pbl blok 10 (ellen)

37
Sering Kencing pada Malam Hari dan Haus Ellen Seprilia Sujiman * 102010105 C4 Mahasiswa Fakultas Kedokteran UKRIDA *Alamat Korespondensi : Ellen Seprilia Sujiman Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana Jl. Arjuna Utara No. 06 Jakarta 11510 No Telp (021) 5694-2051 email: [email protected] Pendahuluan Sistem traktus urigeniytalis adalah suatu sistem yang dimana tersusun ginjal, uter, vesica urinaria, urethra, dan sistem reproduksi. Dimana ginjal fungsinya untuk ekskresi produk sisa metabolisme dan bahan kimia asing, pengaturan keseimbangan air dan elektrolit, pengaturan osmolaritas cairan tubuh dan konsentrasi elektrolit, pengaturan keseimbangan asam basa melalui ekskresi asam dan pengaturan simpanan penyangga cairan tubuh, dan 1

Upload: rio-nesa-pratama

Post on 07-Feb-2016

121 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: Pbl Blok 10 (Ellen)

Sering Kencing pada Malam Hari dan Haus

Ellen Seprilia Sujiman *

102010105

C4

Mahasiswa Fakultas Kedokteran UKRIDA

*Alamat Korespondensi :

Ellen Seprilia Sujiman

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana

Jl. Arjuna Utara No. 06 Jakarta 11510

No Telp (021) 5694-2051 email: [email protected]

Pendahuluan

Sistem traktus urigeniytalis adalah suatu sistem yang dimana tersusun ginjal, uter, vesica

urinaria, urethra, dan sistem reproduksi. Dimana ginjal fungsinya untuk ekskresi produk sisa

metabolisme dan bahan kimia asing, pengaturan keseimbangan air dan elektrolit, pengaturan

osmolaritas cairan tubuh dan konsentrasi elektrolit, pengaturan keseimbangan asam basa melalui

ekskresi asam dan pengaturan simpanan penyangga cairan tubuh, dan terdapat suatu unit

fungsional yang disebut nefron. Didalam ginjal juga terjadi suatu proses pembentukan urin.

Didalam makalah ini akan membahas kasus “Seorang perempuan usia 52 tahun, dating ke

puskesmas dengan keluhan sering kencing, terutama pada malam hari. Pada anamnesa diketahui

bahwa ia juga sering merasa haus dan sering merasa lapar. Setelah anamnesa dan pemeriksaan

fisik lengkap dokter membuat surat pengantar untuk memeriksa kadar gula darah puasa dan 2

jam post prandial”.

1

Page 2: Pbl Blok 10 (Ellen)

Tujuan

Tujuan pembuatan makalah ini untuk mengetahui, menagapa bisa terjadi seperti kasus

diatas, seperti yang kita ketahui pembentukan urin dilakukan dalam ginjal. Disini akan

membahas bagaimana susunan anatomi dan susunan struktur yang ada dalam ginjal, apa fungsi,

dan bagaimna cara pebentukan urin.

Makroskopis Gijal

Ren (Ginjal)

Kedua ren berfungsi mensekresikan sebagain besar produk sisa metabolisme. Ren

mempunyai peran penting mengatur keseimbangan air dan elektrolit didalam tubuh dan

mempertimbangkan keseimbangan asam basa. Produk sisa meninggalkan ren sebagai urin yang

mengalir kebawah di dalam ureter menuju ke visica urinaria yang terletak didalam pelvis. Urin

keluar dari tubuh melalui uretrha. 1

Ren berwarna coklat kemerahan dan terletak di belakang peritoneum, tinggi pada dinding

posterior abdomen disamping kanandan kiri collumna vertebralis; dan sebagian besar tertutup

oleh arcus costalis. Ren dextra terletak sedikit lebih rendah dibading ren sinstra karena adanya

lobus hepatis dexter yang besar. Bila diaphragma berkontraksi pada waktu respirasi kedua ren

turun ke arah vertikal samapai sejauh 2,5 cm. Pada kedua margo medialis ren yang cekung

terdapat celah vertikal yang dibatasi oleh pinggir-pinggir substansi ren yang tebal dan disebut

hilus renale. Hilus renale meluas kesuatu ruangan yang besar disebut sinus renalis. Hilus renale

dilalui dari depan kebelakang oleh vena renalis, dua cabang ateri renalis, ureter, dan cabang

ketiga ateria renalis. Pembuluh-pembuluh linfatuk dan serabut-serabut simpatis juga melalui

hilus ini. 1

Selubung-Selubung renalis. Ren mempunyai selubung sebagai berikut :

1. Capsula fiborosa : meliputi dan melekat dengan erat pada pemukaan luar ren/

2. Capsila adiposa : meliputi capsula fibrosa

2

Page 3: Pbl Blok 10 (Ellen)

3. Fascia renalis : merupakan kondensasi ajringan ikat yang terletak diluar capsula adiposa

serta meliputi ren dan glandula suprarenalis. Dilateral fascia ini melanjutkan diri sebagai

fascia transversalis.

4. Corpus adiposum pararenale : terletak diluar fascia renalis dan sering didapatkan dalam

jumlah besar. Corpus adiposum pararenale membentuk sebagian lemak retroperitoneal. 1

Struktur Ren

Masing-masing ren mempunyai koretek renalis dibagian luar, yang berwarna coklat tua

gelap, dan medula renalis dibagian dalam yang berwarna coklat lebih terang dibandingkan

korteks. Medula renalis terdiri atas kira-kira selusin piramid renalis yang masing-masing

mempunyai basis yang menghadap kekorteks renalis, dan apex yaitu papila renalis yang

menonjol kemedial. Bagian korteks yang menonjol kemedula diantara piramid yang berdekatan

disebut collumna renalis. Bagian bergaris-garis yang membentang dari basis piramid renalis

sampai ke korteks disebut radi medularis. Sinus renalis merupakan ruangan didalam hilus renalis

berisi pelebaran keatas ureter yang disebut pelpis renalis. Pelvis renalis terbagi menjadi dua atau

tiga calisis renales mayore yang masing-masing akan bercabang menjadi dua atau tiga calix

renalis minors. Setiap calix minor di invaginasi oleh apex piramid renalis yang disebut papila

renalis. 1

Hubungan penting ren dextra :

Anterior : glandula suprarenalis, hepar, pars descendens duodenum, dam fleksura coli

dextra.

Posterior : diaphragma, resesus costo diaphragmatikus, costa XII, m. psoas mayor, m.

quadratus lumborum, dan m. transversus abdominis. Nervus subcostalis, n.ilio

hypogastricus, dan n. Ilio inguinalis berjalan kebawah dan lateral.

Hubungan penting ren sinstra :

Antrerior : glandula suprarenalis, lien, gaster, pangkreas, fleksura coli sinistra, dan

lengkung-lengkung jejenum.

3

Page 4: Pbl Blok 10 (Ellen)

Posterior : diaphragma, resesus costo diaphragmatikus, costa XI dan costa XII, dan

m.psoa, m.quadratus lumborum, dan m.transversus abdominis. N. Subcostalis, n. Ilio

hypogastricus, dan n. Ilio inguinalis berjalan kebawah dan lateral. 1

Pendarahan

Ateri renalis berasal dari aorta setinggi vetebra L-2. Masing- masing ateri renalis

biasanya bercabang menjadi 5 a.segmentalis yang masuk kedalam hilus renalis, 4 didepan, dan 1

dibelakang pelvis renalis. Ateri ini mendarahi segmen-segmen atau area renalis yang berbeda.

cAteri lobares berasala dari a. Segmentalis, masing-masing 1 buah untuk satu piramid renalis.

