu SS 2011 Composting of rice straw using different inocula and analysis of compost quality Microbiol J1 1 2 6 minus 1 3 8 D O I h t t p d x d o i org103923mj2011126138

Hargreaves JC Adl MS Warman PR 2009 The effects of municipal solid waste compost and compost tea on mineral element uptake and fruit quality of strawberries Compost Sci Util 1785minus94 DOI httpdxdoiorg1010801065657X200910702406

Kamel SM Afifi MMI El-Shoraky FS El-Sawy MM 2014 Fulvic acid a tool for controlling powdery and downy mildews in cucumber plants Int J Phytopathol 3101minus108

Kim MJ Shim CK Kim YK Hong SJ Park JH Han EJ Kim SC 2015 Effect of aerated compost tea on the growth promotion of lettuce soybean and sweet corn in organic cultivation Plant Pathol 31259ndash268 DOI httpdxdoiorg105423PPJOA0220150024

107

J Fitopatol Indones Suwandi et al

Koswara O Rumawas F 1984 Tidal swamp rice in Palembang region Di dalam Smith WH Argosino GS editor Proceedings of the Workshop on Research Priorities in Tidal Swamp Rice Los Bantildeos Laguna (PH) International Rice Research Institute hlm 37minus48

Ou SH 1985 Rice Diseases Kew Survey (UK) CAB International Mycological Institute

Pant AP Radovich TJK Hue NV Talcott ST Krenek KA 2009 Vermicompost extracts influence growth mineral nutrients phytonutrients and antioxidant activity in pak choi (Brassica rapa cv Bonsai Chinensis group) grown under vermicompost and chemical fertilizer J Sci Food Agric 892383minus2392 DOI httpdxdoiorg101002jsfa3732

Scheuerell SJ Mahaffee WH 2004 Compost tea as a container medium drench for suppressing seedling damping-off caused by Pythium ultimum Phytopathology 941156minus1163 DOI httpdxdoiorg101094PHYTO200494111156

Scheuerell SJ Mahaffee WH 2006 Variability associated with suppression of gray mold (Botrytis cinerea) on geranium by foliar applications of nonaerated and aerated compost teas Plant Dis 901201minus1208 DOI httpdxdoiorg101094PD-90-1201

Scheuermann KK Raimondi JV Marschalek R de Andrade A Wickert E 2012 Magnaporthe oryzae genetic diversity and its outcomes on the search for durable resistance Di dalam Caliskan M editor The Molecular Basis of Plant Genetic Diversity Rijeka (HR) Intech hlm 331minus356

Shrestha K Walsh KB Midmore DJ 2012 Microbially enhanced compost extract does it increase solubilisation of minerals and mineralisation of organic matter and thus improve plant nutrition J Bioremed Biodegrad 3(5)1ndash9 DOI httpdxdoiorg1041722155-61991000149

Suprianto H Irianto SG Susanto RH Schultz B Suryadi FX Eelaart AVD 2009 Land and water management of tidal lowlands experiences in Telang and Saleh South Sumatra Irrig Drain 59(3)317minus335 DOI httpdxdoiorg101002ird460

Suzuki H 1975 Meteorological factors in the epidemiology of rice blast Ann Rev Phytopathol 13239minus256 DOI ht tp dxdoi org101146annurevpy13090175001323

108

  • 12737-37236-1-PBpdf (p1-8)
  • 12738-37237-1-PBpdf (p9-14)
  • 12739-37238-1-PBpdf (p15-21)
  • 12741-37240-1-PBpdf (p22-26)
Page 2: Bakteri Endofit Asal Berbagai Akar Tanaman sebagai Agens ...fp.unmas.ac.id/wp-content/uploads/2018/10/vol-12-no.3.pdfInfeksi nematoda puru akar (NPA) Meloidogyne incognita pada tomat

J Fitopatol Indones Pradana et al

76

tomato plant is the most effective isolate for suppressing root damage and population of RKN This group was effective as biocontrol agents of RKN because it produceds chitinase protease and cyanide acid This research provided a new information regarding the potential use of endophytic bacteria group as a biocontrol agent of RKN

Key words biological control hemolysis test hypersensitive test lytic enzymes

PENDAHULUAN

Infeksi Meloidogyne incognita pada tanaman tomat menyebabkan terbentuknya puru pada akar Keberadaan puru dapat mengganggu sistem distribusi air dan mineral dari tanah melalui akar ke seluruh bagian tanaman akar baru tidak muncul tanaman mudah layu pertumbuhan terhambat kerdil dan pada infeksi parah menyebabkan klorosis (Bartlem et al 2013) Bakteri antagonis yang berpotensi untuk mengendalikan M incognita di antaranya ialah Bacillus sp dan Pseudomonas fluorescens Kedua bakteri tersebut diketahui dapat menghasilkan enzim protease dan kitinase yang mampu mendegradasi dinding sel telur dan larva nematoda M incognita dan M javanica (Kalaiarasan et al 2006 Harni et al 2007 Lian et al 2007 Tian et al 2007)

Keefektifan isolat tunggal bakteri endofit sebagai agens pengendali nematoda puru akar (NPA) sudah dilaporkan oleh Hallmann et al (2001) dan Munif et al (2015) Keduanya melaporkan bakteri endofit mampu menekan populasi dan tingkat infeksi NPA pada tanaman Namun sampai saat ini masih sedikit laporan mengenai keefektifan gabungan 2 atau lebih isolat bakteri endofit sebagai agens pengendali M incognita Menurut Mei dan Flinn (2010) gabungan 2 atau lebih isolat bakteri endofit memiliki potensi lebih besar untuk meningkatkan ketahanan tanaman terhadap cekaman lingkungan dan meningkatkan produksi tanaman dibandingkan dengan penggunaan isolat tunggal Laporan mengenai kombinasi 2 atau lebih bakteri endofit untuk mengendalikan patogen tumbuhan telah dilaporkan oleh Berg dan Hallmann (2006) yaitu menggabungkan 2 isolat bakteri endofit untuk menekan pertumbuhan cendawan patogen tumbuhan Namun keefektifan

kelompok bakteri endofit yang merupakan seluruh bakteri yang dapat ditumbuhkan pada medium buatan dari bagian suatu tanaman sebagai agens pengendali patogen tumbuhan masih belum banyak dilaporkan Penelitian ini bertujuan mendapatkan kelompok bakteri endofit dari akar berbagai tanaman yang efektif mengendalikan M incognita pada tomat dan mengidentifikasi aktivitas fisiologi bakteri tersebut

BAHAN DAN METODE

Isolasi Kelompok Bakteri EndofitKelompok bakteri endofit diisolasi dari

bagian akar tanaman bambu (Bambusa bambos) mint (Coleus amboinicus) bit merah (Beta vulgaris) gingseng (Talinum triangulare) pecah beling ungu (Strobilanthes crispus) pacar air (Impatiens balsamina) tomat (Lycopersicum esculentum) sereh (Cymbopogon nardus) padi (Oryza sativa) tithonia (Tithonia diversifolia) kumis kucing (Orthosiphon aristatus) binahong (Anredera cordifolia) jinten (Nigella sativa) temulawak (Curcuma xanthorrhiza) garut (Maranta arundinacea) dan cabai rawit (Capsicum frutescens) Sebanyak 1 g akar tanaman dicuci sampai bersih dan disterilkan permukaannya dengan merendamnya dalam alkohol 70 selama 1 menit NaOCl 1 selama 1 menit dan dibilas dengan akuades steril 3 kali Sampel dikeringkan dengan tisu steril kemudian ditempelkan pada medium tryptic soy agar (TSA) dan diinkubasi selama 2 hari Akar yang steril dimaserasi sampai halus dengan penambahan air 110 Selanjutnya sebanyak 01 mL suspensi diambil dan diisolasi pada medium TSA 20 TSA 50 nutrient agar (NA) 20 NA 50 dan KingsrsquoB lalu diinkubasi pada suhu ruang selama 2 hari (Lodewyckx et al 2002)

J Fitopatol Indones Pradana et al

77

Penapisan Kelompok Bakteri EndofitPengujian Hipersensitifitas Pengujian

dilakukan dengan menumbuhkan setiap kelompok bakteri endofit pada medium tumbuh sesuai medium asal bakteri tersebut (TSA 20 TSA 50 NA 20 NA 50 dan Kings B) selama 48 jam Seluruh koloni yang tumbuh dipanen menggunakan 1 mL akuades steril Suspensi tersebut diinfiltrasikan ke daun tanaman tembakau Kelompok bakteri yang menimbulkan gejala nekrosis pada daun tembakau dalam waktu 48 jam tidak digunakan dalam uji lanjut karena berpotensi sebagai patogen (Heath 2000)

Pengujian Aktivitas HemolisisKelompok bakteri ditumbuhkan pada medium agar-agar darah dan diinkubasi selama 24 jampada suhu 37 degC Isolat bakteri yang menghasilkan toksin β-hemolisis akan membentuk zona bening disekitar koloni dan yang menghasilkan toksin α-hemolisis akan membentuk zona agak gelap disekitar koloni (Salasia et al 2004) Kelompok bakteri yang menunjukkan toksin β-hemolisis atau α-hemolisis tidak digunakan dalam uji lanjut karena berpotensi membahayakan kesehatan manusia

Pengujian Keefektifan Kelompok Bakteri Endofit Sebagai Agens Hayati Nematoda

Kelompok bakteri diinokulasikan pada 100 mL medium tryptic soy borth (TSB) nutrient borth (NB) dan Kings B cair sesuai dengan medium asal kelompok bakteri kemudian diinkubasi selama 48 jam Benih tomat disterilkan menggunakan alkohol 70 selama 40 detik Tween 20 selama 1 menit dan dibilas dengan akuades 3 kali Benih tomat direndam dalam suspensi bakteri dengan kerapatan 108 cfu mL-1 selama 24 jam kemudian disemai dan ditanam di rumah kaca Penanaman dilakukan mengikuti pola rancangan acak kelompok dengan 5 ulangan setiap ulangan terdiri atas 2 tanaman uji yang ditanam pada pot yang berbeda Sebanyak 300 M incognita juvenil 2 diinokulasikan pada tanaman uji yang berumur 1 bulan Inokulum M incognita yang digunakan merupakan hasil perbanyakan di laboratorium Pada minggu

pertama ke-2 dan ke-5 setelah inokulasi nematoda tanaman disiram dengan 100 mL suspensi kelompok bakteri dengan kerapatan 108 cfu mL-1

Peubah yang diamati yaitu panjang akar (ujung pangkal batang sampai dengan ujung akar terpanjang) populasi nematoda pada akar dan tanah serta tingkat kerusakan akar didasarkan pada skala Zeck dengan skala 1 sampai dengan 10 (Zeck 1971) Populasi nematoda di dalam tanah dihitung dari ekstraksi 200 mL tanah menggunakan metode flotasi sentrifugasi Populasi nematoda di akar dihitung dengan pewarnaan akar Jumlah nematoda yang terwarnai dihitung dari 1 g akar Pengamatan dilakukan pada 40 hari setelah inokulasi nematoda (Munif et al 2013)

Karakterisasi Sifat Fisiologis Kelompok Bakteri Endofit

Pengujian Aktivitas Proteolitik Uji proteolitik dilakukan pada medium skim milk agar (SMA) Kelompok bakteri digores pada medium SMA dan diinkubasi pada suhu ruang selama 24ndash72 jam Aktivitas proteolitik ditunjukkan dengan terbentuknya zona bening disekitar koloni bakteri (Baehaki dan Budiman 2011)

Pengujian Aktivitas Kitinolitik Uji produksi kitinase dilakukan pada medium kitin 1 Kelompok bakteri digores pada medium dan diinkubasi pada suhu 27 degC Adanya aktivitas kitinolitik ditandai dengan terbentuknya zona bening disekitar bakteri setelah diinkubasi 3 hari (Hariprasad et al 2011)

Pengujian Produksi Senyawa Sianida Uji produksi senyawa sianida mengacu pada metode yang dideskripsikan oleh Ahmad et al (2008) Produksi senyawa sianida dideteksi dengan larutan cyanide detection solution (CDS) yang mengandung 2 g asam pikrat dan 8 g natrium karbonat dalam 200 mL akuades steril Kelompok bakteri digoreskan pada medium yang mengandung glisin Potongan kertas saring steril 1 cm times 1 cm dicelupkan ke dalam larutan CDS dan diletakkan pada tutup cawan petri bagian dalam kemudian

J Fitopatol Indones Pradana et al

78

diinkubasi pada suhu ruang selama 4 hari Kelompok bakteri yang dapat memproduksi sianida dideteksi dengan adanya perubahan warna pada kertas saring dari kuning menjadi jingga kecokelatan

HASIL

Sebanyak 80 kelompok bakteri endofit berhasil diisolasi Kelompok bakteri endofit yang diisolasi dari akar suatu tanaman dan ditumbuhkan pada medium yang berbeda menunjukkan karakter bakteri yang berbeda pula Perbedaan karakter terlihat dari dominasi warna koloni yang tumbuh (Tabel 1)Hasil penapisan terhadap kelompok bakteri endofit menunjukkan 16 kelompok dapat menyebabkan nekrosis pada uji reaksi hipersensitif 43 kelompok bakteri menghasilkan toksin β-hemolisin dan 4 kelompok bakteri menghasilkan α-hemolisin Hasil uji reaksi hipersensitif dan uji aktivitas hemolisis menunjukkan 17 kelompok bakteri endofit aman digunakan untuk uji lanjut

Hasil uji keefektifan kelompok bakteri endofit sebagai agens biokontrol menunjukkan

2 kelompok (1176) mampu menekan populasi NPA di akar 15 kelompok (8823) mampu menekan populasi NPA di tanah 16 kelompok (9411) mampu meningkatkan panjang akar tanaman dan 15 kelompok (8823) mampu menekan kerusakan akar akibat infeksi NPA dibandingkan dengan tanaman yang tidak diberi perlakuan kelompok bakteri endofit Namun demikian kelompok bakteri endofit TmtN5 yang diisolasi dari akar tanaman tomat merupakan kelompok yang paling efektif menekan kerusakan akar akibat infeksi NPA (Gambar 1 Tabel 2) Tanaman yang diberi perlakuan menggunakan kelompok bakteri endofit TmtN5 diketahui mampu menekan 3901 jumlah NPA di tanah 4299 jumlah NPA di akar 3714 tingkat kerusakan akar dan mampu meningkatkan 1191 panjang akar dibandingkan dengan tanaman kontrol

Hasil uji aktivitas fisiologi menunjukkan sebanyak 16 (9411) kelompok bakteri endofit menghasilkan enzim protease 12 (7058) kelompok menghasilkan enzim kitinase dan 5 (2941) kelompok menghasilkan senyawa sianida (Tabel 3)

Tabel 1 Dominasi koloni kelompok bakteri endofit asal tanaman pecah beling ungu (Strobilanthes crispus) pada media yang berbeda

Media Tumbuh Dominasi KoloniKings B Koloni berwarna putih dan putih kecokelatanNA 20 Koloni berwarna putih kecokelatan dan beberapa berwarna kuningNA 50 Koloni berwarna putih kecokelatan dan beberapa berwarna kuning

cokelat dan putih susuTSA 20 Koloni bakteri dengan warna putih dengan berbagai ukuran TSA 50 Koloni berwarna kuning dan beberapa berwarna putih dan cokelat

Gambar 1 Akar tanaman tomat yang diinfeksi Meloidogyne incognita setelah diperlakukan dengan kelompok bakteri endofit TmtN2 TmtN5 PbuT2 dan tanpa diberi perlakuan dengan kelompok bakteri endofit

TmtN2 TmtN5 PbuT2 Kontrol

J Fitopatol Indones Pradana et al

79

Kode Kelompok

sum NPAper g Akara

sum NPA per 200 mL Tanaha

Panjang Akar (cm)a

Skala Kerusakan Akara

PcrN5PcrT2MntT5BitT2GsgN5GsgN2PbuT2JtnT2GsgT2CbiKBPbuN5BitN5TmtN2TmtN5PdiT2PtmN2PdiN2Kontrol

2460 a2490 a2250 abc2620 a2750 a2480 a2230 abc2540 a2380 a2550 a2710 a2430 a1750 bc1720 c 2310 a2500 a2270 ab2820 a

6010 ab5480 bcd4880 cde5900 abc5390 bcd4670 def4150 ef5010 bcde4710 def4220 ef4200 ef5010 bcde4420 def3740 f4620 def4390 def4640 def6560 a

1610 de1639 cd1627 cd1665 cd1653 cd1644 cd1651 cd1663 cd1634 cd1674 c1652 cd1682 cb1726 ab1757 a1639 cd1629 cd1663 cd1570 e

290 cd290 cd280 d300 bcd330 abc300 bcd300 bcd300 bcd300 bcd300 bcd340 ab290 cd260 d220 e290 cd300 bcd290 cd350 a

Tabel 2 Pengaruh aplikasi kelompok bakteri endofit terhadap kerusakan akar dan populasi Meloidogyne incognita di tanah dan di akar tanaman tomat

aAngka-angka pada kolom yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada uji selang berganda Duncan pada α 5

Tabel 3 Karakter fisiologis kelompok bakteri endofit

Kode Kelompok Asal Kelompok Aktivitas

ProteolitikAktivitas

KitinolitikProduksi

HCNPcrN5PcrT2MntT5BitT2GsgN5GsgN2PbuT2JtnT2GsgT2CbiKBPbuN5BitN5TmtN2TmtN5PdiT2PtmN2PdiN2

Impatiens balsaminaImpatiens balsaminaColeus amboinicusBeta vulgarisTalinum triangulareTalinum triangulareStrobilanthes crispusNigella sativaTalinum triangulareCapsicum frutescensStrobilanthes crispusBeta vulgaris Lycopersicum esculentumLycopersicum esculentumOryza sativaMimosa pudicaOryza sativa

+++-+++++++++++++

+-+++++----++++++

--+-+--+----++---

+ memproduksi senyawa - tidak memproduksi senyawa

J Fitopatol Indones Pradana et al

80

PEMBAHASAN

Bakteri membutuhkan nutrisi dan kondisi lingkungan khusus agar dapat ditumbuhkan pada medium buatan Perbedaan jumlah dan kandungan nutrisi dalam medium buatan berpengaruh pada dominasi bakteri yang tumbuh Hal tersebut diungkapkan oleh Puspita et al (2012) bahwa terdapat dua hal yang memengaruhi dominasi pertumbuhan bakteri dalam medium buatan yaitu nutrisi medium dan jumlah sel yang terdapat pada suspensi Sel bakteri yang belum dapat ditumbuhkan pada medium buatan masih memiliki peluang untuk ditumbuhkan apabila ditemukan komposisi medium yang tepat

Reaksi hipersensitif dipengaruhi oleh gen hrp yang dapat ditemui pada kelompok bakteri patogen tanaman Xanthomonas sp Reaksi ini terjadi dalam waktu 24ndash48 jam dan terlokalisasi Membran seluler pada daun tanaman tembakau yang mengalami kontak dengan bakteri patogen akan hancur dan nekrosis Respons tersebut menunjukkan bahwa bakteri yang kontak dengan daun tanaman tembakau berpotensi sebagai patogen tumbuhan (Zhu et al 2000) Bakteri yang menghasilkan toksin hemolisis tidak digunakan pada uji lanjut karena supernatan dari α dan β hemolisis bersifat sangat cytotoxic terhadap granulocytes monocytes dan lymphocytes manusia (Duncan et al 2007 Lopes et al 2010)

Kelompok bakteri endofit hidup di dalam jaringan tanaman dan bersifat menguntungkan bagi tanaman Sebagai agens biokontrol bakteri endofit dapat melindungi tanaman dari infeksi patogen secara langsung maupun tidak langsung Secara tidak langsung bakteri endofit mampu menginduksi ketahanan tanaman (Lodewyckx et al 2002) dengan merangsang pembentukan asam salisilat peroksidase fitoaleksin PR-protein dan senyawa fenolik (Rosenblueth dan Martiacutenez-Romero 2006)

Secara langsung kelompok bakteri endofit dapat berperan sebagai agens hayati dengan memproduksi senyawa-senyawa antimikrob Senyawa tersebut berupa enzim toksin maupun

gas yang mampu menghambat perkembangan patogen (Chernin et al 2002) Khan et al (2004) melaporkan bahwa enzim protease yang diproduksi oleh cendawan Paecilomyces lilacinus mampu menghambat penetasan telur nematoda M javanica Siddiqui et al (2005) dan Tian et al (2007) menyatakan produksi enzim protease oleh bakteri merupakan salah satu mekanisme bakteri sebagai agens pengendali nematoda puru akar Meloidogyne spp Degradasi lapisan lemak pada telur M hapla yang diberi perlakuan enzim protease menyebabkan banyak telur nematoda yang tidak dapat menetas (Khan et al 2004)

Harni et al (2007) melaporkan bahwa bakteri endofit Bacillus galur NJ46 Bacillus galur NA22 dan Bacillus galur NJ2 mampu menekan populasi nematoda Pratylenchus brachyurus Terjadinya penekanan tersebut disebabkan oleh metabolit sekunder enzim kitinase dan protease yang dihasilkan oleh bakteri-bakteri tersebut Enzim kitinase memiliki peran penting dalam pengendalian nematoda karena enzim ini mampu mendegradasi lapisan tengah telur nematoda seperti M javanica Rotylenchulus reniformis dan Tylenchulus semipenetrans (Tian et al 2007) Cronin et al (1997) menjelaskan enzim kitinase dapat menghambat penetasan telur Globodera rostochiensis sampai 70 dan enzim ini mampu mengendalikan populasi nematoda M javanica dan meningkatkan pertumbuhan tanaman tomat

HCN merupakan senyawa metabolit sekunder yang dihasilkan oleh bakteri Senyawa ini diketahui bersifat anticendawan dan berperan penting dalam pengendalian nematoda (Ramette et al 2003 Devi et al 2007) Keberadaan HCN di dalam tanah mampu menekan perkembangan M hapla sampai dengan 54 Semakin tinggi jumlah HCN yang ada kematian nematoda parasit tanaman juga semakin tinggi (Siddiqui et al 2006)

Pada penelitian ini diperoleh 1 kelompok bakteri endofit yang mampu mengendalikan M incognita dengan mekanisme produksi enzim protease kitinase dan asam sianida (HCN) Kelompok bakteri tersebut ialah TmtN5 yang diisolasi dari akar tanaman tomat

J Fitopatol Indones Pradana et al

81

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad F Ahmad I Khan M 2008 Screening of free-living rhizospheric bacteria for their multiple plant growth promoting activities Microbiol Res 163(2)173ndash181 DOI httpdxdoiorg101016jmicres200604001

Baehaki A Budiman A 2011 Isolasi dan karakterisasi protease dari bakteri tanah rawa Indralaya Sumatera Selatan J Teknologi dan Industri Pangan 22(1)37ndash42

Bartlem DG Jones MG Hammes UZ 2013 Vascularization and nutrient delivery at root-knot nematode feeding sites in host roots J Exp Bot 65(7)1789ndash1798 DOI httpdxdoiorg101093jxbert415

Berg G Hallmann J Control of plant pathogenic fungi with bacterial endophytes Di dalam Schulz B Boyle C Sieber T editor Microbial Root Endophytes Netherlands (NL) Springer hlm 53ndash69 DOI httpdxdoiorg1010073-540-33526-9_4

Chernin L Chet I Burns R Dick R 2002 Microbial enzymes in the biocontrol of plant pathogens and pests Di dalam Burns RG Dick RP editor Enzymes in The Environment Activity Ecology and Applications New York (US) CRC Press hlm 171ndash226 DOI httpdxdoiorg1012019780203904039ch7

Cronin D Moeumlnne-Loccoz Y Dunne C OrsquoGara F 1997 Inhibition of egg hatch of the potato cyst nematode Globodera rostochiensis by chitinase-producing bacteria Eur J Plant Pathol 103(5)433ndash440 DOI httpdxdoiorg101023A1008662729757

Devi KK Seth N Kothamasi S Kothamasi D 2007 Hydrogen cyanide-producing rhizobacteria kill subterranean termite Odontotermes obesus (Rambur) by cyanide poisoning under in vitro conditions Curr Microbiol 54(1)74ndash78 DOI httpdxdoiorg101007s00284-006-0473-z

Duncan S Louis P Flint H 2007 Cultivable bacterial diversity from the human colon Lett Appl Microbiol 44(4)343ndash350 DOI 101111j1472-765X200702129x

Hallmann J Hallmann AQ Miller WG Sikora RA Lindow SE 2001 Endophytic colonization of plants by the biocontrol agent Rhizobium etli G12 in relation to Meloidogyne incognita infection J Phytopathol 91(4)415ndash422 DOI httpdxdoiorg101094PHYTO2001914415

Hariprasad P Divakara S Niranjana S 2011 Isolation and characterization of chitinolytic rhizobacteria for the management of Fusarium wilt in tomato Crop Protection 30(12)1606ndash1612 DOI h t tp dx do i o rg 10 1016 j cropro201102032

Harni R Munif A Supramana Mustika I 2007 Pemanfaatan bakteri endofit untuk mengendalikan nematoda peluka akar (Pratylenchus brachyurus) pada tanaman nilam HAYATI J Biosci 14(1)7ndash12

Heath MC 2000 Hypersensitive response-related death Plant Mol Biol 44(3)321ndash334 DOI httpdxdoiorg101023A1026592509060

Kalaiarasan P Lakshmanan P Rajendran G Samiyappan R 2006 Chitin and chitinolytic biocontrol agents for the management of root knot nematode Meloidogyne arenaria in groundnut (Arachis hypogaea L) cv Co3 Indian J Nematol 36(2)181ndash186

Khan A Williams KL Nevalainen HK 2004 Effects of Paecilomyces lilacinus protease and chitinase on the eggshell structures and hatching of Meloidogyne javanica juveniles Bio Control 31(3)346ndash352 DOI httpdxdoiorg101016jbiocontrol200407011

Lian LH Tian BY Xiong R Xu J Zhang KQ 2007 Protease from Bacillus a new insight into the mechanism of action for rhizobacterial suppression of nematode populations Lett Appl Microbiol 45(2007)262ndash269 DOI httpdxdoiorg101111j1472-765X200702184x

Lodewyckx C Vangronsveld J Porteous F Moore ER Taghavi S Mezgeay M der Lelie Dv 2002 Endophytic bacteria and their potential applications Critical Rev

J Fitopatol Indones Pradana et al

Plant Sci 21(6)583ndash606 DOI httpdxdoiorg1010800735-260291044377

Lopes AH Souto-Padroacuten T Dias FA Gomes MT Rodrigues GC Zimmermann LT Alves e Silva T Vermelho AB 2010 Trypanosomatids odd organisms devastating diseases Open Parasitol 430ndash59 DOI httpdxdoiorg1021741874421401004010030

Mei C Flinn BS 2010 The use of benefecial microbial endophytes for plants biomass and stress tolerance improvement Recent Pat Biotechnol 481ndash95 DOI httpdxdoiorg102174187220810790069523

Munif A Hallmann J Sikora RA 2013 The influence of endophytic bacteria on Meloidogyne incognita infection and tomato plant growth J ISSAAS 19(2)68ndash74

Munif A Wibowo AR Herliyana EN 2015 Bakteri endofit dari tanaman kehutanan sebagai pemacu pertumbuhan tanaman tomat dan agen pengendali Meloidogyne sp J Fitopatol Indones 11(6)179ndash186 DOI httpdxdoiorg1014692jfi116179

Puspita ID Kamagata Y Tanaka M Asano K Nakatsu CH 2012 Are unciltivated bacteria really uncultivable Microbes Environ 27(4)356ndash366 DOI httpdxdoiorg101264jsme2ME12092

Ramette A Moeumlnne-Loccoz Y Deacutefago G 2003 Prevalence of fluorescent pseudomonads producing antifungal phloroglucinols andor hydrogen cyanide in soils naturally suppressive or conducive to tobacco black root rot FEMS Microbiol Ecol 44(1)35ndash43 DOI httpdxdoiorg101111j1574-69412003tb01088x

Rosenblueth M Martiacutenez-Romero E 2006 Bacterial endophytes and their interactions with hosts Mol Plant Microbe Interact 19(8)827ndash837 DOI httpdxdoiorg101094MPMI-19-0827

Salasia SIO Khusnan Z Lammler C Zschock M 2004 Comparative studies on phenol-and genotypic properties of Staphylococcus aureus isolated from bovine subclinical mastitis in central Java in Indonesia and Hesse in Germany J Vet Sci 5(2)103ndash109

Siddiqui IA Haas D Heeb S 2005 Extracellular protease of Pseudomonas fluorescens CHA0 a biocontrol factor with activity against the root-knot nematode Meloidogyne incognita App Environ Microbiol 71(9)5646ndash5649 DOI httpdxdoiorg101128AEM7195646-56492005

Siddiqui IA Shaukat SS Sheikh I Khan A 2006 Role of cyanide production by Pseudomonas fluorescens CHA0 in the suppression of root-knot nematode Meloidogyne javanica in tomato World J Microbiol Biotech 22(6)641ndash650 DOI httpdxdoiorg101007s11274-005-9084-2

Tian B Yang J Zhang K-Q 2007 Bacteria used in the biological control of plant-parasitic nematodes populations mechanisms of action and future prospects FEMS Microbiol Ecology 61(2)197ndash213 DOI httpdxdoiorg101111j1574-6941200700349x

Zeck WM 1971 A rating scheme for field evaluation of root-knot nematode infestasions Pflanzenschutz Nachrichten Bayer 24141ndash144

Zhu W MaGbanua MM White FF 2000 Identification of two novelhrp-associated genes in the hrp gene cluster of Xanthomonas oryzae pv oryzae J Bacteriol 182(7)1844ndash1853 DOI httpdxdoiorg101128JB18271844-18532000

82

Volume 12 Nomor 3 Mei 2016Halaman 83ndash88

DOI 1014692jfi12383ISSN 0215-7950

Alamat penulis korespondensi Fakultas Pertanian Universitas Lampung Jalan Sumanteri Brojonegoro No 1 Gedong Meneng Bandar Lampung 35145Tel 0721-787029 Surel igswibawayahoocom

83

Status Fitonematoda pada Tiga Kisaran Umur Lahan Pertanaman Pisang Cavendish di Way Kambas Lampung

Phytonematodes Status at Three Age Range of Cavendish Banana Plantations in Way Kambas Lampung

Yanto1 dan I Gede Swibawa21Sekolah Tinggi Perkebunan Lampung Lampung 35145

2Universitas Lampung Lampung 35145

ABSTRAK

Fitonematoda adalah salah satu penyebab penurunan produksi pisang Permasalahan ini sering muncul pada budi daya pisang secara intensif yang berlangsung lama Penelitian bertujuan menentukan status fitonematoda pada berbagai tingkat umur lahan pertanaman pisang Cavendish di PT NTF Way Kambas Lampung Sampel tanah dan akar diambil dari 3 kelompok umur lahan yaitu 3ndash5 10ndash12 dan 17ndash19 tahun terotasi Ekstraksi nematoda menggunakan metode corong Baermann yang dimodifikasi Status fitonematoda ditetapkan berdasarkan frekuensi absolut (FA) frekuensi relatif (FR) dan populasi absolut (PA) genus Hasil penelitian menunjukkan terdapat 13 genus fitonematoda berasosiasi dengan pisang Cavendish Fitonematoda dari genus Pratylenchus dan Radopholus memiliki FA FR dan PA tinggi pada lahan umur 3ndash5 dan 10ndash12 tahun serta sedang di lahan umur 17ndash19 tahun terotasi Nilai FA FR dan PA genus lainnya rendah pada semua umur lahan Pratylenchus dan Radopholus berstatus penting pada lahan umur 3ndash5 tahun dengan nilai FA 100 FR 31 dan PA masing-masing 2988 dan 4230 individu per 200 mL tanah serta pada lahan umur 10ndash12 tahun dengan nilai FA 100 FR 39 serta PA masing-masing 215 dan 126 individu per 200 mL tanah Pratylenchus dan Radopholus kurang penting di lahan umur 17ndash19 tahun terotasi dengan nilai FA77 FR 22 serta PA berurutan 330 dan 164 individu per 200 mL tanah Status fitonematoda lainnya tidak penting dengan FA FR dan PA yang rendah

Kata kunci Pisang Cavendish Pratylenchus Radopholus

ABSTRACT

Crop losses due to phytonematodes infection commonly occurred on intensive plantation practiced for a long time The research was aimed to study phytonematodes status on several age-different plantation of Cavendish banana in PT NTF Way Kambas Lampung Soil and root samples were taken from three different plantations selected based on time period of cultivation practice ie 3ndash5 10ndash12 and 17ndash19 years long The modification of Baermann funnel method was applied to collect nematodes The status of phytonematodes were determined based on the absolute frequency (AF) relative frequency (RF) and absolute population (AP) of each genus The results showed that 13 phytonematodes genera inhabited Cavendish banana crops Pratylenchus and Radopholus have important status on a land that had been cultivated for 3ndash5 and 10ndash12 years with AF 100 RF 31 and AP 2988 and 4230 individues per 200 mL of soil respectively on 3ndash5 years long lands and AF100 RF 39 and PA 215 and 126 individues per 200 mL of soil respectively on 10ndash12 years long lands Pratylenchus and Radopholus were less important on 17ndash19 years long rotated lands with AF 77 RF 22 and AP 330 and

J Fitopatol Indones Yanto dan Swibawa

84

164 individues per 200 mL of soil respectively The status of other phytonematodes were not important with low value of AF RF and AP

Key words Cavendish banana Prtaylenchus Radopholus

PENDAHULUAN

Fitonematoda merupakan patogen utama pada tanaman pisang yang dapat menurunkan produksi sampai 60 Kehilangan hasil dapat lebih besar apabila fitonematoda berasosiasi dengan patogen tular tanah lainnya (Orsquobannon 1977)

Fitonematoda menyerang perakaran pisang dengan gejala bervariasi menurut spesiesnya dan yang paling merusak diantaranya ialah Radopholus Pratylenchus Helicotylenchus Meloidogyne dan Rotylenchulus (Gowen et al 2005) Nematoda ini juga menyerang tanaman pisang di Sumatera Barat (Jumjunidang 2003) Status fitonematoda pada pisang di beberapa negara bervariasi (Khan dan Hasan 2010 Srinivasan et al 2011 Rahman et al 2014 Nega dan Fetena 2015) karena faktor fisik dan tanaman (Gowen at al 2005) kompetisi dengan patogen lain seperti penyakit layu fusarium (Zhong et al 2011) pola tanam (Moser et al 2012) dan musim (Chaves dan Araya 2010)

PT Nusantara Tropical Farm (PT NTF) di Way Kambas Lampung mengelola pisang Cavendish secara intensif Perusahaan yang berdiri tahun 1992 ini mengelola 17526 ha pisang Cevendish yang terdiri atas beberapa klon yaitu CJ-20 CJ-30 dan DM-2 Perluasan lahan pertanaman pisang di PT NTF terus dilakukan sehingga saat ini terdapat variasi umur lahan yang berkisar antara 3 dan 20 tahun Sistem ratoon (memelihara anakan) sudah ditinggalkan sejak tahun 2010 untuk mempertahankan produksi optimum dan pembongkaran tanaman dilakukan setelah panen Budi daya pisang dilakukan secara intensif meliputi pengolahan tanah pemupukan pengairan sanitasi pengendalian hama dan penyakit tanaman serta penanganan panen (Ansyori 2009)

Masalah fitonematoda umumnya muncul pada pertanaman monokultur intensif

berlangsung lama Status fitonematoda di PT NTF belum dilaporkan padahal budi daya pisang telah berlangsung lama Walaupun sistem ratoon tidak diterapkan lagimdashyang mungkin menekan perkembangan populasi fitonematodamdashnamun menanam pisang secara terus menerus dapat menyebabkan akumulasi populasi fitonematoda

Penelitian ini bertujuan menentukan status fitonematoda pada beberapa umur lahan pisang Cavendish termasuk lahan yang pernah dirotasi Hasil penelitian diharapkan menjadi informasi bermanfaat dalam pengelolaan penyakit pisang terutama fitonematoda di PT NTF

BAHAN DAN METODE

Penelitian dilakukan pada pertanaman pisang Cavendish milik PT NTF di Way Kambas Lampung yang membudidayakan pisang secara intensif Lokasinya terletak pada 05deg 00ʹ-05deg15ʹ LS dan 105deg30ʹ-105deg45ʹ BTketinggian 20ndash60 m di atas permukaan laut iklim tipe B menurut SchimdtndashFerguson curah hujan 2372 mm per tahun suhu 27 degC RH 842 dan tipe tanah oxisol (Ansory 2009) Pertanaman ini memiliki lahan pisang baru dan lahan pisang lama yang pernah dirotasi dengan ubi kayu

Penelitian disusun dalam rancangan acak lengkap dengan 3 perlakuan umur lahan (3ndash5 10ndash12 dan 17ndash19 tahun yang pernah dirotasi) Masing-masing perlakuan ditanami pisang Cavendish klon CJ-30 CJ-20 dan DM-2 yang berumur 3ndash9 bulan Dalam setiap blok pertanaman dipilih secara acak petak berukuran 50 m times 50 m berisi 5 titik sampel diagonal dengan masing-masing 6 tanaman Pada setiap tanaman subsampel tanah dan akar diambil pada kedalaman 20 cm arah zig zag 3 subsampel berjarak 50 cm dan 3 subsampel lainnya berjarak 10 cm dari tanaman Sampel tanah dan akar dicampur dan selanjutnya

J Fitopatol Indones Yanto dan Swibawa

85

diambil 1 kg tanah dan 100 g akar untuk proses ekstraksi nematoda di laboratorium

Ekstraksi nematoda dari 200 mL tanah dan 50 g akar menggunakan metode corong Baermann yang dimodifikasi Akar dicuci dengan air mengalir dan 50 g akar dipotong-potong dengan panjang 05 cm tanpa maserasi lalu diletakkan pada corong Baermann berdiameter 8 cm dilengkapi dengan saringan 18 mesh (plusmn 15 mm) yang dilapisi kertas tisu dan kantong plastik pada bagian batang corong dan diinkubasi selama 72 jam dalam ruangan pada suhu plusmn 27 degC Nematoda yang diperoleh dimatikan dengan memanaskan suspensinya sampai suhu 60 degC kemudian difiksasi menggunakan larutan Golden X (campuran 8 bagian formalin 2 bagian gliserin dan 90 bagian aquades) sehingga nematoda berada dalam formaldehida 3 (Hooper et al 2005) Jumah nematoda dari setiap sampel dihitung dan 100 individu diambil secara acak untuk diidentifikasi sampai genus menggunakan kunci identifikasi Mai dan Lyon (1975)

Status fitonematoda penting kurang penting dan tidak penting ditetapkan ber-dasarkan populasi absolut (PA) frekuensi absolut (FA) dan frekuensi relatif (FR) genus PA genus ialah jumlah genus dari 100 individu yang diidentifikasi dikalikan jumlah nematoda setiap sampel FA dan FR dihitung menurut Norton (1978)

sum sampel yang mengandung genusFA = sum seluruh sampel yang dikoleksi times 100

danfrekuensi genusFR =total frekuensi seluruh genus times 100 dengan

FA frekuensi absolut dan FR frekuensi relatif

Populasi absolut dianalisis ragam dan pemisahan nilai tengah menggunakan uji BNT pada taraf nyata 5

HASIL

Sebanyak 13 genus fitonematoda terdapat di pertanaman pisang Cavendish Umur lahan memengaruhi keragaman populasi fitonematoda pada lahan umur 3ndash5 tahun terdapat 13 genus lahan umur 10ndash12 tahun

dan 17ndash19 tahun terotasi berturut-turut 7 dan10 genus Criconemella Ditylenchus Tylenchus Helicotylenchus Paralongidorus dan Xiphinema tidak ditemukan di lahan umur 10ndash12 tahun dan 3 genus terakhir tidak terdapat dilahan umur 17ndash19 tahun (Tabel 1)

Secara umum nilai FA dan FR di tanah lebih tinggi daripada di akar Dua genus nematoda yang memiliki nilai FA dan FR tinggi dari tanah ialah Pratylenchus dan Radopholus pada lahan umur 3ndash5 dan 10ndash12 tahun dan nilai sedang pada lahan umur 17ndash19 tahun Genus nematoda yang memiliki nilai FA dan FR rendah ialah Hoplolaimus dari tanah dan Meloidogyne dari akar pada lahan umur 17ndash19 tahun Genus fitonematoda lainnya baik dari tanah maupun akar memiliki nilai FA dan FR rendah pada semua umur lahan (Tabel 1)

Dari semua fitonematoda nilai PA Pratylenchus dan Radopholus paling tinggi dan dipengaruhi oleh umur lahan Nilai PA kedua genus ini dari tanah lahan umur 3ndash5 tahun tidak berbeda nyata dengan lahan umur 10ndash12 tahun tetapi nilai PA keduanya lebih tinggi daripada nilai PA pada lahan umur 17ndash19 tahun Nilai PA nematoda tersebut dari akar tidak dipengaruhi umur lahan (Tabel 2) Dua genus lain yang memiliki PA sedang yaitu Helicotylenchus dari tanah lahan umur 3ndash5 tahun dan Meloidogyne dari akar lahan umur 17ndash19 tahun nilai PA genus lainnya rendah baik dari tanah maupun akar dan tidak dipengaruhi oleh umur lahan (Tabel 2)

PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil penelitian ini terdapat 13 genus fitonematoda pada pertanaman pisang dan populasi nematoda yang bersifat endoparasit tidak diperoleh secara maksimum Hal ini dapat disebabkan oleh metode ekstraksi nematoda yang digunakan Ekstraksi nematoda dari akar dilakukan dengan metoda corong Baermann tanpa melakukan maserasi akar Jumlah genus nematoda yang diperoleh pada penelitian ini lebih tinggi daripada jumlah genus fitonematoda pada pertanaman pisang di Semenanjung Malaysia yaitu 9 genus

J Fitopatol Indones Yanto dan Swibawa

(Rahman et al 2014) dan di Bengali Barat India 12 genus (Khan dan Hasan 2010) tetapi lebih rendah daripada pertanaman pisang di Kamerun yaitu 16 genus (Bridge et al 1995)

Dari semua genus yang ditemukan dan berdasarkan pada nilai FA FR serta PA maka Pratylenchus dan Radopholus dapat dikategorikan sebagai fitonematoda penting pada lahan umur 3ndash5 dan 10ndash12 tahun kurang penting pada lahan umur 17ndash19 tahun sedangkan genus lainnya tidak penting pada semua umur lahan Nilai FA 100 untuk Pratylenchus dan Radopholus pada lahan umur 3ndash5 dan 10ndash12 tahun menunjukkan seluruh sampel tanah mengandung nematoda ini Nilai FR 39 menunjukkan Pratylenchus dan Radopholus mendominasi komunitas fitonematoda Nilai PA Radopholus masing-

masing 423 dan 126 individu per 200 mL tanah pada lahan umur 3ndash5 dan 10ndash12 tahun tergolong tinggi Herradura (2009) melaporkan bahwa dalam percobaan inokulasi 1000 ekor R similis pada bibit tanaman pisang populasinya meningkat menjadi 2500ndash3500 ekor per 10 g akar segar menjelang panen sehingga dapat menurunkan 68 bobot tandan pisang Grand Nain di Davao Filipina Nilai PA Pratylenchus 298 dan 215 individu per 200 mL tanah masing-masing pada lahan umur 3ndash5 dan 10ndash12 tahun juga tergolong tinggi Berdasarkan hasil penelitian ini disarankan untuk dilakukan pengendalian Radopholus dan Pratylenchus agar tidak menimbulkan kerugian

Pratylenchus dan Radopholus yang dapat dikategorikan fitonematoda penting pada pertanaman pisang ini juga merupakan

Genus Nematoda Sampel Umur lahan (tahun)3ndash5 10ndash12 17ndash19

FA FR FA FR FA FR()

Aphelenchoides Tanah 111 34 111 43 111 32Akar 111 31 00 00 00 00

Aphelenchus Tanah 111 34 00 00 333 97Akar 444 125 222 80 444 160

Criconemella Tanah 00 00 00 00 111 32Akar 111 31 00 00 111 40

Ditylenchus Tanah 111 34 00 00 111 32Akar - - - - - -

Helicotylenchus Tanah 222 69 00 00 00 00Akar 111 31 00 00 00 00

Hoplolaimus Tanah 111 34 333 130 556 161Akar 222 63 222 80 444 160

Meloidogyne Tanah 333 103 00 00 222 65Akar 222 63 444 160 667 240

Paralongidorus Tanah - - - - - -Akar 111 31 00 00 00 00

Pratylenchus Tanah 1000 310 1000 391 778 226Akar 889 250 889 320 667 240

Radopholus Tanah 1000 310 1000 391 778 226Akar 778 219 889 320 333 120

Scutellonema Tanah 111 34 111 43 333 97Akar 222 63 111 40 111 40

Tylenchus Tanah 00 00 00 00 111 32Akar 333 94 00 00 00 00

Xiphinema Tanah 111 34 00 00 00 00Akar - - - - - -

Tabel 1 Frekuensi absolut (FA) dan frekuensi relatif (FR) fitonematoda dari tanah dan akar pada berbagai umur lahan pisang Cavendish

- tidak ditemukan fitonematoda lahan dirotasi dengan ubi kayu

86

J Fitopatol Indones Yanto dan Swibawa

nematoda penting di beberapa negara penghasil pisang Di Kamerun P coffeae P goodey dan R similis adalah perusak akar utama akar pisang (Bridge et al 1995) sedangkan di Tamil Nadu India hanya R similis (Srinivasan et al 2011) Sementara itu di Nigeria Helicotylenchus lebih penting daripada Pratylenchus (Tanimola et al 2013) dan di Equador R similis lebih penting daripada Helicotylenchus Pratylenchus dan Meloidogyne (Chaves dan Araya 2010)

Umur lahan memengaruhi status Pratylenchus dan Radopholus Pada lahan umur 3ndash5 dan 10ndash12 tahun kedua nematoda berstatus penting sementara pada lahan umur 17ndash19 tahun dianggap kurang penting Lebih rendahnya nilai FA FR dan PA kedua fitonematoda pada lahan umur 17ndash19 tahun

dibandingkan dengan pada lahan umur 3ndash5 dan 10ndash12 tahun disebabkan oleh rotasi pisang dengan ubi kayu yang dilakukan 2ndash3 kali

UCAPAN TERIMA KASIH

Ucapan terima kasih disampaikan kepada RA Wardhana dan manajemen PT NTF yang telah memfasilitasi penelitian

DAFTAR PUSTAKA

Ansory 2009 Kriteria kesesuaian lahan untuk tanaman pisang Cavendish yang dikelola secara intensif di Way Kambas Lampung Timur [disertasi] Bogor (ID) Institut Pertanian Bogor

Tabel 2 Populasi absolut fitonematoda dari 200 mL tanah dan 50 g akar pada berbagai umur lahan pisang Cavendish

- tidak ditemukan fitonematoda data yang dianalisis ditransforamsi 2 kali ke radic (x+1) ns tidak nyata s nyata lahan dirotasi dengan ubi kayu Angka pada baris yang sama yang diikuti huruf sama tidak berbeda menurut uji BNT taraf nyata 5

Genus Nematoda SampelUmur lahan (tahun) KK

()Ket

3ndash5 10ndash12 17ndash19 (terotasi)

Aphelenchoides Tanah 01 01 01 32 nsAkar 02 00 00 32 ns

Aphelenchus Tanah 03 00 12 81 nsAkar 05 11 39 166 ns

Criconemella Tanah 00 00 01 19 nsAkar 07 00 01 69 ns

Ditylenchus Tanah 17 04 05 131 nsAkar - - -

Helicotylenchus Tanah 252 00 00 322 nsAkar 01 00 00 18 ns

Hoplolaimus Tanah 03 29 26 146 nsAkar 02 03 19 931 ns

Meloidogyne Tanah 11 00 10 101 nsAkar 22 45 127 252 ns

Paralongidorus Tanah - - -Akar 03 00 00 43 ns

Pratylenchus Tanah 2988 a 2152 a 330 b 129 sAkar 206 50 49 71 ns

Radopholus Tanah 4230 a 1261 a 164 b 121 sAkar 141 26 09 64 ns

Scutellonema Tanah 01 04 49 167 nsAkar 11 01 02 88 ns

Tylenchus Tanah 00 00 02 185 nsAkar 14 00 00 82 ns

Xiphinema Tanah 35 00 00 156 nsAkar - - -

87

J Fitopatol Indones Yanto dan Swibawa

Bridge J Price NS Kofi P 1995 Plant parasitic nematode on plantain and other crop in Cameroon West Africa Fundam Appl Nematol 18(3)251ndash260

Chaves C Araya M 2010 Spatial-temporal distribution of plant parasitic nematodes in banana (Musa AAA) plantation Equador J App Biosci 332057ndash2069

Gowen SR Queneherve P Fogain R 2005 Nematode parasites of banana and plantain Di dalam Luc M Sikora RA Bridge J editors Plant Parasitic Nematodes in Subtropical and Tropical Agriculture Ed ke-2 Wallingford (UK) CABI Publishing hlm 611ndash643 DOI httpdxdoiorg10107997808519972780611

Herradura LE 2009 Host respons of Eumusa varieties to a Radopholus similis population from the Philippines [disertasi]Leuven (BE) de Agricultura Katholieke Universiteit Leuven

Hooper DJ Hallman J Subbotin SA 2005 Methods for extraction processing and detection of plant and soil nematodes Di dalam Luc M Sikora RA Bridge J editor Plant Parasitic Nematodes in Subtropical and Tropical Agriculture Ed ke-2 Wallingford (UK) CABI Publishing hlm 53ndash86 DOI httpdxdoiorg10107997808519972780053

Jumjunidang 2003 Status and future RampD of nematodes in banana in Indonesia Di dalam Cruz Jr FS Van den Bergh I Waele D Hautea DM Molina AB editors Country Report of Workshop and Training Toward Management of Musa Nematodes in Asia and the Pasific 2003 Des 1ndash5 Los Banos Laguna (PH) The Institute of Plant Breeding UPLB hlm 43ndash46

Khan MR Hasan MA 2010 Nematode diversity in banana rhizosphere from West Bengal India J Plant Protec Res 50(3)263ndash268 DOI httpdxdoiorg102478v10045-010-0046-9

Mai WF Lyon HH 1975 Pictorial Key to

Genera of Plant-Parasitic Nematodes London (UK) Comstock Publishing Associated

Moser T Forster B Frankenbach S Marques R Rombke J Schmidt P Hofer H 2012 Nematodes assemblages in banana (Musa acuminata) monoculture and banana plantation with jucara palm (Euterpe edulis) in the Southern Mata Atlantica Brazil Nematology 14(3)371ndash384 DOI httpdxdoiorg101163156854111X601669

Nega G Fetena S 2015 Root necrosis assesment of plant parasitic nematodes of banana (Musa spp) at Arbaminch Etiophia J BiolAgric Healthcare 5(15)76ndash80

Norton DC 1978 Ecology of plant parasitic nematodes New York (US) John Willey and Sons Inc

Orsquobannon JH 1977 Worldwide dissemination of Radopholus similis and it importance in crop production J Nematol 9(1)16ndash25

Rahman SSA Zain SNM Mat MZB Sidam AK Othman RY Mohamed Z 2014 Population distribution of plant parasitic nematodes on bananas in Paninsular Malaysia Sains Malaysiana 43(2)175ndash183

Srinivasan R Kulothungan S Sundaraju P Govindasami C 2011 Biodiversity of plant parasitic nematodes associated with banana in Thanjavur District of Tamil Nadu Int J Plant Animal Environ Sci 1(2)63ndash69

Tanimola AA Asimeaa AO Ofuru-Joseph S 2013 Status of plant-parasitic nematodes on plantain (Musa parasidiaca (L)) in Choba Rivers State Nigeria Word J Agric Sci 9(2)189ndash195

ZhongS He Y Zeng H Mo Y Zhou ZX Zang ZP Jin Z 2011 Effect of banana wilt desasease on soil nematodes community structure and diversity Afr J Biotechnol 10(59)12729ndash12737

88

Volume 12 Nomor 3 Mei 2016Halaman 89ndash95

DOI 1014692jfi12389ISSN 0215-7950

Alamat penulis korespondensi Jurusan Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Halu Oleo Jalan HEA Mokodompit Kendari 93232 Tel 0401-3122320 Faks 0401-0401-3197045 Surel akhaeruniyahoocom

89

Ketahanan Berbagai Kultivar Padi Lokal terhadap Penyakit Hawar Daun Bakteri

Resistance of Local Rice Cultivars to Bacterial Leaf Blight Disease

Andi Khaeruni Erwin Najamuddin Teguh Wijayanto SyairUniversitas Halu Oleo Kendari 93232

ABSTRAK

Penyakit hawar daun bakteri yang disebabkan oleh Xanthomonas oryzae pv oryzae merupakan salah satu penyakit penting pada tanaman padi di Indonesia termasuk di Sulawesi Tenggara Penggunaan varietas tahan merupakan salah satu strategi pengendalian yang efektif dan ramah lingkungan untuk mengatasi penyakit Penelitian ini bertujuan mengetahui tingkat ketahanan beberapa varietas padi lokal asal Sulawesi Selatan dan Sulawesi Tenggara terhadap X oryzae pv oryzae patotipe IV VIII dan X Penelitian dilakukan di rumah kasa menggunakan tiga patotipe pada 11 kultivar padi lokal Inokulasi bakteri dilakukan menggunakan metode pengguntingan daun pada fase vegetatif dan generatif Pengamatan terhadap insidensi penyakit hawar daun bakteri dilakukan 3 minggu setelah inokulasi Data insidensi penyakit digunakan untuk menentukan tingkat ketahanan tanaman uji Hasil penelitian menunjukkan bahwa periode inkubasi penyakit pada kultivar Kelaca lebih lama dibandingkan dengan kultivar lainnya Pada fase vegetatif kultivar ini bereaksi agak tahan terhadap patotipe IV dan X serta sangat tahan terhadap patotipe VIII sedangkan pada fase generatif bereaksi agak tahan terhadap patotipe IV dan VII serta sangat tahan terhadap patotipe X Oleh karena itu kultivar Kelaca dapat direkomendasikan untuk ditanam pada daerah endemis penyakit hawar daun di Sulawesi Selatan dan Tenggara

Kata kunci insidensi penyakit patotipe Xanthomonas oryzae pv oryzae

ABSTRACT

Bacterial leaf blight disease caused by Xanthomonas oryzae pv oryzae is an important rice disease in Indonesia including in South East Sulawesi The use of resistant varieties is one of the effective and environmentally friendly control strategies to suppress the disease This study aimed to determine the level of resistance of some local rice varieties of South and Southeast Sulawesi against Xanthomonas oryzae pv oryzae pathotypes IV VIII and X The study was conducted in a screen house involving 3 bacterial pathotypes and 11 local rice cultivars Shearing method was used for inoculation of bacteria to leaf on vegetative and generative phases Disease incidences were measured 3 weeks after inoculation and the data was further used to determine the level of resistance of the tested rice cultivars The results showed that incubation period of the disease was longer on Kelaca cultivar compared to other cultivars On vegetative phase this cultivar showed moderate resistant to pathotypes IV and X and highly resistant to patotype VIII whereas on the generative phase it showed moderate resistant to pathotypes IV and VII and highly resistant to pathotype X Therefore Kelaca cultivar can be recommended for endemic areas of leaf blight in South and Southeast Sulawesi

Key words disease incidence pathotype Xanthomonas oryzae pv oryzae

J Fitopatol Indones Khaeruni et al

90

PENDAHULUAN

Hawar daun bakteri (HDB) yang disebabkan oleh Xanthomonas oryzae pv oryzae merupakan salah satu penyakit padi yang sulit dikendalikan karena memiliki banyak patotipe dan penyebarannya mudah terjadi (Akhtar et al 2008) Di Indonesia diketahui terdapat 12 patotipe X oryzae pv oryzae dengan tingkat virulensi yang berbeda dan merupakan ancaman utama bagi produksi padi nasional (Wahyudi et al 2011) Infeksi X oryzae pv oryzae pada tanaman padi di Indonesia menyebabkan kerugian hasil panen sebesar 21ndash36 pada musim hujan dan 18ndash28 pada musim kemarau (Suparyono et al 2004) Penanaman satu jenis varietas secara terus-menerus dengan skala yang luas dapat menyebabkan pergeseran patotipe sehingga patogen X oryzae pv oryzae menjadi semakin virulen

Penyakit HDB juga merupakan salah satu penyakit penting pada tanaman padi sawah di Sulawesi Tenggara Berdasarkan pengelompokan patotipe sistem KOZAKA yang menggunakan varietas diferensial dilaporkan terdapat 3 kelompok patotipe X oryzae pv oryzae di Sulawesi Tenggara yaitu patotipe IV VIII dan X yang memiliki virulensi tinggi (Khaeruni dan Wijayanto 2013)

Penggunaan varietas tahan terhadap patotipe yang dominan di daerah tertentu merupakan salah satu cara untuk mengendalikan X oryzae pv oryzae Pengendalian penyakit dengan menggunakan varietas tahan merupakan cara pengendalian yang efektif murah dan mudah untuk dilakukan sepanjang varietas tahan tersedia di masyarakat Rahim et al (2012) melaporkan 6 varietas padi komersial yang diuji terhadap X oryzae pv oryzae patotipe IV VIII IX dan X tidak ada satu pun varietas yang tahan Oleh karena itu pencarian varietas atau kultivar tahan perlu terus dilakukan Kultivar padi lokal yang telah dibudidayakan oleh masyarakat di Sulawesi Selatan dan Sulawesi Tenggara perlu dievaluasi ketahanannya terhadap X oryzae pv oryzae Penelitian ini bertujuan

menentukan tingkat ketahanan kultivar padi lokal asal Sulawesi Selatan dan Sulawesi Tenggara terhadap penyakit HDB

BAHAN DAN METODE

Isolat X oryzae pv oryzae dan Benih Padi Isolat X oryzae pv oryzae yang digunakan

ialah patotipe IV VIII dan X asal Sulawesi Tenggara (koleksi Laboratorium Ilmu Hama dan Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas Haluoleo) Padi lokal yang diuji sebanyak 6 kultivar asal Sulawesi Tenggara (Pae Nggonggohia Pae Biu Pae Nggomumu Pae Wila Padae Hada Padae Wolio) dan 5 kultivar dari Sulawesi Selatan (Mandi Kelaca Pulu Lotong Mandoti Pulu Pute) Padi var IR64 yang digunakan sebagai varietas rentan diperoleh dari hasil panen tanaman yang bebas dari penyakit HDB

Rancangan Percobaan Percobaan dilakukan di rumah kaca

disusun dalam rancangan acak kelompok Sebanyak 11 kultivar uji dan varietas IR64 diinokulasi dengan 3 patotipe X oryzae pv oryzae sehingga diperoleh 36 kombinasi perlakuan Setiap perlakuan diulang sebanyak 3 kali sehingga total keseluruhan terdapat 108 tanaman uji

Benih padi diperam semalam sebelum dikecambahkan di cawan petri yang dialasi kertas buram lembap Benih yang berkecambah pada umur 2 hari disemai pada kotak semai yang berisi arang sekam bercampur pupuk kandang dengan perbandingan 31 (vv) Bibit berumur 21 hari dipindah tanam dalam pot kantong plastik ukuran 30 cm times 20 cm yang berisi medium campuran tanah dan pupuk kandang dengan perbandingan 41 (vv) kemudian diletakkan dalam rumah kasa Tanaman disiram setiap pagi hari gulma dan hama yang ditemukan dikendalikan secara manual Pemeliharaan tanaman dilakukan sejak pindah tanam sampai pengujian selesai

Isolat dari setiap patotipe X oryzae pv oryzae dibiakkan secara terpisah pada medium pepton sukrosa agar (PSA) selama 48 jam Kultur murni disuspensikan dalam

J Fitopatol Indones Khaeruni et al

91

akuades steril hingga mencapai kepadatan 108ndash109 cfu mL-1 dan digunakan sebagai sumber inokulum (Khaeruni et al 2014a)

Inokulasi setiap patotipe X oryzae pv oryzae pada tanaman uji dilakukan 2 tahap yaitu pada fase vegetatif ketika tanaman berumur 3 minggu setelah tanam (MST) dan pada fase generatif tanaman berumur 8 MST Inokulasi dilakukan pada 5 sampel daun yang membuka sempurna dengan menggunting daun sekitar 2ndash3 cm dari ujung daun menggunakan gunting yang telah dicelupkan dalam suspensi X oryzae pv oryzae

PengamatanPengamatan meliputi periode inkubasi

insidensi penyakit dan reaksi ketahanan Pengamatan periode inkubasi dilakukan setiap hari mulai 1 hari setelah inokulasi sampai munculnya gejala pada daun yang diinokulasi patogen Pengamatan insidensi penyakit dilakukan 3 minggu setelah inokulasi pada setiap tahap inokulasi (fase vegetatif dan generatif)

Insidensi penyakit diamati dengan mengukur panjang gejala HDB pada setiap daun sampel yang diinokulasi Insidensi penyakit dihitung menggunakan rumus

IP = times 100 dengannN

IP insidensi penyakit n panjang gejala HDB pada daun sampel N panjang daun sampel

Kriteria tingkat ketahanan tanaman di-tentukan berdasarkan nilai insidensi penyakit pada setiap kultivar yang diuji pada setiap patotipe berdasarkan nilai skoring yang ditetapkan oleh IRRI tahun 1996 (Tabel 1)

HASIL

Periode InkubasiPeriode inkubasi penyakit pada fase

vegetatif bervariasi dari 27ndash4 hari setelah inokulasi Pada beberapa kultivar memiliki periode inkubasi penyakit yang lebih lama dibandingkan dengan pada varietas IR 64 yaitu 27ndash30 hari (Tabel 2) Periode inkubasi penyakit terpanjang terjadi pada kultivar Kelaca baik pada fase vegetatif maupun fase generatif Varietas IR64 dan kultivar Pae Biu tergolong rentan menunjukkan gejala layu dan muncul bercak kelabu pada tepi daun serta sedikit menggulung ke arah dalam sedangkan gejala layu tidak terjadi pada kultivar Kelaca yang tergolong varietas tahan

Insidensi Penyakit dan Reaksi KetahananInsidensi penyakit hawar daun pada kultivar

padi lokal yang diuji pada fase vegetatif bervariasi dari 26ndash776 sehingga reaksi ketahanan kultivar-kultivar padi lokal tersebut bervariasi dari rentan sampai sangat tahan sementara insidensi penyakit pada varietas IR64 berkisar 24ndash468 sehingga varietas ini bereaksi agak rentan terhadap semua patotipe X oryzae pv oryzae Ketahanan terbaik pada fase vegetatif terdapat pada kultivar Kelaca asal Sulawesi Selatan yang bereaksi agak tahan terhadap patotipe IV dan X serta tahan terhadap patotipe VIII Kultivar Paedai Wolio asal Sulawesi Tenggara memiliki reaksi agak rentan pada semua patotipe sementara kultivar Mandi Pae Ngonggohia Pae Biu Kelaca Pullu Lotong Pae Wila Paedai Hada Mandoti Pullu Pute Paedai Wolio memperlihatkan reaksi rentan sehingga kultivar tersebut memiliki ketahanan lebih rendah dibandingkan dengan varietas IR64 (Tabel 3)

Pada fase generatif insidensi penyakit berkisar 33ndash227 sehingga reaksi ketahanan berbagai kultivar padi lokal yang diinokulasikan dengan 3 patotipe X oryzae pv oryzae juga bervariasi jika dibandingkan dengan varietas IR64 Ketahanan terbaik diperlihatkan padi kultivar Kelaca yang memiliki respons agak tahan terhadap patotipe IV dan VIII serta sangat tahan terhadap patotipe X Selain

Skor Insidensi penyakit ()

Reaksi ketahanan

1 0ndash3 Sangat tahan (ST)2 4ndash6 Tahan (T)3 7ndash12 Agak tahan (AT)4 13ndash50 Agak rentan (AR)5 51ndash75 Rentan (R)6 gt75 Sangat rentan (SR)

Tabel 1 Skor dan insidensi penyakit tanaman berdasarkan pada luas daun padi yang bergejala hawar daun (SES IRRI 1996)

J Fitopatol Indones Khaeruni et al

92

Kultivar padi lokal Patotipe IV Patotipe VIII Patotipe XVeg Gen Veg Gen Veg Gen

Pae Ngonggohia 40 37 30 30 30 27Pae Biu 30 27 27 30 27 27Pae Nggomumu 33 30 37 30 30 37Pae Wila 33 30 33 40 37 43Paedai Hada 33 30 30 30 30 30Paedai Wolio 33 40 30 37 33 33Mandi 33 40 30 30 30 30Kelaca 40 47 37 47 37 47Pulu Lotong 30 30 33 30 30 30Mandoti 30 30 30 30 27 30Pulu Pute 30 30 30 37 23 37IR64 30 30 27 30 27 30

Tabel 2 Periode inkubasi (hari) penyakit hawar daun bakteri pada varietas padi lokal yang diinokulasi dengan 3 patotipe Xanthomonas oryzae pv oryzae

Veg fase vegetatif Gen fase generatif kontrol varietas rentan

Kultivar padi lokalPatotipe IV Patotipe VIII Patotipe X

IP ()

Skor (Respons)

IP ()

Skor (Respons)

IP ()

Skor (Respons)

Pae Ngonggohia 419 4 (AR) 557 5 (R) 391 4 (AR)Pae Biu 718 5 (R) 776 6 (SR) 465 4 (AR)Pae Nggomumu 115 3 (AT) 408 4 (AR) 425 4 (AR)Pae Wila 513 5 (R) 379 4 (AR) 665 5 (R)Paedai Hada 652 5 (R) 309 4 (AR) 743 5 (R)Paedai Wolio 261 4 (AR) 316 4 (AR) 461 4 (AR)Mandi 256 4 (AR) 510 5 (R) 458 4 (AR)Kelaca 78 3 (AT) 26 1 (ST) 69 3 (AT)Pulu Lotong 525 5 (R) 337 4 (AR) 353 4 (AR)Mandoti 448 4 (AR) 265 4 (AR) 519 5 (R)Pulu Pute 233 4 (AR) 342 4 (AR) 555 5 (R)IR64 468 4 (AR) 240 4 (AR) 396 4 (AR)

Tabel 3 Insidensi penyakit (IP) dan respons ketahanan berbagai kultivar padi lokal dan IR64 terhadap 3 patotipe Xanthomonas oryzae pv oryzae pada fase vegetatif

SR sangat rentan R rentan AR agak rentan AT agak tahan ST sangat tahan kontrol varietas rentan

padi kultivar Kelaca kultivar Pae Wila memiliki ketahanan yang relatif lebih kuat terhadap X oryzae pv oryzae karena bereaksi tahan terhadap patotipe IV dan X serta agak tahan terhadap patotipe VIII (Tabel 4)

PEMBAHASAN

Penentuan periode inkubasi didasarkan munculnya gejala hawar pada daun yang diinokulsi X oryzae pv oryzae Periode

inkubasi pada beberapa kultivar lebih lama dibandingkan dengan padi var IR64 baik yang diinokulasi pada fase vegetatif maupun pada fase generatif Kultivar yang memiliki respons ketahanan terbaik ialah padi kultivar Kelaca karena memiliki periode inkubasi terlama dan insidensi penyakit yang lebih rendah dibandingkan dengan kultivar lainnya Hal ini sesuai dengan pendapat Nayak et al (1987) yang menyatakan ketahanan tanaman padi terhadap penyakit HDB secara tidak

J Fitopatol Indones Khaeruni et al

93

langsung ditentukan oleh periode inkubasi dan perkembangan penyakit

Gen ketahanan terhadap ras X oryzae pv oryzae ditentukan oleh gen R mayor (Liu et al 2006) Ketahanan varietas padi terhadap X oryzae pv oryzae berkaitan dengan kandungan gen ketahanan (gen Xa) varietas yang memiliki lebih dari satu gen Xa memperlihatkan ketahanan yang lebih kuat dibandingkan dengan yang hanya memiliki satu gen Xa (Nafisah et al 2007) X oryzae pv oryzae patotipe IV mempunyai gen virulensi yang dapat mematahkan gen ketahanan Xa1 Xa2 Xa4 Xa7 Xa10 Xa11 dan Xa 14 pada tanaman padi patotipe VIII dapat mematahkan gen ketahanan Xa1 Xa2 Xa3 Xa4 Xa7 Xa10 Xa11 dan Xa 14 sedangkan patotipe X dapat mematahkan gen ketahanan Xa1 Xa2 Xa4 Xa7 Xa10 Xa11 Xa14 dan Xa21 (Hifni dan Kardin 1998) Hal ini menunjukkan bahwa padi kultivar Kelaca tahan terhadap patotipe IV VIII dan X karena memiliki gen ketahanan Xa yang mampu mengatasi gen-gen virulen (Vir) dari ketiga patotipe tersebut

Djatmiko dan Fatichin (2011) menduga bahwa suatu tanaman menjadi tahan terhadap penyakit HDB karena meng-hasilkan fitoaleksin sebagai hasil interaksi inang-parasit yang fungsinya menghambat perkembangan bakteri Akumulasi fitoaleksin

dalam konsentrasi tinggi dapat membatasi area infeksi patogen (Suswati et al 2011) Hal yang sama dijelaskan oleh Hasegawa et al (2014) bahwa tanaman padi memiliki respons tahan terhadap penyakit blas karena mengakumulasi senyawa fitoaleksin sakuratenin yang bersifat toksin bagi patogen tanaman dengan cepat setelah terinfeksi patogen Oleh karena itu senyawa fitoaleksin diduga pula berpengaruh untuk menghambat penyakit-penyakit hawar daun bakteri pada padi kultivar Kelaca

Kultivar lokal Pae Wila Pulu Lotong Mandoti Pulu Pute mengalami peningkatan status ketahanan di fase generatif Hal ini mengindikasikan bahwa ketahanan kultivar tersebut meningkat seiring dengan pertambahan umur tanaman padi Hasil yang sama dilaporkan oleh Khaeruni et al (2014b) bahwa semakin tua umur tanaman padi Inpari 10 dan Cisantana yang diinokulasi X oryzae pv oryzae menjadi semakin lambat perkembangan penyakit hawar daun bakterinya Djatmiko dan Fatichin (2009) melaporkan bahwa fase vegetatif tanaman padi lebih rentan dibandingkan dengan fase generatifnya sedangkan Aditya et al (2015) mengemukakan bahwa ketahanan lapangan fase generatif padi lebih rentan terhadap penyakit hawar daun bakteri dibandingkan dengan fase vegetatifnya

VarietasKultivarPatotipe IV Patotipe VIII Patotipe X

IP ()

Skor(Respons)

IP ()

Skor (Respons)

IP ()

Skor (Respons)

Pae Ngonggohia 137 4 (AR) 210 4 (AR) 93 3 (AT)Pae Biu 130 4 (AR) 47 2 (T) 203 4 (AR)Pae Nggomumu 160 4 (AR) 227 4 (AR) 150 4 (AR)Pae Wila 38 2 (T) 733 3 (AT) 56 2 (T)Paedai Hada 167 4 (AR) 147 4 (AR) 200 4 (AR)Paedai Wolio 53 2 (T) 253 4 (AR) 170 4 (AR)Mandi 203 4 (AR) 137 4 (AR) 67 3 (AT)Kelaca 80 3 (AT) 120 3 (AT) 33 1 (ST)Pulu Lotong 97 3 (AT) 93 3 (AT) 73 3 (AT)Mandoti 97 3 (AT) 120 3 (AT) 50 2 (T)Pulu Pute 50 2 (T) 80 3 (AT) 130 4 (AR)IR64 220 4 (AR) 340 4 (AR) 213 4 (AR)

Tabel 4 Insidensi penyakit (IP) dan respons ketahanan berbagai kultivar padi lokal dan IR64 terhadap inokulasi 3 patotipe Xanthomonas oryzae pv oryzae pada fase generatif

SR sangat rentan R rentan AR agak rentan AT agak tahan ST sangat tahan kontrol varietas rentan

J Fitopatol Indones Khaeruni et al

Hasil penelitian ini secara umum memperlihatkan bahwa kultivar padi lokal yang diinokulasi oleh X oryzae pv oryzae patotipe IV VIII dan X memiliki reaksi ketahanan yang berbeda pada fase vegetatif dan generatif Kultivar Kelaca memiliki tingkat ketahanan yang lebih baik dibandingkan dengan kultivar uji lainnya Kultivar ini bereaksi agak tahan terhadap patotipe IV dan X juga sangat tahan terhadap patotipe VIII pada fase vegetatif sedangkan pada fase generatif bereaksi agak tahan terhadap patotipe IV dan VIII juga sangat tahan terhadap patotipe X

UCAPAN TERIMA KASIH

Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada Direktorat Pembinaan Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan Nasional yang telah membiayai penelitian ini melalui Hibah Penelitian Fundamental Nomor 0541023-04101002011

DAFTAR PUSTAKA

Aditya RH Wahyuni WS Mihardjo PA 2015 Ketahanan lapangan lima genotipe padi terhadap penyakit hawar daun bakteri J Fitopatol Indones 11(5)160ndash166 DOI httpdxdoiorg1014692jfi115160

Akhtar MA Rafi A Hameed A 2008 Comparison of methods of inoculation of Xanthomonas oryzae pvoryzae in rice cultivars Pak J Bot 40(5)2171ndash2175

Djatmiko HA Fatichin 2009 Ketahanan dua puluh satu varietas padi terhadap penyakit hawar daun bakteri J HPT Tropika 9(2)168ndash172

Hasegawa M Mitsuhara I Seo S Okada K Yamane H Iwai T Ohashi Y 2014 Analysis on blast fungus-responsive characters of a flavonoid phytoalexin sakuranetin accumulation in infected riceleaves antifungal activity and detoxification by fungus Molecules 1911404ndash11418 DOI httpdxdoiorg103390molecules190811404

Hifni HR Kardin MK 1998 Pengelompokan isolat Xanthomonas oryzae pv oryzae dengan menggunakan galur isogenik padi IRRI Hayati 566ndash72

IRRI 1996 Standard Evaluation System for Rice 4th ed Manila (PH) IRRI PO Box 933 Hlm 52

Khaeruni A Rahim A Syair Adriani 2014a Induksi ketahanan terhadap penyakit hawar daun bakteri di lapangan menggunakan rizobakteri indigenos J HPT Tropika 14(1)57ndash63

Khaeruni A Taufik M Wijayanto T Johan EA 2014b Perkembangan penyakit hawar daun bakteri pada tiga varietas padi sawah yang diinokulasi pada beberapa fase pertumbuhan J Fitopatol Indones 10(4)119ndash125 DOI http dxdoiorg1014692jfi104119

Khaeruni A Wijayanto T 2013 Pathotype grouping of Xanthomonas oryzae pv oryzae isolates from South Sulawesi and Southeast Sulawesi Agrivita 35 (2)138ndash144 DOI httpdxdoiorg1017503Agrivita-2013-35-2-p138-144

Liu DN Ronald PC Bogdanova AJ 2006 Xanthomonas oryzae pathovars model pathogens of a model crop Mol Plant Pathol 7303ndash324 DOI httpdxdoiorg101111j1364-3703200600344x

Nafisah Aan A Daradjat B Suprihatno Triny SK 2007 Heritabilitas karakter ketahanan hawar daun bakteri dari tiga populasi tanaman padi hasil seleksi daur siklus pertama Bull Penelitian Pertanian Tanaman Pangan 6(2)100ndash105

Nayak P Rao AVS Chakrabarti 1987 Components of resistance to bacterial blight disease of rice J Phytopathol 119(4)289ndash237 DOI httpdxdoiorg 101111j1439-04341987tb04402x

Rahim A Khaeruni A dan Taufik M 2012 Reaksi ketahanan beberapa varietas padi komersial terhadap Xanthomonas oryzae pv oryzae isolat Sulawesi Tenggara Berkala Penelitian Agronomi 1(2)132ndash138

Suparyono Sudir Suprihanto 2004 Pathotype profile of Xanthomonas oryzae pv oryzae

94

J Fitopatol Indones Khaeruni et al

isolates from the rice ecosystem in Java Indones J Agriculture Science 563ndash69

Suswati Habazar T Husin EF Nasir N Putra DP Taylor P 2011 Senyawa phenolik akar pisang cv kepok (Musa acuminata) yang diinduksi dengan fungi mikoriza arbuskular indigenus Pu10-Glomus sp1

terhadap penyakit darah bakteri J Nat Indones 13(3) 207ndash213

Wahyudi AT Meliah S Nawangsih AA 2011 Xanthomonas oryzae pv oryzae bakteri penyebab hawar daun pada padi isolasi karakterisasi dan telaah mutagenesis dengan transposon J Sains 15(1)89ndash96

95

Volume 12 Nomor 3 Mei 2016Halaman 104ndash108

DOI 1014692jfi123104ISSN 0215-7950

Alamat penulis korespondensi Laboratorium Fitopatologi Fakultas Pertanian Universitas SriwijayaJalan Palembang-Prabumulih Km32 Indralaya Palembang 30662Tel 0711-580663 Faks 0711-580663 Surel suwandisalehgmailcom

104

KOMUNIKASI SINGKAT

Penekanan Penyakit Blas Leher Malai Padi Menggunakan Ekstrak Kompos Jerami Padi

Suppression of Panicle Blast by Rice Straw Compost Extract

Suwandi Harman Hamidson Ahmad MuslimUniversitas Sriwijaya Palembang 30662

ABSTRAK

Penyakit blas merupakan penyakit penting pada tanaman padi dan menyebabkan kehilangan hasil pada lahan reklamasi pasang surut di Sumatera Selatan Ekstrak fermentasi kompos jerami dari tanaman padi sehat diuji potensinya dalam menekan blas leher malai pada percobaan dalam pot Padi varietas Ciherang ditanam pada campuran tanah dengan 1 jerami tanaman sakit (vv) yang diperoleh dari sawah pasang surut Insidensi penyakit blas leher malai dapat ditekan sebesar 71minus87 sebagai respons aplikasi ekstrak kompos Aplikasi ekstrak kompos tidak memengaruhi perkecambahan benih dan tinggi tanaman tetapi dapat meningkatkan hasil Kompos jerami dari tanaman sehat berpotensi sebagai sumber pengendalian blas di lapangan

Kata kunci lahan reklamasi kompos jerami tanah sulfat masam

ABSTRACT

Blast is the most important disease of rice and may cause significant losses in the reclaimed tidal swamp of South Sumatra Water extracts of fermented composts prepared from straws of the vigorous rice plant were tested in pot experiment for their ability to control blast Rice variety Ciherang was grown on mixture of field soil and 1 diseased rice straw (vv) collected from a tidal swamp rice field Incidence of panicle blast was reduced by 71minus87 in response to application of compost extract The compost extract did not affect seed germination and plant height instead it increased the yield The rice straw from healthy and vigorous plants is potential as a source for blast disease control

Key words acid sulfate soil compost extract land reclamation

Indonesia memiliki lahan pasang surut yang luas yang sebagian besar terdapat di pesisir pantai Sumatera Kalimantan dan Papua Hampir 4 juta ha dari lahan pasang surut tersebut telah direklamasi (Suprianto et al 2009) dan 1 juta ha di antaranya ditanami padi Di Sumatera Selatan terdapat sekitar 2656 ribu ha padi dibudidayakan di lahan

pasang surut reklamasi (BPS Sumatera Selatan 2014) Rata-rata hasil padi sawah pasang surut di Banyuasin ialah 41 ton ha-1 (BPS Banyuasin 2014) dan hasil ini lebih rendah dibandingkan dengan hasil padi sawah irigasi pada tanah mineral di Kabupaten OKU Timur yang rata-ratanya mencapai 55 ton ha-1 (BPS OKU Timur 2014)

J Fitopatol Indones Suwandi et al

105

Penyakit blas yang disebabkan oleh Pyricularia oryzae merupakan penyakit terpenting pada tanaman padi Penyakit ini telah dilaporkan menyerang sejak periode awal budi daya padi di lahan reklamasi pasang surut Sumatera Selatan (Koswara dan Rumawas 1984) Survei penyakit yang dilakukan sejak tahun 2013 menunjukkan bahwa penyakit blas endemik di lahan suboptimal ini dan menyebabkan beberapa sawah mengalami gagal panen

Patogen blas diketahui memiliki daya adaptasi yang tinggi terhadap beragam kondisi lingkungan termasuk varietas resisten (Ou 1985 Scheuermann et al 2012) sehingga pengendaliannya sukar dilakukan Aplikasi ekstrak kompos atau dikenal sebagai teh kompos diketahui dapat meningkatkan pertumbuhan produksi dan kualitas gizi tanaman (Hargreaves et al 2009 Pant et al 2009 Shrestha et al 2012) Penekanan penyakit setelah aplikasi ekstrak kompos telah dilaporkan (Elad dan Shtienberg 1994 Curlango-Rivera et al 2013) Pada penelitian ini ekstrak kompos yang dibuat dari kompos jerami padi diuji potensinya untuk pengendalian penyakit blas

Penelitian dilaksanakan dalam pot menggunakan media tanah sulfat masam potensial yang diperoleh dari sawah lahan reklamasi pasang surut Telang II Banyuasin Sumatera Selatan Penelitian disusun dalam rancangan acak lengkap dengan 4 perlakuan dan 3 ulangan Perlakuan yang diuji ialah ekstrak kompos padi Ciherang kompos padi Inpari 1 dan kompos padi Inpari 10 serta ekstrak tanah (kontrol)

Infestasi patogen blas dilakukan secara alami dengan mencampur 1 volume cacahan jerami padi yang terserang parah penyakit blas ke dalam medium tanam Tanaman padi dipupuk dengan 90 kg N ha-1 60 kg P ha-140 kg K ha-1 menggunakan NPKMgCa (161616155) urea dan SP36 Sebanyak setengah takaran urea ditaburkan saat 7 hari setelah semai dan sisanya saat bunting

Kompos dibuat dengan cara mencampur potongan rumpun padi uji yang sehat dan bugar (yang menunjukkan pertumbuhan

lebih baik dibandingkan dengan tanaman padi lainnya dalam suatu sawah) berikut tanah perakarannya dengan pupuk kandang sapi dalam perbandingan volume yang sama Pengomposan dilakukan selama 14 hari di dalam guci tanah liat Setiap 2 hari campuran dibalik dan disemprot air untuk menjaga kadar air 60minus80 Komposmdashsetengah matangmdashselanjutnya disimpan dalam kantong plastik dalam lemari pendingin sampai digunakan untuk ekstraksi

Ekstrak kompos dibuat dengan cara merendam kompos dalam 2 kali volume air dan diaduk sesaat setelah direndam Rendaman kompos selanjutnya difermentasi selama 4 hari dalam suhu kamar (27minus29 degC) Air rendaman kompos selanjutnya dipanen dengan cara disaring dan segera digunakan dalam keadaan segar Sebagai pembanding (perlakuan kontrol) digunakan ekstrak rendaman tanah

Padi varietas Ciherang digunakan sebagai tanaman uji Padi ditanam pada baki plastik (30 cm times 23 cm) yang diisi dengan tanah yang diperoleh dari sawah di lahan reklamasi pasang surut Telang II Banyuasin Sumatera Selatan Aplikasi ekstrak dilakukan dengan perendaman benih selama 48 jam dan dilanjutkan dengan penyemprotan saat fase pemanjangan batang (6 minggu setelah semai) dan bunting (8 minggu setelah semai) Aplikasi ekstrak dilakukan pada konsentrasi 50 (11 [vv] ekstrak komposair) Penyemperotan dilakukan dengan volume semprot tinggi (750 L ha-1)

Pengamatan penyakit blas leher malai dilakukan saat panen Serangan penyakit dihitung berdasarkan insidensi blas leher malai yang dihitung dengan rumus

IBM = nN x 100 denganIBM insidensi blas leher malai n jumlah tangkai malai bergejala N jumlah malai per pot Hasil panen dinyatakan dalam g pot-1 dari hasil gabah yang dikeringkan hingga mencapai kadar air plusmn 14

Pencampuran 1 volume jerami dari tanaman sakit ke dalam media tanam menyebabkan serangan parah blas leher malai pada perlakuan kontrol (Tabel 1)

J Fitopatol Indones Suwandi et al

106

Hasil ini mengungkapkan bahwa sisa jerami tanaman sakit di lapangan dapat menjadi sumber inokulum bagi tanaman musim berikutnya Peranan sisa jerami tanaman sakit sebagai sumber utama inokulum penyakit blas sudah lama diketahui (Suzuki 1975 Ou 1985) Infektifitas yang tinggi inokulum dari jerami sakit memungkinkan sisa tanaman ini dijadikan sumber inokulum alami pada percobaan lapangan ataupun percobaan yang menghendaki inokulum yang mewakili populasi lapangan patogen blas

Insidensi blas secara nyata lebih rendah pada tanaman yang diberi perlakuan ekstrak fermentasi kompos yang berasal dari rumpun padi bugar Insidensi penyakit blas leher malai dapat ditekan sebesar 71minus87 pada tanaman yang diaplikasi dengan ekstrak kompos (Tabel 1) Perlakuan ekstrak kompos tidak

memengaruhi perkecambahan benih dan tinggi tanaman (Tabel 2) tetapi perlakuan ekstrak kompos padi Inpara 1 dapat meningkatkan hasil gabah dibandingkan dengan kontrol (Tabel 3) Peningkatan hasil ini selaras dengan tingginya penekanan penyakit setelah perlakuan ekstrak kompos tersebut

Penelitian ini menunjukkan manfaat aplikasi ekstrak kompos bagi produksi padi Efikasi lapangan ekstrak kompos di lahan pasang surut yang bermasalah dengan penyakit blas kini sedang dalam proses pengujian Ekstrak kompos bermanfaat bagi tanaman karena hara yang dikandungnya terurai melalui mineralisasi dan pelarutan (Shrestha et al 2012) dan secara tidak langsung melalui pengimbasan ketahanan (Kim et al 2015) Ekstrak kompos jerami padi diketahui kaya akan kandungan senyawa humat yaitu

Sumber ekstrak kompos Insidensi penyakit()

Penekanan penyakit()

Tanah (kontrol) 528 plusmn 88 a -Kompos jerami padi Ciherang 151 plusmn 76 b 71Kompos jerami padi Inpari 10 80 plusmn 39 b 85Kompos jerami padi Inpara 1 69 plusmn 32 b 87

Tabel 1 Insidensi penyakit saat panen dan penekanan penyakit blas leher malai padi dalam pot yang diaplikasi ekstrak kompos

Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji beda nyata jujur Tukey (P=005) nilai relatif terhadap kontrol

Sumber ekstrak kompos Perkecambahan benih ()

Tinggi tanaman (cm)

Tanah (kontrol) 867 plusmn 22 537 plusmn 12Kompos jerami padi Ciherang 817 plusmn 51 525 plusmn 08Kompos jerami padi Inpari 10 842 plusmn 44 523 plusmn 12Kompos jerami padi Inpara 1 792 plusmn 68 533 plusmn 10

Tabel 2 Pertumbuhan padi dalam pot yang diaplikasi ekstrak kompos

Sumber ekstrak kompos Hasil (g pot-1 gabah kering giling )

Jumlah malai per tanaman

Jumlah gabah per malai

Tanah (kontrol) 25 plusmn 01 b 33 plusmn 02 b 307 plusmn 32Kompos jerami padi Ciherang 25 plusmn 02 b 30 plusmn 02 b 310 plusmn 31Kompos jerami padi Inpari 10 27 plusmn 03 b 34 plusmn 02 b 382 plusmn 28Kompos jerami padi Inpara 1 38 plusmn 02 a 41 plusmn 03 a 399 plusmn 28

Tabel 3 Komponen hasil padi dalam pot yang diaplikasi ekstrak kompos

Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji beda nyata jujur Tukey (P=005)

J Fitopatol Indones Suwandi et al

asam humat dan fulvat (Agustian 2004 Goyal dan Sindhu 2011) Senyawa humat berperan dalam pemacuan pertumbuhan pembenah tanah dan peningkatan ketahanan terhadap hama dan penyakit (Scheuerell dan Mahaffee 2004 Scheuerell dan Mahaffee 2006 El-Ghamry 2009 Kamel et al 2014) Pengimbasan ketahanan tanaman oleh asam humat terjadi melalui peningkatan aktivitas kitinase (Abdel-Kareem 2007) peningkatan kandungan senyawa fenol serta peningkatan aktivitas enzim peroksidase dan fenilalanin amonia liase (PAL) (Abdel-Monaim et al 2011)

UCAPAN TERIMA KASIH

Penelitian ini didanai oleh Penelitian Unggulan Perguruan Tinggi Universitas Sriwijaya tahun anggaran 2013minus2015

DAFTAR PUSTAKA

Abdel-Kareem F 2007 Induced resistance in bean plants against root rot and alternaria leaf spot diseases using biotic and a biotic inducers under field conditions J Agric Biol Sci 3767ndash774

Abdel-Monaim MF Ismail ME Morsy KM 2011 Induction of systemic resistance of benzothiadiazole and humic acid in soybean plants against fusarium wilt disease Mycobiology 39(4)290minus298 D O I h t t p d x d o i o rg 1 0 5 9 4 1 MYCO2011394290

Agustian Susila P Gusnidar 2004 Pembentukan asam humat dan fulvat selama pembuatan kompos jerami padi Solum 19ndash14

[BPS Banyuasin] Badan Pusat Statistik Kabupaten Banyuasin 2014 Kabupaten Banyuasin Dalam Angka 2014 httpbanyuasinkabbpsgoiddatapublikasipublikasi_114indexhtml [diakses 20 Agst 2014]

[BPS OKU Timur] Badan Pusat Statistik Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur 2014 Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur Dalam Angka 2014 http

okutimurkabbpsgoiddatapublikasidda2014 [diakses 20 Agst 2014]

[BPS Sumatera Selatan] Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Selatan 2014 Sumatera Selatan Dalam Angka 2014 httpsumselbpsgoidimagespublikasiflipping2014sumsel20dalam20angka202014indexhtml [diakses 20 Agst 2014]

Curlango-Rivera G Pew T van Etten HD Zhongguo X Yu N Hawes MC 2013 Measuring root disease suppression in response to a compost water extract Phytopathology 103255minus260 DOI httpdxdoiorg101094PHYTO-06-12-0145-R

Elad Y Shtienberg D 1994 Effect of compost water extracts on grey mould (Botrytis cinerea) Crop Prot 13109minus114 DOI httpdxdoiorg1010160261-2194(94)90160-0

El-Ghamry AM Abdel-Hai KM Ghoneem KM 2009 Amino and humic acids promote growth yield and disease resistance of faba bean cultivated in clayey soil Aust J Basic Applied Sci 3731minus739

Goyal S Sindhu SS 2011 Composting of rice straw using different inocula and analysis of compost quality Microbiol J1 1 2 6 minus 1 3 8 D O I h t t p d x d o i org103923mj2011126138

Hargreaves JC Adl MS Warman PR 2009 The effects of municipal solid waste compost and compost tea on mineral element uptake and fruit quality of strawberries Compost Sci Util 1785minus94 DOI httpdxdoiorg1010801065657X200910702406

Kamel SM Afifi MMI El-Shoraky FS El-Sawy MM 2014 Fulvic acid a tool for controlling powdery and downy mildews in cucumber plants Int J Phytopathol 3101minus108

Kim MJ Shim CK Kim YK Hong SJ Park JH Han EJ Kim SC 2015 Effect of aerated compost tea on the growth promotion of lettuce soybean and sweet corn in organic cultivation Plant Pathol 31259ndash268 DOI httpdxdoiorg105423PPJOA0220150024

107

J Fitopatol Indones Suwandi et al

Koswara O Rumawas F 1984 Tidal swamp rice in Palembang region Di dalam Smith WH Argosino GS editor Proceedings of the Workshop on Research Priorities in Tidal Swamp Rice Los Bantildeos Laguna (PH) International Rice Research Institute hlm 37minus48

Ou SH 1985 Rice Diseases Kew Survey (UK) CAB International Mycological Institute

Pant AP Radovich TJK Hue NV Talcott ST Krenek KA 2009 Vermicompost extracts influence growth mineral nutrients phytonutrients and antioxidant activity in pak choi (Brassica rapa cv Bonsai Chinensis group) grown under vermicompost and chemical fertilizer J Sci Food Agric 892383minus2392 DOI httpdxdoiorg101002jsfa3732

Scheuerell SJ Mahaffee WH 2004 Compost tea as a container medium drench for suppressing seedling damping-off caused by Pythium ultimum Phytopathology 941156minus1163 DOI httpdxdoiorg101094PHYTO200494111156

Scheuerell SJ Mahaffee WH 2006 Variability associated with suppression of gray mold (Botrytis cinerea) on geranium by foliar applications of nonaerated and aerated compost teas Plant Dis 901201minus1208 DOI httpdxdoiorg101094PD-90-1201

Scheuermann KK Raimondi JV Marschalek R de Andrade A Wickert E 2012 Magnaporthe oryzae genetic diversity and its outcomes on the search for durable resistance Di dalam Caliskan M editor The Molecular Basis of Plant Genetic Diversity Rijeka (HR) Intech hlm 331minus356

Shrestha K Walsh KB Midmore DJ 2012 Microbially enhanced compost extract does it increase solubilisation of minerals and mineralisation of organic matter and thus improve plant nutrition J Bioremed Biodegrad 3(5)1ndash9 DOI httpdxdoiorg1041722155-61991000149

Suprianto H Irianto SG Susanto RH Schultz B Suryadi FX Eelaart AVD 2009 Land and water management of tidal lowlands experiences in Telang and Saleh South Sumatra Irrig Drain 59(3)317minus335 DOI httpdxdoiorg101002ird460

Suzuki H 1975 Meteorological factors in the epidemiology of rice blast Ann Rev Phytopathol 13239minus256 DOI ht tp dxdoi org101146annurevpy13090175001323

108

  • 12737-37236-1-PBpdf (p1-8)
  • 12738-37237-1-PBpdf (p9-14)
  • 12739-37238-1-PBpdf (p15-21)
  • 12741-37240-1-PBpdf (p22-26)
Page 3: Bakteri Endofit Asal Berbagai Akar Tanaman sebagai Agens ...fp.unmas.ac.id/wp-content/uploads/2018/10/vol-12-no.3.pdfInfeksi nematoda puru akar (NPA) Meloidogyne incognita pada tomat

J Fitopatol Indones Pradana et al

77

Penapisan Kelompok Bakteri EndofitPengujian Hipersensitifitas Pengujian

dilakukan dengan menumbuhkan setiap kelompok bakteri endofit pada medium tumbuh sesuai medium asal bakteri tersebut (TSA 20 TSA 50 NA 20 NA 50 dan Kings B) selama 48 jam Seluruh koloni yang tumbuh dipanen menggunakan 1 mL akuades steril Suspensi tersebut diinfiltrasikan ke daun tanaman tembakau Kelompok bakteri yang menimbulkan gejala nekrosis pada daun tembakau dalam waktu 48 jam tidak digunakan dalam uji lanjut karena berpotensi sebagai patogen (Heath 2000)

Pengujian Aktivitas HemolisisKelompok bakteri ditumbuhkan pada medium agar-agar darah dan diinkubasi selama 24 jampada suhu 37 degC Isolat bakteri yang menghasilkan toksin β-hemolisis akan membentuk zona bening disekitar koloni dan yang menghasilkan toksin α-hemolisis akan membentuk zona agak gelap disekitar koloni (Salasia et al 2004) Kelompok bakteri yang menunjukkan toksin β-hemolisis atau α-hemolisis tidak digunakan dalam uji lanjut karena berpotensi membahayakan kesehatan manusia

Pengujian Keefektifan Kelompok Bakteri Endofit Sebagai Agens Hayati Nematoda

Kelompok bakteri diinokulasikan pada 100 mL medium tryptic soy borth (TSB) nutrient borth (NB) dan Kings B cair sesuai dengan medium asal kelompok bakteri kemudian diinkubasi selama 48 jam Benih tomat disterilkan menggunakan alkohol 70 selama 40 detik Tween 20 selama 1 menit dan dibilas dengan akuades 3 kali Benih tomat direndam dalam suspensi bakteri dengan kerapatan 108 cfu mL-1 selama 24 jam kemudian disemai dan ditanam di rumah kaca Penanaman dilakukan mengikuti pola rancangan acak kelompok dengan 5 ulangan setiap ulangan terdiri atas 2 tanaman uji yang ditanam pada pot yang berbeda Sebanyak 300 M incognita juvenil 2 diinokulasikan pada tanaman uji yang berumur 1 bulan Inokulum M incognita yang digunakan merupakan hasil perbanyakan di laboratorium Pada minggu

pertama ke-2 dan ke-5 setelah inokulasi nematoda tanaman disiram dengan 100 mL suspensi kelompok bakteri dengan kerapatan 108 cfu mL-1

Peubah yang diamati yaitu panjang akar (ujung pangkal batang sampai dengan ujung akar terpanjang) populasi nematoda pada akar dan tanah serta tingkat kerusakan akar didasarkan pada skala Zeck dengan skala 1 sampai dengan 10 (Zeck 1971) Populasi nematoda di dalam tanah dihitung dari ekstraksi 200 mL tanah menggunakan metode flotasi sentrifugasi Populasi nematoda di akar dihitung dengan pewarnaan akar Jumlah nematoda yang terwarnai dihitung dari 1 g akar Pengamatan dilakukan pada 40 hari setelah inokulasi nematoda (Munif et al 2013)

Karakterisasi Sifat Fisiologis Kelompok Bakteri Endofit

Pengujian Aktivitas Proteolitik Uji proteolitik dilakukan pada medium skim milk agar (SMA) Kelompok bakteri digores pada medium SMA dan diinkubasi pada suhu ruang selama 24ndash72 jam Aktivitas proteolitik ditunjukkan dengan terbentuknya zona bening disekitar koloni bakteri (Baehaki dan Budiman 2011)

Pengujian Aktivitas Kitinolitik Uji produksi kitinase dilakukan pada medium kitin 1 Kelompok bakteri digores pada medium dan diinkubasi pada suhu 27 degC Adanya aktivitas kitinolitik ditandai dengan terbentuknya zona bening disekitar bakteri setelah diinkubasi 3 hari (Hariprasad et al 2011)

Pengujian Produksi Senyawa Sianida Uji produksi senyawa sianida mengacu pada metode yang dideskripsikan oleh Ahmad et al (2008) Produksi senyawa sianida dideteksi dengan larutan cyanide detection solution (CDS) yang mengandung 2 g asam pikrat dan 8 g natrium karbonat dalam 200 mL akuades steril Kelompok bakteri digoreskan pada medium yang mengandung glisin Potongan kertas saring steril 1 cm times 1 cm dicelupkan ke dalam larutan CDS dan diletakkan pada tutup cawan petri bagian dalam kemudian

J Fitopatol Indones Pradana et al

78

diinkubasi pada suhu ruang selama 4 hari Kelompok bakteri yang dapat memproduksi sianida dideteksi dengan adanya perubahan warna pada kertas saring dari kuning menjadi jingga kecokelatan

HASIL

Sebanyak 80 kelompok bakteri endofit berhasil diisolasi Kelompok bakteri endofit yang diisolasi dari akar suatu tanaman dan ditumbuhkan pada medium yang berbeda menunjukkan karakter bakteri yang berbeda pula Perbedaan karakter terlihat dari dominasi warna koloni yang tumbuh (Tabel 1)Hasil penapisan terhadap kelompok bakteri endofit menunjukkan 16 kelompok dapat menyebabkan nekrosis pada uji reaksi hipersensitif 43 kelompok bakteri menghasilkan toksin β-hemolisin dan 4 kelompok bakteri menghasilkan α-hemolisin Hasil uji reaksi hipersensitif dan uji aktivitas hemolisis menunjukkan 17 kelompok bakteri endofit aman digunakan untuk uji lanjut

Hasil uji keefektifan kelompok bakteri endofit sebagai agens biokontrol menunjukkan

2 kelompok (1176) mampu menekan populasi NPA di akar 15 kelompok (8823) mampu menekan populasi NPA di tanah 16 kelompok (9411) mampu meningkatkan panjang akar tanaman dan 15 kelompok (8823) mampu menekan kerusakan akar akibat infeksi NPA dibandingkan dengan tanaman yang tidak diberi perlakuan kelompok bakteri endofit Namun demikian kelompok bakteri endofit TmtN5 yang diisolasi dari akar tanaman tomat merupakan kelompok yang paling efektif menekan kerusakan akar akibat infeksi NPA (Gambar 1 Tabel 2) Tanaman yang diberi perlakuan menggunakan kelompok bakteri endofit TmtN5 diketahui mampu menekan 3901 jumlah NPA di tanah 4299 jumlah NPA di akar 3714 tingkat kerusakan akar dan mampu meningkatkan 1191 panjang akar dibandingkan dengan tanaman kontrol

Hasil uji aktivitas fisiologi menunjukkan sebanyak 16 (9411) kelompok bakteri endofit menghasilkan enzim protease 12 (7058) kelompok menghasilkan enzim kitinase dan 5 (2941) kelompok menghasilkan senyawa sianida (Tabel 3)

Tabel 1 Dominasi koloni kelompok bakteri endofit asal tanaman pecah beling ungu (Strobilanthes crispus) pada media yang berbeda

Media Tumbuh Dominasi KoloniKings B Koloni berwarna putih dan putih kecokelatanNA 20 Koloni berwarna putih kecokelatan dan beberapa berwarna kuningNA 50 Koloni berwarna putih kecokelatan dan beberapa berwarna kuning

cokelat dan putih susuTSA 20 Koloni bakteri dengan warna putih dengan berbagai ukuran TSA 50 Koloni berwarna kuning dan beberapa berwarna putih dan cokelat

Gambar 1 Akar tanaman tomat yang diinfeksi Meloidogyne incognita setelah diperlakukan dengan kelompok bakteri endofit TmtN2 TmtN5 PbuT2 dan tanpa diberi perlakuan dengan kelompok bakteri endofit

TmtN2 TmtN5 PbuT2 Kontrol

J Fitopatol Indones Pradana et al

79

Kode Kelompok

sum NPAper g Akara

sum NPA per 200 mL Tanaha

Panjang Akar (cm)a

Skala Kerusakan Akara

PcrN5PcrT2MntT5BitT2GsgN5GsgN2PbuT2JtnT2GsgT2CbiKBPbuN5BitN5TmtN2TmtN5PdiT2PtmN2PdiN2Kontrol

2460 a2490 a2250 abc2620 a2750 a2480 a2230 abc2540 a2380 a2550 a2710 a2430 a1750 bc1720 c 2310 a2500 a2270 ab2820 a

6010 ab5480 bcd4880 cde5900 abc5390 bcd4670 def4150 ef5010 bcde4710 def4220 ef4200 ef5010 bcde4420 def3740 f4620 def4390 def4640 def6560 a

1610 de1639 cd1627 cd1665 cd1653 cd1644 cd1651 cd1663 cd1634 cd1674 c1652 cd1682 cb1726 ab1757 a1639 cd1629 cd1663 cd1570 e

290 cd290 cd280 d300 bcd330 abc300 bcd300 bcd300 bcd300 bcd300 bcd340 ab290 cd260 d220 e290 cd300 bcd290 cd350 a

Tabel 2 Pengaruh aplikasi kelompok bakteri endofit terhadap kerusakan akar dan populasi Meloidogyne incognita di tanah dan di akar tanaman tomat

aAngka-angka pada kolom yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada uji selang berganda Duncan pada α 5

Tabel 3 Karakter fisiologis kelompok bakteri endofit

Kode Kelompok Asal Kelompok Aktivitas

ProteolitikAktivitas

KitinolitikProduksi

HCNPcrN5PcrT2MntT5BitT2GsgN5GsgN2PbuT2JtnT2GsgT2CbiKBPbuN5BitN5TmtN2TmtN5PdiT2PtmN2PdiN2

Impatiens balsaminaImpatiens balsaminaColeus amboinicusBeta vulgarisTalinum triangulareTalinum triangulareStrobilanthes crispusNigella sativaTalinum triangulareCapsicum frutescensStrobilanthes crispusBeta vulgaris Lycopersicum esculentumLycopersicum esculentumOryza sativaMimosa pudicaOryza sativa

+++-+++++++++++++

+-+++++----++++++

--+-+--+----++---

+ memproduksi senyawa - tidak memproduksi senyawa

J Fitopatol Indones Pradana et al

80

PEMBAHASAN

Bakteri membutuhkan nutrisi dan kondisi lingkungan khusus agar dapat ditumbuhkan pada medium buatan Perbedaan jumlah dan kandungan nutrisi dalam medium buatan berpengaruh pada dominasi bakteri yang tumbuh Hal tersebut diungkapkan oleh Puspita et al (2012) bahwa terdapat dua hal yang memengaruhi dominasi pertumbuhan bakteri dalam medium buatan yaitu nutrisi medium dan jumlah sel yang terdapat pada suspensi Sel bakteri yang belum dapat ditumbuhkan pada medium buatan masih memiliki peluang untuk ditumbuhkan apabila ditemukan komposisi medium yang tepat

Reaksi hipersensitif dipengaruhi oleh gen hrp yang dapat ditemui pada kelompok bakteri patogen tanaman Xanthomonas sp Reaksi ini terjadi dalam waktu 24ndash48 jam dan terlokalisasi Membran seluler pada daun tanaman tembakau yang mengalami kontak dengan bakteri patogen akan hancur dan nekrosis Respons tersebut menunjukkan bahwa bakteri yang kontak dengan daun tanaman tembakau berpotensi sebagai patogen tumbuhan (Zhu et al 2000) Bakteri yang menghasilkan toksin hemolisis tidak digunakan pada uji lanjut karena supernatan dari α dan β hemolisis bersifat sangat cytotoxic terhadap granulocytes monocytes dan lymphocytes manusia (Duncan et al 2007 Lopes et al 2010)

Kelompok bakteri endofit hidup di dalam jaringan tanaman dan bersifat menguntungkan bagi tanaman Sebagai agens biokontrol bakteri endofit dapat melindungi tanaman dari infeksi patogen secara langsung maupun tidak langsung Secara tidak langsung bakteri endofit mampu menginduksi ketahanan tanaman (Lodewyckx et al 2002) dengan merangsang pembentukan asam salisilat peroksidase fitoaleksin PR-protein dan senyawa fenolik (Rosenblueth dan Martiacutenez-Romero 2006)

Secara langsung kelompok bakteri endofit dapat berperan sebagai agens hayati dengan memproduksi senyawa-senyawa antimikrob Senyawa tersebut berupa enzim toksin maupun

gas yang mampu menghambat perkembangan patogen (Chernin et al 2002) Khan et al (2004) melaporkan bahwa enzim protease yang diproduksi oleh cendawan Paecilomyces lilacinus mampu menghambat penetasan telur nematoda M javanica Siddiqui et al (2005) dan Tian et al (2007) menyatakan produksi enzim protease oleh bakteri merupakan salah satu mekanisme bakteri sebagai agens pengendali nematoda puru akar Meloidogyne spp Degradasi lapisan lemak pada telur M hapla yang diberi perlakuan enzim protease menyebabkan banyak telur nematoda yang tidak dapat menetas (Khan et al 2004)

Harni et al (2007) melaporkan bahwa bakteri endofit Bacillus galur NJ46 Bacillus galur NA22 dan Bacillus galur NJ2 mampu menekan populasi nematoda Pratylenchus brachyurus Terjadinya penekanan tersebut disebabkan oleh metabolit sekunder enzim kitinase dan protease yang dihasilkan oleh bakteri-bakteri tersebut Enzim kitinase memiliki peran penting dalam pengendalian nematoda karena enzim ini mampu mendegradasi lapisan tengah telur nematoda seperti M javanica Rotylenchulus reniformis dan Tylenchulus semipenetrans (Tian et al 2007) Cronin et al (1997) menjelaskan enzim kitinase dapat menghambat penetasan telur Globodera rostochiensis sampai 70 dan enzim ini mampu mengendalikan populasi nematoda M javanica dan meningkatkan pertumbuhan tanaman tomat

HCN merupakan senyawa metabolit sekunder yang dihasilkan oleh bakteri Senyawa ini diketahui bersifat anticendawan dan berperan penting dalam pengendalian nematoda (Ramette et al 2003 Devi et al 2007) Keberadaan HCN di dalam tanah mampu menekan perkembangan M hapla sampai dengan 54 Semakin tinggi jumlah HCN yang ada kematian nematoda parasit tanaman juga semakin tinggi (Siddiqui et al 2006)

Pada penelitian ini diperoleh 1 kelompok bakteri endofit yang mampu mengendalikan M incognita dengan mekanisme produksi enzim protease kitinase dan asam sianida (HCN) Kelompok bakteri tersebut ialah TmtN5 yang diisolasi dari akar tanaman tomat

J Fitopatol Indones Pradana et al

81

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad F Ahmad I Khan M 2008 Screening of free-living rhizospheric bacteria for their multiple plant growth promoting activities Microbiol Res 163(2)173ndash181 DOI httpdxdoiorg101016jmicres200604001

Baehaki A Budiman A 2011 Isolasi dan karakterisasi protease dari bakteri tanah rawa Indralaya Sumatera Selatan J Teknologi dan Industri Pangan 22(1)37ndash42

Bartlem DG Jones MG Hammes UZ 2013 Vascularization and nutrient delivery at root-knot nematode feeding sites in host roots J Exp Bot 65(7)1789ndash1798 DOI httpdxdoiorg101093jxbert415

Berg G Hallmann J Control of plant pathogenic fungi with bacterial endophytes Di dalam Schulz B Boyle C Sieber T editor Microbial Root Endophytes Netherlands (NL) Springer hlm 53ndash69 DOI httpdxdoiorg1010073-540-33526-9_4

Chernin L Chet I Burns R Dick R 2002 Microbial enzymes in the biocontrol of plant pathogens and pests Di dalam Burns RG Dick RP editor Enzymes in The Environment Activity Ecology and Applications New York (US) CRC Press hlm 171ndash226 DOI httpdxdoiorg1012019780203904039ch7

Cronin D Moeumlnne-Loccoz Y Dunne C OrsquoGara F 1997 Inhibition of egg hatch of the potato cyst nematode Globodera rostochiensis by chitinase-producing bacteria Eur J Plant Pathol 103(5)433ndash440 DOI httpdxdoiorg101023A1008662729757

Devi KK Seth N Kothamasi S Kothamasi D 2007 Hydrogen cyanide-producing rhizobacteria kill subterranean termite Odontotermes obesus (Rambur) by cyanide poisoning under in vitro conditions Curr Microbiol 54(1)74ndash78 DOI httpdxdoiorg101007s00284-006-0473-z

Duncan S Louis P Flint H 2007 Cultivable bacterial diversity from the human colon Lett Appl Microbiol 44(4)343ndash350 DOI 101111j1472-765X200702129x

Hallmann J Hallmann AQ Miller WG Sikora RA Lindow SE 2001 Endophytic colonization of plants by the biocontrol agent Rhizobium etli G12 in relation to Meloidogyne incognita infection J Phytopathol 91(4)415ndash422 DOI httpdxdoiorg101094PHYTO2001914415

Hariprasad P Divakara S Niranjana S 2011 Isolation and characterization of chitinolytic rhizobacteria for the management of Fusarium wilt in tomato Crop Protection 30(12)1606ndash1612 DOI h t tp dx do i o rg 10 1016 j cropro201102032

Harni R Munif A Supramana Mustika I 2007 Pemanfaatan bakteri endofit untuk mengendalikan nematoda peluka akar (Pratylenchus brachyurus) pada tanaman nilam HAYATI J Biosci 14(1)7ndash12

Heath MC 2000 Hypersensitive response-related death Plant Mol Biol 44(3)321ndash334 DOI httpdxdoiorg101023A1026592509060

Kalaiarasan P Lakshmanan P Rajendran G Samiyappan R 2006 Chitin and chitinolytic biocontrol agents for the management of root knot nematode Meloidogyne arenaria in groundnut (Arachis hypogaea L) cv Co3 Indian J Nematol 36(2)181ndash186

Khan A Williams KL Nevalainen HK 2004 Effects of Paecilomyces lilacinus protease and chitinase on the eggshell structures and hatching of Meloidogyne javanica juveniles Bio Control 31(3)346ndash352 DOI httpdxdoiorg101016jbiocontrol200407011

Lian LH Tian BY Xiong R Xu J Zhang KQ 2007 Protease from Bacillus a new insight into the mechanism of action for rhizobacterial suppression of nematode populations Lett Appl Microbiol 45(2007)262ndash269 DOI httpdxdoiorg101111j1472-765X200702184x

Lodewyckx C Vangronsveld J Porteous F Moore ER Taghavi S Mezgeay M der Lelie Dv 2002 Endophytic bacteria and their potential applications Critical Rev

J Fitopatol Indones Pradana et al

Plant Sci 21(6)583ndash606 DOI httpdxdoiorg1010800735-260291044377

Lopes AH Souto-Padroacuten T Dias FA Gomes MT Rodrigues GC Zimmermann LT Alves e Silva T Vermelho AB 2010 Trypanosomatids odd organisms devastating diseases Open Parasitol 430ndash59 DOI httpdxdoiorg1021741874421401004010030

Mei C Flinn BS 2010 The use of benefecial microbial endophytes for plants biomass and stress tolerance improvement Recent Pat Biotechnol 481ndash95 DOI httpdxdoiorg102174187220810790069523

Munif A Hallmann J Sikora RA 2013 The influence of endophytic bacteria on Meloidogyne incognita infection and tomato plant growth J ISSAAS 19(2)68ndash74

Munif A Wibowo AR Herliyana EN 2015 Bakteri endofit dari tanaman kehutanan sebagai pemacu pertumbuhan tanaman tomat dan agen pengendali Meloidogyne sp J Fitopatol Indones 11(6)179ndash186 DOI httpdxdoiorg1014692jfi116179

Puspita ID Kamagata Y Tanaka M Asano K Nakatsu CH 2012 Are unciltivated bacteria really uncultivable Microbes Environ 27(4)356ndash366 DOI httpdxdoiorg101264jsme2ME12092

Ramette A Moeumlnne-Loccoz Y Deacutefago G 2003 Prevalence of fluorescent pseudomonads producing antifungal phloroglucinols andor hydrogen cyanide in soils naturally suppressive or conducive to tobacco black root rot FEMS Microbiol Ecol 44(1)35ndash43 DOI httpdxdoiorg101111j1574-69412003tb01088x

Rosenblueth M Martiacutenez-Romero E 2006 Bacterial endophytes and their interactions with hosts Mol Plant Microbe Interact 19(8)827ndash837 DOI httpdxdoiorg101094MPMI-19-0827

Salasia SIO Khusnan Z Lammler C Zschock M 2004 Comparative studies on phenol-and genotypic properties of Staphylococcus aureus isolated from bovine subclinical mastitis in central Java in Indonesia and Hesse in Germany J Vet Sci 5(2)103ndash109

Siddiqui IA Haas D Heeb S 2005 Extracellular protease of Pseudomonas fluorescens CHA0 a biocontrol factor with activity against the root-knot nematode Meloidogyne incognita App Environ Microbiol 71(9)5646ndash5649 DOI httpdxdoiorg101128AEM7195646-56492005

Siddiqui IA Shaukat SS Sheikh I Khan A 2006 Role of cyanide production by Pseudomonas fluorescens CHA0 in the suppression of root-knot nematode Meloidogyne javanica in tomato World J Microbiol Biotech 22(6)641ndash650 DOI httpdxdoiorg101007s11274-005-9084-2

Tian B Yang J Zhang K-Q 2007 Bacteria used in the biological control of plant-parasitic nematodes populations mechanisms of action and future prospects FEMS Microbiol Ecology 61(2)197ndash213 DOI httpdxdoiorg101111j1574-6941200700349x

Zeck WM 1971 A rating scheme for field evaluation of root-knot nematode infestasions Pflanzenschutz Nachrichten Bayer 24141ndash144

Zhu W MaGbanua MM White FF 2000 Identification of two novelhrp-associated genes in the hrp gene cluster of Xanthomonas oryzae pv oryzae J Bacteriol 182(7)1844ndash1853 DOI httpdxdoiorg101128JB18271844-18532000

82

Volume 12 Nomor 3 Mei 2016Halaman 83ndash88

DOI 1014692jfi12383ISSN 0215-7950

Alamat penulis korespondensi Fakultas Pertanian Universitas Lampung Jalan Sumanteri Brojonegoro No 1 Gedong Meneng Bandar Lampung 35145Tel 0721-787029 Surel igswibawayahoocom

83

Status Fitonematoda pada Tiga Kisaran Umur Lahan Pertanaman Pisang Cavendish di Way Kambas Lampung

Phytonematodes Status at Three Age Range of Cavendish Banana Plantations in Way Kambas Lampung

Yanto1 dan I Gede Swibawa21Sekolah Tinggi Perkebunan Lampung Lampung 35145

2Universitas Lampung Lampung 35145

ABSTRAK

Fitonematoda adalah salah satu penyebab penurunan produksi pisang Permasalahan ini sering muncul pada budi daya pisang secara intensif yang berlangsung lama Penelitian bertujuan menentukan status fitonematoda pada berbagai tingkat umur lahan pertanaman pisang Cavendish di PT NTF Way Kambas Lampung Sampel tanah dan akar diambil dari 3 kelompok umur lahan yaitu 3ndash5 10ndash12 dan 17ndash19 tahun terotasi Ekstraksi nematoda menggunakan metode corong Baermann yang dimodifikasi Status fitonematoda ditetapkan berdasarkan frekuensi absolut (FA) frekuensi relatif (FR) dan populasi absolut (PA) genus Hasil penelitian menunjukkan terdapat 13 genus fitonematoda berasosiasi dengan pisang Cavendish Fitonematoda dari genus Pratylenchus dan Radopholus memiliki FA FR dan PA tinggi pada lahan umur 3ndash5 dan 10ndash12 tahun serta sedang di lahan umur 17ndash19 tahun terotasi Nilai FA FR dan PA genus lainnya rendah pada semua umur lahan Pratylenchus dan Radopholus berstatus penting pada lahan umur 3ndash5 tahun dengan nilai FA 100 FR 31 dan PA masing-masing 2988 dan 4230 individu per 200 mL tanah serta pada lahan umur 10ndash12 tahun dengan nilai FA 100 FR 39 serta PA masing-masing 215 dan 126 individu per 200 mL tanah Pratylenchus dan Radopholus kurang penting di lahan umur 17ndash19 tahun terotasi dengan nilai FA77 FR 22 serta PA berurutan 330 dan 164 individu per 200 mL tanah Status fitonematoda lainnya tidak penting dengan FA FR dan PA yang rendah

Kata kunci Pisang Cavendish Pratylenchus Radopholus

ABSTRACT

Crop losses due to phytonematodes infection commonly occurred on intensive plantation practiced for a long time The research was aimed to study phytonematodes status on several age-different plantation of Cavendish banana in PT NTF Way Kambas Lampung Soil and root samples were taken from three different plantations selected based on time period of cultivation practice ie 3ndash5 10ndash12 and 17ndash19 years long The modification of Baermann funnel method was applied to collect nematodes The status of phytonematodes were determined based on the absolute frequency (AF) relative frequency (RF) and absolute population (AP) of each genus The results showed that 13 phytonematodes genera inhabited Cavendish banana crops Pratylenchus and Radopholus have important status on a land that had been cultivated for 3ndash5 and 10ndash12 years with AF 100 RF 31 and AP 2988 and 4230 individues per 200 mL of soil respectively on 3ndash5 years long lands and AF100 RF 39 and PA 215 and 126 individues per 200 mL of soil respectively on 10ndash12 years long lands Pratylenchus and Radopholus were less important on 17ndash19 years long rotated lands with AF 77 RF 22 and AP 330 and

J Fitopatol Indones Yanto dan Swibawa

84

164 individues per 200 mL of soil respectively The status of other phytonematodes were not important with low value of AF RF and AP

Key words Cavendish banana Prtaylenchus Radopholus

PENDAHULUAN

Fitonematoda merupakan patogen utama pada tanaman pisang yang dapat menurunkan produksi sampai 60 Kehilangan hasil dapat lebih besar apabila fitonematoda berasosiasi dengan patogen tular tanah lainnya (Orsquobannon 1977)

Fitonematoda menyerang perakaran pisang dengan gejala bervariasi menurut spesiesnya dan yang paling merusak diantaranya ialah Radopholus Pratylenchus Helicotylenchus Meloidogyne dan Rotylenchulus (Gowen et al 2005) Nematoda ini juga menyerang tanaman pisang di Sumatera Barat (Jumjunidang 2003) Status fitonematoda pada pisang di beberapa negara bervariasi (Khan dan Hasan 2010 Srinivasan et al 2011 Rahman et al 2014 Nega dan Fetena 2015) karena faktor fisik dan tanaman (Gowen at al 2005) kompetisi dengan patogen lain seperti penyakit layu fusarium (Zhong et al 2011) pola tanam (Moser et al 2012) dan musim (Chaves dan Araya 2010)

PT Nusantara Tropical Farm (PT NTF) di Way Kambas Lampung mengelola pisang Cavendish secara intensif Perusahaan yang berdiri tahun 1992 ini mengelola 17526 ha pisang Cevendish yang terdiri atas beberapa klon yaitu CJ-20 CJ-30 dan DM-2 Perluasan lahan pertanaman pisang di PT NTF terus dilakukan sehingga saat ini terdapat variasi umur lahan yang berkisar antara 3 dan 20 tahun Sistem ratoon (memelihara anakan) sudah ditinggalkan sejak tahun 2010 untuk mempertahankan produksi optimum dan pembongkaran tanaman dilakukan setelah panen Budi daya pisang dilakukan secara intensif meliputi pengolahan tanah pemupukan pengairan sanitasi pengendalian hama dan penyakit tanaman serta penanganan panen (Ansyori 2009)

Masalah fitonematoda umumnya muncul pada pertanaman monokultur intensif

berlangsung lama Status fitonematoda di PT NTF belum dilaporkan padahal budi daya pisang telah berlangsung lama Walaupun sistem ratoon tidak diterapkan lagimdashyang mungkin menekan perkembangan populasi fitonematodamdashnamun menanam pisang secara terus menerus dapat menyebabkan akumulasi populasi fitonematoda

Penelitian ini bertujuan menentukan status fitonematoda pada beberapa umur lahan pisang Cavendish termasuk lahan yang pernah dirotasi Hasil penelitian diharapkan menjadi informasi bermanfaat dalam pengelolaan penyakit pisang terutama fitonematoda di PT NTF

BAHAN DAN METODE

Penelitian dilakukan pada pertanaman pisang Cavendish milik PT NTF di Way Kambas Lampung yang membudidayakan pisang secara intensif Lokasinya terletak pada 05deg 00ʹ-05deg15ʹ LS dan 105deg30ʹ-105deg45ʹ BTketinggian 20ndash60 m di atas permukaan laut iklim tipe B menurut SchimdtndashFerguson curah hujan 2372 mm per tahun suhu 27 degC RH 842 dan tipe tanah oxisol (Ansory 2009) Pertanaman ini memiliki lahan pisang baru dan lahan pisang lama yang pernah dirotasi dengan ubi kayu

Penelitian disusun dalam rancangan acak lengkap dengan 3 perlakuan umur lahan (3ndash5 10ndash12 dan 17ndash19 tahun yang pernah dirotasi) Masing-masing perlakuan ditanami pisang Cavendish klon CJ-30 CJ-20 dan DM-2 yang berumur 3ndash9 bulan Dalam setiap blok pertanaman dipilih secara acak petak berukuran 50 m times 50 m berisi 5 titik sampel diagonal dengan masing-masing 6 tanaman Pada setiap tanaman subsampel tanah dan akar diambil pada kedalaman 20 cm arah zig zag 3 subsampel berjarak 50 cm dan 3 subsampel lainnya berjarak 10 cm dari tanaman Sampel tanah dan akar dicampur dan selanjutnya

J Fitopatol Indones Yanto dan Swibawa

85

diambil 1 kg tanah dan 100 g akar untuk proses ekstraksi nematoda di laboratorium

Ekstraksi nematoda dari 200 mL tanah dan 50 g akar menggunakan metode corong Baermann yang dimodifikasi Akar dicuci dengan air mengalir dan 50 g akar dipotong-potong dengan panjang 05 cm tanpa maserasi lalu diletakkan pada corong Baermann berdiameter 8 cm dilengkapi dengan saringan 18 mesh (plusmn 15 mm) yang dilapisi kertas tisu dan kantong plastik pada bagian batang corong dan diinkubasi selama 72 jam dalam ruangan pada suhu plusmn 27 degC Nematoda yang diperoleh dimatikan dengan memanaskan suspensinya sampai suhu 60 degC kemudian difiksasi menggunakan larutan Golden X (campuran 8 bagian formalin 2 bagian gliserin dan 90 bagian aquades) sehingga nematoda berada dalam formaldehida 3 (Hooper et al 2005) Jumah nematoda dari setiap sampel dihitung dan 100 individu diambil secara acak untuk diidentifikasi sampai genus menggunakan kunci identifikasi Mai dan Lyon (1975)

Status fitonematoda penting kurang penting dan tidak penting ditetapkan ber-dasarkan populasi absolut (PA) frekuensi absolut (FA) dan frekuensi relatif (FR) genus PA genus ialah jumlah genus dari 100 individu yang diidentifikasi dikalikan jumlah nematoda setiap sampel FA dan FR dihitung menurut Norton (1978)

sum sampel yang mengandung genusFA = sum seluruh sampel yang dikoleksi times 100

danfrekuensi genusFR =total frekuensi seluruh genus times 100 dengan

FA frekuensi absolut dan FR frekuensi relatif

Populasi absolut dianalisis ragam dan pemisahan nilai tengah menggunakan uji BNT pada taraf nyata 5

HASIL

Sebanyak 13 genus fitonematoda terdapat di pertanaman pisang Cavendish Umur lahan memengaruhi keragaman populasi fitonematoda pada lahan umur 3ndash5 tahun terdapat 13 genus lahan umur 10ndash12 tahun

dan 17ndash19 tahun terotasi berturut-turut 7 dan10 genus Criconemella Ditylenchus Tylenchus Helicotylenchus Paralongidorus dan Xiphinema tidak ditemukan di lahan umur 10ndash12 tahun dan 3 genus terakhir tidak terdapat dilahan umur 17ndash19 tahun (Tabel 1)

Secara umum nilai FA dan FR di tanah lebih tinggi daripada di akar Dua genus nematoda yang memiliki nilai FA dan FR tinggi dari tanah ialah Pratylenchus dan Radopholus pada lahan umur 3ndash5 dan 10ndash12 tahun dan nilai sedang pada lahan umur 17ndash19 tahun Genus nematoda yang memiliki nilai FA dan FR rendah ialah Hoplolaimus dari tanah dan Meloidogyne dari akar pada lahan umur 17ndash19 tahun Genus fitonematoda lainnya baik dari tanah maupun akar memiliki nilai FA dan FR rendah pada semua umur lahan (Tabel 1)

Dari semua fitonematoda nilai PA Pratylenchus dan Radopholus paling tinggi dan dipengaruhi oleh umur lahan Nilai PA kedua genus ini dari tanah lahan umur 3ndash5 tahun tidak berbeda nyata dengan lahan umur 10ndash12 tahun tetapi nilai PA keduanya lebih tinggi daripada nilai PA pada lahan umur 17ndash19 tahun Nilai PA nematoda tersebut dari akar tidak dipengaruhi umur lahan (Tabel 2) Dua genus lain yang memiliki PA sedang yaitu Helicotylenchus dari tanah lahan umur 3ndash5 tahun dan Meloidogyne dari akar lahan umur 17ndash19 tahun nilai PA genus lainnya rendah baik dari tanah maupun akar dan tidak dipengaruhi oleh umur lahan (Tabel 2)

PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil penelitian ini terdapat 13 genus fitonematoda pada pertanaman pisang dan populasi nematoda yang bersifat endoparasit tidak diperoleh secara maksimum Hal ini dapat disebabkan oleh metode ekstraksi nematoda yang digunakan Ekstraksi nematoda dari akar dilakukan dengan metoda corong Baermann tanpa melakukan maserasi akar Jumlah genus nematoda yang diperoleh pada penelitian ini lebih tinggi daripada jumlah genus fitonematoda pada pertanaman pisang di Semenanjung Malaysia yaitu 9 genus

J Fitopatol Indones Yanto dan Swibawa

(Rahman et al 2014) dan di Bengali Barat India 12 genus (Khan dan Hasan 2010) tetapi lebih rendah daripada pertanaman pisang di Kamerun yaitu 16 genus (Bridge et al 1995)

Dari semua genus yang ditemukan dan berdasarkan pada nilai FA FR serta PA maka Pratylenchus dan Radopholus dapat dikategorikan sebagai fitonematoda penting pada lahan umur 3ndash5 dan 10ndash12 tahun kurang penting pada lahan umur 17ndash19 tahun sedangkan genus lainnya tidak penting pada semua umur lahan Nilai FA 100 untuk Pratylenchus dan Radopholus pada lahan umur 3ndash5 dan 10ndash12 tahun menunjukkan seluruh sampel tanah mengandung nematoda ini Nilai FR 39 menunjukkan Pratylenchus dan Radopholus mendominasi komunitas fitonematoda Nilai PA Radopholus masing-

masing 423 dan 126 individu per 200 mL tanah pada lahan umur 3ndash5 dan 10ndash12 tahun tergolong tinggi Herradura (2009) melaporkan bahwa dalam percobaan inokulasi 1000 ekor R similis pada bibit tanaman pisang populasinya meningkat menjadi 2500ndash3500 ekor per 10 g akar segar menjelang panen sehingga dapat menurunkan 68 bobot tandan pisang Grand Nain di Davao Filipina Nilai PA Pratylenchus 298 dan 215 individu per 200 mL tanah masing-masing pada lahan umur 3ndash5 dan 10ndash12 tahun juga tergolong tinggi Berdasarkan hasil penelitian ini disarankan untuk dilakukan pengendalian Radopholus dan Pratylenchus agar tidak menimbulkan kerugian

Pratylenchus dan Radopholus yang dapat dikategorikan fitonematoda penting pada pertanaman pisang ini juga merupakan

Genus Nematoda Sampel Umur lahan (tahun)3ndash5 10ndash12 17ndash19

FA FR FA FR FA FR()

Aphelenchoides Tanah 111 34 111 43 111 32Akar 111 31 00 00 00 00

Aphelenchus Tanah 111 34 00 00 333 97Akar 444 125 222 80 444 160

Criconemella Tanah 00 00 00 00 111 32Akar 111 31 00 00 111 40

Ditylenchus Tanah 111 34 00 00 111 32Akar - - - - - -

Helicotylenchus Tanah 222 69 00 00 00 00Akar 111 31 00 00 00 00

Hoplolaimus Tanah 111 34 333 130 556 161Akar 222 63 222 80 444 160

Meloidogyne Tanah 333 103 00 00 222 65Akar 222 63 444 160 667 240

Paralongidorus Tanah - - - - - -Akar 111 31 00 00 00 00

Pratylenchus Tanah 1000 310 1000 391 778 226Akar 889 250 889 320 667 240

Radopholus Tanah 1000 310 1000 391 778 226Akar 778 219 889 320 333 120

Scutellonema Tanah 111 34 111 43 333 97Akar 222 63 111 40 111 40

Tylenchus Tanah 00 00 00 00 111 32Akar 333 94 00 00 00 00

Xiphinema Tanah 111 34 00 00 00 00Akar - - - - - -

Tabel 1 Frekuensi absolut (FA) dan frekuensi relatif (FR) fitonematoda dari tanah dan akar pada berbagai umur lahan pisang Cavendish

- tidak ditemukan fitonematoda lahan dirotasi dengan ubi kayu

86

J Fitopatol Indones Yanto dan Swibawa

nematoda penting di beberapa negara penghasil pisang Di Kamerun P coffeae P goodey dan R similis adalah perusak akar utama akar pisang (Bridge et al 1995) sedangkan di Tamil Nadu India hanya R similis (Srinivasan et al 2011) Sementara itu di Nigeria Helicotylenchus lebih penting daripada Pratylenchus (Tanimola et al 2013) dan di Equador R similis lebih penting daripada Helicotylenchus Pratylenchus dan Meloidogyne (Chaves dan Araya 2010)

Umur lahan memengaruhi status Pratylenchus dan Radopholus Pada lahan umur 3ndash5 dan 10ndash12 tahun kedua nematoda berstatus penting sementara pada lahan umur 17ndash19 tahun dianggap kurang penting Lebih rendahnya nilai FA FR dan PA kedua fitonematoda pada lahan umur 17ndash19 tahun

dibandingkan dengan pada lahan umur 3ndash5 dan 10ndash12 tahun disebabkan oleh rotasi pisang dengan ubi kayu yang dilakukan 2ndash3 kali

UCAPAN TERIMA KASIH

Ucapan terima kasih disampaikan kepada RA Wardhana dan manajemen PT NTF yang telah memfasilitasi penelitian

DAFTAR PUSTAKA

Ansory 2009 Kriteria kesesuaian lahan untuk tanaman pisang Cavendish yang dikelola secara intensif di Way Kambas Lampung Timur [disertasi] Bogor (ID) Institut Pertanian Bogor

Tabel 2 Populasi absolut fitonematoda dari 200 mL tanah dan 50 g akar pada berbagai umur lahan pisang Cavendish

- tidak ditemukan fitonematoda data yang dianalisis ditransforamsi 2 kali ke radic (x+1) ns tidak nyata s nyata lahan dirotasi dengan ubi kayu Angka pada baris yang sama yang diikuti huruf sama tidak berbeda menurut uji BNT taraf nyata 5

Genus Nematoda SampelUmur lahan (tahun) KK

()Ket

3ndash5 10ndash12 17ndash19 (terotasi)

Aphelenchoides Tanah 01 01 01 32 nsAkar 02 00 00 32 ns

Aphelenchus Tanah 03 00 12 81 nsAkar 05 11 39 166 ns

Criconemella Tanah 00 00 01 19 nsAkar 07 00 01 69 ns

Ditylenchus Tanah 17 04 05 131 nsAkar - - -

Helicotylenchus Tanah 252 00 00 322 nsAkar 01 00 00 18 ns

Hoplolaimus Tanah 03 29 26 146 nsAkar 02 03 19 931 ns

Meloidogyne Tanah 11 00 10 101 nsAkar 22 45 127 252 ns

Paralongidorus Tanah - - -Akar 03 00 00 43 ns

Pratylenchus Tanah 2988 a 2152 a 330 b 129 sAkar 206 50 49 71 ns

Radopholus Tanah 4230 a 1261 a 164 b 121 sAkar 141 26 09 64 ns

Scutellonema Tanah 01 04 49 167 nsAkar 11 01 02 88 ns

Tylenchus Tanah 00 00 02 185 nsAkar 14 00 00 82 ns

Xiphinema Tanah 35 00 00 156 nsAkar - - -

87

J Fitopatol Indones Yanto dan Swibawa

Bridge J Price NS Kofi P 1995 Plant parasitic nematode on plantain and other crop in Cameroon West Africa Fundam Appl Nematol 18(3)251ndash260

Chaves C Araya M 2010 Spatial-temporal distribution of plant parasitic nematodes in banana (Musa AAA) plantation Equador J App Biosci 332057ndash2069

Gowen SR Queneherve P Fogain R 2005 Nematode parasites of banana and plantain Di dalam Luc M Sikora RA Bridge J editors Plant Parasitic Nematodes in Subtropical and Tropical Agriculture Ed ke-2 Wallingford (UK) CABI Publishing hlm 611ndash643 DOI httpdxdoiorg10107997808519972780611

Herradura LE 2009 Host respons of Eumusa varieties to a Radopholus similis population from the Philippines [disertasi]Leuven (BE) de Agricultura Katholieke Universiteit Leuven

Hooper DJ Hallman J Subbotin SA 2005 Methods for extraction processing and detection of plant and soil nematodes Di dalam Luc M Sikora RA Bridge J editor Plant Parasitic Nematodes in Subtropical and Tropical Agriculture Ed ke-2 Wallingford (UK) CABI Publishing hlm 53ndash86 DOI httpdxdoiorg10107997808519972780053

Jumjunidang 2003 Status and future RampD of nematodes in banana in Indonesia Di dalam Cruz Jr FS Van den Bergh I Waele D Hautea DM Molina AB editors Country Report of Workshop and Training Toward Management of Musa Nematodes in Asia and the Pasific 2003 Des 1ndash5 Los Banos Laguna (PH) The Institute of Plant Breeding UPLB hlm 43ndash46

Khan MR Hasan MA 2010 Nematode diversity in banana rhizosphere from West Bengal India J Plant Protec Res 50(3)263ndash268 DOI httpdxdoiorg102478v10045-010-0046-9

Mai WF Lyon HH 1975 Pictorial Key to

Genera of Plant-Parasitic Nematodes London (UK) Comstock Publishing Associated

Moser T Forster B Frankenbach S Marques R Rombke J Schmidt P Hofer H 2012 Nematodes assemblages in banana (Musa acuminata) monoculture and banana plantation with jucara palm (Euterpe edulis) in the Southern Mata Atlantica Brazil Nematology 14(3)371ndash384 DOI httpdxdoiorg101163156854111X601669

Nega G Fetena S 2015 Root necrosis assesment of plant parasitic nematodes of banana (Musa spp) at Arbaminch Etiophia J BiolAgric Healthcare 5(15)76ndash80

Norton DC 1978 Ecology of plant parasitic nematodes New York (US) John Willey and Sons Inc

Orsquobannon JH 1977 Worldwide dissemination of Radopholus similis and it importance in crop production J Nematol 9(1)16ndash25

Rahman SSA Zain SNM Mat MZB Sidam AK Othman RY Mohamed Z 2014 Population distribution of plant parasitic nematodes on bananas in Paninsular Malaysia Sains Malaysiana 43(2)175ndash183

Srinivasan R Kulothungan S Sundaraju P Govindasami C 2011 Biodiversity of plant parasitic nematodes associated with banana in Thanjavur District of Tamil Nadu Int J Plant Animal Environ Sci 1(2)63ndash69

Tanimola AA Asimeaa AO Ofuru-Joseph S 2013 Status of plant-parasitic nematodes on plantain (Musa parasidiaca (L)) in Choba Rivers State Nigeria Word J Agric Sci 9(2)189ndash195

ZhongS He Y Zeng H Mo Y Zhou ZX Zang ZP Jin Z 2011 Effect of banana wilt desasease on soil nematodes community structure and diversity Afr J Biotechnol 10(59)12729ndash12737

88

Volume 12 Nomor 3 Mei 2016Halaman 89ndash95

DOI 1014692jfi12389ISSN 0215-7950

Alamat penulis korespondensi Jurusan Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Halu Oleo Jalan HEA Mokodompit Kendari 93232 Tel 0401-3122320 Faks 0401-0401-3197045 Surel akhaeruniyahoocom

89

Ketahanan Berbagai Kultivar Padi Lokal terhadap Penyakit Hawar Daun Bakteri

Resistance of Local Rice Cultivars to Bacterial Leaf Blight Disease

Andi Khaeruni Erwin Najamuddin Teguh Wijayanto SyairUniversitas Halu Oleo Kendari 93232

ABSTRAK

Penyakit hawar daun bakteri yang disebabkan oleh Xanthomonas oryzae pv oryzae merupakan salah satu penyakit penting pada tanaman padi di Indonesia termasuk di Sulawesi Tenggara Penggunaan varietas tahan merupakan salah satu strategi pengendalian yang efektif dan ramah lingkungan untuk mengatasi penyakit Penelitian ini bertujuan mengetahui tingkat ketahanan beberapa varietas padi lokal asal Sulawesi Selatan dan Sulawesi Tenggara terhadap X oryzae pv oryzae patotipe IV VIII dan X Penelitian dilakukan di rumah kasa menggunakan tiga patotipe pada 11 kultivar padi lokal Inokulasi bakteri dilakukan menggunakan metode pengguntingan daun pada fase vegetatif dan generatif Pengamatan terhadap insidensi penyakit hawar daun bakteri dilakukan 3 minggu setelah inokulasi Data insidensi penyakit digunakan untuk menentukan tingkat ketahanan tanaman uji Hasil penelitian menunjukkan bahwa periode inkubasi penyakit pada kultivar Kelaca lebih lama dibandingkan dengan kultivar lainnya Pada fase vegetatif kultivar ini bereaksi agak tahan terhadap patotipe IV dan X serta sangat tahan terhadap patotipe VIII sedangkan pada fase generatif bereaksi agak tahan terhadap patotipe IV dan VII serta sangat tahan terhadap patotipe X Oleh karena itu kultivar Kelaca dapat direkomendasikan untuk ditanam pada daerah endemis penyakit hawar daun di Sulawesi Selatan dan Tenggara

Kata kunci insidensi penyakit patotipe Xanthomonas oryzae pv oryzae

ABSTRACT

Bacterial leaf blight disease caused by Xanthomonas oryzae pv oryzae is an important rice disease in Indonesia including in South East Sulawesi The use of resistant varieties is one of the effective and environmentally friendly control strategies to suppress the disease This study aimed to determine the level of resistance of some local rice varieties of South and Southeast Sulawesi against Xanthomonas oryzae pv oryzae pathotypes IV VIII and X The study was conducted in a screen house involving 3 bacterial pathotypes and 11 local rice cultivars Shearing method was used for inoculation of bacteria to leaf on vegetative and generative phases Disease incidences were measured 3 weeks after inoculation and the data was further used to determine the level of resistance of the tested rice cultivars The results showed that incubation period of the disease was longer on Kelaca cultivar compared to other cultivars On vegetative phase this cultivar showed moderate resistant to pathotypes IV and X and highly resistant to patotype VIII whereas on the generative phase it showed moderate resistant to pathotypes IV and VII and highly resistant to pathotype X Therefore Kelaca cultivar can be recommended for endemic areas of leaf blight in South and Southeast Sulawesi

Key words disease incidence pathotype Xanthomonas oryzae pv oryzae

J Fitopatol Indones Khaeruni et al

90

PENDAHULUAN

Hawar daun bakteri (HDB) yang disebabkan oleh Xanthomonas oryzae pv oryzae merupakan salah satu penyakit padi yang sulit dikendalikan karena memiliki banyak patotipe dan penyebarannya mudah terjadi (Akhtar et al 2008) Di Indonesia diketahui terdapat 12 patotipe X oryzae pv oryzae dengan tingkat virulensi yang berbeda dan merupakan ancaman utama bagi produksi padi nasional (Wahyudi et al 2011) Infeksi X oryzae pv oryzae pada tanaman padi di Indonesia menyebabkan kerugian hasil panen sebesar 21ndash36 pada musim hujan dan 18ndash28 pada musim kemarau (Suparyono et al 2004) Penanaman satu jenis varietas secara terus-menerus dengan skala yang luas dapat menyebabkan pergeseran patotipe sehingga patogen X oryzae pv oryzae menjadi semakin virulen

Penyakit HDB juga merupakan salah satu penyakit penting pada tanaman padi sawah di Sulawesi Tenggara Berdasarkan pengelompokan patotipe sistem KOZAKA yang menggunakan varietas diferensial dilaporkan terdapat 3 kelompok patotipe X oryzae pv oryzae di Sulawesi Tenggara yaitu patotipe IV VIII dan X yang memiliki virulensi tinggi (Khaeruni dan Wijayanto 2013)

Penggunaan varietas tahan terhadap patotipe yang dominan di daerah tertentu merupakan salah satu cara untuk mengendalikan X oryzae pv oryzae Pengendalian penyakit dengan menggunakan varietas tahan merupakan cara pengendalian yang efektif murah dan mudah untuk dilakukan sepanjang varietas tahan tersedia di masyarakat Rahim et al (2012) melaporkan 6 varietas padi komersial yang diuji terhadap X oryzae pv oryzae patotipe IV VIII IX dan X tidak ada satu pun varietas yang tahan Oleh karena itu pencarian varietas atau kultivar tahan perlu terus dilakukan Kultivar padi lokal yang telah dibudidayakan oleh masyarakat di Sulawesi Selatan dan Sulawesi Tenggara perlu dievaluasi ketahanannya terhadap X oryzae pv oryzae Penelitian ini bertujuan

menentukan tingkat ketahanan kultivar padi lokal asal Sulawesi Selatan dan Sulawesi Tenggara terhadap penyakit HDB

