keefektifan agens hayati pseudomonas fluorescens dan...

11
Rahayu: Agens hayati P. fluorescens, ekstrak daun sirih, dan bakteri pustul pada kedelai 360 KEEFEKTIFAN AGENS HAYATI Pseudomonas fluorescens DAN EKSTRAK DAUN SIRIH TERHADAP PENYAKIT BAKTERI PUSTUL Xanthomonas axonopodis PADA KEDELAI Mudji Rahayu Balai Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian ABSTRAK Dalam kerangka strategi pengendalian hama penyakit terpadu (PHPT), penggunaan agens hayati dan pestisida nabati dewasa ini kembali diperhatikan dan dikembangkan oleh para pakar ataupun praktisi/petani karena memiliki fungsi sebagai pestisida ramah lingku- ngan. Pada penelitian ini digunakan agens hayati Pseudomonas fluorescens dan ekstrak sirih (Piper betel). untuk mengendalikan penyakit pustul Xanthomonas axonopodis pada kedelai. Penelitian dilakukan di laboratorium dan di kebun percobaan Jambegede Balai Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian (Balitkabi) Malang pada musim tanam 2009. Hasil penelitian in-vitro menunjukkan bahwa P. fluorescens dan ekstrak nabati sirih mampu menghambat pertumbuhan koloni bakteri pustul. Didapatkan empat isolat Pf yang efektif menekan bakteri pustul. Penelitian di lapangan menunjukkan bahwa penyemprotan ekstrak sirih diikuti penyemprotan Pf masing-masing dengan tiga kali aplikasi dan aplikasi Pf seba- nyak enam kali mampu menekan intensitas pustul hingga 15%, lebih rendah dibanding cek tanpa pengendalian dengan intensitas pustul 25%. Rata-rata hasil biji kedelai mencapai 1,22– 1,36 t/ha pada penelitian ini. Untuk meningkatkan efikasi disarankan dilakukan penelitian perbaikan teknologi penyiapan produk Pf terformulasi dan penyiapan ekstrak nabati. Kata kunci: pengendalian hayati, penyakit bakteri pustul, kedelai ABSTRACT The effectivity of biological agents, Pseudomonas fluorescens and leaf extract of piper betel to control soybean disease Xanthomonas axonopodis (Xa). In the framework of integrated pest and disease management (IPM) strategy, the use of biological agents and botanical extract pesticide have received attention and developed by experts or practitioner/farmers because it has a function as environment-friendly pesticide. In this study, biological control agent Pseudomonas fluorescens (Pf) and botanical extract of (Piper bêtel) were used to control soybean disease caused by bacterial pustule Xanthomonas axonopodis (Xa). The study was conducted in plant protection laboratory and in Jambegede experimental farm of Indonesian Legumes and Tuber Crops Institute (ILETRI) Malang, during dry season 2009. The in-vitro results indicated that the four isolate of P. fluorescens were able to effectively inhibit the colony of bacterial pathogens X. axonopodis as well as the betel extract. Research in the field showed that spraying betel extract followed by spraying Pf each sprayed three times, and Pf applications six times, can reduce pustules intensity up to 15%, lower than the that of the check with 25% pustule intensity. Average seed yield of soybean was in the range of 1.22 to 1.36 t/ha. To increase the efficacy of Pf and betel extract, it is suggested to improve those preparation techniques. Keywords: Biological control, bacterial pustule disease, soybean

Upload: buidieu

Post on 02-Mar-2019

231 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: KEEFEKTIFAN AGENS HAYATI Pseudomonas fluorescens DAN ...balitkabi.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2012/09/39... · Pf adalah bakteri penghuni tanah, hidup dan berkoloni

Rahayu: Agens hayati P. fluorescens, ekstrak daun sirih, dan bakteri pustul pada kedelai 360

KEEFEKTIFAN AGENS HAYATI Pseudomonas fluorescens DAN EKSTRAK DAUN SIRIH TERHADAP PENYAKIT BAKTERI PUSTUL

Xanthomonas axonopodis PADA KEDELAI

Mudji Rahayu Balai Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian

ABSTRAK Dalam kerangka strategi pengendalian hama penyakit terpadu (PHPT), penggunaan

agens hayati dan pestisida nabati dewasa ini kembali diperhatikan dan dikembangkan oleh para pakar ataupun praktisi/petani karena memiliki fungsi sebagai pestisida ramah lingku-ngan. Pada penelitian ini digunakan agens hayati Pseudomonas fluorescens dan ekstrak sirih (Piper betel). untuk mengendalikan penyakit pustul Xanthomonas axonopodis pada kedelai. Penelitian dilakukan di laboratorium dan di kebun percobaan Jambegede Balai Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian (Balitkabi) Malang pada musim tanam 2009. Hasil penelitian in-vitro menunjukkan bahwa P. fluorescens dan ekstrak nabati sirih mampu menghambat pertumbuhan koloni bakteri pustul. Didapatkan empat isolat Pf yang efektif menekan bakteri pustul. Penelitian di lapangan menunjukkan bahwa penyemprotan ekstrak sirih diikuti penyemprotan Pf masing-masing dengan tiga kali aplikasi dan aplikasi Pf seba-nyak enam kali mampu menekan intensitas pustul hingga 15%, lebih rendah dibanding cek tanpa pengendalian dengan intensitas pustul 25%. Rata-rata hasil biji kedelai mencapai 1,22–1,36 t/ha pada penelitian ini. Untuk meningkatkan efikasi disarankan dilakukan penelitian perbaikan teknologi penyiapan produk Pf terformulasi dan penyiapan ekstrak nabati.

