pedoman teknis penanganan pascapanen pala · pdf filepengertian dan batasan dalam pedoman...

56
PEDOMAN TEKNIS PENANGANAN PASCAPANEN PALA DIREKTORAT PASCAPANEN DAN PEMBINAAN USAHA DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2012

Upload: trinhtuong

Post on 03-Feb-2018

325 views

Category:

Documents


23 download

TRANSCRIPT

Page 1: PEDOMAN TEKNIS PENANGANAN PASCAPANEN PALA · PDF filePENGERTIAN DAN BATASAN Dalam Pedoman Teknis Penanganan Pascapanen Pala dan Fuli ini yang dimaksud dengan : a ... dibuat dari biji

PPEEDDOOMMAANN TTEEKKNNIISS PPEENNAANNGGAANNAANN PPAASSCCAAPPAANNEENN

PPAALLAA

DIREKTORAT PASCAPANEN DAN PEMBINAAN USAHA DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2012

Page 2: PEDOMAN TEKNIS PENANGANAN PASCAPANEN PALA · PDF filePENGERTIAN DAN BATASAN Dalam Pedoman Teknis Penanganan Pascapanen Pala dan Fuli ini yang dimaksud dengan : a ... dibuat dari biji

PEDOMAN TEKNIS PENANGANAN PASCAPANEN PALA

Penanggung Jawab :

Direktur Jenderal Perkebunan

Ketua :

Direktur Pascapanen dan Pembinaan Usaha

Herdradjat Natawidjaya

Anggota :

M.Unggul Ametung

Nanan Nurjannah

Nuraini

Nurhidayah Didu

Page 3: PEDOMAN TEKNIS PENANGANAN PASCAPANEN PALA · PDF filePENGERTIAN DAN BATASAN Dalam Pedoman Teknis Penanganan Pascapanen Pala dan Fuli ini yang dimaksud dengan : a ... dibuat dari biji

ii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan

Yang Maha Esa karena atas berkat dan rahmat-Nya,

Pedoman Teknis Penanganan Pascapanen Pala

telah selesai disusun. Pedoman Teknis Penanganan

Pascapanen Pala ini disusun sebagai pedoman bagi

penyuluh, petani/kelompok tani, petugas di lapangan,

dan pelaku usaha dalam penanganan pascapanen

Pala sehingga dapat menghasilkan produk yang

berkualitas baik.

Dengan tersusunnya buku ini, diharapkan

dapat menjadi acuan dalam melakukan penanganan

pascapanen Pala yang baik dan benar untuk

memperoleh mutu hasil yang baik melalui kegiatan

yang ramah lingkungan. Selain itu pula diharapkan

kehilangan atau penyusutan hasil dapat ditekan dan

kegiatan pascapanen dapat dilakukan secara efisien.

Substansi materi muatan pedoman teknis

tersebut diatas sesuai dengan Permentan No.

53/Permentan/OT.140/09/2012 yang telah

diundangkan oleh Menteri Hukum dan HAM RI dalam

Page 4: PEDOMAN TEKNIS PENANGANAN PASCAPANEN PALA · PDF filePENGERTIAN DAN BATASAN Dalam Pedoman Teknis Penanganan Pascapanen Pala dan Fuli ini yang dimaksud dengan : a ... dibuat dari biji

iii

berita negara No. 910 tanggal 12 September 2012

tentang Pedoman Penanganan Pascapanen Pala.

Kami menyampaikan ucapan terima kasih dan

penghargaan kepada tim penyusun atas kerja

kerasnya yang diberikan selama penyusunan buku

ini. Semoga pedoman ini dapat bermanfaat.

Jakarta, Oktober 2012 Direktur Jenderal Perkebunan

Ir. Gamal Nasir, MS

Page 5: PEDOMAN TEKNIS PENANGANAN PASCAPANEN PALA · PDF filePENGERTIAN DAN BATASAN Dalam Pedoman Teknis Penanganan Pascapanen Pala dan Fuli ini yang dimaksud dengan : a ... dibuat dari biji

iv

DAFTAR ISI

Hal

Kata Pengantar ii

Daftar Isi iv

Daftar Tabel vii

Daftar Gambar viii

I. PENDAHULUAN 1

1.1 Latar Belakang 1

1.2 Maksud 4

1.3 Tujuan 5

1.4 Ruang Lingkup 6

II. PENGERTIAN DAN BATASAN 6

III. KERAGAAN KOMODITAS PALA DI INDONESIA

8

IV. PROSES PANEN DAN PENANGANAN PASCAPANEN PALA

15

4.1 Waktu dan Cara Panen 16

Page 6: PEDOMAN TEKNIS PENANGANAN PASCAPANEN PALA · PDF filePENGERTIAN DAN BATASAN Dalam Pedoman Teknis Penanganan Pascapanen Pala dan Fuli ini yang dimaksud dengan : a ... dibuat dari biji

v

4.2

4.1.1. Waktu Panen Buah

4.1.2. Cara Panen

Pascapanen Pala

4.2.1. Pemisahan Daging Buah, Biji dan Fuli

4.2.2. Pengeringan Biji Pala

a. Pengeringan awal

b. Pengupasan tempurung/ cangkang biji

c. Pengapuran

d. Pengeringan akhir

4.2.3. Sortasi Biji Pala

4.2.4. Pengeringan Fuli

4.2.5. Sortasi Fuli

4.2.6. Penyimpanan

4.2.7. Pengemasan

16

16

17

18

19

19

20

21

22

22

23

25

26

26

V. STANDAR MUTU PALA 28

5.1 Standar Mutu Biji Pala 28

5.2 Standar Mutu Fuli 30

VI. PRASARANA DAN SARANA PASCAPANEN PALA

31

6.1 Bangunan 32

Page 7: PEDOMAN TEKNIS PENANGANAN PASCAPANEN PALA · PDF filePENGERTIAN DAN BATASAN Dalam Pedoman Teknis Penanganan Pascapanen Pala dan Fuli ini yang dimaksud dengan : a ... dibuat dari biji

vi

6.2

6.3

6.1.1. Persyaratan Lokasi

6.1.2. Persyaratan Teknis dan Kesehatan

6.1.3. Sanitasi

Alat dan Mesin

Wadah dan Pembungkus

32

33

33

34

35

VII PELESTARIAN LINGKUNGAN 36

VIII PENGAWASAN 37

8.1 Sistem Pengawasan 38

8.2 Monitoring dan Evaluasi 38

8.3 Pencatatan 39

8.4 Pelaporan 39

DAFTAR PUSTAKA 40

Page 8: PEDOMAN TEKNIS PENANGANAN PASCAPANEN PALA · PDF filePENGERTIAN DAN BATASAN Dalam Pedoman Teknis Penanganan Pascapanen Pala dan Fuli ini yang dimaksud dengan : a ... dibuat dari biji

vii

DAFTAR TABEL

Hal

Tabel 1 Perkembangan areal dan produksi pala tahun 2006-2010

11

Tabel 2 Sentra areal dan produksi pala Indonesia

12

Tabel 3 Spesifikasi persyaratan umum mutu 28

Tabel 4 Spesifikasi persyaratan khusus mutu 29

Tabel 5 Persyaratan umum mutu fuli 30

Page 9: PEDOMAN TEKNIS PENANGANAN PASCAPANEN PALA · PDF filePENGERTIAN DAN BATASAN Dalam Pedoman Teknis Penanganan Pascapanen Pala dan Fuli ini yang dimaksud dengan : a ... dibuat dari biji

viii

DAFTAR GAMBAR

Hal

Gambar 1 Penampang melintang buah pala

18

Page 10: PEDOMAN TEKNIS PENANGANAN PASCAPANEN PALA · PDF filePENGERTIAN DAN BATASAN Dalam Pedoman Teknis Penanganan Pascapanen Pala dan Fuli ini yang dimaksud dengan : a ... dibuat dari biji

1

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Pala (Myristica Fragan Houtt) adalah tanaman

asli Indonesia yang berasal dari kepulauan Banda

dan Maluku. Tanaman pala menyebar ke Pulau

Jawa, pada saat perjalanan Marcopollo ke Tiongkok

yang melewati pulau Jawa pada tahun 1271 sampai

tahun 1295. Pembudidayaan tanaman pala terus

meluas sampai ke Sumatera. Sampai saat ini daerah

penghasil utama pala di Indonesia adalah Kepulauan

Maluku, Sulawesi Utara, Sumatra Barat, Nanggroe

Aceh Darusalam, Jawa Barat dan Papua.

