pedoman penyusunan formularium rs

24
PEDOMAN PENYUSUNAN FORMULARIUM RUMAH SAKIT RS ZAHIRAH Pedoman penyusunan formularium Page 1

Upload: robi-hari-setiawan

Post on 26-Dec-2015

1.316 views

Category:

Documents


17 download

DESCRIPTION

farmasi

TRANSCRIPT

Page 1: Pedoman Penyusunan Formularium Rs

PEDOMAN PENYUSUNAN

FORMULARIUM RUMAH SAKIT

RS ZAHIRAH

JAGAKARSA JAKARTA SELATAN

2014

Pedoman penyusunan formularium Page 1

Page 2: Pedoman Penyusunan Formularium Rs

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,atas berkah dan rahmat Nya, sehingga tersusunlah buku pedoman penyusunan formularium rumah sakit RS.Zahirah ini.

Saat ini kebutuhan akan standar obat-obatan merupakan suatu hal yang sangat penting, khususnya di Instalasi Farmasi, buku ini akan menjadi acuan bagi dokter untuk meresepkan obat dan acuan bagi Instalasi Farmasi dalam hal penyedia obat. Disamping itu, dalam rangka meningkatkan mutu rumah sakit dan melaksanakan visi dan misinya, diperlukan Pedoman Penyusunan Formularium Rumah Sakit agar senantiasa dapat menjaga mutu pelayanan khususnya dalam hal penyediaan obat-obatan yang diberikan kepada pasien.

Buku ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu masukan dan saran dari berbagai pihak sangat kami harapkan untuk revisi dikemudian hari.

Jakarta ,September 2014

Tim Penyusun

Pedoman penyusunan formularium Page 2

Page 3: Pedoman Penyusunan Formularium Rs

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Saat ini, biaya pengobatan di sarana pelayanan kesehatan khususnya rumah sakit semakin mahal.

Salah satu penyebab mahalnya biaya pengobatan adalah penggunaan obat yang tidak rasional.

Dalam konteks pengobatan, rasional berarti tepat diagnosa, tepat indikasi, tepat dosis, tepat

waktu pemberian dan juga tepat harga obatnya. Pilihan ini mencakup jenis obat dan ketepatan

kondisi pasien, dosis, waktu pemberian, rute pemberian, kombinasi obat, dan lamanya

pengobatan. Pada kenyataannya, pasien seringkali menerima obat yang kurang sesuai dengan

keadaan pasien itu sendiri sehingga pengobatan menjadi tidak efektif dan membutuhkan waktu

yang lebih lama untuk penyembuhannya. Semakin lama pasien dirawat di rumah sakit maka

semakin besar pulalah biaya yang harus dikeluarkan. Banyak juga kasus pasien yang mendapat

pengobatan yang tidak perlu atau penderita mendapat obat nama dagang yang sangat mahal

padahal ada obat generic yang mempunyai komposisi dan khasiat yang sama dengan nama obat

dagang tersebut. Ketidak rasionalan dalam pengobatan dapat disebabkan antara lain karena

kesalahan pemilihan obat.

Keragaman obat yang tersedia mengharuskan dikembangkan suatu program penggunaan obat

yang rasional di rumah sakit, guna memastikan bahwa penderita menerima perawatan yang

terbaik. Rumah sakit harus mempunyai system formularium yang meliputi kegiatan evaluasi,

penilaian dan pemilihan obat.

B. Tujuan

Umum

Sebagai pedoman dalam menyusun formularium di RS

Khusus

1. Pedoman pemilihan obat di rumah sakit

2. Memperbaiki pengelolaan obat di rumah sakit

3. Meningkatkan efisiensi penggunaan dana obat

4. Meningkatkan penggunaan obat secara rasional

5. Meningkatkan komunikasi antar profesi kesehatan

Pedoman penyusunan formularium Page 3

Page 4: Pedoman Penyusunan Formularium Rs

c. Sasaran

Sasaran pedoman ini adalah pimpinan rumah sakit, staf medic, instalasi farmasi rumah sakit, dan

KFT ( Komite Farmasi dan Terapi ).

