pbl 5 blok 30

20
Euthanasia atas Permintaan Pasien dalam Praktik Kedokteran Gian Oktavianto 102010216 Kelompok A7 E-mail: [email protected] Pendahuluan Setiap makhluk hidup termasuk manusia akan mengalami siklus kehidupan yang dimulai sejak proses pembuahan, kelahiran, kehidupan di dunia, dan diakhiri dengan kematian, dengan berbagai permasalahannya. Euthanasia merupakan salah satu permasalahan yang berkaitan dengan proses kematian seseorang yang masih menjadi permasalahan global yang kompleks. Belum banyak negara-negara di dunia yang menyetujui tindakan euthanasia ini, termasuk Indonesia. Sejauh ini Indonesia memang masih belum mengatur secara spesifik mengenai euthanasia. Euthanasia masih dianggap sama dengan perbuatan pidana menghilangkan nyawa seseorang. Aspek Hukum Persetujuan Tindakan Medis 1 Peraturan Menteri Kesehatan No 585/MenKes/Per/IX/1989 tentang Persetujuan Tindakan Medik Pasal 1 Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana – Januari 2014 1

Upload: gian-oktavianto

Post on 31-Dec-2015

48 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

PBL blok 30 skenario 5

TRANSCRIPT

Page 1: PBL 5 blok 30

Euthanasia atas Permintaan Pasien dalam

Praktik Kedokteran

Gian Oktavianto

102010216

Kelompok A7

E-mail: [email protected]

Pendahuluan

Setiap makhluk hidup termasuk manusia akan mengalami siklus kehidupan yang

dimulai sejak proses pembuahan, kelahiran, kehidupan di dunia, dan diakhiri dengan

kematian, dengan berbagai permasalahannya. Euthanasia merupakan salah satu

permasalahan yang berkaitan dengan proses kematian seseorang yang masih menjadi

permasalahan global yang kompleks. Belum banyak negara-negara di dunia yang

menyetujui tindakan euthanasia ini, termasuk Indonesia. Sejauh ini Indonesia memang

masih belum mengatur secara spesifik mengenai euthanasia. Euthanasia masih dianggap

sama dengan perbuatan pidana menghilangkan nyawa seseorang.

Aspek Hukum

Persetujuan Tindakan Medis1

Peraturan Menteri Kesehatan No 585/MenKes/Per/IX/1989 tentang Persetujuan

Tindakan Medik

Pasal 1

a. Persetujuan tindakan medic/ inform consent adalah persetujuan yang diberikan

oleh pasien atau keluarganya atas dasar penjelasan mengenai tindakan medic

yang akan dilakukan terhadap pasien tersebut.

b. Tindakan medic adalah suatu tindakan yang dilakukan terhadap pasien berupa

diagnostic atau terapeutik.

c. TIndakana invasive adalah tindakan medic yang langsung dapat mempengaruhi

keutuhan jaringan tubuh.

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana – Januari 2014 1

Page 2: PBL 5 blok 30

d. Dokter adalah dokter umum/ dokter spesialis dan dokter gigi/ dokter gigi

spesialis yang bekerja di rumah sakit, puskesmas, klinik, atau praktek

perorangan/ bersama.

Pasal 2

1) Semua tindakan medic yang akan dilakukan terhadap pasien harus mendapat

persetujuan.

2) Persetujuan dapat diberikan secara tertulis maupun lisan.

3) Persetujuan sebagaimana dimaksud ayat (1) diberikan setelah pasien mendapat

informasi yang adekuat tentang perlunya tindakan medic yang bersangkutan

serta resiko yang dapat ditimbulkannya.

4) Cara penyampaian da nisi informasi harus disesuaikan dengan tingkat

pendidikan serta kondisi dan situasi pasien.

Pasal 3

1) Setiap tindakan medic yang mengandung resiko tinggi harus dengan persetujuan

tertulis yang ditanda tangani oleh yang berhak memberikan persrtujuan.

