peraturan kepala badan pusat statistik tentang … · 1. tabel input output (i-o) tahun 2010. 2. lk...

28
PERATURAN KEPALA BADAN PUSAT STATISTIK NOMOR 60 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PENGHITUNGAN INDEKS HARGA PERDAGANGAN BESAR PROVINSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PUSAT STATISTIK, Menimbang : a. bahwa untuk kelancaran penyediaan data indeks harga perdagangan besar provinsi, perlu disusun pedoman Penghitungan Indeks Harga Perdagangan Besar Provinsi; b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana tersebut pada huruf a, perlu menetapkan Pedoman Penghitungan Indeks Harga Perdagangan Besar Provinsi dengan Peraturan Kepala Badan Pusat Statistik; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1997 tentang Statistik (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 1997, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3683); 2. Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Statistik (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 96 Tahun 1999, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3854); 3. Peraturan Presiden Nomor 86 Tahun 2007 tentang Badan Pusat Statistik; 4. Keputusan Kepala Badan Pusat Statistik Nomor 6 Tahun 2000 tentang Penyelenggaraan Statistik Dasar; 5. Keputusan Kepala Badan Pusat Statistik Nomor 121 Tahun 2001 tentang Organisasi dan Tata Kerja Perwakilan Badan Pusat Statistik di Daerah;

Upload: ngokiet

Post on 30-Jun-2019

227 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PERATURAN KEPALA BADAN PUSAT STATISTIK TENTANG … · 1. Tabel Input Output (I-O) tahun 2010. 2. LK PDRB atas dasar harga berlaku tahun 2010. Contoh LK PDRB ada pada lampiran 1 sampai

PERATURAN KEPALA BADAN PUSAT STATISTIK

NOMOR 60 TAHUN 2013

TENTANG

PEDOMAN PENGHITUNGAN INDEKS HARGA PERDAGANGAN BESAR

PROVINSI

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEPALA BADAN PUSAT STATISTIK,

Menimbang : a. bahwa untuk kelancaran penyediaan data indeks harga

perdagangan besar provinsi, perlu disusun pedoman

Penghitungan Indeks Harga Perdagangan Besar Provinsi;

b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana tersebut

pada huruf a, perlu menetapkan Pedoman Penghitungan

Indeks Harga Perdagangan Besar Provinsi dengan

Peraturan Kepala Badan Pusat Statistik;

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1997 tentang Statistik

(Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 39 Tahun

1997, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

Nomor 3683);

2. Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 1999 tentang

Penyelenggaraan Statistik (Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 96 Tahun 1999, Tambahan Lembaran

Negara Republik Indonesia Nomor 3854);

3. Peraturan Presiden Nomor 86 Tahun 2007 tentang Badan

Pusat Statistik;

4. Keputusan Kepala Badan Pusat Statistik Nomor 6 Tahun

2000 tentang Penyelenggaraan Statistik Dasar;

5. Keputusan Kepala Badan Pusat Statistik Nomor 121

Tahun 2001 tentang Organisasi dan Tata Kerja Perwakilan

Badan Pusat Statistik di Daerah;

Page 2: PERATURAN KEPALA BADAN PUSAT STATISTIK TENTANG … · 1. Tabel Input Output (I-O) tahun 2010. 2. LK PDRB atas dasar harga berlaku tahun 2010. Contoh LK PDRB ada pada lampiran 1 sampai

-2-

6. Peraturan Kepala Badan Pusat Statistik Nomor 7 Tahun

2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Pusat

Statistik;

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : PERATURAN KEPALA BADAN PUSAT STATISTIK TENTANG

PEDOMAN PENGHITUNGAN INDEKS HARGA PERDAGANGAN

BESAR PROVINSI.

Pasal 1

Pedoman Penghitungan Indeks Harga Perdagangan Besar

Provinsi merupakan acuan dan panduan dalam menghitung

diagram timbang dan Indeks Harga Perdagangan Besar di

tingkat Provinsi.

Pasal 2

Pedoman Penghitungan Indeks Harga Perdagangan Besar

Provinsi, sebagaimana tercantum dalam lampiran dan

merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan

Kepala Badan Pusat Statistik ini.

Pasal 3

Peraturan Kepala Badan Pusat Statistik ini mulai berlaku

pada tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di Jakarta

pada tanggal 1 November 2013

KEPALA BADAN PUSAT STATISTIK,

SURYAMIN

Page 3: PERATURAN KEPALA BADAN PUSAT STATISTIK TENTANG … · 1. Tabel Input Output (I-O) tahun 2010. 2. LK PDRB atas dasar harga berlaku tahun 2010. Contoh LK PDRB ada pada lampiran 1 sampai

LAMPIRAN

PERATURAN KEPALA BADAN PUSAT STATISTIK

NOMOR 60 TAHUN 2013

TENTANG

PEDOMAN PENGHITUNGAN INDEKS HARGA

PERDAGANGAN BESAR PROVINSI

PEDOMAN PENGHITUNGAN INDEKS HARGA PERDAGANGAN BESAR

PROVINSI

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kebijakan otonomi daerah yang digulirkan oleh pemerintah sejak

tahun 1999, telah memberi otoritas kepada Pemerintah Daerah (Pemda)

untuk menyusun dan mengimplementasikan sendiri rencana dan

kebijakan pembangunan yang akan dilakukan di daerahnya mulai tahun

2001. Untuk itu, Pemda perlu mempunyai data-data daerah yang

mendukung penyusunan rencana dan kebijakan pembangunan di

daerahnya.

BPS Provinsi selaku instansi penyedia data harus mampu

menyediakan data-data dengan cakupan wilayah yang lebih kecil (provinsi

atau kabupaten/kota). Salah satu data yang perlu disediakan adalah data

Indeks Harga Perdagangan Besar/Grosir (IHPB) Provinsi yang akan

digunakan sebagai deflator Produk Domestik Regional Bruto (PDRB).

Selama ini, deflator PDRB menggunakan IHPB Nasional dengan tahun

dasar 2005. Angka IHPB Nasional kurang menggambarkan keadaan yang

sebenarnya untuk suatu daerah.