C. Ruang Lingkup kegiatan KFT

Menyusun formularium yang menjadi dasar dalam penggunaan obat di rumah sakit dan

melakukan revisi formularium secara berkala

Bersama-sama staf medis menyusun standar terapi dan protocol penggunaan obat

Melaksanakan evaluasi penulisan resep dan penggunaan obat generic bersama-sama dengan

instalasi farmasi

Menyusun dan melaksanakan program evaluasi penggunaan obat dan menyebarluaskan hasil

evaluasi kepada seluruh staf medis dan pimpinan rumah sakit

Memberikan rekomendasi kepada pimpinan rumah sakit dalam pemilihan penggunaan obat

Memberikan rekomendasi tentang kebijakan dan prosedur pengelolaan obat di rumah sakit

Mengkoordinasikan pelaporan dan pemantauan efek samping obat

Menyusun program edukasi yang berkaitan dengan penggunaan obat untuk tenaga

professional kesehatan di rumah sakit

Mensosialisasikan semua kebijakan yang melibatkan KFT kepada professional kesehatan di

rumah sakit

D. Batasan Operasional

Formularium merupakan suatu dokumen yang secara terus menerus direvisi memuat sediaan

obat dan informasi penting lainnya yang merefleksikan keputusan klinik mutakhir dari staf

medic rumah sakit.

Daftar obat adalah daftar produk yang telah disetujui digunakan di rumah sakit dimana daftar

obat ini adalah daftar sederhana tanpa informasi tentang tiap produk obat hanya terdiri atas

nama generic, kekuatan dan bentuk.

Sistem formularium adalah suatu metode yang digunakan staf medic dari suatu rumah sakit

yang bekerja melalui KFT, mengevaluasi, menilai dan memilih dari berbagai zat aktif obat

dan bentuk sediaan yang dianggap terbaik dalam perawatan pasien dimana keberadaannya

sangat bermanfaat bagi rumah sakit karena rumah sakit hanya menyediakan jenis dan jumlah

Pedoman penyusunan formularium Page 4

Page 5: Pedoman Penyusunan Formularium Rs

obat sesuai kebutuhan pasien. Kebutuhan staf medic terhadap obat dapat terakomodasi,

karena perencanaan dan pengadaan kebutuhan obat di rumah sakit mengacu pada

formularium tersebut.

E. Landasan Hukum

1. Undang- undang nomor 36 tahun 2009 tentang kesehatan

2. Undang-undang nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit

3. Keputusan Menteri Kesehatan RI no 436/MENKES/SK/VI/93 tentang Standar Pelayanan

Rumah Sakit dan Pelayanan Medik di Rumah sakit

4. Keputusan Menteri Kesehatan RI No 1227/MENKES/SK/XI/2001 tentang Standar

Pelayanan Kefarmasian san Alat/Obat Kesehatan

5. Keputusan Menteri Kesehatan RI No 1197/MENKES/SK/X/2004 tentang Standar

Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit

6. Peraturan Menteri Kesehatan RI No 58 tahun 2014 tentang Standar Pelayanan

Kefarmasian di Rumah Sakit

7. Surat Keputusan Kepala Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta Nomor 14868/2010

tentang Pemberian Izin Operasional Tetap RSU Zahirah

Pedoman penyusunan formularium Page 5

Page 6: Pedoman Penyusunan Formularium Rs

BAB II

TINJAUAN UMUM

A. Komite Farmasi dan Terapi

1. Tujuan KFT

Tujuan utama dari Komite Farmasi dan Terapi adalah:

a. Memberi nasehat

Komite tersebut memberikan usulan penggunaan atau membantu di dalam

merumuskan kebijakan, metode untuk evaluasi, pemilihan dan pemakaian obat-

obatan di rumah sakit.

b. Di bidang pendidikan

Komite tersebut memberikan usulan atau membantu di dalam merumuskan program

yang dibuat guna memenuhi kebutuhan tenaga kesehatan professional (dokter,

perawat, apoteker dan tenaga kesehatan lainnya) akan pengetahuan yang terbaru dan

lengkap berkenaan dengan obat-obatan dan penggunaannya.

2. Fungsi Komite Farmasi dan Terapi

Fungsi utama dari KFT adalah sebagai penasehat dan di bidang pendidikan.

a. Sebagai penasehat, KFT memberikan rekomendasi kepada pimpinan RS mengenai

rumusan kebijakan dan prosedur untuk evaluasi, pemilihan dan penggunaan obat di

rumah sakit

b. Di bidang pendidikan, KFT merumuskan program yang berkaitan dengan edukasi

tentang obat dan penggunaannya kepada tenaga kesehatan di rumah sakit.

