ii. tinjauan pustaka ii.1. definisi...

24
4 II. TINJAUAN PUSTAKA II.1. Definisi Jembatan Jembatan merupakan suatu bangunan yang dibuat untuk melintasi rintangan baik yang terjadi di alam maupun buatan manusia. Jembatan dapat dikelompokkan menjadi beberapa jenis, yaitu: a. Menurut penggunaan, yaitu: jembatan jalan raya, jembatan kereta api, jembatan pipa, jembatan air, jembatan kanal dan jembatan militer. b. Menurut bahan jembatan, yaitu: jembatan kayu, jembatan batu, jembatan beton, dan jembatan baja. c. Menurut posisi jalan, yaitu: jembatan lantai, jembatan dua lantai, jembatan langsung, jembatan setengah langsung rangka kaku, jembatan gantung, dan jembatan tahanan kabel. d. Menurut bentuk dan ciri–cirinya, yaitu: jembatan balok, jembatan rangka dan jembatan lengkung. e. Menurut kedudukan bidang datar, yaitu: jembatan miring, jembatan lurus, dan jembatan lengkung. f. Menurut lokasi jembatan, yaitu: jembatan yang melintasi sungai, jembatan yang melintasi viaduk, jembatan yang melintasi jalan raya, dan jembatan yang melintasi jalan kereta api. g. Menurut sistem strukturnya, yaitu: jembatan sistem sederhana dan jembatan sistem menerus. h. Menurut kelas jembatan, kelas jembatan jalan raya dibagi menjadi dua kelas, yaitu: kelas A dan kelas B II.2. Jembatan Gelagar Beton Bertulang Jembatan gelagar beton bertulang adalah suatu bangunan buatan manusia dimana bangunan atas terbuat dari beton bertulang yang berfungsi untuk menghubungkan jalur transportasi yang dilalui oleh beban lalu lintas.

Upload: dinhnhan

Post on 31-Jan-2018

225 views

Category:

Documents


9 download

TRANSCRIPT

Page 1: II. TINJAUAN PUSTAKA II.1. Definisi Jembatandigilib.itb.ac.id/files/disk1/555/jbptitbpp-gdl-citraindri-27705-3...Menurut bentuk dan ciri–cirinya, yaitu: jembatan balok, jembatan

4

II. TINJAUAN PUSTAKA

II.1. Definisi Jembatan

Jembatan merupakan suatu bangunan yang dibuat untuk melintasi rintangan baik

yang terjadi di alam maupun buatan manusia. Jembatan dapat dikelompokkan

menjadi beberapa jenis, yaitu:

a. Menurut penggunaan, yaitu: jembatan jalan raya, jembatan kereta api,

jembatan pipa, jembatan air, jembatan kanal dan jembatan militer.

b. Menurut bahan jembatan, yaitu: jembatan kayu, jembatan batu, jembatan

beton, dan jembatan baja.

c. Menurut posisi jalan, yaitu: jembatan lantai, jembatan dua lantai, jembatan

langsung, jembatan setengah langsung rangka kaku, jembatan gantung,

dan jembatan tahanan kabel.

d. Menurut bentuk dan ciri–cirinya, yaitu: jembatan balok, jembatan rangka

dan jembatan lengkung.

e. Menurut kedudukan bidang datar, yaitu: jembatan miring, jembatan lurus,

dan jembatan lengkung.

f. Menurut lokasi jembatan, yaitu: jembatan yang melintasi sungai, jembatan

yang melintasi viaduk, jembatan yang melintasi jalan raya, dan jembatan

yang melintasi jalan kereta api.

g. Menurut sistem strukturnya, yaitu: jembatan sistem sederhana dan

jembatan sistem menerus.

h. Menurut kelas jembatan, kelas jembatan jalan raya dibagi menjadi dua

kelas, yaitu: kelas A dan kelas B

II.2. Jembatan Gelagar Beton Bertulang

Jembatan gelagar beton bertulang adalah suatu bangunan buatan manusia dimana

bangunan atas terbuat dari beton bertulang yang berfungsi untuk menghubungkan

jalur transportasi yang dilalui oleh beban lalu lintas.

Page 2: II. TINJAUAN PUSTAKA II.1. Definisi Jembatandigilib.itb.ac.id/files/disk1/555/jbptitbpp-gdl-citraindri-27705-3...Menurut bentuk dan ciri–cirinya, yaitu: jembatan balok, jembatan

5

Jembatan gelagar beton bertulang standar adalah jembatan yang dapat menerima

beban Bina Marga 100%. Adapun spesifikasi jembatan gelagar beton bertulang

standar, yaitu:

Bentang jembatan : 5 m sampai dengan 25 m

Lebar lantai kendaraan : 7m

Mutu beton : K-250

Poisson’s ratio : 0,2

II.2.1. Komponen Jembatan Gelagar Beton Bertulang

Secara umum, komponen jembatan dibagi menjadi dua komponen utama, yaitu

bangunan atas dan bangunan bawah. Tiap-tiap komponen utama disusun oleh

beberapa komponen yang terintegrasi menjadi suatu kesatuan sistem. Tiap-tiap

komponen memiliki fungsi yang spesifik dalam mendukung fungsi jembatan

secara keseluruhan.

II.2.1.1. Bangunan Atas

Bangunan atas merupakan komponen utama yang menerima langsung beban lalu

lintas. Bangunan atas terdiri dari semua komponen suatu jembatan yang terletak di

atas dukungan abutmen dan pilar.

Komponen-komponen bangunan atas, yaitu:

a) Plat Lantai

Plat lantai merupakan komponen jembatan yang memiliki fungsi utama

untuk mendistribusikan beban sepanjang potongan melintang jembatan.