Kata kunci: pengendalian hayati, penyakit bakteri pustul, kedelai

ABSTRACT The effectivity of biological agents, Pseudomonas fluorescens and leaf extract

of piper betel to control soybean disease Xanthomonas axonopodis (Xa). In the framework of integrated pest and disease management (IPM) strategy, the use of biological agents and botanical extract pesticide have received attention and developed by experts or practitioner/farmers because it has a function as environment-friendly pesticide. In this study, biological control agent Pseudomonas fluorescens (Pf) and botanical extract of (Piper bêtel) were used to control soybean disease caused by bacterial pustule Xanthomonas axonopodis (Xa). The study was conducted in plant protection laboratory and in Jambegede experimental farm of Indonesian Legumes and Tuber Crops Institute (ILETRI) Malang, during dry season 2009. The in-vitro results indicated that the four isolate of P. fluorescens were able to effectively inhibit the colony of bacterial pathogens X. axonopodis as well as the betel extract. Research in the field showed that spraying betel extract followed by spraying Pf each sprayed three times, and Pf applications six times, can reduce pustules intensity up to 15%, lower than the that of the check with 25% pustule intensity. Average seed yield of soybean was in the range of 1.22 to 1.36 t/ha. To increase the efficacy of Pf and betel extract, it is suggested to improve those preparation techniques.

Keywords: Biological control, bacterial pustule disease, soybean

Page 2: KEEFEKTIFAN AGENS HAYATI Pseudomonas fluorescens DAN ...balitkabi.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2012/09/39... · Pf adalah bakteri penghuni tanah, hidup dan berkoloni

Prosiding Seminar Hasil Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi 2011 361

PENDAHULUAN Penyakit pustul pada tanaman kedelai merupakan salah satu penyakit yang

disebabkan bakteri dan berpengaruh pada penurunan produksi kedelai. Patogen penye-bab penyakit pustul adalah Xanthomonas axonopodis glycines. Dirmawati et al. (1997) melaporkan bahwa penurunan hasil kedelai akibat serangan penyakit pustul berbeda-beda di antara varietas kedelai seperti pada varietas Jayawijaya mencapai 47%, Tidar dan Dieng 30%, sedangkan pada varietas Malabar dan Cikurai kerugian hasil lebih rendah hanya 13-17%. Hasil survei yang dilakukan oleh kelompok peneliti hama dan penyakit Balai Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian (Balitkabi) di areal penelitian PTT (Pengelolaan Tanaman Terpadu) di Ngawi (Jawa Timur) pada tahun 2005, ditemukan kejadian penyakit pustul dengan intensitas rendah hingga sedang. Sebelumnya survei serupa di Propinsi Lampung pada tahun 2003, menunjukkan bahwa penyakit pustul termasuk penyakit penting di Lampung Tengah dan Lampung Barat (Balitkabi 2005). Publikasi terbaru menyebutkan bahwa kehilangan hasil akibat penyakit pustul X. axonopodis mencapai 50% (Anonim 2008).

Pengendalian penyakit secara kimiawi adalah cara pengendalian yang handal tetapi pada penyakit pustul belum pernah dikendalikan secara serius di tingkat petani. Menurut Semangun (l993) pemilihan jenis varietas kedelai yang resisten merupakan cara pengendalian penyakit pustul yang dianjurkan. Namun Rukayadi et al. (1999) menyata-kan bahwa pengendalian menggunakan varietas tahan penyakit dianggap tidak efisien, karena bakteri pustul memiliki beberapa strain atau ras yang berbeda virulensinya terhadap suatu genotipe tanaman inang. Alternatif lain yang perlu dilakukan adalah pengendalian hayati menggunakan agens hayati serta pengendalian organik menggu-nakan ekstrak tumbuhan/bahan nabati.

