pedoman pengendalian gratifikasilpmpntb.kemdikbud.go.id/assets/files/zi-wbk/... · 2020. 4. 30. ·...
TRANSCRIPT
PEDOMAN
PENGENDALIAN GRATIFIKASI
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN LEMBAGA PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN
NUSA TENGGARA BARAT
TAHUN 2020
i
PEDOMAN PENGENDALIAN GRATIFIKASI TPG-LPMP NTB
KATA PENGANTAR
Gratifikasi merupakan pemberian dalam arti luas. Pengaturan dan penyebutan gratifikasi
secara spesifik dikenal sejak disahkannya Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang
Perubahan atas Undang-undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak
Pidana Korupsi (UU Tipikor). Undang-undang memberikan kewajiban bagi pegawai negeri
atau penyelenggara negara di setiap Kementerian/Lembaga dan Pemerintah Daerah untuk
melaporkan pada KPK setiap penerimaan gratifikasi yang berhubungan dengan jabatan dan
berlawanan dengan tugas atau kewajiban penerima. Jika gratifikasi yang dianggap pemberian
suap tersebut tidak dilaporkan pada KPK, maka terdapat resiko pelanggaran hukum baik pada
ranah administratif ataupun pidana.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) melalui Peraturan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 29 Tahun 2019 tentang Pengendalian Gratifikasi di
Lingkungan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan menekankan upaya serius dari
Kemdikbud dalam mewujudkan penyelenggaraan pemerintahan yang bersih dan bebas dari
korupsi, kolusi dan nepotisme melalui upaya pengendalian gratifikasi sebagai perwujudan
integritas pegawai di lingkungan Kemdikbud, salah satunya membentuk dan mengoptimalkan
peran Unit Pengendalian Gratifikasi di tingkat pusat dan Tim Pengendalian Gratifikasi di
tingkat Satuan Kerja atau Unit Pelaksana Teknis di daerah.
Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan Nusa Tenggara Barat (LPMP Nusa Tenggara Barat)
sebagai salah satu Unit Pelaksana Teknis di lingkungan Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan memiliki visi “Terwujudnya pendidikan dasar dan pendidikan menengah
berstandar nasional menuju insan Nusa Tenggara Barat yang cerdas dan berdaya saing”.
Maka diperlukan sebuah Lembaga yang memiliki tata kelola birokrasi yang efektif, efisien
dan akuntabel serta pelibatan publik khusunya dalam pelaksanaan penjaminan mutu
Pendidikan. Untuk itu diperlukan sistem yang teratur dan terukur serta sumber daya manusia
yang bersih dan profesional untuk mendukung terwujudnya visi lembaga tersebut.
Oleh karena itu untuk mendukung terwujudnya tata kelola birokrasi yang efektif, efisien dan
akuntabel serta terbebas dari korupsi, kolusi dan nepotisme, LPMP Nusa Tenggara Barat
menerbitkan Pedoman Pengendalian Gratifikasi sebagai acuan dan dasar bagi seluruh
Pegawai LPMP Nusa Tenggara Barat dalam menyikapi segala bentuk gratifikasi.
Pedoman Pengendalian Gratifikasi ini secara umum bertujuan untuk meningkatkan
pemahaman dan kepatuhan seluruh pegawai LPMP Nusa Tenggara Barat terhadap ketentuan
ii
PEDOMAN PENGENDALIAN GRATIFIKASI TPG-LPMP NTB
gratifikasi dan membentuk serta menciptakan lingkungan LPMP Nusa Tenggara Barat yang
sadar dan paham dalam menangani/mengendalikan segala bentuk gratifikasi sehingga
tercipta tata kelola birokrasi yang efektif, efisien dan akuntabel serta terbebas dari korupsi,
kolusi dan nepotisme.
Semoga Pedoman Pengendalian Gratifikasi ini dapat diimplementasikan secara menyeluruh
dan dapat memberikan dampak positif terhadap kinerja yang dilakukan khususnya untuk
Pegawai dan LPMP Nusa Tenggara Barat dan umumnya untuk masyarkat serta bangsa dan
negara.
Mataram, 27 April 2020
Kepala
LPMP Nusa Tenggara Barat,
Mohamad Mustari, Ph.D
NIP. 19640411 198603 1 003
iii
PEDOMAN PENGENDALIAN GRATIFIKASI TPG-LPMP NTB
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ..............................................................................................................i
DAFTAR ISI .............................................................................................................................iii
I. LATAR BELAKANG ..................................................................................................1
II. DASAR HUKUM .........................................................................................................2
III. MAKSUD DAN TUJUAN ...........................................................................................2
IV. DEFINISI ......................................................................................................................3
V. TANGGUNG JAWAB DAN KOMITMEN PIMPINAN ............................................4
VI. PRINSIP PENGENDALIAN GRATIFIKASI .............................................................5
VII. KATEGORI GRATIFIKASI ........................................................................................7
VIII. PENGELOLA PENGENDALIAN GRATIFIKASI ................................................... 13
IX. IMPLEMENTASI ....................................................................................................... 14
X. SARANA PELAPORAN............................................................................................ 15
XI. SANKSI DAN PENGHARGAAN ............................................................................. 15
XII. PERLINDUNGAN PELAPOR GRATIFIKASI ........................................................ 15
XIII. KETENTUAN TAMBAHAN .................................................................................... 16
1
PEDOMAN PENGENDALIAN GRATIFIKASI TPG-LPMP NTB
PEDOMAN
PENGENDALIAN GRATIFIKASI
I. LATAR BELAKANG
Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan Nusa Tenggara Barat (LPMP Nusa Tenggara
Barat) sebagai Unit Pelaksana Teknis di lingkungan Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan memiliki visi “Terwujudnya pendidikan dasar dan pendidikan
menengah berstandar nasional menuju insan Nusa Tenggara Barat yang cerdas
dan berdaya saing”. Maka diperlukan sebuah Lembaga yang memiliki tatakelola
birokrasi yang efektif, efisien dan akuntabel serta pelibatan publik khusunya dalam
pelaksanaan penjaminan mutu Pendidikan. Untuk itu diperlukan sistem yang teratur
dan terukur serta sumber daya manusia yang bersih dan profesional untuk mendukung
terwujudnya visi lembaga tersebut.
