bab i pendahuluan - bpsdm.pu.go.id filetata cara pengawasan 1 bab i pendahuluan 1. umum tidak dapat...

157
Tata Cara Pengawasan 1 BAB I PENDAHULUAN 1. Umum Tidak dapat disangkal bahwa pengawasan menempati peranan yang sangat penting dalam suatu organisasi. Pengawas memegang kunci utama untuk mengamati dan meneliti pelaksanaan pekerjaan, mengidentifikasikan permasalahan dan langkah-langkah perbaikan, mewakili instansi dimana pengawas tersebut bertanggung jawab. Bagaimanapun juga, pengawas harus diberikan suatu wewenang tertentu untuk meningkatkan efisiensi kerja suatu organisasi. Pengawas adalah pemimpin dalam bidang yang diawasinya, yang berkisar antara orang-orang bekerja, jenis pekerjaan dan masalahnya. Namun tugas pengawas yang paling penting adalah menyangkut pekerja untuk memenuhi kepentingan instansi dan pekerja itu sendiri secara timbal balik. 2. Maksud dan Tujuan 2.1. Buku ini digunakan sebagai pedoman bagi yang terlibat secara langsung maupun tidak langsung dalam kegiatan pengawasan Konstruksi Proyek-proyek Pembangunan Bidang SDA dan sejenisnya di bawah Direktorat Jenderal SDA, Departemen Pekerjaan Umum. 2.2. Tujuannya adalah untuk mewujudkan pembentukan buku pedoman sistem pengawasan dan sebagai materi pelatihan untuk peningkatan ketrampilan, digunakan untuk langkah-langkah keseragaman operasional yang pada akhirnya akan tercapai suatu sistem pengawasan yang seragam untuk membantu proyek-proyek agar pembangunannya dapat terlaksana dengan baik dan berhasil guna.

Upload: hahuong

Post on 13-Aug-2019

217 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I PENDAHULUAN - bpsdm.pu.go.id fileTata Cara Pengawasan 1 BAB I PENDAHULUAN 1. Umum Tidak dapat disangkal bahwa pengawasan menempati peranan yang sangat penting dalam suatu organisasi

Tata Cara Pengawasan

1

BAB I

PENDAHULUAN

1. Umum

Tidak dapat disangkal bahwa pengawasan menempati peranan yang sangat

penting dalam suatu organisasi. Pengawas memegang kunci utama untuk

mengamati dan meneliti pelaksanaan pekerjaan, mengidentifikasikan

permasalahan dan langkah-langkah perbaikan, mewakili instansi dimana

pengawas tersebut bertanggung jawab. Bagaimanapun juga, pengawas

harus diberikan suatu wewenang tertentu untuk meningkatkan efisiensi kerja

suatu organisasi.

Pengawas adalah pemimpin dalam bidang yang diawasinya, yang berkisar

antara orang-orang bekerja, jenis pekerjaan dan masalahnya. Namun tugas

pengawas yang paling penting adalah menyangkut pekerja untuk memenuhi

kepentingan instansi dan pekerja itu sendiri secara timbal balik.

2. Maksud dan Tujuan

2.1. Buku ini digunakan sebagai pedoman bagi yang terlibat secara

langsung maupun tidak langsung dalam kegiatan pengawasan

Konstruksi Proyek-proyek Pembangunan Bidang SDA dan sejenisnya di

bawah Direktorat Jenderal SDA, Departemen Pekerjaan Umum.

2.2. Tujuannya adalah untuk mewujudkan pembentukan buku pedoman

sistem pengawasan dan sebagai materi pelatihan untuk peningkatan

ketrampilan, digunakan untuk langkah-langkah keseragaman

operasional yang pada akhirnya akan tercapai suatu sistem

pengawasan yang seragam untuk membantu proyek-proyek agar

pembangunannya dapat terlaksana dengan baik dan berhasil guna.

Page 2: BAB I PENDAHULUAN - bpsdm.pu.go.id fileTata Cara Pengawasan 1 BAB I PENDAHULUAN 1. Umum Tidak dapat disangkal bahwa pengawasan menempati peranan yang sangat penting dalam suatu organisasi

Tata Cara Pengawasan

2

3. Ruang Lingkup

3.1. Buku ini digunakan sebagai buku pedoman atau panduan pengawasan

suatu proyek khususnya yang menyangkut pekerjaan konstruksi Bidang

SDA yang dikelola oleh aparat pemerintah/negara.

3.2. Buku ini dapat pula digunakan pada proyek-proyek pemerintah

maupun non pemerintah yang pengawasanya dilakukan oleh konsultan,

sepanjang isinya tidak menyimpang dan tidak ada pihak-pihak yang

dirugikan.

3.3. Dalam hal pengawasan yang menggunakan jasa konsultan maka

koordinasi dan tata cara pengawasan akan diatur secara khusus.

3.4. Buku ini dapat digunakan untuk pengawasan pada proyek-proyek

dengan kontrak lokal, dan kontrak-kontrak lainnya dengan beberapa

penyesuaian seperlunya.

4. Kerangka Penyusunan

4.1. Kerangka Penyusunan ini diangkat dari pengertian judul “ Pedoman

Umum Metode Pengawasan Konstruksi Proyek Bidang SDA”, dimana

tata cara pelaksanaan pengawasan diuraikan secara umum, yang

didalamnya antara lain:

a. Uraian tentang pengertian (filosofis) atau uraian dasar pengawasan

yang lebih menekankan pengertian pengawasan secara hakiki,

dengan sasaran yang menjadi tujuan.

Dari uraian ini maka terungkaplah apa yang menjadi latar belakang

dalam sistem pengawasan.

b. Uraian manajemen, yaitu salah satu latar belakang manajerial,

yang mengatur gerak langkah pengawas sebagai unsur subjektif.

Dengan kata lain manajemen sebagai alat pembantu untuk

terwujudnya sasaran tujuan pengawasan.

Page 3: BAB I PENDAHULUAN - bpsdm.pu.go.id fileTata Cara Pengawasan 1 BAB I PENDAHULUAN 1. Umum Tidak dapat disangkal bahwa pengawasan menempati peranan yang sangat penting dalam suatu organisasi

Tata Cara Pengawasan

3

c. Teori pengawasan adalah merupakan salah satu alat bantu

dimaksud dan merupakan formula yang perlu diketengahkan,

karena merupakan pengetahuan yang perlu dikuasai betul bagi

setiap pengawas. Penguasaan terhadap pengetahuan ini dapat

menjadi salah satu tolok ukur keberhasilan pelaksanaan konstruksi.

Uraian ini diungkapkan dalam Bab. IV Konsep Pengawasan.

d. Uraian pelaksanaan pengawasan dalam Bab. V, merupakan

realisasi kerja operasional sehubungan dengan adanya suatu

bentuk konstruksi sebagai unsur objektif, untuk tujuan manfaat

pekerjaan. Uraian ini merupakan pengalaman spesifikasi teknik,

normalisasi dan uraian-uraian teknik hasil penyelidikan/pengamatan

atau juga tulisan buku terapan yang berlaku di lingkungan

Direktorat Jenderal SDA khususnya, dan Departemen Pekerjaan

Umum pada umumnya.

e. Uraian Pengendalian Pelaksanaan dalam Bab. VI, adalah

merupakan realisasi kerja operasional yang lainnya, yang bertujuan

pembinaan, pengamatan, penulisan laporan untuk manfaat bagi

aparat pengelola atau instansi yang bersangkutan.

4.2. Karena sifatnya yang umum, maka ada uraian yang bersifat khusus

dalam tata cara pengawasan konstruksi dituangkan dalam buku-buku

terapan serupa. Buku ini juga tidak terlepas dari penulisan-penulisan

buku terapan tata cara kerja pengawasan yang telah ada yang telah

diterbitkan di lingkungan instansi, khususnya di Lingkungan Proyek

Pembangunan Bidang SDA.

4.3. Adanya kekhususan dalam penulisan buku ini, ialah pembahasan yang

menyangkut Konstruksi pada Proyek Bidang SDA, dimana uraian umum

yang dimaksud dalam judul ini berkisar khusus antara peranan

pengawas dalam pelaksanaan suatu konstruksi dalam proyek-proyek

Bidang SDA.

Page 4: BAB I PENDAHULUAN - bpsdm.pu.go.id fileTata Cara Pengawasan 1 BAB I PENDAHULUAN 1. Umum Tidak dapat disangkal bahwa pengawasan menempati peranan yang sangat penting dalam suatu organisasi

Tata Cara Pengawasan

4

Sedikit dibicarakan dalam tulisan ini tentang kebijaksanaan Pemimpin

Proyek sebagai penguasa yang ditunjuk untuk

mempertanggungjawabkan pekerjaan dalam segi administrasi maupun

teknik sehubungan dengan kebijaksanaan yang akan ditetapkannya.

Hal ini juga menyangkut tanggung jawab pengawas karena kedudukan

struktural sebagai aparat di bawahnya.

4.4. Manakala Pemimpin Proyek berperan sebagai kuasa Pemerintah

mewakili Pemilik proyek (owner), Pemimpin Proyek juga dapat terlibat

sebagai unsur pengawasan, khususnya pada proyek-proyek besar.

Bahkan Pemimpin Proyek juga dapat menunjuk suatu badan usaha

swasta/konsultan untuk mengadakan pengawasan sesuai aturan yang

telah ditetapkan.

Page 5: BAB I PENDAHULUAN - bpsdm.pu.go.id fileTata Cara Pengawasan 1 BAB I PENDAHULUAN 1. Umum Tidak dapat disangkal bahwa pengawasan menempati peranan yang sangat penting dalam suatu organisasi

Tata Cara Pengawasan

5

BAB II

PERANAN DAN TUGAS PENGAWAS LAPANGAN

1. Peranan Pengawas

Tidak jarang dijumpai situasi, dimana kepentingan instansi (organisasi),

kepentingan pribadi dan kepentingan bawahan (pekerja yang diawasi),

saling bertentangan satu sama lain. Dan dalam banyak situasi, kunci

penyelesaian kepentingan yang bertentangan tersebut letak pada kepekaan

pengawas. Karena di tangan pengawaslah letak segala macam informasi

yang diperlukan oleh pimpinan, terutama untuk mengetahui kejadian-

kejadian dalam organisasi (instansi) tersebut. Pengawas adalah petugas

yang paling dekat orang-orang yang bekerja secara langsung untuk

menangani hasil kerja suatu organisasi (instansi).

Seorang pengawas yang baik hendaknya berperan sebagai pengabdi

kepentingan instansi dan masyarakat dengan mempergunakan teknik-teknik

penguasa.

Dalam lingkup manajemen pengawasan modern, pengawas haruslah dari

kalangan terdidik, terlatih, terampil dan memiliki kepemimpinan praktis

untuk dapat memenuhi tuntutan hasil kerja maksimum dan berkualitas tinggi

dengan biaya yang seringan mungkin. Pengawas-pengawas di dunia modern

dewasa ini haruslah dibekali pengetahuan tentang hal ikhwal kepemimpinan

praktis bersama-sama dengan pengetahuan teknologi yang berkaitan

dengan tugas-tugasnya.

Pengawas memegang peranan sebagai “keystone” (batu pengunci) dalam

bidang industri modern, instansi pemerintah maupun dalam lembaga swasta.

Peranan tersebut dapat dilukiskan seperti gambar berikut ini :

Page 6: BAB I PENDAHULUAN - bpsdm.pu.go.id fileTata Cara Pengawasan 1 BAB I PENDAHULUAN 1. Umum Tidak dapat disangkal bahwa pengawasan menempati peranan yang sangat penting dalam suatu organisasi

Tata Cara Pengawasan

6

Sebagai “Keystone” atau batu pengunci posisi pengawas terletak pada

daerah kritis diantara pimpinan dan pelaksana (bawahan). Dari gambar (1)

tersebut di atas dapat dibayangkan bahwa batu pengunci mempunyai

peranan menahan tekanan antara dua kai tumpuan. Kalau batu kunci

dihilangkan, maka bangunan temberang tersebut akan ambruk. Sama

akibatnya bila suatu organisasi atau instansi didukung oleh pengawas-

pengawas yang lemah atau tidak berfungsi.

Dengan demikian, pengawas hendaklah berfungsi melaksanakan

kebijaksanaan, rencana, dan petunjuk-petunjuk dengan suatu motivasi yang

mengarah kepada yang membimbing diri sendiri, orang lain maupun

kelompok untuk menunjang kepentingan instansi dan para pelaksana

sekaligus.

Peningkatan peranan pengawas, harus dibarengi dengan peningkatan

keterampilan personil untuk memikul semua tugas-tugas pengawasan yang

akan dibebankan kepadanya. Di masa silam seorang pengawas yang baik

hanya dituntut dengan kemampuan untuk mengerti seluk-beluk pekerjaan

P I M P I N A N P E L A K S A N A

PENGAWAS

ORGANISASI

Pengawas sebagai batu penguncisuatu organisasi (KEYSTONE)

Page 7: BAB I PENDAHULUAN - bpsdm.pu.go.id fileTata Cara Pengawasan 1 BAB I PENDAHULUAN 1. Umum Tidak dapat disangkal bahwa pengawasan menempati peranan yang sangat penting dalam suatu organisasi

Tata Cara Pengawasan

7

dan mampu bekerja sama dengan pelaksana (bawahan). Sedangkan

peningkatan pengawas di alam modern membutuhkan keterampilan dan

pendidikan dalam pengetahuan manajemen dan pengetahuan teknologi

serta pengetahuan tata cara kerja dan mampu bekerja sama dengan

pelaksana (bawahan).

2. Pimpinan dan Pengawas

Pimpinan dalam suatu instansi atau organisasi mempunyai tugas untuk

menciptakan suatu suasana intern sedemikian rupa, sehingga para petugas

dapat bekerja baik dan efisien untuk mencapai tujuan organisasi atau

instansi tersebut.

Pimpinan bertugas mengatur (organisasi), mengarahkan (direct) dan

mengawasi (control) suasana lingkup organisasi.

Suasana lingkup organisasi tersebut dipengaruhi oleh empat elemen

(unsur) :

Manusia (people).

Pekerjaan atau jabatan (job or position)

Teknologi (technology), dan

Modal (capital), yakni uang dan mesin-mesin yang dipakai untuk

menunjang produksi, atau hasil kerja.

Pengawas dalam hal ini adalah tingkat pimpinan yang memusatkan

kegiatannya pada koordinasi pengaturan dan pengendalian pekerjaan orang

lain untuk menunjang tujuan organisasi.

Kategori pengawasan pada dasarnya dimaksudkan menyangkut pengawasan

tingkat pertama dan kedua dalam suatu organisasi.

Sebagai contoh, pimpinan dapat meliputi tugas di tingkat perencanaan tata

penggunaan alat-alat berat sebagai alat bantu, tetapi tidak dimaksudkan

mencakup pengendalian orang yang menjalankan alat-alat berat tersebut

(operator).

Jadi tingkat pengawas dalam hal ini dimaksudkan mencakup kerja langsung

dengan atau melalui bantuan orang-orang kerja.

Page 8: BAB I PENDAHULUAN - bpsdm.pu.go.id fileTata Cara Pengawasan 1 BAB I PENDAHULUAN 1. Umum Tidak dapat disangkal bahwa pengawasan menempati peranan yang sangat penting dalam suatu organisasi

Tata Cara Pengawasan

8

Pengawas harus dapat menciptakan suasana kerja yang harmonis dengan

pemenuhan kepentingan orang-orang yang bekerja dan kepentingan instansi.

Kata pengawas, dapat dipakai untuk semua tingkat pimpinan yang bertindak

menuntut kegiatan orang lain. Namun dalam pemakaian umum, pengawas

dimaksudkan hanya untuk tingkat organisasi yang bawah dalam jenjang

manajemen. Jika umpamanya suatu organisasi terdiri dari tingkat atas (top),

menengah (middle), dan bawah (lower), maka istilah pengawas dalam hal

ini menyangkut tindakan yang bawah. Umpamanya, pengawas, juru, mandor,

mandor umum, mandor kepala, pengawas umum dsb. Jabatan mana,

mungkin menyangkut tingkat pertama, kedua atau ketiga dari manajemen

tingkat bawah.

3. Penerapan Manajemen Pengawasan.

Ada tiga macam tata cara pendekatan dalam penerapan manajemen

pengawasan:

Bagaimana melakukannya (how to do it).

Pendekatan teori manajemen yang bersifat luas (broad management

theory).

Pendekatan melalui perangai / tingkah laku organisasi (behaviour

organizational approach).

Pendekatan yang disempurnakan.

a. Pendekatan “How to do it”.

Pendekatan how to do it (bagaimana melakukannya), mempergunakan

teknik-teknik praktis dalam segala rangkaiannya yang dapat membantu

pengembangan teknik praktis tersebut.

Kekurangan pendekatan ini, karena condong mengabaikan pengertian

dasar, kenapa justru taknik ini dipergunakan, dan kenapa tidak.

Pengertiannya kurang lebih sama dengan pemakaian rumus matematika

tanpa mengerti kenapa.

Page 9: BAB I PENDAHULUAN - bpsdm.pu.go.id fileTata Cara Pengawasan 1 BAB I PENDAHULUAN 1. Umum Tidak dapat disangkal bahwa pengawasan menempati peranan yang sangat penting dalam suatu organisasi

Tata Cara Pengawasan

9

Ketepatan dan pemikiran yang jelas senantiasa dibutuhkan , tetapi jika

rumusnya tidak memakai perubah yang benar, atau rumusnya kurang

tepat, maka seluruh sistem akan mengalami kesalahan. Pemakaian tata

cara yang baik pada situasi yang kurang tepat, bagaimanapun juga tidak

akan membawa manfaat yang baik.

Namun demikian, pendekatan “how to do it” sangat bermanfaat untuk

pelaksanaan tugas-tugas harian kepengawasan.

b. Pendekatan teori manajemen yang luas

Pada pendekatan ini, ditekankan pentingnya pengawasan sebagai bagian

dari manajemen secara keseluruhan. Dengan demikian, semua fungsi

dan teori-teori praktis dari tingkat manajemen menengah, juga diajarkan

pada tingkat pengawas. Pengawas harus mempunyai pengertian dalam

hal perencanaan, pengaturan, pengendalian, pengawasan dan tata cara

pengeterapan fungsi-fungsi manajemen tersebut. Dalam hal ini, tentunya

dimaksudkan bahwa pengawas hanyalah seorang pemimpin yang

mengawasi orang-orang yang bukan tingkat pimpinan (non manajemen).

Kelemahan pendekatan ini, adalah kurangnya perhatian dalam

pendekatan masalah lingkungan pengawasan yang khusus, dan

perhatian yang sangat samar-samar tentang posisi yang unik dari

pengawas sebagai bagian organisasi tersebut secara keseluruhan.

c. Pendekatan melalui perangai organisasi

Pendekatan ini cenderung untuk mempergunakan kedua pendekatan

yang terdahulu, namun dibatasi hanya dalam lingkup organisasi

pengawas itu sendiri dengan penyesuaian terhadap hubungan timbal-

balik antara pemimpin orang terkemuka dan manusia itu sendiri.

Pengawas adalah pemimpin, dan dengan demikian, harus mengerti

manusia, struktur organisasi dan tabiat atau perangai dunia usaha yang

semakin maju saat ini. Sebagai pemimpin seorang pengawas harus juga

mengerti bagaimana dan kenapa tata cara kepemimpinan yang berkaitan

Page 10: BAB I PENDAHULUAN - bpsdm.pu.go.id fileTata Cara Pengawasan 1 BAB I PENDAHULUAN 1. Umum Tidak dapat disangkal bahwa pengawasan menempati peranan yang sangat penting dalam suatu organisasi

Tata Cara Pengawasan

10

dengan posisinya. Pendekatan ini menekankan perlunya dorongan,

komunikasi, perundingan, dan latihan. Dalam hal ini penggunaan teknik

dinamika kelompok, pemegang peranan, pengikut-sertaan

pengembangan karier. Jadi, disini pengawas dilihat sebagai bagian dari

kepemimpinan yang menekankan perlunya pendekatan melalui hal

ikhwal kemasyarakatan.

d. Pendekatan yang disempurnakan

Pendekatan ini mempergunakan faktor-faktor yang menguntungkan dari

pendekatan-pendekatan terdahulu dengan penekanan faktor manusiawi

pengawas yang sangat dekat hubungannya dengan pekerjaan bawahan,

pengawas dan pemberi nasehat maupun petunjuk. Dengan demikian dia

harus dapat bekerja sama, mengetahui, dan mengerti orang lain;

pengawas juga harus mengerti bagaimana dan mengapa posisinya

dalam organisasi begitu penting peranannya. Dimana dia harus

menyadari sepenuhnya bahwa tanpa berfungsinya pengawas, organisasi

atau instansinya akan lumpuh.

4. Hal-hal Pokok Yang Perlu Diketahui Pengawas

a. Pengenalan dan Pendalaman Rencana

Pengawas harus mengetahui dan mendalami bagian-bagian dari rencana

keseluruhan pekerjaan yang akan dihadapinya untuk memungkinkan

mereka :

Mengerti tugas, wewenang, dan tanggung jawab yang diberikan

oleh atasannya.

Mengerti seluk-beluk hubungan antar bagian, walau yang dia

ketahui sehari-hari hanya sebagian saja.

Mengembangkan secara sistematis dan terperinci rencana kerja

dalam jenjang yang dia pertanggung jawabkan.

Page 11: BAB I PENDAHULUAN - bpsdm.pu.go.id fileTata Cara Pengawasan 1 BAB I PENDAHULUAN 1. Umum Tidak dapat disangkal bahwa pengawasan menempati peranan yang sangat penting dalam suatu organisasi

Tata Cara Pengawasan

11

b. Rencana seperti tersebut diatas secara awal dapat dibagi menurut :

Jangka waktunya.

Fungsinya dan

Luas jangkauannya.

5. Pengendalian kegiatan kerja

Pengawas harus mampu mengendalikan kegiatan dalam lingkup kerjanya

secara cepat dan praktis. Kebanyakan kegiatan pengendalian menyangkut

hal-hal sebagai berikut :

a. Pengaturan tata kerja pengawas.

Dalam mengatur tata cara kerja pengawas, seorang pengawas akan

tergantung kapada hal-hal :

Wujud pekerjaan yang diawasinya.

Tujuan rencana dan pengecekan oleh atasannya.

Wujud dan lingkup wewenang yang dilimpahkan kepadanya.

Fasilitas kerja yang tersedia.

Seorang pengawas bertanggung jawab terhadap kegiatan orang-orang

yang diawasinya yang meliputi tiga hal pokok :

Kegiatan rutin sehari-hari.

Hal-hal yang bersifat khusus.

Hal-hal yang bersifat emergency (darurat).

Pengawasan :

Waktu

Tenaga kerja

Bahan-bahan

Peralatan

Ruang kerja (lingkup kerja)

Uang

Organisasi (Instansi).

Page 12: BAB I PENDAHULUAN - bpsdm.pu.go.id fileTata Cara Pengawasan 1 BAB I PENDAHULUAN 1. Umum Tidak dapat disangkal bahwa pengawasan menempati peranan yang sangat penting dalam suatu organisasi

Tata Cara Pengawasan

12

b. Pengecekan kegiatan kerja.

Pengeterapan rencana kerja, akan melibatkan pengawas dalam hal :

Penetapan langkah (Apa, Dimana dan Bagaimana).

Pengaturan waktu (Kapan).

Penugasan (Siapa).

Tahap lanjutan (atau penyelesaian dengan segera).

Fungsi-fungsi tersebut di atas mengutarakan pekerjaan apa saja yang

harus dilakukan?, di mana?, siapa yang akan melaksanakannya dan

pengendalian tahap lebih lanjut apakah pekerjaan tersebut telah

dillaksanakan dengan baik sesuai rencana.

c. Tata cara berkomunikasi.

Bagaimanapun juga harus ditekankan bahwa tanggung jawab seorang

pengawas meliputi pelaksanaan pekerjaan instansinya dengan

memanfaatkan potensi kerja, bahan-bahan, peralatan, dibawah

kewenangannya. Untuk menjamin kelancaran komunikasi, seorang

pengawas harus dapat memberikan penjelasan atau pesan dengan cara

yang bersifat :

Dapat diterima oleh semua pihak yang bersangkut paut.

Dapat diwujudkan (dicapai).

Praktis, sederhana, dan singkat.

Dapat disampaikan kepada pihak yang berkepentingan

Jadi harus senantiasa diingat, bahwa baik laporan maupun penjelasan

dan penyampaian perintah harus senantiasa dapat diterima, mudah

diwujudkan, singkat dan padat serta mudah penyampaiannya.