Dalam kerangka PHT (pengendalian hama penyakit terpadu) maka pestisida nabati dan agens hayati dewasa ini kembali diperhatikan oleh para pakar ataupun praktisi/ petani, dan dikembangkan menjadi pestisida ramah lingkungan untuk mengendalikan hama penyakit tanaman. Di Indonesia terdapat 45 jenis tumbuhan yang dapat diguna-kan untuk pestisida nabati. Kunyit, jahe, kecubung, gadung, biji bengkoang, dan sirih telah diteliti sifat insektisidal, fungisidal maupun bakterisidalnya terhadap hama penyakit tanaman (Martono 1997). Sirih (Piper betel) adalah tanaman mengandung senyawa metabolit sekunder yang bermanfaat untuk bahan dasar obat tradisional, ataupun seba-gai bahan pestisida nabati untuk pengendalian hama dan penyakit tanaman. Daun sirih merupakan salah satu dari 13 jenis tumbuhan yang memiliki aktivitas antibakteri sangat tinggi (Soewondo et al. 1991). Pasta gigi yang mengandung minyak sirih berkhasiat sebagai antiseptik melawan bakteri Streptococcus alfa (Sundari et al. 1991).

Pseudomonas fluorecens (Pf) adalah bakteri yang mampu menekan beberapa jenis mikroba patogen penyebab penyakit tanaman. Banyak hasil penelitian yang menun-jukkan peran Pf sebagai penghambat pathogen dan efektif sebagai agens pengendali hayati untuk mengendalikan penyakit tanaman. Sebagai contoh interaksi Pf dengan jamur tular tanah Sclerotium rolfsii, menyebabkan pertumbuhan jamur tular tanah tersebut dihambat dan bentuk interaksinya adalah antagonisme (Graham & Mitchel 1998). Pf adalah bakteri penghuni tanah, hidup dan berkoloni secara agresif di dalam tanah di sekitar areal perakaran atau rizosfer (Whipps 2001). Isolat Pf hasil eksplorasi dari rizosfer tanaman kacang-kacangan di Jawa Timur, memiliki daya antagonis cukup

Page 3: KEEFEKTIFAN AGENS HAYATI Pseudomonas fluorescens DAN ...balitkabi.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2012/09/39... · Pf adalah bakteri penghuni tanah, hidup dan berkoloni

Rahayu: Agens hayati P. fluorescens, ekstrak daun sirih, dan bakteri pustul pada kedelai 362

baik terhadap jamur tular tanah Sclerotium rolfsii. Pada penelitian di rumah kaca menunjukkan bahwa aplikasi isolat Pf tersebut dapat menekan penyakit rebah S. rolfsii hingga mencapai kejadian 6,67%-17,03%, sementara itu tanpa aplikasi Pf kejadian penyakit mencapai 37,98%. Di samping menekan kejadian penyakit, aplikasi Pf dapat menekan jumlah struktur pembiakan patogen yaitu propagul sklerosia dan menekan perkecambahannya (Rahayu 2008). Berdasarkan daya antibakteri yang dimiliki sirih dan keefektivan isolat Pf aebagai agens hayati, maka kedua pestisida ramah lingkungan tersebut yaitu ekstrak sirih dan Pf dalam penelitian ini diteliti efikasinya untuk mengendalikan X. axonopodis bakteri penyebab penyakit pustul pada kedelai.

BAHAN DAN METODE Penelitian dilakukan di laboratorium fitopatologi Balitkabi Malang dan di kebun

percobaan (KP) Jambegede-Kepanjen Malang pada musim tanam 2009. Bahan yang digunakan sebagai pestisida nabati adalah ekstrak sirih, dan bakteri P. fluorescens (Pf) digunakan sebagai agens hayati.

a. Isolasi bakteri patogen X. axonopodis dari lapangan Contoh daun sakit dikoleksi dari pertanaman kedelai terinfeksi bakteri pustul di KP

Jambegede-Kepanjen Malang. Bakteri X. axonopodis (Xa) diisolasi dari bagian daun bergejala bercak-bercak nekrosis kekuningan. Bagian daun sakit tersebut dipotong-potong kecil berukuran 5 mm x 5 mm dan disterilkan dalam larutan alkohol 70% dengan cara direndam selama 1–2 menit. Selanjutnya preparat daun tersebut dibilas dengan air suling steril sebanyak tiga kali bilasan. Potongan daun diberi air steril 1–2 ml kemudian dihancurkan agar massa bakteri larut dalam air. Cairan daun mengandung bakteri pustul selanjutnya dikulturkan di atas media PPGA dalam cawan secara goresan (streak culture). Media yang digunakan untuk isolasi dan pemurnian bakteri pustul adalah media PPGA (potato peptone glucose agar).

b. Penyiapan ekstrak nabati 1. Ekstraksi sirih

Daun sirih segar dengan kondisi tidak bersih dikoleksi dari petani di daerah Bululawang Kabupaten Malang. Daun beserta tangkainya dikeringkan di bawah matahari, selanjutnya digiling menjadi serbuk. Serbuk sirih direndam dalam pelarut alkohol 70% (200 g /liter alkohol) kemudian disaring menggunakan kain muslin. Ekstrak sirih disaring kedua kali menggunakan kertas saring sehingga didapatkan ekstrak lebih jernih, kemudian digunakan untuk uji aplikasi pengendalian penyakit di lapangan.