3. Struktur Organisasi

Penasehat : 1. Drs. H. Andi Tirlang

2. dr.Yulkanti Ruadewi,MARS

Ketua : dr. Lina,SpPD

Wakil Ketua : dr.Vidyaningtyas BA, M.Si.Med

Sekretaris : Endah Susanti,S.si,Apt

Pedoman penyusunan formularium Page 6

Page 7: Pedoman Penyusunan Formularium Rs

Bendahara : Dewi Haryanti

Seksi Kepesertaan dan Seleksi : Edwina Dharmawati,S.Farm

Anggota : Wahyu Wahidda

Seksi Angket dan Sosialisasi : Zr. Sarisa

Anggota : Zr. Iin Nayawati

Seksi Penyusunan Formularium : Endah Susanti, S.Si, Apt

Anggota : Syarifah Zurrahmah

4. Tata Kerja

KFT melakukan rapat rutin, agenda rapat harus disiapkan jauh hari sebelumnya agar

memungkinkan anggota untuk mempelajari masalah- masalah yang akan dibahas

dalam rapat.

Anggota yang berhalangan hadir dapat menunjuk wakilnya

Notulen rapat harus selalu didokumentasikan dengan baik oleh Sekretaris KFT

Usulan – usulan KFT harus disampaikan kepada pimpinan rumah sakit dan Komite

Medik

B. Format dan Penampilan Formularium

Format formularium sangat penting karena dapat menentukan kepraktisan penggunaan

sehari-hari dan efisiensi biaya penerbitan. Formularium dengan ukuran buku saku mudah

dibawa oleh professional kesehatan dan hal itu dapat meningkatkan penggunaan obat

formularium.

Formularium rumah sakit mempunyai komposisi sebagai berikut :

1. Sampul luar dengan judul formularium obat, nama rumah sakit, tahun berlaku, dan nomor

edisi

2. Daftar isi

3. Sambutan

4. Kata Pengantar

5. SK KFT, SK Pemberlakuan Formularium

Pedoman penyusunan formularium Page 7

Page 8: Pedoman Penyusunan Formularium Rs

6. Petunjuk penggunaan formularium

7. Informasi tentang kebijakan dan prosedur rumah sakit tentang obat

8. Monografi obat

9. Informasi khusus

10. Lampiran (formulir, indeks kelas terapi obat, indeks nama obat)

C. Manfaat formularium

Formularium yang dikelola dengan baik mempunyai manfaat untuk rumah sakit. Adapun

manfaat dimaksud mencakup antara lain :

1. Meningkatkan mutu dan ketepatan penggunaan obat di rumah sakit

2. Merupakan nahan edukasi bagi professional kesehatan tentang terapi obat yang rasional

3. Memberikan rasio manfaat-biaya yang tertinggi, bukan hanya sekedar mencari harga obat

yang termurah

4. Memudahkan professional kesehatan dalam memilih obat yang akan digunakan untuk

perawatan pasien

5. Memuat sejumlah pilihan terapi obat yang jenisnya dibatasi sehingga professional

kesehatan dapat mengetahui dan mengingat obat yang mereka gunakan secara rutin

6. IFRS dapat melakukan pengelolaan obat secara efektif dan efisien. Penghematan terjadi

karena IFRS tidak melakukan pembelian obat yang tidak perlu. Oleh karena itu, rumah

sakit mampu membeli dalam kuantitas yang lebih besar dari jenis obat yang lebih sedikit.

Apabila ada dua jenis obat yang indikasi terapinya sama, maka dipilih obat yang paling

cost effective.

Kegiatan yang dilakukan oleh apoteker dalam menjalankan peran tersebut antara lain:

1. Merekapitulasi usulan obat yang akan dibahas dalam rapat penyusunan formularium

2. Mengkaji informasi dari pustaka ilmiah yang terkait dengan obat yang diusulkan

3. Menyajikan data ketersediaan dan harga obat

4. Melakukan evaluasi terhadap usulan yang masuk

5. Menyiapkan informasi yang akan dimuat dalam formularium

6. Berpartisipasi aktif dalam rapat pembahasan penyusunan formularium

7. Berpartisipasi aktif dalam sosialisasi formularium

Pedoman penyusunan formularium Page 8

Page 9: Pedoman Penyusunan Formularium Rs

8. Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap implementasi formularium secara

berkesinambungan

9. Melakukan pengkajian penggunaan obat

Pedoman penyusunan formularium Page 9

Page 10: Pedoman Penyusunan Formularium Rs

BAB III

SISTEM FORMULARIUM

A. Evaluasi penggunaan obat

Bertujuan untuk menjamin penggunaan obat yang aman dan cost effective serta

meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan.

