paper jurnal online persepsi masyarakat kudus … masita... · cara yang ditempuh salah satunya...

21
PAPER JURNAL ONLINE PERSEPSI MASYARAKAT KUDUS TERHADAP SIMBOL VISUAL PADA TRADISI BUKA LUWUR SUNAN KUDUS Disusun Oleh : MASITA ARGARINI D1211049 SKRIPSI Diajukan Guna Melengkapi Tugas Tugas dan Memenuhi Syarat Syarat Guna Mencapai Gelar Sarjana Ilmu Komunikasi Jurusan Ilmu Komunikasi Universitas Sebelas Maret Surakarta PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2015

Upload: others

Post on 30-Oct-2020

0 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PAPER JURNAL ONLINE PERSEPSI MASYARAKAT KUDUS … MASITA... · Cara yang ditempuh salah satunya dengan akulturasi budaya, dimana budaya lokal digabungkan dengan nilai-nilai ajaran

PAPER JURNAL ONLINE

PERSEPSI MASYARAKAT KUDUS TERHADAP SIMBOL VISUAL

PADA TRADISI BUKA LUWUR SUNAN KUDUS

Disusun Oleh :

MASITA ARGARINI

D1211049

SKRIPSI

Diajukan Guna Melengkapi Tugas – Tugas dan Memenuhi Syarat – Syarat

Guna Mencapai Gelar Sarjana Ilmu Komunikasi

Jurusan Ilmu Komunikasi Universitas Sebelas Maret Surakarta

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2015

Page 2: PAPER JURNAL ONLINE PERSEPSI MASYARAKAT KUDUS … MASITA... · Cara yang ditempuh salah satunya dengan akulturasi budaya, dimana budaya lokal digabungkan dengan nilai-nilai ajaran

1

Persepsi Masyarakat Kudus Terhadap Simbol Visual

Pada Tradisi Buka Luwur Sunan Kudus

Masita Argarini

Adolfo Eko Setyanto

Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Sebelas Maret Surakarta

Abstract

Masita Argarini, D1211049. Kudus Society Perception of Visual Symbol of Buka

Luwur Sunan Kudus Tradition. Thesis (S-1 degree) of Communication

Department, Social and Political Sciences Faculty, Sebelas Maret University,

Surakarta. July 2015.

Buka Luwur Sunan Kudus tradition is a tradition which is regularly held

by Mosque, Tower, and Grave of Sunan Kudus foundation (YM3SK) to

commemorate haul of Sunan Kudus is not yet known with certainty. A series of

events haul laden with prayer and ended with the distribution of alms is done in

the form of “nasi jangkrik” that become a symbol of community welfare.

The event of distributing “nasi jangkrik” is eagerly awaited by the public

and becomes synonymous with Buka Luwur Sunan Kudus tradition, making “nasi

jangkrik” as a visual symbol of tradition. The symbol is interpreted differently by

the society accordance with their background and experiences. Researcher using

qualitative method and collect data using indepth interview to determine

perception of YM3SK and community of in Kauman village as communicator, and

people who follow the tradition of Buka Luwur Sunan Kudus as communicant.

Those perceptions are compared to determine differences that gave birth to

miscommunication, so that developing trust in the society and raises the

phenomenon of “ngalap berkah”.

The result of the research reveal that the YM3SK and community in

Kauman village interpret “nasi jangkrik” as alms from Sunan Kudus and the

reward is addressed to him, and as medium to convey the message to care for

others. On the revenue side, communicant interpretation of the message is that

anything related to Sunan Kudus can bring blessing to the people are jostling to

get it.

Keywords : Perception, visual symbol, tradition

Page 3: PAPER JURNAL ONLINE PERSEPSI MASYARAKAT KUDUS … MASITA... · Cara yang ditempuh salah satunya dengan akulturasi budaya, dimana budaya lokal digabungkan dengan nilai-nilai ajaran

2

Pendahuluan

Negara Indonesia adalah negara yang besar dan kaya akan kebudayaan.

Kebudayaan yang ada di Indonesia berasal dari peninggalan para leluhur yang

merupakan hasil perpaduan dan akulturasi berbagai unsur yang datang sejalan

dengan perkembangan zaman. Perpaduan unsur budaya tersebut menghasilkan

ciri-ciri khas daerah yang kadang kala mempunyai kemiripan antara daerah satu

dengan daerah lain.

Tradisi merupakan salah satu bentuk dari kebudayaan yang masih terus

dilanjutkan oleh masyarakat. Sebagian besar masyarakat memelihara upacara

tradisi itu untuk berbagai kepentingan. Masyarakat pendukung tradisi itu

memelihara tradisi sebagai hal yang sudah biasa karena sejak lahir mereka telah

mengikuti kebiasaan itu.Salah satu bentuk tradisi yang masih dilaksanakan sampai

saat ini adalah tradisi Buka Luwur Sunan Kudus. Tradisi ini merupakan salah satu

bentuk penghormatan bagi Sunan Kudus sebagai salah satu tokoh yang berjasa

dalam perkembangan Kota Kudus. Dalam dakwahnya menyebarkan Islam, Sunan

Kudus menempuh jalan damai dan sangat toleran. Cara yang ditempuh salah

satunya dengan akulturasi budaya, dimana budaya lokal digabungkan dengan

nilai-nilai ajaran Islam sehingga masyarakat dengan mudah menerima.

Tradisi Buka Luwur Sunan Kudus merupakan tradisi untuk memperingati

haul/hari kematian Sunan Kudus yang tidak diketahui secara pasti. Tradisi ini

dimulai dari tanggal 1 Muharram sampai dengan tanggal 10 Muharram. Lamanya

proses upacara tradisi Buka Luwur mengisyaratkan banyaknya prosesi yang

dilakukan dalam tradisi Buka Luwur.

Materi untuk pelaksanaan tradisi Buka Luwur, secara keseluruhan

merupakan hasil dari sumbangan masyarakat baik berupa beras, hewan, kain mori

yang digunakan, sampai tenaga untuk memasak dan membungkus nasi, semuanya

dari masyarakat dan kembali ke masyarakat. Panitia tidak diperbolehkan

mengajukan permohonan sumbangan material pada masyarakat dalam bentuk

apapun, larangan tersebut sudah turun temurun diwariskan bahwa Buka Luwur

jangan diada-adakan dan jangan diminta-mintakan, biarlah berjalan apa adanya.

