bab i pendahuluan - bpsdm.pu.go.id filebersifat teknis, manajerial maupun non teknis. 1.2. manajemen...

74
Manajemen Peralatan PIP Bidang Jalan & Jembatan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Umum Manajemen Peralatan merupakan salah satu bagian dari unsur-unsur manajemen secara menyeluruh dalam kaitannya dengan pengertian manajemen, yaitu: pencapaikan tujuan melalui orang lain,dilengkapi unsur- unsur uang (money), mesin atau peralatan (machine), serta bahan (material), yang tergabung bersama-sama dalam proses pencapaian sasarannya berdasarkan metode pelaksanaan yang digariskan (method). Jadi Manajemen Peralatan dapat diartikan sebagai atau dalam wujud pengelolaan peralatan dalam usaha pencapaian sasaran manajemen secara keseluruhan sebagai induknya. Untuk penanganan Jalan dan Jembatan, antara lain pembangunan baru/pemeliharaan rutin/pemeliharaan berkala/peningkatan jalan dan jembatan, maka kegiatan fisik proyek itu merupakan satu kesatuan proses manajemen secara menyeluruh, yang di dalamnya ada unsur-unsur manajemen personalia (man), manajemen keuangan yang menyangkut pembiayaan (money), manajemen peralatan (machine), material, dan dilandasi dengan tata cara atau metoda pelaksanaan proyek baik yang yang bersifat teknis, manajerial maupun non teknis. 1.2. Manajemen Peralatan Manajemen Peralatan tidak hanya meliputi bagaimana cara mengatur peralatan atau mengelola peralatan untuk melaksanakan pekerjaan saja, melainkan merupakan siklus peralatan atau proses manajemen peralatan sudah dimulai sejak peralatan direncanakan untuk disediakan/diadakan sampai peralatan tadi tidak ada lagi atau dihapus dari inventarisasi. Jadi Manajemen Peralatan dapat diartikan sebagai proses pengelolaan peralatan sejak peralatan direncanakan pengadaannya, sampai peralatan tersebut dihapus.

Upload: dinhtuong

Post on 18-Jul-2019

227 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Manajemen Peralatan

PIP Bidang Jalan & Jembatan

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Umum

Manajemen Peralatan merupakan salah satu bagian dari unsur-unsur

manajemen secara menyeluruh dalam kaitannya dengan pengertian

manajemen, yaitu: pencapaikan tujuan melalui orang lain,dilengkapi unsur-

unsur uang (money), mesin atau peralatan (machine), serta bahan (material),

yang tergabung bersama-sama dalam proses pencapaian sasarannya

berdasarkan metode pelaksanaan yang digariskan (method).

Jadi Manajemen Peralatan dapat diartikan sebagai atau dalam wujud

pengelolaan peralatan dalam usaha pencapaian sasaran manajemen secara

keseluruhan sebagai induknya.

Untuk penanganan Jalan dan Jembatan, antara lain pembangunan

baru/pemeliharaan rutin/pemeliharaan berkala/peningkatan jalan dan

jembatan, maka kegiatan fisik proyek itu merupakan satu kesatuan proses

manajemen secara menyeluruh, yang di dalamnya ada unsur-unsur

manajemen personalia (man), manajemen keuangan yang menyangkut

pembiayaan (money), manajemen peralatan (machine), material, dan

dilandasi dengan tata cara atau metoda pelaksanaan proyek baik yang yang

bersifat teknis, manajerial maupun non teknis.

1.2. Manajemen Peralatan

Manajemen Peralatan tidak hanya meliputi bagaimana cara mengatur

peralatan atau mengelola peralatan untuk melaksanakan pekerjaan saja,

melainkan merupakan siklus peralatan atau proses manajemen peralatan

sudah dimulai sejak peralatan direncanakan untuk disediakan/diadakan

sampai peralatan tadi tidak ada lagi atau dihapus dari inventarisasi.

Jadi Manajemen Peralatan dapat diartikan sebagai proses pengelolaan

peralatan sejak peralatan direncanakan pengadaannya, sampai peralatan

tersebut dihapus.

Manajemen Peralatan

PIP Bidang Jalan & Jembatan

2

Tahapan proses kegiatan secara utuh manajemen peralatan secara garis

besarnya meliputi kegiatan-kegiatan :

Perencanaan Pengadaan

Pengoperasian

Pemeliharaan dan Perbaikan

Penghapusan

Kegiatan khusus yang menunjang semua kegiatan-kegiatan di atas adalah

kegiatan pencatatan data inventarisasi peralatan dan pencatatan data riwayat

peralatan.

Pencatatan inventarisasi peralatan ini penting karena peralatan adalah aset

atau modal kekayaan perusahaan, sedangkan pencatatan data riwayat

peralatan diperlukan sebagai data penunjang dalam monitoring sebagai bahan

untuk evaluasi peralatan. Kegiatan ini biasa disebut sebagai kegiatan

pengendalian.

Jadi data-data yang diperoleh sebagai hasil monitoring serta data hasil

evaluasi peralatan diatas serta dilengkapi data inventarisasi peralatan sangat

berguna dalam menunjang kegiatan-kegiatan perencanaan pengadaan

peralatan, pengoperasian peralatan, pemeliharaan dan perbaikan peralatan,

serta kegiatan penghapusan.

1.3. Pengenalan peralatan

Untuk dapat memberikan hasil yang baik dalam manajemen peralatan, maka

setiap individu yang terkait dalam setiap kegiatan dalam proses manajemen

peralatan dituntut untuk semaksimal mungkin mengenal peralatan yang

ditangani.

Mengenal jenis-jenis peralatan serta fungsinya atau kegunaannya disamping

cara kerjanya serta apa produksinya dan bagaimana indicator mengukurnya,

namun tidak perlu sampai harus mengetahui bagaimana tata cara

mengoperasikannya (kecuali operator).

Merencanakan kebutuhan peralatan tidak mungkin akan memberikan hasil

yang baik apabila tidak mengenal betul jenis-jenis peralatan serta

fungsi/kegunaannya, padahal keberhasilan pekerjaan berawal dari

Manajemen Peralatan

PIP Bidang Jalan & Jembatan

3

perencanaan kebutuhan dan perencanaan pengadaan peralatan. Kita semua

tahu bahwa tujuan penggunaan peralatan adalah untuk pencapaian sasaran

pekerjaan sesuai dengan persyaratan mutu, waktu dan biaya yang telah

ditentukan.

Peralatan sesuai dengan jenis/macam kegiatannya dapat dikelompokkan

sebagai berikut :

Jenis kegiatan Peralatan

Pemindahan Tanah

(Earth moving)

: Bulldozer

Loader

Motor Grader

Excavator

Pemadatan

(Compacting)

: 3 Wheel Roller

Tandem Roller

Vibrating Compactor

Pedestrian Roller

Vibrating Tamper

Vibrating Rammer

Pneumatic Tyre Roller

Pengangkutan

(Hauling)

: Dump Truck

Motor Scraper

Agitator Truck

Penghamparan

(Paving/Spreading)

: Asphalt Finisher

Concrete Finisher

Aggregate/Chip Spreader

Asphalt Sprayer/Asphalt Distributor

Peralatan Produksi

(Plant)

: Stone Crushing Plant

Asphalt Mixing Plant

Manajemen Peralatan

PIP Bidang Jalan & Jembatan

4

Concrete Plant

Pengeboran

(Drilling)

: Percussion Drill

Bore Pile

Hammer Drill

Pemancangan

(Piling)

: Pile Hammer

Alat Angkat

(Lifting)

: Crane

Forklift

Lift Platform

Transportasi

(Transportation)

: Truck

Trailer

Jeep

Pick Up

Bus

Alat Pemotong

(Cutting)

: Asphalt/Concrete Cutter

Milling Machine

Soil Stabilizer

Groving Equipment

Peralatan Bantu

(Supporting Equipment)

: Water Tank Truck

Fuel Tank Truck

Air Compressor

Generating Set

Water Pump

Pengeruk Lumpur

(Dredging)

: Dredger

Dragline Crane

Clam Shell Crane

Manajemen Peralatan

PIP Bidang Jalan & Jembatan

5

Bagan Alir Manajemen Peralatan

Dalam bagan di atas digambarkan bahwa Pengendalian Peralatan seolah-olah

sebagai pusat kegiatan dalam proses manajemen peralatan, namun

sebenarnya tidak berarti demikian.

Pengendalian peralatan yang didalamnya berisi data informasi mengenai

peralatan akan selalu dibutuhkan bagi setiap pelaksanaan kegiatan yaitu

kegiatan perencanaan, pengoperasian, pemeliharaan dan perbaikan, serta

kegiatan penghapusan. Sebaliknya segala informasi data dari setiap kegiatan

harus dicatat dan dilaporkan ke pengendalian peralatan, sehingga data

mengenai peralatan yang tercatat di pengendalian peralatan akan selalu

mutakhir atau up to date.

Pengendalian peralatan secara utuh diperlukan untuk mengevaluasi sejumlah

invertasi dan sasaran kinerja yang dicapai memenuhi target apa tidak

selanjutnya juga diperlukan untuk memberikan umpan balik dalam proses

siklus manajemen peralatan.

PERENCANAAN PENGADAAN

PENGENDALIAN

PEMELIHARAAN DAN

PERBAIKAN

PENGHAPUSAN PENGOPERASIAN

Manajemen Peralatan

PIP Bidang Jalan & Jembatan

6

BAB II

DASAR-DASAR PENGGUNAAN PERALATAN

2.1. Pengertian Manajemen Peralatan

Manajemen adalah usaha untuk mencapai tujuan (sasaran) melalui orang-

orang lain “ Get Things Done Through Other People ”.

Proses usaha dari seseorang pemimpin dengan menggunakan pemikiran

ilmiah maupun praktis.

Untuk mencapai tujuan yang telah ditemukan.

Melalui kerja sama dengan orang-orang lain sebagai daya manusia.

Serta dengan memanfaatkan sumber-sumber daya lainnya yang tersedia.

Dengan setepat-tepatnya dan dalam waktu yang telah ditentukan serta

dengan anggaran biaya yang telah direncanakan.

1. U s a h a

a. Pimpinan melakuklan usaha melalui pendelegasian wewenang pada

staf.

b. Pimpinan perlu, bahkan harus melaksanakan usaha meyakinkan

adanya rangkaian kegiatan agar tujuan berhasil.

c. Rangkain kegiatan dan fungsi-fungsi.

2. Ciri-ciri Manajemen

a. Manajemen selalu diterapkan terhadap suatu kelompok, bukan

terhadap individu tertentu

b. Manajemen selalu mengandung pengertian ada tujuan yang akan

dicapai kelompok

Dari banyak konsep-konsep dasar manajemen antara lain :

a. Gullick

b. Fayol

c. Allen

d. Spriegel

e. Urwick

f. Newman

Manajemen Peralatan

PIP Bidang Jalan & Jembatan

7

g. Koontz & George

h. Terry & George

i. Siagian

j. Dll.

Dasar dari teori Terry & George yang paling dapat diterima yaitu:

P.O.A.C.

Planning : Apa yang harus dilakukan

Kapan

Dimana

Bagaimana

Organizing : Siapa – untuk siapa

Dengan kewenangan seberapa

Dengan sarana dan lingkungan kerja

bagaimana

Actuating : Membuat semua anggota kelompok

melakukan tugasnya

Yang telah ditentukan dengan sepenuh hati

dan kerja sama dengan baik

Controlling : Apakah tugas telah dilaksanakan sesuai

ketentuan

Pengendalian rencana

Manajemen Peralatan

PIP Bidang Jalan & Jembatan

8

PENGELOMPOKAN FUNGSI-FUNGSI MANAJEMEN ORGANIK

1. Gullick, Luther

a. Planning

b. Organizing

c. Staffing

d. Directing

e. Coordinating

f. Reporting

g. Budgeting

2. Fayol, Herry

a. Planning

b. Organizing

c. Commanding

d. Coordinating

e. Controlling

3. Allen, Louis A.

a. Leading

b. Planning

c. Organizing

d. Controlling

4. Spriegel, william

a. Planning

b. Organizing

c. Controlling

5. Urwick, Lindal F.

a. Forecasting

b. Planning

c. Organizing

d. Commanding

e. Coordinating

6. Controlling Newman, Wiiliam

a. Planning

b. Organizing

c. Commanding

d. Assembling of Resources

e. Directing

f. Controlling

7. Roontz, Donnel

a. Planning

b. Organizing

c. Staffing

d. Directing

e. Controlling

8. Terry, George, R

a. Planning

b. Organizing

c. Actuating

d. Controlling

9. Siagian, SP

a. Planning

b. Organizing

c. Motivating

d. Controlling

Manajemen : Get Thing Done Though Other People

Manajemen Peralatan

PIP Bidang Jalan & Jembatan

9

Fungsi-fungsi Manajemen

Meskipun fungsi-fungsi manajemen yang disampaikan oleh para ahli berbeda,

tetapi dari pendapat para ahli seperti tersebut dibawah, terdapat tiga fungsi

yang sama, yaitu :

a. Planning

b. Organizing

c. Controlling

Fungsi-fungsi manajemen menurut beberapa ahli

Herry Fayol

Koontz O’donnel

George Terry

Ernest Dale

Wiiliam Newman

P L A N N I N G

O R G A N I Z I N G

C O N T R O L L I N G

COMMANDING STAFFING ACTUATING STAFFING ASSEMBLING OF RESOURCES

COODINATING DIRECTING DIRECTING DIRECTING

INNOVATING

REPRESENTING

Manajemen Peralatan

PIP Bidang Jalan & Jembatan

10

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh tenaga ahli Mahoney dan kawan-

kawan ditemukan bahwa meskipun semua manajer (dari yang terendah

sampai yang tertinggi) melaksanakan fungsi-fungsi manajemen, tetapi

pencurahan waktunya untuk masing-masing fungsi berbeda. Pada umumnya

gambarannya adalah sebagai berikut:

Manajemen Pertama : Utamanya pada pengawasannya

Manajemen Menengah : Utamanya pada perencanaan

Manajemen Tinggi : Utamanya pada koordinasi

Dalam pembahasan dasar-dasar manajemen di Indonesia, fungsi-fungsi

manajemen George Terry banyak diikuti. Oleh karena itu dalam catatan

ringkas inipun diikuti fungsi-fungsi manajemen Geotge Terry, yajni POAC.

M A N A G E M E N T

Apakah proses mencakup hal-hal berikut ?