2) Tindakan medic yang tidak termasuk sebagaimana dimaksud dalam pasal ini

tidak diperlukan persetujuan tertulis, cukup persetujuan lisan.

3) Persetujuan sebagaimana dimaksud ayat (2) dapat diberikan secara nyata-nyata

atau secara diam-diam.

Pasal 4

1) Informasi tentang tindakan medic harus diberikan kepada pasien, baik diminta

maupun tidak diminta.

2) Dokter harus memberikan informasi selengkap-lengkapnya, kecuali bila dokter

menilai bahwa informasi tersebut dapat merugikan kepentingan kesehatan

pasien atau pasien menolak memberikan informasi.

3) Dalam hal-hal sebagaimana dimaksud ayat (2) dokter dengan persetujuan pasien

dapat memberikan informasi tersebut kepada keluarga terdekat dengan

didampingi oleh seorang perawat/ paramedic lainnya sebagai saksi.

Pasal 5

1) Informasi yang diberikan mencakup keuntungan dan kerugian dari tindakan

medic yang akan dilakukan, baik diagnostic maupun terapeutik.

2) Informasi diberikan secara lisan.

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana – Januari 2014 2

Page 3: PBL 5 blok 30

3) Informasi harus diberikan secara jujur dan benar kecuali bila dokter menilai

bahwa hal itu dapat merugikan kepentingan kesehatan pasien.

4) Dalam hal-hal sebagaimana dimaksud ayat (3) dokter dengan persetujuan pasien

dapat memberikan informasi tersebut kepada keluarga terdekat pasien.

Pasal 6

1) Dalam hal tindakan bedah (operasi) atau tindakan invasive lainnya, informasi

harus diberikan oleh dokter yang akan melakukan operasi itu sendiri.

2) Dalam keadaan tertentu dimana tidak ada dokter sebagaimana dimaksud ayat

(1), informasi harus diberikan oleh dokter lain atau perawat, dengan

pengetahuan atau petunjuk dokter yang bertnaggung jawab.

3) Dalam hal tindakan yang bukan bedah (operasi) dan tindakan yang tidak invasive

lainnya, informasi dapat diberikan oleh dokter lain atau perawat dengan

pengetahuan atau petunjuk dokter yang bertanggung jawab.

Pasal 7

1) Informasi juga harus diberikan jika ada kemungkinan perluasan operasi.

2) Perluasan operasi yang tidak dapat diduga sebelumnya, dapat dilakukan untuk

menyelamatkan jiwa pasien.

3) Setelah perluasan operasi ssebagaimana dimaksud ayat (2) dilakukan, dokter

harus memberikan informasi kepada pasien dan keluarganya.

Pasal 8

1) Persetujuan diberikan oleh pasien dewasa yang berada dalam keadaan sadar dan

sehat mental.

2) Pasien dewasa sebagaimana dimaksud ayat (1) adalah yang telah berumur 21

tahun (duapuluh satu) atau telah menikah.

Pasal 9

1) Bagi pasien dewasa yang berada di bawah pengampuan (cura tele) persetujuan

diberikan oleh wali/ curator.

2) Bagi pasien dewasa yang menderita gangguan mental, persetujuan diberikan oleh

orang tua/ wali/ curator.

Pasal 10

Bagi pasien dibawah umur 21 (duapuluh satu) tahun dan tidak mempunyai orang

tua/ wali dan atau orang tua/ wali berhalangan, persetujuan diberikan oleh

kerluarga terdekat atau induk semang (guardian).

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana – Januari 2014 3

Page 4: PBL 5 blok 30

Pasal 11

Dalam hal pasien tidak sadar/ pingsan serta tidak didampingi oleh keluarga

terdekat dan secara medic berada dalam keadaan gawat dan atau darurat yang

memerlukan tindakan medic segera untuk kepentingannya, tidak diperlukan

persetujuan siapapun.

