bab i pendahuluan - bpsdm.pu.go.id filemakin majunya cara-cara pelaksanaan perwujudan konstruksi ......

57
Dasar-Dasar Menajemen Proyek PISK Bidang Jalan & Jembatan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. PENGERTIAN MANAJEMEN Makin majunya cara-cara pelaksanaan perwujudan konstruksi-konstruksi di dalam abad modern sekarang ini, maka terasa makin perlunya menerapkan prinsip-prinsip manajemen yang sehat di dalam mencapai sasaran kegiatan- kegiatan pelaksanaan Jalan dan Jembatan. Hal ini terutama disebabkan oleh penggunaan cara-cara mekanisasi yang merupakan ciri yang khas kehidupan kita di abad modern sekarang ini, yang memerlukan investasi yang besar sekali kalau dibandingkan dengan cara- cara konvensional (baik didalam hal modal/benda, maupun ilmu dan ketrampilan personal). Di samping itu, maka waktu yang tersedia untuk mencapai hasil karya yang diminta, makin pendek saja, disebabkan makin cepatnya tempo penghidupan kita, di mana orang mulai menghargai waktu sebagai suatu dimensi yang penting sekali. Dengan demikian, maka hasil produksi optimal dengan mutu yang memenuhi persyaratan teknis/ilmiah dan ekonomi di dalam waktu yang minimal, merupakan tuntutan yang wajar. Kemajuan elektronika memberikan kemungkinan-kemungkinan cara penyelenggaraan pengendalian pelaksanaan yang lebih sempurna dan efektif, yang berupa komputerisasi pengolahan data-data yang sebaliknya menuntut adanya suatu sistematika tertentu di dalam rangkaian kegiatan manajemen ini. Dipandang dari segi-segi yang demikian ini, maka orang berkesimpulan bahwa manajemen yang kita perlukan untuk mengendalikan usaha-usaha pelaksanaan konstruksi itu, dapat pula mempergunakan sistem manajemen

Upload: buidieu

Post on 13-Jul-2019

223 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Dasar-Dasar Menajemen Proyek

PISK Bidang Jalan & Jembatan

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. PENGERTIAN MANAJEMEN

Makin majunya cara-cara pelaksanaan perwujudan konstruksi-konstruksi di

dalam abad modern sekarang ini, maka terasa makin perlunya menerapkan

prinsip-prinsip manajemen yang sehat di dalam mencapai sasaran kegiatan-

kegiatan pelaksanaan Jalan dan Jembatan.

Hal ini terutama disebabkan oleh penggunaan cara-cara mekanisasi yang

merupakan ciri yang khas kehidupan kita di abad modern sekarang ini, yang

memerlukan investasi yang besar sekali kalau dibandingkan dengan cara-

cara konvensional (baik didalam hal modal/benda, maupun ilmu dan

ketrampilan personal).

Di samping itu, maka waktu yang tersedia untuk mencapai hasil karya yang

diminta, makin pendek saja, disebabkan makin cepatnya tempo penghidupan

kita, di mana orang mulai menghargai waktu sebagai suatu dimensi yang

penting sekali.

Dengan demikian, maka hasil produksi optimal dengan mutu yang

memenuhi persyaratan teknis/ilmiah dan ekonomi di dalam waktu yang

minimal, merupakan tuntutan yang wajar.

Kemajuan elektronika memberikan kemungkinan-kemungkinan cara

penyelenggaraan pengendalian pelaksanaan yang lebih sempurna dan

efektif, yang berupa komputerisasi pengolahan data-data yang sebaliknya

menuntut adanya suatu sistematika tertentu di dalam rangkaian kegiatan

manajemen ini.

Dipandang dari segi-segi yang demikian ini, maka orang berkesimpulan

bahwa manajemen yang kita perlukan untuk mengendalikan usaha-usaha

pelaksanaan konstruksi itu, dapat pula mempergunakan sistem manajemen

Dasar-Dasar Menajemen Proyek

PISK Bidang Jalan & Jembatan

2

yang juga dimanfaatkan di dalam industri, yang telah sejak lama dirintis

secara praktis maupun ilmiah.

Sehubungan dengan itu, maka bidang usaha yang bergerak di dalam

kegiatan-kegiatan pembangunan konstruktip ini, biasanya juga disebut

'construction industry'. Sudah barang tentu terdapat perbedaan-perbedaan

yang cukup besar di dalam meletakkan titik berat (= stress) permasalahan di

antara kedua industri itu; construction industry antara lain tidak perlu

memusingkan masalah pemasaran hasil-hasil produksinya, akan tetapi

vaiiasi-variasi yang dijumpai di dalam proses produksinya memerlukan lebih

banyak kekenyalan (=flexibility) di dalam menanggapinya, sehingga masalah

pengetahuan dan ketrampilan personal yang lebih merata dan mendalam

menuntut adanya syarat-syarat yang lebih berat mengenai latar belakang

pendidikan dan latihan serta peiigalaman kerja bagi masing-masing

tingkatan di dalam organisasi. Masih banyak lagi perbedaan-perbedaan letak

titik berat/stress yang dapat dikemukakan, namun asas-asas manajcmennya

tetap mempunyai ciri-ciri yang sama.

Dengan beberapa modifikasi dan penyesuaian, asas-asas manajemen ini

dapat diterapkan pada pengendalian organisasi-organisasi besar maupun

kecil, sehingga untuk mencapai hasil yang optimal tadi, baiklah diketahui

asas-asas ini.

1.2. TUJUAN

Untuk menerapkan prinsip-prinsip manajemen yang sehat di dalam mencapai

sasaran kegiatan-kegiatan pelaksanaan Jalan dan Jembatan sehingga dicapai

hasil produksi optimal dengan mutu yang memenuhi persyaratan

teknis/ilmiah dan ekonomi di dalam waktu yang minimal, merupakan tuntutan

yang wajar

Dasar-Dasar Menajemen Proyek

PISK Bidang Jalan & Jembatan

3

BAB II

DASAR-DASAR MANAJEMEN PROYEK (PROJECT MANAGEMENT)

2.1 ASPEK PELAKSANAAN KEGIATAN

2.1.1 Aspek Keselamatan Kerja

Penyedia Jasa pekerjaan jalan dan/atau jembatan harus memperhatikan

ketentuan kesehatan dan Undang-Undang Keselamatan Kerja. Ketentuan-

ketentuan tersebut harus diadopsi oleh pelaksana pekerjaan dalam

prosedur/manual pekerjaan secara menyeluruh untuk setiap tahapan

pekerjaan, mulai dari tahap pekerjaan persiapan hingga pemeliharaan

setelah penyerahan pekerjaan.

2.1.2 Aspek Lingkungan

Sebelum melaksanakan kegiatan fisik di lapangan, Penyedia Jasa harus

membuat program dampak lingkungan yang terjadi akibat pelaksanaan

kegiatan dengan mengacu pada Dokumen Rencana Pengelolaan Lingkungan

(RKL) atau Upaya Pengelolaan Lingkungan (UKL) dan Rencana Pemantauan

Lingkungan (RPL) atau Upaya Pemantauan Lingkungan (UPL) atau manual

prosedur pengelolaan/ pemantauan lingkungan (jika RKL/RPL atau UKL UPL

tidak ada). Program ini harus mendapat persetujuan dari Direksi Pekerjaan.

2.1.3 Aspek Administrasi

Penyedia Jasa pekerjaan jalan dan/atau jembatan harus memiliki prosedur

dan tata cara administrasi yang baku dalam bentuk surat menyurat, surat

pengumuman, surat undangan dan surat-surat lainnya untuk menunjang

seluruh kegiatan pekerjaan. Seluruh dokumen pekerjaan mulai dari

pekerjaan persiapan, pelaksanaan, serah terima, dan pemeliharaan harus

didokumentasikan secara sistematis sesuai dengan kelompok pekerjaan,

Dasar-Dasar Menajemen Proyek

PISK Bidang Jalan & Jembatan

4

urutan waktu, atau kategori lain yang dianggap penting. Dokumentasi ini

diperlukan guna menunjang laporan proyek (Laporan Harian, Mingguan,

Bulanan serta Triwulan maupun Tahunan).

2.1.4 Aspek Ekonomis

Penyedia Jasa pekerjaan jalan dan/atau jembatan wajib memperhatikan

efektifitas dan efisiensi pelaksanaan. Termasuk dalam hal ini aspek SDM,

Peralatan, dan pengadaan bahan. SDM yang digunakan harus secara efektif

dapat memenuhi kebutuhan jadwal dan kualitas pekerjaan. Jumlah dan jenis

peralatan-peralatan pendukung pekerjaan harus diperhitungkan dengan

seksama sesuai jadwal pekerjaan terutama bila peralatan-peralatan tersebut

diadakan dengan sewa. Pengadaan bahan/material harus diupayakan efektif

sesuai pekerjaan yang dijadwalkan. 5) Aspek Kelancaran dan Keselamatan

Lalu Lintas

Penyedia Jasa pekerjaan jalan dan/atau jembatan harus menjamin

kelancaran dan keselamatan lalu lintas selama pelaksanaan pekerjaan. Untuk

mewujudkan hal ini, Penyedia Jasa harus memastikan adanya manual

pengelolaan lalu lintas selama pekerjaan dan audit keselamatan jalan.

Penyedia Jasa pekerjaan berkewajiban untuk melaksanakan pekerjaan sesuai

manual pengelolaan lalu lintas, melakukan audit keselamatan jalan,

melakukan kaji ulang terhadap manual rencana pengelolaan lalu lintas, dan

melaksanakan rekomendasi perbaikan sesuai hasil audit keselamatan jalan.

2.1.5 Aspek Sosial Dan Budaya

Penyedia Jasa pekerjaan jalan dan/atau jembatan berkewajiban

memperhatikan kondisi sosial dan budaya masyarakat di lokasi pelaksanaan

pekerjaan. Hal-hal yang cukup sensitif, seperti gangguan kebisingan pada

waktu ibadah, waktu istirahat, hal-hal yang ditabukan, atau lokasi-lokasi

yang dianggap suci oleh masyarakat setempat sedapat mungkin dihindarkan

dari gangguan pekerjaan atau personil yang terlibat dalam pekerjaan.

Dasar-Dasar Menajemen Proyek

PISK Bidang Jalan & Jembatan

5

2.2 TAHAPAN MANAJEMEN

Seperti telah dikemukakan tadi, maka manajemen sebagai usaha untuk

mengendalikan perusahaan dengan tujuan mencapai keuntungan yang

maksimal, pada hakekatnya bukanlah barang yang baru, dan malahan

sudah ada sejak manusia mulai mempekerjakan manusia lain untuk usaha-

usaha yang sal ing menguntungkan. Sebelum orang mengembangkan

sistematika manajemen ini secara ilmiah, maka kita hanya mengenai adanya

suatu kepemimpinan pribadi (= personal management) yang sudah barang

tentu sifatnya pribadi pula; dengan perkataan lain, berhasilnya usaha di

bawah pimpinan seseorang tergantung dari pribadi orang itu.

Di dalam kategori manajemen ini, maka pemimpin.-pemimpin yang berhasil

di dalam usahanya adalah mereka yang biasanya mulai jenjang kariernya

dengan tingkatan terendah dari usahanya dan dengan demikian mengetahui

dan memahami benar-benar seluk-beluk usaha itu; terutama mereka yang

tergolong 'dilahirkan sebagai pemimpin' (born leader) dan berbakat untuk

itu, dapat mencapai hasil-hasil yang tinggi sekali.

Sejak dikembangkan sistematika ilmiah di dalam manajemen pada awal

abad XX ini (dipelopori oleh Taylor dan Fayol), maka orang mengenai apa

yang disebut managerial leadership atau kepemimpinan administratip (=

administrator).

Di dalam kategori ini, maka seseorang manajer hanya mengerjakan hal-hal

yang tidak dapat didelegasikan kepada bawahannya: dari belakang meja

tulis, dia mengendalikan usahanya berdasarkan penilaian/evaluasi data yang

masuk sebagai laporan sistematika yang telah tersusun rapih.

Juga dengan manajemen yang demikian ini, orang telah mencatat hasil-hasil

yang sangat memuaskan. Kcputusan-kcputusan kepemimpinan

dilakukan/diberikan berdasarkan hasil-hasil penilaian statistis dan/atau

komputer yang jarang salah, sehingga di sini tidak lagi menonjol sifat-sifat

'pemimpin berbakat' yang memang langka.

Di dalam construction industry, manajemen manakah yang paling cocok?

Pertanyaan ini sebenarnya agak sulit untuk dijawab dengan pasti, karena

Dasar-Dasar Menajemen Proyek

PISK Bidang Jalan & Jembatan

6

menurut orang-orang yang telah lama berkecimpung di dalam masalah ini,

hasil manajemen yang paling baik dicapai dengan 'mengawinkan' kedua

sistem tadi. Seperti juga halnya dengan pada perkawinan manusia, maka

anak hasil perkawinan itu dapat mirip dengan bapaknya alaupun mirip

dengan ibunya, dan malahan mungkin tidak mirip dengan kedua-duanya;

sesuai dengan kondisi yang terpengaruh oleh demikian banyak faktor,

maka kadang-kadang kita memiJih sesuatu sistem yang condong kepada

personal management, kadang-kadang juga lebih menitik beratkan kepada

administrative leadership, dan kadang-kadang juga dengan cara yang baru

sama sekali.