PLANNING ORGANIZING ACTUATING CONTROLLING

Sarana pendukung untuk mencapai efisiensi

MENCAPAI TUJUAN

Machine Method Material MAN Money

Manajemen Peralatan

PIP Bidang Jalan & Jembatan

11

Dari teori manajemen diatas bisa kita ambil pendekatan dalam penggunaan

peralatan sebagai berikut :

Manajemen adalah proses usaha dari seseorang pemimpin dengan

menggunakan pemikiran ilmiah maupun praktis. Untuk mencapai tujuan yang

telah ditentukan, serta dengan memanfaatkan sumber-sumber daya lainnya

yang tersedia. Dengan setepat-tepatnya dan dalam waktu yang telah

ditentukan serta dengan anggaran biaya yang telah direncanakan .

Adapun relevansi sasaran dari fungsi manajemen bila dipergunakan untuk

menangani peralatan fungsi-fungsi kita rumuskan kedalam sasaran yang harus

dicapai sebagai berikut:

1. Sumber daya manusia

a. Berperilaku baik dan terampil

b. Mampu dan mau memelihara peralatan dengan baik

c. Mampu dan mau mengopersikan peralatan dengan baik.

2. Material

Sesuai dengan spesifikasi teknis baik secarak kualitas maupun kuantitas.

3. Mesin/Peralatan (Machine)

a. Investasi yang digunakan harus bisa mencapai dan mempertahankan

performance secara terus menerus sesuai standar spesifikasi .

b. Pengoperasian harus bisa mencapai produktivitas standar kapasitas

ataupun kualitas

c. Peralatan harus selalu siap pada waktunya.

4. Metode (Method)

a. Mengetahui metode kerja yang baku

b. Secara dinamis dan stabil bisa memilih metode yang efektif.

5. Biaya (money)

a. Bisa menyusun program kerja dan program pembiayaan yang

rasional.

b. Dalam menentukan angka-angka pada proses forecasting dan

pengambilan asumsi sudah teruji secara teoritis, statistik dan

aplikatif.

c. Memahami administrasi keuangan dan administrasi kontrak guna

merealisasikan pos-pos penanganan peralatan yang diperlukan

Manajemen Peralatan

PIP Bidang Jalan & Jembatan

12

2.2. Pengenalan Peralatan

Dapat dikelompokan dengan dua cara :

a. Sesuai dengan fungsinya

Alat pemindahan tanah

Alat pemadat

Alat pengangkut

Alat penutup perkerasan

Sekumpulan alat untuk produksi (plant), misal batu pecah, aspal,

beton dan semen beton.

b. Sesuai dengan peruntukannya :

Pembuatan dan pembentukan badan jalan

Produksi agregat

Pembuatan badan jalan

Pengaspalan

Pelaksanaan jembatan

Equipment Grouping

Earth Moving Equipment

1. Bulldozer (Crawler,Wheel) 2. Loader (Crawler, Wheel) 3. Motor Grader 4. Excavator (Crawler, Wheel)

Compacting Equipment

1. Tandem Roller 2. Pedestrian Roller 3. Vibrating Tamper 4. Vibrating Rammer 5. Three Wheel Roller 6. Tyre (Pneumatic) Roller 7. Vibrating Compactor 8. Combination Roller 9. Sheep Foot Roller

Manajemen Peralatan

PIP Bidang Jalan & Jembatan

13

1. Motor Scraper 2. Dump Truck 3. Agitator Truck

Hauling Equipment

1. Asphalt Finisher 2. Concrete Finisher 3. Agregate / Chip Speader 4. Asphalt Sprayer / Distributor

Paving / Spreading Equipment

1. Stone Crushing Plant 2. Asphalt Mixing Plant 3. Concreta Plant / Mixer

1. Percussion Drill 2. Bore Pile 3. Hammer Drill Drailing / Boring Equipment

Plant Equipment

Piling Equipment 1. Pile hammer (Diesel, Vibro)

Lifting Equipment

1. Crane 2. Lift Platfrom 3. Forklift

Transportation Equipment

1. Truck 2. Trailer 3. Jeep 4. Pick Up 5. Bus

1. Water Tank Truck 2. Fuel Tank Truck 3. Generating Set 4. Air Commpressor 5. Water Pump 6. ETC

Supporting Equipment

Manajemen Peralatan

PIP Bidang Jalan & Jembatan

14

Kelompok Peralatan Utama

1. Pembukaan & pembentukan badan jalan

a. Bulldozer

b. Motor Scraper

c. Vibrating Compactor

d. Motor Grader

e. Loader

f. Dump Truck

g. Sheep Foot Roller

2. Produk Aggregat

a. Stone Crushing Plant

b. Loader

c. Bulldozer

d. Dump Truck

3. Pembuatan Badan Jalan

a. Bulldozer

b. Motor Grader

c. Vibrating Roller

d. Dump Truck

e. Water Tank

4. Pengaspalan

a. Asphalt Mixing Plant

b. Asphalt Paving machine ( Finicher)

c. Pneumatic (Tyre) Roller

d. Tandem Roller

e. Asphalt Sprayer / Distributor

f. Dump Truck

1. Soil Stabilizer 2. Catter / Milling Machine 3. Groving Equipmen 4. Asphalt / Concrete Cutter

Cutting / Milling Equipment

Manajemen Peralatan

PIP Bidang Jalan & Jembatan

15

5. Pembuatan Jembatan

a. Crawler Crane

b. Pile Hammer

c. Exavator

d. Concrete Mixer

2.3. Siklus Peralatan

Siklus peralatan dimulai dari perencanaan kebutuhan peralatan sampai

peralatan dihapus. Adapun aspek-aspeknya adalah sebagai berikut :

2.3.1. Perencanaan

a. Dibuat rencana kerja

b. Direncanakan :

c. Lokasi Quarry (Crushing Plant)

d. Lokasi Asphalt Mixing Plant (AMP)

e. Ditentukan :

f. Alat-alat yang diperlukan

g. Kapan diperlukannya

h. Spesifikasi

Dari data-data yang didapat dari kegiatan tersebut, dihitung dengan

cermat

1. Alat-alat yang diperlukan

2. Alat-alat yang ada

3. Kekurangannya

4. Kapan diperlukan

2.3.2. Pengadaan

Setelah jelas dan terperinci kebutuhan alat yang diperlukan, diadakan

rencana pengadaan :

a. Beli Baru

b. Sewa / Beli (leasing)

Manajemen Peralatan

PIP Bidang Jalan & Jembatan

16

c. Sewa dari Dep. Kimpraswil

d. Sewa dari Swasta

e. Sewa dari L C/P H

Kelebihan dan kekurangan tiap-tiap alternatif

2.3.3. Pengoperasian

Disesuaikan dengan seksama dengan jadwal peralatan dan

ketersediaan peralatan perhitungan biaya operasi dan biaya

pemeliharaan.

2.3.4. Pemeliharaan

Jenis-jenis pemeliharaan

a. Pemeliharaan Rutin

b. Pemeliharaan Berkala

c. Perbaikan Ringan

d. Perbaikan Berat

2.3.5. Penghapusan

Setelah peralatan tidak ekonomis lagi untuk dipakai dimana terjadi

biaya operasi dan biaya pemeliharaan tidak seimbang dengan produksi

yang dihasilkan, maka peralatan harus dihapus, dikeluarkan dari daftar

inventaris.

Manajemen Peralatan

PIP Bidang Jalan & Jembatan

17

BAB III

PENGELOMPOKAN PERALATAN

Dalam bab ini akan diuraikan macam-macam peralatan, fungsi serta cara

kerja dan hal-hal teknis lainnya yang berlu diketahui sebagai dasar pengenalan

terhadap peralatan.

Uraian selanjutnya akan dibagi dalam 2 kelompok besar, yaitu kelompok

peralatan pemindahan tanah, dan kelompok peralatan lain-lain yang dikaitkan

dengan fungsinya.

3.1 Kelompok Peralatan Pemindahan Tanah

3.1.1. Excavator

Peralatan ini fungsinya adalah untuk memindahlan tanah (tanah

dasar ) dari lokasi asalnya ke lokasi lain yang tidak jauh atau jarak

perpindahannya dekat sekali, yaitu di sekitar alat itu sendiri (di

sampingnya atau di belakangnya).

Dari perbedaan cara operasinya maka dikenal ada 2 macam excavator,

yaitu Backhoe Exchavator dan Excavator Shovel.

Backhoe Excavator cara kerjanya sama dengan cangkul, jadi

mengambil tanah dengan cara menggali yang berada sama atau lebih

rendah dari permukaan tempat dia berpijak. Sedangkan Excavator

Shovel cara kerjanya sama seperti sekop, jadi baik untuk mengambil

tanah dari tempat yang lebih tinggi atau dari bukit.

3.2. Kelompok Peralatan Lain-lain

Berikut ini diuraikan beberapa jenis peralatan lain-lain yang penting secara

ringkas disertai kegunaannya serta data utama yang harus diketahui dan

diperhatikan dari tiap-tiap peralatan yang bersangkutan.

Kelompok peralatan lain-lain ini dalam uraiannya akan disusun lagi urutan

penjelasannya dalam grup-grup sebagai berikut :

Manajemen Peralatan

PIP Bidang Jalan & Jembatan

18

Peralatan Pemecah Batu

Peralatan Produksi Campuran Aspal Dingin

Peralatan Stabilitasi Tanah

Peralatan Recycling

a. Peralatan Pemecah Batu (Stone Crushing Plant)

Setiap bangunan teknis sarana baik itu bangunan gedung, jalan dan

jembatan, bendungan atau dam, selalu dibutuhkan batu, khususnya

batu pecah atau agregat dengan ukuran-ukuran tertentu serta

spesifikasi bentuk tertentu yang secara teknis memenuhi persyaratan

untuk dipakai pada jenis konstruksinya.

Untuk memperoleh batu pecah atau agregat tersebut diperlukan

peralatan yang kita kenal yaitu Peralatan Pemecah Batu atau Stone

Crushing Plant.

Beberapa tipe Peralatan Pemecah Batu yang dikenal dan biasa dipakai,

yaitu Jaw Crusher, Cone Crusher, Impact Crusher, dan Roll

Crusher.

b. Peralatan Produksi Campuran Aspal Dingin

Peralatan ini biasa disebut sebagai Pan Mixer, karena bentuk tempat

pencampuran materialnya berupa panci bulat silinder tapi rendah.

Pada umumnya Pan Mixer ini dibuat mobile, artinya bisa ditarik untuk

dipindah-pindah ke lokasi lain dimana produk campuran aspal dinginnya

dibutuhkan (di lokasi proyek). Lain halnya dengan Pan Mixer yang

dipakai untuk produksi beton semen yang pada dasarnya konstruksinya

sama, hanya pada Pan Mixer untuk beton semen harus lebih tertutup

rapat pada pintu pembuangannya, karena memakai air yang lebih

mudah bocor keluar bila dibanding dengan aspal cair.

Manajemen Peralatan

PIP Bidang Jalan & Jembatan

19

Konstruksi

Pan Mixer terdiri dari Pan (panci) berbentuk silinder tapi berdinding

rendah yang diletakkan di atas chasis/rangka yang bisa ditarik dan

mempunyai sepasang roda.

Panci ini adalah tempat mencampur material campuran aspal dingin,

yaitu agregat, pasir atau agregat halus, serta aspal cair (bisa juga aspal

emulsi).

Di dalam panci ini ada sudu-sudu/sendok-sendok yang diputar melalui

poros mesin penggerak (biasanya mesin diesel). Lihat gambar pada

halaman sebelumnya.

Pada alas panci dibuat semacam lubang sebagai pintu pembuangan

produk campuran yang sudah selesai. Pada saat bekerja maka pintu ini

selalu harus tertutup, kemudian baru dibuka setelah diketahui bahwa

campuran sudah jadi atau sudah selesai baik. Pembukaan pintu ini

dilakukan secara manual.

Cara Kerja/Proses Pembuatan Produk

Tahapan proses pembuatan campuran aspal dingin bisa diuraikan

sebagai berikut:

Hidupkan dulu mesin penggerak (mesin diesel), kopeling penghubung

putaran ke pemutar sudu-sudu/sendok-sendok di dalam panci

pengaduk dinetralkan terlebih dahulu.

Setelah mesin cukup panas, maka kopling dihubungkan, sehingga

sudu-sudu di dalam panci pengaduk mulai berputar.

Apabila pan mixer ini masih baru atau belum pernah dipakai, atau

apabila pancinya bersih tidak ada bekas aspak terutama pada

alasnya, maka terlebih dahulu siramkan aspal cair ke dalam panci

secukupnya secara merata. Setelah itu baru kemudian dituangkan

agregat dan pasirnya sejumlah sesuai persentase dalam

campurannya.

Sambil material tadi diaduk terus, tuangkan aspal cair ke atasnya

sedikit sampai banyaknya aspal cair yang dituangkan tadi sesuai

dengan persyaratan campuran.

Manajemen Peralatan

PIP Bidang Jalan & Jembatan

20

Di dalam panci semua material di dalamnya diaduk-aduk oleh sudu-

sudu yang berputar sehingga campurannya merata. Selama

percampuran berlangsung, maka pintu pembuangan pada alas panci

pencampur harus ditutup.

Apabila campuran sudah baik, artinya semua material sudah

terselimuti aspal cair secara merata, maka pintu pembuangan dibuka

sehingga campuran aspal dinginnya akan jatuh keluar. Selama

pembuangan campuran berlangsung, sudu-sudu tetap diputar dan di

bawah pintu pembuangan disediakan tempat menampung hasil

campuran.

Apabila panci sudah bersih dari campuran tadi, maka pintu

pembuangan ditutup kembali dan proses pembuatan campuran baru

bisa dimulai lagi tanpa harus mematikan atau melepas kopeling

penghubung dengan urutan proses seperti sebelumnya (kali ini tidak

perlu disiram aspal cair dulu).

Catatan :

Penyiraman aspal cair ke dalam panci pertama kali di atas adalah agar

tidak terjadi gesekan langsung antara agregat dengan permukaan besi

alas panci yang sering menimbulkan kemacetan (sudu-sudu tidak bisa

bergerak).

Jumlah produk campuran untuk tiap kali pencampuran tergantung pada

besar kecilnya kapasitas pancinya. Pada umumnya kapasitas Pan Mixer

ini adalah antara 300 lt – 500 lt campuran.

c. Peralatan Stabilisasi Tanah

Peralatan ini biasa disebut Soil Stabilizer atau Pulvi Mixer, dipakai untuk

proses stabilisasi tanah di tempat.

Konstruksi

Peralatan ini terdiri dari traktor penarik dan pisau atau pengaduk pada

rotor yang berputar berlawanan arah dengan arah traktor.

Manajemen Peralatan

PIP Bidang Jalan & Jembatan

21

Bentuk pisau atau pengaduknya bisa berbentuk seperti sudu-sudu alat

bajak, atau bisa juga berbentuk lengan-lengan dengan pencungkil baja

pada ujungnya yang dipasang di sekeliling silinder sebagai rotor yang

diputar melalui poros penggerak traktor penarik.

