patogenesis virus

4
Patogenesis Virus | Posted by Fajar Dwi Riyanto at 21.02 Patogenesis virus merupakan suatu tahap akhir terjadinya penyakit setelah infeksi virus. Patogenesis virus ini berakibat timbulnya suatu penyakit klinis atau subklinis (tidak bergejala) yang merupakan hasil interaksi antara beberapa faktor dengan virus dan inang. Tahapan dalam patogenesis masuknya virus ke dalam tubuh inang pembawa sering terjadi melalui selaput lendir saluran napas dan dapat pula terjadi melalui selaput lendir pencernaan atau saluran kemih, namun terkadang dapat pula akibat suntikan langsung virus ke dalam aliran darah melalui suntikan atau gigitan serangga. Penyakit akibat petogenesis virus dapat berupa infeksi subklinik (bergejala) dan klinis: a. Penyakit patogenesis bergejala Disebut juga infeksi subklinik karena tidak tampak adanya gejala klinik. Sebagai besar infeksi virus hanya mengakibatkan infeksi subklinik dan dapat merangsang kekebalan humoral maupun seluler. b. Penyakit virus klinis Jenis penyakit patogenesis ini sering tergantung dari banyaknya virus yang masuk dan tidak selalu terjadi pada tiap infeksi sehingga bukan merupakan indeks infeksi virus yang tepat. Jenis penyakit ini jauh lebih jarang daripada infeksi subklinik dan penyakit golongan ini berkaitan dengan organ sasaran tertentu untuk suatu virus tertentu. Jenis-jenis infeksipada tahapan patogenesis dibagi dalam tahap-tahap: a. Infeksi tidak nyata Infeksi jenis ini memiliki ciri dan sifat sebagai berikut: Terjadi bila jumlah sel yang terinfeksi tidak cukup banyak untuk dapat menimbulkan gejala klinik.

Upload: agnes-yesenia-sinulingga

Post on 18-Dec-2015

24 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

patogenesis virus mikrobiologi

TRANSCRIPT

Patogenesis Virus|Posted byFajar Dwi Riyantoat21.02

Patogenesis virus merupakan suatu tahap akhir terjadinya penyakit setelah infeksi virus. Patogenesis virus ini berakibat timbulnya suatu penyakit klinis atau subklinis (tidak bergejala) yang merupakan hasil interaksi antara beberapa faktor dengan virus dan inang.Tahapan dalam patogenesis masuknya virus ke dalam tubuh inang pembawa sering terjadi melalui selaput lendir saluran napas dan dapat pula terjadi melalui selaput lendir pencernaan atau saluran kemih, namun terkadang dapat pula akibat suntikan langsung virus ke dalam aliran darah melalui suntikan atau gigitan serangga.Penyakit akibat petogenesis virus dapat berupa infeksi subklinik (bergejala) dan klinis:a.Penyakit patogenesis bergejalaDisebut juga infeksi subklinik karena tidak tampak adanya gejala klinik. Sebagai besar infeksi virus hanya mengakibatkan infeksi subklinik dan dapat merangsang kekebalan humoral maupun seluler.b.Penyakit virus klinisJenis penyakit patogenesis ini sering tergantung dari banyaknya virus yang masuk dan tidak selalu terjadi pada tiap infeksi sehingga bukan merupakan indeks infeksi virus yang tepat. Jenis penyakit ini jauh lebih jarang daripada infeksi subklinik dan penyakit golongan ini berkaitan dengan organ sasaran tertentu untuk suatu virus tertentu.Jenis-jenis infeksipada tahapan patogenesis dibagi dalam tahap-tahap:a.Infeksi tidak nyataInfeksi jenis ini memiliki ciri dan sifat sebagai berikut:Terjadi bila jumlah sel yang terinfeksi tidak cukup banyak untuk dapat menimbulkan gejala klinik.Disebut pula penyakit subklinik.Dapat merangsang pembuatan antibodi yang cukup banyak sehingga tubuh menjadi kebal terhadap infeksi serupa berikutnya.Sering terjadi jika jumlahnya virus yang masuk hanya sedikit atu virus tidak dapat mencapai organ sasaran.b.Infeksi akutTerjadi jika gejala klinik penyakit hanya tampak dalam waktu yang pendek setelah masa inkubasi.Sembuh jika virus dapat dienyahkan dari dalam tubuh.Dibagi menjadi infeksi lokal atau menyebar, tergantung apakah virus langsung berada pada organ sasaran atau harus berjala dari tempat infeksi ke tempat organ sasaran.Dapat berkembang menjadi infeksi menetap atau laten.c.Infeksi menetapVirus infektifterus berada di dalam tubuh untuk jangka waktu lama.Mungkin ada gejala klinik atau tanpa gejala.Dapat berkembang menjadi pembawa virus atau karier.d.Infeksi latenVirus penginfeksi tetap berada di dalam tubuh dalam bentuk noninfektif tetapi secara periodik dapat diaktifkan kembali menjadi virus infektif yang menimbulkan penyakit klinis.Disebut juga penyakit kambuhan.e.Infeksi lambatMasa inkubasi sangat lama.Selama masa inkubasi tidak tampak gejala klinis dan tidak terbentuk virus infektif.Sering berupa penyakit virus pada susunan saraf pusat yang bersifat kronis, progresif dan faal (misal penyakit Kuru).Pola penyakit yang ditimbulkan akibat infeksi patogenesis ini dapat berupa efek lokal dan menyebar :a.Infeksi virus penyakit dalam efek setempatTerjadi bila perkembangan virus dan kerusakan sel bersifat lokal pada tempat virus masuk dalam tubuh.Masa inkubasi pendek.Mungkin menunjukan gejala sistemik (demam)Tidak terjadi viremia (virion di dalam darah)Terjadi pada saluran nafas (influenza,batuk,pilek), saluran pencernaan (picornavirus dan rotavirus), saluran urogenital (kutil kelamin) dan mata (Adenovirus)Hanya merangsang respons imun yang lebih lemah dari pada infeksi yang menyebarb.InfeksimenyebarVirus menyebar dari tempat masuknya ke dalam tubuh menuju organ sasaranMasa inkubasi moderat (beberapa minggu)Gejala klinik utama diakibatkan oleh infeksi pada satu organ sasaran,meskipun terjadi pada organ lain

