pedoman - bpsdm.pu.go.id · pengawas (penyedia pekerjaan konstruksi dan penyedia jasa pengawasan...

19
PEDOMAN STUDI KASUS DAN SEMINAR PERHITUNGAN KUANTITAS PEKERJAAN JALAN DAN JEMBATAN

Upload: others

Post on 17-Oct-2019

49 views

Category:

Documents


9 download

TRANSCRIPT

Page 1: PEDOMAN - bpsdm.pu.go.id · Pengawas (Penyedia pekerjaan konstruksi dan Penyedia jasa pengawasan konstruksi/ konsultan supervisi). Apabila kegiatan satker sederhana/kecil, maka ketiga

PEDOMAN STUDI KASUS DAN SEMINAR

PERHITUNGAN KUANTITAS PEKERJAAN

JALAN DAN JEMBATAN

Page 2: PEDOMAN - bpsdm.pu.go.id · Pengawas (Penyedia pekerjaan konstruksi dan Penyedia jasa pengawasan konstruksi/ konsultan supervisi). Apabila kegiatan satker sederhana/kecil, maka ketiga
Page 3: PEDOMAN - bpsdm.pu.go.id · Pengawas (Penyedia pekerjaan konstruksi dan Penyedia jasa pengawasan konstruksi/ konsultan supervisi). Apabila kegiatan satker sederhana/kecil, maka ketiga

KATA PENGANTAR

Volume/kuantitas item pekerjaan dijadikan dasar penawaran oleh penyedia

jasa dalam membuat dokumen penawaran pengadaan pekerjaan jalan dan

jembatan. Langkah – langkah preventif untuk meminimalisir terjadinya review

desain perlu diketahui oleh personil di lingkungan Direktorat Jenderal Bina

Marga dan dinas-dinas terkait yang bertanggung jawab atas proyek

kebinamargaan sebagai upaya mendukung percepatan Pembangunan

Infrastruktur di Indonesia yang terkadang terganjal sengketa konstruksi.

Oleh karena itu Pusdiklat Jalan, Perumahan, Permukiman, dan Pengembangan

Infrastruktur Wilayah menyelenggarakan pelatihan Perhitungan Kuantitas

Pekerjaan Jalan dan Jembatan. Melalui pelatihan ini diharapkan dapat

membantu meningkatkan kompetensi ASN di lingkungan Direktorat Jenderal

Bina Marga, agar mampu menerapkan perhitungan kuantitas pekerjaan jalan

dan jembatan, sehingga tidak terjadi permasalahan/dispute dalam

pelaksanakan pekerjaan di lapangan serta meminimalisir terjadinya review

desain.

Kami mengaharapkan agar peserta Pelatihan Perhitungan Kuantitas Pekerjaan

Jalan dan Jembatan dapat memanfaatkan modul ini secara optimal, bahkan

dapat menggali kedalaman substansinya di antara sesama peserta dan para

Widyaiswara dalam berbagai kegiatan pembelajaran selama pelatihan

berlangsung.

Kepada penulis dan seluruh anggota Tim yang telah berpartisipasi, kami

ucapkan terima kasih. Semoga modul ini dapat dipergunakan sebaik-baiknya.

Bandung, Desember 2018

Kepala Pusat Pendidikan dan Pelatihan Jalan, Perumahan, Permukiman, dan Pengembangan

Infrastruktur Wilayah

Ir. Thomas Setiabudi Aden, M.Sc.Eng NIP. 19640520 198903 1020

Page 4: PEDOMAN - bpsdm.pu.go.id · Pengawas (Penyedia pekerjaan konstruksi dan Penyedia jasa pengawasan konstruksi/ konsultan supervisi). Apabila kegiatan satker sederhana/kecil, maka ketiga

ii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................... i

DAFTAR ISI ............................................................................................... ii

BAB 1 PENDAHULUAN .................................... Error! Bookmark not defined.

