juknis pengawasan

124
COVER DALAM

Upload: sigit-purwanto

Post on 11-Jul-2016

69 views

Category:

Documents


17 download

DESCRIPTION

Petunjuk Teknis Pengawasan Lapangan

TRANSCRIPT

Page 1: JUKNIS PENGAWASAN

COVER DALAM

Page 2: JUKNIS PENGAWASAN

KOSONG

Page 3: JUKNIS PENGAWASAN

DRAFT

DAFTAR ISI

Keterangan Halaman

Keputusan Kepala Badan Pengelola Lingkungan Hidup DaerahProvinsi DKI Jakarta Nomor 262/2011 Tentang Petunjuk Teknis Mekanisme Pembinaan Dan Pengawasan PengendalianP e n c e m a r a n A i r L i m b a h D i P r o v i n s i D K IJakarta ............................................................................................. 1

P e d o m a n P e n y u s u n a n L a p o r a n I m p l e m e n t a s i RKL / RPL ...................................................................................... 37

Pedoman Pengawasan Pengendalian Pencemaran Udara Sumber Tidak Bergerak ............................................................................... 51

Jakarta ...................................................................................... 73

Jakarta ...................................................................................... 101

limbah ...................................................................................... 111

Keputusan Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 582 Tahun 1995 Tentang

Peraturan Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 122 Tahun 2005 Tentang Pengelolaan Air Limbah Domestik D i P r o v i n s i D a e r a h K h u s u s I b u k o t a

Peraturan Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 220 Tahun 2010 Tentang Perizinan Pembuangan Air

Tentang Penetapan Peruntukan Dan Baku Mutu Air Sungai / Badan Air Serta Baku Mutu Limbah Cair D l W i l a y a h D a e r a h K h u s u s I b u k o t a

Page 4: JUKNIS PENGAWASAN
Page 5: JUKNIS PENGAWASAN

KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGELOLA LINGKUNGAN HIDUP DAERAH

PROVINSI DKI JAKARTA

NOMOR 262/2011

TENTANG

PETUNJUK TEKNIS MEKANISME PEMBINAAN DAN PENGAWASAN

PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR LIMBAH DI PROVINSI DKI JAKARTA

KEPALA BADAN PENGELOLA LINGKUNGAN HIDUP DAERAH

Menimbang: a. Bahwa sesuai amanat Undang-Undang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Nomor 32 tahun 2009, pasal 63, Pemerintah Daerah memiliki tugas dan wewenang melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap pelaksanaan kebijakan nasional, peraturan daerah, dan peraturan kepala daerah, serta melakukan pembinaan dan pengawasan ketaatan penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan terhadap ketentuan perizinan lingkungan dan peraturan perundang-undangan;

b. Bahwa sesuai amanat Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 01 Tahun 2010, tentang Tata Laksana Pengendalian Pencemaran Air, Gubernur memiliki tugas dan wewenang melakukan pembinaan dan pengawasan untuk meningkatkan ketaatan penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan dalam pengelolaan kualitas air dan pengendalian pencemaran air;

c. Bahwa dalam rangka pelaksanaan Keputusan Gubernur KDKI Jakarta Nomor 582 Tahun 1995 tentang Penetapan Peruntukan dan Baku Mutu Air Sungai / Badan Air serta Baku Mutu Limbah Cair di Wilayah DKI Jakarta perlu ditetapkan Petunjuk Teknis Mekanisme Pembinaan dan Pengawasan Air Limbah di Provinsi DKI Jakarta;

d. Bahwa berdasarkan ketentuan Keputusan Gubernur Nomor 165 Tahun 2009 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Pengelolan Lingkungan Hidup Daerah Provinsi DKI Jakarta perlu dilakukan perubahan terhadap Keputusan Kepala Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Nomor 298 Tahun 2003 tentang Petunjuk Teknis Mekanisme Pengawasan dan Pengendalian Beban Limbah Cair di Propinsi DKI Jakarta;

1

Page 6: JUKNIS PENGAWASAN

DRAFT

e. Bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, b, c dan d perlu ditetapkan Petunjuk Teknis Mekanisme Pembinaan dan Pengawasan Pengendalian Pencemaran Air Limbah di Provinsi DKI Jakarta dengan Keputusan Kepala Badan Pengelola Lingkungan Hidup Daerah Provinsi DKI Jakarta.

Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah;

2. Undang-undang Nomor 29 Tahun 2007 tentang Pemerintahan Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta sebagai Ibukota Negara Republik Indonesia;

3. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup;

4. Peraturan Pemerintah Nomor 82 tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air;

5. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 01 Tahun 2010 tentang Tata Laksana Pengendalian Pencemaran Air;

6. Peraturan Daerah Provinsi DKI Jakarta Nomor 10 Tahun 2008 tentang Organisasi Perangkat Daerah;

7. Keputusan Gubernur KDKI Jakarta Nomor 1893 Tahun 1991 tentang Tindakan Administratif bagi Perusahaan / Industri / Kegiatan yang Menimbulkan Perusakan dan Pencemaran Lingkungan;

8. Keputusan Gubernur KDKI Jakarta Nomor 582 Tahun 1995 tentang Penetapan Peruntukan dan Baku Mutu Air Sungai / Badan Air serta Baku Mutu Limbah Cair di Wilayah DKI Jakarta;

9. Keputusan Gubernur KDKI Jakarta Nomor 299 Tahun 1996 tentang Petunjuk Pelaksanaan Keputusan Gubernur KDKI Jakarta Nomor 582 Tahun 1995 tentang Penetapan Peruntukan dan Baku Mutu Air Sungai / Badan Air serta Baku Mutu Limbah Cair di Wilayah DKI Jakarta;

10.Keputusan Gubernur KDKI Jakarta Nomor 30 Tahun 1999 tentang Perizinan Pembuangan Limbah Cair di Daerah Khusus Ibukota Jakarta;

11.Keputusan Gubernur KDKI Jakarta Nomor 57 Tahun 2003 tentang Petunjuk Pelaksanaan Izin Pembuangan Limbah Cair di Propinsi DKI Jakarta;

2

Page 7: JUKNIS PENGAWASAN

12.Peraturan Gubernur DKI Jakarta Nomor 122 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Air Limbah Domestik di Provinsi DKI Jakarta;

13.Peraturan Gubernur Nomor 165 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Pengelolan Lingkungan Hidup Daerah Provinsi DKI Jakarta;

14.Peraturan Gubernur DKI Jakarta Nomor 220 Tahun 2010 tentang Perizinan Pembuangan Air Limbah di Daerah Khusus Ibukota Jakarta;

MEMUTUSKAN

Menetapkan :

KESATU : Petunjuk Teknis Pembinaan dan Pengawasan Pengendalian Pencemaran Air Limbah adalah sebagaimana tercantum dalam Lampiran Keputusan ini dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari keputusan ini

KEDUA : : Keputusan ini sebagai pedoman bagi aparatur tingkat provinsi dan kota/kabupaten administrasi dalam melaksanakan pembinaan dan pengawasan pengendalian pencemaran air limbah.

KETIGA : Pada saat Keputusan ini berlaku maka Keputusan Kepala Nomor 298 tahun 2003 tentang Petunjuk Mekanisme Pembinaan dan Pengawasan Limbah Cair di Provinsi DKI Jakarta dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.

KEEMPAT : Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 4 Oktober 2011

KEPALA BADAN PENGELOLA LINGKUNGAN HIDUP DAERAH

PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA,

ttd

Ir. PENI SUSANTI, Dipl. Est.

NIP 195507301980012001

3

Page 8: JUKNIS PENGAWASAN

DRAFT

Lampiran I : Keputusan Kepala Badan Pengelola Lingkungan Hidup Daerah Provinsi DKI Jakarta

Nomor : 262/2011 Tanggal : 4 Oktober 2011

PETUNJUK TEKNIS MEKANISME PEMBINAAN DAN PENGAWASAN

PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR LIMBAH

DI PROVINSI DKI JAKARTA

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pembinaan dan pengawasan ketaatan penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan terhadap ketentuan perizinan lingkungan dan peraturan perundang-undangan dibidang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup merupakan salah satu tugas dan wewenang dari pemerintah daerah sesuai dengan amanat pasal 63 Undang-Undang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Nomor 32 tahun 2009.

Dalam hal pengendalian pencemaran air limbah, ketaatan yang dimaksud dalam hal ini adalah ketaatan terhadap izin pembuangan air limbah, ketaatan terhadap pemenuhan jadwal pemeriksaan contoh air limbah secara berkala, serta ketaatan terhadap pemenuhan batasan beban dan konsentrasi baku mutu air limbah.

Pembinaan dan pengawasan dilakukan terhadap usaha dan/atau kegiatan sebagai upaya peningkatan ketaatan usaha dan/atau kegiatan akan perundang-undangan. Salah satu bentuk pembinaan dilakukan melalui sosialisasi, bimbingan dan konsultasi, pendampingan teknis terhadap usaha dan/atau kegiatan, serta pemberian Surat Pemberitahuan.

Agar pembinaan dan pengawasan dapat dilakukan dengan baik maka perlu dibuat pedoman teknis pembinaan dan pengawasan pengendalian pencemaran air limbah di Provinsi DKI Jakarta.

1.2 Maksud dan Tujuan

Maksud ditetapkannya petunjuk teknis ini adalah sebagai acuan bagi aparatur Badan Pengelola Lingkungan Hidup Daerah Provinsi DKI Jakarta dalam melakukan pembinaan dan pengawasan pengendalian pencemaran air.

Tujuan ditetapkannya petunjuk teknis ini adalah agar pembinaan dan pengawasan pengendalian pencemaran air dapat terlaksana secara tertib dan bertanggungjawab.

4

Page 9: JUKNIS PENGAWASAN

1.3 Ruang Lingkup

Ruang lingkup petunjuk teknis ini meliputi petunjuk teknis untuk 6 (enam) kegiatan sebagai berikut:

1. Inventarisasi dan identifikasi sumber air limbah usaha dan/atau kegiatan;

2. Pengiriman contoh air limbah;

3. Evaluasi pemenuhan jadwal pemeriksaan contoh air limbah;

4. Pembuatan status mutu;

5. Pembinaan;

6. Pengawasan.

Ruang Lingkup petunjuk teknis ini dapat dilihat di Gambar 1.

14. Ketentuan Umum

Dalam keputusan ini yang dimaksud dengan :

a. Gubernur adalah Gubernur Provinsi DKI Jakarta;

b. Sektor/Instansi Pembina adalah Satuan Kerja Pemerintah Daerah Provinsi DKI Jakarta yang melaksanakan pembinaan terhadap berbagai jenis usaha dan/atau kegiatan di DKI Jakarta sesuai lingkup tugas pokok dan fungsinya masing-masing;

c Tim Pembinaan dan Pengawasan adalah tim yang ditunjuk untuk memberikan pembinaan dan melakukan pengawasan terhadap usaha dan/atau kegiatan dalam upaya untuk meningkatkan ketaatan usaha dan/atau kegiatan,

d. UPT Laboratorium adalah UPT Laboratorium Lingkungan Hidup Daerah Provinsi DKI Jakarta;

e. Pencemaran air adalah masuk atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi, dan/atau komponen air ke dalam air oleh kegiatan manusia sehingga melampaui baku mutu air limbah yang telah ditetapkan;

f. Pengendalian pencemaran air adalah upaya pencegahan dan penanggulangan pencemaran air serta pemulihan kualitas air untuk menjamin kualitas air agar sesuai dengan baku mutu air;

g. Air limbah adalah sisa dari suatu hasil usaha dan/atau kegiatan yang berwujud cair;

h. Izin adalah izin pembuangan air limbah;

i. Baku mutu air limbah adalah ukuran batas atau kadar polutan yang ditenggang untuk dimaksukkan ke media air;

j. Status mutu air limbah adalah hasil evaluasi ketaatan perusahaan terhadap ketentuan pengelolaan air limbah yang meliputi pemeriksaan berkala contoh limbah dan pemenuhan baku mutu limbah berdasarkan hasil analisa laboratorium, pemasangan alat ukur debit, pembuatan tempat pengambilan

5

Page 10: JUKNIS PENGAWASAN

contoh air limbah, pelaksanaan swapantau dan pelaporannya, yang disertai pula rekomendasi,

k. Pemberitahuan adalah Surat Pemberitahuan yang berisi status mutu tidak taat yang selanjutnya disingkat dengan P.

BAB II

INVENTARISASI DAN IDENTIFIKASI SUMBER AIR LIMBAH USAHA DAN/ATAU KEGIATAN

Inventarisasi dan identifikasi sumber air limbah adalah kegiatan penulusuran, pendataan, dan pencacahan usaha dan/atau kegiatan yang berpotensi menghasilkan air limbah yang masuk ke dalam sumber air. Dengan kegiatan inventarisasi dan identifikasi sumber air limbah ini dapat diketahui besaran dan/atau karakteristik air limbah dari usaha dan/atau kegiatan.

Proses inventarisasi dan indentifikasi dilaksanakan oleh Kantor Lingkungan Hidup Kota Administrasi/Kabupaten Administrasi Kepulauan Pulau Seribu berkoordinasi dengan sektor/instansi pembina di wilayah masing-masing. Hasil dari inventarisasi dan identifikasi ini antara lain profil usaha dan/atau kegiatan, sumber air limbah yang dikeluarkan (limbah proses maupun domestik), badan air penerima serta karakteristik air limbah yang dihasilkan. Formulir inventarisasi dan identifikasi dapat dilihat di Formulir 1. Hasil inventarisasi dan identifikasi sumber air limbah usaha dan/atau kegiatan disampaikan kepada BPLHD Provinsi DKI Jakarta minimal 1 (satu) kali dalam 1 (satu) tahun.

Dari proses inventarisasi dan identifikasi, usaha dan/atau kegiatan dikelompokkan sebagai berikut:

1. Memiliki izin dan rutin melakukan pemeriksaan berkala,

Setiap usaha dan/atau kegiatan wajib memeriksakan contoh air limbahnya secara berkala setiap 3 (tiga) bulanan sesuai jadwal yang telah ditetapkan oleh UPT Laboratorium. Setiap usaha dan/atau kegiatan yang memiliki izin dan rutin memeriksakan contoh air limbahnya dibina dan diawasi sesuai dengan mekanisme pada Bab VI dan Bab VII.

2. Memiliki izin tapi tidak rutin melakukan pemeriksaan berkala,Setiap awal bulan, berdasarkan laporan hasil uji UPT Laboratorium,

Bidang Pengendalian Pencemaran dan Sanitasi Lingkungan menyampaikan nota dinas kepada KLH Kota Administrasi/Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu berisi rekapitulasi usaha dan/atau kegiatan yang telah memeriksakan contoh air limbah pada bulan sebelumnya. Kepada usaha dan/atau kegiatan yang tidak memeriksakan contoh air limbahnya sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan, akan dikirimkan Surat Pemberitahuan Tidak Kirim Contoh Air Limbah oleh Kantor Lingkungan Hidup Kota Administrasi/Kabupaten Administrasi Kepulauan Pulau Seribu sesuai dengan mekanisme pada Bab IV.

6

Page 11: JUKNIS PENGAWASAN

DRAFT

3. Tidak memiliki izin dan rutin melakukan pemeriksaan berkala,Setiap awal bulan, Bidang Pengendalian Pencemaran dan Sanitasi Lingkungan mengirimkan nota dinas ke Bidang Pencegahan Dampak Lingkungan dan Pengelolaan Sumber Daya Perkotaan berisi rekapitulasi data usaha dan/atau kegiatan yang memeriksakan contoh air limbah outlet Instalasi Pengolahan Air Limbah tetapi tidak memiliki izin. Status mutu dari usaha dan/atau kegiatan tersebut diterbitkan oleh Bidang Pengendalian Pencemaran dan Sanitasi Lingkungan dengan rekomendasi kewajiban usaha dan/atau kegiatan untuk memiliki izin.

4. Tidak memiliki izin dan tidak rutin/tidak pernah melakukan pemeriksaan berkala.

Usaha dan/atau kegiatan kelompok 4 ini terdiri dari usaha dan/atau kegiatan yang baru beroperasi serta usaha dan/atau kegiatan yang sudah operasional tapi tidak rutin/tidak pernah melakukan pemeriksaan contoh air limbahnya. Untuk usaha dan/atau kegiatan yang baru beroperasi, proses perizinannya dilaksanakan oleh Bidang Pencegahan Dampak Lingkungan dan Pengelolaan Sumber Daya Perkotaan. Setiap awal bulan, Bidang Pencegahan Dampak Lingkungan dan Pengelolaan Sumber Daya Perkotaan menyampaikan nota dinas kepada Bidang Pengendalian Pencemaran dan Sanitasi Lingkungan berisi rekapitulasi/data izin yang terbit bulan sebelumnya. Untuk usaha dan/atau kegiatan yang tidak rutin mengirimkan contoh air limbah dan tidak memiliki izin akan dikenakan Surat Pemberitahuan Tidak Kirim Contoh Air Limbah oleh Kantor Lingkungan Hidup Kota Administrasi/Kabupaten Administrasi Kepulauan Pulau Seribu sesuai dengan mekanisme pada Bab IV.

Proses inventarisasi dan identifikasi sumber air limbah usaha dan/atau kegiatan dapat dilihat di Gambar 2.

BAB III

PENGIRIMAN CONTOH AIR LIMBAH

Setiap usaha dan/atau kegiatan wajib memeriksakan contoh air limbahnya 1 (satu) kali dalam sebulan ke Laboratorium Teregistrasi sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 06 tahun 2009 dan dilaporkan hasilnya kepada Kepala BPLHD Provinsi DKI Jakarta setiap 3 (tiga) bulan bersamaan dengan jadwal pemeriksaan air limbah ke UPT Laboratorium yang telah ditetapkan untuk usaha dan/atau kegiatan yang bersangkutan. Jadwal pemeriksaan air limbah terbagi menjadi 3 (tiga), yakni:

Jadwal I : Januari, April, Juli, Oktober

Jadwal II : Februari, Mei, Agustus, Nopember

Jadwal III : Maret, Juni, September, Desember

7

Page 12: JUKNIS PENGAWASAN

Dalam mengirimkan contoh air limbah untuk pemeriksaan berkala setiap 3 (tiga) bulan ke UPT Laboratorium, yang harus dilakukan oleh usaha dan/atau kegiatan adalah sebagai berikut:1. Contoh air limbah yang dikirimkan adalah contoh air limbah yang berasal dari

outlet Instalasi Pengolahan Air Limbah. Minimal 1 (satu) kali dalam 1 (satu) tahun memeriksakan juga contoh inlet instalasi pengolahan air limbah untuk mengetahui kinerjanya,

2. Setiap mengirimkan contoh air limbah wajib menyertakan surat pengantar dengan format sesuai dengan Formulir 2,

3. Pengambilan contoh, pewadahan, dan pengirimannya ke UPT laboratorium mengikuti prosedur baku SNI.

Selanjutnya Bidang Pengendalian Pencemaran dan Sanitasi Lingkungan, melakukan pemutakhiran database, yang meliputi data-data yang tertera pada surat pengantar pengiriman contoh air limbah dan laporan swapantau harian usaha dan/atau kegiatan. Format laporan swapantau dapat dilihat pada Formulir 3.

BAB IV

EVALUASI PEMENUHAN JADWAL PEMERIKSAAN CONTOH AIR LIMBAH

(1) Setiap bulan, paling lambat tanggal 5, Bidang Pengendalian Pencemaran dan Sanitasi Lingkungan mengirimkan nota dinas rekapitulasi usaha dan/atau kegiatan yang telah memeriksakan contoh air limbah pada bulan sebelumnya kepada KLH Kota Administrasi / Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu.

(2) Berdasarkan rekapitulasi usaha dan/atau kegiatan sebagaimana dimaksud pada butir (1), KLH Kota Administrasi/Kabupaten Administrasi memeriksa silang terhadap jadwal pemeriksaan contoh limbah yang telah ditetapkan sebelumnya.

(3) Kepada usaha dan/atau kegiatan yang tidak memeriksakan contoh air limbah sesuai dengan jadwalnya, KLH Kota Administrasi/Kabupaten Administrasi menyampaikan Surat Pemberitahuan Tidak Kirim Contoh Air Limbah Paling lambat 14 (hari) setelah dikirimkannya rekapitulasi tersebut pada butir (1). Format Surat Pemberitahuan Tidak Kirim Contoh Air Limbah dapat dilihat pada Formulir 4.

(4) Setiap usaha dan/atau kegiatan yang telah menerima surat pemberitahuan, wajib memeriksakan contoh air limbah ke UPT Laboratorium.

(5) Apabila pada bulan berikutnya setelah jadwal yang telah ditetapkan, usaha dan/atau kegiatan yang bersangkutan tetap tidak memeriksakan contoh air limbah, KLH Kota Administrasi / Kabupaten Administrasi dapat melakukan pengambilan langsung contoh air limbah.

(6) Setiap pengambilan langsung contoh air limbah sebagaimana dimaksud butir (5) dilengkapi dengan Berita Acara dan semua biaya pemeriksaan contoh air limbah ditanggung oleh usaha dan/atau kegiatan yang bersangkutan.

8

Page 13: JUKNIS PENGAWASAN

(7) Apabila usaha dan/atau kegiatan menolak pengambilan langsung contoh air limbah sebagaimana dimaksud dalam butir (5) maka KLH Kota Administrasi / Kabupaten Administrasi membuat Berita Acara Penolakan dan menyampaikan laporan kepada Bidang Penegakan Hukum untuk dikenakan sanksi administratif.

(8) Skema evaluasi pemenuhan jadwal pemeriksaan contoh air limbah dapat dilihat pada Gambar 3.

BAB V

PEMBUATAN STATUS MUTU

Status mutu, sebagaimana format yang ada dalam Formulir 4 sampai dengan Formulir 7, diterbitkan oleh Bidang Pengendalian Pencemaran dan Sanitasi Lingkungan melalui tahapan kerja sebagai berikut:

1. Bidang Pengendalian Pencemaran menerima laporan hasil uji pemeriksaan berkala usaha dan/atau kegiatan dari UPT Laboratorium.

2. Status mutu air limbah menunjukkan status ketaatan usaha dan/atau kegiatan terhadap baku mutu air limbah dari sisi konsentrasi dan/atau beban yang dievaluasi berdasarkan Keputusan Gubernur KDKI Jakarta Nomor 582/1995 atau Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta Nomor 122/2005. Dalam hal instalasi pengolahan air limbah suatu usaha dan/atau kegiatan digunakan untuk mengolah air limbah campuran proses dan domestik, maka tolok ukur ketaatan didasarkan pada baku mutu terketat diantara kedua baku mutu tersebut.

3. Terdapat 2 (dua) jenis status mutu usaha dan/atau kegiatan, yaitu:

a. Memenuhi baku mutu.

Status mutu ini dikeluarkan untuk usaha dan/atau kegiatan yang telah memenuhi baku mutu dari segi konsentrasi, batasan beban air limbah serta batasan debit air limbah yang telah ditetapkan. Format status mutu sebagaimana pada Formulir 5.

b. Tidak memenuhi baku mutu.

Status mutu untuk usaha dan/atau kegiatan yang tidak memenuhi baku mutu air limbah terdiri dari:

1) Tidak memenuhi baku mutu dalam batas toleransi

Diterbitkan untuk usaha dan/atau kegiatan yang konsentrasi air limbahnya melebihi hingga 20% dari konsentrasi baku mutu, namun masih memenuhi baku mutu dari segi batasan beban dan batasan debit air limbah yang telah ditetapkan. Untuk kategori ini status mutu tidak mencantumkan Pemberitahuan. Format status mutu dimaksud terdapat pada Formulir 6.

9

Page 14: JUKNIS PENGAWASAN

2) Tidak memenuhi baku mutu dan diberikan Pemberitahuan I (P I) atau Pemberitahuan II (P II)

Diterbitkan untuk usaha dan/atau kegiatan yang air limbahnya tidak memenuhi baku mutu air limbah dari segi beban atau melebihi 20% konsentrasi baku mutu atau melebihi batasan debit air limbah yang telah ditetapkan. P I diberikan ketika pertama kali status mutu usaha dan/atau kegiatan tidak memenuhi baku mutu. P II diberikan ketika status mutu usaha dan/atau kegiatan yang sudah terkena P I, kembali tidak memenuhi baku mutu saat diperiksa sesuai jadwal pemeriksaannya hingga kurun waktu 1 (satu) tahun terhitung sejak jadwal pemeriksaan yang menghasilkan P I. Usaha dan/atau kegiatan yang kembali tidak memenuhi baku mutu saat diperiksa sesuai jadwal pemeriksaannya hingga kurun waktu 1 (satu) tahun terhitung sejak jadwal pemeriksaan yang menghasilkan P II akan ditindaklanjuti dengan Rapat Teknis pada Bab VI.

Format status mutu dimaksud terdapat pada Formulir 7 dan Formulir 8.

4. Pengembalian status mutu usaha dan/atau kegiatan yang terkena P I kepada status mutu taat memenuhi baku mutu dilakukan apabila usaha dan/atau kegiatan yang bersangkutan senantiasa memenuhi baku mutu selama 1 (satu) tahun terhitung setelah jadwal pemeriksaan yang menghasilkan P I. Pengembalian status mutu usaha dan/atau kegiatan yang terkena P II kepada status mutu taat dilakukan apabila usaha dan/atau kegiatan yang bersangkutan senantiasa memenuhi baku mutu selama 1 (satu) tahun terhitung setelah jadwal pemeriksaan yang menghasilkan P II.

5. Status mutu juga mencantumkan kewajiban-kewajiban selain pemenuhan baku mutu dari segi konsentrasi, beban, maupun debit yang harus dipenuhi oleh usaha dan/atau kegiatan seperti kepemilikan izin, pemasangan alat ukur debit, pelaksanaan dan pelaporan swapantau serta kewajiban pemeriksaan berkala air limbah setiap 3 (tiga) bulan.

6. Status mutu dari usaha dan/atau kegiatan yang terkena P I dan P II dikirimkan oleh Bidang Pengendalian Pencemaran dan Sanitasi Lingkungan kepada usaha dan/atau kegiatan. Sementara untuk usaha dan/atau kegiatan yang telah memenuhi baku mutu, status mutunya dapat diambil di Sekretariat BPLHD Provinsi DKI Jakarta,

10

Page 15: JUKNIS PENGAWASAN

DRAFT

7. Pembuatan status mutu yang sesuai dengan Keputusan Kepala ini mulai diberlakukan untuk usaha dan/atau kegiatan yang mengirimkan contoh air limbahnya pada tanggal ditetapkannya Keputusan Kepala ini.

8. Dengan diberlakukannya Keputusan Kepala ini, usaha dan/atau kegiatan yang sebelum peraturan ini ditetapkan terkena Teguran, maka setara dengan Pemberitahuan dan yang terkena Peringatan akan ditindaklanjuti berdasarkan evaluasi tim pembina/pengawas.

BAB VI

PEMBINAAN

1. Pembinaan adalah seluruh rangkaian upaya sektor/instansi pembina dalam membina usaha dan/atau kegiatan untuk meningkatkan ketaatan usaha dan/atau kegiatan dimaksud terhadap ketentuan peraturan pengelolaan air limbah. Tahapan pembinaan yang dilakukan Bidang Pengendalian Pencemaran dan Sanitasi Lingkungan terdapat pada Gambar 4.

2. Pembinaan dapat berupa:

a. Sosialisasi tentang kebijakan perundang-undangan/peraturan-peraturan yang berkaitan dengan pengelolaan kualitas air dan pengendalian pencemaran air,

b. Pemberian penghargaan dengan kriteria tertentu atas ketaatan usaha dan/atau kegiatan terhadap ketentuan pengelolaan air limbah,

c. Pengenaan P I dan P II,

d. Pemanggilan suatu usaha dan/atau kegiatan untuk paparan tentang upaya pengelolaan air limbah dari usaha dan/atau kegiatan di dalam rapat teknis,

3. Kelompok sasaran pembinaan:

a. Seluruh usaha dan/atau kegiatan

Seluruh usaha dan/atau kegiatan yang membuang/menyalurkan air limbah ke lingkungan dapat diberikan sosialisasi dengan materi sesuai kebutuhan. Sosialisasi pengelolaan air limbah secara umum dilaksanakan oleh Kantor Lingkungan Hidup Kota/Kabupaten Administrasi dan/atau oleh Bidang Penegakan Hukum. Sosialisasi pengelolaan air limbah secara khusus atau tematik sesuai kebutuhan dapat dilakukan oleh Bidang-Bidang BPLHD dan/atau oleh Kantor Lingkungan Hidup Kota/Kabupaten Administrasi,

b. Usaha dan/atau kegiatan berkinerja baik

Usaha dan/atau kegiatan yang memiliki kinerja baik dalam pengelolaan air limbah dapat diberi penghargaan untuk mempertahankan atau

11

Page 16: JUKNIS PENGAWASAN

meningkatkan kinerjanya. Pemberian penghargaan dilaksanakan oleh Bidang Penegakan Hukum dalam kaitan program edukasi lingkungan,

c. Usaha dan/atau kegiatan yang terkena P I dan P II

Usaha dan/atau kegiatan yang terkena P I dan P II dapat dipanggil untuk paparan tentang upaya perbaikan pengelolaan air limbahnya di dalam rapat teknis di Bidang Pengendalian Pencemaran dan Sanitasi Lingkungan.

