pasca

14
BAB I PENDAHULUAN Kerusakan bahan pakan akibat serangan serangga merupakan kasus yang paling sering terjadi. Serangga mengambil dan memakan zat makanan dari bahan baku dan menyebabkan kerusakan lapisan pelindung bahan. Selain kerusakan secara fisik, karena sifat serangga yang suka bermigrasi, serangga juga dapat memindahkan spora jamur perusak bahan pakan dan membuka jalan bagi kontaminasi jamur atau kapang yang menghasilkan mikotoksin. Serangga perusak bahan pakan antara lain ngengat, penggerek dan kumbang. Serangga hama gudang mempunyai ciri-ciri umum (a) Tubuhnya terbagi atas 3 bagian kepala, dada (toraks) dan perut (abdomen), (b) Bagian luar tubuh tertutup oleh kulit luar (eksoskeleton), (c) Selama hidupnya mengalami perubahan bentuk (metamorfosa) yang sempurna dan tidak sempurna/ dan (d) Serangga dewasa mempunyai tiga pasang kaki. Serangga hama gudang baik yang berasal dari kelompok kumbang maupun ngengat mengalami metamorfosis sempurna yaitu dari telur , larva , pupa, dan dewasa (imago). Pengenalan akan jenis-jenis serangga hama gudang adalah sangat penting untuk menentukan prioritas dan cara pengendaliannya. Pada umumnya serangga hama gudang dapat dibagi menjadi hama primer dan hama sekunder. Hama primer yaitu serangga hama gudang yang mampu menyerang biji-bijian yang masih utuh, seperti Sitophilus spp. (weevil), Rhyzopherta dominica (lesser grain borer) dan Sitotroga cerealella.( Angoumoisg rain moth). Sedangkan hama sekunder adalah serangga hama yang hanya mampu menyerang biji-bijian yang sudah rusak, seperti Tribolium spp . (flour beetle) dan Plodia interpunctella (Indian meal moth) Pembagian serangga hama gudang menjadi hama primer dan sekunder tidak mengacu kepada arti pentingnya ditinjau dari segi ekonomi, melainkan hanya kepada urut -urutannya. Serangga hama gudang yang menyerang komoditi yang mahal dan banyak menimbulkan kerugian disebut hama ekonomi, sedangkan hama yang tidak banyak menimbulkan kerugian disebut hama non ekonomis.

Upload: rizky-hadi

Post on 08-Jul-2015

440 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Pasca

BAB I

PENDAHULUAN

Kerusakan bahan pakan akibat serangan serangga merupakan kasus yang paling sering

terjadi. Serangga mengambil dan memakan zat makanan dari bahan baku dan menyebabkan

kerusakan lapisan pelindung bahan. Selain kerusakan secara fisik, karena sifat serangga yang

suka bermigrasi, serangga juga dapat memindahkan spora jamur perusak bahan pakan dan

membuka jalan bagi kontaminasi jamur atau kapang yang menghasilkan mikotoksin. Serangga

perusak bahan pakan antara lain ngengat, penggerek dan kumbang.

Serangga hama gudang mempunyai ciri-ciri umum (a) Tubuhnya terbagi atas 3

bagian kepala, dada (toraks) dan perut (abdomen), (b) Bagian luar tubuh tertutup oleh

kulit luar (eksoskeleton), (c) Selama hidupnya mengalami perubahan bentuk (metamorfosa)

yang sempurna dan tidak sempurna/ dan (d) Serangga dewasa mempunyai tiga pasang kaki.

Serangga hama gudang baik yang berasal dari kelompok kumbang maupun ngengat

mengalami metamorfosis sempurna yaitu dari telur , larva , pupa, dan dewasa (imago).

