pbl 4 blok 30
TRANSCRIPT
PEMERIKSAAN DARAH DAN JARINGAN HASIL
SUCTION DARI PEREMPUAN YANG DIDUGA
MELAKUKAN PENGGUGURAN KANDUNGAN
Winda Anastesya
Nim : 10.2009.246
Alamat Email: [email protected]
Universitas Kristen Krida Wacana
Jl. Arjuna Utara No. 6, Jakarta 11510
@2013
Skenario Pbl 4
Anda kebetulan sedang berdinas jaga di laboratorium di sebuah rumah sakit tipe B. Seorang
anggota polisi membawa sebuah botol ukuran 2 liter yang disebutnya sebagai botol dari
sebuah alat “suction curret “ milik seorang dokter di kota anda. Masalahnya adalah bahwa
dokter tersebut disangka telah melakukan pengguguran kandungan yang ilegal dan didalam
botol tersebut terdapat campuran darah dan jaringan hasil suction. Polisi menerangkan dalam
surat permintaannya, bahwa darah dan jaringan dalam botol berasal dari tiga perempuan yang
saat ini sedang diperiksakan ke bagian kebidanan di rumah sakit anda. Penyidik
membutuhkan pemeriksaan laboratorium yang dapat menjelaskan apakah benar telah terjadi
pengguguran kandungan dan apakah benar bahwa ketiga perempuan yang sedang diperiksa di
kebidanan adalah perempuan yang kandungannya digugurkan oleh dokter tersebut. Hasil
pemeriksaan tersebut penting agar dapat dilanjutkan ke proses hukum terhadap dokter
tersebut.
Anda tahu bahwa harus ada komunikasi antara anda dengan dokter kebidanan yang
memeriksa perempuan - perempuan diatas, agar pemeriksaan medis dapat memberi manfaat
yang sebesar- besarnya bagi penyidikan dan penegakan hukum.
A. PENDAHULUAN
Di kalangan ahli kedokteran dikenal dua macam abortus (keguguran kandungan) yakni
abortus spontan dan abortus buatan. Abortus spontan adalah merupakan mekanisme alamiah
yang menyebabkan terhentinya proses kehamilan sebelum berumur 28 minggu. Penyebabnya
dapat oleh karena penyakit yang diderita si ibu ataupun sebab-sebab lain yang pada umumnya
berhubungan dengan kelainan pada sistem reproduksi.
Lain halnya dengan abortus buatan, abortus dengan jenis ini merupakan suatu upaya yang
disengaja untuk menghentikan proses kehamilan sebelum berumur 28 minggu, dimana janin
(hasil konsepsi) yang dikeluarkan tidak bisa bertahan hidup di dunia luar. Abortus buatan,
jika ditinjau dari aspek hukum dapat digolongkan ke dalam dua golongan yakni :
a. Abortus buatan legal, yaitu pengguguran kandungan yang dilakukan menurut syarat dan
cara-cara yang dibenarkan oleh undang-undang. Populer juga disebut dengan abortus
provocatus therapeuticus, karena alasan yang sangat mendasar untuk melakukannya
adalah untuk menyelamatkan nyawa/menyembuhkan si ibu1.
b. Abortus buatan illegal, yaitu pengguguran kandungan yang tujuannya selain dari pada
untuk menyelamatkan / menyembuhkan si ibu, dilakukan oleh tenaga yang tidak
kompeten serta tidak memenuhi syarat dan cara-cara yang dibenarkan oleh undang-
undang. Abortus golongan ini sering juga disebut dengan abortus provocatus criminalis,
karena di dalamnya mengandung unsur kriminal atau kejahatan1.
B. PANDANGAN UMUM TENTANG ABORTUS BUATAN
Para ahli dari berbagai disiplin ilmu seperti ahli agama, ahli hukum, sosial dan ekonomi
memberikan pandangan yang berbeda terhadap dilakukannya abortus buatan. Ahli agama
melihatnya dari kaca dosa dan mereka sepakat bahwa melakukan abortus buatan adalah
perbuatan dosa. Begitu pula dengan ahli ekonomi, mereka sepakat bahwa alasan ekonomi
tidak dapat dijadikan alasan untuk membenarkan dilakukannya pengguguran kandungan.
Pada umumnya para ahli tersebut menentang dilakukannya abortus buatan meskipun jika
berhadapan dengan masalah kesehatan (keselamatan nyawa ibu) mereka dapat memahami
dilakukannya abortus buatan. Demikian halnya dengan negara-negara di dunia, pada
umumnya setiap negara memiliki undang-undang yang melarang dilakukannya abortus
buatan meskipun pelarangan tersebut tidak bersifat mutlak1.
Lihat saja misalnya di negara Indonesia, dimana dalam Kitab Undang-Undang Hukum
Pidana (KUHP) tindakan pengguguran kandungan yang disengaja digolongkan ke dalam
kejahatan terhadap nyawa (Bab XIX pasal 346 s/d 249). Namun dalam undang-undang
Nomor 23 Tahun 1992 Tentang kesehatan pada pasal 15 dinyatakan bahwa dalam keadaan
darurat sebagai upaya untuk menyelamatkan jiwa ibu hamil atau janinnya, dapat dilakukan
tindakan medis tertentu.2,3 Dengan demikian jelas bagi kita bahwa melakukan abortus buatan
dapat merupakan tindakan kejahatan, tetapi juga bisa merupakan tindakan legal yang
dibenarkan undang-undang. Bagaimanakah abortus buatan legal dan ilegal, dikaitkan dengan
proses pembuktiannya (penyidikan)?. Inilah yang menjadi pokok pembahasan dalam makalah
ini.
C. ABORTUS
Gugur kandungan atau aborsi (bahasa Latin: abortus) adalah berhentinya kehamilan
sebelum usia kehamilan 20 minggu yang mengakibatkan kematian janin. Apabila janin lahir
selamat (hidup) sebelum 38 minggu namun setelah 20 minggu, maka istilahnya adalah
kelahiran prematur1.
Dalam ilmu kedokteran, istilah-istilah ini digunakan untuk membedakan aborsi:
a. Spontaneous abortion: gugur kandungan yang disebabkan oleh trauma kecelakaan atau
sebab-sebab alami.
b. Induced abortion atau procured abortion: pengguguran kandungan yang disengaja.
Termasuk di dalamnya adalah:
(1) Therapeutic abortion: pengguguran yang dilakukan karena kehamilan tersebut
mengancam kesehatan jasmani atau rohani sang ibu, kadang-kadang dilakukan
sesudah pemerkosaan.
(2) Eugenic abortion: pengguguran yang dilakukan terhadap janin yang cacat.
(3) Elective abortion: pengguguran yang dilakukan untuk alasan-alasan lain.
Dalam bahasa sehari-hari, istilah "keguguran" biasanya digunakan untuk spontaneous
abortion, sementara "aborsi" digunakan untuk induced abortion.
ABORTUS SPONTANEA
Abortus spontanea merupakan abortus yang berlangsung tanpa tindakan, dalam hal ini
dibedakan sebagai berikut:
Abortus imminens, yaitu peristiwa terjadinya perdarahan dari uterus pada kehamilan
sebelum 20 minggu, dimana hasil konsepsi masih dalam uterus, dan tanpa adanya dilatasi
serviks. Pada abortus imminen terdapat bercak perdarahan yang menunjukkan ancaman
terhadap kelangsungan sauatu kehamilan. Dalam kondisi seperti ini kehamilan masih
mungkin berlanjut atau dipertahankan. Pada abortus imminen dapat teerjadi perdarahan
pervaginam pada kehamilan kurang dari 20 minggu, tanpa tanda-tanda dilatasi serviks
yang meningkat. Etiologinya dapat terjadi karena beberapa sebab yaitu : 1. Kelainan
pertumbuhan hasil konsepsi, biasanya menyebabkan abortus pada kehamilan sebelum
usia 8 minggu. Faktor yang menyebabkan kelainan ini adalah : a. Kelainan kromosom,
terutama trimosoma dan monosoma X b. Lingkungan sekitar tempat impaltasi kurang
sempurna c. Pengaruh teratogen akibat radiasi, virus, obat-obatan temabakau dan alkohol
2. kelainan pada plasenta, misalnya endarteritis vili korialis karena hipertensi menahun 3.
faktor maternal seperti pneumonia, typus, anemia berat, keracunan dan toksoplasmosis. 4.
kelainan traktus genetalia, seperti inkompetensi serviks (untuk abortus pada trimester
kedua), retroversi uteri, mioma uteri dan kelainan bawaan uterus. C. Gambaran Klinis 1.
Terlambat haid atau amenorhe kurang dari 20 minggu 2.
Abortus insipiens, Peristiwa perdarahan uterus pada kehamilan sebelum 20 minggu
dengan adanya dilatasi serviks uteri yang meningkat, tetapi hasil konsepsi masih dalam
uterus.
Abortus inkompletus, Pengeluaran sebagian hasil konsepsi pada kehamilan sebelum 20
minggu dengan masih ada sisa tertinggal dalam uterus.
Abortus kompletus, semua hasil konsepsi sudah dikeluarkan.
ABORTUS PROVOKATUS
Abortus provokatus merupakan jenis abortus yang sengaja dibuat/dilakukan, yaitu dengan
cara menghentikan kehamilan sebelum janin dapat hidup di luar tubuh ibu. Pada umumnya
bayi dianggap belum dapat hidup diluar kandungan apabila usia kehamilan belum mencapai
28 minggu, atau berat badan bayi kurang dari 1000 gram, walaupun terdapat beberapa kasus
bayi dengan berat dibawah 1000 gram dapat terus hidup.
Pengelompokan abortus provokatus secara lebih spesifik:
(1) Provokatus Medisinalis/Artificialis/Therapeuticus, adalah abortus yang dilakukan dengan
disertai indikasi medik. Di Indonesia yang dimaksud dengan indikasi medik adalah demi
menyelamatkan nyawa ibu. Syarat-syaratnya:
a. Dilakukan oleh tenaga kesehatan yang memiliki keahlian dan kewenangan untuk
melakukannya (yaitu seorang dokter ahli kebidanan dan penyakit kandungan) sesuai
dengan tanggung jawab profesi.
b. Harus meminta pertimbangan tim ahli (ahli medis lain, agama, hukum, psikologi).
c. Harus ada persetujuan tertulis dari penderita atau suaminya atau keluarga terdekat.
d. Dilakukan di sarana kesehatan yang memiliki tenaga/peralatan yang memadai, yang
ditunjuk oleh pemerintah.
e. Prosedur tidak dirahasiakan.
f. Dokumen medik harus lengkap.