Adapun pokok-pokok tahap kegiatan construction management (seperti juga

halnya dengan manajemen pada umumnya) dapat dikelompokkan pada

bidang-bidang sebagai berikut :

a) Perencanaan (= planning) pelaksanaan pekerjaan, yang pada

hakekatnya meliputi antara lain kegiatan-kegiatan antisipasi dan tugas

dan kondisi (= apresiasi/tanggapan), menentukan hasil-hasil yang hams

dicapai sebagai sasaran operasi, menentukan kebijaksanaan-

kebijaksanaan pelaksanaan, program-program serta jadwal-jadwal

waktu (= schedules) dan prosedur pelaksanaan administratip dan

operatip, alokasi anggaran biaya kepada masing-masing pos anggaran,

dan sebagainya.

b) Organisasi aparat pelaksanaan, yangmeliputi antara lain identifikasi dan

pengelompokan jenis-jenis pekerjaan, menentukan pendelegasian

wewenang dan tanggung jawab, meletakkan dasar bagi hubungan

antara masing-masing unsur organisasi, dan sebagainya.

c) Menggerakkan organisasi, yang pada hakekatnya adalah hubungan

antara manajer dan personal bawahannya dengan tujuan mendapatkan

jaminan bantuan yang diperlukan di dalam pelaksanaan tugasnya,

antara lain dengan membangkitkan partisipasi dan rasa tanggung jawab

terhadap pekerjaannya masing-masing (= motivation), memilih personal

yang tepat untuk masing-masing jabatan coaching dan training,

Dasar-Dasar Menajemen Proyek

PISK Bidang Jalan & Jembatan

7

penghargaan/pujian dan tegoran-tegoran yang tepat, penyaluran, dan

sebagainya.

d) Koordinasi, dengan tujuan mencapai keseimbangan dan keserasian

kerja di dalam menuju kepada tujuan bersama, memilih waktu/saat

yang tepat (- timing), integrasi ke dalam organisasi, dan sebagainya.

e) Pengawasan (=controle), untuk dapat memelihara norma-norma kerja

yang telah ditetapkan, penilaian dan evaluasi untuk mengadakan

koreksi-koreksi pada cara-cara kerja bagian dan personil, dan

sebagainya.

Didalam memimpin dan mengarahkan kegiatan-kegiatan personal

bawahannya, seorang manajer menerapkan asas-asas manajemen pada

unsur-unsurnya tadi diselaraskan dengan pengalaman-pengalaman yang

telah dimilikinya pada pekerjaan sebelumnya.

Ciri yang khas bagi sesuatu manajemesi yang baik ialah, bahwa meskipun

seseorang manajer dapat mendelegasikan wewenang, namun dia tidak

dapat dan tidak boleh ingkar dari pertanggung jawaban terhadap baik atau

buruknya hasil karya organisasi yang dipimpinnya. Untuk itu, maka sebagian

terbesar dari keputusan-keputusan pokok yang berhubungan dengan

pekerjaan yang dihadapi itu, diambil olehnya sendiri dan diusahakan agar

dapat dipertahankan secara konsekuen.

Arah dan tujuan operasi-operasi perlu sekali dipelihara (maintain objective)

dan sama sekali tidak dapat dipertanggung jawabkan tindakan manajer yang

tiap kali merubah keputusannya (apalagi kalau tidak ada alasan yang dapat

dimengerti oleh para bawahannya), yang akan menyebabkan hilangnya

orientasi personal di dalam menjalankan perannya masing-masing. Cara

kepemimpinan seperti ini mengakibatkan ketergantungan yang keterlaluan

kepada sang pemimpin, yang dapat dimengerti, tidak selalu ada di mana-

mana.

Dasar-Dasar Menajemen Proyek

PISK Bidang Jalan & Jembatan

8

2.3 JADWAL PELAKSANAAN

Untuk perencanaan, pelaksanaan dan pemantauan yang sebagaimana

mestinya atas pekerjaan, Penyedia Jasa harus mempersiapkan jadwal

pelaksanaan. Jadwal tersebut diperlukan untuk menjelaskan kegiatan-

kegiatan pekerjaan setelah kegiatan dalam program mobilisasi telah selesai.

2.3.1 Detail Jadwal pelaksanaan

(1) Penyedia Jasa harus membuat Jadwal Kemajuan Keuangan dalam bentuk

diagram balok horizontal dan dilengkapi kurva yang menggambarkan seluruh

kemajuan pekerjaan dengan karakteristik berikut :

Setiap jenis Mata Pembayaran atau kegiatan dari kelompok Mata

Pembayaran yang berkaitan, harus digambarkan dalam diagram balok

yang terpisah, dan harus dibentuk sesuai dengan urutan dari masing-

masing kegiatan pekerjaan.

Skala waktu dalam arah horisontal harus dinyatakan berdasarkan satuan

bulan.

Setiap diagram balok horisontal harus mempunyai harus mempunyai

ruangan untuk mencatat kemajuan aktual dari setiap pekerjaan

dibandingkan dengan kemajuan rencana.

Skala dan format dari Jadwal Kemajuan Keuangan harus sedemikian

rupa hingga tersedia ruangan untuk pencatatan, revisi dan

pemutakhiran mendatang. Ukuran lembar kertas minimum adalah A3.

Jika diperlukan oleh Direksi Pekerjaan, Penyedia Jasa harus menyediakan

Analisa Jaringan yang menunjukkan awal dan akhir setiap tanggal mulainya

suatu kegiatan, sehingga dapat diperoleh suatu jadwal jalur kritis (critical

path schedule) dan dapat diperoleh jadwal untuk menentukan jenis-jenis

pekerjaan yang kritis dalam seluruh jadwal pelaksanaan. Penyedia Jasa

harus menyediakan jadwal untuk instalasi Pencampur Aspal dan Peralatan

Pendukung secara terpisah, disertai dengan suatu perhitungan yang

menunjukkan bahwa hasil produksi instalasi Pencampur Aspal dapat tercapai

Dasar-Dasar Menajemen Proyek

PISK Bidang Jalan & Jembatan

9

sesuai rencana kebutuhan. Penyedia Jasa harus membuat jadwal yang

terpisah untuk lokasi semua sumber bahan, bersama dengan rencana

tanggal penyerahan contoh-contoh bahan dan rencana produksi bahan dan

jadwal pengiriman.

Penyedia Jasa harus menyediakan jadwal pelaksanaan setiap jembatan

dengan skala balok horisontal untuk setiap jenis pekerjaan dan

pelengkapnya untuk pencatatan kemajuan pekerjaan (progress) aktual

terhadap program untuk setiap mata pembayaran.

2.4 REVISI JADWAL PELAKSANAAN.

Revisi semua jadwal pelaksanaan yang diuraikan pada Pasal 1.1.3.6).b).

bilamana kemajuan keuangan aktual berbeda lebih dari 20 (dua puluh)

persen dari kemajuan keuangan rencana atau bilamana terdapat perubahan

kuantitas yang menyolok setelah diterbitkannya Variasi atau Addenda.

Pada saat menyerahkan Revisi Jadwal Pelaksanaan, maka Penyedia Jasa

harus melengkapi laporan ringkas yang memberikan alasan-alasan timbulnya

revisi, yang harus meliputi :

1. Uraian Revisi, termasuk pengaruh pada seluruh jadwal karena adanya

perubahan cakupan, revisi dalam kuantitas atau perubahan jangka

waktu kegiatan dan perubahan lainnya yang dapat mempengaruhi

jadwal.

2. Pembahasan lokasi-lokasi yang bermasalah, termasuk faktor-faktor

penghambat yang sedang berlangsung maupun yang harus

diperkirakan serta dampaknya.

2.5 RAPAT PEMBUKTIAN KETERLAMBATAN (SHOW COUSE MEETING)

Pertemuan ini diadakan dalam hal terjadinya keterlambatan progres phisik

oleh Penyedia Jasa berdasarkan schedule kontrak (Contract Schedule).

Dalam hal terjadinya keterlambatan progres phisik oleh Penyedia Jasa ,

maka prosedur ini harus diikuti dalam mengambil keputusan :

Dasar-Dasar Menajemen Proyek

PISK Bidang Jalan & Jembatan

10

Jika terjadinya keterlambatan progres phisik antara 5% - 7%, maka

Rapat Pembuktian Keterlambatan (SCM) akan dilaksanakan antara

Pemimpin Proyek, Konsulyan pengawas Lapangan (Supervisor Engineer)

dan Penyedia Jasa.

Jika terjadinya keterlambatan progres phisik antara 7% - 10%, maka

rapat Pembuktian Keterlambatan (SCM) akan dilaksanakan antara

Kepala Dinas Pekerjaan Umum atau Pejabat Eselon II pada Pemerintah

Provinsi yang memiliki kewenangan Pembinaan Jalan, Pemimpin Proyek,

Konsultan Kepala Pengawas Lapangan (Chief Supervision Engineer

Consultant) dan Penyedia Jasa.

Jika terjadinya keterlambatan progres phisik lebih besar dari 10% dan

tidak boleh lebih besar dari 15%, maka Rapat Pembuktian

Keterlambatan (SCM) akan dilaksanakan di tingkat Pusat dengan

Direktur Pelaksana pada Direktorat Jenderal yang bersangkutan, dengan

kegiatan untuk mengambil keputusan apakah Penyedia Jasa dapat

melanjutkan pekerjaannya/kontraknya. Bilamana antara ketiga belah

pihak sepakat, maka Penyedia Jasa dapat melanjutkan pekerjaannya

atau bilamana tidak, maka Penyedia Jasa akan diberhentikan

kontraknya.

Semua kegiatan Rapat Pembuktian Keterlambatan (SCM) harus dibuat dalam

Berita Acara Rapat Pembuktian Keterlambatan. Yang ditandatangani oleh

Pemimpin dari masingmasing pihak sebagai catatan untuk membuat

persetujuan atas tindakan yang akan dilakukan berikutnya

2.6 MANAJEMEN PELAKSANAAN KEGIATAN

Ciri-ciri yang khaS Manajemen Pelaksanaan Kegiatan seperti yang telah

dikemukakan sebelumnya, menyebabkan bahwa tindakan-tindakan yang

diambil oleh seseorang Penanggung Jawab Kegiatan konstruksi agak

berlainan dengan seseorang manajer sebuah pabrik misalnya, meskipun

prinsip-prinsipnya tetap sama juga. Hal ini disebabkan oleh ciri-ciri yang khas

bagi masing-masing industri, baik di dalam pengembangan dan urut-urutan

Dasar-Dasar Menajemen Proyek

PISK Bidang Jalan & Jembatan

11

kegiatan penyelenggaraannya, cara-cara pelaksanaannya sendiri berikut

kondisi medan kerjanya (variasi-variasi pengatasan persoalan, alat-alat

produksinya, pengetahuan dan ketrampilan pekerja, dan sebagainya),

maupun di dalam sifat hasil akhir (= end product) dari semua kegiatan.

Mengingat hal-hal yang demikian itu, maka dipandang dari segi manajemen

ini, sesuatu pelaksanaan proyek pembangunan konstrukti dapat

dikembangkan melalui tiga tahap sebagai berikut:

o Penelaahan/analisa petunjuk-pctunjuk pelaksanaan.

o Perencanaan (pendahuluan/semcntara dan terpcrinci).

o Pelaksanaannya sendiri (= operations).

Tujuan dan ruang lingkup pengendalian pelaksanaan konstruksi ini ialah

untuk menjamin keseimbangan ekonomi di dalam penggunaan kelima (M)

yang menjadi perhatian manajemen (Men, Money, Machines, Materials &

Methods) dengan batas-batas yang diberikan di dalam petunjuk-petunjuk

pelaksanaan tersebut tadi.

Penahapan pengembangan pelaksanaan proyek (jadi secara konsekuen juga

kegiatan-kegiatan manajemennya) seperti yang dikemukakan di atas, dapat

dilakukan baik pada proyek di dalam keseluruhannya atau pada bagian-

bagian dari padanya.

2.7 PETUNJUK PELAKSANAAN PEKERJAAN.

Proses pengendalian pelaksanaan proyek telah dimulai sejak diterima

petunjuk petunjuk pelaksanaan ini. Petunjuk ini dapat terdiri dari spesifikasi-

spesifikasi lengkap disertai dengan gambar-gambar rencana berikut

perincian-perincian-(detail)nya demi mutu pekerjaan dan ekonomi. Ada

kalanya, petunjuk-petunjuk pelaksanaan ini hanya merupakan referensi

kepada gambar-gambar dan spisifikasi standar/norma-norma berikut

spesifikasi-spesifikasi umum dan titik-titik ketinggian berbagai tempat yang

menentukan. Bahkan kadang-kadang malahan kita diminta menyiapkan

Dasar-Dasar Menajemen Proyek

PISK Bidang Jalan & Jembatan

12

rencana lengkap untuk kemudian dimintakan pengesahannya kepada pihak

yang memberikan perintah pelaksanaan.

Apapun bentuk petunjuk ini, selalu diperlukan analisa yang teliti sebelum

mengarahkan pemikiran kita kepada kegiatan-kegiatan perencanaan yang

nyata.