Page 4: PAPER JURNAL ONLINE PERSEPSI MASYARAKAT KUDUS … MASITA... · Cara yang ditempuh salah satunya dengan akulturasi budaya, dimana budaya lokal digabungkan dengan nilai-nilai ajaran

3

Inti dari tradisi Buka Luwur Sunan Kudus adalah untuk mengganti luwur

yang menyelubungi makam Sunan Kudus, diiringi rangkaian upacara yang

terangkum dalam rangkaian haul. Pemasangan luwur baru dilakukan pada puncak

acara yaitu pada tanggal 10 Muharram bersamaan dengan pembagian nasi

jangkrik. Nasi jangkrik adalah nasi dengan lauk daging dibungkus daun jati, nasi

inilah yang banyak diyakini masyarakat dapat membawa berkah, hingga muncul

istilah ngalap berkah yang identik dengan nasi jangkrik tersebut. Hal ini sekaligus

menjadikan nasi jangkrik sebagai simbol visual dari tradisi Buka Luwur itu

sendiri. Masyarakat selalu menantikan pembagian nasi jangkrik yang

dilaksanakan tiap tahun pada puncak acara tradisi Buka Luwur Sunan Kudus.

Peristiwa ngalap berkah tidak lepas dari persepi masyarakat terhadap nasi

jangkrik tersebut. Persepsi adalah proses internal yang memungkinkan seorang

individu untuk memilih, mengorganisasikan, dan menafsirkan rangsangan dari

lingkungan, dimana proses tersebut mempengaruhi perilaku individu. Di dalam

proses persepsi, banyak rangsangan yang sampai pada individu melalui panca

indera, namun semuanya tidak dipersepikan secara acak. Individu tersebut

mengenali objek-objek secara spesifik dan kejadian-kejadian tertentu yang

memiliki pola tertentu. Alasannya sederhana saja, karena persepsi individu adalah

suatu proses aktif yang menuntut suatu tatanan dan makna atas berbagai

rangsangan yang diterima. (Mulyana, 2008:183).

Perilaku berlebihan timbul di masyarakat yang menyakini berkah dari nasi

jangkrik tersebut. Selain langsung dimakan beberapa menjemur nasi jangkrik

sampai kering kemudian disebarkan ke sawah-sawah atau ditumbuk halus dan

dicampurkan pada beras milik mereka sendiri agar ikut mendapat berkah.

Masyarakat juga percaya berkah dari nasi jangkrik dapat membawa rezeki,

sehingga rela mengantri lama dan berdesak-desakan untuk mendapatkan nasi

jangkrik tersebut.

Pihak Yayasan Masjid, Menara & Makam Sunan Kudus (YM3SK) sendiri

menyelenggarakan tradisi ini untuk menghormati ajaran-ajaran dari Sunan Kudus

yaitu toleransi dalam beragama. Melalui media tradisi Buka Luwur Sunan Kudus

pihak YM3SK melestarikan ajaran Sunan Kudus dalam toleransi yang salah

Page 5: PAPER JURNAL ONLINE PERSEPSI MASYARAKAT KUDUS … MASITA... · Cara yang ditempuh salah satunya dengan akulturasi budaya, dimana budaya lokal digabungkan dengan nilai-nilai ajaran

4

satunya berupa perintah untuk tidak menyembelih sapi sebagai bentuk

penghormatan bagi masyarakat Kudus. Dimana dahulu mayoritas masyarakat

Kudus beragama hindu, sehingga daging yang dipergunakan untuk nasi jangkrik

berupa daging kerbau dan kambing. Sampai sekarang perintah itu masih

dilestarikan sebagai bentuk penghormatan pada Sunan Kudus terbukti jarang

ditemuinya penjual makanan dari daging sapi di kota Kudus.

Tradisi Buka Luwur Sunan Kudus juga sebagai media untuk mempererat

ikatan dalam masyarakat. Nasi jangkrik yang merupakan nasi berkat dari

penyelenggarakan haul Sunan Kudus dimaksudkan sebagai bentuk peduli

terhadap sesama dan sebagai simbol kesejahteraan karena pembagian nasi tersebut

diperuntukkan untuk semua orang tidak terbatas pada muslim saja tetapi untuk

semua kalangan tanpa memandang latar belakang.

Terjadinya fenomena ngalap berkah menunjukkan terjadinya perbedaan

persepsi dalam proses komunikasi yang ada. Persepsi antara komunikator yaitu

pihak Yayasan Masjid, Menara & Makam Sunan Kudus serta masyarakat Desa

Kauman dan komunikan yaitu masyarakat Kudus yang mengikuti tradisi Buka

Luwur Sunan Kudus terutama pada saat pembagian nasi jangkrik pada tahun 2014.

Melalui pendekatan fenomenologi penulis ingin mengetahui persepsi yang

berkembang di masyarakat terhadap simbol visual pada tradisi Buka Luwur Sunan

Kudus yakni nasi jangkrik sehingga fenomena ngalap berkah selalu terjadi tiap

tahun pada saat tradisi Buka Luwur Sunan Kudus diselenggarakan.

Rumusan Masalah

Penelitian ini dilakukan dengan rumusan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana persepsi YM3SK serta masyarakat Desa Kauman sebagai

komunikator terhadap tradisi Buka Luwur Sunan Kudus?

2. Bagaimana persepsi masyarakat Kudus sebagai komunikan terhadap tradisi

Buka Luwur Sunan Kudus?

3. Bagaimana persepsi YM3SK serta masyarakat Desa Kauman sebagai

komunikator terhadap simbol visual pada tradisi Buka Luwur Sunan Kudus?

Page 6: PAPER JURNAL ONLINE PERSEPSI MASYARAKAT KUDUS … MASITA... · Cara yang ditempuh salah satunya dengan akulturasi budaya, dimana budaya lokal digabungkan dengan nilai-nilai ajaran

5

4. Bagaimana persepsi masyarakat Kudus sebagai komunikan terhadap simbol

visual pada tradisi Buka Luwur Sunan Kudus?

Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan:

1. Persepsi YM3SK serta masyarakat Desa Kauman sebagai komunikator

terhadap tradisi Buka Luwur Sunan Kudus.

2. Persepsi masyarakat Kudus sebagai komunikan terhadap tradisi Buka Luwur

Sunan Kudus.

3. Persepsi YM3SK serta masyarakat Desa Kauman sebagai komunikator

terhadap simbol visual pada fenomena tradisi Buka Luwur Sunan Kudus.

4. Persepsi masyarakat Kudus sebagai komunikan terhadap simbol visual pada

fenomena tradisi Buka Luwur Sunan Kudus.

Telaah Pustaka

a. Komunikasi

Pemahaman populer mengenai komunikasi manusia adalah

komunikasi yang mengisyaratkan penyampaian pesan searah dari seseorang

(atau suatu lembaga) kepada seseorang (sekelompok orang) lainnya, baik

secara langsung (tatap muka) maupun melalui media (Mulyana, 2008:67).

