patofisiologi.docx
TRANSCRIPT
Patofisiologi
Kondisi sirosis mengakibatkan hipertensi portal, varises esofagus, ensefalopati
sistemik-portal, atau sindrom hepatorenal. Normalnya, 100% aliran darah vena porta dapat
ditemukan dari vena hepatica, sedangkan pada sirosis hanya 13% yang didapat dan sisanya
memasuki saluran kolateral.14
Hipertensi portal didefinisikan sebagai peningkatan tekanan vena porta yang menetap di
atas nilai normal yaitu 6 sampai 12 cm H20. Tanpa memandang penyakit dasarnya,
mekanisme primer penyebab hipertensi portal adalah peningkatan resistensi terhadap aliran
darah melalui hati. Selain itu, biasanya terjadi peningkatan aliran arteria splanknikus.
Kombinasi kedua faktor yaitu menurunnya aliran keluar melalui vena hepatika dan
meningkatnya aliran masuk bersama-sama menghasilkan beban berlebihan pada sistem
portal. Pembebanan berlebihan sistem portal ini merangsang timbulnya aliran kolateral
guna menghindari obstruksi hepatik (varises).14
Saluran kolateral penting yang timbul akibat sirosis dan hipertensi portal terdapat
pada esofagus bagian bawah. Pirau darah melalui saluran ini ke vena kava menyebabkan
dilatasi vena-vena tersebut (varises esofagus). Varises ini terjadi pada sekitar 70% penderita
sirosis lanjut.14
Pada hipertensi portal, vena-vena dari vena kava menyempit dengan darah, termasuk
vena-vena pada esofagus. Distensi ini terjadi karena banyak darah vena yang mengalir ke
dalam vena-vena tersebut akibat dari peningkatan tekanan sirkulasi portal. Tekanan sirkulasi
portal meningkat karena aliran darah vena ke hepar terganggu oleh hepar yang sirosis. Vena-
vena ini sangat peka terhadap trauma, seperti makanan yang kasar, pepsin, dan HCl lambung.
Rupturnya vena ini dapat mengakibatkan perdarahan yang berat. Ruptur dapat juga
diakibatkan oleh batuk keras, muntah, bersin kuat, atau mengejan waktu defekasi.15
Hubungan Varises Esofagus dengan Sirosis Hati
Varises esophagus adalah pelebaran pembuluh darah dalam yang ada di dalam
kerongkongan makan (esophagus). Pelebaran ini dapat terjadi dalam bentuk yang kecil
hingga besar, bahkan hingga besarnya dapat pecah menimbulkan perdarahan hebat.
Perdarahan yang terjadi dapat dimuntahkan dengan warna hitam hingga merah segar dan
darah dapat mengalir ke bawah (anus) sehingga timbul buang air besar hitam (melena).15
Mekanisme yang mendasari terjadinya varises esophagus ini adalah penyempitan
pembuluh darah yang berasal dari esophagus untuk mengalir ke dalam hati (liver). Peristiwa
ini terjadi pada penyakit hati kronik dengan disertai perubahan struktur dari organ hati (hal
yang dinamakan sirosis hati). Pada keadaan yang terus berlangsung, sehingga aliran darah di
dalam dinding esofagus.15
Istilah sirosis hati diberikan Laence tahun 1819, yang berasal dari kata Khirros yang
berarti kuning orange (orange yellow), karena perubahan warna pada nodul-nodul yang
terbentuk. Pengertian sirosis hati dapat dikatakan sebagai suatu keadaan disorganisasi yang
difuse dari struktur hati yang normal akibat nodul regenerative yang dikelilingi jaringan
mengalami fibrosis. Secara lengkap sirosis hati adalah suatu penyakit dimana sirkulasi mikro,
anatomi pembuluh darah besar dan seluruh system hati mengalami perubahan menjadi tidak
teratur dan terjadi penambahan jaringan ikat (fibrosis) disekitar parenkim hati yang
mengalami regenerasi.15
Sirosis hati adalah penyakit hati menahun yang mengenai seluruh organ hati, ditandai
dengan pembentukan jaringan ikat disertai nodul. Keadaan tersebut terjadi karena infeksi akut
dengan virus hepatitis dimana terjadi peradangan sel hati yang luas dan menyebabkan banyak
kematian sel. Kondisi ini menyebabkan terbentuknya banyak jaringan ikat dan regenerasi
noduler dengan berbagai ukuran yang dibentuk oleh sel parenkim hati yang masih sehat.