Page 13: BAB I PENDAHULUAN - bpsdm.pu.go.id fileTata Cara Pengawasan 1 BAB I PENDAHULUAN 1. Umum Tidak dapat disangkal bahwa pengawasan menempati peranan yang sangat penting dalam suatu organisasi

Tata Cara Pengawasan

13

BAB III

PENGAWASAN PROYEK-PROYEK BIDANG SUMBER DAYA AIR

1. Umum

Sebagaimana kita ketahui bersama, bahwa Tahap demi tahap pembangunan

yang telah kita lalui, program pengembangan dan pengelolaan SDA

termasuk salah satu bagian penting pembangunan nasional.

Dengan meningkatnya aktivitas di berbagai bidang, pemerintah telah

menggaris bawahi pentingnya kecepatan dalam pelaksanaan program

tersebut.

Sejak dari awal dilaksaksanakannya Pembangunan Jangka Panjang melalui

PELITA di masa pemerintahan yang lalu, pembangunan pertanian dan SDA

senantiasa merupakan kegiatan penting, dan masih akan terus berlasngsung

di masa-masa mendatang, di samping tentunya sektor-sektor pembangunan

lainnya.

Kebijakan ini tentunya merupakan hal yang wajar, mengingat negara kita

yang masih berbasis agraris dengan pertambahan penduduk dan besarnya

prosentase penduduk yang hidup dari sektor pertanian dan ketergantungan

pada pengembangan dan Pengelolaan SDA yang semakin tinggi.

Berdasarkan pengalaman pada tahun silam dan dipengaruhi oleh kemajuan

teknologi di berbagai bidang lain yang berhubungan dengan pengembangan

SDA, maka dirasa perlu adanya cara penanganan yang konsisten dan lebih

bersungguh-sungguh, sistematis, terarah, dan terencana baik di bidang SDA.

Pertambahan penduduk di Asia Tenggara pada umumnya, di Indonesia pada

khususnya, dan terbatasnya luas tanah yang dapat untuk usaha pertanian,

mendorong usaha untuk menambah hasil pertanian per-satuan luas dan per-

satuan waktu, sehingga pendapatan petani perkapita akan bertambah.

Di dalam kondisi sekarang, terdapat lingkup yang terbatas untuk

penambahan produksi. Salah satu faktor yang terpenting yang berpengaruh

terhadap hasil produksi padi adalah pengelolaan air irigasi khususnya dan

SDA pada umumnya, sebab air tetap merupakan unsur pokok, dan baru

Page 14: BAB I PENDAHULUAN - bpsdm.pu.go.id fileTata Cara Pengawasan 1 BAB I PENDAHULUAN 1. Umum Tidak dapat disangkal bahwa pengawasan menempati peranan yang sangat penting dalam suatu organisasi

Tata Cara Pengawasan

14

dapat tercapai apabila sarananya, yaitu saluran beserta seluruh

bangunannya, dilaksanakan dan berfungsi dengan baik.

Hal-hal ini dapat terpenuhi apabila jaringan serta bangunan-bangunan

tersebut dilaksanakan sesuai dengan apa yang telah digariskan di dalam

spesifikasi teknik.

Peranan dan tanggung jawab pengawas proyek adalah sangat menentukan

terhadap berhasilnya pembangunan yang bertalian dengan manajemen

pelaksanaan kontrol terhadap kualitas kerja.

Para pengawas lapangan perlu menyarankan, dan meneliti cara-cara

pelaksanaan yang setepat-tepatnya yang diterapkan oleh pelaksana

kontraktor, sehingga dapat dihindari pemborosan dan pekerjaan dapat pula

dilaksanakan tepat pada waktunya dengan kualitas sesuai dengan syarat-

syarat yang telah ditentukan.

Persyaratan Keberhasilan Pekerjaan.

Dari gambaran diatas tadi, jelas bahwa suatu proyek, untuk dapat terlaksana

secara baik dan sempurna serta ekonomis, harus memenuhi berbagai hal

antara lain :

Perencanaan yang benar.

Dalam perencanaan termasuk antara lain :

1. Survey dan design untuk menentukan arah dan letak saluran dan

bangunan yang tepat.

2. Penyelidikan / penentuan macam konstruksi yang tepat.

3. Penentuan bahan-bahan yang mudah dan murah untuk konstruksi.

4. Penentuan pelaksanaan waktu yang tepat, misalnya faktor hujan yang

sudah diperhitungkan.

5. Penentuan jenis alat-alat berat atau mesin-mesin yang betul-betul efisien,

artinya jumlah dan jenis harus sesuai di lapangan.

6. Pembuatan atau penentuan bangunan-bangunan persiapan yang

diperlukan agar tidak berlebihan hingga terjadi pemborosan.

Page 15: BAB I PENDAHULUAN - bpsdm.pu.go.id fileTata Cara Pengawasan 1 BAB I PENDAHULUAN 1. Umum Tidak dapat disangkal bahwa pengawasan menempati peranan yang sangat penting dalam suatu organisasi

Tata Cara Pengawasan

15

Cara pelaksanaan yang tepat.

Sesudah proyek direncanakan dengan benar, maka masih perlu dipikirkan

cara pelaksanaan yang sebaik-baiknya dipandang dari sudut teknis dan

ekonomis, ialah :

1. Bagaimana suatu proyek akan dilaksanakan perlu mendapat pemikiran

yang mendalam, karena masing-masing cara pelaksanaan itu mempunyai

keuntungan dan kerugian sendiri.

2. Metode kerja yang sedehana sehingga mudah dilaksanakan tanpa

mengurangi mutu hasil pekerjaan.

3. Cara pelaksanaan yang tepat akan menghasilkan pekerjaan yang baik

dengan biaya yang murah.

Pengawasan yang efektif dalam pelaksanaan.

Setelah dilakukan perencanaan yang benar dan cara pelaksanaan yang tepat,

maka agar dapat benar-benar terlaksana sebagaimana mestinya,

pengawasan di dalam pelaksanaan harus dilaksanakan secara efektif yang

meliputi :

1. Kualitas bahan-bahan yang dipergunakan.

2. Kemampuan pelaksana (tukang, dsb.)

3. Tidak ada penyimpangan dari syarat-syarat yang telah ditentukan dalam

bestek.

4. Dapat memenuhi time schedule (jadwal) yang direncanakan.

Agar sasaran yang dicapai tadi terlaksana dengan baik, seperti yang

diharapkan oleh perencana, dengan sendirinya para pengawas harus betul-

betul membekali dan memodali dirinya dengan keterampilan dan

pengetahuan praktis disamping teknik yang telah ditentukan.

Pengetahuan teknis yang praktis dan keterampilan ini harus disertai disiplin,

dedikasi, dan loyalitas kerja yang tinggi, sebab walau bagaimana baiknya

suatu perencanaan dan cara kerja, bila manusia-manusia pelaksananya tidak

mempunyai faktor-faktor tersebut diatas, keberhasilan tidak akan dapat

dicapai.

Page 16: BAB I PENDAHULUAN - bpsdm.pu.go.id fileTata Cara Pengawasan 1 BAB I PENDAHULUAN 1. Umum Tidak dapat disangkal bahwa pengawasan menempati peranan yang sangat penting dalam suatu organisasi

Tata Cara Pengawasan

16

Pengetahuan secara garis besar tentang pedoman kerja sebagai prosedur

dasar pengawasan pekerjaan, agar pengawas mempunyai suatu standard

evaluasi dalam memberikan pengarahan-pengarahan serta bimbingan di

lapangan dapat diuraikan dalam bab-bab berikut.

Page 17: BAB I PENDAHULUAN - bpsdm.pu.go.id fileTata Cara Pengawasan 1 BAB I PENDAHULUAN 1. Umum Tidak dapat disangkal bahwa pengawasan menempati peranan yang sangat penting dalam suatu organisasi

Tata Cara Pengawasan

17

BAB IV

PENGERTIAN PENGAWASAN

1. Azas Pengawasan

Suatu tindakan mengawasi, mendeteksi, membimbing dan mengarahkan

kepada diri sendiri, orang lain, maupun kelompok lain dengan tujuan agar

kebijaksanaan maupun rencana pekerjaan dapat diselenggarakan dengan

effisien dan memenuhi kwalitas, kwantitas serta ketepatan waktu guna

menunjang kepentingan instansi, para pelaksana serta pengawas itu sendiri.

2. Sasaran Sistem Pengawasan

Adanya unsur pengawas dalam penyelenggaraan proyek-proyek pemerintah

adalah mutlak karena keberadaannya membawa tanggung jawab moril,

yaitu tanggung jawab

a) Sosial yang mengandung maksud dan tujuan untuk memenuhi

kebutuhan dan kepentingan rakyat banyak.

Realisasinya adalah menjalankan amanat negara dalam mewujudkan

manfaat pekerjaan untuk kesejahteraan rakyat banyak.

Sasarannya adalah pencapaian tujuan pekerjaan secara kwalitatif,

kwantitatif serta waktu yang tepat.

b) Pengabdian mengandung maksud tertib adminstartif sebagai abdi

negara dalam pelaksanaan birokrasi pemerintah, yang sasaranya

adalah pembinaan disiplin kerja, untuk menumbuhkan dedikasi

terhadap maksud dan tujuan kerja dengan segala aspeknya.

c) Pengembangan ilmu mengandung unsur mendidik secara langsung

atau tidak langsung untuk membina/meningkatkan keahlian dan

keterampilan aparat yang terlibat dalam pekerjaan, sesuai dengan

bidang/profesinya masing-masing sehingga lebih berperan aktif dalam

pembangunan Nasional. Sasarannya adalah mendokumentasikan hasil

Page 18: BAB I PENDAHULUAN - bpsdm.pu.go.id fileTata Cara Pengawasan 1 BAB I PENDAHULUAN 1. Umum Tidak dapat disangkal bahwa pengawasan menempati peranan yang sangat penting dalam suatu organisasi

Tata Cara Pengawasan

18

pengawasan dan pengamatan proyek yang pada gilirannya dapat

dikembangkan dan diolah untuk pengembangan ilmu sehingga lebih

bermanfaat untuk mendayagunakan Sumber Daya Alam.

3. Peranan Pengawas dalam Manajemen

Posisi pengawas terletak antara dua pihak yang berbeda kepentingan, yaitu

pihak pemilik (owner) dan pihak pelaksana/kontraktor.

Tidak jarang dijumpai perbedaan pandangan dalam usaha memecahkan di

lapangan antara pihak pemilik dan pihak kontraktor sebagai Mitra Kerja

(organisasi), dalam keadaan seperti di atas kunci penyelesaian terletak pada

pemahaman peran seorang pengawas dalam menjalankan satu peran

manajemen, karena peranan pengawas dalam sistem manajemen proyek

secara keseluruhan adalah merupakan “ baji pengunci “, yaitu pada peran

pengendali menurut teori dasar manajemen.

4. Peranan Manajemen

Keberhasilan suatu pekerjaan akan sangat tergantung dari pada unsur

manusia, karena teori dasar manajemen sebagai alat untuk keberhasilan

suatu kerja pada hakekatnya adalah pengaturan unsur manusia yang antara

lain adalah

a) Perencanaan (Planing)

b) Pengorganisasian (Organizing)

c) Pelaksanaan (Actuating)

d) Pengendalian (Controlling)

Keempat unsur tersebut diatas adalah merupakan alat pembantu dalam

mencapai suatu tujuan.

4.1 Dalam hubungannya dengan pekerjaan pengawasan, maka

perencanaan terutama dimaksudkan pada persiapan kerja yang

menyangkut hubungan personalia dan lingkup kerjanya, sehingga

terwujudlah pembagian/tingkatan kerja. Perencanaan juga dapat

Page 19: BAB I PENDAHULUAN - bpsdm.pu.go.id fileTata Cara Pengawasan 1 BAB I PENDAHULUAN 1. Umum Tidak dapat disangkal bahwa pengawasan menempati peranan yang sangat penting dalam suatu organisasi

Tata Cara Pengawasan

19

diartikan sebagai persiapan-persiapan bekal pengetahuan pengawas

terhadap penguasaan fisik maupun administratif yang berhubungan

dengan pekerjaan, dan sasaran pengawasan yang melengkapi

pengawas dalam tugasnya.

4.2. Pengorganisasian pada hakekatnya adalah pengaturan tentang orang,

alat, tugas, dan tanggung jawab serta wewenang melalui kesatuan

organisasi, sehingga dicapai cara kerja yang lebih efisien dan praktis.

Tanpa suatu organisasi yang rapi dan teratur, maka jangkauan

pengawasan akan menjadi sulit dicapai dan pekerjaan akan

mengalami pemborosan.

4.3. Pelaksanaan pengawasan, adalah merupakan realisasi dari

perencanaan dan sistem pendelegasian wewenang yang ada.

Pola-pola kerja dan struktur organisasi akan menjadi teruji dalam

pelaksanaan tersebut.

4.4. Pengendalian adalah merupakan usaha untuk meluruskan apa yang

telah menjadi tanggung jawab/wewenang sehubungan dengan

adanya kemungkinan timbulnya kecenderungan

penyimpangan/hambatan dalam pelaksanaan

Maka dengan cara pembinaan, pendekatan-pendekatan persoalan

dapat diatasi.

Page 20: BAB I PENDAHULUAN - bpsdm.pu.go.id fileTata Cara Pengawasan 1 BAB I PENDAHULUAN 1. Umum Tidak dapat disangkal bahwa pengawasan menempati peranan yang sangat penting dalam suatu organisasi

Tata Cara Pengawasan

20

BAB V

KRITERIA PENGAWASAN

1. Unsur Pokok Proyek

1.1. Unsur Pekerjaan

a) Pekerjaan yang dimaksud adalah khusus untuk bidang konstruksi

pada proyek-proyek Bidang SDA di Indonesia yang dibiayai oleh

negara APBN atau APBD berdasarkan peraturan keuangan yang

berlaku.

b) Dalam skala ruang, proyek irigasi mempunyai 2 (dua) macam bentuk

bangunan:

i. Bentuk bangunan-bangunan Bidang SDA yang mempunyai

karakteristik ruang terbatas/setempat (statis).

ii. Bentuk saluran-saluran, yang mempunyai karakteristik ruang

tidak terbatas/meluas (dinamis).

c) Dalam bentuk prosedur pemberian pekerjaan, maka pelaksanaan

pekerjaan dapat dilakukan dengan 2 (dua) cara

i. Dengan cara swakelola, yaitu pekerjaan yang dilaksanakan

sendiri oleh aparat pemerintah di bawah instansi proyek irigasi

yang bersangkutan.

Pelaksana pekerjaan semacam ini pada umumnya tidak banyak

lagi dijumpai, kecuali pada pekerjaan-pekerjaan yang mempunyai

kekhususan tertentu. Namun demikian, yang banyak dijumpai

adalah merupakan bagian dari cara kontrak, atau juga pekerjaan

pemeliharaan.

ii. Dengan cara kontrak, yaitu pekerjaan yang dilaksanakan oleh

kontraktor melalui prosedur pelelangan/Surat Perintah Kerja, atau

penunjukan langsung sesuai dengan peraturan yang berlaku.

Dalam hal disebut kontrak maka bentuk penawarannya mengikat

dalam bentuk:

Page 21: BAB I PENDAHULUAN - bpsdm.pu.go.id fileTata Cara Pengawasan 1 BAB I PENDAHULUAN 1. Umum Tidak dapat disangkal bahwa pengawasan menempati peranan yang sangat penting dalam suatu organisasi

Tata Cara Pengawasan

21

- Kontrak lump sum, adalah pengajuan penawaran terhadap

sejumlah pekerjaan yang macam pekerjaan dan volumenya

sudah tertentu dengan total harga keseluruhan yang mengikat.

- Kontrak harga satuan (unit price), adalah pengajuan penawaran

atas dasar harga satuan pekerjaan, yang diperhitungkan

terhadap hasil/prestasi kerja yang dilakukan oleh Kontraktor

tersebut dengan harga yang mengikat.

d) Dalam bentuk tata cara pelaksanaannya maka pekerjaan dapat

dilakukan dengan 3 (tiga) cara:

i. Dengan menggunakan alat-alat besar, yaitu pada proyek-proyek

besar untuk mempercepat waktu pelaksanaannya.

ii. Dengan menggunakan tenaga manusia, yaitu terhadap pekerjaan

atau bagian-bagian pekerjaan yang memerlukan kerapihan atau

sulit dilakukan dengan alat-alat besar.

iii. Dengan cara mengkombinasikan kedua cara tersebut diatas, atas

pertimbangan memungkinkan dilakukan cara tersebut.

1.2. Unsur Pelaksana.

a) Pelaksana, dapat merupakan unsur pemerintah (aparat Pemimpin

Proyek dalam hal pelaksanaan swakeloa), ataupun unsur swasta

(Kontraktor, untuk perkerjaan kontrak).

b) Pelaksana adalah merupakan suatu susunan/struktur

penyelenggaraan pekerjaan, yang di dalamnya terdapat unsur

pimpinan dan unsur pekerja yang terikat dalam hubungan kerja.

c) Ada 3 (tiga) macam bentuk pelaksana dalam unsur swasta yakni :

i. Pelaksana Utama/main contractor, yaitu sebuah kontraktor yang

ditunjuk oleh pemimpin proyek melalui prosedur Pelelangan dan

Perintah Kerja dan penunjukan hubungan kerja; keduanya tertulis

dalam Kontrak Pemborongan, yang menyebutkan tugas dan

kewajiban masing-masing pihak dengan segala sangsi-sangsinya.

Page 22: BAB I PENDAHULUAN - bpsdm.pu.go.id fileTata Cara Pengawasan 1 BAB I PENDAHULUAN 1. Umum Tidak dapat disangkal bahwa pengawasan menempati peranan yang sangat penting dalam suatu organisasi

Tata Cara Pengawasan

22

ii. Sub Pelaksana/Sub Contractor, yaitu terjadi atas penujukan

Pelaksana Utama atas dasar petimbangan penawaran harga yang

diajukan oleh Sub Pelaksana tersebut. Penunjukan tersebut

hanya dapat dilakukan atas persetujuan Pemimpin Proyek atau

tertuang dalam Perjanjian Pemborongan tapi tidak mengikat

Pemimpin Proyek. Karenanya garis komando Pemimpin Proyek

terhadap Pelaksana Utama berlaku juga bagi Sub Pelaksana

Utama dalam hal tata kerja pelaksanaan saja, karena lingkup

pekerjaan yang menjadi tanggung jawab Pelaksana Utama juga

menjadi beban Sub Pelaksana.

iii. Pelaksana Bagian, yaitu terjadi atas penunjukan oleh Pelaksana

Utama atau Sub Pelaksanadan mandor borong. Penunjukan ini

tidak mengikat terhadap Pemimpin Proyek; karenanya pelaksana

bagian hanya mendapat komando dari Pelaksana Utama atau Sub

Pelaksana Koordinasi Pelaksana; bagian terhadap aparat

pemimpin proyek hanya terjadi dilapangan dalam bentuk

pembinaan.

1.3. Unsur Pengawas

a) Unsur Pengawas adalah pegawai atau petugas pemerintah yang

dimaksud dalam struktur organisasi proyek; dalam hal ini proyek-

proyek di bawah Direktorat Jenderal Pengairandan ditunjuk oleh

Pemimpin Proyek (sebagai kuasa pemerintah yang mewakili Pemilik

Proyek).

b) Sebagai unsur Pengawas juga dapat melibatkan, aparat dari instansi

lain atau perorangan, dalam rangka koordinasi terpadu untuk tujuan

yang sama. Tugas dan kewenangan Pengawas ini terbatas pada hal-

hal yang berkaitan dengan bidang yang ditanganinya. Misalnya

dengan unsur Pemerintah Daerah setempat, Dinas Pertanian

setempat atau dengan Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A) pada

kerjaan tersier dan sebagainya.

Page 23: BAB I PENDAHULUAN - bpsdm.pu.go.id fileTata Cara Pengawasan 1 BAB I PENDAHULUAN 1. Umum Tidak dapat disangkal bahwa pengawasan menempati peranan yang sangat penting dalam suatu organisasi

Tata Cara Pengawasan

23

c) Kecuali diatur lain dalam PO/DP, maka atas petimbangan khusus,

Pemimpin Proyek dapat menunjuk Badan Usaha lain / Konsultan

Perorangan untuk membantu mengadakan pengawasan terhadap

Tata Cara Pelaksanaan yang dilakukan oleh Pelaksana/Kontraktor,

tanpa mengurangi kewenangan pengawas sebagai aparat yang telah

ditunjuk mengawasi.

Ketentuan yang terbaru dalam hal ini haruslah disesuaikan dengan

ketentuan baru, termasuk UU, Kepres, dan ketentuan

Penyelenggaraan anggaran lainnya; dan tata cara pengawasan ini

hanya dimaksudkan untuk memberikan tuntunan bagi pengawas

dalam aspek-aspek teknis saja.

2. Tingkatan Kepengawasan

(Menurut ketentuan yang lalu; sehingga untuk kegiatan yang baru, harus

menyesuaikan ketentuan yang berlaku pula).

Struktur Organisasi ada 3 (tiga) tingkatan:

2.1. Tingkatan manajerial yaitu tingkat pimpinan yang menentukan

kebijaksanaan-kebijaksanaan proyek.

Jabatan pada tingkat Pimpinan:

i. Pemimpin Proyek dan Kepala Staf Proyek.

ii. Pemimpin Bagian Proyek / sebagai wakil pimpinan proyek

Pada tingkat ini, disamping menentukan kebijaksanaan dalam bidang

pengawasan, juga dalam bidang perencanaan, pembiayaan, dan

adminstrasi.

2.2. Tingkat pembantu pimpinan, yaitu staf/asisten pimpinan yang bertugas

membantu pimpinan mengambil keputusan dan menentukan

kebijaksanaan.

Jabatan pada tingkat pembantu pimpinan adalah staf:

i. Kepala Staf.

ii. Asisten dalam bidang teknik.

iii. Asisten dalam bidang administrasi dan keuangan.

iv. Asisten dalam bidang khusus dan sebagainya.

Page 24: BAB I PENDAHULUAN - bpsdm.pu.go.id fileTata Cara Pengawasan 1 BAB I PENDAHULUAN 1. Umum Tidak dapat disangkal bahwa pengawasan menempati peranan yang sangat penting dalam suatu organisasi

Tata Cara Pengawasan

24

Staf pada tingkatan ini biasanya bertugas membantu pimpinan dalam

bidang-bidang pengolahan intern untuk menetapkan kebijaksanaan dan

sebagainya.

2.3. Tingkat operasional pelaksanaan, yaitu tingkat di bawahnya yang

menjalankan kebijaksanaan-kebijaksanaan pimpinan, khususnya dalam

bidang Pengawasan Pelaksanaan. Dalam hal terakhir tersebut di atas

tingkatan kepengawasan terjadi atas dasar :

a) Luas daerah/lingkup kerja pengawasan.

b) Wujud atau bentuk pekerjaan.

c) Atau dapat juga berupa campuran keduanya.

Jabatan pada tingkat pelaksana operasional:

i. Kepala Direksi (Pengawas Utama).

ii. Pengawas Lapangan.

iii. Pengawas Pekerjaan.

Untuk jabatan ini lazim juga disebut Pengawas/Direksi.

3. Jabatan Dalam Struktur Organisasi Pengawasan

3.1. Pemimpin Proyek/Bagian Proyek.

Adalah merupakan koordinator dari bermacam kelompok

proyek/pekerjaan, yang banyaknya kelompok tergantung kebutuhan dari

lingkup kerjanya. Kelompok pekerjaan yang terjadi, karena beda macam

pekerjaannya (kadangkala bukan kategori pekerjaan irigasi saja) seperti

pekerjaan kantor induk proyek dan sarananya, pekerjaan pembangkit

tenaga listrik dan sebagainya.

Kelompok pekerjaan lainnya dapat terjadi karena luasnya daerah kerja

atau juga perpaduan antara luas dan macam pekerjaan.

Kelompok-kelompok pekerjaan tersebut dipimpin oleh seorang pemimpin

Proyek/Pemimpin Bagian Proyek, yang dibantu oleh seorang Kepala Staf

atau lebih beserta asistennya.