IHPB Nasional di-update secara berkala setiap lima tahun untuk

dapat lebih menggambarkan perubahan-perubahan yang terjadi dalam

struktur perekonomian nasional. Hasil pembangunan nasional telah

menyebabkan pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi dan pesat, dan

akhirnya membawa dampak terhadap perubahan struktur dan peranan

komoditi yang beredar di pasaran, sehingga paket komoditi dan diagram

timbangan IHPB perlu diperbaharui karena sudah dianggap tidak sesuai

dengan keadaan saat ini. Sehubungan dengan perubahan yang terjadi

Page 4: PERATURAN KEPALA BADAN PUSAT STATISTIK TENTANG … · 1. Tabel Input Output (I-O) tahun 2010. 2. LK PDRB atas dasar harga berlaku tahun 2010. Contoh LK PDRB ada pada lampiran 1 sampai

tersebut akan dilakukan penggantian tahun dasar penghitungan IHPB

Nasional menjadi tahun 2010. Seiring dengan pergantian tahun dasar

IHPB Nasional (2010=100) diharapkan setiap daerah dapat melakukan

penghitungan IHPB untuk tingkat provinsi dengan tahun dasar yang

sama.

Melalui IHPB tingkat provinsi diharapkan dapat diperoleh suatu

indikator ekonomi daerah yang lebih lengkap, karena IHPB merupakan

salah satu indikator yang dapat digunakan untuk:

1. Menganalisa perkembangan perekonomian secara umum;

2. Menganalisa tingkah laku harga lainnya (harga produsen dan harga

konsumen) yang ada hubungannya dengan Harga Perdagangan Besar

(HPB), karena HPB merupakan price leader dari tingkat harga yang

lain;

3. Menganalisa situasi pasar, situasi moneter dan sebagainya;

4. Menganalisa data pendapatan regional dalam hubungannya dengan

pendapatan riil (sebagai deflator); dan

5. Eskalasi harga suatu proyek konstruksi.

B. Tujuan

a. Memberikan petunjuk dan arahan di dalam penyusunan paket

komoditi dan diagram timbang dalam penghitungan IHPB; dan

b. Membantu BPS Provinsi dalam penyediaan data IHPB yang utamanya

untuk deflator PDRB.

C. Ruang Lingkup

Penghitungan IHPB diharapkan dapat dilakukan di 33 Provinsi

dengan tahun 2010 sebagai tahun dasar (2010=100). Sektor-sektor

perdagangan dalam manual IHPB ini baru mencakup grosir Sektor

Pertanian, Sektor Pertambangan dan Penggalian, dan Sektor Industri

Pengolahan. Sedangkan Sektor Perdagangan antar wilayah (ekspor-impor

internasional dan domestik) belum dicakup karena masih dalam tahap

study.

Banyaknya komoditi yang masuk dalam Paket Komoditi IHPB disesuaikan

dengan kondisi masing-masing provinsi melalui prosedur pemilihan paket

komoditi.

Page 5: PERATURAN KEPALA BADAN PUSAT STATISTIK TENTANG … · 1. Tabel Input Output (I-O) tahun 2010. 2. LK PDRB atas dasar harga berlaku tahun 2010. Contoh LK PDRB ada pada lampiran 1 sampai

II. PENYUSUNAN DIAGRAM TIMBANG (DT)/BOBOT INDEKS HARGA

PERDAGANGAN BESAR (IHPB) PROVINSI

A. Sumber Data

Sumber data utama yang dibutuhkan untuk menyusun Diagram

Timbang (DT)/bobot IHPB tahun 2010, adalah nilai output komoditi yang

dapat diperoleh dari:

1. Tabel Input Output (I-O) tahun 2010.

2. LK PDRB atas dasar harga berlaku tahun 2010.

Contoh LK PDRB ada pada lampiran 1 sampai dengan lampiran 12.

3. Perkalian antara volume atau jumlah produksi dengan harga pada

tahun 2010 atau biasa disebut sebagai Nilai Produksi tahun 2010.

Ketiga sumber data tersebut bersifat hierarki, yaitu jika sumber data no.1

tidak tersedia, maka gunakan yang no.2, dst.

LK PDRB bisa didapatkan dari Bidang Nerwilis. Jika LK tidak tersedia, bisa

menggunakan data output atas dasar harga produsen (harga berlaku

2010) untuk semua komoditi yang ada di Sektor Pertanian, Sektor

Pertambangan dan Penggalian, dan Sektor Industri. Atau bisa

memberikan tabel seperti di gambar 1 untuk diisi oleh rekan-rekan di

Bidang Nerwilis.

Untuk memperoleh diagram timbang di Sektor Perdagangan Grosir

Domestik (Pertanian, Pertambangan dan Penggalian, Industri Pengolahan)

adalah dengan melakukan pengisian tabel berikut:

Tabel 1: PENGHITUNGAN DIAGRAM TIMBANG

IHPB

Sektor: Grosir Domestik

Provinsi: …………..

No. Komoditi Output Rasio

MS

Nilai MS

(3)x(4)

(1) (2) (3) (4) (5)

Page 6: PERATURAN KEPALA BADAN PUSAT STATISTIK TENTANG … · 1. Tabel Input Output (I-O) tahun 2010. 2. LK PDRB atas dasar harga berlaku tahun 2010. Contoh LK PDRB ada pada lampiran 1 sampai

B. Cara Penyusunan Diagram Timbang (DT)

1. Urutkan semua komoditi dari Sektor Pertanian, Sektor Pertambangan

dan Penggalian, dan Sektor Industri, beserta nilai outputnya dalam tabel

penyusunan DT IHPB 2010.

Berdasarkan LK PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2010 Provinsi

Kalimantan Tengah (lihat lampiran 1 s/d 12):

Gambar. 1: Contoh Tabel Permintaan Data Output PDRB

a) Komoditi dari setiap sektor bisa dikutip dari kol (2): uraian

komoditi.

b) Nilai output untuk komoditi Tanaman Pangan (Padi dan Palawija)

dikutip dari kol (19) LK: B011a, Sayur-sayuran dikutip dari kol (19)

LK: B011b, Buah-buahan dikutip dari kol (19) LK: B011c,

Perkebunan dikutip dari kol (19) LK: B0130, Kehutanan dikutip

dari kol (19) LK: B0150, dan Perikanan dikutip dari kol (19) LK:

B0160.

c) Nilai output komoditi Peternakan dikutip dari kol (11) LK: B0140a,

sedangkan Produk Peternakan lainnya dikutip dari kol (9) LK:

B0140b.

d) Nilai output komoditi Pertambangan dikutip dari kol (7) LK: B0210,

Penggalian dikutip dari kol (7) LK: B0220.

Page 7: PERATURAN KEPALA BADAN PUSAT STATISTIK TENTANG … · 1. Tabel Input Output (I-O) tahun 2010. 2. LK PDRB atas dasar harga berlaku tahun 2010. Contoh LK PDRB ada pada lampiran 1 sampai

e) Nilai output komoditi Industri Non Migas dikutip dari kol (7) LK:

B0310 (Industri Besar dan Sedang), dan kol (7) LK: B0320 (Industri

Kecil dan Rumah tangga).

