pbl 4
TRANSCRIPT
Febby farihindarto
102011246
Fakultas Kedokteran, Universitas Kristen Krida Wacana, Jakarta
Jln. Arjuna Utara No. 6 Jakarta 11510. Telephone : (021) 5694-2061, fax : (021) 563-1731
I. Pendahuluan
Diabetes Mellitus merupakan suatu penyakit di mana tingginya kadar gula dalam darah
karena tidak dihasilkannya hormon insulin oleh sel beta pankreas secara normal yang
berfungsi untuk mengubah gula dalam darah menjadi glikogen, atau kesalahan pada reseptor
insulin yang menyebabkan hormon insulin tidak dapat ditangkap oleh reseptor protein.1
Kesalahan reseptor dapat terjadi karena adanya kesalahan susunan basa nitrogen yang terjadi
dalam proses pembuatan suatu asam amino. Proses pembentukan asam amino berawal dari
rantai DNA yang mengalami proses replikasi dimana rantai DNA akan terbuka dan menjadi
template yang berguna dalam mensintesis rantai DNA yang baru. Setelah proses replikasi,
akan dilanjutkan dengan proses transkripsi serta translasi di mana akan terbentuknya RNA
dan basa nitrogen pada RNA akan diterjemahkan menjadi asam amino yang nantinya akan
berfungsi sebagai reseptor untuk menangkap sinyal/informasi seperti hormon. Kesalahan
dalam ketiga proses tersebut dapat terjadi karena berbagai faktor seperti sinar UV, radiasi
yang bersifat mengionisasi, senyawa kimia reaktif, perubahan pH serta suhu, dan mutasi.2
Asam amino yang dihasilkan dari proses replikasi, transkripsi, dan translasi memang
berbeda-beda fungsinya, tetapi pada dasarnya semua asam amino itu memiliki struktur dasar
yang sama yaitu gugus amino, gugus karboksil, serta gugus R.3 Karena adanya gugus R-lah
yang menyebabkan asam amino menjadi bervariasi dan memiliki fungsi masing-masing.
Pada kasus yang terjadi saat ini, pasien memiliki sel beta pankreas yang normal tetapi
menderita penyakit Diabetes Mellitus. Oleh karena itu, akan dibuktikan apakah penyakit DM
yang terjadi disebabkan karena tidak berfungsinya reseptor insulin karena terjadi kelainan
pada susunan asam amino.
2.1 Skenario
Seorang wanita gendut dinyatakan menderita diabetes melitus(DM). Menurut hasil
pemeriksaan ternyata sel pancreas wanita tersebut normal sehingga insulin tetap
dibentuk,namun reseptor insulin yang terdapat pada sel target tidak berfungsi sehingga
insulin tidak dapat berkerja pada sel target tersebut.
2.2 identifikasi istilah yang tidak diketahui
1. DM
2. sel b pancreas : Hormon yang dihasilkan sel Langerhans yang menghasilkan hormon
insulin untuk mengubah glukosa menjadi glikogen.4
3. Insulin
4. sel target
2.3 Rumus maasalah
seorang wanita genduk menderita DM,reseptor sel target tidak berfungsi namun
selpancreasnya normal
2.4 Pembahasan
Reseptor Sel Target (protein)
Setiap informasi/sinyal yang terjadi dalam proses metabolisme tubuh akan ditangkap
oleh protein sebagai reseptor yang akan mengenali dan merespon secara khusus. Contoh yang
mudah dalam penerimaan sinyal adalah pensinyalan endokrin yang terjadi pada organ
pankreas, khusunya untuk hormon insulin. Reseptor insulin adalah suatu tetramer yang terdiri
dari dua subunit α yang berada seluruhnya di luar sel yang bertugas untuk mengikat insulin
lewat daerah yang kaya akan sistein, dan dua subunit β yang merupakan protein
transmembran sebagai efektor dalam proses transduksi sinyal yang dalam konfigurasi α2β2
yang dihubungkan dengan ikatan disulfida.5 Setelah hormon insulin ditangkap oleh reseptor,
maka hormon insulin akan bekerja menguraikan glukosa dalam darah menjadi glikogen.
Sintesis/replikasi, transkripsi, translasi DNA.