(2) Abortus Provokatus Kriminalis, aborsi yang sengaja dilakukan tanpa adanya indikasi
medik (ilegal). Biasanya pengguguran dilakukan dengan menggunakan alat-alat atau
obat-obat tertentu.
D. PENYEBAB ABORTUS
Karakteristik ibu hamil dengan abortus yaitu:
1. Umur. Dalam kurun reproduksi sehat dikenal bahwa usia aman untuk kehamilan dan
persalinan adalah 20-30 tahun. Kematian maternal pada wanita hamil dan melahirkan
pada usia di bawah 20 tahun ternyata 2-5 kali lebih tinggi daripada kematian maternal
yang terjadi pada usia 20-29 tahun. Kematian maternal meningkat kembali sesudah usia
30-35 tahun. Ibu-ibu yang terlalu muda seringkali secara emosional dan fisik belum
matang, selain pendidikan pada umumnya rendah, ibu yang masih muda masih tergantung
pada orang lain. Keguguran sebagian dilakukan dengan sengaja untuk menghilangkan
kehamilan remaja yang tidak dikehendaki. Keguguran sengaja yang dilakukan oleh
tenaga nonprofessional dapat menimbulkan akibat samping yang serius seperti tingginya
angka kematian dan infeksi alat reproduksi yang pada akhirnya dapat menimbulkan
kemandulan. Abortus yang terjadi pada remaja terjadi karena mereka belum matur dan
mereka belum memiliki sistem transfer plasenta seefisien wanita dewasa. Abortus dapat
terjadi juga pada ibu yang tua meskipun mereka telah berpengalaman, tetapi kondisi
badannya serta kesehatannya sudah mulai menurun sehingga dapat mempengaruhi janin
intra uterine.
2. Jarak hamil dan bersalin terlalu dekat. Jarak kehamilan kurang dari 2 tahun dapat
menimbulkan pertumbuhan janin kurang baik, persalinan lama dan perdarahan pada saat
persalinan karena keadaan rahim belum pulih dengan baik. Ibu yang melahirkan anak
dengan jarak yang sangat berdekatan (di bawah dua tahun) akan mengalami peningkatan
resiko terhadap terjadinya perdarahan pada trimester III, termasuk karena alasan plasenta
previa, anemia dan ketuban pecah dini serta dapat melahirkan bayi dengan berat lahir
rendah.
3. Paritas ibu. Anak lebih dari 4 dapat menimbulkan gangguan pertumbuhan janin dan
perdarahan saat persalinan karena keadaan rahim biasanya sudah lemah. Paritas 2-3
merupakan paritas paling aman ditinjau dari sudut kematian maternal. Paritas 1 dan
paritas tinggi (lebih dari 3) mempunyai angka kematian maternal lebih tinggi. Lebih
tinggi paritas, lebih tinggi kematian maternal. Risiko pada paritas 1 dapat ditangani
dengan asuhan obstetrik lebih baik, sedangkan risiko pada paritas tinggi dapat dikurangi
atau dicegah dengan keluarga berencana. Sebagian kehamilan pada paritas tinggi adalah
tidak direncanakan.
4. Riwayat Kehamilan. Menurut Malpas dan Eastman kemungkinan terjadinya abortus lagi
pada seorang wanita ialah 73% dan 83,6%. Sedangkan, Warton dan Fraser dan Llewellyn
- Jones memberi prognosis yang lebih baik, yaitu 25,9% dan 39%.
Maternal
Penyebab dari segi Maternal
Penyebab secara umum:
Infeksi akut
1. virus, misalnya cacar, rubella, hepatitis.
2. Infeksi bakteri, misalnya streptokokus.
3. Parasit, misalnya malaria.
Infeksi kronis
1. Sifilis, biasanya menyebabkan abortus pada trimester kedua.
2. Tuberkulosis paru aktif.
3. Keracunan, misalnya keracunan tembaga, timah, air raksa, dll.
4. Penyakit kronis, misalnya hipertensi, nephritis, diabetes, anemia berat, penyakit
jantung, toxemia gravidarum, gangguan fisiologis, misalnya syok, ketakutan, trauma
fisik.
Penyebab yang bersifat lokal:
1. Fibroid, inkompetensia serviks.
2. Radang pelvis kronis, endometrtis.
3. Retroversi kronis.
4. Hubungan seksual yang berlebihan sewaktu hamil, sehingga menyebabkan hiperemia
dan abortus.
Penyebab dari segi Janin
1. Kematian janin akibat kelainan bawaan.
2. Mola hidatidosa.
3. Penyakit plasenta dan desidua, misalnya inflamasi dan degenerasi.5
Alasan untuk melakukan tindakan Abortus Provokatus
Abortus Provokatus Medisinalis
1. Abortus yang mengancam (threatened abortion) disertai dengan perdarahan yang
terus menerus, atau jika janin telah meninggal (missed abortion).
2. Mola Hidatidosa atau hidramnion akut.
3. Infeksi uterus akibat tindakan abortus kriminalis.
4. Penyakit keganasan pada saluran jalan lahir, misalnya kanker serviks atau jika dengan
adanya kehamilan akan menghalangi pengobatan untuk penyakit keganasan lainnya
pada tubuh seperti kanker payudara.
5. Prolaps uterus gravid yang tidak bisa diatasi.
6. Telah berulang kali mengalami operasi caesar.
7. Penyakit-penyakit dari ibu yang sedang mengandung, misalnya penyakit jantung
organik dengan kegagalan jantung, hipertensi, nephritis, tuberkulosis paru aktif,
toksemia gravidarum yang berat.
8. Penyakit-penyakit metabolik, misalnya diabetes yang tidak terkontrol yang disertai
komplikasi vaskuler, hipertiroid, dan lain-lain.
9. Epilepsi, sklerosis yang luas dan berat.
10. Hiperemesis gravidarum yang berat, dan chorea gravidarum.
11. Gangguan jiwa, disertai dengan kecenderungan untuk bunuh diri. Pada kasus seperti
ini, sebelum melakukan tindakan abortus harus dikonsultasikan dengan psikiater.
Abortus Provokatus Kriminalis
Abortus provokatus kriminalis sering terjadi pada kehamilan yang tidak dikehendaki.
Ada beberapa alasan wanita tidak menginginkan kehamilannya:
1. Alasan kesehatan, di mana ibu tidak cukup sehat untuk hamil.
2. Alasan psikososial, di mana ibu sendiri sudah enggan/tidak mau untuk punya anak
lagi.
3. Kehamilan di luar nikah.
4. Masalah ekonomi, menambah anak berarti akan menambah beban ekonomi keluarga.
5. Masalah sosial, misalnya khawatir adanya penyakit turunan, janin cacat.
6. Kehamilan yang terjadi akibat perkosaan atau akibat incest (hubungan antar
keluarga).
7. Selain itu tidak bisa dilupakan juga bahwa kegagalan kontrasepsi juga termasuk
tindakan kehamilan yang tidak diinginkan.
Pelaku Abortus Provokatus Kriminalis
Pelaku Abortus Provokatus Kriminalis biasanya adalah:
1. Wanita bersangkutan.
2. Dokter atau tenaga medis lain (demi keuntungan atau demi rasa simpati).
3. Orang lain yang bukan tenaga medis (misalnya dukun.
Akibat Abortus Provokatus Kriminalis
a. Komplikasi medis yang dapat timbul pada ibu
Perforasi
Dalam melakukan dilatasi dan kerokan harus diingat bahwa selalu ada kemungkinan
terjadinya perforasi dinding uterus, yang dapat menjurus ke rongga peritoneum, ke
ligamentum latum, atau ke kandung kencing. Oleh sebab itu, letak uterus harus ditetapkan
lebih dahulu dengan seksama pada awal tindakan, dan pada dilatasi serviks tidak boleh
digunakan tekanan berlebihan. Kerokan kuret dimasukkan dengan hati-hati, akan tetapi
penarikan kuret ke luar dapat dilakukan dengan tekanan yang lebih besar. Bahaya
perforasi ialah perdarahan dan peritonitis. Apabila terjadi perforasi atau diduga terjadi
peristiwa itu, penderita harus diawasi dengan seksama dengan mengamati keadaan umum,
nadi, tekanan darah, kenaikan suhu, turunnya hemoglobin, dan keadaan perut bawah. Jika
keadaan meragukan atau ada tanda-tanda bahaya, sebaiknya dilakukan laparatomi
percobaan dengan segera.
Luka pada serviks uteri
Apabila jaringan serviks keras dan dilatasi dipaksakan maka dapat timbul sobekan
pada serviks uteri yang perlu dijahit. Apabila terjadi luka pada ostium uteri internum,
maka akibat yang segera timbul ialah perdarahan yang memerlukan pemasangan tampon
pada serviks dan vagina. Akibat jangka panjang ialah kemungkinan timbulnya
incompetent cerviks.
Pelekatan pada kavum uteri
Melakukan kerokan secara sempurna memerlukan pengalaman. Sisa-sisa hasil
konsepsi harus dikeluarkan, tetapi jaringan miometrium jangan sampai terkerok, karena
hal itu dapat mengakibatkan terjadinya perlekatan dinding kavum uteri di beberapa
tempat. Sebaiknya kerokan dihentikan pada suatu tempat apabila pada suatu tempat
tersebut dirasakan bahwa jaringan tidak begitu lembut lagi.
Perdarahan
Pada kehamilan yang sudah agak tua atau pada mola hidatidosa terdapat bahaya
perdarahan. Oleh sebab itu, jika perlu hendaknya dilakukan transfusi darah dan sesudah
itu, dimasukkan tampon kasa ke dalam uterus dan vagina.
