pbl blok 10 efen
DESCRIPTION
mekanisme kerja ginjalTRANSCRIPT
Struktur dan Fungsi serta Mekanisme Kerja GinjalDominikus Veri EfendiNIM : 102014156/A4
Email: [email protected] Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Alamat Korespondensi : Jalan Arjuna Utara 6, Jakarta Barat
Pendahuluan
Manusia hidup tidak hanya dari makanan yang dimakan dan udara yang dihirup saja, dan
juga hanya bergantung terhadap satu organ saja, tetapi seluruh organ tubuh saling
membutuhkan satu sama lain untuk menunjang kehidupan dan salah satunya adalah ginjal.
Ginjal sangat berguna bagi tubuh manusia karena ginjal memiliki fungsi mempertahankan
keseimbangan cairan tubuh, mereabsorbsi, dan sekresi zat-zat yg di perlukan oleh tubuh. Ginjal
sangatlah penting dalam hal kesehatan tubuh, karena memberikan hal-hal yang berguna dan
membuang yang tidak berguna.
Pembahasan
Struktur Makroskopik Ginjal
Ginjal merupakan organ pada tubuh manusia yang menjalankan banyak fungsi untuk
homeostasis, yang terutama adalah sebagai organ ekskresi dan pengatur kesetimbangan cairan
dan asam basa dalam tubuh. Terdapat sepasang ginjal pada manusia, masing-masing di sisi kiri
dan kanan (lateral) tulang vertebra dan terletak retroperitoneal (di belakang peritoneum).
Ginjal merupakan organ yang berbentuk seperti kacang merah, terdapat sepasang (masing-
masing satu di sebelah kanan dan kiri vertebra) dan posisinya retroperitoneal. Ginjal kanan
terletak sedikit lebih rendah dibanding ginjal kiri, hal ini disebabkan adanya hati yang
mendesak ginjal sebelah kanan. Ginjal kiri adalah iga 11 (vertebra L2-3), sedangkan ginjal
kanan iga 12 (vertebra L3-4). Adapun kutub bawah ginjal kiri adalah kira-kira 5 cm dari krista
iliaca, sedangkan kutub bawah ginjal kanan adalah 3 cm dari krista iliaca. Jarak antara kutub
atas ginjal kiri ke kutub atas ginjal kanan adalah 7 cm, dan jarak antara kutub bawah ginjal
kanan ke kutub bawah ginjal kiri adalah 11 cm. Dari batas-batas tersebut dapat terlihat bahwa
ginjal kanan posisinya lebih rendah dibandingkan ginjal kiri.1
1
Gambar 1. Letak Ginjal (sumber: www.google.com)
Topologi ginjal facies anterior
- ginjal kiri : - Dinding dorsal gaster - Ginjal kanan : - diaphragma
- Cauda pancreas - hepar
- Lien - duodenum pars descsendens
- colon pars descendens - colon pars ascendens
- diaphragma
- jejenum
Topologi ginjal facies posterior
- diaphragma
- m. Psoas major
- m. Quadratus lumborum
- m. transversus abdominis(aponeurosis)
- n.subcostalis, iliohypogastricus
Secara umum, ginjal terdiri dari beberapa bagian:
Korteks, yaitu bagian ginjal di mana di dalamnya terdapat/terdiri dari korpus
renalis/Malpighi (glomerulus dan kapsul Bowman), tubulus kontortus proksimal dan
2
tubulus kontortus distalis.
Medula, yang terdiri dari 9-14 pyiramid. Di dalamnya terdiri dari tubulus rektus,
lengkung Henle dan tubukus pengumpul (ductus colligent).
Columna renalis, yaitu bagian korteks di antara pyramid ginjal
Processus renalis, yaitu bagian pyramid/medula yang menonjol ke arah korteks
Hilus renalis, yaitu suatu bagian/area di mana pembuluh darah, serabut saraf atau
duktus memasuki/meninggalkan ginjal.
Papilla renalis, yaitu bagian yang menghubungkan antara duktus pengumpul dan calix
minor.