A. Latar Belakang ..................................................................................... 2

B. Deskripsi Singkat.................................................................................. 3

C. Tujuan Pembelajaran .......................................................................... 3

D. Estimasi Waktu .................................................................................... 3

BAB 2 PEDOMAN STUDI KASUS ................................................................. 4

A. Pengertian Pembelajaran Studi Kasus ................................................. 5

B. Penentuan Tema Kasus ....................................................................... 6

C. Pelaporan ............................................................................................ 6

D. Presentasi ............................................................................................ 8

E. Penilaian .............................................................................................. 9

BAB 3 PENUTUP ......................................................................................11

A. Evaluasi Kegiatan Belajar ................................................................... 12

B. Umpan Balik dan Tindak Lanjut ......................................................... 12

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................14

GLOSARIUM ............................................................................................14

Page 5: PEDOMAN - bpsdm.pu.go.id · Pengawas (Penyedia pekerjaan konstruksi dan Penyedia jasa pengawasan konstruksi/ konsultan supervisi). Apabila kegiatan satker sederhana/kecil, maka ketiga

BAB 1

PENDAHULUAN

Page 6: PEDOMAN - bpsdm.pu.go.id · Pengawas (Penyedia pekerjaan konstruksi dan Penyedia jasa pengawasan konstruksi/ konsultan supervisi). Apabila kegiatan satker sederhana/kecil, maka ketiga

2

Perhitungan Kuantitas Pekerjaan Jalan dan Jembatan

A. Latar Belakang

Proyek (Kegiatan Satuan Kerja/Satker) yang ditangani oleh Kementerian

Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat sangat bervariasi, dari yang

sederhana/kecil sampai ke yang besar dan kompleks. Dalam setiap kegiatan

satker ada 3 jenis pelaku kegiatan, yaitu Pemilik/Pengguna Jasa, Pelaksana dan

Pengawas (Penyedia pekerjaan konstruksi dan Penyedia jasa pengawasan

konstruksi/ konsultan supervisi). Apabila kegiatan satker sederhana/kecil,

maka ketiga jenis pelaku kegiatan tersebut dapat ditangani sendiri oleh

pemilik, yang sekaligus berperan sebagai Pelaksana dan juga Pengawas. Satker

seperti ini disebut Satker Swakelola. Akan tetapi kalau kegiatan satker itu

semakin besar dan kompleks, maka ketiga pelaku tersebut seharusnya

dipisahkan, sehingga baik pelaksana maupun pengawas ditangani secara

professional oleh pihak kontraktor dan konsultan secara terpisah, dan

mengikat kontrak dengan pemilik pekerjaan.

Dalam pelaksanaan di lapangan, para pihak tersebut diatas berpedoman

dengan gambar rencana dari Detail Engineering Design (DED) yang merupakan

dokumen lelang dan juga dokumen kontrak. Walaupun dalam gambar

rencana, spesifikasi teknis dan hasil rapat pra pelaksanaan (PCM) sudah

disepakati, namun masih sering terjadi perbedaan persepsi dalam cara

mengukur dan menghitung kuantitas/volume pekerjaan, termasuk dalam

mengoreksi gambar rencana, pengukuran awal, pengukuran ulang dalam

kajian teknis, opname hasil pekerjaan sebagai back up data Monthly

Certificate (MC) dan juga dalam pemeriksaan hasil pekerjaan dari auditor

(Inspektorat Jenderal maupun BPKP/BPK) dan bahkan perselisihan ini harus

diselesaikan melalui Badan Arbritase (BANI/BADAPSKI).

Dalam rangka meningkatkan efisiensi dan kelancaran penyelenggaraan

kegiatan satker, Kasatker/PPK perlu melakukan tindakan pengendalian

pelaksanaan Satker khususnya dari aspek manajemen desain dan penyiapan

back up data dengan pengukuran dan perhitungan yang benar, tepat, efektif

dan efisien, maka diperlukan pelatihan kepada semua pihak yang terlibat di

lapangan, baik dari penyiapan perencanaan teknis, penyiapan kuantitas dalam

Bill of Quantity (BOQ) dokumen lelang, persiapan pelaksanaan, proses

pelaksanaan di lapangan dan juga dalam penyiapan laporannya.

Page 7: PEDOMAN - bpsdm.pu.go.id · Pengawas (Penyedia pekerjaan konstruksi dan Penyedia jasa pengawasan konstruksi/ konsultan supervisi). Apabila kegiatan satker sederhana/kecil, maka ketiga

3

Perhitungan Kuantitas Pekerjaan Jalan dan Jembatan

B. Deskripsi Singkat

Mata Pelatihan Studi Kasus Perhitungan Kuantitas Pekerjaan Jalan dan

Jembatan ini membekali para peserta agar mampu mengalisis, mengevaluasi

dan mempresentasikan penyelesaian kasus perhitungan kuantitas pekerjaan

jalan dan jembatan.