Selaras dengan hal itu, LPMP Nusa Tenggara Barat di tahun 2020 ini sedang
mempersiapkan diri untuk menuju Zona Integritas, yakni predikat yang diberikan
kepada instansi pemerintah yang pimpinan dan jajarannya mempunyai komitmen
untuk mewujudkan WBK/WBBM melalui reformasi birokrasi, khususnya dalam hal
pencegahan korupsi dan peningkatan kualitas pelayanan publik yang kemudian
disingkat menjadi Zona Integritas-Wilayah Bebas Korupsi (ZI-WBK).
Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya LPMP Nusa Tenggara Barat tentu banyak
melakukan interaksi dan komunikasi dengan berbagai pihak, baik internal Lembaga
maupun eksternal seperti, pendidik dan tenaga kependidikan, pegawai dinas
Pendidikan, dan stakeholder lainnya serta masyarakat umum. Terkait dengan hal itu
sangatlah mungkin terjadinya pemberian hadiah atau jamuan dari satu pihak ke pihak
lainnya.
Pedoman Pengendalian Gratifikasi ini bertujuan untuk meningkatkan pemahaman
tentang gratifikasi, menguraikan proses pelaporan, aspek pencegahan dan penindakan,
serta pengenalan Sistem Pengendalian Gratifikasi. Sehingga, keberadaan Pedoman ini
diharapkan dapat membantu LPMP Nusa Tenggara Barat menerapkan sistem
pengendalian gratifikasi, sehingga terwujud pemerintahan yang tatakelola birokrasi
yang efektif, efisien dan akuntabel serta terbebas dari korupsi, kolusi dan nepotisme.
Pedoman Pengendalian Gratifikasi secara umum menguraiakan :
1. Maksud danTujuan serta Definisi
2
PEDOMAN PENGENDALIAN GRATIFIKASI TPG-LPMP NTB
2. Tanggung Jawab dan Komitmen Pimpinan
3. Prinsip Pengendalian Gratifikasi
4. Kategori Gratifikasi
5. Pengelola Pengendalian Gratifikasi
6. Implementasi dan Proses Pelaporan
7. Sanksi dan Penghargaan
8. Perlindungan terhadap pelapor.
II. DASAR HUKUM
1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggara Negara yang
Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme;
2. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional;
3. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Korupsi
jo Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2019 tentang Perubahan Kedua Atas UU No.
30 Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Korupsi;
4. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara;
5. Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2018 tentang Strategi Nasional Pencegahan
Korupsi;
6. Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Nomor 11 Tahun 2018 Tentang
Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pendidikan Dan Kebudayaan;
7. Peraturan Menteri Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 10 Tahun
2019 tentang Pedoman Pembangunan Zona Integritas Wilayah Bebas Korupsi;
8. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 29 Tahun 2019 tentang
Pengendalian Gratifikasi di Lingkungan Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan;
9. Pedoman Pengendalian Gratifikasi Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Tahun
2015;
10. Surat Keputusan Kepala Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan Nusa Tenggara
Barat Nomor : 477/C7.47/KP/2020 tentang Tim Pengendalian Gratifikasi di
Lingkungan LPMP Nusa Tenggara Barat Tahun 2020.
III. MAKSUD DAN TUJUAN
1. Meningkatkan pemahaman dan kepatuhan seluruh pegawai LPMP Nusa Tenggara
Barat terhadap ketentuan gratifikasi;
3
PEDOMAN PENGENDALIAN GRATIFIKASI TPG-LPMP NTB
2. Membentuk lingkungan LPMP Nusa Tenggara Barat yang sadar dan paham dalam
menangani/mengendalikan segala bentuk gratifikasi;
3. Menciptakan lingkungan LPMP Nusa Tenggara Barat tatakelola birokrasi yang
efektif, efisien dan akuntabel serta terbebas dari korupsi, kolusi dan nepotisme.
IV. DEFINISI
1. LPMP Nusa Tenggara Barat adalah Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan Nusa
Tenggara Barat.
2. Pegawai LPMP Nusa Tenggara Barat adalah seluruh Aparatur Sipil Negara yang
bekerja di LPMP Nusa Tenggara Barat.
3. Atasan langsung adalah orang yang memiliki pangkat atau jabatan yang
berkedudukan lebih tinggi dan mempunyai kewenangan langsung terhadap
bawahannya.
4. Pimpinan adalah Pejabat struktural di lingkungan LPMP Nusa Tenggara Barat
yakni, Kepala Kantor, Kepala Subbag Umum dan Kepala Seksi.
5. Keluarga Inti adalah suami atau isteri dan anak-anak dari pegawai lembaga.
6. Kedinasan adalah seluruh aktivitas resmi LPMP Nusa Tenggara Barat yang
berhubungan dengan pelaksanaan tugas dan fungsi serta jabatannya.
