partisipasi masyarakat dalam peningkatan mutu...
TRANSCRIPT
i
PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENINGKATAN
MUTU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI MADRASAH
IBTIDAIYAH MIFTAHUL FALAH BATUR 01, BATUR
WETAN, KECAMATAN GETASAN, KABUPATEN
SEMARANG TAHUN 2016
S K R I P S I
Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban dan Melengkapi Syarat
Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)
dalam Ilmu Tarbiyah
Disusun oleh
UMAR
115 09 023
JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN (FTIK)
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
SALATIGA
2016
ii
iii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertanda-tangan, di bawah ini:
Nama : UMAR
NIM : 115 09 023
Fakultas : TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
Jurusan : PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH
Menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil
karya saya sendiri bukan jiplakan karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan
orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode
etik ilmiah.
Kab. Semarang, 16 September 2016
Yang Menyatakan,
Umar
NIM. 115 09 023
iv
Jaka Siswanta, M.Pd.
Dosen IAIN Salatiga
Nota Pembimbing
Lamp : 4 eksemplar
Hal : Naskah skripsi
Saudara UMAR
Kepada
Yth. Dekan Fakultas Tarbiyah dan
Ilmu Keguruan IAIN Salatiga
di Salatiga
Assalamu'alaikum. Wr. Wb.
Setelah kami meneliti dan mengadakan perbaikan seperlunya, maka
bersama ini, kami kirimkan naskah skripsi saudari :
Nama : UMAR
NIM : 115 09 023
Fakultas / Progdi : Tarbiyah dan Ilmu Keguruan / Pendidikan Guru
Madrasah Ibtidaiyah (PGMI)
Judul : PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM
PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN
AGAMA ISLAM DI MADRASAH
IBTIDAIYAH MIFTAHUL FALAH BATUR 01,
BATUR WETAN, KECAMATAN GETASAN,
KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2016
Dengan ini kami mohon skripsi Saudari tersebut di atas supaya segera
dimunaqosyahkan. Demikian agar menjadi perhatian.
Wassalamu'alaikum, Wr, Wb.
Salatiga, 16 September 2016
Pembimbing
Jaka Siswanta, M.Pd.
NIP. 19710219 200003 1 002
KEMENTERIAN AGAMA
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN (FTIK) Jalan Lingkar Salatiga Km. 2 Telepon; (0298) 6031364 Salatiga 50716
Website : tarbiyah.iainsalatiga.ac.id E-mail: [email protected]
v
SKRIPSI
PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENINGKATAN MUTU
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI MADRASAH IBTIDAIYAH MIFTAHUL
FALAH BATUR 01, BATUR WETAN, KECAMATAN GETASAN,
KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2016
DISUSUN OLEH:
UMAR
NIM: 115 09 023
Telah dipertahankan di depan Panitia Dewan Penguji Skripsi Jurusan Pendidikan
Guru Madrasah Ibtidaiyah, Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama
Islam Negeri (IAIN) Salatiga, pada tanggal 30 September 2016 dan telah
dinyatakan memenuhi syarat guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan.
Susunan Panitia Penguji
Ketua Penguji : Achmad Maimun, M.Ag.
Sekretaris Penguji : Jaka Siswanta, M.Pd.
Penguji I : Mufiq, S.Ag., M.Phil.
Penguji II : Drs. Abdul Syukur, M.Si.
Salatiga, 07 Oktober 2016
Dekan Fakultas Tarbiyah dan
Ilmu Keguruan (FTIK)
Suwardi, M.Pd.
NIP. 19670121 199903 1 002
vi
MOTTO
……
“Sesungguhnya Allah tidak merobah Keadaan sesuatu kaum sehingga mereka
merobah keadaan (Tuhan tidak akan merobah Keadaan mereka, selama
mereka tidak merobah sebab-sebab kemunduran mereka) yang ada pada diri
mereka sendiri. dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu
kaum, Maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung
bagi mereka selain Dia”
(QS. Ar-Ra’ad ayat 11)
“Dimana Ada Kesulitan, Disitu Ada Kemudahan”
vii
PERSEMBAHAN
Skripsi ini penulis persembahkan kepada pihak-pihak yang penulis anggap
mempunyai peran penting dalam hidup-Ku
1. Ayahanda Paseman dan Ibunda Mukiyem sebagai madrasah pertamaku yang
selalu mendukung dalam belajar baik lahir batin, mengorbankan segala-
galanya, selalu memberikan yang terbaik, mendoakan dan memberikan
motivasi, mencurahkan perhatian dan kasih sayang kepada penulis.
2. Dosen pembimbing Bapak Jaka Siswanta, M.Pd. yang telah berkenan
meluangkan waktu, tenaga dan pikirannya di tengah-tengah kesibukan beliau
memberikan bimbingan dan pengarahan dalam penulisan skripsi ini.
3. Kepada saudaraku Mas Agus Abdullah Anwar sekeluarga, mbak Mariyam,
Kakak Vivi dan Adik Haikal, yang telah memberikan motivasi dan dorongan
sampai terselesaikan.
4. Kepada motivator ku Palupi Ningsih yang selalu setia memberikan semangat
dan motivasi dalam penyusunan skripsi ini.
5. Kepada UKM Mapala Mitapasa dengan survival kehidupannya, salam
LESTARI.
6. Kepada HMI Cabang Salatiga, LDMI HMI Cabang Salatiga “Yakin Usaha
Sampai” (YAKUSA) yang baik hati yang selalu membantu penulis dalam hal
dan kondisi apapun, semoga ketulusanmu akan mendapat balasan dari Yang
Maha Kuasa
viii
KATA PENGANTAR
بسم اهلل الرمحن الرحيم
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah dan taufiqnya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan penulisan skripsi ini. Sholawat serta salam kami haturkan kepada
junjungan kita Nabi Agung Muhammad SAW yang telah menuntun umatnya ke
jalan kebenaran dan keadilan.
Skripsi ini penulis susun dalam rangka memenuhi tugas dan melengkapi
syarata guna untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan. Adapun jugul skripsi ini
adalah “PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENINGKATAN MUTU
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI MADRASAH IBTIDAIYAH MIFTAHUL
FALAH BATUR 01, BATUR WETAN, KECAMATAN GETASAN,
KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2016”
Penulisan skripsi ini tidak lepas dari berbagai pihak yang telah
memberikan dukungan moril maupun meteriil. Dengan penuh kerendahan hati,
penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Dr. H. Rahmat Hariyadi, M.Pd. selaku Rektor IAIN Salatiga
2. Bapak Suwardi, M.Pd. selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
IAIN Salatiga.
3. Ibu Peni Susapti, M.Si. selaku Ketua Jurusan PGMI IAIN Salatiga
4. Bapak Jaka Siswanta, M.Pd. selaku Dosen Pembimbing yang telah berkenan
secara ikhlas dan sabar meluangakan waktu serta mencurahkan pikiran dan
ix
tenaganya memberi bimbingan dan pengarahan yang sangat berguna sejak
awal proses penyusunan dan penulisan hingga terselesaikannya skripsi ini.
5. Seluruh Dosen Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Progdi PGMI IAIN
Salatiga yang telah berkenan memberikan ilmu pengetahuan ketarbiyahan
kepada penulis dan pelayanan hingga studi ini dapat selesai.
6. Ayahanda dan Ibunda tercinta yang selalu memberikan dukungan baik moril
maupun spiritual serta yang senantiasa berkorban dan berdoa demi tercapainya
cita-cita.
7. Bapak Antoni Alif, A.Ma. selaku Kepala Madrasah Ibtidaiyah Miftahul Falah
Batur 01 yang telah memberikan izin, masukan dan bantuan untuk melakukan
penelitian.
8. Bapak Cahyo selaku Ketua Komite Madrasah yang telah keterangan,
meluangkan waktunya dan melancarkan terselesaikannya skripsi ini.
9. Kepala Yayasan Ma‟arif NU Getasan yang telah membantu penulis untuk
memberikan keterangan dan bantuan data-data.
10. Bapak dan Ibu guru Madrasah Ibtidaiyah Miftahul Falah Batur 01 selaku
responden yang berkenan membantu penulis dalam melakukan penelitian
dalam hal pengisian angket dengan baik.
11. Bapak dan Ibu masyarakat Batur Wetan, Kecamatan Getasan, Kabupaten
Semarang selaku responden yang berkenan membantu penulis dalam
melakukan penelitian dalam hal pengisian angket dengan baik.
12. Saudara-saudara dan sahabat-sahabat semua yang telah membantu
memberikan dukungan dalam penyelesaian skripsi ini.
x
13. Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu per satu yang telah
membantu dalam penulisan skripsi ini.
Semoga amal mereka diterima sebagai amal ibadah oleh Allah SWT serta
mendapatkan balasan myang berlipat ganda amien. Penulis sadar bahwa dalam
penulisan ini masih banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnan. Oleh karena
itu, dengan kerendahan hati penulis mohon saran dan kritik yang sifatnya
membangun demi kesempurnaan penulisan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat
bermanfaat bagi penulis pada khususnya maupun pembaca pada umumnya dan
memberikan sumbangan bagi pengetahuan dunia pendidikan. Amien ya robbal
„alamien.
Kab. Semarang, 16 September 2016
Penulis,
Umar
115 09 023
xi
ABSTRAK
Umar. 2016. Partisipasi Masyarakat Dalam Peningkatan Mutu Pendidikan
Agama Islam Di Madrasah Ibtidaiyah Miftahul Falah Batur 01,
Batur Wetan, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang Tahun
2016. Skripsi. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. Jurusan
Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah. Institut Agama Islam Negeri
(IAIN) Salatiga. Pembimbing : Jaka Siswanta, M.Pd.
Kata Kunci: Partispasi Masyarakat dan Mutu Pendidikan Agama Islam.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: Bagaimana partisipasi
masyarakat dalam meningkatkan mutu pendidikan agama Islam dan Apa sajakah
faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi masyarakat dalam meningkatkan
mutu pendidikan agama Islam Madrasah Ibtidaiyah Miftahul Falah Batur 01,
Batur Wetan, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang Tahun 2016?
Penelitian ini termasuk penelitian lapangan (field research), adapun
pendekatan yang digunakan adalah metode pendekatan deskriptif kualitatif,
pengumpulan data menggunakan metode observasi, interview/wawancara dan
dokumentasi. Subyek penelitian kepala sekolah, yayasan dan masyarakat sekitar
dalam hal ini wali murid Madrasah Ibtidaiyah Miftahul Falah Batur 01, Batur
Wetan, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang Tahun 2016.
Hasil penelitian ini adalah partisipasi masyarakat dalam meningkatkan
mutu pendidikan Agama Islam di MI Miftahul Falah Batur 01, Batur Wetan,
Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang dapat dilihat dari segi; pertama,
partisipasinya dalam manajemen yaitu ikut serta menentukan kepala sekolah,
kurikulum pembelajaran pendidikan agama Islam, ikut serta dalam pengurus
Yayasan, Madrasah dan Komite Sekolah. Kedua, partisipasi dalam pembelajaran
pendidikan agama Islam, yaitu ikut serta menjadi tenaga pengajar, tim evaluasi
pembelajaran PAI, memberikan bimbingan keagamaan. Ketiga, partisipasi dalam
kurikulum yang meliputi keikutsertaannya dalam penentuan penggunaan
kurikulum pendidikan agama Islam yang digunakan dalam proses pembelajaran
sesuai rapat komite sekolah dengan Madrasah dan pihak Yayasan Ma‟arif NU
Ungaran. Keempat, partisipasi dalam pendanaan dan sarana prasarana pendidikan
agama Islam.
Faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi masyarakat, antara lain:
pertama, komitmen masyarakat terhadap agama: dengan mengamalkan ajaran-
ajaran Islam secara optimal sesuai dengan kemampuan yang dimiliki. Kedua,
pandangan masyarakat terhadap eksistensi madrasah menitik beratkan pada
pendidikan agama Islam yang meliputi akhlak dan budi pekerti dan ilmu umum.
Ketiga, pandangan masyarakat terhadap ulama keberadaan
Ulama/Kyai/Uztad/Yayasan di tengah masyarakat sangatlah penting, khususnya
dalam penyelenggaraan pendidikan yang menjadi pemberdayaan masyarakat
agama Islam yang berkualitas.
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................. i
HALAMAN BERLOGO ....................................................................... ii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN............................................... iii
HALAMAN NOTA PEMBIMBING ..................................................... iv
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................ v
MOTTO................................................................................................. vi
PERSEMBAHAN .................................................................................. vii
KATA PENGANTAR ........................................................................... viii
ABSTRAK ............................................................................................ xi
DAFTAR ISI ......................................................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................... xv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .............................................. 1
B. Rumusan Masalah ....................................................... 9
C. Tujuan Penelitian ........................................................ 9
D. Manfaat Penelitian ...................................................... 10
E. Definisi Operasional ................................................... 11
F. Metode Penelitian ....................................................... 12
G. Sistematika Penulisan ................................................. 17
BAB II KAJIAN PUSAKA
A. Mutu Pendidikan Agama Islam .................................. 20
1. Mutu ..................................................................... 20
2. Pendidikan Agama Islam ..................................... 25
3. Mutu Pendidikan Agama Islam ............................. 29
xiii
B. Partisipasi Masyarakat Dalam Pendidikan Agama
Islam .......................................................................... 36
BAB III PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN
A. Kondisi Umum Masyarakat Desa Batur, Kecamatan
Getasan, Kabupaten Semarang .................................... 57
1. Aspek Demografi dan Geografi ........................... 57
2. Aspek Pendidikan................................................ 58
3. Aspek Pemerintahan ............................................ 58
4. Aspek Keberagaman ........................................... 59
5. Aspek Bangunan ................................................. 59
B. Kondisi Umum Madrasah Ibtidaiyah Miftahul Falah
Batur 01, Batur Wetan, Kecamatan Getasan,
Kabupaten Semarang .................................................. 60
C. Partisipasi Masyarakat Dalam Peningkatan Mutu
Pendidikan Agama Islam di Madrasah Ibtidaiyah
Batur Wetan Kecamatan Getasan Kabupaten
Semarang .................................................................... 64
BAB IV PEMBAHASAN
A. Analisis Mutu Pendidikan Agama Islam di Madrasah
Ibtidaiyah Miftahul Falah Batur 01 ............................. 78
B. Analisis Partisipasi Masyarakat Dalam Peningkatan
Mutu Pendidikan Agama Islam di Madrasah
Ibtidaiyah Miftahul Falah Batur 01 ............................. 83
xiv
C. Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Peningkatan
Mutu Pendidikan Agama Islam di Madrasah
Ibtidaiyah Miftahul Falah Batur 01 ............................. 90
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................ 98
B. Saran .......................................................................... 99
C. Penutup ...................................................................... 100
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Daftar Riwayat Hidup
Lampiran 2 Surat Pembimbingan dan Asisten Pembimbingan Skripsi
Lampiran 3 Surat Ijin Penelitian
Lampiran 4 Surat Balasan Penelitian
Lampiran 5 Lembar Konsultasi Skripsi
Lampiran 6 SKK
Lampiran 7 Dokumentasi
Lampiran 8 Pernyataan Publikasi Skripsi
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan adalah suatu proses pemindahan pengetahuan atau pun
pengembangan potensi-potensi yang dimiliki oleh peserta didik untuk
mencapai perkembangan secara optimal serta membudayakan manusia
melalui proses transformasi nilai-nilai yang utama (Thoha, 1996: 99). Karena
pendidikan merupakan kebutuhan yang sangat pokok dan mendasar dalam
membentuk kepribadian manusia.
Potensi-potensi yang dimiliki peserta didik adalah potensi dasar atau
fitrah manusia yang harus ditumbuhkembangkan dalam kehidupan nyata di
dunia ini melalui proses pendidikan, untuk selanjutnya dipertanggung-
jawabkan di hadapan Allah kelak di Akhirat (Abu Bakar dan Surohim, 2005:
25). Artinya manusia memiliki berbagai potensi yang harus dibimbing dan
dilatih agar dapat tumbuh, berkembang dengan baik dan sempurna. Salah satu
usaha untuk mengembangkan potensi manusia yaitu melalui pendidikan.
Proses transformasi utama tersebut, sebuah proses atau aktifitas yang
ditunjukan untuk menghasilkan perubahan yang diinginkan pada perilaku
kehidupan manusia. Sebagaimana pengertian pendidikan yang diungkapkan
oleh F.J. Mc. Donald dalam bukunya yang berjudul Educational Psychology:
“Education is a process or activity which is directed at producing desirable
change in the behavior of human being”( McDonald, 1959:4).
Perkembangan potensi-potensi manusia dimulai dari keluarga. Dalam
pandangan Islam, anak adalah amanat yang dibebankan oleh Allah SWT
2
kepada orang tuanya, karena itu orang tua harus menjaga dan memelihara
serta menyampaikan amanah itu kepada yang berhak menerima.
بن عبد الرحنن أن أبا أخبرن أب سلن حدثنا عبدان أخبرنا عبد اللى أخبرنا نص عن الزهر
اللى عنى قال لد إلا لد عل الفطر ,هرر رض سله ما من م قال رسل اللى صل اللى على
نجشانى نصرانى أ دانى اي و ((Juz 5:144, Juz 14:447, Juz 20:265 .فأب
Artinya: “Dari Abu Hurairah berkata bahwasanya Nabi SAW bersabda :
Semua anak-anak dilahirkan suci (fitrah), tetapi ibu bapaknyalah
yang menjadikannya yahudi, nasrani atau majusi”. (Shaheh
Bukhari, maktabas-as-syamila)
Seorang anak yang dilahirkan oleh orang tuanya (Ibu) dalam keadaan
fitrah atau suci. Bagaikan lembaran kain putih yang bersih dan belum terkena
debu maupun kotoran apapun. Tergantung si pemiliknya akan di buat atau di
model apa kain tersebut. Begitu juga anak, akan dijadikan Yahudi, Nasrani
maupun Majusi, merupakan tangung jawab orang tua mereka sendiri.
UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
disebutkan pula bahwa orang tua dari anak usia wajib belajar berkewajiban
memberikan pendidikan dasar kepada anaknya (Undang-Undang No. 20
Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional (SISDIKNAS) dan
Penjelasannya, 2003:14). Sebagaimana yang terkandung dalam firman Allah
SWT QS. At-Tahrim ayat 6:
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan
keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia
dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan
tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya
kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan”
( Departemen Agama Republik Indonesia, 1993:951).
3
Menjaga diri artinya setiap orang harus dapat melakukan self
education dan melakukan pendidikan terhadap keluarganya untuk mentaati
Allah SWT dan Rasul-Nya. Jadi sesuatu yang mustahil dalam pandangan
Islam bila seseorang yang tidak berhasil mendidik dirinya sendiri akan dapat
melakukan pendidikan terhadap orang lain. Ketika anak semakin bertambah
usianya dan membutuhkan perkembangan potensi yang lebih, tidak semua
orang tua mampu memberikan pendidikan terhadap anaknya. Oleh karena itu,
orang tua (keluarga) memilih sekolah/madrasah sebagai penanggung jawab
pendidikan terhadap anaknya.
Orang tua memiliki banyak pilihan dalam menentukan pendidikan
bagi anaknya, yaitu memilih pendidikan di sekolah dasar (SD), Madrasah
Ibtidaiyah (MI), Pondok Pesantren atau Pendidikan Luar Sekolah (PLS). Hal
ini dipengaruhi oleh minat dan motivasi masyarakat untuk menyekolahkan
anak. Dengan harapan agar anaknya berhasil dan memiliki kepribadian yang
baik. Orang tua dan masyarakat dalam hubungannya dengan penyelenggaraan
pendidikan mempunyai peran yang penting yaitu sebagai mitra sekolah dalam
penyelenggaraan pendidikan nasional. Begitu juga penyelenggaraan
pendidikan keagamaan. Pendidikan keagamaan diselenggarakan oleh
pemerintah dan/atau kelompok masyarakat dari pemeluk agama, sesuai
dengan peraturan perundang-undangan (Undang-Undang No. 20 Tahun 2003
Tentang Sistem Pendidikan Nasional (SISDIKNAS) dan Penjelasannya,
2003:23). Dengan demikian, penyelenggara pendidikan keagamaan adalah
pemerintah dalam hal ini kementerian agama dan kelompok masyarakat
pemeluk agama, diantaranya organisasi keagamaam dan yayasan pendidikan.
4
Masalah utama yang sering dihadapi oleh Madrasah adalah
keterbatasan dana dan sumber daya manusia yang masih rendah sehingga
mempengaruhi kualitas pendidikan. Seperti perbaikan gedung atau ruang
kelas yang tertunda akibat tidak adanya biaya, tunjangan guru honorer yang
sedikit dan sering tertunda pembayarannya, kurangnya pengetahuan guru
tentang proses pembelajaran yang berkualitas. Meskipun banyak bantuan yang
diberikan oleh pemerintah seperti adanya tunjangan bagi guru honorer,
beasiswa bagi anak yang berkualitas baik dan anak dari keluarga miskin
maupun Bantuan Operasional Sekolah (BOS) yang berupa uang dan buku-
buku pelajaran yang bertujuan untuk meningkatkan mutu pendidikan baik
umum maupun pendidikan agama Islam.
Pengelolaan Madrasah sebagai pendidikan formal masih tertinggal bila
dibandingkan dengan pengelolaan pendidikan umum setingkat yang berada
dibawah penyelenggaraan pendidikan nasional. Salah satu kelemahannya
yaitu terlalu banyaknya mata pelajaran yang diajarkan, kualitas guru yang
rendah, sarana dan prasarana pendidikan yang kurang, serta para siswa
kebanyakan dari keluarga kurang mampu (Tilaar, 2000:147-148).
Proses pendidikan di Madrasah dipengaruhi juga oleh adanya
lingkungan masyarakat yang kondusif. Artinya lingkungan masyarakat juga
memiliki peranan dalam pendidikan. Apabila lingkungan masyarakat
mendukung akan keberadaan Madrasah maka proses pendidikan akan berjalan
dengan efektif dan kualitas pendidikan, baik umum maupun agama Islam akan
lebih bagus. Sehingga pendidikan, khususnya pendidikan agama Islam bisa
menjadi alternatif pendidikan modern.
5
Sejalan dengan arah kebijakan otonomi dan desentralisasi yang
ditempuh oleh pemerintah, maka tanggung jawab pemerintah daerah akan
lebih meningkat termasuk dalam bidang manajemen pendidikan (Mulyasa,
2002: iii). Adanya perubahan paradigma pemerintah dari sentralisasi ke
desentralisasi tersebut menghendaki adanya partisipasi masyarakat untuk
membantu pemerintah daerah dalam mengembangkan potensi daerah di
bidang pendidikan. Karena sekolah sebagai sistem sosial merupakan bagian
integral dari sistem sosial yang lebih besar yaitu masyarakat. Hal ini
merupakan upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia di Indonesia
yang merupakan pra syarat mutlak untuk mencapai tujuan pembangunan
dimana pendidikan merupakan salah satu wahana untuk meningkatkan mutu
sumber daya manusia.
Peranan pendidikan di dalam kehidupan manusia, lebih-lebih dalam
zaman modern ini diakui atau sebagai satu kesatuan yang menentukan prestasi
dan produktifitas seseorang. Seluruh aspek kehidupan memerlukan proses
pendidikan dalam arti demikian terutama berlangsung didalam oleh lembaga-
lembaga pendidikan formal.
Peranan pendidikan dalam arti luas dilukiskan oleh R.W. Richey yang
dikutip oleh Mohammad Noor Syam (1984:53) dalam bukunya Filsafat
Pendidikan dan Dasar Filsafat Pendidikan Pancasila yaitu:
“Istilah pendidikan berkenaan dengan fungsi yang luas dari pemeliharaan dan
perbaikan kehidupan suatu masyarakat terutama membawa warga masyarakat
yang baru (generasi muda) bagi penunaian kewajiban dan tanggung-jawabnya
didalam masyarakat”.
Fenonena dalam masa modern ini menunjukan bahwa semakin maju
(modern) suatu masyarakat maka makin maju pula pendidikan yang
6
diselenggarakan masyarakat itu. Hubungan ini demikian menentukan. Artinya
masyarakat itu akan relatif lebih maju apabila masyarakat itu
menyelenggarakan pendidikan yang maju (Syam, 1984:78).