Page 25: BAB I PENDAHULUAN - bpsdm.pu.go.id fileTata Cara Pengawasan 1 BAB I PENDAHULUAN 1. Umum Tidak dapat disangkal bahwa pengawasan menempati peranan yang sangat penting dalam suatu organisasi

Tata Cara Pengawasan

25

3.2. Ketua Direksi / Pengawas Utama.

a) Kelompok-kelompok pekerjaan di bawah lingkup tertentu dengan

pertimbangan pengelompokan tertentu, yang masing-masing

pengawasannya dipimpin oleh seorang Ketua Direksi atau Pengawas

Utama.

b) Kepala Direksi tidak dapat berdiri sendiri dan penetapan Kepala

Direksi dikeluarkan melalui Surat Keputusan Pemimpin Proyek di

bawah garis komando Pemimpin Proyek/Pemimpin Bagian Proyek.

c) Dalam kepengawasan, Kepala Direksi merupakan unsur

kepemimpinan tertinggi, atau disebut pula Pengawas Utama/Kepala

Pengawasan.

3.3. Pengawas Lapangan.

a) Kelompok pekerjaan di bawah lingkup seperti tersebut dalam 3.3.2.

(1), terbagi atas unit-unit daerah kerja yang dibatasi oleh

lingkup/luas lingkup daerah kerjanya.

b) Unit-unit daerah kerja ini, masing-masing dipimpin oleh seorang

Pengawas Lapangan yang penetapannya diatur oleh Surat Keputusan

Pemimpin Proyek Induk/Peminpin Proyek atau juga oleh pemimpin

Sub Proyek atas pertimbangan jabatan struktural kepegawaian dan

referensi/kwalifikasi profesi.

c) Karena sifat jabatannya yang operasional di dalam kepengawasan

maka Pengawas Lapangan juga disebut sebagai Direksi Lapangan,

sehubungan dengan kedudukannya sebagai pembantu pengawas dari

Pemimpin Sub Proyek yang langsung terjun ke lapangan dan

berhubungan dengan pelaksana/kontraktor.

3.4. Pengawas Pekerjaan.

a) Pengawas Pekerjaan adalah orang yang secara langsung setiap

harinya mengadakan pengawasan di lapangan.

Jabatan Pengawas Pekerjaan merupakan jabatan terbawah dalam

struktur organisasi kepengawasan. Karenanya jabatan ini sangat

Page 26: BAB I PENDAHULUAN - bpsdm.pu.go.id fileTata Cara Pengawasan 1 BAB I PENDAHULUAN 1. Umum Tidak dapat disangkal bahwa pengawasan menempati peranan yang sangat penting dalam suatu organisasi

Tata Cara Pengawasan

26

dominan peranannya di lapangan dan rawan terhadap penyimpangan

dalam pelaksanaan kerja.

b) Karena sifatnya yang dominan dan rawan dalam kedudukannya,

maka perlu adanya pertimbangan khusus dalam penetapan

kwalifikasi seorang Pengawas Pekerjaan. Di samping latar belakang

pendidikan dan referensi keprofesian lainnya, juga perlu untuk

diketahui tentang pribadi Pengawas tehadap disiplin, dedikasi dan

loyalitas kerja.

c) Penetapan jabatan Pengawas Pekerjaan ditentukan melalui Surat

keputusan Pemimpin Proyek/Bagian Proyek.

d) Pengawas Pekerjaan terdiri dari beberapa orang pengawas yang

bertugas masing-masing sebagai :

i. Pengawas Konstruksi yaitu Pengawas yang mengawasi Tata Cara

Pelaksanaan Kerja dalam suatu konstruksi sesuai dengan

spesifikasi dan gambar-gambar pelaksanaan serta melaporkan

secara berkala (harian/mingguan), kepada atasannya.

ii. Pengawas Bagian, yaitu pengawas yang mengawasi bagian dari

pada suatu pekerjaan konstruksi, dan membuat data tentang

bagian yang diawasinya, untuk suatu keperluan pengecekan

(mutual check) penelitian dan dokumentasi yang pada gilirannya

dapat menjadi standarisasi di kemudian hari.

Pengawas Bagian ini antara lain Pengawas Ukuran, Pengawas

Pengujian Laboratorium, dan lain-lain.

e) Pengawas Pekerjaan yang juga memberikan usulan kebijaksanaan

bagi atasannya atas dasar petimbangan yang bukan saja secara

kwlitas/kwantitas tapi juga atas dasar relevansi dan estetika hasil

pekerjaan.

f) Perihal tugas kewajiban dan kewenangan masing-masing pengawas,

akan dituliskan secara terpisah pada pasal berikut ini.

Page 27: BAB I PENDAHULUAN - bpsdm.pu.go.id fileTata Cara Pengawasan 1 BAB I PENDAHULUAN 1. Umum Tidak dapat disangkal bahwa pengawasan menempati peranan yang sangat penting dalam suatu organisasi

Tata Cara Pengawasan

27

4. Lingkup Tugas dan Wewenang Pengawas.

4.1. Menurut Sifatnya Lingkup Tugas Pengawas mempunyai 3 (tiga) sifat

kepengawasan :

a. Sifat mendeteksi

a1. Status tanah tempat pekerjaan, hal ini sangat perlu bagi si

pengambil kebijaksanaan apakah diperlukan suatu tindakan.

a2. Fungsi hasil pekerjaan, yaitu suatu cara pengamatan untuk

mengetahui lebih awal akan berfungsi atau tidaknya hasil

pekerjaan kelak, sehingga perubahan-perubahan dapat dilakukan

sebelum pelaksanaan pekerjaan dimulai.

a3. Perlu dipertimbangkan aspek pemeliharaan yang praktis.

b. Sifat mengawasi yaitu semua tindakan pengawas yang mempunyai

tendensi pengawasan terhadap pekerjaan. Yaitu antara lain :

- Memeriksa bahan peralatan tenaga kerja.

- Memeriksa tata cara pelaksanaan kerja konstruksi.

- Memeriksa hasil pelaksanaan kerja.

- Memeriksa persiapan kerja/administrasi lapangan, (bedeng,

gambar, schedule dan lain-lain sebagainya).

c. Sifat mengendali yaitu tindakan pengawas yang mempunyai tendensi

pengendalian dengan cara pembinaan terhadap segala aspek yang

terjadi di lapangan , antara lain :

- Memberikan petunjuk tentang cara kerja yang benar.

- Melarang/menganjurkan tentang pengadaan bahan peralatan dan

tenaga kerja.

- Peringatan/teguran atas kesalahan-kesalahan.

- Memberikan laporan pekerjaan lapangan secara berkala.

- Mengadakan administrasi teknik dan pengarsipan.

Page 28: BAB I PENDAHULUAN - bpsdm.pu.go.id fileTata Cara Pengawasan 1 BAB I PENDAHULUAN 1. Umum Tidak dapat disangkal bahwa pengawasan menempati peranan yang sangat penting dalam suatu organisasi

Tata Cara Pengawasan

28

4.2. Menurut macamnya, tugas pengawas mempunyai 2 (dua) macam tugas

pengawasan:

a) Berbentuk tugas administratif, yaitu antara lain :

- Laporan tentang pelaksanaan kerja, cuaca, tenaga kerja, bahan

peralatan dan permasalahan di lapangan.

- Laporan tentang prestasi pekerjaan.

- Peringatan/tegoran, saran/anjuran.

- Perubahan syarat-syarat/gambar.

- Mengisi buku harian/buku tamu.

- Dokumentasi/Arsip dsb.

b) Berbentuk tugas teknik yaitu antara lain :

- Pengukuran/pengamatan/pengawasan/pengendalian.

- Penelitian dan lain sebagainya.

4.3. Menurut bentuknya tugas pengawas mempunyai 2 bentuk tugas

kepengawasan

a. Yaitu tugas yang berbentuk kewajiban yang dilakukan oleh seorang

pengawas pada setiap tingkatannya untuk dapat tercapainya misi

pengawasan tersebut.

b. Yaitu tugas yang berbentuk kewenangan, yang penggunaan

insidentilnya tergantung dari keadaan permasalahannya,

kewenangan ini juga diberikan kepada setiap pengawas menurut

porsi pada tingkatannya.

5. Tugas dan Wewenang Pengawas

5.1. Pengawas Pekerjaan.

a) Tugas Umum pengawas pekerjaan adalah memberikan bimbingan

teknis pekerjaan kepada pelaksana/pemborong agar pekerjaan

berjalan lancar sesuai yang direncanakan, antara lain dengan

membantu menyusun bagan waktu penyelesaian bagian pekerjaan

secara terperinci yang meliputi :

Page 29: BAB I PENDAHULUAN - bpsdm.pu.go.id fileTata Cara Pengawasan 1 BAB I PENDAHULUAN 1. Umum Tidak dapat disangkal bahwa pengawasan menempati peranan yang sangat penting dalam suatu organisasi

Tata Cara Pengawasan

29

- Rencana penyediaan bahan-bahan.

- Rencana penyediaan peralatan.

- Rencana pengerahan buruh.

- Rencana pelaksanaan pekerjaan.

b) Kewajiban Pengawas Pekerjaan melakukan pemeriksaan mutu

(quality control) dengan meneliti/memeriksa.

i. Bahan-bahan yang disediakan untuk pekerjaan oleh pemborong.

ii. Cara-cara pelaksanaan pekerjaan yang sedang dilaksanakan.

iii. Mutu hasil pekerjaan (tingkat pekerjaan).

iv. Pengawas Lapangan berkewajiban mengadakan pencatatan atas

segala kegiatan/kejadian sehari-hari dan mencantumkan dalam

Laporan Harian.

v. Laporan Harian terdiri atas dua bagian:

- Pencatatan rutin sehari-hari

- Pencatatan permasalahan dalam pelaksanaan yang tak dapat

diselesaikan; bersama-sama dengan pihak pemborong

(termasuk teguran-teguran).

vi. Pencatatan rutin memuat

- Keadaan cuaca

c) Terang/berawan.

d) Banjir (muka air banjir).

e) Hujan (besar/kecil, tinggi jatuh hujan).

- Buruh yang dikerahkan terbagi atas golongan buruh (buruh,

tukang, dsb).

- Penyediaan/penggunaan bahan-bahan.

- Penyediaan keadaan peralatan.

- Kemajuan pekerja menurut jenis-jenis pekerjaan.

Perkiraan kemajuan pekerjaan yang dihasilkan dalam sehari

dan jumlah akumulasinya, tidak mengikat secara administratif,

dan tidak dapat diartikan sebagai penerimaan pekerjaan.

Perkiraan ini hanya sebagai suatu alat untuk penjajagan

rencana penyelesaian dan sebagai bahan untuk penentuan

pembayaran termijn khusus pada pekerjaan dengan kontrak

Page 30: BAB I PENDAHULUAN - bpsdm.pu.go.id fileTata Cara Pengawasan 1 BAB I PENDAHULUAN 1. Umum Tidak dapat disangkal bahwa pengawasan menempati peranan yang sangat penting dalam suatu organisasi

Tata Cara Pengawasan

30

Unit Price dan kontrak-kontrak lump sump yang sukar

ditetapkan batas-batasnya.

vii. Dalam Laporan Harian Khusus yang ditandatangani Pengawas

dengan Pelaksana memuat permasalahan-permasalahan yaitu :

- Pelaksanaan yang menyimpang dari rencana dan syarat-

syarat

- Teguran-teguran dari pengawas Pekerjaan.

- Penolakan bahan-bahan yang disediakan.

- Keadaan lapangan / tanah dasar yang menyimpang dari yang

tercantum dalam gambar-gambar rencana.

viii. Laporan Harian ditandatangani kedua belah pihak pengawas

lapangan dan Pemborong counterpartnya dalam rangkap 4

(empat) dan dikirimkan kepada:

- Asli ke kantor Pengawas Utama/Kepala Direksi.

- Satu copy kepada Pengawas Lapangan.

- Satu copy kepada Pelaksana/Pemborong.

- Satu copy disimpan pada Pengawas Pekerjaan.

ix. Di samping laporan ini, di kantor pengawasan lapangan harus

disediakan Buku Perintah Harian yang mana pengawas-pengawas

atasan dapat menuliskan catatan/perintah-perintah maupun

teguran-teguran.

x. Membuat data tentang cara pelaksanaan pekerjaan.

c) Wewenang Pengawas Pekerjaan

i. Melarang penggunaan bahan-bahan yang menurut penelitiannya

tidak memenuhi syarat-syarat.

ii. Menegur pelaksana/pemborong bila menurut pendapatnya.

- Bahan-bahan yang tidak memenuhi syarat-syarat tetap

dipergunakan.

- Pemborong melaksanakan pekerjaan dengan cara yang tidak

tepat, atau menggunakan tenaga yang kurang ahli dalam

bidangnya hingga dikhawatirkan tidak akan dapat dicapai

hasil yang bermutu (low wokrmanship).

Page 31: BAB I PENDAHULUAN - bpsdm.pu.go.id fileTata Cara Pengawasan 1 BAB I PENDAHULUAN 1. Umum Tidak dapat disangkal bahwa pengawasan menempati peranan yang sangat penting dalam suatu organisasi

Tata Cara Pengawasan

31

- Pemborong tidak dapat memenuhi bagan waktu yang telah

disiapkan dalam hal :

- Penyediaan bahan-bahan.

- Penyediaan peralatan.

- Pengerahan buruh.

- Pelaksanaan Pekerjaan.

iii. Pengawas Lapangan tidak berhak untuk :

- Menghentikan pekerjaan.

- Mengadakan perubahan-perubahan baik dalam gambar

maupun dalam persyaratan-persyaratan teknis lainnya.

- Memerintahkan pekerjaan di luar lingkup kontrak.

5.2. Tugas dan Wewenang Pengawas Lapangan.

a) Tugas Umum Pengawas Lapangan adalah:

i. Mengusahakan akan kelancaran pelaksanaan seperti yang

direncanakan dan memberi bimbingan teknis pelaksanaan kepada

pelaksana/pemborong.

ii. Memimpin, membimbing, dan memberikan petunjuk-petunjuk

dan mengkoordinir pekerjaan pengawas oleh pengawas lapangan.

b) Pengawas Lapangan Berkewajiban:

i. Memberikan persetujuan untuk suatu bagian atau memulai suatu

tahap berikutnya dari suatu pekerjaan.

ii. Mengusahakan penyelesaian masalah-masalah yang tidak dapat

diselesaikan oleh Pengawas Pekerjaan sebagaimana dilaporkan

dalam Laporan Harian Khusus, dengan mengadakan :

- Penelitian atas apa yang dilaporkan oleh Pengawas Pekerjaan

tentang cara pelaksanaan dan hasil pelaksanaan.

- Penelitian keadaan lapangan dan keadaan tanah dasar yang

dilaporkan menyimpang dari apa yang dicantumkan dalam

gambar-gambar/nota-nota perencanaan.

- Pembicaraan-pembicaraan dengan pemborong.

iii. Didalam penyelesaian persoalan-persoalan tersebut di atas

Pengawas Lapangan berhak untuk :

Page 32: BAB I PENDAHULUAN - bpsdm.pu.go.id fileTata Cara Pengawasan 1 BAB I PENDAHULUAN 1. Umum Tidak dapat disangkal bahwa pengawasan menempati peranan yang sangat penting dalam suatu organisasi

Tata Cara Pengawasan

32

a) Menghentikan pekerjaan (untuk sementara sampai ada

keputusan tindak lanjut oleh Pengawas Utama).

- Yang menurut pendapatnya telah dikerjakan menyimpang

dari gambar-gambar rencana dan syarat-syarat teknisnya

tidak berhasil meyakinkan pemborong akan hal itu, dan

keharusan perbaikan cara-cara pelaksanaan, dan mungkin

pembongkaran pekerjaan atas tanggung jawab

pemborong.

- Didapatkan penyimpangan keadaan lapangan dan

keadaan tanah dasar, yang menurut pendapatnya

menuntut adanya perubahan-perubahan rencana yang

mengakibatkan perubahan dalam harga pekerjaan.

c) Kewajiban Pengukuran.

i. Pengawas wajib menentukan/memberikan titik-titik tetap/tinggi

untuk dipakai oleh pemborong sebagai dasar melakukan ”staking

out” pekerjaan.

ii. Pengawas Lapangan berkewajiban memeriksa dan memberikan

persetujuan ”staking out” yang telah dilakukan pemborong.

d) Kewajiban Teknis Administratif.

Dalam hal pekerjaan dilaksanakan dengan Kontrak Harga Satuan

(Unit Price) dengan cara pembayaran berkala dan pekerjaan dengan

kontrak lumpsump yang sukar ditetapkan batas tahap-tahap

pekerjaan yang jelas untuk penentuan persyaratan pembayaran

angsuran, pengawas lapangan berkewajiban menyiapkan Berita

Acara Pemeriksaan Teknis Pekerjaan untuk dasar pembayaran

angsuran, dengan memperhatikan / mempertimbangkan Laporan

Harian kemajuan pekerjaan, sebagai dasar penetapan prestasi kerja.

e) Kewajiban-kewajiban lain

i. Pengawas Lapangan berkewajiban membuat Laporan Berkala

yang jangka waktunya ditetapkan oleh Pemimpin Proyek

ii. Laporan Berkala memuat

- Hal-hal rutin yang bersifat akumulatif dan rekapitulatif dari

laporan-laporan harian rutin pengawas-pengawas lapangan.

Page 33: BAB I PENDAHULUAN - bpsdm.pu.go.id fileTata Cara Pengawasan 1 BAB I PENDAHULUAN 1. Umum Tidak dapat disangkal bahwa pengawasan menempati peranan yang sangat penting dalam suatu organisasi

Tata Cara Pengawasan

33

- Laporan khusus, atas masalah-masalah yang diajukan oleh

pengawas-pengawas pekerjaan yang telah dapat diselesaikan.

iii. Disamping Laporan Berkala Pengawas Lapangan berkewajiban

membuat Laporan insidentil/Sewaktu-waktu, yang dibuat setiap

kali diperlukan, atas masalah yang tidak dapat ditunda lagi.

- Masalah-masalah yang tidak dapat diselesaikan di tingkat

Pengawas Lapangan, tetapi menuntut penyelesaian

sementara, menunggu keputusan pengawas atasannya

(penghentian sementara).

iv. Membuat file tentang tata cara pelaksanaan kerja.

5.3. Tugas dan wewenang Kepala Direksi / Pengawas Utama.

a. Tugas umum.

i. Kepala Direksi / Wakil Kepala Direksi adalah tingkatan teratas

daipada aparat Pengawasan. Di dalamnya terkumpul keseluruhan

tanggung jawab pengawasan, baik teknis maupun administratif.

ii. Tetapi meskipun demikian, pada dasarnya menjalankan tugas-

tugasnya di samping menjaga dan mengusahakan kelancaran

pekerjaan, ia dibatasi oleh ketentuan di dalam Dokumen Surat

Perjanjian.

iii. Ia tidak berhak untuk mengubah ketentuan dan persyaratan

didalam Surat Perjanjian. Kewenangan penyimpangan atau

mengadakan perubahan hanya ada pada Pemimpin Proyek.

iv. Namun demikian Pengawas Utama adalah tingkatan teratas

daripada aparat pengawas. Pada tingkatan ini diadakan

penelaahan/pengolahan-pengolahan untuk menyiapkan syarat-

syarat kepada Pemimpin Proyek, untuk dipergunakan dalam

menentukan keputusan-keputusan.

v. Dalam penelaahan dan pengolahan ini, pengawas utama dibantu

oleh unit-unit proyek yang bersangkutan.

Page 34: BAB I PENDAHULUAN - bpsdm.pu.go.id fileTata Cara Pengawasan 1 BAB I PENDAHULUAN 1. Umum Tidak dapat disangkal bahwa pengawasan menempati peranan yang sangat penting dalam suatu organisasi

Tata Cara Pengawasan

34

b. Kewajiban Teknis.

i. Pengawasan Kwalitas.

- Pengawasan terhadap kwalitas pekerjaan, diserahkan kepada

pengawas lapangan ke bawah.

- Kepala Direksi memecahkan masalah-masalah teknis yang timbul

pada pengawasan kwalitas pekerjaan yang belum dapat

diselesaikan oleh Pengawas Lapangan dengan berpedoman pada

standar-standar atau peraturan yang ada, seperti :

- Semua Ketentuan UU, PP, NSPM yang berlaku (terbaru);

- Peraturan Beton Indonesia (PBI) 1971-NI-2.

- Peraturan Umum Bahan Bangunan Indonesia (PUBI) 1982.

- Peraturan Konstruksi Kayu Indonesia (PKKI) NI-5.

- PP – RI No. 23/1982 tentang Irigasi.

- PP – RI No. 22/1982 tentang Tata Peraturan Air.

- Pedoman Plambing Indonesia 1979.

- Dan lain-lain.

(Dalam hal ini perlu penyesuaian dan pemutakhiran rujukan

peraturan perundangan terkait).

ii. Perencanaan

- Perubahan-perubahan kecil pada gambar-gambar untuk

penyesuaian pelaksanaan yang tidak membawa akibat pada

harga pekerjaan.

- Perubahan-perubahan yang membawa akibat pada harga

perjanjian harus diajukan terlebih dahulu kepada Pemimpin

Proyek untuk persetujuan.

- Menguji dan menyetujui gambar-gambar kerja oleh

kontraktor.

iii. Pengawasan Kwantitas.

- Dalam hal pekerjaan, dilaksanakan atas dasar perjanjian Unit

Price. Pengukuran bersama (mutual check), baik sebelum

dimulai maupun setelah selesai pekerjaan, harus dilakukan

untuk menetapkan banyaknya pekerjaan yang sesungguhnya

dilaksanakan dengan mutu baik.

Page 35: BAB I PENDAHULUAN - bpsdm.pu.go.id fileTata Cara Pengawasan 1 BAB I PENDAHULUAN 1. Umum Tidak dapat disangkal bahwa pengawasan menempati peranan yang sangat penting dalam suatu organisasi

Tata Cara Pengawasan

35

- Pada pekerjaan Lump Sum titik-titik tetap/tinggi diberikan

oleh direksi. Pengukuran bersama pada akhir pekerjaan,

dilakukan untuk, - apakah telah diselesaikan sesuai dengan

gambar-gambar rencana (ukuran-ukuran elevasi, lereng

(slope), dan lain sebagainya).

iv. Pengendalian Rencana Waktu.

- Pengendalian dilakukan dengan penilaian atas kemajuan

pekerjaan sebagaimana dilaporkan secara berkala oleh

pengawas lapangan.

- Kelambatan-kelambatan harus secepat mungkin diketahui dan

dicari sebabnya. Penyebab ini harus disingkirkan atau dicari

penyelesaiannya pada tahap-tahap pelaksanaan berikutnya.

c. Kewajiban Administrasi.

i. Atas dasar Laporan Pemeriksa Teknis oleh Pengawas Lapangan,

kepala Direksi membuat dan menandatangani berita acara baik

untuk pembayaran angsuran maupun untuk pembayaran dan

penerimaan pertama pekerjaan. Setelah diadakan ”Mutual Check”.

ii. Pada pembayaran angsuran, banyaknya pekerjaan yang

ditentukan dengan memperhatikan laporan kemajuan pekerjaan

di dalam Laporan Harian/Berkala.

iii. Pembayaran penerimaan pertama atau terakhir, dilakukan atas

dasar hasil Pengukuran Bersama.

iv. Harus terus menerus mengadakan pengendalian atas

pembiayaan pekerjaan (terutama pada pekerjaan dengan

perjanjian harga satuan).

Page 36: BAB I PENDAHULUAN - bpsdm.pu.go.id fileTata Cara Pengawasan 1 BAB I PENDAHULUAN 1. Umum Tidak dapat disangkal bahwa pengawasan menempati peranan yang sangat penting dalam suatu organisasi

Tata Cara Pengawasan

36

(CONTOH POLA ORGANISASI PROYEK LAMA, YANG PADA PERINSIPNYA MASIH

ADA YANG RELEVAN DALAM PRINSIP DASARNYA DENGAN KONDISI SEKARANG –

DENGAN SEDIRINYA STRUKTUR DAN STRATA PENGAWASAN HARUS DISESUAIKAN

DENGAN KETENTUAN TERBARU)

KETERANGAN :

*) - Proyek Pola I terdiri sebanyak-banyaknya 3 (tiga) Asisten.

- Setiap Asisten terdiri sebanyak-banyaknya 3 (tiga) Urusan.

- Ditetapkan ada I (satu) Bendahara Proyek.

*) - Jumlah Pelaksana Pengawas Lapangan ditetapkan menurut kebutuhan.

- Pelaksana apabila pekerja swakelola.

- Pengawas lapangan apabila pekerjaan diborongkan.