7. Pelapor adalah wajib lapor gratifikasi yang menyampaikan laporan atas penolakan,
penerimaan, pemberian dan permintaan hadiah/fasilitas atau gratifikasi
sebagaimana diatur dalam pedoman ini.
8. Pemberi adalah pegawai LPMP Nusa Tenggara Barat dan/atau pihak ketiga yang
memberikan gratifikasi.
9. Penerima adalah pegawai LPMP Nusa Tenggara Barat dan/atau keluarga inti yang
menerima gratifikasi.
10. Pihak Ketiga adalah orang perseorangan dan/atau badan hukum yang memiliki
atau tidak memiliki hubungan bisnis dengan lembaga maupun mitra kerja Pihak
Ketiga.
11. Kegiatan adalah segala proses yang berkaitan dengan penggunaan anggaran negara
untuk kepentingan pendidikan khususnya dan masyarakat umumnya serta untuk
kepentingan negara.
12. Gratifikasi yaitu pemberian dalam arti luas, yakni meliputi pemberian uang,
barang, rabat (discount), komisi, pinjaman tanpa bunga, tiket perjalanan, fasilitas
penginapan, perjalanan wisata, pengobatan cuma-cuma, dan fasilitas lainnya.
4
PEDOMAN PENGENDALIAN GRATIFIKASI TPG-LPMP NTB
Gratifikasi tersebut baik yang diterima secara langsung atau melalui keluarga inti,
diterima di dalam negeri maupun di luar negeri dan yang dilakukan dengan
menggunakan sarana elektronik atau tanpa sarana elektronik.
13. Benturan Kepentingan (Conflict of Interest) adalah situasi atau kondisi di mana
Pegawai LPMP Nusa Tenggara Barat yang mendapatkan kekuasaan dan
kewenangan, memiliki atau diduga memiliki kepentingan pribadi/golongan atas
setiap penggunaan kekuasaan dan kewenangan yang dimilikinya, sehingga dapat
mempengaruhi kualitas dan kinerja yang seharusnya.
14. Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) adalah komisi/lembaga negara yang
dibentuk untuk melaksanakan tugas dan wewenangnya secara independen dan
bebas dari pengaruh kekuasaan manapun, sebagaimana diatur dalam Undang-
Undang Nomor 19 Tahun 2019 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang
nomor 30 Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Korupsi.
15. Tim Pengendali Gratifikasi atau yang disingkat TPG adalah tim yang terdiri dari
beberapa orang pegawai LPMP Nusa Tenggara Barat yang diangkat berdasarkan
Surat Keputusan dan bertugas sebagai unit yang ditunjuk untuk melaksanakan
pemantauan dan pengendalian Gratifikasi di lingkungan LPMP Nusa Tenggara
Barat.
16. Wajib Lapor Gratifikasi adalah Pegawai LPMP Nusa Tenggara Barat yang bekerja
dan menerima upah di dalam hubungan kerja dengan LPMP Nusa Tenggara Barat
yang menyampaikan laporan gratifikasi sebagaimana diatur dalam pedoman ini.
V. TANGGUNG JAWAB DAN KOMITMEN PIMPINAN
Pedoman ini disiapkan oleh TPG diperiksa dan disahkan oleh Kepala LPMP Nusa
Tenggara Barat. Pelaksanaan prosedur ini menjadi tanggung jawab semua pihak yang
terkait dalam prosedur ini. Komitmen Pimpinan menjadi sangat penting dalam
mewujudkan cita-cita ini yang bisa dilakukan dengan contoh nyata pelaporan
gratifikasi, pengalokasian anggaran, sumber daya manusia, kewenangan kepada TPG
serta penegakan reward and punishment atas aturan etika memberi dan menerima
gratifikasi, merupakan syarat utama agar aturan gratifikasi dapat lebih
terimplementasi secara berkesinambungan. Kolaborasi dari perangkat dan komitmen
pimpinan, diharapkan dapat mengoptimalkan implementasi aturan gratifikasi
sehingga pengelolaannya dapat memberikan manfaat yang signifikan bagi para
pegawai, LPMP Nusa Tenggara Barat dan pemangku kepentingan yang lain.
5
PEDOMAN PENGENDALIAN GRATIFIKASI TPG-LPMP NTB
VI. PRINSIP PENGENDALIAN GRATIFIKASI
Pengendalian gratifikasi merupakan serangkaian kegiatan yang bertujuan untuk
mengendalikan penerimaan gratifikasi melalui peningkatan pemahaman dan
kesadaran pelaporan gratifikasi secara transparan dan akuntabel sesuai peraturan
perundang-undangan. Dalam menjalankan kegiatan pengendalian gratifikasi, terdapat
sejumlah prinsip-prinsip utama, yaitu:
1. Prinsip Transparansi
Prinsip keterbukaan ini tercermin dari adanya mekanisme pelaporan atas
penerimaan gratifikasi kepada TPG. Mekanisme pelaporan tersebut merupakan
sarana bagi pegawai negeri/penyelenggara negara untuk menguji dan menjamin
keabsahan penerimaan-penerimaan yang diperoleh dalam kaitan dengan
jabatannya selaku pegawai negeri/penyelenggara negara.
2. Prinsip Akuntabilitas
Prinsip akuntabilitas diimplementasikan sebagai bentuk kewajiban dari pegawai
negeri/penyelenggara negara yang telah diberikan amanah untuk menjalankan
tugas dan kewenangan dalam jabatan yang diembannya, untuk tidak menerima
pemberian dalam bentuk apapun terkait dengan jabatannya dan melaporkan pada
TPG dalam hal terdapat penerimaan gratifikasi yang dianggap suap.
