patogenesis asma
TRANSCRIPT
PATOGENESIS ASMA
Asma merupakan suatu bentuk penyakit yang termasuk dalam reaksi hipersensitivitas tipe 1 yang
melibatkan ikatan silang antara antigen dan IgE yang diikat sel mast dan basophil melepas
mediator vasoaktif.
Reaksi hipersensitivitas pada asma terjadi dalam beberapa jalur yaitu:
Fase sensitasi
Sensitasi terhadap allergen mungkin terjadi pada usia awal. Fase sensitasi
merupakan waktu yang dibutuhkan untuk pembentukan IGE sampai diikat silang oleh
reseptor spesifik (Fc –R) pada permukaan sel mast atau basophil. Antigen presenting cell
(APCs) di bronkial menangkap alerggen dan mengenalkannya pada CD4 sel T yang
kemudian akan berdeferensiasi masuk ke sel T dari TH2 fenotip. Sel akan mensekresi IL-4,
IL-5, IL-9, IL-10, dan IL-13 yang mencetus pengaktifan pada sekresi immunoglobulin
limfosit B. IL-13 juga akan menginduksi aktifasi eosinophil dan basophilic granulocytes
sebagaimana pelepasan kemokin dan enzim proteolitik seperti metalloproteinase. IgE
kemudian akan bersirkulasi dan berikatan dengan reseptor spesifik afinitas tinggi (FcεRI)
disel mast dan basophil dan berikatan dengan reseptor spesifik afinitas rendah (FcεRI,
CD23) pada eosinophil dan makrofag. Ketika terjadi reekspos, allergen dapat dengan cepat
berikatan ke permukaan sel. Histamine, protease, leukotriene, prostaglandin, platelet –
activating factor (PAF) akan dilepaskan.
Respon bronkokonstriktif asmatikus terjadi dalam 2 fase.
Pada fase pertama, fungsi paru dengan cepat menurun dalam waktu 10-20 menit pertama dan
secara perlahan kembali 2 jam berikutnya. Respon awal ini melibatkan Histamin, PGD2,
cysteinyl-leukotrienes (LTC4, LTD4,LTE4) dan PAF. Cysteinyl-leukotrienes akan menginduksi
pelepasan protease : tryptase cleaves D3a dan bradikinin dan molekul prokursor protein yang
menimbulkan kontraksi sel otot bronkial dan peningkatan permeabelitas vascular. Chymase
disisi lain akan mencetus sekresi mucus. Adanya induksi bronkokonstriksi dengan edema
mukosa dan sekresi mucus akan menimbulkan batuk, wheezing,dan breathlessness.
Fase kedua dimulai 4-6 jam berikutnya. LTB4 dan PAF akan menarik eosinophil. LTB4 dan PAF
dalam hal ini akan menarik major basic protein (MBP) dan eosinophil cationic protein (ECP)
yang memiliki efek toksik terhadap sel epitel. Destruksi sel epitel terjadi pada late stage. Pada
akhirnya akan menimbulkan akumulasi mucus di lumen bronkial akibat dari peningkatan
jumlah sel goblet dan hipertropi dari kelenjar mucous submukosal.