Pasal 12

1) Dokter bertanggung jawab atas pelaksanaan ketentuan tentang persetujuan

tindakan medis.

2) Pemberian persetujuan tindakan medic yang dilaksanakan di rumah sakit/ klinik,

maka rumah sakit/ klinik yang bersangkutan ikut bertanggung jawab.

Pasal 13

Terhadap dokter yang melakukan tindakan medic tanpa adanya persetujuan dari

pasien atau keluarganya dapat dikenakan sanksi administrative berupa

pencabutan surat izin prakteknya.

Pasal 14

Dalam hal tindakan medis yang harus dilakukan sesuai dengan program

pemerintah dimana tindakan medic tersebut untuk kepentingan masyarakat

banyak, maka persetujuan tindakan medic tidak diperlukan.

Pasal 15

Hal-hal yang bersifat teknis yang belum diatur dalam Peraturan menteri ini

ditetapkan oleh Direktur Jendral Pelayanan Medik.

SK PB IDI no. 319/PB/4/88 mengenai Pernyataan Dokter Indonesia tentang Informed

Consent.

Manusia dewasa & sehat rohani berhak sepenuhnya menentukan apa yang

hendak dilakukan terhadap tubuhnya. Dokter tidak berhak melakukan tindakan

medis yang bertentangan dengan kemauan pasien, walau untuk kepentingan

pasien itu sendiri.

Kejahatan Terhadap Tubuh dan Jiwa Manusia1

Pasal 338 KUHP

Barangsiapa dengan sengaja merampas nyawa orang lain, diancam karena

pembunuhan, dengan pidana penjara paling lama lima belas tahun.

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana – Januari 2014 4

Page 5: PBL 5 blok 30

Euthanasia dan Bunuh Diri1

Pasal 344 KUHP

Barang siapa merampas nyawa orang lain atas permintaan orang itu sendiri yang

jelas dinyatakan dengan kesungguhan hati, diancam dengan pidana penjara

paling lama dua belas tahun.

Pasal 345 KUHP

Barang siapa dengan sengaja mendorong orang lain untuk bunuh diri,

menolongnya dalam perbuatan itu atau memberi sarana kepadanya untuk itu,

diancam dengan pidana penjara paling lama 4 tahun kalau orang itu jadi bunuh

diri.

Praktek Dokter1

Pasal 531 KUHP

Barang siapa ketika menyaksikan bahwa ada orang yang sedang menghadapi

maut, tidak memberi pertolongan yang dapat diberikan padanya, tanpa

selayaknya menimbulkan bahaya bagi dirinya atau orang lain, diancam jika

kemudia orang itu meninggal, dengan kurungan paling lama tiga bulan atau

denda paling banyak tiga ratus rupiah.

Pasal 53 UU Kesehatan

1) Tenaga kesehatan berhak memperoleh perlindungan hukum dalam

melaksanakan tugas sesuai dengan profesinya.

2) Tenaga kesehatan dalam melakukan tugasnya berkewajiban untuk mematuhi

standar profesi dan menghormati pasien.

3) Tenaga kesehatan, untuk kepentingan pembuktian, dapat melakukan tindakan

medic terhadap seseorang dengan memperhatikan kesehatan dan keselamatan

yang bersangkutan.

4) Ketentuan mengenai standar profesi dan hak-hak pasien sebagaimana dimaksud

ayat (2) ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah.

Pasal 54 UU Kesehatan

1) Terhadap tenaga kesehatan yang melakukan kesalahan atau kelalaian dalam

melaksanakan profesinya dapat dikenakan tindakan disiplin.

2) Penentuan ada tidaknya kesalahan atau kelalaian sebagaimana dimaksud dalam

ayat (1) ditentukan oleh Majelis Disiplin Tenaga Kesehatan.

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana – Januari 2014 5

Page 6: PBL 5 blok 30

3) Ketentuan mengenai pembentukan, tugas, fungsi, dan tata kerja MDTK

ditetapkan dengan Keppres.