Sementara menurut Gerald R. Miller komunikasi terjadi ketika suatu sumber

menyampaikan suatu pesan kepada penerima dengan niat yang disadari untuk

mempengaruhi perilaku penerima. Hal senada dikemukakan oleh Carl I.

Hovland bahwa komunikasi adalah proses yang memungkinkan seseorang

(komunikator) menyampaikan rangsangan (biasanya lambang-lambang

verbal) untuk mengubah perilaku orang lain (komunikate/komunikan)

(Mulyana, 2008:68).

Dalam penelitian ini proses komunikasi berlangsung antara

komunikator (YM3SK) kepada komunikan (masyarakat Kudus yang

mengikuti tradisi Buka Luwur Sunan Kudus) yang terjadi di Kudus secara

Page 7: PAPER JURNAL ONLINE PERSEPSI MASYARAKAT KUDUS … MASITA... · Cara yang ditempuh salah satunya dengan akulturasi budaya, dimana budaya lokal digabungkan dengan nilai-nilai ajaran

6

tidak langsung melalui media saluran komunikasi tradisi Buka Luwur Sunan

Kudus. Pesan yang ada dapat berupa seperangkat simbol verbal dan nonverbal

yang mewakili perasaan, nilai, gagasan, atau maksud dari komunikator

(Mulyana, 2008:70). Proses pemberian makna pada pesan tersebut terjadi

ketika adanya kesepahaman/kesepakatan bersama pada simbol yang

dimaksud, ketidakpahaman atas pesan yang disampaikan oleh komunikator

kepada komunikan terkadang terjadi bukan karena gagalnya proses

komunikasi tetapi dikarenakan komunikan tidak dapat mengartikan pesan

tersebut. Hal ini dikarenakan komunikasi dipengaruhi juga oleh faktor internal

dan eksternal seperti latar belakang sosial budaya, pendidikan, lingkungan,

dan lain-lain yang membentuk seorang individu dalam membentuk

persepsinya.

b. Persepsi

Persepsi menurut Jalaluddin Rakhmat adalah pengalaman tentang

objek, peristiwa, atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan

menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan (Rakhmat, 2001:51).

Sementara menurut Dedy Mulyana persepsi adalah inti komunikasi,

sedangkan penafsiran (interpretasi) adalah inti persepsi, yang identik dengan

penyandian balik (decoding) dalam proses komunikasi (Mulyana, 2008:180).

Beberapa ahli dalam Mulyana (2008:180-181) mengemukakan definisi

persepsi sebagai berikut: menurut Brian Fellows persepsi adalah proses yang

memungkinkan suatu organisme menerima dan menganalisis informasi; Bagi

Kenneth K. Sereno dan Edward M. Bodaken persepsi adalah sarana yang

memungkinkan kita memperoleh kesadaran akan sekeliling dan lingkungan

kita; sedangkan menurut Joseph A. Devito persepsi adalah proses yang

menjadikan kita sadar akan banyaknya stimulus yang mempengaruhi indra

kita.

Persepsi berkaitan dengan kemampuan berfikir seseorang, karena

persepsi merupakan cara seseorang melihat sesuatu dan mengartikannya.

Persepsi adalah proses masuknya pesan atau informasi ke dalam otak manusia,

Page 8: PAPER JURNAL ONLINE PERSEPSI MASYARAKAT KUDUS … MASITA... · Cara yang ditempuh salah satunya dengan akulturasi budaya, dimana budaya lokal digabungkan dengan nilai-nilai ajaran

7

hubungan ini melalui pengindraan, atensi, dan interpretasi. Menurut Kenneth

K. Sereno dan Edward M. Bodaken juga Judy C. Pearson and Paul E. Nelson

dalam Mulyana (2008:181-182) menyebutkan bahwa persepsi terdiri dari tiga

aktivitas yaitu seleksi, organisasi, dan interpretasi. Seleksi mencakup sensasi

dan atensi, sedangkan interpretasi melekat pada organisasi.

Proses persepsi dapat dijabarkan sebagai berikut (Mulyana, 2008:180-)

Penerimaan rangsangan, individu menerima rangsangan melalui indera. Proses

menyeleksi rangsangan, banyaknya rangsangan yang diterima individu

diseleksi berdasarkan ketertarikan individu terhadap rangsangan tersebut.

Proses pengorganisasian, rangsangan yang ada diorganisasikan dalam bentuk

yang lebih mudah dipahami untuk kemudian diproses. Proses penafsiran,

pada proses ini dilakukan penafsiran pada rangsangan yang telah diseleksi

untuk mendapatkan arti dan informasi. Proses pengecekan, dilakukan

pengecekan kebenaran informasi tersebut. Proses reaksi, proses ini mengarah

pada bagaimana seseorang akan beraksi terhadap informasi yang

diperolehnya. Proses pemberian arti melalui perorganisasian dan penafsiran

rangsangan akan mempengaruhi perilaku individu sebagai bentuk rangsangan

yang diterima dari lingkungannya.

Persepsi merupakan satu rangkaian aktivitas yang intergrated maka

seluruh apa yang ada dalam diri individu seperti perasaan, pengalaman,

kemampuan berfikir, kerangka acuan, dan aspek-aspek lain yang ada dalam

diri individu akan ikut berperan dalam persepsi tersebut. Maka dalam persepsi

walau rangsangan yang diterima sama tetapi karena pengalaman, kemampuan

berfikir, dan lain-lainnya tidak sama hasil persepsi yang dihasilkan berbeda

antara satu individu dengan individu lainnya (Walgito, 2002:46).

Faktor lain yang menurut Jalaluddin Rakhmat yang sangat

mempengaruhi persepsi adalah perhatian/attention. Perhatian terjadi ketika

seseorang hanya berkonsentrasi pada salah satu indera dan mengesampingkan

rangsangan yang masuk melalui indera lainnya (Rakhmat, 2001:52). Apa

yang diperhatikan ditentukan oleh dua faktor yaitu: pertama faktor situasional

atau penarik perhatian. Rangsangan yang ada diperhatikan karena mempunyai

Page 9: PAPER JURNAL ONLINE PERSEPSI MASYARAKAT KUDUS … MASITA... · Cara yang ditempuh salah satunya dengan akulturasi budaya, dimana budaya lokal digabungkan dengan nilai-nilai ajaran

8

sifat-sifat yang menonjol antara lain: gerakan, intensitas rangsangan,

kebaruan, dan perulangan. Kedua faktor personal. Perhatian sifatnya selektif,

seseorang cenderung mendengar apa yang ingin ia dengar atau melihat apa

yang ingin ia lihat. Hal ini dipengaruhi oleh faktor biologis, sosiopsikologis,

sikap, kebiasaan, dan kemauan seseorang.

