askripsi - delysanur.files.wordpress.com · kupersembahkan skripsi ini untuk papa dan mamaku...
TRANSCRIPT
1
ASKRIPSI
TINDAK TUTUR ASERTIF GURU TERHADAP SISWA DALAM
PEMBELAJARAN BAHASA DAERAH (BUGIS) KELAS VII.A SMP
NEGERI 3 BUNGORO
NURDELISA
1555042015
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA DAERAH
JURUSAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS BAHASA DAN SASTRA
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2019
2
SKRIPSI
TINDAK TUTUR ASERTIF GURU TERHADAP SISWA DALAM
PEMBELAJARAN BAHASA DAERAH (BUGIS) KELAS VII.A SMP
NEGERI 3 BUNGORO
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana
Pendidikan Pada Fakultas Bahasa dan Sastra
Universitas Negeri Makassar
NURDELISA
1555042015
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA DAERAH
JURUSAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS BAHASA DAN SASTRA
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2019
3
4
A
5
MOTO
“lEluGi nerko wEdi ailElu, slaiwi nerko wEdi aislai”
(Lellungi narekko wedding ilellung, salaiwi narekko wedding isalai)
“Sukses adalah saat persiapan dan kesempatan bertemu”
“Masa depan kita dimulai dari mimpi”
“Karena semakin Melankolis, semakin keren”
(NURDELISA)
6
PERSEMBAHAN
Kupersembahkan Skripsi ini untuk Papa dan Mamaku tercinta, Abdullah.S dan
Hj. Ummu Kalsum, juga A’baku Ir. Alwinuddin, SP, adikku Masita dan
Bardan. Serta untuk seluruh keluarga besarku di Mamuju yang selalu memberi
semangat, doa dan dukungan kalian yang tak pernah terlepas disempanjang
sujud.
Dan tak lupa kupersembahkan untuk:
Indah, Umar, Adi dan Alga dimanapun kalian berada, dan Inces; Diyah, Ani,
Ami, Vivi, Fiyah, Nunu dan Riri. Serta RA pendamping hidupku (kelak).
Terakhir, kupersembahkan skripsi ini untuk semua yang selalu bertanya;
“Kapan wisuda?”, “Kapan nikah?”
7
Kuassompang skripsi e lao ri dua pajajiakku, Abdullah. S na Hj. Ummu
Kalsum, nennia A’baku Ir. Alwinuddin, SP, anriku Masita na Bardan.
Makkutopa lao ri sumpung loloku ri Mamuju iyya tuli malengnga
assumangekeng, doangeng na padisingengna.
Tekkuallupai kuassompangeng to lao:
Indah, Umar, Adi na Alga kegi-kegi monro makkukuange, na Inces; Diyah,
Ani, Ami, Vivi, Fiyah, Nunu na Riri. Naiyato RA silong atuotuongekku
(denasaba’).
Kuassompangeng to skripsi e ku pada maneng iyya tuli makkutana;
“Uppanna wisuda?” “Uppanna Botting?”
kuasoP skripsi ea lao ri dua pjjiaku, Abdullah. S n Hj. Ummu Kalsum, nEnia
A’baku Ir. Alwinuddin, SP, aRiku Masita n Bardan. mkutop lao ri suP loloku
r Mamuju aiy tuli melG asumeGkE, doaGE n pdisieGn.
tEkualupai kuasoPGE to lao:
Indah, Umar, Adi n Alga ekgi-ekgi moRo mkukuaeG, n Inces; Diyah, Ani,
Ami, Vivi, Fiyah, Nunu n Riri. naiyto RA silo atuaotuaoeGku (ednsb).
kuasoPG to skripsi ea ku pd mnE aiy tuli mkutn;
“aupn wisud?” “aupn boti?”
ABSTRAK
8
Nurdelisa, 2019.“Tindak Tutur Asertif Guru Terhadap Siswa dalam Pembelajaran
Bahasa Daerah (Bugis) Kelas VII.A SMP Negeri 3 Bungoro”. Skripsi. Jurusan
Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Bahasa dan Sastra, Universitas Negeri
Makassar. (Dibimbing oleh Muhammad Saleh dan Nurhusna).
Penelitian ini bertujuan (1) Mendeskripsikan fungsi tindak tutur asertif guru
terhadap siswa dalam pembelajaran bahasa daerah (Bugis) di Kelas VII.A SMP
Negeri 3 Bungoro. (2) Mendeskripsikan penggunaan bahasa Daerah (Bugis)
dalam tindak tutur asertif guru terhadap siswa pada pembelajaran bahasa daerah
(Bugis) di Kelas VII.A SMP Negeri 3 Bungoro. Desain dalam penelitian ini
adalah penelitian deskriptif kualitatif. Data penelitian ini adalah tuturan lisan
berupa tindak tutur asertif yang dikelompokkan berdasarkan fungsinya, yaitu
mengusulkan, menyatakan, menyetujui, membual, mengeluh, memprotes, dan
melaporkan, serta tuturan lisan berupa tindak tutur asertif dalam wujud alih kode
dan campur kode; oleh guru terhadap siswa dalam pembelajaran bahasa daerah
(Bugis) kelas VII.A di SMP Negeri 3 Bungoro. Teknik yang digunakan dalam
mengumpulkan data adalah teknik SBLC (Simak Bebas Libat Cakap), teknik catat
dan teknik rekam. Prosedur analisis data dilakukan melalui tiga tahap, reduksi
data, penyajian data, penarikan simpulan, dan verifikasi. Validitas data dalam
penelitian ini menggunakan teknik triangulasi sumber data/metode.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa; (1) Fungsi Tindak Tutur Asertif Guru
Terhadap Siswa dalam Pembelajaran Bahasa Daerah (Bugis) Kelas VII.A SMP
Negeri 3 Bungoro ditemukan tuturan guru yang termasuk dalam fungsi tindak
tutur asertif. Fungsi tindak tutur asertif tersebut meliputi; fungsi mengusulkan,
fungsi menyatakan, fungsi menyetujui, fungsi membual, fungsi mengeluh, fungsi
memprotes, dan fungsi melaporkan. (2) Penggunaan bahasa daerah (Bugis) pada
Tindak Tutur Asertif Guru Terhadap Siswa dalam Pembelajaran Bahasa Daerah
(Bugis) Kelas VII.A SMP Negeri 3 Bungoro, diidentifikasi berdasarkan
penggunaan bahasa Bugis dalam wujud alih kode dan campur kode. Penggunaan
bahasa Bugis dalam wujud alih kode, ditemukan tuturan asertif yang termasuk
dalam wujud alih kode dari bahasa Indonesia ke bahasa Bugis, dan tuturan asertif
yang termasuk dalam wujud alih kode dari bahasa Bugis ke bahasa Indonesia.
Selanjutnya penggunaan bahasa daerah Bugis dalam wujud campur kode,
ditemukan tuturan asertif yang termasuk wujud campur kode berupa penyisipam
kata, dan tuturan asertif yang termasuk wujud campur kode berupa penyisipan
frasa.
Kata kunci:Tindak Tutur, Asertif, Guru, Bahasa Daerah Bugis
KATA PENGANTAR
9
Alhamdulillah, puji syukur penulis sampaikan ke hadirat Allah Swt. atas
berkat limpahan rahmat dan hidayah-Nyalah sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Salawat dan taslim penulis haturkan
kepada sang revolusioner sejati, baginda rasulullah Muhammad Saw. Skripsi yang
berjudul “Tindak Tutur Asertif guru Terhadap Siswa dalam Pembelajaran Bahasa
Daerah (Bugis) kelas VII.A SMP Negeri 3 Bungoro” disusun sebagai syarat untuk
memperoleh gelar sarjana pendidikan di Fakultas Bahasa dan Sastra Universitas
Negeri Makassar.
Penulisan skripsi ini tidak terlepas dari dukungan dan bantuan semua pihak
baik secara langsung maupun tidak langsung. Penulis menyampaikan ucapan
terimakasih yang tak terhingga kepada Dr. Muhammad Saleh, S.Pd., M.Pd selaku
pembimbing I yang senantiasa penuh keikhlasan, ketulusan, kesabaran dan
petunjuk hingga penulis dapat menyusun skripsi ini sampai selesai, dan kepada
Nurhusna, S.Pd., M.Pd selaku pembimbing II sekaligus penasihat akademik, yang
rela meluangkan waktu tenaga dan pikiran dalam memberikan arahan, motivasi,
saran serta bimbingan mulai dari awal perkuliahan sampai dengan penyusunan
skripsi. Penulis juga mengucapkan terimakasih yang tak terhingga kepada Prof.
Dr. Hj. Johar Amir, M.Hum selaku penguji I dan Aswati Asri, S.Pd., M.Pd selaku
penguji II yang telah memberikan masukan dan saran yang bermanfaat bagi
penulis.
Penulis juga menyampaikan terimakasih kepada:
10
1. Prof. Dr. Husain Syam, M.TP. Rektor Universitas Negeri Makassar.
2. Dr. Syukur Saud, M.Pd. Dekan Fakultas Bahasa dan Sastra Universitas Negeri
Makassar.
3. Dr. Mayong, M.Pd Ketua Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia. Dr. Sultan,
S.Pd., M.Pd. Sekretaris Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia, Dr. Kembong
Daeng, M.Hum. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra
Daerah; dan Bapak/Ibu Dosen Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia, serta staf
Tata Usaha Jurusan Bahasa dan Sastra FBS UNM.
Ucapan terimakasih penulis ucapkan kepada kedua orang tua, Ayahanda
Abdullah. S dan Ibunda Hj. Ummu Kalsum, juga ayahanda keduaku Ir.
Alwinuddin, SP, serta kedua adikku Masita dan Bardan yang telah memberikan
dukungan moril maupun materil serta doa yang senantiasa terpanjatkan disetiap
sujudnya sehingga penulis mampu menyelesaikan studi dan akhirnya sampai pada
tahap yang penuh dengan kebahagian ini, terimakasih pula penulis ucapkan
kepada seluruh keluarga besar di Mamuju yang selama ini selalu memberikan
dukungan kepada penulis. Terimakasih yang sebesar-besarnya untuk seseorang
yang terkasih Rispa Ardianto, S.Pd yang senantiasa dengan penuh kesabaran dan
keikhlasan mendampingi dan memberikan dukungan kepada penulis baik secara
langsung maupun tidak langsung dalam penulisan skripsi ini.
Terimakasih penulis ucapkan kepada orang-orang terdekat Muh. Taftazani
JR, S.Ikom., M.M atas setiap ilmu dan pengalaman yang luar biasa, dan Murhadi
hafid yang telah memberi dukungan dan semangat dalam berbagai bentuk kepada
penulis. Terimakasih pula empat sahabat terdekat Umar, S.Hut, Sapriadi
11
Patonangi, Amd.T, Indah Widya lestari, Amd.T dan Algazali Abd Rahman, SE
yang selama ini telah memberikan dukungan dan semangat kepada penulis
disetiap proses penyusunan skripsi ini. Serta terimakasih yang tak terhingga untuk
tujuh sahabat terkasih Nur As’Adiyah, Suryani Dafi, Andi Ummi Kalsum Hasrib,
Vivindah, Aafiyah Khaiyyira, Sri Nurul Hikma dan Ririn Sulastri Dewi yang telah
menemani perjalanan penulis selama sembilan semester hingga sampai pada tahap
penyusunan skripsi ini.
Terimakasih penulis ucapkan kepada keluarga besar lembaga kesenian
Bengkel Sastra (BESTRA DEMA JBSI FBS UNM) tempat penulis menambah
ilmu selain dari perkuliahan dan terkadang menjadi tempat untuk mencurahkan
segenap isi hati penulis. Korps Adventure Pencinta Alam Kalomang (KAPAK
SULBAR), Saka Bhayangkara Mamuju, Dewan Kerja Cabang Mamuju, Sanggar
Prasbhara Manakarra, Himpunan Mahasiswa Program Studi Bahasa dan Sastra
Daerah (HMPS PBSD FBS UNM), Ikatan Mahasiswa Bahasa dan Sastra Daerah
se-Indonesia (IMBASADI), serta teman-teman kelas A Pendidikan Bahasa dan
Sastra Daerah angkatan 2015.
Makassar, 9 September 2019
Penulis
Nurdelisa
ADA PANGANTARAQ
12
Alhamdulillah, sukkuruq mappoji lao risisena puang Allahu Ta’ala.
Nasaba narengngi pammase nainulle parrokie nulle i jamai skripsi e. palettureng
to salawaq lao ri nabitta nabi Muhammad Saw. Skripsi e “Tindak Tutur Asertif
guru Terhadap Siswa dalam Pembelajaran Bahasa Daerah (Bugis) kelas VII.A
SMP Negeri 3 Bungoro” ri susungi nasabari saraqna runtu sarjana ri Fakultas
Bahasa dan Sastra Universitas Negeri Makassar.
Skripsi e maega pattulungeng pole ri tau egae, naiya upaletturengngi
attarimakasikku lao ri Dr. Muhammad Saleh, S.Pd., M.Pd pembimbing
makkaseddikku iya mattinulu na sabbaraq malengngi padisingeng parokiq e
lettuna pura i skripsi de. naiya lao ri Nurhusna, S.Pd., M.Pd pembimbing
makkaduaku naiya panasehaq akademikku, iya nabberengngi wettunna sibawa
padisingenna malengnga appatujung, sumangeq, naiya bimbingeng pammula
makkuliah lettu massusung skripsi. Naiyatopa upaletturengi tarimakasikku lao ri
Prof. Dr. Hj. Johar Amir, M.Hum iya penguji makkaseddiku na Aswati Asri,
S.Pd., M.Pd iya penguji makkaduaku yamabbereng aggurungeng lao ri parrokiq.
Ripalettureng to tarimakasina parrokiq e ku:
1. Prof. Dr. Husain Syam, M.TP. Rektor Universitas Negeri Makassar.
2. Dr. Syukur Saud, M.Pd. Dekan Fakultas Bahasa dan Sastra Universitas Negeri
Makassar.
3. Dr. Mayong, M.Pd Ketua Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia. Dr. Sultan,
S.Pd., M.Pd. Sekretaris Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia, Dr. Kembong
Daeng, M.Hum. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra
Daerah; dan Bapak/Ibu Dosen Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia, serta staf
Tata Usaha Jurusan Bahasa dan Sastra FBS UNM.
Tarimakasi lao ri duae pajajiakku Abdullah. S sibawa Hj. Ummu Kalsum,
ambo makkaduaku Ir. Alwinuddin, SP, sibawa riduae anrikku Masita na Bardan
iya malengnga assumangekeng naiyya apperallau doangeng naullei parrokiede
pappurai akkuliangenna. Tarimakasiku lao ri sumpuloloku ku Mamuju iya
13
nalengnga sumangeq. Tarimakasi to lao ri tau pappojiku Rispa Ardianto, S.Pd iya
tuli sabbaraq sibawa macenning ati massilonga na mabbereng sumangeq naiyya
parrokiq skripsi de.
