pdrb kabupaten tulungagung tahun 2010

Upload: warti-sihono

Post on 11-Jul-2015

1.449 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) KABUPATEN TULUNGAGUNG TAHUN 2010

PDRB Kabupaten Tulungagung Tahun 2010 Nomor Publikasi: 35045.0702 Katalog BPS : 9025.3504 Ukuran Buku : A4 (21 Cm x 29 Cm) Jumlah halaman : xiv + 65 Naskah : BPS Kabupaten Tulungagung Penyunting : Seksi Neraca Wilayah dan Analisis Statistik Gambar : Seksi Neraca Wilayah dan Analisis Statistik Perancang Sampul : Seksi Neraca Wilayah dan Analisis Statistik Diterbitkan oleh : BPS Kabupaten Tulungagung Boleh dikutip dengan menyebutkan sumbernya

KATA PENGANTAR

Publikasi Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Tulungagung Tahun 2010 sebagai salah satu bahan evaluasi dan perencanaan pembangunan semakin Mengingat

dirasakan manfaatnya oleh pemerintah daerah dan peneliti sosial ekonomi.

tingkat kepentingannya maka penghitungan dan penerbitannya dilakukan secara berkala setiap tahun. Angka PDRB disajikan menurut perhitungan atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga konstan tahun 2000. Sedangkan untuk keperluan analisa sederhana, disusun pula tabel-tabel yang berisikan angka persentase maupun indeks-indeks tertentu yang lazim digunakan sebagai Indikator Ekonomi. Demikian juga konsep/definisi yang digunakan dicantumkan agar para pemakai dapat memanfaatkan sebaik mungkin isi publikasi ini dan seterusnya berdasarkan angka-angka yang tersaji dapat memahami uraian ringkas yang diberikan. Saran dan kritik untuk perbaikan perhitungan dan penyajian PDRB pada masa mendatang dari para pengguna data, sangat kami harapkan. Terimakasih ditujukan pada semua pihak yang telah membantu penerbitan publikasi ini, baik dari instansi pemerintah maupun swasta.

Tulungagung,

Juli 2010

BPS Kabupaten Tulungagung Kepala,

LILIK WIBAWATI, SE NIP: 19641223 199003 2 001

PDRB Kabupaten Tulungagung 2010

v

SAMBUTAN BUPATI TULUNGAGUNG

Segenap Puji dan Syukur kita panjatkan kehadirat Allah Subhanahu Wataala, karena berkat taufik dan hidayah-Nya kita semua dapat menyelesaikan kegiatan pembangunan tahap demi tahap, serta ridloNya pula segenap masyarakat dapat menikmati hasil-hasil pembangunan ini. Hasilhasil pembangunan tersebut, bilamana diamati dari sudut ekonomi yang tercermin melalui analisa-analisa statistik, maka akan diperoleh gambaran kuantitatif yang dapat dijadikan sebagai pangkal tolak bagi penentuan langkah-langkah yang lebih tepat dan terarah dalam upaya mencapai sasaran-sasaran pembangunan yang telah ditetapkan. Pembangunan ekonomi Kabupaten Tulungagung yang menjadi fokus pembangunan kita sampai saat ini secara makro sektoral telah dapat diuraikan dalam bentuk data statistik yang tertuang dalam hasil penghitungan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Tulungagung. Hasil penghitungan PDRB itu sendiri saya nilai sebagai suatu prestasi yang tidak kecil artinya dan karena itu perlu ditingkatkan dalam rangka landasan konsepsional dalam upaya mendorong pertumbuhan ekonomi daerah secara lengkap dan serasi. Oleh karena itu mengingat bahwa Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) ini juga telah dijabarkan, maka saya anjurkan agar hasil penghitungan ini dapat dimanfaatkan dalam mengarahkan pembangunan ekonomi di Kabupaten Tulungagung. Akhirnya saya ingin menghimbau agar dengan segenap daya dan semangat pengabdian yang tinggi, marilah kita tingkatkan produktifitas kerja kita sebagai abdi negara dan abdi masyarakat dalam mengemban tugas-tugas pembangunan dengan sikap yang realitas dan dinamis.

Tulungagung,

Juli 2010

BUPATI TULUNGAGUNG

Ir. HERU TJAHJONO, MM.

PDRB Kabupaten Tulungagung 2010

vii

DAFTAR ISI halaman Kata Pengantar . v Sambutan Bupati Tulungagung .. Daftar Isi . Daftar Tabel Daftar Gambar Daftar Lampiran . PENDAHULUAN . 1.1 Latar Belakang . 1.2 Maksud Dan Tujuan . 1.3 Ruang Lingkup .. .. 1.4 Sistematika Penulisan . BAB 2 KONSEP DAN DEFINISI . 2.1 Nilai Produksi Bruto (Output) .. 2.2 Biaya Antara.. 2.3 Nilai Tambah Bruto (NTB) 2.4 Definisi-Definisi lain yang Mendukung Pemahaman Tentang PDRB ... BAB 3 BAB 4 KELOMPOK KEGIATAN EKONOMI .. METODOLOGI .. 4.1 Metode Penghitungan PDRB Atas Dasar Harga Berlaku ........................... 4.1.1 Metode Langsung.. 4.1.2 Metode Tidak Langsung 4.2. Metode Penghitungan PDRB Atas Dasar Harga Konstan...... 4.3 Cara Penyajian 4.3.1 Penyajian Atas Dasar Harga Berlaku... 4.3.2 Penyajian Atas Dasar Harga Konstan Suatu Tahun Dasar . 4.4 Angka Indeks 4.5 Agregat Produk Domestik Regional Bruto vii ix xii xiii xiv 2 2 4 4 5 7 8 9 9 10 13 17 17 17 18 19 21 21 21 22 24

1. 2. 3. 4. 5. 6. BAB 1

PDRB Kabupaten Tulungagung 2010

ix

BAB 5

URAIAN SEKTORAL 5.1 Sektor Pertanian . 5.1.1 Tanaman Bahan Makanan 5.1.2 Tanaman Perkebunan 5.1.3 Peternakan dan Hasil-hasilnya.. 5.1.4 Kehutanan .. 5.1.5 Perikanan 5.2 Sektor Pertambangan dan Penggalian . 5.2.1 Pertambangan .. 5.2.2 Penggalian 5.3 Sektor Industri Pengolahan 5.4 Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih . 5.4.1 Listrik .. 5.4.2 Air Bersih. 5.5 Sektor Konstruksi. 5.6 Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran .................................................. 5.6.1 Perdagangan . 5.6.2 Hotel. 5.6.3 Restoran.. 5.7 Sektor Pengangkutan dan Komunikasi 5.7.1 Pengangkutan. 5.7.1.1 Angkutan Kereta Api. 5.7.1.2 Angkutan Jalan Raya 5.7.1.3 Jasa Penunjang Angkutan 5.7.2 Komunikasi.. 5.7.2.1 Pos dan Telekomunikasi.. 5.7.2.2 Jasa Penunjang Komunikasi 5.8 Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 5.8.1 Bank.. 5.8.2 Lembaga Keuangan Bukan Bank 5.8.3 Sewa Bangunan.. 5.8.4 Jasa Perusahaan

27 27 27 27 28 28 28 29 29 29 29 30 30 30 30 31 31 31 32 32 32 32 32 33 33 33 33 34 34 34 34 34

PDRB Kabupaten Tulungagung 2010

x

5.9 Sektor Jasa-jasa . 5.9.1 Jasa Pemerintahan Umum 5.9.2 Jasa Swasta .. 5.9.2.1 Jasa Sosial dan Kemasyarakatan ... 5.9.2.2 Jasa Hiburan dan Kebudayaan .. 5.9.2.3 Jasa Perorangan dan Rumahtangga .

35 35 35 35 36 37

BAB 6

URAIAN SINGKAT . 6.1 Nilai Nominal PDRB 6.2 Peranan/Kontribusi Sektor Ekonomi . 6.2.1 Struktur Ekonomi .......... 6.2.2 Struktur Ekonomi dan Tenaga Kerja ...... 6.2.3 Pergeseran Kelompok Sektor .... 6.2.4 Pemantapan Sektor Primer .... 6.3 Laju Pertumbuhan Ekonomi . 6.4 Tingkat Perubahan Harga (Inflasi/Deflasi)....... 6.5 PDRB/PDRN Perkapita .

39 39 43 44 46 48 49 50 53 54

LAMPIRAN ..

58

PDRB Kabupaten Tulungagung 2010

xi

DAFTAR TABEL

halaman Tabel 6.1 PDRB Atas Dasar Harga Berlaku dan Atas Dasar Harga Konstan tahun 2000, 2005 2009 (Juta Rupiah) . Tabel 6.2 PDRB Atas Dasar Harga Berlaku menurut Sektoral, 2005 2009 (Juta Rupiah) ............................................ Tabel 6.3 PDRB Atas Dasar Harga Konstan tahun 2000 menurut Sektoral, 2005 2009 (Juta Rupiah) ................................ Tabel 6.4 Tabel 6.5 Tabel 6.6 Tabel 6.7 Struktur Ekonomi menurut Sektor, 2005 2009 (Persen) .......... Persentase PDRB dan Tenaga Kerja Menurut Sektor, 2005 2009... Persentase PDRB Menurut Sektor, 2005 2009 ................................ Konstribusi Sektor Primer dalam PDRB ADHB, 2005 2009 (Persen) ....... Tabel 6.8 Tabel 6.9 Pertumbuhan PDRB menurut Sektor, 2005 2009 (Persen) ..... Inflasi PDRB Menurut Sektor, 2005 2009 (Persen) ... 50 52 54 55 56 42 44 46 48 42 41

Tabel 6.10 PDRB Perkapita Kabupaten Tulungagung, 2005 2009 (Rp) . Tabel 6.11 Pendapatan Perkapita Kabupaten Tulungagung, 2005 2009

PDRB Kabupaten Tulungagung 2010

xii

DAFTAR GRAFIK

halaman

Grafik 6.1 Grafik 6.2

PDRB Atas Dasar Harga Berlaku dan Konstan tahun 2000, 2005 2009 Struktur Ekonomi menurut Kelompok Primer, Sekunder, Tersier 2005 2009 ...............................................................................................

41

44

Grafik 6.3

Distribusi Persentase menurut Kelompok Primer, Sekunder, Tersier, 2009 ........................................................................................................... 45 47 52 53 56

Grafik 6.4 Grafik 6.5 Grafik 6.6 Grafik 6.7

Prosentase PDRB dan Tenaga Kerja per Sektor 2009 ............................ Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Tulungagung, 2005 2009 (Persen) Laju Inflasi PDRB Kabupaten Tulungagung, 2005 2009 (Persen).. Perkembangan Pendapatan Perkapita, 2005 2009 (Rupiah)

PDRB Kabupaten Tulungagung 2010

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

halaman

Tabel 1

PDRB Kabupaten Tulungagung Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2005 2009 58

Tabel 2

PDRB Kabupaten Tulungagung Atas Dasar Harga Konstan tahun 2000, Tahun 2005 2009.. 59

Tabel 3

Distribusi Persentase PDRB Kabupaten Tulungagung Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2005 2009 60

Tabel 4

Distribusi Persentase PDRB Kabupaten Tulungagung Atas Dasar Harga Konstan tahun 2000, Tahun 2005 2009 61

Tabel 5

Indeks Berantai PDRB Kabupaten Tulungagung

Atas Dasar Berlaku 62

Tahun 2005 2009 .. Tabel 6 Indeks Berantai PDRB Kabupaten Tulungagung Atas Dasar Konstan

tahun 2000, Tahun 2005 2009 ... Tabel 7 Indeks Perkembangan PDRB Kabupaten Tulungagung Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2005 2009 Tabel 8 Indeks Perkembangan PDRB Kabupaten Tulungagung Atas Dasar Harga Konstan tahun 2000, Tahun 2005 2009 Tabel 9 Tabel 10 Tabel 11 Tabel 12 Indeks Harga Implisit PDRB Kabupaten Tulungagung Tahun 2005 2009 Laju Pertumbuhan PDRB Kabupaten Tulungagung Tahun 2005 2009 Laju Inflasi PDRB Kabupaten Tulungagung Tahun 2005 2009 . Perkembangan Beberapa Agregat Pendapatan dan Pendapatan Perkapita Tahun 2005 2009 . Tabel 13 Laju Pertumbuhan Beberapa Agregat Pendapatan dan Pendapatan Perkapita Tahun 2005 2009

63

64

65 66 67 68

69

70

PDRB Kabupaten Tulungagung 2010

xiv

1.1 Latar Belakang embangunan yang dilaksanakan oleh pemerintah daerah harus berpedoman pada Undang-undang nomor 25 tahun 2004 tentang sistem Perencanaan Pembangunan Nasional serta Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah. Dalam Undang-undang tersebut diamatkan bahwa setiap