Sebelum masuk substansia renalis setiap a. Lobaris mempercabangkan dua atau tiga aa.

Intralobarea. A intralobares berjalan menuju kortex di antara piramid renalis. Pada perbatasan

korteks dan medula renalis, ateriae interlobares bercabang menjadi arteriae acuarta yang

melengkung diatas basis piramid renalis. Ateriae acuarta mempercabangkan sejumlah ateriae

interlobularen yang berjalan ke atas di dalam kortex. 1

Vena renalis keluar dari hilus renalis di depan ateria renalis dan mengalirkan darah ke

vena caba inferior. Aliran limfe : nnll. Aortici laterales di sekitar pangkal arteria renalis.

PersarafanSerabut plexus renalis. Serabut-serabut aferen yang berjalan melalui plexus renalis

masuk ke medulla spinalis melalui nervi tracal 10-12. 1

Glandula Suprarenalis

Glandula suprarenalis merupakan organ retroperitoneal yang berwarna kekuningan pada

bolus superior ren. Glandula suprarenalis ini dikelilingi oleh fascia renalis. Setiap glandula

mempunyai cortex yang berwarna kuning dan medulla yang berwarna coklat tua. 1

Glandula suprarenalis dextra berbentuk seperti piramid dan menutupi polus superior ren

dextra. Glandula suprarenalis dextra membentang kemedial belakang lonuh hepatis dextra dan

membentang ke medial belakang vena cava inferior. Glandula ini terletak di posterior pada

diaphragma. 1

Glandula suprarenalis sinistra berbentuk bulan sabit dan meluas sepanjang margo

medialis ren sinistra dari polus superior sampai hilus renalis. Glandula ini terletak di belakang

pankreas, bursa mentalis, dan gaster, serta terletak di posterior diaphrgma. 1

4

Page 5: Pbl Blok 10 (Ellen)

Pendarahan

Ateriae yang mendarahi masing-masing glandula suprarenalis ada tiga buah : ateria

phrenica inferior, aorta abdominalis, ateria renalis. 1

Sebuah vena keluar dari hilus masing-masing glandula suprasrenalis dan mengalirkan

darahnya ke vena cava inferior pada sisi kanan dan vena renalis pada sisi kiri. Aliran limfe : nnll.

Aortici lateralis. Persarafan Serabut oreganglionik simpatis berasal dari nervus splanchinikus

sebagian besar saraf berakhir pada medulla glandula suprarenalis. 1

Mikroskopis Ginjal

Ginjal

Masing-masing ginjal menyerupai buncis, dengan satu pinggir konkaf dengan indentasi

besar, hilus, suatu daerah dimana saraf-saraf, pembuluh darah dan limfe masuk dan keluar dan

permukaan konvek pada sisi yang berlawanan. Pada hilus, kaliks-kaliks bersatu membentuk

[pelvis ginjal, yang merupakan bagian atas ureter yang melebar. Ginjal diliputi oleh oleh kapsula

ginjal yang terdiri atas jaringan penyambung padat. Ginjal, mempunyai bagian luar (korteks) dan

bagian dalam (medulla). 2

Pada manusia, medulla ginjal terdiri atas 10-18  struktur yang berbentuk kerucut atau

pyramid yang dasar dan pinggir-pinggirnya berada di dalam zona korteks dan puncaknya

menonjol ke dalam kaliks. Penonjolan ini adalah papila ginjal. Permukaan tiap-tiap papila

ditembus oleh 10-12 lubang-lubang, muara duktus koligens, membentuk area cribrosa. 2

Dari dasar pyramid medulla, tersusun paralel 400-500 tubulus-tubulus yang panjang.,

dinamakan medullary rays terdiri atas ductus coligens yang lurus dikelilingi banyak bagian

tubulus nefron yang sejajar, merupakan unit filtrasi ginjal. 2

Jaringan korteks pada daerah antara pyramid-pyramid membentuk collum bertini ginjal.

Pada potongan ginjal segar, korteks menunjukkan bercak-bercak merah kecil yang sesuai dengan

kelompokan vaskuler yang dinamakan renal corpuscel atau badan malphigi. 2

 

5

Page 6: Pbl Blok 10 (Ellen)

Nefron

Tiap-tiap ginjal terdiri atas 1-4 jutaunit filtrasi yang disebut dengtan nefron. Tiap-tiap

nefron terdiri atas (1) bagian yang melebar, renal corpuscel, (2) tubulus contortus proksimal, (3)

bagian tipis dan tebal lengkung henle, (4) tubulus kontortus distal. Renal corpuscel terdiri atas

berkas kapiler-kapiler, glomerulus, dikelilingi oleh kapsula epitel berdinding ganda yang

dinamakan kapsula bowman. Lembaran dalam kapsula yang meliputi kapiler-kapiler glomerulus

dinamakan lapisan viseral, sedangkan lembaran luar membentuk batas luar tebal corpuscel dan

dinamakan lapisa parietal kapsula bowman. Antara kedua lembaran kapsula bowman ini terdapat

ruang kapsuler yang menerima cairan yang difiltrasi melalui dinding kapiler dan lapisan viseral. 2

Tiap-tiap renal corpuscel mempunyai kutub vaskuler, dimana arteriol aferen masuk dan

arteriol eferen meninggalkan renal corpuscel, dan kutub urinarius, dimana tubulus kontortus

proksimal dimulai. Setelah memasuki renal corpuscel, arteriol aferen bercabang-cabang menjadi

2-5 cabang utama yang masing-masing bercabang lagi menjadi jala-jala kapiler. 2

Lapisan parietal kapsula bowman terdiri atas epitel selapis gepeng yang terletak di atas

lamina basalis dan disokong lapisan tipis serabut-serabut retikuler yang beranastomosis dengan

jala-jala retikuler sekitar tubulus-tubulus ginjal. Poada kautub urinarius, epitel berubah menjadi

epitel tubulus proksimal.  Sedangkan epitel lapisan visseral mengalami bmodifikasi selama

perkembangan embrional, mmepunytai sifat yang aneh. Sel-sel lapisan interna dinamakan

podosit, mempunyai badan sel dimana timbuul beberapa tonjolann primer. Tiap-tiap tonjolan

primer mempunyai tonjolan sekunderyang meliputi kapiler glomerulus. Tonjolan-tonjolan

sekunder secara teratur satu sama lain berjarak 25 nm, berhubungan langsung dengan lamina

basalis kapiler-kapiler, tetapi sebagian besar badan-badan sel podosit dan tonjolan-tonjolan

primernya tidak menyentuh lamina basalis. Tonjolan kaki sekunder dari satu sel epitel meliputi

lebih dari satu kapiler. Tonjol;an kaki sekunder mengandung sedikit atau tidak mngendung

organel-organel, tetapi banyak mengandung mikrofilamen dan mikrotubulus. 2

Tonjolan-tonjolan sekunder podosit saling bertautan, membatasi ruang-ruang yang

panjag, celah filtrasi antara mereka. Jarak antara tonjolan yang berdejkatan(dan oleh karena itu

menjembatani celah filtrasi), merupakan suatu membran tipis yang tebalnya sekitar 6 nm dan

dapat disamakan dengan diafragma yang ditemukan pada pori-pori endotel.sitoplasma podosit

mengandung banyak ribosom bebas, mikrotubuluis, dan mikrofilamen. 2

6

Page 7: Pbl Blok 10 (Ellen)