Tarimakasi lao ri tau madeppekku Muh. Taftazani JR, S.Ikom., M.M iya
pura paddisengeng na pangalamang kaminang kessing. Naiyato Murhadi hafid
iyapura mabbereng to assumangekeng iyae maegarupanna lao ri parrokiq.
Tarimakasi lao ri eppae silong mareppekku Umar, S.Hut, Sapriadi Patonangi,
Amd.T, Indah Widya lestari, Amd.T na Algazali Abd Rahman, SE iya tuli
mabbereng assumangekeng lao ri parrokiq ri jama-jamanna mebbuq skripsi de.
Naiya tarimakasi tenrigangka lao ri pitu silong malebbiku Nur As’Adiyah,
Suryani Dafi, Andi Ummi Kalsum Hasrib, Vivindah, Aafiyah Khaiyyira, Sri
Nurul Hikma dan Ririn Sulastri Dewi naiya sibawangi parrokiq assera semeseter
lettuna massusung skripsi de.
Tarimakasi parokiq palettureng lao ri Bengkel Sastra (BESTRA DEMA
JBSI FBS UNM) onrong parrokiq natambai padisingenna pemmulanna makkuliah
sibawa onrong maccurita agamanenge. Korps Adventure Pencinta Alam
Kalomang (KAPAK SULBAR), Saka Bhayangkara Mamuju, Dewan Kerja
Cabang Mamuju, Sanggar Prasbhara Manakarra, Himpunan Mahasiswa Program
Studi Bahasa dan Sastra Daerah (HMPS PBSD FBS UNM), Ikatan Mahasiswa
Bahasa dan Sastra Daerah se-Indonesia (IMBASADI), Naiya silong-silongku
maneng ri kelas A Pendidikan Bahasa dan Sastra Daerah 2015.
ad pGtr
14
Alhamdulillah, sukuru mpoji lao risiesn pua alhu tal. nsb nerGi pmes
nainuel prokiea nuel ai jmai skripsi ea. plEtuer to slw lao ri nbit nbi
Muhammad Saw. Skripsi ea“Tindak Tutur Asertif guru Terhadap Siswa dalam
Pembelajaran Bahasa Daerah (Bugis) kelas VII.A SMP Negeri 3 Bungoro” ri
susungi nasabari saraqna runtu sarjana ri Fakultas Bahasa dan Sastra Universitas
Negeri Makassar.
Skripsi e meag ptulugE poel ri tau eagea, naiy aupeltuerGi
atrimksiku lao ri Dr. Muhammad Saleh, S.Pd., M.Pd epbibi mkesdiku aiy
mtinulu n sbr mlEGi pdisigE proki ea eltun pur aiskripsi ed. naiy lao ri
Nurhusna, S.Pd., M.Pd epbibi mkduaku naiy pnesh akedmiku, aiy neberGi
ewtun sibw pdisieGn mlEG aptuju, sumGE, naiy bibiGE pmul mkulia eltu
msusu skripsi. Naiytop aupeltuerGE trimksiku lao ri Prof. Dr. Hj. Johar Amir,
M.Hum aiy epGuj imkesdiku n Aswati Asri, S.Pd., M.Pd aiy epGuj mkduaku
ymebrE aguruGE lao ri proki.
ripelturE to trimksin proki ea ku:
1. Prof. Dr. Husain Syam, M.TP. Rektor Universitas Negeri Makassar.
2. Dr. Syukur Saud, M.Pd. Dekan Fakultas Bahasa dan Sastra Universitas Negeri
Makassar.
3. Dr. Mayong, M.Pd Ketua Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia. Dr. Sultan,
S.Pd., M.Pd. Sekretaris Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia, Dr. Kembong
Daeng, M.Hum. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra
Daerah; dan Bapak/Ibu Dosen Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia, serta staf
Tata Usaha Jurusan Bahasa dan Sastra FBS UNM.
trimksi lao ri duaea pjjiaku Abdullah. S sibw Hj. Ummu Kalsum, abo
mkduaku Ir. Alwinuddin, SP, sibw riduaea aRiku Masita n Bardan aiy melG
asumGEkE naiy aeprlau doaGE nauelai prokieaed ppurai akuliagEn.
Trimksiku lao ri suPuloloku ku Mamuju aiy nelG sumGE. trimksi to lao ri
15
tau ppojiku i Rispa Ardianto, S.Pd ya tuli sbr sibw mcEni at msiloG n mebrE
sumGE naiy proki skripsi ed.
trimksi lao ri tau mdEpEku Muh. Taftazani JR, S.Ikom., M.M aiy pur
pdiesgE n pGlmE kminE eksi. naiyto Murhadi hafid aiy pur mebrE to
asumgEkE aiyea meagrupn lao ri proki. trimksi lao ri aEpea silo merpEku
Umar, S.Hut, Sapriadi Patonangi, Amd.T, Indah Widya lestari, Amd.T n Algazali
Abd Rahman, SE aiy tuli mebrE asumgEkE lao ri proki ri jm-jmn mEbu
skripsi ed. naiy trimksi etRigK lao ri pitu silo mlEbik Nur As’Adiyah, Suryani
Dafi, Andi Ummi Kalsum Hasrib, Vivindah, Aafiyah Khaiyyira, Sri Nurul Hikma
n Ririn Sulastri Dewi naiy sibwGi proki aesr esemestE eltun msusu skripsi
ed.
trimksi proki plEtuerGE lao ri Bengkel Sastra (BESTRA DEMA JBSI
FBS UNM) aoRo proki ntbai pdisieGn epmuln mkulia sibw aoRo mcurit
agmenGE. Korps Adventure Pencinta Alam Kalomang (KAPAK SULBAR),
Saka Bhayangkara Mamuju, Dewan Kerja Cabang Mamuju, Sanggar Prasbhara
Manakarra, Himpunan Mahasiswa Program Studi Bahasa dan Sastra Daerah
(HMPS PBSD FBS UNM), Ikatan Mahasiswa Bahasa dan Sastra Daerah se-
Indonesia (IMBASADI), naiy silo-siloku mnE ri kelas A Pendidikan Bahasa dan
Sastra Daerah 2015.
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ............................................................................................ i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .................................................... ii
16
SURAT PERNYATAAN ....................................................................................iii
MOTTO.............................................................................................................. iv
PERSEMBAHAN ................................................................................................ v
ABSTRAK ........................................................................................................ vii
KATA PENGANTAR ...................................................................................... viii
DAFTAR ISI ..................................................................................................... xv
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xvii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 1
A. Latar Belakang ......................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................................... 8
C. Tujuan Penelitian ..................................................................................... 8
D. Manfaat Penelitian.................................................................................... 9
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR .................................. 10
A. Kajian Pustaka........................................................................................ 10
B. Kerangka Pikir ....................................................................................... 28
BAB III METODE PENELITIAN ..................................................................... 30
A. Jenis dan Desain Penelitian..................................................................... 30
B. Waktu dan Lokasi Penelitian .................................................................. 31
C. Definisi Istillah ....................................................................................... 31
D. Data dan Sumber Data ............................................................................ 32
E. Instrumen Penelitian ............................................................................... 32
F. Teknik Pengumpulan Data ..................................................................... 33
G. Teknik Analisis Data .............................................................................. 35
H. Validitas Data ......................................................................................... 37
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ..................................... 38
A. Hasil Penelitian ...................................................................................... 38
B. Pembahasan Hasil Penelitian .................................................................. 72
BAB V PENUTUP ............................................................................................ 81
A. Kesimpulan ............................................................................................ 81
B. Saran ..................................................................................................... 82
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 83
17
LAMPIRAN ...................................................................................................... 86
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ......................................................................... 152
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
18
Lampiran 1 Transkip rekaman pada Proses Pembelajaran Bahasa Daerah (Bugis)
Kelas VII.A SMP Negeri 3 Bungoro ................................................................. 87
Lampiran 2 Lembar Kartu Data......................................................................... 98
Lampiran 3 Lembar Rekam Data .................................................................... 119
Lampiran 4 Dokumentasi Penelitian ................................................................ 122
Lampiran 5 Berkas Persuratan......................................................................... 128
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
19
Bahasa memiliki fungsi yang hakiki dalam kerangka hubungan
antarmanusia, yakni sebagai pengukuh hubungan antarsesama. Tanpa bahasa,
manusia tidak dapat saling berhubungan antara yang satu dengan yang lainnya.
Kerja sama antarmanusia juga hampir mustahil dilakukan dengan optimal bila
bahasa tidak benar-benar hadir sebagai piranti komunikasi dan interaksi. Hal ini
harus kita sadari, bahwa setiap interaksi selalu menggunakan bahasa. Dengan kata
lain, dimana aktivitas terjadi, di situ aktivitas bahasa terjadi pula. Oleh karena itu,
fungsi umum bahasa adalah sebagai alat komunikasi.
Bahasa adalah aspek yang penting dalam berkomunikasi. Penggunaan
suatu bahasa, di dalamnya terdapat unsur-unsur tindak berbahasa atau tuturan
yang kaitannya dengan bentuk dan pemilihan ragam bahasa yaitu: siapa yang
berbicara, dengan siapa, tentang apa, dalam situasi yang bagaimana, tujuan apa,
dengan jalur apa dan ragam bahasa yang mana, semua itu mempengaruhi dalam
proses komunikasi. Bahasa inilah yang menjadi ciri khas manusia yang
membedakannya dengan makhluk lainnya. Melalui bahasa, manusia juga dapat
mengutarakan suatu kalimat, mengembangkan pengetahuannya dengan
berinteraksi di lingkungannya agar maksud sebuah tuturan dapat dipahami oleh
mitra tutur. Menurut Chaer dan Agustina (2004:11) fungsi utama bahasa adalah
sebagai alat komunikasi atau alat interaksi. Melalui kegiatan berkomunikasi
sertiap penutur hendak menyampaikan tujuan atau maksud tertentu kepada mitra
tutur. Komunikasi yang terjadi harus berlangsung secara efektif dan efesien,
sehingga pesan yang disampaikan dapat dipahami dengan jelas oleh mitra tutur
yang terlibat dalam proses komunikasi. Proses komunikasi yang efektif dan
20
efesien tidak akan terjadi dengan baik, apabila bahasa yang digunakan oleh
penutur tidak mampu dipahami oleh mitratutur. Dengan demikian, untuk
mempermudah proses komunikasi, bahasa yang digunakan oleh penutur harus
bahasa yang mudah dipahami oleh mitra tutur.
Penggunaan bahasa daerah (Bugis) dalam interaksi belajar-mengajar
merupakan salah bentuk komunikasi. Melalui proses komunikasi akan
memunculkan peristiwa tutur dan tindak tutur. Peristiwa tutur merupakan proses
terjadinya atau berlangsungnya interaksi linguistik dalam suatu bentuk ujaran atau
lebih yang melibatkan dua belah pihak, yaitu penutur dan lawan tutur, dengan satu
pokok tuturan, di dalam waktu, tempat dan situasi tertentu. Tindak tutur
merupakan gejala individual yang bersifat psikologis dan keberlangsungannya
ditentukan oleh kemampuan bahasa si penutur dalam menghadapi situasi tertentu.
Di dalam tindak tutur, partisipan atau penutur ingin menyampaikan pesan
dilakukan dengan bermacam-macam bentuk, seperti menyapa, menyatakan,
memberitahukan, menuntut, menyuruh, dan bercanda. Pemilihan bentuk tersebut
digunakan dan melibatkan penutur dalam situasi, dan di dalam keterlibatannya,
penutur inilah yang memiliki makna dalam berbahasa. Bahasa itulah yang
berfungsi melayani kebutuhan penuturnya untuk mencapai tujuan-tujuan
komunikasi.
Tindak tutur terdiri tiga jenis yaitu, tindak lokusi, tindak ilokusi dan tindak
perlokusi. Tindak ilokusi merupakan tindak tutur yang berperan melakukan suatu
tindakan dalam menyatakan sesuatu. Dalam tindak ilokusi terdapat tindak tutur
asertif, direktif, komisif, ekspresif dan deklaratif. Tindak tutur asertif merupakan
21
tindak tutur yang melibatkan penutur pada kebenaran proposisi yang
diekspresikan. Berbeda dengan tindak tutur ilokusi lainnya, tindak tutur asertif ini
berfungsi untuk menyatakan, memberitahukan, menyarankan, membanggakan,
mengeluh, menuntut dan melaporkan (Nababan, 1978:18).
Tindak tutur dalam interaksi belajar-mengajar di kelas dapat dimanfaatkan
sebagai pengajaran bahasa, terfokus pada penelitian ini yakni pembelajaran
bahasa daerah (Bugis). Bahasa daerah adalah bahasa yang digunakan pada tiap-
tiap daerah sesuai dengan konseptual masyarakat terhadap bahasa daerah. Dalam
hubungannya dengan kedudukan sebagai bahasa daerah berdasarkan kenyataan
bahwa bahasa daerah merupakan salah satu unsur kebudayaan nasional yang
dilindungi oleh Negara berdasarkan UUD 1945 pasal 36 bab XV.
Pembelajaran bahasa daerah juga dapat didekati melalui salah satu bidang
kajian bahasa yaitu pragmatik. Pengajaran bahasa dengan pendekatan pragmatik
lazim disebut sebagai fungsi komunikatif dengan sejumlah fungsinya yang tetap
terikat konteks. Pragmatik adalah suatu telaah umum mengenai bagaimana
caranya konteks mempengaruhi peserta tutur dalam menafsirkan kalimat atau
menelaah makna dalam kaitannya dengan situasi ujaran.
Pragmatik adalah studi yang mempelajari tentang makna yang
berhubungan dengan situasi ujar, mengkaji makna tuturan yang dikehendaki oleh
penutur dan menurut konteksnya. Konteks dalam hal ini berfungsi sebagai dasar
pertimbangan dalam mendeskripsikan makna tuturan dalam rangka penggunaan
bahasa dalam komunikasi. Salah satu objek kajian pragmatik yaitu tindak tutur.
Tindak tutur dalam interaksi belajar-mengajar merupakan salah satu bentuk
22
pemakaian bahasa yang sesuai dengan topik pembicaraan, tujuan pembicaraan,
situasi dan tempat berlangsungnya pembicaraan tersebut (Leech, 1993: 8).
Dalam interaksi belajar-mengajar salah satu fungsi guru adalah
memberikan pengetahuan kepada siswanya, hal itu dilakukan dalam wujud tindak
tutur. Dalam bertutur guru harus memahami konteks bahasa untuk menentukan
suatu ujaran. Pada konteks pemakaian bahasa yang perlu diperhatikan adalah
tempat komunikasi terjadi, objek yang dituturkan, dan bagaimana tindakan
penutur yang seharusnya terhadap apa yang dituturkan. Apabila terjadi kesalahan
dalam memahami konteks maka akan terjadi kesalahan dalam menerima maksud
tuturan. Oleh sebab itu, guru harus berhati-hati dalam bertutur agar tidak
menimbulkan kesalahpahaman.