Dari segi sejarah dan perkembangan manusia, sebagai besar proses
pendidikan dan proses sosialisasi terjadi secara informal. Perkembangan
selanjutnya menurut Nursyamsiyah Yusuf dalam bukunya Buku Ajar Ilmu
Pendidikan menyebutkan bahwa, “Tiap-tiap masyarakat mengenal institusi
sosial khusus tempat berlangsungnya proses pendidikan atau proses sosialisasi
formal yang disebut sekolah” (Yusuf, 2000:85). Pendidikan sekolah
merupakan pusat pendidikan formal, lahir dari pemikiran efisiensi dan
efektifitas didalam pemberian pendidikan kepada masyarakat, lembaga-
lembaga pendidikan formal (sekolah) melahirkan dan menumbuhkan
manusia-manusia yang berpotensi artinya “sekolah sebagai pusat pendidikan
merupakan perangkat masyarakat yang diserahi tanggung jawab untuk
pemberian pendidikan” (Tim Dosen FIP-IKIP Malang, 1988:146).
Salah satu pendidikan formal yang ada di Indonesia adalah Madrasah
Ibtidaiyah. Menurut Surat Keputusan Bersama 3 Menteri, Madrasah
Ibtidaiyah ialah lembaga pendidikan yang menjadikan mata pelajaran agama
Islam sebagai mata pelajaran dasar yang diberikan kurang lebih 30%
disamping mata pelajaran umum. Lembaga pendidikan ini merupakan salah
satu sub sistem pendidikan Nasional yang mempunyai tujuan pengembangan
dan peningkatan mutu pendidikanya yang tidak terlepas dari tujuan
pendidikan Nasional. Bahkan dalam perkembangan selanjutnya, Madrasah
7
Ibtidaiyah yang mempunyai status swasta perlu mengambil langkah-langkah
inovatif untuk menjawab tantangan zaman yang semakin modern.
Usaha peningkatan mutu Madrasah dan usaha maju kesatuan sistem
pendidikan nasional dalam rangka pembinaan semakin ditingkatkan. Hal ini
terbukti pada tahun 1975 dikeluarkan Surat Keputusan Bersama (SKB) 3
Menteri yakni antara Menteri Dalam Negeri, Menteri Agama dan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan. Maksud dan tujuan dikeluarkannya SKB 3
Menteri menurut Hasbullah dalam bukunya Sejarah Pendidikan Islam di
Indonesia adalah:
“Agar siswa-siswi Madrasah sebagaimana halnya tiap-tiap warga negara
Indonesia berhak memperoleh kesempatan yang sama untuk memperoleh
pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan dan pengajaran
yang sama, sehingga lulusan Madrasah yang menghendaki melanjutkan atau
pindah ke sekolah-sekolah umum dari tingkat SD sampai PT diperbolehkan”
(Hasbullah, 1999:181).
Pelaksanaan peningkatan mutu pendidikan Madrasah Ibtidaiyah diatur
dalam SKB 3 Menteri, SKB 3 Menteri tersebut yakni:
1. Keputusan bersama Menteri Agama, Menteri Pendidikan dan kebudayaan
dan Menteri Dalam Negeri tahun 1975 tentang peningkatan mutu
Madrasah, ini bertujuan supaya taraf madrasah sama dengan sekolah
umum.
2. Keputusan Menteri Agama No. 70 tahun 1976 tentang persamaan tingkat
atau derajat madrasah dengan sekolah umum, ini bertujuan agar lulusan
madrasah dengan sekolah umum yang sederajat, rendah, menengah
pertama atau menengah atas.
8
3. Keputusan Menteri Agama No. 5 tahun 1977 tentang persamaan
ijazah Madrasah Negeri (pemerintahan), ini bertujuan agar lulusan
Madrasah swasta dapat meneruskan pelajaran ke sekolah-sekolah
sederajat. (Langgulung, 2002:110)
Pemberlakuan SKB 3 Menteri tersebut, maka madrasah akan mampu
berperan sebagai lembaga pendidikan yang memenuhi dan sesuai dengan
kebutuhan masyarakat serta mampu berpacu dengan sekolah-sekolah umum
dalam rangka mencapai tujuan Pendidikan Nasional. Dalam perkembangan
selanjutnya Madrasah Ibtidaiyah yang mempunyai status swasta, sangat
memerlukan peran serta atau sangat membutuhkan partisipasi masyarakat,
khususnya masyarakat dalam rangka pelaksanaan dan peningkatan mutu yang
profesional. Kemajuan dan keberadaan suatu lembaga pendidikan sangat
ditentukan oleh peran serta masyarakat yang ada (Hasbullah, 2003:100).
Peran serta masyarakat muslim Indonesia dalam pendidikan atau
perguruan keagamaan sangat signifikan dan bahkan sangat dominan.
Sepanjang sejarah pendidikan Islam, masyarakat dalam skala yang tata besar
bukan hanya berperan serta tetapi aktif dalam mengambil posisi terdepan
dalam pendirian pengembangan dan pemberdayaan pendidikan keagamaan
(Azra, 2000:149).
Bertitik tolak dari pernyataan diatas, maka keberadaan Madrasah
Ibtidaiyah yang merupakan bagian dari sistem pendidikan Nasional misalnya
Madrasah Ibtidaiyah Miftahul Falah Batur 01, Batur Wetan, Kecamatan
Getasan, Kabupaten Semarang, perlu partisipasi dan keaktifan masyarakat
dalam meningkatkan mutu pendidikan. Oleh karena itu, bagi masyarakat yang
9
terlibat dalam pembinaan dan pengembangan Madrasah Ibtidaiyah tersebut
harus berusaha mengambil langkah-langkah sebagai upaya untuk
meningkatkan mutu pendidikannya. Penulis sangat tertarik untuk
melaksanakan penelitian di sana, mengingat bahwa perumusan strategi yang
profesional dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan Madrasah
Ibtidaiyah Miftahul Falah Batur 01, Batur Wetan, Kecamatan Getasan,
Kabupaten Semarang Tahun 2016.
B. Rumusan Masalah
Dalam rangka mengetahui jawaban penelitian perlu merumuskan
permasalahan dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan yang penulis teliti, sebagai
berikut :
1. Bagaimana partisipasi masyarakat dalam meningkatkan mutu pendidikan
agama Islam Madrasah Ibtidaiyah Miftahul Falah Batur 01, Batur Wetan,
Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang Tahun 2016?
2. Apa sajakah faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi masyarakat
dalam meningkatkan mutu pendidikan agama Islam Madrasah Ibtidaiyah
Miftahul Falah Batur 01, Batur Wetan, Kecamatan Getasan, Kabupaten
Semarang Tahun 2016?
C. Tujuan Penelitian
Untuk mencapai hasil yang baik, maka peneliti menetapkan tujuan
yang ingin dicapai. Adapun tujuan penelitian, untuk memperoleh gambaran
secara mendalam tentang:
1. Untuk mengetahui partisipasi masyarakat dalam meningkatkan mutu
pendidikan agama Islam Madrasah Ibtidaiyah Miftahul Falah Batur 01,
Batur Wetan, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang Tahun 2016.
2. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi
masyarakat dalam meningkatkan mutu pendidikan agama Islam Madrasah
Ibtidaiyah Miftahul Falah Batur 01, Batur Wetan, Kecamatan Getasan,
Kabupaten Semarang Tahun 2016.
10
D. Manfaat Penelitian
Setelah adanya data dan informasi yang diperoleh dari penelitian
tentang partisipasi masyarakat dalam meningkatkan mutu pendidikan agama
Islam Madrasah Ibtidaiyah Miftahul Falah Batur 01, Batur Wetan, Kecamatan
Getasan, Kabupaten Semarang, maka harapan peneliti dari penelitian ini dapat
memberikan manfaat secara praktis maupun teoritis, yaitu:
1. Manfaat teoritis
Secara teoritis penelitian ini berguna sebagai sumbangan untuk
memperkaya khasanah keilmuan tentang partisipasi masyarakat dalam
upaya meningkatkan mutu pendidikan agama Islam di Madrasah
Ibtidaiyah Miftahul Falah Batur 01, Batur Wetan, Kecamatan Getasan,
Kabupaten Semarang.
2. Manfaat praktis
Sebagai masukan informasi bagi pengelola Madrasah Ibtidaiyah
Miftahul Falah Batur 01, Batur Wetan, Kecamatan Getasan, Kabupaten
Semarang.
a. Bagi Komite Sekolah
Penelitian ini dapat digunakan oleh komite sekolah untuk
mengetahui berbagai bentuk partisipasi masyarakat dalam upaya
meningkatkan mutu pendidikan agama Islam Madrasah Ibtidaiyah
Miftahul Falah Batur 01, Batur Wetan, Kecamatan Getasan,
Kabupaten Semarang dan juga sebagai bahan pertimbangan kedepan
agar menjadi lebih baik.
b. Bagi Kepala Sekolah
Penelitian ini dapat digunakan kepala sekolah sebagai
wawasan keilmuwan untuk pemikiran atau acuan ke depan untuk
mengelola Madrasah Ibtidaiyah Miftahul Falah Batur 01, Batur
Wetan, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang menjadi maju dan
berkembang lebih baik.
11
c. Bagi Guru
Penelitian ini dapat digunakan oleh guru dalam hal
pengelolaan tugasnya sebagai guru agar menjadi lebih baik dan lebih
profesional dalam melaksanakan tugasnya.
d. Bagi Perpustakaan IAIN Salatiga
Hasil penelitian ini bagi perpustakaan IAIN Salatiga berguna
untuk menambah literatur dibidang pendidikan terutama yang
bersangkutan dengan partisipasi masyarakat dalam meningkatkan
mutu pendidikan.
e. Bagi Peneliti
Dapat dijadikan sebagai salah satu cara untuk mengembangkan
cara berpikir ilmiyah dan juga menambah wawasan peneliti dalam
bidang ilmu pengetahuan serta dapat dijadikan bahan penunjang dan
pengembangan penelitian yang releven dengan topik tersebut.
E. Definisi Operasional
Agar tidak terjadi kesalah-pahaman dalam penulisan skripsi ini, perlu
penulis jelaskan mengenai istilah-istilah yang terdapat dalam judul skripsi
partisipasi masyarakat dalam meningkatkan mutu pendidikan agama Islam
Madrasah Ibtidaiyah Miftahul Falah Batur 01, Batur Wetan, Kecamatan
Getasan, Kabupaten Semarang, sebagai berikut:
1. Partisipasi Masyarakat
Yakni keterlibatan secara fisik dalam pekerjaan, tetapi menyangkut
keterlibatan diri seseorang sehingga timbul tanggungjawab dan
sumbangan yang besar terhadap suatu kelompok. Dengan kata lain,
kesediaan untuk membantu berhasilnya setiap program sesuai dengan
kemampuan setiap orang tanpa mengorbankan kepentingan diri sendiri,
sehingga dapat tercipta rasa saling percaya dan pengertian sebagai suatu
kesatuan sosial dengan batas tertentu.
12
2. Mutu Pendidikan Agama Islam
Yakni suatu nilai atau tindakan yang digunakan sebagai alat ukur atas
produk akhir dari standar yang telah ditentukan usaha untuk membimbing
pertumbuhan kepribadian secara sistematis supaya mereka hidup sesuai
dengan ajaran Islam, sehingga tercipta kebahagiaan di dunia dan akhirat
(penanaman nilai keimanan yang teguh) akan menghasilkan ketaatan
dalam menjalankan kewajiban agama.
Berdasarkan beberapa pengertian diatas disimpulkan yang dimaksud
dengan partisipasi masyarakat dalam meningkatkan mutu pendidikan adalah
seberapa jauh partisipasi masyarakat dalam meningkatkan mutu pendidikan
adalah seberapa jauh partisipasi atau peran serta masyarakat muslim dalam
upaya meningkatkan mutu pendidikan pada Madrasah Ibtidaiyah Miftahul
Falah Batur 01, Batur Wetan, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang.
F. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini, sebagai berikut :
1. Jenis dan Pendekatan Penelitian
Ditinjau dari jenis penelitian, maka penelitian ini termasuk
penelitian lapangan (field research), adapun pendekatan yang digunakan
adalah metode pendekatan deskriptif kualitatif. Menurut Sutrisno
Hadi (2000:301), metode diskriptif adalah penelitian untuk memecahkan
masalah yang ada pada masa sekarang dengan cara mengumpulkan data
dan selanjutnya menginterpretasikan data tersebut sehingga diperoleh
informasi gejala yang sedang berlangsung sebagai pemecahan aktual.
Metode ini, merupakan penelitian yang dimaksudkan untuk
13
mengumpulkan informasi mengenai status suatu gejala yang ada yaitu
keadaan gejala menurut apa adanya pada saat penelitian dilakukan
(Suharsimi Arikunto, 2005:234).
Penelitian ini dikonsentrasikan untuk menjelaskan kenyataan-
kenyataan yang terjadi di lapangan dan dapat mengkomunikasikan lebih
dari yang dapat dikatakan dengan bahasa yang proposional. Sebagaimana
pendapat Rulam Ahmadi “studi kasus membangun tentang pengetahuan
yang tersembunyi dari para pembaca” (Ahmadi, 2005:1).
2. Kehadiran Peneliti
Untuk dapat memahami makna dan penafsiran partisipasi
masyarakat dalam meningkatkan mutu pendidikan agama Islam Madrasah
Ibtidaiyah Miftahul Falah Batur 01, Batur Wetan, Kecamatan Getasan,
Kabupaten Semarang dibutuhkan keterlibatan dan penghayatan langsung
peneliti terhadap informan di lapangan. Oleh karena itu, instrumen dalam
penelitian adalah peneliti sendiri sebagai instrumen kunci. Keuntungan
peneliti sebagai instrumen karena manusia memiliki ciri-ciri responsif,
mudah menyelesaikan diri (adutable), menekankan kepada keutuhan
(holistik), mudah memproses data dengan cepat serta dapat memanfaatkan
kesempatan untuk menyelidiki yang tidak lazim (S. Nasution, 2003:18).
3. Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi yang dipilih untuk penelitian ini adalah Madrasah
Ibtidaiyah Miftahul Falah Batur 01, Batur Wetan, Kecamatan Getasan,
14
Kabupaten Semarang. Sedangkan waktu penelitian ini direncanakan dan
dilaksanakan pada bulan Oktober 2015 sampai dengan selesai.
4. Prosedur Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data secara holistik integrative (penyajian data
secara terpadu, yaitu dengan menyatukan, menghubungkan atau
mengaitkan data yang terbaru dan telah ada sehingga tidak ada yang
berdiri sendiri atau terpisah-pisah) secara relevan dengan fokus, maka
teknik pengumpulan data yang akan dipakai meliputi :
a. Metode Observasi
Observasi atau pengamatan adalah meliputi kegiatan perhatian
terhadap suatu subyek dengan menggunakan seluruh alat indra. Apa
yang dikatakan sebenarnya adalah pengamatan langsung, dalam
observasi dapat dilakukan dengan tes, rekaman gambar atau suara
(Arikunto, 1998: 146-147).
Pertama peneliti melakukan observasi non partisipan (observer
tidak ambil bagian secara langsung di dalam situasi kehidupan yang di
observasi, tetapi dapat dikatakan sebagai penonton, jadi tidak sebagai
pemain) tujuannya untuk mendapatkan gambaran umum, keadaan
tenaga kependidikan, peserta didik dan sarana prasarana yang tersedia
di Madrasah Ibtidaiyah Miftahul Falah Batur 01, Batur Wetan,
Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang, kemudian observasi
selanjutnya adalah observasi partisipan (observer ikut aktif dalam
kegiatan observasi) bertujuan untuk mengetahui partisipasi masyarakat
dalam proses pelaksanaan program peningkatan mutu pendidikan
15
agama Islam di Madrasah Ibtidaiyah Miftahul Falah Batur 01, Batur
Wetan, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang.
b. Metode Interview
Interview atau wawancara yaitu suatu kegiatan yang dilakukan
untuk mendapatkan informasi secara langsung dengan mengungkapkan
pertanyaan-pertanyaan yang sistematis kepada para responden.
Wawancara bermakna tahapan cara interview (pewawancara) dengan
responden, dan kegiatannya dilakukan secara lisan (Soetrisno Hadi,
2000:196).
Metode ini ditujukan untuk memperoleh data tentang keadaan
siswa, keadaan guru, ketata-usahaan, prasarana, fasilitas dan
manajemen, bentuk dan stimulasi masyarakat dalam peningkatan
mutu Pendidikan Agama Islam di Madrasah Ibtidaiyah Miftahul Falah
Batur 01, Batur Wetan, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang.
c. Metode Dokumentasi
Metode dokumentasi dari asal kata dokumen yang artinya
barang-barang tertentu, majalah, dokumen dan peralatan untuk
memperoleh data, metode yang digunakan untuk mencari data tentang
proses pembelajaran pendidikan agama Islam dan bentuk-bentuk
partisipasi masyarakat.
5. Teknik Analisis Data
Secara umum penelitian dengan metode kualitatif merupakan
penelitian non hipotesis, maka proses analisis datanya seperti yang
dikemukakan Moleong Lexy adalah proses mengorganisasikan dan
mengurutkan data ke dalam pola, kategori, dan susunan uraian dasar,
16
sehingga dapat menemukan hipotesis kerja yang disarankan oleh data
(Sukandarrumuji, 2004:101).
Reduksi data merupakan suatu bentuk analisis yang menajamkan,
menggolongkan, mengarahkan, membuang data yang tidak perlu dan
kemudian mengorganisasikan data sehingga dapat mengarah pada
simpulan akhir. Tahapan berikutnya adalah penyajian data dilakukan
dalam rangka upaya penanaman terhadap sekumpulan informasi yang
tersusun, sehingga dapat tersaji rapi dan sistematis. Sesudah data tersaji,
maka proses penarikan kesimpulan-kesimpulan dilakukan sejak penelitian
bermula sampai berakhir, diteliti sehingga dapat teruji validitasnya.
Untuk mendapatkan kesimpulan penulis menggunakan pola
penalaran induktif yaitu pola pemikiran berangkat dari suatu pemikiran
khusus kemudian di tarik generalisasi yang bersifat umum.
6. Pengecekan Keabsahan Data
Dalam penelitian metode analisis data yang digunakan yaitu
triangulasi (keabsahan). Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan
data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan
pengecekan atau perbandingan terhadap data itu.
Triangulasi dengan sumber dan metode membandingkan dan
mengecek baik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh
melalui waktu dan alat yang berbeda dalam metode kualitatif. Hal ini
dicapai dengan jalan :
a. Membandingkan data hasil observasi dengan data hasil wawancara.
b. Membandingkan apa yang dikatakan masyarakat dengan apa yang
dikatakan pihak sekolah.
17
c. Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang
terkait.
d. Membandingkan apa yang dikatakan key informan dan informan.
7. Tahap-tahap Penelitian
Dalam penelitian ada beberapa tahap-tahap yang dilakukan oleh
peneliti, antara lain :
a. Kegiatan administrasi yang meliputi pengajuan ijin operasional untuk
melakukan penelitian kepada Rektor IAIN Salatiga dan kepada warga
Kepala Sekolah Madrasah Ibtidaiyah Miftahul Falah Batur 01, Batur
Wetan, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang.
b. Memilih jumlah orang untuk menjadi key informan dan informan.
c. Melakukan observasi lapangan dan informan sehingga langsung
mendapat data.
d. Meminjam dokumen-dokumen yang dibutuhkan untuk kelengkapan
data penelitian.
e. Penyajian data dengan susunan dan urutan-urutan yang memungkinkan
dan memudahkan untuk dilakukan pemaknaan.
f. Mereduksi data dengan cara membuat data-data yang lemah atau
menyimpang setelah mulai tampak adanya kekurangan data sebagai
akibat proses reduksi. Selanjutnya direncanakan untuk mengumpulkan
data.
G. Sistematika Penulisan
Secara umum dalam penulisan skripsi ini terbagi dari beberapa bagian
pembahasan teoritis dan pembahasan empiris dari dua pokok pembahasan
18
tersebut kemudian penulis jabarkan menjadi lima bab. Adapun perinciannya,
sebagai berikut :
BAB I : PENDAHULUAN.
Dalam bab ini penulis akan mengemukakan pokok-pokok pikiran
yang mendasari penulisan skripsi ini. Pokok-pokok tersebut antara
lain : latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian,
manfaat penelitian, kajian teoritik, penegasan istilah, metode
penelitian, sistematika penulisan.
BAB II : KAJIAN PUSTAKA
Bab ini berisi tentang pertama mutu pendidikan Agama Islam.
Kedua, partisipasi masyarakat dalam pendidikan Agama Islam.
Ketiga, partisipasi masyarakat dalam peningkatan mutu
pendidikan Agama Islam.
BAB III : PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN
Pada bab III ini penulis akan mengemukakan kondisi umum
masyarakat Desa Batur Wetan Kecamatan Getasan Kabupaten
Semarang, kondisi umum Madrasah Ibtidaiyah Miftahul Falah
Batur 01, Batur Wetan, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang,
partisipasi masyarakat dalam peningkatan mutu Pendidikan
Agama Islam di Madrasah Ibtidaiyah Miftahul Falah Batur 01,
Batur Wetan, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang.
BAB IV : PEMBAHASAN
Dalam bab ini berisi tentang penulis menguraikan analisis
mengenai mutu pendidikan agama Islam di partisipasi masyarakat
dalam peningkatan mutu Pendidikan Agama Islam di Madrasah
19
Ibtidaiyah Miftahul Falah Batur 01, Batur Wetan, Kecamatan
Getasan, Kabupaten Semarang, partisipasi masyarakat dan faktor
yang mempengaruhi dalam peningkatan mutu Pendidikan Agama
Islam di Madrasah Ibtidaiyah Miftahul Falah Batur 01, Batur
Wetan, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang.
BAB V : PENUTUP
Meliputi tentang kesimpulan dan saran-saran yang menjadi akhir
dari penulisan skripsi ini
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR RIWAYAT PENULIS
LAMPIRAN
20
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Mutu Pendidikan Agama Islam
1. Mutu
Mutu/kualitas diartikan sebagai tingkat baik buruknya sesuatu;
kadar, derajat atau taraf; mutu (Tim Penyusun Kamus Besar Bahasa
Indonesia, 2005:533). Dengan kata lain, keunggulan yang dimiliki oleh
seseorang atau kelompok. Kualitas atau mutu mula-mula digunakan oleh
Plato dan Aristoteles untuk menyatakan esensi suatu benda atau hal dan
merupakan atribut yang membedakannya dengan benda/hal lainnya
(Hamalik, 1992:33). Adapun dalam kamus Webster New World
Dictionary, pengertian kualitas yaitu The degree of excelent of a thing
(Burnalik, 1984:488). Pengertian mutu dapat dilihat dari dua segi yaitu
segi normatif dan segi deskriptif.
a. Segi Normatif
Mutu ditentukan berdasarkan pertimbangan kriteria intrinsik
dan ekstrinsik. Berdasarkan kriteria intrinsik kualitas pendidikan
merupakan produk pendidikan yaitu manusia yang terdidik sesuai
dengan standar ideal. Sedangkan kriteria ekstrinsik, pendidikan
merupakan instrumen untuk mendidik yaitu tenaga kerja yang terlatih.
b. Segi Deskriptif
Mutu ditentukan berdasarkan kenyataannya semisal hasil
prestasi belajar. Menurut Nurkholis (2003:67), menyebutkan bahwa
21
kualitas memiliki dua konsep yang berbeda antara konsep absolut dan
relatif. Dalam konsep absolut sesuatu (barang) disebut berkualitas bila
memenuhi standar tertinggi dan sempurna. Bila dipraktekan dalam
dunia pendidikan yang absolut ini bersifat etitis, karena hanya sedikit
lembaga pendidikan yang mampu menawarkan kualitas tinggi pada
peserta didik dan hanya sedikit siswa yang akan mampu
membayarnya.