Akibatnya bentuk hati yang normal akan berubah disertai terjadinya penekanan pada
pembuluh darah dan terganggunya aliran darah vena porta yang akhirnya menyebabkan
hipertensi portal. Pada sirosis dini biasanya hati membesar, terba kenyal, tepi tumpul, dan
terasa nyeri bila ditekan.15
Penyebab sirosis hati beragam. Selain disebabkan oleh infeksi virus hepatitis B atau C,
juga dapat diakibatkan oleh konsumsi alkohol yang berlebihan, berbagai macam penyakit
metabolik, adanya gangguan imunologis, dsb. Di Indonesia, sirosis hati lebih sering dijumpai
pada lelaki daripada wanita sekitar 1,6 : 1, dengan umur rata-rata 30-59 tahun.15
Keluhan yang timbul umumnya tergantung apakah sirosisnya masih dini atau sudah
fase dekompensasi. Selain itu apakah timbul kegagalan fungsi hati akibat proses hepatitis
kronik aktif atau telah terjadi hipertensi portal. Bila masih dalam fase kompensasi sempurna
maka sirosis kadangkala ditemukan pada waktu orang melakukan pemeriksaan kesehatan
menyeluruh karena memang tidak ada keluhan sama sekali. Namun, bisa juga timbul keluhan
yang tidak khas seperti badan tidak sehat, kurang semangat untuk kerja, rasa kembung, mual,
mencret kadang sembelit, tidak selera makan, berat badan menurun, otot-otot melemah, dan
rasa cepat lelah. Banyak atau sedikitnya keluhan yang tinbul tergantung dari luasnya
parenkim hati. Bila timbul ikterus maka sedang terjadi kerusakan sel hati. Namun, jika sudah
masuk ke dalam fase dekompensasi maka gejala yang timbul bertambah dengan gejala dari
kegagalan fungsi hati dan adanya hipertensi portal.15
Kegagalan fungsi hati menimbulkan keluhan seperti rasa lemah, turunnya BB,
kembung dan mual. Kulit tubuh di bagian atas, muka dan lengan atas akan bisa timbul bercak
mirip laba-laba (spider nevi). Telapak tangan berwarna merah (eritema palmaris), perut
membuncit akibat penimbunan cairan secra abnormal di rongga perut (asites), rambut ketiak
dan kemaluan yang jarang atau berkurang, buah zakar mengecil (atrofi testis), dan
pembesaran payudara pada laki-laki. Bisa pula timbul hipoalbuminea, pembengkakan pada
tungkai bawah sekitar tulang (edema pretibial), dan gangguan pembekuan darah yang
bermanifestasi sebagai peradangan gusi, mimisan atau gangguan siklus haid. Kegagalan hati
pada sirosis hati fase lanjut dapat menyebabkan gangguan kesadaran akibat encephalopathy
hepatic atau koma hepatic.15
Tekanan portal yang normal antara 5-10 mmHg. Hipertensi portal (tekanan vena porta
lebih besar atau sama dengan 15 mmHg) intrahepatik akibat penyempitan vena hepatika oleh
karena fibrosis hati dan regenerasi noduler, menyebabkan terbentuknya berbagai kolateral,
sepeti, limpa membesar (splenomegali), pelebaran pembuluh darah kulit pada dinding perut
disekitar pusar (caput medusa), pada dinding perut yang menandakan sudah terbentuknya
sistem kolateral, wasir (hemoroid), dan penekanan pembuluh darah vena esophagus atau
cardia (varises esophagus) yang dapat menimbulkan muntah darah (hematemesis), atau berak
darah (melena). Jika pendarahan yang keluar sangat banyak maka penderita bisa timbul syok.
Bila penyakit akan timbul asites, encephalopathy, dan perubahan kearah kanker hati primer
(hepatoma).15
Pada sirosis hati dengan hipertensi portal, masalah gawat yang sering dihadapi adalah
pendarahan saluran cerna atas yang berasal dari esofagus, walaupun tidak semua perdarahan
saluran pencernaan bagian atas disebabkan oleh pecahnya varises esofagus.15
Patofisiologi Syok
Jalur akhir dari syok adalah kematian sel. Begitu sejumlah besar sel dari organ vital
telah mencapai stadium ini, syok menjadi ireversibel dan kematian terjadi meskipun
dilakukan koreksi penyebab yang mendasari.3
Mekanisme patogenetik yang menyebabkan kematian sel tidak seluruhnya dimengerti.
Satu dari denomiator yang lazim dari ketiga bentuk syok adalah curah jantung rendah. Pada
pasien dengan syok hipovolemik, syok kardiogenik, dan syok obstruktif ekstrakardiak serta
pada sebagian kecil syok distributif, timbul penurunan curah jantung yang berat sehingga
terjadi penurunan perfusi organ vital. Pada awalnya, mekanisme kompensasi seperti
vasokonstrikisi dapat mempertahankan tekanan arteri pada tingkat yang mendekati normaL.