Pengenalan akan jenis-jenis serangga hama gudang adalah sangat penting untuk

menentukan prioritas dan cara pengendaliannya. Pada umumnya serangga hama gudang dapat

dibagi menjadi hama primer dan hama sekunder. Hama primer yaitu serangga hama gudang yang

mampu menyerang biji-bijian yang masih utuh, seperti Sitophilus spp. (weevil), Rhyzopherta

dominica (lesser grain borer) dan Sitotroga cerealella.( Angoumoisg rain moth). Sedangkan

hama sekunder adalah serangga hama yang hanya mampu menyerang biji-bijian yang sudah

rusak, seperti Tribolium spp . (flour beetle) dan Plodia interpunctella (Indian meal moth)

Pembagian serangga hama gudang menjadi hama primer dan sekunder tidak mengacu

kepada arti pentingnya ditinjau dari segi ekonomi, melainkan hanya kepada urut -urutannya.

Serangga hama gudang yang menyerang komoditi yang mahal dan banyak menimbulkan

kerugian disebut hama ekonomi, sedangkan hama yang tidak banyak menimbulkan kerugian

disebut hama non ekonomis.

Page 2: Pasca

BAB II

PEMBAHASAN

Beberapa hama gudang yang didapat dari hasil praktikum yaitu sebagai berikut :

1. Tenebrio molitor pada Dedak

Kingdom: Animalia

Phylum: Arthropoda

Class: Insecta

Order: Coleoptera

Family: Tenebrionidae

Genus: Tenebrio

Species: T. molitor

Tenebrio molitor L . b e r w a r n a k u n i n g , d an m er u p ak an

bagian terbesar dari kumbang yang menyerang bahan yang disimpan dengan panjang 1,25 cm

(Cotton and St.G eo r ge , 1 9 2 9 ) . K eb e r ad aa n s e r an g g a i n i b an ya k t e r d ap a t p ad a

s e r ea l i a y a n g t e l a h r u s a k d i t e m p a t g e l a p d a n k o n d i s i y a n g l e m b a b ,

t e t a p i kumbang ini menyerang semua bahan pangan yang di simpan. Kumbang

betina dapat bertelur sebanyak 100 telur dan hidup beberapa bulan. Ulat

dapat bertahan pada kondisi yang kurang menguntungkan dan dapat t e r s eb a r s an g a t

j au h d a r i t em p a t men e t a s n ya . K u m b an g d ew as a s u k a terbang dan mendekati arah

datangnya cahaya.

Page 3: Pasca

2. Tenebrio obscures pada kedelai dan ketan hitam

Class: Insecta

Order: Coleoptera

Family: Tenebrionidae

Genus: Tenebrio

Species: obscurus

Tenebrio obscurus dewasa adalah kumbang hitam kusam dengan bentuk datar dan sisi

paralel. Larva berwarna coklat gelap. Kumbang dewasa ini mirip dengan kumbang Tenebrio

molitor yang memiliki penampilan yang lebih mengkilap, dan larva coklat kekuningan. Ukuran

panjang kumbang dewasa 18mm, dan larva 25mm. Habitat ditemukan di sekitar produk yang

disimpan lembab dan berjamur dan bahan hewani.

Kumbang betina bertelur putih berbentuk kacang yang menetas menjadi mealworm (grub

seperti larva) setelah sekitar satu minggu. Pakan larva pada tanaman atau bahan hewani sebelum

terbentuk pupa.

3. Sitophilus oryzae pada beras dan gaplek

Kingdom: Animalia

Phylum: Arthropoda

Class: Insecta

Order: Coleoptera

Page 4: Pasca

Family: Curculionidae

Genus: Sitophilus

Species: S. oryzae

Kumbang bubuk beras (Sitophilus oryzae atau Calandra oryzae) j u g a biasa

disebut kumbang penggerek beras. Kumbang ini merupakan hama utama pada beras

yang disimpan. Serangan kumbang ini ditandai dengan butir beras berlubang -

lubang atau hancur menjadi tepung karena gerekan k u m b an g . A k i b a t h a m a i n i ,

b e r a s d ap a t k eh i l a n ga n b e r a t ( s u s u t b e r a t mencapai 23% setelah disimpan beberapa

bulan. Imago dapat terbang karena memiliki sayap yang berkembang sempurna, tetapi

penyebarannya lebih banyak terbawa oleh beras yang terserang.