BAHAN DAN METODE

Isolat X oryzae pv oryzae dan Benih Padi Isolat X oryzae pv oryzae yang digunakan

ialah patotipe IV VIII dan X asal Sulawesi Tenggara (koleksi Laboratorium Ilmu Hama dan Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas Haluoleo) Padi lokal yang diuji sebanyak 6 kultivar asal Sulawesi Tenggara (Pae Nggonggohia Pae Biu Pae Nggomumu Pae Wila Padae Hada Padae Wolio) dan 5 kultivar dari Sulawesi Selatan (Mandi Kelaca Pulu Lotong Mandoti Pulu Pute) Padi var IR64 yang digunakan sebagai varietas rentan diperoleh dari hasil panen tanaman yang bebas dari penyakit HDB

Rancangan Percobaan Percobaan dilakukan di rumah kaca

disusun dalam rancangan acak kelompok Sebanyak 11 kultivar uji dan varietas IR64 diinokulasi dengan 3 patotipe X oryzae pv oryzae sehingga diperoleh 36 kombinasi perlakuan Setiap perlakuan diulang sebanyak 3 kali sehingga total keseluruhan terdapat 108 tanaman uji

Benih padi diperam semalam sebelum dikecambahkan di cawan petri yang dialasi kertas buram lembap Benih yang berkecambah pada umur 2 hari disemai pada kotak semai yang berisi arang sekam bercampur pupuk kandang dengan perbandingan 31 (vv) Bibit berumur 21 hari dipindah tanam dalam pot kantong plastik ukuran 30 cm times 20 cm yang berisi medium campuran tanah dan pupuk kandang dengan perbandingan 41 (vv) kemudian diletakkan dalam rumah kasa Tanaman disiram setiap pagi hari gulma dan hama yang ditemukan dikendalikan secara manual Pemeliharaan tanaman dilakukan sejak pindah tanam sampai pengujian selesai

Isolat dari setiap patotipe X oryzae pv oryzae dibiakkan secara terpisah pada medium pepton sukrosa agar (PSA) selama 48 jam Kultur murni disuspensikan dalam

J Fitopatol Indones Khaeruni et al

91

akuades steril hingga mencapai kepadatan 108ndash109 cfu mL-1 dan digunakan sebagai sumber inokulum (Khaeruni et al 2014a)

Inokulasi setiap patotipe X oryzae pv oryzae pada tanaman uji dilakukan 2 tahap yaitu pada fase vegetatif ketika tanaman berumur 3 minggu setelah tanam (MST) dan pada fase generatif tanaman berumur 8 MST Inokulasi dilakukan pada 5 sampel daun yang membuka sempurna dengan menggunting daun sekitar 2ndash3 cm dari ujung daun menggunakan gunting yang telah dicelupkan dalam suspensi X oryzae pv oryzae

PengamatanPengamatan meliputi periode inkubasi

insidensi penyakit dan reaksi ketahanan Pengamatan periode inkubasi dilakukan setiap hari mulai 1 hari setelah inokulasi sampai munculnya gejala pada daun yang diinokulasi patogen Pengamatan insidensi penyakit dilakukan 3 minggu setelah inokulasi pada setiap tahap inokulasi (fase vegetatif dan generatif)

Insidensi penyakit diamati dengan mengukur panjang gejala HDB pada setiap daun sampel yang diinokulasi Insidensi penyakit dihitung menggunakan rumus

IP = times 100 dengannN

IP insidensi penyakit n panjang gejala HDB pada daun sampel N panjang daun sampel

Kriteria tingkat ketahanan tanaman di-tentukan berdasarkan nilai insidensi penyakit pada setiap kultivar yang diuji pada setiap patotipe berdasarkan nilai skoring yang ditetapkan oleh IRRI tahun 1996 (Tabel 1)

HASIL

Periode InkubasiPeriode inkubasi penyakit pada fase

vegetatif bervariasi dari 27ndash4 hari setelah inokulasi Pada beberapa kultivar memiliki periode inkubasi penyakit yang lebih lama dibandingkan dengan pada varietas IR 64 yaitu 27ndash30 hari (Tabel 2) Periode inkubasi penyakit terpanjang terjadi pada kultivar Kelaca baik pada fase vegetatif maupun fase generatif Varietas IR64 dan kultivar Pae Biu tergolong rentan menunjukkan gejala layu dan muncul bercak kelabu pada tepi daun serta sedikit menggulung ke arah dalam sedangkan gejala layu tidak terjadi pada kultivar Kelaca yang tergolong varietas tahan

Insidensi Penyakit dan Reaksi KetahananInsidensi penyakit hawar daun pada kultivar

padi lokal yang diuji pada fase vegetatif bervariasi dari 26ndash776 sehingga reaksi ketahanan kultivar-kultivar padi lokal tersebut bervariasi dari rentan sampai sangat tahan sementara insidensi penyakit pada varietas IR64 berkisar 24ndash468 sehingga varietas ini bereaksi agak rentan terhadap semua patotipe X oryzae pv oryzae Ketahanan terbaik pada fase vegetatif terdapat pada kultivar Kelaca asal Sulawesi Selatan yang bereaksi agak tahan terhadap patotipe IV dan X serta tahan terhadap patotipe VIII Kultivar Paedai Wolio asal Sulawesi Tenggara memiliki reaksi agak rentan pada semua patotipe sementara kultivar Mandi Pae Ngonggohia Pae Biu Kelaca Pullu Lotong Pae Wila Paedai Hada Mandoti Pullu Pute Paedai Wolio memperlihatkan reaksi rentan sehingga kultivar tersebut memiliki ketahanan lebih rendah dibandingkan dengan varietas IR64 (Tabel 3)

Pada fase generatif insidensi penyakit berkisar 33ndash227 sehingga reaksi ketahanan berbagai kultivar padi lokal yang diinokulasikan dengan 3 patotipe X oryzae pv oryzae juga bervariasi jika dibandingkan dengan varietas IR64 Ketahanan terbaik diperlihatkan padi kultivar Kelaca yang memiliki respons agak tahan terhadap patotipe IV dan VIII serta sangat tahan terhadap patotipe X Selain

Skor Insidensi penyakit ()

Reaksi ketahanan

1 0ndash3 Sangat tahan (ST)2 4ndash6 Tahan (T)3 7ndash12 Agak tahan (AT)4 13ndash50 Agak rentan (AR)5 51ndash75 Rentan (R)6 gt75 Sangat rentan (SR)

Tabel 1 Skor dan insidensi penyakit tanaman berdasarkan pada luas daun padi yang bergejala hawar daun (SES IRRI 1996)

J Fitopatol Indones Khaeruni et al

92

Kultivar padi lokal Patotipe IV Patotipe VIII Patotipe XVeg Gen Veg Gen Veg Gen

Pae Ngonggohia 40 37 30 30 30 27Pae Biu 30 27 27 30 27 27Pae Nggomumu 33 30 37 30 30 37Pae Wila 33 30 33 40 37 43Paedai Hada 33 30 30 30 30 30Paedai Wolio 33 40 30 37 33 33Mandi 33 40 30 30 30 30Kelaca 40 47 37 47 37 47Pulu Lotong 30 30 33 30 30 30Mandoti 30 30 30 30 27 30Pulu Pute 30 30 30 37 23 37IR64 30 30 27 30 27 30

Tabel 2 Periode inkubasi (hari) penyakit hawar daun bakteri pada varietas padi lokal yang diinokulasi dengan 3 patotipe Xanthomonas oryzae pv oryzae

Veg fase vegetatif Gen fase generatif kontrol varietas rentan

Kultivar padi lokalPatotipe IV Patotipe VIII Patotipe X

IP ()

Skor (Respons)

IP ()

Skor (Respons)

IP ()

Skor (Respons)

Pae Ngonggohia 419 4 (AR) 557 5 (R) 391 4 (AR)Pae Biu 718 5 (R) 776 6 (SR) 465 4 (AR)Pae Nggomumu 115 3 (AT) 408 4 (AR) 425 4 (AR)Pae Wila 513 5 (R) 379 4 (AR) 665 5 (R)Paedai Hada 652 5 (R) 309 4 (AR) 743 5 (R)Paedai Wolio 261 4 (AR) 316 4 (AR) 461 4 (AR)Mandi 256 4 (AR) 510 5 (R) 458 4 (AR)Kelaca 78 3 (AT) 26 1 (ST) 69 3 (AT)Pulu Lotong 525 5 (R) 337 4 (AR) 353 4 (AR)Mandoti 448 4 (AR) 265 4 (AR) 519 5 (R)Pulu Pute 233 4 (AR) 342 4 (AR) 555 5 (R)IR64 468 4 (AR) 240 4 (AR) 396 4 (AR)

Tabel 3 Insidensi penyakit (IP) dan respons ketahanan berbagai kultivar padi lokal dan IR64 terhadap 3 patotipe Xanthomonas oryzae pv oryzae pada fase vegetatif

SR sangat rentan R rentan AR agak rentan AT agak tahan ST sangat tahan kontrol varietas rentan

padi kultivar Kelaca kultivar Pae Wila memiliki ketahanan yang relatif lebih kuat terhadap X oryzae pv oryzae karena bereaksi tahan terhadap patotipe IV dan X serta agak tahan terhadap patotipe VIII (Tabel 4)

PEMBAHASAN

Penentuan periode inkubasi didasarkan munculnya gejala hawar pada daun yang diinokulsi X oryzae pv oryzae Periode

inkubasi pada beberapa kultivar lebih lama dibandingkan dengan padi var IR64 baik yang diinokulasi pada fase vegetatif maupun pada fase generatif Kultivar yang memiliki respons ketahanan terbaik ialah padi kultivar Kelaca karena memiliki periode inkubasi terlama dan insidensi penyakit yang lebih rendah dibandingkan dengan kultivar lainnya Hal ini sesuai dengan pendapat Nayak et al (1987) yang menyatakan ketahanan tanaman padi terhadap penyakit HDB secara tidak

J Fitopatol Indones Khaeruni et al

93

langsung ditentukan oleh periode inkubasi dan perkembangan penyakit

Gen ketahanan terhadap ras X oryzae pv oryzae ditentukan oleh gen R mayor (Liu et al 2006) Ketahanan varietas padi terhadap X oryzae pv oryzae berkaitan dengan kandungan gen ketahanan (gen Xa) varietas yang memiliki lebih dari satu gen Xa memperlihatkan ketahanan yang lebih kuat dibandingkan dengan yang hanya memiliki satu gen Xa (Nafisah et al 2007) X oryzae pv oryzae patotipe IV mempunyai gen virulensi yang dapat mematahkan gen ketahanan Xa1 Xa2 Xa4 Xa7 Xa10 Xa11 dan Xa 14 pada tanaman padi patotipe VIII dapat mematahkan gen ketahanan Xa1 Xa2 Xa3 Xa4 Xa7 Xa10 Xa11 dan Xa 14 sedangkan patotipe X dapat mematahkan gen ketahanan Xa1 Xa2 Xa4 Xa7 Xa10 Xa11 Xa14 dan Xa21 (Hifni dan Kardin 1998) Hal ini menunjukkan bahwa padi kultivar Kelaca tahan terhadap patotipe IV VIII dan X karena memiliki gen ketahanan Xa yang mampu mengatasi gen-gen virulen (Vir) dari ketiga patotipe tersebut

Djatmiko dan Fatichin (2011) menduga bahwa suatu tanaman menjadi tahan terhadap penyakit HDB karena meng-hasilkan fitoaleksin sebagai hasil interaksi inang-parasit yang fungsinya menghambat perkembangan bakteri Akumulasi fitoaleksin

dalam konsentrasi tinggi dapat membatasi area infeksi patogen (Suswati et al 2011) Hal yang sama dijelaskan oleh Hasegawa et al (2014) bahwa tanaman padi memiliki respons tahan terhadap penyakit blas karena mengakumulasi senyawa fitoaleksin sakuratenin yang bersifat toksin bagi patogen tanaman dengan cepat setelah terinfeksi patogen Oleh karena itu senyawa fitoaleksin diduga pula berpengaruh untuk menghambat penyakit-penyakit hawar daun bakteri pada padi kultivar Kelaca

Kultivar lokal Pae Wila Pulu Lotong Mandoti Pulu Pute mengalami peningkatan status ketahanan di fase generatif Hal ini mengindikasikan bahwa ketahanan kultivar tersebut meningkat seiring dengan pertambahan umur tanaman padi Hasil yang sama dilaporkan oleh Khaeruni et al (2014b) bahwa semakin tua umur tanaman padi Inpari 10 dan Cisantana yang diinokulasi X oryzae pv oryzae menjadi semakin lambat perkembangan penyakit hawar daun bakterinya Djatmiko dan Fatichin (2009) melaporkan bahwa fase vegetatif tanaman padi lebih rentan dibandingkan dengan fase generatifnya sedangkan Aditya et al (2015) mengemukakan bahwa ketahanan lapangan fase generatif padi lebih rentan terhadap penyakit hawar daun bakteri dibandingkan dengan fase vegetatifnya

VarietasKultivarPatotipe IV Patotipe VIII Patotipe X

IP ()

Skor(Respons)

IP ()

Skor (Respons)

IP ()

Skor (Respons)

Pae Ngonggohia 137 4 (AR) 210 4 (AR) 93 3 (AT)Pae Biu 130 4 (AR) 47 2 (T) 203 4 (AR)Pae Nggomumu 160 4 (AR) 227 4 (AR) 150 4 (AR)Pae Wila 38 2 (T) 733 3 (AT) 56 2 (T)Paedai Hada 167 4 (AR) 147 4 (AR) 200 4 (AR)Paedai Wolio 53 2 (T) 253 4 (AR) 170 4 (AR)Mandi 203 4 (AR) 137 4 (AR) 67 3 (AT)Kelaca 80 3 (AT) 120 3 (AT) 33 1 (ST)Pulu Lotong 97 3 (AT) 93 3 (AT) 73 3 (AT)Mandoti 97 3 (AT) 120 3 (AT) 50 2 (T)Pulu Pute 50 2 (T) 80 3 (AT) 130 4 (AR)IR64 220 4 (AR) 340 4 (AR) 213 4 (AR)

Tabel 4 Insidensi penyakit (IP) dan respons ketahanan berbagai kultivar padi lokal dan IR64 terhadap inokulasi 3 patotipe Xanthomonas oryzae pv oryzae pada fase generatif

SR sangat rentan R rentan AR agak rentan AT agak tahan ST sangat tahan kontrol varietas rentan

J Fitopatol Indones Khaeruni et al

Hasil penelitian ini secara umum memperlihatkan bahwa kultivar padi lokal yang diinokulasi oleh X oryzae pv oryzae patotipe IV VIII dan X memiliki reaksi ketahanan yang berbeda pada fase vegetatif dan generatif Kultivar Kelaca memiliki tingkat ketahanan yang lebih baik dibandingkan dengan kultivar uji lainnya Kultivar ini bereaksi agak tahan terhadap patotipe IV dan X juga sangat tahan terhadap patotipe VIII pada fase vegetatif sedangkan pada fase generatif bereaksi agak tahan terhadap patotipe IV dan VIII juga sangat tahan terhadap patotipe X

UCAPAN TERIMA KASIH

Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada Direktorat Pembinaan Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan Nasional yang telah membiayai penelitian ini melalui Hibah Penelitian Fundamental Nomor 0541023-04101002011

DAFTAR PUSTAKA

Aditya RH Wahyuni WS Mihardjo PA 2015 Ketahanan lapangan lima genotipe padi terhadap penyakit hawar daun bakteri J Fitopatol Indones 11(5)160ndash166 DOI httpdxdoiorg1014692jfi115160

Akhtar MA Rafi A Hameed A 2008 Comparison of methods of inoculation of Xanthomonas oryzae pvoryzae in rice cultivars Pak J Bot 40(5)2171ndash2175

Djatmiko HA Fatichin 2009 Ketahanan dua puluh satu varietas padi terhadap penyakit hawar daun bakteri J HPT Tropika 9(2)168ndash172

Hasegawa M Mitsuhara I Seo S Okada K Yamane H Iwai T Ohashi Y 2014 Analysis on blast fungus-responsive characters of a flavonoid phytoalexin sakuranetin accumulation in infected riceleaves antifungal activity and detoxification by fungus Molecules 1911404ndash11418 DOI httpdxdoiorg103390molecules190811404

Hifni HR Kardin MK 1998 Pengelompokan isolat Xanthomonas oryzae pv oryzae dengan menggunakan galur isogenik padi IRRI Hayati 566ndash72

IRRI 1996 Standard Evaluation System for Rice 4th ed Manila (PH) IRRI PO Box 933 Hlm 52

Khaeruni A Rahim A Syair Adriani 2014a Induksi ketahanan terhadap penyakit hawar daun bakteri di lapangan menggunakan rizobakteri indigenos J HPT Tropika 14(1)57ndash63

Khaeruni A Taufik M Wijayanto T Johan EA 2014b Perkembangan penyakit hawar daun bakteri pada tiga varietas padi sawah yang diinokulasi pada beberapa fase pertumbuhan J Fitopatol Indones 10(4)119ndash125 DOI http dxdoiorg1014692jfi104119

Khaeruni A Wijayanto T 2013 Pathotype grouping of Xanthomonas oryzae pv oryzae isolates from South Sulawesi and Southeast Sulawesi Agrivita 35 (2)138ndash144 DOI httpdxdoiorg1017503Agrivita-2013-35-2-p138-144

Liu DN Ronald PC Bogdanova AJ 2006 Xanthomonas oryzae pathovars model pathogens of a model crop Mol Plant Pathol 7303ndash324 DOI httpdxdoiorg101111j1364-3703200600344x

Nafisah Aan A Daradjat B Suprihatno Triny SK 2007 Heritabilitas karakter ketahanan hawar daun bakteri dari tiga populasi tanaman padi hasil seleksi daur siklus pertama Bull Penelitian Pertanian Tanaman Pangan 6(2)100ndash105

Nayak P Rao AVS Chakrabarti 1987 Components of resistance to bacterial blight disease of rice J Phytopathol 119(4)289ndash237 DOI httpdxdoiorg 101111j1439-04341987tb04402x

Rahim A Khaeruni A dan Taufik M 2012 Reaksi ketahanan beberapa varietas padi komersial terhadap Xanthomonas oryzae pv oryzae isolat Sulawesi Tenggara Berkala Penelitian Agronomi 1(2)132ndash138

Suparyono Sudir Suprihanto 2004 Pathotype profile of Xanthomonas oryzae pv oryzae

94

J Fitopatol Indones Khaeruni et al

isolates from the rice ecosystem in Java Indones J Agriculture Science 563ndash69

Suswati Habazar T Husin EF Nasir N Putra DP Taylor P 2011 Senyawa phenolik akar pisang cv kepok (Musa acuminata) yang diinduksi dengan fungi mikoriza arbuskular indigenus Pu10-Glomus sp1

terhadap penyakit darah bakteri J Nat Indones 13(3) 207ndash213

Wahyudi AT Meliah S Nawangsih AA 2011 Xanthomonas oryzae pv oryzae bakteri penyebab hawar daun pada padi isolasi karakterisasi dan telaah mutagenesis dengan transposon J Sains 15(1)89ndash96

95

Volume 12 Nomor 3 Mei 2016Halaman 104ndash108

DOI 1014692jfi123104ISSN 0215-7950

Alamat penulis korespondensi Laboratorium Fitopatologi Fakultas Pertanian Universitas SriwijayaJalan Palembang-Prabumulih Km32 Indralaya Palembang 30662Tel 0711-580663 Faks 0711-580663 Surel suwandisalehgmailcom

104

KOMUNIKASI SINGKAT

Penekanan Penyakit Blas Leher Malai Padi Menggunakan Ekstrak Kompos Jerami Padi

Suppression of Panicle Blast by Rice Straw Compost Extract

Suwandi Harman Hamidson Ahmad MuslimUniversitas Sriwijaya Palembang 30662

ABSTRAK

Penyakit blas merupakan penyakit penting pada tanaman padi dan menyebabkan kehilangan hasil pada lahan reklamasi pasang surut di Sumatera Selatan Ekstrak fermentasi kompos jerami dari tanaman padi sehat diuji potensinya dalam menekan blas leher malai pada percobaan dalam pot Padi varietas Ciherang ditanam pada campuran tanah dengan 1 jerami tanaman sakit (vv) yang diperoleh dari sawah pasang surut Insidensi penyakit blas leher malai dapat ditekan sebesar 71minus87 sebagai respons aplikasi ekstrak kompos Aplikasi ekstrak kompos tidak memengaruhi perkecambahan benih dan tinggi tanaman tetapi dapat meningkatkan hasil Kompos jerami dari tanaman sehat berpotensi sebagai sumber pengendalian blas di lapangan

Kata kunci lahan reklamasi kompos jerami tanah sulfat masam

ABSTRACT

Blast is the most important disease of rice and may cause significant losses in the reclaimed tidal swamp of South Sumatra Water extracts of fermented composts prepared from straws of the vigorous rice plant were tested in pot experiment for their ability to control blast Rice variety Ciherang was grown on mixture of field soil and 1 diseased rice straw (vv) collected from a tidal swamp rice field Incidence of panicle blast was reduced by 71minus87 in response to application of compost extract The compost extract did not affect seed germination and plant height instead it increased the yield The rice straw from healthy and vigorous plants is potential as a source for blast disease control

Key words acid sulfate soil compost extract land reclamation

Indonesia memiliki lahan pasang surut yang luas yang sebagian besar terdapat di pesisir pantai Sumatera Kalimantan dan Papua Hampir 4 juta ha dari lahan pasang surut tersebut telah direklamasi (Suprianto et al 2009) dan 1 juta ha di antaranya ditanami padi Di Sumatera Selatan terdapat sekitar 2656 ribu ha padi dibudidayakan di lahan

pasang surut reklamasi (BPS Sumatera Selatan 2014) Rata-rata hasil padi sawah pasang surut di Banyuasin ialah 41 ton ha-1 (BPS Banyuasin 2014) dan hasil ini lebih rendah dibandingkan dengan hasil padi sawah irigasi pada tanah mineral di Kabupaten OKU Timur yang rata-ratanya mencapai 55 ton ha-1 (BPS OKU Timur 2014)

J Fitopatol Indones Suwandi et al

105

Penyakit blas yang disebabkan oleh Pyricularia oryzae merupakan penyakit terpenting pada tanaman padi Penyakit ini telah dilaporkan menyerang sejak periode awal budi daya padi di lahan reklamasi pasang surut Sumatera Selatan (Koswara dan Rumawas 1984) Survei penyakit yang dilakukan sejak tahun 2013 menunjukkan bahwa penyakit blas endemik di lahan suboptimal ini dan menyebabkan beberapa sawah mengalami gagal panen

Patogen blas diketahui memiliki daya adaptasi yang tinggi terhadap beragam kondisi lingkungan termasuk varietas resisten (Ou 1985 Scheuermann et al 2012) sehingga pengendaliannya sukar dilakukan Aplikasi ekstrak kompos atau dikenal sebagai teh kompos diketahui dapat meningkatkan pertumbuhan produksi dan kualitas gizi tanaman (Hargreaves et al 2009 Pant et al 2009 Shrestha et al 2012) Penekanan penyakit setelah aplikasi ekstrak kompos telah dilaporkan (Elad dan Shtienberg 1994 Curlango-Rivera et al 2013) Pada penelitian ini ekstrak kompos yang dibuat dari kompos jerami padi diuji potensinya untuk pengendalian penyakit blas

Penelitian dilaksanakan dalam pot menggunakan media tanah sulfat masam potensial yang diperoleh dari sawah lahan reklamasi pasang surut Telang II Banyuasin Sumatera Selatan Penelitian disusun dalam rancangan acak lengkap dengan 4 perlakuan dan 3 ulangan Perlakuan yang diuji ialah ekstrak kompos padi Ciherang kompos padi Inpari 1 dan kompos padi Inpari 10 serta ekstrak tanah (kontrol)

Infestasi patogen blas dilakukan secara alami dengan mencampur 1 volume cacahan jerami padi yang terserang parah penyakit blas ke dalam medium tanam Tanaman padi dipupuk dengan 90 kg N ha-1 60 kg P ha-140 kg K ha-1 menggunakan NPKMgCa (161616155) urea dan SP36 Sebanyak setengah takaran urea ditaburkan saat 7 hari setelah semai dan sisanya saat bunting

Kompos dibuat dengan cara mencampur potongan rumpun padi uji yang sehat dan bugar (yang menunjukkan pertumbuhan

lebih baik dibandingkan dengan tanaman padi lainnya dalam suatu sawah) berikut tanah perakarannya dengan pupuk kandang sapi dalam perbandingan volume yang sama Pengomposan dilakukan selama 14 hari di dalam guci tanah liat Setiap 2 hari campuran dibalik dan disemprot air untuk menjaga kadar air 60minus80 Komposmdashsetengah matangmdashselanjutnya disimpan dalam kantong plastik dalam lemari pendingin sampai digunakan untuk ekstraksi

Ekstrak kompos dibuat dengan cara merendam kompos dalam 2 kali volume air dan diaduk sesaat setelah direndam Rendaman kompos selanjutnya difermentasi selama 4 hari dalam suhu kamar (27minus29 degC) Air rendaman kompos selanjutnya dipanen dengan cara disaring dan segera digunakan dalam keadaan segar Sebagai pembanding (perlakuan kontrol) digunakan ekstrak rendaman tanah

Padi varietas Ciherang digunakan sebagai tanaman uji Padi ditanam pada baki plastik (30 cm times 23 cm) yang diisi dengan tanah yang diperoleh dari sawah di lahan reklamasi pasang surut Telang II Banyuasin Sumatera Selatan Aplikasi ekstrak dilakukan dengan perendaman benih selama 48 jam dan dilanjutkan dengan penyemprotan saat fase pemanjangan batang (6 minggu setelah semai) dan bunting (8 minggu setelah semai) Aplikasi ekstrak dilakukan pada konsentrasi 50 (11 [vv] ekstrak komposair) Penyemperotan dilakukan dengan volume semprot tinggi (750 L ha-1)

Pengamatan penyakit blas leher malai dilakukan saat panen Serangan penyakit dihitung berdasarkan insidensi blas leher malai yang dihitung dengan rumus

IBM = nN x 100 denganIBM insidensi blas leher malai n jumlah tangkai malai bergejala N jumlah malai per pot Hasil panen dinyatakan dalam g pot-1 dari hasil gabah yang dikeringkan hingga mencapai kadar air plusmn 14

Pencampuran 1 volume jerami dari tanaman sakit ke dalam media tanam menyebabkan serangan parah blas leher malai pada perlakuan kontrol (Tabel 1)

J Fitopatol Indones Suwandi et al

106

Hasil ini mengungkapkan bahwa sisa jerami tanaman sakit di lapangan dapat menjadi sumber inokulum bagi tanaman musim berikutnya Peranan sisa jerami tanaman sakit sebagai sumber utama inokulum penyakit blas sudah lama diketahui (Suzuki 1975 Ou 1985) Infektifitas yang tinggi inokulum dari jerami sakit memungkinkan sisa tanaman ini dijadikan sumber inokulum alami pada percobaan lapangan ataupun percobaan yang menghendaki inokulum yang mewakili populasi lapangan patogen blas

Insidensi blas secara nyata lebih rendah pada tanaman yang diberi perlakuan ekstrak fermentasi kompos yang berasal dari rumpun padi bugar Insidensi penyakit blas leher malai dapat ditekan sebesar 71minus87 pada tanaman yang diaplikasi dengan ekstrak kompos (Tabel 1) Perlakuan ekstrak kompos tidak

memengaruhi perkecambahan benih dan tinggi tanaman (Tabel 2) tetapi perlakuan ekstrak kompos padi Inpara 1 dapat meningkatkan hasil gabah dibandingkan dengan kontrol (Tabel 3) Peningkatan hasil ini selaras dengan tingginya penekanan penyakit setelah perlakuan ekstrak kompos tersebut

Penelitian ini menunjukkan manfaat aplikasi ekstrak kompos bagi produksi padi Efikasi lapangan ekstrak kompos di lahan pasang surut yang bermasalah dengan penyakit blas kini sedang dalam proses pengujian Ekstrak kompos bermanfaat bagi tanaman karena hara yang dikandungnya terurai melalui mineralisasi dan pelarutan (Shrestha et al 2012) dan secara tidak langsung melalui pengimbasan ketahanan (Kim et al 2015) Ekstrak kompos jerami padi diketahui kaya akan kandungan senyawa humat yaitu

Sumber ekstrak kompos Insidensi penyakit()

Penekanan penyakit()

Tanah (kontrol) 528 plusmn 88 a -Kompos jerami padi Ciherang 151 plusmn 76 b 71Kompos jerami padi Inpari 10 80 plusmn 39 b 85Kompos jerami padi Inpara 1 69 plusmn 32 b 87

Tabel 1 Insidensi penyakit saat panen dan penekanan penyakit blas leher malai padi dalam pot yang diaplikasi ekstrak kompos

Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji beda nyata jujur Tukey (P=005) nilai relatif terhadap kontrol

Sumber ekstrak kompos Perkecambahan benih ()

Tinggi tanaman (cm)

Tanah (kontrol) 867 plusmn 22 537 plusmn 12Kompos jerami padi Ciherang 817 plusmn 51 525 plusmn 08Kompos jerami padi Inpari 10 842 plusmn 44 523 plusmn 12Kompos jerami padi Inpara 1 792 plusmn 68 533 plusmn 10

Tabel 2 Pertumbuhan padi dalam pot yang diaplikasi ekstrak kompos

Sumber ekstrak kompos Hasil (g pot-1 gabah kering giling )

Jumlah malai per tanaman

Jumlah gabah per malai

Tanah (kontrol) 25 plusmn 01 b 33 plusmn 02 b 307 plusmn 32Kompos jerami padi Ciherang 25 plusmn 02 b 30 plusmn 02 b 310 plusmn 31Kompos jerami padi Inpari 10 27 plusmn 03 b 34 plusmn 02 b 382 plusmn 28Kompos jerami padi Inpara 1 38 plusmn 02 a 41 plusmn 03 a 399 plusmn 28

Tabel 3 Komponen hasil padi dalam pot yang diaplikasi ekstrak kompos

Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji beda nyata jujur Tukey (P=005)

J Fitopatol Indones Suwandi et al

asam humat dan fulvat (Agustian 2004 Goyal dan Sindhu 2011) Senyawa humat berperan dalam pemacuan pertumbuhan pembenah tanah dan peningkatan ketahanan terhadap hama dan penyakit (Scheuerell dan Mahaffee 2004 Scheuerell dan Mahaffee 2006 El-Ghamry 2009 Kamel et al 2014) Pengimbasan ketahanan tanaman oleh asam humat terjadi melalui peningkatan aktivitas kitinase (Abdel-Kareem 2007) peningkatan kandungan senyawa fenol serta peningkatan aktivitas enzim peroksidase dan fenilalanin amonia liase (PAL) (Abdel-Monaim et al 2011)

UCAPAN TERIMA KASIH

Penelitian ini didanai oleh Penelitian Unggulan Perguruan Tinggi Universitas Sriwijaya tahun anggaran 2013minus2015

DAFTAR PUSTAKA

Abdel-Kareem F 2007 Induced resistance in bean plants against root rot and alternaria leaf spot diseases using biotic and a biotic inducers under field conditions J Agric Biol Sci 3767ndash774

Abdel-Monaim MF Ismail ME Morsy KM 2011 Induction of systemic resistance of benzothiadiazole and humic acid in soybean plants against fusarium wilt disease Mycobiology 39(4)290minus298 D O I h t t p d x d o i o rg 1 0 5 9 4 1 MYCO2011394290

Agustian Susila P Gusnidar 2004 Pembentukan asam humat dan fulvat selama pembuatan kompos jerami padi Solum 19ndash14

[BPS Banyuasin] Badan Pusat Statistik Kabupaten Banyuasin 2014 Kabupaten Banyuasin Dalam Angka 2014 httpbanyuasinkabbpsgoiddatapublikasipublikasi_114indexhtml [diakses 20 Agst 2014]

[BPS OKU Timur] Badan Pusat Statistik Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur 2014 Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur Dalam Angka 2014 http

okutimurkabbpsgoiddatapublikasidda2014 [diakses 20 Agst 2014]

[BPS Sumatera Selatan] Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Selatan 2014 Sumatera Selatan Dalam Angka 2014 httpsumselbpsgoidimagespublikasiflipping2014sumsel20dalam20angka202014indexhtml [diakses 20 Agst 2014]

Curlango-Rivera G Pew T van Etten HD Zhongguo X Yu N Hawes MC 2013 Measuring root disease suppression in response to a compost water extract Phytopathology 103255minus260 DOI httpdxdoiorg101094PHYTO-06-12-0145-R

Elad Y Shtienberg D 1994 Effect of compost water extracts on grey mould (Botrytis cinerea) Crop Prot 13109minus114 DOI httpdxdoiorg1010160261-2194(94)90160-0

El-Ghamry AM Abdel-Hai KM Ghoneem KM 2009 Amino and humic acids promote growth yield and disease resistance of faba bean cultivated in clayey soil Aust J Basic Applied Sci 3731minus739

Goyal S Sindhu SS 2011 Composting of rice straw using different inocula and analysis of compost quality Microbiol J1 1 2 6 minus 1 3 8 D O I h t t p d x d o i org103923mj2011126138

Hargreaves JC Adl MS Warman PR 2009 The effects of municipal solid waste compost and compost tea on mineral element uptake and fruit quality of strawberries Compost Sci Util 1785minus94 DOI httpdxdoiorg1010801065657X200910702406

Kamel SM Afifi MMI El-Shoraky FS El-Sawy MM 2014 Fulvic acid a tool for controlling powdery and downy mildews in cucumber plants Int J Phytopathol 3101minus108

Kim MJ Shim CK Kim YK Hong SJ Park JH Han EJ Kim SC 2015 Effect of aerated compost tea on the growth promotion of lettuce soybean and sweet corn in organic cultivation Plant Pathol 31259ndash268 DOI httpdxdoiorg105423PPJOA0220150024

107

J Fitopatol Indones Suwandi et al

Koswara O Rumawas F 1984 Tidal swamp rice in Palembang region Di dalam Smith WH Argosino GS editor Proceedings of the Workshop on Research Priorities in Tidal Swamp Rice Los Bantildeos Laguna (PH) International Rice Research Institute hlm 37minus48

Ou SH 1985 Rice Diseases Kew Survey (UK) CAB International Mycological Institute

Pant AP Radovich TJK Hue NV Talcott ST Krenek KA 2009 Vermicompost extracts influence growth mineral nutrients phytonutrients and antioxidant activity in pak choi (Brassica rapa cv Bonsai Chinensis group) grown under vermicompost and chemical fertilizer J Sci Food Agric 892383minus2392 DOI httpdxdoiorg101002jsfa3732

Scheuerell SJ Mahaffee WH 2004 Compost tea as a container medium drench for suppressing seedling damping-off caused by Pythium ultimum Phytopathology 941156minus1163 DOI httpdxdoiorg101094PHYTO200494111156

Scheuerell SJ Mahaffee WH 2006 Variability associated with suppression of gray mold (Botrytis cinerea) on geranium by foliar applications of nonaerated and aerated compost teas Plant Dis 901201minus1208 DOI httpdxdoiorg101094PD-90-1201

Scheuermann KK Raimondi JV Marschalek R de Andrade A Wickert E 2012 Magnaporthe oryzae genetic diversity and its outcomes on the search for durable resistance Di dalam Caliskan M editor The Molecular Basis of Plant Genetic Diversity Rijeka (HR) Intech hlm 331minus356

Shrestha K Walsh KB Midmore DJ 2012 Microbially enhanced compost extract does it increase solubilisation of minerals and mineralisation of organic matter and thus improve plant nutrition J Bioremed Biodegrad 3(5)1ndash9 DOI httpdxdoiorg1041722155-61991000149

Suprianto H Irianto SG Susanto RH Schultz B Suryadi FX Eelaart AVD 2009 Land and water management of tidal lowlands experiences in Telang and Saleh South Sumatra Irrig Drain 59(3)317minus335 DOI httpdxdoiorg101002ird460

Suzuki H 1975 Meteorological factors in the epidemiology of rice blast Ann Rev Phytopathol 13239minus256 DOI ht tp dxdoi org101146annurevpy13090175001323

108

  • 12737-37236-1-PBpdf (p1-8)
  • 12738-37237-1-PBpdf (p9-14)
  • 12739-37238-1-PBpdf (p15-21)
  • 12741-37240-1-PBpdf (p22-26)
Page 4: Bakteri Endofit Asal Berbagai Akar Tanaman sebagai Agens ...fp.unmas.ac.id/wp-content/uploads/2018/10/vol-12-no.3.pdfInfeksi nematoda puru akar (NPA) Meloidogyne incognita pada tomat

J Fitopatol Indones Pradana et al

78

diinkubasi pada suhu ruang selama 4 hari Kelompok bakteri yang dapat memproduksi sianida dideteksi dengan adanya perubahan warna pada kertas saring dari kuning menjadi jingga kecokelatan

HASIL

Sebanyak 80 kelompok bakteri endofit berhasil diisolasi Kelompok bakteri endofit yang diisolasi dari akar suatu tanaman dan ditumbuhkan pada medium yang berbeda menunjukkan karakter bakteri yang berbeda pula Perbedaan karakter terlihat dari dominasi warna koloni yang tumbuh (Tabel 1)Hasil penapisan terhadap kelompok bakteri endofit menunjukkan 16 kelompok dapat menyebabkan nekrosis pada uji reaksi hipersensitif 43 kelompok bakteri menghasilkan toksin β-hemolisin dan 4 kelompok bakteri menghasilkan α-hemolisin Hasil uji reaksi hipersensitif dan uji aktivitas hemolisis menunjukkan 17 kelompok bakteri endofit aman digunakan untuk uji lanjut

Hasil uji keefektifan kelompok bakteri endofit sebagai agens biokontrol menunjukkan

2 kelompok (1176) mampu menekan populasi NPA di akar 15 kelompok (8823) mampu menekan populasi NPA di tanah 16 kelompok (9411) mampu meningkatkan panjang akar tanaman dan 15 kelompok (8823) mampu menekan kerusakan akar akibat infeksi NPA dibandingkan dengan tanaman yang tidak diberi perlakuan kelompok bakteri endofit Namun demikian kelompok bakteri endofit TmtN5 yang diisolasi dari akar tanaman tomat merupakan kelompok yang paling efektif menekan kerusakan akar akibat infeksi NPA (Gambar 1 Tabel 2) Tanaman yang diberi perlakuan menggunakan kelompok bakteri endofit TmtN5 diketahui mampu menekan 3901 jumlah NPA di tanah 4299 jumlah NPA di akar 3714 tingkat kerusakan akar dan mampu meningkatkan 1191 panjang akar dibandingkan dengan tanaman kontrol

Hasil uji aktivitas fisiologi menunjukkan sebanyak 16 (9411) kelompok bakteri endofit menghasilkan enzim protease 12 (7058) kelompok menghasilkan enzim kitinase dan 5 (2941) kelompok menghasilkan senyawa sianida (Tabel 3)

Tabel 1 Dominasi koloni kelompok bakteri endofit asal tanaman pecah beling ungu (Strobilanthes crispus) pada media yang berbeda

Media Tumbuh Dominasi KoloniKings B Koloni berwarna putih dan putih kecokelatanNA 20 Koloni berwarna putih kecokelatan dan beberapa berwarna kuningNA 50 Koloni berwarna putih kecokelatan dan beberapa berwarna kuning

cokelat dan putih susuTSA 20 Koloni bakteri dengan warna putih dengan berbagai ukuran TSA 50 Koloni berwarna kuning dan beberapa berwarna putih dan cokelat

Gambar 1 Akar tanaman tomat yang diinfeksi Meloidogyne incognita setelah diperlakukan dengan kelompok bakteri endofit TmtN2 TmtN5 PbuT2 dan tanpa diberi perlakuan dengan kelompok bakteri endofit

TmtN2 TmtN5 PbuT2 Kontrol

J Fitopatol Indones Pradana et al

79

Kode Kelompok

sum NPAper g Akara

sum NPA per 200 mL Tanaha

Panjang Akar (cm)a

Skala Kerusakan Akara

PcrN5PcrT2MntT5BitT2GsgN5GsgN2PbuT2JtnT2GsgT2CbiKBPbuN5BitN5TmtN2TmtN5PdiT2PtmN2PdiN2Kontrol

2460 a2490 a2250 abc2620 a2750 a2480 a2230 abc2540 a2380 a2550 a2710 a2430 a1750 bc1720 c 2310 a2500 a2270 ab2820 a

6010 ab5480 bcd4880 cde5900 abc5390 bcd4670 def4150 ef5010 bcde4710 def4220 ef4200 ef5010 bcde4420 def3740 f4620 def4390 def4640 def6560 a

1610 de1639 cd1627 cd1665 cd1653 cd1644 cd1651 cd1663 cd1634 cd1674 c1652 cd1682 cb1726 ab1757 a1639 cd1629 cd1663 cd1570 e

290 cd290 cd280 d300 bcd330 abc300 bcd300 bcd300 bcd300 bcd300 bcd340 ab290 cd260 d220 e290 cd300 bcd290 cd350 a

Tabel 2 Pengaruh aplikasi kelompok bakteri endofit terhadap kerusakan akar dan populasi Meloidogyne incognita di tanah dan di akar tanaman tomat

aAngka-angka pada kolom yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada uji selang berganda Duncan pada α 5

Tabel 3 Karakter fisiologis kelompok bakteri endofit

Kode Kelompok Asal Kelompok Aktivitas

ProteolitikAktivitas

KitinolitikProduksi

HCNPcrN5PcrT2MntT5BitT2GsgN5GsgN2PbuT2JtnT2GsgT2CbiKBPbuN5BitN5TmtN2TmtN5PdiT2PtmN2PdiN2

Impatiens balsaminaImpatiens balsaminaColeus amboinicusBeta vulgarisTalinum triangulareTalinum triangulareStrobilanthes crispusNigella sativaTalinum triangulareCapsicum frutescensStrobilanthes crispusBeta vulgaris Lycopersicum esculentumLycopersicum esculentumOryza sativaMimosa pudicaOryza sativa

+++-+++++++++++++

+-+++++----++++++

--+-+--+----++---

+ memproduksi senyawa - tidak memproduksi senyawa

J Fitopatol Indones Pradana et al

80

PEMBAHASAN

Bakteri membutuhkan nutrisi dan kondisi lingkungan khusus agar dapat ditumbuhkan pada medium buatan Perbedaan jumlah dan kandungan nutrisi dalam medium buatan berpengaruh pada dominasi bakteri yang tumbuh Hal tersebut diungkapkan oleh Puspita et al (2012) bahwa terdapat dua hal yang memengaruhi dominasi pertumbuhan bakteri dalam medium buatan yaitu nutrisi medium dan jumlah sel yang terdapat pada suspensi Sel bakteri yang belum dapat ditumbuhkan pada medium buatan masih memiliki peluang untuk ditumbuhkan apabila ditemukan komposisi medium yang tepat

Reaksi hipersensitif dipengaruhi oleh gen hrp yang dapat ditemui pada kelompok bakteri patogen tanaman Xanthomonas sp Reaksi ini terjadi dalam waktu 24ndash48 jam dan terlokalisasi Membran seluler pada daun tanaman tembakau yang mengalami kontak dengan bakteri patogen akan hancur dan nekrosis Respons tersebut menunjukkan bahwa bakteri yang kontak dengan daun tanaman tembakau berpotensi sebagai patogen tumbuhan (Zhu et al 2000) Bakteri yang menghasilkan toksin hemolisis tidak digunakan pada uji lanjut karena supernatan dari α dan β hemolisis bersifat sangat cytotoxic terhadap granulocytes monocytes dan lymphocytes manusia (Duncan et al 2007 Lopes et al 2010)

Kelompok bakteri endofit hidup di dalam jaringan tanaman dan bersifat menguntungkan bagi tanaman Sebagai agens biokontrol bakteri endofit dapat melindungi tanaman dari infeksi patogen secara langsung maupun tidak langsung Secara tidak langsung bakteri endofit mampu menginduksi ketahanan tanaman (Lodewyckx et al 2002) dengan merangsang pembentukan asam salisilat peroksidase fitoaleksin PR-protein dan senyawa fenolik (Rosenblueth dan Martiacutenez-Romero 2006)

Secara langsung kelompok bakteri endofit dapat berperan sebagai agens hayati dengan memproduksi senyawa-senyawa antimikrob Senyawa tersebut berupa enzim toksin maupun

gas yang mampu menghambat perkembangan patogen (Chernin et al 2002) Khan et al (2004) melaporkan bahwa enzim protease yang diproduksi oleh cendawan Paecilomyces lilacinus mampu menghambat penetasan telur nematoda M javanica Siddiqui et al (2005) dan Tian et al (2007) menyatakan produksi enzim protease oleh bakteri merupakan salah satu mekanisme bakteri sebagai agens pengendali nematoda puru akar Meloidogyne spp Degradasi lapisan lemak pada telur M hapla yang diberi perlakuan enzim protease menyebabkan banyak telur nematoda yang tidak dapat menetas (Khan et al 2004)

Harni et al (2007) melaporkan bahwa bakteri endofit Bacillus galur NJ46 Bacillus galur NA22 dan Bacillus galur NJ2 mampu menekan populasi nematoda Pratylenchus brachyurus Terjadinya penekanan tersebut disebabkan oleh metabolit sekunder enzim kitinase dan protease yang dihasilkan oleh bakteri-bakteri tersebut Enzim kitinase memiliki peran penting dalam pengendalian nematoda karena enzim ini mampu mendegradasi lapisan tengah telur nematoda seperti M javanica Rotylenchulus reniformis dan Tylenchulus semipenetrans (Tian et al 2007) Cronin et al (1997) menjelaskan enzim kitinase dapat menghambat penetasan telur Globodera rostochiensis sampai 70 dan enzim ini mampu mengendalikan populasi nematoda M javanica dan meningkatkan pertumbuhan tanaman tomat

HCN merupakan senyawa metabolit sekunder yang dihasilkan oleh bakteri Senyawa ini diketahui bersifat anticendawan dan berperan penting dalam pengendalian nematoda (Ramette et al 2003 Devi et al 2007) Keberadaan HCN di dalam tanah mampu menekan perkembangan M hapla sampai dengan 54 Semakin tinggi jumlah HCN yang ada kematian nematoda parasit tanaman juga semakin tinggi (Siddiqui et al 2006)

Pada penelitian ini diperoleh 1 kelompok bakteri endofit yang mampu mengendalikan M incognita dengan mekanisme produksi enzim protease kitinase dan asam sianida (HCN) Kelompok bakteri tersebut ialah TmtN5 yang diisolasi dari akar tanaman tomat

J Fitopatol Indones Pradana et al

81

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad F Ahmad I Khan M 2008 Screening of free-living rhizospheric bacteria for their multiple plant growth promoting activities Microbiol Res 163(2)173ndash181 DOI httpdxdoiorg101016jmicres200604001

Baehaki A Budiman A 2011 Isolasi dan karakterisasi protease dari bakteri tanah rawa Indralaya Sumatera Selatan J Teknologi dan Industri Pangan 22(1)37ndash42

Bartlem DG Jones MG Hammes UZ 2013 Vascularization and nutrient delivery at root-knot nematode feeding sites in host roots J Exp Bot 65(7)1789ndash1798 DOI httpdxdoiorg101093jxbert415

Berg G Hallmann J Control of plant pathogenic fungi with bacterial endophytes Di dalam Schulz B Boyle C Sieber T editor Microbial Root Endophytes Netherlands (NL) Springer hlm 53ndash69 DOI httpdxdoiorg1010073-540-33526-9_4

Chernin L Chet I Burns R Dick R 2002 Microbial enzymes in the biocontrol of plant pathogens and pests Di dalam Burns RG Dick RP editor Enzymes in The Environment Activity Ecology and Applications New York (US) CRC Press hlm 171ndash226 DOI httpdxdoiorg1012019780203904039ch7

Cronin D Moeumlnne-Loccoz Y Dunne C OrsquoGara F 1997 Inhibition of egg hatch of the potato cyst nematode Globodera rostochiensis by chitinase-producing bacteria Eur J Plant Pathol 103(5)433ndash440 DOI httpdxdoiorg101023A1008662729757

Devi KK Seth N Kothamasi S Kothamasi D 2007 Hydrogen cyanide-producing rhizobacteria kill subterranean termite Odontotermes obesus (Rambur) by cyanide poisoning under in vitro conditions Curr Microbiol 54(1)74ndash78 DOI httpdxdoiorg101007s00284-006-0473-z

Duncan S Louis P Flint H 2007 Cultivable bacterial diversity from the human colon Lett Appl Microbiol 44(4)343ndash350 DOI 101111j1472-765X200702129x

Hallmann J Hallmann AQ Miller WG Sikora RA Lindow SE 2001 Endophytic colonization of plants by the biocontrol agent Rhizobium etli G12 in relation to Meloidogyne incognita infection J Phytopathol 91(4)415ndash422 DOI httpdxdoiorg101094PHYTO2001914415

Hariprasad P Divakara S Niranjana S 2011 Isolation and characterization of chitinolytic rhizobacteria for the management of Fusarium wilt in tomato Crop Protection 30(12)1606ndash1612 DOI h t tp dx do i o rg 10 1016 j cropro201102032

Harni R Munif A Supramana Mustika I 2007 Pemanfaatan bakteri endofit untuk mengendalikan nematoda peluka akar (Pratylenchus brachyurus) pada tanaman nilam HAYATI J Biosci 14(1)7ndash12

Heath MC 2000 Hypersensitive response-related death Plant Mol Biol 44(3)321ndash334 DOI httpdxdoiorg101023A1026592509060

Kalaiarasan P Lakshmanan P Rajendran G Samiyappan R 2006 Chitin and chitinolytic biocontrol agents for the management of root knot nematode Meloidogyne arenaria in groundnut (Arachis hypogaea L) cv Co3 Indian J Nematol 36(2)181ndash186

Khan A Williams KL Nevalainen HK 2004 Effects of Paecilomyces lilacinus protease and chitinase on the eggshell structures and hatching of Meloidogyne javanica juveniles Bio Control 31(3)346ndash352 DOI httpdxdoiorg101016jbiocontrol200407011

Lian LH Tian BY Xiong R Xu J Zhang KQ 2007 Protease from Bacillus a new insight into the mechanism of action for rhizobacterial suppression of nematode populations Lett Appl Microbiol 45(2007)262ndash269 DOI httpdxdoiorg101111j1472-765X200702184x

Lodewyckx C Vangronsveld J Porteous F Moore ER Taghavi S Mezgeay M der Lelie Dv 2002 Endophytic bacteria and their potential applications Critical Rev

J Fitopatol Indones Pradana et al

Plant Sci 21(6)583ndash606 DOI httpdxdoiorg1010800735-260291044377

Lopes AH Souto-Padroacuten T Dias FA Gomes MT Rodrigues GC Zimmermann LT Alves e Silva T Vermelho AB 2010 Trypanosomatids odd organisms devastating diseases Open Parasitol 430ndash59 DOI httpdxdoiorg1021741874421401004010030

Mei C Flinn BS 2010 The use of benefecial microbial endophytes for plants biomass and stress tolerance improvement Recent Pat Biotechnol 481ndash95 DOI httpdxdoiorg102174187220810790069523

Munif A Hallmann J Sikora RA 2013 The influence of endophytic bacteria on Meloidogyne incognita infection and tomato plant growth J ISSAAS 19(2)68ndash74

Munif A Wibowo AR Herliyana EN 2015 Bakteri endofit dari tanaman kehutanan sebagai pemacu pertumbuhan tanaman tomat dan agen pengendali Meloidogyne sp J Fitopatol Indones 11(6)179ndash186 DOI httpdxdoiorg1014692jfi116179

Puspita ID Kamagata Y Tanaka M Asano K Nakatsu CH 2012 Are unciltivated bacteria really uncultivable Microbes Environ 27(4)356ndash366 DOI httpdxdoiorg101264jsme2ME12092

Ramette A Moeumlnne-Loccoz Y Deacutefago G 2003 Prevalence of fluorescent pseudomonads producing antifungal phloroglucinols andor hydrogen cyanide in soils naturally suppressive or conducive to tobacco black root rot FEMS Microbiol Ecol 44(1)35ndash43 DOI httpdxdoiorg101111j1574-69412003tb01088x

Rosenblueth M Martiacutenez-Romero E 2006 Bacterial endophytes and their interactions with hosts Mol Plant Microbe Interact 19(8)827ndash837 DOI httpdxdoiorg101094MPMI-19-0827

Salasia SIO Khusnan Z Lammler C Zschock M 2004 Comparative studies on phenol-and genotypic properties of Staphylococcus aureus isolated from bovine subclinical mastitis in central Java in Indonesia and Hesse in Germany J Vet Sci 5(2)103ndash109

Siddiqui IA Haas D Heeb S 2005 Extracellular protease of Pseudomonas fluorescens CHA0 a biocontrol factor with activity against the root-knot nematode Meloidogyne incognita App Environ Microbiol 71(9)5646ndash5649 DOI httpdxdoiorg101128AEM7195646-56492005

Siddiqui IA Shaukat SS Sheikh I Khan A 2006 Role of cyanide production by Pseudomonas fluorescens CHA0 in the suppression of root-knot nematode Meloidogyne javanica in tomato World J Microbiol Biotech 22(6)641ndash650 DOI httpdxdoiorg101007s11274-005-9084-2

Tian B Yang J Zhang K-Q 2007 Bacteria used in the biological control of plant-parasitic nematodes populations mechanisms of action and future prospects FEMS Microbiol Ecology 61(2)197ndash213 DOI httpdxdoiorg101111j1574-6941200700349x

Zeck WM 1971 A rating scheme for field evaluation of root-knot nematode infestasions Pflanzenschutz Nachrichten Bayer 24141ndash144

Zhu W MaGbanua MM White FF 2000 Identification of two novelhrp-associated genes in the hrp gene cluster of Xanthomonas oryzae pv oryzae J Bacteriol 182(7)1844ndash1853 DOI httpdxdoiorg101128JB18271844-18532000

82

Volume 12 Nomor 3 Mei 2016Halaman 83ndash88

DOI 1014692jfi12383ISSN 0215-7950

Alamat penulis korespondensi Fakultas Pertanian Universitas Lampung Jalan Sumanteri Brojonegoro No 1 Gedong Meneng Bandar Lampung 35145Tel 0721-787029 Surel igswibawayahoocom

83

Status Fitonematoda pada Tiga Kisaran Umur Lahan Pertanaman Pisang Cavendish di Way Kambas Lampung

Phytonematodes Status at Three Age Range of Cavendish Banana Plantations in Way Kambas Lampung

Yanto1 dan I Gede Swibawa21Sekolah Tinggi Perkebunan Lampung Lampung 35145

2Universitas Lampung Lampung 35145

ABSTRAK

Fitonematoda adalah salah satu penyebab penurunan produksi pisang Permasalahan ini sering muncul pada budi daya pisang secara intensif yang berlangsung lama Penelitian bertujuan menentukan status fitonematoda pada berbagai tingkat umur lahan pertanaman pisang Cavendish di PT NTF Way Kambas Lampung Sampel tanah dan akar diambil dari 3 kelompok umur lahan yaitu 3ndash5 10ndash12 dan 17ndash19 tahun terotasi Ekstraksi nematoda menggunakan metode corong Baermann yang dimodifikasi Status fitonematoda ditetapkan berdasarkan frekuensi absolut (FA) frekuensi relatif (FR) dan populasi absolut (PA) genus Hasil penelitian menunjukkan terdapat 13 genus fitonematoda berasosiasi dengan pisang Cavendish Fitonematoda dari genus Pratylenchus dan Radopholus memiliki FA FR dan PA tinggi pada lahan umur 3ndash5 dan 10ndash12 tahun serta sedang di lahan umur 17ndash19 tahun terotasi Nilai FA FR dan PA genus lainnya rendah pada semua umur lahan Pratylenchus dan Radopholus berstatus penting pada lahan umur 3ndash5 tahun dengan nilai FA 100 FR 31 dan PA masing-masing 2988 dan 4230 individu per 200 mL tanah serta pada lahan umur 10ndash12 tahun dengan nilai FA 100 FR 39 serta PA masing-masing 215 dan 126 individu per 200 mL tanah Pratylenchus dan Radopholus kurang penting di lahan umur 17ndash19 tahun terotasi dengan nilai FA77 FR 22 serta PA berurutan 330 dan 164 individu per 200 mL tanah Status fitonematoda lainnya tidak penting dengan FA FR dan PA yang rendah

Kata kunci Pisang Cavendish Pratylenchus Radopholus

ABSTRACT

Crop losses due to phytonematodes infection commonly occurred on intensive plantation practiced for a long time The research was aimed to study phytonematodes status on several age-different plantation of Cavendish banana in PT NTF Way Kambas Lampung Soil and root samples were taken from three different plantations selected based on time period of cultivation practice ie 3ndash5 10ndash12 and 17ndash19 years long The modification of Baermann funnel method was applied to collect nematodes The status of phytonematodes were determined based on the absolute frequency (AF) relative frequency (RF) and absolute population (AP) of each genus The results showed that 13 phytonematodes genera inhabited Cavendish banana crops Pratylenchus and Radopholus have important status on a land that had been cultivated for 3ndash5 and 10ndash12 years with AF 100 RF 31 and AP 2988 and 4230 individues per 200 mL of soil respectively on 3ndash5 years long lands and AF100 RF 39 and PA 215 and 126 individues per 200 mL of soil respectively on 10ndash12 years long lands Pratylenchus and Radopholus were less important on 17ndash19 years long rotated lands with AF 77 RF 22 and AP 330 and

J Fitopatol Indones Yanto dan Swibawa

84

164 individues per 200 mL of soil respectively The status of other phytonematodes were not important with low value of AF RF and AP

Key words Cavendish banana Prtaylenchus Radopholus

PENDAHULUAN

Fitonematoda merupakan patogen utama pada tanaman pisang yang dapat menurunkan produksi sampai 60 Kehilangan hasil dapat lebih besar apabila fitonematoda berasosiasi dengan patogen tular tanah lainnya (Orsquobannon 1977)

Fitonematoda menyerang perakaran pisang dengan gejala bervariasi menurut spesiesnya dan yang paling merusak diantaranya ialah Radopholus Pratylenchus Helicotylenchus Meloidogyne dan Rotylenchulus (Gowen et al 2005) Nematoda ini juga menyerang tanaman pisang di Sumatera Barat (Jumjunidang 2003) Status fitonematoda pada pisang di beberapa negara bervariasi (Khan dan Hasan 2010 Srinivasan et al 2011 Rahman et al 2014 Nega dan Fetena 2015) karena faktor fisik dan tanaman (Gowen at al 2005) kompetisi dengan patogen lain seperti penyakit layu fusarium (Zhong et al 2011) pola tanam (Moser et al 2012) dan musim (Chaves dan Araya 2010)

PT Nusantara Tropical Farm (PT NTF) di Way Kambas Lampung mengelola pisang Cavendish secara intensif Perusahaan yang berdiri tahun 1992 ini mengelola 17526 ha pisang Cevendish yang terdiri atas beberapa klon yaitu CJ-20 CJ-30 dan DM-2 Perluasan lahan pertanaman pisang di PT NTF terus dilakukan sehingga saat ini terdapat variasi umur lahan yang berkisar antara 3 dan 20 tahun Sistem ratoon (memelihara anakan) sudah ditinggalkan sejak tahun 2010 untuk mempertahankan produksi optimum dan pembongkaran tanaman dilakukan setelah panen Budi daya pisang dilakukan secara intensif meliputi pengolahan tanah pemupukan pengairan sanitasi pengendalian hama dan penyakit tanaman serta penanganan panen (Ansyori 2009)

Masalah fitonematoda umumnya muncul pada pertanaman monokultur intensif

berlangsung lama Status fitonematoda di PT NTF belum dilaporkan padahal budi daya pisang telah berlangsung lama Walaupun sistem ratoon tidak diterapkan lagimdashyang mungkin menekan perkembangan populasi fitonematodamdashnamun menanam pisang secara terus menerus dapat menyebabkan akumulasi populasi fitonematoda

Penelitian ini bertujuan menentukan status fitonematoda pada beberapa umur lahan pisang Cavendish termasuk lahan yang pernah dirotasi Hasil penelitian diharapkan menjadi informasi bermanfaat dalam pengelolaan penyakit pisang terutama fitonematoda di PT NTF

BAHAN DAN METODE

Penelitian dilakukan pada pertanaman pisang Cavendish milik PT NTF di Way Kambas Lampung yang membudidayakan pisang secara intensif Lokasinya terletak pada 05deg 00ʹ-05deg15ʹ LS dan 105deg30ʹ-105deg45ʹ BTketinggian 20ndash60 m di atas permukaan laut iklim tipe B menurut SchimdtndashFerguson curah hujan 2372 mm per tahun suhu 27 degC RH 842 dan tipe tanah oxisol (Ansory 2009) Pertanaman ini memiliki lahan pisang baru dan lahan pisang lama yang pernah dirotasi dengan ubi kayu

Penelitian disusun dalam rancangan acak lengkap dengan 3 perlakuan umur lahan (3ndash5 10ndash12 dan 17ndash19 tahun yang pernah dirotasi) Masing-masing perlakuan ditanami pisang Cavendish klon CJ-30 CJ-20 dan DM-2 yang berumur 3ndash9 bulan Dalam setiap blok pertanaman dipilih secara acak petak berukuran 50 m times 50 m berisi 5 titik sampel diagonal dengan masing-masing 6 tanaman Pada setiap tanaman subsampel tanah dan akar diambil pada kedalaman 20 cm arah zig zag 3 subsampel berjarak 50 cm dan 3 subsampel lainnya berjarak 10 cm dari tanaman Sampel tanah dan akar dicampur dan selanjutnya

J Fitopatol Indones Yanto dan Swibawa

85

diambil 1 kg tanah dan 100 g akar untuk proses ekstraksi nematoda di laboratorium

Ekstraksi nematoda dari 200 mL tanah dan 50 g akar menggunakan metode corong Baermann yang dimodifikasi Akar dicuci dengan air mengalir dan 50 g akar dipotong-potong dengan panjang 05 cm tanpa maserasi lalu diletakkan pada corong Baermann berdiameter 8 cm dilengkapi dengan saringan 18 mesh (plusmn 15 mm) yang dilapisi kertas tisu dan kantong plastik pada bagian batang corong dan diinkubasi selama 72 jam dalam ruangan pada suhu plusmn 27 degC Nematoda yang diperoleh dimatikan dengan memanaskan suspensinya sampai suhu 60 degC kemudian difiksasi menggunakan larutan Golden X (campuran 8 bagian formalin 2 bagian gliserin dan 90 bagian aquades) sehingga nematoda berada dalam formaldehida 3 (Hooper et al 2005) Jumah nematoda dari setiap sampel dihitung dan 100 individu diambil secara acak untuk diidentifikasi sampai genus menggunakan kunci identifikasi Mai dan Lyon (1975)

Status fitonematoda penting kurang penting dan tidak penting ditetapkan ber-dasarkan populasi absolut (PA) frekuensi absolut (FA) dan frekuensi relatif (FR) genus PA genus ialah jumlah genus dari 100 individu yang diidentifikasi dikalikan jumlah nematoda setiap sampel FA dan FR dihitung menurut Norton (1978)

sum sampel yang mengandung genusFA = sum seluruh sampel yang dikoleksi times 100

danfrekuensi genusFR =total frekuensi seluruh genus times 100 dengan

FA frekuensi absolut dan FR frekuensi relatif

Populasi absolut dianalisis ragam dan pemisahan nilai tengah menggunakan uji BNT pada taraf nyata 5

HASIL

Sebanyak 13 genus fitonematoda terdapat di pertanaman pisang Cavendish Umur lahan memengaruhi keragaman populasi fitonematoda pada lahan umur 3ndash5 tahun terdapat 13 genus lahan umur 10ndash12 tahun

dan 17ndash19 tahun terotasi berturut-turut 7 dan10 genus Criconemella Ditylenchus Tylenchus Helicotylenchus Paralongidorus dan Xiphinema tidak ditemukan di lahan umur 10ndash12 tahun dan 3 genus terakhir tidak terdapat dilahan umur 17ndash19 tahun (Tabel 1)

Secara umum nilai FA dan FR di tanah lebih tinggi daripada di akar Dua genus nematoda yang memiliki nilai FA dan FR tinggi dari tanah ialah Pratylenchus dan Radopholus pada lahan umur 3ndash5 dan 10ndash12 tahun dan nilai sedang pada lahan umur 17ndash19 tahun Genus nematoda yang memiliki nilai FA dan FR rendah ialah Hoplolaimus dari tanah dan Meloidogyne dari akar pada lahan umur 17ndash19 tahun Genus fitonematoda lainnya baik dari tanah maupun akar memiliki nilai FA dan FR rendah pada semua umur lahan (Tabel 1)

Dari semua fitonematoda nilai PA Pratylenchus dan Radopholus paling tinggi dan dipengaruhi oleh umur lahan Nilai PA kedua genus ini dari tanah lahan umur 3ndash5 tahun tidak berbeda nyata dengan lahan umur 10ndash12 tahun tetapi nilai PA keduanya lebih tinggi daripada nilai PA pada lahan umur 17ndash19 tahun Nilai PA nematoda tersebut dari akar tidak dipengaruhi umur lahan (Tabel 2) Dua genus lain yang memiliki PA sedang yaitu Helicotylenchus dari tanah lahan umur 3ndash5 tahun dan Meloidogyne dari akar lahan umur 17ndash19 tahun nilai PA genus lainnya rendah baik dari tanah maupun akar dan tidak dipengaruhi oleh umur lahan (Tabel 2)

PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil penelitian ini terdapat 13 genus fitonematoda pada pertanaman pisang dan populasi nematoda yang bersifat endoparasit tidak diperoleh secara maksimum Hal ini dapat disebabkan oleh metode ekstraksi nematoda yang digunakan Ekstraksi nematoda dari akar dilakukan dengan metoda corong Baermann tanpa melakukan maserasi akar Jumlah genus nematoda yang diperoleh pada penelitian ini lebih tinggi daripada jumlah genus fitonematoda pada pertanaman pisang di Semenanjung Malaysia yaitu 9 genus

J Fitopatol Indones Yanto dan Swibawa

(Rahman et al 2014) dan di Bengali Barat India 12 genus (Khan dan Hasan 2010) tetapi lebih rendah daripada pertanaman pisang di Kamerun yaitu 16 genus (Bridge et al 1995)

Dari semua genus yang ditemukan dan berdasarkan pada nilai FA FR serta PA maka Pratylenchus dan Radopholus dapat dikategorikan sebagai fitonematoda penting pada lahan umur 3ndash5 dan 10ndash12 tahun kurang penting pada lahan umur 17ndash19 tahun sedangkan genus lainnya tidak penting pada semua umur lahan Nilai FA 100 untuk Pratylenchus dan Radopholus pada lahan umur 3ndash5 dan 10ndash12 tahun menunjukkan seluruh sampel tanah mengandung nematoda ini Nilai FR 39 menunjukkan Pratylenchus dan Radopholus mendominasi komunitas fitonematoda Nilai PA Radopholus masing-

masing 423 dan 126 individu per 200 mL tanah pada lahan umur 3ndash5 dan 10ndash12 tahun tergolong tinggi Herradura (2009) melaporkan bahwa dalam percobaan inokulasi 1000 ekor R similis pada bibit tanaman pisang populasinya meningkat menjadi 2500ndash3500 ekor per 10 g akar segar menjelang panen sehingga dapat menurunkan 68 bobot tandan pisang Grand Nain di Davao Filipina Nilai PA Pratylenchus 298 dan 215 individu per 200 mL tanah masing-masing pada lahan umur 3ndash5 dan 10ndash12 tahun juga tergolong tinggi Berdasarkan hasil penelitian ini disarankan untuk dilakukan pengendalian Radopholus dan Pratylenchus agar tidak menimbulkan kerugian

Pratylenchus dan Radopholus yang dapat dikategorikan fitonematoda penting pada pertanaman pisang ini juga merupakan

Genus Nematoda Sampel Umur lahan (tahun)3ndash5 10ndash12 17ndash19

FA FR FA FR FA FR()

Aphelenchoides Tanah 111 34 111 43 111 32Akar 111 31 00 00 00 00

Aphelenchus Tanah 111 34 00 00 333 97Akar 444 125 222 80 444 160

Criconemella Tanah 00 00 00 00 111 32Akar 111 31 00 00 111 40

Ditylenchus Tanah 111 34 00 00 111 32Akar - - - - - -

Helicotylenchus Tanah 222 69 00 00 00 00Akar 111 31 00 00 00 00

Hoplolaimus Tanah 111 34 333 130 556 161Akar 222 63 222 80 444 160

Meloidogyne Tanah 333 103 00 00 222 65Akar 222 63 444 160 667 240

Paralongidorus Tanah - - - - - -Akar 111 31 00 00 00 00

Pratylenchus Tanah 1000 310 1000 391 778 226Akar 889 250 889 320 667 240

Radopholus Tanah 1000 310 1000 391 778 226Akar 778 219 889 320 333 120

Scutellonema Tanah 111 34 111 43 333 97Akar 222 63 111 40 111 40

Tylenchus Tanah 00 00 00 00 111 32Akar 333 94 00 00 00 00

Xiphinema Tanah 111 34 00 00 00 00Akar - - - - - -

Tabel 1 Frekuensi absolut (FA) dan frekuensi relatif (FR) fitonematoda dari tanah dan akar pada berbagai umur lahan pisang Cavendish

- tidak ditemukan fitonematoda lahan dirotasi dengan ubi kayu

86

J Fitopatol Indones Yanto dan Swibawa

nematoda penting di beberapa negara penghasil pisang Di Kamerun P coffeae P goodey dan R similis adalah perusak akar utama akar pisang (Bridge et al 1995) sedangkan di Tamil Nadu India hanya R similis (Srinivasan et al 2011) Sementara itu di Nigeria Helicotylenchus lebih penting daripada Pratylenchus (Tanimola et al 2013) dan di Equador R similis lebih penting daripada Helicotylenchus Pratylenchus dan Meloidogyne (Chaves dan Araya 2010)

Umur lahan memengaruhi status Pratylenchus dan Radopholus Pada lahan umur 3ndash5 dan 10ndash12 tahun kedua nematoda berstatus penting sementara pada lahan umur 17ndash19 tahun dianggap kurang penting Lebih rendahnya nilai FA FR dan PA kedua fitonematoda pada lahan umur 17ndash19 tahun

dibandingkan dengan pada lahan umur 3ndash5 dan 10ndash12 tahun disebabkan oleh rotasi pisang dengan ubi kayu yang dilakukan 2ndash3 kali

UCAPAN TERIMA KASIH

Ucapan terima kasih disampaikan kepada RA Wardhana dan manajemen PT NTF yang telah memfasilitasi penelitian

DAFTAR PUSTAKA

Ansory 2009 Kriteria kesesuaian lahan untuk tanaman pisang Cavendish yang dikelola secara intensif di Way Kambas Lampung Timur [disertasi] Bogor (ID) Institut Pertanian Bogor

Tabel 2 Populasi absolut fitonematoda dari 200 mL tanah dan 50 g akar pada berbagai umur lahan pisang Cavendish

- tidak ditemukan fitonematoda data yang dianalisis ditransforamsi 2 kali ke radic (x+1) ns tidak nyata s nyata lahan dirotasi dengan ubi kayu Angka pada baris yang sama yang diikuti huruf sama tidak berbeda menurut uji BNT taraf nyata 5

Genus Nematoda SampelUmur lahan (tahun) KK

()Ket

3ndash5 10ndash12 17ndash19 (terotasi)

Aphelenchoides Tanah 01 01 01 32 nsAkar 02 00 00 32 ns

Aphelenchus Tanah 03 00 12 81 nsAkar 05 11 39 166 ns

Criconemella Tanah 00 00 01 19 nsAkar 07 00 01 69 ns

Ditylenchus Tanah 17 04 05 131 nsAkar - - -

Helicotylenchus Tanah 252 00 00 322 nsAkar 01 00 00 18 ns

Hoplolaimus Tanah 03 29 26 146 nsAkar 02 03 19 931 ns

Meloidogyne Tanah 11 00 10 101 nsAkar 22 45 127 252 ns

Paralongidorus Tanah - - -Akar 03 00 00 43 ns

Pratylenchus Tanah 2988 a 2152 a 330 b 129 sAkar 206 50 49 71 ns

Radopholus Tanah 4230 a 1261 a 164 b 121 sAkar 141 26 09 64 ns

Scutellonema Tanah 01 04 49 167 nsAkar 11 01 02 88 ns

Tylenchus Tanah 00 00 02 185 nsAkar 14 00 00 82 ns

Xiphinema Tanah 35 00 00 156 nsAkar - - -

87

J Fitopatol Indones Yanto dan Swibawa

Bridge J Price NS Kofi P 1995 Plant parasitic nematode on plantain and other crop in Cameroon West Africa Fundam Appl Nematol 18(3)251ndash260

Chaves C Araya M 2010 Spatial-temporal distribution of plant parasitic nematodes in banana (Musa AAA) plantation Equador J App Biosci 332057ndash2069

Gowen SR Queneherve P Fogain R 2005 Nematode parasites of banana and plantain Di dalam Luc M Sikora RA Bridge J editors Plant Parasitic Nematodes in Subtropical and Tropical Agriculture Ed ke-2 Wallingford (UK) CABI Publishing hlm 611ndash643 DOI httpdxdoiorg10107997808519972780611

Herradura LE 2009 Host respons of Eumusa varieties to a Radopholus similis population from the Philippines [disertasi]Leuven (BE) de Agricultura Katholieke Universiteit Leuven

Hooper DJ Hallman J Subbotin SA 2005 Methods for extraction processing and detection of plant and soil nematodes Di dalam Luc M Sikora RA Bridge J editor Plant Parasitic Nematodes in Subtropical and Tropical Agriculture Ed ke-2 Wallingford (UK) CABI Publishing hlm 53ndash86 DOI httpdxdoiorg10107997808519972780053

Jumjunidang 2003 Status and future RampD of nematodes in banana in Indonesia Di dalam Cruz Jr FS Van den Bergh I Waele D Hautea DM Molina AB editors Country Report of Workshop and Training Toward Management of Musa Nematodes in Asia and the Pasific 2003 Des 1ndash5 Los Banos Laguna (PH) The Institute of Plant Breeding UPLB hlm 43ndash46

Khan MR Hasan MA 2010 Nematode diversity in banana rhizosphere from West Bengal India J Plant Protec Res 50(3)263ndash268 DOI httpdxdoiorg102478v10045-010-0046-9

Mai WF Lyon HH 1975 Pictorial Key to

Genera of Plant-Parasitic Nematodes London (UK) Comstock Publishing Associated

Moser T Forster B Frankenbach S Marques R Rombke J Schmidt P Hofer H 2012 Nematodes assemblages in banana (Musa acuminata) monoculture and banana plantation with jucara palm (Euterpe edulis) in the Southern Mata Atlantica Brazil Nematology 14(3)371ndash384 DOI httpdxdoiorg101163156854111X601669

Nega G Fetena S 2015 Root necrosis assesment of plant parasitic nematodes of banana (Musa spp) at Arbaminch Etiophia J BiolAgric Healthcare 5(15)76ndash80

Norton DC 1978 Ecology of plant parasitic nematodes New York (US) John Willey and Sons Inc

Orsquobannon JH 1977 Worldwide dissemination of Radopholus similis and it importance in crop production J Nematol 9(1)16ndash25

Rahman SSA Zain SNM Mat MZB Sidam AK Othman RY Mohamed Z 2014 Population distribution of plant parasitic nematodes on bananas in Paninsular Malaysia Sains Malaysiana 43(2)175ndash183

Srinivasan R Kulothungan S Sundaraju P Govindasami C 2011 Biodiversity of plant parasitic nematodes associated with banana in Thanjavur District of Tamil Nadu Int J Plant Animal Environ Sci 1(2)63ndash69

Tanimola AA Asimeaa AO Ofuru-Joseph S 2013 Status of plant-parasitic nematodes on plantain (Musa parasidiaca (L)) in Choba Rivers State Nigeria Word J Agric Sci 9(2)189ndash195

ZhongS He Y Zeng H Mo Y Zhou ZX Zang ZP Jin Z 2011 Effect of banana wilt desasease on soil nematodes community structure and diversity Afr J Biotechnol 10(59)12729ndash12737

88

Volume 12 Nomor 3 Mei 2016Halaman 89ndash95

DOI 1014692jfi12389ISSN 0215-7950

Alamat penulis korespondensi Jurusan Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Halu Oleo Jalan HEA Mokodompit Kendari 93232 Tel 0401-3122320 Faks 0401-0401-3197045 Surel akhaeruniyahoocom

89

Ketahanan Berbagai Kultivar Padi Lokal terhadap Penyakit Hawar Daun Bakteri

Resistance of Local Rice Cultivars to Bacterial Leaf Blight Disease

Andi Khaeruni Erwin Najamuddin Teguh Wijayanto SyairUniversitas Halu Oleo Kendari 93232

ABSTRAK

Penyakit hawar daun bakteri yang disebabkan oleh Xanthomonas oryzae pv oryzae merupakan salah satu penyakit penting pada tanaman padi di Indonesia termasuk di Sulawesi Tenggara Penggunaan varietas tahan merupakan salah satu strategi pengendalian yang efektif dan ramah lingkungan untuk mengatasi penyakit Penelitian ini bertujuan mengetahui tingkat ketahanan beberapa varietas padi lokal asal Sulawesi Selatan dan Sulawesi Tenggara terhadap X oryzae pv oryzae patotipe IV VIII dan X Penelitian dilakukan di rumah kasa menggunakan tiga patotipe pada 11 kultivar padi lokal Inokulasi bakteri dilakukan menggunakan metode pengguntingan daun pada fase vegetatif dan generatif Pengamatan terhadap insidensi penyakit hawar daun bakteri dilakukan 3 minggu setelah inokulasi Data insidensi penyakit digunakan untuk menentukan tingkat ketahanan tanaman uji Hasil penelitian menunjukkan bahwa periode inkubasi penyakit pada kultivar Kelaca lebih lama dibandingkan dengan kultivar lainnya Pada fase vegetatif kultivar ini bereaksi agak tahan terhadap patotipe IV dan X serta sangat tahan terhadap patotipe VIII sedangkan pada fase generatif bereaksi agak tahan terhadap patotipe IV dan VII serta sangat tahan terhadap patotipe X Oleh karena itu kultivar Kelaca dapat direkomendasikan untuk ditanam pada daerah endemis penyakit hawar daun di Sulawesi Selatan dan Tenggara

Kata kunci insidensi penyakit patotipe Xanthomonas oryzae pv oryzae

ABSTRACT

Bacterial leaf blight disease caused by Xanthomonas oryzae pv oryzae is an important rice disease in Indonesia including in South East Sulawesi The use of resistant varieties is one of the effective and environmentally friendly control strategies to suppress the disease This study aimed to determine the level of resistance of some local rice varieties of South and Southeast Sulawesi against Xanthomonas oryzae pv oryzae pathotypes IV VIII and X The study was conducted in a screen house involving 3 bacterial pathotypes and 11 local rice cultivars Shearing method was used for inoculation of bacteria to leaf on vegetative and generative phases Disease incidences were measured 3 weeks after inoculation and the data was further used to determine the level of resistance of the tested rice cultivars The results showed that incubation period of the disease was longer on Kelaca cultivar compared to other cultivars On vegetative phase this cultivar showed moderate resistant to pathotypes IV and X and highly resistant to patotype VIII whereas on the generative phase it showed moderate resistant to pathotypes IV and VII and highly resistant to pathotype X Therefore Kelaca cultivar can be recommended for endemic areas of leaf blight in South and Southeast Sulawesi

Key words disease incidence pathotype Xanthomonas oryzae pv oryzae

J Fitopatol Indones Khaeruni et al

90

PENDAHULUAN

Hawar daun bakteri (HDB) yang disebabkan oleh Xanthomonas oryzae pv oryzae merupakan salah satu penyakit padi yang sulit dikendalikan karena memiliki banyak patotipe dan penyebarannya mudah terjadi (Akhtar et al 2008) Di Indonesia diketahui terdapat 12 patotipe X oryzae pv oryzae dengan tingkat virulensi yang berbeda dan merupakan ancaman utama bagi produksi padi nasional (Wahyudi et al 2011) Infeksi X oryzae pv oryzae pada tanaman padi di Indonesia menyebabkan kerugian hasil panen sebesar 21ndash36 pada musim hujan dan 18ndash28 pada musim kemarau (Suparyono et al 2004) Penanaman satu jenis varietas secara terus-menerus dengan skala yang luas dapat menyebabkan pergeseran patotipe sehingga patogen X oryzae pv oryzae menjadi semakin virulen

Penyakit HDB juga merupakan salah satu penyakit penting pada tanaman padi sawah di Sulawesi Tenggara Berdasarkan pengelompokan patotipe sistem KOZAKA yang menggunakan varietas diferensial dilaporkan terdapat 3 kelompok patotipe X oryzae pv oryzae di Sulawesi Tenggara yaitu patotipe IV VIII dan X yang memiliki virulensi tinggi (Khaeruni dan Wijayanto 2013)

Penggunaan varietas tahan terhadap patotipe yang dominan di daerah tertentu merupakan salah satu cara untuk mengendalikan X oryzae pv oryzae Pengendalian penyakit dengan menggunakan varietas tahan merupakan cara pengendalian yang efektif murah dan mudah untuk dilakukan sepanjang varietas tahan tersedia di masyarakat Rahim et al (2012) melaporkan 6 varietas padi komersial yang diuji terhadap X oryzae pv oryzae patotipe IV VIII IX dan X tidak ada satu pun varietas yang tahan Oleh karena itu pencarian varietas atau kultivar tahan perlu terus dilakukan Kultivar padi lokal yang telah dibudidayakan oleh masyarakat di Sulawesi Selatan dan Sulawesi Tenggara perlu dievaluasi ketahanannya terhadap X oryzae pv oryzae Penelitian ini bertujuan

menentukan tingkat ketahanan kultivar padi lokal asal Sulawesi Selatan dan Sulawesi Tenggara terhadap penyakit HDB

BAHAN DAN METODE

Isolat X oryzae pv oryzae dan Benih Padi Isolat X oryzae pv oryzae yang digunakan

ialah patotipe IV VIII dan X asal Sulawesi Tenggara (koleksi Laboratorium Ilmu Hama dan Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas Haluoleo) Padi lokal yang diuji sebanyak 6 kultivar asal Sulawesi Tenggara (Pae Nggonggohia Pae Biu Pae Nggomumu Pae Wila Padae Hada Padae Wolio) dan 5 kultivar dari Sulawesi Selatan (Mandi Kelaca Pulu Lotong Mandoti Pulu Pute) Padi var IR64 yang digunakan sebagai varietas rentan diperoleh dari hasil panen tanaman yang bebas dari penyakit HDB

Rancangan Percobaan Percobaan dilakukan di rumah kaca

disusun dalam rancangan acak kelompok Sebanyak 11 kultivar uji dan varietas IR64 diinokulasi dengan 3 patotipe X oryzae pv oryzae sehingga diperoleh 36 kombinasi perlakuan Setiap perlakuan diulang sebanyak 3 kali sehingga total keseluruhan terdapat 108 tanaman uji

Benih padi diperam semalam sebelum dikecambahkan di cawan petri yang dialasi kertas buram lembap Benih yang berkecambah pada umur 2 hari disemai pada kotak semai yang berisi arang sekam bercampur pupuk kandang dengan perbandingan 31 (vv) Bibit berumur 21 hari dipindah tanam dalam pot kantong plastik ukuran 30 cm times 20 cm yang berisi medium campuran tanah dan pupuk kandang dengan perbandingan 41 (vv) kemudian diletakkan dalam rumah kasa Tanaman disiram setiap pagi hari gulma dan hama yang ditemukan dikendalikan secara manual Pemeliharaan tanaman dilakukan sejak pindah tanam sampai pengujian selesai

Isolat dari setiap patotipe X oryzae pv oryzae dibiakkan secara terpisah pada medium pepton sukrosa agar (PSA) selama 48 jam Kultur murni disuspensikan dalam

J Fitopatol Indones Khaeruni et al

91

akuades steril hingga mencapai kepadatan 108ndash109 cfu mL-1 dan digunakan sebagai sumber inokulum (Khaeruni et al 2014a)

Inokulasi setiap patotipe X oryzae pv oryzae pada tanaman uji dilakukan 2 tahap yaitu pada fase vegetatif ketika tanaman berumur 3 minggu setelah tanam (MST) dan pada fase generatif tanaman berumur 8 MST Inokulasi dilakukan pada 5 sampel daun yang membuka sempurna dengan menggunting daun sekitar 2ndash3 cm dari ujung daun menggunakan gunting yang telah dicelupkan dalam suspensi X oryzae pv oryzae

PengamatanPengamatan meliputi periode inkubasi

insidensi penyakit dan reaksi ketahanan Pengamatan periode inkubasi dilakukan setiap hari mulai 1 hari setelah inokulasi sampai munculnya gejala pada daun yang diinokulasi patogen Pengamatan insidensi penyakit dilakukan 3 minggu setelah inokulasi pada setiap tahap inokulasi (fase vegetatif dan generatif)

Insidensi penyakit diamati dengan mengukur panjang gejala HDB pada setiap daun sampel yang diinokulasi Insidensi penyakit dihitung menggunakan rumus

IP = times 100 dengannN

IP insidensi penyakit n panjang gejala HDB pada daun sampel N panjang daun sampel

Kriteria tingkat ketahanan tanaman di-tentukan berdasarkan nilai insidensi penyakit pada setiap kultivar yang diuji pada setiap patotipe berdasarkan nilai skoring yang ditetapkan oleh IRRI tahun 1996 (Tabel 1)

HASIL

Periode InkubasiPeriode inkubasi penyakit pada fase

vegetatif bervariasi dari 27ndash4 hari setelah inokulasi Pada beberapa kultivar memiliki periode inkubasi penyakit yang lebih lama dibandingkan dengan pada varietas IR 64 yaitu 27ndash30 hari (Tabel 2) Periode inkubasi penyakit terpanjang terjadi pada kultivar Kelaca baik pada fase vegetatif maupun fase generatif Varietas IR64 dan kultivar Pae Biu tergolong rentan menunjukkan gejala layu dan muncul bercak kelabu pada tepi daun serta sedikit menggulung ke arah dalam sedangkan gejala layu tidak terjadi pada kultivar Kelaca yang tergolong varietas tahan

Insidensi Penyakit dan Reaksi KetahananInsidensi penyakit hawar daun pada kultivar

padi lokal yang diuji pada fase vegetatif bervariasi dari 26ndash776 sehingga reaksi ketahanan kultivar-kultivar padi lokal tersebut bervariasi dari rentan sampai sangat tahan sementara insidensi penyakit pada varietas IR64 berkisar 24ndash468 sehingga varietas ini bereaksi agak rentan terhadap semua patotipe X oryzae pv oryzae Ketahanan terbaik pada fase vegetatif terdapat pada kultivar Kelaca asal Sulawesi Selatan yang bereaksi agak tahan terhadap patotipe IV dan X serta tahan terhadap patotipe VIII Kultivar Paedai Wolio asal Sulawesi Tenggara memiliki reaksi agak rentan pada semua patotipe sementara kultivar Mandi Pae Ngonggohia Pae Biu Kelaca Pullu Lotong Pae Wila Paedai Hada Mandoti Pullu Pute Paedai Wolio memperlihatkan reaksi rentan sehingga kultivar tersebut memiliki ketahanan lebih rendah dibandingkan dengan varietas IR64 (Tabel 3)

Pada fase generatif insidensi penyakit berkisar 33ndash227 sehingga reaksi ketahanan berbagai kultivar padi lokal yang diinokulasikan dengan 3 patotipe X oryzae pv oryzae juga bervariasi jika dibandingkan dengan varietas IR64 Ketahanan terbaik diperlihatkan padi kultivar Kelaca yang memiliki respons agak tahan terhadap patotipe IV dan VIII serta sangat tahan terhadap patotipe X Selain

Skor Insidensi penyakit ()

Reaksi ketahanan

1 0ndash3 Sangat tahan (ST)2 4ndash6 Tahan (T)3 7ndash12 Agak tahan (AT)4 13ndash50 Agak rentan (AR)5 51ndash75 Rentan (R)6 gt75 Sangat rentan (SR)

Tabel 1 Skor dan insidensi penyakit tanaman berdasarkan pada luas daun padi yang bergejala hawar daun (SES IRRI 1996)

J Fitopatol Indones Khaeruni et al

92

Kultivar padi lokal Patotipe IV Patotipe VIII Patotipe XVeg Gen Veg Gen Veg Gen

Pae Ngonggohia 40 37 30 30 30 27Pae Biu 30 27 27 30 27 27Pae Nggomumu 33 30 37 30 30 37Pae Wila 33 30 33 40 37 43Paedai Hada 33 30 30 30 30 30Paedai Wolio 33 40 30 37 33 33Mandi 33 40 30 30 30 30Kelaca 40 47 37 47 37 47Pulu Lotong 30 30 33 30 30 30Mandoti 30 30 30 30 27 30Pulu Pute 30 30 30 37 23 37IR64 30 30 27 30 27 30

Tabel 2 Periode inkubasi (hari) penyakit hawar daun bakteri pada varietas padi lokal yang diinokulasi dengan 3 patotipe Xanthomonas oryzae pv oryzae

Veg fase vegetatif Gen fase generatif kontrol varietas rentan

Kultivar padi lokalPatotipe IV Patotipe VIII Patotipe X

IP ()

Skor (Respons)

IP ()

Skor (Respons)

IP ()

Skor (Respons)

Pae Ngonggohia 419 4 (AR) 557 5 (R) 391 4 (AR)Pae Biu 718 5 (R) 776 6 (SR) 465 4 (AR)Pae Nggomumu 115 3 (AT) 408 4 (AR) 425 4 (AR)Pae Wila 513 5 (R) 379 4 (AR) 665 5 (R)Paedai Hada 652 5 (R) 309 4 (AR) 743 5 (R)Paedai Wolio 261 4 (AR) 316 4 (AR) 461 4 (AR)Mandi 256 4 (AR) 510 5 (R) 458 4 (AR)Kelaca 78 3 (AT) 26 1 (ST) 69 3 (AT)Pulu Lotong 525 5 (R) 337 4 (AR) 353 4 (AR)Mandoti 448 4 (AR) 265 4 (AR) 519 5 (R)Pulu Pute 233 4 (AR) 342 4 (AR) 555 5 (R)IR64 468 4 (AR) 240 4 (AR) 396 4 (AR)

Tabel 3 Insidensi penyakit (IP) dan respons ketahanan berbagai kultivar padi lokal dan IR64 terhadap 3 patotipe Xanthomonas oryzae pv oryzae pada fase vegetatif

SR sangat rentan R rentan AR agak rentan AT agak tahan ST sangat tahan kontrol varietas rentan

padi kultivar Kelaca kultivar Pae Wila memiliki ketahanan yang relatif lebih kuat terhadap X oryzae pv oryzae karena bereaksi tahan terhadap patotipe IV dan X serta agak tahan terhadap patotipe VIII (Tabel 4)

PEMBAHASAN

Penentuan periode inkubasi didasarkan munculnya gejala hawar pada daun yang diinokulsi X oryzae pv oryzae Periode

inkubasi pada beberapa kultivar lebih lama dibandingkan dengan padi var IR64 baik yang diinokulasi pada fase vegetatif maupun pada fase generatif Kultivar yang memiliki respons ketahanan terbaik ialah padi kultivar Kelaca karena memiliki periode inkubasi terlama dan insidensi penyakit yang lebih rendah dibandingkan dengan kultivar lainnya Hal ini sesuai dengan pendapat Nayak et al (1987) yang menyatakan ketahanan tanaman padi terhadap penyakit HDB secara tidak

J Fitopatol Indones Khaeruni et al

93

langsung ditentukan oleh periode inkubasi dan perkembangan penyakit

Gen ketahanan terhadap ras X oryzae pv oryzae ditentukan oleh gen R mayor (Liu et al 2006) Ketahanan varietas padi terhadap X oryzae pv oryzae berkaitan dengan kandungan gen ketahanan (gen Xa) varietas yang memiliki lebih dari satu gen Xa memperlihatkan ketahanan yang lebih kuat dibandingkan dengan yang hanya memiliki satu gen Xa (Nafisah et al 2007) X oryzae pv oryzae patotipe IV mempunyai gen virulensi yang dapat mematahkan gen ketahanan Xa1 Xa2 Xa4 Xa7 Xa10 Xa11 dan Xa 14 pada tanaman padi patotipe VIII dapat mematahkan gen ketahanan Xa1 Xa2 Xa3 Xa4 Xa7 Xa10 Xa11 dan Xa 14 sedangkan patotipe X dapat mematahkan gen ketahanan Xa1 Xa2 Xa4 Xa7 Xa10 Xa11 Xa14 dan Xa21 (Hifni dan Kardin 1998) Hal ini menunjukkan bahwa padi kultivar Kelaca tahan terhadap patotipe IV VIII dan X karena memiliki gen ketahanan Xa yang mampu mengatasi gen-gen virulen (Vir) dari ketiga patotipe tersebut

Djatmiko dan Fatichin (2011) menduga bahwa suatu tanaman menjadi tahan terhadap penyakit HDB karena meng-hasilkan fitoaleksin sebagai hasil interaksi inang-parasit yang fungsinya menghambat perkembangan bakteri Akumulasi fitoaleksin

dalam konsentrasi tinggi dapat membatasi area infeksi patogen (Suswati et al 2011) Hal yang sama dijelaskan oleh Hasegawa et al (2014) bahwa tanaman padi memiliki respons tahan terhadap penyakit blas karena mengakumulasi senyawa fitoaleksin sakuratenin yang bersifat toksin bagi patogen tanaman dengan cepat setelah terinfeksi patogen Oleh karena itu senyawa fitoaleksin diduga pula berpengaruh untuk menghambat penyakit-penyakit hawar daun bakteri pada padi kultivar Kelaca

Kultivar lokal Pae Wila Pulu Lotong Mandoti Pulu Pute mengalami peningkatan status ketahanan di fase generatif Hal ini mengindikasikan bahwa ketahanan kultivar tersebut meningkat seiring dengan pertambahan umur tanaman padi Hasil yang sama dilaporkan oleh Khaeruni et al (2014b) bahwa semakin tua umur tanaman padi Inpari 10 dan Cisantana yang diinokulasi X oryzae pv oryzae menjadi semakin lambat perkembangan penyakit hawar daun bakterinya Djatmiko dan Fatichin (2009) melaporkan bahwa fase vegetatif tanaman padi lebih rentan dibandingkan dengan fase generatifnya sedangkan Aditya et al (2015) mengemukakan bahwa ketahanan lapangan fase generatif padi lebih rentan terhadap penyakit hawar daun bakteri dibandingkan dengan fase vegetatifnya

VarietasKultivarPatotipe IV Patotipe VIII Patotipe X

IP ()

Skor(Respons)

IP ()

Skor (Respons)

IP ()

Skor (Respons)

Pae Ngonggohia 137 4 (AR) 210 4 (AR) 93 3 (AT)Pae Biu 130 4 (AR) 47 2 (T) 203 4 (AR)Pae Nggomumu 160 4 (AR) 227 4 (AR) 150 4 (AR)Pae Wila 38 2 (T) 733 3 (AT) 56 2 (T)Paedai Hada 167 4 (AR) 147 4 (AR) 200 4 (AR)Paedai Wolio 53 2 (T) 253 4 (AR) 170 4 (AR)Mandi 203 4 (AR) 137 4 (AR) 67 3 (AT)Kelaca 80 3 (AT) 120 3 (AT) 33 1 (ST)Pulu Lotong 97 3 (AT) 93 3 (AT) 73 3 (AT)Mandoti 97 3 (AT) 120 3 (AT) 50 2 (T)Pulu Pute 50 2 (T) 80 3 (AT) 130 4 (AR)IR64 220 4 (AR) 340 4 (AR) 213 4 (AR)

Tabel 4 Insidensi penyakit (IP) dan respons ketahanan berbagai kultivar padi lokal dan IR64 terhadap inokulasi 3 patotipe Xanthomonas oryzae pv oryzae pada fase generatif

SR sangat rentan R rentan AR agak rentan AT agak tahan ST sangat tahan kontrol varietas rentan

J Fitopatol Indones Khaeruni et al

Hasil penelitian ini secara umum memperlihatkan bahwa kultivar padi lokal yang diinokulasi oleh X oryzae pv oryzae patotipe IV VIII dan X memiliki reaksi ketahanan yang berbeda pada fase vegetatif dan generatif Kultivar Kelaca memiliki tingkat ketahanan yang lebih baik dibandingkan dengan kultivar uji lainnya Kultivar ini bereaksi agak tahan terhadap patotipe IV dan X juga sangat tahan terhadap patotipe VIII pada fase vegetatif sedangkan pada fase generatif bereaksi agak tahan terhadap patotipe IV dan VIII juga sangat tahan terhadap patotipe X

UCAPAN TERIMA KASIH

Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada Direktorat Pembinaan Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan Nasional yang telah membiayai penelitian ini melalui Hibah Penelitian Fundamental Nomor 0541023-04101002011

DAFTAR PUSTAKA

Aditya RH Wahyuni WS Mihardjo PA 2015 Ketahanan lapangan lima genotipe padi terhadap penyakit hawar daun bakteri J Fitopatol Indones 11(5)160ndash166 DOI httpdxdoiorg1014692jfi115160

Akhtar MA Rafi A Hameed A 2008 Comparison of methods of inoculation of Xanthomonas oryzae pvoryzae in rice cultivars Pak J Bot 40(5)2171ndash2175

Djatmiko HA Fatichin 2009 Ketahanan dua puluh satu varietas padi terhadap penyakit hawar daun bakteri J HPT Tropika 9(2)168ndash172

Hasegawa M Mitsuhara I Seo S Okada K Yamane H Iwai T Ohashi Y 2014 Analysis on blast fungus-responsive characters of a flavonoid phytoalexin sakuranetin accumulation in infected riceleaves antifungal activity and detoxification by fungus Molecules 1911404ndash11418 DOI httpdxdoiorg103390molecules190811404

Hifni HR Kardin MK 1998 Pengelompokan isolat Xanthomonas oryzae pv oryzae dengan menggunakan galur isogenik padi IRRI Hayati 566ndash72

IRRI 1996 Standard Evaluation System for Rice 4th ed Manila (PH) IRRI PO Box 933 Hlm 52

Khaeruni A Rahim A Syair Adriani 2014a Induksi ketahanan terhadap penyakit hawar daun bakteri di lapangan menggunakan rizobakteri indigenos J HPT Tropika 14(1)57ndash63

Khaeruni A Taufik M Wijayanto T Johan EA 2014b Perkembangan penyakit hawar daun bakteri pada tiga varietas padi sawah yang diinokulasi pada beberapa fase pertumbuhan J Fitopatol Indones 10(4)119ndash125 DOI http dxdoiorg1014692jfi104119

Khaeruni A Wijayanto T 2013 Pathotype grouping of Xanthomonas oryzae pv oryzae isolates from South Sulawesi and Southeast Sulawesi Agrivita 35 (2)138ndash144 DOI httpdxdoiorg1017503Agrivita-2013-35-2-p138-144

Liu DN Ronald PC Bogdanova AJ 2006 Xanthomonas oryzae pathovars model pathogens of a model crop Mol Plant Pathol 7303ndash324 DOI httpdxdoiorg101111j1364-3703200600344x

Nafisah Aan A Daradjat B Suprihatno Triny SK 2007 Heritabilitas karakter ketahanan hawar daun bakteri dari tiga populasi tanaman padi hasil seleksi daur siklus pertama Bull Penelitian Pertanian Tanaman Pangan 6(2)100ndash105

Nayak P Rao AVS Chakrabarti 1987 Components of resistance to bacterial blight disease of rice J Phytopathol 119(4)289ndash237 DOI httpdxdoiorg 101111j1439-04341987tb04402x

Rahim A Khaeruni A dan Taufik M 2012 Reaksi ketahanan beberapa varietas padi komersial terhadap Xanthomonas oryzae pv oryzae isolat Sulawesi Tenggara Berkala Penelitian Agronomi 1(2)132ndash138

Suparyono Sudir Suprihanto 2004 Pathotype profile of Xanthomonas oryzae pv oryzae

94

J Fitopatol Indones Khaeruni et al

isolates from the rice ecosystem in Java Indones J Agriculture Science 563ndash69

Suswati Habazar T Husin EF Nasir N Putra DP Taylor P 2011 Senyawa phenolik akar pisang cv kepok (Musa acuminata) yang diinduksi dengan fungi mikoriza arbuskular indigenus Pu10-Glomus sp1

terhadap penyakit darah bakteri J Nat Indones 13(3) 207ndash213

Wahyudi AT Meliah S Nawangsih AA 2011 Xanthomonas oryzae pv oryzae bakteri penyebab hawar daun pada padi isolasi karakterisasi dan telaah mutagenesis dengan transposon J Sains 15(1)89ndash96

95

Volume 12 Nomor 3 Mei 2016Halaman 104ndash108

DOI 1014692jfi123104ISSN 0215-7950

Alamat penulis korespondensi Laboratorium Fitopatologi Fakultas Pertanian Universitas SriwijayaJalan Palembang-Prabumulih Km32 Indralaya Palembang 30662Tel 0711-580663 Faks 0711-580663 Surel suwandisalehgmailcom

104

KOMUNIKASI SINGKAT

Penekanan Penyakit Blas Leher Malai Padi Menggunakan Ekstrak Kompos Jerami Padi

Suppression of Panicle Blast by Rice Straw Compost Extract

Suwandi Harman Hamidson Ahmad MuslimUniversitas Sriwijaya Palembang 30662

ABSTRAK

Penyakit blas merupakan penyakit penting pada tanaman padi dan menyebabkan kehilangan hasil pada lahan reklamasi pasang surut di Sumatera Selatan Ekstrak fermentasi kompos jerami dari tanaman padi sehat diuji potensinya dalam menekan blas leher malai pada percobaan dalam pot Padi varietas Ciherang ditanam pada campuran tanah dengan 1 jerami tanaman sakit (vv) yang diperoleh dari sawah pasang surut Insidensi penyakit blas leher malai dapat ditekan sebesar 71minus87 sebagai respons aplikasi ekstrak kompos Aplikasi ekstrak kompos tidak memengaruhi perkecambahan benih dan tinggi tanaman tetapi dapat meningkatkan hasil Kompos jerami dari tanaman sehat berpotensi sebagai sumber pengendalian blas di lapangan

Kata kunci lahan reklamasi kompos jerami tanah sulfat masam

ABSTRACT

Blast is the most important disease of rice and may cause significant losses in the reclaimed tidal swamp of South Sumatra Water extracts of fermented composts prepared from straws of the vigorous rice plant were tested in pot experiment for their ability to control blast Rice variety Ciherang was grown on mixture of field soil and 1 diseased rice straw (vv) collected from a tidal swamp rice field Incidence of panicle blast was reduced by 71minus87 in response to application of compost extract The compost extract did not affect seed germination and plant height instead it increased the yield The rice straw from healthy and vigorous plants is potential as a source for blast disease control

Key words acid sulfate soil compost extract land reclamation

Indonesia memiliki lahan pasang surut yang luas yang sebagian besar terdapat di pesisir pantai Sumatera Kalimantan dan Papua Hampir 4 juta ha dari lahan pasang surut tersebut telah direklamasi (Suprianto et al 2009) dan 1 juta ha di antaranya ditanami padi Di Sumatera Selatan terdapat sekitar 2656 ribu ha padi dibudidayakan di lahan

pasang surut reklamasi (BPS Sumatera Selatan 2014) Rata-rata hasil padi sawah pasang surut di Banyuasin ialah 41 ton ha-1 (BPS Banyuasin 2014) dan hasil ini lebih rendah dibandingkan dengan hasil padi sawah irigasi pada tanah mineral di Kabupaten OKU Timur yang rata-ratanya mencapai 55 ton ha-1 (BPS OKU Timur 2014)

J Fitopatol Indones Suwandi et al

105

Penyakit blas yang disebabkan oleh Pyricularia oryzae merupakan penyakit terpenting pada tanaman padi Penyakit ini telah dilaporkan menyerang sejak periode awal budi daya padi di lahan reklamasi pasang surut Sumatera Selatan (Koswara dan Rumawas 1984) Survei penyakit yang dilakukan sejak tahun 2013 menunjukkan bahwa penyakit blas endemik di lahan suboptimal ini dan menyebabkan beberapa sawah mengalami gagal panen

Patogen blas diketahui memiliki daya adaptasi yang tinggi terhadap beragam kondisi lingkungan termasuk varietas resisten (Ou 1985 Scheuermann et al 2012) sehingga pengendaliannya sukar dilakukan Aplikasi ekstrak kompos atau dikenal sebagai teh kompos diketahui dapat meningkatkan pertumbuhan produksi dan kualitas gizi tanaman (Hargreaves et al 2009 Pant et al 2009 Shrestha et al 2012) Penekanan penyakit setelah aplikasi ekstrak kompos telah dilaporkan (Elad dan Shtienberg 1994 Curlango-Rivera et al 2013) Pada penelitian ini ekstrak kompos yang dibuat dari kompos jerami padi diuji potensinya untuk pengendalian penyakit blas

Penelitian dilaksanakan dalam pot menggunakan media tanah sulfat masam potensial yang diperoleh dari sawah lahan reklamasi pasang surut Telang II Banyuasin Sumatera Selatan Penelitian disusun dalam rancangan acak lengkap dengan 4 perlakuan dan 3 ulangan Perlakuan yang diuji ialah ekstrak kompos padi Ciherang kompos padi Inpari 1 dan kompos padi Inpari 10 serta ekstrak tanah (kontrol)

Infestasi patogen blas dilakukan secara alami dengan mencampur 1 volume cacahan jerami padi yang terserang parah penyakit blas ke dalam medium tanam Tanaman padi dipupuk dengan 90 kg N ha-1 60 kg P ha-140 kg K ha-1 menggunakan NPKMgCa (161616155) urea dan SP36 Sebanyak setengah takaran urea ditaburkan saat 7 hari setelah semai dan sisanya saat bunting

Kompos dibuat dengan cara mencampur potongan rumpun padi uji yang sehat dan bugar (yang menunjukkan pertumbuhan

lebih baik dibandingkan dengan tanaman padi lainnya dalam suatu sawah) berikut tanah perakarannya dengan pupuk kandang sapi dalam perbandingan volume yang sama Pengomposan dilakukan selama 14 hari di dalam guci tanah liat Setiap 2 hari campuran dibalik dan disemprot air untuk menjaga kadar air 60minus80 Komposmdashsetengah matangmdashselanjutnya disimpan dalam kantong plastik dalam lemari pendingin sampai digunakan untuk ekstraksi

Ekstrak kompos dibuat dengan cara merendam kompos dalam 2 kali volume air dan diaduk sesaat setelah direndam Rendaman kompos selanjutnya difermentasi selama 4 hari dalam suhu kamar (27minus29 degC) Air rendaman kompos selanjutnya dipanen dengan cara disaring dan segera digunakan dalam keadaan segar Sebagai pembanding (perlakuan kontrol) digunakan ekstrak rendaman tanah

Padi varietas Ciherang digunakan sebagai tanaman uji Padi ditanam pada baki plastik (30 cm times 23 cm) yang diisi dengan tanah yang diperoleh dari sawah di lahan reklamasi pasang surut Telang II Banyuasin Sumatera Selatan Aplikasi ekstrak dilakukan dengan perendaman benih selama 48 jam dan dilanjutkan dengan penyemprotan saat fase pemanjangan batang (6 minggu setelah semai) dan bunting (8 minggu setelah semai) Aplikasi ekstrak dilakukan pada konsentrasi 50 (11 [vv] ekstrak komposair) Penyemperotan dilakukan dengan volume semprot tinggi (750 L ha-1)

Pengamatan penyakit blas leher malai dilakukan saat panen Serangan penyakit dihitung berdasarkan insidensi blas leher malai yang dihitung dengan rumus

IBM = nN x 100 denganIBM insidensi blas leher malai n jumlah tangkai malai bergejala N jumlah malai per pot Hasil panen dinyatakan dalam g pot-1 dari hasil gabah yang dikeringkan hingga mencapai kadar air plusmn 14

Pencampuran 1 volume jerami dari tanaman sakit ke dalam media tanam menyebabkan serangan parah blas leher malai pada perlakuan kontrol (Tabel 1)

J Fitopatol Indones Suwandi et al

106

Hasil ini mengungkapkan bahwa sisa jerami tanaman sakit di lapangan dapat menjadi sumber inokulum bagi tanaman musim berikutnya Peranan sisa jerami tanaman sakit sebagai sumber utama inokulum penyakit blas sudah lama diketahui (Suzuki 1975 Ou 1985) Infektifitas yang tinggi inokulum dari jerami sakit memungkinkan sisa tanaman ini dijadikan sumber inokulum alami pada percobaan lapangan ataupun percobaan yang menghendaki inokulum yang mewakili populasi lapangan patogen blas

Insidensi blas secara nyata lebih rendah pada tanaman yang diberi perlakuan ekstrak fermentasi kompos yang berasal dari rumpun padi bugar Insidensi penyakit blas leher malai dapat ditekan sebesar 71minus87 pada tanaman yang diaplikasi dengan ekstrak kompos (Tabel 1) Perlakuan ekstrak kompos tidak

memengaruhi perkecambahan benih dan tinggi tanaman (Tabel 2) tetapi perlakuan ekstrak kompos padi Inpara 1 dapat meningkatkan hasil gabah dibandingkan dengan kontrol (Tabel 3) Peningkatan hasil ini selaras dengan tingginya penekanan penyakit setelah perlakuan ekstrak kompos tersebut

Penelitian ini menunjukkan manfaat aplikasi ekstrak kompos bagi produksi padi Efikasi lapangan ekstrak kompos di lahan pasang surut yang bermasalah dengan penyakit blas kini sedang dalam proses pengujian Ekstrak kompos bermanfaat bagi tanaman karena hara yang dikandungnya terurai melalui mineralisasi dan pelarutan (Shrestha et al 2012) dan secara tidak langsung melalui pengimbasan ketahanan (Kim et al 2015) Ekstrak kompos jerami padi diketahui kaya akan kandungan senyawa humat yaitu

Sumber ekstrak kompos Insidensi penyakit()

Penekanan penyakit()

Tanah (kontrol) 528 plusmn 88 a -Kompos jerami padi Ciherang 151 plusmn 76 b 71Kompos jerami padi Inpari 10 80 plusmn 39 b 85Kompos jerami padi Inpara 1 69 plusmn 32 b 87

Tabel 1 Insidensi penyakit saat panen dan penekanan penyakit blas leher malai padi dalam pot yang diaplikasi ekstrak kompos

Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji beda nyata jujur Tukey (P=005) nilai relatif terhadap kontrol

Sumber ekstrak kompos Perkecambahan benih ()

Tinggi tanaman (cm)

Tanah (kontrol) 867 plusmn 22 537 plusmn 12Kompos jerami padi Ciherang 817 plusmn 51 525 plusmn 08Kompos jerami padi Inpari 10 842 plusmn 44 523 plusmn 12Kompos jerami padi Inpara 1 792 plusmn 68 533 plusmn 10

Tabel 2 Pertumbuhan padi dalam pot yang diaplikasi ekstrak kompos

Sumber ekstrak kompos Hasil (g pot-1 gabah kering giling )

Jumlah malai per tanaman

Jumlah gabah per malai

Tanah (kontrol) 25 plusmn 01 b 33 plusmn 02 b 307 plusmn 32Kompos jerami padi Ciherang 25 plusmn 02 b 30 plusmn 02 b 310 plusmn 31Kompos jerami padi Inpari 10 27 plusmn 03 b 34 plusmn 02 b 382 plusmn 28Kompos jerami padi Inpara 1 38 plusmn 02 a 41 plusmn 03 a 399 plusmn 28

Tabel 3 Komponen hasil padi dalam pot yang diaplikasi ekstrak kompos

Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji beda nyata jujur Tukey (P=005)

J Fitopatol Indones Suwandi et al

asam humat dan fulvat (Agustian 2004 Goyal dan Sindhu 2011) Senyawa humat berperan dalam pemacuan pertumbuhan pembenah tanah dan peningkatan ketahanan terhadap hama dan penyakit (Scheuerell dan Mahaffee 2004 Scheuerell dan Mahaffee 2006 El-Ghamry 2009 Kamel et al 2014) Pengimbasan ketahanan tanaman oleh asam humat terjadi melalui peningkatan aktivitas kitinase (Abdel-Kareem 2007) peningkatan kandungan senyawa fenol serta peningkatan aktivitas enzim peroksidase dan fenilalanin amonia liase (PAL) (Abdel-Monaim et al 2011)

UCAPAN TERIMA KASIH

Penelitian ini didanai oleh Penelitian Unggulan Perguruan Tinggi Universitas Sriwijaya tahun anggaran 2013minus2015

DAFTAR PUSTAKA

Abdel-Kareem F 2007 Induced resistance in bean plants against root rot and alternaria leaf spot diseases using biotic and a biotic inducers under field conditions J Agric Biol Sci 3767ndash774

Abdel-Monaim MF Ismail ME Morsy KM 2011 Induction of systemic resistance of benzothiadiazole and humic acid in soybean plants against fusarium wilt disease Mycobiology 39(4)290minus298 D O I h t t p d x d o i o rg 1 0 5 9 4 1 MYCO2011394290

Agustian Susila P Gusnidar 2004 Pembentukan asam humat dan fulvat selama pembuatan kompos jerami padi Solum 19ndash14

[BPS Banyuasin] Badan Pusat Statistik Kabupaten Banyuasin 2014 Kabupaten Banyuasin Dalam Angka 2014 httpbanyuasinkabbpsgoiddatapublikasipublikasi_114indexhtml [diakses 20 Agst 2014]

[BPS OKU Timur] Badan Pusat Statistik Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur 2014 Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur Dalam Angka 2014 http

okutimurkabbpsgoiddatapublikasidda2014 [diakses 20 Agst 2014]

[BPS Sumatera Selatan] Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Selatan 2014 Sumatera Selatan Dalam Angka 2014 httpsumselbpsgoidimagespublikasiflipping2014sumsel20dalam20angka202014indexhtml [diakses 20 Agst 2014]

Curlango-Rivera G Pew T van Etten HD Zhongguo X Yu N Hawes MC 2013 Measuring root disease suppression in response to a compost water extract Phytopathology 103255minus260 DOI httpdxdoiorg101094PHYTO-06-12-0145-R

Elad Y Shtienberg D 1994 Effect of compost water extracts on grey mould (Botrytis cinerea) Crop Prot 13109minus114 DOI httpdxdoiorg1010160261-2194(94)90160-0

El-Ghamry AM Abdel-Hai KM Ghoneem KM 2009 Amino and humic acids promote growth yield and disease resistance of faba bean cultivated in clayey soil Aust J Basic Applied Sci 3731minus739

Goyal S Sindhu SS 2011 Composting of rice straw using different inocula and analysis of compost quality Microbiol J1 1 2 6 minus 1 3 8 D O I h t t p d x d o i org103923mj2011126138

Hargreaves JC Adl MS Warman PR 2009 The effects of municipal solid waste compost and compost tea on mineral element uptake and fruit quality of strawberries Compost Sci Util 1785minus94 DOI httpdxdoiorg1010801065657X200910702406

Kamel SM Afifi MMI El-Shoraky FS El-Sawy MM 2014 Fulvic acid a tool for controlling powdery and downy mildews in cucumber plants Int J Phytopathol 3101minus108

Kim MJ Shim CK Kim YK Hong SJ Park JH Han EJ Kim SC 2015 Effect of aerated compost tea on the growth promotion of lettuce soybean and sweet corn in organic cultivation Plant Pathol 31259ndash268 DOI httpdxdoiorg105423PPJOA0220150024

107

J Fitopatol Indones Suwandi et al

Koswara O Rumawas F 1984 Tidal swamp rice in Palembang region Di dalam Smith WH Argosino GS editor Proceedings of the Workshop on Research Priorities in Tidal Swamp Rice Los Bantildeos Laguna (PH) International Rice Research Institute hlm 37minus48

Ou SH 1985 Rice Diseases Kew Survey (UK) CAB International Mycological Institute

Pant AP Radovich TJK Hue NV Talcott ST Krenek KA 2009 Vermicompost extracts influence growth mineral nutrients phytonutrients and antioxidant activity in pak choi (Brassica rapa cv Bonsai Chinensis group) grown under vermicompost and chemical fertilizer J Sci Food Agric 892383minus2392 DOI httpdxdoiorg101002jsfa3732

Scheuerell SJ Mahaffee WH 2004 Compost tea as a container medium drench for suppressing seedling damping-off caused by Pythium ultimum Phytopathology 941156minus1163 DOI httpdxdoiorg101094PHYTO200494111156

Scheuerell SJ Mahaffee WH 2006 Variability associated with suppression of gray mold (Botrytis cinerea) on geranium by foliar applications of nonaerated and aerated compost teas Plant Dis 901201minus1208 DOI httpdxdoiorg101094PD-90-1201

Scheuermann KK Raimondi JV Marschalek R de Andrade A Wickert E 2012 Magnaporthe oryzae genetic diversity and its outcomes on the search for durable resistance Di dalam Caliskan M editor The Molecular Basis of Plant Genetic Diversity Rijeka (HR) Intech hlm 331minus356

Shrestha K Walsh KB Midmore DJ 2012 Microbially enhanced compost extract does it increase solubilisation of minerals and mineralisation of organic matter and thus improve plant nutrition J Bioremed Biodegrad 3(5)1ndash9 DOI httpdxdoiorg1041722155-61991000149

Suprianto H Irianto SG Susanto RH Schultz B Suryadi FX Eelaart AVD 2009 Land and water management of tidal lowlands experiences in Telang and Saleh South Sumatra Irrig Drain 59(3)317minus335 DOI httpdxdoiorg101002ird460

Suzuki H 1975 Meteorological factors in the epidemiology of rice blast Ann Rev Phytopathol 13239minus256 DOI ht tp dxdoi org101146annurevpy13090175001323

108

  • 12737-37236-1-PBpdf (p1-8)
  • 12738-37237-1-PBpdf (p9-14)
  • 12739-37238-1-PBpdf (p15-21)
  • 12741-37240-1-PBpdf (p22-26)
Page 5: Bakteri Endofit Asal Berbagai Akar Tanaman sebagai Agens ...fp.unmas.ac.id/wp-content/uploads/2018/10/vol-12-no.3.pdfInfeksi nematoda puru akar (NPA) Meloidogyne incognita pada tomat

J Fitopatol Indones Pradana et al

79

Kode Kelompok

sum NPAper g Akara

sum NPA per 200 mL Tanaha

Panjang Akar (cm)a

Skala Kerusakan Akara

PcrN5PcrT2MntT5BitT2GsgN5GsgN2PbuT2JtnT2GsgT2CbiKBPbuN5BitN5TmtN2TmtN5PdiT2PtmN2PdiN2Kontrol

2460 a2490 a2250 abc2620 a2750 a2480 a2230 abc2540 a2380 a2550 a2710 a2430 a1750 bc1720 c 2310 a2500 a2270 ab2820 a

6010 ab5480 bcd4880 cde5900 abc5390 bcd4670 def4150 ef5010 bcde4710 def4220 ef4200 ef5010 bcde4420 def3740 f4620 def4390 def4640 def6560 a

1610 de1639 cd1627 cd1665 cd1653 cd1644 cd1651 cd1663 cd1634 cd1674 c1652 cd1682 cb1726 ab1757 a1639 cd1629 cd1663 cd1570 e

290 cd290 cd280 d300 bcd330 abc300 bcd300 bcd300 bcd300 bcd300 bcd340 ab290 cd260 d220 e290 cd300 bcd290 cd350 a

Tabel 2 Pengaruh aplikasi kelompok bakteri endofit terhadap kerusakan akar dan populasi Meloidogyne incognita di tanah dan di akar tanaman tomat

aAngka-angka pada kolom yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada uji selang berganda Duncan pada α 5

Tabel 3 Karakter fisiologis kelompok bakteri endofit

Kode Kelompok Asal Kelompok Aktivitas

ProteolitikAktivitas

KitinolitikProduksi

HCNPcrN5PcrT2MntT5BitT2GsgN5GsgN2PbuT2JtnT2GsgT2CbiKBPbuN5BitN5TmtN2TmtN5PdiT2PtmN2PdiN2

Impatiens balsaminaImpatiens balsaminaColeus amboinicusBeta vulgarisTalinum triangulareTalinum triangulareStrobilanthes crispusNigella sativaTalinum triangulareCapsicum frutescensStrobilanthes crispusBeta vulgaris Lycopersicum esculentumLycopersicum esculentumOryza sativaMimosa pudicaOryza sativa

+++-+++++++++++++

+-+++++----++++++

--+-+--+----++---

+ memproduksi senyawa - tidak memproduksi senyawa

J Fitopatol Indones Pradana et al

80

PEMBAHASAN

Bakteri membutuhkan nutrisi dan kondisi lingkungan khusus agar dapat ditumbuhkan pada medium buatan Perbedaan jumlah dan kandungan nutrisi dalam medium buatan berpengaruh pada dominasi bakteri yang tumbuh Hal tersebut diungkapkan oleh Puspita et al (2012) bahwa terdapat dua hal yang memengaruhi dominasi pertumbuhan bakteri dalam medium buatan yaitu nutrisi medium dan jumlah sel yang terdapat pada suspensi Sel bakteri yang belum dapat ditumbuhkan pada medium buatan masih memiliki peluang untuk ditumbuhkan apabila ditemukan komposisi medium yang tepat

Reaksi hipersensitif dipengaruhi oleh gen hrp yang dapat ditemui pada kelompok bakteri patogen tanaman Xanthomonas sp Reaksi ini terjadi dalam waktu 24ndash48 jam dan terlokalisasi Membran seluler pada daun tanaman tembakau yang mengalami kontak dengan bakteri patogen akan hancur dan nekrosis Respons tersebut menunjukkan bahwa bakteri yang kontak dengan daun tanaman tembakau berpotensi sebagai patogen tumbuhan (Zhu et al 2000) Bakteri yang menghasilkan toksin hemolisis tidak digunakan pada uji lanjut karena supernatan dari α dan β hemolisis bersifat sangat cytotoxic terhadap granulocytes monocytes dan lymphocytes manusia (Duncan et al 2007 Lopes et al 2010)

Kelompok bakteri endofit hidup di dalam jaringan tanaman dan bersifat menguntungkan bagi tanaman Sebagai agens biokontrol bakteri endofit dapat melindungi tanaman dari infeksi patogen secara langsung maupun tidak langsung Secara tidak langsung bakteri endofit mampu menginduksi ketahanan tanaman (Lodewyckx et al 2002) dengan merangsang pembentukan asam salisilat peroksidase fitoaleksin PR-protein dan senyawa fenolik (Rosenblueth dan Martiacutenez-Romero 2006)

Secara langsung kelompok bakteri endofit dapat berperan sebagai agens hayati dengan memproduksi senyawa-senyawa antimikrob Senyawa tersebut berupa enzim toksin maupun

gas yang mampu menghambat perkembangan patogen (Chernin et al 2002) Khan et al (2004) melaporkan bahwa enzim protease yang diproduksi oleh cendawan Paecilomyces lilacinus mampu menghambat penetasan telur nematoda M javanica Siddiqui et al (2005) dan Tian et al (2007) menyatakan produksi enzim protease oleh bakteri merupakan salah satu mekanisme bakteri sebagai agens pengendali nematoda puru akar Meloidogyne spp Degradasi lapisan lemak pada telur M hapla yang diberi perlakuan enzim protease menyebabkan banyak telur nematoda yang tidak dapat menetas (Khan et al 2004)

Harni et al (2007) melaporkan bahwa bakteri endofit Bacillus galur NJ46 Bacillus galur NA22 dan Bacillus galur NJ2 mampu menekan populasi nematoda Pratylenchus brachyurus Terjadinya penekanan tersebut disebabkan oleh metabolit sekunder enzim kitinase dan protease yang dihasilkan oleh bakteri-bakteri tersebut Enzim kitinase memiliki peran penting dalam pengendalian nematoda karena enzim ini mampu mendegradasi lapisan tengah telur nematoda seperti M javanica Rotylenchulus reniformis dan Tylenchulus semipenetrans (Tian et al 2007) Cronin et al (1997) menjelaskan enzim kitinase dapat menghambat penetasan telur Globodera rostochiensis sampai 70 dan enzim ini mampu mengendalikan populasi nematoda M javanica dan meningkatkan pertumbuhan tanaman tomat

HCN merupakan senyawa metabolit sekunder yang dihasilkan oleh bakteri Senyawa ini diketahui bersifat anticendawan dan berperan penting dalam pengendalian nematoda (Ramette et al 2003 Devi et al 2007) Keberadaan HCN di dalam tanah mampu menekan perkembangan M hapla sampai dengan 54 Semakin tinggi jumlah HCN yang ada kematian nematoda parasit tanaman juga semakin tinggi (Siddiqui et al 2006)

Pada penelitian ini diperoleh 1 kelompok bakteri endofit yang mampu mengendalikan M incognita dengan mekanisme produksi enzim protease kitinase dan asam sianida (HCN) Kelompok bakteri tersebut ialah TmtN5 yang diisolasi dari akar tanaman tomat

J Fitopatol Indones Pradana et al

81

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad F Ahmad I Khan M 2008 Screening of free-living rhizospheric bacteria for their multiple plant growth promoting activities Microbiol Res 163(2)173ndash181 DOI httpdxdoiorg101016jmicres200604001

Baehaki A Budiman A 2011 Isolasi dan karakterisasi protease dari bakteri tanah rawa Indralaya Sumatera Selatan J Teknologi dan Industri Pangan 22(1)37ndash42

Bartlem DG Jones MG Hammes UZ 2013 Vascularization and nutrient delivery at root-knot nematode feeding sites in host roots J Exp Bot 65(7)1789ndash1798 DOI httpdxdoiorg101093jxbert415

Berg G Hallmann J Control of plant pathogenic fungi with bacterial endophytes Di dalam Schulz B Boyle C Sieber T editor Microbial Root Endophytes Netherlands (NL) Springer hlm 53ndash69 DOI httpdxdoiorg1010073-540-33526-9_4

Chernin L Chet I Burns R Dick R 2002 Microbial enzymes in the biocontrol of plant pathogens and pests Di dalam Burns RG Dick RP editor Enzymes in The Environment Activity Ecology and Applications New York (US) CRC Press hlm 171ndash226 DOI httpdxdoiorg1012019780203904039ch7

Cronin D Moeumlnne-Loccoz Y Dunne C OrsquoGara F 1997 Inhibition of egg hatch of the potato cyst nematode Globodera rostochiensis by chitinase-producing bacteria Eur J Plant Pathol 103(5)433ndash440 DOI httpdxdoiorg101023A1008662729757

Devi KK Seth N Kothamasi S Kothamasi D 2007 Hydrogen cyanide-producing rhizobacteria kill subterranean termite Odontotermes obesus (Rambur) by cyanide poisoning under in vitro conditions Curr Microbiol 54(1)74ndash78 DOI httpdxdoiorg101007s00284-006-0473-z

Duncan S Louis P Flint H 2007 Cultivable bacterial diversity from the human colon Lett Appl Microbiol 44(4)343ndash350 DOI 101111j1472-765X200702129x

Hallmann J Hallmann AQ Miller WG Sikora RA Lindow SE 2001 Endophytic colonization of plants by the biocontrol agent Rhizobium etli G12 in relation to Meloidogyne incognita infection J Phytopathol 91(4)415ndash422 DOI httpdxdoiorg101094PHYTO2001914415

Hariprasad P Divakara S Niranjana S 2011 Isolation and characterization of chitinolytic rhizobacteria for the management of Fusarium wilt in tomato Crop Protection 30(12)1606ndash1612 DOI h t tp dx do i o rg 10 1016 j cropro201102032

Harni R Munif A Supramana Mustika I 2007 Pemanfaatan bakteri endofit untuk mengendalikan nematoda peluka akar (Pratylenchus brachyurus) pada tanaman nilam HAYATI J Biosci 14(1)7ndash12

Heath MC 2000 Hypersensitive response-related death Plant Mol Biol 44(3)321ndash334 DOI httpdxdoiorg101023A1026592509060

Kalaiarasan P Lakshmanan P Rajendran G Samiyappan R 2006 Chitin and chitinolytic biocontrol agents for the management of root knot nematode Meloidogyne arenaria in groundnut (Arachis hypogaea L) cv Co3 Indian J Nematol 36(2)181ndash186

Khan A Williams KL Nevalainen HK 2004 Effects of Paecilomyces lilacinus protease and chitinase on the eggshell structures and hatching of Meloidogyne javanica juveniles Bio Control 31(3)346ndash352 DOI httpdxdoiorg101016jbiocontrol200407011

Lian LH Tian BY Xiong R Xu J Zhang KQ 2007 Protease from Bacillus a new insight into the mechanism of action for rhizobacterial suppression of nematode populations Lett Appl Microbiol 45(2007)262ndash269 DOI httpdxdoiorg101111j1472-765X200702184x

Lodewyckx C Vangronsveld J Porteous F Moore ER Taghavi S Mezgeay M der Lelie Dv 2002 Endophytic bacteria and their potential applications Critical Rev

J Fitopatol Indones Pradana et al

Plant Sci 21(6)583ndash606 DOI httpdxdoiorg1010800735-260291044377

Lopes AH Souto-Padroacuten T Dias FA Gomes MT Rodrigues GC Zimmermann LT Alves e Silva T Vermelho AB 2010 Trypanosomatids odd organisms devastating diseases Open Parasitol 430ndash59 DOI httpdxdoiorg1021741874421401004010030

Mei C Flinn BS 2010 The use of benefecial microbial endophytes for plants biomass and stress tolerance improvement Recent Pat Biotechnol 481ndash95 DOI httpdxdoiorg102174187220810790069523

Munif A Hallmann J Sikora RA 2013 The influence of endophytic bacteria on Meloidogyne incognita infection and tomato plant growth J ISSAAS 19(2)68ndash74

Munif A Wibowo AR Herliyana EN 2015 Bakteri endofit dari tanaman kehutanan sebagai pemacu pertumbuhan tanaman tomat dan agen pengendali Meloidogyne sp J Fitopatol Indones 11(6)179ndash186 DOI httpdxdoiorg1014692jfi116179

Puspita ID Kamagata Y Tanaka M Asano K Nakatsu CH 2012 Are unciltivated bacteria really uncultivable Microbes Environ 27(4)356ndash366 DOI httpdxdoiorg101264jsme2ME12092

Ramette A Moeumlnne-Loccoz Y Deacutefago G 2003 Prevalence of fluorescent pseudomonads producing antifungal phloroglucinols andor hydrogen cyanide in soils naturally suppressive or conducive to tobacco black root rot FEMS Microbiol Ecol 44(1)35ndash43 DOI httpdxdoiorg101111j1574-69412003tb01088x

Rosenblueth M Martiacutenez-Romero E 2006 Bacterial endophytes and their interactions with hosts Mol Plant Microbe Interact 19(8)827ndash837 DOI httpdxdoiorg101094MPMI-19-0827

Salasia SIO Khusnan Z Lammler C Zschock M 2004 Comparative studies on phenol-and genotypic properties of Staphylococcus aureus isolated from bovine subclinical mastitis in central Java in Indonesia and Hesse in Germany J Vet Sci 5(2)103ndash109

Siddiqui IA Haas D Heeb S 2005 Extracellular protease of Pseudomonas fluorescens CHA0 a biocontrol factor with activity against the root-knot nematode Meloidogyne incognita App Environ Microbiol 71(9)5646ndash5649 DOI httpdxdoiorg101128AEM7195646-56492005

Siddiqui IA Shaukat SS Sheikh I Khan A 2006 Role of cyanide production by Pseudomonas fluorescens CHA0 in the suppression of root-knot nematode Meloidogyne javanica in tomato World J Microbiol Biotech 22(6)641ndash650 DOI httpdxdoiorg101007s11274-005-9084-2

Tian B Yang J Zhang K-Q 2007 Bacteria used in the biological control of plant-parasitic nematodes populations mechanisms of action and future prospects FEMS Microbiol Ecology 61(2)197ndash213 DOI httpdxdoiorg101111j1574-6941200700349x

Zeck WM 1971 A rating scheme for field evaluation of root-knot nematode infestasions Pflanzenschutz Nachrichten Bayer 24141ndash144

Zhu W MaGbanua MM White FF 2000 Identification of two novelhrp-associated genes in the hrp gene cluster of Xanthomonas oryzae pv oryzae J Bacteriol 182(7)1844ndash1853 DOI httpdxdoiorg101128JB18271844-18532000

82

Volume 12 Nomor 3 Mei 2016Halaman 83ndash88

DOI 1014692jfi12383ISSN 0215-7950

Alamat penulis korespondensi Fakultas Pertanian Universitas Lampung Jalan Sumanteri Brojonegoro No 1 Gedong Meneng Bandar Lampung 35145Tel 0721-787029 Surel igswibawayahoocom

83

Status Fitonematoda pada Tiga Kisaran Umur Lahan Pertanaman Pisang Cavendish di Way Kambas Lampung

Phytonematodes Status at Three Age Range of Cavendish Banana Plantations in Way Kambas Lampung

Yanto1 dan I Gede Swibawa21Sekolah Tinggi Perkebunan Lampung Lampung 35145

2Universitas Lampung Lampung 35145

ABSTRAK

Fitonematoda adalah salah satu penyebab penurunan produksi pisang Permasalahan ini sering muncul pada budi daya pisang secara intensif yang berlangsung lama Penelitian bertujuan menentukan status fitonematoda pada berbagai tingkat umur lahan pertanaman pisang Cavendish di PT NTF Way Kambas Lampung Sampel tanah dan akar diambil dari 3 kelompok umur lahan yaitu 3ndash5 10ndash12 dan 17ndash19 tahun terotasi Ekstraksi nematoda menggunakan metode corong Baermann yang dimodifikasi Status fitonematoda ditetapkan berdasarkan frekuensi absolut (FA) frekuensi relatif (FR) dan populasi absolut (PA) genus Hasil penelitian menunjukkan terdapat 13 genus fitonematoda berasosiasi dengan pisang Cavendish Fitonematoda dari genus Pratylenchus dan Radopholus memiliki FA FR dan PA tinggi pada lahan umur 3ndash5 dan 10ndash12 tahun serta sedang di lahan umur 17ndash19 tahun terotasi Nilai FA FR dan PA genus lainnya rendah pada semua umur lahan Pratylenchus dan Radopholus berstatus penting pada lahan umur 3ndash5 tahun dengan nilai FA 100 FR 31 dan PA masing-masing 2988 dan 4230 individu per 200 mL tanah serta pada lahan umur 10ndash12 tahun dengan nilai FA 100 FR 39 serta PA masing-masing 215 dan 126 individu per 200 mL tanah Pratylenchus dan Radopholus kurang penting di lahan umur 17ndash19 tahun terotasi dengan nilai FA77 FR 22 serta PA berurutan 330 dan 164 individu per 200 mL tanah Status fitonematoda lainnya tidak penting dengan FA FR dan PA yang rendah

Kata kunci Pisang Cavendish Pratylenchus Radopholus

ABSTRACT

Crop losses due to phytonematodes infection commonly occurred on intensive plantation practiced for a long time The research was aimed to study phytonematodes status on several age-different plantation of Cavendish banana in PT NTF Way Kambas Lampung Soil and root samples were taken from three different plantations selected based on time period of cultivation practice ie 3ndash5 10ndash12 and 17ndash19 years long The modification of Baermann funnel method was applied to collect nematodes The status of phytonematodes were determined based on the absolute frequency (AF) relative frequency (RF) and absolute population (AP) of each genus The results showed that 13 phytonematodes genera inhabited Cavendish banana crops Pratylenchus and Radopholus have important status on a land that had been cultivated for 3ndash5 and 10ndash12 years with AF 100 RF 31 and AP 2988 and 4230 individues per 200 mL of soil respectively on 3ndash5 years long lands and AF100 RF 39 and PA 215 and 126 individues per 200 mL of soil respectively on 10ndash12 years long lands Pratylenchus and Radopholus were less important on 17ndash19 years long rotated lands with AF 77 RF 22 and AP 330 and

J Fitopatol Indones Yanto dan Swibawa

84

164 individues per 200 mL of soil respectively The status of other phytonematodes were not important with low value of AF RF and AP

Key words Cavendish banana Prtaylenchus Radopholus

PENDAHULUAN

Fitonematoda merupakan patogen utama pada tanaman pisang yang dapat menurunkan produksi sampai 60 Kehilangan hasil dapat lebih besar apabila fitonematoda berasosiasi dengan patogen tular tanah lainnya (Orsquobannon 1977)

Fitonematoda menyerang perakaran pisang dengan gejala bervariasi menurut spesiesnya dan yang paling merusak diantaranya ialah Radopholus Pratylenchus Helicotylenchus Meloidogyne dan Rotylenchulus (Gowen et al 2005) Nematoda ini juga menyerang tanaman pisang di Sumatera Barat (Jumjunidang 2003) Status fitonematoda pada pisang di beberapa negara bervariasi (Khan dan Hasan 2010 Srinivasan et al 2011 Rahman et al 2014 Nega dan Fetena 2015) karena faktor fisik dan tanaman (Gowen at al 2005) kompetisi dengan patogen lain seperti penyakit layu fusarium (Zhong et al 2011) pola tanam (Moser et al 2012) dan musim (Chaves dan Araya 2010)

PT Nusantara Tropical Farm (PT NTF) di Way Kambas Lampung mengelola pisang Cavendish secara intensif Perusahaan yang berdiri tahun 1992 ini mengelola 17526 ha pisang Cevendish yang terdiri atas beberapa klon yaitu CJ-20 CJ-30 dan DM-2 Perluasan lahan pertanaman pisang di PT NTF terus dilakukan sehingga saat ini terdapat variasi umur lahan yang berkisar antara 3 dan 20 tahun Sistem ratoon (memelihara anakan) sudah ditinggalkan sejak tahun 2010 untuk mempertahankan produksi optimum dan pembongkaran tanaman dilakukan setelah panen Budi daya pisang dilakukan secara intensif meliputi pengolahan tanah pemupukan pengairan sanitasi pengendalian hama dan penyakit tanaman serta penanganan panen (Ansyori 2009)

Masalah fitonematoda umumnya muncul pada pertanaman monokultur intensif

berlangsung lama Status fitonematoda di PT NTF belum dilaporkan padahal budi daya pisang telah berlangsung lama Walaupun sistem ratoon tidak diterapkan lagimdashyang mungkin menekan perkembangan populasi fitonematodamdashnamun menanam pisang secara terus menerus dapat menyebabkan akumulasi populasi fitonematoda

Penelitian ini bertujuan menentukan status fitonematoda pada beberapa umur lahan pisang Cavendish termasuk lahan yang pernah dirotasi Hasil penelitian diharapkan menjadi informasi bermanfaat dalam pengelolaan penyakit pisang terutama fitonematoda di PT NTF

BAHAN DAN METODE

Penelitian dilakukan pada pertanaman pisang Cavendish milik PT NTF di Way Kambas Lampung yang membudidayakan pisang secara intensif Lokasinya terletak pada 05deg 00ʹ-05deg15ʹ LS dan 105deg30ʹ-105deg45ʹ BTketinggian 20ndash60 m di atas permukaan laut iklim tipe B menurut SchimdtndashFerguson curah hujan 2372 mm per tahun suhu 27 degC RH 842 dan tipe tanah oxisol (Ansory 2009) Pertanaman ini memiliki lahan pisang baru dan lahan pisang lama yang pernah dirotasi dengan ubi kayu

Penelitian disusun dalam rancangan acak lengkap dengan 3 perlakuan umur lahan (3ndash5 10ndash12 dan 17ndash19 tahun yang pernah dirotasi) Masing-masing perlakuan ditanami pisang Cavendish klon CJ-30 CJ-20 dan DM-2 yang berumur 3ndash9 bulan Dalam setiap blok pertanaman dipilih secara acak petak berukuran 50 m times 50 m berisi 5 titik sampel diagonal dengan masing-masing 6 tanaman Pada setiap tanaman subsampel tanah dan akar diambil pada kedalaman 20 cm arah zig zag 3 subsampel berjarak 50 cm dan 3 subsampel lainnya berjarak 10 cm dari tanaman Sampel tanah dan akar dicampur dan selanjutnya

J Fitopatol Indones Yanto dan Swibawa

85

diambil 1 kg tanah dan 100 g akar untuk proses ekstraksi nematoda di laboratorium

Ekstraksi nematoda dari 200 mL tanah dan 50 g akar menggunakan metode corong Baermann yang dimodifikasi Akar dicuci dengan air mengalir dan 50 g akar dipotong-potong dengan panjang 05 cm tanpa maserasi lalu diletakkan pada corong Baermann berdiameter 8 cm dilengkapi dengan saringan 18 mesh (plusmn 15 mm) yang dilapisi kertas tisu dan kantong plastik pada bagian batang corong dan diinkubasi selama 72 jam dalam ruangan pada suhu plusmn 27 degC Nematoda yang diperoleh dimatikan dengan memanaskan suspensinya sampai suhu 60 degC kemudian difiksasi menggunakan larutan Golden X (campuran 8 bagian formalin 2 bagian gliserin dan 90 bagian aquades) sehingga nematoda berada dalam formaldehida 3 (Hooper et al 2005) Jumah nematoda dari setiap sampel dihitung dan 100 individu diambil secara acak untuk diidentifikasi sampai genus menggunakan kunci identifikasi Mai dan Lyon (1975)

Status fitonematoda penting kurang penting dan tidak penting ditetapkan ber-dasarkan populasi absolut (PA) frekuensi absolut (FA) dan frekuensi relatif (FR) genus PA genus ialah jumlah genus dari 100 individu yang diidentifikasi dikalikan jumlah nematoda setiap sampel FA dan FR dihitung menurut Norton (1978)

sum sampel yang mengandung genusFA = sum seluruh sampel yang dikoleksi times 100

danfrekuensi genusFR =total frekuensi seluruh genus times 100 dengan

FA frekuensi absolut dan FR frekuensi relatif

Populasi absolut dianalisis ragam dan pemisahan nilai tengah menggunakan uji BNT pada taraf nyata 5

HASIL

Sebanyak 13 genus fitonematoda terdapat di pertanaman pisang Cavendish Umur lahan memengaruhi keragaman populasi fitonematoda pada lahan umur 3ndash5 tahun terdapat 13 genus lahan umur 10ndash12 tahun

dan 17ndash19 tahun terotasi berturut-turut 7 dan10 genus Criconemella Ditylenchus Tylenchus Helicotylenchus Paralongidorus dan Xiphinema tidak ditemukan di lahan umur 10ndash12 tahun dan 3 genus terakhir tidak terdapat dilahan umur 17ndash19 tahun (Tabel 1)

Secara umum nilai FA dan FR di tanah lebih tinggi daripada di akar Dua genus nematoda yang memiliki nilai FA dan FR tinggi dari tanah ialah Pratylenchus dan Radopholus pada lahan umur 3ndash5 dan 10ndash12 tahun dan nilai sedang pada lahan umur 17ndash19 tahun Genus nematoda yang memiliki nilai FA dan FR rendah ialah Hoplolaimus dari tanah dan Meloidogyne dari akar pada lahan umur 17ndash19 tahun Genus fitonematoda lainnya baik dari tanah maupun akar memiliki nilai FA dan FR rendah pada semua umur lahan (Tabel 1)

Dari semua fitonematoda nilai PA Pratylenchus dan Radopholus paling tinggi dan dipengaruhi oleh umur lahan Nilai PA kedua genus ini dari tanah lahan umur 3ndash5 tahun tidak berbeda nyata dengan lahan umur 10ndash12 tahun tetapi nilai PA keduanya lebih tinggi daripada nilai PA pada lahan umur 17ndash19 tahun Nilai PA nematoda tersebut dari akar tidak dipengaruhi umur lahan (Tabel 2) Dua genus lain yang memiliki PA sedang yaitu Helicotylenchus dari tanah lahan umur 3ndash5 tahun dan Meloidogyne dari akar lahan umur 17ndash19 tahun nilai PA genus lainnya rendah baik dari tanah maupun akar dan tidak dipengaruhi oleh umur lahan (Tabel 2)

PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil penelitian ini terdapat 13 genus fitonematoda pada pertanaman pisang dan populasi nematoda yang bersifat endoparasit tidak diperoleh secara maksimum Hal ini dapat disebabkan oleh metode ekstraksi nematoda yang digunakan Ekstraksi nematoda dari akar dilakukan dengan metoda corong Baermann tanpa melakukan maserasi akar Jumlah genus nematoda yang diperoleh pada penelitian ini lebih tinggi daripada jumlah genus fitonematoda pada pertanaman pisang di Semenanjung Malaysia yaitu 9 genus

J Fitopatol Indones Yanto dan Swibawa

(Rahman et al 2014) dan di Bengali Barat India 12 genus (Khan dan Hasan 2010) tetapi lebih rendah daripada pertanaman pisang di Kamerun yaitu 16 genus (Bridge et al 1995)

Dari semua genus yang ditemukan dan berdasarkan pada nilai FA FR serta PA maka Pratylenchus dan Radopholus dapat dikategorikan sebagai fitonematoda penting pada lahan umur 3ndash5 dan 10ndash12 tahun kurang penting pada lahan umur 17ndash19 tahun sedangkan genus lainnya tidak penting pada semua umur lahan Nilai FA 100 untuk Pratylenchus dan Radopholus pada lahan umur 3ndash5 dan 10ndash12 tahun menunjukkan seluruh sampel tanah mengandung nematoda ini Nilai FR 39 menunjukkan Pratylenchus dan Radopholus mendominasi komunitas fitonematoda Nilai PA Radopholus masing-

masing 423 dan 126 individu per 200 mL tanah pada lahan umur 3ndash5 dan 10ndash12 tahun tergolong tinggi Herradura (2009) melaporkan bahwa dalam percobaan inokulasi 1000 ekor R similis pada bibit tanaman pisang populasinya meningkat menjadi 2500ndash3500 ekor per 10 g akar segar menjelang panen sehingga dapat menurunkan 68 bobot tandan pisang Grand Nain di Davao Filipina Nilai PA Pratylenchus 298 dan 215 individu per 200 mL tanah masing-masing pada lahan umur 3ndash5 dan 10ndash12 tahun juga tergolong tinggi Berdasarkan hasil penelitian ini disarankan untuk dilakukan pengendalian Radopholus dan Pratylenchus agar tidak menimbulkan kerugian

Pratylenchus dan Radopholus yang dapat dikategorikan fitonematoda penting pada pertanaman pisang ini juga merupakan

Genus Nematoda Sampel Umur lahan (tahun)3ndash5 10ndash12 17ndash19

FA FR FA FR FA FR()

Aphelenchoides Tanah 111 34 111 43 111 32Akar 111 31 00 00 00 00

Aphelenchus Tanah 111 34 00 00 333 97Akar 444 125 222 80 444 160

Criconemella Tanah 00 00 00 00 111 32Akar 111 31 00 00 111 40

Ditylenchus Tanah 111 34 00 00 111 32Akar - - - - - -

Helicotylenchus Tanah 222 69 00 00 00 00Akar 111 31 00 00 00 00

Hoplolaimus Tanah 111 34 333 130 556 161Akar 222 63 222 80 444 160

Meloidogyne Tanah 333 103 00 00 222 65Akar 222 63 444 160 667 240

Paralongidorus Tanah - - - - - -Akar 111 31 00 00 00 00

Pratylenchus Tanah 1000 310 1000 391 778 226Akar 889 250 889 320 667 240

Radopholus Tanah 1000 310 1000 391 778 226Akar 778 219 889 320 333 120

Scutellonema Tanah 111 34 111 43 333 97Akar 222 63 111 40 111 40

Tylenchus Tanah 00 00 00 00 111 32Akar 333 94 00 00 00 00

Xiphinema Tanah 111 34 00 00 00 00Akar - - - - - -

Tabel 1 Frekuensi absolut (FA) dan frekuensi relatif (FR) fitonematoda dari tanah dan akar pada berbagai umur lahan pisang Cavendish

- tidak ditemukan fitonematoda lahan dirotasi dengan ubi kayu

86

J Fitopatol Indones Yanto dan Swibawa

nematoda penting di beberapa negara penghasil pisang Di Kamerun P coffeae P goodey dan R similis adalah perusak akar utama akar pisang (Bridge et al 1995) sedangkan di Tamil Nadu India hanya R similis (Srinivasan et al 2011) Sementara itu di Nigeria Helicotylenchus lebih penting daripada Pratylenchus (Tanimola et al 2013) dan di Equador R similis lebih penting daripada Helicotylenchus Pratylenchus dan Meloidogyne (Chaves dan Araya 2010)

Umur lahan memengaruhi status Pratylenchus dan Radopholus Pada lahan umur 3ndash5 dan 10ndash12 tahun kedua nematoda berstatus penting sementara pada lahan umur 17ndash19 tahun dianggap kurang penting Lebih rendahnya nilai FA FR dan PA kedua fitonematoda pada lahan umur 17ndash19 tahun

dibandingkan dengan pada lahan umur 3ndash5 dan 10ndash12 tahun disebabkan oleh rotasi pisang dengan ubi kayu yang dilakukan 2ndash3 kali

UCAPAN TERIMA KASIH

Ucapan terima kasih disampaikan kepada RA Wardhana dan manajemen PT NTF yang telah memfasilitasi penelitian

DAFTAR PUSTAKA

Ansory 2009 Kriteria kesesuaian lahan untuk tanaman pisang Cavendish yang dikelola secara intensif di Way Kambas Lampung Timur [disertasi] Bogor (ID) Institut Pertanian Bogor

Tabel 2 Populasi absolut fitonematoda dari 200 mL tanah dan 50 g akar pada berbagai umur lahan pisang Cavendish

- tidak ditemukan fitonematoda data yang dianalisis ditransforamsi 2 kali ke radic (x+1) ns tidak nyata s nyata lahan dirotasi dengan ubi kayu Angka pada baris yang sama yang diikuti huruf sama tidak berbeda menurut uji BNT taraf nyata 5

Genus Nematoda SampelUmur lahan (tahun) KK

()Ket

3ndash5 10ndash12 17ndash19 (terotasi)

Aphelenchoides Tanah 01 01 01 32 nsAkar 02 00 00 32 ns

Aphelenchus Tanah 03 00 12 81 nsAkar 05 11 39 166 ns

Criconemella Tanah 00 00 01 19 nsAkar 07 00 01 69 ns

Ditylenchus Tanah 17 04 05 131 nsAkar - - -

Helicotylenchus Tanah 252 00 00 322 nsAkar 01 00 00 18 ns

Hoplolaimus Tanah 03 29 26 146 nsAkar 02 03 19 931 ns

Meloidogyne Tanah 11 00 10 101 nsAkar 22 45 127 252 ns

Paralongidorus Tanah - - -Akar 03 00 00 43 ns

Pratylenchus Tanah 2988 a 2152 a 330 b 129 sAkar 206 50 49 71 ns

Radopholus Tanah 4230 a 1261 a 164 b 121 sAkar 141 26 09 64 ns

Scutellonema Tanah 01 04 49 167 nsAkar 11 01 02 88 ns

Tylenchus Tanah 00 00 02 185 nsAkar 14 00 00 82 ns

Xiphinema Tanah 35 00 00 156 nsAkar - - -

87

J Fitopatol Indones Yanto dan Swibawa

Bridge J Price NS Kofi P 1995 Plant parasitic nematode on plantain and other crop in Cameroon West Africa Fundam Appl Nematol 18(3)251ndash260

Chaves C Araya M 2010 Spatial-temporal distribution of plant parasitic nematodes in banana (Musa AAA) plantation Equador J App Biosci 332057ndash2069

Gowen SR Queneherve P Fogain R 2005 Nematode parasites of banana and plantain Di dalam Luc M Sikora RA Bridge J editors Plant Parasitic Nematodes in Subtropical and Tropical Agriculture Ed ke-2 Wallingford (UK) CABI Publishing hlm 611ndash643 DOI httpdxdoiorg10107997808519972780611

Herradura LE 2009 Host respons of Eumusa varieties to a Radopholus similis population from the Philippines [disertasi]Leuven (BE) de Agricultura Katholieke Universiteit Leuven

Hooper DJ Hallman J Subbotin SA 2005 Methods for extraction processing and detection of plant and soil nematodes Di dalam Luc M Sikora RA Bridge J editor Plant Parasitic Nematodes in Subtropical and Tropical Agriculture Ed ke-2 Wallingford (UK) CABI Publishing hlm 53ndash86 DOI httpdxdoiorg10107997808519972780053

Jumjunidang 2003 Status and future RampD of nematodes in banana in Indonesia Di dalam Cruz Jr FS Van den Bergh I Waele D Hautea DM Molina AB editors Country Report of Workshop and Training Toward Management of Musa Nematodes in Asia and the Pasific 2003 Des 1ndash5 Los Banos Laguna (PH) The Institute of Plant Breeding UPLB hlm 43ndash46

Khan MR Hasan MA 2010 Nematode diversity in banana rhizosphere from West Bengal India J Plant Protec Res 50(3)263ndash268 DOI httpdxdoiorg102478v10045-010-0046-9

Mai WF Lyon HH 1975 Pictorial Key to

Genera of Plant-Parasitic Nematodes London (UK) Comstock Publishing Associated

Moser T Forster B Frankenbach S Marques R Rombke J Schmidt P Hofer H 2012 Nematodes assemblages in banana (Musa acuminata) monoculture and banana plantation with jucara palm (Euterpe edulis) in the Southern Mata Atlantica Brazil Nematology 14(3)371ndash384 DOI httpdxdoiorg101163156854111X601669

Nega G Fetena S 2015 Root necrosis assesment of plant parasitic nematodes of banana (Musa spp) at Arbaminch Etiophia J BiolAgric Healthcare 5(15)76ndash80

Norton DC 1978 Ecology of plant parasitic nematodes New York (US) John Willey and Sons Inc

Orsquobannon JH 1977 Worldwide dissemination of Radopholus similis and it importance in crop production J Nematol 9(1)16ndash25

Rahman SSA Zain SNM Mat MZB Sidam AK Othman RY Mohamed Z 2014 Population distribution of plant parasitic nematodes on bananas in Paninsular Malaysia Sains Malaysiana 43(2)175ndash183

Srinivasan R Kulothungan S Sundaraju P Govindasami C 2011 Biodiversity of plant parasitic nematodes associated with banana in Thanjavur District of Tamil Nadu Int J Plant Animal Environ Sci 1(2)63ndash69

Tanimola AA Asimeaa AO Ofuru-Joseph S 2013 Status of plant-parasitic nematodes on plantain (Musa parasidiaca (L)) in Choba Rivers State Nigeria Word J Agric Sci 9(2)189ndash195

ZhongS He Y Zeng H Mo Y Zhou ZX Zang ZP Jin Z 2011 Effect of banana wilt desasease on soil nematodes community structure and diversity Afr J Biotechnol 10(59)12729ndash12737

88

Volume 12 Nomor 3 Mei 2016Halaman 89ndash95

DOI 1014692jfi12389ISSN 0215-7950

Alamat penulis korespondensi Jurusan Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Halu Oleo Jalan HEA Mokodompit Kendari 93232 Tel 0401-3122320 Faks 0401-0401-3197045 Surel akhaeruniyahoocom

89

Ketahanan Berbagai Kultivar Padi Lokal terhadap Penyakit Hawar Daun Bakteri

Resistance of Local Rice Cultivars to Bacterial Leaf Blight Disease

Andi Khaeruni Erwin Najamuddin Teguh Wijayanto SyairUniversitas Halu Oleo Kendari 93232

ABSTRAK

Penyakit hawar daun bakteri yang disebabkan oleh Xanthomonas oryzae pv oryzae merupakan salah satu penyakit penting pada tanaman padi di Indonesia termasuk di Sulawesi Tenggara Penggunaan varietas tahan merupakan salah satu strategi pengendalian yang efektif dan ramah lingkungan untuk mengatasi penyakit Penelitian ini bertujuan mengetahui tingkat ketahanan beberapa varietas padi lokal asal Sulawesi Selatan dan Sulawesi Tenggara terhadap X oryzae pv oryzae patotipe IV VIII dan X Penelitian dilakukan di rumah kasa menggunakan tiga patotipe pada 11 kultivar padi lokal Inokulasi bakteri dilakukan menggunakan metode pengguntingan daun pada fase vegetatif dan generatif Pengamatan terhadap insidensi penyakit hawar daun bakteri dilakukan 3 minggu setelah inokulasi Data insidensi penyakit digunakan untuk menentukan tingkat ketahanan tanaman uji Hasil penelitian menunjukkan bahwa periode inkubasi penyakit pada kultivar Kelaca lebih lama dibandingkan dengan kultivar lainnya Pada fase vegetatif kultivar ini bereaksi agak tahan terhadap patotipe IV dan X serta sangat tahan terhadap patotipe VIII sedangkan pada fase generatif bereaksi agak tahan terhadap patotipe IV dan VII serta sangat tahan terhadap patotipe X Oleh karena itu kultivar Kelaca dapat direkomendasikan untuk ditanam pada daerah endemis penyakit hawar daun di Sulawesi Selatan dan Tenggara

Kata kunci insidensi penyakit patotipe Xanthomonas oryzae pv oryzae

ABSTRACT

Bacterial leaf blight disease caused by Xanthomonas oryzae pv oryzae is an important rice disease in Indonesia including in South East Sulawesi The use of resistant varieties is one of the effective and environmentally friendly control strategies to suppress the disease This study aimed to determine the level of resistance of some local rice varieties of South and Southeast Sulawesi against Xanthomonas oryzae pv oryzae pathotypes IV VIII and X The study was conducted in a screen house involving 3 bacterial pathotypes and 11 local rice cultivars Shearing method was used for inoculation of bacteria to leaf on vegetative and generative phases Disease incidences were measured 3 weeks after inoculation and the data was further used to determine the level of resistance of the tested rice cultivars The results showed that incubation period of the disease was longer on Kelaca cultivar compared to other cultivars On vegetative phase this cultivar showed moderate resistant to pathotypes IV and X and highly resistant to patotype VIII whereas on the generative phase it showed moderate resistant to pathotypes IV and VII and highly resistant to pathotype X Therefore Kelaca cultivar can be recommended for endemic areas of leaf blight in South and Southeast Sulawesi

Key words disease incidence pathotype Xanthomonas oryzae pv oryzae

J Fitopatol Indones Khaeruni et al

90

PENDAHULUAN

Hawar daun bakteri (HDB) yang disebabkan oleh Xanthomonas oryzae pv oryzae merupakan salah satu penyakit padi yang sulit dikendalikan karena memiliki banyak patotipe dan penyebarannya mudah terjadi (Akhtar et al 2008) Di Indonesia diketahui terdapat 12 patotipe X oryzae pv oryzae dengan tingkat virulensi yang berbeda dan merupakan ancaman utama bagi produksi padi nasional (Wahyudi et al 2011) Infeksi X oryzae pv oryzae pada tanaman padi di Indonesia menyebabkan kerugian hasil panen sebesar 21ndash36 pada musim hujan dan 18ndash28 pada musim kemarau (Suparyono et al 2004) Penanaman satu jenis varietas secara terus-menerus dengan skala yang luas dapat menyebabkan pergeseran patotipe sehingga patogen X oryzae pv oryzae menjadi semakin virulen

Penyakit HDB juga merupakan salah satu penyakit penting pada tanaman padi sawah di Sulawesi Tenggara Berdasarkan pengelompokan patotipe sistem KOZAKA yang menggunakan varietas diferensial dilaporkan terdapat 3 kelompok patotipe X oryzae pv oryzae di Sulawesi Tenggara yaitu patotipe IV VIII dan X yang memiliki virulensi tinggi (Khaeruni dan Wijayanto 2013)

Penggunaan varietas tahan terhadap patotipe yang dominan di daerah tertentu merupakan salah satu cara untuk mengendalikan X oryzae pv oryzae Pengendalian penyakit dengan menggunakan varietas tahan merupakan cara pengendalian yang efektif murah dan mudah untuk dilakukan sepanjang varietas tahan tersedia di masyarakat Rahim et al (2012) melaporkan 6 varietas padi komersial yang diuji terhadap X oryzae pv oryzae patotipe IV VIII IX dan X tidak ada satu pun varietas yang tahan Oleh karena itu pencarian varietas atau kultivar tahan perlu terus dilakukan Kultivar padi lokal yang telah dibudidayakan oleh masyarakat di Sulawesi Selatan dan Sulawesi Tenggara perlu dievaluasi ketahanannya terhadap X oryzae pv oryzae Penelitian ini bertujuan

menentukan tingkat ketahanan kultivar padi lokal asal Sulawesi Selatan dan Sulawesi Tenggara terhadap penyakit HDB

BAHAN DAN METODE

Isolat X oryzae pv oryzae dan Benih Padi Isolat X oryzae pv oryzae yang digunakan

ialah patotipe IV VIII dan X asal Sulawesi Tenggara (koleksi Laboratorium Ilmu Hama dan Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas Haluoleo) Padi lokal yang diuji sebanyak 6 kultivar asal Sulawesi Tenggara (Pae Nggonggohia Pae Biu Pae Nggomumu Pae Wila Padae Hada Padae Wolio) dan 5 kultivar dari Sulawesi Selatan (Mandi Kelaca Pulu Lotong Mandoti Pulu Pute) Padi var IR64 yang digunakan sebagai varietas rentan diperoleh dari hasil panen tanaman yang bebas dari penyakit HDB

Rancangan Percobaan Percobaan dilakukan di rumah kaca

disusun dalam rancangan acak kelompok Sebanyak 11 kultivar uji dan varietas IR64 diinokulasi dengan 3 patotipe X oryzae pv oryzae sehingga diperoleh 36 kombinasi perlakuan Setiap perlakuan diulang sebanyak 3 kali sehingga total keseluruhan terdapat 108 tanaman uji

Benih padi diperam semalam sebelum dikecambahkan di cawan petri yang dialasi kertas buram lembap Benih yang berkecambah pada umur 2 hari disemai pada kotak semai yang berisi arang sekam bercampur pupuk kandang dengan perbandingan 31 (vv) Bibit berumur 21 hari dipindah tanam dalam pot kantong plastik ukuran 30 cm times 20 cm yang berisi medium campuran tanah dan pupuk kandang dengan perbandingan 41 (vv) kemudian diletakkan dalam rumah kasa Tanaman disiram setiap pagi hari gulma dan hama yang ditemukan dikendalikan secara manual Pemeliharaan tanaman dilakukan sejak pindah tanam sampai pengujian selesai

Isolat dari setiap patotipe X oryzae pv oryzae dibiakkan secara terpisah pada medium pepton sukrosa agar (PSA) selama 48 jam Kultur murni disuspensikan dalam

J Fitopatol Indones Khaeruni et al

91

akuades steril hingga mencapai kepadatan 108ndash109 cfu mL-1 dan digunakan sebagai sumber inokulum (Khaeruni et al 2014a)

Inokulasi setiap patotipe X oryzae pv oryzae pada tanaman uji dilakukan 2 tahap yaitu pada fase vegetatif ketika tanaman berumur 3 minggu setelah tanam (MST) dan pada fase generatif tanaman berumur 8 MST Inokulasi dilakukan pada 5 sampel daun yang membuka sempurna dengan menggunting daun sekitar 2ndash3 cm dari ujung daun menggunakan gunting yang telah dicelupkan dalam suspensi X oryzae pv oryzae

PengamatanPengamatan meliputi periode inkubasi

insidensi penyakit dan reaksi ketahanan Pengamatan periode inkubasi dilakukan setiap hari mulai 1 hari setelah inokulasi sampai munculnya gejala pada daun yang diinokulasi patogen Pengamatan insidensi penyakit dilakukan 3 minggu setelah inokulasi pada setiap tahap inokulasi (fase vegetatif dan generatif)

Insidensi penyakit diamati dengan mengukur panjang gejala HDB pada setiap daun sampel yang diinokulasi Insidensi penyakit dihitung menggunakan rumus

IP = times 100 dengannN

IP insidensi penyakit n panjang gejala HDB pada daun sampel N panjang daun sampel

Kriteria tingkat ketahanan tanaman di-tentukan berdasarkan nilai insidensi penyakit pada setiap kultivar yang diuji pada setiap patotipe berdasarkan nilai skoring yang ditetapkan oleh IRRI tahun 1996 (Tabel 1)

HASIL

Periode InkubasiPeriode inkubasi penyakit pada fase

vegetatif bervariasi dari 27ndash4 hari setelah inokulasi Pada beberapa kultivar memiliki periode inkubasi penyakit yang lebih lama dibandingkan dengan pada varietas IR 64 yaitu 27ndash30 hari (Tabel 2) Periode inkubasi penyakit terpanjang terjadi pada kultivar Kelaca baik pada fase vegetatif maupun fase generatif Varietas IR64 dan kultivar Pae Biu tergolong rentan menunjukkan gejala layu dan muncul bercak kelabu pada tepi daun serta sedikit menggulung ke arah dalam sedangkan gejala layu tidak terjadi pada kultivar Kelaca yang tergolong varietas tahan

Insidensi Penyakit dan Reaksi KetahananInsidensi penyakit hawar daun pada kultivar

padi lokal yang diuji pada fase vegetatif bervariasi dari 26ndash776 sehingga reaksi ketahanan kultivar-kultivar padi lokal tersebut bervariasi dari rentan sampai sangat tahan sementara insidensi penyakit pada varietas IR64 berkisar 24ndash468 sehingga varietas ini bereaksi agak rentan terhadap semua patotipe X oryzae pv oryzae Ketahanan terbaik pada fase vegetatif terdapat pada kultivar Kelaca asal Sulawesi Selatan yang bereaksi agak tahan terhadap patotipe IV dan X serta tahan terhadap patotipe VIII Kultivar Paedai Wolio asal Sulawesi Tenggara memiliki reaksi agak rentan pada semua patotipe sementara kultivar Mandi Pae Ngonggohia Pae Biu Kelaca Pullu Lotong Pae Wila Paedai Hada Mandoti Pullu Pute Paedai Wolio memperlihatkan reaksi rentan sehingga kultivar tersebut memiliki ketahanan lebih rendah dibandingkan dengan varietas IR64 (Tabel 3)

Pada fase generatif insidensi penyakit berkisar 33ndash227 sehingga reaksi ketahanan berbagai kultivar padi lokal yang diinokulasikan dengan 3 patotipe X oryzae pv oryzae juga bervariasi jika dibandingkan dengan varietas IR64 Ketahanan terbaik diperlihatkan padi kultivar Kelaca yang memiliki respons agak tahan terhadap patotipe IV dan VIII serta sangat tahan terhadap patotipe X Selain

Skor Insidensi penyakit ()

Reaksi ketahanan

1 0ndash3 Sangat tahan (ST)2 4ndash6 Tahan (T)3 7ndash12 Agak tahan (AT)4 13ndash50 Agak rentan (AR)5 51ndash75 Rentan (R)6 gt75 Sangat rentan (SR)

Tabel 1 Skor dan insidensi penyakit tanaman berdasarkan pada luas daun padi yang bergejala hawar daun (SES IRRI 1996)

J Fitopatol Indones Khaeruni et al

92

Kultivar padi lokal Patotipe IV Patotipe VIII Patotipe XVeg Gen Veg Gen Veg Gen

Pae Ngonggohia 40 37 30 30 30 27Pae Biu 30 27 27 30 27 27Pae Nggomumu 33 30 37 30 30 37Pae Wila 33 30 33 40 37 43Paedai Hada 33 30 30 30 30 30Paedai Wolio 33 40 30 37 33 33Mandi 33 40 30 30 30 30Kelaca 40 47 37 47 37 47Pulu Lotong 30 30 33 30 30 30Mandoti 30 30 30 30 27 30Pulu Pute 30 30 30 37 23 37IR64 30 30 27 30 27 30

Tabel 2 Periode inkubasi (hari) penyakit hawar daun bakteri pada varietas padi lokal yang diinokulasi dengan 3 patotipe Xanthomonas oryzae pv oryzae

Veg fase vegetatif Gen fase generatif kontrol varietas rentan

Kultivar padi lokalPatotipe IV Patotipe VIII Patotipe X

IP ()

Skor (Respons)

IP ()

Skor (Respons)

IP ()

Skor (Respons)

Pae Ngonggohia 419 4 (AR) 557 5 (R) 391 4 (AR)Pae Biu 718 5 (R) 776 6 (SR) 465 4 (AR)Pae Nggomumu 115 3 (AT) 408 4 (AR) 425 4 (AR)Pae Wila 513 5 (R) 379 4 (AR) 665 5 (R)Paedai Hada 652 5 (R) 309 4 (AR) 743 5 (R)Paedai Wolio 261 4 (AR) 316 4 (AR) 461 4 (AR)Mandi 256 4 (AR) 510 5 (R) 458 4 (AR)Kelaca 78 3 (AT) 26 1 (ST) 69 3 (AT)Pulu Lotong 525 5 (R) 337 4 (AR) 353 4 (AR)Mandoti 448 4 (AR) 265 4 (AR) 519 5 (R)Pulu Pute 233 4 (AR) 342 4 (AR) 555 5 (R)IR64 468 4 (AR) 240 4 (AR) 396 4 (AR)

Tabel 3 Insidensi penyakit (IP) dan respons ketahanan berbagai kultivar padi lokal dan IR64 terhadap 3 patotipe Xanthomonas oryzae pv oryzae pada fase vegetatif

SR sangat rentan R rentan AR agak rentan AT agak tahan ST sangat tahan kontrol varietas rentan

padi kultivar Kelaca kultivar Pae Wila memiliki ketahanan yang relatif lebih kuat terhadap X oryzae pv oryzae karena bereaksi tahan terhadap patotipe IV dan X serta agak tahan terhadap patotipe VIII (Tabel 4)

PEMBAHASAN

Penentuan periode inkubasi didasarkan munculnya gejala hawar pada daun yang diinokulsi X oryzae pv oryzae Periode

inkubasi pada beberapa kultivar lebih lama dibandingkan dengan padi var IR64 baik yang diinokulasi pada fase vegetatif maupun pada fase generatif Kultivar yang memiliki respons ketahanan terbaik ialah padi kultivar Kelaca karena memiliki periode inkubasi terlama dan insidensi penyakit yang lebih rendah dibandingkan dengan kultivar lainnya Hal ini sesuai dengan pendapat Nayak et al (1987) yang menyatakan ketahanan tanaman padi terhadap penyakit HDB secara tidak

J Fitopatol Indones Khaeruni et al

93

langsung ditentukan oleh periode inkubasi dan perkembangan penyakit

Gen ketahanan terhadap ras X oryzae pv oryzae ditentukan oleh gen R mayor (Liu et al 2006) Ketahanan varietas padi terhadap X oryzae pv oryzae berkaitan dengan kandungan gen ketahanan (gen Xa) varietas yang memiliki lebih dari satu gen Xa memperlihatkan ketahanan yang lebih kuat dibandingkan dengan yang hanya memiliki satu gen Xa (Nafisah et al 2007) X oryzae pv oryzae patotipe IV mempunyai gen virulensi yang dapat mematahkan gen ketahanan Xa1 Xa2 Xa4 Xa7 Xa10 Xa11 dan Xa 14 pada tanaman padi patotipe VIII dapat mematahkan gen ketahanan Xa1 Xa2 Xa3 Xa4 Xa7 Xa10 Xa11 dan Xa 14 sedangkan patotipe X dapat mematahkan gen ketahanan Xa1 Xa2 Xa4 Xa7 Xa10 Xa11 Xa14 dan Xa21 (Hifni dan Kardin 1998) Hal ini menunjukkan bahwa padi kultivar Kelaca tahan terhadap patotipe IV VIII dan X karena memiliki gen ketahanan Xa yang mampu mengatasi gen-gen virulen (Vir) dari ketiga patotipe tersebut

Djatmiko dan Fatichin (2011) menduga bahwa suatu tanaman menjadi tahan terhadap penyakit HDB karena meng-hasilkan fitoaleksin sebagai hasil interaksi inang-parasit yang fungsinya menghambat perkembangan bakteri Akumulasi fitoaleksin

dalam konsentrasi tinggi dapat membatasi area infeksi patogen (Suswati et al 2011) Hal yang sama dijelaskan oleh Hasegawa et al (2014) bahwa tanaman padi memiliki respons tahan terhadap penyakit blas karena mengakumulasi senyawa fitoaleksin sakuratenin yang bersifat toksin bagi patogen tanaman dengan cepat setelah terinfeksi patogen Oleh karena itu senyawa fitoaleksin diduga pula berpengaruh untuk menghambat penyakit-penyakit hawar daun bakteri pada padi kultivar Kelaca

Kultivar lokal Pae Wila Pulu Lotong Mandoti Pulu Pute mengalami peningkatan status ketahanan di fase generatif Hal ini mengindikasikan bahwa ketahanan kultivar tersebut meningkat seiring dengan pertambahan umur tanaman padi Hasil yang sama dilaporkan oleh Khaeruni et al (2014b) bahwa semakin tua umur tanaman padi Inpari 10 dan Cisantana yang diinokulasi X oryzae pv oryzae menjadi semakin lambat perkembangan penyakit hawar daun bakterinya Djatmiko dan Fatichin (2009) melaporkan bahwa fase vegetatif tanaman padi lebih rentan dibandingkan dengan fase generatifnya sedangkan Aditya et al (2015) mengemukakan bahwa ketahanan lapangan fase generatif padi lebih rentan terhadap penyakit hawar daun bakteri dibandingkan dengan fase vegetatifnya

VarietasKultivarPatotipe IV Patotipe VIII Patotipe X

IP ()

Skor(Respons)

IP ()

Skor (Respons)

IP ()

Skor (Respons)

Pae Ngonggohia 137 4 (AR) 210 4 (AR) 93 3 (AT)Pae Biu 130 4 (AR) 47 2 (T) 203 4 (AR)Pae Nggomumu 160 4 (AR) 227 4 (AR) 150 4 (AR)Pae Wila 38 2 (T) 733 3 (AT) 56 2 (T)Paedai Hada 167 4 (AR) 147 4 (AR) 200 4 (AR)Paedai Wolio 53 2 (T) 253 4 (AR) 170 4 (AR)Mandi 203 4 (AR) 137 4 (AR) 67 3 (AT)Kelaca 80 3 (AT) 120 3 (AT) 33 1 (ST)Pulu Lotong 97 3 (AT) 93 3 (AT) 73 3 (AT)Mandoti 97 3 (AT) 120 3 (AT) 50 2 (T)Pulu Pute 50 2 (T) 80 3 (AT) 130 4 (AR)IR64 220 4 (AR) 340 4 (AR) 213 4 (AR)

Tabel 4 Insidensi penyakit (IP) dan respons ketahanan berbagai kultivar padi lokal dan IR64 terhadap inokulasi 3 patotipe Xanthomonas oryzae pv oryzae pada fase generatif

SR sangat rentan R rentan AR agak rentan AT agak tahan ST sangat tahan kontrol varietas rentan

J Fitopatol Indones Khaeruni et al

Hasil penelitian ini secara umum memperlihatkan bahwa kultivar padi lokal yang diinokulasi oleh X oryzae pv oryzae patotipe IV VIII dan X memiliki reaksi ketahanan yang berbeda pada fase vegetatif dan generatif Kultivar Kelaca memiliki tingkat ketahanan yang lebih baik dibandingkan dengan kultivar uji lainnya Kultivar ini bereaksi agak tahan terhadap patotipe IV dan X juga sangat tahan terhadap patotipe VIII pada fase vegetatif sedangkan pada fase generatif bereaksi agak tahan terhadap patotipe IV dan VIII juga sangat tahan terhadap patotipe X

UCAPAN TERIMA KASIH

Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada Direktorat Pembinaan Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan Nasional yang telah membiayai penelitian ini melalui Hibah Penelitian Fundamental Nomor 0541023-04101002011

DAFTAR PUSTAKA

Aditya RH Wahyuni WS Mihardjo PA 2015 Ketahanan lapangan lima genotipe padi terhadap penyakit hawar daun bakteri J Fitopatol Indones 11(5)160ndash166 DOI httpdxdoiorg1014692jfi115160

Akhtar MA Rafi A Hameed A 2008 Comparison of methods of inoculation of Xanthomonas oryzae pvoryzae in rice cultivars Pak J Bot 40(5)2171ndash2175

Djatmiko HA Fatichin 2009 Ketahanan dua puluh satu varietas padi terhadap penyakit hawar daun bakteri J HPT Tropika 9(2)168ndash172

Hasegawa M Mitsuhara I Seo S Okada K Yamane H Iwai T Ohashi Y 2014 Analysis on blast fungus-responsive characters of a flavonoid phytoalexin sakuranetin accumulation in infected riceleaves antifungal activity and detoxification by fungus Molecules 1911404ndash11418 DOI httpdxdoiorg103390molecules190811404

Hifni HR Kardin MK 1998 Pengelompokan isolat Xanthomonas oryzae pv oryzae dengan menggunakan galur isogenik padi IRRI Hayati 566ndash72

IRRI 1996 Standard Evaluation System for Rice 4th ed Manila (PH) IRRI PO Box 933 Hlm 52

Khaeruni A Rahim A Syair Adriani 2014a Induksi ketahanan terhadap penyakit hawar daun bakteri di lapangan menggunakan rizobakteri indigenos J HPT Tropika 14(1)57ndash63

Khaeruni A Taufik M Wijayanto T Johan EA 2014b Perkembangan penyakit hawar daun bakteri pada tiga varietas padi sawah yang diinokulasi pada beberapa fase pertumbuhan J Fitopatol Indones 10(4)119ndash125 DOI http dxdoiorg1014692jfi104119

Khaeruni A Wijayanto T 2013 Pathotype grouping of Xanthomonas oryzae pv oryzae isolates from South Sulawesi and Southeast Sulawesi Agrivita 35 (2)138ndash144 DOI httpdxdoiorg1017503Agrivita-2013-35-2-p138-144

Liu DN Ronald PC Bogdanova AJ 2006 Xanthomonas oryzae pathovars model pathogens of a model crop Mol Plant Pathol 7303ndash324 DOI httpdxdoiorg101111j1364-3703200600344x

Nafisah Aan A Daradjat B Suprihatno Triny SK 2007 Heritabilitas karakter ketahanan hawar daun bakteri dari tiga populasi tanaman padi hasil seleksi daur siklus pertama Bull Penelitian Pertanian Tanaman Pangan 6(2)100ndash105

Nayak P Rao AVS Chakrabarti 1987 Components of resistance to bacterial blight disease of rice J Phytopathol 119(4)289ndash237 DOI httpdxdoiorg 101111j1439-04341987tb04402x

Rahim A Khaeruni A dan Taufik M 2012 Reaksi ketahanan beberapa varietas padi komersial terhadap Xanthomonas oryzae pv oryzae isolat Sulawesi Tenggara Berkala Penelitian Agronomi 1(2)132ndash138

Suparyono Sudir Suprihanto 2004 Pathotype profile of Xanthomonas oryzae pv oryzae

94

J Fitopatol Indones Khaeruni et al

isolates from the rice ecosystem in Java Indones J Agriculture Science 563ndash69

Suswati Habazar T Husin EF Nasir N Putra DP Taylor P 2011 Senyawa phenolik akar pisang cv kepok (Musa acuminata) yang diinduksi dengan fungi mikoriza arbuskular indigenus Pu10-Glomus sp1

terhadap penyakit darah bakteri J Nat Indones 13(3) 207ndash213

Wahyudi AT Meliah S Nawangsih AA 2011 Xanthomonas oryzae pv oryzae bakteri penyebab hawar daun pada padi isolasi karakterisasi dan telaah mutagenesis dengan transposon J Sains 15(1)89ndash96

95

Volume 12 Nomor 3 Mei 2016Halaman 104ndash108

DOI 1014692jfi123104ISSN 0215-7950

Alamat penulis korespondensi Laboratorium Fitopatologi Fakultas Pertanian Universitas SriwijayaJalan Palembang-Prabumulih Km32 Indralaya Palembang 30662Tel 0711-580663 Faks 0711-580663 Surel suwandisalehgmailcom

104

KOMUNIKASI SINGKAT

Penekanan Penyakit Blas Leher Malai Padi Menggunakan Ekstrak Kompos Jerami Padi

Suppression of Panicle Blast by Rice Straw Compost Extract

Suwandi Harman Hamidson Ahmad MuslimUniversitas Sriwijaya Palembang 30662

ABSTRAK

Penyakit blas merupakan penyakit penting pada tanaman padi dan menyebabkan kehilangan hasil pada lahan reklamasi pasang surut di Sumatera Selatan Ekstrak fermentasi kompos jerami dari tanaman padi sehat diuji potensinya dalam menekan blas leher malai pada percobaan dalam pot Padi varietas Ciherang ditanam pada campuran tanah dengan 1 jerami tanaman sakit (vv) yang diperoleh dari sawah pasang surut Insidensi penyakit blas leher malai dapat ditekan sebesar 71minus87 sebagai respons aplikasi ekstrak kompos Aplikasi ekstrak kompos tidak memengaruhi perkecambahan benih dan tinggi tanaman tetapi dapat meningkatkan hasil Kompos jerami dari tanaman sehat berpotensi sebagai sumber pengendalian blas di lapangan

Kata kunci lahan reklamasi kompos jerami tanah sulfat masam

ABSTRACT

Blast is the most important disease of rice and may cause significant losses in the reclaimed tidal swamp of South Sumatra Water extracts of fermented composts prepared from straws of the vigorous rice plant were tested in pot experiment for their ability to control blast Rice variety Ciherang was grown on mixture of field soil and 1 diseased rice straw (vv) collected from a tidal swamp rice field Incidence of panicle blast was reduced by 71minus87 in response to application of compost extract The compost extract did not affect seed germination and plant height instead it increased the yield The rice straw from healthy and vigorous plants is potential as a source for blast disease control

Key words acid sulfate soil compost extract land reclamation

Indonesia memiliki lahan pasang surut yang luas yang sebagian besar terdapat di pesisir pantai Sumatera Kalimantan dan Papua Hampir 4 juta ha dari lahan pasang surut tersebut telah direklamasi (Suprianto et al 2009) dan 1 juta ha di antaranya ditanami padi Di Sumatera Selatan terdapat sekitar 2656 ribu ha padi dibudidayakan di lahan

pasang surut reklamasi (BPS Sumatera Selatan 2014) Rata-rata hasil padi sawah pasang surut di Banyuasin ialah 41 ton ha-1 (BPS Banyuasin 2014) dan hasil ini lebih rendah dibandingkan dengan hasil padi sawah irigasi pada tanah mineral di Kabupaten OKU Timur yang rata-ratanya mencapai 55 ton ha-1 (BPS OKU Timur 2014)

J Fitopatol Indones Suwandi et al

105

Penyakit blas yang disebabkan oleh Pyricularia oryzae merupakan penyakit terpenting pada tanaman padi Penyakit ini telah dilaporkan menyerang sejak periode awal budi daya padi di lahan reklamasi pasang surut Sumatera Selatan (Koswara dan Rumawas 1984) Survei penyakit yang dilakukan sejak tahun 2013 menunjukkan bahwa penyakit blas endemik di lahan suboptimal ini dan menyebabkan beberapa sawah mengalami gagal panen

Patogen blas diketahui memiliki daya adaptasi yang tinggi terhadap beragam kondisi lingkungan termasuk varietas resisten (Ou 1985 Scheuermann et al 2012) sehingga pengendaliannya sukar dilakukan Aplikasi ekstrak kompos atau dikenal sebagai teh kompos diketahui dapat meningkatkan pertumbuhan produksi dan kualitas gizi tanaman (Hargreaves et al 2009 Pant et al 2009 Shrestha et al 2012) Penekanan penyakit setelah aplikasi ekstrak kompos telah dilaporkan (Elad dan Shtienberg 1994 Curlango-Rivera et al 2013) Pada penelitian ini ekstrak kompos yang dibuat dari kompos jerami padi diuji potensinya untuk pengendalian penyakit blas

Penelitian dilaksanakan dalam pot menggunakan media tanah sulfat masam potensial yang diperoleh dari sawah lahan reklamasi pasang surut Telang II Banyuasin Sumatera Selatan Penelitian disusun dalam rancangan acak lengkap dengan 4 perlakuan dan 3 ulangan Perlakuan yang diuji ialah ekstrak kompos padi Ciherang kompos padi Inpari 1 dan kompos padi Inpari 10 serta ekstrak tanah (kontrol)

Infestasi patogen blas dilakukan secara alami dengan mencampur 1 volume cacahan jerami padi yang terserang parah penyakit blas ke dalam medium tanam Tanaman padi dipupuk dengan 90 kg N ha-1 60 kg P ha-140 kg K ha-1 menggunakan NPKMgCa (161616155) urea dan SP36 Sebanyak setengah takaran urea ditaburkan saat 7 hari setelah semai dan sisanya saat bunting

Kompos dibuat dengan cara mencampur potongan rumpun padi uji yang sehat dan bugar (yang menunjukkan pertumbuhan

lebih baik dibandingkan dengan tanaman padi lainnya dalam suatu sawah) berikut tanah perakarannya dengan pupuk kandang sapi dalam perbandingan volume yang sama Pengomposan dilakukan selama 14 hari di dalam guci tanah liat Setiap 2 hari campuran dibalik dan disemprot air untuk menjaga kadar air 60minus80 Komposmdashsetengah matangmdashselanjutnya disimpan dalam kantong plastik dalam lemari pendingin sampai digunakan untuk ekstraksi

Ekstrak kompos dibuat dengan cara merendam kompos dalam 2 kali volume air dan diaduk sesaat setelah direndam Rendaman kompos selanjutnya difermentasi selama 4 hari dalam suhu kamar (27minus29 degC) Air rendaman kompos selanjutnya dipanen dengan cara disaring dan segera digunakan dalam keadaan segar Sebagai pembanding (perlakuan kontrol) digunakan ekstrak rendaman tanah

Padi varietas Ciherang digunakan sebagai tanaman uji Padi ditanam pada baki plastik (30 cm times 23 cm) yang diisi dengan tanah yang diperoleh dari sawah di lahan reklamasi pasang surut Telang II Banyuasin Sumatera Selatan Aplikasi ekstrak dilakukan dengan perendaman benih selama 48 jam dan dilanjutkan dengan penyemprotan saat fase pemanjangan batang (6 minggu setelah semai) dan bunting (8 minggu setelah semai) Aplikasi ekstrak dilakukan pada konsentrasi 50 (11 [vv] ekstrak komposair) Penyemperotan dilakukan dengan volume semprot tinggi (750 L ha-1)

Pengamatan penyakit blas leher malai dilakukan saat panen Serangan penyakit dihitung berdasarkan insidensi blas leher malai yang dihitung dengan rumus

IBM = nN x 100 denganIBM insidensi blas leher malai n jumlah tangkai malai bergejala N jumlah malai per pot Hasil panen dinyatakan dalam g pot-1 dari hasil gabah yang dikeringkan hingga mencapai kadar air plusmn 14

Pencampuran 1 volume jerami dari tanaman sakit ke dalam media tanam menyebabkan serangan parah blas leher malai pada perlakuan kontrol (Tabel 1)

J Fitopatol Indones Suwandi et al

106

Hasil ini mengungkapkan bahwa sisa jerami tanaman sakit di lapangan dapat menjadi sumber inokulum bagi tanaman musim berikutnya Peranan sisa jerami tanaman sakit sebagai sumber utama inokulum penyakit blas sudah lama diketahui (Suzuki 1975 Ou 1985) Infektifitas yang tinggi inokulum dari jerami sakit memungkinkan sisa tanaman ini dijadikan sumber inokulum alami pada percobaan lapangan ataupun percobaan yang menghendaki inokulum yang mewakili populasi lapangan patogen blas

Insidensi blas secara nyata lebih rendah pada tanaman yang diberi perlakuan ekstrak fermentasi kompos yang berasal dari rumpun padi bugar Insidensi penyakit blas leher malai dapat ditekan sebesar 71minus87 pada tanaman yang diaplikasi dengan ekstrak kompos (Tabel 1) Perlakuan ekstrak kompos tidak

memengaruhi perkecambahan benih dan tinggi tanaman (Tabel 2) tetapi perlakuan ekstrak kompos padi Inpara 1 dapat meningkatkan hasil gabah dibandingkan dengan kontrol (Tabel 3) Peningkatan hasil ini selaras dengan tingginya penekanan penyakit setelah perlakuan ekstrak kompos tersebut

Penelitian ini menunjukkan manfaat aplikasi ekstrak kompos bagi produksi padi Efikasi lapangan ekstrak kompos di lahan pasang surut yang bermasalah dengan penyakit blas kini sedang dalam proses pengujian Ekstrak kompos bermanfaat bagi tanaman karena hara yang dikandungnya terurai melalui mineralisasi dan pelarutan (Shrestha et al 2012) dan secara tidak langsung melalui pengimbasan ketahanan (Kim et al 2015) Ekstrak kompos jerami padi diketahui kaya akan kandungan senyawa humat yaitu

Sumber ekstrak kompos Insidensi penyakit()

Penekanan penyakit()

Tanah (kontrol) 528 plusmn 88 a -Kompos jerami padi Ciherang 151 plusmn 76 b 71Kompos jerami padi Inpari 10 80 plusmn 39 b 85Kompos jerami padi Inpara 1 69 plusmn 32 b 87

Tabel 1 Insidensi penyakit saat panen dan penekanan penyakit blas leher malai padi dalam pot yang diaplikasi ekstrak kompos

Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji beda nyata jujur Tukey (P=005) nilai relatif terhadap kontrol

Sumber ekstrak kompos Perkecambahan benih ()

Tinggi tanaman (cm)

Tanah (kontrol) 867 plusmn 22 537 plusmn 12Kompos jerami padi Ciherang 817 plusmn 51 525 plusmn 08Kompos jerami padi Inpari 10 842 plusmn 44 523 plusmn 12Kompos jerami padi Inpara 1 792 plusmn 68 533 plusmn 10

Tabel 2 Pertumbuhan padi dalam pot yang diaplikasi ekstrak kompos

Sumber ekstrak kompos Hasil (g pot-1 gabah kering giling )

Jumlah malai per tanaman

Jumlah gabah per malai

Tanah (kontrol) 25 plusmn 01 b 33 plusmn 02 b 307 plusmn 32Kompos jerami padi Ciherang 25 plusmn 02 b 30 plusmn 02 b 310 plusmn 31Kompos jerami padi Inpari 10 27 plusmn 03 b 34 plusmn 02 b 382 plusmn 28Kompos jerami padi Inpara 1 38 plusmn 02 a 41 plusmn 03 a 399 plusmn 28

Tabel 3 Komponen hasil padi dalam pot yang diaplikasi ekstrak kompos

Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji beda nyata jujur Tukey (P=005)

J Fitopatol Indones Suwandi et al

asam humat dan fulvat (Agustian 2004 Goyal dan Sindhu 2011) Senyawa humat berperan dalam pemacuan pertumbuhan pembenah tanah dan peningkatan ketahanan terhadap hama dan penyakit (Scheuerell dan Mahaffee 2004 Scheuerell dan Mahaffee 2006 El-Ghamry 2009 Kamel et al 2014) Pengimbasan ketahanan tanaman oleh asam humat terjadi melalui peningkatan aktivitas kitinase (Abdel-Kareem 2007) peningkatan kandungan senyawa fenol serta peningkatan aktivitas enzim peroksidase dan fenilalanin amonia liase (PAL) (Abdel-Monaim et al 2011)

UCAPAN TERIMA KASIH

Penelitian ini didanai oleh Penelitian Unggulan Perguruan Tinggi Universitas Sriwijaya tahun anggaran 2013minus2015

DAFTAR PUSTAKA

Abdel-Kareem F 2007 Induced resistance in bean plants against root rot and alternaria leaf spot diseases using biotic and a biotic inducers under field conditions J Agric Biol Sci 3767ndash774

Abdel-Monaim MF Ismail ME Morsy KM 2011 Induction of systemic resistance of benzothiadiazole and humic acid in soybean plants against fusarium wilt disease Mycobiology 39(4)290minus298 D O I h t t p d x d o i o rg 1 0 5 9 4 1 MYCO2011394290

Agustian Susila P Gusnidar 2004 Pembentukan asam humat dan fulvat selama pembuatan kompos jerami padi Solum 19ndash14

[BPS Banyuasin] Badan Pusat Statistik Kabupaten Banyuasin 2014 Kabupaten Banyuasin Dalam Angka 2014 httpbanyuasinkabbpsgoiddatapublikasipublikasi_114indexhtml [diakses 20 Agst 2014]

[BPS OKU Timur] Badan Pusat Statistik Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur 2014 Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur Dalam Angka 2014 http

okutimurkabbpsgoiddatapublikasidda2014 [diakses 20 Agst 2014]

[BPS Sumatera Selatan] Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Selatan 2014 Sumatera Selatan Dalam Angka 2014 httpsumselbpsgoidimagespublikasiflipping2014sumsel20dalam20angka202014indexhtml [diakses 20 Agst 2014]

Curlango-Rivera G Pew T van Etten HD Zhongguo X Yu N Hawes MC 2013 Measuring root disease suppression in response to a compost water extract Phytopathology 103255minus260 DOI httpdxdoiorg101094PHYTO-06-12-0145-R

Elad Y Shtienberg D 1994 Effect of compost water extracts on grey mould (Botrytis cinerea) Crop Prot 13109minus114 DOI httpdxdoiorg1010160261-2194(94)90160-0

El-Ghamry AM Abdel-Hai KM Ghoneem KM 2009 Amino and humic acids promote growth yield and disease resistance of faba bean cultivated in clayey soil Aust J Basic Applied Sci 3731minus739

Goyal S Sindhu SS 2011 Composting of rice straw using different inocula and analysis of compost quality Microbiol J1 1 2 6 minus 1 3 8 D O I h t t p d x d o i org103923mj2011126138

Hargreaves JC Adl MS Warman PR 2009 The effects of municipal solid waste compost and compost tea on mineral element uptake and fruit quality of strawberries Compost Sci Util 1785minus94 DOI httpdxdoiorg1010801065657X200910702406

Kamel SM Afifi MMI El-Shoraky FS El-Sawy MM 2014 Fulvic acid a tool for controlling powdery and downy mildews in cucumber plants Int J Phytopathol 3101minus108

Kim MJ Shim CK Kim YK Hong SJ Park JH Han EJ Kim SC 2015 Effect of aerated compost tea on the growth promotion of lettuce soybean and sweet corn in organic cultivation Plant Pathol 31259ndash268 DOI httpdxdoiorg105423PPJOA0220150024

107

J Fitopatol Indones Suwandi et al

Koswara O Rumawas F 1984 Tidal swamp rice in Palembang region Di dalam Smith WH Argosino GS editor Proceedings of the Workshop on Research Priorities in Tidal Swamp Rice Los Bantildeos Laguna (PH) International Rice Research Institute hlm 37minus48

Ou SH 1985 Rice Diseases Kew Survey (UK) CAB International Mycological Institute

Pant AP Radovich TJK Hue NV Talcott ST Krenek KA 2009 Vermicompost extracts influence growth mineral nutrients phytonutrients and antioxidant activity in pak choi (Brassica rapa cv Bonsai Chinensis group) grown under vermicompost and chemical fertilizer J Sci Food Agric 892383minus2392 DOI httpdxdoiorg101002jsfa3732

Scheuerell SJ Mahaffee WH 2004 Compost tea as a container medium drench for suppressing seedling damping-off caused by Pythium ultimum Phytopathology 941156minus1163 DOI httpdxdoiorg101094PHYTO200494111156

Scheuerell SJ Mahaffee WH 2006 Variability associated with suppression of gray mold (Botrytis cinerea) on geranium by foliar applications of nonaerated and aerated compost teas Plant Dis 901201minus1208 DOI httpdxdoiorg101094PD-90-1201

Scheuermann KK Raimondi JV Marschalek R de Andrade A Wickert E 2012 Magnaporthe oryzae genetic diversity and its outcomes on the search for durable resistance Di dalam Caliskan M editor The Molecular Basis of Plant Genetic Diversity Rijeka (HR) Intech hlm 331minus356

Shrestha K Walsh KB Midmore DJ 2012 Microbially enhanced compost extract does it increase solubilisation of minerals and mineralisation of organic matter and thus improve plant nutrition J Bioremed Biodegrad 3(5)1ndash9 DOI httpdxdoiorg1041722155-61991000149

Suprianto H Irianto SG Susanto RH Schultz B Suryadi FX Eelaart AVD 2009 Land and water management of tidal lowlands experiences in Telang and Saleh South Sumatra Irrig Drain 59(3)317minus335 DOI httpdxdoiorg101002ird460

Suzuki H 1975 Meteorological factors in the epidemiology of rice blast Ann Rev Phytopathol 13239minus256 DOI ht tp dxdoi org101146annurevpy13090175001323

108

  • 12737-37236-1-PBpdf (p1-8)
  • 12738-37237-1-PBpdf (p9-14)
  • 12739-37238-1-PBpdf (p15-21)
  • 12741-37240-1-PBpdf (p22-26)
Page 6: Bakteri Endofit Asal Berbagai Akar Tanaman sebagai Agens ...fp.unmas.ac.id/wp-content/uploads/2018/10/vol-12-no.3.pdfInfeksi nematoda puru akar (NPA) Meloidogyne incognita pada tomat

J Fitopatol Indones Pradana et al

80

PEMBAHASAN

Bakteri membutuhkan nutrisi dan kondisi lingkungan khusus agar dapat ditumbuhkan pada medium buatan Perbedaan jumlah dan kandungan nutrisi dalam medium buatan berpengaruh pada dominasi bakteri yang tumbuh Hal tersebut diungkapkan oleh Puspita et al (2012) bahwa terdapat dua hal yang memengaruhi dominasi pertumbuhan bakteri dalam medium buatan yaitu nutrisi medium dan jumlah sel yang terdapat pada suspensi Sel bakteri yang belum dapat ditumbuhkan pada medium buatan masih memiliki peluang untuk ditumbuhkan apabila ditemukan komposisi medium yang tepat

Reaksi hipersensitif dipengaruhi oleh gen hrp yang dapat ditemui pada kelompok bakteri patogen tanaman Xanthomonas sp Reaksi ini terjadi dalam waktu 24ndash48 jam dan terlokalisasi Membran seluler pada daun tanaman tembakau yang mengalami kontak dengan bakteri patogen akan hancur dan nekrosis Respons tersebut menunjukkan bahwa bakteri yang kontak dengan daun tanaman tembakau berpotensi sebagai patogen tumbuhan (Zhu et al 2000) Bakteri yang menghasilkan toksin hemolisis tidak digunakan pada uji lanjut karena supernatan dari α dan β hemolisis bersifat sangat cytotoxic terhadap granulocytes monocytes dan lymphocytes manusia (Duncan et al 2007 Lopes et al 2010)

Kelompok bakteri endofit hidup di dalam jaringan tanaman dan bersifat menguntungkan bagi tanaman Sebagai agens biokontrol bakteri endofit dapat melindungi tanaman dari infeksi patogen secara langsung maupun tidak langsung Secara tidak langsung bakteri endofit mampu menginduksi ketahanan tanaman (Lodewyckx et al 2002) dengan merangsang pembentukan asam salisilat peroksidase fitoaleksin PR-protein dan senyawa fenolik (Rosenblueth dan Martiacutenez-Romero 2006)

Secara langsung kelompok bakteri endofit dapat berperan sebagai agens hayati dengan memproduksi senyawa-senyawa antimikrob Senyawa tersebut berupa enzim toksin maupun

gas yang mampu menghambat perkembangan patogen (Chernin et al 2002) Khan et al (2004) melaporkan bahwa enzim protease yang diproduksi oleh cendawan Paecilomyces lilacinus mampu menghambat penetasan telur nematoda M javanica Siddiqui et al (2005) dan Tian et al (2007) menyatakan produksi enzim protease oleh bakteri merupakan salah satu mekanisme bakteri sebagai agens pengendali nematoda puru akar Meloidogyne spp Degradasi lapisan lemak pada telur M hapla yang diberi perlakuan enzim protease menyebabkan banyak telur nematoda yang tidak dapat menetas (Khan et al 2004)

Harni et al (2007) melaporkan bahwa bakteri endofit Bacillus galur NJ46 Bacillus galur NA22 dan Bacillus galur NJ2 mampu menekan populasi nematoda Pratylenchus brachyurus Terjadinya penekanan tersebut disebabkan oleh metabolit sekunder enzim kitinase dan protease yang dihasilkan oleh bakteri-bakteri tersebut Enzim kitinase memiliki peran penting dalam pengendalian nematoda karena enzim ini mampu mendegradasi lapisan tengah telur nematoda seperti M javanica Rotylenchulus reniformis dan Tylenchulus semipenetrans (Tian et al 2007) Cronin et al (1997) menjelaskan enzim kitinase dapat menghambat penetasan telur Globodera rostochiensis sampai 70 dan enzim ini mampu mengendalikan populasi nematoda M javanica dan meningkatkan pertumbuhan tanaman tomat

HCN merupakan senyawa metabolit sekunder yang dihasilkan oleh bakteri Senyawa ini diketahui bersifat anticendawan dan berperan penting dalam pengendalian nematoda (Ramette et al 2003 Devi et al 2007) Keberadaan HCN di dalam tanah mampu menekan perkembangan M hapla sampai dengan 54 Semakin tinggi jumlah HCN yang ada kematian nematoda parasit tanaman juga semakin tinggi (Siddiqui et al 2006)

Pada penelitian ini diperoleh 1 kelompok bakteri endofit yang mampu mengendalikan M incognita dengan mekanisme produksi enzim protease kitinase dan asam sianida (HCN) Kelompok bakteri tersebut ialah TmtN5 yang diisolasi dari akar tanaman tomat

J Fitopatol Indones Pradana et al

81

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad F Ahmad I Khan M 2008 Screening of free-living rhizospheric bacteria for their multiple plant growth promoting activities Microbiol Res 163(2)173ndash181 DOI httpdxdoiorg101016jmicres200604001

Baehaki A Budiman A 2011 Isolasi dan karakterisasi protease dari bakteri tanah rawa Indralaya Sumatera Selatan J Teknologi dan Industri Pangan 22(1)37ndash42

Bartlem DG Jones MG Hammes UZ 2013 Vascularization and nutrient delivery at root-knot nematode feeding sites in host roots J Exp Bot 65(7)1789ndash1798 DOI httpdxdoiorg101093jxbert415

Berg G Hallmann J Control of plant pathogenic fungi with bacterial endophytes Di dalam Schulz B Boyle C Sieber T editor Microbial Root Endophytes Netherlands (NL) Springer hlm 53ndash69 DOI httpdxdoiorg1010073-540-33526-9_4

Chernin L Chet I Burns R Dick R 2002 Microbial enzymes in the biocontrol of plant pathogens and pests Di dalam Burns RG Dick RP editor Enzymes in The Environment Activity Ecology and Applications New York (US) CRC Press hlm 171ndash226 DOI httpdxdoiorg1012019780203904039ch7

Cronin D Moeumlnne-Loccoz Y Dunne C OrsquoGara F 1997 Inhibition of egg hatch of the potato cyst nematode Globodera rostochiensis by chitinase-producing bacteria Eur J Plant Pathol 103(5)433ndash440 DOI httpdxdoiorg101023A1008662729757

Devi KK Seth N Kothamasi S Kothamasi D 2007 Hydrogen cyanide-producing rhizobacteria kill subterranean termite Odontotermes obesus (Rambur) by cyanide poisoning under in vitro conditions Curr Microbiol 54(1)74ndash78 DOI httpdxdoiorg101007s00284-006-0473-z

Duncan S Louis P Flint H 2007 Cultivable bacterial diversity from the human colon Lett Appl Microbiol 44(4)343ndash350 DOI 101111j1472-765X200702129x

Hallmann J Hallmann AQ Miller WG Sikora RA Lindow SE 2001 Endophytic colonization of plants by the biocontrol agent Rhizobium etli G12 in relation to Meloidogyne incognita infection J Phytopathol 91(4)415ndash422 DOI httpdxdoiorg101094PHYTO2001914415

Hariprasad P Divakara S Niranjana S 2011 Isolation and characterization of chitinolytic rhizobacteria for the management of Fusarium wilt in tomato Crop Protection 30(12)1606ndash1612 DOI h t tp dx do i o rg 10 1016 j cropro201102032

Harni R Munif A Supramana Mustika I 2007 Pemanfaatan bakteri endofit untuk mengendalikan nematoda peluka akar (Pratylenchus brachyurus) pada tanaman nilam HAYATI J Biosci 14(1)7ndash12

Heath MC 2000 Hypersensitive response-related death Plant Mol Biol 44(3)321ndash334 DOI httpdxdoiorg101023A1026592509060

Kalaiarasan P Lakshmanan P Rajendran G Samiyappan R 2006 Chitin and chitinolytic biocontrol agents for the management of root knot nematode Meloidogyne arenaria in groundnut (Arachis hypogaea L) cv Co3 Indian J Nematol 36(2)181ndash186

Khan A Williams KL Nevalainen HK 2004 Effects of Paecilomyces lilacinus protease and chitinase on the eggshell structures and hatching of Meloidogyne javanica juveniles Bio Control 31(3)346ndash352 DOI httpdxdoiorg101016jbiocontrol200407011

Lian LH Tian BY Xiong R Xu J Zhang KQ 2007 Protease from Bacillus a new insight into the mechanism of action for rhizobacterial suppression of nematode populations Lett Appl Microbiol 45(2007)262ndash269 DOI httpdxdoiorg101111j1472-765X200702184x

Lodewyckx C Vangronsveld J Porteous F Moore ER Taghavi S Mezgeay M der Lelie Dv 2002 Endophytic bacteria and their potential applications Critical Rev

J Fitopatol Indones Pradana et al

Plant Sci 21(6)583ndash606 DOI httpdxdoiorg1010800735-260291044377

Lopes AH Souto-Padroacuten T Dias FA Gomes MT Rodrigues GC Zimmermann LT Alves e Silva T Vermelho AB 2010 Trypanosomatids odd organisms devastating diseases Open Parasitol 430ndash59 DOI httpdxdoiorg1021741874421401004010030

Mei C Flinn BS 2010 The use of benefecial microbial endophytes for plants biomass and stress tolerance improvement Recent Pat Biotechnol 481ndash95 DOI httpdxdoiorg102174187220810790069523

Munif A Hallmann J Sikora RA 2013 The influence of endophytic bacteria on Meloidogyne incognita infection and tomato plant growth J ISSAAS 19(2)68ndash74

Munif A Wibowo AR Herliyana EN 2015 Bakteri endofit dari tanaman kehutanan sebagai pemacu pertumbuhan tanaman tomat dan agen pengendali Meloidogyne sp J Fitopatol Indones 11(6)179ndash186 DOI httpdxdoiorg1014692jfi116179

Puspita ID Kamagata Y Tanaka M Asano K Nakatsu CH 2012 Are unciltivated bacteria really uncultivable Microbes Environ 27(4)356ndash366 DOI httpdxdoiorg101264jsme2ME12092

Ramette A Moeumlnne-Loccoz Y Deacutefago G 2003 Prevalence of fluorescent pseudomonads producing antifungal phloroglucinols andor hydrogen cyanide in soils naturally suppressive or conducive to tobacco black root rot FEMS Microbiol Ecol 44(1)35ndash43 DOI httpdxdoiorg101111j1574-69412003tb01088x

Rosenblueth M Martiacutenez-Romero E 2006 Bacterial endophytes and their interactions with hosts Mol Plant Microbe Interact 19(8)827ndash837 DOI httpdxdoiorg101094MPMI-19-0827

Salasia SIO Khusnan Z Lammler C Zschock M 2004 Comparative studies on phenol-and genotypic properties of Staphylococcus aureus isolated from bovine subclinical mastitis in central Java in Indonesia and Hesse in Germany J Vet Sci 5(2)103ndash109

Siddiqui IA Haas D Heeb S 2005 Extracellular protease of Pseudomonas fluorescens CHA0 a biocontrol factor with activity against the root-knot nematode Meloidogyne incognita App Environ Microbiol 71(9)5646ndash5649 DOI httpdxdoiorg101128AEM7195646-56492005

Siddiqui IA Shaukat SS Sheikh I Khan A 2006 Role of cyanide production by Pseudomonas fluorescens CHA0 in the suppression of root-knot nematode Meloidogyne javanica in tomato World J Microbiol Biotech 22(6)641ndash650 DOI httpdxdoiorg101007s11274-005-9084-2

Tian B Yang J Zhang K-Q 2007 Bacteria used in the biological control of plant-parasitic nematodes populations mechanisms of action and future prospects FEMS Microbiol Ecology 61(2)197ndash213 DOI httpdxdoiorg101111j1574-6941200700349x

Zeck WM 1971 A rating scheme for field evaluation of root-knot nematode infestasions Pflanzenschutz Nachrichten Bayer 24141ndash144

Zhu W MaGbanua MM White FF 2000 Identification of two novelhrp-associated genes in the hrp gene cluster of Xanthomonas oryzae pv oryzae J Bacteriol 182(7)1844ndash1853 DOI httpdxdoiorg101128JB18271844-18532000

82

Volume 12 Nomor 3 Mei 2016Halaman 83ndash88

DOI 1014692jfi12383ISSN 0215-7950

Alamat penulis korespondensi Fakultas Pertanian Universitas Lampung Jalan Sumanteri Brojonegoro No 1 Gedong Meneng Bandar Lampung 35145Tel 0721-787029 Surel igswibawayahoocom

83

Status Fitonematoda pada Tiga Kisaran Umur Lahan Pertanaman Pisang Cavendish di Way Kambas Lampung

Phytonematodes Status at Three Age Range of Cavendish Banana Plantations in Way Kambas Lampung

Yanto1 dan I Gede Swibawa21Sekolah Tinggi Perkebunan Lampung Lampung 35145

2Universitas Lampung Lampung 35145

ABSTRAK

Fitonematoda adalah salah satu penyebab penurunan produksi pisang Permasalahan ini sering muncul pada budi daya pisang secara intensif yang berlangsung lama Penelitian bertujuan menentukan status fitonematoda pada berbagai tingkat umur lahan pertanaman pisang Cavendish di PT NTF Way Kambas Lampung Sampel tanah dan akar diambil dari 3 kelompok umur lahan yaitu 3ndash5 10ndash12 dan 17ndash19 tahun terotasi Ekstraksi nematoda menggunakan metode corong Baermann yang dimodifikasi Status fitonematoda ditetapkan berdasarkan frekuensi absolut (FA) frekuensi relatif (FR) dan populasi absolut (PA) genus Hasil penelitian menunjukkan terdapat 13 genus fitonematoda berasosiasi dengan pisang Cavendish Fitonematoda dari genus Pratylenchus dan Radopholus memiliki FA FR dan PA tinggi pada lahan umur 3ndash5 dan 10ndash12 tahun serta sedang di lahan umur 17ndash19 tahun terotasi Nilai FA FR dan PA genus lainnya rendah pada semua umur lahan Pratylenchus dan Radopholus berstatus penting pada lahan umur 3ndash5 tahun dengan nilai FA 100 FR 31 dan PA masing-masing 2988 dan 4230 individu per 200 mL tanah serta pada lahan umur 10ndash12 tahun dengan nilai FA 100 FR 39 serta PA masing-masing 215 dan 126 individu per 200 mL tanah Pratylenchus dan Radopholus kurang penting di lahan umur 17ndash19 tahun terotasi dengan nilai FA77 FR 22 serta PA berurutan 330 dan 164 individu per 200 mL tanah Status fitonematoda lainnya tidak penting dengan FA FR dan PA yang rendah

Kata kunci Pisang Cavendish Pratylenchus Radopholus

ABSTRACT

Crop losses due to phytonematodes infection commonly occurred on intensive plantation practiced for a long time The research was aimed to study phytonematodes status on several age-different plantation of Cavendish banana in PT NTF Way Kambas Lampung Soil and root samples were taken from three different plantations selected based on time period of cultivation practice ie 3ndash5 10ndash12 and 17ndash19 years long The modification of Baermann funnel method was applied to collect nematodes The status of phytonematodes were determined based on the absolute frequency (AF) relative frequency (RF) and absolute population (AP) of each genus The results showed that 13 phytonematodes genera inhabited Cavendish banana crops Pratylenchus and Radopholus have important status on a land that had been cultivated for 3ndash5 and 10ndash12 years with AF 100 RF 31 and AP 2988 and 4230 individues per 200 mL of soil respectively on 3ndash5 years long lands and AF100 RF 39 and PA 215 and 126 individues per 200 mL of soil respectively on 10ndash12 years long lands Pratylenchus and Radopholus were less important on 17ndash19 years long rotated lands with AF 77 RF 22 and AP 330 and

J Fitopatol Indones Yanto dan Swibawa

84

164 individues per 200 mL of soil respectively The status of other phytonematodes were not important with low value of AF RF and AP

Key words Cavendish banana Prtaylenchus Radopholus

PENDAHULUAN

Fitonematoda merupakan patogen utama pada tanaman pisang yang dapat menurunkan produksi sampai 60 Kehilangan hasil dapat lebih besar apabila fitonematoda berasosiasi dengan patogen tular tanah lainnya (Orsquobannon 1977)

Fitonematoda menyerang perakaran pisang dengan gejala bervariasi menurut spesiesnya dan yang paling merusak diantaranya ialah Radopholus Pratylenchus Helicotylenchus Meloidogyne dan Rotylenchulus (Gowen et al 2005) Nematoda ini juga menyerang tanaman pisang di Sumatera Barat (Jumjunidang 2003) Status fitonematoda pada pisang di beberapa negara bervariasi (Khan dan Hasan 2010 Srinivasan et al 2011 Rahman et al 2014 Nega dan Fetena 2015) karena faktor fisik dan tanaman (Gowen at al 2005) kompetisi dengan patogen lain seperti penyakit layu fusarium (Zhong et al 2011) pola tanam (Moser et al 2012) dan musim (Chaves dan Araya 2010)

PT Nusantara Tropical Farm (PT NTF) di Way Kambas Lampung mengelola pisang Cavendish secara intensif Perusahaan yang berdiri tahun 1992 ini mengelola 17526 ha pisang Cevendish yang terdiri atas beberapa klon yaitu CJ-20 CJ-30 dan DM-2 Perluasan lahan pertanaman pisang di PT NTF terus dilakukan sehingga saat ini terdapat variasi umur lahan yang berkisar antara 3 dan 20 tahun Sistem ratoon (memelihara anakan) sudah ditinggalkan sejak tahun 2010 untuk mempertahankan produksi optimum dan pembongkaran tanaman dilakukan setelah panen Budi daya pisang dilakukan secara intensif meliputi pengolahan tanah pemupukan pengairan sanitasi pengendalian hama dan penyakit tanaman serta penanganan panen (Ansyori 2009)

Masalah fitonematoda umumnya muncul pada pertanaman monokultur intensif

berlangsung lama Status fitonematoda di PT NTF belum dilaporkan padahal budi daya pisang telah berlangsung lama Walaupun sistem ratoon tidak diterapkan lagimdashyang mungkin menekan perkembangan populasi fitonematodamdashnamun menanam pisang secara terus menerus dapat menyebabkan akumulasi populasi fitonematoda

Penelitian ini bertujuan menentukan status fitonematoda pada beberapa umur lahan pisang Cavendish termasuk lahan yang pernah dirotasi Hasil penelitian diharapkan menjadi informasi bermanfaat dalam pengelolaan penyakit pisang terutama fitonematoda di PT NTF

BAHAN DAN METODE

Penelitian dilakukan pada pertanaman pisang Cavendish milik PT NTF di Way Kambas Lampung yang membudidayakan pisang secara intensif Lokasinya terletak pada 05deg 00ʹ-05deg15ʹ LS dan 105deg30ʹ-105deg45ʹ BTketinggian 20ndash60 m di atas permukaan laut iklim tipe B menurut SchimdtndashFerguson curah hujan 2372 mm per tahun suhu 27 degC RH 842 dan tipe tanah oxisol (Ansory 2009) Pertanaman ini memiliki lahan pisang baru dan lahan pisang lama yang pernah dirotasi dengan ubi kayu

Penelitian disusun dalam rancangan acak lengkap dengan 3 perlakuan umur lahan (3ndash5 10ndash12 dan 17ndash19 tahun yang pernah dirotasi) Masing-masing perlakuan ditanami pisang Cavendish klon CJ-30 CJ-20 dan DM-2 yang berumur 3ndash9 bulan Dalam setiap blok pertanaman dipilih secara acak petak berukuran 50 m times 50 m berisi 5 titik sampel diagonal dengan masing-masing 6 tanaman Pada setiap tanaman subsampel tanah dan akar diambil pada kedalaman 20 cm arah zig zag 3 subsampel berjarak 50 cm dan 3 subsampel lainnya berjarak 10 cm dari tanaman Sampel tanah dan akar dicampur dan selanjutnya

J Fitopatol Indones Yanto dan Swibawa

85

diambil 1 kg tanah dan 100 g akar untuk proses ekstraksi nematoda di laboratorium

Ekstraksi nematoda dari 200 mL tanah dan 50 g akar menggunakan metode corong Baermann yang dimodifikasi Akar dicuci dengan air mengalir dan 50 g akar dipotong-potong dengan panjang 05 cm tanpa maserasi lalu diletakkan pada corong Baermann berdiameter 8 cm dilengkapi dengan saringan 18 mesh (plusmn 15 mm) yang dilapisi kertas tisu dan kantong plastik pada bagian batang corong dan diinkubasi selama 72 jam dalam ruangan pada suhu plusmn 27 degC Nematoda yang diperoleh dimatikan dengan memanaskan suspensinya sampai suhu 60 degC kemudian difiksasi menggunakan larutan Golden X (campuran 8 bagian formalin 2 bagian gliserin dan 90 bagian aquades) sehingga nematoda berada dalam formaldehida 3 (Hooper et al 2005) Jumah nematoda dari setiap sampel dihitung dan 100 individu diambil secara acak untuk diidentifikasi sampai genus menggunakan kunci identifikasi Mai dan Lyon (1975)

Status fitonematoda penting kurang penting dan tidak penting ditetapkan ber-dasarkan populasi absolut (PA) frekuensi absolut (FA) dan frekuensi relatif (FR) genus PA genus ialah jumlah genus dari 100 individu yang diidentifikasi dikalikan jumlah nematoda setiap sampel FA dan FR dihitung menurut Norton (1978)

sum sampel yang mengandung genusFA = sum seluruh sampel yang dikoleksi times 100

danfrekuensi genusFR =total frekuensi seluruh genus times 100 dengan

FA frekuensi absolut dan FR frekuensi relatif

Populasi absolut dianalisis ragam dan pemisahan nilai tengah menggunakan uji BNT pada taraf nyata 5

HASIL

Sebanyak 13 genus fitonematoda terdapat di pertanaman pisang Cavendish Umur lahan memengaruhi keragaman populasi fitonematoda pada lahan umur 3ndash5 tahun terdapat 13 genus lahan umur 10ndash12 tahun

dan 17ndash19 tahun terotasi berturut-turut 7 dan10 genus Criconemella Ditylenchus Tylenchus Helicotylenchus Paralongidorus dan Xiphinema tidak ditemukan di lahan umur 10ndash12 tahun dan 3 genus terakhir tidak terdapat dilahan umur 17ndash19 tahun (Tabel 1)

Secara umum nilai FA dan FR di tanah lebih tinggi daripada di akar Dua genus nematoda yang memiliki nilai FA dan FR tinggi dari tanah ialah Pratylenchus dan Radopholus pada lahan umur 3ndash5 dan 10ndash12 tahun dan nilai sedang pada lahan umur 17ndash19 tahun Genus nematoda yang memiliki nilai FA dan FR rendah ialah Hoplolaimus dari tanah dan Meloidogyne dari akar pada lahan umur 17ndash19 tahun Genus fitonematoda lainnya baik dari tanah maupun akar memiliki nilai FA dan FR rendah pada semua umur lahan (Tabel 1)

Dari semua fitonematoda nilai PA Pratylenchus dan Radopholus paling tinggi dan dipengaruhi oleh umur lahan Nilai PA kedua genus ini dari tanah lahan umur 3ndash5 tahun tidak berbeda nyata dengan lahan umur 10ndash12 tahun tetapi nilai PA keduanya lebih tinggi daripada nilai PA pada lahan umur 17ndash19 tahun Nilai PA nematoda tersebut dari akar tidak dipengaruhi umur lahan (Tabel 2) Dua genus lain yang memiliki PA sedang yaitu Helicotylenchus dari tanah lahan umur 3ndash5 tahun dan Meloidogyne dari akar lahan umur 17ndash19 tahun nilai PA genus lainnya rendah baik dari tanah maupun akar dan tidak dipengaruhi oleh umur lahan (Tabel 2)

PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil penelitian ini terdapat 13 genus fitonematoda pada pertanaman pisang dan populasi nematoda yang bersifat endoparasit tidak diperoleh secara maksimum Hal ini dapat disebabkan oleh metode ekstraksi nematoda yang digunakan Ekstraksi nematoda dari akar dilakukan dengan metoda corong Baermann tanpa melakukan maserasi akar Jumlah genus nematoda yang diperoleh pada penelitian ini lebih tinggi daripada jumlah genus fitonematoda pada pertanaman pisang di Semenanjung Malaysia yaitu 9 genus

J Fitopatol Indones Yanto dan Swibawa

(Rahman et al 2014) dan di Bengali Barat India 12 genus (Khan dan Hasan 2010) tetapi lebih rendah daripada pertanaman pisang di Kamerun yaitu 16 genus (Bridge et al 1995)

Dari semua genus yang ditemukan dan berdasarkan pada nilai FA FR serta PA maka Pratylenchus dan Radopholus dapat dikategorikan sebagai fitonematoda penting pada lahan umur 3ndash5 dan 10ndash12 tahun kurang penting pada lahan umur 17ndash19 tahun sedangkan genus lainnya tidak penting pada semua umur lahan Nilai FA 100 untuk Pratylenchus dan Radopholus pada lahan umur 3ndash5 dan 10ndash12 tahun menunjukkan seluruh sampel tanah mengandung nematoda ini Nilai FR 39 menunjukkan Pratylenchus dan Radopholus mendominasi komunitas fitonematoda Nilai PA Radopholus masing-

masing 423 dan 126 individu per 200 mL tanah pada lahan umur 3ndash5 dan 10ndash12 tahun tergolong tinggi Herradura (2009) melaporkan bahwa dalam percobaan inokulasi 1000 ekor R similis pada bibit tanaman pisang populasinya meningkat menjadi 2500ndash3500 ekor per 10 g akar segar menjelang panen sehingga dapat menurunkan 68 bobot tandan pisang Grand Nain di Davao Filipina Nilai PA Pratylenchus 298 dan 215 individu per 200 mL tanah masing-masing pada lahan umur 3ndash5 dan 10ndash12 tahun juga tergolong tinggi Berdasarkan hasil penelitian ini disarankan untuk dilakukan pengendalian Radopholus dan Pratylenchus agar tidak menimbulkan kerugian

Pratylenchus dan Radopholus yang dapat dikategorikan fitonematoda penting pada pertanaman pisang ini juga merupakan

Genus Nematoda Sampel Umur lahan (tahun)3ndash5 10ndash12 17ndash19

FA FR FA FR FA FR()

Aphelenchoides Tanah 111 34 111 43 111 32Akar 111 31 00 00 00 00

Aphelenchus Tanah 111 34 00 00 333 97Akar 444 125 222 80 444 160

Criconemella Tanah 00 00 00 00 111 32Akar 111 31 00 00 111 40

Ditylenchus Tanah 111 34 00 00 111 32Akar - - - - - -

Helicotylenchus Tanah 222 69 00 00 00 00Akar 111 31 00 00 00 00

Hoplolaimus Tanah 111 34 333 130 556 161Akar 222 63 222 80 444 160

Meloidogyne Tanah 333 103 00 00 222 65Akar 222 63 444 160 667 240

Paralongidorus Tanah - - - - - -Akar 111 31 00 00 00 00

Pratylenchus Tanah 1000 310 1000 391 778 226Akar 889 250 889 320 667 240

Radopholus Tanah 1000 310 1000 391 778 226Akar 778 219 889 320 333 120

Scutellonema Tanah 111 34 111 43 333 97Akar 222 63 111 40 111 40

Tylenchus Tanah 00 00 00 00 111 32Akar 333 94 00 00 00 00

Xiphinema Tanah 111 34 00 00 00 00Akar - - - - - -

Tabel 1 Frekuensi absolut (FA) dan frekuensi relatif (FR) fitonematoda dari tanah dan akar pada berbagai umur lahan pisang Cavendish

- tidak ditemukan fitonematoda lahan dirotasi dengan ubi kayu

86

J Fitopatol Indones Yanto dan Swibawa

nematoda penting di beberapa negara penghasil pisang Di Kamerun P coffeae P goodey dan R similis adalah perusak akar utama akar pisang (Bridge et al 1995) sedangkan di Tamil Nadu India hanya R similis (Srinivasan et al 2011) Sementara itu di Nigeria Helicotylenchus lebih penting daripada Pratylenchus (Tanimola et al 2013) dan di Equador R similis lebih penting daripada Helicotylenchus Pratylenchus dan Meloidogyne (Chaves dan Araya 2010)

Umur lahan memengaruhi status Pratylenchus dan Radopholus Pada lahan umur 3ndash5 dan 10ndash12 tahun kedua nematoda berstatus penting sementara pada lahan umur 17ndash19 tahun dianggap kurang penting Lebih rendahnya nilai FA FR dan PA kedua fitonematoda pada lahan umur 17ndash19 tahun

dibandingkan dengan pada lahan umur 3ndash5 dan 10ndash12 tahun disebabkan oleh rotasi pisang dengan ubi kayu yang dilakukan 2ndash3 kali

UCAPAN TERIMA KASIH

Ucapan terima kasih disampaikan kepada RA Wardhana dan manajemen PT NTF yang telah memfasilitasi penelitian

DAFTAR PUSTAKA

Ansory 2009 Kriteria kesesuaian lahan untuk tanaman pisang Cavendish yang dikelola secara intensif di Way Kambas Lampung Timur [disertasi] Bogor (ID) Institut Pertanian Bogor

Tabel 2 Populasi absolut fitonematoda dari 200 mL tanah dan 50 g akar pada berbagai umur lahan pisang Cavendish

- tidak ditemukan fitonematoda data yang dianalisis ditransforamsi 2 kali ke radic (x+1) ns tidak nyata s nyata lahan dirotasi dengan ubi kayu Angka pada baris yang sama yang diikuti huruf sama tidak berbeda menurut uji BNT taraf nyata 5

Genus Nematoda SampelUmur lahan (tahun) KK

()Ket

3ndash5 10ndash12 17ndash19 (terotasi)

Aphelenchoides Tanah 01 01 01 32 nsAkar 02 00 00 32 ns

Aphelenchus Tanah 03 00 12 81 nsAkar 05 11 39 166 ns

Criconemella Tanah 00 00 01 19 nsAkar 07 00 01 69 ns

Ditylenchus Tanah 17 04 05 131 nsAkar - - -

Helicotylenchus Tanah 252 00 00 322 nsAkar 01 00 00 18 ns

Hoplolaimus Tanah 03 29 26 146 nsAkar 02 03 19 931 ns

Meloidogyne Tanah 11 00 10 101 nsAkar 22 45 127 252 ns

Paralongidorus Tanah - - -Akar 03 00 00 43 ns

Pratylenchus Tanah 2988 a 2152 a 330 b 129 sAkar 206 50 49 71 ns

Radopholus Tanah 4230 a 1261 a 164 b 121 sAkar 141 26 09 64 ns

Scutellonema Tanah 01 04 49 167 nsAkar 11 01 02 88 ns

Tylenchus Tanah 00 00 02 185 nsAkar 14 00 00 82 ns

Xiphinema Tanah 35 00 00 156 nsAkar - - -

87

J Fitopatol Indones Yanto dan Swibawa

Bridge J Price NS Kofi P 1995 Plant parasitic nematode on plantain and other crop in Cameroon West Africa Fundam Appl Nematol 18(3)251ndash260

Chaves C Araya M 2010 Spatial-temporal distribution of plant parasitic nematodes in banana (Musa AAA) plantation Equador J App Biosci 332057ndash2069

Gowen SR Queneherve P Fogain R 2005 Nematode parasites of banana and plantain Di dalam Luc M Sikora RA Bridge J editors Plant Parasitic Nematodes in Subtropical and Tropical Agriculture Ed ke-2 Wallingford (UK) CABI Publishing hlm 611ndash643 DOI httpdxdoiorg10107997808519972780611

Herradura LE 2009 Host respons of Eumusa varieties to a Radopholus similis population from the Philippines [disertasi]Leuven (BE) de Agricultura Katholieke Universiteit Leuven

Hooper DJ Hallman J Subbotin SA 2005 Methods for extraction processing and detection of plant and soil nematodes Di dalam Luc M Sikora RA Bridge J editor Plant Parasitic Nematodes in Subtropical and Tropical Agriculture Ed ke-2 Wallingford (UK) CABI Publishing hlm 53ndash86 DOI httpdxdoiorg10107997808519972780053

Jumjunidang 2003 Status and future RampD of nematodes in banana in Indonesia Di dalam Cruz Jr FS Van den Bergh I Waele D Hautea DM Molina AB editors Country Report of Workshop and Training Toward Management of Musa Nematodes in Asia and the Pasific 2003 Des 1ndash5 Los Banos Laguna (PH) The Institute of Plant Breeding UPLB hlm 43ndash46

Khan MR Hasan MA 2010 Nematode diversity in banana rhizosphere from West Bengal India J Plant Protec Res 50(3)263ndash268 DOI httpdxdoiorg102478v10045-010-0046-9

Mai WF Lyon HH 1975 Pictorial Key to

Genera of Plant-Parasitic Nematodes London (UK) Comstock Publishing Associated

Moser T Forster B Frankenbach S Marques R Rombke J Schmidt P Hofer H 2012 Nematodes assemblages in banana (Musa acuminata) monoculture and banana plantation with jucara palm (Euterpe edulis) in the Southern Mata Atlantica Brazil Nematology 14(3)371ndash384 DOI httpdxdoiorg101163156854111X601669

Nega G Fetena S 2015 Root necrosis assesment of plant parasitic nematodes of banana (Musa spp) at Arbaminch Etiophia J BiolAgric Healthcare 5(15)76ndash80

Norton DC 1978 Ecology of plant parasitic nematodes New York (US) John Willey and Sons Inc

Orsquobannon JH 1977 Worldwide dissemination of Radopholus similis and it importance in crop production J Nematol 9(1)16ndash25

Rahman SSA Zain SNM Mat MZB Sidam AK Othman RY Mohamed Z 2014 Population distribution of plant parasitic nematodes on bananas in Paninsular Malaysia Sains Malaysiana 43(2)175ndash183

Srinivasan R Kulothungan S Sundaraju P Govindasami C 2011 Biodiversity of plant parasitic nematodes associated with banana in Thanjavur District of Tamil Nadu Int J Plant Animal Environ Sci 1(2)63ndash69

Tanimola AA Asimeaa AO Ofuru-Joseph S 2013 Status of plant-parasitic nematodes on plantain (Musa parasidiaca (L)) in Choba Rivers State Nigeria Word J Agric Sci 9(2)189ndash195

ZhongS He Y Zeng H Mo Y Zhou ZX Zang ZP Jin Z 2011 Effect of banana wilt desasease on soil nematodes community structure and diversity Afr J Biotechnol 10(59)12729ndash12737

88

Volume 12 Nomor 3 Mei 2016Halaman 89ndash95

DOI 1014692jfi12389ISSN 0215-7950

Alamat penulis korespondensi Jurusan Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Halu Oleo Jalan HEA Mokodompit Kendari 93232 Tel 0401-3122320 Faks 0401-0401-3197045 Surel akhaeruniyahoocom

89

Ketahanan Berbagai Kultivar Padi Lokal terhadap Penyakit Hawar Daun Bakteri

Resistance of Local Rice Cultivars to Bacterial Leaf Blight Disease

Andi Khaeruni Erwin Najamuddin Teguh Wijayanto SyairUniversitas Halu Oleo Kendari 93232

ABSTRAK

Penyakit hawar daun bakteri yang disebabkan oleh Xanthomonas oryzae pv oryzae merupakan salah satu penyakit penting pada tanaman padi di Indonesia termasuk di Sulawesi Tenggara Penggunaan varietas tahan merupakan salah satu strategi pengendalian yang efektif dan ramah lingkungan untuk mengatasi penyakit Penelitian ini bertujuan mengetahui tingkat ketahanan beberapa varietas padi lokal asal Sulawesi Selatan dan Sulawesi Tenggara terhadap X oryzae pv oryzae patotipe IV VIII dan X Penelitian dilakukan di rumah kasa menggunakan tiga patotipe pada 11 kultivar padi lokal Inokulasi bakteri dilakukan menggunakan metode pengguntingan daun pada fase vegetatif dan generatif Pengamatan terhadap insidensi penyakit hawar daun bakteri dilakukan 3 minggu setelah inokulasi Data insidensi penyakit digunakan untuk menentukan tingkat ketahanan tanaman uji Hasil penelitian menunjukkan bahwa periode inkubasi penyakit pada kultivar Kelaca lebih lama dibandingkan dengan kultivar lainnya Pada fase vegetatif kultivar ini bereaksi agak tahan terhadap patotipe IV dan X serta sangat tahan terhadap patotipe VIII sedangkan pada fase generatif bereaksi agak tahan terhadap patotipe IV dan VII serta sangat tahan terhadap patotipe X Oleh karena itu kultivar Kelaca dapat direkomendasikan untuk ditanam pada daerah endemis penyakit hawar daun di Sulawesi Selatan dan Tenggara

Kata kunci insidensi penyakit patotipe Xanthomonas oryzae pv oryzae

ABSTRACT

Bacterial leaf blight disease caused by Xanthomonas oryzae pv oryzae is an important rice disease in Indonesia including in South East Sulawesi The use of resistant varieties is one of the effective and environmentally friendly control strategies to suppress the disease This study aimed to determine the level of resistance of some local rice varieties of South and Southeast Sulawesi against Xanthomonas oryzae pv oryzae pathotypes IV VIII and X The study was conducted in a screen house involving 3 bacterial pathotypes and 11 local rice cultivars Shearing method was used for inoculation of bacteria to leaf on vegetative and generative phases Disease incidences were measured 3 weeks after inoculation and the data was further used to determine the level of resistance of the tested rice cultivars The results showed that incubation period of the disease was longer on Kelaca cultivar compared to other cultivars On vegetative phase this cultivar showed moderate resistant to pathotypes IV and X and highly resistant to patotype VIII whereas on the generative phase it showed moderate resistant to pathotypes IV and VII and highly resistant to pathotype X Therefore Kelaca cultivar can be recommended for endemic areas of leaf blight in South and Southeast Sulawesi

Key words disease incidence pathotype Xanthomonas oryzae pv oryzae

J Fitopatol Indones Khaeruni et al

90

PENDAHULUAN

Hawar daun bakteri (HDB) yang disebabkan oleh Xanthomonas oryzae pv oryzae merupakan salah satu penyakit padi yang sulit dikendalikan karena memiliki banyak patotipe dan penyebarannya mudah terjadi (Akhtar et al 2008) Di Indonesia diketahui terdapat 12 patotipe X oryzae pv oryzae dengan tingkat virulensi yang berbeda dan merupakan ancaman utama bagi produksi padi nasional (Wahyudi et al 2011) Infeksi X oryzae pv oryzae pada tanaman padi di Indonesia menyebabkan kerugian hasil panen sebesar 21ndash36 pada musim hujan dan 18ndash28 pada musim kemarau (Suparyono et al 2004) Penanaman satu jenis varietas secara terus-menerus dengan skala yang luas dapat menyebabkan pergeseran patotipe sehingga patogen X oryzae pv oryzae menjadi semakin virulen

Penyakit HDB juga merupakan salah satu penyakit penting pada tanaman padi sawah di Sulawesi Tenggara Berdasarkan pengelompokan patotipe sistem KOZAKA yang menggunakan varietas diferensial dilaporkan terdapat 3 kelompok patotipe X oryzae pv oryzae di Sulawesi Tenggara yaitu patotipe IV VIII dan X yang memiliki virulensi tinggi (Khaeruni dan Wijayanto 2013)

Penggunaan varietas tahan terhadap patotipe yang dominan di daerah tertentu merupakan salah satu cara untuk mengendalikan X oryzae pv oryzae Pengendalian penyakit dengan menggunakan varietas tahan merupakan cara pengendalian yang efektif murah dan mudah untuk dilakukan sepanjang varietas tahan tersedia di masyarakat Rahim et al (2012) melaporkan 6 varietas padi komersial yang diuji terhadap X oryzae pv oryzae patotipe IV VIII IX dan X tidak ada satu pun varietas yang tahan Oleh karena itu pencarian varietas atau kultivar tahan perlu terus dilakukan Kultivar padi lokal yang telah dibudidayakan oleh masyarakat di Sulawesi Selatan dan Sulawesi Tenggara perlu dievaluasi ketahanannya terhadap X oryzae pv oryzae Penelitian ini bertujuan

menentukan tingkat ketahanan kultivar padi lokal asal Sulawesi Selatan dan Sulawesi Tenggara terhadap penyakit HDB

BAHAN DAN METODE

Isolat X oryzae pv oryzae dan Benih Padi Isolat X oryzae pv oryzae yang digunakan

ialah patotipe IV VIII dan X asal Sulawesi Tenggara (koleksi Laboratorium Ilmu Hama dan Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas Haluoleo) Padi lokal yang diuji sebanyak 6 kultivar asal Sulawesi Tenggara (Pae Nggonggohia Pae Biu Pae Nggomumu Pae Wila Padae Hada Padae Wolio) dan 5 kultivar dari Sulawesi Selatan (Mandi Kelaca Pulu Lotong Mandoti Pulu Pute) Padi var IR64 yang digunakan sebagai varietas rentan diperoleh dari hasil panen tanaman yang bebas dari penyakit HDB

Rancangan Percobaan Percobaan dilakukan di rumah kaca

disusun dalam rancangan acak kelompok Sebanyak 11 kultivar uji dan varietas IR64 diinokulasi dengan 3 patotipe X oryzae pv oryzae sehingga diperoleh 36 kombinasi perlakuan Setiap perlakuan diulang sebanyak 3 kali sehingga total keseluruhan terdapat 108 tanaman uji

Benih padi diperam semalam sebelum dikecambahkan di cawan petri yang dialasi kertas buram lembap Benih yang berkecambah pada umur 2 hari disemai pada kotak semai yang berisi arang sekam bercampur pupuk kandang dengan perbandingan 31 (vv) Bibit berumur 21 hari dipindah tanam dalam pot kantong plastik ukuran 30 cm times 20 cm yang berisi medium campuran tanah dan pupuk kandang dengan perbandingan 41 (vv) kemudian diletakkan dalam rumah kasa Tanaman disiram setiap pagi hari gulma dan hama yang ditemukan dikendalikan secara manual Pemeliharaan tanaman dilakukan sejak pindah tanam sampai pengujian selesai

Isolat dari setiap patotipe X oryzae pv oryzae dibiakkan secara terpisah pada medium pepton sukrosa agar (PSA) selama 48 jam Kultur murni disuspensikan dalam

J Fitopatol Indones Khaeruni et al

91

akuades steril hingga mencapai kepadatan 108ndash109 cfu mL-1 dan digunakan sebagai sumber inokulum (Khaeruni et al 2014a)

Inokulasi setiap patotipe X oryzae pv oryzae pada tanaman uji dilakukan 2 tahap yaitu pada fase vegetatif ketika tanaman berumur 3 minggu setelah tanam (MST) dan pada fase generatif tanaman berumur 8 MST Inokulasi dilakukan pada 5 sampel daun yang membuka sempurna dengan menggunting daun sekitar 2ndash3 cm dari ujung daun menggunakan gunting yang telah dicelupkan dalam suspensi X oryzae pv oryzae

PengamatanPengamatan meliputi periode inkubasi

insidensi penyakit dan reaksi ketahanan Pengamatan periode inkubasi dilakukan setiap hari mulai 1 hari setelah inokulasi sampai munculnya gejala pada daun yang diinokulasi patogen Pengamatan insidensi penyakit dilakukan 3 minggu setelah inokulasi pada setiap tahap inokulasi (fase vegetatif dan generatif)

Insidensi penyakit diamati dengan mengukur panjang gejala HDB pada setiap daun sampel yang diinokulasi Insidensi penyakit dihitung menggunakan rumus

IP = times 100 dengannN

IP insidensi penyakit n panjang gejala HDB pada daun sampel N panjang daun sampel

Kriteria tingkat ketahanan tanaman di-tentukan berdasarkan nilai insidensi penyakit pada setiap kultivar yang diuji pada setiap patotipe berdasarkan nilai skoring yang ditetapkan oleh IRRI tahun 1996 (Tabel 1)

HASIL

Periode InkubasiPeriode inkubasi penyakit pada fase

vegetatif bervariasi dari 27ndash4 hari setelah inokulasi Pada beberapa kultivar memiliki periode inkubasi penyakit yang lebih lama dibandingkan dengan pada varietas IR 64 yaitu 27ndash30 hari (Tabel 2) Periode inkubasi penyakit terpanjang terjadi pada kultivar Kelaca baik pada fase vegetatif maupun fase generatif Varietas IR64 dan kultivar Pae Biu tergolong rentan menunjukkan gejala layu dan muncul bercak kelabu pada tepi daun serta sedikit menggulung ke arah dalam sedangkan gejala layu tidak terjadi pada kultivar Kelaca yang tergolong varietas tahan

Insidensi Penyakit dan Reaksi KetahananInsidensi penyakit hawar daun pada kultivar

padi lokal yang diuji pada fase vegetatif bervariasi dari 26ndash776 sehingga reaksi ketahanan kultivar-kultivar padi lokal tersebut bervariasi dari rentan sampai sangat tahan sementara insidensi penyakit pada varietas IR64 berkisar 24ndash468 sehingga varietas ini bereaksi agak rentan terhadap semua patotipe X oryzae pv oryzae Ketahanan terbaik pada fase vegetatif terdapat pada kultivar Kelaca asal Sulawesi Selatan yang bereaksi agak tahan terhadap patotipe IV dan X serta tahan terhadap patotipe VIII Kultivar Paedai Wolio asal Sulawesi Tenggara memiliki reaksi agak rentan pada semua patotipe sementara kultivar Mandi Pae Ngonggohia Pae Biu Kelaca Pullu Lotong Pae Wila Paedai Hada Mandoti Pullu Pute Paedai Wolio memperlihatkan reaksi rentan sehingga kultivar tersebut memiliki ketahanan lebih rendah dibandingkan dengan varietas IR64 (Tabel 3)

Pada fase generatif insidensi penyakit berkisar 33ndash227 sehingga reaksi ketahanan berbagai kultivar padi lokal yang diinokulasikan dengan 3 patotipe X oryzae pv oryzae juga bervariasi jika dibandingkan dengan varietas IR64 Ketahanan terbaik diperlihatkan padi kultivar Kelaca yang memiliki respons agak tahan terhadap patotipe IV dan VIII serta sangat tahan terhadap patotipe X Selain

Skor Insidensi penyakit ()

Reaksi ketahanan

1 0ndash3 Sangat tahan (ST)2 4ndash6 Tahan (T)3 7ndash12 Agak tahan (AT)4 13ndash50 Agak rentan (AR)5 51ndash75 Rentan (R)6 gt75 Sangat rentan (SR)

Tabel 1 Skor dan insidensi penyakit tanaman berdasarkan pada luas daun padi yang bergejala hawar daun (SES IRRI 1996)

J Fitopatol Indones Khaeruni et al

92

Kultivar padi lokal Patotipe IV Patotipe VIII Patotipe XVeg Gen Veg Gen Veg Gen

Pae Ngonggohia 40 37 30 30 30 27Pae Biu 30 27 27 30 27 27Pae Nggomumu 33 30 37 30 30 37Pae Wila 33 30 33 40 37 43Paedai Hada 33 30 30 30 30 30Paedai Wolio 33 40 30 37 33 33Mandi 33 40 30 30 30 30Kelaca 40 47 37 47 37 47Pulu Lotong 30 30 33 30 30 30Mandoti 30 30 30 30 27 30Pulu Pute 30 30 30 37 23 37IR64 30 30 27 30 27 30

Tabel 2 Periode inkubasi (hari) penyakit hawar daun bakteri pada varietas padi lokal yang diinokulasi dengan 3 patotipe Xanthomonas oryzae pv oryzae

Veg fase vegetatif Gen fase generatif kontrol varietas rentan

Kultivar padi lokalPatotipe IV Patotipe VIII Patotipe X

IP ()

Skor (Respons)

IP ()

Skor (Respons)

IP ()

Skor (Respons)

Pae Ngonggohia 419 4 (AR) 557 5 (R) 391 4 (AR)Pae Biu 718 5 (R) 776 6 (SR) 465 4 (AR)Pae Nggomumu 115 3 (AT) 408 4 (AR) 425 4 (AR)Pae Wila 513 5 (R) 379 4 (AR) 665 5 (R)Paedai Hada 652 5 (R) 309 4 (AR) 743 5 (R)Paedai Wolio 261 4 (AR) 316 4 (AR) 461 4 (AR)Mandi 256 4 (AR) 510 5 (R) 458 4 (AR)Kelaca 78 3 (AT) 26 1 (ST) 69 3 (AT)Pulu Lotong 525 5 (R) 337 4 (AR) 353 4 (AR)Mandoti 448 4 (AR) 265 4 (AR) 519 5 (R)Pulu Pute 233 4 (AR) 342 4 (AR) 555 5 (R)IR64 468 4 (AR) 240 4 (AR) 396 4 (AR)

Tabel 3 Insidensi penyakit (IP) dan respons ketahanan berbagai kultivar padi lokal dan IR64 terhadap 3 patotipe Xanthomonas oryzae pv oryzae pada fase vegetatif

SR sangat rentan R rentan AR agak rentan AT agak tahan ST sangat tahan kontrol varietas rentan

padi kultivar Kelaca kultivar Pae Wila memiliki ketahanan yang relatif lebih kuat terhadap X oryzae pv oryzae karena bereaksi tahan terhadap patotipe IV dan X serta agak tahan terhadap patotipe VIII (Tabel 4)

PEMBAHASAN

Penentuan periode inkubasi didasarkan munculnya gejala hawar pada daun yang diinokulsi X oryzae pv oryzae Periode

inkubasi pada beberapa kultivar lebih lama dibandingkan dengan padi var IR64 baik yang diinokulasi pada fase vegetatif maupun pada fase generatif Kultivar yang memiliki respons ketahanan terbaik ialah padi kultivar Kelaca karena memiliki periode inkubasi terlama dan insidensi penyakit yang lebih rendah dibandingkan dengan kultivar lainnya Hal ini sesuai dengan pendapat Nayak et al (1987) yang menyatakan ketahanan tanaman padi terhadap penyakit HDB secara tidak

J Fitopatol Indones Khaeruni et al

93

langsung ditentukan oleh periode inkubasi dan perkembangan penyakit

Gen ketahanan terhadap ras X oryzae pv oryzae ditentukan oleh gen R mayor (Liu et al 2006) Ketahanan varietas padi terhadap X oryzae pv oryzae berkaitan dengan kandungan gen ketahanan (gen Xa) varietas yang memiliki lebih dari satu gen Xa memperlihatkan ketahanan yang lebih kuat dibandingkan dengan yang hanya memiliki satu gen Xa (Nafisah et al 2007) X oryzae pv oryzae patotipe IV mempunyai gen virulensi yang dapat mematahkan gen ketahanan Xa1 Xa2 Xa4 Xa7 Xa10 Xa11 dan Xa 14 pada tanaman padi patotipe VIII dapat mematahkan gen ketahanan Xa1 Xa2 Xa3 Xa4 Xa7 Xa10 Xa11 dan Xa 14 sedangkan patotipe X dapat mematahkan gen ketahanan Xa1 Xa2 Xa4 Xa7 Xa10 Xa11 Xa14 dan Xa21 (Hifni dan Kardin 1998) Hal ini menunjukkan bahwa padi kultivar Kelaca tahan terhadap patotipe IV VIII dan X karena memiliki gen ketahanan Xa yang mampu mengatasi gen-gen virulen (Vir) dari ketiga patotipe tersebut

Djatmiko dan Fatichin (2011) menduga bahwa suatu tanaman menjadi tahan terhadap penyakit HDB karena meng-hasilkan fitoaleksin sebagai hasil interaksi inang-parasit yang fungsinya menghambat perkembangan bakteri Akumulasi fitoaleksin

dalam konsentrasi tinggi dapat membatasi area infeksi patogen (Suswati et al 2011) Hal yang sama dijelaskan oleh Hasegawa et al (2014) bahwa tanaman padi memiliki respons tahan terhadap penyakit blas karena mengakumulasi senyawa fitoaleksin sakuratenin yang bersifat toksin bagi patogen tanaman dengan cepat setelah terinfeksi patogen Oleh karena itu senyawa fitoaleksin diduga pula berpengaruh untuk menghambat penyakit-penyakit hawar daun bakteri pada padi kultivar Kelaca

Kultivar lokal Pae Wila Pulu Lotong Mandoti Pulu Pute mengalami peningkatan status ketahanan di fase generatif Hal ini mengindikasikan bahwa ketahanan kultivar tersebut meningkat seiring dengan pertambahan umur tanaman padi Hasil yang sama dilaporkan oleh Khaeruni et al (2014b) bahwa semakin tua umur tanaman padi Inpari 10 dan Cisantana yang diinokulasi X oryzae pv oryzae menjadi semakin lambat perkembangan penyakit hawar daun bakterinya Djatmiko dan Fatichin (2009) melaporkan bahwa fase vegetatif tanaman padi lebih rentan dibandingkan dengan fase generatifnya sedangkan Aditya et al (2015) mengemukakan bahwa ketahanan lapangan fase generatif padi lebih rentan terhadap penyakit hawar daun bakteri dibandingkan dengan fase vegetatifnya

VarietasKultivarPatotipe IV Patotipe VIII Patotipe X

IP ()

Skor(Respons)

IP ()

Skor (Respons)

IP ()

Skor (Respons)

Pae Ngonggohia 137 4 (AR) 210 4 (AR) 93 3 (AT)Pae Biu 130 4 (AR) 47 2 (T) 203 4 (AR)Pae Nggomumu 160 4 (AR) 227 4 (AR) 150 4 (AR)Pae Wila 38 2 (T) 733 3 (AT) 56 2 (T)Paedai Hada 167 4 (AR) 147 4 (AR) 200 4 (AR)Paedai Wolio 53 2 (T) 253 4 (AR) 170 4 (AR)Mandi 203 4 (AR) 137 4 (AR) 67 3 (AT)Kelaca 80 3 (AT) 120 3 (AT) 33 1 (ST)Pulu Lotong 97 3 (AT) 93 3 (AT) 73 3 (AT)Mandoti 97 3 (AT) 120 3 (AT) 50 2 (T)Pulu Pute 50 2 (T) 80 3 (AT) 130 4 (AR)IR64 220 4 (AR) 340 4 (AR) 213 4 (AR)

Tabel 4 Insidensi penyakit (IP) dan respons ketahanan berbagai kultivar padi lokal dan IR64 terhadap inokulasi 3 patotipe Xanthomonas oryzae pv oryzae pada fase generatif

SR sangat rentan R rentan AR agak rentan AT agak tahan ST sangat tahan kontrol varietas rentan

J Fitopatol Indones Khaeruni et al

Hasil penelitian ini secara umum memperlihatkan bahwa kultivar padi lokal yang diinokulasi oleh X oryzae pv oryzae patotipe IV VIII dan X memiliki reaksi ketahanan yang berbeda pada fase vegetatif dan generatif Kultivar Kelaca memiliki tingkat ketahanan yang lebih baik dibandingkan dengan kultivar uji lainnya Kultivar ini bereaksi agak tahan terhadap patotipe IV dan X juga sangat tahan terhadap patotipe VIII pada fase vegetatif sedangkan pada fase generatif bereaksi agak tahan terhadap patotipe IV dan VIII juga sangat tahan terhadap patotipe X

UCAPAN TERIMA KASIH

Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada Direktorat Pembinaan Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan Nasional yang telah membiayai penelitian ini melalui Hibah Penelitian Fundamental Nomor 0541023-04101002011

DAFTAR PUSTAKA

Aditya RH Wahyuni WS Mihardjo PA 2015 Ketahanan lapangan lima genotipe padi terhadap penyakit hawar daun bakteri J Fitopatol Indones 11(5)160ndash166 DOI httpdxdoiorg1014692jfi115160

Akhtar MA Rafi A Hameed A 2008 Comparison of methods of inoculation of Xanthomonas oryzae pvoryzae in rice cultivars Pak J Bot 40(5)2171ndash2175

Djatmiko HA Fatichin 2009 Ketahanan dua puluh satu varietas padi terhadap penyakit hawar daun bakteri J HPT Tropika 9(2)168ndash172

Hasegawa M Mitsuhara I Seo S Okada K Yamane H Iwai T Ohashi Y 2014 Analysis on blast fungus-responsive characters of a flavonoid phytoalexin sakuranetin accumulation in infected riceleaves antifungal activity and detoxification by fungus Molecules 1911404ndash11418 DOI httpdxdoiorg103390molecules190811404

Hifni HR Kardin MK 1998 Pengelompokan isolat Xanthomonas oryzae pv oryzae dengan menggunakan galur isogenik padi IRRI Hayati 566ndash72

IRRI 1996 Standard Evaluation System for Rice 4th ed Manila (PH) IRRI PO Box 933 Hlm 52

Khaeruni A Rahim A Syair Adriani 2014a Induksi ketahanan terhadap penyakit hawar daun bakteri di lapangan menggunakan rizobakteri indigenos J HPT Tropika 14(1)57ndash63

Khaeruni A Taufik M Wijayanto T Johan EA 2014b Perkembangan penyakit hawar daun bakteri pada tiga varietas padi sawah yang diinokulasi pada beberapa fase pertumbuhan J Fitopatol Indones 10(4)119ndash125 DOI http dxdoiorg1014692jfi104119

Khaeruni A Wijayanto T 2013 Pathotype grouping of Xanthomonas oryzae pv oryzae isolates from South Sulawesi and Southeast Sulawesi Agrivita 35 (2)138ndash144 DOI httpdxdoiorg1017503Agrivita-2013-35-2-p138-144

Liu DN Ronald PC Bogdanova AJ 2006 Xanthomonas oryzae pathovars model pathogens of a model crop Mol Plant Pathol 7303ndash324 DOI httpdxdoiorg101111j1364-3703200600344x

Nafisah Aan A Daradjat B Suprihatno Triny SK 2007 Heritabilitas karakter ketahanan hawar daun bakteri dari tiga populasi tanaman padi hasil seleksi daur siklus pertama Bull Penelitian Pertanian Tanaman Pangan 6(2)100ndash105

Nayak P Rao AVS Chakrabarti 1987 Components of resistance to bacterial blight disease of rice J Phytopathol 119(4)289ndash237 DOI httpdxdoiorg 101111j1439-04341987tb04402x

Rahim A Khaeruni A dan Taufik M 2012 Reaksi ketahanan beberapa varietas padi komersial terhadap Xanthomonas oryzae pv oryzae isolat Sulawesi Tenggara Berkala Penelitian Agronomi 1(2)132ndash138

Suparyono Sudir Suprihanto 2004 Pathotype profile of Xanthomonas oryzae pv oryzae

94

J Fitopatol Indones Khaeruni et al

isolates from the rice ecosystem in Java Indones J Agriculture Science 563ndash69

Suswati Habazar T Husin EF Nasir N Putra DP Taylor P 2011 Senyawa phenolik akar pisang cv kepok (Musa acuminata) yang diinduksi dengan fungi mikoriza arbuskular indigenus Pu10-Glomus sp1

terhadap penyakit darah bakteri J Nat Indones 13(3) 207ndash213

Wahyudi AT Meliah S Nawangsih AA 2011 Xanthomonas oryzae pv oryzae bakteri penyebab hawar daun pada padi isolasi karakterisasi dan telaah mutagenesis dengan transposon J Sains 15(1)89ndash96

95

Volume 12 Nomor 3 Mei 2016Halaman 104ndash108

DOI 1014692jfi123104ISSN 0215-7950

Alamat penulis korespondensi Laboratorium Fitopatologi Fakultas Pertanian Universitas SriwijayaJalan Palembang-Prabumulih Km32 Indralaya Palembang 30662Tel 0711-580663 Faks 0711-580663 Surel suwandisalehgmailcom

104

KOMUNIKASI SINGKAT

Penekanan Penyakit Blas Leher Malai Padi Menggunakan Ekstrak Kompos Jerami Padi

Suppression of Panicle Blast by Rice Straw Compost Extract

Suwandi Harman Hamidson Ahmad MuslimUniversitas Sriwijaya Palembang 30662

ABSTRAK

Penyakit blas merupakan penyakit penting pada tanaman padi dan menyebabkan kehilangan hasil pada lahan reklamasi pasang surut di Sumatera Selatan Ekstrak fermentasi kompos jerami dari tanaman padi sehat diuji potensinya dalam menekan blas leher malai pada percobaan dalam pot Padi varietas Ciherang ditanam pada campuran tanah dengan 1 jerami tanaman sakit (vv) yang diperoleh dari sawah pasang surut Insidensi penyakit blas leher malai dapat ditekan sebesar 71minus87 sebagai respons aplikasi ekstrak kompos Aplikasi ekstrak kompos tidak memengaruhi perkecambahan benih dan tinggi tanaman tetapi dapat meningkatkan hasil Kompos jerami dari tanaman sehat berpotensi sebagai sumber pengendalian blas di lapangan

Kata kunci lahan reklamasi kompos jerami tanah sulfat masam

ABSTRACT

Blast is the most important disease of rice and may cause significant losses in the reclaimed tidal swamp of South Sumatra Water extracts of fermented composts prepared from straws of the vigorous rice plant were tested in pot experiment for their ability to control blast Rice variety Ciherang was grown on mixture of field soil and 1 diseased rice straw (vv) collected from a tidal swamp rice field Incidence of panicle blast was reduced by 71minus87 in response to application of compost extract The compost extract did not affect seed germination and plant height instead it increased the yield The rice straw from healthy and vigorous plants is potential as a source for blast disease control

Key words acid sulfate soil compost extract land reclamation

Indonesia memiliki lahan pasang surut yang luas yang sebagian besar terdapat di pesisir pantai Sumatera Kalimantan dan Papua Hampir 4 juta ha dari lahan pasang surut tersebut telah direklamasi (Suprianto et al 2009) dan 1 juta ha di antaranya ditanami padi Di Sumatera Selatan terdapat sekitar 2656 ribu ha padi dibudidayakan di lahan

pasang surut reklamasi (BPS Sumatera Selatan 2014) Rata-rata hasil padi sawah pasang surut di Banyuasin ialah 41 ton ha-1 (BPS Banyuasin 2014) dan hasil ini lebih rendah dibandingkan dengan hasil padi sawah irigasi pada tanah mineral di Kabupaten OKU Timur yang rata-ratanya mencapai 55 ton ha-1 (BPS OKU Timur 2014)

J Fitopatol Indones Suwandi et al

105

Penyakit blas yang disebabkan oleh Pyricularia oryzae merupakan penyakit terpenting pada tanaman padi Penyakit ini telah dilaporkan menyerang sejak periode awal budi daya padi di lahan reklamasi pasang surut Sumatera Selatan (Koswara dan Rumawas 1984) Survei penyakit yang dilakukan sejak tahun 2013 menunjukkan bahwa penyakit blas endemik di lahan suboptimal ini dan menyebabkan beberapa sawah mengalami gagal panen

Patogen blas diketahui memiliki daya adaptasi yang tinggi terhadap beragam kondisi lingkungan termasuk varietas resisten (Ou 1985 Scheuermann et al 2012) sehingga pengendaliannya sukar dilakukan Aplikasi ekstrak kompos atau dikenal sebagai teh kompos diketahui dapat meningkatkan pertumbuhan produksi dan kualitas gizi tanaman (Hargreaves et al 2009 Pant et al 2009 Shrestha et al 2012) Penekanan penyakit setelah aplikasi ekstrak kompos telah dilaporkan (Elad dan Shtienberg 1994 Curlango-Rivera et al 2013) Pada penelitian ini ekstrak kompos yang dibuat dari kompos jerami padi diuji potensinya untuk pengendalian penyakit blas

Penelitian dilaksanakan dalam pot menggunakan media tanah sulfat masam potensial yang diperoleh dari sawah lahan reklamasi pasang surut Telang II Banyuasin Sumatera Selatan Penelitian disusun dalam rancangan acak lengkap dengan 4 perlakuan dan 3 ulangan Perlakuan yang diuji ialah ekstrak kompos padi Ciherang kompos padi Inpari 1 dan kompos padi Inpari 10 serta ekstrak tanah (kontrol)

Infestasi patogen blas dilakukan secara alami dengan mencampur 1 volume cacahan jerami padi yang terserang parah penyakit blas ke dalam medium tanam Tanaman padi dipupuk dengan 90 kg N ha-1 60 kg P ha-140 kg K ha-1 menggunakan NPKMgCa (161616155) urea dan SP36 Sebanyak setengah takaran urea ditaburkan saat 7 hari setelah semai dan sisanya saat bunting

Kompos dibuat dengan cara mencampur potongan rumpun padi uji yang sehat dan bugar (yang menunjukkan pertumbuhan

lebih baik dibandingkan dengan tanaman padi lainnya dalam suatu sawah) berikut tanah perakarannya dengan pupuk kandang sapi dalam perbandingan volume yang sama Pengomposan dilakukan selama 14 hari di dalam guci tanah liat Setiap 2 hari campuran dibalik dan disemprot air untuk menjaga kadar air 60minus80 Komposmdashsetengah matangmdashselanjutnya disimpan dalam kantong plastik dalam lemari pendingin sampai digunakan untuk ekstraksi

Ekstrak kompos dibuat dengan cara merendam kompos dalam 2 kali volume air dan diaduk sesaat setelah direndam Rendaman kompos selanjutnya difermentasi selama 4 hari dalam suhu kamar (27minus29 degC) Air rendaman kompos selanjutnya dipanen dengan cara disaring dan segera digunakan dalam keadaan segar Sebagai pembanding (perlakuan kontrol) digunakan ekstrak rendaman tanah

Padi varietas Ciherang digunakan sebagai tanaman uji Padi ditanam pada baki plastik (30 cm times 23 cm) yang diisi dengan tanah yang diperoleh dari sawah di lahan reklamasi pasang surut Telang II Banyuasin Sumatera Selatan Aplikasi ekstrak dilakukan dengan perendaman benih selama 48 jam dan dilanjutkan dengan penyemprotan saat fase pemanjangan batang (6 minggu setelah semai) dan bunting (8 minggu setelah semai) Aplikasi ekstrak dilakukan pada konsentrasi 50 (11 [vv] ekstrak komposair) Penyemperotan dilakukan dengan volume semprot tinggi (750 L ha-1)

Pengamatan penyakit blas leher malai dilakukan saat panen Serangan penyakit dihitung berdasarkan insidensi blas leher malai yang dihitung dengan rumus

IBM = nN x 100 denganIBM insidensi blas leher malai n jumlah tangkai malai bergejala N jumlah malai per pot Hasil panen dinyatakan dalam g pot-1 dari hasil gabah yang dikeringkan hingga mencapai kadar air plusmn 14

Pencampuran 1 volume jerami dari tanaman sakit ke dalam media tanam menyebabkan serangan parah blas leher malai pada perlakuan kontrol (Tabel 1)

J Fitopatol Indones Suwandi et al

106

Hasil ini mengungkapkan bahwa sisa jerami tanaman sakit di lapangan dapat menjadi sumber inokulum bagi tanaman musim berikutnya Peranan sisa jerami tanaman sakit sebagai sumber utama inokulum penyakit blas sudah lama diketahui (Suzuki 1975 Ou 1985) Infektifitas yang tinggi inokulum dari jerami sakit memungkinkan sisa tanaman ini dijadikan sumber inokulum alami pada percobaan lapangan ataupun percobaan yang menghendaki inokulum yang mewakili populasi lapangan patogen blas

Insidensi blas secara nyata lebih rendah pada tanaman yang diberi perlakuan ekstrak fermentasi kompos yang berasal dari rumpun padi bugar Insidensi penyakit blas leher malai dapat ditekan sebesar 71minus87 pada tanaman yang diaplikasi dengan ekstrak kompos (Tabel 1) Perlakuan ekstrak kompos tidak

memengaruhi perkecambahan benih dan tinggi tanaman (Tabel 2) tetapi perlakuan ekstrak kompos padi Inpara 1 dapat meningkatkan hasil gabah dibandingkan dengan kontrol (Tabel 3) Peningkatan hasil ini selaras dengan tingginya penekanan penyakit setelah perlakuan ekstrak kompos tersebut

Penelitian ini menunjukkan manfaat aplikasi ekstrak kompos bagi produksi padi Efikasi lapangan ekstrak kompos di lahan pasang surut yang bermasalah dengan penyakit blas kini sedang dalam proses pengujian Ekstrak kompos bermanfaat bagi tanaman karena hara yang dikandungnya terurai melalui mineralisasi dan pelarutan (Shrestha et al 2012) dan secara tidak langsung melalui pengimbasan ketahanan (Kim et al 2015) Ekstrak kompos jerami padi diketahui kaya akan kandungan senyawa humat yaitu

Sumber ekstrak kompos Insidensi penyakit()

Penekanan penyakit()

Tanah (kontrol) 528 plusmn 88 a -Kompos jerami padi Ciherang 151 plusmn 76 b 71Kompos jerami padi Inpari 10 80 plusmn 39 b 85Kompos jerami padi Inpara 1 69 plusmn 32 b 87

Tabel 1 Insidensi penyakit saat panen dan penekanan penyakit blas leher malai padi dalam pot yang diaplikasi ekstrak kompos

Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji beda nyata jujur Tukey (P=005) nilai relatif terhadap kontrol

Sumber ekstrak kompos Perkecambahan benih ()

Tinggi tanaman (cm)

Tanah (kontrol) 867 plusmn 22 537 plusmn 12Kompos jerami padi Ciherang 817 plusmn 51 525 plusmn 08Kompos jerami padi Inpari 10 842 plusmn 44 523 plusmn 12Kompos jerami padi Inpara 1 792 plusmn 68 533 plusmn 10

Tabel 2 Pertumbuhan padi dalam pot yang diaplikasi ekstrak kompos

Sumber ekstrak kompos Hasil (g pot-1 gabah kering giling )

Jumlah malai per tanaman

Jumlah gabah per malai

Tanah (kontrol) 25 plusmn 01 b 33 plusmn 02 b 307 plusmn 32Kompos jerami padi Ciherang 25 plusmn 02 b 30 plusmn 02 b 310 plusmn 31Kompos jerami padi Inpari 10 27 plusmn 03 b 34 plusmn 02 b 382 plusmn 28Kompos jerami padi Inpara 1 38 plusmn 02 a 41 plusmn 03 a 399 plusmn 28

Tabel 3 Komponen hasil padi dalam pot yang diaplikasi ekstrak kompos

Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji beda nyata jujur Tukey (P=005)

J Fitopatol Indones Suwandi et al

asam humat dan fulvat (Agustian 2004 Goyal dan Sindhu 2011) Senyawa humat berperan dalam pemacuan pertumbuhan pembenah tanah dan peningkatan ketahanan terhadap hama dan penyakit (Scheuerell dan Mahaffee 2004 Scheuerell dan Mahaffee 2006 El-Ghamry 2009 Kamel et al 2014) Pengimbasan ketahanan tanaman oleh asam humat terjadi melalui peningkatan aktivitas kitinase (Abdel-Kareem 2007) peningkatan kandungan senyawa fenol serta peningkatan aktivitas enzim peroksidase dan fenilalanin amonia liase (PAL) (Abdel-Monaim et al 2011)

UCAPAN TERIMA KASIH

Penelitian ini didanai oleh Penelitian Unggulan Perguruan Tinggi Universitas Sriwijaya tahun anggaran 2013minus2015

DAFTAR PUSTAKA

Abdel-Kareem F 2007 Induced resistance in bean plants against root rot and alternaria leaf spot diseases using biotic and a biotic inducers under field conditions J Agric Biol Sci 3767ndash774

Abdel-Monaim MF Ismail ME Morsy KM 2011 Induction of systemic resistance of benzothiadiazole and humic acid in soybean plants against fusarium wilt disease Mycobiology 39(4)290minus298 D O I h t t p d x d o i o rg 1 0 5 9 4 1 MYCO2011394290

Agustian Susila P Gusnidar 2004 Pembentukan asam humat dan fulvat selama pembuatan kompos jerami padi Solum 19ndash14

[BPS Banyuasin] Badan Pusat Statistik Kabupaten Banyuasin 2014 Kabupaten Banyuasin Dalam Angka 2014 httpbanyuasinkabbpsgoiddatapublikasipublikasi_114indexhtml [diakses 20 Agst 2014]

[BPS OKU Timur] Badan Pusat Statistik Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur 2014 Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur Dalam Angka 2014 http

okutimurkabbpsgoiddatapublikasidda2014 [diakses 20 Agst 2014]

[BPS Sumatera Selatan] Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Selatan 2014 Sumatera Selatan Dalam Angka 2014 httpsumselbpsgoidimagespublikasiflipping2014sumsel20dalam20angka202014indexhtml [diakses 20 Agst 2014]

Curlango-Rivera G Pew T van Etten HD Zhongguo X Yu N Hawes MC 2013 Measuring root disease suppression in response to a compost water extract Phytopathology 103255minus260 DOI httpdxdoiorg101094PHYTO-06-12-0145-R

Elad Y Shtienberg D 1994 Effect of compost water extracts on grey mould (Botrytis cinerea) Crop Prot 13109minus114 DOI httpdxdoiorg1010160261-2194(94)90160-0

El-Ghamry AM Abdel-Hai KM Ghoneem KM 2009 Amino and humic acids promote growth yield and disease resistance of faba bean cultivated in clayey soil Aust J Basic Applied Sci 3731minus739

Goyal S Sindhu SS 2011 Composting of rice straw using different inocula and analysis of compost quality Microbiol J1 1 2 6 minus 1 3 8 D O I h t t p d x d o i org103923mj2011126138

Hargreaves JC Adl MS Warman PR 2009 The effects of municipal solid waste compost and compost tea on mineral element uptake and fruit quality of strawberries Compost Sci Util 1785minus94 DOI httpdxdoiorg1010801065657X200910702406

Kamel SM Afifi MMI El-Shoraky FS El-Sawy MM 2014 Fulvic acid a tool for controlling powdery and downy mildews in cucumber plants Int J Phytopathol 3101minus108

Kim MJ Shim CK Kim YK Hong SJ Park JH Han EJ Kim SC 2015 Effect of aerated compost tea on the growth promotion of lettuce soybean and sweet corn in organic cultivation Plant Pathol 31259ndash268 DOI httpdxdoiorg105423PPJOA0220150024

107

J Fitopatol Indones Suwandi et al

Koswara O Rumawas F 1984 Tidal swamp rice in Palembang region Di dalam Smith WH Argosino GS editor Proceedings of the Workshop on Research Priorities in Tidal Swamp Rice Los Bantildeos Laguna (PH) International Rice Research Institute hlm 37minus48

Ou SH 1985 Rice Diseases Kew Survey (UK) CAB International Mycological Institute

Pant AP Radovich TJK Hue NV Talcott ST Krenek KA 2009 Vermicompost extracts influence growth mineral nutrients phytonutrients and antioxidant activity in pak choi (Brassica rapa cv Bonsai Chinensis group) grown under vermicompost and chemical fertilizer J Sci Food Agric 892383minus2392 DOI httpdxdoiorg101002jsfa3732

Scheuerell SJ Mahaffee WH 2004 Compost tea as a container medium drench for suppressing seedling damping-off caused by Pythium ultimum Phytopathology 941156minus1163 DOI httpdxdoiorg101094PHYTO200494111156

Scheuerell SJ Mahaffee WH 2006 Variability associated with suppression of gray mold (Botrytis cinerea) on geranium by foliar applications of nonaerated and aerated compost teas Plant Dis 901201minus1208 DOI httpdxdoiorg101094PD-90-1201

Scheuermann KK Raimondi JV Marschalek R de Andrade A Wickert E 2012 Magnaporthe oryzae genetic diversity and its outcomes on the search for durable resistance Di dalam Caliskan M editor The Molecular Basis of Plant Genetic Diversity Rijeka (HR) Intech hlm 331minus356

Shrestha K Walsh KB Midmore DJ 2012 Microbially enhanced compost extract does it increase solubilisation of minerals and mineralisation of organic matter and thus improve plant nutrition J Bioremed Biodegrad 3(5)1ndash9 DOI httpdxdoiorg1041722155-61991000149

Suprianto H Irianto SG Susanto RH Schultz B Suryadi FX Eelaart AVD 2009 Land and water management of tidal lowlands experiences in Telang and Saleh South Sumatra Irrig Drain 59(3)317minus335 DOI httpdxdoiorg101002ird460

Suzuki H 1975 Meteorological factors in the epidemiology of rice blast Ann Rev Phytopathol 13239minus256 DOI ht tp dxdoi org101146annurevpy13090175001323

108

  • 12737-37236-1-PBpdf (p1-8)
  • 12738-37237-1-PBpdf (p9-14)
  • 12739-37238-1-PBpdf (p15-21)
  • 12741-37240-1-PBpdf (p22-26)
Page 7: Bakteri Endofit Asal Berbagai Akar Tanaman sebagai Agens ...fp.unmas.ac.id/wp-content/uploads/2018/10/vol-12-no.3.pdfInfeksi nematoda puru akar (NPA) Meloidogyne incognita pada tomat

J Fitopatol Indones Pradana et al

81

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad F Ahmad I Khan M 2008 Screening of free-living rhizospheric bacteria for their multiple plant growth promoting activities Microbiol Res 163(2)173ndash181 DOI httpdxdoiorg101016jmicres200604001

Baehaki A Budiman A 2011 Isolasi dan karakterisasi protease dari bakteri tanah rawa Indralaya Sumatera Selatan J Teknologi dan Industri Pangan 22(1)37ndash42

Bartlem DG Jones MG Hammes UZ 2013 Vascularization and nutrient delivery at root-knot nematode feeding sites in host roots J Exp Bot 65(7)1789ndash1798 DOI httpdxdoiorg101093jxbert415

Berg G Hallmann J Control of plant pathogenic fungi with bacterial endophytes Di dalam Schulz B Boyle C Sieber T editor Microbial Root Endophytes Netherlands (NL) Springer hlm 53ndash69 DOI httpdxdoiorg1010073-540-33526-9_4

Chernin L Chet I Burns R Dick R 2002 Microbial enzymes in the biocontrol of plant pathogens and pests Di dalam Burns RG Dick RP editor Enzymes in The Environment Activity Ecology and Applications New York (US) CRC Press hlm 171ndash226 DOI httpdxdoiorg1012019780203904039ch7

Cronin D Moeumlnne-Loccoz Y Dunne C OrsquoGara F 1997 Inhibition of egg hatch of the potato cyst nematode Globodera rostochiensis by chitinase-producing bacteria Eur J Plant Pathol 103(5)433ndash440 DOI httpdxdoiorg101023A1008662729757

Devi KK Seth N Kothamasi S Kothamasi D 2007 Hydrogen cyanide-producing rhizobacteria kill subterranean termite Odontotermes obesus (Rambur) by cyanide poisoning under in vitro conditions Curr Microbiol 54(1)74ndash78 DOI httpdxdoiorg101007s00284-006-0473-z

Duncan S Louis P Flint H 2007 Cultivable bacterial diversity from the human colon Lett Appl Microbiol 44(4)343ndash350 DOI 101111j1472-765X200702129x

Hallmann J Hallmann AQ Miller WG Sikora RA Lindow SE 2001 Endophytic colonization of plants by the biocontrol agent Rhizobium etli G12 in relation to Meloidogyne incognita infection J Phytopathol 91(4)415ndash422 DOI httpdxdoiorg101094PHYTO2001914415

Hariprasad P Divakara S Niranjana S 2011 Isolation and characterization of chitinolytic rhizobacteria for the management of Fusarium wilt in tomato Crop Protection 30(12)1606ndash1612 DOI h t tp dx do i o rg 10 1016 j cropro201102032

Harni R Munif A Supramana Mustika I 2007 Pemanfaatan bakteri endofit untuk mengendalikan nematoda peluka akar (Pratylenchus brachyurus) pada tanaman nilam HAYATI J Biosci 14(1)7ndash12

Heath MC 2000 Hypersensitive response-related death Plant Mol Biol 44(3)321ndash334 DOI httpdxdoiorg101023A1026592509060

Kalaiarasan P Lakshmanan P Rajendran G Samiyappan R 2006 Chitin and chitinolytic biocontrol agents for the management of root knot nematode Meloidogyne arenaria in groundnut (Arachis hypogaea L) cv Co3 Indian J Nematol 36(2)181ndash186

Khan A Williams KL Nevalainen HK 2004 Effects of Paecilomyces lilacinus protease and chitinase on the eggshell structures and hatching of Meloidogyne javanica juveniles Bio Control 31(3)346ndash352 DOI httpdxdoiorg101016jbiocontrol200407011

Lian LH Tian BY Xiong R Xu J Zhang KQ 2007 Protease from Bacillus a new insight into the mechanism of action for rhizobacterial suppression of nematode populations Lett Appl Microbiol 45(2007)262ndash269 DOI httpdxdoiorg101111j1472-765X200702184x

Lodewyckx C Vangronsveld J Porteous F Moore ER Taghavi S Mezgeay M der Lelie Dv 2002 Endophytic bacteria and their potential applications Critical Rev

J Fitopatol Indones Pradana et al

Plant Sci 21(6)583ndash606 DOI httpdxdoiorg1010800735-260291044377

Lopes AH Souto-Padroacuten T Dias FA Gomes MT Rodrigues GC Zimmermann LT Alves e Silva T Vermelho AB 2010 Trypanosomatids odd organisms devastating diseases Open Parasitol 430ndash59 DOI httpdxdoiorg1021741874421401004010030

Mei C Flinn BS 2010 The use of benefecial microbial endophytes for plants biomass and stress tolerance improvement Recent Pat Biotechnol 481ndash95 DOI httpdxdoiorg102174187220810790069523

Munif A Hallmann J Sikora RA 2013 The influence of endophytic bacteria on Meloidogyne incognita infection and tomato plant growth J ISSAAS 19(2)68ndash74

Munif A Wibowo AR Herliyana EN 2015 Bakteri endofit dari tanaman kehutanan sebagai pemacu pertumbuhan tanaman tomat dan agen pengendali Meloidogyne sp J Fitopatol Indones 11(6)179ndash186 DOI httpdxdoiorg1014692jfi116179

Puspita ID Kamagata Y Tanaka M Asano K Nakatsu CH 2012 Are unciltivated bacteria really uncultivable Microbes Environ 27(4)356ndash366 DOI httpdxdoiorg101264jsme2ME12092

Ramette A Moeumlnne-Loccoz Y Deacutefago G 2003 Prevalence of fluorescent pseudomonads producing antifungal phloroglucinols andor hydrogen cyanide in soils naturally suppressive or conducive to tobacco black root rot FEMS Microbiol Ecol 44(1)35ndash43 DOI httpdxdoiorg101111j1574-69412003tb01088x

Rosenblueth M Martiacutenez-Romero E 2006 Bacterial endophytes and their interactions with hosts Mol Plant Microbe Interact 19(8)827ndash837 DOI httpdxdoiorg101094MPMI-19-0827

Salasia SIO Khusnan Z Lammler C Zschock M 2004 Comparative studies on phenol-and genotypic properties of Staphylococcus aureus isolated from bovine subclinical mastitis in central Java in Indonesia and Hesse in Germany J Vet Sci 5(2)103ndash109

Siddiqui IA Haas D Heeb S 2005 Extracellular protease of Pseudomonas fluorescens CHA0 a biocontrol factor with activity against the root-knot nematode Meloidogyne incognita App Environ Microbiol 71(9)5646ndash5649 DOI httpdxdoiorg101128AEM7195646-56492005

Siddiqui IA Shaukat SS Sheikh I Khan A 2006 Role of cyanide production by Pseudomonas fluorescens CHA0 in the suppression of root-knot nematode Meloidogyne javanica in tomato World J Microbiol Biotech 22(6)641ndash650 DOI httpdxdoiorg101007s11274-005-9084-2

Tian B Yang J Zhang K-Q 2007 Bacteria used in the biological control of plant-parasitic nematodes populations mechanisms of action and future prospects FEMS Microbiol Ecology 61(2)197ndash213 DOI httpdxdoiorg101111j1574-6941200700349x

Zeck WM 1971 A rating scheme for field evaluation of root-knot nematode infestasions Pflanzenschutz Nachrichten Bayer 24141ndash144

Zhu W MaGbanua MM White FF 2000 Identification of two novelhrp-associated genes in the hrp gene cluster of Xanthomonas oryzae pv oryzae J Bacteriol 182(7)1844ndash1853 DOI httpdxdoiorg101128JB18271844-18532000

82

Volume 12 Nomor 3 Mei 2016Halaman 83ndash88

DOI 1014692jfi12383ISSN 0215-7950

Alamat penulis korespondensi Fakultas Pertanian Universitas Lampung Jalan Sumanteri Brojonegoro No 1 Gedong Meneng Bandar Lampung 35145Tel 0721-787029 Surel igswibawayahoocom

83

Status Fitonematoda pada Tiga Kisaran Umur Lahan Pertanaman Pisang Cavendish di Way Kambas Lampung

Phytonematodes Status at Three Age Range of Cavendish Banana Plantations in Way Kambas Lampung

Yanto1 dan I Gede Swibawa21Sekolah Tinggi Perkebunan Lampung Lampung 35145

2Universitas Lampung Lampung 35145

ABSTRAK

Fitonematoda adalah salah satu penyebab penurunan produksi pisang Permasalahan ini sering muncul pada budi daya pisang secara intensif yang berlangsung lama Penelitian bertujuan menentukan status fitonematoda pada berbagai tingkat umur lahan pertanaman pisang Cavendish di PT NTF Way Kambas Lampung Sampel tanah dan akar diambil dari 3 kelompok umur lahan yaitu 3ndash5 10ndash12 dan 17ndash19 tahun terotasi Ekstraksi nematoda menggunakan metode corong Baermann yang dimodifikasi Status fitonematoda ditetapkan berdasarkan frekuensi absolut (FA) frekuensi relatif (FR) dan populasi absolut (PA) genus Hasil penelitian menunjukkan terdapat 13 genus fitonematoda berasosiasi dengan pisang Cavendish Fitonematoda dari genus Pratylenchus dan Radopholus memiliki FA FR dan PA tinggi pada lahan umur 3ndash5 dan 10ndash12 tahun serta sedang di lahan umur 17ndash19 tahun terotasi Nilai FA FR dan PA genus lainnya rendah pada semua umur lahan Pratylenchus dan Radopholus berstatus penting pada lahan umur 3ndash5 tahun dengan nilai FA 100 FR 31 dan PA masing-masing 2988 dan 4230 individu per 200 mL tanah serta pada lahan umur 10ndash12 tahun dengan nilai FA 100 FR 39 serta PA masing-masing 215 dan 126 individu per 200 mL tanah Pratylenchus dan Radopholus kurang penting di lahan umur 17ndash19 tahun terotasi dengan nilai FA77 FR 22 serta PA berurutan 330 dan 164 individu per 200 mL tanah Status fitonematoda lainnya tidak penting dengan FA FR dan PA yang rendah

Kata kunci Pisang Cavendish Pratylenchus Radopholus

ABSTRACT

Crop losses due to phytonematodes infection commonly occurred on intensive plantation practiced for a long time The research was aimed to study phytonematodes status on several age-different plantation of Cavendish banana in PT NTF Way Kambas Lampung Soil and root samples were taken from three different plantations selected based on time period of cultivation practice ie 3ndash5 10ndash12 and 17ndash19 years long The modification of Baermann funnel method was applied to collect nematodes The status of phytonematodes were determined based on the absolute frequency (AF) relative frequency (RF) and absolute population (AP) of each genus The results showed that 13 phytonematodes genera inhabited Cavendish banana crops Pratylenchus and Radopholus have important status on a land that had been cultivated for 3ndash5 and 10ndash12 years with AF 100 RF 31 and AP 2988 and 4230 individues per 200 mL of soil respectively on 3ndash5 years long lands and AF100 RF 39 and PA 215 and 126 individues per 200 mL of soil respectively on 10ndash12 years long lands Pratylenchus and Radopholus were less important on 17ndash19 years long rotated lands with AF 77 RF 22 and AP 330 and

J Fitopatol Indones Yanto dan Swibawa

84

164 individues per 200 mL of soil respectively The status of other phytonematodes were not important with low value of AF RF and AP

Key words Cavendish banana Prtaylenchus Radopholus

PENDAHULUAN

Fitonematoda merupakan patogen utama pada tanaman pisang yang dapat menurunkan produksi sampai 60 Kehilangan hasil dapat lebih besar apabila fitonematoda berasosiasi dengan patogen tular tanah lainnya (Orsquobannon 1977)

Fitonematoda menyerang perakaran pisang dengan gejala bervariasi menurut spesiesnya dan yang paling merusak diantaranya ialah Radopholus Pratylenchus Helicotylenchus Meloidogyne dan Rotylenchulus (Gowen et al 2005) Nematoda ini juga menyerang tanaman pisang di Sumatera Barat (Jumjunidang 2003) Status fitonematoda pada pisang di beberapa negara bervariasi (Khan dan Hasan 2010 Srinivasan et al 2011 Rahman et al 2014 Nega dan Fetena 2015) karena faktor fisik dan tanaman (Gowen at al 2005) kompetisi dengan patogen lain seperti penyakit layu fusarium (Zhong et al 2011) pola tanam (Moser et al 2012) dan musim (Chaves dan Araya 2010)

PT Nusantara Tropical Farm (PT NTF) di Way Kambas Lampung mengelola pisang Cavendish secara intensif Perusahaan yang berdiri tahun 1992 ini mengelola 17526 ha pisang Cevendish yang terdiri atas beberapa klon yaitu CJ-20 CJ-30 dan DM-2 Perluasan lahan pertanaman pisang di PT NTF terus dilakukan sehingga saat ini terdapat variasi umur lahan yang berkisar antara 3 dan 20 tahun Sistem ratoon (memelihara anakan) sudah ditinggalkan sejak tahun 2010 untuk mempertahankan produksi optimum dan pembongkaran tanaman dilakukan setelah panen Budi daya pisang dilakukan secara intensif meliputi pengolahan tanah pemupukan pengairan sanitasi pengendalian hama dan penyakit tanaman serta penanganan panen (Ansyori 2009)

Masalah fitonematoda umumnya muncul pada pertanaman monokultur intensif

berlangsung lama Status fitonematoda di PT NTF belum dilaporkan padahal budi daya pisang telah berlangsung lama Walaupun sistem ratoon tidak diterapkan lagimdashyang mungkin menekan perkembangan populasi fitonematodamdashnamun menanam pisang secara terus menerus dapat menyebabkan akumulasi populasi fitonematoda

Penelitian ini bertujuan menentukan status fitonematoda pada beberapa umur lahan pisang Cavendish termasuk lahan yang pernah dirotasi Hasil penelitian diharapkan menjadi informasi bermanfaat dalam pengelolaan penyakit pisang terutama fitonematoda di PT NTF

BAHAN DAN METODE

Penelitian dilakukan pada pertanaman pisang Cavendish milik PT NTF di Way Kambas Lampung yang membudidayakan pisang secara intensif Lokasinya terletak pada 05deg 00ʹ-05deg15ʹ LS dan 105deg30ʹ-105deg45ʹ BTketinggian 20ndash60 m di atas permukaan laut iklim tipe B menurut SchimdtndashFerguson curah hujan 2372 mm per tahun suhu 27 degC RH 842 dan tipe tanah oxisol (Ansory 2009) Pertanaman ini memiliki lahan pisang baru dan lahan pisang lama yang pernah dirotasi dengan ubi kayu