4. Tahapan pembinaan atas usaha dan/atau kegiatan yang terkena P II:

a. Rapat teknis dilaksanakan dengan mengundang usaha dan/atau kegiatan dimaksud, Bidang Penegakan Hukum, Bidang Pengendalian Pencemaran dan Sanitasi Lingkungan, UPT Laboratorium, Kantor Lingkungan Hidup Kota/Kabupaten Administrasi, sektor/instansi pembina, dan dapat melibatkan tenaga ahli. Rapat teknis dilaksanakan bagi usaha dan/atau kegiatan yang telah terkena P II tapi kembali tidak memenuhi baku mutu saat diperiksa sesuai jadwal pemeriksaannya, dalam kurun waktu 1 (satu) tahun terhitung sejak jadwal pemeriksaan yang menghasilkan P II,

b. Pengawasan lapangan disertai pengambilan contoh air limbah usaha dan/atau kegiatan oleh Bidang Pengendalian Pencemaran dan Sanitasi Lingkungan sesuai jadwal pemeriksaan berkala berikutnya dari usaha dan/atau kegiatan dimaksud atau sesuai dengan jadwal pengawasan yang disetujui pada Rapat Teknis,

BAB VII

PENGAWASAN

1. Pengawasan adalah kegiatan yang bertujuan untuk memantau, mengevaluasi, dan menetapkan status ketaatan usaha dan/atau kegiatan terhadap kewajiban-kewajiban yang tercantum dalam peraturan perundang-undangan di bidang pengendalian pencemaran air, serta persyaratan-persyaratan lingkungan yang tercantum dalam izin yang terkait.

2. Pengawasan dibagi menjadi 2 (dua) bagian, yaitu pengawasan pasif dan pengawasan aktif.

a. Pengawasan pasif

Pengawasan pasif adalah pengawasan yang dilakukan terhadap usaha dan/atau kegiatan yang memeriksakan contoh air limbah berkala di UPT Laboratorium. Penetapan status ketaatan dalam pengawasan pasif didasarkan atas data-data laporan swapantau dan hasil uji laboratorium terhadap contoh air limbah yang dikirimkan usaha dan/atau kegiatan ke

12

Page 17: JUKNIS PENGAWASAN

BPLHD. Dalam hal ditemukan indikasi manipulasi data laporan dan/atau contoh air limbah maka usaha dan/atau kegiatan yang bersangkutan dapat dimasukkan dalam sasaran kegiatan pengawasan aktif.

b. Pengawasan aktif

Pengawasan aktif adalah pengawasan yang dilakukan terhadap usaha dan/atau kegiatan secara langsung di lokasi/tempat usaha dan/atau kegiatan tersebut oleh petugas BPLHD Provinsi DKI Jakarta dan/atau KLH Kota/Kabupaten Administrasi disertai pengambilan contoh air limbah.

3. Kelompok sasaran pengawasan meliputi:

a. Usaha dan/atau kegiatan yang pada Pengawasan Pasif diindikasikan terdapat ketidaksesuaian data/laporan dan/atau contoh air limbah,

b. Usaha dan/atau kegiatan yang air limbahnya lebih berpotensi menyebabkan pencemaran air. Potensi menyebabkan pencemaran air tersebut diklasifikasikan sebagai berikut:

1. Sangat potensial, apabila beban pencemaran inlet lebih besar dari 500 kg COD/hari;

2. Potensial, apabila beban pencemaran inlet lebih besar dari 100kg COD/hari sampai dengan 500 kg COD/hari;

3. Cukup potensial, apabila beban pencemaran inlet lebih besar dari 10 kg COD/hari sampai dengan 100 kg COD/hari;

4. Kurang potensial, apabila beban pencemaran inlet lebih besar dari 1 kg COD/hari sampai dengan 10 kg COD/hari;

5. Tidak potensial, apabila beban pencemaran inlet kurang dari atau sama dengan 1 kg COD/hari.

c. Usaha dan/atau kegiatan terkena P II sebagai tindaklanjut pembinaan yang telah dilakukan terhadap usaha dan/atau kegiatan yang bersangkutan,

d. Usaha dan/atau kegiatan yang dinominasikan memperoleh penghargaan terkait dengan pengelolaan air limbahnya untuk verifikasi kelayakannya memperoleh penghargaan.

4. Tahap – tahap pengawasan antara lain:

a. Kegiatan Pra-Pengawasan

b. Kegiatan Pelaksanaan Pengawasan

c. Kegiatan Pasca Pengawasan

Tahap – tahap pengawasan ini mengikuti tahap pengawasan sebagaimana diatur pada Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 01 Tahun 2010 tentang Tata Laksana Pengendalian Pencemaran Air. Format Berita Acara Pengawasan yang digunakan dapat dilihat di Formulir 9-12.

13

Page 18: JUKNIS PENGAWASAN

5. Tindaklanjut Pengawasan AktifTindaklanjut pengawasan aktif didasarkan pada kelompok sasaran pengawasan. Tindak lanjut pengawasan, sebagai berikut:

a. Usaha dan/atau kegiatan yang pada Pengawasan Pasif diindikasikan terdapat ketidaksesuaian data/laporan dan/atau contoh air limbah, Untuk kelompok sasaran pengawasan ini, jika pada pengawasan aktif terbukti melakukan manipulasi data/ laporan dan/atau contoh air limbah, maka usaha dan/atau kegiatan ini langsung dikirimkan ke Bagian Penegakan Hukum untuk proses selanjutnya.

b. Usaha dan/atau kegiatan yang air limbahnya lebih berpotensi menyebabkan pencemaran air.

Untuk kelompok sasaran pengawasan ini, jika usaha dan/atau kegiatan tidak taat terhadap kewajiban-kewajiban yang tercantum dalam peraturan perundang-undangan di bidang pengendalian pencemaran air, serta persyaratan-persyaratan lingkungan yang tercantum dalam izin yang terkait maka usaha dan/atau kegiatan ini akan dimasukkan ke dalam program SUPER (Surat Pernyataan) untuk percepatan pemenuhan kewajiban-kewajiban dimaksud.

c. Usaha dan/atau kegiatan terkena P II

Untuk kelompok sasaran pengawasan ini, tindaklanjut dari hasil pengawasan didasarkan pada hasil rapat teknis. Keputusan hasil rapat teknis antara lain:

1. Dilakukan pembinaan di Bidang Pengendalian Pencemaran dan Sanitasi Lingkungan sesuai dengan mekanisme pembinaan yang ada, atau

2. Dikirimkan ke Bidang Penegakan Hukum untuk di proses sanksi administrasi.

d. Usaha dan/atau kegiatan yang dinominasikan memperoleh penghargaan terkait dengan pengelolaan air limbahnya.

Untuk kelompok sasaran pengawasan ini, tindaklanjutnya adalah layak atau tidak usaha dan/atau kegiatan tersebut menerima penghargaan.

BAB VIII

TIM PELAKSANA

Pelaksana Pembinaan dan Pengawasan dilakukan oleh tim yang terdiri dari,

1. Sektor/Instansi Pembina,

2. Bidang Pengendalian Pencemaran dan Sanitasi Lingkungan,

3. Bidang Pencegahan Dampak Lingkungan dan PSDP,

14

Page 19: JUKNIS PENGAWASAN

4. Bidang Penegakan Hukum,

5. Bidang Pelestarian dan Tata Lingkungan,

6. UPT Laboratorium,

7. UPT PLL dan Air Tanah,

8. KLH Kota/Kabupaten Administrasi,

9. Tenaga Ahli/Pakar

Tugas dari tim pelaksana pembinaan dan pengawasan ini antara lain:

1. Melakukan pembinaan terhadap usaha dan/atau kegiatan,

2. Melakukan pengawasan terhadap usaha dan/atau kegiatan,

3. Mengevaluasi status ketaatan dari usaha dan/atau kegiatan,

4. Memutuskan tindak lanjut dari hasil pembinaan dan pengawasan yang telah dilakukan.

15

Page 20: JUKNIS PENGAWASAN

DRAFT

IV. Tenaga Kerja dan Waktu Kerjaa. jumlah karyawan : .......................... orangb. jumlah shift : .......................... / haric. jumlah hari kerja : .......................... / jam / hari

: .......................... hari / bulan

V. Data Air Bakua. sumber air baku

VI. Data Air Limbaha. lampirkan layout gedungb. lampirkan neraca airc. sumber air limbah

NO. Nama Sumber Kapasitas Pengambilan KeteranganSesuai Izin (m3/hari)

1. Air PAM

1. Air tanah dangkal

1. Air tanah dalam

1. Air Permukaan

b. Penggunaan air

Fasilitas Penggunaan Air Riil Air yang di recycle(m3/hari) (m3/hari)

a. Proses produksi

b. Utilitas

- ...........................

- ...........................

c. domestik

d. lainnya

- ...........................

- ...........................

TOTAL

16

Page 21: JUKNIS PENGAWASAN

FORMULIR 1FORMULIR INVENTARISASI DAN IDENTIFIKASI

I. DATA PERUSAHAAN1. Nama Perusahaan :2. Jenis Kegiatan :3. Nama Penanggung Jawab :4. Alamat :

a. Jalan :b. Kelurahan :c. Kecamatan :d. Kota Adminstrasi :e. Kode Pos :f. Telp / Fax :

II. DOKUMEN PERIJINAN YANG DIMILIKI

III. KAPASITAS KEGIATANa. Luas lahan :b. Luas lantai sesuai izin :c. luas lantai terbangun :d. jumlah lantai :e. jumlah bed / kamar / unit * :f. kapasitas sesuai izin :g. kapasitas terpasang :h. kapasitas ril (senyatanya) :I. proses produksi : Batch / continue

NO. Jenis Dokumen Lingkungan & Perijinan No Rekomendasi/Izin

17

Page 22: JUKNIS PENGAWASAN

Sumber Air Limbah Volume Karakteristik Air Limbah Keterangan(m3/hari) (m3/hari) (continue/batch)

a. Proses produksi

b. utilitas

- ......................

c. domestik

d. lainnya

TOTAL

- ......................

- ......................

- ......................

* karateristik air limbah : sifat fisik / biologi/kimia

d. Sistem Pengolahan Air LimbahSistem IPAL : Batch/continueKapasitas IPAL : ............. m3/hari

NO. Unit Keterangan

1. penyaring (screen)2. penangkap lemak /minyak (grease trap oil

separator3. penghancur padatan (communitor)4. bak ekualisasi5. koagulasi6. flokulasi7. pengendapan primer (primer clarifier)8. anaerobik proses9. aerobik proses10 lumpur aktif (activated sludge)11. pengendapan akhir12. sand filter / carbon filter13. kolam resin14. lain-lain penghilang nutrient15. filter proses16. unggun pengering (drying bed)17. lain.lain

e. layout gedung bserta saluran pembuangan air limbahf. pembuangan air limbah : batch / continue

18

Page 23: JUKNIS PENGAWASAN

VII. Pembuangan Air Limbah

a. Tempat pengambilan contoh : ada / tidak adajenis : sampel tab, manhole, bak kontrol.....

b. alat ukur debit : ada / tidak adajenis : open channel wirs, ventury, orifice,

rotameter, watermter, ..........................c. pelaksanaan swapantau : sudah / belum

sebutkan ............................................d. pemeriksaan berkala contoh

air limbah : sudah / belume. jadwal pemeriksaan

I : (Januari, April, Juli, Oktober)II : (Februari, Mei, Agustus, November)III : (Maret, Juni, September, Desember)

*) sesuaikan dengan jenis kegiatan: RS/Hotel/Apartemen

19

Page 24: JUKNIS PENGAWASAN

FORMULIR 2KOP SURAT KEGIATAN USAHA

Nomor : Jakarta, .................................Lampiran : Kepada Yth;Hal : Permohonan analisis contoh Kepala BPLHD Propinsi DKI Jakarta,

air limbah Jl. Casablanca Kav. 1 di

Jakarta

Sesuai dengan ketentuan yang berlaku dalam rangka penaatan baku mutu air limbah (BMAL), maka bersama ini disampaikan contoh air limbah perusahaan kami dengan keterangan sebagai berikut:

Nama perusahaan : ............................................................Jenis kegiatan : ............................................................Alamat perusahaan : ............................................................Telepon / Fax : ............................................................Situs / e-mail : ............................................................Jumlah contoh air limbah : ............................................................Jenis contoh : ............................................................

Untuk :

1. Dianalisis sesuai dengan BMAL untuk kegiatan / industri : ……………………………...(sesuai Keputusan Gubernur KDKI Jakarta 582 / 1995, atau Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta 122/2005)

2. Dapat diterbitkan status mutu air limbah, dalam rangka pengawasan dan pengendalian air limbah. Sebagai pendukung, kami informasikan :a. Jumlah pemakaian air : ........................... m3/harib. Jumlah debit air limbah Inlet : ........................... m3/haric. Jumlah debit air limbah Outlet : ............................m3/harid. Jumlah tingkat hunian, BOR, pemakaian bahan baku atau jumlah produksi

(disesuaikan dengan dasar perhitungan beban pada penerapan BMAL : .................................... / hari

e. Tempat pengambilan contoh air limbah : ada/tidakf. Titik koordinat tempat pengambilan contoh air limbah :g. Alat ukur debit : ada/tidakh. Pelaksanaan pengamatan air limbah harian (swapantau) terhadap pemeriksaan

secara kualitas dan kualitas air limbah selama proses pembuangan limbah : ada/tidakI. Pelaporan pelaksanaan swapantau : ada/tidak j. DPS : (Sungai tempat limbah dibuang)

Demikianlah permohonan kami, atas perhatian dan kerjasamanya kami ucapkan terima kasih.

Pimpinan Perusahaan,

Nama jelas dan stempel perusahaan

20

Page 25: JUKNIS PENGAWASAN

FO

RM

ULIR

3

Nam

a P

eru

sahaan

:................................................................................................

Jenis

Kegia

tan

:................................................................................................

Bula

n:

................................................................................................

12

34

56

7

TIN

GKAT H

UN

IAN

,BO

R A

TAU

PRO

DU

KSI

KO

NSU

MSI

BAH

AN

(BAKU

) Te

rgantu

ng J

enis

DEBIT

LI

MBAH

(m3/h

ari)

IND

EKS

DEBIT

(terg

antu

ng

jenis

)

BATAS

MAKSIM

UM

D

EBIT

(m3/h

ari)

KO

NSEN

TRASI

4a

4b

Rill

Bata

s m

aks

imum

TSS

KM

nO

4pH

KO

NSEN

TRASI

7a(3

x4ax

fakt

or

kore

ksi)

Rill

TSS

KM

nO

4pH

TSS

KM

nO

4pH

HP

OCi

Cm

IQ

mBA.I

BM

. I

hari

7b(6

x4b)x

fakt

or

kore

ksi

Bata

s m

aks

imum

TSS

KM

nO

4pH

21

Page 26: JUKNIS PENGAWASAN

FORMULIR 4

Nomor : Jakarta, .................................Sifat : Yth. Pimpinan PT. ...........................Lampiran : Jl. ..........................................Hal : Pemberitahuan Pemeriksaan di

Air Limbah Jakarta

Sehubungan dengan kewajiban usaha dan/atau kegiatan dalam melakukan pengendalian pencemaran air limbah, dengan ini kami sampaikan hal-hal sebagai berikut:

1. Sesuai Keputusan Gubernur KDKI Jakarta No. 582/1995 tentang Penetapan Peruntukan dan Baku Mutu Air Sungai/Badan Air serta Baku Mutu Limbah Cair di Wilayah Daerah Khusus Ibukota Jakarta, pasal 15 ayat (1) huruf c : “bahwa setiap penanggung jawab kegiatan usaha wajib memeriksakan limbah cairnya secara berkala ke Laboratorium Lingkungan BPLHD Propinsi DKI Jakarta.”

2. Sesuai dengan Keputusan Kepala BPLHD No…./… tentang Petunjuk Teknis Mekanisme Pembinaan dan Pengawasan Pengendalian Pencemaran Air Limbah di Provinsi DKI Jakarta Bab III tentang Pengiriman Contoh Air Limbah.

3. Hasil inventarisasi usaha dan/atau kegiatan, dimana perusahaan Saudara wajib memeriksakan contoh air limbah sesuai dengan jadwal … (….., …., …., …..)

Berkaitan dengan hal tersebut di atas, maka:

1. Perusahaan Saudara diwajibkan untuk memeriksakan contoh air limbah ke UPT Laboratorium Lingkungan Hidup BPLHD Provinsi DKI Jakarta, Jl. Casablanca Kav. 1 Kuningan, Jakarta Selatan, selambat-lambatnya 10 (sepuluh) hari sejak tanggal surat pemberitahuan ini

2. Apabila dalam jangka waktu tersebut perusahaan Saudara belum memeriksakan contoh air limbahnya, maka akan dilakukan inspeksi disertai dengan pengambilan langsung contoh air limbah dengan biaya ditanggung oleh perusahaan,

3. Apabila perusahaan Saudara telah melakukan pemeriksaan contoh air limbah sesuai dengan batas waktu yang telah ditetapkan, diharap untuk melaporkan Tanda Bukti Penerimaan Contoh Uji Laboratorium ke Kantor Pengelolaan Lingkungan Hidup Kabupaten/Kota Administrasi …….

Atas perhatian dan kerjasama Saudara, saya ucapkan terima kasih.

KEPALA KANTOR LINGKUNGAN HIDUPKABUPATEN/KOTA ADMINISTRASI …………..

(…………………………………………)NIP ....................................

Tembusan :- Walikota Jakarta Timur- Kepala BPLHD Provinsi DKI Jakarta- Kepala Instansi Terkait- Arsip

22

Page 27: JUKNIS PENGAWASAN

FORMULIR 5

Nomor : Jakarta, .................................Sifat : Yth. Pimpinan PT. ...........................Lampiran : Jl. ..........................................Hal : Evaluasi status air limbah di

Jakarta

Sehubungan dengan laporan hasil pengujian dari UPT Laboratorium Lingkungan BPLHD Provinsi DKI Jakarta terhadap air limbah kegiatan/perusahaan Saudara dengan nomor contoh ………. Dan setelah dievaluasi berdasarkan Keputusan Gubernur KDKI Nomor 582 Tahun 1995 tentang Penetapan Peruntukan dan Baku Mutu Air Sungai / Badan Air serta Baku Mutu Limbah Cair di Wilayah DKI Jakarta / Peraturan Gubernur DKI Jakarta Nomor 122 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Air Limbah Domestik di Provinsi DKI Jakarta, hasil status mutu limbah : sudah memenuhi baku mutu.

Contoh air buangan yang dilakukan pengenceran melanggar PP No. 82 Tahun 2001 Pasal 38 ayat 2 butir h, maka akan dikenakan sanksi sesuai perundangan yang berlaku.

Selanjutnya Saudara diwajibkan :

- Untuk mempertahankan kualitas air buangan kegiatan / perusahaan Saudara setiap saat sesuai dengan baku mutu air limbah, sehingga tidak merubah fungsi air sesuai dengan peruntukannya.

- Memeriksakan kembali contoh air buangan kegiatan usaha / perusahaan Saudara pada bulan sesuai jadwal …… (…….) Disertai pelaporan swapantau, data debit air limbah, tingkat produksi dan atau konsumsi bahan baku pada saat itu, agar dapat dilakukan evaluasi terhadap beban air limbah kegiatan / perusahaan Saudara.

Apabila Saudara tidak dapat memenuhi kewajiban diatas, maka Saudara dapat dikenakan sanksi sesuai dengan perundang-undangan yang berlaku.

Atas perhatian dan kerjasama Saudara, saya ucapkan terima kasih.

a.n KEPALA BADAN PENGELOLA LINGKUNGAN HIDUP DAERAHPROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTAKEPALA BIDANG PENGENDALIAN PENCEMARAN

DAN SANITASI LINGKUNGAN

(…………………………………………)NIP ....................................

Tembusan :- Kepala BPLHD Provinsi DKI Jakarta

- Kepala Instansi Terkait- Arsip

23

Page 28: JUKNIS PENGAWASAN

FORMULIR 6

Nomor : Jakarta, .................................Sifat : Yth. Pimpinan PT. ...........................Lampiran : Jl. ..........................................Hal : Evaluasi status air limbah di

Jakarta

Sehubungan dengan laporan hasil pengujian dari UPT Laboratorium Lingkungan BPLHD Provinsi DKI Jakarta terhadap air limbah kegiatan/perusahaan Saudara dengan nomor contoh ………. Dan setelah dievaluasi berdasarkan Keputusan Gubernur KDKI Nomor 582 Tahun 1995 tentang Penetapan Peruntukan dan Baku Mutu Air Sungai / Badan Air serta Baku Mutu Limbah Cair di Wilayah DKI Jakarta / Peraturan Gubernur DKI Jakarta Nomor 122 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Air Limbah Domestik di Provinsi DKI Jakarta, hasil status mutu limbah :

a. belum memenuhi baku mutu untuk parameter : …………..

Contoh air buangan yang dilakukan pengenceran melanggar PP No. 82 Tahun 2001 Pasal 38 ayat 2 butir h, maka akan dikenakan sanksi sesuai perundangan yang berlaku.

Selanjutnya Saudara diwajibkan :

- Untuk secepatnya memperbaiki kualitas air buangan kegiatan / perusahaan Saudara setiap saat sesuai dengan baku mutu air limbah, sehingga tidak merubah fungsi air sesuai dengan peruntukkannya.

- Memeriksakan kembali contoh air buangan kegiatan usaha / perusahaan Saudara pada bulan sesuai jadwal …… (…….) Disertai pelaporan swapantau, data debit air limbah, tingkat produksi dan atau konsumsi bahan baku pada saat itu, agar dapat dilakukan evaluasi terhadap beban air limbah kegiatan / perusahaan Saudara.

Apabila Saudara tidak dapat memenuhi kewajiban diatas, maka Saudara dapat dikenakan sanksi sesuai dengan perundang-undangan yang berlaku.

Atas perhatian dan kerjasama Saudara, saya ucapkan terima kasih.

a.n KEPALA BADAN PENGELOLA LINGKUNGAN HIDUP DAERAHPROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTAKEPALA BIDANG PENGENDALIAN PENCEMARAN

DAN SANITASI LINGKUNGAN

(…………………………………………)NIP ....................................

Tembusan :- Kepala BPLHD Provinsi DKI Jakarta- Kepala Instansi Terkait- Arsip

24

Page 29: JUKNIS PENGAWASAN

DRAFT

FORMULIR 7

Nomor : Jakarta, .................................Sifat : Yth. Pimpinan PT. ...........................Lampiran : Jl. ..........................................Hal : Evaluasi status air limbah di

Pemberitahuan I Jakarta

Sehubungan dengan laporan hasil pengujian dari UPT Laboratorium Lingkungan BPLHD Provinsi DKI Jakarta terhadap air limbah kegiatan/perusahaan Saudara dengan nomor contoh ………. Dan setelah dievaluasi berdasarkan Keputusan Gubernur KDKI Nomor 582 Tahun 1995 tentang Penetapan Peruntukan dan Baku Mutu Air Sungai / Badan Air serta Baku Mutu Limbah Cair di Wilayah DKI Jakarta / Peraturan Gubernur DKI Jakarta Nomor 122 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Air Limbah Domestik di Provinsi DKI Jakarta, hasil status mutu limbah :

a. belum memenuhi baku mutu untuk parameter : …………..

b. Sehubungan dengan butir diatas maka kegiatan / perusahaan Saudara dikenakan Pemberitahuan I, dengan tenggang waktu 3 (tiga) bulan dan bila pada pengujian berkala berikutnya belum memenuhi baku mutu, akan dikenakan Pemberitahuan II.

Contoh air buangan yang dilakukan pengenceran melanggar PP No. 82 Tahun 2001 Pasal 38 ayat 2 butir h, maka akan dikenakan sanksi sesuai perundangan yang berlaku.

Selanjutnya Saudara diwajibkan :

- Untuk secepatnya memperbaiki kualitas air buangan kegiatan / perusahaan Saudara setiap saat sesuai dengan baku mutu air limbah, sehingga tidak merubah fungsi air sesuai dengan peruntukkannya.

- Memeriksakan kembali contoh air buangan kegiatan usaha / perusahaan Saudara pada bulan sesuai jadwal …… (…….) Disertai pelaporan swapantau, data debit air limbah, tingkat produksi dan atau konsumsi bahan baku pada saat itu, agar dapat dilakukan evaluasi terhadap beban air limbah kegiatan / perusahaan Saudara.

- Apabila Saudara tidak dapat memenuhi kewajiban diatas, maka Saudara dapat dikenakan sanksi sesuai dengan perundang-undangan yang berlaku.

Atas perhatian dan kerjasama Saudara, saya ucapkan terima kasih.

a.n KEPALA BADAN PENGELOLA LINGKUNGAN HIDUP DAERAHPROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTAKEPALA BIDANG PENGENDALIAN PENCEMARAN

DAN SANITASI LINGKUNGAN(…………………………………………)NIP ....................................

Tembusan :- Kepala BPLHD Provinsi DKI Jakarta- Kepala Instansi Terkait- Arsip

25

Page 30: JUKNIS PENGAWASAN

FORMULIR 8

Nomor : Jakarta, .................................Sifat : Yth. Pimpinan PT. ...........................Lampiran : Jl. ..........................................Hal : Evaluasi status air limbah di

dan Pemberitahuan II Jakarta

Sehubungan dengan laporan hasil pengujian dari UPT Laboratorium Lingkungan BPLHD Provinsi DKI Jakarta terhadap air limbah kegiatan/perusahaan Saudara dengan nomor contoh ………. Dan setelah dievaluasi berdasarkan Keputusan Gubernur KDKI Nomor 582 Tahun 1995 tentang Penetapan Peruntukan dan Baku Mutu Air Sungai / Badan Air serta Baku Mutu Limbah Cair di Wilayah DKI Jakarta / Peraturan Gubernur DKI Jakarta Nomor 122 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Air Limbah Domestik di Provinsi DKI Jakarta, hasil status mutu limbah :

a. belum memenuhi baku mutu untuk parameter : …………..

b. Sehubungan dengan butir diatas maka kegiatan / perusahaan Saudara dikenakan Pemberitahuan II, dengan tenggang waktu 3 (tiga) bulan dan bila pada pengujian berkala berikutnya belum memenuhi baku mutu, dapat dikenakan sanksi administratif.

Contoh air buangan yang dilakukan pengenceran melanggar PP No. 82 Tahun 2001 Pasal 38 ayat 2 butir h, maka akan dikenakan sanksi sesuai perundangan yang berlaku.

Selanjutnya Saudara diwajibkan :

-Untuk secepatnya memperbaiki kualitas air buangan kegiatan / perusahaan Saudara setiap saat sesuai dengan baku mutu air limbah, sehingga tidak merubah fungsi air sesuai dengan peruntukkannya.

-Memeriksakan kembali contoh air buangan kegiatan usaha / perusahaan Saudara pada bulan sesuai jadwal …… (…….) Disertai pelaporan swapantau, data debit air limbah, tingkat produksi dan atau konsumsi bahan baku pada saat itu, agar dapat dilakukan evaluasi terhadap beban air limbah kegiatan / perusahaan Saudara.

Apabila Saudara tidak dapat memenuhi kewajiban diatas, maka Saudara dapat dikenakan sanksi sesuai dengan perundang-undangan yang berlaku.

Atas perhatian dan kerjasama Saudara, saya ucapkan terima kasih.

a.n KEPALA BADAN PENGELOLA LINGKUNGAN HIDUP DAERAHPROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTAKEPALA BIDANG PENGENDALIAN PENCEMARAN

DAN SANITASI LINGKUNGAN

(…………………………………………)NIP ....................................