Persepsi terhadap manusia sering disebut dengan persepsi sosial yaitu

proses menangkap arti objek-objek sosial dan kejadian-kejadian yang dialami

dalam lingkungan. Setiap individu memiliki perbedaan gambaran mengenai

realitas yang ada di sekitarnya, prinsip-prinsip yang mendasari terjadinya

perbedaan tersebut antara lain (Mulyana, 2008:191-211):

Persepsi berdasarkan pengalaman. Persepsi manusia dan reaksi

terhadap seseorang, objek, atau kejadian yang dialami didasarkan pada

pengalaman dan pembelajaran masa lalu mereka berkaitan dengan seseorang,

objek atau kejadian yang serupa.

Persepsi bersifat selektif. Manusia seringkali menerima rangsangan

secara bersamaan, sehingga dibutuhkan atensi sebagai faktor utama untuk

selektif dalam memilih rangsangan yang dianggap penting.

Persepsi bersifat dugaan. Seringkali rangsangan yang diterima oleh

indra manusia tidak sepenuhnya dapat ditafsirkan sehingga informasi yang

didapat tidak lengkap. Sehingga hasil persepsi didapat dari penarikan

kesimpulan secara langsung.

Persepsi bersifat evaluative. Kadangkala pesan yang telah ditafsirkan

dianggap sebagai kebenaran, akan tetapi terkadang timbul keraguan seberapa

dekat hasil persepsi dengan realitas yang ada karena alat indera dapat menipu.

Untuk itu dibutuhkan evaluasi-evaluasi untuk mencapai hasil yang benar.

Persepsi bersifat kontekstual. Dalam persepsi konteks, konteks

merupakan salah satu pengaruh paling kuat. Karena saat melihat seseorang,

objek atau suatu kejadian konteks rangsangan sangat mempengaruhi struktur

kognitif, pengharapan, dan juga persepsi yang dihasilkan.

Persepsi individu terhadap realitas yang ada dipengaruhi oleh faktor-

faktor internal seperti agama, ideologi, tingkat intelektualitas, tingkat

Page 10: PAPER JURNAL ONLINE PERSEPSI MASYARAKAT KUDUS … MASITA... · Cara yang ditempuh salah satunya dengan akulturasi budaya, dimana budaya lokal digabungkan dengan nilai-nilai ajaran

9

ekonomi, pekerjaan, dan cita rasa. Dengan demikan persepsi terikat oleh

budaya (culture-bond) bagaimana cara memaknai pesan, objek, atau

lingkungan tergantung pada sistem nilai yang dianut. Semakin besar

perbedaan budaya antara dua orang semakin besar pula perbedaan persepsi

mereka terhadap realitas karena tidak ada dua orang yang memiliki nilai-nilai

budaya yang persis sama, maka tidak ada pernah ada dua orang yang memiliki

persepsi yang persis sama pula.

Perbedaan persepsi juga timbul karena proses presepsi yang

dipengaruhi oleh pengalaman, motivasi, pengharapan, atensi, dan termasuk

faktor psikologi individu dalam memberikan makna pada rangsangan.

Sehingga semakin besar perbedaan pada aspek-aspek tersebut semakin besar

perbedaaan persepsi yang dihasilkan, hal ini berlaku pula pada gambaran

realitas yang dilihat disekeliling individu.

Kekeliruan dan kegagalan persepsi dapat terjadi karena beberapa

sebab, yaitu (Mulyana, 2008:230-251):

Kesalahan atribusi. Atribusi adalah proses internal dalam diri

seseorang untuk memahami penyebab perilaku orang lain, dengan

menggunakan berbagai sumber informasi. Kesalahan atribusi terjadi ketika

pesan yang dimaksud oleh perilaku pembicara salah ditafsirkan.

Efek halo. Kesalahan persepsi yang disebut efek halo merujuk pada

fakta bahwa kesan menyeluruh pada seseorang cenderung menimbulkan efek

kuat atas penilaian dari orang lain. Kesan menyeluruh tersebut sering didapat

dari kesan pertama yang biasanya pengaruhnya kuat dan sulit digoyahkan.

Stereotipe. Komunikasi menjadi sulit ketika terjadi penstereotipan

yaitu menggeneralisasikan orang-orang berdasarkan informasi yang sedikit

dan membentuk asumsi mengenai orang lain berdasarkan keanggotaannya

dalam suatu kelompok. Stereotipe umumnya bersifat negatif karena

menyebabkan persepsi selektif tentang orang-orang dan segala sesuatu yang

ada.

Prasangka/prejudice. Prasangka adalah suatu kekeliruan terhadap

orang yang berbeda, konsepnya hampir sama dengan stereotipe. Prasangka

Page 11: PAPER JURNAL ONLINE PERSEPSI MASYARAKAT KUDUS … MASITA... · Cara yang ditempuh salah satunya dengan akulturasi budaya, dimana budaya lokal digabungkan dengan nilai-nilai ajaran

10

juga merupakan suatu sikap yang tidak adil terhadap seseorang atau suatu

kelompok.

Gegar budaya. Gegar budaya terjadi ketika seseorang tidak mampu

menyesuaikan diri dengan lingkungan dan orang-orang baru. Gegar budaya

merupakan bentuk benturan persepsi yang diakibatkan penggunaan persepsi

berdasarkan faktor-faktor internal (nilai-nilai budaya) yang dipelajari oleh

seseorang dalam lingkungan baru yang nilai-nilai budayanya berbeda dan

belum ia pahami.

Presepsi dalam proses komunikasi merupakan inti komunikasi dan

memiliki peran penting agar suatu komunikasi dapat efektif. Dipilihnya atau

diabaikannya sebuah pesan juga ditentukan oleh persepsi. Sehingga dalam

penelitian ini persepsi memiliki peran penting, peneliti mengumpulkan data

berupa persepsi didasarkan pada latar belakang pengalaman, psikologis, dan

budaya dari narasumber yang berbeda-beda.

Metodologi

Penelitian Persepsi Masyarakat Kudus Terhadap Simbol Visual Pada

Tradisi Buka Luwur Sunan Kudus menggunakan paradigma penelitian deskriptif

kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Penelitian kualitatif menghasilkan

data deskritif berupa kata-kata tertulis dari orang-orang dan perilaku yang dapat

diamati. Data yang dihasilkan berupa data kualitatif yang didapatkan melalui

wawancara narasumber dan observasi.

Pendekatan fenomenologi cenderung menggunakan observasi dan

wawancara mendalam dalam mendapatkan data. Littlejohn dalam Pawito

(2008:54) mengatakan bahwa fenomenologi sebagai suatu gerakan dalam berfikir,

fenomenologi dapat diartikan sebagai upaya studi tentang pengetahuan yang

timbul karena kesadaran ingin mengetahui. Objek pengetahuan berupa gejala atau

kejadian dipahami secara sadar (councious experience). Fenomenologi

menganggap pengalaman yang aktual sebagai data tentang realitas yang dipelajari.