Calix minor, yaitu percabangan dari calix major.
Calix major, yaitu percabangan dari pelvis renalis.
Pelvis renalis, disebut juga piala ginjal, yaitu bagian yang menghubungkan antara calix
major dan ureter.
Ureter, yaitu saluran yang membawa urine menuju vesica urinaria.
Ada pula pembungkus ginjal, urutan dari luar hingga dalam (rongga tubuh hingga bagian
korteks):
Fascia renalis Kapsula adiposa Capsula fibrosa/renalis
1. Capsula fibrosa; meliputi dan melekat dengan erat pada permukaan luar ren
2. Capsula adipose; membungkus ren dan glandula suprarenalis.
3. Fascia renalis; merupakan kondensasi jaringan ikat yang terletak di luar capsula adiposa
serta meliputi ren dan glandula suprarenalis. Di lateral fascia ini melanjutkan diri sebagai
fascia transversalis.
Unit fungsional ginjal disebut nefron. Nefron terdiri dari korpus renalis/Malpighi (yaitu
glomerulus dan kapsul Bowman), tubulus kontortus proksimal, lengkung Henle, tubulus
kontortus distal yang bermuara pada tubulus pengumpul. Di sekeliling tubulus ginjal tersebut
terdapat pembuluh kapiler, yaitu arteriol (yang membawa darah dari dan menuju glomerulus)
serta kapiler peritubulus (yang memperdarahi jaringan ginjal) Berdasarkan letakya nefron dapat
dibagi menjadi: (1) nefron kortikal, yaitu nefron di mana korpus renalisnya terletak di korteks
yang relatif jauh dari medula serta hanya sedikit saja bagian lengkung Henle yang terbenam
pada medula, dan (2) nefron juxta medula, yaitu nefron di mana korpus renalisnya terletak di
3
tepi medula, memiliki lengkung Henle yang terbenam jauh ke dalam medula dan pembuluh-
pembuluh darah panjang dan lurus yang disebut sebagai vasa rekta.
Ginjal diperdarahi oleh a/v renalis. A. renalis merupakan percabangan dari aorta abdominal
(L1-2), sedangkan v.renalis akan bermuara pada vena cava inferior. Setelah memasuki ginjal
melalui hilus, a.renalis akan bercabang menjadi arteri interlobaris yang akan memperdarahi
segmen-segmen tertentu pada ginjal, yaitu segmen superior, anterior-superior, anterior-inferior,
inferior serta posterior. Dari a.interlobaris akan menjadi lengkungan dan berjalan di antara
medula dan korteks di sebut a.arkuata, lalu mempercabangkan menjadi a.interlobularis yg
memperdarahi daerah korteks ginjal.1
Ginjal memiliki persarafan simpatis dan parasimpatis. Untuk persarafan simpatis ginjal
melalui segmen T10-L1 atau L2, melalui n.splanchnicus major, n.splanchnicus imus dan
n.lumbalis. Saraf ini berperan untuk vasomotorik dan aferen viseral. Sedangkan persarafan
simpatis melalui n.vagus..
Gambar 2. Struktur Makroskopik Ginjal (sumber:www.google.com)
Struktur Mikroskopik Ginjal
Ginjal dibagi atas dua daerah yaitu daerah luar atau korteks dan daerah dalam atau
medulla. Korteks ginjal ditutupi oleh simpai jaringan ikat dan jaringan perineal, serta jaringan
lemak. Sedangkan medula dibentuk oleh sejumlah pyramid renal. Dasar setiap pyramid
4
menghadap korteks dan apexnya kedalam. Apeks pyramid renal membentuk papilla yang
terjulur kedalam kaliks minor. Medula juga terdiri dari ansa henle dan duktus koligens yang
akan bergabung di medulla membentuk duktus papilaris yang besar.
Papila biasanya ditutupi epitel selapis silindris yang berlanjut ke ruang calyx menjadi epitel
transisional. Dibawah epitel, terdapat selapis tipis jaringan ikat dan otot polos yang kemudian
menyatu menjadi hilus renalis.
