perbuatan menjual tanah wakaf dalam perspektif...

87
PERBUATAN MENJUAL TANAH WAKAF DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM DAN HUKUM POSITIF (Studi Kasus Putusan Mahkamah Agung Nomor Perkara : 995 K/Pdt/2002) Skripsi Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum untuk Memenuhi Syarat-Syarat Mencapai Gelar Sarjana Hukum (S.H.) Oleh Sayyidi Jindan NIM.1110048000018 KONSENTRASI HUKUM BISNIS PROGRAM STUDI ILMU HUKUM FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH J A K A R T A 2014 M

Upload: truongnhi

Post on 02-Mar-2019

227 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: PERBUATAN MENJUAL TANAH WAKAF DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25015/1/Sayyidi... · perlindungan dari keburukan diri dan kejahatan amal perbuatan

PERBUATAN MENJUAL TANAH WAKAF DALAM

PERSPEKTIF HUKUM ISLAM DAN HUKUM POSITIF (Studi Kasus Putusan Mahkamah Agung Nomor Perkara : 995 K/Pdt/2002)

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum untuk Memenuhi

Syarat-Syarat Mencapai Gelar Sarjana Hukum (S.H.)

Oleh

Sayyidi Jindan

NIM.1110048000018

KONSENTRASI HUKUM BISNIS

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

J A K A R T A

2014 M

Page 2: PERBUATAN MENJUAL TANAH WAKAF DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25015/1/Sayyidi... · perlindungan dari keburukan diri dan kejahatan amal perbuatan
Page 3: PERBUATAN MENJUAL TANAH WAKAF DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25015/1/Sayyidi... · perlindungan dari keburukan diri dan kejahatan amal perbuatan
Page 4: PERBUATAN MENJUAL TANAH WAKAF DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25015/1/Sayyidi... · perlindungan dari keburukan diri dan kejahatan amal perbuatan
Page 5: PERBUATAN MENJUAL TANAH WAKAF DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25015/1/Sayyidi... · perlindungan dari keburukan diri dan kejahatan amal perbuatan

ABSTRAK

Sayyidi Jindan. NIM 1110048000018. PERBUATAN MENJUAL TANAH

WAKAF DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM DAN HUKUM POSITIF

(Studi Kasus Putusan Mahkamah Agung Nomor Perkara: 995/K/Pdt/2002).

Program Studi Ilmu Hukum, Konsentrasi Hukum Bisnis, Fakultas Syariah dan

Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2014 M.

Penelitian ini dilakukan karena banyaknya harta wakaf yang jauh dari pengawasan

langsung oleh Pemerintah serta banyaknya hal-hal yang dikesampingkan dari

peraturan-peraturan yang mengatur harta wakaf, dimulai dari pendaftarannya

hingga kepada perubahan status harta wakaf yang dilakukan oleh orang-orang

yang tidak berkepentingan atas harta wakaf sehingga menimbulkan sengketa harta

wakaf seperti kasus yang saya analisis dalam penelitian ini.

Penelitian ini menggunakan metode kepustakaan atau penelitian studi pustaka

(library research) dan jenis penelitiannya adalah penelitian normatif, sedangkan

sumber data didapat dari Primer, sekunder dan hasil wawancara untuk

menguatkan Undang-undang atau teori yang ada dalam sumber data primer dan

sekunder.

Hasil penelitan ini adalah bahwa perubahan status harta/tanah wakaf adalah dapat

dilakukan yang mana diawali dengan melakukan jual beli terlebih dahulu untuk

tanah wakaf dan setelah itu hasilnya dibelikan tanah pengganti sebagai penukar

tanah wakaf sesuai prosedur dan peraturan tanah wakaf dan hal ini harus

dilakukan oleh orang-orang yang berkepentingan, terutama Nadzir dan apabila hal

tersebut dilanggar, Undang undang secara tegas akan mengenakan sanksi apabila

ada yang melanggar termasuk contohnya yang ada dalam putusan yang saya

analisis untuk penelitian ini.

Kata Kunci : Wakaf, Wakif, Nadzir, Perbuatan Menjual Tanah Wakaf

Pembimbing : 2

Page 6: PERBUATAN MENJUAL TANAH WAKAF DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25015/1/Sayyidi... · perlindungan dari keburukan diri dan kejahatan amal perbuatan

v

KATA PENGANTAR

Alhamdulillâhirabbil’âlamîn. Seiring dengan rahmat Allah swt, ma’unah

serta barokah-Nya, akhirnya penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang

berjudul “Perbuatan Menjual Tanah Wakaf Dalam Perspektif Hukum Islam

Dan Hukum Positif (Studi Kasus Putusan Mahkamah Agung Nomor Perkara

:995 K/Pdt/2002)”. Kepada Allah swt. kita memanjatkan pujian, meminta

pertolongan, dan memohon ampunan. Kepada-Nya pula kita meminta

perlindungan dari keburukan diri dan kejahatan amal perbuatan.

Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada Nabi besar

Sayyidina Muhammad saw., beserta keluarga, sahabat, dan orang-orang yang

mengikuti ajaran beliau hingga hari Akhir. Dialah Nabi utusan Allah swt yang

terakhir dan tiada Nabi setelahnya. Kemuliaannya lebih utama dari pada manusia

dan makhluk lainnya, Dialah manusia pilihan yang paling bertakwa dan paling

taat akan perintah-perintah Allah swt, Rasul yang sangat mencintai umatnya, ridha

Allah swt agar bisa hidup berdampingan dengan Rasulullah saw di surga

merupakan cita-cita para hamba-Nya.

Dalam proses penyusunan skripsi ini, Penulis banyak menemui hambatan

dan cobaan. Skripsi ini rasanya sebuah pencapaian monumental yang membuat

diri ini serasabesar, minimal membesarkan perasaan Penulis dan mengobarkan

bara semangatuntuk memburu pencapaian-pencapaian berikutnya yang dianggap

besar olehorang-orang besar.

Page 7: PERBUATAN MENJUAL TANAH WAKAF DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25015/1/Sayyidi... · perlindungan dari keburukan diri dan kejahatan amal perbuatan

vi

Penulis juga sadar sepenuhnya bahwa diri ini berutang budi kepada banyak

pihak yang telah berkontribusi langsung maupun tidak langsung dalam penulisan

skripsi ini. Penulis juga ingin menyampaikan ungkapan rasa terima kasih yang

sedalam-dalamnya kepada para pihak yang telah menanamkan jasa baik berupa

bimbingan, arahan serta bantuan yang diberikan sehingga Penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Oleh karena itu, Penulis ingin

mengucapkan terima kasih kepada:

1. Dr. Phil. JM. Muslimin, M.A Dekan Fakultas Syariah dan Hukum

Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Dr. Djawahir Hejazziey, S.H, M.A. Ketua Program Studi Ilmu Hukum dan

Drs. Abu Tamrin, M.Hum. Sekretaris Program Studi Ilmu Hukum

Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif

Hidayatullah Jakarta.

3. Drs. H. Asep Syarifuddin Hidayat, S.H.,M.H.dan Dra. Hafni Muchtar,

S.H.,M.H.,M.M.Dosen Pembimibing yang telah berkenan meluangkan

waktu, tenaga, fikiran dan kesabarannya untuk memeberikan bimbingan

dan arahan dalam penyusunan skripsi ini.

4. Seluruh dosen dan civitas akademika Fakultas Syariah dan hukum,

terimakasih atas ilmu dan bimbingannya. Seluruh Staf Akademik, Jurusan,

Kasubag dan Perpustakaan, terimakasih atas bantuan dalam upaya

membantu memperlancar penyelesaian skripsi ini.

5. Ayahanda dan ibunda tercinta, Ayahanda Al Walid Drs. K.H Marzuki

Sa’adih dan Ibunda Hj.Siti Sahirah terimakasih anakmu ucapkan atas

Page 8: PERBUATAN MENJUAL TANAH WAKAF DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25015/1/Sayyidi... · perlindungan dari keburukan diri dan kejahatan amal perbuatan

vii

pengorbanan dan cinta kasihnya baik berupa moril dan materil, serta doa

yang tak terhingga sepanjang masa untuk keberhasilan studi penulis,

segala hormat anakmu sebagai penulis persembahkan. Dan tak lupa

terimakasih, kakak ucapkan untuk dua adikku yang imut-imut dan cantik-

cantik adinda Hilallia Fitri dan adinda Nazwa Salsabillah yang telah

memberikan semangat, doa, dan senyuman ketika penulis mengerjakan

penulisan skripsi ini.

6. Seluruh keluarga besarku yang senantiasa memberi dorongan dan

motivasi agar tetap semangat dalam menempuh studi di Kampus tercinta

ini.

7. Terimakasih penulis ucapakan untuk guru-guruku di luar kampus,

khususnya Alhabib Muhsin bin Ali bin Hasyim Al athas (Pimpinan

Majelis Ratib Al attas), Alhabib Abdullah bin Fahmi bin Alwi Al athas

(Bekasi Timur) dan Alhabib Ali bin Abdul Aziz bin Jindan (Pimpinan

Majelis Alkhairiyyah Ibnu Jindan) atas motivasi yang telah diberikan baik

doa maupun fikiran khususnya hukum Islam dalam upaya membantu

penyelesaian skripsi ini dan tak lupa penulis ucapkan terimakasih kepada

Para Habaib dan Assaatidz yang ikut mendoakan maupun sumbangsi

fikiran dalam kelancaran skripsi.

8. Terima kasih penulis ucapkan juga untuk sahabatku Enji sairih H.Seman

yang hampir tiap malam datang ke rumahku untuk menghibur dan

memberikan motivasi dalam penulisan skripsi ini. Sahabat-sahabatku

Page 9: PERBUATAN MENJUAL TANAH WAKAF DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25015/1/Sayyidi... · perlindungan dari keburukan diri dan kejahatan amal perbuatan

viii

tercinta yang senantiasa menebarkan benih-benih keceriaan dalam pelangi

kebersamaan dan senantiasa menjaga ikatan tali silaturrahim.

Besar harapan bagi Penulis, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi siapa

saja yang memerlukannya dan dapat memberikan khazanah baru dalam

duniaakademik khususnya Jurusan Ilmu Hukum yang berada dibawah naungan

Universita Islam dimanapun berada. Sebagai manusiamemiliki keterbatasan

dankekurangan, tentunya skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena

itu,dengan tangan terbuka dan kerendahan hati Penulis akan sangat berterima

kasihapabila para pembaca yang budiman memberikan kritik dan saran

yangmembangun demi kebaikan dan perbaikan atas karya-karya yang lainnya.

Akhirnya, hanya kepada Allah swt. juga kita memohon agar apa yangtelah

kita lakukan menjadi suatu investasi yang sangat berharga dan kelak bermanfaat

dari ilmu pengetahuan yang kita dapat baik dalam agama, dunia dan akhirat.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Jakarta, 27 Januari 2014

Penulis

Page 10: PERBUATAN MENJUAL TANAH WAKAF DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25015/1/Sayyidi... · perlindungan dari keburukan diri dan kejahatan amal perbuatan

ix

DAFTAR ISI

PENGESAHAN PEMBIMBING .................................................................. i

LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI ......................................................... ii

LEMBAR PERNYATAAN ........................................................................... iii

ABSTRAK ...................................................................................................... iv

KATA PENGANTAR .................................................................................... v

DAFTAR ISI ................................................................................................... ix

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ..................................................... 1

B. Pembatasan dan Rumusan Masalah ................................... 6

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian .......................................... 7

D. Metode Penelitian............................................................... 8

E. Sistematika Penulisan ........................................................ 11

BAB II RUANG LINGKUP WAKAF DALAM PERSPEKTIF

HUKUM ISLAM DAN HUKUM POSITIF

A. Perwakafan Perspektif Hukum Islam ................................. 14

1. Pengertian dan Dasar Hukum Wakaf .......................... 14

2. Syarat dan Rukun Wakaf ............................................. 21

3. Tujuan dan Manfaat Wakaf .......................................... 30

4. Macam-macam Wakaf ................................................. 33

B. Perwakafan Perspektif Hukum Positif ............................... 35

BAB III PERBUATAN MENJUAL TANAH WAKAF DALAM

PERSPEKTIF HUKUM ISLAM DAN HUKUM

POSITIF SERTA AKIBAT HUKUMNYA

A. Jual-beli Tanah Wakaf Perspektif Hukum Islam .............. 39

B. Jual-Beli Tanah Wakaf Perspektif Hukum Positif ............. 47

C. Perubahan Peruntukan Tanah Wakaf Hak Milik Menurut

UU Nomor 5 Tahun 1960 tentang UUPA .......................... 51

Page 11: PERBUATAN MENJUAL TANAH WAKAF DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25015/1/Sayyidi... · perlindungan dari keburukan diri dan kejahatan amal perbuatan

x

D. Akibat Hukum Perubahan Peruntukan Tanah Wakaf Hak

Milik Menurut UU No.5 Tahun 1960 tentang UUPA........ 57

E. Penyelesaian Perselisihan Tanah Wakaf ............................ 59

BAB IV ANALISIS PENYELESAIAN SENGKETA

PERBUATAN MENJUAL TANAH WAKAF PADA

MAHKAMAH AGUNG (Analisa Kasus Putusan

Mahkamah Agung Nomor Perkara :995 K/Pdt/2002)

A. Posisi Kasus dan Permasalahan ......................................... 62

1. Duduk Perkara .............................................................. 62

2. Amar Putusan Mahkamah Agung ................................ 63

B. Analisis Terhadap Putusan Mahkamah Agung Nomor

Perkara : 995 K/Pdt/2002 ................................................... 64

1. Analasis Kasus Perspektif Hukum Islam ..................... 64

2. Analisis Kasus Perspektif Hukum Positif .................... 67

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ........................................................................ 71

B. Saran ................................................................................... 73

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Page 12: PERBUATAN MENJUAL TANAH WAKAF DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25015/1/Sayyidi... · perlindungan dari keburukan diri dan kejahatan amal perbuatan

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Secara harfiah wakaf bermakna “pembatasan” atau “larangan”.

Sehingga kata waqf (jama’:Auqaf) digunakan dalam Islam untuk maksud

“pemilikan dan pemeliharaan” harta benda tertentu untuk kemanfaatan sosial

tertentu yang ditetapkan dengan maksud mencegah penggunaan harta wakaf

tersebut di luar tujuan khusus yang telah ditetapkan.1

Perwakafan tanah sangat penting bagi kepentingan manusia karena

fungsi dan perannya mencakup berbagai aspek sosial, ekonomi, politik

maupun budaya. Jumlah penduduk yang selalu bertambah sedangkan lahan

tanah yang sangat terbatas ditambah dengan perkembangan pembangunan

sehingga mengakibatkan fungsi tanah sangat dominan karena lahan tanah

tidak sebanding dengan kebutuhan yang diperlukan.2 Tanah merupakan objek

benda tidak bergerak yang penguasaannya berada pada negara, manfaat dari

tanah tersebut adalah digunakan oleh negara melalui pemerintah yang

tujuannya adalah mewujudkan kemakmuran masyarakat.Sebagaimana

dijelaskan dalam pasal 33 ayat (3) UUD 1945:

“Bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai

oleh Negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kepentingan rakyat”.

1 Wabah Zhuhaili, Al-Fiqhu al-Islam wa ‘Adillatuhu (Damaskus : Dar al-Fikr al-

Mu’ashir), h. 7599 2 Rachmandi Usman, Hukum Perwakafan di Indonesia, (Jakarta: Sinar Grafika, 2009),

hal.77

Page 13: PERBUATAN MENJUAL TANAH WAKAF DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25015/1/Sayyidi... · perlindungan dari keburukan diri dan kejahatan amal perbuatan

2

Mengingat akan pentingnya persoalan mengenai pertanahan yang

berdasarkan hukum agama, sudah diatur dalam ketentuan pasal 49 Undang-

undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Pokok Agraria, yaitu sebagai berikut:

1. Hak milik tanah badan-badan keagamaan dan sosial sepanjang

dipergunakan untuk usaha dalam bidang keagamaan dan sosial, diakui dan

dilindungi. Badan-badan tersebut dijamin pula akan memperoleh tanah

yang cukup untuk bangunan dan usahanya dalam bidang keagamaan dan

sosial.

2. Untuk keperluan peribadatan dan keperluan suci lainnya sebagaimana

dimaksud dalam pasal 14 dapat diberikan tanah yang dikuasai langsung

oleh negara dengan hak pakai.

3. Perwakafan tanah milik dilindungi dan diatur dengan peraturan

pemerintah.

4. Penerapan Hukum Islam telah diberlakukan sedikit demi sedikit secara

bertahap oleh umat Islam dalam kehidupan sehari-hari. Dalam

penerapannya telah dilakukan ijtihad-ijtihad dalam berbagai variasi

kelembagaan dan pasang surutnya situasi dan kondisi, dalam bentuk adat

istiadat. Demikian juga dalam bentuk yurisprudensi dan perundang-

undangan, walaupun masih sedikit dibandingkan materi hukum Islam itu

sendiri. Dalam PP No.28 Tahun 1977, Perwakafan tanah merupakan

perbuatan hukum seseorang atau badan hukum yang memisahkan sebagian

harta kekayaannya yang berupa tanah milik dan melembagakannya untuk

selama-lamanya untuk kepentingan peribadatan atau kepentingan umum

lainnya sesuai dengan ajaran agama Islam dan sosial.3

Karena itu perlu suatu upaya pemberdayaan wakaf berkesinambungan

dengan memperhatikan tanah wakaf agar tercapai tujuan optimal. Mengingat

wakaf merupakan perbuatan hukum yang berkembang dan dilaksanakan

masyarakat, yang pengaturannya belum maksimal. Perbuatan mewakafkan

adalah perbuatan yang suci, mulia dan terpuji sesuai dengan ajaran agama

Islam. Berhubungan dengan itu maka tanah yang hendak diwakafkan itu harus

3 Imam Suhadi, Wakaf Untuk Kesejahteraan Umat, (Yogyakarta: PT. Dana Bhakti Prima

yasa, 2002), hal.2.

Page 14: PERBUATAN MENJUAL TANAH WAKAF DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25015/1/Sayyidi... · perlindungan dari keburukan diri dan kejahatan amal perbuatan

3

betul-betul merupakan milik bersih dan tidak ada cacatnya dari sudut

kepemilikan.4

Pasal 40 Undang-undang No.41 Tahun 2004 mengatur setelah benda

diwakafkan dilarang untuk dijadikan jaminan, disita, dihibahkan, dijual,

diwariskan, ditukar, atau dialihkan dalam bentuk pengalihan hak lainnya.

Apabila terjadi sengketa wakaf hal tersebut diatur dalam pasal 62 Undang-

undang No.41 Tahun 2004 bahwa Penyelesaian sengketa perwakafan dapat

ditempuh melalui musyawarah untuk mencapai mufakat. Apabila cara

penyelesaiaan sengketa secara musyawarah tidak berhasil maka dapat

diselesaikan melalui mediasi, arbitrase, dan pengadilan.

Menurut UU No.3 Tahun 2006 pengadilan yang berwenang

menyelesaikan sengketa perwakafan adalah Pengadilan Agama dan

Pengadilan Umum dan Pengadilan Tata Usaha Negara. Perwakafan dalam UU

No.7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama diatur sah atau tidaknya barang

wakaf, sengketa tentang apakah barang wakaf sudah dijual, digadaikan atau

sudah diwariskan oleh orang yang mengelola barang wakaf (Nazhir).