Infeksi
Apabila syarat asepsis dan antisepsis tidak diindahkan, maka bahaya infeksi sangat
besar. Infeksi kandungan yang terjadi dapat menyebar ke seluruh peredaran darah,
sehingga menyebabkan kematian. Bahaya lain yang ditimbulkan abortus kriminalis antara
lain infeksi pada saluran telur. Akibatnya, sangat mungkin tidak bisa terjadi kehamilan
lagi. Lain-lain Komplikasi yang dapat timbul dengan segera pada pemberian NaCl
hipertonik adalah apabila larutan garam masuk ke dalam rongga peritoneum atau ke
dalam pembuluh darah dan menimbulkan gejala-gejala konvulsi, penghentian kerja
jantung, penghentian pernapasan, atau hipofibrinogenemia. Sedangkan komplikasi yang
dapat ditimbulkan pada pemberian prostaglandin antara lain panas, rasa enek, muntah,
dan diare.
b. Komplikasi yang dapat timbul pada janin
sesuai dengan tujuan dari abortus itu sendiri yaitu ingin mengakhiri kehamilan, maka
nasib janin pada kasus abortus provokatus kriminalis sebagian besar meninggal.
Kalaupun bisa hidup, itu berarti tindakan abortus gagal dilakukan dan janin kemungkinan
besar mengalami cacat fisik.
Secara garis besar tindakan abortus sangat berbahaya bagi ibu dan juga janin yaitu bisa
menyebabkan kematian pada keduanya.
Cara – cara abortus provokatus kriminalis
Kekerasan Mekanik Umum
a. Latihan olahraga berlebihan
b. Naik kuda berlebihan
c. Mendaki gunung, berenang, naik turun tangga
d. Tekanan / trauma pada abdomen
Wanita cemas akan kehilangan kehamilannya karena olah raga yang berlebih dan
mungkin kekerasan yang berpengaruh terhadap janinnya. Aktivitas hiruk pikuk, mengendarai
kuda biasanya tidak efektif dan beberapa wanita mencari kekerasan dari suaminya. Meninju
dan menendang perut sudah umum dan kematian akibat ruptur organ dalam seperti hati,
limpa atau pencernaan, telah banyak dilaporkan. Ironisnya, uterus biasanya masih dalam
kondisi baik.
Kekerasan Mekanik Lokal
a. Memasukkan alat-alat yang dapat menusuk kedalam vagina : pensil, paku, jeruji
sepeda
b. Alat merenda, kateter atau alat penyemprot untuk menusuk atau menyemprotkan
cairan kedalam uterus untuk melepas kantung amnion
c. Alat untuk memasang IUD
d. Alat yang dapat dilalui arus listrik
e. Aspirasi jarum suntik
Metode hisapan sering digunakan pada aborsi yang merupakan cara yang ilegal secara
medis walaupun dilakukan oleh tenaga medis. Tabung suntik yang besar dilekatkan pada
ujung kateter yang dapat dilakukan penghisapan yang berakibat ruptur dari chorionic sac dan
mengakibatkan abortus. Cara ini aman asalkan metode aseptic dijalankan, jika penghisapan
tidak lengkap dan masih ada sisa dari hasil konsepsi maka dapat mengakibatkan infeksi.4
Tujuan dari merobek kantong kehamilan adalah jika kantong kehamilan sudah rusak
maka secara otomatis janin akan dikeluarkan oleh kontraksi uterus. Ini juga dapat
mengakibatkan dilatasi saluran cerviks, yang dapat mengakhiri kehamilan. Semua alat dapat
digunakan dari pembuka operasi sampai jari-jari dari ban sepeda. Paramedis yang melakukan
abortus suka menggunakan kateter yang kaku. Jika digunakan oleh dokter maupun suster,
yang melakukan mempunyai pengetahuan anatomi dan menggunakan alat yang steril maka
resikonya semakin kecil. Akan tetapi orang awam tidak mengetahui hubungan antara uterus
dan vagina. Alat sering digunakan dengan cara didorong ke belakang yang orang awam
percayai bahwa keadaan cerviks di depan vagina. Permukaan dari vagina dapat menjadi rusak
dan alat mungkin masuk ke usus bahkan hepar. Penetrasi dari bawah atau tengah vagina
dapat juga terjadi perforasi. Jika cerviks dimasuki oleh alat, maka cerviks dapat ruptur dan
alat mungkin masuk lewat samping. Permukaan luar dapat cedera dengan pengulangan, usaha
yang ceroboh yang berusaha mengeluarkan benda yang terlalu tebal ke saluran yang tidak
membuka. Jika sukses melewati saluran dari uterus, mungkin langsung didorong ke fundus,
yang akan merusak peritoneal cavity. Bahaya dari penggunaan alat adalah pendarahan dan
infeksi. Perforasi dari dinding vagina atau uterus dapat menyebabkan pendarahan, yang
mungkin diakibatkan dari luar atau dalam. Sepsis dapat terjadi akibat penggunaan alat yang
tidak steril atau kuman berasal dari vagina dan kulit. Bahaya yang lebih ringan(termasuk
penggunaan jarum suntik) adalah cervical shock. Ini dapat membuat dilatasi cerviks, dalam
keadaaan pasien yang tidak dibius, alat mungkin menyebabkan vagal refleks, yang melalui
sistem saraf parasimpatis, yang dapat mengakibatkan cardiac arrest. Ini merupakan
mekanisme yang berpotensi menimbulkan ketakutan yang dapat terjadi pada orang yang
melakukan abortus kriminalis.5
Kekerasan Kimiawi / Obat-obatan / Bahan-bahan yang Bekerja pada Uterus
Berbagai macam zat yang digunakan baik secara lokal maupun melalui mulut telah
banyak digunakan untuk menggugurkan kandungan. Beberapa zat mempunyai efek yang baik
sedangkan beberapa lainnya berbahaya. Zat yang digunakan secara lokal contohnya fenol dan
lysol, merkuri klorida, potassium permagnat, arsenik, formaldehid, dan asam oxalat. Semua
mempunyai bahaya sendiri, baik dari korosi lokal maupun efek sistemik jika diserap.
Pseudomembran yang nekrotik mungkin berasal dari vagina dan kerusakan cerviks mungkin
terjadi. Potasium permangat adalah zat yang muncul selama perang yang terakhir dan
berlangsung beberapa tahun, 650 kasus dilaporkan hingga tahun 1959, yang parah hanya
beberapa. Ini dapat menyebabkan nekrosis pada vagina jika diserap yang dapat mempunyai
efek sistemik yang fatal termasuk kerusakan ginjal. Permanganat dapat menyebabkan
pendarahan vagina dari nekrosis, yang mana dapat membahayakan janin.
Jenis obat-obatan yang dipakai untuk menginduksi abortus antara lain:
a. Emmenagogum yaitu obat untuk melancarkan haid. Cara kerjanya: indirect congesti +
engorgement mucosa ↓ Bleeding ↓ Kontraksi Uterus ↓ Foetus dikeluarkan. Direct:
Bekerja langsung pada uterus/saraf motorik uterus, misal: Aloe, Cantharides (racun
irritant), Caulopylin, Borax, Apiol, Potassium permanganate, Santonin, Senega, Mangan
dioksida, dll.
b. Purgativa / Emetica: obat-obatan yang menimbulkan kontraksi GI tract. Misalnya
Colocynth: Aloe Castor oil: Magnesim sulfate, Sodium sulfate.
c. Ecbolica: menimbulkan kontraksi uterus secara langsung. Misal : Apiol, Ergot,
Ergometrine, Extract secale, Extract pituatary, Pituitrine, Exytocin. Cara kerja ergot:
merangsang alpha 1 receptor pada uterus sehingga kontraksi uterus yang kuat dan lama.
d. Garam dari logam: biasanya sebelum mengganggu kehamilannya sudah membahayakan
keselamatan ibu. Dengan tujuan menimbulkan tonik kontraksi pada uterus. Misal :
Arsenicum, HgCl, Potassium bichromate, Ferro sulfate, ferri chloride.
Teknik-Teknik Aborsi pada klinik aborsi:
a. Dilatasi Dan kuret (D & C)
b. MR (Kuret dengan penyedotan)
c. Peracunan dengan menyuntikan larutan garam pekat
d. Penguguran dengan mengunakan kimia protaglandin
e. Operasi bedah kaisar/histerotomi
f. D&X (Intact dilatation & extraction =partial birth abortion)
E. ASPEK HUKUM DAN MEDIKOLEGAL
Tindakan aborsi menurut Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP) di Indonesia
dikategorikan sebagai tindakan kriminal2,3. Menurut KUHP, aborsi merupakan:
Pengeluaran hasil konsepsi pada setiap stadium perkembangannya sebelum masa
kehamilan yang lengkap tercapai (38-40 minggu).
Pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup diluar kandungan (berat kurang
dari 500 gram atau kurang dari 20 minggu).
Dari segi medikolegal maka istilah abortus, keguguran, dan kelahiran prematur
mempunyai arti yang sama dan menunjukkan pengeluaran janin sebelum usia kehamilan
yang cukup.
Tindakan aborsi yang dibenarkan oleh undang-undang sampai saat ini, yaitu sebagaimana
termuat dalam UU No. 23 tahun 1992 tentang Kesehatan, Pasal 15, hanya dalam keadaan
darurat sebagai upaya menyelamatkan jiwa ibu hamil. Dan ini pun hanya dapat dilakukan
oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan kewenangan untuk ini, serta
berdasarkan pertimbangan tim ahli, dan harus ada persetujuan ibu hamil yang bersangkutan
atau suami atau keluarganya, dan harus dilakukan di sarana kesehatan tertentu (rumah sakit).
Tindakan aborsi atas indikasi-indikasi lain seperti sosial, humaniten dan eugenetik, seperti
di negara-negara lain, yang bukan hanya untuk menolong si ibu, melainkan juga dengan
pertimbangan demi keselamatan si anak, baik jasmaniah maupun rohaniyahnya, sampai saat
ini di Indonesia belum ada undang-undangnya. Memang dengan alasan kemajuan dalam
bidang diagnostik prenatal, dengan dapat ditemukannya berbagai penyakit bawaan yang berat
dan penyakit genetik yang tidak memungkinkan bayinya dapat hidup normal, sudah banyak
tuntutan untuk dibuat undang-undang yang memperbolehkan dilakukannya tindakan aborsi
dengan indikasi yang lebih luas.