Tembusan :- Kepala BPLHD Provinsi DKI Jakarta- Kepala Instansi Terkait- Arsip

26

Page 31: JUKNIS PENGAWASAN

GAMBAR 3

PEMENUHAN JADWAL PEMERIKSAAN CONTOH AIR LIMBAH

KirimContoh

Air Limbah

Bersediadiambil

PEMBERITAHUANTIDAK KIRIM CONTOH

AIR LIMBAH

PENGAMBILAN LANGSUNG OLEHKLH KOTA ADM /KABUPATEN ADM

KirimContoh

Air Limbah

SANKSIADMINISTRASI

MEKANISMEPEMBINAAN

DANPENGAWASANAIR LIMBAH(GAMBAR 4)

27

Page 32: JUKNIS PENGAWASAN

GAMBAR 4

MEKANISME PEMBINAAN DAN PENGAWASAN AIR LIMBAH

PENGAWASAN

USAHA / KEGIATAN

Kirim ContohAir Limbah

periode ke -n

EVALUASIKETAATAN

PEMBERITAHUAN I

Kirim ContohAir Limbah

periode ke -n + 1

MEKANISMEPEMENUHAN

JADWALPEMERIKSAAN

CONTOHAIR LIMBAH(GAMBAR 3)

JangkaWaktu 1 Tahun

JangkaWaktu 1 Tahun

EVALUASIKETAATAN

PEMBERITAHUAN II

Kirim ContohAir Limbah

periode ke -n + 2

EVALUASIKETAATAN

RAPAT TEKNIS

EVALUASIKETAATAN

SAKNSI ADMINISTRASI

Tidak

Kirim

Taat

Tidak Taat

Kirim

Tidak Taat

Kirim

Tidak Taat

Tidak Taat

Tidak Kirim

Taat

Taat

Taat

Belum

Sudah

Sudah

Belum

Tidak Kirim

PEMBINAAN

PENGAWASAN

PENEGAKKAN HUKUM

28

Page 33: JUKNIS PENGAWASAN

GAMBAR 2

INVENTARISASI DAN INDENTIFIKASI AIR LIMBAH

INVENTARISASIDAN

IDENTIFIKASI

DAFTAR USAHA DAN/ATAU KEGIATAN

PENGELOMPOKKAN BERDASARKAN: 1. KEPEMILIKKAN IPAL 2. PEMENUHAN JADWAL PENGIRIMAN CONTOH AIR LIMBAH

USAHA/KEGIATAN YANG:1. MEMILIKI IPAL2. RUTIN MENGIRIMKAN CONTOH AIR LIMBAH

USAHA/KEGIATAN YANG:1. TIDAK MEMILIKI IPAL2. RUTIN MENGIRIMKAN CONTOH AIR LIMBAH

USAHA/KEGIATAN YANG:1. MEMILIKI IPAL2. TIDAK RUTIN MENGIRIMKAN CONTOH AIR LIMBAH

USAHA/KEGIATAN YANG:1. TIDAK MEMILIKI IPAL2. TIDAK RUTIN MENGIRIMKAN CONTOH AIR LIMBAH

MEKANISMEPEMBINAANDANPENGAWASANAIR LIMBAH(GAMBAR 4)

UNTUKUSAHA/KEGIATANYANG RUTINMENGIRIMKANCONTOHAIR LIMBAH:MEKANISMEPEMBINAANDANPENGAWASANAIR LIMBAH(GAMBAR 4)

UNTUK USAHA/KEGIATAN YANGTIDAK MEMILIKIIPAL:DIKIRIMKAN KEBIDANGPENCEGAHAN DAMPAKUNTUKPROSES LEBIHLANJUT

MEKANISMEPEMENUHANJADWAL PEMERIKSAANCONTOH AIRLIMBAH(GAMBAR 3)

UNTUK USAHA/KEGIATAN YANGTIDAK MEMILIKIIPAL:DIKIRIMKAN KEBIDANGPENCEGAHANDAMPAK UNTUKPROSESLEBIH LANJUT

UNTUK USAHA/KEGIATAN YANGTIDAK RUTINMENGIRIMKANCONTOH AIRLIMBAH:MEKANISMEPEMENUHAN JADWALPEMERIKSAANCONTOH AIRLIMBAH(GAMBAR 3)

WILAYAH

PROVINSI

PROVINSI WILAYAH WILAYAHPROVINSI

29

Page 34: JUKNIS PENGAWASAN

GAMBAR 1

RUANG LINGKUP

INVENTARISASI DAN INDENTIFIKASI

PENGIRIMAN CONTOH AIR LIMBAH

EVALUASI PEMENUHAN JADWAL PEMERIKSAAN CONTOH AIR LIMBAH

PEMBUATAN STATUS MUTU

PENEGAKKAN HUKUM

PEMBINAAN

PENGAWASAN

WILAYAH

WILAYAH

PROVINSI

30

Page 35: JUKNIS PENGAWASAN

FORMULIR 9

BERITA ACARAPENGAWASAN PENAATAN LINGKUNGAN HIDUP

Pada hari ini, ……………………. Tanggal ………………………………………………. Bulan ………………..…………. Tahun dua ribu ……………………………… pukul ……………. WIB, di Kabupaten/Kota …………..…………… Provinsi ……………………………………… , kami yang bertanda tangan dibawah ini :

1. Nama : ...........................................…………………………………………………. NIP : ...........................................………………………………………………….

Pangkat/Gol. : ...........................................………………………………………………….Jabatan : ...........................................………………………………………………….Instansi : ...........................................………………………………………………….

2. Nama : ...........................................………………………………………………….NIP : ...........................................………………………………………………….Pangkat/Gol. : ...........................................………………………………………………….Jabatan : ...........................................………………………………………………….Instansi : ...........................................………………………………………………….

3. Nama : ...........................................………………………………………………….NIP : ...........................................………………………………………………….Pangkat/Gol. : ...........................................………………………………………………….Jabatan : ...........................................………………………………………………….Instansi : ...........................................………………………………………………….

Secara bersama-sama telah melakukan pengawasan dan pemantauan terhadap :

Perusahaan : ...........................................………………………………………………….Alamat : ...........................................………………………………………………….Nama : ...........................................………………………………………………….Jabatan : ...........................................………………………………………………….

Pengawasan yang terdiri dari pemantauan, pemeriksaan dan verifikasi teknis terhadap Pengendalian Pencemaran Air Limbah. Catatan temuan-temuan lapangan selama pengawasan dan pemantauan tersebut disajikan dalam Lampiran Berita Acara ini dan menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari Berita Acara ini.

Demikian Berita Acara Pengawasan Penaatan Lingkungan Hidup ini dibuat dengan sebenar-benarnya dan disaksikan oleh yang bertanda-tangan di bawah ini.

Pejabat PengawasLingkungan HidupDaerah Provinsi

Pejabat PengawasLingkungan Hidup

Daerah .......................

Pihak Perusahaan

Nama : .....................................Tanda Tangan :

............................

Nama : .....................................Tanda Tangan :

............................

Nama : .....................................Tanda Tangan :

............................

Nama : .....................................Tanda Tangan :

............................

Nama : .....................................Tanda Tangan :

............................

Nama : .....................................Tanda Tangan :

............................

31

Page 36: JUKNIS PENGAWASAN

DRAFT

Lampiran Berita Acara Pengawasan Penataan Lingkungan Hidup

Perusahaan : .....................................................................................................Hari / tanggal : .....................................................................................................

Ringkasan Temuan Lapangan :

1. PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR……………………………………………………………………………………………………………………………………………..……………………………………………………………………………………………………………………………………………..……………………………………………………………………………………………………………………………………………..……………………………………………………………………………………………………………………………………………..……………………………………………………………………………………………………………………………………………..……………………………………………………………………………………………………………………………………………..……………………………………………………………………………………………………………………………………………..

2. LAIN - LAIN……………………………………………………………………………………………………………………………………………..……………………………………………………………………………………………………………………………………………..……………………………………………………………………………………………………………………………………………..……………………………………………………………………………………………………………………………………………..

Rencana Tindak Lanjut :

……………………………………………………………………………………………………………………………………………..……………………………………………………………………………………………………………………………………………..……………………………………………………………………………………………………………………………………………..……………………………………………………………………………………………………………………………………………..……………………………………………………………………………………………………………………………………………..………………………………………………………………………………………………………………

Mengetahui, Pihak Perusahaan

Petugas Inspeksi/ PPLHD

Nama : .....................................Tanda Tangan :

............................

Nama : .....................................Tanda Tangan :

............................

Nama : .....................................Tanda Tangan :

............................

Nama : .....................................Tanda Tangan :

............................

32

Page 37: JUKNIS PENGAWASAN

FORMULIR 10

Pada hari ini, ……………………. Tanggal ………………………………………………. Bulan ………………..…………. Tahun dua ribu ……………………………… pukul ……………. WIB, di Kabupaten/Kota …………..…………… Provinsi ……………………………………… , kami yang bertanda tangan dibawah ini :

1. Nama : ...........................................…………………………………………………. NIP : ...........................................………………………………………………….

Pangkat/Gol. : ...........................................………………………………………………….Jabatan : ...........................................………………………………………………….Instansi : ...........................................………………………………………………….

2. Nama : ...........................................………………………………………………….NIP : ...........................................………………………………………………….Pangkat/Gol. : ...........................................………………………………………………….Jabatan : ...........................................………………………………………………….Instansi : ...........................................………………………………………………….

Telah melakukan pengambilan video / foto di lokasi :

1. .........................................................................................................................2. .........................................................................................................................3. .........................................................................................................................4. .........................................................................................................................5. .........................................................................................................................

Disaksikan oleh:1. Perusahaan : ...........................................…………………………………………………. Nama : ...........................................………………………………………………….

Jabatan : ...........................................………………………………………………….Instansi : ...........................................………………………………………………….

2. Perusahaan : ...........................................…………………………………………………. Nama : ...........................................………………………………………………….

Jabatan : ...........................................………………………………………………….Instansi : ...........................................………………………………………………….

Demikian Berita Acara Pengambilan Video / Foto ini dibuat dengan sebenar-benarnya.

Pejabat PengawasLingkungan HidupDaerah Provinsi

Pejabat PengawasLingkungan Hidup

Daerah .......................

Pihak Perusahaan

Nama : .....................................Tanda Tangan :

............................

Nama : .....................................Tanda Tangan :

............................

Nama : .....................................Tanda Tangan :

............................

Nama : .....................................Tanda Tangan :

............................

Nama : .....................................Tanda Tangan :

............................

Nama : .....................................Tanda Tangan :

............................

BERITA ACARA PENGAMBILAN VIDEO / FOTO

33

Page 38: JUKNIS PENGAWASAN

FORMULIR 11

Pada hari ini, ……………………. Tanggal ………………………………………………. Bulan ………………..…………. Tahun dua ribu ……………………………… pukul ……………. WIB, di Kabupaten/Kota …………..…………… Provinsi ……………………………………… , kami yang bertanda tangan dibawah ini :

1. Nama : ...........................................…………………………………………………. NIP : ...........................................………………………………………………….

Pangkat/Gol. : ...........................................………………………………………………….Jabatan : ...........................................………………………………………………….Instansi : ...........................................………………………………………………….

2. Nama : ...........................................………………………………………………….NIP : ...........................................………………………………………………….Pangkat/Gol. : ...........................................………………………………………………….Jabatan : ...........................................………………………………………………….Instansi : ...........................................………………………………………………….

Secara bersama-sama telah melakukan sampel air limbah terhadap:

Perusahaan : ...........................................…………………………………………………. Alamat : ...........................................………………………………………………….

: ...........................................………………………………………………….Nama : ...........................................………………………………………………….Jabatan : ...........................................………………………………………………….

Deskripsi Sampel :

Demikian Berita Acara Pengambilan Sampel ini dibuat dengan sebenar-benarnya dan disaksikan oleh yang bertanda tangan di bawah ini :

Pejabat PengawasLingkungan HidupDaerah Provinsi

Pejabat PengawasLingkungan Hidup

Daerah .......................

Pihak Perusahaan

Nama : .....................................Tanda Tangan :

............................

Nama : .....................................Tanda Tangan :

............................

Nama : .....................................Tanda Tangan :

............................

Nama : .....................................Tanda Tangan :

............................

Nama : .....................................Tanda Tangan :

............................

Nama : .....................................Tanda Tangan :

............................

BERITA ACARA PENGAMBILAN SAMPEL

No.Kode

SampelLokasi Sampel

Waktu Pengambilan

ParameterUji

Keterangan

34

Page 39: JUKNIS PENGAWASAN

FORMULIR 12

Pada hari ini, ……………………. Tanggal ………………………………………………. Bulan ………………..…………. Tahun dua ribu ……………………………… pukul ……………. WIB, di Kabupaten/Kota …………..…………… Provinsi ……………………………………… , kami yang bertanda tangan dibawah ini :

1. Perusahaan : ...........................................………………………………………………….Nama : ...........................................………………………………………………….Jabatan : ...........................................………………………………………………….Instansi : ...........................................………………………………………………….

2. Perusahaan : ...........................................………………………………………………….Nama : ...........................................………………………………………………….Jabatan : ...........................................………………………………………………….Instansi : ...........................................………………………………………………….

Bertindak untuk dan atas nama .............................................. menolak pelaksanaan pengambilan sampel air limbah oleh Tim Pengawas Lingkungan Hidup yang terdiri dari :

1. Nama : ...........................................…………………………………………………. NIP : ...........................................………………………………………………….

Pangkat/Gol. : ...........................................………………………………………………….Jabatan : ...........................................………………………………………………….Instansi : ...........................................………………………………………………….

2. Nama : ...........................................………………………………………………….NIP : ...........................................………………………………………………….Pangkat/Gol. : ...........................................………………………………………………….Jabatan : ...........................................………………………………………………….Instansi : ...........................................………………………………………………….

Penolakan dilakukan dengan alasan:1. .........................................................................................................................2. .........................................................................................................................3. .........................................................................................................................

Demikian Pernyataan Penolakan ini dibuat dengan sebenar-benarnya.

BERITA ACARA PENOLAKANPENGAMBILAN SAMPEL

Pejabat PengawasLingkungan HidupDaerah Provinsi

Pejabat PengawasLingkungan Hidup

Daerah .......................

Pihak Perusahaan

Nama : .....................................Tanda Tangan :

............................

Nama : .....................................Tanda Tangan :

............................

Nama : .....................................Tanda Tangan :

............................

Nama : .....................................Tanda Tangan :

............................

Nama : .....................................Tanda Tangan :

............................

Nama : .....................................Tanda Tangan :

............................

35

Page 40: JUKNIS PENGAWASAN

DRAFT

36

Page 41: JUKNIS PENGAWASAN

PEDOMAN PENYUSUNAN

LAPORAN IMPLEMENTASI RKL

/ RPL

37

Page 42: JUKNIS PENGAWASAN

38

Page 43: JUKNIS PENGAWASAN

A. PENDAHULUAN

Lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lainnya.

Analisa mengenai dampak lingkungan hidup (AMDAL) adalah kajian mengenai dampak besar dan penting suatu usaha dan/atau kegiatan yang direncanakan pada lingkungan hidup yang diperlukan bagi proses keputusan tentang penyelenggaraan usaha dan/atau kegiatan.

Dampak besar dan penting adalah perubahan lingkungan hidup yang sangat mendasar yang diakibatkan oleh suatu usaha dan/atau kegiatan. Dalam penyusunan AMDAL diperlukan Kerangka Acuan yang merupakan kajian analisis mengenai dampak lingkungan hidup yang merupakan hasil pelingkupan.

Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL) adalah dokumen yang mengandung upaya penangan dampak penting terhadap lingkungan hidup yang ditimbulkan akibat dari rencana usaha atau kegiatan, sedangkan Rencana Pemantauan Lingkungan (RPL) adalah dokumen yang mengandung upaya pemantauan komponen lingkungan hidup yang terkena dampak penting akibat dari rencana usaha atau kegiatan.

Upaya pengelolaan lingkungan hidup (UKL) dan upaya pemantauan lingkungan hidup (UPL) adalah upaya yang dilakukan dalam pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup oleh penanggung jawab usaha dan atau kegiatan yang tidak wajib melakukan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup (AMDAL).

Pengelolaan Lingkungan Hidup adalah upaya terpadu untuk melestarikan fungsi lingkungan hidup yang meliputi kebijaksanaan penataan, pemanfaatan, pengembangan, pemeliharaan, pemulihan, pengawasan, dan pengendalian lingkungan hidup.

Upaya Terpadu adalah pelaksanaan yang melibatkan Pemerintah sebagai Pengawas, Badan Usaha/Pemrakarsa kegiatan sebagai sumber dampak dan masyarakat sebagai bagian yang terkena dampak, yang dilaksanakan dengan terencana, supaya fungsi dan daya dukung lingkungan hidup tetap terjaga.

Banyaknya kegiatan khususnya di DKI Jakarta yang dinilai mengakibatkan dampak besar dan penting, baik secara langsung maupun tidak langsung menyebabkan menurunnya daya dukung lingkungan hidup, mendorong perulu adanya suatu tindakan yang dapat meminimalisasi dampak negative tersebut terhadap lingkungan hidup sehingga perlu dibuatkan suatu instrument pelaksanaan pengelolaan lingkungan hidup yaitu dengan melakukan AMDAL.

Pelaksanaan AMDAL tentu saja menemui permasalahan-permasalahan antara lain: minimnya pengetahuan Badan Usaha/Kegiatan terhadap pentingnya Amdal, kurangnya sumber daya manusia untuk melakukan pelaksanaanya.

Pelaksanaan Amdal tidak berhenti sampai disitu saja, setelah Rekomendasi dikeluarkan, pelaksanaannya dilakukan dengan Implementasi RKL-RPL yang pelaporannya dilakukan 6 Bulan sekali ke BPLHD Provinsi DKI Jakarta. BPLHD Provinsi DKI Jakarta selaku instansi yang bertanggung jawab terhadap

39

Page 44: JUKNIS PENGAWASAN

DRAFT

pengelolaan Lingkungan Hidup di DKI Jakarta bertugas melakukan koordinasi pemantuan dan pengawasan dengan melibatkan instansi-instansi terkait. Hasil pemantauan merupakan tolak ukur, efektif atau tidaknya pelaksanaan pengelolaan yang dilakukan oleh pemrakarsa yang mengacu kepada dokumen RKL-RPL. Pentelaahan hasil pemantauan dengan evaluasi dampak penting pada laporan AMDAL, kosnep upaya pengelolaan sebagaimana tercantum di dalam RKL, serta konsep yang dilaksanakan disebut sebagai evaluasi.

Dengan adanya Panduan Pelaksanaan Implentasi RKL-RPL ini, diharapkan wawasan dan pengetahuan masyarakat ataupun Badan Usaha baik yang sudah ataupun belum melakukan kegiatan akan bertambah sehingga dapat membuat/menyusun Dokumen Pengelolaan Lingkungan khususnya Implementasi RKL-RPL.

B. LANDASAN HUKUM

1. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup.

2. Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun jo Peraturan Pemerintah Nomor 85 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun.

3. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara.

4. Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun.

5. Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air.

6. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor KEP-51/MENLH/X/1995 tentang Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kegiatan Industri.

7. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor KEP-52/MENLH/X/1995 tentang Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kegiatan Hotel.

8. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor KEP-58/MENLH/XII/1995 tentang Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kegiatan Rumah Sakit.

9. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor KEP-13/MENLH/III/1995 tentang Baku Mutu Emisi Sumber Tidak Bergerak.

10. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor KEP-48/MENLH/XI/1996 tentang Baku Mutu Tingkat Kebisingan

11. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor KEP-49/MENLH/XI/1996 tentang Baku Mutu Tingkat Getaran.

12. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor KEP-50/MENLH/XI/1996 tentang Baku Mutu Kebauan.

13. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 82 Tahun 2002 tentang Pedoman Pelaksanaan Pemantauan Lingkungan Hidup

40

Page 45: JUKNIS PENGAWASAN

14. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 141 Tahun 2003 tentang Ambang Batas Emisi Gas Buang Kendaraan Bermotor Tipe Baru dan Kendaraan Bermotor yang sedang diproduksi.

15. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 129 Tahun 2003 tentang Baku Mutu Emisi Usaha dan Atau Kegiatan Minyak dan Gas Bumi.

16. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 112 Tahun 2003 tentang Baku Mutu Limbah Domestik.

17. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 115 Tahun 2003 tentang Pedoman Penentuan Status Mutu Air

18. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 45 Tahun 2005 tentang Pedoman Penyusunan Laporan Pelaksanaan Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup (RKL) dan Rencana Pemantauan Lingkungan (RPL).

19. Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Nomor KEP-01/BAPEDAL/08/1995 tentang Tata Cara dan Persyaratan Teknis Penyimpanan dan Pengumpulan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun.

20. Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Nomor KEP-02/BAPEDAL/08/1995 tentang Dokumen Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun.

21. Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Nomor KEP-225/BAPEDAL/09/1995 tentang Tata Cara dan Persyaratan Teknis Penyimpanan dan Pengumpulan Minyak Pelumas Bekas.

22. Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Nomor KEP-68/BAPEDAL/05/1994 Tentang Tata Cara Memperoleh Izin Penyimpanan, Pengumpulan, Pengoperasian Alat Pengolahan dan Penimbunan Akhir Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun.

23. Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Nomor KEP-205/BAPEDAL/07/1996 tentang Pedoman Teknis Pengendalian Pencemaran Udara Sumber Tidak Bergerak.

24. Peraturan Daerah Provinsi DKI Jakarta Nomor 6 Tahun 1999 tentang Rencana Umum Tata Ruang Wilayah.

25. Peraturan Daerah Provinsi DKI Jakarta Nomor 2 Tahun 2005 tentang Pengendalian Pencemaran Udara.

26. Keputusan Gubernur KDKI Jakarta Nomor 582 Tahun 1995 tentang Penetapan Peruntukkan Baku Mutu Limbah Cair di Wilayah DKI Jakarta.

27. Keputusan Gubernur KDKI Jakarta Nomor 229 Tahun 1995 tentang Petunjuk Pelaksanaan Peruntukkan dan Baku Mutu Limbah Cair di Wilayah DKI Jakarta.

28. Keputusan Gubernur KDKI Jakarta Nomor 30 Tahun 1999 tentang Izin Pembuangan Limbah Cair (IPLC).

41

Page 46: JUKNIS PENGAWASAN

29. Keputusan Gubernur KDKI Jakarta Nomor 95 Tahun 2000 tentang Pemeriksaan Emisi dan Perawatan Mobil Penumpang Pribadi di Provinsi DKI Jakarta.

30. Keputusan Gubernur KDKI Jakarta Nomor 551 Tahun 2001 tentang Penetapan Baku Mutu Udara Ambient dan Baku Tingkat Kebisingan di Provinsi DKI Jakarta.

31. Surat Keputusan Gubernur Provinsi DKI Jakarta Nomor 670 Tahun 2000 tentang Penetapan Baku MUtu Emisi Sumber Tidak Bergerak di Provinsi DKI Jakarta.

32. Surat Keputusan Gubernur Provinsi DKI Jakarta Nomor 1041 Tahun 2000 tentang Baku MUru Emisi Kendaraan Bermotor di Provinsi DKI Jakarta.

33. Surat Keputusan Gubernur Provinsi DKI Jakarta Nomor 11 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Lingkungan Kawasan.

34. Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta Nomor 68 Tahun 2005 tentang Pembuatan Sumur Resapan.

35. Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta Nomor 75 tentang Kawasan Dilarang Merokok.

36. Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta Nomor 122 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Air Limbah Domestik di Provinsi DKI Jakarta.

A. MAKSUD DAN TUJUAN

Pedoman Penyusunan Laporan Implemantasi RKL dan RPL dimaksudkan untuk memberikan acuan dalam pelaksanaan RKL-RPL.

Tujuan Penyusunan Laporan Implementasi RKL dan RPL in iadalah:

1. Memberikan kemudahan kepada pemrakarsa kegiatan dalam melaporkan pelaksanaan RKL dan RPL

2. Memberikan kemudahan kepada berbagai instansi terkait dalam pengawasan pelaksanaan RKL dan RPL.

3. Mendorong Pemrakarsa memanfaatkan data-data pemantauan lingkungan dalam menerapkan system pengelolaan lingkungan yang berdasarkan prinsip-prinsip perbaikan secara terus-menerus.

B. LINGKUP KEGIATAN IMPLEMENTASI RKL-RPL YANG DILAPORKAN

Lingkup kegiatan menggambarkan kegiaran sekarang yang disesuaikan dengan dokumen awal RKL-RPL yang telah disetujui, lengkap dengan nomor rekomendasinya yang mencakup tahap: Konstruksi, Operasi dan Pasca Operasi yang meliputi:

1. Pengelolaan limbah:

a. Limbah cair (proses dan domestic)

b. Limbah padat (B3 dan Non B3)

42

Page 47: JUKNIS PENGAWASAN

c. Emisi (sum

d. ber bergerak dan tidak bergerak)

2. Pemantauan

C. PENYAMPAIAN LAPORAN

Laporan disampaikan dalam bentuk dokumen ang dilengkapi dengan cover/sampul dan dianjurkan disertai dengan file elektronik (disket/compact disc).

Laporan dikirimkan kepada BPLHD Provinsi DKI Jakarta Bidang Pengendalian Pencemaran dengan tembusan:

1. BPLH Wilayah

2. Dinas Terkait

3. Pertinggal

D. SISTEMATIKA LAPORAN

Pemrakarsa dalam menyusun laporan pelaksanaan RKL dan RPL mengikuti sistematika sebagai berikut:

I. BAB I PENDAHULUAN

I.1. Identitas Perusahaan

Tuliskan identitas pemrakarsa dan domisili usaha dan atau kegiatan

a. Nama Perusahaan/Pemrakarsa : ……….

b. Jenis Badan Hukum : CV/PT/Koperasi

c. Alamat Perusahaan/Pemrakarsa : ……..

d. Nomor Telepon : ……..

e. Nomor Fax : ……..

f. Email : ……..

g. Status Pemodalan : ……..

h. Bidang Usaha atau kegiatan : ……..

i. Nomor Rekomendasi SK AMDAL : ……..

j. Penanggung Jawab (Nama dan

Jabatan : ……..

k. Izin yang terkait dengan AMDAL

(lampirkan) : ……..

43

Page 48: JUKNIS PENGAWASAN

I.2. Lokasi usaha dan atau kegiatan

Tuliskan secara jelas lokasi usaha dan atau kegiatan (alamat lengakp dan nomor telepon) lengkapi dengan peta dan koordinat)

I.3. Deskripsi Kegiatan

Uraikan dengan singkat kegiatan dan status pelaksanaan kegiatan tersebut pada saat pelaporan beserta kapasitas produksi dan atau luas lahan yang dimanfaatkan. Uraian ini harus dapat menjelaskan apakah kegiatan perusahaan tersebut dalam tahap pra-konstruksi, konstruksi, operasi atau pasca operasi.

Pemrakarsa dapat mencantumkan berbagai penghargaan yang dimiliki, baik dari dalam negeri, luar negeri atau instansi lain (misalnya: ISO 14000, Program Penilaian Peringkat Kinerja Perusahaan – PROPER)

I.4 Perkembangan Lingkungan Sekitar

Informasikan secara lengkap dan jelas, apabila terjadi perubahan-perubahan disekitar kegiatan selama proyek berlangsung yang kemungkinan dan atau turut mempengaruhi kegiatan yang disertai dengan foto-foto.

II. BAB II PELAKSANAAN

Uraikan secara rinci hasil pelaksanaan pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup. Apabila terdapat rekomendasi terhadap laporan hasil pelaksanaan pengelolaan dan pemantauan sebelumnya, maka hasil pelaksanaan terhadap rekomendasi tersebut turut dilaporkan.

Teknik dan metodologi pengelolaan dan pemantauan yang digunakan dalam pelaksanaan rencana pengelolaan lingkungan hidup (RKL) dan rencana pemantauan lingkungan hidup (RPL) harus dilakukan sesuai dengan teknin dan metodologi standar atau yang diatur dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Dalam penulisan laporan harus ada kesesuaian uraian antara dampak yang dikelola dengan dampak komponen lingkungan yang dipantau. Uraian pelaksanaan pengelolaan dapat dilakukan perkomponen kegiatan dan pemantauan perkomponen lingkungan.

II.1. RKL

Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL) adalah dokumen yang mengandung upaya penanganan dampak pentik terhadap lingkungan hidup yang ditimbulkan akibat dari rencana dan atau usaha kegiatan.

44

Page 49: JUKNIS PENGAWASAN

DRAFT

Penyusunan laporan pelaksanaan RKL disesuaikan dengan lingkup pengelolaan (butir D) yang meliputi:

II.1.1. Jenis Dampak dan Sumber Dampak

Uraikan jenis dampak dan sumber dampak yang terkait dengan kegiatan yang bersangkutank, untuk sumber dampak diuraikan kegiatan yang menjadi sumber dampak dan besaran dampak serta potensi/ kapasitasnya antara lain:

a. Air : meliputi sumber air, proses utilitas dan limbah

b. Udara : meliputi sumber bergerak dan sumber tidak bergerak

c. Kebisingan

d. Limbah padat

e. Limbah B3

f. Penghijauan

g. Lalu lintas

h. Kesempatan berusaha

i. Keresahan social

j. Kamtibmas

k. Kesehatan masyarakat

l. Sanitasi lingkungan

m. Kontribusi kegiatan terhadap sekitar

n. Keselamatan dan kesehatan kerja

o. Dan lain-lain yang berhubungan dengan kegitan

II.1.2. Upaya Pengelolaan

Uraikan upaya pengelolaan yang dilaksanakan baik dalam proses maupun di luar proses dengan mengacu ke hirarki pengelolaan:

a. Reduksi limbah pada sumber (source reduction). Reduksi limbah pada sumber ada lah upaya mengurang i vo lume, konsentrasi toksisitas dan tingkat bahaya limbah yang akan keluar ke lingkungan atau secara preventif dilakukan pada sumber. Reduksi dapat limbah dapat dilakukan melalui proses bahan baku, operasi dan teknologi

45

Page 50: JUKNIS PENGAWASAN

teknologi proses dengan menerapkan Good Housekeeping.

b. Meminimalisasi limbah dengan memanfaatkan limbah yang dihasilkan dengan menggunakan kembali (reuse), rekoveri (recovery) dan daur ulang (recycle). Langkah yang dilakukan untuk daur ulang dapat dilaksanakan dengan cara memperoleh kembali dan penggunaan kembali melalui pengolahan fisik atau kimiawi, untuk menghasilkan produk yang sama atau produk yang lain. Penggunaan kembali (reuse) adalah pemanfaatan limbah dengan jalan menggunakan kembali untuk keperluanyang sama atau fungsinya sama, tanpa mengalami pengolahan atau perubahan bentuk, missal sisa asam untuk pembersihan logam, dapat digunakan kembali untuk keperluan yang sama oleh pabrik logam. Perolehan kembali adalah upaya pemanfaatan limbah dengan jalan memprosesnya, untuk memperoleh kembali salah satu atau lebih materi atau komponen yang terkandung didalamnya.

c. Melakukan pengolahan limbah apabila limbah yang dihasi lkan sudah t idak dapat dimanfaatkan kembali. System pengolahan limbah disesuaikan dengan karakteristk limbah yang dikeluarkan. System pengolahan bisa bersifat fisik, biologis atau kimia.

d. Pengaturan pembuangan limbah yang dikeluarkan.