2. Uji ekstrak sirih secara bioesai Uji bioesai untuk mengetahui kemempanan ekstrak sirih terhadap bakteri patogen

pada media PPGA dalam cawan, dengan metode difusi cakram kertas. Cakram kertas berbentuk lingkaran dengan diameter 10 mm disterilkan dalam oven, selanjutnya direndam dalam masing-masing konsentrasi ekstrak sirih dan perlakuan lainnya. Kultur sebar bakteri pustul berumur 24 jam dalam cawan, diberi cakram kertas tersebut agar ekstrak sirih terdifusi ke dalam media kultur. Adapun perlakuan yang diteliti adalah beberapa konsentrasi ekstrak sirih (K) yaitu 0%, 1%, 3%, 5% dan ditambah kontrol

Page 4: KEEFEKTIFAN AGENS HAYATI Pseudomonas fluorescens DAN ...balitkabi.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2012/09/39... · Pf adalah bakteri penghuni tanah, hidup dan berkoloni

Prosiding Seminar Hasil Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi 2011 363

positif yaitu bakterisida streptomisin sulfat (3 ml formulasi/L) dan kontrol negatif alkohol 5%. Percobaan dilaksanakan dengan rancangan acak lengkap diulang lima kali. Pengamatan pertumbuhan koloni bakteri pustul diamati setiap hari dengan mengukur areal hambatan yaitu berupa zona bening.

c. Isolat P. fluorescens untuk uji bioesei P. fluorescens terdiri tujuh isolat koleksi dari penelitian sebelumnya, disiapkan kultur

murninya pada media King’s B dalam cawan. Ketujuh isolat adalah Pf-Bwa, Pf-Bwb, Pf-Bwc, Pf-Kpja, Pf-Kpjb, Pf-M, dan Pf-L asal rizosfer kedelai dan kacang-kacangan lain di Jawa Timur. Isolat Pf tersebut masing-masing dibuat kultur murninya dan pada umur seminggu, koloni bakteri antagonis Pf dilarutkan dalam air steril secara seri hingga dicapai konsentrasi bakteri 108 cfu/ml.

d. Daya antagonis Pf terhadap X. axonopodis Uji daya hambat Pf terhadap bakteri patogen Xa menggunakan media PDA (potato

dextrose agar). Pengujian dilakukan di cawan pembiakan dengan metode kultur oposisi, yaitu di dalam satu cawan diinokulasi bakteri patogen Xa dan bakteri antagonis Pf. Percobaan menggunakan rancangan acak lengkap dengan lima ulangan.

e. Penyiapan Pf untuk aplikasi di lapangan Media cair King’B 1% yang telah steril, sebanyak 500 ml diinokulasi kultur murni Pf

dengan konsentrasi 105 cfu/ml selanjutnya diinkubasi dalam suhu ruang selama 48 jam. Pada tahapan ini didapatkan inokulum Pf berupa produk cair. Produk Pf selanjutnya digunakan untuk aplikasi penyemprotan dengan takaran 10 ml/liter/aplikasi, dengan volume semprot 500 liter/ha.

f. Penelitian di lapangan Penelitian dilaksanakan menggunakan rancangan acak kelompok, lima ulangan.

Bakteri antagonis Pf yang memiliki daya antagonis tertinggi di tingkat laboratorium, beserta ekstrak sirih (ES) diuji di lapangan dengan beberapa perlakuan aplikasi sebagai berikut :

1. ES (2x pada umur 21 dan 28 hari setelah tanam/HST) dilanjutkan dengan aplikasi penyemprotan Pf (2x pada 35 dan 42 HST)

2. ES (3x pada umur 21, 28 dan 35 HST) dilanjutkan dengan penyemprotan Pf (3x pada 35, 42 dan 49 HST)

3. Bakteri Pf (dua kali pada 21 dan 28 HST), dilanjutkan dengan penyemprotan ES (dua kali pada 35 dan 42 HST)

4. Pf (3x pada 21, 28 dan 35 HST), dilanjutkan dengan penyemprotan ES (3x) pada 42, 49 dan 56 HST

5. ES (6x) pada umur 21, 28, 35, 42, 49 dan 56 HST 6. Pf (6x) pada umur 21, 28, 35, 42, 49 dan 56 HST 7. Cek tanpa pengendalian 8. Proteksi penuh terhadap penyakit daun dengan bakterisida streptomisin sulfat

(3x dan fungisida benomil (3x), pada umur 21 – 56 HST

Page 5: KEEFEKTIFAN AGENS HAYATI Pseudomonas fluorescens DAN ...balitkabi.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2012/09/39... · Pf adalah bakteri penghuni tanah, hidup dan berkoloni

Rahayu: Agens hayati P. fluorescens, ekstrak daun sirih, dan bakteri pustul pada kedelai 364

Kedelai galur GHK-8 ditanam pada plot berukuran 5 m x 4 m, dengan jarak tanam 40 cm x 20 cm. Pada umur 2 minggu, seluruh tanaman diinfestasi dengan bakteri patogen yang dilakukan dengan cara meyemprot daun-daun kedelai dengan inokulum murni X. axonopodis (konsentrasi 108 cfu/ml dalam pelarut air). Kedelai GHK-8 adalah galur harapan tahan kekeringan dengan umur panen sekitar 80 hari, adalah galur koleksi laboratorium pemuliaan Balitkabi Malang yang pada musim tanam sebelumnya terinfeksi bakteri pustul.