Pasal 346
Seorang wanita yang sengaja menggugurkan atau mematikan kandungannya atau
menyuruh orang lain untuk itu, diancam dengan pidana penjara paling lama empat tahun.
Pasal 347
(1) Barangsiapa dengan sengaja menggugurkan atau mematikan kandungan seorang
wanita tanpa persetujuannya, diancam dengan pidana penjara paling lama dua belas tahun.
(2) Jika perbuatan itu mengakibatkan matinya wanita tersebut, diancam dengan pidana
penjara paling lama lima belas tahun2.
Pasal 348
(1) Barangsiapa dengan sengaja menggunakan atau mematikan kandungan seorang
wanita dengan persetujuannya, diancam dengan pidana penjara paling lama lima tahun enam
bulan.
(2) Jika perbuatan itu mengakibatkan matinya wanita tersebut, diancam dengan pidana
penjara paling lama tujuh tahun2.
Pasal 349
Jika seorang dokter, bidan atau juru obat membantu melakukan kejahatan berdasarkan
pasal 346, ataupun membantu melakukan salah satu kejahatan dalam pasal 347 dan 348,
maka pidana yang ditentukan dalam pasal itu dapat dditambah dengan sepertiga dan dapat
dicabut hak untuk menjalankan pencaharian dalam mana kejahatan dilakukan2.
Pasal 299
(1) Barangsiapa dengan sengaja mengobati seorang wanita atau menyuruh supaya diobati,
dengan memberitahukan atau menimbulkan harapan bahwa dengan pengobatan itu
kandungannya dapat digugurkan, diancam pidana penjara paling lama empat tahun atau
pidana denda paling banyak empat puluh lima ribu rupiah.
(2) Bila yang bersalah berbuat demikian untuk mencari keuntungan, atau menjadikan
perbuatan tersebut sebagai pekerjaan atau kebiasaan, atau bila dia seorang dokter, bidan
atau juru-obat, pidananya dapat ditambah sepertiga.
(3) Bila yang bersalah melakukan kejahatan tersebut dalam menjalankan pekerjaannya, maka
haknya untuk melakukan pekerjaan itu dapat dicabut.
Pasal 535
Barangsiapa terang-terangan mempertunjukkan sesuatu sarana untuk menggugurkan
kandungan, maupun secara terang-terangan atau tanpa diminta menawarkan, ataupun secara
terang-terangan atau dengan menyiarkan tulisan tanpa diminta, menunjuk sebagai bisa
didapat, sarana atau perantaraan yang demikian itu, diancam dengan pidana denda paling
banyak empat ribu lima ratus rupiah.
Undang – Undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan
Pasal 75
(1) Setiap orang dilarang melakukan aborsi.
(2) Larangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dikecualikan berdasarkan:
a. Indikasi kedaruratan medis yang dideteksi sejak usia dini kehamilan, baik yang
mengancam nyawa ibu dan/atau janin, yang menderita penyakit genetik berat dan/atau
cacat bawaan, maupun yang tidak dapat diperbaiki sehingga menyulitkan bayi
tersebut hidup di luar kandungan; atau
b. Kehamilan akibat perkosaan yang dapat menyebabkan trauma psikologis bagi korban
perkosaan.
(3) Tindakan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) hanya dapat dilakukan setelah melalui
konseling dan/atau penasehatan pra tindakan dan diakhiri dengan konseling pasca
tindakan yang dilakukan oleh konselor yang kompeten dan berwenang.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai indikasi kedaruratan medis dan perkosaan, sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3) diatur dengan Peraturan Pemerintah2,3.
Pasal 76
Aborsi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 75 hanya dapat dilakukan:
1. Sebelum kehamilan berumur 6 (enam) minggu dihitung dari hari pertama haid terakhir,
kecuali dalam hal kedaruratan medis;
2. Oleh tenaga kesehatan yang memiliki keterampilan dan kewenangan yang memiliki
sertifikat yang ditetapkan oleh menteri;
3. Dengan persetujuan ibu hamil yang bersangkutan;
4. Dengan izin suami, kecuali korban perkosaan; dan
5. Penyedia layanan kesehatan yang memenuhi syarat yang ditetapkan oleh Menteri.
Pasal 77
Pemerintah wajib melindungi dan mencegah perempuan dari aborsi sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 75 ayat (2) dan ayat (3) yang tidak bermutu, tidak aman, dan tidak
bertanggung jawab serta bertentangan dengan norma agama dan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Pasal 194
Setiap orang yang dengan sengaja melakukan aborsi tidak sesuai dengan ketentuan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 75 ayat (2) dipidana dengan pidana penjara paling lama
10 (sepuluh) tahun dan denda paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).
Penjelasan Pasal 77
Yang dimaksud dengan praktik aborsi yang tidak bermutu, tidak aman, dan tidak
bertanggung jawab adalah aborsi yang dilakukan dengan paksaan dan tanpa persetujuan
perempuan yang bersangkutan, yang dilakukan oleh tenaga kesehatan yang tidak profesional,
tanpa mengikuti standar profesi dan pelayanan yang berlaku, diskriminatif, atau lebih
mengutamakan imbalan materi dari pada indikasi medis.
Pasal 15 Undang-Undang No.23 Tahun 1992
(1) Tindakan medis dalam bentuk pengguguran kandungan dengan alasan apapun, dilarang
karena bertentangan dengan norma hukum, norma agama, norma kesusilaan dan norma
kesopanan. Namun dalam keadaan darurat sebagai upaya untuk menyelamatkan jiwa ibu
atau janin yang dikandungnya dapat diambil tindakan medis tertentu.
(2) Butir a:
Indikasi medis adalah suatu kondisi yang benar-benar mengharuskan diambil tindakan
medis tertentu, sebbab tanpa tindakan medis tertentu itu, ibu hamil dan janinnya terancam
bahaya maut.
Butir b:
Tenaga kesehatan yang dapat melakukan tindakan medis tertentu adalah tenaga yang
memiliki keahlian dan kewenangan untuk melakukannya, yaitu seorang dokter ahli
kebidanan dan penyakit kandungan.
Butir c:
Hak utama untuk memberikan persetujuan ada pada ibu hamil yang bersangkutan, kecuali
dalam keadaan tidak sadar atau tidak dapat memberikan persetujuannya, dapat diminta
dari suami atau keluarganya.
Butir d:
Sarana kesehatan tertentu adalah sarana kesehatan yang memiliki tenaga dan peralatan
yang memadai untuk tindakan tersebut dan telah ditunjuk oleh pemerintah.
(3) Dalam Peraturan Pemerintah sebagai pelaksanaan dari pasal ini dijabarkan antara lain
mengenal keadaan darurat dalam menyelamatkan jiwa ibu hamil atau janinnya, tenaga
kesehaan mempunyai keahlian dan kewenangan, bentuk persetujuan, dan sarana
kesehatan yang ditunjuk.
Dari rumusan pasal-pasal tersebut diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa:
a. Seorang wanita hamil yang sengaja melakukan abortus atau ia menyuruh orang lain,
diancam hukuman empat tahun penjara
b. Seseorang yang sengaja melakukan abortus terhadap ibu hamil, dengan tanpa persetujuan
ibu hamil tersebut, diancam hukuman penjara 12 tahun, dan jika ibu hamil tersebut mati,
diancam 15 tahun penjara.
c. Jika dengan persetujuan ibu hamil, maka diancam hukuman 5,5 tahun penjara dan bila ibu
hamilnya mati diancam hukuman 7 tahun penjara.
d. Jika yang melakukan dan atau membantu melakukan abortus tersebut seorang dokter,
bidan atau juru obat (tenaga kesehatan) ancaman hukumannya ditambah sepertiganya dan
hak untuk berpraktek dapat dicabut.
e. Pasal 15 ayat (1) dan ayat (2) dipidana dengan pidana penjara paling lama 15 (lima belas)
tahun dan pidana denda paling banyak Rp. 500.000.000 (lima ratus juta rupiah).
F. Membedakan Abortus Buatan Legal dan Ilegal, Kaitannya Dengan proses
Pembuktian
Dari penjabaran di atas secara gamblang kita dapat membedakan antara abortus buatan
legal dan ilegal. Abortus buatan legal, yaitu abortus buatan yang sesuai dengan ketentuan-
ketentuan sebagaimana diatur dalam pasal 15 UU No.23 Tahun 1992 tentang kesehatan,
yakni harus memenuhi anasir sebagai berikut:
a. Berdasarkan indikasi medis yang mengharuskan diambilnya tindakan tersebut;
b. Oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan kewenangan;
c. Dengan persetujuan ibu hamil yang bersangkutan atau suami atau keluarganya;
d. Pada sarana kesehatan tertentu.
Jika syarat-syarat tersebut tidak terpenuhi atau sebagian tidak terpenuhi, maka abortus
yang dilakukan termasuk golongan abortus buatan ilegal. Persoalannya adalah bagaimanakah
membuktikan bahwa syarat-syarat terpenuhi atau tidak?
Dalam praktek/kesehatan sangat sedikit sekali kasus-kasus abortus buatan yang sampai
pada tahap penyidikan. Hal ini antara lain disebabkan karena pihak, baik ibu hamil maupun
yang membantu melakukannya sebelumnya pasti sudah melakukan pemufakatan (jahat)
untuk saling tidak melaporkan perbuatannya, karena pasti akan merugikan diri sendiri.
Meskipun bukan delik aduan, tanpa laporan dari para pihak, aparat penyidik sangat sulit
untuk mengetahui adanya praktek abortus buatan tersebut.2,3
PEMERIKSAAN
Abortus provokatus yang dilakukan menggunakan berbagai cara selalu mengundang
resiko kesehatan baik bagi sang ibu maupun bagi sang janin. Seorang dokter perlu mengenali
kelainan yang dapat timbul akibat berbagai cara yang dilakukan untuk melakukan
pengguguran kriminal ini agar benar-benar dapat membantu secara maksimal pihak
penyidik.1
Anamnesis
Pada tindakan anamnesis, dokter harus dapat melacak apakah tersangka pernah hamil
atau melahirkan. Soalan yang ditanyakan juga diharapkan bersifat terarah agar dapat
membantu dalam melakukan pemeriksaan dan menginterpretasi hasil pemeriksaan.5
Antara soalan yang dapat ditanyakan adalah seperti:
Kapan mens terakhir?