Bagaimanapun, jika proses yang menyebabkan syok terus berlangsung, mekanisme
kompensasi ini akhirnya gagal dan menyebabkan manifestasi klinis sindroma syok. Jika syok
tetap ada, kematian sel akan terjadi dan menyebabkan syok ireversibel.3
Orang dewasa sehat dapat mengkompensasi kehilangan 10% volume darah total yang
medadak dengan menggunakan mekanisme vasokonstriksi yang diperantarai sistem simpatis.
Akan tetapi, jika 20 sampai 25 persen volume darah hilang dengan cepat, mekanisme
kompensasi biasanya mulai gagal dan terjadi sindroma klinis syok. Curah jantung menurun
dan terdapat hipotensi meskipun terjadi vasokonstriksi menyeluruh. Pengaturan aliran darah
lokal mempertahankan perfusi jantung dan otak sampai pada kematian sel jika mekanisme ini
juga gagal. Vasokonstriksi yang dimulai sebagai mekanisme kompensasi pada syok mungkin
menjadi berlebihan pada beberapa jaringan dan menyebabkan lesi destruktif seperti nekorosis
iskemik intestinal atau jari-jari. Faktor depresan miokard telah diidentifikasi pada anjing
dengan syok hemoragik tetapi faktor ini tidak dikaitkan secara jelas dengan gangguan fungsi
miokard klinis. Akhirnya, jika syok terus berlanjut, kerusakan organ akhir terjadi yang
mencetuskan sindroma distres respirasi dewasa, gagal ginjal akut, koagulasi intravaskuler
diseminata, dan gagal multiorgan yang menyebabkan kematian.3
Perdarahan akan menurunkan tekanan pengisian pembuluh darah rata-rata dan
menurunkan aliran darah balik ke jantung. Hal inlah yang menimbulkan penurunan curah
jantung. Curah jantung yang rendah di bawah normal akan menimbulkan beberapa kejadian
pada beberapa organ:2
Mikrosirkulasi
Ketika curah jantung turun, tahanan vaskular sistemik akan berusaha untuk
meningkatkan tekanan sistemik guna menyediakan perfusi yang cukup bagi jantung dan
otak melebihi jaringan lain seperti otot, kulit dan khususnya traktus gastrointestinal.
Kebutuhan energi untuk pelaksanaan metabolisme di jantung dan otak sangat tinggi
tetapi kedua sel organ itu tidak mampu menyimpan cadangan energi. Sehingga
keduanya sangat bergantung akan ketersediaan oksigen dan nutrisi tetapi sangat rentan
bila terjadi iskemia yang berat untuk waktu yang melebihi kemampuan toleransi
jantung dan otak. Ketika tekanan arterial rata-rata (mean arterial pressure/MAP) jatuh
hingga <60 mmHg, maka aliran ke organ akan turun drastis dan fungsi sel di semua
organ akan terganggu.
Neuroendokrin
Hipovolemia, hipotensi dan hipoksia dapat dideteksi oleh baroreseptor dan
kemoreseptor tubuh. Kedua reseptor tadi berperan dalam respons autonom tubuh yang
mengatur perfusi serta substrak lain.
Kardiovaskular
Tiga variabel seperti; pengisian atrium, tahanan terhadap tekanan ventrikel dan
kontraktilitas miokard, bekerja keras dalam mengontrol volume sekuncup. Curah
jantung, penentu utama dalam perfusi jaringan adalah basil kali volume sekuncup dan
frekuensi jantung. Hipovolemia menyebabkan penurunan pengisian ventrikel, yang
pada akhirnya menurunkan volume sekuncup. Suatu peningkatan frekuensi jantung
sangat bermanfaat namun memiliki keterbatasan mekanisme kompensasi untuk
mempertahankan curah jantung.
Gastrointestinal
Akibat aliran darah yang menurun ke jaringan intestinal, maka terjadi peningkatan
absorpsi endotoksin yang dilepaskan oleh bakteri gram negatif yang mati di dalam usus.
Hal ini memicu pelebaran pembuluh darah serta peningkatan metabolisme dan bukan
memperbaiki nutrisi sel dan menyebabkan depresi jantung.
Ginjal
Gagal ginjal akut adalah satu komplikasi dari syok dan hipoperfusi. Frekuensi
terjadinya sangat jarang karena cepatnya pemberian cairan pengganti. Yang banyak
terjadi kini adalah nekrosis tubular akut akibat interaksi antara syok, sepsis dan
pemberian obat yang nefrotoksik seperti aminoglikosida dan media kontras angiografi.
Secara fisiologi, ginjal mengatasi hipoperfusi dengan mempertahankan garam dan air.
Pada saat aliran darah di ginjal berkurang, tahanan arteriol aferen meningkat untuk
mengurangi laju filtrasi glomerulus, yang bersama-sama dengan aldosteron dan
vasopresin bertanggung jawab terhadap menurunnya produksi.