Buah pala berbentuk bulat berkulit kuning jika

sudah tua dan berdaging putih. Bijinya berkulit tipis

agak keras berwarna hitam kecokelatan yang

dibungkus fuli berwarna merah padam. Isi bijinya

putih, bila dikeringkan menjadi gelap kecokelatan

dengan aroma khas. Buah pala terdiri atas daging

buah (77,8%), fuli (4 %), tempurung (5,1%) dan biji

(13,1%) dan dikenal sebagai rempah yang memiliki

nilai ekonomi tinggi dan multiguna karena setiap

bagian tanaman dapat dimanfaatkan untuk bahan

Page 11: PEDOMAN TEKNIS PENANGANAN PASCAPANEN PALA · PDF filePENGERTIAN DAN BATASAN Dalam Pedoman Teknis Penanganan Pascapanen Pala dan Fuli ini yang dimaksud dengan : a ... dibuat dari biji

2

berbagai industri. Biji dan fuli merupakan produk

utama dari tanaman pala, yang sebagian besar untuk

diekspor dan berfungsi sebagai rempah, baik untuk

keperluan sehari-hari maupun untuk industri

makanan dan minuman. Daging buah yang muda

banyak digunakan untuk makanan ringan dan

minuman seperti manisan, permen, sirup dan jus

pala. Minyak pala yang diperoleh dari penyulingan biji

pala muda, selain untuk ekspor juga merupakan

bahan baku industri obat obatan, pembuatan sabun,

parfum dan kosmetik didalam negeri. Produk lain

yang berasal dari biji pala adalah mentega pala yaitu

trimiristin yang dapat digunakan sebagai minyak

makan dan industri kosmetik.

Sampai saat ini Indonesia termasuk salah satu

negara produsen dan pengekspor biji dan fuli pala

terbesar dunia. Sampai dengan tahun 2007,

kebutuhan pala dunia mencapai 76 % dipenuhi oleh

Indonesia, 20 % oleh Grenada dan selebihnya oleh

Sri Langka, India dan Papua New Guinea. Pada

tahun 2010 luas areal pertanaman pala di Indonesia

adalah 118.345 Ha dengan jumlah produksi 15.793

Page 12: PEDOMAN TEKNIS PENANGANAN PASCAPANEN PALA · PDF filePENGERTIAN DAN BATASAN Dalam Pedoman Teknis Penanganan Pascapanen Pala dan Fuli ini yang dimaksud dengan : a ... dibuat dari biji

3

ton. Jumlah ekspor Indonesia tahun 2010 mencapai

14.186 ton dengan nilai US$ 86.096.

Pala Indonesia sebagian besar dihasilkan oleh

perkebunan rakyat yaitu sekitar 99%, dengan cara

penanganan pascapanen yang masih tradisional

dengan peralatan seadanya dan dilakukan kurang

higienis. Sehingga masalah yang dihadapi pala

Indonesia adalah rendahnya mutu, dimana hal ini

berpengaruh terhadap harga. Disamping itu

rendahnya mutu pala Indonesia disebabkan oleh

beragamnya jenis pala, waktu panen yang kurang

tepat, penyimpanan dan pengemasan yang kurang

baik serta tercampurnya dengan pala hutan. Waktu

panen yang kurang tepat saat pala masih muda

menyebabkan buah jadi keriput. Sedangkan

penyimpanan dan pengemasan yang kurang baik

memberi peluang jamur untuk tumbuh. Kondisi

seperti ini mengakibatkan kualitas pala kurang baik

yang dapat menurunkan kepercayaan para importir

luar negeri terhadap Indonesia. Hal ini dibuktikan

dengan adanya penolakan produk pala oleh negara

Uni Eropa karena tercemar oleh aflatoxin pada

periode tahun 2010-2011, dimana pala dari Indonesia

Page 13: PEDOMAN TEKNIS PENANGANAN PASCAPANEN PALA · PDF filePENGERTIAN DAN BATASAN Dalam Pedoman Teknis Penanganan Pascapanen Pala dan Fuli ini yang dimaksud dengan : a ... dibuat dari biji

4

mengandung aflatoxin melebihi kadar ambang yang

diperbolehkan.

Berdasarkan kenyataan tersebut, maka perlu

disiapkan panduan bagi petani/ kelompok tani,

petugas lapangan dan pelaku usaha dalam

menerapkan perlakuan pascapanen yang baik dan

benar dalam bentuk Pedoman Teknis Pascapanen

yang mengacu pada prinsip-prinsip Good Handling

Practices (GHP) dan Good Agricultural Practices

(GAP) untuk menghasilkan biji dan fuli pala yang

bermutu. Penerapan GAP dan GHP menjadi jaminan

bagi konsumen, bahwa produk yang dipasarkan

diperoleh dari hasil serangkaian proses yang efisien,

produktif dan ramah lingkungan. Dengan demikian

petani akan mendapatkan nilai tambah berupa

insentif peningkatan harga dan jaminan pasar yang

memadai.

1.2. Maksud Maksud penyusunan Pedoman Teknis

Penanganan Pascapanen Pala adalah untuk

memberikan acuan secara teknis tentang

penanganan pascapanen pala secara baik dan benar

Page 14: PEDOMAN TEKNIS PENANGANAN PASCAPANEN PALA · PDF filePENGERTIAN DAN BATASAN Dalam Pedoman Teknis Penanganan Pascapanen Pala dan Fuli ini yang dimaksud dengan : a ... dibuat dari biji

5

bagi para penyuluh, petugas di lapangan,

petani/kelompok tani dan pelaku usaha lainnya.

1.3. Tujuan

Tujuan yang ingin dicapai dari penyusunan

Pedoman Teknis Penanganan Pascapanen Pala

adalah untuk :

a. Meningkatkan mutu Pala;

b. Menekan kehilangan hasil atau susut hasil Pala;

c. Menghindari terjadinya pencemaran Aflatoxin;

d. Memudahkan dalam pengangkutan hasil Pala;

e. Meningkatkan efisiensi proses penanganan

pascapanen Pala;

f. Meningkatkan nilai tambah hasil Pala yang

dampaknya diharapkan dapat meningkatkan

pendapatan petani;

g. Meningkatkan daya saing produk Pala di pasar

dunia.

1.4. Ruang Lingkup Ruang lingkup Pedoman Teknis Penanganan

Pascapanen Pala meliputi :

a. Keragaan komoditas pala di Indonesia;

Page 15: PEDOMAN TEKNIS PENANGANAN PASCAPANEN PALA · PDF filePENGERTIAN DAN BATASAN Dalam Pedoman Teknis Penanganan Pascapanen Pala dan Fuli ini yang dimaksud dengan : a ... dibuat dari biji

6

b. Proses penanganan pascapanen Pala;

c. Standar mutu pala dan fuli;

d. Prasarana dan sarana;

e. Pelestarian lingkungan;

f. Pengawasan.

II. PENGERTIAN DAN BATASAN

Dalam Pedoman Teknis Penanganan

Pascapanen Pala dan Fuli ini yang dimaksud

dengan :

a. Panen adalah serangkaian kegiatan pengambilan

hasil tanaman pala dengan cara dipetik pada saat

masak petik yang ditandai oleh warna buah

berwarna kuning kecoklatan, beberapa buah

sudah mulai merekah (membelah) melalui alur

belahnya, kulit biji (tempurung) berwarna coklat

tua sampai hitam dan mengkilat, warna fuli

memerah.

b. Pascapanen adalah suatu kegiatan yang meliputi

pemisahan daging buah, biji dan fuli, pengeringan,

pengawetan, penyortiran, pengemasan,

Page 16: PEDOMAN TEKNIS PENANGANAN PASCAPANEN PALA · PDF filePENGERTIAN DAN BATASAN Dalam Pedoman Teknis Penanganan Pascapanen Pala dan Fuli ini yang dimaksud dengan : a ... dibuat dari biji

7

penyimpanan , standarisasi mutu, dan transportasi

hasil.

c. Pala adalah biji pala hasil pemisahan buah pala

dari daging buah dan fulinya.

d. Fuli adalah selubung biji pada buah pala yang

berbentuk jala, merah terang atau putih

kekuningan warnanya.

e. Sortasi basah adalah proses pemilihan hasil

panen Pala yang masak dan baik dari Pala yang

kecil, rusak atau cacat, utuh atau tidak utuh serta

benda lainnya.

f. Sortasi kering adalah pemilahan hasil pascapanen

Pala berdasarkan tingkat mutunya.

g. Pengeringan merupakan kegiatan untuk

menurunkan kadar air sampai kadar air

keseimbangan sehingga aman untuk disimpan dan

meningkatkan mutu hasil.

h. Pengemasan merupakan kegiatan mewadahi atau

membungkus produk pala dengan karung goni dan

fuli dengan peti kayu untuk melindungi produk dari

gangguan faktor luar yang dapat mempengaruhi

kualitas dan daya simpan.