Maka urutan komoditi dan nilai output untuk Provinsi Kalimantan Tengah

menjadi seperti di gambar 2.

Gambar 2: LK DT IHPB 2010

2. Untuk komoditi-komoditi yang dalam LK PDRB nya masih berbentuk

kelompok komoditi (seperti buah-buahan, sayur-sayuran, perikanan

darat, perikanan laut, komoditi-komoditi di Sektor Industri,dll), maka

bobotnya harus dipecah dengan menggunakan data sekunder lain

sebagai alokator. Hal ini dimaksudkan untuk memudahkan observasi

data harga di lapangan.

Data sekunder tersebut tidak harus data BPS, tetapi dapat berasal

dari instansi/lembaga lain. Catat semua sumber data sekunder yang

digunakan agar bisa ditelusuri kembali saat up dating Diagram

Timbang.

Contoh:

Data yang ada di LK PDRB adalah unggas dan hasil-hasilnya (tidak

ada rincian output ayam, bebek, telur, dll). Alokatornya merupakan

proporsi/persentase yang bisa dihitung dari nilai produksi

(produksi X harga), bisa ditulis sebagai

Page 8: PERATURAN KEPALA BADAN PUSAT STATISTIK TENTANG … · 1. Tabel Input Output (I-O) tahun 2010. 2. LK PDRB atas dasar harga berlaku tahun 2010. Contoh LK PDRB ada pada lampiran 1 sampai

Ai = Alokator komoditi i

Vi = Nilai produksi komoditi i

i = Komoditi

Jadi:

Contoh penghitungan:

Output unggas dan hasil-hasilnya = 44.887.769 (data pada LK

PDRB)

Maka output untuk ayam ras, bebek, telur ayam ras, telur ayam

buras,

dan telur itik adalah sebagai berikut:

No. Komoditi Produksi Harga

(rupiah)

Nilai % Output

Produksi

(1) (2) (3) (4) (5)=(3)x(4) (6) (7)

1 Ayam Ras 65.000 7.000 455.000.000 76,7965 34.472.231

2 Itik 60.000 400 24.000.000 4,0508 1.818.315

3 Telur

Ayam Ras 100.000 300 30.000.000 5,0635 2.272.894

4 Telur

Ayam

Buras 85.500 450 38.475.000 6,4939 2.914.987

5 Telur Itik 90.000 500 45.000.000 7,5953 3.409.341

T O T A L 592.475.000 100,0000 44.887.769

Page 9: PERATURAN KEPALA BADAN PUSAT STATISTIK TENTANG … · 1. Tabel Input Output (I-O) tahun 2010. 2. LK PDRB atas dasar harga berlaku tahun 2010. Contoh LK PDRB ada pada lampiran 1 sampai

Catatan:

- Sektor Pertanian

Jika nilai produksi atau output tidak tersedia, maka harus

dihitung dari produksi dikali harga atau Volume Produksi X

Harga.

- Sektor Pertambangan dan Penggalian

output penggalian biasanya adalah barang-barang bahan

konstruksi, jadi bisa konsultasi ke Dinas Pekerjaan Umum (P.U).

Tanyakan secara umum perbandingan nilai penggunaan barang-

barang galian seperti pasir, batu kerikil, batu koral dalam

pembangunan di provinsi masing-masing untuk digunakan

sebagai alokator Subsektor Penggalian. Nilai penggunaan barang-

barang galian bisa dilihat pada kontrak-kontrak pembangunan

yang telah direalisasi di provinsi masing-masing.

- Sektor Industri

Output dari Industri Besar dan Sedang (IBS) bisa didownload dari

shpb online (shpb.bps.go.id). Alokator untuk suatu komoditi

merupakan gabungan output dari IBS dengan Industri Kecil dan

Rumahtangga.

Cara penggabungannya adalah sbb:

i. Masing-masing subsektor yang ada di tiap-tiap kelas industri,

di-break down menjadi komoditi-komoditi. Misal:

Sub Komoditi Industri

Sektor Bsr dan Sdg Kecil RT

31 A, B, C,D, E C, E, F, G, H, I C, G, I, J, K

32 L, M, N, O, P M,O, P R, S, T

dst

ii. Komoditi-komoditi yang bersesuaian di setiap kelas industri

selanjutnya digabung, sehingga berdasarkan contoh di point i,

output komoditi C adalah gabungan dari output komoditi C yang

ada di IBS + Industri Kecil + Industri RT. Sedangkan output

komoditi E hanya merupakan penggabungan dari output

komoditi E di IBS dan Industri Kecil saja karena tidak ada di

industri rumahtangga, dst.

Page 10: PERATURAN KEPALA BADAN PUSAT STATISTIK TENTANG … · 1. Tabel Input Output (I-O) tahun 2010. 2. LK PDRB atas dasar harga berlaku tahun 2010. Contoh LK PDRB ada pada lampiran 1 sampai

iii. Hal ini berlaku sama untuk subsektor 32, 33, dst. sesuai

dengan data yang ada di LK PDRB.

Pengklasifikasian jenis-jenis industri pada LK PDRB menggunakan

KLUI dengan deskripsi sebagai berikut:

KLUI

DESKRIPSI

31 Industri Makanan, Minuman dan Tembakau

32 Industri Tekstil, Barang Kulit dan Alas Kaki

33 Industri Kayu dan Barang dari Kayu Lainnya

34 Industri Kertas dan Barang Cetakan

35 Industri Pupuk, Kimia dan Barang dari Karet

36 Industri Semen dan Barang Galian Bukan Logam

37 Industri Logam Dasar Besi dan Baja

38 Industri Barang dari Logam, Mesin dan Peralatannya

39 Industri Pengolahan Lainnya

Jenis-jenis industri yang ada/tergabung di setiap subsektor

berdasarkan KBLI 2005 dan 2009, bisa dilihat pada file “Master

Konversi KBLI-KLUI” yang dapat didownload dari shpb online.

Bila pengklasifikasian subsektor di PDRB belum menggunakan

KBLI 2009 (seperti di IBS) maka harus disesuaikan dengan KBLI

2009 karena IHPB tahun dasar 2010 dirancang menggunakan

KBLI 2009. Untuk lebih jelasnya sebaiknya ditanyakan langsung

ke Bidang Nerwilis selaku penyusun data PDRB.