C. Tujuan Pembelajaran

Tujuan pembelajaran terdiri dari hasil belajar dan indikator hasil belajar

sebagai berikut :

1. Hasil Belajar

Setelah mengikuti pembelajaran ini diharapkan peserta mampu

menganalisis penyelesaian kasus perhitungan kuantitas pekerjaan jalan

dan jembatan.

2. Indikator Hasil Belajar

Keberhasilan yang diharapkan dari peserta adalah setelah mengikuti

pelatihan ini peserta diharapkan akan mampu :

a. Menganalisis kasus perhitungan kuantitas pekerjaan jalan dan

jembatan.

b. Mempresentasikan hasil analisis kasus perhitungan kuantitas

pekerjaan jalan dan jembatan.

c. Menilai hasil analisis kasus perhitungan kuantitas pekerjaan jalan dan

jembatan.

D. Estimasi Waktu

Alokasi waktu yang diberikan untuk pelaksanaan kegiatan belajar mengajar

untuk mata pelatihan “Studi Kasus Perhitungan Kuantitas Pekerjaan Jalan

dan Jembatan” pada peserta Pelatihan Perhitungan Kuantitas Pekerjaan

Jalan dan Jembatan ini adalah 7 (tujuh) jam pelajaran (JP) @ 45 menit.

Sedangkan alokasi waktu yang diberikan untuk pelaksanaan kegiatan

“Seminar” adalah 6 (enam) jam pelajaran (JP) @ 45 menit.

Page 8: PEDOMAN - bpsdm.pu.go.id · Pengawas (Penyedia pekerjaan konstruksi dan Penyedia jasa pengawasan konstruksi/ konsultan supervisi). Apabila kegiatan satker sederhana/kecil, maka ketiga

BAB 2

PEDOMAN STUDI KASUS

Page 9: PEDOMAN - bpsdm.pu.go.id · Pengawas (Penyedia pekerjaan konstruksi dan Penyedia jasa pengawasan konstruksi/ konsultan supervisi). Apabila kegiatan satker sederhana/kecil, maka ketiga

5

Perhitungan Kuantitas Pekerjaan Jalan dan Jembatan

A. Pengertian Pembelajaran Studi Kasus

PBL (Problem Base Learning) adalah metode belajar yang mendekatkan materi

pembelajaran pada kehidupan yang sebenarnya. Dalam kehidupan yang nyata

setiap insan menghendaki bagaimana setiap saat kita dapat mengatasi

permasalahan-permasalahan yang dihadapi. Permasalahan tersebut bisa

sederhana tetapi sering juga sangat kompleks. Masalah kompleks menjadi

sederhana karena cara mengatasinya pernah dialami, sebaliknya yang

sederhana bagi sebagian orang menjadi kompleks karena belum pernah

mengalaminya.

Dalam PBL peserta didik secara individu dituntut untuk mampu melakukan

dua cabang utama cara berpikir yaitu berpikir kreatif dan berpikir analitis

secara bertanggung jawab. Berpikir kreatif adalah berpikir untuk

menghasilkan gagasan dan produk baru, melihat suatu pola atau hubungan

baru antara satu hal dan hal lainnya yang semula tidak tampak, atau

menemukan cara atau cara-cara baru untuk mengungkapkan suatu hal.

Berpikir kreatif sangat dibutuhkan dalam memberikan alternatif pemecahan

masalah yang dilihat dari berbagai sudut pandang, sedangkan berpikir analitis

khususnya digunakan dalam memutuskan pilihan yang mana yang terbaik.

Untuk menghasilkan pembelajaran yang efektif dan efisien, penerapan PBL

perlu dikombinasikan pendekatan pembelajaran lainnya, misalnya

Experiential learning, Cooperative atau Colaborative Learing dan Self Directed

Learning. Penerapan berbagai strategi pembelajaran diatas dalam rangka

menuju penerapan Contextual learning, yaitu pendekatan pembelajaran yang

dapat memenuhi kebutuhan pembelajaran yang efektif dan efisien sesuai

dengan tantangan hidup yang nyata.