Pada umumnya, pada petunjuk pelaksanaan kita jumpai pula ketentuan-

ketentuan tentang hal-hal sebagai berikut :

Tugas dan tujuan yang harus dicapai.

Lokasi proyek disertai kondisi setempat yang mempengaruhi jalannya

pelaksanaan pekerjaan.

Waktu yang disediakan untuk penyelesaian, yang biasanya berupa jadwal

kerja (time schedule) untuk masing-masing kegiatan.

Biaya yang tersedia untuk penyelesaian pekerjaan.

Kalau kesatuan yang akan melaksanakan pekerjaan ini merupakan suatu

bagian dari organisasi/proyek yang lebih besar, maka petunjuk pelaksanaan

ini dapat pula memuat ketentuan-ketentuan mengenai :

Alat-alat peralatan konstruksi dan personil yang dapat dimanfaatkan.

Prioritas-prioritas yang berhubungan dengan jalannya pelaksanaan

pekerjaan pada bagian lain (petunjuk-petunjuk koordinatip).

Sunibcr-sumbcr balian, baik bahan konstruksi maupun alat-alat dan spare

parts untuk mesin-mesin yang dipergunakan.

Keterangan-keterangan tentang sifat bahan-bahan bangunan yang akan

dijumpai di dalam pekerjaan nanti (dari laboratorium sentral), dan Iain-

lain.

Dasar-Dasar Menajemen Proyek

PISK Bidang Jalan & Jembatan

13

2.8 ANALISA PEKERJAAN (JOB ANALYSIS).

Penelaahan semacam ini bertujuan untuk menghasilkan rencana dan

perkiraan pendahuluan sebelum mencapai penyusunan rencana yang

terperinci sebagai tahap kedua dari construction management.

Di dalam rencana pendahuluan ini, kita mencoba untuk mendapatkan

gambaran tentang APA, DI MAN A, B1LAMANA, MENGAPA, dan BAGAIMANA

pekerjaan yang dihadapi itu akan diselesaikan.

Pertanyaan-pertanyaan mengenai apa, di mana dan bilamana, pada

hakekatnya dapat diketemukan jawabannya pada petunjuk pelaksanaan (=

directive) yang telah diterima, sehingga analisa yang dikerjakan ini

diperlukan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan mengenai mengapa dan

bagaimana tadi.

Untuk ini, maka di dalam tahap rencana pendahuluan ini perlu dilakukan

kegiatan-kegiatan yang antara lain meliputi :

Pengkajian daerah kerja (site investigations) untuk mengumpulkan data

tambahan mengenai medan (dan pencocokan terhadap apa yang telah

dibcrikan di dalam petunjuk pelaksanaan), drainagenya, kemungkinan-

kemungkinan sampai ke tempat pekerjaan (jalan-jalan yang sudah ada

dan/atau yang masih perlu dibuat), jenis dan sifat tanahnya, fasilitas-

fasilitas yang telah ada setempat, sumber-sumber bahan dan tenaga

kerja, cuaca, dan sebagainya.

Membuat perkiraan-perkiraan sementara untuk mendapatkan gambaran

menyeluruh secara kasar tentang luas pekerjaan yang dihadapi,

khususnya di dalam jumlah bahan yang diperlukan, alat peralatan

pokok (major equipment) dan tenaga kerja; sementara itu juga

dilakukan pencatatan-pencatatan mengenai barang-barang yang langka

didapat, penilaian terhadap kemampuan pelaksanaan kesatuan kita

(personal dan alat-alat organik), penilaian terhadap waktu yang

disediakan, dan sebagainya.

Dasar-Dasar Menajemen Proyek

PISK Bidang Jalan & Jembatan

14

Apabila faktor waktu merupakan hal yang kritis dan mendesak, maka

sementara diselesaikan rencana pendahuluan ini, sudah dapat diajukan

permintaan akan barang-barang yang langka tadi, karena biasanya

diperlukan waktu untuk mendapatkannya.

2.9 RENCANA TERPERINCI

Pada tahap pengembangan pelaksanaan proyek ini, biasanya sudah

didapatkan data yang cukup lengkap mengenai segala aspek yang

dipandang perlu, sehingga sudah dapat diambil langkah-langkah ke arah

penentuan kebijaksanaan pelaksanaan dan petfjfcjfhan rencana kerja yang

terperinci.

Kegiatan-kegiatan yang perlu dilakukan untuk menyusun rencana terperinci

ini antara lain ialah :

1. Penelitian terhadap gambar-gambar rencana dan spesittkasinya, dengan

maksud untuk mengetahui adanya kemungkinan kesalalahan-kesalahan,

baik pada rencana pendahuluan, maupun di dalam spesifikasi yang

kurang cocok dengan keadaan dan ketentuan teknis.

2. Perhitungan-perhitungan yang lebili teliti dan terperinci, khususnya

tentang jumlah-jumlah pekerjaan (= volume pekerjaan) yang perlu

diselenggarakan, bahan-bahan bangunan, bahan bakar, alat peralatan

dan personilnya, dan sebagainya.

3. Pelengkapan terhadap pengadaan-pengadaan yang telah dilakukan

berdasarkan rencana pendahuluan. Harus diusahakan, agar jumlah yang

diadakan ini diterima pada waktu-waktu yang ditelapkan sebelumnya

sehingga tidak perlu diadakan usaha-usaha penimbunan dengan segala

konsekuensinya.

4. Penjadwalan (scheduling) pelaksanaan proyek, yang pada hakekatnya

adalah rencana terperinci mengenai pembagian waktu yang tersedia

untuk berbagai bagian pekerjaan di dalam rangka waktu yang tersedia.

Dasar-Dasar Menajemen Proyek

PISK Bidang Jalan & Jembatan

15

5. Pengorganisasian medan kerja, yaitu menentukan lokasi dari tempat

masing-masing bagian organisasi di daerah kerjanya. Bagian-bagian

yang erat hubungannya satu sama lain ditempatkan berdekatan dan

konstruksi-konstruksi bantuan (sepertijalan-jalan danirat/kerja, instalasi-

instalasi, dan sebagainya) yang tidak termasuk di dalam konstruksi

pokoknya, hendaklah dibatasi hingga minimal karena bagaimanapun,

pekerjaan-pekerjaan ini membebani anggaran yang disediakan (=

overhead). Sedapatmungkinharus dimanfaatkan fasilitas yang sudali

adadan/atau digabungkan dengan usaha langsung untuk konstruksi

pokoknya.

Di sini perlu dikemukakan kenyataan bahwa, bagaimanapun telitinya kita

mengadakan perhitungan untuk menyusun rencana ini, namun scbagian

besar masih menggantungkan kepada perkiraan (=assumption) tcntang hal-

hal yang yang akan, dihadapi; tepat atau melesetnya ramalan-ramalan ini

kebany Jean tergantung dari pengalaman yang telali dimiliki di dalam

pelaksanaan pekerjaanyang serupa di masa-masa yang lalu.

2.10 PELAKSANAAN PEKERJAAN (= OPERASI).

Setelah rencana selesai disusun, maka kita memiliki dasar yang kuat untuk

meningkat kepada tahap pengembangan proyek yang berikut, yaitu tahap

operasi.

Untuk dapat mewujudkan ini semua, maka sebelum itu seharusnyalah

telah ditetapkan organisasi pelaksanaan sesuai dengan sesuatu konsep

pelaksanaan tertentu, berikut personil penjabat pada masing-masing fungsi;

demikian pula telah ditetapkan alokasi-alokasi mengenai anggaran biaya,

bahan-bahan serti equipment yang diotorisasikan untuk ddipergunakan, dan

sebagainya.

Dengan demikian, maka orang dapat mulai dengan persiapan-persiapan di

lapangan untuk mulai bekerja dengan nyata dan berproduksi.

Apabila penyelesaian sesuatu proyek memerlukan jangka waktu yang cukup

lama, ada kalanya operasi sudah dimulai, sebelum rencana terperinci selesai

Dasar-Dasar Menajemen Proyek

PISK Bidang Jalan & Jembatan

16

dibuat seluruhnya. Cukup kalau rencana selesai hanya untuk setahun

misalnya, dan untuk tahun berikutnya dibuatkan lagi rencana untuk tahun

yang bersangkutan berdasar-kan rencana pendahuluan yang sudah

menyeluruh meskipun masih kasar. Cara bekerja seperti ini disebut rencana

dan pelaksanaan bertahap (plan as you proceed) yang mempunyai

keuntungan bahwa rencana dapat disesuaikan dengan hasil yang dicapai

dari rencana yang sebelumnya.

Kegiatan-kegiatan manajerial di dalam tahap pelaksanaan ini, dapat

diuraikan pada pekerjaan-pekerjaan antara lain sebagai berikut :

1. Supervisi, yang pada hakekatnya adalah serangkaian tindakan

kepemimpinan pada masing-masing tingkatan/eselon organisasi di dalam

batas wewenang dan tanggung jawab seperti yang ditetapkan di dalam

prosedurnya. Koordinasi sebagai salah satu unsur supervisi ini benar-

benar perlu diperhatikan, karena berhasilnya operasi-operasi

pelaksanaan proyek untuk sebagian besar tergantung dari kerapihan

kerja sama antara masing-masing bagian kesaluan pelaksanaan.

2. Inspeksi dan laporan kemajuan pelaksanaan, yang terutama bertujuan

untuk menjamin agar spesifikasi mengenai mutu dan jumlah pekerjaan

seperti yang tcrcantum di dalainrencana dan gambaf-gambar detailnya,

telah dimengerti dan diselenggarakan oleh para pelaksana di inedan.

Demikian pula pemenuhan syarat di dalam hal jadwal waktu; tiap

kelambatan perlu disadari sebelum terlambat dan diadakan langkah-

langkah seperlunya untuk memberi koreksi; mungkin sekali kclambatan

penyelesaian di salah satu bagian ini dapat mengakibatkan terlambatnya

operasi di dalam keseluruhannya

3. Salah satu sistern untuk menjalankan inspeksi ini ialah dengan menyusun

suatu sistem laporan bagi masing-masing bagian organisasi sebagai

bahan untuk evaluasi bagi pimpinan. Di dalam sistem laporan ini, kita

tentunya akan menjumpai jenis laporan yang berlainan satu dengan

laintiya di dalam hal meletakkan titik berat dan ketelitian, tergantung

untuk eselon mana dari organisasi, laporan ini dibuat.

Dasar-Dasar Menajemen Proyek

PISK Bidang Jalan & Jembatan

17

4. Perubahan-perubahan rencana dilapangan(field changes)yang

merupakan suatu gejala yang biasa dijumpai di dalam penj^ienggaraan

pelaksanaan proyek. Perubahan-perubahan ini dapat dilakukan terhadap

spesifikasi, detail dari gambar rencana/design maupun sistematika

penyelenggaraanya.

Hal ini sebenarnya tidak perlu diherankan, karena seperti yang telah

dikemukakan sebelum ini, rencana-rencana (meskipun yang sudah

terperinci) dibuat bcrdasarkan perkiraan dan ramalan yang tcntu saja lidak

luput dari kemungkinan kcsalahan.

Tidak mungkin dua keadaan akan serupa benar, sehingga bagaimanapun

besar pengalaman kita mengenai sesuatu jenis pekerjaan, kelainan-

kelainan pada pekerjaan itu sendiri dapat menyebabkan salah tafsir yang

mengakibatkan tentunya salah tanggapan.

2.11 WAWASAN DAN ANALISA HASIL PEKERJAAN.

Kegiatan ini biasanya disebut Review & Analysis, yang bertujuan mencatat

berdasarkan peninjauan dan penelitian yang cermat, segala sesuatu yang

telah dikerjakan selesai untuk kepeduan penambahan perbendaharaan

pengalaman demi keamanan pelaksanaan proyek-proyek berikutnya.

Kita menyadari baliwa tidak ada referensi untuk banyak sekali persolan di

dalam perencanaan dan pelaksanaan, kecuali hanya pengalaman kita di

masa yang lalu, sehingga pcncatatan (berikut komentar dan saran-saran

bagaimana memperbaiki cara approach masalalinya) yang dilakukan, dapat

pula dimanfaatkan olch orang lain, dan tidak hilang demikian saja.

Sekali lagi dikemukakan di sini bahwa apa yang dapat kita pelajari hanyalah

dasar-dasar pokok dan prinsip-prinsip itu diterapkan di dalam prakteknya,

tergantung dari rasa seni dari masing-masing pelaksana, yang di dalam hal

ini harus banyak sekali mengandalkan kepada pengalaman kerja, baik

olehnya sendiri maupun oleh orang lain yang telah diteliti dan dinilai.

Dasar-Dasar Menajemen Proyek

PISK Bidang Jalan & Jembatan

18

BAB III

DOKUMEN REKAMAN PROYEK

3.1 PRINSIP DASAR

Selama pelaksanaan Penyedia Jasa Pekerjaan harus menjaga rekaman yang

akurat dari semua perubahan yang terjadi dalam Dokumen Kontrak dalam

satu set Dokumen Rekaman Proyek, dan harus memindahkan informasi akhir

tersebut ke dalam Dokumen Rekaman Akhir sebelum penyelesaian

Pekerjaan.

