pbl 1.1 epidemiologi

Upload: dasep-padilah

Post on 19-Jul-2015

80 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Mengenal Lebih Jauh Kolera Penyakit kolera itu sering terjadi di negara-negara berkembang seperti negara-negara di Asia, Afrika, Amerika Tengah, serta Amerika Selatan. Timbulnya kolera adalah ulah bakteri yang bernama Vibrio Cholerae. Bakteri ini menyerang usus besar manusia sehingga usus besar terinfeksi. Kolera jarang terjadi di negara-negara maju karena negara maju memiliki jaringan penyedia air bersih ke setiap rumah penduduk serta jarang penduduk negara maju jarang memakan makanan mentah! Seseorang juga bisa terserang penyakit ini jika makanan atau minuman yang ia makan terjangkit bakteri kolera. Biasanya penyebab penyakit ini adalah memakan kerang yang belum matang atau makan-makanan laut lain yang belum matang, misalnya ikan. Kolera berkembang dengan sangat cepat terutama di daerah yang tidak memiliki sumber air bersih dan daerah yang belum memiliki sistem pembuangan air yang cukup bagus. Untungnya penyakit ini jarang ditularkan dari satu orang ke orang lain. Biasanya gejala penyakit kolera adalah diare. Tapi, tidak jarang orang yang terkena penyakit kolera tidak mengalami gejala apapun. Hal ini bahkan terjadi pada hampir 90 % pengidap kolera tingkat sedang. Selain diare beberapa gejala lain di antaranya rasa sakit perut dan kram pada kaki. Karena orang yang terjangkit kolera biasanya kehilangan banyak air akibat diare, mereka mengalami dehidrasi. Dehidrasi membuat seseorang merasa haus sepanjang waktu, lelah, dan sangat lemas. Satu di antara 20 orang yang terinfeksi kolera menderita kolera yang sangat parah. Penderita kolera parah biasanya mengalami diare air. Mereka kehilangan cairan dengan cepat sehingga mengakibatkan dehidrasi parah, gagal ginjal, dan syok. Tanpa pengobatan, orang dengan kolera parah bisa meninggal dalam hitungan jam. Banyaknya cairan yang hilang dari jaringan menyebabkan mata menjadi cekung dan kulit jari-jari tangan menjadi keriput. Jika tidak diobati, ketidakseimbangan volume darah dan peningkatan konsentrasi garam bisa menyebabkan gagal ginjal, syok dan koma. Gejala biasanya menghilang dalam 3-6 hari. Kebanyakan penderita akan terbebas dari organisme ini dalam waktu 2 minggu, tetapi beberapa diantara penderita menjadi pembawa dari bakteri ini. DIAGNOSA Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala-gejalanya. Untuk memperkuat diagnosis, dilakukan pemeriksaan terhadap apusan rektum atau contoh tinja segar. PENGOBATAN Yang sangat penting adalah segera mengganti kehilangan cairan, garam dan mineral dari tubuh. Dehidrasi di sini tidak cukup hanya dengan diberikan air minum, tapi si penderita juga harus diberikan infus cairan gula (dextrose) dan garam (normal saline) atau bentuk cairan infus yang dicampur keduanya (dextrose saline). Untuk penderita yang mengalami dehidrasi berat, cairan diberikan melalui infus. Di daerah wabah, kadang-kadang cairan diberikan melalui selang yang dimasukkan lewat hidung menuju ke lambung.

Bila dehidrasi sudah diatasi, tujuan pengobatan selanjutnya adalah menggantikan jumlah cairan yang hilang karena diare dan muntah. Makanan padat bisa diberikan setelah muntah-muntah berhenti dan nafsu makan sudah kembali. Pengobatan awal dengan tetrasiklin atau antibiotik lainnya bisa membunuh bakteri dan biasanya akan menghentikan diare dalam 48 jam.

PENCEGAHAN Penjernihan cadangan air dan pembuangan tinja yang memenuhi standar sangat penting dalam mencegah terjadinya kolera.

Usaha lainnya adalah meminum air yang sudah terlebih dahulu dimasak dan menghindari sayuran mentah atau ikan dan kerang yang dimasak tidak sampai matang.