Plat lantai merupakan bagian yang menyatu dengan sistem struktur yang

lain, yang didesain untuk mendistribusikan beban-beban sepanjang

bentang jembatan.

b) Gelagar Induk

Gelagar induk merupakan komponen utama yang berfungsi untuk

mendistribusikan beban-beban secara longitudinal dan biasanya didesain

Page 3: II. TINJAUAN PUSTAKA II.1. Definisi Jembatandigilib.itb.ac.id/files/disk1/555/jbptitbpp-gdl-citraindri-27705-3...Menurut bentuk dan ciri–cirinya, yaitu: jembatan balok, jembatan

6

untuk menahan lendutan. Gelagar induk identik dengan penamaan dari tipe

bangunan atas jembatan, misal gelagar tipe balok disebut dengan istilah

girder, gelagar tipe rangka disebut dengan istilah truss, dan sebagainya.

c) Gelagar Sekunder

Gelagar sekunder terdiri dari gelagar melintang dan memanjang. Gelagar

melintang merupakan pengikat antar gelagar induk yang didesain untuk

menahan deformasi melintang dari rangka struktur atas dan membantu

pendistribusian bagian dari beban vertikal antara gelagar induk. Gelagar

memanjang pada jembatan merupakan pengikat antara gelagar melintang

dan bantalan.

d) Perletakan

Perletakan merupakan komponen jembatan yang berfungsi untuk

mendistribusikan beban bangunan atas ke bangunan bawah. Perletakan

jembatan dibedakan atas perletakan tetap dan perletakan gerak. Perletakan

gerak berfungsi memfasilitasi gerakan rotasi dan translasi longitudinal.

Perletakan tetap berfungsi hanya memfasilitasi gerakan rotasi.

e) Sambungan Siar Muai

Sambungan siar muai merupakan komponen jembatan yang berfungsi

untuk menyambungkan bangunan atas dengan bagian ujung atas abutmen

atau pilar. Selain itu, berfungsi untuk menahan pergerakan horizontal atau

rotasi yang ditimbulkan oleh bangunan atas.

II.2.1.2. Bangunan Bawah

Bangunan bawah merupakan bagian struktur jembatan yang langsung berdiri di

atas tanah dan menyangga bangunan atas jembatan. Bangunan bawah berfungsi

untuk mendistribusikan beban dari atas ke pondasi. Bangunan bawah terletak di

antara dua kepala jembatan yang disebut pilar. Pilar digunakan jika bentang

jembatan terlalu panjang atau bentang lebih dari satu, yang berfungsi untuk

Page 4: II. TINJAUAN PUSTAKA II.1. Definisi Jembatandigilib.itb.ac.id/files/disk1/555/jbptitbpp-gdl-citraindri-27705-3...Menurut bentuk dan ciri–cirinya, yaitu: jembatan balok, jembatan

7

mendistribusikan beban bangunan atas. Bangunan bawah meliputi komponen-

komponen yang mendukung bangunan atas.

Komponen-komponen bangunan bawah, yaitu:

a) Abutmen

Abutmen merupakan struktur penahan tanah yang mendukung bangunan

atas pada bagian ujung-ujung suatu jembatan. Abutmen berfungsi untuk

menahan gaya longitudinal dari tanah di bagian bawah ruas jalan yang

melintas. Abutmen dapat didesain dalam berbagai ukuran dan bentuk.

b) Pilar

Pilar merupakan struktur yang mendukung bangunan atas pada

pertengahan antara dua abutmen. Pilar digunakan jika bentang jembatan

terlalu panjang atau bentang lebih dari satu. Seperti halnya abutmen, pilar

juga dapat didesain dalam berbagai ukuran dan bentuk. Desain pilar perlu

memperhatikan aspek estetika karena sangat mempengaruhi keindahan

tampak jembatan.

c) Pedestals

Pedestals merupakan kolom pendek yang berada di atas abutmen atau

pilar yang secara langsung menopang gelagar utama struktur atas.

d) Backwall

Backwall merupakan komponen utama dari suatu abutmen yang berfungsi

sebagai struktur penahan (tanah) pada tiap-tiap jalan pendekat.

e) Wingwall

Wingwall merupakan suatu dinding samping pada dinding belakang

abutmen atau stem yang didesain untuk membantu atau menahan keutuhan

atau stabilitas tanah di belakang abutmen. Pada beberapa struktur,

wingwall didesain cenderung secara konservatif, yang mengakibatkan

dinding lebih besar pada beberapa jembatan.

Page 5: II. TINJAUAN PUSTAKA II.1. Definisi Jembatandigilib.itb.ac.id/files/disk1/555/jbptitbpp-gdl-citraindri-27705-3...Menurut bentuk dan ciri–cirinya, yaitu: jembatan balok, jembatan

8

f) Piles

Jika lapisan tanah yang berada di bawah footing tak dapat memberikan

dukungan yang cukup terhadap bangunan bawah (dalam hal bearings

capacity, stabilitas keseluruhan, atau penurunan). Maka perlunya

penggunaan piles footing, yang merupakan penambahan kedalaman dari

footing hingga kedalaman yang memadai. Piles memiliki banyak variasi

bentuk dan ukuran.

Selain bangunan atas dan bangunan bawah, jembatan juga memiliki bangunan

pelengkap, seperti:

a) Lapisan permukaan/ perkerasan

Lapisan permukaan/ perkerasan memiliki fungsi untuk menahan kontak

terhadap kendaraan yang melintasi jembatan. Lapisan permukaan/

perkerasan adalah lapisan yang terpisah dengan struktur jembatan dimana

terbuat dari material aspal dengan ketebalan 51-102 mm.

b) Perlengkapan

Perlengkapan adalah suatu bagian dari jembatan yang bukan komponen

yang penting tetapi melayani beberapa kepentingan terhadap fungsi struktur

secara menyeluruh. Adapun perlengkapan jembatan yang berpengaruh

terhadap fungsi jembatan, antara lain:

Perlindungan lereng dan timbunan

Merupakan lereng yang meruncing mulai dari abutmen sampai

timbunan yang dibungkus dengan material baik batuan kering

maupun blok perkerasan. Perlindungan lereng dan timbunan

memiliki estetika yang indah dan memiliki pengendalian erosi

yang memadai.