Pengaturan pembuangan dilakukan untuk mengantisipasi beban berat secara tiba-tiba terhadap lingkungan. Pembuangan limbah dilakukan pada waktu air laut tiba-tiba terhadap lingkungan. Pembuangan limbah dilakukan pada waktu air laut surut bagi kegiatan atau industry yang letaknya dekat dengan pantai dan kuantitas limbah yang dibuang harus diatur.

II.1.3. Lampirkan visualisasi pelaksanaan pengelolaan lingkungan (misalnya foto-foto, grafik, table peta lokasi pemantauan, dan sebagainya)

II.2. RPL

Rencana Pemantauan Lingkungan (RPL) adalah dokumen yang mengandung upaya pemantauan lingkugnan hidup yang

46

Page 51: JUKNIS PENGAWASAN

terkena dampak penting akibat dari rencana usaha atau kegitan.

Penyusunan laporan pelaksanaan RPL disesuaikan dengan lingkup pemantauan (butir D) yang meliputi:

II.2.1. J e n i s D a m p a k d a n S u m b e r D a m p a kUraikan jenis dampak dan sumber dampak yang terkait dengan yangkegiatan yang bersangkutan, untuk sumber dampak diuraikan kegiatan yang menjadi sumber damapk dan besaran dampak serta potensi/kapasitasnya antara lain:

a. Air : meliputi sumber air, proses utilitas dan limbah

b. Udara : meliputi sumber bergerak dan sumber tidak bergerak

c. Kebisingan

d. Limbah padat

e. Limbah B3

f. Penghijauan

g. Lalu lintas

h. Kesempatan berusaha

i. Keresahan social

j. Kamtibmas

k. Kesehatan masyarakat

l. Sanitasi lingkungan

m. Kontribusi kegiatan terhadap sekitar

n. Keselamtan dan kesehatan kerja

o. Dan lain-lain yang berhubunganan dengan kegiatan

II.2.2. Uraikan Pelaksanaan Pemantauan Lingkungan

Uraikan pelaksanaan pemantauan lingkungan (disesuaikan dengan dokumen RPL) dan hasil-hasil yang dicapai yang meliputi antara lain:

a. Jenis dampak

b. Sumber dampak

c. Lokasi pemantauan

d. Parameter lingkungan yang dipantau

e. Metode pemantauan

47

Page 52: JUKNIS PENGAWASAN

II.2.3. Lampirkan berbagai hasil pelaksanaan pengukuran.

Lampiran berisikan antara lain hasil analisa dari laboratorium yang terakreditasi atau diakui oleh pemerintah, catatan tingkat kesehatan masyarakat, dan data aspek pelaporan social. Lampirkan juga visualisasi pelaksanaan pemantauan lingkungan (misalnya foto-foto grafik, table, peta lokasi pemantauan, dan sebagainya).

Untuk memudahkan dalam pelaporan pelaksanaan pengelolana dan pemantauan lingkungan, pemrakarsa dapat mengacu ke matrik dibawah ini. Matrik ini wajib dibuat sebagai persyaratan minimal dalam pelaksanaan pengelolaan dan pemantauan lingkungan.

Matrik Pelaksanaan dan Pengelolaan Lingkungan

II.2.3. Lampirkan berbagai hasil pelaksanaan pengukuran.

Lampiran berisikan antara lain hasil analisa dari laboratorium yang terakreditasi atau diakui oleh pemerintah, catatan tingkat kesehatan masyarakat, dan data aspek pelaporan social. Lampirkan juga visualisasi pelaksanaan pemantauan lingkungan (misalnya foto-foto grafik, table, peta lokasi pemantauan, dan sebagainya).

Untuk memudahkan dalam pelaporan pelaksanaan pengelolana dan pemantauan lingkungan, pemrakarsa dapat mengacu ke matrik dibawah ini. Matrik ini wajib dibuat sebagai persyaratan minimal dalam pelaksanaan pengelolaan dan pemantauan lingkungan.

III. BAB III EVALUASI

Tujuan Evaluasi:

1. Memudahkan identifikasi penaatan pemrakarsa terhadap

peraturanlingkungan hidup seperti standar-standar baku mutu

lingkungan.

2. Mendorong pemrakarsa untuk mengevaluasi kinerja pengelolaan dan

pemantauan lingkungan sebagai upaya perbaikan secara terus-

menerus (continual improvement).

3. Mengetahui kecendrungan pengelolaan dan pemantauan lingkungan

48

Page 53: JUKNIS PENGAWASAN

DRAFT

suatu kegiatan, sehingga memudahkan dalam penyelesaian permasalahanlingkungan dan perencanaan pengelolaan lingkungan hidup dalam skala yang lebih besar.

4. Mengetahui kinerja pengelolaan lingkungan oleh pemrakarsa untuk

program penilaian peringkat kerja.

Setiap jenis dampak dievaluasi sesuai dengan lingkupnya dengan

menggunakan cara-cara evaluasi berikut:

Setiap jenis dampak dievaluasi sesuai dengan lingkupnya dengan mengunakan

cara-cara evaluasi berikut:

1. Evaluasi Kecendrungan (trend evaluation)

Evaluasi kecendrungan adalah evaluasi untuk melihat kecendrungan

(trend) perubahan kualitas lingkungan dalam suatu rentang ruang dan

waktu tertentu. Untuk melakukan evaluasi ini mutlak dibutuhkan data

hasil pemantauan dari waktu ke waktu (time series data), karena

penilaian perubahan kecenderungan hanya dapat dilakukan dengan

data untuk waktu pemantauan yang berbeda.

Data perubahan dari waktu ke waktu dapat menggambarkan secara

lebih jelas mengenai kecenderungan proses suatu kegiatan maupun

perubahan kualitas lingkungan yang diakibatkannya, Karen aproses

suatu kegiatan tidak selalu dalam kondisi normal atau optimal.

2. Evaluasi Tingkat Ktitis (critical level evaluation)

Evaluasi tingkat kritis dimaksudkan iuntuk menilai tingkat kekritisan

(critical level) dari suatu dampak. Evaluasi tingkat kritis dapat

dilakukan dengan data hasil pemantauan dari waktu ke waktu maupun

dari data dari pemantauan sesaat.

Evaluasi tingkat kritis adalah evaluasi terhadap potensi resiko dimana

suatu kondisi akan melebihi baku mutu atau standar lainnya, baik

untuk periode watu saat ini maupun waktu mendatang.

3. Evaluasi Pentaatan (compliance evaluation)

Evaluasi pentaatan adalah evaluasi terhadap tingkat kepatuhan dari

pemrakarsa kegaitan untuk memenuhi berbagai ketentuan yang

terdapat dalam izin atau pelaksanaan dari ketentuan-ketentuan yang

terdapat dalam dokumen pengelolaan lingkungan hidup dengan

melihat data dengan target yang harus dicapai.

Dalam pelaksanaan evaluasi, pemrakarsa kegaitan dapat

menggunakan evaluasi lebih dari satu jenis evaluasi.

49

Page 54: JUKNIS PENGAWASAN

II. BAB IV KESIMPULAN

Uraikan kesimpulan dalam hal hal penting untuk setiap lingkup kegiatna sebagai

berikut:

1. Pengelolaan limbah

2. Komponen lingkungan

3. Social ekonomi

4. Keselamatan dan kesehatan kerja

50

Page 55: JUKNIS PENGAWASAN

PEDOMAN PENGAWASAN PENGENDALIAN

PENCEMARAN UDARA SUMBER TIDAK BERGERAK

A. Acuan Peraturan

Dalam pelaksanaan pengawasan pengendalian pencemaran udara sumber tidak bergerak untuk industri mengacu pada peraturan :

1. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara.

2. Keputusan Kepala BAPEDAL Nomor 205 Tahun 1996 tentang Pedoman Teknis Pengendalian Pencemaran Udara Sumber Tidak Bergerak.

3. Kepmen LH No. 133 Tahun 2004 tentang Baku Mutu Emisi Bagi Kegiatan Pupuk, dibagi menjadi beberapa bagian, Lampiran I (Baku Mutu Emisi Pabrik Pupuk ZA), Lampiran II (Baku Mutu Emisi Pabrik Pupuk Urea), Lampiran III (Baku Mutu Emisi Pabrik Pupuk Fosfat), Lampiran IV (Baku Mutu Emisi Pabrik Pupuk Asam Fosfat dan Hasil Samping).

4. Kegiatan utilitas dari boiler mengacu pada Permen LH No. 07 Tahun 2007 tentang baku mutu emisi untuk ketel uap.

5. Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun 2005 tentang Pengendalian Pencemaran Udara

6. Keputusan Gubernur Nomor 670 Tahun 2000 tentang Baku Mutu Emisi Sumber tdaik bergerak.

B. KEGIATAN PERSIAPAN PENGAWASAN

Persiapan pelaksanaan pengawasan terdiri dari beberapa kegiatan antara lain :

1. Menyusun data dan informasi yang ingin didapat dari pengawasan.

Secara umum data dan informasi yang diinginkan dalam pengawasan adalah data dan informasi tentang :

a. Profil industri.

? Nama Perusahaan;

? Nama pemilik perusahaan;

? Kepemilikan Modal ( PMA /PMDN);

? Jenis produk yang dihasilkan;

? Kapasitas produksi ( pertahun, perbulan atau perhari);

? Jumlah karyawan;

? Struktur organisasi perusahaan.

b. Kesesuaian terhadap kewajiban dan larangan yang diatur oleh peraturan perundang-undangan di bidang pengendalian pencemaran lingkungan hidup.

c. Kesesuaian terhadap kewajiban untuk melakukan pengelolaan lingkungan dan pemantauan lingkungan sebagaimana tercantum dalam Analisis Mengenai Dampak Lingkungan ( AMDAL) atau Upaya Pengelolaan Lingkungan (UKL) dan Upaya Pemantauan Lingkungan (UPL) atau persyaratan lingkungan yang tercantum dalam izin yang terkait.

51

Page 56: JUKNIS PENGAWASAN

2. Menyiapkan kelengkapan administrasi.

Kelengkapan administrasi yang perlu disiapkan adalah :

a. Surat Pemberitahuan Kunjungan

Surat pemberitahuan pelaksanaan kunjungan perlu dibuat untuk meminta izin melakukan pengawasan dan untuk memberikan kesempatan kepada pihak industri dalam menyiapkan data–data dan staf pendamping. Pengiriman surat pemberitahuan kunjungan pengawasan paling lambat 3 ( tiga) hari sebelum kunjungan.

Konfirmasi dengan pihak industri dilakukan 1 (satu) hari setelah surat pemberitahuan dikirim kepada pihak industri. Dalam konfirmasi pihak industri diminta dapat menyiapkan data dan informasi pengelolaan lingkungan dan menyiapkan staf/karyawan pendamping yang bertanggungjawab atau memahami pengelolaan lingkungan.

b. Surat Tugas Pengawas.

Surat tugas perlu dibuat untuk melengkapi persyaratan administrasi dalam pelaksanaan pengawasan. Surat tugas berisikan keterangan identitas petugas, tujuan pengawasan dan waktu pelaksanaan kegiatan secara lengkap. Bila terjadi penggantian petugas, maka perlu dibuatkan surat penugasan baru.

c. Formulir Berita Acara

Formulir berita acara yang harus dibawa adalah :

? Formulir Berita Acara Pengawasan.

? Formulir Berita Acara Penolakan Pengawasan.

? Formulir Berita Acara Pengambilan Foto/Video.

? Formulir Berita Acara Penolakan Pengambilan Foto/Video.

? Formulir Berita Acara Pengambilan Sampel

? Formulir Berita Acara Penolakan Pengambilan Sampel.

Formulir berita acara pengawasan disusun sesuai dengan lampiran III Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor : 56 Tahun 2002 tentang Pedoman Umum Pengawasan Penaatan Lingkungan Hidup.

d. Konfirmasi dengan pihak laboratorium

Apabila kegiatan pengawasan merencanakan pengambilan sampel emisi/udara ambien maka perlu konfirmasi dengan pihak laboratorium untuk dapat melakukan pengambilan sampel.

3. Penyiapan sarana / alat dan bahan

Sarana dan bahan -bahan yang dibutuhkan di lapangan adalah :

a. Tanda pengenal / identitas pengawas;

b. Menyiapkan buku catatan/note book;

c. Sarana transportasi;

d. Format /daftar periksa pengendalian pencemaran udara;

e. Alat GPS;

f. Kelengkapan keselamatan pengawas yang harus dibawa adalah sarung tangan, kaca mata pelindung, ear plug (penutup telinga), safety shoes, helm,

52

Page 57: JUKNIS PENGAWASAN

masker;

g. Menyiapkan sarana dokumentasi kamera, video, tape recorder;

4. Mempelajari dokumen terkait dengan penaatan pengendalian pencemaran udara.

Dokumen terkait dengan pengendalian pencemaran udara yang perlu dipelajari sebelum kegiatan pengawasan adalah :

a. Mempelajari RKL dan RPL atau UKL & UPL.

b. Mempelajari tentang kewajiban dan larangan yang tercantum dalam izin .

c. Mempelajari data dan informasi terkait dengan profil industri, proses produksi dan data teknis tentang sarana prasarana pengendalian pencemaran udara.

d. Mempelajari riwayat penaatan pengendalian pencemaran udara yang telah dilakukan. Riwayat penaatan dapat berupa :

? Data seri tentang hasil pemantauan kualitas emisi udara yang telah dilakukan (hasil analisa kualitas emisi udara serta kualitas udara ambien baik dari hasil swa pantau maupun eksternal/laboratorium rujukan).

? Laporan swapantau.

? Berita Acara pemantauan sebelumnya (temuan yang dianggap penting oleh petugas)

? Surat peringatan atau surat perintah melakukan tindakan tertentu yang dikeluarkan oleh pemerintah.

? Laporan kemajuan pengelolaan lingkungan atau pengendalian pencemaran termasuk tanggapan perusahaan terhadap temuan.

? Data penaatan terkait dengan kegiatan unit penegakan hukum, apabila ada;

? Arsip penaatan PPU perusahaan yang ada di pemda

? Data perizinan daerah yang dimiliki oleh perusahaan;

? Dokumen teknis dan bahan pustaka lainnya.

e. Mempelajari informasi perusahaan secara umum

? Denah pabrik dan letak cerobong sumber-sumber emisi;

? Bahan baku dan bahan penolong yang digunakan;

? Data industri pendukung dalam satu lokasi (jika ada), lengkap dengan bahan baku dan produknya;

? Diagram proses produksi dan sumber emisi;

? Informasi tentang apakah diperlukan persyaratan khusus untuk dapat memasuki lokasi;

? Peralatan keselamatan kerja yang dibutuhkan;

? Skala produksi: dahulu, sekarang, dan rencana ke depan;

? Data tentang perubahan fasilitas yang ada diperusahaan;

53

Page 58: JUKNIS PENGAWASAN

f. Mempelajari sistem pengendalian pencemaran udara

? Data desain dan deskripsi proses sistem pengendalian pencemaran udara yang dimiliki.

? Karakteristik emisi cerobong yang dihasilkan (parameter dan konsentrasi)

? Rencana tanggap darurat yang dimiliki oleh perusahaan

5. Persiapan tenaga pengawas.

Jumlah tenaga pengawas yang dibutuhkan tergantung dari jenis industri, kapasitas dan kompleksitas permasalahan. Bila kegiatan pengawasan dilakukan pada industri yang akan diawasi tersebut industri komplek, maka dibutuhkan jumlah dan tenaga pengawas yang memiliki pengalaman serta memiliki pengetahuan teknis sesuai dengan obyek/jenis industri yang akan diawasi. Hal lain yang perlu disiapkan adalah pembentukan tim dan pembagian tugas masing–masing anggota pengawas

6. Menyiapkan strategi dan metode pengawasan.

Strategi pengawasan perlu disusun sesuai dengan tujuan pengawasan dan riwayat penaatan industri yang akan diawasi.

a. Pengawasan pada industri baru/baru diawasi .

Strategi pengawasan pada industri baru atau industri yang baru pertama kali diawasi adalah diprioritaskan pada kegiatan pembinaan. Kegiatan lainnya adalah pengumpulan data dan informasi tentang sumber- sumber kegiatan yang berpotensi menghasilkan pencemar, kewajiban dan larangan yang harus ditaati sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Pembinaan dapat dilakukan sebelum atau sesudah kegiatan utama pengawasan. Pembinaan yang dilakukan adalah pembinaan penaatan melalui penjelasan tentang kewajiban-kewajiban dan larangan-larangan dan memberikan rekomendasi untuk melakukan perbaikan sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

b. Pengawasan pada industri yang sudah pernah diawasi.

Kegiatan utama pengawasan adalah melakukan verifikasi tindak lanjut hasil pengawasan sebelumnya serta laporan pengendalian pencemaran udara. Bila masih memungkinkan (ada waktu), maka perlu melakukan pengamatan lapangan pada sumber-sumber yang berpotensi terjadinya pelanggaran atau pencemaran lingkungan. Apabila tindak lanjut berupa sanksi, kegiatan pengawasan difokuskan pada kegiatan-kegiatan yang terkait dengan sanksi yang diberikan.

c. Pengawasan pada industri yang diduga melakukan pencemaran.

Kegiatan pengawasan difokuskan pada sumber–sumber yang diduga menjadi penyebab terjadinya pencemaran dan lokasi yang diduga tercemar.

d. Pengawasan pada industri yang tidak menjalankan perintah melakukan tindakan tertentu.

54

Page 59: JUKNIS PENGAWASAN

Kegiatan difokuskan pada pengumpulan bukti-bukti pelanggaran, alasan tidak melakukan kewajiban yang diatur dalam surat perintah melakukan tindakan tertentu. Kegiatan pengumpulan data dan informasi dilakukan oleh petugas pengawas yang memiliki brevet PPLH/PPLHD dan memiliki pengalaman pengawasan. Sedangkan kegiatan pengambilan sampel udara dilakukan oleh pihak laboratorium yang terakreditasi

7. Rencana Kerja Pengawasan Pengendalian Pencemaran Udara

Perencanaan inspeksi yang baik akan menentukan keberhasilan kegiatan inspeksi tersebut. Setiap petugas inspeksi harus mempersiapkan dokumen rencana inspeksi secara tertulis sebelum melakukan kunjungan lapangan. Penyusunan rencana inspeksi harus dilakukan oleh seluruh anggota tim inspeksi, dan ditanda-tangani oleh masing-masing anggota tim inspeksi. Dalam penyusunan jadwal pelaksanaan inspeksi lapangan perlu dikoordinasikan dengan laboratorium yang akan menganalisa air limbah. Rencana kerja pengawasan harus diserahkan atasan untuk disetujui paling lambat sehari sebelum berangkat ke lapangan.

a. Hal-hal yang harus tercantum dan dijelaskan dalam rencana kerja pengawasan mencakupi antara lain :

1)Tujuan pengawasan

? Secara ringkas tujuan umum pengawasan pengendalian pencemaran udara

? Apa yang ingin dicapai dari pengawasan

2)Gambaran ringkas tentang perusahaan

? Jenis kegiatan dan proses produksi ringkas

? Riwayat penataatan perusahaan

3)Sumber daya yang digunakan

? Nama petugas pengawas

? Peralatan yang digunakan

? Anggaran yang dibutuhkan

4)Status koordinasi dengan pihak terkait:

? Pusat Regional Lingkungan Hidup

? Bapedalda Propinsi

? Laboratorium, apabila diperlukan

5)Jadwal Pelaksanaan pengawasan pengendalian pencemaran air secara keseluruhan yang mencakup :

? Kapan pengawasan dimulai

? Kapan pengawasan selesai

? Kapan laporan pengawasan selesai

55

Page 60: JUKNIS PENGAWASAN

DRAFT

b.Koordinasi

1). Surat Koordinasi

? Checklist kesiapan koordinasi: Surat pemberitahuan kepada pihak terkait termasuk surat tugas

? Tim pengawasa harus memiliki salinan surat pemberitahuan kepada pihak terkait selama kegiatan pengawasan

2). Surat pemberitahuan

? Surat Tugas yang mencantumkan tujuan, nama petugas, nomor PPLHD/PPNS, dan tanggal kunjungan;

? Pemberitahuan ke Perusahaan;

B. KEGIATAN PELAKSANAAN PENGAWASAN

Tahapan–tahapan kegiatan pelaksanaan pengawasan adalah sebagai berikut :

1. Persiapan Pengawasan

Tim Pengawas terdiri dari beberapa orang oleh karena itu perlu terlebih dahulu mengadakan pertemuan koordinasi. Pertemuan ini bertujuan untuk menyusun strategi pelaksanaan pengawasan di lapangan antara lain:

a. Menentukan ketua Tim Pengawas

b. Mendiskusikan riwayat penaatan perusahaan

c. Melakukan konfirmasi dan finalisasi rencana pengawasan

d. Mereview checklist persiapan pengawasan

e. Mengatur sarana transportasi menuju ke lokasi perusahaan.

Setelah semua persiapan sudah lengkap baik teknis maupun administratif, Tim Pengawas siap diberangkatkan ke lapangan untuk melakukan pengawasan

2. Proses dan Prosedur Masuk ke Perusahaan

1. Ketua Tim Pengawas menyerahkan surat tugas kepada pihak perusahaan dan menjelaskan sekilas mengenai maksud kedatangan Tim Pengawas.

2. Jika perusahaan menolak kehadiran Tim Pengawas, maka pihak perusahaan harus menandatangani berita acara penolakan (diberi stempel perusahaan), atau

3. jika perusahaan tidak bersedia menandatangani berita acara penolakan tersebut diusahakan dapat merekam suara pada saat melakukan penolakan dengan menggunakan recorder.

3. Pertemuan pendahuluan

Sebelum kegiatan inti pengawasan maka perlu pertemuan pendahuluan. Dalam pertemuan pendahuluan pengawas perlu menjelaskan hal-hal seperti berikut dibawah ini :

a. Perkenalan pengawas dengan penanggungjawab usaha kegiatan.

Ketua tim sebagai juru bicara Tim Pengawas bertugas:

56

Page 61: JUKNIS PENGAWASAN

? memperkenalkan anggota tim.

? menyerahkan surat tugas asli.

b. Menjelaskan maksud dan tujuan pengawasan.

Menjelaskan secara ringkas kepada pihak perusahaan tentang tujuan pengawasan apakah berkaitan dengan pengawasan rutin, pengawasan penegakan hukum, pengawasan spesifik terhadap instalasi tertentu, pengawasan akibat terjadinya kasus pencemaran lingkungan, pengawasan terhadap pengaduan masyarakat.

c. Menjelaskan secara rinci dasar tindak kegiatan pengawasan (tunjukkan aturannya/dasar hukum kegiatan pengawasan serta menerangkan hak dan kewajiban petugas pengawas).

d. Menawarkan serta menetapkan jadwal/agenda pengawasan secara berurutan untuk mengefektifkan waktu yang disediakan.

Tim Pengawas perlu menyampaikan rencana dan agenda pengawasan yang telah disusun sebelumnya. Agenda pengawasan tersebut antara lain memeriksa fasilitas proses produksi, pengendalian pencemaran udara, dll. Langkah ini diperlukan untuk memudahkan koordinasi dengan petugas pendamping dan situasi nyata yang ada diperusahaan.

Apabila ada keberatan dari perusahaan terhadap agenda pengawasan tersebut dimintakan alasan keberatannya. Namun, apabila keberatan tersebut tidak dapat diterima oleh Tim Pengawas maka Tim Pengawas dapat memintakan kepada perusahaan untuk menjelaskan alasan keberatannya secara tertulis atau dibuat Berita Acara penolakan yang berkasnya sudah disediakan oleh Tim pengawas.

Agenda pengawasan dapat didiskusikan dengan pihak perusahaan termasuk kemungkinan kendala-kendala yang dihadapi tetapi Tim pengawas yang memutuskan unit/lokasi yang akan diperiksa sesuai dengan tujuan pengawasan yang telah direncanakan.

e. Mengkonfirmasikan persyaratan kesehatan dan keselamatan, serta kepastian memperoleh jaminan keselamatan dan kesehatan petugas pengawas dalam menjalankan kegiatan.

f. Pihak perusahaan diharapkan menjelaskan kegiatan perusahaan secara keseluruhan kepada tim pengawas menyangkut:

? manajemen perusahaan,

? proses produksi,

? pengelolaan lingkungan, dan hubungan dengan masyarakat sekitar lokasi perusahaan.

4. Pengumpulan data dan informasi terkait dengan pengendalian pencemaran udara.

Pengumpulan data dan informasi dapat dilakukan dengan berbagai cara antara lain melalui wawancara (tanya jawab), menyalin/mengcopy dokumen, merekam audio atau video serta melakukan dokumentasi melalui foto.

Data dan informasi yang perlu dikumpulkan difokuskan pada data dan informasi terkait dengan penaatan terhadap peraturan perundang-undangan yaitu :

a. Komitmen perusahaan terhadap pengelolaan lingkungan.

b. Proses produksi.

57

Page 62: JUKNIS PENGAWASAN

c. Sumber–sumber kegiatan yang berpotensi menghasilkan emisi udara.

d. Kondisi sarana dan prasarana pengelolaan emisi (data teknis tentang sarana dan prasarana pengolahan emisi).

e. Data swapantau emisi udara secara manual dan kontinyu.

f. Penaatan terhadap baku mutu emisi sesuai dengan RKL & RPL atau UKL & UPL atau kewajiban dan larangan yang tercantum dalam izin.

Berikut disajikan tabel berisikan informasi untuk mempermudah pengambilan data dan informasi yang diperlukan.

Tabel … : Informasi Proses Produksi.

No. Informasi Yang Dibutuhkan Keterangan

1 Kapasitas Produksi Catat satuan kapasitas produksi disesuaikan dengan satuan yang tercantum dalam peraturan perundang-undangan (Baku Mutu). Contoh untuk kapasitas produksi industri tekstil kapasitas produksi bulanan dalam ton produk tekstil, bukan dalam bentuk yard atau meter per bulan.

2 Kondisi Kegiatan operasi produksipada saat kunjungan

Catat kapasitas produksi pada saat kunjungan (produksi normal atau 50 % atau hanya berproduksi bila ada order) cek kapasitas produksi pada log book yang tersedia.

3 Ringkasan proses produksi, jenis, jumlah bahan baku dan penunjang yang dibutuhkan per hari atau per bulan

Catat secara singkat tentang proses produksi, jenis dan jumlah bahan baku dan bahan penolong yang digunakan.

4 Penanggungjawab kegiatan Catat nama manager produksi, hal ini diperlukan untuk mendapatkan informasi secara lengkap bila ada masalah paska kunjungan.

5 Kepemilikan Dokumen Pengelolaan Lingkungan ( AMDAL/UKL &UPL)

Catat ada atau tidak dan copy bagian bagian yang diperlukan.

58

Page 63: JUKNIS PENGAWASAN

4. Pemeriksaan Fasilitas Pengendalian Pencemaran Udara

a. Pemeriksaan terhadap sumber-sumber emisi mulai dari ruang proses produksi, kegiatan utilitas seperti steam boiler, power boiler, boiler oil thermat heater, genset, cogen, power plant, tungku pembakaran.

b. Pemeriksaan kondisi seluruh cerobong, baik dari proses produksi maupun kegiatan utilitas.

c. Pemeriksaan tersedianya sarana pendukung sampling emisi seperti lubang sampling, tangga, lantai kerja, pagar pengaman dan sumber listrik pada cerobong.

Tabel . Pengawasan Fasilitas Pengelolaaan Emisi Udara

KOMPONEN FASILITAS TINDAKAN

Sumber Emisi ? Periksa kondisi fisik sumber emisi pada penanganan bahan baku, proses produksi, dan utilitas.

Contoh :

Sumber emisi dari Utilitas : Boiler

? Catat jumlah dan jenis boiler (oil boiler/termo boiler atau steam boiler) serta kapasitas masing masing boiler.

? Jenis bahan bakar yang digunakan

? Catat jumlah cerobong emisi yang dimiliki.

Cerobong ? Periksa jumlah cerobong .