Proses Stabilisasi

Lapisan tanah yang di atas permukaannya telah ditaburi material

stabilisasi seperti semen, koral atau lime atau bisa juga aspal cair, akan

dibongkar/diaduk oleh sudu-sudu atau pencungkil pada rotor yang

berputar berlawanan arah dengan arah traktor penarik. Hasilnya adalah

hamparan lapisan tanah yang sudah bercampur material stabilisasi

secara merata dan homogen. Ketebalan lapisan stabilisasi ini tergantung

dari kapasitas kedalaman potong soil stabilizer-nya (maximum cutting

depth rotor).

d. Peralatan Recycling

Peralatan ini bukan dimaksudkan sebagai kesatuan unit peralatan untuk

proses recycling atau daur ulang, melainkan unit peralatan untuk

pengupasan (dengan dihancurkan) lapisan permukaan aspal jalan pada

ketebalan tertentu untuk diambil materialnya dan akan dipakai lagi

setelah melalui proses daur ulang.

Peralatan ini biasa disebut Recycler atau Milling Machine.

Proses daur ulangnya sendiri bisa terjadi di tempat lain dengan unit

peralatan lain yaitu AMP atau bisa juga terjadi di tempat pengupasannya

sendiri (in situ).

Konstruksi

Recycler atau juga Milling Machine ini pada dasarnya sama dengan

peralatan Soil Stabilizer, bedanya hanya pada alat pemotongnya saja.

Pada Milling Machine pisau pemotongnya berbentuk pen/gigi pendek

yang dipasang di sekeliling rotor, jumlahnya lebih banyak dan lebih

rapat dibandingkan dengan yang terpasang pada Soil Stabilizer.

Manajemen Peralatan

PIP Bidang Jalan & Jembatan

22

Bahan pembuat gigi-gigi ini adalah bahan keras sekali yaitu Tungste

Carbide.

Pengupasan

Sama seperti pada Soil Stabilizer, hanya pada Milling Machine atau

Recycler ini material hasil pengupasannya (material lapisan permukaan

yang sudah dihancurkan) akan disalurkan ke atas Dump Truck dan

kemudian dibawa ke lokasi dimana akan diproses daur ulangnya, yaitu

di lokasi AMP, diberi tambahan material baru serta aspal baru,

mengingat bahwa gradasi material hasil kupasan sudah berubah serta

aspalnya sudah berubah pula sifat-sifatnya karena oksidasi serta cuaca

dan lalu lintas.

Saat ini ada juga peralatan yang langsung memproses hasil

kupasan/pemotongannya di dalam alat itu sendiri, serta langsung

menghampar hasil proses daur ulangnya di belakangnya hanya tinggal

pemadatan.

Ketabalan atau ketinggian pengupasan tergantung kapasitas rotor dari

Milling Machine (maximum cutting depth).

Manajemen Peralatan

PIP Bidang Jalan & Jembatan

23

BAB IV

PENGADAAN PERALATAN

4.1. Perencanaan Kebutuhan Peralatan

Beberapa hal utama yang penting diketahui dalam perencanaan kebutuhan

peralatan adalah :

Sasaran pekerjaan yang harus dihasilkan berikut volume, jangka waktu

pelaksanaan, dan spesifikasi teknis pekerjaan yang harus dicapai.

Jenis-jenis kegiatan pelaksanaan yang harus dikerjakan berikut

volumenya masing-masing.

Kondisi medan atau kondisi lapangan.

Jadual untuk masing-masing jenis peralatan dan jumlahnya serta jenis

kegiatan pekerjaan dan kondisi medan yang ada, serta spesifikasi dan

kapasitas peralatan peralatan yang bersangkutan dibutuhkan.

Bagaimana mobilisasi peralatan dilaksanakan agar pada waktu yang

diperlukan sudah tersedia di lapangan dengan kondisi yang sudah siap

operasi untuk jangka waktu pelaksanaan proyek.

Sasaran pekerjaan yang harus dihasilkan harus dipahami terlebih dahulu

sebagai dasar kita melangkah untuk merencanakan kebutuhan peralatan.

Juga mengenai volume pekerjaan serta jangka waktu penyelesaian

pekerjaan yang tersedia, disamping spesifikasi teknis dari produk akhir yang

harus dicapai. Dengan demikian akan kita ketahui sejak awal garis besar

pekerjaan apa yang harus dilaksanakan. Berdasarkan data ini kita sudah

dapat mengerjakan hal-hal berikutnya.

Contoh :

Pekerjaan yang harus diselesaikan misalnya pelebaran Jalan sepanjang 20

km, dengan pelapisan permukaan hotmix tebal 5 cm, di lokasi A, dari X

sampai Y, dengan jangka waktu penyelesaian pekerjaan 6 bulan.

Manajemen Peralatan

PIP Bidang Jalan & Jembatan

24

Pembiayaan peralatan dan lead time penyiapan termasuk dalam tahap

perencanaan sehingga biaya harus dianggarkan antara lain penyiapan

peralatan, mobilisasi dan perbaikan awal serta alokasi waktu yang diperlukan

untu perbaikan awal persiapan operasi sehingga peralatan akan siap operasi

dilapangan tepat kondisi dan tepat waktu sesuai dengan rencana kegiatan

pelaksanaan proyek

Jenis-jenis kegiatan pelaksanaan bisa juga merupakan tahapan-tahapan

pekerjaan atau bagian-bagian pekerjaan yang harus ditangani sebelum

sampai tahapan akhir kegiatan.

Contoh :

Pembangunan jalan baru melalui daerah pemukiman penduduk.

Tahap awal kegiatan fisik di lapangan tentunya membongkar dulu rumah-

rumah yang ada, selanjutnya membersihkan permukaan tanah dari puing-

puing bekas reruntuhan, dilanjutkan dengan pengupasan lapisan atas tanah

permukaan. Apabila diperlukan timbunan tanah, maka ada kegiatan

penimbunan serta pemadatan timbunan, selanjutnya kegiatan-kegiatan

berikut dan diakhiri kegiatan penghamparan hotmix sampai dengan

pemadatannya. Masing-masing kegiatan tersebut membutuhkan jenis

peralatan yang kemungkinan besar berbeda sesuai dengan fungsi

peralatannya.

Volume dari tiap-tiap kegiatan tersebut di atas serta lama waktu

pelaksanaan akan mempengaruhi jumlah peralatan yang dibutuhkan serta

kapasitas tiap jenis peralatannya.

Kondisi medan atau kondisi lapangan akan menentukan kemungkinan

pemakaian spesifikasi khusus pada peralatan yang harus disediakan,

misalnya untuk daerah berlumpur, maka untuk peralatan yang memakai

Crawler, harus dipilih tipe Crawler yang lebih lebar. Untuk daerah bukit yang

berbatu-batu tajam, bila diperlukan Loader, maka dipilih Loader dengan

Crawler Track atau biasa disebut Track Loader atau Traxcavator.

Manajemen Peralatan

PIP Bidang Jalan & Jembatan

25

Selain itu kondisi lapangan juga dapat mempengaruhi jenis peralatan yang

akan dipilih, misalnya untuk pemancangan tiang pancang di lokasi di antara

gedung-gedung bertingkat, tentunya tidak dibenarkan lagi kalau memakai

Diesel Pile Hammer, mungkin Vibrating Pile Hammer masih aman dipakai

karena pengaruh vibrasinya tidak terlalu kuat, sehingga tidak merusak

gedung di sekitarnya.

Motor Scraper bisa dipilih kalau medannya luas, dan tidak terganggu lalu

lintas umum, misalnya pada pembangunan lapangan terbang.

Hasil dari perencanaan kebutuhan peralatan adalah daftar jenis peralatan

yang dibutuhkan, lengkap dengan spesifikasi utamanya, jumlah unit, serta

jadwal waktu kebutuhannya.

4.2. Pengadaan Peralatan

Pengadaan peralatan di sini tidak diartikan sebagai membeli peralatan,

melainkan meng"ada"kan peralatan dari belum ada menjadi ada (tersedia).

Pengadaan peralatan dapat ditempuh dengan beberapa cara, yaitu :

Dari milik sendiri yang sudah ada,

Menyewa dari perusahaan sewa,

Membeli sendiri,

Sewa beli (leasing).

Jenis peralatan apa saja yang perlu dilaksanakan pengadaannya, bagaimana

spesifikasi utamanya antara lain kapasitasnya, berapa jumlah unitnya untuk

tiap jenis peralatan harus tersedia, semua hal tersebut di atas adalah

berdasarkan data hasil dari perencanaan ke butuhan peralatan

4.2.1. Dari milik sendiri

Yang dimaksud di sini adalah bahwa peralatan yang dibutuhkan

sudah dimiliki sendiri atau sudah tersedia, sebagian atau seluruhnya.

Yang perlu diperhatikan dari peralatan yang sudah dimiliki sendiri ini

adalah :

Manajemen Peralatan

PIP Bidang Jalan & Jembatan

26

Apakah kondisinya baik, siap operasi.

Apakah pada saat dibutuhkan peralatan tersebut tidak dipakai

oleh proyek lain atau tidak direncanakan untuk proyek lain.

Bagaimana akuntabilitas administrasi dan pemakaiannya

disewakan apa secara swakelola

Keuntungan dengan telah dimilikinya peralatan yang dibutuhkan

adalah jelas tidak perlu menambah investasi baru, disamping itu

efektifitas penggunaan peralatan meningkat.

Kerugiannya harus disediakan fasilitas yang memadai untuk peralatan

dan sumberdaya yang lain termasuk operator dan

mekaniknya.Sehingga dalam hal ini harus dipertimbangkan efektifitas

dan efesiensinya lebih mendalam.

4.2.2. Menyewa dari perusahaan sewa

Langkah ini dipilih sebagai alternatif ke dua setelah diperiksa bahwa

peralatan yang dibutuhkan tidak tersedia atau tidak dimiliki sendiri.

Keuntungan dari menyewa ini adalah bahwa biaya peralatan pada

satu proyek terbatas hanya pada jumlah sewa peralatan yang

diperlukan saja, tidak memerlukan mobilisasi dan demobilisasi

peralatan (biaya ini biasanya sudah termasuk dalam harga sewa

peralatan), dan tidak perlu pengendalian biaya operasi.

Menyewa dari perusahaan sewa cukup strategis bila pekerjaan

tersebut dilaksanakan sendiri bila dilaksanakan oleh pihak kedua

penyewaan melalui pihak kedua dan pengadaannya melalui proses

prakontrak.

Apabila mau menempuh cara menyewa, maka beberapa hal penting

perlu dipelajari dan diperhatikan, antara lain :

Adakah perusahaan sewa.

Apakah peralatan yang dibutuhkan tersedia di perusahaan sewa

yang bersangkutan.

Bagaimana perjanjian sewa-nya.

Manajemen Peralatan

PIP Bidang Jalan & Jembatan

27

Menyewa peralatan dapat menimbulkan beberapa kerugian, antara

lain :

Kondisi peralatan tidak bisa dijamin dalam keadaan baik dan siap

operasi.

Peralatan yang akan disewa belum bisa dijamin tersedia sesuai

jadwal keperluannya.

Teknologi peralatan tidak dikuasai.

Untuk proyek jangka panjang akan jadi mahal.

Banyak bergantung kepada perusahaan sewa.

Harus selalu memperhatikan produktivitasnya agar

pemakaiannya seefektif mungkin.

4.2.3. Membeli sendiri

Membeli sendiri peralatan berarti investasi modal, sehingga sudah

harus diperhitungkan tentang untung ruginya, yaitu bahwa jasa

peralatan harus lebih tinggi nilainya dari bunga Bank.

Selain itu, dituntut pula adanya pemanfaatan peralatan yang optimal,

mengurangi idle time yang merugikan, jumlah kebutuhan selama

umur ekonomisnya harus tersedia.

Peralatan yang dibeli bisa peralatan yang baru, bisa juga yang bukan

baru. Keuntungannya jelas bahwa peralatan yang baru performance-

nya lebih dijamin baik kondisi dan umur ekonomisnya masih

panjang, tapi harga lebih mahal dibandingkan dengan peralatan

bukan baru atau peralatan bekas (re-conditioned).

Beberapa keuntungan kalau membeli sendiri peralatan, antara lain :

Bisa menentukan sendiri (memilih sendiri) peralatan yang

diinginkan sehingga spesifikasi tehnis yang diperlukan terpenuhi

(makin baik peralatan akan makin mahal harganya).

Ketersediaan peralatan pada saat dibutuhkan bisa terjamin

sehingga kontinuitas pekerjaaan tidak terganggu, sepanjang

pemeliharaan peralatan bisa dilaksanakan dengan baik sehingga

kondisi peralatan bisa dipertahankan dalam keadaan baik.

Manajemen Peralatan

PIP Bidang Jalan & Jembatan

28

Adanya alih Teknologi peralatan, sehingga pengoperasian dan

pengelolaan peralatan bisa dikuasai.

Pengelolaan peralatan mengurangi ketergantung kepada pihak

lain, serta untuk proyek jangka panjang maka biaya peralatan

dimungkinkan bisa lebih ekonomis.

Disamping dapat memberikan keuntungan seperti di atas, membeli

atau memiliki sendiri peralatan dapat pula menimbulkan kerugian-

kerugian, antara lain :

Sulit mengendalikan Operator ataupun Mekanik yang terampil.

Harus tersedia sarana pemeliharaan/perbaikan peralatan.

Untuk proyek jangka pendek akan jadi mahal, kemungkinan idle

karena tidak atau belum ada lagi proyek berikutnya.

Perlu pengendalian yang ketat pada saat operasi, sehingga biaya

operasi, overhead maupun perbaikan peralatan kalau tidak bisa

membengkak.

Hal-hal yang perlu diperhatikan apabila membeli sendiri peralatan :

Bentuk atau cata pembelian, dengan prosedur dan tatacara

sesuai peraturan perundangan yang berlaku,untuk sumber dana

APBN/APBD atau sebagian harus sesuai Pedoman pengadaan

Keppres 80/2003 atau pedoman yang lebih baru.

Spesifikasi teknis dari peralatan yang diperlukan harus

dijabarkan secara lengkap ,bila perlu metode evaluasinya dengan

cara kombinasi sistim gugur dan nilai, serta pelayanan purna

jual, dukungan suku-cadang juga dinilai agar dapat diperoleh

peralatan yang benar-benar sesuai dengan yang dibutuhkan di

lapangan dan pemeliharaannya akan lebih terjamin.

Fasilitas serta pelayanan purna jual, agar kondisi peralatan atau

perawatan yang baik pada peralatan terjamin, sehingga umur

ekonomis peralatan dapat dipertahankan.