Page 6: II. TINJAUAN PUSTAKA II.1. Definisi Jembatandigilib.itb.ac.id/files/disk1/555/jbptitbpp-gdl-citraindri-27705-3...Menurut bentuk dan ciri–cirinya, yaitu: jembatan balok, jembatan

9

Underdrain

Underdrain adalah suatu sistem drainase yang terbuat dari pipa

yang diperporasi dimana mampu mengalihkan aliran air

permukaan dari struktur ke saluran-saluran drainase yang

tersedia. Underdrain memiliki fungsi untuk menyediakan

drainase yang memadai bagi komponen-komponen bangunan

bawah.

Approach

Merupakan bagian dari jalan yang mendekati dan menjauhi

abutmen. Menurut AASHTO, approach adalah penggabungan

lebar jalur jalan dengan bahu jalan. Ukuran approach sama

dengan lebar jalur jalan pada jembatan atau penyempitan dari

ruas jalan standar (disesuaikan dengan lebar jalur jalan pada

jembatan).

Traffic Barriers

Traffic barriers berfungsi untuk mengurangi terjadinya

kecelakaan ketika suatu kendaraan meninggalkan jalan. Traffic

barriers terbuat dari beton bertulang berupa parapets ataupun

terbuat dari baja berupa rel pengaman.

II.3 Tipe Jembatan

Tipe jembatan berdasarkan Bridge Management System 1992 diidentifikasi

menurut tipe bangunan atas, bahan dan asal bangunan atas. Secara lebih detail

dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel II.1 Identifikasi Tipe Jembatan berdasarkan Bridge Managemant System 1992

TBA (Tipe Bangunan Atas) Bahan ABA

(Asal Bahan Bangunan)

A Gorong-gorong pelengkung A Aspal A Australia

B Gorong-gorong persegi B Baja B Belanda (baru)

Page 7: II. TINJAUAN PUSTAKA II.1. Definisi Jembatandigilib.itb.ac.id/files/disk1/555/jbptitbpp-gdl-citraindri-27705-3...Menurut bentuk dan ciri–cirinya, yaitu: jembatan balok, jembatan

10

Tabel II.1 (lanjutan) Identifikasi Tipe Jembatan berdasarkan Bridge Managemant System 1992

TBA (Tipe Bangunan Atas) Bahan ABA

(Asal Bahan Bangunan)

Y Gorong-gorong pipa U Lantai baja gelombang C Karunia Berca Indonesia

C Kabel Y Pipa baja diisi beton D Belanda (lama)

T Gantung D Beton tak bertulang E Spanyol/ Wika

D Flat slab P Beton prategang G Cigading

H Pile slab T Beton bertulang I Indonesia

P Pelat E Neoprene/ karet K Bukaka

V Voided slab F Teflon R Austria

E Pelengkung G Bronjong dan sejenisnya T Transbakrie

F Ferry J Alumunium U United Kigdom (Calender Hamilton)

G Gelagar K Kayu W Bailley/ Acrow

M Gelagar komposit M Pasangan batu H Adhi Karya

O Gelagar boks S Pasangan bata J Jepang

U Gelagar tipe U O Tanah biasa/ lempung/ timbunan P PPI

L Balok pelengkung R Kerikil/ pasir Y Wijaya Karya

N Rangka semi permanen X Bahan asli X Tidak ada struktur

R Rangka V PVC M Amarta Karya

S Rangka sementara N Geotextile L Lain-lain

K Lintasan kereta api W Macadam W Lintasan basah H Pasangan batu kosong X Lain-lain L Lain-lain

II.4. Usia Jembatan

Pada jembatan, usia dibedakan menjadi dua macam yaitu usia fungsional dan usia

struktural.

II.4.1. Usia Fungsional

Usia fungsional jembatan berhubungan dengan volume lalu lintas pada kecepatan

rata-rata yang melalui jembatan. Hal ini berhubungan dengan jumlah lajur atau

Page 8: II. TINJAUAN PUSTAKA II.1. Definisi Jembatandigilib.itb.ac.id/files/disk1/555/jbptitbpp-gdl-citraindri-27705-3...Menurut bentuk dan ciri–cirinya, yaitu: jembatan balok, jembatan

11

lebar lantai jembatan. Jembatan sudah mendekati usia fungsionalnya jika volume

lalu lintas yang melalui jembatan mulai dibatasi.

Jika besar volume lalu lintas yang melewati jembatan pada selang waktu yang

sempit, maka kecepatan kendaraan akan berkurang, akhirnya akan mencapai titik

jenuh (macet). Hal ini dapat mengakibatkan waktu tempuh dan biaya yang akan

diperlukan untuk mencapai suatu tujuan dengan melewati jembatan menjadi lebih

besar daripada melewati rute alternatif. Oleh karena itu, biaya operasional dan

pemeliharaan jembatan lebih besar dari keuntungan ekonomis yang diperoleh.

Maka jembatan telah mencapai kondisi habis usia fungsionalnya.

II.4.2. Usia Struktural

Usia struktural jembatan berhubungan dengan kondisi keamanan dan pelayanan.

Hal tersebut berhubungan juga dengan retak, deformasi dan sejenisnya. Kondisi

ini bergantung terutama pada berbagai kegiatan dan bahan yang digunakan pada

jembatan.

Perubahan pada bahan pembentuk ada dua macam, yaitu yang berhubungan

dengan kekuatan; yang berhubungan dengan dimensi dan geometri.