3. Prinsip Kepastian Hukum
Prinsip ini berarti, sesuai dengan konsepsi Indonesia sebagai Negara hukum.
Proses penerimaan laporan, pencarian informasi, telaah/analisis dan penetapan
status kepemilikan gratifikasi dilakukan sesuai dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
4. Prinsip Kemanfaatan
Prinsip ini mengacu pada aspek pemanfaatan barang gratifikasi yang telah
ditetapkan menjadi milik Negara untuk sebesar-besarnya kepentingan Negara.
Sedangkan gratifikasi lain yang tidak dianggap suap namun terkait dengan
kedinasan, kemanfaatan patut diarahkan pada kemanfaatan oleh institusi dan
kemanfaatan bagi masyarakat tidak mampu, sehingga dalam kondisi tertentu
gratifikasi yang tidak dianggap suap namun terkait dengan kedinasan dapat
disumbangkan pada panti asuhan atau lembaga sosial lainnya yang membutuhkan.
6
PEDOMAN PENGENDALIAN GRATIFIKASI TPG-LPMP NTB
5. Prinsip Kepentingan Umum
Prinsip Kepentingan Umum merupakan perwujudan dari implementasi konsep
rakyat sebagai pemilik kedaulatan sehingga pengaturan dan keputusan yang
diambil dalam penyelenggaraan Negara diarahkan untuk sebesar-besarnya bagi
kepentingan rakyat. Prinsip ini juga menekankan pada sikap untuk mendahulukan
kepentingan masyarakat banyak dibanding kepentingan pribadi. Dalam konteks
pengendalian gratifikasi, prinsip kepentingan umum terwujud dari tidak meminta
dan menerima pemberian-pemberian dari masyarakat terkait dengan pelayanan
atau pekerjaan yang dilakukan. Dan jika dalam kondisi tertentu terjadi
penerimaan maka wajib dilaporkan pada TPG. Pelaporan tersebut merupakan
bentuk sikap pegawai negeri/penyelenggara negara mengesampingkan
kepentingan pribadi dan tetap konsisten menjalankan tugas sebagai abdi Negara.
6. Prinsip Independensi
Bagi pelapor gratifikasi, prinsip independensi ini ditunjukkan dengan sikap
menolak setiap pemberian dalam bentuk apapun yang terkait dengan jabatannya
atau melaporkan penerimaan gratifikasi yang dianggap suap kepada TPG.
Pelaporan tersebut akan memutus potensi pengaruh pada independensi
penerimaan gratifikasi dalam menjalankan tugas dan kewenangannya.
7. Perlindungan Pelapor Gratifikasi
Pelapor gratifikasi akan mendapatkan perlindungan dan dipastikan tidak terdapat
intimidasi dan diskriminasi dalam aspek kepegawaian terhadap diri pelapor.
Berdasarkan prinsip-prinsip diatas, maka semua pegawai LPMP Nusa Tenggara Barat
yang karena jabatannya dan berlawanan dengan tugas dan kewajibannya, dan atau
anggota keluarga inti (suami/istri, anak) DILARANG untuk menerima atau meminta
atau memberi hadiah berupa uang, bingkisan/parsel, fasilitas, dan segala bentuk
gratifikasi lainnya, baik secara langsung maupun tidak langsung dari seluruh
pemangku kepentingan (stakeholders) Lembaga sesuai dengan ketentuan yang diatur
dalam pedoman ini dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Alasan menerima meminta memberi gratifikasi yang dimaksud antara lain namun
tidak terbatas pada tujuan untuk mempengaruhi kebijakan, keputusan, atau perlakuan
pemangku kewenangan; mempengaruhi pelayanan terkait dengan tugas, wewenang
dan tanggung jawabnya; mempengaruhi proses penerimaan, promosi, atau mutasi
7
PEDOMAN PENGENDALIAN GRATIFIKASI TPG-LPMP NTB
pejabat pegawai; mendapatkan informasi, atau sesuatu hal yang tidak dibenarkan oleh
ketentuan perundang- undangan yang berlaku, atau untuk mempengaruhi pihak
dimaksud untuk melakukan dan/atau tidak melakukan suatu hal berkaitan dengan
kedudukan atau jabatannya.
VII. KATEGORI GRATIFIKASI
A. Penolakan Gratifikasi
Semua pegawai LPMP Nusa Tenggara Barat yang karena jabatannya dan
berlawanan dengan kewajiban atau tugasnya, dan atau anggota keluarga inti
(suami/istri, anak) DILARANG menerima secara langsung atau tidak langsung
gratifikasi dari setiap pihak yang memiliki hubungan bisnis, yang berupa/dalam
bentuk uang, barang, rabat (discount), komisi, pinjaman tanpa bunga, tiket
perjalanan, fasilitas penginapan, perjalanan wisata, pengobatan cuma-cuma, dan
fasilitas lainnya yang memberikan keuntungan pribadi terhadap diri dan
keluarganya yang diterima baik di dalam negeri maupun di luar negeri dan yang
dilakukan dengan menggunakan sarana elektronik atau tanpa sarana elektronik.
Terhadap tawaran/pemberian gratifikasi yang tidak sesuai dengan ketentuan yang
diatur dalam Pedoman ini, pegawai LPMP Nusa Tenggara Barat wajib
MELAKUKAN PENOLAKAN secara sopan dan santun terhadap
tawaran/pemberian dimaksud dengan memberikan penjelasan tentang Pedoman
ini kepada pihak pemberi dan apabila diperlukan dapat menyampaikan aturan ini
kepada pihak ketiga sebagai bagian dari sosialiasi aturan ini.