Antara sel-sel endotel kapiler dan podosit yang berluabng-luabng yang meliputi

permukaan luar jarang tebal tetapi merupakan lamina basalis khas. Membran ini merupakan satu-

satunya struktur kontinyu yang memisahkan darah yang terdapat dalam kapiler dari ruang

kapsuler. 2

Sel-sel endotel kapiler glomerulus mempunyai sitoplasma yang encer, sekitar initi

sitoplasma lebih kenbtal kareena disini sebagian besar oraganel-organel berkelompok. Pori=pori

sel ini lebih besar dan lebih banyak daripada kapiler-kapiler fenestrata organ lain, dan mereka

biasanya tidak mempunyai diafrgma tipis seperti yang sering ditemukan antara pori-pori kapiler

fenestrata lain. 2

Disamping sel-sel endotel dan podosit , kapiler glomerulus mempunyai sel mesangial

yang melekat pada dinding-dindingnya pada tempat-tempat dimana lamina basalis membentuk

selubung yang dimiliki bersama oleh 2 kapiler atau lebih. 2

Sel-sel mesangial mempunyai tonjolan-tonjolan kecil yang diliputi oleh lapisan zat

amorf. Sel-sel ini bekerja sebagai makrofag dan berperan membersihkan lamina basalis dari zat-

zat tertentu yang tertimbun dalam matriks selama filtrasi cairan darah. 2

Tubulus kontortus proksimal

Struktur ini merupakan segmen awal nefron berkelok-kelok yang timbul pada kutub

urinarius badan ginjal dan selanjutnya menjadi segmen desendens luirus yang menembus

medulla dengan dangkal, dil;anjutkan dengan bagian nefron yang dinamakan lengkung henle. Ia

lebih panjang dan lebih lebar daripada tubulus kontortus distal yang membentuk bagian teminal

nefron. 2

Tubulus kontorrtus proksimal, yang biasanya ditemukan pada potongan melintang

korteks dibatasi oleh epitel selapis kubis. Sel-sel epitel ini mempunyai sitoplasma yang asidofil

sebagai akibat adanya banyak mitokondria yang memanjang. Apeks sel yang menghadap lumen

tubulus menunjukkan banyak mikrofili yang panjangnya sekitar 1µm yang membentuk apa

yangg dinamakan brush border. Karena sel-0sel ini besar, setiap potongan melintang tubulus

proksimal hanya mengandung 3-4  inti sferis, biasdanya terletak di bagian tengah sel. 2

 

Lengkung henle (ansa henle)

7

Page 8: Pbl Blok 10 (Ellen)

Badan-badan ginjal yang lebih banyak terletak dekat medula, glomeruli jukstamedula,

mempunyai lengkung henle lebih panjang yang menembus lebih jauh ke dalam medula daripada

badan-badan ginjal yang terletak dengan kapsula yang tidak turun jauh ke dalam medula.

Masing-masing lengkung henle berbentuk huruf U dan mampunyai segmen tipis diikuti oleh

segmen yang tebal. Bagian tipis lengkung henle yang merupakan lanjutan dari tubulus proksimal

mempunyai garis tengah eksterna sekitar 12µm, tetapi lumennya lebar karena dindingnya terdiri

atas sel gepengyang intinya menonjol ke dalam lumen. Peralihan antara tubulus kontortus

poroksimal dan lengkung henle mungkin mendadak atau perlahan-lahan. Pada kasus yang

teakhir, sel-sel gepeng terselip antara sel-sel kubis dengan brush border. Lengkung henle

ascenden yang tebal strukturnya sama dengan tubulus kontortus distal. 2

 

Tubulus kontortus distal

Bila bagian tebal merupakan bagian ascenden lengkung henle yang menembus korteks,

tetapi menjadi berkelok-kelok dan kemudian menjadi tubulus kontortus distal, yang merupakan

segmen terakhir nefron. Tubulus ini dibatasi oleh epitel selapis kubis. Lumen tubulus distal lebih

besar, dan karena sel-sel tubulus distal lebih pendek dan lebih kecil daripada sel-sel tubulus

proksimal, pada potongan yang sama dinding tubulus distal terlihat lebih banyak sel dan lebih

banyak inti. Sel-sel tubulus distal kurang asidofil daripada sel-sel tubulus prokdimal, dan mereka

tidak menunjukkan brush border atau mikrovili yang banyak. Sel-sel tubulus kontortus distal

mempunyai tonjolan-tonjolan lateral, seperti yang terdapat pada bagian basal sel-sel tubulus

proksimal dan tubulus menunjukkan lamina basalis. Seperti halnya tubulus kontortus proksimal,

tidak ada batas-batas sel yang jelas. 2

Sepanjang perjalananya pada korteks, tubulus kontortus distal mengadakan hubungan

dengan kutub vaskuler badan ginjal dari nefronnya sendiri, dekat dengan arteriol aferen dan

eferen. Pada tempta hubungan yang dekat ini tubulus distal menunjukkan modifikasdi bersama

arteriol aferen. Sel-selnya biasanya menjadi toraks, dan intinya menjadi satu. Sebagian besar sel-

sel ini mempunyai aparatus golgi pada daerah basalnya. Segmen dinding tubulus yang

mengalami modifikasi ini disebut dengan macula densa. Sel ini berhubungan dengan

penghantaran data-data osmolaritas dalam tubulus distal ke glomerulus. 2

 

8

Page 9: Pbl Blok 10 (Ellen)

Tubulus koligens

Urin berjalan dari tubulus kontortus distal ke tubulus koligens, yang satu sama lain

bersatau membentuk saluaran lurus yang lebih besar, duktus papilaris belini, yang lambat laun

bertambat lebar waktu mereka mendekati papila. Tubulus koligens yang merupakan unsur utama

medula berjalan lurus. 2

Tubulus koligens yang lebih kecil dibatasi oleh epitel kubis dan bergasd=ris tengah

sekitar 40µm. Waktu mereka menebus jauh ke dalam medula dan mendekati paila, sel-selnya

menjadi lebih tinggi sampai menjadi sel toraks. Garis tengah duktus koligens dekat papila

mendekati 200 µm. Batas antar sel jelas. 2

Aparatus jukstaglomerulus

Dekat dengan badan ginjal, tunika media arteriol aferen mngalami modifikasi dan terdiri

atas sel-sel yang mempunyai bentuk seperti epiteloid bukan otot polos. Sel-sel ini dinamakan sel-

sel jukstaglomerulus, mempunyai inti berbentuk seperti rokok dan sitoplasmanya penuh granula

yang berwarna gelap. Makula densa tubulus kontortus yang biasanya terletak dekat dengan

daerah arteriol aferen mengandung sel-sel jukstaglomerular, bersama dengan bagian arteriol ini

membentuk aparatus jukstraglomerulus. Juga bagiuan aparatus jukstaglomerulus mempunyai

sedikit sel yang berwarna pucat yang fungsinya diketahui dengan jelas. Sel ini disebut sel

mesangial ekstraglomerulus, sel-sel basis atau sel polkissen. 2

Sel-sel jukstaglomerulus mempunyai siaft-siufat sel sekretorik, yaitu mengandung

banyak retikulum endoplasma ggranuler, aparatus golgi yang sangat berkembang, dan granula-

granula sekresi. 2

Fungsi Ginjal

Fungsi ginjal yang penting untuk membersihkan tubuh dari bahan-bahan sisa hasil

pencernaan atau yang diproduksi oleh metabolism, fungsi kedua merupakan fungsi yang sangat

penting, yaitu untuk mengontrol volume dan komposisi cairan tubuh. Untuk air dan semua

elektrolit dalam tubuh, keseimbangan antara asypan (hasil dari pencernaan atau komsumsi

metabolic) dan keluaran (hasil dari eksresi atau komsumsi metabolic) seebagain besar dipertahan