Dalam konsep relatif, kualitas bukanlah tujuan akhir, melainkan
alat ukur atas produk akhir dari standar yang telah ditentukan. Mutu
merupakan proses terstruktur yang membantu seseorang menetapkan
apakah sasaran yang diharapkan tercapai dengan memperbaiki setiap
proses pendidikan. Mutu pendidikan disebut sebagi nilai atau suatu
keadaan secara substantif. Mutu mengandung sifat dan taraf. Sifat adalah
suatu yang menerangkan keadaan, sedangkan taraf menunjukan
kedudukan dalam skala (Anwar, 2004:51). Dalam konteksnya mutu yang
dimaksud adalah dalam konsep relatif.
Dari beberapa pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa mutu
adalah suatu niai atau tindakan yang digunakan sebagai alat ukur atas
produk akhir dari standar yang telah ditentukan. Adapun hakikat mutu
dalam pendidikan sebagaimana diungkapkan oleh Dr. W. Deming dalam
Jerom W. Arcaro, (2005:85), antara lain:
a. Menciptakan konsistensi tujuan untuk menjadikan madrasah sebagai
madrasah yang kompetitif dan berstandar nasional.
22
b. Mengadopsi filosofi mutu total. Pendidikan berada dalam lungkungan
yang benar-benar kompetitif dan hal tersebut dipandang sebagai salah
satu alasan mengapa Amerika kalah dalam keunggulan kompetitifnya.
c. Mengurangi kebutuhan pengujian. Mengurangi kebutuhan pengujian
dan inspeksi yang berbasis produksi massal dilakukan dengan
membangun mutu dalam layanan pendidikan. Memberikan lingkungan
belajar yang menghasilkan kinerja siswa yang bermutu.
1) Menilai bisnis sekolah dengan cara baru. Nilailah bisnis sekolah
dengan meminimalkan biaya total pendidikan. Pandanglah sekolah
sebagai pemasok siswa dari kelas satu sampai kelas-kelas
selanjutnya. Bekerja bersama orang tua siswa dan berbagai
lembaga untuk memperbaiki mutu siswa menjadi bagian system.
2) Memperbaiki mutu dan produktivitas serta mengurangi biaya.
Memperbaiki mutu dan produktivitas, sehingga mengurangi biaya,
dengan melembagakan proses “rencanakan/periksa/ubah”.
Gambarkan proses untuk memperbaiki, mengidentifikasi bidang-
bidang perbaikan; implementasikan perubahan, nilai dan ukur
hasilnya, dan dokumentasikan serta standarisasikan proses. Awali
siklusnya dari awal lagi untuk mencapai standar yang lebih tinggi
lagi.
3) Belajar sepanjang hayat. Mutu diawali dan diakhiri dengan latihan.
Bila anda mengharpkan orang mengubah cara bekerja mereka, anda
mesti memberi mereka perangkat yang diperlukan untuk mengubah
23
proses kerja mereka. Pelatihan memberikan perangkat yang
dibutuhkan untuk memperbaiki proses kerja.
4) Kepemimpinan dalam pendidikan. Merupakan tanggung-jawab
manajemen untuk memberikan arahan. Para manajer dalam
menajemen mesti mengembangkan visi dan misi untuk wilayah,
sekolah atau jurusannya. Visi dan misi harus didukung oleh para
guru, staf, siswa, orang tua dan komunitas. Mutu mesti
terintegrasikan dalah pernyataan visi dan misi. Akhirnya,
manajemen mesti mau mendengan. Manajemen mesti mengajarkan
dan mempraktikan prinsip-prinsip mutu.
5) Mengeliminasi rasa takut. Lenyapkan bekerja karena dorongan rasa
takut dari wilayah. Sekolah, atau jurusan, maka setiap orang akan
bekerja secara efektif untuk perbaikan sekolah. Ciptakanlah
lingkungan yang akan mendiring orang lain untuk bebas berbicara.
Hubungan yang memandang orang lain sebagai lawan sudah
ketinggalan zaman dan kontra produktif.
6) Mengeliminasi hambatan keberhasilan. Manajemen
bertanggungjawab untuk menghilangkan hambatan yang
menghalangi orang mencapai keberhasilan dalam menjalankan
pekerejaannya. Menghalangkan ritangan diantara bagian. Orang
dibagian pengajaran, pendidikan luar biasa, akunting, kantin,
administrasi, pengembangan kurikulum, riset dan kelompok lain
harus bekerja sebagai sebuah tim. Mengembangkan strategi-strategi
gerakan: gerakan dari kompetisis menjadi kolaborasi dengan
24
kelompok lain, gerakan dari revolusi kalah-menang menjadi
menang-menang, gerakan dari mengisolasi pemecahan masalah
menjadi bersama-sama memecahkan maslah; gerakan dari
memegang informasi menjadi informasi; gerakan dari bertahan dari
perubahan menyambut baik perubahan.
7) Menciptakan budaya mutu. Ciptakanlah budaya mutu. Jangan
biarkan gerakan menjadi bergantung pada seseorang atau
sekelompok. Ciptakanlah budaya mutu yang mengembangkan
budaya tanggungjawab pada setiap orang.
8) Perbaikan proses. Tidak ada proses yang pernah sempurna, karena
itu, carilah cara terbaik, proses terbaik, terapkan tanpa pandang
bulu. Menemukan solusi harus didahulukan, dan bukan mencari-
cari kesalahan. Hargailah orang atau kelompok yang mendorong
terjadinya perbaikan.
9) Membantu siswa berhasil. Hilangkanlah rintangan yang merampok
hak siswa, guru atau adminstrator untuk memilik rasa bangga pada
hasil karyanya. Orang mesti berkeinginan untuk terlibat dan
pekerjaannya diselesaikan dengan baik. Tanggungjawab semua
administrator pendidikan mesti diubah dari kuantitasn menjadi
kualitas.
10) Komitmen. Manajemen mesti memiliki komitemen terhadap
budaya mutu. Manajemen mesti berkemauan untuk mendukung
memperkenalkan cara baru dalam mengerjakan sesuatu ke dalam
sesuatu ke dalam system pendidikan. Manajemen mesti mendukung
tujuan dengan memberikan sarana untuk mencapai tujuan tersebutr
25
atau resiko munculnya ketidaksenangan di dalam system. “kerjakan
dengan tepat pada kesempatan pertama” merupakan tujuan utama.
Para pegawai menjadi frustasi bila manajemen tidak mau mengerti
masalah yang dihadapi para pegawai dalam mencapai tujuan atau
tidak peduli untuk mencari penyelesaian terhadap masalah.
11) Tanggung jawab. Biarkanlah setiap orang disekolah untuk bekerja
menyelesaikan transformasi mutu. Transformasi merupakan tugas
setiap orang.
Indikator mutu pendidikan dapat dilihat dari prestasi sekolah yang
dihasilkan dari proses atau prilaku sekolah. Kinerja sekolah dapat diukur
dari kualitasnya, efektivitasnya, produktivitasnya, efisiensinya, inovasinya,
kualitas kehidupan kerjanya, dapat dijelaskan bahwa output sekolah
dikatakan berkualitas atau bermutu tinggi jika prestasi sekolah, khususnya
prestasi belajar siswa, menunjukan pencapaian yang tinggi dalam:
a. Prestasi akademik, berupa nilai ulangan umum, ujian akhir nasional
(UAN), karya ilmiah, lomba akademik.
b. Prestasi non-akademik, seperti IMTAQ, kejujuran, kesopanan,
olahraga, kesenian, keterampilan kejuruan, dan kegiatan-kegiatan
ektrakurikuler lainya (Arcaro, 2006:8).
2. Pendidikan Agama Islam
Beberapa ahli pendidikan mendefinisikan pendidikan Islam secara
istilah, menurut Abdurrahman Saleh Abdullah mengartikan bahwa
pendidikan adalah proses yang dibangun oleh masyarakat untuk membawa
generasi-generasi baru ke arah kemajuan dengan jalan-jalan terentu sesuai
26
dengan kemampuan mereka yang berguna untuk mencapai tingkat
kemajuan yang paling tinggi (Abdullah, 2005:15).
Sedangkan Syekh Mustofa Al-Gholayayni dalam kitab kitab
Idzotun Nasyiin (1953:185), dijelaskan:
:الترب ض ف الفاضل الأخالق غرض ه حت,النصح الإرطاد بنا سقوا ,الناطئن نف
تصح ن ثه, من ملكات النفصملك االف تواثنرا تك طن لنفع العنل حب ,الخر ,ضل .الArtinya: pendidikan adalah menanamkan akhlak yang mulia dalam jiwa
anak didik dan menyiraminya dengan petunjuk dan nasihat,
sehingga menjadi tabiat jiwa yang membuahkan keutamaan,
kebaikan serta cinta bekerja yang berguna bagi tanah air.
Berbeda halnya dengan Ahmad D. Marimba yang mendefinisikan
pendidikan adalah bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh si pendidik
terhadap perkembangan jasmani dan rohani anak si terdidik menuju
terbentuknya kepribadian yang sempurna menurut ukuran-ukuran Islam
(Marimba, 1980:19).
Dari beberapa pengertian pendidikan Islam tersebut, dapat ditarik
kesimpulan bahwa pendidikan agama Islam adalah usaha untuk
membimbing pertumbuhan kepribadian peserta didik secara sistematis
supaya mereka hidup sesuai dengan ajaran Islam, sehingga tercipta
kebahagiaan di dunia dan akhirat. Dengan kata lain yang harus
didahulukan dalam pembelajaran PAI adalah penanaman nilai keimanan
yang teguh. Sebab dengan adanya keimanan yang teguh akan
menghasilkan ketaatan dalam menjalankan kewajiban agama. Sesuai
dengan firman Allah SWT dalam Surat Adz-Dzaariyaat ayat 56:
27
Artinya : dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya
mereka mengabdi kepada-Ku.
Disamping beribadah, setiap manusia memiliki cita-cita untuk
mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat. Sebagaimana dalam
QS. Al-Baqarah ayat 201:
Artinya : dan di antara mereka ada orang yang bendoa: "Ya Tuhan Kami,
berilah Kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan
peliharalah Kami dari siksa neraka"[ Inilah doa yang sebaik-
baiknya bagi seorang Muslim].
Kebaikan di dunia diartikan sebagai nikmat dan kebaikan di akhirat
diartikan sebagai surga. Sedangkan peliharalah kami dari siksa api neraka
yakni tidak memasukinya. Ini merupakan lukisan tentang keadaan orang-
orang musyrik dan keadaan orang-orang yang beriman yang tujuannya
ialah supaya kita mencari makna kehidupan dunia dan akhirat (al-Mahlly
dan As-Suyuti, 1999:109).
Namun pendidikan agama Islam disekolah/lembaga pendidikan
bukanlah pengajaran pengetahuan agama dan praktik ibadah semata, akan
tetapi yang terpenting adalah membentuk budi pekerti yang luhur,
sehingga pendidikan agama menekankan pada moral dan pendekatan
spiritual (Nasution, 1998:386).
Adapun dasar pendidikan agama Islam yaitu terdiri dari Al-Qur'an
dan Sunnah nabi Muhammad SAW yang dapat dikembangkan dengan
ijtihad, al maslahah mursalah, istihsan, qiyas dan sebagainya.
28
a. Al-Qur'an
Al-Qur'an adalah firman Allah SWT yang berfungsi sebagai
mu‟jizat yang diturunkan kepada nabi Muhammad yang di tulis dalam
mushaf, yang di riwayatkan secara mutawattir dan membacanya adalah
ibadah (Ichwan, 2001:37). Di dalamnya terkandung ajaran pokok yang
dapat dikembangkan untuk keperluan seluruh aspek kehidupan melalui
ijtihad. Ajaran yang terkandung dalam Al-Qur'an menyangkut
hubungan manusia dengan Tuhannya, dengan sesamanya dan
hubungan dengan alam semesta.
Di dalam Al-Qur'an terdapat banyak ajaran yang berisi prinsip
yang berkenaan dengan kegiatan atau usaha pendidikan. Sebagai
contoh dapat dibaca kisah Luqman mengajari anaknya, cerita ini
menggariskan prinsip materi pendidikan yang terdiri dari masalah
iman, akhlak, ibadat dan ilmu pengetahuan. Ayat lain menceritakan
tujuan hidup dan tentang nilai sesuatu kegiatan dan amal saleh. Itu
berarti kegiatan pendidikan harus mendukung tujuan hidup tersebut.
b. As-Sunnah
As-Sunnah adalah segala sesuatu yang bersumber dari nabi,
baik berupa perkataan, perbuatan, takrir, perangai, budi pekerti,
perjalanan hidup baik sebelum diangkat menjadi Rasul maupun
sesudahnya (Suparta, 2003:7). Sunnah merupakan ajaran kedua
sesudah Al-Qur'an. Al-Qur'an juga berisi aqidah dan syariah,
sedangkan As-Sunnah berisi petunjuk (pedoman) kemaslahatan hidup
29
manusia dalam segala aspek, untuk membina umat menjadi manusia
seutuhnya atau muslim yang bertaqwa.
c. Ijtihad
Ijtihad adalah istilah fuqoha, yaitu berfikir dengan
menggunakan seluruh ilmu yang dimiliki Islam untuk menetapkan atau
menentukan suatu hukum syariat Islam dalam hal-hal yang ternyata
belum tegas hukumnya oleh Al-Qur'an dan Sunnah (Ash-Shiddieqi,
1999:200). Ijtihad dalam hal ini dapat saja meliputi seluruh aspek
kehidupan termasuk aspek pendidikan. Ijtihad dalam pendidikan harus
tepat berpedoman pada Al-Qur'an dan Sunnah yang diolah oleh akal
sehat dari para ahli pendidikan Islam. Ijtihad tersebut haruslah dalam
hal-hal yang berhubungan langsung dengan kebutuhan hidup di suatu
tempat pada kondisi dan situasi tertentu. Teori teori pendidikan baru
hasil ijtihad harus dikaitkan dengan ajaran Islam dan kebutuhan hidup
(Darajat, 1996:21-22).
3. Mutu Pendidikan Agama Islam
Proses pendidikan sebagai bagian yang sangat penting bagi
tercapainya pendidikan yang bermutu tinggi. Sebagaimana dikemukakan
oleh Umar Tirtorahardjo bahwa “permasalahan dari mutu pendidikan lebih
terletak pada masalah proses pendidikan” (Tirtorahardjo, 1998:233),
karena terdapat komponen yang akan sangat menentukan tercapainya
suatu pendidikan yang diharapkan.
Secara konseptual mutu pendidikan perlu diperlakukan sebagai
dimensi indikator yang berfungsi sebagai indikasi atau penunjuk dalam
30
kegiatan pengembangan profesi, baik yang berkaitan dengan usaha
penyelenggaraan lembaga pendidikan maupun kegiatan pembelajaran di
kelas. Hal ini diperlukan karena beberapa alasan, sebagai berikut:
a. Prestasi Siswa Meningkat
Prestasi siswa yang dapat dijadikan tolak ukur keberhasilan
dalam pembelajaran yang selama ini pendidikan agama berlangsung
mengedepankan aspek kognitif (pengetahuan), aspek afektif (rasa) dan
psikomotorik (tingkah laku).
b. Siswa Mampu Bekerjasama
Di dalam pembelajaran diperlukan suatu kerjasama antar siswa
ataupun siswa dengan guru. Dengan adanya kekompakan akan timbul
suasana pembelajaran yang kondusif dan menyenangkan.
Keharmonisan perlu dijaga dan dipelihara dengan mewujudkan sikap:
(1) adanya saling pengertian untuk tidak saling mendominasi,
(2) adanya saling menerima untuk tidak saling berjalan menurut
kemauannya sendirii, (3) adanya saling percaya untuk tidak saling
mencurigai, (4) adanya saling menghargai dan (5) saling kasih sayang
untuk tidak saling membenci dan iri hati.
c. Adanya Pembelajaran yang Menyenangkan
Pembelajaran yang menyenangkan sangat diperlukan untuk
membantu siswa dalam menyerap dan memahami pelajaran yang
diserap oleh guru, karena apabila siswa tidak menyenangi
pembelajaran maka materi pelajaran tidak akan membekas pada diri
siswa. Pembelajaran yang menyenangkan ini biasanya dengan
31
menggunakan metode yang bervariasi dan pembentukan suasana kelas
yang menarik.
d. Mampu berinteraksi dengan Mata Pelajaran Lain
Problematika kehidupan dunia tidak hanya ada pada masalah
keagamaan saja, akan tetapi lebih banyak dalam bidang-bidang
keduniaan. Dalam hal ini pendidikan agama bisa menjadi solusi dari
semua bidang asalkan pembelajaran pendidikan agama islam yang
dilaksanakan mampu berinteraksi dengan mata pelajaran lain.
e. Mampu Mengkontekstualkan Hasil Pembelajaran
Pembelajaran kontekstual sangat diperlukan untuk mebiasakan
dan melatih siswa dalam bersosial, bekerjasama dan memecahkan
masalah. Belajar akan lebih bermakna apabila anak mengalami sendiri
apa yang dipelajarinya bukan mengetahuinya.
f. Pembelajaran yang Efektif di Kelas dan lebih Memberdayakan Potensi
Siswa
Kualitas pembelajaran harus ditingkatkan untuk meningkatkan
kualitas hasil pendidikan. Secara mikro ditemukan strategi atau
pendekatan pembelajaran yang efektif di kelas dan lebih
memberdayakan potensi siswa.
g. Pencapaian Tujuan dan Target Kurikulum
Pencapaian tujuan dan target kurikulum merupakan tugas yang
harus dilaksanakan oleh guru dan siswa dalam setiap pembelajarannya.
Tujuan dan target-target tersebut bisa dijadikan tujuan minimal
maupun maksimal yang harus dicapai tergantung kepada kemampuan
32
pihak sekolah yang terdiri dari guru an unsur-unsur lain yang
melaksanakannya.
Adapun beberapa komponen yang menentukan tercapainya suatu
pendidikan yang diharapkan, antara lain:
a. Tujuan
Tujuan pendidikan dan pengajaran harus dipahami dan
dimengerti, sebab tujuan merupakan gambaran, sasaran, dan pengarah,
bagi tindakan guru untuk menjalankan fungsinya. Tujuan pendidikan
dan pengajaran membentuk manusia yang cakap, warga negara yang
demokratis, dan bertanggung jawab, tentang kesejahteraan masyarakat
dan tanah air (Zuhairini, 1991:13). Di samping itu tujuan juga
berfungsi sebagai kriteria dalam pemilihan dan penentuan materi, alat,
metode dan evaluasi mengajar.
b. Materi
Materi merupakan bahan yang akan disampaikan dalam
kegiatan belajar mengajar. Menurut Nasution (1993:54) ada tiga
sumber, yaitu: masyarakat dan budaya; anak; dan disiplin ilmu.
Sedangkan menurut Hida Taba sebagaimana dikutip oleh Nasution,
mengemukakan kriteria materi memenuhi validitas pengetahuan,
relevansi, keseimbangan keanekaragaman tujuan, kemampuan murid
serta kebutuhan dan minat murid (Nasution, 1993:70).
c. Metode
Metode merupakan suatu cara berfungsi sebagai penyampai
pengetahuan, keterampilan, sikap peserta didik.
33
d. Alat
Alat merupakan sarana pengajaran berfungsi untuk membantu
tercapainya suatu tujuan, menjalin komunikasi yang harmonis antara
guru dan peserta didik dalam kegiatan belajar-mengajar.
e. Evaluasi
Evaluasi merupakan bagian dari integral kegiatan belajar mengajar,
harus dilaksanakan secara kontinue untuk mencapai tujuan penddikan.
Evaluasi selain untuk siswa, juga untuk dirinya sendiri, agar dapat
mencapai hasil yang maksimal.
f. Manajemen yang efektif dan efisien
Menurut E. Mulyasa (2002:19) manajemen pendidikan
mengandung arti sebagai suatu proses kerja sama yang sistematik,
sistemik dan komprehensif untuk mewujudkan tujuan pendidikan
nasional. Manajemen, yang bermakna pengelolaan, merupakan
komponen integral dan tidak dapat dipisahkan dari suatu proses
pendidikan secara keseluruhan. Tanpa manajemen tidak mungkin
tujuan pendidikan dicapai secara optimal, efektif dan efisien.
Manajemen yang efektif dan efisien pada masa sekarang
disebut dengan manajemen berbasis sekolah, yaitu suatu manajemen
yang memberikan wewenang penuh kepada sekolah dan guru yang
mengatur pendidikan dan pengajaran, merencanakan, mengorganisasi,
mengawasi, mempertanggung-jawabkan, mengatur serta memimpin
sumber daya insani serta barang-barang untuk membantu pelaksanaan
Pembelajaran yang sesuai dengan tujuan sekolah (Admodiwirio,
2000:20).
34
g. Buku dan sarana belajar yang memadai selalu dalam kondisi siap pakai
Hampir sebagian besar Sekolah Dasar di Indonesia, apalagi
sekolah-sekolah swasta cenderung kekurangan buku-buku pelajaran.
Padahal buku merupakan unsur esensial yang tidak bisa diabaikan
untuk meningkatkan mutu hasil belajar siswa. Pemerintah perlu
berupaya mengembangkan usaha-usaha pengadaan buku. Diantaranya
mendistribusikan buku untuk sekolah-sekolah di seluruh pelosok desa
dan mengadakan perpustakaan keliling.
h. Fisik dan penampilan sekolah yang baik
Lingkungan sekolah sangat berperan dalam mendukung kegiatan
belajar mengajar di sekolah. Menurut pengalaman, cenderung bula
lingkungan sekolah bersih dan nyaman anak-anak akan bersemangat
untuk belajar.
i. Partisipasi aktif masyarakat
Partisipasi masyarakat merupakan modal dasar atas
keberhasilan sebuah sekolah, baik fisik, psikologis, maupun hasil
kelulusan sekolah, sebab akan membentuk lingkungan yang kondusif,
saling menjaga, berinteraksi, dan saling membutuhkan demi
peningkatan kualitas sekolah.
Hubungan sekolah dengan masyarakat merupakan sebuah sarana
yang sangat berperan dalam membina dan mengembangkan
pertumbuhan pribadi peserta didik di sekolah. Sebagaimana
dikemukakan oleh Mulyasa (2002:51) bahwa:
“Hubungan sekolah dengan masyarakat bertujuan memajukan
kualitas pembelajaran dan pertumbuhan anak, memperkokoh tujuan
35
serta meningkatkan kualitas hidup dan penghidupan masyarakat
serta mengarahkan masyarakat untuk menjalin hubungan dengan
sekolah. Untuk merealisasikan tujuan tersebut dapat dilakukan
dengan memberitahu masyarakat mengenai program-program
sekolah, baik program yang telah dilaksanakan, sedang
dilaksanakan maupun yang akan datang, sehingga masyarakat
mendapat gambaran yang jelas tentang sekolah”.
j. Hasil Pendidikan
Menurut Ahmad Sanusi dikutip oleh Sufyarma (2003:209)
mengemukakan, bahwa ada empat pengertian tentang hasil pendidikan
yaitu:
1) Hasil pendidikan dengan arti layanan pendidikan, maksudnya
banyak layanan pendidikan yang dapat diciptakan atau diproduksi
dan ditawarkan.
2) Hasil pendidikan merupakan perolehan yang dicapai peserta didik
dari berbagai kegiatannya.
3) Hasil pendidikan dalam arti prestasi ekonomis-finansial yang
ditampilkan dan diterima peserta didik sesudah selesai mengikuti
program pendidikannya.
4) Hasil pendidikan merupakan out put sosial budaya yang diciptakan,
diproduksi dan diserahkan oleh para lulusannya kepada masyarakat.
Keempat pengertian tersebut dapat diketahui bahwa hasil pendidikan
tidak lepas dari kinerja sekolah berwujud hasil usaha atau prestasi yang
dilakukan sekolah.
36
B. Partisipasi Masyarakat Dalam Peningkatan Mutu Pendidikan Agama
Islam
1. Partisipasi Masyarakat
Istilah partisipasi mengandung arti keikutsertaan. Menurut Kamus
Besar Indonesia (1989:679), partisipasi adalah “sejumlah orang yang turut
berperan dalam suatu kegiatan; keikutsertaan dan peran serta”.