Vaksin kolera hanya memberikan perlindungan parsial dan secara umum tidak dianjurkan. Pemberian antibiotik tetrasiklin bisa membantu mencegah penyakit pada orang-orang yang sama-sama menggunakan perabotan rumah dengan orang yang terinfeksi kolera. http://medicastore.com/penyakit/210/Kolera.html http://www.forumsains.com/teknik-lingkungan/(enviro-eng)-environmentaltoxicology/?wap2 http://www.inilah.com/berita/citizen-journalism/2008/08/14/43730/bakteri-kolera-disekeliling-anda/

Gejala yang terjadi diawali dengan diare (karena bakteri itu mengeluarkan racun enterotoksin pada salauran usus), perut keram, muntah, dan dehidrasi. Kematian yang terjadi pada seseorang yang terkena penyakit kolera karena kehilangan cairan tubuh atau yang biasa disebut dehidrasi. Dehidrasi yang tidak segera ditanggani akan menyebabkan hipovolemik dan asidosis metabolik. Kolera termasuk penyakit menular. Penularannya melalui bakteri vibrio cholerae yang berkembang biak dan menyebar melalui feaces (kotoran) manusia. Jika kotoran itu mengkontaminasi air sungai yang dikonsumsi, orang itu berisiko terkena penyakit kolera. Tidak mencuci tangan sebelum makan, mencuci sayuran atau makanan dengan air yang mengandung bakteri kolera, juga salah satu penyebab penyakit kolera.Gejala penyakit kolera diawali dengan diare yang encer dan berlimpah tanpa disertai rasa mulas. Feaces yang semula berwarna dan berbau berubah jadi cairan putih keruh (seperti air cucian beras) tanpa bau busuk ataupun amis. Diare terjadi berulang-ulang kali disertai muntah meski tidak terasa mual. Si penderita juga akan didera keram perut, detak jantung cepat, mulut kering, lemah fisik, mata cekung, dan saat itulah dehidrasi terjadi. Jika tidak segera ditangani, bisa

menyebabkan kematian. Penyakit kolera bisa dicegah dengan membangun sanitasi (pembuangan kotoran) yang memenuhi standar lingkungan dan menjaga kebersihan air serta masak sampai benar-benar matang air yang akan digunakan untuk minum sehari-hari. http://www.tnol.co.id/health/health/1047-bakteri-kolera-di-sekeliling-kita.html

Seperti telah dijelaskan di post sebelumnya tentang deskripsi sederhana dan perbedaan antara studi epidemiologi dan toksikologi, keduanya memiliki persamaan yaitu sama-sama mencari faktor etiologis (penyebab) dari kejadian dan distribusi suatu penyakit didasarkan pada karakteristik populasi tertentu yang sifatnya rutin, berkala. Beberapa contoh, kita ingat kasus yang sangat populer di London, oleh Snow (1849), secara singkat, pada waktu itu, terjadi penyebaran kolera yang sangat besar. Snow melakukan observasi, ternyata dia mendapati fakta menarik. Sebagian besar warga yang meninggal karena kolera, ternyata tinggal terkonsentrasi di area tertentu di London. Area ini mendapatkan layanan air dari 2 perusahaan, Southwark and Vauxhall Company dan Lambeth Company. Fakta lanjutan adalah ia menemukan bahwa source air yang dipergunakan adalah air sungai Thames yang tercemar limbah. Kemudian ia melakukan observasi lanjutan mengenai data mortalitas (kematian) antara 2 area yang terlayani 2 perusahaan air tersebut. Ia mendapati lebih lanjut bahwa tingkat kematian populasi yang suplai airnya dari Southwark & Vauxhall Company adalah 315/10000 KK, sedang Lambeth Company adalah 37 kematian per 10.000 KK. Garis besar kesimpulannya saat itu adalah, adanya hubungan k uat antara air sungai yang tercemar air limbah dengan penyakit kolera. Cerita selanjutnya, seperti anda ketahui, adalah orang-orang mencari tahu mikroorganisme apa penyebab kolera. Kita bisa lihat diatas, obyek observasinya spesial, karena populasinya memiliki karakteristik rutin yang sama, yaitu perusahaan pensuplai air, dalam kasus ini ada 2. Observasi, kemudian dilakukan perbandingan 2 grup, grup yang menggunakan air dari perusahaan Southwark dengan grup yang mendapatkan suplai air dari Lambeth. Dari situ, kemudian bisa dirumuskan lebih lanjut, darimana sumber air 2 perusahaan tersebut? Lebih lanjut diketahui, ternyata 2 perusahaan itu mengambil air dari sungai yang tercemar air limbah. Mudah2an bisa dipahami runtutannya. http://www.kompas.com/read/xml/2008/11/29/11361580/zimbabwe.wabah.kolera.berlanjut.r atusan.orang.tewas Pada abad 19, ada kasus Kolera di London. Seperti dilansir situs geography.about.com pada 1849, bagian terbesar dari korban menerima air dari dua sumber air perusahaan. Kedua perusahaan ini mengambil sumber air dari Sungai Thames. Pada 1854, kebanyakan dari kasus kematian terdapat di daerah perusahaan air Southwark dan Vauxhall. Untungnya sebelum kasus merebaknya wabah kolera ini, perusahaan air Lambeth memindahkan sumber mata air ke sumber yang hanya sedikit mengalami polusi, sehingga hanya sedikit saja dari pelanggannya yang mengalami kematian. Dalam kasus ini, distribusi kematian