Contextual Learning menumbuhkan pemahaman kepada pembelajar, dalam

hal antara lain :

1. Subyek ilmu yang dipelajari tidak berdiri sendiri, tetapi saling terkait

dengan ilmu-ilmu lainnya.

2. Materi ajar selalu terkait dengan apa yang terjadi di tengah kehidupan,

khususnya ditempat kerjanya.

3. Keahlian yang dipertoleh dapat diterapkan.

4. Dalam penerapan ilmu dan keahliannya mampu bekerja dengan para ahli

lainnya.

5. Ilmu dan keahlian yang diperoleh bermanfaat bagi kehidupannya.

Page 10: PEDOMAN - bpsdm.pu.go.id · Pengawas (Penyedia pekerjaan konstruksi dan Penyedia jasa pengawasan konstruksi/ konsultan supervisi). Apabila kegiatan satker sederhana/kecil, maka ketiga

6

Perhitungan Kuantitas Pekerjaan Jalan dan Jembatan

6. Ilmu yang diperoleh belumlah cukup sehingga harus terus menerus

dikembang-tumbuhkan dalam menghadapi lingkungannya yang terus

berubah dengan cepat.

Menurut Stemberg (1999) metodologi pemecahan masalah merupakan suatu

proses yang teridiri dari kegiatan-kegiatan: identifikasi, perumusan definisi,

penyusunan strategi pengorganisasian informasi untuk merumuskan masalah

dan tidakan pengalokasian sumberdaya untuk berbagai alternatif solusi,

pelaksanaan monitoring dan evaluasi atas solusi yang dipilih. Kegiatan terus

berulang, sehingga membentuk lingkaran daur ulang.

B. Penentuan Tema Kasus

Dalam penentuan Tema Studi Kasus, peran dari Pengajar perlu menetapkan

tema penyusunan tugas, dimana tema harus terkait dengan Tujuan Umum

Pembelajaran. Tema yang dipilih diharapkan dapat menjadi wahana

penerapan iptek yang dipelajari.

Tema tugas sebaiknya diinformasikan seawal mungkin kepada peserta atau

sekurang-kurangnya tercantum dalam pedoman pelaksanaan pelatihan.

Panitia menyediakan gambar teknis suatu proyek sebagai bahan Studi Kasus.

Namun apabila pengajar memiliki bahan yang lain, pengajar diperkenankan

untuk menggunakannya selama tujuan umum pembelajaran terpenuhi.

Pembuatan kelompok sebaiknya dilaksanakan pada hari pertama melalui

proses team building. Setiap kelompok minimal beranggotakan 3 orang dan

maksimal 5 orang. Penyusunan keanggotaan kelompok harus adil, yaitu setiap

kelompok memiliki potensi akademis dan praktis yang setara. Untuk itu,

pembimbing sebaiknya memiliki data potensi masing-masing peserta

pelatihan. Berdasarkan potensi tersebut pembimbing dapat merekayasa

proses pembagian kelompok.

C. Pelaporan

1. Kerangka Isi Laporan :

a. Pendahuluan

b. Kondisi sekarang

c. Kondisi yang diinginkan

d. Cara mencapainya

Page 11: PEDOMAN - bpsdm.pu.go.id · Pengawas (Penyedia pekerjaan konstruksi dan Penyedia jasa pengawasan konstruksi/ konsultan supervisi). Apabila kegiatan satker sederhana/kecil, maka ketiga

7

Perhitungan Kuantitas Pekerjaan Jalan dan Jembatan

e. Kesimpulan

f. Rekomendasi dan Tindak Lanjut

Selama proses penyusunan, substansi laporan dikonsultasikan dengan

Pengajar. Laporan akhir hasil kerja kelompok dinilai dan

didokumentasikan untuk keperluan referensi pengalaman belajar dan

evaluasi peningkatan kualitas pada masa mendatang.