Berdasarkan hal tersebut, terdapat beberapa unsur penting yang
tercakup dalam pengertian partisipasi, diantaranya: Pertama, dalam
partisipasi yang ditelaah bukan hanya keikutsertaan secara fisik tetapi juga
fikiran dan perasaan (mental dan emosional). Kedua, partisipasi dapat
digunakan untuk memotivasi orang-orang yang menyumbangkan
kemampuannya kepada situasi kelompok sehingga daya kemampuan
berfikir serta inisiatifnya dapat timbul dan diarahkan kepada tujuan-tujuan
kelompok. Ketiga, dalam partisipasi mengandung pengertian orang untuk
ikut serta dan bertanggungjawab dalam kegiatan-kegiatan organisasi. Hal
ini menunjukkan bahwa makin tinggi rasa keterlibatan psikologis individu
dengan tugas yang diberikan kepadanya, semakin tinggi pula rasa
tanggung jawab seseorang dalam melaksanakan tugas tersebut. Beberapa
hal yang berhubungan dengan partisipasi masyarakat, sebagai berikut:
a. Partisipasi masyarakat merupakan satu alat guna memperoleh
informasi mengenai kondisi, kebutuhan dan sikap masyarakat
setempat.
b. Masyarakat akan lebih mengetahui seluk beluk proyek tersebut dan
akan mempunyai rasa memiliki program tersebut.
37
c. Partisipasi merupakan hak demokrasi bila masyarakat dilibatkan dalam
pembangunan.
2. Hubungan Masyarakat dengan Pendidikan
Hubungan Madrasah Ibtidaiyah dengan masyarakat mencakup
hubungan sekolah dengan sekolah lain, sekolah dengan pemerintah
setempat, sekolah dengan instansi dan jawatan lain, dan sekolah dengan
masyarakat pada umumnya (Suryosubroto, 2004:160). Hubungan yang
terjalin diharapkan menghasilkan keuntungan satu sama lain. Dan semua
hubungan itu merupakan hubungan kerja sama yang bersifat pedagogis,
sosiologis dan produktif.
Oleh sebab itu hubungan madrasah dengan masyarakat sangat
penting dan menjadi bagian dari manajemen pendidikan, dalam hal ini
dijalankan oleh kepala Madrasah Ibtidaiyah. Adapun tujuannya adalah:
(Purwanto, 2000:188)
a. Mengenalkan pentingnya sekolah bagi masyarakat.
b. Mendapatkan dukungan dan bantuan moral maupun finansial yang
diperlukan bagi sekolah.
c. Memberikan informasi kepada masyarakat tentang isi dan pelaksanaan
program sekolah.
d. Memperkaya atau memperluas program sekolah sesuai dengan
perkembangan dan kebutuhan masyarakat.
e. Mengembangkan kerja sama yang lebih erat antara keluarga dan
sekolah dalam mendidik anak-anak.
Dari gambaran di atas dapat diartikan bahwa hendaknya
Sekolah/Madrasah dapat bekerja sama dengan organisasi-organisasi atau
38
instansi-instansi lain di dalam masyarakat yang mempunyai tugas dan
kepentingan yang sama terhadap pendidikan anak-anak. Misalnya dengan
lembaga-lembaga keagamaan, organisasi pramuka, kesenian dan lain-lain.
Hal lain yang dapat dilakukan oleh masyarakat Madrasah ialah kepala
Madrasah dan guru-guru hendaknya selalu berusaha untuk dapat bekerja
sama dan memanfaatkan sumber-sumber di dalam masyarakat yang
diperlukan untuk memperkaya program di madrasah. Dengan memandang
masyarakat itu sebagai laboratorium untuk belajar, berarti penting bagi
guru-guru untuk mengetahui fasilitas-fasilitas apa yang tersedia di dalam
masyarakat yang diperlukan dalam belajar, seperti minat masyarakat
terhadap industri yang merupakan faktor masyarakat yang sangat penting
diketahui dalam hubungannya dengan program belajar yang community
life centered (Purwanto, 2000:191).
Kepala sekolah dan tenaga kependidikan senantiasa menggalang
partisipasi masyarkat secara continue, karena pasang surutnya kualitas
pendidikan baik umum maupun pendidikan agama Islam tidak lain karena
adanya keterlibatan masyarakat. Beberapa pendekatan yang dapat
dilakukan kepala sekolah dan tenaga kependidikan dalam menggalang
partisipasi masyarakat yaitu: (Mulyasa, 2004:173-174)
a. Melibatkan masyarakat dalam berbagai program dan kegiatan di
Madrasah yang bersifat sosial kemasyarakatan, seperti bakti sosial,
perpisahan, Peringatan Hari Besar Islam (PHBI) dan Nasional dan
pentas seni. Pelibatan masyarakat disesuaikan dengan hobi,
kemampuan dan pekerjaan mereka dengan program dan kegiatan yang
akan dilakukan Sekolah.
39
b. Mengidentifikasi tokoh masyarakat, yaitu orang-orang yang mampu
mempengaruhi masyarakat pada umumnya. Tokoh tersebut yang
pertama kali harus dihubungi, diajak kompromi, konsultasi dan diminta
bantuan untuk menarik masyarakat berpartisipasi dalam program dan
kegiatan sekolah. Tokoh-tokoh tersebut mungkin berasal dari orang tua
peserta didik, figure masyarakat (kyai), olahragawan, seniman,
informal leader, psikolog dan lain sebagainya.
c. Melibatkan tokoh masyarakat tersebut dalam berbagai program dan
kegiatan sekolah yang sesuai dengan minatnya.
d. Memilih waktu yang tepat untuk melibatkan masyarakat sesuai dengan
kondisi dan perkembangan masyarakat.
Peran masyarakat dalam peningkatan mutu pendidikan yaitu
sebagai Pemberi pertimbangan (advisory), Pendukung (suporting agency),
Pengontrol (controlling agency), Mediator antara pemerintah (eksekutif).
Melihat madrasah dan masyarakat memiliki hubungan yang rasional dan
madrasah sendiri didirikan dari, oleh dan untuk masyarakat, maka tidak
mungkin masyarakat tidak memperdulikan keberadaan Madrasah. Untuk
itu diperlukan wadah partisipasi masyarakat untuk dapat menampung
partisipasi masyarakat dan membantu madrasah dalam meningkatkan mutu
pendidikan agama Islam khususnya dan pendidikan pada umumnya.
Karena terbentuknya wadah partisipasi masyarakat dalam pendidikan
sekarang ini, seperti Komite Sekolah dan Dewan Pendidikan untuk
40
meningkatkan kualitas pendidikan di Negeri ini dengan melalui berbagai
fungsi yang dapat diperankan (Suyanto, 2003:1).
a. HUMAS (Hubungan Masyarakat) / Public Relations
Menurut Ibnu Syamsi sebagaimana dikutip oleh Suryosubroto
Humas adalah kegiatan organisasi untuk menciptakan hubungan yang
harmonis dengan masyarakat agar mereka mendukungnya dengan
sadar dan sukarela (Suryosubroto, 2004:155). Dengan hubungan yang
harmonis ini maka akan menarik minat masyarakat untuk berpartisipasi
di Madrasah Ibtidaiyah. Manfaat hubungan yang harmonis sebagai
hasil Hubungan Masyarakat:
1) Adanya saling pengertian antara organisasi atau instansi dengan
pihak luar.
2) Adanya kegiatan yang membantu karena mengetahui manfaat, arti
dan pentingnya peranan masing-masing.
3) Adanya kerja sama yang erat dengan masing-masing pihak dan
merasa ikut bertanggung jawab atas suksesnya usaha pihak lain
(Suryosubroto, 2004:157).
Adanya hubungan masyarakat yang terbentuk dalam organisasi sekolah
maka akan memperlancar partisipasi masyarakat terhadap Madrasah
Ibtidaiyah. Dan juga hubungan sekolah dengan masyarakat ini terjadi
karena saling membutuhkan satu sama lain, membuat kemungkinan
terbentuknya badan kerja sama yang relatif permanen (Pidarta,
1997:174).
41
b. Komite Sekolah
Komite sekolah terdiri dari unsur masyarakat yang antara lain:
orang tua, tokoh masyarakat (ulama), tokoh pendidikan, alumni, siswa
dan dunia usaha. Badan ini berperan sebagai :
1) Pemberi pertimbangan (advisory), membantu partner sekolah
dalam merancang kurikulum, menyediakan fasilitas belajar,
memperbesar dana pendidikan dan mengevaluasi program serta
hasil pendidikan dan mengawasi hasil pendidikan.
2) Pendukung (suporting agency), baik berwujud finansial, pemikiran,
maupun tenaga dalam penyelenggaraan pendidikan disekolah.
3) Pengontrol (controlling agency) dalam rangka transparansi dan
akuntabilitas penyelenggaraan dan keluaran pendidikan di sekolah.
4) Mediator antara pemerintah (eksekutif) dengan masyarakat di
sekolah
c. Dewan Sekolah atau Dewan Pendidikan
Dewan sekolah suatu lembaga yang perlu di bentuk dalam
rangka pelaksanaan MBS (Manajemen Berbasis Sekolah). Dengan
tujuan untuk membantu menyukseskan kelancaran proses belajar
mengajar di sekolah, baik menyangkut perencanan, pelaksanaan
maupun penilaian. Dan agar apa yang dilaksanakan di sekolah sejalan
dan selaras dengan kebutuhan dan perkembangan masyarakat
(Mulyasa, 2004:175).
Dewan pendidikan adalah suatu badan yang bersifat mendiri
dan otonom yang menganut azas kebersamaan yang diatur oleh AD
dan ART. Keanggotaan dewan pendidikan ini terdiri atas 2 unsur:
pertama, unsur masyarakat yang dapat meliputi Lembaga Swadaya
42
Masyarakat (LSM); Tokoh masyarakat, anggota masyarakat yang
mempunyai perhatian pada peningkatan mutu pendidikan termasuk
pendidikan agama Islam; yayasan penyelenggara pendidikan, dunia
usaha dan organisasi profesi serta perwakilan dari komite sekolah yang
disepakati. Kedua, unsur birokrasi sebagai unsur tambahan seperti
unsur Dinas Pendidikan setempat dan dari unsur Legislatif yang
membidangi pendidikan, dapat dilibatkan sebagai anggota Dewan
Pendidikan maksimal 4-5 orang.
Peran Dewan Pendidikan hampir sama dengan Komite Sekolah
yaitu pemberi pertimbangan (advisory agency), pendukung,
(supporting agency), dan pengontrol (controlling agency) dan mediator
antara pemerintah (eksekutif) dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
(legislative) dengan masyarakat Sudah menjadi konsep umum bahwa
proses belajar yang baik tidak cukup hanya dilaksanakan di sekolah
saja, melainkan sebaiknya diperluas ke lapangan atau masyarakat.
Dengan belajar di masyarakat, peserta didik dapat mengamati
pemandangan yang wajar atau yang asli di alam terbuka. Hal ini, akan
dapat meningkatkan mereka, menghindari kebosanan, melihat dengan
jelas manfaat pelajaran tersebut, dan lebih mudah berlatih karena
fasilitas tersedia. Adapun salah satu bentuk belajar di masyarakat
adalah karyawisata.
Hal yang dapat dilakukan orang tua/masyrakat dalam
membantu peningkatan kualitas pendidikan agama Islam khususnya
dan pendidikan umum pada umumnya yaitu: (Mulyasa, 2004:167-168)
1) Menciptakan budaya belajar di rumah. Pada jam-jam belajar, orang
tua sebaiknya ikut belajar, misalnya membaca Al-Qur‟an,
43
membaca majalah, menulis puisi, dan menulis program kerja
sehingga tercipta budaya belajar.
2) Memprioritaskan tugas yang terkait secara langsung dengan
pembelajaran di Sekolah/Madrasah. Jika banyak kegiatan yang
dilakukan anak, maka utamakan yang terkait dengan tugas
pembelajaran.
3) Mendorong anak untuk aktif dalam berbagai kegiatan dan
organisasi sekolah, baik yang bersifat kurikuler maupun yang
bersifat ekstra-kurikuler.
4) Memberi kesempatan kepada anak untuk mengembangkan
gagasan, ide dan berbagai aktivitas yang menunjang kegiatan
belajar.
5) Menciptakan situasi yang demokratis di rumah, agar terjadi tukar
pendapat dan pikiran sebagai sarana belajar dan membelajarkan.
6) Memahami apa yang telah, sedang dan akan dilakukan
Sekolah/Madrasah, dalam mengembangkan potensi anaknya.
7) Menyediakan sarana belajar yang memadai sesuai dengan
kemampuan orang tua dan kebutuhan sekolah.
3. Bentuk partisipasi masyarakat dalam peningkatan mutu Pendidikan Agama
Islam.
Bentuk partisipasi atau peran serta masyarakat dalam Pendidikan
Nasional tercantum dalam Peraturan Pemerintah No. 39/1992 pasal 4 dan
kaitannya dengan partisipasi masyarakat dalam Pendidikan Agama Islam:
a. Pendirian dan penyelenggaraan satuan pendidikan pada jalur
pendidikan sekolah atau jalur pendidikan luar sekolah, pada semua
44
jenis pendidikan kecali pendidikan kedinasan, dan pada semua jenjang
pendidikan di jalur pendidikan sekolah.
b. Pengadaan dan pemberian bantuan tenaga kependidikan untuk
melaksanakan atau membantu pelaksanaan pengajaran,
pembimbingan, dan/atau pelatihan peserta didik. Dalam hal ini
masyarakat/orang tua yang kebetulan memiliki keahlian (profesi) dan
waktu luang sebagai tenaga pengajar, diharapkan dapat membantu
sebagai tenaga pengajar baik sebagai guru bidang studi, guru kelas,
maupun guru pembimbing khusus.
c. Pengadaan dan pemberian bantuan tenaga ahli untuk membantu
pelaksanaan kegiatan belajar mengajar dan/atau penelitian dan
pengembangan. Hal ini dapat di katakan bagi masyarakat/orang tua
yang memiliki keahlian (profesi) di bidang agama Islam atau lainnya
yang relevan dengan anak-anak yang memiliki kebutuhan khusus,
diharapkan dapat membantu untuk mengidentifikasi, melakukan
asasemen dan atau memberikan pembelajaran, pelatihan bagi anak
yang memiliki kebutuhan khusus.
d. Pengadaan dan atau penyelenggaraan program pendidikan yang belum
diadakan dan/atau diselenggarakan oleh pemerintah untuk menunjang
pendidikan nasional. Dalam hal ini, masyarakat diharapkan dapat
menyelenggarakan antara lain pusat-pusat sumber (Resources Center),
pusat-pusat rehabilitasi, dan sejenisnya, yang dapat memberikan
pelayanan/bimbingan bagi anak-anak yang memilki kebutuhan khusus.
e. Pengadaan dana dan pemberian bantuan yang dapat berupa wakaf,
hibah, sumbangan, pinjaman, beasiswa, dan bentuk lain yang sejenis.
Hal ini dapat berarti bahwa masyarakat diharapkan dapat memberikan
45
bantuan baik berupa dana, wakaf, hibah, sumbangan, pinjaman,
beasiswa dan bentuk lain yang sejenis untuk kepentingan pendidikan
anak-anak yang memiliki kebutuhan khusus yang memerlukan.
f. Pengadaan dan pemberian bantuan ruangan, gedung dan tanah untuk
melaksanakan kegiatan belajar mengajar. Dalam hal ini, masyarakat
diharapkan dapat memberikan bantuan, baik berupa dana dan atau
prasarana pendidikan untuk pelaksanaan belajar mengajar di madrasah.
g. Pengadaan dana dan pemberian bantuan buku pelajaran dan peralatan
pendidikan untuk melaksanakan kegiatan belajar mengajar. Disini
dapat berarti bahwa masyarakat diharapkan dapat memberikan
bantuan, baik berupa dana dan atau bantuan buku-buku pelajaran yang
dibutuhkan serta sarana pendidikan untuk melaksanakan kegiatan
belajar mengajar di Madrasah.
h. Pemberian kesempatan untuk magang dan/atau latihan kerja. Dapat
berarti para pengusaha dan atau masyarakat industri diharapkan dapat
memberikan kesempatan kepada anak-anak yang memiliki kebutuhan
khusus dapat magang dan atau latihan kerja di instansinya.
i. Pemberian manajemen bagi penyelenggara satuan pendidikan dan
pengembangan pendidikan nasional. Dapat diartikan bahwa
masyarakat dapat melibatkan diri dalam: membantu (a) merencanakan
(palnning), (b) mengorganisasikan (organizing), (c) mengarahkan
(directing), (d) mengkordinasikan (coordinating), (e) mengawasi
(controlling), (f) mengevaluasi (evaluation) di madrasah.
j. Pemberian bantuan dan kerja sama dalam kegiatan penelitian dan
pengembangan. Dalam hal ini masyarakat diharapkan dapat
memberikan bantuan dan/atau kerja sama dalam kegiatan penelitian
46
dan pengembangan pendidikan agama Islam. Keikutsertaan dalam
program pendidikan dan atau penelitian yang diselenggarakan oleh
pemerintah di dalam dan/atau di luar Negeri.
Mendasarkan pada bentuk partisipasi masyarakat di atas dapat
disimpulkan dalam beberapa aspek yang erat kaitannya dengan
peningkatan kualitas pendidikan. Khususnya pendidikan agama Islam,
yaitu:
a. Partisipasi masyarakat dalam manajemen.
Partisipasi dalam manajemen meliputi partisipasi masyarakat
dalam menyusun pengurus madrasah dan partisipasi masyarakat dalam
pengangkatan kepala sekolah, pembentukan komite sekolah.
b. Partisipasi masyarakat dalam kurikulum.
Partisipasi masyarakat dalam kurikulum mencakup partisipasi
masyarakat dalam melaksanakan kurikulum muatan lokal dan
partisipasi masyarakat dalam penentuan hari libur.
c. Partisipasi masyarakat dalam perekrutan siswa.
Partisipasi masyarakat dalam perekrutan siswa dilakukan oleh
dilakukan oleh beberapa tokoh masyarakat bekerja sama dengan guru,
sebelum atau menjelang ajaran tahun baru.
d. Partisipasi masyarakat dalam penyediaan dana, sarana dan prasarana.
Partisipasi masyrakat dalam penyediaan dana, sarana dan prasarana
mencakup dana untuk biaya pelaksanaan pendidikan untuk pengadaan
sarana dan prasarana.
47
e. Partisipasi masyarakat dalam berlangsungnya kehidupan beragama di
madrasah. Partisipasi ini berupa partisipasi tokoh masyarakat dalam
kegiatan beragama di Madrasah.
f. Partisipasi masyarakat dalam penyediaan lapangan kerja.
Hubungan yang harmonis antara Madrasah Ibtidaiyah dengan
masyarakat yang sadar akan pendidikan sangat dibutuhkan. Masyarakat
disebut sebagai lingkungan pendidikan non formal yang memberikan
pendidikan secara sengaja dan berencana kepada seluruh anggotanya, tetapi
tidak sistematis (Hasbullah, 1997:157). Dari hubungan tersebut diharapkan
masyarakat mempunyai derajat kepemilikian atau rasa memiliki.
Sekolah dan Madrasah sekarang ini senantiasa bekerja keras untuk
menarik minat dan motivasi masyarakat dengan meningkatkan mutu
pendidikan. Baik pada pendidikan yang bersifat umum maupun agamis
(Pendidikan Agama Islam) dan menyelenggarakan pendidikan yang berbasis
masyarakat. Undang-undang No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional, menjelaskan bahwa “pendidikan berbasis masyarakat merupakan
penyelenggaran pendidiakan yang berdasarkan kekhasan agama, lingkungan
sosial, dan budaya untuk kepentingan masyarakat” (Undang-Undang No. 20
Tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Penjelasannya, 2003:36). Madrasah
dengan menyelenggarakan pendidikan berbasis masyarakat (community based
education), mengharap kepada masyarakat agar merasa memiliki (sense of
belonging) terhadap pendidikan di madrasah.
48
Kepemilikan berimplikasi adanya pengendalian penuh terhadap
pengembalian keputusan, tatapi dalam konteks ini lebih jelas Syaiful Sagala
dalam bukunya yang berjudul Manajemen Pendidikan Berbasis Sekolah dan
Masyarakat menekankan bahwa berbasis masyarakat bukan di artikan
memiliki atau menguasai, melainkan masyarakat menjadi bagian yang penting
dalam peningkatan mutu pendidikan (Sagala, 2004:157). Untuk itu,
meningkatnya kualitas pendidikan agama Islam khususnya, tidak terlepas dari
adanya keikutsertaan masyarakat dalam bertanggungjawab bersama mencapai
tujuan pendidikan yang hakiki.
Adapun partisipasi merupakan keterlibatan atau peran serta seseorang
baik dilakukan secara individu maupun kelompok dalam suatu kegiatan
tertentu. Menurut Santoso Sastropoetro (1988:13), dikutip dari Ilmuwan Keith
Davis mendefinisikan:
“Participation can be defined as mental and emotional involvement of a
person in a group situation wich incourages him to contribute to group goals
and share responsibility in them”
Selanjutnya ia mengemukakan pula bahwa
“There are three ideas in this wich are important to manager who will
practice the art of participation…”
Partisipasi dapat didefinisikan sebagai keterlibatan mental/pikiran dan
emosi/perasaan seseorang di dalam situasi kelompok yang mendorongnya
untuk memberikan sumbangan kepada kelompok dalam usaha mencapai
tujuan serta turut bertanggung jawab terhadap usaha yang bersangkutan.
Adapun bentuk partisipasi masyarakat dalam pendidikan agama Islam
yang terimplementasi dalam pembelajaran pendidikan agama Islam, antara
lain: (Sastropoetro, 1988:16)
49
1. Konsultasi, biasanya dalam bentuk jasa. Dalam pendidikan, masyarakat
mengadakan bimbingan keagamaan yang diprakarsai oleh tokoh ulama
setempat.
2. Sumbangan spontan berupa uang dan barang. Sumbangan ini didasari atas
musyawarah seluruh komponen masyarakat yang berkepentingan. Seperti
kepala sekolah, guru, siswa, orang tua siswa, tokoh masyarakat, tokoh
ulama dan perangkat desa.
3. Mendirikan proyek yang sifatnya berdikari dan donornya berasal dari
sumbangan individu, kelompok, dan instansi yang berada di luar
lingkungan desa.
4. Mendirikan proyek yang sifatnya berdikari dan dibiayai seluruhnya oleh
komuniti, biasanya diputuskan oleh rapat komunitas sekolah yang
menentukan anggarannya.
5. Sumbangan dalam bentuk kerja, biasanya dilakukan oleh tenaga ahli
setempat
6. Aksi massa atau gotong royong.
7. Mengadakan pembangunan dikalangan keluarga desa sendiri
8. Membangun proyek komunitas yang bersifat otonom
Partisipasi masyarakat dalam pendidikan, memiliki beberapa
tingkatan:
1. Derajat keterlibatan, mulai dari sekedar mengetahui adanya suatu usaha
sampai dengan ikut aktif menyumbangkan pikiran, tenaga, maupun materi.
2. Prakarsa keterlibatan, yang dapat dibedakan antara keterlibatan spontan
dengan persuasi atau melalui paksaan. Yaitu tingkat otoritas, yang pada
50
dasarnya memberikan wewenang kepada kelompok untuk memantapkan
keputusannya. Kewenangan tersebut dapat bersifat resmi kalau kelompok
memberikan kepada pimpinan konsep keputusan yang kemudian dapat
diresmikan.
3. Organisasi keterlibatan, yang dapat dibedakan menjadi keterlibatan
perseorangan atau secara kelompok. Hal ini dapat dikatakan sebagai
tingkat penasihatan/sugesti yang dibangun atas dasar saling mengerti. Oleh
karena itu para anggota kelompok pada hakekatnya sudah cenderung siap
untuk memberikan suatu usul atau saran kalau telah memahami masalah
atau situasi yang dihadapkan kepada mereka.
4. Sikap dalam keterlibatan, mulai dengan yang mendukung, setuju sampai
yang menentang. Hal ini merupakan tingkat saling mengerti yang
tujuannya untuk membantu para anggota kelompok agar memahami
masing-masing fungsi dan sikap yang dapat mengembangkan kerja sama
yang lebih baik. Dengan demikian secara pribadi mereka akan lebih
banyak terlibat, bersikap kreatif dan juga lebih bertanggung jawab.