menjadi faktor penting untuk diketahui. Dr Snow kemudian memplot distribusi kematian akibat kolera ini di London dalam sebuah peta. Dia menemukan bahwa ada jumlah kematian yang tinggi pada tempattempat yang berdekatan dengan pompa air di Broad Street. Temuan Snow ini membuat dia kemudian mengajukan petisi kepada pejabat otoritas di daerah itu untuk memindahkan pompa tangan, Upaya ini berhasil dan jumlah kematian akibat kolera menurun secara drastis. http://www.geografiana.com/index.php?option=com_content&task=view&id=1&Itemid=55

antibiotika Tetrasiklin masuk ke dalam ribosom bakteri, maka antibiotika Tetrasiklin berikatan dengan ribosom 30s dan menghalangi masuknya komplek tRNA-asam amino pada lokasi asam amino, sehingga bakteri tidak dapat berkembang biak. Syok hipovolemik merupakan kondisi medis atau bedah dimana terjadi kehilangan cairan dengan cepat yang berakhir pada kegagalan beberapa organ, disebabkan oleh volume sirkulasi yang tidak adekuatAsidosis Metabolik adalah keasaman darah yang berlebihan, yang ditandai dengan rendahnya kadar bikarbonat(basa) dalam darah. Asidosis metabolik bisa terjadi jika ginjal tidak mampu untuk membuang asam dalam jumlah yang semestinya.Vaksin ini hanya memberikan perlindungan parsial (50%) dalam jangka waktu yang pendek (3 6 bulan) di daerah endemis tinggi tetapi tidak memberikan perlindungan terhadap infeksi asimptomatik; oleh karena itu pemberian imunisasi tidak direkomendasikan. Dua jenis Vaksin oral yang memberikan perlindungan cukup bermakna untuk beberapa bulan terhadap kolera yang disebabkan oleh strain O1, kini tersedia di banyak negara. Pertama adalah vaksin hidup (strain CVD 103 HgR, dosis tunggal tersedia dengan nama dagang Orachol di Eropa dan Mutacol di Kanada, SSV1); yang lainnya adalah vaksin mati yang mengandung vibrio yang diinaktivasi ditambah dengan subunit B dari toksin kolera, diberikan dalam 2 dosis (Dukoral, SBL). Sampai dengan akhir tahun 1999, vaksin-vaksin ini belum mendapat lisensi di AS.

Zat enteroksin adalah (Bio) bahan atau zat racun yang dihasilkan oleh jasad renik (basil atau bakteri) yang menimbulkan gangguan pada usus dengan menunjukkan gejala, seperti keracunan makanan