patofisiologi nec
DESCRIPTION
NECTRANSCRIPT
Patofisiologi NEC
Perbandingan analisa data yang berasal dari bayi sehat dan bayi yang terkena NEC telah memberikan
informasi yang sangat berharga dan telah menjadi batu loncatan berbagai percobaan in vivo maupun in
vitro. Penelitian di laboratorium lebih lanjut memberikan kontribusi untuk memahami pathogenesis NEC
dan memberikan berbagai macam desain dalam pencegahan. Analisa sampel pada manusia biasanya
mencakup sampel serum, sampel tinja, atau specimen dari patologis usus halus. Lainnya, dikumpulkan
dari berbagai sumber atau melalui teknik pencitraan non-invasif meliputi aspirasi duodenum dan
Doppler, atau pencitraan dengan inframerah untuk melihat sirkulasi abdomen. Analisis parameter
terseut mengungkapkan potensi peran sirkulasi mesenterika, meningkatnya peradangan mukosa dan
apoptosis epitel usus sebagai mekanisme kontribusi dan teridentifikasinya platelet activating factor
(PAF) sebagai molekul kunci potensial dalam pathogenesis NEC.
Sirkulasi Mesenterika
Sirkulasi mesenterika sangat rentan terhadap perubahan hemodinamika. Sebagaimana
diketahui dengan baik dari “reflex penyelam”, aliran darah mesenterika berada pada posisi sangat
rendah dalam daftar prioritas ketika perfusi oksigen terbatas atau ketika oksigenisasi harus diarahkan ke
organ vital lainnya. Dalam keadaan hemodinamik yang terancam atau membahayakan pada system
sirkulasi sistemik, peningkatan resistensi vascular akan mengurangi aliran darah ke sirkulasi mesenterika.
Akibatnya, beberapa studi membahas dampak dari berbagi kondisi yang mempengaruhi sirkulasi
sistemik atau oksigenasi pada aliran darah mesenterika, baik dengan menggunakan efek Doppler atau
spektroskopi inframerah.
Temuan-temuan dari observasi klinis dengan menggunakan berbagai model hewan, termasuk
tikus, babi dan kelinci, telah memberikan gambaran mekanisme sirkulasi mesenterika . percobaan ini
lebih rinci menggambarkan karakteristik mekanisme aliran darah mesenterika yang diatur dan diaktifkan
untuk menguji berbagai strategi untuk meningkatkan pencegahan aliran darah mesenterika akibat
perfusi oksigen yang kurang.
Mediator yang berperan antara lain epinefrin, endotelin-1, Tumor Necrosing Factor-Alpha, dan
endotoksin lainnya, telah terbukti berperan dalam patologi sirkulasi mesenterika, dengan kedua yang
terakhir bertindak melalui metabolism oksida nitrat. Pada model hewan percobaan dengan NEC, PAF
antagonis mencegah perubahan nekrosis di usus halus yang disebabkan oleh hipoksia lipopolosakarida
yang secara signifikan mempengaruhi perubahan aliran darah. Pada hewan babi yang aliran darah
mesenterika dapat dipantau dengan ultrasonografi Doppler, PAF telah terbukti hanya menimbulkan efek
transien pada sikrulasi splanknik melalui efek kardiotoksik. Temuan ini menunjukkan bahwa peran PAF
dalam NEC merupakan efek pada sirkulasi mesenterika.
Platelet Activating Factor (PAF)
PAF telah mencul sebagi mediator utama dalam pathogenesis NEC. Gonzalez-Crussi dan Hsueh telah
menunjukkan bahwa injeksi PAF intra-aorta telah menghasilkan nekrosis usus yang mirip dengan NEC.
model ini telah banyak di gunakan untuk menyelidiki molekuler dan seluler yang menyebabkan nekrosis
usus. Tingkat plasma PAF-acetylhydrolase yang merupakan enzim PAF degrading, telah di tampilkan
secara signifikan lebih rendah pada bayi premature, dan tingkat PAF meningkat pada tinja setelah bayi di
beri makan secara enteral. Pada hewan percobaan , faktor risiko NEC seperti stress hipoksia dan
pemberian susu formula, digunakan untuk menyelidiki peran PAF pada NEC. Hasilnya yaitu, pemberian
susu formula dan stess hipoksia sinergis dengan mengingkatnya fosfolipase A2 dan PAF mRNA pada
usus.
Karena bukti menunjukkan peran serta PAF di NEC begitu kuat, berbagai efek PAF pada sel-sel
epitel harus dievaluasi. Mengingat bahwa transport ion telah terlobat dalam berbagai bentu patologi
usus. PAF merangsang sekresi klorida pada sel epitel. Tetapi hal ini belum dapat di tentukan apakah
rangsangan transport ion oleh PAF merupakan suatu fisiologis atau patologi.
Barrier mukosa usus dan Apoptosis sel epitel
Barrier mukosa terdiri dari selapis sel epitel yang melapisi lumen usus. Permeabilitas dari
mukosa dapat ditingkatkan lebih lanjut dengan adanya kerusakan dari lapisan sel epitel. Sel-sel epitel
yang mengalami kerusakan akan secara alami dimusnakan melalui proses apoptosis. Apoptosis yang luas
merupakan langkah pertama yang mungkin menyebabkan barier mukosa di lumen usus menghilang,
sehingga memungkinkan terjadinya translokasi bakteri ke submukosa dan memulai aktivitas peradangan
di lumen usus. Ford dkk, mendeteksi peristiwa apoptosis yang melimpah pada sel-sel epitel usus pada
pasien yang telah mengalami NEC.