Sekolah-sekolah Islam seperti Madrasah Ibtdaiyah sebagian besar
masih sering menghadapi kekurangan biaya dalam mengaadakan alat
pengajaran. Dalam hal ini seringkali yayasan kurang memperhatikan unsur-
unsur tersebut (Tafsir, 2000:94.). Selain itu kondisi lingkungan yang kurang
kondusif juga mengganggu proses pembelajaran yang ada di madrasah. Oleh
karena itu, masyarakat atau orang tua siswa sebagai mitra madrasah
berkesempatan seluas-luasnya untuk berperan serta dalam penyelenggaran
51
pendidikan nasional dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, yang di
dasari dengan pendidikan keluarga. Partisipasi masyarakat dalam
penyelenggaraan pendidikan; pendidikan swasta sebagai bagian dari Sistem
Pendidikan Nasional perlu terus di dorong untuk meningkatkan pertumbuhan,
peranan dan tanggung jawab serta mutu pendidikannya yang tetap
mengindahkan ciri-ciri khas perguruan swasta yang bersangkutan serta syarat-
syarat pendidikan secara umum.
Masyarakat yang dimaksud adalah bukan hanya orang tua siswa akan
tetapi orang-orang atau golongan yang memiliki kepentingan bersama dalam
suatu tindakan tertentu dan konsekuensinya serta yang dipengaruhinya disebut
stakeholder (Tilaar, 1999:83). Beberapa macam stakeholder menurut konteks
antara lain semua aktor dalam konteks kelembagaan disebut sebagai
stakeholder potensial. Yaitu kelompok yang memiliki keputusan-keputusan
yang akan dibuat berkenaan dengan agenda pendidikan dan organisasi–
organisasi yang berpartisipasi dalam proses ketetapan pendidikan. Sedangkan
kelompok yang mengejar kepentingan mereka dalam situasi (konteks) suatu
organisasi tertentu dalam institusi disebut stakeholder kinetik atau aktif
(Mc. Ginn-T.Welsh, 2003:86). Ia terlibat aktif dalam pengambilan keputusan
dan perencanaan organisasi meningkatkan kemungkinan tindakan yang
berhasil.
Pengambilan keputusan dapat ditingkatkan dengan meningkatkan
informasi tentang cakupan perhatian, sasaran dan komitmen dari penerima
keuntungan dengan program yang diharapkan, serta tentang sarana alternatif
52
untuk memenuhi sasaran dan perhatian tersebut sambil melanjutkan komitmen
itu. Misalnya keterlibatan orang tua dalam merancang suatu unit kurikulum
baru dapat menyiagakan para perancang dalam topik-topik sensitif yang harus
dihindari. Para guru mungkin dapat menyerahkan alternatif untuk
mengorganisir unit tersebut. Desentralisasi merupakan suatu metode utama
bagi keterlibatan stakeholder.
Partisipasi masyarakat dalam pendidikan agama Islam di Madrasah
sudah sepatutnya dilakukan khususnya oleh masyarakat yang beragama Islam.
Dalam Islam sendiri, partisipasi disebut sebagai jihad. Karena hal ini
merupakan bentuk kepedulian masyarakat terhadap berkembangnya agama
Islam dan jihad fi sabilillah. Sebagaimana firman Allah SWT dalam surat At-
Taubah ayat 122.
Artinya: tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan
perang). mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara
mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka
tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya
apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat
menjaga dirinya (Departemen Agama Republik Indonesia,
1993:301).
Dari ayat ini mengandung arti bahwa umat Islam dituntut untuk mendukung
jalannya pendidikan sebagaimana ayat di atas bahwa menuntut ilmu itu juga
penting sebagaimana berjihad di medan perang. Dukungan itu dapat dilakukan
dengan cara memberikan segala kemampuan yang dimilikinya ke jalan Allah
SWT. Maka dari itu sumbangsih masyarakat Islam terhadap pendidikan juga
53
dapat disebut sebagai jihad. Yang dimaksud jihad disini adalah bukan semata-
mata mengangkat senjata, melainkan dengan sungguh-sungguh usaha dan
kegiatan menuju ke arah kemajuan dan kesempurnaan di jalan Allah yang
terkenal dengan tugas amar ma‟ruf nahi mungkar. Firman Allah dalam surat
Al-Imron ayat 110
Artinya: kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia,
menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar,
dan beriman kepada Allah. Sekiranya ahli kitab beriman, tentulah
itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan
kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik (Departemen
Agama Republik Indonesia, 1993:94).
Pada dasarnya partisipasi masyarakat memiliki 3 konsep yang mana
madrasah dan masyarakat merupakan partnership dalam berbagai aktivitas
yang berkaitan dengan aspek-aspek pendidikan, yaitu:
1. Sekolah/Madrasah dengan masyarakat merupakan satu keutuhan dalam
menyelenggarakan pendidikan dan pembinaan pribadi peserta didik.
2. Sekolah/Madrasah dengan tenaga kependidikan menyadari pentinya
kerjasama dengan masyarakat, bukan hanya dalam melakukan pembaruan
tetapi juga dalam menerima berbagai konsekuensi dan dampaknya, serta
mencari alternatif pemecahannya.
3. Sekolah/Madrasah dengan masyarkat sekitar memiliki andil dan
mengambil bagian serta bantuan dalam pendidikan di Sekolah/Madrasah,
54
untuk mengembangkan berbagai potensi yang ada sesuai dengan harapan
peserta didik.
Para pendidik profesional setuju bahwa masyarakat dan terutama orang
tua memberikan sumbangan penting bagi pekerjaan mereka. Partisipasi yang
diminta biasanya berupa dukungan dari masyarakat atas apa yang sedang di
coba dilakukan Madrasah. Yakni para guru dan kepala Madrasah
dukungannya pun berupa penyediaan tenaga kerja dan meterial bangunan dan
pemeliharaan gedung yang menjamin bahwa para siswa mengerjakan
pekerjaan rumah mereka. Oleh karena itu tingkat partisipasi masyarakat yang
rendah dianggap sebagai kegagalan masyarakat untuk menghargai nilai
pendidikan. Pendidikan harus dikaitkan kepada kebutuhan-kebutuhan
produksi masyarakat, sekolah-sekolah membantu memikul biaya
operasionalnya sendiri dan menjadi bagian integral dalam komunitas yang
mereka layani (Robinson, 1986:341).
Sebagai umat Islam dituntut untuk selalu berjuang/berjihad dengan
sungguh-sungguh di jalan Allah, sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya.
Apabila mampu dengan tangannya hendaklah mau dengan ikhlas
menyumbangkan tenaganya, apabila mampu dengan lisannya, maka mereka
harus berani mengatakan dengan tegas yang hak dan yang bathil, mencarikan
solusi yang baik untuk kebenaran di jalan Allah seperti sebagai ustadz, guru,
dan lain-lain.dan apabila hanya mampu dengan hatinya, maka mereka harus
meyakini dengan seyakain-yakinnya apa yang diperintah-Nya dan apa yang
dilarang-Nya. Sebagaimana sabda Nabi Saw:
55
:قل سله على اهلل صل اهلل رسل مسعت :قال عنى اهلل رض احلدر بن سعد ابا عن
ذلك .فبقلبى شتطع مل فإن .نى فبلشا شتطع مل فإن. ري بديفلغ منكرا منكه رأ من
)مشله راي (االميان اضعفArtinya: Dari Abu Sa’id bin Khudri, r.a., berkata: saya mendengar Rasulullah
Saw bersabda: barang siapa mengetahui barang yang mungkar,
maka hendaklah mengubah dengan tangannya, bila tidak mampu
hendaklah dengan lisannya, bila tidak mampu hendaklah dengan
hatinya dan yang demikian itu merupakan iman yang paling lemah.
(Muslim bin Al-Khajaj, 1993:45-46)
Menurut pandangan Islam, pada dasarnya manusia memiliki dua
bentuk kemampuan yang dapat dipergunakan untuk berpartisipasi (jihad) di
jalan Allah, yaitu berupa harta dan jiwa. Sebagaimana firman Allah SWT
dalam surat Al-Hujurat ayat 15 :
Artinya: Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu hanyalah orang-orang
yang percaya (beriman) kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian
mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjuang (berjihad) dengan
harta dan jiwa mereka pada jalan Allah. mereka Itulah orang-orang
yang benar.
Beberapa faktor yang mempengaruhi masyarakat dalam ikut
berpartisipasi terhadap pendidikan di Madrasah yaitu: (Sastropoetro, 1988:22)
1. Minat dan motivasi masyarakat untuk mendapatkan pendidikan.
Dengan mengenyam pendidikan masyarakat berharap memiliki
kemampuan membaca, menulis, berhitung dan mendapatkan pengetahuan
terhindar dari kemiskinan, mendapatkan kedudukan sosial dan percaya
terhadap diri sendiri.
56
2. Penginterpretasian yang dangkal terhadap agama. Dengan mendapatkan
pendidikan agama di Madrasah mereka berharap dapat bertingkah laku
dengan baik sesuai dengan kepribadiannya.
3. Kecendrungan untuk menyalah artikan motivasi dan kepentingan
organisasi penduduk yang biasanya mengarah kepada timbulnya persepsi
yang salah terhadap keinginandan motivasi serta organisasi penduduk
dapat halnya terjadi di beberapa Negara.
4. Tersedianya kesempatan kerja yang lebih baik di luar pedesaan.
Masyarakat beranggapan bahwa hidup di luar (kota) lebih terjamin dari
pada kehidupan di desa.
5. Tidak terdapatnya kesempatan untuk berpartisipasi dalam hal
pembangunan.
Adapun sifat dan ciri-ciri partisipasi masyarakat tersebut, antara lain:
1. Partisipasi bersifat sukarela.
2. Berbagai issu dan masalah haruslah disajikan dan dibicarakan secara jelas
dan objektif.
3. Kesempatan untuk berpartisipasi haruslah mendapat keterangan/informasi
ang jelas dan memadai tentang setiap segi atau aspek dari program yang
akan didiskusikan.
4. Partisipasi masyarakat dalam rangka menentukan kepercayaan terhadap
diri sendiri haruslah menyangkut berbagai tingkatan dan berbagai sektor,
bersifat dewasa, penuh arti, berkesinambungan dan aktif.
57
BAB III
PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN
A. Kondisi Umum Masyarakat Desa Batur, Kecamatan Getasan, Kabupaten
Semarang
1. Aspek Demografi dan Geografi
Desa Batur masuk ke dalam wilayah Kecamatan Getasan
Kabupaten Semarang. Berada di dataran tinggi, luas sekitar 1081,750 Ha,
dengan ketinggian 1200 m2, curah hujan 2500 mm dan suhu rata-rata
30°C. Dengan batas wilayah :
a. Sebelah Utara : Ds. Somo Gawe
b. Sebelah Timur : Ds. Tajuk
c. Sebelah Selatan : Gn. Merbabu
d. Sebelah Barat : Ds. Kopeng
Terbagi menjadi 19 Dusun, 54 (lima puluh empat) Rukun Tetangga
dan 19 (sembilan belas) Rukun Warga (RW) dengan jumlah warga 6784
Jiwa. Terdiri dari 3214 jiwa berjenis kelamin laki-laki dan 3570 jiwa
berjenis kelamin perempuan. Agama mayoritas yang dianut masyarakat
desa Batur adalah agama Islam, meskipun ada penganut agama lain seperti
Kristen, Katholik, Budha dan Hindu.
Sarana perhubungan di desa ini meliputi kendaraan angkutan
umum dan kendaraan angkutan pribadi. Kendaraan angkutan umum
berupa mini bus, ojek. Sedangkan kendaraan pribadi berupa mobil, motor
dan sepeda genjot. Sarana komunikasi di daerah ini mengikuti
58
perkembangan zaman yang ada yaitu telepon umum, telepon pribadi,
handpone, televisi dan radio. Orbitasi desa Batur meliputi: jarak dengan
Kecamatan Getasan + 3 km, dengan Kabupaten Semarang + 30 km,
dengan Propinsi Jawa Tengah + 35 km dan dengan Ibu Kota Jakarta + 200
km.
2. Aspek Pendidikan
Desa Batur terdapat 4 (empat) unit Sekolah Dasar (SD) berstatus
Negeri dan 2 (dua) Madrasah, yaitu Madrasah Ibtidaiyah berstatus swasta
yang di miliki oleh yayasan al-Ma‟arif Getasan, 1 (satu) KARMEL dan 4
(empat) unit Taman Kanak-kanak.
3. Aspek Pemerintahan
Desa Batur, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang terdiri dari :
1 orang Kepala Desa, 1 orang Sekretaris Desa, 2 orang Kasi, 3 orang
Kaur, 19 orang Kadus, 54 RT dan 19 RW. Adapun susunan pemerintahan
desa Batur Wetan, sebagai berikut:
a. BPD, terdiri dari: 1 orang Ketua, 1 orang Sekretaris, 1 Bendahara dan
8 Anggota
b. LINMAS, terdiri dari: 1 Danton, 1 Sekretaris, 1 Bendahara dan 40
Anggota
c. LMD, terdiri dari: MASTUIS, PSGDB dan FKUB.
d. PKK Desa, terdiri dari: 2 Ketua, 2 Sekretaris, 2 Bendahara dan 20
Anggota.
59
e. Dasawisma, terdiri dari: 19 Dusun terdiri dari 98 kelompok yaitu
Posyandu (19 Dusun, 97 Kader Balita), Lansia (19 Dusun, 11
Kelompok), BKB (Krangkeng 411.4 / 01 / III / 08) dan Desa Siaga (19
Dusun, 19 Kelompok).
4. Aspek Keberagaman
Mayoritas penduduk desa Batur beragama Islam, dapat
dikalkulasikan menurut agama yang dianut, sebagai berikut:
a. Islam : laki-laki berjumlah 2638 orang dan wanita berjumlah 2149
orang, total 4787 orang
b. Katolik : laki-laki berjumlah 2 orang dan wanita berjumlah 2 orang
total, 4 orang
c. Kristen : laki-laki berjumlah 785 orang dan wanita berjumlah 878
orang, total 1663 orang
d. Budha : laki-laki berjumlah 218 orang dan wanita berjumlah 206
orang, total 424 orang
Jadi jumlah keseluruhan laki-laki 3363 orang dan wanita berjumlah 3235
orang, sehingga jumlah total keseluruhan sebesar 6878 orang
5. Aspek Bangunan
Tempat ibadah, terdiri dari: masjid berjumlah 18 unit, gereja
berjumlah 10 unit dan wihara berjumlah 1 unit. Keadaaan rumah
penduduk, terdiri dari: permanen berjumlah 391 unit, semi permanen
berjumlah 275 unit, tidak permanen berjumlah 1070 unit, tidak layak huni
berjumlah 10 unit, jadi jumlah keseluruhan bangunan rumah penduduk
sebesar 1746 unit.
60
Melihat kondisi yang seperti ini, yaitu masyarakat desa Batur Wetan
merupakan masyarakat agamis, maka sudah seharusnya masyarakat peduli dan
ikut melancarkan kemajuan pendidikan di Madrasah Ibtidaiyah Miftahul Falah
Batur 1, dimana satu-satunya madrasah yang ada di desa tersebut. Dengan cara
meningkatkan partisipasi baik fisik maupun non fisik terhadap pendidikan
yang ada di Madrasah demi tercapainya kualitas pendidikan khususnya
pendidikan agama Islam yang semakin baik dan bermutu.
B. Kondisi Umum Madrasah Ibtidaiyah Miftahul Falah Batur 01, Batur
Wetan, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang
1. Profil Sekolah
Nama Sekolah, MI Miftahul Falah Batur 01 beralamat di Dsn.
Batur Wetan RT 01, RW 13, Kelurahan Batur, Kecamatan Getasan,
Kabupaten Semarang, Provinsi Jawa Tengah, Kode Pos 50774, No.
Telepon/HP 087734163183. MI Miftahul Falah Batur 01 ini mulai
operasional pada tahun 1954 dengan luas tanah 1350 m2 dan luas
bangunan 706 m2, status tanah: Milik Sendiri/ Hibah/ Sewa *), status
bangunan: Milik Sendiri/ Hibah/ Sewa*). MI Miftahul Falah Batur 01
terakreditasi B.
2. Visi, Misi dan Tujuan Sekolah
Adapun Visi dari MI Miftahul Falah Batur 01 adalah ”Terwujudnya
Generasi Islam Yang Terampil Qiro’ah, Tekun Beribadah, Berakhlak
Karimah Dan Unggul Dalam Prestasi”. Sedangkan Misi MI Miftahul
Falah Batur 01, antara lain:
a. Menyelenggarakan pendidikan yang berkualitas dalam pencapaian
prestasi akademik dan non akademik
61
b. Mewujudkan pembelajaran dan pembiasaan dalam mempelajari
Alqur‟an dan menjalankan ajaran agama Islam.
c. Mewujudkan pembentukan karakter Islami yang mampu
mengaktualisasikan diri dalam masyarakat.
d. Meningkatkan pengetahuan dan profesionalisme tenaga kependidikan
sesuai dengan perkembangan dunia pendidikan
e. Menyelenggarakan tata kelola madrasah yang efektif, efisien,
transparan dan akuntabel
Tujuan Pendidikan di MI Miftahul Falah Batur 01, terdiri dari:
a. Tujuan umum : terciptanya kehidupan religi di lingkungan MI yang
ditunjukkan melalui akhlakul karimah, ukhuwah dan disiplin beribadah
sebagai dasar mencerdaskan kehidupan bangsa.
b. Tujuan khusus : mewujudkan pemahaman dan kemampuan peserta
didik dalam membaca Al-Qur‟an, meningkatkan prestasi lulusan
peserta didik yang siap mengikuti pendidikan lebih lanjut,
meningkatkan kepedulian terhadap semua warga sekolah serta
menjunjung tinggi kemandirian, meningkatkan ketaqwaan terhadap
Allah dengan disiplin beribadah.
3. Jumlah Siswa dan Rombel Dua Tahun Terakhir
No Kelas
Tahun Pelajaran
2014-2015 2015-2016
Jumlah Rombel Jumlah Rombel
1. I 14 1 12 1
2. II 16 1 14 1
3. III 15 1 16 1
4. IV 19 1 15 1
5. V 18 1 21 1
6. VI 19 1 18 1
JUMLAH 101 6 96 6
62
4. Jumlah Guru dan Tenaga Pendukung
a. Jumlah PTK berdasarkan tingkat Kualifikasi Akademik
No Status/ Jabatan Tingkat Pendidikan Terakhir
<
SLTP SLTA D2 D3 S1*) S2 S3
1. Kepala Sekolah - - 1 - - - -
2. Guru PNS - - - - - - -
3. Guru
Bantu/Honda**)
- - 1 - 2 - -
4. Guru
Sukwan/Honor***)
- 1 - - 5 - -
5. Penjaga sekolah 1 - - - - - -
*) Sarjana Pendidikan
b. Kualifikasi Pendidik berdasarkan tingkat Kompetensi/ Sertifikasi
No Status/ Jabatan
Jumlah Personil yang Lulus
Sertifikasi
Jumlah Tahun
1. Kepala Sekolah - -
2. Guru PNS - -
3. Guru Bantu/Honda - -
4. Guru Sukwan/Honor 3 2011/2012
Keterangan:
**) Guru Bantu/Honor daerah : guru bukan PNS yang diangkat
Pemerintah Provinsi/Kabupaten/Kota pada sekolah negeri atau
sekolah swasta dengan biaya dari Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah (APBD).
***) Guru Sukwan/Honor : tenaga suka relawan sama seperti
pengertian honorer tapi sukwan hanya penyebutan saja biasa
dipakai dari intansi yang berkaitan guna memperjelas status
dengan biaya dari sekolahan dalam hitungan jam.
5. Jumlah Sarana dan Prasarana
a. Koleksi Perpustakaan
No Jenis Koleksi Buku Jumlah Satuan
1. Buku Teks Utama 500 Eksemplar
2. Buku Bacaan 100 Eksemplar
3. Buku Referensi 10 Eksemplar
63
b. Peralatan Pendidikan
No Jenis Peralatan Jumlah Satuan Kondisi
1. Alat Peraga IPA (Torso) 1 Unit Cukup
2. IPS 3 Unit Cukup
3. Matematika 1 Unit Rusak
4. Bahasa Indonesia 2 Unit Cukup
5. Bahasa Inggris
6. IPBA
7. KIT IPA
c. Media Pendidikan
No Jenis Media Jumlah Satuan Kondisi
1. Perangkat Komputer 3 Unit 3 = Rusak
2. Printer 3 Unit 1 = Rusak
1 = Cukup
1 = Baik
3. LCD 1 Unit Baik
4. Projector (OHP)
5. Layar OHP
6. Infokus
7. Layar Infokus
8. Televisi 1 Unit Baik
9. Notebook AXIO100
(P.III)
10. DVD Player 1 Unit Cukup
11. Sound System 1 Unit Cukup
12. Keeyboard Portable 1 Unit Hilang
(Pencurian)
13 Sound System DAT
14 CD Keping-Interaktif 20 Keping Cukup
d. Perabot Sekolah
No Jenis Perabotan Sekolah Jumlah Satuan Kondisi
1. Meja/kursi Kepala
Sekolah
1 Set Baik
2. Meja/kursi Guru 10 Set Cukup
3. Kursi Chitos
3. Meja Siswa 110 Buah Cukup
4. Kursi Siswa 110 Buah Cukup
5. Meja Komputer 4 Buah Cukup
6. Lemari Kelas 7 Buah Cukup
7. Rak Buku Perpustakaan 3 Buah Baik
64
No Jenis Perabotan Sekolah Jumlah Satuan Kondisi
8. Meja Osin
9. Papan Tulis/ White Board 1 Buah Rusak
10. Papan Tulis/ Blackboard 6 Buah Cukup
11. Papan Data Kantor 1 Unit Cukup
e. Jumlah Ketersedian Ruangan
No Nama Ruangan Jumlah Satu
an
Kondisi
1. Ruang Kelas/ Belajar 7.(6 x 7m) m2 Cukup
2. Kantor
(Kepsek/Guru/Komite)
7X8 m2 Cukup
3. Ruang Perpustakaan 7 x 6 m m2 Baik
4. UKS 4x 2 m m2 Cukup
5. WC GURU 2 x 3 m m2 Cukup
6. WC MURID 3 ( 2 x 2m) m2 Rusak
6. Kegiatan dan Prestasi yang pernah dicapai
a. Juara I lari 200 M (Putra) dalam PORSENI Madsarah Tingkat
Kabupaten Tahun 2012
b. Juara III lari Sprint 100 M (Putri) PORSEMA Tingkat Kabupaten
Tahun 2012
c. Juara I Atletik Kids Tingkat Kec. Getasan Tahun 2013
d. Juara III pawai Ta‟aruf 1 Muharam Tingkat Kec. Getasan tahun 2014
C. Partisipasi Masyarakat Dalam Peningkatan Mutu Pendidikan Agama
Islam di Madrasah Ibtidaiyah Batur Wetan Kecamatan Getasan
Kabupaten Semarang
1. Bentuk partisipasi masyarakat
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara penulis bahwa selama
ini bentuk partisipasi yang diberikan oleh masyarakat terhadap Madrasah
Ibtidaiyah Miftahul Falah Batur 01, Batur Wetan, Kecamatan Getasan,
65
Kabupaten Semarang dalam meningkatkan kualitas mayoritas masih
secara umum, artinya partisipasi yang diberikan tidak langsung kepada
peningkatan kualitas pendidikan agama Islam, akan tetapi partisipasi
tersebut erat kaitannya dengan peningkatan kualitas pendidikan agama
Islam yaitu partisipasi masyarakat dalam kepemimpinan, pembelajaran
(sebagai tenaga pengajar, penentuan mata pelajaran, kurikulum muatan
lokal), pembiayaan dan perlengkapan sarana prasarana pendidikan agama
Islam.
a. Partisipasi masyarakat dalam kepemimpinan
Kepemimpinan merupakan sebuah konsep manajemen dalam
kehidupan organisasi. Kepala madrasah sebagai supervisor-supervisi
yaitu salah satu komponen yang mempunyai peranan penting dalam
pencapaian tujuan pendidikan. Pelaksanaan supervisi merupakan
pelayanan, pembinaan, bimbingan serta bantuan kepada para guru agar
menjadi guru atau personal yang semakin cakap sesuai dengan
perkembangan ilmu pengetahuan pada umumnya dan ilmu pendidikan
agama Islam pada khususnya, dengan harapan agar mampu
meningkatkan efektifitas proses belajar mengajar di sekolah (Nawawi,
1989:104) yang memiliki banyak peranan penting dalam peningkatan
kualitas pendidikan. Kepala Madrasah sebagai pemimpin di lembaga
pendidikan (Madrasah) harus menjadi figur yang sangat diperlukan
dalam mengambil keputusan dan menerapkan kebijakan, sehingga
berbagai persoalan dapat di atasi. Selain itu, keterlibatan masyarakat
66
dalam peningkatan mutu pendidikan sangat diperlukan.Yaitu
masyarakat yang tergabung dalam Komite Sekolah dimintai
pertimbangan dalam pengambilan keputusan sebagaimana fungsi dan
tujuan pembentukan komite sekolah. Dan dalam penyusunan pengurus
senantiasa melibatkan masyarakat seperti tokoh masyarakat
(Ulama/Kyai, ketua RW), aparat desa (kepala desa), orang tua siswa di
lingkungan Madrasah Ibtidaiyah Miftahul Falah Batur 01, Batur
Wetan, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang. Hal ini dilakukan
satu kali dalam satu semester yaitu akhir tahun ajaran (Wawancara
dengan Kepala Yayasan Ma‟arif NU Getasan pada tanggal 24 Maret
2016).