DNA merupakan molekul yang amat panjang yang terdiri dari deoksiribonukleotida
yang membawa informasi genetik yang terletak di dalam sel. Molekul DNA berbentuk
untaian ganda (double helix). Satu unit DNA terdiri dari basa purin (adenin,
guanin)/pirimidin (sitosin,timin), gula pentosa serta gugus fosfat, yang nantinya akan
membentuk kesatuan yang dikenal dengan nukleotida dan tiap nukleotida akan dihubungkan
dengan ikatan fosfodiester (Gambar 1.1).
Gambar 1.1 Ikatan fosfodiester menghubungkan tiap nukleotida DNA (sumber:
http://academic.brooklyn.cuny.edu/biology/bio4fv/page/molecular%20biology/dsDNA.jpg)
DNA berfungsi untuk menyimpan informasi genetik untuk mencirikan struktur semua protein
dan RNA tiap-tiap spesies organisme,6 sebagai sumber informasi untuk sintesis semua
molekul protein dalam sel/organisme di mana molekul DNA akan berperan sebagai template
untuk proses transkripsi informasi ke RNA, menentukan aktivitas organisme sepanjang siklus
hidupnya, serta untuk menentukan kekhususan organisme tertentu.
RNA merupakan hasil transkripsi dari template DNA. RNA terdiri dari benang panjang
ribonukleotida yang mengandung basa purin (adenin, guanin)/pirimidin (sitosin, urasil),
ribosa serta gugus fosfat. Sama seperti molekul DNA, tiap nukleotida pada RNA
dihubungkan dengan ikatan fosfodiester, akan tetapi ikatan yang berbeda dengan DNA, yaitu
ikatan fosfodiester 3’-5’. RNA berbentuk rantai tunggal (mRNA), dan beberapa RNA
memiliki struktur sekunder dan tertier (tRNA dan rRNA) . Yang dimaksud dengan struktur
sekunder dan tertier adalah dapat membentuk pasangan basa nukleotida komplementer dan
anti paralel pada bagian rantai yang melipat (Gambar 1.2).
Gambar 1.2 struktur sekunder dan tertier pada RNA
(sumber: http://faculty.uca.edu/johnc/tRNA%20structure.gif)
Pada RNA dikenal 3 RNA utama, yaitu mRNA, tRNA, dan rRNA serta dikenal juga RNA
minor yaitu RNA primer. RNA primer berbeda dengan 3 RNA utama karena memiliki
molekul yang lebih pendek, pada ujung C3’ mengikat OH, dan disintesis menggunakan
enzim khusus yang dikenal sebagai enzim primase sedangkan 3 RNA utama disintesis
menggunakan enzim polimerase. Masing-masing 3 RNA utama memiliki fungsi masing-
masing. mRNA berfungsi untuk mentranskripsi sekuens DNA untuk translasi, tRNA berperan
secara struktural dan fungsional di mana akan mengangkut asam amino yang tersusun di
mRNA, rRNA akan berikatan dengan protein dan membentuk ribonukleoprotein yang terdapat
di dalam ribosom yang berperan dalam proses modifikasi post transkripsi. Selain itu, dalam
berbagai virus, RNA berfungsi sebagai pembawa informasi genetik.
A. Replikasi.
Dalam proses replikasi, akan terjadi pembentukkan DNA yang baru yang
dibentuk dari DNA asalnya. Replikasi DNA diperankan oleh DNA polimerasi. Sebelum
proses replikasi dimulai, molekul DNA yang awalnya berupa double helix akan
dipisahkan menjadi untai tunggal dengan cara denaturasi/melting. Ada beberapa faktor
yang dapat menyebabkan denaturasi:
1. pH yang berbeda (DNA stabil pada pH 4-10)
2. Pemanasan (70-90o C)
3. Kadar garam rendah
4. Senyawa merusak ikatan H (urea, fomanida)
5. Senyawa yang dapat menyisip di antara 2 basa (etidium bromida, zat warna
golongan alkali)
Pada melting temperature, DNA yang kaya akan pasangan G-C (memiliki tiga ikatan
hidrogen) mencair pada suhu yang lebih tinggi dibandingkan dengan DNA yang kaya
akan pasangan A-T (memiliki dua ikatan hidrogen).7 Selain itu, ada beberapa protein
yang berperan dalam proses pemisahan DNA, yaitu enzim helikase & topoisomerase
yang berfungsi untuk memisahkan kedua DNA, serta suatu protein pengikat yang
digunakan untuk mencegah kedua DNA menyatu kembali setelah dipisahkan. Dua untai
tunggal DNA asli yang telah terbentuk akan berperan sebagai template untuk sintesis
rantai DNA yang baru.