Wakaf adalah perikatan antara orang yang memberikan wakaf (wakif)

kepada orang yang menerima wakaf untuk tujuan wakaf (Nazir). Perikatan

adalah suatu hubungan hukum yang bersifat harta kekayaan antara dua orang

atau lebih, atas dasar mana pihak yang satu berhak dan pihak lain

berkewajiban atas suatu prestasi.5 Apabila tanah wakaf kehilangan manfaat

sesuai dengan tujuannya, tanah wakaf tersebut dapat dijual oleh nazir.

4 Ibid.,hal.5.

5 R.Setiawan, Pokok-Pokok Hukum Perikatan, (Bandung:Binacipta,1987, Cet.IV), hal.1.

Page 15: PERBUATAN MENJUAL TANAH WAKAF DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25015/1/Sayyidi... · perlindungan dari keburukan diri dan kejahatan amal perbuatan

4

penjualannya wajib dibelikan tanah lain yang nilai dan manfaatnya harus

sama dengan harta wakaf awal yang dijual. Jika perikatan terjadi maka secara

otomatis didalamnya mengandung sebuah kata “sepakat” sesuai dengan Asas

Konsensualisme.

Perbuatan menjual tanah wakaf pada dasarnya sebagai perbuatan

melawan hukum apabila dilakukan dengan sengaja tanpa memperhatikan

syarat, pengecualian, prosedur hukum yang berlaku khususnya hukum wakaf.

Perbuatan tersebut batal demi hukum, karena objek jual beli adalah harta

wakaf. Menurut Pasal 1335 dan 1337 BW, persetujuan tidak akan

menimbulkan perikatan jika objeknya bertentangan dengan ketertiban umum

atau kesusilaan atau jika dilarang oleh undang-undang.6

Dalam Pasal 225 Kompilasi Hukum Islam ditentukan, bahwa benda

yang telah diwakafkan tidak dapat dilakukan perubahan atau penggunaan lain

dari pada yang dimaksud dalam ikrar wakaf. Penyimpangan dari ketentuan

dimaksud hanya dapat dilakukan terhadap hal-hal tertentu setelah terlebih

dahulu mendapatkan persetujuan tertulis dari Kepala Kantor Urusan Agama

Kecamatan berdasarkan saran dari Majelis Ulama Kecamatan dan Camat

setempat dengan alasan:7

a. Karena tidak sesuai lagi dengan tujuan wakaf seperti diikrarkan oleh

wakif;

b. Karena kepentingan umum.

6 Ibid.,hal.4.

7 Rachmandi Usman, Hukum Perwakafan di Indonesia, (Jakarta: Sinar Grafika, 2009),

hal.71.

Page 16: PERBUATAN MENJUAL TANAH WAKAF DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25015/1/Sayyidi... · perlindungan dari keburukan diri dan kejahatan amal perbuatan

5

Namun, pada kenyataannya jual-beli tanah wakaf pernah dilakukan

baik dari keluarga wakif, pihak pemerintah, maupun orang-orang yang tidak

bertanggung jawab dengan tidak memperhatikan syarat dan tata cara yang

berlaku .

Hal tersebut terjadi dalam sebuah kasus yang penulis angkat dalam

skrispsi ini mengenai jual-beli tanah wakaf yang dikategorikan melawan

hukum karena prosedur atau tata caranya tidak sesuai dengan aturan yang

ditetapkan pemerintah dalam pengaturan wakaf, pengaturan BWI dan UU

No.41 Tahun 2004 tentang wakaf. Kasus jual-beli tanah wakaf tersebut terjadi

di Medan di mana tanah wakaf tersebut dijual oleh Syekh Ali Oemar

Bahadjadj yang termasuk keponakan wakif sekaligus ketua Yayasan Syekh

Oemar Salmin Bahadjadj selaku tergugat II dan tergugat I adalah Yayasan

Syekh Oemar Salmin Bahadjadj yang didirikan oleh orang tua tergugat 1

bernama Syekh Oemar Salmin Bahadjadj.

Dahulu semasih orang tua tergugat II masih hidup, ia sempat membuat

surat wasiat yang bertujuan salah satunya untuk membiayai Madrasah

Arabiyah Islamiyah yang merupakan, lembaga pendidikan Islam khusus WNI

keturunan Arab dan umumnya bagi penduduk muslim di Medan yang berdiri

diatas tanah wakaf paman dari tergugat II yang bernama Syekh Abdullah bin

Salmin Bahadjadj,namun tujuan wasiat yang dilakukan oleh orang tua

tergugat II tidak tercapai.

Tergugat II selaku ketua Tergugat I dengan sengaja telah melawan

hukum yaitu merobohkan gedung/bangunan lembaga pendidikan Madrasah

Page 17: PERBUATAN MENJUAL TANAH WAKAF DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25015/1/Sayyidi... · perlindungan dari keburukan diri dan kejahatan amal perbuatan

6

Arabiyah Islamiyah dan mengalihkankan tanah wakafnya dengan jual-beli.

Jual-beli tanah wakaf tidak diperbolehkan menurut PP No.42 Tahun 2006

tentang pelaksanaan UU No.41 Tahun 2004 tentang wakaf yang harus

memperhatikan pengecualian atau alasan dilakukan jual-beli tanah wakaf,

tetapi dengan sengaja tergugat II tidak mengindahkan peraturan tersebut.

Dalam hal gugatan yang dimohonkan oleh penggugat di Pengadilan

Negri Medan, hakim telah memenangkan para tergugat dengan alasan

penggugat tidak memiliki bukti yang kuat bahwa Madrasah Arabiyah

Islamiyah diwakafkan oleh Abdullah Salmin Bahadjadj,, dan hal perkara ini

terus berlangsung hingga permohonan kasasi, sehingga Mahkamah Agung

mengeluarkan putusan bahwasannya yang dilakukan Para tergugat adalah

memang melawan hukum. Maka dari sumber kasus inilah penulis

berkeinginan dan tertarik untuk menulis skripsi dengan judul

“PERBUATAN MENJUAL TANAH WAKAF DALAM PERSPEKTIF

HUKUM ISLAM DAN HUKUM POSITIF (Studi Kasus Putusan

Mahkamah Agung Nomor Perkara :995 K/Pdt/2002)”.

B. Pembatasan dan rumusan masalah

1. Pembatasan Masalah

Agar penulisan skripsi ini dapat mencapai hasil yang baik dan

maksimal sesuai dengan tujuan yang dikehendaki, maka penulis akan

membatasi pada masalah-masalah tertentu saja, yang ada kaitannya dengan

judul skripsi sehingga masalah-masalah yang diteliti tidak begitu luas atau

keluar dari pembahasan skripsi ini. Penulis dalam menyusun skripsi ini

Page 18: PERBUATAN MENJUAL TANAH WAKAF DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25015/1/Sayyidi... · perlindungan dari keburukan diri dan kejahatan amal perbuatan

7

membatasi pada perbuatan menjual tanah wakaf dalam perspektif Hukum

Islam dan Hukum Positif.

2. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan

permasalahan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Bagaimana Ketentuan menjual tanah wakaf dalam pandangan Hukum

Islam dan Hukum Positif?

b. Bagaimana pandangan Hukum Islam dan Hukum Positif terhadap

kasus jual beli tanah wakaf yang dilakukan Yayasan Syekh Oemar

Salmin Bahadjadj terhadap Madrasah Arabiyah Islamiyah ?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan dari penulisan skripsi ini adalah :

a. Untuk mengetahui Ketentuan menjual tanah wakaf dalam pandangan

Hukum Islam dan Hukum Positif

b. Untuk mengetahui pandangan Hukum Islam dan Hukum Positif

terhadap kasus gugurnya penjualan tanah wakaf yang dilakukan

Yayasan Syekh Oemar Salmin Bahadjadj terhadap Madrasah Arabiyah

Islamiyah

2. Manfaat dari penulisan skripsi ini adalah :

a. Secara teoritis adalah untuk dijadikan informasi yang berharga bagi

pengkaji Hukum Islam dan Hukum Positif/Konvensional khususnya

dan masyarakat umumnya. Disamping itu penelitian ini juga cukup

Page 19: PERBUATAN MENJUAL TANAH WAKAF DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25015/1/Sayyidi... · perlindungan dari keburukan diri dan kejahatan amal perbuatan

8

signifikan bagi pengembangan ilmu pengetahuan terutama pengkaji

hukum yang khusus bergerak dibidang wakaf

b. Secara praktis untuk memenuhi syarat memperoleh gelar Strata I

dalam bidang hukum. Dan dijadikan sebagai salah satu konseptual

pengembangan perangkat sistim hukum khususnya tentang wakaf.

D. Metode Penelitian

Menurut Soerjono Soekanto, penelitian merupakan suatu usaha untuk

menganalisis serta mengadakan konstruksi secara metodologis, sistematis dan

konsisten.8 Metodologis artinya suatu penelitian dilakukan dengan mengikuti

metode atau tata cara tertentu, sistematis artinya suatu penelitian harus

mengikuti langkah-langkah maupun tahap-tahap tertentu, dan konsisten berarti

penelitian dilakukan secara taat asas.

Dan pada dasarnya sesuatu yang dicari dalam penelitian ini tak lain

adalah “pemahaman” apabila kita sudah paham tentu kita mengetahuinya yang

disebut sebagai “pengetahuan”, di mana pengetahuan yang benar ini nantinya

dapat dipakai untuk menjawab pertanyaan atau ketidaktahuan tertentu.

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penulisan ini adalah jenis

penelitian Normatif yakni penelitian hukum yang meletakkan hukum

sebagai sebuah bangunan sistem norma. Sistem norma yang dimaksud

8 Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta: UI,1986), h.43

Page 20: PERBUATAN MENJUAL TANAH WAKAF DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25015/1/Sayyidi... · perlindungan dari keburukan diri dan kejahatan amal perbuatan

9

adalah mengenai asas-asas, norma, kaidah dari peraturan perundang-

undang, putusan pengadilan, perjanjian serta doktrin (ajaran).9

Didalam penelitian hukum terdapat beberapa pendekatan.10

Dengan

pendekatan tersebut, penulis akan mendapatkan informasi dari berbagai

aspek mengenai isu yang sedang dicoba untuk dicari jawabnya.

Pendekatan-pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

a. Pendekatan Peraturan Perundang-undangan : Pasal 29 ayat (2) UUD

1945, Pasal 33 ayat (4) UUD 1945, Pasal 34 ayat (1) UUD 1945, UU

No.41 Tahun 2004 tentang wakaf dan Peraturan Pemerintah No.28

Tahun 1977, Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 42

Tahun 2006 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 41 Tahun

2004 tentang Wakaf dan Peraturan Menteri Agama Nomor 1 Tahun

1978 tentang Peraturan Pelaksana Pemerintah Nomor 28 Tahun 1977

tentang Perwakafan Tanah Milik Dan Undang-Undang Pokok Agraria

UU No.5 Tahun 1960.

b. Pendekatan Konseptual : Kitab Kifayatul Akhyar karangan Imam

Taqiyuddin, Kitab Mughni Wa Syarh Al-Kabir karangan Ibnu

Qudamah, Kitab Majmu’ Fatawa karangan Ibnu Taimiyyah, Fiqh

Sunnah Karangan Sayyid Sabiq, Fiqh Islam karangan Sulaiman Rasyid

dan Buku-buku yang berkenaan dengan Hukum Perwakafan di

Indonesia.

9 Fahmi Muhammad Ahmadi, M.Si. dkk. Metode Penelitian Hukum, (Jakarta: Lembaga

Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010). h. 31 10

Peter, Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, (Jakarta: Kencana Prenada Media

Group,2007),Cetakan Ketiga, h.93.

Page 21: PERBUATAN MENJUAL TANAH WAKAF DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25015/1/Sayyidi... · perlindungan dari keburukan diri dan kejahatan amal perbuatan

10

2. Instrumen pengumpulan Data

Dalam mengumpulkan data, peneliti menggunakan metode

kepustakaan atau penelitian studi pustaka (library research). Dimana

buku-buku yang berkaitan dan memberikan informasi yang sesuai dengan

penelitian penulis dijadikan rujukan. dan kasus diambil dari Putusan

Mahkamah Agung Nomor Perkara : 995 K/Pdt/2002.

3. Sumber data

Untuk menunjang penelitian ini maka diperlukan sumber data yang

berkaitan dengan penelitian yang akan dilakukan. Sumber data dapat

diperoleh dari bahan yang tersedia, yakni data sekunder karena jenis

penelitian skripsi ini menggunakan jenis penelitian Normatif, diantaranya :

a. Bahan Hukum Primer: UU No.5 Tahun 1960, Pasal 29 ayat (2) UUD

1945, Pasal 33 ayat (4) UUD 1945, Pasal 34 ayat (1) UUD 1945, UU

No.41 Tahun 2004 tentang wakaf dan Peraturan Pemerintah No.28

Tahun 1977.

b. Bahan Hukum sekunder : Buku III Kompilasi Hukum Islam, kitab Al

Mughni karangan Ibnu Qudamah, Hadits yang berkenaan dengan

wakaf, buku-buku yang berkaitan dengan hukum perwakafan, artikel,

situs internet dan ensiklopedia.

c. Bahan Non Hukum : Kamus Al Munawwir Arab-Indonesia karangan

Zainal Abidin Munawwir, majalah, koran dan makalah yang berkaitan

dengan perwakafan

Page 22: PERBUATAN MENJUAL TANAH WAKAF DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25015/1/Sayyidi... · perlindungan dari keburukan diri dan kejahatan amal perbuatan

11

4. Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

teknik analisis normatif kualitatif.11

Yaitu dengan menganalisis ketentuan

dalam perundang-undangan serta buku-buku yang berkaitan secara

komprehensip.

5. Teknik Penarikan Ksimpulan

Dalam penelitian ini menggunakan metode deduktif, yakni proses

penalaran yang berawal dari hal yang umum untuk menetukan hal yang

khusus sehingga mencapai suatu kesimpulan.12

6. Tekhnik Penulisan

Dalam penulisan skripsi ini, mengacu pada buku “Pedoman

Penulisan Skripsi Fakultas Syari’ah dan Hukum” yang diterbitkan oleh

Fakultas Syari’ah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif

Hidayatullah Jakarta, Tahun 2012.13

E. Sistematika Penulisan

Untuk dapat lebih mudah memahami materi skripsi yang berjudul

“PERBUATAN MENJUAL TANAH WAKAF DALAM PERSPEKTIF

HUKUM ISLAM DAN HUKUM POSITIF (Studi Kasus Putusan Mahkamah

Agung Nomor Perkara :995 K/Pdt/2002)” ini, penulis menyusun sistematika

11

Fahmi Muhammad Ahmadi, M.Si. dkk. Metode Penelitian Hukum, (Jakarta: Lembaga

Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010). h. 54 12

Peter, Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, (Jakarta: Kencana Prenada Media

Group,2007),Cetakan Ketiga, h.93. 13

TIM Penyusun FSH, Pedoman Penulisan Skripsi, (Jakarta: Pusat Peningkatan dan

Jaminan Mutu(PPJM), 2012.

Page 23: PERBUATAN MENJUAL TANAH WAKAF DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25015/1/Sayyidi... · perlindungan dari keburukan diri dan kejahatan amal perbuatan

12

materi dalam lima bab. Masing-masing bab akan diuraikan sebagaimana

diuraikan :

BAB I : Pendahuluan

Bab ini terdiri dari 5 sub-bab,yaitu (a) latar belakang masalah, (b)

pembatasan dan perumusan masalah, (c) tujuan dan manfaat

penelitian, (d) metode penelitian (e) sistematika penulisan

BAB II : Ruang Lingkup Wakaf Dalam Perspektif Hukum Islam Dan

Hukum Positif

Bab ini terdiri dari 2 sub bab, yaitu (a) Perwakafan Perspektif

Hukum Islam, yang terdiri dari 4 pokok bahasan yaitu : 1.

Pengertian dan Dasar Hukum Wakaf 2. Syarat dan Rukun Wakaf

3. Tujuan dan Manfaat Wakaf 4. Macam-macam Wakaf. (b)

Perwakafan Perspektif Hukum Positif, yang terdiri dari 2 pokok

bahasan yaitu : 1. Sejarah dan Perkembangan Wakaf di Indonesia

2. Ketentuan Perwakafan dalam Undang-Undang Wakaf.

BAB III : Perbuatan Menjual Tanah Wakaf Dalam Perspektif Hukum Islam

Dan Hukum Positif sertaAkibat Hukumnya.

Bab ini terdiri dari 5 sub bab, yaitu (a) Jual-beli Tanah Wakaf

Perspektif Hukum Islam (b) Jual-Beli Tanah Wakaf Perspektif

Hukum Positif (c) Perubahan Peruntukan Tanah Wakaf Hak Milik

Menurut UU Nomor 5 Tahun 1960 tentang UUPA (d) Akibat

Hukum Perubahan Peruntukan Tanah Wakaf Hak Milik Menurut

Page 24: PERBUATAN MENJUAL TANAH WAKAF DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25015/1/Sayyidi... · perlindungan dari keburukan diri dan kejahatan amal perbuatan

13

UU No.5 Tahun 1960 Tentang UUPA (e) Penyelesaian

Perselisihan Tanah Wakaf

BAB IV : Analisis Penyelesaian Sengketa Perbuatan Menjual Tanah Wakaf

Pada Mahkamah Agung (Analisa Kasus Putusan Mahkamah Agung

Nomor Perkara :995 K/Pdt/2002)

Bab ini terdiri dari 2 sub bab, yaitu (a) Posisi Kasus dan

Permasalahan, yang terdiri dari 2 pokok bahasan, yaitu : 1. Duduk

Perkara 2. Amar Putusan Mahkamah Agung (b) Analisis Terhadap

Putusan Mahkamah Agung Nomor Perkara : 995 K/Pdt/2002, yang

terdiri dari 2 pokok bahasan, yaitu : 1. Analasis Kasus Perspektif

Hukum Islam 2. Analisis Kasus Perspektif Hukum Positif

BAB V : Penutup

Bab ini terdiri dari 2 sub bab, yaitu (a) kesimpulan (b)saran

Page 25: PERBUATAN MENJUAL TANAH WAKAF DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25015/1/Sayyidi... · perlindungan dari keburukan diri dan kejahatan amal perbuatan

14

BAB II

RUANG LINGKUP WAKAF DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

DAN HUKUM POSITIF

A. Perwakafan Perspektif Hukum Islam

1. Pengertian dan Dasar Hukum Wakaf

Kata wakaf berasal dari bahasa Arab al-waqf bentuk masdar dari

waqafa-yaqifu-waqfansama artinya dengan “Hasaba Yahbisu Tahsiban‟‟

yang berarti berdiri atau berhenti atau diam ditempat.1Pengertian

“berhenti” jika dihubungkan dengan ilmu baca Al-Qur‟an atau ilmu tajwid

mengandung makna menghentikan bacaan baik seterusnya maupun untuk

mengambil nafas sementara, dari mana harus dimulai dan dimana harus

berhenti.Pengertian wakaf dalam arti “berdiamdi tempat” dikaitkan dengan

wukuf yaitu berdiam diArafah pada tanggal 9 Dzulhijjah ketika

menunaikan ibadah haji.Kata al-waqf semakna dengan al-hasb bentuk

masdar dari hasaba-yasibu-hasban artinya menahan.2Dalam Kamus istilah

agama Islam dijelaskan bahwa wakaf adalah menahan, yakni menahan

sesuatu benda yang kekal zatnya dan dapat dimanfaatkan dijalan kebaikan.

Secara harfiah wakaf bermakna “pembatasan” atau “larangan”.

