pascapanen dan pemasaran kakao di desa salletto …

56
PASCAPANEN DAN PEMASARAN KAKAO DI DESA SALLETTO KECAMATAN SIMBORO KABUPATEN MAMUJU PROVINSI SULAWESI BARAT ZAINUDDIN. A K10596073510 PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 2014

Upload: others

Post on 01-Dec-2021

1 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PASCAPANEN DAN PEMASARAN KAKAO DI DESA SALLETTO …

PASCAPANEN DAN PEMASARAN KAKAODI DESA SALLETTO KECAMATAN SIMBORO

KABUPATEN MAMUJU PROVINSI SULAWESI BARAT

ZAINUDDIN. AK10596073510

PROGRAM STUDI AGRIBISNISFAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR2014

Page 2: PASCAPANEN DAN PEMASARAN KAKAO DI DESA SALLETTO …
Page 3: PASCAPANEN DAN PEMASARAN KAKAO DI DESA SALLETTO …

LAMPIRAN

Page 4: PASCAPANEN DAN PEMASARAN KAKAO DI DESA SALLETTO …

iv

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSIDAN SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul :

PASCAPANEN DAN PEMASARAN KAKAO DI DESA SALLETTOKECAMATAN SIMBORO KABUPATEN MAMUJU PROVINSI SULAWESIBARAT

Adalah benar merupakan hasil karya yang belum diajukan dalam bentuk apapunkepada perguruan tinggi manapun. Semua sumber data dan informasi yang berasalatau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis laintelah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhirskripsi ini.

Makassar, 10 Oktober 2014

Zainuddin. AK10596073510

Page 5: PASCAPANEN DAN PEMASARAN KAKAO DI DESA SALLETTO …

v

ABSTRAK

ZAINUDDIN. A. K10596073510. Pascapanen dan Pemasaran Kakao Di DesaSalletto Kecamatan Simboro Kabupaten Mamuju Provinsi Sulawesi BaratDibawah Bimbingan SYAFIUDDIN dan SITTI ARWATI.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penanganan pascapanen danpemasaran petani kakao di Desa Salletto Kecamatan Simboro KabupatenMamuju.

Penelitian ini dilaksanakan selama 2 bulan dari bulan Agustus sampaibulan Oktober 2014. Lokasi penelitian yaitu di Desa Salletto Kecamatan SimboroKabupaten Mamuju. Populasi dalam penelitian yaitu 200 petani kakao yang ada diDesa Salletto, penentuan sampel dilakukan secara acak sederhana atau simplerandom sampling dengan mengambil 15% dari keselurhan petani kakao sehinggasampelnya berjumlah 30 orang.

Berdasarkan hasil dan pembahasan maka dapat disimpulkan dalampenanganan pascapanen dengan mengikuti tahap-tahap sesuai kaidah pascapanenyang benar, meskipun ada sebagian diantara petani kakao yang melakukanpascapanen dengan kurang tepat. Kegiatan pemasaran kakao di Desa Sallettobelum optimal karena petani belum mempunyai mitra usaha yang mampumenyejahterakan masyarakat petani kakao di Desa Salletto.

Kata Kunci: Pascapanen, Pemasaran, Kakao

Page 6: PASCAPANEN DAN PEMASARAN KAKAO DI DESA SALLETTO …

vi

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang tak henti-hentinya

memberikan nikmat-Nya, terlebih nikmat kesehatan, nikmat Iman dan Islam,

sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini dengan lancar dan

tanpa halangan yang berarti.

Salawat dan salam penulis haturkan kepada Junjungan kita Baginda Nabi

Muhammad SAW, pemimpin besar umat islam dan teladan bagi seluruh umat

manusia di dunia, yang telah membawa umat manusia dari alam jahiliyah ke alam

terang yang terang benderang yang dirahmati Allah SWT.

Penulis memohon maaf yang sebesar-besarnya bila dalam penyusunan

skripsi ini masih banyak kesalahan dan kekurangan, baik dari segi penulisan

maupun hasil yang disajikan. Hal ini tidak lepas dari sifat penulis sebagai manusia

biasa yang tidak luput dari kesalahan.

Penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari dukungan dan bantuan dari pihak

lain yang memberikan semangat, dorongan dan masukan sehingga penulis dapat

menyelesaikan tuga akhir ini dengan baik. Untuk itu penulis mengucapkan banyak

terima kasih kepada :

1. Bapak Ir. H. Saleh Molla, MM selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas

Muhammadiyah Makassar serta Wakil Dekan I, II, III dan IV.

2. Bapak Amruddin, S.pt, M.Si selaku Ketua Jurusan Agribisnis Fakultas

Pertanian Universitas Muhammadiyah Makassar.

Page 7: PASCAPANEN DAN PEMASARAN KAKAO DI DESA SALLETTO …

vii

3. Bapak Prof. Dr. Syfiuddin, M.Si dan Ibu Sitti Arwati, SP, M.Si masing-masing

sebagai pembimbing I dan II yang telah membimbing penulis dalam

penyusunan Tugas Akhir ini.

4. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Pertanian yang telah memberikan banyak

pengetahuan kepada penulis.

5. Seluruh Staf/Pegawai Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah

Makassar atas segala bantuannya selama penulis menyelesaikan studi di

Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Makassar.

6. Seluruh Mahasiswa Fakultas Pertanian khususnya teman-teman angkatan 2010

yang telah memberikan masukan dan motifasi kepada penulis selama menjalani

studi.

Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih dan berharap semoga Tugas

Akhir ini dapat bermanfaat, khususnya bagi penulis.

Wassalamu Alaikum Wr, Wb.

Makassar, November 2014

Zainuddin. A

Page 8: PASCAPANEN DAN PEMASARAN KAKAO DI DESA SALLETTO …

viii

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ................................................................................. i

HALAMAN PENGESAHAN .................................................................. ii

HALAMAN PENGESAHAN KOMISI PENGUJI ............................... iii

HALAMAN PERNYATAAN .................................................................. iv

ABSTRAK ................................................................................................. v

KATA PENGANTAR .............................................................................. vi

DAFTAR ISI ............................................................................................. viii

DAFTAR TABEL .................................................................................... x

DAFTAR GAMBAR ................................................................................ xi

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................ xii

I. PENDAHULUAN ................................................................................1

1.1 Latar Belakang ................................................................................ 1

1.2 Rumusan Masalah ........................................................................... 6

1.3 Tujuan dan Kegunaan ..................................................................... 6

II. TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................8

2.1 Tanaman Kakao ( Theobroma cacao L).......................................... 8

2.2 Panen dan Pascapanen..................................................................... 9

2.2.1 Panen ......................................................................................... 9

2.2.2 Pascapanen ............................................................................... 10

2.3 Pemasaran ....................................................................................... 14

2.4 Kerangka Pikir ................................................................................ 15

Page 9: PASCAPANEN DAN PEMASARAN KAKAO DI DESA SALLETTO …

ix

III. METODE PENELITIAN ................................................................. 17

3.1 Lokasi dan Waktu ........................................................................... 17

3.2 Penentuan Sampel ........................................................................... 17

3.3 Pengumpulan Data .......................................................................... 18

3.4 Tehknik Analisis Data..................................................................... 19

3.5 Definisi Operasional........................................................................ 19

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN ............................ 20

V. HASIL DAN PEMBAHASAN ......................................................... 26

VI. KESIMPULAN DAN SARAN ......................................................... 44

6.1 Kesimpulan .................................................................................... 44

6.2 Saran .............................................................................................. 44

DAFTAR PUSTAKA

Page 10: PASCAPANEN DAN PEMASARAN KAKAO DI DESA SALLETTO …
Page 11: PASCAPANEN DAN PEMASARAN KAKAO DI DESA SALLETTO …

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pembangunan pertanian mempunyai arti yang sangat penting dalam

mewujudkan pertanian yang maju, efisien dan tangguh dalam mendukung

pertumbuuhan perekonomian nasional. Pembangunan dibidang pertanian

diarahkan untuk meningktakan pendapatan dan taraf hidup petani, memperluas

lapangan pekerjaan dan kesempatan berusaha, serta memperluas pasar baik dalam

negeri maupun luar negeri. Upaya meningkatkan taraf hidup masyarakat tidaklah

mudah walaupun konteks kebijakan pemerintah yang memprioritaskan tentang

penanggulangan kemiskinan. Hal tersebut dikarenakan oleh beberapa hambatan

antara lain penguasaan terhadapa sumberdaya produksi seperti dalam hal

kepemilikan lahan dan modal.

Lahan yang sempit dan modal yang sedikit akan mengakibatkan terbatasnya

jumlah produksi. Jumlah produksi yang terbatas secara otomatis akan membatasi

pendapatan yang diterima oleh petani sedangkan pada saat ini kebutuhan hidup

terus meningkat. Soekarwati (Laksono, 2008). Sektor pertanian sebagai bagian

integral dari sistem pembangunan nasional semakin penting dan strategis searah

dengan arus perubahan lingkup nasional dan internasional. Tujuan utama

pebangunan nasional adalah untuk meningkatkan taraf hidup, kecerdasan dan

kesejahteraan seluruh rakyat. Salah satu indikator kesejahteraan masyarakat petani

adalah tingkat pendapatan yang meningkat. Peningkatan pendapatan yang dapat

Page 12: PASCAPANEN DAN PEMASARAN KAKAO DI DESA SALLETTO …

2

diperoleh dengapenganekaragaman usahatani serta adanya pendapatan lain diluar

usahatani (Kaslan, 1983).

Kedudukan pertanian dalam kehidupan manusia terasa begitu penting, sebab

merupakan kebutuhan yang paling mendesak bagi kehidupan manusia. Oleh

karena itu, pertanian tetap berkembang sejalan dengan berkembangnya manusia

dimana perkembangan pertanian itu sendiri harus diupayakan sejalan dengan

tingkat kebutuhan manusia. Salah satu sub sektor pertanian yang perlu terus

dikembangkan adalah sub sektor perkebunan. Potensi yang perlu dikembangkan

berkenaan dengan diversifikasi komoditi khususnya di bidang perkebunan adalah

komoditi kakao baik dipasar domestik maupun dipasar internasional mempunyai

prospek yang cerah antara lain ditandai dengan terus meningkatnya nilai ekspor

komoditi kakao secara nasional, sehingga memberikan dan menambah devisa bagi

negara (Goenadi, dkk, 2005).