Sedangkan untuk kode komoditi, IHPB 2010 menggunakan KBKI

2012. Pengkodean dengan KBLI dan KBKI dapat diakses di

www.spkonline.bps.go.id.

Berdasarkan konsep, data industri yang seharusnya digunakan

adalah data yang sama dengan tahun dasar IHPB, yaitu data

industri tahun 2010. Namun untuk beberapa provinsi, ragam

komoditi yang ada di data tahun 2010 kurang bervariasi

dibandingkan data tahun 2007. Oleh karena itu, disarankan agar

melakukan perbandingan ragam komoditi antara data tahun 2007

Page 11: PERATURAN KEPALA BADAN PUSAT STATISTIK TENTANG … · 1. Tabel Input Output (I-O) tahun 2010. 2. LK PDRB atas dasar harga berlaku tahun 2010. Contoh LK PDRB ada pada lampiran 1 sampai

dengan tahun 2010. Jika ada komoditi di tahun 2007 yang tidak

muncul lagi di data tahun 2010, sementara diketahui kalau

komoditi tersebut masih diproduksi di provinsi itu dan dikonsumsi

oleh banyak orang, maka boleh menggunakan data tahun 2007

untuk alokator.

Misal:

Data Industri Provinsi Kalimantan Tengah

PROV KBLI5 KOMODITI NILAI (000 rp)

2010 2007

62 15494 Tahu 4.166.640 1.008.000

62 15494 Tempe 1.393.200 2.925.000

62 15496 Emping melinjo - 1.579.675

62 20101 Balok - 8.704.025

Berdasarkan data diatas, maka:

- Alokator untuk komoditi tahu dan tempe adalah data nilai

produksi masing-masing komoditi pada tahun 2010, yaitu

4.166.640 (tahu) dan 1.393.200 (tempe).

- Alokator untuk emping melinjo dan balok, boleh

menggunakan data nilai produksi masing-masing komoditi

pada tahun 2007.

Jadi, alokator untuk Provinsi Kalimantan Tengah merupakan

kombinasi antara data tahun 2010 dengan 2007 dengan asumsi

nilai produksi tahun 2010 sama dengan tahun 2007. Jangan lupa,

beri catatan di insert comment untuk data yang bukan berasal dari

tahun yang sama dengan tahun dasar (tahun 2007). Untuk

mencari bobot dengan alokator, gunakan lembar kerja (LK)

pembantu di sheet lain. Lebih jelasnya lihat gambar. 3.

Untuk data PDRB yang masih dalam bentuk perikanan laut, dan

perikanan darat (umum/air tawar), maka dapat menggunakan

data dari publikasi Statistik Perikanan Tangkap Indonesia 2010

dan Statistik Perikanan Budidaya Indonesia 2010, yang bisa di-

download dari homepage Kementerian Kelautan dan Perikanan

(KKP) di http://statistik.kkp.go.id/ index.php/statistik/.

Page 12: PERATURAN KEPALA BADAN PUSAT STATISTIK TENTANG … · 1. Tabel Input Output (I-O) tahun 2010. 2. LK PDRB atas dasar harga berlaku tahun 2010. Contoh LK PDRB ada pada lampiran 1 sampai

Gambar 3: Penghitungan Alokator

Pada publikasi Statistik Perikanan Tangkap Indonesia 2010,

perikanan tangkap terdiri dari 2 jenis yaitu: Perairan Laut

(perikanan laut) dan Perairan Umum (perikanan darat/tawar).

Sedangkan pada publikasi Perikanan Budidaya Indonesia 2010,

budidaya dibedakan atas budidaya air tawar (jaring apung, kolam,

keramba, dan sawah), budidaya air payau (tambak), dan budidaya

air laut. Karena beberapa jenis ikan yang di budidaya adalah

sama dengan jenis ikan yang ada di perairan laut/umum, maka

pada Sektor Perikanan pengelompokkan didasarkan pada asal

ikan umumnya diperoleh.

Contoh: ikan kakap yang diperdagangkan di daerah “A” umumnya

merupakan hasil budidaya air laut, maka dalam pengelompokkan

di Sektor Perikanan, ikan kakap di daerah “A” dikategorikan

sebagai Perikanan Budidaya. Sedangkan di daerah “B” ikan kakap

yang diperdagangkan umumnya merupakan hasil tangkapan

nelayan di laut lepas, maka dalam pengelompokkan Sektor

Perikanan, ikan kakap di daerah “B” dikategorikan sebagai

Perikanan Tangkap.

Berdasarkan data dari publikasi tersebut diatas, jenis ikan yang

ada di budidaya dapat dirangkum seperti dalam tabel 2.

Page 13: PERATURAN KEPALA BADAN PUSAT STATISTIK TENTANG … · 1. Tabel Input Output (I-O) tahun 2010. 2. LK PDRB atas dasar harga berlaku tahun 2010. Contoh LK PDRB ada pada lampiran 1 sampai

Tabel 2: Rangkuman Publikasi Perikanan Tangkap dan

Budidaya Indonesia Tahun 2010

Jenis Ikan

Budidaya Air Tawar

Budidaya

Air

Payau

Budidaya

Air

Jaring

Apung Keramba Kolam Sawah Tambak Laut

Bandeng √ √

Baung √ √ √

Bawal √ √ √ √

Belanak √

Betok √ √ √

Betutu √ √ √

Gabus √ √ √ √

Gurame √ √ √ √

Jelawat √ √ √

Kakap √ √

Kerapu √ √

Kekerangan √

Kepiting √

Lele √ √ √ √

Lobster √

Mas √ √ √ √

Mujair √ √ √ √ √

Nila √ √ √ √ √

Nilem √ √ √ √

Patin/Patin

Jambal √ √ √ √

Rajungan √

Rumput Laut √ √

Sepat Siam √ √ √ √

Sidat √ √ √ √ √

Tambakan √ √ √

Tawes √ √ √ √

Teripang √

Toman √ √ √ √

Page 14: PERATURAN KEPALA BADAN PUSAT STATISTIK TENTANG … · 1. Tabel Input Output (I-O) tahun 2010. 2. LK PDRB atas dasar harga berlaku tahun 2010. Contoh LK PDRB ada pada lampiran 1 sampai

Udang

Lainnya √

Udang Putih √

Udang Galah √

Udang Rostris √

Udang

Vanamei √

Udang Windu √

Perairan Umum (darat/tawar)

Perairan Laut

Jadi, alokator untuk ikan baung adalah total nilai produksi ikan

baung hasil budidaya air tawar di jaring apung + keramba +kolam.