Berapa lamakah siklus?
Kapan mennarche?
Apakah ia mempunyai pacar atau sudah bernikah?
Apakah ia mempunyai anak sebelumnya, jika ada, berapa orang dan usia anak paling
muda. Dan soalan-soalan lain.
A. Pemeriksaan Medis
1. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik umum
Manifestasi klinis abortus antara lain:
Keadaan umum tampak lemah atau menurun, tekanan darah menurun atau normal,
denyut nadi normal atau cepat dan kecil, suhu badan normal atau meningkat.
Perdarahan pervaginaan, mungkin disertai keluarnya jaringan hasil konsepsi.
Rasa mules atau keram perut didaerah atas simfisis, sering disertai nyeri pinggang
akibat kontraksi uterus.4
Pembesaran pada payudara
Pada saat hamil perubahan yang terjadi pada ibu hamil adalah payudara menjadi
tegang, areola ( puting ) menjadi lebih menonjol dan daerah sekitar puting menghitam
( hiperpigmentasi ).
Hal ini disebabkan karena terjadi peningkatan persediaan darah keseluruh tubuh maka
daerah sekitar payudara akan tampak bayangan pembuluh-pembuluh vena dibawah kulit
payudara. Hipertropi alveoli payudara menyebabkan payudara bertambah besar dan noduler.
Karena ukuran payudara membesar, vena-vena halus pun terlihat semakin jelas di bawah
kulit.4
Perubahan kulit
Stretch-marks akan muncul di payudara, perut, paha dan pantat pada sebagian besar
wanita. Tanda-tanda ini berwarna merah muda pada waktu hamil tetapi setelah melahirkan
bentuknya mengecil berwarna keperakan. Pada wanita berkulit lebih gelap stretch-marks
kelihatan lebih jelas karena kontras dengan warna kulit.
Sebagian dari pertambahan darah mengalir ke kulit. Kulit menjadi lebih hangat dan
sering berkeringat. Warnanya pun menjadi agak gelap yang disebabkan oleh meningkatnya
pasokan darah.
Sebagian besar kulit kembali ke warna aslinya setelah melahirkan, kecuali area sekitar
puting susu, genitalia, dan perut.
2. Pemeriksaan ginekologi
Diperiksa ada tidaknya tanda akut abdomen. Jika memungkinkan, cari sumber
perdarahan : apakah dari dinding vagina, atau dari jaringan serviks, atau darah mengalir
keluar dari ostium.
a. Inspeksi Vulva : perdarahan pervaginam ada atau tidak jaringan hasil konsepsi, tercium
bau busuk dari vulva
b. Inspekulo : perdarahan dari cavum uteri, osteum uteri terbuka atau sudah tertutup, ada atau
tidak jaringan keluar dari ostium, ada atau tidak cairan atau jaringan berbau busuk dari
ostium.
c. Colok vagina : porsio masih terbuka atau sudah tertutup, teraba atau tidak jaringan dalam
cavum uteri, besar uterus sesuai atau lebih kecil dari usia kehamilan, tidak nyeri saat porsio
digoyang, tidak nyeri pada perabaan adneksa, cavum douglas tidak menonjol dan tidak nyeri
Inspeksi :
(1). Chloasma gravidarum.
(2). Keadaan kelenjar thyroid.
(3). Dinding abdomen ( varises, jaringan parut,).
(4). Keadaan vulva dan perineum
Pada abortus yang sudah lama terjadi atau pada abortus provokatus yang dilakukan
oleh orang yang tidak ahli, sering terjadi infeksi. Tanda-tanda infeksi alat genital berupa
demam, nadi cepat, perdarahan, berbau, uterus membesar dan lembek, nyeri tekan,
leukositosis. Pada pemeriksaan dalam untuk abortus yang baru saja terjadi didapati serviks
terbuka, kadang-kadang dapat diraba sisa-sisa jaringan dalam kanalis servikalis atau kavum
uteri, serta uterus berukuran kecil dari seharusnya.5
Pemeriksaan korban abortus
Pada korban hidup perlu diperhatikan tanda kehamilan misalnya perubahan pada
payudara, pigmentasi, hormonal, mikroskopik dan sebagainya. Perlu pula dibukti adanya
usaha penghentian kehamilan, misalnya tanda kekerasan pada genitalia interna/eksterna,
daerah perut bagian bawah.
Abortus yang dilakukan oleh ahli trampil mugkin tidak meninggalkan bekas dan bila
telah berlangsung satu hari atau lebih, maka komplikasi yang timbul atau penyakit yang
menyertai mungkin mengaburkan tanda-tanda abortus kriminal.4
Pemeriksaan pada korban hidup
Pada pemeriksaan pada ibu yang diduga melakukan aborsi, usaha dokter adalah
mendapatkan tanda-tanda sisa kehamilan dan menentukan cara pengguguran yang dilakukan
serta sudah berapa lama melahirkan. Pemeriksaan ini sebaiknya dilakukan oleh Sp.OG.
Pemeriksaan tes kehamilan masih bisa dilakukan beberapa hari sesudah bayi
dikeluarkan dari kandungan, dijumpai adanya colostrum pada peremasan payudara, nyeri
tekan di daerah perut, kongesti pada labia mayora, labia minora dan serviks. Tanda-tanda
tersebut biasanya tidak mudah dijumpai karena kehamilan masih muda. Bila segera sesudah
melahirkan mungkin masih didapati sisa plasenta yang pemastiannya perlu pemeriksaan
secara histopatologi (patologi anatomi), luka, peradangan, bahan-bahan yang tidak lazim
dalam liang senggama, sisa bahan abortivum. Pada masa kini bila diperlukan dapat dilakukan
pemeriksaan DNA untuk pemastian hubunga ibu dan janin.
Pembuktian kasus abortus
1. Menentukan apakah wanita tersebut hamil
2. Mencari tanda-tanda cara abortus provokatus yang dilakukan
a) Mencari tanda-tanda kekerasan lokal seperti memar, luka, perdarahan jalan lahir
b) Mencari tanda-tanda infeksi akibat pemakaian alat yang tidak steril
c) Menganalisa cairan yang ditemukan dalam vagina atau cavum uteri
B. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan Terhadap Tersangka
Dibuktikan melalui pemeriksaan laboratorium, apakah seorang wanita itu hamil atau tidak
adalah dengan memeriksa :
a. Pemeriksaan laboratorium darah lengkap
Dengan pemeriksaan ini dapat menunjukkan penurunan kadar hematokrit,
hemoglobin rendah yang dapat memicu pasca pendarahan setelah terjadinya aborsi.
b. Pemeriksaan trombosit
Dapat meningkat karena mekanisme pembekuan darah yang terjadi sebagai
mekanisme kompensasi setelah terjadinya pendarahan yang banyak setelah aborsi
c. Fibrinogen
Pemeriksaan ini dapat membedakan sama ada sama ada aborsi ini tergolong dalam
spontaneous atau pun missed abortion. Pemeriksaan ini lebih spesifik kepada missed
abortion.6
d. Test urine
Pada pemeriksaan urin juga dapat di ketahui bahwa wanita tersebut sedang hamil jika
adanya peningkatan bhCG yang sangat bermakna dalam mendeteksi bahwa wanita ini
sebelumnya pernah hamil dan melakukan pengguguran. Ini adalaha karena bhCG
dapat menurun setelah 2- 3 minggu setelah melahirkan, dan uji ini member nilai yang
sangat bermanfaaat.
e. Pemeriksaan pregnanediol
Preganediol merupakan hasil metabolit progesterone. Progesterone sanagt
bertanggungjwab dalam perubahan uterus setelah ovulasi. Ianya menigkat selam
akehamilah dan dapat menuru jika terjadi aborsi dan disfungsi plasenta.6
f. Kadar Prolactin dalam serum
Kadar prolactin serum berbeda beda mengikut jangka waktu kehamilan ,pada
trimester pertama < 80ng/ml, pada trimester kedua < 160ng/mL dan trimester ketiga
< 400 ng/mL. Hormon ini meningkat sesuai jangka waktu kehamilan untuk
menyediakan kepada pengembangan mammae semasa laktasi terjadi. Jika adanya
peningkatan kepada hormone ini bermakna ibu ini pernah hamil.
g. Pemeriksaan dengan USG
Dengan USG dapat mengetahui uterus seseorang sama ada telah di aborsi atau tidak
dengan melihat kepada permukaan dinding rahim setelah terjadinya curratage.4,5
BARANG BUKTI
Pemeriksaan laboratorium dapat digunakan untuk melakukan identifikasi hubungan
antara tersangka dengan jaringan dan darah yang ada di dalam botol. Pemeriksaan tes
kehamilan masih bisa dilakukan beberapa hari sesudah bayi dikeluarkan dari kandungan,
dijumpai adanya colostrum pada peremasan payudara, nyeri tekan di daerah perut, kongesti
pada labia mayora, labia minora dan serviks. Tanda-tanda tersebut biasanya tidak mudah
dijumpai karena kehamilan masih muda. Bila segera sesudah melahirkan mungkin masih
didapati sisa plasenta yang pemastiannya perlu pemeriksaan secara histopatologi (patologi
anatomi), luka, peradangan, bahan-bahan yang tidak lazim dalam liang senggama, sisa
bahan abortivum. Pada masa kini bila diperlukan dapat dilakukan pemeriksaan DNA untuk
pemastian hubungan ibu dan janin.4,6
Untuk mengidentifikasi hubungan antara tersangka dengan barang bukti kita perlu
melakukan beberapa pemeriksaan diantaranya:
Pemeriksaan Darah
Pemeriksaan bercak darah merupakan salah satu pemeriksaan yang paling
sering dilakukan pada laboratorium forensik. Karena darah mudah sekali tercecer
pada hampir semua bentuk tindakan kekerasan, penyelidikan terhadap bercak darah
ini sangat berguna untuk mengungkapkan suatu tindakan kriminil. Pemeriksaan darah
pada forensik sebenarnya bertujuan untuk membantu identifikasi pemilik darah
tersebut. Sebelum dilakukan pemeriksaan darah yang lebih lengkap, terlebih dahulu
kita harus dapat memastikan apakah bercak berwarna merah itu darah. Oleh sebab itu
perlu dilakukan pemeriksaan guna menentukan :
Bercak tersebut benar darah
Darah dari manusia atau hewan
Golongan darahnya, bila darah tersebut benar dari manusia
Bercak yang menempel pada suatu objek dapat dikerok kemudian direndam
dalam larutan fisiologis, atau langsung direndam dengan larutan garam fisiologis bila
menempel pada pakaian. Ada banyak tes penyaring yang dapat dilakukan untuk
membedakan apakah bercak tersebut berasal dari darah atau bukan, karena hanya
yang hasilnya positif saja yang dilakukan pemeriksaan lebih lanjut. 1,4
Pemeriksaan Penentuan Darah
o Dengan ditemukan pigmen , krisal hematin dan hemokhromogen dengan
menggunakan reaksi Teichman dan Wagenaar. Reaksi Teichman dengan hasil
psitif tampak Kristal hemin- HCl yang berbentuk batang bewarna coklat.