Pemerintah Daerah agar membuat dokumen perencanaan pembangunan daerah berupa Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) yang merupakan penjabaran dari visi, misi dan program Kepala Daerah yang penyusunannya berpedoman pada Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD). Dalam pelaksanaan Pembangunan perlu mengacu pada kepribadian bangsa dan nilai luhur yang universal untuk mewujudkan kehidupan bangsa yang berdaulat, mandiri, berkeadilan, sejahtera, maju dan kukuh kekuatan moral dan etikanya. Tujuan pembangunan adalah untuk membangun tatanan kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara serta mewujudkan kemajuan di segala bidang terutama bidang ekonomi yang demokratis, berkeadilan sosial, melindungi hak asasi manusia, menegakkan supremasi hukum dalam tatanan masyarakat dan bangsa yang beradab, berakhlak mulia, mandiri, bebas, maju dan sejahtera. Peraturan Daerah Nomor 11 Tahun 2008 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Tahun 2009 2013, dalam pelaksanaan tahun 2009 ini merupakan tahun pertama pelaksanaan RPJMD tahun 2009 2013 sehingga perlu dilakukan perencanaan maupun evaluasi yang cermat agar pelaksanaan RPJMD tiap-tiap tahunnya dapat berjalan sesuai dengan yang direncanakan. RPJM Daerah sebagai bentuk perencanaan strategis disusun melalui proses yang dilakukan secara sistematis dan berkelanjutan dengan memanfaatkan sebanyak-banyaknya pengetauan antisipatif, mengorganisasikan secara sistematis usaha-usaha melaksanakan keputusan tersebut dan mengukur hasilnya melalui umpan balik yang terorganisasi dan sistematis pula. RPJM Daerah merupakan integrasi antara manifestasi potensi sumberdaya manusia dan sumberdaya lain agar mampu menjawab tuntutan perkembangan lingkungan strategis, baik lokal, regional, nasional maupun global dengan tetap berada dalam tatanan sistem manajemen nasional.PDRB Kabupaten Tulungagung 2010

2

RPJM Daerah merupakan penjabaran dari visi, misi dan program Kepala Daerah yang salah satu sasarannya adalah meningkatkan perekonomian daerah yang berbasis dihatiku ingandaya dengan mendorong pertumbuhan investasi dan

pemberdayaan potensi masyarakat yang tujuan akhirnya adalah kesejahteraan masyarakat. RPJM Daerah memuat kondisi lingkungan strategis di daerah, serta hasil evaluasi terhadap pelaksanaan RPJM Daerah periode sebelumnya, kerangka

pendanaan pembangunan daerah, visi dan misi pembangunan daerah, tujuan dan sasaran pembangunan daerah dan program kewilayahan disertai dengan penetapan indikator indikator kinerja daerah yang akan dijadikan tolok ukur keberhasilan pembangunan daerah. Perencanaan pembangunan suatu daerah, memerlukan bermacam-macam data statistik khususnya data ekonomi untuk dasar penentuan strategi dan kebijakan, agar sasaran pembangunan dapat dicapai dengan tepat. Strategi dan kebijakan

pembangunan ekonomi yang telah di ambil pada masa-masa yang lalu perlu dimonitor dan dilihat hasil-hasilnya. Berbagai data statistik yang merupakan ukuran kuantitas mutlak diperlukan untuk memerlukan gambaran tentang keadaan pada masa yang lalu dan masa kini, serta sasaran-sasaran yang akan dicapai pada masa yang akan datang. Pada hakekatnya, pembangunan ekonomi adalah serangkaian usaha dan

kebijakan yang bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat, memperluas lapangan kerja, memeratakan pembagian pendapatan masyarakat, meningkatkan hubungan ekonomi regional dan mengusahakan pergeseran kegiatan ekonomi dari sektor primer ke sektor sekunder dan tersier. Masalah selanjutnya, bagaimana pembangunan itu dilaksanakan, khususnya pembangunan dibidang ekonomi, karena masalahnya menyangkut tentang kebijakan, yang hasil dari pembangunan itu nanti akan dapat mewujudkan kesejahteraan bagi masyarakat. Arah pembangunan ekonomi diharapkan dapat meningkatkan pendapatan masyarakat, serta meningkatkan pemerataan pembangunan bagi seluruh masyarakat. Untuk mengetahui tingkat dan pertumbuhan pendapatan masyarakat, perlu disajikan statistik pendapatan Nasional/Regional secara berkala, untuk digunakan sebagai bahan perencanaan pembangunan nasional atau regional khususnya dibidang ekonomi. Angkaangka pendapatan nasional/regional dapat dipakai juga sebagai bahan evaluasi dari hasil pemantauan ekonomi yang telah dilaksanakan oleh berbagai pihak, baik pemerintah pusat/daerah, maupun swasta sesuai dengan RPJPD maupun RPJMD.

PDRB Kabupaten Tulungagung 2010

3

Untuk mendapatkan Data Statistik Pendapatan Regional, maka perlu diadakan kegiatan-kegiatan berupa pengumpulan data sekunder dari Dinas/Instansi yang terkait, perusahaan/institusi swasta serta data Primer melalui Survei Khusus Pendapatan Regional, dan pengolahan dari data tersebut. 1.2 Maksud dan Tujuan Data statistik Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan salah satu sajian data untuk memantau perkembangan kemajuan di bidang ekonomi. Dengan demikian tuntutan akan tersedianya data statistik ekonomi makro secara konsisten dan kontinyu, seperti yang telah tertuang dalam penghitungan pendapatan regional sangat diperlukan dalam pelaksanaan otonomi daerah. Sehingga bila pendapatan regional suatu daerah diketahui, maka akan dapat dilihat bagaimana struktur ekonomi , pertumbuhan ekonomi dan pendapatan perkapita dari daerah tersebut, yang nantinya merupakan

suatu tolok ukur dalam perencanaan dan evaluasi pembangunan ekonomi. 1.3 Ruang Lingkup Yang tercakup dalam penghitungan PDRB Kabupaten Tulungagung ini adalah semua unit produksi baik swasta maupun pemerintah (pusat atau daerah) yang beroperasi di wilayah Kabupaten Tulungagung. Akan tetapi berhubung belum semua data statistik tersedia secara lengkap, maka dalam beberapa hal terdapat penyesuaian meskipun demikian masih dalam batas-batas yang diketahui dan bisa diterima dengan teori statistik. Publikasi PDRB ini menyajikan angka-angka untuk periode tahun 2005, 2006, 2007 2008 dan 2009 yang masing-masing disusun menurut lapangan usaha baik atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga konstan tahun 2000. Penyajian atas dasar harga konstan penting untuk melihat kenaikan PDRB secara riil, baik dalam bentuk sektoral, keseluruhan, maupun perkapita dari tahun ke tahun karena meniadakan faktor inflasi yang ikut mempengaruhi kenaikan PDRB tersebut. Dari angka-angka PDRB akan didapat nilai turunan yang berupa angka indeks dan agregat-agregat yang banyak digunakan untuk indikator ekonomi keberhasilan suatu pembangunan di daerah.

PDRB Kabupaten Tulungagung 2010

4

1.4 Sistematika Penulisan Dalam pembuatan publikasi PDRB Kabupaten Tulungagung Tahun 2009, sistematika yang digunakan adalah :

Bab 1

Sebagai pendahuluan menjelaskan latar belakang, maksud dan tujuan, ruang lingkup dan sistematika publikasi PDRB Kabupaten Tulungagung Tahun 2009.

Bab 2

Menjelaskan konsep dan definisi secara teoritis dan sangat mendasar untuk dapat memahami hasil penghitungan PDRB Kabupaten

Tulungagung Tahun 2009. Bab 3 Menjelaskan Kelompok Kegiatan Ekonomi yang dicakup dalam

penghitungan PDRB Kabupaten Tulungagung Tahun 2009. Bab 4 Menjelaskan tentang berbagai Metodologi yang digunakan dalam penghitungan PDRB Kabupaten Tulungagung dengan berbagai asumsi dan kondisi data pokok dan data pelengkap yang tersedia untuk penghitungan baik atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga konstan. Bab 5 Menguraikan mengenai penjelasan sektoral yang mencakup sumber data dan cara yang digunakan untuk masing-masing sektor yang dicakup dalam penghitungan PDRB Kabupaten Tulungagung Tahun 2009. Bab 6 Menguraikan secara singkat PDRB Kabupaten Tulungagung Tahun 2009 yang berisi penjelasan tentang angka-angka hasil penghitungan PDRB yang meliputi struktur ekonomi, perkembangan harga,

pertumbuhan ekonomi dan lainnya.

PDRB Kabupaten Tulungagung 2010

5

ntuk memahami dan mengerti tentang Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), sangatlah penting kita memahami konsep dan definisi yang ada dalam PDRB agar tidak terjadi kesalahan baik dalam pengertian maupun dalam cara baca yang ada dalam Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Kesalahan dalam pengertian maupun dalam cara baca pada PDRB ini akan membuat kesalahan pula dalam perencanaan maupun evaluasi pembangunan khususnya pada bidang ekonomi, maka diharapkan konsep dan definisi tersebut benar-benar dimengerti dan dipahami . Dalam bab ini akan dijelaskan

konsep dan definisi yang digunakan untuk penghitungan pendapatan regional Konsep dan definisi menjadi amat penting untuk memahami lebih lanjut mengenai data yang tersedia. Arti, wujud phisik, karakteristik, batasan dan sifat kegiatan tentang eksistensi, perubahan dan perpindahan suatu barang dan jasa harus tercermin jelas dalam konsep dan definisi. Definisi yang berbeda akan menghasilkan data yang berbeda pula. Perlu diingat bahwa konsep dan definisi yang terdapat dalam buku ini pada dasarnya untuk tujuan penyusunan neraca regional. Definisi Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) adalah total nilai produksi barang dan jasa yang diproduksi suatu wilayah (regional) tertentu dalam waktu tertentu, biasanya dalam satu tahun. Dalam buku teks yang relevan, sering disebutkan bahwa besaran PDRB dapat dihitung melalui pengukuran arus sirkular (circular flow), dan pengukurannya dapat dibedakan menjadi 3 cara yaitu : metode total keluaran, metode pengeluaran atas pengeluaran, dan metode pendapatan dari produksi. Secara populer, pendekatan

penghitungan PDRB dengan metode yang pertama dikenal dengan sebutan pendekatan produksi ( production approach ), yang kedua dikenal dengan pendekatan pengeluaran (expenditure approach ), dan yang terakhir dikenal dengan pendekatan pendapatan (income approach ). a. Pendekatan produksi (production approach), PDRB adalah jumlah nilai produk barang dan jasa akhir yang diasilkan oleh setiap unit usaha di suatu daerah dalam suatu kurun

PDRB Kabupaten Tulungagung 2010

7

waktu tertentu. Atau dapat juga dikatakan bahwa PDRB merupakan total selisih nilai output barang dan jasa dengan biaya antara. b. Pendekatan pengeluaran (expenditure approach), PDRB adalah jumlah suatu pengeluaran untuk konsumsi rumah tangga dan lembaga swasta nirlaba (C), konsumsi pemerintah (G), pembentukan modal tetap bruto (I), ekspor netto (X-M) dan perubahan stok (Stok). Secara matematis penghitungan PDRB dengan pendekatan pengeluaran dapat dituliskan dalam persamaan berikut

Y = C + G + I + (X M) + Stok

c. Pendekatan pendapatan (Income Approach), PDRB adalah jumlah balas jasa yang diterima faktor-faktor produksi yang ikut serta dalam proses produksi. Balas jasa tersebut adalah upah/gaji, sewa tanah, bunga modal dan keuntungan. Kesemuanya dinilai sebelum dipotong dengan pajak penghasilan dan pajak tak langsung lainnya. Dalam penghitungan ini termasuk juga penyusutan barang modal tetap dan pajak tak langsung netto. Dari ketiga pendekatan tersebut dapat disimpulkan bahwa jumlah nilai produk barang jasa akhir yang dihasilkan di suatu wilayah sama dengan jumlah balas jasa faktor produksi dan sama pula dengan jumlah pengeluaran untuk berbagai keperluan PDRB tersebut selanjutnya disebut sebagai PDRB atas dasar harga pasar karena masih mencakup pajak tak langsung netto. Mengawali penjelasan mengenai konsep dan definisi, berikut ini dijelaskan mengenai beberapa istilah yang berhubungan dengan penghitungan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) yaitu : output, biaya antara dan nilai tambah bruto. Kejelasan pengertian dari tiga istilah ini sangat penting untuk memahami apa yang dimaksud dengan PDRB. Disamping itu pada bab ini juga akan dijelaskan konsep dan definisi lain yang digunakan dalam PDRB.

2.1 Nilai Produksi Bruto (Output) Output adalah nilai barang dan jasa yang dihasilkan dalam suatu periode waktu tertentu. Pada dasarnya nilai output = O diperoleh dari perkalian kuantum produksiPDRB Kabupaten Tulungagung 2010

8

(Quantum = Q) dan harganya (Price = P). Dengan demikian besaran output dapat diperoleh melalui rumus :

O = QXP2.2 Biaya Antara Biaya antara merupakan nilai barang dan jasa yang digunakan sebagai bahan untuk memproduksi output dan terdiri dari barang tidak tahan lama dan jasa yang digunakan didalam proses oleh unit-unit produksi dalam domestik tertentu pada rentang waktu tertentu, biasanya satu tahun.