Page 17: PEDOMAN TEKNIS PENANGANAN PASCAPANEN PALA · PDF filePENGERTIAN DAN BATASAN Dalam Pedoman Teknis Penanganan Pascapanen Pala dan Fuli ini yang dimaksud dengan : a ... dibuat dari biji

8

i. Penyimpanan adalah merupakan kegiatan untuk

mengamankan dan memperpanjang masa

penggunaan suatu komoditi sehingga mutu hasil

komiditi tetap terjaga dengan baik yang dilakukan

pada ruang dengan suhu, tekanan dan

kelembaban udara yang sesuai sifat dan

karakteristik Pala.

III. KERAGAAN KOMODITAS PALA DI INDONESIA

Di Indonesia dikenal beberapa jenis pala, yaitu :

1. Myristica fragrans Houtt, yang merupakan jenis

utama dan mendominasi jenis lain dalam segi

mutu maupun produktivitas. Tanaman ini

merupakan tanaman asli pulau Banda.

2. M. argenta Warb, lebih dikenal dengan nama

Papuanoot alias pala Irian Barat, asli Irian barat,

khususnya di daerah kepala burung. Tumbuh di

hutan-hutan, mutunya dibawah pala Banda.

3. M. scheffert Warb. terdapat di hutan-hutan Irian

Page 18: PEDOMAN TEKNIS PENANGANAN PASCAPANEN PALA · PDF filePENGERTIAN DAN BATASAN Dalam Pedoman Teknis Penanganan Pascapanen Pala dan Fuli ini yang dimaksud dengan : a ... dibuat dari biji

9

Jaya.

4. M. speciosa, terdapat di pulau Bacan. Jenis ini

tidak mempunyai nilai ekonomi.

5. M. succeanea, terdapat di pulau Halmahera.

Jenis ini tidak mempunyai nilai ekonomi.

Tanaman pala dari jenis Myristica fragrans

Houtt adalah tanaman keras yang dapat berumur

panjang hingga lebih dari 100 tahun. Tumbuh dengan

baik di daerah tropis, termasuk famili Myristicaceae yang terdiri atas 15 genus (marga) dan 250 species

(jenis). Tanaman pala merupakan tumbuhan

berbatang sedang dengan tinggi mencapai 18 m,

memiliki daun berbentuk bulat telur atau lonjong yang selalu hijau sepanjang tahun. Daerah penghasil

utama pala di Indonesia adalah Kepulauan Maluku,

Sulawesi Utara, Sumatera Barat, Nanggroe Aceh

Darusalam, Jawa Barat dan Papua.

Salah satu sentra produksi pala yang

berkembang secara alami maupun dibudidayakan

adalah Maluku Utara. Pala yang dikembangkan diluar

habitatnya seperti Jawa Barat, Sumatera Barat, Aceh

dan juga di Pulau Adonara Flores Timur NTT,

Page 19: PEDOMAN TEKNIS PENANGANAN PASCAPANEN PALA · PDF filePENGERTIAN DAN BATASAN Dalam Pedoman Teknis Penanganan Pascapanen Pala dan Fuli ini yang dimaksud dengan : a ... dibuat dari biji

10

keadaan ekosistemnya berbeda, antara lain lebih

tinggi temperatur hariannya dan keadaan tanahnya

bervariasi. Akan tetapi pertumbuhan dan produksinya

cukup baik dengan kadar minyak tinggi. Dengan

demikian, tanaman pala mampu beradaptasi dengan

kondisi lingkungan yang lebih bervariasi.

Berdasarkan data areal pengembangan dan

produksi pala Indonesia, walaupun terjadi fluktuasi,

masih memiliki kecenderungan meningkat. Areal

pengembangan dan produksi pala Indonesia dari

tahun 2006-2010 disajikan pada Tabel 1.

Pengembangan areal pertanaman pala sampai

tahun 2010 telah mencapai 118.345 ha dengan

produksi 15.793 ton biji kering. Sentra produksi pala

Indonesia sampai tahun 2010 tersebar di 10 propinsi

seperti yang tercantum pada Tabel 2.

Tabel 1. Perkembangan areal dan produksi pala tahun 2006-2010.

No Provinsi Satuan Tahun

2006 2007 2008 2009 2010

1 Luas Areal Ha 68.593 74.530 86.162 99.789 118.345

2 Produksi Ton 8.943 9.318 11.493 16.048 15.793

Sumber : Ditjen Perkebunan (2011)

Page 20: PEDOMAN TEKNIS PENANGANAN PASCAPANEN PALA · PDF filePENGERTIAN DAN BATASAN Dalam Pedoman Teknis Penanganan Pascapanen Pala dan Fuli ini yang dimaksud dengan : a ... dibuat dari biji

11

Biji dan fuli merupakan produk utama dari

tanaman pala, yang sebagian besar untuk diekspor.

Fungsi dari biji dan fuli pala yang utama adalah

sebagai rempah, baik untuk keperluan sehari-hari

maupun untuk industri makanan dan minuman.

Daging buah yang muda banyak digunakan untuk

makanan ringan dan minuman seperti manisan,

permen, sirup dan jus pala. Minyak pala yang

diperoleh dari penyulingan biji pala muda, selain

untuk ekspor juga merupakan bahan baku industri

obat-obatan, pembuatan sabun, parfum dan

kosmetik didalam negeri. Produk lain yang mungkin

dibuat dari biji pala adalah mentega pala yaitu

trimiristin yang dapat digunakan sebagai minyak

makan dan industri kosmetik. Di antara berbagai

produk pala, permintaan akan biji dan fuli pala serta

minyak atsirinya diperkirakan akan tetap tinggi,

disebabkan karena sebagai rempah pala mempunyai

citarasa yang khas.

Page 21: PEDOMAN TEKNIS PENANGANAN PASCAPANEN PALA · PDF filePENGERTIAN DAN BATASAN Dalam Pedoman Teknis Penanganan Pascapanen Pala dan Fuli ini yang dimaksud dengan : a ... dibuat dari biji

12

Tabel 2. Sentra areal dan produksi pala Indonesia.

No Provinsi Areal *) (Ha) Produk

si (Ton)

Petani Pemilik

(KK) TBM TM TTR Jumlah

1 Malut 16.606 14.439 1.374 35.419 4.436 23.274

2 Maluku 11.949 7.346 3.841 23.136 2104 20.199

3 Aceh 10.532 7.815 2.165 20.512 2.692 27.238

4 Sulut 5.659 9.332 1.026 16.016 3.024 24.911

5 Papua Barat 2.305 4.567 676 7.548 1.373 5.316

6 Jabar 2.338 2.135 376 4.849 556 27.184

7 Sumbar 531 2.428 181 3.140 842 2.989

8 Sulsel 939 1.208 129 2.276 390 4.279

9 Sulteng 1.331 352 30 1.713 80 1.691

10 NTT 804 3004 12 1120 71 1.809

11 Daerah lain 4.551 943 121 2.616 225 7.441

Jumlah 57.545 50.869 9.931 118.345 15.793 146.331

Sumber : Ditjen Perkebunan (2011)

*) TBM : Tanaman Belum Menghasilkan; TM : Tanaman Menghasilkan; TTR : Tanaman Tua dan Rusak

Penampilan biji dan fuli serta aromanya sangat

berpengaruh terhadap kualitas dan harga pasar. Biji

pala maupun fuli yang seragam dalam ukuran, bentuk

dan warna serta aroma tegas khas pala

dikelompokkan sebagai kualitas I. Pala campuran

dengan berbagai bentuk, warna, aroma dan rasa,

umumnya tidak mencapai kualitas I.

Indonesia merupakan salah satu penghasil biji

dan fuli pala yang terbesar di pasaran dunia dimana

Page 22: PEDOMAN TEKNIS PENANGANAN PASCAPANEN PALA · PDF filePENGERTIAN DAN BATASAN Dalam Pedoman Teknis Penanganan Pascapanen Pala dan Fuli ini yang dimaksud dengan : a ... dibuat dari biji

13

pangsa pasarnya mencapai 60 %. Negara pesaing

penghasil biji pala yang cukup besar adalah Grenada

dan Sri Langka. Mutu Pala dari Grenada dan Sri

Langka lebih baik daripada Pala dari Indonesia,

padahal dari segi bahan bakunya, biji dan fuli pala

asal Indonesia sudah diakui kualitasnya dari jaman

dahulu, hanya penanganan pascapanennya masih

perlu lebih disempurnakan. Hal ini disebabkan karena

komoditas pala Indonesia sebagian besar dihasilkan

oleh perkebunan rakyat yaitu sekitar 98,84%, dengan

cara penanganan pascapanen yang masih tradisional

dengan peralatan seadanya dan dilakukan dengan

kurang higienis.

Mutu pala Indonesia termasuk kurang baik

disebabkan antara lain oleh adanya jamur Aspergillus

flavus yang menghasilkan aflatoxin. Kasus

pencemaran jamur ini ditemukan pada biji dan fuli

pala di negara pengekspor. Hal ini dapat disebabkan

oleh beberapa hal, antara lain:

1. Campuran beberapa jenis pala, buah muda dan

tua, buah yang sehat dan berpenyakit.