PEMIMPIN PROYEK

BENDAHARA ASISTEN

PELAKSANA/PENGAWASLAPANGAN

POLA : I

Page 37: BAB I PENDAHULUAN - bpsdm.pu.go.id fileTata Cara Pengawasan 1 BAB I PENDAHULUAN 1. Umum Tidak dapat disangkal bahwa pengawasan menempati peranan yang sangat penting dalam suatu organisasi

Tata Cara Pengawasan

37

SKEMA UMUM ORGANISASI KEPENGAWASAN PROYEK

Penjelasan :

- Skema Organisasi Kepengawasan Proyek ini Merupakan Sistimatis Umum

Kepengawasan, dan dapat dipergunakan semua proyek bidang SDA khususnya

untuk proyek kontrak lokal.

PEMIMPIN PROYEK INDUK/PEMIMPIN PROYEK/PEMIMPIN BAGIAN PROYEK

SUB PROYEK /PENGAWAS UTAMA KEPALA STAF& ASISTEN

PENGAWAS LAPANGANASISTEN-ASISTEN

KEPALA URUSAN

PENGAWASPEKERJAAN

Page 38: BAB I PENDAHULUAN - bpsdm.pu.go.id fileTata Cara Pengawasan 1 BAB I PENDAHULUAN 1. Umum Tidak dapat disangkal bahwa pengawasan menempati peranan yang sangat penting dalam suatu organisasi

Tata Cara Pengawasan

38

HUBUNGAN : Kedudukan Pejabat dalam organisasiproyek dan fungsinya dalampengawas pekerjaan

PROYEK

SERBAGUNA

JATILUHUR

PROYEK-PROYEK KHUSUS IRIGASI

PROYEK-PROYEK

PADA P.U

PROPINSI

PEMILIK

PROYEK

PEMIMPIN

PROYEK

INDUK

PEMIMPIN

PROYEK

PEMIMPIN

PROYEK

PEMIMPIN

PROYEK

PEMIMPIN

PROYEK / KDPU

KEPALA

DIREKSI

PEMIMPIN

BAGIAN

PROYEK

WAKIL

PEMIMPIN

PROYEK

PENGAWAS

LAPANGAN

SITE

MANAGER

KEPALA WILAYAH

x)

/ DPUP / SEKSI

xx)

WAKIL

KEPALA

DIREKSI

PEMIMPIN

SUB.

PROYEK

PENGAWAS

UTAMA

PENGAWAS

DAERAH

PENGAWAS

DAERAH

PENGAWAS

LAPANGAN

PENGAWAS

LAPANGAN

PENGAWAS

LAPANGANKEPALA SEKSI

PENGAWAS

LAPANGAN

PENGAWAS

PEKERJAAN

PENGAWAS

PEKERJAAN

PENGAWAS

PEKERJAAN

PENGAWAS

PEKERJAAN

PENGAWAS

LAPANGAN

Keterangan : Garis-garis mendatar hanya memisahkan

tingkat-tingkat pengawas tidak eselon-eselon

dalam organisasi proyek.

x). di Pulau Jawa

xx). di luar Pulau Jawa

Page 39: BAB I PENDAHULUAN - bpsdm.pu.go.id fileTata Cara Pengawasan 1 BAB I PENDAHULUAN 1. Umum Tidak dapat disangkal bahwa pengawasan menempati peranan yang sangat penting dalam suatu organisasi

Tata Cara Pengawasan

39

BAB VI

KONSEP PENGAWASAN

1. Batasan

Pengawasan yang dimaksud adalah pengawasan terhadap pelaksanaan

konstruksi yang telah selesai perencanaannya; sasaran pengawasan adalah

pengawasan fisik administrasi teknik.

Seorang Pengawas harus mengetahui dan menguasai berbagai aspek, seperti

aspek-aspek Perencanaan, Pelaksanaan, dan Administrasi Teknik.

Keberhasilan pengawasan akan tercapai dengan baik kalau hasil-hasil yang

dicapai memenuhi kriteria tersebut maka seorang pengawas haruslah

mengetahui / menguasai semua aspek dalam proses pencapaian hasil akhir.

2. Penguasaan Terhadap Aspek-aspek Perencanaan

2.1. Penguasaan terhadap gambar/ desain

a. Lokasi dan situasi.

b. Rencana bentuk / konstruksi.

c. Detail konstruksi.

d. Dan tolok ukur pekerjaan.

2.2. Jadwal Pelaksanaan (Time Schedule).

a. Lama waktu pelaksanaan tiap bagian pekerjaan.

b. Jumlah dan macam kegiatan kerja per-minggu.

c. Pengadaan tenaga kerja dan peralatan bahan yang akan dipakai.

d. Target perstasi per-minggu.

2.3. Syarat-syarat Teknik (Spesifikasi Teknik)

a. Syarat-syarat bahan.

b. Standar-standar yang digunakan.

c. Perawatan bahan-bahan.

Page 40: BAB I PENDAHULUAN - bpsdm.pu.go.id fileTata Cara Pengawasan 1 BAB I PENDAHULUAN 1. Umum Tidak dapat disangkal bahwa pengawasan menempati peranan yang sangat penting dalam suatu organisasi

Tata Cara Pengawasan

40

2.4. Laporan teknik / Analisis teknik

a. Rencana penggunaan alat tenaga dan bahan (Technical Analysis).

b. Metode Pelaksanaan (Construction Method) dan alternatif-

alternatifnya sesuai perkembangan pelaksanaan di lapangan.

2.5. Uraian Tugas-tugas (Job Description)

a. Tugas-tugas pengawas (tugas, wewenang dan tanggung jawab).

b. Koordinasi Vertikal dan Horizontal (hubungan antar semua aparat

yang terlibat dalam pelaksanaan pekerjaan).

3. Penguasaan Terhadap Aspek-aspek Pelaksanaan

3.1. Pengenalan medan

Dari gambar-gambar situasi diperoleh gambaran medan dari proyek yang

akan dilaksanakan.

Peninjauan/pengamatan di lokasi untuk mengetahui sejak awal

kenyataan medan yang sebenarnya, sehingga bila ada perubahan-

perubahan/koreksi dapat secepatnya diperbaiki sebelum SPK/SPL

diteruskan kepada kontraktor. Di samping itu pengenalan medan juga

diperlukan untuk memberikan saran-saran kepada pelaksana/kontraktor

serta langkah-langkah yang diperlukan bila terjadi hambatan.

3.2. Tata cara pelaksanaan kerja.

Di samping telah diatur dalam spesifikasi teknik / bestek, pengawas juga

harus dibekali untuk menguasai tata cara pelaksanaan kerja seperti

dalam buku yang disusun oleh Unit kerja yang kompeten di lingkungan

Departemen PU. Buku tersebut diperlukan sehubungan dengan

pemakaian alat-alat bantu yang dipergunakan dalam pelaksanaan.

3.3. Buku-buku Standar/Normalisasi.

Pengawas harus memiliki buku-buku Standar/Normalisasi serta

memahami isi buku tersebut.

Page 41: BAB I PENDAHULUAN - bpsdm.pu.go.id fileTata Cara Pengawasan 1 BAB I PENDAHULUAN 1. Umum Tidak dapat disangkal bahwa pengawasan menempati peranan yang sangat penting dalam suatu organisasi

Tata Cara Pengawasan

41

Buku ini memuat tentang persyaratan bahan (material) dan konstruksi.

Buku ini diperlukan sebagai buku pegangan toleransi kualitas bahan dan

konstruksi.

Contoh batas-batas toleransi dapat dilihat pada BAB. IV.

3.4. Alat-alat Pengujian dan Penelitian.

a. Alat-alat Penguji dan Penelitian adalah sarana untuk membantu

pengawas melaksanakan tugas seperti :

- Alat-alat Laboratorium.

- Alat-alat ukur (Theodolit, waterpas, pita ukur, dan lain-lain).

b. Pengawas dan Pelaksana harus mengetahui/mengenal alat-alat yang

akan dipakai serta tahu betul penggunaannya.

c. Pengujian dan Pengukuran dilaksanakan oleh Pelaksana bersama-

sama dengan Pengawas.

d. Penyimpangan yang terjadi harus segera diperbaiki, agar tidak

menghambat pelaksanaan selanjutnya.

3.5. Koordinasi Manajemen Keluar dan Kedalam.

a. Koordinasi kedalam (intern) dalam suatu tim Direksi harus berjalan

baik agar tidak menimbulkan gap atau persaingan yang tidak sehat

yang pada akhirnya dapat menghambat jalannya proyek.

b. Koordinasi dengan Pelaksana (Kontraktor).

Hubungan yang serasi atau kerja sama yang baik antara Pengawas

dan Pelaksana (Kontraktor) sangat berperan untuk kelancaran

pelaksanaan pekerjaan.

Pengawas sebagai Direksi berkewajiban secara moril membantu

Pelaksana menjalankan tugasnya.

c. Kordinasi keluar selain kepada kontraktor juga kepada aparat

pemerintah setempat. Komunikasi yang baik antara Direksi dan

Aparat Pemerintah dapat memperlancar pelaksanaan pekerjaan-

pekerjaan yang langsung berhubungan/dimanfaatkan oleh

masyarakat seperti:

Page 42: BAB I PENDAHULUAN - bpsdm.pu.go.id fileTata Cara Pengawasan 1 BAB I PENDAHULUAN 1. Umum Tidak dapat disangkal bahwa pengawasan menempati peranan yang sangat penting dalam suatu organisasi

Tata Cara Pengawasan

42

Pekerjaan saluran tersier, bangunan bendung, bangunan bagi, dan

lain sebagainya. Selain itu pengawas dapat memberikan pengarahan

dan motivasi kepada pemakai air dalam hal pentingnya usaha

memelihara dan menjaga hasil pembangunan itu sendiri.

4. Penguasaan Terhadap Aspek Administrasi Teknik

Seperti tersimpul dalam Bab I tentang kerangka penyusunan buku ini,

kepengawasan mempunyai arti pengawasan dan pelaksanaan pengendalian.

Maka penguasaan terhadap aspek administrasi teknik merupakan bagian dari

pelaksanaan pengendalian yang bersifat kearsipan (file).

Kegiatan administrasi teknik antara lain :

a. Pengamatan dan pencatatan.

b. Laporan berkala proyek. (lihat lampiran)

c. Berita Acara. (lihat lampiran)

d. Tata cara peneguran. (lihat butir 5.4.)

Page 43: BAB I PENDAHULUAN - bpsdm.pu.go.id fileTata Cara Pengawasan 1 BAB I PENDAHULUAN 1. Umum Tidak dapat disangkal bahwa pengawasan menempati peranan yang sangat penting dalam suatu organisasi

Tata Cara Pengawasan

43

BAB VII

PELAKSANAAN PENGAWASAN

1. Persiapan Pengawas

Setelah Pelaksana (Kontraktor) menerima Surat Perintah Kerja, Pengawas

sudah memulai tugasnya dengan persiapan.

Untuk pelaksanaan tugas pengawasan, diperlukan :

1) Gambar kerja dan Bestek / spesifikasi teknik dan syarat-syarat

pelaksanaan.

2) Alat ukur (meteran, theodolit, dan water pass).

3) Buku catatan harian.

4) Buku blanko laporan harian proyek.

5) Blanko daftar simak (check list).

6) Buku-buku standar dan peraturan-peraturan yang berlaku.

7) Laporan-laporan hasil penyelidikan (geologi teknik, percobaan model, dan

lain-lain).

Perlengkapan ini merupakan sarana bagi pengawas untuk menjalankan tugas

pengawasan pelaksanaan pekerjaan.

2. Pengawasan dan pemeriksaan Pekerjaan

Pengawas melaksanakan pengawasan dan pemeriksaan untuk semua tahapan

pelaksanaan pekerjaan.

2.1. Tahap persiapan sarana dan lain-lain:

1) Jalan masuk / jalan sementara ke lokasi pekerjaan

2) Pembuatan :

- Kantor proyek di lapangan.

- Pemondokan kerja.

- Gudang penyimpanan Bahan/Peralatan.

3) Pengerahan tenaga kerja dan peralatan.

4) Metode pelaksanaan (Construction Method).

Page 44: BAB I PENDAHULUAN - bpsdm.pu.go.id fileTata Cara Pengawasan 1 BAB I PENDAHULUAN 1. Umum Tidak dapat disangkal bahwa pengawasan menempati peranan yang sangat penting dalam suatu organisasi

Tata Cara Pengawasan

44

5) Gambar-gambar kerja terinci (detail) yang akan diajukan kontraktor.

6) Rencana penyediaan bahan-bahan.

2.2. Tahap pelaksanaan fisik:

1) Penentuan/pembuatan:

i. Sumbu dan peil tetap.

ii. Palang-palang pembantu (Bow Plank).

2) Model penimbunan dan pemadatan (trial embankment).

3) Model-model campuran beton (mixed design).

4) Cara pelaksanaan sesuai dengan metode pelaksanaan yang disetujui.

5) Dokumentasi harian yang berisikan:

i. Laporan kegiatan.

ii. Laporan pemakaian tenaga kerja.

iii. Laporan pemakaian alat.

iv. Laporan pemasukan bahan.

v. Laporan hasil-hasil yang dipakai.

vi. Laporan adanya temuan-temuan mengenai penyimpangan dari

bestek serta penanganannya.

vii. Adanya perubahan-perubahan dari gambar kerja.

viii. Lain-lain yang ada hubungannya dengan pekerjaan.

3. Evaluasi Hasil Pekerjaan

Pada setiap penyelesaian bagian bagian-bagian harus diadakan evaluasi hasil

pelaksanaan. Kalau terjadi penyimpangan yang melampaui batas-batas

toleransi, harus diperbaiki, kalau perlu dibongkar dan dibuat kembali.

Selanjutnya cara-cara pengevaluasi lihat pada Bab VI :

“ PENGENDALIAN PELAKSANAAN “.

4. Tata Cara Peneguran

4.1. Penyimpangan.

Peneguran dilakukan kepada pelaksana, kalau terjadi penyimpangan dari

ketentuan-ketentuan yang ada.

Page 45: BAB I PENDAHULUAN - bpsdm.pu.go.id fileTata Cara Pengawasan 1 BAB I PENDAHULUAN 1. Umum Tidak dapat disangkal bahwa pengawasan menempati peranan yang sangat penting dalam suatu organisasi

Tata Cara Pengawasan

45

Ketentuan yang ada ialah :

1) Bestek dan standar-standar/spesifikasi teknik.

2) Metode kerja yang telah ditentukan.

3) Kegagalan pencapaian target menurut jadwal.

4.2. Tingkat Peneguran

a) Peneguran melalui Buku Harian Proyek.

Peneguran ini dibuat kalau :

1. Cara-cara yang dilakuakan oleh pelaksana diragukan akan

berhasil baik.

2. Penyimpangan yang terjadi belum dianggap dapat menimbulkan

resiko terhadap hasil akhir pekerjaan.

3. Produksi yang dicapai pelaksana masih dapt ditingkatkan, walau

sudah mencapai target.

4. Disiplin para pekerja yang dapat mengganggu lancarnya

pelaksanaan pekerjaan.

b) Peneguran dengan syarat, dan mengirimkan tembusannya kepada

atasan:

i. Pelaksanaan tidak tanggap terhadap isi buku harian.

ii. Penyimpangan terlalu jauh dari ketentuan yang ada.

iii. Pengawas meragukan kemampuan pelaksana akan dapat

menjalankan tugasnya dengan baik.

c) Peneguran surat oleh Pemimpin Proyek dengan menyebut sangsi-

sangsi yang tertuang dalam Surat Perjanjian Kerja.

Teguran ini bertahap :

Teguran I : - Sifatnya memperingatkan

Teguran II : - Sifatnya mempertegas peringatan I dan ancaman

dengan sangsi-sangsi.

Teguran III : - Setelah teguran I dan teguran II tidak berhasil,

teguran III adalah pelaksanaan (eksekusi) dari

sangsi-sangsi dalam kontrak.

Page 46: BAB I PENDAHULUAN - bpsdm.pu.go.id fileTata Cara Pengawasan 1 BAB I PENDAHULUAN 1. Umum Tidak dapat disangkal bahwa pengawasan menempati peranan yang sangat penting dalam suatu organisasi

Tata Cara Pengawasan

46

5. Tahapan Pelaksanaan Pengawasan

5.1. Perlengkapan dan Peralatan

Pengawas harus memeriksa bahwa alat-alat yang tersebut di bawah ini

tersedia di tempat pekerjaan atau pengawas harus tahu di mana alat-

alat itu bisa didapat kalau perlu.

1) Pita ukuran 5 meter.

2) Alat Sipat Datar (Waterpas).

3) Unting-unting.

4) Tali benang.

5) Semua titik tetap yang mendampingi pekerjaan.

6) Gambar-gambar yang paling akhir untuk pekerjaan yang diawasi

dengan semua perubahan.

7) Peralatan lain yang perlu dan dicatat dalam pasal lain di daftar simak

(check list) ini.

Catatan : Harus dibawa selalu: buku catatan lapangan dan pensil

(ballpen) untuk keperluan pencatatan dan perhitungan.

5.2. ”Stake Out” (Uitset)

a. ”Stake Out” (Uitset) biasanya merupakan tanggung jawab dari

pemborong akan tetapi ”Stake Out” (Uitset) dari pemborong perlu

diperiksa dan dilihat apakah sesuai dengan gambar.

Perlengkapan dan peralatan tersebut di bawah harus diadakan selain

dari perlengkapan dan peralatan yang disebutkan di pasal 5.5.1.

1) Buku lapangan/buku sipat datar dari pemborong

2) Alat sipat datar

3) Theodolit kaki-tiga dan mistar jarak.

4) Pita ukur baja sepanjang 30 meter dan kawat tancap.

b. ”Stake Out” (Uitset) Utama.

Pekerjaan ini merupakan pemeriksaan titik tetap duga sementara,

tempat- tempat pekerjaan, bangunan-bangunan dan lain-lain serta

peletakan garis tengah saluran-saluran, jalanan-jalanan, dan lain-lain.

Periksalah dan lihat supaya :

Page 47: BAB I PENDAHULUAN - bpsdm.pu.go.id fileTata Cara Pengawasan 1 BAB I PENDAHULUAN 1. Umum Tidak dapat disangkal bahwa pengawasan menempati peranan yang sangat penting dalam suatu organisasi

Tata Cara Pengawasan

47

1) Alat yang dipakai sudah disesuaikan.

2) Bidik belakang diambil darii titik tetap duga yang betul, (gambar

5.5.2.d).

3) ”Level run” telah menutup dan mengecek kembali titik tetap

pulang- pergi dalam jarak nilai yang dapat diterima.

4) Pengukuran jarak dilakukan dengan prosedur-prosedur yang

betul seperti :

- Pemakaian kawat tancap atau ”marking pins”, unting-unting,

mistar-jarak.

- Pita dipegang mendatar dengan penarikan yang perlu.

- Jarak diukur kembali sampai tempat permulaan dan salah-

tutup adalah jarak-nilai yang dapat diterima.

5) Semua titik bantu yang akan dipakai untuk ”stake out” yang lebih

terperinci sudah dipasang di tanah dan terbuat dari beton,

lengkap dengan paku atau jarum besi tandai titik yang tepat.

6) Piket yang dipakai untuk pembangunan sudah diberi kode warna

(misalnya, merah untuk garis tengah, hijau untuk titik tinggi, dan

lain-lain (gambar 5.5.2.a)).

7) Di mana alat berat akan dipakai, piket-piket yang penting sudah

diikatkan pada titik-titik bantu.

c. ”Stake Out” (Uitset) terperinci.

Pekerjaan ini merupakan ”stake out” (Uitset) dari profil, papan bidik,

bangunan-bangunan, dan lain-lain, (gambar 5.5.2. b dan c)

Periksalah :

1) Ketinggian piket yang akan dipakai sebagai bidik belakang,

(gambar 5.5.2. d).

2) Piket tidak diganggu.

3) Papan bidik mendatar yang mempunyai level, serta nilai jarak

ukur rantai yang dicat dari titik garis tengah yang ditandai.

4) Papan bidik dipaku ke tiang-tiang pancang yang tegar.

5) Papan-papan lereng yang curam serta profil-profil dibuat dengan

bentuk yang betul dan dipasang di tempat-tempat berdasarkan

gambar.

Page 48: BAB I PENDAHULUAN - bpsdm.pu.go.id fileTata Cara Pengawasan 1 BAB I PENDAHULUAN 1. Umum Tidak dapat disangkal bahwa pengawasan menempati peranan yang sangat penting dalam suatu organisasi

Tata Cara Pengawasan

48

6) Pemborong menyediakan mistar-T dengan panjang yang benar

dan ujung dicat.

7) Piket-piket untuk penggalian ”stake out” (uitset) adalah simetris

dari garis tengah dan dipasang di belakang dari batas penggalian.

8) Semua piket untuk stake mempunyai paku di atas supaya tali

benang direntangkan sepanjang garis pembangunan.

9) Semua ukuran dan perhitungan diperiksa kembali.

5.3. Pekerjaan Tanah

Pekerjaan tanah mencakup kegiatan-kegiatan dari penggalian saluran-

saluran atau parit-parit sederhana yang memerlukan pengawasan yang

tidak terlalu ketat sampai dengan pembangunan bendungan-bendungan

dengan urugan tanah yang memerlukan pengawasan ketat.

Perlengkapan dan peralatan yang perlu untuk mengawasi pekerjaan

tanah sama dengan yang diperinci pada pasal 5.5.1.

a. Penggalian Saluran/Kanal.

Periksalah

1) Penampang melintang, profil dan kemiringan galian, betul dan

lurus, sesuai dengan garis-garis kemiringan yang diperlihatkan

pada gambar. Bila ada penyimpangan maka penyimpangan

tersebut masih dalam batas toleransi (hal yang diizinkan) yang

tercantum dalam spesifikasi.

2) Bahan hasil galian ditaruh ditempat yang tepat sehingga nantinya

tidak perlu dipindah-pindah lagi (gambar 5.5.3. b dan c).

3) Bila penimbunan diperlukan untuk lereng, bahan-bahan timbunan

dihampar secara horisontal dan dipadatkan lapis demi lapis

dengan ketebalan yang telah disetujui (biasanya tidak lebih dari

15 cm), - lihat gambar 5.5.3. d - lalu dipadatkan dengan mesin

gilas atau mesin stamper lereng sebagaimana harusnya;

kemudian dikepras.

4) Semua akar, tunggul, dan barang-barang yang tidak perlu

dipindahkan dari dasar dan tebing.

Page 49: BAB I PENDAHULUAN - bpsdm.pu.go.id fileTata Cara Pengawasan 1 BAB I PENDAHULUAN 1. Umum Tidak dapat disangkal bahwa pengawasan menempati peranan yang sangat penting dalam suatu organisasi

Tata Cara Pengawasan

49

5) Gebalan rumput - agar sesuai dengan spesifikasi, dan disiram

secara periodik di musim kemarau.

b. Konstruksi Urugan Tanah dan Pemadatan (Embankment).

Pekerjaan ini mencakup semua pekerjaan pengurugan tanah seperti

saluran jalanan, tanggul pengaman pendekatan jembatan (bridges

approaches) dan lain-lain. Pekerjaan ini meliputi penghamparan

bahan-bahan urugan yang diambil dari penggalian saluran

penggalian bangunan ”side borrow”, ” borrow-haul ”.Pembentukan

urugan tanah sesuai dengan gambar (memperbaiki sifat kelengasan),

dan kemudian pemadatan bahan tersebut sampai derajat padat yang

sesuai dengan ketentuan yang tercantum dalam spesifikasi.

Untuk melaksanakan pengawasan pekerjaan tersebut di atas, para

pengawas perlu memeriksa hal-hal tersebut di bawah ini.

- Semua bahan urugan yang telah dipadatkan telah dibuat dalam

perletakan lereng dan dimensi yang sesuai dengan gambar.

- Penggalian tanah agar dilakukan sesuai dengan perletakan yang

dikehendaki sehingga memungkinkan dilakukan pengukuran teliti.

Kontraktor tidak diperkenankan menggali lebih dalam dari duga

permukaan galian yang telah disetujui pengawas. Agar dibuat

saluran pengeringan secukupnya pada lubang-lubang bekas

galian.

- Penghamparan baru boleh dimulai bila semua rumput, kotoran,

humus, dan akar-akar telah dibuang dari rencana tempat urugan.

- Contoh (sample) bahan urugan yang telah disetujui tersedia di

tempat pekerjaan sebagai referensi.