Aspek Medikolegal

Inform consent adalah suatu proses yang menunjukkan komunikasi yang efektif

antara dokter dengan pasien, dan bertemunya pemikiran tentang apa yang akan dan

tidak akan dilakukan terhadap pasien. Dilihat dari aspek hukum, inform consent

bukanlah perjanjian antara dua pihak, melainkan lebih kea rah persetujuan sepihak atas

layanan yang diberikan pihak lain.2

Inform consent memiliki tiga elemen, yaitu:2

1. Threshold elements

Elemen ini sebenarnya tidak tepat dianggap sebagai elemen, oleh karena

sifatnya lebih ke arah syarat, yaitu pemberi inform consent haruslah seorang

yang kompeten. Kompeten disini diartikan sebagai kapasitas untuk membuat

keputusan (medis). Secara hukum, seseorang dianggap cakap atau kompeten

adalah apabila telah dewasa (usia telah mencapai 21 tahun atau pernah

menikah), sadar, dan berada dalam keadaan mental yang tidak dibawah

pengampuan.

2. Information elements

Elemen ini terdiri dari dua bagian, yaitu disclosure (pengungkapan) dan

understanding (pemahaman). Pengertian berdasarkan pemahaman yang adekuat

membawa konsekuensi kepada tenaga medis untuk memberikan informasi

sedemikian rupa agar pasien dapat mencapai pemahaman yang adekuat. Dalam

hal ini, seberapa baik informasi harus diberikan kepada pasien dapat dilihat dari

tiga standar, yaitu:

Standar praktek profesi

Kewajiba memberikan informasi dan kriteria keadekuatan informasi

ditentukan bagaimana biasanya dilakukan dalam komunitas tenaga medis.

Standar ini terlalu mengacu pada nilai-nilai yang ada di dalam komunitas

kedokteran, tanpa memperhatikan keingintahuan dan kemampuan

pemahaman individu yang diharapkan menerima informasi tersebut.

Standar subyektif

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana – Januari 2014 6

Page 7: PBL 5 blok 30

Keputusan harus didasarkan atas nilai-nilai yang dianut oleh pasien

secara pribadi, sehingga informasi yang diberikan harus memadai untuk

pasien tersebut membuat keputusa. Sebaliknya dengan standar

sebelumnya, standar ini sangat sulit dilaksanakan atau hampir mustahil,

karena adalah mustahil bagi tenaga medis untuk memahami nilai-nilai

yang secara individual dianut oleh pasien.

Standar pada reasonable person

Standar ini merupakan hasil kompromi kedua standar sebelumnya, yaitu

dianggap cukup apabila informasi yang diberikan telah memenuhi

kebutuhan pada umumnya orang awam.

3. Consent elements

Elemen ini juga terdiri dari dua bagian, yaitu voluntariness (kesukarelaan,

kebebasan) dan authorization (persetujuan). Kesukarelaan mengharuskan tidak

adanya tipuan, misrepresentasi ataupun paksaan. Pasien juga harus bebas dari

tekanan yang dilakukan tenaga medis. Banyak ahli masih berpendapat bahwa

melakukan persuasi yang tidak berlebihan masih dapat dibenarkan secara moral.

Consent dapat diberikan dengan cara:

a. Dinyatakan (expressed)

Dinyatakan secara lisan

Dinyatakan secara tertulis

Pernyataan tertulis diperlukan apabila dibutuhkan bukti

dikemudia hari, umumnya pada tindakan invasive atau yang

berisiko mempengaruhi kesehatan pasien secara bermakna.

Permenkes tentang persetujuan tindakan medis

menyatakan bahwa semua jenis tindakan opertaif harus

memperoleh persetujuan tertulis.

b. Tidak dinyatakan (implied)

Meskipun consent jenis ini tidak memiliki bukti, namun consent

jenis inilah yang paling banyak dilakukan dalam praktek sehari-hari.