Ekstrak sirih disemprotkan di lapangan dengan takaran lima ml/L air/aplikasi, dengan volume semprot 500 liter/ha. Pemeliharaan tanaman dilakukan meliputi pengairan, pengendalian hama mutlak diperlukan dengan menggunakan beberapa insektisida sesuai jenis hama sasaran yaitu ulat grayak (Spodoptera litura), kutu kebul (Bemisia tabaci), dan penggerek polong (Etiella sp). menggunakan deltametrin, sihalotrin dan dikofol dengan konsentrasi 2 ml produk per liter air. Sedangkan pengendalian penyakit karat daun dilakukan dengan penyemprotan fungisida triadimefon atau benomil. Pengamatan meliputi: jumlah tanaman tumbuh, jumlah tanaman layu oleh penyakit tular tanah, intensitas penyakit pustul pada lima tanaman contoh/plot, jumlah polong isi/tana-man sampel, dan hasil biji kering kedelai/plot. Pengamatan penyakit pustul dilakukan pada umur 2-9 minggu setelah tanam, dengan cara menghitung jumlah daun terinfeksi sesuai dengan 6 kategori skor sebagai berikut : 0 = daun sehat tanpa gejala pustul, 1 = bercak pustul 1-5%; 2 = bercak pustul >5 hingga 10%, 3 = bercak >10% hingga 25%, 4 = bercak >25% hingga 50%, 5 = bercak >50%.

HASIL DAN PEMBAHASAN Infeksi bakteri X. axonopodis menimbulkan bercak-bercak pada daun, bercak pustul

berwarna coklat dengan tepi bercak berwarna kuning (klorosis). Bercak-bercak pada posisi yang berdekatan selanjutnya dapat menyatu membentuk bercak berukuran lebih lebar (Gambar 1). Dari daun terinfeksi didapatkan isolat bakteri pustul dengan karakter koloni berwarna kuning, dengan permukaan mengkilat, koloni agak fluidal sesuai dengan karakter X. axonopodis (Gambar 2b).

Efikasi P. fluorescens in-vitro Pada media kultur, isolat Pf memiliki karakter koloni yang khas dan berbeda dengan

koloni bakteri lainnya (Gambar 2a). Koloni Pf nampak berpendar kehijauan dalam cawan dengan media King’s B. Diantara ketujuh isolat Pf yang diuji maka isolat Pf-Blg memiliki daya hambat terbaik dibanding dengan isolat lainnya, hal itu nampak pada ukuran zona hambatan yang lebih lebar. Pada pengamatan 14 hari dicapai zona ham-batan tertinggi 15 mm (Gambar 3). Isolat etrsebut selanjutnya digunakan untuk bahan aplikasi pada tanaman kedelai di lapangan.

Page 6: KEEFEKTIFAN AGENS HAYATI Pseudomonas fluorescens DAN ...balitkabi.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2012/09/39... · Pf adalah bakteri penghuni tanah, hidup dan berkoloni

Prosiding Seminar Hasil Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi 2011 365

Gambar 1 Gejala penyakit pustul pada kedelai galur GHK-8.

Beberapa isolat P. fluorescens pada penelitian ini memiliki kemampuan menghambat

koloni bakteri pustul X. axonopodis walaupun penghambatannya tidak absolut. Pada Gambar 2b ditampilkan kultur ganda pada uji efikasi tersebut. Koloni bakteri X. axonopodis berwarna kekuningan. Koloni bakteri pustul pada posisi yang berhadapan dengan koloni Pf tampak membentuk formasi melengkung menghindar dari Pf (agens hayati), dan di sekeliling koloni Pf terbentuk zona bening yaitu areal tanpa pertumbuhan bakteri pustul. Zona bening adalah hambatan suatu indikasi telah terjadi proses penghambatan oleh Pf terhadap bakteri pustul X. axonopodis.

Gambar 2 Isolat Pf-Bw yang berhasil diisolasi dari rizosfer (a) dan penghambatannya terhadap bakteri pustul X. axonopodis (b)

Zona hambatan terbentuk karena adanya suatu ekskresi yang dihasilkan Pf dan

diresapkan ke dalam media, yang efeknya menghambat patogen. Zona hambatan mengindikasikan adanya mekanisme antibiosis dari isolat Pf yang digunakan dalam penelitian ini. Menurut Edwards et al. (1994) antibiosis merupakan mekanisme yang umum terjadi pada bakteri antagonis karena senyawa antibiotik yang dihasilkannya. Lebih lanjut dinyatakan oleh Graham & Mitchel (1998) bahwa interaksi antara mikroba tanah seperti P. fluorescens dengan jamur patogen S. rolfsii menyebabkan jamur patogen tersebut terhambat dan bentuk interaksi yang demikian bersifat antagonis.