Kakao (Theobroma cacao L) merupakan salah satu jenis tanaman histori

pertama kali di indonesia pada tahun 1560, namun baru menjadi komoditas

penting pada tahun 1951. Kemudian pemerintah mulai menaruh perhatian dan

mendukung industri kakao pada tahun 1975, yaitu setelah PTP VI berhasil

meningkatkan produksi tanaman ini melalui penggunaan bibit unggul Upper

Amazon Interclonal Hybrid (Goenadi, dkk, 2005).

Kakao (Theobroma Cacao L) merupakan salah satu komoditas perkebunan

yang perananannya cukup penting bagi perekonomian nasional, khususnya

sebagai penyedia lapangan pekerjaan, sumber pendapatan devisa negara.

Disamping itu kakao juga berperan dalam mendorong pengembangan wilayah dan

Page 13: PASCAPANEN DAN PEMASARAN KAKAO DI DESA SALLETTO …

3

pengembangan agroindustri. Pada tahun 2002, perkebunan kakao telah

menyediakan lapangan kerja dan sumber pendapatan bagi sekitar 900 ribu kepala

keluarga petani yang sebagian besar berada di Kawasan Timur Indonesia (KTI)

serta memberikan sumbangan devisa terbesar ketiga sub sektor perkebunan

setelah karet dan kelapa sawit dengan nilai sebesarUS $ 701 juta (Goenadi, dkk,

2005).

Pengembangan usaha perkebunan kakao membutuhkan ketersediaan lahan

yang luas, tenaga kerja yang cukup, modal dan sarana serta prasarana yang

memadai. Indonesia memiliki lahan yang cukup luas untuk pengembangan

perkebunan kakao. Pengembangan agribisnis kakao kedepan lebih diprioritaskan

pada upaya rehabilitasi dan peremajaan untuk meningkatkan produktivitas kebun

kakao, disamping terus melakukan perluasan. Pengembangan agribisnis kakao

difokuskan terutama disentra-sentra perkebunan kakao yang ada saat ini Sulawesi

Selatan, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Tengah, Sumatera Utara, Nusa Tenggara

Timur, Jawa Timur, Kalimantan Timur, Maluku dan Irian Jaya. Lahan yang

tersedia dan sesuai untuk pengembangan kakao yang masih sangat besar yaitu

sekitar 6,23 juta tersebar di 10 provinsi (Goenadi, dkk, 2005).

Tanaman kakao (Theobroma Cacao L) adalah salah satu komoditas

perkebunan yang memiliki peranan penting dalam pembangunan di provinsi

Sulawesi Barat, karena memilik areal lahan yang cukup luas dan menyebar

diseluruh kabupaten yang ada di Sulawesi Barat, serta memberikan kontribusi

yang cukup besar bagi provinsi Sulawesi Barat. Di samping itu, sampai saat ini

Page 14: PASCAPANEN DAN PEMASARAN KAKAO DI DESA SALLETTO …

4

kakao masih memiliki prospek pasar yang cukup baik dibanding komoditas

perkebunan lainnya.

Pengembangan kakao (Theobroma Cacao L) di Indonesia tersebar di

beberapa wilayah, kendati tergolong sebagai komoditi unggulan, secara garis

besar usahatani kakao rkyat ini masih memiliki beberapa kekurangan dan perlu

ditingkatkan. Kekurangan tersebut terkait dengan berbagai aspek, mulai dari

budidaya pemeliharaan, panen/pascapanen, pengolahan, hingga pemasaran.

Dalam agribisnis kakao ada beberapa kendala yang dihadapi, khususnya dalam

peningkatan produktivitas dan kulaitas yang dihsilkan antara lain adalah masih

menggunakan tekhnologi tradisional dengan bahan tanaman yang tidak berasal

dari klon atau biji yang terpilih dan dengan budidaya yang kurang memadai

(Goenadi, dkk, 2005).

Peningkatan luar areal yang disertai meningkatnya jumlah produksi tanaman

kakao yang terus terjadi setiap tahunnya. Besarnya kontribusi perkebunan kakao

terhadap pendapatan petani merupakan masalah penting bagi pengembangan skala

usahatani. Pendapatan yang diperoleh dari suatu usahatani berkaitan erat dengan

produksi dan alokasi faktor produksi. Jika dibandingkan dengan produksi kakao

ditingkat hasil penelitian yang mencapai 2-3 Ton/Ha, maka produksi kakao

diSulawesi Barat tergolong masih rendah (Maya, dkk, 2007).

Rendahnya produksi ini dapat disebabkan oleh tingkat kesuburan lahan dan

belum optimalnya teknologi budidaya. Selain itu penanaman tanaman kakao yang

dilakukan oleh masyarakat seringkali mengabaikan petimbangan konservasi lahan

akibatnya proses kehilangan kesuburan tanah semakin meningkat setiap tahunnya.

Page 15: PASCAPANEN DAN PEMASARAN KAKAO DI DESA SALLETTO …

5

Upaya rehabilitasi perlu dilakukan untuk meningkatkan potensi kebun yang sudah

ada melalui perbaikan bahan tanaman dengan teknologi sambung samping

ataupun penyulaman bibit unggul. Tetapi apabila upaya rehabilitasi tidak

memungkinkan, maka perbaikan potensi kebun dapat dilakukan melalui

peremajaan. Kedua kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan produktivitas

kebun kakao petani yang telah dibangun. Sementara itu upaya perluasan areal

perlu didukung dengan penyediaan bibit unggul dan yang berhasil dibangun

cukup tinggi (Maya, dkk, 2007).

Upaya pembanguna kakao dihadapkan berbagai kendala antara lain (1)

produktivitas tanaman dibawah potensi normal karena banyaknya tanaman yang

tua dan banyak tanaman tidak dirawat dengan baik; (2) adanya berbagai serangan

hama atau penyakit yang sulit dikendalikan oleh petani secara individual; (3)

mutu biji rendah; (4)industri hilir dalam negeri belum berkembang sehingga

masih dalam bentuk produk primer; (5) sulitnya petani mendapatkan pendanaan

khusus untuk pengembangan kakao.

Sampai saat ini, petani menjual kakao dalam bentuk biji diekspor, namun

mutunya masih rendah karena tidak difermentasi, kandungan kadara air masih

tinggi, ukuran biji tidak seragam, kadar kulit masih tinggi, keasaman tinggi, citaa

rasa sangat beragam dan konsisten. Selain itu terdapat infestasi serangga, biji

berjamur, dan bercampur dengan kotoran atau benda-benda asing lainnya.

Dampaknya dinegeri tujuan ekspor terutama di amerika serikat kakao indonesia

diberlakukan automatic detention atau potongan harga sehingga harganya lebih

rendah daripada kakao dari negeri lain. Beberapa faktor yang menyebabkan

Page 16: PASCAPANEN DAN PEMASARAN KAKAO DI DESA SALLETTO …

6

beragamnya mutu kakao yang dihasilkan selain karena penanganan dari tingkat

on-farm, juga karena penanganan pascapanen serta pengawasan mutu yang belum

optimal. Ini menunjukkan, bahwa perlakuan pascapanen belum diterapkan dengan

baik dan benar. (Goenadi, dkk, 2005)

Dengan melihat latar belakang tersebut, maka penulis tertarik untuk

melakukan penelitian mengenai “Pascapanen dan Pemasaran Kakao di Desa

Salletto Kecmatan Simboro Kabupaten Mamuju”.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan urain pada latar belakang maka yang menjadi masalah dalam

penelitian ini adalah bagaimana cara penanganan Pascapanen dan Pemasaran

Kakao di Desa Salletto Kecamatan Simboro Kabupaten Mamuju Provinsi

Sulawesi Barat

1.3 Tujuan dan Kegunaan

Adapun tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui Penanganan

Pascapanen dan Pemasaran Petani Kakao di Desa Salletto Kecamatan Simboro

Kabupaten Mamuju Provinsi Sulawesi Barat.

Sedangkan kegunaannya adalah :

1. Menambah dan mengembangkan ilmu pengetahuan dalam meningkatkan

produksi dan produktivitas kakao dalam upaya mendapatkn keuntungan

yang maksimum.

Page 17: PASCAPANEN DAN PEMASARAN KAKAO DI DESA SALLETTO …

7

2. Menjadi baha acuan dalam perencanaan petani untuk menyusn strategi

peningkatan produktivitas tanaman kakao.

Page 18: PASCAPANEN DAN PEMASARAN KAKAO DI DESA SALLETTO …

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kakao (Theobroma Cacao L)

Kakao merupakan tanaman yang menumbuhkan bunga dari batang atau

cabang. Karena tanaman ini digolongkan kedalam tanaman caulifloris.

Perkembangan penelitian terhadap kakao telah membawa perubahan didalam

penggolongan kakao menurut jenisnya. Oleh Cheesman, Criollo, dan Forastero

dibedakan atas Central Amrican Criollos dan South Criollos serta Amazone

Forastero dan Trinitarios. Saat ini bahan tanaman kakao yang banyak digunakan

adalah Upper Amazone Hybrids, karena produksinya tinggi dan cepat sekali

mengalami fase generatif (Siregar, dkk, 2006).

Tanaman kakao yang ditanam diperkebunan pada umumnya adalah kakao

jenis Forastero (bulk cocoa atau kakao lindak), Criollo (fine cocoa atau kakao

mulia), dan Hibrida (hasil persilangan antara jenis Forastero dan Criollo). Pada

perkebunan besar biasanya kakao yang dibudidayakan adalah jenis mulia. Kakao

umumnya tumbuh subur secara optimal didaerah bercurah hujan antara 1100-1300

mm/tahun. Hal terpenting dari curah hujan yang berhubungan dengan pertanaman

dan produksi kakao adalah distribusinya sepanjang tahun. Hal tersebut berkaitan

dengan masa pembentukan tunas muda (flushing) dan produksi (Siregar, dkk,

2006).

Berdasarkna keadaan iklim di indonesia temperatur 25°-26°C merupakan

temperatur rata-rata tahunan tanpa faktor pembatas. Karena itu, daerah tersebut

sangat cocok jika ditanami kakao. Pengembangan budidaya kakao di indonesia

Page 19: PASCAPANEN DAN PEMASARAN KAKAO DI DESA SALLETTO …

9

dilakukan dengan tujuan memanfaatkan sumberdaya alam, memenuhi konsumsi,

dan sebagai penghasil devisa dengan tujuan meningkatkan pendapatan produsen

(Siregar, dkk, 2006).