3.2 TAHAP PENGAJUAN DOKUMEN REKAMAN PROYEK

Pada tahap pengajuan dokumen rekaman proyek perlu dilakukan beberapa

kegiatan, yaitu:

1. Penyedia Jasa harus menyerahkan kepada Direksi Pekerjaan satu set

Dokumen Rekaman Proyek dalam keadaan terpelihara pada setiap bulan

tanggal 25 untuk mendapat persetujuan dari Direksi Pekerjaan. Dokumen

Rekaman Proyek yang telah disetujui Direksi Pekerjaan ini, menjadi

prasyarat untuk pengesahan Sertifikat Bulanan.

2. Penyedia Jasa harus menyerahkan kepada Direksi Rekaman Proyek akhir

pada saat permohonan Berita Acara Penyelesaian Akhir untuk mendapat

persetujuan dari Direksi Pekerjaan, disertai dengan surat pengantar yang

berisi :

Tanggal.

Nomor dan Nama Proyek.

Nama dan Alamat Penyedia Jasa.

Judul dan Nomor tiap Dokumen Rekaman.

Berita Acara yang menyatakan bahwa setiap dokumen yang

diserahkan telah lengkap dan benar.

Dasar-Dasar Menajemen Proyek

PISK Bidang Jalan & Jembatan

19

Tanda tangan Penyedia Jasa, atau wakilnya yang sah.

3.3 DOKUMEN KERJA (JOB SET)

Segera setelah Pengumuman Pemenang, Penyedia Jasa dapat memperoleh 1

(satu) set lengkap semua Dokumen yang berhubungan dengan Kontrak

tanpa biaya dari Direksi Pekerjaan. Dokumen Kerja akan mencakup :

a. Syarat-syarat Kontrak.

b. Spesifikasi.

c. Gambar.

d. Addenda (bila ada).

e. Modifikasi lainnya terhadap Kontrak.

f. Catatan hasil pengujian lapangan (bila ada).

3.4 PENYIMPANAN DOKUMEN KERJA

Dokumen Kerja harus disimpan dan diarsipkan dalam rak-rak di kantor

lapangan, dan Penyedia Jasa harus menjaga dokumen kerja tersebut

terlindung dari kehilangan atau kerusakan sampai pemindahan data akhir ke

dalam Dokumentasi Proyek Akhir telah selesai dilaksanakan. Dokumen

rekaman tersebut tidak boleh digunakan untuk maksud-maksud pelaksanaan

pekerjaan dan dokumen tersebut harus selalu tersedia setiap saat untuk

diperiksa oleh Direksi Pekerjaan atau Pemilik.

3.5 BAHAN REKAMAN PROYEK

Segera setelah semua bahan, aspal, agregat, bahan bahu jalan, semen,

beton, campuran aspal panas, dan sebagainya disetujui, maka semua contoh

yang telah disetujui harus disimpan dengan baik di lapangan.

Dasar-Dasar Menajemen Proyek

PISK Bidang Jalan & Jembatan

20

3.6 PEMELIHARAAN DOKUMEN PELAKSANAAN PROYEK

3.6.1 Penanggungjawab

Penyedia Jasa harus melimpahkan tanggung jawab pemeliharaan Dokumen

Rekaman kepada salah seorang staf yang ditunjuk sebagaimana yang telah

disetujui oleh Direksi Pekerjaan sebelumnya.

3.6.2 Pemberian Tanda

Segera setelah diterimanya Dokumen Kerja (Job Set), Penyedia Jasa harus

memberi tanda pada setiap dokumen dengan judul “Dokumen Rekaman

Proyek-Dokumen Kerja”, dengan huruf cetak setinggi 5 cm.

3.6.3 Pemeliharaan

Pada saat penyelesaian Kontrak, kemungkinan sejumlah Dokumen Kerja

harus dikeluarkan untuk mencatat masukan-masukan baru dan untuk

pemeriksaan, dan dalam kondisi-kondisi yang demikian kegiatan seperti ini

akan dilaksanakan, maka Penyedia Jasa harus mencari cara yang cocok

untuk melindungi dokumen kerja tersebut untuk disetujui Direksi Pekerjaan.

3.7 TATA CARA MEMBUAT CATATAN DALAM GAMBAR

Catatan pada Gambar harus dilakukan dengan menggunakan pensil

berwarna yang dapat dihapus (tidak boleh memakai tinta), perubahan harus

diuraikan dengan jelas dengan pencatatan dan kalau perlu dengan garis

grafis. Catat tanggal semua masukan. Berilah tanda perhatian pada setiap

catatan dengan tanda “awan” pada tempat atau tempat-tempat yang

mengalami perubahan. Bilamana terjadi perubahan yang tumpang tindih

(over laping), maka disarankan menggunakan warna yang berbeda untuk

setiap perubahan. Dokumen rekaman harus selalu diperbaharui jangan

sampai terdapat bagian yang tertanam dalam setiap pekerjaan yang

dikerjakan tidak tercatat.

Beri tanda yang jelas untuk mencatat setiap detil pelaksanaan, misalnya :

a. Kedalaman berbagai elemen pondasi sehubungan dengan data yang

ditunjukkan.

Dasar-Dasar Menajemen Proyek

PISK Bidang Jalan & Jembatan

21

b. Posisi horisontal maupun vertikal untuk utilitas bawah permukaan harus

ditandai pada bagian permukaan pekerjaan yang permanen.

c. Lokasi utilitas yang tertanam dalam pekerjaan harus diberi tanda

sehingga mudah terlihat dengan tanda-tanda khusus pada struktur.

d. Perubahan dimensi dan detil pelaksanaan di lapangan.

e. Perubahan yang terjadi dengan adanya Variasi.

f. Gambar detil yang tidak terdapat dalam Gambar asli.

3.7.1 Waktu Pencatatan

Semua catatan harus dibuat dalam jangka waktu 24 jam terhitung sejak

diterimanya informasi.

3.7.2 Keakuratan

Gunakan semua sarana yang diperlukan, termasuk perlengkapan khusus

yang dipakai untuk pengukuran, untuk menentukan lokasi bagian-bagian

yang terpasang dan untuk memperoleh data masukan yang akurat. Penyedia

Jasa harus melakukan koordinasi atas semua perubahan yang terjadi dalam

Dokumen Rekaman, membuat catatan yang sesuai dan sebagaimana

mestinya pada setiap halaman Spesifikasi dan pada lembaran Gambar dan

pada Dokumen lainnya, dimana pencatatan yang demikian diperlukan untuk

menunjukkan perubahan yang sebenarnya terjadi. Keakuratan rekaman

harus sedemikian rupa sehingga setiap pencarian bagian-bagian pekerjaan

yang ditunjukkan dalam Dokumen Kontrak di kemudian hari dapat dengan

mudah diperoleh dari Dokumen Rekaman yang telah disetujui.

Dasar-Dasar Menajemen Proyek

PISK Bidang Jalan & Jembatan

22

BAB IV

DOKUMEN REKAMAN AKHIR

Tujuan pembuatan Dokumen Rekaman Akhir adalah menyiapkan informasi

nyata menyangkut semua aspek Pekerjaan, baik yang tertanam maupun

yang terlihat, untuk memungkinkan modifikasi rancangan di kemudian hari

dapat dilaksanakan tanpa pengukuran ulang yang lama dan mahal, tanpa

investigasi dan pemeriksaan ulang.

4.1 PEMINDAHAN DATA KE DALAM GAMBAR

Seluruh perubahan data yang ditunjukkan dalam Dokumen Kerja dari

Gambar Rekaman harus dipindahkan dengan teliti ke dalam Gambar

Rekaman Akhir menurut masing-masing gambar aslinya, dan penjelasan

yang lengkap dari semua perubahan selama pelaksanaan dan lokasi aktual

dari semua jenis pekerjaan harus ditunjukkan dengan jelas. Berilah tanda

perhatian pada setiap catatan dengan tanda “awan” yang mengelilingi

tempat atau tempattempat yang mengalami perubahan. Buatlah semua

catatan perubahan pada dokumen yang asli dengan rapih, konsisten, dan

ditulis dengan tinta atau pinsil keras hitam.

4.2 PEMINDAHAN DATA KE DOKUMEN LAIN

Bilamana dokumen selain Gambar telah dijaga bersih selama pelaksanaan

Pekerjaan, dan bila setiap data masukan telah dicatat dengan rapih agar

dapat disetujui oleh Direksi Pekerjaan, maka dokumen kerja (job set) dari

Dokumen tersebut (selain Gambar) akan diterima Direksi Pekerjaan sebagai

Dokumen Rekaman Akhir untuk Dokumen tersebut. Bilamana Dokumen yang

demikian belum dapat disetujui oleh Direksi Pekerjaan, maka Penyedia Jasa

harus menyiapkan salinan baru dari Dokumen yang diperoleh dari Direksi

Pekerjaan. Pemindahan perubahan data ke dalam salinan baru ini harus

dilakukan dengan hati-hati agar dapat disetujui oleh Direksi Pekerjaan.

Dasar-Dasar Menajemen Proyek

PISK Bidang Jalan & Jembatan

23

4.3 PENINJAUAN DAN PERSETUJUAN

Penyedia Jasa harus menyerahkan satu set lengkap Dokumen Rekaman

Akhir kepada Direksi Pekerjaan pada saat mengajukan permohonan Berita

Acara Serah Terima Sementara. Bilamana diminta oleh Direksi Pekerjaaan,

maka Penyedia Jasa harus mengikuti rapat atau rapat-rapat peninjauan

(review), melaksanakan setiap perubahan yang diperlukan dan segera

menyerahkan kembali Dokumen Rekaman Akhir kepada Direksi Pekerjaan

untuk dapat diterima.

4.4 PERUBAHAN SETELAH DOKUMEN DITERIMA

Penyedia Jasa tidak bertanggungjawab untuk mencatat perubahan Pekerjaan

setelah Serah Terima Sementara Pekerjaan, kecuali perubahan yang

diakibatkan oleh penggantian, perbaikan, dan perubahan yang dilakukan

Penyedia Jasa sebagai bagian dari kewajibannya (guarantee).

Dasar-Dasar Menajemen Proyek

PISK Bidang Jalan & Jembatan

24

BAB V

KEGIATAN PROYEK JALAN DAN JEMBATAN

Analisa Kegiatan, seperti yang dapat dimengerti dari makna kata itu sendiri,

adalah sesuatu penilaian yang dilakukan sebelum dimulainya kegiatan-

kegiatan yang menuju kepada realisasi pelaksanaan proyek itu. Analisa

dapat dilakukan dari berbagai segi, tergantung dari siapa dan dalam

kedudukan apa yang dimiliki sipenilai.

Kita misalnya mengenal analisa-analisa yang ditujukan kepada manfaat

proyek dan pengembangan di kemudian hari (feasibility syudies) yang dapat

ditinjau dari segi ekonomi, politik, strategi pertahanan, dan sebagainya.

Akan tetapi, sebagai pimpinan pelaksanaan proyek, kita hanya

berkepentingan atas analisa yang dilakukan dari segi penyelenggaraan

pelaksanaannya sendiri, analisa lain hanyalah bernilai informatoris dan

dapat kita dapatkan dari sumber-sumber lain diluar organisasi kita.

Untuk selanjutnya, maka proyect analysis yang akan dikemukakan disini,

harus dimengerti sebagai yang diperlukan oleh seseorang pimpinan

pelaksanaan proyek konstruksi.

Kita telah mengetahui bahwa kegiatan construction management dimulai

sejak diterimanya petunjuk-petunjuk pelaksanaan dari pihak pemberi

perintah kerja, dan secara nyata dimulai dengan pembuatan analisa-analisa

yang dimaksud.

Perlu dimintakan perhatian, bahwa construction management seperti yang

akan diuraikan berikut ini adalah keperluan pelaksanaan-pelaksanaan

sendiri (on force account, ataupun kita sebagai kontraktornya) proyek yang

dihadapi; manajemen di dalam arti bertindak sebagai direksi sesuatu

pelaksanaan yang diborongkan, mempunyai ciri-ciri yang agak berlainan.

Dasar-Dasar Menajemen Proyek

PISK Bidang Jalan & Jembatan

25

5.1 PETUNJUK PELAKSANAAN

Petunjuk pelaksanaan diberikan didalam salah satu bentuk dari

kemungkinan-kemungkinan sebagai berikut ini:

a. Disertai gambar-gamba rencana (= design) lengkap dengan detailnya,

sehingga tidak mungkin terjadi salah pengertian di dalam pelaksanaan

nanti atau setidak-tidaknya mengurangi kemungkinan terjadinya salah

pengertian.

b. Hanya disertai gambar situasi dengan petunjuk-petunjuk yang bersifat

umum dan relerensi kepada norma yang berlaku, spesifikasi standard

yang telah diresmikan (misalnya peraturan beton bertulang, design

criteria, dan sebagainya.

c. Sama sekali kita diminta untuk membuat gambar-gambar rencana untuk

kemudian disyahkan oleh pihak pemberi kerja (eselon atasan/direksi);

Di dalam uraian mengenai manajemen untuk seterusnya ini, dianggap

bahwa petunjuk pelaksanaan diberikan dalam bentuk diatas, meskipun

pada hakekatnya,selisih antara masing-masing bentuk hanyalah terletak di

dalam pembuatannya.