2.3 Nilai Tambah Bruto (NTB) Nilai Tambah Bruto (NTB) merupakan pengurangan dari nilai output dengan biaya antaranya, atau bila dirumuskan : NTB = Output - Biaya Antara. Produk Domestik Regional Bruto merupakan penjumlahan dari seluruh besaran nilai tambah bruto dari seluruh unit produksi yang berada pada daerah (region) tertentu, dalam rentang waktu tertentu, biasanya satu tahun.

NTB = Output Biaya Antara

Dengan demikian dapat dipahami bahwa total output dalam suatu wilayah merupakan penjumlahan dari seluruh NTB dari seluruh proses produksi. Mengapa total output bukan merupakan penjumlahan dari seluruh output ? Hal ini disebabkan karena ada interelasi antara satu proses produksi dengan produksi yang lain. Contohnya produksi kedelai akan menjadi input antara pada produksi tempe. Oleh karena itu apabila dijumlahkan seluruh ouput dari semua proses produksi, akan terjadi penghitungan ganda. Jadi jelaslah bahwa yang dijumlahkan bukan outputnya, tetapi NTB Secara lebih teknis, PDRB merupakan penjumlahan seluruh Net Output.

PDRB Kabupaten Tulungagung 2010

9

2.4 Definisi-definisi lain yang mendukung pemahaman tentang PDRB Beberapa konsep dan definisi yang perlu diketahui untuk memudahkan pemahaman tentang PDRB antara lain yaitu : 1. Produk Domestik Regional Bruto atas dasar harga berlaku (Gross Regional

Domestic Product at Current Market Price) adalah jumlah nilai produk atau pendapatan atau pengeluaran yang dinilai sesuai dengan harga yang berlaku pada tahun yang bersangkutan. 2. Produk Domestik Regional Bruto atas dasar harga konstan suatu tahun

tertentu ( Gross Regional Domestic Product at Constant Market Price ) adalah jumlah nilai produk atau pendapatan atau pengeluaran yang dinilai atas dasar

harga tetap suatu tahun tertentu tersebut. 3. Produk Domestik Regional Bruto atas dasar harga pasar ( Gross Regional Domestic Product at Market Prices ) merupakan penjumlahan nilai tambah bruto dari

lapangan usaha, termasuk didalamnya balas jasa faktor produksi (upah dan gaji, surplus usaha) dan pajak tak langsung netto. 4. Produk Regional Bruto adalah merupakan Produk Domestik ditambah dengan

pendapatan dari luar Regional dikurangi dengan pendapatan yang dibayarkan keluar region tersebut. 5. Produk Regional Netto adalah merupakan Produk Regional Bruto setelah dikurangi dengan seluruh penyusutan atas barang-barang modal tetap yang digunakan proses produksi selama setahun. 6. Produk Regional Netto Atas Dasar Biaya Faktor Produksi adalah produk regional netto atas dasar harga pasar dikurangi dengan pajak tidak langsung netto. Pajak tak langsung netto merupakan pajak tidak langsung yang dipungut pemerintah dikurangi dengan subsidi, keduanya di kenakan terhadap barang dan jasa yang diproduksi atau dijual. Pajak tidak langsung bersifat menaikkan harga jual sedangkan subsidi sebaliknya. Selanjutnya Produk Regional Netto atas dasar

Biaya Faktor Produksi disebut sebagai pendapatan regional.

PDRB Kabupaten Tulungagung 2010

10

7. Angka-angka Per Kapita adalah Produk Domestik Regional Bruto per kapita, Produk regional Bruto per kapita dan pendapatan per kapita, masing-masing merupakan Produk Domestik Regional Bruto, Produk Regional Bruto dan Pendapatan Regional dibagi dengan jumlah penduduk pertengahan tahun. 8. Pendapatan Perkapita ( Per Capita Income ) adalah Produk Regional Netto atas dasar biaya faktor produksi dibagi dengan jumlah penduduk pertengahan tahun. 9. Pajak Tak Langsung Netto ( Net Indirect Taxes ) adalah pajak tak langsung dikurangi dengan subsidi yang diberikan pemerintah kepada Produsen. 10. Peranan Sektoral adalah persentase masing-masing sektor ataupun sub sektor terhadap total PDRB baik atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga konstan. 11. Indeks Perkembangan adalah indek yang menunjukan tingkat perkembangan

agregat dari tahun ke tahun terhadap tahun dasarnya. 12. Indeks Berantai adalah angka yang menunjukkan tingkat pertumbuhan agregat produksi untuk masing-masing tahun. 13. Indeks Harga Implisit adalah indeks yang menunjukan tingkat perkembangan harga dari agregat pendapatan harga pada tahun dasar. 14. Angka Laju Pertumbuhan adalah angka yang menunjukan tingkat perkembangan agregat pendapatan untuk masing-masing tahun dibandingkan tahun sebelumnya. 15. Angka Inflasi adalah angka yang akan menunjukkan tingkat perkembangan harga setiap tahun terhadap tahun sebelumnya.

PDRB Kabupaten Tulungagung 2010

11

egiatan ekonomi yang yang ada pada saat ini beraneka ragam sifat dan jenisnya. Berbagai kegiatan yang bercorak ragam ini perlu dikelompokkan sesuai dengan jenis kegiatan yang sama, sehingga dengan demikian dapat ditentukan apakah suatu kegiatan termasuk dalam kelompok kegiatan ekonomi tertentu seperti misalnya pertanian, industri, jasa-jasa dan sebagainya. Pengelompokan kegiatan ekonomi sering pula disebut klasifikasi sektor lapangan usaha. Pembagian kegiatan ekonomi ke dalam sektor didasarkan pada kesamaan dan kebiasaan satuan ekonomi dalam cara berproduksi, sifat dan jenis barang dan jasa yang dihasilkan oleh masing-masing sektor dan penggunaan barang dan jasa bersangkutan. Yang dimaksud dengan cara berproduksi dalam penyusunan klasifikasi ini adalah yang berkaitan dengan proses, teknologi dan organisasi dalam menghasilkan barang dan jasa tersebut. Keseragaman klasifikasi diperlukan dalam rangka keterbandingan antara data yang dihasilkan, sehingga gambaran mengenai perkembangan dan perbedaan antar wilayah, antar waktu atau antar karakteristik tertentu dapat dilakukan. Untuk pengumpulan data

secara nasional, BPS menerbitkan Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia (KBLI) yang menjadi pegangan bagi pengumpulan statistik di Indonesia. Dalam penyusunan pendapatan regional, klasifikasi sektor yang dipakai terdiri dari 9 sektor sebagai berikut :

1 Pertanian 1.1 Tanaman Bahan Makanan 1.2 Tanaman Perkebunan 1.3 Peternakan dan hasil-hasilnya 1.4 Kehutanan 1.5 Perikanan

PDRB Kabupaten Tulungagung 2010

13

2. Pertambangan dan Penggalian 2.1 Pertambangan Non Migas 2.2 Penggalian 3. Industri Pengolahan 3.1 Makanan, Minuman dan Tembakau 3.2 Tekstil, Barang dari kulit dan Alas kaki 3.3 Barang dari kayu dan Hasil hutan lainnya 3.4 Kertas dan Barang cetakan 3.5 Pupuk, Barang kimia dan Barang dari karet 3.6 Semen dan Barang galian bukan logam 3.7 Logam dasar, Besi dan Baja 3.8 Alat Angkutan, Mesin dan Peralatan 3.9 Industri Barang lainnya

4. Listrik, Gas dan Air Bersih 4.1 Listrik dan Gas 4.2 Air Bersih 5. Konstruksi/Bangunan 6. Perdagangan, Hotel dan Restoran 6.1 Perdagangan 6.2 Hotel 6.3 Restoran 7. Pengangkutan dan Komunikasi 7.1. Pengangkutan 7.1.1 Angkutan Kereta Api 7.1.2 Angkutan Jalan raya 7.1.3 Jasa Penunjang Angkutan

7.2. Komunikasi 7.2.1 Pos dan Telekomunikasi 7.2.2 Jasa Penunjang Komunikasi

PDRB Kabupaten Tulungagung 2010

14

8. Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 8.1 Bank 8.2 Lembaga Keuangan bukan Bank 8.3 Sewa Bangunan 8.4 Jasa Perusahaan 9. Jasa-jasa 9.1. Pemerintahan Umum dan Pertahanan 9.2. Swasta 9.2.1 Jasa Sosial dan Kemasyarakatan 9.2.2 Jasa Hiburan dan Kebudayaan 9.2.3 Jasa Perorangan dan Rumahtangga

PDRB Kabupaten Tulungagung 2010

15

4.1 Metode Penghitungan PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Dalam penghitungan PDRB ini dapat dihitung melalui 2 metode yaitu : metode langsung dan metode tidak langsung. 4.1.1 Metode langsung Yang dimaksud metode langsung adalah metode penghitungan dengan menggunakan data yang bersumber dari daerah. Metode langsung akan dapat memperlihatkan karakteristik sosial ekonomi setiap daerah. Disamping itu manfaat pemakaian data daerah dapat digunakan untuk menyempurnakan data statistik daerah yang lemah. Hasil penghitungannya memperlihatkan seluruh produk barang dan jasa yang dihasilkan daerah ini. menggunakan 3 macam pendekatan yaitu : a. Menurut Pendekatan Produksi PDRB adalah Jumlah nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh berbagai unit produksi disuatu daerah dalam jangka waktu tertentu (biasanya satu tahun). Unit-unit produksi tersebut dalam penyajiannya dikelompokan menjadi sembilan (9) sektor lapangan usaha yaitu : 1. Pertanian; 2. Metode langsung dapat

Pertambangan dan Penggalian; 3. Industri Pengolahan; 4. Listrik, Gas dan Air Bersih; 5. Konstruksi; 6. Perdagangan, Hotel dan Restoran; 7. Pengangkutan dan Komunikasi; 8. Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan; Jasa-jasa. b. Menurut Pendekatan Pengeluaran PDRB adalah semua komponen permintaan akhir seperti : 1. Pengeluaran konsumsi rumah tangga dan lembaga swasta yang tidak mencari untung; 2. Konsumsi pemerintah; 3. Pembentukan modal tetap Domestik Bruto; 4. dan 9.

Perubahan Stok, dan 5. Ekspor Neto, dalam jangka waktu tertentu (biasanya satu tahun). Ekspor neto merupakan ekspor dikurangi impor.

PDRB Kabupaten Tulungagung 2010

17

c. Menurut Pendekatan Pendapatan PDRB merupakan jumlah balas jasa yang diterima oleh Faktor Produksi yang ikut serta dalam proses produksi di suatu Negara dalam jangka waktu tertentu (biasanya satu tahun). Balas jasa faktor produksi yang dimaksud adalah upah dan gaji, sewa tanah, bunga modal dan keuntungan semuanya sebelum dipotong pajak penghasilan dan pajak langsung Produk Domestik lainnya. Dalam pengertian

Regional Bruto, kecuali faktor pendapatan termasuk pula Jumlah semua

komponen penyusutan dan pajak tidak langsung Netto.

komponen pendapatan ini persektor disebut sebagai nilai tambah bruto sektoral. Produk Domestik Regional Bruto merupakan jumlah dari Nilai Tambah Bruto seluruh sektor (lapangan usaha). Dari ketiga pendekatan tersebut diatas, secara konsep seyogyanya jumlah pengeluaran tadi harus sama dengan jumlah barang dan jasa akhir yang dihasilkan dan harus sama pula dengan jumlah pendapatan untuk faktor-faktor produksinya. Selanjutnya produk Domestik Regional Bruto yang telah diuraikan disebut sebagai Produk Domestik Regional Bruto atas dasar harga pasar, karena mencakup komponen pajak tidak langsung neto. Dalam kondisi ketersediaan data mentah (row data) di daerah yang belum terlalu rinci, pendekatan pendapatan belum dapat diterapkan di Kabupaten Tulungagung. Penghitungan PDRB Kabupaten Tulungagung yang disajikan dalam buku ini menggunakan pendekatan produksi walaupun demikian untuk beberapa sektor ada yang menggunakan pendekatan pengeluaran. 4.1.2 Metode Tidak Langsung Yang dimaksud metode tidak langsung adalah metode alokasi, yaitu yang penghitungannya dengan cara mengalokasikan pendapatan nasional/regional propinsi untuk tiap kabupaten/kotanya dengan menggunakan alokator-alokator tertentu. Cara ini ditempuh dikarenakan data yang tersedia tidak ada atau adanya kerahasiaan dari data tersebut yang tidak bisa diketahui oleh banyak orang, misalnya data mengenai perbankan dan data tentang pertahanan keamanan. Sektor-sektor yang dihitung dengan menggunakan cara ini, antara lain adalah sektor perbankan dan sektor pemerintahan umum.