Pada tahun 1992 indonesia menduduki peringkat yang luar biasa dalam

tempo sepuluh tahun terakhir, walaupun harganya menjelang masih ideal. Namun

prospek pemasaran kakao dipasaran internasional menjelang tahun 2000 sampai

sekarang cenderung membaik (Spillane. J, 1995).

2.2 Panen dan Pascapanen

2.2.1 panen

Panen merupakan pekerjaan akhir dari budidaya tanaman (bercocok tanam),

tapi merupakan awal dari pekerjaan pascapanen, yaitu melakukan persiapan untuk

penyimpanan dan pemasaran.

A. Tanda-tanda buah siap panen:

Perubahan warna alur dari hijau menjadi kuning orange ± 50%.

Buah masak porosnya agak kering, biji-biji didalam agak renggang dari kulit

buah terbentuk rongga antara biji dan kulit buah.

Buah apabila dikocok/diguncang berbunyi.

B. Pemetikan

Petik buah yang betul-betul masak menggunakan pisau atau sabit yang tajam.

Rotasi pemetikan setiap 7 atau 14 hari.

Rendam buah yang busuk atau terserang hama/penyakit kedalam tanah

sedalam 50 cm di pinggir kebun.

Page 20: PASCAPANEN DAN PEMASARAN KAKAO DI DESA SALLETTO …

10

Selama memanen buah diusahakan tidak merusak atau melukai batang

tanaman/bantalan buah.

2.2.2 Pascapanen

Pascapanen adalah tahap penanganan hasil tanaman pertanian segera setelah

pemanenan. Penanganan pascapanen mencakup pengeringan, pendinginan,

pembersihan, penyortiran, penyimpanan, dan pemasaran. Karena hasil pertanian

yang sudah terpisah dari tumbuhan akan mengalami perubahan secara fisik dan

kimiawi cenderung menuju proses pembusukan. Penanganan pascapanen

menentukan kualitas hasil pertanian secara garis besar, juga menentukan akan

dijadikan apa bahan hasil pertanian setelah melewati penanganan pascapanen,

apakah akan dimakan segar atau dijadikan bahan makanan lainnya.

Tujuan utama dari penanganan pascapanen adalah mencegah hilangnya

kelembaban, memperlambat perubahan kimiawi yang tidak di inginkan, dan

mencegah kerusakan fisik. Sanitasi juga merupakan hal yang penting dalam

mencegah keberadaan patogen perusak bahan pertanian. Dalam pascapanen ada

beberapa tahapan yang perlu dilalui petani untuk mendapatkan hasil yang baik.

Adapun tahapan dalam pascapanen yaitu:

A. Pemetikan Buah Kakao

Pemetikan atu pemanenan buah kakao biasanya dilakukan dengan tenaga

manusia, menggunakan pisau atau dengan menggunakan alat yang biasa disebut

antel atau pisau khusus yang diberi tangkai dari bambu yang cukup panjang. Pisau

biasanya digunakan untuk memetik buah kakao yang dapat terjangkau oleh

Page 21: PASCAPANEN DAN PEMASARAN KAKAO DI DESA SALLETTO …

11

tangan, sedang antel untuk memetik buah yang tidak terjangkau oleh tangan. Oleh

karena itu panjang tangkai bambu pada antel disesuaikan dengan tinggi buah

teratas pada pohon kakao dikebun tersebut (Suprianto, 2012).

Pada pemetikan buah kakao diusahakan agar jangan sampai merusak

tangkai buah atau bantalan bunga pada batang pohon kakao. Kerusakan tersebut

dapat menyebabkan pembentukan bunga pada tahun berikutnya terganggu,

dengan kata lain pembentukan buah pada tahun berikutnya akan terhambat. Hal

tersebut disebabkan karena baik bunga maupun buah keluar dari bantalan bunga

tersebut (Suprianto,2012).

Agar diperoleh buah kakao yang seragam perlu dilakukan pengendalian atau

pengaturan terhadap frekuensi pemetikan atau rotasi pemungutan pada suatu

kebun tertentu, walaupun bagi petani biasanya hal tersebut tidak dilakukan. Di

ghana buah kakao dipetik pada interval yang lebih lama, untuk menghemat biaya

pemetikan. Dengan demikian banyak buah kakao yang lewat masak. Untuk

menghindarkan agar buah yang lewat tidak terlalu banyak pada pemetikan

berikutnya, maka buah yang belum masak juga ikut dipetik. Buah tersebut

dipisahkan dari buah yang sudah masak, diperam beberapa hari agar menjadi

masak (Suprianto, 2012).

Pada setiap pemetikan, buah kakao yang tidak sehat sebaiknya ikut dipetik.

Buah kakao yang diserang penyakit atau hama bila dibiarkan akan merupakan

sumber infeksi bagi buah kakao yang ada disekitarnya. Buah kakao yang sudah

masak bila terlalu lama dibiarkan tidak dipetik, makin besar kemungkinannya

untuk terinfeksi oleh penyakit atau hama. Oleh karena itu rotasi pungutan yang

Page 22: PASCAPANEN DAN PEMASARAN KAKAO DI DESA SALLETTO …

12

terlalu lama tidak menguntungkan. Buah kakao yang berwarna cokelat mungkin

masih mengandung biji yang sehat, biji tersebut dapat diolah bersama dengan biji

dari buah yang sehat. Apabila kakao sudah terinfeksi berat biji dan pulp biasanya

juga berwarna cokelat dan setelah fermentasi berubah menjadi hitam

(Suprianto,2012).

B. Pembelahan Buah Kakao

Pembelahan buah harus dilakukan dengan hati-hati agar biji kakao yang

dikeluarkan dari kulit buah dan plasentanya tidak rusak, tidak kotor ataupun

terjadinya perubahan warna menjadi kelabu atau kehitaman. Pembelahan buah

sebaiknya menggunakan pemukul kayu atau dengan memukulkan buah satu

dengan buah yang lainnya. Setelah buah terbelah, biji kakao diambil dari belahan

buah dan ikatan empulur (plasenta) dengan menggunakan tangan. Kebersihan

tangan harus sangat diperhatikan karena kontaminasi senyawa kimia dari pupuk

pestisida, minyak dan kotoran dapat mengganggu proses fermentasi atau

mencemari produk akhirnya (Suprianto, 2012).

Biji yang sehat harus dipisahkan dari kotoran-kotoran maupun biji cacat,

sekaligus membuang empulur yang melekat di biji, yang selanjutnya ditampung

dalam ember plastik sebelum dimasukkan dalam kotak fermentasi yang trbuat dari

kayu. Proses ini harus dilakukan dengan cepat dan tepat, karena penundaan proses

pengolahan dapat berpengaruh negatif pada mutu akibat pra-fermentasi secara

tidak terkendali (Suprianto, 2012).

Page 23: PASCAPANEN DAN PEMASARAN KAKAO DI DESA SALLETTO …

13

C. Fermentasi Biji Kakao

Fermentasi merupakan suatu proses produksi suatu produk dengan mikroba

sebagai organisme pemroses. Fermentasi biji kakao merupakan fermentasi

tradisional yang melibatkan mikroorganisme indigen dan aktivitas enzim

endogen. Fermentasi biji kakao tidak memerlukan penambahan kultur starter

(biang), karena pulp kakao yang mengandung banyak glukosa, fruktosa, sukrosa

dan asam sitrat dapat mengundang pertumbuhan mikroorganisem sehingga terjadi

fermentasi (Siregar, dkk, 2006).

Tujuan fermentasi adalah untuk mematikan lembaga biji agar tidak tumbuh

sehingga perubahan-perubahan di dalam biji akan mudah terjadi, seperti warna

keping biji, peningkatan aroma dan rasa, perbaikan konsistensi keping biji

membentuk cita rasa khas kakao serta mengurangi rasa pahit dan sepat yang ada

didalam biji kakao sehingga menghasilkan biji kakao dengan mutu dan aroma

yang khas serta warna kakao cerah dan bersih, untuk melepaskan selaput lendir

serta menghasilkan biji yang tahan terhadap hama dan jamur (Siregar, dkk, 2006).

D. Pengeringan Biji Kakao

Proses pengeringan dengan sinar matahari dilakukan selama 6 hari atau

denga cara buatan sampai benar-benar kering, sebab pengeringan mempunyai

tujuan utama mengurangi kandungan air dalam biji sehingga dapat disimpan

dengan aman, yaitu jika kandungan lengas/kelembaban udara berada pada sekitar

6-7%. Jika lebih dari 8% biji kakao akan menjadi bulukan dan jika kurang dari

5% biji-biji akan mudah pecah, yang sering disebut brittle.

Page 24: PASCAPANEN DAN PEMASARAN KAKAO DI DESA SALLETTO …

14

Dengan pengeringan biji akan mengalami penurunan berat sampai 37%.

Tujuan pengeringan adalah menurunkan kandungan air biji basah dari sekitar ±

60% menjadi ± 7,5%. Pengeringan bii kakao ada 3 cara yaitu dengan penjemuran

sinar matahari, memakai alat pengeringan dan kombinasi dari keduanya (Saputra,

2013).

E. Sortasi Biji Kakao

Sortasi biji kakao dimaksudkan untuk memisahkan antara biji baik dan biji

cacat yang berupa: biji pecah, kotoran atau benda asing lainnya seperti batu, kulit

dan dedaunan. Sortasi dilakukan dengan menggunakan ayakan atau mesin sortasi

yang memisahkan biji kakao berdasarkan ukuran (Saputra, 2013).

F. Penyimpanan Biji Kakao

Biji kakao kering dimasukkan ke dalam karung goni. Tiap karung goni di isi

60 kg biji kakao kering kemudian karung tersebut disimpan dalam ruangan yang

bersih, kering dan memiliki lubang pergantian udara. Antara lantai dan wadah biji

kakao diberi jarak ± 8 cm dan jarak dari dinding ± 60 cm. Biji kakao dapat

disimpan selama ± 3 bulan (Saputra, 2013).