Morfologi. Kedua jenis Sitophilus termasuk ke dalam Famili Curculionidae. Kedua jenis

kumbang dewasa ini secara fisik sangat mirip sekali dan dapat dikenali dari bentuk kepalanya

yang berbentuk moncong. Pada ujung moncong terdapat mandibula yang kuat, yang berguna

untuk melubangi kulit biji-bijian ketika makan dan ketika hendak meletakan telur. Tubuh

Sitophilus berwarna coklat sampai coklat gelap, berbentuk silindris berukuran 2,5 - 3 mm,

tergantung besar kecilnya butiran komoditi yang diserangnya. Bagian depan kepala membentuk

tonjolan sampai melewati kedua pasang mata dan berbentuk seperti moncong (snout). Pada

bagian alat mulut terdapat mandibula yang kuat yang berfungsi sebigai gigi. Antena berbentuk

siku dan seperti gada, terdiri dari 7-9 ruas. Pada elitera (sayap depan) terdapat 4 noktah yang

agak besar berwarna merah kecoklat-coklatan. Elitera dengan sempurna menutupi seluruh bagian

abdomen. Tarsi kaki depan, tengah dan belakang berjumlah 4 ruas.

Jenis kerugian yang ditimbulkan. Kumbang bubuk merupakan hama primer (dapat

menyerang suatu bahan tanpa ada pertolongan hama lain). Butir-butir komoditi yang diserang

hama ini berlubang-lubang sehingga menyebabkan berkurangnya bobot komoditi secara drastis

dan menurunkan kandungan gizi komoditi.

Di pabrik pangan kumbang bubuk merupakan hama utama pada komoditi jagung di

tempat penyimpanan. Butiran biji jagung menjadi berlubang-lubang dan beratnya menjadi turun

secara drastis. Akibat lain dari serangan kumbang bubuk ini menyebabkan kenaikkan suhu

komoditi sehingga merangsang pertumbuhan cendawan untuk berkembang. Akibat dua serangan

dari kumbang dan cendawan komoditi jagung menjadi rusak sama sekali.

Page 5: Pasca

Tingkat intensitas serangan hama dan nilai kerugian. Tingkat serangan kumbang ini akan

sangat signifikan (kerusakan di atas 40%) setelah bulan ke 5 sejak dimulainya serangan, apabila

tindakan pengendalian sama sekali tidak dilakukan.

Preferensi makanan. Kumbang bubuk ini merupakan hama utama pada komoditi beras,

iagung, cantel dan gabah.

Ekologi hama. Kumbang Sitophilus spp. dapat berkembang biak dengan baik pada

kondisi optimum ( temperature=28°C dan kelembaban relatif 70%). Pada kondisi seperti di atas

kumbang bubuk ini dapat berkembang dengan baik pada biji-bijian yang bersih sekalipun bila

kadar airnya >14%. Pada temperatur 15,5°C imago betina masih bisa meletakkan telur serta

stadia larva dan pupa masih berkembang dengan sempurna meskipun memerlukan waktu yang

lebih lama. Pada suhu ±7°C masih bisa bertahan hidup selama beberapa minggu walaupun dalam

keadaan dorman.

4. Cylas formicarius pada ubi jalar

Siklus hidup C. formicarius memerlukan waktu 1–2 bulan, secara umum 35–40 hari pada

musim panas. Generasinya tidak merata, demikian pula jumlah generasi selama setahun. Di

Indonesia, terdapat 9 generasi C. formicarius dalam setahun, (Nonci dan Sriwidodo 1993;

Supriyatin 2001), di Florida 6–8 generasi, di Texas 5 generasi, dan di Louisiana Amerika Serikat

8 generasi (Waddil 1982; Capinera 1998). Serangga dewasa tidak berdiapause, tetapi cenderung

tidak aktif bila kondisi lingkungan kurang sesuai. Semua fase pertumbuhan dapat ditemukan

sepanjang tahun jika tersedia makanan yang sesuai.

Telur diletakkan di dalam rongga kecil yang dibuat oleh kumbang betina dengan cara

menggerek akar, batang, dan umbi. Telur diletakkan di bawah kulit atau epidermis, secara

tunggal pada satu rongga dan ditutup kembali sehingga sulit dilihat (Morallo dan Rejesus 2001).

Page 6: Pasca

Menurut Supriyatin (2001), telur C. formicarius sulit dilihat karena ditutup dengan bahan

semacam gelatin yang berwarna cokelat.