Adapun partisipasi yang diberikan dalam menentukan
kepemimpinan madrasah yang dilakukan dalam jangka waktu lima
tahun sekali adalah pemberian izin/restu dari para ulama/kyai
setempat. Hal ini merupakan forum tertinggi yang melibatkan
pengurus yayasan, pengurus madrasah, kepala desa, tokoh masyarakat
(ulama) setempat dan perwakilan dari komite sekolah (Wawancara
dengan Bapak Cahyo (ketua komite madrasah) pada tanggal 25 Maret
2016).
Partisipasi masyarakat dalam manajemen lainnya terbukti
dengan makin banyaknya siswa-siswi Madrasah Ibtidaiyah Miftahul
Falah Batur 01 dalam setiap ajaran baru. Hal ini, membuktikan bahwa
minat dan motivasi masyarakat terhadap pendidikan agama Islam
67
khususnya sangat tinggi disamping masyarakat Batur Wetan
merupakan masyarakat agamis.
Sebagaimana diutarakan oleh Bapak Sukardi; “pendidikan
agama Islam di Madrasah Ibtidaiyah Miftahul Falah Batur 01, Batur
Wetan, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang lebih bagus dan
mumpuni (mencukupi) dibanding dengan pendidikan agama Islam di
SD yang sedikit” (Wawancara dengan Bapak Sukardi, orang tua siswa
kelas V pada tanggal 22 Maret 2016).
b. Partisipasi masyarakat dalam pembelajaran pendidikan agama Islam
1) Sebagai tenaga pengajar (Guru)
Kegiatan belajar mengajar tidak lepas dari adanya seorang
guru atau pengajar. Kepedulian warga masyarakat dukuh tengah
sangat besar. Hal ini teraplikasi dalam partisipasi masyarakat
sebagai tenaga pendidik (guru) di Madrasah Ibtidaiyah Miftahul
Falah Batur 01 dengan kualifikasi 80% tenaga pendidik lingkungan
madrasah sendiri (lokal) 14 guru dan kepala sekolah yang ada.
Selain peningkatan jumlah siswa yang cukup banyak, masyarakat
sendiri merasa bahwa dengan keberadaan Madrasah Ibtidaiyah
Miftahul Falah Batur 01 maka masyarakat memiliki tanggung
jawab terhadap pendidikannya (Wawancara dengan guru kelas IV,
Ibu Chayati, S.PdI pada tanggal 21 Maret 2016).
Sistem pendidikan di Madrasah Ibtidaiyah Miftahul Falah
Batur 01 dilaksanakan dengan menggunakan sistem paket, yaitu
68
sistem penyelenggaraan pendidikan dimana peserta didik
diwajibkan mengikuti seluruh program pembelajaran dan beban
belajar yang sudah ditetapkan untuk setiap kelas sesuai dengan
struktur kurikulum yang sedang digunakan.
Setiap mata pelajaran pada sistem paket dinyatakan dalam
bentuk satuan pelajaran yang meliputi kegiatan tatap muka,
penugasan yang terstruktur, dan kegiatan mandiri yang tak
berstruktur. Penugasan terstruktur adalah kegiatan pembelajaran
yang berupa pendalaman materi pembelajaran oleh peserta didik
yang dirancang oleh pendidik untuk mencapai standar kompetensi.
Sedangkan bentuk penugasan terstruktur yaitu pemberian tugas
individu, pemberian tugas kelompok, melakukan riset sederhana
dan lain sebagainya.
Kegiatan mandiri tak berstruktur adalah kegiatan
pembelajaran yang berupa pendalaman materi pembelajaran oleh
peserta didik yang dirancang oleh pendidik untuk mencapai standar
kompetensi, berbentuk seperti pekerjaan rumah, tugas kegiatan
ramadhan, pelaksanaan shalat jama‟ah dan lain-lain.
Kegiatan belajar mengajar di Madrasah Ibtidaiyah Miftahul
Falah Batur 01 yaitu:
Kelas 1 : dimulai jam 07.00 sampai jam 10.00
Kelas II : dimulai jam 07.00 sampai jam 11.00
Kelas III : dimulai jam 07.00 sampai jam 12.00
Kelas IV : dimulai jam 07.00 sampai jam 12.00
Kelas V : dimulai jam 07.00 sampai jam 12.30
69
Kalas VI : dimulai jam 07.00 sampai jam 12.30
Adapun pada hari Jum‟at kelas 1-II dimulai jam 07.00 sampai jam
09.00 dan kelas III-VI dimulai jam 07.00 sampai jam 11.00.
2) Sebagai penentu mata pelajaran kurikulim Muatan Lokal (Mulok).
Mata pelajaran yang ada dalam kurikulum semuanya
ditentukan oleh Madrasah atas kesepakatan Komite Sekolah yang
sebelumnya juga telah melibatkan orang tua siswa dan juga
pengurus Yayasan. Namun keputusan dalam kurikulum tetap ada
pada pihak Madrasah atas saran atau masukan Komite Sekolah.
Secara umum pendidikan di Madrasah Ibtidaiyah Miftahul Falah
Batur 01 dapat digambarkan, sebagai berikut:
a) Madrasah Ibtidaiyah Miftahul Falah Batur 01 memiliki struktur
kurikulum yang terdiri atas komponen mata pelajaran,
komponen muatan lokal (Mulok) dan komponen
pengembangan diri.
Komponen mata pelajaran terdiri dari lima kelompok
mata pelajaran yaitu:
(1) Kelompok mata pelajaran agama Islam.
(2) Kelompok mata pelajaran kewarganegaraan
(3) Kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi
(4) Kelompok mata pelajaran estetika
(5) Kelompok mata pelajaran jasmani.
Komponen muatan lokal dimaksudkan untuk
mengembangkan kompetensi yang disesuaikan dengan ciri
70
khas Madrasah dan kompetensi daerah, termasuk keunggulan
daerah yang materinya tidak dapat dikelompokan ke dalam
mata pelajaran yang ada. Diantaranya adalah bahasa Jawa dan
baca tulis Al-Qur‟an. Komponen pengembangan diri
dimaksudkan untuk memberikan kesempatan kepada peserta
didik untuk mengembangkan dan mengapresiasikan diri sesuai
kebutuhan, bakat, minat setiap peserta didik sesuai dengan
kondisi Madrasah. Misalnya pramuka, tartil Al-Qur‟an, tilawat
Al-Qur‟an.
b) Madrasah Ibtidaiyah Miftahul Falah Batur 01 memiliki muatan
kurikulum yang terdiri atas komponen mata pelajaran,
komponen muatan lokal, komponen pengembangan diri.
Komponen mata pelajaran meliputi pendidikan agama
Islam; al-Qur‟an Hadits, Akidah Akhlak, Fiqh, Sejarah
Kebudayaan Islam, Pendidikan Kewarganegaraan, Bahasa
Indonesia, Bahasa Arab, Matematika, Ilmu Pengetahuan Alam,
Ilmu Pengetahuan Sosial, Seni dan Budaya, Pendidikan
Jasmani, olah raga dan kesehatan. Komponen muatan lokal di
Madrasah Ibtidaiyah Miftahul Falah Batur 01, meliputi:
pelajaran Bahasa Jawa dan Baca Tulis Al-Qur‟an (BTA).
Sedangkan bentuk komponen pengembangan diri
di Madrasah Ibtidaiyah Miftahul Falah Batur 01, meliputi:
kegiatan shalat Dhuha dan Dhuhur berjamaah, tadarus
71
Al-Qur‟an, tartil Al-Qur‟an, tilawat Al-Qur‟an, layanan
bimbingan dan konseling, kepramukaan, drum band, rebana.
c. Partisipasi dalam pembiayaan dan penyedia sarana dan prasarana
Pendidikan Agama Islam di Madrasah Ibtidaiyah Miftahul
Falah Batur 01, peran masyarakat untuk menyediakan dana sarana dan
prasarana, mencakup dana untuk biaya pelaksanaan pendidikan dan
dana untuk pengadaan sarana dan prasarana. Dana untuk biaya
operasional pendidikan diperoleh dari Kementerian Agama Kab.
Semarang, BOP, DBO, serta tata usaha yang dilakukan oleh Madrasah
tersebut. Selain itu, Madrasah Ibtidaiyah Miftahul Falah Batur 01
mendapatkan Bantuan Operasional Sekolah (BOS) dari pemerintah,
baik berupa uang atau buku pelajaran. Pendanaan yang diperoleh
Madrasah Ibtidaiyah Miftahul Falah Batur 01 selain tersebut di atas,
juga di dapat dari para donatur tetap yang terdiri dari para pengusaha
dan pedagang. Baik orang tua siswa maupun masyarakat pada
umumnya. Setiap tahun ajaran baru maupun akhir Tahun ajaran, para
donatur memberikan sumbangan minimal Rp. 10.000. Yang dilakukan
oleh panitia penerima sumbangan Madrasah Ibtidaiyah Miftahul Falah
Batur 01 (Wawancara dengan Bapak Nur Bahrudin, orang tua siswa,
pada tanggal 23 Maret 2016). Dana yang telah terkumpul dikelola oleh
Komite Sekolah yang kemudian digunakan untuk pengadaan sarana
dan prasarana yang belum ada atau sudah rusak, gaji guru honorer dan
pembangunan fisik lainnya.
72
2. Problematika Partisipasi Masyarakat Desa Batur Wetan
Dengan melihat berbagai partisipasi masyarakat yang diberikan
terhadap Madrasah Ibtidaiyah Miftahul Falah Batur 01 dalam peningkatan
kualitas pendidikan, khususnya pendidikan agama Islam, tentunya ada
faktor-faktor yang menghambat adanya aktivitas tersebut. Adapun faktor
yang melatarbelakangi partisipasi masyarakat Desa Batur Wetan, antara
lain:
a. Komitmen terhadap agama
Masyarakat desa Batur Wetan mayoritas beragama Islam,
sebagai konsekuensi terhadap keberagamaannya yaitu dengan
mengamalkan ajaran agama Islam seoptimal mungkin sesuai dengan
kemampuannya. Dengan demikian mereka selalu berusaha
menjalankan perintah agama demi kemajuan agama Islam. Madrasah
Ibtidaiyah Miftahul Falah Batur 01 sebagai lembaga pendidikan Islam
yang mengajarkan, mengembangkan dan mengamalkan ajaran-ajaran
Islam dengan dilandasi pemahaman Islam seperti di atas tentunya
sudah sewajarnya menjadikan Madrasah Ibtidaiyah Miftahul Falah
Batur 01 sangat diperhatikan oleh masyarakat desa Batur Wetan,
karena menyangkut aspek-aspek pengamalan ajaran-ajaran Islam
(Wawancara dengan Bapak Cahyo anggota komite sekolah pada
tanggal 25 Maret 2016).
Komitmen terhadap agamalah yang sebenarnya merupakan hal
yang sangat penting dan utama, ini disebabkan komitmen agama akan
menjadi partisipasi ikhlas, artinya dalam mengerjakan sesuatu itu
73
dengan kesadaran diri sendiri, tanpa pamrih dan mengharap ridlo dari
Allah SWT. Kepedulian masyarakat desa Batur Wetan terhadap
pendidikan agama islam di Madrasah Ibtidaiyah Miftahul Falah Batur
01 dipicu oleh kesadaran dari masyrakat sebagai masyarakat muslim,
dan rasa tanggung jawab dalam pendidikan.
Adapun bentuk partisipasi masyarakat tersebut ialah menerima
dengan tulus keberadaan Madrasah Ibtidaiyah Miftahul Falah Batur 01
di desa Batur Wetan, memberikan bimbingan keagamaan, mengikuti
kegiatan keagamaan seperti peringatan maulud Nabi, Penerimaan
zakat fitrah, dan lain sebagainya.
b. Kehidupan beragama dimasyarakat
Kegiatan keagamaan di madrasah ikut mewarnai kehidupan
beragama di Madrasah Ibtidaiyah Miftahul Falah Batur 01. Yaitu
adanya Peringatan Hari Besar Islam (PHBI), penerimaan zakat fitrah,
latihan tilawah Al-Qur‟an, tartil Al-Qur‟an dan pesantren kilat.
Kesadaran masyarakat desa Batur Wetan akan pendidikan cukup
tinggi. Oleh karenanya senantiasa memperhatikan pendidikan anak-
anaknya khususnya yang mendapatkan pendidikan di Madrasah
Ibtidaiyah Miftahul Falah Batur 01.
Melihat kegiatan yang begitu banyak dalam hal keagamaan,
banyak orang tua dari siswa yang menyekolahkan anaknya di
Madrasah Ibtidaiyah. Hal ini semata-mata agar anaknya mendapatkan
ilmu agama Islam yang lebih dan dapat menunjang pendidikan agama
Islam di Madrasah Ibtidaiyah Miftahul Falah Batur 01.
c. Peran ulama terhadap Madrasah
74
Peran ulama terhadap pendidikan di Madrasah, khususnya
pendidikan agama Islam sangat mempengaruhi kualitas pendidikan.
Oleh karena itu, Madrasah Ibtidaiyah Miftahul Falah Batur 01 dalam
hal ini menganjurkan kepada setiap orang tua siswa agar sepulang
sekolah anak diberikan pendidikan tambahan dengan menyuruh
anaknya mengaji pada seorang ustadz.
Madrasah Ibtidaiyah Miftahul Falah Batur 01, Batur Wetan,
Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang memiliki kegiatan ekstra
kurikuler yang cukup banyak, diantaranya seni baca Al-Qur‟an (tilawat
Al-Qur‟an) yang yang dipercayakan kepada tokoh masyarakat yaitu
Ustadz Cardi sebagai pembimbing dan pelatih. Banyak siswa yang
antusias mengikuti kegiatan ini, diantaranya dari siswa kelas 4 sampai
kelas 6. terbukti pernah menjadi juala 1 putra dan putri di tingkat
kabupaten tahun 2006 dan juara 2 putra tingkat kecamatan. Kegiatan
seperti ini mendapat respon yang cukup baik dari masyarakat desa
Batur Wetan.
Selain itu, dilihat dari sejarah berdirinya pun Madrasah
Ibtidaiyah Miftahul Falah Batur 01 adalah atas prakarsa para ulama
yang mendapat dukungan dari masyarakat, dengan ikut meberikan
sumbangan pikiran, tenaga dan materi.
d. Upaya-upaya Madrasah dan Masyarakat Desa Batur Wetan dalam
meningkatkan kualitas pendidikan agama Islam
75
Dalam membina pendidikan sekolah/madrasah, masyarakat dan
pemerintah sebagai mitra yang saling membantu dan saling harga
menghargai, dan bukan sebagai majikan terhadap pegawainya atau
malahan sebagai penguasa yang otoriter (Yusuf, 2000:124). Mitra,
artinya ada kerja sama yang saling menguntungkan antara pihak-pihak
yang berkaitan di dalamnya dan berjalan dengan harmonis untuk
mencapai tujuan. Untuk mengeratkan hubungan tersebut, dalam hal ini
masyarakat Madrasah Ibtidaiyah Miftahul Falah Batur 01 dan
masyarakat Desa Batur Wetan, besama-sama mengupayakan
terjalinnya hubungan yang baik agar tercapai tujuan yang diinginkan
yaitu meningkatnya kualitas pendidikan pada umumnya dan
pendidikan agama Islam pada khususnya. Hal ini mengingat
masyarakat adalah pemilik Sekolah/Madrasah; Sekolah ada karena
masyarakat memerlukannya.
Upaya-upaya yang dilakukan antara Madrasah Ibtidaiyah
Miftahul Falah Batur 01 dan masyarakat Batur Wetan, sebagai berikut:
1) Masyarakat Desa Batur Wetan (orang tua siswa, tokoh
masyarakat,aparat desa, pengusaha)
Upaya yang dilakukan oleh masyarakat Batur Wetan dalam
menjalin kerjasama dengan masyarakat Madrasah Ibtidaiyah
Miftahul Falah Batur 01 untuk meningkatkan kualitas pendidikan
agama Islam, antara lain: (Wawancara dengan Bapak Cahyo
anggota komite sekolah pada tanggal 25 Maret 2016)
76
a) Menghadiri undangan rapat yang di adakan oleh Madrasah
Ibtidaiyah Miftahul Falah Batur 01
b) Memberikan solusi pemecahan masalah yang ada di Madrasah
Ibtidaiyah Miftahul Falah Batur 01
c) Memberikan bimbingan keagamaan kepada siswa siswi
Madrasah dalam kegiatan kurikuler maupun yang bersifat
ekstra kurikuler.
d) Memberikan sumbangan baik berupa fisik maupun non fisik
secara sukarela yang dilandasi kesadaran akan pendidikan
keagamaan di Madrasah Ibtidaiyah Miftahul Falah Batur 01,
Batur Wetan, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang
2) Masyarakat Madrasah Ibtidaiyah Miftahul Falah Batur 01 (kepala
sekolah, tenaga kependidikan, siswa).
Upaya yang dilakukan oleh pihak Madrasah dalam
menggalang partisipasi masyarakat agar ikut meningkatkan
kualitas pendidikan, sebagai berikut: (Wawancara dengan Antoni
Alif, A.Ma. kepala Madrasah Ibtidaiyah Miftahul Falah Batur 01
pada tanggal 20 Maret 2016)
a) Menjalin hubungan kerja sama yang harmonis dengan orang
tua siswa, masyarakat lingkungan madrasah.
b) Mengadakan kegiatan perpisahan siswa kelas enem di ahir
tahun ajaran.
77
c) Ikut memperingati hari-hari besar Islam, seperti mengadakan
pengajian akbar yang dihadiri oleh Kyai/Ulama lokal maupun
luar daerah, takbir keliling, peringatan isra‟ mi‟raj Nabi Saw
d) Mengadakan kegiatan penerimaan zakat fitrah pada malam hari
raya Idul Fitri.
e) Mengikuti perlombaan-perlombaan tingkat desa, kecamatan,
maupun kabupaten. Beberapa hasil yang pernah diraih oleh
siswa siswi Madrasah Ibtidaiyah Miftahul Falah Batur 01
antara lain juara 1 lomba MTQ tingkat kecamatan dan
kabupaten, juara 2 kemah bhakti pramuka, juara 3 lomba
pertandingan sepak bola tingkat kecamatan, dan lain
sebagainya.
f) Melibatkan tokoh masyarakat yang menjadi figure masyarakat
desa Batur Wetan.
g) Membentuk organisasi Komite Sekolah untuk menampung
adanya simpati, aspirasi dan partisipasi masyarakat baik berupa
materi maupun non materi.
h) Melalui rapat bersama, sekolah/madrasah dapat mengundang
lembaga yayasan atau seseorang yang bersimpati terhadap
pendidikan untuk dapat mengadakan rapat bersama guna
membahas suatu masalah.
i) Menjalankan fungsi komite sekolah.
78
BAB IV
PEMBAHASAN
Bab ini membahas mengenai Partisipasi Masyarakat Dalam Peningkatan
Mutu Pendidikan Agama Islam di Madrasah Ibtidaiyah Miftahul Falah Batur 01,
Batur Wetan, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang. Adapun yang hendap
penulis sajikan, sebagai berikut:
A. Analisis Mutu Pendidikan Agama Islam di Madrasah Ibtidaiyah
Miftahul Falah Batur 01
Orang tua, masyarakat dan dunia usaha yang merasa ikut membiayai
pendidikan tidak lagi rela menerima pendidikan yang diurus asal jadi atau
tidak bermutu. Kondisi objektif ini menuntut pendidikan untuk lebih berdaya
mengembangkan misinya dalam mencerdaskan kehidupan bangsa.
Peningkatan harapan masyarakat tersebut memberikan tantangan baru bagi
dunia pendidikan, yaitu bagi pemerintah dan yayasan penyelenggara
pendidikan, tidak bisa lagi hanya didasari asal sekolah itu berjalan apapun
keadaannya, tetapi pendidikan itu harus bermutu dan memiliki akuntabilitas
yang tinggi. Artinya, sekolah harus diurus atas dasar profesionalisme, bukan
asal jadi (Sagala, 2004:162). Mengingat kualitas pendidikan di madrasah lebih
banyak dipengaruhi oleh:
1. Proses Pembelajaran
Proses pembelajaran PAI di Madrasah Ibtidaiyah Miftahul Falah
Batur 01 dipengaruhi oleh adanya motivasi siswa dalam proses belajar
mengajar, keterlibatan siswa secar aktif dan metode-metode pembelajaran
79
yang dipakai oleh guru. Hal ini tidak lain agar tujuan pembelajaran
tercapai dengan baik. Guru sebagai tutor dalam ruang kelas meiliki
berbagai metode dalam penyampaian materi-materi pelajaran. Metode-
metode yang digunakan antara lain dengan demonstrasi, tanya jawab,
tugas-tugas rumah, pelatihan dan lin-lain. Lulusan Madrasah Ibtidaiyah
Miftahul Falah Batur 01 banyak diterima di sekolah lanjutan tingkat
pertama dengan mudah, hal ini menunjukan usaha seorang guru dalam
mencapai tujuan pembelajaran tercapai.
2. Sarana prasarana pendidikan
Sarana dan prasarana yang semestinya menjadi rumah ke-2 bagi
setiap siswa dan warga sekolah menjadi faktor penting dalam pendidikan.
Keterbatasan pendanaan di madrasah ini mengakibatkan fasilitas sarana
dan prasarana pendidikan belum memadai sebagaimana yang diharapkan.
Sehingga melihat fasilitas yang ada ketertarikan dan keinginan masyarakat
untuk memiliki minat berpartisipasi seperti menyekolahkan anak-anaknya
ke Madrasah belum dapat tumbuh.
Kondisi siswa yang belum dapat tampil rapi dan kedisiplinan
warga sekolah yang masih rendah menjadikan madrasah ini bukanlah
sekolah pilihan pertama dan utama dalam masyarakat. Kepala sekolah,
guru dan pegawai sekolah yang menjadi modal dilingkungan sekolah
belum dapat maksimal memberikan pelayanan, karena pendanaan yang
ada ini belum dapat memberikan penghasilan yang lebih. Banyak guru
yang mengajar dengan honorarium Rp. 200.000 sampai dengan Rp.
80
300.000 per bulan atau kurang lebih mereka mendapatkan hasil
Rp.5000/jam. Sebuah penghasilan yang tidak bisa dihandalkan sebagai
penghasilan yang dapat memenuhi kebutuhan hidup minimal sehari-hari
yang layak. Dapat kita bayangkan dengan kondisi seperti itu, maka
kualitas out put yang bagaimana yang dapat dihasilkan oleh pendidikan di
madrasah seperti ini.