Kita telah mengetahui bahwa pada dasarnya, analisa yang perlu dibuat itu

adalah untuk mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan:

1. APA yang harus dikerjakan.

2. DI MANA harus dilaksanakan.

3. BILAMANA haius diselenggarakan.

4. BAGAIMANA harus dikerjakan, OLLH SIAPA harus dikerjakan.

5. MENGAPA harus dilakukan dengan cara yang demikian itu.

6. APABILA sesuatu ternyata tidak sesuai dengan apa yang telah

direncanakan, adakah cara alternatip yang lain?

Dasar-Dasar Menajemen Proyek

PISK Bidang Jalan & Jembatan

26

Didalam tahap analisa dan perencanaan ini selalu hendaklah kita berulang-

ulang mengajukan pertanyaan itu kepada diri sendiri; jawaban yang

diperoleh kcmudian ditinjau dan dinilai dari segi dan aspeknya.

Meskipun jawaban terhadap ketiga pertanyaan pertama dengan mudah

dapat kita ketemukan di dalam petunjuk pelaksanaan yang telah kita terima,

namun kita perlu memberikan tanggapan kita sebagai landasan bagi mencari

jawaban terhadap pertanyaan berikutnya. Di dalam tanggapan itu, kita

sudah harus dapat membayangkannya volume pekerjaan dan jumlah

waktu serta kegiatan yang diperlukan untuk mencapai sasaran yang

ditentukan.

Sedikit banyak, tanggapan ini sudah memberikan jawaban atas pertanyaan

ke-empat mengenai bagaimana-nya, tinggal melengkapinya dengan

informasi mengenai urutan pelaksanaan masing-masing unsur pekerjaan,

lokasi dari bahan yang diperlukan serta usaha yang diperlukan untuk

mendapatkannya sampai di tempat di mana ia diperlukan, pelayanan

terhadap kegiatan, dan sebagainya.

Setelah memberikan jawaban atas pertanyaan ke-empat tadi, sebenarnya

analisa sudah selesai; namun demikian kita masih harus menyelidiki, apakah

cara yang telah kita tentukan tadi memang sudah yang paling effisien, agar

kita tidak melanggar prinsip-prinsip ekonomi yang selalu harus menjadi

penentu dari batas daerah gerak kita.

Oleh karena itu, maka jawaban atas pertanyaan kelima mengenai alasan

yang dipcrgunakan untuk pemilihan cara pelaksanaan tadi adalah penting

pula. Kemudian masih harus ditetapkan cara-cara cadangan, agar keadaan

yang menyebabkan kegagalan cara yang telah ditentukan sebagai yang

paling efektif tadi, tidak menyebabkan pula kegagalan pencapai sasaran

operasi di dalam kcselunihannya. Faktor yang dapat menciptakan kcadaan

tak terduga itu memang banyak sekali, dan kemungkinan gagalnya sesuatu

pelaksanaan adalah cukup besar, kalau kita masih harus mencari cara-cara

altematip itu pada waktu masalahnya timbul dan menjadi berlarut-larut.

Dasar-Dasar Menajemen Proyek

PISK Bidang Jalan & Jembatan

27

5.2 RENCANA PENDAHULUAN.

Tujuan dari pembuatari rencana pendahuluan (sebagai salah satu bagian

dari project analysis) adalah untuk mendapatkan gambaran yang

menyeluruh tentang APA dan BAGAIMANA pekerjaan akan diselenggarakan

berdasarkan penilaian kemampuan satuan-satuan kerja yang disediakan

untuk itu.

Apabila satuan ini masih harus disusun, maka satu-satunya referensi yang

dapat dipercaya dan dapat dipergunakan sebagai landasan penyusunan itu

ialah pengalaman kita pada pelaksanaan proyek-proyek serupa pada masa-

masa yang lalu. Norma-norma hanyalah baik untuk mengawali pemikiran,

sedang pengembangan selanjutnya banyak tergantung dari perkembangan

keadaan. Makin sedikit pengalaman kita, makin banyak perubahan

penyesuaian yang perlu kita adakan sepanjang berkembangnya operasi.

Sesuai dengan maksud pembuatan rencana pendahuluan ini, maka tidak

seharusnyalah kita membuatnya secara terperinci sekali; dan memang

tidaklah mungkin (biasanya) untuk di dalam tahap ini membuat rencana

lengkap, karena data yang diperlukan untuk itu masih perlu didapatkan,

antara lain dengan mengadakan site surveys untuk pelaksanaan, penilaian-

penilaian kemampuan pelaksanaan, persetujuan anggaran yang dapat

dipergunakan, dan sebagainya.

Namun demikian, tidaklah hal ini berarti bahwa rencana ini tidak penting.

Rencana pendahuluan in» merupakan landasan kegiatan pelaksanaan yang

tergolong dalam kegiatan persiapan operasi, seperti penyusunan organisasi

kerja, persiapan lapangan, pengajuan anggaran biaya, pengadaan barang

yang sukar didapat (=langka/critical items), dan sebagainya.

Oleh karena itu, maka juga untuk pembuatannya diperlukan survey-survey

dan perhitungan-perhitungan sementara, yang tentunya tidak se-intensip

seperti yang diperlukan untuk pembuatan rencana terperinci.

Dasar-Dasar Menajemen Proyek

PISK Bidang Jalan & Jembatan

28

5.3 PERHITUNGAN PENDAHULUAN.

Landasan bagi pembuatan rencana pendahuluan ialah visualisasi dari

bagaimana kita akan menyelenggarakan pelaksanaan tugas kita nanti;

untuk ini maka penting sekali adanya perliitungan sementara mengenai

semua dimensi yang diperlukan untuk manajemen, termasuk didalamnya:

volume pekerjaan, kemampuan pelaksanaan, waktu yang tersedia dan

anggaran yang diperlukan.

Meskipun perhitungan ini sifatnya pendaliuluan, namun mengingat

peranannya di dalam urutan-urutan tindakan manajerial, kita lidak boleh

terlalu ceroboh di dalam mengerjakannya.

Apabila kita berkedudukan sebagai kontraktor misalnya, maka selisih 10%

dari yang nyata-nyata akan dikerjakan nanti mungkin akan berarti kita kalah

di dalam tender (penawaran); dan kalau kita berkedudukan sebagai pejabat

Pemerintah, selisih yang demikian itu mungkin akan berarti permintaan

anggaran tambahan yang kalau terlalu sering diajukan, benikibat tidak

mcnguntungkan bagi konduite kita dan merugikan jejang karier.

Agar lebih mudah mengikuti segala sesuatunya yang akan dikemukakan

menngenai perhitungan pendahuluan ini, maka pengutaraan masalahnya

akan disertai contoh yang nyata dan prinsipnya sekaligus ditrapkan di dalam

contoh itu.

Misalnya :

Unit yang akan dipergunakan disini adalah sesuatu unit penggusuran tanah

yang mcmpunyai tugas untuk mempersiapkan subgrade dan sub-base

course pada suatu proyek/kegiatan pembangunan Jalan dan Jembatan

dalm hal ini Run dan Taxy Way pada suatu lapangan udara. Petunjuk

pelaksanaan tercantum dalam Dokumen Kontrak. Gambar-gambar dan

ukuran detail akan diberikan kemudian. Pekerjaan persiapan (+ 1 bulan)

baru dapat dimulai pada bulan Juli, sedang seluruh pekerjaan harus

selesai sebelum bulan April tahun berikutnya.

Dasar-Dasar Menajemen Proyek

PISK Bidang Jalan & Jembatan

29

Setelah diadakan survey sepintas pada waktu penunjukan, maka kita

mengadakan perhitungan-perhitungan pendahuluan dengan urut-urutannya

sebagai berikut:

5.3.1 Quantity take-off.

Yang dimaksud dengan quantity take-off ini ialah hasil perhitungan

permulaan mengenai volume pekerjaan yang akan dilaksanakan.

Perhitungan-perhitungan ini bukan merupakan sebuah taksasi atau

perkiraan, melainkan benar-benar harus dilakukan secermat mungkin

mengingat toleransi yang dapat diberikan.

Mass diagram yang telah diberikan itu, dapat dipergunakan sebagai bahan

perbandingkansaja, mengingatkemungkinan kesalahan yang dapat saja

terjadi di dalam pembuatannya.

Melihat sumiernya petunjuk-petunjuk yang diberikan itu, maka terpaksa kita

harus menggali kembali pcngetahuan dasar kita mengenai konstruksi

lapangan terbang dan pengalaman kita di masa-masa yang lalu.

Di dalam garis besamya, pekerjaan meliputi pembuatanjalan kerjadiin

persiapan konstruksi landasan terbang di bawah base coure, yanp masing-

masinp memerlukan pekerjaan-pekerjaan pokok, yaitu: Clearing, stripping,

cut&fill dan peletakkan subbase coure.

Dasar-Dasar Menajemen Proyek

PISK Bidang Jalan & Jembatan

30

Gambar 0-1. PETA SITUASI / LOKASI PROYEK

Dasar-Dasar Menajemen Proyek

PISK Bidang Jalan & Jembatan

31

Gambar 0-2. PROFIL MEMANJANG DAN MASS DIAGRAM

Gambar 0-3. PROFIL MELINTANG.

Dasar-Dasar Menajemen Proyek

PISK Bidang Jalan & Jembatan

32

a. Clearing.

Jalan kerja, panjang 6 KM dengan lebar pengerasan jalan 8 meter;

Shoulder kanan kiri jalan - 1,5 meter dengan selokan 1 meter; Lebar total

badan jalan = 13 meter; Jumlah clearing yang perlu dikerjakan = 6.000 X

13 = 78.000 m2.

Lapangan terbang, 150 meter,lateral clearance= 50 m (kanan/kiri); dengan

lebar total = 250 m; panjang runway = 2.000 m; Total clearing = 2.000 X

250 = 500.000 m2.

b. Stripping.

Jalan kerja, tebal rata-rata = 20 cm; Lebar jalan = 8 + 3=11 m; jumlah

stripping = 6.000 X 11 X 0,20 = 12.000 m3.

Lapangan terbang. Stripping hanya dilakukan sampai shoulders saja; Lebar

total (runway dan taxiway) = 110 m.

Dan setcrusnya. kita menghitung stripping untuk pekerjaan lainnya, misalnya

apron, jalan masuk, dan sebagainya.

Cut & fill.

Dari contours kita dapat menghitung:

cut = 0,5 x 800 x 250 x 1 = 100.000 m3 (bank measure) atau

= 80.000 m3 (compacted)

Fill = 0,5 x 800 x 250 x 2 = 200.000 m3 (compacted)

Fill (balanced) = 80.000 m3.

Fill (borrow) = 120.000 m3.

Dasar-Dasar Menajemen Proyek

PISK Bidang Jalan & Jembatan

33

Dan seterusnya kita menghitung fill lainnya yang masih dipcrlukan.

a. Subbase. course, dibuat sampai batas shoulders.

b. 1 Jalan kerja (30 cm) = 6.000 x 11 x 0,30 = 20.000 m3.

Runway (40 cm) = 75 x 2.000 x 0,40 = 60.000 m3 (compacted).

Taxiway (40 cm) = 35 x 2.000 x 0,40 = 28.000 m3.

Dan seterusnya dihitung untuk bagian-bagian lainnya.

Hasil-hasil perhitungan seperti ini dimuat di dalam suatu daftar yang merupakan

ikhtisar mengcnai volume pekerjaan seluruhnya.

Jika misalnya dipcrlukan bahan lainnya, scpcrti bahan stabilisasi. tanah dan

sebagainya, maka juga untuk ini dihitung dan dimasukkan di dalam daftar ini. Tidak

dimasukkan di dalam perhitungan di dalam tahap ini, bahan yang sifatnya bantuan

belaka, misalnya air untuk pemadatan (compaction), dan sebagainya. Bentuk daftar

quantity take-off seperti yang dimaksud tadi, dapat dibuat scbagai bcrikut ini:

Dasar-Dasar Menajemen Proyek

PISK Bidang Jalan & Jembatan

34

Tabel 0-1. QUANTITY TAKE OFF

Sekali lagi perlu diingatkan di sini, bahwa angka-angka di dalam quantity

take off ini tidak perlu terlalu cermat, karena sesuai dengan maknanya,

Dasar-Dasar Menajemen Proyek

PISK Bidang Jalan & Jembatan

35

perhitungan-perhitungannya hanya diperlukan untuk mulai (=take off)

dengan perencanaan pendahuluan.

Sementara rencana pendahuluan ini dibuat (dengan tujuan untuk

mengadakan pekcrjaan (persiapan dan sebagainya), maka analisa dan

pcngumpulan data untuk pembuatan rencana terperinci yang sesungguhnya

masih terus dikerjakan.

Namun demikian, tidak satupun kegiatan boleh dilupakan di dalam

menyusun quantity take off ini, karena mungkin sekali hal itu akan

mengacaukan pelaksanaan yang akan direncanakan nanti.

5.3.2 Penilaian terhadap waktu yang tersedia.

Kegiatan perencanaan berikutnya yang perlu dilakukan setelah selesai

pembuatan daftar quantity take off tadi ialah menghitung waktu

penyelesaian masing-masing bagian pekerjaan di dalam batas-batas waktu

yang disediakan menurut petunjuk pelaksanaan. Apabila bagian yang akan

dikerjakan itu merupakan salah satu bagian dari satu proyek (seperti halnya

dengan pekerjaan penggusuran tanah kita itu),maka faktor ini perlu

diperhitungkan benar-benar, karena gagalnya kita memenuhi syarat waktu

ini, dapat berarti gagalnya pula proyek di dalam keseluruhan mencapai

sasaran di dalam waktu yang direncanakan.

