patofisiologi nec

3
Patofisiologi NEC Perbandingan analisa data yang berasal dari bayi sehat dan bayi yang terkena NEC telah memberikan informasi yang sangat berharga dan telah menjadi batu loncatan berbagai percobaan in vivo maupun in vitro. Penelitian di laboratorium lebih lanjut memberikan kontribusi untuk memahami pathogenesis NEC dan memberikan berbagai macam desain dalam pencegahan. Analisa sampel pada manusia biasanya mencakup sampel serum, sampel tinja, atau specimen dari patologis usus halus. Lainnya, dikumpulkan dari berbagai sumber atau melalui teknik pencitraan non- invasif meliputi aspirasi duodenum dan Doppler, atau pencitraan dengan inframerah untuk melihat sirkulasi abdomen. Analisis parameter terseut mengungkapkan potensi peran sirkulasi mesenterika, meningkatnya peradangan mukosa dan apoptosis epitel usus sebagai mekanisme kontribusi dan teridentifikasinya platelet activating factor (PAF) sebagai molekul kunci potensial dalam pathogenesis NEC. Sirkulasi Mesenterika Sirkulasi mesenterika sangat rentan terhadap perubahan hemodinamika. Sebagaimana diketahui dengan baik dari “reflex penyelam”, aliran darah mesenterika berada pada posisi sangat rendah dalam daftar prioritas ketika perfusi oksigen terbatas atau ketika oksigenisasi harus diarahkan ke organ vital lainnya. Dalam keadaan hemodinamik yang terancam atau membahayakan pada system sirkulasi sistemik, peningkatan resistensi vascular akan mengurangi aliran darah ke sirkulasi mesenterika. Akibatnya, beberapa studi membahas dampak dari berbagi kondisi yang mempengaruhi sirkulasi sistemik atau oksigenasi pada aliran darah mesenterika, baik dengan menggunakan efek Doppler atau spektroskopi inframerah.

Upload: auzia-tania-utami

Post on 22-Dec-2015

22 views

Category:

Documents


14 download

DESCRIPTION

NEC

TRANSCRIPT

Page 1: Patofisiologi NEC

Patofisiologi NEC

Perbandingan analisa data yang berasal dari bayi sehat dan bayi yang terkena NEC telah memberikan

informasi yang sangat berharga dan telah menjadi batu loncatan berbagai percobaan in vivo maupun in

vitro. Penelitian di laboratorium lebih lanjut memberikan kontribusi untuk memahami pathogenesis NEC

dan memberikan berbagai macam desain dalam pencegahan. Analisa sampel pada manusia biasanya

mencakup sampel serum, sampel tinja, atau specimen dari patologis usus halus. Lainnya, dikumpulkan

dari berbagai sumber atau melalui teknik pencitraan non-invasif meliputi aspirasi duodenum dan

Doppler, atau pencitraan dengan inframerah untuk melihat sirkulasi abdomen. Analisis parameter

terseut mengungkapkan potensi peran sirkulasi mesenterika, meningkatnya peradangan mukosa dan

apoptosis epitel usus sebagai mekanisme kontribusi dan teridentifikasinya platelet activating factor

(PAF) sebagai molekul kunci potensial dalam pathogenesis NEC.

Sirkulasi Mesenterika

Sirkulasi mesenterika sangat rentan terhadap perubahan hemodinamika. Sebagaimana

diketahui dengan baik dari “reflex penyelam”, aliran darah mesenterika berada pada posisi sangat

rendah dalam daftar prioritas ketika perfusi oksigen terbatas atau ketika oksigenisasi harus diarahkan ke

organ vital lainnya. Dalam keadaan hemodinamik yang terancam atau membahayakan pada system

sirkulasi sistemik, peningkatan resistensi vascular akan mengurangi aliran darah ke sirkulasi mesenterika.

Akibatnya, beberapa studi membahas dampak dari berbagi kondisi yang mempengaruhi sirkulasi

sistemik atau oksigenasi pada aliran darah mesenterika, baik dengan menggunakan efek Doppler atau

spektroskopi inframerah.

Temuan-temuan dari observasi klinis dengan menggunakan berbagai model hewan, termasuk

tikus, babi dan kelinci, telah memberikan gambaran mekanisme sirkulasi mesenterika . percobaan ini

lebih rinci menggambarkan karakteristik mekanisme aliran darah mesenterika yang diatur dan diaktifkan

untuk menguji berbagai strategi untuk meningkatkan pencegahan aliran darah mesenterika akibat

perfusi oksigen yang kurang.

Mediator yang berperan antara lain epinefrin, endotelin-1, Tumor Necrosing Factor-Alpha, dan

endotoksin lainnya, telah terbukti berperan dalam patologi sirkulasi mesenterika, dengan kedua yang

terakhir bertindak melalui metabolism oksida nitrat. Pada model hewan percobaan dengan NEC, PAF

antagonis mencegah perubahan nekrosis di usus halus yang disebabkan oleh hipoksia lipopolosakarida

yang secara signifikan mempengaruhi perubahan aliran darah. Pada hewan babi yang aliran darah

Page 2: Patofisiologi NEC

mesenterika dapat dipantau dengan ultrasonografi Doppler, PAF telah terbukti hanya menimbulkan efek

transien pada sikrulasi splanknik melalui efek kardiotoksik. Temuan ini menunjukkan bahwa peran PAF

dalam NEC merupakan efek pada sirkulasi mesenterika.

Platelet Activating Factor (PAF)

PAF telah mencul sebagi mediator utama dalam pathogenesis NEC. Gonzalez-Crussi dan Hsueh telah

menunjukkan bahwa injeksi PAF intra-aorta telah menghasilkan nekrosis usus yang mirip dengan NEC.

model ini telah banyak di gunakan untuk menyelidiki molekuler dan seluler yang menyebabkan nekrosis

usus. Tingkat plasma PAF-acetylhydrolase yang merupakan enzim PAF degrading, telah di tampilkan

secara signifikan lebih rendah pada bayi premature, dan tingkat PAF meningkat pada tinja setelah bayi di

beri makan secara enteral. Pada hewan percobaan , faktor risiko NEC seperti stress hipoksia dan

pemberian susu formula, digunakan untuk menyelidiki peran PAF pada NEC. Hasilnya yaitu, pemberian

susu formula dan stess hipoksia sinergis dengan mengingkatnya fosfolipase A2 dan PAF mRNA pada

usus.

Karena bukti menunjukkan peran serta PAF di NEC begitu kuat, berbagai efek PAF pada sel-sel

epitel harus dievaluasi. Mengingat bahwa transport ion telah terlobat dalam berbagai bentu patologi

usus. PAF merangsang sekresi klorida pada sel epitel. Tetapi hal ini belum dapat di tentukan apakah

rangsangan transport ion oleh PAF merupakan suatu fisiologis atau patologi.

Barrier mukosa usus dan Apoptosis sel epitel

Barrier mukosa terdiri dari selapis sel epitel yang melapisi lumen usus. Permeabilitas dari

mukosa dapat ditingkatkan lebih lanjut dengan adanya kerusakan dari lapisan sel epitel. Sel-sel epitel

yang mengalami kerusakan akan secara alami dimusnakan melalui proses apoptosis. Apoptosis yang luas

merupakan langkah pertama yang mungkin menyebabkan barier mukosa di lumen usus menghilang,

sehingga memungkinkan terjadinya translokasi bakteri ke submukosa dan memulai aktivitas peradangan

di lumen usus. Ford dkk, mendeteksi peristiwa apoptosis yang melimpah pada sel-sel epitel usus pada

pasien yang telah mengalami NEC.