patofisiologi penyakit di rongga mulut

10
PATOFISIOLOGI PENYAKIT DI RONGGA MULUT, FARING DAN ESOFAGUS Gangguan rongga mulut Ada beberapa jenis penyakit yang kadang-kadang dijumpai pada jaringan lunak mulut, seperti pada bibir, lagit-langit dan lidah. Penyakit-penyakit tersebut adalah : 1. Gingivitas ulseratif akut. Biasanya pada pasien berumur 16- 30 tahun . Penyebabnya kurang diketahui, mungkin disebabkan oleh beberapa organisme yang diikuti oleh lemahnya daya tahan tubuh. 2. Gingivostomatis herpetik akut. Penyakit ini biasanya dijumpai pada anak-anak umur sekitar 3 tahun. Bila terserang penyakit ini, si anak akan menjadi rewel dan tidak mau makan. Penyebabnya virus herpes simplex. 3. Luka pada sudut mulut ( keilitis angularis) Adanya luka-luka kecil pada sudut kiri dan kanan dapat terjadi pada anak-anak yang kurang gizi. Penyakit ini merupakan manifestasi dari keadaan kurang gizi, dan luka yang terjadi sering mengalami infeksi sekunder oleh sebangsa jamur yang diberinama Candida Alibicans atau bakteri Stapylococus Aureus. Penyembuhan secara tuntas baru terjadi apabila keadaan si penderita diperbaiki. 4. Lidah putih ( White Coated Tongue). Dalam keadaan normal lidah dilapisi oleh lapisan mukus, sel- sel epitel yang mengalami deskuamasi, dan kotoran yang berasal dari sisa makanan. Karena pada orang yang sehat lidahnya selalu bergerak dan ludah mengalir secara normal maka lapisan terbentuk tipis saja. Tetapi bila seseorang sehingga lidahnya kurang bergerak, cairan ludah kurang dan adanya demam akan memungkinkan terbentuknya lapisan pada

Upload: ratih

Post on 19-Feb-2016

35 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

hernia

TRANSCRIPT

Page 1: Patofisiologi Penyakit Di Rongga Mulut

PATOFISIOLOGI PENYAKIT DI RONGGA MULUT, FARING DAN ESOFAGUS

Gangguan rongga mulut

Ada beberapa jenis penyakit yang kadang-kadang dijumpai pada jaringan lunak mulut, seperti pada bibir, lagit-langit dan lidah. Penyakit-penyakit tersebut adalah :

1. Gingivitas ulseratif akut.

Biasanya pada pasien berumur 16- 30 tahun . Penyebabnya kurang diketahui, mungkin disebabkan oleh beberapa organisme yang diikuti oleh lemahnya daya tahan tubuh.

2. Gingivostomatis herpetik akut.

Penyakit ini biasanya dijumpai pada anak-anak umur sekitar 3 tahun. Bila terserang penyakit ini, si anak akan menjadi rewel dan tidak mau makan. Penyebabnya virus herpes simplex.

3. Luka pada sudut mulut ( keilitis angularis)

Adanya luka-luka kecil pada sudut kiri dan kanan dapat terjadi pada anak-anak yang kurang gizi. Penyakit ini merupakan manifestasi dari keadaan kurang gizi, dan luka yang terjadi sering mengalami infeksi sekunder oleh sebangsa jamur yang diberinama Candida Alibicans atau bakteri Stapylococus Aureus. Penyembuhan secara tuntas baru terjadi apabila keadaan si penderita diperbaiki.

4. Lidah putih ( White Coated Tongue).

Dalam keadaan normal lidah dilapisi oleh lapisan mukus, sel-sel epitel yang mengalami deskuamasi, dan kotoran yang berasal dari sisa makanan. Karena pada orang yang sehat lidahnya selalu bergerak dan ludah mengalir secara normal maka lapisan terbentuk tipis saja. Tetapi bila seseorang sehingga lidahnya kurang bergerak, cairan ludah kurang dan adanya demam akan memungkinkan terbentuknya lapisan pada lidah yang cukup tebal dan berwarna putih. Keadaan lidah yang demikian bisa menyebabkan rasa tidak enak pada mulut penderita, dan lapisan putih ini agak sukar dibersihkan. Untuk membersihkannya bisa digunakan larutan hidrogen peroksida 1 persen.