9

Page 10: Pbl Blok 10 (Ellen)

oleh ginjal. Fungsi pengaturan oleh ginjal ini memelihara kestabilan lingkungan sel yang

diperlukan untuk melakukan berbagai aktivitasnya. 3

Ginjal melakukan fungsinya yang penting dengan cara menyaring plasma dan

memisahkan zat dari filtrate dengan kecepatan yang bervariasi, bergantung pada kebutuhan

tubuh. Akhirnya ginjal membuang zat-zat yang tidak diinginkan dari filtrate dengan cara

mengeksresikannya ke dalamm urin, sementara zat yang dibutuhkan dikembalikan ke dalam

darah. 3

Nefron seabagai unit fungsional ginjal

Masing-masing ginjal manusia terdiri kurang dari lebih 1 juta nefron, masing-masing

mampu membentuk urin. Ginjal tidak dapat membentuk nefron baru. Setiap nefron terdiri dari:

(1) glomerolus (sekumpulan kapiler glomerulus) yang dilalui sejumlah besar cairan yang

difiltrasi dari darah, dan (2) tubulus, yang panjang tempat cairan hasil filtrasi diubah menjadi

urin dalam perjalanannya menuju pelvis ginjal. 3

Glomerolus terdiri dari suatu jaringan kapiler glomerolus yang bercabang dan

beranstomosis, yang mempunyai tekanan hidrostatik tinggi (kira-kira 60 mm Hg) bila

dibadingkan dengan kapiler lainnya. Kapiler gomerolus dilapisi oleh sel-sel epitel, dan

keseluruhan glomerolus dibungkus dalam kapsula bowman. Cairan yang difiltrasi dari kapiler

hglomerolus mengalir ke dalam kapsula bowman dan kemudian masuk ke tubulus proksimal,

yang terletak dengan korteks gijal. 3

Ditubulus proksimal, cairan mengalir ke ansa henle yang masuk ke dalam medulla renal.

Setiap lengkungan terdiri atas pars descendens dan ascendens. Dinding pars denscendens dan

ujung cabang ascendens yang paling rendah sangat tipis, dan oleh karena itu disebut bagian tipis

ansa henle. Ditengan kembalinya pars ascendens dari lengkung tersebut ke korteks, dindingnya

jauh lebih tebal dan oleh karena itu disebut bagian terbal pars ascendens. 3

Pada ujung pars ascendens tebal terdapat bagian yang pendek, yang sebenanrnya meruaka

plak pada dindingnya dan dikenal sebagai macula densa. Macula densa memainkan peranan

penting dalam mengatur fungsi nefron. Setelah macula densa, cairan memasuki tubulus distal,

yang terletak pada korteks renal. Tubulus ini kemudian dilanjutkan dengan tubulus renalis

10

Page 11: Pbl Blok 10 (Ellen)

acuartus dan tubulus koligentes kortikal, yang menuju ke duktus koligentes kortikal. Bagian awal

dari 8 sampai 10 duktus koligentes kortikal bergabung membentuk duktus kolingentes tunggal

yang lebih besar, yang turun ke medulla dan menjadi duktus koligentes medulla. Duktus

koligentes bergabung membetnuk duktus yang besar secara progresif, yang akhirnya mengalir

menuju pelvis renalis melalui ujung papilla renal. 3

Mekanisme Pembentukan Urin

Filtrasi Glomerulus

Filtrat glomerulus ialah plasma tanpa protein (hanya sekitar 0,03%). Laju filtrasi

glomerulus (GFR) dalam keadaan normal adalah sekitar 125 ml/mnt, atau sekitar 20% dari aliran

plasma ginjal. 3

Ada beberapa hal yang mempengaruhi GFR, di antaranya ialah peningkatan tekanan

kapsula Bowman yang dapat menurunkan GFR. Dalam keadaan normal, perubahan pada tekanan

kapsula Bowman tidak mengontrol GFR, namun pada keadaan patologik tertentu, seperti

obstruksi saluran kemih, tekanan kapsula bowman dapat meningkat sedemikian tinggi sehingga

GFR menurun. Sebagai contoh, pengendapan kalsium atau asam urat dapat menghasilkan batu

yang tersambut di saluran kemih, sering di ureter dan menyumbat aliran urin serta meningkatkan

tekanan di kapsula bowman. 3

Peningkatan tekanan osmotic koloid kapiler glomerulus menurunkan GFR. Dua faktor

yang mempengaruhi tekanan osmotic koloid kapiler glomerulus adalah tekanan osmotic koloid

arteri dan fraksi plasma yang disaring oleh kapiler glomerulus (fraksi filtrasi). Peningkatan

tekanan osmotic koloid arteri atau fraksi filtrasi meningkatkan tekanan osmotic koloid kapiler

glomerulus. Sebaliknya, penurunan tekanan osmotic koloid plasma arteri atau fraksi filtrasi

menurunkan tekanan osmotic koloid glomerulus. Karena fraksi filtrasi adalah rasio GFR /aliran

plasma ginjal, penurunan aliran plasma ginjal akan menurunkan fraksi filtrasi. Bahkan dengan

tekanan hidrostatik glomerulus yang tetap, penurunan aliran darah ginjal cenderung

meningkatkan tekanan osmotic koloid glomerulus dan menurunkan GFR. 3

Peningkatan tekanan hidrostatik kapiler glomerulus meningkatkan GFR. Tekanan

hidrostatik glomerulus ditentukan oleh beberapa variable. Yang pertama ialah tekanan arteri,

11

Page 12: Pbl Blok 10 (Ellen)

meningkatnya tekanan arteri cenderung meningkatkan tekanan hidrostatik glomerulus dan GFR.

Kedua, resistensi arteriol aferen. Meningkatnya resistensi arteriol aferen, menurunkan tekanan

hidrostatik glomerulus dan GFR. Ketiga, resistensi arteriol eferen. Peningkatan resistensi arteriol

eferen meningkatkan resistensi aliran keluar kapiler glomerulus dan tekanan hidrostatik

glomerulus sehingga cenderung meningkatkan GFR sepanjang peningkatan resistensi eferen

tidak banyak mengurangi aliran darah ginjal. Pada konstriksi eferen yang parah, penurunan

mencolok aliran darah ginjal akan melebihi peningkatan tekanan hidrostatik glomerulus dan

menurunkan GFR. 3

Autoregulasi

GFR dan aliran darah ginjal menjalani autoregulasi sewaktu tekanan arteri berubah. Di

ginjal normal, penurunan tekanan arteri hingga serendah 75mmHg atau peningkatan hingga

setinggi 160 mmHg hanya mengubah GFR beberapa persen; sifat GFR dan aliran darah ginjal

tidaklah sempurna, tetapi dapat mencegah perubahan yang mungkin mencolok pada GFR dan

kemudian pada ekskresi air dan zat terlarut oleh ginjal yang akan terjadi akibat perubahan

tekanan darah seandainya mekanisme ini tidak ada. 3

Umpan balik Tubuloglomerulus adalah komponen kunci pada autoregulasi ginjal. Umpan

balik ini memiliki dua bagian yaitu mekanisme arteriol aferen dan arteriol eferen, yang masing-

masing bergantung pada susunana anatomic khusus pada kompleks jukstaglomerulus. Kompleks

jukstaglomerulus terdiri dari sel-sel macula densa di bagian awal tubulus distal dan sel-sel juksta

glomerulus di dinding arteriol aferen dan eferen. Jika tekanan darah turun, terjadi penurunan

penyaluran natrium klorida ke sel macula densa, yang mampu mendeteksi perubahan ini.