Pada saat DNA berpisah, akan membentuk suatu garpu replikasi di mana rantai
3’-5’ DNA asli membentuk rantai 5’-3’ baru menuju ke arah garpu yang terjadi secara
langsung sehingga disebut leading strand. Sedangkan rantai 5’-3’ DNA asli akan
membentuk rantai 3’-5’ baru yang menjauh dari arah garpu dan terjadi secara
terpotong-potong sehingga disebut lagging strand (Gambar 1.3). Potongan-potongan
tersebut (okazaki fragment) akan disambung menjadi satu rantai utuh oleh enzim ligase
dengan menggunakan ikatan fosfodiester.
Gambar 1.3 Leading strand dan lagging strand
(sumber: http://www.web-books.com/MoBio/Free/images/Ch7B3.gif)
Pada awal sintesis polinukleotida, RNA primer dengan gugus OH akan terbentuk di
pangkal garpu 3’ yang bebas baik pada leading strand dan lagging strand. Akan tetapi,
RNA primer nantinya akan dilepas setelah leading strand dan lagging strand selesai
terbentuk.
Pada sintesis DNA, kemungkinan terjadinya kesalahan dalam pasangan basa
nitrogen dapat terjadi dan dapat pula diperbaiki dengan menghilangkan dan mengganti
dengan pasangan yang benar. Pada DNA polimerase terdapat aktivitas eksonuklease,
yaitu mengkatalisis hidrolisis polinuklease pada ujung rantai 3’ 5’ atau 5’ 3’. Pada
cetakan DNA yang bekerja dari arah 5’ 3’ jika pada ujung 3’ terjadi kesalahan
sintesis, maka aktivitas eksonuklease 3’ 5’ akan membuang dan mengganti kesalahan
tersebut dengan yang benar. Proses ini disebut dengan proof reading. Akan tetapi jika
kesalahan terjadi pada ujung 5’, maka aktivitas eksonuklease 5’ 3’ yang akan
bekerja. Proses ini disebut dengan mengedit.
B. Transkripsi
Pada proses transkripsi akan terjadi penyalinan DNA, akan tetapi rantai DNA yang digunakan hanya 1 dan akan membentuk suatu rantai RNA. Proses transkripsi terjadi di dalam inti sel. Enzim yang bekerja dalam proses ini adalah enzim RNA polimerase. DNA dengan arah 3’ 5’ akan menjadi template dalam proses transkripsi dan RNA polimerase akan mensintesis rantai RNA ke arah 5’ 3’ (Gambar 1.4). Pada RNA polimerase tidak memiliki aktivitas eksonuklease, oleh karena itu jika ada kesalahan tidak akan dapat
diperbaiki. Akan tetapi kemungkinan kesalahan terjadi sangat kecil karena RNA polimerase bekerja lebih teliti dari pada DNA polimerase.
Gambar 1.4 proses transkripsi oleh RNA polimerase (sumber:
http://www.phschool.com/science/biology_place/biocoach/images/transcription/startrans.gif)
Proses transkripsi diawali dengan proses penempelan faktor-faktor transkripsi dan
kompleks enzim RNA polimerase pada daerah promotor. Pada eukariot, promotor lebih
dikenal sebagai kotak TATA, kotak CAAT, dan kotak GC banyak. RNA polimerase pada
eukariot tidak menempel secara langsung pada DNA didaerah promotor, melainkan melalui
perantaraan protein lain yang disebut faktor transkripsi yang dibedakan menjadi 2 kelompok,
yaitu:8
Pertama adalah faktor transkripsi umum.faktor trnaskripsi umum mengarahkan RNA
polimerase ke promotor.
Kedua adalah faktor transkripsi yang khusus untuk suatu gen. Pengaturan transkripsi
yang lebih spesifik dilakukan oleh faktor transkripsi yang khusus untuk suatu gen.