PERBANDINGAN SKOR RAMSAY ANESTETIKA INHALASI ISOFULRAN DIBANDING SEVOFLURAN PADA PASIEN PASCA OPERASI ABDOMENMuhammad Gufran, Diana Lalenoh, Lucky Kumaat

ABSTRACT

Abstract:Almost all surgery is performed under anesthesia, and of them performed under general anesthesia. General anesthesia is a reversible condition that changes the physiological status of the body, characterized by sedation, analgesia, amnesia and relaxation. Score ramsay is the first scale that is defined and designed as a measurement tool's ability to wake up. Score ramsay have six different levels of sedation and designed in accordance with how the patient's ability to get up, making it suitable for universal use. This study aims to determine the comparisons between the score ramsay on volatile agent isoflurane and sevoflurane post abdominal surgery in Hospital Prof.Dr.R.D Kandou. The population in this study were patients undergoing abdominal surgery. Twenty eight people were divided into two groups isoflurane and sevoflurane, each consisting 14 people. Data were collected through examination of the level of sedation as measured by post-discontinuation of inhaled agents using ramsay scale. This study found ramsay score on isoflurane higher when compared with sevoflurane in both the 5th minute post-discontinuation and in the 10th minute. There were significant differences between the score ramsay isoflurane and sevoflurane were measured both at the 5th minute post-discontinuation (p=0.000) and at 10th minutes (p=0.000).Keywords: isoflurane, scores ramsay, sedation, sevoflurane.Abstrak:Hampir semua tindakan pembedahan dilakukan dibawah pengaruh anestesi, dan diantaranya dilakukan dengan anestesi umum. Anestesi umum adalah suatu keadaanreversibleyang mengubah status fisiologis tubuh, yang ditandai dengan sedasi, analgesi, amnesi dan relaksasi. Skor ramsay merupakan skala pertama yang didefinisikan dan dirancang sebagai alat ukur kemampuan seseorang untuk bangun. Skor ramsay mempunyai enam tingkat sedasi yang berbeda dan didesain sesuai dengan bagaimana kemampuan pasien untuk bangun, sehingga cocok untuk penggunaan universal. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan antara skor ramsay anestetika inhalasi isofluran dan sevofluran paska operasi abdomen di RSU Prof.Dr.R.D Kandou Manado. Populasi dalam penelitian ini ialah pasien yang menjalani bedah abdomen di RSU Prof.Dr.R.D Kandou Manado. Sebanyak 28 orang dibagi dalam dua kelompok yaitu kelompok isofluran dan kelompok sevofluran, yang masing-masing terdiri dari 14 orang. Data dikumpulkan melalui pemeriksaan langsung tingkat sedasi yang diukur paska penghentian agen inhalasi dengan menggunankan skala ramsay. Penelitian ini ditemukan skor ramsay pada anestetika inhalasi isofluran lebih tinggi dibandingkan dengan sevofluran baik pada menit ke-5 paska penghentian agen inhalasi maupun pada menit ke-10. Terdapat perbedaan yang bermakna antara skor ramsay isofluran dan sevofluran yang diukur baik pada menit ke-5 paska penghentian agen inhalasi (p=0.000) maupun pada menit ke-10 (p=0.000).Kata kunci: isofluran, skor ramsay, sedasi, sevofluran.