Evaluasi penggunaan obat dapat dilakukan dengan dua cara yaitu :

1. Pengkajian dengan mengambil data dari pustaka

Kegiatannya meliputi :

Mengumpulkan naskah ilmiah berkaitan dengan aspek keamanan, efektivitas dan

biaya dari jurnal ilmiah yang terpercaya.

Melakukan telaah ilmiah terhadap naskah yang didapat

2. Pengkajian dengan mengambil data sendiri, yaitu suatu proses terus menerus, sah secara

organisasi, terstruktur, ditujukan untuk memastikan bahwa obat digunakan secara tepat,

aman dan bermanfaat.

B. Penilaian

Setiap obat baru yang diusulkan untuk masuk dalam formularium harus dilengkapi dengan

informasi tentang kelas terapi, indikasi terapi, bentuk sediaan dan kekuatan, bioavailabilitas

dan farmakokinetik, kisaran dosis, efek samping dan efek toksik, perhatian khusus, kelebihan

obat baru ini dibandingkan dengan obat lama yang sudah tercantum di dalam formularium,

uji klinik, atau kajian epidemiologi yang mendukung keunggulannya, perbandingan harga

dan biaya pengobatan dengan obat atau cara pengobatan terdahulu. Kecuali yang memiliki

data bioekuivalensi (BE) dan/ atau rekomendasi tingkat I evidence-based medicine (EBM).

Obat yang terpilih masuk dalam formularium adalah obat yang memperlihatkan tingkatan

bukti ilmiah yang tertinggi untuk indikasi dan keamanannya. Bila dari segolongan obat yang

sama indikasinya memperlihatkan tingkatan bukti ilmiah khasiat dan keamanan yang sama

tinggi, maka pertimbangan selanjutnya adalah dalam hal ketersediaannya di pasaran, harga

dan biaya pengobatan yang paling murah.

Pedoman penyusunan formularium Page 10

Page 11: Pedoman Penyusunan Formularium Rs

C. Pemilihan Obat

Tahap pemilihan obat merupakan tahap yang paling sulit dalam proses penyusunan

formularium karena keputusan yang diambil memerlukan pertimbangan dari berbagai faktor :

1. Faktor Institusional (Kelembagaan)

Obat yang tercantum dalam formularium adalah obat yang sesuai dengan pola penyakit,

populasi penderita dan kebijakan lain rumah sakit.

2. Faktor Obat

Obat yang tercantum dalam formularium harus mempertimbangkan efektivitas,

keamanan, profil farmakokinetik dan farmakodinamik, ketersediaan obat dan fasilitas

untuk penyimpanan atau pembuatan, kualitas produk obat, reaksi obat yang merugikan

serta kemudahan dalam penggunaan. Produk obat telah memiliki izin edar dari

Departemen Kesehatan.

Sebelum memilih obat diperlukan adanya suatu kriteria yang digunakan oleh Tim Revisi

DOEN seperti :

1. Memiliki rasio manfaat resiko (benefit-risk ratio) yang paling menguntungkan penderita

2. Mutu terjamin termasuk stabilitas dan bioavailabilitas

3. Praktis dalam penyimpanan dan pengangkutan

4. Praktis dalam penggunaan dan penyerahan yang disesuaikan dengan tenaga, sarana dan

fasilitas kesehatan

5. Menguntungkan dalam hal kepatuhan dan penerimaan oleh penderita

6. Memiliki rasio manfaat-biaya (benefit-cost ratio) yang tertinggi berdasarkan biaya

langsung dan tidak langsung

7. Jika terdapat lebih dari satu pilihan yang memiliki efek terapi yang serupa, pilihan

dijatuhkan pada :

Obat yang sifatnya paling banyak diketahui berdasarkan data ilmiah

Obat dengan sifat farmakokinetik yang diketahui paling menguntungkan

Obat yang stabilitasnya lebih baik

Mudah diperoleh

Obat yang telah dikenal

8. Obat jadi kombinasi tetap, harus memenuhi kriteria berikut :

Pedoman penyusunan formularium Page 11

Page 12: Pedoman Penyusunan Formularium Rs

Obat hanya bermanfaat bagi penderita dalam bentuk kombinasi tetap

Kombinasi tetap harus menunjukkan khasiat dan keamanan yang lebih tinggi

daripada masing-masing komponen

Perbandingan dosis komponen kombinasi tetap merupakan perbandingan yang

tepat untuk sebagian besar penderita yang memerlukan kombinasi tersebut

Kombinasi tetap harus meningkatkan rasio manfaat-biaya (benefit-cost ratio)

Untuk antibiotika kombinasi tetap harus dapat mencegah atau mengurangi

terjadinya resisten dan efek merugikan lainnya

3. Faktor biaya

Setelah pertimbangan ilmiah dibuat, KFT harus mempertimbangkan biaya terapi obat

secara keseluruhan. Hal ini termasuk biaya sediaan obat, biaya penyiapan obat, biaya

pemberian obat dan biaya monitoring selama penggunaan obat. Obat terpilih adalah obat

dengan biaya terapi keseluruhan yang peling rendah.