Kejadian-kejadian yang dapat ditemui, antara lain:

• Pelapisan permukaan yang berulang yang dapat menambah beban mati

• Meningkatnya beban gandar akibat berubahnya karakteristik kendaraan

• Penurunan pondasi akibat perubahan pada kondisi geologis

II.5. Pembebanan Jembatan

Pembebanan untuk jembatan sangat mempengaruhi kekuatan jembatan tersebut.

Secara umum, pada jembatan terdapat tiga jenis beban ( soekirno, 2000), yaitu :

a) Beban Primer, yang terdiri dari :

• Beban mati (muatan tetap)

Penentuan besarnya beban mati menggunakan nilai berat jenis

untuk bahan jembatan, seperti beton, baja dan lain-lain.

Page 9: II. TINJAUAN PUSTAKA II.1. Definisi Jembatandigilib.itb.ac.id/files/disk1/555/jbptitbpp-gdl-citraindri-27705-3...Menurut bentuk dan ciri–cirinya, yaitu: jembatan balok, jembatan

12

• Beban hidup (muatan gerak)

Penentuan besarnya beban hidup harus meninjau dua macam

beban, yaitu :

o Beban ”T” yang merupakan beban terpusat untuk desain

lantai kendaraan. Beban ”T” adalah beban yang berupa

kendaraan truk yang mempunyai beban roda ganda sebesar

10 ton.

o Beban ”D” yang merupakan beban jalur untuk gelagar. Beban

”D” digunakan untuk perhitungan gelagar-gelagar dimana

terdiri dari beban garis ”P” dan beban terbagi rata ”q”.

- Besarnya beban ”q” ditentukan sebagai berikut :

q = 2,2 t/m, untuk panjang bentang < 30 m

q = 2,2 – 1,1/ 60 x ( L – 30 ) t/m, untuk 30 m<L<60 m

q = 1,1 x ( 1 + 30 / L ) t/m, untuk L > 60 m

dimana:

L = panjang bentang, satuan meter.

- Besarnya beban ”P” adalah 12 ton

• Gaya akibat tekanan tanah

Bagian bangunan jembatan yang direncanakan untuk menahan

tanah (misal dinding penahan tanah, pilar, dan lain-lain).

b) Beban Sekunder, yang terdiri dari :

a. Tekanan angin

b. Gaya rem

c. Gaya gempa

d. Gaya akibat rangkak

e. Gaya akibat perubahan suhu

f. Gaya gesekan pada tumpuan bergerak

Page 10: II. TINJAUAN PUSTAKA II.1. Definisi Jembatandigilib.itb.ac.id/files/disk1/555/jbptitbpp-gdl-citraindri-27705-3...Menurut bentuk dan ciri–cirinya, yaitu: jembatan balok, jembatan

13

c) Beban Khusus, yang terdiri dari :

a. Gaya-gaya yang menjauhi titik pusat (sentrifugal)

b. Gaya aliran air

II.5.1. Beban Lalu Lintas

Beban lalu lintas yang digunakan untuk perencanaan suatu jembatan terdiri dari

beban lajur ”T” dan beban truk ”D”. Beban truk ”T” merupakan satu kendaraan

berat yang terdiri dari 3 as dimana ditempatkan pada beberapa posisi dalam lajur

lalu lintas rencana. Setiap as terdiri atas dua bidang kontak pembebanan yang

merupakan simulasi pengaruh roda kendaraan berat, dimana hanya satu truk ”T”

yang dapat diterapkan per lajur lalu lintas rencana.

Beban lajur ”D” yang bekerja pada seluruh lebar jalur kendaraan dan

menimbulkan pengaruh pada jembatan yang ekuivalen dengan suatu iring-iringan

kendaraan yang sebenarnya. Jumlah total beban lajur ”D” yang bekerja tergantung

pada lebar jalur kendaraan itu sendiri.

Secara umum, beban ”D” akan menjadi beban penentu dalam perhitungan

jembatan yang memiliki bentang sedang sampai panjang, sedangkan beban ”T”

digunakan untuk bentang pendek dan lantai kendaraan.

II.5.1.1 Beban Lalu Lintas yang Dikurangi

Pada kondisi khusus dan atas persetujuan instansi yang berwenang maka

pembebanan ”D” yang senilai 70% dapat digunakan. Nilai pembebanan ”D”

tersebut dapat digunakan pada jembatan semi permanen atau darurat.

Page 11: II. TINJAUAN PUSTAKA II.1. Definisi Jembatandigilib.itb.ac.id/files/disk1/555/jbptitbpp-gdl-citraindri-27705-3...Menurut bentuk dan ciri–cirinya, yaitu: jembatan balok, jembatan

14

II.5.1.2 Beban Lalu Lintas yang Berlebih

Pada kondisi khusus dan atas persetujuan instansi yang berwenang maka

pembebanan ”D” dapat dinaikkan melebihi 100%. Nilai pembebanan ”D” tersebut

digunakan pada jaringan jalan yang dilalui oleh kendaraan berat.

II.5.2. Gaya Rem

Gaya rem mengakibatkan bekerjanya gaya-gaya pada arah memanjang jembatan.

Pengaruh ini diperhitungkan senilai dengan pengaruh gaya rem sebesar 5% dari

beban ”D” tanpa dikalikan dengan faktor kejut yang memenuhi semua jalur lalu

lintas yang ada dan dalam satu jurusan.

II.6. Pemeriksaan Jembatan

Pemeriksaan jembatan adalah suatu proses pengumpulan data fisik dan kondisi

dari struktur jembatan. Data dari hasil pemeriksaan digunakan untuk menentukan

jenis penanganan yang akan dilakukan.