Masalah-masalah komunikasi di kelas merupakan hal yang menarik untuk
diteliti karena interaksi guru dan murid di kelas merupakan perwujudan proses
berbahasa secara alamiah. Proses berbahasa secara alamiah ini ditandai dengan
kenyataan bahwa guru harus banyak menggunakan waktunya untuk berinteraksi
dengan murid melalui komunikasi lisan berupa tindak tutur. Pada kegiatan
pembelajaran di kelas, tuturan yang dituturkan oleh guru dan siswa sangat
dimungkinkan muncul tuturan asertif. Tuturan tersebut sangat ditentukan oleh
konteks situasi pembelajaran di kelas.Konteks situasi kelas juga berpengaruh pada
variasi tuturan guru dan siswa.
Penggunaan tindak tutur asertif dalam interkasi belajar-
mengajarmerupakan salah satu bentuk penggunaan ragam tindak tutur. Melalui
tindak tutur asertif, guru dapat memanfaatkan berbagai jenis dan fungsi tindak
23
tutur asertif (menyatakan, mengusulkan, membual, mengeluh, melaporkan,
menyetujui, dan memprotes) untuk menghidupkan interaksi belajar-mengajar.
Setiap jenis tindak tutur asertif tersebut mempunyai fungsi-fungsi yang penting
dalam interkasi belajar-mengajar. Dengan demikian, guru dapat menggunakan
jenis tindak tutur asertif secara bergantian berdasarkan fungsi ujaran yang sesuai
dengan konteksnya.
Berkenaan dengan pembelajaran di kelas, penelitian ini berkaitan erat
dengan kompetensi dasar berbicara yang dimiliki, baik guru maupun siswa.
Dengan demikian, berdasarkan paparan di atas, penelitian tentang pemakaian
bahasa pada proses pembelajaran bahasa daerah di kelas, secara khusus tentang
tindak tutur asertif pada proses pembelajaran bahasa daerah (Bugis) perlu
dilakukan untuk mengetahui secara langsung bagaimana pemakaian tindak tutur
asertif dalam interaksi belajar-mengajar di sekolah. Seperti yang kita ketahui
bahwa dalam pembelajaran bahasa daerah penggunaan tindak tutur tersebut
seringkali ditemukan peralihan dari suatu bahasa, seperti bahasa daerah (Bugis) ke
dalam bahasa Indonesia atau sebaliknya dan biasanya diikuti dengan melakukan
percampuran serpihan-serpihan bahasa ke dalam bahasa asli. Keadaan yang
seperti ini disebut alih kode dan campur kode.
Alih kode dan campur kode seringkali terjadi dalam berbagai percakapan
masyarakat, alih kode dan campur kode dapat terjadi pada semua kalangan
masyarakat, status sosial seseorang tidak dapat mencegah terjadinya alih kode
maupun campur kode atau sering disebut multi bahasa. Masyarakat yang multi
bahasa muncul karena masyarakat tutur tersebut mempunyai atau menguasai lebih
24
dari satu bahasa yang berbeda-beda sehingga mereka dapat menggunakan pilihan
bahasa tersebut dalam kegiatan berkomunikasi. Dalam kajian sosiolinguistik,
pilihan-pilihan bahasa tersebut kemudian dibahas karena hal ini merupakan aspek
penting yang dikaji dalam suatu ilmu kebahasaan.
Sehubungan dengan hal itu, penulis memilih judul “Tindak Tutur Asertif
Guru Terhadap Siswa dalam Pembelajaran Bahasa Daerah (Bugis) Kelas VII.A
SMP Negeri 3 Bungoro” berdasarkan pertimbangan sebagai berikut. Pertama,
dalam menganalisis pemakaian bahasa terkhusus bahasa daerah salah satu aspek
terpentingnya adalah maksud pembicara. Studi tentang maksud pembicara
berusaha menangkap maksud pembicara yang ditentukan oleh konteks, yakni
waktu, tempat, peristiwa, proses, keadaan, penutur, mitra tutur, latar belakang
budaya, sosial dan lain-lain. Konteks tuturan inilah yang kemudian bisa
menentukan maksud sebuah tuturan. Kedua, studi pragmatik adalah bertugas
untuk mengkaji konteks tuturan yang mempertimbangkan aspek ekstra linguistik.
Oleh karena itu, untuk mengetahui seluk beluk tindak tutur asertif guru dan siswa
dalam pembelajaran bahasa daerah (Bugis) di kelas perlu pemahaman yang lebih
mendalam. Ketiga, peneliti memilih tempat penelitian di SMP Negeri 3 Bungoro
karena ingin mengetahui secara langsung bagaimana pemakaian tindak tutur
asertif dalam interaksi belajar-mengajar di sekolah tersebut.
Penelitian mengenai tindak tutur asertif sudah pernah dilakukan oleh Ririn
Riana Sari (2016) dengan judul “Tindak Tutur Asertif Pada Proses Pembelajaran
Bahasa Indonesia Kelas IX SMP Negeri 17 Pesawaran dan Implikasinya”. Dalam
penelitiannya, Ririn menyimpulkan (1) wujud tindak tutur asertif guru meliputi
25
enam tindak tutur, yaitu tindak tutur asertifmenyatakan, mengusulkan, membual,
mengeluh, menyetujui dan memprotes.Sementara tindak tutur asertif melaporkan
yang dituturkan oleh guru tidak ditemukan; (2) wujud tindak tutur asertif siswa
meliputi tujuh tindak tutur, yaitu tindak tuturmenyatakan, mengusulkan, membual,
mengeluh, melaporkan, menyetujui dan memprotes; (3) implikasi tindak tutur
asertif dapat diterapkan pada proses pembelajaran bahasa Indonesia di SMP,
diantaranya pada kompetensi dasar (KD) berpidato/berceramah/berkhotbah
dengan intonasi yang tepat dan artikulasi serta volume suara yang jelas di kelas IX
semester 2, KD menceritakan pengalaman yang paling mengesankan
menggunakan pilihan kata dan kalimat yang efektif di kelas VII semester 1, dan
KD menyampaikan persetujuan, sanggahan dan penolakan pendapat dalam diskusi
disertai dengan bukti atau alasan di kelas VIII semester 2.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, masalah dalam penelitian
ini sebagai berikut:
1. Bagaimanakah fungsi tindak tutur asertif guru terhadap siswa dalam
pembelajaran bahasa daerah (Bugis) di Kelas VII.A SMP Negeri 3 Bungoro?
26
2. Bagaimanakah penggunaan bahasa Daerah (Bugis) dalam tindak tutur asertif
guru terhadap siswa pada pembelajaran bahasa daerah (Bugis) di Kelas VII.A
SMP Negeri 3 Bungoro?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan sebelumnya, maka
tujuan penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:
1. Mendeskripsikan fungsi tindak tutur asertif guru terhadap siswa dalam
pembelajaran bahasa daerah (Bugis) di Kelas VII.A SMP Negeri 3 Bungoro.
2. Mendeskripsikan penggunaan bahasa Daerah (Bugis) dalam tindak tutur
asertif guru terhadap siswa pada pembelajaran bahasa daerah (Bugis) di Kelas
VII.A SMP Negeri 3 Bungoro.
D. Manfaat Penelitian
Berdasarkan judul tersebut, hasil penelitian ini diharapakan dapat
memberikan manfaat secara teoretis maupun praktis.
1. Secara Teoretis
27
a. Memperkaya hasil penelitian dalam tindak tutur, khususnya tindak tutur
asertif.
b. Penelitian ini diharapkan juga dapat menambah khasanah hasil penelitian
dan penerapan teori-teori yang berkaitan dengan linguistik di bidang
pragmatik.
c. Mengembangkan teori mengenai wujud tindak tutur ilmu pragmatik,
khususnya dalam bahasa daerah (Bugis).
2. Secara Praktis
Secara praktis penelitian ini memberikan informasi kepada pembaca
mengenai tindak tutur dalam interaksi belajar-mengajar di kelas.Selain itu,
penelitian ini diharapkan menjadi bahan masukan bagi guru dan siswa.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR
A. Kajian Pustaka
1. Pragmatik
28
Pragmatik adalah studi tentang makna yang disampaikan oleh penutur
(penulis) dan ditafsirkan oleh pendengar (pembaca). Sebagai akibatnya studi ini
lebih banyak berhubungan dengan analisis tentang apa yang dimaksud orang
dengan tuturan-tuturannya daripada dengan makna terpisah dari kata atau frasa
yang digunakan dalam tuturan itu sendiri. Pragmatik adalah studi tentang maksud
penutur.
Pragmatik adalah studi tentang hubungan antara bentuk-bentuk linguistik
dan pemakai bentuk-bentuk itu. Diantara 3 (tiga) bagian perbedaan ini hanya
pragmatik sajalah yang memungkinkan orang ke dalam suatu analisis. manfaat
belajar bahasa melalui pragmatik ialah bahwa seseorang dapat bertutur kata
tentang makna yang dimaksudkan orang, asumsi mereka, maksud atau tujuan
mereka, dan jenis-jenis tindakannya (sebagai contoh: permohonan) yang mereka
perlihatkan ketika mereka sedang berbicara. Kerugian terbesarnya adalah bahwa
semua konsep manusia ini sulit dianalisis dalam suatu cara yang konsisten dan
objektif.
Pragmatik merupakan salah satu cabang ilmu linguistik yang
mengkhususkan pengkajian pada hubungan antara bahasa dan konteks tuturan.
Berkaitan dengan itu, Cruse dalam Cummings, (2007:2) mengungkapkan bahwa
pragmatik dapat dianggap berurusan dengan aspek-aspek informasi (dalam
pengertian yang luas) yang disampaikan melalui bahasa yang (a) tidak kodekan
oleh konvensi yang diterima secara umum dalam bentuk-bentuk linguistik yang
digunakan, namun yang (b) juga muncul secara alamiah dari dan tergantung pada
29
makna-makna yang dikodekan secara konvensional dengan konteks tempat
penggunaan bentuk.
Pragmatik (semantik behavioral) menelaah keseluruhan perilaku insan,
terutama dalam hubungannya dengan tanda-tanda dan lambang-lambang.
Pragmatik memusatkan perhatian pada cara insan berperilaku dalam keseluruhan
situasi pemberian dan penerimaan tanda (George dalam Tarigan, 2009:30).
Kemudian menurut Leech (1993:5) menyatakan bahwa pragmatik mempelajari
bahasa yang digunakan dalam komunikasi, dan bagaimana pragmatik menyelidiki
makna sebagai konteks bukan sebagai suatu yang abstrak dalam komunikasi.
Pendapat lainnya dikemukakan oleh Wijana (1996:2) yang menjelaskkan
pragmatik sebagai cabang ilmu bahasa yang mempelajari struktur bahasa secara
eksternal, yakni bagaimana suatu kebahasaan digunakan dalam komunikasi. Jadi,
makna yang dikaji dalam pragmatik adalah makna yang terikat konteks atau
dengan kata lain mengkaji maksud penutur. Pragmatik dapat dimanfaatkan setiap
penutur untuk memahami maksud lawan tutur. Penutur dan lawan tutur dapat
memanfaatkan pengalaman bersama untuk memudahkan dalam berinteraksi.
Salah satu kunci sukses dalam berkomunikasi dengan menggunakan
bahasa adalah ketepatan berbahasa. Penggunaan bahasa yang tidak teratur
menyulitkan pembaca atau pendengar untuk dapat memahaminya. Ketepatan dan
keteraturan dalam berbahasa itu tentu saja memerlukan pengetahuan dan
pemahaman yang luas dan dalam mengenai ilmu kebahasaan. Di samping itu,
keteraturan berbahasa tentu mengandalkan adanya suatu aturan (kaidah) bahasa
30
yang baku yang disusun secara ilmiah, menggunakan pendekatan keilmuan yang
tepat.
Berdasarkan pendapat diatas maka dapat disimpulkan bahwa pragmatik
adalah cabang ilmu bahasa yang mengkaji penggunaan bahasa dalam
berkomunikasi untuk mengetahui maksud tuturan yang disampaikan oleh penutur
kepada mitra tutur sehingga menghasilkan informasi yang jelas sesuai dengan
konteks ujaran, sehingga komunikasi dapat berjalan dengan lancar. Dalam hal ini,
perlu dipahami bahwa kemampuan berbahasa yang baik tidak hanya terletak pada
kesesuaian aturan gramatikal tetapi juga pada aturan pragmatik.
Pragmatik mengacu pada kajian penggunaan bahasa yang berdasarkan
pada konteks. Bidang kajian yang berkenaan dengan penggunaan bahasa pada
konteks disebut bidang kajian pragmatik adalah deiksis, praanggapan, implikatur
percakapan dan tindak tutur. Masing-masing kajian tersebut dibahas secara
singkat di bawah ini:
a. Deiksis
Deiksis adalah gejala semantik yang terdapat pada kata atau konstruksi
yang hanya dapat ditafsirkan acuannya dengan mempertimbangkan konteks
pembicaraan.
Deiksis dibagi menjadi 5 kategori yaitu:
1) Deiksis Orang atau Persona
31
Deiksis orang berkenaan dengan penggunaan kata ganti persona, seperti
saya (kata ganti persona pertama) dan kamu (kata ganti persona kedua).
2) Deiksis Tempat
Deiksis tempat berkenaan dengan penggunaan keterangan tempat, seperti di
sini, di sana dan di depan.
3) Deiksis Waktu
Deiksis waktu berkenaan dengan penggunaan keterangan waktu, seperti
kemarin, hari ini dan besok.
b. Praanggapan
Praanggapan adalah apa yang digunakan penutur sebagai dasar bersama
bagi para peserta percakapan (Brown dan Yule, 1996). Asumsi tersebut
ditentukan batas-batasannya berdasarkan anggapan-anggapan pembicara
mengenai apa yang kemungkinan akan diterima oleh lawan bicara tanpa
tantangan.
c. Implikatur Percakapan
Menurut Levinson (dalam Nadar, 2009:61), menyebutkan implikatur
sebagai salah satu gagasan atau pemikiran terpenting dalam pragmatic. Salah
satu alasan penting yang diberikannya adalah bahwa implikatur memberikan
penjelasan eksplisit tentang cara bagaimana dapat mengimplikasikan lebih
banyak dari apa yang dituturkan.
d. Tindak Tutur
32
Tindak tutur merupakan bagian dari kajian pragmatik. Leech (1993)
menyatakan bahwa pragmatik mempelajari maksud ujaran, menanyakan apa
yang seseorang maksudkan dengan suatu tindak tutur dan mengaitkan makna
dengan siapa berbicara, kepada siapa, dimana dan bagaimana.