2. Proses pasca panen yang kurang higienis,

tercampur dengan berbagai kotoran.

Page 23: PEDOMAN TEKNIS PENANGANAN PASCAPANEN PALA · PDF filePENGERTIAN DAN BATASAN Dalam Pedoman Teknis Penanganan Pascapanen Pala dan Fuli ini yang dimaksud dengan : a ... dibuat dari biji

14

3. Pengeringan yang kurang baik, tidak

menggunakan lantai jemur yang dianjurkan, tanpa

alas dan berserakan di atas tanah dan jalan.

4. Kadar air yang masih tinggi diatas 12 %.

5. Bahan dan cara pengemasan yang kurang

memenuhi syarat.

Dalam rangka meningkatkan daya saing pala di

pasar Internasional dan untuk memenuhi keinginan

konsumen atas barang-barang yang aman untuk

dikonsumsi baik di dalam maupun di luar negeri,

serta untuk meningkatkan pendapatan petani, perlu

adanya peningkatan mutu pala diantaranya melalui

perbaikan cara antara lain penanganan pascapanen

pala, khususnya di tingkat petani.

IIVV.. PPRROOSSEESS PPAANNEENN DDAANN PPEENNAANNGGAANNAANN PPAASSCCAAPPAANNEENN PPAALLAA

Kualitas biji dan fuli pala dipengaruhi oleh faktor

pra-panen dan pascapanen. Faktor pra-panen

diantaranya adalah jarak tanam yang berpengaruh

terhadap ukuran biji dan pemeliharaan tanaman yang

Page 24: PEDOMAN TEKNIS PENANGANAN PASCAPANEN PALA · PDF filePENGERTIAN DAN BATASAN Dalam Pedoman Teknis Penanganan Pascapanen Pala dan Fuli ini yang dimaksud dengan : a ... dibuat dari biji

15

berpengaruh terhadap ketahanan buah pala terhadap

serangan hama dan penyakit. Sedangkan faktor

pascapanen yang berpengaruh adalah cara dan

waktu panen serta penanganan buah pala setelah

panen. Buah yang dipetik pada waktu masih muda,

akan menghasilkan biji dan fuli dengan kualitas yang

rendah. Demikian pula dengan penanganan buah

setelah panen yang kurang baik, misalnya

penjemuran yang dilakukan secara tergesa gesa atau

suhu pengeringan yang terlalu tinggi dapat

mengakibatkan biji pala banyak yang pecah atau

berkerut.

Penanganan biji dan fuli pala meliputi panen,

dan penanganan bahan yang meliputi pemisahan

daging buah, biji dan fuli serta pengeringan. Untuk

mendapatkan mutu hasil dengan kebersihan yang

tinggi, tahapan pekerjaan tersebut harus dilakukan

dengan cara dan pada waktu yang tepat.

4.1. Waktu dan Cara Panen 4.1.1 Waktu Panen Buah

Buah pala yang sudah masak petik umumnya

sudah berumur 9 bulan setelah pembungaan. Hal ini

Page 25: PEDOMAN TEKNIS PENANGANAN PASCAPANEN PALA · PDF filePENGERTIAN DAN BATASAN Dalam Pedoman Teknis Penanganan Pascapanen Pala dan Fuli ini yang dimaksud dengan : a ... dibuat dari biji

16

ditandai oleh warna buah yang berwarna kuning

kecoklatan, dimana beberapa buah sudah mulai

merekah (membelah) melalui alur belahnya, kulit biji

(tempurung) berwarna coklat tua sampai hitam dan

mengkilat, warna fuli memerah. Namun fuli adapula

yang berwarna putih, misalnya yang berasal dari

Tidore. Buah yang sudah mulai membelah sebaiknya

segera dipanen karena jika dibiarkan tetap di pohon

selama 2-3 hari, pembelahan buah menjadi

sempurna (buah terbelah dua) sehingga bijinya akan

jatuh ke tanah. Selain itu kalau kena hujan buah akan

membusuk.

4.1.2. Cara Panen Buah pala dapat dipetik langsung dari pohon

bila sudah masak petik dan dapat pula dipungut dari

buah yang sudah berjatuhan. Buah pala yang sudah

jatuh hendaknya diambil sedini mungkin karena dapat

dicemari hama bubuk biji Poecilips myristiceae dan

cendawan yang dapat menyebabkan busuknya biji

pala.

Pemetikan buah pala dapat dilakukan dengan

menggunakan galah yang dilengkapi dengan

Page 26: PEDOMAN TEKNIS PENANGANAN PASCAPANEN PALA · PDF filePENGERTIAN DAN BATASAN Dalam Pedoman Teknis Penanganan Pascapanen Pala dan Fuli ini yang dimaksud dengan : a ... dibuat dari biji

17

keranjang penampung buah pada ujungnya. Selain

itu dapat pula dilakukan dengan memanjat dan

memilih serta memetik buah pala yang sudah matang

dan dimasukkan ke dalam keranjang. Panen buah

dengan cara dijatuhkan akan mengurangi kualitas biji.

Buah yang telah dipetik segera dibelah, dipisahkan

daging buah, biji dan fulinya.

4.2. Pascapanen Pala

Buah pala terdiri dari 83,3% daging buah;

3,22% fuli; 3,94% tempurung biji, dan 9,54% daging

biji. Penampang melintang buah pala dapat dilihat

pada gambar 1 berikut :

Gambar 1. Penampang melintang buah pala

Daging buah

Fuli berwarna merah

Tempurung yang di dalamnya terdapat biji pala

Page 27: PEDOMAN TEKNIS PENANGANAN PASCAPANEN PALA · PDF filePENGERTIAN DAN BATASAN Dalam Pedoman Teknis Penanganan Pascapanen Pala dan Fuli ini yang dimaksud dengan : a ... dibuat dari biji

18

Setelah proses pemisahan, penanganan

pascapanen untuk bagian daging buah, biji dan fuli

dilakukan secara terpisah karena membutuhkan

kondisi yang berbeda. Proses tersebut adalah

sebagai berikut :

4.2.1. Pemisahan Daging Buah, Biji, dan Fuli

Setelah buah pala masak dikumpulkan, buah

dibelah dan antara daging buah, fuli dan bijinya

dipisahkan. Setiap bagian buah pala tersebut

ditempatkan pada wadah yang bersih dan kering.

Pelepasan fuli dari bijinya dilakukan dengan hati-hati,

dari ujung kearah pangkal, agar diperoleh fuli yang

utuh yang diklasifikasikan sebagai mutu yang tinggi.

Biji yang terkumpul dipilah pilah menjadi 3 jenis, yaitu

: (1) yang gemuk dan utuh; (2) yang kurus atau

keriput; dan (3) yang cacat.

4.2.2. Pengeringan Biji Pala

Proses pengeringan biji pala dilakukan secara bertahap yaitu :

Page 28: PEDOMAN TEKNIS PENANGANAN PASCAPANEN PALA · PDF filePENGERTIAN DAN BATASAN Dalam Pedoman Teknis Penanganan Pascapanen Pala dan Fuli ini yang dimaksud dengan : a ... dibuat dari biji

19

a. Pengeringan awal

Pengeringan awal adalah pengeringan

terhadap biji pala yang masih memiliki tempurung/

cangkang biji. Pengeringan dapat dilakukan dengan

cara dijemur di bawah sinar matahari atau

menggunakan alat pengering berupa para-para, dan

alat pengering mekanis. Pengeringan harus dilakukan

secara bertahap dan perlahan-lahan. Proses

pengeringan tidak dianjurkan untuk dilakukan pada

saat matahari terik. Pengeringan dengan cara

pengasapan dan alat pengering lain perlu

memperhatikan suhunya supaya tidak lebih dari

45oC, karena akan diperoleh biji pala dengan mutu

yang rendah yang disebabkan oleh mencairnya

kandungan lemak, biji menjadi keriput, rapuh dan

aromanya akan berkurang. Pengeringan biji dapat

berlangsung sekitar 9 hari tergantung dari cuaca

sekitarnya. Biji pala yang yang telah kering ditandai

dengan terlepasnya bagian kulit biji (cangkang)

dengan kadar air sekitar 8-10 %.

Page 29: PEDOMAN TEKNIS PENANGANAN PASCAPANEN PALA · PDF filePENGERTIAN DAN BATASAN Dalam Pedoman Teknis Penanganan Pascapanen Pala dan Fuli ini yang dimaksud dengan : a ... dibuat dari biji

20

b. Pengupasan tempurung/cangkang Biji

Biji-biji yang sudah kering kemudian dipecah

untuk memisahkan tempurung/cangkang dari biji

dengan daging biji. Pemecahan biji dapat dilakukan

secara manual dengan cara memecah biji

menggunakan pemukul atau menggunakan alat

pemecah biji. Pemisahan tempurung dilakukan

secara hati-hati dengan posisi tegak di atas matanya

agar biji tidak rusak. Luka pada daging biji akan

menurunkan kualitas. Daging biji tersebut disortir

berdasarkan ukuran besar kecilnya, dan biji yang

pecah dipisahkan dari yang utuh. Kriteria sortasi biji

berdasarkan ukuran adalah sebagai berikut :

1) Besar : dalam 1 Kg terdapat 120 butir isi biji.