Atas penolakan penerimaan gratifikasi yang telah dilakukan maka pegawai
LPMP Nusa Tenggara Barat tersebut harus melaporkan kepada Tim Pengendali
Gratifikasi sebagai alat pemantau kepatuhan pegawai LPMP Nusa Tenggara
Barat terhadap Pedoman Pengendalian Gratifikasi.
B. Penerimaan Gratifikasi
1. Gratifikasi yang wajib dilaporkan
Gratifikasi dalam kategori ini merupakan penerimaan dalam bentuk apapun
yang diperoleh pegawai LPMP Nusa Tenggara Barat dari pihak-pihak yang
diduga memiliki keterkaitan dengan jabatan penerima. Gratifikasi tersebut
merupakan penerimaan yang dilarang atau tidak sah secara hukum. Dengan
kata lain, sesuai dengan rumusan Pasal 12B Undang-undang Nomor 20 Tahun
8
PEDOMAN PENGENDALIAN GRATIFIKASI TPG-LPMP NTB
2001 tentang Perubahan atas Undang-undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, hal itu disebut juga gratifikasi yang
berhubungan dengan jabatannya dan yang berlawanan dengan kewajiban atau
tugasnya.
Perlakuan:
Atas penerimaan gratifikasi tersebut pada prinsipnya harus DITOLAK.
Namun, dalam kondisi tidak dapat dilakukan penolakan dikarenakan antara
lain:
a. Tidak diketahui proses pemberiannya (pegawai LPMP Nusa Tenggara
Barat tidak mengetahui waktu dan lokasi proses penerimaan) serta tidak
diketahui identitas dan alamat pemberi.
b. Penolakan menyebabkan terganggunya Nama baik LPMP Nusa Tenggara
Barat.
Maka atas penerimaan gratifikasi tersebut wajib dilaporkan kepada TPG
selambat-Iambalnya 7 (tujuh) hari kerja sejak penerimaan gratifikasi.
Dengan pegawai LPMP Nusa Tenggara Barat melaporkan gratifikasi yang
diterima kepada TPG maka pelanggaran ketentuan gratifikasi yang dianggap
suap oleh pegawai menjadi tidak berlaku.
Contoh gratifikasi kategori ini adalah:
a. Penerimaan uang terima kasih dari rekanan setelah proses lelang atau
proses lainnya yang berhubungan dengan jabatan penerima.
b. Penerimaan hadiah dalam arti luas misalnya uang, barang, fasilitas,
akomodasi, dari mitra/rekanan yang diketahui atau patut diduga diberikan
karena kewenangan yang berhubungan dengan jabatannya dan yang
berlawanan dengan kewajiban atau tugasnya.
c. Penerimaan hadiah dalam bentuk apapun dari pengusaha terkait kenaikan
pangkat pegawai sebagai tanda perkenalan.
d. Penerimaan fasilitas entertainment, fasilitas wisata, voucher, dari rekanan
yang tidak relevan (di luar scope pekerjaan) dengan pelaksanaan tugas
dan kewajiban yang diterima dari instansi.
e. Penerimaan uang/barang dari pihak yang memiliki hubungan jabatan dan
potensi konflik kepentingan kepada pegawai LPMP Nusa Tenggara Barat
dalam suatu kegiatan seperti pesta pernikahan, kelahiran, aqiqah, baptis,
khitanan, potong gigi, upacara agama/adat tradisi lainnya yang melebihi
9
PEDOMAN PENGENDALIAN GRATIFIKASI TPG-LPMP NTB
Rp 1.000.000,00 (satu juta rupiah) per pemberian per orang.
f. Penerimaan uang/barang dari pihak yang memiliki hubungan jabatan dan
memiliki potensi konflik kepentingan dengan penerima terkait
musibah/bencana yang dialami oleh pegawai LPMP Nusa Tenggara
Barat, Bapak/lbu, Mertua, Suami/lstri/Anak yang melebihi Rp 1.000.000
(satu juta rupiah) per pemberian per orang.
g. Penerimaan uang/barang dari pihak yang memiliki hubungan jabatan dan
memiliki potensi konflik kepentingan kepada Pegawai LPMP Nusa
Tenggara Barat dalam rangka pisah sambut, pensiun, promosi jabatan,
dan ulang tahun yang melebihi nilai yang setara dengan Rp 300.000,00
(tiga ratus ribu rupiah) per pemberian per orang dengan total pemberian
Rp 1.000.000 (satu juta rupiah) dalam 1 (satu) tahun dari pemberi yang
sama.
2. Gratifikasi yang terkait kedinasan
Dalam acara resmi kedinasan atau penugasan yang dilaksanakan oleh pegawai
LPMP Nusa Tenggara Barat, pemberian-pemberian seperti plakat,
cinderamata, goody bag/gimmick, dan fasilitas pelatihan lainnya merupakan
praktik yang dianggap wajar dan tidak berseberangan dengan standar etika
yang berlaku. Penerimaan tersebut juga dipandang dalam konteks hubungan
antar perusahaan/lembaga/ instansi.
Secara filosofis, gratifikasi yang diterima oleh pegawai LPMP Nusa Tenggara
Barat tersebut ditujukan atau diperuntukkan kepada LPMP Nusa Tenggara
Barat, bukan kepada personal yang mewakili LPMP Nusa Tenggara Barat.