Pasien tidak menyatakan baik secara lisan maupun tertulis, namun

melakukan tingkah laku atau gerakan yang menunjukkan

jawabannya.

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana – Januari 2014 7

Page 8: PBL 5 blok 30

Inform consent memliki lingkup terbatas pada hal-hal yang telah dinyatakan

sebelumnya, tidak dapat dianggap sebagai persetujuan atas semua tindakan yang akan

dilakukan. Dokter dapat bertindak melebihi yang telah disepakati hanya apabila gawat

darurat dan keadaan tersebut membutuhkan waktu yang singkat untuk mengatasinya.

Kode Etik Kedokteran Indonesia (KODEKI)

Sejak disusun pertama kali hingga sekarang, norma-norma dalam kode etik

kedokteran Indonesia (KODEKI) telah mengalami banyak perubahan sebagai

konsekuensi dari dinamika etik itu sendiri yang selalu berupaya mengikuti etika

kedokteran internasional.2

Kode etik kedokteran Indonesia (KODEKI) terdiri dari empat kewajiban, yaitu

kewajiban umum, kewajiban terhadap pasien, kewajiban terhadap sejawat, dan

kewajiban terhadap diri sendiri.2

Bunyi pasal-pasal KODEKI adalah:2

1. Setiap dokter harus menjunjung tinggi, menghayati dan mengamalkan sumopah

dokter.

Demi Allah, saya bersumpah bahwa :3

Saya akan membaktikan hidup saya guna kepentingan perikemanusiaan;

Saya akan memberikan kepada guru-guru saya penghormatan dan pernyataan

terima kasih yang selayaknya;

Saya akan menjalankan tugas saya dengan cara yang berhormat dan bermoral

tinggi, sesuai dengan martabat pekerjaan saya;

Kesehatan penderita senantiasa akan saya utamakan;

Saya akan merahasiakan segala sesuatu yang saya ketahui karena pekerjaan saya

dan karena keilmuan saya sebagai dokter;

Saya akan memelihara dengan sekuat tenaga martabat dan tradisi luhur jabatan

kedokteran;

Saya akan memperlakukan teman sejawat saya sebagai mana saya sendiri ingin

diperlakukan;

Dalam menunaikan kewajiban terhadap penderita, saya akan berikhtiar dengan

sungguh-sungguh supaya saya tidak terpengaruh oleh pertimbangan keagamaan,

kebangsaan, kesukuan, politik kepartaian, atau kedudukan sosial;

Saya akan menghormati setiap hidup insani mulai dari saat pembuahan;

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana – Januari 2014 8

Page 9: PBL 5 blok 30

Sekalipun diancam, saya tidak akan mempergunakan pengetahuan kedokteran

saya untuk sesuatu yang bertentangan dengan hukum perikemanusiaan;

Saya ikrarkan sumpah ini dengan sungguh-sungguh dan dengan mempertaruhkan

kehormatan diri saya.

2. Seorang dokter harus senantiasa berupaya melaksanakan profesinya sesuai

dengan standar yang tertinggi.

3. Dalam melaksanakan pekerjaan kedokterannya, seorang dokter tidak boleh

dipengaruhi oleh sesuatu yang mengakibatkan hilangnya kebebasan dan

kemandirian profesi.

4. Setiap dokter harus menghindarkan diri dari perbuatan yang bersifat memuji

diri.

5. Setiap perbuatan atau nasehat yang mungkin melemahkan daya tahan psikis

maupun fisik hanya diberikan untuk kepentingan dan kebaikan pasien, setelah

memperoleh persetujuan pasien.

6. Setiap dokter harus senantiasa berhati-hati dalam mengumumkan dan

menerapkan setiap penemuan teknik atau pengobatan baru yang belum diuji

kebenarannya dan hal-hal yang dapat menimbulkan keresahan masyarakat.