o Reaksi Wagenaar , dengan hasil positip terlihat Kristal aceton –hemin yang
berbentuk batang bewarna coklat.
o Pemeriksaan Spektroskopik. Pemeriksaan ini dapat memastikan lagi bahwaa
golongan darah yang di periksa ini adalah darah jika di jumpai pita pita absorbs
yang khas dari hemoglobin atau turunannya.
o Pemeriksaan Serologis. Berguna dalam menentukan species dan golongan darah
berdasarkan reaksi antigen dan antibody , yaitu reaksi aglutinasi.
Penentuan Spesies
Terdapat dua cara yatu:
Reaksi cincin( reaksi presipitat dalam tabung )
Hasil postif darah manusia akan terbentuk cincin keruh di perbatasan.
Reaksi precipitate dalam agar
Anti globulin darah manusia di masukkan dan di letakkan dalam ruang yang
lembab, hasil positip memberikan precipitate jernih pada perbatasan lubang.
Pemeriksaan mikroskopik
Pemeriksaan mikroskopik meliputi adanya sel trofoblas yang merupakan tanda
kehamilan, kerusakan jaringan yang merupakan jejas atau tanda usaha penghentian
kehamilan. Ditemukannya sel radang PMN menunjukkan tanda intravitalitas.
Tentukan pula umur janin atau usia kehamilan, karena sekalipun undang-undang tidak
mempermasalahkan usia kehamilan, namun penentuan usia kehamilan kadang kala
diperlukan oleh penyidik dalam rangka penyidikan perkara secara keseluruhan. 2
Pemeriksaan toksikologi
Pemeriksaan toksikologi dilakukan untuk mengetahui adanya obat atau zat
yang dapat mengakibatkan abortus. Perlu pula dilakukan pemeriksaan terhadap hasil
usaha penghentian kehamilan, misalnya berupa IUFD, kematian janin di dalam rahim
dan pemeriksaan mikroskopik terhadap sisa-sisa jaringan. Abortus yang dilakukan
oleh ahli yang terampil mungkin tidak meninggalkan bekas dan bila telah berlangsung
satu hari atau lebih, maka komplikasi yang timbul atau penyakit yang menyertai
mungkin mengaburkan tanda-tanda abortus criminal. 6
Pemeriksaan DNA
Pemeriksaan DNA pertama kali diperkenalkan oleh Jeffrey pada tahun 1985.
Pemeriksaan ini sangat akurat dan memberikan nilai yang sangat tepat hampir 99.9%.
Bahan sampel DNA dapat dipilih dari jaringan apa saja, karena DNA dapat diperoleh
dari semua sel berinti. Sel yang tidak memiliki DNA hanyalah sel darah merah karena
sel darah merah tidak memiliki inti. Untuk itu terhadap berbagai bahan sampel
tersebut harus diberi perlakuan sebagai berikut:
Jaringan
Untuk bahan sampel yang segar, sampel terbaik adalah jaringan limpa, kelenjar
getah bening dan hati.
Darah
Darah cair diberikan pengawet EDTA, dan disimpan dalam termos es atau
lemari es. Alternatif lain, bahan diserap dengan kain kasa lalu dikeringkan.
Bercak kering dapat dikerok dengan scalpel, dibawa dengan bendanya atau
diusap dengan kain kasa basah lalu dikeringkan.
Tulang, Gigi dan Rambut
Dibungkus dengan kertas alumunium dan disimpan pada suhu di bawah 20°C.
Bahan yang telah dikeringkan dapat disimpan pada suhu kamar. Sampel rambut
diambil 10 – 15 helai beserta akarnya. Sampel gigi dipilih paling sedikit empat,
molar jika mungkin. Sampel gigi sebaiknya tidak rusak oleh endodontia. Sampel
tulang sebaiknya dari femur.
Teknik Analisis DNA
Adapun jenis-jenis teknik analisa DNA adalah sebagai berikut:
1. Restriction Fragment Length Polymorphism (RFLP)
Teknik pertama yang digunakan analisa DNA dalam bidang forensik polimorfisme yang
dinamakan Restriction Fragment Leght Polymorphism (RFLP) adalah suatu polimorfisme
DNA akibat variasi panjang fragmen DNA setelah dipotong dengan enzim retriksi tertentu
menjadi fragmen Variable Number Of Tandem Repeat (VNTR). Teknik ini dilakukan dengan
memanfaatkan enzim retriksi yang berfungsi memotong DNA pada tempat-tempat tertentu
dengan cara mengenali urutan basa tertentu seperti AATT. Setelah selesai, pola RFLP tampak
seperti kode batang (bar code). Dan dibandingkan untuk menentukan apakah kedua sampel
tersebut berasal dari sumber yang sama.1
2. Polymerase Chain Reaction (PCR)
Metode analisa DNA yang selanjutnya adalah Polymerase Chain Reaction (PCR)
yaitu suatu metode untuk memperbanyak fragmen DNA tertentu secara in vitro dengan enzim
polymerase DNA. Teknik ini didesain agar yang diperbanyak hanya segmen tertentu dari
sampel dengan tingkat akurasi yang tinggi, sehingga dapat diperoleh informasi dari sampel
yang jumlahnya sedikit atau bahkan pada sampel DNA yang sudah mulai terdegradasi.1
3. STRs (Short Tandem Repeats)
Metode STRs (Short Tandem Repeats) adalah salah satu metode analisis yang
berdasar pada metode Polymerase Chain Reaction (PCR). STRs (Short Tandem Repeat)
adalah suatu istilah genetik yang digunakan untuk menggambarkan urutan DNA pendek (2 –
5 pasangan basa) yang diulang. Genome setiap manusia mengandung ratusan STRs. Metode
ini paling banyak dikembangkan karena metode ini cepat, otomatis dan memiliki kekuatan
diskriminasi yang tinggi. Dengan metode STRs dapat memeriksa sampel DNA yang rusak
atau dibawah standar karena ukuran fragmen DNA yang diperbanyak oleh PCR hanya
berkisar antara 200 – 500 pasangan basa. Selain itu pada metode ini dapat dilakukan
pemeriksaan pada setiap lokus yang memiliki tingkat polimorfisme sedang dengan
memeriksa banyak lokus dalam waktu bersamaan. Teknik yang digunakan adalah
multiplexing yaitu dengan memeriksa banyak lokus dan berbeda pada satu tabung. Dengan
cara ini dapat menghemat waktu dan menghemat sampel. Analisis pada teknik ini didasarkan
pada perbedaan urutan basa STRs dan perbedaan panjang atau pengulangan basa STRs.
Teknis ini banyak di gunakan sekarang ini dalam penentuan DNA.1
4. mtDNA (Mitochondrial DNA)
Aplikasi penggunaan mitokondria DNA (mtDNA) dalam identifikasi forensik
dimulai pada tahun 1990. Mitokondria adalah partikel intraselular yang terdapat di luar
nukleus dalam sitoplasma sel. Mitokondria mengandung DNA kecil berupa molekul
berbentuk sirkular yang terdiri dari 16569 pasangan basa yang dapat diidentifikasi. Setiap sel
mengandung 100 – 1000 mitokondria.
Ciri khas dari mtDNA adalah pola penurunannya. Tidak seperti DNA inti yang
tersusun dari kombinasi separuh DNA orang tua, mitokondria DNA hanya mengandung DNA
ibu. Jika dari pemeriksaan Mitokondria DNA dapat mengetahui garis ibu, maka dari
pemeriksaan Kromosom Y dapat mengetahui garis ayah pada anak laki-laki. Perbedaan yang
terlihat bahwa Mitokondria DNA adalah marker sitoplasmik yang diturunkan ibu kepada
semua anaknya sedangkan Kromosom Y adalah marker nuklear yang hanya diturunkan
seorang ayah pada anak laki-lakinya.1
Penggunaan teknis ini sangat bererti dalam penegakkan kasus aborsi untuk memastikan lagi
hubungan tersangka dengan anaknya
hCG (human Chorionic Gonadotropin)
Hormon hCG (human Chorionic Gonadotropin) ini disekresikan ke dalam
sirkulasi ibu hamil dan diekskresikan melalui urin. Hormon hCG ini dapat dideteksi
pada sekitar 26 hari setelah konsepsi dan peningkatan ekskresinya sebanding
meningkatnya usia kehamilan di antara 30-60 hari. produksi puncaknya adalah pada
usia kehamilan 60-70 hari dan kemudian menurun secara bertahap dan menetap
hingga akhir kehamilan setelah usia kehamilan 100-130 hari. 5
G. ASPEK ETIK PROFESI
Setiap dokter harus senantiasa mengingat akan kewajiban melindungi hidup makluk
insani. Segala perbuatan dokter terhadap pasien bertujuan untuk memelihara kesehatan dan
kebahagiannya. Dengan sendirinya ia harus mempertahankan dan memelihara kehidupan
manusia.3
Kadang-kadang dokter terpaksa harus melakukan operasi atau cara pengobatan tertentu
yang membahayakan. Hal ini dapat dilakukan asal tindakan ini diambil setelah
mempertimbangkan masak-masak bahwa tidak ada jalan/cara lain untuk menyelamatkan jiwa
selain pembedahan. Sebelum operasi dimulai, perlu dibuat persetujuan tertulis lebih dahulu
oleh pasien atau dan keluarga (informed consent). Sesuai peraturan Menteri Kesehatan
tentang informed consent, batas umur yang dapat memberi informed consent adalah 18 tahun.