- Contoh bahan urugan dihampar dalam lapisan-lapisan horisontal

selebar konstruksi urugan dan untuk setiap lapis setebal kurang

dari 15 cm setelah dipadatkan.

- Penghamparan lapisan berikutnya hanya boleh dilakukan setelah

lapis terdahulu dipadatkan dan dipotong sesuai dengan

persentase kepadatan dan ukuran serta bentuk yang dikehendaki.

- Dibuat catatan mengenai macam alat pemadatan dan jumlah

lintasan yang diperlukan.

Page 50: BAB I PENDAHULUAN - bpsdm.pu.go.id fileTata Cara Pengawasan 1 BAB I PENDAHULUAN 1. Umum Tidak dapat disangkal bahwa pengawasan menempati peranan yang sangat penting dalam suatu organisasi

Tata Cara Pengawasan

50

5.4. a. Persiapan untuk beton tumbuk (screed concrete)

Periksalah:

1) Bila ada lubang galian berair maka perlu dikeringkan sebelum

dilakukan pengecoran.

2) Dasar pondasi harus berada di tempat yang kuat.

3) Lubang galian harus tepat ukuran maupun duga dasarnya.

4) Catatan harus kokoh dan dipegang erat oleh tiang-tiang yang

dipukul masuk dalam-dalam ke dalam tanah.

5) Pemborong mempunyai pola (maal) siap untuk dipakai.

6) Pengawas menyetujui bahan batuan kasar/halus.

7) Pengawas menyetujui mutu air yang dipakai.

8) Pengawas menyetujui mutu semen.

9) Pengawas menyetujui ukuran penakar untuk volumenya maupun

bentuknya.

10) Pengawas mengecek mesin aduk beton untuk kebersihan dan

kesiapan operasinya.

11) Metode yang diusulkan untuk mengangkut beton bisa diterima.

12) Pengawas menyetujui metode yang diusulkan untuk mengecor

beton.

b. Penuangan dan penyelesaian beton tumbuk

Periksalah pada waktu menuangkan beton :

1) Lubang galian supaya kering.

2) Banyaknya campuran bahan batuan kasar dan batuan halus,

semen, dan air yang tepat sesuai dengan spesifikasinya.

3) Mutu beton pada waktu keluar dari mesin aduk telah tampak baik

(betul).

4) Beton diangkut sesuai dengan usul yang disetujui.

5) Usul penuangan sesuai dengan yang disetujui.

6) Bila beton tumbuk mempunyai permukaan yang datar,

penyelesaian dibuat hanya dengan garis kayu saja dan bukan

dengan sendok adukan.

Page 51: BAB I PENDAHULUAN - bpsdm.pu.go.id fileTata Cara Pengawasan 1 BAB I PENDAHULUAN 1. Umum Tidak dapat disangkal bahwa pengawasan menempati peranan yang sangat penting dalam suatu organisasi

Tata Cara Pengawasan

51

7) Penggaris kayu sebagai alat perata permukaan tidak aus pada

ujungnya.

8) Setelah selesai pekerjaan tidak ada tempat yang rendah yang

menjadi kantong air/genangan air.

c. Pekerjaan Cetakan

Periksalah:

1) Bahan bangunan untuk cetakan (kayu, besi, dan lain-lain) seperti

yang disetujui pengawas.

2) Semua bahan yang dipakai untuk cetakan adalah utuh.

3) Tebal minimum untuk acuan.

- papan 20 mm

- multiplex 12 mm

4) Semua cetakan harus tepat dan datar.

5) Penempatan garis vertikal dan horisontal harus tepat.

6) Usul penuangan sesuai dengan yang disetujui.

7) Bila beton tumbuk mempunyai permukaan yang datar,

penyelesaian dibuat hanya dengan penggaris kayu saja dan

bukan dengan sendok adukan, (gambar 5.4.4. a & b).

8) Penggaris kayu tidak aus pada ujungnya.

9) Selesai pekerjaan tidak ada tempat yang rendah yang menjadi

kantong air / genangan air.

d. Penulangan

Periksalah:

1) Tulangan bersih dan tidak terdapat lumpur, olie, karat, dan lain-

lain.

2) Diameter tulangan sesuai dengan gambar.

3) Tulangan dibengkok sesuai dengan gambar.

4) Bila sudah dipasang, tulangan diikat dengan kawat baja seperti

ditunjuk oleh Pengawas, lihat (gambar 5.5.4. f & g).

5) Ujung-ujung kawat dibelokkan menjauhi cetakan.

Page 52: BAB I PENDAHULUAN - bpsdm.pu.go.id fileTata Cara Pengawasan 1 BAB I PENDAHULUAN 1. Umum Tidak dapat disangkal bahwa pengawasan menempati peranan yang sangat penting dalam suatu organisasi

Tata Cara Pengawasan

52

6) Tulangan dipasang pada jarak di antara sumbu serta penempatan

pada garis perletakan yang tepat, (gambar 5.5.4. h).

7) Lapisan tulangan bagian bawah dilengkapi dengan kubus adukan

semen (beton tahu) dari papan cetakan atau lantai kerja.

8) Lapisan tulangan bagian bawah dilengkapi dengan tulangan

untuk mengatur kedudukan dari lapisan tulangan bagian pokok

(gambar 5.5.4. g).

9) Pada selimut beton dibuatkan beton penunjang untuk semua

tulangan sesuai dengan ketebalan yang diperlihatkan pada

gambar, (gambar 5.5.4. e).

10) Di mana tulangan dilewatkan, panjang lewatan (overlapping),

seperti yang disetujui pengawas lapangan.

11) Semua tulangan stek pada tempat yang tepat dengan pegangan

yang cukup.

e. Persiapan untuk pekerjaan beton tumbuk dan beton bertulang.

Periksalah:

1) Bahan batuan ditumbuk di atas alas gedek (anyaman bambu)

atau lainnya yang bersih supaya tidak bercampur dengan tanah.

2) Macam dan ukuran bahan batuan kasar dan halu sama dengan

contoh yang disetujui dikantor lapangan.

3) Bahan batuan dalam keadaan bersih tanpa akar atau daun.

4) Semen dalam kondisi baik da mutu yang disetujui.

5) Kotak penakar mempunyai ukuran yang disetujui pengawas.

6) Mesin aduk beton bersih dan dalam kondisi yang baik.

7) Alat getar bersih dan bekerja efisien.

8) Sumber air dan banyaknya volume air yang bisa dipakai seperti

yang disetujui pengawas.

9) Pemborong mempunyai tempat ukuran untuk air yang siap

dipakai di mesin aduk beton.

10) Usulan metode pengangkutan dan penuangan beton seperti yang

disetujui pengawas daerah.

Page 53: BAB I PENDAHULUAN - bpsdm.pu.go.id fileTata Cara Pengawasan 1 BAB I PENDAHULUAN 1. Umum Tidak dapat disangkal bahwa pengawasan menempati peranan yang sangat penting dalam suatu organisasi

Tata Cara Pengawasan

53

11) Semua timba, kereta dorong, talang curah (chute), lain-lain yang

akan dipakai untuk pengangkutan beton dalam kondisi yang baik.

12) Usulan pengecoran beton sesuai dengan spesifikasi.

13) Permukaan lapis beton yang telah dituang lebih dulu (lantai kerja

atau pengecoran berlapis-lapis) sudah dikasarkan.

Sebelum beton dituangkan periksalah:

14) Pekerjaan cetakan pada nomor b sampai dengan d dicek kembali.

15) Tulangan pada nomor f s/d h dicek kembali.

16) Cetakan telah bersih dari serbuk gergaji, kawat dan kotoran-

kotoran lainnya.

17) Jalanan untuk mengecor dibuat sedemikian rupa sehingga bebas

dari tulangan dan dapat dipindah-pindah.

18) Cetakan beton lapis terlebih dahulu, mesin aduk beton talang

curah (chute), kereta dorong dan lain-lain telah dibasahi (disiram

dengan air).

19) Tidak ada cekungan yang memungkinkan terjadinya kantung air

di cetakan.

20) Pengawas pekerjaan menyelesaikan daftar simak (checklist) dan

memberikannya kepada pengawas yang lebih tinggi.

f) Penuangan dan Penyelesaian Beton / Beton Bertulang

Periksalah :

1) Pengawas ada dilokasi; atau bila tidak ada, sudah memberi izin

tertulis kepada pemborong untuk memulai menuangkan beton.

2) Banyaknya bahan batuan kasar dan halus, semen dan air

dicampur sesuai dengan spesifikasi.

3) Uji kekentalan campuran (“slump test”) dilaksanakan dari

campuran pertama setiap hari untuk menetapkan banyaknya air

yang diperlukan.

4) Kemudian, pengujian dilaksanakan dan hasilnya dicatat setiap kali

kubus-uji diambil.

Page 54: BAB I PENDAHULUAN - bpsdm.pu.go.id fileTata Cara Pengawasan 1 BAB I PENDAHULUAN 1. Umum Tidak dapat disangkal bahwa pengawasan menempati peranan yang sangat penting dalam suatu organisasi

Tata Cara Pengawasan

54

5) Kubus-uji diambil dengan kehadiran pengawas pekerjaan dan

formulir kubus-uji diselesaikan berdasarkan petunjuk pengawas

yang lebih tinggi.

6) Tumpahan adukan beton dari mesin aduk beton tidak boleh

dipergunakan di pekerjaan.

7) Beton dituangkan lapis demi lapis berdasarkan petunjuk dari

pengawas yang lebih tinggi.

8) Alat getar tidak dipakai untuk memindahkan beton di cetakan.

9) Alat getar (vibrator) dimasukkan dan diangkat pelan-pelan dan

diambil dari beton di antara tulangan baja berulang kali; alat

getar tidak diperkenankan didiamkan terlalu lama dalam

campuran beton.

10) Pemadaan beton dengan tenaga manusia (dengan tusukan-

tusukan) agar dilaksanakan dengan baik terutama pada bagian

antara tulangan dan cetakan.

11) Permukaan lantai beton diratakan dengan penggaris kayu,

penyelesaian selanjutnya sesuai dengan petunjuk pengawas yang

lebih tinggi.

12) Setelah beton mencapai ikat awal, permukaan yang terbuka dan

kubus uji harus segera ditutup dan dijaga agar permukaan beton

tersebut selalu dalam keadaan lembab paling sedikit selama 7

hari setelah pengecoran beton.

g. Pembongkaran Cetakan

Harus di check hal-hal sebagai berikut:

1) Bahwa pengawas telah menyetujui pembongkaran cetakan beton.

2) Selama pembongkaran cetakan, metode yang dipakai harus

betu;l misalnya, beton tidak boleh bergerak.

3) Paku harus dicabut dahulu, sehingga cetakan dengan mudah

dibongkar.

4) Waktu membongkar cetakan yang rapat tidak boleh memakai

besi (linggis).

Page 55: BAB I PENDAHULUAN - bpsdm.pu.go.id fileTata Cara Pengawasan 1 BAB I PENDAHULUAN 1. Umum Tidak dapat disangkal bahwa pengawasan menempati peranan yang sangat penting dalam suatu organisasi

Tata Cara Pengawasan

55

5) Waktu membongkar cetakan, arah congkelan harus keluar,

sehingga tidak merusak beton. (Lihat gambar 5.5.4. i dan j).

6) Apabila cetakan akan dipakai lagi, agar segera diperiksa apakah

permukaannya rusak atau tidak.

h. Pekerjaan Pasangan (Masonry).

Adukan (mortar) yang dipakai untuk pekerjaan pasangan dapat

dengan bahan dasar semen (PC) atau kapur. Kalau tidak ada

spesifikasi, harus mengadakan konsultasi dengan pengawas yang

lebih tinggi.

Persiapan untuk pekerjaan pasangan.

Periksalah :

1) Bahan semen (PC), kapur, semen merah yang telah ditumbuk

halus, pasir dan batu adalah bahan yang telah sesuai kwalitasnya

dan diperoleh dari sumber yang disetujui.

2) Semen (PC) disimpan di atas papan dan diberi alas serta

terlindung dari cuaca buruk.

3) Kapur dan semen merah dilindungi dari hujan dan disimpan di

atas gedek.

4) Pasir disimpan di atas gedek.

5) Bahan semen merah dari batu bata yang telah dibakar dengan

baik ditumbuk halus dan tidak ada butir yang lebih besar dari 3

mm.

6) Tidak ada sampah yang tercampur dengan kapur atau semen

merah.

7) Bahan batu bebas dari unsur besi, lubang-lubang pori pasir dan

keadaan tidak sempurna lainnya.

8) Timbangan setiap batu kurang lebih 25 kg.

9) Batu yang mutunya lain dari yang disetujui agar disimpan di

tempat yang berbeda.

10) Batu dipecah dengan permukaan datar dan dirapihkan sesuai

dengan spesifikasi.

11) Penakar telah siap untuk dipakai.

Page 56: BAB I PENDAHULUAN - bpsdm.pu.go.id fileTata Cara Pengawasan 1 BAB I PENDAHULUAN 1. Umum Tidak dapat disangkal bahwa pengawasan menempati peranan yang sangat penting dalam suatu organisasi

Tata Cara Pengawasan

56

i. Mengawasi Pekerjaan Pasangan.Periksalah:

1) Galian untuk pekerjaan pasangan agar kering.

2) Urugan tanah agar dipadatkan permukaannya sesuai dengan

profil kemudian baru pekerjaan pasangan dilaksanakan.

3) Semen dalam kondisi baik.

4) Kapur diperciki air tidak lebih dari 36 jam sebelum dipakai dan

bebas dari batu.

5) Kapur yang terkena air lebih dari 48 jam harus dibuang dan

tidak dipakai lagi.

6) Kotak penakar dipakai untuk mengukur bahan campuran agar

sesuai spesifikasi.

7) Air yang dipakai harus bersih.

8) Semen, kapur, semen merah, dan pasir diukur sebelum

dicampur.

9) Pencampuran dilakukan di atas papan campuran atau pada

mesin aduk beton berdasarkan ketentuan-ketentuan dalam

spesifikasi.

Bahan-bahan dicampur kering dengan baik sebelum menambah air.

10) Setelah air ditambah, konsistensi campuran diperiksa

kebenarannya.

11) Semua adukan sudah harus dipakai dalam waktu 1 jam sesudah

dicampur.

12) Batu pasangan dibasahi sebelum dipasang.

13) Pekerjaan pasangan dibuat sesuai profil yang direncanakan

dalam gambaran dengan memakai benang dan kayu.

14) Batu pengikat ditempatkan setiap meter persegi untuk

mengikat pasangan batu muka dengan pasangan di dalamnya.

15) Pasangan batu muka dan batu pengikat agar dikerjakan

bersama-sama.

16) Adukan diselesaikan tepat rata dengan permukaan batu.

17) Saringan air dibuat dari ijuk sesuai dengan gambar (alat saring),

lihat gambar 5.5.4.1.

Page 57: BAB I PENDAHULUAN - bpsdm.pu.go.id fileTata Cara Pengawasan 1 BAB I PENDAHULUAN 1. Umum Tidak dapat disangkal bahwa pengawasan menempati peranan yang sangat penting dalam suatu organisasi

Tata Cara Pengawasan

57

Pekerjaan pasangan yang selesai harus sama dengan contoh yang

disetujui pengawas pekerjaan.

Page 58: BAB I PENDAHULUAN - bpsdm.pu.go.id fileTata Cara Pengawasan 1 BAB I PENDAHULUAN 1. Umum Tidak dapat disangkal bahwa pengawasan menempati peranan yang sangat penting dalam suatu organisasi

Tata Cara Pengawasan

58

Page 59: BAB I PENDAHULUAN - bpsdm.pu.go.id fileTata Cara Pengawasan 1 BAB I PENDAHULUAN 1. Umum Tidak dapat disangkal bahwa pengawasan menempati peranan yang sangat penting dalam suatu organisasi

Tata Cara Pengawasan

59

Page 60: BAB I PENDAHULUAN - bpsdm.pu.go.id fileTata Cara Pengawasan 1 BAB I PENDAHULUAN 1. Umum Tidak dapat disangkal bahwa pengawasan menempati peranan yang sangat penting dalam suatu organisasi

Tata Cara Pengawasan

60

Page 61: BAB I PENDAHULUAN - bpsdm.pu.go.id fileTata Cara Pengawasan 1 BAB I PENDAHULUAN 1. Umum Tidak dapat disangkal bahwa pengawasan menempati peranan yang sangat penting dalam suatu organisasi

Tata Cara Pengawasan

61

Page 62: BAB I PENDAHULUAN - bpsdm.pu.go.id fileTata Cara Pengawasan 1 BAB I PENDAHULUAN 1. Umum Tidak dapat disangkal bahwa pengawasan menempati peranan yang sangat penting dalam suatu organisasi

Tata Cara Pengawasan

62

Page 63: BAB I PENDAHULUAN - bpsdm.pu.go.id fileTata Cara Pengawasan 1 BAB I PENDAHULUAN 1. Umum Tidak dapat disangkal bahwa pengawasan menempati peranan yang sangat penting dalam suatu organisasi

Tata Cara Pengawasan

63

Page 64: BAB I PENDAHULUAN - bpsdm.pu.go.id fileTata Cara Pengawasan 1 BAB I PENDAHULUAN 1. Umum Tidak dapat disangkal bahwa pengawasan menempati peranan yang sangat penting dalam suatu organisasi

Tata Cara Pengawasan

64

BAB VIII

PENGENDALIAN PELAKSANAAN

1. Maksud dan Tujuan

Pengendalian pelaksanaan dimaksudkan agar hasil pelaksanaan tercapai

dengan baik , yaitu tercapainya target yang telah ditetapkan dalam rencana,

2. Ruang Lingkup Pengendalian Pelaksanaan

Pelaksanaan konstruksi dinilai baik kalau waktu pelaksanaan tepat, mutunya

baik dan harganya ekonomis.

Untuk mendapatkan hasil pelaksanaan yang baik, perlu pengendalian

pelaksanaan.

Ada beberapa pengendalian pelaksanaan, yaitu :

3. Pengendalian Operasional (Operational Control).

3.1. Pengendalian Waktu Pelaksanaan (Scheduling Control)

Pengendalian waktu, dilaksanakan dengan mengikuti rencana

pelaksanaan, yang berisikan jenis pekerjaan urutan dan waktu

pelaksanaan yang telah ditetapkan.

Rencana pelaksanaan dapat dibuat beberapa :

a. Diagram dengan diagram batang/balok (Bar Chart).

Tiap-tiap bagian pekerjaan direncanakan dalam pelaksanaannya.

Misalnya:

Page 65: BAB I PENDAHULUAN - bpsdm.pu.go.id fileTata Cara Pengawasan 1 BAB I PENDAHULUAN 1. Umum Tidak dapat disangkal bahwa pengawasan menempati peranan yang sangat penting dalam suatu organisasi

Tata Cara Pengawasan

65

No Jenis Pekerjaan VolumePenyelesaian

MG. I MG. II MG. III MG IV

1.

2.

3.

Pemasangan Bow Plank

Galian Tanah

Pemasangan pondasi dst.

100 m1

300 m3

120 m3

b. Rangkaian kegiatan dengan mencantumkan jumlah hari pelaksanaan

tiap-tiap bagian pekerjaan (Net Work Planning).

Misalnya :

Keterangan:

Suatu pekerjaan dengan kegiatan A, B, C, D, E, F, G, dan H Garis kritis 1 – 3 – 6

– 8 – adalah batas waktu maksimum yang direncanakan menyelesaikan

pekerjaan.

Dengan cara diatas, pengawas dapat mengadakan evaluasi terhadap kemajuan

yang dicapai oleh pelaksanaan.

Untuk mengetahui kemajuan yang dicapai dapat digunakan metode :

- Lintasan kritis (Critical Path Method – CPM).

- Evaluasi hasil tiap rencana (Program Evaluation Review Technique – PERT).

- Sistem komputer (Computerized System).

1o

o

2a

a5

d

d

3b

b6

e

e

4c

c7

f

f

8x

x

A

D

E

F

C

I

G

HB

Page 66: BAB I PENDAHULUAN - bpsdm.pu.go.id fileTata Cara Pengawasan 1 BAB I PENDAHULUAN 1. Umum Tidak dapat disangkal bahwa pengawasan menempati peranan yang sangat penting dalam suatu organisasi

Tata Cara Pengawasan

66

3.2. Tenaga-tenaga Pelaksana

Untuk kelancaran pelaksanaan rencana kerja haruslah tersedia tenaga

kerja dalam jumlah yang cukup, yaitu yang :

- Terampil dan bertanggung jawab.

- Berdedikasi baik terhadap pekerjaan.

3.3. Instalasi Peralatan.

Peralatan dengan mutu yang baik dan kapasitas yang cukup sesuai

kebutuhan dengan kelancaran pelaksanaan.

3.4. Pengadaan bahan-bahan bangunan.

Pengadaan bahan sesuai dengan kebutuhan, jenis dan jumlahnya, harus

dijadwalkan mengikuti rencana pelaksanaan.

Pengadaan bahan jangan mengganggu jalannya pelaksanaan.

4. Pengendalian Ukuran (Dimension Control)

Pengendalian ukuran perlu, agar pelaksanaan sesuai dengan gambar kerja

rencana yang ditetapkan.

Sasaran pengendalian adalah :

- Titik-titik tinggi/tetap duga peil, untuk pengukuran titik rendah/datar dan

titik teratas.

- Ukuran-ukuran tebal, panjang dan lebar dari bagian-bagian pekerjaan.

- Jumlah / volume / banyaknya pekerjaan yang sesungguhnya dilaksanakan.

4.1. Pengendalian ukuran dilakukan dengan :

b. Pengukuran langsung (Direct measurement), dengan menggunakan

alat-alat ukur sederhana :

- Mistar penyipat datar (Leveling ruler).

- Papan bidik.

- Papan pengukur kemiringan / mall sudut.

- Mistar siku.

Page 67: BAB I PENDAHULUAN - bpsdm.pu.go.id fileTata Cara Pengawasan 1 BAB I PENDAHULUAN 1. Umum Tidak dapat disangkal bahwa pengawasan menempati peranan yang sangat penting dalam suatu organisasi

Tata Cara Pengawasan

67

- Pita meteran.

b. Pengukuran tidak langsung (Indirect mesurement) dengan

menghitung hasil pengukuran dari alat :

- Theodolit dan teropong penyipat datar dengan perlengkapannya.

Bagian-bagian yang diukur dan toleransi penyimpangan seperti

tertera dalam tabel 6.4.1.

4.2. Cara Pemotretan (Photographic Method).

Foto-foto dari hasil pelaksanaan sangatlah penting untuk lampiran

laporan, karena foto dapat menjadi bukti tentang tata cara pelaksanaan,

prestasi yang dicapai dalam waktu tertentu dan ukuran dari setiap

bagian konstruksi.

Dengan pemotretan ini dapat memberikan masukan :

a. Pelaksanaan bagian-bagian yang tidak dapat dilihat lagi setelah

sesesai konstruksi seperti, galian pondasi (kedalaman dan

kemiringan), pemasangan tulangan beton, bekesting, pengecoran

dan hasil pengecoran, serta penimbunan kembali.

b. Pemotretan pada setiap waktu menunjukkan kondisi dan kemajuan

pekerjaan sehingga si pengambil keputusan dapat melakukan hal-hal

yang diperlukan.

Urutan-urutan pemotretan (step in photografic) :

i. Foto sebelum pekerjaan dimulai sebaiknya berwarna, sehingga

situasi keseluruhan lokasi dapat dilihat dari foto tersebut.

ii. Foto waktu melakukan pengukuran (staking out).

iii. Foto waktu pelaksanaan konstruksi.

- Palang tetap.

- Permukaan galian yang telah selesai.

- Ketebalan galian batu (cobble stone) untuk pondasi.

- Ketebalan lantai kerja.

- Penyetelan besi dan ketebalan kulit atau selimut beton.

- Penyetelan dan pembukaan kembali perancah-perancah dan

cetakan.

Page 68: BAB I PENDAHULUAN - bpsdm.pu.go.id fileTata Cara Pengawasan 1 BAB I PENDAHULUAN 1. Umum Tidak dapat disangkal bahwa pengawasan menempati peranan yang sangat penting dalam suatu organisasi

Tata Cara Pengawasan

68

- Penimbunan kembali bekas galian.

iv. Foto pelaksanaan pekerjaan (bentuk dan pengujian mutu).

v. Foto setelah pekerjaan selesai, dibuat dari sedikitnya dua arah

untuk suatu bagian, agar dapat menunjukkan bentuk yang

sebenarnya telah selesai.

vi. Foto hasil pemeriksaan.