Pedoman di dalam mengadakan penilaian waktu ini, dapat diketemukan di

dalam petunjuk pelaksanaan, yang antara lain menentukan:

1. Bilamana harus dimulai pekerjaan kita.

2. Di mana harus dimulai, dan

3. Bilamana seluruh pekerjaan dan/atau sebagian tertentu dari padanya

harus selesai.

Di samping itu, harus pula diperhatikan faktor-faktor yang membatasi jumlah

hari-hari yang dapat dipergunakan untuk berproduksi, demikian pula

kemampuan berproduksi dari para pelaksana kita di hari-hari tersebut.

Dasar-Dasar Menajemen Proyek

PISK Bidang Jalan & Jembatan

36

Dari faktor yang dimaksud di atas, maka kecuali hari-hari libur dan yang

serupa, cuacalah yang merupakan yang terpenting dan sedikit banyak dapat

diperhitungkan sejak permulaan operasi.

Agar jelasnya, maka marilah kita kembali kepada contoh kita.

Data yang diterima dari Jawatan Meteorologi menunjukkan, bahwa

untuk tahun ini, hujan akan mulai turun di tempat pekerjaan pada

pertengahan bulan Nopember, sedang di bulan-bulan Januari dan Februari

tahun berikutnya, pekerjaan-pekerjaan lapangan harus dihentikan sama

sekali, efisiensi di bulan-bulan Desember dan Maret hanya dapat

diperhitungkan 50% dari normal.

Dengan data itu, maka kita dapat mulai dengan menggariskan sesuatu

jadwal coba-coba) yang nantinya perlu diperiksa berdasarkan kemampuan

pelaksana; apabila ternyata tidak cocok, maka kita perlu menggariskan

jadwal lainnya. Dengan pembatasan-pembatasa- seperti tersebut tadi, dan

juga dengan memperhatikan pembatasan-pembatasan yang diberikan pada

petunjuk pelaksanaan, maka penjadwalan sementara ini dapat digariskan

sebagai berikut:

Semua pekerjaan clearing, stripping dan cut & fill harus sudali selesai di

dalam bulan Desemher.

Jalan kerja dari gravelpit sudah harus selesai sebelum dimulai pengangkutan

bahan-bahan CBR 30, dan 20% dari peletakan sub bate coure ini, dapat

dikerjakan pada bulan Maret khususnya untuk jalan masuk dan

platform/apron.

Jadwal sementara ini kemudian kiia cocokkan kepada perhitungan mengenai

kemampuan pelaksanaan kita.

5.3.3 Perhitungan kemampuan kita. „

Pertama-tama kita perlu mengadakan inventarisasi mengenai peralatan

pokok (major equipment) yang ada pada kita, dan dapat dipergunakan

untuk penyenggaraan operasi kita. Apabila scsudah dihitung dengan

Dasar-Dasar Menajemen Proyek

PISK Bidang Jalan & Jembatan

37

secennat mungkin teniyata bahwa kemampuan kita masih kurang, maka ada

duaallcmatip yang dapat ditcinpuh, yaitu: mengusahakan tambahannya atau

meminta perpanjangan waktu penyelesaian berikut segala konsekuensinya.

Alternatip lain yang dapat juga ditempuh ialah mungusulkan perubahan di

dalam design rupa, sehingga dengan tidak mengurangi mutu dari bangunan

yang akan dibuat itu, masih ada di dalam batas kemampuan pelaksanaan

kita. Untuk kembali kepada contoh kita, maka misalnya satuan pelaksana

kita ini memiliki dan dapat mengusahakan alat-alat pokok sebagai berikut:

Tabel 0-2. KEBUTUHAN ALAT BERAT

Semua alat ini secaraberangsur-angsurdapat sampai di tempot pekerjaan

pada tanggal 1 Agustus, dengan Catalan bahwa pdda 15 Juli paling sedikit

sudah dapat bekerja 5 buah bulldozer D7.

a. Clearing.

Di dalam kondisi medan seperti yang dihadapi dan efisiensi kerja dari

organisasi kita (operators, pelayanannya, keadaan alat-alatnya, dan

sebagainya), maka dapat diperhitungkan bahwa:

D7 dapat membersihkan medan seluas 350 m /jam.

D8 dapat membersihkan medan seluas 500 m /jam.

Dasar-Dasar Menajemen Proyek

PISK Bidang Jalan & Jembatan

38

Kita dapat mengerahkan dua atau tiga bulldozer untuk pekerjaan

clearing ini, atau seluruh kekuatan kita dikerahkan untuk itu (mengingat

bahwa tidak ada pekerjaan yang dapat dimulai sebelum clearing ini

selesai untuk bagian yang bersangkutan), segala sesuatunya

tergantung dari bagaimana kita menjadwalkan pelaksanaan

tugas kita.

Kalau kita dapat memperhitungkan 8 jam kerja efektif tiap harinya,

maka untuk pekerjaan ini diperlukan:

640.000 m2 : (8 x 400) m2/hari = 200 hari bulldozer (D7).

b. Stripping.

Topsoil (=lapisan humus) perlu disingkirkan dulu sebelum dimulai

dengan pekerjaan penggusuran tanah (cut &fill), karena tanah ini

sangat mengganggu stabilitas dari tanah untuk konstruksi. Kecuali kalau

penimbunan cukup tinggi (di atas 2 meter), maka dapat dibiarkan saja

tertimbun tanah yang baik; juga tanah humus/toposil ini tidak boleh

tercampur dengan tanah itu yang dipergunakan juga unit fill.

Mengingat bahwa spesifikasi menentukan topsoil ini disingkirkan saja ke

tepi runway untuk nanti dipergunakan mengisi ruangan antara taxiway

dan runway tadi, maka alat yang paling baik untuk dipergunakan

stripping di sini adalali bulldozer kita.

Di dalam keadaan medan, di mana dapat digusur tanah menurun bukit,

maka sebuah D7 kita pada jarak angkut rata-rata 100 meter ini, dapat

menghasilkan 7 jam 80 — 100 m top soil. Sehingga untuk daerah

lapangan diperlukan.

44.000 m : (8 x 100) m3/hari = 55 hari bulldozer.

Catatan :

clearing dan stripping untuk jalan kerja diselenggarakan dengan 4 buah

D8, yang nanti memang ditugaskan untuk mclayani pengumpulan

bahan di tempat pengambilan tanah (borrow) dan gravelpit. Waktu

untuk ini semua dihitung = 30 hari bulldozer. Dengan demikian maka

Dasar-Dasar Menajemen Proyek

PISK Bidang Jalan & Jembatan

39

D7 kita hanya mengerjakan lapangan saja, untuk mana memerlukan

untuk clearingnya = 120 h dozer.

c. Cut & fill.

Alat pokok yang dipergunakandisiniadalah.?cra/w.ykita. Dengan jarak

angkut rata-rata = 800 meter, maka dengan kondisi organisatoris dapat

diperhitungkan produksi sebesar 80 m3/jam (compacted) sehingga

untuk seluruh pekerjaan cut&fill diperlukan :

80.000 m3: (8 x 80 m3/hari = 125 hari scraper.

d. Fill (borrow).

Pekerjaan ini diselenggarakan dengan truck - loader units, yang

dianggap bahwa yang menentukan produksi unit adalah kemampuan

loariernyu; truck dapat disesuaikan kepada kemampuan, dan

kekurangan-kekurangan didalam jumlahnya lebih mudah diatasi (

dengan beli atau sewa).

Satu kali muat (=cycle time) oleh loader diperlukan waktu 0,75 menit

dan dengan menghitung 40 min. hari dapat diperhitungkan produksi

sebuah loader = 40 : 0.75 = 50 loads a 2 cu yd = 100 cu yds (=80 m3)

keadaan lepas.

Dengan demikian diperlukan :

120.000 m3(8 x 0,8 x 80) m3/hari = 250 hari loader.

Apabila cycletime truck untuk jarak 54 KM itu adalah 15 menit, maka

untuk sebuah loader diperlukan 18 : 3,0 = 6 buah truck.

Untuk melepaskan tanah agar dapat dimuat Ice dalam truck,

dipergunakan Dozer D8 dengan kapasitas 100 m3/jam.

Dasar-Dasar Menajemen Proyek

PISK Bidang Jalan & Jembatan

40

e. CBR 30 material

Loading equipment yang dipergunakan untuk memuat bah an ini ke

dalam truk-truk adalah serupa dengan apa yang juga dipakai di bagian

tanah. Dengan demikian, maka jumlah bahan sebesar 1,25 X 108.000

m3 = 135 m3 itu memerlukan (135 : 120) X 250 = 270 hari loader.

Sama halnya dengan bulldozer yang harus melayani loading ini.

Cycle time truck untuk jarak 12 KM ini adalah setengah jam, sehingga

diperlukan 30 : (4 X 0,75) = 10 truck ( Tiap truck dimuat 4 kali 2 cu

yds = 8 cu yds atau = 6m3).

f. Spreading & compaction.

Scrapers kita dapat meletakkan tanah fill ini dengan lapis per lapis

setebal yang dikehendaki dan tidak memerlukan alat penolong untuk

itu; lain halnya adalah truck-truck yang hanya sekaligus dapat

menumpahkan muatannya di satu tempat saja. Oleh karena itu maka

diperlukan alat bantuan berupa bulldozer untuk meratakan hasil

angkutan truck itu .

Sebuah bulldozer dibantu dengan grader diperhitungkan cukup untuk

melayani pengrataan hasil angkutan truck-truck tanah kita.

Spesifikasi misalnya menentukan bahwa compaction sampai 90%

AASHO harus dilakukan dengan tamping roller (standard); untuk ini

maka lapisan-lapisan @ 25 cm (= 30 cm lepas) harus dipadatkan

dengan 10 pass (= lintasan).

Apabila tiap pass dilakukan pada jarak 100 m dengan kecepatan 3

KM/jam maka travel time per pass = (100 : 3000) x 60 min. = 2 rnin.

Fixed time per pass = 0,5 menit, sehingga cycle time = 2,5 menit.

Efisiensi untuk pekerjaan ini dapat diperhitungkan cukup tinggi, yaitu 50

minute hour, sehingga tiap jamnya dapat dilakukan 50/2,5 = 20 passes.

Apabila tamping roller kita (double drum) = 2 meter, maka produksinya

dihitung = 2 x 100 x 8 jam x 20 pass/jam : 10 = 3.200 m27hari.

Dasar-Dasar Menajemen Proyek

PISK Bidang Jalan & Jembatan

41

Seluruhnya fill diletakkan di dalam lapisan @ 25 cm, sehingga seluruh

luas yang perlu dipadatkan dengan cara tersebut tadi adalah

200.000 x 0,25 = 800.000 m2.

Khususnya di proyek kita ini compaction dengan syarat 90% AASIIO

hanya diperlukan pada runway (+ 10 m kanan kiri luar shoulder),

taxiways (+ 7 m kanan kiri shoulder), apron (+ 2 m sekelilingnya), dan

jalan masuk.

Karena fill hanya terjadi pada runway dan taxiway, maka perhitungan

dibatasi pada kedua bagian itu saja,fill yang lain dipadatkan dengan alat

Iain, sekedar untuk mengurangi kemungkinan setting yang terlalu besar.

Dengan demikian, jumlah luas yang perlu dipadatkan = 0.60 x 800.000

m2 = ±500.000 m2 dan memeriukan 500.000 m2 : 3.200 m2/hari =

160 hari roller.

Spreading CBR 30 material dilakukan dengan grader dan dilindas padat

dengan compaction (pneu) kita, lapisan 40 cm material itu dapat

dipadatkan sampai 95% AASHO dalam 5 pass.

Apabila ketentuan yang sama seperti pada tamping roller, juga

dianggap berlaku bagi compactor kita, maka dengan lebar wheel base =

3,20 meter (efektif dihitung 3.000 saja) produksi compactor kita =

10/5X(3:2)X3.200m2= lOO.OOO m2/hari.

Seluruh luas permukaan hamparan CBR 30 material @ 40 cm adalah

320.000 m2, sehingga pekerjaan compactingnya memerlukan 32 hari

compactor. Finish rolling-nya dikerjakan dengan 3 wheel rollers kita.

5.4 KETERSEDIAAN WAKTU Vs KEMAMPUAN YANG ADA

Apabila kita menghitung jumlah hari kerja efektif dari 1 Agustus sampai 31

Desember, maka berhubung pembatasan-pembatasan mengenai hari-hari

libur dan sebagainya, kita hanya dapat menghitungkan waktu rata-rata =

25 hari/bulan.

Dasar-Dasar Menajemen Proyek

PISK Bidang Jalan & Jembatan

42

Pada bulan Desember diperhitungkan 50 % efisiensi dari normal, jadi hanya

12 hari efektif, sedang untuk bulan November sebaiknya juga diberikan

faktor koreksi 20% dan memperhitungkan 20 hari kerja efektif saja. Dengan

dernikian, niaka tersedia sampai akhir Desember sejumlah :

3 x 25 + 20 + 12 = 107 hari.