Sehingga kata waqf (jama‟:Auqaf) digunakan dalam Islam untuk maksud

“pemilikan dan pemeliharaan” hartabenda tertentu untuk kemanfaatan

sosial tertentu yang ditetapkan dengan maksud mencegah penggunaan

harta wakaf tersebut diluar tujuan khusus yang telah ditetapkan.

1 Op. Cit., h.7599

2 Sabiq, Sayyid, Fiqh Sunnah (Beirut: Daar El-Fikr, 1981) Cet.III., Jilid.III,.h.738.

Page 26: PERBUATAN MENJUAL TANAH WAKAF DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25015/1/Sayyidi... · perlindungan dari keburukan diri dan kejahatan amal perbuatan

15

Para Ulama berbeda pendapat dalam memberikan pengertian wakaf

diantaranya:

1. Menurut Abu Hanifah3:

Artinya:

“Menahan benda yang statusnya tetap milik si wakif (orang yang

mewakafkan) dan yang disedekahkan hanya manfaatnya saja dengan cara

yang benar”

Imam Abu Hanifah memandang akad wakaf tidak mengikat, dalam

artian bahwa orang yang berwakaf boleh saja mencabut wakafnya kembali

dan boleh diperjual-belikan oleh pemilik semula. Dengan demikian

mewakafkan harta secara mutlak menurutnya akad wakaf baru bersifat

mengikat apabila:

a. Terjadi sengketa antara yang mewakafkan (waqif) dan pemelihara

harta wakaf (Nadzhir) dan Hakim memutuskan bahwa wakaf itu

mengikat

b. Wakaf itu dipergunakan untuk masjid

c. Putusan hakim terhadap harta wakaf itu dikaitkan dengan kematian

orang yang berwakaf.

Alasan Imam Abu Hanifah yang menyatakan bahwa wakaf tidak

mengikat adalah sabda Rasulullah yang menjelaskan “Tidak boleh

3Hasbiyallah,. M. Amin Ibnu Abidin, Al-Mukhtar, (Beirut:Daar el-Fiqr, 1992) Juz 10 h

332

Page 27: PERBUATAN MENJUAL TANAH WAKAF DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25015/1/Sayyidi... · perlindungan dari keburukan diri dan kejahatan amal perbuatan

16

memakan harta yang merupakan ketentuan-ketentuan Allah”. (H.R

Daruqutni).

Harta yang sah diwakafkan menurut Imam Hanifah :

a. Benda tidak bergerak. Benda tidak bergerak ini dipastikan memiliki

sifat kekal dan memungkinkan dapat diambil manfaat seterusnya.

b. Benda bergerak. Pada prinsipnya yang sah diwakafkan adalah benda

tidak bergerak, Ta‟bid (tahan lama). Prinsip ini dijelaskan kembali

dengan memenuhi beberapa hal: pertama, keadaan benda bergerak itu

mengikuti benda tidak bergerak dan ini ada dua macam: (1) barang

tersebut mempunyai hubungan dengan sifat diam di tempat, misalnya

pohon (2) benda bergerak dipergunakan untuk membantu benda tidak

bergerak, misalnya alat pembajak. Kedua,wakaf senjata dan binatang.

Sebagaimana diriwayatkan Khalid bin Walid pernah mewakafkan

senjatanya dijalan Allah (3) wakaf bergerak mendatangkan

pengetahuan, missal wakaf buku, kitab dan mushaf dan termasuk

dinar(uang).

2. Menurut Malikiyah:4

Artinya :

“ Wakaf adalah seorang pemilik yang memperuntukan manfaat

harta benda miliknya baik berupa sewa maupun hasilnya untuk

diserahkan kepada pihak yang berhak dengan bentuk penyerahan

4 Praja, Juhaya S, Perwakaf di Indonesia; Sejarah, Pemikiran, Hukum dan

Perkembangannya, (Bandung : Yayasan Piara, 1995)h.,18.

Page 28: PERBUATAN MENJUAL TANAH WAKAF DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25015/1/Sayyidi... · perlindungan dari keburukan diri dan kejahatan amal perbuatan

17

berjangka waktu sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh orang yang

berwakaf.”

Menurut teori Imam Malik wakaf itu mengikat dalam arti lazim,

tidak mesti dilembagakan secara abadi dalam arti mu‟abbad dan boleh saja

diwakafkan untuk tenggang waktu tertentu yang disebut mu‟aqot.Wakaf

itu tidak boleh ditarik ditengah perjalanan dengan katalain, si wakif tidak

boleh menarik ikrar wakaf sebelum habis tenggang wakaf waktu yang

telah ditetapkannya. Harta itu berstatus milik si wakif, akan tetapi si wakif

tidak mempunyai hak untuk menggunakan harta tersebut (Tasharuf)

selama masih masa waktunya belum berakhir. Jika dalam shigat atau ikrar

wakaf itu si wakif tidak menyatakan dengan tegas waktu perwakafan yang

ia kehendaki, maka dapat diartikan bahwa ia bermaksud mewakafkan harta

itu untuk selama-lamanya (Mu‟abbad). Landasan hukum yang dijadikan

Imam Malik dalam hal ini adalah Hadits Ibn Umar yang berbunyi :

Page 29: PERBUATAN MENJUAL TANAH WAKAF DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25015/1/Sayyidi... · perlindungan dari keburukan diri dan kejahatan amal perbuatan

18

Artinya :

“… Umar mempunyai tanah di Khaibar, kemudian ia datang

kepada Rasulullah SAW. meminta untuk mengolahnya seraya ia berkata :

Yaa Rasulullah, aku memiliki sebidang tanah di Khaibar. Tetapi aku

belum mengambil manfaatnya, bagaimana aku harus berbuat untuk itu ?

Nabi bersabda : Jika kau menginginkannya, tahanlah itu dan

shodaqohkanlah hasilnya. Tanah tersebut tidak boleh dijual atau diperjual

belikan dihibahkan atau diwariskan.Ibn Umar menshodaqohkan

(mewakafkan) tanah di Khaibar itu kepada Faqir Miskin, Karib, kerabat,

Budak (Riqab), dan Ibnu Sabil.”

Alasan yang dikemukan Imam Malik mengapa wakaf itu berstatus

milik si wakif berdasarkan kasus Ibn Umar sebagai pemilik benda yang

diwakafkan yang diperintahkan Rasulullah untuk mengeluarkan miliknya

itu.Sementara alasan mengenai keabsahan wakaf untuk sementara waktu

ialah berdasarkan atas kenyatkan tidak adanya dalil yang mengharuskan

wakaf itu Mu‟abbad (abadi).Tekhnik pengekalan harta wakaf ialah dengan

menjual harta wakaf itu yang tidak/kurang mempunyai nilai manfaat hasil

penjualannya digunakan untuk membeli benda lain yang mempunyai nilai

atau manfaat yang sama sesuai dengan apa yang dikehendaki si wakif.

Pendapat ini akan nampak sebagai paham hukum yang dianut dalam

peraturan nomor 28 Tahun 1977 tentang perwakafan tanah milik.5

3. Menurut Syafi‟iyyah:6

5 Praja, Juhaya S,, Perwakafan di Indonesia; Sejarah, Pemikiran, Hukum dan

Perkembangannya, (Bandung : Yayasan Piara, 1995) h.18.

6 Muhammad Khotibi Syarbini, Mughni al-Muhtaz, (Mesir : Musthafa al-Babi al-Halaby,

Tt) Juz 2, h.376.

Page 30: PERBUATAN MENJUAL TANAH WAKAF DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25015/1/Sayyidi... · perlindungan dari keburukan diri dan kejahatan amal perbuatan

19

Artinya :

“Menahan harta yang diambil manfaatnya dengan tetap utuhnya

barang, dan barang itu lepas dari penguasaan si wakif serta dimanfaatkan

pada sesuatu yang diperbolehkan oleh agama yang telah disepakati.”

Imam Syafi‟i menamakan wakaf dengan istilah-istilah : al-

shodaqot al-muharramat al-mauqufat. Selanjutnya ia membagi jenis

pembagian wakaf dalam dua macam : pemberian yang diserahkan

sipemberi ketika ia masih hidup dan pemberi yang diserahkan ketika si

pemberi telah wafat.7

4. Menurut Hanabilah

Artinya :

“ Menahan kebebasan pemilik harta dalam membelanjakan

hartanya yang bermanfaat dengan tetap utuhnya harta dan memutuskan

semua hak penguasaan terhadap harta itu, sedangkan manfaatnya

dipergunakan pada suatu kebaikan untuk mendekatkan diri kepada Allah

SWT.”8

Sedangkan menurut Imam Taqiyuddin Abu Bakar Al Husaini,

dalam Kitab Kifayatul akhyar, wakaf secara istilah adalah9 :

Artinya :

7Al-Imam, Syafi‟I, Al-Umm, (Beirut : Darul Fikr,Tt) Jilid 3 h, 512.

8Wabah, Zhuhaili, Fiqh al-Islam Wa „Adilatuhu, (Beirut : Daar El-Fikr, Tt) Juz 2 h.152

9Imam Taqiuddin, Kifayatul Akhyar,. Bab Kitabul buyu‟, Fashl Waqf

Page 31: PERBUATAN MENJUAL TANAH WAKAF DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25015/1/Sayyidi... · perlindungan dari keburukan diri dan kejahatan amal perbuatan

20

“wakaf ialah menyerahkan harta untuk selamanya yang bisa

dimanfaatkan namun materinya (barangnya) tetap dan barang tersebut

digunakan untuk kebaikan dengan tujuan mendekatkan diri kepada Allah,

dengan ketentuan barang tersebut tidak boleh ditasharrufkan.”

Selain itu, Majelis Ulama Indonesia (MUI) juga telah

mengeluarkan Fatwa tentang Wakaf melalui rapat Komisi Fatwa Majelis

Ulama Indonesia pada tanggal 11 Mei 2002, bahwa wakaf adalah:

مصزفعهىزقبتھفىبنتصزفبقطعبصهھبوعینھبقبءمعبھبالنتفبعیمكنمبنحبس

10 موجودمببح

Artinya:

“Menahan harta yang dapat dimanfaatkan tanpa lenyap bendanya

atau pokoknya, dengan cara tidak melakukan tindakan hukum terhadap

benda tersebut (menjual, memberikan, atau mewariskannya), untuk

disalurkan (hasilnya) pada sesuatu yang mubah (tidak haram) yang ada.”

Dari definisi di atas, meskipun terdapat perbedaan pengertian wakaf

antara satu ulama dengan ulama lainnya, namun pada dasarnya

mengandung makna yang sama. Perbedaan yang ada hanya dalam hal-hal

sekunder (cabang) bukan primer (prinsip), sedangkan dalam hal-hal yang

pokok, ada ukuran-ukuran yang disepakati oleh sebagian besar ulama,

yaitu eksistensi benda wakaf itu haruslah bersifat tetap.

2. Dasar Hukum Wakaf

Dasar hukum wakaf sebagai lembaga yang diatur dalam ajaran

Islam tidak dijumpai secara tersurat dalam Al-Qur‟an.Namun

10

Direktorat Pengembangan Zakat dan Wakaf. Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat

Islam dan Penyelenggaraan Haji Departemen Agama, Paradigma Baru Wakaf di

Indonesia, cet.II,

(Jakarta: Direktorat Pengembangan Zakat dan Wakaf. Direktorat Jenderal Bimbingan

Masyarakat

Islam dan Penyelenggaraan Haji Departemen Agama, 2005), h.139.

Page 32: PERBUATAN MENJUAL TANAH WAKAF DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25015/1/Sayyidi... · perlindungan dari keburukan diri dan kejahatan amal perbuatan

21

demikian, terdapat ayat-ayat yang memberi petunjuk dan dapat

dijadikan sebagai sumber hukum perwakafan. Ayat-ayat yang

dipahami berkaitan dengan wakaf diantaranya adalah:

بھبنهھفإنشيءمنتنفقواومبتحبونممبتنفقواحتىبنبزتنبنواننعهیم

(٢٩:٣ / بلعمزان )

Artinya:

“kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna),

sebelum kamu menafkahkan sebahagian harta yang kamu cintai. Dan apa

saja yang kamu nafkahkan. Maka sesungguhnya Allah

mengetahuinya.”(QS. Ali „Imran, 3:92)

حبتمبئتسنبهتكهفیسنببهسبعأنبتتحبتكمثهبنهھسبیهفیأموانھمینفقونبنذینمثم

Artinya:

“perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang

menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih

yang menumbuhkan tujuh butir, pada tiap-tiap butir seratus biji. Allah

melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang dia kehendaki.Dan Allah

maha luas (karunia-nya) lagi maha mengetahui.”(Q.S Al-Baqarah, 2:261)

Kata-kata menafkahkan harta yang disebut dalam Al-Qur‟an tidak

kurang dari 73 kata, namun cukup bagi penulis dalam skripsi ini

menjelaskan atau mengutip 2 ayat saja, yang secara umum menganjurkan

agar kaum muslimin bersedia menafkahkan sebagian kekayaan baik yang

berkonotasi pada nafkah wajib, seperti zakat atau memberi nafkah

keluarga maupun yang menunjukkan hukum sunnah seperti hibah, wakaf,

dan lain-lain. Selain itu Allah menjanjikan kepada orang yang

menafkahkan hartanya akan dilipat gandakan pahalanya menjadi 700 kali

lipat.

(٩٦٢:٩/ انبقزة عهیمواسعوانهھیشبءنمنیضبعفوانهھ(

Page 33: PERBUATAN MENJUAL TANAH WAKAF DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25015/1/Sayyidi... · perlindungan dari keburukan diri dan kejahatan amal perbuatan

22

Adapula beberapa Hadits yang berkaitan dengan Wakaf yang

dijelaskan secara umum, yaitu :

:

)(

Artinya :

“Dari Abu Hurairah RA bahwasannya Rasulullah SAW telah

bersabda apabila seorang telah meninggal dunia maka terputuslah semua

amal perbuatannya kecuali tiga hal yaitu shadaqah jariyah (wakaf), ilmu

yang bermanfaat, atau anak yang sholeh yang mendoakannya.” (HR.Muslim)11

:عنببنعمزرضیبنهھعنھمبقبل

:بیصهىبنهھعهیھوسهمیستبمزفیھبفقبلاصببعمزارضببخیبزفبتىبنن

بنهھزیبرسونبنهھبنیبصبتبرضببخیبزنمبصبمبالقطھوانفسعنذیمنھفمبتبمزنیبھ؟فق

فتصذقبھبعمزانھبالتببعو.هھبوتصذقتبھبسونبنهھصهىبنهھعهیھوسهبنشئتحبستبص

:فقبل .التوھبوالتورث

وتصذقبھبفىبنفقزاءوفىبنقزبىوفىبنزقببوفىسبیهبنهھوبنبنسبیهوانضیفالجنبح

)رواھبنبخبرىومسهم(ھبببنمعزوفویطعمغیزمتمولعهىمنونیھبانیبكهمن

Artinya:

12“Dari Ibnu Umar RA, berkata : bahwa sahabat Umar RA

memperoleh sebidang tanah di Khaibar, kemudian ia menghadap kepada

Rasulullah SAW untuk memohon petunjuk dan bertanya : Yaa Rasulullah

sesungguhnya aku mendapatkan sebidang tanah di Khaibar, suatu harta

yang belum pernah aku dpaatkan sama sekali yang lebih baik bagiku

selain tanah itu, lalu apa yang hendak kau perintahkan kepadaku? Maka

jawab Nabi Muhammad SAW jika engkau suka tahanlah pangkalnya dan

11

Imam Abi al-Husain Muslim al-Hijjaj, Shahih Muslim, (Mesir: Dar al-Hadits al-Qahirah

1994),jilid 6,hal.95. 12

Al-Bukhari, Shahih al-Bukhari, (Beirut: Dar el-Fikr t,th.), Juz 3, h.196.

Page 34: PERBUATAN MENJUAL TANAH WAKAF DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25015/1/Sayyidi... · perlindungan dari keburukan diri dan kejahatan amal perbuatan

23

sedekahkanlah hasilnya. Lalu Umar menyedekahkan, dengan syarat tidak

boleh dijual, tidak boleh dihibahkan, dan tidak boleh diwarisi. Yaitu untuk

orang-orang fakir, kelaurga dekat, untuk memerdekakan hamba sahaya,

untuk menjamu tamu, untuk orang yang kehabisan bekal dalam perjalanan

(Ibnu Sabil), dan tidak berdosa orang yang mengurusinya itu untuk

memakan sebagiannya dengan cara yang wajar dan untuk memberi

makan (kepada keluarganya) dengan syarat jangan dijadikan hak milik

.”(HR. Bukhari dan Muslim).

Disamping Hadits yang menyatakan landasan hukum wakaf tanah

yang merupakan benda yang tidak bergerak, ada juga Hadits yang

menyatakan kebolehan benda bergerak sebagaimana hadits yang berasal

dari Abu Hurairah dan diriwayatkan oleh Bukhari yang berbunyi sebagai

berikut :

:عنببىھزیزةرضىبنهھعنھقبل

,منبحتبسفزسبفىسبیهبنهھبیمبنبواحتسببب:قبنزسونبنهھصهىبنهھعهیھوسهم

)رواھبنبخزى(فیمیزانھحسنبث,وبونھ ,فبنشبعھورفثھ

Artinya :

“Dari Abu Hurairah RA berkata, Rasulullah bersabda :

Barangsiapa mewakafkan seekor kuda dijalan Allah dengan penuh

keimanan dan keikhlasan maka sesungguhnya jasad, kekotoran , dan

kencingnya akan menjadi amal kebaikan pada timbangan di Hari kiamat.”

(HR. Bukhari)13

Walaupun Hadit di atas hanya menunjukan keabsahan wakaf hewan,

dalam hal ini kuda, tapi jika ditinjau dari fungsi hewan itu di zaman Nabi

yaitu sebagai hewan yang tercepat, maka dapat disimpulkan bahwa wakaf

benda bergerakpun sah menurut hukum manakala pemanfaatannya dapat

diperoleh tanpa menghabiskan barang itu sendiri.

13

Ibid.,hal.198.

Page 35: PERBUATAN MENJUAL TANAH WAKAF DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25015/1/Sayyidi... · perlindungan dari keburukan diri dan kejahatan amal perbuatan

24

Uraian Hadits di atas mengarah pada adanya dua bentuk benda wakaf,

yaitu benda bergerak yang disebut al-manqul atau al-musya‟ dan benda

yang tidak bergerak yang bisa disebut al‟aqar.14

Dari beberapa Hadits di

atas dapat disimpulkan bahwa disyariatkannya wakaf sebagai tindakan

hukum dengan cara melepaskan hak kepemilikannya atas asal barang dan

mensedekahkan manfaatnya untuk kepentingan umum, dengan maksud

memperoleh pahala dari Allah. Kepentingan tersebut bisa berupa

kepentingan sosial atau kepentingan agama.