Penelitian disusun dalam rancangan acak lengkap dengan 3 perlakuan umur lahan (3ndash5 10ndash12 dan 17ndash19 tahun yang pernah dirotasi) Masing-masing perlakuan ditanami pisang Cavendish klon CJ-30 CJ-20 dan DM-2 yang berumur 3ndash9 bulan Dalam setiap blok pertanaman dipilih secara acak petak berukuran 50 m times 50 m berisi 5 titik sampel diagonal dengan masing-masing 6 tanaman Pada setiap tanaman subsampel tanah dan akar diambil pada kedalaman 20 cm arah zig zag 3 subsampel berjarak 50 cm dan 3 subsampel lainnya berjarak 10 cm dari tanaman Sampel tanah dan akar dicampur dan selanjutnya

J Fitopatol Indones Yanto dan Swibawa

85

diambil 1 kg tanah dan 100 g akar untuk proses ekstraksi nematoda di laboratorium

Ekstraksi nematoda dari 200 mL tanah dan 50 g akar menggunakan metode corong Baermann yang dimodifikasi Akar dicuci dengan air mengalir dan 50 g akar dipotong-potong dengan panjang 05 cm tanpa maserasi lalu diletakkan pada corong Baermann berdiameter 8 cm dilengkapi dengan saringan 18 mesh (plusmn 15 mm) yang dilapisi kertas tisu dan kantong plastik pada bagian batang corong dan diinkubasi selama 72 jam dalam ruangan pada suhu plusmn 27 degC Nematoda yang diperoleh dimatikan dengan memanaskan suspensinya sampai suhu 60 degC kemudian difiksasi menggunakan larutan Golden X (campuran 8 bagian formalin 2 bagian gliserin dan 90 bagian aquades) sehingga nematoda berada dalam formaldehida 3 (Hooper et al 2005) Jumah nematoda dari setiap sampel dihitung dan 100 individu diambil secara acak untuk diidentifikasi sampai genus menggunakan kunci identifikasi Mai dan Lyon (1975)

Status fitonematoda penting kurang penting dan tidak penting ditetapkan ber-dasarkan populasi absolut (PA) frekuensi absolut (FA) dan frekuensi relatif (FR) genus PA genus ialah jumlah genus dari 100 individu yang diidentifikasi dikalikan jumlah nematoda setiap sampel FA dan FR dihitung menurut Norton (1978)

sum sampel yang mengandung genusFA = sum seluruh sampel yang dikoleksi times 100

danfrekuensi genusFR =total frekuensi seluruh genus times 100 dengan

FA frekuensi absolut dan FR frekuensi relatif

Populasi absolut dianalisis ragam dan pemisahan nilai tengah menggunakan uji BNT pada taraf nyata 5

HASIL

Sebanyak 13 genus fitonematoda terdapat di pertanaman pisang Cavendish Umur lahan memengaruhi keragaman populasi fitonematoda pada lahan umur 3ndash5 tahun terdapat 13 genus lahan umur 10ndash12 tahun

dan 17ndash19 tahun terotasi berturut-turut 7 dan10 genus Criconemella Ditylenchus Tylenchus Helicotylenchus Paralongidorus dan Xiphinema tidak ditemukan di lahan umur 10ndash12 tahun dan 3 genus terakhir tidak terdapat dilahan umur 17ndash19 tahun (Tabel 1)

Secara umum nilai FA dan FR di tanah lebih tinggi daripada di akar Dua genus nematoda yang memiliki nilai FA dan FR tinggi dari tanah ialah Pratylenchus dan Radopholus pada lahan umur 3ndash5 dan 10ndash12 tahun dan nilai sedang pada lahan umur 17ndash19 tahun Genus nematoda yang memiliki nilai FA dan FR rendah ialah Hoplolaimus dari tanah dan Meloidogyne dari akar pada lahan umur 17ndash19 tahun Genus fitonematoda lainnya baik dari tanah maupun akar memiliki nilai FA dan FR rendah pada semua umur lahan (Tabel 1)

Dari semua fitonematoda nilai PA Pratylenchus dan Radopholus paling tinggi dan dipengaruhi oleh umur lahan Nilai PA kedua genus ini dari tanah lahan umur 3ndash5 tahun tidak berbeda nyata dengan lahan umur 10ndash12 tahun tetapi nilai PA keduanya lebih tinggi daripada nilai PA pada lahan umur 17ndash19 tahun Nilai PA nematoda tersebut dari akar tidak dipengaruhi umur lahan (Tabel 2) Dua genus lain yang memiliki PA sedang yaitu Helicotylenchus dari tanah lahan umur 3ndash5 tahun dan Meloidogyne dari akar lahan umur 17ndash19 tahun nilai PA genus lainnya rendah baik dari tanah maupun akar dan tidak dipengaruhi oleh umur lahan (Tabel 2)

PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil penelitian ini terdapat 13 genus fitonematoda pada pertanaman pisang dan populasi nematoda yang bersifat endoparasit tidak diperoleh secara maksimum Hal ini dapat disebabkan oleh metode ekstraksi nematoda yang digunakan Ekstraksi nematoda dari akar dilakukan dengan metoda corong Baermann tanpa melakukan maserasi akar Jumlah genus nematoda yang diperoleh pada penelitian ini lebih tinggi daripada jumlah genus fitonematoda pada pertanaman pisang di Semenanjung Malaysia yaitu 9 genus

J Fitopatol Indones Yanto dan Swibawa

(Rahman et al 2014) dan di Bengali Barat India 12 genus (Khan dan Hasan 2010) tetapi lebih rendah daripada pertanaman pisang di Kamerun yaitu 16 genus (Bridge et al 1995)

Dari semua genus yang ditemukan dan berdasarkan pada nilai FA FR serta PA maka Pratylenchus dan Radopholus dapat dikategorikan sebagai fitonematoda penting pada lahan umur 3ndash5 dan 10ndash12 tahun kurang penting pada lahan umur 17ndash19 tahun sedangkan genus lainnya tidak penting pada semua umur lahan Nilai FA 100 untuk Pratylenchus dan Radopholus pada lahan umur 3ndash5 dan 10ndash12 tahun menunjukkan seluruh sampel tanah mengandung nematoda ini Nilai FR 39 menunjukkan Pratylenchus dan Radopholus mendominasi komunitas fitonematoda Nilai PA Radopholus masing-

masing 423 dan 126 individu per 200 mL tanah pada lahan umur 3ndash5 dan 10ndash12 tahun tergolong tinggi Herradura (2009) melaporkan bahwa dalam percobaan inokulasi 1000 ekor R similis pada bibit tanaman pisang populasinya meningkat menjadi 2500ndash3500 ekor per 10 g akar segar menjelang panen sehingga dapat menurunkan 68 bobot tandan pisang Grand Nain di Davao Filipina Nilai PA Pratylenchus 298 dan 215 individu per 200 mL tanah masing-masing pada lahan umur 3ndash5 dan 10ndash12 tahun juga tergolong tinggi Berdasarkan hasil penelitian ini disarankan untuk dilakukan pengendalian Radopholus dan Pratylenchus agar tidak menimbulkan kerugian

Pratylenchus dan Radopholus yang dapat dikategorikan fitonematoda penting pada pertanaman pisang ini juga merupakan

Genus Nematoda Sampel Umur lahan (tahun)3ndash5 10ndash12 17ndash19

FA FR FA FR FA FR()

Aphelenchoides Tanah 111 34 111 43 111 32Akar 111 31 00 00 00 00

Aphelenchus Tanah 111 34 00 00 333 97Akar 444 125 222 80 444 160

Criconemella Tanah 00 00 00 00 111 32Akar 111 31 00 00 111 40

Ditylenchus Tanah 111 34 00 00 111 32Akar - - - - - -

Helicotylenchus Tanah 222 69 00 00 00 00Akar 111 31 00 00 00 00

Hoplolaimus Tanah 111 34 333 130 556 161Akar 222 63 222 80 444 160

Meloidogyne Tanah 333 103 00 00 222 65Akar 222 63 444 160 667 240

Paralongidorus Tanah - - - - - -Akar 111 31 00 00 00 00

Pratylenchus Tanah 1000 310 1000 391 778 226Akar 889 250 889 320 667 240

Radopholus Tanah 1000 310 1000 391 778 226Akar 778 219 889 320 333 120

Scutellonema Tanah 111 34 111 43 333 97Akar 222 63 111 40 111 40

Tylenchus Tanah 00 00 00 00 111 32Akar 333 94 00 00 00 00

Xiphinema Tanah 111 34 00 00 00 00Akar - - - - - -

Tabel 1 Frekuensi absolut (FA) dan frekuensi relatif (FR) fitonematoda dari tanah dan akar pada berbagai umur lahan pisang Cavendish

- tidak ditemukan fitonematoda lahan dirotasi dengan ubi kayu

86

J Fitopatol Indones Yanto dan Swibawa

nematoda penting di beberapa negara penghasil pisang Di Kamerun P coffeae P goodey dan R similis adalah perusak akar utama akar pisang (Bridge et al 1995) sedangkan di Tamil Nadu India hanya R similis (Srinivasan et al 2011) Sementara itu di Nigeria Helicotylenchus lebih penting daripada Pratylenchus (Tanimola et al 2013) dan di Equador R similis lebih penting daripada Helicotylenchus Pratylenchus dan Meloidogyne (Chaves dan Araya 2010)

Umur lahan memengaruhi status Pratylenchus dan Radopholus Pada lahan umur 3ndash5 dan 10ndash12 tahun kedua nematoda berstatus penting sementara pada lahan umur 17ndash19 tahun dianggap kurang penting Lebih rendahnya nilai FA FR dan PA kedua fitonematoda pada lahan umur 17ndash19 tahun

dibandingkan dengan pada lahan umur 3ndash5 dan 10ndash12 tahun disebabkan oleh rotasi pisang dengan ubi kayu yang dilakukan 2ndash3 kali

UCAPAN TERIMA KASIH

Ucapan terima kasih disampaikan kepada RA Wardhana dan manajemen PT NTF yang telah memfasilitasi penelitian

DAFTAR PUSTAKA

Ansory 2009 Kriteria kesesuaian lahan untuk tanaman pisang Cavendish yang dikelola secara intensif di Way Kambas Lampung Timur [disertasi] Bogor (ID) Institut Pertanian Bogor

Tabel 2 Populasi absolut fitonematoda dari 200 mL tanah dan 50 g akar pada berbagai umur lahan pisang Cavendish

- tidak ditemukan fitonematoda data yang dianalisis ditransforamsi 2 kali ke radic (x+1) ns tidak nyata s nyata lahan dirotasi dengan ubi kayu Angka pada baris yang sama yang diikuti huruf sama tidak berbeda menurut uji BNT taraf nyata 5

Genus Nematoda SampelUmur lahan (tahun) KK

()Ket

3ndash5 10ndash12 17ndash19 (terotasi)

Aphelenchoides Tanah 01 01 01 32 nsAkar 02 00 00 32 ns

Aphelenchus Tanah 03 00 12 81 nsAkar 05 11 39 166 ns

Criconemella Tanah 00 00 01 19 nsAkar 07 00 01 69 ns

Ditylenchus Tanah 17 04 05 131 nsAkar - - -

Helicotylenchus Tanah 252 00 00 322 nsAkar 01 00 00 18 ns

Hoplolaimus Tanah 03 29 26 146 nsAkar 02 03 19 931 ns

Meloidogyne Tanah 11 00 10 101 nsAkar 22 45 127 252 ns

Paralongidorus Tanah - - -Akar 03 00 00 43 ns

Pratylenchus Tanah 2988 a 2152 a 330 b 129 sAkar 206 50 49 71 ns

Radopholus Tanah 4230 a 1261 a 164 b 121 sAkar 141 26 09 64 ns

Scutellonema Tanah 01 04 49 167 nsAkar 11 01 02 88 ns

Tylenchus Tanah 00 00 02 185 nsAkar 14 00 00 82 ns

Xiphinema Tanah 35 00 00 156 nsAkar - - -

87

J Fitopatol Indones Yanto dan Swibawa

Bridge J Price NS Kofi P 1995 Plant parasitic nematode on plantain and other crop in Cameroon West Africa Fundam Appl Nematol 18(3)251ndash260

Chaves C Araya M 2010 Spatial-temporal distribution of plant parasitic nematodes in banana (Musa AAA) plantation Equador J App Biosci 332057ndash2069

Gowen SR Queneherve P Fogain R 2005 Nematode parasites of banana and plantain Di dalam Luc M Sikora RA Bridge J editors Plant Parasitic Nematodes in Subtropical and Tropical Agriculture Ed ke-2 Wallingford (UK) CABI Publishing hlm 611ndash643 DOI httpdxdoiorg10107997808519972780611

Herradura LE 2009 Host respons of Eumusa varieties to a Radopholus similis population from the Philippines [disertasi]Leuven (BE) de Agricultura Katholieke Universiteit Leuven

Hooper DJ Hallman J Subbotin SA 2005 Methods for extraction processing and detection of plant and soil nematodes Di dalam Luc M Sikora RA Bridge J editor Plant Parasitic Nematodes in Subtropical and Tropical Agriculture Ed ke-2 Wallingford (UK) CABI Publishing hlm 53ndash86 DOI httpdxdoiorg10107997808519972780053

Jumjunidang 2003 Status and future RampD of nematodes in banana in Indonesia Di dalam Cruz Jr FS Van den Bergh I Waele D Hautea DM Molina AB editors Country Report of Workshop and Training Toward Management of Musa Nematodes in Asia and the Pasific 2003 Des 1ndash5 Los Banos Laguna (PH) The Institute of Plant Breeding UPLB hlm 43ndash46

Khan MR Hasan MA 2010 Nematode diversity in banana rhizosphere from West Bengal India J Plant Protec Res 50(3)263ndash268 DOI httpdxdoiorg102478v10045-010-0046-9

Mai WF Lyon HH 1975 Pictorial Key to

Genera of Plant-Parasitic Nematodes London (UK) Comstock Publishing Associated

Moser T Forster B Frankenbach S Marques R Rombke J Schmidt P Hofer H 2012 Nematodes assemblages in banana (Musa acuminata) monoculture and banana plantation with jucara palm (Euterpe edulis) in the Southern Mata Atlantica Brazil Nematology 14(3)371ndash384 DOI httpdxdoiorg101163156854111X601669

Nega G Fetena S 2015 Root necrosis assesment of plant parasitic nematodes of banana (Musa spp) at Arbaminch Etiophia J BiolAgric Healthcare 5(15)76ndash80

Norton DC 1978 Ecology of plant parasitic nematodes New York (US) John Willey and Sons Inc

Orsquobannon JH 1977 Worldwide dissemination of Radopholus similis and it importance in crop production J Nematol 9(1)16ndash25

Rahman SSA Zain SNM Mat MZB Sidam AK Othman RY Mohamed Z 2014 Population distribution of plant parasitic nematodes on bananas in Paninsular Malaysia Sains Malaysiana 43(2)175ndash183

Srinivasan R Kulothungan S Sundaraju P Govindasami C 2011 Biodiversity of plant parasitic nematodes associated with banana in Thanjavur District of Tamil Nadu Int J Plant Animal Environ Sci 1(2)63ndash69

Tanimola AA Asimeaa AO Ofuru-Joseph S 2013 Status of plant-parasitic nematodes on plantain (Musa parasidiaca (L)) in Choba Rivers State Nigeria Word J Agric Sci 9(2)189ndash195

ZhongS He Y Zeng H Mo Y Zhou ZX Zang ZP Jin Z 2011 Effect of banana wilt desasease on soil nematodes community structure and diversity Afr J Biotechnol 10(59)12729ndash12737

88

Volume 12 Nomor 3 Mei 2016Halaman 89ndash95

DOI 1014692jfi12389ISSN 0215-7950

Alamat penulis korespondensi Jurusan Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Halu Oleo Jalan HEA Mokodompit Kendari 93232 Tel 0401-3122320 Faks 0401-0401-3197045 Surel akhaeruniyahoocom

89

Ketahanan Berbagai Kultivar Padi Lokal terhadap Penyakit Hawar Daun Bakteri

Resistance of Local Rice Cultivars to Bacterial Leaf Blight Disease

Andi Khaeruni Erwin Najamuddin Teguh Wijayanto SyairUniversitas Halu Oleo Kendari 93232

ABSTRAK

Penyakit hawar daun bakteri yang disebabkan oleh Xanthomonas oryzae pv oryzae merupakan salah satu penyakit penting pada tanaman padi di Indonesia termasuk di Sulawesi Tenggara Penggunaan varietas tahan merupakan salah satu strategi pengendalian yang efektif dan ramah lingkungan untuk mengatasi penyakit Penelitian ini bertujuan mengetahui tingkat ketahanan beberapa varietas padi lokal asal Sulawesi Selatan dan Sulawesi Tenggara terhadap X oryzae pv oryzae patotipe IV VIII dan X Penelitian dilakukan di rumah kasa menggunakan tiga patotipe pada 11 kultivar padi lokal Inokulasi bakteri dilakukan menggunakan metode pengguntingan daun pada fase vegetatif dan generatif Pengamatan terhadap insidensi penyakit hawar daun bakteri dilakukan 3 minggu setelah inokulasi Data insidensi penyakit digunakan untuk menentukan tingkat ketahanan tanaman uji Hasil penelitian menunjukkan bahwa periode inkubasi penyakit pada kultivar Kelaca lebih lama dibandingkan dengan kultivar lainnya Pada fase vegetatif kultivar ini bereaksi agak tahan terhadap patotipe IV dan X serta sangat tahan terhadap patotipe VIII sedangkan pada fase generatif bereaksi agak tahan terhadap patotipe IV dan VII serta sangat tahan terhadap patotipe X Oleh karena itu kultivar Kelaca dapat direkomendasikan untuk ditanam pada daerah endemis penyakit hawar daun di Sulawesi Selatan dan Tenggara

Kata kunci insidensi penyakit patotipe Xanthomonas oryzae pv oryzae

ABSTRACT

Bacterial leaf blight disease caused by Xanthomonas oryzae pv oryzae is an important rice disease in Indonesia including in South East Sulawesi The use of resistant varieties is one of the effective and environmentally friendly control strategies to suppress the disease This study aimed to determine the level of resistance of some local rice varieties of South and Southeast Sulawesi against Xanthomonas oryzae pv oryzae pathotypes IV VIII and X The study was conducted in a screen house involving 3 bacterial pathotypes and 11 local rice cultivars Shearing method was used for inoculation of bacteria to leaf on vegetative and generative phases Disease incidences were measured 3 weeks after inoculation and the data was further used to determine the level of resistance of the tested rice cultivars The results showed that incubation period of the disease was longer on Kelaca cultivar compared to other cultivars On vegetative phase this cultivar showed moderate resistant to pathotypes IV and X and highly resistant to patotype VIII whereas on the generative phase it showed moderate resistant to pathotypes IV and VII and highly resistant to pathotype X Therefore Kelaca cultivar can be recommended for endemic areas of leaf blight in South and Southeast Sulawesi

Key words disease incidence pathotype Xanthomonas oryzae pv oryzae

J Fitopatol Indones Khaeruni et al

90

PENDAHULUAN

Hawar daun bakteri (HDB) yang disebabkan oleh Xanthomonas oryzae pv oryzae merupakan salah satu penyakit padi yang sulit dikendalikan karena memiliki banyak patotipe dan penyebarannya mudah terjadi (Akhtar et al 2008) Di Indonesia diketahui terdapat 12 patotipe X oryzae pv oryzae dengan tingkat virulensi yang berbeda dan merupakan ancaman utama bagi produksi padi nasional (Wahyudi et al 2011) Infeksi X oryzae pv oryzae pada tanaman padi di Indonesia menyebabkan kerugian hasil panen sebesar 21ndash36 pada musim hujan dan 18ndash28 pada musim kemarau (Suparyono et al 2004) Penanaman satu jenis varietas secara terus-menerus dengan skala yang luas dapat menyebabkan pergeseran patotipe sehingga patogen X oryzae pv oryzae menjadi semakin virulen

Penyakit HDB juga merupakan salah satu penyakit penting pada tanaman padi sawah di Sulawesi Tenggara Berdasarkan pengelompokan patotipe sistem KOZAKA yang menggunakan varietas diferensial dilaporkan terdapat 3 kelompok patotipe X oryzae pv oryzae di Sulawesi Tenggara yaitu patotipe IV VIII dan X yang memiliki virulensi tinggi (Khaeruni dan Wijayanto 2013)

Penggunaan varietas tahan terhadap patotipe yang dominan di daerah tertentu merupakan salah satu cara untuk mengendalikan X oryzae pv oryzae Pengendalian penyakit dengan menggunakan varietas tahan merupakan cara pengendalian yang efektif murah dan mudah untuk dilakukan sepanjang varietas tahan tersedia di masyarakat Rahim et al (2012) melaporkan 6 varietas padi komersial yang diuji terhadap X oryzae pv oryzae patotipe IV VIII IX dan X tidak ada satu pun varietas yang tahan Oleh karena itu pencarian varietas atau kultivar tahan perlu terus dilakukan Kultivar padi lokal yang telah dibudidayakan oleh masyarakat di Sulawesi Selatan dan Sulawesi Tenggara perlu dievaluasi ketahanannya terhadap X oryzae pv oryzae Penelitian ini bertujuan

menentukan tingkat ketahanan kultivar padi lokal asal Sulawesi Selatan dan Sulawesi Tenggara terhadap penyakit HDB

BAHAN DAN METODE

Isolat X oryzae pv oryzae dan Benih Padi Isolat X oryzae pv oryzae yang digunakan

ialah patotipe IV VIII dan X asal Sulawesi Tenggara (koleksi Laboratorium Ilmu Hama dan Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas Haluoleo) Padi lokal yang diuji sebanyak 6 kultivar asal Sulawesi Tenggara (Pae Nggonggohia Pae Biu Pae Nggomumu Pae Wila Padae Hada Padae Wolio) dan 5 kultivar dari Sulawesi Selatan (Mandi Kelaca Pulu Lotong Mandoti Pulu Pute) Padi var IR64 yang digunakan sebagai varietas rentan diperoleh dari hasil panen tanaman yang bebas dari penyakit HDB

Rancangan Percobaan Percobaan dilakukan di rumah kaca

disusun dalam rancangan acak kelompok Sebanyak 11 kultivar uji dan varietas IR64 diinokulasi dengan 3 patotipe X oryzae pv oryzae sehingga diperoleh 36 kombinasi perlakuan Setiap perlakuan diulang sebanyak 3 kali sehingga total keseluruhan terdapat 108 tanaman uji

Benih padi diperam semalam sebelum dikecambahkan di cawan petri yang dialasi kertas buram lembap Benih yang berkecambah pada umur 2 hari disemai pada kotak semai yang berisi arang sekam bercampur pupuk kandang dengan perbandingan 31 (vv) Bibit berumur 21 hari dipindah tanam dalam pot kantong plastik ukuran 30 cm times 20 cm yang berisi medium campuran tanah dan pupuk kandang dengan perbandingan 41 (vv) kemudian diletakkan dalam rumah kasa Tanaman disiram setiap pagi hari gulma dan hama yang ditemukan dikendalikan secara manual Pemeliharaan tanaman dilakukan sejak pindah tanam sampai pengujian selesai

Isolat dari setiap patotipe X oryzae pv oryzae dibiakkan secara terpisah pada medium pepton sukrosa agar (PSA) selama 48 jam Kultur murni disuspensikan dalam

J Fitopatol Indones Khaeruni et al

91

akuades steril hingga mencapai kepadatan 108ndash109 cfu mL-1 dan digunakan sebagai sumber inokulum (Khaeruni et al 2014a)

Inokulasi setiap patotipe X oryzae pv oryzae pada tanaman uji dilakukan 2 tahap yaitu pada fase vegetatif ketika tanaman berumur 3 minggu setelah tanam (MST) dan pada fase generatif tanaman berumur 8 MST Inokulasi dilakukan pada 5 sampel daun yang membuka sempurna dengan menggunting daun sekitar 2ndash3 cm dari ujung daun menggunakan gunting yang telah dicelupkan dalam suspensi X oryzae pv oryzae

PengamatanPengamatan meliputi periode inkubasi

insidensi penyakit dan reaksi ketahanan Pengamatan periode inkubasi dilakukan setiap hari mulai 1 hari setelah inokulasi sampai munculnya gejala pada daun yang diinokulasi patogen Pengamatan insidensi penyakit dilakukan 3 minggu setelah inokulasi pada setiap tahap inokulasi (fase vegetatif dan generatif)

Insidensi penyakit diamati dengan mengukur panjang gejala HDB pada setiap daun sampel yang diinokulasi Insidensi penyakit dihitung menggunakan rumus

IP = times 100 dengannN

IP insidensi penyakit n panjang gejala HDB pada daun sampel N panjang daun sampel

Kriteria tingkat ketahanan tanaman di-tentukan berdasarkan nilai insidensi penyakit pada setiap kultivar yang diuji pada setiap patotipe berdasarkan nilai skoring yang ditetapkan oleh IRRI tahun 1996 (Tabel 1)

HASIL

Periode InkubasiPeriode inkubasi penyakit pada fase

vegetatif bervariasi dari 27ndash4 hari setelah inokulasi Pada beberapa kultivar memiliki periode inkubasi penyakit yang lebih lama dibandingkan dengan pada varietas IR 64 yaitu 27ndash30 hari (Tabel 2) Periode inkubasi penyakit terpanjang terjadi pada kultivar Kelaca baik pada fase vegetatif maupun fase generatif Varietas IR64 dan kultivar Pae Biu tergolong rentan menunjukkan gejala layu dan muncul bercak kelabu pada tepi daun serta sedikit menggulung ke arah dalam sedangkan gejala layu tidak terjadi pada kultivar Kelaca yang tergolong varietas tahan

Insidensi Penyakit dan Reaksi KetahananInsidensi penyakit hawar daun pada kultivar

padi lokal yang diuji pada fase vegetatif bervariasi dari 26ndash776 sehingga reaksi ketahanan kultivar-kultivar padi lokal tersebut bervariasi dari rentan sampai sangat tahan sementara insidensi penyakit pada varietas IR64 berkisar 24ndash468 sehingga varietas ini bereaksi agak rentan terhadap semua patotipe X oryzae pv oryzae Ketahanan terbaik pada fase vegetatif terdapat pada kultivar Kelaca asal Sulawesi Selatan yang bereaksi agak tahan terhadap patotipe IV dan X serta tahan terhadap patotipe VIII Kultivar Paedai Wolio asal Sulawesi Tenggara memiliki reaksi agak rentan pada semua patotipe sementara kultivar Mandi Pae Ngonggohia Pae Biu Kelaca Pullu Lotong Pae Wila Paedai Hada Mandoti Pullu Pute Paedai Wolio memperlihatkan reaksi rentan sehingga kultivar tersebut memiliki ketahanan lebih rendah dibandingkan dengan varietas IR64 (Tabel 3)

Pada fase generatif insidensi penyakit berkisar 33ndash227 sehingga reaksi ketahanan berbagai kultivar padi lokal yang diinokulasikan dengan 3 patotipe X oryzae pv oryzae juga bervariasi jika dibandingkan dengan varietas IR64 Ketahanan terbaik diperlihatkan padi kultivar Kelaca yang memiliki respons agak tahan terhadap patotipe IV dan VIII serta sangat tahan terhadap patotipe X Selain

Skor Insidensi penyakit ()

Reaksi ketahanan

1 0ndash3 Sangat tahan (ST)2 4ndash6 Tahan (T)3 7ndash12 Agak tahan (AT)4 13ndash50 Agak rentan (AR)5 51ndash75 Rentan (R)6 gt75 Sangat rentan (SR)

Tabel 1 Skor dan insidensi penyakit tanaman berdasarkan pada luas daun padi yang bergejala hawar daun (SES IRRI 1996)

J Fitopatol Indones Khaeruni et al

92

Kultivar padi lokal Patotipe IV Patotipe VIII Patotipe XVeg Gen Veg Gen Veg Gen

Pae Ngonggohia 40 37 30 30 30 27Pae Biu 30 27 27 30 27 27Pae Nggomumu 33 30 37 30 30 37Pae Wila 33 30 33 40 37 43Paedai Hada 33 30 30 30 30 30Paedai Wolio 33 40 30 37 33 33Mandi 33 40 30 30 30 30Kelaca 40 47 37 47 37 47Pulu Lotong 30 30 33 30 30 30Mandoti 30 30 30 30 27 30Pulu Pute 30 30 30 37 23 37IR64 30 30 27 30 27 30

Tabel 2 Periode inkubasi (hari) penyakit hawar daun bakteri pada varietas padi lokal yang diinokulasi dengan 3 patotipe Xanthomonas oryzae pv oryzae

Veg fase vegetatif Gen fase generatif kontrol varietas rentan

Kultivar padi lokalPatotipe IV Patotipe VIII Patotipe X

IP ()

Skor (Respons)

IP ()

Skor (Respons)

IP ()

Skor (Respons)

Pae Ngonggohia 419 4 (AR) 557 5 (R) 391 4 (AR)Pae Biu 718 5 (R) 776 6 (SR) 465 4 (AR)Pae Nggomumu 115 3 (AT) 408 4 (AR) 425 4 (AR)Pae Wila 513 5 (R) 379 4 (AR) 665 5 (R)Paedai Hada 652 5 (R) 309 4 (AR) 743 5 (R)Paedai Wolio 261 4 (AR) 316 4 (AR) 461 4 (AR)Mandi 256 4 (AR) 510 5 (R) 458 4 (AR)Kelaca 78 3 (AT) 26 1 (ST) 69 3 (AT)Pulu Lotong 525 5 (R) 337 4 (AR) 353 4 (AR)Mandoti 448 4 (AR) 265 4 (AR) 519 5 (R)Pulu Pute 233 4 (AR) 342 4 (AR) 555 5 (R)IR64 468 4 (AR) 240 4 (AR) 396 4 (AR)

Tabel 3 Insidensi penyakit (IP) dan respons ketahanan berbagai kultivar padi lokal dan IR64 terhadap 3 patotipe Xanthomonas oryzae pv oryzae pada fase vegetatif

SR sangat rentan R rentan AR agak rentan AT agak tahan ST sangat tahan kontrol varietas rentan

padi kultivar Kelaca kultivar Pae Wila memiliki ketahanan yang relatif lebih kuat terhadap X oryzae pv oryzae karena bereaksi tahan terhadap patotipe IV dan X serta agak tahan terhadap patotipe VIII (Tabel 4)

PEMBAHASAN

Penentuan periode inkubasi didasarkan munculnya gejala hawar pada daun yang diinokulsi X oryzae pv oryzae Periode

inkubasi pada beberapa kultivar lebih lama dibandingkan dengan padi var IR64 baik yang diinokulasi pada fase vegetatif maupun pada fase generatif Kultivar yang memiliki respons ketahanan terbaik ialah padi kultivar Kelaca karena memiliki periode inkubasi terlama dan insidensi penyakit yang lebih rendah dibandingkan dengan kultivar lainnya Hal ini sesuai dengan pendapat Nayak et al (1987) yang menyatakan ketahanan tanaman padi terhadap penyakit HDB secara tidak

J Fitopatol Indones Khaeruni et al

93

langsung ditentukan oleh periode inkubasi dan perkembangan penyakit

Gen ketahanan terhadap ras X oryzae pv oryzae ditentukan oleh gen R mayor (Liu et al 2006) Ketahanan varietas padi terhadap X oryzae pv oryzae berkaitan dengan kandungan gen ketahanan (gen Xa) varietas yang memiliki lebih dari satu gen Xa memperlihatkan ketahanan yang lebih kuat dibandingkan dengan yang hanya memiliki satu gen Xa (Nafisah et al 2007) X oryzae pv oryzae patotipe IV mempunyai gen virulensi yang dapat mematahkan gen ketahanan Xa1 Xa2 Xa4 Xa7 Xa10 Xa11 dan Xa 14 pada tanaman padi patotipe VIII dapat mematahkan gen ketahanan Xa1 Xa2 Xa3 Xa4 Xa7 Xa10 Xa11 dan Xa 14 sedangkan patotipe X dapat mematahkan gen ketahanan Xa1 Xa2 Xa4 Xa7 Xa10 Xa11 Xa14 dan Xa21 (Hifni dan Kardin 1998) Hal ini menunjukkan bahwa padi kultivar Kelaca tahan terhadap patotipe IV VIII dan X karena memiliki gen ketahanan Xa yang mampu mengatasi gen-gen virulen (Vir) dari ketiga patotipe tersebut

Djatmiko dan Fatichin (2011) menduga bahwa suatu tanaman menjadi tahan terhadap penyakit HDB karena meng-hasilkan fitoaleksin sebagai hasil interaksi inang-parasit yang fungsinya menghambat perkembangan bakteri Akumulasi fitoaleksin

dalam konsentrasi tinggi dapat membatasi area infeksi patogen (Suswati et al 2011) Hal yang sama dijelaskan oleh Hasegawa et al (2014) bahwa tanaman padi memiliki respons tahan terhadap penyakit blas karena mengakumulasi senyawa fitoaleksin sakuratenin yang bersifat toksin bagi patogen tanaman dengan cepat setelah terinfeksi patogen Oleh karena itu senyawa fitoaleksin diduga pula berpengaruh untuk menghambat penyakit-penyakit hawar daun bakteri pada padi kultivar Kelaca

Kultivar lokal Pae Wila Pulu Lotong Mandoti Pulu Pute mengalami peningkatan status ketahanan di fase generatif Hal ini mengindikasikan bahwa ketahanan kultivar tersebut meningkat seiring dengan pertambahan umur tanaman padi Hasil yang sama dilaporkan oleh Khaeruni et al (2014b) bahwa semakin tua umur tanaman padi Inpari 10 dan Cisantana yang diinokulasi X oryzae pv oryzae menjadi semakin lambat perkembangan penyakit hawar daun bakterinya Djatmiko dan Fatichin (2009) melaporkan bahwa fase vegetatif tanaman padi lebih rentan dibandingkan dengan fase generatifnya sedangkan Aditya et al (2015) mengemukakan bahwa ketahanan lapangan fase generatif padi lebih rentan terhadap penyakit hawar daun bakteri dibandingkan dengan fase vegetatifnya

VarietasKultivarPatotipe IV Patotipe VIII Patotipe X

IP ()

Skor(Respons)

IP ()

Skor (Respons)

IP ()

Skor (Respons)

Pae Ngonggohia 137 4 (AR) 210 4 (AR) 93 3 (AT)Pae Biu 130 4 (AR) 47 2 (T) 203 4 (AR)Pae Nggomumu 160 4 (AR) 227 4 (AR) 150 4 (AR)Pae Wila 38 2 (T) 733 3 (AT) 56 2 (T)Paedai Hada 167 4 (AR) 147 4 (AR) 200 4 (AR)Paedai Wolio 53 2 (T) 253 4 (AR) 170 4 (AR)Mandi 203 4 (AR) 137 4 (AR) 67 3 (AT)Kelaca 80 3 (AT) 120 3 (AT) 33 1 (ST)Pulu Lotong 97 3 (AT) 93 3 (AT) 73 3 (AT)Mandoti 97 3 (AT) 120 3 (AT) 50 2 (T)Pulu Pute 50 2 (T) 80 3 (AT) 130 4 (AR)IR64 220 4 (AR) 340 4 (AR) 213 4 (AR)

Tabel 4 Insidensi penyakit (IP) dan respons ketahanan berbagai kultivar padi lokal dan IR64 terhadap inokulasi 3 patotipe Xanthomonas oryzae pv oryzae pada fase generatif

SR sangat rentan R rentan AR agak rentan AT agak tahan ST sangat tahan kontrol varietas rentan

J Fitopatol Indones Khaeruni et al

Hasil penelitian ini secara umum memperlihatkan bahwa kultivar padi lokal yang diinokulasi oleh X oryzae pv oryzae patotipe IV VIII dan X memiliki reaksi ketahanan yang berbeda pada fase vegetatif dan generatif Kultivar Kelaca memiliki tingkat ketahanan yang lebih baik dibandingkan dengan kultivar uji lainnya Kultivar ini bereaksi agak tahan terhadap patotipe IV dan X juga sangat tahan terhadap patotipe VIII pada fase vegetatif sedangkan pada fase generatif bereaksi agak tahan terhadap patotipe IV dan VIII juga sangat tahan terhadap patotipe X

UCAPAN TERIMA KASIH

Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada Direktorat Pembinaan Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan Nasional yang telah membiayai penelitian ini melalui Hibah Penelitian Fundamental Nomor 0541023-04101002011

DAFTAR PUSTAKA

Aditya RH Wahyuni WS Mihardjo PA 2015 Ketahanan lapangan lima genotipe padi terhadap penyakit hawar daun bakteri J Fitopatol Indones 11(5)160ndash166 DOI httpdxdoiorg1014692jfi115160

Akhtar MA Rafi A Hameed A 2008 Comparison of methods of inoculation of Xanthomonas oryzae pvoryzae in rice cultivars Pak J Bot 40(5)2171ndash2175

Djatmiko HA Fatichin 2009 Ketahanan dua puluh satu varietas padi terhadap penyakit hawar daun bakteri J HPT Tropika 9(2)168ndash172

Hasegawa M Mitsuhara I Seo S Okada K Yamane H Iwai T Ohashi Y 2014 Analysis on blast fungus-responsive characters of a flavonoid phytoalexin sakuranetin accumulation in infected riceleaves antifungal activity and detoxification by fungus Molecules 1911404ndash11418 DOI httpdxdoiorg103390molecules190811404

Hifni HR Kardin MK 1998 Pengelompokan isolat Xanthomonas oryzae pv oryzae dengan menggunakan galur isogenik padi IRRI Hayati 566ndash72

IRRI 1996 Standard Evaluation System for Rice 4th ed Manila (PH) IRRI PO Box 933 Hlm 52

Khaeruni A Rahim A Syair Adriani 2014a Induksi ketahanan terhadap penyakit hawar daun bakteri di lapangan menggunakan rizobakteri indigenos J HPT Tropika 14(1)57ndash63

Khaeruni A Taufik M Wijayanto T Johan EA 2014b Perkembangan penyakit hawar daun bakteri pada tiga varietas padi sawah yang diinokulasi pada beberapa fase pertumbuhan J Fitopatol Indones 10(4)119ndash125 DOI http dxdoiorg1014692jfi104119

Khaeruni A Wijayanto T 2013 Pathotype grouping of Xanthomonas oryzae pv oryzae isolates from South Sulawesi and Southeast Sulawesi Agrivita 35 (2)138ndash144 DOI httpdxdoiorg1017503Agrivita-2013-35-2-p138-144

Liu DN Ronald PC Bogdanova AJ 2006 Xanthomonas oryzae pathovars model pathogens of a model crop Mol Plant Pathol 7303ndash324 DOI httpdxdoiorg101111j1364-3703200600344x

Nafisah Aan A Daradjat B Suprihatno Triny SK 2007 Heritabilitas karakter ketahanan hawar daun bakteri dari tiga populasi tanaman padi hasil seleksi daur siklus pertama Bull Penelitian Pertanian Tanaman Pangan 6(2)100ndash105

Nayak P Rao AVS Chakrabarti 1987 Components of resistance to bacterial blight disease of rice J Phytopathol 119(4)289ndash237 DOI httpdxdoiorg 101111j1439-04341987tb04402x

Rahim A Khaeruni A dan Taufik M 2012 Reaksi ketahanan beberapa varietas padi komersial terhadap Xanthomonas oryzae pv oryzae isolat Sulawesi Tenggara Berkala Penelitian Agronomi 1(2)132ndash138

Suparyono Sudir Suprihanto 2004 Pathotype profile of Xanthomonas oryzae pv oryzae

94

J Fitopatol Indones Khaeruni et al

isolates from the rice ecosystem in Java Indones J Agriculture Science 563ndash69

Suswati Habazar T Husin EF Nasir N Putra DP Taylor P 2011 Senyawa phenolik akar pisang cv kepok (Musa acuminata) yang diinduksi dengan fungi mikoriza arbuskular indigenus Pu10-Glomus sp1

terhadap penyakit darah bakteri J Nat Indones 13(3) 207ndash213

Wahyudi AT Meliah S Nawangsih AA 2011 Xanthomonas oryzae pv oryzae bakteri penyebab hawar daun pada padi isolasi karakterisasi dan telaah mutagenesis dengan transposon J Sains 15(1)89ndash96

95

Volume 12 Nomor 3 Mei 2016Halaman 104ndash108

DOI 1014692jfi123104ISSN 0215-7950

Alamat penulis korespondensi Laboratorium Fitopatologi Fakultas Pertanian Universitas SriwijayaJalan Palembang-Prabumulih Km32 Indralaya Palembang 30662Tel 0711-580663 Faks 0711-580663 Surel suwandisalehgmailcom

104

KOMUNIKASI SINGKAT

Penekanan Penyakit Blas Leher Malai Padi Menggunakan Ekstrak Kompos Jerami Padi

Suppression of Panicle Blast by Rice Straw Compost Extract

Suwandi Harman Hamidson Ahmad MuslimUniversitas Sriwijaya Palembang 30662

ABSTRAK

Penyakit blas merupakan penyakit penting pada tanaman padi dan menyebabkan kehilangan hasil pada lahan reklamasi pasang surut di Sumatera Selatan Ekstrak fermentasi kompos jerami dari tanaman padi sehat diuji potensinya dalam menekan blas leher malai pada percobaan dalam pot Padi varietas Ciherang ditanam pada campuran tanah dengan 1 jerami tanaman sakit (vv) yang diperoleh dari sawah pasang surut Insidensi penyakit blas leher malai dapat ditekan sebesar 71minus87 sebagai respons aplikasi ekstrak kompos Aplikasi ekstrak kompos tidak memengaruhi perkecambahan benih dan tinggi tanaman tetapi dapat meningkatkan hasil Kompos jerami dari tanaman sehat berpotensi sebagai sumber pengendalian blas di lapangan

Kata kunci lahan reklamasi kompos jerami tanah sulfat masam

ABSTRACT

Blast is the most important disease of rice and may cause significant losses in the reclaimed tidal swamp of South Sumatra Water extracts of fermented composts prepared from straws of the vigorous rice plant were tested in pot experiment for their ability to control blast Rice variety Ciherang was grown on mixture of field soil and 1 diseased rice straw (vv) collected from a tidal swamp rice field Incidence of panicle blast was reduced by 71minus87 in response to application of compost extract The compost extract did not affect seed germination and plant height instead it increased the yield The rice straw from healthy and vigorous plants is potential as a source for blast disease control

Key words acid sulfate soil compost extract land reclamation

Indonesia memiliki lahan pasang surut yang luas yang sebagian besar terdapat di pesisir pantai Sumatera Kalimantan dan Papua Hampir 4 juta ha dari lahan pasang surut tersebut telah direklamasi (Suprianto et al 2009) dan 1 juta ha di antaranya ditanami padi Di Sumatera Selatan terdapat sekitar 2656 ribu ha padi dibudidayakan di lahan

pasang surut reklamasi (BPS Sumatera Selatan 2014) Rata-rata hasil padi sawah pasang surut di Banyuasin ialah 41 ton ha-1 (BPS Banyuasin 2014) dan hasil ini lebih rendah dibandingkan dengan hasil padi sawah irigasi pada tanah mineral di Kabupaten OKU Timur yang rata-ratanya mencapai 55 ton ha-1 (BPS OKU Timur 2014)

J Fitopatol Indones Suwandi et al

105

Penyakit blas yang disebabkan oleh Pyricularia oryzae merupakan penyakit terpenting pada tanaman padi Penyakit ini telah dilaporkan menyerang sejak periode awal budi daya padi di lahan reklamasi pasang surut Sumatera Selatan (Koswara dan Rumawas 1984) Survei penyakit yang dilakukan sejak tahun 2013 menunjukkan bahwa penyakit blas endemik di lahan suboptimal ini dan menyebabkan beberapa sawah mengalami gagal panen

Patogen blas diketahui memiliki daya adaptasi yang tinggi terhadap beragam kondisi lingkungan termasuk varietas resisten (Ou 1985 Scheuermann et al 2012) sehingga pengendaliannya sukar dilakukan Aplikasi ekstrak kompos atau dikenal sebagai teh kompos diketahui dapat meningkatkan pertumbuhan produksi dan kualitas gizi tanaman (Hargreaves et al 2009 Pant et al 2009 Shrestha et al 2012) Penekanan penyakit setelah aplikasi ekstrak kompos telah dilaporkan (Elad dan Shtienberg 1994 Curlango-Rivera et al 2013) Pada penelitian ini ekstrak kompos yang dibuat dari kompos jerami padi diuji potensinya untuk pengendalian penyakit blas

Penelitian dilaksanakan dalam pot menggunakan media tanah sulfat masam potensial yang diperoleh dari sawah lahan reklamasi pasang surut Telang II Banyuasin Sumatera Selatan Penelitian disusun dalam rancangan acak lengkap dengan 4 perlakuan dan 3 ulangan Perlakuan yang diuji ialah ekstrak kompos padi Ciherang kompos padi Inpari 1 dan kompos padi Inpari 10 serta ekstrak tanah (kontrol)

Infestasi patogen blas dilakukan secara alami dengan mencampur 1 volume cacahan jerami padi yang terserang parah penyakit blas ke dalam medium tanam Tanaman padi dipupuk dengan 90 kg N ha-1 60 kg P ha-140 kg K ha-1 menggunakan NPKMgCa (161616155) urea dan SP36 Sebanyak setengah takaran urea ditaburkan saat 7 hari setelah semai dan sisanya saat bunting

Kompos dibuat dengan cara mencampur potongan rumpun padi uji yang sehat dan bugar (yang menunjukkan pertumbuhan

lebih baik dibandingkan dengan tanaman padi lainnya dalam suatu sawah) berikut tanah perakarannya dengan pupuk kandang sapi dalam perbandingan volume yang sama Pengomposan dilakukan selama 14 hari di dalam guci tanah liat Setiap 2 hari campuran dibalik dan disemprot air untuk menjaga kadar air 60minus80 Komposmdashsetengah matangmdashselanjutnya disimpan dalam kantong plastik dalam lemari pendingin sampai digunakan untuk ekstraksi

Ekstrak kompos dibuat dengan cara merendam kompos dalam 2 kali volume air dan diaduk sesaat setelah direndam Rendaman kompos selanjutnya difermentasi selama 4 hari dalam suhu kamar (27minus29 degC) Air rendaman kompos selanjutnya dipanen dengan cara disaring dan segera digunakan dalam keadaan segar Sebagai pembanding (perlakuan kontrol) digunakan ekstrak rendaman tanah

Padi varietas Ciherang digunakan sebagai tanaman uji Padi ditanam pada baki plastik (30 cm times 23 cm) yang diisi dengan tanah yang diperoleh dari sawah di lahan reklamasi pasang surut Telang II Banyuasin Sumatera Selatan Aplikasi ekstrak dilakukan dengan perendaman benih selama 48 jam dan dilanjutkan dengan penyemprotan saat fase pemanjangan batang (6 minggu setelah semai) dan bunting (8 minggu setelah semai) Aplikasi ekstrak dilakukan pada konsentrasi 50 (11 [vv] ekstrak komposair) Penyemperotan dilakukan dengan volume semprot tinggi (750 L ha-1)

Pengamatan penyakit blas leher malai dilakukan saat panen Serangan penyakit dihitung berdasarkan insidensi blas leher malai yang dihitung dengan rumus

IBM = nN x 100 denganIBM insidensi blas leher malai n jumlah tangkai malai bergejala N jumlah malai per pot Hasil panen dinyatakan dalam g pot-1 dari hasil gabah yang dikeringkan hingga mencapai kadar air plusmn 14

Pencampuran 1 volume jerami dari tanaman sakit ke dalam media tanam menyebabkan serangan parah blas leher malai pada perlakuan kontrol (Tabel 1)

J Fitopatol Indones Suwandi et al

106

Hasil ini mengungkapkan bahwa sisa jerami tanaman sakit di lapangan dapat menjadi sumber inokulum bagi tanaman musim berikutnya Peranan sisa jerami tanaman sakit sebagai sumber utama inokulum penyakit blas sudah lama diketahui (Suzuki 1975 Ou 1985) Infektifitas yang tinggi inokulum dari jerami sakit memungkinkan sisa tanaman ini dijadikan sumber inokulum alami pada percobaan lapangan ataupun percobaan yang menghendaki inokulum yang mewakili populasi lapangan patogen blas

Insidensi blas secara nyata lebih rendah pada tanaman yang diberi perlakuan ekstrak fermentasi kompos yang berasal dari rumpun padi bugar Insidensi penyakit blas leher malai dapat ditekan sebesar 71minus87 pada tanaman yang diaplikasi dengan ekstrak kompos (Tabel 1) Perlakuan ekstrak kompos tidak

memengaruhi perkecambahan benih dan tinggi tanaman (Tabel 2) tetapi perlakuan ekstrak kompos padi Inpara 1 dapat meningkatkan hasil gabah dibandingkan dengan kontrol (Tabel 3) Peningkatan hasil ini selaras dengan tingginya penekanan penyakit setelah perlakuan ekstrak kompos tersebut

Penelitian ini menunjukkan manfaat aplikasi ekstrak kompos bagi produksi padi Efikasi lapangan ekstrak kompos di lahan pasang surut yang bermasalah dengan penyakit blas kini sedang dalam proses pengujian Ekstrak kompos bermanfaat bagi tanaman karena hara yang dikandungnya terurai melalui mineralisasi dan pelarutan (Shrestha et al 2012) dan secara tidak langsung melalui pengimbasan ketahanan (Kim et al 2015) Ekstrak kompos jerami padi diketahui kaya akan kandungan senyawa humat yaitu

Sumber ekstrak kompos Insidensi penyakit()

Penekanan penyakit()

Tanah (kontrol) 528 plusmn 88 a -Kompos jerami padi Ciherang 151 plusmn 76 b 71Kompos jerami padi Inpari 10 80 plusmn 39 b 85Kompos jerami padi Inpara 1 69 plusmn 32 b 87

Tabel 1 Insidensi penyakit saat panen dan penekanan penyakit blas leher malai padi dalam pot yang diaplikasi ekstrak kompos

Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji beda nyata jujur Tukey (P=005) nilai relatif terhadap kontrol

Sumber ekstrak kompos Perkecambahan benih ()

Tinggi tanaman (cm)

Tanah (kontrol) 867 plusmn 22 537 plusmn 12Kompos jerami padi Ciherang 817 plusmn 51 525 plusmn 08Kompos jerami padi Inpari 10 842 plusmn 44 523 plusmn 12Kompos jerami padi Inpara 1 792 plusmn 68 533 plusmn 10

Tabel 2 Pertumbuhan padi dalam pot yang diaplikasi ekstrak kompos

Sumber ekstrak kompos Hasil (g pot-1 gabah kering giling )

Jumlah malai per tanaman

Jumlah gabah per malai

Tanah (kontrol) 25 plusmn 01 b 33 plusmn 02 b 307 plusmn 32Kompos jerami padi Ciherang 25 plusmn 02 b 30 plusmn 02 b 310 plusmn 31Kompos jerami padi Inpari 10 27 plusmn 03 b 34 plusmn 02 b 382 plusmn 28Kompos jerami padi Inpara 1 38 plusmn 02 a 41 plusmn 03 a 399 plusmn 28

Tabel 3 Komponen hasil padi dalam pot yang diaplikasi ekstrak kompos

Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji beda nyata jujur Tukey (P=005)

J Fitopatol Indones Suwandi et al

asam humat dan fulvat (Agustian 2004 Goyal dan Sindhu 2011) Senyawa humat berperan dalam pemacuan pertumbuhan pembenah tanah dan peningkatan ketahanan terhadap hama dan penyakit (Scheuerell dan Mahaffee 2004 Scheuerell dan Mahaffee 2006 El-Ghamry 2009 Kamel et al 2014) Pengimbasan ketahanan tanaman oleh asam humat terjadi melalui peningkatan aktivitas kitinase (Abdel-Kareem 2007) peningkatan kandungan senyawa fenol serta peningkatan aktivitas enzim peroksidase dan fenilalanin amonia liase (PAL) (Abdel-Monaim et al 2011)

UCAPAN TERIMA KASIH

Penelitian ini didanai oleh Penelitian Unggulan Perguruan Tinggi Universitas Sriwijaya tahun anggaran 2013minus2015

DAFTAR PUSTAKA

Abdel-Kareem F 2007 Induced resistance in bean plants against root rot and alternaria leaf spot diseases using biotic and a biotic inducers under field conditions J Agric Biol Sci 3767ndash774

Abdel-Monaim MF Ismail ME Morsy KM 2011 Induction of systemic resistance of benzothiadiazole and humic acid in soybean plants against fusarium wilt disease Mycobiology 39(4)290minus298 D O I h t t p d x d o i o rg 1 0 5 9 4 1 MYCO2011394290

Agustian Susila P Gusnidar 2004 Pembentukan asam humat dan fulvat selama pembuatan kompos jerami padi Solum 19ndash14

[BPS Banyuasin] Badan Pusat Statistik Kabupaten Banyuasin 2014 Kabupaten Banyuasin Dalam Angka 2014 httpbanyuasinkabbpsgoiddatapublikasipublikasi_114indexhtml [diakses 20 Agst 2014]

[BPS OKU Timur] Badan Pusat Statistik Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur 2014 Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur Dalam Angka 2014 http

okutimurkabbpsgoiddatapublikasidda2014 [diakses 20 Agst 2014]

[BPS Sumatera Selatan] Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Selatan 2014 Sumatera Selatan Dalam Angka 2014 httpsumselbpsgoidimagespublikasiflipping2014sumsel20dalam20angka202014indexhtml [diakses 20 Agst 2014]

Curlango-Rivera G Pew T van Etten HD Zhongguo X Yu N Hawes MC 2013 Measuring root disease suppression in response to a compost water extract Phytopathology 103255minus260 DOI httpdxdoiorg101094PHYTO-06-12-0145-R

Elad Y Shtienberg D 1994 Effect of compost water extracts on grey mould (Botrytis cinerea) Crop Prot 13109minus114 DOI httpdxdoiorg1010160261-2194(94)90160-0

El-Ghamry AM Abdel-Hai KM Ghoneem KM 2009 Amino and humic acids promote growth yield and disease resistance of faba bean cultivated in clayey soil Aust J Basic Applied Sci 3731minus739

Goyal S Sindhu SS 2011 Composting of rice straw using different inocula and analysis of compost quality Microbiol J1 1 2 6 minus 1 3 8 D O I h t t p d x d o i org103923mj2011126138

Hargreaves JC Adl MS Warman PR 2009 The effects of municipal solid waste compost and compost tea on mineral element uptake and fruit quality of strawberries Compost Sci Util 1785minus94 DOI httpdxdoiorg1010801065657X200910702406

Kamel SM Afifi MMI El-Shoraky FS El-Sawy MM 2014 Fulvic acid a tool for controlling powdery and downy mildews in cucumber plants Int J Phytopathol 3101minus108

Kim MJ Shim CK Kim YK Hong SJ Park JH Han EJ Kim SC 2015 Effect of aerated compost tea on the growth promotion of lettuce soybean and sweet corn in organic cultivation Plant Pathol 31259ndash268 DOI httpdxdoiorg105423PPJOA0220150024

107

J Fitopatol Indones Suwandi et al

Koswara O Rumawas F 1984 Tidal swamp rice in Palembang region Di dalam Smith WH Argosino GS editor Proceedings of the Workshop on Research Priorities in Tidal Swamp Rice Los Bantildeos Laguna (PH) International Rice Research Institute hlm 37minus48

Ou SH 1985 Rice Diseases Kew Survey (UK) CAB International Mycological Institute

Pant AP Radovich TJK Hue NV Talcott ST Krenek KA 2009 Vermicompost extracts influence growth mineral nutrients phytonutrients and antioxidant activity in pak choi (Brassica rapa cv Bonsai Chinensis group) grown under vermicompost and chemical fertilizer J Sci Food Agric 892383minus2392 DOI httpdxdoiorg101002jsfa3732

Scheuerell SJ Mahaffee WH 2004 Compost tea as a container medium drench for suppressing seedling damping-off caused by Pythium ultimum Phytopathology 941156minus1163 DOI httpdxdoiorg101094PHYTO200494111156

Scheuerell SJ Mahaffee WH 2006 Variability associated with suppression of gray mold (Botrytis cinerea) on geranium by foliar applications of nonaerated and aerated compost teas Plant Dis 901201minus1208 DOI httpdxdoiorg101094PD-90-1201

Scheuermann KK Raimondi JV Marschalek R de Andrade A Wickert E 2012 Magnaporthe oryzae genetic diversity and its outcomes on the search for durable resistance Di dalam Caliskan M editor The Molecular Basis of Plant Genetic Diversity Rijeka (HR) Intech hlm 331minus356

Shrestha K Walsh KB Midmore DJ 2012 Microbially enhanced compost extract does it increase solubilisation of minerals and mineralisation of organic matter and thus improve plant nutrition J Bioremed Biodegrad 3(5)1ndash9 DOI httpdxdoiorg1041722155-61991000149

Suprianto H Irianto SG Susanto RH Schultz B Suryadi FX Eelaart AVD 2009 Land and water management of tidal lowlands experiences in Telang and Saleh South Sumatra Irrig Drain 59(3)317minus335 DOI httpdxdoiorg101002ird460

Suzuki H 1975 Meteorological factors in the epidemiology of rice blast Ann Rev Phytopathol 13239minus256 DOI ht tp dxdoi org101146annurevpy13090175001323

108

  • 12737-37236-1-PBpdf (p1-8)
  • 12738-37237-1-PBpdf (p9-14)
  • 12739-37238-1-PBpdf (p15-21)
  • 12741-37240-1-PBpdf (p22-26)
Page 8: Bakteri Endofit Asal Berbagai Akar Tanaman sebagai Agens ...fp.unmas.ac.id/wp-content/uploads/2018/10/vol-12-no.3.pdfInfeksi nematoda puru akar (NPA) Meloidogyne incognita pada tomat

J Fitopatol Indones Pradana et al

Plant Sci 21(6)583ndash606 DOI httpdxdoiorg1010800735-260291044377

Lopes AH Souto-Padroacuten T Dias FA Gomes MT Rodrigues GC Zimmermann LT Alves e Silva T Vermelho AB 2010 Trypanosomatids odd organisms devastating diseases Open Parasitol 430ndash59 DOI httpdxdoiorg1021741874421401004010030

Mei C Flinn BS 2010 The use of benefecial microbial endophytes for plants biomass and stress tolerance improvement Recent Pat Biotechnol 481ndash95 DOI httpdxdoiorg102174187220810790069523

Munif A Hallmann J Sikora RA 2013 The influence of endophytic bacteria on Meloidogyne incognita infection and tomato plant growth J ISSAAS 19(2)68ndash74

Munif A Wibowo AR Herliyana EN 2015 Bakteri endofit dari tanaman kehutanan sebagai pemacu pertumbuhan tanaman tomat dan agen pengendali Meloidogyne sp J Fitopatol Indones 11(6)179ndash186 DOI httpdxdoiorg1014692jfi116179

Puspita ID Kamagata Y Tanaka M Asano K Nakatsu CH 2012 Are unciltivated bacteria really uncultivable Microbes Environ 27(4)356ndash366 DOI httpdxdoiorg101264jsme2ME12092

Ramette A Moeumlnne-Loccoz Y Deacutefago G 2003 Prevalence of fluorescent pseudomonads producing antifungal phloroglucinols andor hydrogen cyanide in soils naturally suppressive or conducive to tobacco black root rot FEMS Microbiol Ecol 44(1)35ndash43 DOI httpdxdoiorg101111j1574-69412003tb01088x

Rosenblueth M Martiacutenez-Romero E 2006 Bacterial endophytes and their interactions with hosts Mol Plant Microbe Interact 19(8)827ndash837 DOI httpdxdoiorg101094MPMI-19-0827

Salasia SIO Khusnan Z Lammler C Zschock M 2004 Comparative studies on phenol-and genotypic properties of Staphylococcus aureus isolated from bovine subclinical mastitis in central Java in Indonesia and Hesse in Germany J Vet Sci 5(2)103ndash109

Siddiqui IA Haas D Heeb S 2005 Extracellular protease of Pseudomonas fluorescens CHA0 a biocontrol factor with activity against the root-knot nematode Meloidogyne incognita App Environ Microbiol 71(9)5646ndash5649 DOI httpdxdoiorg101128AEM7195646-56492005

Siddiqui IA Shaukat SS Sheikh I Khan A 2006 Role of cyanide production by Pseudomonas fluorescens CHA0 in the suppression of root-knot nematode Meloidogyne javanica in tomato World J Microbiol Biotech 22(6)641ndash650 DOI httpdxdoiorg101007s11274-005-9084-2

Tian B Yang J Zhang K-Q 2007 Bacteria used in the biological control of plant-parasitic nematodes populations mechanisms of action and future prospects FEMS Microbiol Ecology 61(2)197ndash213 DOI httpdxdoiorg101111j1574-6941200700349x

Zeck WM 1971 A rating scheme for field evaluation of root-knot nematode infestasions Pflanzenschutz Nachrichten Bayer 24141ndash144

Zhu W MaGbanua MM White FF 2000 Identification of two novelhrp-associated genes in the hrp gene cluster of Xanthomonas oryzae pv oryzae J Bacteriol 182(7)1844ndash1853 DOI httpdxdoiorg101128JB18271844-18532000

82

Volume 12 Nomor 3 Mei 2016Halaman 83ndash88

DOI 1014692jfi12383ISSN 0215-7950

Alamat penulis korespondensi Fakultas Pertanian Universitas Lampung Jalan Sumanteri Brojonegoro No 1 Gedong Meneng Bandar Lampung 35145Tel 0721-787029 Surel igswibawayahoocom

83

Status Fitonematoda pada Tiga Kisaran Umur Lahan Pertanaman Pisang Cavendish di Way Kambas Lampung

Phytonematodes Status at Three Age Range of Cavendish Banana Plantations in Way Kambas Lampung

Yanto1 dan I Gede Swibawa21Sekolah Tinggi Perkebunan Lampung Lampung 35145

2Universitas Lampung Lampung 35145

ABSTRAK

Fitonematoda adalah salah satu penyebab penurunan produksi pisang Permasalahan ini sering muncul pada budi daya pisang secara intensif yang berlangsung lama Penelitian bertujuan menentukan status fitonematoda pada berbagai tingkat umur lahan pertanaman pisang Cavendish di PT NTF Way Kambas Lampung Sampel tanah dan akar diambil dari 3 kelompok umur lahan yaitu 3ndash5 10ndash12 dan 17ndash19 tahun terotasi Ekstraksi nematoda menggunakan metode corong Baermann yang dimodifikasi Status fitonematoda ditetapkan berdasarkan frekuensi absolut (FA) frekuensi relatif (FR) dan populasi absolut (PA) genus Hasil penelitian menunjukkan terdapat 13 genus fitonematoda berasosiasi dengan pisang Cavendish Fitonematoda dari genus Pratylenchus dan Radopholus memiliki FA FR dan PA tinggi pada lahan umur 3ndash5 dan 10ndash12 tahun serta sedang di lahan umur 17ndash19 tahun terotasi Nilai FA FR dan PA genus lainnya rendah pada semua umur lahan Pratylenchus dan Radopholus berstatus penting pada lahan umur 3ndash5 tahun dengan nilai FA 100 FR 31 dan PA masing-masing 2988 dan 4230 individu per 200 mL tanah serta pada lahan umur 10ndash12 tahun dengan nilai FA 100 FR 39 serta PA masing-masing 215 dan 126 individu per 200 mL tanah Pratylenchus dan Radopholus kurang penting di lahan umur 17ndash19 tahun terotasi dengan nilai FA77 FR 22 serta PA berurutan 330 dan 164 individu per 200 mL tanah Status fitonematoda lainnya tidak penting dengan FA FR dan PA yang rendah

Kata kunci Pisang Cavendish Pratylenchus Radopholus

ABSTRACT

Crop losses due to phytonematodes infection commonly occurred on intensive plantation practiced for a long time The research was aimed to study phytonematodes status on several age-different plantation of Cavendish banana in PT NTF Way Kambas Lampung Soil and root samples were taken from three different plantations selected based on time period of cultivation practice ie 3ndash5 10ndash12 and 17ndash19 years long The modification of Baermann funnel method was applied to collect nematodes The status of phytonematodes were determined based on the absolute frequency (AF) relative frequency (RF) and absolute population (AP) of each genus The results showed that 13 phytonematodes genera inhabited Cavendish banana crops Pratylenchus and Radopholus have important status on a land that had been cultivated for 3ndash5 and 10ndash12 years with AF 100 RF 31 and AP 2988 and 4230 individues per 200 mL of soil respectively on 3ndash5 years long lands and AF100 RF 39 and PA 215 and 126 individues per 200 mL of soil respectively on 10ndash12 years long lands Pratylenchus and Radopholus were less important on 17ndash19 years long rotated lands with AF 77 RF 22 and AP 330 and

J Fitopatol Indones Yanto dan Swibawa

84

164 individues per 200 mL of soil respectively The status of other phytonematodes were not important with low value of AF RF and AP

Key words Cavendish banana Prtaylenchus Radopholus

PENDAHULUAN

Fitonematoda merupakan patogen utama pada tanaman pisang yang dapat menurunkan produksi sampai 60 Kehilangan hasil dapat lebih besar apabila fitonematoda berasosiasi dengan patogen tular tanah lainnya (Orsquobannon 1977)

Fitonematoda menyerang perakaran pisang dengan gejala bervariasi menurut spesiesnya dan yang paling merusak diantaranya ialah Radopholus Pratylenchus Helicotylenchus Meloidogyne dan Rotylenchulus (Gowen et al 2005) Nematoda ini juga menyerang tanaman pisang di Sumatera Barat (Jumjunidang 2003) Status fitonematoda pada pisang di beberapa negara bervariasi (Khan dan Hasan 2010 Srinivasan et al 2011 Rahman et al 2014 Nega dan Fetena 2015) karena faktor fisik dan tanaman (Gowen at al 2005) kompetisi dengan patogen lain seperti penyakit layu fusarium (Zhong et al 2011) pola tanam (Moser et al 2012) dan musim (Chaves dan Araya 2010)

PT Nusantara Tropical Farm (PT NTF) di Way Kambas Lampung mengelola pisang Cavendish secara intensif Perusahaan yang berdiri tahun 1992 ini mengelola 17526 ha pisang Cevendish yang terdiri atas beberapa klon yaitu CJ-20 CJ-30 dan DM-2 Perluasan lahan pertanaman pisang di PT NTF terus dilakukan sehingga saat ini terdapat variasi umur lahan yang berkisar antara 3 dan 20 tahun Sistem ratoon (memelihara anakan) sudah ditinggalkan sejak tahun 2010 untuk mempertahankan produksi optimum dan pembongkaran tanaman dilakukan setelah panen Budi daya pisang dilakukan secara intensif meliputi pengolahan tanah pemupukan pengairan sanitasi pengendalian hama dan penyakit tanaman serta penanganan panen (Ansyori 2009)

Masalah fitonematoda umumnya muncul pada pertanaman monokultur intensif

berlangsung lama Status fitonematoda di PT NTF belum dilaporkan padahal budi daya pisang telah berlangsung lama Walaupun sistem ratoon tidak diterapkan lagimdashyang mungkin menekan perkembangan populasi fitonematodamdashnamun menanam pisang secara terus menerus dapat menyebabkan akumulasi populasi fitonematoda

Penelitian ini bertujuan menentukan status fitonematoda pada beberapa umur lahan pisang Cavendish termasuk lahan yang pernah dirotasi Hasil penelitian diharapkan menjadi informasi bermanfaat dalam pengelolaan penyakit pisang terutama fitonematoda di PT NTF

BAHAN DAN METODE

Penelitian dilakukan pada pertanaman pisang Cavendish milik PT NTF di Way Kambas Lampung yang membudidayakan pisang secara intensif Lokasinya terletak pada 05deg 00ʹ-05deg15ʹ LS dan 105deg30ʹ-105deg45ʹ BTketinggian 20ndash60 m di atas permukaan laut iklim tipe B menurut SchimdtndashFerguson curah hujan 2372 mm per tahun suhu 27 degC RH 842 dan tipe tanah oxisol (Ansory 2009) Pertanaman ini memiliki lahan pisang baru dan lahan pisang lama yang pernah dirotasi dengan ubi kayu

Penelitian disusun dalam rancangan acak lengkap dengan 3 perlakuan umur lahan (3ndash5 10ndash12 dan 17ndash19 tahun yang pernah dirotasi) Masing-masing perlakuan ditanami pisang Cavendish klon CJ-30 CJ-20 dan DM-2 yang berumur 3ndash9 bulan Dalam setiap blok pertanaman dipilih secara acak petak berukuran 50 m times 50 m berisi 5 titik sampel diagonal dengan masing-masing 6 tanaman Pada setiap tanaman subsampel tanah dan akar diambil pada kedalaman 20 cm arah zig zag 3 subsampel berjarak 50 cm dan 3 subsampel lainnya berjarak 10 cm dari tanaman Sampel tanah dan akar dicampur dan selanjutnya

J Fitopatol Indones Yanto dan Swibawa

85

diambil 1 kg tanah dan 100 g akar untuk proses ekstraksi nematoda di laboratorium

Ekstraksi nematoda dari 200 mL tanah dan 50 g akar menggunakan metode corong Baermann yang dimodifikasi Akar dicuci dengan air mengalir dan 50 g akar dipotong-potong dengan panjang 05 cm tanpa maserasi lalu diletakkan pada corong Baermann berdiameter 8 cm dilengkapi dengan saringan 18 mesh (plusmn 15 mm) yang dilapisi kertas tisu dan kantong plastik pada bagian batang corong dan diinkubasi selama 72 jam dalam ruangan pada suhu plusmn 27 degC Nematoda yang diperoleh dimatikan dengan memanaskan suspensinya sampai suhu 60 degC kemudian difiksasi menggunakan larutan Golden X (campuran 8 bagian formalin 2 bagian gliserin dan 90 bagian aquades) sehingga nematoda berada dalam formaldehida 3 (Hooper et al 2005) Jumah nematoda dari setiap sampel dihitung dan 100 individu diambil secara acak untuk diidentifikasi sampai genus menggunakan kunci identifikasi Mai dan Lyon (1975)

Status fitonematoda penting kurang penting dan tidak penting ditetapkan ber-dasarkan populasi absolut (PA) frekuensi absolut (FA) dan frekuensi relatif (FR) genus PA genus ialah jumlah genus dari 100 individu yang diidentifikasi dikalikan jumlah nematoda setiap sampel FA dan FR dihitung menurut Norton (1978)

sum sampel yang mengandung genusFA = sum seluruh sampel yang dikoleksi times 100

danfrekuensi genusFR =total frekuensi seluruh genus times 100 dengan

FA frekuensi absolut dan FR frekuensi relatif

Populasi absolut dianalisis ragam dan pemisahan nilai tengah menggunakan uji BNT pada taraf nyata 5

HASIL

Sebanyak 13 genus fitonematoda terdapat di pertanaman pisang Cavendish Umur lahan memengaruhi keragaman populasi fitonematoda pada lahan umur 3ndash5 tahun terdapat 13 genus lahan umur 10ndash12 tahun

dan 17ndash19 tahun terotasi berturut-turut 7 dan10 genus Criconemella Ditylenchus Tylenchus Helicotylenchus Paralongidorus dan Xiphinema tidak ditemukan di lahan umur 10ndash12 tahun dan 3 genus terakhir tidak terdapat dilahan umur 17ndash19 tahun (Tabel 1)

Secara umum nilai FA dan FR di tanah lebih tinggi daripada di akar Dua genus nematoda yang memiliki nilai FA dan FR tinggi dari tanah ialah Pratylenchus dan Radopholus pada lahan umur 3ndash5 dan 10ndash12 tahun dan nilai sedang pada lahan umur 17ndash19 tahun Genus nematoda yang memiliki nilai FA dan FR rendah ialah Hoplolaimus dari tanah dan Meloidogyne dari akar pada lahan umur 17ndash19 tahun Genus fitonematoda lainnya baik dari tanah maupun akar memiliki nilai FA dan FR rendah pada semua umur lahan (Tabel 1)

Dari semua fitonematoda nilai PA Pratylenchus dan Radopholus paling tinggi dan dipengaruhi oleh umur lahan Nilai PA kedua genus ini dari tanah lahan umur 3ndash5 tahun tidak berbeda nyata dengan lahan umur 10ndash12 tahun tetapi nilai PA keduanya lebih tinggi daripada nilai PA pada lahan umur 17ndash19 tahun Nilai PA nematoda tersebut dari akar tidak dipengaruhi umur lahan (Tabel 2) Dua genus lain yang memiliki PA sedang yaitu Helicotylenchus dari tanah lahan umur 3ndash5 tahun dan Meloidogyne dari akar lahan umur 17ndash19 tahun nilai PA genus lainnya rendah baik dari tanah maupun akar dan tidak dipengaruhi oleh umur lahan (Tabel 2)

PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil penelitian ini terdapat 13 genus fitonematoda pada pertanaman pisang dan populasi nematoda yang bersifat endoparasit tidak diperoleh secara maksimum Hal ini dapat disebabkan oleh metode ekstraksi nematoda yang digunakan Ekstraksi nematoda dari akar dilakukan dengan metoda corong Baermann tanpa melakukan maserasi akar Jumlah genus nematoda yang diperoleh pada penelitian ini lebih tinggi daripada jumlah genus fitonematoda pada pertanaman pisang di Semenanjung Malaysia yaitu 9 genus

J Fitopatol Indones Yanto dan Swibawa

(Rahman et al 2014) dan di Bengali Barat India 12 genus (Khan dan Hasan 2010) tetapi lebih rendah daripada pertanaman pisang di Kamerun yaitu 16 genus (Bridge et al 1995)

Dari semua genus yang ditemukan dan berdasarkan pada nilai FA FR serta PA maka Pratylenchus dan Radopholus dapat dikategorikan sebagai fitonematoda penting pada lahan umur 3ndash5 dan 10ndash12 tahun kurang penting pada lahan umur 17ndash19 tahun sedangkan genus lainnya tidak penting pada semua umur lahan Nilai FA 100 untuk Pratylenchus dan Radopholus pada lahan umur 3ndash5 dan 10ndash12 tahun menunjukkan seluruh sampel tanah mengandung nematoda ini Nilai FR 39 menunjukkan Pratylenchus dan Radopholus mendominasi komunitas fitonematoda Nilai PA Radopholus masing-

masing 423 dan 126 individu per 200 mL tanah pada lahan umur 3ndash5 dan 10ndash12 tahun tergolong tinggi Herradura (2009) melaporkan bahwa dalam percobaan inokulasi 1000 ekor R similis pada bibit tanaman pisang populasinya meningkat menjadi 2500ndash3500 ekor per 10 g akar segar menjelang panen sehingga dapat menurunkan 68 bobot tandan pisang Grand Nain di Davao Filipina Nilai PA Pratylenchus 298 dan 215 individu per 200 mL tanah masing-masing pada lahan umur 3ndash5 dan 10ndash12 tahun juga tergolong tinggi Berdasarkan hasil penelitian ini disarankan untuk dilakukan pengendalian Radopholus dan Pratylenchus agar tidak menimbulkan kerugian

Pratylenchus dan Radopholus yang dapat dikategorikan fitonematoda penting pada pertanaman pisang ini juga merupakan

Genus Nematoda Sampel Umur lahan (tahun)3ndash5 10ndash12 17ndash19

FA FR FA FR FA FR()

Aphelenchoides Tanah 111 34 111 43 111 32Akar 111 31 00 00 00 00

Aphelenchus Tanah 111 34 00 00 333 97Akar 444 125 222 80 444 160

Criconemella Tanah 00 00 00 00 111 32Akar 111 31 00 00 111 40

Ditylenchus Tanah 111 34 00 00 111 32Akar - - - - - -

Helicotylenchus Tanah 222 69 00 00 00 00Akar 111 31 00 00 00 00

Hoplolaimus Tanah 111 34 333 130 556 161Akar 222 63 222 80 444 160

Meloidogyne Tanah 333 103 00 00 222 65Akar 222 63 444 160 667 240

Paralongidorus Tanah - - - - - -Akar 111 31 00 00 00 00

Pratylenchus Tanah 1000 310 1000 391 778 226Akar 889 250 889 320 667 240

Radopholus Tanah 1000 310 1000 391 778 226Akar 778 219 889 320 333 120

Scutellonema Tanah 111 34 111 43 333 97Akar 222 63 111 40 111 40

Tylenchus Tanah 00 00 00 00 111 32Akar 333 94 00 00 00 00

Xiphinema Tanah 111 34 00 00 00 00Akar - - - - - -

Tabel 1 Frekuensi absolut (FA) dan frekuensi relatif (FR) fitonematoda dari tanah dan akar pada berbagai umur lahan pisang Cavendish

- tidak ditemukan fitonematoda lahan dirotasi dengan ubi kayu

86

J Fitopatol Indones Yanto dan Swibawa

nematoda penting di beberapa negara penghasil pisang Di Kamerun P coffeae P goodey dan R similis adalah perusak akar utama akar pisang (Bridge et al 1995) sedangkan di Tamil Nadu India hanya R similis (Srinivasan et al 2011) Sementara itu di Nigeria Helicotylenchus lebih penting daripada Pratylenchus (Tanimola et al 2013) dan di Equador R similis lebih penting daripada Helicotylenchus Pratylenchus dan Meloidogyne (Chaves dan Araya 2010)

Umur lahan memengaruhi status Pratylenchus dan Radopholus Pada lahan umur 3ndash5 dan 10ndash12 tahun kedua nematoda berstatus penting sementara pada lahan umur 17ndash19 tahun dianggap kurang penting Lebih rendahnya nilai FA FR dan PA kedua fitonematoda pada lahan umur 17ndash19 tahun

dibandingkan dengan pada lahan umur 3ndash5 dan 10ndash12 tahun disebabkan oleh rotasi pisang dengan ubi kayu yang dilakukan 2ndash3 kali

UCAPAN TERIMA KASIH

Ucapan terima kasih disampaikan kepada RA Wardhana dan manajemen PT NTF yang telah memfasilitasi penelitian

DAFTAR PUSTAKA

Ansory 2009 Kriteria kesesuaian lahan untuk tanaman pisang Cavendish yang dikelola secara intensif di Way Kambas Lampung Timur [disertasi] Bogor (ID) Institut Pertanian Bogor

Tabel 2 Populasi absolut fitonematoda dari 200 mL tanah dan 50 g akar pada berbagai umur lahan pisang Cavendish

- tidak ditemukan fitonematoda data yang dianalisis ditransforamsi 2 kali ke radic (x+1) ns tidak nyata s nyata lahan dirotasi dengan ubi kayu Angka pada baris yang sama yang diikuti huruf sama tidak berbeda menurut uji BNT taraf nyata 5

Genus Nematoda SampelUmur lahan (tahun) KK

()Ket

3ndash5 10ndash12 17ndash19 (terotasi)

Aphelenchoides Tanah 01 01 01 32 nsAkar 02 00 00 32 ns

Aphelenchus Tanah 03 00 12 81 nsAkar 05 11 39 166 ns

Criconemella Tanah 00 00 01 19 nsAkar 07 00 01 69 ns

Ditylenchus Tanah 17 04 05 131 nsAkar - - -

Helicotylenchus Tanah 252 00 00 322 nsAkar 01 00 00 18 ns

Hoplolaimus Tanah 03 29 26 146 nsAkar 02 03 19 931 ns

Meloidogyne Tanah 11 00 10 101 nsAkar 22 45 127 252 ns

Paralongidorus Tanah - - -Akar 03 00 00 43 ns

Pratylenchus Tanah 2988 a 2152 a 330 b 129 sAkar 206 50 49 71 ns

Radopholus Tanah 4230 a 1261 a 164 b 121 sAkar 141 26 09 64 ns

Scutellonema Tanah 01 04 49 167 nsAkar 11 01 02 88 ns

Tylenchus Tanah 00 00 02 185 nsAkar 14 00 00 82 ns

Xiphinema Tanah 35 00 00 156 nsAkar - - -

87

J Fitopatol Indones Yanto dan Swibawa

Bridge J Price NS Kofi P 1995 Plant parasitic nematode on plantain and other crop in Cameroon West Africa Fundam Appl Nematol 18(3)251ndash260

Chaves C Araya M 2010 Spatial-temporal distribution of plant parasitic nematodes in banana (Musa AAA) plantation Equador J App Biosci 332057ndash2069

Gowen SR Queneherve P Fogain R 2005 Nematode parasites of banana and plantain Di dalam Luc M Sikora RA Bridge J editors Plant Parasitic Nematodes in Subtropical and Tropical Agriculture Ed ke-2 Wallingford (UK) CABI Publishing hlm 611ndash643 DOI httpdxdoiorg10107997808519972780611

Herradura LE 2009 Host respons of Eumusa varieties to a Radopholus similis population from the Philippines [disertasi]Leuven (BE) de Agricultura Katholieke Universiteit Leuven

Hooper DJ Hallman J Subbotin SA 2005 Methods for extraction processing and detection of plant and soil nematodes Di dalam Luc M Sikora RA Bridge J editor Plant Parasitic Nematodes in Subtropical and Tropical Agriculture Ed ke-2 Wallingford (UK) CABI Publishing hlm 53ndash86 DOI httpdxdoiorg10107997808519972780053

Jumjunidang 2003 Status and future RampD of nematodes in banana in Indonesia Di dalam Cruz Jr FS Van den Bergh I Waele D Hautea DM Molina AB editors Country Report of Workshop and Training Toward Management of Musa Nematodes in Asia and the Pasific 2003 Des 1ndash5 Los Banos Laguna (PH) The Institute of Plant Breeding UPLB hlm 43ndash46

Khan MR Hasan MA 2010 Nematode diversity in banana rhizosphere from West Bengal India J Plant Protec Res 50(3)263ndash268 DOI httpdxdoiorg102478v10045-010-0046-9

Mai WF Lyon HH 1975 Pictorial Key to

Genera of Plant-Parasitic Nematodes London (UK) Comstock Publishing Associated

Moser T Forster B Frankenbach S Marques R Rombke J Schmidt P Hofer H 2012 Nematodes assemblages in banana (Musa acuminata) monoculture and banana plantation with jucara palm (Euterpe edulis) in the Southern Mata Atlantica Brazil Nematology 14(3)371ndash384 DOI httpdxdoiorg101163156854111X601669

Nega G Fetena S 2015 Root necrosis assesment of plant parasitic nematodes of banana (Musa spp) at Arbaminch Etiophia J BiolAgric Healthcare 5(15)76ndash80

Norton DC 1978 Ecology of plant parasitic nematodes New York (US) John Willey and Sons Inc

Orsquobannon JH 1977 Worldwide dissemination of Radopholus similis and it importance in crop production J Nematol 9(1)16ndash25

Rahman SSA Zain SNM Mat MZB Sidam AK Othman RY Mohamed Z 2014 Population distribution of plant parasitic nematodes on bananas in Paninsular Malaysia Sains Malaysiana 43(2)175ndash183

Srinivasan R Kulothungan S Sundaraju P Govindasami C 2011 Biodiversity of plant parasitic nematodes associated with banana in Thanjavur District of Tamil Nadu Int J Plant Animal Environ Sci 1(2)63ndash69

Tanimola AA Asimeaa AO Ofuru-Joseph S 2013 Status of plant-parasitic nematodes on plantain (Musa parasidiaca (L)) in Choba Rivers State Nigeria Word J Agric Sci 9(2)189ndash195

ZhongS He Y Zeng H Mo Y Zhou ZX Zang ZP Jin Z 2011 Effect of banana wilt desasease on soil nematodes community structure and diversity Afr J Biotechnol 10(59)12729ndash12737

88

Volume 12 Nomor 3 Mei 2016Halaman 89ndash95

DOI 1014692jfi12389ISSN 0215-7950

Alamat penulis korespondensi Jurusan Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Halu Oleo Jalan HEA Mokodompit Kendari 93232 Tel 0401-3122320 Faks 0401-0401-3197045 Surel akhaeruniyahoocom

89

Ketahanan Berbagai Kultivar Padi Lokal terhadap Penyakit Hawar Daun Bakteri

Resistance of Local Rice Cultivars to Bacterial Leaf Blight Disease

Andi Khaeruni Erwin Najamuddin Teguh Wijayanto SyairUniversitas Halu Oleo Kendari 93232

ABSTRAK

Penyakit hawar daun bakteri yang disebabkan oleh Xanthomonas oryzae pv oryzae merupakan salah satu penyakit penting pada tanaman padi di Indonesia termasuk di Sulawesi Tenggara Penggunaan varietas tahan merupakan salah satu strategi pengendalian yang efektif dan ramah lingkungan untuk mengatasi penyakit Penelitian ini bertujuan mengetahui tingkat ketahanan beberapa varietas padi lokal asal Sulawesi Selatan dan Sulawesi Tenggara terhadap X oryzae pv oryzae patotipe IV VIII dan X Penelitian dilakukan di rumah kasa menggunakan tiga patotipe pada 11 kultivar padi lokal Inokulasi bakteri dilakukan menggunakan metode pengguntingan daun pada fase vegetatif dan generatif Pengamatan terhadap insidensi penyakit hawar daun bakteri dilakukan 3 minggu setelah inokulasi Data insidensi penyakit digunakan untuk menentukan tingkat ketahanan tanaman uji Hasil penelitian menunjukkan bahwa periode inkubasi penyakit pada kultivar Kelaca lebih lama dibandingkan dengan kultivar lainnya Pada fase vegetatif kultivar ini bereaksi agak tahan terhadap patotipe IV dan X serta sangat tahan terhadap patotipe VIII sedangkan pada fase generatif bereaksi agak tahan terhadap patotipe IV dan VII serta sangat tahan terhadap patotipe X Oleh karena itu kultivar Kelaca dapat direkomendasikan untuk ditanam pada daerah endemis penyakit hawar daun di Sulawesi Selatan dan Tenggara

Kata kunci insidensi penyakit patotipe Xanthomonas oryzae pv oryzae

ABSTRACT

Bacterial leaf blight disease caused by Xanthomonas oryzae pv oryzae is an important rice disease in Indonesia including in South East Sulawesi The use of resistant varieties is one of the effective and environmentally friendly control strategies to suppress the disease This study aimed to determine the level of resistance of some local rice varieties of South and Southeast Sulawesi against Xanthomonas oryzae pv oryzae pathotypes IV VIII and X The study was conducted in a screen house involving 3 bacterial pathotypes and 11 local rice cultivars Shearing method was used for inoculation of bacteria to leaf on vegetative and generative phases Disease incidences were measured 3 weeks after inoculation and the data was further used to determine the level of resistance of the tested rice cultivars The results showed that incubation period of the disease was longer on Kelaca cultivar compared to other cultivars On vegetative phase this cultivar showed moderate resistant to pathotypes IV and X and highly resistant to patotype VIII whereas on the generative phase it showed moderate resistant to pathotypes IV and VII and highly resistant to pathotype X Therefore Kelaca cultivar can be recommended for endemic areas of leaf blight in South and Southeast Sulawesi

Key words disease incidence pathotype Xanthomonas oryzae pv oryzae

J Fitopatol Indones Khaeruni et al

90

PENDAHULUAN

Hawar daun bakteri (HDB) yang disebabkan oleh Xanthomonas oryzae pv oryzae merupakan salah satu penyakit padi yang sulit dikendalikan karena memiliki banyak patotipe dan penyebarannya mudah terjadi (Akhtar et al 2008) Di Indonesia diketahui terdapat 12 patotipe X oryzae pv oryzae dengan tingkat virulensi yang berbeda dan merupakan ancaman utama bagi produksi padi nasional (Wahyudi et al 2011) Infeksi X oryzae pv oryzae pada tanaman padi di Indonesia menyebabkan kerugian hasil panen sebesar 21ndash36 pada musim hujan dan 18ndash28 pada musim kemarau (Suparyono et al 2004) Penanaman satu jenis varietas secara terus-menerus dengan skala yang luas dapat menyebabkan pergeseran patotipe sehingga patogen X oryzae pv oryzae menjadi semakin virulen

Penyakit HDB juga merupakan salah satu penyakit penting pada tanaman padi sawah di Sulawesi Tenggara Berdasarkan pengelompokan patotipe sistem KOZAKA yang menggunakan varietas diferensial dilaporkan terdapat 3 kelompok patotipe X oryzae pv oryzae di Sulawesi Tenggara yaitu patotipe IV VIII dan X yang memiliki virulensi tinggi (Khaeruni dan Wijayanto 2013)

Penggunaan varietas tahan terhadap patotipe yang dominan di daerah tertentu merupakan salah satu cara untuk mengendalikan X oryzae pv oryzae Pengendalian penyakit dengan menggunakan varietas tahan merupakan cara pengendalian yang efektif murah dan mudah untuk dilakukan sepanjang varietas tahan tersedia di masyarakat Rahim et al (2012) melaporkan 6 varietas padi komersial yang diuji terhadap X oryzae pv oryzae patotipe IV VIII IX dan X tidak ada satu pun varietas yang tahan Oleh karena itu pencarian varietas atau kultivar tahan perlu terus dilakukan Kultivar padi lokal yang telah dibudidayakan oleh masyarakat di Sulawesi Selatan dan Sulawesi Tenggara perlu dievaluasi ketahanannya terhadap X oryzae pv oryzae Penelitian ini bertujuan

menentukan tingkat ketahanan kultivar padi lokal asal Sulawesi Selatan dan Sulawesi Tenggara terhadap penyakit HDB

BAHAN DAN METODE

Isolat X oryzae pv oryzae dan Benih Padi Isolat X oryzae pv oryzae yang digunakan

ialah patotipe IV VIII dan X asal Sulawesi Tenggara (koleksi Laboratorium Ilmu Hama dan Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas Haluoleo) Padi lokal yang diuji sebanyak 6 kultivar asal Sulawesi Tenggara (Pae Nggonggohia Pae Biu Pae Nggomumu Pae Wila Padae Hada Padae Wolio) dan 5 kultivar dari Sulawesi Selatan (Mandi Kelaca Pulu Lotong Mandoti Pulu Pute) Padi var IR64 yang digunakan sebagai varietas rentan diperoleh dari hasil panen tanaman yang bebas dari penyakit HDB

Rancangan Percobaan Percobaan dilakukan di rumah kaca

disusun dalam rancangan acak kelompok Sebanyak 11 kultivar uji dan varietas IR64 diinokulasi dengan 3 patotipe X oryzae pv oryzae sehingga diperoleh 36 kombinasi perlakuan Setiap perlakuan diulang sebanyak 3 kali sehingga total keseluruhan terdapat 108 tanaman uji

Benih padi diperam semalam sebelum dikecambahkan di cawan petri yang dialasi kertas buram lembap Benih yang berkecambah pada umur 2 hari disemai pada kotak semai yang berisi arang sekam bercampur pupuk kandang dengan perbandingan 31 (vv) Bibit berumur 21 hari dipindah tanam dalam pot kantong plastik ukuran 30 cm times 20 cm yang berisi medium campuran tanah dan pupuk kandang dengan perbandingan 41 (vv) kemudian diletakkan dalam rumah kasa Tanaman disiram setiap pagi hari gulma dan hama yang ditemukan dikendalikan secara manual Pemeliharaan tanaman dilakukan sejak pindah tanam sampai pengujian selesai

Isolat dari setiap patotipe X oryzae pv oryzae dibiakkan secara terpisah pada medium pepton sukrosa agar (PSA) selama 48 jam Kultur murni disuspensikan dalam

J Fitopatol Indones Khaeruni et al

91

akuades steril hingga mencapai kepadatan 108ndash109 cfu mL-1 dan digunakan sebagai sumber inokulum (Khaeruni et al 2014a)

Inokulasi setiap patotipe X oryzae pv oryzae pada tanaman uji dilakukan 2 tahap yaitu pada fase vegetatif ketika tanaman berumur 3 minggu setelah tanam (MST) dan pada fase generatif tanaman berumur 8 MST Inokulasi dilakukan pada 5 sampel daun yang membuka sempurna dengan menggunting daun sekitar 2ndash3 cm dari ujung daun menggunakan gunting yang telah dicelupkan dalam suspensi X oryzae pv oryzae

PengamatanPengamatan meliputi periode inkubasi

insidensi penyakit dan reaksi ketahanan Pengamatan periode inkubasi dilakukan setiap hari mulai 1 hari setelah inokulasi sampai munculnya gejala pada daun yang diinokulasi patogen Pengamatan insidensi penyakit dilakukan 3 minggu setelah inokulasi pada setiap tahap inokulasi (fase vegetatif dan generatif)

Insidensi penyakit diamati dengan mengukur panjang gejala HDB pada setiap daun sampel yang diinokulasi Insidensi penyakit dihitung menggunakan rumus

IP = times 100 dengannN

IP insidensi penyakit n panjang gejala HDB pada daun sampel N panjang daun sampel

Kriteria tingkat ketahanan tanaman di-tentukan berdasarkan nilai insidensi penyakit pada setiap kultivar yang diuji pada setiap patotipe berdasarkan nilai skoring yang ditetapkan oleh IRRI tahun 1996 (Tabel 1)

HASIL

Periode InkubasiPeriode inkubasi penyakit pada fase

vegetatif bervariasi dari 27ndash4 hari setelah inokulasi Pada beberapa kultivar memiliki periode inkubasi penyakit yang lebih lama dibandingkan dengan pada varietas IR 64 yaitu 27ndash30 hari (Tabel 2) Periode inkubasi penyakit terpanjang terjadi pada kultivar Kelaca baik pada fase vegetatif maupun fase generatif Varietas IR64 dan kultivar Pae Biu tergolong rentan menunjukkan gejala layu dan muncul bercak kelabu pada tepi daun serta sedikit menggulung ke arah dalam sedangkan gejala layu tidak terjadi pada kultivar Kelaca yang tergolong varietas tahan

Insidensi Penyakit dan Reaksi KetahananInsidensi penyakit hawar daun pada kultivar

padi lokal yang diuji pada fase vegetatif bervariasi dari 26ndash776 sehingga reaksi ketahanan kultivar-kultivar padi lokal tersebut bervariasi dari rentan sampai sangat tahan sementara insidensi penyakit pada varietas IR64 berkisar 24ndash468 sehingga varietas ini bereaksi agak rentan terhadap semua patotipe X oryzae pv oryzae Ketahanan terbaik pada fase vegetatif terdapat pada kultivar Kelaca asal Sulawesi Selatan yang bereaksi agak tahan terhadap patotipe IV dan X serta tahan terhadap patotipe VIII Kultivar Paedai Wolio asal Sulawesi Tenggara memiliki reaksi agak rentan pada semua patotipe sementara kultivar Mandi Pae Ngonggohia Pae Biu Kelaca Pullu Lotong Pae Wila Paedai Hada Mandoti Pullu Pute Paedai Wolio memperlihatkan reaksi rentan sehingga kultivar tersebut memiliki ketahanan lebih rendah dibandingkan dengan varietas IR64 (Tabel 3)

Pada fase generatif insidensi penyakit berkisar 33ndash227 sehingga reaksi ketahanan berbagai kultivar padi lokal yang diinokulasikan dengan 3 patotipe X oryzae pv oryzae juga bervariasi jika dibandingkan dengan varietas IR64 Ketahanan terbaik diperlihatkan padi kultivar Kelaca yang memiliki respons agak tahan terhadap patotipe IV dan VIII serta sangat tahan terhadap patotipe X Selain

Skor Insidensi penyakit ()

Reaksi ketahanan

1 0ndash3 Sangat tahan (ST)2 4ndash6 Tahan (T)3 7ndash12 Agak tahan (AT)4 13ndash50 Agak rentan (AR)5 51ndash75 Rentan (R)6 gt75 Sangat rentan (SR)

Tabel 1 Skor dan insidensi penyakit tanaman berdasarkan pada luas daun padi yang bergejala hawar daun (SES IRRI 1996)

J Fitopatol Indones Khaeruni et al

92

Kultivar padi lokal Patotipe IV Patotipe VIII Patotipe XVeg Gen Veg Gen Veg Gen

Pae Ngonggohia 40 37 30 30 30 27Pae Biu 30 27 27 30 27 27Pae Nggomumu 33 30 37 30 30 37Pae Wila 33 30 33 40 37 43Paedai Hada 33 30 30 30 30 30Paedai Wolio 33 40 30 37 33 33Mandi 33 40 30 30 30 30Kelaca 40 47 37 47 37 47Pulu Lotong 30 30 33 30 30 30Mandoti 30 30 30 30 27 30Pulu Pute 30 30 30 37 23 37IR64 30 30 27 30 27 30

Tabel 2 Periode inkubasi (hari) penyakit hawar daun bakteri pada varietas padi lokal yang diinokulasi dengan 3 patotipe Xanthomonas oryzae pv oryzae

Veg fase vegetatif Gen fase generatif kontrol varietas rentan

Kultivar padi lokalPatotipe IV Patotipe VIII Patotipe X

IP ()

Skor (Respons)

IP ()

Skor (Respons)

IP ()

Skor (Respons)

Pae Ngonggohia 419 4 (AR) 557 5 (R) 391 4 (AR)Pae Biu 718 5 (R) 776 6 (SR) 465 4 (AR)Pae Nggomumu 115 3 (AT) 408 4 (AR) 425 4 (AR)Pae Wila 513 5 (R) 379 4 (AR) 665 5 (R)Paedai Hada 652 5 (R) 309 4 (AR) 743 5 (R)Paedai Wolio 261 4 (AR) 316 4 (AR) 461 4 (AR)Mandi 256 4 (AR) 510 5 (R) 458 4 (AR)Kelaca 78 3 (AT) 26 1 (ST) 69 3 (AT)Pulu Lotong 525 5 (R) 337 4 (AR) 353 4 (AR)Mandoti 448 4 (AR) 265 4 (AR) 519 5 (R)Pulu Pute 233 4 (AR) 342 4 (AR) 555 5 (R)IR64 468 4 (AR) 240 4 (AR) 396 4 (AR)

Tabel 3 Insidensi penyakit (IP) dan respons ketahanan berbagai kultivar padi lokal dan IR64 terhadap 3 patotipe Xanthomonas oryzae pv oryzae pada fase vegetatif

SR sangat rentan R rentan AR agak rentan AT agak tahan ST sangat tahan kontrol varietas rentan

padi kultivar Kelaca kultivar Pae Wila memiliki ketahanan yang relatif lebih kuat terhadap X oryzae pv oryzae karena bereaksi tahan terhadap patotipe IV dan X serta agak tahan terhadap patotipe VIII (Tabel 4)

PEMBAHASAN

Penentuan periode inkubasi didasarkan munculnya gejala hawar pada daun yang diinokulsi X oryzae pv oryzae Periode

inkubasi pada beberapa kultivar lebih lama dibandingkan dengan padi var IR64 baik yang diinokulasi pada fase vegetatif maupun pada fase generatif Kultivar yang memiliki respons ketahanan terbaik ialah padi kultivar Kelaca karena memiliki periode inkubasi terlama dan insidensi penyakit yang lebih rendah dibandingkan dengan kultivar lainnya Hal ini sesuai dengan pendapat Nayak et al (1987) yang menyatakan ketahanan tanaman padi terhadap penyakit HDB secara tidak

J Fitopatol Indones Khaeruni et al

93

langsung ditentukan oleh periode inkubasi dan perkembangan penyakit

Gen ketahanan terhadap ras X oryzae pv oryzae ditentukan oleh gen R mayor (Liu et al 2006) Ketahanan varietas padi terhadap X oryzae pv oryzae berkaitan dengan kandungan gen ketahanan (gen Xa) varietas yang memiliki lebih dari satu gen Xa memperlihatkan ketahanan yang lebih kuat dibandingkan dengan yang hanya memiliki satu gen Xa (Nafisah et al 2007) X oryzae pv oryzae patotipe IV mempunyai gen virulensi yang dapat mematahkan gen ketahanan Xa1 Xa2 Xa4 Xa7 Xa10 Xa11 dan Xa 14 pada tanaman padi patotipe VIII dapat mematahkan gen ketahanan Xa1 Xa2 Xa3 Xa4 Xa7 Xa10 Xa11 dan Xa 14 sedangkan patotipe X dapat mematahkan gen ketahanan Xa1 Xa2 Xa4 Xa7 Xa10 Xa11 Xa14 dan Xa21 (Hifni dan Kardin 1998) Hal ini menunjukkan bahwa padi kultivar Kelaca tahan terhadap patotipe IV VIII dan X karena memiliki gen ketahanan Xa yang mampu mengatasi gen-gen virulen (Vir) dari ketiga patotipe tersebut

Djatmiko dan Fatichin (2011) menduga bahwa suatu tanaman menjadi tahan terhadap penyakit HDB karena meng-hasilkan fitoaleksin sebagai hasil interaksi inang-parasit yang fungsinya menghambat perkembangan bakteri Akumulasi fitoaleksin

dalam konsentrasi tinggi dapat membatasi area infeksi patogen (Suswati et al 2011) Hal yang sama dijelaskan oleh Hasegawa et al (2014) bahwa tanaman padi memiliki respons tahan terhadap penyakit blas karena mengakumulasi senyawa fitoaleksin sakuratenin yang bersifat toksin bagi patogen tanaman dengan cepat setelah terinfeksi patogen Oleh karena itu senyawa fitoaleksin diduga pula berpengaruh untuk menghambat penyakit-penyakit hawar daun bakteri pada padi kultivar Kelaca

Kultivar lokal Pae Wila Pulu Lotong Mandoti Pulu Pute mengalami peningkatan status ketahanan di fase generatif Hal ini mengindikasikan bahwa ketahanan kultivar tersebut meningkat seiring dengan pertambahan umur tanaman padi Hasil yang sama dilaporkan oleh Khaeruni et al (2014b) bahwa semakin tua umur tanaman padi Inpari 10 dan Cisantana yang diinokulasi X oryzae pv oryzae menjadi semakin lambat perkembangan penyakit hawar daun bakterinya Djatmiko dan Fatichin (2009) melaporkan bahwa fase vegetatif tanaman padi lebih rentan dibandingkan dengan fase generatifnya sedangkan Aditya et al (2015) mengemukakan bahwa ketahanan lapangan fase generatif padi lebih rentan terhadap penyakit hawar daun bakteri dibandingkan dengan fase vegetatifnya

VarietasKultivarPatotipe IV Patotipe VIII Patotipe X

IP ()

Skor(Respons)

IP ()

Skor (Respons)

IP ()

Skor (Respons)

Pae Ngonggohia 137 4 (AR) 210 4 (AR) 93 3 (AT)Pae Biu 130 4 (AR) 47 2 (T) 203 4 (AR)Pae Nggomumu 160 4 (AR) 227 4 (AR) 150 4 (AR)Pae Wila 38 2 (T) 733 3 (AT) 56 2 (T)Paedai Hada 167 4 (AR) 147 4 (AR) 200 4 (AR)Paedai Wolio 53 2 (T) 253 4 (AR) 170 4 (AR)Mandi 203 4 (AR) 137 4 (AR) 67 3 (AT)Kelaca 80 3 (AT) 120 3 (AT) 33 1 (ST)Pulu Lotong 97 3 (AT) 93 3 (AT) 73 3 (AT)Mandoti 97 3 (AT) 120 3 (AT) 50 2 (T)Pulu Pute 50 2 (T) 80 3 (AT) 130 4 (AR)IR64 220 4 (AR) 340 4 (AR) 213 4 (AR)

Tabel 4 Insidensi penyakit (IP) dan respons ketahanan berbagai kultivar padi lokal dan IR64 terhadap inokulasi 3 patotipe Xanthomonas oryzae pv oryzae pada fase generatif

SR sangat rentan R rentan AR agak rentan AT agak tahan ST sangat tahan kontrol varietas rentan

J Fitopatol Indones Khaeruni et al

Hasil penelitian ini secara umum memperlihatkan bahwa kultivar padi lokal yang diinokulasi oleh X oryzae pv oryzae patotipe IV VIII dan X memiliki reaksi ketahanan yang berbeda pada fase vegetatif dan generatif Kultivar Kelaca memiliki tingkat ketahanan yang lebih baik dibandingkan dengan kultivar uji lainnya Kultivar ini bereaksi agak tahan terhadap patotipe IV dan X juga sangat tahan terhadap patotipe VIII pada fase vegetatif sedangkan pada fase generatif bereaksi agak tahan terhadap patotipe IV dan VIII juga sangat tahan terhadap patotipe X

UCAPAN TERIMA KASIH

Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada Direktorat Pembinaan Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan Nasional yang telah membiayai penelitian ini melalui Hibah Penelitian Fundamental Nomor 0541023-04101002011

DAFTAR PUSTAKA

Aditya RH Wahyuni WS Mihardjo PA 2015 Ketahanan lapangan lima genotipe padi terhadap penyakit hawar daun bakteri J Fitopatol Indones 11(5)160ndash166 DOI httpdxdoiorg1014692jfi115160

Akhtar MA Rafi A Hameed A 2008 Comparison of methods of inoculation of Xanthomonas oryzae pvoryzae in rice cultivars Pak J Bot 40(5)2171ndash2175

Djatmiko HA Fatichin 2009 Ketahanan dua puluh satu varietas padi terhadap penyakit hawar daun bakteri J HPT Tropika 9(2)168ndash172

Hasegawa M Mitsuhara I Seo S Okada K Yamane H Iwai T Ohashi Y 2014 Analysis on blast fungus-responsive characters of a flavonoid phytoalexin sakuranetin accumulation in infected riceleaves antifungal activity and detoxification by fungus Molecules 1911404ndash11418 DOI httpdxdoiorg103390molecules190811404

Hifni HR Kardin MK 1998 Pengelompokan isolat Xanthomonas oryzae pv oryzae dengan menggunakan galur isogenik padi IRRI Hayati 566ndash72

IRRI 1996 Standard Evaluation System for Rice 4th ed Manila (PH) IRRI PO Box 933 Hlm 52

Khaeruni A Rahim A Syair Adriani 2014a Induksi ketahanan terhadap penyakit hawar daun bakteri di lapangan menggunakan rizobakteri indigenos J HPT Tropika 14(1)57ndash63

Khaeruni A Taufik M Wijayanto T Johan EA 2014b Perkembangan penyakit hawar daun bakteri pada tiga varietas padi sawah yang diinokulasi pada beberapa fase pertumbuhan J Fitopatol Indones 10(4)119ndash125 DOI http dxdoiorg1014692jfi104119

Khaeruni A Wijayanto T 2013 Pathotype grouping of Xanthomonas oryzae pv oryzae isolates from South Sulawesi and Southeast Sulawesi Agrivita 35 (2)138ndash144 DOI httpdxdoiorg1017503Agrivita-2013-35-2-p138-144

Liu DN Ronald PC Bogdanova AJ 2006 Xanthomonas oryzae pathovars model pathogens of a model crop Mol Plant Pathol 7303ndash324 DOI httpdxdoiorg101111j1364-3703200600344x

Nafisah Aan A Daradjat B Suprihatno Triny SK 2007 Heritabilitas karakter ketahanan hawar daun bakteri dari tiga populasi tanaman padi hasil seleksi daur siklus pertama Bull Penelitian Pertanian Tanaman Pangan 6(2)100ndash105

Nayak P Rao AVS Chakrabarti 1987 Components of resistance to bacterial blight disease of rice J Phytopathol 119(4)289ndash237 DOI httpdxdoiorg 101111j1439-04341987tb04402x

Rahim A Khaeruni A dan Taufik M 2012 Reaksi ketahanan beberapa varietas padi komersial terhadap Xanthomonas oryzae pv oryzae isolat Sulawesi Tenggara Berkala Penelitian Agronomi 1(2)132ndash138

Suparyono Sudir Suprihanto 2004 Pathotype profile of Xanthomonas oryzae pv oryzae

94

J Fitopatol Indones Khaeruni et al

isolates from the rice ecosystem in Java Indones J Agriculture Science 563ndash69

Suswati Habazar T Husin EF Nasir N Putra DP Taylor P 2011 Senyawa phenolik akar pisang cv kepok (Musa acuminata) yang diinduksi dengan fungi mikoriza arbuskular indigenus Pu10-Glomus sp1

terhadap penyakit darah bakteri J Nat Indones 13(3) 207ndash213

Wahyudi AT Meliah S Nawangsih AA 2011 Xanthomonas oryzae pv oryzae bakteri penyebab hawar daun pada padi isolasi karakterisasi dan telaah mutagenesis dengan transposon J Sains 15(1)89ndash96

95

Volume 12 Nomor 3 Mei 2016Halaman 104ndash108

DOI 1014692jfi123104ISSN 0215-7950

Alamat penulis korespondensi Laboratorium Fitopatologi Fakultas Pertanian Universitas SriwijayaJalan Palembang-Prabumulih Km32 Indralaya Palembang 30662Tel 0711-580663 Faks 0711-580663 Surel suwandisalehgmailcom

104

KOMUNIKASI SINGKAT

Penekanan Penyakit Blas Leher Malai Padi Menggunakan Ekstrak Kompos Jerami Padi

Suppression of Panicle Blast by Rice Straw Compost Extract

Suwandi Harman Hamidson Ahmad MuslimUniversitas Sriwijaya Palembang 30662

ABSTRAK

Penyakit blas merupakan penyakit penting pada tanaman padi dan menyebabkan kehilangan hasil pada lahan reklamasi pasang surut di Sumatera Selatan Ekstrak fermentasi kompos jerami dari tanaman padi sehat diuji potensinya dalam menekan blas leher malai pada percobaan dalam pot Padi varietas Ciherang ditanam pada campuran tanah dengan 1 jerami tanaman sakit (vv) yang diperoleh dari sawah pasang surut Insidensi penyakit blas leher malai dapat ditekan sebesar 71minus87 sebagai respons aplikasi ekstrak kompos Aplikasi ekstrak kompos tidak memengaruhi perkecambahan benih dan tinggi tanaman tetapi dapat meningkatkan hasil Kompos jerami dari tanaman sehat berpotensi sebagai sumber pengendalian blas di lapangan

Kata kunci lahan reklamasi kompos jerami tanah sulfat masam

ABSTRACT

Blast is the most important disease of rice and may cause significant losses in the reclaimed tidal swamp of South Sumatra Water extracts of fermented composts prepared from straws of the vigorous rice plant were tested in pot experiment for their ability to control blast Rice variety Ciherang was grown on mixture of field soil and 1 diseased rice straw (vv) collected from a tidal swamp rice field Incidence of panicle blast was reduced by 71minus87 in response to application of compost extract The compost extract did not affect seed germination and plant height instead it increased the yield The rice straw from healthy and vigorous plants is potential as a source for blast disease control

Key words acid sulfate soil compost extract land reclamation

Indonesia memiliki lahan pasang surut yang luas yang sebagian besar terdapat di pesisir pantai Sumatera Kalimantan dan Papua Hampir 4 juta ha dari lahan pasang surut tersebut telah direklamasi (Suprianto et al 2009) dan 1 juta ha di antaranya ditanami padi Di Sumatera Selatan terdapat sekitar 2656 ribu ha padi dibudidayakan di lahan

pasang surut reklamasi (BPS Sumatera Selatan 2014) Rata-rata hasil padi sawah pasang surut di Banyuasin ialah 41 ton ha-1 (BPS Banyuasin 2014) dan hasil ini lebih rendah dibandingkan dengan hasil padi sawah irigasi pada tanah mineral di Kabupaten OKU Timur yang rata-ratanya mencapai 55 ton ha-1 (BPS OKU Timur 2014)

J Fitopatol Indones Suwandi et al

105

Penyakit blas yang disebabkan oleh Pyricularia oryzae merupakan penyakit terpenting pada tanaman padi Penyakit ini telah dilaporkan menyerang sejak periode awal budi daya padi di lahan reklamasi pasang surut Sumatera Selatan (Koswara dan Rumawas 1984) Survei penyakit yang dilakukan sejak tahun 2013 menunjukkan bahwa penyakit blas endemik di lahan suboptimal ini dan menyebabkan beberapa sawah mengalami gagal panen

Patogen blas diketahui memiliki daya adaptasi yang tinggi terhadap beragam kondisi lingkungan termasuk varietas resisten (Ou 1985 Scheuermann et al 2012) sehingga pengendaliannya sukar dilakukan Aplikasi ekstrak kompos atau dikenal sebagai teh kompos diketahui dapat meningkatkan pertumbuhan produksi dan kualitas gizi tanaman (Hargreaves et al 2009 Pant et al 2009 Shrestha et al 2012) Penekanan penyakit setelah aplikasi ekstrak kompos telah dilaporkan (Elad dan Shtienberg 1994 Curlango-Rivera et al 2013) Pada penelitian ini ekstrak kompos yang dibuat dari kompos jerami padi diuji potensinya untuk pengendalian penyakit blas

Penelitian dilaksanakan dalam pot menggunakan media tanah sulfat masam potensial yang diperoleh dari sawah lahan reklamasi pasang surut Telang II Banyuasin Sumatera Selatan Penelitian disusun dalam rancangan acak lengkap dengan 4 perlakuan dan 3 ulangan Perlakuan yang diuji ialah ekstrak kompos padi Ciherang kompos padi Inpari 1 dan kompos padi Inpari 10 serta ekstrak tanah (kontrol)

Infestasi patogen blas dilakukan secara alami dengan mencampur 1 volume cacahan jerami padi yang terserang parah penyakit blas ke dalam medium tanam Tanaman padi dipupuk dengan 90 kg N ha-1 60 kg P ha-140 kg K ha-1 menggunakan NPKMgCa (161616155) urea dan SP36 Sebanyak setengah takaran urea ditaburkan saat 7 hari setelah semai dan sisanya saat bunting

Kompos dibuat dengan cara mencampur potongan rumpun padi uji yang sehat dan bugar (yang menunjukkan pertumbuhan

lebih baik dibandingkan dengan tanaman padi lainnya dalam suatu sawah) berikut tanah perakarannya dengan pupuk kandang sapi dalam perbandingan volume yang sama Pengomposan dilakukan selama 14 hari di dalam guci tanah liat Setiap 2 hari campuran dibalik dan disemprot air untuk menjaga kadar air 60minus80 Komposmdashsetengah matangmdashselanjutnya disimpan dalam kantong plastik dalam lemari pendingin sampai digunakan untuk ekstraksi

Ekstrak kompos dibuat dengan cara merendam kompos dalam 2 kali volume air dan diaduk sesaat setelah direndam Rendaman kompos selanjutnya difermentasi selama 4 hari dalam suhu kamar (27minus29 degC) Air rendaman kompos selanjutnya dipanen dengan cara disaring dan segera digunakan dalam keadaan segar Sebagai pembanding (perlakuan kontrol) digunakan ekstrak rendaman tanah

Padi varietas Ciherang digunakan sebagai tanaman uji Padi ditanam pada baki plastik (30 cm times 23 cm) yang diisi dengan tanah yang diperoleh dari sawah di lahan reklamasi pasang surut Telang II Banyuasin Sumatera Selatan Aplikasi ekstrak dilakukan dengan perendaman benih selama 48 jam dan dilanjutkan dengan penyemprotan saat fase pemanjangan batang (6 minggu setelah semai) dan bunting (8 minggu setelah semai) Aplikasi ekstrak dilakukan pada konsentrasi 50 (11 [vv] ekstrak komposair) Penyemperotan dilakukan dengan volume semprot tinggi (750 L ha-1)

Pengamatan penyakit blas leher malai dilakukan saat panen Serangan penyakit dihitung berdasarkan insidensi blas leher malai yang dihitung dengan rumus

IBM = nN x 100 denganIBM insidensi blas leher malai n jumlah tangkai malai bergejala N jumlah malai per pot Hasil panen dinyatakan dalam g pot-1 dari hasil gabah yang dikeringkan hingga mencapai kadar air plusmn 14

Pencampuran 1 volume jerami dari tanaman sakit ke dalam media tanam menyebabkan serangan parah blas leher malai pada perlakuan kontrol (Tabel 1)

J Fitopatol Indones Suwandi et al

106

Hasil ini mengungkapkan bahwa sisa jerami tanaman sakit di lapangan dapat menjadi sumber inokulum bagi tanaman musim berikutnya Peranan sisa jerami tanaman sakit sebagai sumber utama inokulum penyakit blas sudah lama diketahui (Suzuki 1975 Ou 1985) Infektifitas yang tinggi inokulum dari jerami sakit memungkinkan sisa tanaman ini dijadikan sumber inokulum alami pada percobaan lapangan ataupun percobaan yang menghendaki inokulum yang mewakili populasi lapangan patogen blas

Insidensi blas secara nyata lebih rendah pada tanaman yang diberi perlakuan ekstrak fermentasi kompos yang berasal dari rumpun padi bugar Insidensi penyakit blas leher malai dapat ditekan sebesar 71minus87 pada tanaman yang diaplikasi dengan ekstrak kompos (Tabel 1) Perlakuan ekstrak kompos tidak

memengaruhi perkecambahan benih dan tinggi tanaman (Tabel 2) tetapi perlakuan ekstrak kompos padi Inpara 1 dapat meningkatkan hasil gabah dibandingkan dengan kontrol (Tabel 3) Peningkatan hasil ini selaras dengan tingginya penekanan penyakit setelah perlakuan ekstrak kompos tersebut

Penelitian ini menunjukkan manfaat aplikasi ekstrak kompos bagi produksi padi Efikasi lapangan ekstrak kompos di lahan pasang surut yang bermasalah dengan penyakit blas kini sedang dalam proses pengujian Ekstrak kompos bermanfaat bagi tanaman karena hara yang dikandungnya terurai melalui mineralisasi dan pelarutan (Shrestha et al 2012) dan secara tidak langsung melalui pengimbasan ketahanan (Kim et al 2015) Ekstrak kompos jerami padi diketahui kaya akan kandungan senyawa humat yaitu

Sumber ekstrak kompos Insidensi penyakit()

Penekanan penyakit()

Tanah (kontrol) 528 plusmn 88 a -Kompos jerami padi Ciherang 151 plusmn 76 b 71Kompos jerami padi Inpari 10 80 plusmn 39 b 85Kompos jerami padi Inpara 1 69 plusmn 32 b 87

Tabel 1 Insidensi penyakit saat panen dan penekanan penyakit blas leher malai padi dalam pot yang diaplikasi ekstrak kompos

Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji beda nyata jujur Tukey (P=005) nilai relatif terhadap kontrol

Sumber ekstrak kompos Perkecambahan benih ()

Tinggi tanaman (cm)

Tanah (kontrol) 867 plusmn 22 537 plusmn 12Kompos jerami padi Ciherang 817 plusmn 51 525 plusmn 08Kompos jerami padi Inpari 10 842 plusmn 44 523 plusmn 12Kompos jerami padi Inpara 1 792 plusmn 68 533 plusmn 10

Tabel 2 Pertumbuhan padi dalam pot yang diaplikasi ekstrak kompos

Sumber ekstrak kompos Hasil (g pot-1 gabah kering giling )

Jumlah malai per tanaman

Jumlah gabah per malai

Tanah (kontrol) 25 plusmn 01 b 33 plusmn 02 b 307 plusmn 32Kompos jerami padi Ciherang 25 plusmn 02 b 30 plusmn 02 b 310 plusmn 31Kompos jerami padi Inpari 10 27 plusmn 03 b 34 plusmn 02 b 382 plusmn 28Kompos jerami padi Inpara 1 38 plusmn 02 a 41 plusmn 03 a 399 plusmn 28

Tabel 3 Komponen hasil padi dalam pot yang diaplikasi ekstrak kompos

Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji beda nyata jujur Tukey (P=005)

J Fitopatol Indones Suwandi et al

asam humat dan fulvat (Agustian 2004 Goyal dan Sindhu 2011) Senyawa humat berperan dalam pemacuan pertumbuhan pembenah tanah dan peningkatan ketahanan terhadap hama dan penyakit (Scheuerell dan Mahaffee 2004 Scheuerell dan Mahaffee 2006 El-Ghamry 2009 Kamel et al 2014) Pengimbasan ketahanan tanaman oleh asam humat terjadi melalui peningkatan aktivitas kitinase (Abdel-Kareem 2007) peningkatan kandungan senyawa fenol serta peningkatan aktivitas enzim peroksidase dan fenilalanin amonia liase (PAL) (Abdel-Monaim et al 2011)

UCAPAN TERIMA KASIH

Penelitian ini didanai oleh Penelitian Unggulan Perguruan Tinggi Universitas Sriwijaya tahun anggaran 2013minus2015

DAFTAR PUSTAKA

Abdel-Kareem F 2007 Induced resistance in bean plants against root rot and alternaria leaf spot diseases using biotic and a biotic inducers under field conditions J Agric Biol Sci 3767ndash774

Abdel-Monaim MF Ismail ME Morsy KM 2011 Induction of systemic resistance of benzothiadiazole and humic acid in soybean plants against fusarium wilt disease Mycobiology 39(4)290minus298 D O I h t t p d x d o i o rg 1 0 5 9 4 1 MYCO2011394290

Agustian Susila P Gusnidar 2004 Pembentukan asam humat dan fulvat selama pembuatan kompos jerami padi Solum 19ndash14

[BPS Banyuasin] Badan Pusat Statistik Kabupaten Banyuasin 2014 Kabupaten Banyuasin Dalam Angka 2014 httpbanyuasinkabbpsgoiddatapublikasipublikasi_114indexhtml [diakses 20 Agst 2014]

[BPS OKU Timur] Badan Pusat Statistik Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur 2014 Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur Dalam Angka 2014 http

okutimurkabbpsgoiddatapublikasidda2014 [diakses 20 Agst 2014]

[BPS Sumatera Selatan] Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Selatan 2014 Sumatera Selatan Dalam Angka 2014 httpsumselbpsgoidimagespublikasiflipping2014sumsel20dalam20angka202014indexhtml [diakses 20 Agst 2014]

Curlango-Rivera G Pew T van Etten HD Zhongguo X Yu N Hawes MC 2013 Measuring root disease suppression in response to a compost water extract Phytopathology 103255minus260 DOI httpdxdoiorg101094PHYTO-06-12-0145-R

Elad Y Shtienberg D 1994 Effect of compost water extracts on grey mould (Botrytis cinerea) Crop Prot 13109minus114 DOI httpdxdoiorg1010160261-2194(94)90160-0

El-Ghamry AM Abdel-Hai KM Ghoneem KM 2009 Amino and humic acids promote growth yield and disease resistance of faba bean cultivated in clayey soil Aust J Basic Applied Sci 3731minus739

Goyal S Sindhu SS 2011 Composting of rice straw using different inocula and analysis of compost quality Microbiol J1 1 2 6 minus 1 3 8 D O I h t t p d x d o i org103923mj2011126138

Hargreaves JC Adl MS Warman PR 2009 The effects of municipal solid waste compost and compost tea on mineral element uptake and fruit quality of strawberries Compost Sci Util 1785minus94 DOI httpdxdoiorg1010801065657X200910702406

Kamel SM Afifi MMI El-Shoraky FS El-Sawy MM 2014 Fulvic acid a tool for controlling powdery and downy mildews in cucumber plants Int J Phytopathol 3101minus108

Kim MJ Shim CK Kim YK Hong SJ Park JH Han EJ Kim SC 2015 Effect of aerated compost tea on the growth promotion of lettuce soybean and sweet corn in organic cultivation Plant Pathol 31259ndash268 DOI httpdxdoiorg105423PPJOA0220150024

107

J Fitopatol Indones Suwandi et al

Koswara O Rumawas F 1984 Tidal swamp rice in Palembang region Di dalam Smith WH Argosino GS editor Proceedings of the Workshop on Research Priorities in Tidal Swamp Rice Los Bantildeos Laguna (PH) International Rice Research Institute hlm 37minus48

Ou SH 1985 Rice Diseases Kew Survey (UK) CAB International Mycological Institute

Pant AP Radovich TJK Hue NV Talcott ST Krenek KA 2009 Vermicompost extracts influence growth mineral nutrients phytonutrients and antioxidant activity in pak choi (Brassica rapa cv Bonsai Chinensis group) grown under vermicompost and chemical fertilizer J Sci Food Agric 892383minus2392 DOI httpdxdoiorg101002jsfa3732

Scheuerell SJ Mahaffee WH 2004 Compost tea as a container medium drench for suppressing seedling damping-off caused by Pythium ultimum Phytopathology 941156minus1163 DOI httpdxdoiorg101094PHYTO200494111156

Scheuerell SJ Mahaffee WH 2006 Variability associated with suppression of gray mold (Botrytis cinerea) on geranium by foliar applications of nonaerated and aerated compost teas Plant Dis 901201minus1208 DOI httpdxdoiorg101094PD-90-1201

Scheuermann KK Raimondi JV Marschalek R de Andrade A Wickert E 2012 Magnaporthe oryzae genetic diversity and its outcomes on the search for durable resistance Di dalam Caliskan M editor The Molecular Basis of Plant Genetic Diversity Rijeka (HR) Intech hlm 331minus356

Shrestha K Walsh KB Midmore DJ 2012 Microbially enhanced compost extract does it increase solubilisation of minerals and mineralisation of organic matter and thus improve plant nutrition J Bioremed Biodegrad 3(5)1ndash9 DOI httpdxdoiorg1041722155-61991000149

Suprianto H Irianto SG Susanto RH Schultz B Suryadi FX Eelaart AVD 2009 Land and water management of tidal lowlands experiences in Telang and Saleh South Sumatra Irrig Drain 59(3)317minus335 DOI httpdxdoiorg101002ird460

Suzuki H 1975 Meteorological factors in the epidemiology of rice blast Ann Rev Phytopathol 13239minus256 DOI ht tp dxdoi org101146annurevpy13090175001323

108

  • 12737-37236-1-PBpdf (p1-8)
  • 12738-37237-1-PBpdf (p9-14)
  • 12739-37238-1-PBpdf (p15-21)
  • 12741-37240-1-PBpdf (p22-26)
Page 9: Bakteri Endofit Asal Berbagai Akar Tanaman sebagai Agens ...fp.unmas.ac.id/wp-content/uploads/2018/10/vol-12-no.3.pdfInfeksi nematoda puru akar (NPA) Meloidogyne incognita pada tomat

Volume 12 Nomor 3 Mei 2016Halaman 83ndash88

DOI 1014692jfi12383ISSN 0215-7950

Alamat penulis korespondensi Fakultas Pertanian Universitas Lampung Jalan Sumanteri Brojonegoro No 1 Gedong Meneng Bandar Lampung 35145Tel 0721-787029 Surel igswibawayahoocom

83

Status Fitonematoda pada Tiga Kisaran Umur Lahan Pertanaman Pisang Cavendish di Way Kambas Lampung

Phytonematodes Status at Three Age Range of Cavendish Banana Plantations in Way Kambas Lampung

Yanto1 dan I Gede Swibawa21Sekolah Tinggi Perkebunan Lampung Lampung 35145

2Universitas Lampung Lampung 35145

ABSTRAK

Fitonematoda adalah salah satu penyebab penurunan produksi pisang Permasalahan ini sering muncul pada budi daya pisang secara intensif yang berlangsung lama Penelitian bertujuan menentukan status fitonematoda pada berbagai tingkat umur lahan pertanaman pisang Cavendish di PT NTF Way Kambas Lampung Sampel tanah dan akar diambil dari 3 kelompok umur lahan yaitu 3ndash5 10ndash12 dan 17ndash19 tahun terotasi Ekstraksi nematoda menggunakan metode corong Baermann yang dimodifikasi Status fitonematoda ditetapkan berdasarkan frekuensi absolut (FA) frekuensi relatif (FR) dan populasi absolut (PA) genus Hasil penelitian menunjukkan terdapat 13 genus fitonematoda berasosiasi dengan pisang Cavendish Fitonematoda dari genus Pratylenchus dan Radopholus memiliki FA FR dan PA tinggi pada lahan umur 3ndash5 dan 10ndash12 tahun serta sedang di lahan umur 17ndash19 tahun terotasi Nilai FA FR dan PA genus lainnya rendah pada semua umur lahan Pratylenchus dan Radopholus berstatus penting pada lahan umur 3ndash5 tahun dengan nilai FA 100 FR 31 dan PA masing-masing 2988 dan 4230 individu per 200 mL tanah serta pada lahan umur 10ndash12 tahun dengan nilai FA 100 FR 39 serta PA masing-masing 215 dan 126 individu per 200 mL tanah Pratylenchus dan Radopholus kurang penting di lahan umur 17ndash19 tahun terotasi dengan nilai FA77 FR 22 serta PA berurutan 330 dan 164 individu per 200 mL tanah Status fitonematoda lainnya tidak penting dengan FA FR dan PA yang rendah

Kata kunci Pisang Cavendish Pratylenchus Radopholus

ABSTRACT

Crop losses due to phytonematodes infection commonly occurred on intensive plantation practiced for a long time The research was aimed to study phytonematodes status on several age-different plantation of Cavendish banana in PT NTF Way Kambas Lampung Soil and root samples were taken from three different plantations selected based on time period of cultivation practice ie 3ndash5 10ndash12 and 17ndash19 years long The modification of Baermann funnel method was applied to collect nematodes The status of phytonematodes were determined based on the absolute frequency (AF) relative frequency (RF) and absolute population (AP) of each genus The results showed that 13 phytonematodes genera inhabited Cavendish banana crops Pratylenchus and Radopholus have important status on a land that had been cultivated for 3ndash5 and 10ndash12 years with AF 100 RF 31 and AP 2988 and 4230 individues per 200 mL of soil respectively on 3ndash5 years long lands and AF100 RF 39 and PA 215 and 126 individues per 200 mL of soil respectively on 10ndash12 years long lands Pratylenchus and Radopholus were less important on 17ndash19 years long rotated lands with AF 77 RF 22 and AP 330 and

J Fitopatol Indones Yanto dan Swibawa

84

164 individues per 200 mL of soil respectively The status of other phytonematodes were not important with low value of AF RF and AP

Key words Cavendish banana Prtaylenchus Radopholus

PENDAHULUAN

Fitonematoda merupakan patogen utama pada tanaman pisang yang dapat menurunkan produksi sampai 60 Kehilangan hasil dapat lebih besar apabila fitonematoda berasosiasi dengan patogen tular tanah lainnya (Orsquobannon 1977)

Fitonematoda menyerang perakaran pisang dengan gejala bervariasi menurut spesiesnya dan yang paling merusak diantaranya ialah Radopholus Pratylenchus Helicotylenchus Meloidogyne dan Rotylenchulus (Gowen et al 2005) Nematoda ini juga menyerang tanaman pisang di Sumatera Barat (Jumjunidang 2003) Status fitonematoda pada pisang di beberapa negara bervariasi (Khan dan Hasan 2010 Srinivasan et al 2011 Rahman et al 2014 Nega dan Fetena 2015) karena faktor fisik dan tanaman (Gowen at al 2005) kompetisi dengan patogen lain seperti penyakit layu fusarium (Zhong et al 2011) pola tanam (Moser et al 2012) dan musim (Chaves dan Araya 2010)

PT Nusantara Tropical Farm (PT NTF) di Way Kambas Lampung mengelola pisang Cavendish secara intensif Perusahaan yang berdiri tahun 1992 ini mengelola 17526 ha pisang Cevendish yang terdiri atas beberapa klon yaitu CJ-20 CJ-30 dan DM-2 Perluasan lahan pertanaman pisang di PT NTF terus dilakukan sehingga saat ini terdapat variasi umur lahan yang berkisar antara 3 dan 20 tahun Sistem ratoon (memelihara anakan) sudah ditinggalkan sejak tahun 2010 untuk mempertahankan produksi optimum dan pembongkaran tanaman dilakukan setelah panen Budi daya pisang dilakukan secara intensif meliputi pengolahan tanah pemupukan pengairan sanitasi pengendalian hama dan penyakit tanaman serta penanganan panen (Ansyori 2009)

Masalah fitonematoda umumnya muncul pada pertanaman monokultur intensif

berlangsung lama Status fitonematoda di PT NTF belum dilaporkan padahal budi daya pisang telah berlangsung lama Walaupun sistem ratoon tidak diterapkan lagimdashyang mungkin menekan perkembangan populasi fitonematodamdashnamun menanam pisang secara terus menerus dapat menyebabkan akumulasi populasi fitonematoda

Penelitian ini bertujuan menentukan status fitonematoda pada beberapa umur lahan pisang Cavendish termasuk lahan yang pernah dirotasi Hasil penelitian diharapkan menjadi informasi bermanfaat dalam pengelolaan penyakit pisang terutama fitonematoda di PT NTF

BAHAN DAN METODE

Penelitian dilakukan pada pertanaman pisang Cavendish milik PT NTF di Way Kambas Lampung yang membudidayakan pisang secara intensif Lokasinya terletak pada 05deg 00ʹ-05deg15ʹ LS dan 105deg30ʹ-105deg45ʹ BTketinggian 20ndash60 m di atas permukaan laut iklim tipe B menurut SchimdtndashFerguson curah hujan 2372 mm per tahun suhu 27 degC RH 842 dan tipe tanah oxisol (Ansory 2009) Pertanaman ini memiliki lahan pisang baru dan lahan pisang lama yang pernah dirotasi dengan ubi kayu

Penelitian disusun dalam rancangan acak lengkap dengan 3 perlakuan umur lahan (3ndash5 10ndash12 dan 17ndash19 tahun yang pernah dirotasi) Masing-masing perlakuan ditanami pisang Cavendish klon CJ-30 CJ-20 dan DM-2 yang berumur 3ndash9 bulan Dalam setiap blok pertanaman dipilih secara acak petak berukuran 50 m times 50 m berisi 5 titik sampel diagonal dengan masing-masing 6 tanaman Pada setiap tanaman subsampel tanah dan akar diambil pada kedalaman 20 cm arah zig zag 3 subsampel berjarak 50 cm dan 3 subsampel lainnya berjarak 10 cm dari tanaman Sampel tanah dan akar dicampur dan selanjutnya

J Fitopatol Indones Yanto dan Swibawa

85

diambil 1 kg tanah dan 100 g akar untuk proses ekstraksi nematoda di laboratorium

Ekstraksi nematoda dari 200 mL tanah dan 50 g akar menggunakan metode corong Baermann yang dimodifikasi Akar dicuci dengan air mengalir dan 50 g akar dipotong-potong dengan panjang 05 cm tanpa maserasi lalu diletakkan pada corong Baermann berdiameter 8 cm dilengkapi dengan saringan 18 mesh (plusmn 15 mm) yang dilapisi kertas tisu dan kantong plastik pada bagian batang corong dan diinkubasi selama 72 jam dalam ruangan pada suhu plusmn 27 degC Nematoda yang diperoleh dimatikan dengan memanaskan suspensinya sampai suhu 60 degC kemudian difiksasi menggunakan larutan Golden X (campuran 8 bagian formalin 2 bagian gliserin dan 90 bagian aquades) sehingga nematoda berada dalam formaldehida 3 (Hooper et al 2005) Jumah nematoda dari setiap sampel dihitung dan 100 individu diambil secara acak untuk diidentifikasi sampai genus menggunakan kunci identifikasi Mai dan Lyon (1975)

Status fitonematoda penting kurang penting dan tidak penting ditetapkan ber-dasarkan populasi absolut (PA) frekuensi absolut (FA) dan frekuensi relatif (FR) genus PA genus ialah jumlah genus dari 100 individu yang diidentifikasi dikalikan jumlah nematoda setiap sampel FA dan FR dihitung menurut Norton (1978)

sum sampel yang mengandung genusFA = sum seluruh sampel yang dikoleksi times 100

danfrekuensi genusFR =total frekuensi seluruh genus times 100 dengan

FA frekuensi absolut dan FR frekuensi relatif

Populasi absolut dianalisis ragam dan pemisahan nilai tengah menggunakan uji BNT pada taraf nyata 5

HASIL

Sebanyak 13 genus fitonematoda terdapat di pertanaman pisang Cavendish Umur lahan memengaruhi keragaman populasi fitonematoda pada lahan umur 3ndash5 tahun terdapat 13 genus lahan umur 10ndash12 tahun

dan 17ndash19 tahun terotasi berturut-turut 7 dan10 genus Criconemella Ditylenchus Tylenchus Helicotylenchus Paralongidorus dan Xiphinema tidak ditemukan di lahan umur 10ndash12 tahun dan 3 genus terakhir tidak terdapat dilahan umur 17ndash19 tahun (Tabel 1)

Secara umum nilai FA dan FR di tanah lebih tinggi daripada di akar Dua genus nematoda yang memiliki nilai FA dan FR tinggi dari tanah ialah Pratylenchus dan Radopholus pada lahan umur 3ndash5 dan 10ndash12 tahun dan nilai sedang pada lahan umur 17ndash19 tahun Genus nematoda yang memiliki nilai FA dan FR rendah ialah Hoplolaimus dari tanah dan Meloidogyne dari akar pada lahan umur 17ndash19 tahun Genus fitonematoda lainnya baik dari tanah maupun akar memiliki nilai FA dan FR rendah pada semua umur lahan (Tabel 1)

Dari semua fitonematoda nilai PA Pratylenchus dan Radopholus paling tinggi dan dipengaruhi oleh umur lahan Nilai PA kedua genus ini dari tanah lahan umur 3ndash5 tahun tidak berbeda nyata dengan lahan umur 10ndash12 tahun tetapi nilai PA keduanya lebih tinggi daripada nilai PA pada lahan umur 17ndash19 tahun Nilai PA nematoda tersebut dari akar tidak dipengaruhi umur lahan (Tabel 2) Dua genus lain yang memiliki PA sedang yaitu Helicotylenchus dari tanah lahan umur 3ndash5 tahun dan Meloidogyne dari akar lahan umur 17ndash19 tahun nilai PA genus lainnya rendah baik dari tanah maupun akar dan tidak dipengaruhi oleh umur lahan (Tabel 2)

PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil penelitian ini terdapat 13 genus fitonematoda pada pertanaman pisang dan populasi nematoda yang bersifat endoparasit tidak diperoleh secara maksimum Hal ini dapat disebabkan oleh metode ekstraksi nematoda yang digunakan Ekstraksi nematoda dari akar dilakukan dengan metoda corong Baermann tanpa melakukan maserasi akar Jumlah genus nematoda yang diperoleh pada penelitian ini lebih tinggi daripada jumlah genus fitonematoda pada pertanaman pisang di Semenanjung Malaysia yaitu 9 genus

J Fitopatol Indones Yanto dan Swibawa

(Rahman et al 2014) dan di Bengali Barat India 12 genus (Khan dan Hasan 2010) tetapi lebih rendah daripada pertanaman pisang di Kamerun yaitu 16 genus (Bridge et al 1995)

Dari semua genus yang ditemukan dan berdasarkan pada nilai FA FR serta PA maka Pratylenchus dan Radopholus dapat dikategorikan sebagai fitonematoda penting pada lahan umur 3ndash5 dan 10ndash12 tahun kurang penting pada lahan umur 17ndash19 tahun sedangkan genus lainnya tidak penting pada semua umur lahan Nilai FA 100 untuk Pratylenchus dan Radopholus pada lahan umur 3ndash5 dan 10ndash12 tahun menunjukkan seluruh sampel tanah mengandung nematoda ini Nilai FR 39 menunjukkan Pratylenchus dan Radopholus mendominasi komunitas fitonematoda Nilai PA Radopholus masing-

masing 423 dan 126 individu per 200 mL tanah pada lahan umur 3ndash5 dan 10ndash12 tahun tergolong tinggi Herradura (2009) melaporkan bahwa dalam percobaan inokulasi 1000 ekor R similis pada bibit tanaman pisang populasinya meningkat menjadi 2500ndash3500 ekor per 10 g akar segar menjelang panen sehingga dapat menurunkan 68 bobot tandan pisang Grand Nain di Davao Filipina Nilai PA Pratylenchus 298 dan 215 individu per 200 mL tanah masing-masing pada lahan umur 3ndash5 dan 10ndash12 tahun juga tergolong tinggi Berdasarkan hasil penelitian ini disarankan untuk dilakukan pengendalian Radopholus dan Pratylenchus agar tidak menimbulkan kerugian

Pratylenchus dan Radopholus yang dapat dikategorikan fitonematoda penting pada pertanaman pisang ini juga merupakan

Genus Nematoda Sampel Umur lahan (tahun)3ndash5 10ndash12 17ndash19

FA FR FA FR FA FR()

Aphelenchoides Tanah 111 34 111 43 111 32Akar 111 31 00 00 00 00

Aphelenchus Tanah 111 34 00 00 333 97Akar 444 125 222 80 444 160

Criconemella Tanah 00 00 00 00 111 32Akar 111 31 00 00 111 40

Ditylenchus Tanah 111 34 00 00 111 32Akar - - - - - -

Helicotylenchus Tanah 222 69 00 00 00 00Akar 111 31 00 00 00 00

Hoplolaimus Tanah 111 34 333 130 556 161Akar 222 63 222 80 444 160

Meloidogyne Tanah 333 103 00 00 222 65Akar 222 63 444 160 667 240

Paralongidorus Tanah - - - - - -Akar 111 31 00 00 00 00

Pratylenchus Tanah 1000 310 1000 391 778 226Akar 889 250 889 320 667 240

Radopholus Tanah 1000 310 1000 391 778 226Akar 778 219 889 320 333 120

Scutellonema Tanah 111 34 111 43 333 97Akar 222 63 111 40 111 40

Tylenchus Tanah 00 00 00 00 111 32Akar 333 94 00 00 00 00

Xiphinema Tanah 111 34 00 00 00 00Akar - - - - - -

Tabel 1 Frekuensi absolut (FA) dan frekuensi relatif (FR) fitonematoda dari tanah dan akar pada berbagai umur lahan pisang Cavendish

- tidak ditemukan fitonematoda lahan dirotasi dengan ubi kayu

86

J Fitopatol Indones Yanto dan Swibawa

nematoda penting di beberapa negara penghasil pisang Di Kamerun P coffeae P goodey dan R similis adalah perusak akar utama akar pisang (Bridge et al 1995) sedangkan di Tamil Nadu India hanya R similis (Srinivasan et al 2011) Sementara itu di Nigeria Helicotylenchus lebih penting daripada Pratylenchus (Tanimola et al 2013) dan di Equador R similis lebih penting daripada Helicotylenchus Pratylenchus dan Meloidogyne (Chaves dan Araya 2010)

Umur lahan memengaruhi status Pratylenchus dan Radopholus Pada lahan umur 3ndash5 dan 10ndash12 tahun kedua nematoda berstatus penting sementara pada lahan umur 17ndash19 tahun dianggap kurang penting Lebih rendahnya nilai FA FR dan PA kedua fitonematoda pada lahan umur 17ndash19 tahun

dibandingkan dengan pada lahan umur 3ndash5 dan 10ndash12 tahun disebabkan oleh rotasi pisang dengan ubi kayu yang dilakukan 2ndash3 kali

UCAPAN TERIMA KASIH

Ucapan terima kasih disampaikan kepada RA Wardhana dan manajemen PT NTF yang telah memfasilitasi penelitian

DAFTAR PUSTAKA

Ansory 2009 Kriteria kesesuaian lahan untuk tanaman pisang Cavendish yang dikelola secara intensif di Way Kambas Lampung Timur [disertasi] Bogor (ID) Institut Pertanian Bogor

Tabel 2 Populasi absolut fitonematoda dari 200 mL tanah dan 50 g akar pada berbagai umur lahan pisang Cavendish

- tidak ditemukan fitonematoda data yang dianalisis ditransforamsi 2 kali ke radic (x+1) ns tidak nyata s nyata lahan dirotasi dengan ubi kayu Angka pada baris yang sama yang diikuti huruf sama tidak berbeda menurut uji BNT taraf nyata 5

Genus Nematoda SampelUmur lahan (tahun) KK

()Ket

3ndash5 10ndash12 17ndash19 (terotasi)

Aphelenchoides Tanah 01 01 01 32 nsAkar 02 00 00 32 ns

Aphelenchus Tanah 03 00 12 81 nsAkar 05 11 39 166 ns

Criconemella Tanah 00 00 01 19 nsAkar 07 00 01 69 ns

Ditylenchus Tanah 17 04 05 131 nsAkar - - -

Helicotylenchus Tanah 252 00 00 322 nsAkar 01 00 00 18 ns

Hoplolaimus Tanah 03 29 26 146 nsAkar 02 03 19 931 ns

Meloidogyne Tanah 11 00 10 101 nsAkar 22 45 127 252 ns

Paralongidorus Tanah - - -Akar 03 00 00 43 ns

Pratylenchus Tanah 2988 a 2152 a 330 b 129 sAkar 206 50 49 71 ns

Radopholus Tanah 4230 a 1261 a 164 b 121 sAkar 141 26 09 64 ns

Scutellonema Tanah 01 04 49 167 nsAkar 11 01 02 88 ns

Tylenchus Tanah 00 00 02 185 nsAkar 14 00 00 82 ns

Xiphinema Tanah 35 00 00 156 nsAkar - - -

87

J Fitopatol Indones Yanto dan Swibawa

Bridge J Price NS Kofi P 1995 Plant parasitic nematode on plantain and other crop in Cameroon West Africa Fundam Appl Nematol 18(3)251ndash260