Page 7: KEEFEKTIFAN AGENS HAYATI Pseudomonas fluorescens DAN ...balitkabi.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2012/09/39... · Pf adalah bakteri penghuni tanah, hidup dan berkoloni

Rahayu: Agens hayati P. fluorescens, ekstrak daun sirih, dan bakteri pustul pada kedelai 366

Daya Hambat Isolat Pf terhadap X. axonopodis

Leba

r Zo

na h

amba

tan

(mm

)

0

2

4

6

8

10

12

14

16

2 7 14

Pf -Bwa Pf-BwbPf-Bwc Pf-KpjaPf-Kpjb Pf-BlgPf-Mlg

Umur Kultur (hari setelah inokulasi)

Gambar 3. Penghambatan beberapa isolat Pf terhadap X. Axonopodis, bakteri penyebab penyakit pustul pada kedelai.

Kemempanan Ekstrak Sirih in-vitro Hasil penelitian pengendalian bakteri pustul secara in-vitro menggunakan beberapa

tingkat konsentrasi esktrak sirih (0%, 1%, 3%, dan 5%), dibandingkan dengan cek bakte-risida streptomisin sulfat, dan cek negatif menggunakan alkohol 5% (pelarut sirih). Cek negatif pada kultur Xa pada media PPGA ditampilkan dalam Gambar 4. Penghambatan bakteri pustul oleh ekstrak sirih yang dinyatakan sebagai lebar zona hambatan, berkisar 1–2,4 mm pada umur kultur 14 hari. Nilai tertinggi dicapai perlakuan pembanding yaitu kultur bakteri pustul pada media mengandung antibiotik streptomisin sulfat. Sementara itu kultur Xa tumbuh secara normal pada media PPGA murni tanpa perlakuan pengendalian. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ekstrak sirih pada konsentrasi 1–5% mampu menekan bakteri pustul, walaupun penekannya tidak terlalu besar.

Senyawa metabolit sekunder yang terkandung dalam tumbuhan seperti sirih (Piper betel) semakin diperhatikan untuk bahan dasar obat tradisional atau sebagai bahan pestisida nabati untuk pengendalian hama dan penyakit tanaman. Pasta gigi mengan-dung minyak sirih berkhasiat sebagai antiseptik melawan bakteri Streptococcus alfa (Sundari et al. 1991). Sirih juga potensial untuk pengobatan penyakit mastitis pada sapi. Poeloengan et al. (2006) berdasarkan hasil penelitiannya menyatakan bahwa minyak atsiri dan esktrak etanol daun sirih pada konsentrasi ekstrak 25–50%, mampu meng-hambat bakteri Staphylococcus aureus penyebab penyakit mastitis pada sapi, Senyawa yang terkandung dalam sirih adalah senyawa fenol yaitu hidroksikavikol suatu antiok-sidan (Amonkar et al. 1989) dan asam klorogenat suatu senyawa yang dilaporkan dapat membunuh sel kanker (TNN 2004).

Page 8: KEEFEKTIFAN AGENS HAYATI Pseudomonas fluorescens DAN ...balitkabi.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2012/09/39... · Pf adalah bakteri penghuni tanah, hidup dan berkoloni

Prosiding Seminar Hasil Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi 2011 367

Penghambatan ekstrak sirih terhadap X. axonopodis

0

0.5

1

1.5

2

2.5

2 5 7 14

Umur Kultur (hari setelah inokulasi)

Zona

ham

bata

n (m

m)

Xa + ES 1% Xa + ES 3%

Xa + ES 5% Xa + Strept.

Xa + Alk. X. axonopodis

Gambar 4 Penghambatan beberapa konsentrasi ekstrak sirih terhadap X. axonopodis pada penelitian in-vitro.

Efikasi Ekstrak Sirih dan P. fluorescens di lapangan Intensitas penyakit pustul pada tanaman umur 8 minggu rata-rata sangat rendah

kurang dari 10%. Pada umur 9 minggu, diantara beberapa perlakuan didapatkan dua perlakuan yaitu ES/Pf @ 3x (penyemprotan ekstrak sirih diikuti penyemprotan Pf masing-masing tiga kali, serta perlakuan Pf 6x (Pf dengan enam kali aplikasi) menun-jukkan intensitas penyakit lebih rendah yaitu 15%, dibanding dengan cek tanpa pengen-dalian dengan intensitas penyakit mencapai 25%. Sementara itu pada perlakuan proteksi menggunakan fungisida dan bakterisida, intensitas pustul mencapai 23% (Gambar 6).