2. Syarat dan Rukun Wakaf.

Untuk memperjelas rukun dan syarat wakaf maka lebih dahulu

dikemukakan pengertian rukun dan syarat baik dari segi etimologi maupun

terminology. Syarat dalam Kamus Al Munawwir adalah

mengikat,kesepakatan dan perjanjian dan Menurut Faris Efendy M.Zein,

bahwa menurut bahasa (etimologi), syarat adalah sesuatu yang

menghendaki adanya sesuatu yang lain atau sebagai tanda, melazimkan

sesuatu.15

Secara terminologi, yang dimaksud dengan syarat adalah sesuatu

yang tergantung adanya hukum dengan adanya sesuatu tersebut, dan tidak

adanya sesuatu itu mengakibatkan tidak ada pula hukum, namun dengan

adanya sesuatu tidak mesti pula adanya hukum. Hal ini sebagaimana

dikemukakan Abd al-Wahhab Khalaf, bahwa syarat adalah sesuatu yang

keberadaan suatu hukum tergantung pada keberadaan sesuatu itu , dan dari

14

Juhaya S. Praja, Perwakafan di Indonesia, Sejarah, Pemikiran, Hukum dan

Perkembangannya (Bandung: Yayasan piara, 1995), h.13. 15

Kamal Muchtar, Ushul Fiqh, Jilid I, Yogyakarta: PT.Dana Bhakti Wakaf, 1995, h.34.

Page 36: PERBUATAN MENJUAL TANAH WAKAF DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25015/1/Sayyidi... · perlindungan dari keburukan diri dan kejahatan amal perbuatan

25

ketiadaan sesuatu itu diperoleh ketetapan ketiadaan hukum tersebut. Yang

dimaksudkan adalah keberadaan secara syara‟, yang menimbulkan

efeknya.Hal senada dikemukakan oleh Muhammad Abu Zahrah, asy-

syarth (syarat) adalah sesuatu yang menjadi tempat bergantung wujudnya

hukum.Tidak adanya syarat berarti pasti tidak adanya hukum.Tetapi

wujudnya syarat tidak pasti wujudnya hukum.16

Diantara yang menjadi

syarat Wakaf adalah sebagai berikut :

a. Perwakafan benda itu tidak dibatasi untuk jangka waktu tertentu saja,

tetapi untuk selama-lamanya. Wakaf yang dibatasi waktunya untuk

lima tahun saja adalah tidak sah

b. Tujuannya harus jelas, tanpa menyebutkan tujuannya secara jelas

perwakafan tidak sah. Namun demikian, apabila seorang wakif

menyerahkan tanahnya kepada suatu badan hukum tertentu yang sudah

jelas tujuan dan usahanya, wewenang untuk penentuan tujuan wakaf

itu berada pada badan hukum yang bersangkutan sesuai dengan tujuan

badan hukum itu

c. Wakaf harus segera dilaksanakan setelah ikrar wakaf dinyatakan oleh

wakif tanpa menggantungkan permasalahan pelaksanaannya pada

suatu peristiwa yang akan terjadi dimasa yang akan datang. Sebabnya

ikrar wakaf itu menyebabkan lepasnya hubungan pemilikan seketika

itu juga, antara wakif dengan wakaf yang bersangkutan. Bila

16

Muhammad Abu Zahrah, Ushul al-Fiqh, Cairo: Dar al-Fikr al-„Arabi, 1958, h.59.

Page 37: PERBUATAN MENJUAL TANAH WAKAF DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25015/1/Sayyidi... · perlindungan dari keburukan diri dan kejahatan amal perbuatan

26

digantungkan dengan kematian seseorang yang berlaku adalah hukum

wasiat.

d. Wakaf yang sah wajib dilaksanakan, karena ikrar wakaf yang

dinyatakan oleh wakif berlaku seketika dan untuk selama-lamanya.

Rukun dalam terminologi fikih adalah sesuatu yang dianggap

menentukan suatu yang disiplin tertentu, dimana ia merupakan bagian

integral dari disiplin itu sendiri. Atau dengan kata lain rukun adalah

penyempurna sesuatu, dimana ia merupakan bagian dari sesuatu itu.17

Adapun unsur (rukun) wakaf dan syarat yang menyertainya adalah

sebagai berikut :

a. Waqif (orang yang mewakafkan).

Syarat wakif adalah sehat akalnya, dalam keadaan sadar, tidak dalam

keadaan terpaksa atau dipaksa, dan telah mencapai umur baligh.Wakif

adalah sempurna harta yang diwakafkan.18

Dalam versi pasal 215 (2)

KHI jo. pasal 1 (2) PP 28/1977 dinyatakan : “Wakif adalah orang atau

orang-orang ataupun badan hukum yang mewakafkan benda miliknya”.

Adapun syarat-syarat Wakif adalah :

1. Badan-badan hukum Indonesia dan orang atau orang-orang yang

telah dewasa dan sehat akalnya serta yang oleh hukum tidak

terhalang untuk melakukan perbuatan hukum, atas kehendak

17

Abdul Ghofur Anshori, Hukum dan Praktik Perwakafan di Indonesia, Yogyakarta:

Pilar Media, 2006, h.25. 18

Ahmad Rofiq, Hukum Islam di Indonesia, Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada, 1997, h.493.

Page 38: PERBUATAN MENJUAL TANAH WAKAF DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25015/1/Sayyidi... · perlindungan dari keburukan diri dan kejahatan amal perbuatan

27

sendiri dapat mewakafkan benda miliknya dengan memperhatikan

peraturan Perundangan-undangan yang berlaku.

2. Dalam hal badan-badan hukum, maka yang bertindak untuk dan

atas namanya adalah pengurusnya yang sah menurut hukum (pasal

3 Peraturan Pemerintah 28/1977)

b. Mauquf atau benda yang diwakafkan

Barang atau benda yang diwakafkan (mauquf) haruslah memenuhi

syarat-syarat berikut.Pertama, harus tetap zatnya dan dapat dimanfaatkan

untuk jangka waktu yang lama, tidak habis sekali pakai.Pemanfaatan itu

haruslah untuk hal-hal yang berguna, halal dan sah menurut hukum.Kedua,

harta yang diwakafkan itu haruslah jelas wujudnya dan pasti batas-batasnya

(jika berbentuk tanah misalnya).Ketiga, benda itu sebagaimana disebutkan di

atas, harus benar-benar kepunyaan wakif dan bebas dari segala

beban.Keempat, harta yang diwakafkan itu dapat berupa benda dapat juga

berupa benda bergerak seperti buku-buku, saham, surat-surat berharga dan

sebagainya. Kalau ia berupa saham atau modal, haruslah diusahakan agar

penggunaan modal itu tidak untuk usaha-usaha yang bertentangan dengan

ketentuan-ketentuan hukum Islam, misalnya untuk mendirikan atau

membiayai tempat perjudian atau usaha-usaha maksiat lainnya.

c. Mauquf 'alaih (tujuan wakaf)

Untuk menghindari penyalahgunaan wakaf, maka wakif

perlumenegaskan tujuan wakafnya.Apakah harta yang diwakafkan itu untuk

menolong keluarganya sendiri sebagai wakaf keluarga (waqf ahly), atau untuk

Page 39: PERBUATAN MENJUAL TANAH WAKAF DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25015/1/Sayyidi... · perlindungan dari keburukan diri dan kejahatan amal perbuatan

28

fakir miskin, dan lain-lain, atau untuk kepentingan umum (waqfkhairy).Yang

jelas tujuannya adalah untuk kebaikan, mencari keridhaanAllah dan

mendekatkan diri kepada-Nya.19

Kegunaan wakaf bisa untuksarana ibadah

murni, bisa juga untuk sarana sosial keagamaan lainnyayang lebih besar

manfaatnya.

Karena itu, wakaf tidak bisa digunakan untuk kepentingan maksiat,

membantu, mendukung atau yang memungkinkan untuk tujuan maksiat.

Menurut Abu Yahya Zakariya, menyerahkan wakaf kepada orang yang tidak

jelas identitasnya adalah tidak sah.20

Faktor administrasi, kecermatan, dan

ketelitian dalam mewakafkan barang menjadi sangat penting, demi

keberhasilan tujuan dan manfaat wakaf itu sendiri.Alangkah ruginya, jika niat

yang baik untukmewakafkan hartanya, tetapi kurang cermat dalam tertib

administrasinya, mengakibatkan tujuan wakaf menjadi terabaikan.Jika tertib

administrasi ini ditempatkan sebagai wasilah (instrumen) hukum, maka

hukumnya bisa menjadi wajib.Sebagaimana aksioma hukum yang

diformulasikan para ulama "li al-wasail hukm al-maqashid" artinya "(hukum)

bagi perantara, adalah hukum apa yang menjadi tujuannya".21

d. Sighat (Ikrar atau Pernyataan Wakaf)

Ikrar adalah pernyataan kehendak dari wakif untuk mewakafkantanah atau

benda miliknya (ps. 1 (3) PP No. 28/1977 jo. ps. 215 (3) KHI).Pernyataan

atau ikrar wakaf ini harus dinyatakan secara tegas baik lisanmaupun

tertulis, dengan redaksi "aku mewakafkan" atau "aku menahan"atau

19

Ahmad Rofiq, Fiqh Kontekstual, op.cit.,h.323 20

Ibid.,h.324. 21

Ibid., h.324.

Page 40: PERBUATAN MENJUAL TANAH WAKAF DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25015/1/Sayyidi... · perlindungan dari keburukan diri dan kejahatan amal perbuatan

29

kalimat yang semakna lainnya. Ikrar ini penting, karena pernyataanikrar

membawa implikasi gugurnya hak kepemilikan wakif, dan hartawakaf

menjadi milik Allah atau milik umum yang dimanfaatkan

untukkepentingan umum yang menjadi tujuan wakaf itu sendiri.Karena

itu,konsekuensinya, harta wakaf tidak bisa dihibahkan, diperjualbelikan,

ataupun diwariskan.Namun, Para ulama tidak mensyaratkan qabul di

dalam wakaf adalah karena menyamakan ijab di dalam wakaf tersebut

dengan ijab di dalam pemerdekaan budak yang disyaratkan harus ada

qabul. Mereka itu antara lain adalah al-Mawardi, bahkan al-Baghawi dan

ar-Ruyani telah memutuskan tanpa qabul.(kifayatul akhyar).

Sebagai ibadah Tabarru‟ (mendermakan harta), wakaf memang

tidak mengharuskan adanya qabul, hal ini sebagaimana dinyatakan

Sayyid Syabiq:

“Bila seorang yang berwakaf berbuat sesuatu yang menunjukan kepada

wakaf atau mengucapkan kata-kata wakaf, maka tetaplah wakaf itu,

dengan syaratorang yang berwakaf adalah orang yang sah tindakannya,

misalnya cukup sempurna akalnya, dewasa, merdeka dan tidak

dipaksa.Untuk terjadinya wakaf ini tidak diperlukan qobul dari yang

diwakifi.”

Secara teknis, ikrar wakaf diatur dalam pasal 5 PP 28/1977 jo.pasal

218 KHI: (1). Pihak yang mewakafkan atau wakif tanahnya mengikrarkan

kehendaknya secara jelas dan tegas kepada Nadzir dihadapan Pejabat

Pembuat Akta Ikrar Wakaf (PPAIW) sebagaimanamaksud pasal 9 ayat (2)

Page 41: PERBUATAN MENJUAL TANAH WAKAF DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25015/1/Sayyidi... · perlindungan dari keburukan diri dan kejahatan amal perbuatan

30

yang kemudian menuangkannya dalam bentukAkta Ikrar Wakaf (AIW)

dengan disaksikan oleh minimal dua orang saksi(2). Dalam keadaan tertentu,

penyimpangan dari ketentuan dimaksuddalam ayat (1) dapat dilaksanakan

setelah terlebih dahulu mendapatpersetujuan Menteri Agama.22

e. Nadzir (Pengelola) Wakaf

Penerima Wakaf adalah orang yang ahli memiliki seperti syarat bagi orang

yang berwakaf.Tujuan dari wakaf itu harus jelas, hendaklah disebutkan

dengan terang kepada siapa yang diwakafkan.

Karenanya tidak sah berwakaf kepada anak yang masih dalam kandungan

ibunya, begitu juga kepada hamba sahaya. Tidak sah wakaf kalau tidak disebutkan

“saya wakafkan kebun ini” tanpa disebutkan kepada siapa kebun itu diwakafkan.

3. Tujuan dan Fungsi Wakaf

Jika kita menggali Syari‟at Islam, akan ditemukan bahwa tujuan Syari‟at

Islam adalah demi kemaslahatan manusia. Allah memberi manusia kemampuan

dan kararkter yang beraneka ragam .Dari sinilah, kemudian timbul kondisi dan

lingkungan yang berbeda diantara masing-masing individu.Ada yang miskin,

kaya, cerdas, bodoh, kuat dan lemah, dibalik semua itu tersimpan hikmah, dimana

Allah memberi kesempatan kepada yang kaya menyantuni yang miskin, yang

cerdas membimbing yang bodoh dan yang kuat menolong yang lemah.Yang

demikian, merupakan wahana bagi manusia untuk melakukan kebajikan sebagai

22

Ahmad Rofiq, Hukum Islam di Indonesia, Jakarta: PT: Raja Grafindo Persada, 1997.

Page 42: PERBUATAN MENJUAL TANAH WAKAF DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25015/1/Sayyidi... · perlindungan dari keburukan diri dan kejahatan amal perbuatan

31

upaya mendekatkan diri kepada Allah, sehingga interaksi antar manusia terus

terjalin.23

Syaikh Abu Syuja‟ berkata:

Artinya

“Wakaf itu harus dilaksanakan sesuai dengan apa yang

disyaratkan oleh pemberi wakaf, mana yang didahulukan dan mana yang

diakhirkan, serta mana yang diberi sama dan mana yang diberi

lebih.”(kifayatul akhyar)

Wakaf memiliki fungsi sosial, artinya bahwa penggunaan hak milik

oleh seseorang harus memberi manfaat langsung atau tidak langsung kepada

masyarakat.Dalam ajaran kepemilikan terhadap harta benda seseorang, agama

Islam mengajarkan bahwa di dalamnya melekat hak fakir miskin yang harus

diberikan oleh pemiliknya secara ikhlas kepada yang memerlukannya sesuai

aturan yang telah ditentukan yakni melalui infak, sedekah, wasiat, hibah, dan

wakaf. Hal ini adalah sesuai dengan firman Allah SWT:

Artinya:

“dan pada harta-harta mereka ada hak untuk orang miskin yang

meminta dan orang miskin yang tidak mendapat bagian.” (QS.Adz-

Dzariat,51:19)

Kepemilkan harta benda yang tidak menyertakan kepada kemanfaatan

terhadap orang lain merupakan sikap yang tidak disukai Allah SWT. Agama

23

Muhammad Abid Abdullah Al-Kabisi, Hukum Wakaf: Kajian Kontomporer Pertama

dan Terlengkap tentang Fungsi dan Pengelolaan Wakaf Serta Penyelesaian atas Sengketa Wakaf

(Jakarta: IIMAN Press , 2003), h.83.

Page 43: PERBUATAN MENJUAL TANAH WAKAF DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25015/1/Sayyidi... · perlindungan dari keburukan diri dan kejahatan amal perbuatan

32

Islam selalu menganjurkan agar selalu memelihara keseimbangan sebagai

makhluk pribadi dan makhluk sosial dalam tata kehidupan masyarakat.

Dalam konsep Islam, dikenal istilah Jariyah artinya mengalir.

Maksudnya, sedekah atau wakaf yang dikeluarkan , sepanjang benda wakaf itu

dimanfaatkan untuk kepentingan kebaikan maka selama itu pula si wakif

mendapat pahala secara terus menerus meskipun telah meninggal dunia.

Dalam pasal 2 peraturan Pemerintah No.28 Tahun 1977 tentang

perwakafan tanah milik, fungsi wakaf adalah mengkekalkan manfaat benda

wakaf sesuai dengan tujuan wakaf, yaitu melembagakannya untuk selama-

lamanya guna kepentingan ibadat atau keperluan umum lainnya sesuai dengan

ajaran Islam.

Tujuan Wakaf yang dimaksud oleh pasal 4 Undang-undang No.41 Tahun

2004 tentang wakaf untuk memanfaatkan harta benda wakaf sesuai dengan

fungsinya. Dalam rangka mencapai tujuan dan fungsi wakaf ditambahkan

dalam pasal 22, bahwa harta benda wakaf hanya dapat diperuntukan bagi

sarana dan kegiatan ibadah, sarana dan kegiatan pendidikan serta kesehatan,

bantuan kepada fakir miskin, anak terlantar, yatim piatu, beasiswa, kemajuan

dan peningkatan ekonomiumat; dan/atau kesejahteraan umum lainnya yang

tidak bertentangan dengan syariah dan peraturan perundang-undangan.

Sebagaimana dimaksud dalam pasal 22, penetapan peruntukan harta

benda wakaf dilakukan oleh wakif pada saat pelaksanaan ikrar

wakaf.Sedangkan dalam hal wakif tidak menetapkan peruntukan harta benda

Page 44: PERBUATAN MENJUAL TANAH WAKAF DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25015/1/Sayyidi... · perlindungan dari keburukan diri dan kejahatan amal perbuatan

33

wakaf, nazhir dapat menetapkan peruntukan harta benda wakaf yang

dilakukan sesuai dengan tujuan dan fungsi wakaf.

Dalam pasal 5 Undang-undang No.41 Tahun 2004 tentang wakaf, fungsi

wakaf adalah mewujudkan potensi dan manfaat ekonomis harta benda wakaf

untuk kepentingan ibadah dan untuk memajukan kesejahteraan umum.Dan

pelaksanaanya, agar fungsi wakaf sesuai dengan tujuan wakaf, maka objek

wakaf hendaknya didayagunakan dengan sebaik-baiknya dalam

pengelolaannya. Untuk itu diperlukan nadzir yang profesional dibidangnya

dengan mengedepankan prinsip dan ajaran Islam.

4. Macam-macam Wakaf

Dari tujuanya tersebut di atas, wakaf dapat dibedakan menjadi wakaf

keluarga atau wakaf ahli yang disebut juga wakaf khusus dan wakaf umum

atau wakaf khairi.24

a. Wakaf Keluarga

Yang dimaksud dengan wakaf keluarga atau wakaf Ahli (disebut

juga wakaf khusus) adalah wakaf yang khusus diperuntukkan bagi orang-

orang tertentu, seorang atau lebih, baik ia keluarga wakif maupun orang

lain.

Di beberapa negara yang mayoritas penduduknya beragama Islam,

seperti di negara-negara timur tengah misalnya, wakaf ahli ini setelah

berlangsung puluhan tahun lamanya, menimbulkan masalah terutama

kalau wakaf keluarga itu berupa tanah pertanian. Maksud semula sama

24

Mohammad Daud Ali, Sistem Ekonomi Islam Zakat Dan Wakaf, ( Jakarta: UI-PRESS,

2012), h.89.

Page 45: PERBUATAN MENJUAL TANAH WAKAF DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25015/1/Sayyidi... · perlindungan dari keburukan diri dan kejahatan amal perbuatan

34

dengan wakaf umum, untuk berbuat baik pada orang lain dalam rangka

pelaksanaan amal kebajikan menurut ajaran Islam. Namun, kemudian

terjadilah penyalahgunaan. Penyalahgunaan itu misalnya: (1) Menjadikan

wakaf keluarga itu sebagai alat untuk menghindari pembagian atau

pemecahan harta kekayaan pada ahli waris yang berhak menerimanya,

setelah wakif meninggal dunia, dan (2) Wakaf keluarga itu dijadikan alat

untuk mengelakan tuntutan kreditor terhadap hutang-hutang yang dibuat

oleh seseorang, sebelum ia mewakafkan tanahnya itu. Oleh Karena itu,

dibeberapa negara, karena penyalahgunaan tersebut, wakaf keluarga ini

kemudian dihapuskan (di Mesir misalnya, pada tahun 1952), sebab

praktek-praktek menyimpang yang demikian tidak sesuai dengan ajaran

Islam.