2. Peristiwa Tutur
Peristiwa tutur merupakan peristiwa sosial karena menyangkut pihak-
pihak yang bertutur dalam satu situasi dan tempat tertentu (Saleh & Mahmudah,
2006.17). Menurut Chaer dan Agustina 2010:61 peristiwa tutur adalah terjadinya
atau berlangsungnya interaksi linguistik dalam satu bentuk ujaran atau lebih yang
melibatkan dua pihak, yaitu penutur dan lawan tutur, dengan satu pokok tuturan di
dalam waktu, tempat dan situasi tertentu. Sedangkan menurut Yule (2006:99),
peristiwa tutur ialah suatu kegiatan di mana para peserta berinteraksi dengan cara-
cara konvensional untuk mencapai suatu hasil.
Berdasarkan uraian tersebut maka dapat disimpulkan bahwa peristiwa
tutur merupakan terjadinya interaksi bahasa antara penutur dengan mitra tutur
dalam satu ujaran atau lebih dengan satu pokok tuturan di dalam waktu, tempat
dan situasi tertentu untuk mencapai suatu tujuan.
3. Tindak Tutur
Tindak tutur merupakan hal penting di dalam kajian pragmatik. Menurut
Chaer (2010:16) tindak tutur merupakan gejala individual, bersifat psikologis dan
keberlangsungannya ditentukan oleh kemampuan bahasa si penutur dalam
menghadapi situasi tertentu. Dalam tindak tutur lebih dilihat pada makna atau arti
tindakan dalam tuturannya. Menurut Saleh dkk (2018) Tindak tutur merupakan
33
bagian dari peristiwa komunikasi. Melalui peristiwa komunikasi manusia dapat
menyampaikan informasi berupa pikiran, gagasan, makna, maupun perasaan
kepada orang lain. Dari proses komunikasi tersebut, akan mengasilkan peristiwa
tutur atau tindak tutur. Peristiwa tindak tutur terjadi karena penutur tidak hanya
menyatakan sebuah tuturan melainkan dalam tuturan tersebut memiliki fungsi
dan makna yang mengandung sebuaah tindakan pada tuturan tersebut. Sedangkan
menurut Searle (2001) mengemukakan bahwa tindak tutur adalah teori yang
mengkaji makna bahasa yang didasarkan pada hubungan tuturan dengan tindakan
yang dilakukan oleh penuturnya. Kajian tersebut didasarkan pada pandangan
bahwa (1) tuturan merupakan sarana utama komunikasi dan (2) tuturan baru
memiliki makna jika direalisasikan dalam tindak komunikasi nyata, misalnya
membuat pertanyaan.
Berdasarkan pendapat beberapa ahli dapat dipahami bahwa tindak tutur
merupakan tindakan yang ditampilkan dalam tuturan yang keberlangsungannya
ditentukan oleh kemampuan bahasa si penutur dalam menghadapi situasi tertentu
dan sangat dipengaruhi oleh faktor bahasa, lawan bicara, situasi, dan struktur
bahasa yang digunakan.
4. Jenis Tindak Tutur
Austin (dalam tarigan 2015:34) membagi tindak tutur ke dalam tiga
peristiwa tindakan yang berlangsung sekaligus, yaitu:
a. Tindak Lokusi
34
Tindak tutur lokusi adalah (locutionary act) adalah tindak proposisi yang
berada pada kategori mengatakan sesuatu (The Act of Saying Something) karena
tindak tutur ini hanya berkaitan dengan makna. Di dalam tindak lokusi yang
diutamakan adalah isi dari tuturan yang diungkapkan oleh penutur dengan kata
lain, lokusi adalah tindak tutur yang menyatakan sesuatu dalam arti berkata atau
tindak tutur dalam bentuk kalimat yang bermakna dan dapat dipahami (Chaer,
2004:53).
b. Tindak Ilokusi
Tindak tutur ilokusi merupakan tuturan yang berfungsi untuk menyatakan
atau menginformasikan sesuatu, dapat juga dipergunakan untuk melakukan
sesuatu. Tindak ilokusi ini disebut an act of doing something in saying something.
Tindak ilokusi lebih sulit diidentifikasi jika dibandingkan dengan tindak lokusi
karena terlebih dahulu harus mempertimbangkan siapa penutur dan lawan tutur,
kapan dan dimana tuturan terjadi, serta saluran apa yang digunakan. Oleh karena
itu, tindak ilokusi merupakan bagian penting dalam memahami tindak tutur
(Chaer, 2004:53).
Berkaitan dengan tindak ilokusi, Austin dalam Chaer (2004:55) melihat
tindak tutur dari pembicara. Dalam hal penutur dalam tuturannya mengandung
maksud dan daya ujaran yang bersangkutan, untuk apa ujaran itu dilakukan.
Pernyataan ini lebih jelas terungkap pada contoh berikut.
“Ayo Bu, pak! Tiga kilo sepuluh ribu saja, manis lo Pak dukunya. Ayo-
ayo beli disini saja!”
35
Pada kalimat tersebut dituturkan oleh seorang pedagang yang menawarkan
dagangannya. Dalam tuturan itu mengandung maksud agar orang-orang mau
membeli dagangannya. Dengan demikian, tindak ilokusi tersebut menekankan
pentingnya maksud isi ujaran bagi penuturnya. Secara khusus (Leech, 1993:163-
166) mendeskripsikan tindak ilokusi ke dalam lima jenis tindak tutur diantaranya
(a) asertif, (b) direktif, (c) komisif, (d) ekspresif, dan (e) kalimat deklaratif.
Berikut ini adalah uraiannya.
1) Asertif
Tuturan yang mengikat penuturnya akan kebenaran atas apa yang diujarkan,
misalnya menyatakan, mengusulkan, membual, mengeluh, mengemukakan
pendapat, dan melaporkan.
2) Direktif
Tindak tutur yang berfungsi untuk membuat penutur akan melakukan
sesuatu atau menimbulkan efek berupa tindakan yang dilakukan oleh
penutur. Fungsi ilokusi ini misalnya: memesan, memerintah, memohon,
menuntut, memberi nasehat, menyuruh, menantang, menyarankan,
menganjurkan, memastikan, mengajak, mengijinkan, menawar, melarang,
mendesak dan memperingatkan.
3) Komisif
Ilokusi ini penutur (sedikit banyak) terikat pada suatu tindakan dimasa
depan atau yang akan datang. Tindak ilokusi ini misalnya menjanjikan,
bersumpah, menawarkan, dan memanjatkan (doa), menolak, mengancam.
36
4) Ekspresif
Ilokusi yang berfungsi untuk mengungkapkan sikap psikologis penutur
terhadap keadaan yang tersirat dalam ilokusi, misalnya mengucapkan terima
kasih, mengucapkan selamat, memberi maaf, mengancam, memuji,
mengucapkan belasungkawa.Tindak tutur ilokusi ini cenderung
menyenangkan karena itu secara intrinsik ilokusi ini sopan, kecuali ilokusi
ekspresif mengancam, menyesal dan menyalahkan.
5) Deklarasi
Berhasilnya pelaksanaan ilokusi ini mengakibatkan adanya kesesuain antara
proposisi dengan realitas, misalnya mengundurkan diri, membaptis,
memecat, memberi nama, menyatakan hukuman, mengucilkan/membuang,
mengangkat pegawai dan sebagainya. Tindakan-tindakan ini merupakan
kategori tindak tutur yang sangat khusus.
c. Tindak Perlokusi
Menurut Chaer dan Agustina (2004:53) tindak perlokusi adalah tindak
tutur yang berkenaan dengan adanya ucapan orang lain sehubungan dengan sikap
dan perilaku non-linguistik dari orang lain. Tarigan (2009:34) menjelaskan bahwa
tindak tutur perlokusi, yaitu tindak tutur yang pengujarannya dimaksudkan untuk
mempengaruhi mitra tutur.Tindak perlokusi adalah efek atau danpak yang
ditimbulkan oleh tuturan terhadap mitra tutur sehingga mitra tutur melakukan
tindakan berdasarkan isi tuturan.
37
5. Tindak Tutur Asertif
a. Pengertian
Tindak tutur asertif adalah tindak tutur yang mengikat penuturnya kepada
kebenaran atas apa yang dikatakannya (Saleh, dkk 2018). Levinson (dalam
Suyono, 1990:5) menjelaskan bahwa tindak tutur asertif merupakan tindak tutur
yang menjelaskan apa dan bagaimana sesuatu itu apa adanya, misalnya:
mengemukakan, menjelaskan, menyatakan dan merujuk. Di dalam tindak tutur
asertif, akan melibatkan pembicara dalam kebenaran proposisi yang
diekspresikan, seperti menyatakan, mengusulkan, membual, mengeluh,
melaporkan, menyetujui, dan memprotes.
b. Jenis dan Fungsi
Searle (dalam Rusminto 2009:74) mengemukakan bahwa tindak tutur
asertif adalah tindak tutur yang melibatkan pembicara pada kebenaran proposisi
yang diekspresikan, seperti tindak tutur mengusulkan, menyatakan, menyetujui,
membual, mengeluh, memprotes dan melaporkan.
1) Mengusulkan
Tindak tutur yang terjadi dalam fungsi mengusulkan adalah tuturan yang
sifatnya menyarankan baik berupa pendapat atau saran (anjuran dsb);
menganjurkan (Alwi, 2010:26). Tuturan ini disampaikan penutur ketika
menyampaikan sesuatu hal kepada mitra tutur. Berdasarkan tuturan penutur,
maka mitra tutur akan merespon apakah usulannya diterima atau ditolak.
38
Contoh:
(a) Guru : “Jadi, kalau mau lebih bagus dan memuaskan tugasnya nak,
lebih baik ditulis tangan saja.”
Konteks : Tuturan ini disampaikan oleh guru kepada siswanya ketika
membahas mengenai prosedur pengumpulan tugas.
(b) Guru : “Sebelum ibu berikaan tugas, silahkan bertanya bagian yang
belum dimengerti.”
Konteks : Tuturan ini disampaikan oleh guru kepada siswa ketika akan
memberikan tugas.
(c) Guru : “Kan bias buat yang baru”
Konteks : Tuturan ini disampaikan oleh guru kepada siswa ketika
membahas mengenai tugas kerajinan tangan yang rusak
karena terjatuh.
Berdasarkan uraian tersebut dalam konteks bahasa Bugis tindak tutur
asertif mengusulkandapat diistilahkan sebagai mappapile.
2) Menyatakan
Fungsi tuturan menyatakan berarti menerangkan; menjadikan nyata;
menjelaskan; menunjukkan suatu hal (Alwi, 2010:972). Tuturan menyatakan
adalah salah satu fungsi asertif yang dilakukan antara penutur dan mitra tutur
ketika melakukan komunikasi.Dalam tuturan ini, penutur mengemukakan
pikiran dan mitra tutur mendengarkan.
Contoh:
(a) Guru : “Jumlah murid baru yang diterima sekolah kita tahun ini hanya
39
sekitar 115 murid.”
Konteks : Tuturan ini disampaikan guru kepada siswa di dalam kelas guru
menjelaskan mengenai murid baru.
(b) Siswa : “Ada, Imam Nuri, e, Imam Nuriansyah, Tegar Deswantoro sakit.”
Guru : “Jadi yang sakit hari ini Tegar, Widi.”
Siswa : “Sama Tegar, Widi,M. Abdiansyah, Iman Nuriansyah.”
Konteks : Tuturan ini disampaikan siswa ketika guru mengabsen di
ruang kelas.
Berdasarkan uraian tersebut dalam konteks bahasa Bugis tindak tutur
asertif menyatakan dapat diistilahkan sebagai maqkeda.
3) Menyetujui
Tindak tutur menyetujui merupakan salah satu fungsi asertif yang dilakukan
antara penutur dan mitra tutur ketika melakukan interaksi. Tuturan yang
disampaikan penutur kepada mitra tutur bersifat membenarkan dengan
maksud agar mitra tutur menyetujui sesuatu yang diusulkan atau yang
dituturkan oleh penutur.
Contoh:
Siswa : “Ibu, nomor enam ini cara mengerjakannya sudah benar seperti
ini?”
Guru : “Iya, itu sudah cocok. Ajari temannya yang lain yah karena masih
banyak yang belum mengerti”.
Konteks: tuturan ini disampaikan oleh guru yang mengajar saat
membenarkan jawaban siswa.
40
Berdasarkan uraian tersebut dalam konteks bahasa Bugis tindak asertif
menyetujui dapat diistilahkan sebagai isicocoki.
4) Membual
Tindak tutur ini terjadi ketika penutur menyampaikan tuturan kepada mitra
tutur yang mengandung tindak membual.Tuturan ini ditanggapi oleh mitra
tutur sebagai sesuatu yang tidak masuk akalsehingga menimbulkan
ketidakpercayaan mitra tutur terhadap penutur.
Contoh:
Guru : “Yang disana itu, kalau mau naik kelas, tidak usah belajar. Cukup
main game saja”.
Konteks : Tuturan ini disampaikan guru ketika memberikan pencerahan ke
siswa dengan cara menyindir secara halus.
Berdasarkan uraian tersebut dalam konteks bahasa Bugis tindak asertif
membual dapat diistilahkan sebagai maccacca.
5) Mengeluh
Tuturan ini terjadi ketika penutur menyampaikan tuturan kepada mitra tutur
berupa pernyataan kekecewaan.Penutur mengeluh kepada mitra tutur karena
merasa kecewa terhadap tindakan atau perbuatan yang telah dilakukan oleh
mitra tutur.
Contoh:
Guru : “Ehh yudi! Jangan main-main terus nak, ibu sudah capek
menjelaskan dari tadi. Bagaimana bisa bagus nilainya kalau tidak
pernah memperhatikan pelajaran dari ibu”.
41
Konteks : Tuturan ini disampaikan oleh guru saat menegur seorang siswa
yang bermain-main saat pelajaran sedang berlangsung.
Berdasarkan uraian tersebut dalam konteks bahasa Bugis tindak asertif
mengeluh dapat diistilahkan sebagai maqdareke’.
6) Memprotes
Tindak memprotes merupakan salah satu fungsi asertif yang dilakukan antara
penutur dan mitra tutur ketika melakukan interaksi. Tuturan ini disampaikan
penutur kepada mitra tutur karena penutur tidak sependapat atau menolak
pernyataan yang disampaikan oleh mitra tutur. (Alwi, 2010:972).
Contoh:
Guru : “Mana Nurmila. Ini minggu ke-9 apa 11 nak? Lihat dulu
pekerjaan ini. Ibu yang salah atau kamu yang salah tulis nak?”.
Siswa : “Salah tulis bu”.
Konteks: Tuturan ini dituturkan oleh seorang guru yang mengajar ketika
memeriksa tugas harian siswa.
Berdasarkan uraian tersebut dalam konteks bahasa Bugis tindak asertif
memproteskan dapat diistilahkan sebagai mapperotes.
7) Melaporkan
Tuturan ini dilakukan penutur kepada mitra tutur dengan maksud melaporkan
suatu kejadian atau peristiwa.
Contoh:
Guru : “Kemarin ibu ditanya oleh wali kelas VII.A bahwa kelas VII.E
selalu berkeliaran saat jam pelajaran sedang berlangsung”.