2.3 Pemasaran

A. Saluran Pemasaran (Marketing Channel)

Banyak rodusen yang mampu menghasilkan suatu produk sendiri namun

tidak banyak dari mereka yang melakukan penjualan langsung kekonsumen akhir,

pertimbangannya biaya biasanya menjadi faktor atau alasan terkuat mengapa para

produsen tidak langsung menjual produknya langsung kekonsumen akhir.

Page 25: PASCAPANEN DAN PEMASARAN KAKAO DI DESA SALLETTO …

15

Diantara produsen dan konsumen perantara yang menyalurkan produk diantara

mereka. Perantara ini sering disebut saluran pemasaran. Saluran pemasaran adalah

organisasi yang saling tergantung dan tercakup dalam proses membuat produk dan

jasa tersedia untuk dipakai konsumen.

B. Tingkat Saluran

Dalam saluran pemasaran ada 4 tingkat dalam suatu pemasaran:

1. Saluran tingkat Nol yaitu Produsen yang menjual produknya langsung ke

konsumen tanpa perantara.

2. Saluran tingkat Satu yaitu Produsen yang menjual produknya dengan satu

perantara produsen-pengecer-konsumen akhir.

3. Saluran tingkat Dua yaitu Produsen yang menjual produknya melalui dua

perantara produsen-pedagang besar-pengecer-konsumen akhir.

4. Saluran tingkat Tiga yaitu Produsen yang menjual produknya melalui tiga

perantara produsen-pedagang besar-agen-pengecer-konsumen akhir.

2.4 Kerangka Pemikiran

Kegiatan dalam usaha produksi pertanian, misalnya tanaman pangan,

dibedakan dalam dua tahap yaitu tahap pascapanen dan tahap pemasaran. Batas

kedua tahap ditandai dengan kegiatan panen atau pemungutan hasil. Oleh karena

waktu kegiatan yang langsung antara panen dan pascapanen, seringkali kegiatan

panen dimasukkan kedalam kelompok pascapanen. Pascapanen bertujuan untuk

mencegah hilangnya kelembaban, memperlambat perubahan kimiawi yang tidak

diinginkan, dan mencegah kerusakan fisik. Penanganan pascapanen dimulai dari

Page 26: PASCAPANEN DAN PEMASARAN KAKAO DI DESA SALLETTO …

16

pemetikan, pembelahan buah, fermentasi, perendaman, pengeringan, sortasi, serta

penyimpanan.

Perkebunan kakao merupakan media pembudidayaan kakao yang

didalamnya terdapat perkebunan rakyat yang dapat menghasilkan produksi kakao

yang kemudian akan dipasarkan berdasarkan saluran pemasaran yang dimana para

petani menjual hasil panennya ke pedagang pengumpul dan adapula yang biasa

langsung menjualnya ke pedagang besar kemudian di olah dan di jual ke

konsumen.

Untuk melengkapi uraian diatas maka penulis meyajikan kerangka pikir

sebagai berikut:

Gambar 1. Kerangka Pikir Pascapanen dan Pemasaran Kakao Di Desa SallettoKecamatan Simboro Kabupaten Mamuju Provinsi Sulawesi Barat.

Petani Kakao

Pascapanen:

Pemetikan

Pembelahan Fermentasi

Pengeringan Sortasi penyimpanan

Pemasaran:

Produsen

Pedagangpengumpul

Pedagangbesar

konsumen

Kesejahteraan Petani

Page 27: PASCAPANEN DAN PEMASARAN KAKAO DI DESA SALLETTO …

III. METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Adapun lokasi penelitian ini adalah di Desa Salletto Kecamatan Simboro

Kabupaten Mamuju Provinsi Sulawesi Barat dan waktu penelitian adalah Agustus

sampai dengan Oktober 2014. Penelitian ini dilakukan dengan dasar pertimbangan

sebagai berikut:

1. Karena saat ini Desa Salletto merupakan Desa penghasil kakao.

2. Sebagian besar masyarakat tersebut mengusahakan tanaman kakao sebagai

usahataninya.

3.2 Penentuan Sampel

Penelitian ini mengambil populasi di Desa Salletto Kecamatan Simboro

Kabupaten Mamuju sebanyak 200 orang. Sampel yang diambil populasi

menggunakan random sampling (pengambilan secara acak) yaitu semua individu

dalam populasi (anggota populasi) diberi kesempatan yang sama untuk dipilih

menjadi anggota sampel. Teknik penarikan acak sederhana digunakan karena pada

umumnya petani menggunakan teknologi, pola budidaya, panen dan pascapanen

yang cenderung homogen. Karena waktu yang terbatas sehingga penulis

mengambil sampel sebanyak 15% dari 200 petani yang ada. Dengan demikian

pengambilan datanya dilakukan pada 30 responden petani.

Page 28: PASCAPANEN DAN PEMASARAN KAKAO DI DESA SALLETTO …

18

3.3 Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang akan digunakan dalam penelitian ini adlaah

sebagai berikut:

1. Pengamatan (Observasi)

Observasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi partisipan

yang bertujuan untuk menjaring perilaku individu yang terjadi dalam kenyataan

sebenarnya. Observasi ini juga untuk mendeskripsikan kehidupan yang

sebenarnya. Kegiatan yang dilakukan dalam observasi ini adalah mengamati

kondisi dan keadaan informan yang menjadi objek penelitian ini dan mengamati

kegiatan yang dilakukan petani kakao dalam hal kesejahteraan.

2. Wawancara (Interview)

Wawancara dilakukan pada sampel yang dipilih dan dianggap dapat

memberikan informasi tentang masalah penelitian. Untuk melakukan wawancara

terlebih dahulu dipersiapkan pedoman wawancara namun pada situasi tertentu,

wawancara dapat dapat dilakukan secara spontan, seperti dalam pembicaraan

sehari-hari tetapi tetap terfokus pada masalah penelitian.

3. Dokumentasi (Documentation)

Dokumentasi adalah mengumpulkan data dengan cara mengambil data-data

dari catatan, dokumentasi, administrasi yang sesuai dengan masalah yang diteliti.

Dalam hal ini dokumentasi diperoleh melalui dokumen-dokumen atau arsip-arsip

dari lembaga yang diteliti yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang

berupa catatan, transkip, buku, surat, majalah dan sebagainya. Kegiatan

Page 29: PASCAPANEN DAN PEMASARAN KAKAO DI DESA SALLETTO …

19

dokumentasi melibatkan kegiatan pengumpulan, pemeriksaan, pemilihan

dokumen sesuai dengan kebutuhan dokumentasi peneliti.

3.4 Teknik Analisis Data

Adapun teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis

deskriptif yang bertujuan untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan

atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa

bermaksud membuat generalisasi hasil penelitian.

3.5 Definisi Operasional

Defenisi operasional atau ruang lingkup yang digunakan dalam penelitian ini,

yaitu meliputi pengertian dan berbagai istilah yang digunakan untuk memudahkan

dalam pengambilan data dan informasi serta menyamakan persepsi.

Defenisi operasional tersebut adalah sebagai berikut:

1. Petani kakao adalah orangaa yang terlibat dalam kegiatan berusahatani kakao

dengan status sebagai petani pemilik kakao.

2. Panen adalah pekerjaan akhir dari budidaya tanaman (bercocok tanam), tapi

merupakan pekerjaan awal dari pascapanen.

3. Pascapanen adalah tahap penanganan hasil tanaman pertanian segera setelah

panen.

4. Pemasaran adalah salah satu kegiatan pokok yang diperlukan oelh petani untuk

memaasarkan hasil dan bertujuan untuk mempertahankan kelangsungan hidup

serta menyejahterakan keluarga petani kakao.

Page 30: PASCAPANEN DAN PEMASARAN KAKAO DI DESA SALLETTO …

IV. GAMABARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4.1 Kondisi Geografis

4.1.1 Keadaan Wilayah

Desa Salletto merupakan salah satu Desa dari 8 (delapan) Desa yang ada

di Kecamatan Simboro Kabupaten Mamuju Provinsi Sulawesi Barat dan

merupakan daerah ketinggian 100-500 Meter di atas permukaan laut.

Adapun batas-batas wilayah desa Salletto adalah sebagai berikut:

- Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Pati’di

- Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Pati’di

- Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Pangasaan

- Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Botteng Utara

Cakupan area Desa Salletto cukup luas dengan wilayah mencapai 22

KM² yang terdiri dari tanah perkebunan dan pertanian dalam hamparan yang

cukup luas.

4.1.2 Keadaan Iklim dan Topografi

Keadaan yang ada didaerah penelitian ini beriklim tropis dengan dua

musim, yaitu musim hujan dan musim kemarau. Musim hujan biasanya terjadi

antara bulan oktober sampai bulan maret. Rata-rata curah hujan bulanan pada

musim hujan berkisar antara 122,7 mm hingga 653,6 mm dengan curah hujan

tertinggi rata-rata harian adalah 27,9 C (Oktober) dan terendah 26,5 C (Januari-

Februari) temperatur udara terendah rata-rata 22,2 hingga 20,4 C pada bulan

Page 31: PASCAPANEN DAN PEMASARAN KAKAO DI DESA SALLETTO …

21

Februari-Agustus dan tertinggi 30,5 hingga 33,9 C pada bulan September-

Januari.

4.1.3 Luas dan Penggunaan Lahan

Luas wilayah Desa Salletto terdapat lahan kering, dimana terbagi atas

beberapa bagian yang diantaranya adalah: lahan tegalan, lahan pekarangan,

lahan perkebunan, lahan padang rumput, lahan hutan, dan lahan lainnya. Untuk

lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 1:

Tabel 1. Luas dan Penggunaan Lahan Desa Salletto Kecamatan SimboroKabupaten Mamuju

No Jenis Lahan Luas Lahan (Ha) Persentase (%)

1 Lahan Tegalan 110 9,56

2 Lahan Pekarangan 72,25 6,29

3 Lahan Perkebunan 7222,75 62,85

4 Lahan Padang Rumput 35 3,05

5 Lahan Hutan 150 13,05

6 Lain-lain 60 5,21

7 Jumlah 1.150 100

Sumber: BPS Kab. Mamuju, 2013

Tabel 1 menunjukkan bahwa luas wilayah penduduk Desa Salletto

diklarifikasikan berdasarkan lahan kering yaitu lahan tegalan sebanyak 110 Ha

(9,56%), lahan pekarangan sebanyak 72,25 Ha (6,29%), lahan perkebunan

sebanyak 7222,75 Ha (62,85%), lahan padang rumput sebanyak 35 Ha

(3,05%), lahan hutan sebanyak 150 Ha (13,05%), dan lain-lain sebanyak 60 Ha

(5,21%).