Dalam hubungan dengan wakaf keluarga ini perlu dicatat bahwa

harta pusaka tinggi di Minangkabau misalnya, mempunyai ciri-ciri yang

sama dengan wakaf keluarga. Ia merupakan harta keluarga yang

dipertahankan tidak dibagi-bagi atau diwariskan kepada keturunan secara

individual, karena ia telah diperuntukan bagi kepentingan kepentingan

keluarga, memenuhi kebutuhan baik dalam keadaan biasa apalagi dalam

keadaan yang tidak disangka-sangka atau darurat.

b. Wakaf Khairi (Umum)

Yang dimaksud dengan wakaf khairi atau wakaf umum adalah

wakaf yang diperuntukan bagi kepentingan atau kemaslahatan

umum.Wakaf jenis ini jelas sifatnya sebagai lembaga keagamaan dan

Page 46: PERBUATAN MENJUAL TANAH WAKAF DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25015/1/Sayyidi... · perlindungan dari keburukan diri dan kejahatan amal perbuatan

35

lembaga sosial dalam bentuk masjid, madrasah, pesantren, asrama, rumah

sakit, rumah yatim-piatu, tanah pekuburan dan sebagainya. Wakaf khairi

atau wakaf umum inilah yang paling sesuai dengan ajaran Islam dan yang

dianjurkan pada orang yang mempunyai harta untuk melakukannya guna

memperoleh pahala yang terus mengalir bagi orang yang bersangkutan

kendatipun ia telah meninggal dunia, selama wakaf itu masih dapat

diambil manfaatnya. Dari bentuk-bentuknya tersebut di atas, wakaf khairi

ini jelas merupakan wakaf yang benar-benar dapat dinikmati manfaatnya

oleh masyarakat dan merupakan salah satu sarana penyelenggaraan

kesejahteraan masyarakat baik dalam bidang keagamaan maupun dalam

bidang ekonomi, sosial, budaya dan pendidikan.

B. Perwakafan Perspektif Hukum Positif

1. Sejarah dan Perkembangan Wakaf di Indonesia

a. Sejarah Wakaf di Zaman Kerajaan Islam

Banyak bukti-bukti ditemukan bahwa pada masa kesultanan telah

dilakukan wakaf.Hal ini dapat dilihat pada peninggalan sejarah berupa

bangunan-bangunan masjid, madrasah, pemakaman, tanah.Bukti sejarah

itu dapat dilihat antara lain tanah-tanah yang berdiri masjid seperti; Masjid

al Falah di Jambi berasal dari tanah Sultan Thaha Saifudin, Masjid

Kauman Cirebon wakaf dari Sunan Gunung Jati, Masjid Demak dari

Raden Patah, Masjid Agung Banten Wakaf dari Syekh Hassanudin Sultan

Banten I dan lainnya. Hal ini menunjukan bahwa pada zaman kesultanan

Page 47: PERBUATAN MENJUAL TANAH WAKAF DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25015/1/Sayyidi... · perlindungan dari keburukan diri dan kejahatan amal perbuatan

36

Islam Indonesia sudah ada pengaturan harta wakaf sekalipun masih pada

hal-hal yang terbatas.

b. Sejarah Wakaf di Zaman Kolonial

Pada Zaman Kolonial Belanda telah pula dikeluarkan berbagai

peraturan yang mengatur berbagai persoalan wakaf antara lain:25

Surat Edaran Government pertama pada tanggal 31 Januari 1905,

Nomor 435, yang termuat dalam Bijbbland 1905 Nomor 6196 tentang

Toezicht op denbouw van Mohammedaanshe bedenhuizen. Dalam surat

edaran ini tidak diatur secara khusus tentang wakaf, tetapi tidak melarang

orang Islam menjalankan ajaran agamanya, namun harus izin terlebih

dahulu apabila mendirikan tempat ibadah untuk umum.

1. Pada tanggal 4 Juni 1931 dikeluarkan Surat Edaran Nomor 12573

tentang Bedenhuizen en Wakafs, surat edaran ini mengatur tentang

tanah wakaf BS (Bijbland op hat staatsblad) tersebut bahwa tanah yang

akan dibangun di atas masjid atau tempat ibadah lainnya harus seizing

Pemerintah Hindia-Belanda.

2. Pada tanggal 24 Desember 1934 Nomor 13390 tentang Bededehizen

vridagdiesten moskieen en wakaf, BS (Bijblad op hat staatsblaad)

mengatur wakaf dan pembangunan masjid dan mengatur perizinan

sholat

c. Pada era Pasca Kemerdekaan

25

Abdul Ghofur Anshori, Hukum dan Produk Perwakafan di Indonesia: UU No.41 Tahun

2004, (Yogyakarta:Pilar Media 2003), h.40-43.

Page 48: PERBUATAN MENJUAL TANAH WAKAF DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25015/1/Sayyidi... · perlindungan dari keburukan diri dan kejahatan amal perbuatan

37

Setelah Indonesia merdeka yang diiringi dengan pembentukan

Departemen Agama (Jawatan Urusan Agama) tanggal 3 Januari 1946,

maka wakaf mulai jadi wewenang Departemen Agama. Wewenang

Departemen Agama di bidang wakaf ini berdasarkan atas Peraturan

Pemerintah Nomor 33 Tahun 1949 juncto Peraturan Pemerintah No.8

Tahun 1950 serta berdasarkan Peraturan Menteri Agama No.9 dan

Peraturan Menteri Agama No.10 Tahun 1952. Dalam peraturan tersebut

disebutkan Departemen Agama dan lembaga hierarki ke bawah

berkewajiban menyelidiki, menentukan, mendaftar dan mengawasi

pemeliharaan harta wakaf (khusus benda tak bergerak yang berupa tanah

dan bangunan masjid).

Kemudian berdasarkan Surat Edaran Jawatan Urusan Agama

Nomor 5/D/1956 tentang Prosedur Perwakafan Tanah, Urusan Perwakafan

menjadi Wewenang Kantor Urusan Agama, maka urusan perwakafan

diserahkan ke Kantor Urusan Agama. Dalam edaran ini Kantor Urusan

Agama dianjurkan membantu orang-orang yang akan mewakafkan

hartanya lengkap dengan prosedurnya sebagaimana diatur dalam Surat

Edaran Jawatan Urusan Agama Nomor 5/D/1956 tersebut.26

Dari perspektif sejarah perkembangan pengaturan mengenai

perwakafan tanah milik dan perwakafan di atas dapat diketahui, bahwa

masalah perwakafan ini tidak hanya menyangkut masalah dibidang

keagamaan, namun menyangkut pelaksanaan tugas-tugas keagrariaan,

sehingga wakaf sebagai suatu lembaga keagamaan yang dapat

26

Racmadi Usman, Hukum Perwakafan di Indonesia, (Jakarta: Sinar Grafika, 2009),

hal.11.

Page 49: PERBUATAN MENJUAL TANAH WAKAF DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25015/1/Sayyidi... · perlindungan dari keburukan diri dan kejahatan amal perbuatan

38

dipergunakan sebagai salah satu sarana guna pengembangan kehidupan

beragama, khususnya bagi umat Islam yang beragama Islam dalam rangka

mencapai kesejahteraan spiritual dan materiil. Menimbang, begitu

pentingnya masalah perwakafan tanah milik tersebut, maka hal tersebut

diatur pula secara khusus dalam Undang-Undang No.5 Tahun 1960

tentang UUPA dan Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 1977 sebagai

Peraturan pelaksanaannya, yang juga bersandar kepada ketentuan hukum

agama (Islam), kemudian disempurnakan dan diperlengkapi lagi dengan

Kompilasi Hukum Islam dan Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004.

Page 50: PERBUATAN MENJUAL TANAH WAKAF DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25015/1/Sayyidi... · perlindungan dari keburukan diri dan kejahatan amal perbuatan

39

BAB III

JUAL-BELI TANAH WAKAF DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM DAN

HUKUM POSITIF SERTA AKIBAT HUKUMNYA.

A. Jual-Beli Tanah Wakaf dalam Perspektif Hukum Islam

Ajaran Islam merupakan ajaran yang sempurna, yang didalamnya

terkandung sumber acuan dalam hal ibadah baik hubungan antara manusia kepada

Allah maupun manusia dengan manusia. Sumber acuan tersebut yakni adalah Al-

Qur’an dan Assunnah (Alhadits). Namun pada perkembangannya agar dapat

menyesuaikan antara hukum dengan zaman, perlu adanya penjelasan yakni baik

yang berasal dari Al-Qur’an maupun Asunnah. Untuk mempermudah dalam

memahami hukum hukum tersebut, dibutuhkan Ijtihad (pendapat) para Ulama,

yang dikelompokan dari berbagai macam Madzhab yakni : Hanafiyah, Hanabilah,

Syafi’iyah, dan Malikiyah.

Mayoritas penduduk Muslim Indonesia dalam menentukan hukum, baik

dalam hal mu’amalah, munakahat dan lain sebagainya yang berkaitan dengan hal

ibadah mereka menggunakan pendapat Imam Syafi’i, karena mayoritas Muslim di

Indonesia bermazhab Imam Syafi’i. namun, kaitannya dengan kegiatan

perwakafan di Indonesia yang telah termuat dalam peraturan perundang-undangan

mengenai wakaf tidaklah sepenuhnya mengambil hukum mengenai wakaf yang

bersumber dari pendapat Imam Syafi’i, hal ini bukan berarti pendapat Imam

Page 51: PERBUATAN MENJUAL TANAH WAKAF DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25015/1/Sayyidi... · perlindungan dari keburukan diri dan kejahatan amal perbuatan

40

Syafi’i tidak diminati penduduk Muslim Indonesia tetapi dalam kaitan dengan

kegiatan perwakafan ketentuan hukum perundang-undangan mengambil sebagian

dari pendapat Imam Syafi’i dan sebagian lagi dari ijtihad (pendapat) para

imam/ulama dari madzhab yang lain selain Imam Syafi’i.

Wakaf yang produktif adalah wakaf yang memberikan manfaat yang besar

kepada masyarakat/ dalam hal kemaslahatan orang banyak sesuai dengan tujuan

wakaf. Dalam hal jual beli harta/tanah wakaf memang pada dasarnya banyak

perbedaan pendapat dari Imam-imam Madzhab, tetapi dalam Pasal 40 UU No.41

Tahun 2004 mutlak tidak diperbolehkan tanah wakaf untuk diperjual belikan,

namun ada pengecualian yang dapat memperbolehkannya. Dalam hal jual beli

harta/tanah wakaf menurut Islam akan dijelaskan dari beberapa pendapat para

Ulama, yaitu sebagai berikut:

1. Pendapat Pertama : Boleh menjual wakaf dan atau menariknya kembali.

Pendapat ini diriwayatkan dari Abu Hanifah. Tetapi murid-muridnya

mengingkari hal ini, berkata Abu Yusuf “:tidak diperbolehkan harta wakaf

untuk diperjual belikan tanpa kecuali”, dan Imam Muhammad salah seorang

sahabat Abu Yusuf berkata : “apabila harta wakaf telah rusak, maka secara

otomatis harta wakaf tersebut kembali kepada pemilik awal (wakif)”

2. Pendapat Kedua : Tidak boleh menjual wakaf sama sekali, walaupun diganti

dengan yang lebih baik atau lebih banyak manfaatnya, selama aset wakaf

Page 52: PERBUATAN MENJUAL TANAH WAKAF DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25015/1/Sayyidi... · perlindungan dari keburukan diri dan kejahatan amal perbuatan

41

tersebut tidak terputus manfaatnya. Ini adalah pendapat Imam Malik dan

Imam Syafi’I.

Meskipun pada prinsipnya para ulama Malikiah melarang keras penggantian

barang wakaf, namun mereka tetap memperbolehkannya pada kasus tertentu

dengan membedakan barang wakaf yang bergerak dan yang tidak bergerak.

a. Mengganti Barang Wakaf yang Bergerak

Kebanyakan fuqoha madzhab maliki memperbolehkan penggantian

barang wakaf yang bergerak dengan pertimbangan kemaslahatan. Untuk

mengganti barang wakaf yang bergerak, ulama Malikiah mensyaratkan

bahwa barang tersebut harus tidak bisa dimanfaatkan lagi. Mengikuti

syarat ini, kita boleh menjual buku-buku wakaf yang berisi bermacam

disiplin ilmu jika terlihat usang, rusak, dan tidak dapat dipergunakan lagi.

Namun sebaliknya, kita tidak boleh menjual buku-buku itu selama masih

bisa digunakan.

b. Mengganti barang wakaf tidak bergerak

Para ulama Malikiah dengan jelas melarang penggantian barang wakaf

yang tidak bergerak, dengan mengecualikan kondisi darurat yang sangat

terjadi atau demi kepentingan umum. Jika keadaan memaksa, mereka

membolehkan penjualan barang wakaf, meskipun dengan cara paksaan.

Page 53: PERBUATAN MENJUAL TANAH WAKAF DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25015/1/Sayyidi... · perlindungan dari keburukan diri dan kejahatan amal perbuatan

42

Dasar yang mereka gunakan sebagai pijakan adalah bahwa penjualan akan

berpeluang pada kemaslahatan dan kepentingan umum.1

Dikalangan ulama Malikiah sendiri terdapat perbedaan pendapat

tentang menjual atau memindahkan tanah wakaf. Mayoritas ulama

Malikiah melarang menjual atau memindahkan tanah wakaf sekalipun

tanah tersebut tidak mendatangkan hasil sama sekali. Sebagian ulama

Malikiah memperbolehkan menggantikan dengan menukarkan tanah

wakaf yang tidak atau kurang bermanfaat dengan tanah lain yang lebih

baik, namun dengan tiga syarat yaitu :2

1) Wakif ketika ikrar mensyaratkan kebolehan ditukar atau dijual;

2) Benda wakaf itu berupa benda bergerak dan kondisinya tidak sesuai

lagi dengan tujuan semula diwakafkannya;

3) Apabila penggantian benda wakaf dibutuhkan untuk kepentingan

umum, seperti pembangunan masjid, jalan raya dan lain sebagainya.3

Dan Dalam masalah penggantian barang wakaf, kalangan ulama

Syafi’iyah dikenal lebih berhati-hati dibanding ulama madzahab lainnya,

hingga terkesan seolah-olah mereka mutlak melarang istibdal dalam

kondisi apapun. Mereka mensinyalir penggantian tersebut dapat

berindikasi penilapan atau penyalahgunaan barang wakaf. Namun, dengan

1 Al-Kabisi, Hukum Wakaf: Kajian Kontemporer Pertama dan Terlengkap tentang Fungsi dan

Pengelolaan Wakaf Serta Penyelesaian atas Sengketa Wakaf, h.366-368. 2 Muhammad Abu Zahrah, al-Waqf, Cet II (Beirut: Dar Al-Fikr, 1971), h.171.

3 Mughniyah, al-ahwal al-Syakhsiyah ala al-Mazahib al-Khamsah, h.333.

Page 54: PERBUATAN MENJUAL TANAH WAKAF DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25015/1/Sayyidi... · perlindungan dari keburukan diri dan kejahatan amal perbuatan

43

ekstra hati-hati, mereka tetap membahas masalah penggantian beberapa

barang wakaf, secara garis besar dapat diklasifikasikan dalam dua

kelompok:

a. Kelompok yang melarang penjualan barang wakaf dan atau

menggantinya. Mereka melarang penjualan barang wakaf apabila tidak

ada jalan lain untuk memanfaatkannya, selain dengan cara

mengkonsumsi sampai habis. Sebagai implikasi pendapat tersebut, jika

barang wakaf berupa pohon yang kemudian mengering tak berubah

dan hanya bisa dimanfaatkan untuk kayu bakar, maka penerima wakaf

mempunyai wewenang untuk menjadikannya sebagai kayu bakar,

tanpa memiliki kewenangan menjualnya. Sebab, dalam pandangan

mereka meskipun barang wakaf hanya bisa dimanfaatkan dengan cara

mempergunakannya sampai habis, barang tersebut tetap memiliki satu

unsur yang menjadikannya sebagai barang wakaf, sehingga tak boleh

dijual.

b. Kelompok yang memperbolehkan penjualan barang wakaf dengan

alasan tidak mungkin dimanfaat seperti yang dikehendaki wakif.

Pendapat ulama Syafi’iyah tentang kebolehan penjualan barang wakaf

ini berlaku jika barang wakaf tersebut berupa benda bergerak.

Mengenai hukum barang wakaf yang tidak bergerak, ulama Syafi’iyah

tidak menyinggung sama sekali dalam kitab-kitab mereka. Hal ini

mengindikasikan seolah-olah mereka meyakini bahwa barang wakaf

Page 55: PERBUATAN MENJUAL TANAH WAKAF DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25015/1/Sayyidi... · perlindungan dari keburukan diri dan kejahatan amal perbuatan

44

yang tak bergerak tidak mungkin kehilangan manfaatnya

sehinggatidak boleh dijual atau diganti.4

3. Pendapat Ketiga : Boleh menjual wakaf jika manfaatnya hilang, atau

wakaf tidak berfungsi lagi, seperti masjid yang roboh, atau masyarakat

sekitar masjid tersebut pindah tempat, sehingga tidak ada yang

memanfaatkan masjid tersebut . Ini adalah pendapat Imam Ahmad dalam

riwayat lain.

Adapun dalilnya sebagai berikut :

Dalil Pertama : Atsar Umar bin Khattab ketika sampai kepadanya berita

bahwa Baitul Maal di Kufah telah rusak, maka beliau memerintahkan

Saad bin Abi Waqqas gubernur Kufah untuk memindahkan masjid yang

berada di Tamarin, dan memindahkan Baitul Maal di depan masjid.

Peristiwa ini diketahui oleh para sahabat, dan tidak ada satupun dari

mereka yang menolaknya, hal ini menunjukkan adanya kesepakatan

mereka.

Dalil Kedua : Bahwa Syariah Islam selalu memperhatikan maslahat dan

menghilangkan mafsadah. Jika dengan menjual aset wakaf dan

menggantikan dengan lainnya membawa masalahat yang lebih banyak dan

mengurangi kerusakan yang ada, maka hal itu dibolehkan karena sesuai

dengan ruh Syariah Islam.

4 Al-Kabisi, Hukum Wakaf: Kajian Kontemporer Pertama dan Terlengkap tentang Fungsi dan

Pengelolaan Wakaf Serta Penyelesaian atas Sengketa Wakaf, h.371-373.

Page 56: PERBUATAN MENJUAL TANAH WAKAF DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25015/1/Sayyidi... · perlindungan dari keburukan diri dan kejahatan amal perbuatan

45

Berkata Ibnu Taimiyah : “ Jika kebutuhan mendesak, maka wakaf tersebut

wajib diganti dengan yang sama, jika tidak ada kebutuhan mendesak

dibolehkan menggantikannya dengan yang lebih baik, hal itu karena ada

maslahat yang hendak dicapai. “

Berkata Ibnu Uqail : “Wakaf itu sifatnya langgeng, jika tidak bisa

melanggengkannya secara khusus (karena rusak dan yang lainnya), maka

paling tidak kita menjaga maksud (dari wakaf itu sendiri), yaitu

pemanfaatan yang terus menerus dengan barang lain, yaitu dengan cara

diganti, karena kalau tetap mempertahankan aset wakaf yang sudah tidak

berfungsi lagi, justru malah tidak sesuai dengan tujuan (wakaf) itu

sendiri”.

Pendapat ketiga ini lebih kuat, karena sesuai dengan tujuan wakaf itu

sendiri yaitu untuk kemaslahatan kaum muslimin. Untuk menghindari

adanya penyelewengan, ketika menjual dan menggantikan dengan yang

lebih baik, harus di bawah pengawasan pemerintah atau lembaga sosial

yang dapat dipercaya.