5. Guam ( Thrush)

Penyakit ini merupakan bercak-bercak putih pada lidah, langit-langit dan bagian dalam pipi. Guam dibsebabkan oleh jamur Candida Albicans, dan sering terjadi pada bayi dimana reaksi imunitasnya belum aktif. Selain itu, guam bisa terjadi pada anak-anak atau orang dewasa yang menderita penyakit berat, atau penderita yang mendapat pengobatan

Page 2: Patofisiologi Penyakit Di Rongga Mulut

dengan antibiota dalam jangka waktu yang lama sehingga ekologi mulut terganggu dengan berkembang biaknya jamur secara cepat. Penyakit ini dapat diobati dengan mengoleskan larutan Gentian-violet 1 persen atau dengan larutan /tablet isap/krem yang mengandung antibiotika yang efektif terhadap jamur.

6. Sariawan(Aphtae).

Penyakit ini berupa luka-luka kecil dengan diameter kira-kira 1 mm.Luka terasa nyeri, dan bisa mengenai lidah, dasar mulut, bibir atau bagian dalam dari pipi. Lukanya berwarna putih atau abu kekuning-kuningan , dengan bagian tepi yang berwarna merah dan sedikit meninggi. Karena luka terasa nyeri , maka penderita biasanya mengalami kesukaran dalam berbicara dan mengunyah.

Sariawan biasanya dapat hilang sendiri setelah 10-14 hari. Untuk membantu selama belum sembuh dapat digunakan pasta atau gel yang mengandung bahan antiradang, dengan cara dioleskan pada lukanya. Untuk mencegah timbulnya infeksi sekunder dapat digunakan antiseotik berupa obat kumur atau tablet hisap.

Penyebab dari sariawan belum terungkap jelas, tetapi beberapa faktor diduga sebagai faktor pencetus, yaitu kondisi tubuh yang terganggu karena sakit, trauma atau luka karena sikat gigi dan stres. Mikroorganisme yang sering disebut-sebut berperan dalam terjadinya sariawan adalah virus dan streptoccocus sanguinis.

7. Bibir sumbing.

Bibir sumbing terjadi karena kesalahan pada proses bersatunya tulang bibir pada rahang atas. Hal ini dapat terjadi karena infeksi pada masa kandungan oleh faktor keturunan. Kesalahan ini dapat diperbaiki dengan operasi oleh ahli bedah mulut.

Gangguan menelan

          Secara medis gangguan pada peristiwa deglutasi disebut disfagia atau sulit menelan, yang merupakan masalah yang sering dikeluhkan baik oleh pasien dewasa, lansia ataupun anak-anak.          Menurut catatan rata-rata manusia dalam sehari menelan sebanyak kurang lebih 2000 kali, sehingga masalah disfagia merupakan masalah yang sangat menggangu kualitas hidup seseorang.          Disfagia merupakan gejala kegagalan memindahkan bolus makanan dari rongga mulut sampai ke lambung.Kegagalan dapat terjedi pada kelainan neuromuskular, sumbatan mekanik sepanjang saluran mulai dari rongga mulut sampai lambung serta gangguan emosi .Disfagia dapat disertai dengan rasa nyeri yang disebut odinofagia.

Berdasarkan difinisi menurut para pakar (Mettew, Scott Brown dan Boeis) disfagia dibagi berdasarkan letak kelainannya yaitu di rongga mulut, orofaring, esofagus atau berdasarkan mekanismenya yaitu dapat menelan tetapi enggan, memang dapat

Page 3: Patofisiologi Penyakit Di Rongga Mulut

menelan atau tidak dapat menelan sama sekali, atau baru dapat menelan jika minum segelas air, atau kelainannya hanya dilihat dari gangguan di esofagusnya.

  

EVALUASI KLINIK DISFAGIA.Perlu diingat bahwa masalah disfagia dapat timbul karna :Berdasarkan proses mekanisme deglutasinya dapat dibagi :

1. Sumbatan mekanik/Disfagia mekanik baik intraluminal atau ekstraluminal (penekanan dari luar lumen esofagus)

2. kelainan Neurologi/Disfagia neurogenik/disfagia motorik mulai dari kelainan korteks serebri, pusat menelan di batang otak sampai neurosensori-muskular.

3. Kelainan emosi berat/ Disfagia psikogenik.

 Berdasar proses mekanisme deglutasi diatas dibagi lagi menjadi :

1.      Transfer dysphagia kalau kelainannya akibat kelainan neuromotor di fase oral dan faringeal.

2.     Transit dysphagia bila disfagia disebabkan gangguan peristaltik baik primer/sekunder dan kurangnya relaksasi sfingter esofagus bagian bawah.