Page 32: PASCAPANEN DAN PEMASARAN KAKAO DI DESA SALLETTO …

22

4.2 Keadaan Penduduk dan Mata Pencaharian

4.2.1 Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis Kelamin adalah kelas atau kelompok yang terbentuk dalam suatu

spesies sebagai sarana atau sebagai akibat digunakannya proses reproduksi

seksual untuk mempertahankan keberlangsungan spesies itu. Jenis kelamin ini

merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kemampuan kerja dan

juga sangat menentukan dalam kualifikasi pembagian kerja. Penduduk Desa

Salletto terdiri atas 1159 KK dengan total jumlah jiwa 3457 orang. Yang dimana

jumlah penduduk laki-laki sebanyak 1.733 jiwa sedangkan jumlah penduduk

wanita sebanyak 1.724. jumlah penduduk antara laki-laki dengan wanita terdapat

perbedaan yang tidak terlalu signifikan yaitu sebanyak 14 jiwa.

4.2.2 Mata Pencaharian

Mata pencaharian adalah segala kegiatan yang dilakukan untuk

menghasilkan pendapatan guna memenuhi kebutuhan hidup manusia. Desa

Salletto berada pada ketinggian 100-500 mdpl yang sebagian besar wilayahnya

adalah tanah pertanian., umumnya penduduk berprofesi sebagai petani, baik itu

sektor persawahan maupun sektor perkebunan, karena penduduknya adalah

petani dan hanya sebagian kecil penduduk bekerja di sektor lain, misalnya PNS,

petani, peternak, montir, kulih bangunan, sopir/ojek, tukang kayu serta

pedagang. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 2 dibawah ini.

Page 33: PASCAPANEN DAN PEMASARAN KAKAO DI DESA SALLETTO …

23

Tabel 2. Mata Pencaharian Penduduk Desa Salletto Kecamatan SimboroKabupaten Mamuju.

No Jenis Pekerjaan Jumlah (orang)

1 Petani 1652

2 PNS (Pegawai Negeri Sipil) 29

3 Peternak 4

4 Montir 4

5 Pedagang 5

6 Kulih bangunan 2

7 Sopir/ojek 5

8 Tukang kayu 3

9 jumlah 1.704

Sumber: BPS Kab. Mamuju, 2013

Tabel 2 menunjukkan bahwa jumlah penduduk berdasarkan mata

pencaharian terdata memiliki pekerjaan sebagai berikut: petani sebanyak 1652

orang, PNS sebanyak 29 orang, peternak sebanyak 4 orang, montir sebanyak 4

orang, kulih bangunan sebanyak 2 orang, sopir/ojek sebanyak 5 orang, tukang

kayu sebanyak 3 orang, dan pedagang sebanyak 5 orang.

4.3 Keadaan Sarana dan Prasarana

4.3.1 Sarana Pendidikan dan Keagamaan

Sarana pendidikan dan keagamaan mempunyai peranan penting dalam

menunjang pembanguan daerah di segala bidang. Selain itu, sarana pendidikan

dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Untuk mengetahui secara rinci

mengenai arana pendidikan di Desa Salletto dapat dilihat pada Tabel 3. Berikut

gambaran arana dan prasarana yang ada di Desa Salletto.

Page 34: PASCAPANEN DAN PEMASARAN KAKAO DI DESA SALLETTO …

24

Tabel 3. Sarana Pendidikan dan Keadaan di Desa Salletto KecamatanSimboro Kabupaten Mamuju.

Sarana Jumlah (buah)

SD Negeri 4

SMP Negeri 1

MA 1

Masjid 7

Mushollah 2

Gereja -

Pura -

Total 15

Sumber: BPS Kab. Mamuju, 2013.

Tabel 3 menunjukkan bahwa sarana pendidikan yang terdapat di Desa

Salletto masih sangat minimal ini terlihat dari jumlah sekolah yang masih

sangat sedikit. SD berjumlah 4 buah, Untuk SMP N berjumlah 1 buah,

sedangkan untuk SMA sederajat berjumlah 1 buah. Serta sarana keagamaan

yang ada di Desa Salletto cukup memadai dengan fasilitas masjid sebanyak 7

buah dan mushollah sebanyak 2 buah, semua warga Desa Salletto memeluk

Agama Islam. Hal ini menunjukkan bahwa warga sadar akan pentingnya

Agama untuk mendekatkan diri kepada Sang Pencipta.

Page 35: PASCAPANEN DAN PEMASARAN KAKAO DI DESA SALLETTO …

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Identitas Petani Responden

Jumlah responden dalam penelitian ini adalah sebanyak 30 orang yang

berhubungan dengan pascapanen dan pemasaran petani kakao, dimana dalam

menentukan sampel dilakukan secara acak sederhana (simple random sampling)

yaitu memilih orang yang berkaitan dengan pascapanen dan pemasaran petani

kakao.

Indentitas responden yang dipilih didasarkan atas beberapa identifikasi

seperti: nama, umur, pendidikan, pekerjaan, tanggungan keluarga, luas lahan, dan

mengenai pascapanen dan pemasaran kakao di Desa Salletto Kecamatan Simboro

Kabupaten Mamuju.

5.1.1 Umur Responden

Tingkat umur petani sangat mempengaruhi fisik dan cara berfikir petani

dalam pengambilan keputusan, pada umumnya petani yang berusia muda

mempunyai fisik yang lebih kuat dan cepat menerima informasi dan inovasi baru,

karena petani yang berumur lebih muda berani menanggung resiko walaupun

petani tersebut masih kurang pengalaman sehingga petani yang lebih muda

bertindak dinamis, sehingga cepat mendapatkan pengalaman baru yang berharga

bagi perkembangan hidupnya pada masa yang akan datang. Untuk lebih jelasnya

dapat dilihat Tabel 4 dibawah ini:

Page 36: PASCAPANEN DAN PEMASARAN KAKAO DI DESA SALLETTO …

26

Tabel 4. Umur responden di Desa Salletto Kecamatan Simboro KabupatenMamuju.

Umur (Tahun) Jumlah (Orang) Persentase (%)

30-39 5 16,67

40-49 10 33,33

50-59 15 50

Total 30 100

Sumber: Data Primer Setelah Dolah, 2014

Tabel 4 disebutkan bahwa rata-rata umur responden yang terbanyak adalah

umur 50-59 tahun berjumlah 15 orang (16,67 %), responden yang berusia 30-39

tahun berjumlah 5 orang (33,33%), sedangkan responden yang berusia 40-49

tahun berjumlah 10 orang (50%). Umru tersebut akan sangat mempengaruhi

dalam hal pengalaman tentang penanganan pascapanen dan pemasaran kakao.

5.1.2 Tingkat Pendidikan Responden

Umumnya tingkat pendidikan yang dimiliki oleh para petani merupakan

faktor yang berpengaruh terhadap pengelolaan usahataninya. Walaupun seseorang

memiliki kemampuan fisik yang memadai tetapi tidak ditunjang dengan

pengetahuan, maka usaha yang dikelola tidak akan mengalami peningkatan.

Pendidikan dan pengalaman pada umumnya akan mempengaruhi cara berfikir

petani. Pendidikan petani yang relative timggi menyebabkan petani akan lebih

dinamis mengikuti perkembangan teknologi. Dengan adanya pendidikan yang

relative tinggi yang dimiliki petani akan memudahkan petugas penyuluhan untuk

menyampaikan konsep yang akan dibawakan. Karena petani akan lebih mudah

mengerti dan memahami apa yang disampaikan oelh penyuluh. Tingkat

Page 37: PASCAPANEN DAN PEMASARAN KAKAO DI DESA SALLETTO …

27

pendidikan pada suatu daerah pasti memiliki tingkat yang berbeda-beda. Berikut

mengenai tingkat pendidikan yang ada di Desa Salletto Kecamatan Simboro

Kabupaten Mamuju menurut data sekunder yang telah diperoleh. Hala ini dapat

dilihat pada Tabel 5 berikut:

Pendidikan Jumlah Responden Persentase (%)

SD 16 53,33

SMP 5 16,67

SMA 9 30

Total 30 100

Sumber: Data Primer Setelah Diolah, 2014

Tabel 5 menunjukkan bahwa tingkat pendidikan yang didapat dalam

penelitian adalah tingkat pendidikan Sekolah Dasar (SD) yaitu sebanyak 16 orang

(53,33%), tingkat pendidikan Sekolah Menengah Pertama (SMP) yaitu sebanyak

5 orang (16,67%), sedangkan tingkat pendidikan Sekolah Menengah Atas (SMA)

yaitu sebanyak 9 orang (30%). Hal ini menunjukkan bahwa tingkat pendidikan

Sekolah Dasar (SD) yang terbanyak karena para petani yang ada di Desa Salleto

tidak mampu melanjutkan Sekolahnya melainkan petani lebih memilih untuk

melanjutkan usaha perkebunan kakao.

5.1.3 Jumlah Tanggungan Keluarga

Jumlah tanggungan keluarga adalah sejumlah orang yang tinggal dalam satu

rumah yang secara langsung menjadi beban atau tanggungan kepala keluarga

ataupun yang tidak serumah namun masih merupakan tanggungan kepala

keluarga. Tanggungan keluarga merupakan salah satu sumberdaya manusia yang

Page 38: PASCAPANEN DAN PEMASARAN KAKAO DI DESA SALLETTO …

28

dapat dikembangkan untuk membantu usaha keluarga. Jmlah tanggungan keluarga

yang besar sebenarnya merupakan aset penting dan sekaligus merupak potensi

yang penting sebagai sumber tenaga kerja dalam pengembangan usaha. Untuk

lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 6 berikut:

Tabel 6.Jumlah tanggungan keluarga responden di Desa Salletto KecamatanSimboro Kabupaten Mamuju.

Tanggungan Keluarga Jumlah (Orang) Persentase (%)

1-5 18 60

6-10 12 40

Total 30 100

Sumber: Data Primer Setelah Diolah, 2014

Tabel 6 menunjukkan bahwa jumlah tanggungan keluarg yang terbanyak adalah

jumlah tanggungan mulai dari 1-5 orang sebanyak 18 orang (60%), sedangkan

jumlah tanggungan keluarga mulai dari 6-10 sebanyak 12 orang (40%).