Kata gejala (phenomenon yang bentuk jamaknya adalah phenomena) merupakan

istilah fenomenologi dibentuk, diartikan sebagai suatu tampilan dari objek,

Page 12: PAPER JURNAL ONLINE PERSEPSI MASYARAKAT KUDUS … MASITA... · Cara yang ditempuh salah satunya dengan akulturasi budaya, dimana budaya lokal digabungkan dengan nilai-nilai ajaran

11

kejadian, atau kondisi-kondisi menurut persepsi. Fenomenologi juga berupaya

untuk mengungkapkan makna dari pengalaman seseorang tentang sesuatu yang

dialaminya. Makna yang dihasilkan tergantung bagaimana hubungan antara orang

tersebut dengan apa yang dialaminya. Pada dasarnya fenomenologi menggali dua

dimensi yaitu apa yang dialami oleh subjek (yang diteliti) dan bagaimana subjek

tersebut memaknai pengalaman tersebut. (O.Hasbiansyah, 2008:166-167).

Berdasarkan hal itu peneliti menyakini bahwa dalam pelaksanaan tradisi

Buka Luwur Sunan Kudus yang mengandung fenomena nasi jangkrik merupakan

gejala/kejadian yang dipahami oleh pengalaman masyarakat secara sadar akibat

dari adanya proses komunikasi dan interpretasi pesan. Persepsi dihimpun dari

masyarakat yang mengikuti tradisi Buka Luwur terutama ikut saat pembagian nasi

jangkrik sebagai komunikan. Sementara untuk pembanding dikumpulkan persepi

dari pihak yayasan YM3SK sebagai komunikator.

Sajian dan Analisis Data

Berdasarkan data-data yang telah diolah mengenai persepsi masyarakat

Kudus terhadap simbol visual pada tradisi Buka Luwur Sunan Kudus yaitu nasi

jangkrik, terdapat kegagalan penyampaian pesan dari komunikator kepada

komunikan sehingga menimbulkan interpretasi yang berbeda dalam memaknai

sehingga menimbulkan fenomena ngalap berkah pada nasi jangkrik. Berikut ini

persepsi yang berkembang dalam masyarakat Kudus:

a. Persepsi YM3SK serta masyarakat Desa Kauman sebagai komunikator

terhadap tradisi Buka Luwur Sunan Kudus

Sebagai komunikator sekaligus penyelenggara tradisi Buka Luwur Sunan

Kudus bagi pihak YM3SK serta masyarakat Desa Kauman tradisi ini

memiliki makna tersendiri, antara lain yaitu:

1) Sebagai bentuk penghormatan dan mengenang jasa Sunan Kudus

Pihak YM3SK serta masyarakat Desa Kauman melaksanakan tradisi Buka

Luwur sebagai sebagai bentuk aplikasi dari ajaran Sunan Kudus yang aktif

berbuat baik untuk kemaslahatan umat, dengan tidak mementingkan diri

sendiri, ikhlas dalam hal tolong-menolong, suka berderma, dan hidup

Page 13: PAPER JURNAL ONLINE PERSEPSI MASYARAKAT KUDUS … MASITA... · Cara yang ditempuh salah satunya dengan akulturasi budaya, dimana budaya lokal digabungkan dengan nilai-nilai ajaran

12

rukun. Salah satu bentuknya untuk semua bahan yang digunakan dalam

tradisi Buka Luwur Sunan Kudus merupakan sumbangan dari masyarakat.

“Ya macam-macam, karena dari panitia sendiri tidak boleh

meminta sumbangan ke masyarakat jadi ya masyarakat

mau nyumbang dalam bentuk apa saja ya kami terima.

Ada kerbau, kambing, ayam, beras, gula, kecap, kain, dan

masih banyak. Pernah ada yang ngasih pisang dan kelapa.

Bahkan untuk tenaga rewang ya dari nyembelih, masak,

mbungkusi, bikin luwur semuanya sukarela ga ada yang

dibayar.” (Denny, wawancara pada 24 Oktober 2014, di

kantor YM3SK).

Pihak panitia menerima apa saja dari masyarakat yang ingin menyumbang,

tidak terbatas pada kaum muslim saja, non muslim yang ingin

menyumbang juga diperbolehkan. Seperti yang dituturkan oleh Nur Said

(2010) bahwa tradisi Buka Luwur Sunan Kudus ternyata mampu menjadi

media pembauran antara muslim sebagai representatif etnis Jawa yang

mayoritas dan non-muslim, sebagai representatif etnis Cina yang

minoritas. Hal ini sesuai dengan ajaran Sunan Kudus dalam toleransi

beragama sehingga dapat rukun hidup secara berdampingan.

2) Tradisi Buka Luwur adalah sarana haul untuk Sunan Kudus

Tradisi Buka Luwur hanyalah istilah yang pada hakekatnya adalah

peringatan haul Sunan Kudus. Istilah Buka Luwur sendiri berasal dari buka

yaitu membuka/mengganti, luwur yaitu kelambu/kain mori. Maksudnya

adalah membuka/mengganti kelambu/kain mori dalam hal ini kain yang

menyelubungi makam Sunan Kudus. Penggantian kain mori inilah yang

dinamakan Buka Luwur.

“Untuk memperingati wafatnya Sunan Kudus, maka dibuat

acara Buka Luwur ini. Tetapi sampai sekarang hari atau

tanggal wafatnya belum diketahui. Karena itu supaya

masyarakat ndak beranggapan tanggal 10 Muharram itu hari

wafatnya Sunan Kudus maka dikemas dalam bentuk Buka

Luwur ini.” (Nur, wawancara pada 6 November 2014 di

tempat kerja narasumber)

Tidak digunakannya istilah haul juga karena dikhawatirkan masyarakat

akan mengganggap tanggal 10 Muharram sebagai hari wafatnya Sunan

Page 14: PAPER JURNAL ONLINE PERSEPSI MASYARAKAT KUDUS … MASITA... · Cara yang ditempuh salah satunya dengan akulturasi budaya, dimana budaya lokal digabungkan dengan nilai-nilai ajaran

13

Kudus. Sementara istilah Muharram tetap dipakai, karena merupakan

kalender Islam sementara Suro identik dengan Jawa, Muharram dalam

Islam dinamakan asyuro yang mempunyai arti sepuluh, sehingga

dipakailah tanggal 10 Muharram.

“Buka Luwur itu sebenarnya untuk memperingati wafatnya

Sunan Kudus, tapi karena memang tidak diketahui secara

pasti kapan wafatnya maka dikemas dalam bentuk Buka

Luwur ini, supaya masyarakat tidak salah kaprah

menganggap tanggal 10 Syuro sebagai hari wafatnya Sunan

Kudus.” (Denny, wawancara pada 24 Oktober 2014, di

kantor YM3SK).