2) Sedang : dalam 1 Kg terdapat sekitar 150 butir

isi biji.

3) Kecil : dalam 1 Kg terdapat sekitar 200 butir isi

biji.

c. Pengapuran

Untuk mencegah pembusukan dan gangguan

hama, daging biji pala dilapisi dengan larutan kapur.

Page 30: PEDOMAN TEKNIS PENANGANAN PASCAPANEN PALA · PDF filePENGERTIAN DAN BATASAN Dalam Pedoman Teknis Penanganan Pascapanen Pala dan Fuli ini yang dimaksud dengan : a ... dibuat dari biji

21

Pengapuran biji pala yang banyak dilakukan adalah

dengan cara basah, yaitu :

1) Kapur yang sudah disaring sampai lembut,

dibuat larutan kapur dalam bak besar/bejana

(seperti yang digunakan untuk mengapur atau

melabur dinding/tembok);

2) Isi biji pala ditaruh dalam keranjang kecil dan

dicelupkan dalam larutan kapur 2-3 kali dengan

digoyang-goyangkan demikian rupa sehingga

air kapur menyentuh semua biji ;

3) Selanjutnya isi biji itu diletakkan menjadi

tumpukan dalam gudang untuk diangin

anginkan sampai kering

d. Pengeringan akhir

Pengeringan lanjutan dilakukan setelah

pengupasan cangkang biji/ tempurung. Proses

pengeringan daging biji dilakukan perlahan-lahan dan

bertahap sampai mencapai kadar air 10-12%.

Pengeringan daging biji dapat berlangsung selama 3-

4 minggu.

Page 31: PEDOMAN TEKNIS PENANGANAN PASCAPANEN PALA · PDF filePENGERTIAN DAN BATASAN Dalam Pedoman Teknis Penanganan Pascapanen Pala dan Fuli ini yang dimaksud dengan : a ... dibuat dari biji

22

Sebaiknya pengeringan dilakukan di atas rak

yang diangkat sehingga jaraknya sekitar 1 meter di

atas tanah untuk menghindarkan cemaran dari

kotoran hewan maupun debu.

4.2.3. Sortasi Biji Pala

Sortasi akhir dilakukan berdasarkan : ukuran,

warna, keriput/tidak, ada lubang atau tidak. Pada

garis besarnya dibedakan menjadi tiga golongan

kualitas, kemudian tiap golongan kualitas masih

dipisahkan menjadi sub golongan kualitas :

1) Kualitas I (ABCD) : berasal dari buah yang

dipetik cukup tua dan permukaan biji licin.

Kualitas ABCD dibagi lagi menjadi kualitas A, B,

C, dan D berdasarkan ukurannya.

2) Kualitas II (Rimple atau SS) : keriput karena

berasal dari biji kurang tua atau pemanasan

yang melebihi 45oC. Kualitas ini dibagi lagi

menjadi R/A dan R/E berdasarkan ukurannnya.

3) Kualitas III (BWP = Broken, Wormy, Punky ) :

berasal dari buah yang muda, hasil

Page 32: PEDOMAN TEKNIS PENANGANAN PASCAPANEN PALA · PDF filePENGERTIAN DAN BATASAN Dalam Pedoman Teknis Penanganan Pascapanen Pala dan Fuli ini yang dimaksud dengan : a ... dibuat dari biji

23

pemungutan atau kerusakan waktu

penanganan pasca panen. Kualitas ini dibagi

lagi menjadi BWP I dan BWP II.

4.2.4. Pengeringan Fuli

Fuli memiliki nilai ekonomis yang tinggi

sehingga memerlukan perhatian dalam tahapan

pengeringannya. Tahapan pengeringan fuli adalah

sebagai berikut :

1. Fuli dilepas dari bijinya kemudian dihamparkan

pada alas yang bersih lalu dijemur pada panas

matahari secara perlahan-lahan selama beberapa

jam, kemudian diangin-anginkan.

2. Setelah setengah kering fuli dipipihkan bentuknya

dengan menggunakan alat mirip penggilingan,

kemudian dijemur kembali sampai kadar airnya

tinggal 10-12%. Warna fuli yang semula merah

cerah, setelah dikeringkan menjadi merah tua dan

akhirnya menjadi jingga. Dengan pengeringan

seperti ini dapat menghasilkan fuli yang kenyal

Page 33: PEDOMAN TEKNIS PENANGANAN PASCAPANEN PALA · PDF filePENGERTIAN DAN BATASAN Dalam Pedoman Teknis Penanganan Pascapanen Pala dan Fuli ini yang dimaksud dengan : a ... dibuat dari biji

24

(tidak rapuh) dan berkualitas tinggi sehingga nilai

ekonomisnya pun tinggi.

3. Sebaiknya pengeringan dilakukan di atas rak yang

diangkat sehingga jaraknya sekitar 1 meter di atas

tanah untuk menghindarkan cemaran dari kotoran

hewan maupun debu.

4. Penjemuran membutuhkan waktu sekitar 2–3 hari

kalau cuaca cerah. Pada keadaan cuaca yang

kurang baik, pengeringan akan tertunda dan akan

menghasilkan fuli dengan mutu yang kurang baik

karena berjamur dan warnanya kusam. Untuk

menghindarkan hal seperti di atas, pada waktu

musim hujan pengeringan dapat dilakukan dengan

memakai alat pengering dengan suhu rendah tidak

lebih dari 60oC untuk menghindarkan proses

pengeringan yang terlalu cepat yang akan

menyebabkan rapuhnya fuli dan hilangnya

sebagian minyak atsiri.

5. Setelah kering fuli disimpan dalam gudang yang

gelap selama sekitar 3 bulan. Warna fuli yang

semula merah api berubah menjadi merah tua dan

akhirnya menjadi kuning tua hingga oranye.

Page 34: PEDOMAN TEKNIS PENANGANAN PASCAPANEN PALA · PDF filePENGERTIAN DAN BATASAN Dalam Pedoman Teknis Penanganan Pascapanen Pala dan Fuli ini yang dimaksud dengan : a ... dibuat dari biji

25

Banyaknya fuli kering rata-rata 10% dari berat biji

pala.

4.2.5. Sortasi Fuli

Sortasi fuli dilakukan untuk meningkatkan nilai

tambah fuli. Sortasi fuli dilakukan dengan cara

memisahkan fuli yang utuh dari yang tidak utuh. Fuli

disortir menjadi dua golongan mutu, yaitu:

1. Gruis I yang dibagi lagi menjadi 2 golongan : Gruis

I/Amerika dan Gruis I/Eropa.

2. Gruis II yang dibagi lagi menjadi 2 golongan :

Gruis II/Amerika dan Gruis II/Eropa.

4.2.6. Penyimpanan Penyimpanan biji dan fuli dapat dilakukan

dengan cara sebagai berikut :

• Agar daging biji dan fuli memiliki mutu yang

baik, harus disimpan secara baik pada tempat

yang cukup kering dan teduh.

• Daging biji dan fuli yang telah melalui proses

pengeringan, dapat disimpan dalam karung

atau kaleng tertutup rapat.

Page 35: PEDOMAN TEKNIS PENANGANAN PASCAPANEN PALA · PDF filePENGERTIAN DAN BATASAN Dalam Pedoman Teknis Penanganan Pascapanen Pala dan Fuli ini yang dimaksud dengan : a ... dibuat dari biji

26

• Fuli yang tersimpan dalam tempat yang

tertutup rapat dan di tempat yang gelap

selama 3 bulan dapat meningkatkan mutunya.

4.2.7. Pengemasan

Tujuan pengemasan adalah untuk mencegah

kerusakan produk hingga ke tangan konsumen.

Pengemasan yang umum adalah dengan karung goni

karena dapat mencegah kerusakan dalam waktu

yang relatif lama. Pengemasan biji dan fuli pala

dilakukan secara sederhana. Pala yang telah disortir

dikemas dengan menggunakan karung goni berlapis

dua. Rata-rata dari setiap kualitas pala adalah

sebagai berikut:

a) Pala kupas ABCD dalam satu sak berat 90 kg.

b) Pala kupas RIMPEL dalam satu sak berat 80

kg.

c) Pala kupas BWP dalam satu sak berat 75 kg.