7. Setiap dokter hanya memberi surat keterangan dan pendapat yang telah

diperiksa sendiri kebenarannya.

a. Seorang dokter harus, dalam setiap praktik medisnya, memberikan

pelayanan medis yang kompeten dengan kebebasan teknis dan moral

sepenuhnya, disertai rasa kasih saying (compassion) dan penghormatan

atas martabat manusia

b. Seorang dokter harus bersikap jujur dalam berhubungan dengan pasien

dan sejawatnya yang dia ketahui memiliki kekurangan dalam karakter

atau kompetensi, atau yang melakukan penipuan atau penggelapan, dalam

menangani pasien.

c. Seorang dokter harus menghormati hak-hak pasien, hak-hak sejawatnya,

dan hak tenaga kesehatan lainnya, dan harus menjada kepercayaan

pasien.

d. Setiap dokter harus senantiasa mengingat akan kewajiban melindungi

hidup makhluk insani.

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana – Januari 2014 9

Page 10: PBL 5 blok 30

8. Dalam melakukan pekerjaannya, seorang dokter harus memperhatikan

kepentingan masyarakat dan memperhatikan semua aspek pelayanan kesehatan

yang menyeluruh (promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitative), baik fisik

maupun psikososial, serta berusaha menjadi pendidik dan pengabdi masyarakat

yang sebenar-benarnya.

9. Setiap dokter dalam bekerja sama dengan para pejabat dibidang kesehatan dan

bidang lainnya serta masyarakat harus saling menghormati.

10. Setiap dokter wajib bersikap tulus ikhlas dan mempergunakan segala ilmu dan

keterampilannya untuk kepentingan pasien. Dalam hal ia tidak mampu

melakukan sesuatu pemeriksaan atau pengobatan, maka atas persetujuan pasien,

ia wajib merujuk pasien kepada dokter yang mempunyai keahlian dalam

penyakit tersebut.

11. Setiap dokter harus memberikan kesempatan kepada pasien agar senantiasa

dapat berhubungan dengan keluarga dan penasehatnya dalam beribadat dan

atau dalam masalah lainnya.

12. Setiap dokter wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya tentang

seorang pasien, bahkan juga setelah pasien itu meninggal dunia.

13. Setiap dokter wajib melakukan pertolongan darurat sebagai suatu tugas

perikemanusiaan, kecuali bila ia yakin ada orang lain bersedia dan mampu

memberikannya.

14. Setiap dokter memperlakukan teman sejawatnya sebagaimana ia ingin

diperlakukan.

15. Setiap dokter tidak boleh mengambil alih pasien dari teman sejawat, kecuali

dengan persetujuan atau berdasarkan prosedur yang etis.

16. Setiap dokter harus memelihara kesehatannya supaya dapat bekerja dengan baik.

17. Setiap dokter harus senantiasa mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan

teknologi kedokteran/ kesehatan.

Aspek Bioetika

Etik adalah cabang ilmu filsafat yang mempelajari moralitas. Etik harus

dibedakan dengan sains yang mempelajari moralitas, yaitu etik deskriptif. Etik deskriptif

mempelajari pengaturan empiris tentang moralitas atau menjelaskan pandangan moral

yang saat itu berlaku tentang isu-isu tertentu.2

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana – Januari 2014 10

Page 11: PBL 5 blok 30

Etik terbagi dalam etik normative dan metaetik (etik analitik). Pada etik

normative, para filosof mencoba menegakkan apa yang benar secara moral dan mana

yang salah secara moral, dan kaitannya dengan tindakan manusia. Pada metaetik, para

filosof memperhatikan analisis kedua konsep moral diatas.2

Bioetika adalah salah satu cabang dari etik normative di atas. Bioetik atau

biomedical ethics adalah etik yang berhubungan dengan praktek kedokteran dan atau

penelitian di bidang biomedis.2

Etika adalah disiplin ilmu yang mempelajari baik buruk atau benar salahnya

suatu sikap dan atau perbuatan seseorang individu atau institusi dilihat dari moralitas.