Pemeriksaan yang akan dilakukan diharapkan menggunakan prosedur yang

standar. Tujuan dari penggunaan prosedur yang standar untuk memastikan:

Data administrasi lengkap dan akurat

Semua komponen dan elemen jembatan telah diperiksa dan kondisinya telah

dinilai

Semua kerusakan sudah diselidiki dan mencatat tindakan yang perlu dilakukan

Adapun tujuan dari pemeriksaan jembatan, yaitu:

Memeriksa keamanan jembatan pada waktu jembatan masih berfungsi

Mencegah terjadinya penutupan lalu lintas pada jembatan

Mendata kondisi jembatan

Menyiapkan data untuk perencanaan, pelaksanaan dan pemeliharaan

Page 12: II. TINJAUAN PUSTAKA II.1. Definisi Jembatandigilib.itb.ac.id/files/disk1/555/jbptitbpp-gdl-citraindri-27705-3...Menurut bentuk dan ciri–cirinya, yaitu: jembatan balok, jembatan

15

Memeriksa pengaruh akibat beban kendaraan dan jumlah kendaraan

Memantau keadaan jembatan dalam jangka waktu yang lama

Pemeriksaan jembatan dilakukan dimulai sejak jembatan tersebut masih baru dan

selama umur jembatan. Macam-macam jenis pemeriksaan jembatan, yaitu:

1. Pemeriksaan inventarisasi

Pemeriksaan inventarisasi dilaksanakan untuk mendaftar semua data fisik dan

administratif jembatan yang relevan termasuk lokasi, jumlah bentang, tipe

konstruksi, bahan dan lain-lain. Pemeriksaan inventarisasi dilaksanakan hanya

sekali pada tiap jembatan pada saat awal pekerjaan, sesudah jembatan diganti

atau sehabis pekerjaan besar dilaksanakan.

2. Pemeriksaan detail

Pemeriksaan detail dilaksanakan untuk membuat pengecekan rinci terhadap

semua elemen jembatan. Elemen jembatan diberi nilai kondisi oleh pemeriksa.

Nilai kondisi digunakan untuk menetapkan peringkat dan membuat program

pekerjaan untuk mempertahankan fungsi jembatan secara efektif. Pemeriksaan

dilakukan dalam tenggang waktu dua sampai lima tahun.

3. Pemeriksaan rutin

Pemeriksaan rutin dilaksanakan setiap tahun untuk menjamin tidak adanya

sesuatu yang tidak diharapkan terjadi pada tahun sebelumnya dan untuk

memeriksa bahwa pemeliharaan rutin dilaksanakan secara efektif.

Page 13: II. TINJAUAN PUSTAKA II.1. Definisi Jembatandigilib.itb.ac.id/files/disk1/555/jbptitbpp-gdl-citraindri-27705-3...Menurut bentuk dan ciri–cirinya, yaitu: jembatan balok, jembatan

16

4. Pemeriksaan khusus

Pemeriksaan khusus dilakukan jika selama pemeriksaan detail kekurangan

sumber daya, pelatihan atau pengalaman untuk menilai dengan yakin kondisi

jembatan.

5. Pemeriksaan sewaktu-waktu

Pemeriksaan sewaktu-waktu merupakan pemeriksaan visual singkat terhadap

jembatan.

II.7. Jenis Penanganan

Setiap jembatan akan mengalami penurunan kondisi baik kekuatan maupun

fungsinya, maka diperlukan adanya tindakan untuk mengembalikan kondisinya.

Adapun tindakan-tindakan untuk mengembalikan kondisi jembatan, yaitu :

a) Perbaikan

Perbaikan merupakan tindakan untuk membuat jadi baik atau

mengembalikan ke kondisi kerja yang baik. Tindakan perbaikan lebih

menekankan pada kerusakan-kerusakan setempat pada elemen struktur

daripada kerusakan jembatan secara menyeluruh.

b) Rehabilitasi

Rehabilitasi merupakan tindakan untuk mengembalikan, termasuk

memperbaharui baik kondisi maupun fungsi. Tindakan rehabilitasi

menekankan pada struktur jembatan secara menyeluruh, termasuk

komponen-komponen utama jembatan.

c) Penggantian

Penggantian merupakan tindakan mengganti atau mengubah beberapa

komponen pada jembatan. Komponen utama pada jembatan yang biasanya

diganti, yaitu lantai jembatan, gelagar, siar muai, perletakan, dan

Page 14: II. TINJAUAN PUSTAKA II.1. Definisi Jembatandigilib.itb.ac.id/files/disk1/555/jbptitbpp-gdl-citraindri-27705-3...Menurut bentuk dan ciri–cirinya, yaitu: jembatan balok, jembatan

17

sebagainya. Mengganti jembatan secara keseluruhan merupakan usaha

paling akhir karena merupakan tindakan yang drastis dan membutuhkan

biaya yang besar.

d) Perkuatan

Perkuatan merupakan tindakan meningkatkan atau menambah kapasitas

daya dukung jembatan dengan penambahan material dan komponen

seperti prategang eksternal dan sebagainya.

e) Modernisasi

Modernisasi merupakan salah satu bentuk up grading dengan

menambahkan kelengkapan baru pada jembatan. Sebagai contoh pengatur

arus lalu lintas, rambu, marka, pagar dan lain-lain. Selain itu, modernisasi

juga dapat diartikan sebagai tindakan yang melibatkan beberapa pekerjaan

yang dilakukan sekaligus.

II.8. Lembaga Pembina Jalan dan Jembatan

Instansi yang bertanggung jawab untuk menangani jalan dan jembatan di

Indonesia, yaitu Departemen Pekerjaan Umum dan Departemen Dalam Negeri.

Jembatan yang terletak pada ruas jalan nasional berada di bawah tanggung jawab

Departemen Pekerjaan Umum, sedangkan jembatan yang berada pada ruas jalan

provinsi, kabupaten dan desa berada di bawah tanggung jawab Departemen Dalam

Negeri.