3. Kurikulum
Madrasah Ibtidaiyah Miftahul Falah Batur 01 mempunyai
kebebasan untuk mengembangkan silabus namun tetap berada dalam
koridor isi kurikulum yang berlaku secara nasional. Perencanaan dan
pengembangan kurikulum nasional telah dilakukan oleh Departemen
Pendidikan Nasional pada tingkat pusat. Dalam implementasinya daerah
dan sekolah diberi kewenangan untuk mengembangkan silabus
(memperdalam, memperkaya dan memodifikasi).
Adapun maksud dari kurikulum muatan lokal terutama adalah
untuk mengimbangi kelemahan-kelemahan pengembangan kurikulum
sentralisasi (kurikulum nasional) dalam pembelajaran agama Islam dengan
memasukkan muatan lokal berupa tentang materi BTA (Baca Tulis
Al-Qur‟an), Fasholatan dan mengaji. Pembelajaran agama Islam sendiri di
Madrasah Ibtidaiyah Miftahul Falah Batur 01, meliputi: mata pelajaran
Fiqih, Akidah Akhlak, Bahasa Arab, Al-Qur‟an Hadits, Sejarah
Kebudayaan Islam. Untuk lebih mencapai hasil pembelajaran agama Islam
81
maka muatan isi kurikulum ditambah dengan BTA (Baca Tulis Al-Qur‟an)
fasholatan dan mengaji.
Pelaksanaan MBS dalam pembaharuan kurikulum muatan lokal
pembelajaran agama Islam di Madrasah Ibtidaiyah Miftahul Falah Batur
01 lebih mengarah pada rancangan kurikulum yang dibuat oleh kepala
sekolah dan guru sebagai pelaksana muatan lokal pembelajaran agama
Islam (meliputi: BTA, fasholatan, mengaji).
Kelemahan pendidikan di Madrasah terletak pada hal-hal, sebagai
berikut: (Mastuhu, 1999:58)
a. Mementingkan materi diatas metodologi.
b. Mementingkan memori diatas analisis dan dialog.
c. Mementingkan pikiran variabel diatas literal.
d. Mementingkan penguatan pada otak kiri diatas otak kanan.
e. Materi yang diberikan masih bersifat emosional belum menyentuh
aspek rasional.
f. Penekanan yang berlebihan pada ilmu sebagai produk final bukan pada
prosesnya.
g. Mementingkan orientasi memiliki diatas menjadi.
Apa yang disampaikan Mastuhu dalam bukunya, merupakan hal
yang sangat memberatkan masyarakat yang memandang beban kurikulum
Madrasah lebih banyak dibandingkan dengan Sekolah Umum. Disamping
lulusan dari Madrasah masih belum maksimal dalam pemahaman
agamanya, karena kurikulum agama yang ada di madrasah masih bersifat
82
tradisional belum menyentuh aspek rasional. Sedangkan pemahaman
terhadap pelajaran umumnya juga masih jauh dari memuaskan, sehingga
pembelajaran di Madrasah belum dapat secara maksimal dan utuh
mendapatkan ilmu yang diharapkan.
Berangkat dari kondisi ini, maka sudah waktunya untuk dilakukan
reposisi pendidikan Madrasah dengan merumuskan kembali visi dan misi
serta tujuannya ke depan. Apakah orientasi akademis yang dilakukannya
selama ini sudah tepat dan tetap dipertahankan, padahal di posisi lain
beban masyarakat tidak hanya orientasi akademis semata. Tetapi realitas
keagamaan seseorang juga dituntut sebagai wujud dari hasil
pendidikannya di Madrasah, sehingga seorang siswa siap mengamalkan
pengetahuan yang telah ia dapatkan di Madrasah.
4. Tenaga kependidikan.
Hal ini terbukti dengan adanya tenaga pengajar yang kurang
mengetahui tentang aspek-aspek pembelajaran seperti metode, strategi,
rencana pembelajaran dan lain-lain. Karena dalam merekrut tenaga
kependidikan kepala sekolah sering berbenturan dengan kebutuhan tenaga
pengajar yang mendesak sehingga perekrutan dilakukan tanpa melelui tes
ataupun sejenisnya. Oleh karena itu, kepala Madrasah hendaknya sering
mengadakan latihan atau semacam seminar tentang kependidikan.
5. Partisipasi Masyarakat
Keterlibatan masyarakat dalam peningkatan mutu pendidikan
sangat penting dan masyarakat merupkan komponen yang tak dapat
83
dipisahkan dari pendidikan. Partisipasi masyarakat merupakan hasil dari
adanya hubungan kerja sama yang harmonis antara masyarakat dengan
Madrasah Ibtidaiyah Miftahul Falah Batur 01 dalam bidang pendidikan.
hal ini bertujuan untuk lebih meningkatkan solidaritas masyarakat
terhadap pendidikan demi meningkatnya sebuah mutu pendidikan agama
Islam.
B. Analisis Partisipasi Masyarakat Dalam Peningkatan Mutu Pendidikan
Agama Islam di Madrasah Ibtidaiyah Miftahul Falah Batur 01
Desa Batur Wetan merupakan wilayah yang mayoritas penduduknya
beragama Islam. Sebagai umat Islam sudah sepatutnya ikut serta mendukung
keberadaan Madrasah Ibtidaiyah Miftahul Falah Batur 01 dan pendidikan
yang ada dengan tujuan meningkatnya kualitas pendidikan pada umumnya dan
pendidikan agama Islam pada khususnya.
Kesadaran dan kepedulian masyarakat terhadap pendidikan di
Madrasah Ibtidaiyah Miftahul Falah Batur 01 adalah bentuk partisipasi
pertama dan utama. Tanpa adanya kesadaran dan kepedulian tersebut maka
Madrasah Ibtidaiyah Miftahul Falah Batur 01 tidak akan bisa mendapatkan
kerjasama dan melibatkan masyarakat dalam kegiatan di Madrasah. Karena
dengan kerja sama yang terjalin dengan baik antara masyarakat maupun pihak
lain dan Madrasah, maka perhatian dan kepedulian masyarakat akan lebih
meningkat.
Setelah penulis melakukan penelitian, dapat diketahui bahwa
partisipasi masyarakat Desa Batur Wetan cukup baik terhadap peningkatan
84
kualitas pendidikan agama Islam, tidak hanya dalam bentuk fisik dan finansial
saja. Akan tetapi partisipasi lain seperti partisipasi dalam bentuk jasa dan
pikiran sangat diperhatikan. Hal ini dapat dilihat dari kepercayaan masyarakat
yang besar dengan menyekolahkan anak-anaknya untuk mendapatkan
pendidikan di Madrasah Ibtidaiyah Miftahul Falah Batur 01, menjadi
pembimbing dan pelatih kegiatan ekstra kurikuler, menjadi tenaga pengajar
dan lain-lain.
Berbagai partisipasi yang diberikan oleh masyarakat Desa Batur Wetan
terhadap pendidikan di Madrasah Ibtidaiyah Miftahul Falah Batur 01 dengan
tujuan meningkatnya kualitas pendidikan agama Islam, dapat dikategorikan
dalam 4 bentuk partisipasi yang antara lain:
1. Partisipasi pikiran (psychological participation), yang berupa sumbangan
pengalaman atau pengetahuan yang diberikan dalam setiap pertemuan,
diskusi atau rapat yang melibatkan masyarakat sehingga menghasilkan
suatu kesepatan dan keputusan sesuai dengan mufakat.
2. Partisipasi tenaga (physical participation), yang berupa tenaga, waktu,
keahlian yang di berikan pada saat madrasah sedang maupaun akan
mengadakan kegiatan seperti rehabilitasi gedung madrasah.
3. Partisipasi barang (material participation), dalam hal ini partisipasi yang
di berikan dapat berupa barang-barang atau sarana prasarana yang
dibutuhkan oleh Madrasah tanpa melihat kuantitas dari partisipasi tersebut.
85
4. Partisipasi uang (money participation), masyarakat dapat berpartisipasi
dengan memberikan sejumlah uang baik diminta maupaun atas
kesadarannya sendiri.
Adapun partisipasi masyarakat dalam pendidikan di Madrasah
Ibtidaiyah Miftahul Falah Batur 01 dapat dijelaskan dalam beberapa jenis
sesuai dengan bab di atas:
1. Partisipasi masyarakat dalam manajemen
Sesuai dengan kondisi Madrasah Ibtidaiyah Miftahul Falah Batur
01 bahwa partisipasi masyarakat dalam manajemen terlihat dengan adanya
keterlibatan masyarakat dalam menentukan visi, misi dan tujuan
pendidikan, penentuan pengurus madrasah dan penentuan kepala madrasah
melalui rapat kordinasi. Hal ini dilakukan madrasah dengan mengundang
orang tua siswa, pengurus yayasan, tokoh masyarakat yang tergabung
dalam komite sekolah. Di samping itu orang tua dan masyarakat selalu
memperhatikan anak-anak mereka di luar madrasah seperti memberikan
pengajian dan mengikut sertakannya dalam kumpulan keagamaan
(Jam’iyah).
2. Partisipasi masyarakat dalam proses pembelajaran
Orang tua, madrasah dan masyarakat merupakan kunci utama
dalam pendidikan. Sebagaimana Ki Hajar Dewantara menyebutnya
sebagai pusat pendidikan pertama dan utama dalam Tri Pusat Pendidikan
(keluarga, sekolah/madrasah dan masyarakat) yang memiliki tanggung
jawab terhadap keberhasilan pendidikan. Ketiga unsur tersebut dituntut
86
kerjasamanya, baik secara langsung maupun tidak langsung dengan saling
menopang kegiatan yang sama secara sendiri-sendiri maupun bersama-
sama (Hasbullah, 2003:37).
Untuk itu proses pembelajaran yang ada di Madrasah Ibtidaiyah
Miftahul Falah Batur 01 tidak lepas dari adanya campur tangan orang tua
siswa dan masyarakat Batur Wetan. Keterlibatan masyarakat dalam proses
pembelajaran di Madrasah Ibtidaiyah Miftahul Falah Batur 01 sebagai
pendidik/pengajar melalui perekrutan sesuai dengan kebutuhan di
madrasah. Pendidik merupakan tenaga professional yang bertugas
merencanakan dan melaksanakan pengajaran secara langsung dan formal.
Demikian juga orang tua atau keluarga di rumah sebagai pendidik
utama yang bersifat nonformal. Dengan guru yang professional dan
mengetahui kondisi lingkungan madrasah diharapkan tujuan pendidikan
agama Islam khususnya tercapai dengan maksimal, baik dalam kerangka
kognitif, afektif maupun psikomorik siswa. Sehingga orang tua atau
masyarakat bahkan pemerintah bangga akan keberhasilan pendidikan
melalui pembelajaran yang efektif.
Sebagaimana deskripsi kualitas pembelajaran di atas, Madrasah
Ibtidaiyah Miftahul Falah Batur 01 dalam pelaksanaan proses
pembelajaran PAI belum optimal. Hal ini dapat di lihat dari adanya
perekrutan guru yang hanya memandang dari sisi kebutuhan pendidik.
Artinya perekrutan guru tanpa adanya tes, ini menjadi hal yang wajar
karena keberadaan Madrasah Ibtidaiyah Miftahul Falah Batur 01 termasuk
87
di wilayah pedesaan. Hingga yang terjadi keprofesionalan seorang guru
masih kurang. Untuk itu, hendaknya para guru diberi peluang semisal
mengikuti seminar tentang profesionalisme guru yang di dalamnya
membahas hal hal yang berkaitan dengan pembelajaran PAI.
Selepas dari madrasah masyarakat dalam hal ini orang tua
senantiasa memberikan pembelajaran tambahan dengan mengikut-sertakan
anak-anaknya dalam kegiatan yang ada di madrasah, seperti: mengikuti
latihan Tilawah Al-Qur‟an yang di bimbing oleh ulama lingkungan
Madrasah Ibtidaiyah Miftahul Falah Batur 01 atau kegiatan ekstra lainnya
dan masyarakat dengan memberikan bimbingan dalam pengajian-
pengajian. Diharapkan dengan banyaknya dukungan seperti itu, kualitas
atau mutu Penddikan Agama Islam akan lebih meningkat dan mampu
bersaing di era modern sekarang ini.
3. Partisipasi masyarakat dalam kurikulum
Tidak ada kurikulum yang dilaksanakan dengan efektif tanpa
adanya guru, peserta didik, metode pembelajaran dan prasarana
pendidikan yang lengkap. ketersediaan sumber daya manusia yang terbatas
dan belum memenuhi syarat mengakibatkan kurangnya efeisiensi
kurikulum yang dipakai di Madrasah. Dalam peningkatan kualitas
pendidikan agama Islam melalui kurikulum, seharusnya madrasah
mempunyai kerangka dasar dan struktur kurikulum yaitu rambu-rambu
yang ditetapkan untuk dijadikan pedoman penyusunan kurikulum tingkat
Madrasah yang terdiri dari:
88
a. Kelompok mata pelajaran agama dan ahlak mulia
b. Kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian
c. Kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan tekhnologi
d. Kelompok mata pelajaran estetika
e. Kelompok mata pelajaran jasmani, olah raga dan kesehatan
Konsep kurikulum demikian juga dimiliki oleh Madrasah
Ibtidaiyah Miftahul Falah Batur 01 yang mempunyai struktur kurikulum
dan muatan kurikulum. Dimana keduanya terdiri dari komponen mata
pelajaran, komponen muatan lokal dan komponen pengembangan diri.
Muatan lokal dimaksudkan untuk mengembangkan kompetensi yang
disesuaikan dengan ciri khas madrasah dan potensi daerah, termasuk
keunggulan daerah yang materinya tidak dapat dikelompokkan kedalam
mata pelajaran yang ada. Diantaranya adalah pelajaran bahasa Jawa dan
Baca Tulis Al-Qur‟an (BTA). Sedangkan untuk komponen pengembangan
diri di Madrasah Ibtidaiyah Miftahul Falah Batur 01 meliputi kegiatan
shalat dhuha, shalat dzuhur berjamaah, tadarus Al-Qur‟an, layanan
bimbingan konseling, kepramukaan, seni baca Al-Qur‟an dan seni rebana.
4. Partisipasi dalam pendanaan dan penyedia sarana prasarana pendidikan
Madrasah Ibtidaiyah Miftahul Falah Batur 01 diharapkan di masa depan
adalah madrasah yang dapat mengelola pembiayaan pendidikan terdiri atas
biaya investasi, biaya operasional, dan biaya personal dengan baik dan
benar. Biaya investasi Madrasah meliputi biaya penyediaan sarana
prasarana, pengembangan sumber daya manusia, dan modal kerja tetap.
89
Biaya operasional meliputi biaya pendidikan yang harus dikeluarkan
oleh peserta didik untuk bisa mengikuti proses pembelajaran secara teratur dan
berkelanjutan. Biaya operasional Sekolah/Madrasah meliputi; gaji pendidik
dan tenaga kependidikan serta segala tunjangan yang melekat pada gaji, hahan
atau peralatan pendidikan habis pakai, dan biaya operasional pendidikan tak
langsung berupa daya, air, jasa, telekomunikasi, pemeliharan sarana, uang
lembur, transformasi, konsumsi, pajak, asuransi dan lain sebagainya.
Partisipasi masyarakat yang demikian telah dilakukan oleh masyarakat
Desa Batur Wetan, bukan hanya menyekolahkan anak-anak ke Madrasah
Ibtidaiyah Miftahul Falah Batur 01, akan tetapi karena proses pendidikan
dilaksanakan dengan adanya bantuan pemerintah (BOS), maka orang tua atau
masyarakat sebagai pendukung Madrasah Ibtidaiyah Miftahul Falah Batur 01
tidak banyak mengeluarkan biaya Sekolah/Madrasah untuk anaknya ataupun
sumbangan lainnya.
Meskipun banyaknya bantuan dari pemerintah, tidak sepenuhnya
masalah dapat terselesaikan. Oleh sebab itu ketika ada permasalah yang
berkaitan dengan masyarakat, Madrasah Ibtidaiyah Miftahul Falah Batur 01
dengan tangan terbuka menerima kritik dan saran dengan mengadakan rapat
bersama yang dihadiri oleh perwakilan dari pengurus Yayasan, Komite
Sekolah, orang tua siswa, tokoh ulama setempat dan masyarakat yang
berkepentingan lainnya. Semisal adanya renovasi gedung Madrasah,
pembiayaan sarana prasarana pendidikan dan gaji guru honorer (Wawancara
dengan Antoni Alif, A.Ma. kepala Madrasah Ibtidaiyah Miftahul Falah Batur
90
01 pada tanggal 20 Maret 2016). Penyelanggaraan pendidikan di Madrasah
Ibtidaiyah Miftahul Falah Batur 01 tidak hanya membutuhkan keahlian dan
semangat yang tinggi, melainkan membutuhkan pendanaan yang tidak sedikit.
Dalam hal ini para donatur tidak sembarang orang, yaitu orang-orang yang
memiliki kemampuan dan kesadaran terhadap pembiayaan pendidikan di
Madrasah Ibtidaiyah Miftahul Falah Batur 01.
C. Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Peningkatan Mutu Pendidikan
Agama Islam di Madrasah Ibtidaiyah Miftahul Falah Batur 01
Suatu kegiatan yang berhubungan dengan kerjasama antara Madrasah
dengan masyarakat (Madrasah Ibtidaiyah Miftahul Falah Batur 01 dengan
masyarakat Desa Batur Wetan) kaitannya dengan partisipasi tidak mesti
berjalan dengan baik dan lancar, ada hal-hal yang perlu diperhatikan antara
keduanya. Yaitu faktor-faktor yang menghambat adanya kerjasama yang
mengakibatkan kurangnya partisipasi masyarakat terhadap Madrasah
Ibtidaiyah Miftahul Falah Batur 01. Faktor-faktor tersebut antara lain:
1. Komitmen masyarakat terhadap agama
Madrasah Ibtidaiyah Miftahul Falah Batur 01 sebagai lembaga
pendidikan Islam yang mengajarkan, mengamalkan dan mengembangkan
ajaran-ajaran Islam sudah sepatutnya mendapatkan dukungan dan
partisipasi masyarakat Batur Wetan sebagai konsekuensi logis dari umat
yang beragama Islam. Yaitu dengan mengamalkan ajaran-ajaran Islam
secara optimal sesuai dengan kemampuan yang dimiliki. Sehingga mereka
senantiasa berusaha menjalankan perintah agama demi kemajauan
91
pendidikan pada umumnya dan pendidikan agama Islam pada khususnya
yang menopang keberagamaan masyarakat Islam. Islam mengajarkan
bahwa menuntut ilmu itu wajib bagi setiap muslim (laki-laki/perempuan).
Hal ini dipandang sebagai perkembangan alamiah manusia yaitu proses
yang harus terjadi dalam diri manusia dan merupakan pola perkembangan
hidupnya yang telah ditentukan oleh Allah, atau dapat dikatakan sebagai
sunatullah (Arifin, 2000:59)
Melihat pentingnya pendidikan dalam beragama, masyarakat Desa
Batur Wetan memiliki komitmen yang sangat tinggi terhadap agama.
Diantaranya memasukan anak-anaknya ke Madrasah, mengikut-sertakan
dalam pengajian, mendukung adanya kegiatan keagamaan di Madrasah
seperti tadarus Al-Qur‟an, seni baca Al-Qur‟an dan lain sebagainya. Selain
itu, kehidupan masyarakat Desa Batur Wetab hampir setiap hari selalu ada
kegiatan keagamaan yang berupa kelompok pengajian seperti pengajian
senenan ba‟da shalat Isya (remaja), jam‟iyah Selasanan (ibu-ibu), jam‟iyah
Kemisan (ibu-ibu), jam‟iyah Jum‟atan siang (remaja)/jum‟at malam
khusus bapak-bapak (Wawancara dengan Bapak Cahyo anggota komite
sekolah pada tanggal 25 Maret 2016).
2. Pandangan masyarakat terhadap eksistensi madrasah
Madrasah didirikan atas dasar dari masyarakat, oleh masyarakat,
untuk masyarakat. Masyarakat melahirkan lembaga-lembaga pendidikan
seperti Madrasah untuk kelangsungan hidup suatu masyarakat. Maka isi
pendidikan tersebut adalah nilai-nilai yang telah hidup dan dikembangkan
92
di dalam kebudayaan sebagai milik masyarakat. Dewasa ini Madrasah
menggalakan pendidikan yang berbasis masyarakat. Dengan ikut sertanya
masyarakat di dalam penyelenggaraan dan pengelolaan pendidikan, maka
pendidikan tersebut betul-betul berakar di dalam masyarakat dan di dalam
kebudayaan (Tilaar, 2000:175).
Madrasah Ibtidaiyah Miftahul Falah Batur 01 adalah lembaga
pendidikan yang didirikan oleh masyarakat dengan berciri khas pendidikan
Islam. Akan tetapi, apabila pendidikan agama Islam sendiri masih kurang,
bagaimana pandangan masyarakat Desa Batur Wetan terhadap eksistensi
madrasah tersebut. Karena tingginya kualitas pendidikan agama Islam
merupakan nilai jual yang utama bagi Madrasah Ibtidaiyah Miftahul Falah
Batur 01.
Eksistensi Madrasah merupakan faktor yang sangat penting, hal ini
dikarenakan Madrasah merupakan lembaga pendidikan Islam yang sudah
barang tentu sangat dinantikan keberadaannya. Mengingat fungsi dan
peranannya sebagai lembaga pendidikan yang mengajarkan ilmu-ilmu
agama Islam dan ilmu umum. Untuk itu semua pengelola Madrasah
diharapkan dapat melakukan tindakan yang dapat meningkatkan kualitas
pendidikan agama Islam yaitu bekerja sama dengan masyarakat agar
terjalin hubungan yang harmonis, sehingga partisipasi masyarakat dapat
lebih meningkat.
Disamping itu, madrasah sebagai lembaga pendidikan yang lebih
menitik beratkan pada pendidikan agama Islam yang meliputi akhlak dan
93
budi pekerti, sudah barang tentu mendapatkan tempat tersendiri di hati
masyarakat. Karena dengan adanya Madrasah maka akan terbentuk siswa-
siswi yang mempunyai sumber daya manusia yang berkualitas dan
bermoralitas tinggi sesuai dengan norma-norma agama.
3. Pandangan masyarakat terhadap ulama
Lembaga pendidikan Islam seperti Madrasah Ibtidaiyah Miftahul
Falah Batur 01 dan pondok pesantren, unsur Kyai atau Ulama mempunyai
peranan yang sangat penting dalam mendirikan, memimpin dan juga
memajukan madrasah atau pondok pesantren. Hal itu, dikarenakan seorang
Ulama atau Kyai mempunyai kharisma dan menjadi panutan bagi
masyarakat disekitarnya. Sebagaimana madrasah adalah model lembaga
pendidikan yang dalam sejarahnya bermula dari pondok pesantren. Di
dalam pondok pesantren terlihat dengan jelas bahwa seorang Kyai
mempunyai pengaruh yang besar sebagai pendiri sekaligus pemegang
pimpinan tertinggi. Pengaruh tersebut bukan hanya dirasakan oleh para
murid dalam tetapi juga sangat dirasakan oleh masyarakat yang ada di
sekitar lingkungan madrasah (Zubaedi, 2006:19).
Hampir setiap Madrasah yang didirikan masyarakat diprakarsai
oleh Ulama atau Kyai. Madrasah Ibtidaiyah Miftahul Falah Batur 01
sendiri didirikan atas prakarsa Yayasan Ma‟arif NU yang kemudian
disambut baik oleh masyarakat sekitarnya. Oleh sebab itu keberadaan
Ulama/Kyai/Uztad/Yayasan di tengah masyarakat sangatlah penting,
94
khususnya dalam penyelenggaraan pendidikan yang menjadi
pemberdayaan masyarakat agama Islam yang berkualitas.
Partisipasi masyarakat dalam peningkatan kualitas pendidikan di
Madrasah Ibtidaiyah Miftahul Falah Batur 01 tidak akan efektif tanpa adanya
dorongan dari pihak terkait, dalam hal ini adalah manajemen organisasi
pendidikan Madrasah Ibtidaiyah Miftahul Falah Batur 01 sendiri. Untuk itu
penting bagi Madrasah Ibtidaiyah Miftahul Falah Batur 01 untuk bekerja sama
dengan masyarakat lingkungan madrasah seperti pejabat tingkat daerah, LSM,
kelompok agama, tokoh masyarakat, orang tua siswa dalam mengelola dan
meningkatkan kualitas pendidikan agama Islam di madrasah.