? Periksa apakah setiap cerobong telah dilengkapi lubang sampling dan posisi lubang sampling telah sesuai dengan Keputusan Kepala BAPEDAL Nomor 205 Tahun 1996 tentang Pedoman Teknis Pengendalian Pencemaran Udara.

? Periksa apakah setiap cerobong telah dilengkapi sarana pendukung sampling emisi (tangga, landasan kerja, pagar pengaman dan sumber listrik).

? Periksa apakah lubang sampling sudah memenuhi persyaratan teknis.

Alat pengendali udara emisi

? Periksa apakah memiliki alat pengendalian pencemaran udara pada cerobong.

? Periksa jenis alat pengendali dan apakah alat pengendali berfungsi dengan baik.

Continuous Emission Monitoring (CEM)

? Periksa apakah memiliki alat CEM (Continuous Emission Monitoring) pada stack.

? Periksa kinerja alat pengendali pencemaran udara/CEM dari control room.

? Periksa parameter apa saja yang dapat dimonitor oleh CEM dan periksa data CEM untuk harian, bulanan dan 3 bulanan serta berapa kali melebihi Baku Mutu Emisi Udara.

59

Page 64: JUKNIS PENGAWASAN

5. Pemeriksaan persyaratan teknis cerobong.

a. Pemeriksaan tersedianya sarana pendukung sampling emisi seperti lubang sampling, tangga, lantai kerja, pagar pengaman dan sumber listrik pada cerobong.

b. Untuk cerobong yang berbentuk lingkaran, penentuan titik lubang sampling adalah berada diantara minimal 8 x diameter stack (ds) untuk down stream dan 2x diameter stack (Ds) untuk upstream, -

c. Diameter lubang pengambilan sampel sekurang-kurangnya 10 cm atau 4 inci;

d. Lubang pengambilan sampel harus memakai tutup dengan sistem pelat flange yang dilengkapi dengan baut (gambar 6);

e. Arah lubang pengambilan sampel tegak lurus dinding cerobong;

f. Untuk cerobong berdiameter dalam lebih kecil (d) dari diameter dalam aliran bawah (D), dapat ditentukan dengan diameter ekuivalen (De) sebagai berikut :

De = 2 dD / ( D + d)

Untuk cerobong berpenampang empat persegi panjang, dapat ditentukan dengan diameter equivalen (De) sebagai berikut:

De = 2 LW / ( L + W) Ket. : De = diameter ekuivalen

L = Panjang Cerobong

W = Lebar Cerobong

8D

2D

8De

2De

8D

2D

8De

2De

De=2 x d x D / (D+d)

D

d

De=2LW/(L+W)

L W

D = Diameter Dalam

Ket. : De = diameter ekuivalen

D = diameter dalam cerobong bawah

d = diameter dalam cerobong atas

Gambar Penempatan Lubang sampling pada berbagai cerobong

60

Page 65: JUKNIS PENGAWASAN

DRAFT

8 D

2 D

Genset / Boiler

Si len tser

g. Pada boiler dan genset yang berkapasitas kecil biasanya memiliki cerobong yang bentuknya tidak sesuai peraturan (bentuk leher angsa). Disarankan kepada pihak perusahaan untuk memodifikasi bentuk cerobong tersebut seperti gambar dibawah ini :

Silents 2 D

8 D

Genset /

Boiler

Gambar Modifikasi cerobong genset/boiler yang berbentuk leher angsa

6. Pemeriksaan alat pengendalian pencemaran udara

a. Periksa apakah perusahaan memasang alat pengendali pencemaran udara (emisi gas dan/atau partikulat) sebelum dibuang ke lingkungan.

b. Periksa apakah alat pengendali pencemar udara berjalan dengan baik.

c. Jenis alat pengendali pencemaran udara :

* Separator (Siklon)

Keuntungan penggunaan siklon antara lain:

• harganya cukup murah,

• tidak banyak bagian-bagian yang berputar, dan

• dapat digunakan dalam segala kondisi suhu operasi.

Kerugian penggunaan siklon antara lain:

• Hanya untuk ukuran partikel tertentu (relatip besar);

• Baku mutu konsentrasi partikulat yang telah ditetapkan oleh Pemerintah tidak dapat dipenuhi hanya dengan pengontrolan melalui siklon.

61

Page 66: JUKNIS PENGAWASAN

Gambar Alat Pengendali Siklon

Electrostatic Precipitator (EP)

Keuntungan pemakaian EP antara lain:

• Menghasilkan efisiensi yang sangat tinggi, walaupun untuk partikulat yang sangat kecil.

• Dapat menangani volume gas yang besar dengan kehilangan tekanan yang kecil.

• Dapat bekerja pada material kering ataupun basah (fumes, mists).

• Dapat didesain pada berbagai tingkat suhu operasi.

• Rendah biaya operasinya kecuali pada efisiensi yang sangat tinggi.

Kerugian pemakaian EP adalah:

• Biaya kapital yang tinggi.

• Tidak dapat menangani polusi gas.

• Tidak begitu fleksibel; sekali pasang harus menggunakan kondisi operasi yang sama.

• Perlu tempat yang luas dalam instalasi.

• Kemungkin besar tidak dapat bekerja baik pada partikulat dengan electricalresistivity" yang sangat tinggi.

62

Page 67: JUKNIS PENGAWASAN

Gambar Electrostatic Precipitator

Fabric Filter

Keuntungan dari pada Fabric filter adalah:

• Efisiensinya cukup tinggi walaupun untuk partikulat yang kecil.

• Dapat dioperasikan pada kondisi partikulat yang berbeda-beda.

• Dapat dioperasikan dalam volume alir yang berbeda-beda.

• Memerlukan kehilangan tekanan yang relatip rendah.

Kerugiannya:

• Memerlukan lantai yang luas.

• Material fabrics dapat rusak bila beroperasi pada suhu yang tinggi dan juga korosi.

• Tidak dapat beroperasi pada keadaan basah (moist).

• Kadang-kadang dapat terbakar atau meledak.

63

Page 68: JUKNIS PENGAWASAN

Gambar Baghouse Filter

7. Pengambilan Contoh Uji Emisi Udara

Pengambilan contoh uji emisi udara diambil pada cerobong kegiatan yang diduga berpotensi adanya pelanggaran atau berpotensi besar/dominan mencemari udara dan cerobong yang telah ditetapkan oleh pemerintah daerah dengan syarat cerobong sudah dilengkapi dengan lubang sampel emisi sesuai dengan Keputusan Bapedal Nomor: 205 tahun 1996 tentang Pedoman Teknis Pengendalian Pencemaran. Pengambilan sampel emisi diambil oleh petugas pengawas (petugas pengawas dapat menunjuk pihak laboratorium yang telah terakreditasi).

Metode pengambilan contoh uji dan analisa emisi udara sebagai berikut:

1. Metode penentuan tempat pengambilan contoh uji titik-titik lintas dalam emisi sumber tidak bergerak

2. Metode penentuan kecepatan aliran dan tingkat aliran volumetrikgas dalam emisi sumber tidak bergerak

3. Metode penentuan komposisi dan berat molekul gas dalam emisi sumber tidak bergerak

4. Metode penentuan kandungan uap airgas buang dalam cerobong dari emisi sumber tidak bergerak

64

Page 69: JUKNIS PENGAWASAN

4. Metode penentuan kandungan uap airgas buang dalam cerobong dari emisi sumber tidak bergerak

5. Metode pengujian kadar partikulat dalam emisi sumber tidak bergerak ecara isokinetik

6. Metode pengujian opasitas dalam emisi sumber tidak bergerak secara visual

7. Metode pengujian kadar Sulfur Dioksida (SO ) dalam emisi sumber tidak 2

bergerak dengan alat Spektrofotometer secara Turbidimetri

8. Metode pengujian kadar Sulfur Dioksida (SO ) dalam emisi sumber tidak 2

bergerak secara Tetrimetri.

9. Metode pengujian kadar Nitrogen Oksida (NO ) dalam emisi sumber tidak x

bergerak dengan alat Spektrofotometer secara Kolorimetri

10. Metode pengujian kadar Total Sulfir Tereduksi (TRS) dalam emisi sumber tidak bergerak secara Oksida Termal.

11. Metode pengujian kadar Klorin dan Klor Dioksida (Cl dan ClO ) dalam 2 2

emisi sumber tidak bergerak secara Titrimetri

12. Metode pengujian kadar Hidrogen Klorida (HCL) emisi sumber tidak bergerak dengan alat Spektrofotometer secara Merkuri Tiosianat

13. Metode pengujian kadar Hidrogen Klorida (HCL) emisi sumber tidak bergerak secara Titrimetri.

8. Metode Sistem Pemantauan Emisi secara Kontinyu (Continuous Emission Monitoring)

a. Metode Ekstraksi

Gas buang diambil oleh probe sampel dari cerobong dan sampel gas dikirim ke gas analyzer (yang berlokasi di ruang kontrol) melalui pipa sampel gas yang dilengkapi dengan heater untuk mencegah terjadinya kondensasi.

b. Metode Insitu

Gas buang langsung diukur di cerobong dan keluarnya sudah berupa sinyal analog yang akan dievaluator (yang berlokasi di ruang kontrol) sehingga hasil akhirnya dapat dibaca.

65

Page 70: JUKNIS PENGAWASAN

Sampler probe

Gas Analyzer

Lokasi dekat cerobong

Control room

Metode Ekstraksi

Sinyal Listrik

Panel

Cerobong

Gas Standard

Gambar Pemantauan CEM Metode Ekstraksi

Sample probe

Gas Standard

Lokasi dekat cerobong

Control room

Metode In Situ

Data

akuisisi

Work

Station

Udara Kompresor

Opacity Analyzer

SO2, NOx Analyzer

Cerobong

Switching

Gambar Pemantauan CEM Metode Insitu

66

Page 71: JUKNIS PENGAWASAN

9. Dokumentasi

Pengambilan foto diperlukan untuk melengkapi data pengawasan. Mengingat foto dapat dijadikan informasi dasar maupun alat bukti, maka sebelum melakukan pengambilan foto perlu diperhatikan hal–hal sebagai berikut :

? Periksa memori kamera apakah masih cukup untuk menampung gambar/foto yang di inginkan

? Periksa apakah seting tanggal sesuai dengan tanggal pada saat pengambilan foto.

? Posisi obyek gambar sudah sesuai dengan kualitas yang diinginkan

Sedangkan lokasi atau obyek foto yang perlu diperhatikan adalah :

? Lokasi–lokasi yang berpotensi menghasilkan limbah atau mencemari lingkungan.

? Sarana yang digunakan untuk mengendalikan pencemaran udara

10. Pembinaan

Pembinaan dapat dilakukan pada saat pengawasan dan setelah kegiatan lapangan/kunjungan lokasi. Pembinaan dilakukan setelah petugas memahami dokumen–dokumen terkait dengan pengendalian pencemaran dan informasi–informasi yang diperoleh dari pihak industri serta hasil pemantauan lapangan. Dalam pembinaan tersebut sebaiknya petugas pengawas dapat menjelaskan pelanggaran- pelanggaran yang dilakukan oleh pihak industri dan langkah–langkah pengendalian atau perbaikan sehingga pihak industri dapat melakukan kegiatan sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Teknis pembinaan dapat melalui diskusi atau tanya jawab untuk memperkaya data dan informasi tentang status penaatan, termasuk hal-hal menyangkut masalah-masalah yang dihadapi dalam pencapaian baku mutu. Selain hal tersebut diatas, bila waktu memungkinkan diskusi dan tanya jawab diperlukan untuk mengetahui lebih jauh tentang kepedulian pihak industri terhadap masyarakat sekitar maupun kepedulian terhadap lingkungan ( minimasi limbah serta penerapan Sistem Menejemen Lingkungan/ISO 14000). Selanjutnya pembinaan kepada industr i dapat ditul is dalam berita acara pemeriksaan/pengawasan dalam bentuk Rencana Tindak (rencana yang harus dilakukan oleh pihak industri) untuk perbaikan pengelolaan lingkungan.

11. Penyusunan Berita Acara

Untuk mengefektifkan penyusunan berita acara yang nantinya sebagai bukti serta dasar tindak untuk perbaikan penaatan, diharapkan pihak penanggungjawab dan staf lain yang beranggungjawab terhadap pengendalian pencemaran dan semua pengawas terlibat dalam penyusunan berita acara. Dalam penyusunan berita acara tersebut pihak industri diberi kesempatan untuk ikut menyanggah dan menanggapi atau memberikan komentar terhadap berita acara yang telah disusun pihak petugas tersebut.

Bila pihak industri akan merubah/menanggapi berita acara, maka pihak industri diberi kesempatan untuk menjelaskan serta menunjukan bukti-bukti. Sedangkan hal–hal yang tidak dapat dirubah oleh pihak industri dalam penyusunan berita acara adalah hal- hal terkait dengan hasil temuan lapangan, sertifikat hasil analisa laboratorium.

67

Page 72: JUKNIS PENGAWASAN

Sedangkan hal- hal yang perlu ditulis dalam berita acara adalah :

? Ringkasan tentang profil industri.

? Ringkasan tentang proses produksi.

? Ringkasan tentang pengendalian pencemaran udara.

? Uraian tentang temuan lapangan.

? Ringkasan pelaksanaan rencana tindak (sesuai dengan Berita Acara pada kunjungan lapangan sebelumnya).

? Uraian tentang rencana tindak .

? Denah lokasi adanya pelanggaran–pelanggaran (bila perlu disertakan titik koordinat).

? Tanda tangan pihak penanggungjawab kegiatan serta semua pengawas;

? Berita acara pengambilan sampel emisi udara;

? Bila pihak industri menolak petugas lapangan, maka penanggungjawab kegiatan perlu menandatangani Berita Acara Penolakan.

? Bila pihak industri melarang petugas pengawas melakukan pengambilan sampel emisi udara serta pengambilan gambar/photo maka kondisi tersebut perlu ditulis dalam berita acara pengawasan atau menandatangani Berita Acara Penolakan Pengambilan Sampel Emisi serta menandatangani Berita Acara Penolakan Pengambilan Gambar/photo.

C. KEGIATAN PASKA PENGAWASAN

Kegiatan paska pengawasan terdiri dari :

1. Pengolahan data dan informasi hasil pengawasan

Data yang terkait dengan pengendalian pencemaran udara berupa hasill analisa laboratorium maupun temuan di lapangan selanjutnya diolah untuk dijadikan dasar dalam menetapkan status penaatan serta rencana tindak pengawasan.

2. Penyusunan laporan pengawasan

3. Penyusunan rekomendasi (rencana tindak) pengawasan

Data yang terkait dengan pengendalian pencemaran udara berupa hasill analisa laboratorium maupun kondisi di lapangan yang diperoleh dari pihak perusahaan maupun dari pemerintah daerah selanjutnya akan diolah untuk dijadikan dasar dalam menetapkan status penaatan serta rencana tindak pengawasan. Rencana tindak pengawasan bisa berupa pembinaan maupun penetapan sanksi administrasi. Bagi industri yang beberapa kali dibina/ diberi kesempatan untuk melakukan perbaikan, akan tetapi masih belum bisa melaksanaan pengendalian pencemaran sesuai dengan peraturan yang berlaku, maka Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota maupun KLH baik langsung maupun melalui Pemerintah Provinsi dapat menindaklanjuti dengan upaya penegakan hukum. Tindak lanjut pengawasan dapat berupa rekomendasi pembinaan, teguran, maupun sanksi administrasi sampai pada sanksi pidana maupun perdata.

Dalam menetapkan apakah industri itu perlu dibina, mendapat teguran, mendapat peringatan ataupun pemberian sanksi maka perlu ditetapkan kriteria ( kriteria disusun oleh pemerintah daerah sebagai panduan petugas pengawas)

68

Page 73: JUKNIS PENGAWASAN

Tabel : Beberapa Contoh Jenis Rekomendasi Tindak Lanjut Pengawasan

No. Jenis Pelanggaran Sesuai Temuan di Lapangan

Keterangan

1 ? Industri yang telah melaksanakan surat perintah melakukan tindakan tertentu tetapi masih belum taat terhadap peraturan peruandangan.

? Tidak mengerti tentang kewajiban- kewajiban yang harus dilakukan sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku.

? Melakukan semua kewajiban yang diatur oleh peraturan tetapi masih belum taat.

Rekomendasi

Masih perlu dibina Penerb i tan Sura t P e m b i n a a n o l e h Kepala Dinas/Badan s e b a g a i b u k t i pembinaan

2 ? Tidak melakukan pengendalian pencemaran udara.

? Memiliki sarana pengendalian pencemaran tetapi dengan sengaja tidak melakukan kewajiban.

? Tidak melakukan salah satu kewajiban yang diatur oleh peraturan perundangan terkait dengan pengendalian pencemaran udara.

? Dari hasil pemantauan kualitas emisi udara yang dibuang ke lingkungan secara berturut- turut hampir semua parameter melampaui Baku Mutu sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku.

? Menolak / menghalangi petugas pengawas melakukan pengawasan.

layak diberi sanksi administrasi

Sanksi administrasi berupa Surat teguran a t a u p e r i n g a t a n dapat berupa Surat Perintah Melakukan Tindakan Tertentu yang diterbitkan oleh Kepala Dinas/Badan a t a u o l e h Bupati/Walikota .

3 ? Dengan sengaja tidak melakukan kewajiban- kewajiban yang diatur oleh peraturan perundangan yang berlaku.

? Tidak ada perubahan peningkatan kinerja pengendalian udara secara signifikan (hampir semua parameter melebihi Baku Mutu) sesuai dengan berita acara terdahulu atau sesuai dengan surat peringatan maupun surat perintah melakukan tindakan tertentu yang diterbitkan oleh pemerintah.

? Te r b u k t i d e n g a n s e n g a j a t i d a k mengindahkan/mengabaikan Surat Peringatan / Teguran.

? Tidak memiliki dokumen pengolahan lingkungan .

? Ada hubungan sebab akibat antara pelanggaran Baku Mutu dan terjadinya pencemaran lingkungan.

Pencabutan izin atau larangan membuang limbah ke lingkungan

Sura t pember ian sanksi diterbitkan oleh Bupati/Walikota

69

Page 74: JUKNIS PENGAWASAN

4. Pemeliharaan data dan informasi

Data dan informasi hasil kunjungan perlu disimpan dalam data base, hal ini diperlukan untuk menghindari adanya data yang hilang serta memudahkan pengawasan di masa datang.

C. PENYUSUNAN LAPORAN PENGAWASAN

Setiap pengawas wajib melaporkan hasil pengawasan kepada pejabat yang menugaskan/yang memberi tugas. Sedangkan isi laporan memuat tentang profil industri, kondisi lingkungan setempat saat kunjungan serta data dan informasi tentang pelaksanaan pengendalian pencemaran.

Data dan informasi yang disampaikan dalam laporan harus dapat dipertanggungjawabkan secara hukum dan ilmiah. Berkenaan dengan hal tersebut maka penulisan sebaiknya :

? Harus jelas dan sistematis

? Akurat ,aktual dan faktual.

? Harus difokuskan sesuai dengan tujuan pengawasan.

? Bukan merupakan pendapat, pandangan dan asumsi-asumsi pribadi.

? Didukung dengan data atau bukti akurat dan faktual.

? Dokumen pendukung seperti foto, berita acara harus disebutkan dengan jelas.

Berikut di bawah ini data dan informasi yang perlu disampaikan dalam laporan yaitu :

1. Informasi Umum

Merupakan data informasi umum perusahaan yang meliputi:

? Nama perusahaan

? Jenis Industri

? Alamat

? Website perusahaan

? Status Permodalan

? Bank

? Tanggal pengawasan

? Contact Person perusahaan

? Petugas pengawas

2. Pendahuluan

Uraikan dengan singkat mengenai hal-hal sebagai berikut:

? Alur proses produksi;

? Kapasitas produksi terpasang dan nyata;

? Produk utama;

? Produk Samping;

? Bahan baku & bahan penolong dalam proses produksi;

? Sumber-sumber limbah;

? kondisi housekeeping ;

70

Page 75: JUKNIS PENGAWASAN

? kondisi housekeeping ;

? Merk produk atau merk dagang;

? Prosentase produk yang diexpor dan lokal

3. Pengendalian Pencemaran Air

Uraikan dengan singkat, antara lain :

? Sumber –sumber air limbah

? Air limbah dari sumber mana saja yang diolah di IPAL;

? Kesesuaian dengan Kepmen No. 51 tahun 1995 pasal 6

? Parameter air limbah yang diuji;

? evaluasi hasil pengujian air limbah terhadap BMAL dalam 1 tahun terakhir

? pelaporan data swapantau kepada instansi terkait;

? catatan kasus pencemaran air yang terjadi 1 tahun terakhir

4. Rencana Tindak

Uraikan dengan singkat hal-hal sebagai berikut:

? rencana perbaikan pengelolaan lingkungan hasil temuan pengawasan serta waktu perbaikan yang disepakati

? laporan kemajuan perbaikan yang telah dilakukan

5. Penutup

Kesimpulan: tingkat penaatan pengelolaan lingkungan secara umum ditinjau dari aspek teknis dan administratif.

71

Page 76: JUKNIS PENGAWASAN

72

Page 77: JUKNIS PENGAWASAN

DRAFT

KEPUTUSAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUSIBUKOTA JAKARTA

NOMOR 582 TAHUN 1995

TENTANG

TENTANG PENETAPAN PERUNTUKAN DAN BAKU MUTU AIR SUNGAI / BADAN AIR SERTA BAKU MUTU LIMBAH CAIR Dl WILAYAH

DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA,

Menimbang: a.

Mengingat: 1.

bahwa dengan meningkatnya perkembangan industri, dan pembangunan, yang cukup tinggi di wilayah Daerah Khusus Ibukota Jakarta akan meningkatkan beban limbah cair atau air buangan yang dihasilkan, sehingga akan semakin bertambah pula kemungkinan bahaya terjadinya pencemaran pada perairan yang merupakan salah satu media pembuangan dari limbah atau buangan tersebut;

b. bahwa penetapan peruntukan dan baku mutu air sungai serta baku mutu limbah cair di wilayah Daerah Khusus Ibukota Jakarta sebagaimana ditetapkan dalam Keputusan Gubernur Kepala Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 1608 tahun 1988 sebagai upaya pengendalian mutu air sungai dan beban limbah air lainnya sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan pembangunan di wilayah Daerah Khusus Ibukota Jakarta pada saat ini;

c. bahwa sehubungan dengan hal tersebut di atas dan dalam rangka mengendalikan dan menertibkan buangan-buangan air sungai/badan air serta baku mutu air limbah di Daerah Khusus Ibukota Jakarta dengan Keputusan Gubernur Kepala Daerah.

Undang-Undang Gangguan Tahun 1926 (Stbl. 1926 Nomor 226);

2. Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1960 tentang pokok-pokok kesehatan;

3. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Pemerintahan Di Daerah;

4. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1974 tentang Pengairan;

5. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1990 tentang Kesehatan;

73

Page 78: JUKNIS PENGAWASAN

74

6. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1982 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Pengelolaan Ungkungan Hidup;

7. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1990 tentang Susunan Pemerintahan Daerah Khusus Ibukota Negara Republik Indonesia Jakarta;

8. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 1993 tentang Tata Ruang;

9. Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 1990 tentang Pengendalian pencemaran Air;

10. Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 1993 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan;

11. Keputusan Menteri Kependudukan dan Lingkungan Hidup Nomor KEP-03/Men. KLH/VI/1993 tentang Baku Mutu Limbah Cair;

12. Peraturan Daerah Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 12 Tahun 1971 tentang Pencegahan pengotoran udara, air dan lepas pantai dalam wilayah Daerah Khusus Ibukota Jakarta;

13. Peraturan Daerah Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 5 Tahun 1984 tentang Rencana Urnum Tata Ruang Daerah Daerah Khusus Ibukota Jakarta;

14. Peraturan Daerah Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 3 Tahun 1987 tentang penetapan Rencana Bagian Wilayah Kota untuk Wilayah Kecamatan di Daerah Khusus Ibukota Jakarta;

15. Peraturan Daerah Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 5 Tahun 1988 tentang Kebersihan Lingkungan dalam wilayah Daerah Khusus Ibukota Jakarta;

16. Peraturan Daerah Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 11 Tahun 1988 tentang Ketertiban Urnum dalam wilayah Daerah Khusus Ibukota Jakarta;

17. Peraturan Daerah Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 9 Tahun 1991 tentang Pembentukan Kantor Pengkajian Perkotaan dan Lingkungan Daerah Khusus Ibukota Jakarta;

18. Keputusan Gubernur Kepala Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 1893 Tahun 1991 tentang Tindakan Administra -tif bagi perusahaan/ industri/kegiatan yang menimbulkan perusakan dan pencemaran lingkungan di Daerah Khusus Ibukota Jakarta.

KEPUTUSAN GUBERNUR KEPALA DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA TENTANG PENETAPAN PERUNTUKAN DAN BAKU MUTU AIR SUNGAI /B ADAN AIR SERTA BAKU MUTU LIMBAH CAIR DI WILAYAH DAERAH KHUSUS IBU KOTA JAKARTA

MEMUTUSKAN:

Menetapkan:

Page 79: JUKNIS PENGAWASAN

75

BAB I

KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan ini yang dimaksud dengan :

a. Gubernur Kepala Daerah adalah Gubernur Kepala Daerah Khusus Ibukota Jakarta;

b. Instansi terkait adalah instansi yang ada hubungannya dengan program pengelolaan lingkungan, antara lain: Badan Koordinasi Penanaman Modal Daerah, Biro Bina Lingkungan Hidup, Biro Hukum, Kantor Pengkajian Perkotaan dan Lingkungan, Dinas Pekerjaan Urnum, Dinas Tata Kota, Dinas Perindustrian, Dinas Kesehatan, Dinas Peternakan, Dinas Pertanian;

c. KPPL adalah Kantor Pengkajian Perkotaan dan Lingkungan Daerah Khusus Ibukota Jakarta;

d. Air adalah semua air yang terdapat di dalam dan atau berasal dari sumber air, dan terdapat di atas permukaan tanah, tidak termasuk dalam pengertian ini adalah air yang terdapat di bawah permukaan tanah dan air laut;

e. Peruntukan air sungai adalah status pemanfaatan dan fungsi dari suatu badan air;

f. Baku mutu air sungai/badan air adalah batas atau kadar mahluk hidup, zat energi atau komponen lain yang ada atau harus ada dan atau unsur pencemar yang ditenggang adanya dalam air pada sumber air tertentu sesuai dengan pemntukannya;

G. Target operasional peningkatan kualitas air adalah target yang menjadi acuan Pemerintah Daerah Khusus Ibukota Jakarta dalam pelaksanaan program peningkatan kualitas air pada periode tertentu;

h. Baku mutu limbah cair adalah batas kadar dan jumlah unsur pencemar yang ditanggung adanya dalam limbah cair untuk dibuang dari satu jenis kegiatan tertentu;

i. Pencemaran air adalah masuk atau dimasukkannya mahluk hidup, zat, energi dan atau komponen lain ke dalam air oleh kegiatan manusia, sehingga kualitas air turun sampai ke tingkat tertentu sehingga tidak sesuai dengan pemntukannya;

J. Limbah cair adalah cairan yang berasal dari sisa kegiatan proses produksi dan usaha lainnya yang tidak dimanfaatkan kembali;

k. Pemantauan air adalah suatu upaya untuk mengetahui kualitas dan kuantitas air yang dilakukan secara berkala dan terus menerus;

l. Penanggungjawab kegiatan adalah orang atau badan hukum yang bertanggungjawab atas beroperasinya suatu kegiatan.

Page 80: JUKNIS PENGAWASAN

76

BAB II

PENETAPAN PERUNTUKAN DAN PENGGOLONGAN AIR

Pasal 2

Peruntukan dan baku mutu air sungai/badan air serta baku mutu limbah cair di wilayah Daerah Khusus Ibukota Jakarta merupakan satu kesatuan dengan program pengendalian pencemaran air di wilayah Daerah Khusus Ibukota Jakarta:

Pasal 3

(1)Peruntukan air sungai/badan air di Daerah Khusus Ibukota Jakarta ditetapkan menurut golongan air sesuai dengan ketentuan yang berlaku, yaitu:

Golongan A : air yang dapat digunakan sebagai air rninum secara langsung tanpa pengolahan terlebih dahulu.

Golongan B : air yang dapat digunakan sebagai air baku air minum.

Golongan C : air yang dapat digunakan untuk keperluan perikanan dan petemakan.

Golongan D : air yang dapat digunakan untuk keperluan pertanian, dan dapat dimanfaatkan untuk usaha perkotaan, industri pembangkit listrik tenaga air.

(2)Peruntukan air sungai/badan air di Daerah Khusus Ibukota Jakarta didasarkan pada rencana peruntukan wilayah dalam RUTR 2005, kondisi penggunaan air sungai, dan kondisi kualitas air sungai.

Pasal 4

Peruntukan air sungai/badan air dengan penggolongan air sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1) tercantum dalam lampiran I keputusan ini.

Pasal 5

Setiap saluran/kali/sungai yang masuk ke sistem aliran sungai sesuai dengan segmen- segmennya diberlakukan peruntukan yang sama dengan sistem aliran sungai yang bersangkutan.