Didalam hilus renalis dan diantara pyramid, terdapat cabang-cabang arteri dan vena
renalis, yaitu pembuluh interlobaris. Pembuluh ini memasuki ginjal kemudian melengkung
menyusuri dasar pyramid diantara korteks dan medulla disebut arteri arkuata. Pembuluh
arkuata mencabangkan arteri dan vena interlobularis yang lebih kecil, dan arteri arkuata
berjalan secara radial menuju korteks ginjal dan mempercabangkan banyak arteri aferen
glomerulus.
Lapisan visceral kapsula glomerulus terdiri dari sel epitel yang dimodifiksai disebut
podosit. Di kutub vascular epitel visceral akan membalik membentuk lapisan parietal kapsula
glomerulus. Ruang diantara lapisan visceral dan parietal menjadi lumen tubulus kontortus
proksimal di polus urinarius.2
Tubulus kontortus proksimal, banyak di korteks dengan lumen kecil, tidak rata, dan
dibentuk oleh selapis sel kuboid besar dengan sitoplasma eosinofilik dan bergranul, dan juga
terdapat brush border. Banyak zat yang direabsorbsi aktif dalam tubulus proksimal ini, seperti
natrium, kalium, kalsium, fosfat,glukosa, asam amino, dan air.
Ansa henle, berasal dari tubulus proksimal lurus yang berubah jadi ansa henle segmen
desendens tipis dengan sel epitel gepeng dan sedikit mikrovili. Kemudian struktur berlanjut
menjadi segmen asendens tipis lalu jadi tebal, yang selnya sebagian besar kuboid.6
Aparatus Juxtaglomerular, merupakan strurkur yang terdiri dari tiga sel utama: macula
densa yang merupakan sekelompok sel tubulus, sel mesangial ekstraglomerulus, dan sel
granular.
Tubulus kontortus distal, memiliki lumen lebih besar dari TKP yang dilapisi sel-sel kuboid
lebih kecil, kemudian sitoplasmanya bersifat basofil dan tidak ada brush border. Tubulus
kontortus distal akan berlanjut jadi tubulus koligens dengan sel kuboid yang memiliki batas-
batas yang jelas.2,3
5
Gambar 3. Korteks Ginjal2
Gambar 4. Medula Ginjal3
Fungsi Ginjal
Ginjal adalah organ yang memiliki kemampuan yang luar biasa, walaupun kecil organ
ini menyaring zat-zat yang telah tidak terpakai (zat buangan atau sampah/limbah) yang
merupakan sisa metabolisme tubuh. Setiap harinya fungsi ginjal akan memproses sekitar 200
liter darah untuk menyaring atau menghasilkan sekitar 2 liter limbah dan ekstra cairan yang
berlebih dalam bentuk urin, yang mengalir ke kandung kemih melalui saluran yang dikenal
sebagai ureter. Urin akan disimpan di dalam kandung kemih ini sebelum dikeluarkan pada saat
6
berkemih (buang air kecil).
Fungsi utama ginjal dapat dibagi menjadi fungsi homeostasis dan hormonal.
1. Fungsi Homeostasis
Mempertahankan osmolalitas plasma sekitar 285 mOsmol dengan mengubah ekskresi
air.
Mempertahankan pH plasma sekitar 7,4 dengan mengeluarkan kelebihan H+ dan
membentuk kembali HCO3ˉ .Akibatnya, urine yang dihasilkan dapat bersifat asam pada
pH 5 atau alkalis pada pH 8.
Mempertahankan kadar masing-masing elektrolit plasma dalam rentang normal.
Mengekskresikan produk akhir nitrogen dan metabolisme protein terutama urea, asam
urat dan kreatinin.