Mengenai pendapat-pendapat Imam Madzhab tentang perubahan

status harta wakaf telah disebutkan diatas, yakni sekarang mengenai

proseduralnya penulis akan menjelaskan lebih lanjut berawal dari

Kompilasi Hukum Islam. Dalam pasal 225 Kompilasi Hukum Islam

ditentukan, bahwa benda yang telah diwakafkan tidak dapat dilakukan

perubahan atau penggunaan lain dari pada yang dimaksud dalam ikrar

Page 57: PERBUATAN MENJUAL TANAH WAKAF DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25015/1/Sayyidi... · perlindungan dari keburukan diri dan kejahatan amal perbuatan

46

wakaf. Penyimpangan dari ketentuan dimaksud hanya dapat dilakukan

terhadap hal-hal tertentu setelah terlebih dahulu mendapatkan persetujuan

tertulis dari Kepala Kantor Urusan Agama Kecamatan berdasarkan saran

dari Majelis Ulama Kecamatan dan Camat setempat dengan alasan:

a. Karena tidak sesuai lagi dengan tujuan wakaf seperti diikrarkan oleh

wakif;

b. Karena kepentingan umum.

Dalam Peraturan Menteri Agama Nomor 1 Tahun 1978 yang

merupakan Peraturan Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 28

Tahun 1977 tentang Perwakafan Tanah Milik pasal 12 dijelaskan :

(1) Untuk mengubah status dan penggunaan tanah wakaf, nazhir

berkewajiban mengajukan permohonan kepada Kepala Kanwil Depag

cq. Kepala Bidang melalui Kepala KUA dan Kepala Kanwil Depag

secara hierarkis dengan menyebut alasannya.

(2) Kepala KUA dan Kepala Kandepag meneruskan permohonan

tersebut pada ayat (1) secara hierarkis kepada kepala Kanwil Depag

cq. Kepala Bidang dengan disertai pertimbangan

(3) Kepala Kanwil Depag cq. Kepala Bidang diberi wewenang untuk

memberikan persetujuan atau penolakan secara tertulis atas

permohonan perubahan penggunaan tanah wakaf.

Berikutnya dalam pasal 13 dijelaskan :

Page 58: PERBUATAN MENJUAL TANAH WAKAF DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25015/1/Sayyidi... · perlindungan dari keburukan diri dan kejahatan amal perbuatan

47

(1) Dalam hal ada permohonan perubahan status tanah wakaf Kepala Kanwil

Depag berkewajiban meneruskan kepada Menteri Agama cq. Direktur

Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam dengn disertai pertimbangan.

(2) Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam diberi wewenang untuk

memberi persetujuan atau penolakan secara tertulis atas permohonan

perubahan status tanah wakaf.

(3) Perubahan status tanah wakaf dapat diizinkan apabila diberikan

penggantian yang sekurang-kurangnya senilai dan seimbang dengan

kegunannya sesuai dengan ikrar wakaf.

Selanjutnya perubahan status tanah wakaf atau perubahan penggunaan

tanah wakaf harus dilaporkan oleh nadzir kepada Bupati/Walikotamadya

Kepala Daerah cq. Kepala Sub Dit Agraria (sekarang Kantor Badan

Pertanahan) setempat untuk mendapatkan penyelesaian lebih lanjut.

Setiap perubahan tidak dilaksanakan menurut ketentuan yang berlaku

disamping terkena sanksi, juga perbuatan itu batal dengan sendirinya

menurut hukum.

B. Jual-Beli Tanah Wakaf Dalam Perspektif Hukum Positif

sebelum dikeluarkannya Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 1977,

perubahan status tanah-tanah yang diwakafkan dapat dilakukan begitu saja oleh

Page 59: PERBUATAN MENJUAL TANAH WAKAF DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25015/1/Sayyidi... · perlindungan dari keburukan diri dan kejahatan amal perbuatan

48

nadzir-nya tanpa alasan-alasan yang meyakinkan.5 Hal-hal yang demikian ini

sudah tentu akan menimbulkan reaksi dalam masyarakat, terutama dari mereka

yang langsung berkepentingan dengan perwakafan tanah tersebut. Oleh karena

itu, di dalam Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 1977 diadakan berbagai

pembatasan yang ketat dan disamping itu maksud perubahan status harus terlebih

dahulu mendapat izin dari Menteri Agama atau Kepala Kantor Wilayah

Departemen Agama atau pejabat yang ditunjuknya. Dengan cara-cara pembatasan

yang demikian tersebut diharapkan dapat dihindarkan praktik-praktik yang

merugikan perwakafan. Untuk kepentingan administrasi pertanahan, perubahan

status wakaf diharuskan untuk didaftarkan pada pejabat yang berwenang.6

Menurut ketentuan dalam Pasal 11 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor

28 Tahun 1977, pada dasarnya terhadap tanah milik yang telah diwakafkan tidak

dapat dilakukan perubahan peruntukan atau penggunaan lain daripada yang

dimaksud dalam Ikrar Wakaf seperti halnya Jual-beli tanah wakaf. Dalam hal ini

tidak berarti dalam hal-hal tertentu tidak dapat dilakukan perubahan perwakafan

tanah milik.

Dalam ketentuan Pasal 11 ayat (2) Peraturan Pemerintah Nomor 28

Tahun 1977 ditentukan, bahwa penyimpangan dari ketentuan tersebut dalam ayat

(1) hanya dapat dilakukan terhadap hal-hal tertentu setelah terlebih dahulu

mendapat persetujuan tertulis dari Menteri Agama, yaitu:

5 Rahmadi Usman, Hukum Perwakafan di Indonesia (Jakarta: Sinar Grafika, 2009), h.95.

6 Ibid.,h.95.

Page 60: PERBUATAN MENJUAL TANAH WAKAF DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25015/1/Sayyidi... · perlindungan dari keburukan diri dan kejahatan amal perbuatan

49

a. Karena tidak sesuai lagi dengan tujuan wakaf seperti yang diikrarkan oleh

wakif;

b. Karena kepentingan umum.

Berbagai penyimpangan dari ketentuan tersebut dalam Pasal 11 ayat

(2) Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 1977, disamping terkena sanksi

seperti dimaksud dalam pasal 15 Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun

1977, juga perbuatan itu batal dengan sendirinya menurut hukum.

Menurut Pasal 40 UU Nomor 41 Tahun 2004 tentang wakaf, bahwa harta

benda wakaf yang sudah diwakafkan dilarang :

a. dijadikan jaminan;

b. disita;

c. dihibahkan;

d. dijual;

e. diwariskan;

f. ditukar; atau

g. dialihkan dalam bentuk pengalihan hak lainnya.

Dan dilanjutkan pada pasal 41 ayat 1 UU Nomor 41 Tahun 2004

tentang Wakaf bahwasannya ketentuan dimaksud dalam pasal 40 huruf f

dikecualikan apabila harta benda wakaf yang telah diwakafkan digunakan

untuk kepentingan umum sesuai dengan rencana umum tata ruang (RUTR)

berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan tidak

bertentangan dengan syariah.

Page 61: PERBUATAN MENJUAL TANAH WAKAF DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25015/1/Sayyidi... · perlindungan dari keburukan diri dan kejahatan amal perbuatan

50

Penjelasan Pada huruf f pasal 40 UU wakaf adalah mengenai

“ditukar”, sebelum terjadinya tukar menukar tanah wakaf terlebih dahulu

terjadi transaksi jual-beli , yang mana hasil penjualan tersebut di belikan tanah

atau obyek wakaf sekurang-kurangnya sama nilainya seperti obyek wakaf

asal/semula.Sebagaimana dijelaskan dalam Pasal 50 PP No.42 Tahun 2006

tentang Pelaksanaan UU No.41 Tahun 2004 tentang Wakaf, bahwa nilai dan

manfaat harta benda penukar dihitung sebagai berikut:

a. harta benda penukar memiliki Nilai Jual Objek Pajak (NJOP) sekurang-

kurangnya sama dengan NJOP harta benda wakaf; dan

b. harta benda penukar berada di wilayah yang strategis dan mudah untuk

dikembangkan.

Menurut ketentuan dalam Pasal 13 ayat (3) Peraturan Menteri

Agama Nomor 1 Tahun 1978, perubahan status tanah wakaf dapat diizinkan

apabila diberikan penggantian yang sekurang-kurangnya senilai dan seimbang

dengan kegunaannya sesuai dengan ikrar wakaf. Jadi, sangatlah jelas

bahwasannya terjadinya tukar menukar tanah wakaf yang disebabkan dengan

adanya transaksi jual-beli tanah wakaf adalah dinilai bukan dari luas tanah

tersebut melainkan dari segi nilai dan manfaat. Tata cara penukaran terhadap

harta benda wakaf yang akan diubah statusnya, diatur dalam Pasal 51 PP

No.42 Tahun 2006 tentang Pelaksanaan UU No.41 Tahun 2004 bahwa

prosedur penukaran terhadap benda wakaf yang akan diubah statusnya adalah

sebagai berikut:

Page 62: PERBUATAN MENJUAL TANAH WAKAF DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25015/1/Sayyidi... · perlindungan dari keburukan diri dan kejahatan amal perbuatan

51

a. Nazhir mengajukan permohonan tukar ganti kepada Mentri melalui

Kantor Urusan Agama Kecamatan setempat dengan menjelaskan alasan

perubahan status/tukar-menukar tersebut;

b. Kepala KUA Kecamatan meneruskan permohonan tersebut kepada Kantor

Departemen Agama Kabupaten/Kota;

c. Kepala Kantor Departemen Agama Kabupaten/Kota setelah menerima

permohonan tersebut membentuk tim dengan susunan dan maksud dalam

pasal 49 ayat (4), dan selanjutnya bupati/walikota setempat membuat

Surat Keputusan.

d. Kepala Kantor Departemen Agama Kabupaten/Kota meneruskan

permohonan tersebut dengan dilampiri hasil penilaian dari tim kepada

Kepala Kantor Wilayah Departemen Agama provinsi dan selanjutnya

meneruskan permohonan tersebut kepada Mentri; dan

e. Setelah mendapatkan persetujuan tertulis dari Menteri, maka tukar ganti

dapat dilaksanakan dan hasilnya harus dilaporkan oleh Nazhir ke Kantor

pertanahan dan/atau lembaga terkait untuk pendaftaran lebih lanjut.

C. Perubahan Peruntukan Tanah Wakaf Hak Milik Menurut UU Nomor 5

Tahun 1960 tentang UUPA

Prinsip terhadap tanah wakaf tidak dapat dilakukan perubahan baik

perubahan status, peruntukan maupun penggunaannya. Menurut kenyataan

didunia ini tidak ada satupun yang abadi. Menurut kodratnya sesuatu akan

Page 63: PERBUATAN MENJUAL TANAH WAKAF DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25015/1/Sayyidi... · perlindungan dari keburukan diri dan kejahatan amal perbuatan

52

berubah, dan bahkan karena kemajuan-kemajuan yang terjadi didalam kehidupan

manusia telah banyak perubahan-perubahan yang dilakukan olehnya.

Perubahan peruntukan tanah dikarenakan adanya perubahan kondisi tanah

atau lingkungannya, atau bisa juga dikarenakan adanya perubahan rencana tata

guna tanah, tata ruang atau rencana pembangunan daerah atau nasional.Perubahan

peruntukan hak menurut hukum agraria nasional, selain dapat dilakukan melalui

cara dengan jual beli, tukar menukar, hibah, wasiat, warisan, dan lain-lainnya,

dapat juga dilakukan dengan cara wakaf.

Ketentuan peruntukan hak atas tanah selain maslahat dan manfaatnya

lebih besar dan lebih banyak dinikmati oleh masyarakat, juga sesuai dengan

maksud dari pada fungsi sosial dari pada hak atas tanah yang dianut hukum

agrarian nasional. UUPA melakukan pembatasan terhadap peralihan atau

perubahan hak milik, hanya mereka yang memenuhi ketentuan sebagaimana

ditentukan dalam Pasal 21 ayat 1 jo. Pasal 21 ayat 2 UUPA saja yang dapat

menjadi pemegang hak milik atas tanah.7

Mengenai perwakafan tanah dalam UU No.5 Tahun 1960 tentang UUPA

diatur dalam Pasal 49 ayat 3 dimana perwakafan tanah dilindungi dan diatur

7 Kartini Muljadi dan Gunawan Widjaja, Hak-Hak Atas Tanah , Prenada Media, (Jakarta: Prenada

Media, 2004), h.79.

Page 64: PERBUATAN MENJUAL TANAH WAKAF DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25015/1/Sayyidi... · perlindungan dari keburukan diri dan kejahatan amal perbuatan

53

dengan peraturan pemerintah.8 Menurut Pasal 11 ayat 1 PP No.28 Tahun 1977

bahwa pada dasarnya terhadap tanah milik yang telah diwakafkan tidak dapat

dilakukan peruntukan atau penggunaan lain daripada yang dimaksud dalam ikrar

wakaf.9

Untuk itulah, maka di atur dalam UU No.5 Tahun 1960 tentang UUPA

Pasal 49 ayat 3 jo. PP No.28 Tahun 1977 jo. Permandagri No.6 Tahun 1977 jo.

PMA No.1 Tahun 1978 dan lain-lain, dimana hanyalah perwakafan hak milik

yang kepentingannya umum atau kepentingannya tidak lain sebagai kepentingan

umum atau kepentingan peribadatan lainnya (wakaf sosial, bukan wakaf ahli).

Semua hak-hak atas tanah di dalam hukum agraria nasional mempunyai

fungsi sosial, yang berarti pula hak-hak tersebut harus mampu memenuhi satu

atau lebih kepentingan masyarakat. Oleh Karen itu hukum agraria nasioanal kita

tidak menganut sistem adanya suatu hak mutlak atas tanah. Hak milik sekalipun

dibatasi oleh:

a. Adanya fungsi sosial yang dianggap melekat padanya.

b. Corak masyarakat Indonesia yang sejak Zaman dahulu membebankan

manusia perorangan dengan berbagai kewajiban terhadap keluarga,

masyarakat dan sekitarnya.

8 Muhammad Yamin, Beberapa Dimensi Filosofis Hukum Agraria (Medan: Pustaka Bangsa

Press,2003), h.8. 9 Usman Suparman, Hukum Perwakafan Di Indonesia ( Jakarta: Darul Ulum Press, 2002), h.218.

Page 65: PERBUATAN MENJUAL TANAH WAKAF DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25015/1/Sayyidi... · perlindungan dari keburukan diri dan kejahatan amal perbuatan

54

Untuk masalah perwakafan yang status dan peruntukannya dipergunakan

sebagai kepentingan pribadi atau keluarga (wakaf ahli), tidaklah termasuk ruang

lingkup dan jangkauan pengaturannya. Ruang lingkup semacam ini diperlukan

dengan maksud dan tujuan untuk menghindari adanya kekaburan di dalam

masalah perwakafan. Dalam hal seseorang mewakafkan tanahnya untuk

kepentingan seseorang pribadi atau keluarga (wakaf ahli), maka untuk tidak

menyulitkan nantinya setelah orang yang menerima wakaf (nadzir) meninggal

dunia, mengingat wakaf tidak dapat dirubah peruntukannya, baik dengan cara jual

beli, hibah, warisan dan lain-lainnya, maka wakaf tersebut harus dianggap hibah.

Pada Pasal 49 ayat 1 UU No. 5 Tahun 1960 tentang UUPA menyatakan

bahwa hak milik badan-badan keagamaan dan sosial, sepanjang dipergunakan

untuk usaha dalam bidang keagamaan dan sosial, diakui dan dilindungi. Badan-

badan tersebut dijamin pula akan memperoleh tanah yang cukup untuk bangunan

dan usahanya dalam bidang keagamaan dan sosial.10

Pada Pasal 49 ayat 3 UUPA

menyatakan bahwa perwakafan tanah milik dilindungi dan diatur dengan

Peraturan Pemerintah.11

Pasal 23 UU No. 5/1960 tentang UUPA pada ayat 1 menyatakan bahwa hak

milik, demikian pula setiap perubahan peruntukan, hapusnya dan pembebanannya

10

Ali Achmad Chomzah, Hukum Pertanahan ( Jakarta: Prestasi Pustaka, 2003), h.58. 11

Ibid.,h.58.

Page 66: PERBUATAN MENJUAL TANAH WAKAF DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25015/1/Sayyidi... · perlindungan dari keburukan diri dan kejahatan amal perbuatan

55

dengan hak-hak lain harus didaftarkan menurut ketentuan-ketentuan yang dimaksud

dalam Pasal 19.12

Pasal 23 UU No. 5 Tahun 1960 tentang UUPA menyatakan bahwa

pendaftaran termaksud dalam ayat 1 merupakan alat pembuktian yang kuat

mengenai hapusnya hak milik serta sahnya peralihan dan pembebasan hak

tersebut. Pasal 26 ayat 1 UU No.5 Tahun 1960 tentang UUPA menyatakan bahwa

jual beli, penukaran, penghibahan, pemberian dengan wasiat, pemberian menurut

adat, dan perbuatan-perbuatan lain yang dimaksudkan untuk memindahkan hak

milik serta pengawasannya diatur dengan Peraturan Pemerintah.13

Menurut Pasal 7 Permenegria/ Kepala BPN No.9 Tahun 1999 tentang tata

cara pemberian dan pembatalan hak atas tanah negara dan hak pengelolaan

meyatakan bahwa sepanjang mengenai hak milik yang dipunyai badan hukum

keagamaan. Badan hukum nasional dan badan hukum lain yang ditunjuk oleh

pemerintah. Hak guna usaha dan yang lainnya yang menurut sifatnya harus

memerlukan izin peralihan pihak, dalam penerbitan keputusan pemeberian haknya

harus mencantumkan persyaratan izin perlaihan hak.14

Pasal 7 Permenegria/ Kepala BPN No.9 Tahun 1999 selanjutnya

dipertegas kembali dengan ketentuan Pasal 134 yang menyatakan bahwa izin

peralihan atau perubahan peruntukan hak atas tanah diperlukan hanya untuk hak

12

Ibid.,h.49. 13

Ali Achmad Chomzah, Hukum Pertanahan ( Jakarta: Prestasi Pustaka, 2003), h.50. 14

Peraturan Menteri Agraria (Permenegria)/ Kepala BPN No. 9/1999

Page 67: PERBUATAN MENJUAL TANAH WAKAF DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25015/1/Sayyidi... · perlindungan dari keburukan diri dan kejahatan amal perbuatan

56

milik yang dipunyai oleh badan hukum keagamaan, badan hukum sosial dan

badan hukum lain yang ditunjuk oleh pemerintah, hak guna usaha, hak pakai

tanah diatas tanah negara dan hak-hak lain yang didalam sertifikatnya dicatat

memerlukan izin.

Selain perubahan peruntukan hak milik atas tanah yang dilakukan

perorangan. Dengan memperhatikan ketentuan Pasal 26 UUPA jo. Pasal 21 ayat 1

UUPA. Perubahan peruntukan hak milik atas tanah yang dimiliki oleh badan-

badan hukum sebagaimana dimaksudkan dalam Pasal 21 ayat 2 UUPA jo. PP

No.38 Tahun 1963 tentang penunjukan Badan-badan hukum yang mempunyai

hak milik atas tanah, harus memerlukan izin dari pihak yang berwenang.