Departemen Pekerjaan Umum memiliki empat Direktorat Jenderal, yaitu:

Direktorat Jenderal Sumber Daya Air

Direktorat Jenderal Penataan Ruang

Direktorat Jenderal Bina Marga

Direktorat Cipta Karya

Page 15: II. TINJAUAN PUSTAKA II.1. Definisi Jembatandigilib.itb.ac.id/files/disk1/555/jbptitbpp-gdl-citraindri-27705-3...Menurut bentuk dan ciri–cirinya, yaitu: jembatan balok, jembatan

18

Direktorat Jenderal Bina Marga membawahi lima direktorat,yaitu:

Direktorat Bina Program

Direktorat Bina Teknik

Direktorat Jalan Bebas Hambatan dan Jalan Kota

Direktorat Jalan dan Jembatan Wilayah Barat

Direktorat Jalan dan Jembatan Wilayah Timur

Direktorat Jenderal Bina Marga merupakan pengelola jalan dan jembatan yang

berada pada ruas jalan nasional.

Secara umum tanggung jawab Direktorat Jenderal Bina Marga, antara lain:

Sebagai pengumpul administrasi dan pelaksana jalan dan jembatan

Sebagai pemelihara jalan dan jembatan

Direktorat Jenderal Bina Marga bertanggung jawab kepada Menteri Pekerjaan

Umum. Sedangkan yang mengelola jalan dan jembatan pada ruas jalan provinsi

adalah Dinas Bina Marga Provinsi dimana Dinas Bina Marga Provinsi berada di

bawah wewenang Gubernur yang bertanggung jawab kepada Menteri Dalam

Negeri.

Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten yang mengelola jalan dan jembatan pada ruas

jalan kabupaten dan desa. Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten berada di bawah

wewenang Bupati. Sedangkan yang mengelola jalan dan jembatan pada ruas jalan

kota adalah Dinas Pekerjaan Umum Kotamadya yang berada di bawah wewenang

Walikota.

Secara detail pembagian penanggung jawab jalan dan jembatan dapat dilihat pada

tabel II.2.

Page 16: II. TINJAUAN PUSTAKA II.1. Definisi Jembatandigilib.itb.ac.id/files/disk1/555/jbptitbpp-gdl-citraindri-27705-3...Menurut bentuk dan ciri–cirinya, yaitu: jembatan balok, jembatan

19

Tabel II.2 Penanggung Jawab Jalan dan Jembatan

Status Jalan Penanggung Jawab

Nasional Provinsi Kabupaten Jalan Kota Jalan Desa

Ditjen Bina Marga √

Dinas Bina Marga

Provinsi √

Dinas PU

Kabupaten √ √

Dinas PU

Kotamadya √

II.9. Dinas Bina Marga Provinsi Sumatera Selatan

Dinas Bina Marga dikepalai oleh Kepala Dinas dan dibantu oleh Wakil Kepala

Dinas. Kepala Dinas bertanggung jawab kepada kepala daerah (Gubernur) atas

semua pekerjaan yang telah dilakukan selama masa jabatannya.

Kepala Dinas membawahi lima Sub Dinas, yaitu:

Sub Dinas Bina Program dan Perencanaan Teknik

Sub Dinas Pembinaan dan Pengawasan Teknik

Sub Dinas Pelaksana Wilayah I

Sub Dinas Pelaksana Wilayah II

Sub Dinas Peralatan dan Perbekalan

Selain membawahi lima Sub Dinas, Kepala Dinas juga membawahi tujuh Unit

Pelaksana Teknis Dinas Pelayanan Jaringan Jalan dan Jembatan (UPTD PJ3),

yaitu:

UPTD PJ3 Kota Palembang

UPTD PJ3 Kabupaten Ogan Komering Ilir

UPTD PJ3 Kabupaten Musi Rawas

UPTD PJ3 Kabupaten Muara Enim

UPTD PJ3 Kabupaten Lahat

UPTD PJ3 Kabupaten Ogan Komering Ulu

UPTD PJ3 Kabupaten Musi Banyuasin

Page 17: II. TINJAUAN PUSTAKA II.1. Definisi Jembatandigilib.itb.ac.id/files/disk1/555/jbptitbpp-gdl-citraindri-27705-3...Menurut bentuk dan ciri–cirinya, yaitu: jembatan balok, jembatan

20

II.9.1. Tugas dan Fungsi Masing-Masing Sub Dinas

a) Sub Dinas Bina Program dan Perencanaan Teknik

Tugas Sub Dinas Bina Program dan Perencanaan Teknik yaitu melaksanakan

sebagian tugas Dinas Pekerjaan Umum Bina Marga dalam bidang program dan

perencanaan teknik.

Fungsi Sub Dinas Bina Program dan Perencanaan Teknik:

Penyusunan program, penganalisaan, pengevaluasian pengembangan

dan penanganan jaringan jalan.

Perencanaan teknis jalan dan jembatan.

Pelaksanaan survei, penelitian, analisa mengenai dampak lingkungan

dan studi kelayakan di bidang pengembangan jalan.

Penghimpunan, pemrosesan, pemutakhiran, penyimpanan data dan

melaksanakan kegiatan tata teknis.

Sub Dinas Program dan Perencanaan Teknik mempunyai empat seksi, yaitu:

Seksi Perencanaan Umum

Seksi Perencanaan Teknik Jalan

Seksi Survey dan Penelitian

Seksi Leger Jalan dan Tata Teknik

b) Sub Dinas Pembinaan dan Pengawasan Teknik

Tugas Sub Dinas Pembinaan dan Pengawasan Teknik antara lain melaksanakan

kegiatan pengawasan dan pengujian di bidang teknik jalan, konstruksi bangunan

pelengkap jalan, geoteknik jalan, konstruksi jalan dan jembatan serta bahan

konstruksi.