3) Pelaksanaan tradisi Buka Luwur sebagai suatu kewajiban

Buka Luwur Sunan Kudus telah dilaksanakan turun temurun sejak dahulu

dan menjadi tradisi yang terjaga sampai sekarang. Penyampaian tradisi

Buka Luwur pada generasi muda dimulai ketika masih anak-anak. Mereka

dibiasakan untuk mengikuti proses tradisi yang ada antara lain berziarah

ke makam, pengajian, maupun ikut membantu orang tua mereka. Sehingga

mereka mengetahui dan sekaligus menjadi kebiasaan yang mereka lakukan

sampai dewasa.

“Klo masalah penyampaian, warga sini tahu dengan

sendirinya. Karena sejak kecil kayak anak laki-laki sudah

sejak tanggal 1 sampai 10 Muharram sudah diajak ke

makam jadi yah sedikitnya sudah tahu. Klo anak

perempuan biasanya ikut ibunya rewang.” (Nur,

wawancara pada 6 November 2014, di tempat kerja

narasumber).

Hal ini memungkinkan terjaganya pelaksanaan tradisi Buka Luwur Sunan

Kudus sesuai dengan aturan seperti pihak panitia penyelenggara tidak

diperbolehkan secara sengaja meminta sumbangan. Dana atau bahan yang

digunakan harus diperoleh dari sumbangan sukarela dari masyarakat tanpa

paksaan.

“Ya memang sukarela, ga ada kok panitia minta

sumbangan ke masyarakat, itu ga boleh. Sudah dari dulu

ada aturannya kalau Buka Luwur itu dilakukan apa

adanya, tidak diada-adakan. Ya seadanya sumbangan yang

Page 15: PAPER JURNAL ONLINE PERSEPSI MASYARAKAT KUDUS … MASITA... · Cara yang ditempuh salah satunya dengan akulturasi budaya, dimana budaya lokal digabungkan dengan nilai-nilai ajaran

14

ada, banyak sedikitnya itu yang dipakai.” (Denny,

wawancara pada 24 Oktober 2014, di kantor YM3SK).

Banyaknya jumlah sumbangan menggambarkan antusias masyarakat

dalam pelaksanaan tradisi Buka Luwur Sunan Kudus. Sekaligus

menjadikan tradisi Buka Luwur Sunan Kudus sebagai tradisi milik publik

serta aktulisasi solidaritas sosial umat Islam di Kudus terwujud dengan

tanpa memandang keyakinan etnis maupun latar belakang budaya.

b. Persepsi masyarakat Kudus sebagai komunikan terhadap tradisi Buka

Luwur Sunan Kudus

Tradisi Buka Luwur sudah berlangsung ratusan tahun yang lalu, sehingga

kebanyakan dari masyarakat tidak tahu secara pasti mengenai asal mulanya

tradisi dari Buka Luwur. Tradisi Buka Luwur dimaknai oleh sebagian

masyarakat sebagai peringatan haul Sunan Kudus yang setiap tahun diadakan.

Perlu diketahui bahwa acara tersebut dinamai Buka Luwur bukan haul Sunan

Kudus, dikarenakan kekhawatiran akan pemikiran masyarakat bahwa hari

wafatnya Sunan Kudus adalah tanggal 1 Muharram. Padahal hari wafatnya

dari Sunan Kudus tidak diketahui pastinya.

“Buka Luwur geh acara mengeti khoul Kanjeng Sunan

Kudus. Amargi mboten ngertos tanggale Kanjeng Sunan

Kudus tinggal geh tradisi niki dipun wontenake saben

tanggal 1 Muharram ngantos tanggal 10 Muharram.”

(Slamet, wawancara pada 3 November 2014, di area

Menara Kudus).

c. Persepsi YM3SK serta masyarakat Desa Kauman sebagai komunikator

terhadap simbol visual pada tradisi Buka Luwur Sunan Kudus

Pada tradisi Buka Luwur Sunan Kudus pembagian nasi jangkrik selalu

ditunggu-tunggu oleh masyarakat, sehingga menjadikan nasi jangkrik tersebut

simbol visual pada tradisi Buka Luwur Sunan Kudus. Berikut persepsi

komunikator terhadap nasi jangkrik sebagai simbol visual dari tradisi

tersebut:

Page 16: PAPER JURNAL ONLINE PERSEPSI MASYARAKAT KUDUS … MASITA... · Cara yang ditempuh salah satunya dengan akulturasi budaya, dimana budaya lokal digabungkan dengan nilai-nilai ajaran

15

1) Nasi jangkrik sebagai simbol kesejahteraan

H. Em. Nadjib Hassan Ketua YM3SK mengungkapkan tradisi Buka Luwur

dengan membagi-bagikan nasi jangkrik tersebut sudah berlangsung ratusan

tahun silam dan disimbolkan sebagai kesejahteraan masyarakat. Simbol

Nasi dalam nasi jangkrik menurutnya dimaknai sebagai pangan, dan daun

jati yang digunakan sebagai pembungkus nasi, dimaknai sebagai sandang.

(Budiyanto dkk, 2012:43).

Simbolisasi ini merupakan kepercayaan masyarakat Kudus dan sekitarnya,

yang sudah berlangsung sejak dulu. Jika nasi yang dibagikan cukup untuk

dibagikan kepada masyarakat yang datang dipercaya dalam setahun

kedepan masyarakat tidak akan kekurangan bahan makanan. Dan jika daun

jati yang ada cukup untuk dibuat pembungkus nasi, hal itu dipercaya,

dalam satu tahun ke depan, masyarakat tidak akan kekurangan sandang

atau pakaian.

“Tapi ya ada yang percaya kalau daun jati yang dibuat

mbungkus nasi itu lebih tahun itu sandang pangan di

Kudus murah sebaliknya kalau kurang berarti

mahal.”(Denny, wawancara pada 24 Oktober 2014, di

kantor YM3SK).

2) Pembagian nasi jangkrik sebagai sedekah

Bagi YM3SK serta masyarakat Desa Kauman nasi jangkrik yang

dibagikan merupakan bentuk sedekah dalam rangkaian haul yang

pahalanya ditunjukkan kepada Sunan Kudus karena inti dari haul adalah

berdoa dan bersedekah. Falsafah pembagian nasi jangkrik menurut

penjelasan H. Em. Nadjib Hassan Ketua YM3SK dalam Budiyanto dkk

(2012:21) adalah untuk membangun semangat berbagi kepada sesama

manusia terutama kepada masyarakat yang membutuhkan. Berkat berupa

nasi jangkrik dibagikan untuk berbagai kalangan, baik muslim maupun

non-muslim.