Khusus untuk pengemasan fuli biasanya

dilakukan dalam peti kayu (triplek) dengan berat rata-

rata 70-75 kg/peti. Hal-hal yang perlu diperhatikan

Page 36: PEDOMAN TEKNIS PENANGANAN PASCAPANEN PALA · PDF filePENGERTIAN DAN BATASAN Dalam Pedoman Teknis Penanganan Pascapanen Pala dan Fuli ini yang dimaksud dengan : a ... dibuat dari biji

27

sebelum dilakukan pengemasanan adalah: fuli yang

akan dipak harus difumigasi terlebih dahulu.

Apabila ada permintaan khusus dari konsumen

maka dapat dilakukan pengawetan biji pala dengan

fumigasi menggunakan zat methyl bromide (CH3B1)

atau Carbon bisulfide (BS2). Pemberian fumigant

pada biji Pala harus dilakukan di suatu ruang yang

tertutup rapat selama 2 x 24 jam.

Penanganan pascapanen terutama dalam

perlakuan pengeringan dan penyimpanan yang baik

dan benar dapat menghindarkan dari cemaran

aflatoxin karena jamur penyebab aflatoxin akan

tumbuh apabila kadar air yang terkandung dalam biji

pala tinggi. Oleh karena itu dalam proses

pengeringan dan selama dalam penyimpanan atau

pengangkutan kadar air perlu dipertahankan pada

batas aman untuk penyimpanan ( 8-10 oC)

V. STANDAR MUTU PALA 5.1. Standar Mutu Biji Pala

Standar mutu diperlukan untuk meningkatkan

mutu biji dan fuli pala dalam dunia perdagangan.

Page 37: PEDOMAN TEKNIS PENANGANAN PASCAPANEN PALA · PDF filePENGERTIAN DAN BATASAN Dalam Pedoman Teknis Penanganan Pascapanen Pala dan Fuli ini yang dimaksud dengan : a ... dibuat dari biji

28

Karakteristik biji pala yang diminta oleh ESA

(European Spices Association) adalah kadar abu 3

%, kadar abu yang tidak larut dalam asam 0,5 %,

kadar air 12 %, kadar minyak atsiri 6,5 %.

Standar mutu biji pala menurut SNI nomor SNI

01-0006-1993 dapat dilihat pada tabel 3 dan tabel 4.

Tabel 3. Spesifikasi persyaratan umum mutu biji pala.

No Jenis Uji Satuan Persyaratan 1 Kadar air (b/b) % maks.10 2 Biji berkapang % maks. 8 3 Serangga utuh mati ekor maks 4 4 Kotoran mamalia mg/ lbs maks. 0 5 Kotoran binatang lain mg/ lbs maks. 0 6 Benda asing (b/b) % maks. 0

Page 38: PEDOMAN TEKNIS PENANGANAN PASCAPANEN PALA · PDF filePENGERTIAN DAN BATASAN Dalam Pedoman Teknis Penanganan Pascapanen Pala dan Fuli ini yang dimaksud dengan : a ... dibuat dari biji

29

Tabel 4. Spesifikasi persyaratan khusus mutu biji pala.

Jenis Uji Jenis Mutu

Persyaratan

Jumlah Biji per ½ kg

Biji Rusak akibat serangga

(b/b)

Biji Pecahan (%)

Biji Keriput (%)

Keseragaman Maksimum

1. Calibrated Nutmeg (CN) a. CN 60-65 60 – 72 maks 2 maks. 2 maks 2 Seragam b. CN 70-75 77-83 maks. 2 maks. 2 maks 2 Seragam c. CN 80-85 88-94 maks. 2 maks 2 maks. 2 Seragam d. CN 90-95 99-105 maks. 2 maks 2 maks 2 Seragam e. CN 100-105 110-116 maks. 2 maks 2 maks 2 Seragam f. CN 110-115 121-127 maks. 2 maks 2 maks 2 Seragam g. CN > 120 > 132 maks. 2 maks 2 maks 2 Seragam 2. ABCD

Average maks 121

maks. 2 maks 2 maks 2

Tidak

dipersyaratkan 3. Rimpel Biji tidak

Dipersyaratkan Tidak

dipersyaratkan Tidak

dipersyaratkan maks 2

Tidak

dipersyaratkan 4. BWP Biji tidak

Dipersyaratkan Tidak

dipersyaratkan Tidak

dipersyaratkan maks 25 Tidak

dipersyaratkan

Page 39: PEDOMAN TEKNIS PENANGANAN PASCAPANEN PALA · PDF filePENGERTIAN DAN BATASAN Dalam Pedoman Teknis Penanganan Pascapanen Pala dan Fuli ini yang dimaksud dengan : a ... dibuat dari biji

30

5.2. Standar Mutu Fuli Kriteria untuk menentukan standar kualitas fuli

adalah berdasarkan SNI 01-0007-1993. Persyaratan

umum mutu fuli dapat dilihat pada tabel 5 berikut :

Tabel 5. Persyaratan umum mutu fuli.

No Jenis Uji Satuan Persyaratan 1 Kadar air(b/b) % maks.10 2 Kotoran mamalia mg/ lbs maks. 3 3 Kotoran binatang lain mg/ lbs maks 1 4 Benda asing (b/b) % maks. 0.5 5 Serangga utuh mati ekor maks. 4 6 Fuli berkapang (b/b) % maks. 2 7 Cemaran serangga (b/b) % maks 1

Sedangkan untuk persyaratan khusus, fuli

digolongkan ke dalam 5 golongan mutu, yaitu :

a. Mutu Whole I (mutu utuh I) : utuh dan pecahan

besar, sampai sekitar 1/3 dari utuh, warna kuning

dan atau kuning kemerahan sampai merah.

b. Mutu Whole II (mutu utuh II) : utuh dan pecahan

besar, sampai kira kira 1/3 dari utuh, berwarna

gelap/ buram.

c. Mutu Gruis/ Broken I (mutu pecah I): pecah-

pecah dengan ukuran sampai minimum 1/12 dari

Page 40: PEDOMAN TEKNIS PENANGANAN PASCAPANEN PALA · PDF filePENGERTIAN DAN BATASAN Dalam Pedoman Teknis Penanganan Pascapanen Pala dan Fuli ini yang dimaksud dengan : a ... dibuat dari biji

31

yang utuh, berwarna kuning atau kuning

kemerah–merahan sampai merah.

d. Mutu Gruis/ Broken II (mutu pecah II) : pecah-

pecah dengan ukuran sampai minimum 1/12 dari

yang utuh, berwarna buram atau kuning dan atau

kemerah merahan.

e. Black mace (fuli hitam) : yang tidak termasuk

whole (utuh), gruis (pecah) yang berwarna gelap

hampir hitam.

VI. PRASARANA DAN SARANA PENANGANAN PASCAPANEN PALA

Untuk mempermudah penanganan pascapanen

Pala, dibutuhkan prasarana dan sarana yang

memadai sehingga diharapkan diperoleh hasil

pascapanen yang bermutu tinggi. Sarana pendukung

dalam penanganan pascapanen pala antara lain

bangunan pasca panen, Alat dan Mesin, Wadah dan

Pembungkus.

Page 41: PEDOMAN TEKNIS PENANGANAN PASCAPANEN PALA · PDF filePENGERTIAN DAN BATASAN Dalam Pedoman Teknis Penanganan Pascapanen Pala dan Fuli ini yang dimaksud dengan : a ... dibuat dari biji

32

6.1 Bangunan Ada beberapa persyaratan yang harus

dipenuhi dalam pendirian bangunan, yaitu :

6.1.1 Persyaratan Lokasi Lokasi bangunan tempat penanganan

pascapanen harus memenuhi persyaratan sebagai

berikut:

a. Bebas dari pencemaran :

1) Bukan di daerah pembuangan

sampah/kotoran cair maupun padat.

2) Jauh dari peternakan, industri yang

mengeluarkan polusi yang tidak dikelola

secara baik dan tempat lain yang sudah

tercemar.

b. Pada tempat yang layak dan tidak di daerah

yang saluran pembuangan airnya buruk.

c. Dekat dengan sentra produksi sehingga

menghemat biaya transportasi dan menjaga

kesegaran produk

d. Sebaiknya tidak dekat dengan perumahan

penduduk

Page 42: PEDOMAN TEKNIS PENANGANAN PASCAPANEN PALA · PDF filePENGERTIAN DAN BATASAN Dalam Pedoman Teknis Penanganan Pascapanen Pala dan Fuli ini yang dimaksud dengan : a ... dibuat dari biji

33

6.1.2 Persyaratan Teknis dan Kesehatan Bangunan harus dibuat berdasarkan

perencanaan yang memenuhi persyaratan teknik dan

kesehatan sesuai dengan:

a. Jenis produk yang ditangani, sehingga mudah

dibersihkan, mudah dilaksanakan tindak sanitasi

dan mudah dipelihara.

b. Tata letak diatur sesuai dengan urutan proses

penanganan, sehingga lebih efisien.

c. Penerangan dalam ruang kerja harus cukup

sesuai dengan keperluan dan persyaratan

kesehatan serta lampu berpelindung.

d. Tata letak yang aman dari pencurian

6.1.3 Sanitasi

Bangunan harus dilengkapi dengan fasilitas

sanitasi yang dibuat berdasarkan perencanaan yang

memenuhi persyaratan teknik dan kesehatan.

a. Bangunan harus dilengkapi dengan sarana

penyediaan air bersih.

b. Bangunan harus dilengkapi dengan sarana

pembuangan yang memenuhi ketentuan yang

Page 43: PEDOMAN TEKNIS PENANGANAN PASCAPANEN PALA · PDF filePENGERTIAN DAN BATASAN Dalam Pedoman Teknis Penanganan Pascapanen Pala dan Fuli ini yang dimaksud dengan : a ... dibuat dari biji

34

ditetapkan dalam peraturan perundang-

undangan yang berlaku.