Proses pengaturan homeostasis dalam tubuh manusia diantara kemungkinannya ialah:
1. Apabila banyak garam dalam badan dan kurang air
2. Apabila kurang garam dalam badan dan banyak air
Apabila kadar garam lebih dari jumlah normal dan kurang air dalam badan, tekanan
osmosis darah akan meningkat, osmoreseptor pada hipotalamus akan terangsang kemudian
kelenjar hipofisis akan dirangsang lebih aktif untuk mensekresikan hormon ADH yang
bersifat antidiuretik untuk meningkatkan permeabilitas tubulus ginjal terhadap air, kelenjar
adrenal (hormon aldosteron) akan kurang dirangsang, maka lebih banyak air diserap dan
kurang ion natrium dan ion kalsium diserap kembali masuk dalam tubuh, tekanan osmosis
darah akan turun, proses ini akan berulang sehingga tekanan osmosis darah pada jumlah
normal.4
Apabila kadar garam lebih rendah dari jumlah normal dalam tubuh dan lebih banyak
air dalam tubuh, tekanan osmosis darah akan menurun, osmoreseptor pada hipotalamus
akan terangsang kemudian kelenjar pituitari akan kurang dirangsang untuk mensekresikan
hormon ADH (antidiuresis) untuk mengurangi permeabilitas tubulus ginjal terhadap air,
kelenjar adrenal (hormon aldosteron) akan dirangsang dengan lebih aktif, maka lebih
sedikit air diserap dan lebih sedikit juga natrium dan kalsium diserap kembali masuk dalam
tubuh, tekanan osmosis darah akan naik, proses ini akan berulang sehingga tekanan osmosis
darah berada pada jumlah normal.4
7
2. Fungsi hormonal
Menghasilkan renin yang penting untuk mengatur tekanan darah.
Menghasilkan eritropoietin yaitu suatu faktor yang penting dalam stimulasi produk sel
darah merah oleh sumsum tulang.
Memetabolisme vitamin D menjadi bentuk aktifnya.
Degradasi insulin.
Membentuk prostaglandin
Menghasilkan Kinin
Peran Hormon dalam proses dasar ginjal
Hormon Aldosteron.
Fungsi fisiologis hormon aldosteron yaitu mengatur unsur-unsur mineral (mineralo
kottikoid / dihasilkan oleh bagian korteks glandula suprarenalis / adrenalis ) Antara
lain Na+ dan K+, yakni terutama mengatur reabsorpsi Na+ dan sekresi K+. Dalam hal
ini apabila aldosteron meningkat, menyebabkan reabsorpsi Na+ bertambah dan
sekresi K+ bertambah pula. Aldosteron membantu ginjal mengatur volume plasma
atau cairan ekstra sel.5
Anti Diuretic Hormon (ADH) Vasopresin.
Hormon ini mempuyai fungsi fisiologi sebagai anti diuretik dengan pekerjaan utama
untuk retensi cairan. Terutama untuk pengaturan volume cairan ekstra sel dan
konsentrasi Na+ dan membantu ginjal mengatur tekanan osmotik plasma.
Mekanisme pengaturan sekresi ADH dipengaruhi oleh :
1. Penurunan volume cairan ekstra sel.
2. Peningkatan osmolaritas CES ( terutama bila kadar Na+ meningkat ).
Efek yang paling penting hormon antidiuretik adalah untuk menghemat air tubuh
dengan mengurangi hilangnya air dalam urin. Diuretik adalah agen yang meningkatkan
kecepatan pembentukan urin. Hormon antidiuretik mengikat reseptor pada sel-sel di
saluran pengumpul ginjal dan meningkatkan reabsorpsi air kembali ke dalam sirkulasi.
Dengan tidak adanya hormon antidiuretik, saluran pengumpul yang hampir
impermiable terhadap air, dan mengalir keluar sebagai urin.5
8
Renin
Selain itu ginjal menghasilkan Renin; yang dihasilkan oleh sel-sel aparatus
juxtaglomerularis pada waktu :
1. Konstriksi arteria renalis ( iskhemia ginjal )
2. Terdapat perdarahan ( iskhemia ginjal )
3. Uncapsulated ren (ginjal dibungkus dengan karet atau sutra )
4. Innervasi ginjal dihilangkan
5. Transplantasi ginjal ( iskhemia ginjal )
Renin mengakibatkan hipertensi ginjal, sebab renin mengakibatkan aktifnya
angiotensinogen menjadi angiotensin I, yang oleh ACE diubah menjadi
angiotensin II; dan ini efeknya menaikkan tekanan darah .5
Eritropoietin
Merupakan hormone yang diproduksi di ginjal, dan berfungsi untuk
meningkatkan produksi sel darah merah di sumsum tulang.