Manajemen Peralatan

PIP Bidang Jalan & Jembatan

29

Catatan :

untuk peralatan khusus/spesifik agar diusahakan tidak dibeli sendiri,

lebih baik menyewa, karena akan mengalami kesulitan dalam

pemeliharaan, antara lain karena suku cadang tidak tersedia di

pasaran, serta sulit mencari Operatornya yang khusus.

Manajemen Peralatan

PIP Bidang Jalan & Jembatan

30

BAB V.

PENGOPERASIAN PERALATAN

5.1. Umum

Hasil kerja yang optimal pada penggunaan peralatan tergantung kepada

operator yang mengoperasikan peralatan yang bersangkutan, disamping

kondisi teknis dari peralatannya sendiri (peralatan kondisinya baik atau rusak

ringan, memenuhi spesifikasi dan kinerja yang disyaratkan atau tidak ).

Kelancaran pemakaian peralatan juga banyak tergantung kepada operatornya,

kondisi peralatan, dukungan pemeliharaan di lapangan serta tata laksana

pengelolaan peralatan, penyimpanan/pemeliharaan di base camp atau

digudang lapangan.

5.1.1 Operator

Operator yang baik/terampil akan memberikan hasil kerja yang baik

pula, disamping waktu pelaksanaan yang lebih cepat dibandingkan

operator yang biasa saja.

Operator yang baik/terampil selalu dicari kontraktor. Suatu ketika atau

setiap saat dia akan meninggalkan tempat kerjanya semula, dan

pindah ketempat kerja yang baru yang memberikan upah yang lebih

tinggi dibandingkan dengan ditempatnya semula.

Operator yang keterampilannya biasa saja akan lebih senang tetap

bekerja di satu tempat. Namun biasanya mereka mempunyai tujuan

mencari pengalaman terlebih dahulu, sekaligus meningkatkan

keterampilan mereka, dan setelah mereka merasa sudah terampil,

kembali terjadi hal seperti yang disebutkan diatas.

Tuntutan kedepan kompetensi operator harus bisa ditunjukan melalui

standarisasi ketrampilan operator antara lain sertifikat ketrampilan

yang dikeluarkan oleh instansi atau institusi yang telah

diakreditasi/disyahkan olek LPJK/LPJPD sesuai UU No. 18 /Th 2000

jasa Konstruksi.

Manajemen Peralatan

PIP Bidang Jalan & Jembatan

31

Saat proses pengadaan/pelelangan Pekerjaan Jasa Konstruksi

persyaratan kompetensi operator harus dimasukan kedalam

persyaratan dokumen kualifikasi atau dokumen penawaran pada

proses prakontrak kedalam dokumen pengadaan.

Adapun metode evaluasinya dianjurkan menggunakan sistim nilai guna

memacu para kontraktor untuk menyiapkan operator yang memenuhi

kualifikasi dan kompetensi yang diperlukan pada pekerjaan yang akan

dilaksanakan.

5.1.2. Cara Pengoperasian

Cara pengoperasian yang baik dan benar akan menjaga kondisi

peralatan yang dipergunakan, disamping itu akan memberikan hasil

kerja yang baik sesuai persyaratan mutu yang harus dicapai.

Cara pengoperasian yang baik artinya adalah bahwa operator

menjalankan semua komponen-komponen peralatannya termasuk

menjalankan attachment-nya secara baik, tidak sembrono atau kasar,

sehingga peralatan secara kesatuan unit akan beroperasi secara baik

atau mulus.

Cara pengoperasian peralatan dengan benar mempunyai dua

pengertian, yaitu:

Peralatan dioperasikan sesuai dengan fungsinya, contohnya Tyre

Roller tidak dipakai buat membawa pekerja/penumpang, tidak

dipakai untuk memadatkan hamparan batu pecah. Contoh lain

misalnya Motor Grader tidak dipakai untuk menggusur dan

memotong tanah (dengan beban berat),

Peralatan dioperasikan sesuai dengan tata cara dalam

pelaksanaan pekerjaan yang sedang diselesaikan. Misalnya pada

waktu pekerjaan asphalt coating memakai peralatan Asphalt

Sprayer atau Asphalt Distributor, dimana kecepatan laju harus

rendah, antara 3 - 4 km/jam, serta ketinggian

nozzle penyemprot 30 cm dari permukaan jalan (kalibrasi tetap

harus dilaksanakan untuk memperoleh jumlah berat aspal yang

terhampar tiap m2 nya sesuai yang diisyaratkan).

Manajemen Peralatan

PIP Bidang Jalan & Jembatan

32

Contoh lain misalnya lintasan pemadatan awal atau break down

rolling pada hamparan hotmix asphalt concrete dengan memakai

Tandem Roller (bukan langsung Tyre Roller). Lintasan harus

dimulai dari tepi sebelah dalam (lihat gambar) kemudian pindah

ke tepi sebelah luar dan selanjutnya ke bagian tengah dengan

jumlah masing-masing lintasan sesuai petunjuk penanganan

pekerjaan (lihat juga bab tentang Tata Cara Pengoperasian

Peralatan).

5.1.3. Keselamatan

Apapun pekerjaan yang sedang kita laksanakan, dimanapun lokasinya

serta bagaimanapun kondisinya tempat kita bekerja, maka faktor

keselamatan kerja adalah faktor utama yang harus selalu diperhatikan.

Bekerja dengan peralatan berat mengandung resiko kecelakaan yang

cukup tinggi.

Kecelakaan bisa terjadi akibat:

Kecerobohan operator dalam menjalankan peralatannya,

misalnya ngebut, atau memutar tiba-tiba padahal kondisi di

tempat operasi cukup ramai dengan peralatan-peralatan lain

yang juga sedang bekerja. Contoh lain misalnya Dump Truck

atau Buldozer terguling karena terlalu ke tepi, atau Dump Truck

remnya blong.

Peralatan sendiri, misalnya rem blong, tiba-tiba bannya pecah

atau tiba-tiba ada kerusakan pada mesin karena sudah tua

sehingga peralatan yang bersangkutan berhenti dan

mengganggu peralatan lainnya yang berada di sekitarnya.

Beberapa penuntun dalam keselamatan kerja pada pengoperasian

peralatan dapat dipelajari dalam buku Safety Manual terbitan

Construction Industry Manufacturers Association (CIMA), 111 E.

Wisconsin Ave. Milwaukee, Wiscinsin 53202. USA.

Manajemen Peralatan

PIP Bidang Jalan & Jembatan

33

Kecelakaan bisa juga terjadi di tempat penyimpanan atau Pool

peralatan.

5.1.4. Penyimpanan Peralatan (POOL)

Sesudah atau sebelum operasi di lapangan, peralatan pada umumnya

disimpan di tempat penyimpanan peralatan atau pool peralatan

(biasanya disuatu tempat/lapangan terbuka).

Beberapa hal penting yang harus diperhatikan terhadap lapangan atau

pool ini adalah:

Apakah tempat/lapangan (pool) tersebut aman dari pencurian.

Apakah kondisi medannya cukup baik, misalnya cukup datar,

tidak dipinggir jurang atau di sisi tebing.

POOL peralatan harus aman dari pencurian. Sering terjadi kehilangan-

kehilangan terutama komponen-komponen penting dari peralatan,

antara lain misalnya dinamo, lampu, batere (accu), yang mudah dijual

di luar. Kadang unit peralatan utuh bisa juga hilang, misalnya truk atau

pick up. Untuk mencegah terjadinya pencurian ini, ada baiknya pool

peralatan dibuatkan pagar pengaman serta ada cukup lampu sorot

atau lampu penerangan, dan terutama ada petugas jaga.

Kadang-kadang peralatan hilang karena jatuh ke dalam jurang, atau

beberapa peralatan rusak karena tabrakan atau rusak karena tertimpa

pohon akibat angin kencang, atau tertimbun longsoran tanah tebing.

Peralatan jatuh ke dalam jurang karena disimpannya di pinggir sekali

dan agak miring permukaannya, rem tangan lupa dipasang atau lupa

diganjal.

Hal-hal seperti diuraikan di atas, yaitu komponen hilang atau peralatan

rusak di pool karena tertimpa pohon, jelas mengakibatkan peralatan

tidak siap operasi sehingga kontinuitas pelaksanaan pekerjaan

terganggu.

Manajemen Peralatan

PIP Bidang Jalan & Jembatan

34

5.2. Penggunaan Peralatan Pada Pelaksanaan Pekerjaan

5.2.1. Pemotongan dan Penimbunan (Cut and Fill)

Untuk pekerjaan pemotongan tanah yang dibutuhkan untuk

penimbunan di suatu lokasi dapat dipakai beberapa jenis peralatan,

yaitu :

Backhoe (Excavator Backhoe)

Dipakai untuk menggali tanah yang akan dipakai untuk penimbunan

di suatu lokasi. Hasil galian bisa langsung dimuatkan ke atas Dump

Truck, atau ditimbun/ditumpuk dulu di samping atau di belakang

Excavator, baru kemudian dimuatkan ke atas Dump Truck dengan

memakai Loader dan selanjutnya dibawa ke lokasi penimbunan.

Bulldozer

Yang mengupas lapis permukaan tanah dan mendorong hasil

kupasannya untuk dikumpulkan di suatu tempat, dan selanjutnya

dengan memakai Loader timbunan tanah ini dimuatkan ke atas

Dump Truck dan dibawa ke lokasi penimbunan

Motor Scraper

Mengupas lapis permukaan tanah serta membawanya ke tempat

penimbunan, dan di tempat penimbunan tanah hasil kupasan tadi

dibuang dengan cara dihampar. Dengan Motor Scraper ini tebal

kupasan lebih tipis bila dibandingkan dengan kupasa Bulldozer

(biasanya tebal kupasan 30 cm), dan jarak angkutnya tidak terlalu

jauh, yaitu sekitar 1000 sampai 3000 m.

Di tempat penimbunan, tanah tumpahan dari Dump Truck sebelum

dipadatkan diratakan terlebih dahulu dengan memakai Bulldozer atau

Motor Grader. Setelah diratakan baru dipadatkan dengan memakai alat

pemadat yaitu Vibrating Compactor. Penimbunan dilaksanakan lapis

demi lapis.

Berikut ini beberapa contoh pelaksanaan penghamparan dan

pemadatan lapisan timbunan tanah maupun agregat atau rock fill pada

Manajemen Peralatan

PIP Bidang Jalan & Jembatan

35

beberapa proyek jalan, pemadatan permukaan miring pada

pembangunan dam, serta cara pemadatan timbunan di dalam air.

5.2.2. Pengaspalan (Penghamparan Lapisan Hotmix)

a. Pembersihan, Prime Coat/Tack Coat

Permukaan yang akan dilapisi hamparan hotmix aspal pertama-

tama harus dibersihkan dari kotoran dan debu dengan memakai

peralatan Air Compressor.

Selanjutnya permukaan yang sudah bersih tadi disemprot aspal

cair atau aspal emulsi secara merata, dengan menggunakan

peralatan aspal Sprayer atau Asphalt Distributor. Penyemprotan

aspal cair di atas permukaan yang belum beraspal disebut prime

coating, sedangkan penyemprotan aspal cair di atas permukaan

lama yang sudah beraspal disebut tack coat.

Untuk tack coat jumlah aspal cair yang disemprotkan rata-rata 1,0

kg aspal cair untuk 1 m2 luas permukaan. Fungsinya adalah

sebagai bahan perekat antara permukaan lama dengan lapisan

baru yang akan dihampar. Untuk prime coat rata-rata 1,5 kg aspal

cair per m2 nya dan pada prime coat maka sebagian aspal cair

yang disemprotkan tadi akan meresap ke dalam lapis tipis

permukaan lama dan berfungsi sebagai pengikat dan sekaligus

sebagai penutup terhadap resapan air.

Asphalt Distributor dipakai sebagai penyemprot aspal cair apabila

permukaan yang akan disemprot cukup lebar dan jaraknya jauh.

Pada saat penyemprotan harus diperhatikan jarak/tinggi posisi

nozzle sprayer terhadap permukaan. Hal ini penting karena apabila

terlalu tinggi maka banyak aspal cair yang akan terbuang karena

tertiup angin sehingga banyaknya aspal cair yang jatuh di atas

permukaan akan berkurang/sedikit, sedangkan apabila terlalu

rendah maka aspal cair yang jatuh ke atas permukaan akan

berlebihan.

Manajemen Peralatan

PIP Bidang Jalan & Jembatan

36

Tinggi rata-rata nozzle 30 cm dari permukaan, dan kecepatan laju

asphalt sprayer atau distributor 150 sampai 400 m/jam. Namun

pada pelaksanaan di lapangan kecepatan laju ini tetap masih

harus disesuaikan berdasarkan hasil kalibrasi penyemprotan.

b. Penghamparan

Penghamparan campuran aspal panas (hotmix) dilakukan dengan

memakai peralatan Asphalt Paving Machine atau lebih dikenal

dengan nama Asphalt Finisher. Alat ini bisa mengatur lebar

serta tebal lapisan hamparan.

Pengisian hopper pada Asphalt Finiser ini dilakukan dengan

memakai Dump Truck yang bergerak mundur ke arah Finisher,

namun Dump Truck ini jangan sampai menabrak/mengenai

Finisher, agar tidak terjadi desakan pada Finisher yang

dapatmengakibatkan lekukan pada hamparan hotmix. Pada waktu

pengisian hopper, maka Finisher tetap bergerak menghampar

sambil mendorong Dump Truck melalui rodanya.

Setelah Dump Truck hampir mengenai Finisher maka posisi

transmisi Dump Truck dinetralkan, dan selanjutnya akan bergerak

maju karena didorong oleh Finisher sambil muatan Dump Truck

ditumpahkan ke atas hopper perlahan-lahan.

Pengisian hopper ini tidak boleh dilakukan menunggu isi hopper

habis, jadi hopper harus segera diisi lagi sebelum kosong, dengan

perkataan lain hopper tidak boleh sempat kosong apabila sedang

menghampar. Hal ini dimaksudkan agar kontinuitas dan

homogenitas hamparan selalu terjaga.

Arah penghamparan sebaiknya searah dengan arah dari AMP ke

lokasi penghamparan agar Dump Truck tidak perlu berputar pada

saat mau mengisi Finisher. Penghamparan dilakukan mulai dari

tepi sebelah luar (apabila lebih dari 1 lintas hamparan)

Manajemen Peralatan

PIP Bidang Jalan & Jembatan

37

Catatan :

Apabila prime coat atau tack coat memakai aspal emulsi, maka

penghamparan hotmix baru boleh dilakukan setelah aspal coating-

nya berwarna hitam (campuran airnya sudah menguap)

b. Pemadatan

Pemadatan hamparan campuran aspal panas atau hotmix

dilakukan 3 tahap, yaitu :

Tahap pertama disebut pemadatan awal (break-down

rolling) dengan memakai Tandem Roller 2 sampai 4

lintasan tergantung persyaratan.