D. Penggunaan Obat Non Formularium

Secara umum, hanya obat formularium yang disetujui untuk digunakan secara rutin dalam

pelayanan kesehatan di rumah sakit. Prinsip yang mendasari adanya proses untuk

menyetujuui pemberian obat non formularium adalah pada keadaan dimana penderita sangat

memerlukan terapi obat yang tidak tercantum di formularium, sebagai contoh :

1. Kasus tertentu yang jarang terjadi, misalnya kelainan hormon pada anak, penyakit kulit

langka

2. Perkembangan terapi yang sangat memerlukan adanya obat baru yang belum terakomodir

dalam formularium

3. Obat-obat yang sangat mahal dan penggunaannya dikendalikan secara ketat, misalnya:

obat sitostatika baru, antibiotic yang dicadangkan (reserved antibiotics)

Mekanisme proses pengajuan obat non formularium :

1. Dokter pengusul mengisi formulir dan disetujui oleh kepala SMF

2. Formulir diajukan ke KFT

3. Penilaian oleh KFT terhadap usulan yang disampaikan

4. Usulan yang disetujui disampaikan ke IFRS untuk diadakan

5. Usulan yang tidak disetujui dikembalikan ke SMF

Pedoman penyusunan formularium Page 12

Page 13: Pedoman Penyusunan Formularium Rs

Penilaian terhadap usulan obat non formularium cukup dilakukan oleh pelaksana harian KFT

(ketua, sekretaris dan salah satu anggota) agar tidak menghambat proses penyediaan obat non

formularium.

E. Kriteria penghapusan obat

1. Obat-obat yang jarang digunakan (slow moving) akan dievaluasi

2. Obat-obat yang tidak digunakan (death stock) setelah waktu 3(tiga) bulan maka akan

diingatkan kepada dokter-dokter terkait yang menggunakan obat tersebut. Apabila pada

3(tiga) bulan berikutnya tetap tidak/kurang digunakan, maka obat tersebut dikeluarkan

dari buku formularium

3. Obat-obat yang dalam proses penarikan oleh pemerintah/BPOM atau dari pabrikan

BAB IV

Pedoman penyusunan formularium Page 13

Page 14: Pedoman Penyusunan Formularium Rs

PENYUSUNAN FORMULARIUM

A. Proses Penyusunan Formularium

Proses penyusunan formularium di rumah sakit dapat dilakukan dengan mengikuti tahapan di

bawah ini :

1. Rekapitulasi usulan obat dari masing-masing SMF berdasarkan standar terapi atau

standar pelayanan medik

2. Mengelompokkan usulan obat berdasarkan kelas terapi

3. Membahas usulan tersebut dalam rapat KFT, jika diperlukan dapat meminta masukan

dari pakar

4. Rancangan hasil pembahasan KFT dikembalikan ke masing-masing SMF untuk

mendapatkan umpan balik

5. Membahas hasil umpan balik dari masing-masing SMF

6. Menetapkan daftar obat yang masuk ke dalam formularium

7. Susun kebijakan dan pedoman untuk implementasi

8. Lakukan edukasi mengenai formularium kepada staf dan lakukan monitoring KFT

bertanggung jawab dalam penyusunan/revisi formularium yang dibantu secara aktif

oleh IFRS

B. Isi Formularium

Formularium berisi tiga bagian utama yaitu :

1. Informasi kebijakan dan prosedur rumah sakit tentang obat

2. Daftar obat

Bagian ini merupakan inti dari formularium yang berisi informasi dari setiap obat disertai

satu atau lebih indeks untuk memudahkan penggunaan formularium. Nama obat disusun

dengan cara :

Pembagian kelas terapi merujuk kepada DOEN yang berlaku

Nama obat perkelas terapi dituliskan dalam nama generic berdasarkan abjad

3. Informasi khusus

Informasi khusus tergantung pada kebutuhan masing-masing rumah sakit.