Bagian pekerjaan ataupun jenis kegiatan yang menjadi sasaran

pemotretan adalah seperti pada Tabel 6.4.2.

Page 69: BAB I PENDAHULUAN - bpsdm.pu.go.id fileTata Cara Pengawasan 1 BAB I PENDAHULUAN 1. Umum Tidak dapat disangkal bahwa pengawasan menempati peranan yang sangat penting dalam suatu organisasi

Tata Cara Pengawasan

69

Page 70: BAB I PENDAHULUAN - bpsdm.pu.go.id fileTata Cara Pengawasan 1 BAB I PENDAHULUAN 1. Umum Tidak dapat disangkal bahwa pengawasan menempati peranan yang sangat penting dalam suatu organisasi

Tata Cara Pengawasan

70

Page 71: BAB I PENDAHULUAN - bpsdm.pu.go.id fileTata Cara Pengawasan 1 BAB I PENDAHULUAN 1. Umum Tidak dapat disangkal bahwa pengawasan menempati peranan yang sangat penting dalam suatu organisasi

Tata Cara Pengawasan

71

Page 72: BAB I PENDAHULUAN - bpsdm.pu.go.id fileTata Cara Pengawasan 1 BAB I PENDAHULUAN 1. Umum Tidak dapat disangkal bahwa pengawasan menempati peranan yang sangat penting dalam suatu organisasi

Tata Cara Pengawasan

72

Page 73: BAB I PENDAHULUAN - bpsdm.pu.go.id fileTata Cara Pengawasan 1 BAB I PENDAHULUAN 1. Umum Tidak dapat disangkal bahwa pengawasan menempati peranan yang sangat penting dalam suatu organisasi

Tata Cara Pengawasan

73

Page 74: BAB I PENDAHULUAN - bpsdm.pu.go.id fileTata Cara Pengawasan 1 BAB I PENDAHULUAN 1. Umum Tidak dapat disangkal bahwa pengawasan menempati peranan yang sangat penting dalam suatu organisasi

Tata Cara Pengawasan

74

Page 75: BAB I PENDAHULUAN - bpsdm.pu.go.id fileTata Cara Pengawasan 1 BAB I PENDAHULUAN 1. Umum Tidak dapat disangkal bahwa pengawasan menempati peranan yang sangat penting dalam suatu organisasi

Tata Cara Pengawasan

75

Page 76: BAB I PENDAHULUAN - bpsdm.pu.go.id fileTata Cara Pengawasan 1 BAB I PENDAHULUAN 1. Umum Tidak dapat disangkal bahwa pengawasan menempati peranan yang sangat penting dalam suatu organisasi

Tata Cara Pengawasan

76

Page 77: BAB I PENDAHULUAN - bpsdm.pu.go.id fileTata Cara Pengawasan 1 BAB I PENDAHULUAN 1. Umum Tidak dapat disangkal bahwa pengawasan menempati peranan yang sangat penting dalam suatu organisasi

Tata Cara Pengawasan

77

Page 78: BAB I PENDAHULUAN - bpsdm.pu.go.id fileTata Cara Pengawasan 1 BAB I PENDAHULUAN 1. Umum Tidak dapat disangkal bahwa pengawasan menempati peranan yang sangat penting dalam suatu organisasi

Tata Cara Pengawasan

78

Page 79: BAB I PENDAHULUAN - bpsdm.pu.go.id fileTata Cara Pengawasan 1 BAB I PENDAHULUAN 1. Umum Tidak dapat disangkal bahwa pengawasan menempati peranan yang sangat penting dalam suatu organisasi

Tata Cara Pengawasan

79

Page 80: BAB I PENDAHULUAN - bpsdm.pu.go.id fileTata Cara Pengawasan 1 BAB I PENDAHULUAN 1. Umum Tidak dapat disangkal bahwa pengawasan menempati peranan yang sangat penting dalam suatu organisasi

Tata Cara Pengawasan

80

Page 81: BAB I PENDAHULUAN - bpsdm.pu.go.id fileTata Cara Pengawasan 1 BAB I PENDAHULUAN 1. Umum Tidak dapat disangkal bahwa pengawasan menempati peranan yang sangat penting dalam suatu organisasi

Tata Cara Pengawasan

81

Page 82: BAB I PENDAHULUAN - bpsdm.pu.go.id fileTata Cara Pengawasan 1 BAB I PENDAHULUAN 1. Umum Tidak dapat disangkal bahwa pengawasan menempati peranan yang sangat penting dalam suatu organisasi

Tata Cara Pengawasan

82

Page 83: BAB I PENDAHULUAN - bpsdm.pu.go.id fileTata Cara Pengawasan 1 BAB I PENDAHULUAN 1. Umum Tidak dapat disangkal bahwa pengawasan menempati peranan yang sangat penting dalam suatu organisasi

Tata Cara Pengawasan

83

Page 84: BAB I PENDAHULUAN - bpsdm.pu.go.id fileTata Cara Pengawasan 1 BAB I PENDAHULUAN 1. Umum Tidak dapat disangkal bahwa pengawasan menempati peranan yang sangat penting dalam suatu organisasi

Tata Cara Pengawasan

84

Page 85: BAB I PENDAHULUAN - bpsdm.pu.go.id fileTata Cara Pengawasan 1 BAB I PENDAHULUAN 1. Umum Tidak dapat disangkal bahwa pengawasan menempati peranan yang sangat penting dalam suatu organisasi

Tata Cara Pengawasan

85

Page 86: BAB I PENDAHULUAN - bpsdm.pu.go.id fileTata Cara Pengawasan 1 BAB I PENDAHULUAN 1. Umum Tidak dapat disangkal bahwa pengawasan menempati peranan yang sangat penting dalam suatu organisasi

Tata Cara Pengawasan

86

Page 87: BAB I PENDAHULUAN - bpsdm.pu.go.id fileTata Cara Pengawasan 1 BAB I PENDAHULUAN 1. Umum Tidak dapat disangkal bahwa pengawasan menempati peranan yang sangat penting dalam suatu organisasi

Tata Cara Pengawasan

87

Page 88: BAB I PENDAHULUAN - bpsdm.pu.go.id fileTata Cara Pengawasan 1 BAB I PENDAHULUAN 1. Umum Tidak dapat disangkal bahwa pengawasan menempati peranan yang sangat penting dalam suatu organisasi

Tata Cara Pengawasan

88

Page 89: BAB I PENDAHULUAN - bpsdm.pu.go.id fileTata Cara Pengawasan 1 BAB I PENDAHULUAN 1. Umum Tidak dapat disangkal bahwa pengawasan menempati peranan yang sangat penting dalam suatu organisasi

Tata Cara Pengawasan

89

Page 90: BAB I PENDAHULUAN - bpsdm.pu.go.id fileTata Cara Pengawasan 1 BAB I PENDAHULUAN 1. Umum Tidak dapat disangkal bahwa pengawasan menempati peranan yang sangat penting dalam suatu organisasi

Tata Cara Pengawasan

90

Page 91: BAB I PENDAHULUAN - bpsdm.pu.go.id fileTata Cara Pengawasan 1 BAB I PENDAHULUAN 1. Umum Tidak dapat disangkal bahwa pengawasan menempati peranan yang sangat penting dalam suatu organisasi

Tata Cara Pengawasan

91

Page 92: BAB I PENDAHULUAN - bpsdm.pu.go.id fileTata Cara Pengawasan 1 BAB I PENDAHULUAN 1. Umum Tidak dapat disangkal bahwa pengawasan menempati peranan yang sangat penting dalam suatu organisasi

Tata Cara Pengawasan

92

Page 93: BAB I PENDAHULUAN - bpsdm.pu.go.id fileTata Cara Pengawasan 1 BAB I PENDAHULUAN 1. Umum Tidak dapat disangkal bahwa pengawasan menempati peranan yang sangat penting dalam suatu organisasi

Tata Cara Pengawasan

93

Page 94: BAB I PENDAHULUAN - bpsdm.pu.go.id fileTata Cara Pengawasan 1 BAB I PENDAHULUAN 1. Umum Tidak dapat disangkal bahwa pengawasan menempati peranan yang sangat penting dalam suatu organisasi

Tata Cara Pengawasan

94

Page 95: BAB I PENDAHULUAN - bpsdm.pu.go.id fileTata Cara Pengawasan 1 BAB I PENDAHULUAN 1. Umum Tidak dapat disangkal bahwa pengawasan menempati peranan yang sangat penting dalam suatu organisasi

Tata Cara Pengawasan

95

Page 96: BAB I PENDAHULUAN - bpsdm.pu.go.id fileTata Cara Pengawasan 1 BAB I PENDAHULUAN 1. Umum Tidak dapat disangkal bahwa pengawasan menempati peranan yang sangat penting dalam suatu organisasi

Tata Cara Pengawasan

96

Page 97: BAB I PENDAHULUAN - bpsdm.pu.go.id fileTata Cara Pengawasan 1 BAB I PENDAHULUAN 1. Umum Tidak dapat disangkal bahwa pengawasan menempati peranan yang sangat penting dalam suatu organisasi

Tata Cara Pengawasan

97

Page 98: BAB I PENDAHULUAN - bpsdm.pu.go.id fileTata Cara Pengawasan 1 BAB I PENDAHULUAN 1. Umum Tidak dapat disangkal bahwa pengawasan menempati peranan yang sangat penting dalam suatu organisasi

Tata Cara Pengawasan

98

Page 99: BAB I PENDAHULUAN - bpsdm.pu.go.id fileTata Cara Pengawasan 1 BAB I PENDAHULUAN 1. Umum Tidak dapat disangkal bahwa pengawasan menempati peranan yang sangat penting dalam suatu organisasi

Tata Cara Pengawasan

99

Page 100: BAB I PENDAHULUAN - bpsdm.pu.go.id fileTata Cara Pengawasan 1 BAB I PENDAHULUAN 1. Umum Tidak dapat disangkal bahwa pengawasan menempati peranan yang sangat penting dalam suatu organisasi

Tata Cara Pengawasan

100

Page 101: BAB I PENDAHULUAN - bpsdm.pu.go.id fileTata Cara Pengawasan 1 BAB I PENDAHULUAN 1. Umum Tidak dapat disangkal bahwa pengawasan menempati peranan yang sangat penting dalam suatu organisasi

Tata Cara Pengawasan

101

Page 102: BAB I PENDAHULUAN - bpsdm.pu.go.id fileTata Cara Pengawasan 1 BAB I PENDAHULUAN 1. Umum Tidak dapat disangkal bahwa pengawasan menempati peranan yang sangat penting dalam suatu organisasi

Tata Cara Pengawasan

102

Page 103: BAB I PENDAHULUAN - bpsdm.pu.go.id fileTata Cara Pengawasan 1 BAB I PENDAHULUAN 1. Umum Tidak dapat disangkal bahwa pengawasan menempati peranan yang sangat penting dalam suatu organisasi

Tata Cara Pengawasan

103

Page 104: BAB I PENDAHULUAN - bpsdm.pu.go.id fileTata Cara Pengawasan 1 BAB I PENDAHULUAN 1. Umum Tidak dapat disangkal bahwa pengawasan menempati peranan yang sangat penting dalam suatu organisasi

Tata Cara Pengawasan

104

Page 105: BAB I PENDAHULUAN - bpsdm.pu.go.id fileTata Cara Pengawasan 1 BAB I PENDAHULUAN 1. Umum Tidak dapat disangkal bahwa pengawasan menempati peranan yang sangat penting dalam suatu organisasi

Tata Cara Pengawasan

105

Page 106: BAB I PENDAHULUAN - bpsdm.pu.go.id fileTata Cara Pengawasan 1 BAB I PENDAHULUAN 1. Umum Tidak dapat disangkal bahwa pengawasan menempati peranan yang sangat penting dalam suatu organisasi

Tata Cara Pengawasan

106

Page 107: BAB I PENDAHULUAN - bpsdm.pu.go.id fileTata Cara Pengawasan 1 BAB I PENDAHULUAN 1. Umum Tidak dapat disangkal bahwa pengawasan menempati peranan yang sangat penting dalam suatu organisasi

Tata Cara Pengawasan

107

Page 108: BAB I PENDAHULUAN - bpsdm.pu.go.id fileTata Cara Pengawasan 1 BAB I PENDAHULUAN 1. Umum Tidak dapat disangkal bahwa pengawasan menempati peranan yang sangat penting dalam suatu organisasi

Tata Cara Pengawasan

108

Page 109: BAB I PENDAHULUAN - bpsdm.pu.go.id fileTata Cara Pengawasan 1 BAB I PENDAHULUAN 1. Umum Tidak dapat disangkal bahwa pengawasan menempati peranan yang sangat penting dalam suatu organisasi

Tata Cara Pengawasan

109

PEREKAMAN DENGAN PEMOTRETAN I(DIMENSION CONTROL & PHOTOGRAPHIC RECORD)

JENISPEKERJAAN(KIND OFWORK)

KETENTUAN UNTUKPEMOTRETAN

(PHOTOGRAPHICSTANDARD)

BAGIAN YANGDIPOTRET

(PHOTOGRAPHICPOINT)

CARA PEMOTRETAN

1 2 3 41. U M U M

(GENERAL)

2. GALIAN(Excavation)

3. TIMBUNAN

(Embankment)

1.Potret(Photograph),sebelum dansesudah pekerjaanselesai harusdiambil dari arahyang sama.

2.Potret harus dapatmenunjukkankondisi danmetodekonstruksi.

3.Kejadian-kejadianpada pekerjaansementara.

4.Photo untuksemua kejadianpada setiap waktubila ada bencana.

5.Keadaanpelaksanaan OC.

6.Bagian-bagianyangtertanamtidakdapat dilihat lagisetelah pekerjaanselesai sepertipondasi, pasanganbesi.

7.Instalasi mesin-mesin

8.Dan lain-lainbergantung padakeadaan

Photo harus dibuatsetiap 50 100 m2.Dalam halpekerjaan kurangdari 50 m2 dibuatphoto 2 x atau 2tempat

Lebar dankedalaman galian,kemiringan kearahpanjang dan peil,saluran dandrainage

Lebar timbunan,tebal penyebaran,pemadatan, slope,saluran drainage.

1.Hasil potert harus dapat menjadi bahanpertimbangan untuk perencanaan ukuran.

2. Papan penjelasan yang dapat memberi informasitentang :

1) Jenis pekerjaan2) Bagian3) Rencana4) Ukuran

3.Ukuran photo :10,5 x 7 cm

4. Pembuatan photo-photo seperti semen, tanah dll,sebaiknya dibuat dengan photo warna.

Tabel 6.4.2.

Page 110: BAB I PENDAHULUAN - bpsdm.pu.go.id fileTata Cara Pengawasan 1 BAB I PENDAHULUAN 1. Umum Tidak dapat disangkal bahwa pengawasan menempati peranan yang sangat penting dalam suatu organisasi

Tata Cara Pengawasan

110

-s.d.a.-

1 2 3 44. PEKERJAAN

PASANGAN

5. PEMANCANGAN

6. SUMURAN

7. TEMBOK MIRING

8. COBBLEFOUNDATION

9. KONSTRUKSIBETON- pondasi- Lining sal.- Culvert- Penyebrangan- Jembatan- Tembok

penahan tanah.-Lain-lain.

10. Konstruksidengan ukuranharus tepat.- bangunan ukur- abutment- plat pintu

11. Tulangan padabeton saluran.

12. Saluran tanah

13. PEKERJAANCANAL1.Saluran

terbuka(flume).

2.Sipon (shipon).3.Gorong-

gorong.4. Terowangan.

Photo dibuat setiap 40 ~ 80 m2.Bila kurang dari 40 m2 dibuat foto untukdua tempat.

-s.d.a.-

Harus dibuat photo setiap bagianlengkap dengan ukuran.

Dibuat photo untuk setiap 200 m2.

Photo untuk setiap 50 ~ 100 m2.Bila kurang dari 40 m2 dibuat foto untukdua tempat.

Untuk konstruksi memanjang dibuatphoto setiap 40 ~ 80 m2. Bila kurangdari 40 m2 dibuat photo di dua tempat.Bila tidak memanjang, dibuat photo-photo bagian.

Pembuatan photo dari arah yangmenunjukkan ukuran-ukuran padagambar rencana.

Photo setiap 50 ~ 80 m2. Bila kurangdari 50 m2 dibuat photo di dua tempat.

photo setiap 200 ~ 400 m2 atau untuksetiap blok.

Photo untuk setiap dua sipon

-s.d.a--s.d.a-

Photo setiap sipon dan setiap variasi

Galian pondasi, kejadianpada pondsi penimbunankembali dan lain-lain harusdibuat photo.

Photo-photo penurunan.

Lebar, panjangpemasangan tulangan danpenyetelan.

Keadaan permukaankemiringan dan ketebalan,dibuat satu photo untukmasing-masing keperluan.

Lebar, tebal, dan ukuranCobble dan processpemadatan.

Galian pondasi lebar dankedalaman pemasangandan penyetelan Bekestingserta pengecoran.

Lebar, ketebalan.Pemasangan tulangan.

Pemasangan tulanganbagian-bagian lain.

Lebar, tinggi, ketebalan dankemiringan.

Lebar, tinggi, tebal,pemasangan tulangan,sambungan masuk.

-s.d.a--s.d.a-

Ketebalan, lining catakan,

Page 111: BAB I PENDAHULUAN - bpsdm.pu.go.id fileTata Cara Pengawasan 1 BAB I PENDAHULUAN 1. Umum Tidak dapat disangkal bahwa pengawasan menempati peranan yang sangat penting dalam suatu organisasi

Tata Cara Pengawasan

111

5. Pipa salurandari beton.

6. Pipa Baja

7. Pipa PVC

type.

Photo setiap 50 ~ 100 m2.

-s.d.a-

-s.d.a-

sbong plat-plat danterobongan sambunganmasuk.

Penempatan pipa cetakan,penyokong dansambungan.

-s.d.a-

-s.d.a-

1 2 3 48. Lining saluran

dari pabrik

9. Dam work

PEKERJAANPENGUAT(Rivetment work)- Beton penutup- Aspal penutup

PEKERJAAN JALAN1. Sub base

2. Betonperkerasan danaspal perkerasan

3. Koral Perkiraan

-s.d.a-

Photo harus menunjukkan rencanagambar struktur.

Photo untuk setiap 50 ~ 100 m2

-s.d.a-

-s.d.a-

-s.d.a-

Pemasangan setiap intervalpanjang standard pabriksambungan dan timbunankembali.

Lebar, ketebalan, tinggi,panjang, dan pekerjaanbagian-bagian utama.

Lebar, tebal, kemiringan.

- Tebal tebaran

-s.d.a-

-s.d.a-

Keterangan : Tabel ini dikutip dari bukuAsli : “Construction ControlCriteria” dengan alih bahasa,Sub Pro BINLAK – PMP

METODE STATISTIK

Pelaksanaan pekerjaan tidak selalu persis dengan ukuran rencana (design), tetapi

penyimpangan yang terjadi ada batas-batasnya yang dapat ditoleransi.

Menentukan batas-batas ini dibuat dengan ”Metode Statistik” (Statisticaly method).

Metode ini menggunakan grafis distribusi normal (Nrmal distribution Curve) yang

diperoleh dari persamaan empiris.

Page 112: BAB I PENDAHULUAN - bpsdm.pu.go.id fileTata Cara Pengawasan 1 BAB I PENDAHULUAN 1. Umum Tidak dapat disangkal bahwa pengawasan menempati peranan yang sangat penting dalam suatu organisasi

Tata Cara Pengawasan

112

F (x) =σ.Zπ

1.

2

σmx

21

e

Dimana : F(x) = grafik intensitas hasil pengukuran

m = nilai rata-rata pengukuran

x = hasil pengukuran

σ = standar penyimpangan

Dari formula diatas digambarkan distribusi normal sebagai berikut :

Penjelasan :

1. Bila kita menggunakan standar I, berarti yang dapat diterima (ditoleransi)

adalah hasil pengukuran dengan batas penimpangan sebesar σ (standar

deviasion value).

2. Bila menggunakan standar II, batas penimpangan sampai 2 σ.

3. Sedangkan standar III, batas penimpangan 3 σ.

1 σ 34,13 %2 σ 47,73%

3 σ 49,86 %

Page 113: BAB I PENDAHULUAN - bpsdm.pu.go.id fileTata Cara Pengawasan 1 BAB I PENDAHULUAN 1. Umum Tidak dapat disangkal bahwa pengawasan menempati peranan yang sangat penting dalam suatu organisasi

Tata Cara Pengawasan

113

Contoh :

1. Menghitung rata-rata pengukuran.

x = )x...xx(N

1N21 =

N

1z xi (i = 1 ~ N)

2. Varian (V) =

2

N2

i )xx...(x)x(N

1

3. Standar deviasi σ = V atau σ =N

x)(xV

2N

Contoh Pengukuran lebar dasar saluran, lebar desain = 2.00 m

No.

ttk

Pengukuran (x) Rata-rata (x) Selisih (x – x) NV = (x – x)2

1. 3,015 2,9981 0,0169 0,00028561

2. 3,012 0,0139 0,00019321

3. 3,008 0,0099 0,00009801

4. 2,990 -0,0081 0,00006561

5. 2,980 -0,0181 0,00032761

6. 2,985 -0,0131 0,00017161

7. 2,992 -0,0061 0,00003721

8. 2,982 -0,0061 0,00025921

9. 3,007 -0,0089 0,00007921

10. 3,010 0,0119 0,00014161

29,981 0,00165890

σ = V =N

x)(xV

2N

=10

00165890,0= 0,012879

σ = 0,01288

2σ = 0,02576

3σ = 0,03864

Dari contoh diatas dapat dibuat kesimpulan :

Page 114: BAB I PENDAHULUAN - bpsdm.pu.go.id fileTata Cara Pengawasan 1 BAB I PENDAHULUAN 1. Umum Tidak dapat disangkal bahwa pengawasan menempati peranan yang sangat penting dalam suatu organisasi

Tata Cara Pengawasan

114

1. Bila standar penyimpangan ditetapkan standar I, yang tidak memenuhi adalah

pengukuran pada titik 1, 2, 5, dan 8.

2. Bila ditetapkan standar 2, maka semua hasil pengukuran sudah dapat ditoleransi.

5. Pengendalian Mutu (Quality Control)

Pengendalian mutu ada dua tahap yaitu :

5.1. Pengendalian mutu bahan

Sebagai alat pengendali adalah :

a. Normalisasi dan standar-standar, seperti :

i. Persyaratan Umum Bahan Bangunan Indonesia.

ii. Peraturan Konstruksi Kayu Indonesia.

iii. Peraturan Beton Indonesia, 1971.

b. Alat-alat penguji laboratorium, seperti :

i. Laboratorium Tanah.

ii. Laboratorium Beton.

iii. Laboratorium Hidrologi.

iv. Laboratorium Baja.

c. Metode-metode pengujian, seperti : ASIM dan JIS.

5.2. Pengendalian Mutu Hasil Pelaksanaan.

Hasil pelaksanaan harus memenuhi syarat-syarat yang telah ditetapkan

dalam spesifikasi.

Alat pengendali mutu hasil pelaksanaan :

a. Alat-alat penguji kekuatan, seperti :

i. Alat-alat penguji kepadatan timbunan tanah

Page 115: BAB I PENDAHULUAN - bpsdm.pu.go.id fileTata Cara Pengawasan 1 BAB I PENDAHULUAN 1. Umum Tidak dapat disangkal bahwa pengawasan menempati peranan yang sangat penting dalam suatu organisasi

Tata Cara Pengawasan

115

(Sand Cone Test, CBR, dan lain-lain).

ii. Alat penguji kekentalan dan kekuatan beton,

(Slump Test dan Strength Test).

b. Cara-cara penguji seperti : ASIM dan JIS.

5.3. Lingkup Pengendalian

(Lihat Tabel 6.5.3a, 6.5.3b, dan 6.5.3c).

6.5.3. CONTOH PENGAWASAN MUTU / PENGENDALIAN MUTU

Tabel 6.5.3a. PEKERJAAN BETON

JENISPENGUJ

IAN(TESTIN

GMEASUR

INGITEM)

METODE

PENGUJIAN

(TESTING

METHOD)

STANDARPENGUJIAN(TESTINGMEASURIN

GSTANDARD)

METODE PENGENDALIAN(CONTROL METHOD)

TINDAK LANJUT DAN SARANTREATMENT REKOMENDASI

1 2 3 4

Page 116: BAB I PENDAHULUAN - bpsdm.pu.go.id fileTata Cara Pengawasan 1 BAB I PENDAHULUAN 1. Umum Tidak dapat disangkal bahwa pengawasan menempati peranan yang sangat penting dalam suatu organisasi

Tata Cara Pengawasan

116

1.Physical test ofcement.