Penurunan konsentrasi NaCl di macula densa, menyebabkan dua efek utama: 1) penurunan

resistensi arteriol aferen, yang meningkatkan tekanan hidrostatik glomerulus dan GFR menuju

tingkat normal; dan 2) peningkatan pembebasan renin dari sel jukstaglomerulus arteriol aferen

dan eferen, yang menyebabkan peningkatan pembentukan Angiotensin II. Angiotensin II

kemudian menimbulkan konstriksi pada arteriol eferen dan meningkatkan tekanan hidrostatik

glomerulus serta GFR menuju normal. 3

Mekanisme miogenik juga turut berperan pada autoregulasi aliran darah ginjal dan GFR.

Mekanisme ini merujuk pada kemampuan intriksi pembuluh darah untuk berkonstriksi jika

12

Page 13: Pbl Blok 10 (Ellen)

tekanan darah meningkat. Konstriksi ini mencegah pembuluh darah teregang berlebihan dan,

dengan meningkatkan resistensi vascular, membantu mencegah peningkatan berlebihan aliran

darah ginjal dan GFR ketika tekanan darah meningkat. Sebaliknya, pada penurunan tekanan

darah, mekanisme miogenik berperan menurunkan resistensi vascular. 3

Reabsorbsi Aktif Sekunder

Pada transport aktif sekunder, dua atau lebih bahan berinteraksi dengan suatu protein

membran spesifik dan diangkut bersama-sama (kotranspor) menembus membran. Sewaktu salah

satu bahan (mis. Natrium) berdifusi mengikuti penurunan gradient elektrokimiawinya, energi

yang dibebaskan digunakan untuk memindahkan bahan lain (mis.glukosa) melawan gradient

elektrokimiawinya. Transpor aktif sekunder tidak membutuhkan energi secara langsung dari

ATP atau sumber fosfat berenergi tinggi lainnya. Sumber energinya adalah yang dibebaskan oleh

difusi terfasilitasi bahan lain mengikuti penurunan gradient elektrokimiawi yang terjadi

bersamaan. 3,4

Banyak nutrient, seperti glukosa dan asam amino, direabsorbsi melalui transport aktif

sekunder bersama natrium. Pada kebanyakan kasus, reabsorbsi bahan-bahan ini memperlihatkan

suatu transport maksimal, yang merujuk kepada laju maksimal reabsorbsi. Jika jumlah bahan

yang difiltrasi melebihi transport maksimal, terdapat kelebihan jumlah yang kemudian

diekskresikan. Ambang adalah beban tubulus saat transpor maksimal terlampaui di satu atau

lebih nefron sehingga zat terlarut muncul di urin. Ambang biasanya timbul pada beban tubulus

yang sedikit lebih rendah daripada transpor maksimal karena tidak semua nefron memiliki

transport maksimal yang sama dan sebagian nefron mengekskresikan glukosa sebelum nefron

lain mecapai transpor maksimal. 3,4

Reabsorpsi dan Sekresi

Pada orang dewasa sehat, ~180 L filtrat memasuki tubulus proksimal setiap harinya.

Sejumlah komponen yang signifikan harus direabsorpsi untuk mencegah terbuangnya air dan

13

Page 14: Pbl Blok 10 (Ellen)

solute (zat terlarut). Filtrat akan dimodifikasi secara progresif begitu melewati nefron melalui

reabsorpsi zat-zat ke darah dan sekresi ke cairan tubulus. 4

Diansa Henle dan tubulus kontortus distal terjadi pemekatan urin melalui terbentuknya

osmolalitas tinggi di medulla,yang akan menggerakkan reabsorpsi air dari duktus

kolektivus.Tubulus kontortus distal juga meregulasi ekskresi K+ dan Ca2+ dan meregulasi status

asam-basa. 4

Proses transpor tubulus

Reabsorpsi dan sekresi melibatkan transpor zat melintasi epitel tubulus; hal ini terjadi

baik secara difusi melalui tight junction maupun rongga interselular lateral (jalur paraselular),

digerakkan oleh gradien konsentrasi, gradien osmotik, ataupun gradien listrik, atau secara

transpor aktif melalui sel epitel itu sendiri (jalur transelular). 3,4

Transpor aktif melibatkan protein yang disebut transporter yang bertugas untuk

mentranslokasi zat melintasi membran sel. Simporter (kotransporter) mentranspor zat-zat ke arah

yang sama, seperti Na+ dengan glukosa, sedangkan antiporter mentranspor zat ke arah yang

berlawanan, seperti Na+ dengan H+. 3,4

Laju difusi melintasi membran sel ditingkatkan oleh kanal ion dan uniporter (transporter

yang hanya membawa satu zat saja), yang dengan efektif meningkatkan permeabilitas membran

terhadap zat spesifik; hal ini disebut difusi terfasilitasi, dan dapat dimodulasi oleh hormon atau

obat-obatan. 3,4

Transpor tubulus maksimum

Terdapat batas untuk laju kerja suatu transporter, dan demikian pula, untuk setiap zat

terdapat laju maksimum reabsorpsi atau sekresi, yang disebut transpor tubulus maksimum (Tm).

Sebagai contoh, glukosa normalnya direabsorpsi seluruhnya di tubulus proksimal, dan tidak ada

yang diekskresi di urin. Akan tetapi, jika konsentrasi glukosa dalam filtrat meningkat melebihi

ambang batas ginjal, maka transporter akan mulai tersaturasi, dan glukosa akan terdapat di urin.

Begitu Tm tercapai, ekskresi akan meningkat secara linear seiring peningkatan filtrasi.