Penilaian baik buruk atau benar salah dari sisi moral tersebut menggunakan pendekatan

teori etika yang cukup banyak. Terdapat dua teori etika yang paling banyak dianut, yaitu

teori deontology dan teleology. Secara ringkas dapat dikatakan bahwa teori deontology

mengajarkan bahwa baik buruknya suatu perbuatan harus dilihat dari perbuatan itu

sendiri, sedangkan teleology mengajarkan untuk menilai baik buruk tindakan dengan

melihat hasilnya atau akibatnya.2

Beauchamp dan Childress (1994) menguraikan bahwa untuk mencapai ke suatu

putusan etik diperlukan empat kaidah dasar moral, yaitu:2

1. Prinsip otonomi

Prinsip moral yang menghormati hak-hak pasien, terutama hak otonomi pasien

(the rights to self determination). Prinsip moral inilah yang kemudian melahirkan

doktrin inform consent.

2. Prinsip beneficence

Prinsip moral yang mengutamakan tindakan yang ditujukan ke kebaikan pasien.

Dalam beneficence tidak hanya dikenal perbuatan untuk kebaikan pasien saja,

melainkan juga perbuatan yang sisi baiknya (manfaat) lebih besar daripada sisi

buruknya (mudharat).

3. Prinsip non-maleficence

Prinsip moral yang melarang tindakan yang memperburuk keadaan pasien.

Prinsip ini dikenal sebagai “primum non nocere” atau “above all do no harm”.

4. Prinsip justice

Prinsip moral yang mementingkan fairness dan keadilan dalam bersikap maupun

dalam mendistribusikan sumber daya.

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana – Januari 2014 11

Page 12: PBL 5 blok 30

Selain prinsip atau kaidah dasar moral di atas yang harus dijadikan pedoman

dalam mengambil keputusan klinis, professional kedokteran juga mengenal etika profesi

sebagai panduan dalam bersikap dan berperilaku. Nilai-nilai dalam etika profesi

tercermin dalam sumpah dokter dan kode etik kedokteran. 2

Euthanasia

Euthanasia adalah pengakhiran hidup seseorang yang sangat sakit dalam rangka

untuk membebaskan mereka dari penderitaan mereka. Seseorang yang menjalani

euthanasia biasanya memiliki kondisi (medis) yang tak tersembuhkan. Tapi ada kasus

lain di mana beberapa orang ingin hidupnya berakhir. Dalam banyak kasus, hal ini

dilakukan atas permintaan seseorang (pasien), tetapi ada kalanya mereka mungkin

terlalu sakit dan keputusan dibuat oleh saudara, tenaga medis atau, dalam beberapa

kasus, pengadilan. Istilah euthanasia berasal dari kata Yunani, euthanatos, yang artinya

mati dengan baik tanpa penderitaan. Euthanasia dapat dilakukan baik dengan

memberikan suntikan mematikan, atau tidak melakukan apa yang diperlukan untuk

menjaga seseorang hidup. Seringkali orang-orang menyebut euthanasia sebagai “mercy

killing”.4,5

Secara konseptual dikenal tiga bentuk euthanasia, yaitu:4-7

1. Voluntary euthanasia

Euthanasia yang dilakukan atas permintaan pasien itu sendiri karena

penyakitnya tidak dapat disembuhkan dan dia tidak sanggup menahan rasa sakit

yang diakibatkannya.

2. Non-voluntary euthanasia

Orang lain, bukan pasien, mengandaikan, bahwa euthanasia adalah pilihan yang

akan diambil oleh pasien yang berada dalam keadaan tidak sadar tersebut jika si

pasien dapat menyatakan permintaannya.

3. Involuntary euthanasia

Merupakan pengakhiran kehidupan pada pasien tanpa persetujuannya.