BAB III

BAKU MUTU AIR SUNGAI/BADAN AIR DAN BAKU MUTU LIMBAH CAIR

Pasal 6

Baku mutu air sungai/badan air di Daerah Khusus Ibukota Jakarta didasarkan pada peruntukan golongan air sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3.

Page 81: JUKNIS PENGAWASAN

77

Pasal 7

(1)Baku mutu air sungai/badan air di Daerah Khusus Ibukota Jakarta sebagaimana tercantum dalam lampiran n keputusan ini.

(2)Penerapan baku mutu air sungai/badan air di Daerah Khusus Ibukota Jakarta sesuai dengan peruntukannya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pasal ini, tidak berlaku untuk daerah muara dan hilir sungai yang kondisi mutu airnya dipengaruhi oleh mutu air laut.

Pasal 8

(1)Untuk mencapai kondisi air sungai/badan air sesuai dengan baku mutu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7, ditetapkan target operasional peningkatan kualitas air sebagaimana tercantum pada lampiran III keputusan ini.

(2)Target operasional peningkatan kualitas air sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pasal ini, merupakan pedoman dalam program pengendalian pencemaran dan selambat- larnbatnya dievaluasi dalam jangka waktu 5 (lima) tahun.

Pasal 9

(1)Baku mutu limbah cair di Daerah Khusus Ibukota Jakarta didasarkan pada prinsip beban limbah dan teknologi pengolahan terbaik yang dapat diterapkan.

(2)Baku mutu limbah cair berlaku untuk j enis kegiatan;

a. industri pelapisan logam;

b. industri penyamakan kulit;

c. industri kertas;

d. industri tekstil;

e. industri farmasi;

f. industri pestisida dan insektisida;

g. industri pengolahan ikan;

h. industri makanan;

i. industri susu dan makanan dari susu;

j. industri minuman ringan;

k. industri sirop;

l. industri minyak nabati, sabun, dan margarin;

m. industri detergent;

n. industri bir;

o. industri perakitanmobil;

p. industri barang elektronika;

q. industri baterai sel;

R. industri baterai timbal-asam (aki).

Page 82: JUKNIS PENGAWASAN

DRAFT

78

Pasal 10

(1)Baku mutu limbah cair di Daerah Khusus Ibukota Jakarta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 tercantum dalam lampiran IV keputusan ini.

(2)Baku mutu limbah cair untuk jenis kegiatan yang belum tercantum dalam Pasal 9 ayat (2) diberlakukan sebagaimana dimaksud dalam lampiran V.

Pasal 11

Ketentuan pelaksanaan peruntukan dan baku mutu air sungai/badan air serta baku mutu limbah cair ditetapkan dengan keputusan Gubemur Kepala Daerah.

BAB IV

PENGENDALIAN

Pasal 12

(1)Setiap orang/badan di wilayah Daerah Khusus Ibukota Jakarta wajib melakukan perlindungan mutu air sungai/badan air sebagaimana ditetapkan dalam Pasal 8;

(2)Setiap orang/badan yang membuang limbah cair di wilayah Daerah Khusus Ibukota Jakarta wajib menaati baku mutu limbah cair sebagaimana ditentukan dalam Pasal 10;

(3)Setiap orang/badan yang membuang limbah cair ke sungai/badan air di Daerah Khusus Ibukota Jakarta wajib mendapatkan izin membuang limbah cair dari Gubernur Kepala Daerah;

(4)Ketentuan tata cara perizinan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) pasal ini akan ditetapkan dengan Keputusan Gubernur Kepala Daerah.

BAB V

PENGAWASAN DAN PEMANTAUAN

Pasal 13

(1)Pengawasan dan pemantauan mutu air sungai dan limbah cair di Daerah Khusus Ibukota Jakarta dilakukan oleh Kantor Pengkajian Perkotaan dan Lingkungan (KPPL);

(2)Dalam melaksanakan pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pasal ini. KPPL berkoordinasi dengan instansi terkait dan melaporkan hasil pengawasan langsung kepada Gubernur Kepala Daerah;

(3)Tugas pengawasan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) pada pasal ini antara lain meliputi:

a. pemantauan dan evaluasi baku mutu air sungai pada tempat yang ditentukan;

Page 83: JUKNIS PENGAWASAN

79

b. pemantauan dan evaluasi perubahan baku mutu limbah cair pada tempat yang ditentukan;

c. pengumpulan dan evaluasi data yang berhubungan dengan pencemaran air; dan

d. evaluasi laporan pembuangan limbah cair dan analisisnya yang dilakukan oleh penanggungjawab kegiatan.

(4)Pelaksanaan pengawasan dilakukan secara berkala dan sewaktu-waktu apabila dipandang perlu.

(5)Apabila hasil pengawasan dan pemantauan menunjukkan terjadinya pencemaran air, instansi yang bertanggungjawab terhadap pembinaan kegiatan tersebut atas nama Gubernur Kepala Daerah memerintahkan penanggulangan dan atau pencegahan meluasnya pencemaran;

(6)Ketentuan tata laksana pengawasan dan pemantauan diatur lebih lanjut dengan petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknis.

Pasal 14

Dalam melaksanakan tugas pengawasan dan pemantauan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 petugas KPPL berwenang:

a. memasuki lingkungan sumber pencemar

b. memeriksa bekerjanya peralatan pengolahan limbah dan atau peralatan lain yang diperlukan untuk mencegah pencemaran lingkungan;

c. mengambil contoh limbah;

d. meminta keterangan yang diperlukan untuk mengetahui kualitas dan kuantitas limbah yang dibuang, termasuk proses pengolahannya.

Pasal 15

(1)Setiap penanggung j awab kegiatan wajib :

a. Membuat saluran pembuangan limbah cair yang memudahkan pengambilan contoh dan pengukuran debit;

b. mengizinkan petugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 untuk memasuki lingkungan kerjanya dan membantu terlaksananya tugas petugas tersebut;

c. memeriksakan limbah cairnya secara berkala ke laboratorium lingkungan KPPL;

d. melaksanakan swa-pantau selama pembuangan limbah berlangsung;

e. apabila penanggungj awab kegiatan tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana dimaksud pada huruf c, dan d di atas, maka KPPL akan melakukan peninjauan dan pengambilan contoh ke lapangan;

Page 84: JUKNIS PENGAWASAN

80

f. melaporkan hasil swa-pantau sebagaimana dimaksud dalam huruf d beserta hasil analisisnya kepada Gubernur cq. KPPL secara berkala minimal 1 (satu) kali dalam 3 (tiga) bulan.

(2)Setiap penanggungjawab kegiatan yang membuang limbah cair dilarang melakukan pengenceran.

(3)Ketentuan pelaksanaan swa-pantau diatur lebih lanjut dengan petunjuk teknis.

BAB VI

SANKSI

Pasal 16

Pelanggaran terhadap ketentuan yang diatur dalam keputusan ini dikenakan sanksi administratif sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

BAB VII

PEMBIAYAAN

Pasal 17

(1)Pembiayaan inventarisasi kualitas air dan pengawasan pencemaran dibebankan kepada Anggaran Belanj a Pemerintah Daerah Khusus Ibukota Jakarta;

(2)Pembiayaan pemeriksaan limbah cair sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 ayat (1) huruf c dan e dibebankan kepada penanggungjawab kegiatan.

BAB VIII

KETENTUAN LAIN-LAIN

Pasal 18

Untuk mencapai baku mutu air sungai sebagaimana ditetapkan dalam Pasal 10 menugaskan kepada instansi-instansi terkait untuk menunjang dengan program pengelolaan lingkungan secara terpadu.

Pasal 19

Peruntukan dan baku mutu air sungai/badan air serta baku mutu limbah cair wajib dilakukan evaluasi minimal 1 (satu) kali dalam 5 (lima) tahun.

Page 85: JUKNIS PENGAWASAN

81

BAB IX

PENUTUP

Pasal 20

Dengan berlakunya keputusan ini maka Keputusan Gubernur Kepala Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 1608 Tahun 1988 tentang penetapan Peruntukan dan baku mutu air sungai/ badan air serta baku mutu air limbah di Daerah Khusus Ibukota Jakarta dan Keputusan Gubernur Kepala Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 220 Tahun 1981 tentang Pelimpahan wewenang kepada PPMPL (KPPL) untuk memasuki perusahaan dan badan dalam wilayah Daerah Khusus Ibukota Jakarta untuk keperluan pemeriksaan hasil buangan industri/badan dinyatakan tidak berlaku lagi.

Ditetapkan di Jakartapada tanggal 12 Juni 1995

GUBERNUR KEPALA DAERAH KHUSUSIBUKOTA JAKARTA

ttd

SURJADI SOEDIRJA

Tembusan: Yth,1. Menteri Dalam Negeri2. Menteri Negara Lingkungan Hidup3. Menteri Perindustrian4. Menteri Kesehatan5. Menteri Pekerjaan Umum6. Menteri Perdagangan dan Koperasi7. Menteri Pertanian8. Menteri Perhubungan9. Menteri Riset dan Teknologi10. Menteri Pariwisata Pos dan Telekomunikasi11. Lembaga Ilmu pengetahuan Indonesia (LIPI)12. Ketua Badan Pengendalian Dampak Lingkungan13. Para Wakil Gubernur KDKI Jakarta14. Pemimpin DPRD DKI Jakarta15. Sekretaris Wilayah/Daerah DKI Jakarta16. Sekretaris DPRD DKI Jakarta17. Ketua Bapeda DKI Jakarta18. Para Kepala Direktorat/Biro/Inspektorat19. Para Walikota20. Para Kepala Dinas/Jawatan Dalam Lingkungan Pemerintah DKI Jakarta21. Para Camat

Page 86: JUKNIS PENGAWASAN

1. Wilayah PengembanganBarat

2. Sistem Aliran CengkarengDrain

1. Sistem Aliran Sungai Angke

Lampiran I: Keputusan Gubernur KDKI JakartaNomor : 582 Tahun 1995Tanggal : 12 Juni 1995

PERUNTUKAN AIR SUNGAI SESUAI DENGANGOLONGAN AIR DI WILAYAH DKI JAKARTA

NO. SISTEM ALIRAN SUNGAIDI DKI JAKARTA

SUNGAI-SUNGAI BATAS GOLPERUNTUKANAIR SUNGAI

I WILAYAH PENGEMBANGANBARAT

Sungai Kamal

Kali Mookevart

Sungai Angke

Sungai Pesanggra-HanSungai Sepak

Sungai Grogol

Cengkareng Drain

Cengkareng Drain

Sungai Angke

Sungai Pesanggra-Han

Kali Mookevart

Sungai Sekretaris

Sungai Grogol

Sungai Krukut

Kali Mampang

Sungai Kalibaru

Sungai Ciliwung

Hulu Muara SungaiKamal

Hulu sungai di Jakarta s.dCengkareng DrainHulu sungai di Jakarta s.dCengkareng DrainHulu sungai di Jakarta s.dCengkareng DrainHulu sungai di Jakarta s.dCengkareng DrainHulu Sungai di Jakarta s.dSodetan sungai PesanggrahanHulu Cengkareng Drains.d Pintu Air II di daerahPesingPintu Air II s.d MuaraCengkareng Drain

Pintu Air di CengkarengDrain s.d Muara AngkeCabang ke Sungai Angke s.d sungai AngkePintu AirPintu Air di Cengkareng Drain s.d Sungai AngkeHulu sungai s.d SodetanGrogol ke sungai AngkeSodetan ke Sungai Pesa-Ngrahan s.d Sodetan Grogol ke Sungai AngkeHulu sungai di Jakarta s.dBanjir KanalHulu sungai di Jakarta s.dSungai KrukutHulu sungai di Jakarta s.d Banjiir kanalHulu sungai di Jakarta, Pintu Air Manggarai s.d pertemuan dengan Sungai Ankge

sungai di Jakarta s.d D

C

C

C

C

C

C

D

D

D

D

D

D

B

B

B

B

Pertanian

Perikanan

Perikanan

Perikanan

Perikanan

Perikanan

Perikanan

Pertanian

Usaha PerkotaanUsaha Perkotaan

Usaha PerkotaanUsaha PerkotaanUsaha PerkotaanAir Baku AirMinum

Air Baku AirMinumAir Baku AirMinumAir Baku AirMinum

II WILAYAH PENGEMBANGANTENGAH

82

Page 87: JUKNIS PENGAWASAN

DRAFT

2. Sistem Aliran Kali Muara Karang

3. Sistem Aliran Waduk Pluit

4. Sistem Aliran Ciliwung Gunung Sahari

1. Sistem Aliran Sungai Sentiong

2. Sistem Aliran Sungai Sunter

3. Sistem Aliran Cakung Drain

NO. SISTEM ALIRAN SUNGAIDI DKI JAKARTA

SUNGAI-SUNGAI BATAS GOLPERUNTUKANAIR SUNGAI

Tarum Barat

Kali Duri

Sungai Grogol

Kali Mati

Sungai CiliwungGajah MadaSungai Ciliwung Kota

Kali Surabaya

Ali Cideng

Sungai Krukut

Sungai Ciliwung

Kalibaru Timur

Sungai Cipinang

Kali Sunter

Sodetan Sungai SunterCakungSungai Utan Kayu

Sistem Saluran

Sungai Cakung

Sungai Buaran

Hulu disungai di Jakarta s.d pertemuan Ciliwung

Hulu s.d pertemuan Sungai Grogol/Kali Karang

Sodetan Grogol Sekretaris s.d Muara Karang

Sodetan di Sungai Angke s.d Kali Karang

Percabangan di Istiqlal s.d Waduk PluitPitnu Air Sungai Ciliwung Gunung Sahari di Pintu Besi s.d Sungai Ciliwung Gajah mada

Banjir Kanal Ciliwung s.d pertemuan Sungai Krukut

Hulu Sungai s.d Sungai Krukut

Banjir Kanal-Ciliwung s.d Waduk Pluit

Pintu Air Manggarai s.d Muara Marina

Hulu Sungai di Jakarta s.d Muara Sentiong

Hulu sungai di Jakarta s.d Sungai Sunter- Hulu sungai di Jakarta s.d pertemuan Sungai Cipinang- Pertemuan Cipinang - Sunter s.d Muara

Sungai Sunter s.d Sungai Cakung

Kalibaru Timur s.d Kali Sunter

Aliran-aliran di Saluran Pulomas

Hulu sungai di Jakarta s.d Cakung Drain (Pintu air) Cabang Cakung Drain s.d Sungai Marunda

B

D

D

D

D

D

D

D

D

D

D

D

D

DD

D

D

DD

D

Air Baku Air Minum

Usaha Perkotaan

Usaha Perkotaan

Usaha Perkotaan

Usaha Perkotaan

Usaha Perkotaan

Usaha Perkotaan

Usaha Perkotaan

Usaha Perkotaan

Usaha Perkotaan

Usaha Perkotaan

Usaha Perkotaan

Usaha Perkotaan

Usaha PerkotaanUsaha Perkotaan

Usaha Perkotaan

Usaha Perkotaan

Usaha PerkotaanUsaha Perkotaan

Usaha Perkotaan

III WILAYAH PENGEMBANGANTIMUR

83

Page 88: JUKNIS PENGAWASAN

NO. SISTEM ALIRAN SUNGAIDI DKI JAKARTA

SUNGAI-SUNGAI BATAS GOLPERUNTUKANAIR SUNGAI

Sungai Jati Kramat

Cakung Drain

Sungai Petukangan

Sungai Marunda

Kali Blencong

Hulu disungai di Jakarta s.d sungai Buaran

Hulu Cakung Drain s.d Muara

Hulu sungai di Jakarta s.d Sungai Cakung

Hulu sungai di Jakarta s.d Muara

Hulu sungai di Jakarta s.d Sungai Marunda

Situ-situ di Wilayah DKI Jakarta

D

D

D

D

D

C

Pertanian

Pertanian

Usaha Perkotaan

Usaha Perkotaan

Usaha Perkotaan

PertanianIV SITU, RAWA/EMPANG, DANAU DI WILAYAH DKIJAKARTA

GUBERNUR KEPALA DAERAH KHUSUSIBUKOTA JAKARTA

ttd

SURJADI SOEDIRJA

84

Page 89: JUKNIS PENGAWASAN

FISIKA

01. Bau02. Zat Padat Terlarut (TDS)03. Kekeruhan04. Suhu05. Warna06. Rasa

KIMIAA. KIMIA ANORGANIK

01. Air Raksa02. Alumuniaum03. Arsen04. Barium05. Besi06. Flourida07. Kadmium08. Kesadahan CaCO309. Klorida10. Kromium, valensi 611. Manggan12. Natrium13. Nitrat, sebagai N14. Nitrit, sebagai N15. Perak16. PH

17. Selenium18. Seng19. Sianida20. Sulfat21. Sulfida, sebagai H2S22. Tembaga23. Timbal

B. KIMIA ORGANIK

01. Aldrin dan Dieldrin02. Benzene03. Benzo (a) pyrene04. Chlordane (total Isomer)05. Chloroform06. 2.4 - D07. DDT08. Detergen09. 1.2 - Dichloroethane10. 1.1 - Dichloroethane11. Heptachlor dan Heptachlor epoxide12. Hexachlorobenzene13. Lindane

Lampiran II: Keputusan Gubernur KDKI JakartaNomor : 582 Tahun 1995Tanggal : 12 Juni 1995

BAKU MUTU AIR SUNGAI DI DKI JAKARTA

BAKU MUTU GOLONGAN A: AIR MINUM

PARAMETER SATUAN KADAR MAKSIMUM KETERANGAN

-mg/L

Skala NTU

mg/Lmg/Lmg/Lmg/Lmg/Lmg/L

ºCTCU

-

mg/Lmg/Lmg/Lmg/Lmg/Lmg/Lmg/Lmg/Lmg/Lmg/L

mg/Lmg/Lmg/Lmg/Lmg/Lmg/Lmg/L

mg/Lmg/Lmg/Lmg/Lmg/Lmg/Lmg/Lmg/Lmg/Lmg/Lmg/Lmg/LMg/L

-1000

5Suhu udara ±3ºC

15-

0.0010.200.051.0

0.300.50

0.005500250

0.0500.1020010.01.0

0.0506.5-8.5

0.0105.0

0.10400

0.0501.0

0.050

0.000700.010

0.0000100.00030

0.0300.10

0.0300.50

0.0100.000300.00030

0.0000100.0040

Tidak berbau

Tidak berasa

Merupakan batas minimum dan maksimum

85

Page 90: JUKNIS PENGAWASAN

14. Methoxychlor15. Pentachloropenol16. Pestisida total17. 2,4,6 - Trichloro phenol18. Zat Organik (KMNO4)

MIKROBIOLOGIK

01. Koliform Tinja02. Total Koliform

RADIOAKTIVITAS

A1. Aktivitas Alpha (Gross Alpha Activity)02. Aktivitas Beta (Gross Beta Activity)

PARAMETER SATUAN KADAR MAKSIMUM KETERANGAN

mg/Lmg/Lmg/L

Jumlah per 100 mlJumlah per 100 ml

Bq/L

Bq/L

0.0300.0100.10

0.01010.0

03.0

0.10

1.0

Keterngan:mg = miligramml = mililiterL = literBg = BequerelNTU = Nephelometric Turbidity UnitsTCO = True Colour UnitsLogam berat merupakan logam terlarut

86

Page 91: JUKNIS PENGAWASAN

FISIKA

01. Suhu02. Zat Padat Terlarut (TDS)

KIMIAA. KIMIA ORGANIK

01. Air Raksa02. Amoniak Bebas03. Arsen04. Barium05. Besi06. Flourida07. Kadmium08. Klorida09. Kromium, valensi 610. Manggan11. Nitrat, sebagai N12. Nitrit, sebagai N13. Oksigen Terlarut

14. PH

15. Selenium16. Seng17. Sianida18. Sulfat19. Sulfida, sebagai H2S20. Tembaga21. Timbal

B. KIMIIA ORGANIK

01. Aldrin dan Dledrin02. Chlordane03. DDT04. Endrine05. Fenol06. Heptachlor dan Heptachlor epoxide07. Karbon Kloroform Ekstrak08. Lindane09. Methoxychlor10. Minyak dan Lemak11. Organosfosfat dan Carbamate12. PCB13. Senyawa Aktif Biru Metilen14. Toxaphene

MIKROBIOLOGIK

01. Koliform Tinja02. Total Koliform

RADIOAKTIVITAS01. Aktivitas Alpha (Gross Alpha Activity)

BAKU MUTU GOLONGAN B: AIR BAKU AIR MINUM

PARAMETER SATUAN KADAR MAKSIMUM KETERANGAN

ºCmg/L

mg/Lmg/Lmg/Lmg/Lmg/Lmg/Lmg/L

-

mg/Lmg/Lmg/Lmg/Lmg/Lmg/Lmg/L

mg/Lmg/Lmg/Lmg/Lmg/Lmg/Lmg/LMg/Lmg/Lmg/Lmg/Lmg/Lmg/Lmg/L

Jumlah per 100 mlJumlah per 100 ml

Bq/L

mg/Lmg/Lmg/Lmg/Lmg/Lmg/L

Suhu air normal500.0

0.00050.50

0.0501.02.0

1.50Nihil250Nihil0.505.0

0.10*

6.0 - 8.5

0.0101.0

0.05050.00.10

0.0500.050

0.0170.0030.0420.0010.0020.0180.50

0.0560.035Nihil0.10Nihil0.500.01

200010000

0.10

Air permukaan dianjurkan lebih besar atau sama dengan 6

Merupakan batas minimum dan maksimum

Keterngan:mg = miligram ml = mililiter L = liter Bq = BequerelLogam berat merupakan logam terlarut

87

Page 92: JUKNIS PENGAWASAN

DRAFT

FISIKA

01. Suhu

02. Zat Padat Terlarut (TDS)

KIMIAA. KIMIA ORGANIK

01. Air Raksa02. Amoniak Bebas03. Arsen04. Flourida05. Kadmium07. Klorin Bebas08. Kromium, valensi 609. Nitrit, sebagai N10. Oksigen Terlarut (DO)

14. pH

15. Selenium16. Seng17. Sianida18. Sulfida, sebagai H2S19. Tembaga20. Timbal

B. KIMIIA ORGANIK

01. BHC02. DDT03. Endrine04. Fenol05. Minyak dan Lemak06. Organofosfat dan Carbamate07. Senyaw Aktif Biru Metilen

RADIOAKTIVITAS01. Aktivitas Alpha (Gross Alpha Activity)02. Aktivitas Beta (Gross Beta Activity)

BAKU MUTU GOLONGAN C: PERIKANAN DAN PETERNAKAN

PARAMETER SATUAN KADAR MAKSIMUM KETERANGAN

ºC

mg/L

mg/Lmg/Lmg/L

-

mg/LMg/Lmg/Lmg/Lmg/Lmg/L

mg/Lmg/Lmg/Lmg/Lmg/LMg/Lmg/L

Bq/LBq/l

mg/Lmg/Lmg/Lmg/Lmg/Lmg/L

Suhu air normal

0.0020.020.

0.501.50

0.0100.003Nihil

0.060*

6.0 - 8.5

0.0500.0200.0100.0020.0200.030

0.2100.0020.0040.0010.500.100.20

0.101.0

±3ºC-

Disyaratkan lebih besar dari 3

Merupakan batas minimum dan maksimum

Keterngan:mg = miligramml = mililiterL = literBq = BequerelLogam berat merupakan logam terlarut

88

Page 93: JUKNIS PENGAWASAN

FISIKA

01. Daya Hantar Listrik02. Suhu03. Zat Padat Terlarut (TDS)

KIMIAA. KIMIA ORGANIK

01. Air Raksa02. Arsen03. Boron04. Kadmium05. Kobalt06. Kromium, valensi 607. Mangan08. Na (garam alkali)09. Nikel10. PH

11. Residual Sodium Carbonat (RSC)

12. Selenium13. Seng14. Sodium Absorption Ratio (SAR)15. Tembaga16. Timbal

RADIOAKTIVITAS

01. Aktivitas Alpha (Gross Alpha Activity)02. Aktivitas Beta (Gross Beta Activity)

BAKU MUTU GOLONGAN D: PERTANIAN DAN USAHA PERKOTAAN

PARAMETER SATUAN KADAR MAKSIMUM KETERANGAN

umhos/cm

mg/Lmg/Lmg/Lmg/Lmg/Lmg/L

ºCmg/L

mg/L%

Mg/L-

ML/L

Mg/Lmg/L

-mg/Lmg/L

Bq/LBq/l

10001000

Suhu air normal

0.00050.050

1.00.0100.0200.050

1.040.0

0.0506.0 - 8.5

1.25 - 2.50

0.0501.0

10.00.100.05

0.101.0

Merupakan batas minimum dan maksimumMerupakan batas minimum dan maksimum

Keterngan:Ug = mikrogrammg = miligramml = mililiterL = literBq = BequerelLogam berat merupakan logam terlarut

GUBERNUR KEPALA DAERAH KHUSUSIBUKOTA JAKARTA

ttd

SURJADI SOEDIRJA

89

Page 94: JUKNIS PENGAWASAN

FISIKA

01. Daya Hantar Listrik02. Zat Padat Terlarut (TDS)03. Kekeruhan04. Suhu05. Warna

KIMIAA. KIMIA ANORGANIK

01. Air Raksa02. Amoniak Bebas03. Arsen04. Barium05. Besi06. Flourida07. Kadmium08. Klorida09. Kromium, valensi 610. Manggan11. Nikel12. Nitrat, sebagai N13. Nitrit, sebagai N14. pH

15. Phospat16. Selenium17. Seng18. Sianida19. Sulfat20. Sulfida, sebagai H2S21. Tembaga22. Timbal

B. KIMIA ORGANIK

01. Aldrin dan Dieldrin02. Chlordane03. DDT04. Endrin05. Fenol06. Heptachlor dan Heptchlor epoxide07. Karbon Kloroform Ekstrak08. Lindane09. Methoxychlor10. Minyak dan Lemak11. Organofosfat dan Carbamate12. PCB13. Senya Aktif Biru Metilen (surfaktan)14. Toxaphene15. Zat Organik (KMnO4)

Lampiran III: Keputusan Gubernur KDKI JakartaNomor : 582 Tahun 1995Tanggal : 12 Juni 1995

TARGET OPERASIONAL YANG HARUS DICAPAI PADA TAHUN 2000AIR SUNGAI DI DKI JAKARTA

BAKU MUTU GOLONGAN B: AIR BAKU AIR MINUM

PARAMETER SATUAN KADAR MAKSIMUM KETERANGAN

umhos/cmmg/L

Skala NTU

mg/Lmg/Lmg/Lmg/Lmg/Lmg/L

ºCSkala Pt Co-

mg/Lmg/Lmg/Lmg/Lmg/Lmg/Lmg/LMg/L

mg/Lmg/Lmg/Lmg/Lmg/Lmg/Lmg/Lmg/L

mg/LMg/Lmg/Lmg/Lmg/Lmg/Lmg/Lmg/Lmg/Lmg/Lmg/Lmg/Lmg/Lmg/Lmg/L

500500100

Suhu air normal100

0.0011.0

0.0501.02.0

1.500.010

2500.0500.500.1010.01.0

6.0 - 8.5

0.500.010

1.00.050

1000.100.100.10

0.0170.0030.0420.0010.05000180.50

0.0560.035Nihil0.10

-1.0

0.00515.0

Tidak berbau

Merupakan batas minimum dan maksimum

90

Page 95: JUKNIS PENGAWASAN

KHUSUS

01. BOD (5 hari 20 )02. COD (Bichromat)03. Oksigen Terlarut (DO)04. Zat Tersuspensi

MIKROBIOLOGI

01. Koliform Tinja02. Total Koliform

RADIOAKTIVITAS

01. Aktivitas Alpha (Gross Alpha Activity)02. Aktivitas Beta (Gross Beta Activity)

ºC

PARAMETER SATUAN KADAR MAKSIMUM KETERANGAN

mg/Lmg/Lmg/Lmg/L

Jumlah per 100 mlJumlah per 100 ml

Bq/LBq/L

10203

100

20001000

--

Keterngan:mg = miligramml = mililiterL = literBq = BequerelNTU = Nephelometric Turbidity UnitsLogam berat merupakan logam terlarut

91

Page 96: JUKNIS PENGAWASAN

FISIKA

01. Daya Hantar Listrik02. Zat Padat Terlarut (TDS)03. Kekeruhan04. Suhu

KIMIAA. KIMIA ANORGANIK

01. Air Raksa02. Amoniak Bebas03. Arsen04. Flourida05. Kadmium06. Klorida07. Klorin Bebas08. Kromium, valensi 609. Nikel10. Nitrit, sebagai N11. pH

12. Phospat13. Selenium14. Seng15. Sianida16. Sulfat17. Sulfida, sebagai H2S21. Tembaga22. Timbal

B. KIMIA ORGANIK

01. BHC02. DDT03. Endrine04. Fenol05. Minyak dan Lemak06. Organofosfat dan Carbamate07. Senyawa Aktif Biru Metilen (surfaktan)08. Zat Organik (KMnO4)