3. Mengisi kolom Rasio Marketed Surplus

Marketed Surplus (MS) yang digunakan adalah MS Perdagangan

Besar (PB), yaitu barang-barang yang dipasarkan di tingkat

perdagangan besar/grosir. Rasio MS didefinisikan sebagai rasio

antara nilai barang-barang yang dipasarkan di tingkat grosir dengan

nilai barang-barang yang diproduksi.

Rasio MS 1

Dalam penyusunan DT IHPB 2010, RMS yang digunakan adalah

hasil survei pola distribusi (Poldis) di tingkat perdagangan grosir

(lihat lampiran 13). Untuk provinsi yang tidak memiliki data hasil

survei Poldis, maka bisa menggunakan data dari provinsi lain

dimana barang biasa berasal dan atau mempunyai kemiripan

dalam rantai distribusi (catat data provinsi mana yang digunakan).

Jika komoditi yang dimaksud tidak ada di survei Poldis, maka

bisa menggunakan RMS PB yang ada di lampiran 14 apabila

dirasakan sesuai dengan kondisi masing-masing provinsi. Jika

tidak sesuai, maka boleh dilakukan adjustment atau penyesuaian,

namun hal ini sebaiknya dikonsultasikan terlebih dahulu dengan

Bidang Nerwilis.

Page 15: PERATURAN KEPALA BADAN PUSAT STATISTIK TENTANG … · 1. Tabel Input Output (I-O) tahun 2010. 2. LK PDRB atas dasar harga berlaku tahun 2010. Contoh LK PDRB ada pada lampiran 1 sampai

4. Mengisi kolom Nilai MS.

Nilai MS merupakan perkalian dari rasio MS dengan output.

Selanjutnya, tentukan komoditi yang akan masuk dalam paket

komoditi IHPB dengan ketentuan sebagai berikut:

- Pedagang yang menjual komoditi tersebut HARUS PEDAGANG

GROSIR, BUKAN PRODUSEN atau merangkap pedagang

ECERAN.

- Komoditi tersebut banyak diperdagangkan di pasaran sehingga

mudah untuk memantau harganya.

- Komoditi tersebut BUKAN tergolong barang musiman, yaitu barang

yang hanya ada di pasaran pada saat saat tertentu saja.

Untuk lebih jelasnya, lihat gambar 4.

C. Format Diagram Timbang IHPB

Agar lebih terstruktur, DT IHPB di-format seperti pada gambar 4.

Selanjutnya, lengkapi dengan satuan dan keterangan dari komoditi yang

diobservasi. Untuk lebih jelasnya, lihat lampiran 15.

Gambar 4: LK DT IHPB Kalimantan Tengah

Page 16: PERATURAN KEPALA BADAN PUSAT STATISTIK TENTANG … · 1. Tabel Input Output (I-O) tahun 2010. 2. LK PDRB atas dasar harga berlaku tahun 2010. Contoh LK PDRB ada pada lampiran 1 sampai

Satuan dari komoditi

Satuan ini merupakan satuan umum yang berlaku di pasaran untuk

komoditi yang diperdagangkan dalam partai besar (grosir) dan bukan

untuk konsumsi rumahtangga (eceran). Gunakan satuan standar

nasional untuk komoditi yang akan diobservasi harganya. Jika

menggunakan satuan lokal, maka konversi antara satuan lokal dengan

standar nasional harus dicatat.

Contoh:

Komoditi Satuan

Grosir Eceran

Gula pasir Karung = 25 kg Kg

Kemeja Lengpan Kodi (20 buah)

atau Lusin (12 buah)

Helai (1 buah)

Dalam menentukan satuan, ada baiknya observasi lapangan dilakukan

terlebih dulu agar satuan yang akan digunakan merupakan satuan yang

banyak dipergunakan dalam transaksi perdagangan. Misal: satuan untuk

gula pasir yang akan digunakan untuk observasi lapangan adalah karung

isi 25 kg, padahal satuan yang banyak diperdagangkan di provinsi adalah

karung isi 50 kg. Maka sebaiknya satuan yang digunakan untuk komoditi

tersebut adalah 50 kg.

Karena kedepannya penghitungan IHPB akan dilakukan dengan program

online yang terintegrasi dengan program penghitungan IHPB Nasional,

maka satuan dalam IHPB sebaiknya diselaraskan dengan satuan standar

yang tersedia pada program online tersebut.

CATATAN:

Harga yang di-entry ke dalam program merupakan HARGA GROSIR yang

disesuaikan dengan satuan standar yang tertera pada program. Jadi jika

satuan gula pasir yang digunakan dalam program adalah kilogram, maka

harga yang di-entry merupakan pembagian dari harga sekarung gula pasir

(misal ukuran 25 kg) dibagi dengan 25 atau sekarung gula pasir ukuran

50 kg dibagi dengan 50, bukan sebaliknya, satuan yang digunakan

adalah karung isi 50 kg tetapi harga yang di-entry merupakan

harga/kg dikali dengan 50.

Pada penyusunan DT IHPB 2010 bobot komoditi merupakan Nilai

Marketed Surplus (NMS) tingkat perdagangan besar pada tahun 2010 yang

Page 17: PERATURAN KEPALA BADAN PUSAT STATISTIK TENTANG … · 1. Tabel Input Output (I-O) tahun 2010. 2. LK PDRB atas dasar harga berlaku tahun 2010. Contoh LK PDRB ada pada lampiran 1 sampai

sebenarnya, atau dengan kata lain tidak ada proses imputasi dari

komoditi yang tidak terpilih masuk dalam paket komoditi (pakom) IHPB.

Dengan demikian maka perlakuan untuk komoditi yang tidak terpilih

tersebut adalah:

1) Jika komoditi bersifat musiman maka data harga asli (saat sedang

musim komoditi tersebut) tetap dimasukkan dalam database.

Sedangkan bulan-bulan berikutnya (saat musim dari komoditi

tersebut sudah selesai), data harga dikosongkan sampai dengan

komoditi tersebut kembali muncul di pasaran. Jangan lupa, beri

catatan di insert comment bahwa data harga yang kosong tersebut

adalah karena bukan musim dari komoditi tersebut.

Jika sewaktu-waktu IHPB dari komoditi ini dibutuhkan/harus dirilis,

maka dilakukan penghitungan ulang dengan menggunakan data harga

yang ada di database dan judgement dari Bidang Statistik Distribusi

BPS Provinsi.