Tahap kedua disebut pemadatan antara atau intermediate

rolling dengan memakai Pneumatic Tyre Roller, 6 sampai 8

lintasan tergantung persyaratan.

Tahap ketiga disebut pemadatan akhir atau finishing

dengan memakai Tandem Roller lagi sebanyak 2 sampai 4

lintasan.

Pada pelaksanaan pemadatan awal atau break-down rolling maka

posisi roda penggerak dari Tandem Roller (drive wheel) harus

pada posisi di depan. Hal ini dimaksudkan agar pada saat

start/mulai bergerak maju roda depan roller akan langsung

berputar menggilas/menekan ke bawah hamparan, sehingga tidak

ada lapisan hamparan yang terdorong oleh roda (sesaat).

Break-down rolling ini juga akan menempatkan butir-butir agregat

di dalam lapisan secara merata sehingga dapat diperoleh lapisan

yang hogen. Di bawah ini sketsa penempatan butiran-butiran

agregat di dalam lapisan sebelum dan sesudah break-down rolling

Lintasan Roller mulai dari tepi luar kemudian pindah ke tepi

sebelah dalam, lalu ke bagian tengah. Hal ini dimaksudkan agar

tidak ada lapisan hamparan yang tergeser ke samping yang akan

mengakibatkan volume lapisan akan berkurang.

Arah awal lintasan sesuai dengan gerak Asphalt Finisher.

Manajemen Peralatan

PIP Bidang Jalan & Jembatan

38

Catatan :

Pemadatan lapisan hamparan campuran aspal panas atau

hotmix harus segera dilaksanakan begitu selesai dihampar

(biasanya sejauh 60 sampai 100 m hamparan), agar

temperatur dari hamparan masih cukup tinggi (100 - 120 C).

Jangan memarkir Tandem Roller atau Pneumatic Tyre Roller di

atas permukaan aspal yang baru selesai dipadatkan.

Pasang rambu-rambu pengaturan lalu lintas serta rambu-

rambu tanda ada pekerjaan jalan.

5.3 Administrasi Penggunaan Peralatan

Kegiatan yang penting dalam penggunaan peralatan adalah pencatatan dan

pelaporan. Pencatatan data peralatan serta hal-hal yang terjadi atau dialami

oleh peralatan yang bersangkutan dicatat, kemudian secara rutin berkala

catatan tersebut dikirimkan sebagai laporan ke pusat pengendalian yang

selanjutnya semua data-data tersebut akan diolah serta dievaluasi, yang

hasilnya bisa berguna bagi pemakai/pemilik peralatan.

Data hasil evaluasi ataupun data sebagai catatan ini merupakan data

informasi yang sangat berguna bagi pemakai/pemilik guna bahan

pertimbangan dalam perencanaan pengadaan peralatan, penyiapan armada

peralatan untuk pelaksanaan pekerjaan, maupun sebagai data yang

diperlukan dalam pemeliharaan peralatan.

Data tersebut diatas berguna juga dalam proses perencanaan/pengambilan

keputusan dalam kegiatan penghapusan peralatan, antara lain misalnya dari

data kondisi peralatan dan riwayat operasi dan memeliharaan peralatan

dimana tercatat hasil operasi yang kecil dan sudah cukup banyak

mengeluarkan biaya untuk pemeliharaan peralatan karena sering rusak.

Tiap unit peralatan mempunyai satu buku riwayat peralatan, yang memuat

semua hal yang terjadi pada peralatan yang bersangkutan, misalnya data

pemakaian/operasi, data tentang pemeliharaan/perbaikan, data pemakaian

bahan bakar, serta data lain yan dianggap perlu, seperti lokasi/proyek

pemakai, nama operatornya, data hasil operasi, jam kerjanya/jam-jam operasi

Manajemen Peralatan

PIP Bidang Jalan & Jembatan

39

Norma Standar Petunjuk dan Manual ( NSPM) yang berlaku di lingkungan unit

kerja Departemen KIMPRASWIL sesuai Surat Edaran Menteri Permukiman dan

Prasarana Wilayah nomor : 03/SE/Sj/2001 tanggal 31 Januari 2001 perihal

Pengelolaan Barang Milik / Kekayaan Negara, bahwa sebelum diterbitkan

pengaturan yang baru, maka Keputusan Menteri Pekerjaan Umum yang

berkaitan masih tetap berlaku, adalah sebagai berikut :

1. Keputusan Menteri Pekerjaan Umum nomor : 19/KPTS/1986 jo. Nomor :

33/KPTS/1997 tentang Pelaksanaan Inventarisasi di lingkungan

Departemen Pekerjaan Umum.

2. Keputusan Menteri Pekerjaan Umum nomor : 31/KPTS/1986 tentang

Pedoman Penghapusan Barang / Peralatan di lingkungan Departemen

Pekerjaan Umum.

3. Keputusan Menteri Pekerjaan Umum nomor : 593/KPTS/1987 tentang

Pedoman Penghapusan Barang Tidak Bergerak di lingkungan Departemen

Pekerjaan Umum.

4. Keputusan Menteri Pekerjaan Umum nomor : 537/KPTS/1989 tentang......

5. Keputusan Menteri Pekerjaan Umum nomor : 585/KPTS/1989 tentang

Pedoman Penggunaan Peralatan di lingkungan Departemen Pekerjaan

Umum.

6. Keputusan Menteri Pekerjaan Umum nomor : 128/KPTS/1994 tentang

Penyerahan Proyek Selesai di lingkungan Departemen Pekerjaan Umum.

7. Peraturan Menteri PU Nomor 15/KPTS/M/2004 tanggal 17 Desember 2004

tentang.....

5.4 Komponen Biaya Penggunaan Peralatan

Hal lain yang harus diperhatikan dalam pemilihan dan pemakaian peralatan

adalah berapa besar biaya yang harus dikeluarkan untuk peralatan mekanis

dimaksud.

Biaya dimaksud adalah biaya yang harus dikeluarkan untuk membeli peralatan

(owning cost) dan biaya yang harus dikeluarkan untuk mengoperasikan

peralatan tersebut (operating cost).

Manajemen Peralatan

PIP Bidang Jalan & Jembatan

40

Dengan mengetahui biaya pemilikan (owning cost) serta biaya operasi

(operating cost) akan dapat membantu mengetahui berapa keuntungan yang

bisa diperoleh setelah menyelesaikan suatu pekerjaan.

Dengan pencatatan yang akurat atau teliti atas biaya pemilikan dan biaya

operasi peralatan ini juga akan banyak membantu dalam perhitungan

perencanaan biaya pekerjaan berikutnya.

Biaya pemilikan dan biaya operasi peralatan per satuan waktu, misalnya per

jamnya untuk suatu peralatan tertentu akan berbeda-beda, antara lain harga

bahan bakar, harga peralatan setempat (bisa berbeda karena biaya angkutan

yang berbeda), bunga uang dan sebagainya.

Untuk menghitung biaya pemilikan dan biaya operasi per jam-nya, dapat

dikelompokan menjadi dua kelompok biaya yaitu :

Biaya Pemilikan (biaya pasti)

a) Penyusutan (depresiasi)

b) Bunga Bank, Asuransi dan Pajak

Biaya Operasi (biaya tidak pasti)

a) Bahan bakar

b) Minyak pelumas mesin

c) Minyak hidrolik

d) Minyak transmisi

e) Gemuk

f) Filter

g) Perbaikan

h) Ban

i) Komponen khusus

Manajemen Peralatan

PIP Bidang Jalan & Jembatan

41

Dalam pengelolaan / pemilikan alat, maka yang dimaksud dengan biaya

peralatan adalah sebagai berikut :

Biaya Langsung

Biaya Pemilikan / Owning Cost :

Biaya Penyusutan/ Depresiasi

Biaya Modal

Biaya Manajemen

Biaya Operasi :

Biaya Bahan Bakar

Biaya Bahan Pelumas

Biaya Minyak Hidraulik (bila ada)

Biaya Bahan Gemuk (Grease)

Biaya Operator

Biaya Pemeliharaan :

Kepmen PU. No. 233/KPTS/198.Tentang :

Pedoman pemeliharaan perawatan dilingkungan Departemen PU.

Biaya Bahan dan Suku Cadang

Biaya Bengkel

Biaya Mekanik

Biaya Pemilikan (Owning Cost)= Sewa

Biaya Pemeliharaan (Maintenance Cost)

Biaya Operasi (Operating Cost)

Manajemen Peralatan

PIP Bidang Jalan & Jembatan

42

Biaya Tidak Langsung :

Biaya Overhead

Biaya Gudang

Keuntungan

Biaya Mobilisasi dan Demobilisasi :

Biaya Angkutan Dari/ Ke Site

Biaya Pemasangan/ Pembongkaran

Kepmen PU. No.585/KPTS/1988, Tentang :

Pedoman dan tata cara penggunaan peralatan di lingkungan Departemen

PU.

Perhitungan Biaya Operasi

1. Biaya pemeliharaan per satu periode sulit ditetapkan, karena tergantung

beberapa faktor, antara lain :

a. Umur peralatan

b. Mutu/ kualitas peralatan

c. Mutu perbaikan / pemeliharaan yang telah dilakukan

d. Keterampilan foreman mekanik maupun pengawas lapangan dimana

alat tersebut di operasikan

e. Mutu / keterampilan operator dan mekanik

f. Kondisi medan

g. Mutu bahan yang dipakai

2. Pedoman dibawah dapat dipakai, diantaranya :

a. Untuk alat yang bekerja berat = 90 % dari harga alat

b. Untuk alat yang bekerja ringan = 65% dari harga alat

Contoh : Bulldozer (umur ekonomis 5 tahun)

3. Biaya pemeliharaan (tanpa rekondisi)

a. Tahun ke 1 : 1/15 x 90% harga alat

b. Tahun ke 2 : 2/15 x 90% harga alat

c. Tahun ke 3 : 3/15 x 90% harga alat

d. Tahun ke 4 : 4/15 x 90% harga alat

e. Tahun ke 5 : 5/15 x 90% harga alat

Manajemen Peralatan

PIP Bidang Jalan & Jembatan

43

Biaya rekondisi biasanya dimasukan sebagai biaya investasi.

DASAR PERHITUNGAN BIAYA PEMELIHARAAN PERALATAN

Umur Ekonomi

Alat

Biaya Perbaikan

Tahun 65% x Harga Alat (H) 90% X Harga Alat (H)

2

Tahun

I 1/3 X 65% = 22% X H 1/3 X 90% = 30% X H

II 2/3 X 65% = 43% X H 2/3 X 90% = 60% X H

3

Tahun

I 1/6 X 65% = 10,8% X H 1/6 X 90% = 15% X H

II 2/6 X 65% = 21,6% X H 2/6 X 90% = 30% X H

III 3/6 X 65% = 32,5% X H 3/6 X 90% = 45% X H

4

Tahun

I 1/10 X 65% = 6,5% X H 1/10 X 90% = 9% X H

II 2/10 X 65% = 13% X H 2/10 X 90% = 18% X H

III 5/10 X 65% = 32,5%X H 5/10 X 90% = 45% X H

IV 2/10 X 65% = 12% X H 2/10 X 90% = 18%X H

5

Tahun

I 1/15 X 65% = 4,33%X H 1/15 X 90% = 6% X H

II 2/15 X 65% = 8,66%X H 2/15 X 90% = 12% X H

III 7/15 X 65% =30,31%XH 7/15 X 90% = 42% X H

IV 2/15 X 65% = 8,66%X h 2/15 X 90% = 12% X H

V 3/15 X 65% = 13% X H 3/15 X 90% = 18% X H

6

Tahun

I 1/20 X 65% = 3,25%X H 1/20 X 90% = 4,5% X H

II 2/20 X 65% = 6,5% X H 2/20 X 90% = 9% X H

III 3/20 X 65% =9,75% X H 3/20 X 90% =13,5% X H

IV 7/20 X 65% =22,75%XH 7/20 X 90% =31,5% X H

V 3/20 X 65% = 9,75%X H 3/20 X 90% =13,5% X H

VI 4/20 X 65% = 13% X H 4/20 X 90% = 18% X H

Manajemen Peralatan

PIP Bidang Jalan & Jembatan

44

5.5. Perhitungan Produksi Peralatan

5.5.1. Cara Perhitungan Produksi Peralatan

Selain beberapa hal yang telah dibicarakan pada bab sebelumnya

tentang hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pemilihan peralatan,

maka hal lainnya yang juga harus dipertimbangkan adalah berapa

besar kapasitas produksi peralatan yang bersangkutan, atau dengan

perkataan lain berapa besar produksi yang bisa dihasilkan peralatan

tersebut dalam satu satuan waktu.

Banyak faktor sangat mempengaruhi hasil produksi peralatan. Faktor-

faktor tersebut adalah :

Faktor peralatannya sendiri

Faktor operator

Faktor medan/lapangan

Faktor cuaca

Faktor material

Faktor attachment (seperti bucket, pisau/blade)

Faktor manajemen kerja

Selanjutnya dalam bab ini akan diuraikan tata cara perhitungan hasil

produksi peralatan yang sebenarnya, yaitu untuk peralatan-peralatan :

Excavator

Loader

Bulldozer

Dump Truck

Motor Grader

Motor Scraper

Peralatan Pemecah Batu

Peralatan Pemadatan

Peralatan Pengaspalan

Manajemen Peralatan

PIP Bidang Jalan & Jembatan

45

cycleper WLproduksi

DT kapasitas n

Contoh Perhitungan Hasil Produksi dan Kebutuhan Peralatan

Contoh soal 1 :

Memindahkan tanah sejumlah 20.000 m3 (loose) dari lokasi A ke lokasi B yang

berjarak 20 km. Jalan dari A ke B kondisinya datar, baik dan tidak ramai.

Pemindahan tanah memakai Dump Truck kapasitas bak 8 ton, yang dilayani

oleh 1 unit Wheel Loader kapasitas bucket 1,5 m3 (heaped). Cara pengisian

Dump Truck V-loading jarak dekat. Dump Truck bekerja pulang pergi.