6.2 Alat dan Mesin Pada beberapa kegiatan penanganan

pascapanen pala skala kelompok menengah dan

besar dapat menggunakan alat/mesin. Proses ini

memerlukan biaya investasi yang relatif cukup besar.

Selain itu juga membutuhkan tenaga yang terlatih

dan biaya operasi untuk bahan bakar dan listrik. Alat

dan mesin yang dipergunakan untuk penanganan

pascapanen pala harus dibuat berdasarkan

perencanaan yang memenuhi persyaratan teknis,

kesehatan, ekonomis. Persyaratan peralatan dan

mesin yang digunakan dalam penanganan

pascapanen pala adalah sebagai berikut :

a. Permukaan yang berhubungan dengan bahan

yang diproses tidak boleh berkarat dan tidak

mudah mengelupas.

b. Mudah dibersihkan dan dikontrol.

c. Tidak mencemari hasil seperti unsur atau

fragmen logam yang lepas, minyak pelumas,

Page 44: PEDOMAN TEKNIS PENANGANAN PASCAPANEN PALA · PDF filePENGERTIAN DAN BATASAN Dalam Pedoman Teknis Penanganan Pascapanen Pala dan Fuli ini yang dimaksud dengan : a ... dibuat dari biji

35

bahan bakar, tidak bereaksi dengan produk,

jasad renik dan lain-lain.

d. Mudah dikenakan tindakan sanitasi.

6.3 Wadah dan Pembungkus Wadah dan Pembungkus berguna untuk

melindungi dan mempertahankan mutu hasil

terhadap pengaruh dari luar. Persyaratan yang harus

dipenuhi dalam pemakaian Wadah dan Pembungkus

adalah sebagai berikut :

a. Dibuat dari bahan yang tidak melepaskan bagian

atau unsur yang dapat mengganggu kesehatan

atau mempengaruhi mutu hasil.

b. Tahan/tidak berubah selama pengangkutan dan

peredaran.

c. Sebelum digunakan wadah harus dibersihkan

dan dikenakan tindakan sanitasi.

d. Wadah dan bahan pengemas disimpan pada

ruangan yang kering dan ventilasi yang cukup

dan dicek kebersihan dan infestasi jasad

pengganggu sebelum digunakan.

Page 45: PEDOMAN TEKNIS PENANGANAN PASCAPANEN PALA · PDF filePENGERTIAN DAN BATASAN Dalam Pedoman Teknis Penanganan Pascapanen Pala dan Fuli ini yang dimaksud dengan : a ... dibuat dari biji

36

VII. PELESTARIAN LINGKUNGAN

Pada prinsipnya penanganan pasca panen pala

harus memperhatikan keamanan. Oleh karena itu

harus dihindari terjadinya kontaminasi silang

terhadap beberapa aspek yaitu :

a. Fisik (kontaminasi dengan barang-barang asing

selain pala, misalnya : rambut, kotoran, dll);

b. Kimia (tercemar bahan-bahan kimia);

c. Biologi (tercemar jasad renik yang bisa berasal

dari pekerja yang sakit, kotoran/sampah di

sekitar yang membusuk)

Tidak kalah pentingnya adalah penanganan

limbah yang ramah lingkungan sehingga diperoleh

produk akhir yang bersih dan sehat (clean product).

Pada prinsipnya harus diperhatikan agar pemrosesan

suatu produk tidak menimbulkan masalah lingkungan.

Limbah yang dihasilkan harus dikelola dengan baik

dan benar, seperti misalnya : limbah yang berupa

bahan organik dapat diolah lebih lanjut menjadi

kompos; limbah yang berupa air harus dibuatkan

saluran dan pembuangannya yang baik sehingga

Page 46: PEDOMAN TEKNIS PENANGANAN PASCAPANEN PALA · PDF filePENGERTIAN DAN BATASAN Dalam Pedoman Teknis Penanganan Pascapanen Pala dan Fuli ini yang dimaksud dengan : a ... dibuat dari biji

37

tidak menimbulkan genangan yang dapat menjadi

sumber penyakit.

VIII. PENGAWASAN

Pelaksanaan pengawasan penanganan

pascapanen Pala dilakukan oleh Dinas yang

membidangi perkebunan baik di propinsi maupun

kabupaten/kota sehingga dapat mengatasi kendala

dan permasalahan dalam proses penanganan

pascapanen.

8.1. Sistem Pengawasan

Usaha penanganan pasca panen pala

menerapkan sistem pengawasan secara baik pada

titik kritis dalam proses penanganan pasca panen

untuk memantau kemungkinan adanya kontaminasi.

Instansi yang berwenang dalam bidang

perkebunan, melakukan pengawasan terhadap

pelaksanaan pengawasan manajemen mutu terpadu

yang dilakukan.

.

Page 47: PEDOMAN TEKNIS PENANGANAN PASCAPANEN PALA · PDF filePENGERTIAN DAN BATASAN Dalam Pedoman Teknis Penanganan Pascapanen Pala dan Fuli ini yang dimaksud dengan : a ... dibuat dari biji

38

8.2. Monitoring dan Evaluasi

Monitoring adalah kegiatan mengamati,

meninjau kembali, mempelajari, dan menilik yang

dilakukan secara terus menerus atau berkala disetiap

tingkatan kegiatan, untuk memastikan bahwa

kegiatan yang dilaksanakan berjalan sesuai dengan

rencana.

Evaluasi adalah suatu proses untuk

menentukan relevansi, efisiensi, efektivitas, dan

dampak kegiatan-kegiatan apakah sesuai dengan

tujuan yang akan dicapai secara sistematik dan

objektif, terdiri dari evaluasi saat berlangsung,

sebelum berlangsung, atau sesudah selesai.

Evaluasi dilakukan berdasarkan data dan informasi

yang dikumpulkan serta pengecekan/ kunjungan ke

usaha penanganan pasca panen pala

Monitoring dan evaluasi dilakukan oleh

Direktorat Jenderal Perkebunan dan dinas yang

membidangi perkebunan di propinsi /kabupaten/ kota.

Page 48: PEDOMAN TEKNIS PENANGANAN PASCAPANEN PALA · PDF filePENGERTIAN DAN BATASAN Dalam Pedoman Teknis Penanganan Pascapanen Pala dan Fuli ini yang dimaksud dengan : a ... dibuat dari biji

39

8.3. Pencatatan Usaha penanganan pasca panen pala

hendaknya melakukan pencatatan (recording) data

yang sistematis agar tersedia sewaktu-waktu

dibutuhkan. Data yang perlu dicatat adalah : data

bahan baku, jenis produksi, kapasitas produksi dan

permasalahan yang dihadapi dan rencana tindak

lanjutnya.

8.4. Pelaporan

Setiap usaha penanganan pascapanen Pala

agar dapat dilaporkan kepada dinas teknis yang

membina yaitu dinas kabupaten/ kota, selanjutnya

dinas kabupaten/ kota melaporkan kepada dinas

propinsi dan kepada Direktorat Jenderal Perkebunan.

Page 49: PEDOMAN TEKNIS PENANGANAN PASCAPANEN PALA · PDF filePENGERTIAN DAN BATASAN Dalam Pedoman Teknis Penanganan Pascapanen Pala dan Fuli ini yang dimaksud dengan : a ... dibuat dari biji

40

DAFTAR PUSTAKA

Badan Standardisasi Nasional .1993. SNI Biji pala Nomor 01-0006-1993.

Badan Standardisasi Nasional .1993. SNI Fuli Nomor 01-0007-1993

Direktorat Jenderal Perkebunan. 2011. Statistik Perkebunan Indonesia 2010-2012 Tanaman Rempah. In print

Direktorat Penanganan Pascapanen, Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian, Departemen Pertanian. 2006. Pedoman Umum Pascapanen Perkebunan Yang Baik dan Benar, Jakarta.