Karakteristik gratifikasi dalam kedinasan sebagai berikut:
a. Diperoleh secara sah dalam penugasan resmi.
b. Diberikan secara terbuka dalam rangkaian acara kedinasan. Pengertian
terbuka di sini dapat dimaknai cara pemberian yang terbuka, yaitu
disaksikan atau diberikan di hadapan para peserta yang lain, atau adanya
tanda terima atas pemberian yang diberikan.
c. Berlaku umum, yaitu suatu kondisi pemberian yang diberlakukan sama
dalam jenis, bentuk persyaratan dan nilai (mengacu pada standar biaya
umum) untuk semua peserta dan memenuhi prinsip kewajaran atau
kepatutan; dan,
10
PEDOMAN PENGENDALIAN GRATIFIKASI TPG-LPMP NTB
d. Selain bentuk-bentuk gratifikasi yang dinyatakan tidak wajib dilaporkan
dalam rangka kegiatan kedinasan.
Perlakuan:
Atas gratifikasi dalam kedinasan dapat DITERIMA oleh penerima dan
DILAPORKAN ke TPG untuk kemudian dilakukan penilaian oleh TPG.
Maka atas penerimaan gratifikasi dalam kedinasan harus dilaporkan kepada
Tim Pengendali Gratitikasi (TPG) selambat-Iambatnya 7 (tujuh) hari kerja
sejak penerimaan gratifikasi terjadi.
Dengan pegawai LPMP Nusa Tenggara Barat melaporkan gratifikasi yang
diterima kepada Tim Pengendali Gratifikasi maka pelanggaran ketentuan
gratifikasi dalam kedinasan oleh pegawai LPMP Nusa Tenggara Barat
menjadi tidak berlaku.
Contoh gratifikasi dalam kategori ini adalah:
a. Penerimaan fasilitas transportasi, akomodasi, uang saku, jamuan makan,
cinderamata dalam kegiatan yang terkait pelaksanaan tugas, dan
kewajiban di lembaga dari mitra/rekanan berdasarkan penunjukan dan
penugasan resmi dari LPMP Nusa Tenggara Barat.
b. Penerimaan plakat, vandel, goody bag/gimmick dari panitia seminar,
lokakarya, pelatihan, yang keikutsertaannya didasarkan pada
penunjukan dan penugasan resmi dari LPMP Nusa Tenggara Barat.
c. Penerimaan hadiah pada waktu kegiatan kontes/kompetisi terbuka yang
diselenggarakan oleh LPMP Nusa Tenggara Barat, instansi atau lembaga
lain berdasarkan penunjukan atau penugasan resmi.
d. Penerimaan honor, insentif, penghasilan lain dalam bentuk uang atau
setara uang sebagai kompensasi atas pelaksanaan tugas sebagai
pembicara/narasumber/konsultan atau fungsi serupa lainnya yang
diterima pegawai LPMP Nusa Tenggara Barat dari instansi/lembaga lain
berdasarkan penugasan resmi dari lembaga mengacu ke standar yang
ditetapkan.
3. Gratifikasi yang tidak wajib dilaporkan
Gratifikasi yang tidak perlu dilaporkan adalah gratifikasi yang berlaku umum;
tidak bertentangan dengan perundang-undangan yang berlaku, dipandang
11
PEDOMAN PENGENDALIAN GRATIFIKASI TPG-LPMP NTB
sebagai wujud ekspresi keramahtamahan/ penghormatan dalam hubungan
sosial dalam batasan nilai yang wajar serta pemberian yang berada dalam
ranah adat-istiadat, kebiasaan dan Norma yang ada dalam masyarakat dalam
batasan nilai yang wajar.
Karakteristik gratifikasi seperti ini secara umum adalah:
a. Berlaku umum, yaitu suatu kondisi pemberian yang diberlakukan sarna
dalam hal jenis, bentuk, persyaratan atau nilai, untuk semua peserta dan
memenuhi prinsip kewajaran atau kepatutan;
b. Tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku;
c. Dipandang sebagai wujud ekspresi, keramah-tamahan, penghormatan
dalam hubungan sosial antar sesama dalam batasan nilai yang wajar; atau,
d. Merupakan bentuk pemberian yang berada dalam ranah adat istiadat,
kebiasaan, dan Norma yang hidup di masyarakat dalam batasan nilai yang
wajar.
Perlakuan:
Atas penerimaan gratifikasi yang tidak wajib dilaporkan, dapat diterima dan
dinikmati (dimiliki pemanfaatannya) oleh penerima tanpa ada kewajiban
pelaporan kepada TPG.