Hitung berapa jumlah Dump Truck yang perlu disediakan serta dalam berapa

hari tanah tersebut bisa habis dipindahkan, apabila :

1 hari = 6 jam kerja efektif terus menerus

Efisensi (total) E = 0,8

Jawaban :

Wheel Loader :

Kapasitas bucket = q' = 1,5 m3

Efisiensi E = 0.8

Faktor bucket = 0,95 (kondisi pemuatan sedang, Tabel 2.1)

Produksi nyata WL per cycle = E x k x q'

= 0,8 x 0,95 x 1,5 m3

= 1,14 m3

Cm WL = 0,45 (menit), (lihat tabel 2.2)

Dump Truck :

Jumlah cycle pengisian DT oleh Wheel Loader

Manajemen Peralatan

PIP Bidang Jalan & Jembatan

46

5,48 1,14

6,25 n

Kapasitas bak DT = 8 ton = 8/1,28 m3 = 6,25 m3

(berat spesifik tanah loose = 1,28 ton/ m3)

Jadi

n = 5 (kalau n = 6, ada tanah yang tumpah)

Cm DT = t1 + t2 + t3 + t4

t1 = lama waktu pengisian oleh WL

t2 = lama waktu perjalanan dari A ke B

t3 = lama waktu penumpahan dan pengambilan posisi

t4 = ama waktu perjalanan kembali dari B ke A

(kondisi kosong).

(menit) 2,25 0,45 5 WLCm n t1

t3 = 0,7 + 0,2 = 0,9 (menit) (Tabel T4.2 dan T4.3)

Jadi Cm DT = 2,25 + 30 + 20 + 0,9 = 53,15 (menit)

a) Jumlah DT yang perlu disediakan = N.

b) Jumlah DT yang berhasil memindahkan tanah di lokasi B serta tiba kembali

di lokasi A tiap harinya (6 jam kerja) = Peralatan

T4.1) (Tabel (menit) 30 jam 0,5 jam 40

20 t2

T4.1) (Tabel (menit) 20 jam 60

20 t4

(unit) 24 N

24 23,6 0,45 5

53,15

WLC n

DT C N

m

m

Manajemen Peralatan

PIP Bidang Jalan & Jembatan

47

di mana T = waktu kerja (terus menerus) yang tersedia

per hari = 6 jam = 360 menit.

Jadi

P = 137 (unit )

(P diambil 137, karena kalau 138 maka DT terakhir belum sempat tiba

kembali di A)

Tiap DT memindahkan tanah per cycle-nya =

n x 1,14 = 5 x 1,14 = 1,7 m3

Jadi tanah yang bisa dipindahkan tiap harinya =

P x 57 = 137 x 5,7 = 780,9 m3

Maka tanah sejumlah 20.000 m3 dapat selesai dipindahkan dalam H (hari).

H = 26 (hari)

Catatan :

Rumus dan

Kedua-duanya hasilnya adalah benar apabila P > N; sedangkan apabila P <

N maka N hasilnya diambil sama dengan hasil P.

Hal ini bisa terjadi apabila jarak angkut materialnya sangat jauh, atau jam

kerja yang tersedia sangat pendek.

1 WLC n

DT C - T P

m

m

137,4 1 2,25

306,85 1

0,45 5

53,15 -360 P

26 25,6 780,9

20.000 H

WLC n

DT C N

m

m

1 WLC n

DT C - T P

m

m

Manajemen Peralatan

PIP Bidang Jalan & Jembatan

48

Contoh Perhitungan Produksi Aggregat

Soal 1

Sebuah pabrik pemecah batu mempunyai seperangkat peralatan pemecah

batu (Stone Crushing Plant) yang terdiri dari Jaw Crusher sebagai primary

crusher, dan Cone Crusher sebagai secondary crusher. Kapasitas output Jaw

Crusher adalah 80 Ton per jam pada setting 40 mm, sedangkan kapasitas

output Cone Crusher adalah 40 ton per jam pada setting 20 mm.

Hitung berapa Ton aggregat ukuran 5 - 10 mm dan aggregat ukuran 10 - 20

mm yang bisa dihasilkan dalam waktu 2 (dua) bulan, apabila jenis batu yang

dipecah adalah Lime stone.

1 bulan = 25 hari kerja

1 hari kerja = 8 jam kerja

Soal 2

Hitung berapa Ton Aspal Hotmix (campuran aspal panas) yang bisa diproduksi

dengan memakai aggregat hasil dari Crusher pada soal No. 1 di atas, apabila

campuran aspal panas tersebut mempunyai komposisi campuran/kandungan

aggregatnya sebagai berikut :

Aggregat ukuran 5 - 10 mm = 40 %

Aggregat ukuran 10 - 20 mm = 35 %

Jawaban :

1. Jaw Crusher

Kapasitas 80 Ton per jam pada setting 40 mm.

Jenis batu : Lime stone → lolos saringan = 85 %

Dari Grafik III - 1, diperoleh hasil aggregat sebagai berikut :

Aggregat ukuran 40 mm = 15 %

20 - 40 mm = 32 %

10 - 20 mm = 16 %

5 - 10 mm = 12 %

0 - 5 mm = 25%

Manajemen Peralatan

PIP Bidang Jalan & Jembatan

49

Hasil produksi per jam :

Ukuran 20 - 40 mm =

10 - 20 mm =

5 - 10 mm =

0 - 5 mm =

Cone Crusher

Kapasitas 40 Ton per jam pada setting 20 mm.

Jadi batu yang dipecah oleh Cone Crusher adalah aggregat ukuran 20 - 40

mm hasil dari Jaw Crusher, yaitu 30,1 Ton/jam

Lolos saringan (untuk coarse) diambil 65 %

Dari Grafik III - 2 diperoleh hasil aggregat sebagai berikut :

Aggregat ukuran 20 mm = 35 %

10 - 20 mm = 43 %

5 - 10 mm = 12 %

0 - 5 mm = 10 %

Hasil produksi per jam:

Ukuran 10 - 20 mm =

5 - 10 mm =

0 - 5 mm =

Ton/jam 30,1 80 85

32

Ton/jam 15,1 80 85

16

Ton/jam 11,3 80 85

12

Ton/jam 23,5 80 85

25

Ton/jam 19,9 30,1 65

43

Ton/jam 5,6 30,1 65

12

Ton/jam 4,6 30,1 65

10

Manajemen Peralatan

PIP Bidang Jalan & Jembatan

50

Jumlah total produksi aggregat dari Crushing Plant per jam:

Ukuran 5 - 10 mm = 11,3 + 5,6 = 16,9 Ton/jam

10 - 20 mm = 15,1 + 19,9 = 35,0 Ton/jam

selama 2 (dua) bulan:

Ukuran 5 - 10 mm = 16,9 x (2 x 25 x 8) = 6.760 Ton

10 - 20 mm = 35,0 x (2 x 25 x 8) = 14,000 Ton

2. Aspal hotmix

1 Ton hotmix mempunyai komposisi aggregat sebagai berikut:

Ukuran 5 - 10 mm =

10 - 20 mm =

Hotmix yang bisa diproduksi:

Alt.a : aggregat 5 – 10 mm dihabiskan, maka

Banyaknya produk hotmix =

Aggregat 10 – 20 mm diperlukan sebanyak:

16.900 x 0,35 = 5.915 Ton

(tersedia 14.000 Ton)

Alt.b : aggregat 10 – 20 mm dihabiskan, maka

Banyaknya produk hotmix =

Aggregat 5 – 10 mm diperlukan sebanyak:

40.000 x 0,4 = 16.000 Ton

(tersedia hanya 6.760 Ton, tidak cukup)

Jadi hotmix yang bisa diproduksi adalah sejumlah: 16.900 Ton.

Ton 0,4 1 100

40

Ton 0,35 1 100

35

Ton 16.900 0,4

6.760

Ton 40.000 0,35

14.000

Manajemen Peralatan

PIP Bidang Jalan & Jembatan

51

5.6. Analisa Harga Satuan

Contoh

Jenis : M01 - Pasir

Lokasi : Quarry

Tujuan : Base Camp

No Uraian Kode Koef. Satuan

Harga

Satuan

(Rp)

I. ASUMSI

1. Menggunakan alat berat

2. Kondisi jalan : sedang/baik

3. Jarak quarry ke lokasi base

camp L 5.00 Km

4. Harga satuan pasir di quarry Rp M01 1.00 M3 23.000,00

5. Harga satuan dasar

excavator Rp E10 1.00 Jam 164.260,00

6. Harga satuan dasar dump

truck Rp E08 1.00 Jam 100.637,00

II. URUTAN KERJA

1. Pasir digali dengan exvacator

2. Exvacator sekaligus memuat

pasir hasil

galian ke dalam dump truck

3. Dump truck mengangkut

pasir ke lokasi

base camp

III. PERHITUNGAN

Exvacator (E 10)

Manajemen Peralatan

PIP Bidang Jalan & Jembatan

52

Kapasitas bucket V 0.50 M3

Faktor bucket Fb 0.90 -

Faktor efisiensi alat Fa 0.83 -

Waktu siklus Ts 1

- Menggali/memuat T1 0.50 menit

- Lain-lain T2 0.50 menit

Ts 1 1.00 menit

Kap. Prod./jam = Q1 22.41 M3/jam

Biaya Exvacator/M3 = (1:Q1)

x Rp E10 Rp 1 7.329,76 Rupiah

Dump Truck (E 08)

Kapasitas bak V 4.00 M3

Faktor efisiensi alat Fa 0.83 -

Kecepatan rata-rata v1 40.00 Km/jam

Kecepatan rata-rata kosong v2 50.00 Km/jam

Waktu siklus

- Waktu tempuh isi =

(L/v1)x 60 T1 7.50 menit

- Waktu tempuh kosong =

(L/v2)x 60 T2 6.00 menit

- Muat = (V/Q1) x 60 T2 10.71 menit

- Lain-lain T4 1.00 menit

Ts2 25.21 menit

Kap. Prod./jam = Q2 7.90 M3/jam

Biaya Exvacator/M3 = (1:Q2)

x Rp E08 Rp 2 12.738,86 Rupiah

V x Fa x 60 Ts1

V x Fa x 60 Ts2

Manajemen Peralatan

PIP Bidang Jalan & Jembatan

53

IV.

HARGA SATUAN DASAR

BAHAN DI LOKASI BASE

CAMP

Harga Satuan Dasar Pasir :

(Rp M01 + Rp 1 + Rp 2) M 01 43.068,7

2 Rupiah

Dibulatkan : M 01 43.000,00 Rupiah

a. Harga Satuan Bahan Olahan

Bahan olahan biasanya diberi keterangan tempat bahan tersebut diolah (di-

base camp/pabrik produksi campuran aspal terdekat (asphal mixing plant);

di lokasi mesin pemecah batu (stone crusher) untuk memperoleh agregat

kasar/halus, dan sebagainya.

1) Masukan (Input)

a) Jarak quarry (bila bahan dasar batu bulat) diambil dari quarry, yaitu

jarak yang diperhitungkan sebagai jarak angkut dari tempat

pengambilan suatu bahan (batu bulat) dari quarry ke lokasi di mana

alat pemecah batu berada.

b) Harga Satuan Dasar Bahan Dasar

Harga ini adalah harga satuan dasar batu kali berupa data autentik

yang tersedia (sesuai kriteria berupa sumber data harga satuan

dasar).

c) Harga Satuan Dasar Alat

Harga ini merupakan biaya yang terdiri dari biaya pasti, biaya

operasi dan biaya pemeliharaan.

d) Harga Satuan Dasar Tenaga Kerja

Harga ini adalah harga satuan dasar tenaga kerja berupa data

autentik yang tersedia (sesuai kriteria sumber-sumber data harga

satuan dasar).

Manajemen Peralatan

PIP Bidang Jalan & Jembatan

54

e) Kapasitas Alat

Merupakan kapasitas alat pemecah batu (stone crusher) dan wheel

loader.

f) Faktor Efisiensi Alat

Faktor ini adalah efisiensi kerja dari alat yang digunakan.

g) Faktor Kehilangan Material

Ini merupakan faktor untuk memperhitungkan material yang

tercecer pada saat diolah.

2) Proses

Perhitungan bahan olahan, meliputi :

a) Biaya harga alat dalam memproduksi bahan olahan yang

bersangkutan berdasarkan waktu yang dibutuhkan alat tersebut

dan biaya sewa alatnya.

b) Biaya kebutuhan bahan dasar (batu kali dan pasir) yang diperlukan.

c) Perhitungan tenaga kerja yang diperlukan.

d) Biaya kerja alat dalam proses pencampuran (blending).

3) Keluaran (output)

Proses perhitungan di atas akan menghasilkan harga satuan dasar

bahan untuk agregat kasar dan halus. Harga satuan dasar bahan ini

merupakan masukan (input) dalam proses perhitungan analisa harga

satuan.

a) Harga bahan juga bisa berubah karena perubahan lokasi proyek

serta biaya transport dan tersedianya bahan-bahan setempat.

b) Bahan-bahan yang digunakan untuk pekerjaan jalan harus

memenuhi persyaratan yang tercantum di dalam spesifikasi.

c) Analisa biaya disediakan untuk :

- Pengadaan dan produksi (dicadangkan pengangkutan menuju

lapangan pekerjaan sejauh kurang lebih 10 km)

- Mutu bahan harus sesuai dengan spesifikasi

- Harga-harga bahan didasarkan kepada pengadaan dan harga

produksi setempat.

Manajemen Peralatan

PIP Bidang Jalan & Jembatan

55

Sebagai contoh, berikut ini disajikan perhitungan analisis harga

satuan dasar bahan olahan yaitu Agregat Kasar dan Agregat Halus

untuk pekerjaan AC-WC (Asphaltic Concrete – Wearing Course)

Superpave.

Biaya pemakaian suatu alat dapat dirinci ke dalam dua komponen biaya

utama :

Biaya pemilikan (biaya pasti = initial cost atau capital cost)

Biaya operasi dan biaya pemeliharaan (direct operational and maintenance

cost)

a. Biaya pemilikan (biaya pasti = initial cost atau capital cost)

Biaya pemilikan alat adalah biaya untuk pemilikan kembali yang diterapkan

sebagai biaya penyusutan dan biaya pembayaran bunga atas nilai modal

peralatan. Pengembalian modal dan bunga, setiap tahun dihitung. Cara

penghitungan yang umum dipakai adalah metode garis sebagai berikut :

G = di mana

G = Biaya pemilikan (biaya pasti) per jam

B = Harga alat setempat

C = Nilai sisa (salvage value), yaitu nilai/harga dari peralatan yang

bersangkutan setelah umur ekonomisnya berakhir.

Biasanya nilai ini diambil 10% dari initial cost (harga pokok alat

setempat).

D = Faktor pengembalian modal atau faktor angsuran, biasa diebut

C.R.F. dan dapat dihitung dengan rumus :

D (C.R.F.) = di mana

i = bunga tiap tahun

A = Umur pemakaian dalam tahun atau umur ekonomis

peralatan (economic life years) dalam tahun yang

(B-C) x D + F

W

I x (1+i)A

(1+i)A - 1

Manajemen Peralatan

PIP Bidang Jalan & Jembatan

56

lamanya tergantung dari tingkat penggunaan dan

standar dari pabrik pembuatannya.