Sedangkan fungsi Sub Dinas Pembinaan dan Pengawasan Teknik sebagai berikut:

o Pelaksanaan pembinaan, pengawasan pengujian teknik di bidang

jalan dan jembatan.

o Pelaksanaan pembinaan dan pengawasan pemanfaatan jalan milik

daerah berkaitan dengan teknik.

Page 18: II. TINJAUAN PUSTAKA II.1. Definisi Jembatandigilib.itb.ac.id/files/disk1/555/jbptitbpp-gdl-citraindri-27705-3...Menurut bentuk dan ciri–cirinya, yaitu: jembatan balok, jembatan

21

o Pelaksanaan kegiatan administrasi Sub Dinas Pembinaan dan

Pengawasan Teknik.

Sub Dinas Pembinaan dan Pengawasan Teknik membawahi:

Seksi Pengujian Teknik

Tugas dari Seksi Pengujian Teknik adalah melaksanakan kegiatan

pengujian bahan mutu konstruksi material jalan dan jembatan yang

digunakan serta mutu konstruksi.

Seksi Pembinaan Teknik

Tugas dari Seksi Pembinaan Teknik antara lain melaksanakan

kegiatan memberikan pedoman dan pengkajian dokumen teknik,

bimbingan terhadap pembinaan jalan dan jembatan serta

memberikan petunjuk pelaksanaan.

Seksi Pengawasan Teknik

Sedangkan tugas dari Seksi Pengawasan Teknik adalah

melaksanakan kegiatan pengawasan dan pengendalian teknik

sesuai pedoman standar teknik maupun peraturan perundang-

undangan yang berlaku dan pemberian rekomendasi pemanfaatan

jalan dan jembatan.

c) Sub Dinas Pelaksana Wilayah

Sub Dinas Pelaksana Wilayah dibagi menjadi dua, yaitu:

Sub Dinas Pelaksana Wilayah I memiliki wilayah kerja meliputi

kabupaten Lahat, kabupaten Musi Rawas dan kabupaten Muara

Enim.

Sub Dinas Pelaksana Wilayah II memiliki wilayah kerja meliputi

kota Palembang, kabupaten Ogan Komering Ulu, kabupaten Ogan

Komering Ilir dan kabupaten Musi Banyuasin.

Tugas Sub Dinas Pelaksana Wilayah adalah melaksanakan sebagian tugas Dinas

Bina Marga di bidang pembangunan, peningkatan serta pemeliharaan jalan dan

jembatan berdasarkan wilayah kerjanya.

Page 19: II. TINJAUAN PUSTAKA II.1. Definisi Jembatandigilib.itb.ac.id/files/disk1/555/jbptitbpp-gdl-citraindri-27705-3...Menurut bentuk dan ciri–cirinya, yaitu: jembatan balok, jembatan

22

d) Sub Dinas Peralatan dan Perbekalan

Sub Dinas Peralatan dan Perbekalan mempunyai tugas melaksanakan kegiatan

pengadaan, penyimpanan, pendistribusian, penyewaan, pemeliharaan, perawatan

peralatan dan perbekalan dinas, melaksanakan inventarisasi kekayaan milik

negara/ daerah serta mengurus administrasi penghapusan peralatan dan

perbekalan.

II.9.2. Tugas Unit Pelaksana Teknis Dinas Pelayanan Jaringan Jalan dan

Jembatan (UPTD J3)

Tugas UPTD PJ3 adalah melaksanakan sebagian tugas Dinas Pekerjaan Umum

Bina Marga di bidang jaringan jalan dan jembatan di wilayah kerjanya. Selain

tugas, UPTD PJ3 juga memiliki fungsi sebagai berikut:

Pelaksanaan rencana kebutuhan jaringan jalan dan jembatan,

bahan-bahan bangunan dan komponen konstruksi pekerjaan umum

di bidang kebinamargaan, pemeliharaan, peningkatan,

pembangunan, inventarisasi jalan dan jembatan serta peralatan dan

perbekalan.

Pelaksanaan pelayanan teknis administratif ketatausahaan yang

meliputi urusan keuangan, kepegawaian, umum dan perlengkapan.

Unit Pelaksana Teknis Dinas Pelayanan Jaringan Jalan dan Jembatan membawahi

sub bagian tata usaha dan dua seksi, yaitu:

Seksi Jalan dan Jembatan mempunyai tugas melaksanakan penyusunan

program perkiraan biaya pelaksanaan pengendalian kegiatan jalan dan

jembatan, penanganan kerusakan jalan dan jembatan serta penanganan

jalan dan jembatan akibat bencana alam

Selain tugas, Seksi Jalan dan Jembatan juga memiliki fungsi antara lain:

o Pelaksanaan penyelenggaraan penyusunan program dan

prakiraan biaya jalan dan jembatan

o Pelaksanaan pengendalian kegiatan jalan dan jembatan

o Penanganan kerusakan jalan dan jembatan

Page 20: II. TINJAUAN PUSTAKA II.1. Definisi Jembatandigilib.itb.ac.id/files/disk1/555/jbptitbpp-gdl-citraindri-27705-3...Menurut bentuk dan ciri–cirinya, yaitu: jembatan balok, jembatan

23

o Penanganan kerusakan jalan dan jembatan akibat

bencana alam

Seksi Peralatan dan Perbekalan mempunyai tugas merencanakan

kebutuhan alat-alat besar, bahan-bahan bangunan dan komponen

konstruksi pekerjaan umum, melaksanakan pengoperasian dan

pemeliharaan alat-alat besar serta pengadaan bahan-bahan bangunan dan

komponen konstruksi

Disamping memiliki tugas, Seksi Peralatan dan Perbekalan juga memiliki fungsi

sebagai berikut:

o Pelaksanaan penyelenggaraan kebutuhan alat-alat berat

o Pengoperasian dan pemeliharaan alat-alat berat

o Pengadaan bahan bangunan jalan dan jembatan serta

komponen konstruksi

Struktur organisasi Dinas Bina Marga Provinsi Sumatera Selatan secara terperinci

dapat dilihat pada gambar II.1.