Contoh gratifikasi dalam kategori ini adalah:
a. Pemberian karena hubungan keluarga, yaitu kakek/nenek,
bapak/ibu/mertua, suami/istri, anak/menantu, cucu, besan, paman/bibi,
kakak/adikipar, sepupu dan keponakan, sepanjang tidak memiliki konflik
kepentingan;
b. Hadiah (tanda kasih) dalam bentuk uang atau barang yang memiliki nilai
jual dalam penyelenggaraan pesta pernikahan, kelahiran, aqiqah, baptis,
khitanan, atau upacara adat/agama lainnya dengan batasan nilai per
pemberi dalam setiap acara paling banyak Rp 1.000.000,00 (satu juta
rupiah);
c. Pemberian terkait dengan Musibah atau Bencana yang dialami oleh
penerima, bapak/ibu/mertua, suami/istri, atau anak penerima gratifikasi
paling banyak Rp 1.000.000,00 (satu juta rupiah);
d. Pemberian sesama pegawai LPMP Nusa Tenggara Barat dalam rangka
pisah sambut, pensiun, promosi jabatan, dan ulang tahun yang tidak
12
PEDOMAN PENGENDALIAN GRATIFIKASI TPG-LPMP NTB
dalam bentuk uang atau tidak berbentuk setara uang (cek, bilyet, giro,
saham, deposito, voucher, pulsa, dll) yang paling banyak Rp 300.000,00
(tiga ratus ribu rupiah) per pemberian per orang dengan total pemberia Rp
1.000.000,00 (satu juta rupiah) dalam 1 (satu) tahun dari pemberi yang
sama;
e. Hidangan atau sajian yang berlaku umum;
f. Prestasi akademis atau non akademis yang diikuti dengan menggunakan
biaya sendiri seperti kejuaraan, perlombaan atau kompetisi tidak terkait
kedinasan;
g. Keuntungan atau bunga dari penempatan dana, investasi atau kepemilikan
saham pribadi yang berlaku umum;
h. Manfaat bagi seluruh peserta koperasi pegawai berdasarkan keanggotaan
koperasi pegawai yang berlaku umum;
i. Seminar kit yang berbentuk seperangkat modul dan alat tulis serta
sertifikat yang diperoleh dari kegiatan resmi kedinasan seperti rapat,
seminar, workshop, konferensi, pelatihan, atau kegiatan lain sejenis yang
berlaku umum;
j. Penerimaan hadiah atau tunjangan baik berupa uang atau barang yang ada
kaitannya dengan peningkatan prestasi kerja yang diberikan oleh lembaga
sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku; atau,
k. Diperoleh dari kompensasi atas profesi di luar kedinasan, yang tidak
terkait dengan tupoksi dari lembaga, tidak memiliki konflik kepentingan
dan tidak melanggar aturan yang berlaku di lembaga.
C. Pemberian Gratifikasi
Semua pegawai LPMP Nusa Tenggara Barat DILARANG MEMBERI
GRATIFIKASI kepada Pihak Ketiga baik secara langsung maupun tidak
langsung.
D. Permintaan Gratifikasi
Pegawai LPMP Nusa Tenggara Barat apabila diminta untuk memberikan
gratifikasi yang tidak sesuai dengan ketentuan pemberian, hendaknya melakukan
PENOLAKAN secara sopan dan santun terhadap permintaan tersebut dengan
memberikan penjelasan terkait Pedoman Gratifikasi kepada peminta dan apabila
13
PEDOMAN PENGENDALIAN GRATIFIKASI TPG-LPMP NTB
diperlukan dapat menyampaikan Pedoman tersebut sebagai bagian dari sosialiasi.
Apabila permintaan menjurus kepada pemerasan dan/atau pemaksaan yang terkait
dengan kelancaran proses operasi Kegiatan, pegawai LPMP Nusa Tenggara Barat
dimaksud WAJIB melaporkan permintaan tersebut kepada Atasan Langsung
terkait sesuai dengan jenis permintaannya. Atas laporan permintaan yang
menjurus pemerasan tersebut, maka Atasan Langsung tersebut menyampaikan
kepada TPG untuk dapat dianalisis sesuai Pedoman ini dan ketentuan lainnya,
dan apabila diperlukan dikonsultasikan dengan pihak-pihak yang berkompeten
termasuk KPK.
E. Alternatif Pemanfaatan Penerimaan Gratifikasi
Atas penerimaan gratifikasi yang telah diputuskan pemanfaatannya menjadi milik
LPMP Nusa Tenggara Barat, maka alternatif pemanfaatan yang dapat dilakukan
yaitu:
1. Dikembalikan kepada pemberi gratifikasi atau;
2. Disumbangkan kepada yayasan/panti sosial kemasyarakatan.
3. Dimanfaatkan oleh LPMP Nusa Tenggara Barat untuk kegiatan operasional,
sebagai barang display, atau perpustakaan.
VIII. PENGELOLA PENGENDALIAN GRATIFIKASI
Pengelola Pengendalian Gratifikasi dilaksanakan oleh TPG yang merupakan unit
atau tim yang dibentuk atau ditunjuk oleh Kepala LPMP Nusa Tenggara Barat yang
memiliki tugas dan fungsi utama yaitu melaksanakan pemantauan dan pengendalian
gratifikasi di lingkungan lembaga. Pelaksana fungsi pengendalian gratifikasi ini
memiliki tugas dan kewenangan sebagai berikut:
1. Menerima, meriviu dan mengadministrasikan laporan penerimaan, penolakan
dan pemberian gratifikasi dari insan Perusahaan;
2. Menyalurkan laporan penerimaan, penolakan dan pemberian Gratifikasi kepada
KPK untuk dilakukan analisis dan penetapan status kepemilikan gratifikasinya
oleh KPK;
3. Menyampaikan hasil pengelolaan laporan gratifikasi dan usulan Pedoman
Pengendalian Gratifikasi kepada Kepala LPMP Nusa Tenggara Barat;
4. Memberikan rekomendasi tindak lanjut kepada TPG jika terjadi pelanggaran
atas Pedoman ini oleh pegawai.
14
PEDOMAN PENGENDALIAN GRATIFIKASI TPG-LPMP NTB
5. Melakukan pengkajian titik rawan potensi terjadinya gratifikasi di lingkungan
LPMP Nusa Tenggara Barat.
6. Mengusulkan Kebijakan/Pedoman pengelolaan, pembentukan lingkungan anti
gratifikasi dan pencegahan korupsi di lingkungan LPMP Nusa Tenggara Barat.