2. Bagian-bagian laporan Studi kasus Awal laporan terdiri dari:

a. Bagian Awal laporan terdiri atas :

1) Sampul

2) Halaman Sampul

3) Halaman Pengesahan

4) Halaman Pedoman Penggunaan Laporan

5) Halaman Peruntukan

6) Halaman daftar isi

7) Halaman daftar tabel

b. Halaman daftar singkatan

c. Bagian Tubuh Utama Laporan

1) Pendahuluan,

2) Hasil Diskusi

3) Tinjauan pustaka

d. Daftar Pustaka

ditulis pada halaman baru dan judul DAFTAR PUSTAKA di bawah batas

atas.

1) Jika rujukan terkutip terdiri atas penulis tunggal:

2) Jika rujukan terkutip dari dua penulis:

3) Jika rujukan terkutip terdiri dari dua penulis atau yang dituliskan

dengan dkk:

e. Lampiran

1) Lampiran dapat terdiri atas beberapa buah Lampiran dapat

memuat keterangan tambahan, penurunan rumus, contoh

perhitungan, data mentah, penelitian dan sebagainya, yang

kalau dimasukkan ke dalam tubuh laporan utama akan

mengganggu kelancaran pengutaraan laporan Group Work.

2) Setiap lampiran diberi nomor yang berupa angka 1, 2, 3, atau

huruf kapital abjad Latin A, B, C, ….. dan seterusnya.

3) Lampiran didahului oleh satu halaman yang hanya memuat kata

LAMPIRAN di tengah halaman. Halaman ini tidak diberi nomor.

Page 12: PEDOMAN - bpsdm.pu.go.id · Pengawas (Penyedia pekerjaan konstruksi dan Penyedia jasa pengawasan konstruksi/ konsultan supervisi). Apabila kegiatan satker sederhana/kecil, maka ketiga

8

Perhitungan Kuantitas Pekerjaan Jalan dan Jembatan

Lampiran dapat berupa table, gambar, dan sebagainya yang

dianggap tidak merupakan bagian utama laporan Group Work.

Halaman tubuh utama Laporan Group Work diberi angka Arab 1, 2, 3,

…. Nomor halaman ditulis ditengah, 1,5 cm di bawah tepi atas kertas.

Nomor halaman lampiran adalah kelanjutan dari tubuh utama . Cara

menuliskan nomor halaman sama dengan cara menuliskan nomor

halaman tubuh utama.

3. Format Kertas dan pengetikan

a. Laporan diketik pada kertas HVS ukuran A4 (8.5” x 11”/210 mm x

297 mm) dan berat 80 g/m2 (HVS 80 GSM), naskah laporan dicetak

dengan batas 4 cm dari tepi kiri kertas dan 3 cm dari tepi kanan,

tepi atas dan tepi bawah kertas.

b. Naskah asli laporan studi Kasus dalam bentuk final yang telah

disahkan/ditandatangani oleh Pengajar, dicetak sebanyak

beberapa buah (eksemplar) sesuai dengan kebutuhan,

c. Judul laporan dan identitas penulis serta halaman pengesahan

masing-masing dibuat tersendiri.

d. Jenis huruf Arial 12.

e. Baris-baris kalimat naskah laporan berjarak satu setengah spasi.

f. Kaidah Penulisan; Penulisan Laporan Studi Kasus harus mengikuti

kaidah penulisan yang layak seperti:

g. Penggunaan bahasa dan istilah yang baku dengan singkat dan jelas.

h. Mengikuti kelaziman penulisan pada disiplin keilmuan yang diikuti.

4. Pemakaian Bahasa Laporan

Gunakanlah buku Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang

disempurnakan, Pedoman Pembentukan Istilah, Kamus Besar Bahasa

Indonesia dan kamus-kamus bidang khusus yang diterbitkan oleh Pusat

Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Departemen Pendidikan dan

Kebudayaan.

D. Presentasi

Konsep akhir hasil kerja kelompok dipresentasikan di kelas. Dimana pada

waktu sesi presentasi dihadiri oleh seluruh peserta yang bersangkutan,

pengajar, serta narasumber.

Sesi presentasi mencakup kegiatan-kegiatan berikut :

Page 13: PEDOMAN - bpsdm.pu.go.id · Pengawas (Penyedia pekerjaan konstruksi dan Penyedia jasa pengawasan konstruksi/ konsultan supervisi). Apabila kegiatan satker sederhana/kecil, maka ketiga

9

Perhitungan Kuantitas Pekerjaan Jalan dan Jembatan

1. Pengelola mata Pelatihan perlu menyiapkan ruang dan perlengkapan

yang layak digunakan untuk kegiatan seminar dan disesuaikan dengan

jumlah peserta yang hadir.