Chaves C Araya M 2010 Spatial-temporal distribution of plant parasitic nematodes in banana (Musa AAA) plantation Equador J App Biosci 332057ndash2069

Gowen SR Queneherve P Fogain R 2005 Nematode parasites of banana and plantain Di dalam Luc M Sikora RA Bridge J editors Plant Parasitic Nematodes in Subtropical and Tropical Agriculture Ed ke-2 Wallingford (UK) CABI Publishing hlm 611ndash643 DOI httpdxdoiorg10107997808519972780611

Herradura LE 2009 Host respons of Eumusa varieties to a Radopholus similis population from the Philippines [disertasi]Leuven (BE) de Agricultura Katholieke Universiteit Leuven

Hooper DJ Hallman J Subbotin SA 2005 Methods for extraction processing and detection of plant and soil nematodes Di dalam Luc M Sikora RA Bridge J editor Plant Parasitic Nematodes in Subtropical and Tropical Agriculture Ed ke-2 Wallingford (UK) CABI Publishing hlm 53ndash86 DOI httpdxdoiorg10107997808519972780053

Jumjunidang 2003 Status and future RampD of nematodes in banana in Indonesia Di dalam Cruz Jr FS Van den Bergh I Waele D Hautea DM Molina AB editors Country Report of Workshop and Training Toward Management of Musa Nematodes in Asia and the Pasific 2003 Des 1ndash5 Los Banos Laguna (PH) The Institute of Plant Breeding UPLB hlm 43ndash46

Khan MR Hasan MA 2010 Nematode diversity in banana rhizosphere from West Bengal India J Plant Protec Res 50(3)263ndash268 DOI httpdxdoiorg102478v10045-010-0046-9

Mai WF Lyon HH 1975 Pictorial Key to

Genera of Plant-Parasitic Nematodes London (UK) Comstock Publishing Associated

Moser T Forster B Frankenbach S Marques R Rombke J Schmidt P Hofer H 2012 Nematodes assemblages in banana (Musa acuminata) monoculture and banana plantation with jucara palm (Euterpe edulis) in the Southern Mata Atlantica Brazil Nematology 14(3)371ndash384 DOI httpdxdoiorg101163156854111X601669

Nega G Fetena S 2015 Root necrosis assesment of plant parasitic nematodes of banana (Musa spp) at Arbaminch Etiophia J BiolAgric Healthcare 5(15)76ndash80

Norton DC 1978 Ecology of plant parasitic nematodes New York (US) John Willey and Sons Inc

Orsquobannon JH 1977 Worldwide dissemination of Radopholus similis and it importance in crop production J Nematol 9(1)16ndash25

Rahman SSA Zain SNM Mat MZB Sidam AK Othman RY Mohamed Z 2014 Population distribution of plant parasitic nematodes on bananas in Paninsular Malaysia Sains Malaysiana 43(2)175ndash183

Srinivasan R Kulothungan S Sundaraju P Govindasami C 2011 Biodiversity of plant parasitic nematodes associated with banana in Thanjavur District of Tamil Nadu Int J Plant Animal Environ Sci 1(2)63ndash69

Tanimola AA Asimeaa AO Ofuru-Joseph S 2013 Status of plant-parasitic nematodes on plantain (Musa parasidiaca (L)) in Choba Rivers State Nigeria Word J Agric Sci 9(2)189ndash195

ZhongS He Y Zeng H Mo Y Zhou ZX Zang ZP Jin Z 2011 Effect of banana wilt desasease on soil nematodes community structure and diversity Afr J Biotechnol 10(59)12729ndash12737

88

Volume 12 Nomor 3 Mei 2016Halaman 89ndash95

DOI 1014692jfi12389ISSN 0215-7950

Alamat penulis korespondensi Jurusan Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Halu Oleo Jalan HEA Mokodompit Kendari 93232 Tel 0401-3122320 Faks 0401-0401-3197045 Surel akhaeruniyahoocom

89

Ketahanan Berbagai Kultivar Padi Lokal terhadap Penyakit Hawar Daun Bakteri

Resistance of Local Rice Cultivars to Bacterial Leaf Blight Disease

Andi Khaeruni Erwin Najamuddin Teguh Wijayanto SyairUniversitas Halu Oleo Kendari 93232

ABSTRAK

Penyakit hawar daun bakteri yang disebabkan oleh Xanthomonas oryzae pv oryzae merupakan salah satu penyakit penting pada tanaman padi di Indonesia termasuk di Sulawesi Tenggara Penggunaan varietas tahan merupakan salah satu strategi pengendalian yang efektif dan ramah lingkungan untuk mengatasi penyakit Penelitian ini bertujuan mengetahui tingkat ketahanan beberapa varietas padi lokal asal Sulawesi Selatan dan Sulawesi Tenggara terhadap X oryzae pv oryzae patotipe IV VIII dan X Penelitian dilakukan di rumah kasa menggunakan tiga patotipe pada 11 kultivar padi lokal Inokulasi bakteri dilakukan menggunakan metode pengguntingan daun pada fase vegetatif dan generatif Pengamatan terhadap insidensi penyakit hawar daun bakteri dilakukan 3 minggu setelah inokulasi Data insidensi penyakit digunakan untuk menentukan tingkat ketahanan tanaman uji Hasil penelitian menunjukkan bahwa periode inkubasi penyakit pada kultivar Kelaca lebih lama dibandingkan dengan kultivar lainnya Pada fase vegetatif kultivar ini bereaksi agak tahan terhadap patotipe IV dan X serta sangat tahan terhadap patotipe VIII sedangkan pada fase generatif bereaksi agak tahan terhadap patotipe IV dan VII serta sangat tahan terhadap patotipe X Oleh karena itu kultivar Kelaca dapat direkomendasikan untuk ditanam pada daerah endemis penyakit hawar daun di Sulawesi Selatan dan Tenggara

Kata kunci insidensi penyakit patotipe Xanthomonas oryzae pv oryzae

ABSTRACT

Bacterial leaf blight disease caused by Xanthomonas oryzae pv oryzae is an important rice disease in Indonesia including in South East Sulawesi The use of resistant varieties is one of the effective and environmentally friendly control strategies to suppress the disease This study aimed to determine the level of resistance of some local rice varieties of South and Southeast Sulawesi against Xanthomonas oryzae pv oryzae pathotypes IV VIII and X The study was conducted in a screen house involving 3 bacterial pathotypes and 11 local rice cultivars Shearing method was used for inoculation of bacteria to leaf on vegetative and generative phases Disease incidences were measured 3 weeks after inoculation and the data was further used to determine the level of resistance of the tested rice cultivars The results showed that incubation period of the disease was longer on Kelaca cultivar compared to other cultivars On vegetative phase this cultivar showed moderate resistant to pathotypes IV and X and highly resistant to patotype VIII whereas on the generative phase it showed moderate resistant to pathotypes IV and VII and highly resistant to pathotype X Therefore Kelaca cultivar can be recommended for endemic areas of leaf blight in South and Southeast Sulawesi

Key words disease incidence pathotype Xanthomonas oryzae pv oryzae

J Fitopatol Indones Khaeruni et al

90

PENDAHULUAN

Hawar daun bakteri (HDB) yang disebabkan oleh Xanthomonas oryzae pv oryzae merupakan salah satu penyakit padi yang sulit dikendalikan karena memiliki banyak patotipe dan penyebarannya mudah terjadi (Akhtar et al 2008) Di Indonesia diketahui terdapat 12 patotipe X oryzae pv oryzae dengan tingkat virulensi yang berbeda dan merupakan ancaman utama bagi produksi padi nasional (Wahyudi et al 2011) Infeksi X oryzae pv oryzae pada tanaman padi di Indonesia menyebabkan kerugian hasil panen sebesar 21ndash36 pada musim hujan dan 18ndash28 pada musim kemarau (Suparyono et al 2004) Penanaman satu jenis varietas secara terus-menerus dengan skala yang luas dapat menyebabkan pergeseran patotipe sehingga patogen X oryzae pv oryzae menjadi semakin virulen

Penyakit HDB juga merupakan salah satu penyakit penting pada tanaman padi sawah di Sulawesi Tenggara Berdasarkan pengelompokan patotipe sistem KOZAKA yang menggunakan varietas diferensial dilaporkan terdapat 3 kelompok patotipe X oryzae pv oryzae di Sulawesi Tenggara yaitu patotipe IV VIII dan X yang memiliki virulensi tinggi (Khaeruni dan Wijayanto 2013)

Penggunaan varietas tahan terhadap patotipe yang dominan di daerah tertentu merupakan salah satu cara untuk mengendalikan X oryzae pv oryzae Pengendalian penyakit dengan menggunakan varietas tahan merupakan cara pengendalian yang efektif murah dan mudah untuk dilakukan sepanjang varietas tahan tersedia di masyarakat Rahim et al (2012) melaporkan 6 varietas padi komersial yang diuji terhadap X oryzae pv oryzae patotipe IV VIII IX dan X tidak ada satu pun varietas yang tahan Oleh karena itu pencarian varietas atau kultivar tahan perlu terus dilakukan Kultivar padi lokal yang telah dibudidayakan oleh masyarakat di Sulawesi Selatan dan Sulawesi Tenggara perlu dievaluasi ketahanannya terhadap X oryzae pv oryzae Penelitian ini bertujuan

menentukan tingkat ketahanan kultivar padi lokal asal Sulawesi Selatan dan Sulawesi Tenggara terhadap penyakit HDB

BAHAN DAN METODE

Isolat X oryzae pv oryzae dan Benih Padi Isolat X oryzae pv oryzae yang digunakan

ialah patotipe IV VIII dan X asal Sulawesi Tenggara (koleksi Laboratorium Ilmu Hama dan Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas Haluoleo) Padi lokal yang diuji sebanyak 6 kultivar asal Sulawesi Tenggara (Pae Nggonggohia Pae Biu Pae Nggomumu Pae Wila Padae Hada Padae Wolio) dan 5 kultivar dari Sulawesi Selatan (Mandi Kelaca Pulu Lotong Mandoti Pulu Pute) Padi var IR64 yang digunakan sebagai varietas rentan diperoleh dari hasil panen tanaman yang bebas dari penyakit HDB

Rancangan Percobaan Percobaan dilakukan di rumah kaca

disusun dalam rancangan acak kelompok Sebanyak 11 kultivar uji dan varietas IR64 diinokulasi dengan 3 patotipe X oryzae pv oryzae sehingga diperoleh 36 kombinasi perlakuan Setiap perlakuan diulang sebanyak 3 kali sehingga total keseluruhan terdapat 108 tanaman uji

Benih padi diperam semalam sebelum dikecambahkan di cawan petri yang dialasi kertas buram lembap Benih yang berkecambah pada umur 2 hari disemai pada kotak semai yang berisi arang sekam bercampur pupuk kandang dengan perbandingan 31 (vv) Bibit berumur 21 hari dipindah tanam dalam pot kantong plastik ukuran 30 cm times 20 cm yang berisi medium campuran tanah dan pupuk kandang dengan perbandingan 41 (vv) kemudian diletakkan dalam rumah kasa Tanaman disiram setiap pagi hari gulma dan hama yang ditemukan dikendalikan secara manual Pemeliharaan tanaman dilakukan sejak pindah tanam sampai pengujian selesai

Isolat dari setiap patotipe X oryzae pv oryzae dibiakkan secara terpisah pada medium pepton sukrosa agar (PSA) selama 48 jam Kultur murni disuspensikan dalam

J Fitopatol Indones Khaeruni et al

91

akuades steril hingga mencapai kepadatan 108ndash109 cfu mL-1 dan digunakan sebagai sumber inokulum (Khaeruni et al 2014a)

Inokulasi setiap patotipe X oryzae pv oryzae pada tanaman uji dilakukan 2 tahap yaitu pada fase vegetatif ketika tanaman berumur 3 minggu setelah tanam (MST) dan pada fase generatif tanaman berumur 8 MST Inokulasi dilakukan pada 5 sampel daun yang membuka sempurna dengan menggunting daun sekitar 2ndash3 cm dari ujung daun menggunakan gunting yang telah dicelupkan dalam suspensi X oryzae pv oryzae

PengamatanPengamatan meliputi periode inkubasi

insidensi penyakit dan reaksi ketahanan Pengamatan periode inkubasi dilakukan setiap hari mulai 1 hari setelah inokulasi sampai munculnya gejala pada daun yang diinokulasi patogen Pengamatan insidensi penyakit dilakukan 3 minggu setelah inokulasi pada setiap tahap inokulasi (fase vegetatif dan generatif)

Insidensi penyakit diamati dengan mengukur panjang gejala HDB pada setiap daun sampel yang diinokulasi Insidensi penyakit dihitung menggunakan rumus

IP = times 100 dengannN

IP insidensi penyakit n panjang gejala HDB pada daun sampel N panjang daun sampel

Kriteria tingkat ketahanan tanaman di-tentukan berdasarkan nilai insidensi penyakit pada setiap kultivar yang diuji pada setiap patotipe berdasarkan nilai skoring yang ditetapkan oleh IRRI tahun 1996 (Tabel 1)

HASIL

Periode InkubasiPeriode inkubasi penyakit pada fase

vegetatif bervariasi dari 27ndash4 hari setelah inokulasi Pada beberapa kultivar memiliki periode inkubasi penyakit yang lebih lama dibandingkan dengan pada varietas IR 64 yaitu 27ndash30 hari (Tabel 2) Periode inkubasi penyakit terpanjang terjadi pada kultivar Kelaca baik pada fase vegetatif maupun fase generatif Varietas IR64 dan kultivar Pae Biu tergolong rentan menunjukkan gejala layu dan muncul bercak kelabu pada tepi daun serta sedikit menggulung ke arah dalam sedangkan gejala layu tidak terjadi pada kultivar Kelaca yang tergolong varietas tahan

Insidensi Penyakit dan Reaksi KetahananInsidensi penyakit hawar daun pada kultivar

padi lokal yang diuji pada fase vegetatif bervariasi dari 26ndash776 sehingga reaksi ketahanan kultivar-kultivar padi lokal tersebut bervariasi dari rentan sampai sangat tahan sementara insidensi penyakit pada varietas IR64 berkisar 24ndash468 sehingga varietas ini bereaksi agak rentan terhadap semua patotipe X oryzae pv oryzae Ketahanan terbaik pada fase vegetatif terdapat pada kultivar Kelaca asal Sulawesi Selatan yang bereaksi agak tahan terhadap patotipe IV dan X serta tahan terhadap patotipe VIII Kultivar Paedai Wolio asal Sulawesi Tenggara memiliki reaksi agak rentan pada semua patotipe sementara kultivar Mandi Pae Ngonggohia Pae Biu Kelaca Pullu Lotong Pae Wila Paedai Hada Mandoti Pullu Pute Paedai Wolio memperlihatkan reaksi rentan sehingga kultivar tersebut memiliki ketahanan lebih rendah dibandingkan dengan varietas IR64 (Tabel 3)

Pada fase generatif insidensi penyakit berkisar 33ndash227 sehingga reaksi ketahanan berbagai kultivar padi lokal yang diinokulasikan dengan 3 patotipe X oryzae pv oryzae juga bervariasi jika dibandingkan dengan varietas IR64 Ketahanan terbaik diperlihatkan padi kultivar Kelaca yang memiliki respons agak tahan terhadap patotipe IV dan VIII serta sangat tahan terhadap patotipe X Selain

Skor Insidensi penyakit ()

Reaksi ketahanan

1 0ndash3 Sangat tahan (ST)2 4ndash6 Tahan (T)3 7ndash12 Agak tahan (AT)4 13ndash50 Agak rentan (AR)5 51ndash75 Rentan (R)6 gt75 Sangat rentan (SR)

Tabel 1 Skor dan insidensi penyakit tanaman berdasarkan pada luas daun padi yang bergejala hawar daun (SES IRRI 1996)

J Fitopatol Indones Khaeruni et al

92

Kultivar padi lokal Patotipe IV Patotipe VIII Patotipe XVeg Gen Veg Gen Veg Gen

Pae Ngonggohia 40 37 30 30 30 27Pae Biu 30 27 27 30 27 27Pae Nggomumu 33 30 37 30 30 37Pae Wila 33 30 33 40 37 43Paedai Hada 33 30 30 30 30 30Paedai Wolio 33 40 30 37 33 33Mandi 33 40 30 30 30 30Kelaca 40 47 37 47 37 47Pulu Lotong 30 30 33 30 30 30Mandoti 30 30 30 30 27 30Pulu Pute 30 30 30 37 23 37IR64 30 30 27 30 27 30

Tabel 2 Periode inkubasi (hari) penyakit hawar daun bakteri pada varietas padi lokal yang diinokulasi dengan 3 patotipe Xanthomonas oryzae pv oryzae

Veg fase vegetatif Gen fase generatif kontrol varietas rentan

Kultivar padi lokalPatotipe IV Patotipe VIII Patotipe X

IP ()

Skor (Respons)

IP ()

Skor (Respons)

IP ()

Skor (Respons)

Pae Ngonggohia 419 4 (AR) 557 5 (R) 391 4 (AR)Pae Biu 718 5 (R) 776 6 (SR) 465 4 (AR)Pae Nggomumu 115 3 (AT) 408 4 (AR) 425 4 (AR)Pae Wila 513 5 (R) 379 4 (AR) 665 5 (R)Paedai Hada 652 5 (R) 309 4 (AR) 743 5 (R)Paedai Wolio 261 4 (AR) 316 4 (AR) 461 4 (AR)Mandi 256 4 (AR) 510 5 (R) 458 4 (AR)Kelaca 78 3 (AT) 26 1 (ST) 69 3 (AT)Pulu Lotong 525 5 (R) 337 4 (AR) 353 4 (AR)Mandoti 448 4 (AR) 265 4 (AR) 519 5 (R)Pulu Pute 233 4 (AR) 342 4 (AR) 555 5 (R)IR64 468 4 (AR) 240 4 (AR) 396 4 (AR)

Tabel 3 Insidensi penyakit (IP) dan respons ketahanan berbagai kultivar padi lokal dan IR64 terhadap 3 patotipe Xanthomonas oryzae pv oryzae pada fase vegetatif

SR sangat rentan R rentan AR agak rentan AT agak tahan ST sangat tahan kontrol varietas rentan

padi kultivar Kelaca kultivar Pae Wila memiliki ketahanan yang relatif lebih kuat terhadap X oryzae pv oryzae karena bereaksi tahan terhadap patotipe IV dan X serta agak tahan terhadap patotipe VIII (Tabel 4)

PEMBAHASAN

Penentuan periode inkubasi didasarkan munculnya gejala hawar pada daun yang diinokulsi X oryzae pv oryzae Periode

inkubasi pada beberapa kultivar lebih lama dibandingkan dengan padi var IR64 baik yang diinokulasi pada fase vegetatif maupun pada fase generatif Kultivar yang memiliki respons ketahanan terbaik ialah padi kultivar Kelaca karena memiliki periode inkubasi terlama dan insidensi penyakit yang lebih rendah dibandingkan dengan kultivar lainnya Hal ini sesuai dengan pendapat Nayak et al (1987) yang menyatakan ketahanan tanaman padi terhadap penyakit HDB secara tidak

J Fitopatol Indones Khaeruni et al

93

langsung ditentukan oleh periode inkubasi dan perkembangan penyakit

Gen ketahanan terhadap ras X oryzae pv oryzae ditentukan oleh gen R mayor (Liu et al 2006) Ketahanan varietas padi terhadap X oryzae pv oryzae berkaitan dengan kandungan gen ketahanan (gen Xa) varietas yang memiliki lebih dari satu gen Xa memperlihatkan ketahanan yang lebih kuat dibandingkan dengan yang hanya memiliki satu gen Xa (Nafisah et al 2007) X oryzae pv oryzae patotipe IV mempunyai gen virulensi yang dapat mematahkan gen ketahanan Xa1 Xa2 Xa4 Xa7 Xa10 Xa11 dan Xa 14 pada tanaman padi patotipe VIII dapat mematahkan gen ketahanan Xa1 Xa2 Xa3 Xa4 Xa7 Xa10 Xa11 dan Xa 14 sedangkan patotipe X dapat mematahkan gen ketahanan Xa1 Xa2 Xa4 Xa7 Xa10 Xa11 Xa14 dan Xa21 (Hifni dan Kardin 1998) Hal ini menunjukkan bahwa padi kultivar Kelaca tahan terhadap patotipe IV VIII dan X karena memiliki gen ketahanan Xa yang mampu mengatasi gen-gen virulen (Vir) dari ketiga patotipe tersebut

Djatmiko dan Fatichin (2011) menduga bahwa suatu tanaman menjadi tahan terhadap penyakit HDB karena meng-hasilkan fitoaleksin sebagai hasil interaksi inang-parasit yang fungsinya menghambat perkembangan bakteri Akumulasi fitoaleksin

dalam konsentrasi tinggi dapat membatasi area infeksi patogen (Suswati et al 2011) Hal yang sama dijelaskan oleh Hasegawa et al (2014) bahwa tanaman padi memiliki respons tahan terhadap penyakit blas karena mengakumulasi senyawa fitoaleksin sakuratenin yang bersifat toksin bagi patogen tanaman dengan cepat setelah terinfeksi patogen Oleh karena itu senyawa fitoaleksin diduga pula berpengaruh untuk menghambat penyakit-penyakit hawar daun bakteri pada padi kultivar Kelaca

Kultivar lokal Pae Wila Pulu Lotong Mandoti Pulu Pute mengalami peningkatan status ketahanan di fase generatif Hal ini mengindikasikan bahwa ketahanan kultivar tersebut meningkat seiring dengan pertambahan umur tanaman padi Hasil yang sama dilaporkan oleh Khaeruni et al (2014b) bahwa semakin tua umur tanaman padi Inpari 10 dan Cisantana yang diinokulasi X oryzae pv oryzae menjadi semakin lambat perkembangan penyakit hawar daun bakterinya Djatmiko dan Fatichin (2009) melaporkan bahwa fase vegetatif tanaman padi lebih rentan dibandingkan dengan fase generatifnya sedangkan Aditya et al (2015) mengemukakan bahwa ketahanan lapangan fase generatif padi lebih rentan terhadap penyakit hawar daun bakteri dibandingkan dengan fase vegetatifnya

VarietasKultivarPatotipe IV Patotipe VIII Patotipe X

IP ()

Skor(Respons)

IP ()

Skor (Respons)

IP ()

Skor (Respons)

Pae Ngonggohia 137 4 (AR) 210 4 (AR) 93 3 (AT)Pae Biu 130 4 (AR) 47 2 (T) 203 4 (AR)Pae Nggomumu 160 4 (AR) 227 4 (AR) 150 4 (AR)Pae Wila 38 2 (T) 733 3 (AT) 56 2 (T)Paedai Hada 167 4 (AR) 147 4 (AR) 200 4 (AR)Paedai Wolio 53 2 (T) 253 4 (AR) 170 4 (AR)Mandi 203 4 (AR) 137 4 (AR) 67 3 (AT)Kelaca 80 3 (AT) 120 3 (AT) 33 1 (ST)Pulu Lotong 97 3 (AT) 93 3 (AT) 73 3 (AT)Mandoti 97 3 (AT) 120 3 (AT) 50 2 (T)Pulu Pute 50 2 (T) 80 3 (AT) 130 4 (AR)IR64 220 4 (AR) 340 4 (AR) 213 4 (AR)

Tabel 4 Insidensi penyakit (IP) dan respons ketahanan berbagai kultivar padi lokal dan IR64 terhadap inokulasi 3 patotipe Xanthomonas oryzae pv oryzae pada fase generatif

SR sangat rentan R rentan AR agak rentan AT agak tahan ST sangat tahan kontrol varietas rentan

J Fitopatol Indones Khaeruni et al

Hasil penelitian ini secara umum memperlihatkan bahwa kultivar padi lokal yang diinokulasi oleh X oryzae pv oryzae patotipe IV VIII dan X memiliki reaksi ketahanan yang berbeda pada fase vegetatif dan generatif Kultivar Kelaca memiliki tingkat ketahanan yang lebih baik dibandingkan dengan kultivar uji lainnya Kultivar ini bereaksi agak tahan terhadap patotipe IV dan X juga sangat tahan terhadap patotipe VIII pada fase vegetatif sedangkan pada fase generatif bereaksi agak tahan terhadap patotipe IV dan VIII juga sangat tahan terhadap patotipe X

UCAPAN TERIMA KASIH

Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada Direktorat Pembinaan Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan Nasional yang telah membiayai penelitian ini melalui Hibah Penelitian Fundamental Nomor 0541023-04101002011

DAFTAR PUSTAKA

Aditya RH Wahyuni WS Mihardjo PA 2015 Ketahanan lapangan lima genotipe padi terhadap penyakit hawar daun bakteri J Fitopatol Indones 11(5)160ndash166 DOI httpdxdoiorg1014692jfi115160

Akhtar MA Rafi A Hameed A 2008 Comparison of methods of inoculation of Xanthomonas oryzae pvoryzae in rice cultivars Pak J Bot 40(5)2171ndash2175

Djatmiko HA Fatichin 2009 Ketahanan dua puluh satu varietas padi terhadap penyakit hawar daun bakteri J HPT Tropika 9(2)168ndash172

Hasegawa M Mitsuhara I Seo S Okada K Yamane H Iwai T Ohashi Y 2014 Analysis on blast fungus-responsive characters of a flavonoid phytoalexin sakuranetin accumulation in infected riceleaves antifungal activity and detoxification by fungus Molecules 1911404ndash11418 DOI httpdxdoiorg103390molecules190811404

Hifni HR Kardin MK 1998 Pengelompokan isolat Xanthomonas oryzae pv oryzae dengan menggunakan galur isogenik padi IRRI Hayati 566ndash72

IRRI 1996 Standard Evaluation System for Rice 4th ed Manila (PH) IRRI PO Box 933 Hlm 52

Khaeruni A Rahim A Syair Adriani 2014a Induksi ketahanan terhadap penyakit hawar daun bakteri di lapangan menggunakan rizobakteri indigenos J HPT Tropika 14(1)57ndash63

Khaeruni A Taufik M Wijayanto T Johan EA 2014b Perkembangan penyakit hawar daun bakteri pada tiga varietas padi sawah yang diinokulasi pada beberapa fase pertumbuhan J Fitopatol Indones 10(4)119ndash125 DOI http dxdoiorg1014692jfi104119

Khaeruni A Wijayanto T 2013 Pathotype grouping of Xanthomonas oryzae pv oryzae isolates from South Sulawesi and Southeast Sulawesi Agrivita 35 (2)138ndash144 DOI httpdxdoiorg1017503Agrivita-2013-35-2-p138-144

Liu DN Ronald PC Bogdanova AJ 2006 Xanthomonas oryzae pathovars model pathogens of a model crop Mol Plant Pathol 7303ndash324 DOI httpdxdoiorg101111j1364-3703200600344x

Nafisah Aan A Daradjat B Suprihatno Triny SK 2007 Heritabilitas karakter ketahanan hawar daun bakteri dari tiga populasi tanaman padi hasil seleksi daur siklus pertama Bull Penelitian Pertanian Tanaman Pangan 6(2)100ndash105

Nayak P Rao AVS Chakrabarti 1987 Components of resistance to bacterial blight disease of rice J Phytopathol 119(4)289ndash237 DOI httpdxdoiorg 101111j1439-04341987tb04402x

Rahim A Khaeruni A dan Taufik M 2012 Reaksi ketahanan beberapa varietas padi komersial terhadap Xanthomonas oryzae pv oryzae isolat Sulawesi Tenggara Berkala Penelitian Agronomi 1(2)132ndash138

Suparyono Sudir Suprihanto 2004 Pathotype profile of Xanthomonas oryzae pv oryzae

94

J Fitopatol Indones Khaeruni et al

isolates from the rice ecosystem in Java Indones J Agriculture Science 563ndash69

Suswati Habazar T Husin EF Nasir N Putra DP Taylor P 2011 Senyawa phenolik akar pisang cv kepok (Musa acuminata) yang diinduksi dengan fungi mikoriza arbuskular indigenus Pu10-Glomus sp1

terhadap penyakit darah bakteri J Nat Indones 13(3) 207ndash213

Wahyudi AT Meliah S Nawangsih AA 2011 Xanthomonas oryzae pv oryzae bakteri penyebab hawar daun pada padi isolasi karakterisasi dan telaah mutagenesis dengan transposon J Sains 15(1)89ndash96

95

Volume 12 Nomor 3 Mei 2016Halaman 104ndash108

DOI 1014692jfi123104ISSN 0215-7950

Alamat penulis korespondensi Laboratorium Fitopatologi Fakultas Pertanian Universitas SriwijayaJalan Palembang-Prabumulih Km32 Indralaya Palembang 30662Tel 0711-580663 Faks 0711-580663 Surel suwandisalehgmailcom

104

KOMUNIKASI SINGKAT

Penekanan Penyakit Blas Leher Malai Padi Menggunakan Ekstrak Kompos Jerami Padi

Suppression of Panicle Blast by Rice Straw Compost Extract

Suwandi Harman Hamidson Ahmad MuslimUniversitas Sriwijaya Palembang 30662

ABSTRAK

Penyakit blas merupakan penyakit penting pada tanaman padi dan menyebabkan kehilangan hasil pada lahan reklamasi pasang surut di Sumatera Selatan Ekstrak fermentasi kompos jerami dari tanaman padi sehat diuji potensinya dalam menekan blas leher malai pada percobaan dalam pot Padi varietas Ciherang ditanam pada campuran tanah dengan 1 jerami tanaman sakit (vv) yang diperoleh dari sawah pasang surut Insidensi penyakit blas leher malai dapat ditekan sebesar 71minus87 sebagai respons aplikasi ekstrak kompos Aplikasi ekstrak kompos tidak memengaruhi perkecambahan benih dan tinggi tanaman tetapi dapat meningkatkan hasil Kompos jerami dari tanaman sehat berpotensi sebagai sumber pengendalian blas di lapangan

Kata kunci lahan reklamasi kompos jerami tanah sulfat masam

ABSTRACT

Blast is the most important disease of rice and may cause significant losses in the reclaimed tidal swamp of South Sumatra Water extracts of fermented composts prepared from straws of the vigorous rice plant were tested in pot experiment for their ability to control blast Rice variety Ciherang was grown on mixture of field soil and 1 diseased rice straw (vv) collected from a tidal swamp rice field Incidence of panicle blast was reduced by 71minus87 in response to application of compost extract The compost extract did not affect seed germination and plant height instead it increased the yield The rice straw from healthy and vigorous plants is potential as a source for blast disease control

Key words acid sulfate soil compost extract land reclamation

Indonesia memiliki lahan pasang surut yang luas yang sebagian besar terdapat di pesisir pantai Sumatera Kalimantan dan Papua Hampir 4 juta ha dari lahan pasang surut tersebut telah direklamasi (Suprianto et al 2009) dan 1 juta ha di antaranya ditanami padi Di Sumatera Selatan terdapat sekitar 2656 ribu ha padi dibudidayakan di lahan

pasang surut reklamasi (BPS Sumatera Selatan 2014) Rata-rata hasil padi sawah pasang surut di Banyuasin ialah 41 ton ha-1 (BPS Banyuasin 2014) dan hasil ini lebih rendah dibandingkan dengan hasil padi sawah irigasi pada tanah mineral di Kabupaten OKU Timur yang rata-ratanya mencapai 55 ton ha-1 (BPS OKU Timur 2014)

J Fitopatol Indones Suwandi et al

105

Penyakit blas yang disebabkan oleh Pyricularia oryzae merupakan penyakit terpenting pada tanaman padi Penyakit ini telah dilaporkan menyerang sejak periode awal budi daya padi di lahan reklamasi pasang surut Sumatera Selatan (Koswara dan Rumawas 1984) Survei penyakit yang dilakukan sejak tahun 2013 menunjukkan bahwa penyakit blas endemik di lahan suboptimal ini dan menyebabkan beberapa sawah mengalami gagal panen

Patogen blas diketahui memiliki daya adaptasi yang tinggi terhadap beragam kondisi lingkungan termasuk varietas resisten (Ou 1985 Scheuermann et al 2012) sehingga pengendaliannya sukar dilakukan Aplikasi ekstrak kompos atau dikenal sebagai teh kompos diketahui dapat meningkatkan pertumbuhan produksi dan kualitas gizi tanaman (Hargreaves et al 2009 Pant et al 2009 Shrestha et al 2012) Penekanan penyakit setelah aplikasi ekstrak kompos telah dilaporkan (Elad dan Shtienberg 1994 Curlango-Rivera et al 2013) Pada penelitian ini ekstrak kompos yang dibuat dari kompos jerami padi diuji potensinya untuk pengendalian penyakit blas

Penelitian dilaksanakan dalam pot menggunakan media tanah sulfat masam potensial yang diperoleh dari sawah lahan reklamasi pasang surut Telang II Banyuasin Sumatera Selatan Penelitian disusun dalam rancangan acak lengkap dengan 4 perlakuan dan 3 ulangan Perlakuan yang diuji ialah ekstrak kompos padi Ciherang kompos padi Inpari 1 dan kompos padi Inpari 10 serta ekstrak tanah (kontrol)

Infestasi patogen blas dilakukan secara alami dengan mencampur 1 volume cacahan jerami padi yang terserang parah penyakit blas ke dalam medium tanam Tanaman padi dipupuk dengan 90 kg N ha-1 60 kg P ha-140 kg K ha-1 menggunakan NPKMgCa (161616155) urea dan SP36 Sebanyak setengah takaran urea ditaburkan saat 7 hari setelah semai dan sisanya saat bunting

Kompos dibuat dengan cara mencampur potongan rumpun padi uji yang sehat dan bugar (yang menunjukkan pertumbuhan

lebih baik dibandingkan dengan tanaman padi lainnya dalam suatu sawah) berikut tanah perakarannya dengan pupuk kandang sapi dalam perbandingan volume yang sama Pengomposan dilakukan selama 14 hari di dalam guci tanah liat Setiap 2 hari campuran dibalik dan disemprot air untuk menjaga kadar air 60minus80 Komposmdashsetengah matangmdashselanjutnya disimpan dalam kantong plastik dalam lemari pendingin sampai digunakan untuk ekstraksi

Ekstrak kompos dibuat dengan cara merendam kompos dalam 2 kali volume air dan diaduk sesaat setelah direndam Rendaman kompos selanjutnya difermentasi selama 4 hari dalam suhu kamar (27minus29 degC) Air rendaman kompos selanjutnya dipanen dengan cara disaring dan segera digunakan dalam keadaan segar Sebagai pembanding (perlakuan kontrol) digunakan ekstrak rendaman tanah

Padi varietas Ciherang digunakan sebagai tanaman uji Padi ditanam pada baki plastik (30 cm times 23 cm) yang diisi dengan tanah yang diperoleh dari sawah di lahan reklamasi pasang surut Telang II Banyuasin Sumatera Selatan Aplikasi ekstrak dilakukan dengan perendaman benih selama 48 jam dan dilanjutkan dengan penyemprotan saat fase pemanjangan batang (6 minggu setelah semai) dan bunting (8 minggu setelah semai) Aplikasi ekstrak dilakukan pada konsentrasi 50 (11 [vv] ekstrak komposair) Penyemperotan dilakukan dengan volume semprot tinggi (750 L ha-1)

Pengamatan penyakit blas leher malai dilakukan saat panen Serangan penyakit dihitung berdasarkan insidensi blas leher malai yang dihitung dengan rumus

IBM = nN x 100 denganIBM insidensi blas leher malai n jumlah tangkai malai bergejala N jumlah malai per pot Hasil panen dinyatakan dalam g pot-1 dari hasil gabah yang dikeringkan hingga mencapai kadar air plusmn 14

Pencampuran 1 volume jerami dari tanaman sakit ke dalam media tanam menyebabkan serangan parah blas leher malai pada perlakuan kontrol (Tabel 1)

J Fitopatol Indones Suwandi et al

106

Hasil ini mengungkapkan bahwa sisa jerami tanaman sakit di lapangan dapat menjadi sumber inokulum bagi tanaman musim berikutnya Peranan sisa jerami tanaman sakit sebagai sumber utama inokulum penyakit blas sudah lama diketahui (Suzuki 1975 Ou 1985) Infektifitas yang tinggi inokulum dari jerami sakit memungkinkan sisa tanaman ini dijadikan sumber inokulum alami pada percobaan lapangan ataupun percobaan yang menghendaki inokulum yang mewakili populasi lapangan patogen blas

Insidensi blas secara nyata lebih rendah pada tanaman yang diberi perlakuan ekstrak fermentasi kompos yang berasal dari rumpun padi bugar Insidensi penyakit blas leher malai dapat ditekan sebesar 71minus87 pada tanaman yang diaplikasi dengan ekstrak kompos (Tabel 1) Perlakuan ekstrak kompos tidak

memengaruhi perkecambahan benih dan tinggi tanaman (Tabel 2) tetapi perlakuan ekstrak kompos padi Inpara 1 dapat meningkatkan hasil gabah dibandingkan dengan kontrol (Tabel 3) Peningkatan hasil ini selaras dengan tingginya penekanan penyakit setelah perlakuan ekstrak kompos tersebut

Penelitian ini menunjukkan manfaat aplikasi ekstrak kompos bagi produksi padi Efikasi lapangan ekstrak kompos di lahan pasang surut yang bermasalah dengan penyakit blas kini sedang dalam proses pengujian Ekstrak kompos bermanfaat bagi tanaman karena hara yang dikandungnya terurai melalui mineralisasi dan pelarutan (Shrestha et al 2012) dan secara tidak langsung melalui pengimbasan ketahanan (Kim et al 2015) Ekstrak kompos jerami padi diketahui kaya akan kandungan senyawa humat yaitu

Sumber ekstrak kompos Insidensi penyakit()

Penekanan penyakit()

Tanah (kontrol) 528 plusmn 88 a -Kompos jerami padi Ciherang 151 plusmn 76 b 71Kompos jerami padi Inpari 10 80 plusmn 39 b 85Kompos jerami padi Inpara 1 69 plusmn 32 b 87

Tabel 1 Insidensi penyakit saat panen dan penekanan penyakit blas leher malai padi dalam pot yang diaplikasi ekstrak kompos

Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji beda nyata jujur Tukey (P=005) nilai relatif terhadap kontrol

Sumber ekstrak kompos Perkecambahan benih ()

Tinggi tanaman (cm)

Tanah (kontrol) 867 plusmn 22 537 plusmn 12Kompos jerami padi Ciherang 817 plusmn 51 525 plusmn 08Kompos jerami padi Inpari 10 842 plusmn 44 523 plusmn 12Kompos jerami padi Inpara 1 792 plusmn 68 533 plusmn 10

Tabel 2 Pertumbuhan padi dalam pot yang diaplikasi ekstrak kompos

Sumber ekstrak kompos Hasil (g pot-1 gabah kering giling )

Jumlah malai per tanaman

Jumlah gabah per malai

Tanah (kontrol) 25 plusmn 01 b 33 plusmn 02 b 307 plusmn 32Kompos jerami padi Ciherang 25 plusmn 02 b 30 plusmn 02 b 310 plusmn 31Kompos jerami padi Inpari 10 27 plusmn 03 b 34 plusmn 02 b 382 plusmn 28Kompos jerami padi Inpara 1 38 plusmn 02 a 41 plusmn 03 a 399 plusmn 28

Tabel 3 Komponen hasil padi dalam pot yang diaplikasi ekstrak kompos

Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji beda nyata jujur Tukey (P=005)

J Fitopatol Indones Suwandi et al

asam humat dan fulvat (Agustian 2004 Goyal dan Sindhu 2011) Senyawa humat berperan dalam pemacuan pertumbuhan pembenah tanah dan peningkatan ketahanan terhadap hama dan penyakit (Scheuerell dan Mahaffee 2004 Scheuerell dan Mahaffee 2006 El-Ghamry 2009 Kamel et al 2014) Pengimbasan ketahanan tanaman oleh asam humat terjadi melalui peningkatan aktivitas kitinase (Abdel-Kareem 2007) peningkatan kandungan senyawa fenol serta peningkatan aktivitas enzim peroksidase dan fenilalanin amonia liase (PAL) (Abdel-Monaim et al 2011)

UCAPAN TERIMA KASIH

Penelitian ini didanai oleh Penelitian Unggulan Perguruan Tinggi Universitas Sriwijaya tahun anggaran 2013minus2015

DAFTAR PUSTAKA

Abdel-Kareem F 2007 Induced resistance in bean plants against root rot and alternaria leaf spot diseases using biotic and a biotic inducers under field conditions J Agric Biol Sci 3767ndash774

Abdel-Monaim MF Ismail ME Morsy KM 2011 Induction of systemic resistance of benzothiadiazole and humic acid in soybean plants against fusarium wilt disease Mycobiology 39(4)290minus298 D O I h t t p d x d o i o rg 1 0 5 9 4 1 MYCO2011394290

Agustian Susila P Gusnidar 2004 Pembentukan asam humat dan fulvat selama pembuatan kompos jerami padi Solum 19ndash14

[BPS Banyuasin] Badan Pusat Statistik Kabupaten Banyuasin 2014 Kabupaten Banyuasin Dalam Angka 2014 httpbanyuasinkabbpsgoiddatapublikasipublikasi_114indexhtml [diakses 20 Agst 2014]

[BPS OKU Timur] Badan Pusat Statistik Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur 2014 Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur Dalam Angka 2014 http

okutimurkabbpsgoiddatapublikasidda2014 [diakses 20 Agst 2014]

[BPS Sumatera Selatan] Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Selatan 2014 Sumatera Selatan Dalam Angka 2014 httpsumselbpsgoidimagespublikasiflipping2014sumsel20dalam20angka202014indexhtml [diakses 20 Agst 2014]

Curlango-Rivera G Pew T van Etten HD Zhongguo X Yu N Hawes MC 2013 Measuring root disease suppression in response to a compost water extract Phytopathology 103255minus260 DOI httpdxdoiorg101094PHYTO-06-12-0145-R

Elad Y Shtienberg D 1994 Effect of compost water extracts on grey mould (Botrytis cinerea) Crop Prot 13109minus114 DOI httpdxdoiorg1010160261-2194(94)90160-0

El-Ghamry AM Abdel-Hai KM Ghoneem KM 2009 Amino and humic acids promote growth yield and disease resistance of faba bean cultivated in clayey soil Aust J Basic Applied Sci 3731minus739

Goyal S Sindhu SS 2011 Composting of rice straw using different inocula and analysis of compost quality Microbiol J1 1 2 6 minus 1 3 8 D O I h t t p d x d o i org103923mj2011126138

Hargreaves JC Adl MS Warman PR 2009 The effects of municipal solid waste compost and compost tea on mineral element uptake and fruit quality of strawberries Compost Sci Util 1785minus94 DOI httpdxdoiorg1010801065657X200910702406

Kamel SM Afifi MMI El-Shoraky FS El-Sawy MM 2014 Fulvic acid a tool for controlling powdery and downy mildews in cucumber plants Int J Phytopathol 3101minus108

Kim MJ Shim CK Kim YK Hong SJ Park JH Han EJ Kim SC 2015 Effect of aerated compost tea on the growth promotion of lettuce soybean and sweet corn in organic cultivation Plant Pathol 31259ndash268 DOI httpdxdoiorg105423PPJOA0220150024

107

J Fitopatol Indones Suwandi et al

Koswara O Rumawas F 1984 Tidal swamp rice in Palembang region Di dalam Smith WH Argosino GS editor Proceedings of the Workshop on Research Priorities in Tidal Swamp Rice Los Bantildeos Laguna (PH) International Rice Research Institute hlm 37minus48

Ou SH 1985 Rice Diseases Kew Survey (UK) CAB International Mycological Institute

Pant AP Radovich TJK Hue NV Talcott ST Krenek KA 2009 Vermicompost extracts influence growth mineral nutrients phytonutrients and antioxidant activity in pak choi (Brassica rapa cv Bonsai Chinensis group) grown under vermicompost and chemical fertilizer J Sci Food Agric 892383minus2392 DOI httpdxdoiorg101002jsfa3732

Scheuerell SJ Mahaffee WH 2004 Compost tea as a container medium drench for suppressing seedling damping-off caused by Pythium ultimum Phytopathology 941156minus1163 DOI httpdxdoiorg101094PHYTO200494111156

Scheuerell SJ Mahaffee WH 2006 Variability associated with suppression of gray mold (Botrytis cinerea) on geranium by foliar applications of nonaerated and aerated compost teas Plant Dis 901201minus1208 DOI httpdxdoiorg101094PD-90-1201

Scheuermann KK Raimondi JV Marschalek R de Andrade A Wickert E 2012 Magnaporthe oryzae genetic diversity and its outcomes on the search for durable resistance Di dalam Caliskan M editor The Molecular Basis of Plant Genetic Diversity Rijeka (HR) Intech hlm 331minus356

Shrestha K Walsh KB Midmore DJ 2012 Microbially enhanced compost extract does it increase solubilisation of minerals and mineralisation of organic matter and thus improve plant nutrition J Bioremed Biodegrad 3(5)1ndash9 DOI httpdxdoiorg1041722155-61991000149

Suprianto H Irianto SG Susanto RH Schultz B Suryadi FX Eelaart AVD 2009 Land and water management of tidal lowlands experiences in Telang and Saleh South Sumatra Irrig Drain 59(3)317minus335 DOI httpdxdoiorg101002ird460

Suzuki H 1975 Meteorological factors in the epidemiology of rice blast Ann Rev Phytopathol 13239minus256 DOI ht tp dxdoi org101146annurevpy13090175001323

108

  • 12737-37236-1-PBpdf (p1-8)
  • 12738-37237-1-PBpdf (p9-14)
  • 12739-37238-1-PBpdf (p15-21)
  • 12741-37240-1-PBpdf (p22-26)
Page 10: Bakteri Endofit Asal Berbagai Akar Tanaman sebagai Agens ...fp.unmas.ac.id/wp-content/uploads/2018/10/vol-12-no.3.pdfInfeksi nematoda puru akar (NPA) Meloidogyne incognita pada tomat

J Fitopatol Indones Yanto dan Swibawa

84

164 individues per 200 mL of soil respectively The status of other phytonematodes were not important with low value of AF RF and AP

Key words Cavendish banana Prtaylenchus Radopholus

PENDAHULUAN

Fitonematoda merupakan patogen utama pada tanaman pisang yang dapat menurunkan produksi sampai 60 Kehilangan hasil dapat lebih besar apabila fitonematoda berasosiasi dengan patogen tular tanah lainnya (Orsquobannon 1977)

Fitonematoda menyerang perakaran pisang dengan gejala bervariasi menurut spesiesnya dan yang paling merusak diantaranya ialah Radopholus Pratylenchus Helicotylenchus Meloidogyne dan Rotylenchulus (Gowen et al 2005) Nematoda ini juga menyerang tanaman pisang di Sumatera Barat (Jumjunidang 2003) Status fitonematoda pada pisang di beberapa negara bervariasi (Khan dan Hasan 2010 Srinivasan et al 2011 Rahman et al 2014 Nega dan Fetena 2015) karena faktor fisik dan tanaman (Gowen at al 2005) kompetisi dengan patogen lain seperti penyakit layu fusarium (Zhong et al 2011) pola tanam (Moser et al 2012) dan musim (Chaves dan Araya 2010)

PT Nusantara Tropical Farm (PT NTF) di Way Kambas Lampung mengelola pisang Cavendish secara intensif Perusahaan yang berdiri tahun 1992 ini mengelola 17526 ha pisang Cevendish yang terdiri atas beberapa klon yaitu CJ-20 CJ-30 dan DM-2 Perluasan lahan pertanaman pisang di PT NTF terus dilakukan sehingga saat ini terdapat variasi umur lahan yang berkisar antara 3 dan 20 tahun Sistem ratoon (memelihara anakan) sudah ditinggalkan sejak tahun 2010 untuk mempertahankan produksi optimum dan pembongkaran tanaman dilakukan setelah panen Budi daya pisang dilakukan secara intensif meliputi pengolahan tanah pemupukan pengairan sanitasi pengendalian hama dan penyakit tanaman serta penanganan panen (Ansyori 2009)

Masalah fitonematoda umumnya muncul pada pertanaman monokultur intensif

berlangsung lama Status fitonematoda di PT NTF belum dilaporkan padahal budi daya pisang telah berlangsung lama Walaupun sistem ratoon tidak diterapkan lagimdashyang mungkin menekan perkembangan populasi fitonematodamdashnamun menanam pisang secara terus menerus dapat menyebabkan akumulasi populasi fitonematoda

Penelitian ini bertujuan menentukan status fitonematoda pada beberapa umur lahan pisang Cavendish termasuk lahan yang pernah dirotasi Hasil penelitian diharapkan menjadi informasi bermanfaat dalam pengelolaan penyakit pisang terutama fitonematoda di PT NTF

BAHAN DAN METODE

Penelitian dilakukan pada pertanaman pisang Cavendish milik PT NTF di Way Kambas Lampung yang membudidayakan pisang secara intensif Lokasinya terletak pada 05deg 00ʹ-05deg15ʹ LS dan 105deg30ʹ-105deg45ʹ BTketinggian 20ndash60 m di atas permukaan laut iklim tipe B menurut SchimdtndashFerguson curah hujan 2372 mm per tahun suhu 27 degC RH 842 dan tipe tanah oxisol (Ansory 2009) Pertanaman ini memiliki lahan pisang baru dan lahan pisang lama yang pernah dirotasi dengan ubi kayu

Penelitian disusun dalam rancangan acak lengkap dengan 3 perlakuan umur lahan (3ndash5 10ndash12 dan 17ndash19 tahun yang pernah dirotasi) Masing-masing perlakuan ditanami pisang Cavendish klon CJ-30 CJ-20 dan DM-2 yang berumur 3ndash9 bulan Dalam setiap blok pertanaman dipilih secara acak petak berukuran 50 m times 50 m berisi 5 titik sampel diagonal dengan masing-masing 6 tanaman Pada setiap tanaman subsampel tanah dan akar diambil pada kedalaman 20 cm arah zig zag 3 subsampel berjarak 50 cm dan 3 subsampel lainnya berjarak 10 cm dari tanaman Sampel tanah dan akar dicampur dan selanjutnya

J Fitopatol Indones Yanto dan Swibawa

85

diambil 1 kg tanah dan 100 g akar untuk proses ekstraksi nematoda di laboratorium

Ekstraksi nematoda dari 200 mL tanah dan 50 g akar menggunakan metode corong Baermann yang dimodifikasi Akar dicuci dengan air mengalir dan 50 g akar dipotong-potong dengan panjang 05 cm tanpa maserasi lalu diletakkan pada corong Baermann berdiameter 8 cm dilengkapi dengan saringan 18 mesh (plusmn 15 mm) yang dilapisi kertas tisu dan kantong plastik pada bagian batang corong dan diinkubasi selama 72 jam dalam ruangan pada suhu plusmn 27 degC Nematoda yang diperoleh dimatikan dengan memanaskan suspensinya sampai suhu 60 degC kemudian difiksasi menggunakan larutan Golden X (campuran 8 bagian formalin 2 bagian gliserin dan 90 bagian aquades) sehingga nematoda berada dalam formaldehida 3 (Hooper et al 2005) Jumah nematoda dari setiap sampel dihitung dan 100 individu diambil secara acak untuk diidentifikasi sampai genus menggunakan kunci identifikasi Mai dan Lyon (1975)

Status fitonematoda penting kurang penting dan tidak penting ditetapkan ber-dasarkan populasi absolut (PA) frekuensi absolut (FA) dan frekuensi relatif (FR) genus PA genus ialah jumlah genus dari 100 individu yang diidentifikasi dikalikan jumlah nematoda setiap sampel FA dan FR dihitung menurut Norton (1978)

sum sampel yang mengandung genusFA = sum seluruh sampel yang dikoleksi times 100

danfrekuensi genusFR =total frekuensi seluruh genus times 100 dengan

FA frekuensi absolut dan FR frekuensi relatif

Populasi absolut dianalisis ragam dan pemisahan nilai tengah menggunakan uji BNT pada taraf nyata 5

HASIL

Sebanyak 13 genus fitonematoda terdapat di pertanaman pisang Cavendish Umur lahan memengaruhi keragaman populasi fitonematoda pada lahan umur 3ndash5 tahun terdapat 13 genus lahan umur 10ndash12 tahun

dan 17ndash19 tahun terotasi berturut-turut 7 dan10 genus Criconemella Ditylenchus Tylenchus Helicotylenchus Paralongidorus dan Xiphinema tidak ditemukan di lahan umur 10ndash12 tahun dan 3 genus terakhir tidak terdapat dilahan umur 17ndash19 tahun (Tabel 1)

Secara umum nilai FA dan FR di tanah lebih tinggi daripada di akar Dua genus nematoda yang memiliki nilai FA dan FR tinggi dari tanah ialah Pratylenchus dan Radopholus pada lahan umur 3ndash5 dan 10ndash12 tahun dan nilai sedang pada lahan umur 17ndash19 tahun Genus nematoda yang memiliki nilai FA dan FR rendah ialah Hoplolaimus dari tanah dan Meloidogyne dari akar pada lahan umur 17ndash19 tahun Genus fitonematoda lainnya baik dari tanah maupun akar memiliki nilai FA dan FR rendah pada semua umur lahan (Tabel 1)

Dari semua fitonematoda nilai PA Pratylenchus dan Radopholus paling tinggi dan dipengaruhi oleh umur lahan Nilai PA kedua genus ini dari tanah lahan umur 3ndash5 tahun tidak berbeda nyata dengan lahan umur 10ndash12 tahun tetapi nilai PA keduanya lebih tinggi daripada nilai PA pada lahan umur 17ndash19 tahun Nilai PA nematoda tersebut dari akar tidak dipengaruhi umur lahan (Tabel 2) Dua genus lain yang memiliki PA sedang yaitu Helicotylenchus dari tanah lahan umur 3ndash5 tahun dan Meloidogyne dari akar lahan umur 17ndash19 tahun nilai PA genus lainnya rendah baik dari tanah maupun akar dan tidak dipengaruhi oleh umur lahan (Tabel 2)

PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil penelitian ini terdapat 13 genus fitonematoda pada pertanaman pisang dan populasi nematoda yang bersifat endoparasit tidak diperoleh secara maksimum Hal ini dapat disebabkan oleh metode ekstraksi nematoda yang digunakan Ekstraksi nematoda dari akar dilakukan dengan metoda corong Baermann tanpa melakukan maserasi akar Jumlah genus nematoda yang diperoleh pada penelitian ini lebih tinggi daripada jumlah genus fitonematoda pada pertanaman pisang di Semenanjung Malaysia yaitu 9 genus

J Fitopatol Indones Yanto dan Swibawa

(Rahman et al 2014) dan di Bengali Barat India 12 genus (Khan dan Hasan 2010) tetapi lebih rendah daripada pertanaman pisang di Kamerun yaitu 16 genus (Bridge et al 1995)

Dari semua genus yang ditemukan dan berdasarkan pada nilai FA FR serta PA maka Pratylenchus dan Radopholus dapat dikategorikan sebagai fitonematoda penting pada lahan umur 3ndash5 dan 10ndash12 tahun kurang penting pada lahan umur 17ndash19 tahun sedangkan genus lainnya tidak penting pada semua umur lahan Nilai FA 100 untuk Pratylenchus dan Radopholus pada lahan umur 3ndash5 dan 10ndash12 tahun menunjukkan seluruh sampel tanah mengandung nematoda ini Nilai FR 39 menunjukkan Pratylenchus dan Radopholus mendominasi komunitas fitonematoda Nilai PA Radopholus masing-

masing 423 dan 126 individu per 200 mL tanah pada lahan umur 3ndash5 dan 10ndash12 tahun tergolong tinggi Herradura (2009) melaporkan bahwa dalam percobaan inokulasi 1000 ekor R similis pada bibit tanaman pisang populasinya meningkat menjadi 2500ndash3500 ekor per 10 g akar segar menjelang panen sehingga dapat menurunkan 68 bobot tandan pisang Grand Nain di Davao Filipina Nilai PA Pratylenchus 298 dan 215 individu per 200 mL tanah masing-masing pada lahan umur 3ndash5 dan 10ndash12 tahun juga tergolong tinggi Berdasarkan hasil penelitian ini disarankan untuk dilakukan pengendalian Radopholus dan Pratylenchus agar tidak menimbulkan kerugian

Pratylenchus dan Radopholus yang dapat dikategorikan fitonematoda penting pada pertanaman pisang ini juga merupakan

Genus Nematoda Sampel Umur lahan (tahun)3ndash5 10ndash12 17ndash19

FA FR FA FR FA FR()

Aphelenchoides Tanah 111 34 111 43 111 32Akar 111 31 00 00 00 00

Aphelenchus Tanah 111 34 00 00 333 97Akar 444 125 222 80 444 160

Criconemella Tanah 00 00 00 00 111 32Akar 111 31 00 00 111 40

Ditylenchus Tanah 111 34 00 00 111 32Akar - - - - - -

Helicotylenchus Tanah 222 69 00 00 00 00Akar 111 31 00 00 00 00

Hoplolaimus Tanah 111 34 333 130 556 161Akar 222 63 222 80 444 160

Meloidogyne Tanah 333 103 00 00 222 65Akar 222 63 444 160 667 240

Paralongidorus Tanah - - - - - -Akar 111 31 00 00 00 00

Pratylenchus Tanah 1000 310 1000 391 778 226Akar 889 250 889 320 667 240

Radopholus Tanah 1000 310 1000 391 778 226Akar 778 219 889 320 333 120

Scutellonema Tanah 111 34 111 43 333 97Akar 222 63 111 40 111 40

Tylenchus Tanah 00 00 00 00 111 32Akar 333 94 00 00 00 00

Xiphinema Tanah 111 34 00 00 00 00Akar - - - - - -

Tabel 1 Frekuensi absolut (FA) dan frekuensi relatif (FR) fitonematoda dari tanah dan akar pada berbagai umur lahan pisang Cavendish

- tidak ditemukan fitonematoda lahan dirotasi dengan ubi kayu

86

J Fitopatol Indones Yanto dan Swibawa

nematoda penting di beberapa negara penghasil pisang Di Kamerun P coffeae P goodey dan R similis adalah perusak akar utama akar pisang (Bridge et al 1995) sedangkan di Tamil Nadu India hanya R similis (Srinivasan et al 2011) Sementara itu di Nigeria Helicotylenchus lebih penting daripada Pratylenchus (Tanimola et al 2013) dan di Equador R similis lebih penting daripada Helicotylenchus Pratylenchus dan Meloidogyne (Chaves dan Araya 2010)

Umur lahan memengaruhi status Pratylenchus dan Radopholus Pada lahan umur 3ndash5 dan 10ndash12 tahun kedua nematoda berstatus penting sementara pada lahan umur 17ndash19 tahun dianggap kurang penting Lebih rendahnya nilai FA FR dan PA kedua fitonematoda pada lahan umur 17ndash19 tahun

dibandingkan dengan pada lahan umur 3ndash5 dan 10ndash12 tahun disebabkan oleh rotasi pisang dengan ubi kayu yang dilakukan 2ndash3 kali

UCAPAN TERIMA KASIH

Ucapan terima kasih disampaikan kepada RA Wardhana dan manajemen PT NTF yang telah memfasilitasi penelitian

DAFTAR PUSTAKA

Ansory 2009 Kriteria kesesuaian lahan untuk tanaman pisang Cavendish yang dikelola secara intensif di Way Kambas Lampung Timur [disertasi] Bogor (ID) Institut Pertanian Bogor

Tabel 2 Populasi absolut fitonematoda dari 200 mL tanah dan 50 g akar pada berbagai umur lahan pisang Cavendish

- tidak ditemukan fitonematoda data yang dianalisis ditransforamsi 2 kali ke radic (x+1) ns tidak nyata s nyata lahan dirotasi dengan ubi kayu Angka pada baris yang sama yang diikuti huruf sama tidak berbeda menurut uji BNT taraf nyata 5

Genus Nematoda SampelUmur lahan (tahun) KK

()Ket

3ndash5 10ndash12 17ndash19 (terotasi)

Aphelenchoides Tanah 01 01 01 32 nsAkar 02 00 00 32 ns

Aphelenchus Tanah 03 00 12 81 nsAkar 05 11 39 166 ns

Criconemella Tanah 00 00 01 19 nsAkar 07 00 01 69 ns

Ditylenchus Tanah 17 04 05 131 nsAkar - - -

Helicotylenchus Tanah 252 00 00 322 nsAkar 01 00 00 18 ns

Hoplolaimus Tanah 03 29 26 146 nsAkar 02 03 19 931 ns

Meloidogyne Tanah 11 00 10 101 nsAkar 22 45 127 252 ns

Paralongidorus Tanah - - -Akar 03 00 00 43 ns

Pratylenchus Tanah 2988 a 2152 a 330 b 129 sAkar 206 50 49 71 ns

Radopholus Tanah 4230 a 1261 a 164 b 121 sAkar 141 26 09 64 ns

Scutellonema Tanah 01 04 49 167 nsAkar 11 01 02 88 ns

Tylenchus Tanah 00 00 02 185 nsAkar 14 00 00 82 ns

Xiphinema Tanah 35 00 00 156 nsAkar - - -

87

J Fitopatol Indones Yanto dan Swibawa

Bridge J Price NS Kofi P 1995 Plant parasitic nematode on plantain and other crop in Cameroon West Africa Fundam Appl Nematol 18(3)251ndash260

Chaves C Araya M 2010 Spatial-temporal distribution of plant parasitic nematodes in banana (Musa AAA) plantation Equador J App Biosci 332057ndash2069

Gowen SR Queneherve P Fogain R 2005 Nematode parasites of banana and plantain Di dalam Luc M Sikora RA Bridge J editors Plant Parasitic Nematodes in Subtropical and Tropical Agriculture Ed ke-2 Wallingford (UK) CABI Publishing hlm 611ndash643 DOI httpdxdoiorg10107997808519972780611

Herradura LE 2009 Host respons of Eumusa varieties to a Radopholus similis population from the Philippines [disertasi]Leuven (BE) de Agricultura Katholieke Universiteit Leuven

Hooper DJ Hallman J Subbotin SA 2005 Methods for extraction processing and detection of plant and soil nematodes Di dalam Luc M Sikora RA Bridge J editor Plant Parasitic Nematodes in Subtropical and Tropical Agriculture Ed ke-2 Wallingford (UK) CABI Publishing hlm 53ndash86 DOI httpdxdoiorg10107997808519972780053

Jumjunidang 2003 Status and future RampD of nematodes in banana in Indonesia Di dalam Cruz Jr FS Van den Bergh I Waele D Hautea DM Molina AB editors Country Report of Workshop and Training Toward Management of Musa Nematodes in Asia and the Pasific 2003 Des 1ndash5 Los Banos Laguna (PH) The Institute of Plant Breeding UPLB hlm 43ndash46

Khan MR Hasan MA 2010 Nematode diversity in banana rhizosphere from West Bengal India J Plant Protec Res 50(3)263ndash268 DOI httpdxdoiorg102478v10045-010-0046-9

Mai WF Lyon HH 1975 Pictorial Key to

Genera of Plant-Parasitic Nematodes London (UK) Comstock Publishing Associated

Moser T Forster B Frankenbach S Marques R Rombke J Schmidt P Hofer H 2012 Nematodes assemblages in banana (Musa acuminata) monoculture and banana plantation with jucara palm (Euterpe edulis) in the Southern Mata Atlantica Brazil Nematology 14(3)371ndash384 DOI httpdxdoiorg101163156854111X601669

Nega G Fetena S 2015 Root necrosis assesment of plant parasitic nematodes of banana (Musa spp) at Arbaminch Etiophia J BiolAgric Healthcare 5(15)76ndash80

Norton DC 1978 Ecology of plant parasitic nematodes New York (US) John Willey and Sons Inc

Orsquobannon JH 1977 Worldwide dissemination of Radopholus similis and it importance in crop production J Nematol 9(1)16ndash25

Rahman SSA Zain SNM Mat MZB Sidam AK Othman RY Mohamed Z 2014 Population distribution of plant parasitic nematodes on bananas in Paninsular Malaysia Sains Malaysiana 43(2)175ndash183

Srinivasan R Kulothungan S Sundaraju P Govindasami C 2011 Biodiversity of plant parasitic nematodes associated with banana in Thanjavur District of Tamil Nadu Int J Plant Animal Environ Sci 1(2)63ndash69

Tanimola AA Asimeaa AO Ofuru-Joseph S 2013 Status of plant-parasitic nematodes on plantain (Musa parasidiaca (L)) in Choba Rivers State Nigeria Word J Agric Sci 9(2)189ndash195

ZhongS He Y Zeng H Mo Y Zhou ZX Zang ZP Jin Z 2011 Effect of banana wilt desasease on soil nematodes community structure and diversity Afr J Biotechnol 10(59)12729ndash12737

88

Volume 12 Nomor 3 Mei 2016Halaman 89ndash95

DOI 1014692jfi12389ISSN 0215-7950

Alamat penulis korespondensi Jurusan Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Halu Oleo Jalan HEA Mokodompit Kendari 93232 Tel 0401-3122320 Faks 0401-0401-3197045 Surel akhaeruniyahoocom

89

Ketahanan Berbagai Kultivar Padi Lokal terhadap Penyakit Hawar Daun Bakteri

Resistance of Local Rice Cultivars to Bacterial Leaf Blight Disease

Andi Khaeruni Erwin Najamuddin Teguh Wijayanto SyairUniversitas Halu Oleo Kendari 93232

ABSTRAK

Penyakit hawar daun bakteri yang disebabkan oleh Xanthomonas oryzae pv oryzae merupakan salah satu penyakit penting pada tanaman padi di Indonesia termasuk di Sulawesi Tenggara Penggunaan varietas tahan merupakan salah satu strategi pengendalian yang efektif dan ramah lingkungan untuk mengatasi penyakit Penelitian ini bertujuan mengetahui tingkat ketahanan beberapa varietas padi lokal asal Sulawesi Selatan dan Sulawesi Tenggara terhadap X oryzae pv oryzae patotipe IV VIII dan X Penelitian dilakukan di rumah kasa menggunakan tiga patotipe pada 11 kultivar padi lokal Inokulasi bakteri dilakukan menggunakan metode pengguntingan daun pada fase vegetatif dan generatif Pengamatan terhadap insidensi penyakit hawar daun bakteri dilakukan 3 minggu setelah inokulasi Data insidensi penyakit digunakan untuk menentukan tingkat ketahanan tanaman uji Hasil penelitian menunjukkan bahwa periode inkubasi penyakit pada kultivar Kelaca lebih lama dibandingkan dengan kultivar lainnya Pada fase vegetatif kultivar ini bereaksi agak tahan terhadap patotipe IV dan X serta sangat tahan terhadap patotipe VIII sedangkan pada fase generatif bereaksi agak tahan terhadap patotipe IV dan VII serta sangat tahan terhadap patotipe X Oleh karena itu kultivar Kelaca dapat direkomendasikan untuk ditanam pada daerah endemis penyakit hawar daun di Sulawesi Selatan dan Tenggara

Kata kunci insidensi penyakit patotipe Xanthomonas oryzae pv oryzae

ABSTRACT

Bacterial leaf blight disease caused by Xanthomonas oryzae pv oryzae is an important rice disease in Indonesia including in South East Sulawesi The use of resistant varieties is one of the effective and environmentally friendly control strategies to suppress the disease This study aimed to determine the level of resistance of some local rice varieties of South and Southeast Sulawesi against Xanthomonas oryzae pv oryzae pathotypes IV VIII and X The study was conducted in a screen house involving 3 bacterial pathotypes and 11 local rice cultivars Shearing method was used for inoculation of bacteria to leaf on vegetative and generative phases Disease incidences were measured 3 weeks after inoculation and the data was further used to determine the level of resistance of the tested rice cultivars The results showed that incubation period of the disease was longer on Kelaca cultivar compared to other cultivars On vegetative phase this cultivar showed moderate resistant to pathotypes IV and X and highly resistant to patotype VIII whereas on the generative phase it showed moderate resistant to pathotypes IV and VII and highly resistant to pathotype X Therefore Kelaca cultivar can be recommended for endemic areas of leaf blight in South and Southeast Sulawesi

Key words disease incidence pathotype Xanthomonas oryzae pv oryzae

J Fitopatol Indones Khaeruni et al

90

PENDAHULUAN

Hawar daun bakteri (HDB) yang disebabkan oleh Xanthomonas oryzae pv oryzae merupakan salah satu penyakit padi yang sulit dikendalikan karena memiliki banyak patotipe dan penyebarannya mudah terjadi (Akhtar et al 2008) Di Indonesia diketahui terdapat 12 patotipe X oryzae pv oryzae dengan tingkat virulensi yang berbeda dan merupakan ancaman utama bagi produksi padi nasional (Wahyudi et al 2011) Infeksi X oryzae pv oryzae pada tanaman padi di Indonesia menyebabkan kerugian hasil panen sebesar 21ndash36 pada musim hujan dan 18ndash28 pada musim kemarau (Suparyono et al 2004) Penanaman satu jenis varietas secara terus-menerus dengan skala yang luas dapat menyebabkan pergeseran patotipe sehingga patogen X oryzae pv oryzae menjadi semakin virulen

Penyakit HDB juga merupakan salah satu penyakit penting pada tanaman padi sawah di Sulawesi Tenggara Berdasarkan pengelompokan patotipe sistem KOZAKA yang menggunakan varietas diferensial dilaporkan terdapat 3 kelompok patotipe X oryzae pv oryzae di Sulawesi Tenggara yaitu patotipe IV VIII dan X yang memiliki virulensi tinggi (Khaeruni dan Wijayanto 2013)

Penggunaan varietas tahan terhadap patotipe yang dominan di daerah tertentu merupakan salah satu cara untuk mengendalikan X oryzae pv oryzae Pengendalian penyakit dengan menggunakan varietas tahan merupakan cara pengendalian yang efektif murah dan mudah untuk dilakukan sepanjang varietas tahan tersedia di masyarakat Rahim et al (2012) melaporkan 6 varietas padi komersial yang diuji terhadap X oryzae pv oryzae patotipe IV VIII IX dan X tidak ada satu pun varietas yang tahan Oleh karena itu pencarian varietas atau kultivar tahan perlu terus dilakukan Kultivar padi lokal yang telah dibudidayakan oleh masyarakat di Sulawesi Selatan dan Sulawesi Tenggara perlu dievaluasi ketahanannya terhadap X oryzae pv oryzae Penelitian ini bertujuan

menentukan tingkat ketahanan kultivar padi lokal asal Sulawesi Selatan dan Sulawesi Tenggara terhadap penyakit HDB

BAHAN DAN METODE

Isolat X oryzae pv oryzae dan Benih Padi Isolat X oryzae pv oryzae yang digunakan

ialah patotipe IV VIII dan X asal Sulawesi Tenggara (koleksi Laboratorium Ilmu Hama dan Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas Haluoleo) Padi lokal yang diuji sebanyak 6 kultivar asal Sulawesi Tenggara (Pae Nggonggohia Pae Biu Pae Nggomumu Pae Wila Padae Hada Padae Wolio) dan 5 kultivar dari Sulawesi Selatan (Mandi Kelaca Pulu Lotong Mandoti Pulu Pute) Padi var IR64 yang digunakan sebagai varietas rentan diperoleh dari hasil panen tanaman yang bebas dari penyakit HDB

Rancangan Percobaan Percobaan dilakukan di rumah kaca

disusun dalam rancangan acak kelompok Sebanyak 11 kultivar uji dan varietas IR64 diinokulasi dengan 3 patotipe X oryzae pv oryzae sehingga diperoleh 36 kombinasi perlakuan Setiap perlakuan diulang sebanyak 3 kali sehingga total keseluruhan terdapat 108 tanaman uji

Benih padi diperam semalam sebelum dikecambahkan di cawan petri yang dialasi kertas buram lembap Benih yang berkecambah pada umur 2 hari disemai pada kotak semai yang berisi arang sekam bercampur pupuk kandang dengan perbandingan 31 (vv) Bibit berumur 21 hari dipindah tanam dalam pot kantong plastik ukuran 30 cm times 20 cm yang berisi medium campuran tanah dan pupuk kandang dengan perbandingan 41 (vv) kemudian diletakkan dalam rumah kasa Tanaman disiram setiap pagi hari gulma dan hama yang ditemukan dikendalikan secara manual Pemeliharaan tanaman dilakukan sejak pindah tanam sampai pengujian selesai

Isolat dari setiap patotipe X oryzae pv oryzae dibiakkan secara terpisah pada medium pepton sukrosa agar (PSA) selama 48 jam Kultur murni disuspensikan dalam

J Fitopatol Indones Khaeruni et al

91

akuades steril hingga mencapai kepadatan 108ndash109 cfu mL-1 dan digunakan sebagai sumber inokulum (Khaeruni et al 2014a)

Inokulasi setiap patotipe X oryzae pv oryzae pada tanaman uji dilakukan 2 tahap yaitu pada fase vegetatif ketika tanaman berumur 3 minggu setelah tanam (MST) dan pada fase generatif tanaman berumur 8 MST Inokulasi dilakukan pada 5 sampel daun yang membuka sempurna dengan menggunting daun sekitar 2ndash3 cm dari ujung daun menggunakan gunting yang telah dicelupkan dalam suspensi X oryzae pv oryzae

PengamatanPengamatan meliputi periode inkubasi

insidensi penyakit dan reaksi ketahanan Pengamatan periode inkubasi dilakukan setiap hari mulai 1 hari setelah inokulasi sampai munculnya gejala pada daun yang diinokulasi patogen Pengamatan insidensi penyakit dilakukan 3 minggu setelah inokulasi pada setiap tahap inokulasi (fase vegetatif dan generatif)

Insidensi penyakit diamati dengan mengukur panjang gejala HDB pada setiap daun sampel yang diinokulasi Insidensi penyakit dihitung menggunakan rumus

IP = times 100 dengannN

IP insidensi penyakit n panjang gejala HDB pada daun sampel N panjang daun sampel

Kriteria tingkat ketahanan tanaman di-tentukan berdasarkan nilai insidensi penyakit pada setiap kultivar yang diuji pada setiap patotipe berdasarkan nilai skoring yang ditetapkan oleh IRRI tahun 1996 (Tabel 1)

HASIL

Periode InkubasiPeriode inkubasi penyakit pada fase

vegetatif bervariasi dari 27ndash4 hari setelah inokulasi Pada beberapa kultivar memiliki periode inkubasi penyakit yang lebih lama dibandingkan dengan pada varietas IR 64 yaitu 27ndash30 hari (Tabel 2) Periode inkubasi penyakit terpanjang terjadi pada kultivar Kelaca baik pada fase vegetatif maupun fase generatif Varietas IR64 dan kultivar Pae Biu tergolong rentan menunjukkan gejala layu dan muncul bercak kelabu pada tepi daun serta sedikit menggulung ke arah dalam sedangkan gejala layu tidak terjadi pada kultivar Kelaca yang tergolong varietas tahan

Insidensi Penyakit dan Reaksi KetahananInsidensi penyakit hawar daun pada kultivar

padi lokal yang diuji pada fase vegetatif bervariasi dari 26ndash776 sehingga reaksi ketahanan kultivar-kultivar padi lokal tersebut bervariasi dari rentan sampai sangat tahan sementara insidensi penyakit pada varietas IR64 berkisar 24ndash468 sehingga varietas ini bereaksi agak rentan terhadap semua patotipe X oryzae pv oryzae Ketahanan terbaik pada fase vegetatif terdapat pada kultivar Kelaca asal Sulawesi Selatan yang bereaksi agak tahan terhadap patotipe IV dan X serta tahan terhadap patotipe VIII Kultivar Paedai Wolio asal Sulawesi Tenggara memiliki reaksi agak rentan pada semua patotipe sementara kultivar Mandi Pae Ngonggohia Pae Biu Kelaca Pullu Lotong Pae Wila Paedai Hada Mandoti Pullu Pute Paedai Wolio memperlihatkan reaksi rentan sehingga kultivar tersebut memiliki ketahanan lebih rendah dibandingkan dengan varietas IR64 (Tabel 3)

Pada fase generatif insidensi penyakit berkisar 33ndash227 sehingga reaksi ketahanan berbagai kultivar padi lokal yang diinokulasikan dengan 3 patotipe X oryzae pv oryzae juga bervariasi jika dibandingkan dengan varietas IR64 Ketahanan terbaik diperlihatkan padi kultivar Kelaca yang memiliki respons agak tahan terhadap patotipe IV dan VIII serta sangat tahan terhadap patotipe X Selain

Skor Insidensi penyakit ()

Reaksi ketahanan

1 0ndash3 Sangat tahan (ST)2 4ndash6 Tahan (T)3 7ndash12 Agak tahan (AT)4 13ndash50 Agak rentan (AR)5 51ndash75 Rentan (R)6 gt75 Sangat rentan (SR)

Tabel 1 Skor dan insidensi penyakit tanaman berdasarkan pada luas daun padi yang bergejala hawar daun (SES IRRI 1996)

J Fitopatol Indones Khaeruni et al

92

Kultivar padi lokal Patotipe IV Patotipe VIII Patotipe XVeg Gen Veg Gen Veg Gen

Pae Ngonggohia 40 37 30 30 30 27Pae Biu 30 27 27 30 27 27Pae Nggomumu 33 30 37 30 30 37Pae Wila 33 30 33 40 37 43Paedai Hada 33 30 30 30 30 30Paedai Wolio 33 40 30 37 33 33Mandi 33 40 30 30 30 30Kelaca 40 47 37 47 37 47Pulu Lotong 30 30 33 30 30 30Mandoti 30 30 30 30 27 30Pulu Pute 30 30 30 37 23 37IR64 30 30 27 30 27 30

Tabel 2 Periode inkubasi (hari) penyakit hawar daun bakteri pada varietas padi lokal yang diinokulasi dengan 3 patotipe Xanthomonas oryzae pv oryzae

Veg fase vegetatif Gen fase generatif kontrol varietas rentan

Kultivar padi lokalPatotipe IV Patotipe VIII Patotipe X

IP ()

Skor (Respons)

IP ()

Skor (Respons)

IP ()

Skor (Respons)

Pae Ngonggohia 419 4 (AR) 557 5 (R) 391 4 (AR)Pae Biu 718 5 (R) 776 6 (SR) 465 4 (AR)Pae Nggomumu 115 3 (AT) 408 4 (AR) 425 4 (AR)Pae Wila 513 5 (R) 379 4 (AR) 665 5 (R)Paedai Hada 652 5 (R) 309 4 (AR) 743 5 (R)Paedai Wolio 261 4 (AR) 316 4 (AR) 461 4 (AR)Mandi 256 4 (AR) 510 5 (R) 458 4 (AR)Kelaca 78 3 (AT) 26 1 (ST) 69 3 (AT)Pulu Lotong 525 5 (R) 337 4 (AR) 353 4 (AR)Mandoti 448 4 (AR) 265 4 (AR) 519 5 (R)Pulu Pute 233 4 (AR) 342 4 (AR) 555 5 (R)IR64 468 4 (AR) 240 4 (AR) 396 4 (AR)

Tabel 3 Insidensi penyakit (IP) dan respons ketahanan berbagai kultivar padi lokal dan IR64 terhadap 3 patotipe Xanthomonas oryzae pv oryzae pada fase vegetatif

SR sangat rentan R rentan AR agak rentan AT agak tahan ST sangat tahan kontrol varietas rentan

padi kultivar Kelaca kultivar Pae Wila memiliki ketahanan yang relatif lebih kuat terhadap X oryzae pv oryzae karena bereaksi tahan terhadap patotipe IV dan X serta agak tahan terhadap patotipe VIII (Tabel 4)

PEMBAHASAN

Penentuan periode inkubasi didasarkan munculnya gejala hawar pada daun yang diinokulsi X oryzae pv oryzae Periode

inkubasi pada beberapa kultivar lebih lama dibandingkan dengan padi var IR64 baik yang diinokulasi pada fase vegetatif maupun pada fase generatif Kultivar yang memiliki respons ketahanan terbaik ialah padi kultivar Kelaca karena memiliki periode inkubasi terlama dan insidensi penyakit yang lebih rendah dibandingkan dengan kultivar lainnya Hal ini sesuai dengan pendapat Nayak et al (1987) yang menyatakan ketahanan tanaman padi terhadap penyakit HDB secara tidak

J Fitopatol Indones Khaeruni et al

93

langsung ditentukan oleh periode inkubasi dan perkembangan penyakit

Gen ketahanan terhadap ras X oryzae pv oryzae ditentukan oleh gen R mayor (Liu et al 2006) Ketahanan varietas padi terhadap X oryzae pv oryzae berkaitan dengan kandungan gen ketahanan (gen Xa) varietas yang memiliki lebih dari satu gen Xa memperlihatkan ketahanan yang lebih kuat dibandingkan dengan yang hanya memiliki satu gen Xa (Nafisah et al 2007) X oryzae pv oryzae patotipe IV mempunyai gen virulensi yang dapat mematahkan gen ketahanan Xa1 Xa2 Xa4 Xa7 Xa10 Xa11 dan Xa 14 pada tanaman padi patotipe VIII dapat mematahkan gen ketahanan Xa1 Xa2 Xa3 Xa4 Xa7 Xa10 Xa11 dan Xa 14 sedangkan patotipe X dapat mematahkan gen ketahanan Xa1 Xa2 Xa4 Xa7 Xa10 Xa11 Xa14 dan Xa21 (Hifni dan Kardin 1998) Hal ini menunjukkan bahwa padi kultivar Kelaca tahan terhadap patotipe IV VIII dan X karena memiliki gen ketahanan Xa yang mampu mengatasi gen-gen virulen (Vir) dari ketiga patotipe tersebut

Djatmiko dan Fatichin (2011) menduga bahwa suatu tanaman menjadi tahan terhadap penyakit HDB karena meng-hasilkan fitoaleksin sebagai hasil interaksi inang-parasit yang fungsinya menghambat perkembangan bakteri Akumulasi fitoaleksin

dalam konsentrasi tinggi dapat membatasi area infeksi patogen (Suswati et al 2011) Hal yang sama dijelaskan oleh Hasegawa et al (2014) bahwa tanaman padi memiliki respons tahan terhadap penyakit blas karena mengakumulasi senyawa fitoaleksin sakuratenin yang bersifat toksin bagi patogen tanaman dengan cepat setelah terinfeksi patogen Oleh karena itu senyawa fitoaleksin diduga pula berpengaruh untuk menghambat penyakit-penyakit hawar daun bakteri pada padi kultivar Kelaca

Kultivar lokal Pae Wila Pulu Lotong Mandoti Pulu Pute mengalami peningkatan status ketahanan di fase generatif Hal ini mengindikasikan bahwa ketahanan kultivar tersebut meningkat seiring dengan pertambahan umur tanaman padi Hasil yang sama dilaporkan oleh Khaeruni et al (2014b) bahwa semakin tua umur tanaman padi Inpari 10 dan Cisantana yang diinokulasi X oryzae pv oryzae menjadi semakin lambat perkembangan penyakit hawar daun bakterinya Djatmiko dan Fatichin (2009) melaporkan bahwa fase vegetatif tanaman padi lebih rentan dibandingkan dengan fase generatifnya sedangkan Aditya et al (2015) mengemukakan bahwa ketahanan lapangan fase generatif padi lebih rentan terhadap penyakit hawar daun bakteri dibandingkan dengan fase vegetatifnya

VarietasKultivarPatotipe IV Patotipe VIII Patotipe X

IP ()

Skor(Respons)

IP ()

Skor (Respons)

IP ()

Skor (Respons)

Pae Ngonggohia 137 4 (AR) 210 4 (AR) 93 3 (AT)Pae Biu 130 4 (AR) 47 2 (T) 203 4 (AR)Pae Nggomumu 160 4 (AR) 227 4 (AR) 150 4 (AR)Pae Wila 38 2 (T) 733 3 (AT) 56 2 (T)Paedai Hada 167 4 (AR) 147 4 (AR) 200 4 (AR)Paedai Wolio 53 2 (T) 253 4 (AR) 170 4 (AR)Mandi 203 4 (AR) 137 4 (AR) 67 3 (AT)Kelaca 80 3 (AT) 120 3 (AT) 33 1 (ST)Pulu Lotong 97 3 (AT) 93 3 (AT) 73 3 (AT)Mandoti 97 3 (AT) 120 3 (AT) 50 2 (T)Pulu Pute 50 2 (T) 80 3 (AT) 130 4 (AR)IR64 220 4 (AR) 340 4 (AR) 213 4 (AR)

Tabel 4 Insidensi penyakit (IP) dan respons ketahanan berbagai kultivar padi lokal dan IR64 terhadap inokulasi 3 patotipe Xanthomonas oryzae pv oryzae pada fase generatif

SR sangat rentan R rentan AR agak rentan AT agak tahan ST sangat tahan kontrol varietas rentan

J Fitopatol Indones Khaeruni et al

Hasil penelitian ini secara umum memperlihatkan bahwa kultivar padi lokal yang diinokulasi oleh X oryzae pv oryzae patotipe IV VIII dan X memiliki reaksi ketahanan yang berbeda pada fase vegetatif dan generatif Kultivar Kelaca memiliki tingkat ketahanan yang lebih baik dibandingkan dengan kultivar uji lainnya Kultivar ini bereaksi agak tahan terhadap patotipe IV dan X juga sangat tahan terhadap patotipe VIII pada fase vegetatif sedangkan pada fase generatif bereaksi agak tahan terhadap patotipe IV dan VIII juga sangat tahan terhadap patotipe X

UCAPAN TERIMA KASIH

Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada Direktorat Pembinaan Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan Nasional yang telah membiayai penelitian ini melalui Hibah Penelitian Fundamental Nomor 0541023-04101002011

DAFTAR PUSTAKA

Aditya RH Wahyuni WS Mihardjo PA 2015 Ketahanan lapangan lima genotipe padi terhadap penyakit hawar daun bakteri J Fitopatol Indones 11(5)160ndash166 DOI httpdxdoiorg1014692jfi115160

Akhtar MA Rafi A Hameed A 2008 Comparison of methods of inoculation of Xanthomonas oryzae pvoryzae in rice cultivars Pak J Bot 40(5)2171ndash2175

Djatmiko HA Fatichin 2009 Ketahanan dua puluh satu varietas padi terhadap penyakit hawar daun bakteri J HPT Tropika 9(2)168ndash172

Hasegawa M Mitsuhara I Seo S Okada K Yamane H Iwai T Ohashi Y 2014 Analysis on blast fungus-responsive characters of a flavonoid phytoalexin sakuranetin accumulation in infected riceleaves antifungal activity and detoxification by fungus Molecules 1911404ndash11418 DOI httpdxdoiorg103390molecules190811404

Hifni HR Kardin MK 1998 Pengelompokan isolat Xanthomonas oryzae pv oryzae dengan menggunakan galur isogenik padi IRRI Hayati 566ndash72

IRRI 1996 Standard Evaluation System for Rice 4th ed Manila (PH) IRRI PO Box 933 Hlm 52

Khaeruni A Rahim A Syair Adriani 2014a Induksi ketahanan terhadap penyakit hawar daun bakteri di lapangan menggunakan rizobakteri indigenos J HPT Tropika 14(1)57ndash63

Khaeruni A Taufik M Wijayanto T Johan EA 2014b Perkembangan penyakit hawar daun bakteri pada tiga varietas padi sawah yang diinokulasi pada beberapa fase pertumbuhan J Fitopatol Indones 10(4)119ndash125 DOI http dxdoiorg1014692jfi104119

Khaeruni A Wijayanto T 2013 Pathotype grouping of Xanthomonas oryzae pv oryzae isolates from South Sulawesi and Southeast Sulawesi Agrivita 35 (2)138ndash144 DOI httpdxdoiorg1017503Agrivita-2013-35-2-p138-144

Liu DN Ronald PC Bogdanova AJ 2006 Xanthomonas oryzae pathovars model pathogens of a model crop Mol Plant Pathol 7303ndash324 DOI httpdxdoiorg101111j1364-3703200600344x

Nafisah Aan A Daradjat B Suprihatno Triny SK 2007 Heritabilitas karakter ketahanan hawar daun bakteri dari tiga populasi tanaman padi hasil seleksi daur siklus pertama Bull Penelitian Pertanian Tanaman Pangan 6(2)100ndash105

Nayak P Rao AVS Chakrabarti 1987 Components of resistance to bacterial blight disease of rice J Phytopathol 119(4)289ndash237 DOI httpdxdoiorg 101111j1439-04341987tb04402x

Rahim A Khaeruni A dan Taufik M 2012 Reaksi ketahanan beberapa varietas padi komersial terhadap Xanthomonas oryzae pv oryzae isolat Sulawesi Tenggara Berkala Penelitian Agronomi 1(2)132ndash138

Suparyono Sudir Suprihanto 2004 Pathotype profile of Xanthomonas oryzae pv oryzae

94

J Fitopatol Indones Khaeruni et al

isolates from the rice ecosystem in Java Indones J Agriculture Science 563ndash69

Suswati Habazar T Husin EF Nasir N Putra DP Taylor P 2011 Senyawa phenolik akar pisang cv kepok (Musa acuminata) yang diinduksi dengan fungi mikoriza arbuskular indigenus Pu10-Glomus sp1

terhadap penyakit darah bakteri J Nat Indones 13(3) 207ndash213

Wahyudi AT Meliah S Nawangsih AA 2011 Xanthomonas oryzae pv oryzae bakteri penyebab hawar daun pada padi isolasi karakterisasi dan telaah mutagenesis dengan transposon J Sains 15(1)89ndash96

95

Volume 12 Nomor 3 Mei 2016Halaman 104ndash108

DOI 1014692jfi123104ISSN 0215-7950

Alamat penulis korespondensi Laboratorium Fitopatologi Fakultas Pertanian Universitas SriwijayaJalan Palembang-Prabumulih Km32 Indralaya Palembang 30662Tel 0711-580663 Faks 0711-580663 Surel suwandisalehgmailcom

104

KOMUNIKASI SINGKAT

Penekanan Penyakit Blas Leher Malai Padi Menggunakan Ekstrak Kompos Jerami Padi

Suppression of Panicle Blast by Rice Straw Compost Extract

Suwandi Harman Hamidson Ahmad MuslimUniversitas Sriwijaya Palembang 30662

ABSTRAK

Penyakit blas merupakan penyakit penting pada tanaman padi dan menyebabkan kehilangan hasil pada lahan reklamasi pasang surut di Sumatera Selatan Ekstrak fermentasi kompos jerami dari tanaman padi sehat diuji potensinya dalam menekan blas leher malai pada percobaan dalam pot Padi varietas Ciherang ditanam pada campuran tanah dengan 1 jerami tanaman sakit (vv) yang diperoleh dari sawah pasang surut Insidensi penyakit blas leher malai dapat ditekan sebesar 71minus87 sebagai respons aplikasi ekstrak kompos Aplikasi ekstrak kompos tidak memengaruhi perkecambahan benih dan tinggi tanaman tetapi dapat meningkatkan hasil Kompos jerami dari tanaman sehat berpotensi sebagai sumber pengendalian blas di lapangan

Kata kunci lahan reklamasi kompos jerami tanah sulfat masam

ABSTRACT

Blast is the most important disease of rice and may cause significant losses in the reclaimed tidal swamp of South Sumatra Water extracts of fermented composts prepared from straws of the vigorous rice plant were tested in pot experiment for their ability to control blast Rice variety Ciherang was grown on mixture of field soil and 1 diseased rice straw (vv) collected from a tidal swamp rice field Incidence of panicle blast was reduced by 71minus87 in response to application of compost extract The compost extract did not affect seed germination and plant height instead it increased the yield The rice straw from healthy and vigorous plants is potential as a source for blast disease control

Key words acid sulfate soil compost extract land reclamation

Indonesia memiliki lahan pasang surut yang luas yang sebagian besar terdapat di pesisir pantai Sumatera Kalimantan dan Papua Hampir 4 juta ha dari lahan pasang surut tersebut telah direklamasi (Suprianto et al 2009) dan 1 juta ha di antaranya ditanami padi Di Sumatera Selatan terdapat sekitar 2656 ribu ha padi dibudidayakan di lahan

pasang surut reklamasi (BPS Sumatera Selatan 2014) Rata-rata hasil padi sawah pasang surut di Banyuasin ialah 41 ton ha-1 (BPS Banyuasin 2014) dan hasil ini lebih rendah dibandingkan dengan hasil padi sawah irigasi pada tanah mineral di Kabupaten OKU Timur yang rata-ratanya mencapai 55 ton ha-1 (BPS OKU Timur 2014)

J Fitopatol Indones Suwandi et al

105

Penyakit blas yang disebabkan oleh Pyricularia oryzae merupakan penyakit terpenting pada tanaman padi Penyakit ini telah dilaporkan menyerang sejak periode awal budi daya padi di lahan reklamasi pasang surut Sumatera Selatan (Koswara dan Rumawas 1984) Survei penyakit yang dilakukan sejak tahun 2013 menunjukkan bahwa penyakit blas endemik di lahan suboptimal ini dan menyebabkan beberapa sawah mengalami gagal panen

Patogen blas diketahui memiliki daya adaptasi yang tinggi terhadap beragam kondisi lingkungan termasuk varietas resisten (Ou 1985 Scheuermann et al 2012) sehingga pengendaliannya sukar dilakukan Aplikasi ekstrak kompos atau dikenal sebagai teh kompos diketahui dapat meningkatkan pertumbuhan produksi dan kualitas gizi tanaman (Hargreaves et al 2009 Pant et al 2009 Shrestha et al 2012) Penekanan penyakit setelah aplikasi ekstrak kompos telah dilaporkan (Elad dan Shtienberg 1994 Curlango-Rivera et al 2013) Pada penelitian ini ekstrak kompos yang dibuat dari kompos jerami padi diuji potensinya untuk pengendalian penyakit blas

Penelitian dilaksanakan dalam pot menggunakan media tanah sulfat masam potensial yang diperoleh dari sawah lahan reklamasi pasang surut Telang II Banyuasin Sumatera Selatan Penelitian disusun dalam rancangan acak lengkap dengan 4 perlakuan dan 3 ulangan Perlakuan yang diuji ialah ekstrak kompos padi Ciherang kompos padi Inpari 1 dan kompos padi Inpari 10 serta ekstrak tanah (kontrol)

Infestasi patogen blas dilakukan secara alami dengan mencampur 1 volume cacahan jerami padi yang terserang parah penyakit blas ke dalam medium tanam Tanaman padi dipupuk dengan 90 kg N ha-1 60 kg P ha-140 kg K ha-1 menggunakan NPKMgCa (161616155) urea dan SP36 Sebanyak setengah takaran urea ditaburkan saat 7 hari setelah semai dan sisanya saat bunting

Kompos dibuat dengan cara mencampur potongan rumpun padi uji yang sehat dan bugar (yang menunjukkan pertumbuhan

lebih baik dibandingkan dengan tanaman padi lainnya dalam suatu sawah) berikut tanah perakarannya dengan pupuk kandang sapi dalam perbandingan volume yang sama Pengomposan dilakukan selama 14 hari di dalam guci tanah liat Setiap 2 hari campuran dibalik dan disemprot air untuk menjaga kadar air 60minus80 Komposmdashsetengah matangmdashselanjutnya disimpan dalam kantong plastik dalam lemari pendingin sampai digunakan untuk ekstraksi

Ekstrak kompos dibuat dengan cara merendam kompos dalam 2 kali volume air dan diaduk sesaat setelah direndam Rendaman kompos selanjutnya difermentasi selama 4 hari dalam suhu kamar (27minus29 degC) Air rendaman kompos selanjutnya dipanen dengan cara disaring dan segera digunakan dalam keadaan segar Sebagai pembanding (perlakuan kontrol) digunakan ekstrak rendaman tanah

Padi varietas Ciherang digunakan sebagai tanaman uji Padi ditanam pada baki plastik (30 cm times 23 cm) yang diisi dengan tanah yang diperoleh dari sawah di lahan reklamasi pasang surut Telang II Banyuasin Sumatera Selatan Aplikasi ekstrak dilakukan dengan perendaman benih selama 48 jam dan dilanjutkan dengan penyemprotan saat fase pemanjangan batang (6 minggu setelah semai) dan bunting (8 minggu setelah semai) Aplikasi ekstrak dilakukan pada konsentrasi 50 (11 [vv] ekstrak komposair) Penyemperotan dilakukan dengan volume semprot tinggi (750 L ha-1)

Pengamatan penyakit blas leher malai dilakukan saat panen Serangan penyakit dihitung berdasarkan insidensi blas leher malai yang dihitung dengan rumus

IBM = nN x 100 denganIBM insidensi blas leher malai n jumlah tangkai malai bergejala N jumlah malai per pot Hasil panen dinyatakan dalam g pot-1 dari hasil gabah yang dikeringkan hingga mencapai kadar air plusmn 14

Pencampuran 1 volume jerami dari tanaman sakit ke dalam media tanam menyebabkan serangan parah blas leher malai pada perlakuan kontrol (Tabel 1)

J Fitopatol Indones Suwandi et al

106

Hasil ini mengungkapkan bahwa sisa jerami tanaman sakit di lapangan dapat menjadi sumber inokulum bagi tanaman musim berikutnya Peranan sisa jerami tanaman sakit sebagai sumber utama inokulum penyakit blas sudah lama diketahui (Suzuki 1975 Ou 1985) Infektifitas yang tinggi inokulum dari jerami sakit memungkinkan sisa tanaman ini dijadikan sumber inokulum alami pada percobaan lapangan ataupun percobaan yang menghendaki inokulum yang mewakili populasi lapangan patogen blas

Insidensi blas secara nyata lebih rendah pada tanaman yang diberi perlakuan ekstrak fermentasi kompos yang berasal dari rumpun padi bugar Insidensi penyakit blas leher malai dapat ditekan sebesar 71minus87 pada tanaman yang diaplikasi dengan ekstrak kompos (Tabel 1) Perlakuan ekstrak kompos tidak

memengaruhi perkecambahan benih dan tinggi tanaman (Tabel 2) tetapi perlakuan ekstrak kompos padi Inpara 1 dapat meningkatkan hasil gabah dibandingkan dengan kontrol (Tabel 3) Peningkatan hasil ini selaras dengan tingginya penekanan penyakit setelah perlakuan ekstrak kompos tersebut

Penelitian ini menunjukkan manfaat aplikasi ekstrak kompos bagi produksi padi Efikasi lapangan ekstrak kompos di lahan pasang surut yang bermasalah dengan penyakit blas kini sedang dalam proses pengujian Ekstrak kompos bermanfaat bagi tanaman karena hara yang dikandungnya terurai melalui mineralisasi dan pelarutan (Shrestha et al 2012) dan secara tidak langsung melalui pengimbasan ketahanan (Kim et al 2015) Ekstrak kompos jerami padi diketahui kaya akan kandungan senyawa humat yaitu

Sumber ekstrak kompos Insidensi penyakit()

Penekanan penyakit()

Tanah (kontrol) 528 plusmn 88 a -Kompos jerami padi Ciherang 151 plusmn 76 b 71Kompos jerami padi Inpari 10 80 plusmn 39 b 85Kompos jerami padi Inpara 1 69 plusmn 32 b 87

Tabel 1 Insidensi penyakit saat panen dan penekanan penyakit blas leher malai padi dalam pot yang diaplikasi ekstrak kompos

Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji beda nyata jujur Tukey (P=005) nilai relatif terhadap kontrol

Sumber ekstrak kompos Perkecambahan benih ()

Tinggi tanaman (cm)

Tanah (kontrol) 867 plusmn 22 537 plusmn 12Kompos jerami padi Ciherang 817 plusmn 51 525 plusmn 08Kompos jerami padi Inpari 10 842 plusmn 44 523 plusmn 12Kompos jerami padi Inpara 1 792 plusmn 68 533 plusmn 10

Tabel 2 Pertumbuhan padi dalam pot yang diaplikasi ekstrak kompos

Sumber ekstrak kompos Hasil (g pot-1 gabah kering giling )

Jumlah malai per tanaman

Jumlah gabah per malai

Tanah (kontrol) 25 plusmn 01 b 33 plusmn 02 b 307 plusmn 32Kompos jerami padi Ciherang 25 plusmn 02 b 30 plusmn 02 b 310 plusmn 31Kompos jerami padi Inpari 10 27 plusmn 03 b 34 plusmn 02 b 382 plusmn 28Kompos jerami padi Inpara 1 38 plusmn 02 a 41 plusmn 03 a 399 plusmn 28

Tabel 3 Komponen hasil padi dalam pot yang diaplikasi ekstrak kompos

Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji beda nyata jujur Tukey (P=005)

J Fitopatol Indones Suwandi et al

asam humat dan fulvat (Agustian 2004 Goyal dan Sindhu 2011) Senyawa humat berperan dalam pemacuan pertumbuhan pembenah tanah dan peningkatan ketahanan terhadap hama dan penyakit (Scheuerell dan Mahaffee 2004 Scheuerell dan Mahaffee 2006 El-Ghamry 2009 Kamel et al 2014) Pengimbasan ketahanan tanaman oleh asam humat terjadi melalui peningkatan aktivitas kitinase (Abdel-Kareem 2007) peningkatan kandungan senyawa fenol serta peningkatan aktivitas enzim peroksidase dan fenilalanin amonia liase (PAL) (Abdel-Monaim et al 2011)

UCAPAN TERIMA KASIH

Penelitian ini didanai oleh Penelitian Unggulan Perguruan Tinggi Universitas Sriwijaya tahun anggaran 2013minus2015

DAFTAR PUSTAKA

Abdel-Kareem F 2007 Induced resistance in bean plants against root rot and alternaria leaf spot diseases using biotic and a biotic inducers under field conditions J Agric Biol Sci 3767ndash774

Abdel-Monaim MF Ismail ME Morsy KM 2011 Induction of systemic resistance of benzothiadiazole and humic acid in soybean plants against fusarium wilt disease Mycobiology 39(4)290minus298 D O I h t t p d x d o i o rg 1 0 5 9 4 1 MYCO2011394290

Agustian Susila P Gusnidar 2004 Pembentukan asam humat dan fulvat selama pembuatan kompos jerami padi Solum 19ndash14

[BPS Banyuasin] Badan Pusat Statistik Kabupaten Banyuasin 2014 Kabupaten Banyuasin Dalam Angka 2014 httpbanyuasinkabbpsgoiddatapublikasipublikasi_114indexhtml [diakses 20 Agst 2014]

[BPS OKU Timur] Badan Pusat Statistik Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur 2014 Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur Dalam Angka 2014 http

okutimurkabbpsgoiddatapublikasidda2014 [diakses 20 Agst 2014]

[BPS Sumatera Selatan] Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Selatan 2014 Sumatera Selatan Dalam Angka 2014 httpsumselbpsgoidimagespublikasiflipping2014sumsel20dalam20angka202014indexhtml [diakses 20 Agst 2014]

Curlango-Rivera G Pew T van Etten HD Zhongguo X Yu N Hawes MC 2013 Measuring root disease suppression in response to a compost water extract Phytopathology 103255minus260 DOI httpdxdoiorg101094PHYTO-06-12-0145-R

Elad Y Shtienberg D 1994 Effect of compost water extracts on grey mould (Botrytis cinerea) Crop Prot 13109minus114 DOI httpdxdoiorg1010160261-2194(94)90160-0

El-Ghamry AM Abdel-Hai KM Ghoneem KM 2009 Amino and humic acids promote growth yield and disease resistance of faba bean cultivated in clayey soil Aust J Basic Applied Sci 3731minus739

Goyal S Sindhu SS 2011 Composting of rice straw using different inocula and analysis of compost quality Microbiol J1 1 2 6 minus 1 3 8 D O I h t t p d x d o i org103923mj2011126138

Hargreaves JC Adl MS Warman PR 2009 The effects of municipal solid waste compost and compost tea on mineral element uptake and fruit quality of strawberries Compost Sci Util 1785minus94 DOI httpdxdoiorg1010801065657X200910702406

Kamel SM Afifi MMI El-Shoraky FS El-Sawy MM 2014 Fulvic acid a tool for controlling powdery and downy mildews in cucumber plants Int J Phytopathol 3101minus108

Kim MJ Shim CK Kim YK Hong SJ Park JH Han EJ Kim SC 2015 Effect of aerated compost tea on the growth promotion of lettuce soybean and sweet corn in organic cultivation Plant Pathol 31259ndash268 DOI httpdxdoiorg105423PPJOA0220150024

107

J Fitopatol Indones Suwandi et al

Koswara O Rumawas F 1984 Tidal swamp rice in Palembang region Di dalam Smith WH Argosino GS editor Proceedings of the Workshop on Research Priorities in Tidal Swamp Rice Los Bantildeos Laguna (PH) International Rice Research Institute hlm 37minus48

Ou SH 1985 Rice Diseases Kew Survey (UK) CAB International Mycological Institute

Pant AP Radovich TJK Hue NV Talcott ST Krenek KA 2009 Vermicompost extracts influence growth mineral nutrients phytonutrients and antioxidant activity in pak choi (Brassica rapa cv Bonsai Chinensis group) grown under vermicompost and chemical fertilizer J Sci Food Agric 892383minus2392 DOI httpdxdoiorg101002jsfa3732

Scheuerell SJ Mahaffee WH 2004 Compost tea as a container medium drench for suppressing seedling damping-off caused by Pythium ultimum Phytopathology 941156minus1163 DOI httpdxdoiorg101094PHYTO200494111156

Scheuerell SJ Mahaffee WH 2006 Variability associated with suppression of gray mold (Botrytis cinerea) on geranium by foliar applications of nonaerated and aerated compost teas Plant Dis 901201minus1208 DOI httpdxdoiorg101094PD-90-1201

Scheuermann KK Raimondi JV Marschalek R de Andrade A Wickert E 2012 Magnaporthe oryzae genetic diversity and its outcomes on the search for durable resistance Di dalam Caliskan M editor The Molecular Basis of Plant Genetic Diversity Rijeka (HR) Intech hlm 331minus356

Shrestha K Walsh KB Midmore DJ 2012 Microbially enhanced compost extract does it increase solubilisation of minerals and mineralisation of organic matter and thus improve plant nutrition J Bioremed Biodegrad 3(5)1ndash9 DOI httpdxdoiorg1041722155-61991000149

Suprianto H Irianto SG Susanto RH Schultz B Suryadi FX Eelaart AVD 2009 Land and water management of tidal lowlands experiences in Telang and Saleh South Sumatra Irrig Drain 59(3)317minus335 DOI httpdxdoiorg101002ird460

Suzuki H 1975 Meteorological factors in the epidemiology of rice blast Ann Rev Phytopathol 13239minus256 DOI ht tp dxdoi org101146annurevpy13090175001323

108

  • 12737-37236-1-PBpdf (p1-8)
  • 12738-37237-1-PBpdf (p9-14)
  • 12739-37238-1-PBpdf (p15-21)
  • 12741-37240-1-PBpdf (p22-26)
Page 11: Bakteri Endofit Asal Berbagai Akar Tanaman sebagai Agens ...fp.unmas.ac.id/wp-content/uploads/2018/10/vol-12-no.3.pdfInfeksi nematoda puru akar (NPA) Meloidogyne incognita pada tomat

J Fitopatol Indones Yanto dan Swibawa

85

diambil 1 kg tanah dan 100 g akar untuk proses ekstraksi nematoda di laboratorium

Ekstraksi nematoda dari 200 mL tanah dan 50 g akar menggunakan metode corong Baermann yang dimodifikasi Akar dicuci dengan air mengalir dan 50 g akar dipotong-potong dengan panjang 05 cm tanpa maserasi lalu diletakkan pada corong Baermann berdiameter 8 cm dilengkapi dengan saringan 18 mesh (plusmn 15 mm) yang dilapisi kertas tisu dan kantong plastik pada bagian batang corong dan diinkubasi selama 72 jam dalam ruangan pada suhu plusmn 27 degC Nematoda yang diperoleh dimatikan dengan memanaskan suspensinya sampai suhu 60 degC kemudian difiksasi menggunakan larutan Golden X (campuran 8 bagian formalin 2 bagian gliserin dan 90 bagian aquades) sehingga nematoda berada dalam formaldehida 3 (Hooper et al 2005) Jumah nematoda dari setiap sampel dihitung dan 100 individu diambil secara acak untuk diidentifikasi sampai genus menggunakan kunci identifikasi Mai dan Lyon (1975)

Status fitonematoda penting kurang penting dan tidak penting ditetapkan ber-dasarkan populasi absolut (PA) frekuensi absolut (FA) dan frekuensi relatif (FR) genus PA genus ialah jumlah genus dari 100 individu yang diidentifikasi dikalikan jumlah nematoda setiap sampel FA dan FR dihitung menurut Norton (1978)

sum sampel yang mengandung genusFA = sum seluruh sampel yang dikoleksi times 100

danfrekuensi genusFR =total frekuensi seluruh genus times 100 dengan

FA frekuensi absolut dan FR frekuensi relatif

Populasi absolut dianalisis ragam dan pemisahan nilai tengah menggunakan uji BNT pada taraf nyata 5

HASIL

Sebanyak 13 genus fitonematoda terdapat di pertanaman pisang Cavendish Umur lahan memengaruhi keragaman populasi fitonematoda pada lahan umur 3ndash5 tahun terdapat 13 genus lahan umur 10ndash12 tahun

dan 17ndash19 tahun terotasi berturut-turut 7 dan10 genus Criconemella Ditylenchus Tylenchus Helicotylenchus Paralongidorus dan Xiphinema tidak ditemukan di lahan umur 10ndash12 tahun dan 3 genus terakhir tidak terdapat dilahan umur 17ndash19 tahun (Tabel 1)

Secara umum nilai FA dan FR di tanah lebih tinggi daripada di akar Dua genus nematoda yang memiliki nilai FA dan FR tinggi dari tanah ialah Pratylenchus dan Radopholus pada lahan umur 3ndash5 dan 10ndash12 tahun dan nilai sedang pada lahan umur 17ndash19 tahun Genus nematoda yang memiliki nilai FA dan FR rendah ialah Hoplolaimus dari tanah dan Meloidogyne dari akar pada lahan umur 17ndash19 tahun Genus fitonematoda lainnya baik dari tanah maupun akar memiliki nilai FA dan FR rendah pada semua umur lahan (Tabel 1)

Dari semua fitonematoda nilai PA Pratylenchus dan Radopholus paling tinggi dan dipengaruhi oleh umur lahan Nilai PA kedua genus ini dari tanah lahan umur 3ndash5 tahun tidak berbeda nyata dengan lahan umur 10ndash12 tahun tetapi nilai PA keduanya lebih tinggi daripada nilai PA pada lahan umur 17ndash19 tahun Nilai PA nematoda tersebut dari akar tidak dipengaruhi umur lahan (Tabel 2) Dua genus lain yang memiliki PA sedang yaitu Helicotylenchus dari tanah lahan umur 3ndash5 tahun dan Meloidogyne dari akar lahan umur 17ndash19 tahun nilai PA genus lainnya rendah baik dari tanah maupun akar dan tidak dipengaruhi oleh umur lahan (Tabel 2)

PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil penelitian ini terdapat 13 genus fitonematoda pada pertanaman pisang dan populasi nematoda yang bersifat endoparasit tidak diperoleh secara maksimum Hal ini dapat disebabkan oleh metode ekstraksi nematoda yang digunakan Ekstraksi nematoda dari akar dilakukan dengan metoda corong Baermann tanpa melakukan maserasi akar Jumlah genus nematoda yang diperoleh pada penelitian ini lebih tinggi daripada jumlah genus fitonematoda pada pertanaman pisang di Semenanjung Malaysia yaitu 9 genus

J Fitopatol Indones Yanto dan Swibawa

(Rahman et al 2014) dan di Bengali Barat India 12 genus (Khan dan Hasan 2010) tetapi lebih rendah daripada pertanaman pisang di Kamerun yaitu 16 genus (Bridge et al 1995)

Dari semua genus yang ditemukan dan berdasarkan pada nilai FA FR serta PA maka Pratylenchus dan Radopholus dapat dikategorikan sebagai fitonematoda penting pada lahan umur 3ndash5 dan 10ndash12 tahun kurang penting pada lahan umur 17ndash19 tahun sedangkan genus lainnya tidak penting pada semua umur lahan Nilai FA 100 untuk Pratylenchus dan Radopholus pada lahan umur 3ndash5 dan 10ndash12 tahun menunjukkan seluruh sampel tanah mengandung nematoda ini Nilai FR 39 menunjukkan Pratylenchus dan Radopholus mendominasi komunitas fitonematoda Nilai PA Radopholus masing-

masing 423 dan 126 individu per 200 mL tanah pada lahan umur 3ndash5 dan 10ndash12 tahun tergolong tinggi Herradura (2009) melaporkan bahwa dalam percobaan inokulasi 1000 ekor R similis pada bibit tanaman pisang populasinya meningkat menjadi 2500ndash3500 ekor per 10 g akar segar menjelang panen sehingga dapat menurunkan 68 bobot tandan pisang Grand Nain di Davao Filipina Nilai PA Pratylenchus 298 dan 215 individu per 200 mL tanah masing-masing pada lahan umur 3ndash5 dan 10ndash12 tahun juga tergolong tinggi Berdasarkan hasil penelitian ini disarankan untuk dilakukan pengendalian Radopholus dan Pratylenchus agar tidak menimbulkan kerugian

Pratylenchus dan Radopholus yang dapat dikategorikan fitonematoda penting pada pertanaman pisang ini juga merupakan

Genus Nematoda Sampel Umur lahan (tahun)3ndash5 10ndash12 17ndash19

FA FR FA FR FA FR()

Aphelenchoides Tanah 111 34 111 43 111 32Akar 111 31 00 00 00 00

Aphelenchus Tanah 111 34 00 00 333 97Akar 444 125 222 80 444 160

Criconemella Tanah 00 00 00 00 111 32Akar 111 31 00 00 111 40

Ditylenchus Tanah 111 34 00 00 111 32Akar - - - - - -

Helicotylenchus Tanah 222 69 00 00 00 00Akar 111 31 00 00 00 00

Hoplolaimus Tanah 111 34 333 130 556 161Akar 222 63 222 80 444 160

Meloidogyne Tanah 333 103 00 00 222 65Akar 222 63 444 160 667 240

Paralongidorus Tanah - - - - - -Akar 111 31 00 00 00 00

Pratylenchus Tanah 1000 310 1000 391 778 226Akar 889 250 889 320 667 240

Radopholus Tanah 1000 310 1000 391 778 226Akar 778 219 889 320 333 120

Scutellonema Tanah 111 34 111 43 333 97Akar 222 63 111 40 111 40

Tylenchus Tanah 00 00 00 00 111 32Akar 333 94 00 00 00 00

Xiphinema Tanah 111 34 00 00 00 00Akar - - - - - -

Tabel 1 Frekuensi absolut (FA) dan frekuensi relatif (FR) fitonematoda dari tanah dan akar pada berbagai umur lahan pisang Cavendish

- tidak ditemukan fitonematoda lahan dirotasi dengan ubi kayu

86

J Fitopatol Indones Yanto dan Swibawa

nematoda penting di beberapa negara penghasil pisang Di Kamerun P coffeae P goodey dan R similis adalah perusak akar utama akar pisang (Bridge et al 1995) sedangkan di Tamil Nadu India hanya R similis (Srinivasan et al 2011) Sementara itu di Nigeria Helicotylenchus lebih penting daripada Pratylenchus (Tanimola et al 2013) dan di Equador R similis lebih penting daripada Helicotylenchus Pratylenchus dan Meloidogyne (Chaves dan Araya 2010)

Umur lahan memengaruhi status Pratylenchus dan Radopholus Pada lahan umur 3ndash5 dan 10ndash12 tahun kedua nematoda berstatus penting sementara pada lahan umur 17ndash19 tahun dianggap kurang penting Lebih rendahnya nilai FA FR dan PA kedua fitonematoda pada lahan umur 17ndash19 tahun

dibandingkan dengan pada lahan umur 3ndash5 dan 10ndash12 tahun disebabkan oleh rotasi pisang dengan ubi kayu yang dilakukan 2ndash3 kali

UCAPAN TERIMA KASIH

Ucapan terima kasih disampaikan kepada RA Wardhana dan manajemen PT NTF yang telah memfasilitasi penelitian

DAFTAR PUSTAKA

Ansory 2009 Kriteria kesesuaian lahan untuk tanaman pisang Cavendish yang dikelola secara intensif di Way Kambas Lampung Timur [disertasi] Bogor (ID) Institut Pertanian Bogor

Tabel 2 Populasi absolut fitonematoda dari 200 mL tanah dan 50 g akar pada berbagai umur lahan pisang Cavendish

- tidak ditemukan fitonematoda data yang dianalisis ditransforamsi 2 kali ke radic (x+1) ns tidak nyata s nyata lahan dirotasi dengan ubi kayu Angka pada baris yang sama yang diikuti huruf sama tidak berbeda menurut uji BNT taraf nyata 5

Genus Nematoda SampelUmur lahan (tahun) KK

()Ket

3ndash5 10ndash12 17ndash19 (terotasi)

Aphelenchoides Tanah 01 01 01 32 nsAkar 02 00 00 32 ns

Aphelenchus Tanah 03 00 12 81 nsAkar 05 11 39 166 ns

Criconemella Tanah 00 00 01 19 nsAkar 07 00 01 69 ns

Ditylenchus Tanah 17 04 05 131 nsAkar - - -

Helicotylenchus Tanah 252 00 00 322 nsAkar 01 00 00 18 ns

Hoplolaimus Tanah 03 29 26 146 nsAkar 02 03 19 931 ns

Meloidogyne Tanah 11 00 10 101 nsAkar 22 45 127 252 ns

Paralongidorus Tanah - - -Akar 03 00 00 43 ns

Pratylenchus Tanah 2988 a 2152 a 330 b 129 sAkar 206 50 49 71 ns

Radopholus Tanah 4230 a 1261 a 164 b 121 sAkar 141 26 09 64 ns

Scutellonema Tanah 01 04 49 167 nsAkar 11 01 02 88 ns

Tylenchus Tanah 00 00 02 185 nsAkar 14 00 00 82 ns

Xiphinema Tanah 35 00 00 156 nsAkar - - -

87

J Fitopatol Indones Yanto dan Swibawa

Bridge J Price NS Kofi P 1995 Plant parasitic nematode on plantain and other crop in Cameroon West Africa Fundam Appl Nematol 18(3)251ndash260

Chaves C Araya M 2010 Spatial-temporal distribution of plant parasitic nematodes in banana (Musa AAA) plantation Equador J App Biosci 332057ndash2069

Gowen SR Queneherve P Fogain R 2005 Nematode parasites of banana and plantain Di dalam Luc M Sikora RA Bridge J editors Plant Parasitic Nematodes in Subtropical and Tropical Agriculture Ed ke-2 Wallingford (UK) CABI Publishing hlm 611ndash643 DOI httpdxdoiorg10107997808519972780611

Herradura LE 2009 Host respons of Eumusa varieties to a Radopholus similis population from the Philippines [disertasi]Leuven (BE) de Agricultura Katholieke Universiteit Leuven

Hooper DJ Hallman J Subbotin SA 2005 Methods for extraction processing and detection of plant and soil nematodes Di dalam Luc M Sikora RA Bridge J editor Plant Parasitic Nematodes in Subtropical and Tropical Agriculture Ed ke-2 Wallingford (UK) CABI Publishing hlm 53ndash86 DOI httpdxdoiorg10107997808519972780053

Jumjunidang 2003 Status and future RampD of nematodes in banana in Indonesia Di dalam Cruz Jr FS Van den Bergh I Waele D Hautea DM Molina AB editors Country Report of Workshop and Training Toward Management of Musa Nematodes in Asia and the Pasific 2003 Des 1ndash5 Los Banos Laguna (PH) The Institute of Plant Breeding UPLB hlm 43ndash46

Khan MR Hasan MA 2010 Nematode diversity in banana rhizosphere from West Bengal India J Plant Protec Res 50(3)263ndash268 DOI httpdxdoiorg102478v10045-010-0046-9

Mai WF Lyon HH 1975 Pictorial Key to

Genera of Plant-Parasitic Nematodes London (UK) Comstock Publishing Associated

Moser T Forster B Frankenbach S Marques R Rombke J Schmidt P Hofer H 2012 Nematodes assemblages in banana (Musa acuminata) monoculture and banana plantation with jucara palm (Euterpe edulis) in the Southern Mata Atlantica Brazil Nematology 14(3)371ndash384 DOI httpdxdoiorg101163156854111X601669

Nega G Fetena S 2015 Root necrosis assesment of plant parasitic nematodes of banana (Musa spp) at Arbaminch Etiophia J BiolAgric Healthcare 5(15)76ndash80

Norton DC 1978 Ecology of plant parasitic nematodes New York (US) John Willey and Sons Inc

Orsquobannon JH 1977 Worldwide dissemination of Radopholus similis and it importance in crop production J Nematol 9(1)16ndash25

Rahman SSA Zain SNM Mat MZB Sidam AK Othman RY Mohamed Z 2014 Population distribution of plant parasitic nematodes on bananas in Paninsular Malaysia Sains Malaysiana 43(2)175ndash183

Srinivasan R Kulothungan S Sundaraju P Govindasami C 2011 Biodiversity of plant parasitic nematodes associated with banana in Thanjavur District of Tamil Nadu Int J Plant Animal Environ Sci 1(2)63ndash69

Tanimola AA Asimeaa AO Ofuru-Joseph S 2013 Status of plant-parasitic nematodes on plantain (Musa parasidiaca (L)) in Choba Rivers State Nigeria Word J Agric Sci 9(2)189ndash195

ZhongS He Y Zeng H Mo Y Zhou ZX Zang ZP Jin Z 2011 Effect of banana wilt desasease on soil nematodes community structure and diversity Afr J Biotechnol 10(59)12729ndash12737

88

Volume 12 Nomor 3 Mei 2016Halaman 89ndash95

DOI 1014692jfi12389ISSN 0215-7950

Alamat penulis korespondensi Jurusan Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Halu Oleo Jalan HEA Mokodompit Kendari 93232 Tel 0401-3122320 Faks 0401-0401-3197045 Surel akhaeruniyahoocom

89

Ketahanan Berbagai Kultivar Padi Lokal terhadap Penyakit Hawar Daun Bakteri

Resistance of Local Rice Cultivars to Bacterial Leaf Blight Disease

Andi Khaeruni Erwin Najamuddin Teguh Wijayanto SyairUniversitas Halu Oleo Kendari 93232

ABSTRAK

Penyakit hawar daun bakteri yang disebabkan oleh Xanthomonas oryzae pv oryzae merupakan salah satu penyakit penting pada tanaman padi di Indonesia termasuk di Sulawesi Tenggara Penggunaan varietas tahan merupakan salah satu strategi pengendalian yang efektif dan ramah lingkungan untuk mengatasi penyakit Penelitian ini bertujuan mengetahui tingkat ketahanan beberapa varietas padi lokal asal Sulawesi Selatan dan Sulawesi Tenggara terhadap X oryzae pv oryzae patotipe IV VIII dan X Penelitian dilakukan di rumah kasa menggunakan tiga patotipe pada 11 kultivar padi lokal Inokulasi bakteri dilakukan menggunakan metode pengguntingan daun pada fase vegetatif dan generatif Pengamatan terhadap insidensi penyakit hawar daun bakteri dilakukan 3 minggu setelah inokulasi Data insidensi penyakit digunakan untuk menentukan tingkat ketahanan tanaman uji Hasil penelitian menunjukkan bahwa periode inkubasi penyakit pada kultivar Kelaca lebih lama dibandingkan dengan kultivar lainnya Pada fase vegetatif kultivar ini bereaksi agak tahan terhadap patotipe IV dan X serta sangat tahan terhadap patotipe VIII sedangkan pada fase generatif bereaksi agak tahan terhadap patotipe IV dan VII serta sangat tahan terhadap patotipe X Oleh karena itu kultivar Kelaca dapat direkomendasikan untuk ditanam pada daerah endemis penyakit hawar daun di Sulawesi Selatan dan Tenggara

Kata kunci insidensi penyakit patotipe Xanthomonas oryzae pv oryzae

ABSTRACT

Bacterial leaf blight disease caused by Xanthomonas oryzae pv oryzae is an important rice disease in Indonesia including in South East Sulawesi The use of resistant varieties is one of the effective and environmentally friendly control strategies to suppress the disease This study aimed to determine the level of resistance of some local rice varieties of South and Southeast Sulawesi against Xanthomonas oryzae pv oryzae pathotypes IV VIII and X The study was conducted in a screen house involving 3 bacterial pathotypes and 11 local rice cultivars Shearing method was used for inoculation of bacteria to leaf on vegetative and generative phases Disease incidences were measured 3 weeks after inoculation and the data was further used to determine the level of resistance of the tested rice cultivars The results showed that incubation period of the disease was longer on Kelaca cultivar compared to other cultivars On vegetative phase this cultivar showed moderate resistant to pathotypes IV and X and highly resistant to patotype VIII whereas on the generative phase it showed moderate resistant to pathotypes IV and VII and highly resistant to pathotype X Therefore Kelaca cultivar can be recommended for endemic areas of leaf blight in South and Southeast Sulawesi

Key words disease incidence pathotype Xanthomonas oryzae pv oryzae

J Fitopatol Indones Khaeruni et al

90

PENDAHULUAN

Hawar daun bakteri (HDB) yang disebabkan oleh Xanthomonas oryzae pv oryzae merupakan salah satu penyakit padi yang sulit dikendalikan karena memiliki banyak patotipe dan penyebarannya mudah terjadi (Akhtar et al 2008) Di Indonesia diketahui terdapat 12 patotipe X oryzae pv oryzae dengan tingkat virulensi yang berbeda dan merupakan ancaman utama bagi produksi padi nasional (Wahyudi et al 2011) Infeksi X oryzae pv oryzae pada tanaman padi di Indonesia menyebabkan kerugian hasil panen sebesar 21ndash36 pada musim hujan dan 18ndash28 pada musim kemarau (Suparyono et al 2004) Penanaman satu jenis varietas secara terus-menerus dengan skala yang luas dapat menyebabkan pergeseran patotipe sehingga patogen X oryzae pv oryzae menjadi semakin virulen

Penyakit HDB juga merupakan salah satu penyakit penting pada tanaman padi sawah di Sulawesi Tenggara Berdasarkan pengelompokan patotipe sistem KOZAKA yang menggunakan varietas diferensial dilaporkan terdapat 3 kelompok patotipe X oryzae pv oryzae di Sulawesi Tenggara yaitu patotipe IV VIII dan X yang memiliki virulensi tinggi (Khaeruni dan Wijayanto 2013)

Penggunaan varietas tahan terhadap patotipe yang dominan di daerah tertentu merupakan salah satu cara untuk mengendalikan X oryzae pv oryzae Pengendalian penyakit dengan menggunakan varietas tahan merupakan cara pengendalian yang efektif murah dan mudah untuk dilakukan sepanjang varietas tahan tersedia di masyarakat Rahim et al (2012) melaporkan 6 varietas padi komersial yang diuji terhadap X oryzae pv oryzae patotipe IV VIII IX dan X tidak ada satu pun varietas yang tahan Oleh karena itu pencarian varietas atau kultivar tahan perlu terus dilakukan Kultivar padi lokal yang telah dibudidayakan oleh masyarakat di Sulawesi Selatan dan Sulawesi Tenggara perlu dievaluasi ketahanannya terhadap X oryzae pv oryzae Penelitian ini bertujuan

menentukan tingkat ketahanan kultivar padi lokal asal Sulawesi Selatan dan Sulawesi Tenggara terhadap penyakit HDB

BAHAN DAN METODE

Isolat X oryzae pv oryzae dan Benih Padi Isolat X oryzae pv oryzae yang digunakan

ialah patotipe IV VIII dan X asal Sulawesi Tenggara (koleksi Laboratorium Ilmu Hama dan Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas Haluoleo) Padi lokal yang diuji sebanyak 6 kultivar asal Sulawesi Tenggara (Pae Nggonggohia Pae Biu Pae Nggomumu Pae Wila Padae Hada Padae Wolio) dan 5 kultivar dari Sulawesi Selatan (Mandi Kelaca Pulu Lotong Mandoti Pulu Pute) Padi var IR64 yang digunakan sebagai varietas rentan diperoleh dari hasil panen tanaman yang bebas dari penyakit HDB

Rancangan Percobaan Percobaan dilakukan di rumah kaca

disusun dalam rancangan acak kelompok Sebanyak 11 kultivar uji dan varietas IR64 diinokulasi dengan 3 patotipe X oryzae pv oryzae sehingga diperoleh 36 kombinasi perlakuan Setiap perlakuan diulang sebanyak 3 kali sehingga total keseluruhan terdapat 108 tanaman uji

Benih padi diperam semalam sebelum dikecambahkan di cawan petri yang dialasi kertas buram lembap Benih yang berkecambah pada umur 2 hari disemai pada kotak semai yang berisi arang sekam bercampur pupuk kandang dengan perbandingan 31 (vv) Bibit berumur 21 hari dipindah tanam dalam pot kantong plastik ukuran 30 cm times 20 cm yang berisi medium campuran tanah dan pupuk kandang dengan perbandingan 41 (vv) kemudian diletakkan dalam rumah kasa Tanaman disiram setiap pagi hari gulma dan hama yang ditemukan dikendalikan secara manual Pemeliharaan tanaman dilakukan sejak pindah tanam sampai pengujian selesai

Isolat dari setiap patotipe X oryzae pv oryzae dibiakkan secara terpisah pada medium pepton sukrosa agar (PSA) selama 48 jam Kultur murni disuspensikan dalam

J Fitopatol Indones Khaeruni et al

91

akuades steril hingga mencapai kepadatan 108ndash109 cfu mL-1 dan digunakan sebagai sumber inokulum (Khaeruni et al 2014a)

Inokulasi setiap patotipe X oryzae pv oryzae pada tanaman uji dilakukan 2 tahap yaitu pada fase vegetatif ketika tanaman berumur 3 minggu setelah tanam (MST) dan pada fase generatif tanaman berumur 8 MST Inokulasi dilakukan pada 5 sampel daun yang membuka sempurna dengan menggunting daun sekitar 2ndash3 cm dari ujung daun menggunakan gunting yang telah dicelupkan dalam suspensi X oryzae pv oryzae

PengamatanPengamatan meliputi periode inkubasi

insidensi penyakit dan reaksi ketahanan Pengamatan periode inkubasi dilakukan setiap hari mulai 1 hari setelah inokulasi sampai munculnya gejala pada daun yang diinokulasi patogen Pengamatan insidensi penyakit dilakukan 3 minggu setelah inokulasi pada setiap tahap inokulasi (fase vegetatif dan generatif)

Insidensi penyakit diamati dengan mengukur panjang gejala HDB pada setiap daun sampel yang diinokulasi Insidensi penyakit dihitung menggunakan rumus

IP = times 100 dengannN

IP insidensi penyakit n panjang gejala HDB pada daun sampel N panjang daun sampel

Kriteria tingkat ketahanan tanaman di-tentukan berdasarkan nilai insidensi penyakit pada setiap kultivar yang diuji pada setiap patotipe berdasarkan nilai skoring yang ditetapkan oleh IRRI tahun 1996 (Tabel 1)

HASIL

Periode InkubasiPeriode inkubasi penyakit pada fase

vegetatif bervariasi dari 27ndash4 hari setelah inokulasi Pada beberapa kultivar memiliki periode inkubasi penyakit yang lebih lama dibandingkan dengan pada varietas IR 64 yaitu 27ndash30 hari (Tabel 2) Periode inkubasi penyakit terpanjang terjadi pada kultivar Kelaca baik pada fase vegetatif maupun fase generatif Varietas IR64 dan kultivar Pae Biu tergolong rentan menunjukkan gejala layu dan muncul bercak kelabu pada tepi daun serta sedikit menggulung ke arah dalam sedangkan gejala layu tidak terjadi pada kultivar Kelaca yang tergolong varietas tahan

Insidensi Penyakit dan Reaksi KetahananInsidensi penyakit hawar daun pada kultivar

padi lokal yang diuji pada fase vegetatif bervariasi dari 26ndash776 sehingga reaksi ketahanan kultivar-kultivar padi lokal tersebut bervariasi dari rentan sampai sangat tahan sementara insidensi penyakit pada varietas IR64 berkisar 24ndash468 sehingga varietas ini bereaksi agak rentan terhadap semua patotipe X oryzae pv oryzae Ketahanan terbaik pada fase vegetatif terdapat pada kultivar Kelaca asal Sulawesi Selatan yang bereaksi agak tahan terhadap patotipe IV dan X serta tahan terhadap patotipe VIII Kultivar Paedai Wolio asal Sulawesi Tenggara memiliki reaksi agak rentan pada semua patotipe sementara kultivar Mandi Pae Ngonggohia Pae Biu Kelaca Pullu Lotong Pae Wila Paedai Hada Mandoti Pullu Pute Paedai Wolio memperlihatkan reaksi rentan sehingga kultivar tersebut memiliki ketahanan lebih rendah dibandingkan dengan varietas IR64 (Tabel 3)

Pada fase generatif insidensi penyakit berkisar 33ndash227 sehingga reaksi ketahanan berbagai kultivar padi lokal yang diinokulasikan dengan 3 patotipe X oryzae pv oryzae juga bervariasi jika dibandingkan dengan varietas IR64 Ketahanan terbaik diperlihatkan padi kultivar Kelaca yang memiliki respons agak tahan terhadap patotipe IV dan VIII serta sangat tahan terhadap patotipe X Selain

Skor Insidensi penyakit ()

Reaksi ketahanan

1 0ndash3 Sangat tahan (ST)2 4ndash6 Tahan (T)3 7ndash12 Agak tahan (AT)4 13ndash50 Agak rentan (AR)5 51ndash75 Rentan (R)6 gt75 Sangat rentan (SR)

Tabel 1 Skor dan insidensi penyakit tanaman berdasarkan pada luas daun padi yang bergejala hawar daun (SES IRRI 1996)

J Fitopatol Indones Khaeruni et al

92

Kultivar padi lokal Patotipe IV Patotipe VIII Patotipe XVeg Gen Veg Gen Veg Gen

Pae Ngonggohia 40 37 30 30 30 27Pae Biu 30 27 27 30 27 27Pae Nggomumu 33 30 37 30 30 37Pae Wila 33 30 33 40 37 43Paedai Hada 33 30 30 30 30 30Paedai Wolio 33 40 30 37 33 33Mandi 33 40 30 30 30 30Kelaca 40 47 37 47 37 47Pulu Lotong 30 30 33 30 30 30Mandoti 30 30 30 30 27 30Pulu Pute 30 30 30 37 23 37IR64 30 30 27 30 27 30

Tabel 2 Periode inkubasi (hari) penyakit hawar daun bakteri pada varietas padi lokal yang diinokulasi dengan 3 patotipe Xanthomonas oryzae pv oryzae

Veg fase vegetatif Gen fase generatif kontrol varietas rentan

Kultivar padi lokalPatotipe IV Patotipe VIII Patotipe X

IP ()

Skor (Respons)

IP ()

Skor (Respons)

IP ()

Skor (Respons)

Pae Ngonggohia 419 4 (AR) 557 5 (R) 391 4 (AR)Pae Biu 718 5 (R) 776 6 (SR) 465 4 (AR)Pae Nggomumu 115 3 (AT) 408 4 (AR) 425 4 (AR)Pae Wila 513 5 (R) 379 4 (AR) 665 5 (R)Paedai Hada 652 5 (R) 309 4 (AR) 743 5 (R)Paedai Wolio 261 4 (AR) 316 4 (AR) 461 4 (AR)Mandi 256 4 (AR) 510 5 (R) 458 4 (AR)Kelaca 78 3 (AT) 26 1 (ST) 69 3 (AT)Pulu Lotong 525 5 (R) 337 4 (AR) 353 4 (AR)Mandoti 448 4 (AR) 265 4 (AR) 519 5 (R)Pulu Pute 233 4 (AR) 342 4 (AR) 555 5 (R)IR64 468 4 (AR) 240 4 (AR) 396 4 (AR)

Tabel 3 Insidensi penyakit (IP) dan respons ketahanan berbagai kultivar padi lokal dan IR64 terhadap 3 patotipe Xanthomonas oryzae pv oryzae pada fase vegetatif

SR sangat rentan R rentan AR agak rentan AT agak tahan ST sangat tahan kontrol varietas rentan

padi kultivar Kelaca kultivar Pae Wila memiliki ketahanan yang relatif lebih kuat terhadap X oryzae pv oryzae karena bereaksi tahan terhadap patotipe IV dan X serta agak tahan terhadap patotipe VIII (Tabel 4)

PEMBAHASAN

Penentuan periode inkubasi didasarkan munculnya gejala hawar pada daun yang diinokulsi X oryzae pv oryzae Periode

inkubasi pada beberapa kultivar lebih lama dibandingkan dengan padi var IR64 baik yang diinokulasi pada fase vegetatif maupun pada fase generatif Kultivar yang memiliki respons ketahanan terbaik ialah padi kultivar Kelaca karena memiliki periode inkubasi terlama dan insidensi penyakit yang lebih rendah dibandingkan dengan kultivar lainnya Hal ini sesuai dengan pendapat Nayak et al (1987) yang menyatakan ketahanan tanaman padi terhadap penyakit HDB secara tidak

J Fitopatol Indones Khaeruni et al

93

langsung ditentukan oleh periode inkubasi dan perkembangan penyakit

Gen ketahanan terhadap ras X oryzae pv oryzae ditentukan oleh gen R mayor (Liu et al 2006) Ketahanan varietas padi terhadap X oryzae pv oryzae berkaitan dengan kandungan gen ketahanan (gen Xa) varietas yang memiliki lebih dari satu gen Xa memperlihatkan ketahanan yang lebih kuat dibandingkan dengan yang hanya memiliki satu gen Xa (Nafisah et al 2007) X oryzae pv oryzae patotipe IV mempunyai gen virulensi yang dapat mematahkan gen ketahanan Xa1 Xa2 Xa4 Xa7 Xa10 Xa11 dan Xa 14 pada tanaman padi patotipe VIII dapat mematahkan gen ketahanan Xa1 Xa2 Xa3 Xa4 Xa7 Xa10 Xa11 dan Xa 14 sedangkan patotipe X dapat mematahkan gen ketahanan Xa1 Xa2 Xa4 Xa7 Xa10 Xa11 Xa14 dan Xa21 (Hifni dan Kardin 1998) Hal ini menunjukkan bahwa padi kultivar Kelaca tahan terhadap patotipe IV VIII dan X karena memiliki gen ketahanan Xa yang mampu mengatasi gen-gen virulen (Vir) dari ketiga patotipe tersebut

Djatmiko dan Fatichin (2011) menduga bahwa suatu tanaman menjadi tahan terhadap penyakit HDB karena meng-hasilkan fitoaleksin sebagai hasil interaksi inang-parasit yang fungsinya menghambat perkembangan bakteri Akumulasi fitoaleksin

dalam konsentrasi tinggi dapat membatasi area infeksi patogen (Suswati et al 2011) Hal yang sama dijelaskan oleh Hasegawa et al (2014) bahwa tanaman padi memiliki respons tahan terhadap penyakit blas karena mengakumulasi senyawa fitoaleksin sakuratenin yang bersifat toksin bagi patogen tanaman dengan cepat setelah terinfeksi patogen Oleh karena itu senyawa fitoaleksin diduga pula berpengaruh untuk menghambat penyakit-penyakit hawar daun bakteri pada padi kultivar Kelaca

Kultivar lokal Pae Wila Pulu Lotong Mandoti Pulu Pute mengalami peningkatan status ketahanan di fase generatif Hal ini mengindikasikan bahwa ketahanan kultivar tersebut meningkat seiring dengan pertambahan umur tanaman padi Hasil yang sama dilaporkan oleh Khaeruni et al (2014b) bahwa semakin tua umur tanaman padi Inpari 10 dan Cisantana yang diinokulasi X oryzae pv oryzae menjadi semakin lambat perkembangan penyakit hawar daun bakterinya Djatmiko dan Fatichin (2009) melaporkan bahwa fase vegetatif tanaman padi lebih rentan dibandingkan dengan fase generatifnya sedangkan Aditya et al (2015) mengemukakan bahwa ketahanan lapangan fase generatif padi lebih rentan terhadap penyakit hawar daun bakteri dibandingkan dengan fase vegetatifnya

VarietasKultivarPatotipe IV Patotipe VIII Patotipe X

IP ()

Skor(Respons)

IP ()

Skor (Respons)

IP ()

Skor (Respons)

Pae Ngonggohia 137 4 (AR) 210 4 (AR) 93 3 (AT)Pae Biu 130 4 (AR) 47 2 (T) 203 4 (AR)Pae Nggomumu 160 4 (AR) 227 4 (AR) 150 4 (AR)Pae Wila 38 2 (T) 733 3 (AT) 56 2 (T)Paedai Hada 167 4 (AR) 147 4 (AR) 200 4 (AR)Paedai Wolio 53 2 (T) 253 4 (AR) 170 4 (AR)Mandi 203 4 (AR) 137 4 (AR) 67 3 (AT)Kelaca 80 3 (AT) 120 3 (AT) 33 1 (ST)Pulu Lotong 97 3 (AT) 93 3 (AT) 73 3 (AT)Mandoti 97 3 (AT) 120 3 (AT) 50 2 (T)Pulu Pute 50 2 (T) 80 3 (AT) 130 4 (AR)IR64 220 4 (AR) 340 4 (AR) 213 4 (AR)

Tabel 4 Insidensi penyakit (IP) dan respons ketahanan berbagai kultivar padi lokal dan IR64 terhadap inokulasi 3 patotipe Xanthomonas oryzae pv oryzae pada fase generatif

SR sangat rentan R rentan AR agak rentan AT agak tahan ST sangat tahan kontrol varietas rentan

J Fitopatol Indones Khaeruni et al

Hasil penelitian ini secara umum memperlihatkan bahwa kultivar padi lokal yang diinokulasi oleh X oryzae pv oryzae patotipe IV VIII dan X memiliki reaksi ketahanan yang berbeda pada fase vegetatif dan generatif Kultivar Kelaca memiliki tingkat ketahanan yang lebih baik dibandingkan dengan kultivar uji lainnya Kultivar ini bereaksi agak tahan terhadap patotipe IV dan X juga sangat tahan terhadap patotipe VIII pada fase vegetatif sedangkan pada fase generatif bereaksi agak tahan terhadap patotipe IV dan VIII juga sangat tahan terhadap patotipe X

UCAPAN TERIMA KASIH

Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada Direktorat Pembinaan Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan Nasional yang telah membiayai penelitian ini melalui Hibah Penelitian Fundamental Nomor 0541023-04101002011

DAFTAR PUSTAKA

Aditya RH Wahyuni WS Mihardjo PA 2015 Ketahanan lapangan lima genotipe padi terhadap penyakit hawar daun bakteri J Fitopatol Indones 11(5)160ndash166 DOI httpdxdoiorg1014692jfi115160

Akhtar MA Rafi A Hameed A 2008 Comparison of methods of inoculation of Xanthomonas oryzae pvoryzae in rice cultivars Pak J Bot 40(5)2171ndash2175

Djatmiko HA Fatichin 2009 Ketahanan dua puluh satu varietas padi terhadap penyakit hawar daun bakteri J HPT Tropika 9(2)168ndash172

Hasegawa M Mitsuhara I Seo S Okada K Yamane H Iwai T Ohashi Y 2014 Analysis on blast fungus-responsive characters of a flavonoid phytoalexin sakuranetin accumulation in infected riceleaves antifungal activity and detoxification by fungus Molecules 1911404ndash11418 DOI httpdxdoiorg103390molecules190811404

Hifni HR Kardin MK 1998 Pengelompokan isolat Xanthomonas oryzae pv oryzae dengan menggunakan galur isogenik padi IRRI Hayati 566ndash72

IRRI 1996 Standard Evaluation System for Rice 4th ed Manila (PH) IRRI PO Box 933 Hlm 52