Konsentrasi ambang batas sedikit lebih rendah daripada nilai yang diperlukan untuk mencapai

Tm, karena adanya variasi pada transpor maksimum di antara nefron-nefron; hal ini disebut

14

Page 15: Pbl Blok 10 (Ellen)

dengan splay (kemiringan). Mekanisme sekretorik juga memiliki Tm. Sebagai contoh, pada

konsentrasi rendah, asam para-aminohipurat (PAH) hampir dihilangkan seluruhnya dari darah

kapiler melalui filtrasi dan sekresi. Pada konsentrasi yang lebih tinggi, sekresi menjadi

tersaturasi, dan ekskresi lebih lanjut akan terbatasi oleh beban terfiltrasi (filtered load). 4

Tubulus kontortus proksimal

Sebagian besar glukosa, asam amino, fosfat, dan bikarbonat direabsorpsi di tubulus

kontortus proksimal, bersama dengan 60-70% Na+, K+, Ca2+, ureum, dan air. 3,4

Natrium

Konsentrasi Na+ di filtrat adalah ~140 mmol/L, tetapi pada sitosol sel epitel, konsentrasi

Na+ ini jauh lebih rendah (~10-20 mmol/L), yang juga bermuatan negative. Oleh karena itu,

gradien elektrokimia mendukung pergerakkan ion Na+ dari filtrat ke dalam sel, sehingga

memberikan gaya dorong untuk transpor sekunder zat-zat lainnya. Sekitar 80% Na+ yang

memasuki sel tubulus proksimal ditukar dengan H+ (antiporter). Sekresi ion H+ di tubulus

proksimal berperan kritis pada reabsorpsi HCO3-. Pada akhirnya, Na+ akan ditranspor ke cairan

interstitial, dan hanya ~20% Na+ yang ditranspor yang akan berdifusi ke kapiler. 4

Air

Air tidak direabsorpsi secara aktif. Karena Na+ dan HCO3- ditranspor keluar dari tubulus

ke cairan interstitial peritubulus, maka osmolalitas cairan interstitial peritubulus akan meningkat,

sedangkan osmolalitas cairan tubulus berkurang. Perbedaan tekanan osmotik ini menyebabkan

reabsorpsi air. 4

Reabsorpsi air meningkatkan konsentrasi Cl-, K+, Ca2+, dan ureum di dalam tubulus,

sehingga akan terjadi difusi menuruni gradien konsentrasi ke rongga peritubulus. Permeabilitas

terhadap Cl- meningkat pada 2/3 akhir tubulus kontortus proksimal, sehingga memfasilitasi

reabsorpsi Cl-. Hal ini menyebabkan lumen tubulus menjadi lebih positif, dan meningkatkan

reabsorpsi kation. Karena reabsorpsi Na+, Cl-, K+, Ca2+, dan ureum ditubulus kontortus proksimal

15

Page 16: Pbl Blok 10 (Ellen)

terjadi bersamaan dengan reabsorpsi air, maka konsentrasi totalnya pada cairan yang

meninggalkan tubulus kontortus proksimal akan serupa dengan konsentrasi pada filtrat dan

plasma, walaupun kuantitas dan volume cairan total berkurang hingga ~70%. 4

Glukosa

Glukosa direabsorpsi secara simporter dengan Na+, dan kemudian berdifusi keluar sel ke

interstitium peritubulus. Tm glukosa adalah ~380 mg/menit (~21 mmol/menit), dan ambang batas

ginjal adalah ~11 mmol/L. 4

Asam amino

Asam amino direabsorpsi oleh beberapa simporter terkait Na+, yang spesifik untuk asam,

basa, dan asam amino netral. 4

Fosfat

Fosfat dikotranspor dengan Na+. Tm fosfat mendekati beban terfiltrasi, sehingga

peningkatan konsentrasi fosfat dalam plasma akan menyebabkan ekskresi. Reabsorpsi fosfat

diturunkan oleh hormon paratiroid. 4

Asam dan basa organik

Zat ini meliputi metabolit-metabolit (misalnya garam empedu, urat, oksalat) dan obat-

obatan (misalnya PAH, penisilin, aspirin), dan semuanya disekresi. Asam organik ditranspor dari

cairan peritubulus ke sel tubulus secara kotranspor dengan Na+, dan berdifusi ke tubulus untuk

ditukar dengan anion (misalnya Cl-, HCO3-). Basa organik secara aktif dikeluarkan dan ditukar

dengan Na+ atau H+. 4

Ansa henle

Cairan yang memasuki bagian descendens ansa Henle bersifat isotonic dengan plasma

(~290 mosmol/kgH2O). Terbentuknya osmolalitas yang tinggi di medulla bergantung pada

perbedaan permeabilitas terhadap air dan solut di berbagai regio yang berbeda, transpor aktif ion

pada bagian ascendens tebal, dan adanya counter-current multiplier. Bagian descendens tipis

permeabel terhadap air tapi tidak permeabel terhadap ureum, sedangkan bagian ascendens tidak

16

Page 17: Pbl Blok 10 (Ellen)

permeabel terhadap air tetapi permeabel terhadap ureum; bagian ini juga sangat permeabel

terhadap ion Na+ dan Cl-. Bagian ascendens tebal secara aktif mereabsorpsi Na+ dan Cl- dari

cairan tubulus dengan menggunakan kotransporter Na+-K+-2Cl-. Na+ ditranspor terutama oleh

pompa Na+ (beberapa oleh kotranspor Na+-HCO3-), dan Cl- melalui difusi. K+ keluar lagi ke

lumen melalui kanal K+, menciptakan muatan positif yang menggerakkan reabsorpsi kation

( Na+, K+, Ca2+, Mg2+). Karena bagian ascendens tebal tidak permeabel terhadap air, reabsorpsi

ion mengurangi osmolalitas cairan tubulus (hingga ~90 mosmol/kgH2O) dan meningkatkan

osmolalitas cairan interstitial, sehingga menciptakan perbedaan osmotik sebesar ~200

mosmol/kgH2O. 3,4

Counter-current multiplier

Peningkatan osmolalitas menebabkan air berdifusi keluar dari bagian descendens, dan

sejumlah Na+ dan Cl- berdifusi ke dalam, sehingga cairan tubulus menjadi pekat. Begitu cairan

yang pekat ini mengalir turun, cairan berjalan ke arah yang berlawanan dengan cairan yang

kembali dari regio dengan osmolalitas yang masih lebih tinggi di medulla bagian dalam.

Pengaturan counter-current ini menciptakan gradien osmotik, yang menyebabkan Na+ dan Cl-

berdifusi keluar dari bagian ascendens (menurunkan konsentrasi cairan ascendens), dan air

berdifusi keluar dari bagian descendens (meningkatkan konsentrasi cairan descendens). Efek ini

diperkuat oleh fakta bahwa bagian ascendens tidak permeabel terhadap air, tetapi sangat

permeabel terhadap Na+ dan Cl-, dan juga dengan daur ulang ureum di antara duktus kolektivus

dan bagian ascendens, sehingga merupakan kontribusi penting untuk konsentrasi urin. Pada

ujung ansa Henle, cairan interstitial dapat mencapai osmolalitas sebesar ~1400 mosmol/kgH2O,

karena bagian NaCl dan ureum sama. 3,4

Pasokan darah ke medulla dicegah agar tidak menghilangkan gradien osmotik antara

korteks dan medulla oleh pengaturan counter-current exchanger pada kapiler vasa rekta. Vasa

rekta juga mengeluarkan air yang direabsorpsi dari ansa Henle dan duktus kolektivus medulla. O2

dan CO2 juga dipertahankan, sehingga, pada medulla bagian dalam, PO2 rendah dan PCO2 tinggi. 3,4

Tubulus kontortus distal dan duktus kolektivus

17

Page 18: Pbl Blok 10 (Ellen)

Cairan yang memasuki tubulus distal bersifat hipotonik (~90 mosmol/kgH2O). tubulus

kontortus distal dan duktus kolektivus kortikal tidak permeabel terhadap ureum. Saluran ini juga

tidak permeabel terhadap air, kecualijika terdapat ADH. Dengan adanya ADH, air akan berdifusi

ke interstitium korteks ginjal, dan cairan tubulus menjadi pekat, mencapai osmolalitas

maksimum sebesar ~290 mosmol/kgH2O (isotonic dengan plasma). Namun demikian, cairan

tubulus berbeda dari plasma karena banyaknya ion Na+, K+, Cl-, dan HCO3- yang telah

direabsorpsi, dan digantikan dengan ureum. Cairan ini menjadi pekat ketika air direabsorpsi,

karena tubulus kontortus distal dan duktus kolektivus kortikal tidak permeabel terhadap ureum. 4