Pekerjaan clearing dan stripping dengan mudah dapat diselesaikan pada

tanggal 7 Agustus, sementara persiapan lainnya tlipcrhitungkan juya

selesai pada hari itu. Dengan demikian maka dicoba untuk nieinbagi

pekerjaan lainnya di dalam jangka waktu 100 hari saja.

Cut &fill dengan scraper memerlukan waktu 63 hari dengan dua buah

yang ada pada kita; bantuan sebuah dozer D7 diperlukan sebagai

pushdozer.

Untuk fill (borrow) dialokasikan 2 buah loader dengan dibantu 1 D8 dan

2 D7 berikut 12 truk untuk angkutannya.

Waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan seluruh pekerjaannya

adalah 250:2 = 125 hari, yang berarti melampuai 100 hari yang dapat

disediakan untuk itu sehingga perlu dicari kemungkinan untuk bantuan

produksi yang masih belum dapat dihasilkan apabila bekerja hanya 100

hari. Tambahan produksi ini berjumlah + 30.000 m3, untuk mana

dapat dimanfaatkan.vcrtf/)er.s'619 kita setelah selesai dengan tugasnya

cut & fill.

Dengan jarak angkut 4 KM itu, maka scrapers kita dapat diperhitungkan

dapat menghasilkan 2 x 40 m3jam, atau 640 m3/hari.

Waktu yang sisa untuknya adalah 36 hari (sehari untuk pindah dan

sebagainya), maka kedua 619 kita dapat menghasilkan 36X640 =

23.000 m3; 7.000 m3 kurangnya hanya merupakan % yang kecil, dan

dapat dicarikan penyelesaiannya nanti (misalnya dengan kerja lembur,

dan sebagainya).

Untuk pengangkutan CBR 30 material dialokasikan 3 buah loader

dengan bantuan 3 D8 berikut 32 truck. Waktu yang diperlukan = 270 :

Dasar-Dasar Menajemen Proyek

PISK Bidang Jalan & Jembatan

43

3 = 90 hari. Sisa 10 hari dapat dipergunakan untuk membantu

angkutan tanah dan atau sebagai cadangan (time float).

Catatan:

Pekerjaan penghainparan CUR 30 material ini baru dapat dikerjakan

setelah Subgrade untuk itu telah selesai dipersiapkan, paling sedikit untuk

2 hari kerja penghamparan. Oleh karena untuk daerah cut & fill tidak

dengan demikian saja menyediakannya, maka terpaksadicarikan tempat

yang dalam waktu singkat dapat menerima pekerjaan ini. Di dalam contoh

kita ini, maka satu-satunya yang dapat dilakukan ialah penghamparan

untuk jalan kerja dan daerah 400 m runway / taxiway yang tidak

memerlukan pekerjaan cut &fill Untuk bagian lapangan ini diperlukan

waktu persiapan {grading & compacting) selama 10 hari. Cut & fill

diusahakan dapat mengimbanginya.

Untuk itu, maka sebaiknya unit angkutan CBR 30 material untuk selama 10

hari pertama (sampai tanggal 17 Agustus) diperbantukan kepada unit

angkutan tanah.

Perhitungan ini menunjukkan bahwa untuk menyclesaikan tugas pada

runway dan taxiway dapat diselesaikan sebelum 31 Desember, sehingga

sebenarnya jalan kerja tidak perlu diperkeras; waktu yang diperlukan untuk

itu dapat dimanfaatkan untuk menyelesaikan juga bagian lainnya (apron dan

jalan masuk), sehingga seluruh tugas temyata dapat berakhir sebelum

musim hujan.

5.5 EQUIPMENT SCHEDULE

Apabila rencana pembagian waktu sudah terdapat cocok dan dapat

dilaksanakan oleh kemampuan kita, maka dibuatlah risalah/daftar alat-alat

peralatan pokok Sebagai berikut:

Dasar-Dasar Menajemen Proyek

PISK Bidang Jalan & Jembatan

44

Tabel 0-3. EQUIPMENT SCHEDULE.

Dasar-Dasar Menajemen Proyek

PISK Bidang Jalan & Jembatan

45

Tabel 0-4. EQUIPMENT SCHEDULE SEMENTARA

Dasar-Dasar Menajemen Proyek

PISK Bidang Jalan & Jembatan

46

Melihat pada risalah alat peralatan tadi, maka dengan anggapan bahwa kita

berhasil dengan mendapatkan kekurangan yang tercatat didalamnya, dapat

pula dibuat equiptment schedule yang pada hakekatnya adanya koreksi

pertama terhadap jadwal waktu yang telah dibayangkan sebelumnya.

Koreksi berikutnya terhadap schedule ini dapat dilakukan pada waktu

membuat rencana terperinci dan balikan pada saat sudah mulai dengan

operasi dengan nyata.

Perbedaan antara equipment schedule dan jadwal pelaksanaan tadi ialah

bahwa pada yang tersebut kedua tadi, titik berat diletakkan kepada

kegiatannya sendiri (jenisnya), sedang pada equipment schedule titik berat

diletakkan kepada kegiatan masing-masing jenis alat utama saja. Namun

demikian, bentuknya hampir serupa, dan pada kedua-duanya dapat

dibaca unsur pembagian waktunya.

5.6 RENCANA BIAYA / ANGGARAN.

Anggaran biaya yang dibuat di dalam tahap "Analysis" ini bertujuan untuk

mendapatkan angka yang dapat dipergunakan sebagai pengajuan

permintaan penyediaan oleh pihak pemberi perintah pelaksanaan pekerjaan.

Apabila pekerjaan akan diborongkan, maka tahap ini disebut pretender

phase dan perhitungan anggaran ini dipergunakan untuk mengajukan

penawaran(bid) oleh kontraktor.

Baik didalam hal yang Pertama mau pun yangkedua, maka perhitungan ini

narus dapat mendekati yang sesungguhnya diperlukan (actualcost), karena

banyak sekali tergantung dari hasil perhitungan ini. Telah pernah

dikemukakan bahwa meleset 100%, mungkin akan berarti kita kalah di

dalam penawaran oleh kontraktor lainnya, dan kalau pekerjaan itu akan

dilaksanakan sendiri, selisih yang terlalu besar akan menimbulkan banyak

kesulitan administratip yang akan berjalan berlarut-larut.

Lain halnya kalau petunjuk pelaksaan itu disendiri dengan detailed

engineering yang cermat dan terperinci pula, sehingga kita hanya tinggal

mempelajarinya dan menyatakan sanggup atau tidaknya kita menyelesaikan

Dasar-Dasar Menajemen Proyek

PISK Bidang Jalan & Jembatan

47

pekerjaan itu; perubahan di kemudian hari dapat dibuat dengan menunjuk

kepada pasal-pasal di dalam detailed engineering tadi, yang tidak cocok

dengan kenyataan.

Akan tetapi, sebagai kontraktor kita tidak diberitahukan tentang cara-cara

pelaksanaan dan perincian anggaran yang telah dihitung itu, sehingga untuk

keperluan pengajuan penawaran tetap harus diadakan perhiiungan anggaran

yang tidak disertai dan diketahui oleh penelitian/wiivey yang mendalam

(sebab belum tentu kita akan mendapatkannya pekerjaan itu, sedang survey

memerlukan waktu dan hiava yang cukup tinggi).

Di dalam uraian berikut ini dianggap bahwa petunjuk pelaksanaan tidak

disertai dengan perincian yang cermat, sehingga perlu diajukan anggaran

yang tentatip (atau pengajuan penawaran) untuk keperluan penyusunan

budget pada eselon yang lebih tinggi; demikian pula waktu pembuatannya

tidak terlalu banyak, karena operasi-operasi harus sudah dimulai secepat

mungkin. Reference untuk membuat anggaran biaya ini dengan demikian

tentunya hanya terbatas kepada angka-angka standard dan pengalaman

pada pekerjaan-pekerjaan yang lalu. Perlu dikemukakan, bahwa anggaran

ini nantinya masili harus diperinci lagi untuk menetapkan masing-masing

pos di dalain otorisasi kepada satuan-satuan bawahan dan untuk keperluan

cost accounting dari pelaksanaan. Hal ini dilakukan di dalam rencana

anggaran terperinci nanti. Perhitungan biaya/anggaran pendahuluan ini

didasarkan atas angka-angka standard yang telah ditctapkan untuk masing-

masing alat sebagai berikut :

Dasar-Dasar Menajemen Proyek

PISK Bidang Jalan & Jembatan

48

Tabel 0-5. PERHITUNGAN BIAYA

Dasar-Dasar Menajemen Proyek

PISK Bidang Jalan & Jembatan

49

Keterangan:

Termasuk di dalam biaya overhead umum ini ialah anggaran untuk

pekerjaan yang sifatnya minor, dan yang belum dimasukkan kedalam

perhitungan tadi, dan pekerjaan pendukung (support) lainnya seperli

perbengkelan di luar routine, angkutan ke tempat pekerjaan, pemeliharaan

jalan kerja, dan sebagainya. Jumlah biaya overhead ini tidak sama bagi

masing-masing jenis pekerjaan, dan berkisar antara 25-35% dan tergantung

juga dari tingkatan ketelitian dari perhitungan anggaran pendahuluan ini.

Untuk kontraktor, maka pada jumlah yang didapat tadi masih perlu ditambah

pula dengan pajak dan keuntungan. Depresiasi alat peralatan dan bunga

investasi sudah termasuk di dalam perhitungan anggaran pokok.

5.7 PENYELIDIKAN DAERAH KERJA LEBIH LANJUT.

Pada saat kegiatan ini dilakukan, otorisasi untuk mulai kerja sudah diberikan,

berdasarkan rencana apggaran yang telah diajukan. Atau, kalau kita ini

berkedudukan sebagai kontraktor, kita telah dinyatakan menang di dalam

tender. Sebelum kita lebih lanjut meneruskan dengan uraian mengenai

masalah ini, maka lcbih dulu marilah kita menyesuaikan lebih dulu

pengertian kita mengenai beberapa istilah sebagai berikut:

daerah kerja = proyect site, menunjukkan sesuatu daerah dengan

mengutamakan pdmbatasan daerah kegiatan dan usaha.

medan kerja = terrain, menunjukkan daerah itu dengan mengutamakan

sifat-sifat permukaannya, misalnya medan berbukit, rata dan becek

bersawah, drainase baflc, tanah berpasix, berbatu-batu, tumbuh-

tumbuhan/pepohonan jarangdan sebagainya.

Lapangan = field, terutama dititik beratkan kepada usaha untuk

membedakannnya dengan di dalam ruangan/kantor.

Barangkali, pengertian-pengertian mengenai istilah-istilah ini belum dapat

di terima secara umuin, sehingga baiklah kita anggap berlaku, terbatas di

dalam buku ini saja. Tujuan dari penyclidikan ini ialah untuk keperluan

Dasar-Dasar Menajemen Proyek

PISK Bidang Jalan & Jembatan

50

pembuatan rcncana yang terperinci pula, dan yang akan dipergunakan

sebagai dasar pcnyusunan program perasi. Hal ini akan diterangkan

kcmudian. Perlu dikcmuk;ikan di sini bahwa penyclidikan mengenai physical

properties dari tanah dan bahan-bahan lain yang akan dipergunakan, lidak

termasuk di dalam kegiatan penyelidikan olch satuan pelaksana/kontraktor,

karena biasanya sudah dikerjakan oleh laboratorium dari eselon yang lebih

tinggi atau konsultannya. Penyelidikan pencocokan oleh

pelaksana/kontraktor dapat dikerjakan nanti sambil penyelenggaraan operasi

konstruktipnya.

5.8 PEMERIKSAAN LAPANGAN

5.8.1 Prinsip Dasar

Penyedia Jasa harus menyediakan personil ahli teknik untuk memperlancar

pelaksanaan pekerjaan sehingga diperoleh mutu, kinerja dan dimensi sesuai

yang disyaratkan dalam ketentuan.

Pada awal pelaksanaan pekerjaan, personil tersebut harus disertakan dalam

pelaksanaan suatu survai lapangan yang lengkap dan menyiapkan laporan

hasil survai lapangan untuk menentukan kondisi fisik dan struktur

perkerasan lama dan fasilitas drainase yang bersangkutan. Dengan demikian

akan memungkinkan Direksi Pekerjaan melaksanakan revisi minor dan

menyelesaikan serta menerbitkan detil pelaksanaan sebelum kegiatan

pelaksanaan dimulai. Selanjutnya personil tersebut harus disertakan dalam

pematokan (staking out) dan survai seluruh proyek, investigasi dan

pengujian bahan tanah dan campuran aspal, dan rekayasa serta

penggambaran untuk menyimpan Dokumen Rekaman Proyek. Direksi

Pekerjaan harus disertakan pada Saat Survai c) Survai harus dilaksanakan di

bawah pengawasan Direksi Pekerjaan, yang harus menjamin bahwa semua

kondisi yang ada telah dicatat dengan baik dan teliti. Formulir pelaporan

kondisi tersebut harus dalam formulir yang dapat diterima Direksi Pekerjaan.