Khaeruni A Rahim A Syair Adriani 2014a Induksi ketahanan terhadap penyakit hawar daun bakteri di lapangan menggunakan rizobakteri indigenos J HPT Tropika 14(1)57ndash63

Khaeruni A Taufik M Wijayanto T Johan EA 2014b Perkembangan penyakit hawar daun bakteri pada tiga varietas padi sawah yang diinokulasi pada beberapa fase pertumbuhan J Fitopatol Indones 10(4)119ndash125 DOI http dxdoiorg1014692jfi104119

Khaeruni A Wijayanto T 2013 Pathotype grouping of Xanthomonas oryzae pv oryzae isolates from South Sulawesi and Southeast Sulawesi Agrivita 35 (2)138ndash144 DOI httpdxdoiorg1017503Agrivita-2013-35-2-p138-144

Liu DN Ronald PC Bogdanova AJ 2006 Xanthomonas oryzae pathovars model pathogens of a model crop Mol Plant Pathol 7303ndash324 DOI httpdxdoiorg101111j1364-3703200600344x

Nafisah Aan A Daradjat B Suprihatno Triny SK 2007 Heritabilitas karakter ketahanan hawar daun bakteri dari tiga populasi tanaman padi hasil seleksi daur siklus pertama Bull Penelitian Pertanian Tanaman Pangan 6(2)100ndash105

Nayak P Rao AVS Chakrabarti 1987 Components of resistance to bacterial blight disease of rice J Phytopathol 119(4)289ndash237 DOI httpdxdoiorg 101111j1439-04341987tb04402x

Rahim A Khaeruni A dan Taufik M 2012 Reaksi ketahanan beberapa varietas padi komersial terhadap Xanthomonas oryzae pv oryzae isolat Sulawesi Tenggara Berkala Penelitian Agronomi 1(2)132ndash138

Suparyono Sudir Suprihanto 2004 Pathotype profile of Xanthomonas oryzae pv oryzae

94

J Fitopatol Indones Khaeruni et al

isolates from the rice ecosystem in Java Indones J Agriculture Science 563ndash69

Suswati Habazar T Husin EF Nasir N Putra DP Taylor P 2011 Senyawa phenolik akar pisang cv kepok (Musa acuminata) yang diinduksi dengan fungi mikoriza arbuskular indigenus Pu10-Glomus sp1

terhadap penyakit darah bakteri J Nat Indones 13(3) 207ndash213

Wahyudi AT Meliah S Nawangsih AA 2011 Xanthomonas oryzae pv oryzae bakteri penyebab hawar daun pada padi isolasi karakterisasi dan telaah mutagenesis dengan transposon J Sains 15(1)89ndash96

95

Volume 12 Nomor 3 Mei 2016Halaman 104ndash108

DOI 1014692jfi123104ISSN 0215-7950

Alamat penulis korespondensi Laboratorium Fitopatologi Fakultas Pertanian Universitas SriwijayaJalan Palembang-Prabumulih Km32 Indralaya Palembang 30662Tel 0711-580663 Faks 0711-580663 Surel suwandisalehgmailcom

104

KOMUNIKASI SINGKAT

Penekanan Penyakit Blas Leher Malai Padi Menggunakan Ekstrak Kompos Jerami Padi

Suppression of Panicle Blast by Rice Straw Compost Extract

Suwandi Harman Hamidson Ahmad MuslimUniversitas Sriwijaya Palembang 30662

ABSTRAK

Penyakit blas merupakan penyakit penting pada tanaman padi dan menyebabkan kehilangan hasil pada lahan reklamasi pasang surut di Sumatera Selatan Ekstrak fermentasi kompos jerami dari tanaman padi sehat diuji potensinya dalam menekan blas leher malai pada percobaan dalam pot Padi varietas Ciherang ditanam pada campuran tanah dengan 1 jerami tanaman sakit (vv) yang diperoleh dari sawah pasang surut Insidensi penyakit blas leher malai dapat ditekan sebesar 71minus87 sebagai respons aplikasi ekstrak kompos Aplikasi ekstrak kompos tidak memengaruhi perkecambahan benih dan tinggi tanaman tetapi dapat meningkatkan hasil Kompos jerami dari tanaman sehat berpotensi sebagai sumber pengendalian blas di lapangan

Kata kunci lahan reklamasi kompos jerami tanah sulfat masam

ABSTRACT

Blast is the most important disease of rice and may cause significant losses in the reclaimed tidal swamp of South Sumatra Water extracts of fermented composts prepared from straws of the vigorous rice plant were tested in pot experiment for their ability to control blast Rice variety Ciherang was grown on mixture of field soil and 1 diseased rice straw (vv) collected from a tidal swamp rice field Incidence of panicle blast was reduced by 71minus87 in response to application of compost extract The compost extract did not affect seed germination and plant height instead it increased the yield The rice straw from healthy and vigorous plants is potential as a source for blast disease control

Key words acid sulfate soil compost extract land reclamation

Indonesia memiliki lahan pasang surut yang luas yang sebagian besar terdapat di pesisir pantai Sumatera Kalimantan dan Papua Hampir 4 juta ha dari lahan pasang surut tersebut telah direklamasi (Suprianto et al 2009) dan 1 juta ha di antaranya ditanami padi Di Sumatera Selatan terdapat sekitar 2656 ribu ha padi dibudidayakan di lahan

pasang surut reklamasi (BPS Sumatera Selatan 2014) Rata-rata hasil padi sawah pasang surut di Banyuasin ialah 41 ton ha-1 (BPS Banyuasin 2014) dan hasil ini lebih rendah dibandingkan dengan hasil padi sawah irigasi pada tanah mineral di Kabupaten OKU Timur yang rata-ratanya mencapai 55 ton ha-1 (BPS OKU Timur 2014)

J Fitopatol Indones Suwandi et al

105

Penyakit blas yang disebabkan oleh Pyricularia oryzae merupakan penyakit terpenting pada tanaman padi Penyakit ini telah dilaporkan menyerang sejak periode awal budi daya padi di lahan reklamasi pasang surut Sumatera Selatan (Koswara dan Rumawas 1984) Survei penyakit yang dilakukan sejak tahun 2013 menunjukkan bahwa penyakit blas endemik di lahan suboptimal ini dan menyebabkan beberapa sawah mengalami gagal panen

Patogen blas diketahui memiliki daya adaptasi yang tinggi terhadap beragam kondisi lingkungan termasuk varietas resisten (Ou 1985 Scheuermann et al 2012) sehingga pengendaliannya sukar dilakukan Aplikasi ekstrak kompos atau dikenal sebagai teh kompos diketahui dapat meningkatkan pertumbuhan produksi dan kualitas gizi tanaman (Hargreaves et al 2009 Pant et al 2009 Shrestha et al 2012) Penekanan penyakit setelah aplikasi ekstrak kompos telah dilaporkan (Elad dan Shtienberg 1994 Curlango-Rivera et al 2013) Pada penelitian ini ekstrak kompos yang dibuat dari kompos jerami padi diuji potensinya untuk pengendalian penyakit blas

Penelitian dilaksanakan dalam pot menggunakan media tanah sulfat masam potensial yang diperoleh dari sawah lahan reklamasi pasang surut Telang II Banyuasin Sumatera Selatan Penelitian disusun dalam rancangan acak lengkap dengan 4 perlakuan dan 3 ulangan Perlakuan yang diuji ialah ekstrak kompos padi Ciherang kompos padi Inpari 1 dan kompos padi Inpari 10 serta ekstrak tanah (kontrol)

Infestasi patogen blas dilakukan secara alami dengan mencampur 1 volume cacahan jerami padi yang terserang parah penyakit blas ke dalam medium tanam Tanaman padi dipupuk dengan 90 kg N ha-1 60 kg P ha-140 kg K ha-1 menggunakan NPKMgCa (161616155) urea dan SP36 Sebanyak setengah takaran urea ditaburkan saat 7 hari setelah semai dan sisanya saat bunting

Kompos dibuat dengan cara mencampur potongan rumpun padi uji yang sehat dan bugar (yang menunjukkan pertumbuhan

lebih baik dibandingkan dengan tanaman padi lainnya dalam suatu sawah) berikut tanah perakarannya dengan pupuk kandang sapi dalam perbandingan volume yang sama Pengomposan dilakukan selama 14 hari di dalam guci tanah liat Setiap 2 hari campuran dibalik dan disemprot air untuk menjaga kadar air 60minus80 Komposmdashsetengah matangmdashselanjutnya disimpan dalam kantong plastik dalam lemari pendingin sampai digunakan untuk ekstraksi

Ekstrak kompos dibuat dengan cara merendam kompos dalam 2 kali volume air dan diaduk sesaat setelah direndam Rendaman kompos selanjutnya difermentasi selama 4 hari dalam suhu kamar (27minus29 degC) Air rendaman kompos selanjutnya dipanen dengan cara disaring dan segera digunakan dalam keadaan segar Sebagai pembanding (perlakuan kontrol) digunakan ekstrak rendaman tanah

Padi varietas Ciherang digunakan sebagai tanaman uji Padi ditanam pada baki plastik (30 cm times 23 cm) yang diisi dengan tanah yang diperoleh dari sawah di lahan reklamasi pasang surut Telang II Banyuasin Sumatera Selatan Aplikasi ekstrak dilakukan dengan perendaman benih selama 48 jam dan dilanjutkan dengan penyemprotan saat fase pemanjangan batang (6 minggu setelah semai) dan bunting (8 minggu setelah semai) Aplikasi ekstrak dilakukan pada konsentrasi 50 (11 [vv] ekstrak komposair) Penyemperotan dilakukan dengan volume semprot tinggi (750 L ha-1)

Pengamatan penyakit blas leher malai dilakukan saat panen Serangan penyakit dihitung berdasarkan insidensi blas leher malai yang dihitung dengan rumus

IBM = nN x 100 denganIBM insidensi blas leher malai n jumlah tangkai malai bergejala N jumlah malai per pot Hasil panen dinyatakan dalam g pot-1 dari hasil gabah yang dikeringkan hingga mencapai kadar air plusmn 14

Pencampuran 1 volume jerami dari tanaman sakit ke dalam media tanam menyebabkan serangan parah blas leher malai pada perlakuan kontrol (Tabel 1)

J Fitopatol Indones Suwandi et al

106

Hasil ini mengungkapkan bahwa sisa jerami tanaman sakit di lapangan dapat menjadi sumber inokulum bagi tanaman musim berikutnya Peranan sisa jerami tanaman sakit sebagai sumber utama inokulum penyakit blas sudah lama diketahui (Suzuki 1975 Ou 1985) Infektifitas yang tinggi inokulum dari jerami sakit memungkinkan sisa tanaman ini dijadikan sumber inokulum alami pada percobaan lapangan ataupun percobaan yang menghendaki inokulum yang mewakili populasi lapangan patogen blas

Insidensi blas secara nyata lebih rendah pada tanaman yang diberi perlakuan ekstrak fermentasi kompos yang berasal dari rumpun padi bugar Insidensi penyakit blas leher malai dapat ditekan sebesar 71minus87 pada tanaman yang diaplikasi dengan ekstrak kompos (Tabel 1) Perlakuan ekstrak kompos tidak

memengaruhi perkecambahan benih dan tinggi tanaman (Tabel 2) tetapi perlakuan ekstrak kompos padi Inpara 1 dapat meningkatkan hasil gabah dibandingkan dengan kontrol (Tabel 3) Peningkatan hasil ini selaras dengan tingginya penekanan penyakit setelah perlakuan ekstrak kompos tersebut

Penelitian ini menunjukkan manfaat aplikasi ekstrak kompos bagi produksi padi Efikasi lapangan ekstrak kompos di lahan pasang surut yang bermasalah dengan penyakit blas kini sedang dalam proses pengujian Ekstrak kompos bermanfaat bagi tanaman karena hara yang dikandungnya terurai melalui mineralisasi dan pelarutan (Shrestha et al 2012) dan secara tidak langsung melalui pengimbasan ketahanan (Kim et al 2015) Ekstrak kompos jerami padi diketahui kaya akan kandungan senyawa humat yaitu

Sumber ekstrak kompos Insidensi penyakit()

Penekanan penyakit()

Tanah (kontrol) 528 plusmn 88 a -Kompos jerami padi Ciherang 151 plusmn 76 b 71Kompos jerami padi Inpari 10 80 plusmn 39 b 85Kompos jerami padi Inpara 1 69 plusmn 32 b 87

Tabel 1 Insidensi penyakit saat panen dan penekanan penyakit blas leher malai padi dalam pot yang diaplikasi ekstrak kompos

Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji beda nyata jujur Tukey (P=005) nilai relatif terhadap kontrol

Sumber ekstrak kompos Perkecambahan benih ()

Tinggi tanaman (cm)

Tanah (kontrol) 867 plusmn 22 537 plusmn 12Kompos jerami padi Ciherang 817 plusmn 51 525 plusmn 08Kompos jerami padi Inpari 10 842 plusmn 44 523 plusmn 12Kompos jerami padi Inpara 1 792 plusmn 68 533 plusmn 10

Tabel 2 Pertumbuhan padi dalam pot yang diaplikasi ekstrak kompos

Sumber ekstrak kompos Hasil (g pot-1 gabah kering giling )

Jumlah malai per tanaman

Jumlah gabah per malai

Tanah (kontrol) 25 plusmn 01 b 33 plusmn 02 b 307 plusmn 32Kompos jerami padi Ciherang 25 plusmn 02 b 30 plusmn 02 b 310 plusmn 31Kompos jerami padi Inpari 10 27 plusmn 03 b 34 plusmn 02 b 382 plusmn 28Kompos jerami padi Inpara 1 38 plusmn 02 a 41 plusmn 03 a 399 plusmn 28

Tabel 3 Komponen hasil padi dalam pot yang diaplikasi ekstrak kompos

Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji beda nyata jujur Tukey (P=005)

J Fitopatol Indones Suwandi et al

asam humat dan fulvat (Agustian 2004 Goyal dan Sindhu 2011) Senyawa humat berperan dalam pemacuan pertumbuhan pembenah tanah dan peningkatan ketahanan terhadap hama dan penyakit (Scheuerell dan Mahaffee 2004 Scheuerell dan Mahaffee 2006 El-Ghamry 2009 Kamel et al 2014) Pengimbasan ketahanan tanaman oleh asam humat terjadi melalui peningkatan aktivitas kitinase (Abdel-Kareem 2007) peningkatan kandungan senyawa fenol serta peningkatan aktivitas enzim peroksidase dan fenilalanin amonia liase (PAL) (Abdel-Monaim et al 2011)

UCAPAN TERIMA KASIH

Penelitian ini didanai oleh Penelitian Unggulan Perguruan Tinggi Universitas Sriwijaya tahun anggaran 2013minus2015

DAFTAR PUSTAKA

Abdel-Kareem F 2007 Induced resistance in bean plants against root rot and alternaria leaf spot diseases using biotic and a biotic inducers under field conditions J Agric Biol Sci 3767ndash774

Abdel-Monaim MF Ismail ME Morsy KM 2011 Induction of systemic resistance of benzothiadiazole and humic acid in soybean plants against fusarium wilt disease Mycobiology 39(4)290minus298 D O I h t t p d x d o i o rg 1 0 5 9 4 1 MYCO2011394290

Agustian Susila P Gusnidar 2004 Pembentukan asam humat dan fulvat selama pembuatan kompos jerami padi Solum 19ndash14

[BPS Banyuasin] Badan Pusat Statistik Kabupaten Banyuasin 2014 Kabupaten Banyuasin Dalam Angka 2014 httpbanyuasinkabbpsgoiddatapublikasipublikasi_114indexhtml [diakses 20 Agst 2014]

[BPS OKU Timur] Badan Pusat Statistik Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur 2014 Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur Dalam Angka 2014 http

okutimurkabbpsgoiddatapublikasidda2014 [diakses 20 Agst 2014]

[BPS Sumatera Selatan] Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Selatan 2014 Sumatera Selatan Dalam Angka 2014 httpsumselbpsgoidimagespublikasiflipping2014sumsel20dalam20angka202014indexhtml [diakses 20 Agst 2014]

Curlango-Rivera G Pew T van Etten HD Zhongguo X Yu N Hawes MC 2013 Measuring root disease suppression in response to a compost water extract Phytopathology 103255minus260 DOI httpdxdoiorg101094PHYTO-06-12-0145-R

Elad Y Shtienberg D 1994 Effect of compost water extracts on grey mould (Botrytis cinerea) Crop Prot 13109minus114 DOI httpdxdoiorg1010160261-2194(94)90160-0

El-Ghamry AM Abdel-Hai KM Ghoneem KM 2009 Amino and humic acids promote growth yield and disease resistance of faba bean cultivated in clayey soil Aust J Basic Applied Sci 3731minus739

Goyal S Sindhu SS 2011 Composting of rice straw using different inocula and analysis of compost quality Microbiol J1 1 2 6 minus 1 3 8 D O I h t t p d x d o i org103923mj2011126138

Hargreaves JC Adl MS Warman PR 2009 The effects of municipal solid waste compost and compost tea on mineral element uptake and fruit quality of strawberries Compost Sci Util 1785minus94 DOI httpdxdoiorg1010801065657X200910702406

Kamel SM Afifi MMI El-Shoraky FS El-Sawy MM 2014 Fulvic acid a tool for controlling powdery and downy mildews in cucumber plants Int J Phytopathol 3101minus108

Kim MJ Shim CK Kim YK Hong SJ Park JH Han EJ Kim SC 2015 Effect of aerated compost tea on the growth promotion of lettuce soybean and sweet corn in organic cultivation Plant Pathol 31259ndash268 DOI httpdxdoiorg105423PPJOA0220150024

107

J Fitopatol Indones Suwandi et al

Koswara O Rumawas F 1984 Tidal swamp rice in Palembang region Di dalam Smith WH Argosino GS editor Proceedings of the Workshop on Research Priorities in Tidal Swamp Rice Los Bantildeos Laguna (PH) International Rice Research Institute hlm 37minus48

Ou SH 1985 Rice Diseases Kew Survey (UK) CAB International Mycological Institute

Pant AP Radovich TJK Hue NV Talcott ST Krenek KA 2009 Vermicompost extracts influence growth mineral nutrients phytonutrients and antioxidant activity in pak choi (Brassica rapa cv Bonsai Chinensis group) grown under vermicompost and chemical fertilizer J Sci Food Agric 892383minus2392 DOI httpdxdoiorg101002jsfa3732

Scheuerell SJ Mahaffee WH 2004 Compost tea as a container medium drench for suppressing seedling damping-off caused by Pythium ultimum Phytopathology 941156minus1163 DOI httpdxdoiorg101094PHYTO200494111156

Scheuerell SJ Mahaffee WH 2006 Variability associated with suppression of gray mold (Botrytis cinerea) on geranium by foliar applications of nonaerated and aerated compost teas Plant Dis 901201minus1208 DOI httpdxdoiorg101094PD-90-1201

Scheuermann KK Raimondi JV Marschalek R de Andrade A Wickert E 2012 Magnaporthe oryzae genetic diversity and its outcomes on the search for durable resistance Di dalam Caliskan M editor The Molecular Basis of Plant Genetic Diversity Rijeka (HR) Intech hlm 331minus356

Shrestha K Walsh KB Midmore DJ 2012 Microbially enhanced compost extract does it increase solubilisation of minerals and mineralisation of organic matter and thus improve plant nutrition J Bioremed Biodegrad 3(5)1ndash9 DOI httpdxdoiorg1041722155-61991000149

Suprianto H Irianto SG Susanto RH Schultz B Suryadi FX Eelaart AVD 2009 Land and water management of tidal lowlands experiences in Telang and Saleh South Sumatra Irrig Drain 59(3)317minus335 DOI httpdxdoiorg101002ird460

Suzuki H 1975 Meteorological factors in the epidemiology of rice blast Ann Rev Phytopathol 13239minus256 DOI ht tp dxdoi org101146annurevpy13090175001323

108

  • 12737-37236-1-PBpdf (p1-8)
  • 12738-37237-1-PBpdf (p9-14)
  • 12739-37238-1-PBpdf (p15-21)
  • 12741-37240-1-PBpdf (p22-26)
Page 12: Bakteri Endofit Asal Berbagai Akar Tanaman sebagai Agens ...fp.unmas.ac.id/wp-content/uploads/2018/10/vol-12-no.3.pdfInfeksi nematoda puru akar (NPA) Meloidogyne incognita pada tomat

J Fitopatol Indones Yanto dan Swibawa

(Rahman et al 2014) dan di Bengali Barat India 12 genus (Khan dan Hasan 2010) tetapi lebih rendah daripada pertanaman pisang di Kamerun yaitu 16 genus (Bridge et al 1995)

Dari semua genus yang ditemukan dan berdasarkan pada nilai FA FR serta PA maka Pratylenchus dan Radopholus dapat dikategorikan sebagai fitonematoda penting pada lahan umur 3ndash5 dan 10ndash12 tahun kurang penting pada lahan umur 17ndash19 tahun sedangkan genus lainnya tidak penting pada semua umur lahan Nilai FA 100 untuk Pratylenchus dan Radopholus pada lahan umur 3ndash5 dan 10ndash12 tahun menunjukkan seluruh sampel tanah mengandung nematoda ini Nilai FR 39 menunjukkan Pratylenchus dan Radopholus mendominasi komunitas fitonematoda Nilai PA Radopholus masing-

masing 423 dan 126 individu per 200 mL tanah pada lahan umur 3ndash5 dan 10ndash12 tahun tergolong tinggi Herradura (2009) melaporkan bahwa dalam percobaan inokulasi 1000 ekor R similis pada bibit tanaman pisang populasinya meningkat menjadi 2500ndash3500 ekor per 10 g akar segar menjelang panen sehingga dapat menurunkan 68 bobot tandan pisang Grand Nain di Davao Filipina Nilai PA Pratylenchus 298 dan 215 individu per 200 mL tanah masing-masing pada lahan umur 3ndash5 dan 10ndash12 tahun juga tergolong tinggi Berdasarkan hasil penelitian ini disarankan untuk dilakukan pengendalian Radopholus dan Pratylenchus agar tidak menimbulkan kerugian

Pratylenchus dan Radopholus yang dapat dikategorikan fitonematoda penting pada pertanaman pisang ini juga merupakan

Genus Nematoda Sampel Umur lahan (tahun)3ndash5 10ndash12 17ndash19

FA FR FA FR FA FR()

Aphelenchoides Tanah 111 34 111 43 111 32Akar 111 31 00 00 00 00

Aphelenchus Tanah 111 34 00 00 333 97Akar 444 125 222 80 444 160

Criconemella Tanah 00 00 00 00 111 32Akar 111 31 00 00 111 40

Ditylenchus Tanah 111 34 00 00 111 32Akar - - - - - -

Helicotylenchus Tanah 222 69 00 00 00 00Akar 111 31 00 00 00 00

Hoplolaimus Tanah 111 34 333 130 556 161Akar 222 63 222 80 444 160

Meloidogyne Tanah 333 103 00 00 222 65Akar 222 63 444 160 667 240

Paralongidorus Tanah - - - - - -Akar 111 31 00 00 00 00

Pratylenchus Tanah 1000 310 1000 391 778 226Akar 889 250 889 320 667 240

Radopholus Tanah 1000 310 1000 391 778 226Akar 778 219 889 320 333 120

Scutellonema Tanah 111 34 111 43 333 97Akar 222 63 111 40 111 40

Tylenchus Tanah 00 00 00 00 111 32Akar 333 94 00 00 00 00

Xiphinema Tanah 111 34 00 00 00 00Akar - - - - - -

Tabel 1 Frekuensi absolut (FA) dan frekuensi relatif (FR) fitonematoda dari tanah dan akar pada berbagai umur lahan pisang Cavendish

- tidak ditemukan fitonematoda lahan dirotasi dengan ubi kayu

86

J Fitopatol Indones Yanto dan Swibawa

nematoda penting di beberapa negara penghasil pisang Di Kamerun P coffeae P goodey dan R similis adalah perusak akar utama akar pisang (Bridge et al 1995) sedangkan di Tamil Nadu India hanya R similis (Srinivasan et al 2011) Sementara itu di Nigeria Helicotylenchus lebih penting daripada Pratylenchus (Tanimola et al 2013) dan di Equador R similis lebih penting daripada Helicotylenchus Pratylenchus dan Meloidogyne (Chaves dan Araya 2010)

Umur lahan memengaruhi status Pratylenchus dan Radopholus Pada lahan umur 3ndash5 dan 10ndash12 tahun kedua nematoda berstatus penting sementara pada lahan umur 17ndash19 tahun dianggap kurang penting Lebih rendahnya nilai FA FR dan PA kedua fitonematoda pada lahan umur 17ndash19 tahun

dibandingkan dengan pada lahan umur 3ndash5 dan 10ndash12 tahun disebabkan oleh rotasi pisang dengan ubi kayu yang dilakukan 2ndash3 kali

UCAPAN TERIMA KASIH

Ucapan terima kasih disampaikan kepada RA Wardhana dan manajemen PT NTF yang telah memfasilitasi penelitian

DAFTAR PUSTAKA

Ansory 2009 Kriteria kesesuaian lahan untuk tanaman pisang Cavendish yang dikelola secara intensif di Way Kambas Lampung Timur [disertasi] Bogor (ID) Institut Pertanian Bogor

Tabel 2 Populasi absolut fitonematoda dari 200 mL tanah dan 50 g akar pada berbagai umur lahan pisang Cavendish

- tidak ditemukan fitonematoda data yang dianalisis ditransforamsi 2 kali ke radic (x+1) ns tidak nyata s nyata lahan dirotasi dengan ubi kayu Angka pada baris yang sama yang diikuti huruf sama tidak berbeda menurut uji BNT taraf nyata 5

Genus Nematoda SampelUmur lahan (tahun) KK

()Ket

3ndash5 10ndash12 17ndash19 (terotasi)

Aphelenchoides Tanah 01 01 01 32 nsAkar 02 00 00 32 ns

Aphelenchus Tanah 03 00 12 81 nsAkar 05 11 39 166 ns

Criconemella Tanah 00 00 01 19 nsAkar 07 00 01 69 ns

Ditylenchus Tanah 17 04 05 131 nsAkar - - -

Helicotylenchus Tanah 252 00 00 322 nsAkar 01 00 00 18 ns

Hoplolaimus Tanah 03 29 26 146 nsAkar 02 03 19 931 ns

Meloidogyne Tanah 11 00 10 101 nsAkar 22 45 127 252 ns

Paralongidorus Tanah - - -Akar 03 00 00 43 ns

Pratylenchus Tanah 2988 a 2152 a 330 b 129 sAkar 206 50 49 71 ns

Radopholus Tanah 4230 a 1261 a 164 b 121 sAkar 141 26 09 64 ns

Scutellonema Tanah 01 04 49 167 nsAkar 11 01 02 88 ns

Tylenchus Tanah 00 00 02 185 nsAkar 14 00 00 82 ns

Xiphinema Tanah 35 00 00 156 nsAkar - - -

87

J Fitopatol Indones Yanto dan Swibawa

Bridge J Price NS Kofi P 1995 Plant parasitic nematode on plantain and other crop in Cameroon West Africa Fundam Appl Nematol 18(3)251ndash260

Chaves C Araya M 2010 Spatial-temporal distribution of plant parasitic nematodes in banana (Musa AAA) plantation Equador J App Biosci 332057ndash2069

Gowen SR Queneherve P Fogain R 2005 Nematode parasites of banana and plantain Di dalam Luc M Sikora RA Bridge J editors Plant Parasitic Nematodes in Subtropical and Tropical Agriculture Ed ke-2 Wallingford (UK) CABI Publishing hlm 611ndash643 DOI httpdxdoiorg10107997808519972780611

Herradura LE 2009 Host respons of Eumusa varieties to a Radopholus similis population from the Philippines [disertasi]Leuven (BE) de Agricultura Katholieke Universiteit Leuven

Hooper DJ Hallman J Subbotin SA 2005 Methods for extraction processing and detection of plant and soil nematodes Di dalam Luc M Sikora RA Bridge J editor Plant Parasitic Nematodes in Subtropical and Tropical Agriculture Ed ke-2 Wallingford (UK) CABI Publishing hlm 53ndash86 DOI httpdxdoiorg10107997808519972780053

Jumjunidang 2003 Status and future RampD of nematodes in banana in Indonesia Di dalam Cruz Jr FS Van den Bergh I Waele D Hautea DM Molina AB editors Country Report of Workshop and Training Toward Management of Musa Nematodes in Asia and the Pasific 2003 Des 1ndash5 Los Banos Laguna (PH) The Institute of Plant Breeding UPLB hlm 43ndash46

Khan MR Hasan MA 2010 Nematode diversity in banana rhizosphere from West Bengal India J Plant Protec Res 50(3)263ndash268 DOI httpdxdoiorg102478v10045-010-0046-9

Mai WF Lyon HH 1975 Pictorial Key to

Genera of Plant-Parasitic Nematodes London (UK) Comstock Publishing Associated

Moser T Forster B Frankenbach S Marques R Rombke J Schmidt P Hofer H 2012 Nematodes assemblages in banana (Musa acuminata) monoculture and banana plantation with jucara palm (Euterpe edulis) in the Southern Mata Atlantica Brazil Nematology 14(3)371ndash384 DOI httpdxdoiorg101163156854111X601669

Nega G Fetena S 2015 Root necrosis assesment of plant parasitic nematodes of banana (Musa spp) at Arbaminch Etiophia J BiolAgric Healthcare 5(15)76ndash80

Norton DC 1978 Ecology of plant parasitic nematodes New York (US) John Willey and Sons Inc

Orsquobannon JH 1977 Worldwide dissemination of Radopholus similis and it importance in crop production J Nematol 9(1)16ndash25

Rahman SSA Zain SNM Mat MZB Sidam AK Othman RY Mohamed Z 2014 Population distribution of plant parasitic nematodes on bananas in Paninsular Malaysia Sains Malaysiana 43(2)175ndash183

Srinivasan R Kulothungan S Sundaraju P Govindasami C 2011 Biodiversity of plant parasitic nematodes associated with banana in Thanjavur District of Tamil Nadu Int J Plant Animal Environ Sci 1(2)63ndash69

Tanimola AA Asimeaa AO Ofuru-Joseph S 2013 Status of plant-parasitic nematodes on plantain (Musa parasidiaca (L)) in Choba Rivers State Nigeria Word J Agric Sci 9(2)189ndash195

ZhongS He Y Zeng H Mo Y Zhou ZX Zang ZP Jin Z 2011 Effect of banana wilt desasease on soil nematodes community structure and diversity Afr J Biotechnol 10(59)12729ndash12737

88

Volume 12 Nomor 3 Mei 2016Halaman 89ndash95

DOI 1014692jfi12389ISSN 0215-7950

Alamat penulis korespondensi Jurusan Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Halu Oleo Jalan HEA Mokodompit Kendari 93232 Tel 0401-3122320 Faks 0401-0401-3197045 Surel akhaeruniyahoocom

89

Ketahanan Berbagai Kultivar Padi Lokal terhadap Penyakit Hawar Daun Bakteri

Resistance of Local Rice Cultivars to Bacterial Leaf Blight Disease

Andi Khaeruni Erwin Najamuddin Teguh Wijayanto SyairUniversitas Halu Oleo Kendari 93232

ABSTRAK

Penyakit hawar daun bakteri yang disebabkan oleh Xanthomonas oryzae pv oryzae merupakan salah satu penyakit penting pada tanaman padi di Indonesia termasuk di Sulawesi Tenggara Penggunaan varietas tahan merupakan salah satu strategi pengendalian yang efektif dan ramah lingkungan untuk mengatasi penyakit Penelitian ini bertujuan mengetahui tingkat ketahanan beberapa varietas padi lokal asal Sulawesi Selatan dan Sulawesi Tenggara terhadap X oryzae pv oryzae patotipe IV VIII dan X Penelitian dilakukan di rumah kasa menggunakan tiga patotipe pada 11 kultivar padi lokal Inokulasi bakteri dilakukan menggunakan metode pengguntingan daun pada fase vegetatif dan generatif Pengamatan terhadap insidensi penyakit hawar daun bakteri dilakukan 3 minggu setelah inokulasi Data insidensi penyakit digunakan untuk menentukan tingkat ketahanan tanaman uji Hasil penelitian menunjukkan bahwa periode inkubasi penyakit pada kultivar Kelaca lebih lama dibandingkan dengan kultivar lainnya Pada fase vegetatif kultivar ini bereaksi agak tahan terhadap patotipe IV dan X serta sangat tahan terhadap patotipe VIII sedangkan pada fase generatif bereaksi agak tahan terhadap patotipe IV dan VII serta sangat tahan terhadap patotipe X Oleh karena itu kultivar Kelaca dapat direkomendasikan untuk ditanam pada daerah endemis penyakit hawar daun di Sulawesi Selatan dan Tenggara

Kata kunci insidensi penyakit patotipe Xanthomonas oryzae pv oryzae

ABSTRACT

Bacterial leaf blight disease caused by Xanthomonas oryzae pv oryzae is an important rice disease in Indonesia including in South East Sulawesi The use of resistant varieties is one of the effective and environmentally friendly control strategies to suppress the disease This study aimed to determine the level of resistance of some local rice varieties of South and Southeast Sulawesi against Xanthomonas oryzae pv oryzae pathotypes IV VIII and X The study was conducted in a screen house involving 3 bacterial pathotypes and 11 local rice cultivars Shearing method was used for inoculation of bacteria to leaf on vegetative and generative phases Disease incidences were measured 3 weeks after inoculation and the data was further used to determine the level of resistance of the tested rice cultivars The results showed that incubation period of the disease was longer on Kelaca cultivar compared to other cultivars On vegetative phase this cultivar showed moderate resistant to pathotypes IV and X and highly resistant to patotype VIII whereas on the generative phase it showed moderate resistant to pathotypes IV and VII and highly resistant to pathotype X Therefore Kelaca cultivar can be recommended for endemic areas of leaf blight in South and Southeast Sulawesi

Key words disease incidence pathotype Xanthomonas oryzae pv oryzae

J Fitopatol Indones Khaeruni et al

90

PENDAHULUAN

Hawar daun bakteri (HDB) yang disebabkan oleh Xanthomonas oryzae pv oryzae merupakan salah satu penyakit padi yang sulit dikendalikan karena memiliki banyak patotipe dan penyebarannya mudah terjadi (Akhtar et al 2008) Di Indonesia diketahui terdapat 12 patotipe X oryzae pv oryzae dengan tingkat virulensi yang berbeda dan merupakan ancaman utama bagi produksi padi nasional (Wahyudi et al 2011) Infeksi X oryzae pv oryzae pada tanaman padi di Indonesia menyebabkan kerugian hasil panen sebesar 21ndash36 pada musim hujan dan 18ndash28 pada musim kemarau (Suparyono et al 2004) Penanaman satu jenis varietas secara terus-menerus dengan skala yang luas dapat menyebabkan pergeseran patotipe sehingga patogen X oryzae pv oryzae menjadi semakin virulen

Penyakit HDB juga merupakan salah satu penyakit penting pada tanaman padi sawah di Sulawesi Tenggara Berdasarkan pengelompokan patotipe sistem KOZAKA yang menggunakan varietas diferensial dilaporkan terdapat 3 kelompok patotipe X oryzae pv oryzae di Sulawesi Tenggara yaitu patotipe IV VIII dan X yang memiliki virulensi tinggi (Khaeruni dan Wijayanto 2013)

Penggunaan varietas tahan terhadap patotipe yang dominan di daerah tertentu merupakan salah satu cara untuk mengendalikan X oryzae pv oryzae Pengendalian penyakit dengan menggunakan varietas tahan merupakan cara pengendalian yang efektif murah dan mudah untuk dilakukan sepanjang varietas tahan tersedia di masyarakat Rahim et al (2012) melaporkan 6 varietas padi komersial yang diuji terhadap X oryzae pv oryzae patotipe IV VIII IX dan X tidak ada satu pun varietas yang tahan Oleh karena itu pencarian varietas atau kultivar tahan perlu terus dilakukan Kultivar padi lokal yang telah dibudidayakan oleh masyarakat di Sulawesi Selatan dan Sulawesi Tenggara perlu dievaluasi ketahanannya terhadap X oryzae pv oryzae Penelitian ini bertujuan

menentukan tingkat ketahanan kultivar padi lokal asal Sulawesi Selatan dan Sulawesi Tenggara terhadap penyakit HDB

BAHAN DAN METODE

Isolat X oryzae pv oryzae dan Benih Padi Isolat X oryzae pv oryzae yang digunakan

ialah patotipe IV VIII dan X asal Sulawesi Tenggara (koleksi Laboratorium Ilmu Hama dan Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas Haluoleo) Padi lokal yang diuji sebanyak 6 kultivar asal Sulawesi Tenggara (Pae Nggonggohia Pae Biu Pae Nggomumu Pae Wila Padae Hada Padae Wolio) dan 5 kultivar dari Sulawesi Selatan (Mandi Kelaca Pulu Lotong Mandoti Pulu Pute) Padi var IR64 yang digunakan sebagai varietas rentan diperoleh dari hasil panen tanaman yang bebas dari penyakit HDB

Rancangan Percobaan Percobaan dilakukan di rumah kaca

disusun dalam rancangan acak kelompok Sebanyak 11 kultivar uji dan varietas IR64 diinokulasi dengan 3 patotipe X oryzae pv oryzae sehingga diperoleh 36 kombinasi perlakuan Setiap perlakuan diulang sebanyak 3 kali sehingga total keseluruhan terdapat 108 tanaman uji

Benih padi diperam semalam sebelum dikecambahkan di cawan petri yang dialasi kertas buram lembap Benih yang berkecambah pada umur 2 hari disemai pada kotak semai yang berisi arang sekam bercampur pupuk kandang dengan perbandingan 31 (vv) Bibit berumur 21 hari dipindah tanam dalam pot kantong plastik ukuran 30 cm times 20 cm yang berisi medium campuran tanah dan pupuk kandang dengan perbandingan 41 (vv) kemudian diletakkan dalam rumah kasa Tanaman disiram setiap pagi hari gulma dan hama yang ditemukan dikendalikan secara manual Pemeliharaan tanaman dilakukan sejak pindah tanam sampai pengujian selesai

Isolat dari setiap patotipe X oryzae pv oryzae dibiakkan secara terpisah pada medium pepton sukrosa agar (PSA) selama 48 jam Kultur murni disuspensikan dalam

J Fitopatol Indones Khaeruni et al

91

akuades steril hingga mencapai kepadatan 108ndash109 cfu mL-1 dan digunakan sebagai sumber inokulum (Khaeruni et al 2014a)

Inokulasi setiap patotipe X oryzae pv oryzae pada tanaman uji dilakukan 2 tahap yaitu pada fase vegetatif ketika tanaman berumur 3 minggu setelah tanam (MST) dan pada fase generatif tanaman berumur 8 MST Inokulasi dilakukan pada 5 sampel daun yang membuka sempurna dengan menggunting daun sekitar 2ndash3 cm dari ujung daun menggunakan gunting yang telah dicelupkan dalam suspensi X oryzae pv oryzae

PengamatanPengamatan meliputi periode inkubasi

insidensi penyakit dan reaksi ketahanan Pengamatan periode inkubasi dilakukan setiap hari mulai 1 hari setelah inokulasi sampai munculnya gejala pada daun yang diinokulasi patogen Pengamatan insidensi penyakit dilakukan 3 minggu setelah inokulasi pada setiap tahap inokulasi (fase vegetatif dan generatif)

Insidensi penyakit diamati dengan mengukur panjang gejala HDB pada setiap daun sampel yang diinokulasi Insidensi penyakit dihitung menggunakan rumus

IP = times 100 dengannN

IP insidensi penyakit n panjang gejala HDB pada daun sampel N panjang daun sampel

Kriteria tingkat ketahanan tanaman di-tentukan berdasarkan nilai insidensi penyakit pada setiap kultivar yang diuji pada setiap patotipe berdasarkan nilai skoring yang ditetapkan oleh IRRI tahun 1996 (Tabel 1)

HASIL

Periode InkubasiPeriode inkubasi penyakit pada fase

vegetatif bervariasi dari 27ndash4 hari setelah inokulasi Pada beberapa kultivar memiliki periode inkubasi penyakit yang lebih lama dibandingkan dengan pada varietas IR 64 yaitu 27ndash30 hari (Tabel 2) Periode inkubasi penyakit terpanjang terjadi pada kultivar Kelaca baik pada fase vegetatif maupun fase generatif Varietas IR64 dan kultivar Pae Biu tergolong rentan menunjukkan gejala layu dan muncul bercak kelabu pada tepi daun serta sedikit menggulung ke arah dalam sedangkan gejala layu tidak terjadi pada kultivar Kelaca yang tergolong varietas tahan

Insidensi Penyakit dan Reaksi KetahananInsidensi penyakit hawar daun pada kultivar

padi lokal yang diuji pada fase vegetatif bervariasi dari 26ndash776 sehingga reaksi ketahanan kultivar-kultivar padi lokal tersebut bervariasi dari rentan sampai sangat tahan sementara insidensi penyakit pada varietas IR64 berkisar 24ndash468 sehingga varietas ini bereaksi agak rentan terhadap semua patotipe X oryzae pv oryzae Ketahanan terbaik pada fase vegetatif terdapat pada kultivar Kelaca asal Sulawesi Selatan yang bereaksi agak tahan terhadap patotipe IV dan X serta tahan terhadap patotipe VIII Kultivar Paedai Wolio asal Sulawesi Tenggara memiliki reaksi agak rentan pada semua patotipe sementara kultivar Mandi Pae Ngonggohia Pae Biu Kelaca Pullu Lotong Pae Wila Paedai Hada Mandoti Pullu Pute Paedai Wolio memperlihatkan reaksi rentan sehingga kultivar tersebut memiliki ketahanan lebih rendah dibandingkan dengan varietas IR64 (Tabel 3)

Pada fase generatif insidensi penyakit berkisar 33ndash227 sehingga reaksi ketahanan berbagai kultivar padi lokal yang diinokulasikan dengan 3 patotipe X oryzae pv oryzae juga bervariasi jika dibandingkan dengan varietas IR64 Ketahanan terbaik diperlihatkan padi kultivar Kelaca yang memiliki respons agak tahan terhadap patotipe IV dan VIII serta sangat tahan terhadap patotipe X Selain

Skor Insidensi penyakit ()

Reaksi ketahanan

1 0ndash3 Sangat tahan (ST)2 4ndash6 Tahan (T)3 7ndash12 Agak tahan (AT)4 13ndash50 Agak rentan (AR)5 51ndash75 Rentan (R)6 gt75 Sangat rentan (SR)

Tabel 1 Skor dan insidensi penyakit tanaman berdasarkan pada luas daun padi yang bergejala hawar daun (SES IRRI 1996)

J Fitopatol Indones Khaeruni et al

92

Kultivar padi lokal Patotipe IV Patotipe VIII Patotipe XVeg Gen Veg Gen Veg Gen

Pae Ngonggohia 40 37 30 30 30 27Pae Biu 30 27 27 30 27 27Pae Nggomumu 33 30 37 30 30 37Pae Wila 33 30 33 40 37 43Paedai Hada 33 30 30 30 30 30Paedai Wolio 33 40 30 37 33 33Mandi 33 40 30 30 30 30Kelaca 40 47 37 47 37 47Pulu Lotong 30 30 33 30 30 30Mandoti 30 30 30 30 27 30Pulu Pute 30 30 30 37 23 37IR64 30 30 27 30 27 30

Tabel 2 Periode inkubasi (hari) penyakit hawar daun bakteri pada varietas padi lokal yang diinokulasi dengan 3 patotipe Xanthomonas oryzae pv oryzae

Veg fase vegetatif Gen fase generatif kontrol varietas rentan

Kultivar padi lokalPatotipe IV Patotipe VIII Patotipe X

IP ()

Skor (Respons)

IP ()

Skor (Respons)

IP ()

Skor (Respons)

Pae Ngonggohia 419 4 (AR) 557 5 (R) 391 4 (AR)Pae Biu 718 5 (R) 776 6 (SR) 465 4 (AR)Pae Nggomumu 115 3 (AT) 408 4 (AR) 425 4 (AR)Pae Wila 513 5 (R) 379 4 (AR) 665 5 (R)Paedai Hada 652 5 (R) 309 4 (AR) 743 5 (R)Paedai Wolio 261 4 (AR) 316 4 (AR) 461 4 (AR)Mandi 256 4 (AR) 510 5 (R) 458 4 (AR)Kelaca 78 3 (AT) 26 1 (ST) 69 3 (AT)Pulu Lotong 525 5 (R) 337 4 (AR) 353 4 (AR)Mandoti 448 4 (AR) 265 4 (AR) 519 5 (R)Pulu Pute 233 4 (AR) 342 4 (AR) 555 5 (R)IR64 468 4 (AR) 240 4 (AR) 396 4 (AR)

Tabel 3 Insidensi penyakit (IP) dan respons ketahanan berbagai kultivar padi lokal dan IR64 terhadap 3 patotipe Xanthomonas oryzae pv oryzae pada fase vegetatif

SR sangat rentan R rentan AR agak rentan AT agak tahan ST sangat tahan kontrol varietas rentan

padi kultivar Kelaca kultivar Pae Wila memiliki ketahanan yang relatif lebih kuat terhadap X oryzae pv oryzae karena bereaksi tahan terhadap patotipe IV dan X serta agak tahan terhadap patotipe VIII (Tabel 4)

PEMBAHASAN

Penentuan periode inkubasi didasarkan munculnya gejala hawar pada daun yang diinokulsi X oryzae pv oryzae Periode

inkubasi pada beberapa kultivar lebih lama dibandingkan dengan padi var IR64 baik yang diinokulasi pada fase vegetatif maupun pada fase generatif Kultivar yang memiliki respons ketahanan terbaik ialah padi kultivar Kelaca karena memiliki periode inkubasi terlama dan insidensi penyakit yang lebih rendah dibandingkan dengan kultivar lainnya Hal ini sesuai dengan pendapat Nayak et al (1987) yang menyatakan ketahanan tanaman padi terhadap penyakit HDB secara tidak

J Fitopatol Indones Khaeruni et al

93

langsung ditentukan oleh periode inkubasi dan perkembangan penyakit

Gen ketahanan terhadap ras X oryzae pv oryzae ditentukan oleh gen R mayor (Liu et al 2006) Ketahanan varietas padi terhadap X oryzae pv oryzae berkaitan dengan kandungan gen ketahanan (gen Xa) varietas yang memiliki lebih dari satu gen Xa memperlihatkan ketahanan yang lebih kuat dibandingkan dengan yang hanya memiliki satu gen Xa (Nafisah et al 2007) X oryzae pv oryzae patotipe IV mempunyai gen virulensi yang dapat mematahkan gen ketahanan Xa1 Xa2 Xa4 Xa7 Xa10 Xa11 dan Xa 14 pada tanaman padi patotipe VIII dapat mematahkan gen ketahanan Xa1 Xa2 Xa3 Xa4 Xa7 Xa10 Xa11 dan Xa 14 sedangkan patotipe X dapat mematahkan gen ketahanan Xa1 Xa2 Xa4 Xa7 Xa10 Xa11 Xa14 dan Xa21 (Hifni dan Kardin 1998) Hal ini menunjukkan bahwa padi kultivar Kelaca tahan terhadap patotipe IV VIII dan X karena memiliki gen ketahanan Xa yang mampu mengatasi gen-gen virulen (Vir) dari ketiga patotipe tersebut

Djatmiko dan Fatichin (2011) menduga bahwa suatu tanaman menjadi tahan terhadap penyakit HDB karena meng-hasilkan fitoaleksin sebagai hasil interaksi inang-parasit yang fungsinya menghambat perkembangan bakteri Akumulasi fitoaleksin

dalam konsentrasi tinggi dapat membatasi area infeksi patogen (Suswati et al 2011) Hal yang sama dijelaskan oleh Hasegawa et al (2014) bahwa tanaman padi memiliki respons tahan terhadap penyakit blas karena mengakumulasi senyawa fitoaleksin sakuratenin yang bersifat toksin bagi patogen tanaman dengan cepat setelah terinfeksi patogen Oleh karena itu senyawa fitoaleksin diduga pula berpengaruh untuk menghambat penyakit-penyakit hawar daun bakteri pada padi kultivar Kelaca

Kultivar lokal Pae Wila Pulu Lotong Mandoti Pulu Pute mengalami peningkatan status ketahanan di fase generatif Hal ini mengindikasikan bahwa ketahanan kultivar tersebut meningkat seiring dengan pertambahan umur tanaman padi Hasil yang sama dilaporkan oleh Khaeruni et al (2014b) bahwa semakin tua umur tanaman padi Inpari 10 dan Cisantana yang diinokulasi X oryzae pv oryzae menjadi semakin lambat perkembangan penyakit hawar daun bakterinya Djatmiko dan Fatichin (2009) melaporkan bahwa fase vegetatif tanaman padi lebih rentan dibandingkan dengan fase generatifnya sedangkan Aditya et al (2015) mengemukakan bahwa ketahanan lapangan fase generatif padi lebih rentan terhadap penyakit hawar daun bakteri dibandingkan dengan fase vegetatifnya

VarietasKultivarPatotipe IV Patotipe VIII Patotipe X

IP ()

Skor(Respons)

IP ()

Skor (Respons)

IP ()

Skor (Respons)

Pae Ngonggohia 137 4 (AR) 210 4 (AR) 93 3 (AT)Pae Biu 130 4 (AR) 47 2 (T) 203 4 (AR)Pae Nggomumu 160 4 (AR) 227 4 (AR) 150 4 (AR)Pae Wila 38 2 (T) 733 3 (AT) 56 2 (T)Paedai Hada 167 4 (AR) 147 4 (AR) 200 4 (AR)Paedai Wolio 53 2 (T) 253 4 (AR) 170 4 (AR)Mandi 203 4 (AR) 137 4 (AR) 67 3 (AT)Kelaca 80 3 (AT) 120 3 (AT) 33 1 (ST)Pulu Lotong 97 3 (AT) 93 3 (AT) 73 3 (AT)Mandoti 97 3 (AT) 120 3 (AT) 50 2 (T)Pulu Pute 50 2 (T) 80 3 (AT) 130 4 (AR)IR64 220 4 (AR) 340 4 (AR) 213 4 (AR)

Tabel 4 Insidensi penyakit (IP) dan respons ketahanan berbagai kultivar padi lokal dan IR64 terhadap inokulasi 3 patotipe Xanthomonas oryzae pv oryzae pada fase generatif

SR sangat rentan R rentan AR agak rentan AT agak tahan ST sangat tahan kontrol varietas rentan

J Fitopatol Indones Khaeruni et al

Hasil penelitian ini secara umum memperlihatkan bahwa kultivar padi lokal yang diinokulasi oleh X oryzae pv oryzae patotipe IV VIII dan X memiliki reaksi ketahanan yang berbeda pada fase vegetatif dan generatif Kultivar Kelaca memiliki tingkat ketahanan yang lebih baik dibandingkan dengan kultivar uji lainnya Kultivar ini bereaksi agak tahan terhadap patotipe IV dan X juga sangat tahan terhadap patotipe VIII pada fase vegetatif sedangkan pada fase generatif bereaksi agak tahan terhadap patotipe IV dan VIII juga sangat tahan terhadap patotipe X

UCAPAN TERIMA KASIH

Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada Direktorat Pembinaan Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan Nasional yang telah membiayai penelitian ini melalui Hibah Penelitian Fundamental Nomor 0541023-04101002011

DAFTAR PUSTAKA

Aditya RH Wahyuni WS Mihardjo PA 2015 Ketahanan lapangan lima genotipe padi terhadap penyakit hawar daun bakteri J Fitopatol Indones 11(5)160ndash166 DOI httpdxdoiorg1014692jfi115160

Akhtar MA Rafi A Hameed A 2008 Comparison of methods of inoculation of Xanthomonas oryzae pvoryzae in rice cultivars Pak J Bot 40(5)2171ndash2175

Djatmiko HA Fatichin 2009 Ketahanan dua puluh satu varietas padi terhadap penyakit hawar daun bakteri J HPT Tropika 9(2)168ndash172

Hasegawa M Mitsuhara I Seo S Okada K Yamane H Iwai T Ohashi Y 2014 Analysis on blast fungus-responsive characters of a flavonoid phytoalexin sakuranetin accumulation in infected riceleaves antifungal activity and detoxification by fungus Molecules 1911404ndash11418 DOI httpdxdoiorg103390molecules190811404

Hifni HR Kardin MK 1998 Pengelompokan isolat Xanthomonas oryzae pv oryzae dengan menggunakan galur isogenik padi IRRI Hayati 566ndash72

IRRI 1996 Standard Evaluation System for Rice 4th ed Manila (PH) IRRI PO Box 933 Hlm 52

Khaeruni A Rahim A Syair Adriani 2014a Induksi ketahanan terhadap penyakit hawar daun bakteri di lapangan menggunakan rizobakteri indigenos J HPT Tropika 14(1)57ndash63

Khaeruni A Taufik M Wijayanto T Johan EA 2014b Perkembangan penyakit hawar daun bakteri pada tiga varietas padi sawah yang diinokulasi pada beberapa fase pertumbuhan J Fitopatol Indones 10(4)119ndash125 DOI http dxdoiorg1014692jfi104119

Khaeruni A Wijayanto T 2013 Pathotype grouping of Xanthomonas oryzae pv oryzae isolates from South Sulawesi and Southeast Sulawesi Agrivita 35 (2)138ndash144 DOI httpdxdoiorg1017503Agrivita-2013-35-2-p138-144

Liu DN Ronald PC Bogdanova AJ 2006 Xanthomonas oryzae pathovars model pathogens of a model crop Mol Plant Pathol 7303ndash324 DOI httpdxdoiorg101111j1364-3703200600344x

Nafisah Aan A Daradjat B Suprihatno Triny SK 2007 Heritabilitas karakter ketahanan hawar daun bakteri dari tiga populasi tanaman padi hasil seleksi daur siklus pertama Bull Penelitian Pertanian Tanaman Pangan 6(2)100ndash105

Nayak P Rao AVS Chakrabarti 1987 Components of resistance to bacterial blight disease of rice J Phytopathol 119(4)289ndash237 DOI httpdxdoiorg 101111j1439-04341987tb04402x

Rahim A Khaeruni A dan Taufik M 2012 Reaksi ketahanan beberapa varietas padi komersial terhadap Xanthomonas oryzae pv oryzae isolat Sulawesi Tenggara Berkala Penelitian Agronomi 1(2)132ndash138

Suparyono Sudir Suprihanto 2004 Pathotype profile of Xanthomonas oryzae pv oryzae

94

J Fitopatol Indones Khaeruni et al

isolates from the rice ecosystem in Java Indones J Agriculture Science 563ndash69

Suswati Habazar T Husin EF Nasir N Putra DP Taylor P 2011 Senyawa phenolik akar pisang cv kepok (Musa acuminata) yang diinduksi dengan fungi mikoriza arbuskular indigenus Pu10-Glomus sp1

terhadap penyakit darah bakteri J Nat Indones 13(3) 207ndash213

Wahyudi AT Meliah S Nawangsih AA 2011 Xanthomonas oryzae pv oryzae bakteri penyebab hawar daun pada padi isolasi karakterisasi dan telaah mutagenesis dengan transposon J Sains 15(1)89ndash96

95

Volume 12 Nomor 3 Mei 2016Halaman 104ndash108

DOI 1014692jfi123104ISSN 0215-7950

Alamat penulis korespondensi Laboratorium Fitopatologi Fakultas Pertanian Universitas SriwijayaJalan Palembang-Prabumulih Km32 Indralaya Palembang 30662Tel 0711-580663 Faks 0711-580663 Surel suwandisalehgmailcom

104

KOMUNIKASI SINGKAT

Penekanan Penyakit Blas Leher Malai Padi Menggunakan Ekstrak Kompos Jerami Padi

Suppression of Panicle Blast by Rice Straw Compost Extract

Suwandi Harman Hamidson Ahmad MuslimUniversitas Sriwijaya Palembang 30662

ABSTRAK

Penyakit blas merupakan penyakit penting pada tanaman padi dan menyebabkan kehilangan hasil pada lahan reklamasi pasang surut di Sumatera Selatan Ekstrak fermentasi kompos jerami dari tanaman padi sehat diuji potensinya dalam menekan blas leher malai pada percobaan dalam pot Padi varietas Ciherang ditanam pada campuran tanah dengan 1 jerami tanaman sakit (vv) yang diperoleh dari sawah pasang surut Insidensi penyakit blas leher malai dapat ditekan sebesar 71minus87 sebagai respons aplikasi ekstrak kompos Aplikasi ekstrak kompos tidak memengaruhi perkecambahan benih dan tinggi tanaman tetapi dapat meningkatkan hasil Kompos jerami dari tanaman sehat berpotensi sebagai sumber pengendalian blas di lapangan

Kata kunci lahan reklamasi kompos jerami tanah sulfat masam

ABSTRACT

Blast is the most important disease of rice and may cause significant losses in the reclaimed tidal swamp of South Sumatra Water extracts of fermented composts prepared from straws of the vigorous rice plant were tested in pot experiment for their ability to control blast Rice variety Ciherang was grown on mixture of field soil and 1 diseased rice straw (vv) collected from a tidal swamp rice field Incidence of panicle blast was reduced by 71minus87 in response to application of compost extract The compost extract did not affect seed germination and plant height instead it increased the yield The rice straw from healthy and vigorous plants is potential as a source for blast disease control

Key words acid sulfate soil compost extract land reclamation

Indonesia memiliki lahan pasang surut yang luas yang sebagian besar terdapat di pesisir pantai Sumatera Kalimantan dan Papua Hampir 4 juta ha dari lahan pasang surut tersebut telah direklamasi (Suprianto et al 2009) dan 1 juta ha di antaranya ditanami padi Di Sumatera Selatan terdapat sekitar 2656 ribu ha padi dibudidayakan di lahan

pasang surut reklamasi (BPS Sumatera Selatan 2014) Rata-rata hasil padi sawah pasang surut di Banyuasin ialah 41 ton ha-1 (BPS Banyuasin 2014) dan hasil ini lebih rendah dibandingkan dengan hasil padi sawah irigasi pada tanah mineral di Kabupaten OKU Timur yang rata-ratanya mencapai 55 ton ha-1 (BPS OKU Timur 2014)

J Fitopatol Indones Suwandi et al

105

Penyakit blas yang disebabkan oleh Pyricularia oryzae merupakan penyakit terpenting pada tanaman padi Penyakit ini telah dilaporkan menyerang sejak periode awal budi daya padi di lahan reklamasi pasang surut Sumatera Selatan (Koswara dan Rumawas 1984) Survei penyakit yang dilakukan sejak tahun 2013 menunjukkan bahwa penyakit blas endemik di lahan suboptimal ini dan menyebabkan beberapa sawah mengalami gagal panen

Patogen blas diketahui memiliki daya adaptasi yang tinggi terhadap beragam kondisi lingkungan termasuk varietas resisten (Ou 1985 Scheuermann et al 2012) sehingga pengendaliannya sukar dilakukan Aplikasi ekstrak kompos atau dikenal sebagai teh kompos diketahui dapat meningkatkan pertumbuhan produksi dan kualitas gizi tanaman (Hargreaves et al 2009 Pant et al 2009 Shrestha et al 2012) Penekanan penyakit setelah aplikasi ekstrak kompos telah dilaporkan (Elad dan Shtienberg 1994 Curlango-Rivera et al 2013) Pada penelitian ini ekstrak kompos yang dibuat dari kompos jerami padi diuji potensinya untuk pengendalian penyakit blas

Penelitian dilaksanakan dalam pot menggunakan media tanah sulfat masam potensial yang diperoleh dari sawah lahan reklamasi pasang surut Telang II Banyuasin Sumatera Selatan Penelitian disusun dalam rancangan acak lengkap dengan 4 perlakuan dan 3 ulangan Perlakuan yang diuji ialah ekstrak kompos padi Ciherang kompos padi Inpari 1 dan kompos padi Inpari 10 serta ekstrak tanah (kontrol)

Infestasi patogen blas dilakukan secara alami dengan mencampur 1 volume cacahan jerami padi yang terserang parah penyakit blas ke dalam medium tanam Tanaman padi dipupuk dengan 90 kg N ha-1 60 kg P ha-140 kg K ha-1 menggunakan NPKMgCa (161616155) urea dan SP36 Sebanyak setengah takaran urea ditaburkan saat 7 hari setelah semai dan sisanya saat bunting

Kompos dibuat dengan cara mencampur potongan rumpun padi uji yang sehat dan bugar (yang menunjukkan pertumbuhan

lebih baik dibandingkan dengan tanaman padi lainnya dalam suatu sawah) berikut tanah perakarannya dengan pupuk kandang sapi dalam perbandingan volume yang sama Pengomposan dilakukan selama 14 hari di dalam guci tanah liat Setiap 2 hari campuran dibalik dan disemprot air untuk menjaga kadar air 60minus80 Komposmdashsetengah matangmdashselanjutnya disimpan dalam kantong plastik dalam lemari pendingin sampai digunakan untuk ekstraksi

Ekstrak kompos dibuat dengan cara merendam kompos dalam 2 kali volume air dan diaduk sesaat setelah direndam Rendaman kompos selanjutnya difermentasi selama 4 hari dalam suhu kamar (27minus29 degC) Air rendaman kompos selanjutnya dipanen dengan cara disaring dan segera digunakan dalam keadaan segar Sebagai pembanding (perlakuan kontrol) digunakan ekstrak rendaman tanah

Padi varietas Ciherang digunakan sebagai tanaman uji Padi ditanam pada baki plastik (30 cm times 23 cm) yang diisi dengan tanah yang diperoleh dari sawah di lahan reklamasi pasang surut Telang II Banyuasin Sumatera Selatan Aplikasi ekstrak dilakukan dengan perendaman benih selama 48 jam dan dilanjutkan dengan penyemprotan saat fase pemanjangan batang (6 minggu setelah semai) dan bunting (8 minggu setelah semai) Aplikasi ekstrak dilakukan pada konsentrasi 50 (11 [vv] ekstrak komposair) Penyemperotan dilakukan dengan volume semprot tinggi (750 L ha-1)

Pengamatan penyakit blas leher malai dilakukan saat panen Serangan penyakit dihitung berdasarkan insidensi blas leher malai yang dihitung dengan rumus

IBM = nN x 100 denganIBM insidensi blas leher malai n jumlah tangkai malai bergejala N jumlah malai per pot Hasil panen dinyatakan dalam g pot-1 dari hasil gabah yang dikeringkan hingga mencapai kadar air plusmn 14

Pencampuran 1 volume jerami dari tanaman sakit ke dalam media tanam menyebabkan serangan parah blas leher malai pada perlakuan kontrol (Tabel 1)

J Fitopatol Indones Suwandi et al

106

Hasil ini mengungkapkan bahwa sisa jerami tanaman sakit di lapangan dapat menjadi sumber inokulum bagi tanaman musim berikutnya Peranan sisa jerami tanaman sakit sebagai sumber utama inokulum penyakit blas sudah lama diketahui (Suzuki 1975 Ou 1985) Infektifitas yang tinggi inokulum dari jerami sakit memungkinkan sisa tanaman ini dijadikan sumber inokulum alami pada percobaan lapangan ataupun percobaan yang menghendaki inokulum yang mewakili populasi lapangan patogen blas

Insidensi blas secara nyata lebih rendah pada tanaman yang diberi perlakuan ekstrak fermentasi kompos yang berasal dari rumpun padi bugar Insidensi penyakit blas leher malai dapat ditekan sebesar 71minus87 pada tanaman yang diaplikasi dengan ekstrak kompos (Tabel 1) Perlakuan ekstrak kompos tidak

memengaruhi perkecambahan benih dan tinggi tanaman (Tabel 2) tetapi perlakuan ekstrak kompos padi Inpara 1 dapat meningkatkan hasil gabah dibandingkan dengan kontrol (Tabel 3) Peningkatan hasil ini selaras dengan tingginya penekanan penyakit setelah perlakuan ekstrak kompos tersebut

Penelitian ini menunjukkan manfaat aplikasi ekstrak kompos bagi produksi padi Efikasi lapangan ekstrak kompos di lahan pasang surut yang bermasalah dengan penyakit blas kini sedang dalam proses pengujian Ekstrak kompos bermanfaat bagi tanaman karena hara yang dikandungnya terurai melalui mineralisasi dan pelarutan (Shrestha et al 2012) dan secara tidak langsung melalui pengimbasan ketahanan (Kim et al 2015) Ekstrak kompos jerami padi diketahui kaya akan kandungan senyawa humat yaitu

Sumber ekstrak kompos Insidensi penyakit()

Penekanan penyakit()

Tanah (kontrol) 528 plusmn 88 a -Kompos jerami padi Ciherang 151 plusmn 76 b 71Kompos jerami padi Inpari 10 80 plusmn 39 b 85Kompos jerami padi Inpara 1 69 plusmn 32 b 87

Tabel 1 Insidensi penyakit saat panen dan penekanan penyakit blas leher malai padi dalam pot yang diaplikasi ekstrak kompos

Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji beda nyata jujur Tukey (P=005) nilai relatif terhadap kontrol

Sumber ekstrak kompos Perkecambahan benih ()

Tinggi tanaman (cm)

Tanah (kontrol) 867 plusmn 22 537 plusmn 12Kompos jerami padi Ciherang 817 plusmn 51 525 plusmn 08Kompos jerami padi Inpari 10 842 plusmn 44 523 plusmn 12Kompos jerami padi Inpara 1 792 plusmn 68 533 plusmn 10

Tabel 2 Pertumbuhan padi dalam pot yang diaplikasi ekstrak kompos

Sumber ekstrak kompos Hasil (g pot-1 gabah kering giling )

Jumlah malai per tanaman

Jumlah gabah per malai

Tanah (kontrol) 25 plusmn 01 b 33 plusmn 02 b 307 plusmn 32Kompos jerami padi Ciherang 25 plusmn 02 b 30 plusmn 02 b 310 plusmn 31Kompos jerami padi Inpari 10 27 plusmn 03 b 34 plusmn 02 b 382 plusmn 28Kompos jerami padi Inpara 1 38 plusmn 02 a 41 plusmn 03 a 399 plusmn 28

Tabel 3 Komponen hasil padi dalam pot yang diaplikasi ekstrak kompos

Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji beda nyata jujur Tukey (P=005)

J Fitopatol Indones Suwandi et al

asam humat dan fulvat (Agustian 2004 Goyal dan Sindhu 2011) Senyawa humat berperan dalam pemacuan pertumbuhan pembenah tanah dan peningkatan ketahanan terhadap hama dan penyakit (Scheuerell dan Mahaffee 2004 Scheuerell dan Mahaffee 2006 El-Ghamry 2009 Kamel et al 2014) Pengimbasan ketahanan tanaman oleh asam humat terjadi melalui peningkatan aktivitas kitinase (Abdel-Kareem 2007) peningkatan kandungan senyawa fenol serta peningkatan aktivitas enzim peroksidase dan fenilalanin amonia liase (PAL) (Abdel-Monaim et al 2011)

UCAPAN TERIMA KASIH

Penelitian ini didanai oleh Penelitian Unggulan Perguruan Tinggi Universitas Sriwijaya tahun anggaran 2013minus2015

DAFTAR PUSTAKA

Abdel-Kareem F 2007 Induced resistance in bean plants against root rot and alternaria leaf spot diseases using biotic and a biotic inducers under field conditions J Agric Biol Sci 3767ndash774

Abdel-Monaim MF Ismail ME Morsy KM 2011 Induction of systemic resistance of benzothiadiazole and humic acid in soybean plants against fusarium wilt disease Mycobiology 39(4)290minus298 D O I h t t p d x d o i o rg 1 0 5 9 4 1 MYCO2011394290

Agustian Susila P Gusnidar 2004 Pembentukan asam humat dan fulvat selama pembuatan kompos jerami padi Solum 19ndash14

[BPS Banyuasin] Badan Pusat Statistik Kabupaten Banyuasin 2014 Kabupaten Banyuasin Dalam Angka 2014 httpbanyuasinkabbpsgoiddatapublikasipublikasi_114indexhtml [diakses 20 Agst 2014]

[BPS OKU Timur] Badan Pusat Statistik Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur 2014 Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur Dalam Angka 2014 http

okutimurkabbpsgoiddatapublikasidda2014 [diakses 20 Agst 2014]

[BPS Sumatera Selatan] Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Selatan 2014 Sumatera Selatan Dalam Angka 2014 httpsumselbpsgoidimagespublikasiflipping2014sumsel20dalam20angka202014indexhtml [diakses 20 Agst 2014]

Curlango-Rivera G Pew T van Etten HD Zhongguo X Yu N Hawes MC 2013 Measuring root disease suppression in response to a compost water extract Phytopathology 103255minus260 DOI httpdxdoiorg101094PHYTO-06-12-0145-R

Elad Y Shtienberg D 1994 Effect of compost water extracts on grey mould (Botrytis cinerea) Crop Prot 13109minus114 DOI httpdxdoiorg1010160261-2194(94)90160-0

El-Ghamry AM Abdel-Hai KM Ghoneem KM 2009 Amino and humic acids promote growth yield and disease resistance of faba bean cultivated in clayey soil Aust J Basic Applied Sci 3731minus739

Goyal S Sindhu SS 2011 Composting of rice straw using different inocula and analysis of compost quality Microbiol J1 1 2 6 minus 1 3 8 D O I h t t p d x d o i org103923mj2011126138

Hargreaves JC Adl MS Warman PR 2009 The effects of municipal solid waste compost and compost tea on mineral element uptake and fruit quality of strawberries Compost Sci Util 1785minus94 DOI httpdxdoiorg1010801065657X200910702406

Kamel SM Afifi MMI El-Shoraky FS El-Sawy MM 2014 Fulvic acid a tool for controlling powdery and downy mildews in cucumber plants Int J Phytopathol 3101minus108

Kim MJ Shim CK Kim YK Hong SJ Park JH Han EJ Kim SC 2015 Effect of aerated compost tea on the growth promotion of lettuce soybean and sweet corn in organic cultivation Plant Pathol 31259ndash268 DOI httpdxdoiorg105423PPJOA0220150024

107

J Fitopatol Indones Suwandi et al

Koswara O Rumawas F 1984 Tidal swamp rice in Palembang region Di dalam Smith WH Argosino GS editor Proceedings of the Workshop on Research Priorities in Tidal Swamp Rice Los Bantildeos Laguna (PH) International Rice Research Institute hlm 37minus48

Ou SH 1985 Rice Diseases Kew Survey (UK) CAB International Mycological Institute

Pant AP Radovich TJK Hue NV Talcott ST Krenek KA 2009 Vermicompost extracts influence growth mineral nutrients phytonutrients and antioxidant activity in pak choi (Brassica rapa cv Bonsai Chinensis group) grown under vermicompost and chemical fertilizer J Sci Food Agric 892383minus2392 DOI httpdxdoiorg101002jsfa3732

Scheuerell SJ Mahaffee WH 2004 Compost tea as a container medium drench for suppressing seedling damping-off caused by Pythium ultimum Phytopathology 941156minus1163 DOI httpdxdoiorg101094PHYTO200494111156

Scheuerell SJ Mahaffee WH 2006 Variability associated with suppression of gray mold (Botrytis cinerea) on geranium by foliar applications of nonaerated and aerated compost teas Plant Dis 901201minus1208 DOI httpdxdoiorg101094PD-90-1201

Scheuermann KK Raimondi JV Marschalek R de Andrade A Wickert E 2012 Magnaporthe oryzae genetic diversity and its outcomes on the search for durable resistance Di dalam Caliskan M editor The Molecular Basis of Plant Genetic Diversity Rijeka (HR) Intech hlm 331minus356

Shrestha K Walsh KB Midmore DJ 2012 Microbially enhanced compost extract does it increase solubilisation of minerals and mineralisation of organic matter and thus improve plant nutrition J Bioremed Biodegrad 3(5)1ndash9 DOI httpdxdoiorg1041722155-61991000149

Suprianto H Irianto SG Susanto RH Schultz B Suryadi FX Eelaart AVD 2009 Land and water management of tidal lowlands experiences in Telang and Saleh South Sumatra Irrig Drain 59(3)317minus335 DOI httpdxdoiorg101002ird460

Suzuki H 1975 Meteorological factors in the epidemiology of rice blast Ann Rev Phytopathol 13239minus256 DOI ht tp dxdoi org101146annurevpy13090175001323

108

  • 12737-37236-1-PBpdf (p1-8)
  • 12738-37237-1-PBpdf (p9-14)
  • 12739-37238-1-PBpdf (p15-21)
  • 12741-37240-1-PBpdf (p22-26)
Page 13: Bakteri Endofit Asal Berbagai Akar Tanaman sebagai Agens ...fp.unmas.ac.id/wp-content/uploads/2018/10/vol-12-no.3.pdfInfeksi nematoda puru akar (NPA) Meloidogyne incognita pada tomat

J Fitopatol Indones Yanto dan Swibawa

nematoda penting di beberapa negara penghasil pisang Di Kamerun P coffeae P goodey dan R similis adalah perusak akar utama akar pisang (Bridge et al 1995) sedangkan di Tamil Nadu India hanya R similis (Srinivasan et al 2011) Sementara itu di Nigeria Helicotylenchus lebih penting daripada Pratylenchus (Tanimola et al 2013) dan di Equador R similis lebih penting daripada Helicotylenchus Pratylenchus dan Meloidogyne (Chaves dan Araya 2010)

Umur lahan memengaruhi status Pratylenchus dan Radopholus Pada lahan umur 3ndash5 dan 10ndash12 tahun kedua nematoda berstatus penting sementara pada lahan umur 17ndash19 tahun dianggap kurang penting Lebih rendahnya nilai FA FR dan PA kedua fitonematoda pada lahan umur 17ndash19 tahun

dibandingkan dengan pada lahan umur 3ndash5 dan 10ndash12 tahun disebabkan oleh rotasi pisang dengan ubi kayu yang dilakukan 2ndash3 kali

UCAPAN TERIMA KASIH

Ucapan terima kasih disampaikan kepada RA Wardhana dan manajemen PT NTF yang telah memfasilitasi penelitian

DAFTAR PUSTAKA

Ansory 2009 Kriteria kesesuaian lahan untuk tanaman pisang Cavendish yang dikelola secara intensif di Way Kambas Lampung Timur [disertasi] Bogor (ID) Institut Pertanian Bogor

Tabel 2 Populasi absolut fitonematoda dari 200 mL tanah dan 50 g akar pada berbagai umur lahan pisang Cavendish

- tidak ditemukan fitonematoda data yang dianalisis ditransforamsi 2 kali ke radic (x+1) ns tidak nyata s nyata lahan dirotasi dengan ubi kayu Angka pada baris yang sama yang diikuti huruf sama tidak berbeda menurut uji BNT taraf nyata 5

Genus Nematoda SampelUmur lahan (tahun) KK

()Ket

3ndash5 10ndash12 17ndash19 (terotasi)

Aphelenchoides Tanah 01 01 01 32 nsAkar 02 00 00 32 ns

Aphelenchus Tanah 03 00 12 81 nsAkar 05 11 39 166 ns

Criconemella Tanah 00 00 01 19 nsAkar 07 00 01 69 ns

Ditylenchus Tanah 17 04 05 131 nsAkar - - -

Helicotylenchus Tanah 252 00 00 322 nsAkar 01 00 00 18 ns

Hoplolaimus Tanah 03 29 26 146 nsAkar 02 03 19 931 ns

Meloidogyne Tanah 11 00 10 101 nsAkar 22 45 127 252 ns

Paralongidorus Tanah - - -Akar 03 00 00 43 ns

Pratylenchus Tanah 2988 a 2152 a 330 b 129 sAkar 206 50 49 71 ns

Radopholus Tanah 4230 a 1261 a 164 b 121 sAkar 141 26 09 64 ns

Scutellonema Tanah 01 04 49 167 nsAkar 11 01 02 88 ns

Tylenchus Tanah 00 00 02 185 nsAkar 14 00 00 82 ns

Xiphinema Tanah 35 00 00 156 nsAkar - - -

87

J Fitopatol Indones Yanto dan Swibawa

Bridge J Price NS Kofi P 1995 Plant parasitic nematode on plantain and other crop in Cameroon West Africa Fundam Appl Nematol 18(3)251ndash260

Chaves C Araya M 2010 Spatial-temporal distribution of plant parasitic nematodes in banana (Musa AAA) plantation Equador J App Biosci 332057ndash2069

Gowen SR Queneherve P Fogain R 2005 Nematode parasites of banana and plantain Di dalam Luc M Sikora RA Bridge J editors Plant Parasitic Nematodes in Subtropical and Tropical Agriculture Ed ke-2 Wallingford (UK) CABI Publishing hlm 611ndash643 DOI httpdxdoiorg10107997808519972780611

Herradura LE 2009 Host respons of Eumusa varieties to a Radopholus similis population from the Philippines [disertasi]Leuven (BE) de Agricultura Katholieke Universiteit Leuven

Hooper DJ Hallman J Subbotin SA 2005 Methods for extraction processing and detection of plant and soil nematodes Di dalam Luc M Sikora RA Bridge J editor Plant Parasitic Nematodes in Subtropical and Tropical Agriculture Ed ke-2 Wallingford (UK) CABI Publishing hlm 53ndash86 DOI httpdxdoiorg10107997808519972780053

Jumjunidang 2003 Status and future RampD of nematodes in banana in Indonesia Di dalam Cruz Jr FS Van den Bergh I Waele D Hautea DM Molina AB editors Country Report of Workshop and Training Toward Management of Musa Nematodes in Asia and the Pasific 2003 Des 1ndash5 Los Banos Laguna (PH) The Institute of Plant Breeding UPLB hlm 43ndash46

Khan MR Hasan MA 2010 Nematode diversity in banana rhizosphere from West Bengal India J Plant Protec Res 50(3)263ndash268 DOI httpdxdoiorg102478v10045-010-0046-9

Mai WF Lyon HH 1975 Pictorial Key to

Genera of Plant-Parasitic Nematodes London (UK) Comstock Publishing Associated

Moser T Forster B Frankenbach S Marques R Rombke J Schmidt P Hofer H 2012 Nematodes assemblages in banana (Musa acuminata) monoculture and banana plantation with jucara palm (Euterpe edulis) in the Southern Mata Atlantica Brazil Nematology 14(3)371ndash384 DOI httpdxdoiorg101163156854111X601669

Nega G Fetena S 2015 Root necrosis assesment of plant parasitic nematodes of banana (Musa spp) at Arbaminch Etiophia J BiolAgric Healthcare 5(15)76ndash80

Norton DC 1978 Ecology of plant parasitic nematodes New York (US) John Willey and Sons Inc

Orsquobannon JH 1977 Worldwide dissemination of Radopholus similis and it importance in crop production J Nematol 9(1)16ndash25

Rahman SSA Zain SNM Mat MZB Sidam AK Othman RY Mohamed Z 2014 Population distribution of plant parasitic nematodes on bananas in Paninsular Malaysia Sains Malaysiana 43(2)175ndash183

Srinivasan R Kulothungan S Sundaraju P Govindasami C 2011 Biodiversity of plant parasitic nematodes associated with banana in Thanjavur District of Tamil Nadu Int J Plant Animal Environ Sci 1(2)63ndash69

Tanimola AA Asimeaa AO Ofuru-Joseph S 2013 Status of plant-parasitic nematodes on plantain (Musa parasidiaca (L)) in Choba Rivers State Nigeria Word J Agric Sci 9(2)189ndash195

ZhongS He Y Zeng H Mo Y Zhou ZX Zang ZP Jin Z 2011 Effect of banana wilt desasease on soil nematodes community structure and diversity Afr J Biotechnol 10(59)12729ndash12737

88

Volume 12 Nomor 3 Mei 2016Halaman 89ndash95

DOI 1014692jfi12389ISSN 0215-7950

Alamat penulis korespondensi Jurusan Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Halu Oleo Jalan HEA Mokodompit Kendari 93232 Tel 0401-3122320 Faks 0401-0401-3197045 Surel akhaeruniyahoocom

89

Ketahanan Berbagai Kultivar Padi Lokal terhadap Penyakit Hawar Daun Bakteri

Resistance of Local Rice Cultivars to Bacterial Leaf Blight Disease

Andi Khaeruni Erwin Najamuddin Teguh Wijayanto SyairUniversitas Halu Oleo Kendari 93232

ABSTRAK

Penyakit hawar daun bakteri yang disebabkan oleh Xanthomonas oryzae pv oryzae merupakan salah satu penyakit penting pada tanaman padi di Indonesia termasuk di Sulawesi Tenggara Penggunaan varietas tahan merupakan salah satu strategi pengendalian yang efektif dan ramah lingkungan untuk mengatasi penyakit Penelitian ini bertujuan mengetahui tingkat ketahanan beberapa varietas padi lokal asal Sulawesi Selatan dan Sulawesi Tenggara terhadap X oryzae pv oryzae patotipe IV VIII dan X Penelitian dilakukan di rumah kasa menggunakan tiga patotipe pada 11 kultivar padi lokal Inokulasi bakteri dilakukan menggunakan metode pengguntingan daun pada fase vegetatif dan generatif Pengamatan terhadap insidensi penyakit hawar daun bakteri dilakukan 3 minggu setelah inokulasi Data insidensi penyakit digunakan untuk menentukan tingkat ketahanan tanaman uji Hasil penelitian menunjukkan bahwa periode inkubasi penyakit pada kultivar Kelaca lebih lama dibandingkan dengan kultivar lainnya Pada fase vegetatif kultivar ini bereaksi agak tahan terhadap patotipe IV dan X serta sangat tahan terhadap patotipe VIII sedangkan pada fase generatif bereaksi agak tahan terhadap patotipe IV dan VII serta sangat tahan terhadap patotipe X Oleh karena itu kultivar Kelaca dapat direkomendasikan untuk ditanam pada daerah endemis penyakit hawar daun di Sulawesi Selatan dan Tenggara

Kata kunci insidensi penyakit patotipe Xanthomonas oryzae pv oryzae

ABSTRACT

Bacterial leaf blight disease caused by Xanthomonas oryzae pv oryzae is an important rice disease in Indonesia including in South East Sulawesi The use of resistant varieties is one of the effective and environmentally friendly control strategies to suppress the disease This study aimed to determine the level of resistance of some local rice varieties of South and Southeast Sulawesi against Xanthomonas oryzae pv oryzae pathotypes IV VIII and X The study was conducted in a screen house involving 3 bacterial pathotypes and 11 local rice cultivars Shearing method was used for inoculation of bacteria to leaf on vegetative and generative phases Disease incidences were measured 3 weeks after inoculation and the data was further used to determine the level of resistance of the tested rice cultivars The results showed that incubation period of the disease was longer on Kelaca cultivar compared to other cultivars On vegetative phase this cultivar showed moderate resistant to pathotypes IV and X and highly resistant to patotype VIII whereas on the generative phase it showed moderate resistant to pathotypes IV and VII and highly resistant to pathotype X Therefore Kelaca cultivar can be recommended for endemic areas of leaf blight in South and Southeast Sulawesi

Key words disease incidence pathotype Xanthomonas oryzae pv oryzae

J Fitopatol Indones Khaeruni et al

90

PENDAHULUAN

Hawar daun bakteri (HDB) yang disebabkan oleh Xanthomonas oryzae pv oryzae merupakan salah satu penyakit padi yang sulit dikendalikan karena memiliki banyak patotipe dan penyebarannya mudah terjadi (Akhtar et al 2008) Di Indonesia diketahui terdapat 12 patotipe X oryzae pv oryzae dengan tingkat virulensi yang berbeda dan merupakan ancaman utama bagi produksi padi nasional (Wahyudi et al 2011) Infeksi X oryzae pv oryzae pada tanaman padi di Indonesia menyebabkan kerugian hasil panen sebesar 21ndash36 pada musim hujan dan 18ndash28 pada musim kemarau (Suparyono et al 2004) Penanaman satu jenis varietas secara terus-menerus dengan skala yang luas dapat menyebabkan pergeseran patotipe sehingga patogen X oryzae pv oryzae menjadi semakin virulen

Penyakit HDB juga merupakan salah satu penyakit penting pada tanaman padi sawah di Sulawesi Tenggara Berdasarkan pengelompokan patotipe sistem KOZAKA yang menggunakan varietas diferensial dilaporkan terdapat 3 kelompok patotipe X oryzae pv oryzae di Sulawesi Tenggara yaitu patotipe IV VIII dan X yang memiliki virulensi tinggi (Khaeruni dan Wijayanto 2013)

Penggunaan varietas tahan terhadap patotipe yang dominan di daerah tertentu merupakan salah satu cara untuk mengendalikan X oryzae pv oryzae Pengendalian penyakit dengan menggunakan varietas tahan merupakan cara pengendalian yang efektif murah dan mudah untuk dilakukan sepanjang varietas tahan tersedia di masyarakat Rahim et al (2012) melaporkan 6 varietas padi komersial yang diuji terhadap X oryzae pv oryzae patotipe IV VIII IX dan X tidak ada satu pun varietas yang tahan Oleh karena itu pencarian varietas atau kultivar tahan perlu terus dilakukan Kultivar padi lokal yang telah dibudidayakan oleh masyarakat di Sulawesi Selatan dan Sulawesi Tenggara perlu dievaluasi ketahanannya terhadap X oryzae pv oryzae Penelitian ini bertujuan

menentukan tingkat ketahanan kultivar padi lokal asal Sulawesi Selatan dan Sulawesi Tenggara terhadap penyakit HDB

BAHAN DAN METODE

Isolat X oryzae pv oryzae dan Benih Padi Isolat X oryzae pv oryzae yang digunakan

ialah patotipe IV VIII dan X asal Sulawesi Tenggara (koleksi Laboratorium Ilmu Hama dan Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas Haluoleo) Padi lokal yang diuji sebanyak 6 kultivar asal Sulawesi Tenggara (Pae Nggonggohia Pae Biu Pae Nggomumu Pae Wila Padae Hada Padae Wolio) dan 5 kultivar dari Sulawesi Selatan (Mandi Kelaca Pulu Lotong Mandoti Pulu Pute) Padi var IR64 yang digunakan sebagai varietas rentan diperoleh dari hasil panen tanaman yang bebas dari penyakit HDB

Rancangan Percobaan Percobaan dilakukan di rumah kaca

disusun dalam rancangan acak kelompok Sebanyak 11 kultivar uji dan varietas IR64 diinokulasi dengan 3 patotipe X oryzae pv oryzae sehingga diperoleh 36 kombinasi perlakuan Setiap perlakuan diulang sebanyak 3 kali sehingga total keseluruhan terdapat 108 tanaman uji

Benih padi diperam semalam sebelum dikecambahkan di cawan petri yang dialasi kertas buram lembap Benih yang berkecambah pada umur 2 hari disemai pada kotak semai yang berisi arang sekam bercampur pupuk kandang dengan perbandingan 31 (vv) Bibit berumur 21 hari dipindah tanam dalam pot kantong plastik ukuran 30 cm times 20 cm yang berisi medium campuran tanah dan pupuk kandang dengan perbandingan 41 (vv) kemudian diletakkan dalam rumah kasa Tanaman disiram setiap pagi hari gulma dan hama yang ditemukan dikendalikan secara manual Pemeliharaan tanaman dilakukan sejak pindah tanam sampai pengujian selesai

Isolat dari setiap patotipe X oryzae pv oryzae dibiakkan secara terpisah pada medium pepton sukrosa agar (PSA) selama 48 jam Kultur murni disuspensikan dalam

J Fitopatol Indones Khaeruni et al

91

akuades steril hingga mencapai kepadatan 108ndash109 cfu mL-1 dan digunakan sebagai sumber inokulum (Khaeruni et al 2014a)

Inokulasi setiap patotipe X oryzae pv oryzae pada tanaman uji dilakukan 2 tahap yaitu pada fase vegetatif ketika tanaman berumur 3 minggu setelah tanam (MST) dan pada fase generatif tanaman berumur 8 MST Inokulasi dilakukan pada 5 sampel daun yang membuka sempurna dengan menggunting daun sekitar 2ndash3 cm dari ujung daun menggunakan gunting yang telah dicelupkan dalam suspensi X oryzae pv oryzae

PengamatanPengamatan meliputi periode inkubasi

insidensi penyakit dan reaksi ketahanan Pengamatan periode inkubasi dilakukan setiap hari mulai 1 hari setelah inokulasi sampai munculnya gejala pada daun yang diinokulasi patogen Pengamatan insidensi penyakit dilakukan 3 minggu setelah inokulasi pada setiap tahap inokulasi (fase vegetatif dan generatif)

Insidensi penyakit diamati dengan mengukur panjang gejala HDB pada setiap daun sampel yang diinokulasi Insidensi penyakit dihitung menggunakan rumus

IP = times 100 dengannN

IP insidensi penyakit n panjang gejala HDB pada daun sampel N panjang daun sampel

Kriteria tingkat ketahanan tanaman di-tentukan berdasarkan nilai insidensi penyakit pada setiap kultivar yang diuji pada setiap patotipe berdasarkan nilai skoring yang ditetapkan oleh IRRI tahun 1996 (Tabel 1)

HASIL

Periode InkubasiPeriode inkubasi penyakit pada fase

vegetatif bervariasi dari 27ndash4 hari setelah inokulasi Pada beberapa kultivar memiliki periode inkubasi penyakit yang lebih lama dibandingkan dengan pada varietas IR 64 yaitu 27ndash30 hari (Tabel 2) Periode inkubasi penyakit terpanjang terjadi pada kultivar Kelaca baik pada fase vegetatif maupun fase generatif Varietas IR64 dan kultivar Pae Biu tergolong rentan menunjukkan gejala layu dan muncul bercak kelabu pada tepi daun serta sedikit menggulung ke arah dalam sedangkan gejala layu tidak terjadi pada kultivar Kelaca yang tergolong varietas tahan

Insidensi Penyakit dan Reaksi KetahananInsidensi penyakit hawar daun pada kultivar

padi lokal yang diuji pada fase vegetatif bervariasi dari 26ndash776 sehingga reaksi ketahanan kultivar-kultivar padi lokal tersebut bervariasi dari rentan sampai sangat tahan sementara insidensi penyakit pada varietas IR64 berkisar 24ndash468 sehingga varietas ini bereaksi agak rentan terhadap semua patotipe X oryzae pv oryzae Ketahanan terbaik pada fase vegetatif terdapat pada kultivar Kelaca asal Sulawesi Selatan yang bereaksi agak tahan terhadap patotipe IV dan X serta tahan terhadap patotipe VIII Kultivar Paedai Wolio asal Sulawesi Tenggara memiliki reaksi agak rentan pada semua patotipe sementara kultivar Mandi Pae Ngonggohia Pae Biu Kelaca Pullu Lotong Pae Wila Paedai Hada Mandoti Pullu Pute Paedai Wolio memperlihatkan reaksi rentan sehingga kultivar tersebut memiliki ketahanan lebih rendah dibandingkan dengan varietas IR64 (Tabel 3)

Pada fase generatif insidensi penyakit berkisar 33ndash227 sehingga reaksi ketahanan berbagai kultivar padi lokal yang diinokulasikan dengan 3 patotipe X oryzae pv oryzae juga bervariasi jika dibandingkan dengan varietas IR64 Ketahanan terbaik diperlihatkan padi kultivar Kelaca yang memiliki respons agak tahan terhadap patotipe IV dan VIII serta sangat tahan terhadap patotipe X Selain

Skor Insidensi penyakit ()

Reaksi ketahanan

1 0ndash3 Sangat tahan (ST)2 4ndash6 Tahan (T)3 7ndash12 Agak tahan (AT)4 13ndash50 Agak rentan (AR)5 51ndash75 Rentan (R)6 gt75 Sangat rentan (SR)

Tabel 1 Skor dan insidensi penyakit tanaman berdasarkan pada luas daun padi yang bergejala hawar daun (SES IRRI 1996)

J Fitopatol Indones Khaeruni et al

92

Kultivar padi lokal Patotipe IV Patotipe VIII Patotipe XVeg Gen Veg Gen Veg Gen

Pae Ngonggohia 40 37 30 30 30 27Pae Biu 30 27 27 30 27 27Pae Nggomumu 33 30 37 30 30 37Pae Wila 33 30 33 40 37 43Paedai Hada 33 30 30 30 30 30Paedai Wolio 33 40 30 37 33 33Mandi 33 40 30 30 30 30Kelaca 40 47 37 47 37 47Pulu Lotong 30 30 33 30 30 30Mandoti 30 30 30 30 27 30Pulu Pute 30 30 30 37 23 37IR64 30 30 27 30 27 30

Tabel 2 Periode inkubasi (hari) penyakit hawar daun bakteri pada varietas padi lokal yang diinokulasi dengan 3 patotipe Xanthomonas oryzae pv oryzae

Veg fase vegetatif Gen fase generatif kontrol varietas rentan

Kultivar padi lokalPatotipe IV Patotipe VIII Patotipe X

IP ()

Skor (Respons)

IP ()

Skor (Respons)

IP ()

Skor (Respons)

Pae Ngonggohia 419 4 (AR) 557 5 (R) 391 4 (AR)Pae Biu 718 5 (R) 776 6 (SR) 465 4 (AR)Pae Nggomumu 115 3 (AT) 408 4 (AR) 425 4 (AR)Pae Wila 513 5 (R) 379 4 (AR) 665 5 (R)Paedai Hada 652 5 (R) 309 4 (AR) 743 5 (R)Paedai Wolio 261 4 (AR) 316 4 (AR) 461 4 (AR)Mandi 256 4 (AR) 510 5 (R) 458 4 (AR)Kelaca 78 3 (AT) 26 1 (ST) 69 3 (AT)Pulu Lotong 525 5 (R) 337 4 (AR) 353 4 (AR)Mandoti 448 4 (AR) 265 4 (AR) 519 5 (R)Pulu Pute 233 4 (AR) 342 4 (AR) 555 5 (R)IR64 468 4 (AR) 240 4 (AR) 396 4 (AR)

Tabel 3 Insidensi penyakit (IP) dan respons ketahanan berbagai kultivar padi lokal dan IR64 terhadap 3 patotipe Xanthomonas oryzae pv oryzae pada fase vegetatif

SR sangat rentan R rentan AR agak rentan AT agak tahan ST sangat tahan kontrol varietas rentan

padi kultivar Kelaca kultivar Pae Wila memiliki ketahanan yang relatif lebih kuat terhadap X oryzae pv oryzae karena bereaksi tahan terhadap patotipe IV dan X serta agak tahan terhadap patotipe VIII (Tabel 4)

PEMBAHASAN

Penentuan periode inkubasi didasarkan munculnya gejala hawar pada daun yang diinokulsi X oryzae pv oryzae Periode

inkubasi pada beberapa kultivar lebih lama dibandingkan dengan padi var IR64 baik yang diinokulasi pada fase vegetatif maupun pada fase generatif Kultivar yang memiliki respons ketahanan terbaik ialah padi kultivar Kelaca karena memiliki periode inkubasi terlama dan insidensi penyakit yang lebih rendah dibandingkan dengan kultivar lainnya Hal ini sesuai dengan pendapat Nayak et al (1987) yang menyatakan ketahanan tanaman padi terhadap penyakit HDB secara tidak

J Fitopatol Indones Khaeruni et al

93

langsung ditentukan oleh periode inkubasi dan perkembangan penyakit

Gen ketahanan terhadap ras X oryzae pv oryzae ditentukan oleh gen R mayor (Liu et al 2006) Ketahanan varietas padi terhadap X oryzae pv oryzae berkaitan dengan kandungan gen ketahanan (gen Xa) varietas yang memiliki lebih dari satu gen Xa memperlihatkan ketahanan yang lebih kuat dibandingkan dengan yang hanya memiliki satu gen Xa (Nafisah et al 2007) X oryzae pv oryzae patotipe IV mempunyai gen virulensi yang dapat mematahkan gen ketahanan Xa1 Xa2 Xa4 Xa7 Xa10 Xa11 dan Xa 14 pada tanaman padi patotipe VIII dapat mematahkan gen ketahanan Xa1 Xa2 Xa3 Xa4 Xa7 Xa10 Xa11 dan Xa 14 sedangkan patotipe X dapat mematahkan gen ketahanan Xa1 Xa2 Xa4 Xa7 Xa10 Xa11 Xa14 dan Xa21 (Hifni dan Kardin 1998) Hal ini menunjukkan bahwa padi kultivar Kelaca tahan terhadap patotipe IV VIII dan X karena memiliki gen ketahanan Xa yang mampu mengatasi gen-gen virulen (Vir) dari ketiga patotipe tersebut

Djatmiko dan Fatichin (2011) menduga bahwa suatu tanaman menjadi tahan terhadap penyakit HDB karena meng-hasilkan fitoaleksin sebagai hasil interaksi inang-parasit yang fungsinya menghambat perkembangan bakteri Akumulasi fitoaleksin

dalam konsentrasi tinggi dapat membatasi area infeksi patogen (Suswati et al 2011) Hal yang sama dijelaskan oleh Hasegawa et al (2014) bahwa tanaman padi memiliki respons tahan terhadap penyakit blas karena mengakumulasi senyawa fitoaleksin sakuratenin yang bersifat toksin bagi patogen tanaman dengan cepat setelah terinfeksi patogen Oleh karena itu senyawa fitoaleksin diduga pula berpengaruh untuk menghambat penyakit-penyakit hawar daun bakteri pada padi kultivar Kelaca

Kultivar lokal Pae Wila Pulu Lotong Mandoti Pulu Pute mengalami peningkatan status ketahanan di fase generatif Hal ini mengindikasikan bahwa ketahanan kultivar tersebut meningkat seiring dengan pertambahan umur tanaman padi Hasil yang sama dilaporkan oleh Khaeruni et al (2014b) bahwa semakin tua umur tanaman padi Inpari 10 dan Cisantana yang diinokulasi X oryzae pv oryzae menjadi semakin lambat perkembangan penyakit hawar daun bakterinya Djatmiko dan Fatichin (2009) melaporkan bahwa fase vegetatif tanaman padi lebih rentan dibandingkan dengan fase generatifnya sedangkan Aditya et al (2015) mengemukakan bahwa ketahanan lapangan fase generatif padi lebih rentan terhadap penyakit hawar daun bakteri dibandingkan dengan fase vegetatifnya

VarietasKultivarPatotipe IV Patotipe VIII Patotipe X

IP ()

Skor(Respons)

IP ()

Skor (Respons)

IP ()

Skor (Respons)

Pae Ngonggohia 137 4 (AR) 210 4 (AR) 93 3 (AT)Pae Biu 130 4 (AR) 47 2 (T) 203 4 (AR)Pae Nggomumu 160 4 (AR) 227 4 (AR) 150 4 (AR)Pae Wila 38 2 (T) 733 3 (AT) 56 2 (T)Paedai Hada 167 4 (AR) 147 4 (AR) 200 4 (AR)Paedai Wolio 53 2 (T) 253 4 (AR) 170 4 (AR)Mandi 203 4 (AR) 137 4 (AR) 67 3 (AT)Kelaca 80 3 (AT) 120 3 (AT) 33 1 (ST)Pulu Lotong 97 3 (AT) 93 3 (AT) 73 3 (AT)Mandoti 97 3 (AT) 120 3 (AT) 50 2 (T)Pulu Pute 50 2 (T) 80 3 (AT) 130 4 (AR)IR64 220 4 (AR) 340 4 (AR) 213 4 (AR)

Tabel 4 Insidensi penyakit (IP) dan respons ketahanan berbagai kultivar padi lokal dan IR64 terhadap inokulasi 3 patotipe Xanthomonas oryzae pv oryzae pada fase generatif

SR sangat rentan R rentan AR agak rentan AT agak tahan ST sangat tahan kontrol varietas rentan

J Fitopatol Indones Khaeruni et al

Hasil penelitian ini secara umum memperlihatkan bahwa kultivar padi lokal yang diinokulasi oleh X oryzae pv oryzae patotipe IV VIII dan X memiliki reaksi ketahanan yang berbeda pada fase vegetatif dan generatif Kultivar Kelaca memiliki tingkat ketahanan yang lebih baik dibandingkan dengan kultivar uji lainnya Kultivar ini bereaksi agak tahan terhadap patotipe IV dan X juga sangat tahan terhadap patotipe VIII pada fase vegetatif sedangkan pada fase generatif bereaksi agak tahan terhadap patotipe IV dan VIII juga sangat tahan terhadap patotipe X

UCAPAN TERIMA KASIH

Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada Direktorat Pembinaan Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan Nasional yang telah membiayai penelitian ini melalui Hibah Penelitian Fundamental Nomor 0541023-04101002011

DAFTAR PUSTAKA

Aditya RH Wahyuni WS Mihardjo PA 2015 Ketahanan lapangan lima genotipe padi terhadap penyakit hawar daun bakteri J Fitopatol Indones 11(5)160ndash166 DOI httpdxdoiorg1014692jfi115160

Akhtar MA Rafi A Hameed A 2008 Comparison of methods of inoculation of Xanthomonas oryzae pvoryzae in rice cultivars Pak J Bot 40(5)2171ndash2175

Djatmiko HA Fatichin 2009 Ketahanan dua puluh satu varietas padi terhadap penyakit hawar daun bakteri J HPT Tropika 9(2)168ndash172

Hasegawa M Mitsuhara I Seo S Okada K Yamane H Iwai T Ohashi Y 2014 Analysis on blast fungus-responsive characters of a flavonoid phytoalexin sakuranetin accumulation in infected riceleaves antifungal activity and detoxification by fungus Molecules 1911404ndash11418 DOI httpdxdoiorg103390molecules190811404

Hifni HR Kardin MK 1998 Pengelompokan isolat Xanthomonas oryzae pv oryzae dengan menggunakan galur isogenik padi IRRI Hayati 566ndash72

IRRI 1996 Standard Evaluation System for Rice 4th ed Manila (PH) IRRI PO Box 933 Hlm 52

Khaeruni A Rahim A Syair Adriani 2014a Induksi ketahanan terhadap penyakit hawar daun bakteri di lapangan menggunakan rizobakteri indigenos J HPT Tropika 14(1)57ndash63

Khaeruni A Taufik M Wijayanto T Johan EA 2014b Perkembangan penyakit hawar daun bakteri pada tiga varietas padi sawah yang diinokulasi pada beberapa fase pertumbuhan J Fitopatol Indones 10(4)119ndash125 DOI http dxdoiorg1014692jfi104119

Khaeruni A Wijayanto T 2013 Pathotype grouping of Xanthomonas oryzae pv oryzae isolates from South Sulawesi and Southeast Sulawesi Agrivita 35 (2)138ndash144 DOI httpdxdoiorg1017503Agrivita-2013-35-2-p138-144

Liu DN Ronald PC Bogdanova AJ 2006 Xanthomonas oryzae pathovars model pathogens of a model crop Mol Plant Pathol 7303ndash324 DOI httpdxdoiorg101111j1364-3703200600344x

Nafisah Aan A Daradjat B Suprihatno Triny SK 2007 Heritabilitas karakter ketahanan hawar daun bakteri dari tiga populasi tanaman padi hasil seleksi daur siklus pertama Bull Penelitian Pertanian Tanaman Pangan 6(2)100ndash105

Nayak P Rao AVS Chakrabarti 1987 Components of resistance to bacterial blight disease of rice J Phytopathol 119(4)289ndash237 DOI httpdxdoiorg 101111j1439-04341987tb04402x

Rahim A Khaeruni A dan Taufik M 2012 Reaksi ketahanan beberapa varietas padi komersial terhadap Xanthomonas oryzae pv oryzae isolat Sulawesi Tenggara Berkala Penelitian Agronomi 1(2)132ndash138

Suparyono Sudir Suprihanto 2004 Pathotype profile of Xanthomonas oryzae pv oryzae

94

J Fitopatol Indones Khaeruni et al

isolates from the rice ecosystem in Java Indones J Agriculture Science 563ndash69

Suswati Habazar T Husin EF Nasir N Putra DP Taylor P 2011 Senyawa phenolik akar pisang cv kepok (Musa acuminata) yang diinduksi dengan fungi mikoriza arbuskular indigenus Pu10-Glomus sp1

terhadap penyakit darah bakteri J Nat Indones 13(3) 207ndash213

Wahyudi AT Meliah S Nawangsih AA 2011 Xanthomonas oryzae pv oryzae bakteri penyebab hawar daun pada padi isolasi karakterisasi dan telaah mutagenesis dengan transposon J Sains 15(1)89ndash96

95

Volume 12 Nomor 3 Mei 2016Halaman 104ndash108

DOI 1014692jfi123104ISSN 0215-7950

Alamat penulis korespondensi Laboratorium Fitopatologi Fakultas Pertanian Universitas SriwijayaJalan Palembang-Prabumulih Km32 Indralaya Palembang 30662Tel 0711-580663 Faks 0711-580663 Surel suwandisalehgmailcom

104

KOMUNIKASI SINGKAT

Penekanan Penyakit Blas Leher Malai Padi Menggunakan Ekstrak Kompos Jerami Padi

Suppression of Panicle Blast by Rice Straw Compost Extract

Suwandi Harman Hamidson Ahmad MuslimUniversitas Sriwijaya Palembang 30662

ABSTRAK

Penyakit blas merupakan penyakit penting pada tanaman padi dan menyebabkan kehilangan hasil pada lahan reklamasi pasang surut di Sumatera Selatan Ekstrak fermentasi kompos jerami dari tanaman padi sehat diuji potensinya dalam menekan blas leher malai pada percobaan dalam pot Padi varietas Ciherang ditanam pada campuran tanah dengan 1 jerami tanaman sakit (vv) yang diperoleh dari sawah pasang surut Insidensi penyakit blas leher malai dapat ditekan sebesar 71minus87 sebagai respons aplikasi ekstrak kompos Aplikasi ekstrak kompos tidak memengaruhi perkecambahan benih dan tinggi tanaman tetapi dapat meningkatkan hasil Kompos jerami dari tanaman sehat berpotensi sebagai sumber pengendalian blas di lapangan

Kata kunci lahan reklamasi kompos jerami tanah sulfat masam

ABSTRACT

Blast is the most important disease of rice and may cause significant losses in the reclaimed tidal swamp of South Sumatra Water extracts of fermented composts prepared from straws of the vigorous rice plant were tested in pot experiment for their ability to control blast Rice variety Ciherang was grown on mixture of field soil and 1 diseased rice straw (vv) collected from a tidal swamp rice field Incidence of panicle blast was reduced by 71minus87 in response to application of compost extract The compost extract did not affect seed germination and plant height instead it increased the yield The rice straw from healthy and vigorous plants is potential as a source for blast disease control

Key words acid sulfate soil compost extract land reclamation

Indonesia memiliki lahan pasang surut yang luas yang sebagian besar terdapat di pesisir pantai Sumatera Kalimantan dan Papua Hampir 4 juta ha dari lahan pasang surut tersebut telah direklamasi (Suprianto et al 2009) dan 1 juta ha di antaranya ditanami padi Di Sumatera Selatan terdapat sekitar 2656 ribu ha padi dibudidayakan di lahan

pasang surut reklamasi (BPS Sumatera Selatan 2014) Rata-rata hasil padi sawah pasang surut di Banyuasin ialah 41 ton ha-1 (BPS Banyuasin 2014) dan hasil ini lebih rendah dibandingkan dengan hasil padi sawah irigasi pada tanah mineral di Kabupaten OKU Timur yang rata-ratanya mencapai 55 ton ha-1 (BPS OKU Timur 2014)

J Fitopatol Indones Suwandi et al

105

Penyakit blas yang disebabkan oleh Pyricularia oryzae merupakan penyakit terpenting pada tanaman padi Penyakit ini telah dilaporkan menyerang sejak periode awal budi daya padi di lahan reklamasi pasang surut Sumatera Selatan (Koswara dan Rumawas 1984) Survei penyakit yang dilakukan sejak tahun 2013 menunjukkan bahwa penyakit blas endemik di lahan suboptimal ini dan menyebabkan beberapa sawah mengalami gagal panen

Patogen blas diketahui memiliki daya adaptasi yang tinggi terhadap beragam kondisi lingkungan termasuk varietas resisten (Ou 1985 Scheuermann et al 2012) sehingga pengendaliannya sukar dilakukan Aplikasi ekstrak kompos atau dikenal sebagai teh kompos diketahui dapat meningkatkan pertumbuhan produksi dan kualitas gizi tanaman (Hargreaves et al 2009 Pant et al 2009 Shrestha et al 2012) Penekanan penyakit setelah aplikasi ekstrak kompos telah dilaporkan (Elad dan Shtienberg 1994 Curlango-Rivera et al 2013) Pada penelitian ini ekstrak kompos yang dibuat dari kompos jerami padi diuji potensinya untuk pengendalian penyakit blas

Penelitian dilaksanakan dalam pot menggunakan media tanah sulfat masam potensial yang diperoleh dari sawah lahan reklamasi pasang surut Telang II Banyuasin Sumatera Selatan Penelitian disusun dalam rancangan acak lengkap dengan 4 perlakuan dan 3 ulangan Perlakuan yang diuji ialah ekstrak kompos padi Ciherang kompos padi Inpari 1 dan kompos padi Inpari 10 serta ekstrak tanah (kontrol)

Infestasi patogen blas dilakukan secara alami dengan mencampur 1 volume cacahan jerami padi yang terserang parah penyakit blas ke dalam medium tanam Tanaman padi dipupuk dengan 90 kg N ha-1 60 kg P ha-140 kg K ha-1 menggunakan NPKMgCa (161616155) urea dan SP36 Sebanyak setengah takaran urea ditaburkan saat 7 hari setelah semai dan sisanya saat bunting

Kompos dibuat dengan cara mencampur potongan rumpun padi uji yang sehat dan bugar (yang menunjukkan pertumbuhan

lebih baik dibandingkan dengan tanaman padi lainnya dalam suatu sawah) berikut tanah perakarannya dengan pupuk kandang sapi dalam perbandingan volume yang sama Pengomposan dilakukan selama 14 hari di dalam guci tanah liat Setiap 2 hari campuran dibalik dan disemprot air untuk menjaga kadar air 60minus80 Komposmdashsetengah matangmdashselanjutnya disimpan dalam kantong plastik dalam lemari pendingin sampai digunakan untuk ekstraksi

Ekstrak kompos dibuat dengan cara merendam kompos dalam 2 kali volume air dan diaduk sesaat setelah direndam Rendaman kompos selanjutnya difermentasi selama 4 hari dalam suhu kamar (27minus29 degC) Air rendaman kompos selanjutnya dipanen dengan cara disaring dan segera digunakan dalam keadaan segar Sebagai pembanding (perlakuan kontrol) digunakan ekstrak rendaman tanah

Padi varietas Ciherang digunakan sebagai tanaman uji Padi ditanam pada baki plastik (30 cm times 23 cm) yang diisi dengan tanah yang diperoleh dari sawah di lahan reklamasi pasang surut Telang II Banyuasin Sumatera Selatan Aplikasi ekstrak dilakukan dengan perendaman benih selama 48 jam dan dilanjutkan dengan penyemprotan saat fase pemanjangan batang (6 minggu setelah semai) dan bunting (8 minggu setelah semai) Aplikasi ekstrak dilakukan pada konsentrasi 50 (11 [vv] ekstrak komposair) Penyemperotan dilakukan dengan volume semprot tinggi (750 L ha-1)

Pengamatan penyakit blas leher malai dilakukan saat panen Serangan penyakit dihitung berdasarkan insidensi blas leher malai yang dihitung dengan rumus

IBM = nN x 100 denganIBM insidensi blas leher malai n jumlah tangkai malai bergejala N jumlah malai per pot Hasil panen dinyatakan dalam g pot-1 dari hasil gabah yang dikeringkan hingga mencapai kadar air plusmn 14

Pencampuran 1 volume jerami dari tanaman sakit ke dalam media tanam menyebabkan serangan parah blas leher malai pada perlakuan kontrol (Tabel 1)

J Fitopatol Indones Suwandi et al

106

Hasil ini mengungkapkan bahwa sisa jerami tanaman sakit di lapangan dapat menjadi sumber inokulum bagi tanaman musim berikutnya Peranan sisa jerami tanaman sakit sebagai sumber utama inokulum penyakit blas sudah lama diketahui (Suzuki 1975 Ou 1985) Infektifitas yang tinggi inokulum dari jerami sakit memungkinkan sisa tanaman ini dijadikan sumber inokulum alami pada percobaan lapangan ataupun percobaan yang menghendaki inokulum yang mewakili populasi lapangan patogen blas

Insidensi blas secara nyata lebih rendah pada tanaman yang diberi perlakuan ekstrak fermentasi kompos yang berasal dari rumpun padi bugar Insidensi penyakit blas leher malai dapat ditekan sebesar 71minus87 pada tanaman yang diaplikasi dengan ekstrak kompos (Tabel 1) Perlakuan ekstrak kompos tidak

memengaruhi perkecambahan benih dan tinggi tanaman (Tabel 2) tetapi perlakuan ekstrak kompos padi Inpara 1 dapat meningkatkan hasil gabah dibandingkan dengan kontrol (Tabel 3) Peningkatan hasil ini selaras dengan tingginya penekanan penyakit setelah perlakuan ekstrak kompos tersebut

Penelitian ini menunjukkan manfaat aplikasi ekstrak kompos bagi produksi padi Efikasi lapangan ekstrak kompos di lahan pasang surut yang bermasalah dengan penyakit blas kini sedang dalam proses pengujian Ekstrak kompos bermanfaat bagi tanaman karena hara yang dikandungnya terurai melalui mineralisasi dan pelarutan (Shrestha et al 2012) dan secara tidak langsung melalui pengimbasan ketahanan (Kim et al 2015) Ekstrak kompos jerami padi diketahui kaya akan kandungan senyawa humat yaitu

Sumber ekstrak kompos Insidensi penyakit()

Penekanan penyakit()

Tanah (kontrol) 528 plusmn 88 a -Kompos jerami padi Ciherang 151 plusmn 76 b 71Kompos jerami padi Inpari 10 80 plusmn 39 b 85Kompos jerami padi Inpara 1 69 plusmn 32 b 87

Tabel 1 Insidensi penyakit saat panen dan penekanan penyakit blas leher malai padi dalam pot yang diaplikasi ekstrak kompos

Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji beda nyata jujur Tukey (P=005) nilai relatif terhadap kontrol

Sumber ekstrak kompos Perkecambahan benih ()

Tinggi tanaman (cm)

Tanah (kontrol) 867 plusmn 22 537 plusmn 12Kompos jerami padi Ciherang 817 plusmn 51 525 plusmn 08Kompos jerami padi Inpari 10 842 plusmn 44 523 plusmn 12Kompos jerami padi Inpara 1 792 plusmn 68 533 plusmn 10

Tabel 2 Pertumbuhan padi dalam pot yang diaplikasi ekstrak kompos

Sumber ekstrak kompos Hasil (g pot-1 gabah kering giling )

Jumlah malai per tanaman

Jumlah gabah per malai

Tanah (kontrol) 25 plusmn 01 b 33 plusmn 02 b 307 plusmn 32Kompos jerami padi Ciherang 25 plusmn 02 b 30 plusmn 02 b 310 plusmn 31Kompos jerami padi Inpari 10 27 plusmn 03 b 34 plusmn 02 b 382 plusmn 28Kompos jerami padi Inpara 1 38 plusmn 02 a 41 plusmn 03 a 399 plusmn 28

Tabel 3 Komponen hasil padi dalam pot yang diaplikasi ekstrak kompos

Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji beda nyata jujur Tukey (P=005)

J Fitopatol Indones Suwandi et al

asam humat dan fulvat (Agustian 2004 Goyal dan Sindhu 2011) Senyawa humat berperan dalam pemacuan pertumbuhan pembenah tanah dan peningkatan ketahanan terhadap hama dan penyakit (Scheuerell dan Mahaffee 2004 Scheuerell dan Mahaffee 2006 El-Ghamry 2009 Kamel et al 2014) Pengimbasan ketahanan tanaman oleh asam humat terjadi melalui peningkatan aktivitas kitinase (Abdel-Kareem 2007) peningkatan kandungan senyawa fenol serta peningkatan aktivitas enzim peroksidase dan fenilalanin amonia liase (PAL) (Abdel-Monaim et al 2011)

UCAPAN TERIMA KASIH

Penelitian ini didanai oleh Penelitian Unggulan Perguruan Tinggi Universitas Sriwijaya tahun anggaran 2013minus2015

DAFTAR PUSTAKA

Abdel-Kareem F 2007 Induced resistance in bean plants against root rot and alternaria leaf spot diseases using biotic and a biotic inducers under field conditions J Agric Biol Sci 3767ndash774

Abdel-Monaim MF Ismail ME Morsy KM 2011 Induction of systemic resistance of benzothiadiazole and humic acid in soybean plants against fusarium wilt disease Mycobiology 39(4)290minus298 D O I h t t p d x d o i o rg 1 0 5 9 4 1 MYCO2011394290

Agustian Susila P Gusnidar 2004 Pembentukan asam humat dan fulvat selama pembuatan kompos jerami padi Solum 19ndash14

[BPS Banyuasin] Badan Pusat Statistik Kabupaten Banyuasin 2014 Kabupaten Banyuasin Dalam Angka 2014 httpbanyuasinkabbpsgoiddatapublikasipublikasi_114indexhtml [diakses 20 Agst 2014]

[BPS OKU Timur] Badan Pusat Statistik Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur 2014 Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur Dalam Angka 2014 http

okutimurkabbpsgoiddatapublikasidda2014 [diakses 20 Agst 2014]

[BPS Sumatera Selatan] Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Selatan 2014 Sumatera Selatan Dalam Angka 2014 httpsumselbpsgoidimagespublikasiflipping2014sumsel20dalam20angka202014indexhtml [diakses 20 Agst 2014]

Curlango-Rivera G Pew T van Etten HD Zhongguo X Yu N Hawes MC 2013 Measuring root disease suppression in response to a compost water extract Phytopathology 103255minus260 DOI httpdxdoiorg101094PHYTO-06-12-0145-R

Elad Y Shtienberg D 1994 Effect of compost water extracts on grey mould (Botrytis cinerea) Crop Prot 13109minus114 DOI httpdxdoiorg1010160261-2194(94)90160-0

El-Ghamry AM Abdel-Hai KM Ghoneem KM 2009 Amino and humic acids promote growth yield and disease resistance of faba bean cultivated in clayey soil Aust J Basic Applied Sci 3731minus739

Goyal S Sindhu SS 2011 Composting of rice straw using different inocula and analysis of compost quality Microbiol J1 1 2 6 minus 1 3 8 D O I h t t p d x d o i org103923mj2011126138

Hargreaves JC Adl MS Warman PR 2009 The effects of municipal solid waste compost and compost tea on mineral element uptake and fruit quality of strawberries Compost Sci Util 1785minus94 DOI httpdxdoiorg1010801065657X200910702406

Kamel SM Afifi MMI El-Shoraky FS El-Sawy MM 2014 Fulvic acid a tool for controlling powdery and downy mildews in cucumber plants Int J Phytopathol 3101minus108

Kim MJ Shim CK Kim YK Hong SJ Park JH Han EJ Kim SC 2015 Effect of aerated compost tea on the growth promotion of lettuce soybean and sweet corn in organic cultivation Plant Pathol 31259ndash268 DOI httpdxdoiorg105423PPJOA0220150024

107

J Fitopatol Indones Suwandi et al

Koswara O Rumawas F 1984 Tidal swamp rice in Palembang region Di dalam Smith WH Argosino GS editor Proceedings of the Workshop on Research Priorities in Tidal Swamp Rice Los Bantildeos Laguna (PH) International Rice Research Institute hlm 37minus48

Ou SH 1985 Rice Diseases Kew Survey (UK) CAB International Mycological Institute

Pant AP Radovich TJK Hue NV Talcott ST Krenek KA 2009 Vermicompost extracts influence growth mineral nutrients phytonutrients and antioxidant activity in pak choi (Brassica rapa cv Bonsai Chinensis group) grown under vermicompost and chemical fertilizer J Sci Food Agric 892383minus2392 DOI httpdxdoiorg101002jsfa3732

Scheuerell SJ Mahaffee WH 2004 Compost tea as a container medium drench for suppressing seedling damping-off caused by Pythium ultimum Phytopathology 941156minus1163 DOI httpdxdoiorg101094PHYTO200494111156

Scheuerell SJ Mahaffee WH 2006 Variability associated with suppression of gray mold (Botrytis cinerea) on geranium by foliar applications of nonaerated and aerated compost teas Plant Dis 901201minus1208 DOI httpdxdoiorg101094PD-90-1201

Scheuermann KK Raimondi JV Marschalek R de Andrade A Wickert E 2012 Magnaporthe oryzae genetic diversity and its outcomes on the search for durable resistance Di dalam Caliskan M editor The Molecular Basis of Plant Genetic Diversity Rijeka (HR) Intech hlm 331minus356

Shrestha K Walsh KB Midmore DJ 2012 Microbially enhanced compost extract does it increase solubilisation of minerals and mineralisation of organic matter and thus improve plant nutrition J Bioremed Biodegrad 3(5)1ndash9 DOI httpdxdoiorg1041722155-61991000149

Suprianto H Irianto SG Susanto RH Schultz B Suryadi FX Eelaart AVD 2009 Land and water management of tidal lowlands experiences in Telang and Saleh South Sumatra Irrig Drain 59(3)317minus335 DOI httpdxdoiorg101002ird460

Suzuki H 1975 Meteorological factors in the epidemiology of rice blast Ann Rev Phytopathol 13239minus256 DOI ht tp dxdoi org101146annurevpy13090175001323

108

  • 12737-37236-1-PBpdf (p1-8)
  • 12738-37237-1-PBpdf (p9-14)
  • 12739-37238-1-PBpdf (p15-21)
  • 12741-37240-1-PBpdf (p22-26)
Page 14: Bakteri Endofit Asal Berbagai Akar Tanaman sebagai Agens ...fp.unmas.ac.id/wp-content/uploads/2018/10/vol-12-no.3.pdfInfeksi nematoda puru akar (NPA) Meloidogyne incognita pada tomat

J Fitopatol Indones Yanto dan Swibawa

Bridge J Price NS Kofi P 1995 Plant parasitic nematode on plantain and other crop in Cameroon West Africa Fundam Appl Nematol 18(3)251ndash260

Chaves C Araya M 2010 Spatial-temporal distribution of plant parasitic nematodes in banana (Musa AAA) plantation Equador J App Biosci 332057ndash2069

Gowen SR Queneherve P Fogain R 2005 Nematode parasites of banana and plantain Di dalam Luc M Sikora RA Bridge J editors Plant Parasitic Nematodes in Subtropical and Tropical Agriculture Ed ke-2 Wallingford (UK) CABI Publishing hlm 611ndash643 DOI httpdxdoiorg10107997808519972780611

Herradura LE 2009 Host respons of Eumusa varieties to a Radopholus similis population from the Philippines [disertasi]Leuven (BE) de Agricultura Katholieke Universiteit Leuven

Hooper DJ Hallman J Subbotin SA 2005 Methods for extraction processing and detection of plant and soil nematodes Di dalam Luc M Sikora RA Bridge J editor Plant Parasitic Nematodes in Subtropical and Tropical Agriculture Ed ke-2 Wallingford (UK) CABI Publishing hlm 53ndash86 DOI httpdxdoiorg10107997808519972780053

Jumjunidang 2003 Status and future RampD of nematodes in banana in Indonesia Di dalam Cruz Jr FS Van den Bergh I Waele D Hautea DM Molina AB editors Country Report of Workshop and Training Toward Management of Musa Nematodes in Asia and the Pasific 2003 Des 1ndash5 Los Banos Laguna (PH) The Institute of Plant Breeding UPLB hlm 43ndash46

Khan MR Hasan MA 2010 Nematode diversity in banana rhizosphere from West Bengal India J Plant Protec Res 50(3)263ndash268 DOI httpdxdoiorg102478v10045-010-0046-9

Mai WF Lyon HH 1975 Pictorial Key to

Genera of Plant-Parasitic Nematodes London (UK) Comstock Publishing Associated

Moser T Forster B Frankenbach S Marques R Rombke J Schmidt P Hofer H 2012 Nematodes assemblages in banana (Musa acuminata) monoculture and banana plantation with jucara palm (Euterpe edulis) in the Southern Mata Atlantica Brazil Nematology 14(3)371ndash384 DOI httpdxdoiorg101163156854111X601669

Nega G Fetena S 2015 Root necrosis assesment of plant parasitic nematodes of banana (Musa spp) at Arbaminch Etiophia J BiolAgric Healthcare 5(15)76ndash80

Norton DC 1978 Ecology of plant parasitic nematodes New York (US) John Willey and Sons Inc

Orsquobannon JH 1977 Worldwide dissemination of Radopholus similis and it importance in crop production J Nematol 9(1)16ndash25

Rahman SSA Zain SNM Mat MZB Sidam AK Othman RY Mohamed Z 2014 Population distribution of plant parasitic nematodes on bananas in Paninsular Malaysia Sains Malaysiana 43(2)175ndash183

Srinivasan R Kulothungan S Sundaraju P Govindasami C 2011 Biodiversity of plant parasitic nematodes associated with banana in Thanjavur District of Tamil Nadu Int J Plant Animal Environ Sci 1(2)63ndash69

Tanimola AA Asimeaa AO Ofuru-Joseph S 2013 Status of plant-parasitic nematodes on plantain (Musa parasidiaca (L)) in Choba Rivers State Nigeria Word J Agric Sci 9(2)189ndash195

ZhongS He Y Zeng H Mo Y Zhou ZX Zang ZP Jin Z 2011 Effect of banana wilt desasease on soil nematodes community structure and diversity Afr J Biotechnol 10(59)12729ndash12737

88

Volume 12 Nomor 3 Mei 2016Halaman 89ndash95

DOI 1014692jfi12389ISSN 0215-7950

Alamat penulis korespondensi Jurusan Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Halu Oleo Jalan HEA Mokodompit Kendari 93232 Tel 0401-3122320 Faks 0401-0401-3197045 Surel akhaeruniyahoocom

89

Ketahanan Berbagai Kultivar Padi Lokal terhadap Penyakit Hawar Daun Bakteri

Resistance of Local Rice Cultivars to Bacterial Leaf Blight Disease

Andi Khaeruni Erwin Najamuddin Teguh Wijayanto SyairUniversitas Halu Oleo Kendari 93232

ABSTRAK

Penyakit hawar daun bakteri yang disebabkan oleh Xanthomonas oryzae pv oryzae merupakan salah satu penyakit penting pada tanaman padi di Indonesia termasuk di Sulawesi Tenggara Penggunaan varietas tahan merupakan salah satu strategi pengendalian yang efektif dan ramah lingkungan untuk mengatasi penyakit Penelitian ini bertujuan mengetahui tingkat ketahanan beberapa varietas padi lokal asal Sulawesi Selatan dan Sulawesi Tenggara terhadap X oryzae pv oryzae patotipe IV VIII dan X Penelitian dilakukan di rumah kasa menggunakan tiga patotipe pada 11 kultivar padi lokal Inokulasi bakteri dilakukan menggunakan metode pengguntingan daun pada fase vegetatif dan generatif Pengamatan terhadap insidensi penyakit hawar daun bakteri dilakukan 3 minggu setelah inokulasi Data insidensi penyakit digunakan untuk menentukan tingkat ketahanan tanaman uji Hasil penelitian menunjukkan bahwa periode inkubasi penyakit pada kultivar Kelaca lebih lama dibandingkan dengan kultivar lainnya Pada fase vegetatif kultivar ini bereaksi agak tahan terhadap patotipe IV dan X serta sangat tahan terhadap patotipe VIII sedangkan pada fase generatif bereaksi agak tahan terhadap patotipe IV dan VII serta sangat tahan terhadap patotipe X Oleh karena itu kultivar Kelaca dapat direkomendasikan untuk ditanam pada daerah endemis penyakit hawar daun di Sulawesi Selatan dan Tenggara

Kata kunci insidensi penyakit patotipe Xanthomonas oryzae pv oryzae

ABSTRACT

Bacterial leaf blight disease caused by Xanthomonas oryzae pv oryzae is an important rice disease in Indonesia including in South East Sulawesi The use of resistant varieties is one of the effective and environmentally friendly control strategies to suppress the disease This study aimed to determine the level of resistance of some local rice varieties of South and Southeast Sulawesi against Xanthomonas oryzae pv oryzae pathotypes IV VIII and X The study was conducted in a screen house involving 3 bacterial pathotypes and 11 local rice cultivars Shearing method was used for inoculation of bacteria to leaf on vegetative and generative phases Disease incidences were measured 3 weeks after inoculation and the data was further used to determine the level of resistance of the tested rice cultivars The results showed that incubation period of the disease was longer on Kelaca cultivar compared to other cultivars On vegetative phase this cultivar showed moderate resistant to pathotypes IV and X and highly resistant to patotype VIII whereas on the generative phase it showed moderate resistant to pathotypes IV and VII and highly resistant to pathotype X Therefore Kelaca cultivar can be recommended for endemic areas of leaf blight in South and Southeast Sulawesi

Key words disease incidence pathotype Xanthomonas oryzae pv oryzae

J Fitopatol Indones Khaeruni et al

90

PENDAHULUAN

Hawar daun bakteri (HDB) yang disebabkan oleh Xanthomonas oryzae pv oryzae merupakan salah satu penyakit padi yang sulit dikendalikan karena memiliki banyak patotipe dan penyebarannya mudah terjadi (Akhtar et al 2008) Di Indonesia diketahui terdapat 12 patotipe X oryzae pv oryzae dengan tingkat virulensi yang berbeda dan merupakan ancaman utama bagi produksi padi nasional (Wahyudi et al 2011) Infeksi X oryzae pv oryzae pada tanaman padi di Indonesia menyebabkan kerugian hasil panen sebesar 21ndash36 pada musim hujan dan 18ndash28 pada musim kemarau (Suparyono et al 2004) Penanaman satu jenis varietas secara terus-menerus dengan skala yang luas dapat menyebabkan pergeseran patotipe sehingga patogen X oryzae pv oryzae menjadi semakin virulen

Penyakit HDB juga merupakan salah satu penyakit penting pada tanaman padi sawah di Sulawesi Tenggara Berdasarkan pengelompokan patotipe sistem KOZAKA yang menggunakan varietas diferensial dilaporkan terdapat 3 kelompok patotipe X oryzae pv oryzae di Sulawesi Tenggara yaitu patotipe IV VIII dan X yang memiliki virulensi tinggi (Khaeruni dan Wijayanto 2013)

Penggunaan varietas tahan terhadap patotipe yang dominan di daerah tertentu merupakan salah satu cara untuk mengendalikan X oryzae pv oryzae Pengendalian penyakit dengan menggunakan varietas tahan merupakan cara pengendalian yang efektif murah dan mudah untuk dilakukan sepanjang varietas tahan tersedia di masyarakat Rahim et al (2012) melaporkan 6 varietas padi komersial yang diuji terhadap X oryzae pv oryzae patotipe IV VIII IX dan X tidak ada satu pun varietas yang tahan Oleh karena itu pencarian varietas atau kultivar tahan perlu terus dilakukan Kultivar padi lokal yang telah dibudidayakan oleh masyarakat di Sulawesi Selatan dan Sulawesi Tenggara perlu dievaluasi ketahanannya terhadap X oryzae pv oryzae Penelitian ini bertujuan

menentukan tingkat ketahanan kultivar padi lokal asal Sulawesi Selatan dan Sulawesi Tenggara terhadap penyakit HDB

BAHAN DAN METODE

Isolat X oryzae pv oryzae dan Benih Padi Isolat X oryzae pv oryzae yang digunakan

ialah patotipe IV VIII dan X asal Sulawesi Tenggara (koleksi Laboratorium Ilmu Hama dan Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas Haluoleo) Padi lokal yang diuji sebanyak 6 kultivar asal Sulawesi Tenggara (Pae Nggonggohia Pae Biu Pae Nggomumu Pae Wila Padae Hada Padae Wolio) dan 5 kultivar dari Sulawesi Selatan (Mandi Kelaca Pulu Lotong Mandoti Pulu Pute) Padi var IR64 yang digunakan sebagai varietas rentan diperoleh dari hasil panen tanaman yang bebas dari penyakit HDB

Rancangan Percobaan Percobaan dilakukan di rumah kaca

disusun dalam rancangan acak kelompok Sebanyak 11 kultivar uji dan varietas IR64 diinokulasi dengan 3 patotipe X oryzae pv oryzae sehingga diperoleh 36 kombinasi perlakuan Setiap perlakuan diulang sebanyak 3 kali sehingga total keseluruhan terdapat 108 tanaman uji

Benih padi diperam semalam sebelum dikecambahkan di cawan petri yang dialasi kertas buram lembap Benih yang berkecambah pada umur 2 hari disemai pada kotak semai yang berisi arang sekam bercampur pupuk kandang dengan perbandingan 31 (vv) Bibit berumur 21 hari dipindah tanam dalam pot kantong plastik ukuran 30 cm times 20 cm yang berisi medium campuran tanah dan pupuk kandang dengan perbandingan 41 (vv) kemudian diletakkan dalam rumah kasa Tanaman disiram setiap pagi hari gulma dan hama yang ditemukan dikendalikan secara manual Pemeliharaan tanaman dilakukan sejak pindah tanam sampai pengujian selesai

Isolat dari setiap patotipe X oryzae pv oryzae dibiakkan secara terpisah pada medium pepton sukrosa agar (PSA) selama 48 jam Kultur murni disuspensikan dalam

J Fitopatol Indones Khaeruni et al

91

akuades steril hingga mencapai kepadatan 108ndash109 cfu mL-1 dan digunakan sebagai sumber inokulum (Khaeruni et al 2014a)

Inokulasi setiap patotipe X oryzae pv oryzae pada tanaman uji dilakukan 2 tahap yaitu pada fase vegetatif ketika tanaman berumur 3 minggu setelah tanam (MST) dan pada fase generatif tanaman berumur 8 MST Inokulasi dilakukan pada 5 sampel daun yang membuka sempurna dengan menggunting daun sekitar 2ndash3 cm dari ujung daun menggunakan gunting yang telah dicelupkan dalam suspensi X oryzae pv oryzae

PengamatanPengamatan meliputi periode inkubasi

insidensi penyakit dan reaksi ketahanan Pengamatan periode inkubasi dilakukan setiap hari mulai 1 hari setelah inokulasi sampai munculnya gejala pada daun yang diinokulasi patogen Pengamatan insidensi penyakit dilakukan 3 minggu setelah inokulasi pada setiap tahap inokulasi (fase vegetatif dan generatif)

Insidensi penyakit diamati dengan mengukur panjang gejala HDB pada setiap daun sampel yang diinokulasi Insidensi penyakit dihitung menggunakan rumus

IP = times 100 dengannN

IP insidensi penyakit n panjang gejala HDB pada daun sampel N panjang daun sampel

Kriteria tingkat ketahanan tanaman di-tentukan berdasarkan nilai insidensi penyakit pada setiap kultivar yang diuji pada setiap patotipe berdasarkan nilai skoring yang ditetapkan oleh IRRI tahun 1996 (Tabel 1)

HASIL

Periode InkubasiPeriode inkubasi penyakit pada fase

vegetatif bervariasi dari 27ndash4 hari setelah inokulasi Pada beberapa kultivar memiliki periode inkubasi penyakit yang lebih lama dibandingkan dengan pada varietas IR 64 yaitu 27ndash30 hari (Tabel 2) Periode inkubasi penyakit terpanjang terjadi pada kultivar Kelaca baik pada fase vegetatif maupun fase generatif Varietas IR64 dan kultivar Pae Biu tergolong rentan menunjukkan gejala layu dan muncul bercak kelabu pada tepi daun serta sedikit menggulung ke arah dalam sedangkan gejala layu tidak terjadi pada kultivar Kelaca yang tergolong varietas tahan

Insidensi Penyakit dan Reaksi KetahananInsidensi penyakit hawar daun pada kultivar

padi lokal yang diuji pada fase vegetatif bervariasi dari 26ndash776 sehingga reaksi ketahanan kultivar-kultivar padi lokal tersebut bervariasi dari rentan sampai sangat tahan sementara insidensi penyakit pada varietas IR64 berkisar 24ndash468 sehingga varietas ini bereaksi agak rentan terhadap semua patotipe X oryzae pv oryzae Ketahanan terbaik pada fase vegetatif terdapat pada kultivar Kelaca asal Sulawesi Selatan yang bereaksi agak tahan terhadap patotipe IV dan X serta tahan terhadap patotipe VIII Kultivar Paedai Wolio asal Sulawesi Tenggara memiliki reaksi agak rentan pada semua patotipe sementara kultivar Mandi Pae Ngonggohia Pae Biu Kelaca Pullu Lotong Pae Wila Paedai Hada Mandoti Pullu Pute Paedai Wolio memperlihatkan reaksi rentan sehingga kultivar tersebut memiliki ketahanan lebih rendah dibandingkan dengan varietas IR64 (Tabel 3)

Pada fase generatif insidensi penyakit berkisar 33ndash227 sehingga reaksi ketahanan berbagai kultivar padi lokal yang diinokulasikan dengan 3 patotipe X oryzae pv oryzae juga bervariasi jika dibandingkan dengan varietas IR64 Ketahanan terbaik diperlihatkan padi kultivar Kelaca yang memiliki respons agak tahan terhadap patotipe IV dan VIII serta sangat tahan terhadap patotipe X Selain

Skor Insidensi penyakit ()

Reaksi ketahanan

1 0ndash3 Sangat tahan (ST)2 4ndash6 Tahan (T)3 7ndash12 Agak tahan (AT)4 13ndash50 Agak rentan (AR)5 51ndash75 Rentan (R)6 gt75 Sangat rentan (SR)

Tabel 1 Skor dan insidensi penyakit tanaman berdasarkan pada luas daun padi yang bergejala hawar daun (SES IRRI 1996)

J Fitopatol Indones Khaeruni et al

92

Kultivar padi lokal Patotipe IV Patotipe VIII Patotipe XVeg Gen Veg Gen Veg Gen

Pae Ngonggohia 40 37 30 30 30 27Pae Biu 30 27 27 30 27 27Pae Nggomumu 33 30 37 30 30 37Pae Wila 33 30 33 40 37 43Paedai Hada 33 30 30 30 30 30Paedai Wolio 33 40 30 37 33 33Mandi 33 40 30 30 30 30Kelaca 40 47 37 47 37 47Pulu Lotong 30 30 33 30 30 30Mandoti 30 30 30 30 27 30Pulu Pute 30 30 30 37 23 37IR64 30 30 27 30 27 30

Tabel 2 Periode inkubasi (hari) penyakit hawar daun bakteri pada varietas padi lokal yang diinokulasi dengan 3 patotipe Xanthomonas oryzae pv oryzae

Veg fase vegetatif Gen fase generatif kontrol varietas rentan

Kultivar padi lokalPatotipe IV Patotipe VIII Patotipe X

IP ()

Skor (Respons)

IP ()

Skor (Respons)

IP ()

Skor (Respons)

Pae Ngonggohia 419 4 (AR) 557 5 (R) 391 4 (AR)Pae Biu 718 5 (R) 776 6 (SR) 465 4 (AR)Pae Nggomumu 115 3 (AT) 408 4 (AR) 425 4 (AR)Pae Wila 513 5 (R) 379 4 (AR) 665 5 (R)Paedai Hada 652 5 (R) 309 4 (AR) 743 5 (R)Paedai Wolio 261 4 (AR) 316 4 (AR) 461 4 (AR)Mandi 256 4 (AR) 510 5 (R) 458 4 (AR)Kelaca 78 3 (AT) 26 1 (ST) 69 3 (AT)Pulu Lotong 525 5 (R) 337 4 (AR) 353 4 (AR)Mandoti 448 4 (AR) 265 4 (AR) 519 5 (R)Pulu Pute 233 4 (AR) 342 4 (AR) 555 5 (R)IR64 468 4 (AR) 240 4 (AR) 396 4 (AR)

Tabel 3 Insidensi penyakit (IP) dan respons ketahanan berbagai kultivar padi lokal dan IR64 terhadap 3 patotipe Xanthomonas oryzae pv oryzae pada fase vegetatif

SR sangat rentan R rentan AR agak rentan AT agak tahan ST sangat tahan kontrol varietas rentan

padi kultivar Kelaca kultivar Pae Wila memiliki ketahanan yang relatif lebih kuat terhadap X oryzae pv oryzae karena bereaksi tahan terhadap patotipe IV dan X serta agak tahan terhadap patotipe VIII (Tabel 4)

PEMBAHASAN

Penentuan periode inkubasi didasarkan munculnya gejala hawar pada daun yang diinokulsi X oryzae pv oryzae Periode

inkubasi pada beberapa kultivar lebih lama dibandingkan dengan padi var IR64 baik yang diinokulasi pada fase vegetatif maupun pada fase generatif Kultivar yang memiliki respons ketahanan terbaik ialah padi kultivar Kelaca karena memiliki periode inkubasi terlama dan insidensi penyakit yang lebih rendah dibandingkan dengan kultivar lainnya Hal ini sesuai dengan pendapat Nayak et al (1987) yang menyatakan ketahanan tanaman padi terhadap penyakit HDB secara tidak

J Fitopatol Indones Khaeruni et al

93

langsung ditentukan oleh periode inkubasi dan perkembangan penyakit

Gen ketahanan terhadap ras X oryzae pv oryzae ditentukan oleh gen R mayor (Liu et al 2006) Ketahanan varietas padi terhadap X oryzae pv oryzae berkaitan dengan kandungan gen ketahanan (gen Xa) varietas yang memiliki lebih dari satu gen Xa memperlihatkan ketahanan yang lebih kuat dibandingkan dengan yang hanya memiliki satu gen Xa (Nafisah et al 2007) X oryzae pv oryzae patotipe IV mempunyai gen virulensi yang dapat mematahkan gen ketahanan Xa1 Xa2 Xa4 Xa7 Xa10 Xa11 dan Xa 14 pada tanaman padi patotipe VIII dapat mematahkan gen ketahanan Xa1 Xa2 Xa3 Xa4 Xa7 Xa10 Xa11 dan Xa 14 sedangkan patotipe X dapat mematahkan gen ketahanan Xa1 Xa2 Xa4 Xa7 Xa10 Xa11 Xa14 dan Xa21 (Hifni dan Kardin 1998) Hal ini menunjukkan bahwa padi kultivar Kelaca tahan terhadap patotipe IV VIII dan X karena memiliki gen ketahanan Xa yang mampu mengatasi gen-gen virulen (Vir) dari ketiga patotipe tersebut

Djatmiko dan Fatichin (2011) menduga bahwa suatu tanaman menjadi tahan terhadap penyakit HDB karena meng-hasilkan fitoaleksin sebagai hasil interaksi inang-parasit yang fungsinya menghambat perkembangan bakteri Akumulasi fitoaleksin

dalam konsentrasi tinggi dapat membatasi area infeksi patogen (Suswati et al 2011) Hal yang sama dijelaskan oleh Hasegawa et al (2014) bahwa tanaman padi memiliki respons tahan terhadap penyakit blas karena mengakumulasi senyawa fitoaleksin sakuratenin yang bersifat toksin bagi patogen tanaman dengan cepat setelah terinfeksi patogen Oleh karena itu senyawa fitoaleksin diduga pula berpengaruh untuk menghambat penyakit-penyakit hawar daun bakteri pada padi kultivar Kelaca

Kultivar lokal Pae Wila Pulu Lotong Mandoti Pulu Pute mengalami peningkatan status ketahanan di fase generatif Hal ini mengindikasikan bahwa ketahanan kultivar tersebut meningkat seiring dengan pertambahan umur tanaman padi Hasil yang sama dilaporkan oleh Khaeruni et al (2014b) bahwa semakin tua umur tanaman padi Inpari 10 dan Cisantana yang diinokulasi X oryzae pv oryzae menjadi semakin lambat perkembangan penyakit hawar daun bakterinya Djatmiko dan Fatichin (2009) melaporkan bahwa fase vegetatif tanaman padi lebih rentan dibandingkan dengan fase generatifnya sedangkan Aditya et al (2015) mengemukakan bahwa ketahanan lapangan fase generatif padi lebih rentan terhadap penyakit hawar daun bakteri dibandingkan dengan fase vegetatifnya

VarietasKultivarPatotipe IV Patotipe VIII Patotipe X

IP ()

Skor(Respons)

IP ()

Skor (Respons)

IP ()

Skor (Respons)