“Boleh itu kan memang bancaannya Sunan Kudus, jadi

semua masyarakat yang mau ya dipersilahkan untuk

mengambil, baik muslim atau non muslim.” (Denny,

wawancara pada 24 Oktober 2014, di kantor YM3SK).

Page 17: PAPER JURNAL ONLINE PERSEPSI MASYARAKAT KUDUS … MASITA... · Cara yang ditempuh salah satunya dengan akulturasi budaya, dimana budaya lokal digabungkan dengan nilai-nilai ajaran

16

Semua agama tidak hanya Islam menganjurkan umatnya untuk berbagi,

bentuknya dapat berupa apa saja tidak terbatas pada materi. Dengan

berbagi seseorang dapat merasakan kepuasan batin, menimbulkan rasa

tenang dan senang karena merasa telah melakukan hal yang benar dengan

berbagi.

d. Persepsi masyarakat Kudus sebagai komunikan terhadap simbol visual

pada tradisi Buka Luwur Sunan Kudus

Simbol visual dalam tradisi Buka Luwur Sunan Kudus berupa nasi

jangkrik memunculkan banyak presepsi pada masyarakat Kudus. Mereka

beranggapan bahwa nasi jangkrik yang dibagikan pada masyarakat bisa

membawa keberkahan. Sebagian masyarakat Kudus menyakini bahwa Sunan

Kudus walaupun sudah wafat tetap mempunyai karomah, sehingga apa-apa

yang berhubungan dengan Sunan Kudus mempunyai kekuatan magis yang

dapat membawa keberkahan. Berkah inilah yang memunculkan fenomena

ngalap berkah pada tradisi Buka Luwur yang sangat identik ketika pembagian

nasi jangkrik. Berkah yang dimaksudkan berbeda-beda tergantung dari

keyakinan terhadap nasi jangkrik tersebut.

1) Nasi jangkrik dapat menyuburkan tanaman

Bagi sebagian masyarakat Kudus menyakini bahwa nasi jangkrik yang

dibagikan dapat menyuburkan tanaman sehingga hasil panen dapat

melimpah. Nasi yang didapat kemudian dikeringkan lalu selanjutnya

disebar di sawah-sawah atau kebun dengan harapan membawa berkah

dengan bentuk hasil panen yang banyak.

“Ingkang kalih wau ajeng kula peme, kula garingke mbak

kersane awet mbak. Ajeng kulo sebar ting sabin, kersane

berkah panene tahun niki kathah malih.” (Eko,

wawancara 3 November 2014, di area Menara Kudus).

2) Nasi jangkrik dapat menyembuhkan penyakit

Persepsi berbeda ditunjukkan oleh masyarakat Kudus yang mempercayai

bahwa nasi jangkrik dapat digunakan untuk menyembuhkan penyakit. Nasi

Page 18: PAPER JURNAL ONLINE PERSEPSI MASYARAKAT KUDUS … MASITA... · Cara yang ditempuh salah satunya dengan akulturasi budaya, dimana budaya lokal digabungkan dengan nilai-nilai ajaran

17

jangkrik yang didapat biasanya dikeringkan lalu ditumbuk untuk kemudian

diminum.

“Niku lho mbak tahun wingi niku kan kulo gerah, pun

berobat teng pundi-pundi telas arto kathah ananging

dereng kasil, lha tanggi kulo niku nuweni kulo kalih beto

sego jangkrik ingkang sampun di tumbuk ,mature kangge

campuran jamu. lha kulo ombe, kok ting awak kepenak.

Mila kanggene kulo sego jangkrik niku saget kangge

tombo.” (Sunarti, wawancara pada 3 November 2014, di

area Menara Kudus).

Selain dapat menyembuhkan masyarakat menyakini bahwa dengan

memakan nasi jangkrik tersebut dapat membawa berkah dalam bentuk

kesehatan. Bahkan ada anggapan apabila nasi jangkrik tersebut langsung

dimakan ditempat berkah yang didapat akan lebih besar.

“Neg kanggone aku yo mbak, sego jangkrik mau bar entuk

langsung tak pangan ning kono. Ben berkahe langsung tak

rasakna, kanggo awaku ben sehat ora gampang lara,

maklum mbak tukang ojek, akeh kena angin lan gampang

kesel.” (Slamet, wawancara pada 3 November 2014, di

area Menara Kudus).

3) Nasi jangkrik dapat memberikan rezeki

Nasi jangkrik juga dimaknai bisa membawa berkah dalam bentuk pelancar

rezeki. Beberapa masyarakat Kudus menyakini bahwa dengan memakan

nasi jangkrik dapat membawa keberkahan berupa kelancaran dalam

berdagang.

“Alhamdulillah lumayan mbak rejekine, kula nyambut

damel dagang teng mriki mula pikantuk rejekinipiun geh

saking mriki. Nek wonten acara ngeten niki kan sing

dateng ting kudus kathah mbak, dadose makam Sunan

Kudus mboten nate sepi.” (Noor, wawancara pada 3

November 2014, di area Menara Kudus).

Beberapa masyarakat juga memanfaatkan pembagian nasi jangkrik sebagai

kesempatan untuk memperoleh rezeki yaitu dengan cara menjual nasi

jangkrik yang didapat kepada orang yang menginginkannya tetapi tidak

mau repot mengantri. Harga yang dipatok untuk satu bungkus nasi

jangkrik sekitar 20-30 ribu rupiah.

Page 19: PAPER JURNAL ONLINE PERSEPSI MASYARAKAT KUDUS … MASITA... · Cara yang ditempuh salah satunya dengan akulturasi budaya, dimana budaya lokal digabungkan dengan nilai-nilai ajaran

18

“Lha iku podo wae golek berkah rejeki, sebab sego

jangkrik mau iso tak dol karo wong liya payu 20000 ewu

lumayan mbak. Marang wong sing kepengen sega

jangkrik tapi wegah antri.” (Sakiran, wawancara pada 3

November 2014, di area Menara Kudus).

Berkah rezeki juga secara tidak langsung didapatkan oleh masyarakat

sekitar dari pembagian nasi jangkrik tersebut. Antara lain warung-warung

yang menjual makanan, kios cinderamata, dan tukang parkir dadakan.

Kesimpulan

1. Persepsi YM3SK serta masyarakat Desa Kauman sebagai komunikator

terhadap tradisi Buka Luwur Sunan Kudus

Tradisi Buka Luwur Sunan Kudus merupakan tradisi yang turun

temurun yang dilaksanakan sebagai bentuk haul Sunan Kudus. Sekaligus

sebagai sarana untuk menghormati dan meneladani ajaran Sunan Kudus

Istilah Buka Luwur digunakan agar masyarakat tidak salah mengira tanggal

10 Muharram sebagai tanggal wafatnya Sunan Kudus. Dalam pelaksanaan

tradisi Buka Luwur masih dipertahankan aturan turun temurun yaitu untuk

penyelenggaraan panitia tidak boleh meminta sumbangan.