3.      Obstructive dysphagia bila disebabkan penyempitan atau stenosis di faring dan esofagus

 Berdasarkan letak organ anatomi dapat dibagi menjadi :

1. Disfagia gangguan fase oral2. Disfagia gangguan fase faringeal3. Disfagia gangguan fase esofageal

 Berdasarkan penyebab/etiologi dapat dibagi menjadi :

1.    Kelainan kongenital (K)2.    Inflamasi/radang (R)3.    trauma (T)4.    Benda asing (B)5.    Neoplasma (N)6.    Psikis (P)7.    kelainan endokrin (E) 8.    kelainan kardio vaskuler (KV)9.    kelainan neurologi/saraf (S)10.Penyakit degeneratif (D)11.Iatrogenik seperti akibat operasi, kemoterapi dan radiasi (I)

   

 ANAMNESIS PENTING.1. Batasan keluhan disfagia (rongga mulut, orofaring, esofagus)

Page 4: Patofisiologi Penyakit Di Rongga Mulut

2. Lama dan progresifitas keluhan disfagia3. Saat timbulnya keluhan disfagia dalam proses menelan (makan padat, cair, stress

psikis dan fisik)4. keluhan penyerta : odinofagi, BB turun cepat, demam, sesak nafas, batuk,

perasaan mengganjal/menyumbat di tenggorokan.5. Penyakit penyerta : eksplorasi neurologik degeneratif, autoimun, kardiovaskuler

dll)6. Penggunaan obat-obat yg mengganggu proses menelan (anastesi,

muskulorelaksan pusat)7. Evaluasi pola hidup, usia, hygiene mulut, pola makanan8. Riwayat operasi kepala dan leher sebelumnya

  PEMERIKSAAN FISIK PENTING

1. Keadaan umum pasien2. Pemeriksaan rongga mulut, evaluasi gerakan dan kekuatan otot mulut dan otot

lidah.3. Pemeriksaan orofaring, pergerakan palatum mole, sensibilitas orofaring dgn

sentuhan spatel lidah, cari refleks muntah, refleks menelan, dan evaluasi suara (keterlibatan laring)

4. Pemeriksaan faring-laring : gerakan pangkal lidah, gerakan arkus faring, uvula, epiglotis, pita suara, plika ventrikularis dan sinus piriformis.

5. Pemeriksaan neurologi fungsi motorik dan sensorik saraf kranial6. Periksa posisi dan kelenturan leher/tulang servikal, evaluasi massa leher,

pembesaran KGB leher dan trauma

 PEMERIKSAAN PENUNJANG PENTINGPemeriksaan spesifik utk menilai adanya kelainan anatomi atau sumbatan mekanik :Penunjang Kegunaan

1. Barium Swallow (Esofagogram)

 1. CT Scan2. MRI

1. Laringoskopi direk2. Esofagoskopi3. Endoskopi ultrasound 

 

Menilai anatomi dan fs otot faring/esofagus, deteksi sumbatan o/k tumor, striktur,web, akalasia, divertikulum

Kelainan anatomi di kepala, leher dan dadaDeteksi tumor, kalainan vaskuler/stroke, degeneratif proses diotakMenilai keadaan dan pergerakan otot laringMenilai lumen esofagus, biopsiMenilai lesi submukosa

 Pemeriksaan penunjang utk menilai fungsi menelan :Penunjang Kegunaan1.      Modified barium swallow Menilai keadaan kedua sfingter esofagus,

Page 5: Patofisiologi Penyakit Di Rongga Mulut

2.      Leksible fiber optic faringoskop

3.      Video floroscopy recording4.      Scintigraphy 5.      EMG

6.      Manometri7.      pHmetri 24 jam

menganalisa transfer dysphagiaMenilai pergerakan faring dan laring Sda Menilai gangguan orofaring, esofagus, pengosongan lambung dan GERD (Gastroesophageal refluks disease)Menilai defisiensi fungsi saraf kranialMenilai gangguan motilitas peristaltikPemeriksaan fefluks esofagitis

   

Varises Esofagus

Varises esofagus adalah penyakit yang ditandai dengan pembesaran abnormal pembuluh darah vena di esofagus bagian bawah. Esofagus adalah saluran yang menghubungkan antara kerongkongan dan lambung.

Varises esofagus terjadi jika aliran darah menuju hati terhalang. Aliran tersebut akanmencari jalan lain, yaitu ke pembuluh darah di esofagus, lambung, atau rektum yanglebih kecil dan lebih mudah pecah. Tidak imbangnya antara tekanan aliran darahdengan kemampuan pembuluh darah mengakibatkan pembesaran pembuluh darah(varises).Varises esofagus biasanya tidak bergejala, kecuali jika sudah robek dan berdarah. Beberapa gejala yang terjadi akibat perdarahan esofagus adalah :

• Muntah darah • Tinja hitam seperti ter • Kencing menjadi sedikit • Sangat haus • Pusing • Syok

Varises esofagus biasanya merupakan komplikasi sirosis. Sirosis adalah penyakityang ditandai dengan pembentukan jaringan parut di hati. Penyebabnya antara lainhepatitis B dan C, atau konsumsi alkohol dalam julah besar. Penyakit lain yang dapatmenyebabkan sirosis adalah tersumbatnya saluran empedu.Beberapa keadaan lain yang juga dapat menyebabkan varises esofagus :

• Gagal jantung kongestif yang parah. • Trombosis. Adanya bekuan darah di vena porta atau vena splenikus. • Sarkoidosis. • Schistomiasis.