Wakaf yang dirubah dengan cara dijual, digantikan, dipindahkan atau

dialihkan ketempat yang lain dan yang lain sebagainya, dimana perubahan

tersebut yang akan dilakukan mempunyai dasar hukum, yaitu diantaranya sebagai

berikut :

1. Pada PP No.28 Tahun 1977 yakni dalam pasal 11 ayat 1, ayat 2 dan ayat 3.

2. Pada PMA No.1 Tahun 1978 yakni dalam pasal 12 ayat 1, ayat 2 dan ayat 3

serta Pasal 13 ayat , ayat 2 dan ayat 3.

Page 68: PERBUATAN MENJUAL TANAH WAKAF DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25015/1/Sayyidi... · perlindungan dari keburukan diri dan kejahatan amal perbuatan

57

3. Pada Surat Edaran Dirjen Bimas Islam dan Urusan Haji

No.DII/5/HK/007/901/1989 tanggal 1 April 1989.15

Selain dasar hukumnya juga ada alasan perubahan dan tukar menukar yaitu

sebagai berikut:

1. Karena tidak sesuai lagi dengan tujuan wakaf seperti yang dikeluarkan oleh

wakif (PP No.28 Tahun 1977 ayat 2 huruf a)

2. Karena kepentingan umum (PP No.28 Tahun 1977 ayat 2 huruf b)

3. Karena status tanah wakaf dapat di izinkan diberikan penggantian yang senilai

dan seimbang (PMA No.1 Tahun 1978 Pasal 13 ayat 3)

D. Akibat Hukum Perubahan Peruntukan Tanah Wakaf Hak Milik Menurut

UU No.5 Tahun 1960 Tentang UUPA

Menurut Pasal 52 ayat 1 UU No.5 Tahun 1960 tentang UUPA menyatakan

bahwa barang siapa dengan sengaja melanggar ketentuan dalam Pasal 15 dipidana

dengan hukuman kurungan selama-lamanya 3 (tiga) bulan dan/ atau denda

setinggi-tingginya Rp 10.000 (sepuluh ribu rupiah).16

Pada Pasal 14 PP No.28 Tahun 1977 menyebutkan bahwa barangsiapa

melakukan perbuatan yang melanggar ketentuan-ketentuan sebagaiman dimaksud

15

Departemen Agama RI, Manajemen Perwakafan Tanah Milik , Departemen Agama RI Pusat

Pendidikan dan Latihan Kerja, Jakarta, 1995, hal.6 16

Ali Achmad Chomzah, Hukum Pertanahan (Jakarta: Prestasi Pustaka, 2003), h.58.

Page 69: PERBUATAN MENJUAL TANAH WAKAF DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25015/1/Sayyidi... · perlindungan dari keburukan diri dan kejahatan amal perbuatan

58

dalam Pasal 5 yakni mengenai tentang Ikrar Wakaf, Nadzir dan Saksi, Pasal 6

ayat 3 yakni mengenai tentang pendaftaran dan pengesahan nadzir, pasal 7 ayat 1

yakni tentang kewajiban nadzir, Pasal 9 yakni tentang tata cara perwakafan tanah,

Pasal 10 yakni tentang pendaftaran tanah wakaf hak milik, Pasal 11 yakni tentang

perubahan perwakafan tanah milik, dihukum dengan hukuman kurungan selama-

lamnya 3(tiga) bulan, atau denda sebanyak-banyaknya Rp.10.000 (sepuluh ribu

rupiah).17

Apabila perbuatan yang dimaksud dalam Pasal 14 PP No.28 Tahun 1977

tersebut dilakukan oleh atau atas nama badan hukum, maka tuntutan pidana

dijatuhkan, baik terhadap badan hukum maupun terhadap mereka yang memberi

perintah melakukan perbuatan tersebut atau yang bertindak sebagai pemimpin

atau penanggung jawab dalam perbuatan atau kelalaian atau terhadap kedua-

duanya (Pasal 15 PP No.28 Tahun 1977).

Suatu penyimpangan terhadap peraturan perundang-undangan perwakafan

atas tanah dijeniskan seperti perubahan peruntukan tanah wakaf yang tidak sesuai

prosedur ketentuan yang berlaku, dan yang lainnya sebagai tindak pidana

pelanggaran yakni perbuatan melanggar hukum. Hal ini dapat dibuktikan dengan

mengemukakan sebuah contoh, bahwa sebelum adanya PP No.28 Tahun 1977,

pelaksanaan perwakafan atas tanah yang tanpa dilakukan dan atau dicatatkan

dihadapan Pejabat Pembuat Akta Ikrar Wakaf (PPAIW), tidaklah dikategorikan

17 Suparman Usman, Hukum Perwakafan Di Indonesia ( Jakarta : Darul Ulum Press, 2002), h.88-89.

Page 70: PERBUATAN MENJUAL TANAH WAKAF DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25015/1/Sayyidi... · perlindungan dari keburukan diri dan kejahatan amal perbuatan

59

sebagai perbuatan melawan hukum (tindak pidana), karena disaat itu perbuatan

tersebut belum dikenal sebagai perbuatan yang tidak baik.

Bukti lainnya adalah dari bentuk sanksi pidananya itu sendiri yang

merupakan hukuman kurungan atau denda. Hukuman kurungan dimaksud paling

lama 3 (tiga) bulan, sedangkan untuk hukuman denda sebanyak-banyaknya tidak

lebih dari Rp 10.000 (sepuluh ribu rupiah). Bentuk sanksi pidana semacam ini

merupakan salah satu ciri dari pada tindak pidana pelanggaran.18

E. Penyelesaian Perselisihan Tanah Wakaf

Dalam Pasal 62 ayat (1) UU Nomor 41 Tahun 2004 dijelaskan bahwa

penyelesaian sengketa perwakafan ditempuh melalui musyawarah untuk

mencapai mufakat dan di ayat dua (2) dijelaskan pula, apabila penyelesaian

sengketa sebagaiamana dimaksud pada ayat (1) tidak berhasil, sengketa dapat

diselesaikan melalui mediasi, arbitrase, atau pengadilan. Dalam hal penyelesaian

secara musyawarah, harus disertai dengan bukti tertulis sejak permulaan, yaitu

dari surat pemberitahuan untuk para pihak, Berita Acara Rapat dan selanjutnya

sebagai bukti adanya perdamaian dituangkan dalam Akta Pernyataan Perdamaian

yang bila perlu dihadapkan Notaris sehingga mempunyai kekuatan pembuktian

yang sempurna.

18 Taufiq Hamami, Perwakafan Tanah Dalam Politik Hukum Agraria Nasional (Jakarta: PT. Tatanusa,

2003), h.207.

Page 71: PERBUATAN MENJUAL TANAH WAKAF DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25015/1/Sayyidi... · perlindungan dari keburukan diri dan kejahatan amal perbuatan

60

Penyelesaian perselisihan wakaf tanah milik termasuk yurisdiksi

Pengadilan Agama, yaitu sepanjang masalah sahnya atau tidak perbuatan

mewakafkan tanah milik sebgaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor

28 Tahun 1977 dan masalah-masalah lainnya yang menyangkut wakaf

berdasarkan syari’at Islam. Dengan demikian, berarti masalah-masalah lainnya

yang secara nyata menyangkut hukum perdata dan hukum pidana diselesaikan

melalui hukum acara dalam pengadilan Negeri.

Sebelum dikeluarkan Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 1977,

penyelesaian sengketa perwakafan menjadi kompetensi Peradilan Umum dan

bukan kompetensi Peradilan Agama. Dapat dilihat dalam Putusan Mahkamah

Agung Nomor 163 K/Sip/1963 tertanggal 22 Mei 1963 yang menganggap soal

wakaf yang berasal dari Hukum Islam, di Indonesia sudah dapat dianggap

meresap dalam hukum adat. Kemudian Putusan Mahkamah Agung Nomor 152

K/Sip/1963 yang merumuskan pengertian wakaf sebagai perbuatan hukum

dengan mana suatu barang atau barang-barang telah dikeluarkannya atau diambil

dari kemanfaatan atau kegunaannya dalam lalu lintas maysarakat semula, guna

kepentingan seorang atau orang-orang tertentu atau guna maksud atau tujuan yang

telah ditentukan, barang-barang yang berada di tangan si mati.

Dengan keluarnya Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 1977, maka

menurut ketentuan dalam Pasal 12 Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 1977,

penyelesaian perselisihan sepanjang yang menyangkut persoalan perwakafan

Page 72: PERBUATAN MENJUAL TANAH WAKAF DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25015/1/Sayyidi... · perlindungan dari keburukan diri dan kejahatan amal perbuatan

61

tanah, disalurkan melalui pengadilan Agama setempat sesuai dengan ketentuan

Peraturan Perundang-undangan yang berlaku.19

Menurut ketentuan dalam Pasal 17 Peraturan Menteri Agama Nomor 1

Tahun 1978, bahwa Pengadilan Agama yang mewilayahi tanah wakaf

berkewajiban memeriksa dan menyelesaikan perkara tentang perwakafan tanah

menurut syari’ah, yang antara lain mengenai :

a. wakaf, wakif, nadzir (nazhir), ikrar dan saksi;

b. bayyinah (alat bukti administrasi tanah wakaf);

c. pengelolaan dan pemanfaatan hasil wakaf.

Dalam melaksanaan penyelesaian perselisihan wakaf tanah milik tersebut,

Pengadilan Agama tetap berpedoman pada tata cara penyelesaian perkara yang

berlaku pada Pengadilan Agama.

19

Rachmadi Usman, Hukum Perwakafan Di Indonesia ( Jakarta: Sinar Grafika, 2009), h.97.

Page 73: PERBUATAN MENJUAL TANAH WAKAF DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25015/1/Sayyidi... · perlindungan dari keburukan diri dan kejahatan amal perbuatan

62

BAB IV

ANALISIS PENYELESAIAN SENGKETA PERBUATAN MENJUAL

TANAH WAKAF PADA MAHKAMAH AGUNG (Analisa Kasus Putusan

Mahkamah Agung Nomor Perkara :995 K/Pdt/2002)

A. Posisi Kasus dan Permasalahan

1. Duduk Perkara

Pada tahun 1935 dibangun sebuah gedung yang dinamakan Madrasah

Arabiyah Islamiyah yang merupakan bagian dari tanah wakaf yang diwakafkan

oleh Syekh Abdullah Salmin Bahadjadj selaku wakif dan pendiri gedung tersebut.

Luas tanah yang diwakafkan oleh Syekh Abudllah semula adalah 1640 m2,

sedangkan luas tanah sekaligus gedung madrasah adalah 820 m2 sisanya dibangun

Masjid.

Namun pada tahun 1951 ketika Syekh Abdullah pulang ke Irak, tanah

wakaf masjid tersebut dijual oleh Syekh Oemar yakni adik kandung Syekh

Abdullah (Wakif). Sehingga tanah wakaf yang semula 1640 m2 setelah dijual

tersisa 830 m2. Pada tahun 1935 sampai dengan 1956 pengurus Madrasah

Arabiyah Islamiyah tetap menjalankan tujuan wakaf yakni diselenggarakannya

pendidikan, namun karna keuangan Madrasah tidak mencukupi dan keadaan

ekonomi pengurus juga kurang maka kegiatan pendidikan Madrasah menjadi

tersendat-sendat.

Dengan melihat keadaan Madrasah tersebut, Syekh Oemar menyesal atas

perbuatan yang telah menjual tanah wakaf milik kakaknya yang semula masjid.

Page 74: PERBUATAN MENJUAL TANAH WAKAF DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25015/1/Sayyidi... · perlindungan dari keburukan diri dan kejahatan amal perbuatan

63

dengan penyesalan tersebut pada Tahun 1956 Syekh Oemar membuat Surat wasiat

dengan Akta No.9 Tahun 1956 kepada ahli warisnya yang bertujuan untuk

mendirikan yayasan, salah satunya adalah untuk membiayai kegiatan Madarasah

Arabiyah Islamiyah.

Pada tahun 1963, Yayasan tersebut berdiri dan sebagai ketuanya adalah

Syekh Oemar. Namun dengan berdirinya yayasan tersebut, dengan maksud dan

tujuan membiyayai kegiatan Madrasah tetap tidak direalisasikan sampai Syekh

Oemar meninggal. Keadaan semakin memburuk ketika Syekh Ali anak Syekh

Oemar menjadi ketua Yayasan Syekh Oemar bin Salmin Bahadjadj, dimana

Madrasah semakin diabaikan dan dengan melawan hukum pada tahun 1997 tanpa

diteliti terlebih dahulu tanah wakaf tersebut atas permohonan Syekh Ali Oemar

Salmin Bahadjadj diterbitkan Sertifikat HGB oleh Kepala Pertanahan Kotamadya

Medan dan dengan sengaja tanah wakaf tersebut dialihkan oleh Syekh Ali dalam

bentuk Akta Jual-Beli. Alasan tersebut dilakukan oleh Syekh Ali karena Madrasah

adalah bagian dari yayasan atau harta kekayaan milik yayasan, tanpa

memperhatikan adanya surat wasiat tujuan didirikannya yayasan oleh Syekh

Oemar Salmin Bahadjadj.

2. Amar Putusan Mahkamah Agung

Diputuskan pada rapat permusyawaratan Mahkamah Agung Menolak

permohonan kasasi dari para Pemohon Kasasi, yaitu:Yayasan Syekh Oemar Bin

Salmin Bahdjadj, Ir. Ali Oemar Salmin Bahdjadj, Every, Lim Sun San alias Halim

Tjipta Sanjaya, Oei Giok Leng, dan Go Tiong Tjho. Diwajibkan Para Pemohon

Page 75: PERBUATAN MENJUAL TANAH WAKAF DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25015/1/Sayyidi... · perlindungan dari keburukan diri dan kejahatan amal perbuatan

64

Kasasi untuk membayar biaya perkara dalam tingkat kasasi ini sebesar Rp

200.000,00 ( dua atus ribu rupiah)

B. Analisis Terhadap Putusan Mahkamah Agung Nomor Perkara : 995

K/Pdt/2002.

1. Analasis Kasus Perspektif Hukum Islam

Menurut hukum Islam, terjadi beberapa perbedaan pendapat (Ijtihad)

Ulama mengenai perbuatan menjual tanah/ harta wakaf. Dalam kaitannya dengan

pendapat ulama terutama imam madzhab Fiqh sebagian ada yang melarangnya

dan adapula yang memperbolehkannya dengan adanya unsur hati-hati dalam

melakukan praktik tesebut. Para ulama di kalangan Syafi’iyyah (ulama

bermazhab Syafi’i) dan Malikiyah (ulama bermazhab Maliki) terkesan sangat

berhati-hati, bahkan mereka cenderung melarang praktik tersebut. Karena dasar

wakaf itu sendiri bersifat abadi, sehingga kondisi apapun benda wakaf tersebut

harus dibiarkan sedemikian rupa. Dasar yang digunakan oleh mereka adalah

hadits Nabi yang diriwayatkan oleh Ibnu Umar, di mana dikatakan bahwa benda

wakaf tidak boleh dijual, tidak boleh dihibahkan dan tidak boleh diwariskan.

Berbeda halnya para ulama di kalangan Hanafiyah (ulama bermazhab

Hanafi) dan Hanbaliyah (ulama bermazhab Hanbali), yang terkesan

mempermudah izin melakukan praktik tersebut. Mereka berpendapat, jika kita

melarang perubahan status wakaf, sementara ada alasan kuat untuk itu, maka kita

termasuk orang-orang yang menyia-nyiakan wakaf, sehingga asset wakaf menjadi

rusak dan tidak bisa dimanfaatkan lagi. Dasar yang mereka gunakan adalah

Page 76: PERBUATAN MENJUAL TANAH WAKAF DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25015/1/Sayyidi... · perlindungan dari keburukan diri dan kejahatan amal perbuatan

65

tindakan sahabat Umar bin Khatab ra yang memindahkan Masjid Kufah yang

lama dijadikan pasar bagi para penjual kurma. Ini adalah penggantian tanah

masjid, adapun penggantian bangunannya dengan bangunan lain, maka sahabat

Umar dan Utsman pernah membangun Masjid Nabawi tanpa mengikuti kontruksi

pertama dan melakukan tambahan serta perluasan.1

Adapun dalam Kompilasi Hukum Islam, penjualan tanah wakaf dilarang

pasal 225 Buku III. Penyimpangan dari ketentuan dimaksud hanya dapat

dilakukan terhadap hal-hal tertentu setelah terlebih dahulu mendapatkan

persetujuan tertulis Dari kepala Kantor Urusan Agama berdasarkan saran dari

Majelis Ulama Kecamatan dan Camat setempat dengan alasan:2

a. Karena tidak sesuai lagi dengan tujuan wakaf seperti diikrarkan oleh

wakif;

b. Karena kepentingan umum.

Dalam kaitannya kegiatan wakaf di Indonesia, lebih dominan

pengaturannya ke pendapat Imam Hanafi dan Hanbali terhadap diperbolehkannya

penjualan tanah wakaf, karena Indonesia merupakan Negara berkembang yang

sewaktu waktu bisa terjadi istibdal Masjid atau keharusan penjualan harta/ tanah

wakaf Karena disebabkan Rencana Umum Tata Ruang (RUTR) ataupun untuk

kepentingan umum lainnya dengan memperhatikan kondisi dan maslahat.

1 Muhammad Abid Abdullah Al-Kabisi, Hukum Wakaf: Kajian Kontemporer Pertama dan

Terlengkap tentang Fungsi dan Pengelolaan Wakaf serta Penyelesaian atas Sengketa Wakaf.

Penerjemah Ahrul Sani Faturrahman, dkk KMPC (Jakarta: Dompet Dhuafa Republika dan IIMaN

Press, 2004), h.380-381. 2 Rachmadi Usman, Hukum Perwakafan Di Indonesia (Jakarta: Sinar Grafika, 2009), h.95.

Page 77: PERBUATAN MENJUAL TANAH WAKAF DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25015/1/Sayyidi... · perlindungan dari keburukan diri dan kejahatan amal perbuatan

66

Pendapat ini sangatlah bermanfaat bagi kegiatan perwakafan di Indonesia, karena

dengan menjual tanah wakaf yang telah hilang fungsinya dapat dilakukan dengan

menjualnya dan dibelikan lagi dengan tanah wakaf yang baru dengan nilai

minimal sama dengan tanah wakaf yang semula sesuai dengan peraturan yang

berlaku.

Namun dalam kaitannya dengan kasus yang di analisis, penjualan tanah

wakaf yang dilakukan oleh tergugat yakni Syekh Ali Umar Salmin Bahadjadj

selaku ketua Yayasan Syekh Oemar Bin Salmin Bahdjadj adalah melanggar

hukum, alasannya karena perbuatan tergugat adalah melawan hukum dengan

keadaan sehat dan berakal tergugat melakukan penjualan tanah wakaf dengan akta

jual-beli tanah serta melakukan permohonan penerbitan sertifikat Hak Guna

Bangunan atas nama Yayasan/ tergugat I kepada Kepala Pertanahan Kotamadya

Medan.

Kegiatan jual-beli tanah wakaf dalam kasus tersebut melanggar peraturan

Undang-undang wakaf karena tergugat tidak memperhatikan prosedur yang

berlaku. Eksepsi tergugat tidak mengakui kalau bahwasannya madrasah Arabiyah

Islamiyah adalah wakaf dari Syekh Abdullah dan menganggap menganggap

Madrasah merupakan harta yayasan, hal tersebut adalah keliru.