Vitamin D
Merupakan hormone steroid yang dimetabolisme di ginjal menjadi bentuk aktif
1,25-dihidroksikolekakalsiferol, yang berperan meningkatkan absorpsi kalsium
dan fosfat dari usus.5
Mekanisme Kerja Ginjal
Secara garis besar ada tiga mekanisme utama kerja ginjal yaitu filtrasi, reabsorbsi, dan
sekresi. Dimana ketiganya bekerja dalam proses pembentukan urin.
Filtrasi
Filtrasi di dalam ginjal terjadi didalam Glomerulus, sehingga disebut Filtrasi Glomerulus.
Pada glomerulus terdapat sel-sel endotelium kapiler yang berpori (podosit) sehingga
mempermudah proses penyaringan. Selain itu membran Glomerulus seratus kali lipat lebih
permeabel daripada kapiler-kapiler di tempat lain. Beberapa faktor yang mempermudah proses
penyaringan adalah tekanan hidrolik dan permeabilitias yang tinggi pada glomerulus. Tekanan
darah kapiler glomerulus adalah gaya pendorong utama yang berperan untuk menginduksi
filtrasi glomerulus.6
9
Selain penyaringan, di glomelurus terjadi pula pengikatan kembali sel-sel darah, keping
darah, dan sebagian besar protein plasma. Hasil penyaringan di glomerulus berupa filtrat
glomerulus (urin primer) yang komposisinya serupa dengan darah tetapi tidak mengandung
protein. Bahan-bahan kecil terlarut dalam plasma, seperti glukosa, asam amino, natrium,
kalium, klorida, bikarbonat, garam lain, dan urea melewati saringan dan menjadi bagian
dari endapan.6
Mekanisme kerja Filtrasi Glomerulus :
Darah yang masuk ke dalam nefron melalui arteriol aferen dan selanjutnya
menuju glomerulus akan mengalami filtrasi, tekanan darah pada arteriol aferen relatif
cukup tinggi sedangkan pada arteriol eferen relatif lebih rendah, sehingga keadaan ini
menimbulkan filtrasi pada glomerulus. Cairan filtrasi dari glomerulus akan masuk
menuju tubulus, dari tubulus masuk kedalam ansa henle, tubulus distal, duktus
koligentes, pelvis ginjal, ureter, vesica urinaria, dan akhirnya keluar berupa urine.
Membran glomerulus mempunyai ciri khas yang berbeda dengan lapisan pembuluh
darah lain, yaitu terdiri dari: lapisan endotel kapiler, membrane basalis, lapisan epitel
yang melapisi permukaan capsula bowman. Permiabilitas membarana glomerulus
100-1000 kali lebih permiabel dibandingkan dengan permiabilitas kapiler pada
jaringan lain.6
Pada saat darah mengalir melalui glomerulus, terjadi filtrasi plasma bebas-
protein menembus kapiler glomerulus kedalam kapsul Bowman. Cairan yang difiltrasi
dari glomerulus ke dalam kapsul Bowman harus melewati 3 lapisan yang membentuk
membran glomerulus :
1. Dinding kapiler Glomerulus
2. Lapisan gelatinosa aseluler = Membran basal ( basement membrane ).
3. Lapisan dalam kapsul Bowman.6
Secara kolektif, ketiga lapisan ini berfungsi sebagai saringan molekul halus
yang menahan sel darah merah dan protein plasma, tetapi melewatkan H2O dan zat
terlarut lain yg memiliki ukuran molekul lebih kecil. Melalui Filtrasi Glomerulus,
setiap hari terbentuk rata-rata 180 liter ( sekitar 47,5 galon ) filtrat glomerulus. Pada
saat filtrat mengalir melalui tubulus, zat-zat yang bermanfaat bagi tubuh dikembalikan
10
ke plasma kapiler peritubulus. Perpindahan bahan bahan yang bersifat selektif dari
bagian dalam tubulus ( lumen tubulus ) ke dalam darah ini disebut reabsorpsi tubulus.