Selain itu, dibutuhkan adanya organsasi yang menampung aspirasi dan
partisipasi masyarakat. Seperti halnya, dengan organisasi Humas, organisasi
Komite Sekolah/Madrasah maupun Dewan sekolah/Madrasah. yang memiliki
fungsi dan peranan masing-masing. Hubungan atau kerja sama yang harmonis
antara sekolah dengan masyarakat dalam peningkatan mutu pendidikan akan
menumbuhkan dan memotivasi masyarakat untuk berpartisipasi terhadap
madrasah. Oleh sebab, itu kesadaran akan pentingnya kerjasama dalam
peningkatan kualitas pendidikan agama Islam antara satu sama lain sangat
dibutuhkan. Bentuk kesadaran tersebut adalah partisipasi dari masyarakat
yang dapat berupa tenaga, pikiran, jasa maupun materi (dana), karena
komunikasi itu merupakan lintasan dua arah yaitu dari sekolah terhadap
masyarakat dan dari masyarakat terhadap Madrasah. Agar komunikasi dua
arah tersebut berjalan dengan baik, fungsi wadah partisipasi masyarakat harus
di perhatikan. Karena dalam hal ini organisator tersebut adalah komite sekolah
95
yang lebih berperan maka Komite sekolah harus menjalankan fungsinya,
sebagai berikut:
1. Komite Sekolah/Madrasah sebagai badan pertimbangan, dapat
memberikan pertimbangan pada sekolah dalam rangka pengembangan
kurikulum; memberikan masukan tentang proses pembelajaran kepada
guru sebagai faktor yang mempengaruhi kualitas pendidikan dalam
masyarakat madrasah; dan komite sekolah memberikan pertimbangan
tentang penambahan muatan lokal dalam kurikulum muatan lokal, yang
meliputi Baca Tulis Al-Qur‟an (BTA), Tilawah Al-Qur‟an, komputer,
pramuka dan drum band.
2. Komite Sekolah/Madrasah sebagai badan pendukung, berupaya
memberikan dukungan terhadap perwujudan dan peningkatan faktor yang
mempengaruhi kualitas pendidikan agama Islam antara lain: tenaga
kependidikan, bahan pembelajaran, sarana dan prasarana, keuangan dan
lingkungan yang kondusif; menyediakan anggaran beasiswa bagi siswa
yang berprestasi; memberikan dukungan pemeriksaan kesehatan kepada
siswa; dan mengadakan kegiatan inovatif untuk meningkatkan komitmen
masyarakat.
3. Komite Sekolah/Madrasah sebagai badan penghubung. Berupaya membina
hubungan dan kerja sama dengan masyarakat, dunia usaha dan industri.
Peran ini antara lain mengkomunikasikan berbagai pengaduan dan keluhan
masyarakat terhadap instansi terkait dalam bidang pendidikan. Masukan
ini tentu akan menjadi perhatian bagi pengambil kebijakan, yang
selanjutnya akan dilakukan perbaikan bagi kebijakan dan program
96
pendidikan. Bagi Dewan Pendidikan, hasil penyempurnaan kebijakan dan
program tersebut juga harus disosialisasikan kepada masyarakat sehingga
terjadi umpan balik bagi keberhasilan pelaksanaan pendidikan di daerah.
Selain itu, peran ini dapat dilakukan oleh Komite Sekolah sebagai
mediator dalam pelaksanaan program sekolah, sehingga berbagai
kebijakan dan program yang telah ditetapkan sekolah dapat akuntabel
kepada masyarakat.
4. Komite Sekolah/Madrasah sebagai badan pengontrol, upaya yang
dilakukan antara lain: mengadakan rapat atau pertemuan secara rutin atau
insidental dengan kepala sekolah, dewan guru dan orang tua atau
masyarakat; mengadakan kunjungan atau silaturahmi ke sekolah; meminta
penjelasan kepada Sekolah tentang hasil atau kualitas pendidikan agama
Islam di Madrasah Ibtidaiyah Miftahul Falah Batur 01.
Untuk itu sekolah dapat menstimulasi masyarakat untuk meningkatkan
mutu pendidikan dalam hal ini pendidikan agama Islam di Madrasah
Ibtidaiyah Miftahul Falah Batur 01, dengan cara:
1. Melibatkan tokoh masyarakat
2. Mengundang masyarakat dalam menentukan suatu kebijakan (rapat)
3. Melalui konsultasi
4. Melalui radio dan televisi
5. Melalui kegiatan pameran atau pementasan
6. Melaksanakan program-program kemasyarakatan, misalnya kebersihan
lingkungan
7. Membuat program kerja sama sekolah dengan masyarakat misalnya dalam
perayaan hari nasional dan keagamaan.
97
Adapun hal yang dapat dilakukan oleh masyarakat Batur Wetan sendiri
adalah dengan menghadiri undangan rapat yang diadakan oleh madrasah, ikut
terlibat sebagai anggota komite sekolah, mengawasi anak didik di masyarakat,
memberikan bimbingan baik yang bersifat kurikuler maupun ekstra kurikuler
di madrasah dan memberikan gagasan pemikiran yang merupakan solusi dari
pemecahan masalah yang dihadapi oleh Madrasah Ibtidaiyah Miftahul Falah
Batur 01.
98
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pembahasan tentang partisipasi masyarakat dalam peningkatan mutu
pendidikan agama Islam di Madrasah Ibtidaiyah Miftahul Falah Batur 01,
Batur Wetan, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang Tahun 2016 dan
masalah-masalah yang dijadikan penelitian ini serta dari berbagai data yang
telah dikumpulkan dan dianalisa maka peneliti dapat mengambil kesimpulan,
sebagai berikut:
1. Partisipasi masyarakat dalam meningkatkan mutu pendidikan Agama
Islam di MI Miftahul Falah Batur 01, Batur Wetan, Kecamatan Getasan,
Kabupaten Semarang dapat dilihat dari segi; pertama, partisipasi dalam
pembelajaran pendidikan agama Islam, yaitu ikut serta menjadi tenaga
pengajar, tim evaluasi pembelajaran PAI, memberikan bimbingan
keagamaan. Kedua, partisipasi dalam kurikulum yang meliputi
keikutsertaannya dalam penentuan penggunaan kurikulum pendidikan
agama Islam yang digunakan dalam proses pembelajaran sesuai rapat
komite sekolah dengan Madrasah dan pihak Yayasan Ma‟arif NU
Ungaran. Ketiga, partisipasi dalam pendanaan dan sarana prasarana
pendidikan agama Islam, yaitu dengan memberikan sumbangan pada akhir
tahun ajaran dalam setap rapat yang di adakan oleh madrasah, memberikan
tanah wakaf, memberikan sumbangan sarana dan prasarana pendidikan
agama Islam seperti buku-buku penunjang pelajaran, peralatan praktek
shalat yang kesemuanya diberikan dengan sukarela.
99
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi masyarakat, antara lain:
pertama, komitmen masyarakat terhadap agama: dengan mengamalkan
ajaran-ajaran Islam secara optimal sesuai dengan kemampuan yang
dimiliki, mengikut-sertakan dalam pengajian, mendukung adanya kegiatan
keagamaan di Madrasah seperti tadarus Al-Qur‟an, seni baca Al-Qur‟an
dan lain sebagainya. Kedua, pandangan masyarakat terhadap eksistensi
madrasah: faktor ini yang sangat penting mengingat fungsi dan peranannya
sebagai lembaga pendidikan yang mengajarkan ilmu-ilmu agama Islam
(menitik beratkan pada pendidikan agama Islam yang meliputi akhlak dan
budi pekerti) dan ilmu umum. Ketiga, pandangan masyarakat terhadap
ulama: lembaga pendidikan Islam unsur Kyai atau Ulama mempunyai
peranan yang sangat penting dalam mendirikan, memimpin dan juga
memajukan madrasah. Hampir setiap Madrasah yang didirikan masyarakat
diprakarsai oleh Ulama atau Kyai. Oleh sebab itu keberadaan
Ulama/Kyai/Uztad/Yayasan di tengah masyarakat sangatlah penting,
khususnya dalam penyelenggaraan pendidikan yang menjadi
pemberdayaan masyarakat agama Islam yang berkualitas.
B. Saran
1. Bagi Masyarakat
a. Masyarakat hendaknya memiliki kesadaran yang tinggi bahwa
pendidikan adalah tanggung jawab bersama antara Madrasah
Ibtidaiyah Miftahul Falah Batur 01, Batur Wetan, Kecamatan Getasan,
Kabupaten Semarang, masyarakat Desa Batur Wetan dan pemerintah.
b. Masyarakat Desa Batur Wetan hendaknya juga mengetahui kebutuhan
Madrasah dalam peningkatan proses pembelajaran Pendidikan Agama
100
Islam di Madrasah Ibtidaiyah Miftahul Falah Batur 01, Batur Wetan,
Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang.
c. Masyarakat Desa Batur Wetan hendaknya tidak hanya berpartisipasi
dalam kurun waktu yang lama, akan tetapi dilakukan secara periodik
atau berkelanjutan. Selain itu bentuk partisipasi masyarakat hendaknya
tidak terbatas pada materi, akan tetapi lebih condong kepada pikiran
dan tenaga atau jasa.
2. Bagi Sekolah
Kepala Madrasah lebih banyak melibatkan tokoh masyarakat
(Ulama/Kyai, tokoh pendidikan) dalam pengelolaan Madrasah dan
peningkatan kualitas pendidikan dan pihak sekolah mensosialisasikan
tentang bantuan pemerintah yang berkaitan dengan dana BOS agar lebih
terbuka oleh sekolah dan hendaknya masyarakat menerima keterbukaan
dari Madrasah Ibtidaiyah Miftahul Falah Batur 01, Batur Wetan,
Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang serta meningkatkan kegiatan
sosial keagamaan yang melibatkan masyarakat agar masyarakat terdorong
untuk berpartisipasi.
C. Penutup
Dengan mengucakan puji syukur kehadirat Allah SWT, berkat hidayah
dan rahmatnya akhirnya penulisan skripsi ini dapat terselesaikan. Penulis
menyadari bahwa skripsi ini masih sangat sederhana dan jauh dari
kesempaurnaan. Menyadari atas keterbatasan tersebut, maka penulis
mengharap dengan sangat saran dan kritik yang konstruktif demi
kesempurnaan skripsi ini.
101
DAFTAR PUSTAKA
Al-Ghozali, Imam. tanpa tahun. Ihya Ulumuddin, Juz III (Beirut, Libanon, Dar al-
Kutub al-Ilmiyah).
Arcaro, Jarome S. 2006. Pendidikan Berbasisis Mutu Prinsip-Prinsip Perumusan
dan Tata Langkah Penerapan (Yogyakarta: Pustaka Pelajar).
Arifin, H.M.. 2000. Filsafat Pendidikan Islam (Jakarta: Bumi Aksara).
Arikunto, Suharsimi. 1998. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek
(Jakarta : Rineka Cipta).
Azizy, Qodri A. 2003. Pendidikan (Agama) Untuk Membangaun Etika Sosial
(Mendidik Anak Sukses Untuk Masa Depan: Pandai dan Bermanfaat),
(Semarang: CV. Aneka Ilmu).
Azra, Azyumardi. 2000. Pendidikan Islam (Tradisi dan Modernisasi Menuju
Milenium Baru), (Jakarta: PT. Logos Wacana Ilmu).
Bafadal, Ibrahim. 2003. Manajemen Peningkatan Mutu Sekolah Dasar (Jakarta:
Bumi Aksara).
Bahri, Abdul Malik. 1994. Filsafat Pendidikan (Semarang: Lembaga Studi Iqra‟).
_______________. 2000. Kajian Filsafat Pendidikan Luqman (Tulungagung:
Pusat Penerbitan dan Publikasi Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri).
Departemen Agama Republik Indonesia. 1993. Al-Qur’an dan Terjemahnya
(Semarang: CV. Alwaah).
Duhou, Ibtisan Abu. 2002. School-Based Management, terj. Noryamin Aini, dkk.
(Jakarta: Logos).
Fattah, Nanang. 2001. Landasan Manajemen Pendidikan (Bandung: Remaja
Rosdakarya).
G.R. Terry dan L.W. Rue. 2003. Dasar-dasar Manajemen (Jakarta: Bumi
Aksara).
Hasbullah. 1997. Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan: Umum dan Agama Islam
(Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada).
________. 1999. Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia (Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada).
________. 2003. Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan (Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada).
Hasibuan, Malayu S.P. 2004. Manajemen: Dasar, Pengertian dan Masalah
(Jakarta: Bumi Aksara).
102
Kadir, M. Surdjan. tanpa tahun. Pendidikan Seumur Hidup Suatu Analisis
Psikologi (Surabaya: Usaha Nasional).
Langgulung, Hasan. Peralihan Paradigma Dalam Pendidikan Islam dan Sains
Sosial (Jakarta: Gaya Media Pratama).
Mastuhu. 1999. Memberdayakan Sistem Pendidikan Islam (Jakarta: Logos).
McDonald, F.J. 1959. Educational Psycology (San Fransisco, California, USA:
Wadsworth Publishing Co., Inc.).
Mulyasa, E. 2002. Manajemen Berbasis Sekolah, Konsep Strategi dan
Implementasi (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya).
__________. 2003. Manajemen Berbasis Sekolah Konsep, dan Implementasi,
(Bandung: Remaja Rosdakarya).
__________. 2004. Menjadi Kepala Sekolah Profesioanal dalam Konteks
Menyukseskan MBS dan KBK (Bandung: Remaja Rosdakarya).
Muslim bin Al-Khajaj, Imam Abi Khusain. 1993. Shakhih Muslim 2 (Beirut: Dar
al-Fikr).
Nawawi, Hadari. 1989. Administrasi Pendidikan (Jakarta: Haji Mas Agung).
N.Mc. Ginn-T.Welsh. 2003. Desentralisasi Pendidikan (Jakarta: Logos).
Nurkholis. 2003. Manajemen Berbasis Sekolah, : Teori, Mode dan Aplikasi,
(Jakarta: Grasindo).
Peter P. Schoderbeck, et.al. 1988. Management (London: Harcourt Brace
Jovanovich Publisher).
Pidarta, Made. 1997. Landasan Kependidikan (Jakarta: Rineka Cipta).
Purwanto, M. Ngalim. 2000. Administrasi dan Supervisi Pendidikan (Bandung:
Remaja Rosdakarya).
Robinson, Philip. 1986. Beberapa Perspektif Sosiologi Pendidikan (Jakarta: CV.
Rajawali).
Rohmad, Ali. 2000. Kapita Selekta Pendidikan (Tulungagung: Pusat Penerbitan
dan Publikasi Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri).
Sagala, Syaiful. 2004. Manajemen Berbasis Sekolah Dan Masyarakat Strategi
Memenangkan Persaingan Mutu (Jakarta: PT. Nimas Multima).
Sastropoetro, R.A. Santoso. 1988. Partisipasi, Komunikasi, Persuasi dan Disiplin
dalam Pembangunan Nasional (Bandung: Alumni).
Sugiyono. 2002. Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah (Yogyakarta:
Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta).
103
Suryosubroto, B. 2004. Manajemen Pendidikan di Sekolah (Jakarta: PT. Rineka
Cipta).
Suyanto. 2003. Optimalisasi Peran Komite Sekolah dan Dewan Pendidikan
(Semarang: Lembaga Kajian dan Pengembangan Pendidikan).
Syam, Mohammad Noor. 1984. Filsafat Pendidikan dan Dasar Filsafat
Pendidikan Pancasila (Surabaya: Usaha Nasional).
Tafsir, Ahmad. 2000. Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam (Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya).
Thoha, M. Chabib. Kapita Selekta Pendidikan Agama Islam (Yogyakarta: Pustaka
Pelajar Offset).
Tilaar, H.A.R. 1999. Manajemen Pendidian Nasional (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya).
___________. 2000. Paradigma Baru Pendidikan Nasional (Jakarta: Rineka
Cipta).
Tim Dosen FIP-IKIP Malang. 1988. Pengantar Dasar-Dasar Kependidikan
(Surabaya: Usaha Nasional).
Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional
(SISDIKNAS) dan Penjelasannya. 2003. (Jogjakarta: Media Wacana
Press).
Usman Abu Bakar – Surohim. 2005. Fungsi Ganda Lembaga Penidikan Islam
(Respon Kreatif Terhadap Undang-Undang Sisdiknas), (Yogyakarta:
Safiria Insani Press).
Yafie, Ali. 1995. Mengupas Fiqih Sosial Dari Sosial lingkungan Hidup: Asuransi
Hingga Ukhuwah (Bandung: Mizan).
Yulius S, et, al. 1984. Kamus Baru Bahasa Indonesia (Surabaya: Usaha
Nasional).
Yusuf, Nursyamsiyah. 2000. Buku Ajar Ilmu Pendidikan (Tulungagung: Pusat
Penerbitan dan Publikasi Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri).
Yusuf, Maftichah. 2000. Peran Perguruan Swasta Dalam Pembangunan
(Yogyakarta: Lembaga Studi dan Inovasi Pendidikan).
Zubaedi. 2006. Pendidikan Berbasis Masyarakat Upaya Menawarkan Berbagai
Solusi Terhadap Berbagai Problem Social (Yogyakarta: Pustaka
Pelajar).
Al-Ghalayayni, Mustofa. 1953. Idzotun Nasyiin (Beirut: Maktabah Asriyah li al-
Taba‟at wa al-Nasyr).
104
105
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Umar bin Paseman
Tempat/Tanggal lahir : Kab. Semarang / 27 September 1991
Jenis Kelamin : Laki-laki
Kewarganegaraan : Indonesia
Agama : Islam
Alamat : RT. 07 RW. 03 Sukowolu, Desa Tajuk, Kec. Getasan,
Kab. Semarang
Email : [email protected]
No. Hp : 085 740 827 682
Riwayat Pendidikan :
MI Khoiru Zaidah Lulus tahun 2003
MTs. Sudirman Getasan Lulus tahun 2006
SMA Negeri I Getasan Lulus tahun 2009
S1 PGMI IAIN Salatiga Lulus tahun
Demikian, riwayat ini dibuat dengan sebenar-benarnya.
Kab. Semarang, 27 Juli 2016
Hormat Saya,
Umar
NIM : 115 09 023
106
107
108
109
DAFTAR SURAT KETERANGAN KEGIATAN (SKK)
NAMA : UMAR
NIM : 11509023
NO NAMA KEIGATAN TEMA WAKTU KETE
RANGAN
NILA
I
1
OPAK 2010 oleh
DEMA STAIN
SALATIGA
Optimalisasinalarkritismahasi
swaupayamengawalbangsake
arah yang lebihbaik
25-27
Agustus 2010 PESERTA 3
2 AMT, biro konsultasi
tazkia
Achivment motivation
training (AMT)
24 April
2010 PESERTA 2
3
Seminar kemahasiswaan
Himpunan mahasiswa
islam
Menggali potensi mahasiswa
dalam menghadapi
persaingan global
19 Mei 2010 PESERTA 4
4 SEMNAS pendidikan
oleh DEMA
Aktualisasi nilai-nilai –
pendidikan dalam upaya
membentuk karakter dan
budaya bangsa
2 juni 2010 PESERTA 8
5 Pendakian massal oleh
MAPALA MITAPASA
Kobarkan semangat sumpah
pemuda dalam kebersamaan
dan cinta alam
30-31
oktober 2010 PESERTA 2
6 Pendaspala XVI oleh
MAPALA MITAPASA
Mengembangkan potensi diri
melalui alam dan organisasi
17-30 januari
2011 PESERTA 2
7
SEMINAR
PENDIDIKAN oleh
Himpunan Mahasiswa
Islam (HMI)
Tema:menuju pendidikan
yang ideal
28 desember
2011 PESERTA 2
8
SEMNAS oleh DEMA
dan KSEI STAIN
Salatiga
Upaya membangun
perekonomian dan stabilitas
keuangan
nasional;menimbang peran
dan funsi Bi pasca
pembentukan OJK (Otoritas
Jasa Keuangan)
15 Desember
2012 PESERTA 8
9
Jalan sehat islami dan
outbond MI MA‟ARIF
UNGGULAN
PULUTAN
Jalan sehat islami,persami &
outbond di MI MA‟ARIF
PULUTAN Salatiga
5 maret 2013 PANITIA 3
10
SEMNAS HMI Cabang
Salatiga pelantikan
pengurus periode 2013 –
2014
Kepemimpinan dan masa
depan bangsa
23 februari
2013 PESERTA 8
11 Workshop enterpreneur
oleh KSEI & itaqo
Mahasiswa berkarya, kreatif,
mandiri, solusi perekonomian
29 Agustus
2013 PESERTA 2
110
negeri
12
Workshop oleh biro
konsultasi psikologi
TAZKIA
Workshop Persiapan karir
dan kematangan menikah
22 Oktober
2013 PESERTA 2
13
Surat Keputusan
UPK,pengangkatan
pengurus MAPALA
MITAPASA periode
2013
Tentang pengangkatan
pengurus ORGANISASI
MAPALA MITAPASA
STAIN Salatiga masa bakti
2013
8 Maret 2013
PENGURUS
MAPALA
MITAPASA
masa bakti
2013
4
14
Surat Keputusan
UPK,pengangkatan
pengurus MAPALA
MITAPASA periode
2014
Tentang pengangkatan
pengurus ORGANISASI
MAPALA MITAPASA
STAIN Salatiga masa bakti
2014
7 April 2014
PENGURUS
MAPALA
MITAPASA
masa bakti
2014
4
15 Public hearing oleh
SEMA STAIN Salatiga
STAIN menuju IAIN dari
mahasiswa oleh mahasiswa
untuk mahasiswa
10 Juni 2014 PESERTA 2
16 Surat Keputusan Ketua
STAIN Salatiga
Tentang panitia MITAPASA
BERBAGI BERSAMA‟‟
STAIN Salatiga
16 Juli 2014 PANITIA 3
17 Surat Keputusan Ketua
STAIN Salatiga
Tentang panitia
Penyelenggaraan orientasi
pengenalan akademik dan
kemahasiswaan ‟‟ STAIN
Salatiga
2014
6 Agustus
2014 PANITIA 3
18 Surat Keputusan Ketua
STAIN Salatiga
Tentang panitia pendakian
massal dan aksi pungut
sampah ,MAPALA
MITAPASA STAIN Salatiga
22 September
2014 PANITIA 3
19 SEMNAS bahasa arab
oleh ITTAQO
Implementasi kurikulum
2013 pada mapel bahasa arab
tingkat dasar dan tingkat
menengah dalam upaya
menjawab tantangan
penajaran bahasa arab
4 November
2014 PESERTA 8
20
SEMNAS Komunikasi
Penyiaran Islam (KPI)
Sekolah Tinggi Agma
Islam Negeri STAIN
Salatia
Berkontribusi untuk negeri
melalui televisi/TV
5 November
2014 PESERTA 8
21 Surat Keputusan Ketua
STAIN Salatiga
Tentang penyelenggaraan
pendidikan dasar pencinta
alam MAPALA MITAPASA.
STAIN Salatiga
1 Desember
2014 PANITIA 3
111
112
PERNYATAAN PUBLIKASI SKRIPSI
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Saya yang bertanda-tangan, dibawah ini:
Nama : UMAR
NIM : 115 09 023
Fakultas : TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
Progdi : PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH (PGMI)
Universitas : Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga
Menyatakan bahwa skripsi ini benar-benar merupakan karya sendiri dan
tidak berkeberatan untuk dipublikasikan oleh perpustakaan IAIN Salatiga tanpa
menuntut konsekuensi apapun.
Demikian surat pernyataan ini saya buat dan jika dikemudian hari terbukti
bahwa skripsi saya ini bukan karya sendiri, maka saya sanggup untuk
menanggung konsekuensinya. Atas perhatiannya saya ucapkan terima kasih.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Kab. Semarang, 27 Juli 2016
Hormat Saya,
Umar
NIM : 115 09 023
113
DOKUMENTASI
114