Duktus kolektivus medulla juga menjadi permeabel terhadap air jika terdapat ADH. Air

direabsorpsi karena tingginya osmolalitas interstitium medulla. Oleh karena itu, pada kondisi

dengan stimulasi ADH maksimum, osmolalitas akhir urin dapat mencapai 1400 mosmol/kgH2O;

jika tidak ada ADH, urin akan encer (~60 mosmol/kgH2O). walaupun hanya 15% nefron yang

memiliki ansa Henle yang sampai ke medulla bagian dalam, dan juga berkontribusi terhadap

tingginya osmolalitas medulla, duktus kolektivus semua nefron akan melewati medulla dan oleh

karena itu akan memekatkan urin. 4

Ureum

Duktus kolektivus medulla permeabel terhadap ureum, yang akan berdifusi menuruni

gradien konsentrasi ke dalam medulla dan kemudian ke bagian ascendens ansa Henle. Ureum

akan menjadi ‘terperangkap’ dan sebagian akan didaur ulang, sehingga konsentrasi yang tinggi

tetap dipertahankan dan memberikan ~50% osmolalitas medulla. ADH akan meningkatkan

permeabilitas duktus kolektivus medulla terhadap ureum, sehingga reabsorpsinya juga meningkat

dengan difusi terfasilitasi; hal ini akan lebih meningkatkan osmolalitas medulla dan

memungkinkan produksi urin yang lebih pekat. 4

Kalium

Sebagian besar kalium telah direabsorpsi sesampainya di tubulus kontortus distal, dan

dengan demikian ekskresi kalium diregulasi oleh sekresi pada tubulus kontortus distal bagian

akhir. K+ ditranspor secara aktif oleh pompa Na+, dan disekresi secara pasif melalui kanal K+ dan

kotranspor K+-Cl-. Jadi, sekresi terjadi karena gradien konsentrasi di antara sitosol dan cairan

dalam lumen tubulus. Akan tetapi, K+ yang disekresi akan mengurangi gradien kecuali jika terus

18

Page 19: Pbl Blok 10 (Ellen)

dialirkan, sehingga ekskresi K+ meningkat jika aliran lumen tubulus meningkat. Jadi, diuretik

sering kali menyebabkan hilangnya K+. Sekresi K+ meningkat karena pengaruh aldosteron, yang

meningkatkan aktivitas pompa Na+. gangguan homeostasis K+ seringkali berhubungan dengan

gangguan asam-basa. 4

Kalsium

Reabsorspi kalsium di tubulus kontortus distal diregulasi oleh hormon paratiroid (PTH)

dan 1,25-dihidroksikolekalsiferol (bentuk aktif vitamin D). PTH akan mengaktivasi kanal masuk

Ca2+. Pembuangan Ca2+ dibantu oleh antiporter Na+-Ca2+. Protein pengikat Ca2+ mencegah

peningkatan berlebihan Ca2+ bebas dalam sitosol. PTH juga menginhibisi reabsorpsi fosfat. 4

Komposisi air kemih (Urin)

Urin atau air seni atau air kencing adalah cairan sisa yang diekskresikanoleh ginjal yang

kemudian akan dikeluarkan dari dalam tubuh melalui prosesurinasi. Eksreksi urin diperlukan

untuk membuang molekul-molekul sisa dalamdarah yang disaring oleh ginjal dan untuk menjaga

homeostasis cairan tubuh. Namun, ada juga beberapa spesies yang menggunakan urin sebagai

saranakomunikasi olfaktori. Urin disaring di dalam ginjal, dibawa melalui ureter menujukandung

kemih, akhirnya dibuang keluar tubuh melalui uretra.Urin terdiri dari air dengan bahan terlarut

berupa sisa metabolisme(seperti urea), garam terlarut, dan materi organik. Cairan dan materi

pembentuk urin berasal dari darah atau cairan interstisial. 5

Komposisi urin berubah sepanjang proses reabsorpsi ketika molekul yang penting

bagi tubuh, misal glukosa, diserap kembali ke dalam tubuh melalui molekul pembawa. Cairan

yang tersisamengandung urea dalam kadar yang tinggi dan berbagai senyawa yang berlebihatau

berpotensi racun yang akan dibuang keluar tubuh. Materi yang terkandung didalam urin dapat

diketahui melalui urinalisis. Urea yang dikandung oleh urindapat menjadi sumber nitrogen yang

baik untuk tumbuhan dan dapat digunakanuntuk mempercepat pembentukan kompos. Diabetes

adalah suatu penyakit yangdapat dideteksi melalui urin. Urin seorang penderita diabetes akan

mengandunggula yang tidak akan ditemukan dalam urin orang yang sehat. 5

Komposisi air kemih: (1) Air kemih terdiri dari kira – kira 95 % air ; (2) Zat – zat sisa

nitrogen dari hasil metabolisme protein asam urea; (3) amoniak dan kreatinin; (4) Elektrolit; (5)

19

Page 20: Pbl Blok 10 (Ellen)

natrium; (6) kalsium; (7) NH3; (8) bikarbonat; (9) fosfat dan sulfat; (10) Pigmen (bilirubin,

urobilin); (11) Toksin; (12) Hormon. 5

Hormon Ginjal

Dalam reabsorpsi di dalam tubulus terjadi beberapa pengendalian hormonal yang

berpengaruh pada pengaturan volume cairan tubuh dan konsentrasi zat terlarut yang

membutuhkan ginjal untuk mengekskresikan berbagai zat terlarut dan air pada berbagai

kecepatan. Hormon – hormon yang bekerja terhadap reabsoprsi tubulus antara lain aldosteron,

angiotensin II, hormon antidiuretik (ADH), peptida natriuretik atrium, dan hormon paratiroid. 5

Aldosteron

Aldosteron meningkatkan reabsorpsi natrium dan meningkatkan sekresi kalium.

Aldosteron disekresikan oleh sel –sel zona glomerolusa pada korteks adrenal, dan tempat kerja

utamanya adalah pada sel –sel prinsipalis di tubulus koligentes kortikalis. 5

Angiotensin II

Merupakan hormon penahan natrium yang paling kuat dalam tubuh. Pembentukan

angiotensin II akan meningkat pada tekanan darah yang rendah dan/atau volume cairan ekstrasel

yang rendah. Peningkatan ini membantu mengembalikan tekanan darah dan volume ekstrasel

menjadi normal dengan meningkatkan reabsorpsi natrium dan air dari tubulus ginjal.