Pae Ngonggohia 137 4 (AR) 210 4 (AR) 93 3 (AT)Pae Biu 130 4 (AR) 47 2 (T) 203 4 (AR)Pae Nggomumu 160 4 (AR) 227 4 (AR) 150 4 (AR)Pae Wila 38 2 (T) 733 3 (AT) 56 2 (T)Paedai Hada 167 4 (AR) 147 4 (AR) 200 4 (AR)Paedai Wolio 53 2 (T) 253 4 (AR) 170 4 (AR)Mandi 203 4 (AR) 137 4 (AR) 67 3 (AT)Kelaca 80 3 (AT) 120 3 (AT) 33 1 (ST)Pulu Lotong 97 3 (AT) 93 3 (AT) 73 3 (AT)Mandoti 97 3 (AT) 120 3 (AT) 50 2 (T)Pulu Pute 50 2 (T) 80 3 (AT) 130 4 (AR)IR64 220 4 (AR) 340 4 (AR) 213 4 (AR)

Tabel 4 Insidensi penyakit (IP) dan respons ketahanan berbagai kultivar padi lokal dan IR64 terhadap inokulasi 3 patotipe Xanthomonas oryzae pv oryzae pada fase generatif

SR sangat rentan R rentan AR agak rentan AT agak tahan ST sangat tahan kontrol varietas rentan

J Fitopatol Indones Khaeruni et al

Hasil penelitian ini secara umum memperlihatkan bahwa kultivar padi lokal yang diinokulasi oleh X oryzae pv oryzae patotipe IV VIII dan X memiliki reaksi ketahanan yang berbeda pada fase vegetatif dan generatif Kultivar Kelaca memiliki tingkat ketahanan yang lebih baik dibandingkan dengan kultivar uji lainnya Kultivar ini bereaksi agak tahan terhadap patotipe IV dan X juga sangat tahan terhadap patotipe VIII pada fase vegetatif sedangkan pada fase generatif bereaksi agak tahan terhadap patotipe IV dan VIII juga sangat tahan terhadap patotipe X

UCAPAN TERIMA KASIH

Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada Direktorat Pembinaan Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan Nasional yang telah membiayai penelitian ini melalui Hibah Penelitian Fundamental Nomor 0541023-04101002011

DAFTAR PUSTAKA

Aditya RH Wahyuni WS Mihardjo PA 2015 Ketahanan lapangan lima genotipe padi terhadap penyakit hawar daun bakteri J Fitopatol Indones 11(5)160ndash166 DOI httpdxdoiorg1014692jfi115160

Akhtar MA Rafi A Hameed A 2008 Comparison of methods of inoculation of Xanthomonas oryzae pvoryzae in rice cultivars Pak J Bot 40(5)2171ndash2175

Djatmiko HA Fatichin 2009 Ketahanan dua puluh satu varietas padi terhadap penyakit hawar daun bakteri J HPT Tropika 9(2)168ndash172

Hasegawa M Mitsuhara I Seo S Okada K Yamane H Iwai T Ohashi Y 2014 Analysis on blast fungus-responsive characters of a flavonoid phytoalexin sakuranetin accumulation in infected riceleaves antifungal activity and detoxification by fungus Molecules 1911404ndash11418 DOI httpdxdoiorg103390molecules190811404

Hifni HR Kardin MK 1998 Pengelompokan isolat Xanthomonas oryzae pv oryzae dengan menggunakan galur isogenik padi IRRI Hayati 566ndash72

IRRI 1996 Standard Evaluation System for Rice 4th ed Manila (PH) IRRI PO Box 933 Hlm 52

Khaeruni A Rahim A Syair Adriani 2014a Induksi ketahanan terhadap penyakit hawar daun bakteri di lapangan menggunakan rizobakteri indigenos J HPT Tropika 14(1)57ndash63

Khaeruni A Taufik M Wijayanto T Johan EA 2014b Perkembangan penyakit hawar daun bakteri pada tiga varietas padi sawah yang diinokulasi pada beberapa fase pertumbuhan J Fitopatol Indones 10(4)119ndash125 DOI http dxdoiorg1014692jfi104119

Khaeruni A Wijayanto T 2013 Pathotype grouping of Xanthomonas oryzae pv oryzae isolates from South Sulawesi and Southeast Sulawesi Agrivita 35 (2)138ndash144 DOI httpdxdoiorg1017503Agrivita-2013-35-2-p138-144

Liu DN Ronald PC Bogdanova AJ 2006 Xanthomonas oryzae pathovars model pathogens of a model crop Mol Plant Pathol 7303ndash324 DOI httpdxdoiorg101111j1364-3703200600344x

Nafisah Aan A Daradjat B Suprihatno Triny SK 2007 Heritabilitas karakter ketahanan hawar daun bakteri dari tiga populasi tanaman padi hasil seleksi daur siklus pertama Bull Penelitian Pertanian Tanaman Pangan 6(2)100ndash105

Nayak P Rao AVS Chakrabarti 1987 Components of resistance to bacterial blight disease of rice J Phytopathol 119(4)289ndash237 DOI httpdxdoiorg 101111j1439-04341987tb04402x

Rahim A Khaeruni A dan Taufik M 2012 Reaksi ketahanan beberapa varietas padi komersial terhadap Xanthomonas oryzae pv oryzae isolat Sulawesi Tenggara Berkala Penelitian Agronomi 1(2)132ndash138

Suparyono Sudir Suprihanto 2004 Pathotype profile of Xanthomonas oryzae pv oryzae

94

J Fitopatol Indones Khaeruni et al

isolates from the rice ecosystem in Java Indones J Agriculture Science 563ndash69

Suswati Habazar T Husin EF Nasir N Putra DP Taylor P 2011 Senyawa phenolik akar pisang cv kepok (Musa acuminata) yang diinduksi dengan fungi mikoriza arbuskular indigenus Pu10-Glomus sp1

terhadap penyakit darah bakteri J Nat Indones 13(3) 207ndash213

Wahyudi AT Meliah S Nawangsih AA 2011 Xanthomonas oryzae pv oryzae bakteri penyebab hawar daun pada padi isolasi karakterisasi dan telaah mutagenesis dengan transposon J Sains 15(1)89ndash96

95

Volume 12 Nomor 3 Mei 2016Halaman 104ndash108

DOI 1014692jfi123104ISSN 0215-7950

Alamat penulis korespondensi Laboratorium Fitopatologi Fakultas Pertanian Universitas SriwijayaJalan Palembang-Prabumulih Km32 Indralaya Palembang 30662Tel 0711-580663 Faks 0711-580663 Surel suwandisalehgmailcom

104

KOMUNIKASI SINGKAT

Penekanan Penyakit Blas Leher Malai Padi Menggunakan Ekstrak Kompos Jerami Padi

Suppression of Panicle Blast by Rice Straw Compost Extract

Suwandi Harman Hamidson Ahmad MuslimUniversitas Sriwijaya Palembang 30662

ABSTRAK

Penyakit blas merupakan penyakit penting pada tanaman padi dan menyebabkan kehilangan hasil pada lahan reklamasi pasang surut di Sumatera Selatan Ekstrak fermentasi kompos jerami dari tanaman padi sehat diuji potensinya dalam menekan blas leher malai pada percobaan dalam pot Padi varietas Ciherang ditanam pada campuran tanah dengan 1 jerami tanaman sakit (vv) yang diperoleh dari sawah pasang surut Insidensi penyakit blas leher malai dapat ditekan sebesar 71minus87 sebagai respons aplikasi ekstrak kompos Aplikasi ekstrak kompos tidak memengaruhi perkecambahan benih dan tinggi tanaman tetapi dapat meningkatkan hasil Kompos jerami dari tanaman sehat berpotensi sebagai sumber pengendalian blas di lapangan

Kata kunci lahan reklamasi kompos jerami tanah sulfat masam

ABSTRACT

Blast is the most important disease of rice and may cause significant losses in the reclaimed tidal swamp of South Sumatra Water extracts of fermented composts prepared from straws of the vigorous rice plant were tested in pot experiment for their ability to control blast Rice variety Ciherang was grown on mixture of field soil and 1 diseased rice straw (vv) collected from a tidal swamp rice field Incidence of panicle blast was reduced by 71minus87 in response to application of compost extract The compost extract did not affect seed germination and plant height instead it increased the yield The rice straw from healthy and vigorous plants is potential as a source for blast disease control

Key words acid sulfate soil compost extract land reclamation

Indonesia memiliki lahan pasang surut yang luas yang sebagian besar terdapat di pesisir pantai Sumatera Kalimantan dan Papua Hampir 4 juta ha dari lahan pasang surut tersebut telah direklamasi (Suprianto et al 2009) dan 1 juta ha di antaranya ditanami padi Di Sumatera Selatan terdapat sekitar 2656 ribu ha padi dibudidayakan di lahan

pasang surut reklamasi (BPS Sumatera Selatan 2014) Rata-rata hasil padi sawah pasang surut di Banyuasin ialah 41 ton ha-1 (BPS Banyuasin 2014) dan hasil ini lebih rendah dibandingkan dengan hasil padi sawah irigasi pada tanah mineral di Kabupaten OKU Timur yang rata-ratanya mencapai 55 ton ha-1 (BPS OKU Timur 2014)

J Fitopatol Indones Suwandi et al

105

Penyakit blas yang disebabkan oleh Pyricularia oryzae merupakan penyakit terpenting pada tanaman padi Penyakit ini telah dilaporkan menyerang sejak periode awal budi daya padi di lahan reklamasi pasang surut Sumatera Selatan (Koswara dan Rumawas 1984) Survei penyakit yang dilakukan sejak tahun 2013 menunjukkan bahwa penyakit blas endemik di lahan suboptimal ini dan menyebabkan beberapa sawah mengalami gagal panen

Patogen blas diketahui memiliki daya adaptasi yang tinggi terhadap beragam kondisi lingkungan termasuk varietas resisten (Ou 1985 Scheuermann et al 2012) sehingga pengendaliannya sukar dilakukan Aplikasi ekstrak kompos atau dikenal sebagai teh kompos diketahui dapat meningkatkan pertumbuhan produksi dan kualitas gizi tanaman (Hargreaves et al 2009 Pant et al 2009 Shrestha et al 2012) Penekanan penyakit setelah aplikasi ekstrak kompos telah dilaporkan (Elad dan Shtienberg 1994 Curlango-Rivera et al 2013) Pada penelitian ini ekstrak kompos yang dibuat dari kompos jerami padi diuji potensinya untuk pengendalian penyakit blas

Penelitian dilaksanakan dalam pot menggunakan media tanah sulfat masam potensial yang diperoleh dari sawah lahan reklamasi pasang surut Telang II Banyuasin Sumatera Selatan Penelitian disusun dalam rancangan acak lengkap dengan 4 perlakuan dan 3 ulangan Perlakuan yang diuji ialah ekstrak kompos padi Ciherang kompos padi Inpari 1 dan kompos padi Inpari 10 serta ekstrak tanah (kontrol)

Infestasi patogen blas dilakukan secara alami dengan mencampur 1 volume cacahan jerami padi yang terserang parah penyakit blas ke dalam medium tanam Tanaman padi dipupuk dengan 90 kg N ha-1 60 kg P ha-140 kg K ha-1 menggunakan NPKMgCa (161616155) urea dan SP36 Sebanyak setengah takaran urea ditaburkan saat 7 hari setelah semai dan sisanya saat bunting

Kompos dibuat dengan cara mencampur potongan rumpun padi uji yang sehat dan bugar (yang menunjukkan pertumbuhan

lebih baik dibandingkan dengan tanaman padi lainnya dalam suatu sawah) berikut tanah perakarannya dengan pupuk kandang sapi dalam perbandingan volume yang sama Pengomposan dilakukan selama 14 hari di dalam guci tanah liat Setiap 2 hari campuran dibalik dan disemprot air untuk menjaga kadar air 60minus80 Komposmdashsetengah matangmdashselanjutnya disimpan dalam kantong plastik dalam lemari pendingin sampai digunakan untuk ekstraksi

Ekstrak kompos dibuat dengan cara merendam kompos dalam 2 kali volume air dan diaduk sesaat setelah direndam Rendaman kompos selanjutnya difermentasi selama 4 hari dalam suhu kamar (27minus29 degC) Air rendaman kompos selanjutnya dipanen dengan cara disaring dan segera digunakan dalam keadaan segar Sebagai pembanding (perlakuan kontrol) digunakan ekstrak rendaman tanah

Padi varietas Ciherang digunakan sebagai tanaman uji Padi ditanam pada baki plastik (30 cm times 23 cm) yang diisi dengan tanah yang diperoleh dari sawah di lahan reklamasi pasang surut Telang II Banyuasin Sumatera Selatan Aplikasi ekstrak dilakukan dengan perendaman benih selama 48 jam dan dilanjutkan dengan penyemprotan saat fase pemanjangan batang (6 minggu setelah semai) dan bunting (8 minggu setelah semai) Aplikasi ekstrak dilakukan pada konsentrasi 50 (11 [vv] ekstrak komposair) Penyemperotan dilakukan dengan volume semprot tinggi (750 L ha-1)

Pengamatan penyakit blas leher malai dilakukan saat panen Serangan penyakit dihitung berdasarkan insidensi blas leher malai yang dihitung dengan rumus

IBM = nN x 100 denganIBM insidensi blas leher malai n jumlah tangkai malai bergejala N jumlah malai per pot Hasil panen dinyatakan dalam g pot-1 dari hasil gabah yang dikeringkan hingga mencapai kadar air plusmn 14

Pencampuran 1 volume jerami dari tanaman sakit ke dalam media tanam menyebabkan serangan parah blas leher malai pada perlakuan kontrol (Tabel 1)

J Fitopatol Indones Suwandi et al

106

Hasil ini mengungkapkan bahwa sisa jerami tanaman sakit di lapangan dapat menjadi sumber inokulum bagi tanaman musim berikutnya Peranan sisa jerami tanaman sakit sebagai sumber utama inokulum penyakit blas sudah lama diketahui (Suzuki 1975 Ou 1985) Infektifitas yang tinggi inokulum dari jerami sakit memungkinkan sisa tanaman ini dijadikan sumber inokulum alami pada percobaan lapangan ataupun percobaan yang menghendaki inokulum yang mewakili populasi lapangan patogen blas

Insidensi blas secara nyata lebih rendah pada tanaman yang diberi perlakuan ekstrak fermentasi kompos yang berasal dari rumpun padi bugar Insidensi penyakit blas leher malai dapat ditekan sebesar 71minus87 pada tanaman yang diaplikasi dengan ekstrak kompos (Tabel 1) Perlakuan ekstrak kompos tidak

memengaruhi perkecambahan benih dan tinggi tanaman (Tabel 2) tetapi perlakuan ekstrak kompos padi Inpara 1 dapat meningkatkan hasil gabah dibandingkan dengan kontrol (Tabel 3) Peningkatan hasil ini selaras dengan tingginya penekanan penyakit setelah perlakuan ekstrak kompos tersebut

Penelitian ini menunjukkan manfaat aplikasi ekstrak kompos bagi produksi padi Efikasi lapangan ekstrak kompos di lahan pasang surut yang bermasalah dengan penyakit blas kini sedang dalam proses pengujian Ekstrak kompos bermanfaat bagi tanaman karena hara yang dikandungnya terurai melalui mineralisasi dan pelarutan (Shrestha et al 2012) dan secara tidak langsung melalui pengimbasan ketahanan (Kim et al 2015) Ekstrak kompos jerami padi diketahui kaya akan kandungan senyawa humat yaitu

Sumber ekstrak kompos Insidensi penyakit()

Penekanan penyakit()

Tanah (kontrol) 528 plusmn 88 a -Kompos jerami padi Ciherang 151 plusmn 76 b 71Kompos jerami padi Inpari 10 80 plusmn 39 b 85Kompos jerami padi Inpara 1 69 plusmn 32 b 87

Tabel 1 Insidensi penyakit saat panen dan penekanan penyakit blas leher malai padi dalam pot yang diaplikasi ekstrak kompos

Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji beda nyata jujur Tukey (P=005) nilai relatif terhadap kontrol

Sumber ekstrak kompos Perkecambahan benih ()

Tinggi tanaman (cm)

Tanah (kontrol) 867 plusmn 22 537 plusmn 12Kompos jerami padi Ciherang 817 plusmn 51 525 plusmn 08Kompos jerami padi Inpari 10 842 plusmn 44 523 plusmn 12Kompos jerami padi Inpara 1 792 plusmn 68 533 plusmn 10

Tabel 2 Pertumbuhan padi dalam pot yang diaplikasi ekstrak kompos

Sumber ekstrak kompos Hasil (g pot-1 gabah kering giling )

Jumlah malai per tanaman

Jumlah gabah per malai

Tanah (kontrol) 25 plusmn 01 b 33 plusmn 02 b 307 plusmn 32Kompos jerami padi Ciherang 25 plusmn 02 b 30 plusmn 02 b 310 plusmn 31Kompos jerami padi Inpari 10 27 plusmn 03 b 34 plusmn 02 b 382 plusmn 28Kompos jerami padi Inpara 1 38 plusmn 02 a 41 plusmn 03 a 399 plusmn 28

Tabel 3 Komponen hasil padi dalam pot yang diaplikasi ekstrak kompos

Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji beda nyata jujur Tukey (P=005)

J Fitopatol Indones Suwandi et al

asam humat dan fulvat (Agustian 2004 Goyal dan Sindhu 2011) Senyawa humat berperan dalam pemacuan pertumbuhan pembenah tanah dan peningkatan ketahanan terhadap hama dan penyakit (Scheuerell dan Mahaffee 2004 Scheuerell dan Mahaffee 2006 El-Ghamry 2009 Kamel et al 2014) Pengimbasan ketahanan tanaman oleh asam humat terjadi melalui peningkatan aktivitas kitinase (Abdel-Kareem 2007) peningkatan kandungan senyawa fenol serta peningkatan aktivitas enzim peroksidase dan fenilalanin amonia liase (PAL) (Abdel-Monaim et al 2011)

UCAPAN TERIMA KASIH

Penelitian ini didanai oleh Penelitian Unggulan Perguruan Tinggi Universitas Sriwijaya tahun anggaran 2013minus2015

DAFTAR PUSTAKA

Abdel-Kareem F 2007 Induced resistance in bean plants against root rot and alternaria leaf spot diseases using biotic and a biotic inducers under field conditions J Agric Biol Sci 3767ndash774

Abdel-Monaim MF Ismail ME Morsy KM 2011 Induction of systemic resistance of benzothiadiazole and humic acid in soybean plants against fusarium wilt disease Mycobiology 39(4)290minus298 D O I h t t p d x d o i o rg 1 0 5 9 4 1 MYCO2011394290

Agustian Susila P Gusnidar 2004 Pembentukan asam humat dan fulvat selama pembuatan kompos jerami padi Solum 19ndash14

[BPS Banyuasin] Badan Pusat Statistik Kabupaten Banyuasin 2014 Kabupaten Banyuasin Dalam Angka 2014 httpbanyuasinkabbpsgoiddatapublikasipublikasi_114indexhtml [diakses 20 Agst 2014]

[BPS OKU Timur] Badan Pusat Statistik Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur 2014 Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur Dalam Angka 2014 http

okutimurkabbpsgoiddatapublikasidda2014 [diakses 20 Agst 2014]

[BPS Sumatera Selatan] Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Selatan 2014 Sumatera Selatan Dalam Angka 2014 httpsumselbpsgoidimagespublikasiflipping2014sumsel20dalam20angka202014indexhtml [diakses 20 Agst 2014]

Curlango-Rivera G Pew T van Etten HD Zhongguo X Yu N Hawes MC 2013 Measuring root disease suppression in response to a compost water extract Phytopathology 103255minus260 DOI httpdxdoiorg101094PHYTO-06-12-0145-R

Elad Y Shtienberg D 1994 Effect of compost water extracts on grey mould (Botrytis cinerea) Crop Prot 13109minus114 DOI httpdxdoiorg1010160261-2194(94)90160-0

El-Ghamry AM Abdel-Hai KM Ghoneem KM 2009 Amino and humic acids promote growth yield and disease resistance of faba bean cultivated in clayey soil Aust J Basic Applied Sci 3731minus739

Goyal S Sindhu SS 2011 Composting of rice straw using different inocula and analysis of compost quality Microbiol J1 1 2 6 minus 1 3 8 D O I h t t p d x d o i org103923mj2011126138

Hargreaves JC Adl MS Warman PR 2009 The effects of municipal solid waste compost and compost tea on mineral element uptake and fruit quality of strawberries Compost Sci Util 1785minus94 DOI httpdxdoiorg1010801065657X200910702406

Kamel SM Afifi MMI El-Shoraky FS El-Sawy MM 2014 Fulvic acid a tool for controlling powdery and downy mildews in cucumber plants Int J Phytopathol 3101minus108

Kim MJ Shim CK Kim YK Hong SJ Park JH Han EJ Kim SC 2015 Effect of aerated compost tea on the growth promotion of lettuce soybean and sweet corn in organic cultivation Plant Pathol 31259ndash268 DOI httpdxdoiorg105423PPJOA0220150024

107

J Fitopatol Indones Suwandi et al

Koswara O Rumawas F 1984 Tidal swamp rice in Palembang region Di dalam Smith WH Argosino GS editor Proceedings of the Workshop on Research Priorities in Tidal Swamp Rice Los Bantildeos Laguna (PH) International Rice Research Institute hlm 37minus48

Ou SH 1985 Rice Diseases Kew Survey (UK) CAB International Mycological Institute

Pant AP Radovich TJK Hue NV Talcott ST Krenek KA 2009 Vermicompost extracts influence growth mineral nutrients phytonutrients and antioxidant activity in pak choi (Brassica rapa cv Bonsai Chinensis group) grown under vermicompost and chemical fertilizer J Sci Food Agric 892383minus2392 DOI httpdxdoiorg101002jsfa3732

Scheuerell SJ Mahaffee WH 2004 Compost tea as a container medium drench for suppressing seedling damping-off caused by Pythium ultimum Phytopathology 941156minus1163 DOI httpdxdoiorg101094PHYTO200494111156

Scheuerell SJ Mahaffee WH 2006 Variability associated with suppression of gray mold (Botrytis cinerea) on geranium by foliar applications of nonaerated and aerated compost teas Plant Dis 901201minus1208 DOI httpdxdoiorg101094PD-90-1201

Scheuermann KK Raimondi JV Marschalek R de Andrade A Wickert E 2012 Magnaporthe oryzae genetic diversity and its outcomes on the search for durable resistance Di dalam Caliskan M editor The Molecular Basis of Plant Genetic Diversity Rijeka (HR) Intech hlm 331minus356

Shrestha K Walsh KB Midmore DJ 2012 Microbially enhanced compost extract does it increase solubilisation of minerals and mineralisation of organic matter and thus improve plant nutrition J Bioremed Biodegrad 3(5)1ndash9 DOI httpdxdoiorg1041722155-61991000149

Suprianto H Irianto SG Susanto RH Schultz B Suryadi FX Eelaart AVD 2009 Land and water management of tidal lowlands experiences in Telang and Saleh South Sumatra Irrig Drain 59(3)317minus335 DOI httpdxdoiorg101002ird460

Suzuki H 1975 Meteorological factors in the epidemiology of rice blast Ann Rev Phytopathol 13239minus256 DOI ht tp dxdoi org101146annurevpy13090175001323

108

  • 12737-37236-1-PBpdf (p1-8)
  • 12738-37237-1-PBpdf (p9-14)
  • 12739-37238-1-PBpdf (p15-21)
  • 12741-37240-1-PBpdf (p22-26)
Page 15: Bakteri Endofit Asal Berbagai Akar Tanaman sebagai Agens ...fp.unmas.ac.id/wp-content/uploads/2018/10/vol-12-no.3.pdfInfeksi nematoda puru akar (NPA) Meloidogyne incognita pada tomat

Volume 12 Nomor 3 Mei 2016Halaman 89ndash95

DOI 1014692jfi12389ISSN 0215-7950

Alamat penulis korespondensi Jurusan Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Halu Oleo Jalan HEA Mokodompit Kendari 93232 Tel 0401-3122320 Faks 0401-0401-3197045 Surel akhaeruniyahoocom

89

Ketahanan Berbagai Kultivar Padi Lokal terhadap Penyakit Hawar Daun Bakteri

Resistance of Local Rice Cultivars to Bacterial Leaf Blight Disease

Andi Khaeruni Erwin Najamuddin Teguh Wijayanto SyairUniversitas Halu Oleo Kendari 93232

ABSTRAK

Penyakit hawar daun bakteri yang disebabkan oleh Xanthomonas oryzae pv oryzae merupakan salah satu penyakit penting pada tanaman padi di Indonesia termasuk di Sulawesi Tenggara Penggunaan varietas tahan merupakan salah satu strategi pengendalian yang efektif dan ramah lingkungan untuk mengatasi penyakit Penelitian ini bertujuan mengetahui tingkat ketahanan beberapa varietas padi lokal asal Sulawesi Selatan dan Sulawesi Tenggara terhadap X oryzae pv oryzae patotipe IV VIII dan X Penelitian dilakukan di rumah kasa menggunakan tiga patotipe pada 11 kultivar padi lokal Inokulasi bakteri dilakukan menggunakan metode pengguntingan daun pada fase vegetatif dan generatif Pengamatan terhadap insidensi penyakit hawar daun bakteri dilakukan 3 minggu setelah inokulasi Data insidensi penyakit digunakan untuk menentukan tingkat ketahanan tanaman uji Hasil penelitian menunjukkan bahwa periode inkubasi penyakit pada kultivar Kelaca lebih lama dibandingkan dengan kultivar lainnya Pada fase vegetatif kultivar ini bereaksi agak tahan terhadap patotipe IV dan X serta sangat tahan terhadap patotipe VIII sedangkan pada fase generatif bereaksi agak tahan terhadap patotipe IV dan VII serta sangat tahan terhadap patotipe X Oleh karena itu kultivar Kelaca dapat direkomendasikan untuk ditanam pada daerah endemis penyakit hawar daun di Sulawesi Selatan dan Tenggara

Kata kunci insidensi penyakit patotipe Xanthomonas oryzae pv oryzae

ABSTRACT

Bacterial leaf blight disease caused by Xanthomonas oryzae pv oryzae is an important rice disease in Indonesia including in South East Sulawesi The use of resistant varieties is one of the effective and environmentally friendly control strategies to suppress the disease This study aimed to determine the level of resistance of some local rice varieties of South and Southeast Sulawesi against Xanthomonas oryzae pv oryzae pathotypes IV VIII and X The study was conducted in a screen house involving 3 bacterial pathotypes and 11 local rice cultivars Shearing method was used for inoculation of bacteria to leaf on vegetative and generative phases Disease incidences were measured 3 weeks after inoculation and the data was further used to determine the level of resistance of the tested rice cultivars The results showed that incubation period of the disease was longer on Kelaca cultivar compared to other cultivars On vegetative phase this cultivar showed moderate resistant to pathotypes IV and X and highly resistant to patotype VIII whereas on the generative phase it showed moderate resistant to pathotypes IV and VII and highly resistant to pathotype X Therefore Kelaca cultivar can be recommended for endemic areas of leaf blight in South and Southeast Sulawesi

Key words disease incidence pathotype Xanthomonas oryzae pv oryzae

J Fitopatol Indones Khaeruni et al

90

PENDAHULUAN

Hawar daun bakteri (HDB) yang disebabkan oleh Xanthomonas oryzae pv oryzae merupakan salah satu penyakit padi yang sulit dikendalikan karena memiliki banyak patotipe dan penyebarannya mudah terjadi (Akhtar et al 2008) Di Indonesia diketahui terdapat 12 patotipe X oryzae pv oryzae dengan tingkat virulensi yang berbeda dan merupakan ancaman utama bagi produksi padi nasional (Wahyudi et al 2011) Infeksi X oryzae pv oryzae pada tanaman padi di Indonesia menyebabkan kerugian hasil panen sebesar 21ndash36 pada musim hujan dan 18ndash28 pada musim kemarau (Suparyono et al 2004) Penanaman satu jenis varietas secara terus-menerus dengan skala yang luas dapat menyebabkan pergeseran patotipe sehingga patogen X oryzae pv oryzae menjadi semakin virulen

Penyakit HDB juga merupakan salah satu penyakit penting pada tanaman padi sawah di Sulawesi Tenggara Berdasarkan pengelompokan patotipe sistem KOZAKA yang menggunakan varietas diferensial dilaporkan terdapat 3 kelompok patotipe X oryzae pv oryzae di Sulawesi Tenggara yaitu patotipe IV VIII dan X yang memiliki virulensi tinggi (Khaeruni dan Wijayanto 2013)

Penggunaan varietas tahan terhadap patotipe yang dominan di daerah tertentu merupakan salah satu cara untuk mengendalikan X oryzae pv oryzae Pengendalian penyakit dengan menggunakan varietas tahan merupakan cara pengendalian yang efektif murah dan mudah untuk dilakukan sepanjang varietas tahan tersedia di masyarakat Rahim et al (2012) melaporkan 6 varietas padi komersial yang diuji terhadap X oryzae pv oryzae patotipe IV VIII IX dan X tidak ada satu pun varietas yang tahan Oleh karena itu pencarian varietas atau kultivar tahan perlu terus dilakukan Kultivar padi lokal yang telah dibudidayakan oleh masyarakat di Sulawesi Selatan dan Sulawesi Tenggara perlu dievaluasi ketahanannya terhadap X oryzae pv oryzae Penelitian ini bertujuan

menentukan tingkat ketahanan kultivar padi lokal asal Sulawesi Selatan dan Sulawesi Tenggara terhadap penyakit HDB

BAHAN DAN METODE

Isolat X oryzae pv oryzae dan Benih Padi Isolat X oryzae pv oryzae yang digunakan

ialah patotipe IV VIII dan X asal Sulawesi Tenggara (koleksi Laboratorium Ilmu Hama dan Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas Haluoleo) Padi lokal yang diuji sebanyak 6 kultivar asal Sulawesi Tenggara (Pae Nggonggohia Pae Biu Pae Nggomumu Pae Wila Padae Hada Padae Wolio) dan 5 kultivar dari Sulawesi Selatan (Mandi Kelaca Pulu Lotong Mandoti Pulu Pute) Padi var IR64 yang digunakan sebagai varietas rentan diperoleh dari hasil panen tanaman yang bebas dari penyakit HDB

Rancangan Percobaan Percobaan dilakukan di rumah kaca

disusun dalam rancangan acak kelompok Sebanyak 11 kultivar uji dan varietas IR64 diinokulasi dengan 3 patotipe X oryzae pv oryzae sehingga diperoleh 36 kombinasi perlakuan Setiap perlakuan diulang sebanyak 3 kali sehingga total keseluruhan terdapat 108 tanaman uji

Benih padi diperam semalam sebelum dikecambahkan di cawan petri yang dialasi kertas buram lembap Benih yang berkecambah pada umur 2 hari disemai pada kotak semai yang berisi arang sekam bercampur pupuk kandang dengan perbandingan 31 (vv) Bibit berumur 21 hari dipindah tanam dalam pot kantong plastik ukuran 30 cm times 20 cm yang berisi medium campuran tanah dan pupuk kandang dengan perbandingan 41 (vv) kemudian diletakkan dalam rumah kasa Tanaman disiram setiap pagi hari gulma dan hama yang ditemukan dikendalikan secara manual Pemeliharaan tanaman dilakukan sejak pindah tanam sampai pengujian selesai

Isolat dari setiap patotipe X oryzae pv oryzae dibiakkan secara terpisah pada medium pepton sukrosa agar (PSA) selama 48 jam Kultur murni disuspensikan dalam

J Fitopatol Indones Khaeruni et al

91

akuades steril hingga mencapai kepadatan 108ndash109 cfu mL-1 dan digunakan sebagai sumber inokulum (Khaeruni et al 2014a)

Inokulasi setiap patotipe X oryzae pv oryzae pada tanaman uji dilakukan 2 tahap yaitu pada fase vegetatif ketika tanaman berumur 3 minggu setelah tanam (MST) dan pada fase generatif tanaman berumur 8 MST Inokulasi dilakukan pada 5 sampel daun yang membuka sempurna dengan menggunting daun sekitar 2ndash3 cm dari ujung daun menggunakan gunting yang telah dicelupkan dalam suspensi X oryzae pv oryzae

PengamatanPengamatan meliputi periode inkubasi

insidensi penyakit dan reaksi ketahanan Pengamatan periode inkubasi dilakukan setiap hari mulai 1 hari setelah inokulasi sampai munculnya gejala pada daun yang diinokulasi patogen Pengamatan insidensi penyakit dilakukan 3 minggu setelah inokulasi pada setiap tahap inokulasi (fase vegetatif dan generatif)

Insidensi penyakit diamati dengan mengukur panjang gejala HDB pada setiap daun sampel yang diinokulasi Insidensi penyakit dihitung menggunakan rumus

IP = times 100 dengannN

IP insidensi penyakit n panjang gejala HDB pada daun sampel N panjang daun sampel

Kriteria tingkat ketahanan tanaman di-tentukan berdasarkan nilai insidensi penyakit pada setiap kultivar yang diuji pada setiap patotipe berdasarkan nilai skoring yang ditetapkan oleh IRRI tahun 1996 (Tabel 1)

HASIL

Periode InkubasiPeriode inkubasi penyakit pada fase

vegetatif bervariasi dari 27ndash4 hari setelah inokulasi Pada beberapa kultivar memiliki periode inkubasi penyakit yang lebih lama dibandingkan dengan pada varietas IR 64 yaitu 27ndash30 hari (Tabel 2) Periode inkubasi penyakit terpanjang terjadi pada kultivar Kelaca baik pada fase vegetatif maupun fase generatif Varietas IR64 dan kultivar Pae Biu tergolong rentan menunjukkan gejala layu dan muncul bercak kelabu pada tepi daun serta sedikit menggulung ke arah dalam sedangkan gejala layu tidak terjadi pada kultivar Kelaca yang tergolong varietas tahan

Insidensi Penyakit dan Reaksi KetahananInsidensi penyakit hawar daun pada kultivar

padi lokal yang diuji pada fase vegetatif bervariasi dari 26ndash776 sehingga reaksi ketahanan kultivar-kultivar padi lokal tersebut bervariasi dari rentan sampai sangat tahan sementara insidensi penyakit pada varietas IR64 berkisar 24ndash468 sehingga varietas ini bereaksi agak rentan terhadap semua patotipe X oryzae pv oryzae Ketahanan terbaik pada fase vegetatif terdapat pada kultivar Kelaca asal Sulawesi Selatan yang bereaksi agak tahan terhadap patotipe IV dan X serta tahan terhadap patotipe VIII Kultivar Paedai Wolio asal Sulawesi Tenggara memiliki reaksi agak rentan pada semua patotipe sementara kultivar Mandi Pae Ngonggohia Pae Biu Kelaca Pullu Lotong Pae Wila Paedai Hada Mandoti Pullu Pute Paedai Wolio memperlihatkan reaksi rentan sehingga kultivar tersebut memiliki ketahanan lebih rendah dibandingkan dengan varietas IR64 (Tabel 3)

Pada fase generatif insidensi penyakit berkisar 33ndash227 sehingga reaksi ketahanan berbagai kultivar padi lokal yang diinokulasikan dengan 3 patotipe X oryzae pv oryzae juga bervariasi jika dibandingkan dengan varietas IR64 Ketahanan terbaik diperlihatkan padi kultivar Kelaca yang memiliki respons agak tahan terhadap patotipe IV dan VIII serta sangat tahan terhadap patotipe X Selain

Skor Insidensi penyakit ()

Reaksi ketahanan

1 0ndash3 Sangat tahan (ST)2 4ndash6 Tahan (T)3 7ndash12 Agak tahan (AT)4 13ndash50 Agak rentan (AR)5 51ndash75 Rentan (R)6 gt75 Sangat rentan (SR)

Tabel 1 Skor dan insidensi penyakit tanaman berdasarkan pada luas daun padi yang bergejala hawar daun (SES IRRI 1996)

J Fitopatol Indones Khaeruni et al

92

Kultivar padi lokal Patotipe IV Patotipe VIII Patotipe XVeg Gen Veg Gen Veg Gen

Pae Ngonggohia 40 37 30 30 30 27Pae Biu 30 27 27 30 27 27Pae Nggomumu 33 30 37 30 30 37Pae Wila 33 30 33 40 37 43Paedai Hada 33 30 30 30 30 30Paedai Wolio 33 40 30 37 33 33Mandi 33 40 30 30 30 30Kelaca 40 47 37 47 37 47Pulu Lotong 30 30 33 30 30 30Mandoti 30 30 30 30 27 30Pulu Pute 30 30 30 37 23 37IR64 30 30 27 30 27 30

Tabel 2 Periode inkubasi (hari) penyakit hawar daun bakteri pada varietas padi lokal yang diinokulasi dengan 3 patotipe Xanthomonas oryzae pv oryzae

Veg fase vegetatif Gen fase generatif kontrol varietas rentan

Kultivar padi lokalPatotipe IV Patotipe VIII Patotipe X

IP ()

Skor (Respons)

IP ()

Skor (Respons)

IP ()

Skor (Respons)

Pae Ngonggohia 419 4 (AR) 557 5 (R) 391 4 (AR)Pae Biu 718 5 (R) 776 6 (SR) 465 4 (AR)Pae Nggomumu 115 3 (AT) 408 4 (AR) 425 4 (AR)Pae Wila 513 5 (R) 379 4 (AR) 665 5 (R)Paedai Hada 652 5 (R) 309 4 (AR) 743 5 (R)Paedai Wolio 261 4 (AR) 316 4 (AR) 461 4 (AR)Mandi 256 4 (AR) 510 5 (R) 458 4 (AR)Kelaca 78 3 (AT) 26 1 (ST) 69 3 (AT)Pulu Lotong 525 5 (R) 337 4 (AR) 353 4 (AR)Mandoti 448 4 (AR) 265 4 (AR) 519 5 (R)Pulu Pute 233 4 (AR) 342 4 (AR) 555 5 (R)IR64 468 4 (AR) 240 4 (AR) 396 4 (AR)

Tabel 3 Insidensi penyakit (IP) dan respons ketahanan berbagai kultivar padi lokal dan IR64 terhadap 3 patotipe Xanthomonas oryzae pv oryzae pada fase vegetatif

SR sangat rentan R rentan AR agak rentan AT agak tahan ST sangat tahan kontrol varietas rentan

padi kultivar Kelaca kultivar Pae Wila memiliki ketahanan yang relatif lebih kuat terhadap X oryzae pv oryzae karena bereaksi tahan terhadap patotipe IV dan X serta agak tahan terhadap patotipe VIII (Tabel 4)

PEMBAHASAN

Penentuan periode inkubasi didasarkan munculnya gejala hawar pada daun yang diinokulsi X oryzae pv oryzae Periode

inkubasi pada beberapa kultivar lebih lama dibandingkan dengan padi var IR64 baik yang diinokulasi pada fase vegetatif maupun pada fase generatif Kultivar yang memiliki respons ketahanan terbaik ialah padi kultivar Kelaca karena memiliki periode inkubasi terlama dan insidensi penyakit yang lebih rendah dibandingkan dengan kultivar lainnya Hal ini sesuai dengan pendapat Nayak et al (1987) yang menyatakan ketahanan tanaman padi terhadap penyakit HDB secara tidak

J Fitopatol Indones Khaeruni et al

93

langsung ditentukan oleh periode inkubasi dan perkembangan penyakit

Gen ketahanan terhadap ras X oryzae pv oryzae ditentukan oleh gen R mayor (Liu et al 2006) Ketahanan varietas padi terhadap X oryzae pv oryzae berkaitan dengan kandungan gen ketahanan (gen Xa) varietas yang memiliki lebih dari satu gen Xa memperlihatkan ketahanan yang lebih kuat dibandingkan dengan yang hanya memiliki satu gen Xa (Nafisah et al 2007) X oryzae pv oryzae patotipe IV mempunyai gen virulensi yang dapat mematahkan gen ketahanan Xa1 Xa2 Xa4 Xa7 Xa10 Xa11 dan Xa 14 pada tanaman padi patotipe VIII dapat mematahkan gen ketahanan Xa1 Xa2 Xa3 Xa4 Xa7 Xa10 Xa11 dan Xa 14 sedangkan patotipe X dapat mematahkan gen ketahanan Xa1 Xa2 Xa4 Xa7 Xa10 Xa11 Xa14 dan Xa21 (Hifni dan Kardin 1998) Hal ini menunjukkan bahwa padi kultivar Kelaca tahan terhadap patotipe IV VIII dan X karena memiliki gen ketahanan Xa yang mampu mengatasi gen-gen virulen (Vir) dari ketiga patotipe tersebut

Djatmiko dan Fatichin (2011) menduga bahwa suatu tanaman menjadi tahan terhadap penyakit HDB karena meng-hasilkan fitoaleksin sebagai hasil interaksi inang-parasit yang fungsinya menghambat perkembangan bakteri Akumulasi fitoaleksin

dalam konsentrasi tinggi dapat membatasi area infeksi patogen (Suswati et al 2011) Hal yang sama dijelaskan oleh Hasegawa et al (2014) bahwa tanaman padi memiliki respons tahan terhadap penyakit blas karena mengakumulasi senyawa fitoaleksin sakuratenin yang bersifat toksin bagi patogen tanaman dengan cepat setelah terinfeksi patogen Oleh karena itu senyawa fitoaleksin diduga pula berpengaruh untuk menghambat penyakit-penyakit hawar daun bakteri pada padi kultivar Kelaca

Kultivar lokal Pae Wila Pulu Lotong Mandoti Pulu Pute mengalami peningkatan status ketahanan di fase generatif Hal ini mengindikasikan bahwa ketahanan kultivar tersebut meningkat seiring dengan pertambahan umur tanaman padi Hasil yang sama dilaporkan oleh Khaeruni et al (2014b) bahwa semakin tua umur tanaman padi Inpari 10 dan Cisantana yang diinokulasi X oryzae pv oryzae menjadi semakin lambat perkembangan penyakit hawar daun bakterinya Djatmiko dan Fatichin (2009) melaporkan bahwa fase vegetatif tanaman padi lebih rentan dibandingkan dengan fase generatifnya sedangkan Aditya et al (2015) mengemukakan bahwa ketahanan lapangan fase generatif padi lebih rentan terhadap penyakit hawar daun bakteri dibandingkan dengan fase vegetatifnya

VarietasKultivarPatotipe IV Patotipe VIII Patotipe X

IP ()

Skor(Respons)

IP ()

Skor (Respons)

IP ()

Skor (Respons)

Pae Ngonggohia 137 4 (AR) 210 4 (AR) 93 3 (AT)Pae Biu 130 4 (AR) 47 2 (T) 203 4 (AR)Pae Nggomumu 160 4 (AR) 227 4 (AR) 150 4 (AR)Pae Wila 38 2 (T) 733 3 (AT) 56 2 (T)Paedai Hada 167 4 (AR) 147 4 (AR) 200 4 (AR)Paedai Wolio 53 2 (T) 253 4 (AR) 170 4 (AR)Mandi 203 4 (AR) 137 4 (AR) 67 3 (AT)Kelaca 80 3 (AT) 120 3 (AT) 33 1 (ST)Pulu Lotong 97 3 (AT) 93 3 (AT) 73 3 (AT)Mandoti 97 3 (AT) 120 3 (AT) 50 2 (T)Pulu Pute 50 2 (T) 80 3 (AT) 130 4 (AR)IR64 220 4 (AR) 340 4 (AR) 213 4 (AR)

Tabel 4 Insidensi penyakit (IP) dan respons ketahanan berbagai kultivar padi lokal dan IR64 terhadap inokulasi 3 patotipe Xanthomonas oryzae pv oryzae pada fase generatif

SR sangat rentan R rentan AR agak rentan AT agak tahan ST sangat tahan kontrol varietas rentan

J Fitopatol Indones Khaeruni et al

Hasil penelitian ini secara umum memperlihatkan bahwa kultivar padi lokal yang diinokulasi oleh X oryzae pv oryzae patotipe IV VIII dan X memiliki reaksi ketahanan yang berbeda pada fase vegetatif dan generatif Kultivar Kelaca memiliki tingkat ketahanan yang lebih baik dibandingkan dengan kultivar uji lainnya Kultivar ini bereaksi agak tahan terhadap patotipe IV dan X juga sangat tahan terhadap patotipe VIII pada fase vegetatif sedangkan pada fase generatif bereaksi agak tahan terhadap patotipe IV dan VIII juga sangat tahan terhadap patotipe X

UCAPAN TERIMA KASIH

Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada Direktorat Pembinaan Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan Nasional yang telah membiayai penelitian ini melalui Hibah Penelitian Fundamental Nomor 0541023-04101002011

DAFTAR PUSTAKA

Aditya RH Wahyuni WS Mihardjo PA 2015 Ketahanan lapangan lima genotipe padi terhadap penyakit hawar daun bakteri J Fitopatol Indones 11(5)160ndash166 DOI httpdxdoiorg1014692jfi115160

Akhtar MA Rafi A Hameed A 2008 Comparison of methods of inoculation of Xanthomonas oryzae pvoryzae in rice cultivars Pak J Bot 40(5)2171ndash2175

Djatmiko HA Fatichin 2009 Ketahanan dua puluh satu varietas padi terhadap penyakit hawar daun bakteri J HPT Tropika 9(2)168ndash172

Hasegawa M Mitsuhara I Seo S Okada K Yamane H Iwai T Ohashi Y 2014 Analysis on blast fungus-responsive characters of a flavonoid phytoalexin sakuranetin accumulation in infected riceleaves antifungal activity and detoxification by fungus Molecules 1911404ndash11418 DOI httpdxdoiorg103390molecules190811404

Hifni HR Kardin MK 1998 Pengelompokan isolat Xanthomonas oryzae pv oryzae dengan menggunakan galur isogenik padi IRRI Hayati 566ndash72

IRRI 1996 Standard Evaluation System for Rice 4th ed Manila (PH) IRRI PO Box 933 Hlm 52

Khaeruni A Rahim A Syair Adriani 2014a Induksi ketahanan terhadap penyakit hawar daun bakteri di lapangan menggunakan rizobakteri indigenos J HPT Tropika 14(1)57ndash63

Khaeruni A Taufik M Wijayanto T Johan EA 2014b Perkembangan penyakit hawar daun bakteri pada tiga varietas padi sawah yang diinokulasi pada beberapa fase pertumbuhan J Fitopatol Indones 10(4)119ndash125 DOI http dxdoiorg1014692jfi104119

Khaeruni A Wijayanto T 2013 Pathotype grouping of Xanthomonas oryzae pv oryzae isolates from South Sulawesi and Southeast Sulawesi Agrivita 35 (2)138ndash144 DOI httpdxdoiorg1017503Agrivita-2013-35-2-p138-144

Liu DN Ronald PC Bogdanova AJ 2006 Xanthomonas oryzae pathovars model pathogens of a model crop Mol Plant Pathol 7303ndash324 DOI httpdxdoiorg101111j1364-3703200600344x

Nafisah Aan A Daradjat B Suprihatno Triny SK 2007 Heritabilitas karakter ketahanan hawar daun bakteri dari tiga populasi tanaman padi hasil seleksi daur siklus pertama Bull Penelitian Pertanian Tanaman Pangan 6(2)100ndash105

Nayak P Rao AVS Chakrabarti 1987 Components of resistance to bacterial blight disease of rice J Phytopathol 119(4)289ndash237 DOI httpdxdoiorg 101111j1439-04341987tb04402x

Rahim A Khaeruni A dan Taufik M 2012 Reaksi ketahanan beberapa varietas padi komersial terhadap Xanthomonas oryzae pv oryzae isolat Sulawesi Tenggara Berkala Penelitian Agronomi 1(2)132ndash138

Suparyono Sudir Suprihanto 2004 Pathotype profile of Xanthomonas oryzae pv oryzae

94

J Fitopatol Indones Khaeruni et al

isolates from the rice ecosystem in Java Indones J Agriculture Science 563ndash69

Suswati Habazar T Husin EF Nasir N Putra DP Taylor P 2011 Senyawa phenolik akar pisang cv kepok (Musa acuminata) yang diinduksi dengan fungi mikoriza arbuskular indigenus Pu10-Glomus sp1

terhadap penyakit darah bakteri J Nat Indones 13(3) 207ndash213

Wahyudi AT Meliah S Nawangsih AA 2011 Xanthomonas oryzae pv oryzae bakteri penyebab hawar daun pada padi isolasi karakterisasi dan telaah mutagenesis dengan transposon J Sains 15(1)89ndash96

95

Volume 12 Nomor 3 Mei 2016Halaman 104ndash108

DOI 1014692jfi123104ISSN 0215-7950

Alamat penulis korespondensi Laboratorium Fitopatologi Fakultas Pertanian Universitas SriwijayaJalan Palembang-Prabumulih Km32 Indralaya Palembang 30662Tel 0711-580663 Faks 0711-580663 Surel suwandisalehgmailcom

104

KOMUNIKASI SINGKAT

Penekanan Penyakit Blas Leher Malai Padi Menggunakan Ekstrak Kompos Jerami Padi

Suppression of Panicle Blast by Rice Straw Compost Extract

Suwandi Harman Hamidson Ahmad MuslimUniversitas Sriwijaya Palembang 30662

ABSTRAK

Penyakit blas merupakan penyakit penting pada tanaman padi dan menyebabkan kehilangan hasil pada lahan reklamasi pasang surut di Sumatera Selatan Ekstrak fermentasi kompos jerami dari tanaman padi sehat diuji potensinya dalam menekan blas leher malai pada percobaan dalam pot Padi varietas Ciherang ditanam pada campuran tanah dengan 1 jerami tanaman sakit (vv) yang diperoleh dari sawah pasang surut Insidensi penyakit blas leher malai dapat ditekan sebesar 71minus87 sebagai respons aplikasi ekstrak kompos Aplikasi ekstrak kompos tidak memengaruhi perkecambahan benih dan tinggi tanaman tetapi dapat meningkatkan hasil Kompos jerami dari tanaman sehat berpotensi sebagai sumber pengendalian blas di lapangan

Kata kunci lahan reklamasi kompos jerami tanah sulfat masam

ABSTRACT

Blast is the most important disease of rice and may cause significant losses in the reclaimed tidal swamp of South Sumatra Water extracts of fermented composts prepared from straws of the vigorous rice plant were tested in pot experiment for their ability to control blast Rice variety Ciherang was grown on mixture of field soil and 1 diseased rice straw (vv) collected from a tidal swamp rice field Incidence of panicle blast was reduced by 71minus87 in response to application of compost extract The compost extract did not affect seed germination and plant height instead it increased the yield The rice straw from healthy and vigorous plants is potential as a source for blast disease control

Key words acid sulfate soil compost extract land reclamation

Indonesia memiliki lahan pasang surut yang luas yang sebagian besar terdapat di pesisir pantai Sumatera Kalimantan dan Papua Hampir 4 juta ha dari lahan pasang surut tersebut telah direklamasi (Suprianto et al 2009) dan 1 juta ha di antaranya ditanami padi Di Sumatera Selatan terdapat sekitar 2656 ribu ha padi dibudidayakan di lahan

pasang surut reklamasi (BPS Sumatera Selatan 2014) Rata-rata hasil padi sawah pasang surut di Banyuasin ialah 41 ton ha-1 (BPS Banyuasin 2014) dan hasil ini lebih rendah dibandingkan dengan hasil padi sawah irigasi pada tanah mineral di Kabupaten OKU Timur yang rata-ratanya mencapai 55 ton ha-1 (BPS OKU Timur 2014)

J Fitopatol Indones Suwandi et al

105

Penyakit blas yang disebabkan oleh Pyricularia oryzae merupakan penyakit terpenting pada tanaman padi Penyakit ini telah dilaporkan menyerang sejak periode awal budi daya padi di lahan reklamasi pasang surut Sumatera Selatan (Koswara dan Rumawas 1984) Survei penyakit yang dilakukan sejak tahun 2013 menunjukkan bahwa penyakit blas endemik di lahan suboptimal ini dan menyebabkan beberapa sawah mengalami gagal panen

Patogen blas diketahui memiliki daya adaptasi yang tinggi terhadap beragam kondisi lingkungan termasuk varietas resisten (Ou 1985 Scheuermann et al 2012) sehingga pengendaliannya sukar dilakukan Aplikasi ekstrak kompos atau dikenal sebagai teh kompos diketahui dapat meningkatkan pertumbuhan produksi dan kualitas gizi tanaman (Hargreaves et al 2009 Pant et al 2009 Shrestha et al 2012) Penekanan penyakit setelah aplikasi ekstrak kompos telah dilaporkan (Elad dan Shtienberg 1994 Curlango-Rivera et al 2013) Pada penelitian ini ekstrak kompos yang dibuat dari kompos jerami padi diuji potensinya untuk pengendalian penyakit blas

Penelitian dilaksanakan dalam pot menggunakan media tanah sulfat masam potensial yang diperoleh dari sawah lahan reklamasi pasang surut Telang II Banyuasin Sumatera Selatan Penelitian disusun dalam rancangan acak lengkap dengan 4 perlakuan dan 3 ulangan Perlakuan yang diuji ialah ekstrak kompos padi Ciherang kompos padi Inpari 1 dan kompos padi Inpari 10 serta ekstrak tanah (kontrol)

Infestasi patogen blas dilakukan secara alami dengan mencampur 1 volume cacahan jerami padi yang terserang parah penyakit blas ke dalam medium tanam Tanaman padi dipupuk dengan 90 kg N ha-1 60 kg P ha-140 kg K ha-1 menggunakan NPKMgCa (161616155) urea dan SP36 Sebanyak setengah takaran urea ditaburkan saat 7 hari setelah semai dan sisanya saat bunting

Kompos dibuat dengan cara mencampur potongan rumpun padi uji yang sehat dan bugar (yang menunjukkan pertumbuhan

lebih baik dibandingkan dengan tanaman padi lainnya dalam suatu sawah) berikut tanah perakarannya dengan pupuk kandang sapi dalam perbandingan volume yang sama Pengomposan dilakukan selama 14 hari di dalam guci tanah liat Setiap 2 hari campuran dibalik dan disemprot air untuk menjaga kadar air 60minus80 Komposmdashsetengah matangmdashselanjutnya disimpan dalam kantong plastik dalam lemari pendingin sampai digunakan untuk ekstraksi

Ekstrak kompos dibuat dengan cara merendam kompos dalam 2 kali volume air dan diaduk sesaat setelah direndam Rendaman kompos selanjutnya difermentasi selama 4 hari dalam suhu kamar (27minus29 degC) Air rendaman kompos selanjutnya dipanen dengan cara disaring dan segera digunakan dalam keadaan segar Sebagai pembanding (perlakuan kontrol) digunakan ekstrak rendaman tanah

Padi varietas Ciherang digunakan sebagai tanaman uji Padi ditanam pada baki plastik (30 cm times 23 cm) yang diisi dengan tanah yang diperoleh dari sawah di lahan reklamasi pasang surut Telang II Banyuasin Sumatera Selatan Aplikasi ekstrak dilakukan dengan perendaman benih selama 48 jam dan dilanjutkan dengan penyemprotan saat fase pemanjangan batang (6 minggu setelah semai) dan bunting (8 minggu setelah semai) Aplikasi ekstrak dilakukan pada konsentrasi 50 (11 [vv] ekstrak komposair) Penyemperotan dilakukan dengan volume semprot tinggi (750 L ha-1)

Pengamatan penyakit blas leher malai dilakukan saat panen Serangan penyakit dihitung berdasarkan insidensi blas leher malai yang dihitung dengan rumus

IBM = nN x 100 denganIBM insidensi blas leher malai n jumlah tangkai malai bergejala N jumlah malai per pot Hasil panen dinyatakan dalam g pot-1 dari hasil gabah yang dikeringkan hingga mencapai kadar air plusmn 14

Pencampuran 1 volume jerami dari tanaman sakit ke dalam media tanam menyebabkan serangan parah blas leher malai pada perlakuan kontrol (Tabel 1)

J Fitopatol Indones Suwandi et al

106

Hasil ini mengungkapkan bahwa sisa jerami tanaman sakit di lapangan dapat menjadi sumber inokulum bagi tanaman musim berikutnya Peranan sisa jerami tanaman sakit sebagai sumber utama inokulum penyakit blas sudah lama diketahui (Suzuki 1975 Ou 1985) Infektifitas yang tinggi inokulum dari jerami sakit memungkinkan sisa tanaman ini dijadikan sumber inokulum alami pada percobaan lapangan ataupun percobaan yang menghendaki inokulum yang mewakili populasi lapangan patogen blas

Insidensi blas secara nyata lebih rendah pada tanaman yang diberi perlakuan ekstrak fermentasi kompos yang berasal dari rumpun padi bugar Insidensi penyakit blas leher malai dapat ditekan sebesar 71minus87 pada tanaman yang diaplikasi dengan ekstrak kompos (Tabel 1) Perlakuan ekstrak kompos tidak

memengaruhi perkecambahan benih dan tinggi tanaman (Tabel 2) tetapi perlakuan ekstrak kompos padi Inpara 1 dapat meningkatkan hasil gabah dibandingkan dengan kontrol (Tabel 3) Peningkatan hasil ini selaras dengan tingginya penekanan penyakit setelah perlakuan ekstrak kompos tersebut

Penelitian ini menunjukkan manfaat aplikasi ekstrak kompos bagi produksi padi Efikasi lapangan ekstrak kompos di lahan pasang surut yang bermasalah dengan penyakit blas kini sedang dalam proses pengujian Ekstrak kompos bermanfaat bagi tanaman karena hara yang dikandungnya terurai melalui mineralisasi dan pelarutan (Shrestha et al 2012) dan secara tidak langsung melalui pengimbasan ketahanan (Kim et al 2015) Ekstrak kompos jerami padi diketahui kaya akan kandungan senyawa humat yaitu

Sumber ekstrak kompos Insidensi penyakit()

Penekanan penyakit()

Tanah (kontrol) 528 plusmn 88 a -Kompos jerami padi Ciherang 151 plusmn 76 b 71Kompos jerami padi Inpari 10 80 plusmn 39 b 85Kompos jerami padi Inpara 1 69 plusmn 32 b 87

Tabel 1 Insidensi penyakit saat panen dan penekanan penyakit blas leher malai padi dalam pot yang diaplikasi ekstrak kompos

Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji beda nyata jujur Tukey (P=005) nilai relatif terhadap kontrol

Sumber ekstrak kompos Perkecambahan benih ()

Tinggi tanaman (cm)

Tanah (kontrol) 867 plusmn 22 537 plusmn 12Kompos jerami padi Ciherang 817 plusmn 51 525 plusmn 08Kompos jerami padi Inpari 10 842 plusmn 44 523 plusmn 12Kompos jerami padi Inpara 1 792 plusmn 68 533 plusmn 10

Tabel 2 Pertumbuhan padi dalam pot yang diaplikasi ekstrak kompos

Sumber ekstrak kompos Hasil (g pot-1 gabah kering giling )

Jumlah malai per tanaman

Jumlah gabah per malai

Tanah (kontrol) 25 plusmn 01 b 33 plusmn 02 b 307 plusmn 32Kompos jerami padi Ciherang 25 plusmn 02 b 30 plusmn 02 b 310 plusmn 31Kompos jerami padi Inpari 10 27 plusmn 03 b 34 plusmn 02 b 382 plusmn 28Kompos jerami padi Inpara 1 38 plusmn 02 a 41 plusmn 03 a 399 plusmn 28

Tabel 3 Komponen hasil padi dalam pot yang diaplikasi ekstrak kompos

Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji beda nyata jujur Tukey (P=005)

J Fitopatol Indones Suwandi et al

asam humat dan fulvat (Agustian 2004 Goyal dan Sindhu 2011) Senyawa humat berperan dalam pemacuan pertumbuhan pembenah tanah dan peningkatan ketahanan terhadap hama dan penyakit (Scheuerell dan Mahaffee 2004 Scheuerell dan Mahaffee 2006 El-Ghamry 2009 Kamel et al 2014) Pengimbasan ketahanan tanaman oleh asam humat terjadi melalui peningkatan aktivitas kitinase (Abdel-Kareem 2007) peningkatan kandungan senyawa fenol serta peningkatan aktivitas enzim peroksidase dan fenilalanin amonia liase (PAL) (Abdel-Monaim et al 2011)

UCAPAN TERIMA KASIH

Penelitian ini didanai oleh Penelitian Unggulan Perguruan Tinggi Universitas Sriwijaya tahun anggaran 2013minus2015

DAFTAR PUSTAKA

Abdel-Kareem F 2007 Induced resistance in bean plants against root rot and alternaria leaf spot diseases using biotic and a biotic inducers under field conditions J Agric Biol Sci 3767ndash774

Abdel-Monaim MF Ismail ME Morsy KM 2011 Induction of systemic resistance of benzothiadiazole and humic acid in soybean plants against fusarium wilt disease Mycobiology 39(4)290minus298 D O I h t t p d x d o i o rg 1 0 5 9 4 1 MYCO2011394290

Agustian Susila P Gusnidar 2004 Pembentukan asam humat dan fulvat selama pembuatan kompos jerami padi Solum 19ndash14

[BPS Banyuasin] Badan Pusat Statistik Kabupaten Banyuasin 2014 Kabupaten Banyuasin Dalam Angka 2014 httpbanyuasinkabbpsgoiddatapublikasipublikasi_114indexhtml [diakses 20 Agst 2014]

[BPS OKU Timur] Badan Pusat Statistik Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur 2014 Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur Dalam Angka 2014 http

okutimurkabbpsgoiddatapublikasidda2014 [diakses 20 Agst 2014]

[BPS Sumatera Selatan] Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Selatan 2014 Sumatera Selatan Dalam Angka 2014 httpsumselbpsgoidimagespublikasiflipping2014sumsel20dalam20angka202014indexhtml [diakses 20 Agst 2014]

Curlango-Rivera G Pew T van Etten HD Zhongguo X Yu N Hawes MC 2013 Measuring root disease suppression in response to a compost water extract Phytopathology 103255minus260 DOI httpdxdoiorg101094PHYTO-06-12-0145-R

Elad Y Shtienberg D 1994 Effect of compost water extracts on grey mould (Botrytis cinerea) Crop Prot 13109minus114 DOI httpdxdoiorg1010160261-2194(94)90160-0

El-Ghamry AM Abdel-Hai KM Ghoneem KM 2009 Amino and humic acids promote growth yield and disease resistance of faba bean cultivated in clayey soil Aust J Basic Applied Sci 3731minus739

Goyal S Sindhu SS 2011 Composting of rice straw using different inocula and analysis of compost quality Microbiol J1 1 2 6 minus 1 3 8 D O I h t t p d x d o i org103923mj2011126138

Hargreaves JC Adl MS Warman PR 2009 The effects of municipal solid waste compost and compost tea on mineral element uptake and fruit quality of strawberries Compost Sci Util 1785minus94 DOI httpdxdoiorg1010801065657X200910702406

Kamel SM Afifi MMI El-Shoraky FS El-Sawy MM 2014 Fulvic acid a tool for controlling powdery and downy mildews in cucumber plants Int J Phytopathol 3101minus108

Kim MJ Shim CK Kim YK Hong SJ Park JH Han EJ Kim SC 2015 Effect of aerated compost tea on the growth promotion of lettuce soybean and sweet corn in organic cultivation Plant Pathol 31259ndash268 DOI httpdxdoiorg105423PPJOA0220150024

107

J Fitopatol Indones Suwandi et al

Koswara O Rumawas F 1984 Tidal swamp rice in Palembang region Di dalam Smith WH Argosino GS editor Proceedings of the Workshop on Research Priorities in Tidal Swamp Rice Los Bantildeos Laguna (PH) International Rice Research Institute hlm 37minus48

Ou SH 1985 Rice Diseases Kew Survey (UK) CAB International Mycological Institute

Pant AP Radovich TJK Hue NV Talcott ST Krenek KA 2009 Vermicompost extracts influence growth mineral nutrients phytonutrients and antioxidant activity in pak choi (Brassica rapa cv Bonsai Chinensis group) grown under vermicompost and chemical fertilizer J Sci Food Agric 892383minus2392 DOI httpdxdoiorg101002jsfa3732

Scheuerell SJ Mahaffee WH 2004 Compost tea as a container medium drench for suppressing seedling damping-off caused by Pythium ultimum Phytopathology 941156minus1163 DOI httpdxdoiorg101094PHYTO200494111156

Scheuerell SJ Mahaffee WH 2006 Variability associated with suppression of gray mold (Botrytis cinerea) on geranium by foliar applications of nonaerated and aerated compost teas Plant Dis 901201minus1208 DOI httpdxdoiorg101094PD-90-1201

Scheuermann KK Raimondi JV Marschalek R de Andrade A Wickert E 2012 Magnaporthe oryzae genetic diversity and its outcomes on the search for durable resistance Di dalam Caliskan M editor The Molecular Basis of Plant Genetic Diversity Rijeka (HR) Intech hlm 331minus356

Shrestha K Walsh KB Midmore DJ 2012 Microbially enhanced compost extract does it increase solubilisation of minerals and mineralisation of organic matter and thus improve plant nutrition J Bioremed Biodegrad 3(5)1ndash9 DOI httpdxdoiorg1041722155-61991000149

Suprianto H Irianto SG Susanto RH Schultz B Suryadi FX Eelaart AVD 2009 Land and water management of tidal lowlands experiences in Telang and Saleh South Sumatra Irrig Drain 59(3)317minus335 DOI httpdxdoiorg101002ird460

Suzuki H 1975 Meteorological factors in the epidemiology of rice blast Ann Rev Phytopathol 13239minus256 DOI ht tp dxdoi org101146annurevpy13090175001323

108

  • 12737-37236-1-PBpdf (p1-8)
  • 12738-37237-1-PBpdf (p9-14)
  • 12739-37238-1-PBpdf (p15-21)
  • 12741-37240-1-PBpdf (p22-26)
Page 16: Bakteri Endofit Asal Berbagai Akar Tanaman sebagai Agens ...fp.unmas.ac.id/wp-content/uploads/2018/10/vol-12-no.3.pdfInfeksi nematoda puru akar (NPA) Meloidogyne incognita pada tomat

J Fitopatol Indones Khaeruni et al

90

PENDAHULUAN

Hawar daun bakteri (HDB) yang disebabkan oleh Xanthomonas oryzae pv oryzae merupakan salah satu penyakit padi yang sulit dikendalikan karena memiliki banyak patotipe dan penyebarannya mudah terjadi (Akhtar et al 2008) Di Indonesia diketahui terdapat 12 patotipe X oryzae pv oryzae dengan tingkat virulensi yang berbeda dan merupakan ancaman utama bagi produksi padi nasional (Wahyudi et al 2011) Infeksi X oryzae pv oryzae pada tanaman padi di Indonesia menyebabkan kerugian hasil panen sebesar 21ndash36 pada musim hujan dan 18ndash28 pada musim kemarau (Suparyono et al 2004) Penanaman satu jenis varietas secara terus-menerus dengan skala yang luas dapat menyebabkan pergeseran patotipe sehingga patogen X oryzae pv oryzae menjadi semakin virulen

Penyakit HDB juga merupakan salah satu penyakit penting pada tanaman padi sawah di Sulawesi Tenggara Berdasarkan pengelompokan patotipe sistem KOZAKA yang menggunakan varietas diferensial dilaporkan terdapat 3 kelompok patotipe X oryzae pv oryzae di Sulawesi Tenggara yaitu patotipe IV VIII dan X yang memiliki virulensi tinggi (Khaeruni dan Wijayanto 2013)

Penggunaan varietas tahan terhadap patotipe yang dominan di daerah tertentu merupakan salah satu cara untuk mengendalikan X oryzae pv oryzae Pengendalian penyakit dengan menggunakan varietas tahan merupakan cara pengendalian yang efektif murah dan mudah untuk dilakukan sepanjang varietas tahan tersedia di masyarakat Rahim et al (2012) melaporkan 6 varietas padi komersial yang diuji terhadap X oryzae pv oryzae patotipe IV VIII IX dan X tidak ada satu pun varietas yang tahan Oleh karena itu pencarian varietas atau kultivar tahan perlu terus dilakukan Kultivar padi lokal yang telah dibudidayakan oleh masyarakat di Sulawesi Selatan dan Sulawesi Tenggara perlu dievaluasi ketahanannya terhadap X oryzae pv oryzae Penelitian ini bertujuan

menentukan tingkat ketahanan kultivar padi lokal asal Sulawesi Selatan dan Sulawesi Tenggara terhadap penyakit HDB

BAHAN DAN METODE

Isolat X oryzae pv oryzae dan Benih Padi Isolat X oryzae pv oryzae yang digunakan

ialah patotipe IV VIII dan X asal Sulawesi Tenggara (koleksi Laboratorium Ilmu Hama dan Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas Haluoleo) Padi lokal yang diuji sebanyak 6 kultivar asal Sulawesi Tenggara (Pae Nggonggohia Pae Biu Pae Nggomumu Pae Wila Padae Hada Padae Wolio) dan 5 kultivar dari Sulawesi Selatan (Mandi Kelaca Pulu Lotong Mandoti Pulu Pute) Padi var IR64 yang digunakan sebagai varietas rentan diperoleh dari hasil panen tanaman yang bebas dari penyakit HDB

Rancangan Percobaan Percobaan dilakukan di rumah kaca

disusun dalam rancangan acak kelompok Sebanyak 11 kultivar uji dan varietas IR64 diinokulasi dengan 3 patotipe X oryzae pv oryzae sehingga diperoleh 36 kombinasi perlakuan Setiap perlakuan diulang sebanyak 3 kali sehingga total keseluruhan terdapat 108 tanaman uji

Benih padi diperam semalam sebelum dikecambahkan di cawan petri yang dialasi kertas buram lembap Benih yang berkecambah pada umur 2 hari disemai pada kotak semai yang berisi arang sekam bercampur pupuk kandang dengan perbandingan 31 (vv) Bibit berumur 21 hari dipindah tanam dalam pot kantong plastik ukuran 30 cm times 20 cm yang berisi medium campuran tanah dan pupuk kandang dengan perbandingan 41 (vv) kemudian diletakkan dalam rumah kasa Tanaman disiram setiap pagi hari gulma dan hama yang ditemukan dikendalikan secara manual Pemeliharaan tanaman dilakukan sejak pindah tanam sampai pengujian selesai

Isolat dari setiap patotipe X oryzae pv oryzae dibiakkan secara terpisah pada medium pepton sukrosa agar (PSA) selama 48 jam Kultur murni disuspensikan dalam

J Fitopatol Indones Khaeruni et al

91

akuades steril hingga mencapai kepadatan 108ndash109 cfu mL-1 dan digunakan sebagai sumber inokulum (Khaeruni et al 2014a)

Inokulasi setiap patotipe X oryzae pv oryzae pada tanaman uji dilakukan 2 tahap yaitu pada fase vegetatif ketika tanaman berumur 3 minggu setelah tanam (MST) dan pada fase generatif tanaman berumur 8 MST Inokulasi dilakukan pada 5 sampel daun yang membuka sempurna dengan menggunting daun sekitar 2ndash3 cm dari ujung daun menggunakan gunting yang telah dicelupkan dalam suspensi X oryzae pv oryzae

PengamatanPengamatan meliputi periode inkubasi

insidensi penyakit dan reaksi ketahanan Pengamatan periode inkubasi dilakukan setiap hari mulai 1 hari setelah inokulasi sampai munculnya gejala pada daun yang diinokulasi patogen Pengamatan insidensi penyakit dilakukan 3 minggu setelah inokulasi pada setiap tahap inokulasi (fase vegetatif dan generatif)

Insidensi penyakit diamati dengan mengukur panjang gejala HDB pada setiap daun sampel yang diinokulasi Insidensi penyakit dihitung menggunakan rumus

IP = times 100 dengannN

IP insidensi penyakit n panjang gejala HDB pada daun sampel N panjang daun sampel

Kriteria tingkat ketahanan tanaman di-tentukan berdasarkan nilai insidensi penyakit pada setiap kultivar yang diuji pada setiap patotipe berdasarkan nilai skoring yang ditetapkan oleh IRRI tahun 1996 (Tabel 1)

HASIL

Periode InkubasiPeriode inkubasi penyakit pada fase

vegetatif bervariasi dari 27ndash4 hari setelah inokulasi Pada beberapa kultivar memiliki periode inkubasi penyakit yang lebih lama dibandingkan dengan pada varietas IR 64 yaitu 27ndash30 hari (Tabel 2) Periode inkubasi penyakit terpanjang terjadi pada kultivar Kelaca baik pada fase vegetatif maupun fase generatif Varietas IR64 dan kultivar Pae Biu tergolong rentan menunjukkan gejala layu dan muncul bercak kelabu pada tepi daun serta sedikit menggulung ke arah dalam sedangkan gejala layu tidak terjadi pada kultivar Kelaca yang tergolong varietas tahan

Insidensi Penyakit dan Reaksi KetahananInsidensi penyakit hawar daun pada kultivar

padi lokal yang diuji pada fase vegetatif bervariasi dari 26ndash776 sehingga reaksi ketahanan kultivar-kultivar padi lokal tersebut bervariasi dari rentan sampai sangat tahan sementara insidensi penyakit pada varietas IR64 berkisar 24ndash468 sehingga varietas ini bereaksi agak rentan terhadap semua patotipe X oryzae pv oryzae Ketahanan terbaik pada fase vegetatif terdapat pada kultivar Kelaca asal Sulawesi Selatan yang bereaksi agak tahan terhadap patotipe IV dan X serta tahan terhadap patotipe VIII Kultivar Paedai Wolio asal Sulawesi Tenggara memiliki reaksi agak rentan pada semua patotipe sementara kultivar Mandi Pae Ngonggohia Pae Biu Kelaca Pullu Lotong Pae Wila Paedai Hada Mandoti Pullu Pute Paedai Wolio memperlihatkan reaksi rentan sehingga kultivar tersebut memiliki ketahanan lebih rendah dibandingkan dengan varietas IR64 (Tabel 3)

Pada fase generatif insidensi penyakit berkisar 33ndash227 sehingga reaksi ketahanan berbagai kultivar padi lokal yang diinokulasikan dengan 3 patotipe X oryzae pv oryzae juga bervariasi jika dibandingkan dengan varietas IR64 Ketahanan terbaik diperlihatkan padi kultivar Kelaca yang memiliki respons agak tahan terhadap patotipe IV dan VIII serta sangat tahan terhadap patotipe X Selain

Skor Insidensi penyakit ()

Reaksi ketahanan

1 0ndash3 Sangat tahan (ST)2 4ndash6 Tahan (T)3 7ndash12 Agak tahan (AT)4 13ndash50 Agak rentan (AR)5 51ndash75 Rentan (R)6 gt75 Sangat rentan (SR)

Tabel 1 Skor dan insidensi penyakit tanaman berdasarkan pada luas daun padi yang bergejala hawar daun (SES IRRI 1996)

J Fitopatol Indones Khaeruni et al

92

Kultivar padi lokal Patotipe IV Patotipe VIII Patotipe XVeg Gen Veg Gen Veg Gen

Pae Ngonggohia 40 37 30 30 30 27Pae Biu 30 27 27 30 27 27Pae Nggomumu 33 30 37 30 30 37Pae Wila 33 30 33 40 37 43Paedai Hada 33 30 30 30 30 30Paedai Wolio 33 40 30 37 33 33Mandi 33 40 30 30 30 30Kelaca 40 47 37 47 37 47Pulu Lotong 30 30 33 30 30 30Mandoti 30 30 30 30 27 30Pulu Pute 30 30 30 37 23 37IR64 30 30 27 30 27 30

Tabel 2 Periode inkubasi (hari) penyakit hawar daun bakteri pada varietas padi lokal yang diinokulasi dengan 3 patotipe Xanthomonas oryzae pv oryzae

Veg fase vegetatif Gen fase generatif kontrol varietas rentan

Kultivar padi lokalPatotipe IV Patotipe VIII Patotipe X

IP ()

Skor (Respons)

IP ()

Skor (Respons)

IP ()

Skor (Respons)

Pae Ngonggohia 419 4 (AR) 557 5 (R) 391 4 (AR)Pae Biu 718 5 (R) 776 6 (SR) 465 4 (AR)Pae Nggomumu 115 3 (AT) 408 4 (AR) 425 4 (AR)Pae Wila 513 5 (R) 379 4 (AR) 665 5 (R)Paedai Hada 652 5 (R) 309 4 (AR) 743 5 (R)Paedai Wolio 261 4 (AR) 316 4 (AR) 461 4 (AR)Mandi 256 4 (AR) 510 5 (R) 458 4 (AR)Kelaca 78 3 (AT) 26 1 (ST) 69 3 (AT)Pulu Lotong 525 5 (R) 337 4 (AR) 353 4 (AR)Mandoti 448 4 (AR) 265 4 (AR) 519 5 (R)Pulu Pute 233 4 (AR) 342 4 (AR) 555 5 (R)IR64 468 4 (AR) 240 4 (AR) 396 4 (AR)

Tabel 3 Insidensi penyakit (IP) dan respons ketahanan berbagai kultivar padi lokal dan IR64 terhadap 3 patotipe Xanthomonas oryzae pv oryzae pada fase vegetatif

SR sangat rentan R rentan AR agak rentan AT agak tahan ST sangat tahan kontrol varietas rentan

padi kultivar Kelaca kultivar Pae Wila memiliki ketahanan yang relatif lebih kuat terhadap X oryzae pv oryzae karena bereaksi tahan terhadap patotipe IV dan X serta agak tahan terhadap patotipe VIII (Tabel 4)

PEMBAHASAN

Penentuan periode inkubasi didasarkan munculnya gejala hawar pada daun yang diinokulsi X oryzae pv oryzae Periode

inkubasi pada beberapa kultivar lebih lama dibandingkan dengan padi var IR64 baik yang diinokulasi pada fase vegetatif maupun pada fase generatif Kultivar yang memiliki respons ketahanan terbaik ialah padi kultivar Kelaca karena memiliki periode inkubasi terlama dan insidensi penyakit yang lebih rendah dibandingkan dengan kultivar lainnya Hal ini sesuai dengan pendapat Nayak et al (1987) yang menyatakan ketahanan tanaman padi terhadap penyakit HDB secara tidak

J Fitopatol Indones Khaeruni et al

93

langsung ditentukan oleh periode inkubasi dan perkembangan penyakit

Gen ketahanan terhadap ras X oryzae pv oryzae ditentukan oleh gen R mayor (Liu et al 2006) Ketahanan varietas padi terhadap X oryzae pv oryzae berkaitan dengan kandungan gen ketahanan (gen Xa) varietas yang memiliki lebih dari satu gen Xa memperlihatkan ketahanan yang lebih kuat dibandingkan dengan yang hanya memiliki satu gen Xa (Nafisah et al 2007) X oryzae pv oryzae patotipe IV mempunyai gen virulensi yang dapat mematahkan gen ketahanan Xa1 Xa2 Xa4 Xa7 Xa10 Xa11 dan Xa 14 pada tanaman padi patotipe VIII dapat mematahkan gen ketahanan Xa1 Xa2 Xa3 Xa4 Xa7 Xa10 Xa11 dan Xa 14 sedangkan patotipe X dapat mematahkan gen ketahanan Xa1 Xa2 Xa4 Xa7 Xa10 Xa11 Xa14 dan Xa21 (Hifni dan Kardin 1998) Hal ini menunjukkan bahwa padi kultivar Kelaca tahan terhadap patotipe IV VIII dan X karena memiliki gen ketahanan Xa yang mampu mengatasi gen-gen virulen (Vir) dari ketiga patotipe tersebut

Djatmiko dan Fatichin (2011) menduga bahwa suatu tanaman menjadi tahan terhadap penyakit HDB karena meng-hasilkan fitoaleksin sebagai hasil interaksi inang-parasit yang fungsinya menghambat perkembangan bakteri Akumulasi fitoaleksin

dalam konsentrasi tinggi dapat membatasi area infeksi patogen (Suswati et al 2011) Hal yang sama dijelaskan oleh Hasegawa et al (2014) bahwa tanaman padi memiliki respons tahan terhadap penyakit blas karena mengakumulasi senyawa fitoaleksin sakuratenin yang bersifat toksin bagi patogen tanaman dengan cepat setelah terinfeksi patogen Oleh karena itu senyawa fitoaleksin diduga pula berpengaruh untuk menghambat penyakit-penyakit hawar daun bakteri pada padi kultivar Kelaca

Kultivar lokal Pae Wila Pulu Lotong Mandoti Pulu Pute mengalami peningkatan status ketahanan di fase generatif Hal ini mengindikasikan bahwa ketahanan kultivar tersebut meningkat seiring dengan pertambahan umur tanaman padi Hasil yang sama dilaporkan oleh Khaeruni et al (2014b) bahwa semakin tua umur tanaman padi Inpari 10 dan Cisantana yang diinokulasi X oryzae pv oryzae menjadi semakin lambat perkembangan penyakit hawar daun bakterinya Djatmiko dan Fatichin (2009) melaporkan bahwa fase vegetatif tanaman padi lebih rentan dibandingkan dengan fase generatifnya sedangkan Aditya et al (2015) mengemukakan bahwa ketahanan lapangan fase generatif padi lebih rentan terhadap penyakit hawar daun bakteri dibandingkan dengan fase vegetatifnya

VarietasKultivarPatotipe IV Patotipe VIII Patotipe X

IP ()

Skor(Respons)

IP ()

Skor (Respons)

IP ()

Skor (Respons)

Pae Ngonggohia 137 4 (AR) 210 4 (AR) 93 3 (AT)Pae Biu 130 4 (AR) 47 2 (T) 203 4 (AR)Pae Nggomumu 160 4 (AR) 227 4 (AR) 150 4 (AR)Pae Wila 38 2 (T) 733 3 (AT) 56 2 (T)Paedai Hada 167 4 (AR) 147 4 (AR) 200 4 (AR)Paedai Wolio 53 2 (T) 253 4 (AR) 170 4 (AR)Mandi 203 4 (AR) 137 4 (AR) 67 3 (AT)Kelaca 80 3 (AT) 120 3 (AT) 33 1 (ST)Pulu Lotong 97 3 (AT) 93 3 (AT) 73 3 (AT)Mandoti 97 3 (AT) 120 3 (AT) 50 2 (T)Pulu Pute 50 2 (T) 80 3 (AT) 130 4 (AR)IR64 220 4 (AR) 340 4 (AR) 213 4 (AR)

Tabel 4 Insidensi penyakit (IP) dan respons ketahanan berbagai kultivar padi lokal dan IR64 terhadap inokulasi 3 patotipe Xanthomonas oryzae pv oryzae pada fase generatif

SR sangat rentan R rentan AR agak rentan AT agak tahan ST sangat tahan kontrol varietas rentan

J Fitopatol Indones Khaeruni et al

Hasil penelitian ini secara umum memperlihatkan bahwa kultivar padi lokal yang diinokulasi oleh X oryzae pv oryzae patotipe IV VIII dan X memiliki reaksi ketahanan yang berbeda pada fase vegetatif dan generatif Kultivar Kelaca memiliki tingkat ketahanan yang lebih baik dibandingkan dengan kultivar uji lainnya Kultivar ini bereaksi agak tahan terhadap patotipe IV dan X juga sangat tahan terhadap patotipe VIII pada fase vegetatif sedangkan pada fase generatif bereaksi agak tahan terhadap patotipe IV dan VIII juga sangat tahan terhadap patotipe X

UCAPAN TERIMA KASIH

Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada Direktorat Pembinaan Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan Nasional yang telah membiayai penelitian ini melalui Hibah Penelitian Fundamental Nomor 0541023-04101002011

DAFTAR PUSTAKA

Aditya RH Wahyuni WS Mihardjo PA 2015 Ketahanan lapangan lima genotipe padi terhadap penyakit hawar daun bakteri J Fitopatol Indones 11(5)160ndash166 DOI httpdxdoiorg1014692jfi115160

Akhtar MA Rafi A Hameed A 2008 Comparison of methods of inoculation of Xanthomonas oryzae pvoryzae in rice cultivars Pak J Bot 40(5)2171ndash2175

Djatmiko HA Fatichin 2009 Ketahanan dua puluh satu varietas padi terhadap penyakit hawar daun bakteri J HPT Tropika 9(2)168ndash172

Hasegawa M Mitsuhara I Seo S Okada K Yamane H Iwai T Ohashi Y 2014 Analysis on blast fungus-responsive characters of a flavonoid phytoalexin sakuranetin accumulation in infected riceleaves antifungal activity and detoxification by fungus Molecules 1911404ndash11418 DOI httpdxdoiorg103390molecules190811404

Hifni HR Kardin MK 1998 Pengelompokan isolat Xanthomonas oryzae pv oryzae dengan menggunakan galur isogenik padi IRRI Hayati 566ndash72

IRRI 1996 Standard Evaluation System for Rice 4th ed Manila (PH) IRRI PO Box 933 Hlm 52

Khaeruni A Rahim A Syair Adriani 2014a Induksi ketahanan terhadap penyakit hawar daun bakteri di lapangan menggunakan rizobakteri indigenos J HPT Tropika 14(1)57ndash63

Khaeruni A Taufik M Wijayanto T Johan EA 2014b Perkembangan penyakit hawar daun bakteri pada tiga varietas padi sawah yang diinokulasi pada beberapa fase pertumbuhan J Fitopatol Indones 10(4)119ndash125 DOI http dxdoiorg1014692jfi104119

Khaeruni A Wijayanto T 2013 Pathotype grouping of Xanthomonas oryzae pv oryzae isolates from South Sulawesi and Southeast Sulawesi Agrivita 35 (2)138ndash144 DOI httpdxdoiorg1017503Agrivita-2013-35-2-p138-144

Liu DN Ronald PC Bogdanova AJ 2006 Xanthomonas oryzae pathovars model pathogens of a model crop Mol Plant Pathol 7303ndash324 DOI httpdxdoiorg101111j1364-3703200600344x

Nafisah Aan A Daradjat B Suprihatno Triny SK 2007 Heritabilitas karakter ketahanan hawar daun bakteri dari tiga populasi tanaman padi hasil seleksi daur siklus pertama Bull Penelitian Pertanian Tanaman Pangan 6(2)100ndash105

Nayak P Rao AVS Chakrabarti 1987 Components of resistance to bacterial blight disease of rice J Phytopathol 119(4)289ndash237 DOI httpdxdoiorg 101111j1439-04341987tb04402x

Rahim A Khaeruni A dan Taufik M 2012 Reaksi ketahanan beberapa varietas padi komersial terhadap Xanthomonas oryzae pv oryzae isolat Sulawesi Tenggara Berkala Penelitian Agronomi 1(2)132ndash138

Suparyono Sudir Suprihanto 2004 Pathotype profile of Xanthomonas oryzae pv oryzae

94

J Fitopatol Indones Khaeruni et al

isolates from the rice ecosystem in Java Indones J Agriculture Science 563ndash69

Suswati Habazar T Husin EF Nasir N Putra DP Taylor P 2011 Senyawa phenolik akar pisang cv kepok (Musa acuminata) yang diinduksi dengan fungi mikoriza arbuskular indigenus Pu10-Glomus sp1

terhadap penyakit darah bakteri J Nat Indones 13(3) 207ndash213

Wahyudi AT Meliah S Nawangsih AA 2011 Xanthomonas oryzae pv oryzae bakteri penyebab hawar daun pada padi isolasi karakterisasi dan telaah mutagenesis dengan transposon J Sains 15(1)89ndash96

95

Volume 12 Nomor 3 Mei 2016Halaman 104ndash108

DOI 1014692jfi123104ISSN 0215-7950

Alamat penulis korespondensi Laboratorium Fitopatologi Fakultas Pertanian Universitas SriwijayaJalan Palembang-Prabumulih Km32 Indralaya Palembang 30662Tel 0711-580663 Faks 0711-580663 Surel suwandisalehgmailcom

104

KOMUNIKASI SINGKAT

Penekanan Penyakit Blas Leher Malai Padi Menggunakan Ekstrak Kompos Jerami Padi

Suppression of Panicle Blast by Rice Straw Compost Extract

Suwandi Harman Hamidson Ahmad MuslimUniversitas Sriwijaya Palembang 30662

ABSTRAK

Penyakit blas merupakan penyakit penting pada tanaman padi dan menyebabkan kehilangan hasil pada lahan reklamasi pasang surut di Sumatera Selatan Ekstrak fermentasi kompos jerami dari tanaman padi sehat diuji potensinya dalam menekan blas leher malai pada percobaan dalam pot Padi varietas Ciherang ditanam pada campuran tanah dengan 1 jerami tanaman sakit (vv) yang diperoleh dari sawah pasang surut Insidensi penyakit blas leher malai dapat ditekan sebesar 71minus87 sebagai respons aplikasi ekstrak kompos Aplikasi ekstrak kompos tidak memengaruhi perkecambahan benih dan tinggi tanaman tetapi dapat meningkatkan hasil Kompos jerami dari tanaman sehat berpotensi sebagai sumber pengendalian blas di lapangan

Kata kunci lahan reklamasi kompos jerami tanah sulfat masam

ABSTRACT

Blast is the most important disease of rice and may cause significant losses in the reclaimed tidal swamp of South Sumatra Water extracts of fermented composts prepared from straws of the vigorous rice plant were tested in pot experiment for their ability to control blast Rice variety Ciherang was grown on mixture of field soil and 1 diseased rice straw (vv) collected from a tidal swamp rice field Incidence of panicle blast was reduced by 71minus87 in response to application of compost extract The compost extract did not affect seed germination and plant height instead it increased the yield The rice straw from healthy and vigorous plants is potential as a source for blast disease control

Key words acid sulfate soil compost extract land reclamation

Indonesia memiliki lahan pasang surut yang luas yang sebagian besar terdapat di pesisir pantai Sumatera Kalimantan dan Papua Hampir 4 juta ha dari lahan pasang surut tersebut telah direklamasi (Suprianto et al 2009) dan 1 juta ha di antaranya ditanami padi Di Sumatera Selatan terdapat sekitar 2656 ribu ha padi dibudidayakan di lahan

pasang surut reklamasi (BPS Sumatera Selatan 2014) Rata-rata hasil padi sawah pasang surut di Banyuasin ialah 41 ton ha-1 (BPS Banyuasin 2014) dan hasil ini lebih rendah dibandingkan dengan hasil padi sawah irigasi pada tanah mineral di Kabupaten OKU Timur yang rata-ratanya mencapai 55 ton ha-1 (BPS OKU Timur 2014)

J Fitopatol Indones Suwandi et al

105

Penyakit blas yang disebabkan oleh Pyricularia oryzae merupakan penyakit terpenting pada tanaman padi Penyakit ini telah dilaporkan menyerang sejak periode awal budi daya padi di lahan reklamasi pasang surut Sumatera Selatan (Koswara dan Rumawas 1984) Survei penyakit yang dilakukan sejak tahun 2013 menunjukkan bahwa penyakit blas endemik di lahan suboptimal ini dan menyebabkan beberapa sawah mengalami gagal panen

Patogen blas diketahui memiliki daya adaptasi yang tinggi terhadap beragam kondisi lingkungan termasuk varietas resisten (Ou 1985 Scheuermann et al 2012) sehingga pengendaliannya sukar dilakukan Aplikasi ekstrak kompos atau dikenal sebagai teh kompos diketahui dapat meningkatkan pertumbuhan produksi dan kualitas gizi tanaman (Hargreaves et al 2009 Pant et al 2009 Shrestha et al 2012) Penekanan penyakit setelah aplikasi ekstrak kompos telah dilaporkan (Elad dan Shtienberg 1994 Curlango-Rivera et al 2013) Pada penelitian ini ekstrak kompos yang dibuat dari kompos jerami padi diuji potensinya untuk pengendalian penyakit blas

Penelitian dilaksanakan dalam pot menggunakan media tanah sulfat masam potensial yang diperoleh dari sawah lahan reklamasi pasang surut Telang II Banyuasin Sumatera Selatan Penelitian disusun dalam rancangan acak lengkap dengan 4 perlakuan dan 3 ulangan Perlakuan yang diuji ialah ekstrak kompos padi Ciherang kompos padi Inpari 1 dan kompos padi Inpari 10 serta ekstrak tanah (kontrol)

Infestasi patogen blas dilakukan secara alami dengan mencampur 1 volume cacahan jerami padi yang terserang parah penyakit blas ke dalam medium tanam Tanaman padi dipupuk dengan 90 kg N ha-1 60 kg P ha-140 kg K ha-1 menggunakan NPKMgCa (161616155) urea dan SP36 Sebanyak setengah takaran urea ditaburkan saat 7 hari setelah semai dan sisanya saat bunting

Kompos dibuat dengan cara mencampur potongan rumpun padi uji yang sehat dan bugar (yang menunjukkan pertumbuhan

lebih baik dibandingkan dengan tanaman padi lainnya dalam suatu sawah) berikut tanah perakarannya dengan pupuk kandang sapi dalam perbandingan volume yang sama Pengomposan dilakukan selama 14 hari di dalam guci tanah liat Setiap 2 hari campuran dibalik dan disemprot air untuk menjaga kadar air 60minus80 Komposmdashsetengah matangmdashselanjutnya disimpan dalam kantong plastik dalam lemari pendingin sampai digunakan untuk ekstraksi

Ekstrak kompos dibuat dengan cara merendam kompos dalam 2 kali volume air dan diaduk sesaat setelah direndam Rendaman kompos selanjutnya difermentasi selama 4 hari dalam suhu kamar (27minus29 degC) Air rendaman kompos selanjutnya dipanen dengan cara disaring dan segera digunakan dalam keadaan segar Sebagai pembanding (perlakuan kontrol) digunakan ekstrak rendaman tanah

Padi varietas Ciherang digunakan sebagai tanaman uji Padi ditanam pada baki plastik (30 cm times 23 cm) yang diisi dengan tanah yang diperoleh dari sawah di lahan reklamasi pasang surut Telang II Banyuasin Sumatera Selatan Aplikasi ekstrak dilakukan dengan perendaman benih selama 48 jam dan dilanjutkan dengan penyemprotan saat fase pemanjangan batang (6 minggu setelah semai) dan bunting (8 minggu setelah semai) Aplikasi ekstrak dilakukan pada konsentrasi 50 (11 [vv] ekstrak komposair) Penyemperotan dilakukan dengan volume semprot tinggi (750 L ha-1)

Pengamatan penyakit blas leher malai dilakukan saat panen Serangan penyakit dihitung berdasarkan insidensi blas leher malai yang dihitung dengan rumus

IBM = nN x 100 denganIBM insidensi blas leher malai n jumlah tangkai malai bergejala N jumlah malai per pot Hasil panen dinyatakan dalam g pot-1 dari hasil gabah yang dikeringkan hingga mencapai kadar air plusmn 14

Pencampuran 1 volume jerami dari tanaman sakit ke dalam media tanam menyebabkan serangan parah blas leher malai pada perlakuan kontrol (Tabel 1)

J Fitopatol Indones Suwandi et al

106

Hasil ini mengungkapkan bahwa sisa jerami tanaman sakit di lapangan dapat menjadi sumber inokulum bagi tanaman musim berikutnya Peranan sisa jerami tanaman sakit sebagai sumber utama inokulum penyakit blas sudah lama diketahui (Suzuki 1975 Ou 1985) Infektifitas yang tinggi inokulum dari jerami sakit memungkinkan sisa tanaman ini dijadikan sumber inokulum alami pada percobaan lapangan ataupun percobaan yang menghendaki inokulum yang mewakili populasi lapangan patogen blas

Insidensi blas secara nyata lebih rendah pada tanaman yang diberi perlakuan ekstrak fermentasi kompos yang berasal dari rumpun padi bugar Insidensi penyakit blas leher malai dapat ditekan sebesar 71minus87 pada tanaman yang diaplikasi dengan ekstrak kompos (Tabel 1) Perlakuan ekstrak kompos tidak

memengaruhi perkecambahan benih dan tinggi tanaman (Tabel 2) tetapi perlakuan ekstrak kompos padi Inpara 1 dapat meningkatkan hasil gabah dibandingkan dengan kontrol (Tabel 3) Peningkatan hasil ini selaras dengan tingginya penekanan penyakit setelah perlakuan ekstrak kompos tersebut

Penelitian ini menunjukkan manfaat aplikasi ekstrak kompos bagi produksi padi Efikasi lapangan ekstrak kompos di lahan pasang surut yang bermasalah dengan penyakit blas kini sedang dalam proses pengujian Ekstrak kompos bermanfaat bagi tanaman karena hara yang dikandungnya terurai melalui mineralisasi dan pelarutan (Shrestha et al 2012) dan secara tidak langsung melalui pengimbasan ketahanan (Kim et al 2015) Ekstrak kompos jerami padi diketahui kaya akan kandungan senyawa humat yaitu

Sumber ekstrak kompos Insidensi penyakit()

Penekanan penyakit()

Tanah (kontrol) 528 plusmn 88 a -Kompos jerami padi Ciherang 151 plusmn 76 b 71Kompos jerami padi Inpari 10 80 plusmn 39 b 85Kompos jerami padi Inpara 1 69 plusmn 32 b 87

Tabel 1 Insidensi penyakit saat panen dan penekanan penyakit blas leher malai padi dalam pot yang diaplikasi ekstrak kompos

Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji beda nyata jujur Tukey (P=005) nilai relatif terhadap kontrol

Sumber ekstrak kompos Perkecambahan benih ()

Tinggi tanaman (cm)

Tanah (kontrol) 867 plusmn 22 537 plusmn 12Kompos jerami padi Ciherang 817 plusmn 51 525 plusmn 08Kompos jerami padi Inpari 10 842 plusmn 44 523 plusmn 12Kompos jerami padi Inpara 1 792 plusmn 68 533 plusmn 10

Tabel 2 Pertumbuhan padi dalam pot yang diaplikasi ekstrak kompos

Sumber ekstrak kompos Hasil (g pot-1 gabah kering giling )

Jumlah malai per tanaman

Jumlah gabah per malai

Tanah (kontrol) 25 plusmn 01 b 33 plusmn 02 b 307 plusmn 32Kompos jerami padi Ciherang 25 plusmn 02 b 30 plusmn 02 b 310 plusmn 31Kompos jerami padi Inpari 10 27 plusmn 03 b 34 plusmn 02 b 382 plusmn 28Kompos jerami padi Inpara 1 38 plusmn 02 a 41 plusmn 03 a 399 plusmn 28

Tabel 3 Komponen hasil padi dalam pot yang diaplikasi ekstrak kompos

Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji beda nyata jujur Tukey (P=005)

J Fitopatol Indones Suwandi et al

asam humat dan fulvat (Agustian 2004 Goyal dan Sindhu 2011) Senyawa humat berperan dalam pemacuan pertumbuhan pembenah tanah dan peningkatan ketahanan terhadap hama dan penyakit (Scheuerell dan Mahaffee 2004 Scheuerell dan Mahaffee 2006 El-Ghamry 2009 Kamel et al 2014) Pengimbasan ketahanan tanaman oleh asam humat terjadi melalui peningkatan aktivitas kitinase (Abdel-Kareem 2007) peningkatan kandungan senyawa fenol serta peningkatan aktivitas enzim peroksidase dan fenilalanin amonia liase (PAL) (Abdel-Monaim et al 2011)

UCAPAN TERIMA KASIH

Penelitian ini didanai oleh Penelitian Unggulan Perguruan Tinggi Universitas Sriwijaya tahun anggaran 2013minus2015

DAFTAR PUSTAKA

Abdel-Kareem F 2007 Induced resistance in bean plants against root rot and alternaria leaf spot diseases using biotic and a biotic inducers under field conditions J Agric Biol Sci 3767ndash774

Abdel-Monaim MF Ismail ME Morsy KM 2011 Induction of systemic resistance of benzothiadiazole and humic acid in soybean plants against fusarium wilt disease Mycobiology 39(4)290minus298 D O I h t t p d x d o i o rg 1 0 5 9 4 1 MYCO2011394290

Agustian Susila P Gusnidar 2004 Pembentukan asam humat dan fulvat selama pembuatan kompos jerami padi Solum 19ndash14

[BPS Banyuasin] Badan Pusat Statistik Kabupaten Banyuasin 2014 Kabupaten Banyuasin Dalam Angka 2014 httpbanyuasinkabbpsgoiddatapublikasipublikasi_114indexhtml [diakses 20 Agst 2014]

[BPS OKU Timur] Badan Pusat Statistik Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur 2014 Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur Dalam Angka 2014 http

okutimurkabbpsgoiddatapublikasidda2014 [diakses 20 Agst 2014]

[BPS Sumatera Selatan] Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Selatan 2014 Sumatera Selatan Dalam Angka 2014 httpsumselbpsgoidimagespublikasiflipping2014sumsel20dalam20angka202014indexhtml [diakses 20 Agst 2014]

Curlango-Rivera G Pew T van Etten HD Zhongguo X Yu N Hawes MC 2013 Measuring root disease suppression in response to a compost water extract Phytopathology 103255minus260 DOI httpdxdoiorg101094PHYTO-06-12-0145-R

Elad Y Shtienberg D 1994 Effect of compost water extracts on grey mould (Botrytis cinerea) Crop Prot 13109minus114 DOI httpdxdoiorg1010160261-2194(94)90160-0

El-Ghamry AM Abdel-Hai KM Ghoneem KM 2009 Amino and humic acids promote growth yield and disease resistance of faba bean cultivated in clayey soil Aust J Basic Applied Sci 3731minus739

Goyal S Sindhu SS 2011 Composting of rice straw using different inocula and analysis of compost quality Microbiol J1 1 2 6 minus 1 3 8 D O I h t t p d x d o i org103923mj2011126138

Hargreaves JC Adl MS Warman PR 2009 The effects of municipal solid waste compost and compost tea on mineral element uptake and fruit quality of strawberries Compost Sci Util 1785minus94 DOI httpdxdoiorg1010801065657X200910702406

Kamel SM Afifi MMI El-Shoraky FS El-Sawy MM 2014 Fulvic acid a tool for controlling powdery and downy mildews in cucumber plants Int J Phytopathol 3101minus108

Kim MJ Shim CK Kim YK Hong SJ Park JH Han EJ Kim SC 2015 Effect of aerated compost tea on the growth promotion of lettuce soybean and sweet corn in organic cultivation Plant Pathol 31259ndash268 DOI httpdxdoiorg105423PPJOA0220150024

107

J Fitopatol Indones Suwandi et al

Koswara O Rumawas F 1984 Tidal swamp rice in Palembang region Di dalam Smith WH Argosino GS editor Proceedings of the Workshop on Research Priorities in Tidal Swamp Rice Los Bantildeos Laguna (PH) International Rice Research Institute hlm 37minus48

Ou SH 1985 Rice Diseases Kew Survey (UK) CAB International Mycological Institute

Pant AP Radovich TJK Hue NV Talcott ST Krenek KA 2009 Vermicompost extracts influence growth mineral nutrients phytonutrients and antioxidant activity in pak choi (Brassica rapa cv Bonsai Chinensis group) grown under vermicompost and chemical fertilizer J Sci Food Agric 892383minus2392 DOI httpdxdoiorg101002jsfa3732

Scheuerell SJ Mahaffee WH 2004 Compost tea as a container medium drench for suppressing seedling damping-off caused by Pythium ultimum Phytopathology 941156minus1163 DOI httpdxdoiorg101094PHYTO200494111156

Scheuerell SJ Mahaffee WH 2006 Variability associated with suppression of gray mold (Botrytis cinerea) on geranium by foliar applications of nonaerated and aerated compost teas Plant Dis 901201minus1208 DOI httpdxdoiorg101094PD-90-1201

Scheuermann KK Raimondi JV Marschalek R de Andrade A Wickert E 2012 Magnaporthe oryzae genetic diversity and its outcomes on the search for durable resistance Di dalam Caliskan M editor The Molecular Basis of Plant Genetic Diversity Rijeka (HR) Intech hlm 331minus356

Shrestha K Walsh KB Midmore DJ 2012 Microbially enhanced compost extract does it increase solubilisation of minerals and mineralisation of organic matter and thus improve plant nutrition J Bioremed Biodegrad 3(5)1ndash9 DOI httpdxdoiorg1041722155-61991000149

Suprianto H Irianto SG Susanto RH Schultz B Suryadi FX Eelaart AVD 2009 Land and water management of tidal lowlands experiences in Telang and Saleh South Sumatra Irrig Drain 59(3)317minus335 DOI httpdxdoiorg101002ird460

Suzuki H 1975 Meteorological factors in the epidemiology of rice blast Ann Rev Phytopathol 13239minus256 DOI ht tp dxdoi org101146annurevpy13090175001323

108

  • 12737-37236-1-PBpdf (p1-8)
  • 12738-37237-1-PBpdf (p9-14)
  • 12739-37238-1-PBpdf (p15-21)
  • 12741-37240-1-PBpdf (p22-26)
Page 17: Bakteri Endofit Asal Berbagai Akar Tanaman sebagai Agens ...fp.unmas.ac.id/wp-content/uploads/2018/10/vol-12-no.3.pdfInfeksi nematoda puru akar (NPA) Meloidogyne incognita pada tomat

J Fitopatol Indones Khaeruni et al

91

akuades steril hingga mencapai kepadatan 108ndash109 cfu mL-1 dan digunakan sebagai sumber inokulum (Khaeruni et al 2014a)

Inokulasi setiap patotipe X oryzae pv oryzae pada tanaman uji dilakukan 2 tahap yaitu pada fase vegetatif ketika tanaman berumur 3 minggu setelah tanam (MST) dan pada fase generatif tanaman berumur 8 MST Inokulasi dilakukan pada 5 sampel daun yang membuka sempurna dengan menggunting daun sekitar 2ndash3 cm dari ujung daun menggunakan gunting yang telah dicelupkan dalam suspensi X oryzae pv oryzae

PengamatanPengamatan meliputi periode inkubasi

insidensi penyakit dan reaksi ketahanan Pengamatan periode inkubasi dilakukan setiap hari mulai 1 hari setelah inokulasi sampai munculnya gejala pada daun yang diinokulasi patogen Pengamatan insidensi penyakit dilakukan 3 minggu setelah inokulasi pada setiap tahap inokulasi (fase vegetatif dan generatif)

Insidensi penyakit diamati dengan mengukur panjang gejala HDB pada setiap daun sampel yang diinokulasi Insidensi penyakit dihitung menggunakan rumus

IP = times 100 dengannN

IP insidensi penyakit n panjang gejala HDB pada daun sampel N panjang daun sampel

Kriteria tingkat ketahanan tanaman di-tentukan berdasarkan nilai insidensi penyakit pada setiap kultivar yang diuji pada setiap patotipe berdasarkan nilai skoring yang ditetapkan oleh IRRI tahun 1996 (Tabel 1)

HASIL

Periode InkubasiPeriode inkubasi penyakit pada fase

vegetatif bervariasi dari 27ndash4 hari setelah inokulasi Pada beberapa kultivar memiliki periode inkubasi penyakit yang lebih lama dibandingkan dengan pada varietas IR 64 yaitu 27ndash30 hari (Tabel 2) Periode inkubasi penyakit terpanjang terjadi pada kultivar Kelaca baik pada fase vegetatif maupun fase generatif Varietas IR64 dan kultivar Pae Biu tergolong rentan menunjukkan gejala layu dan muncul bercak kelabu pada tepi daun serta sedikit menggulung ke arah dalam sedangkan gejala layu tidak terjadi pada kultivar Kelaca yang tergolong varietas tahan

Insidensi Penyakit dan Reaksi KetahananInsidensi penyakit hawar daun pada kultivar

padi lokal yang diuji pada fase vegetatif bervariasi dari 26ndash776 sehingga reaksi ketahanan kultivar-kultivar padi lokal tersebut bervariasi dari rentan sampai sangat tahan sementara insidensi penyakit pada varietas IR64 berkisar 24ndash468 sehingga varietas ini bereaksi agak rentan terhadap semua patotipe X oryzae pv oryzae Ketahanan terbaik pada fase vegetatif terdapat pada kultivar Kelaca asal Sulawesi Selatan yang bereaksi agak tahan terhadap patotipe IV dan X serta tahan terhadap patotipe VIII Kultivar Paedai Wolio asal Sulawesi Tenggara memiliki reaksi agak rentan pada semua patotipe sementara kultivar Mandi Pae Ngonggohia Pae Biu Kelaca Pullu Lotong Pae Wila Paedai Hada Mandoti Pullu Pute Paedai Wolio memperlihatkan reaksi rentan sehingga kultivar tersebut memiliki ketahanan lebih rendah dibandingkan dengan varietas IR64 (Tabel 3)

Pada fase generatif insidensi penyakit berkisar 33ndash227 sehingga reaksi ketahanan berbagai kultivar padi lokal yang diinokulasikan dengan 3 patotipe X oryzae pv oryzae juga bervariasi jika dibandingkan dengan varietas IR64 Ketahanan terbaik diperlihatkan padi kultivar Kelaca yang memiliki respons agak tahan terhadap patotipe IV dan VIII serta sangat tahan terhadap patotipe X Selain

Skor Insidensi penyakit ()

Reaksi ketahanan

1 0ndash3 Sangat tahan (ST)2 4ndash6 Tahan (T)3 7ndash12 Agak tahan (AT)4 13ndash50 Agak rentan (AR)5 51ndash75 Rentan (R)6 gt75 Sangat rentan (SR)

Tabel 1 Skor dan insidensi penyakit tanaman berdasarkan pada luas daun padi yang bergejala hawar daun (SES IRRI 1996)

J Fitopatol Indones Khaeruni et al

92

Kultivar padi lokal Patotipe IV Patotipe VIII Patotipe XVeg Gen Veg Gen Veg Gen

Pae Ngonggohia 40 37 30 30 30 27Pae Biu 30 27 27 30 27 27Pae Nggomumu 33 30 37 30 30 37Pae Wila 33 30 33 40 37 43Paedai Hada 33 30 30 30 30 30Paedai Wolio 33 40 30 37 33 33Mandi 33 40 30 30 30 30Kelaca 40 47 37 47 37 47Pulu Lotong 30 30 33 30 30 30Mandoti 30 30 30 30 27 30Pulu Pute 30 30 30 37 23 37IR64 30 30 27 30 27 30

Tabel 2 Periode inkubasi (hari) penyakit hawar daun bakteri pada varietas padi lokal yang diinokulasi dengan 3 patotipe Xanthomonas oryzae pv oryzae

Veg fase vegetatif Gen fase generatif kontrol varietas rentan

Kultivar padi lokalPatotipe IV Patotipe VIII Patotipe X

IP ()

Skor (Respons)

IP ()

Skor (Respons)

IP ()

Skor (Respons)

Pae Ngonggohia 419 4 (AR) 557 5 (R) 391 4 (AR)Pae Biu 718 5 (R) 776 6 (SR) 465 4 (AR)Pae Nggomumu 115 3 (AT) 408 4 (AR) 425 4 (AR)Pae Wila 513 5 (R) 379 4 (AR) 665 5 (R)Paedai Hada 652 5 (R) 309 4 (AR) 743 5 (R)Paedai Wolio 261 4 (AR) 316 4 (AR) 461 4 (AR)Mandi 256 4 (AR) 510 5 (R) 458 4 (AR)Kelaca 78 3 (AT) 26 1 (ST) 69 3 (AT)Pulu Lotong 525 5 (R) 337 4 (AR) 353 4 (AR)Mandoti 448 4 (AR) 265 4 (AR) 519 5 (R)Pulu Pute 233 4 (AR) 342 4 (AR) 555 5 (R)IR64 468 4 (AR) 240 4 (AR) 396 4 (AR)

Tabel 3 Insidensi penyakit (IP) dan respons ketahanan berbagai kultivar padi lokal dan IR64 terhadap 3 patotipe Xanthomonas oryzae pv oryzae pada fase vegetatif

SR sangat rentan R rentan AR agak rentan AT agak tahan ST sangat tahan kontrol varietas rentan

padi kultivar Kelaca kultivar Pae Wila memiliki ketahanan yang relatif lebih kuat terhadap X oryzae pv oryzae karena bereaksi tahan terhadap patotipe IV dan X serta agak tahan terhadap patotipe VIII (Tabel 4)

PEMBAHASAN

Penentuan periode inkubasi didasarkan munculnya gejala hawar pada daun yang diinokulsi X oryzae pv oryzae Periode

inkubasi pada beberapa kultivar lebih lama dibandingkan dengan padi var IR64 baik yang diinokulasi pada fase vegetatif maupun pada fase generatif Kultivar yang memiliki respons ketahanan terbaik ialah padi kultivar Kelaca karena memiliki periode inkubasi terlama dan insidensi penyakit yang lebih rendah dibandingkan dengan kultivar lainnya Hal ini sesuai dengan pendapat Nayak et al (1987) yang menyatakan ketahanan tanaman padi terhadap penyakit HDB secara tidak

J Fitopatol Indones Khaeruni et al

93

langsung ditentukan oleh periode inkubasi dan perkembangan penyakit

Gen ketahanan terhadap ras X oryzae pv oryzae ditentukan oleh gen R mayor (Liu et al 2006) Ketahanan varietas padi terhadap X oryzae pv oryzae berkaitan dengan kandungan gen ketahanan (gen Xa) varietas yang memiliki lebih dari satu gen Xa memperlihatkan ketahanan yang lebih kuat dibandingkan dengan yang hanya memiliki satu gen Xa (Nafisah et al 2007) X oryzae pv oryzae patotipe IV mempunyai gen virulensi yang dapat mematahkan gen ketahanan Xa1 Xa2 Xa4 Xa7 Xa10 Xa11 dan Xa 14 pada tanaman padi patotipe VIII dapat mematahkan gen ketahanan Xa1 Xa2 Xa3 Xa4 Xa7 Xa10 Xa11 dan Xa 14 sedangkan patotipe X dapat mematahkan gen ketahanan Xa1 Xa2 Xa4 Xa7 Xa10 Xa11 Xa14 dan Xa21 (Hifni dan Kardin 1998) Hal ini menunjukkan bahwa padi kultivar Kelaca tahan terhadap patotipe IV VIII dan X karena memiliki gen ketahanan Xa yang mampu mengatasi gen-gen virulen (Vir) dari ketiga patotipe tersebut

Djatmiko dan Fatichin (2011) menduga bahwa suatu tanaman menjadi tahan terhadap penyakit HDB karena meng-hasilkan fitoaleksin sebagai hasil interaksi inang-parasit yang fungsinya menghambat perkembangan bakteri Akumulasi fitoaleksin

dalam konsentrasi tinggi dapat membatasi area infeksi patogen (Suswati et al 2011) Hal yang sama dijelaskan oleh Hasegawa et al (2014) bahwa tanaman padi memiliki respons tahan terhadap penyakit blas karena mengakumulasi senyawa fitoaleksin sakuratenin yang bersifat toksin bagi patogen tanaman dengan cepat setelah terinfeksi patogen Oleh karena itu senyawa fitoaleksin diduga pula berpengaruh untuk menghambat penyakit-penyakit hawar daun bakteri pada padi kultivar Kelaca

Kultivar lokal Pae Wila Pulu Lotong Mandoti Pulu Pute mengalami peningkatan status ketahanan di fase generatif Hal ini mengindikasikan bahwa ketahanan kultivar tersebut meningkat seiring dengan pertambahan umur tanaman padi Hasil yang sama dilaporkan oleh Khaeruni et al (2014b) bahwa semakin tua umur tanaman padi Inpari 10 dan Cisantana yang diinokulasi X oryzae pv oryzae menjadi semakin lambat perkembangan penyakit hawar daun bakterinya Djatmiko dan Fatichin (2009) melaporkan bahwa fase vegetatif tanaman padi lebih rentan dibandingkan dengan fase generatifnya sedangkan Aditya et al (2015) mengemukakan bahwa ketahanan lapangan fase generatif padi lebih rentan terhadap penyakit hawar daun bakteri dibandingkan dengan fase vegetatifnya

VarietasKultivarPatotipe IV Patotipe VIII Patotipe X

IP ()

Skor(Respons)

IP ()

Skor (Respons)

IP ()

Skor (Respons)

Pae Ngonggohia 137 4 (AR) 210 4 (AR) 93 3 (AT)Pae Biu 130 4 (AR) 47 2 (T) 203 4 (AR)Pae Nggomumu 160 4 (AR) 227 4 (AR) 150 4 (AR)Pae Wila 38 2 (T) 733 3 (AT) 56 2 (T)Paedai Hada 167 4 (AR) 147 4 (AR) 200 4 (AR)Paedai Wolio 53 2 (T) 253 4 (AR) 170 4 (AR)Mandi 203 4 (AR) 137 4 (AR) 67 3 (AT)Kelaca 80 3 (AT) 120 3 (AT) 33 1 (ST)Pulu Lotong 97 3 (AT) 93 3 (AT) 73 3 (AT)Mandoti 97 3 (AT) 120 3 (AT) 50 2 (T)Pulu Pute 50 2 (T) 80 3 (AT) 130 4 (AR)IR64 220 4 (AR) 340 4 (AR) 213 4 (AR)

Tabel 4 Insidensi penyakit (IP) dan respons ketahanan berbagai kultivar padi lokal dan IR64 terhadap inokulasi 3 patotipe Xanthomonas oryzae pv oryzae pada fase generatif

SR sangat rentan R rentan AR agak rentan AT agak tahan ST sangat tahan kontrol varietas rentan

J Fitopatol Indones Khaeruni et al

Hasil penelitian ini secara umum memperlihatkan bahwa kultivar padi lokal yang diinokulasi oleh X oryzae pv oryzae patotipe IV VIII dan X memiliki reaksi ketahanan yang berbeda pada fase vegetatif dan generatif Kultivar Kelaca memiliki tingkat ketahanan yang lebih baik dibandingkan dengan kultivar uji lainnya Kultivar ini bereaksi agak tahan terhadap patotipe IV dan X juga sangat tahan terhadap patotipe VIII pada fase vegetatif sedangkan pada fase generatif bereaksi agak tahan terhadap patotipe IV dan VIII juga sangat tahan terhadap patotipe X

UCAPAN TERIMA KASIH

Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada Direktorat Pembinaan Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan Nasional yang telah membiayai penelitian ini melalui Hibah Penelitian Fundamental Nomor 0541023-04101002011

DAFTAR PUSTAKA

Aditya RH Wahyuni WS Mihardjo PA 2015 Ketahanan lapangan lima genotipe padi terhadap penyakit hawar daun bakteri J Fitopatol Indones 11(5)160ndash166 DOI httpdxdoiorg1014692jfi115160

Akhtar MA Rafi A Hameed A 2008 Comparison of methods of inoculation of Xanthomonas oryzae pvoryzae in rice cultivars Pak J Bot 40(5)2171ndash2175

Djatmiko HA Fatichin 2009 Ketahanan dua puluh satu varietas padi terhadap penyakit hawar daun bakteri J HPT Tropika 9(2)168ndash172

Hasegawa M Mitsuhara I Seo S Okada K Yamane H Iwai T Ohashi Y 2014 Analysis on blast fungus-responsive characters of a flavonoid phytoalexin sakuranetin accumulation in infected riceleaves antifungal activity and detoxification by fungus Molecules 1911404ndash11418 DOI httpdxdoiorg103390molecules190811404

Hifni HR Kardin MK 1998 Pengelompokan isolat Xanthomonas oryzae pv oryzae dengan menggunakan galur isogenik padi IRRI Hayati 566ndash72

IRRI 1996 Standard Evaluation System for Rice 4th ed Manila (PH) IRRI PO Box 933 Hlm 52

Khaeruni A Rahim A Syair Adriani 2014a Induksi ketahanan terhadap penyakit hawar daun bakteri di lapangan menggunakan rizobakteri indigenos J HPT Tropika 14(1)57ndash63

Khaeruni A Taufik M Wijayanto T Johan EA 2014b Perkembangan penyakit hawar daun bakteri pada tiga varietas padi sawah yang diinokulasi pada beberapa fase pertumbuhan J Fitopatol Indones 10(4)119ndash125 DOI http dxdoiorg1014692jfi104119

Khaeruni A Wijayanto T 2013 Pathotype grouping of Xanthomonas oryzae pv oryzae isolates from South Sulawesi and Southeast Sulawesi Agrivita 35 (2)138ndash144 DOI httpdxdoiorg1017503Agrivita-2013-35-2-p138-144

Liu DN Ronald PC Bogdanova AJ 2006 Xanthomonas oryzae pathovars model pathogens of a model crop Mol Plant Pathol 7303ndash324 DOI httpdxdoiorg101111j1364-3703200600344x

Nafisah Aan A Daradjat B Suprihatno Triny SK 2007 Heritabilitas karakter ketahanan hawar daun bakteri dari tiga populasi tanaman padi hasil seleksi daur siklus pertama Bull Penelitian Pertanian Tanaman Pangan 6(2)100ndash105

Nayak P Rao AVS Chakrabarti 1987 Components of resistance to bacterial blight disease of rice J Phytopathol 119(4)289ndash237 DOI httpdxdoiorg 101111j1439-04341987tb04402x

Rahim A Khaeruni A dan Taufik M 2012 Reaksi ketahanan beberapa varietas padi komersial terhadap Xanthomonas oryzae pv oryzae isolat Sulawesi Tenggara Berkala Penelitian Agronomi 1(2)132ndash138

Suparyono Sudir Suprihanto 2004 Pathotype profile of Xanthomonas oryzae pv oryzae

94

J Fitopatol Indones Khaeruni et al

isolates from the rice ecosystem in Java Indones J Agriculture Science 563ndash69

Suswati Habazar T Husin EF Nasir N Putra DP Taylor P 2011 Senyawa phenolik akar pisang cv kepok (Musa acuminata) yang diinduksi dengan fungi mikoriza arbuskular indigenus Pu10-Glomus sp1

terhadap penyakit darah bakteri J Nat Indones 13(3) 207ndash213

Wahyudi AT Meliah S Nawangsih AA 2011 Xanthomonas oryzae pv oryzae bakteri penyebab hawar daun pada padi isolasi karakterisasi dan telaah mutagenesis dengan transposon J Sains 15(1)89ndash96

95

Volume 12 Nomor 3 Mei 2016Halaman 104ndash108

DOI 1014692jfi123104ISSN 0215-7950

Alamat penulis korespondensi Laboratorium Fitopatologi Fakultas Pertanian Universitas SriwijayaJalan Palembang-Prabumulih Km32 Indralaya Palembang 30662Tel 0711-580663 Faks 0711-580663 Surel suwandisalehgmailcom

104

KOMUNIKASI SINGKAT

Penekanan Penyakit Blas Leher Malai Padi Menggunakan Ekstrak Kompos Jerami Padi

Suppression of Panicle Blast by Rice Straw Compost Extract

Suwandi Harman Hamidson Ahmad MuslimUniversitas Sriwijaya Palembang 30662

ABSTRAK

Penyakit blas merupakan penyakit penting pada tanaman padi dan menyebabkan kehilangan hasil pada lahan reklamasi pasang surut di Sumatera Selatan Ekstrak fermentasi kompos jerami dari tanaman padi sehat diuji potensinya dalam menekan blas leher malai pada percobaan dalam pot Padi varietas Ciherang ditanam pada campuran tanah dengan 1 jerami tanaman sakit (vv) yang diperoleh dari sawah pasang surut Insidensi penyakit blas leher malai dapat ditekan sebesar 71minus87 sebagai respons aplikasi ekstrak kompos Aplikasi ekstrak kompos tidak memengaruhi perkecambahan benih dan tinggi tanaman tetapi dapat meningkatkan hasil Kompos jerami dari tanaman sehat berpotensi sebagai sumber pengendalian blas di lapangan

Kata kunci lahan reklamasi kompos jerami tanah sulfat masam

ABSTRACT

Blast is the most important disease of rice and may cause significant losses in the reclaimed tidal swamp of South Sumatra Water extracts of fermented composts prepared from straws of the vigorous rice plant were tested in pot experiment for their ability to control blast Rice variety Ciherang was grown on mixture of field soil and 1 diseased rice straw (vv) collected from a tidal swamp rice field Incidence of panicle blast was reduced by 71minus87 in response to application of compost extract The compost extract did not affect seed germination and plant height instead it increased the yield The rice straw from healthy and vigorous plants is potential as a source for blast disease control

Key words acid sulfate soil compost extract land reclamation

Indonesia memiliki lahan pasang surut yang luas yang sebagian besar terdapat di pesisir pantai Sumatera Kalimantan dan Papua Hampir 4 juta ha dari lahan pasang surut tersebut telah direklamasi (Suprianto et al 2009) dan 1 juta ha di antaranya ditanami padi Di Sumatera Selatan terdapat sekitar 2656 ribu ha padi dibudidayakan di lahan

pasang surut reklamasi (BPS Sumatera Selatan 2014) Rata-rata hasil padi sawah pasang surut di Banyuasin ialah 41 ton ha-1 (BPS Banyuasin 2014) dan hasil ini lebih rendah dibandingkan dengan hasil padi sawah irigasi pada tanah mineral di Kabupaten OKU Timur yang rata-ratanya mencapai 55 ton ha-1 (BPS OKU Timur 2014)

J Fitopatol Indones Suwandi et al

105

Penyakit blas yang disebabkan oleh Pyricularia oryzae merupakan penyakit terpenting pada tanaman padi Penyakit ini telah dilaporkan menyerang sejak periode awal budi daya padi di lahan reklamasi pasang surut Sumatera Selatan (Koswara dan Rumawas 1984) Survei penyakit yang dilakukan sejak tahun 2013 menunjukkan bahwa penyakit blas endemik di lahan suboptimal ini dan menyebabkan beberapa sawah mengalami gagal panen

Patogen blas diketahui memiliki daya adaptasi yang tinggi terhadap beragam kondisi lingkungan termasuk varietas resisten (Ou 1985 Scheuermann et al 2012) sehingga pengendaliannya sukar dilakukan Aplikasi ekstrak kompos atau dikenal sebagai teh kompos diketahui dapat meningkatkan pertumbuhan produksi dan kualitas gizi tanaman (Hargreaves et al 2009 Pant et al 2009 Shrestha et al 2012) Penekanan penyakit setelah aplikasi ekstrak kompos telah dilaporkan (Elad dan Shtienberg 1994 Curlango-Rivera et al 2013) Pada penelitian ini ekstrak kompos yang dibuat dari kompos jerami padi diuji potensinya untuk pengendalian penyakit blas

Penelitian dilaksanakan dalam pot menggunakan media tanah sulfat masam potensial yang diperoleh dari sawah lahan reklamasi pasang surut Telang II Banyuasin Sumatera Selatan Penelitian disusun dalam rancangan acak lengkap dengan 4 perlakuan dan 3 ulangan Perlakuan yang diuji ialah ekstrak kompos padi Ciherang kompos padi Inpari 1 dan kompos padi Inpari 10 serta ekstrak tanah (kontrol)

Infestasi patogen blas dilakukan secara alami dengan mencampur 1 volume cacahan jerami padi yang terserang parah penyakit blas ke dalam medium tanam Tanaman padi dipupuk dengan 90 kg N ha-1 60 kg P ha-140 kg K ha-1 menggunakan NPKMgCa (161616155) urea dan SP36 Sebanyak setengah takaran urea ditaburkan saat 7 hari setelah semai dan sisanya saat bunting

Kompos dibuat dengan cara mencampur potongan rumpun padi uji yang sehat dan bugar (yang menunjukkan pertumbuhan

lebih baik dibandingkan dengan tanaman padi lainnya dalam suatu sawah) berikut tanah perakarannya dengan pupuk kandang sapi dalam perbandingan volume yang sama Pengomposan dilakukan selama 14 hari di dalam guci tanah liat Setiap 2 hari campuran dibalik dan disemprot air untuk menjaga kadar air 60minus80 Komposmdashsetengah matangmdashselanjutnya disimpan dalam kantong plastik dalam lemari pendingin sampai digunakan untuk ekstraksi

Ekstrak kompos dibuat dengan cara merendam kompos dalam 2 kali volume air dan diaduk sesaat setelah direndam Rendaman kompos selanjutnya difermentasi selama 4 hari dalam suhu kamar (27minus29 degC) Air rendaman kompos selanjutnya dipanen dengan cara disaring dan segera digunakan dalam keadaan segar Sebagai pembanding (perlakuan kontrol) digunakan ekstrak rendaman tanah

Padi varietas Ciherang digunakan sebagai tanaman uji Padi ditanam pada baki plastik (30 cm times 23 cm) yang diisi dengan tanah yang diperoleh dari sawah di lahan reklamasi pasang surut Telang II Banyuasin Sumatera Selatan Aplikasi ekstrak dilakukan dengan perendaman benih selama 48 jam dan dilanjutkan dengan penyemprotan saat fase pemanjangan batang (6 minggu setelah semai) dan bunting (8 minggu setelah semai) Aplikasi ekstrak dilakukan pada konsentrasi 50 (11 [vv] ekstrak komposair) Penyemperotan dilakukan dengan volume semprot tinggi (750 L ha-1)

Pengamatan penyakit blas leher malai dilakukan saat panen Serangan penyakit dihitung berdasarkan insidensi blas leher malai yang dihitung dengan rumus

IBM = nN x 100 denganIBM insidensi blas leher malai n jumlah tangkai malai bergejala N jumlah malai per pot Hasil panen dinyatakan dalam g pot-1 dari hasil gabah yang dikeringkan hingga mencapai kadar air plusmn 14

Pencampuran 1 volume jerami dari tanaman sakit ke dalam media tanam menyebabkan serangan parah blas leher malai pada perlakuan kontrol (Tabel 1)

J Fitopatol Indones Suwandi et al

106

Hasil ini mengungkapkan bahwa sisa jerami tanaman sakit di lapangan dapat menjadi sumber inokulum bagi tanaman musim berikutnya Peranan sisa jerami tanaman sakit sebagai sumber utama inokulum penyakit blas sudah lama diketahui (Suzuki 1975 Ou 1985) Infektifitas yang tinggi inokulum dari jerami sakit memungkinkan sisa tanaman ini dijadikan sumber inokulum alami pada percobaan lapangan ataupun percobaan yang menghendaki inokulum yang mewakili populasi lapangan patogen blas

Insidensi blas secara nyata lebih rendah pada tanaman yang diberi perlakuan ekstrak fermentasi kompos yang berasal dari rumpun padi bugar Insidensi penyakit blas leher malai dapat ditekan sebesar 71minus87 pada tanaman yang diaplikasi dengan ekstrak kompos (Tabel 1) Perlakuan ekstrak kompos tidak

memengaruhi perkecambahan benih dan tinggi tanaman (Tabel 2) tetapi perlakuan ekstrak kompos padi Inpara 1 dapat meningkatkan hasil gabah dibandingkan dengan kontrol (Tabel 3) Peningkatan hasil ini selaras dengan tingginya penekanan penyakit setelah perlakuan ekstrak kompos tersebut

Penelitian ini menunjukkan manfaat aplikasi ekstrak kompos bagi produksi padi Efikasi lapangan ekstrak kompos di lahan pasang surut yang bermasalah dengan penyakit blas kini sedang dalam proses pengujian Ekstrak kompos bermanfaat bagi tanaman karena hara yang dikandungnya terurai melalui mineralisasi dan pelarutan (Shrestha et al 2012) dan secara tidak langsung melalui pengimbasan ketahanan (Kim et al 2015) Ekstrak kompos jerami padi diketahui kaya akan kandungan senyawa humat yaitu

Sumber ekstrak kompos Insidensi penyakit()

Penekanan penyakit()

Tanah (kontrol) 528 plusmn 88 a -Kompos jerami padi Ciherang 151 plusmn 76 b 71Kompos jerami padi Inpari 10 80 plusmn 39 b 85Kompos jerami padi Inpara 1 69 plusmn 32 b 87

Tabel 1 Insidensi penyakit saat panen dan penekanan penyakit blas leher malai padi dalam pot yang diaplikasi ekstrak kompos

Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji beda nyata jujur Tukey (P=005) nilai relatif terhadap kontrol

Sumber ekstrak kompos Perkecambahan benih ()

Tinggi tanaman (cm)

Tanah (kontrol) 867 plusmn 22 537 plusmn 12Kompos jerami padi Ciherang 817 plusmn 51 525 plusmn 08Kompos jerami padi Inpari 10 842 plusmn 44 523 plusmn 12Kompos jerami padi Inpara 1 792 plusmn 68 533 plusmn 10

Tabel 2 Pertumbuhan padi dalam pot yang diaplikasi ekstrak kompos

Sumber ekstrak kompos Hasil (g pot-1 gabah kering giling )

Jumlah malai per tanaman

Jumlah gabah per malai

Tanah (kontrol) 25 plusmn 01 b 33 plusmn 02 b 307 plusmn 32Kompos jerami padi Ciherang 25 plusmn 02 b 30 plusmn 02 b 310 plusmn 31Kompos jerami padi Inpari 10 27 plusmn 03 b 34 plusmn 02 b 382 plusmn 28Kompos jerami padi Inpara 1 38 plusmn 02 a 41 plusmn 03 a 399 plusmn 28

Tabel 3 Komponen hasil padi dalam pot yang diaplikasi ekstrak kompos

Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji beda nyata jujur Tukey (P=005)

J Fitopatol Indones Suwandi et al

asam humat dan fulvat (Agustian 2004 Goyal dan Sindhu 2011) Senyawa humat berperan dalam pemacuan pertumbuhan pembenah tanah dan peningkatan ketahanan terhadap hama dan penyakit (Scheuerell dan Mahaffee 2004 Scheuerell dan Mahaffee 2006 El-Ghamry 2009 Kamel et al 2014) Pengimbasan ketahanan tanaman oleh asam humat terjadi melalui peningkatan aktivitas kitinase (Abdel-Kareem 2007) peningkatan kandungan senyawa fenol serta peningkatan aktivitas enzim peroksidase dan fenilalanin amonia liase (PAL) (Abdel-Monaim et al 2011)

UCAPAN TERIMA KASIH

Penelitian ini didanai oleh Penelitian Unggulan Perguruan Tinggi Universitas Sriwijaya tahun anggaran 2013minus2015

DAFTAR PUSTAKA

Abdel-Kareem F 2007 Induced resistance in bean plants against root rot and alternaria leaf spot diseases using biotic and a biotic inducers under field conditions J Agric Biol Sci 3767ndash774

Abdel-Monaim MF Ismail ME Morsy KM 2011 Induction of systemic resistance of benzothiadiazole and humic acid in soybean plants against fusarium wilt disease Mycobiology 39(4)290minus298 D O I h t t p d x d o i o rg 1 0 5 9 4 1 MYCO2011394290

Agustian Susila P Gusnidar 2004 Pembentukan asam humat dan fulvat selama pembuatan kompos jerami padi Solum 19ndash14

[BPS Banyuasin] Badan Pusat Statistik Kabupaten Banyuasin 2014 Kabupaten Banyuasin Dalam Angka 2014 httpbanyuasinkabbpsgoiddatapublikasipublikasi_114indexhtml [diakses 20 Agst 2014]

[BPS OKU Timur] Badan Pusat Statistik Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur 2014 Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur Dalam Angka 2014 http

okutimurkabbpsgoiddatapublikasidda2014 [diakses 20 Agst 2014]

[BPS Sumatera Selatan] Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Selatan 2014 Sumatera Selatan Dalam Angka 2014 httpsumselbpsgoidimagespublikasiflipping2014sumsel20dalam20angka202014indexhtml [diakses 20 Agst 2014]

Curlango-Rivera G Pew T van Etten HD Zhongguo X Yu N Hawes MC 2013 Measuring root disease suppression in response to a compost water extract Phytopathology 103255minus260 DOI httpdxdoiorg101094PHYTO-06-12-0145-R

Elad Y Shtienberg D 1994 Effect of compost water extracts on grey mould (Botrytis cinerea) Crop Prot 13109minus114 DOI httpdxdoiorg1010160261-2194(94)90160-0

El-Ghamry AM Abdel-Hai KM Ghoneem KM 2009 Amino and humic acids promote growth yield and disease resistance of faba bean cultivated in clayey soil Aust J Basic Applied Sci 3731minus739

Goyal S Sindhu SS 2011 Composting of rice straw using different inocula and analysis of compost quality Microbiol J1 1 2 6 minus 1 3 8 D O I h t t p d x d o i org103923mj2011126138

Hargreaves JC Adl MS Warman PR 2009 The effects of municipal solid waste compost and compost tea on mineral element uptake and fruit quality of strawberries Compost Sci Util 1785minus94 DOI httpdxdoiorg1010801065657X200910702406

Kamel SM Afifi MMI El-Shoraky FS El-Sawy MM 2014 Fulvic acid a tool for controlling powdery and downy mildews in cucumber plants Int J Phytopathol 3101minus108

Kim MJ Shim CK Kim YK Hong SJ Park JH Han EJ Kim SC 2015 Effect of aerated compost tea on the growth promotion of lettuce soybean and sweet corn in organic cultivation Plant Pathol 31259ndash268 DOI httpdxdoiorg105423PPJOA0220150024

107

J Fitopatol Indones Suwandi et al

Koswara O Rumawas F 1984 Tidal swamp rice in Palembang region Di dalam Smith WH Argosino GS editor Proceedings of the Workshop on Research Priorities in Tidal Swamp Rice Los Bantildeos Laguna (PH) International Rice Research Institute hlm 37minus48

Ou SH 1985 Rice Diseases Kew Survey (UK) CAB International Mycological Institute

Pant AP Radovich TJK Hue NV Talcott ST Krenek KA 2009 Vermicompost extracts influence growth mineral nutrients phytonutrients and antioxidant activity in pak choi (Brassica rapa cv Bonsai Chinensis group) grown under vermicompost and chemical fertilizer J Sci Food Agric 892383minus2392 DOI httpdxdoiorg101002jsfa3732

Scheuerell SJ Mahaffee WH 2004 Compost tea as a container medium drench for suppressing seedling damping-off caused by Pythium ultimum Phytopathology 941156minus1163 DOI httpdxdoiorg101094PHYTO200494111156

Scheuerell SJ Mahaffee WH 2006 Variability associated with suppression of gray mold (Botrytis cinerea) on geranium by foliar applications of nonaerated and aerated compost teas Plant Dis 901201minus1208 DOI httpdxdoiorg101094PD-90-1201

Scheuermann KK Raimondi JV Marschalek R de Andrade A Wickert E 2012 Magnaporthe oryzae genetic diversity and its outcomes on the search for durable resistance Di dalam Caliskan M editor The Molecular Basis of Plant Genetic Diversity Rijeka (HR) Intech hlm 331minus356

Shrestha K Walsh KB Midmore DJ 2012 Microbially enhanced compost extract does it increase solubilisation of minerals and mineralisation of organic matter and thus improve plant nutrition J Bioremed Biodegrad 3(5)1ndash9 DOI httpdxdoiorg1041722155-61991000149

Suprianto H Irianto SG Susanto RH Schultz B Suryadi FX Eelaart AVD 2009 Land and water management of tidal lowlands experiences in Telang and Saleh South Sumatra Irrig Drain 59(3)317minus335 DOI httpdxdoiorg101002ird460

Suzuki H 1975 Meteorological factors in the epidemiology of rice blast Ann Rev Phytopathol 13239minus256 DOI ht tp dxdoi org101146annurevpy13090175001323

108

  • 12737-37236-1-PBpdf (p1-8)
  • 12738-37237-1-PBpdf (p9-14)
  • 12739-37238-1-PBpdf (p15-21)
  • 12741-37240-1-PBpdf (p22-26)
Page 18: Bakteri Endofit Asal Berbagai Akar Tanaman sebagai Agens ...fp.unmas.ac.id/wp-content/uploads/2018/10/vol-12-no.3.pdfInfeksi nematoda puru akar (NPA) Meloidogyne incognita pada tomat

J Fitopatol Indones Khaeruni et al

92

Kultivar padi lokal Patotipe IV Patotipe VIII Patotipe XVeg Gen Veg Gen Veg Gen

Pae Ngonggohia 40 37 30 30 30 27Pae Biu 30 27 27 30 27 27Pae Nggomumu 33 30 37 30 30 37Pae Wila 33 30 33 40 37 43Paedai Hada 33 30 30 30 30 30Paedai Wolio 33 40 30 37 33 33Mandi 33 40 30 30 30 30Kelaca 40 47 37 47 37 47Pulu Lotong 30 30 33 30 30 30Mandoti 30 30 30 30 27 30Pulu Pute 30 30 30 37 23 37IR64 30 30 27 30 27 30

Tabel 2 Periode inkubasi (hari) penyakit hawar daun bakteri pada varietas padi lokal yang diinokulasi dengan 3 patotipe Xanthomonas oryzae pv oryzae

Veg fase vegetatif Gen fase generatif kontrol varietas rentan

Kultivar padi lokalPatotipe IV Patotipe VIII Patotipe X

IP ()

Skor (Respons)

IP ()

Skor (Respons)

IP ()

Skor (Respons)

Pae Ngonggohia 419 4 (AR) 557 5 (R) 391 4 (AR)Pae Biu 718 5 (R) 776 6 (SR) 465 4 (AR)Pae Nggomumu 115 3 (AT) 408 4 (AR) 425 4 (AR)Pae Wila 513 5 (R) 379 4 (AR) 665 5 (R)Paedai Hada 652 5 (R) 309 4 (AR) 743 5 (R)Paedai Wolio 261 4 (AR) 316 4 (AR) 461 4 (AR)Mandi 256 4 (AR) 510 5 (R) 458 4 (AR)Kelaca 78 3 (AT) 26 1 (ST) 69 3 (AT)Pulu Lotong 525 5 (R) 337 4 (AR) 353 4 (AR)Mandoti 448 4 (AR) 265 4 (AR) 519 5 (R)Pulu Pute 233 4 (AR) 342 4 (AR) 555 5 (R)IR64 468 4 (AR) 240 4 (AR) 396 4 (AR)

Tabel 3 Insidensi penyakit (IP) dan respons ketahanan berbagai kultivar padi lokal dan IR64 terhadap 3 patotipe Xanthomonas oryzae pv oryzae pada fase vegetatif

SR sangat rentan R rentan AR agak rentan AT agak tahan ST sangat tahan kontrol varietas rentan

padi kultivar Kelaca kultivar Pae Wila memiliki ketahanan yang relatif lebih kuat terhadap X oryzae pv oryzae karena bereaksi tahan terhadap patotipe IV dan X serta agak tahan terhadap patotipe VIII (Tabel 4)

PEMBAHASAN

Penentuan periode inkubasi didasarkan munculnya gejala hawar pada daun yang diinokulsi X oryzae pv oryzae Periode

inkubasi pada beberapa kultivar lebih lama dibandingkan dengan padi var IR64 baik yang diinokulasi pada fase vegetatif maupun pada fase generatif Kultivar yang memiliki respons ketahanan terbaik ialah padi kultivar Kelaca karena memiliki periode inkubasi terlama dan insidensi penyakit yang lebih rendah dibandingkan dengan kultivar lainnya Hal ini sesuai dengan pendapat Nayak et al (1987) yang menyatakan ketahanan tanaman padi terhadap penyakit HDB secara tidak

J Fitopatol Indones Khaeruni et al

93

langsung ditentukan oleh periode inkubasi dan perkembangan penyakit

Gen ketahanan terhadap ras X oryzae pv oryzae ditentukan oleh gen R mayor (Liu et al 2006) Ketahanan varietas padi terhadap X oryzae pv oryzae berkaitan dengan kandungan gen ketahanan (gen Xa) varietas yang memiliki lebih dari satu gen Xa memperlihatkan ketahanan yang lebih kuat dibandingkan dengan yang hanya memiliki satu gen Xa (Nafisah et al 2007) X oryzae pv oryzae patotipe IV mempunyai gen virulensi yang dapat mematahkan gen ketahanan Xa1 Xa2 Xa4 Xa7 Xa10 Xa11 dan Xa 14 pada tanaman padi patotipe VIII dapat mematahkan gen ketahanan Xa1 Xa2 Xa3 Xa4 Xa7 Xa10 Xa11 dan Xa 14 sedangkan patotipe X dapat mematahkan gen ketahanan Xa1 Xa2 Xa4 Xa7 Xa10 Xa11 Xa14 dan Xa21 (Hifni dan Kardin 1998) Hal ini menunjukkan bahwa padi kultivar Kelaca tahan terhadap patotipe IV VIII dan X karena memiliki gen ketahanan Xa yang mampu mengatasi gen-gen virulen (Vir) dari ketiga patotipe tersebut