Semua usaha tersebut merupakan tugas seorang dokter. Ia harus berusaha memelihara dan
mempertahankan hidup makhluk insani. Ini berarti bahwa baik menurut agama, Undang-
Undang Negara, maupun Etik Kedokteran, seorang dokter tidak diperbolehkan:
Mengugurkan kandungan (abortus provocatus)
Mengakhiri hidup seorang pasien yang menurut ilmu dan pengetahuan tidak mungkin
akan sembuh lagi (euthanasia).
Sudah banyak buah pikiran dan pendapat tentang abortus provocatus yang diumumkan
oleh berbagai ahli dalam berbagai macam bidang seperti agama, kedokteran, sosial, hukum,
eugenetika dan sebagainya. Ikatan Dokten Indonesia sendiri telah mengadakan simposium
tentang abortus yang meninjau masalah dan berbagai sudut. Abortus provocatus dapat
dibenarkan sebagai pengobatan, apabila menupakan satu-satunya jalan untuk menolong jiwa
ibu dari bahaya maut (abortus provocatus therapeuticus). Dalam Undang-Undang No. 23
Tahun 1992 tentang kesehatan, diperjelas tentang hal ini.
Bahkan Indikasi medik ini dapat berubah-ubah menurut perkembangan ilmu kedokteran.
Beberapa penyakit seperti hipertensi, tuberkulosis dan sebagainya tidak lagi dijadikan
indikasi untuk melakukan abortus. Sebaliknya ada pula negara yang membenarkan indikasi
sosial, humaniter dan eugenetik, seperti misalnya di Swedia dan Swiss yaitu bukan semata-
mata untuk menolong ibu, melainkan juga mempertimbangkan demi keselamatan anak, baik
jasmaniah maupun rohaniah. Keputusan untuk melakukan abortus provocatus therapeuticus
harus dibuat oleh sekurang-kurangnya dua dokter dengan persetujuan tertulis dan wanita
hamil yang bersangkutan, suaminya dan atau keluarganya yang terdekat. Hendaknya
dilakukan dalam suatu rumah sakit yang mempunyai cukup sarana untuk melakukannya.
Dalam mengamalkan kewajiban "melindungi hidup makhluk insani" ini seorang dokter
harus senantiasa mengingat hal-hal sebagai berikut:
Bahwa hidup mati seseorang adalah merupakan kekuasaan Tuhan, dan bahwa pada
hakekatnya manusia dalam menghadapi permasalahan hidup dan mati ini harus
berpedoman pada agama yang dianutnya masing-masing.
Bahwa betapapun majunya dan tingginya ilmu dan teknologi (iptek) kedokteran yang
telah kita capai namun semua ini memiliki keterbatasan, hingga pada batas tertentu
seorang dokter harus mengakui bahwa dia tidak lagi akan dapat berbuat sesuatu kecuali
menyerahkan sepenuhnya kepada Tuhan Yang Maha Kuasa.
Bahwa perkembangan dan kemajuan IPTEK khususnya di bidang kedokteran, di samping
telah membawa banyak manfaat bagi kehidupan manusia, di pihak lain telah membawa
persoalan baru yang terutama sangat erat kaitannya dengan permasalahan moral,
diantaranya telah membuat kaburnya batas-batas antara hidup dan mati, dan bahwa tugas
dokter dalam melakukan intervensi medik terhadap pasiennya bukan hanya sekedar
bertujuan untuk "mempertahankan hidup dan memperpanjang usia" tetapi juga harus
mempertimbangkan "kwalitas hidup", yaltu "hidup yang bagaimana" yang harus kita
pertahankan itu.
Bahwa nilai-nilai moral dan agama lebih merupakan pedoman bagi seorang dokter dalam
bersikap dan bertindak sesuai kebenaran yang diyakininya, dan yang harus dipertanggug
jawabkan kepada hati nuraninya sendiri dan Tuhan yang sesuai dengan keyakinannya
masing-rnasing, sehingga lebih bersifat subyektif. Sementara yang lebih obyektif ialah
sumber hukum berupa perundang-undangan mengatur permasalahan "hidup mati"
seseorang, khususnya yang berkaitan dengan saat-saat kritis dalam rangkalan
pengembangan di masa mendatang. Demikian pula bahwa Kode Etik Kedokteran sering
tidak berdaya lagi dalam menghadapi isu-isu baru sebagal akibat perubahan yang cepat
dan drastis dari iptek kedokteran
Maka dalam menghadapi semua kenyataan ini pertama-pertarna seorang dokter sejak
awal harus menjalin hubungan yang baik dengan pihak keluarga pasien. Setiap pengambilan
keputusan baik untuk tujuan diagnostik, terapi maupun berbagil tindakan lainnya, harus
selalu dengan persetujuan pasien dan atau keluarganya.
Dalam mengamalkan pasal 7d KODEKI, yang berbunyi "Setiap dokter harus senantiasa
mengingat akan kewajiban melindungi hidup makhluk insani", maka yang jelas dilarang baik
oleh Kode Etik Kedokteran, juga dilarang oleh Agama maupun Undang-Undang Negara
adalah perbuatan-perbuatan4,5:
1. Menggugurkan kandungan (abortus) tanpa indikasi yang benar.
2. Mengakhiri kehidupan seseorang pasien dengan alasan bahwa menurut ilmu kedokteran
penyakit yang dideritanya tidak mungkin lagi bisa disembuhkan (euthanasia).
Para dokter dan tenaga medis lainnya, hendaklah selalu menjaga sumpah profesi dan kode
etiknya dalam melakukan pekerjaan. Jika hal ini secara konsekuen dilakukan pengurangan
kejadian abortus buatan ilegal akan secara signifikan dapat dikurangi. Dalam deklarasi Oslo
(1970) tentang pengguguran kandungan atas indikasi medik, disebutkan bahwa moral dasar
yang dijiwai seorang dokter adalah butir Lafal Sumpah Dokter yang berbunyi : ”Saya akan
menghormati hidup insani sejak saat pembuahan : oleh karena itu Abortus buatan dengan
indikasi medik, hanya dapat dilakukan dengan syarat-syarat berikut”:
1. Pengguguran hanya dilakukan sebagai suatu tindakan terapeutik.
2. Suatu keputusan untuk menghentikan kehamilan, sedapat mungkin disetujui secara
tertulis oleh dua orang dokter yang dipilih berkat kompetensi profesional mereka.
3. Prosedur itu hendaklah dilakukan seorang dokter yang kompeten di instalasi yang diakui
oleh suatu otoritas yang sah.
4. Jika dokter itu merasa bahwa hati nuraninya tidak memberanikan ia melakukan
pengguguran tersebut, maka ia hendak mengundurkan diri dan menyerahkan pelaksanaan
tindakan medik itu kepada sejawatnya yang lain yang kompeten.
5. Selain memahami dan menghayati sumpah profesi dan kode etik, para tenaga kesehatan
perlu pula meningkatkan pemahaman agama yang dianutnya. Melalui pemahaman agama
yang benar, diharapkan para tenaga kesehatan dalam menjalankan profesinya selalu
mendasarkan tindakannya kepada tuntunan agama.7
INTERPRETASI HASIL
Pada kasus di atas, sebuah botol yang berisi campuran darah dan jaringan milik tiga
perempuan yang diduga melakukan pengguguran kandungan yang dilakukan oleh seorang
dokter sedang diperiksa di bagian kebidanan sebuah rumah sakit. Pada kasus seperti ini, tidak
semua aborsi berdampak terhadap hukum. Oleh karena itu, harus diperhatikan dengan
seksama dan dilakukan pemeriksaan yang memastikan apakah tindakan tersebut sesuai
indikasi medis atau termasuk dalam kasus kriminalitas. Pada kasus aborsi provokatus, hasil
pemeriksaan dapat ditemukan:
Pada pemeriksaan medis, ditemukan tanda-tanda kekerasan mekanik lokal pada organ
reproduksi (uterus, vagina, serviks, dsb) sebagai tanda adanya usaha aborsi
provokatus.
Pada pemeriksaan toksikologi ditemukan adanya zat/obat yang digunakan untuk
membantu proses aborsi
Pada pemeriksaan mikroskopik, ditemukan adanya sel trofoblas (tanda kehamilan,
tanda kerusakan jaringan akibat usaha penghentian kehamilan), sel PMN (tanda
intravitas)
Adanya peningkatan hormon hCG (human chorionic gonadothropin)
Adanya kecocokan DNA tersangka dengan janin.
VISUM et REPERTUM
Visum et repertum adalah keterangan tertulis yang dibuat oleh dokter, berisi temuan
dan pendapat berdasarkan keilmuannya tentang hasil pemeriksaan medis terhadap manusia
atau bagian dari tubuh manusia, baik hidup maupun mati, atas permintaan tertulis (resmi) dan
penyidik yang berwenang (atau hakim untuk visum et repertum psikiatrik) yang dibuat atas
sumpah atau dikuatkan dengan sumpah, untuk kepentingan peradilan.2
Visum et repertum adalah alat bukti yang sah sebagaimana tertulis dalam pasal 184
KUHAP. Visum et repertum dibuat sesegera mungkin dan diberikan kepada (instansi)
penyidik pemintanya, dengan memperhatikan ketentuan tentang rahasia jabatan bagi dokter
serta ketentuan kearsipan.