PDRB Kabupaten Tulungagung 2010

18

Alokator yang dapat dipergunakan dapat didasarkan atas : 1 2 3 4 5 Nilai produksi bruto atau netto Jumlah produksi fisik Tenaga kerja Penduduk Alokator lain yang dianggap cocok untuk daerah tersebut. Dengan menggunakan salah satu atau kombinasi dari alokator tersebut dapat diperhitungkan persentase bagian masing-masing kebupaten/kota terhadap nilai tambah setiap sektor atau subsektor. 4.2 Metode Penghitungan PDRB atas Dasar Harga Konstan Perkembangan Produk Domestik Regional Bruto atas dasar harga berlaku dari tahun ke tahun menggambarkan perkembangan yang disebabkan oleh adanya perubahan dalam volume produksi barang dan jasa yang dihasilkan dan perubahan dalam tingkat harganya. Oleh karenanya untuk dapat mengukur perubahan volume produksi atau perkembangan produktifitas secara nyata, faktor pengaruh atas perubahan harga perlu dihilangkan dengan cara menghitung PDRB atas dasar harga konstan. Penghitungan atas dasar harga konstan ini berguna antara lain dalam perencanaan ekonomi, proyeksi dan untuk menilai pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan maupun sektoral. Produk Domestik menurut lapangan usaha atas dasar harga konstan apabila dikaitkan dengan data mengenai tenaga kerja dan barang modal yang dipakai dalam proses produksi dapat memberikan gambaran tentang tingkat produktifitas dan kapasitas dari masing-masing lapangan usaha tersebut. Produk riil perkapita biasanya juga dipakai sebagi indikator untuk menggambarkan perubahan tingkat kemakmuran ekonomi dari tahun ke tahun. Untuk perencanaan dan proyeksi pada masa yang akan datang, atau ramalan dan penentu target, selalu bertitik tolak dari penghitungan atas dasar harga konstan. Secara konsep nilai atas dasar harga konstan dapat juga mencerminkan kuantum produksi pada tahun yang berjalan yang dinilai atas dasar harga pada tahun dasar. Dari segi nilai statistik, suatu nilai atas dasar harga konstan dapat diperoleh dengan berbagai cara, yaitu revaluasi, ekstrapolasi, deflasi, dan deflasi berganda.

PDRB Kabupaten Tulungagung 2010

19

a. Revaluasi. Dilakukan dengan cara menilai produksi dan biaya antara masing-masing tahun dengan harga pada tahun dasar (tahun 2000). Hasilnya merupakan Output dan biaya antara atas dasar harga konstan tahun 2000. Selanjutnya nilai tambah harga bruto atas dasar harga konstan, diperoleh dari selisih antara output dan biaya antara atas dasar harga konstan tahun 2000. Dalam praktek, sangat sulit melakukan revaluasi terhadap biaya antara yang digunakan, karena mencakup komponen input yang sangat beragam, disamping daftar harga yang tersedia tidak memenuhi semua keperluan tersebut. Oleh karena itu biaya antara atas dasar harga konstan biasanya diperoleh dari perkalian antara output atas dasar harga konstan masing-masing tahun dengan ratio (tetap) biaya antara terhadap output pada tahun dasar atau dengan ratio biaya antara terhadap output pada tahun berjalan. b. Ekstrapolasi Nilai tambah masing-masing tahun atas dasar harga konstan tahun 2000 diperoleh dengan cara mengalikan nilai tambah pada tahun dasar 2000 dengan indeks produksi. Indeks produksi sebagai ekstrapolator dapat merupakan indeks dari masing-masing produksi yang dihasilkan ataupun indeks dari berbagai indikator produksi seperti tenaga kerja, jumlah perusahaan dan lainnya, yang dianggap cocok dengan jenis kegiatan yang sedang dihitung. Ekstrapolasi dapat juga dilakukan terhadap output atas dasar harga konstan, kemudian dengan menggunakan ratio nilai tambah terhadap output akan diperoleh perkiraan nilai tambah atas dasar harga konstan. c. Deflasi Nilai tambah masing-masing tahun atas dasar harga konstan tahun 2000 diperoleh dengan cara membagi nilai tambah atas dasar harga yang berlaku masing-masing tahun dengan indeks harganya. Indeks harga yang digunakan sebagai deflator biasanya merupakan indeks harga konsumen, indeks harga perdagangan besar dan sebagainya, tergantung indeks mana yang lebih cocok. Indeks harga tersebut dapat pula dipakai sebagai inflator, yang berarti nilai tambah atas dasar harga yang berlaku diperoleh dengan mengalikan nilai tambah atas dasar harga konstan dengan indeks harga tersebut.

PDRB Kabupaten Tulungagung 2010

20

d. Deflasi Berganda Dalam Deflasi berganda ini, yang dideflasikan adalah output dan biaya antaranya, sedangkan nilai tambah diperoleh dari selisih antara output dan biaya antara hasil pendeflasian tersebut. Indeks harga yang digunakan sebagai deflator biasanya merupakan indeks harga produsen atau indeks harga perdagangan besar sesuai dengan cakupan komoditinya, sedangkan indeks harga untuk biaya antara adalah indeks harga dari komponen input terbesar. Kenyataannya sangat sulit melakukan deflasi terhadap biaya antara, disamping karena komponennya terlalu banyak, juga karena sulit dicari indeks harga yang cukup mewakili sebagai deflator. Oleh karena itu dalam penghitungan nilai tambah atas dasar harga konstan, deflasi berganda ini belum banyak dipakai. Penghitungan komponen penggunaan Produk Domestik Regional Bruto atas dasar harga konstan juga dilakukan dengan menggunakan cara-cara diatas, tetapi mengingat terbatasnya data yang tersedia maka cara Deflasi dan Ekstrapolasi lebih banyak dipakai. 4.3. Cara Penyajian PDRB, seperti telah diuraikan, secara berkala dapat disajikan dalam dua bentuk yaitu atas dasar harga berlaku dan atas dasar harga konstan suatu tahun dasar, yang dapat dijelaskan sebagai berikut. 4.3.1 Penyajian atas dasar harga berlaku Yang dimaksud penyajian atas dasar harga berlaku adalah semua agregat pendapatan dinilai atas dasar harga yang berlaku pada masing-masing tahun, baik pada saat menilai produksi dan biaya antara maupun pada penilaian komponen nilai tambah dan komponen pengeluaran Produk Domestik Regional Bruto. 4.3.2 Penyajian atas dasar harga konstan suatu tahun dasar Yang dimaksud penyajian atas dasar harga konstan adalah semua agregat pendapatan dinilai atas dasar harga tetap yang terjadi pada tahun dasar. Karena menggunakan harga tetap, maka perkembangan agregat pendapatan riil, dari tahun ketahun semata-mata karena perkembangan riil dan bukan fluktuasi harga (inflasi/deflasi).

PDRB Kabupaten Tulungagung 2010

21

Seperti telah diketahui bahwa angka-angka pendapatan regional atas dasar harga konstan, sangat penting untuk melihat perkembangan riil dari tahun ke tahun bagi setiap agregat ekonomi yang diamati. Agregat yang dimaksud tersebut dapat merupakan Produk Domestik Regional Bruto secara keseluruhan, nilai tambah sektoral ataupun komponen penggunaan Produk Domestik Regional Bruto. 4.4 Angka Indeks PDRB juga disajikan dalam bentuk peranan sektoral dan angka-angka indeks

antara lain indeks perkembangan, laju pertumbuhan, dan indeks harga implisit yang masing-masing dapat dijelaskan sebagai berikut: a. Peranan Sektoral, diperoleh dengan cara membagi nilai masing-masing sektor dengan nilai total seluruh sektor PDRB dikalikan 100 pada tahun yang bersangkutan (baik atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga konstan tahun tertentu). Penghitungan peranan sektoral dapat dirumuskan berikut ini:

Pi =

PDRB i

PDRBi =1

9

X 100 %i

keterangan : Pi PDRBi i = Peranan sektor i = PDRB sektor i = Sektor 1, , sektor 9

Dalam tabulasi penyajiannya, peranan sektor diberi judul : distribusi persentase Produk Domestik Regional Bruto b. Indeks Perkembangan, diperoleh dengan membagi nilai-nilai pada masing-masing tahun dengan nilai pada tahun dasar, dikalikan 100. Indeks ini menunjukkan tingkat perkembangan agregat dari tahun ke tahun terhadap tahun dasarnya. Indeks perkembangan ini dapat dirumuskan berikut ini :

PDRB Kabupaten Tulungagung 2010

22

IP =

PDRB it X 100 % PDRB i 0

keterangan : IP PDRBit PDRBio i = Indeks perkembangan = PDRB sektor i pada tahun ke t; = PDRB sektor i pada tahun dasar = sektor 1, , sektor 9

c. Indeks Berantai, diperoleh dengan membagi nilai pada masing-masing tahun dengan nilai pada tahun sebelumnya. Apabila angka ini dikalikan dengan angka 100 dan hasilnya dikurangi 100, maka angka ini menunjukkan tingkat pertumbuhan agregat produksi untuk masing-masing tahun. Metode penghitungan ini dapat pula digunakan untuk menghitung tingkat pertumbuhan sektoral. Apabila penghitungan ini dirumuskan, maka rumus penghitungannya adalah :

IB =

PDRB it X 100 % PDRB i ( t 1)

keterangan : IB PDRBit PDRBi(t-1) i = Indeks berantai = PDRB sektor i pada tahun ke t; = PDRB sektor i pada tahun t-1 = sektor 1, , sektor 9

d. Indeks Harga Implisit, diperoleh dengan membagi nilai atas dasar harga berlaku dengan nilai atas dasar harga konstan untuk masing-masing tahunnya, dikalikan 100. Indeks ini menunjukkan tingkat perkembangan harga dari agregat pendapatan

PDRB Kabupaten Tulungagung 2010

23

terhadap harga pada tahun dasar. Selanjutnya dari indeks harga implisit ini dibuatkan indeks berantainya (dengan rumus indeks berantai), akan terlihat tingkat

perkembangan harga setiap tahun terhadap tahun sebelumnya. Indeks ini secara berkala juga dapat menunjukkan besaran inflasi yang mencakup seluruh barang dan jasa yang diproduksi di dalam wilayah penghitungan PDRB. Indeks harga implisit dapat menggunakan rumus berikut ini :

IHI =

PDRB it ( ADHB ) X 100 % PDRB it ( ADHK )

keterangan : IHI PDRB it(ADHB) PDRB it(ADHK) i = Indeks Harga Implisit = PDRB sektor i pada tahun t atas dasar harga berlaku; = PDRB sektor i pada tahun t atas dasar harga konstan; = sektor 1, , sektor 9

4.5. Agregat Produk Domestik Regional Bruto 4 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas Dasar Harga Pasar adalah jumlah nilai tambah bruto (gross value added) yang timbul dari seluruh sektor perekonomian di suatu wilayah, nilai tambah bruto disini mencakup komponen pendapatan faktor (upah dan gaji, bunga, sewa tanah dan keuntungan, penyusutan dan pajak tak langsung neto). 5 Produk Domestik Regional Netto (PDRN) atas Dasar harga Pasar adalah Produk Domestik Regional Bruto atas dasar harga pasar dikurangi dengan penyusutan. Penyusutan dimaksud adalah nilai susutnya (ausnya) barang-barang modal yang terjadi selama barang modal tersebut ikut dalam proses produksi. 6 Produk Domestik Regional Netto (PDRN) atas Dasar biaya faktor adalah Produk Domestik Regional Netto atas dasar harga pasar dikurangi dengan pajak tak langsung netto . Pajak tak langsung netto di sini adalah pajak yang dipungut pemerintah dikurangi subsidi yang diberikan oleh pemerintah kepada unit-unit produksi.

PDRB Kabupaten Tulungagung 2010

24

7

Pendapatan Regional adalah merupakan pengurangan dari Produk Domestik Regional Neto atas dasar biaya faktor dikurangi dengan pendapatan yang diterima oleh penduduk di luar wilayah lain (pendapatan yang mengalir keluar), ditambah dengan pendapatan yang diterima oleh penduduk wilayah ini yang berada di wilayah lain (pendapatan yang mengalir ke dalam). Dari hasil pengurangan ini akan diperoleh Produk Regional Neto, yaitu jumlah pendapatan yang benar-benar diterima oleh penduduk yang tinggal di daerah yang dimaksud. Produk regional neto inilah yang merupakan Pendapatan Regional.

8

Pendapatan Regional PerKapita adalah pendapatan regional dibagi dengan jumlah penduduk pertengahan tahun yang tinggal di daerah tersebut.