2) Untuk komoditi yang tidak terpilih karena kontinuitas dari data harga

sulit, maka data harga dikosongkan dengan disertai catatan pada

insert comment. Karena data harganya tidak ada, maka angka IHPB

komoditi ini benar-benar tidak bisa dirilis.

Untuk lebih jelasnya, kedua perlakuan diatas dapat dilihat pada

gambar 5 dan 6, atau lampiran 16 dan 22

Gambar 5: Contoh Pengumpulan Data Harga Komoditi Musiman

dan yang tidak masuk Pakom IHPB Tahun 2010

Page 18: PERATURAN KEPALA BADAN PUSAT STATISTIK TENTANG … · 1. Tabel Input Output (I-O) tahun 2010. 2. LK PDRB atas dasar harga berlaku tahun 2010. Contoh LK PDRB ada pada lampiran 1 sampai

Keterangan gambar 5:

- Komoditi labu kuning tidak masuk Pakom IHPB Provinsi

Kalimantan Tengah (Kalteng) 2010 karena kontinuitas data

harganya sulit untuk dipantau, sehingga IHPB untuk komoditi ini

benar-benar tidak dapat dirilis.

- Komoditi mangga dan durian merupakan komoditi musiman.

Harga mangga pada bulan Januari s/d Juli merupakan harga

transaksi riil di pasaran, sedangkan harga pada bulan Agustus s/d

Desember tidak di-entry karena komoditi tersebut sedang tidak ada

di pasaran.

- Komoditi rambutan menggunakan satuan ikat, dimana setelah

dicek, konversi untuk 1 ikat = 0,8 kg. Jadi, jika satuan rambutan

dikonversi ke satuan standar nasional maka harga yang ada di

database adalah per 80 Kg. Karena rambutan merupakan buah-

buahan musiman, maka perlakuannya sama dengan mangga dan

durian (mohon maaf, di gambar tidak dibuatkan insert comment,

karena tempatnya tidak tersedia).

Gambar 6: Contoh IHPB Kalimantan Tengah Subsektor Pertanian

Tanaman Semusim dan Pertanian Tanaman Tahunan

Tahun Dasar 2010 (2010=100)

Page 19: PERATURAN KEPALA BADAN PUSAT STATISTIK TENTANG … · 1. Tabel Input Output (I-O) tahun 2010. 2. LK PDRB atas dasar harga berlaku tahun 2010. Contoh LK PDRB ada pada lampiran 1 sampai

Catatan:

Diagram Timbang IHPB Provinsi yang telah selesai disusun sebaiknya

dipersentasikan dahulu di hadapan Bidang Nerwilis selaku pengguna data

utama, dan Bidang Statistik Produksi selaku penyedia data untuk

penghitungan alokator komoditi di semua sektor IHPB. Persentasi ini

dimaksudkan untuk memperoleh saran dan masukan terhadap kewajaran

dari setiap bobot komoditi yang akan digunakan untuk penghitungan IHPB

Provinsi.

III. PENGHITUNGAN INDEKS HARGA PERDAGANGAN BESAR PROVINSI

(IHPB-Prov)

Formula yang digunakan dalam penghitungan IHPB-Prov sama dengan

formula yang digunakan untuk penghitungan IHPB Nasional, yaitu Modified

Laspeyres

100*

01

0

10)1(

)1(

QP

QPPP

Ii

j

ii

j

iiin

in

ni

ni

Keterangan :

I ni = Indeks (HPB) komoditi i pada periode berlaku (bulan ke-n)

Pni = Harga komoditi i pada periode yang berlaku (bulan ke-n)

P in )1( = Harga komoditi i pada periode sebelumnya (bulan ke-(n-1))

PP

in

ni

)1(

= Rasio harga jenis barang i bulan ke-n terhadap bulan ke-(n-1)

P in )1( Qi0= Nilai marketed surplus (NMS) komoditi i yang diperdagangkan pada periode

(n-1) atau penimbang berjalan periode (n-1)

QP ii 00 = Nilai marketed surplus komoditi i yang diperdagangkan pada tahun dasar

atau penimbang tahun dasar

A. Penghitungan pada Tahun Dasar

1. Menentukan rata-rata harga pada tahun dasar

a) Buat series data harga dari setiap komoditi yang masuk dalam

paket komoditi IHPB selama setahun (Januari-Desember 2010).

Page 20: PERATURAN KEPALA BADAN PUSAT STATISTIK TENTANG … · 1. Tabel Input Output (I-O) tahun 2010. 2. LK PDRB atas dasar harga berlaku tahun 2010. Contoh LK PDRB ada pada lampiran 1 sampai

Series data harga yang dikumpulkan adalah series harga grosir,

bukan harga konsumen/eceran yang disesuaikan dengan satuan

grosir. Jika tidak ada harga grosir, maka gunakan harga yang dibeli

oleh pedagang lain (bukan rumah tangga) meskipun satuannya

eceran.

Contoh:

Komoditi Satuan

grosir

Harga

grosir

Harga

produsen

(HP)

Harga

eceran Keterangan

Kemeja

Katun

Lengan

panjang

Lusin - - 100.000/he

lai

- Harga grosir ≠

100.000 X 12

-Tanyakan dlm

satuan yg lebih

kecil seperti:

½ lusin, per 3

atau 4 helai

atau harga

eceran kalau

yang membeli

pedagang lain

(bukan rumah-

tangga)

Jagung

segar

Kw

-

650.000

10.000/kg

-Gunakan

harga yang di-

beli oleh

pedagang

(bukan rumah-

tangga) lain

bisa 650.000

bisa juga

10.000.

Page 21: PERATURAN KEPALA BADAN PUSAT STATISTIK TENTANG … · 1. Tabel Input Output (I-O) tahun 2010. 2. LK PDRB atas dasar harga berlaku tahun 2010. Contoh LK PDRB ada pada lampiran 1 sampai

b). Rata-ratakan harga dari setiap komoditi selama setahun dengan

formula:

Lebih jelasnya lihat kolom (18) pada gambar 5.

2. Menentukan RH bulanan pada tahun dasar

Harga dari masing-masing bulan (Januari,...,Desember 2010) dibagi

dengan rata-rata harga pada tahun dasar atau hasil penghitungan pada

point 3.1.a.2.

Formula yang digunakan:

3.

3. Menentukan NMS bulanan (NMS0i) pada tahun dasar

NMS bulanan dari setiap komoditi (NMS0i) diperoleh dengan cara RH

bulanan dari komoditi (hasil penghitungan point 3.1.b) dikali dengan

bobot asli dari komoditi (NMS atau P0Q0), lalu dibagi 100.