Gambar 5. Mekanisme Kerja Ginjal (www.google.com)
Laju filtrasi glomerulus (GFR= Glomerulus Filtration Rate) dapat diukur
dengan menggunakan zat-zat yang dapat difiltrasi glomerulus, akan tetapi tidak
disekresi maupu direabsorpsi oleh tubulus. Kemudian jumlah zat yang terdapat dalam
urin diukur persatuan waktu dan dibandingkan dengan jumlah zat yang terdapat dalam
cairan plasma.
Rata-rata GFR normal pada laki-laki sekitar 125 ml/menit. GFR pada wnita
lebih rendah dibandingkan pada pria. Faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya
GFR antara lain ukuran anyaman kapiler, permiabilitas kapiler, tekanan hidrostatik,
dan tekanan osmotik yang terdapat di dalam atau diluar lumen kapiler. Proses
terjadinya filtrasi tersebut dipengaruhi oleh adanya berbagai tekanan sebagai berikut:
a. Tekanan kapiler pada glomerulus 55 mm Hg
b. Tekanan pada capsula bowman 15 mmHg
c. Tekanan osmotic koloid plasma 30 mmHg9,10
Ketiga faktor diatas berperan penting dalam laju peningkatan filtrasi. Semakin tinggi
tekanan kapiler pada glomerulus semakin meningkat filtrasi dan sebaliknya semakin
tinggi tekanan pada capsula bowman. serta tekanan osmotic koloid plasma akan
menyebabkan semakin rendahnya filtrasi yang terjadi pada glomerulus.6
11
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi GFR, diantaranya:
a. Tekanan glomerulus: semakin tinggi tekanan glomerulus semakin tinggi laju
filtrasi, semakin tinggi tekanan osmotic koloid plasma semakin menurun laju
filtrasi, dan semakin tinggi tekanan capsula bowman semakin menurun laju
filtrasi.
b. Aliran darah ginjal: semakin cepat aliran darah ke glomerulus semakin
meningkat laju filtrasi.
c. Perubahan arteriol aferen: apabila terjadi vasokontriksi arteriol aferen akan
menyebabakan aliran darah ke glomerulus menurun. Keadaan ini akan
menyebabakan laju filtrasi glomerulus menurun begitupun sebaliknya.
d. Perubahan arteriol efferent: pada kedaan vasokontriksi arteriol eferen akan terjadi
peningkatan laju filtrasi glomerulus begitupun sebaliknya.
e. Pengaruh perangsangan simpatis, rangsangan simpatis ringan dan sedang akan
menyebabkan vasokontriksi arteriol aferen sehingga menyebabkan penurunan
laju filtrasi glomerulus.
f. Perubahan tekanan arteri, peningkatan tekanan arteri melalui autoregulasi akan
menyebabkan vasokontriksi pembuluh darah arteriol aferen sehinnga
menyebabkan penurunan laju filtrasi glomerulus.6
Komposisi Filtrat Glomerulus
Dalam cairan filtrat tidak ditemukan eritrosit, sedikit mengandung protein (1/200
protein plasma). Jumlah elektrolit dan zat-zat terlarut lainya sama dengan yang terdapat
dalam cairan interstitisl pada umunya. Dengan demikian komposisi cairan filtrat
glomerulus hampir sama dengan plasma kecuali jumlah protein yang terlarut. Sekitar 99%
cairan filtrat tersebut direabsorpsi kembali ke dalam tubulus ginjal.