(a) (b)

Gambar 5 Kultur X. axonopodis tumbuh normal pada media murni (a) dan terjadi hambatan pertumbuhan pada media mengandung ekstrak sirih (b).

Page 9: KEEFEKTIFAN AGENS HAYATI Pseudomonas fluorescens DAN ...balitkabi.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2012/09/39... · Pf adalah bakteri penghuni tanah, hidup dan berkoloni

Rahayu: Agens hayati P. fluorescens, ekstrak daun sirih, dan bakteri pustul pada kedelai 368

Intensitas Penyakit Pustul X. axonopodis

0,0

5,0

10,0

15,0

20,0

25,0

30,0

5 6 7 8 9Um ur Tanam an Kedelai (m inggu)

Inte

nsita

s P

ustu

l (%

)

ES/Pf @2x ES/Pf @3x Pf /ES@2xPf /ES@3x ES(6x) PF(6x)Tanpa Pngdl Proteks i

Gambar 6 Intensitas penyakit pustul pada kedelai dengan perlakuan aplikasi ekstrak nabati sirih dan agens

hayati P. fluorescens (KP Jambegede 2009).

Intensitas penyakit pustul dengan kategori ringan (IP < 10% pada umur 8 minggu setelah tanam) tersebut tidak berpengaruh pada hasil biji kedelai. Pada periode umur 8–9 minggu tersebut pertumbuhan tanaman kedelai telah melewati fase kritis dan lebih toleran terhadap gangguan penyakit, sehingga mampu menghasilkan polong dan biji dengan baik. Hasil biji kedelai diantara perlakuan pengendalian tidak berbeda nyata, rata-rata hasil biji kering cukup tinggi mencapai 1,22–1,37 t/ha (Tabel 1).

Tabel 1 Komponen hasil dan hasil biji kedelai galur GHK-8 pada beberapa perlakuan pengendalian penyakit (KP Jambegede-Malang, MK 2009)

Perlakuan Tan.panen Polong isi Hasil biji

pengendalian (%) (buah/tan) (t/ha)

ES/Pf @ 2x 98,45 39,2 1,226

ES/Pf @ 3x 98,62 37,6 1,251

Pf/ES @ 2x 98,79 37,6 1,372

Pf/ES @ 3x 98,63 37,8 1,344

ES 6 x 98,74 41,1 1,290

Pf 6 x 98,66 37,7 1,306

Tanpa pengendalian 98,67 35,7 1,354

Proteksi 98,75 40,8 1,318

KK (%) - - 15,20

BNT 5% - - 0,26 ns

Keterangan : ES = aplikasi ekstrak sirih. Pf = P. fluorescens.

Pada umumnya ekstrak nabati memiliki sifat kurang stabil mudah terpengaruh oleh pengaruh fisik dan kimia lingkungan, sehingga dalam aplikasinya di lapangan memerlu-kan frekuensi dan dosis aplikasi lebih tinggi dibandingkan dengan pestisida kimia sintetik.

Page 10: KEEFEKTIFAN AGENS HAYATI Pseudomonas fluorescens DAN ...balitkabi.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2012/09/39... · Pf adalah bakteri penghuni tanah, hidup dan berkoloni

Prosiding Seminar Hasil Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi 2011 369

Ekstrak sirih belum mencapai efikasi tinggi terhadap penyakit pustul nampaknya berkaitan dengan beberapa hal tersebut di atas.

Hal lain yang menjadi kendala kurang efektifnya ekstrak nabati adalah kandungan bahan aktif rendah, sehingga efektivitas tinggi dicapai apabila menggunakan bahan baku dengan volume yang sangat banyak. Disamping itu senyawa nabati bersifat non-polar dan sulit larut dalam air sehingga dalam pemanfaatannya sebagai pestisida memerlukan perbaikan teknologi penyiapan produk misalnya dengan penambahan bahan pelarut polar ataupun pengemulsi. Martono (1997) menyatakan bahwa senyawa nabati memiliki keunggulan dibanding dengan pestisida kimia sintetik yaitu kandungan senyawa aktifnya berdaya racun rendah sehingga tidak mendorong resistensi dan aman bagi kesehatan. Untuk pengendalian penyakit bakteri pustul pada kedelai, ektrak daun sirih memiliki prospek cukup baik sebagai pestisida nabati.

KESIMPULAN DAN SARAN 1. Ekstrak sirih dapat menekan bakteri X. axonopodis penyebab penyakit pustul pada

kedelai. 2. Empat isolat bakteri antagonis P. fluorescens (Pf) efektif menekan bakteri pustul X.

axonopodis. 3. Penyemprotan ekstrak sirih diikuti penyemprotan Pf masing-masing dengan tiga kali

aplikasi serta aplikasi Pf sebanyak enam kali, mampu menekan intensitas pustul hingga 15%, lebih rendah dibanding cek tanpa pengendalian dengan intensitas pustul 25%.