Page 6: Patofisiologi Penyakit Di Rongga Mulut

• Sindrom Budd-Chiari.

Komplikasi utama varises esofagus adalah perdarahan. Varises esofagus biasanya rentan terjadi perdarahan ulang, terutama dalam 48 jam pertama. Kemungkinan terjadi perdarahan ulang juga meningkat pada penderita usia tua, gagal hati atau ginjal, dan pada peminum alkohol. Komplikasi varises esofagus adalah :

Syok hipovolemik. Ensefalopati. Infeksi, misalnya pneumonia aspirasi.

Tujuan pengobatan pada varises esofagus adalah mencegah atau mengatasiperdarahan. Untuk itu biasanya digunakan obat untuk menurunkan tekanan darah(beta bloker), termasuk tekanan darah di vena porta. Perdarahan pada varises esofagus harus segera diatasi, jika tidak dapat terjadi kematian. Hal yang dapat dilakukan untuk mengatasi perdarahan antara lain :

• Ligasi varises, yaitu dengan mengikat pembuluh darah yang sedang berdarah dengan pita elastis. • Terapi injeksi endoskopi, yaitu menyuntik pembuluh darah dengan larutan tertentu agar pembuluh darah tersebut berhenti berdarah. • Pintasan portosistemik intrahepatik transjugularis. • Transplantasi hati.

Refluks gastroesofagus (RGE)

Refluks gastroesofagus (RGE) atau gastroesophageal reflux (GER) adalah masuknya isi lambung ke dalam esofagus (kerongkongan). Esofagus adalah saluran yang menghubungkan mulut ke lambung. Otot berbentuk cincindi bagian bawah esofagus (sfingter esofagus bawah) membuka dan menutup agarmakanan masuk ke dalam lambung. Sfingter ini membuka agar udara dapat keluarsetelah makanan masuk. Pada bayi, ketika sfingter membuka, isi lambung masuk kedalam esophagus, dan dapat keluar dari rongga mulut, menyebabkan regurgitasi (gumoh),atau meludah, dan muntah. Pada sebagian besar kasus akan sembuh sendiri dan tidakperlu penanganan/terapi khusus. Bayi seringkali menjadi rewel dan menangis terus-menerus, sehingga orangtua perlu memperoleh pengetahuan yang benar agar tidakmenjadi panik.• Paling banyak terjadi pada bayi sehat berumur 4 bulan, dengan > 1x episode regurgitasi • Pada umur 6 – 7 bulan, gejala berkurang dari 61% menjadi 21% • Hanya 5% bayi berumur 12 bulan yang masih mengalami RGE

Penyakit Refluks Gastroesofagus (PRGE) atau gastroesophageal reflux disease (GERD) adalah ketika RGE menimbulkan komplikasi. Keadaan ini jarang terjadi, dan meningkat pada anak dengan palsi serebral (cerebral palsy), sindroma Down, fibrosis kistik (cystic fibrosis), dan kelainan anatomi saluran cerna atas (fistula trakeoesofagus,

Page 7: Patofisiologi Penyakit Di Rongga Mulut

hernia hiatus, stenosis pilorum). Komplikasi RGE antara lain: esofagitis (radang esofagus), gagal tumbuh, perdarahan saluran cerna akibat iritasi mukosa (selaput lendir), dan aspirasi(masuknya cairan/isi lambung ke dalam saluran napas) yang menyebabkan sesak napas.

Pemeriksaan penunjang (laboratorium, radiologi) umumnya tidak diperlukan, karena gejala akan menghilang dengan sendirinya. Yang penting dilakukan adalah menenangkan orangtua. Jika gejala-gejala PRGE menetap selama 1 minggu, anak dibawa ke dokter. Pemeriksaan penunjang radiologis (barium enema), laboratorium (mengukur kadar pH lambung),dan endoskopi dilakukan untuk mengetahui adanya hubungan antara gejala dengan RGE, dan memiliki keterbatasan masing-masing, serta penggunaannya sangat individual tergantung keadaan pasien, setelah diputuskan oleh dokter ahligastroenterologi. Umumnya pada anak yang tampak sehat tanpa gangguan pertumbuhan,tidak diperlukan pemeriksaan penunjang ini.