JISK520 i

Padadasarnyamutu betonsudahtercantumdalamdarftar hasiltestingyangdibuatkanolehpabrik :Dalam halbahandisimpan digudan lebihdari 3 (tiga)bulan,harusdilakukanpengujianulang.

1) Metoda pencatatan’Hasil testing direkam sebagai berikut :a. Hasil pengujian berat jenis dan penyerahan agregat disusun sesuai dengan tabelb.Hasil pengujian air permukaan (surface moisture) dari agregat halus (pasir).c. Pengujian slump, kandungan udara dan tegangan tekanan beton.d.Dalam hal pengetesan dengan 20 benda uji atau lebih, control menggunakan X – Rs – Rm atau X – R chart. Bila kurang dari 20 benda uji, gunakan tabel normal

2) Pengawasan (control)a. Mutu beton diawasi dengan rencana mutu dan hasil test.b. Slum, kandungan udara, kekuatan tekan, dicek dengan spesifikasi yang ditentukan.

1)Dalam hal spesific grafity dan gradasi tidak sesuai dengan nilai perencanaan, haruslah diubah dan diuji kembali proposisi campurannya.

2) Untuk memperoleh surface moisture of fine aggregat, slump test dan kandungan udara yang prporsionildari hasil percobaan yang bervariasi, haruslah diadakan pengujianulang danmemberi perhatian pada penimpangan / pengukurannya.

3) Pengawasan terhadap kekuatan beton haruslah sungguh-sungguh mencegah agar jangan terjadi tegangan beton yang terlalu rendah. Dalam hal ini nilai pengujian jatuh, makaharus dikorekso kembali mutu bahan, perbandingan campuran dan metode pencampuran.

2.Spesificgrafity&absorbtion

JIS A1109JIS A1110

Masing-masingpengujiandilakukanuntuksetiapsumber

3.SieveAnalysis

JIS A1102

i. Satu kaliuntukvolume600 m3

ii. Satu kaliuntuksetiapcontohyangberbedasumber

4.Surfacemoisture testof fineaggregat.

JIS A1111

Dilakukantiap hari,atau setiapadaperubahankarenahujan.

5.Slumptest

JIS1101

Dilakukandua kalisehari (pagidan sore)

6.Aircontenttest

JIS A1108

Dilakukanuntuksetiap kaliproduksibeton

Page 117: BAB I PENDAHULUAN - bpsdm.pu.go.id fileTata Cara Pengawasan 1 BAB I PENDAHULUAN 1. Umum Tidak dapat disangkal bahwa pengawasan menempati peranan yang sangat penting dalam suatu organisasi

Tata Cara Pengawasan

117

7.CompressionStrengttest

JIS A1108

1) Contohdibuatdenganmodelcetakan.

2) Percobaandilakukan satukali padaumur 7harisetiap 50m3

beton,dan satukali padaumur 28harisetiap150 m3

beton,(tigasampletiappengujian)

Dalam halpengecoranbetonkurang dari50 m3perharimakapengujianbolehdilakukan :Satu kaliuntuk 7 hr /50 m3

Satu kaliuntuk 28 hr/ 150 m3

Tabel 6.5.3b. Beton Seleksi diaduk (Ready Mix Concrete)

1 2 3 4 5

Page 118: BAB I PENDAHULUAN - bpsdm.pu.go.id fileTata Cara Pengawasan 1 BAB I PENDAHULUAN 1. Umum Tidak dapat disangkal bahwa pengawasan menempati peranan yang sangat penting dalam suatu organisasi

Tata Cara Pengawasan

118

1)Agregat test. JIS1102

Mutuagregatdiambildaritabel-tabelhasilpercobaan yangdisediakan olehproducer beton

1) Metode pencatatan (reading method).Slump, kandungan udara dan kekuatan di record seperti 1.1.1. diatas

2) Pengawasan

a. Hasil percobaan dibuat dalam tabel oleh producer “concrete mix” dengan perbandingan campuran memnuhi ketentuan dalam spesifikasi teknik.

b. Hasil percobaan tentang slump, kandungan udara dan kekuatan tekan dicek apakah memenuhi persyaratan spesifikasi teknik.Kesemuanya haruslah diawasi

1).Slumpdankandunganudaraharusdiperhatikandenganberbagaivariasiperbandingan.

2).Kekuatanbetonharusdiawasidengancermatmencegahterjadimutubetonrendah.

Kalauhasil-hasilpengujian lebihrendahdarispectkharusdiambiltindakan.

2)Perbandingan campuran Pengawasanterhadapperbandingancampuranberdasarkanlaporanyangdiajukan olehproducer.

3)Slump test JISA1101

Dilakukan duakalidalamsehari(pagidansore).

4)Kandungan udara JISA1128

Dilakukanuntuksetiapcontoh-contohyangdibuat

5)Percobaan JIS1108

Serupadengan: 1.1.7.diatas

Page 119: BAB I PENDAHULUAN - bpsdm.pu.go.id fileTata Cara Pengawasan 1 BAB I PENDAHULUAN 1. Umum Tidak dapat disangkal bahwa pengawasan menempati peranan yang sangat penting dalam suatu organisasi

Tata Cara Pengawasan

119

6. Pengendalian Keamanan dan Dampak Lingkungan (Safety

Enviromental Impact)

Dalam melaksanakan sesuatu pekerjaan harus dapat dihindarkan terjadinya

kecelakaan dalam pelaksanaan, ataupun gangguan-ganguan pelaksanaan dari

luar, untuk hal tersebut perlu pengendalian keamanan dan dampak lingkungan

sebagai berikut :

6.1. Keamanan konstruksi

Dimensi yang tertera dalam gambar rencana yang telah ditetapkan harus

tercapai dengan baik, untuk tujuan itu harus mengikuti metode

pelaksanaan yang tepat, lengkap dan aman.

6.2. Keamanan Pekerja

Waktu menjalankan tugas, pekerja harus dibekali keterampilan menjaga

diri dari kemungkinan kecelakaan dengan alat-alat pengaman, seperti :

- Pelindung kepala (topi helm).

- Sabuk pengaman.

- Sepatu kerja.

- Sarung tangan.

6.3. Keamanan terhadap gangguan dari luar.

Page 120: BAB I PENDAHULUAN - bpsdm.pu.go.id fileTata Cara Pengawasan 1 BAB I PENDAHULUAN 1. Umum Tidak dapat disangkal bahwa pengawasan menempati peranan yang sangat penting dalam suatu organisasi

Tata Cara Pengawasan

120

Untuk kelancaran pekerja haruslah dicegah kemungkinan adanya

gangguan-gangguan dari luar, antara lain dengan cara :

- Membuat pagar atau batas pengaman.

- Menempatkan penjaga khusus siang malam.

- Melaporkan adanya kegiatan kepada aparat keamanan.

6.4. Dampak lingkungan.

Pelaksanaan suatu pekerjaan dapat menimbulkan dampak lingkungan,

berupa limbah hasil pelaksanaan yang mengganggu lingkungan. Untuk

itu perlu tindakan dan pelaksanaan yang tepat, agar tidak timbul dampak

lingkungan yang negatif. Karena dampak lingkungan dapat meresahkan

masyarakat sekitarnya, yang akhirnya berakibat kurang baik jalannya

pelaksanaan.

7. Pengendalian Pembiayaan Pekerjaan (Cost Control)

Pengendalian atas pembiayaan diperlukan pada :

a. Pekerjaan yang dilaksanakan dengan perjanjian harga satuan (unit price).

Agar perjanjian dapat diselesaikan dengan baik :

- Hasilnya sesuai dengan perencanaan, spesifikasi teknik yang telah

ditentukan.

- Waktu pelaksanaan yang tepat.Pembiayaan akhir pekerjaan telah

melampaui anggaran pelaksanaan yang telah diaanggarkan oleh

proyek.

b. Pekerjaan yang dilaksanakan dengan perjanjian harga Lump Sum.

Pengertian pengendalian dalam hal ini adalah mengusahakan agar

pelaksanaan tidak menggunakan biaya pada hal-hal yang tidak perlu

terjadi, misalnya karena metode pelaksanaan yang tidak tepat.

Pembiayaan yang melebilhi anggaran akan mengakibatkan pelaksanaan

kekurangan biaya penyelesaian pekerjaan.

8. Penampilan (Performance)

Page 121: BAB I PENDAHULUAN - bpsdm.pu.go.id fileTata Cara Pengawasan 1 BAB I PENDAHULUAN 1. Umum Tidak dapat disangkal bahwa pengawasan menempati peranan yang sangat penting dalam suatu organisasi

Tata Cara Pengawasan

121

Hasil akhir pelaksanaan harus dapat memberikan keindahan dan keserasian

pemandangan.

Misalnya :

- Permukaan timbunan harus rata dan rapih.

- Tatanan rumput / lempengan rumput yang teratur.

- Permukaan plesteran yang rata.

- Siaran pasangan yang rapi.

Bangunan :LAPORAN HARIAN NO. Direksi

Pelaksana::Di :

Pada Hari : Tgl.

Jumlah TenagaKerja

Pekerjaan yangdilaksanakan

Bahan yangdidatangkan

K e t e r a n g an

uyu

Pekerjaan dilaksanakan dari jam ........ pagis/d jam ......... sorePekerjaan selanjutnya tak dapatdilaksanakan dari jam ........... s/d jam

Karena :

CuacaPagi :Sore :

Ttd Direksi / WakilDireksi

Ttd. Pelaksana

CONTOH LAPORAN HARIAN

Kontrak : Hari ………….. Tanggal …………..

Page 122: BAB I PENDAHULUAN - bpsdm.pu.go.id fileTata Cara Pengawasan 1 BAB I PENDAHULUAN 1. Umum Tidak dapat disangkal bahwa pengawasan menempati peranan yang sangat penting dalam suatu organisasi

Tata Cara Pengawasan

122

Pemborong : Keadaan cuaca :

Pekerjaan : Jam : Keadaan : Dapat / tidak

dapat

dilaksanakan.

Bagian : 1………………….. ………….. …………………..

Pekerjaan : 2………………….. ………….. …………………..

3………………….. ………….. …………………..

Tenaga kerja : Peralatan :

1. Pelaksana : …………..

orang

Jenis Jumlah Kapasitas

2. Mandor : …………..

orang

1. Pompa air ………….. …………………..

3. Pekerja : …………..

orang

2. Beton molen ………….. …………………..

4. Tukang : …………..

orang

3. Alat timbris ………….. …………………..

5. Mekanik : …………..

orang

4. Truck ………….. …………………..

6. ………….. : …………..

orang

5. Kapal keruk ………….. …………………..

7. ………….. : …………..

orang

6. Buldozer ………….. …………………..

7. ………………….. ………….. …………………..

Kemajuan pekerjaan :

Jenis pekerjaan Estimate volume

1. Galian …………………..

2. Timbunan/pemadatan …………………..

3. Pasangan baru …………………..

4. ………………….. …………………..

5. ………………….. …………………..

Penyedia bahan-bahan

Jenis bahan J u m l a h

Page 123: BAB I PENDAHULUAN - bpsdm.pu.go.id fileTata Cara Pengawasan 1 BAB I PENDAHULUAN 1. Umum Tidak dapat disangkal bahwa pengawasan menempati peranan yang sangat penting dalam suatu organisasi

Tata Cara Pengawasan

123

1. Semen …………………..

2. Batu kali …………………..

3. Kerikil …………………..

4. ………………….. …………………..

5. ………………….. …………………..

Page 124: BAB I PENDAHULUAN - bpsdm.pu.go.id fileTata Cara Pengawasan 1 BAB I PENDAHULUAN 1. Umum Tidak dapat disangkal bahwa pengawasan menempati peranan yang sangat penting dalam suatu organisasi

Tata Cara Pengawasan

124

CONTOH LAPORAN MINGGUAN

Pekerjaan :Pemborong :Kontrak :Minggu :(Tanggal …………….. s/d Tanggal ……………..)

NO. JENISPEKERJAAN

ESTIMATEVOLUME

PEKERJAANTOTAL

VOLUME YANGTELAH

DILAKSANAKANS/D MINGGU

LALU

VOLUMEPELAKSANAANMINGGU INI

VOLUMEPELAKSANAAN

TOTAL S/DMINGGU IN

NILAIBOBOTJENIS

PEKERJAAN( % )

PROSENTASEKEMAJUAN

PELAKSANAAN( % )

KETERANGAN

1 2 3 4 5 6 7 8 9

Page 125: BAB I PENDAHULUAN - bpsdm.pu.go.id fileTata Cara Pengawasan 1 BAB I PENDAHULUAN 1. Umum Tidak dapat disangkal bahwa pengawasan menempati peranan yang sangat penting dalam suatu organisasi

Tata Cara Pengawasan

125

PekerjaanBangunan Air

: ……………………… LAPORAN BANGUNAN MINGGUAN AIR KE : ………………………. Kepada :

Nomor kontrak : ……………………… MINGGU KE : ……………………… BULAN : ……………………… Yth.

_________________P e m b o r o n g : ………………………

NO. TGL. PEKERJAAN TANAH PEKERJAAN

PASANGANPLESTERA

NBETO

N BONGK.

Beton

BONGK.

Pas.Bt

TENAGAKERJA

CUACA KET

Gal. Timb.

Kosr

Bt.Kos

Bt.Kali

Bt.Muka

Siar

Halus.Kasar

Tulang.

Tumbk

Pek M Jm

l

JUMLAH

Page 126: BAB I PENDAHULUAN - bpsdm.pu.go.id fileTata Cara Pengawasan 1 BAB I PENDAHULUAN 1. Umum Tidak dapat disangkal bahwa pengawasan menempati peranan yang sangat penting dalam suatu organisasi

Tata Cara Pengawasan

126

No. Tgl. Pasir Koral Bt.Bll BtMk Semen Kayu Papan Besi Keterangan No. Pas.SchotBalk

Besi-besi

canal Aspal

Pipasiku

JUMLAH :

DIPERIKSA OLEH :

P E N G A W A S S E K T O R

( )

PENGAWAS SETEMPAT

( )

……………………

Page 127: BAB I PENDAHULUAN - bpsdm.pu.go.id fileTata Cara Pengawasan 1 BAB I PENDAHULUAN 1. Umum Tidak dapat disangkal bahwa pengawasan menempati peranan yang sangat penting dalam suatu organisasi

Tata Cara Pengawasan

127

BAGIAN SALURAN : ……………………… LAPORAN BANGUNAN MINGGUAN AIR KE : ………………………. Kepada :NOMOR KONTRAK : ……………………… MINGGU KE : ……………………… BULAN : ……………………… Yth.

_________________

PEK. DARI PROFIL : ………………………PEMBORONG

No. Tgl.

Taksiran hasil Alat2yg

dipakai

Cuaca

Jarak BuanganTanah Jenis

Tanah

Tinggibuang

an

Pek.Tambahan yg ada

Banyaktenaga KET

Galian

M3

TimbunanM3

HumusanM2

Tgg.kiri

M#

Tgg.kananM3

Pek M Jm

l

Keterangan tambahan :Diperiksa Oleh :

P E N G A W A S S E K T O R

( )

PENGAWAS SETEMPAT

( )

……………………

Page 128: BAB I PENDAHULUAN - bpsdm.pu.go.id fileTata Cara Pengawasan 1 BAB I PENDAHULUAN 1. Umum Tidak dapat disangkal bahwa pengawasan menempati peranan yang sangat penting dalam suatu organisasi

Tata Cara Pengawasan

128

DIREKTORAT JENDRAL PENGAIRANDIREKTORAT IRIGASIPROYEK IRIGASI

BAGIAN SALURAN : ……………………… LAPORAN BANGUNAN MINGGUAN AIR KE : ………………………. Kepada :NOMOR KONTRAK : ……………………… MINGGU KE : ……………………… BULAN : ……………………… Yth.

_________________

PEK. DARI PROFIL : ………………………PEMBORONG

No. Tgl.

Pekerjaan Tanah Pekerjaan Pasangan

Cuaca KeteranganGalian UrugTanah

UrugPasir Humus Pas.

OnderslagPas.

Stenslag Mengaspal GilasanPas.Batu

Pinggir

JUMLAH

Page 129: BAB I PENDAHULUAN - bpsdm.pu.go.id fileTata Cara Pengawasan 1 BAB I PENDAHULUAN 1. Umum Tidak dapat disangkal bahwa pengawasan menempati peranan yang sangat penting dalam suatu organisasi

Tata Cara Pengawasan

129

BAHAN-BAHAN MATERIAL YANG DATANG DAN ADA DILAPANGAN PEKERJAAN KETERANGAN TAMBAHAN :

No. Tgl. Pasir Bt. Pecah10/15 Aspal Kayu Papan Keterangan

JUMLAH

Diperiksa Oleh :Koordinator Pelaksana

( )

Pengawas Setempat :

( )

……………………

Page 130: BAB I PENDAHULUAN - bpsdm.pu.go.id fileTata Cara Pengawasan 1 BAB I PENDAHULUAN 1. Umum Tidak dapat disangkal bahwa pengawasan menempati peranan yang sangat penting dalam suatu organisasi

Tata Cara Pengawasan

130

CONTOH LAPORAN BULANAN

Proyek :Jenis Pekerjaan :Bulan/Tahun :

KETERANGAN :LAPORAN BULAN :Laporan bulanan dibuat setiap bulan oleh staf pelaksana konstruksi atas dasar laporan mingguan yang dibuat oleh Pengawas Daerah.Laporan bulanan ini kemudian dituangkan dalam bentuk grafik bersama-sama dengan laporan kemajuan tersebut dan ditempelkan diruang operasi (operation room) kantor proyek.Untuk proyek-proyek yang berstatus sub. Proyek, laporan bulanan ini harus dikirimkan setiap bulan kepada kantor pusatnya.

No. L o k a s i Jumlah Nomenklatur RealisasiProsentase Jenis

Pekerjaan(Kumulatif)

Prosentasebobot menurutdata dalam D.

I. P

Keterangan

1 2 3 4 5 6 7 8

Page 131: BAB I PENDAHULUAN - bpsdm.pu.go.id fileTata Cara Pengawasan 1 BAB I PENDAHULUAN 1. Umum Tidak dapat disangkal bahwa pengawasan menempati peranan yang sangat penting dalam suatu organisasi

Tata Cara Pengawasan

131

BAB TAMBAHAN :

PENGENALAN UMUM SISTEM MONITORING, INFORMASI DAN

PELAPORAN YANG BERKOSISTENSI DENGAN TUGAS PENGAWASAN

LAPANGAN

SISTEM MONITORING PROYEK

Tujuan Sistem Monitoring Proyek ini adalah memonitor kegiatan proyek baik dari segi

areal/fisik maupun segi keuangannya sehingga dapat memberikan informasi kegiatan

apa saja yang ada di proyek dan bagaimana kemajuan/progress pelaksanaannya pada

suatu saat tertentu.

Untuk mendukung maksud ini maka diperlukan data-data, baik dari daftar isian

proyek/petunjuk operasi, dan syarat-syarat perjanjian pemborong/kontrak yang dibuat

dalam rangka pelaksanaan proyek, maupun data-data mengenai realisasi dari

penggunaan anggaran jenis kegiatan setelah dilaksanakan.

Sehubungan dengan pelaksanaan monitoring proyekyang akan dilaksanakan dengan

komputer, maka data yang diperlukan tersebut dituangkan dalam formulir-formulir yang

telah ditentukan sebagai berikut :

- FORM PRT-006 : adalah Formulir Isian Data Master / Revisi Master P.O.

- FORM PRT-006/A : adalah Formulir Target Areal/Fisik P.O.

- FORM PRT-007 : adalah formulir isian Data Kontrak/Revisi Kontrak Khusus

untuk jenis pengeluaran Konstruksi.

- FORM PRT-007/A : adalah Formulir Khusus untuk Kontrak Multiyers .

- FORM PRT-008 : adalah Formulir Isian Data Realisasi Fisik/Areal

- FORM PRT-009 : adalah Formulir Isian Data Realisasi Kontrak.

(Formulir ini hanya dimaksudkan sebagai contoh yang pernah berlaku di lingkungan

Direktorat Jenderal Pengairan, Departemen PU, dan saat ini masih dalam tahap

Page 132: BAB I PENDAHULUAN - bpsdm.pu.go.id fileTata Cara Pengawasan 1 BAB I PENDAHULUAN 1. Umum Tidak dapat disangkal bahwa pengawasan menempati peranan yang sangat penting dalam suatu organisasi

Tata Cara Pengawasan

132

penyesuaian dengan ketentuan peraturan prundangan yang baru, sehingga perlu segera

penyesuaian setelah ketentuan baru diberlakukan)

Dokumentasi/sejarah kronologis pelaksanaan:

Untuk tujuan dokumentasi dan memudahkan mengikuti perkembangan proyek

secara kronologis, pada tahap penyelesaian suatu pekerjaan, pengawas berkewajiban

membuat laporan sejarah kronologis pelaksanaan.

Pada laporan tersebut dicantumkan secara terperinci berbagai keterangan yang

berhubungan dengan pekerjaan tersebut, antara lain tanggal-tanggal penting,

permulaan dan selesainya pelaksanaan, perubahan-perubahan, pelaksana, dimensi-

dimensi pokok, dan sebagainya.

Dengan laporan tersebut, dapat diketahui semua hal yang berhubungan dengan

bangunan tersebut di kemudian hari. Lihat Contoh Laporan berikut:

Daftar simak (Chek list) pelaksanaan pekerjaan:

Untuk memudahkan pengawas dalam memeriksa bagian-bagian pekerjaan di

lapangan pada saat mengadakan pengawasan, atau pada saat pemeriksaan bersama,

maka perlu pemakaian Daftar Simak (Cheklist), agar tidak ada bagian-bagian kegiatan

yang luput dari pengamatan dan pemeriksaan.

Daftar simak tersebut dibuat bersama oleh pengawas lapangan dan diperiksa

untuk direkonfirmasi oleh koordinator pengawas lapangan (Pengawas Daerah). Untuk

pekerjaan pengawasan dibidang Sumber Daya Air, kegiatan yang umumnya memerlukan

daftar simak adalah: Pekerjaan Persiapan Pelaksanaan, Pekerjaan Uitzet (Staking out),

Pekerjaan Galian dan Timbunan, Pekerjaan Persiapan Pengecoran beton, dan Pekerjaan

Pasangan Batu.