2. Konfigurasi ruang perlu dirancang untuk menghasilkan kegiatan

seminar yang efektif.

3. Jadwal presentasi diatur dan disesuaikan banyaknya kelompok kerja.

Berikut ini adalah tata cara pelaksanaan presentasi/seminar pada pelatihan

perhitungan kuantitas pekerjaan yang dilaksanakan di kelas jalan maupun

kelas jembatan:

1. Sebelum pelaksanaan seminar, setiap kelompok dibagi tugas untuk

berperan sebagai penguji yang mengevaluasi hasil pekerjaan kelompok

lain.

Contoh: Kelompok 1 paparan, kelompok 2 berperan sebagai penguji;

Kelompok 2 paparan, kelompok 3 berperan sebagai penguji, dst.

2. Bahan paparan setiap kelompok tidak boleh melebihi 20 slide.

3. Setiap kelompok diberi waktu presentasi 15 menit.

4. Setiap anggota kelompok penguji wajib mengajukan pertanyaan

mengenai hasil analisis yang dipresentasikan.

5. Sesi tanya jawab untuk setiap kelompok maksimal 30 menit.

6. Anggota kelompok lain (diluar kelompok penguji) dan pengajar

diperkenankan untuk memberikan pertanyaan, selama waktu sesi tanya

jawab masih tersisa.

7. Pengajar memberikan penilaian dan memberikan masukan terkait

dengan penyajian dan substansi pada akhir sesi presentasi setiap

kelompok.

8. Pengajar mengendalikan penuh jalannya acara seminar.

E. Penilaian

1. Penilai terdiri dari pembimbing perkuliahan terstruktur, pengajar dan atau

narasumber.

2. Pembimbing/Pengelola memberikan arahan persiapan yang harus

dilakukan kepada seluruh peserta didik, antara lain :

a. Setiap kelompok harus menunjuk petugas Ketua, penyaji dan

moderator. Penyaji menyiapkan konsep materi presentasi. Konsep

akhir materi tersebut harus disetujui oleh seluruh anggota kelompok.

Page 14: PEDOMAN - bpsdm.pu.go.id · Pengawas (Penyedia pekerjaan konstruksi dan Penyedia jasa pengawasan konstruksi/ konsultan supervisi). Apabila kegiatan satker sederhana/kecil, maka ketiga

10

Perhitungan Kuantitas Pekerjaan Jalan dan Jembatan

Sedangkan tugas utama moderator adalah mengatur jalannya diskusi

khususnya pengendalian waktu dan pemberian kesempatan bertanya

kepada kelompok penyanggah dan kesempatan

menjawab/menjelaskan oleh masing-masing anggota kelompok.

b. Pengaturan waktu diskusi setiap kelompok dijelaskan di Bab 3.

3. Sistem penilaian presentasi baik nilai individu maupun kelompok.

4. Tugas utama Pengajar adalah mengajukan pertanyaan, memberikan

penilaian, dan memberikan masukan terkait dengan penyajian dan

substansi. Perioritas pertanyaan diajukan kepada anggota kelompok

penyaji yang belum aktif berpartisipasi. Setelah selesai acara presentasi

hasil penilaian disampaikan Penyelenggara.

Page 15: PEDOMAN - bpsdm.pu.go.id · Pengawas (Penyedia pekerjaan konstruksi dan Penyedia jasa pengawasan konstruksi/ konsultan supervisi). Apabila kegiatan satker sederhana/kecil, maka ketiga

BAB 3

PENUTUP

Page 16: PEDOMAN - bpsdm.pu.go.id · Pengawas (Penyedia pekerjaan konstruksi dan Penyedia jasa pengawasan konstruksi/ konsultan supervisi). Apabila kegiatan satker sederhana/kecil, maka ketiga

12

Perhitungan Kuantitas Pekerjaan Jalan dan Jembatan

A. Evaluasi Kegiatan Belajar

Dalam evaluasi kegiatan belajar, perlu dilakukan evaluasi kegiatan kediklatan,

yaitu evaluasi hasil pembelajaran modul ini dan isi materi pokok tersebut

kepada para peserta, pengajar maupun pengamat materi atau Narasumber,

berupa soal/kuisioner tertulis:

1. Untuk evaluasi bagi peserta, maka pengajar/widyaiswara melakukan

evaluasi berupa orientasi proses belajar dan tanya jawab maupun diskusi

perorangan/kelompok dan/atau membuat pertanyaan ujian yang terkait

dengan isi dari materi modul tersebut.