Keputusan Presiden Nomor 47 tahun 1986 tentang Peningkatan Penanganan pascapanen Hasil Pertanian

Nurdjannah, N. 2007. Teknologi Pengolahan Pala. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian.

Peraturan Menteri Nomor 44 tahun tahun 2009 tentang Pedoman Penanganan Pascapanen Hasil Pertanian Asal Tanaman yang Baik (Good Handling Practices)

Page 50: PEDOMAN TEKNIS PENANGANAN PASCAPANEN PALA · PDF filePENGERTIAN DAN BATASAN Dalam Pedoman Teknis Penanganan Pascapanen Pala dan Fuli ini yang dimaksud dengan : a ... dibuat dari biji

41

Rismunandar. 1990. Budidaya dan Tataniaga Pala. Penebar Swadaya. Jakarta.

Undang Undang Nomor 12 tahun 1992 tentang Sistem Budidaya Tanaman.

Page 51: PEDOMAN TEKNIS PENANGANAN PASCAPANEN PALA · PDF filePENGERTIAN DAN BATASAN Dalam Pedoman Teknis Penanganan Pascapanen Pala dan Fuli ini yang dimaksud dengan : a ... dibuat dari biji

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 53/Permentan/OT.140/9/2012

TENTANG

PEDOMAN PENANGANAN PASCAPANEN PALA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MENTERI PERTANIAN,

Menimbang : a. bahwa pala merupakan salah satu tanaman rempah yang memiliki nilai ekonomi tinggi dan multiguna serta merupakan salah satu komoditas ekspor terbesar di dunia;

b. bahwa dengan meningkatnya kebutuhan berbagai industri dan peranannya sangat penting dalam perekonomian nasional yang menggunakan bahan baku dari biji pala dan fuli serta semakin ketatnya kompetisi dalam era globalisasi terhadap bahan baku dengan mutu yang tinggi serta aman untuk dikonsumsi, perlu didukung dengan kesiapan teknologi dan sarana pascapanen yang cocok untuk kondisi petani;

c. bahwa atas dasar hal-hal tersebut di atas, dan agar menghasilkan pala dengan mutu sesuai persyaratan Standar Nasional Indonesia (SNI), perlu menetapkan Pedoman Penanganan Pascapanen Pala dengan Peraturan Menteri Pertanian;

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1992 tentang Sistem Budidaya Tanaman (Lembaran Negara

Page 52: PEDOMAN TEKNIS PENANGANAN PASCAPANEN PALA · PDF filePENGERTIAN DAN BATASAN Dalam Pedoman Teknis Penanganan Pascapanen Pala dan Fuli ini yang dimaksud dengan : a ... dibuat dari biji

43

Tahun 1992 Nomor 46, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3978);

2. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1996 tentang Pangan (Lembaran Negara Tahun 1996 Nomor 99, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3817);

3. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2004 tentang Perkebunan (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 85, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4411);

4. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara 4437);

5. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pambangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) (Lembaran Negara Tahun 2007 Nomor 33, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4700);

6. Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 1986 tentang Kewenangan Pengaturan, Pembinaan dan Pengembangan Industri (Lembaran Negara Tahun 1986 Nomor 23, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3330);

7. Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 1995 tentang Perbenihan Tanaman (Lembaran Negara Tahun 1995 Nomor 85, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3616);

8. Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 1997 tentang Kemitraan (Lembaran Negara Tahun 1997 Nomor 91, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3718);

9. Peraturan Pemerintah Nomor 102 Tahun 2000 tentang Standardisasi Nasional Indonesia (Lembaran Negara Tahun 2000 Nomor 199, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4020);

Page 53: PEDOMAN TEKNIS PENANGANAN PASCAPANEN PALA · PDF filePENGERTIAN DAN BATASAN Dalam Pedoman Teknis Penanganan Pascapanen Pala dan Fuli ini yang dimaksud dengan : a ... dibuat dari biji

44

10. Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 2002 tentang Karantina Tumbuhan (Lembaran Negara Tahun 2002 Nomor 35, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4196);

11. Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2004 tentang Keamanan, Mutu dan Gizi Pangan (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 107, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4424);

12. Keputusan Presiden Nomor 47 tahun 1986 tentang Peningkatan Penanganan Pascapanen Hasil Pertanian;

13. Keputusan Presiden Nomor 147 Tahun 1996 tentang Penanganan Pascapanen;

14. Keputusan Presiden Nomor 84/P Tahun 2009 tentang Pembentukan Kabinet Indonesia Bersatu II:

15. Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009 tentang Pembentukan dan Organisasi Kementerian Negara;

16. Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010 tentang Kedudukan, Tugas, dan Fungsi Kementerian Negara serta Susunan Organisasi, Tugas, dan Fungsi Eselon I Kementerian Negara;

17. Keputusan Menteri Pertanian Nomor 511/Kpts/ PD.310/9/2007 tentang Jenis Komoditi Tanaman Binaan Direktorat Jenderal Perkebunan, Direktorat Jenderal Tanaman Pangan dan Direktorat Jenderal Hortikultura, juncto Keputusan Menteri Pertanian Nomor 3599/Kpts/ PD.310/10/2009 tentang Perubahan Lampiran I Keputusan Menteri Pertanian Nomor 511/Kpts/PD.310/ 9/2010 tentang Jenis Komoditi Tanaman Binaan Direktorat Jenderal Perkebunan, Direktorat Jenderal Tanaman Pangan dan Direktorat Jenderal Hortikultura;

Page 54: PEDOMAN TEKNIS PENANGANAN PASCAPANEN PALA · PDF filePENGERTIAN DAN BATASAN Dalam Pedoman Teknis Penanganan Pascapanen Pala dan Fuli ini yang dimaksud dengan : a ... dibuat dari biji

45

18. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 58/Permentan/ OT.140/8/2007 tentang Pelaksanaan Sistem Standardisasi Nasional di Bidang Pertanian;

19. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 35/Permentan/ OT.140/7/2008 tentang Persyaratan dan Penerapan Cara Pengolahan Hasil Pertanian Asal Tumbuhan Yang Baik (Good Manufacturing Practices);

20. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 09/Permentan/ OT.140/2/2009 tentang Persyaratan dan Tata Cara Tindakan Karantina Tumbuhan Terhadap Pemasukan Media Pembawa Organisme Pengganggu Tumbuhan ke dalam Wilayah Negara Republik Indonesia;

21. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 11/Permentan/ OT.140/2/2009 tentang Persyaratan dan Tatacara Tindakan Karantina Tumbuhan Terhadap Pengeluaran dan Pemasukan Media Pembawa Organisme Pengganggu Tumbuhan Karantina Dari Suatu Area Ke Area Lain Di Wilayah Negara Republik Indonesia;

22. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 27/Permentan/ PP.340/5/2009 tentang Pengawasan Keamanan Pangan Terhadap Pemasukan dan Pengeluaran Pangan Segar Asal Tumbuhan juncto Peraturan Menteri Pertanian Nomor 38/Permentan/PP.340/8/2009;

23. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 44/Permentan/ OT.140/10/2009 tentang Pedoman Penanganan Pascapanen Hasil Pertanian Asal Tanaman Yang Baik (Good Handling Practices);

24. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 20/Permentan/ OT.140/02/2010 tentang Sistem Jaminan Mutu Pangan Hasil Pertanian;

25. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 61/Permentan/ OT.140/10/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pertanian;

Page 55: PEDOMAN TEKNIS PENANGANAN PASCAPANEN PALA · PDF filePENGERTIAN DAN BATASAN Dalam Pedoman Teknis Penanganan Pascapanen Pala dan Fuli ini yang dimaksud dengan : a ... dibuat dari biji

46

Memerhatikan : Ketentuan Badan Standardisasi Nasional 1993, Standar Mutu Biji Pala Indonesia (SNI-0006-1993);

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : PERATURAN MENTERI PERTANIAN TENTANG PEDOMAN PENANGANAN PASCAPANEN PALA.

Pasal 1

Pedoman Penanganan Pascapanen Pala sebagaimana tercantum pada Lampiran sebagai bagian tidak terpisahkan dengan Peraturan ini.

Pasal 2

Pedoman Penanganan Pascapanen Pala sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 sebagai acuan dalam pembinaan dan penanganan pascapanen tanaman pala.

Pasal 3

Peraturan ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, Peraturan Menteri Pertanian ini diundangkan dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia.

Page 56: PEDOMAN TEKNIS PENANGANAN PASCAPANEN PALA · PDF filePENGERTIAN DAN BATASAN Dalam Pedoman Teknis Penanganan Pascapanen Pala dan Fuli ini yang dimaksud dengan : a ... dibuat dari biji

47

Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 4 September 2012

MENTERI PERTANIAN,

SUSWONO

Diundangkan di Jakarta pada tanggal 12 September 2012 MENTERI HUKUM DAN HAM REPUBLIK INDONESIA

AMIR SYAMSUDIN BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2012 NOMOR 910