Peningkatan reabsorsi natrium dan air dari tubulus terjadi melalui tiga efek, yaitu (1) angiotensin

II merangsang sekresi aldosteron, di mana akan meningkatkan reabsorpsi natrium, (2)

mengkontriksikan arteriol efferen akan mengurangi tekanan hidrostatis kapiler peritubulus dan

meningkatkan reabsorpsi akhir tubulus, terutama tubulus proximal, (3) Merangsang secara

langsung reabsorpsi natrium di tubulus proximal, ansa henle, tubulus distal, dan tubulus

koligentes. 5

Hormon Antidiuretik (ADH)

Hormon Antidiuretik (ADH) meningkatkan reabsorpsi air dengan meningkatkan

permeabilitas air pada tubulus distal, tubulus koligentes, dan epitel duktus koligentes.bila tidak

20

Page 21: Pbl Blok 10 (Ellen)

ada ADH, ginjal akan mengekskresikan urine yang encer karena permeabilitas air di tubulus

distal dan duktus koligentes rendah. Jadi, peranan ADH adalah mengontrol pemekatan atau

pengenceran urine. 5

Peptida Natriuretik Atrium

Merupakan peptida yang disekresikan oleh sel – sel spesifik atrium jantung karena

perluasan volume plasma. Peningkatan kadar peptida menghambat reabsorpsi natrium dan air

oleh tubulus ginjal, terutama pada duktus koligentes. Penurunan reabsorpsi natrium dan air

meningkatkan ekskresi urin yang membantu mengembalikan volume darah menjadi normal. 5

Hormon Paratiroid

Merupakan salah satu hormon pengatur kalsium yang paling penting dalam tubuh.

Kerjanya adalah meningkatkan reabsorpsi kalsium dalam tubukus distal dan juga dalam ansa

henle, termasuk menghambat reabsorpsi fosfat oleh tubulus proximal dan merangsang

magnesium oleh ansa henle. 5

Pemeriksaan Urin

Syarat-syarat dari urin yang di periksa. Urin yang dipakai untuk pemeriksaan adalah urin

baru dan urin yang di ambil adalah pada waktu pagi hari sehabis bangun tidur. Urin baru disini

akan lebih berguna karena belum terjadi perubahan apa-apa, misalnya keasaman, bakteri, benda

keton, dan sebagainya. Urin pagi lebih baik dipakai karena urin mempunyai BD yang tertinggi. 5

Warna

- Warna urin yang normal adalah ke kuning-kuningan.

- Warna urin dapat seperti air biasa misalnya kalau banyak minum atau pada penderita

diabetes.

- Warna urin kuning tua seperti teh menunjukkan kemungkinan ia menderita suatu

penyakit hepatitis.

- Warna merah menunjukkan adanya perdarahan dalam saluran kemih.

21

Page 22: Pbl Blok 10 (Ellen)

- Warna urin coklt kehitman menunjukkan adanya hemoglobin dalam urin, misalnya pada

penyakit yang menyebabkan hemolisis, seperti penyakit malaria tropika.

- Warna urin dapat pula bermacam-macam disebabkan oleh obat-obat, bahan-bahan kimia

dan bahan makanan. 5

Bau

- Bau urin normal sudah kenal.

- Bau urin yang telah lama adalah berbau ammonia (bau pesing)

- Urin dapat juga bebau obat-obatan .

- Bau busuk dapat disebabkan oleh bakteri pembusuk.

- Bau petei disebabkan karena mamakan petei, demikian pula jengkol. 5

Kekeruhan

- Urin yang normal adalah jernih.

- Kekeruhan urin disebabkan oleh darah, nanah, dan Kristal. 5

Keasaman

- Urin pagi yang masih baru adalah asam.

- Urin yang telah lama atau habis memakai obat-obatan reaksinya adalah alkaki atau basa.

Untuk menentukan reaksinya digunakan kertas lakmus.

- Kertas lakmus merah tetap merah, kertas lakmus biru menjadi merah. Suasana dikatakan

basa ialah apabila ketas lakmjus biru tetap biru. Kertas lakmus menjadi biru. 5

Berat Jenis

- Berat jenis disini penting diketahui karena BD yang tinggi berate urin mengandung

banyak sekali bahan-bahan di dalamnya. Untuk mengukurnya digunakan urinemeter. 5

Protein

Untuk pemeriksaan ini urin harus dalam suasana asam jadi disini baik digunakan urin

baru, harus dilihat keasamanna dengan menggunakan kertas lakmus. Kalau urin dalam keadaan

22

Page 23: Pbl Blok 10 (Ellen)

suasana basa atau alkali maka kita harus membubuhkan beberapa tetes asam asetat untuk

mengasamkannya, malalui :

1. Percobaan masak

2. Percobaan exton : urin di campur dengan aseton lalu dikocok. Bila jernih berarti tidak ada

proteinnya, bila keruh dikatakan positif.

3. Percobaan bang (semi kuantitatif) : urin dicampurkan reagene bang, dimasak. Kalau tetap

jernih berarti negative. Tapi kali terjadi kekeruhan, berarti positif. Tingkatannya :

Kekeruhan dengan butir-butir halus (+)

Kekeruhan dengan butir-butir besar (++)

4. Percobaan esbach kuatitatif : urin selama 24 jam ditampung lalu dimasukkan ke dalam

tabung esbach sampai sama dengan garis U+reagene esbach sampai garis R. tabung

tersebut dibolak-balik 18-20 kali dan jangan sampai berbusa. Disimpan salama 24 jam

dan amati ada endapannya. 5

Kegunan percobaan ini ialah untuk menentukan adanya protein dalam urin yang dapat

menunjukkan adanya kelainan atau penyakit pada saluran kemih terutama ginjal. Pada

keadaan normal maka urin ini tidak mengandung protein sama sekali. Tapi apabila terjadi

peradangan pada ginjal maka akan terdapat proteinuria. Penyakit ginjal yang utama

adalah glomerulonefritis, pielonefritis, sindrom nefrotik. 5

Glukosa

Urin disini haruslah urin yang telah disentrifuger untuk menghindarkan kemungkinan

adanya bahan lain yang turut dalam mereduksi. Caranya tes benedict dan tes kuantitatif.

Percobaan glukosa ini amat berguna untuk menentukn adanya glukosa dalam urin.

Normal glukosa tidak ada dalam urin. Glukosa terdapat di dalam urin bila keadaan banyak

makan gula dan diabetes mellitus. 5

23

Page 24: Pbl Blok 10 (Ellen)

Kesimpulan

Kesimpulan yang bisa diambil dari kasus diatas sesuai dengan hipotesis yang dimana

“Pasien yang sering kencing pada malam hari, merasa haus dan lapar, diduga mengalami

gangguan ginjal”. Hipotesis ini sesuai karena pada wanita tersebut mengalami gangguan pada

salah satu fungsi ginjalnya, yaitu gangguan pada rearbsorbsi glukosa. Sehingga glukosa tidak

dapat direarsorbsi semua di tubulus proximal sehingga glukosa masuk kedalam duktus koligens,

glukosa dapat menyerap air karena glukosa suatu osmolaritas yang kuat. Banyak air yang diserap

oleh glukosa mengakibatkan seseorang banyak mengeluarkan air kencing. Pada kasus ini biasa

terjadi pada seseornag menderita Diabetes Melitus.

Daftar Pustaka

1. Snell R.S. Anatomi klinik untuk mahasiswa : Ed.6. Jakarta : EGC, 2006.p. 268-90.

2. Junqueira LC, Carneiro  J. Basic histology text & atlas 10th edition. USA: The Mcgraw-

Hill Companies. 2003.p.392-408.

3. Guyton AC and Hall EJ. Buku ajar fisiologi kedokteran. Edisi 11. Jakarta: EGC,

2008.h.193-207.

4. Ward JPT, Clarke RW, Linden RWA. At a glance fisiologi. Jakarta: Penerbit Erlangga; 2007.h.66-9.

5. Adam S. Mikrobiologi parasitologi. Jakarta: EGC;2004.h.94-9.

24