Reabsorpsi
Reabsorpsi ini terjadi di tubulus, reabsorpsi tubulus bersifat sangat selektif,
bervariasi, dan sangat luar biasa. Zat-zat yang direabsorpsi tidak keluar dari tubuh
melalui urin, tetapi diangkut oleh kapiler peritubulus ke sistem vena dan kemudian ke
12
jantung untuk kembali diedarkan. Dari 180 liter plasma yang difiltrasi setiap hari, rata-
rata 178,5 liter diserap kembali dengan 1,5 liter sisanya terus mengalir ke pelvis ginjal
untuk dikeluarkan sebagai urin. Semua konstituen plasma, kecuali protein, secara
nondiskriminatif difiltrasi bersama-sama melintasi kapiler glomerulus.
Bahan-bahan yang masih diperlukan di dalam urin pimer akan disreabsorpsi
kembali di tubulus kontortus proksimal, sedangkan di tubulus kontortus distal terjadi
penambahan zat-zat sisa dan urea. Direabsorpsinya zat pada tubulus ini melalui dua
cara. Gula dan asam amino direabsorpsi melalui peristiwa difusi, sedangkan air melalui
peristiwa osmosis. Penyerapan air terjadi pada tubulus proksimal dan tubulus distal.
Substansi yang masih diperlukan seperti glukosa dan asam amino dikembalikan ke
darah. Zat amonia, obat-obatan seperti penisilin, kelebihan garam dan bahan lain pada
filtrat dikeluarkan bersama urin. Setelah terjadi reabsorbsi maka tubulus akan
menghasilkan urin sekunder, zat-zat yang masih diperlukan tidak akan ditemukan lagi.
Sebaliknya, konsentrasi zat-zat sisa metabolisme yang bersifat racun bertambah,
misalnya urea.
Mekanisme Reabsorpsi Tubulus :
Reabsorpsi tubulus melibatkan transportasi Transepitel.
Ada 5 langkah yang terjadi didalam reabsorpsi tubulus transepitel, yaitu :
1. Bahan-bahan yang akan direabsorpsi kecuali H2O harus meninggalkan cairan
tubulus dengan melintasi membran luminal sel tubulus.
2. Bahan tersebut harus berjalan melewati sitosol dari satu sisi sel tubulus ke
sisi lainnya.
3. Bahan tersebut harus menyeberangi membran basolateral sel tubulus untuk
masuk ke cairan interstisium.
4. Bahan tersebut harus berdifusi melintasi cairan intertisium.
5. Bahan tersebut harus menembus dinding kapiler untuk masuk ke plasma
darah.6
Terdapat 2 jenis reabsorpsi tubulus yaitu :
1. Reabsorpsi Aktif : memerlukan energi.
Zat-zat yang mengalami reabsorpsi aktif pada tubulus proksimal yaitu ion
13
Na+, K+, PO4-, NO3-, glukosa dan asam amino. Terjadinya difusi ion-ion
khususnya ion Na+, melalui sel tubulus kedalam pembuluh kapiler
peritubuler disebabkan perbedaan ptensial listrik didalam epitel tubulus (-
70mvolt) dan diluar sel (-3mvolt). Perbedaan electrochemical gradient ini
membentu terjadinya proses difusi. Selain itu perbedaan konsentrasi ion
Na+ didalam dan diluar sel tubulus membantu meningkatkan proses difusi
tersebut. Meningkatnya difusi natrium diesbabkan permiabilitas sel tubuler
terhadap ion natrium relative tinggi. Keadaan ini dimungkinkan karena
terdapat banyak mikrovilli yang memperluas permukaan tubulus. Proses
ini memerlukan energi dan dapat berlangsung terus-menerus.
2. Reabsorpsi Pasif : Tidak memerlukan energi.
Terjadinya transport pasif ditentukan oleh jumlah konsentrasi air yang ada
pada lumen tubulus, permiabilitas membrane tubulus terhadap zat yang
terlarut dalam cairan filtrat dan perbedaan muatan listrik pada dinding sel
tubulus. Zat yang mengalami reabsorpsi pasif, misalnya urea,sedangkan air
keluar dari lumen tubulus melalui proses osmosis.