Faktor transkripsi atau faktor basal terikat pada kotak TATA dan membantu
pengikatan RNA polimerase II yang digunakan untuk mensintesis mRNA. mRNA yang
dihasilkan oleh RNA polimerase II akan disebut sebagai hnRNA. Selama proses transkripsi,
cap akan terbentuk untuk pengikatan mRNA yang sudah matang pada ribosom selama sintesis
protein. RNA polimerase II akan berakhir jika sampai pada sinyal terminasi, suatu urutan
AAUAAA yang terdapat dalam mRNA. Pada titik yang lebih jauh kira-kira 10-35 nukleotida,
mRNA akan dipotong dan pada tempat pemotongan tersebut akan terjadi penambahan ekor
poli(A) secara satu per satu tanpa ada template DNA (Gambar 1.5). Ekor poli(A) akan
mempermudah ekspor mRNA dari nucleus.
Gambar 1.5 Rantai mRNA
mRNA yang sudah matang akan keluar dari nukleus ke sitoplasma, dan akhirnya akan
bergabung dengan ribosom.
C. Translasi
Tahap translasi adalah tahap penerjemahan kode mRNA oleh tRNA ke dalam
urutan asam amino. Tahap ini terjadi di dalam sitoplasma dengan bantuan ribosom.
Sintesis protein yang terjadi di ribosom akan dituntun oleh kodon mRNA yang dibaca
secara berurutan pada arah 5’ 3’. Proses translasi pada eukariot baru dapat
berlangsung jika proses transkripsi sudah selesai dilaksanakan. Pada tahap translasi,
kode genetik atau kodon dari mRNA diterjemahkan menjadi rangkaian asam amino.
Kodon merupakan urutan tiga basa nitrogen pada mRNA yang dikenal sebagai triplet.
Kodon pada mRNA dikenali oleh antikodon pada tRNA. Karena banyak macam triplet
kodon, maka akan terdapat beberapa asam amino yang dapat dikodekan lebih dari satu
triplet atau disebut juga kodon sinonim. Kodon UGA, UAG, UAA akan berperan
sebagai kodon stop. Sedangkan untuk kodon Metionin (AUG) dan Triptofan (UGG)
akan hanya terdapat 1 pada tiap masing-masing rantai asam amino.
Gambar 1.6 Tabel asam amino
(sumber: http://biochem.co/wp-content/uploads/2008/08/amino-acid-table-singlet-code.png)
tRNA yang paling serba guna adalah yang mengandung inosin (I) yang dibentuk
melalui pengubahan adenin secara enzimatik setelah tRNA disintesis yang
menyebabkan ketika antikodon-antikodon terhubung dengan kodon-kodon, basa I dapat
membentuk ikatan hidrogen dengan salah satu dari tiga basa yaitu U, C, atau A.9
Tahap-tahap yang terdapat dalam proses translasi, sintesis rantai polipeptida
memiliki tahap yang sama dengan proses transkripsi, yaitu:10
Pertama adalah inisiasi. Pada tahap inisiasi subunit ribosom kecil mengikatkan
diri pada mRNA dan tRNA inisiator khusus. Subunit ribosom kecil melekat pada
segmen leader pada ujung 5’ (upstream) dari mRNA. Pada arah downstream dari mRNA
terdapat kodon inisiasi. AUG akan memberi sinyal dimulainya proses translasi. tRNA
inisiator yang membawa asam amino metionin akan melekat pada kodon inisiasi.
Penyatuan mRNA, tRNA inisiator, dan subunit ribosom kecil diikuti oleh pelekatan
subunit ribosom besar, menyempurnakan kompleks inisiasi translasi.
Kedua adalah tahap elongasi. Pada tahap elongasi dari translasi, asam amino akan
ditambahkan satu per satu pada asam amino pertama. Tiap penambahan melibatkan
partisipasi beberapa protein yang disebut faktor elongasi dan terjadi dalam siklus tiga
tahap, yaitu pengenalan kodon, pembentukan ikatan peptida, dan translokasi.
Ketiga adalah tahap akhir yaitu terminasi. Tahap elongasi berlanjut hingga kodon stop
mencapai sinyal dari basa UAA, UAG, dan UGA yang merupakan sinyal untuk
menghentikan proses translasi. Suatu protein yang disebut sebagai faktor pelepas langsung
mengikatkan diri pada kodon stop yang menyebabkan penambahan molekul air, bukan asam
amino, pada rantai polipeptida. Reaksi ini menghidrolisis polipeptida yang sudah selesai dari
tRNA dan melepaskan polipeptida dari ribosom.
-