Sedangkan sumber pembiayaan untuk penanganan jembatan sama dengan sumber

pembiayaan untuk penanganan jalan. Sumber pembiayaan penanganan jembatan

berdasarkan status jalan yang dilalui oleh jembatan.

Untuk mengetahui lebih lanjut mengenai sumber pembiayaan untuk penanganan

jembatan dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel II.3 Sumber Pembiayaan Jalan dan Jembatan

No Status Jalan Sumber Pembiayaan Penyelenggara 1. Nasional DAK Departemen PU

APBN Bantuan Luar Negeri (BLN)

Dinas Bina Marga Provinsi Sumatera Selatan

2. Provinsi DAK Departemen PU DAU Provinsi APBD Provinsi

Dinas Bina Marga Provinsi Sumatera Selatan

3. Kabupaten DAK Departemen PU DAU Kabupaten APBD Kabupaten

Dinas Bina Marga Kabupaten

4. Desa DAU Kabupaten APBD Kabupaten

Dinas Bina Marga Kabupaten

Page 21: II. TINJAUAN PUSTAKA II.1. Definisi Jembatandigilib.itb.ac.id/files/disk1/555/jbptitbpp-gdl-citraindri-27705-3...Menurut bentuk dan ciri–cirinya, yaitu: jembatan balok, jembatan

24

Gambar II.1 Struktur Organisasi Dinas Bina Marga Provinsi Sumatera Selatan

Page 22: II. TINJAUAN PUSTAKA II.1. Definisi Jembatandigilib.itb.ac.id/files/disk1/555/jbptitbpp-gdl-citraindri-27705-3...Menurut bentuk dan ciri–cirinya, yaitu: jembatan balok, jembatan

25

II.10. Nilai Kondisi Jembatan

Nilai kondisi merupakan suatu nilai tertentu pada setiap pemeriksaan jembatan.

Nilai kondisi suatu jembatan ditentukan oleh beberapa hal yang ditinjau dari segi

struktur, kerusakan, perkembangan kerusakan, apakah elemen tersebut masih

berfungsi atau tidak dan apakah terdapat pengaruh kerusakan elemen yang

bersangkutan terhadap elemen yang lain.

Nilai kondisi bangunan atas diperoleh dengan cara menjumlahkan beberapa

penilaian, yaitu:

NK = S + R + K + F + P

dimana:

S = ditinjau dari segi struktur

R = ditinjau dari tingkat kerusakan

K = ditinjau dari segi kuantitas perkembangannya (area/ volume/

panjang)

F = kemampuan elemen menjalankan fungsinya

P = pengaruh kerusakan elemen pada elemen lain atau pada pengguna jalan

Keterangan:

Nilai kerusakan = S + R + K

Nilai fungsi = F

Nilai pengaruh = P

Nilai kondisi dari 0 sampai dengan 5, dimana:

0 = baik sekali

1 = baik

2 = rusak ringan

3 = rusak berat

4 = kritis

5 = runtuh/ tidak berfungsi

Page 23: II. TINJAUAN PUSTAKA II.1. Definisi Jembatandigilib.itb.ac.id/files/disk1/555/jbptitbpp-gdl-citraindri-27705-3...Menurut bentuk dan ciri–cirinya, yaitu: jembatan balok, jembatan

26

II.10.1 Evaluasi Kerusakan Elemen

Karakteristik kerusakan dapat dinilai secara visual pada waktu pemeriksaan dan

sesudah pemeriksaan dimana dilakukan penilaian kondisi pada setiap elemen yang

mengalami kerusakan dengan cara, yaitu:

1) Ditinjau dari segi struktur (S)

Jika tidak berbahaya = 0

Jika berbahaya = 1

(sesuai kriteria dalam panduan pemeriksaan jembatan)

2) Ditinjau dari tingkat kerusakan (R)

Jika tingkat kerusakan tidak parah = 0

Jika tingkat kerusakan parah = 1

(sesuai kriteria dalam panduan pemeriksaan jembatan)

3) Ditinjau dari segi perkembangan (K)

Jika < 50% elemen yang ditinjau mengalami kerusakan = 0

Jika > 50% elemen yang ditinjau mengalami kerusakan = 1

(sesuai kriteria dalam panduan pemeriksaan jembatan)

Nilai kerusakan dari 0 sampai dengan 3, dimana:

0 = tidak ada atau hanya sedikit sekali kerusakan

1 = hanya terdapat sedikit kerusakan

2 = mengalami kerusakan yang sudah meluas tetapi belum

membahayakan

3 = secara umum sudah mengalami kerusakan dan fungsinya akan segera

terganggu

Page 24: II. TINJAUAN PUSTAKA II.1. Definisi Jembatandigilib.itb.ac.id/files/disk1/555/jbptitbpp-gdl-citraindri-27705-3...Menurut bentuk dan ciri–cirinya, yaitu: jembatan balok, jembatan

27

II.10.2 Evaluasi Fungsi Elemen

Penilaian terhadap elemen mengenai kemampuan elemen menjalankan fungsinya.

Nilai fungsinya, yaitu:

0 = jika elemen masih berfungsi sesuai dengan persyaratan yang ada

1 = jika salah satu dari persyaratan mengenai fungsi elemen tidak

dipenuhi

II.10.3 Evaluasi Pengaruh Kerusakan Elemen pada Elemen Lain atau

Pengguna Jalan

Penilaian dilakukan untuk mengetahui apakah kerusakan pada elemen harus

dipertimbangkan atau sudah tidak berfungsi yang menyebabkan adanya pengaruh

pada elemen lain atau pengguna jalan.

Nilai pengaruhnya, yaitu:

0 = tidak ada pengaruh pada elemen lain

1 = ada pengaruh pada elemen lain