Selain tiga bentuk euthanasia di atas, penggolongan euthanasia yang paling

praktis dan mudah dimengerti adalah:4-7

1. Euthanasia aktif

Tindakan secara sengaja dilakukan oleh dokter atau tenaga kesehatan lain untuk

memperpendek atau mengakhiri hidup pasien. Merupakan tindakan yang

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana – Januari 2014 12

Page 13: PBL 5 blok 30

dilarang, kecuali di negara yang telah membolehkannya lewat peraturan

perundangan.

2. Euthanasia pasif

Dokter atau tenaga kesehatan lain secara sengaja tidak (lagi) memberikan

bantuan medis yang dapat memperpanjang hidup pasien, misalnya

menghentikan pemberian infus, makanan lewat sonde, alat bantu nafas, atau

menunda operasi.

3. Auto euthanasia

Seorang pasien menolak secara tegas dengan sadar untuk menerima perawatan

medis & dia mengetahui bahwa hal ini akan memperpendek atau mengakhiri

hidupnya. Dengan penolakan tersebut ia membuat sebuah codicil (pernyataan

tertulis tangan). Auto euthanasia pada dasarnya adalah euthanasia pasif atas

permintaan.

Kesimpulan

Jika dikaitkan kembali dengan hak asasi manusia (HAM), euthanasia tentu

melanggar HAM, yaitu hak untuk hidup. Meski tidak secara tegas diatur, euthanasia

tetap melanggar KUHP. Dari ketentuan pasal 344 KUHP, jelas bahwa yang diatur dalam

KUHP tersebut adalah euthanasia aktif dan sukarela (voluntary). Sehingga dalam

praktiknya di Indonesia, Pasal 344 KUHP ini sulit diterapkan untuk menyaring

perbuatan euthanasia sebagai tindak pidana, sebab euthanasia yang sering terjadi

adalah euthanasia pasif, sedangkan pengaturan yang ada melarang euthanasia aktif dan

sukarela. Pada sisi lain, walaupun KUHP tidak secara tegas menyebutkan

kata euthanasia, namun, berdasarkan ketentuan Pasal 344 KUHP seharusnya dokter

menolak melakukan tindakan untuk menghilangkan nyawa, sekalipun pasien ataupun

keluarga pasien menghendaki. Secara hukum, norma sosial, agama dan etika

dokter, euthanasia tidak diperbolehkan.6

 

Daftar Pustaka

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana – Januari 2014 13

Page 14: PBL 5 blok 30

1. Staf pengajar bagian kedokteran forensic fakultas kedokteran Universitas

Indonesia. Peraturan perundang-undangan bidang kedokteran. Cetakan ke-2.

Jakarta: Bagian kedokteran forensic fakultas kedokteran Universitas Indonesia,

1994. H 20-5, 37, 41.

2. Sampurna B, Syamsu Z, Siswja TD. Bioetik dan hukum kedokteran, pengantar

bagi mahasiswa kedokteran dan hukum. Jakarta: Bagian kedokteran forensic

fakultas kedokteran Universitas Indonesia, 2005. H 29-32, 49-51, 79-83.

3. Diunduh dari https://ropeg-kemenkes.or.id/documents/pp196026.pdf pada

Rabu, 8 Januari 2014.

4. Euthanasia and physician assisted suicide. Diunduh dari

http://www.bbc.co.uk/ethics/euthanasia pada Selasa, 7 Januari 2014.

5. Euthanasia and assisted suicides. Diunduh dari

http://www.nhs.uk/conditions/euthanasiaandassistedsuicide/Pages/Introducti

on.aspx pada Selasa, 7 Januari 2014.

6. Kusumasari D. Pengaturan euthanasia di Indonesia. Diunduh dari

http://www.hukumonline.com/klinik/detail/cl2235/pengaturan-euthanasia-di-

indonesia pada Rabu, 8 Januari 2014.

7. Euthanasia. http:// www.fk.uwks.ac.id/elib/arsip/departemen/.../ euthanasia

%20(13).pdf , 30 Desember 2008. Diunduh pada Rabu, 8 Januari 2014.

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana – Januari 2014 14