4. Rata-rata hasil biji kedelai berkisar 1,22-1,36 t/ha. 5. Untuk meningkatkan efikasi disarankan dilakukan penelitian perbaikan teknologi

penyiapan produk Pf terformulasi ataupun penyiapan ekstrak nabati.

UCAPAN TERIMA KASIH Penulis sangat berterima kasih kepada para teknisi Balitkabi yaitu Sdr. Sunoto dan Sdr.

Hari Atim yang telah membantu pelaksanaan penelitian di lapangan. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada Dr. Suharsono dan Dr. Yusmani Prayogo atas segala arahan dan saran untuk makalah ini.

DAFTAR PUSTAKA [Anonim]. 2008 . Xanthomonas axonopodis pv. phaseoli. Data Sheet on Quarantine.

Pest.USA.http://www.eppo.org/QUARANTINE/bacteria/Xanthomonas_phaseoli/XANTPH_ds.pdf. [3 Feb 2009].

Balitkabi (Balai Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian). 2005. Evaluasi status hama penyakit dan musuh alami sebagai agens hayati untuk pengendalian OPT pada kedelai. Laporan hasil penelitian komponen teknologi tanaman kacang-kacangan dan umbi-umbian tahun 2005. Buku I. Hlm : D4-D36.

Dirmawati SR, Maryudani YMS, Christanti Sumardiyono. 1997. Tanggapan lima varietas kedelai terhadap penyakit bisul bakteri (Xanthomonas campestris pv. glycines). Hlm: 31 – 33.

Edward SG, McKay T, Seddon B. 1994. Interaction of Bacillus species with phytopathogenic fungi – Methods of analysis and manipulation for biocontrol purposes. In: Blakeman, J.P.

Page 11: KEEFEKTIFAN AGENS HAYATI Pseudomonas fluorescens DAN ...balitkabi.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2012/09/39... · Pf adalah bakteri penghuni tanah, hidup dan berkoloni

Rahayu: Agens hayati P. fluorescens, ekstrak daun sirih, dan bakteri pustul pada kedelai 370

and Williamson, B. (Eds). Ecology of plant pathogens. pp:101-118. CAB International, Oxon, UK.

Graham JH, Mitchel DJ. 1998. Biological control of soilborne plant pathogens and nemathodes. In: Sylvia, D.M., j.J. Fuhrmann, P.G. Hartel and D.A. Zuberer. Principles and applications of soil microbiology. Prentice-Hall Inc. New Jersey. p:427-446.

Martono E. 1997. Biopestisida sebagai penunjang pertanian berwawasan lingkungan. Seminar regional pengembangan pertanian berwawasan lingkungan HIMAGRO. Fakultas Pertanian UGM Yogyakarta. 26 November. 8 hlm.

Poeloengan M et al. 2006. Aktivitas air perasan, minyak atsiri dan ekstrak etanol daun sirih terhadap bakteri yang diisolasi dari sapi mastitis subklinis. Prosiding seminar nasional teknologi peternakan dan veteriner. Hlm :250-255.

Rahayu M. 2006. Antagonisme antara dua isolat Pseudomonas fluorescens dengan Slerotium rolfsii dan Rhizoctonia solani serta pengaruhnya terhadap penyakit rebah kedelai. Jurnal Agrivita 28(1):79-86.

Rahayu M. 2008. Efikasi isolat Pseudomonas fluorescens terhadap penyakit rebah semai pada kedelai. Jurnal Penelitian Pertanian. Puslitbangtan Bogor. Vol. 27 (3) : 179-184.

Rukayadi Y, Suwanto A, Tjahjono B, Harling R. 1999. Survival and Epiphytic Fitness of a Nonpathogenic Mutant of Xanthomonas campestris pv.glycines. App. En-viron. Microbiol. 66(3), 1183-1189.

Semangun H. 1993. Penyakit-Penyakit Tanaman Pangan di Indonesia. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. 449 hal.

Soedibyo M. 1991. Manfaat sirih dalam perawatan kesehatan dan kecantikan. Warta tumbuhan obat Indonesia. 1(1):11-12.

Soewondo S, Sidik, Sukmadilaga RS, Soelarko RM. 1991. Aktivitas Antibakteri Daun Sirih (Piper betle Linn). Terhadap Bakteri Ginggivitis dan Bakteri Pembentuk Plak/Karies Gigi (Streptococcus mutans). Warta Tumbuhan Obat.1(1): 1–4.

Sundari S, Koesoemardijah, Nusratini. 1991. Minyak atsiri daun sirih dalam pasta gigi; stabilitas fisis dan daya antibakteri. Warta tumbuhan Indonesia. 1(1):5-6.

TNN (Times News Network). 2004. Paan-Indian cure for leukemia. The times of India, Koltaka. http://www.hvk.org/articles/0804/22.html.[13 okt 2009]

Whipps JM. 2001. Microbial interactions and biocontrol in the rhizosphere. J. Exp. Bot.52. (90001), pp. 487-511.