Telur C. formicarius berwarna putih krem, berbentuk oval tak beraturan, berukuran 0,46–

0,65 mm (Supriyatin 2001), sedangkan menurut Capinera (1998) panjang telur 0,77 mm dengan

lebar 0,50 mm. Di Florida, lama fase telur berkisar 5 hari pada musim panas dan 11–12 hari bila

musim dingin (Capinera 1998). Periode inkubasi telur beragam sesuai dengan suhu, yakni 4 hari

pada suhu 30oC dan 7, 9 hari pada suhu 20oC. Di Indonesia, rata-rata lama fase telur adalah 7

hari (Supriyatin 2001). Seekor kumbang betina meletakkan telur 3–4 butir/hari atau 75–90 butir

selama hidupnya (30 hari). Di laboratorium, setiap ekor kumbang betina mampu meletakkan

telur 122–250 butir (Capinera 1998), sedangkan menurut Supriyatin (2001) sekitar 90–340 butir.

Larva yang baru menetas berukuran lebih besar dari telur, tanpa kaki, berwarna putih dan

lambat laun berubah menjadi kekuningan. Larva yang baru menetas langsung menggerek batang

atau umbi. Bila larva menggerek batang, biasanya arah gerekan menuju umbi.

Larva C. formicarius terdiri atas tiga instar dengan periode instar pertama 8– 16 hari,

instar kedua 2–21 hari, dan instar ketiga 35–56 hari (Capinera 1998). Supriyatin (2001)

melaporkan bahwa larva C. formicarius terdiri atas 5 instar dalam waktu 25 hari. Suhu

merupakan faktor utama yang mempengaruhi tingkat perkembangan larva. Perkembangan larva

mencapai 10 dan 35 hari berturut-turut pada suhu 30°C dan 24°C (Capinera 1998). Larva instar

akhir berukuran panjang 7,50– 8 mm dan lebar 1,80–2 mm, berwarna putih kekuningan.

Caput besar berukuran sepertiga dari panjang badan dan seperdua dari lebar badan.

Kepala berwarna kuning hingga cokelat, mandibula kuning hampir hitam dan abdomen larva

agak besar.

Larva instar akhir membentuk pupa pada umbi atau batang, berbentuk oval, kepala dan

elytra bengkok secara ventral. Panjang pupa berkisar 6–6,50 mm (Capinera 1998). Pupa

berwarna putih, tetapi seiring dengan waktu dan perkembangannya, berubah menjadi abu-abu

dengan kepala dan mata gelap. Lama masa pupa berkisar 7–10 hari, tetapi pada cuaca dingin

dapat mencapai 28 hari (Capinera 1998). Di laboratorium di India, rata-rata stadium pupa adalah

4,10 hari (Rajamma 1983).

Kumbang yang baru keluar dari pupa tinggal 1–2 hari di dalam kokon, kemudian keluar

dari umbi atau batang. CABI (2001) melaporkan bahwa kumbang C. formicarius menyerupai

semut, mempunyai abdomen, tungkai, dan caput yang panjang dan kurus. Kepala berwarna hitam,

Page 7: Pasca

antena, thoraks, dan tungkai oranye sampai cokelat kemerahan, abdomen dan elytra biru metalik

(Capinera 1998; Morallo dan Rejesus 2001). Supriyatin (2001) juga menyatakan bahwa C.

formicarius mempunyai kepala, abdomen, dan sayap depan berwarna biru metalik, sedangkan

kaki dan dadanya cokelat.