Contoh :

Tabel ekivalensi dosis dari obat yang sama golongan farmakologinya

Pedoman penyusunan formularium Page 14

Page 15: Pedoman Penyusunan Formularium Rs

Cara perhitungan dosis untuk anak

Daftar racun yang dapat didialisis

Cara perhitungan penyesuaian dosis

Interaksi obat

Daftar obat dengan indeks terapi sempit

C. Pemberlakuan dan distribusi formularium

Kepatuhan penggunaan formularium memerlukan dukungan dari pimpinan rumah sakit

berupa surat keputusan tentang pemberlakuan formularium. Sosialisasi harus dilakukan

kepada seluruh profesional kesehatan dengan cara: pertemuan/safari, surat edaran, dan

penyerahan buku formularium ke masing-masing SMF.

D. Distribusi formularium

Formularium didistribusikan kepada:

1. Unit pelayanan untuk penderita rawat inap, rawat jalan, rawat darurat

2. Instalasi farmasi dan seluruh satelit/depo farmasi

3. Pimpinan rumah sakit

4. Pusat pelayanan informasi obat

5. Bagian/SMF

6. Anggota staf medic dan apoteker

7. Perpustakaan

8. Bagian pengadaan

9. Bagian lain yang dianggap perlu

E. Evaluasi kepatuhan penggunaan formularium

Evaluasi dapat dilakukan secara menyeluruh atau sebagian tergantung pada sumber daya

yang tersedia.

Indikator untuk menilai kepatuhan penggunaan formularium terdiri dari:

1. Kepatuhan penulisan resep sesuai formularium

Rumus perhitungan dan contoh :

Jumlah item obat yang diresepkan sesuai formularium x 100%

Pedoman penyusunan formularium Page 15

Page 16: Pedoman Penyusunan Formularium Rs

Jumlah seluruh item obat dalam formularium

Catatan: Diperlukan di analisis penyebab ketidakpatuhan dan selanjutnya dilakukan

upaya untuk meningkatkan tingkat kepatuhan penulisan resep melalui sosialisasi

formularium maupun supervise di masing-masing bagian.

2. Kepatuhan pengadaan sesuai formularium

Rumus perhitungan dan contoh :

Jumlah item produk obat yang diadakan sesuai formularium x 100%

Jumlah seluruh item produk obat yang ada dalam formularium

Catatan: Diperlukan analisis penyebab ketidakpatuhan dan selanjutnya dilakukan upaya

untuk meningkatkan tingkat kepatuhan pengadaan. Arahan dari direksi sangat penting

karena pengadaan merupakan kunci keberhasilan penulisan resep.

Penyebab ketidakpatuhan penulisan resep obat formularium maupun pengadaan antara lain :

1. Sistem formularium tidak berjalan dengan baik di rumah sakit

2. Tidak adanya surat keputusan pimpinan rumah sakit untuk menggunakan formularium,

sehingga staf medic tidak merasa berkewajiban menggunakan formularium

3. Tidak adanya sosialisasi formularium oleh KFT kepada staf medik, sehingga staf medik

tidak mengenal formularium

4. Tidak adanya supervisi secara regular guna mengingatkan staf medik untuk

menggunakan obat yang ada dalam formularium

5. KFT tidak berfungsi dengan baik

6. Formularium tidak pernah direvisi sesuai dengan kebutuhan penderita dan staf medik

7. Apoteker di IFRS tidak berperan sebagaimana seharusnya

8. Tidak adanya mekanisme penghargaan dan hukuman (rewards and punishment)

9. Adanya konflik kepentingan dari pihak yang terlibat dalam pengadaan

BAB V

Pedoman penyusunan formularium Page 16

Page 17: Pedoman Penyusunan Formularium Rs

PENUTUP

Buku pedoman ini diharapkan dapat digunakan sebagai acuan bagi rumah sakit dalam menyusun

formularium yang baik.

Formularium yang disusun oleh Komite Farmasi dan Terapi merupakan pedoman pemilihan dan

penggunaan obat yang paling bermanfaat bagi pasien dan akan mendorong penggunaan obat

yang rasional di rumah sakit. Adanya formularium di rumah sakit diharapkan dapat

menyederhanakan penyediaan obat, membatasi penggunaan obat yang tidak perlu dan

meningkatkan efisiensi biaya pengobatan.

Diharapkan dengan tersusunnya formularium di rumah sakit, akan memberikan sumbangan

terhadap peningkatan mutu pelayanan kesehatan di rumah sakit.

Pedoman penyusunan formularium Page 17