PDRB Kabupaten Tulungagung 2010

25

Uraian sektoral yang akan di sajikan dalam Bab ini meliputi ruang lingkup dan definisi dari masing-masing sektor dan sub sektor, cara-cara penghitungan nilai tambah, baik atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga konstan dengan tahun dasar 2000. 5.1 Sektor Pertanian 5.1.1 Tanaman bahan makanan Subsektor ini mencakup komoditi tanaman bahan makanan seperti padi, jagung, ketela pohon, ketela rambat, kacang tanah, kacang kedelai, sayur-sayuran, buah-buahan, tanaman pangan lainnya dan hasil-hasil produk ikutannya. Data produksi dan harga diperoleh dari Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten Tulungagung. Nilai tambah bruto atas dasar harga yang berlaku diperoleh melalui pendekatan produksi, yaitu dengan mengalikan terlebih dahulu setiap jenis kuantum produksi dengan masing-masing harganya; kemudian hasilnya dikurangi dengan biaya antara atas dasar harga yang berlaku. Biaya antara tersebut diperoleh dengan menggunakan rasio biaya antara terhadap output yang diperoleh dari hasil survei khusus. Nilai tambah atas dasar harga konstan tahun 2000 dihitung dengan cara revaluasi, yaitu mengalikan kuantum produksi masing-masing tahun dengan harga pada tahun 2000, kemudian dikurangi biaya antara atas dasar harga konstan tahun 2000. 5.1.2 Tanaman Perkebunan a. Tanaman Perkebunan Rakyat Komoditi yang dicakup adalah hasil tanaman perkebunan yang diusahakan oleh rakyat seperti kelapa, kopi, kapuk, tebu, tembakau dan cengkeh. Data produksi dan harga di peroleh dari Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Tulungagung. Nilai tambah bruto atas dasar harga berlaku dihitung dengan cara pendekatan produksi, sedangkan nilai tambah bruto atas dasar harga konstan tahun 2000 diperoleh dengan cara revaluasi.PDRB Kabupaten Tulungagung 2010

27

b. Tanaman Perkebunan Besar Kegiatan yang dicakup dalam sektor ini adalah kegiatan yang memproduksi komoditi perkebunan yang diusahakan oleh perusahaan

perkebunan besar seperti karet, teh, kopi, tebu dan tanaman lainnya. Cara penghitungan nilai tambah bruto atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga konstan tahun 2000 sama seperti penghitungan pada tanaman perkebunan rakyat. 5.1.3 Peternakan dan Hasil-hasilnya Subsektor ini mencakup produksi ternak besar, ternak kecil, unggas maupun hasil-hasil ternak seperti sapi, kerbau, kambing, babi, susu, telur, kulit dan hasil ternak lainnya. Produksi ternak diperkirakan sama dengan jumlah ternak yang dipotong ditambah perubahan stok populasi ternak. Data jumlah ternak yang dipotong, populasi ternak, produksi susu dan telur diperoleh dari Dinas Peternakan Kabupaten Tulungagung. Nilai tambah atas dasar harga berlaku dan atas dasar harga konstan tahun 2000 dihitung dengan cara mengalikan nilai produksi dengan rasio nilai tambah berdasarkan hasil survei khusus pendapatan regional. 5.1.4 Kehutanan Subsektor kehutanan mencakup penebangan kayu, pengambilan hasil hutan lainya dan perburuan. Kegiatan penebangan kayu menghasilkan kayu gelondongan, kayu bakar, arang dan bambu; sedangkan hasil kegiatan pengambilan hasil hutan lainnya berupa rotan, damar, nipah dan sebagainya. Data produksi dan harga diperoleh dari KPH (Kesatuan Pemangku Hutan) yang ada di Kabupaten Tulungagung. Nilai tambah bruto subsektor ini sama seperti penghitungan subsektor lainnya dalam sektor pertanian. 5.1.5 Perikanan Komoditi yang dicakup adalah semua hasil dari kegiatan perikanan laut, perairan umum, kolam, serta pengolahan sederhana ( pengeringan dan penggaraman ikan ). Data mengenai produksi dan nilai produksi diperoleh dari Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Tulungagung. Perhitungan nilai tambah bruto dilakukan dengan mengalikan rasio nilai tambah bruto terhadap output. Rasio nilai tambah ini diperoleh dari survei khusus.

PDRB Kabupaten Tulungagung 2010

28

5.2 Sektor Pertambangan dan Penggalian 5.2.1. Pertambangan Sub sektor ini mencakup komoditi minyak, gas bumi, dan batu bara. Nilai tambah bruto atas dasar harga berlaku diperoleh dengan pend ekatan produksi yaitu mengalikan terlebih dahulu setiap jenis produksi dengan harga, kemudian mengurangkannya dengan biaya antara. Biaya antara diperoleh dari hasil Survei Khusus Sektoral (SKS) yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik. Nilai tambah bruto atas dasar harga konstan 2000 hitung dengan metode revaluasi. Pada sub sektor pertambangan ini di Kabupaten Tulungagung tidak tersedia sehingga pada sub sektor pertambangan pada PDRB Kabupaten Tulungagung tidak muncul nilainya. 5.2.2. Penggalian Sub sektor ini mencakup penggalian dan pengambilan segala jenis barang galian seperti batu kapur, pasir dan lain-lain. Penghitungan nilai tambah sub sektor ini ber dasarkan pada hasil Inventarisasi Data Sekunder Sektoral (IDSS) yang dilaksanakan setiap tahun oleh Badan Pusat Statistik dan data pendukung lain dari Dinas Perindustrian. 5.3. Sektor Industri Pengolahan Sektor ini terdiri dari sub sektor industri besar/sedang dan subsektor industri kecil dan kerajinan rumah tangga. Untuk kelompok industri besar/sedang penghitungan nilai tambah bruto atas dasar harga berlaku berdasarkan hasil survei tahunan. NTB atas dasar harga konstan dihitung melalui cara ekstrapolasi dengan indeks produksi triwulanan barang-barang industri digunakan sebagai ekstrapolator. Output dan nilai tambah subsektor industri kecil dan kerajinan rumah tangga diperoleh dengan pendekatan produksi yaitu dengan mengalikan rata-rata output per tenaga kerja dengan jumlah tenaga kerja yang bekerja di subsektor industri kecil dan kerajinan rumah tangga. Sektor industri pengolahan dirinci menurut KLUI (Klasifikasi Lapangan Usaha Indonesia), rincian subsektor-subsektor dalam industri pengolahan terdiri dari 9 (sembilan) subsektor berikut ini : 1. Industri makanan, minuman dan tembakau 2. Industri Tekstil, barang dari kulit dan alas kaki 3. Industri barang dari kayu dan hasil hutan lainnyaPDRB Kabupaten Tulungagung 2010

29

4. Industri kertas dan barang cetakan 5. Industri pupuk, barang kimia dan barang dari karet 6. Industri semen dan barang galian bukan logam 7. Industri logam dasar, besi dan baja 8. Industri alat angkutan, mesin dan peralatannya 9. Industri pengolahan lainnya

5.4 Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih 5.4.1 Listrik Sub sektor listrik ini mencakup kegiatan pembangkitan dan pengaluran tenaga listrik yang diselenggarakan baik oleh Perusahaan Listrik Negara (PT. PLN) ataupun non PLN. Data produksi dan rata-rata tarif listrik PLN diperoleh dari PT. PLN cabang Tulungagung, sedangkan data output, biaya antara dan nilai tambah bruto listrik non PLN diperoleh dari hasil data sekunder dari masing-masing kecamatan di Tulungagung. Nilai tambah bruto atas dasar berlaku diperoleh dengan pendekatan produksi, yaitu produksi listrik (Kwh) dikalikan dengan rata-rata tarif listrik per kwh, kemudian dikurangi biaya antara. Biaya antara diperoleh dari perkalian output sub sektor listrik dengan ratio biaya antara terhadap output. Nilai tambah bruto atas harga konstan 2000 dihitung dengan metode revaluasi. 5.4.2 Air Bersih Sub sektor ini mencakup air bersih yag diusahakan oleh Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM). Data produksi dan harga diperoleh dari PDAM dari hasil survei perusahaan air minum yang dilaksanakan setiap tahun oleh BPS . Nilai tambah bruto atas dasar harga berlaku diperoleh dengan pendekatan produksi, sedangkan nilai tambah bruto atas dasar harga konstan 2000 dihitung dengan metode ekstrapolasi dengan ekstrapolator indeks produksi air bersih.

5.5 Sektor Konstruksi Sektor Konstruksi mencakup semua kegiatan pembangunan fisik konstruksi, baik berupa gedung, jalan, jembatan, irigasi, jaringan listrik, air bersih, telepon dan

PDRB Kabupaten Tulungagung 2010

30

sebagainya. Nilai produksi.

tambah

bruto

dihitung

dengan

menggunakan

pendekatan

Output diperoleh dari penjumlahan nilai pembangunan prasarana fisik yang dari segi pendanaan dibiayai dari APBN, APBD dan pembangunan-pembangunan yang dilakukan oleh pihak swasta maupun swadaya masyarakat murni. Persentase nilai tambah bruto diperoleh dari survei khusus. Output atas dasar harga konstan tahun 2000 diperoleh dengan cara deflasi, deflatornya adalah Indeks Harga Perdagangan Besar (IHPB) bahan bangunan dan konstruksi.

5.6 Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran 5.6.1 Perdagangan Perhitungan nilai tambah subsektor perdagangan dilakukan dengan

pendekatan arus barang (commodity flow), yaitu dengan menghitung besarnya nilai komoditi pertanian, pertambangan dan penggalian, industri serta komoditi impor yang diperdagangkan. Dari nilai komoditi yang diperdagangkan, diturunkan nilai margin perdagangan yang merupakan output perdagangan yang selanjutnya dipakai untuk menghitung nilai tambahnya. Rasio besarnya barang-barang yang diperdagangkan, margin perdagangan dan persentase nilai tambah didasarkan dari data hasil survei khusus. Nilai produksi bruto atas dasar harga konstan tahun 2000, dihitung dengan mengalikan rasio-rasio diatas dengan output atas dasar harga konstan tahun 2000 dari sektor-sektor pertanian, pertambangan dan penggalian, industri serta impor. Nilai tambah atas dasar harga berlaku dan konstan tahun 2000 dihitung berdasarkan perkalian antara rasio nilai tambah dengan outputnya.

5.6.2 Hotel Sub sektor ini mencakup kegiatan ekonomi pada hotel-hotel berbintang tidak berbintang serta berbagai jenis penginapan lainnya. Nilai output dihitung dengan mengalikan jumlah malam kamar terjual dengan rata-rata output per malam kamar terjual Nilai tambah bruto atas dasar harga berlaku diperoleh dengan cara mengurangkan nilai output dengan biaya antara. Biaya antara diperoleh dari hasil

PDRB Kabupaten Tulungagung 2010

31

perkalian nilai output hotel dengan ratio biaya antara terhadap output. Data jumlah malam kamar terjual diperoleh dari hasil survei perhotelan yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik Kabupaten Tulungagung, sedangkan rata-rata output permalam kamar terjual dan ratio biaya antara terhadap output diperoleh dari hasil survei khusus sektoral. Nilai tambah bruto atas dasar harga konstan 2000 dihitung dengan metode deflasi dengan deflator IHPB. 5.6.3 Restoran Data jumlah restoran, depot, rumah makan, warung dan sebagainya diperoleh dari pengumpulan data yang dilakukan oleh BPS Kabupaten

Tulungagung. Output per usaha diperoleh dari survei khusus. Perkiraan nilai tambah bruto atas dasar harga konstan tahun 2000 dihitung dengan cara deflasi, menggunakan indeks harga konsumen makanan jadi dan minuman sebagai deflator. 5.7 Sektor Pengangkutan dan Komunikasi 5.7.1 Pengangkutan 5.7.1.1 Angkutan Kereta Api Nilai tambah bruto atas dasar harga berlaku dihitung berdasarkan data yang diperoleh dari PT Kereta Api. Nilai tambah bruto atas dasar harga konstan tahun 2000 dihitung dengan cara ekstrapolasi dengan menggunakan indeks produksi gabungan tertimbang penumpang dan tonkm barang yang diangkut. 5.7.1.2 Angkutan Jalan Raya Subsektor ini meliputi kegiatan pengangkutan barang dan

penumpang yang dilakukan oleh perusahaan angkutan umum, baik bermotor ataupun tidak bermotor seperti bis, truk, mpu, ojek, becak, dokar dan sebagainya. Perkiraan nilai tambah bruto atas dasar harga berlaku dengan menggunakan pendekatan produksi yang didasarkan pada data jumlah armada angkutan umum barang dan penumpang wajib uji yang diperoleh dari Dinas Perhubungan dan hasil survei khusus. Nilai tambah bruto atas dasar harga konstan tahun 2000 dihitung dengan cara revaluasi.