5. Callosobruchus chinensis pada kacang hijau

Kingdom : Animalia

Filum : Arthropoda

Kelas : Insecta

Ordo : Coleoptera

Family : Bruchidae

Genus : Callosobruchus

Spesies : Callosobruchus chinensis

Salah satu serangga hama yang sangat potensial merusak biji kacang hijau di gudang

adalah Callosobruchus chinensis. Serangga hama ini disebut kumbang biji. Kumbang Biji

(Callosobruchus chinensis) mempunyai moncong yang pendek dan femur tungkai belakang yang

membesar. Bentuk tubuh kumbang dewasa kebanyakan bulat atau lonjong. bentuk tubuhnya

bulat telur dengan bagian kepalanya yang agak runcing. Pada sayap depannya terdapat gambaran

gelap yang menyerupai huruf U dan pronotumnya halus. Warna sayap depannya coklat

kekuning-kuningan (Rioardi,2009)

Pada kumbang jantan mempunyai ukuran tubuh 2,4 mm – 3 mm sedangkan kumbang

betina mempunyai ukuran tubuh 2,76 mm – 3,49 mm. Imago betina dapat menghasilkan telur

Page 8: Pasca

sampai 700 butir. Telur berbentuk lonjong agak transparan atau kekuning-kuningan atau

berwarna kelabu keputih-putihan. Panjang telur 0,57 mm, berbentuk cembung pada bagian dorsal,

dan rata pada bagian yang melekat pada biji.

Tanaman inang

Inang utama Callosobruchus chinensis ialah biji kacang hijau yang sudah berada di

gudang. Hama ini menyerang kacang hijau yang sudah ada di gudang karena untuk peletakan

telur. Telur diletakkan pada permukaan biji dan direkatkan dengan semacam perekat.

Kacang hijau merupakan salah satu komoditas kacang-kacangan yang rentan terhadap

infestasi hama gudang. Hama gudang yang sering menyerang biji kacang hijau adalah

Callosobruchus chinensis. Hama ini tersebar di seluruh dunia terutama daerah tropis dan

subtropis (Kartasaputra 1987).

Preferensi hama terhadap kacang hijau sebagai inang ditentukan oleh bentuk polong, bulu

polong, kekerasan kulit biji, dan kandungan zat kimia (aroma) yang cocok untuk

pertumbuhannya (Talekar dan Lin 1981). Induk C. Chinensis mempunyai peranan penting dalam

pemilihan inang untuk meletakkan telurnya (Avidov et al. 1965).

Menurut Kartasaputra (1987), C. chinensis mulai menyerang biji sejak di lapang sampai

tempat penyimpanan. Kehilangan hasil akibat infestasi C. chinensis mencapai 70%. Kumbang

betina dapat memproduksi telur hingga 150 butir. Telur ditempatkan pada permukaan biji yang

disimpan dan umumnya menetas setelah 3-4 hari pada suhu 24,4-30,7°C dengan kelembapan

nisbi 67,5-82,6%. Masa larva berlangsung sekitar 14 hari dan masa kepompong 4-6 hari

(Kartasaputra 1987).

Gejala serangan

Setelah imago betina bertelur, maka telur diletakkan pada permukaan produk kekacangan

dalam simpanan dan akan menetas setelah 3-5 hari. Larva biasanya tidak keluar dari telur, tetapi

hanya merobek bagian kulit telur yang melekat pada material. Larva akan menggerek di sekitar

tempat telur diletakkan. Lama stadia larva adalah 10-13 hari. Produk yang diserang akan tampak

berlubang, karena larva terus menggerek biji dan berada di dalam biji sampai menjadi imago.

Setelah menjadi imago, maka lubang pada biji menjadi tempat keluar imago dari dalam biji.

Page 9: Pasca

6. Sithopilus zeamais pada jagung

Kumbang bubuk S. zeamais merupakan hama gudang utama di Indonesia. Haman ini

tersebar di daerah tropis dan subtropics dan menyerang biji-bijian yang disimpan, seperti beras

dan jagung.

Kumbang bubuk mengalami metamorphosis sempurna dari stadium telur sampai menjadi

imago. Larva tidak bertungkai, berwarna putih jernih. Ketika bergerak,larva agak mengkerut,

sedang kepompongnya tampak seolah telah dewasa. Imago mempunyai kepala yang memanjang

membentuk moncong (snout). Sayap mempunyai dua bercak yang berwarna agak pucat. Sayap

dapat berkembang sempurna, sayap belakang berfungsi untuk terbang. Panjang tubuhnya 3,5-5

mm (Kartasapoetra 1987).