Djatmiko dan Fatichin (2011) menduga bahwa suatu tanaman menjadi tahan terhadap penyakit HDB karena meng-hasilkan fitoaleksin sebagai hasil interaksi inang-parasit yang fungsinya menghambat perkembangan bakteri Akumulasi fitoaleksin

dalam konsentrasi tinggi dapat membatasi area infeksi patogen (Suswati et al 2011) Hal yang sama dijelaskan oleh Hasegawa et al (2014) bahwa tanaman padi memiliki respons tahan terhadap penyakit blas karena mengakumulasi senyawa fitoaleksin sakuratenin yang bersifat toksin bagi patogen tanaman dengan cepat setelah terinfeksi patogen Oleh karena itu senyawa fitoaleksin diduga pula berpengaruh untuk menghambat penyakit-penyakit hawar daun bakteri pada padi kultivar Kelaca

Kultivar lokal Pae Wila Pulu Lotong Mandoti Pulu Pute mengalami peningkatan status ketahanan di fase generatif Hal ini mengindikasikan bahwa ketahanan kultivar tersebut meningkat seiring dengan pertambahan umur tanaman padi Hasil yang sama dilaporkan oleh Khaeruni et al (2014b) bahwa semakin tua umur tanaman padi Inpari 10 dan Cisantana yang diinokulasi X oryzae pv oryzae menjadi semakin lambat perkembangan penyakit hawar daun bakterinya Djatmiko dan Fatichin (2009) melaporkan bahwa fase vegetatif tanaman padi lebih rentan dibandingkan dengan fase generatifnya sedangkan Aditya et al (2015) mengemukakan bahwa ketahanan lapangan fase generatif padi lebih rentan terhadap penyakit hawar daun bakteri dibandingkan dengan fase vegetatifnya

VarietasKultivarPatotipe IV Patotipe VIII Patotipe X

IP ()

Skor(Respons)

IP ()

Skor (Respons)

IP ()

Skor (Respons)

Pae Ngonggohia 137 4 (AR) 210 4 (AR) 93 3 (AT)Pae Biu 130 4 (AR) 47 2 (T) 203 4 (AR)Pae Nggomumu 160 4 (AR) 227 4 (AR) 150 4 (AR)Pae Wila 38 2 (T) 733 3 (AT) 56 2 (T)Paedai Hada 167 4 (AR) 147 4 (AR) 200 4 (AR)Paedai Wolio 53 2 (T) 253 4 (AR) 170 4 (AR)Mandi 203 4 (AR) 137 4 (AR) 67 3 (AT)Kelaca 80 3 (AT) 120 3 (AT) 33 1 (ST)Pulu Lotong 97 3 (AT) 93 3 (AT) 73 3 (AT)Mandoti 97 3 (AT) 120 3 (AT) 50 2 (T)Pulu Pute 50 2 (T) 80 3 (AT) 130 4 (AR)IR64 220 4 (AR) 340 4 (AR) 213 4 (AR)

Tabel 4 Insidensi penyakit (IP) dan respons ketahanan berbagai kultivar padi lokal dan IR64 terhadap inokulasi 3 patotipe Xanthomonas oryzae pv oryzae pada fase generatif

SR sangat rentan R rentan AR agak rentan AT agak tahan ST sangat tahan kontrol varietas rentan

J Fitopatol Indones Khaeruni et al

Hasil penelitian ini secara umum memperlihatkan bahwa kultivar padi lokal yang diinokulasi oleh X oryzae pv oryzae patotipe IV VIII dan X memiliki reaksi ketahanan yang berbeda pada fase vegetatif dan generatif Kultivar Kelaca memiliki tingkat ketahanan yang lebih baik dibandingkan dengan kultivar uji lainnya Kultivar ini bereaksi agak tahan terhadap patotipe IV dan X juga sangat tahan terhadap patotipe VIII pada fase vegetatif sedangkan pada fase generatif bereaksi agak tahan terhadap patotipe IV dan VIII juga sangat tahan terhadap patotipe X

UCAPAN TERIMA KASIH

Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada Direktorat Pembinaan Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan Nasional yang telah membiayai penelitian ini melalui Hibah Penelitian Fundamental Nomor 0541023-04101002011

DAFTAR PUSTAKA

Aditya RH Wahyuni WS Mihardjo PA 2015 Ketahanan lapangan lima genotipe padi terhadap penyakit hawar daun bakteri J Fitopatol Indones 11(5)160ndash166 DOI httpdxdoiorg1014692jfi115160

Akhtar MA Rafi A Hameed A 2008 Comparison of methods of inoculation of Xanthomonas oryzae pvoryzae in rice cultivars Pak J Bot 40(5)2171ndash2175

Djatmiko HA Fatichin 2009 Ketahanan dua puluh satu varietas padi terhadap penyakit hawar daun bakteri J HPT Tropika 9(2)168ndash172

Hasegawa M Mitsuhara I Seo S Okada K Yamane H Iwai T Ohashi Y 2014 Analysis on blast fungus-responsive characters of a flavonoid phytoalexin sakuranetin accumulation in infected riceleaves antifungal activity and detoxification by fungus Molecules 1911404ndash11418 DOI httpdxdoiorg103390molecules190811404

Hifni HR Kardin MK 1998 Pengelompokan isolat Xanthomonas oryzae pv oryzae dengan menggunakan galur isogenik padi IRRI Hayati 566ndash72

IRRI 1996 Standard Evaluation System for Rice 4th ed Manila (PH) IRRI PO Box 933 Hlm 52

Khaeruni A Rahim A Syair Adriani 2014a Induksi ketahanan terhadap penyakit hawar daun bakteri di lapangan menggunakan rizobakteri indigenos J HPT Tropika 14(1)57ndash63

Khaeruni A Taufik M Wijayanto T Johan EA 2014b Perkembangan penyakit hawar daun bakteri pada tiga varietas padi sawah yang diinokulasi pada beberapa fase pertumbuhan J Fitopatol Indones 10(4)119ndash125 DOI http dxdoiorg1014692jfi104119

Khaeruni A Wijayanto T 2013 Pathotype grouping of Xanthomonas oryzae pv oryzae isolates from South Sulawesi and Southeast Sulawesi Agrivita 35 (2)138ndash144 DOI httpdxdoiorg1017503Agrivita-2013-35-2-p138-144

Liu DN Ronald PC Bogdanova AJ 2006 Xanthomonas oryzae pathovars model pathogens of a model crop Mol Plant Pathol 7303ndash324 DOI httpdxdoiorg101111j1364-3703200600344x

Nafisah Aan A Daradjat B Suprihatno Triny SK 2007 Heritabilitas karakter ketahanan hawar daun bakteri dari tiga populasi tanaman padi hasil seleksi daur siklus pertama Bull Penelitian Pertanian Tanaman Pangan 6(2)100ndash105

Nayak P Rao AVS Chakrabarti 1987 Components of resistance to bacterial blight disease of rice J Phytopathol 119(4)289ndash237 DOI httpdxdoiorg 101111j1439-04341987tb04402x

Rahim A Khaeruni A dan Taufik M 2012 Reaksi ketahanan beberapa varietas padi komersial terhadap Xanthomonas oryzae pv oryzae isolat Sulawesi Tenggara Berkala Penelitian Agronomi 1(2)132ndash138

Suparyono Sudir Suprihanto 2004 Pathotype profile of Xanthomonas oryzae pv oryzae

94

J Fitopatol Indones Khaeruni et al

isolates from the rice ecosystem in Java Indones J Agriculture Science 563ndash69

Suswati Habazar T Husin EF Nasir N Putra DP Taylor P 2011 Senyawa phenolik akar pisang cv kepok (Musa acuminata) yang diinduksi dengan fungi mikoriza arbuskular indigenus Pu10-Glomus sp1

terhadap penyakit darah bakteri J Nat Indones 13(3) 207ndash213

Wahyudi AT Meliah S Nawangsih AA 2011 Xanthomonas oryzae pv oryzae bakteri penyebab hawar daun pada padi isolasi karakterisasi dan telaah mutagenesis dengan transposon J Sains 15(1)89ndash96

95

Volume 12 Nomor 3 Mei 2016Halaman 104ndash108

DOI 1014692jfi123104ISSN 0215-7950

Alamat penulis korespondensi Laboratorium Fitopatologi Fakultas Pertanian Universitas SriwijayaJalan Palembang-Prabumulih Km32 Indralaya Palembang 30662Tel 0711-580663 Faks 0711-580663 Surel suwandisalehgmailcom

104

KOMUNIKASI SINGKAT

Penekanan Penyakit Blas Leher Malai Padi Menggunakan Ekstrak Kompos Jerami Padi

Suppression of Panicle Blast by Rice Straw Compost Extract

Suwandi Harman Hamidson Ahmad MuslimUniversitas Sriwijaya Palembang 30662

ABSTRAK

Penyakit blas merupakan penyakit penting pada tanaman padi dan menyebabkan kehilangan hasil pada lahan reklamasi pasang surut di Sumatera Selatan Ekstrak fermentasi kompos jerami dari tanaman padi sehat diuji potensinya dalam menekan blas leher malai pada percobaan dalam pot Padi varietas Ciherang ditanam pada campuran tanah dengan 1 jerami tanaman sakit (vv) yang diperoleh dari sawah pasang surut Insidensi penyakit blas leher malai dapat ditekan sebesar 71minus87 sebagai respons aplikasi ekstrak kompos Aplikasi ekstrak kompos tidak memengaruhi perkecambahan benih dan tinggi tanaman tetapi dapat meningkatkan hasil Kompos jerami dari tanaman sehat berpotensi sebagai sumber pengendalian blas di lapangan

Kata kunci lahan reklamasi kompos jerami tanah sulfat masam

ABSTRACT

Blast is the most important disease of rice and may cause significant losses in the reclaimed tidal swamp of South Sumatra Water extracts of fermented composts prepared from straws of the vigorous rice plant were tested in pot experiment for their ability to control blast Rice variety Ciherang was grown on mixture of field soil and 1 diseased rice straw (vv) collected from a tidal swamp rice field Incidence of panicle blast was reduced by 71minus87 in response to application of compost extract The compost extract did not affect seed germination and plant height instead it increased the yield The rice straw from healthy and vigorous plants is potential as a source for blast disease control

Key words acid sulfate soil compost extract land reclamation

Indonesia memiliki lahan pasang surut yang luas yang sebagian besar terdapat di pesisir pantai Sumatera Kalimantan dan Papua Hampir 4 juta ha dari lahan pasang surut tersebut telah direklamasi (Suprianto et al 2009) dan 1 juta ha di antaranya ditanami padi Di Sumatera Selatan terdapat sekitar 2656 ribu ha padi dibudidayakan di lahan

pasang surut reklamasi (BPS Sumatera Selatan 2014) Rata-rata hasil padi sawah pasang surut di Banyuasin ialah 41 ton ha-1 (BPS Banyuasin 2014) dan hasil ini lebih rendah dibandingkan dengan hasil padi sawah irigasi pada tanah mineral di Kabupaten OKU Timur yang rata-ratanya mencapai 55 ton ha-1 (BPS OKU Timur 2014)

J Fitopatol Indones Suwandi et al

105

Penyakit blas yang disebabkan oleh Pyricularia oryzae merupakan penyakit terpenting pada tanaman padi Penyakit ini telah dilaporkan menyerang sejak periode awal budi daya padi di lahan reklamasi pasang surut Sumatera Selatan (Koswara dan Rumawas 1984) Survei penyakit yang dilakukan sejak tahun 2013 menunjukkan bahwa penyakit blas endemik di lahan suboptimal ini dan menyebabkan beberapa sawah mengalami gagal panen

Patogen blas diketahui memiliki daya adaptasi yang tinggi terhadap beragam kondisi lingkungan termasuk varietas resisten (Ou 1985 Scheuermann et al 2012) sehingga pengendaliannya sukar dilakukan Aplikasi ekstrak kompos atau dikenal sebagai teh kompos diketahui dapat meningkatkan pertumbuhan produksi dan kualitas gizi tanaman (Hargreaves et al 2009 Pant et al 2009 Shrestha et al 2012) Penekanan penyakit setelah aplikasi ekstrak kompos telah dilaporkan (Elad dan Shtienberg 1994 Curlango-Rivera et al 2013) Pada penelitian ini ekstrak kompos yang dibuat dari kompos jerami padi diuji potensinya untuk pengendalian penyakit blas

Penelitian dilaksanakan dalam pot menggunakan media tanah sulfat masam potensial yang diperoleh dari sawah lahan reklamasi pasang surut Telang II Banyuasin Sumatera Selatan Penelitian disusun dalam rancangan acak lengkap dengan 4 perlakuan dan 3 ulangan Perlakuan yang diuji ialah ekstrak kompos padi Ciherang kompos padi Inpari 1 dan kompos padi Inpari 10 serta ekstrak tanah (kontrol)

Infestasi patogen blas dilakukan secara alami dengan mencampur 1 volume cacahan jerami padi yang terserang parah penyakit blas ke dalam medium tanam Tanaman padi dipupuk dengan 90 kg N ha-1 60 kg P ha-140 kg K ha-1 menggunakan NPKMgCa (161616155) urea dan SP36 Sebanyak setengah takaran urea ditaburkan saat 7 hari setelah semai dan sisanya saat bunting

Kompos dibuat dengan cara mencampur potongan rumpun padi uji yang sehat dan bugar (yang menunjukkan pertumbuhan

lebih baik dibandingkan dengan tanaman padi lainnya dalam suatu sawah) berikut tanah perakarannya dengan pupuk kandang sapi dalam perbandingan volume yang sama Pengomposan dilakukan selama 14 hari di dalam guci tanah liat Setiap 2 hari campuran dibalik dan disemprot air untuk menjaga kadar air 60minus80 Komposmdashsetengah matangmdashselanjutnya disimpan dalam kantong plastik dalam lemari pendingin sampai digunakan untuk ekstraksi

Ekstrak kompos dibuat dengan cara merendam kompos dalam 2 kali volume air dan diaduk sesaat setelah direndam Rendaman kompos selanjutnya difermentasi selama 4 hari dalam suhu kamar (27minus29 degC) Air rendaman kompos selanjutnya dipanen dengan cara disaring dan segera digunakan dalam keadaan segar Sebagai pembanding (perlakuan kontrol) digunakan ekstrak rendaman tanah

Padi varietas Ciherang digunakan sebagai tanaman uji Padi ditanam pada baki plastik (30 cm times 23 cm) yang diisi dengan tanah yang diperoleh dari sawah di lahan reklamasi pasang surut Telang II Banyuasin Sumatera Selatan Aplikasi ekstrak dilakukan dengan perendaman benih selama 48 jam dan dilanjutkan dengan penyemprotan saat fase pemanjangan batang (6 minggu setelah semai) dan bunting (8 minggu setelah semai) Aplikasi ekstrak dilakukan pada konsentrasi 50 (11 [vv] ekstrak komposair) Penyemperotan dilakukan dengan volume semprot tinggi (750 L ha-1)

Pengamatan penyakit blas leher malai dilakukan saat panen Serangan penyakit dihitung berdasarkan insidensi blas leher malai yang dihitung dengan rumus

IBM = nN x 100 denganIBM insidensi blas leher malai n jumlah tangkai malai bergejala N jumlah malai per pot Hasil panen dinyatakan dalam g pot-1 dari hasil gabah yang dikeringkan hingga mencapai kadar air plusmn 14

Pencampuran 1 volume jerami dari tanaman sakit ke dalam media tanam menyebabkan serangan parah blas leher malai pada perlakuan kontrol (Tabel 1)

J Fitopatol Indones Suwandi et al

106

Hasil ini mengungkapkan bahwa sisa jerami tanaman sakit di lapangan dapat menjadi sumber inokulum bagi tanaman musim berikutnya Peranan sisa jerami tanaman sakit sebagai sumber utama inokulum penyakit blas sudah lama diketahui (Suzuki 1975 Ou 1985) Infektifitas yang tinggi inokulum dari jerami sakit memungkinkan sisa tanaman ini dijadikan sumber inokulum alami pada percobaan lapangan ataupun percobaan yang menghendaki inokulum yang mewakili populasi lapangan patogen blas

Insidensi blas secara nyata lebih rendah pada tanaman yang diberi perlakuan ekstrak fermentasi kompos yang berasal dari rumpun padi bugar Insidensi penyakit blas leher malai dapat ditekan sebesar 71minus87 pada tanaman yang diaplikasi dengan ekstrak kompos (Tabel 1) Perlakuan ekstrak kompos tidak

memengaruhi perkecambahan benih dan tinggi tanaman (Tabel 2) tetapi perlakuan ekstrak kompos padi Inpara 1 dapat meningkatkan hasil gabah dibandingkan dengan kontrol (Tabel 3) Peningkatan hasil ini selaras dengan tingginya penekanan penyakit setelah perlakuan ekstrak kompos tersebut

Penelitian ini menunjukkan manfaat aplikasi ekstrak kompos bagi produksi padi Efikasi lapangan ekstrak kompos di lahan pasang surut yang bermasalah dengan penyakit blas kini sedang dalam proses pengujian Ekstrak kompos bermanfaat bagi tanaman karena hara yang dikandungnya terurai melalui mineralisasi dan pelarutan (Shrestha et al 2012) dan secara tidak langsung melalui pengimbasan ketahanan (Kim et al 2015) Ekstrak kompos jerami padi diketahui kaya akan kandungan senyawa humat yaitu

Sumber ekstrak kompos Insidensi penyakit()

Penekanan penyakit()

Tanah (kontrol) 528 plusmn 88 a -Kompos jerami padi Ciherang 151 plusmn 76 b 71Kompos jerami padi Inpari 10 80 plusmn 39 b 85Kompos jerami padi Inpara 1 69 plusmn 32 b 87

Tabel 1 Insidensi penyakit saat panen dan penekanan penyakit blas leher malai padi dalam pot yang diaplikasi ekstrak kompos

Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji beda nyata jujur Tukey (P=005) nilai relatif terhadap kontrol

Sumber ekstrak kompos Perkecambahan benih ()

Tinggi tanaman (cm)

Tanah (kontrol) 867 plusmn 22 537 plusmn 12Kompos jerami padi Ciherang 817 plusmn 51 525 plusmn 08Kompos jerami padi Inpari 10 842 plusmn 44 523 plusmn 12Kompos jerami padi Inpara 1 792 plusmn 68 533 plusmn 10

Tabel 2 Pertumbuhan padi dalam pot yang diaplikasi ekstrak kompos

Sumber ekstrak kompos Hasil (g pot-1 gabah kering giling )

Jumlah malai per tanaman

Jumlah gabah per malai

Tanah (kontrol) 25 plusmn 01 b 33 plusmn 02 b 307 plusmn 32Kompos jerami padi Ciherang 25 plusmn 02 b 30 plusmn 02 b 310 plusmn 31Kompos jerami padi Inpari 10 27 plusmn 03 b 34 plusmn 02 b 382 plusmn 28Kompos jerami padi Inpara 1 38 plusmn 02 a 41 plusmn 03 a 399 plusmn 28

Tabel 3 Komponen hasil padi dalam pot yang diaplikasi ekstrak kompos

Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji beda nyata jujur Tukey (P=005)

J Fitopatol Indones Suwandi et al

asam humat dan fulvat (Agustian 2004 Goyal dan Sindhu 2011) Senyawa humat berperan dalam pemacuan pertumbuhan pembenah tanah dan peningkatan ketahanan terhadap hama dan penyakit (Scheuerell dan Mahaffee 2004 Scheuerell dan Mahaffee 2006 El-Ghamry 2009 Kamel et al 2014) Pengimbasan ketahanan tanaman oleh asam humat terjadi melalui peningkatan aktivitas kitinase (Abdel-Kareem 2007) peningkatan kandungan senyawa fenol serta peningkatan aktivitas enzim peroksidase dan fenilalanin amonia liase (PAL) (Abdel-Monaim et al 2011)

UCAPAN TERIMA KASIH

Penelitian ini didanai oleh Penelitian Unggulan Perguruan Tinggi Universitas Sriwijaya tahun anggaran 2013minus2015

DAFTAR PUSTAKA

Abdel-Kareem F 2007 Induced resistance in bean plants against root rot and alternaria leaf spot diseases using biotic and a biotic inducers under field conditions J Agric Biol Sci 3767ndash774

Abdel-Monaim MF Ismail ME Morsy KM 2011 Induction of systemic resistance of benzothiadiazole and humic acid in soybean plants against fusarium wilt disease Mycobiology 39(4)290minus298 D O I h t t p d x d o i o rg 1 0 5 9 4 1 MYCO2011394290

Agustian Susila P Gusnidar 2004 Pembentukan asam humat dan fulvat selama pembuatan kompos jerami padi Solum 19ndash14

[BPS Banyuasin] Badan Pusat Statistik Kabupaten Banyuasin 2014 Kabupaten Banyuasin Dalam Angka 2014 httpbanyuasinkabbpsgoiddatapublikasipublikasi_114indexhtml [diakses 20 Agst 2014]

[BPS OKU Timur] Badan Pusat Statistik Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur 2014 Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur Dalam Angka 2014 http

okutimurkabbpsgoiddatapublikasidda2014 [diakses 20 Agst 2014]

[BPS Sumatera Selatan] Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Selatan 2014 Sumatera Selatan Dalam Angka 2014 httpsumselbpsgoidimagespublikasiflipping2014sumsel20dalam20angka202014indexhtml [diakses 20 Agst 2014]

Curlango-Rivera G Pew T van Etten HD Zhongguo X Yu N Hawes MC 2013 Measuring root disease suppression in response to a compost water extract Phytopathology 103255minus260 DOI httpdxdoiorg101094PHYTO-06-12-0145-R

Elad Y Shtienberg D 1994 Effect of compost water extracts on grey mould (Botrytis cinerea) Crop Prot 13109minus114 DOI httpdxdoiorg1010160261-2194(94)90160-0

El-Ghamry AM Abdel-Hai KM Ghoneem KM 2009 Amino and humic acids promote growth yield and disease resistance of faba bean cultivated in clayey soil Aust J Basic Applied Sci 3731minus739

Goyal S Sindhu SS 2011 Composting of rice straw using different inocula and analysis of compost quality Microbiol J1 1 2 6 minus 1 3 8 D O I h t t p d x d o i org103923mj2011126138

Hargreaves JC Adl MS Warman PR 2009 The effects of municipal solid waste compost and compost tea on mineral element uptake and fruit quality of strawberries Compost Sci Util 1785minus94 DOI httpdxdoiorg1010801065657X200910702406

Kamel SM Afifi MMI El-Shoraky FS El-Sawy MM 2014 Fulvic acid a tool for controlling powdery and downy mildews in cucumber plants Int J Phytopathol 3101minus108

Kim MJ Shim CK Kim YK Hong SJ Park JH Han EJ Kim SC 2015 Effect of aerated compost tea on the growth promotion of lettuce soybean and sweet corn in organic cultivation Plant Pathol 31259ndash268 DOI httpdxdoiorg105423PPJOA0220150024

107

J Fitopatol Indones Suwandi et al

Koswara O Rumawas F 1984 Tidal swamp rice in Palembang region Di dalam Smith WH Argosino GS editor Proceedings of the Workshop on Research Priorities in Tidal Swamp Rice Los Bantildeos Laguna (PH) International Rice Research Institute hlm 37minus48

Ou SH 1985 Rice Diseases Kew Survey (UK) CAB International Mycological Institute

Pant AP Radovich TJK Hue NV Talcott ST Krenek KA 2009 Vermicompost extracts influence growth mineral nutrients phytonutrients and antioxidant activity in pak choi (Brassica rapa cv Bonsai Chinensis group) grown under vermicompost and chemical fertilizer J Sci Food Agric 892383minus2392 DOI httpdxdoiorg101002jsfa3732

Scheuerell SJ Mahaffee WH 2004 Compost tea as a container medium drench for suppressing seedling damping-off caused by Pythium ultimum Phytopathology 941156minus1163 DOI httpdxdoiorg101094PHYTO200494111156

Scheuerell SJ Mahaffee WH 2006 Variability associated with suppression of gray mold (Botrytis cinerea) on geranium by foliar applications of nonaerated and aerated compost teas Plant Dis 901201minus1208 DOI httpdxdoiorg101094PD-90-1201

Scheuermann KK Raimondi JV Marschalek R de Andrade A Wickert E 2012 Magnaporthe oryzae genetic diversity and its outcomes on the search for durable resistance Di dalam Caliskan M editor The Molecular Basis of Plant Genetic Diversity Rijeka (HR) Intech hlm 331minus356

Shrestha K Walsh KB Midmore DJ 2012 Microbially enhanced compost extract does it increase solubilisation of minerals and mineralisation of organic matter and thus improve plant nutrition J Bioremed Biodegrad 3(5)1ndash9 DOI httpdxdoiorg1041722155-61991000149

Suprianto H Irianto SG Susanto RH Schultz B Suryadi FX Eelaart AVD 2009 Land and water management of tidal lowlands experiences in Telang and Saleh South Sumatra Irrig Drain 59(3)317minus335 DOI httpdxdoiorg101002ird460

Suzuki H 1975 Meteorological factors in the epidemiology of rice blast Ann Rev Phytopathol 13239minus256 DOI ht tp dxdoi org101146annurevpy13090175001323

108

  • 12737-37236-1-PBpdf (p1-8)
  • 12738-37237-1-PBpdf (p9-14)
  • 12739-37238-1-PBpdf (p15-21)
  • 12741-37240-1-PBpdf (p22-26)
Page 19: Bakteri Endofit Asal Berbagai Akar Tanaman sebagai Agens ...fp.unmas.ac.id/wp-content/uploads/2018/10/vol-12-no.3.pdfInfeksi nematoda puru akar (NPA) Meloidogyne incognita pada tomat

J Fitopatol Indones Khaeruni et al

93

langsung ditentukan oleh periode inkubasi dan perkembangan penyakit

Gen ketahanan terhadap ras X oryzae pv oryzae ditentukan oleh gen R mayor (Liu et al 2006) Ketahanan varietas padi terhadap X oryzae pv oryzae berkaitan dengan kandungan gen ketahanan (gen Xa) varietas yang memiliki lebih dari satu gen Xa memperlihatkan ketahanan yang lebih kuat dibandingkan dengan yang hanya memiliki satu gen Xa (Nafisah et al 2007) X oryzae pv oryzae patotipe IV mempunyai gen virulensi yang dapat mematahkan gen ketahanan Xa1 Xa2 Xa4 Xa7 Xa10 Xa11 dan Xa 14 pada tanaman padi patotipe VIII dapat mematahkan gen ketahanan Xa1 Xa2 Xa3 Xa4 Xa7 Xa10 Xa11 dan Xa 14 sedangkan patotipe X dapat mematahkan gen ketahanan Xa1 Xa2 Xa4 Xa7 Xa10 Xa11 Xa14 dan Xa21 (Hifni dan Kardin 1998) Hal ini menunjukkan bahwa padi kultivar Kelaca tahan terhadap patotipe IV VIII dan X karena memiliki gen ketahanan Xa yang mampu mengatasi gen-gen virulen (Vir) dari ketiga patotipe tersebut

Djatmiko dan Fatichin (2011) menduga bahwa suatu tanaman menjadi tahan terhadap penyakit HDB karena meng-hasilkan fitoaleksin sebagai hasil interaksi inang-parasit yang fungsinya menghambat perkembangan bakteri Akumulasi fitoaleksin

dalam konsentrasi tinggi dapat membatasi area infeksi patogen (Suswati et al 2011) Hal yang sama dijelaskan oleh Hasegawa et al (2014) bahwa tanaman padi memiliki respons tahan terhadap penyakit blas karena mengakumulasi senyawa fitoaleksin sakuratenin yang bersifat toksin bagi patogen tanaman dengan cepat setelah terinfeksi patogen Oleh karena itu senyawa fitoaleksin diduga pula berpengaruh untuk menghambat penyakit-penyakit hawar daun bakteri pada padi kultivar Kelaca

Kultivar lokal Pae Wila Pulu Lotong Mandoti Pulu Pute mengalami peningkatan status ketahanan di fase generatif Hal ini mengindikasikan bahwa ketahanan kultivar tersebut meningkat seiring dengan pertambahan umur tanaman padi Hasil yang sama dilaporkan oleh Khaeruni et al (2014b) bahwa semakin tua umur tanaman padi Inpari 10 dan Cisantana yang diinokulasi X oryzae pv oryzae menjadi semakin lambat perkembangan penyakit hawar daun bakterinya Djatmiko dan Fatichin (2009) melaporkan bahwa fase vegetatif tanaman padi lebih rentan dibandingkan dengan fase generatifnya sedangkan Aditya et al (2015) mengemukakan bahwa ketahanan lapangan fase generatif padi lebih rentan terhadap penyakit hawar daun bakteri dibandingkan dengan fase vegetatifnya

VarietasKultivarPatotipe IV Patotipe VIII Patotipe X

IP ()

Skor(Respons)

IP ()

Skor (Respons)

IP ()

Skor (Respons)

Pae Ngonggohia 137 4 (AR) 210 4 (AR) 93 3 (AT)Pae Biu 130 4 (AR) 47 2 (T) 203 4 (AR)Pae Nggomumu 160 4 (AR) 227 4 (AR) 150 4 (AR)Pae Wila 38 2 (T) 733 3 (AT) 56 2 (T)Paedai Hada 167 4 (AR) 147 4 (AR) 200 4 (AR)Paedai Wolio 53 2 (T) 253 4 (AR) 170 4 (AR)Mandi 203 4 (AR) 137 4 (AR) 67 3 (AT)Kelaca 80 3 (AT) 120 3 (AT) 33 1 (ST)Pulu Lotong 97 3 (AT) 93 3 (AT) 73 3 (AT)Mandoti 97 3 (AT) 120 3 (AT) 50 2 (T)Pulu Pute 50 2 (T) 80 3 (AT) 130 4 (AR)IR64 220 4 (AR) 340 4 (AR) 213 4 (AR)

Tabel 4 Insidensi penyakit (IP) dan respons ketahanan berbagai kultivar padi lokal dan IR64 terhadap inokulasi 3 patotipe Xanthomonas oryzae pv oryzae pada fase generatif

SR sangat rentan R rentan AR agak rentan AT agak tahan ST sangat tahan kontrol varietas rentan

J Fitopatol Indones Khaeruni et al

Hasil penelitian ini secara umum memperlihatkan bahwa kultivar padi lokal yang diinokulasi oleh X oryzae pv oryzae patotipe IV VIII dan X memiliki reaksi ketahanan yang berbeda pada fase vegetatif dan generatif Kultivar Kelaca memiliki tingkat ketahanan yang lebih baik dibandingkan dengan kultivar uji lainnya Kultivar ini bereaksi agak tahan terhadap patotipe IV dan X juga sangat tahan terhadap patotipe VIII pada fase vegetatif sedangkan pada fase generatif bereaksi agak tahan terhadap patotipe IV dan VIII juga sangat tahan terhadap patotipe X

UCAPAN TERIMA KASIH

Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada Direktorat Pembinaan Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan Nasional yang telah membiayai penelitian ini melalui Hibah Penelitian Fundamental Nomor 0541023-04101002011

DAFTAR PUSTAKA

Aditya RH Wahyuni WS Mihardjo PA 2015 Ketahanan lapangan lima genotipe padi terhadap penyakit hawar daun bakteri J Fitopatol Indones 11(5)160ndash166 DOI httpdxdoiorg1014692jfi115160

Akhtar MA Rafi A Hameed A 2008 Comparison of methods of inoculation of Xanthomonas oryzae pvoryzae in rice cultivars Pak J Bot 40(5)2171ndash2175

Djatmiko HA Fatichin 2009 Ketahanan dua puluh satu varietas padi terhadap penyakit hawar daun bakteri J HPT Tropika 9(2)168ndash172

Hasegawa M Mitsuhara I Seo S Okada K Yamane H Iwai T Ohashi Y 2014 Analysis on blast fungus-responsive characters of a flavonoid phytoalexin sakuranetin accumulation in infected riceleaves antifungal activity and detoxification by fungus Molecules 1911404ndash11418 DOI httpdxdoiorg103390molecules190811404

Hifni HR Kardin MK 1998 Pengelompokan isolat Xanthomonas oryzae pv oryzae dengan menggunakan galur isogenik padi IRRI Hayati 566ndash72

IRRI 1996 Standard Evaluation System for Rice 4th ed Manila (PH) IRRI PO Box 933 Hlm 52

Khaeruni A Rahim A Syair Adriani 2014a Induksi ketahanan terhadap penyakit hawar daun bakteri di lapangan menggunakan rizobakteri indigenos J HPT Tropika 14(1)57ndash63

Khaeruni A Taufik M Wijayanto T Johan EA 2014b Perkembangan penyakit hawar daun bakteri pada tiga varietas padi sawah yang diinokulasi pada beberapa fase pertumbuhan J Fitopatol Indones 10(4)119ndash125 DOI http dxdoiorg1014692jfi104119

Khaeruni A Wijayanto T 2013 Pathotype grouping of Xanthomonas oryzae pv oryzae isolates from South Sulawesi and Southeast Sulawesi Agrivita 35 (2)138ndash144 DOI httpdxdoiorg1017503Agrivita-2013-35-2-p138-144

Liu DN Ronald PC Bogdanova AJ 2006 Xanthomonas oryzae pathovars model pathogens of a model crop Mol Plant Pathol 7303ndash324 DOI httpdxdoiorg101111j1364-3703200600344x

Nafisah Aan A Daradjat B Suprihatno Triny SK 2007 Heritabilitas karakter ketahanan hawar daun bakteri dari tiga populasi tanaman padi hasil seleksi daur siklus pertama Bull Penelitian Pertanian Tanaman Pangan 6(2)100ndash105

Nayak P Rao AVS Chakrabarti 1987 Components of resistance to bacterial blight disease of rice J Phytopathol 119(4)289ndash237 DOI httpdxdoiorg 101111j1439-04341987tb04402x

Rahim A Khaeruni A dan Taufik M 2012 Reaksi ketahanan beberapa varietas padi komersial terhadap Xanthomonas oryzae pv oryzae isolat Sulawesi Tenggara Berkala Penelitian Agronomi 1(2)132ndash138

Suparyono Sudir Suprihanto 2004 Pathotype profile of Xanthomonas oryzae pv oryzae

94

J Fitopatol Indones Khaeruni et al

isolates from the rice ecosystem in Java Indones J Agriculture Science 563ndash69

Suswati Habazar T Husin EF Nasir N Putra DP Taylor P 2011 Senyawa phenolik akar pisang cv kepok (Musa acuminata) yang diinduksi dengan fungi mikoriza arbuskular indigenus Pu10-Glomus sp1

terhadap penyakit darah bakteri J Nat Indones 13(3) 207ndash213

Wahyudi AT Meliah S Nawangsih AA 2011 Xanthomonas oryzae pv oryzae bakteri penyebab hawar daun pada padi isolasi karakterisasi dan telaah mutagenesis dengan transposon J Sains 15(1)89ndash96

95

Volume 12 Nomor 3 Mei 2016Halaman 104ndash108

DOI 1014692jfi123104ISSN 0215-7950

Alamat penulis korespondensi Laboratorium Fitopatologi Fakultas Pertanian Universitas SriwijayaJalan Palembang-Prabumulih Km32 Indralaya Palembang 30662Tel 0711-580663 Faks 0711-580663 Surel suwandisalehgmailcom

104

KOMUNIKASI SINGKAT

Penekanan Penyakit Blas Leher Malai Padi Menggunakan Ekstrak Kompos Jerami Padi

Suppression of Panicle Blast by Rice Straw Compost Extract

Suwandi Harman Hamidson Ahmad MuslimUniversitas Sriwijaya Palembang 30662

ABSTRAK

Penyakit blas merupakan penyakit penting pada tanaman padi dan menyebabkan kehilangan hasil pada lahan reklamasi pasang surut di Sumatera Selatan Ekstrak fermentasi kompos jerami dari tanaman padi sehat diuji potensinya dalam menekan blas leher malai pada percobaan dalam pot Padi varietas Ciherang ditanam pada campuran tanah dengan 1 jerami tanaman sakit (vv) yang diperoleh dari sawah pasang surut Insidensi penyakit blas leher malai dapat ditekan sebesar 71minus87 sebagai respons aplikasi ekstrak kompos Aplikasi ekstrak kompos tidak memengaruhi perkecambahan benih dan tinggi tanaman tetapi dapat meningkatkan hasil Kompos jerami dari tanaman sehat berpotensi sebagai sumber pengendalian blas di lapangan

Kata kunci lahan reklamasi kompos jerami tanah sulfat masam

ABSTRACT

Blast is the most important disease of rice and may cause significant losses in the reclaimed tidal swamp of South Sumatra Water extracts of fermented composts prepared from straws of the vigorous rice plant were tested in pot experiment for their ability to control blast Rice variety Ciherang was grown on mixture of field soil and 1 diseased rice straw (vv) collected from a tidal swamp rice field Incidence of panicle blast was reduced by 71minus87 in response to application of compost extract The compost extract did not affect seed germination and plant height instead it increased the yield The rice straw from healthy and vigorous plants is potential as a source for blast disease control

Key words acid sulfate soil compost extract land reclamation

Indonesia memiliki lahan pasang surut yang luas yang sebagian besar terdapat di pesisir pantai Sumatera Kalimantan dan Papua Hampir 4 juta ha dari lahan pasang surut tersebut telah direklamasi (Suprianto et al 2009) dan 1 juta ha di antaranya ditanami padi Di Sumatera Selatan terdapat sekitar 2656 ribu ha padi dibudidayakan di lahan

pasang surut reklamasi (BPS Sumatera Selatan 2014) Rata-rata hasil padi sawah pasang surut di Banyuasin ialah 41 ton ha-1 (BPS Banyuasin 2014) dan hasil ini lebih rendah dibandingkan dengan hasil padi sawah irigasi pada tanah mineral di Kabupaten OKU Timur yang rata-ratanya mencapai 55 ton ha-1 (BPS OKU Timur 2014)

J Fitopatol Indones Suwandi et al

105

Penyakit blas yang disebabkan oleh Pyricularia oryzae merupakan penyakit terpenting pada tanaman padi Penyakit ini telah dilaporkan menyerang sejak periode awal budi daya padi di lahan reklamasi pasang surut Sumatera Selatan (Koswara dan Rumawas 1984) Survei penyakit yang dilakukan sejak tahun 2013 menunjukkan bahwa penyakit blas endemik di lahan suboptimal ini dan menyebabkan beberapa sawah mengalami gagal panen

Patogen blas diketahui memiliki daya adaptasi yang tinggi terhadap beragam kondisi lingkungan termasuk varietas resisten (Ou 1985 Scheuermann et al 2012) sehingga pengendaliannya sukar dilakukan Aplikasi ekstrak kompos atau dikenal sebagai teh kompos diketahui dapat meningkatkan pertumbuhan produksi dan kualitas gizi tanaman (Hargreaves et al 2009 Pant et al 2009 Shrestha et al 2012) Penekanan penyakit setelah aplikasi ekstrak kompos telah dilaporkan (Elad dan Shtienberg 1994 Curlango-Rivera et al 2013) Pada penelitian ini ekstrak kompos yang dibuat dari kompos jerami padi diuji potensinya untuk pengendalian penyakit blas

Penelitian dilaksanakan dalam pot menggunakan media tanah sulfat masam potensial yang diperoleh dari sawah lahan reklamasi pasang surut Telang II Banyuasin Sumatera Selatan Penelitian disusun dalam rancangan acak lengkap dengan 4 perlakuan dan 3 ulangan Perlakuan yang diuji ialah ekstrak kompos padi Ciherang kompos padi Inpari 1 dan kompos padi Inpari 10 serta ekstrak tanah (kontrol)

Infestasi patogen blas dilakukan secara alami dengan mencampur 1 volume cacahan jerami padi yang terserang parah penyakit blas ke dalam medium tanam Tanaman padi dipupuk dengan 90 kg N ha-1 60 kg P ha-140 kg K ha-1 menggunakan NPKMgCa (161616155) urea dan SP36 Sebanyak setengah takaran urea ditaburkan saat 7 hari setelah semai dan sisanya saat bunting

Kompos dibuat dengan cara mencampur potongan rumpun padi uji yang sehat dan bugar (yang menunjukkan pertumbuhan

lebih baik dibandingkan dengan tanaman padi lainnya dalam suatu sawah) berikut tanah perakarannya dengan pupuk kandang sapi dalam perbandingan volume yang sama Pengomposan dilakukan selama 14 hari di dalam guci tanah liat Setiap 2 hari campuran dibalik dan disemprot air untuk menjaga kadar air 60minus80 Komposmdashsetengah matangmdashselanjutnya disimpan dalam kantong plastik dalam lemari pendingin sampai digunakan untuk ekstraksi

Ekstrak kompos dibuat dengan cara merendam kompos dalam 2 kali volume air dan diaduk sesaat setelah direndam Rendaman kompos selanjutnya difermentasi selama 4 hari dalam suhu kamar (27minus29 degC) Air rendaman kompos selanjutnya dipanen dengan cara disaring dan segera digunakan dalam keadaan segar Sebagai pembanding (perlakuan kontrol) digunakan ekstrak rendaman tanah

Padi varietas Ciherang digunakan sebagai tanaman uji Padi ditanam pada baki plastik (30 cm times 23 cm) yang diisi dengan tanah yang diperoleh dari sawah di lahan reklamasi pasang surut Telang II Banyuasin Sumatera Selatan Aplikasi ekstrak dilakukan dengan perendaman benih selama 48 jam dan dilanjutkan dengan penyemprotan saat fase pemanjangan batang (6 minggu setelah semai) dan bunting (8 minggu setelah semai) Aplikasi ekstrak dilakukan pada konsentrasi 50 (11 [vv] ekstrak komposair) Penyemperotan dilakukan dengan volume semprot tinggi (750 L ha-1)

Pengamatan penyakit blas leher malai dilakukan saat panen Serangan penyakit dihitung berdasarkan insidensi blas leher malai yang dihitung dengan rumus

IBM = nN x 100 denganIBM insidensi blas leher malai n jumlah tangkai malai bergejala N jumlah malai per pot Hasil panen dinyatakan dalam g pot-1 dari hasil gabah yang dikeringkan hingga mencapai kadar air plusmn 14

Pencampuran 1 volume jerami dari tanaman sakit ke dalam media tanam menyebabkan serangan parah blas leher malai pada perlakuan kontrol (Tabel 1)

J Fitopatol Indones Suwandi et al

106

Hasil ini mengungkapkan bahwa sisa jerami tanaman sakit di lapangan dapat menjadi sumber inokulum bagi tanaman musim berikutnya Peranan sisa jerami tanaman sakit sebagai sumber utama inokulum penyakit blas sudah lama diketahui (Suzuki 1975 Ou 1985) Infektifitas yang tinggi inokulum dari jerami sakit memungkinkan sisa tanaman ini dijadikan sumber inokulum alami pada percobaan lapangan ataupun percobaan yang menghendaki inokulum yang mewakili populasi lapangan patogen blas

Insidensi blas secara nyata lebih rendah pada tanaman yang diberi perlakuan ekstrak fermentasi kompos yang berasal dari rumpun padi bugar Insidensi penyakit blas leher malai dapat ditekan sebesar 71minus87 pada tanaman yang diaplikasi dengan ekstrak kompos (Tabel 1) Perlakuan ekstrak kompos tidak

memengaruhi perkecambahan benih dan tinggi tanaman (Tabel 2) tetapi perlakuan ekstrak kompos padi Inpara 1 dapat meningkatkan hasil gabah dibandingkan dengan kontrol (Tabel 3) Peningkatan hasil ini selaras dengan tingginya penekanan penyakit setelah perlakuan ekstrak kompos tersebut

Penelitian ini menunjukkan manfaat aplikasi ekstrak kompos bagi produksi padi Efikasi lapangan ekstrak kompos di lahan pasang surut yang bermasalah dengan penyakit blas kini sedang dalam proses pengujian Ekstrak kompos bermanfaat bagi tanaman karena hara yang dikandungnya terurai melalui mineralisasi dan pelarutan (Shrestha et al 2012) dan secara tidak langsung melalui pengimbasan ketahanan (Kim et al 2015) Ekstrak kompos jerami padi diketahui kaya akan kandungan senyawa humat yaitu

Sumber ekstrak kompos Insidensi penyakit()

Penekanan penyakit()

Tanah (kontrol) 528 plusmn 88 a -Kompos jerami padi Ciherang 151 plusmn 76 b 71Kompos jerami padi Inpari 10 80 plusmn 39 b 85Kompos jerami padi Inpara 1 69 plusmn 32 b 87

Tabel 1 Insidensi penyakit saat panen dan penekanan penyakit blas leher malai padi dalam pot yang diaplikasi ekstrak kompos

Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji beda nyata jujur Tukey (P=005) nilai relatif terhadap kontrol

Sumber ekstrak kompos Perkecambahan benih ()

Tinggi tanaman (cm)

Tanah (kontrol) 867 plusmn 22 537 plusmn 12Kompos jerami padi Ciherang 817 plusmn 51 525 plusmn 08Kompos jerami padi Inpari 10 842 plusmn 44 523 plusmn 12Kompos jerami padi Inpara 1 792 plusmn 68 533 plusmn 10

Tabel 2 Pertumbuhan padi dalam pot yang diaplikasi ekstrak kompos

Sumber ekstrak kompos Hasil (g pot-1 gabah kering giling )

Jumlah malai per tanaman

Jumlah gabah per malai

Tanah (kontrol) 25 plusmn 01 b 33 plusmn 02 b 307 plusmn 32Kompos jerami padi Ciherang 25 plusmn 02 b 30 plusmn 02 b 310 plusmn 31Kompos jerami padi Inpari 10 27 plusmn 03 b 34 plusmn 02 b 382 plusmn 28Kompos jerami padi Inpara 1 38 plusmn 02 a 41 plusmn 03 a 399 plusmn 28

Tabel 3 Komponen hasil padi dalam pot yang diaplikasi ekstrak kompos

Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji beda nyata jujur Tukey (P=005)

J Fitopatol Indones Suwandi et al

asam humat dan fulvat (Agustian 2004 Goyal dan Sindhu 2011) Senyawa humat berperan dalam pemacuan pertumbuhan pembenah tanah dan peningkatan ketahanan terhadap hama dan penyakit (Scheuerell dan Mahaffee 2004 Scheuerell dan Mahaffee 2006 El-Ghamry 2009 Kamel et al 2014) Pengimbasan ketahanan tanaman oleh asam humat terjadi melalui peningkatan aktivitas kitinase (Abdel-Kareem 2007) peningkatan kandungan senyawa fenol serta peningkatan aktivitas enzim peroksidase dan fenilalanin amonia liase (PAL) (Abdel-Monaim et al 2011)

UCAPAN TERIMA KASIH

Penelitian ini didanai oleh Penelitian Unggulan Perguruan Tinggi Universitas Sriwijaya tahun anggaran 2013minus2015

DAFTAR PUSTAKA

Abdel-Kareem F 2007 Induced resistance in bean plants against root rot and alternaria leaf spot diseases using biotic and a biotic inducers under field conditions J Agric Biol Sci 3767ndash774

Abdel-Monaim MF Ismail ME Morsy KM 2011 Induction of systemic resistance of benzothiadiazole and humic acid in soybean plants against fusarium wilt disease Mycobiology 39(4)290minus298 D O I h t t p d x d o i o rg 1 0 5 9 4 1 MYCO2011394290

Agustian Susila P Gusnidar 2004 Pembentukan asam humat dan fulvat selama pembuatan kompos jerami padi Solum 19ndash14

[BPS Banyuasin] Badan Pusat Statistik Kabupaten Banyuasin 2014 Kabupaten Banyuasin Dalam Angka 2014 httpbanyuasinkabbpsgoiddatapublikasipublikasi_114indexhtml [diakses 20 Agst 2014]

[BPS OKU Timur] Badan Pusat Statistik Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur 2014 Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur Dalam Angka 2014 http

okutimurkabbpsgoiddatapublikasidda2014 [diakses 20 Agst 2014]

[BPS Sumatera Selatan] Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Selatan 2014 Sumatera Selatan Dalam Angka 2014 httpsumselbpsgoidimagespublikasiflipping2014sumsel20dalam20angka202014indexhtml [diakses 20 Agst 2014]

Curlango-Rivera G Pew T van Etten HD Zhongguo X Yu N Hawes MC 2013 Measuring root disease suppression in response to a compost water extract Phytopathology 103255minus260 DOI httpdxdoiorg101094PHYTO-06-12-0145-R

Elad Y Shtienberg D 1994 Effect of compost water extracts on grey mould (Botrytis cinerea) Crop Prot 13109minus114 DOI httpdxdoiorg1010160261-2194(94)90160-0

El-Ghamry AM Abdel-Hai KM Ghoneem KM 2009 Amino and humic acids promote growth yield and disease resistance of faba bean cultivated in clayey soil Aust J Basic Applied Sci 3731minus739

Goyal S Sindhu SS 2011 Composting of rice straw using different inocula and analysis of compost quality Microbiol J1 1 2 6 minus 1 3 8 D O I h t t p d x d o i org103923mj2011126138

Hargreaves JC Adl MS Warman PR 2009 The effects of municipal solid waste compost and compost tea on mineral element uptake and fruit quality of strawberries Compost Sci Util 1785minus94 DOI httpdxdoiorg1010801065657X200910702406

Kamel SM Afifi MMI El-Shoraky FS El-Sawy MM 2014 Fulvic acid a tool for controlling powdery and downy mildews in cucumber plants Int J Phytopathol 3101minus108

Kim MJ Shim CK Kim YK Hong SJ Park JH Han EJ Kim SC 2015 Effect of aerated compost tea on the growth promotion of lettuce soybean and sweet corn in organic cultivation Plant Pathol 31259ndash268 DOI httpdxdoiorg105423PPJOA0220150024

107

J Fitopatol Indones Suwandi et al

Koswara O Rumawas F 1984 Tidal swamp rice in Palembang region Di dalam Smith WH Argosino GS editor Proceedings of the Workshop on Research Priorities in Tidal Swamp Rice Los Bantildeos Laguna (PH) International Rice Research Institute hlm 37minus48

Ou SH 1985 Rice Diseases Kew Survey (UK) CAB International Mycological Institute

Pant AP Radovich TJK Hue NV Talcott ST Krenek KA 2009 Vermicompost extracts influence growth mineral nutrients phytonutrients and antioxidant activity in pak choi (Brassica rapa cv Bonsai Chinensis group) grown under vermicompost and chemical fertilizer J Sci Food Agric 892383minus2392 DOI httpdxdoiorg101002jsfa3732

Scheuerell SJ Mahaffee WH 2004 Compost tea as a container medium drench for suppressing seedling damping-off caused by Pythium ultimum Phytopathology 941156minus1163 DOI httpdxdoiorg101094PHYTO200494111156

Scheuerell SJ Mahaffee WH 2006 Variability associated with suppression of gray mold (Botrytis cinerea) on geranium by foliar applications of nonaerated and aerated compost teas Plant Dis 901201minus1208 DOI httpdxdoiorg101094PD-90-1201

Scheuermann KK Raimondi JV Marschalek R de Andrade A Wickert E 2012 Magnaporthe oryzae genetic diversity and its outcomes on the search for durable resistance Di dalam Caliskan M editor The Molecular Basis of Plant Genetic Diversity Rijeka (HR) Intech hlm 331minus356

Shrestha K Walsh KB Midmore DJ 2012 Microbially enhanced compost extract does it increase solubilisation of minerals and mineralisation of organic matter and thus improve plant nutrition J Bioremed Biodegrad 3(5)1ndash9 DOI httpdxdoiorg1041722155-61991000149

Suprianto H Irianto SG Susanto RH Schultz B Suryadi FX Eelaart AVD 2009 Land and water management of tidal lowlands experiences in Telang and Saleh South Sumatra Irrig Drain 59(3)317minus335 DOI httpdxdoiorg101002ird460

Suzuki H 1975 Meteorological factors in the epidemiology of rice blast Ann Rev Phytopathol 13239minus256 DOI ht tp dxdoi org101146annurevpy13090175001323

108

  • 12737-37236-1-PBpdf (p1-8)
  • 12738-37237-1-PBpdf (p9-14)
  • 12739-37238-1-PBpdf (p15-21)
  • 12741-37240-1-PBpdf (p22-26)
Page 20: Bakteri Endofit Asal Berbagai Akar Tanaman sebagai Agens ...fp.unmas.ac.id/wp-content/uploads/2018/10/vol-12-no.3.pdfInfeksi nematoda puru akar (NPA) Meloidogyne incognita pada tomat

J Fitopatol Indones Khaeruni et al

Hasil penelitian ini secara umum memperlihatkan bahwa kultivar padi lokal yang diinokulasi oleh X oryzae pv oryzae patotipe IV VIII dan X memiliki reaksi ketahanan yang berbeda pada fase vegetatif dan generatif Kultivar Kelaca memiliki tingkat ketahanan yang lebih baik dibandingkan dengan kultivar uji lainnya Kultivar ini bereaksi agak tahan terhadap patotipe IV dan X juga sangat tahan terhadap patotipe VIII pada fase vegetatif sedangkan pada fase generatif bereaksi agak tahan terhadap patotipe IV dan VIII juga sangat tahan terhadap patotipe X

UCAPAN TERIMA KASIH

Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada Direktorat Pembinaan Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan Nasional yang telah membiayai penelitian ini melalui Hibah Penelitian Fundamental Nomor 0541023-04101002011

DAFTAR PUSTAKA

Aditya RH Wahyuni WS Mihardjo PA 2015 Ketahanan lapangan lima genotipe padi terhadap penyakit hawar daun bakteri J Fitopatol Indones 11(5)160ndash166 DOI httpdxdoiorg1014692jfi115160

Akhtar MA Rafi A Hameed A 2008 Comparison of methods of inoculation of Xanthomonas oryzae pvoryzae in rice cultivars Pak J Bot 40(5)2171ndash2175

Djatmiko HA Fatichin 2009 Ketahanan dua puluh satu varietas padi terhadap penyakit hawar daun bakteri J HPT Tropika 9(2)168ndash172

Hasegawa M Mitsuhara I Seo S Okada K Yamane H Iwai T Ohashi Y 2014 Analysis on blast fungus-responsive characters of a flavonoid phytoalexin sakuranetin accumulation in infected riceleaves antifungal activity and detoxification by fungus Molecules 1911404ndash11418 DOI httpdxdoiorg103390molecules190811404

Hifni HR Kardin MK 1998 Pengelompokan isolat Xanthomonas oryzae pv oryzae dengan menggunakan galur isogenik padi IRRI Hayati 566ndash72

IRRI 1996 Standard Evaluation System for Rice 4th ed Manila (PH) IRRI PO Box 933 Hlm 52

Khaeruni A Rahim A Syair Adriani 2014a Induksi ketahanan terhadap penyakit hawar daun bakteri di lapangan menggunakan rizobakteri indigenos J HPT Tropika 14(1)57ndash63

Khaeruni A Taufik M Wijayanto T Johan EA 2014b Perkembangan penyakit hawar daun bakteri pada tiga varietas padi sawah yang diinokulasi pada beberapa fase pertumbuhan J Fitopatol Indones 10(4)119ndash125 DOI http dxdoiorg1014692jfi104119

Khaeruni A Wijayanto T 2013 Pathotype grouping of Xanthomonas oryzae pv oryzae isolates from South Sulawesi and Southeast Sulawesi Agrivita 35 (2)138ndash144 DOI httpdxdoiorg1017503Agrivita-2013-35-2-p138-144

Liu DN Ronald PC Bogdanova AJ 2006 Xanthomonas oryzae pathovars model pathogens of a model crop Mol Plant Pathol 7303ndash324 DOI httpdxdoiorg101111j1364-3703200600344x

Nafisah Aan A Daradjat B Suprihatno Triny SK 2007 Heritabilitas karakter ketahanan hawar daun bakteri dari tiga populasi tanaman padi hasil seleksi daur siklus pertama Bull Penelitian Pertanian Tanaman Pangan 6(2)100ndash105

Nayak P Rao AVS Chakrabarti 1987 Components of resistance to bacterial blight disease of rice J Phytopathol 119(4)289ndash237 DOI httpdxdoiorg 101111j1439-04341987tb04402x

Rahim A Khaeruni A dan Taufik M 2012 Reaksi ketahanan beberapa varietas padi komersial terhadap Xanthomonas oryzae pv oryzae isolat Sulawesi Tenggara Berkala Penelitian Agronomi 1(2)132ndash138

Suparyono Sudir Suprihanto 2004 Pathotype profile of Xanthomonas oryzae pv oryzae

94

J Fitopatol Indones Khaeruni et al

isolates from the rice ecosystem in Java Indones J Agriculture Science 563ndash69

Suswati Habazar T Husin EF Nasir N Putra DP Taylor P 2011 Senyawa phenolik akar pisang cv kepok (Musa acuminata) yang diinduksi dengan fungi mikoriza arbuskular indigenus Pu10-Glomus sp1

terhadap penyakit darah bakteri J Nat Indones 13(3) 207ndash213

Wahyudi AT Meliah S Nawangsih AA 2011 Xanthomonas oryzae pv oryzae bakteri penyebab hawar daun pada padi isolasi karakterisasi dan telaah mutagenesis dengan transposon J Sains 15(1)89ndash96

95

Volume 12 Nomor 3 Mei 2016Halaman 104ndash108

DOI 1014692jfi123104ISSN 0215-7950

Alamat penulis korespondensi Laboratorium Fitopatologi Fakultas Pertanian Universitas SriwijayaJalan Palembang-Prabumulih Km32 Indralaya Palembang 30662Tel 0711-580663 Faks 0711-580663 Surel suwandisalehgmailcom

104

KOMUNIKASI SINGKAT

Penekanan Penyakit Blas Leher Malai Padi Menggunakan Ekstrak Kompos Jerami Padi

Suppression of Panicle Blast by Rice Straw Compost Extract

Suwandi Harman Hamidson Ahmad MuslimUniversitas Sriwijaya Palembang 30662

ABSTRAK

Penyakit blas merupakan penyakit penting pada tanaman padi dan menyebabkan kehilangan hasil pada lahan reklamasi pasang surut di Sumatera Selatan Ekstrak fermentasi kompos jerami dari tanaman padi sehat diuji potensinya dalam menekan blas leher malai pada percobaan dalam pot Padi varietas Ciherang ditanam pada campuran tanah dengan 1 jerami tanaman sakit (vv) yang diperoleh dari sawah pasang surut Insidensi penyakit blas leher malai dapat ditekan sebesar 71minus87 sebagai respons aplikasi ekstrak kompos Aplikasi ekstrak kompos tidak memengaruhi perkecambahan benih dan tinggi tanaman tetapi dapat meningkatkan hasil Kompos jerami dari tanaman sehat berpotensi sebagai sumber pengendalian blas di lapangan

Kata kunci lahan reklamasi kompos jerami tanah sulfat masam

ABSTRACT

Blast is the most important disease of rice and may cause significant losses in the reclaimed tidal swamp of South Sumatra Water extracts of fermented composts prepared from straws of the vigorous rice plant were tested in pot experiment for their ability to control blast Rice variety Ciherang was grown on mixture of field soil and 1 diseased rice straw (vv) collected from a tidal swamp rice field Incidence of panicle blast was reduced by 71minus87 in response to application of compost extract The compost extract did not affect seed germination and plant height instead it increased the yield The rice straw from healthy and vigorous plants is potential as a source for blast disease control

Key words acid sulfate soil compost extract land reclamation

Indonesia memiliki lahan pasang surut yang luas yang sebagian besar terdapat di pesisir pantai Sumatera Kalimantan dan Papua Hampir 4 juta ha dari lahan pasang surut tersebut telah direklamasi (Suprianto et al 2009) dan 1 juta ha di antaranya ditanami padi Di Sumatera Selatan terdapat sekitar 2656 ribu ha padi dibudidayakan di lahan

pasang surut reklamasi (BPS Sumatera Selatan 2014) Rata-rata hasil padi sawah pasang surut di Banyuasin ialah 41 ton ha-1 (BPS Banyuasin 2014) dan hasil ini lebih rendah dibandingkan dengan hasil padi sawah irigasi pada tanah mineral di Kabupaten OKU Timur yang rata-ratanya mencapai 55 ton ha-1 (BPS OKU Timur 2014)

J Fitopatol Indones Suwandi et al

105

Penyakit blas yang disebabkan oleh Pyricularia oryzae merupakan penyakit terpenting pada tanaman padi Penyakit ini telah dilaporkan menyerang sejak periode awal budi daya padi di lahan reklamasi pasang surut Sumatera Selatan (Koswara dan Rumawas 1984) Survei penyakit yang dilakukan sejak tahun 2013 menunjukkan bahwa penyakit blas endemik di lahan suboptimal ini dan menyebabkan beberapa sawah mengalami gagal panen

Patogen blas diketahui memiliki daya adaptasi yang tinggi terhadap beragam kondisi lingkungan termasuk varietas resisten (Ou 1985 Scheuermann et al 2012) sehingga pengendaliannya sukar dilakukan Aplikasi ekstrak kompos atau dikenal sebagai teh kompos diketahui dapat meningkatkan pertumbuhan produksi dan kualitas gizi tanaman (Hargreaves et al 2009 Pant et al 2009 Shrestha et al 2012) Penekanan penyakit setelah aplikasi ekstrak kompos telah dilaporkan (Elad dan Shtienberg 1994 Curlango-Rivera et al 2013) Pada penelitian ini ekstrak kompos yang dibuat dari kompos jerami padi diuji potensinya untuk pengendalian penyakit blas

Penelitian dilaksanakan dalam pot menggunakan media tanah sulfat masam potensial yang diperoleh dari sawah lahan reklamasi pasang surut Telang II Banyuasin Sumatera Selatan Penelitian disusun dalam rancangan acak lengkap dengan 4 perlakuan dan 3 ulangan Perlakuan yang diuji ialah ekstrak kompos padi Ciherang kompos padi Inpari 1 dan kompos padi Inpari 10 serta ekstrak tanah (kontrol)

Infestasi patogen blas dilakukan secara alami dengan mencampur 1 volume cacahan jerami padi yang terserang parah penyakit blas ke dalam medium tanam Tanaman padi dipupuk dengan 90 kg N ha-1 60 kg P ha-140 kg K ha-1 menggunakan NPKMgCa (161616155) urea dan SP36 Sebanyak setengah takaran urea ditaburkan saat 7 hari setelah semai dan sisanya saat bunting

Kompos dibuat dengan cara mencampur potongan rumpun padi uji yang sehat dan bugar (yang menunjukkan pertumbuhan

lebih baik dibandingkan dengan tanaman padi lainnya dalam suatu sawah) berikut tanah perakarannya dengan pupuk kandang sapi dalam perbandingan volume yang sama Pengomposan dilakukan selama 14 hari di dalam guci tanah liat Setiap 2 hari campuran dibalik dan disemprot air untuk menjaga kadar air 60minus80 Komposmdashsetengah matangmdashselanjutnya disimpan dalam kantong plastik dalam lemari pendingin sampai digunakan untuk ekstraksi

Ekstrak kompos dibuat dengan cara merendam kompos dalam 2 kali volume air dan diaduk sesaat setelah direndam Rendaman kompos selanjutnya difermentasi selama 4 hari dalam suhu kamar (27minus29 degC) Air rendaman kompos selanjutnya dipanen dengan cara disaring dan segera digunakan dalam keadaan segar Sebagai pembanding (perlakuan kontrol) digunakan ekstrak rendaman tanah

Padi varietas Ciherang digunakan sebagai tanaman uji Padi ditanam pada baki plastik (30 cm times 23 cm) yang diisi dengan tanah yang diperoleh dari sawah di lahan reklamasi pasang surut Telang II Banyuasin Sumatera Selatan Aplikasi ekstrak dilakukan dengan perendaman benih selama 48 jam dan dilanjutkan dengan penyemprotan saat fase pemanjangan batang (6 minggu setelah semai) dan bunting (8 minggu setelah semai) Aplikasi ekstrak dilakukan pada konsentrasi 50 (11 [vv] ekstrak komposair) Penyemperotan dilakukan dengan volume semprot tinggi (750 L ha-1)

Pengamatan penyakit blas leher malai dilakukan saat panen Serangan penyakit dihitung berdasarkan insidensi blas leher malai yang dihitung dengan rumus

IBM = nN x 100 denganIBM insidensi blas leher malai n jumlah tangkai malai bergejala N jumlah malai per pot Hasil panen dinyatakan dalam g pot-1 dari hasil gabah yang dikeringkan hingga mencapai kadar air plusmn 14

Pencampuran 1 volume jerami dari tanaman sakit ke dalam media tanam menyebabkan serangan parah blas leher malai pada perlakuan kontrol (Tabel 1)

J Fitopatol Indones Suwandi et al

106

Hasil ini mengungkapkan bahwa sisa jerami tanaman sakit di lapangan dapat menjadi sumber inokulum bagi tanaman musim berikutnya Peranan sisa jerami tanaman sakit sebagai sumber utama inokulum penyakit blas sudah lama diketahui (Suzuki 1975 Ou 1985) Infektifitas yang tinggi inokulum dari jerami sakit memungkinkan sisa tanaman ini dijadikan sumber inokulum alami pada percobaan lapangan ataupun percobaan yang menghendaki inokulum yang mewakili populasi lapangan patogen blas

Insidensi blas secara nyata lebih rendah pada tanaman yang diberi perlakuan ekstrak fermentasi kompos yang berasal dari rumpun padi bugar Insidensi penyakit blas leher malai dapat ditekan sebesar 71minus87 pada tanaman yang diaplikasi dengan ekstrak kompos (Tabel 1) Perlakuan ekstrak kompos tidak

memengaruhi perkecambahan benih dan tinggi tanaman (Tabel 2) tetapi perlakuan ekstrak kompos padi Inpara 1 dapat meningkatkan hasil gabah dibandingkan dengan kontrol (Tabel 3) Peningkatan hasil ini selaras dengan tingginya penekanan penyakit setelah perlakuan ekstrak kompos tersebut

Penelitian ini menunjukkan manfaat aplikasi ekstrak kompos bagi produksi padi Efikasi lapangan ekstrak kompos di lahan pasang surut yang bermasalah dengan penyakit blas kini sedang dalam proses pengujian Ekstrak kompos bermanfaat bagi tanaman karena hara yang dikandungnya terurai melalui mineralisasi dan pelarutan (Shrestha et al 2012) dan secara tidak langsung melalui pengimbasan ketahanan (Kim et al 2015) Ekstrak kompos jerami padi diketahui kaya akan kandungan senyawa humat yaitu

Sumber ekstrak kompos Insidensi penyakit()

Penekanan penyakit()

Tanah (kontrol) 528 plusmn 88 a -Kompos jerami padi Ciherang 151 plusmn 76 b 71Kompos jerami padi Inpari 10 80 plusmn 39 b 85Kompos jerami padi Inpara 1 69 plusmn 32 b 87

Tabel 1 Insidensi penyakit saat panen dan penekanan penyakit blas leher malai padi dalam pot yang diaplikasi ekstrak kompos

Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji beda nyata jujur Tukey (P=005) nilai relatif terhadap kontrol

Sumber ekstrak kompos Perkecambahan benih ()

Tinggi tanaman (cm)

Tanah (kontrol) 867 plusmn 22 537 plusmn 12Kompos jerami padi Ciherang 817 plusmn 51 525 plusmn 08Kompos jerami padi Inpari 10 842 plusmn 44 523 plusmn 12Kompos jerami padi Inpara 1 792 plusmn 68 533 plusmn 10

Tabel 2 Pertumbuhan padi dalam pot yang diaplikasi ekstrak kompos

Sumber ekstrak kompos Hasil (g pot-1 gabah kering giling )

Jumlah malai per tanaman

Jumlah gabah per malai

Tanah (kontrol) 25 plusmn 01 b 33 plusmn 02 b 307 plusmn 32Kompos jerami padi Ciherang 25 plusmn 02 b 30 plusmn 02 b 310 plusmn 31Kompos jerami padi Inpari 10 27 plusmn 03 b 34 plusmn 02 b 382 plusmn 28Kompos jerami padi Inpara 1 38 plusmn 02 a 41 plusmn 03 a 399 plusmn 28

Tabel 3 Komponen hasil padi dalam pot yang diaplikasi ekstrak kompos

Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji beda nyata jujur Tukey (P=005)

J Fitopatol Indones Suwandi et al

asam humat dan fulvat (Agustian 2004 Goyal dan Sindhu 2011) Senyawa humat berperan dalam pemacuan pertumbuhan pembenah tanah dan peningkatan ketahanan terhadap hama dan penyakit (Scheuerell dan Mahaffee 2004 Scheuerell dan Mahaffee 2006 El-Ghamry 2009 Kamel et al 2014) Pengimbasan ketahanan tanaman oleh asam humat terjadi melalui peningkatan aktivitas kitinase (Abdel-Kareem 2007) peningkatan kandungan senyawa fenol serta peningkatan aktivitas enzim peroksidase dan fenilalanin amonia liase (PAL) (Abdel-Monaim et al 2011)

UCAPAN TERIMA KASIH

Penelitian ini didanai oleh Penelitian Unggulan Perguruan Tinggi Universitas Sriwijaya tahun anggaran 2013minus2015

DAFTAR PUSTAKA

Abdel-Kareem F 2007 Induced resistance in bean plants against root rot and alternaria leaf spot diseases using biotic and a biotic inducers under field conditions J Agric Biol Sci 3767ndash774

Abdel-Monaim MF Ismail ME Morsy KM 2011 Induction of systemic resistance of benzothiadiazole and humic acid in soybean plants against fusarium wilt disease Mycobiology 39(4)290minus298 D O I h t t p d x d o i o rg 1 0 5 9 4 1 MYCO2011394290

Agustian Susila P Gusnidar 2004 Pembentukan asam humat dan fulvat selama pembuatan kompos jerami padi Solum 19ndash14

[BPS Banyuasin] Badan Pusat Statistik Kabupaten Banyuasin 2014 Kabupaten Banyuasin Dalam Angka 2014 httpbanyuasinkabbpsgoiddatapublikasipublikasi_114indexhtml [diakses 20 Agst 2014]

[BPS OKU Timur] Badan Pusat Statistik Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur 2014 Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur Dalam Angka 2014 http

okutimurkabbpsgoiddatapublikasidda2014 [diakses 20 Agst 2014]

[BPS Sumatera Selatan] Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Selatan 2014 Sumatera Selatan Dalam Angka 2014 httpsumselbpsgoidimagespublikasiflipping2014sumsel20dalam20angka202014indexhtml [diakses 20 Agst 2014]

Curlango-Rivera G Pew T van Etten HD Zhongguo X Yu N Hawes MC 2013 Measuring root disease suppression in response to a compost water extract Phytopathology 103255minus260 DOI httpdxdoiorg101094PHYTO-06-12-0145-R

Elad Y Shtienberg D 1994 Effect of compost water extracts on grey mould (Botrytis cinerea) Crop Prot 13109minus114 DOI httpdxdoiorg1010160261-2194(94)90160-0

El-Ghamry AM Abdel-Hai KM Ghoneem KM 2009 Amino and humic acids promote growth yield and disease resistance of faba bean cultivated in clayey soil Aust J Basic Applied Sci 3731minus739

Goyal S Sindhu SS 2011 Composting of rice straw using different inocula and analysis of compost quality Microbiol J1 1 2 6 minus 1 3 8 D O I h t t p d x d o i org103923mj2011126138

Hargreaves JC Adl MS Warman PR 2009 The effects of municipal solid waste compost and compost tea on mineral element uptake and fruit quality of strawberries Compost Sci Util 1785minus94 DOI httpdxdoiorg1010801065657X200910702406

Kamel SM Afifi MMI El-Shoraky FS El-Sawy MM 2014 Fulvic acid a tool for controlling powdery and downy mildews in cucumber plants Int J Phytopathol 3101minus108

Kim MJ Shim CK Kim YK Hong SJ Park JH Han EJ Kim SC 2015 Effect of aerated compost tea on the growth promotion of lettuce soybean and sweet corn in organic cultivation Plant Pathol 31259ndash268 DOI httpdxdoiorg105423PPJOA0220150024

107

J Fitopatol Indones Suwandi et al

Koswara O Rumawas F 1984 Tidal swamp rice in Palembang region Di dalam Smith WH Argosino GS editor Proceedings of the Workshop on Research Priorities in Tidal Swamp Rice Los Bantildeos Laguna (PH) International Rice Research Institute hlm 37minus48

Ou SH 1985 Rice Diseases Kew Survey (UK) CAB International Mycological Institute

Pant AP Radovich TJK Hue NV Talcott ST Krenek KA 2009 Vermicompost extracts influence growth mineral nutrients phytonutrients and antioxidant activity in pak choi (Brassica rapa cv Bonsai Chinensis group) grown under vermicompost and chemical fertilizer J Sci Food Agric 892383minus2392 DOI httpdxdoiorg101002jsfa3732

Scheuerell SJ Mahaffee WH 2004 Compost tea as a container medium drench for suppressing seedling damping-off caused by Pythium ultimum Phytopathology 941156minus1163 DOI httpdxdoiorg101094PHYTO200494111156

Scheuerell SJ Mahaffee WH 2006 Variability associated with suppression of gray mold (Botrytis cinerea) on geranium by foliar applications of nonaerated and aerated compost teas Plant Dis 901201minus1208 DOI httpdxdoiorg101094PD-90-1201

Scheuermann KK Raimondi JV Marschalek R de Andrade A Wickert E 2012 Magnaporthe oryzae genetic diversity and its outcomes on the search for durable resistance Di dalam Caliskan M editor The Molecular Basis of Plant Genetic Diversity Rijeka (HR) Intech hlm 331minus356

Shrestha K Walsh KB Midmore DJ 2012 Microbially enhanced compost extract does it increase solubilisation of minerals and mineralisation of organic matter and thus improve plant nutrition J Bioremed Biodegrad 3(5)1ndash9 DOI httpdxdoiorg1041722155-61991000149

Suprianto H Irianto SG Susanto RH Schultz B Suryadi FX Eelaart AVD 2009 Land and water management of tidal lowlands experiences in Telang and Saleh South Sumatra Irrig Drain 59(3)317minus335 DOI httpdxdoiorg101002ird460

Suzuki H 1975 Meteorological factors in the epidemiology of rice blast Ann Rev Phytopathol 13239minus256 DOI ht tp dxdoi org101146annurevpy13090175001323

108

  • 12737-37236-1-PBpdf (p1-8)
  • 12738-37237-1-PBpdf (p9-14)
  • 12739-37238-1-PBpdf (p15-21)
  • 12741-37240-1-PBpdf (p22-26)
Page 21: Bakteri Endofit Asal Berbagai Akar Tanaman sebagai Agens ...fp.unmas.ac.id/wp-content/uploads/2018/10/vol-12-no.3.pdfInfeksi nematoda puru akar (NPA) Meloidogyne incognita pada tomat

J Fitopatol Indones Khaeruni et al

isolates from the rice ecosystem in Java Indones J Agriculture Science 563ndash69

Suswati Habazar T Husin EF Nasir N Putra DP Taylor P 2011 Senyawa phenolik akar pisang cv kepok (Musa acuminata) yang diinduksi dengan fungi mikoriza arbuskular indigenus Pu10-Glomus sp1

terhadap penyakit darah bakteri J Nat Indones 13(3) 207ndash213

Wahyudi AT Meliah S Nawangsih AA 2011 Xanthomonas oryzae pv oryzae bakteri penyebab hawar daun pada padi isolasi karakterisasi dan telaah mutagenesis dengan transposon J Sains 15(1)89ndash96

95

Volume 12 Nomor 3 Mei 2016Halaman 104ndash108

DOI 1014692jfi123104ISSN 0215-7950

Alamat penulis korespondensi Laboratorium Fitopatologi Fakultas Pertanian Universitas SriwijayaJalan Palembang-Prabumulih Km32 Indralaya Palembang 30662Tel 0711-580663 Faks 0711-580663 Surel suwandisalehgmailcom

104

KOMUNIKASI SINGKAT

Penekanan Penyakit Blas Leher Malai Padi Menggunakan Ekstrak Kompos Jerami Padi

Suppression of Panicle Blast by Rice Straw Compost Extract

Suwandi Harman Hamidson Ahmad MuslimUniversitas Sriwijaya Palembang 30662

ABSTRAK

Penyakit blas merupakan penyakit penting pada tanaman padi dan menyebabkan kehilangan hasil pada lahan reklamasi pasang surut di Sumatera Selatan Ekstrak fermentasi kompos jerami dari tanaman padi sehat diuji potensinya dalam menekan blas leher malai pada percobaan dalam pot Padi varietas Ciherang ditanam pada campuran tanah dengan 1 jerami tanaman sakit (vv) yang diperoleh dari sawah pasang surut Insidensi penyakit blas leher malai dapat ditekan sebesar 71minus87 sebagai respons aplikasi ekstrak kompos Aplikasi ekstrak kompos tidak memengaruhi perkecambahan benih dan tinggi tanaman tetapi dapat meningkatkan hasil Kompos jerami dari tanaman sehat berpotensi sebagai sumber pengendalian blas di lapangan

Kata kunci lahan reklamasi kompos jerami tanah sulfat masam

ABSTRACT

Blast is the most important disease of rice and may cause significant losses in the reclaimed tidal swamp of South Sumatra Water extracts of fermented composts prepared from straws of the vigorous rice plant were tested in pot experiment for their ability to control blast Rice variety Ciherang was grown on mixture of field soil and 1 diseased rice straw (vv) collected from a tidal swamp rice field Incidence of panicle blast was reduced by 71minus87 in response to application of compost extract The compost extract did not affect seed germination and plant height instead it increased the yield The rice straw from healthy and vigorous plants is potential as a source for blast disease control

Key words acid sulfate soil compost extract land reclamation

Indonesia memiliki lahan pasang surut yang luas yang sebagian besar terdapat di pesisir pantai Sumatera Kalimantan dan Papua Hampir 4 juta ha dari lahan pasang surut tersebut telah direklamasi (Suprianto et al 2009) dan 1 juta ha di antaranya ditanami padi Di Sumatera Selatan terdapat sekitar 2656 ribu ha padi dibudidayakan di lahan

pasang surut reklamasi (BPS Sumatera Selatan 2014) Rata-rata hasil padi sawah pasang surut di Banyuasin ialah 41 ton ha-1 (BPS Banyuasin 2014) dan hasil ini lebih rendah dibandingkan dengan hasil padi sawah irigasi pada tanah mineral di Kabupaten OKU Timur yang rata-ratanya mencapai 55 ton ha-1 (BPS OKU Timur 2014)

J Fitopatol Indones Suwandi et al

105

Penyakit blas yang disebabkan oleh Pyricularia oryzae merupakan penyakit terpenting pada tanaman padi Penyakit ini telah dilaporkan menyerang sejak periode awal budi daya padi di lahan reklamasi pasang surut Sumatera Selatan (Koswara dan Rumawas 1984) Survei penyakit yang dilakukan sejak tahun 2013 menunjukkan bahwa penyakit blas endemik di lahan suboptimal ini dan menyebabkan beberapa sawah mengalami gagal panen

Patogen blas diketahui memiliki daya adaptasi yang tinggi terhadap beragam kondisi lingkungan termasuk varietas resisten (Ou 1985 Scheuermann et al 2012) sehingga pengendaliannya sukar dilakukan Aplikasi ekstrak kompos atau dikenal sebagai teh kompos diketahui dapat meningkatkan pertumbuhan produksi dan kualitas gizi tanaman (Hargreaves et al 2009 Pant et al 2009 Shrestha et al 2012) Penekanan penyakit setelah aplikasi ekstrak kompos telah dilaporkan (Elad dan Shtienberg 1994 Curlango-Rivera et al 2013) Pada penelitian ini ekstrak kompos yang dibuat dari kompos jerami padi diuji potensinya untuk pengendalian penyakit blas

Penelitian dilaksanakan dalam pot menggunakan media tanah sulfat masam potensial yang diperoleh dari sawah lahan reklamasi pasang surut Telang II Banyuasin Sumatera Selatan Penelitian disusun dalam rancangan acak lengkap dengan 4 perlakuan dan 3 ulangan Perlakuan yang diuji ialah ekstrak kompos padi Ciherang kompos padi Inpari 1 dan kompos padi Inpari 10 serta ekstrak tanah (kontrol)

Infestasi patogen blas dilakukan secara alami dengan mencampur 1 volume cacahan jerami padi yang terserang parah penyakit blas ke dalam medium tanam Tanaman padi dipupuk dengan 90 kg N ha-1 60 kg P ha-140 kg K ha-1 menggunakan NPKMgCa (161616155) urea dan SP36 Sebanyak setengah takaran urea ditaburkan saat 7 hari setelah semai dan sisanya saat bunting

Kompos dibuat dengan cara mencampur potongan rumpun padi uji yang sehat dan bugar (yang menunjukkan pertumbuhan

lebih baik dibandingkan dengan tanaman padi lainnya dalam suatu sawah) berikut tanah perakarannya dengan pupuk kandang sapi dalam perbandingan volume yang sama Pengomposan dilakukan selama 14 hari di dalam guci tanah liat Setiap 2 hari campuran dibalik dan disemprot air untuk menjaga kadar air 60minus80 Komposmdashsetengah matangmdashselanjutnya disimpan dalam kantong plastik dalam lemari pendingin sampai digunakan untuk ekstraksi

Ekstrak kompos dibuat dengan cara merendam kompos dalam 2 kali volume air dan diaduk sesaat setelah direndam Rendaman kompos selanjutnya difermentasi selama 4 hari dalam suhu kamar (27minus29 degC) Air rendaman kompos selanjutnya dipanen dengan cara disaring dan segera digunakan dalam keadaan segar Sebagai pembanding (perlakuan kontrol) digunakan ekstrak rendaman tanah

Padi varietas Ciherang digunakan sebagai tanaman uji Padi ditanam pada baki plastik (30 cm times 23 cm) yang diisi dengan tanah yang diperoleh dari sawah di lahan reklamasi pasang surut Telang II Banyuasin Sumatera Selatan Aplikasi ekstrak dilakukan dengan perendaman benih selama 48 jam dan dilanjutkan dengan penyemprotan saat fase pemanjangan batang (6 minggu setelah semai) dan bunting (8 minggu setelah semai) Aplikasi ekstrak dilakukan pada konsentrasi 50 (11 [vv] ekstrak komposair) Penyemperotan dilakukan dengan volume semprot tinggi (750 L ha-1)

Pengamatan penyakit blas leher malai dilakukan saat panen Serangan penyakit dihitung berdasarkan insidensi blas leher malai yang dihitung dengan rumus

IBM = nN x 100 denganIBM insidensi blas leher malai n jumlah tangkai malai bergejala N jumlah malai per pot Hasil panen dinyatakan dalam g pot-1 dari hasil gabah yang dikeringkan hingga mencapai kadar air plusmn 14

Pencampuran 1 volume jerami dari tanaman sakit ke dalam media tanam menyebabkan serangan parah blas leher malai pada perlakuan kontrol (Tabel 1)

J Fitopatol Indones Suwandi et al

106

Hasil ini mengungkapkan bahwa sisa jerami tanaman sakit di lapangan dapat menjadi sumber inokulum bagi tanaman musim berikutnya Peranan sisa jerami tanaman sakit sebagai sumber utama inokulum penyakit blas sudah lama diketahui (Suzuki 1975 Ou 1985) Infektifitas yang tinggi inokulum dari jerami sakit memungkinkan sisa tanaman ini dijadikan sumber inokulum alami pada percobaan lapangan ataupun percobaan yang menghendaki inokulum yang mewakili populasi lapangan patogen blas

Insidensi blas secara nyata lebih rendah pada tanaman yang diberi perlakuan ekstrak fermentasi kompos yang berasal dari rumpun padi bugar Insidensi penyakit blas leher malai dapat ditekan sebesar 71minus87 pada tanaman yang diaplikasi dengan ekstrak kompos (Tabel 1) Perlakuan ekstrak kompos tidak

memengaruhi perkecambahan benih dan tinggi tanaman (Tabel 2) tetapi perlakuan ekstrak kompos padi Inpara 1 dapat meningkatkan hasil gabah dibandingkan dengan kontrol (Tabel 3) Peningkatan hasil ini selaras dengan tingginya penekanan penyakit setelah perlakuan ekstrak kompos tersebut

Penelitian ini menunjukkan manfaat aplikasi ekstrak kompos bagi produksi padi Efikasi lapangan ekstrak kompos di lahan pasang surut yang bermasalah dengan penyakit blas kini sedang dalam proses pengujian Ekstrak kompos bermanfaat bagi tanaman karena hara yang dikandungnya terurai melalui mineralisasi dan pelarutan (Shrestha et al 2012) dan secara tidak langsung melalui pengimbasan ketahanan (Kim et al 2015) Ekstrak kompos jerami padi diketahui kaya akan kandungan senyawa humat yaitu

Sumber ekstrak kompos Insidensi penyakit()

Penekanan penyakit()

Tanah (kontrol) 528 plusmn 88 a -Kompos jerami padi Ciherang 151 plusmn 76 b 71Kompos jerami padi Inpari 10 80 plusmn 39 b 85Kompos jerami padi Inpara 1 69 plusmn 32 b 87

Tabel 1 Insidensi penyakit saat panen dan penekanan penyakit blas leher malai padi dalam pot yang diaplikasi ekstrak kompos

Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji beda nyata jujur Tukey (P=005) nilai relatif terhadap kontrol

Sumber ekstrak kompos Perkecambahan benih ()

Tinggi tanaman (cm)

Tanah (kontrol) 867 plusmn 22 537 plusmn 12Kompos jerami padi Ciherang 817 plusmn 51 525 plusmn 08Kompos jerami padi Inpari 10 842 plusmn 44 523 plusmn 12Kompos jerami padi Inpara 1 792 plusmn 68 533 plusmn 10

Tabel 2 Pertumbuhan padi dalam pot yang diaplikasi ekstrak kompos

Sumber ekstrak kompos Hasil (g pot-1 gabah kering giling )

Jumlah malai per tanaman

Jumlah gabah per malai

Tanah (kontrol) 25 plusmn 01 b 33 plusmn 02 b 307 plusmn 32Kompos jerami padi Ciherang 25 plusmn 02 b 30 plusmn 02 b 310 plusmn 31Kompos jerami padi Inpari 10 27 plusmn 03 b 34 plusmn 02 b 382 plusmn 28Kompos jerami padi Inpara 1 38 plusmn 02 a 41 plusmn 03 a 399 plusmn 28

Tabel 3 Komponen hasil padi dalam pot yang diaplikasi ekstrak kompos

Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji beda nyata jujur Tukey (P=005)

J Fitopatol Indones Suwandi et al

asam humat dan fulvat (Agustian 2004 Goyal dan Sindhu 2011) Senyawa humat berperan dalam pemacuan pertumbuhan pembenah tanah dan peningkatan ketahanan terhadap hama dan penyakit (Scheuerell dan Mahaffee 2004 Scheuerell dan Mahaffee 2006 El-Ghamry 2009 Kamel et al 2014) Pengimbasan ketahanan tanaman oleh asam humat terjadi melalui peningkatan aktivitas kitinase (Abdel-Kareem 2007) peningkatan kandungan senyawa fenol serta peningkatan aktivitas enzim peroksidase dan fenilalanin amonia liase (PAL) (Abdel-Monaim et al 2011)

UCAPAN TERIMA KASIH

Penelitian ini didanai oleh Penelitian Unggulan Perguruan Tinggi Universitas Sriwijaya tahun anggaran 2013minus2015

DAFTAR PUSTAKA

Abdel-Kareem F 2007 Induced resistance in bean plants against root rot and alternaria leaf spot diseases using biotic and a biotic inducers under field conditions J Agric Biol Sci 3767ndash774

Abdel-Monaim MF Ismail ME Morsy KM 2011 Induction of systemic resistance of benzothiadiazole and humic acid in soybean plants against fusarium wilt disease Mycobiology 39(4)290minus298 D O I h t t p d x d o i o rg 1 0 5 9 4 1 MYCO2011394290

Agustian Susila P Gusnidar 2004 Pembentukan asam humat dan fulvat selama pembuatan kompos jerami padi Solum 19ndash14

[BPS Banyuasin] Badan Pusat Statistik Kabupaten Banyuasin 2014 Kabupaten Banyuasin Dalam Angka 2014 httpbanyuasinkabbpsgoiddatapublikasipublikasi_114indexhtml [diakses 20 Agst 2014]

[BPS OKU Timur] Badan Pusat Statistik Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur 2014 Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur Dalam Angka 2014 http

okutimurkabbpsgoiddatapublikasidda2014 [diakses 20 Agst 2014]

[BPS Sumatera Selatan] Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Selatan 2014 Sumatera Selatan Dalam Angka 2014 httpsumselbpsgoidimagespublikasiflipping2014sumsel20dalam20angka202014indexhtml [diakses 20 Agst 2014]

Curlango-Rivera G Pew T van Etten HD Zhongguo X Yu N Hawes MC 2013 Measuring root disease suppression in response to a compost water extract Phytopathology 103255minus260 DOI httpdxdoiorg101094PHYTO-06-12-0145-R

Elad Y Shtienberg D 1994 Effect of compost water extracts on grey mould (Botrytis cinerea) Crop Prot 13109minus114 DOI httpdxdoiorg1010160261-2194(94)90160-0

El-Ghamry AM Abdel-Hai KM Ghoneem KM 2009 Amino and humic acids promote growth yield and disease resistance of faba bean cultivated in clayey soil Aust J Basic Applied Sci 3731minus739

Goyal S Sindhu SS 2011 Composting of rice straw using different inocula and analysis of compost quality Microbiol J1 1 2 6 minus 1 3 8 D O I h t t p d x d o i org103923mj2011126138

Hargreaves JC Adl MS Warman PR 2009 The effects of municipal solid waste compost and compost tea on mineral element uptake and fruit quality of strawberries Compost Sci Util 1785minus94 DOI httpdxdoiorg1010801065657X200910702406

Kamel SM Afifi MMI El-Shoraky FS El-Sawy MM 2014 Fulvic acid a tool for controlling powdery and downy mildews in cucumber plants Int J Phytopathol 3101minus108

Kim MJ Shim CK Kim YK Hong SJ Park JH Han EJ Kim SC 2015 Effect of aerated compost tea on the growth promotion of lettuce soybean and sweet corn in organic cultivation Plant Pathol 31259ndash268 DOI httpdxdoiorg105423PPJOA0220150024

107

J Fitopatol Indones Suwandi et al

Koswara O Rumawas F 1984 Tidal swamp rice in Palembang region Di dalam Smith WH Argosino GS editor Proceedings of the Workshop on Research Priorities in Tidal Swamp Rice Los Bantildeos Laguna (PH) International Rice Research Institute hlm 37minus48

Ou SH 1985 Rice Diseases Kew Survey (UK) CAB International Mycological Institute

Pant AP Radovich TJK Hue NV Talcott ST Krenek KA 2009 Vermicompost extracts influence growth mineral nutrients phytonutrients and antioxidant activity in pak choi (Brassica rapa cv Bonsai Chinensis group) grown under vermicompost and chemical fertilizer J Sci Food Agric 892383minus2392 DOI httpdxdoiorg101002jsfa3732

Scheuerell SJ Mahaffee WH 2004 Compost tea as a container medium drench for suppressing seedling damping-off caused by Pythium ultimum Phytopathology 941156minus1163 DOI httpdxdoiorg101094PHYTO200494111156

Scheuerell SJ Mahaffee WH 2006 Variability associated with suppression of gray mold (Botrytis cinerea) on geranium by foliar applications of nonaerated and aerated compost teas Plant Dis 901201minus1208 DOI httpdxdoiorg101094PD-90-1201

Scheuermann KK Raimondi JV Marschalek R de Andrade A Wickert E 2012 Magnaporthe oryzae genetic diversity and its outcomes on the search for durable resistance Di dalam Caliskan M editor The Molecular Basis of Plant Genetic Diversity Rijeka (HR) Intech hlm 331minus356

Shrestha K Walsh KB Midmore DJ 2012 Microbially enhanced compost extract does it increase solubilisation of minerals and mineralisation of organic matter and thus improve plant nutrition J Bioremed Biodegrad 3(5)1ndash9 DOI httpdxdoiorg1041722155-61991000149

Suprianto H Irianto SG Susanto RH Schultz B Suryadi FX Eelaart AVD 2009 Land and water management of tidal lowlands experiences in Telang and Saleh South Sumatra Irrig Drain 59(3)317minus335 DOI httpdxdoiorg101002ird460

Suzuki H 1975 Meteorological factors in the epidemiology of rice blast Ann Rev Phytopathol 13239minus256 DOI ht tp dxdoi org101146annurevpy13090175001323

108

  • 12737-37236-1-PBpdf (p1-8)
  • 12738-37237-1-PBpdf (p9-14)
  • 12739-37238-1-PBpdf (p15-21)
  • 12741-37240-1-PBpdf (p22-26)
Page 22: Bakteri Endofit Asal Berbagai Akar Tanaman sebagai Agens ...fp.unmas.ac.id/wp-content/uploads/2018/10/vol-12-no.3.pdfInfeksi nematoda puru akar (NPA) Meloidogyne incognita pada tomat

Volume 12 Nomor 3 Mei 2016Halaman 104ndash108

DOI 1014692jfi123104ISSN 0215-7950

Alamat penulis korespondensi Laboratorium Fitopatologi Fakultas Pertanian Universitas SriwijayaJalan Palembang-Prabumulih Km32 Indralaya Palembang 30662Tel 0711-580663 Faks 0711-580663 Surel suwandisalehgmailcom

104

KOMUNIKASI SINGKAT

Penekanan Penyakit Blas Leher Malai Padi Menggunakan Ekstrak Kompos Jerami Padi

Suppression of Panicle Blast by Rice Straw Compost Extract

Suwandi Harman Hamidson Ahmad MuslimUniversitas Sriwijaya Palembang 30662

ABSTRAK

Penyakit blas merupakan penyakit penting pada tanaman padi dan menyebabkan kehilangan hasil pada lahan reklamasi pasang surut di Sumatera Selatan Ekstrak fermentasi kompos jerami dari tanaman padi sehat diuji potensinya dalam menekan blas leher malai pada percobaan dalam pot Padi varietas Ciherang ditanam pada campuran tanah dengan 1 jerami tanaman sakit (vv) yang diperoleh dari sawah pasang surut Insidensi penyakit blas leher malai dapat ditekan sebesar 71minus87 sebagai respons aplikasi ekstrak kompos Aplikasi ekstrak kompos tidak memengaruhi perkecambahan benih dan tinggi tanaman tetapi dapat meningkatkan hasil Kompos jerami dari tanaman sehat berpotensi sebagai sumber pengendalian blas di lapangan

Kata kunci lahan reklamasi kompos jerami tanah sulfat masam

ABSTRACT

Blast is the most important disease of rice and may cause significant losses in the reclaimed tidal swamp of South Sumatra Water extracts of fermented composts prepared from straws of the vigorous rice plant were tested in pot experiment for their ability to control blast Rice variety Ciherang was grown on mixture of field soil and 1 diseased rice straw (vv) collected from a tidal swamp rice field Incidence of panicle blast was reduced by 71minus87 in response to application of compost extract The compost extract did not affect seed germination and plant height instead it increased the yield The rice straw from healthy and vigorous plants is potential as a source for blast disease control

Key words acid sulfate soil compost extract land reclamation

Indonesia memiliki lahan pasang surut yang luas yang sebagian besar terdapat di pesisir pantai Sumatera Kalimantan dan Papua Hampir 4 juta ha dari lahan pasang surut tersebut telah direklamasi (Suprianto et al 2009) dan 1 juta ha di antaranya ditanami padi Di Sumatera Selatan terdapat sekitar 2656 ribu ha padi dibudidayakan di lahan

pasang surut reklamasi (BPS Sumatera Selatan 2014) Rata-rata hasil padi sawah pasang surut di Banyuasin ialah 41 ton ha-1 (BPS Banyuasin 2014) dan hasil ini lebih rendah dibandingkan dengan hasil padi sawah irigasi pada tanah mineral di Kabupaten OKU Timur yang rata-ratanya mencapai 55 ton ha-1 (BPS OKU Timur 2014)

J Fitopatol Indones Suwandi et al

105

Penyakit blas yang disebabkan oleh Pyricularia oryzae merupakan penyakit terpenting pada tanaman padi Penyakit ini telah dilaporkan menyerang sejak periode awal budi daya padi di lahan reklamasi pasang surut Sumatera Selatan (Koswara dan Rumawas 1984) Survei penyakit yang dilakukan sejak tahun 2013 menunjukkan bahwa penyakit blas endemik di lahan suboptimal ini dan menyebabkan beberapa sawah mengalami gagal panen

Patogen blas diketahui memiliki daya adaptasi yang tinggi terhadap beragam kondisi lingkungan termasuk varietas resisten (Ou 1985 Scheuermann et al 2012) sehingga pengendaliannya sukar dilakukan Aplikasi ekstrak kompos atau dikenal sebagai teh kompos diketahui dapat meningkatkan pertumbuhan produksi dan kualitas gizi tanaman (Hargreaves et al 2009 Pant et al 2009 Shrestha et al 2012) Penekanan penyakit setelah aplikasi ekstrak kompos telah dilaporkan (Elad dan Shtienberg 1994 Curlango-Rivera et al 2013) Pada penelitian ini ekstrak kompos yang dibuat dari kompos jerami padi diuji potensinya untuk pengendalian penyakit blas

Penelitian dilaksanakan dalam pot menggunakan media tanah sulfat masam potensial yang diperoleh dari sawah lahan reklamasi pasang surut Telang II Banyuasin Sumatera Selatan Penelitian disusun dalam rancangan acak lengkap dengan 4 perlakuan dan 3 ulangan Perlakuan yang diuji ialah ekstrak kompos padi Ciherang kompos padi Inpari 1 dan kompos padi Inpari 10 serta ekstrak tanah (kontrol)

Infestasi patogen blas dilakukan secara alami dengan mencampur 1 volume cacahan jerami padi yang terserang parah penyakit blas ke dalam medium tanam Tanaman padi dipupuk dengan 90 kg N ha-1 60 kg P ha-140 kg K ha-1 menggunakan NPKMgCa (161616155) urea dan SP36 Sebanyak setengah takaran urea ditaburkan saat 7 hari setelah semai dan sisanya saat bunting

Kompos dibuat dengan cara mencampur potongan rumpun padi uji yang sehat dan bugar (yang menunjukkan pertumbuhan

lebih baik dibandingkan dengan tanaman padi lainnya dalam suatu sawah) berikut tanah perakarannya dengan pupuk kandang sapi dalam perbandingan volume yang sama Pengomposan dilakukan selama 14 hari di dalam guci tanah liat Setiap 2 hari campuran dibalik dan disemprot air untuk menjaga kadar air 60minus80 Komposmdashsetengah matangmdashselanjutnya disimpan dalam kantong plastik dalam lemari pendingin sampai digunakan untuk ekstraksi

Ekstrak kompos dibuat dengan cara merendam kompos dalam 2 kali volume air dan diaduk sesaat setelah direndam Rendaman kompos selanjutnya difermentasi selama 4 hari dalam suhu kamar (27minus29 degC) Air rendaman kompos selanjutnya dipanen dengan cara disaring dan segera digunakan dalam keadaan segar Sebagai pembanding (perlakuan kontrol) digunakan ekstrak rendaman tanah

Padi varietas Ciherang digunakan sebagai tanaman uji Padi ditanam pada baki plastik (30 cm times 23 cm) yang diisi dengan tanah yang diperoleh dari sawah di lahan reklamasi pasang surut Telang II Banyuasin Sumatera Selatan Aplikasi ekstrak dilakukan dengan perendaman benih selama 48 jam dan dilanjutkan dengan penyemprotan saat fase pemanjangan batang (6 minggu setelah semai) dan bunting (8 minggu setelah semai) Aplikasi ekstrak dilakukan pada konsentrasi 50 (11 [vv] ekstrak komposair) Penyemperotan dilakukan dengan volume semprot tinggi (750 L ha-1)

Pengamatan penyakit blas leher malai dilakukan saat panen Serangan penyakit dihitung berdasarkan insidensi blas leher malai yang dihitung dengan rumus

IBM = nN x 100 denganIBM insidensi blas leher malai n jumlah tangkai malai bergejala N jumlah malai per pot Hasil panen dinyatakan dalam g pot-1 dari hasil gabah yang dikeringkan hingga mencapai kadar air plusmn 14

Pencampuran 1 volume jerami dari tanaman sakit ke dalam media tanam menyebabkan serangan parah blas leher malai pada perlakuan kontrol (Tabel 1)

J Fitopatol Indones Suwandi et al

106

Hasil ini mengungkapkan bahwa sisa jerami tanaman sakit di lapangan dapat menjadi sumber inokulum bagi tanaman musim berikutnya Peranan sisa jerami tanaman sakit sebagai sumber utama inokulum penyakit blas sudah lama diketahui (Suzuki 1975 Ou 1985) Infektifitas yang tinggi inokulum dari jerami sakit memungkinkan sisa tanaman ini dijadikan sumber inokulum alami pada percobaan lapangan ataupun percobaan yang menghendaki inokulum yang mewakili populasi lapangan patogen blas

Insidensi blas secara nyata lebih rendah pada tanaman yang diberi perlakuan ekstrak fermentasi kompos yang berasal dari rumpun padi bugar Insidensi penyakit blas leher malai dapat ditekan sebesar 71minus87 pada tanaman yang diaplikasi dengan ekstrak kompos (Tabel 1) Perlakuan ekstrak kompos tidak

memengaruhi perkecambahan benih dan tinggi tanaman (Tabel 2) tetapi perlakuan ekstrak kompos padi Inpara 1 dapat meningkatkan hasil gabah dibandingkan dengan kontrol (Tabel 3) Peningkatan hasil ini selaras dengan tingginya penekanan penyakit setelah perlakuan ekstrak kompos tersebut

Penelitian ini menunjukkan manfaat aplikasi ekstrak kompos bagi produksi padi Efikasi lapangan ekstrak kompos di lahan pasang surut yang bermasalah dengan penyakit blas kini sedang dalam proses pengujian Ekstrak kompos bermanfaat bagi tanaman karena hara yang dikandungnya terurai melalui mineralisasi dan pelarutan (Shrestha et al 2012) dan secara tidak langsung melalui pengimbasan ketahanan (Kim et al 2015) Ekstrak kompos jerami padi diketahui kaya akan kandungan senyawa humat yaitu

Sumber ekstrak kompos Insidensi penyakit()

Penekanan penyakit()

Tanah (kontrol) 528 plusmn 88 a -Kompos jerami padi Ciherang 151 plusmn 76 b 71Kompos jerami padi Inpari 10 80 plusmn 39 b 85Kompos jerami padi Inpara 1 69 plusmn 32 b 87

Tabel 1 Insidensi penyakit saat panen dan penekanan penyakit blas leher malai padi dalam pot yang diaplikasi ekstrak kompos

Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji beda nyata jujur Tukey (P=005) nilai relatif terhadap kontrol

Sumber ekstrak kompos Perkecambahan benih ()

Tinggi tanaman (cm)

Tanah (kontrol) 867 plusmn 22 537 plusmn 12Kompos jerami padi Ciherang 817 plusmn 51 525 plusmn 08Kompos jerami padi Inpari 10 842 plusmn 44 523 plusmn 12Kompos jerami padi Inpara 1 792 plusmn 68 533 plusmn 10

Tabel 2 Pertumbuhan padi dalam pot yang diaplikasi ekstrak kompos

Sumber ekstrak kompos Hasil (g pot-1 gabah kering giling )

Jumlah malai per tanaman

Jumlah gabah per malai

Tanah (kontrol) 25 plusmn 01 b 33 plusmn 02 b 307 plusmn 32Kompos jerami padi Ciherang 25 plusmn 02 b 30 plusmn 02 b 310 plusmn 31Kompos jerami padi Inpari 10 27 plusmn 03 b 34 plusmn 02 b 382 plusmn 28Kompos jerami padi Inpara 1 38 plusmn 02 a 41 plusmn 03 a 399 plusmn 28

Tabel 3 Komponen hasil padi dalam pot yang diaplikasi ekstrak kompos

Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji beda nyata jujur Tukey (P=005)

J Fitopatol Indones Suwandi et al

asam humat dan fulvat (Agustian 2004 Goyal dan Sindhu 2011) Senyawa humat berperan dalam pemacuan pertumbuhan pembenah tanah dan peningkatan ketahanan terhadap hama dan penyakit (Scheuerell dan Mahaffee 2004 Scheuerell dan Mahaffee 2006 El-Ghamry 2009 Kamel et al 2014) Pengimbasan ketahanan tanaman oleh asam humat terjadi melalui peningkatan aktivitas kitinase (Abdel-Kareem 2007) peningkatan kandungan senyawa fenol serta peningkatan aktivitas enzim peroksidase dan fenilalanin amonia liase (PAL) (Abdel-Monaim et al 2011)

UCAPAN TERIMA KASIH

Penelitian ini didanai oleh Penelitian Unggulan Perguruan Tinggi Universitas Sriwijaya tahun anggaran 2013minus2015

DAFTAR PUSTAKA

Abdel-Kareem F 2007 Induced resistance in bean plants against root rot and alternaria leaf spot diseases using biotic and a biotic inducers under field conditions J Agric Biol Sci 3767ndash774

Abdel-Monaim MF Ismail ME Morsy KM 2011 Induction of systemic resistance of benzothiadiazole and humic acid in soybean plants against fusarium wilt disease Mycobiology 39(4)290minus298 D O I h t t p d x d o i o rg 1 0 5 9 4 1 MYCO2011394290

Agustian Susila P Gusnidar 2004 Pembentukan asam humat dan fulvat selama pembuatan kompos jerami padi Solum 19ndash14

[BPS Banyuasin] Badan Pusat Statistik Kabupaten Banyuasin 2014 Kabupaten Banyuasin Dalam Angka 2014 httpbanyuasinkabbpsgoiddatapublikasipublikasi_114indexhtml [diakses 20 Agst 2014]

[BPS OKU Timur] Badan Pusat Statistik Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur 2014 Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur Dalam Angka 2014 http

okutimurkabbpsgoiddatapublikasidda2014 [diakses 20 Agst 2014]

[BPS Sumatera Selatan] Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Selatan 2014 Sumatera Selatan Dalam Angka 2014 httpsumselbpsgoidimagespublikasiflipping2014sumsel20dalam20angka202014indexhtml [diakses 20 Agst 2014]

Curlango-Rivera G Pew T van Etten HD Zhongguo X Yu N Hawes MC 2013 Measuring root disease suppression in response to a compost water extract Phytopathology 103255minus260 DOI httpdxdoiorg101094PHYTO-06-12-0145-R

Elad Y Shtienberg D 1994 Effect of compost water extracts on grey mould (Botrytis cinerea) Crop Prot 13109minus114 DOI httpdxdoiorg1010160261-2194(94)90160-0

El-Ghamry AM Abdel-Hai KM Ghoneem KM 2009 Amino and humic acids promote growth yield and disease resistance of faba bean cultivated in clayey soil Aust J Basic Applied Sci 3731minus739

Goyal S Sindhu SS 2011 Composting of rice straw using different inocula and analysis of compost quality Microbiol J1 1 2 6 minus 1 3 8 D O I h t t p d x d o i org103923mj2011126138

Hargreaves JC Adl MS Warman PR 2009 The effects of municipal solid waste compost and compost tea on mineral element uptake and fruit quality of strawberries Compost Sci Util 1785minus94 DOI httpdxdoiorg1010801065657X200910702406

Kamel SM Afifi MMI El-Shoraky FS El-Sawy MM 2014 Fulvic acid a tool for controlling powdery and downy mildews in cucumber plants Int J Phytopathol 3101minus108

Kim MJ Shim CK Kim YK Hong SJ Park JH Han EJ Kim SC 2015 Effect of aerated compost tea on the growth promotion of lettuce soybean and sweet corn in organic cultivation Plant Pathol 31259ndash268 DOI httpdxdoiorg105423PPJOA0220150024

107

J Fitopatol Indones Suwandi et al

Koswara O Rumawas F 1984 Tidal swamp rice in Palembang region Di dalam Smith WH Argosino GS editor Proceedings of the Workshop on Research Priorities in Tidal Swamp Rice Los Bantildeos Laguna (PH) International Rice Research Institute hlm 37minus48

Ou SH 1985 Rice Diseases Kew Survey (UK) CAB International Mycological Institute

Pant AP Radovich TJK Hue NV Talcott ST Krenek KA 2009 Vermicompost extracts influence growth mineral nutrients phytonutrients and antioxidant activity in pak choi (Brassica rapa cv Bonsai Chinensis group) grown under vermicompost and chemical fertilizer J Sci Food Agric 892383minus2392 DOI httpdxdoiorg101002jsfa3732

Scheuerell SJ Mahaffee WH 2004 Compost tea as a container medium drench for suppressing seedling damping-off caused by Pythium ultimum Phytopathology 941156minus1163 DOI httpdxdoiorg101094PHYTO200494111156

Scheuerell SJ Mahaffee WH 2006 Variability associated with suppression of gray mold (Botrytis cinerea) on geranium by foliar applications of nonaerated and aerated compost teas Plant Dis 901201minus1208 DOI httpdxdoiorg101094PD-90-1201

Scheuermann KK Raimondi JV Marschalek R de Andrade A Wickert E 2012 Magnaporthe oryzae genetic diversity and its outcomes on the search for durable resistance Di dalam Caliskan M editor The Molecular Basis of Plant Genetic Diversity Rijeka (HR) Intech hlm 331minus356

Shrestha K Walsh KB Midmore DJ 2012 Microbially enhanced compost extract does it increase solubilisation of minerals and mineralisation of organic matter and thus improve plant nutrition J Bioremed Biodegrad 3(5)1ndash9 DOI httpdxdoiorg1041722155-61991000149

Suprianto H Irianto SG Susanto RH Schultz B Suryadi FX Eelaart AVD 2009 Land and water management of tidal lowlands experiences in Telang and Saleh South Sumatra Irrig Drain 59(3)317minus335 DOI httpdxdoiorg101002ird460

Suzuki H 1975 Meteorological factors in the epidemiology of rice blast Ann Rev Phytopathol 13239minus256 DOI ht tp dxdoi org101146annurevpy13090175001323

108

  • 12737-37236-1-PBpdf (p1-8)
  • 12738-37237-1-PBpdf (p9-14)
  • 12739-37238-1-PBpdf (p15-21)
  • 12741-37240-1-PBpdf (p22-26)
Page 23: Bakteri Endofit Asal Berbagai Akar Tanaman sebagai Agens ...fp.unmas.ac.id/wp-content/uploads/2018/10/vol-12-no.3.pdfInfeksi nematoda puru akar (NPA) Meloidogyne incognita pada tomat

J Fitopatol Indones Suwandi et al

105

Penyakit blas yang disebabkan oleh Pyricularia oryzae merupakan penyakit terpenting pada tanaman padi Penyakit ini telah dilaporkan menyerang sejak periode awal budi daya padi di lahan reklamasi pasang surut Sumatera Selatan (Koswara dan Rumawas 1984) Survei penyakit yang dilakukan sejak tahun 2013 menunjukkan bahwa penyakit blas endemik di lahan suboptimal ini dan menyebabkan beberapa sawah mengalami gagal panen

Patogen blas diketahui memiliki daya adaptasi yang tinggi terhadap beragam kondisi lingkungan termasuk varietas resisten (Ou 1985 Scheuermann et al 2012) sehingga pengendaliannya sukar dilakukan Aplikasi ekstrak kompos atau dikenal sebagai teh kompos diketahui dapat meningkatkan pertumbuhan produksi dan kualitas gizi tanaman (Hargreaves et al 2009 Pant et al 2009 Shrestha et al 2012) Penekanan penyakit setelah aplikasi ekstrak kompos telah dilaporkan (Elad dan Shtienberg 1994 Curlango-Rivera et al 2013) Pada penelitian ini ekstrak kompos yang dibuat dari kompos jerami padi diuji potensinya untuk pengendalian penyakit blas

Penelitian dilaksanakan dalam pot menggunakan media tanah sulfat masam potensial yang diperoleh dari sawah lahan reklamasi pasang surut Telang II Banyuasin Sumatera Selatan Penelitian disusun dalam rancangan acak lengkap dengan 4 perlakuan dan 3 ulangan Perlakuan yang diuji ialah ekstrak kompos padi Ciherang kompos padi Inpari 1 dan kompos padi Inpari 10 serta ekstrak tanah (kontrol)

Infestasi patogen blas dilakukan secara alami dengan mencampur 1 volume cacahan jerami padi yang terserang parah penyakit blas ke dalam medium tanam Tanaman padi dipupuk dengan 90 kg N ha-1 60 kg P ha-140 kg K ha-1 menggunakan NPKMgCa (161616155) urea dan SP36 Sebanyak setengah takaran urea ditaburkan saat 7 hari setelah semai dan sisanya saat bunting

Kompos dibuat dengan cara mencampur potongan rumpun padi uji yang sehat dan bugar (yang menunjukkan pertumbuhan

lebih baik dibandingkan dengan tanaman padi lainnya dalam suatu sawah) berikut tanah perakarannya dengan pupuk kandang sapi dalam perbandingan volume yang sama Pengomposan dilakukan selama 14 hari di dalam guci tanah liat Setiap 2 hari campuran dibalik dan disemprot air untuk menjaga kadar air 60minus80 Komposmdashsetengah matangmdashselanjutnya disimpan dalam kantong plastik dalam lemari pendingin sampai digunakan untuk ekstraksi

Ekstrak kompos dibuat dengan cara merendam kompos dalam 2 kali volume air dan diaduk sesaat setelah direndam Rendaman kompos selanjutnya difermentasi selama 4 hari dalam suhu kamar (27minus29 degC) Air rendaman kompos selanjutnya dipanen dengan cara disaring dan segera digunakan dalam keadaan segar Sebagai pembanding (perlakuan kontrol) digunakan ekstrak rendaman tanah

Padi varietas Ciherang digunakan sebagai tanaman uji Padi ditanam pada baki plastik (30 cm times 23 cm) yang diisi dengan tanah yang diperoleh dari sawah di lahan reklamasi pasang surut Telang II Banyuasin Sumatera Selatan Aplikasi ekstrak dilakukan dengan perendaman benih selama 48 jam dan dilanjutkan dengan penyemprotan saat fase pemanjangan batang (6 minggu setelah semai) dan bunting (8 minggu setelah semai) Aplikasi ekstrak dilakukan pada konsentrasi 50 (11 [vv] ekstrak komposair) Penyemperotan dilakukan dengan volume semprot tinggi (750 L ha-1)

Pengamatan penyakit blas leher malai dilakukan saat panen Serangan penyakit dihitung berdasarkan insidensi blas leher malai yang dihitung dengan rumus

IBM = nN x 100 denganIBM insidensi blas leher malai n jumlah tangkai malai bergejala N jumlah malai per pot Hasil panen dinyatakan dalam g pot-1 dari hasil gabah yang dikeringkan hingga mencapai kadar air plusmn 14

Pencampuran 1 volume jerami dari tanaman sakit ke dalam media tanam menyebabkan serangan parah blas leher malai pada perlakuan kontrol (Tabel 1)

J Fitopatol Indones Suwandi et al

106

Hasil ini mengungkapkan bahwa sisa jerami tanaman sakit di lapangan dapat menjadi sumber inokulum bagi tanaman musim berikutnya Peranan sisa jerami tanaman sakit sebagai sumber utama inokulum penyakit blas sudah lama diketahui (Suzuki 1975 Ou 1985) Infektifitas yang tinggi inokulum dari jerami sakit memungkinkan sisa tanaman ini dijadikan sumber inokulum alami pada percobaan lapangan ataupun percobaan yang menghendaki inokulum yang mewakili populasi lapangan patogen blas

Insidensi blas secara nyata lebih rendah pada tanaman yang diberi perlakuan ekstrak fermentasi kompos yang berasal dari rumpun padi bugar Insidensi penyakit blas leher malai dapat ditekan sebesar 71minus87 pada tanaman yang diaplikasi dengan ekstrak kompos (Tabel 1) Perlakuan ekstrak kompos tidak

memengaruhi perkecambahan benih dan tinggi tanaman (Tabel 2) tetapi perlakuan ekstrak kompos padi Inpara 1 dapat meningkatkan hasil gabah dibandingkan dengan kontrol (Tabel 3) Peningkatan hasil ini selaras dengan tingginya penekanan penyakit setelah perlakuan ekstrak kompos tersebut

Penelitian ini menunjukkan manfaat aplikasi ekstrak kompos bagi produksi padi Efikasi lapangan ekstrak kompos di lahan pasang surut yang bermasalah dengan penyakit blas kini sedang dalam proses pengujian Ekstrak kompos bermanfaat bagi tanaman karena hara yang dikandungnya terurai melalui mineralisasi dan pelarutan (Shrestha et al 2012) dan secara tidak langsung melalui pengimbasan ketahanan (Kim et al 2015) Ekstrak kompos jerami padi diketahui kaya akan kandungan senyawa humat yaitu

Sumber ekstrak kompos Insidensi penyakit()

Penekanan penyakit()

Tanah (kontrol) 528 plusmn 88 a -Kompos jerami padi Ciherang 151 plusmn 76 b 71Kompos jerami padi Inpari 10 80 plusmn 39 b 85Kompos jerami padi Inpara 1 69 plusmn 32 b 87

Tabel 1 Insidensi penyakit saat panen dan penekanan penyakit blas leher malai padi dalam pot yang diaplikasi ekstrak kompos

Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji beda nyata jujur Tukey (P=005) nilai relatif terhadap kontrol

Sumber ekstrak kompos Perkecambahan benih ()

Tinggi tanaman (cm)

Tanah (kontrol) 867 plusmn 22 537 plusmn 12Kompos jerami padi Ciherang 817 plusmn 51 525 plusmn 08Kompos jerami padi Inpari 10 842 plusmn 44 523 plusmn 12Kompos jerami padi Inpara 1 792 plusmn 68 533 plusmn 10

Tabel 2 Pertumbuhan padi dalam pot yang diaplikasi ekstrak kompos

Sumber ekstrak kompos Hasil (g pot-1 gabah kering giling )

Jumlah malai per tanaman

Jumlah gabah per malai

Tanah (kontrol) 25 plusmn 01 b 33 plusmn 02 b 307 plusmn 32Kompos jerami padi Ciherang 25 plusmn 02 b 30 plusmn 02 b 310 plusmn 31Kompos jerami padi Inpari 10 27 plusmn 03 b 34 plusmn 02 b 382 plusmn 28Kompos jerami padi Inpara 1 38 plusmn 02 a 41 plusmn 03 a 399 plusmn 28

Tabel 3 Komponen hasil padi dalam pot yang diaplikasi ekstrak kompos

Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji beda nyata jujur Tukey (P=005)

J Fitopatol Indones Suwandi et al

asam humat dan fulvat (Agustian 2004 Goyal dan Sindhu 2011) Senyawa humat berperan dalam pemacuan pertumbuhan pembenah tanah dan peningkatan ketahanan terhadap hama dan penyakit (Scheuerell dan Mahaffee 2004 Scheuerell dan Mahaffee 2006 El-Ghamry 2009 Kamel et al 2014) Pengimbasan ketahanan tanaman oleh asam humat terjadi melalui peningkatan aktivitas kitinase (Abdel-Kareem 2007) peningkatan kandungan senyawa fenol serta peningkatan aktivitas enzim peroksidase dan fenilalanin amonia liase (PAL) (Abdel-Monaim et al 2011)

UCAPAN TERIMA KASIH

Penelitian ini didanai oleh Penelitian Unggulan Perguruan Tinggi Universitas Sriwijaya tahun anggaran 2013minus2015

DAFTAR PUSTAKA

Abdel-Kareem F 2007 Induced resistance in bean plants against root rot and alternaria leaf spot diseases using biotic and a biotic inducers under field conditions J Agric Biol Sci 3767ndash774

Abdel-Monaim MF Ismail ME Morsy KM 2011 Induction of systemic resistance of benzothiadiazole and humic acid in soybean plants against fusarium wilt disease Mycobiology 39(4)290minus298 D O I h t t p d x d o i o rg 1 0 5 9 4 1 MYCO2011394290

Agustian Susila P Gusnidar 2004 Pembentukan asam humat dan fulvat selama pembuatan kompos jerami padi Solum 19ndash14

[BPS Banyuasin] Badan Pusat Statistik Kabupaten Banyuasin 2014 Kabupaten Banyuasin Dalam Angka 2014 httpbanyuasinkabbpsgoiddatapublikasipublikasi_114indexhtml [diakses 20 Agst 2014]

[BPS OKU Timur] Badan Pusat Statistik Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur 2014 Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur Dalam Angka 2014 http

okutimurkabbpsgoiddatapublikasidda2014 [diakses 20 Agst 2014]

[BPS Sumatera Selatan] Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Selatan 2014 Sumatera Selatan Dalam Angka 2014 httpsumselbpsgoidimagespublikasiflipping2014sumsel20dalam20angka202014indexhtml [diakses 20 Agst 2014]

Curlango-Rivera G Pew T van Etten HD Zhongguo X Yu N Hawes MC 2013 Measuring root disease suppression in response to a compost water extract Phytopathology 103255minus260 DOI httpdxdoiorg101094PHYTO-06-12-0145-R

Elad Y Shtienberg D 1994 Effect of compost water extracts on grey mould (Botrytis cinerea) Crop Prot 13109minus114 DOI httpdxdoiorg1010160261-2194(94)90160-0

El-Ghamry AM Abdel-Hai KM Ghoneem KM 2009 Amino and humic acids promote growth yield and disease resistance of faba bean cultivated in clayey soil Aust J Basic Applied Sci 3731minus739

Goyal S Sindhu SS 2011 Composting of rice straw using different inocula and analysis of compost quality Microbiol J1 1 2 6 minus 1 3 8 D O I h t t p d x d o i org103923mj2011126138

Hargreaves JC Adl MS Warman PR 2009 The effects of municipal solid waste compost and compost tea on mineral element uptake and fruit quality of strawberries Compost Sci Util 1785minus94 DOI httpdxdoiorg1010801065657X200910702406

Kamel SM Afifi MMI El-Shoraky FS El-Sawy MM 2014 Fulvic acid a tool for controlling powdery and downy mildews in cucumber plants Int J Phytopathol 3101minus108

Kim MJ Shim CK Kim YK Hong SJ Park JH Han EJ Kim SC 2015 Effect of aerated compost tea on the growth promotion of lettuce soybean and sweet corn in organic cultivation Plant Pathol 31259ndash268 DOI httpdxdoiorg105423PPJOA0220150024

107

J Fitopatol Indones Suwandi et al

Koswara O Rumawas F 1984 Tidal swamp rice in Palembang region Di dalam Smith WH Argosino GS editor Proceedings of the Workshop on Research Priorities in Tidal Swamp Rice Los Bantildeos Laguna (PH) International Rice Research Institute hlm 37minus48

Ou SH 1985 Rice Diseases Kew Survey (UK) CAB International Mycological Institute

Pant AP Radovich TJK Hue NV Talcott ST Krenek KA 2009 Vermicompost extracts influence growth mineral nutrients phytonutrients and antioxidant activity in pak choi (Brassica rapa cv Bonsai Chinensis group) grown under vermicompost and chemical fertilizer J Sci Food Agric 892383minus2392 DOI httpdxdoiorg101002jsfa3732

Scheuerell SJ Mahaffee WH 2004 Compost tea as a container medium drench for suppressing seedling damping-off caused by Pythium ultimum Phytopathology 941156minus1163 DOI httpdxdoiorg101094PHYTO200494111156

Scheuerell SJ Mahaffee WH 2006 Variability associated with suppression of gray mold (Botrytis cinerea) on geranium by foliar applications of nonaerated and aerated compost teas Plant Dis 901201minus1208 DOI httpdxdoiorg101094PD-90-1201

Scheuermann KK Raimondi JV Marschalek R de Andrade A Wickert E 2012 Magnaporthe oryzae genetic diversity and its outcomes on the search for durable resistance Di dalam Caliskan M editor The Molecular Basis of Plant Genetic Diversity Rijeka (HR) Intech hlm 331minus356

Shrestha K Walsh KB Midmore DJ 2012 Microbially enhanced compost extract does it increase solubilisation of minerals and mineralisation of organic matter and thus improve plant nutrition J Bioremed Biodegrad 3(5)1ndash9 DOI httpdxdoiorg1041722155-61991000149

Suprianto H Irianto SG Susanto RH Schultz B Suryadi FX Eelaart AVD 2009 Land and water management of tidal lowlands experiences in Telang and Saleh South Sumatra Irrig Drain 59(3)317minus335 DOI httpdxdoiorg101002ird460

Suzuki H 1975 Meteorological factors in the epidemiology of rice blast Ann Rev Phytopathol 13239minus256 DOI ht tp dxdoi org101146annurevpy13090175001323

108

  • 12737-37236-1-PBpdf (p1-8)
  • 12738-37237-1-PBpdf (p9-14)
  • 12739-37238-1-PBpdf (p15-21)
  • 12741-37240-1-PBpdf (p22-26)
Page 24: Bakteri Endofit Asal Berbagai Akar Tanaman sebagai Agens ...fp.unmas.ac.id/wp-content/uploads/2018/10/vol-12-no.3.pdfInfeksi nematoda puru akar (NPA) Meloidogyne incognita pada tomat

J Fitopatol Indones Suwandi et al

106

Hasil ini mengungkapkan bahwa sisa jerami tanaman sakit di lapangan dapat menjadi sumber inokulum bagi tanaman musim berikutnya Peranan sisa jerami tanaman sakit sebagai sumber utama inokulum penyakit blas sudah lama diketahui (Suzuki 1975 Ou 1985) Infektifitas yang tinggi inokulum dari jerami sakit memungkinkan sisa tanaman ini dijadikan sumber inokulum alami pada percobaan lapangan ataupun percobaan yang menghendaki inokulum yang mewakili populasi lapangan patogen blas

Insidensi blas secara nyata lebih rendah pada tanaman yang diberi perlakuan ekstrak fermentasi kompos yang berasal dari rumpun padi bugar Insidensi penyakit blas leher malai dapat ditekan sebesar 71minus87 pada tanaman yang diaplikasi dengan ekstrak kompos (Tabel 1) Perlakuan ekstrak kompos tidak

memengaruhi perkecambahan benih dan tinggi tanaman (Tabel 2) tetapi perlakuan ekstrak kompos padi Inpara 1 dapat meningkatkan hasil gabah dibandingkan dengan kontrol (Tabel 3) Peningkatan hasil ini selaras dengan tingginya penekanan penyakit setelah perlakuan ekstrak kompos tersebut

Penelitian ini menunjukkan manfaat aplikasi ekstrak kompos bagi produksi padi Efikasi lapangan ekstrak kompos di lahan pasang surut yang bermasalah dengan penyakit blas kini sedang dalam proses pengujian Ekstrak kompos bermanfaat bagi tanaman karena hara yang dikandungnya terurai melalui mineralisasi dan pelarutan (Shrestha et al 2012) dan secara tidak langsung melalui pengimbasan ketahanan (Kim et al 2015) Ekstrak kompos jerami padi diketahui kaya akan kandungan senyawa humat yaitu

Sumber ekstrak kompos Insidensi penyakit()

Penekanan penyakit()

Tanah (kontrol) 528 plusmn 88 a -Kompos jerami padi Ciherang 151 plusmn 76 b 71Kompos jerami padi Inpari 10 80 plusmn 39 b 85Kompos jerami padi Inpara 1 69 plusmn 32 b 87

Tabel 1 Insidensi penyakit saat panen dan penekanan penyakit blas leher malai padi dalam pot yang diaplikasi ekstrak kompos

Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji beda nyata jujur Tukey (P=005) nilai relatif terhadap kontrol

Sumber ekstrak kompos Perkecambahan benih ()

Tinggi tanaman (cm)

Tanah (kontrol) 867 plusmn 22 537 plusmn 12Kompos jerami padi Ciherang 817 plusmn 51 525 plusmn 08Kompos jerami padi Inpari 10 842 plusmn 44 523 plusmn 12Kompos jerami padi Inpara 1 792 plusmn 68 533 plusmn 10

Tabel 2 Pertumbuhan padi dalam pot yang diaplikasi ekstrak kompos

Sumber ekstrak kompos Hasil (g pot-1 gabah kering giling )

Jumlah malai per tanaman

Jumlah gabah per malai

Tanah (kontrol) 25 plusmn 01 b 33 plusmn 02 b 307 plusmn 32Kompos jerami padi Ciherang 25 plusmn 02 b 30 plusmn 02 b 310 plusmn 31Kompos jerami padi Inpari 10 27 plusmn 03 b 34 plusmn 02 b 382 plusmn 28Kompos jerami padi Inpara 1 38 plusmn 02 a 41 plusmn 03 a 399 plusmn 28

Tabel 3 Komponen hasil padi dalam pot yang diaplikasi ekstrak kompos

Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji beda nyata jujur Tukey (P=005)

J Fitopatol Indones Suwandi et al

asam humat dan fulvat (Agustian 2004 Goyal dan Sindhu 2011) Senyawa humat berperan dalam pemacuan pertumbuhan pembenah tanah dan peningkatan ketahanan terhadap hama dan penyakit (Scheuerell dan Mahaffee 2004 Scheuerell dan Mahaffee 2006 El-Ghamry 2009 Kamel et al 2014) Pengimbasan ketahanan tanaman oleh asam humat terjadi melalui peningkatan aktivitas kitinase (Abdel-Kareem 2007) peningkatan kandungan senyawa fenol serta peningkatan aktivitas enzim peroksidase dan fenilalanin amonia liase (PAL) (Abdel-Monaim et al 2011)

UCAPAN TERIMA KASIH

Penelitian ini didanai oleh Penelitian Unggulan Perguruan Tinggi Universitas Sriwijaya tahun anggaran 2013minus2015

DAFTAR PUSTAKA

Abdel-Kareem F 2007 Induced resistance in bean plants against root rot and alternaria leaf spot diseases using biotic and a biotic inducers under field conditions J Agric Biol Sci 3767ndash774

Abdel-Monaim MF Ismail ME Morsy KM 2011 Induction of systemic resistance of benzothiadiazole and humic acid in soybean plants against fusarium wilt disease Mycobiology 39(4)290minus298 D O I h t t p d x d o i o rg 1 0 5 9 4 1 MYCO2011394290

Agustian Susila P Gusnidar 2004 Pembentukan asam humat dan fulvat selama pembuatan kompos jerami padi Solum 19ndash14

[BPS Banyuasin] Badan Pusat Statistik Kabupaten Banyuasin 2014 Kabupaten Banyuasin Dalam Angka 2014 httpbanyuasinkabbpsgoiddatapublikasipublikasi_114indexhtml [diakses 20 Agst 2014]

[BPS OKU Timur] Badan Pusat Statistik Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur 2014 Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur Dalam Angka 2014 http

okutimurkabbpsgoiddatapublikasidda2014 [diakses 20 Agst 2014]

[BPS Sumatera Selatan] Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Selatan 2014 Sumatera Selatan Dalam Angka 2014 httpsumselbpsgoidimagespublikasiflipping2014sumsel20dalam20angka202014indexhtml [diakses 20 Agst 2014]

Curlango-Rivera G Pew T van Etten HD Zhongguo X Yu N Hawes MC 2013 Measuring root disease suppression in response to a compost water extract Phytopathology 103255minus260 DOI httpdxdoiorg101094PHYTO-06-12-0145-R

Elad Y Shtienberg D 1994 Effect of compost water extracts on grey mould (Botrytis cinerea) Crop Prot 13109minus114 DOI httpdxdoiorg1010160261-2194(94)90160-0

El-Ghamry AM Abdel-Hai KM Ghoneem KM 2009 Amino and humic acids promote growth yield and disease resistance of faba bean cultivated in clayey soil Aust J Basic Applied Sci 3731minus739

Goyal S Sindhu SS 2011 Composting of rice straw using different inocula and analysis of compost quality Microbiol J1 1 2 6 minus 1 3 8 D O I h t t p d x d o i org103923mj2011126138

Hargreaves JC Adl MS Warman PR 2009 The effects of municipal solid waste compost and compost tea on mineral element uptake and fruit quality of strawberries Compost Sci Util 1785minus94 DOI httpdxdoiorg1010801065657X200910702406

Kamel SM Afifi MMI El-Shoraky FS El-Sawy MM 2014 Fulvic acid a tool for controlling powdery and downy mildews in cucumber plants Int J Phytopathol 3101minus108

Kim MJ Shim CK Kim YK Hong SJ Park JH Han EJ Kim SC 2015 Effect of aerated compost tea on the growth promotion of lettuce soybean and sweet corn in organic cultivation Plant Pathol 31259ndash268 DOI httpdxdoiorg105423PPJOA0220150024

107

J Fitopatol Indones Suwandi et al

Koswara O Rumawas F 1984 Tidal swamp rice in Palembang region Di dalam Smith WH Argosino GS editor Proceedings of the Workshop on Research Priorities in Tidal Swamp Rice Los Bantildeos Laguna (PH) International Rice Research Institute hlm 37minus48

Ou SH 1985 Rice Diseases Kew Survey (UK) CAB International Mycological Institute

Pant AP Radovich TJK Hue NV Talcott ST Krenek KA 2009 Vermicompost extracts influence growth mineral nutrients phytonutrients and antioxidant activity in pak choi (Brassica rapa cv Bonsai Chinensis group) grown under vermicompost and chemical fertilizer J Sci Food Agric 892383minus2392 DOI httpdxdoiorg101002jsfa3732

Scheuerell SJ Mahaffee WH 2004 Compost tea as a container medium drench for suppressing seedling damping-off caused by Pythium ultimum Phytopathology 941156minus1163 DOI httpdxdoiorg101094PHYTO200494111156

Scheuerell SJ Mahaffee WH 2006 Variability associated with suppression of gray mold (Botrytis cinerea) on geranium by foliar applications of nonaerated and aerated compost teas Plant Dis 901201minus1208 DOI httpdxdoiorg101094PD-90-1201

Scheuermann KK Raimondi JV Marschalek R de Andrade A Wickert E 2012 Magnaporthe oryzae genetic diversity and its outcomes on the search for durable resistance Di dalam Caliskan M editor The Molecular Basis of Plant Genetic Diversity Rijeka (HR) Intech hlm 331minus356

Shrestha K Walsh KB Midmore DJ 2012 Microbially enhanced compost extract does it increase solubilisation of minerals and mineralisation of organic matter and thus improve plant nutrition J Bioremed Biodegrad 3(5)1ndash9 DOI httpdxdoiorg1041722155-61991000149

Suprianto H Irianto SG Susanto RH Schultz B Suryadi FX Eelaart AVD 2009 Land and water management of tidal lowlands experiences in Telang and Saleh South Sumatra Irrig Drain 59(3)317minus335 DOI httpdxdoiorg101002ird460

Suzuki H 1975 Meteorological factors in the epidemiology of rice blast Ann Rev Phytopathol 13239minus256 DOI ht tp dxdoi org101146annurevpy13090175001323

108

  • 12737-37236-1-PBpdf (p1-8)
  • 12738-37237-1-PBpdf (p9-14)
  • 12739-37238-1-PBpdf (p15-21)
  • 12741-37240-1-PBpdf (p22-26)
Page 25: Bakteri Endofit Asal Berbagai Akar Tanaman sebagai Agens ...fp.unmas.ac.id/wp-content/uploads/2018/10/vol-12-no.3.pdfInfeksi nematoda puru akar (NPA) Meloidogyne incognita pada tomat

J Fitopatol Indones Suwandi et al

asam humat dan fulvat (Agustian 2004 Goyal dan Sindhu 2011) Senyawa humat berperan dalam pemacuan pertumbuhan pembenah tanah dan peningkatan ketahanan terhadap hama dan penyakit (Scheuerell dan Mahaffee 2004 Scheuerell dan Mahaffee 2006 El-Ghamry 2009 Kamel et al 2014) Pengimbasan ketahanan tanaman oleh asam humat terjadi melalui peningkatan aktivitas kitinase (Abdel-Kareem 2007) peningkatan kandungan senyawa fenol serta peningkatan aktivitas enzim peroksidase dan fenilalanin amonia liase (PAL) (Abdel-Monaim et al 2011)

UCAPAN TERIMA KASIH

Penelitian ini didanai oleh Penelitian Unggulan Perguruan Tinggi Universitas Sriwijaya tahun anggaran 2013minus2015

DAFTAR PUSTAKA

Abdel-Kareem F 2007 Induced resistance in bean plants against root rot and alternaria leaf spot diseases using biotic and a biotic inducers under field conditions J Agric Biol Sci 3767ndash774

Abdel-Monaim MF Ismail ME Morsy KM 2011 Induction of systemic resistance of benzothiadiazole and humic acid in soybean plants against fusarium wilt disease Mycobiology 39(4)290minus298 D O I h t t p d x d o i o rg 1 0 5 9 4 1 MYCO2011394290

Agustian Susila P Gusnidar 2004 Pembentukan asam humat dan fulvat selama pembuatan kompos jerami padi Solum 19ndash14

[BPS Banyuasin] Badan Pusat Statistik Kabupaten Banyuasin 2014 Kabupaten Banyuasin Dalam Angka 2014 httpbanyuasinkabbpsgoiddatapublikasipublikasi_114indexhtml [diakses 20 Agst 2014]

[BPS OKU Timur] Badan Pusat Statistik Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur 2014 Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur Dalam Angka 2014 http

okutimurkabbpsgoiddatapublikasidda2014 [diakses 20 Agst 2014]

[BPS Sumatera Selatan] Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Selatan 2014 Sumatera Selatan Dalam Angka 2014 httpsumselbpsgoidimagespublikasiflipping2014sumsel20dalam20angka202014indexhtml [diakses 20 Agst 2014]

Curlango-Rivera G Pew T van Etten HD Zhongguo X Yu N Hawes MC 2013 Measuring root disease suppression in response to a compost water extract Phytopathology 103255minus260 DOI httpdxdoiorg101094PHYTO-06-12-0145-R

Elad Y Shtienberg D 1994 Effect of compost water extracts on grey mould (Botrytis cinerea) Crop Prot 13109minus114 DOI httpdxdoiorg1010160261-2194(94)90160-0

El-Ghamry AM Abdel-Hai KM Ghoneem KM 2009 Amino and humic acids promote growth yield and disease resistance of faba bean cultivated in clayey soil Aust J Basic Applied Sci 3731minus739

Goyal S Sindhu SS 2011 Composting of rice straw using different inocula and analysis of compost quality Microbiol J1 1 2 6 minus 1 3 8 D O I h t t p d x d o i org103923mj2011126138

Hargreaves JC Adl MS Warman PR 2009 The effects of municipal solid waste compost and compost tea on mineral element uptake and fruit quality of strawberries Compost Sci Util 1785minus94 DOI httpdxdoiorg1010801065657X200910702406

Kamel SM Afifi MMI El-Shoraky FS El-Sawy MM 2014 Fulvic acid a tool for controlling powdery and downy mildews in cucumber plants Int J Phytopathol 3101minus108

Kim MJ Shim CK Kim YK Hong SJ Park JH Han EJ Kim SC 2015 Effect of aerated compost tea on the growth promotion of lettuce soybean and sweet corn in organic cultivation Plant Pathol 31259ndash268 DOI httpdxdoiorg105423PPJOA0220150024

107

J Fitopatol Indones Suwandi et al

Koswara O Rumawas F 1984 Tidal swamp rice in Palembang region Di dalam Smith WH Argosino GS editor Proceedings of the Workshop on Research Priorities in Tidal Swamp Rice Los Bantildeos Laguna (PH) International Rice Research Institute hlm 37minus48

Ou SH 1985 Rice Diseases Kew Survey (UK) CAB International Mycological Institute

Pant AP Radovich TJK Hue NV Talcott ST Krenek KA 2009 Vermicompost extracts influence growth mineral nutrients phytonutrients and antioxidant activity in pak choi (Brassica rapa cv Bonsai Chinensis group) grown under vermicompost and chemical fertilizer J Sci Food Agric 892383minus2392 DOI httpdxdoiorg101002jsfa3732

Scheuerell SJ Mahaffee WH 2004 Compost tea as a container medium drench for suppressing seedling damping-off caused by Pythium ultimum Phytopathology 941156minus1163 DOI httpdxdoiorg101094PHYTO200494111156

Scheuerell SJ Mahaffee WH 2006 Variability associated with suppression of gray mold (Botrytis cinerea) on geranium by foliar applications of nonaerated and aerated compost teas Plant Dis 901201minus1208 DOI httpdxdoiorg101094PD-90-1201

Scheuermann KK Raimondi JV Marschalek R de Andrade A Wickert E 2012 Magnaporthe oryzae genetic diversity and its outcomes on the search for durable resistance Di dalam Caliskan M editor The Molecular Basis of Plant Genetic Diversity Rijeka (HR) Intech hlm 331minus356

Shrestha K Walsh KB Midmore DJ 2012 Microbially enhanced compost extract does it increase solubilisation of minerals and mineralisation of organic matter and thus improve plant nutrition J Bioremed Biodegrad 3(5)1ndash9 DOI httpdxdoiorg1041722155-61991000149

Suprianto H Irianto SG Susanto RH Schultz B Suryadi FX Eelaart AVD 2009 Land and water management of tidal lowlands experiences in Telang and Saleh South Sumatra Irrig Drain 59(3)317minus335 DOI httpdxdoiorg101002ird460

Suzuki H 1975 Meteorological factors in the epidemiology of rice blast Ann Rev Phytopathol 13239minus256 DOI ht tp dxdoi org101146annurevpy13090175001323

108

  • 12737-37236-1-PBpdf (p1-8)
  • 12738-37237-1-PBpdf (p9-14)
  • 12739-37238-1-PBpdf (p15-21)
  • 12741-37240-1-PBpdf (p22-26)
Page 26: Bakteri Endofit Asal Berbagai Akar Tanaman sebagai Agens ...fp.unmas.ac.id/wp-content/uploads/2018/10/vol-12-no.3.pdfInfeksi nematoda puru akar (NPA) Meloidogyne incognita pada tomat

J Fitopatol Indones Suwandi et al

Koswara O Rumawas F 1984 Tidal swamp rice in Palembang region Di dalam Smith WH Argosino GS editor Proceedings of the Workshop on Research Priorities in Tidal Swamp Rice Los Bantildeos Laguna (PH) International Rice Research Institute hlm 37minus48

Ou SH 1985 Rice Diseases Kew Survey (UK) CAB International Mycological Institute

Pant AP Radovich TJK Hue NV Talcott ST Krenek KA 2009 Vermicompost extracts influence growth mineral nutrients phytonutrients and antioxidant activity in pak choi (Brassica rapa cv Bonsai Chinensis group) grown under vermicompost and chemical fertilizer J Sci Food Agric 892383minus2392 DOI httpdxdoiorg101002jsfa3732

Scheuerell SJ Mahaffee WH 2004 Compost tea as a container medium drench for suppressing seedling damping-off caused by Pythium ultimum Phytopathology 941156minus1163 DOI httpdxdoiorg101094PHYTO200494111156

Scheuerell SJ Mahaffee WH 2006 Variability associated with suppression of gray mold (Botrytis cinerea) on geranium by foliar applications of nonaerated and aerated compost teas Plant Dis 901201minus1208 DOI httpdxdoiorg101094PD-90-1201

Scheuermann KK Raimondi JV Marschalek R de Andrade A Wickert E 2012 Magnaporthe oryzae genetic diversity and its outcomes on the search for durable resistance Di dalam Caliskan M editor The Molecular Basis of Plant Genetic Diversity Rijeka (HR) Intech hlm 331minus356

Shrestha K Walsh KB Midmore DJ 2012 Microbially enhanced compost extract does it increase solubilisation of minerals and mineralisation of organic matter and thus improve plant nutrition J Bioremed Biodegrad 3(5)1ndash9 DOI httpdxdoiorg1041722155-61991000149

Suprianto H Irianto SG Susanto RH Schultz B Suryadi FX Eelaart AVD 2009 Land and water management of tidal lowlands experiences in Telang and Saleh South Sumatra Irrig Drain 59(3)317minus335 DOI httpdxdoiorg101002ird460

Suzuki H 1975 Meteorological factors in the epidemiology of rice blast Ann Rev Phytopathol 13239minus256 DOI ht tp dxdoi org101146annurevpy13090175001323

108

  • 12737-37236-1-PBpdf (p1-8)
  • 12738-37237-1-PBpdf (p9-14)
  • 12739-37238-1-PBpdf (p15-21)
  • 12741-37240-1-PBpdf (p22-26)