2. Persepsi Masyarakat Kudus sebagai komunikan terhadap tradisi Buka Luwur

Sunan Kudus

Bagi masyarakat Kudus tradisi Buka Luwur Sunan Kudus adalah istilah

untuk memperingati haul Sunan Kudus yang dilakukan secara turun-temurun

dan masih dilestarikan sampai sekarang. Tradisi Buka Luwur Sunan Kudus

juga diidentikan dengan pembagian nasi jangkrik pada tanggal 10 Muharram.

3. Persepsi YM3SK serta masyarakat Desa Kauman sebagai komunikator

terhadap simbol visual pada tradisi Buka Luwur Sunan Kudus

Tradisi Buka Luwur Sunan Kudus merupakan bentuk haul Sunan Kudus.

Subtansi dari haul adalah berdoa dan bersedekah. Bagi YM3SK serta

masyarakat Desa Kauman nasi jangkrik sebagai simbol visual dalam tradisi

Buka Luwur Sunan Kudus merupakan bentuk sedekah dari Sunan Kudus

kepada masyarakat Kudus yang pahalanya ditunjukkan untuk Sunan Kudus.

Page 20: PAPER JURNAL ONLINE PERSEPSI MASYARAKAT KUDUS … MASITA... · Cara yang ditempuh salah satunya dengan akulturasi budaya, dimana budaya lokal digabungkan dengan nilai-nilai ajaran

19

Tidak ada pesan ngalap berkah bahwa nasi jangkrik dapat membawa berkah

bagi siapa yang memakan atau memanfaatkannya dengan cara lain.

4. Persepsi masyarakat Kudus sebagai komunikan terhadap simbol visual pada

tradisi Buka Luwur Sunan Kudus

Masyarakat Kudus menganggap bahwa nasi jangkrik memiliki berkah

yang didapatkan dari Sunan Kudus yang merupakan walisongo yang diyakini

masih mempunyai karomah walaupun setelah wafat. Berkah menurut

masyarakat antara lain dapat menyembuhkan penyakit, menyuburkan

tanaman, dan dapat memberikan tambahan rezeki. Terjadinya fenomena

ngalap berkah disebabkan adanya kepercayaan bahwa apa-apa yang

berhubungan dengan Sunan Kudus dapat membawa berkah. Kepercayaan

tersebut menyebar dari mulut ke mulut dan didukung oleh pengalaman dari

masyarakat yang menyakini hal tersebut.

Saran

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan pada persepsi masyarakat Kudus

maka penulis dapat memberikan saran yang mungkin dapat berguna.

1. Untuk pihak YM3SK serta masyarakat Desa Kauman sebagai komunikator

dalam menyampaikan pesan diperlukan adanya sosialisasi yang lebih

mengena terkait dengan persepsi yang timbul pada pembagian nasi jangkrik

sehingga tidak bias dari tujuan awal dilaksanakannya tradisi Buka Luwur

Sunan Kudus tersebut.

2. Untuk masyarakat Kudus yang mengikuti tradisi Buka Luwur Sunan Kudus

sebagai komunikan hendaknya menyadari bahwa pembagian nasi jangkrik

sebagai simbol visual dalam tradisi Buka Luwur Sunan Kudus memiliki

makna yang lebih mendalam serta perlu adanya kesadaran dari masyarakat

Kudus dalam mengikuti tradisi Buka Luwur untuk dapat tertib, patuh terhadap

aturan dan saling menghormati.

3. Untuk Pemerintah Kota Kudus pelaksanaan tradisi Buka Luwur Sunan Kudus

memberikan dampak pada Kota Kudus. Sebagai bentuk mengatasi dampak

yang mucul diperlukan peran dari Pemerintah Kota Kudus. Pengalihan jalan

Page 21: PAPER JURNAL ONLINE PERSEPSI MASYARAKAT KUDUS … MASITA... · Cara yang ditempuh salah satunya dengan akulturasi budaya, dimana budaya lokal digabungkan dengan nilai-nilai ajaran

20

untuk mengurai kemacetan, serta pengamanan untuk mencegah terjadinya

tindakan kriminal juga perlu dilakukan untuk menciptakan rasa aman bagi

masyarakat Kota Kudus.

Daftar Pustaka

Ary Budiyanto, Maesah Anggni. (2012). Buka Luwur Kanjeng Sunan Kudus;

Karamah Penuh Barakah. Kudus: Yayasan Masjid Menara & Makam

Sunan Kudus.

Mulyana, Deddy. (2008). Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung: PT

Remaja Rosdakarya.

O.Hasbiansyah. (2008). Pendekatan Fenomenologi: Pengantar Praktik Penelitian

dalam Ilmu Sosial dan Komunikasi. Mediator Vol 9, No. 1, Terakreditasi

Dirjen Dikti SK No. 56/DIKTI/Kep/2005.

Olaolu Amodu, Lanre. (2006). Perception: A Determinant for Effective

Communication. Sophia: An African Journal of Philosophy. ISSN 1119-

443X Vol 9, No. 1, page 148-153, Department of Mass Communication,

Covenant University, Nigeria.

Pawito, Ph.D. (2008). Penelitian Komunikasi Kualitatif. Yogyakarta: LkiS.

POPESCU, Manoela. (2012). Psychology of Communication – Between Myth and

Reality. ISSN 2225-8329 Vol. 2, Special Issue 2, Dimitrie Cantemir

Christian University Bucharest, Romania.

Rakhmat, Jalaluddin. (2001). Psikologi Komunikasi. Bandung: Remaja

Rosdakarya.

Said, Nur. (2010). Jejak Perjuangan Sunan Kudus Dalam Membangun Karakter

Bangsa. Bandung: Brillian Media Utama.

Sunyoto, Agus. (2012). Atlas Wali Songo; Buku Pertama yang Mengungkap Wali

Songo Sebagai Fakta Sejarah. Depok: Pustaka IIMaN.

Sutopo, H. B. (2002). Metodologi Penelitian Kualitatif. Surakarta: Sebelas Maret

University Press.

Uyovwirume OFUAFO, Philomina. (2013). Art Symbols As Means Of

Communicating Religious Concepts In Urhobo Traditional Society. The

Journal of International Social Research. ISSN: 1307-9581 Vol. 6, Issue

27, Department Art, University of Lagos, Nigeria.

Walgito, Bimo. (2002). Psikologi Sosial. Yogyakarta : Andi offset.