Dasar-Dasar Menajemen Proyek

PISK Bidang Jalan & Jembatan

51

5.9 PENINJAUAN KEMBALI RANCANGAN

Selama 30 hari pertama sejak periode mobilisasi. Penyedia Jasa harus

mengerahkan personil tekniknya untuk melakukan survai lapangan dan

membuat laporan tentang kondisi fisik dan struktur dari perkerasan, drainase

selokan, gorong-gorong, jembatan dan struktur lainnya, dan perlengkapan

jalan lainnya seperti rambu jalan, patok kilometer, pagar pengaman.

Pekerjaan survai lapangan ini harus dilaksanakan pada seluruh panjang jalan

dalam lingkup Kontrak, dan harus mencakup berikut ini, tetapi tidak terbatas

pada :

5.9.1 Pengkajian terhadap Persiapan dan Gambar

Penyedia Jasa harus mempelajari Gambar asli yang terdapat dalam

Dokumen Kontrak dan berkonsultasi dengan Direksi Pekerjaan sebelum

pekerjaan survai dimulai. Gambar ini harus diantisipasi terhadap perubahan

kecil pada alinyemen, ruas dan detil yang mungkin terjadi selama

pelaksanaan.

Penyedia Jasa harus melaksanakan pekerjaan sesuai dengan maksud dari

Gambar dan Spesifikasi, dan tidak boleh mengambil keuntungan atas setiap

kesalahan atau kekurangan dalam Gambar atau perbedaan antara Gambar

dan Spesifikasi. Penyedia Jasa harus menandai dan memperbaiki setiap

kesalahan atau kekurangan, terutama yang berhubungan dengan lebar

perkerasan lama dan lokasi serta arah setiap pelebaran perkerasan dan

struktur untuk drainase. Direksi Pekerjaan akan melakukan perbaikan dan

interpretasi untuk melengkapi Spesifikasi dan Gambar ini. Bilamana dimensi

yang diberikan dalam Gambar dapat dihitung, pengukuran berdasarkan skala

tidak boleh digunakan kecuali bila disetujui oleh Direksi Pekerjaan. Setiap

penyimpangan dari Gambar sehubungan dengan kondisi lapangan yang tidak

terantisipasi akan ditentukan dan diperintahkan secara tertulis oleh Direksi

Pekerjaan. Penyedia Jasa dan Direksi Pekerjaan harus mencapai

kesepakatan terhadap ketepatan atas setiap perubahan yang diambil

terhadap Gambar dalam Kontrak ini.

Dasar-Dasar Menajemen Proyek

PISK Bidang Jalan & Jembatan

52

5.9.2 Kondisi Perkerasan Lama dan Geometri Jalan

Penyedia jasa harus melakukan survai inventarisasi geometrik jalan

perkotaan sesuai Pd T-16-2004-B atau menggunakan pedoman lain yang

setara untuk jalan antar kota. Dalam hal tidak ditemukannya pedoman yang

setara untuk jalan antar kota, Penyedia Jasa dapat menggunakan Pd T-16-

2004-B atas persetujuan Direksi.

Survai kondisi rinci jalan beraspal di perkotaan merujuk pada Pd T-21-2004-

B atau penggantinya. Survai kekuatan perkerasan dari perkerasan

berpenutup aspal pada jalan antar kota dilakukan dengan pengujian

lendutan dengan alat Benkelman Beam atau alat lain yang disetujui oleh

Direksi Pekerjaan.

Survai kekuatan perkerasan tidak berpenutup aspal atau perkerasan

berpenutup aspal yang sudah rusak dengan pengujian Skala Dynamic Cone

Penetrometer (DCP) yang harus dikalibrasi terlebih dahulu menurut jenis

tanahnya atau metode lain yang disetujui oleh Direksi Pekerjaan.

Survai kekasaran permukaan perkerasan diwajibkan menggunakan alat

pengukur kekasaran secara otomatis (NAASRA Roughometer), atau

peralatan sejenis lainnya. Catatan dari nomor registrasi dan faktor kalibrasi

dari kendaraan uji yang digunakan maupun semua bacaan roughometer

aktual harus dimasukkan ke dalam laporan Penyedia Jasa yang akan

diserahkan kepada Direksi Pekerjaan, bersama dengan nilai rata-rata

kekasaran untuk tiap kilometer dan hasil perhitungan International

Roughness Index (IRI) untuk tiap kilometer.

Bilamana diminta oleh Direksi Pekerjaan, maka Penyedia Jasa harus

melakukan pengujian pada jalan dengan “proof rooling” (pembebanan

dengan kendaraan berjalan untuk mengetahui lendutan secara visual).

Dasar-Dasar Menajemen Proyek

PISK Bidang Jalan & Jembatan

53

5.9.3 Sistem Drainase Yang Ada

Jenis, bentuk, ukuran, dan profil memanjang dari semua selokan samping di

sepanjang kedua sisi jalan.

Jenis, bentuk, ukuran, lokasi, panjang, dan kondisi gorong-gorong, termasuk

detil dari setiap struktur tembok kepala dan lantai apron.

Penyedia Jasa harus melakukan survai ketinggian (level) dan survai

memanjang pada kedua sisi jalan dan harus menyiapkan gambar potongan

memanjang yang akurat dan menggambarkan profil permukaan tanah asli

dan profil lantai dasar (invert profile) selokan dan detil penampang

melintang dari semua selokan yang ada. Gambar penampang memanjang

harus diambil sepanjang lantai dasar (invert) dari semua selokan dan saluran

air, dan juga harus ditentukan hulu dan hilir lantai dasar (invert), dan

dimensi dalam dari semua saluran gorong-gorong atau sungai dalam batas

pekerjaan dalam Kontrak ini. Jarak antara pada pembacaan ketinggian

sepanjang profil penampang memanjang maksimum 25 meter.

Gambar penampang memanjang sepanjang kedua sisi jalan yang telah

disiapkan harus dalam bentuk standar yang dapat diterima Direksi Pekerjaan

dan harus diserahkan kepada Direksi Pekerjaan dengan jumlah satu asli dan

tiga salinan sebagai bagian dari laporan survai Penyedia Jasa.

5.9.4 Pekerjaan Perlindungan Talud

Untuk daerah berbukit atau bergunung, Penyedia Jasa harus melakukan

survai detil terhadap talud alam atau buatan yang diperkirakan tidak stabil

dan membutuhkan pekerjaan perlindungan talud.

5.9.5 Jembatan Lama

Jenis, dimensi, dan lokasi jembatan di sepanjang lingkup Kontrak. Detil

kondisi struktur setiap jembatan dan setiap elemen dalam struktur yang

sangat membutuhkan pekerjaan pengembalian kondisi.

Dasar-Dasar Menajemen Proyek

PISK Bidang Jalan & Jembatan

54

5.10 PERLENGKAPAN JALAN LAMA

Lokasi dan fungsi detil dari semua marka jalan lama, paku jalan (road studs),

dan mata kucing (reflectorised studs). Lokasi dan detil semua patok

kilometer, patok pengarah, kerb, trotoar, median. Lokasi, jenis, dan dimensi

detil dari semua rel pengaman.

5.11 PEKERJAAN SURVEI PELAKSANAAN RUTIN

Setelah Direksi Pekerjaan menyelesaikan revisi minor dan menerbitkan

gambar kerja, Penyedia Jasa harus yakin bahwa juru ukur (surveyor) yang

telah dilengkapi dengan semua gambar yang berisi informasi yang paling

mutakir tentang lebar perkerasan yang diperlukan dan potongan melintang

standar. Semua pengukuran survai lapangan harus dicatat dalam buku

catatan standar untuk survai lapangan. Lembar halaman yang terlepas tidak

boleh digunakan.

Periksalah Stasiun (Sta) pada setiap patok kilometer lama siapkan sebuah

denah yang menunjukkan dengan pasti posisi setiap patok kilometer yang

berhubungan dengan Chainage Sta proyek. Dalam keadaan bagaimanapun,

patok kilometer lama tidak boleh dipindah atau digeser selama Periode

Kontrak, kecuali kalau mutlak dibutuhkan untuk pelaksanaan pekerjaan yang

sebagaimana mestinya.

Pada lokasi di mana pekerjaan yang akan diadakan perbaikan tepi

perkerasan atau pelebaran, penampang melintang asli dari jalan lama harus

diukur dan dicatat untuk perhitungan kuantitas.

Untuk pengukuran semua lapis perata, dan bilamana diperlukan penyesuaian

punggung jalan, harus diadakan pengukuran profil memanjang sepanjang

sumbu jalan bersama dengan dan profil penampanag melintang.

Dasar-Dasar Menajemen Proyek

PISK Bidang Jalan & Jembatan

55

5.12 PENETAPAN TITIK PENGUKURAN

Pada umumnya, alinyemen jalan lama, permukaan jalur lalu lintas

(carriageway surface), dan patok kilometer lama harus menjadi patokan

untuk memulai pekerjaan pemeliharaan rutin, kecuali bila diperlukan

perubahan kecil pada alinyemen jalan, maka dalam hal ini diperlukan titik

kontrol sementara yang akan diterbitkan oleh Direksi Pekerjaan dan data-

data detilnya akan diserahkan kepada Penyedia Jasa bersama dengan semua

data yang bersangkutan untuk menentukan titik pengukuran pada alinyemen

yang akan diubah.

Jika dipandang perlu menurut pendapat Direksi Pekerjaan maka Penyedia

Jasa harus melakukan survai dengan akurat dan memasang “Bench Mark”

(BM) pada lokasi tertentu di sepanjang proyek untuk memungkinkan revisi

minor terhadap Gambar, pengukuran ketinggian permukaan perkerasan atau

penetapan titik pengukuran (setting out) yang akan dilakukan. BM permanen

harus dibuat di atas tanah yang tidak akan mudah bergeser.

Penyedia Jasa harus memasang titik patok pelaksanaan yang menunjukkan

garis dan ketinggian untuk pekerjaan perbaikan tepi perkerasan, lebar bahu,

dan drainase saluran samping sesuai dengan penampang melintang standar

yang diberikan dalam Gambar dan harus mendapatkan persetujuan Direksi

Pekerjaan sebelum memulai pelaksanaan pekerjaan. Jika menurut pendapat

Direksi Pekerjaan, diperlukan perubahan setiap garis dan ketinggian, baik

sebelum maupun sesudah penempatan patok, maka Direksi Pekerjaan akan

mengeluarkan perintah yang terinci kepada Penyedia Jasa untuk

melaksanakan perubahan tersebut dan Penyedia Jasa harus mengubah

penempatan patok sambil menunggu persetujuan lebih lanjut.

Bilamana diperlukan untuk tujuan pengukuran kuantitas, maka Penyedia

Jasa harus melakukan pengukuran penampang melintang pada permukaan

tanah asli dalam interval 25 m, atau jika diperintahkan lain oleh Direksi

Pekerjaan.

Profil yang diterbitkan harus digambar di atas kertas kalkir dengan skala,

ukuran dan tata letak (layout) sebagaimana yang ditentukan oleh Direksi

Dasar-Dasar Menajemen Proyek

PISK Bidang Jalan & Jembatan

56

Pekerjaan. Gambar penampang melintang harus menunjukkan elevasi

permukaan akhir yang diusulkan, yang diperoleh dari gambar detil

rancangan.

Gambar profil asli bersama dengan tiga salinannya harus diserahkan kepada

Direksi Pekerjaan. Direksi Pekerjaan akan menandatangani satu salinan

untuk disetujui atau untuk direvisi, dan selanjutnya dikembalikan kepada

Penyedia Jasa.

Bilamana Direksi Pekerjaan memandang perlu, maka Penyedia Jasa harus

menyediakan semua instrumen, personil, pekerja dan bahan yang mungkin

diperlukan untuk memeriksa penetapan titik pengukuran atau untuk setiap

pekerjaan relevan lainnya yang harus dilakukan.

5.13 TENAGA AHLI

a) Penyedia Jasa harus menyediakan tenaga ahli dalam bidang konstruksi

yang berpengalaman, untuk mengarahkan dan mengatur kegiatan pekerjaan

perbaikan tepi perkerasan, pelaksanaan lapis ulang, termasuk lapis perata,

dan pelaksanaan bahu jalan, saluran samping dan struktur untuk drainase.

b) Penyedia Jasa harus menyediakan tenaga ahli dalam bidang tanah/aspal

yang bertanggungjawab atas produksi aspal beton, termasuk pengadaan

bahan, pembuatan rumus perbandingan campuran, penyetelan bukaan

penampung dingin dan panas dan semua kebutuhan lainnya untuk menjamin

agar persyaratan campuran aspal panas dapat dipenuhi.

5.14 PENGENDALIAN MUTU BAHAN

Personil bidang tanah/aspal yang disediakan Penyedia Jasa harus melakukan

investigasi sumber bahan, membuat rancangan campuran percobaan untuk

campuran aspal panas, dan secara rutin melakukan pengujian laboratorium

untuk pengendalian mutu bahan aspal, pondasi dan bahu jalan. Catatan

harian dan arsip hasil pengujian harus disimpan dan setiap saat dapat

ditunjukkan kepada Direksi Pekerjaan jika ada pemeriksaan.

Dasar-Dasar Menajemen Proyek

PISK Bidang Jalan & Jembatan

57

Seluruh pengujian laboratorium harus dilakukan oleh Penyedia Jasa di bawah

pengawasan Direksi Pekerjaan seperti diuraikan dalam Pasal 1.2.6 dari

Spesifikasi.