Khusus dalam kaitan pelaksanaan lanjutan, maka daftar simak ini harus terlebih

dahulu diisi dan ditandatangani oleh pengawas sebelum pelaksana pemborong

diperkenankan melanjutkan kegiatannya. Lihat contoh Daftar Simak – Check List berikut:

Page 133: BAB I PENDAHULUAN - bpsdm.pu.go.id fileTata Cara Pengawasan 1 BAB I PENDAHULUAN 1. Umum Tidak dapat disangkal bahwa pengawasan menempati peranan yang sangat penting dalam suatu organisasi

Tata Cara Pengawasan

133

Page 134: BAB I PENDAHULUAN - bpsdm.pu.go.id fileTata Cara Pengawasan 1 BAB I PENDAHULUAN 1. Umum Tidak dapat disangkal bahwa pengawasan menempati peranan yang sangat penting dalam suatu organisasi

Tata Cara Pengawasan

134

Page 135: BAB I PENDAHULUAN - bpsdm.pu.go.id fileTata Cara Pengawasan 1 BAB I PENDAHULUAN 1. Umum Tidak dapat disangkal bahwa pengawasan menempati peranan yang sangat penting dalam suatu organisasi

Tata Cara Pengawasan

135

Page 136: BAB I PENDAHULUAN - bpsdm.pu.go.id fileTata Cara Pengawasan 1 BAB I PENDAHULUAN 1. Umum Tidak dapat disangkal bahwa pengawasan menempati peranan yang sangat penting dalam suatu organisasi

Tata Cara Pengawasan

136

Page 137: BAB I PENDAHULUAN - bpsdm.pu.go.id fileTata Cara Pengawasan 1 BAB I PENDAHULUAN 1. Umum Tidak dapat disangkal bahwa pengawasan menempati peranan yang sangat penting dalam suatu organisasi

Tata Cara Pengawasan

137

Page 138: BAB I PENDAHULUAN - bpsdm.pu.go.id fileTata Cara Pengawasan 1 BAB I PENDAHULUAN 1. Umum Tidak dapat disangkal bahwa pengawasan menempati peranan yang sangat penting dalam suatu organisasi

Tata Cara Pengawasan

138

Page 139: BAB I PENDAHULUAN - bpsdm.pu.go.id fileTata Cara Pengawasan 1 BAB I PENDAHULUAN 1. Umum Tidak dapat disangkal bahwa pengawasan menempati peranan yang sangat penting dalam suatu organisasi

Tata Cara Pengawasan

139

Page 140: BAB I PENDAHULUAN - bpsdm.pu.go.id fileTata Cara Pengawasan 1 BAB I PENDAHULUAN 1. Umum Tidak dapat disangkal bahwa pengawasan menempati peranan yang sangat penting dalam suatu organisasi

Tata Cara Pengawasan

140

Page 141: BAB I PENDAHULUAN - bpsdm.pu.go.id fileTata Cara Pengawasan 1 BAB I PENDAHULUAN 1. Umum Tidak dapat disangkal bahwa pengawasan menempati peranan yang sangat penting dalam suatu organisasi

Tata Cara Pengawasan

141

Page 142: BAB I PENDAHULUAN - bpsdm.pu.go.id fileTata Cara Pengawasan 1 BAB I PENDAHULUAN 1. Umum Tidak dapat disangkal bahwa pengawasan menempati peranan yang sangat penting dalam suatu organisasi

Tata Cara Pengawasan

142

Page 143: BAB I PENDAHULUAN - bpsdm.pu.go.id fileTata Cara Pengawasan 1 BAB I PENDAHULUAN 1. Umum Tidak dapat disangkal bahwa pengawasan menempati peranan yang sangat penting dalam suatu organisasi

Tata Cara Pengawasan

143

Page 144: BAB I PENDAHULUAN - bpsdm.pu.go.id fileTata Cara Pengawasan 1 BAB I PENDAHULUAN 1. Umum Tidak dapat disangkal bahwa pengawasan menempati peranan yang sangat penting dalam suatu organisasi

Tata Cara Pengawasan

144

Page 145: BAB I PENDAHULUAN - bpsdm.pu.go.id fileTata Cara Pengawasan 1 BAB I PENDAHULUAN 1. Umum Tidak dapat disangkal bahwa pengawasan menempati peranan yang sangat penting dalam suatu organisasi

Tata Cara Pengawasan

145

PROSES INFORMASI PELAPORAN DI DIREKTORAT JENEDRAL SUMBER DAYA AIR.

Untuk memberikan gambaran secara umum tentang sistem pelaporan proyek-

proyek irigasi dalam lingkungan Direktorat Jendral Pengairan, dapat dikemukakan

sebagai berikut. (Ini dimaksudkan hanya sebagai ilustrasi dari proses informasi yang

pernah likakukan oleh Direktorat Jenderal Pengairan, Departemen PU, dan saat ini

dengan struktur baru Departemen PU, perlu segera disesuaikan setelah proses

informasi yang baru selesai disusun dan siap dilaksanakan secara menyeluruh).

Data-data masukan dari pengawas lapangan seperti disebutkan terdahulu,

diseleksi dan diklasifikasikan kedalam berbagai kategori, yang dipergunakan untuk

membuat berbagai laporan ke berbagai instansi yang mempergunakan informasi

tersebut.

Bagan arus dan jenis-jenis laporan yang dimaksud (hanya untuk memberikan

gambaran umum dan tidak berlaku lagi sekarang), dapat dilihat pada skema berikut ini :

BAGAN ARUS INFORMASI

Pada skema tersebut di atas dapat dilihat berbagai jenis laporan kepada berbagai

instansi.

PROYEK

BAGIANPROYEK/

SUB BAGIAN

BAPPENAS

BAGIAN KEUANGANDIREKTORATJENDERALPENGAIRAN

BAGIAN PERINTALDIREKTORATJENDERALPENGAIRAN

BIROPERENCANAANDEPARTEMENPEKERJAAN UMUM

Page 146: BAB I PENDAHULUAN - bpsdm.pu.go.id fileTata Cara Pengawasan 1 BAB I PENDAHULUAN 1. Umum Tidak dapat disangkal bahwa pengawasan menempati peranan yang sangat penting dalam suatu organisasi

Tata Cara Pengawasan

146

(Prosedur ini masih memakai pendekatan lama dan perlu disesuaikan dengan yang baru,

dan berlaku di lingkungan Direktorat Jenderal PSDA. Jadi hanya dimaksudkan sebagai

pengetahuan saja, dan akan segera diadakan penyesuaian seperlunya)

SISTEM INFORMASI DAN KOMPUTER

Suatu bentuk organisasi baik swasta maupun instansi pemerintah memerlukan

suatu sistem informasi yang efisien dan terpercaya untuk memungkinkan badan tersebut

mengamati perkembangan atau memonitor kejadian ataupun kegiatan-kegiatan yang

berhubungan dengan organisasi tersebut.

Informasi tersebut dikumpulkan dan dianalisis secara rutin untuk dipergunakan

sebagai bahan pengambilan keputusan dalam pengendalian kebijaksanaan organisasi

tersebut.

Konsep Dasar Sistem Informasi.

Bagian utama dari sistem informasi adalah informasi itu sendiri berikut fungsi

pengolahan informasi itu. Peranan komputer dalam hal ini, hanyalah sebagai alat

untuk membantu pengolahan berbagai-bagai informasi.

Prosespelaksanaanstrategipimpinan

Prosespelaksanaanstrategipimpinan

hasilLaporanInformasi

Perintah /

rencana

Evaluasi

Informasi

Informasi dari luar

Informasi dari luar

Pengambilan

keputusan untuk

sistem manajemen

yang sempurna

melalui informasi

yang baik

kegiatan yang

didasarkan atas

informasi yang

diperlukan untuk

penyempurnaan

kegiatan

sistem manajemen

Page 147: BAB I PENDAHULUAN - bpsdm.pu.go.id fileTata Cara Pengawasan 1 BAB I PENDAHULUAN 1. Umum Tidak dapat disangkal bahwa pengawasan menempati peranan yang sangat penting dalam suatu organisasi

Tata Cara Pengawasan

147

Dalam hal ini, perlu ditegaskan definisi :

Sistem : Gabungan antara manusia, mesin, peralatan dan metoda yang

dipergunakan untuk melaksanakan suatu tujuan tertentu.

Komputer : Serangkaian peralatan yang mampu melaksanakan perhitungan dan

pengolahan yang bersifat logis dalam jumlah yang sangat besar,

tanpa campur tangan operator selama melaksanakan fungsinya.

Peralatan termaksud pada umumnya terdiri dari lima bagian pokok

yaitu : Unit aritmatika dan logie, unit kontrol, unit penyimpanan, unit

masukan dan unit luaran.

Metoda yang dipergunakan dalam proses informasi merupakan suatu faktor

yang sangat penting dalam mewujudkan sistem informasi yang cukup baik untuk

diterapkan.

Proses pengolahan informasi sebenarnya merupakan sistem yang sangat

tergantung pada faktor manusia yang mempergunakan mesin sebagai alat

pengolahan. Jadi prosesnya disuatu pihak tergantung pada mesin. Pengalihan

informasi diantara sistem ini, harus cepat, tepat dan sempurna untuk menjadi suatu

sistem informasi yang memenuhi tujuan. Dalam hal ini, komputer merupakan suatu

mesin pengolah informasi seperti tujuan tersebut diatas.

Sistem Komputer.

Sistem komputer terdiri dari peralatan elektronik, elektromagnetik, atau

peralatan mekanis yang disebut “Hardware”, melaksanakan tugas pengolahan

serangkaian informasi seperti membaca data masukan (input), penyimpanan

(storage), perhitungan (computing), perbandingan (comparing), pengeluaran data

(outputing) dan pengendalian penggunaan sistem secara menyeluruh.

Perintah pemakaian terdiri dari “software” dan “program” yang juga merupakan

satuan yang tak terpisahkan dari keseluruhan sistem. Sistem komputer disebut juga

“Elektronic Data Processing System” (E.D.P.S.).

Page 148: BAB I PENDAHULUAN - bpsdm.pu.go.id fileTata Cara Pengawasan 1 BAB I PENDAHULUAN 1. Umum Tidak dapat disangkal bahwa pengawasan menempati peranan yang sangat penting dalam suatu organisasi

Tata Cara Pengawasan

148

Suatu sistem komputer, terdiri dari “Hardware” dan “Software”.

Hardware adalah Peralatan fisik yang dipergunakan untuk pengolahan data.

Software adalah Program komputer, routines, dan prosedur yang

berhubungan dengan penggunaan sistem komputer.

Program = Routine = adalah serangkaian perintah untuk pernyataan

perintah yang dapat dimengerti oleh komputer. Umumnya terdiri dari perintah

serbaguna yang dapat dipergunakan berulang kali.

Sistem Komputer

Hardware Software

Page 149: BAB I PENDAHULUAN - bpsdm.pu.go.id fileTata Cara Pengawasan 1 BAB I PENDAHULUAN 1. Umum Tidak dapat disangkal bahwa pengawasan menempati peranan yang sangat penting dalam suatu organisasi

Tata Cara Pengawasan

149

Fungsi Sistem Komputer.

Informasi yang masuk terdiri dari data masukan dan program diteruskan dan

disampaikan ke alat pemasukan data, di sana data tersebut terkumpul, diteruskan ke

pusat pengendalian untuk perintah pengolahan dan pengeluaran hasil yang sudah diolah

sesuai perintah.

Pengeluaran hasil yang sudah diolah dilaksanakan melalui alat pengeluaran data yang

berfungsi dari adanya data yang disampaikan oleh pusat pengumpulan informasi atas

perintah pusat pengendali.

C P U(Central Processing Unit)

Pengendaliandan pengolahaninformasi secaramenyeluruh

control

storage

OUTPUTINPUT

perhitungan

proses pengolahaninformasi /pengolahan

INPUT OUTPUT

Alat masukandata

informasimasukan DataProgram

informasi

keluaran

(Output Data)

Alat pengeluardata

pengumpulaninformasi

Skema dari lima fungsi utama komputer

Page 150: BAB I PENDAHULUAN - bpsdm.pu.go.id fileTata Cara Pengawasan 1 BAB I PENDAHULUAN 1. Umum Tidak dapat disangkal bahwa pengawasan menempati peranan yang sangat penting dalam suatu organisasi

Tata Cara Pengawasan

150

Manusia dan Komputer.

MANUSIA DAN KOMPUTER

Pengolahan informasi merupakan fungsi fundamental otak manusia. Proses

informasi tersebut mencerminkan sifat-sifat maupun karakter seseorang. Pada dunia

modern saat ini, dimana struktur sosial semakin hari semakin rumit, jika kita tetap

mengandalkan cara-cara analisis yang bersifat comvensional yang umumnya sangat

lamban.

Juga seringkali kita terhambat oleh keterbatasan kemampuan manusia untuk mengolah

data yang semakin rumit.

Untuk memenuhi tuntutan ini, berbagai peralatan diciptakan untuk membantu

manusia untuk pengolahan data yang lebih sempurna. Salah satu penemuan manusia

yang luar biasa adalah komputer. Prinsip kerjanya diciptakan dengan meniru mekanisme

yang ada pada manusia :

Komputer berfunsi sebagai pengolah informasi seperti manusia.

Input unit berfungsi sebagai mata dan telinga yang membaca dan mendengar

informasi

perhitungan

ingatan

pengendalian

Program(Prosedur Pengolahan)

telinga

mata

reaksikeluaranlisan

sumber

data

masukan(input)

Reaksi keluaran tertulis Perintah tertulis Output

Page 151: BAB I PENDAHULUAN - bpsdm.pu.go.id fileTata Cara Pengawasan 1 BAB I PENDAHULUAN 1. Umum Tidak dapat disangkal bahwa pengawasan menempati peranan yang sangat penting dalam suatu organisasi

Tata Cara Pengawasan

151

CPU berfungsi sebagai otak yang menyimpan, mengolah, menghitung dan

mengendalikan suatu tujuan.

Output unit berfungsi sebagai tangan atau mulut yang berfungsi menulis atau

berbicara.

Penyimpanan bantu berfungsi sebagai buku catatan yang membantu otak menyimpan

keterangan-keterangan yang diperlukan sebagai tambahan, agar tidak mudah

dilupakan.

Kelebihan dan kekurangan komputer.

Sistem komputer merupakan pengolah informasi yang paling maju dalam dunia modern

kita pada saat ini. Banyak sekali karakter dan sifat yang sangat menguntungkan,

sehingga biaya pengolahan dapat ditekan serendah mungkin dengan hasil yang sangat

baik dan waktunya yang relatif singkat. Fungsi-fungsi tersebut antara lain :

Fungsi Serbaguna.

Semua fungsi yang diperlukan untuk pengolahan digabung menjadi sistem tunggal.

Kemampuan menyimpan data yang sangat besar.

Secara teoritis, batas kemampuan penyimpanan informasi sangat besar,

sehingga mendekati tak terbatas

Ketepatan pengolahan.

Betapapun rumitnya dan panjangnya program dan tugas yang dibebankan,

perintah-perintah dan sebagainya, semua dapat diingat tanpa kesalahan.

Ketepatan pengolahan yang luar biasa.

Lima sampai enam angka dapat dengan mudah ditambah dan dikurangi berjuta-

juta kali dalam sedetik.

Bersifat otomatis dan hemat tenaga.

Pengolahan otomatis dengan tenaga manusia yang sedikit dapat dilaksanakan

dengan menyimpan program dan memasukkan data sebanyak-banyaknya.

Kekurangannya bagaimanapun juga komputer adalah ciptaan manusia

yang tidak dapat bertindak dengan sendirinya.

Page 152: BAB I PENDAHULUAN - bpsdm.pu.go.id fileTata Cara Pengawasan 1 BAB I PENDAHULUAN 1. Umum Tidak dapat disangkal bahwa pengawasan menempati peranan yang sangat penting dalam suatu organisasi

Tata Cara Pengawasan

152

Tidak dapat mengerti perasaan manusia dan senantiasa bergantung pada

manusia.

Bagaimanapun baik dan sempurnanya sistem komputer, kalau data yang

disodorkan dan cara pemakaiannya yang tidak sempurna, hasilnya tetap tidak

baik.

Komputer dan pelaporan.

Jelas bahwa penggunaan komputer dalam pelaporan, sangat

menguntungkan bagi pemakai, terutama pada zaman modern seperti sekarang

ini. Untuk memperlancar penyaluran informasi dari atas ke bawah dan

sebaliknya komputer sangat diperlukan.

Pada pembangunan prasarana irigasi dewasa ini, kita harus mengikuti

dan menerapkan sistem komputer dalam sistem pelaporan untuk

memungkinkan memonitor secara cepat, tepat dan terpercaya semua kegiatan

pembangunan.

Selanjutnya melalui sistem pelaporan yang cepat, tepat dan terpercaya ini

dapat dengan cepat diambil langkah-langkah pengendalian yang sempurna,

sehingga dapat dipastikan berhasilnya setiap rencana yang diprogramkan.

Petugas di gugus depan seperti pengawas lapangan, sangat berperan

untuk menyajikan data yang terpercaya untuk diteruskan sebagai bahan yang

akan diolah oleh komputer, penemuan yang menakjubkan itu.

Page 153: BAB I PENDAHULUAN - bpsdm.pu.go.id fileTata Cara Pengawasan 1 BAB I PENDAHULUAN 1. Umum Tidak dapat disangkal bahwa pengawasan menempati peranan yang sangat penting dalam suatu organisasi

Tata Cara Pengawasan

153

SISTEM MONITORING DALAM PENGENDALIAN PELAKSANAAN

Monitoring ditinjau dari dasar katanya, mengandung arti pengamatan secara

teratur dan berkesinambungan. Jadi dalam pelaksanaan pembangunan proyek-proyek

irigasi, sistem monitoring dimaksudkan sebagai suatu daya upaya menggunakan metoda

dan peralatan tersendiri untuk mengamati semua kegiatan yang bersangkut paut

dengan pelaksanaan pekerjaan.

Salah satu bagian dari kegiatan monitoring tersebut adalah pengawasan di tempat

secara terus menerus, disertai dengan pencatatan dan pelaporan fakta-fakta yang

terjadi, baik berupa kemajuan kerja dalam angka, maupun dalam bentuk informasi

tentang kejadian sehari-hari. Fakta-fakta tersebut diolah, dan secara berantai sesuai

dengan jenjang pertanggungjawaban, diteruskan kepada yang membutuhkannya.

Kesimpulan dari kejadia-kejadian tersebut dimaksudkan untuk secara rutin

memberikan gambaran yang mantap atas kemajuan suatu proyek sesuai dengan

program yang ditetapkan dalam DIP. Dengan demikian, berdasarkan laporan-laporan

tersebut dapat diambil suatu keputusan atau langkah-langkah yang berhubungan

dengan pengendalian proyek.

Pengendalian proyek atas dasar data-data yang dimonitor tersebut, sangat

tergantung pada kelancaran suatu proyek melaporkan kegiatan yang dilaksanakannya,

baik dari segi perkembangan pembangunan fisik dalam mencapai target yang sesuai

dengan tujuan proyek itu sendiri, maupun segi penggunaan dananya.

Peranan pengawas Lapangan dalam Monitoring.

Pengawas lapangan adalah petugas terdepan yang bertanggung jawab mengawasi,

mangamati, mencatat, dan melaporkan semua kegiatan yang terjadi di lapangan. Jadi

dalam hal ini pengawas lapangan adalah sumber informasi dari kegiatan monitoring.

Kegiatan demi kegiatan dikumpulkan, diseleksi, dan dievaluasi, untuk diwujudkan

menjadi laporan. Peranan ini sangat penting, karena bagaimanapun baiknya atau

buruknya pelaksanaan, kesan ke luar pertama-tama ditentukan oleh fakta laporan yang

cepat, tepat dan terpercaya. Kumpulan informasi dari para pengawas lapangan,

Page 154: BAB I PENDAHULUAN - bpsdm.pu.go.id fileTata Cara Pengawasan 1 BAB I PENDAHULUAN 1. Umum Tidak dapat disangkal bahwa pengawasan menempati peranan yang sangat penting dalam suatu organisasi

Tata Cara Pengawasan

154

digabungkan dan diolah, akhirnya akan disimpulkan oleh atasan dan atas kesimpulan

tersebut diambil kesimpulan.

PENUTUP

Uraian-uraian terdahulu, secara selayang pandang, menggambarkan tata cara

pengawasan dalam pelaksanaan konstruksi proyek-proyek Bidang SDA dengan berbagai

aspek-aspek yang berkaitan, walaupun diuraikan secara singkat, namun setidak-

tidaknya telah mencakup sebahagian besar kerangka tata cara pengwasan dan sistem

pelaporan untuk penyampaian informasi.

Tidak dapat disangkal, bahwa apa yang dikemukakan di sini masih bersifat contoh-

contoh secara umum, tanpa menampilkan suatu keharusan untuk mencontoh secara

langsung. Bagaimanapun juga, kondisi setempat sangat mempengaruhi penampilan tata

cara pengawasan dan pelaporan. Inipun senantiasa berkembang dan berubah dari

waktu ke waktu sesuai dengan kemampuan zaman.

Bagaimanapun bentuk dan wujud sistem pengawasan demikian pula sifat peralatan

dan fasilitas yang dipergunakan, faktor mental dan sifat manusiawi, sangat memegang

peranan dalam mewujudkan fungsi dan tujuan sistem dalam menunjang kelancaran

pengendalian pelaksanaan pekerjaan.

Kontinuitas pengiriman laporan yang tepat dan terpercaya dan penyampaian

sesuai dengan jenjang organisasi dari bawah ke atas, sangat didambakan untuk

mewujudkan suatu pengendalian pelaksanaan yang baik dan terpercaya.

Pada kesempatan terakhir ini dapat disimpulkan bahwa keberhasilan suatu

pelaksanaan suatu pekerjaan proyek banyak juga tergantung kepada itikad dari

pemborong, tetapi tidak terlepas sama sekali fungsi pengawas dalam memberikan

bimbingannya.

Seorang pengawas harus dapat memberikan tafsiran yang tepat dan cepat

terhadap gambar dan penyesuaiannya di lapangan, juga mengenai akibat yang

ditimbulkan oleh apa-apa yang dibangunnya. Atau dengan perkatan lain seorang

pengawas harus tanggap terhadap kondisi dan situasi lapangan. Dan yang penting lagi,

seorang pengawas bukan penonton dalam suatu pelaksanaan pekerjaan, dalam arti

harus mengerti hal-hal yang dihadapinya dan harus dikerjakannya.

Page 155: BAB I PENDAHULUAN - bpsdm.pu.go.id fileTata Cara Pengawasan 1 BAB I PENDAHULUAN 1. Umum Tidak dapat disangkal bahwa pengawasan menempati peranan yang sangat penting dalam suatu organisasi

Tata Cara Pengawasan

155

Perlu ditekankan dalam hal ini bahwa banyak ketentuan-ketentuan lama yang

masih tercantum dalam modul pengawasan lapangan bidang SDA ini yang belum

disesuaikan, mengingat bahwa pada waktu penyusunan modul ini, ketentuan-ketentuan

terbaru bidang terkait dengan pengawasan lapangan masih dalam penyusunan. Hal ini

khususnya yang banyak terkait dengan kelembagaan baru, yang selama ini masih terus

menyesuaikan akibat perbahan yang berlangsung dalam era reformasi ini. Untuk itu,

penggunaan modul ini untuk pelatihan atau pedoman pelaksanaan di lapangan,

hendaknya senantiasa mengacu kepada ketentuan terbaru. Ketentuan yang tercantum

dalam tata cara pengawasan ini akan dapat dipergunakan sepanjang tidak bertentangan

dengan ketentuan yang terbaru atau yang berlaku.

Page 156: BAB I PENDAHULUAN - bpsdm.pu.go.id fileTata Cara Pengawasan 1 BAB I PENDAHULUAN 1. Umum Tidak dapat disangkal bahwa pengawasan menempati peranan yang sangat penting dalam suatu organisasi

Tata Cara Pengawasan

156

DAFTAR PUSTAKA.

1. Direktorat Jenderal Pengairan, 1988. Pedoman Umum Metode Pengawasan

Konstruksi Irigasi, Direktorat Jenderal Pengairan, Departemen PU, Maret 1988.

2. Robert W. Eckles Et al., 1975. Supervisory Management, a Short Course in

Supervision, John Wiley & Sons Inc. New York, London, Sydney, Toronto, 1975.

3. Saronto, Ir., 1979. Management Information System, Badan Penerbit Depertemen

PU, 1979.

4. N.E.C., 1980. Introduction to Computer.

5. Imam Subarkah. Ir. Bangunan Air, Penerbit Idea Dharma, Bandung.

6. Wonargo Martowirono, Ir. Petunjuk Pokok Pengawasan Pekerjaan, Pusat Pendidikan

dan Latihan Tenaga Kerja PUTL

7. Wonargo Matowirono, Ir. Pedoman Kerja Untuk Pengawasan Pekerjaan.

8. Dewan Teknik Pembangunan Indonesia, Peraturan Umum tentang hubungan kerja

antara ahli & Pemberi Tugas.

9. Soekarno Malangjoedo, Syarat-syarat Umum untuk Pelaksanaan bangunan Umum

yang dilelangkan.

10. Sycip, Gorres Velayo & Co, Field Hand Book, Basic Procedure for Construction

Supervision.

11. Direktorat Jenderal Pengairan, Laporan Analisis dam Rancangan Sistem Informasi

Monitoring Proyek.

12. Proyek Pendidikan untuk Pembinaan dan Monitoring Pelaksanaan Proyek, 1985.

Direktorat Jenderal Pengairan, Departemen PU.

Page 157: BAB I PENDAHULUAN - bpsdm.pu.go.id fileTata Cara Pengawasan 1 BAB I PENDAHULUAN 1. Umum Tidak dapat disangkal bahwa pengawasan menempati peranan yang sangat penting dalam suatu organisasi

Tata Cara Pengawasan

157

Konsep Bahan Serahan:

TATA CARA PENGAWASAN

PELAKSANAAN PEKERJAAN KONSTRUKSI PROYEK

BIDANG SUMBER DAYA AIR

(Modul Pelatihan untuk Pengawas Lapangan Pelaksanaan Konstruksi

Proyek Bidang Sumber Daya Air)

Pusat Diklat Pegawai

Departemen Pekerjaan Umum

Jakarta, Oktober 2005