KHUSUS

01. BOD (5 hari 20 ºC)02. COD (Bichromat)03. Oksigen Terlarut (DO)04. Zat Tersuspensi

MIKROBILOGIK01. Koliform Tinja02. Total Koliform

RADIOAKTIVITAS

BAKU MUTU GOLONGAN C: PERIKANAN DAN PETERNAKAN

PARAMETER SATUAN KADAR MAKSIMUM KETERANGAN

umhos/cmmg/L

Skala NTU

mg/Lmg/Lmg/Lmg/Lmg/Lmg/L

ºC

mg/Lmg/Lmg/Lmg/L

mg/Lmg/Lmg/Lmg/Lmg/Lmg/Lmg/Lmg/L

mg/LMg/Lmg/Lmg/Lmg/Lmg/Lmg/Lmg/L

mg/Lmg/Lmg/Lmg/L

Jumlah per 100 mlJumlah per 100 ml

Bq/L

750500100

Suhu air normal ±3ºC

0.0022.0

0.501.50

0.01020.0

0.0030.0500.101.0

6.0 - 8.5

0.500.0500.0500.01050.0

0.0020.0200.030

0.2100.0020.0040.001.0

0.100.5025.0

20.030.03.0100

400020000

0.1

Tidak berbau

Merupakan batas minimum dan maksimum

Keterngan:mg = miligram ml = mililiterL = liter Bq = BequerelNTU = Nephelometric Turbidity UnitsLogam berat merupakan logam terlarut

92

Page 97: JUKNIS PENGAWASAN

DRAFT

GUBERNUR KEPALA DAERAH KHUSUSIBUKOTA JAKARTA

ttd

SURJADI SOEDIRJA

FISIKA

01. Daya Hantar Listrik02. Zat Padat Terlarut (TDS)03. Suhu

KIMIAA. KIMIA ANORGANIK

01. Air Raksa02. Arsen03. Boron04. Kadmium05. Kobalt06. Kromium, valensi 607. Mangan08. Na (garam alkali)09. Nikel10. pH

11. Phospat12. Residual Sodium Carbonat (RSC)

13. Selenium14. Seng15. Sodium Apsortion Ratio (SAR)16. Sulfat17. Tembaga18. Timbal

B. KIMIA ORGANIK

01. Minyak dan Lemak02. Senyawa Aktif Biru Metilen (surfaktan)03. Zat Organik (KMnO4)

KHUSUS

01. BOD (5 hari 20 ºC)02. COD (Bichromat)03. Oksigen Terlarut (DO)04. Zat Tersuspensi

MIKROBILOGIK01. Koliform Tinja02. Total Koliform

RADIOAKTIVITAS01. Aktivitas Alpha (Gross Alpha Activity)

BAKU MUTU GOLONGAN D: PERTANIAN DAN USAHA PERKOTAAN

PARAMETER SATUAN KADAR MAKSIMUM KETERANGAN

umhos/cmMg/L

mg/Lmg/Lmg/Lmg/Lmg/Lmg/L

ºC

mg/L%

mg/L

mg/LmL/L

Mg/Lmg/Lmg/Lmg/Lmg/Lmg/L

mg/Lmg/L

mg/Lmg/Lmg/Lmg/L

Jumlah per 100 mlJumlah per 100 ml

Bq/LBq/L

1000200

Suhu air normal

0.0050.050

1.00.0100.20

0.0501.0

50.00.10

6.0 - 8.5

0.501.25 - 2.50

0.0501.0

10.0 - 18.01000.100.10

Nihil0.5025.0

20.030.03.0200

400020000

0.101.0

Merupakan batas minimum dan maksimum

Merupakan batas minimum dan maksimum

Keterngan:mg = miligramml = mililiterL = literBq = BequerelNTU = Nephelometric Turbidity UnitsLogam berat merupakan logam terlarut

93

Page 98: JUKNIS PENGAWASAN

Padatan Tersuspensi (total)

Cadmium (Cd)

Sianida (Cn)

Logam Total

Krom Total (Cr)

Krom Heksavalen (Cr+6)

Seng (Zn)

pH

Tembaga (Cu)

Nikel (Ni)

Zat Organik (KMnO4)

COD (Bichromat)

Lampiran IV: Keputusan Gubernur KDKI JakartaNomor : 582 Tahun 1995Tanggal : 12 Juni 1995

A. BAKU MUTU LIMBAH CAIR UNTUK INDUSTRI PELAPISAN LOGAM

PARAMETER

PELAPISAN TEMBAGA(Cu)

PELAPISAN NIKEL(Ni)

PELAPISAN KROM(Cr)

PELAPISAN DAN GALVA-NISASI SENG (Zn)

Kadarmaksimum

(mg/L)

BebanLimbah

Maksimum(mg/kg-pelapis)

BebanLimbah

Maksimum(mg/kg-pelapis)

BebanLimbah

Maksimum(mg/kg-pelapis)

BebanLimbah

Maksimum(mg/kg-pelapis)

Kadarmaksimum

(mg/L)

Kadarmaksimum

(mg/L)

Kadarmaksimum

(mg/L)

60.0

0.05

0.05

8.0

-

-

-

6 - 9

1.0

-

50.0

75.0

120.0

0.1

0.1

16.0

-

-

-

-

2.0

-

100.0

150.0

60.0

0.05

0.05

8.0

-

-

-

6 - 9

-

0.2

50.0

75.0

120.0

0.1

0.1

16.0

-

-

-

-

-

0.4

100.0

150.0

60.0

0.05

0.05

8.0

1.0

0.3

-

6 - 9

-

-

50.0

75.0

120.0

0.1

0.1

16.0

2.0

0.6

-

-

-

-

100.0

150.0

60.0

0.05

0.05

8.0

-

0.1

0.2

6 - 9

-

-

50.0

75.0

120.0

0.1

0.1

16.0

-

0.2

4.0

-

-

-

100.0

150.0

Debit limbah maksimum : 2 liter/kg logam pelapis

94

Page 99: JUKNIS PENGAWASAN

BOD (5 hari, 2ºC)COD (Bichromat)Padatan tersuspensi totalSulfida (sbg H2S)Chrom (total)Minyak dan LemakAmonia Total (sbg N)pHZat Organik (KMnO4)

B. BAKU MUTU LIMBAH CAIR UNTUK INDUSTRI PENYAMAKAN KULIT

PARAMETER KADAR MAKSIMUM(mg/L)

BEBAN LIMBAHMAKSIMUM (kg/ton bahan baku)

Menggunakankhrom

3Debit limbah maksimum : 40 m per ton bahan baku

Menggunakandaun-daunan

Menggunakankhrom

Menggunakandaun-daunan

75.0100.0100.01.01.03.05.0

6 - 985.0

75.0100.0100.01.01.03.05.0

6 - 985.0

3.04.04.00.00.00.10.2-

3.4

3.04.04.00.00.00.10.2-

3.4

BOD ( 5 ha ri, 2 ºC)COD ( Bichroma t)Pada tan tersuspen si tota l

C. BAKU MUTU LIMBAH CAIR UNTUK INDUSTRI KERTAS

PARAMETER KADAR MAKSIMUM

(mg/L)

BEBAN LIMBAHMAKSIMUM

(kg/ton bahan baku)

7 0. 01 00. 08 0. 0

1 . 42 . 01 . 6

BOD (5 hari, 2ºC)COD (Bichromat)Padatan tersuspensi totalFenol (total)Chrom (total)Minyak dan LemakpHZat Organik (KMnO4)

PARAMETER

Kadarmaksimum

(mg/L)

Beban Limbah Maksimum (mg/kg-pelapis)

75.0100.050.00.51.03.0

6 - 985.0

Debit limbah maksimum : 125 7 10 24 18 15 20 63 m per ton produk teksil

D. BAKU MUTU LIMBAH CAIR UNTUK INDUSTRI TEKSTIL

Terpadu Pencuciankapas, pemintalan,penemu-

an

Sizing/Desizing

Scouring Bleaching Merse-risasi

Dyeing Printing

9.37512.506.250.0630.1250.375

-10.625

0.5250.700.35

0.00350.0070.021

-0.595

0.7501.000.500.0050.0100.030

-0.850

1.8002.401.200.0120.0240.072

-2.040

1.13501.800.900.0090.0180.054

-1.530

1.1251.500.750.0080.0150.045

-1.275

1.5002.001.000.0100.0200.060

-1.700

0.4500.600.300.0030.0060.018

-0.510

BOD (5 hari, 2ºC)COD (Bichromat)Padatan tersuspensi totalPHZat Organik (KMnO4)

C. BAKU MUTU LIMBAH CAIR UNTUK INDUSTRI KERTAS

PARAMETER KADAR MAKSIMUM

(mg/L)

BEBAN LIMBAHMAKSIMUM

(kg/ton bahan baku)

2 3Debit limbah maksimum : 0 m per ton produk

70.0100.080.06 - 980.0

1.42.01.6-

1.6

95

Page 100: JUKNIS PENGAWASAN

BOD (5 hari, 2ºC)COD (Bichromat)Padatan tersuspensi totalFenol (total)Nitrogen totalpHZat Organik (KMnO4)Tes Antibiotik

E. BAKU MUTU LIMBAH CAIR UNTUK INDUSTRI FARMASI

PARAMETER SINTESA FORMULASI

Debit limbah maksimum 25 -Liter per produk

75.0100.060.00.530.06 - 985.0

Negatif

1.8752.501.50

0.01250.75

-2.125

-

BEBAN LIMBAHMAKSIMUM

(kg/ton)

KADARMAKSIMUM

(mg/L)

KADARMAKSIMUM

(mg/L)

75.0100.060.00.530.06 - 985.0

Negatif

BOD (5 hari, 2ºC)COD (Bichromat)Kepadatan tersuspensi totalFenol (total)Sianida TotalTembaga (Cu)Bahan Aktif TotalpHZat Organik (KMnO4)

F. BAKU MUTU LIMBAH CAIR UNTUK INDUSTRI PESTISIDA

PARAMETER KADAR MAKSIMUM

(mg/L)

BEBAN LIMBAHMAKSIMUM

(kg/ton)

Debit limbah maksimum : 53M per ton produk

70.0100.050.00.50.11.02.0

6 - 980.0

0.350.500.25

0.00250.000250.0050.01

-0.40

BOD (5 hari, 2ºC)COD (Bichromat)Kepadatan tersuspensi totalMinyak dan LemakpHZat Organik (KMnO4)

G. BAKU MUTU LIMBAH CAIR UNTUK INDUSTRI PENGOLAHAN IKAN

PARAMETER KADAR MAKSIMUM

(mg/L)

BEBAN LIMBAHMAKSIMUM

(kg/ton)

Debit limbah maksimum : 253M per ton bahan baku ikan

75.0100.060.05.0

6 - 985.0

1.8752.501.500.125

-2.125

96

Page 101: JUKNIS PENGAWASAN

BOD (5 hari, 2ºC)COD (Bichromat)Padatan tersuspensi totalpHZat Organik (KMnO4)

PARAMETER

Kadarmaksimum

(mg/L)

Beban Limbah Maksimum (mg/kg-pelapis)

75.0100.0100.06 - 985.0

Debit limbah maksimum : 2 5 15 15 5 2.53 3 3 3 3 3m /ton produk m /ton produk m /ton produk m /ton b.baku m /ton b.baku m /ton b.baku

H. BAKU MUTU LIMBAH CAIR UNTUK INDUSTRI MAKANAN

Mie

kg/tonproduk

0.150.200.20

-0.17

0.3750.500.50

-0.425

1.1251.501.50

-1.275

1.1251.501.50

-1.275

0.3750.50.5-

0.425

0.1880.250.25

-0.213

Biskuit danRoti

kg/tonproduk

KembangGula

kg/tonproduk

Tahu

kg/tonb. Baku

Kecap/Tempe

kg/tonb. Baku

Sambal

kg/tonb. Baku

BOD (5 hari, 2ºC)COD (Bichromat)Padatan tersuspensi totalPHZat Organik (KMnO4)

I. BAKU MUTU LIMBAH CAIR UNTUK INDUSTRI SUSU DAN MAKANAN DARI SUSU

PARAMETER

BEBAN LIMBAH MAKSIMUM

Debit limbah maksimum 3.5 1.5 L/kg total padatan dalam produk L/kg produk

30.090.025.06 - 950.0

0.1050.3150.0875

-0.175

Industri Susu(g/kg total padatan

dalam produk)

KADARMAKSIMUM

(mg/L)

Industri Makanandari susu

(g/kg produk)

0.0450.1350.375

-0.075

BOD (5 hari, 2ºC)COD (Bichromat)Padatan tersuspensi totalMinyak dan LemakpHZat Organik (KMnO4)Detergent

PARAMETER

Kadarmaksimum

(mg/L)

Beban Limbah Maksimum (g/liter)

50.0100.030.03.0

6 - 985.01.0

Debit limbah maksimum :Liter per liter

J. BAKU MUTU LIMBAH CAIR UNTUK INDUSTRI MINUMAN RINGAN

Dengan pencucianbotol dan denganpembuatan sirop

0.200.400.120.012

-0.340.004

4

0.150.300.090.009

-0.2550.003

3

0.150.300.090.009

-0.2550.003

3

0.0750.150.0450.0045

-0.12750.0015

1.5

Dengan pencucianbotol dan tanpapembuatan sirop

Tanpa pencucianbotol dan denganpembuatan sirop

Tanpa pencucianbotol dan tanpanpembuatan sirop

BOD (5 hari, 2ºC)COD (Bichromat)Padatan tersuspensi totalMinyak dan LemakpHZat Organik (KMnO4)

PARAMETER

Kadar maksimum (mg/L) Beban Limbah Maksimum (g/liter)

75.0100.0100.03.0

6 - 985.0

Debit limbah maksimum :Liter per liter produk 20.0 15.0 4.0 3.0

K. BAKU MUTU LIMBAH CAIR UNTUK INDUSTRI SIROP

FERMENTASI PELARUTANDengan cuci

botolTanpa cuci

botolDengan cuci

botolTanpa cuci

botol

FERMENTASI PELARUTAN

75.0100.0100.03.0

6 - 985.0

1.502.002.000.06

-1.70

1.1251.500.450.05

-1.275

0.200.400.120.012

-0.34

0.150.300.090.009

-0.255

97

Page 102: JUKNIS PENGAWASAN

DRAFT

DRAFT

BOD (5 hari, 2ºC)COD (Bichromat)Padatan tersuspensi totalMinyak dan LemakpHZat Organik (KMnO4)

PARAMETERKadar

maksimum(mg/L)

Beban Limbah Maksimum (g/liter)

75.0100.0100.05.0

6 - 985.0

Debit limbah maksimum :3M /ton

L. BAKU MUTU LIMBAH CAIR UNTUK INDUSTRI MINYAK NABATI, SABUN DAN MARGARINE

0.751.01.00.05

-0.85

10

0.600.80.80.04

-0.68

8

0.3750.50.5

0.025-

0.425

Minyak Nabati Sabun Margarine

BOD (5 hari, 2ºC)COD (Bichromat)Padatan tersuspensi totalPo4DetergentpHZat Organik (KMnO4)

PARAMETERKADAR MAKSIMUM

(mg/L)BEBAN LIMBAH MAKSIMUM

(g/liter)

Debit limbah maksimum :3 M /ton 1

M. BAKU MUTU LIMBAH CAIR UNTUK INDUSTRI DETERGENT

75.0100.050.02.01.0

6 - 985.0

0.0750.100.050.0020.001

-0.085

BOD (5 hari, 2ºC)COD (Bichromat)Padatan tersuspensi totalpHZat Organik (KMnO4)

PARAMETERKADAR MAKSIMUM

(mg/L)BEBAN LIMBAH MAKSIMUM

(g/liter)

Debit limbah maksimum :

Hl per hl 5

N. BAKU MUTU LIMBAH CAIR UNTUK INDUSTRI BIR

30.050.050.06 - 940.0

0.0150.0250.025

-0.020

COD (Bichromat)Padatan tersuspensi totalAmonia Total (sbg N)Minyak dan LemakSeng (Zn)Merkuri (Hg)Mangan (Mg)Kromium (Cr)Nikel (Ni)pHZat Organik (KMnO4)Fosfat (Po4)Tembaga (Cu)

PARAMETER Kadar maksimum(mg/L)

ALKALIN - MANGAN

Debit limbah maksimum :Liter per kg 6 0.5

O. BAKU LIMBAH CAIR UNTUK INDUSTRI BATTERAI SEL

50.025.0

-3.00.800.0150.250.100.106 - 940.01.0

50.025.05.03.00.800.0150.600.10

-6 - 940-

25.012.52.51.50.400.010.800.05

--

20.0--

KARBON - SENG

Kadar maksimum(mg/L)

Beban LimbahMaksimum (gram/ton)

Beban LimbahMaksimum (gram/ton)

300.0150.0

-18.04.80.11.50.60.6-

240.06.0

98

Page 103: JUKNIS PENGAWASAN

COD (Bichromat)Padatan tersuspensi totalTimbal (Pb)Tembaga (Cu)Minyak dan LemakpHSulfatZat Organik (KMnO4)

PARAMETERKADAR MAKSIMUM

(mg/L)

BEBAN LIMBAH MAKSIMUM(kg/ton bahan baku Pb

Debit limbah cair maksimum :Liter per kg bahan baku Pb

P. BAKU MUTU LIMBAH CAIR UNTUK INDUSTRI BATTERAI TIMBAL - ASAM (AKI)

100.025.00.31.03.0

6 - 9200.080.0

0.30.0750.00090.0030.009

-0.600.24

3

Batterai Kering(Dehidrasi)

(pembentukan Terbuka)

BatteraiBasah atau Lembab

1.00.250.0030.010.03

-2.00.80

10

COD (Bichromat)Padatan tersuspensi totalMerkuri (Hg)Seng (Zn)Timbal (Pb)Tembaga (Cu)Krom total (Cr)Krom Heksavalen (Cr + 6)Kadmium (Cd)Fenol (total)Minyak dan LemakpHFosfat (Po4)Zat Organik (KMnO4)

PARAMETERKADAR

MAKSIMUM(mg/L)

BEBAN LIMBAH MAKSIMUM(gram/unit yang dicat)

Debit limbah cair maksimum :3M Unit Yang dicat

Q. BAKU MUTU LIMBAH CAIR UNTUK INDUSTRI PERAKITAN MOBIL DAN SEPEDA MOTOR

100.0100.00.0152.00.101.02.00.300.050.405.0

6.0 - 9.04.0

150015000.2330.01.5015.030.04.500.75

675.0

-60.01200

15.0

4004000.068.00.404.08.01.200.201.6020.0

-16.0320

4.0

Kel A Kel B1 Kel B2 Kel C Kel D Kel E

15.015.00.0020.300.0150.150.300.0450.0080.0600.75

-0.6012.0

0.15

5005000.0810.00.505.010.01.500.252.0025.0

-20.0400

5.0

4504500.079.00.454.509.01.350.231.8022.5

-18.0360

4.5

2502500.045.00.252.505.00.750.131.0012.5

-10.0200

2.5

Keteran gan:Kelompok A = Sedan, min ibus, pickup Kelompok C = Gen era l Purpose

COD (Bichromat)Padatan tersuspensi totalMerkuri (Hg)Seng (Zn)Timbal (Pb)Tembaga (Cu)Krom Heksavalen (Cr+6)Kadmium (cd)Fenol (total)Minyak dan LemakpHFosfat (Po4)Zat Organik (KMnO4)

PARAMETERKADAR MAKSIMUM

(mg/L)BEBAN LIMBAH MAKSIMUM

(gram/liter cat yang digunakan)

Debit limbah maksimum :Liter/liter cat yang digunakan 170

R. BAKU MUTU LIMBAH CAIR UNTUK INDUSTRI BARANG ELEKTRONIKA

100.0100.00.0152.00.101.00.300.050.255.0

6.0 - 9.04.080.0

17.017.00.0030.340.0170.170.0510.0090.0430.85

0.6813.6

GUBERNUR KEPALA DAERAH KHUSUSIBUKOTA JAKARTA

ttd

SURJADI SOEDIRJA

99

Page 104: JUKNIS PENGAWASAN

I. FISIS

SuhuZat padat terlarutZat padat tersuspensi

II. KIMIAWI

Air raksaAmoniaArsenBesi (total)FlouridaKadmiumKhlorin bebasKrom (total)Krom heksavalenNikelNitratNitritpHSengSulfidaTembagaTimbalManganFenolMinyak dan LemakSenyawa aktif biru metilenSianidaZat organik (KMnO4)BOD

Lampiran V: Keputusan Gubernur KDKI JakartaNomor : 582 Tahun 1995Tanggal : 12 Juni 1995

BAKU MUTU LIMBAH CAIR INDUSTRI/PERUSAHAAN/BADANDI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA

PARAMETER SATUANBAKU MUTU

ºC

mg/Lmg/L

mg-C12/Lmg/L

mg-Cr6/Lmg/L

mg-N/LMg-N/L

-mg/L

Mg-S/Lmg/Lmg/Lmg/LMg/Lmg/Lmg/Lmg/Lmg/Lmg/L

mg/Lmg/L

mg/Lmg-N/Lmg/Lmg/L

381000100

0.025.00.15.02.0

0.051.00.50.10.1

10.01.0

6 - 92.0

0.051.00.12.00.55.01.0

0.0585.075.0

GUBERNUR KEPALA DAERAH KHUSUSIBUKOTA JAKARTA

ttd

SURJADI SOEDIRJA

100

Page 105: JUKNIS PENGAWASAN

DRAFT

PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUSIBUKOTA JAKARTA

NOMOR 122 TAHUN 2005

TENTANG

PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK DI PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA,

Menimbang: a. Bahwa pembangunan kawasan baru dan pemadatan bangunan di kawasan lama serta peningkatan aktivitas perkotaan mengakibatkan peningkatan jumlah dan jenis limbah cair kota;

b. bahwa pengolahan limbah rumah tangga dengan cara septic tank dan dengan belum terbangunnya jaringan prasarana pengolahan limbah cair komunal pada bagian-bagian kota mengakibatkan akumulasi bahan pencemar yang mengakibatkan pencemaran tanah dan air tanah;

c. bahwa dalam rangka menjaga dan mempertahankan kualitas air tanah maka perlu diwajibkan setiap orang atau badan usaha melakukan pengelolaan limbah cair hasil usaha dan/atau kegiatan.

d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a, huruf b dan huruf c, serta sambil menunggu penetapan Peraturan Daerah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta tentang Kebijakan Sumber Daya Air, perlu menetapkan Peraturan Gubernur tentang Pengelolaan Limbah Domestik.

Mengingat: 1. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 11 tahun 1971 tentang Pengairan;

2. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 5 tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam, Hayati dan Ekosistemnya;

3. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 23 tahun 1992 tentang Kesehatan;

4. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 24 tahun 1992 tentang Penataan Ruang;

5. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 23 tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup;

101

Page 106: JUKNIS PENGAWASAN

102

6. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 34 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Provinsi Daerah Khusus Ibukota Negara Republik Indonesia Jakarta;

7. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 7 tahun 2004 tentang Sumber Daya Air;

8. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 10 tahun 2004 tentang Ketentuan Pembentukan Peraturan Perundang-undangan;

9. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah;

10.Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 35 tahun 1991 tentang Sungai;

11.Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor Nomor: 27 tahun 1999 tentang AMDAL;

12.Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor: 25 tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Provinsi sebagai Daerah Otonomi;

13.Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran air;

14.Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 16 tahun 2005 tentang Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum;

15.Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 416 tahun 1990 tentang Air Minum;

16.Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 112 tahun 2003 tentang Baku Mutu Air Limbah Domestik;

17.Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 51 tahun 2004 tentang Baku Mutu Air Laut;

18.Peraturan Daerah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 12 Tahun 1971 tentang Pencegahan Pengotoran Udara, Air dan Lepas Pantai Dalam Wilayah DKI Jakarta;

19.Peraturan Daerah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 6 tahun 1999 tentang RT/RW Wilayah Provinsi DKI Jakarta;

20.Peraturan Daerah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 3 tahun 2001 tentang Bentuk Susunan Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah dan Sekreatriat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta;

21.Peraturan Daerah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 3 tahun 2001 tentang Pembangunan di DKI Jakarta;

22.Keputusan Gubernur Kepala Daerah Khusus Ibukota Jakarta nomor 45 tahun 1992 tentang Ketentuan Pengelolaan Air Limbah Sistem Perpipaan Dalam Wilayah DKI Jakarta;

23.Keputusan Gubernur Kepala Daerah Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 582 tahun 1995 tentang Baku Mutu Limbah Cair;

Page 107: JUKNIS PENGAWASAN

103

24.Keputusan Gubernur Kepala Daerah Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 299 tahun 1996 tentang Petunjuk Pelaksanaan Penerapan Peruntukan dan Baku Mutu Air Sungai/Badan Air serta Baku Mutu Limbah Cair di Wilayah DKI Jakarta;

25.Keputusan Gubernur Kepala Daerah Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 30 tahun 1999 tentang Izin Pembuangan Limbah Cair;

26.Keputusan Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 2863 tahun 2001 tentang Jenis Rencana Usaha dan atau Kegiatan Yang Wajib Dilengkapi dengan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan di Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta;

27.Keputusan Gubernur Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 189 tahun 2002 tentang Jenis Usaha/Kegiatan Yang Wajib Dilengkapi dengan Upaya Pengelolaan Lingkungan (UKL) dan Upaya Pengelolaan Lingkungan (UPL) di Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta;

28.Keputusan Gubernur Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta No. 139 tahun 2001 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja BPLHD Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta;

MEMUTUSKAN:

Menetapkan: PERATURAN GUBERNUR TENTANG PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK

BAB I

KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan ini yang dimaksud dengan :

1. Daerah adalah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta;

2. Pemerintah Daerah adalah Gubernur dan Perangkat Daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah;

3. Gubernur adalah Kepala Daerah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta;

4. Badan Pengelola Lingkungan Hidup Daerah yang selanjutnya disingkat BPLHD adalah Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Provinsi DKI Jakarta;

5. Instansi Pembina Teknis adalah setiap unit/satuan kerja/satuan Perangkat Daerah yang memberikan pelayanan kegiatan teknis yang berkaitan dengan pengelolaan Air Limbah Domestik sesuai bidang dan tugasnya masing-masing;

6. Penanggungjawab kegiatan adalah orang atau badan hukum yang bertanggungjawab atas beroperasinya suatu kegiatan;

Page 108: JUKNIS PENGAWASAN

104

7. Pengelolaan Air Limbah Domestik adalah upaya memperbaiki kualitas air yang berasal dari kegiatan rumah tangga/perkantoran sehingga layak untuk dibuang ke saluran kota/drainase;

8. Daya dukung lingkungan adalah kemampuan lingkungan untuk mendukung perikehidupan manusia dan mahluk lain;

9. Daya tampung lingkungan adalah kemampuan lingkungan untuk menyerap zat, energi, dan/atau komponen lain yang atau dimasukkan kedalamnya;

10.Sumur resapan adalah sistem resapan buatan yang dapat menampung air hujan yang langsung melalui atap atau pipa talang bangunan, dapat berupa sumur, kolam dengan resapan, saluran porous dan sejenisnya;

11.Air adalah semua air yang terdapat di dalam dan atau berasal dari sumber air, dan terdapat diatas permukaan air tanah;

12.Baku mutu limbah cair adalah batas kadar dan jumlah unsur pencemar yang ditenggang adanya dalam limbah cair untuk dibuang dari satu jenis kegiatan tertentu;

13.Pencemaran air adalah masuk atau dimasukkan mahluk, zat, energi dan komponen lain ke dalam air oleh kegiatan manusia, sehingga kualitas air turun sampai ke tingkat tertentu sehingga tidak sesuai dengan peruntukkannya;

14.Air Limbah adalah air yang berasal dari sisa kegiatan proses produksi dan usaha lainnya yang tidak dimanfaatkan kembali;

15.Air limbah domestik adalah air limbah yang berasal dari kegiatan rumah tangga,perumahan, rumah susun, apartemen, perkantoran, rumah dan kantor rumah dan toko, rumah sakit, mall, pasae swalayan, balai pertemuan, hotel, industri, sekolah, baik berupa grey water (air bekas) ataupun black water (air kotor/tinja);

16.Pengolahan air limbah domestik adalah upaya mengolah dengan cara tertentu agar air limbah dimaksud memenuhi baku mutu air limbah yang ditetapkan.

17.Perairan umum adalah saluran air atau sungai yang merupakan fasilitas umum dan bukan merupakan bagian dari system limbah perpipaan;

18.Pengelolaan sistem setempat adalah pengelolaan air limbah dimana sarana pengolahan air limbah yang disiapkan/ dibangun berada dekat dengan sumber air buangannya.

19.Sistem Perpipaan adalah sistem pengelolaan air limbah dimana air limbah dari tiap sumbernya terhubung melalui jaringan pipa pengumpul, yang untuk kemudian disalurkan melalui pipa pembawa menuju instalasi pengolahan bersama / terpusat.

20.Sistem Setempat adalah sistem pengelolaan air limbah dimana sumber air limbah, pipa pengumpul dan pengolahannya terletak dalam satu tempat / lokasi, seperti tanki septik, Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) individual.