Nilai C.R.F. (D) berdasar bunga pinjaman yang besarnya beragam dari

10% - 15%.

Tabel A.7 : Faktor Biaya Pengembalian Modal

Nilai n

(Umur Pemakaian)

Faktor Biaya Pengembalian Modal

10% 12,5% 15%

Umur 12 tahun 0,14676 0.16519 0,18448

Umur 11 tahun 0,15396 0,17211 0,19107

Umur 10 tahun 0,16275 0,18062 0,19925

Umur 9 tahun 0,17364 0,19126 0,20957

Umur 8 tahun 0,18744 0,20483 0,22285

Umur 7 tahun 0,20541 0,22260 0,24036

Umur 6 tahun 0,22961 0,23668 0,26424

Umur 5 tahun 0,26300 0,28085 0,29832

Umur 4 tahun 0,31547 0,33271 0,035027

Umur 3 tahun 0,402111 0,41993 0,43479

Umur 2 tahun 0,57619 0,059559 0,61512

Umur 1 tahun 0,10000 0,12500 0,15000

F = Biaya asuransi, pajak dan lain-lain per tahun

Besarnya nilai ini biasanya diambil sebesar 2 per mil dari initial cost

atau 2 permil dari nilai sisa alat.

= 0,002 x B

= 0,02 x c

W = Jumlah jam kerja alat dalam satu tahun

- Bagi peralatan yang bertugas berat (memungkinkan bekerja

secara terus-menerus sepanjang tahun) dianggap bekerja

8 jam/hari dan 250 hari/tahun, maka :

W = 8 x 250 x 1 = 2.000 jam/tahun

- Bagi peralatan yang bertugas sedang, dianggap bekerja

8 jam/hari dan 200 hari/tahun, maka

Manajemen Peralatan

PIP Bidang Jalan & Jembatan

57

W = 8 x 200 x 1 = 1.600 jam/tahun

- Bagi peralatan yang bertugas ringan, dianggap bekerja

8 jam/hari dan 150 hari/tahun, maka :

W = 8 x 150 x 1 = 1.200 jam/tahun

- Biaya pemilikan atau biaya pengembalian modal per jam dapat

pula digunakan formula sebagai berikut :

x 0,9 x C.R.F.

Catatan :

- Harga alat adalah harga penyerahan peralatan.

- 0,9 (90%) disediakan kepada nilai sisa 10% pada umur pakai

sisa alat

- Tidak disediakan dalam perhitungan-perhitungan di atas

biaya-biaya tambahan (kepada penyewa) untuk asuransi dan

pajak

Cara lain untuk menghitung biaya pemilikan, dijelaskan dalam uraian

penjelasan cara menghitung depresiasi, poin 5.

b. Biaya Operasi Peralatan adalah biaya yang diperhitungkan untuk

- bahan bakar (H), oli, pelumas (I) dan filter

- perawatan dan perbaikan (J)

1) Biaya bahan bakar (H) dan Pelumasan (I)

Biaya-biaya untuk bahan bakar dan pelumasan dihitung atas dasar

banyaknya bahan bakar dan olie yang digunakan per jam oleh mesin

berdasarkan HP-nya. Untuk konsumsi bahan bakar dan olie, digunakan

taksiran per jam berikut :

- H (dalam liter) = 12,50% x HP/jam, untuk alat yang bertugas

ringan

- H (dalam liter) = 17,50% x HP/jam, untuk alat yang bertugas

berat

Harga alat

Waktu pengoperasian jam (per tahun)

Manajemen Peralatan

PIP Bidang Jalan & Jembatan

58

- I (dalam liter) = 1% x HP/jam, untuk peralatan sederhana,

termasuk pelumas dan grease

- I (dalam liter) = 2% x HP/jam, untuk peralatan cukup kompleks,

termasuk pelumas dan grease

Taksiran tersebut bersifat pendekatan untuk memudahkan

penghitungan berbagai macam alat dalam proyek. Taksiran yang

bersifat individual, pada tiap-tiap manual terdapat rumus tertentu untuk

alat baru.

Ketepatan taksiran tersebut akan dipengaruhi juga oleh umur alat, yang

cenderung lebih boros untuk alat lama.

2) Biaya perawatan dan pemeliharaan (Workshop (J))

Biaya perawatan dan perbaikan peralatan (termasuk penggantian ban)

yang harus disediakan, dihitung sebesar 60% dari biaya pengembalian

modal. Hal ini ditunjukan sebagai berikut :

Biaya perawatan dan

Perbaikan per jam =

Dari hasil perhitungan melalui uraian analisa alat, maka didapat harga satuan

berbagai jenis peralatan, yaitu tabel biaya sewa alat per jam kerja.

Tergantung pada skala proyek yang dihadapi, berikut ini diberikan contoh

resume kebutuhan biaya sewa alat per jam, seperti contoh terlampir di

bawah ini :

Biaya pengembalian modal x 0,6

Waktu Operasi (jam dalam tahun)

Manajemen Peralatan

PIP Bidang Jalan & Jembatan

59

CONTOH DAFTAR BIAYA SEWA PERALATAN PER JAM

Biaya

No. Uraian Kode HP Kapasitas Harga Sewa

Alat Alat/Jam

(di luar PPN)

1. ASPHALT MIXING PLANT E01 150 30 T/Jam

2,965,800,000

1,295,624

2. ASPHALT FINISHER E02 47 6 Ton

619,513,000

196,092

3. ASPHALT SPRAYER E03 15 800 Liter

94,172,000

31,085

4. BULLDOZER 100-150 HP E04 140

-

608,261,000

188,460

5.

COMPRESSOR 4000-6500

L\M E05 80

-

175,492,000

73,120

6.

CONCRETE MIXER 0.3-0.6

M3 E06 15 500 Liter

80,690,000

30,085

7. CRANE 10-15 TON E07 150 15 Ton

741,925,000

220,850

8. DUMP TRUCK 3-4 M3 E08 100 6 Ton

96,976,000

100,637

9. DUMP TRUCK E09 125 8 Ton

103,987,000

74,875

10. EXCAVATOR 80-140 HP E10 80 0.5 M3

551,711,000

164,260

11.

FLAT BED TRUCK 3-4 M3 E11 100 4 M3

96,976,000

63,900

12. GENERATOR SET E12 175 125 KVA

104,777,600

125,701

13. MOTOR GRADER >100 HP E13 125

-

431,135,000

144,875

Manajemen Peralatan

PIP Bidang Jalan & Jembatan

60

Biaya

No. Uraian Kode HP Kapasitas Harga Sewa

Alat Alat/Jam

(di luar PPN)

14.

TRACK LOADER 75-100 HP

E14

90

1.6

M3

500,770,000

146,510

15. WHEEL LOADER 1.0-1.6 M3 E15 105 1.5 M3

397,485,000

130,095

16.

THREE WHEEL ROLLER 6-8

T E16 55 8 Ton

149,787,000

58,145

17. TANDEM ROLLER 6-8 T. E17 50 8 Ton

246,529,000

103,729

18. TIRE ROLLER 8-10 T. E18 60 10 Ton

300,115,000

114,427

19. VIBRATORY ROLLER 5-8 T. E19 75 7 Ton

376,060,000

122,925

20. CONCRETE VIBRATOR E20 10

-

28,126,000

22,390

21. STONE CRUSHER E21 220 30 T/Jam

1,247,600,000

474,177

22. WATER PUMP 70-100 mm E22 6

-

30,471,000

18,434

23.

WATER TANKER 3000-4500

L. E23 100 4000 Liter

96,976,000

63,900

24. PEDESTRIAN ROLLER E24 11 0.98 Ton

68,302,000

25,629

25. TAMPER E25 5 0.17 Ton

18,013,000

15,695

26. JACK HAMMER E26 3

-

23,870,000

17,717

27. FULVI MIXER E27 75

-

160,069,000

67,925

Manajemen Peralatan

PIP Bidang Jalan & Jembatan

61

Biaya

No. Uraian Kode HP Kapasitas Harga Sewa

Alat Alat/Jam

(di luar PPN)

28. CONCRETE PUMP E28 100 8 M3

112,500,000

65,517

29. TRAILER 20 TON E29 175 10 Ton

166,250,000

104,628

30. PILE DRIVER + HAMMER E30 25 2.5 Ton

70,000,000

29,703

31. CRANE ON TRACK 35 TON E31 125 35 Ton

350,000,000

122,211

32. WELDING SET E32 40 250 Amp

17,500,000

24,154

33. BORE PILE MACHINE E33 150 200 Meter

2,250,000,000

509,440

Depresiasi Alat Berat

Depresiasi terdiri dari tiga macam :

Straight Line Method / Garis lurus

Declining Balance Method / sum of the year method

Double Declining Balance Method

a. Straight Line Method

Harga alat berat misalnya Asphalt Finisher Rp. 600 juta

Nilai sisa 10% = Rp. 60 juta

Umur alat berat = 5 tahun = 10.000 jam kerja

Depresiasi = = Rp 108 juta / tahun

= Rp 54.000 / jam

Rp 600 juta – Rp 60 juta

5 tahun

Rp 600 juta – Rp 60 juta

10.000

Manajemen Peralatan

PIP Bidang Jalan & Jembatan

62

b. Declining Balance Method / Sum of The Year Method

Harga alat berat Rp 600 juta

Umur alat berat 5 tahun : 1 + 2 + 3 + 4 + 5 = 15

Depresiasi tahun ke-1 = 5/15 x (Nilai alat – Nilai sisa)

Depresiasi tahun ke-2 = 4/15 x (Nilai alat – Nilai sisa)

Depresiasi tahun ke-3 = 3/15 x (Nilai alat – Nilai sisa)

Depresiasi tahun ke-4 = 2/15 x (Nilai alat – Nilai sisa)

Depresiasi tahun ke-5 = 1/15 x (Nilai alat – Nilai sisa)

Dari hitungan tahun tersebut diperoleh :

FAKTOR DEPRESIASI NILAI ALAT

Akhir tahun ke Faktor Depresiasi Depresiasi akhir

tahun ke Rp … juta

Nilai buku

Rp… Juta

0 0 0 600

1 5/15 180 360

2 4/15 144 216

3 3/15 108 108

4 2/15 72 36

5 1/15 36 0

c. Double Declining Balance Method

Harga alat berat Rp 600 juta

Umur alat berat 5 tahun

Depresiasi rata-rata tiap tahun = 20%

Faktor depresiasi = 2 x 20% = 40%

Depresiasi tahun ke-1 = 40% x Rp 600 juta = Rp 240 juta

Nilai sisa/nilai buku = Rp 600 juta – Rp 240 juta = Rp 360 juta

Depresiasi tahun ke-2 = 40% x Rp 360 juta = Rp 144 juta

Nilai sisa/nilai buku = Rp 360 juta – Rp 144 juta = Rp 216 juta

Depresiasi tahun ke-3 = 40% x Rp 216 juta = Rp 86,4 juta

Nilai sisa/nilai buku = Rp 216 juta – Rp 86,4 juta = Rp 129,6 juta

Depresiasi tahun ke-4 = 40% x Rp 129,6 juta = Rp 51,84 juta

Manajemen Peralatan

PIP Bidang Jalan & Jembatan

63

Nilai sisa/nilai buku = Rp 129,6 juta – Rp 51,84 juta = Rp 77,76 juta

Depresiasi tahun ke-5 = 40% x Rp 77,76juta = Rp 31,1 juta

Dari hitungan tersebut diperoleh tabel :

PROSENTASE DEPRESIASI NILAI ALAT

Akhir tahun ke Persen depresiasi Depresiasi akhir

tahun ke Rp … juta

Nilai buku

Rp… Juta

0 0 0 600

1 40 240 360

2 40 144 216

3 40 86,4 129,6

4 40 51,84 77,76

5 40 31,10 46,66

Ketiga metode tersebut, masing-masing harus dikalikan dengan faktor

pengembalian modal atau faktor angsuran “D” atau Capital recovery Factor

(CRF) seperti yang diuraikan dalam halaman-halaman sebelumnya.

Dalam hal alat yang digunakan tidak baru lagi, maka harga alat, umur

ekonomis, dan nilai sisa harus ditaksir berdasarkan data alat yang

bersangkutan dan harga pasar yang berlaku.

PERBANDINGAN 3 MACAM DEPRESIASI

Akhir tahun ke Straight line

Rp … juta/tahun

Declining Balance

Rp … juta/tahun

Double Declining

Balance

Rp … juta/tahun

1 108 180 240

2 108 144 144

3 108 108 86,4

4 108 72 51,84

5 108 36 31,10

Manajemen Peralatan

PIP Bidang Jalan & Jembatan

64

Double Declining Balance, pada kolom 4, ternyata mendepresiasi lebih cepat

pada tahun ke-1 dan ke-2 dibandingkan dengan cara depresiasi yang lain, pada

kolom 2 maupun kolom 3 sehingga pada tahun berikutnya cara tersebut lebih

kecil nilai depresiasinya.

Setelah didapat harga satuan dan koefisien kuantitas untuk upah/tenaga,

bahan dan peralatan, maka dapat dihitung harga satuan pekerjaan melalui

analisa harga satuan pekerjaan dengan menggunakan formulir standar, Analisa

Harga Satuan Pekerjaan dibuat untuk seluruh item pekerjaan yang tercantum di

dalam dokumen lelang.

Manajemen Peralatan

PIP Bidang Jalan & Jembatan

65

BAB VI

PEMELIHARAAN DAN PERBAIKAN

6.1. Pengertian Pemeliharaan dan Perbaikan

Pemeliharaan peralatan mempunyai arti sebenarnya adalah merawat serta

menjaga peralatan agar peralatan tersebut selalu dalam keadaan siap operasi

setiap saat diperlukan, sehingga dapat memberikan jasa pelayanan sesuai

fungsinya selama umur ekonomisnya. Sedangkan perbaikan peralatan masih

dalam lingkup kegiatan pemeliharaan, hanya prosesnya terjadi karena adanya

kerusakan pada peralatan sehingga harus diperbaiki terlebih dahulu agar bisa

dioperasikan kembali.

Sebenarnya pemeliharaan peralatan sudah mulai dilaksanakan sejak peralatan

tersebut masih dalam proses perakitan/pabrikasi. Semua komponen yang

akan dirakit disiapkan di tempat yang bersih dan rapih serta aman dari

pencurian. Pada waktu perakitan dijaga betul kebersihannya, terutama pada

bagian-bagian yang benar-benar harus terhindar dari debu atau dari zat-zat

kimia atau asam seperti misalnya pada bagian hydraulic dan kelistrikan.