2. Untuk evaluasi untuk pengajar/widyaiswara dilakukan oleh para peserta

dengan melakukan penilaian yang terkait penyajian, penyampaian materi,

kerapihan pakaian, kedisiplinan, penguasaan materi, metoda pengajaran,

ketepatan waktu dan penjelasan dalam menjawab pertanyaan, dan lain-

lain.

3. Demikian juga untuk evaluasi penyelenggaraan Pelatihan, yaitu peserta

dan pengajar/widyaiswara akan mengevaluasi Panitia/ Penyelenggara

Pelatihan terkait dengan penyiapan perlengkapan pelatihan, sarana dan

prasarana untuk belajar, fasilitas penginapan, makanan dll.

4. Evaluasi materi dan bahan tayang yang disampaikan pengajar kepada

peserta, dilakukan oleh peserta, pengajar/widyaiswara maupun

pengamat materi/Narasumber untuk pengkayaan materi.

B. Umpan Balik dan Tindak Lanjut

Dari evaluasi proses kegiatan pelatihan dari peserta, pengajar/ widyaiswara

maupun penyelenggara melalui system monitoring, yang harus dilakukan

evaluasi secara keseluruhan dan disampaikan kepada pihak-pihak yang terkait

untuk perbaikan dan peningkatan pada proses yang akan datang.

1. Evaluasi dan umpan balik untuk peserta :

a. Jumlah peserta dan persyaratan peserta perlu dievaluasi terhadap

persyaratan dalam kurikulum yang direncanakan, dan perlu diseleksi

lebih baik dimasa akan datang;

b. Hasil internalisasi peserta setelah pelatihan di Unit Organisasinya

(UNOR) untuk mengetahui keberhasilan dari proses pelatihan dan

peningkatan proses pelatihan selanjutnya.

Page 17: PEDOMAN - bpsdm.pu.go.id · Pengawas (Penyedia pekerjaan konstruksi dan Penyedia jasa pengawasan konstruksi/ konsultan supervisi). Apabila kegiatan satker sederhana/kecil, maka ketiga

13

Perhitungan Kuantitas Pekerjaan Jalan dan Jembatan

2. Evaluasi dan umpan balik untuk pengajar

Hasil evaluasi/penilaian pengajar oleh peserta perlu segera disampaikan

kepada pengajar bersangkutan agar diketahui hasil penilaiannya dan

untuk perbaikan dalam pembelajaran berikutnya.

3. Evaluasi dan Umpan Balik untuk Penyelenggara

Evaluasi Penyelenggara yang dilakukan oleh Peserta dan Pengajar, perlu

segera ditindaklanjuti untuk perbaikan yang akan datang.

Page 18: PEDOMAN - bpsdm.pu.go.id · Pengawas (Penyedia pekerjaan konstruksi dan Penyedia jasa pengawasan konstruksi/ konsultan supervisi). Apabila kegiatan satker sederhana/kecil, maka ketiga

DAFTAR PUSTAKA

Republik Indonesia. 2018. Surat Edaran Dirjen Bina Marga No.

02/SE/Db/2018, tanggal 20 September 2018 tentang Spesifikasi

Umum Tahun 2018 untuk Pekerjaan Konstruksi Jalan dan Jembatan.

Direktorat Jenderal Bina Marga. Jakarta

GLOSARIUM

Pembelajaran Studi Kasus (Problem Base Learning, PBL)

: adalah metode belajar yang mendekatkan materi pembelajaran pada kehidupan yang sebenarnya.

Page 19: PEDOMAN - bpsdm.pu.go.id · Pengawas (Penyedia pekerjaan konstruksi dan Penyedia jasa pengawasan konstruksi/ konsultan supervisi). Apabila kegiatan satker sederhana/kecil, maka ketiga