42
Siswa : “Laki-lakinya itu Bu”.
Konteks: Tuturan ini disampaikan ketika guru mendapat laporan dari wali
kelas VII.A tentang kondisi siswa kelas VII.E.
Berdasarkan uraian tersebut dalam konteks bahasa Bugis tindak asertif
melaporkan dapat diistilahkan sebagai mallaporo.
6. Konteks
Bahasa dan konteks merupakan dua hal yang saling berkaitan satu sama
lain. Bahasa membutuhkan konteks tertentu dalam pemakaiannya, demikian juga
sebaliknya konteks baru memiliki makna jika terdapat tindak berbahasa di
dalamnya (Durati dalam Rusminto dan Sumarti, 2006:51).
Konteks adalah latar belakang pengetahuan yang sama-sama dimiliki oleh
penutur dan mitra tutur yang memungkinkan mitra tutur untuk memperhitungkan
tuturan dan memaknai arti tuturan dari si penutur (Grice dalam Rusminto dan
Sumarti, 2006:54). Sementara itu, konteks juga didefinisikan sebagai sebuah
dunia yang diisi orang-orang yang memproduksi tuturan-tuturan atau situasi
tentang susunan keadaan sosial sebuah tuturan sebagai bagaian konteks
pengetahuan di tempat tuturan tersebut diproduksi dan diinterpretasi (Schiffrin
dalam Rusminto dan Sumarti, 2006:51). Konteks tidak saja berkenaan dengan
pengetahuan, tetapi merupakan suatu rangkaian lingkungan tempat tuturan
dimunculkan dan diinterpretasikan sebagai realisasi yang didasarkan pada aturan-
aturan yang berlaku dalam masyarakat pemakai bahasa.
43
Kesimpulan yang dapat ditarik dari beberapa penafsiran tentang konteks,
yaitu konteks memiliki peranan yang sangat penting dalam memberikan suatu
penafsiran tentang maksud penutur terhadap mitra tutur.
7. Tindak Tutur dalam Pembelajaran
Menurut Rohmadi (2004: 26) tindak tutur merupakan produk tindak verbal
yang terlihat dalam setiap percakapan lisan maupun tertulis antara penutur dengan
lawan tutur.Pernyataan tersebut sesuai dengan interaksi yang terjadi antara guru
dan siswa dalam kegiatan belajar-mengajar.Terjadinya interaksi dalam proses
pembelajaran sebaiknya dimanfaatkan oleh guru dengan baik sehingga interaksi
tersebut dapat menarik perhatian dan minat siswa.
Tuturan yang diujarkan oleh guru terhadap siswa merupakan tuturan
menurun. Tuturan menurun adalah ragam bahasa yang digunakan untuk bertutur
kepada orang yang lebih muda, atau lebih rendah status sosialnya. Seperti yang
diungkapkan oleh Navis (dalam Aslinda dan Leni, 2010:55) bahwa tuturan
menurun adalah penggunaan bahasa oleh orang yang lebih tua dan status sosialnya
lebih tinggikepada penutur yang lebih muda dan status sosialnya lebih rendah.
Selanjutnya bagi para pengajar khususnya guru bahasa daerah, selain harus
mampu bertindak tutur sesuai dengan konteks dan situasi, guru juga diharapkan
dapat menggunakan tuturan yang beraneka ragam.Jadi tindak tutur yang
disampaikan dalam interaksi belajar-mengajar tidak monoton. Selain itu, guru
juga harus mampu menggunakan strategi yang dapat memudahkan siswa sebagai
mitra tutur untuk menerima materi yang disampaikan. Jika guru tidak dapat
44
melakukan tindak tutur secara baik, siswa pun tidak dapat mencapai daya serap
yang optimal.
8. Alih Kode
Alih kode adalah penggunaan bahasa lain atau ragam bahasa lain pada satu
percakapan untuk menyesuaikan diri dengan peran atau situasi lain atau karena
adanya partisipan lain. Appel (dalam Saleh dkk, 2017: 84) mendefenisikan alih
kode sebagai gejala peralihan pemakaian bahasa karena berubahnya situasi.
Hymes menyatakan alih kode bukan hanya terjadi antarbahasa, tetapi dapat juga
terjadi antara ragam-ragam atau gaya-gaya yang terdapat dalam satu bahasa.
Menurut Fishman, penyebab alih kode adalah antara lain: (1) pembicara atau
penutur, (2) pendengar atau lawan tutur, (3) perubahan situasi dengan hadirnya
orang ketiga, (4) perubahan dari formal ke informal atau sebaliknya, (5)
perubahan topik pembicaraan.
9. Campur Kode
Gejala alih kode biasanya diikuti dengan gejala campur kode, Thelander
(dalam Chaer 2010: 115) mengatakan apabila di dalam suatu peristiwa tutur
klausa atau frasa yang digunakan terdiri dari klausa dan frasa campuran (hybrid,
clauses, hybrid phrases), dan masing-masing klausa dan frasa tidak lagi
mendukung fungsi sendirinya sendiri, maka peristiwa yang terjadi ini adalah
campur kode.
Campur kode adalah penggunaan satuan bahasa dari satu bahasa ke bahasa
lain untuk memperluas gaya bahasa atau ragam bahasa. Campur kode terjadi
apabila seorang penutur menggunakan suatu bahasa secara dominan mendukung
45
suatu tuturan disisipi dengan unsur bahasa lainnya berdasarkan karakteristik
penutur, seperti latar belakang sosial dan tingkat pendidikan, serta keterbatasan
bahasa (ungkapan dalam bahasa tersebut tidak ada padanannya) sehingga ada
keterpaksaan menggunakan bahasa lain, walaupun hanya mendukung satu fungsi.
Dengan demikian campur kode terjadi karena adanya hubungan timbal balik
antarperanan penutur, bentuk bahasa, dan fungsi bahasa berupa penyisipan kata
dan frasa.
Dalam campur kode penutur menyelipkan unsur-unsur bahasa lain ketika
sedang memakai bahasa tertentu. Unsur-unsur tersebut dapat berupa kata-kata,
tetapi dapat juga berupa frasa atau sekelompok kata. Jika berwujud kata biasanya
gejala itu disebut peminjaman. Hal yang menyulitkan timbul ketika memakai
kata-kata peminjaman tetapi kata-kata pinjaman ini sudah tidak dirasakan sebagai
kata asing melainkan dirasakan sebagai bahasa yang dipakai. Sebagai contoh si A
berbahasa Indonesia, kemudian ia berkata “sistem operasi komputer ini sangat
lambat”. Dari sini terlihat si A banyak menggunakan kata-kata asing yang
dicampurkan ke dalam bahasa Indonesia. Namun ini tidak dapat dikatakan sebagai
gejala campur kode ataupun alih kode. Hal ini disebabkan penutur jelas tidak
menyadari kata-kata yang dipakai adalah kata-kata pinjaman, bahkan ia merasa
semuanya merupakan bagian dari bahasa Indonesia karena proses peminjaman
tersebut sudah terjadi sejak lama.
46
B. Kerangka Pikir
Penggunaan bahasa daerah dalam interaksi belajar-mengajar merupakan
salah satu bentuk komunikasi. Melalui proses komunikasi akan memunculkan
peristiwa tutur dan tindak tutur. Peristiwa tutur merupakan proses terjadinya atau
berlangsungnya interaksi linguistik dalam suatu bentuk ujaran atau lebih yang
melibatkan dua belah pihak, yaitu penutur dan lawan tutur, dengan satu pokok
tuturan, di dalam waktu, tempat, dan situasi tertentu. Tindak tutur merupakan
gejala individual yang bersifat psikologis dan keberlangsungannya ditentukan
oleh kemampuan bahasa si penutur dalam menghadapi situasi tertentu. Dalam
interaksi belajar-mengajar bahasa daerah, peran guru tidak terlepas dari usaha
membimbing siswa agar mampu memahami penggunaan, bentuk dan fungsi
bahasa daerah dengan baik dan benar untuk berkomunikasi sesuai konteksnya.
Penelitian yang dilakukan oleh peneliti ini bertujuan untuk menganalisis
tindak tutur asertif yang terdapat dalam tuturan guru terhadap siswa dalam proses
pembelajaran bahasa daerah (Bugis). Data berupa tuturan guru terhadap siswa
yang diperoleh kemudian diklasifikasikan berdasarkan fungsinya (menyatakan,
mengusulkan, membual, mengeluh, mengklaim, melaporkan, menyetujui dan
memprotes), serta dianalisis bentuk penggunaannya dalam bahasa daerah (Bugis)
berdasarkan alih kode dan campur kode. Setelah melakukan analisis data, maka
akan ditemukan hasil mengenai bentuk tindak tutur asertif guru terhadap siswa
dalam pembelajaran bahasa daerah (Bugis) kelas VII.A SMP Negeri 3 Bungoro.
Berikut merupakan bagan kerangka pikir dari peneitian yang dilakukan oleh
peneliti.
47
Bagan Kerangka Pikir
Guru
Peristiwa Tutur
Penggunaan
Bahasa Daerah
(Bugis)
Analisis Data
Penyajian
Data
Kesimpulan
Reduksi
Data
Temuan
Interaksi Interaksi
Siswa
Fungsi Tindak
Tutur Asertif
Pengumpulan Data
PRAGMATIK
Pembelajaran Bahasa Daerah (Bugis)
Implikatur Praanggapan Deiksis Tindak
Tutur
48
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Desain Penelitian
Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan
deskriptif kualitatif, menurut David Williams (1995) yang dikutip Moleong
(2007:5) mengemukakan bahwa penelitian kualitatif adalah pengumpulan data
pada suatu latar alamiah, dengan menggunakan metode alamiah, dan dilakukan
oleh orang atau peneliti yang tertarik secara alamiah. Digunakannya metode
deskriptif dengan pendekatan kualitatif, dimaksudkan untuk membuat deskripsi,
gambaran secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai objek penelitian, suatu
set kondisi pada masa sekarang serta hubungan antarfenomena yang diselidiki.
Setelah di analisis, kemudian dibandingkan berdasarkan kenyataan yang sedang
berlangsung pada saat ini.
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis
penelitian deskriptif. Data yang dikumpulkan berupa kata-kata, gambar, dan
bukan angka-angka. Hal ini disebabkan oleh adanya penerapan metode kualitatif.
Selain itu, semua yang dikumpulkan berkemungkinan menjadi kunci terhadap apa
yang sudah diteliti.
Penelitian ini menggunakan desain penelitian deskriptif kualtitatif yaitu
rangkaian kegiatan untuk memperoleh data yang bersifat apa adanya tanpa ada
dalam kondisi tertentu yang hasilnya lebih menekankan makna. Peneliti
menggunakan desain penelitian deskriptif kualitatif karena peneliti ingin
menggambarkan perilaku, pemikiran atau perasaan suatu kelompok atau individu
49
pada fenomena-fenomena yang ada, baik fenomena yang bersifat alamiah atau
rekayasa.Dalam penelitian ini, peneliti ingin mendeskripsikan penggunaan tindak
tutur asertif guru terhadap siswa pada saat pembalajaran bahasa daerah (Bugis) di
kelas VII.A SMP Negeri 3 Bungoro. Data penelitian ini berupa tuturan lisan guru
terhadap siswa dalam bentuk tindak tutur asertif.
B. Waktu dan Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 5 Agustus dan 19 Agustus 2019
di salah satu sekolah menengah pertama negeri di kecamatan Bungoro kabupaten
Pangkep, tepatnya di SMP Negeri 3 Bungoro. Lokasi SMP Negeri 3 Bungoro ini
tidak jauh dari jalan poros dan berdekatan dengan pasar sentral kota Pangkep
sehingga tidak sulit untuk dijangkau oleh peneliti.
C. Definisi Istilah
Untuk menghindari kesalahpengertian dan kesalahpahaman, maka perlu
diberikan definisi istilah berikut:
1. Tindak tutur asertif adalah tindak tutur yang melibatkan penutur pada
kebenaran proposisi yang diekspresikan berdasarkan jenis dan fungsinya, yaitu
menyatakan, mengusulkan, membual, mengeluh, melaporkan, menyetujui dan
memprotes.
2. Penggunaan bahasa daerah Bugis dalam pembelajaran bahasa daerah yang
dapat berupa alih kode dan campur kode
3. Alih kode adalah peristiwa pergantian bahasa dari ragam santai menjadi ragam
resmi, ataupun sebaliknya dalam peristiwa tutur karena terjadi perubahan
50
situasi dengar hadirnya orang ketiga, perubahan gaya bahasa dari formal ke
informal atau sebaliknya, dan perubahan topik pembicaraan.
4. Campur kode terjadi apabila seorang penutur menggunakan suatu bahasa
secara dominan mendukung suatu tuturan disisipi dengan unsur bahasa
lainnya berdasarkan karakteristik penutur, seperti latar belakang sosial dan
tingkat pendidikan, serta keterbatasan bahasa (ungkapan dalam bahasa
tersebut tidak ada padanannya) sehingga ada keterpaksaan menggunakan
bahasa lain, walaupun hanya mendukung satu fungsi.
D. Data dan Sumber Data
1. Data
Data penelitian ini adalah tuturan lisan berupa tindak tutur asertif yang
dikelompokkan berdasarkan fungsinya, yaitu menyatakan, mengusulkan,
membual, mengeluh, melaporkan, menyetujui dan memprotes; oleh guru
terhadapsiswadalampembelajaranbahasa daerah (Bugis)kelas VII.A di SMP
Negeri 3 Bungoro.
2. Sumber Data
Sumber data penelitian ini adalah guru dan siswa dalam pembelajaran
bahasa daerah (Bugis) di SMP Negeri 3 Bungoro.
E. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri,
peneliti berperan sebagai human instrumen (perencana, pengumpul, penafsir data,
dan pelapor hasil penelitian). Pendapat ini didukung oleh teori Sugiyono
(2008:305) mengatakan bahwa dalam penelitian kualitatif, yang menjadi
51
instrumen atau alat penelitian adalah peneliti itu sendiri sehingga peneliti harus
siap dalam hal penguasaan terhadap bidang yang diteliti. Dalam pengumpulan
data, peneliti menggunakan alat rekam (handphone dan handycam) untuk
kemudian dilakukan pencatatan ke dalam kartu data seperti berikut!