Setelah selesai perakitan, peralatan yang baru tersebut diberi pelindung

antara lain dicat anti karat atau sejenisnya, dilindungi dengan memakai oli

atau gemuk pada bagian-bagian tertentu, serta pada waktu pengiriman

dilakukan dengan pengepakan yang baik serta perlindungan-perlindungan lain

terutama pada bagian elektroniknya agar peralatan akan tetap dalam kondisi

siap operasi pada saat penyerahan kepada pemesan/pembeli.

Dalam bab ini yang akan diuraikan lebih lanjut adalah pemeliharaan peralatan

yang sudah berada pada pemilik/pemakai.

Pemeliharaan peralatan dari waktu pelaksanaan dapat dibagi menjadi 2

bagian :

pemeliharaan rutin dan

pemeliharaan berkala.

Pemeliharaan peralatan dari penanganan pelaksanaan dapat dibagi menjadi 2

bagian :

Manajemen Peralatan

PIP Bidang Jalan & Jembatan

66

pemeliharaan ringan (Pemeliharaan tingkat I,II, dan III)

pemeliharaan berat (Pemeliharaan tingkat IV, dan V)

6.2. Pemeliharaan Rutin dan Pemeliharaan Berkala

Pemeliharaan rutin dilaksanakan secara rutin setiap hari, dilaksanakan baik

oleh operator sendiri ataupun para mekaniknya (tidak perlu mekanik ahli),

misalnya pemeriksaan oli mesin, tekanan angin ban, tali kipas, kebocoran-

kebocoran oli kalau ada, oli hidrolik termasuk juga persediaan bahan bakar

dalam tangki bahan bakarnya, air radiator, batere, serta kebersihan peralatan

secara keseluruhan.

Pekerjaan pemeriksaan ini secara rutin dilaksanakan sebelum peralatan

berangkat ke lapangan. Peralatan setelah selesai operasi dan kembali ke pool

juga harus diperiksa lagi pada bagian-bagian yang perlu, termasuk

pembersihan kotoran yang terbawa dari lapangan.

Untuk pemeliharaan berkala, biasanya pabrik pembuat telah memberikan

petunjuk pemeliharaan berkala (service manual) yang harus diperhatikan

serta dipenuhi oleh pemilik/pemakai peralatan.

Yang dimaksud dengan pemeliharaan berkala adalah pemeliharaan yang

harus dilakukan pada km atau jam kerja tertentu sesuai yang tercantum

dalam buku petunjuk dari pabriknya, terutama ini dilakukan pada bagian-

bagian atau komponen-komponen tertentu dari peralatan.(Sebagai contoh

pemeliharaan yang harus dilaksanakan setia 50 jam, 100 jam, 200 jam, 500

jam dst)

Pada bagian mesin misalnya, antara lain :

Penggantian oli mesin

Penggantian oli transmisi

Penggantian oli kopling/torque converter

Penggantian saringan oli, udara, bahan bakar

Pemeriksaan/penyetelan kekencangan V-belt

Pada pemeriksaan berkala ini ada kalanya beberapa komponen harus diganti

baru meskipun komponen tersebut tidak/belum rusak. Hal ini kadang-kadang

Manajemen Peralatan

PIP Bidang Jalan & Jembatan

67

harus dilakukan agar tidak mengganggu atau merusak bagian lainnya apabila

komponen tadi tiba-tiba mengalami kerusakan.

6.3. Perbaikan Peralatan

Perbaikan peralatan masih termasuk dalam kegiatan pemeliharaan peralatan,

hanya proses ini dilaksanakan karena adanya kerusakan pada komponen atau

komponen-komponennya, sehingga perlu diperbaiki atau diganti agar

peralatan bisa segera dioperasikan kembali.

Jam kerja efektif peralatan apabila tidak dimanfaatkan merupakan suatu

kerugian bagi pemilik/pemakai.

Jam efektif yang hilang akibat peralatannya rusak disebut Downtime.

Downtime yang banyak atau lama menandakan peralatan sering rusak, sering

mengalami perbaikan atau juga bengkel atau mekanik yang kurang baik

karena lama/tidak cepat dalam menangani kerusakan peralatan antara lain

disebabkan karena mekanik yang kurang terampil, alat perkakas yang kurang

memadai, atau tidak tersedianya suku cadang yang dibutuhkan atau lama

perolehannya.

Tingkat perbaikan peralatan terbagi dalam 2 klasifikasi, yaitu :

Perbaikan ringan

Perbaikan ringan biasanya dilaksanakan oleh mekanik atau montir biasa,

bisa di bengkel, bisa juga diatasi di lapangan dengan tidak

membutuhkan alat-alat perkakas atau mesin-mesin bengkel.

Perbaikan berat

Perbaikan berat untuk mengatasi kerusakan berat, biasanya lebih dari

satu komponen atau bagian yang rusak, dilaksanakan oleh mekanik atau

montir di bengkel serta memerlukan mesin-mesin perkakas bengkel.

Biasanya membutuhkan waktu pelaksanaan yang lama dan dikerjakan

oleh mekanik atau montir ahli. Contoh kerusakan termasuk kerusakan

berat misalnya kerusakan pada bagian dalam engine atau pada

hydraulic system-nya, dan sejenisnya.

Manajemen Peralatan

PIP Bidang Jalan & Jembatan

68

Petunjuk atau cara-cara penanganan kerusakan berat biasanya dapat

dipelajari dalam buku petunjuk dari pabrik (Workshop Manual).

6.3.1. Suku Cadang

Guna menunjang kelancaran kegiatan pemeliharaan peralatan

diperlukan kontrol atau pengendalian penyediaan suku cadang dan

bahan-bahan yang biasa diperlukan.

a. Penyediaan suku cadang dan bahan

Untuk kelancaran pemeliharaan peralatan dan menjamin

kelancaran atau kontinuitas operasional peralatan, perlu

disediakan sejumlah suku cadang, serta bahan-bahan yang

diperlukan, sebagai berikut :

Fast Moving Parts.

Jenis suku cadang yang sering rusak dan harus segera

diganti, misalnya v-belt, sekering (fuse), lampu dan lain-lain.

Suku cadang sesuai jadwal pemeliharaan, misalnya filter-filter

(lihat buku petunjuk jadwal pemeliharaan dari pabrik).

Minyak pelumas dan minyak hidrolik (sesuai jadwal

pemeliharaan)

Bahan bakar (bensin, solar) sesuai jumlah unit peralatannya,

cukup untuk operasi selama waktu tertentu.

Dalam penyediaan suku cadang, beberapa hal yang perlu

diperhatikan adalah:

Mutu suku cadang.

Sedapat mungkin diperoleh suku cadang asli dari pabrik (Agen

Tunggal). Suku cadang tidak asli kelihatannya memang baik

dan bisa dipasang, namun umur pemakaiannya tidak lama.

Lama waktu pemesanan suku cadang (Lead time), agar pada

saatnya diperlukan suku cadang sudah tersedia.

Manajemen Peralatan

PIP Bidang Jalan & Jembatan

69

Batas aman jumlah persediaan (Safety stock). Persediaan

suku cadang tidak perlu harus dalam jumlah banyak, tapi

harus cukup untuk pemakaian dalam kurun waktu tertentu

ditambah sejumlah tertentu (safety stock) untuk penggunaan

selama waktu pemesanan suku cadang yang baru, sehingga

persediaan suku cadang tidak akan sempat kosong atau habis.

Volume dan jumlah

Untuk perhitungan volume atau jumlah tiap item suku cadang

yang harus tersedia bisa diperoleh dari pengalaman di

lapangan serta dengan mempelajari petunjuk dari pabrik.

Data-data pengalaman di lapangan ini bisa diperoleh dari

catatan riwayat peralatan yang pernah dimiliki yang terhimpun

di pusat pengendalian peralatan yang menyimpan data-data

operasional peralatan dari lapangan.

Manajemen Peralatan

PIP Bidang Jalan & Jembatan

70

BAB VII

PENGAWASAN PERALATAN

Kegiatan yang penting dalam pengendalian peralatan adalah pencatatan dan

pelaporan. Pencatatan data peralatan serta hal-hal yang terjadi atau dialami oleh

peralatan yang bersangkutan dicatat, kemudian secara rutin berkala catatan

tersebut dikirimkan sebagai laporan ke pusat pengendalian yang selanjutnya semua

data-data tersebut akan diolah serta dievaluasi, yang hasilnya bisa berguna bagi

pemakai/pemilik peralatan.

Data hasil evaluasi ataupun data sebagai catatan ini merupakan data

informasi yang sangat berguna bagi pemakai/pemilik guna bahan pertimbangan

dalam perencanaan pengadaan peralatan, penyiapan armada peralatan untuk

pelaksanaan pekerjaan, maupun sebagai data yang diperlukan dalam pemeliharaan

peralatan.

Data tersebut diatas berguna juga dalam proses perencanaan/pengambilan

keputusan dalam kegiatan penghapusan peralatan, antara lain misalnya dari data

kondisi peralatan dan riwayat operasi dan memeliharaan peralatan dimana tercatat

hasil operasi yang kecil dan sudah cukup banyak mengeluarkan biaya untuk

pemeliharaan peralatan karena sering rusak.

7.1. Pencatatan Peralatan

Setiap unit peralatan sebaiknya harus mempunyai nomor inventarisasi atau

lebih dikenal dengan istilah nomor kode unit peralatan, atau nomor identifikasi

peralatan. Nomor kode unit peralatan ini bisa disusun sedemikian rupa agar

bisa mempermudah pengidentifikasiannya, namun tidak duplikasi, artinya satu

nomor hanya dipakai oleh satu unit peralatan.

Apabila peralatan yang bersangkutan sudah dihapus maka nomor atau kode

unit peralatannya tidak boleh dipakai lagi oleh peralatan lain yang baru yang

belum mempunyai nomor identifikasinya.

Manajemen Peralatan

PIP Bidang Jalan & Jembatan

71

Contoh nomor identifikasi peralatan :

Kode identifikasi peralatan atau kode unit peralatan pada contoh di atas

dibuat sederhana, tapi cukup jelas menerangkan peralatan jenis apa, yang

mana, siapa pemiliknya/pemakainya.

XXX Tiga angka pertama menjelaskan siapa pemiliknya atau bisa juga

sebagai kode untuk pemakai atau proyek di mana peralatan

tersebut dipakai.

XXX Tiga angka kedua menunjukkan jenis peralatan, misalnya

Bulldozer, atau Motor Grader atau jenis peralatan yang lainnya.

Contoh : 001 untuk Jenis Peralatan Bulldozer

010 untuk Jenis Peralatan Motor Grader

XXX Tiga angka terakhir dipakai untuk nomor urut dari jenis peralatan

sesuai tiga angka ke dua di atas, misalnya Bulldozer

Contoh : 002 / 001 / 003

peralatan ini adalah Bulldozer nomor urut 3 milik PT. Jasa Marga

yang dipakai oleh proyek Pemeliharaan Jalan Tol Jagorawi (kode

002)

XXX / XXX / XXX

Nomor urut peralatan Nomor kode jenis peralatan Nomor kode pemilik/pemakai peralatan

Manajemen Peralatan

PIP Bidang Jalan & Jembatan

72

Tiap unit peralatan mempunyai satu buku riwayat peralatan, yang memuat

semua hal yang terjadi pada peralatan yang bersangkutan, misalnya data

pemakaian/operasi, data tentang pemeliharaan/perbaikan, data pemakaian

bahan bakar, serta data lain yan dianggap perlu, seperti lokasi/proyek

pemakai, nama operatornya, data hasil operasi, jam kerjanya/jam-jam operasi

7.2. Pelaporan

Sesuai dengan jenis-jenis kegiatan dalam manajemen peralatan, maka data

peralatan yang harus dicatat dan harus dilaporkan adalah sebagai berikut :

7.2.1. Tahap perencanaan dan pengadaan

Pada tahap ini maka laporan yang harus dibuat adalah berupa data

hasil pelaksanaan pengadaan peralatan, apakah itu hasil pembelian

baru, sewa beli, atau sewa.

Data yang perlu dilaporkan antara lain data utamanya misalnya :

Jenis peralatan

Kapasitas peralatan

Kapasitas mesin

Nomor seri alat/body

Nomor seri mesin

Tahun pembuatan

Harga pembelian

Tahun pembelian

Nama perusahaan penjual/agen tunggal

Lokasi proyek/pemakai

Kondisi Peralatan

Data di atas diproses untuk dimasukkan ke dalam daftar inventarisasi

peralatan dan diberi nomor kode unit peralatannya. Untuk peralatan

hasil sewa beli dan sewa tidak masuk dalam daftar inventarisasi, cukup

Manajemen Peralatan

PIP Bidang Jalan & Jembatan

73

hanya dalam daftar peralatan yang dipakai oleh proyek yang

bersangkutan, jadi tidak perlu data lengkapnya dilaporkan, kecuali

peralatan dari sewa beli, yang nantinya akan menjadi milik sendiri.

7.2.2. Tahap pengoperasian

Pada tahap ini maka semua hal yang terjadi pada peralatan yang

bersangkutan dicatat dalam buku riwayat peralatan. Datanya dibuat di

lapangan setiap harinya dan dilaporkan ke bagian administrasi

peralatan, selanjutnya direkap dalam tiap bulannya (apabila

diperlukan) dan dicatat/dipindahkan ke dalam buku riwayat peralatan.

Adapun data yang harus dicatat antara lain :

Lokasi pemakaian

Jenis tugas yang dilaksanakan

Volume hasil kerja

Pemakaian bahan bakar

Pemakaian minyak pelumas dan sejenisnya

Nama operator

Lama waktu/jam pemakaian

Kondisi peralatan

7.2.3. Tahap pemeliharaan dan perbaikan

Pada tahap ini, data tentang pemeliharaan dan perbaikan yang

dikerjakan terhadap peralatan yang bersangkutan baik yang terjadi di

lapangan maupun di bengkel harus dicatat, diantaranya adalah :

Pemakaian suku cadang

Pemakaian bahan bakar (pada waktu perbaikan)

Pemakaian minyak pelumas dan sejenisnya

Lama waktu perbaikan

Status km/jam peralatan pada saat perbaikan

Status/jenis kerusakan

Manajemen Peralatan

PIP Bidang Jalan & Jembatan

74

7.2.4. Tahap penghapusan

Pada tahap ini yang dicatat dan dilaporkan cukup daftar peralatan

yang dihapus, berisi data antara lain :

Kode unit peralatannya

Kapasitas alat

Tahun pembuatan

Lokasi pemakai peralatan

Catatan/kode alasan penghapusan (kalau ada)