PDRB Kabupaten Tulungagung 2010

32

5.7.1.3 Jasa Penunjang Angkutan Meliputi kegiatan pemberian jasa dan penyediaan fasilitas yang sifatnya menunjang dan berkaitan dengan kegiatan pengangkutan seperti terminal, parkir, keagenan barang dan penumpang, ekspedisi,

pergudangan dan jasa penunjang angkutan lainnya. Data output untuk kegiatan jasa penunjang angkutan ini diperoleh dari pengumpulan data sekunder oleh BPS Kabupaten Tulungagung. Struktur biaya diperoleh dari survei khusus. Penghitungan nilai tambah bruto atas dasar harga konstan tahun 2000 dilakukan dengan cara deflasi memakai indeks harga konsumen biaya transportasi. 5.7.2 Komunikasi 5.7.2.1 Pos dan Telekomunikasi a. Pos dan Giro Kegiatan ini meliputi pemberian jasa pos dan giro seperti pengiriman surat, wesel, paket, jasa giro, jasa tabungan dan sebagainya. Perkiraan nilai tambah atas dasar harga berlaku didasarkan pada data produksi dan struktur biaya yang diperoleh dari laporan PT Pos. Perkiraan nilai tambah bruto atas dasar harga konstan tahun 2000 dilakukan dengan cara ekstrapolasi, menggunakan indeks gabungan dari jumlah surat yang dikirim dan jumlah uang yang digirokan. b. Telekomunikasi Kegiatan ini mencakup pemberian jasa dalam hal pemakaian hubungan telepon, telegrap dan teleks. Nilai tambah bruto atas dasar harga yang berlaku dihitung berdasarkan data dari PT. Telkom. Nilai tambah bruto atas dasar harga konstan tahun 2000 dihitung dengan menggunakan indeks produksi gabungan tertimbang yang meliputi jumlah menit lokal/interlokal dan banyaknya pengguna telepon. 5.7.2.2 Jasa Penunjang Komunikasi Kegiatan subsektor ini mencakup pemberian jasa dan penyediaan fasilitas yang sifatnya menunjang kegiatan komunikasi seperti, wartel, warpostel, telepon seluler, warnet, dll.

PDRB Kabupaten Tulungagung 2010

33

5.8 Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 5.8.1. Bank Angka nilai tambah bruto subsektor bank atas dasar harga berlaku diperoleh dari Bank Indonesia Cabang Kediri. Nilai tambah bruto atas dasar harga konstan tahun 2000 diperoleh dengan cara ekstrapolasi dengan indeks kredit yang diberikan bank setiap tahun. 5.8.2. Lembaga Keuangan Bukan Bank Kegiatan lembaga keuangan bukan bank meliputi kegiatan asuransi, koperasi, yayasan dan pegadaian. Perhitungan output dan nilai tambah atas dasar harga berlaku diperoleh melalui pendekatan produksi. Output diperoleh dengan cara perkalian indikator produksi dengan indikator harga, sedangkan nilai tambah bruto diperoleh dengan cara mengurangkan nilai biaya antara dari nilai output. Nilai tambah bruto atas dasar harga konstan tahun 2000 dihitung dengan cara revaluasi. 5.8.3. Sewa Bangunan Sektor ini mencakup semua kegiatan jasa atas penggunaan rumah bangunan sebagai tempat tinggal rumahtangga dan bukan sebagai tempat tinggal, tanpa memperhatikan apakah bangunan itu milik sendiri atau disewa. Perkiraan nilai tambah bruto pada tahun 2000 didasarkan kepada data pengeluaran konsumsi rumahtangga, khususnya pengeluaran untuk sewa rumah. Perkiraan semacam untuk bangunan bukan tempat tinggal didasarkan kepada hasil survei - survei khusus. Nilai tambah bruto atas dasar harga konstan tahun 2000 diperkirakan dengan cara ekstrapolasi menggunakan jumlah bangunan tempat tinggal dan bukan sebagai tempat tinggal sebagai ekstrapolatornya, sedangkan nilai tambah bruto atas dasar harga berlaku diperkirakan dengan cara menginflate nilai bangunan dan tempat tinggal. 5.8.4 Jasa Perusahaan Subsektor ini meliputi jasa pengacara, jasa akuntan, biro arsitektur, jasa pengolahan data, jasa periklanan, dan sebagainya. Perkiraan output dan nilai

PDRB Kabupaten Tulungagung 2010

34

tambah bruto dan rata-rata output per tenaga kerja diperoleh dari survei khusus, persentase nilai tambah bruto atas dasar harga konstan tahun 2000 dengan cara revaluasi.

5.9 Sektor Jasa - jasa 5.9.1. Jasa Pemerintahan Umum Nilai tambah bruto subsektor jasa pemerintahan umum terdiri dari upah dan gaji rutin pegawai pemerintah pusat dan daerah. Upah dan gaji yang dihitung mencakup upah dan gaji di belanja rutin dan sebagian dari belanja pembangunan. Perkiraan penyusutan adalah sebesar 5 persen dari total upah dan gaji yang telah dihitung. Data yang dipakai adalah realisasi pengeluaran pemerintah pusat,

pemerintah propinsi, pemerintah kabupaten, dan pemerintah desa diperoleh dari BPS Propinsi Jawa Timur. Perkiraan nilai tambah bruto atas dasar harga konstan tahun 2000 dihitung dengan cara ekstrapolasi menggunakan indeks jumlah pegawai negeri. 5.9.2. Jasa Swasta 5.9.2.1 Jasa Sosial dan Kemasyarakatan Subsektor ini mencakup jasa pendidikan, jasa kesehatan, serta jasa kemasyarakatan lainnya seperti jasa penelitian, jasa palang merah, panti asuhan, panti wredha, yayasan pemeliharaan anak cacat, dan

rumah ibadat. Kegiatan-kegiatan jasa sosial dan kemasyarakatan hanya terbatas yang dikelola oleh swasta saja; sedangkan kegiatan sejenis yang dikelola oleh pemerintah termasuk dalam sektor pemerintahan.

Penghitungan agregat - agregat subsektor ini dijelaskan berikut ini. a. Jasa Pendidikan Data yang digunakan untuk menghitung nilai tambah bruto subsektor jasa pendidikan adalah jumlah murid sekolah swasta menurut jenjang pendidikan, yang diperoleh dari Dinas Pendidikan Kabupaten Tulungagung. Data output per murid dan persentase nilai tambah diperoleh dari kegiatan survei khusus. Penghitungan nilai

PDRB Kabupaten Tulungagung 2010

35

tambah bruto atas dasar harga konstan tahun 2000 dilakukan dengan cara revaluasi. b. Jasa Kesehatan Subsektor ini mencakup jasa rumah sakit, dokter praktek, dan jasa kesehatan lainnya yang dikelola oleh swasta. Perkiraan output untuk masing - masing kegiatan didasarkan kepada hasil perkalian antara rata - rata output per indikator produksi dan kuantum produksinya seperti : rata-rata tempat tidur rumah sakit dan jumlah tempat tidur, rata-rata output per dokter dan jumlah dokter praktek; rata-rata output per bidan dan jumlah bidan praktek; dan rata - rata output per dukun bayi dan jumlah dukun bayi praktek. Nilai tambah bruto atas dasar harga berlaku didasarkan kepada persentase terhadap output. Data yang digunakan bersumber dari Dinas Kesehatan Kabupaten Tulungagung dan juga dari survei khusus pendapatan regional. Perkiraan nilai tambah bruto atas dasar harga konstan tahun 2000 dihitung dengan cara revaluasi masing masing kegiatan. c. Jasa Sosial dan Kemasyarakatan Lainnya Dari hasil survei khusus mengenai panti asuhan dan panti wredha, diperoleh rata - rata output per anak yang diasuh dan rata rata output per orang tua yang dilayani sekaligus struktur inputnya. Kemudian dengan mengalikan jumlah anak yang diasuh dan orang tua yang dilayani dengan rata - rata outputnya, diperoleh perkiraan output kegiatan jasa sosial dan kemasyarakatan lainnya. Data jumlah anak dan orang tua yang diasuh/dilayani diperoleh dari Dinas Sosial, Tenaga Kerja & Transmigrasi Kabupaten Tulungagung. Perkiraan nilai tambah bruto atas dasar harga konstan tahun 2000 diperoleh dengan cara revaluasi. 5.9.2.2 Jasa Hiburan dan Kebudayaan Subsektor ini mencakup bioskop, radio swasta, taman hiburan, kolam renang, karaoke, kesenian, jaranan dan studio musik dan

PDRB Kabupaten Tulungagung 2010

36

sebagainya. Data hasil survei khusus dipakai untuk memperkirakan output dan nilai tambah jasa hiburan dan kebudayaan. Penghitungan atas dasar harga konstan tahun 2000 adalah dengan cara deflasi menggunakan IHK kelompok aneka barang dan jasa. 5.9.2.3 Jasa Perorangan dan Rumahtangga Subsektor ini mencakup jasa perbengkelan, reparasi, jasa perorangan lainnya, pembantu rumahtangga dan sebagainya. Survei khusus yang dilakukan oleh BPS Kabupaten Tulungagung memberikan data tentang rata-rata output per tenaga kerja dan struktur inputnya. Sedangkan untuk memperoleh nilai tambah bruto adalah dengan cara mengalikan persentase nilai tambah bruto dengan perkiraan nilai output. Nilai tambah bruto atas dasar harga konstan tahun 2000 diperoleh dengan cara deflasi dengan deflator indeks harga barang dan jasa.

PDRB Kabupaten Tulungagung 2010

37

Kondisi perekonomian di tahun 2009 masih dirasakan belum stabil karena krisis finansial global yang di mulai tahun 2008, hanya pada tahun 2009 Indonesia dipandang mampu menghadapi krisis global karena pertumbuhan ekonomi di Indonesia dapat mencapai 4,5 persen atau hanya kalah dibandingkan China dan India. Dibanding beberapa negara Asean, Indonesia cukup berhasil menjaga pertumbuhan ekonomi, karena beberapa negara Asean malah mengalami pertumbuhan negatif. Selain dapat menjaga pertumbuhan pada tingkat 4,5 persen, Indonesia juga mampu menjaga inflasi hanya 2,78 persen sepanjang tahun 2009, hal ini mungkin disebabkan krisis ekonomi membuat pelaku pasar baik produsen maupun konsumen sama-sama lesu atau menunggu situasi ekonomi pulih. Produsen cenderung bersikap menunggu (wait and see), sedang konsumen karena pengaruh krisis menjadi terkena sentimen negatif krisis, sehingga cenderung mengerem dan menunda konsumsi. Akibatnya demand and supply sama-sama lemah, sehingga tidak berpotensi menaikkan harga. Ternyata krisis global yang masih dirasakan perekonomian Indonesia tahun 2009 tidak terlalu berpengaruh di Kabupaten Tulungagung, hal ini dapat dilihat pada beberapa indikatorindikator ekonomi yang masih mengindikasikan tren positif. Beberapa indikator tersebut dapat diuraikan secara singkat dari hasil penghitungan PDRB Kabupaten Tulungagung tahun 2009 yang meliputi beberapa indikator pokok ekonomi makro yaitu : a. Nilai Nominal PDRB b. Peranan/Kontribusi Sektor Ekonomi c. Laju pertumbuhan Ekonomi d. Tingkat Perubahan Harga e. PDRB/PDRN Per kapita

6.1 Nilai Nominal PDRB PDRB merupakan dasar pengukuran atas nilai tambah yang mampu diciptakan akibat timbulnya berbagai aktifitas ekonomi dalam suatu wilayah/regional. Data PDRB tersebut menggambarkan kemampuan suatu daerah dalam mengelola sumber daya

PDRB Kabupaten Tulungagung 2010

39

alam dan sumber daya manusia yang dimiliki. Dari dua sumber daya tersebut bila dikelola dengan baik dan tepat akan menghasilkan nilai tambah yang luar biasa besar. PDRB dapat juga digunakan untuk melihat besaran nilai tambah dari masingmasing sektor ekonomi sehingga dapat dilihat sektor-sektor yang berperan dalam pembentukan perekonomian daerah. Sehingga dapat dikatakan salah satu indikator untuk mengetahui besarnya produksi barang dan jasa adalah Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), baik atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga konstan, sedangkan untuk memperoleh gambaran menyeluruh tentang kegiatan ekonomi dalam suatu daerah, dapat dilihat melalui neraca ekonominya. Pembangunan ekonomi Kabupaten Tulungagung terus mengalami perubahan, hal ini ditandai dengan meningkatnya total PDRB setiap tahunnya. PDRB atas dasar harga berlaku menggambarkan dua aspek, yakni perkembangan produksi riil dan perkembangan harga atau inflasi, sedangkan atas dasar harga konstan adalah untuk mengetahui pertumbuhan riil yang sudah terbebas dari unsur kenaikan harga. Pada setiap penghitungan PDRB hasil yang pertama kali diperoleh adalah Nilai Tambah Bruto (NTB) yang tercantum adalah nilai nominalnya. Perubahan nilai PDRB berdasarkan atas dasar harga berlaku dari tahun ke tahun dipengaruhi oleh perubahan kuantum produksi dan perubahan harga. Oleh sebab itu perubahan angka ke arah lebih besar tidak selalu berarti ke arah yang lebih baik, maksudnya tidak selalu mengindikasikan sebuah peningkatan. Hal ini dikarenakan kecenderungan inflasi yang akan naik terus. Perekonomian Kabupaten Tulungagung tetap menunjukkan tren positif walau pada tahun 2009 Indonesia masih merasakan dampak krisis global, tetapi

Kabupaten Tulungagung bila dilihat dari data PDRB tidak mengalami dampak krisis global karena dari data yang ada tahun 2009 mengalami kenaikan 12,17 persen dibandingkan tahun 2008 yaitu PDRB atas dasar harga berlaku sebesar Rp. 12.982,492 milyar pada tahun 2008 menjadi Rp. 14.562,606 milyar pada tahun 2009. NTB terbesar disumbangkan oleh Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran sebesar Rp. 4.526,615 milyar. Berbeda dengan PDRB atas dasar harga berlaku, PDRB atas dasar harga konstan hanya disebabkan oleh perubahan quantum produksinya saja. Pada penghitungan ini dianggap sejak tahun 2000 tidak ada perubahan harga-harga sesuai dengan judul tabel yaitu atas dasar harga konstan 2000. Maka setiap nilai tambah atau PDRB dihitung dengan menggunakan harga-harga tahun 2000. Perubahan-perubahan yang ada pada tabel ini merupakan representasi perubahan-perubahan dari quantum

PDRB Kabupaten Tulungagung 2010

40

produksinya. Pada tahun 2009, PDRB atas dasar harga konstan mengalami kenaikan sebesar 6,01 persen dibandingkan tahun 2008, yaitu sebesar Rp. 6.936,742 milyar pada tahun 2008 menjadi Rp. 7.353,503 milyar pada tahun 2009.