14
Gambar 6. Komposisi Urin (sumber:ww.google.com)
Sekresi
Sekresi tubulus, mengacu pada perpindahan selektif zat-zat dari darah kapiler
peritubulus ke dalam lumen tubulus, merupakan rute kedua bagi zat dari darah untuk
masuk kedalam tubulus ginjal. Proses sekresi terpenting adalah sekresi H+, K+, dan ion-
ion organik. Sekresi tubulus dapat dipandang sebagai mekanisme tambahan yang
meningkatkan eliminasi zat-zat tersebut dari tubuh. Semua zat yang masuk ke cairan
tubulus, baik melalui fitrasi glomerulus maupun sekresi tubulus dan tidak direabsorpsi
akan dieliminasi dalam urin.6
Mekanisme Kerja sekresi Tubulus :
Sekresi tubulus melibatkan transportasi transepitel seperti yang dilakukan
reabsorpsi tubulus, tetapi langkah-langkahnya berlawanan arah. Seperti
reabsorpsi, sekresi tubulus dapat aktif atau pasif. Bahan yang paling penting yang
disekresikan oleh tubulus adalah ion hidrogen (H+), ion kalium (K+), serta anion
dan kation organik, yang banyak diantaranya adalah senyawa senyawa yang asing
bagi tubuh.
Sekresi Ion Hidrogen.
Sekresi hidrogen ginjal sangatlah penting dalam pengaturan keseimbangan
asam-basa tubuh.
Sekresi ion Kalium
Ion kalium adalah contoh zat yang secara selektif berpindah dengan arah
berlawanan di berbagai bagian tubulus; zat ini secara aktif direabsorpsi di
tubulusproksimal dan secara aktif disekresi di tubulus distal dan pengumpul.
Sekresi anion dan kation Organik
Tubulus proksimal mengandung dua jenis pembawa sekretorik yang terpisah,
satu untuk sekresi anion organik dan suatu sistem terpisah untuk sekresi kation
organik.6
Sedangkan sekresi tubulus melalui proses: sekresi aktif dan sekresi pasif. Sekresi aktif
15
merupakan kebalikan dari reabsorpsi aktif. Dalam proses ini terjadi sekresi dari kapiler
peritubuler kelumen tubulus. Sedangkan sekresi pasif melalui proses difusi. Ion NH3- yang
disintesa dalam sel tubulus selanjutnya masuk kedalam lumen tubulus melalui proses difusi.
Dengan masuknya ion NH3- kedalam lumen tubulus akan membantu mengatur tingkat
keasaman cairan tubulus. Kemampuan reabsorpsi dan sekresi zat-zat dalam berbagai segmen
tubulus berbeda-beda.6
Kesimpulan
Ginjal merupakan organ yang sangat penting dalam pengaturan homeostasis tubuh. Karena
tanpa ginjal berperanan penting dalam keberlangsungan hidup serta fungsi sel secara normal
bergantung pada pemeliharaan konsentrasi garam, asam, dan juga elektrolit didalam cairan
internal sel tersebut. Kelangsungan hidup sel juga bergantung pada pengeluaran sisa-sisa
metabolisme yang dihasilkan oleh sel itu sendiri yang tentunya diatur oleh ginjal. Proses ginjal
dalam menjaga keseimbangan cairan dalam tubuh meliputi tiga proses utama yaitu filtrsai,
reabsorpsi, dan sekresi.
Daftar Pustaka
1. Sloane E. Anatomi dan fisiologi pemula. Edisi ke-2. Jakarta: EGC, 2004.
2. Junqueira LC, Carneiro J. Histologi dasar teks dan atlas. In: Frans D, editor. Saluran
Cerna. Jakarta: EGC; 2007.
3. Victor PE. Atlas histology di Fiore dengan kolerasi fungsional. Edisi ke-9. Jakarta:
EGC; 2003
4. Ganong WF. Buku ajar fisiologi kedokteran. Edisi ke-22. Jakarta: EGC, 2008.
5. Guyton AC. Buku ajar fisiologi kedokteran. Edisi ke-11. Jakarta: EGC, 2008.h. 402-14.
6. Sherwood L. Fisiologi manusia dari sel ke sistem. Edisi ke-22. Jakarta: EGC; 2009.
16