7. Mengkoordinasikan kegiatan diseminasi aturan etika gratifikasi kepada pihak
internal dan eksternal lembaga.
8. Dalam impelementasinya, TPG dapat mengusulkan dan membuat sistem
pengelolaan gratifikasi berbasis Teknologi Informasi.
9. TPG dibentuk oleh LPMP Nusa Tenggara Barat yang dikukuhkan dengan Surat
Keputusan Kepala antara lain mengatur susunan organisasi dan uraian kerja
pelaksanaan fungsi pengendalian gratifikasi.
IX. IMPLEMENTASI
Dalam rangka menjamin bahwa Pedoman ini dapat diketahui oleh seluruh Pegawai
LPMP Nusa Tenggara Barat dan seluruh pihak ketiga yang berhubungan dengan
Kegiatan, agar seluruh pihak-pihak yang terkait di lingkungan Lembagauntuk
melakukan hal-hal sebagai berikut:
1. Mencantumkan ketentuan larangan penerimaan dan atau pemberian gratifikasi
(hadiah/fasilitas) pada setiap pengumuman dalam proses pengadaan barang/jasa
dan/atau
pada kontrak pengadaan barang/jasa serta pada surat-surat yang disampaikan
kepada mitra/rekanan atau pihak ketiga lainnya.
2. Menugaskan kepada TPG di lingkungan LPMP Nusa Tenggara Barat untuk
secara terus menerus memberikan informasi dan sosialisasi kepada seluruh
pegawai maupun pihak ketiga/eksternal terkait dengan adanya Pedoman
Pengendalian Gratifikasi.
3. Menugaskan kepada seluruh unit atau tim terkait yang memiliki hubungan kerja
dengan pihak ketiga untuk melakukan penyampaian Pedoman Pengendalian
Gratifikasi kepada seluruh pihak terkait dalam mata rantai pemasok di
lingkungan LPMP Nusa Tenggara Barat (Penyedia Barang/Jasa, Agen,
Distributor, Konsultan, Auditor/Assessor, dan Pelanggan).
4. Memberikan informasi yang jelas kepada pihak manapun terkait dengan
ketentuan yang terdapat dalam Pedoman Pengendalian Gratifikasi.
15
PEDOMAN PENGENDALIAN GRATIFIKASI TPG-LPMP NTB
5. Menugaskan TPG memonitor pelaksanaan/implementasi Pedoman ini dan
memberikan laporan secara berkala setiap tahun kepada Kepala LPMP Nusa
Tenggara Barat termasuk laporan-Iaporan yang timbul setelah adanya ketentuan
ini.
X. SARANA PELAPORAN
Setiap peristiwa gratifikasi yang diatur dalam pedoman ini, yaitu penerimaan
gratifikasi, penolakan gratifikasi, pemberian gratifikasi, dan permintaan gratifikasi
beserta tindak lanjut penanganannya wajib dibuatkan pelaporannya. Untuk pelaporan
gratifikasi dapat mengisi formulir online pada link sebagai berikut:
https://tinyurl.com/gratifikasiLPMPNTB atau menghubungi kontak TPG,
HP/WA. 08…………………
XI. SANKSI DAN PENGHARGAAN
Sanksi dan penghargaan yang diberikan terhadap pelanggaran maupun kepatuhan dan
ketaatan terhadap ketentuan dalam Pedoman Pengendalian Gratifikasi akan
diberlakukan sesuai dengan ketentuan yang berlaku internal di LPMP Nusa Tenggara
Barat serta ketentuan yang berlaku secara umum.
XII. PERLINDUNGAN PELAPOR GRATIFIKASI
1. Pelapor yang patuh terhadap ketentuan Gratifikasi berhak untuk mendapatkan
upaya perlindungan dari LPMP Nusa Tenggara Barat berupa:
a. Perlindungan dari tindakan balasan atau perlakuan yang bersifat
administratif kepegawaian yang tidak objektif dan merugikan Pelapor
seperti namun tidak terbatas pada penurunan peringkat jabatan, penurunan
penilaian, usulan pemindahan tugas/mutasi atau hambatan karir lainnya;
b. Pemindahtugasan/mutasi internal bagi Pelapor dalam hal timbul intimidasi
atau ancaman fisik terhadap pelapor;
c. Bantuan hukum sesuai dengan ketentuan yang berlaku di lingkungan
lembaga.
2. Upaya perlindungan sebagaimana dimaksud dalam nomor 1 (satu) di atas
diberikan dalam hal:
a. Adanya intimidasi, ancaman, pendiskreditan atau perlakuan yang tidak lazim
16
PEDOMAN PENGENDALIAN GRATIFIKASI TPG-LPMP NTB
lainnya baik dari pihak internal maupun eksternal;
b. Pelapor menyampaikan permohonan secara tertulis kepada Kepala melalui
TPG.
XIII. KETENTUAN TAMBAHAN
1. Bahwa Pedoman ini merupakan ketentuan dalam menghadapi dilema etika
dalam pelaksanaan pekerjaan, sehingga citra diri dan lembaga dapat terjaga.
Apabila masih terdapat hal yang dianggap kurang jelas, dapat disampaikan
kepada TPG sebagai masukan.
2. Bahwa dimungkinkan adanya perubahan/penambahan/pengurangan, dengan
melakukan review berkala oleh TPG, dengan mengakomodasi masukan dari
stakeholders.
3. Pedoman ini mulai berlaku sejak diterbitkan sampai dengan adanya perubahan
lebih lanjut.