Atau jika ditulis dengan formula adalah sebagai berikut:

100100

00000

iiiiii

QxPRHxNMSRHNMS

4. Menentukan Bobot bulanan pada tahun dasar

Bobot bulanan dari setiap komoditi diperoleh dengan cara NMS0i

bulanan dari komoditi i dibagi dengan total NMS0 (NMS0 Umum) dari

semua komoditi pada bulan yang bersesuaian.

100

1

0

0 x

NMS

NMSBOBOT

n

i

i

i

5. Menghitung IHPB bulanan pada tahun dasar

IHPB bulanan dari setiap komoditi dihitung dengan cara: NMS

komoditi i pada bulan berjalan dibagi dengan rata-rata NMS komoditi

i pada tahun dasar lalu dikalikan 100. Lebih jelasnya lihat kolom (19)

s/d (30) pada gambar 8. Atau:

Page 22: PERATURAN KEPALA BADAN PUSAT STATISTIK TENTANG … · 1. Tabel Input Output (I-O) tahun 2010. 2. LK PDRB atas dasar harga berlaku tahun 2010. Contoh LK PDRB ada pada lampiran 1 sampai

1000

000 x

NMS

NMSIIHPB

i

iii

Dimana:

= Indeks komoditi i pada tahun dasar

= Nilai marketed surplus komoditi i pada tahun dasar

= Rata-rata nilai marketed surplus komoditi i pada tahun dasar

Jadi:

.....

6. Menghitung Rata-rata IHPB komoditi pada tahun dasar

IHPB komoditi hasil penghitungan point 3.1.e dirata-ratakan dengan

cara yang sama seperti menghitung rata-rata harga pada tahun

dasar. Rata-rata IHPB dari setiap komoditi harus sama dengan 100.

Lihat kolom (31) pada gambar 6.

B. Penghitungan Pada Tahun Selanjutnya

1. Menentukan RH bulan berjalan

, dimana:

Pni = Harga komoditi i pada bulan ke-n

P(n-1)i = Harga komoditi i pada bulan ke-(n-1)

2. Menghitung NMS bulan berjalan

Dimana :

Page 23: PERATURAN KEPALA BADAN PUSAT STATISTIK TENTANG … · 1. Tabel Input Output (I-O) tahun 2010. 2. LK PDRB atas dasar harga berlaku tahun 2010. Contoh LK PDRB ada pada lampiran 1 sampai

= Nilai marketed surplus (NMS) komoditi i pada bulan ke-n

= Nilai marketed surplus (NMS) komoditi i pada bulan ke-(n-1)

= relatif harga komoditi i pada bulan ke-n

3. Penghitungan Indeks bulan berjalan

Dimana:

= Indeks komoditi i pada bulan ke-n

= Nilai marketed surplus komoditi i pada bulan ke-n

= Nilai marketed surplus komoditi i pada tahun dasar

C. Penghitungan Inflasi

Penghitungan inflasi HPB terdiri dari inflasi bulanan, tahun kalender dan

Y-o-Y.

1. Inflasi Bulanan

Inflasi bulanan =

Dimana:

= indeks komoditi i pada bulan ke-n

= indeks komoditi i pada bulan ke-(n-1)

2. Inflasi Tahun Kalender

Inflasi Tahun Kalender =

Dimana:

= indeks komoditi i pada bulan ke-n tahun a

= indeks komoditi i pada bulan Desember tahun a-1

3. Inflasi Year on Year (Y-o-Y)

Page 24: PERATURAN KEPALA BADAN PUSAT STATISTIK TENTANG … · 1. Tabel Input Output (I-O) tahun 2010. 2. LK PDRB atas dasar harga berlaku tahun 2010. Contoh LK PDRB ada pada lampiran 1 sampai

Inflasi Y-o-Y =

Dimana:

= indeks komoditi i pada bulan ke-n tahun a

= indeks komoditi i pada bulan ke-n tahun a-1

D. Penghitungan Share/Andil

= 100

)100( )1( nni xBobotRH

Dimana:

= sumbangan/andil inflasi/deflasi komoditi i pada bulan ke-n

= nilai marketed surplus (NMS) komoditi i yang diperdagangkan

pada periode n-1 atau sama dengan bobot pada bulan ke-(n-1)

= relatif harga komoditi i pada bulan ke-n

Pada dasarnya rumus Indeks Laspeyres modifikasi tersebut dapat digunakan

untuk penghitungan IHPB dengan pengelompokan apapun seperti IHPB

menurut kelompok komoditi, sub-sektor, sektor, maupun umum.

Penghitungan IHPB akan lebih mudah dilakukan apabila dihitung secara

bertahap, dimulai dari pengelompokan terkecil.

Contoh penghitungan IHPB mulai dari pengumpulan data sampai dengan

penghitungan IHPB tahun kalender dan year on year ada pada lampiran 16

sampai dengan 26.

Page 25: PERATURAN KEPALA BADAN PUSAT STATISTIK TENTANG … · 1. Tabel Input Output (I-O) tahun 2010. 2. LK PDRB atas dasar harga berlaku tahun 2010. Contoh LK PDRB ada pada lampiran 1 sampai

IV. PUBLIKASI

IHPB-Prov akan dirilis melalui BERITA RESMI STATISTIK (BRS)

setiap tanggal 1 bulan berikutnya, bersamaan dengan pres rilis data-data

BPS lainnya seperti: inflasi bulanan, volume ekspor-impor, tingkat hunian

hotel, dan sebagainya.

Pada dasarnya tidak ada format khusus dalam penulisan BRS

IHPB-Prov. Namun demikian, BRS IHPB-Prov harus memuat tabel 1 yang

ada di BRS IHPB Nasional (seperti pada tabel 3). Ulasan yang lain dalam

BRS IHPB-Prov diserahkan ke masing-masing BPS Provinsi.

Tabel 3: Persentase dan Andil Perubahan IHPB-Prov “X”

November 2012 Menurut Sektor/Kelompok Barang

(2010=100)

Sektor/Kelompok

Barang

IHPB

Desember

2011

IHPB

Oktober

2012

IHPB

November

2012

Perubahan

IHPB

November

2012 thd

Oktober

2012

(%)

Laju

Inflasi

Tahun

Kalender

2012 (%)

Laju

Inflasi

Year-

on-

Year

(%)

Andil

Nov

2012

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

SektorDomestik

1. Pertanian

2. Pertambang

an dan

Penggalian

3. Industri

Umum XXX XXX XXX XXX XXX XXX

Page 26: PERATURAN KEPALA BADAN PUSAT STATISTIK TENTANG … · 1. Tabel Input Output (I-O) tahun 2010. 2. LK PDRB atas dasar harga berlaku tahun 2010. Contoh LK PDRB ada pada lampiran 1 sampai

Catatan:

Andil/share komoditi merupakan penjumlahan dari andil kualitas-kualitas

yang termasuk dalam komoditi tersebut atau Andil komoditi X =

j

i

inA1

,

dimana j adalah banyaknya kualitas yang termasuk dalam komoditi X. Dengan

kata lain, andil kelompok/sektor/umum merupakan aggregat dari unsur

penyusun dibawahnya (komoditi/kelompok/sektor).