Ada beberapa jenis visum et repertum, antara lain visum et repertum perlukaan
(termasuk keracunan), visum et repertum kejahatan susila, visum et repertum jenasah dan
visum et repertum psikiari. Tiga jenis visum yang pertama adalah visum et repertum
mengenai tubuh/ raga manusia yang dalam hal ini berstatus sebagai korban tindak pidana,
sedangka jenis yang terakhir adalah mnegenai jiwa/ mental tersangka atau terdakwa atau
saksi lain dari suatu tindak pidana. Secara ringkasnya, pada umumnya visum et repertum
terdiri dari 5 bagian yang tetap, yaitu: 8
1. Bagian Pembukaan: Kata Pro Justitia yang diletakkan di bagian atas yang
menjelaskan bahwa visum et repertum khusus dibuat untuk tujuan peradilan.
2. Bagian Pendahuluan: Merupakan uraian tentang identitas dokter pemeriksa, instansi
pemeriksa, tempat dan waktu dilakukannya pemeriksaan, instansi peminta visum et
repertum, nomor dan tanggal surat permintaan, serta identitas yang diperiksa sesuai
dengan yang tercantum di dalam surat permintaan visum et repertum tersebut.
3. Bagian Pemberitaan: Bagian ini memuat semua hasil pemeriksaan terhadap “barang
bukti” yang dituliskan secara sistematik, jelas dan dapat dimengerti oleh orang yang
tidak berlatar belakang pendidikan kedokteran. Dan terbagi tiga bagian, yaitu
Pemeriksaan luar, Pemeriksaan dalam (bedah jenazah) dan Pemeriksaan laboratorium
dan pemeriksaan pendukung lainnya.
4. Bagian Kesimpulan: Dituliskan kesimpulan pemeriksa atas seluruh hasil pemeriksaan
dengan berdasarkan keilmuannya atau keahliannya.
5. Bagian Penutup: Berupa uraian kalimat penutup yang menyatakan bahwa visum et
repertum ini dibuat dengan sebenarnya, berdasarkan keilmuan serta mengingat
sumpah dan sesuai dengan Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana (KUHAP).
Tata cara permintaan Visum et Repertum : 2,8
1. Pasal 133 ayat (2) KUHAP : “Permintaan Keterangan ahli sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1) dilakukan secara tertulis, yang dalam surat itu disebutkan dengan tegas
untuk pemeriksaan luka atau pemeriksaan mayat atau pemeriksaan bedah mayat”.
2. Surat Permintaan Visum et Repertum (SPVR) harus dibuat dengan menggunakan
format sesuai dengan jenis kasus yang sedang ditangani.
3. SPVR harus ditanda tangani oleh penyidik yang syarat kepangkatan dan
pengangkatannya diatur dalam BAB II pasal 2 Peraturan Pemerintah (PP) nomor 27
tahun 1983.
4. Korban yang meninggal dunia harus diantar oleh seorang anggota POLRI dengan
membawa SPVR.
5. Korban yang meninggal dunia harus diberi label sesuai dengan peraturan yang
tercantum didalam pasal 133 ayat (3) KUHAP.
Contoh visum et repertum
DEPARTEMEN ILMU KEDOKTERAN FORENSIK & MEDIKOLEGAL
RUMAH SAKIT Dr. CIPTO MANGUNKUSUMO
Jl. Salemba Raya No.6, Jakarta 10430, telp:021-3106976
PROJUSTITIA Jakarta, 17 Januari 2011
VISUM ET REPERTUM
No. : 11/FKU/I/2011.
Saya yang bertanda tangan dibawah ini, winda. Dokter pada bagian forensik rumah sakit UKRIDA
di Jakarta atas permintaan dari kepolisian Resort Grogol dalam suratnya
nomor/VeR/1/2011/LL/Res. Tng tertanggal 11 Januari 2011, maka dengan ini menerangkan
bahwa, pada tanggal sebelas januari tahun dua ribu sebelas pukul tiga sore Waktu Indonesia
Barat, bertempat di RS UKRIDA, telah melakukan pemeriksaan atas korban dengan nomor
registrasi 97011990 yang menurut surat tersebut adalah:--------------------------------
Nama : Nyonya B -----------------------------------------------------------------
Umur :-----tahun------------------------------------------------------------------
Jenis kelamin : Perempuan ----------------------------------------------------------------
Warga Negara : Indonesia --------------------------------------------------------------
Alamat : xxx, Jakarta ------------------------------------------------------------
Hasil pemeriksaan
1. Dari anamnesis pada Nyonya B, harus ditanyakan mengenai hari terakhir menstruasi,
lama menstruasi, menarche, sudah punya pacar/menikah.
2. Pada korban ditemukan : ----------------------------------------------------------------
a. Dilihat dari pemeriksaan fisik keadaan umum tampak lemah/menurun, tekanan
darah menurun/normal, denyut nadi normal/cepat dan kecil serta suhu badan
normal/meningkat.
b. Pada pemeriksaan daerah kelamin didapatkan pendarahan. Disertai keluhan
mules/keram perut di perut serta nyeri pinggang.
3. Di lakukan pemeriksaan laboratorium: Pemeriksaan darah didapatkan kadar darah
yang rendah, pemeriksaan golongan darah adalah __, pemeriksaan hormon kehamilan
positif, pemeriksaan radiologi kelihatan permukaan keadaan dinding rahim,
pemeriksaan hasil curettage; hasil positif darah manusia, golongan darah adalah __
sesuai dengan wanita tersangka. Hasil pemeriksaan DNA terhadap jaringan serta
wanita tersangka cocok. (Mencari hubungan antara jaringan yang ditemukan dengan
tersangka melalui pemeriksaan golongan darah, DNA)
4. Pengobatan yang telah di lakukan( terapi untuk mengurangkan pendarahan rahim).
Dan korban di pulangkan dalam keadaan yang baik.
Kesimpulan
Pada korban perempuan ini yang berusia ___ tahun, berdasarkan hasil temuan yang telah
di dapatkan tanda-tanda kehamilan, ( payudara yang membesar, strecthmark pada perut).
Seterusnya di simpulkan adanya keguguran atau kematian kandungan pada perempuan
ini-------------------------------------------------------------
Demikian saya uraikan dengan sejujurnya atas sumpah dokter sesuai dengan lembaran
Negara 1973 nomor 350 untuk dipergunakan dimana perlu penyidikan lebih lanjut. Harap
digunakan sebaik-baiknya mengingat sumpah sesuai dengan kitab undang-undang hukum
acara pidana.------------------------------------------------
Dokter yang memeriksa,
dr.Winda
KESIMPULAN
Tindakan aborsi atau pengguguran kandungan sesuai dengan hukum yang berlaku
adalah tindakan menghentikan kehamilan atau mematikan janin sebelum waktu kelahiran,
tanpa melihat usia kandungannya. Juga tidak dipersoalkan apakah dengan pengguguran
kehamilan tersebut lahir bayi hidup atau mati.
Tindakan pengguguran kandungan tidak semuanya berdampak pada hukum. Seorang
dokter dapat melakukan tindakan medis tertentu sesuai dengan pasal 15 UU Kesehatan,
dimana dalam keadaan darurat sebagai upaya untuk menyelamatkan jiwa ibu hamil dan atau
janinnya dapat dilakukan tindakan medis tertentu. Tindakan medis tertentu dapat dilakukan
sesuai indikasi medis, oleh tenaga kesehatan yang ahli dan berwenang sesuai tanggung jawab
profesinya, dengan persetujuan ibu hamil atau keluarganya, dan pada sarana kesehatan
tertentu. Oleh karena itu, harus diperhatikan dan diteliti dengan seksama supaya tidak terjadi
kesalahpahaman. Abortus provocatus yang dilakukan menggunakan pelbagai cara selalu
mengandung resiko kesehatan baik bagi si ibu atau janin.seorang dokter perlu mengenali
kelainan yang dapat timbul akibat berbagai macam cara yang digunakan untuk melakukan
pengguguran criminal ini agar benar-benar dapat membantu secara maksimal pihak penyidik.
Untuk membantu proses penyidikan, dokter dapat membantu dalam pemeriksaan medis dan
laboratorium.
Para dokter dan tenaga medis lainnya, hendaklah selalu menjaga sumpah profesi dan
kode etiknya dalam melakukan pekerjaan. Apapun alasannya selain untuk tindakan medis
tertentu yang dapat membahayakan nyawa ibu dan ataupun janin, tindakan aborsi tidak boleh
dilakukan.
DAFTAR PUSTAKA
1. Budiyanto A, Widiatmaka W, Sudiono S, Mun’im TWA, Hertian S, et al. Ilmu kedokteran
forensik. Jakarta: Bagian Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia;
1997. h.3-7; h.147-58; h.177-96.
2. Staf pengajar bagian kedokteran forensik fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Peraturan perundang-undangan bidang kedokteran. Edisi ke-1. Jakarta: Bagian
Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 1994. h.11-25; h.32-7.
3. Prosedur medikolegal. Peraturan Perundang-undangan Bidang Kedokteran. Cetakan
kedua. Bagian Kedokteran Forensik. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 1994.
Hal 11-25.
4. Budiyanto A, Widiatmaka W, Sudiono S, dkk. Pemeriksaan Laboratorium Forensik
Sederhana. Ilmu Kedokteran Forensik. Edisi pertama: cetakan kedua. Bagian Kedokteran
Forensik. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 1997. Hal 177-196.
5. Adiraansz G, Hanafiah TM. Diagnosis kehamilan. Dalam: Ilmu kebidanan, Prawirohardjo
S. Jakarta: PT. Bina pustaka; 2008
6. Mansjoer A, Suprohaita, Wardhani W, Setiowulan W. Ilmu kedokteran forensik, Kapita
Selekta Kedokteran edisi ke tiga, jilid 2. Jakarta: Media Aesculapius FKUI; 2009.
7. Sampurna. Budi., Syamsu. Zulhasmar., Siswaja. Tjetjep Dwidja. Didalam: Bioetik dan
Hukum Kedokteran. Juli 2007.
8. Bagian Kedokteran Forensik FKUI. Visum et repertum. Dalam: Ilmu kedokteran
forensik. Jakarta; FKUI. 1997. hal. 5-16