Data:
F. Teknik Pengumpulan Data
Dalam kaitannya dengan pemerolehan data, data diperoleh dari sumber
data lisan. Data lisan diperoleh dengan cara menyimak tuturan guru dan siswa
pada saat proses pembelajaran berlangsung. Teknik pengumpulan data dalam
penelitian ini, peneliti menggunakan teknik simak bebas libat cakap, catat, dan
rekam. Teknik ini merupakan teknik lanjutan dari metode simak
(observasi/pengamatan). Dikatakan simak karena dilakukan dengan menyimak
penggunaan bahasa dalam pembelajaran. Teknik ini memiliki teknik dasar yang
berwujud teknik sadap. Teknik sadap disebut teknik dasar karena pada hakikatnya
penyimakan diwujudkan dengan penyadapan. Dalam arti, peneliti dalam upaya
Nomor Data :
Hari/Tanggal :
Kelas :
Materi Pembelajaran :
Guru :
Bentuk:
Data:
Maksud Tuturan:
Bahasa:
Konteks:
52
mendapatkan data dilakukan dengan penyadapan bahasa seseorang atau beberapa
orang. Teknik simak dalam penelitian ini berupa simak bebas libat cakap, catat,
dan rekam (Sugiyono, 2008).
a) Teknik simak bebas libat cakap
Teknik simak bebas libat cakap maksudnya peneliti hanya berperan
sebagai pengamat dan tidak terlibat dalam proses penuturan. Teknik ini
digunakan untuk menyimak para penutur cerita lisan. Penutur itu adalah guru
bahasa daerah (Bugis)dansiswakelas VII.A SMP Negeri 3 Bungoro, yang
disimakadalah fungsi tuturan asertif (menyatakan, mengusulkan, membual,
mengeluh, melaporkan, menyetujui dan memprotes), serta alih kode dan
campur kode dalam pembelajaran bahasa daerah (Bugis).
b) Teknik Catat
Teknik catat dilakukan untuk mencatat penggalan tuturan percakapan
dalam pembelajaran bahasa daerah (Bugis). Selanjutnya, tuturan dicatat.
Fokus bahasa yang diteliti adalah fungsi tindak tutur asertif (menyatakan,
mengusulkan, membual, mengeluh, melaporkan, menyetujui dan memprotes)
serta alih kode, dan campur kode dalam pembelajaran bahasa daerah (Bugis).
c) Teknik Rekam
Teknik rekam digunakan karena bahasa yang akan diteliti merupakan
bahasa lisan dan bahasa yang masih dituturkan oleh pemiliknya. Perekaman
ini dilakukan terhadap tuturan yang dilakukan oleh guru dan siswa kelas VII.A
SMP Negeri 3 Bungoro dengan menggunakan voice recorder (Handphone)
dan handycam. Yang direkam adalah data tuturana sertif (menyatakan,
53
mengusulkan, membual, mengeluh, melaporkan, menyetujui dan memprotes)
serta alihkode dan campur kode oleh guru dan siswa dalam pembelajaran
bahasa daerah (Bugis).
G. Teknik Analisis Data
Menurut Miles dan Huberman (1992), prosedur analisis data dibagi
menjadi tiga, yaitu (1) tahap reduksi data, (2) tahap penyajian data, (3) tahap
penarikan simpulan dan verifikasi.
1. Tahap pereduksian data
Proses pereduksian data dilakukan meliputi proses penyeleksian, pemfokusan,
penyederhanaan,pengabstraksian, dan pentransferan data mentah yang telah
diperoleh.
2. Tahap penyajian data
Proses penyajian data yang dilakukan meliputi proses penyusunan dan
pengorganisasian data, sehingga memungkinkan analisis data dan penarikan
simpulan dapat dilaksanakan.
3. Penarikan simpulan dan verifikasi
Proses penyimpulan dan verifikasi meliputi kegiatan penajaman hasil aktivitas
analisis, kemudian mengolaborasikan argument dan prinsip dari kolega
ataupun para profesional. Berdasarkan dua kegiatan pada tahap ini, diharapkan
dapat diperoleh kesimpulan yang mempunyai tingkat keberterimaan,
keterpahaman, dankekuatan yang memadai.
Data yang dianalisis dalam penelitian ini berupa tuturan yang digunakan
oleh guru dan siswa dalam interaksi belajar-mengajar mata pelajaran bahasa
54
daerah (Bugis). Untuk memperoleh diskripsi mengenai tindak tutur yang
digunakan dalam interaksi belajar-mengajar tersebut, maka teknik analisis data
yang digunakan adalah teknik padan pragmatik. Teknik padan pragmatik
merupakan teknik yang alat penentunya di luar, terlepas, dan tidak menjadi bagian
dari bahasa (langue) yang bersangkutan seperti penutur, lawan tutur atau konteks.
Dalam hal ini setiap tuturan akan dicari maksudnya, kemudian dikategorikan
berdasarkan jenis tuturan dan fungsinya yang berbeda-beda.
Teknik lain yang digunakan adalah teknik klasifikasi. Menurut Bungin
(2007: 156) teknik klasifikasi dilakukan untuk membangun kategori-kategori dan
kemudian satuan makna dan kategori dianalisis serta dicari hubungan satu dengan
lainnya untuk menemukan makna, arti dan tujuan isi komunikasi. Teknik ini
digunakan untuk mengklasifikasikan jenis dan fungsi tindak tutur asertif yang
digunakan dalam interaksi belajar-mengajar. Data yang terkumpul dicatat dalam
kartu data dan selanjutnya diidentifikasi jenis dan fungsi tindak tutur asertifnya.
Dalam menganalisis data, peneliti menggunakan bekal pengetahuan
tentang tindak tutur asertif dalam interaksi belajar-mengajar. Kemudian data
dipilih dan diklasifikasikan berdasarkan jenis dan fungsi. Setelah kegiatan
klasifikasi dilakukan, peneliti melakukan tahap menganalisis data. Kegiatan
analisis data dilakukan dengan menggunakan kartu data. Data yang sudah
dianalisis selanjutnya direkap dalam lembar rekam data, sehingga dapat diketahui
frekuensi pemakian jenis dan fungsi tindak tutur asertif dalam interaksi belajar-
mengajar mata pelajaran bahasa daerah (Bugis) pada kelas VII.A di SMP Negeri 3
Bungoro.
55
H. Validitas Data
Untuk menguji validitas data dalam penelitian ini, peneliti menggunakan
teknik triangulasi (sumber/data dan metode).
1. Triangulasi data, untuk menjaga validitas data berupa tindak tutur asertif,
peneliti menggunakan beberapa sumber, yaitu dokumentasi (rekaman maupun
catatan ujaran-ujaran yang disampaikan guru kepada siswa dalam
pembelajaran), peristiwa (proses pembelajaran), dan informan (guru bahasa
daerah kelas VII di SMP Negeri 3 Bungoro)
2. Triangulasi metode, peneliti menggunakan metode yang berbeda untuk
mendapatkan data yang sama. Untuk menjaga validitas data berupa tindak
tutur asertif, peneliti menggunakan metode yang berbeda agar tindak tutur
asertif yang diperoleh valid, maka peneliti menggunakan metode rekam catat
dan observasi sehingga data makna dari tuturan yang muncul secara khusus,
yaitu dengan bertanya kepada guru bahasa daerah kelas VII SMP Negeri 3
Bungoro.
56
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini dikemukakan secara rinci hasil penelitian mengenai tindak
tutur asertif guru terhadap siswa dalam pembelajaran bahasa daerah (Bugis) kelas
VII.A SMP Negeri 3 Bungoro. Hasil penelitian ini dibagi atas dua bagian yaitu,
bagian pertama menjelaskan secara rinci bukti kedua diperoleh dari hasil analisis
data yang merupakan hasil penelitian, dan bagian kedua menjelaskan inti dari
hasil penelitian yang merupakan pembahasan.
A. Hasil Penelitian
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam proses pembelajaran bahasa
daerah (Bugis) di kelas VII.A SMP Negeri 3 Bungoro ditemukan tuturan yang
termasuk dalam fungsi tindak tutur asertif yang terdiri dari fungsi mengusulkan,
fungsi menyatakan, fungsi menyetujui, fungsi membual, fungsi mengeluh, fungsi
memprotes dan fungsi melaporkan. Serta ditemukan penggunakan bahasa daerah
(Bugis) dalam wujud alih kode, yaitu tuturan asertif yang termasuk dalam wujud
alih kode dari bahasa Indonesia ke bahasa Bugis, dan tuturan asertif yang
termasuk dalam wujud alih kode dari bahasa Bugis ke bahasa Indonesia.
Selanjutnya penggunakan bahasa daerah (Bugis) dalam wujud campur kode, yaitu
tuturan asertif yang termasuk wujud campur kode berupa penyisipan kata, dan
tuturan asertif yang termasuk wujud campur kode berupa penyisipan frasa. Secara
lengkap akan diuraikan sebagai berikut:
57
1. Fungsi tindak tutur asertif guru terhadap siswa dalam pembelajaran
bahasa daerah (Bugis) kelas VII.A SMP Negeri 3 Bungoro
Dalam perkembangannya,Scarle (2001) mengembangkan teori tindak
tuturnya terpusat pada ilokusi. Pembagian jenis tindak tersebut berdasarkan pada
tujuan dari tindak dan pandangan penutur bahwa (1) tuturan merupakan sarana
utama komunikasi dan (2) tuturan baru memiliki makna jika direalisasikan dalam
tindak komunikasi nyata, misalnya: membuat pernyataan. Secara garis besar
pembagian yang dimaksud Searle ini adalah tindak tutur asertif. Tindak tutur
asertif adalah tindak tutur yang menjelaskan sesuatu apa adanya yang melibatkan
pembicara dalam kebenaran proposisi yang diekspresikan. Fungsi tindak tutur
asertif meliputi; mengusulkan, menyatakan, menyetujui, membual, mengeluh,
memprotes dan melaporkan. Fungsi tindak tutur asertif tersebut terdapat pada data
berikut:
a. Mengusulkan (mappappile)
Arti kata mengusulkan dalam KBBI adalah mengajukan usul;
mengemukakan sesuatu (pendapat atau saran) supaya dipertimbangkan atau
disetujui, sedangkan fungsi tindak asertif mengusulkan adalah tuturan berupa
usulan yang mengemukakan suatu pendapat atau saran yang disampaikan penutur
kepada mintra tutur, kemudian akan dipertimbangkan oleh mitra tutur. Dalam
penelitian ini ditemukan fungsi tindak asertif mengusulkan sebagai berikut:
1) “Jadi, tugaseta matu kulesuki tettokiq ku yolona camminge mappuisi
maraga gellona, perhatikan wajah kalian masing-masing dan mimiknya”
Lontaraq : jdi tugsEt mtu kuelsuki ettoki kuyolon cmieG mpuaisi mrg gElon. Terjemahan : “Jadi, tugas kalian kalau pulang sekolah silahkan berdiri
di depan cermin kemudian membaca puisi.”
58
Konteks : Tuturan ini disampaikan setelah guru menginformasikan
kepada siswa mengenai siswa mengenai tugas membaca
puisi. (Data no.01.02)
Data tuturan no.01.02 termasuk fungsi mengusulkan. Hal ini tergambar
pada kalimat “Jadi tugasata matu kulesukiq kuyolona camminge mappuisi
maraga gellona”. Melalui tuturan ini penutur memberikan saran kepada mitra
tutur. Tuturan ini disampaikan oleh guru saat menjelaskan tugas membaca puisi
kemudian memberikan sebuah saran kepada siswa untuk berlatih di depan cermin
saat sudah berada di rumah. Usulan yang diajukan guru pada tuturan berupa
usulan ysng berupa usulan yang mengemukakan suatu saran yang kemudian
dipertimbangkan oleh siswa.
2) ”Jadi, bedakan rukun Iman dengan Rukun Islam, rukun iman ada enam
rukun Islam ada lima”
Konteks : Tuturan ini tuturan oleh guru ketika beberapa siswa sulit
membedakan antara jumlah rukun Iman dan rukun Islam.
(Data no.01.08)
Data no.01.08 merupakan tuturan fungsi mengusulkan. Hal ini tergambar
pada kalimat “Jadi, bedakan rukun Iman dan rukun Islam, rukun iman ada enam
rukun Islam ada lima”. yang dituturkan oleh guru yang memberikan pemahaman
kepada siswa yang sulit untuk membedakan antara keduanya. Memalui tuturan ini
guru memberikan penjelasan mengenai jumlah rukun Iman dan rurkun Islam,
dimana tuturan yang diungkapkan oleh guru adalah tuturan yang sifatnya berupa
pendapat yang disampaikan kepada siswa kemudian mitra tutur akan menerima
atau menyetujui maksud tuturan tersebut. Hal ini sejalan dengan definisi tindak
asertif fungsi mengusulkan yang menjelaskan bahwa tindak aserttif mengusulkan
59
adalah tuturan berupa usulan mengemukakan suatu pendapat aturan saran
kemudian akan dipertimbangkan oleh mitra tutur.
3) “Akkutana memenni paragrap siaga deq manessa sebelum ulekki tugas,
akkutanaki pa ku deq yakutana deqtu uwisseng anu kegi deq tapahangi”
Lontaraq : akutn emmEni prgErpE siag ed mens sEbElu auelki tugs, akutnki p ku ed
ykutn edtu auwisE anu ekgi ed tphGi. Terjemahan : “Sebelum saya memberikan tugas silahkan bertanya
paragraf berapa yang tidak dimengerti, karena susah
diketahui apabila kalian tidak bertanya.”
Konteks : Turuan ini disampaikan oleh guru sebelum memberikan
tugas kepada siswa. (Data no.01.10)
Data no.01.10 merupakan tuturan fungsi mengusulkan, yang tergambar
pada kalimat “Akkutana memenni paragrap siaga deq manessa sebelum ulekki
tugas, akkutanaki pa ku deq yakutana deqtu uwisseng anu kegi deq tapahangi”.
Maksud dari tuturan ini adalah guru mengusulkan kepada siswa agar kiranya
bertanya mengenai apa yang belum dipahami oleh siswa sebelum diberikan tugas,
kemudian mitra tutur atau siswa membalas tuturan. Tuturan ini bisa saja
dilaksanakan oleh mitra tutur dalam hal ini siswa bisa pula tidak dilaksanakan
oleh mitra tutur dalam hal ini adalah siswa tidak akan mengajukan sebuah
pertanyaan, artinya siswa atau mitra tutur setuju dengan apa dimaksud oleh
tuturan guru. Hal inilah yang kemudian sejalan dengan definisi tindak asertif
fungsi mengusulkan yaitu suatu tuturan berupa usulan yang mengemukakan suatu
pendapat atau saran yang kemudian akan dipertimbangkan (disetujui atau tidak)
oleh mitra tutur.
60
4) “Jamani joloq nomoroq seddi lettu nomoroq lima, yaro wajib
makkekuange”
Lontaraq : jmni jolo nomoro esdi lEtu nomoro lim, yro wjibE mkEkuaeG. Terjemahan : “Silahkan dikerja nomor satu sampai nomor lima, itu yang
wajib sekarang.”