5.2 Usahatani Kakao

5.2.1 Luas Lahan

Luas lahan merupakan faktor produksi yang sangat penting dalam

pengelolaan suatu usaha tanaman kakao, karena menentukan besar kecilanya skala

usaha, mempengaruhi jumlah penggunaan faktor produksi yang lain, dan pada

akhirnya akan menentukan tingkat produksi dan pendapatan petani. Luas lahan

dimaksud dalam penelitian ini adalah banyaknya jumlah lahan garapan yang

diusahakan petani untuk menanam kakao. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 7:

Page 39: PASCAPANEN DAN PEMASARAN KAKAO DI DESA SALLETTO …

29

Tabel 7. Luas lahan responden petani di Desa Salletto Kecamatan SimboroKabupaten Mamuju.

Luas Lahan (Ha) Jumlah (Orang) Persentase (%)

1-1,5 19 63,33

1,6-3 11 36,67

Total 30 100

Sumber: Data Primer Setelah Diolah, 2014

Tabel 7 menunjukkan bahwa luas lahan petani responden terdapat

perbedaan luas lahan diantaranya ada yang 1-1,5 Ha sebanyak 19 orang responden

(63,33%), dan luas lahan 1,6-3 Ha sebanyak 11 orang (36,67%). Perbedaan skala

tersebut akan berimplikasi pada perbedaan produksi dan produktivitas uahatani

kakao yang akan dicapai, oleh karena itu diharapkan agar petani responden

mampu mengusahakan lahannya secara optimal sehingga memperoleh hasil yang

baik.

5.2.2 Umur Tanaman Kakao Responden

Tabel 8.Umur tanaman kakao responden di Desa Salletto KecamatanSimboro Kabupaten Mamuju.

Umur Tanaman Jumlah (Orang) Persentase (%)

5-10 3 10

11-20 19 63,33

21-30 4 13,33

30-35 4 13,33

Total 30 100

Sumber: Data Primer Setelah Diolah, 2014

Tabel 8 menunjukkan bahwa terdapat beberapa perbedaan umur tanaman

milik petani responden, umur tanaman petani responden terbagi atas 5-10 tahun

Page 40: PASCAPANEN DAN PEMASARAN KAKAO DI DESA SALLETTO …

30

berjumlah 3 orang (10%), 11-20 tahun sebanyak 19 orang (63,33%), 21-30 tahun

sebanyak 4 orang (13,33%), dan umur tanaman kakao 30-35 sebanyak 4 orang

(13,33%). Hal ini menunjukkan bahwa tingkat produksi umur tanaman petani

responden bisa mencapai sampai 35 tahun.

5.2.3 Harga kakao Perkilogram

Harga adalah variabel penting yang digunakan oleh konsumen karena

berbagai alasan, baik itu alasan ekonomis yang menunjukkan bahwa harga yang

rendah atau harga yang tinggi nerupakan salah satu variabel penting untuk

meningkatkan kinerja pemasaran, juga alasan psikologis dimana harga sering

dianggap sebagai indikator kualitas dan oleh karena itu penetapan harga sering

dirncang sebagai salah satu instrumen penjualan. Pengaruh harga memberikan

gambaran baru tentang strategi komunikasi dan pemasaran untuk meningkatkan

kepuasan konsumen. Jika hubungan antara biaya tinggi dan kualitas tinggi

diketahui, konsumen dapat menduga dari harga yang tinggi bahwa produk itu

berkualitas tinggi. Harga kakao yang didapatkan petani dapat dilihat pada Tabel 9

dibawah ini:

Tabel 9. Harga kakao perkilogram petani responden di Desa SallettoKecamatan Simboro Kabupaten Mamuju.

Harga Perkilogram (Rp) Jumlah (Orang) Persentase (%)

15.000 9 30

25.000-30.000 21 70

Total 30 100

Sumber: Data Primer Setelah Diolah, 2014

Page 41: PASCAPANEN DAN PEMASARAN KAKAO DI DESA SALLETTO …

31

Tabel 9 menunjukkan bahwa terdapat perbedaan harga yang diterima oleh petani

setelah melakukan transaksi penjualan ke pedagang pengumpul atau

pengecer.`perbedaan harga sebagai berikut: harga Rp. 15.000 yang diterima petani

sebanyak 9 orang (30%), dan harga Rp. 25.000-Rp. 30.000 yang diterima petani

yaitu sebanyak 21 orang (70%). Hal ini menunjukkan bahwa harga yang

ditawrkan pedagang ke petani itu tergantung dari bagaimana cara penanganan

pascapanen yang baik dan berkualitas.

5.3 Panen

Tanaman kakao mulai memproduksi buah pada berumur 2,5 – 3 tahun

setelah tanam. Produksi buah kakao di tahun pertama cenderung sedikit dan akan

terus meningkat seiring pertambahan umur. Produktivitas optimal dicapai pada

pada umur 7-11 tahun, sekitar 1,8 ton biji kakao kering per hektar per tahun.

Produktivitas tersebut akan terus menurun hingga tanaman tua dan mati. Buah

kakao dihasilkan dari proses penyerbukan bunga jantan dan bunga betina yang

tumbuh menempel pada semua bagian batang tanaman. Bunga-bunga yang

tumbuh pada batang pokok umumnya akan menghasilkan buah kakao yang besar

dan berkualitas baik.

Kriteria Buah Kakao Siap Panen dan Sistem Panen

Waktu yang dibutuhkan untuk terjadinya proses penyerbukan hingga buah

kakao matang dan siap petik dibutuhkan waktu sekitar 5–6 bulan. Kakao matang

yang siap petik adalah buah kakao yang sudah memenuhi kriteria panen. Buah

kakao yang memenuhi kriteria panen adalah buah kakao yang sudah menunjukan

tanda-tanda sebagai berikut:

Page 42: PASCAPANEN DAN PEMASARAN KAKAO DI DESA SALLETTO …

32

Kulit buah sudah berubah warna secara sempurna, dari yang ketika mentah

berwarna hijau menjadi kuning saat masak, atau dari yang ketika mentah

berwarna merah menjadi jingga tua.

Tangkai buah mulai mengering.

Buah kakao mengeluarkan bunyi jika digoncangkan atau dikocok.

Sistem panen yang digunakan pada perkebunan kakao umumnya adalah

sistem hanca gilir. Setiap pemanen mendapat hanca dengan luas tertentu, pada

waktu yang berbeda dan ada perpindahan blok panen. Dalam satu blok panen

dibagi beberapa hanca. Luas hanca ± 2–3 Ha berlaku pada saat produksi buah

rendah dan ± 1 Ha untuk panen raya. Rotasi panen yaitu 6–7 hari pada saat

produksi rendah dan 3–4 hari pada saat panen raya. Pemanen bekerja secara

berkelompok. Satu kelompok terdiri dari 2 orang pemanen. Pada areal panen

dengan topografi berlereng, kelompok panen terdiri dari 3 orang, 2 orang bertugas

memanen buah dan seorang bertugas mengangkut buah ke tempat pengumpulan

hasil (TPH).

5.4 Pascapanen

Selain perawatan dan pemilihan tanama kakao, pengolahan pascapanen

terhadap tanaman tersebut juga harus sangat diperhatikan. Terbentuknya cita rasa

coklat yang baik ditentukan dari bagaimana cara pengolahan saat panen buah

kakao. Buah kakao dapat dipanen apabila terjadi perubahan warna kulit pada buah

yang telah matang yaitu perubahan ketika mentah berwarna hijau menjadi kuning

saat masak atau dari yang ketika mentah berwarna merah menjadi jingga tua.

Page 43: PASCAPANEN DAN PEMASARAN KAKAO DI DESA SALLETTO …

33

Sejak fase pembuahan sampai menjadi buah dan matang, kakao

memerlukan waktu sekitar 5 bulan. Buah matang dicirikan oleh perubahan warna

kulit buah dan biji yang lepas dari kulit bagian dalam. Bila buah diguncang, biji

biasanya berbunyi. Keterlambatan waktu panen akan berakibat pada

berkecambahnya biji di dalam.

Panen terhadap buah kakao harus tepat waktu agar tercapai mutu/kualitas

kakao yang baik. Pengelolaan pascapanen kakao dimulai pada kegiatan pemetik

buah, prossesing buah (pengupasan/pembelahan buah, fermentasi, perendaman

atau pencucian, pengeringan, sortasi biji) dan pemasaran. Dari keiatan tersebut

khususnya pada prossesing buah merupakan kegiatan yang penting karen erat

sekali kaitannya dengan mutu produksi.

1. Pemetikan dan pembelahan buah

Dari hasil data diperoleh dalam penelitian ini adalah semua masyarakat

petani yang ada di Desa Salletto menggunakan pisau untuk memetik dan

membelah buah kakao yang sudah yang sudah dipanen, serta dalam pemtikan

masyarakat yang dilokasi penelitian juga memetik buah yang masak dan teserang

penyakit agar tidak menulari buah kakao yang lain atau belum masak.

Dalam pemetikan buah kakao ini biasanya dilakukan 1-2 minggu sekali.

Pemetikan terhadap tanaman kakao dilakukan apabila kulit buah terjadi perubahan

warna. Pada proses pemetikan juga dilakukan dengan menggunting atau

memangkas buah. Kemudian tangkai buah disisakan 1-1,5 cm dari batang atau

cabang.

Page 44: PASCAPANEN DAN PEMASARAN KAKAO DI DESA SALLETTO …

34

Buah yang telah dipanen kemudian harus secepatnya dibelah, pada saat

pembelahan buah kakao ini dilakukan pemisahan antara buah yang baik dan buah

yang terserang hama dan penyakit. Selanjutnya petani memisahkan antara kulit

buah dan sisa-sisa yang terkena serangan hama dan penyakit dibenam/dikubur

kedalam tanah. Dalam pembelahan buah kakao yang telah dipanen masyarakat di

Desa Sallletto sangat berhati-hati dalam membelah buah kakao agar tidak merusak

dan melukai biji kakao yang dapat menurunkan kualitas harga kakao serta dapat

melukai tangan ketika membelah buah kakao.