Tabel 6.1 PDRB Atas Dasar Harga Berlaku dan Atas Dasar Harga Konstan 2000, 2005 2009 (Juta Rupiah) Tahun [1]2005 2006 2007 2008 2009 *) **)

Atas Dasar Harga Berlaku [2]8 578 952.41 9 884 748.86 11 178 800.24 12 982 491.62 14 562 606.82

Atas Dasar Harga Konstan [3]5 874 962.78 6 196 735.17 6 552 885.24 6 936 741.79 7 353 502.89

Sumber : BPS Kabupaten Tulungagung Keterangan : *) = Angka Perbaikan **) = Angka Sementara

Grafik 6.1. PDRB Atas Dasar Harga Berlaku dan Konstan tahun 2000, 2005 - 2009

16.000,00 12.982,49 14.562,61 12.000,00 9.884,75 8.578,95 8.000,00 11.178,80 7.353, 50

Millyar4.000,00

5.874,96 6.196,74

6.552,89 6.936,74

0,00 2005 2006

Tahun

2007

2008

2009

PDRB ADHBSumber : BPS Kab. Tulungagung

PDRB ADHK

PDRB Kabupaten Tulungagung 2010

41

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa mulai tahun 2005 sampai dengan tahun 2009 perekonomian di Kabupaten Tulungagung selalu mengalami peningkatan yang cukup berarti baik itu dari PDRB atas dasar harga berlaku maupun PDRB atas dasar harga konstan, berarti ini menunjukkan bahwa perekonomian di Kabupaten Tulugagung dalam kondisi stabil. Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) yang dimulai tahun 2005 sampai dengan tahun 2030 menunjukkan berjalan pada rel yang benar sehingga pembangunan di sektor ekonomi dapat dikatakan cukup mantap walau mulai tahun 2008 terjadi krisis global.

Tabel 6.2 PDRB Atas Dasar Harga Berlaku menurut Sektoral, 2005 2009 (Juta Rupiah)Sektor [1] 1. Pertanian 2. Pertambangan dan Penggalian 3. Industri Pengolahan 4. Listrik, Gas dan Air Bersih 5. Konstruksi 6. Perdagangan, Hotel dan Restoran 7. Pengangkutan dan Komunikasi 8. Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 9. Jasa-jasa 2005 [2] 1 443 314,87 276 491,53 1 549 687,80 115 002,77 161 881,09 2 541 742,97 456 447,82 911 123,77 1 123 259,79 2006 [3] 1 612 540,25 322 615,83 1 776 567,72 131 989,01 181 708,01 2 928 783,60 577 362,66 1 051 206,93 1 301 974,85 2007 [4] 1 772 496,90 353 311,25 2 021 960,75 147 956,88 204 599,49 3 353 165,95 654 327,081 185 903,79 1 485 078,11 2008 *) [5] 1 988 598,13 396 290,60 2 354 239,75 167 158,69 239 717,40 3 984 443,88 794 694,51 1 343 371,14 1 713 977,53 2009 **) [6] 2.140.792,94 430.484,66 2.687.602,66 181.035,46 273.029,44 4.526.615,53 917.267,46 1.504.651,42 1.901.127,26

JUMLAH

8 578 952,41

9 884 748,86

11 178 800,24

12 982 491,62

14.562.606,82

Sumber : BPS Kabupaten Tulungagung Keterangan : *) = Angka Perbaikan **) = Angka Sementara

Tabel 6.3 PDRB Atas Dasar Harga Konstan tahun 2000 menurut Sektoral, 2005-2009 (Juta Rupiah)Sektor [1] 1. Pertanian 2. Pertambangan dan Penggalian 2005 [2] 1 095 931,14 134 519,06 1 027 718,52 70 570,43 117 420,43 1 774 871,24 221 383,88 717 103 77 715 444,32 5 874 962,78 2006 [3] 1 121 677,69 140 720,39 1 085 836,61 78 057,14 121 119,17 1 898 556,93 242 795,44 755 871,38 752 100,42 6 196 735,17 2007 [4] 1 149 077,29 146 686,94 1 149 980,37 86 020,45 125 612,69 2 039 131,00 265 568,59 796 382,36 794 425,41 6 552 885,24 2008 *) [5] 1 188 439,34 152 938,75 1 213 257,50 94 764,69 130 926,28 2 192 003,10 292 131,84 836 141,95 836 138,33 6 936 741,79 2009 **) [6] 1 227 917,33 160 549,66 1 285 064,72 99 206,61 136 634,67 2 361 718,19 320 580,54 880 917,34 880 913,83 7 353 502,89

3. Industri Pengolahan 4. Listrik, Gas dan Air Bersih 5. Konstruksi 6. Perdagangan, Hotel dan Restoran 7. Pengangkutan dan Komunikasi 8. Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 9. Jasa-jasa JUMLAH Sumber : BPS Kabupaten Tulungagung Keterangan : *) = Angka Perbaikan **) = Angka Sementara

PDRB Kabupaten Tulungagung 2010

42

6.2 Peranan/Kontribusi Sektor Ekonomi Peranan atau kontribusi masing-masing sektor ekonomi menunjukkan struktur perekonomian yang terbentuk di suatu daerah. Struktur ekonomi yang dinyatakan dalam persentase, menunjukkan besarnya peran masing-masing sektor ekonomi dalam kemampuan menciptakan nilai tambah. Hal tersebut menggambarkan ketergantungan daerah terhadap kemampuan produksi dari masing-masing sektor ekonominya. Dari struktur ekonomi ini juga dapat dilihat suatu daerah menjadi indikator penentu apakah daerah tersebut didominasi oleh sektor primer, sekunder atau tersier. Apabila struktur ekonomi ini disajikan dari waktu ke waktu maka dapat dilihat perubahan struktur perekonomian yang terjadi. Pergeseran struktur ekonomi ini sering dipakai sebagai indikator untuk menunjukkan adanya suatu proses pembangunan. Misalnya adanya penurunan peran Sektor Pertanian diikuti dengan kenaikan Sektor Industri. Struktur ekonomi adalah peranan sektor-sektor ekonomi (dimulai dari Sektor Pertanian hingga Sektor Jasa) terhadap jumlah total dari seluruh sektor. Struktur ekonomi suatu wilayah biasa disajikan dari Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga berlaku. Dari struktur ekonomi akan terlihat berapa persen sumbangan masing-masing sektor sehingga bisa menggambarkan ciri khas ekonomi, andalan,

potensi, hasil pembangunan ataupun perubahan akibat kebijakan publik dari pemerintah daerah. Kontribusi sektor primer lebih rendah dan semakin rendah bila dibandingkan dengan kontribusi sektor-sektor lainnya (sekunder dan tersier). Kecenderungan tersebut disebabkan oleh tingkat pertumbuhan sektor primer yang relatif lebih rendah dibanding sektor sekunder dan tersier. Yang perlu dipahami bahwa, pembatasan sektor primer, sekunder, dan tersier masih belum mencakup keseluruhan aktivitas ekonomi yang seharusnya. Misalkan seorang buruh tani, yang pada mulanya bekerja di Sektor Pertanian (primer), karena pendapatannya tidak mencukupi, pindah sebagai pembantu rumah tangga di kota (sektor jasa perorangan/ tersier). Hal ini mengakibatkan peningkatan sektor tersier. Namun demikian, karena kedua profesi tersebut masih sama-sama tergolong sektor informal (dengan pendapatan dan ketrampilan rendah), maka pergeseran sektoral karena hal-hal seperti itu belum dapat mengindikasikan pergeseran struktur dalam arti kemajuan ekonomi. Dengan penurunan kontribusi sektor primer tersebut bukan berarti produksi sektor primer terusmenerus mengalami penurunan, tetapi yang terjadi adalah pertumbuhan sektor primer kalah cepat bila dibandingkan dengan sektor sekunder maupun tersier.

PDRB Kabupaten Tulungagung 2010

43

6.2.1 Struktur Ekonomi Struktur ekonomi suatu wilayah biasa disajikan dari PDRB atas dasar harga berlaku. Dari struktur ekonomi akan terlihat berapa persen sumbangan masingmasing sektor sehingga ini bisa menggambarkan ciri khas ekonomi, andalan, potensi, hasil pembangunan ataupun perubahan kebijakan publik dari pemerintah daerah.Tabel 6.4 Struktur Ekonomi menurut Sektor, 2005 2009 (Persen)Sektor [1] 1. Pertanian 2. Pertambangan dan Penggalian Primer 3. Industri Pengolahan 4. Listrik, Gas dan Air Bersih 5. Konstruksi Sekunder 6. Perdagangan, Hotel dan Restoran 7. Pengangkutan dan Komunikasi 8. Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 9. Jasa-jasa Tersier JUMLAH Sumber : BPS Kabupaten Tulungagung Keterangan : *) = Angka Perbaikan **) = Angka Sementara 2005 [2] 16,82 3,22 20,05 18,06 1,34 1,89 21,29 29,63 5,32 10,62 13,09 58,66 100,00 2006 [3] 16,31 3,26 19,58 17,97 1,34 1,84 21,15 29,63 5,84 10,63 13,17 59,28 100,00 2007 [4] 15,86 3,16 19,02 18,09 1,32 1,83 21,24 30,00 5,85 10,61 13,28 59,74 100,00 2008 *) [5] 15,32 3,05 18,37 18,13 1,29 1,85 21,27 30,69 6,12 10,35 13,20 60.36 100,00 2009 **) [6] 14,70 2,96 17,66 18,46 1,24 1,88 21,58 31,08 6,30 10,33 13,05 60.76 100,00

Grafik 6.2. Struktur Ekonomi menurut Kelompok Primer, Sekunder, Tersier 2005 2009100% 80% 60% 40% 20% 0% 2005 2006 PrimerSumber : BPS Kab. Tulungagung

2007

2008

2009 Tersier

Sekunder

PDRB Kabupaten Tulungagung 2010

44

Struktur ekonomi Kabupaten Tulungagung tahun 2009, masih didominasi oleh Sektor Perdagangan, Hotel, Restoran khususnya pada sub sektor perdagangan memang selalu mengalami pertumbuhan cukup pesat , sedang sumbangan sektor ini memberikan kontribusi sebesar 31,08 persen, diikuti oleh Sektor Industri Pengolahan sebesar 18,46 14,70 persen, Sektor Pertanian sebesar

persen walau Sektor Pertanian terus mengalami penurunan tetapi di

Kabupaten Tulungagung Sektor Pertanian masih memberikan kontribusi cukup besar karena menduduki peringkat tiga sektor pemberi kontribusi terbesar di Kabupaten Tulungagung. Kalau dilihat perkembangannya, ada pergeseran struktur ekonomi di Kabupaten Tulungagung. Untuk Sektor Pertanian ada kecenderungan turun dari tahun 2005 - 2009 sedangkan untuk Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran ada kecenderungan naik selama lima tahun terakhir. Sekali lagi ini bukan berarti produksi Sektor Pertanian turun, tetapi yang terjadi adalah pertumbuhan Sektor Pertanian kalah cepat bila dibandingkan dengan Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran. Pada kelompok primer selama lima tahun terakhir selalu mengalami penurunan presentase pertumbuhannya, sedang kelompok sekunder selama tiga tahun terakhir mengalami peningkatan dan kelompok tersier selalu mengalami peningkatan selama lima tahun terakhir. Pada kelompok tersier pendorong utama kenaikannya karena Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran.