Page 109: JUKNIS PENGAWASAN

105

BAB II

ASAS, TUJUAN DAN SASARAN

Pasal 2

Pengelolaan Air Limbah Domestik diselenggarakan dengan asas tanggung jawab pemerintah, asas berkelanjutan, asas hak dan kewajiban masyarakat,

Pasal 3

Tujuan pengelolaaan air limbah domestik adalah untuk mencegah dan menanggulangi pencemaran tanah dan air tanah akibat pembuangan air limbah domestik yang tidak memenuhi Baku Mutu Air Limbah.

Pasal 4

Sasaran Pelaksanaan Pengelolaan Air Limbah Domestik adalah:

a. Terbangunnya instalasi pengolahan air limbah domestik baik pada bangunan baru maupun bangunan lama, sesuai dengan tipologi tata letak bangunan, jenis penggunaan bangunan dan klasifikasi volume air limbah.

b. Terbangunnya prasarana dan sarana sanitasi lingkungan bagian-bagian kota sesuai dengan Rencana Jaringan Sanitasi Kota.

c. Terpenuhinya Baku Mutu Air Limbah Domestik secara bertahap.

d. Berkurangnya air limbah sebagai bahan pencemar yang masuk ke saluran umum dan/ atau meresap ke dalam tanah.

e. Meningkatnya kinerja industri jasa konstruksi di bidang peralatan dan perlengkapan pengolahan air limbah.

BAB III

RUANG LINGKUP

Pasal 5

Ruang lingkup pengelolaan air limbah domestik adalah:

a. Arahan penjabaran Rencana Tata Ruang Wilayah ke dalam Rencana Induk Sanitasi Lingkungan.

b. Cara pengolahan air limbah domestik skala kota, kawasan, bangunan tinggi dan bangunan tunggal, baik bangunan baru maupun bangunan lama.

Page 110: JUKNIS PENGAWASAN

DRAFT

106

c. Arahan pembinaan industri jasa konstruksi di bidang perlengkapan dan peralatan pengolahan air limbah domestik.

d. Koordinasi perencanaan, pelaksanaan, pengendalian dan pengawasan implementasi kebijakan pengelolaan air limbah, termasuk kegiatan diseminasi kebijakan bagi aparat dan sosialisasi kepada berbagai unsur masyarakat dan dunia usaha.

BAB IV

PENYUSUNAN RENCANA INDUK SANITASI LINGKUNGAN

Pasal 6

(1)Instansi yang membidangi perencanaan kota dan Instansi yang membidangi pembangunan prasarana sanitasi lingkungan menjabarkan Rencana Tata Ruang Wilayah ke bentuk Rencana Induk Sanitasi Lingkungan, secara hirarkhi.

(2)Rencana Induk Sanitasi Lingkungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menggambarkan kawasan pengelolaan air limbah perpipaan yang terpusat, kawasan pengelolaan air limbah komunal, kawasan semi komunal dan kawasan individual.

(3)Rencana Induk Sanitasi Lingkungan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) disajikan pada Peta Skala 1 : 50.000 sebagaimana tercantum dalam lampiran I

BAB V

PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK

Pasal 7

(1)Bangunan rumah tinggal dan bangunan non rumah tinggal wajib mengelola air limbah domestik sebelum dibuang ke saluran umum/drainase kota.

(2)Perencanaan instalasi air limbah domestik yang merupakan utilitas lingkungan atau bangunan merupakan persyaratan dalam proses penerbitan Surat Ijin Penunjukan Penggunaan Tanah (SIPPT), Rencana Tata Letak Bangunan (RTLB), Ijin Mendirikan Bangunan (IMB), dan terbangunnya instalasi air limbah domestik.merupakan persyaratan dalam proses penerbitan Surat Ijin Pengunaan Bangunan (IPB) dan Kelayakan Menggunakan Bangunan (KMB), serta perijinan operasional dari instansi yang berwenang terkait dengan operasional dimaksud.

Page 111: JUKNIS PENGAWASAN

107

Pasal 8

(1)Bangunan rumah tinggal dan non rumah tinggal yang telah dibangun dan belum memiliki instalasi pengelolaan air limbah domestik yang memenuhi syarat baku mutu air limbah, wajib memperbaiki dan atau membangun instalasi pengolahan air limbah domestik.

(2)Prosedur dan Panduan Teknik Penyempurnaan Instalasi Pengolahan Air Limbah Domestik sebagaimana dimaksud ayat (1) ditetapkan oleh Instansi yang bertanggung jawab dalam pengelolaan lingkungan hidup.

(3)Penyusunan Prosedur dan Panduan Teknik sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan melalui koordinasi instansional dan masyarakat serta dunia usaha.

Pasal 9

(1)Instansi yang bertanggung jawab dalam bidang perumahan bersama instansi terkait lainnya yang bertanggung jawab dalam bidang pengelolaan air limbah wajib membangun instalasi pengolahan air limbah domestik bersama masyarakat pada kawasan permukiman tertentu yang kemampuan ekonomi masyarakatnya terbatas

(2)Penyusunan kriteria dan pedoman penetapan kawasan tertentu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan oleh instansi yang bertanggung jawab dalam perencanaan kota bersama instansi terkait lainnya yang bertanggung jawab dalam bidang pengelolaan lingkungan hidup.

BAB VI

PERSYARATAN TEKNIS PENGOLAHAN AIR LIMBAH DOMESTIK

Pasal 10

(1)Perancangan instalasi pengolahan air limbah domestik didasarkan pada besaran populasi penghuni bangunan dan jenis peruntukan bangunan, sebagaimana tercantum pada lampiran II.

(2)Teknis pengaturan pengolahan air limbah domestik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi sistem pengolahan air limbah secara biologis, baik proses biomasa tersuspensi maupun proses biomasa melekat.

Pasal 11

(1)Pengolahan air limbah domestik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (2) meliputi jenis pengolahan individual, semi komunal dan komunal di kawasan pembangunan baru, kawasan perbaikan lingkungan, kawasan pemugaran dan kawasan peremajaan.

Page 112: JUKNIS PENGAWASAN

108

(2)Pengolahan air limbah sebagaiman dimaksud pada ayat (1) harus memenuhi ketentuan tentang Baku Mutu Air Limbah Domestik dan mengacu pada Pedoman Umum tentang sistem pengolahan air limbah domestik.

(3)Air Limbah yang akan dibuang ke saluran umum kota wajib memenuhi ketentuan tentang Baku Mutu Air Limbah Domestik sebagaimana tercantum pada lampiran III.

(4)Penerapan sistem pengolahan air limbah mengacu pada Pedoman Umum Tentang Sistem Pengolahan Air Limbah sebagaimana tercantum pada lampiran IV.

BAB VII

PEMBINAAN DAN PENGAWASAN

Pasal 12

(1)Instansi yang bertanggung jawab dalam bidang pengelolaan lingkungan hidup melaksanakan koordinasi instansional pengelolaan air limbah yang menjadi kewajiban pemerintah.

(2)Instansi yang bertanggung jawab dalam bidang industri dan perdagangan bersama asosiasi perusahaan sejenis melakukan program pembinaan bagi sektor jasa konstruksi bidang instalasi pengolahan air limbah domestik.

(3)Instalasi pengolahan air limbah domestik yang ditawarkan pemegang merk kepada masyarakat harus memiliki sertifikat yang menyatakan tingkat kemampuan instalasi memenuhi baku mutu air limbah domestik.

(4)Pernyataan tingkat kemampuan instalasi sebagaimana dimaksud pada ayat (3) diterbitkan oleh lembaga yang berwenang melakukan sertifikasi.

Pasal 13

(1)Instansi yang berwenang dalam perizinan bangunan, melakukan pengawasan konstruksi instalasi pengolahan air limbah domestik yang dibangun ditempat.

(2)Instansi yang bertanggung jawab dalam pengelolaan lingkungan hidup melakukan pengawasan kualitas hasil pengolahan air limbah domestik.

(3)Walikota dan Bupati melaksanakan tugas pengendalian dan pengawasan pelaksanaan peraturan ini di wilayah masing-masing;

Page 113: JUKNIS PENGAWASAN

109

BAB VIII

HAK, KEWAJIBAN DAN PERAN SERTA MASYARAKAT

Hak Masyarakat

Pasal 14

Dalam Kegiatan pengelolaan air limbah domestik masyarakat berhak :

(1)Berperan serta dalam proses perencanaan pengelolaan air limbah perpipaan, komunal dan semi komunal.

(2)Memperoleh informasi tentang kebijakan dan rencana pengembangan pengelolaan air limbah domestik.

(3)Melaksanakan kegiatan usaha dalam kegiatan jasa konstruksi dengan mengikuti / mematuhi peraturan perundangan yang berlaku.

Kewajiban Masyarakat

Pasal 15

Dalam Kegiatan pengelolaan air limbah domestik masyarakat wajib :

(1)Berperan serta dalam pembangunan instalasi pengelolaan air limbah domestik.

(2)Menaati rencana sanitasi lingkungan yang telah ditetapkan.

Peran Serta Masyarakat

Pasal 16

Peran Serta Masyarakat dalam proses pelaksanan kebijakan pengelolaan air limbah domestik meliputi :

(1)Pemberian masukan dalam rangka penyusunan kebijakan Sanitasi Lingkungan Kawasan Tertentu.

(2)Pemberian informasi tentang pengidentifikasikan berbagai potensi dan masalah pembangunan, termasuk bantuan untuk memperjelas hak atas ruang di wilayah dan termasuk pula pelaksanaan tata ruang kawasan.

(3)Bantuan untuk pengembangan sanitasi lingkungan permukiman.

(4)Pemberian informasi, saran, pertimbangan atau pendapat dalam penyusunan Rencana sanitasi Lingkungan.

(5)Pengajuan keberatan terhadap rancangan Rencana Sanitasi Lingkungan.

(6)Kerjasama dalam penelitian dan pengembangan kebijakan sanitasi lingkungan.

Page 114: JUKNIS PENGAWASAN

DRAFT

110

(7)Lingkungan masyarakat rumah tangga wajib mendorong terciptanya kondisi lingkungan yang sehat dari pencemaran air limbah domestik.

BAB IX

SANKSI ADMINISTRASI

Pasal 17

(1)Pelanggaran terhadap ketentuan yang diatur dalam peraturan ini dikenakan sanksi administrasi sesuai dengan peraturan yang berlaku.

(2)Sanksi administrasi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) bagi kegiatan yang berbentuk badan usaha adalah berupa pencabutan ijin usaha dan/atau kegiatan.

(3)Sanksi administrasi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) bagi kegiatan rumah tinggal adalah berupa penyegelan bangunan.

BAB X

KETENTUAN PENUTUP

Pasal 18

Peraturan Gubernur ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Gubernur ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta.

Ditetapkan di Jakartapada tanggal 19 Oktober 2005

GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUSIBUKOTA JAKARTA,

ttd

SUTIYOSO

Diundangkan di Jakartapada tanggal

SEKRETARIS DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUSIBUKOTA JAKARTA,

ttd

RITOLATA TASMAYANIP 140091657

BERITA DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTATAHUN NOMOR

Page 115: JUKNIS PENGAWASAN

DRAFT

PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUSIBUKOTA JAKARTA

NOMOR 220 TAHUN 2010

TENTANG

PERIZINAN PEMBUANGAN AIR LIMBAH

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA,

Menimbang: a. bahwa berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 10 Tahun 2008 tentang Organisasi Perangkat Daerah, maka dipandang perlu untuk merevisi/merubah Keputusan Gubernur Nomor 30 Tahun 1999 tentang Perizinan Pembuangan Limbah Cair di Daerah Khusus Ibukota Jakarta, karena sudah tidak sesuai lagi dengan kondisi saat ini, sehingga perlu disempurkan;

b. bahwa sehubungan dengan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a di atas dan dalam rangka pengendalian pemberian izin air limbah di Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta, maka perlu menetapkan Peraturan Gubernur tentang Perizinan Pembuangan Air Limbah;

Mengingat: 1. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 10 tahun 2004 tentang Ketentuan Pembentukan Peraturan Perundang-undangan;

2. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana telah beberapa kali diubah, terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 20078;

3. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang;

4. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 29 tahun 2007 tentang Pemerintahan Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta sebagai Ibukota Negara Kesatuan Republik Indonesia;

5. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup;

6. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41 tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara;

7. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran air;

111

Page 116: JUKNIS PENGAWASAN

MEMUTUSKAN:

Menetapkan: PERATURAN GUBERNUR TENTANG PERIZINAN PEMBUANGAN AIR LIMBAH

BAB I

KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan ini yang dimaksud dengan :

1. Daerah adalah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta;

2. Pemerintah Daerah adalah Gubernur dan Perangkat Daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah;

112

8. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor Nomor 38 tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintahan, Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota;

9. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 01 Tahun 2010 tentang Tata Laksana Pengendalian Pencemaran Air;

10.Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 51 Tahun 1995 tentang Baku Mutu Limbah Cair bagi Kegiatan Industri;

11.Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 58 Tahun 1995 tentang Baku Mutu Limbah Cair bagi Kegiatan Rumah Sakit;

12.Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 112 Tahun 2003 tentang Baku Mutu Air Limbah Domestik;

13.Peraturan Daerah Nomor 6 Tahun 1999 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah di Daerah kHusus Ibukota Jakarta;

14.Peraturan Daerah Nomor 10 Tahun 2008 tentang Perangkat Daerah;

15.Peraturan Gubernur Nomor 122 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Air Limbah Domestik;

16.Peraturan Gubernur Nomor 165 Tahun 2009 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Pengelola Lingkungan Hidup Daerah;

17.Keputusan Gubernur Nomor 1893 Tahun 1991 tentang Tindakan Administratif bagi Perusahaan/Industri/Kegiatan yang Menimbulkan Pencemaran Lingkungan di Daerah Khusus Ibukota Jakarta;

18.Keputusan Gubernur Nomor 582 Tahun 1995 tentang Tindakan Petunjuk Pelaksanaan Penegakkan Hukum;

19.Keputusan Gubernur Nomor 582 tahun 1995 tentang Penetapan Peruntukkan dan Baku Mutu Air Sungai/Badan Air serta Baku Mutu Limbah Cair di Wilayah Daerah Khusus Ibukota Jakarta;

20.Keputusan Gubernur Nomor 299 tahun 1996 tentang Petunjuk Pelaksanaan Penetapan Peruntukkan dan Baku Mutu Air Sungai/Badan Air serta Baku Mutu Limbah Cair di Wilayah Daerah Khusus Ibukota Jakarta;

Page 117: JUKNIS PENGAWASAN

113

3. Badan Pengelola Lingkungan Hidup Daerah yang selanjutnya disingkat BPLHD adalah Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Provinsi DKI Jakarta;

4. Kepala Badan adalah Kepala Badan Pengelola Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Daerah Khusus Ibukota;

5. Perairan Umum adalah Saluran air atau sungai, yang merupakan fasilitas umum dan bukan merupakan bagian dari sistem perpipaan air limbah;

6. Air Limbah adalah sisa dari suatu hasil usaha dan/atau kegiatan yang berwujud cair;

7. Baku Mutu Air Limbah adalah Batas kadar dan jumlah unsur pencemar yang ditenggang dalam air limbah untuk dibuang dari satu jenis kegiatan tertentu;

8. Pencemaran Air adalah Masuknya atau dimasukkanya makhluk, zat energi dan/atau komponen lain ke dalam air oleh karena manusia, sehingga kualitas air turun sampai ke tingkat tertentu sehingga tidak dapat berfungsi sesuai dengan peruntukkannya.

9. Pemanfaatan Air adalah Pemanfaatan air limbah suatu jenis usaha dan/atau kegiatan.

10.Beban Pencemaran Air Limbah adalah Jumlah suatu unsur pencemaran yang terkandung dalam air limbah.

11.Pemohon adalah Orang perseorangan atau badan usaha yang mengajukan permohonan izin.

12.Penanggungjawab Kegiatan adalah Orang atau badan usaha yang bertanggung jawab atas beroperasinya suatu kegiatan.

13.Izin adalah Izin membuang air limbah.

14.Tim adalah Tim pemberi izin pembuangan air limbah.

15.Tim Evaluasi adalah Tim yang melakukan penelitian di lapangan dan evaluasi terhadap kualitas dan kuantitas air limbah perusahaan yang akan/telah dibuang serta kondisi kualitas air pada badan air/perairan umum penerima air limbah.

BAB II

MAKSUD DAN TUJUAN

Pasal 2

(1). Perizinan pembuangan air limbah dimaksudkan sebagai upaya pembatasan beban limbah cair yang dibuang ke perairan umum/sumber air.

(2). Perizinan pembuangan air limbah ke perairan umum/sumber air bertujuan agar yang ada pada sumber air tidak tercemar dan dapat dimanfaatkan secara berkelanjutan untuk memenuhi berbagai kebutuhan sesuai dengan perutukkannya.

Page 118: JUKNIS PENGAWASAN

114

BAB III

PERIZINAN

Bagian Kesatu

Umum

Pasal 3

(1). Setiap orang atau badan hukum yang wajib Amdal atau UKL/UPL dan semua dokumen lingkungan setingkatnya, yang membuang air limbah ke perairan umum wajib memiliki izin dari Gubernur.

(2). Izin sebagaimana dimaksudkan pada ayat (1) ditandatangani oleh Kepala Badan atas nama Gubernur.

Bagian Kedua

Persyaratan

Pasal 4

(1) Untuk memperoleh izin sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) Pasal 3 BAB III, dilakukan melalui tahapan:

a. Pengajuan permohonan izin;

b. Analisis dan evaluasi permohonan izin; dan

c. Penetapan izin.

(2) Pengajuan permohonan izin sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a diajukan secara tertulis kepada Kepala Badan, dengan harus memenuhi persyaratan:

a. Administrasi; dan

b. Teknis.

(3) Persyaratan administrasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a terdiri dari:

a. Data isian tentang pembuangan air limbah;

b. Peta lokasi pembuangan air limbah dan pengambilan contoh air limbah dengan skala proporsional;

c. Foto kopi akta pendirian perusahaan;

d. Desain Teknis Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) dan Standar Operasional Prosedur (SOP);

e. Dokumen Amdal, UKL-UPL dan/atau Dokumen Lingkungan lainnya sesuai ketentuan yang berlaku yang sudah direkomendasikan;

f. Hasil pemeriksaan kualitas air limbah dari laboratorium BPLHD periode 1 (satu) tahun bagi kegaitan yang sudah operasional;

Page 119: JUKNIS PENGAWASAN

115

g. Data swapantau selama 3 (tiga) bulan terakhir bagi kegiatan yang telah operasional;

h. Penanganan kondisi darurat; dan

I. Surat pernyataan bermaterai Rp. 6.000,00 tentang kesanggupan untuk mentaatai persyaratan perizinan sesuai ketentuan yang berlaku.

(4). Persyaratan teknis sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b terdiri dari:

a. Upaya pencegahan pencemaran, minimalisasi air limbah, serta efisiensi energi dan sumber daya yang harus dilakukan oleh Penanggungjawab Usaha dan/atau kegiatan yang berkaitan dengan pengelolaan air limbah; dan

b. Kajian dampak pembuangan air limbah terhadap pembudidayaan ikan, hewan dan tanaman, kualitas tanah dan air tanah serta kesehatan masyarakat.

(5) Kajian dampak pembuangan air limbah sebagaimana dimaksud pada ayat (4) huruf b dapat menggunakan Dokumen Amdal atau UKL-UPL apabila dalam dokumen tersebut telah memuat secara lengkap kajian pembuangan air limbah.

Pasal 5

(1) Penelitian kelengkapan administrasi dilakukan oleh Sekretariat Tim dengan ketentuan :

a. Jika persyaratan tidak lengkap maka permohonan perizinan akan dikembalikan; dan

b. Proses pengembalian diberitahukan kepada pemohon selambat-lambatnya 15 (lima belas) hari kerja

(2) Setelah persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) terpenuhi, dilakukan penelitian dan evaluasi/penilaian oleh Tim Evaluasi.

(3) Tim Evaluasi keanggotaannya terdiri dari Instansi Pembina, Instansi Terkait dan Pakar.

(4) Tim Evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (4) ditetapkan dengan Keputusan Kepala Badan.

Bagian Ketiga

Perolehan Izin

Pasal 6

(1) Tim Evaluasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (2) melakukan penelitian dan penilaian sebagai berikut:

Page 120: JUKNIS PENGAWASAN

DRAFT

116

a. melakukan penelitian dan penilaian teknis kelayakan pembuangan air limbah yang berasal dari kegiatan usaha pemohon;

b. melakukan pengecekan dan pengambilan contoh air limbah pada 2 (dua) titik inlet dan outlet.

c. melakukan pembahasan/penelitian teknis dan kelayakan dokumen serta hasil analisis laboratorium; dan

d. melakukan perhitungan debit air limbah maksimum dan beban maksimum yang diizinkan untuk dibuang ke saluran umum.

(2) Hasil penelitian dan penilaian oleh Tim Evaluasi dituangkan dalam Berita Acara.

(3) Apabila berdasarkan hasil penelitian dan penilaian oleh Tim Evaluasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (2), permohonan tersebut sudah memenuhi persyaratan, selanjutnya kepada pemohon yang bersangkutan diberikan izin dalam bentuk Keputusan Kepala Badan Pengelola Lingkungan Hidup Daerah.

(4) Izin sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berlaku untuk jangka waktu 5 (lima) tahun dan dapat diperpanjang.

(5) Persetujuan izin diberikan dalam jangka waktu selambat-lambatnya 20 (dua puluh) hari kerja setelah berkas permohonan diterima secara lengkap.

Pasal 7

(1) Pemberian izin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (1) didasarkan pada pengembangan kapasitas maksimum dan/atau produksi 3 (tiga) tahun dengan produksi/kapasitas maksimal adalah produksi terpasang atau kriteria desain.

(2) Izin dapat diberikan kepada kegiatan yang telah beroperasi maupun kegaitan baru setelah memperoleh rekomendasi teknis kelayakan upaya penurunan beban air limbah dan kelayakan pembuangan air limbah dari Tim evaluasi.

BAB IV

KEWAJIBAN PEMEGANG IZIN

Pasal 8

Setiap pemegang izin diwajibkan untuk:

a. mentaati baku mutu air limbah sesuai ketentuan dengan melakukan pengelolaan air limbah;

b. tidak melampaui beban maksimal air limbah yang telah ditentukan dalam izin;

Page 121: JUKNIS PENGAWASAN

117

c. tidak melakukan pengenceran;

d. tidak menggabungkan (memisahkan) saluran pembuangan air limbah domestik dengan saluran pembuangan limbah cair dari proses produksi, kecuali keduanya dioleh bersama;

e. memasang alat ukur debit air limbah;

f. menyediakan tempat untuk memudahkan pengambilan contoh air limbah;

g. memeriksakan kualitas air limbah secara berkala setiap 3 (tiga) bulan ke Laboratorium Badan Pengelola Lingkungan Hidup Daerah; dan

h. melakukan swapantau harian selama pembuangan air limbah berlangsung dan melaporkan hasilnya secara berkala setiap 3 (tiga) bulan.

BAB V

PERPANJANGAN IZIN

Pasal 9

(1) Prosedur perpanjangan izin adalah sebagai berikut:

a. permohonan perpanjangan izin diajukan secara tertulis kepada Kepala Badan 6 (enam) bulan sebelum izin berakhir masa berlakunya dengan mengisi formulir perpanjangan izin dilampiri dengan foto kopi izin sebelumnya;

b. terhadap perusahaan yang telah melengkapi persyaratan tersebut pada huruf a, diadakan penelitian ke lapangan;

c. apabila berdasarkan hasil penelitian di lapangan ternyata buangan air limbah tidak sesuai dengan izin yang dimiliki semula, maka perusahaan yang bersangkutan mengajukan permohonan izin baru; dan

d. apabila berdasarkan hasil penelitian di lapangan ternyata terdapat perluasan kegiatan usaha tidak sesuai dengan izin yang dimiliki, maka perusahaan tersebut diharuskan mengajukan permohonan izin baru.

(2) Perpanjangan izin diterbitkan berdasarkan:

a. hasil rekomendasi teknis kelayakan pembuangan air limbah dari Tim Evaluasi; dan

b. hasil analisis contoh air limbah dari laboratorium BPLHD yang menyatakan dipenuhinya baku mutu air limbah yang ditetapkan.

BAB VI

PENGENDALIAN

Pasal 10

(1) Pengendalian terhadap pelaksanaan pemberian izin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1) dilakukan oleh Kepala Badan Pengelola

Page 122: JUKNIS PENGAWASAN

118

(2) Pengendalian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pasal ini dilakukan dalam bentuk:

a. pembinaan dan pengawasan; dan

b. monitoring dan evaluasi.

(3) Hasil pengendalian sebagaimana dimaksud pada ayat (2) pasal ini dilaporkan secara berkala, sekurang-kurangnya setiap 3 (tiga) bulan kepada Gubernur melalui Sekretaris Daerah.

BAB VII

SANKSI ADMINISTRASI

Bagian Kesatu

Pemberian Sanksi

Pasal 11

(1) Bagi pelaku usaha yang belum memiliki izin sebagaimana ketetntuan dalam Pasal 3 ayat (1) Peraturan Gubernur ini dapat dikenakan tindakan langsung berupa:

a. Penutupan sementara saluran pembuangan air limbah;

b. Penghentian sementara kegiatan yang menimbulkan air limbah; dan

c. Penyegelan semua saluran pembuangan air limbah.

(2) Bagi pelaku usaha yang melanggar ketentuan Pasal 8 Peraturan Gubernur ini dikenakan sanksi administrasi berupa:

a. Teguran;

b. Paksaan pemerintah;

c. Pembekuan izin; dan

d. Pencabutan izin

Bagian Kedua

Pencabutan Izin

Pasal 12

(1) Izin dinyatakan tidak berlaku apabila dicabut atau tidak diperpanjang

(2) Izin dicabut apabila:

Page 123: JUKNIS PENGAWASAN

119

a. tidak melakukan kegiatan usaha selama jangka waktu 3 (tiga) tahun berturut-turut sejak izin dikeluarkan;

b. melakukan pelanggaran terhadap ketentuan sebagaimana diatur dalam Peraturan Gubernur ini; dan

c. menyebabkan terjadinya pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup.

(3) Bagi pelaku usaha yang dilakukan pencabutan izin sebagaimana Pasal 12 ayat (2) Peraturan Gubernur ini selanjutnya diikuti dengan tindakan:

a. penutupan sementara saluran pembuangan air limbah;

b. penghentian sementara kegiatan yang menimbulkan air limbah; dan

c. penyegelan semua saluran pembuangan air limbah.

Pasal 13

(1) Prosuder untuk melakukan pencabutan izin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 dilakukan melalui tahapan sebagai berikut:

a. terlebih dahulu kepada yang bersangkutan diberikan peringatan tertulis untuk jangka waktu 7 x 24 jam;

b. apabila peringatan tertulis tidak diindahkan, dilanjutkan dengan penutupan sementara pembuangan limbah cair untuk jangka waktu 30 (tiga puluh) hari; dan

c. jika kegiatan penutupan sementara sebagaimana tersebut pada huruf b, telah habis jangka waktunya dan tidak ada upaya sama sekali dari yang bersangkutan, maka izin tersebut dicabut.

(2) Selain ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pasal ini, izin dapat juga dicabut tanpa melalui proses peringatan apabila yang bersangkutan:

a. tidak melakukan kegiatan usaha selama jangka waktu 3 (tiga) tahun berturut-turut sejak izin dikeluarkan; dan

b. melakukan kegiatan yang dapat menyebabkan pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup.

(3) Apabila ditemukan adanya indikasi pelanggaran yang dilakukan oleh pelaku usaha atau pemegang izin yang memenuhi unsur tindak pidana dan/atau perdata, pemberian sanksi dan dikenakan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan di Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup.

BAB VIII

KETENTUAN PERALIHAN

Pasal 14

Pada saat Peraturan Gubernur ini diberlakukan, maka:

a. Perizinan yang telah diberikan sebelum diberlakukannya Peraturan Gubernur ini dinyatakan masiha tetap berlaku sampai dengan berakhir tanggal berlakunya izin; dan

Page 124: JUKNIS PENGAWASAN

DRAFT

120

b. Perizinan yang masih dalam proses agar menyesuaikan dengan ketentuan Peraturan Gubernur ini.

BAB IX

KETENTUAN PENUTUP

Pasal 15

Pada saat Peraturan Gubernur ini mulai berlaku, Keputusan Gubernur Nomor 30 Tahun 1999 tentang Perizinan Pembuangan Limbah Cair di Daerah Khusus Ibukota Jakarta dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.

Pasal 16

Agar setiap orang mengetahuinya, mengundangkan Peraturan Gubernur ini dengan penempatannya dalam Berita Daerah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta.

Ditetapkan di Jakarta

pada tanggal 20 Desember 2010

GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS

IBUKOTA JAKARTA,

T.T.D

FAUZI BOWO

Diundangkan di Jakarta

pada tanggal 10 Januari 2011

SEKRETARIS DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS

IBUKOTA JAKARTA,

T.T.D

FADJAR PANJAITAN\

NIP 195508261976011001

BERITA DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA

TAHUN 2011 NOMOR 3