Dalam Putusan Pengadilan Negeri Medan, Majelis Hakim menyatakan

menolak gugatan penggugat seluruhnya, hal ini disebabkan karena Penggugat

tidak membuktikan secara pasti tanah wakaf tersebut adalah wakaf sari Syekh

Abdullah Salmin Bahadjadj dalam pembuktiannya. Kemudian ketika di

Page 78: PERBUATAN MENJUAL TANAH WAKAF DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25015/1/Sayyidi... · perlindungan dari keburukan diri dan kejahatan amal perbuatan

67

Pengadilan Tinggi, Majelis hakim menolak eksepsi dari Tergugat I sampai dengan

Tergugat X, yang khususnya Tergugat I dan II tidak memperhatikan adanya surat

wasiat yang dibuat oleh Syekh Oemar Salmin Bahdjadj (orang tua tergugat II),

bahwasannya di buatnya Yayasan adalah untuk membiayai kegiatan Pendidikan di

tanah wakaf. Dalam hal Mahkamah Agung memberikan putusan adalah benar

yaitu salah satunya adalah menguatkan adanya Surat Wasiat No.9 tangal 4 April

1956 yang mana Syekh Oemar dalam membuat wasiat adalah cakap dalam hukum

serta berakal. Karena wasiat itu merupakan perjanjian sepihak, maka haruslah

wasiat itu dibuat oleh seorang sudah cakap bertindak hukum (KHI Pasal 194 ayat

1), sebab wasiat yang dibuat seorang yang gila atau rusak akalnya (sedang mabuk)

adalah batal.3

2. Analisis Kasus Perspektif Hukum Positif

Dalam analisis penulis, menurut hukum Islam mengenai kasus penjualan

tanah wakaf Putusan Mahkamah Agung Nomor Perkara :995 K/Pdt/2002 adalah

perbuatan melawan hukum dan membenarkan Putusan Mahkmah Agung atas

perkara tersebut, demikian pula menurut hukum positif penjualan tanah wakaf

yang dilakukan oleh tergugat adalah melawan hukum. Dengan adanya persamaan

akibat hukum yang penulis analisis ini baik hukum Islam maupun hukum positif

adalah membuktikan bahwasannya Undang-Undang Wakaf adalah berasal dari

Kodifikasi Hukum Islam yang mana dalam hal pengaturannya Undang-Undang

3 Sidik Tono, Kedudukan Wasiat Dalam Sistem Pembagian Harta Peninggalan (Jakarta:

Kementrian Agama RI Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Direktorat Pendidikan Tinggi Islam,

2012), h.94.

Page 79: PERBUATAN MENJUAL TANAH WAKAF DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25015/1/Sayyidi... · perlindungan dari keburukan diri dan kejahatan amal perbuatan

68

wakaf di Indonesia lebih banyak mengambil teori dan praktik dari Madzhab

Hanafiah dan Hanbaliah.

Dalam Pasal 6 Peraturan BWI No.1 Tahun 2008 yang berhak untuk

mengajukan permohonan tukar ganti kepada Menteri melalui KUA adalah Nazhir.

Nazhir dalam hal perubahan status harta wakaf termasuk jual beli adalah yang

berperan penting, hal ini juga didukung dalam pasal 12 ayat 1 Peraturan Menteri

Agama No.1 Tahun 1978 dan Pasal 51 PP No.42 Tahun 2006. Maka dari kasus

tersebut merupakan perbuatan melawan hukum karena tergugat bukanlah Nazhir

dan bukan pula yang berkepentingan atas penjualan tanah wakaf dan prosedur

penjualan tanah wakaf dan meminta Kepala Kantor Pertanahan untuk menerbitkan

Sertifikat Hak Guna Banguna termasuk dalam kategori penggalapan tanah yang

mana dari penyimpangan perbuatan menjual tanah wakaf yang tidak sesuai

dengan prosedurnya dapat dijatuhkan tuntutan pidana sesuai Pasal 15 PP No.28

Tahun 1977.

Dalam Pasal 24 PP No.40 Tahun 1996 Hak Guna Bangunan atas tanah

Hak Milik terjadi dengan pemberian oleh pemegang Hak Milik dengan akta yang

dibuat oleh Pejabat Pembuat Akta Tanah.4 Dari penjelasan pasal tersebut penulis

berpendapat terbitnya HGB yang diterbitkan oleh Kepala Pertanahan Kotamadya

Medan adalah adanya dukungan akta yang dibuat oleh Notaris PPAT. Dalam

kasus ini mereka tersebut adalah Tergugat VII,VIII dan IX atau Para Turut

Termohon Kasasi.

4 Boedi Harsono, Hukum Agraria Indonesia (Jakarta: Djambatan, 2007), h.80.

Page 80: PERBUATAN MENJUAL TANAH WAKAF DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25015/1/Sayyidi... · perlindungan dari keburukan diri dan kejahatan amal perbuatan

69

Dalam hal tergugat VII,VIII dan IX sebagai Notaris/PPAT kurang

memperhatikan salah satu Asas Pelaksanaan Tugas Jabatan Notaris yang Baik

yaitu Asas Kecermatan. Yang mana bagian dari Asas kecermatan adalah

memeriksa bukti surat yang berkaitan dengan keinginan atau kehendak para pihak

tersebut.5 Disisi lain, jika tindakan (Notaris) seperti merugikan para pihak, maka

para pihak yang merasa dirugikan dapat menuntut Notaris yang bersangkutan

dengan kualifikasi sebagai suatu tindakan hukum yang merugikan para pihak.

Para pihak yang menderita kerugian untuk menuntut penggantian biaya, ganti

rugi, dan bunga kepada Notaris.6 Penggugat maupun tergugat III,IV,V dan VI

yang mana para tergugat merupakan pembeli tanah tersebut, karena pada dasarnya

pembeli adalah beritikad baik dengan tidak mengetahui bahwasannya tanah yang

mereka beli adalah tanah wakaf dan dengan keluarnya Putusan Mahkamah Agung

menyatakan batal demi hukum akta jual-beli, maka baik penggugat maupun para

tergugat yang dirugikan dalam hal ini dapat melakukan penuntutan kepada

Notaris.

Dalam Pasal 35 Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 1996 tentang Hak

Guna Usaha, Hak Guna Bangunan Dan Hak Pakai Atas Tanah menjelaskan bahwa

Hak Guna Bangunan hapus karena dibatalkan oleh pejabat yang berwenang yang

pemegang Hak Pengelolaan atau Pemegang Hak Milik sebelum jangka waktu

berakhir, salah satunya Karena putusan pengadilan yang mempunyai kekuatan

hukum yang tetap.7 Dari penjelasan pasal tersebut dengan keluarnya Judex Facti/

5 Habib Adjie, Hukum Notaris Indonesia ( Bandung: Refika Aditama, 2009), h.37.

6 Ibid,.h.38.

7 Boedi Harsono, Hukum Agraria Indonesia (Jakarta: Djambatan, 2007), h.84.

Page 81: PERBUATAN MENJUAL TANAH WAKAF DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25015/1/Sayyidi... · perlindungan dari keburukan diri dan kejahatan amal perbuatan

70

Putusan Pengadilan Tinggi Medan dan Putusan Mahkamah Agung jelas bahwa

memiliki kekuatan hukum tetap untuk menyatakan batal HGB atas Nama Yayasan

Syekh Oemar Bin Salmin Bahadjadj.

Dalam Putusan Pengadilan Negeri Medan, Majelis Hakim menyatakan

menolak gugatan penggugat seluruhnya, hal ini disebabkan karena Penggugat

tidak membuktikan secara pasti tanah wakaf tersebut adalah wakaf sari Syekh

Abdullah Salmin Bahadjadj dalam pembuktiannya. Kemudian ketika di

Pengadilan Tinggi, Majelis hakim menolak eksepsi dari Tergugat I sampai dengan

Tergugat X, yang khususnya Tergugat I dan II tidak memperhatikan adanya surat

wasiat yang dibuat oleh Syekh Oemar Salmin Bahdjadj (orang tua tergugat

II).Wasiat akan dipandang sah apabila dibuat secara tertulis.8 Dalam kaitannya

wasiat yang dibuat Syekh Oemar adalah membangun yayasan untuk memberi

uang sekolah Madrasah Arabiyah Islamiyah, menunjang pada orang-orang miskin

dari keturunannya sendiri, dan membuat segala pekerjaan kebajikan khairat Islam.

Wasiat ini memiliki kekuatan hukum tetap dengan memenuhi syarat/unsur-unsur

wasiat serta di buat akta wasiat No.9 Tahun 1956 dan didukung dengan keluarnya

Putusan Mahkamah Agung. Jelas bahwa dengan dibangunnya Yayasan serta

adanya penjelasan dari surat wasiat tersebut, Madrasah Arabiyah Islamiyah adalah

terpisah dari harta kekayaan Yayasan.

8 Sidik Tono, Kedudukan Wasiat Dalam Sistem Pembagian Harta Peninggalan (Jakarta:

Kementrian Agama RI Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Direktorat Pendidikan Tinggi Islam,

2012), h.66.

Page 82: PERBUATAN MENJUAL TANAH WAKAF DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25015/1/Sayyidi... · perlindungan dari keburukan diri dan kejahatan amal perbuatan

71

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Kesimpulan dari permasalahan-permasalahan dibahas pada bab-bab

sebelumnya, yakni ketentuan menjual tanah wakaf baik dalam Hukum Islam

maupun Hukum Positif adalah dilarang, namun hal ini bukanlah ketentuan yang

mutlak atau tidak dapat diberikan pengecualian. Dalam Hukum Islam banyak

beragam pendapat Ulama baik yang melarang maupun memperbolehkan

penjualan tanah wakaf diawali dari para Imam Mazhab seperti Maliki, Syafi’i,

Hanafi dan Hanbali sampai pendapat-pendapat muridnya.

Dalam Hukum Islam :

Pasal 225 Kompilasi Hukum Islam ditentukan, bahwa benda yang telah

diwakafkan tidak dapat dilakukan perubahan atau penggunaan lain dari pada yang

dimaksud dalam ikrar wakaf. Penyimpangan dari ketentuan dimaksud hanya dapat

dilakukan terhadap hal-hal tertentu setelah terlebih dahulu mendapatkan

persetujuan tertulis dari Kepala Kantor Urusan Agama Kecamatan berdasarkan

saran dari Majelis Ulama Kecamatan dan Camat setempat dengan alasan:

a. Karena tidak sesuai lagi dengan tujuan wakaf seperti diikrarkan oleh wakif;

b. Karena kepentingan umum.

Dalam Hukum Positif:

Pasal 40 UU Nomor 41 Tahun 2004 Tahun 2004 tentang Wakaf perubahan status

harta wakaf termasuk didalamnya dilakukan jual-beli, hibah, waris dan lain

Page 83: PERBUATAN MENJUAL TANAH WAKAF DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25015/1/Sayyidi... · perlindungan dari keburukan diri dan kejahatan amal perbuatan

72

sebagainya adalah dilarang. Namun ada pengecualiannya diperbolehkannya

menjual tanah wakaf serta prosedur dalam tata cara perubahan status harta wakaf

termasuk menjual tanah wakaf dalam Pasal 51 Peraturan Pemerintah No.42 Tahun

2004, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hukum Islam dan hukum Positif

memperbolehkan penjualan tanah wakaf sesuai prosedur yang berlaku guna untuk

mencapai tujuan wakaf yang baik dan produktif untuk kesejahteraan dan

kemaslahatan umat manusia.

Terhadap kasus jual beli tanah wakaf Nomor Perkara: 995/K/Pdt/2002

yang dilakukan Yayasan Sech Oemar Salmin Bahadjadj terhadap Madrasah

Arabiyah Islamiyah, menurut hukum Islam dan hukum positif adalah tidak

dibenarkan, dengan alasan:

1. Tanah yang dijual tergugat adalah tanah wakaf yang masih berjalan sesuai

tujuan wakaf dan mekanisme penjualan tanah wakaf bertentangan dengan

hukum yang berlaku

2. Tergugat tidak berkepentingan atas wakaf tersebut bila ditinjau dalam

hukum positif. Lain halnya dalam hukum Islam yang beragam

pendapatnya, seperti pendapat Imam Hanafi bahwasannya harta wakaf

tetap mutlak milik wakif, namun kaitannya dengan tergugat hanyalah

keponakan wakif yang tidak ada kepentingan/ hak sedikitpun atas wakaf

tersebut.

3. Keberadaan yayasan bukan mengambil over pengelolaan Madrasah yang

berada dibawah pengelolaan wakaf, Bahwa hal ini didukung oleh wasiat

Sech Oemar dengan Surat Wasiat No.9 tangal 4 April 1956 yang telah

Page 84: PERBUATAN MENJUAL TANAH WAKAF DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25015/1/Sayyidi... · perlindungan dari keburukan diri dan kejahatan amal perbuatan

73

mewakafkan dua buah rumahnya untuk membiaya Madrasah Arabiyah

Islamiyah di Jalan Kuda

B. Saran

Berdasarkan pembahasan dan kesimpulan di atas, maka saran yang

dapat penulis berikan adalah sebagai berikut:

1. Pola fikir Nazhir sebagai pengurus wakaf harus up to date atau mengikuti

perkembangan hukum yang berlaku tertutama pengaturan wakaf, karena

jangan sampai pemikiran Nazhir tradisional dalam artian walaupun

Mazhab Imam Syafi’i mendominasi di Indonesia bukan berarti dalam hal

wakaf kita mutlak mengikuti pendapat Imam Syafi’i sepenuhnya, dalam

hal penjualan tanah wakaf kita dapat berpindah Mazhab atau mengikuti

pendapat ulama yang memperbolehkannya, sehingga mudah bagi nazhir

yang berperan penting dalam wakaf untuk mempertahankan wakaf agar

tetap produktif dan sesuai dengan tujuannya.

2. Nazhir harus dapat mempelajari lebih detail lagi perkembangan hukum

yang ada, jangan sampai ada pihak-pihak, baik dari pemerintah, ahli waris

wakif maupun pihak pihak yang tidak bertanggung jawab melakukan

perubahan atas wakaf tersebut tanpa mengikuti prosedur yang berlaku.

3. Untuk pemerintah, yaitu mulai dari Kantor Urusan Agama, Kementerian

Agama dan Badan Wakaf Indonesia seharusnya lebih antusias dalam

menangani pengawasan dalam hal pengelolaan harta wakaf dan

perkembangan wakaf di Indonesia terutama dalam hal perubahan status

wakaf termasuk penjualanannya.

Page 85: PERBUATAN MENJUAL TANAH WAKAF DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25015/1/Sayyidi... · perlindungan dari keburukan diri dan kejahatan amal perbuatan

DAFTAR PUSTAKA

Abu Zahrah, Muhammad. al-Waqf. Beirut: Dar Al-Fikr, 1971, Cet.II.

Achmad Chomzah, Ali. Hukum Pertanahan. Jakarta: Prestasi Pustaka, 2003.

Adjie, Habib. Hukum Notaris Indonesia. Bandung: Refika Aditama, 2009.

Al-Alabij, Adijani. Perwakafan Tanah di Indonesia dalam Teori dan Praktek.

Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2002, cet.IV.

Al-Kabisi, Muhammad Abid Abdullah. Hukum Wakaf: Kajian Kontemporer

Pertama dan Terlengkap tentang Fungsi dan Pengelolaan Wakaf Serta

Penyelesaian

atas Sengketa Wakaf. Jakarta: IIMaN Press, 2004.

Al-Khatib, Asy-Syarbini Muhammad. Mughnil Muhtaaj. Mesir: Mushthofa Al-

Baabi

Al-Halabi, 1958, juz II.

Bukhari, Shahih al-Bukhari, Beirut: Dar el-Fikr t,th., juz III.

Daud Ali, Mohammad. Sistem Ekonomi Islam Zakat dan Wakaf. Jakarta: UI-

PRESS, 2012.

Direktorat Pengembangan Zakat dan Wakaf. Direktorat Jenderal Bimbingan

Masyarakat Islam dan Penyelenggaraan Haji. Paradigma Baru Wakaf di

Indonesia. Jakarta: Depag RI, 2005.

Fahmi Muhammad Ahmadi, M.Si. dkk. “Metode Penelitian Hukum” (Jakarta:

Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010).

Ghofur Anshori, Abdul. Hukum dan Praktik Perwakafan di Indonesia,

Yogyakarta: Pilar Media, 2006.

Hamami, Taufiq. Perwakafan Tanah dalam Politik Hukum Agraria Nasional.

Jakarta: PT Tatanusa, 2003.

Harsono, Boedi. Hukum Agraria Indonesia. Jakarta: Djambatan, 2007.

Hasbiyallah,. M. Amin Ibnu Abidin. Al-Mukhtar. Beirut: Daar el-Fiqr, 1992,

juz X.

Imam Taqiuddin, Kifayatul Akhyar,.

Page 86: PERBUATAN MENJUAL TANAH WAKAF DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25015/1/Sayyidi... · perlindungan dari keburukan diri dan kejahatan amal perbuatan

Muchtar, Kamal. Ushul Fiqh. Yogyakarta: PT Dana Bhakti Wakaf, 1995.

Mugniyah, Muhammad Jawad. al-Ahwal al-Syakhsiyah ala al-Mazahib al-

Khamsah.

Beirut: Dar al-Ilm li al-Malayin, 1964.

Muljadi, Kartini dan Widjaja, Gunawan. Hak-Hak Atas Tanah. Jakarta: Prenada

Media, 2004.

Peraturan Menteri Agraria (Permenegria)/ Kepala BPN No. 9/1999.

Peraturan perundangan Perwakafan. Jakarta: Depag RI, 2006.

Peter, Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum. Jakarta: Kencana Prenada Media

Group,2007,Cet.III.

Praja Juhaya S. Perwakafan di Indonesia, Sejarah, Pemikiran, Hukum dan

Perkembangannya. Bandung: Yayasan Piara, 1995.

Rofiq, Ahmad. Hukum Islam di Indonesia. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,

1997.

Sabiq, Sayyid. Fiqhus sunnah. Beirut: Dar al-Kitab al-„Arabi, 1981, jilid III.

Setiawan, Pokok-Pokok Hukum Perikatan. Bandung:Binacipta,1987, Cet.IV.

Soekanto, Soerjono. Pengantar Penelitian Hukum. Jakarta: UI,1986.

Suhadi, Imam. Wakaf Untuk Kesejahteraan Umat. Yogyakarta: PT Dana Bhakti

Prima yasa, 2002.

Suparman, Usman. Hukum Perwakafan Di Indonesia. Jakarta: Darul Ulum Press,

2002.

Syafi‟i, al-Imam, Al-Umm. Beirut : Darul Fikr, jilid III.

Tono,Sidik. Kedudukan Wasiat Dalam Sistem Pembagian Harta Peninggalan.

Jakarta: Kementrian Agama RI Direktorat Jenderal Pendidikan Islam

Direktorat Pendidikan Tinggi Islam, 2012.

Usman, Rachmandi. Hukum Perwakafan di Indonesia. Jakarta: Sinar Grafika,

2009.

Wadjdy, Farid dan Mursyid. Wakaf dan Kesejahteraan Umat (Filantropi Islam

yang Hampir Terlupakan). Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007.

Page 87: PERBUATAN MENJUAL TANAH WAKAF DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25015/1/Sayyidi... · perlindungan dari keburukan diri dan kejahatan amal perbuatan

Yamin, Muhammad. Beberapa Dimensi Filosofis Hukum Agraria. Medan:

Pustaka Bangsa Press, 2003.

Zhuhaili, Wabah. Al-Fiqhu al-Islami wa ‘Adillatuhu. Damaskus: Dar al-Fikr al-

Mu‟ashir.