Grafik 6.3. Distribusi Persentase menurut Kelompok Primer, Sekunder, Tersier 2009

17,66

60,76

21,58Primer Sekunder Tersier

Sumber : BPS Kabupaten Tulungagung

PDRB Kabupaten Tulungagung 2010

45

6.2.2 Struktur Ekonomi dan Tenaga Kerja

Tabel 6.5 Persentase PDRB dan Tenaga Kerja menurut Sektor , 2005 - 20092005 2006%TK %PDRB %TK

2007%PDRB %TK

2008 *)%PDRB %TK

2009 **)%PDRB %TK

Sektor [1]1. Pertanian 2. Pertambangan dan Penggalian 3. Industri Pengolahan 4. Listrik, Gas dan Air Bersih 5. Konstruksi 6. Perdagangan, Hotel dan Restoran 7. Pengangkutan dan Komunikasi 8. Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 9. Jasa-jasa JUMLAH

%PDRB

[2]16,82 3,22 18,06 1,34 1,89 29,63 5,32 10,62

[3]40,87 0,07 15,94 0,46 7,04 19,06 4,31 0,55

[4]16,31 3,26 17,97 1,34 1,84 29,63 5,84 10,63

[5]37,49 2,20 19,67 0,14 5,16 18,63 3,47 1,54

[6]15,86 3,16 18,09 1,32 1,83 30,00 5,85 10,61

[7]41,26 0,57 16,91 0,06 6,35 20,95 2,84 1,06

[8]15,32 3,05 18,13 1,29 1,85 30,69 6,12 10,35

[9]39,71 0,44 17,23 0,06 6,09 20,96 4,27 0,85

[10]14,70 2,96 18,46 1,24 1,88 31,08 6,30 10,33

[11]43,56 1,14 13,59 0,06 6,49 19,42 4,40 0,76

13,09 100,00

11,70 100,00

13,17 100,00

11,71 100,00

13,28 100,00

10,01 100,00

13,20 100,00

10,40 100,00

13,05

10,58

100,00

100,00

Sumber : BPS Kabupaten Tulungagung Keterangan : *) = Angka Perbaikan **) = Angka Sementara

Perbandingan persentase jumlah tenaga kerja dengan distribusi persentase PDRB atas dasar harga berlaku tidak selalu berbading lurus, artinya tidak selalu yang mempunyai distribusi persentase PDRB atas dasar harga berlaku itu besar, juga akan mempunyai persentase jumlah tenaga kerja yang besar pula. Pada tahun 2009 distribusi persentase PDRB yang terbesar terdapat pada Sektor

Perdagangan, Hotel dan Restoran yaitu sebesar 31,08 persen , namun untuk penyerapan tenaga kerja hanya 19,42 persen, artinya kalau distribusi persentase PDRB sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran menempati urutan pertama untuk distribusi PDRB di Kabupaten Tulungagung tetapi persentase penyerapan seluruh tenaga kerja hanya menempati urutan kedua atau masih lebih rendah dibandingkan dengan Sektor Pertanian yang mempunyai persentase tenaga kerja 43,56 persen artinya menempati urutan pertama untuk penyerapan tenaga kerja dengan distribusi PDRB hanya sebesar sebesar 14,70 persen, berarti menempati urutan ketiga sebagai penyumbang PDRB du Kabupaten Tulungagung. Dapat ditarik kesimpulan bahwa Sektor Pertanian memberikan sumbangan 14,70 persen terhadap total PDRB Kabupaten Tulungagung tetapi memberikan sumbangan penyerapan tenaga kerja sebesar 43,56 persen terhadap total tenaga kerja di Kabupaten Tulungagung. Penyumbang PDRB terbesar kedua di Kabupaten

PDRB Kabupaten Tulungagung 2010

46

Tulungagung adalah Sektor Industri yang memberi sumbangan PDRB Kabupaten Tulungagung sebesar 18,46 persen, tetapi sumbangan penyerapan tenaga kerja di Kabupaten Tulungagung sebesar 13,59 persen atau berada pada posisi ketiga penyerapan tenaga kerja setelah sektor Pertanian dan sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran. Sektor Jasa memberikan sumbangan PDRB sebesar 13,05 persen atau menempati urutan keempat penyumbang PDRB terbesar, hanya pada sektor jasa yang cukup baik karena penyerapan tenaga kerja juga pada urutan keempat sehingga sumbangan PDRB maupun penyerapan tenaga kerja sama-sama pada posisi keempat. Untuk sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan sumbangan PDRB sebesar 10,33 persen atau menempati urutan kelima penyumbang PDRB, tetapi penyerapan tenaga kerjanya hanya kecil yaitu 0,76 persen atau menempati urutan ke 8 penyerapan tenaga kerja. Yang cukup baik adalah sektor Konstruksi walau sumbangan PDRB hanya 1,88 persen atau menempati urutan kedelapan penyumbang PDRB tetap penyerapan tenaga kerja sebesar 6,49 persen atau berada pada posisi kelima sebagai sektor penyerapan tenaga kerja. Pada masing masing sektor ada kenaikan maupun penurunan bila dibanding tahun 2008 ke tahun 2009, hal tersebut tidak berbanding lurus dengan persentase tenaga kerja artinya sektor tahun 2008 ke tahun 2009 naik tetapi persentase tenaga kerja turun atau sebaliknya, hal ini terjadi karena perpindahan tenaga kerja antar sektor khususnya pada pekerjaan disektor informal, selain itu juga karena adanya penggunaan tehnologi sehingga meningkatkan produksi tetapi penggunaan tenaga kerja lebih efisien.Grafik 6.4. Prosentase PDRB dan Tenaga Kerja per Sektor tahun 200950 40 30 20 10 0

. si si n r n ri asa rsh r an lia Ai ik a nia ruk ust aj Pe un sto s& gga rt a nst Ind sa J as Pe om Re en Ko Ga ,J a ,K ik , l & nP n a tr an o te Lis u ta nd wa ga n, H an gk rse an ga g Pe %PDRB an mb n, en g a P rt a ng rda Pe ua Pe %TenagaKerja Ke

Sumber : BPS Kabupaten TulungagungPDRB Kabupaten Tulungagung 2010

47

6.2.3 Pergeseran Kelompok Sektor Ada dua hal yang mempengaruhi perubahan struktur ekonomi dari waktu ke waktu yaitu perubahan kuantum produksi dan perubahan harga biaya produksi. Perubahan kwantum produksi menyebabkan pertumbuhan ekonomi, masingmasing sektor mempunyai kecepatan perubahan kuantum produksi yang berbedabeda. Seandainya kecepatan sama tentu saja tidak akan ada pergeseran, pertumbuhan dan inflasi. Beberapa sektor berubah secara cepat, sedang atau berubah lambat. Perubahan dengan kecepatan yang berbeda-beda tersebut akan mengakibatkan struktur ekonomi juga berubah atau bisa disebut bergeser. Sektorsektor yang sangat erat berkait dengan alam tentu akan berubah lambat.

Pertanian, Pertambangan dan Penggalian atau yang biasa disebut sektor primer adalah sektor-sektor yang sangat bergantung dengan alam, khususnya lahan. Sehingga berbagai daya upaya yang dilakukan perubahan kuantum produksinya akan sangat terbatas sehingga perubahan produksinya atau peningkatan yang diharapkan juga terbatas. Sedangkan sektor-sektor yang sangat erat dengan modal dan keahlian yaitu sektor sekunder (Industri Konstruksi) dan sektor Tersier ( Perdagangan Jasa-jasa) akan lebih mudah berubah dengan cepat. Begitu juga dengan harga biaya produksi akan sangat mempengaruhi perubahan struktur ekonomi. Jika suatu sektor biaya produksinya terjadi kenaikan secara cepat maka sektor tersebut juga akan bergeser naik dalam struktur ekonomi.

Demikian juga sebaliknya, jika perubahan biaya produksi berubah lambat maka sektor tersebut akan bergerak lambat atau turun dalam struktur ekonomi.

Tabel 6.6 Persentase PDRB menurut Sektor , 2005 - 20092005 2006 2007 2008 *) 2009 **)

[1]1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. Pertanian Pertambangan dan Penggalian Industri Pengolahan Listrik, Gas dan Air Bersih Konstruksi Perdagangan, Hotel dan Restoran Pengangkutan dan Komunikasi Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan Jasa-jasa JUMLAH

[2]16,82 3,22 18,06 1,34 1,89 29,63 5,32 10,62 13,09 100,00

[3]16,31 3,26 17,97 1,34 1,84 29,63 5,84 10,63 13,17 100,00

[4]15,86 3,16 18,09 1,32 1,83 30,00 5,85 10,61 13,28 100,00

[5]15,32 3,05 18,13 1,29 1,85 30,69 6,12 10,35 13,20 100,00

[6]14,70 2,96 18,46 1,24 1,88 31,08 6,30 10,33 13,05 100,00

PDRB Kabupaten Tulungagung 2010

48

Sumber : BPS Kabupaten Tulungagung Keterangan : *) = Angka Perbaikan **) = Angka Sementar

Pergeseran sektor ekonomi di Kabupaten Tulungagung tampak jelas bahwa sektor pertanian tahun 2005 2009 selalu mengalami penurunan, demikian juga dengan Sektor Pertambangan dan Penggalian mulai 2006 2009 juga mengalami penurunan, berarti kelompok primer mulai tahun 2005 2009 terjadi penurunan. Sedang pada sektor Industri Pengolahan terjadi kenaikan tahun 2006 2009, hal yang sama juga terjadi pada sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran yang mengalami kenaikan dari tahun 2005 2009. Sedang pada sektor lainnya tiap tahunnya terjadi fluktuasi naik dan turun karena pengaruh kondisi ekonomi maupun keadaan pasar pada tahun yang bersangkutan.

6.2.4 Pemantapan Sektor Primer Dari kontribusi sektor terhadap PDRB menunjukkan bahwa kontribusi

sektor primer semakin rendah jika dibandingkan dengan kontribusi sektor-sektor lainnya (sekunder dan tersier). Kecenderungan tersebut disebabkan oleh tingkat pertumbuhan sektor primer yang relatif rendah. Pembatasan sektor primer , sekunder dan tersier masih belum mencakup keseluruhan aktifitas ekonomi yang seharusnya. Seorang buruh tani, yang pada mulanya bekerja di sektor pertanian (primer), karena pendapatannya tidak mencukupi pindah sebagai pembantu rumah tangga di kota besar (sektor jasa perorangan/tersier) akan memperbesar sektor tersier. Namun demikian karena kedua profesi tersebut masih sama-sama tergolong informal (dengan pendapatan dan ketrampilan rendah) maka pergeseran sektoral karena hal-hal seperti itu belum dapat mengindikasikan pergeseran struktur dalam arti kemajuan ekonomi. Kontribusi sektor primer dalam pembentukan PDRB Kabupaten

Tulungagung selama lima tahun terakhir (2005 2009) masih dalam level 17 21 persen. Dan Selama lima tahun terakhir kontribusi sektor Primer terus mengalami penurunan. Pada tahun 2005 peran sektor primer sebesar 20,05 persen dengan peran Sektor Pertanian sebesar 16,82 persen. Sementara peran Sektor

Pertambangan dan Penggalian sebesar 3,22 persen. Pada tahun 2009 peran sektor primer turun menjadi 17,66 persen dengan peran Sektor Pertanian yang juga menurun menjadi 14,70 persen. Sementara peran Sektor Pertambangan dan

PDRB Kabupaten Tulungagung 2010

49

Penggalian juga mengalami penurunan menjadi 2,96 persen. Dalam kurun waktu lima tahun penurunan sektor primer sebesar 2,39 persen. Dengan penurunan kontribusi sektor primer tersebut bukan berarti produksi sektor primer terusmenerus mengalami penurunan, tetapi yang terjadi adalah pertumbuhan sektor primer kalah cepat bila dibandingkan dengan sektor sekunder dan tersier.

Tabel 6.7 Kontribusi Sektor Primer dalam PDRB ADHB, 2005 2009 (Persen)Sektor [1] 1. Pertanian 2. Pertambangan dan Penggalian PRIMERSumber : BPS Kabupaten Tulungagung Keterangan : *) = Angka Perbaikan **) = Angka Sementara

2005 [2] 16,82 3,22 20,05

2006 [3] 16,31 3,26 19,58

2007 [4] 15,86 3,16 19,02

2008 *) [5] 15,32 3,05 18,37

2009 **) [6] 14,70 2,96 17,66

6.3 Laju Pertumbuhan Ekonomi Salah satu indikator ekonomi yang sangat ditunggu dan selalu dipertanyakan adalah laju pertumbuhan ekonomi. Laju pertumbuhan ekonomi merupakan suatu indikator makro yang menggambarkan tingkat pertumbuhan ekonomi. Indikator ini biasanya digunakan untuk menilai sampai seberapa jauh keberhasilan pembangunan suatu daerah dalam periode waktu tertentu. Dengan demikian indikator ini dapat pula dipakai untuk menentukan arah kebijakan pembangunan yang akan datang. Untuk mengukur besarnya laju pertumbuhan tersebut dapat dihitung data PDRB atas dasar harga konstan. Pertumbuhan yang positif menunjukkan peningkatan perekonomian dan sebaliknya. Tingkat pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan merupakan rata-rata tertimbang dari tingkat pertumbuhan sektoralnya. Artinya, apabila sebuah sektor mempunyai kontribusi besar dan pertumbuhannya lambat, maka hal ini akan menghambat tingkat pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan, sebaliknya bila kontribusinya besar dan pertumbuhan yang tinggi, maka sektor tersebut akan menjadi lokomotif pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi suatu wilayah diperoleh dari kenaikan PDRB atas dasar harga konstan yang mencer