Konteks : Tuturan ini disampaikan oleh guru kepada siswa ketika
beberapa siswa bertanya mengenai beberapa tugas yang
lain. (Data no.01.12)
Data no.01.12 merupakan tuturan fungsi mengusulkan. Hal ini tergambar
pada kalimat “Jamani joloq nomoroq seddi lettu nomoroq lima, yaro wajib
makkekuangge”. Dengan maksud guru mengusulkan agar siswa mengerjakan
nomor satu sampai nomor lima terlebih dulu, sesuai dengan apa yang telah
diperintahkan sebelumnya. Tuturan ini merupakan sesuatu yang kemudian harus
dikerjakan oleh siswa atau mitra tutur atas apa yang telah dikatakan oleh guru atau
penutur. Maksud tuturan ini adalah sebuah usulan berupa saran yang dikemukakan
dan kemudian akan dipertimbangkan untuk disetujui lalu dilaksanakan. Usulan
dari guru pada tuturan ini berkaitan dengan definisi tindak tutur asertif fungsi
mengusulkan yakni tuturan berupa usulan yang mengemukakan suatu pendapat
atau saran yang kemudian akan dipertimbangkan oleh mitra tutur.
5) “Kan, bisa ditulis ulang!”
Konteks : Tuturan ini disampaikan oleh guru kepada siswa ketika
salah satu siswa mengeluh mengenai tugas yang sudah
ditulis dibukunya dan diwajibkan untuk di kumpul
perlembar. (Data no.01.13)
Data no.01.13 merupakan tuturan fungsi mengusulkan. Dimana maksud
tersebut dari kalimat “Kan, bisa ditulis ulang!”. Adalah guru menyarankan agar
kiranya siswa memindahkan tugasnya di kertas selembar yang sudah dikumpul.
Tuturan ini diungkapkan oleh guru ketika mendengar salah seorang siswa
61
mengeluh tugas yang dibuat dibuku yang salah, hal ini akhirnya menimbulkan
tuturan guru terhadap siswa berupa tuturan asertif mengusulkan dimana guru
memberikan saran dan kemudian siswa akan mempertimbangkannya, usulan dari
guru pada tuturan ini sejalan dengan definisi tindak tutur asertif mengusulkan
yakni tuturan berupa usulan yang mengemukakan suatu pendapat atau saran yang
kemudian akan dipertimbangkan oleh mitra tutur.
6) “Siagaro rukunna sellenge, nennia teppui, teppui jolo nappa iyokiq, rukun
sellenge siaga nappa iyokiqni”
Lontaraq : siagro rukun sElEeG, ennia etpuai jolo np aiyoki, ruku sElEeG siag np aiyokini. Terjemahan : “Rukun Islam ada berapa, sebutkan sebelum ditulis,
berapa tuturan ini disampaikan oleh guru kepada siswa
ketika salah satu siswa bertanya begaimana cara
mengerjakan tugas yang diberikan. (Data no.01.16)
Data no.01.16 merupakan tuturan mengusulkan. Hal ini tergambar pada
kalimat “Siagaro rukunna sellenge, nennia teppui, teppui joloq nappa iyokkiq,
rukun Islam siaga nappa yokkiqni”. Dimana guru mengusulkan kepada siswa agar
kiranya menyebutkan lima rukun Islam tersebut kemudian tuliskan. Tuturan ini
terjadi ketika seorang siswa bertanya mengenai cara mengerjakan tugas yang
diberikan oleh guru, lantas guru kemudian mengungkapkan tuturan tersebut tugas
dengan cara menyebutkan jumlah rukun Islam terlebih dulu baru kemudian
dituliskan. Maksud ungkapan guru pada tuturan ini adalah berupa saran, hal ini
sejalan dengan definisi tindak tutur asertif mengusulkan yakni tuturan berupa
usulan yang mengemukakan suatu pendapat atau yang kemudian akan
dipertimbangkan oleh mitra tutur.
62
7) “Ajjaqna muteppu makkuitu bareq deqna padapada tugasmu matuq,
okiqni bawang ajaq marukkaq pa loi tu iparessa”
Lontaraq : ajn muetpu mkuaitu ber edn pdpd tugsEmu mtu, aokini bw aj mruk p loai tu aipers. Terjemahan : “Tidak perlu disebut seperti itu agar tugas kalian tidak
terjadi kemiripan, silahkan ditulis saja karena sebentar
akan diperiksa.”
konteks : Tuturan ini disampaikan oleh guru kepada siswa ketika
beberapa siswa mendengarkan suara keras menyebutkan
rukun Islam. (Data no.01.17)
Data no.01.17 merupakan tuturan fungsi mengusulkan. Hal ini tergambar
pada kalimat. “Ajjaqna muteppui makkuitu bareq degna padapada tugasmu
matuq, okiqni pa loi tu iparessa”. Tuturan ini menunjukkan guru memberi usulan
berupa saran kepada siswa agar menyebutkan dalam hati jawaban dari tugas yang
diberikan kepada siswa tidak terjadi kemiripan jawaban antara siswa yang satu
dengan siswa lainnya. Saran yang diberikan ini kemudian akan dipertimbangkan
oleh siswa, hal ini sejalan dengan definisi tindak tutur asertif mengusulkan yakni
tuturan berupa usulan yang mengemukakan suatu pendapat atau saran yang
kemudian yakni tuturan berupa usulan yang mengemukakan suatu pendapat atau
saran yang kemudian akan dipertimbangkan oleh mitra tutur.
8) “Anuidi ipasijeppei, pa deqtu napura uparessa keseluruhan boqta”
Lontaraq : anuaidi aipsiejpEai, p edtu npur aupers ekesluruh bot.. Terjemahan : “Sebentar ditempel, karena semua itu belum diperiksa.”
Konteks : Tuturan ini disampaikan oleh guru kepada siswa ketika
mendapatkan seorang siswa sudah berdasarkan mengganti
buku tugasnya karena sudah penuh. ( Data no.01.18)
Data no.01.18 merupakan tuturan fungsi mengusulkan. Dimana tuturan
pada kalimat “Anuidi ipasijeppei, pa deqtu napura uparessa keseluruhan boqta”.
Menunjukkan bahwa guru mengusulkan agar siswa menempelkan buku barunya
63
dengan buku latihan yang lama karena semua tugas belum diberi nilainya. Pada
kalimat ini menunjukkan tuturan guru yang mengungkapkan sebuah saran kepada
siswa, dimana saran itu diberikan ketika salah seorang siswa bertanya kepada guru
mengenai buku tugas. Data tuturan ini termasuk tindak asertif mengusulkan
berdasarkan tuturan yakni tuturan berupa usulan yang mengemukakan suatu
pendapat atau saran yang kemudian akan dipertimbangkan oleh mitra tutur.
9) “Makkeda ga tawe jajiwi, jajini?”
Lontaraq : mkEd g tew jjini Terjemahan : “Apakah kita mengatakan jajiwi atau jajini.”
Konteks : Tuturan ini disampaikan oleh guru kepada siswa ketika
guru membaca tugas membaca tugas dari salah satu siswa.
(Data no.01.21)
Data no.01.21 merupakan tuturan fungsi mengusulkan. Hal ini tergambar
pada kalimat “Makkeda ga tawe jajiwi, jajini?”. Melalui tuturan ini tidak sesuai
dengan konteks kalimatnya. Tuturan tersebut dituturkan saat guru membaca tugas
dari salah satu siswa. Saran yang dituturkan oleh guru memiliki fungsi agar
penutur mengetahui informasi berkaitan dengan pemahaman siswa mengenai
pembuatan kata yang sesuai dengan konteks kalimat.
10) “Yako makkeda tabbaleq kapang, lebih tepat kupakeki kata gareq”
Lontaraq : yko mkEd tblE kp, elbi etpE kupekki kt ger. Terjemahan : “Kalau kita mengatakan tabbaleq kapang, lebih baik
menggunakan kata gareq.”
Konteks : Tuturan ini disampaikan oleh guru kepada siswa ketika
mendapat kalimat yang dibuat oleh siswa masih ada yang
perlu diperbaiki. (Data no.01.22)
Data no.01.22 merupakan tuturan fungsi mengusulkan. Hal ini terlihat dari
tuturan yang diucapkan oleh guru “Yaku makkeda tabbaleq kapang, lebih tepat
kupakeki kata gareq”. Melalui tuturan ini penutur memberi usulan berupa
64
“kapang” menjadi kata “gareq”. Tuturan ini terjadi ketika guru mendapatkan
tugas beberapa siswa masih perluh diperbaiki penulisannya, oleh sebab itu guru
menuturkan ungkapan berupa saran kepada siswa. Setelah mendengarkan saran
dari guru, siswa kemudian akan mempertimbangkan hal yang sejalan dengan
definisi tindak tutur asertif mengusulkan yakni tuturan berupa usulan yang
mengemukakan suatu pendapat atau saran yang kemudian akan dipertimbangkan
oleh mitra tutur.
11) “Ajaq maccule tuttuq, jamani tugasta naselesai gatti”
Lontaraq : aj mcuel tutu, jmni tugst neselsai gti. Terjemahan : “Jangan hanya bermain, silahkan dikerja tugasnya agar
cepat selesai.”
Konteks : Tuturan ini disampaikan oleh guru kepada siswa ketika
beberapa siswa tidak mengerjakan tugaskannya.
(Data.01.29)
Data no.01.29 merupakan tuturan fungsi mengusulkan. Hal ini dapat kita
lihat pada kalimat “Ajaq maccule tuttuq, jamani tugasta naselesai gatti” yang
dituturkan oleh guru. Melalui tuturan ini guru mengusulkan kepada siswa untuk
segera mengerjakan tugasnya agar selesai secepatnya. Tuturan ini diungkapkan
oleh guru ketika beberapa siswa hanya bermain dan tidak mengerjakan tugas,
dengan kejadian tersebut maka guru menyarankan kepada siswa agar tidak
bermain jika ingin tugasnya cepat selesai.
12) “Yaro kopuraki masemmeng akkutanaki ku silotta kade engkaga tugaseta
bahasa daerah atau maraga, supaya nilaitta deqna ketinggalan”
Lontaraq : yro kopurki msEmE akutnki ku silot ked aEkg tugsEt bhs dear atau mrg, supy nlait edn ektigl. Terjemahan : “Itu kalau kita sudah sakit bertanyalah pada temannya
apakah ada tugas bahasa daerah atau bagaimana, agar
nilainya tidak ketinggalan”.
65
Konteks : Tuturan ini disampaikan oleh guru kepada siswa ketika
salah satu siswa tidak mengerjakan tugas karena alasan
sudah sakit. (Data no.01.15)
Data no.01.15 merupakan tuturan fungsi mengusulkan. Hal ini tergambar
pada kalimat “Yaro kopuraki masemmeng akkkutanaki ku silotta kode engkaga
tugasta bahasa daerah atau maraga, supaya nilaitta deqna ketinggalan”. Pada
tuturan ini menunjukkan penutur yang memberikan saran kepada mitra tutur yang
tergambar pada tuturan yang disampaikan oleh guru ketika menanyakan soal tugas
kepada salah seorang siswa. Maksud dari tuturan ini adalah guru menyarankan
kepada siswa bahwa kalau kita sudah sakit kita haruslah bertanya pada teman kita
apakah ada tugas bahasa daerah atau bagaimana, agar nilai kita tidak ketinggalan.
13) “Jadi kalau mau mendapatkan kebaikan dunia akhirat taatlah dan
tunduklah lima perkara tadi atau kata lainnya rukun Islam”
Konteks : Tuturan ini disampaikan oleh guru kepada siswa saat
tengah menerangkan tentang rukun Islam.
(Data no.01.35)
Data no.01.35 merupakan tuturan fungsi mengusulkan. Hal ini tergambar
pada kalimat “Jadi kalau mau mendapatkan kabaikan dunis akhirat taatlah dan
tunduklah lima perkara tadi atau kata lainnya rukun Islam”. Pada tuturan ini
menunjukkan penutur yang memberikan saran kepada mitra tutur. Tuturan ini
disampaikan oleh guru kepada siswa saat tengah menerangkan tentang rukun
Islam, guru menjelaskan kepada siswa poin-poin dari setiap rukun Islam sehingga
saat selesai menjelaskan hal tersebut guru lalu menerangkan tentang makna dari
tiap rukun Islam dengan cara mengumpamakannya berdasarkan contoh. Maksud
yang disampaikan gurun dalam tuturan ini adalah bahwa jika kita ingin
66
mendapatkan kebaikan dunia akhirat dan masuk surga, kita harus mengerjakan
perintah Allah Swt. sebagaimana yang telah disebutkan dalam rukun Islam.
b. Menyatakan (makkeda)
Arti kata menyatakan dalam KBBI adalah menerangkan; menjadikan
nyata, menjelaskan, menunjukkan dan mengatakan. Sedangkan fungsi tindak
asertif mengatakan adalah tuturan yang terjadi ketika penutur dan mitra tutur
melakukan komunikasi secara langsung, dimana penutur mengemukakan pikiran
dan mitra tutur mendengarkan. Dalam penelitian ini ditemukan fungsi tindak
asertif menyatakan sebagai berikut:
1) “Elong Ugi yarega kalau di dalam bahasa Indonesia adalah puisi, kalau di
dalam bahasa daerah yaitu Elong Ugi”
Konteks : Setelah ada beberapa penjelasan mengenai elong ugi, guru
memperjelas mengenai terjemahan Elong Ugi di dalam
bahasa Indonesia. (Data no.01.01)
Data no.01.01 merupakan fungsi menyatakan. Hal ini tergambar pada
kalimat “Elong Ugi yarega kalau di dalam bahasa Indonesia adalah puisi, di
dalam bahasa daerah yaitu Elong Ugi”. Melalui tuturan ini penutur memberikan
penjelasan terhadap tindakan yang telah dilakukan mitra tutur, dimana penutur
mengemukakan pikiran dan mitra tutur mendengarkan. Tuturan ini dituturkan
setelah sebelumnya guru menjelaskan mengenai Elong Ugi, kemudian diajukan
kepada siswa kemudian siswa atau mitra merespon. Setelah mendengar respon
dari siswa, guru kembali menjelaskan definisi Elong Ugi kepada siswa dengan
maksud memperjelas mengenai terjemahan Elong Ugi dalam bahasa Indonesia.
Maksud dari tuturan ini sejalan dengan definisi fungsi tindak asertif menyatakan
yakni tuturan yang terjadi ketika pentur dan mitra tutur melakukan komunikasi
67
secara langsung, dimana penutur mengemukakan pikiran dan mitra tutur
mendengarkan.
2) “Oke, artinya lima berarti lima rukun Islam yang harus kita pegang dengan
teguh.”
Konteks : Setelah guru memberikan pertanyaan mengenai jumlah
rukun Islam yang harus di pengang teguh. (Data no.01.03)
Data no.01.03 merupakan tuturan fungsi menyatakan. Hal ini dapat kita
lihat pada kalimat “Oke, artinya lima berarti lima rukun Islam yang harus kita
pegang teguh”. Melalui tuturan setelah guru mengajukan pertanyaan mengenai
jumlah rukun Islam kepada siswa, setelah siswa merespon dan menjawab
pertanyaan dari guru kemudian guru memperkuat hasil jawaban dari siswa
tersebut dengan mengungkapkan tuturan “Oke, artinya lima berarti lima rukun
Islam yang harus kita pegang dengan teguh” dengan maksud memperjelas rukun
Islam.