V. PENUTUP

1. IHPB-Prov (2010=100) merupakan indeks harga di tingkat perdagangan

besar/grosir yang pertama kali dihitung BPS di level provinsi. Sebelumnya,

BPS RI hanya menghitung IHPB dengan cakupan nasional.

2. Ke depan, cakupan sektor dalam IHPB-Prov akan mengikuti IHPB Nasional

yaitu terdiri dari sektor-sektor domestik (Pertanian, Pertambangan dan

Penggalian, dan Industri) dan Sektor Perdagangan antar wilayah.

3. Tahun dasar 2010 merupakan tahun dasar IHPB-Prov dan PDRB, sehingga

IHPB-Prov dapat langsung digunakan sebagai deflator PDRB tanpa harus

melakukan backcasting (penyamaan tahun dasar) terlebih dahulu.

4. Walaupun memiliki tahun dasar yang sama, IHPB Nasional (2010=100)

bukan merupakan agregat dari lHPB-Prov (2010=100). Hal ini dikarenakan

sumber data yang digunakan untuk bobot IHPB Nasional dan IHPB-Prov

berbeda.

5. Dalam penyusunan Bobot/Diagram Timbang IHPB-Prov, bobot/NMS dari

komoditi-komoditi yang tidak masuk paket komoditi (pakom) IHPB-Prov

tidak diimputasi/diprorate ke dalam bobot komoditi-komoditi yang masuk

dalam pakom IHPB-Prov. Jadi, bobot komoditi yang masuk pakom IHPB-

Prov merupakan bobot murni/riil dari PDRB di tingkat perdagangan

besar/grosir, sehingga dapat mencerminkan keadaan yang sebenarnya dari

pergerakan IHPB-Prov. Hal ini juga sesuai dengan keinginan rekan-rekan

dari Direktorat Neraca Produksi dan Neraca Pengeluaran selaku user utama

data IHPB-Prov, yang disampaikan pada rapat tanggal 17 Oktober 2013 di

gedung 2 lantai 5 BPS RI.

6. Di masa datang penghitungan dilakukan dengan program shpb online.

Namun sebelum program penghitungan dalam shpb online tersedia, IHPB-

Prov akan dihitung oleh Bidang Statistik Distribusi BPS Provinsi.

7. Terkadang terdapat sedikit perbedaan hasil hitungan antara penghitungan

program excel maupun online dengan penghitungan manual langsung

Page 27: PERATURAN KEPALA BADAN PUSAT STATISTIK TENTANG … · 1. Tabel Input Output (I-O) tahun 2010. 2. LK PDRB atas dasar harga berlaku tahun 2010. Contoh LK PDRB ada pada lampiran 1 sampai

menggunakan IHPB dua dijit dibelakang koma. Hal ini utamanya terjadi

pada data perubahan indeks (inflasi) dan share (andil inflasi) yang

dikarenakan rounded angka dibelakang koma. Untuk lebih jelasnya lihat

gambar 7.

Berdasarkan penghitungan dengan Program Online, andil Subsektor

Industri Pengolahan dan Pengawetan Ikan dan Biota Air pada bulan

Desember 2013 adalah sebesar 0,04 persen (lihat gambar 7). Padahal

secara teori, andil Subsektor Industri Pengolahan dan Pengawetan Ikan dan

Biota Air merupakan penjumlahan dari andil komoditi-komoditi yang ada di

subsektor tersebut. Jadi secara manual seharusnya andil Subsektor

Industri Pengolahan dan Pengawetan Ikan dan Biota Air pada bulan

Desember 2013 adalah sebesar 0,03 yang merupakan penjumlahan dari

andil ikan teri asin/kering ditambah andil ikan asin/kering lainnya

ditambah andil ikan beku.

Terhadap perbedaan ini, Bidang Statistik Distribusi dapat menyikapi

dengan bijaksana yaitu dengan memilih besaran andil yang dirasa lebih

tepat untuk mencerminkan keadaan yang sebenarnya. Namun yang perlu

diingat, angka IHPB Prov, inflasi grosir dan andil yang telah dirilis ke publik

harus selalu konsisten dengan data yang telah dirilis terlebih dahulu.

Misalkan berdasarkan gambar 7, andil Subsektor Industri Pengolahan dan

Pengawetan Ikan dan Biota Air yang dirilis ke publik adalah 0,03, maka

pada rilis data IHPB Prov bulan-bulan berikutnya harus tetap 0,03 yang

digunakan. Hal ini dimaksudkan untuk menjaga kredibilitas angka yang

telah dirilis dan mencegah kebingungan dari pengguna data.

Gambar 7: Hasil Penghitungan IHPB Nasional dengan Program Online

Page 28: PERATURAN KEPALA BADAN PUSAT STATISTIK TENTANG … · 1. Tabel Input Output (I-O) tahun 2010. 2. LK PDRB atas dasar harga berlaku tahun 2010. Contoh LK PDRB ada pada lampiran 1 sampai

8. Softcopy BRS dalam bentuk pdf dikirimkan ke email Subdirektorat Statistik

Harga Perdagangan Besar ([email protected]) paling lambat tanggal 25 setiap

bulannya. Dan BPS Provinsi akan merilis angka IHPB-Prov setiap hari kerja

pertama di bulan berikutnya.

9. Contoh penghitungan IHPB lengkap, mulai dari pencatatan data harga

termasuk penambahan dan pengurangan kualitas, sampai dengan

penghitungan IHPB tahun kalender dan Year on Year dapat dipelajari pada

lampiran 16 sampai dengan lampiran 26.

10. Untuk pengklasifikasian komoditi utamanya di Subsektor Pertanian

Tanaman Semusim dan Subsektor Pertanian Tanaman Tahunan, harap

berpedoman pada KBLI 2009, bukan pada contoh yang ada di lampiran.

KEPALA BADAN PUSAT STATISTIK,

SURYAMIN