2. Fermentasi

Untuk menghasilkan kakao dengan kualitas yang baik, proses fermentasi

juga harus dilakukan. Proses fermentasi ini bertujuan untuk menghasilkan kakao

dengan cita rasa yang baik. Titik berat dalam pengolahan biji kakao terletak pada

proses fermentasi. Dimana proses ini terjadi pembentukan cita rasa cokelat,

selama proses fermentasi biji kakao terjadi pembentukan senyawa cita rasa biji

kakao.

Fermentasi merupakan suatu proses produksi suatu produk dengan mikroba

sebagai organisme pemroses. Fermentasi biji kakao merupakan fermentasi

tradisional yang melibatkan mikroorganisme indigen dan aktivitas enzim endogen.

Fermentasi biji kakao tidak memerlukan penambahan kultur starter (biang),

karena pulp kakao yang mengundang pertumbuhan mikroorganisme sehingga

terjadi fermentasi (Muljana, 2001).

Page 45: PASCAPANEN DAN PEMASARAN KAKAO DI DESA SALLETTO …

35

Buah kakao yang telah dikeluarkan bijinya, kemudian bijinya ditempatkan

pada sebuah wadah. Jenis wadah yang digunakan dapat bervariasi, diantaranya

keranjang yang dilapisi oleh daun (biasanya daun pisang), dan kontainer (kotak)

kayu. Kontainer disimpan di atas tanah atau diatas saluran untuk menampung pulp

yang dihasilkan selama fermentasi. Pada umumnya, dasar kontainer memiliki

lubang kecil untuk drainase. Kontainer tidak diisi secara penuh, disisakan 10 cm

dari atas dan permukaan atas ditutupi dengan daun pisang yang bertujuan untuk

menahan panas dan mencegah permukaan biji dari pengeringan. Fermentasi dalam

kotak dapat dilakukan selama 2-6 hari, isi kotak dibalik tiap hari dengan

memindahkannya kekotak lain. Namun para petani yang ada di Desa Salletto

hanya sebagian orang saja melakukan fermentasi ini dikarenakan para petani lebih

memilih langsung dijemur. Harga yang diberikan pedagang itu hampir sama

dengan harga yang terfermentasi dan tidak terfermentasi meskipun berakibat pada

kualitas biji kakao. Berikut adalah Tabel petani yang melakukan fermentasi dan

tidak melakukan fermentasi.

Tabel 10. Petani respoden yang melakukan fermentasi dan tidak melakukanfermentasi di Desa Salletto Kecamatan Simboro KabupatenMamuju.

No Kegiatan Petani Jumlah Responden(Orang)

Persentase (%)

1 Melakukan Fermentasi 21 70

2Tidak Melakukan

Fermentasi9 30

3 Total 30 100

Sumber: Data Primer Setelah Diolah, 2014

Tabel 10 menunjukkan bahwa petani yang melakukan fermentasi adalah sebanyak

21 orang (70%), sedangkan petani yang tidak melakukan fermentasi adalah

Page 46: PASCAPANEN DAN PEMASARAN KAKAO DI DESA SALLETTO …

36

sebanyak 9 orang (30%). Hal ini membuktikan bahwa petani di Desa Salletto

sudah memperhatikan kualitas biji kakao sehingga dapat meningkatkan harga

kakao petani.

3. Pengeringan

Tujuan dari pengeringan adalah menurunkan kadar air biji. Pengeringan

sangat berpengaruh terhadap pembentukan calon cita rasa coklat terutama

berkaitan erat dengan tingkat keasaman pada biji kakao. Untuk menghentikan

proses fermentasi, biji kakao kemudian dikeeringkan. Pengeringan dilakukan

dengan sinar matahari yang memakan waktu selama 4 sampai 6 hari.

Pengeringan yang terlalu cepat akan menghasilkan biji kakao yang asam.

Penggunaan panas yang tinggi dalam pengeringan selain dapat menyebabkan

tingkat keasaman yang tinggi juga beresiko menyebabkan terjadinya cacat cita

rasa. Pengeringan yang baik dapat dilakukan dengan memanfaatkan cahaya sinar

matahari. Dengan car biji dihamparkan diatas tempat tertentu seperti tikar atau

lantai kemudian dijemur dibawah sinar matahari. Selain memanfaatkan sinar

matahari juga dapat dengan menggunakan alat pengering buatan, namun di Desa

Salletto para petani belum memiliki alat pengering buatan, ini dikarenakan para

petani belum mengetahui cara pembuatan alat pengering buatan.

Page 47: PASCAPANEN DAN PEMASARAN KAKAO DI DESA SALLETTO …

37

4. Sortasi biji kakao

Setelah biji kakao dikeringkan dan mengering selanjutnya para petani

melakukan sortasi kakao atau pemilihan biji yang baik dan kurang bai. Namun

masyarakat yang ada di Desa Salletto tidak semua warga melakukan sortasi

karena menurut mereka pemilihan atau sortasi biji kakao memakan waktu yang

lama sehingga menyita waktu petani untuk melakukan aktivitas yang lain

meskipun pemilihan atau sortasi biji sangat penting dalam penanganan

pascapanen. Serta para petani kakao melakukan sortasi atau pemilihan biji kakao

yang baik dan kurang baik itu menggunakan tangan sebagai alat media sortasi

atau pemilihan biji kakao. Berikut adalah Tabel yang dimana petani melakukan

sortasi dan tidak melakukan sortasi:

Tabel 11. Petani Responden Yang Melakukan Sortasi dan Tidak MelakukanSortasi di Desa Salletto Kecamatan Simboro Kabupaten Mamuju

No Kegiatan Petani Jumlah Responden(Orang)

Persentase (%)

1 Melakukan Sortasi 7 23,33

2 Tidak Melakukan Sortasi 23 76,67

3 Total 30 100

Sumber: Data Primer Setelah Diolah, 2014

Tabel 11 menunjukkan bahwa sebanyak 7 orang (23,33%) melakukan

sortasi dan sebanyak 23 orang (76,67%) tidak melakukan sortasi. Hal ini

membuktikan bahwa sebagian para petani yang ada di Desa Salletto belum terlalu

paham tentang penanganan pascapanen yang baik dan benar sehingga berdampak

pada harga kakao yang diberikan oleh pedagang pengumpul.

Page 48: PASCAPANEN DAN PEMASARAN KAKAO DI DESA SALLETTO …

38

5. Penyimpanan

Metode penyimpanan kakao yang baik dan benar akan menjamin kualitas

biji kakao. Kakao yang telah dijemur kemudian dimasukkan kedalam karung goni.

Karung goni tidak boleh diletakkan diatas lantai semen karena biji kakao yang

telah kering dapat menyerap air dalam lantai. Selain itu penempatan biji kakao

juga harus bebas dari air hujan dan hama perusak. Setelah pengarungan atau

penyimpanan, barulah kemudian biji kakao dijual kepada pedagang pengumpul

atau pedagang besar. Para petani yang ada di Desa Salletto terdapat beberapa

orang yang tidak melakukan penyimpanan melainkan langsung menjualnya ke

pedagang pengumpul atau pedagang besar tanpa memperhatikan mutu dan

kualitas kakao. Berikut Tabel petani yang melakukan penyimpanan dan tidak

melakukan penyimpanan:

Tabel 12. Petani Responden Yang Melakukan Penyimpanan dan TidakMelakukan Penyimpanan di Desa Salletto Kecamatan SimboroKabupaten Mamuju

No Kegiatan Petani Jumlah Responden(Orang)

Persentase (%)

1 Melakukan Penyimpanan 19 63,33

2Tidak Melakukan

Penyimpanan11 36,67

3 Total 30 100

Sumber: Data Primer Setelah Diolah, 2014

Tabel 12 menunjukkan bahwa petani yang melakukan penyimpanan sebanyak 19

orang (63,33%), dan petani yang tidak melakukan penyimpanan sebanyak 11

orang (36,67%). Hal ini membuktikan bahwa sebagian para petani ingin

secepatnya mendapatkan hasil dari penjualan kakao dan menggunakan hasil

tersebut untuk keperluan sehari-hari.

Page 49: PASCAPANEN DAN PEMASARAN KAKAO DI DESA SALLETTO …

39

5.4 Pemasaran

Walaupaun proses fermentasi dapat meningkatkan mutu dari kakao itu

sendiri dan membuat harga juga naik., sebagian besar petani di Desa Salletto

melakukan fermentasi terhadapa tanaman kakao, sebaliknya masih ada petani

kakao di Desa Salletto yang memilih untuk tidak melakukan fermentasi terhadap

tanaman kakao milik mereka. Mereka lebih memilih untuka langsung diemur

kemudian menyimpannya lalu kemudian dijual kepada pedagang pengumpul. Hal

ini dilakukan karena harga yang ditawarkan oleh para pedagang pengumpul antara

kakao fermentasi dengan yang tidak difermentasi adalah sama.

Gambar 2. Rantai Pemasaran Kakao

Gambar diatas dapat kita ketahui rantai pemasaran biji kakao hasil panen

petani. Diketahui bahwa petani menjualnya langsung kepada pengumpul,

kemudian dari pengumpul tersebut menjualnya kepada pedagang besar, pada

pedagang besar ini terkumpul kakao yang diperoleh dari berbagai pengumpul.

Setelah dari pedagang besar barulah kemudian kemudian di jual kepada

perusahaan untuk diolah menjadi bahan makanan. Selain dijual ke perusahaan,

sebagian juga ada yang di ekspor ke luar negeri. Semakin jauhnya jarak

pemasaran dengan perusahaan membuat petani enggan melakukan fermentasi

Petani Kakao

PedagangPengumpul

Pedagang Besar

Perusahaan

Ekspor

Page 50: PASCAPANEN DAN PEMASARAN KAKAO DI DESA SALLETTO …

40

terhadap biji kakao mereka. Hal inilah yang diungkapkan salah seorang petani

Bapak Rusdin (51 Tahun):

“itu kalau kita fermentasi juga samaji harganya, fermentasi atau tidakfermentasi tetap sama harganya tapi ada juga pedagang yang membedakanharganya antara fermentasi dengan tidak fermentasi” (wawancara padatanggal 10 Agustus 2014)

Mereka beranggapan jika kakao mereka difermentasi maka keuntungan

hanya diperoleh para pengumpul ketika pengumpul menjualnya keperusahaan

yang mengolah kakao menjadi bahan makanan akan tetapi para petani lebih

memilih fermentasi karena sebagian pedagang pengumpul membedakan harga

antara kakao fermentasi dan tidak fermentasi. Para petani juga belum memiliki

mitra dengan perusahaan besar untuk menjual kakao mereka, sehingga lebih

memilih untuk tidak memfermentasi kakao mereka. Hal inilah yang dikemukakan

oleh salah seorang petani bernama Bapak Ibrahim (49 Tahun)

“disini kita juga belum punya mitra, jadi kita jual buah kakao disini Cumalewat pengepul, seandainya ada kita punya mitra mau jaki fermentasi karenapasti sesuai harganya” (wawancara pada tanggal 16 Agusutus 2014)

Petani kakao dapat menjual hasil produksi kakao melalui para pembeli yang

biasa disebut sebagai pengumpul. Para pengumpul ini datang ke Desa hanya 1

minggu sekali yaitu pada hari sabtu. Selain pengumpul mingguan, ada juga para

pengumpul yang datang membeli biji kakao setiap hari, hanya saja harga beli

yang ditawarkan sedikit murah. Petani kakao biasanya menjual hasil produksinya

setiap 3 kali setiap 1 minggu sekali.