Page 10: Pasca

Perkembangbiakan. Aktivitas, dan kopulasi dilakukan pada isang hari dan berlangsung

lebih lama dibandingkan dengan masa kopulasi hama gudang lainnya. Lama hidup induk hama

ini berlangsung 3-5 bulan. Setiap induk mampu menghasilkan 300-400 butir telur (Kartasapoetra

1987).

Siklus hidup hama ini berlangsung 28-90 hari, tetapi umumnya sekitar 31 hari. Siklus

hidup hama ini bergantung pada tempratur ruang penyimpanan, kelembapan atau kandungan air

produk yang disimpan, dan jenis produk yang diserang. Pada kelembapan 70% dan temperature

18°C, siklus hidupnya dari telur menjadi dewasa atau imago mencapai 91 hari, namun pada

kelembapan 80% dengan temperature yang sama siklus hidup S. zeamais hanya 79 hari

(Kartasapoetra 1987).

Page 11: Pasca

BAB III

KESIMPULAN

Kerusakan yang ditimbulkan oleh serangan serangga berupa kerusakan fisik dan kimiawi.

Kerusakan secara fisik terjadi akibat kontaminasi bahan pakan oleh kotoran, jaring, bagian tubuh

dan bau kotoran. Serangga memakan dan merusak struktur fisik bahan pakan, seperti berlubang,

hancur dan memicu pertumbuhan mikroorganisme lain. Aktivitas makan yang dilakukan oleh

serangga menyebabkan bahan pakan kehilangan berat.

Upaya untuk mengurangi resiko kerusakan akibat serangan serangga dapat dilakukan

dengan memperbaiki manajemen penyim-panan. Sistem penyimpanan sifatnya buatan sehingga

dapat diatur sesuai kebutuhan. Pengendalian serangan serangga melalui sistem penyimpanan

dapat dilakukan dengan membaiki struktur bangunan tempat penyimpanan, penerapan sistem

FIRST IN FIRST OUT dan mengendalikan kondisi bahan pakan yang disimpan.

Page 12: Pasca

Daftar Pustaka :

Anonym. Tanpa tahun. Tenebrio obscures. Diakses melalui

http://www.ozanimals.com/Insect/Dark-Mealworm/Tenebrio/obscurus.html

Hanafi, M. 2011. Kumbang Biji (Callosobruchus chinensis). Diakses melalui

http://www.agrilands.net/read/full/agriwacana/hama-penyakit/2011/02/20/kumbang-biji-

callosobruchus-chinensis.html

Khalim, Abdul. 2011. Pengendalian Hama Pasca Panen Hama Gudang Tanaman Kacang Hijau.

Institute Pertanian Yogyakarta. Diakses melalui

http://institutyogyakarta.multiply.com/journal?&show_interstitial=1&u=%2Fjournal

Nonci, Nurnina. 2005. BIOEKOLOGI DAN PENGENDALIAN KUMBANG Cylas formicarius

Fabricius (COLEOPTERA: CURCULIONIDAE). Jurnal Litbang Pertanian, 24(2), 2005

Rivai dan Wirawan. Hama Pemukiman Indonesia. Diakses melalui

http://www.sith.itb.ac.id/publikasi-ia/Entomologi-Permukiman/6-Hama%20Gudang.pdf

Suparjo. 2010. Teknik Penyimpanan Pakan : Kerusakan Bahan Pakan Selama Penyimpanan.

Jambi: Laboratorium Makanan Ternak, Fakultas Peternakan Universitas Jambi

Surtikanti. 2004. Kumbang Bubuk Sitophilus zeamais Motsch. dan Strategi Pengendaliannya.

Jurnal Litbang Pertanian, 23(4), 2004

Teknologi Pascapanen

Page 13: Pasca

Laporan Praktikum Hama Gudang Pada Produk Pascapanen

Diajukan untuk memenuhi laporan praktikum mata kuliah Teknologi Pascapanen

Disusun oleh

Kelompok 4 :

Rizky Hadi Rahmannia 150110080211

Mayang Winoti 150110080216

Annisa Handayani 150110080217

Redy Aditya P. 150110080220

Rizqi Laila Annisa 150110080221

Agroteknologi E

Agroteknologi

Fakultas Pertanian

Universitas Padjadjaran

2011

Page 14: Pasca