Harga kakao yang difermentasi biasanya dijual dengan harga Rp. 25.000/kg-

Rp. 30.000/kg. Semakin baik kualitas bijinya semakin tinggi harga jualnya.

Page 51: PASCAPANEN DAN PEMASARAN KAKAO DI DESA SALLETTO …

41

Sebaliknya kakao yang tidak difermentasi biasanya dijual berkisar Rp. 15.000/Kg,

semakin rendah kualitas bijinya maka semakin rendah harga jual yang ditawarkan

pedagang. Berikut Tabel harga dengan kualitas yang difermentasi dan tidak

difermentasi:

Tabel 13. Petani Responden Yang Mendapatkan harga dengan kualitasfermentasi dan tidak fermentasi di Desa Salletto KecamatanSimboro Kabupaten Mamuju

No Kualitas Harga (Rp)Jumlah Responden

(Orang)Persentase

(%)

1 Fermentasi 25.000-30.000 21 70

2 Tidak Fermentasi 15.000 9 30

3 Total 30 100

Sumber: Data Primer Setelah Diolah, 2014

Tabel 13 menunjukkan bahwa terdapat perbedaan harga yang diberikan oleh

pedagang pengumpul ketika petani melakukan pemasaran dan mendapatkan harga

ketika melakukan pemasaran kakao. Petani yang mendapatkan harga Rp. 25.000-

Rp. 30.000 dengan kualitas yang baik sebanyak 21 orang (70%), dan petani yang

mendapatkan harga Rp. 15.000 dengan kualitas yang tidak fermentasi sebanyak 9

orang (30%).

Keinginan yang besar dari petani untuk tetap menjaga ke-eratan hubungan

sosial sering memaksa dan menghilangkan rasionalitas petani dalam berbisnis.

Artinya, kebanyakan petani di pedesaan lebih cenderung untuk menomor satukan

hubungan resiprositas sosial dibandungkan dengan keuntungan bisnis semata,

meskipun bisnis kakao tersebut merupakan penyokong kehidupan ekonomi

keluarga. Realitas seperti ini bukan sesuatu yang mustahil adanya, karena sampai

saat ini, dipedesaan masih banyak dijumpai pedagang pengumpul, disamping

Page 52: PASCAPANEN DAN PEMASARAN KAKAO DI DESA SALLETTO …

42

berperan sebagai pembeli produksi kakao, juga masih mempunyai hubungan

kekerabatan dengan petani-petani kakao lain baik sebagai mertua/famili, atau

pemebri dana bagi kehidupan rumah tangga, dsb. Jadi karena hubungan tersebut

sudah bercampur aduk dengan hubungan sosial kekeluargaan, maka hubungan

resiprositas dan keterikatan sosial tersebut, pada akhirnya dapat menyulitkan

posisi petani dalam adau tawar-menawar dalam proses penentuan harga bagi

produksi kakaonya. Karenanya kebanyakan mereka, suka atau tidak, terpaksa atau

rela, mereka pasrah dan menerima harga yang telah ditentukan (sepihak) oelh

pedagang pengumpul.

Hal lain yang juga berperan ikut menentukan tingkat pendapatan petani

adalah rantai pemasaran kakao, sebab kenyataan menunjukkan bahwa banyaknya

lapisan pedagang yang terlibat, sehingga menjadikan rantai pemasaran kakao

disini cukup panjang dan kondisi demikian sudah merupakan sautu fenomena

lama. Petani tidak pernah bisa langsung dalam memasarkan produksi kakaonya

kepada pabrik atau pedagang eksportir karena tidak adanya mitra. Panjangnya

rantai pemasaran itu berakibat kepada rendahnya harga jual ditingkat petani,

karenanya petani hanya bisa menerima harga kakao apa adanya.

Ditingkat petani, sebagian petani mencari informasi harga kepada petani

lain atau keluarga yang telah melakukan penjualan atau kepada pedagang

pengumpul lainnya yang bukan menjadi langganannya. Kondisi tersebut tentunya

tidak menguntungkan bagi petani karena para pedagang pada umumnya

meberikan informasi harga yang memberikan keuntungan baginya, sebagai suatu

penerapan kekuatan daya beli. Walaupun demikian para petani lebih senang

Page 53: PASCAPANEN DAN PEMASARAN KAKAO DI DESA SALLETTO …

43

membudidayakan tanaman kakao. Para petani mengakui pola hidup sudah

berubah, baik cara makan, cara berpakaian, pola interaksi, dan mobilitas sosial.

Dari segi rumah tangga, jika dahulu rata-rata rumah dengan atap nipa atau rumbia,

sekarang sudah berubah menjadi atap seng dan genteng, bahkan sudah banyak

yang memiliki rumah permanen yang terbuat dari batu. Perabot rumah tangga

dengan beberapa stel kursi tamu dan beberapa lemari sudah dimiliki. Bahkan

hampir semua rumah sudah memiliki televisi. Pemilikan kendaraan bermotor,

baik roda dua maupun roda empat, sudah tersebar sampai kepelosok-pelosok desa.

Untuk alat komunikasi, orangtua maupun anak-anak rata-rata sudah memiliki

handphone.

Selain itu tanaman kakao sebagai tanaman berkayu sebagai penggunaan

modal ekologis yang paling efektif untuk meningkatkan keseimbangan sistem

pertanian dataran tinggi. Perubahan ekologis ini membrikan kontribusi positif

untuk mencegah terjadinya erosi dan banjir. Tanaman berkayu salah satu

penyebab pada pembabatan hutan, namun ketika hutan musnah ternyata tanaman

kakao sebagai tanaman berkayu dapat tampil dijadikan alat peremajaan hutan dan

menjadi hutan produksi.

Page 54: PASCAPANEN DAN PEMASARAN KAKAO DI DESA SALLETTO …

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan maka

dapat disimpulkan bahwa dalam Penanganan Pascapanen di Desa Salletto

tergolong baik dengan melihat cara penanganan pascapanen para petani yang

dimana petani melakukan penanganan pascapanen dengan mengikuti tahap-tahap

sesuai kaidah pascapanen dengan benar, meskipun ada sebagian petani kakao

melakukan penanganan pascapanen dengan kurang tepat.

Kegiatan pemasaran kakao di Desa Salletto belum optimal karena petani

belum mempunyai mitra usaha yang menstabilkan harga jual kakao petani di

pasaran serta mampu menyejahterakan masyarakat petani kakao di Desa Salletto.

6.2 Saran

Saran-saran yang dapat diberikan dengan berdasarkan pada hasil penelitian

ini adalah sebagai berikut:

1. Uahatani kakao di Desa Salletto layak dan menguntungkan untuk

diusahakan. Oleh karena itu diharapkan petani di Desa Salletto terus

mengusahakan dan mengupayakan peningkatan produksi dengan lebih

memperhatikan teknologi pascapanen yang baik.

2. Peningkatan produksi sebaiknya disertai perbaikan kualitas/mutu biji

kakao kering dengan memperhatikan proses fermentasi dan penjemuran

yang optimal. Hal yang sangat menentukan tingkat harga di pasar

Page 55: PASCAPANEN DAN PEMASARAN KAKAO DI DESA SALLETTO …

45

internasional adalah mutu biji kakao. Oleh karena itu perlu adanya

perhatian produsen kakao Indonesia terhadap kualitas biji kakao

diekspor.

3. Perlunya mitra usahatani dalam menjual hasil usahatani tanaman kakao.

Dengan adanya mitra usahatani seperti perusahaan besar dapat

menstabilkan harga jual kakao itu sendiri sehingga petani dapat menjual

langsung hasil tani kepada perusahaan besar.

Page 56: PASCAPANEN DAN PEMASARAN KAKAO DI DESA SALLETTO …

DAFAR PUSTAKA

Goenadi, Didiek. H, John Bako Baon, Herman, Adreng Purwoto, 2005. Prospekdan Arah Pengembangan Agribisnis Kakao di Indonesia. Badan Penelitiandan Pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian Jakarta.http://www.litbangdeptan.go.id 13 April 2014

Haryadi, Tohir A., 1983. Seuntai Pengetahuan Usaha Tani Indonesia. RinekaCipta, Jakarta.

Kottler Philip. 2008. Manajemen Pemasaran Jilid 2 Edisi 12. Indeks

Kottler Philip. 2001. Manajemen Pemasaran di Indonesia: Analisis, Perencanaan,Implementasi dan Pengendalian. Salemba Empat. Jakarta.

Maya, Deden Indra Teja. 2007. Penggunaan Pestisida Yang Aman.http://www.deptan.go.id di akses 9 April 2014.

Siregar Tumpal H.S, Slamet Riyadi, Laeli Nuraeni, 2006. Budidaya, Pengolahan,dan Pemasaran Cokelat. Penebar Swadaya. Jakarta.

Spillane, J. 1995. Komoditi Kakao: Peranannya Dalam Perekonomian Indonesia.Jakarta.

Stanton, William J. 2001. Prinsip Pemasaran. Erlangga. Jakarta.

Suprianto. M. S. 2012. Teknologi Cokelat, Gadjah Mada University Press.Yogyakarta.

Swastha, Basu dan Irawan. 2005. Manajemen Pemasaran Modern, Liberty,Yogyakarta.

Yulianto D. Saputra. 2013. Teknik Budidaya Kakao, Trans Idea Publishing.Jogjakarta.