3) “Jadi di sini yang mempunyai keyakinan akan akhirat adalah perjalanan
hidup kita yang menuju ke akhirat harus menyiapkan amal baik
maksudnya disini kita jadi orang yang mempunyai keyakinan akan
mempersiapkan dirinya dengan amal baiknya.”
Konteks : Tuturan ini dituturkan oleh guru ketika memberikan
penjelasan tentang keyakinan akan datangnya hari akhir.
(Data no.01.06)
Data no.01.06 merupakan tuturan fungsi menyatakan. Hal ini terlihat dari
kalimat “Jadi di sini yang mempunyai kenyakinan akan akhirat adalah
perjalanan hidup kita menuju ke akhirat harus menyiapkan amal baik maksudnya
disini jadi orang yang mempunyai keyakinan akan mempersiapkan dirinya
dengan amal baiknya”. Melalui tuturan ini penutur akan mengemukakan pikiran
dan mitra tutur yang ingin mendapatkan kenyamanan di akhirat maka harus
68
menyiapkan amal baik di dunia. Maksud dari tuturan yang terjadi ketika penutur
dan mitra tutur melakukan komunikasi secara langusng, dimana penutur
mengemukakan pikiran dan mitra tutur mendengarkan.
4) “Semua yang diharamkan oleh Tuhan pasti ada dampak yang tidak baik
untuk diri kita dan hati kita.”
Konteks : Tuturan ini disampaikan oleh guru ketika menjelaskan
mengenai hal yang diharamkan oleh Allah SWT.
(Data no.01.09)
Data no.01.09 merupakan tuturan fungsi menyatakan. Hal terlihat pada
kalimat “Semua yang diharapkan oleh Tuhan pasti ada dampak yang tidak baik
untuk diri kita dan hati kita”. Melalui tuturan ini penutur mengemukakan pikiran
dan mitra tutur mendengarkannya. Maksud dari tuturan ini adalah guru bermaksud
menjelaskan bahwa segala sesuatu yang diharamkan oleh Allah SWT pasti ada
dampak yang tidak baik untuk diri kita. Maksud dari tuturan yang terjadi ketika
penutur dan mitra tutur melakukan komunikasi secara langsung, dimana penutur
mengemukakan pikiran dan mitra tutur mendengarkan.
5) “Iyya. jaji tattambani tugasta, paqna lotoni mabbaca puisi, lotoni jamai
tugasta, lotono makkapalaq”
Lontaraq : aiy. jji ttbni tugst, pn lotoni mbc puaisi, lotoni jmai tugst, lotoni mkpl. Terjemahan : “Iya, tugas kalian bertambah sebab membaca puisi,
mengerjakan tugas dan menghafal”
konteks : Tuturan ini disampaikan oleh guru kepada siswa ketika
siswa mengeluh mengenai tugas-tugas yang diberikan
terlalu banyak. (Data no.01.26)
Data no.01.26 merupakan tuturan fungsi menyatakan. Hal ini tergambar
pada kalimat “Iyya, jaji tattambani tugasta, Paqna lotoni mabbaca puisi, lotoni
jamai tugasta, lotono makkapalaq”. Tuturan ini di ungkapkan oleh guru ketika
69
salah seorang siswa mengeluh tugas-tugas yang diberikan. Dari tuturan ini guru
menerangkan kepada siswa mengeluh tugas-tugas yang diberikan. Dari tuturan ini
guru menerangkan kepada siswa mengenai tugas yang akan segera diselesaikan.
Pada tuturan ini siswa mendengarkan penjelasan tersebut sehingga tutura ini
sejalan dengan definisi fungsi tindak asertif menyatakan yakni tuturan yang sering
terjadi ketika penutur dan mitra tutur melakukan komunikasi secara langsung,
dimana penutur mengemukakan pikiran dan mitra tutur mendengarkan.
6) “Kan kopurasiki makkapalaq purasiki stres-stres otakta sibawa baca puisi
pressi pemeng pikkiriqta to.”
Lontaraq : k kopur siki mkpl pursiki esetrEEsE- esetrEEs aott sibw bc puaisi eprEsi epmE pikirit. Terjemahan : “Setelah menghafal otak kalian akan stres selanjutnya
dihibur dengan membaca puisi”.
Konteks : Tuturan ini disampaikan oleh guru kepada siswa ketika
beberapa siswa mengeluh mengenai tugas.
(Data no.01.27)
Data no.01.27 merupakan tuturan fungsi menyatakan. Hal ini tergambar
pada kalimat “Kan kopura siki makkapalaq purasiki stres-stres otakta sibawa
baca puisi pressi pemeng pikiraqta to”. Tuturan ini di ungkapkan oleh guru ketika
salah siswa mengeluh tugas-tugas diberikan. Dari tuturan ini guru mengatakan
kepada siswa bahwa memang tugas itu banyak tapi ada yang susah dan ada juga
yang gampang. Pada tuturan ini siswa mendengarkan tuturan tersebut. Tuturan ini
sejalan dengan definsi fungsi tindak asertif menyatakan yakni langsung, dimana
penutur mengemukakan pikiran dan mitra tutur mendengarkan.
7) “Kalau Elong kan jelas puisi, kalau Tau Panrita agayaseng?”
Konteks : Tuturan ini dituturkan ketika tidak ada siswa yang
mengetahui tentang tau panrita (Data no.01.31)
70
Data no.01.31 merupakan tuturan fungsi menyatakan. Hal ini tergambar
pada kalimat “Kalau Elong kan jelas puisi, kalau Tau Panrita agayaseng?”
Tuturan ini dituturkan ketika tidak ada siswa yang mengetahui tentang tau panrita.
Dari tuturan ini guru menjelaskan tentang elong kemudian bertanya kepada siswa
mengenai pengertian atau apa itu tau panrita agar kiranya siswa tahu. Maksud dari
tuturan ini sejalan dengan definisi fungsi tindak tutur asertif menyatakan yakni
tuturan yang terjadi ketika penutur dan mitra tutur melakukan komunikasi secara
langsung dimana penutur mengemukakan pikiran dan mitra tutur mendengarkan.
c. Menyetujui (isicocoki)
Arti kata menyetujui dalam KBBI adalah menyatakan setuju (sepakat)
membenarkan dan menerima. Sedangkan fungsi tindak asertif menyetujui adalah
salah satu fungsi asertif yang dilakukan anatara penutur dan mitra tutur ketika
melakukan interaksi. Tuturan yang disampaikan penutur kepada mitra tutur
bersifat membenarkan dengan maksud agar mitra tutur menyetujui sesuatu yang
dituturkan oleh penutur. Dalam penelitian ini ditemukan fungsi tindak asertif
menyetujui sebagai berikut:.
1) “Iya naik haji bagi orang yang mampu”.
Konteks : Tuturan ini disampaikan oleh guru yang sangat setuju
dengan jawaban seorang siswa. (Data no.01.04)
Data no.01.04 merupakan tuturan fungsi menyetujui. Hali ini dapat kita
lihat pada kalimat “Iya naik haji bagi orang yang mampu”. Tuturan ini terjadi
setelah guru menjelaskan rukun Islam dan kemudian memeberikan pertanyaan,
dan siswa menjawab pertanyaan tersebut. Dari interakasi itu guru kemudian
mengutip jawaban dari siswa sebagai tanda bahwa penutur setuju dengan jawaban
71
mitra tutur karena jawaban tersebut dianggap sangat tepat. Hal inilah yang
dimaksud fungsi menyetujui dalam tindak tutur asertif dimana guru atau penutur
membenarkan jawaban mitra tutur atau siswa.
2) “Iya, membaca dua kalimat syahadat”
Konteks : Tuturan ini disampaikan oleh guru yang sangat setuju
dengan jawaban seorang siswa. (Data no.01.05)
Data no.01.05 merupakan tuturan fungsi menyetujui. Hal ini dapat kita
lihat pada kalimat “Iya, membaca dua kalimat syahadat”. Tuturan ini terjadi
setelah guru menjelaskan rukun Islam dan kemudian memberikan pertanyaan dan
siswa menjawabnya. Dari interkasi tersebut guru kemudian mengutip jawaban
dari siswa sebagai tanda bahwa penutur setuju dengan jawaban mitra tutur karena
jawaban tersebut dianggap sudah tepat. Hal inilah yang dimaksud fungsi
menyetujui dalam tindak tutur asertif dimana guru atau penutur membenarkan
jawaban mitra tutur atau siswa.
3) “Cocokni tomatua macua, yammaragae? Apakah pengetahuan yang
umurnya sama dengan kita sama pengetahuannya dengan yang lebih tua?”
Konteks : Tuturan ini disampaikan oleh guru ketika mendengar
jawaban dari seorang siswa yang menjawab pertanyaan
dari guru soal Tau Panrita. (Data no.01.32)
Data no.01.32 merupakan tuturan fungsi menyetujui. Hal ini dapat kita
lihat pada kalimat “Cocokni tomatua macua, yammaragae? Apakah pengetahuan
yang umurnya sama dengan kita sama pengetahuannya dengan yang lebih tua?”.
Tuturan ini disampaikan oleh guru ketika mendengar jawaban dari seorang siswa
yang menjawab pertanyaan dari guru soal Tau Panrita. Dari jawaban siswa,
kemudian guru mengulangnya dan kembali mengemukakan pertanyaan kepada
siswa. Pengulangan ucapan yang dilakukan oleh guru tersebut menunjukkan
72
bahwa guru setuju dengan jawaban mitra tutur atau siswa karena jawaban tersebut
sudah benar tapi masih perlu ditambahkan lagi agar lebih jelas atas apa yang
dimaksud.
4) “Ya, sudah bisa!”
Konteks : Tuturan ini disampaikan oleh guru kepada siswa ketika
salah seorang siswa menjawab pertanyaan dari guru.
(Data no.01.38)
Data no.01.38 merupakan tuturan fungsi menyetujui. Hal ini dapat kita
lihat pada kalimat “Ya, sudah bisa!” yang menunjukkan bahwa tuturan yang
disampaikan penutur terhadap mitra tutur mengandung tuturan fungsi menyetujui.
Pada tuturan ini setelah guru mendengarkan jawaban dari siswa kemudian guru
meresponnya dengan maksud membenarkan jawaban dari siswa, artinya guru
menyetujui jawaban yang telah dikemukakan oleh siswa tersebut. Hal ini
diperkuat dengan adanya penekanan kata “Ya” (menyetujui/mengiyakan) yang
dituturkan oleh guru.
5) “Iya deqpa iterjemahkan i, iyapalaq jolo nappa iterjemahkan”
Lontaraq : aiy edp aietrEejmknE ai, aiypl jolo npi aietrEejmkn. Terjemahan : “Iya, belum diterjemahkan, dihafal terlebih dahulu baru
diterjemahkan”
Konteks : Tuturan ini disampaikan oleh guru kepada siswa ketika
salah seorang siswa bertnya mengenai tugas yang
diberikan. (Data no.01.33)
Data no.01.33 merupakan tuturan fungsi menyetujui. Hal ini dapat kita
lihat pada kalimat “Iya deqpa iterjemahkan i, iyapalaq jolo nappa iterjemahkan”.
Tuturan ini disampaikan oleh guru kepada siswa ketika salah seorang siswa
bertnya mengenai tugas yang diberikan. Dari jawaban siswa tersebut kemudian
guru mengulang tuturan siswa dengan maksud setuju dengan pertanyaan siswa
73
berupa pertanyaan mengenai tugas yang belum harus dikerjakan saat itu juga.
Pengulangan ucapan yang dilakukan oleh guru tersebut menunjukkan bahwa guru
setuju dengan pertanyaan siswa atau mitra tutur karena hal tersebut adalah benar.
Hal inilah yang dimaksud fungsi menyetujui dalam tindak tutur asertif dimana
guru atau penutur membenarkan jawaban mitra tutur atau siswa.
d. Membual (maccacca)
Arti kata membual dalam KBBI adalah omong kosong dan tidak
masuk akal. Sedangkan fungsi tindak asertif membual adalah tuturan yang terjadi
ketika penutur menyampaikan tuturan kepada mitra tutur yang mengandung
tindak membual (omong kosong) sehingga menimbulkan ketidakpercayaan.
Dalam penelitian ini ditemukan fungsi tindak asertif membual sebagai berikut:
1) “Mega tau meloq tama surugae tapi yamato najama iyya minunge, botoni,
magello maneng gayaro cappaqna?”
Lontaraq : emg tau emlo tm surugea tpi ymto njm aiy minueG, meglo mengE gyro
cpn. Terjemahan : “Banyak orang yang ingin masuk surga tapi kerjanya
hanya minum minuman keras, dan judi. Apakah semua itu
memiliki manfaat yang baik?”
Konteks : Tuturan ini disampaikan oleh guru kepada siswa dengan
maksud guru menjelaskan rukun Islam dan hal-hal yang
dapat membuat kita dapat masuk surga. (Data no.01.28)
Data no.01.28 merupakan tuturan fungsi membual. Hal ini dapat kita lihat
pada kalimat “Mega tau meloq tama surugae tapi yamato najama iyya minunge,
botoni, magello maneng gayaro cappaqna?”. Melalui tuturan ini penutur
memberikan pemahaman berupa contoh hal yang tidak masuk akal kepada mitra
tutur, dimana maksud dari tuturan ini adalah guru memberi pemahaman bahwa
jika ingin masuk surga kerjakanlah hal-hal yang baik sesuai dengan perintah Allah
74
SWT, melalui contoh kalimat tersebut guru bermaksud mengemukakan bahwa
tidak ada orang yang masuk surga karena mengerjakan hal-hal buruk. Hal ini
sesuai dengan pengertian fungsi mebual dalam tindak asertif yaitu tuturan yang
terjadi ketika penutur menyampaikan tuturan kepada mitra tutur yang
mengandung tindak membual (omong kosong) sehingga menimbulkan
ketidakpercayaan.
e. Mengeluh (maqdareke)
Arti kata mengeluh dalam KBBI adalah ungkapan yang keluar karena
perasaan susah (karena menderita sesuatu yang berat, kesakitan dan sebagainya);
menyatakan susah (karena kekecewaan). Sedangkan fungsi tindak asertif
mengeluh adalah tuturan yang terjadi ketika penutur menyampaikan tuturan
kepada mitra tutur berupa pernyataan kekecewaan atau perasaan susah. Penutur
mengeluh kepada mitra tutur karena merasa kecewa atau merasa susah terhadap
tindakan atau perbuatan yang telah dilakukan oleh mitra tutur. Dalam penelitian
ini ditemukan fungsi tindak asertif mengeluh sebagai berikut:
1) “Awwi kuboqna nacatat makna na,”
Lontaraq : awi kubon nct mkEn n. Terjemahan : “Aduh kenapa dicatat dibukunya”
Konteks : Tuturan ini disampaikan oleh guru kepada siswa ketika
melihat salah satu siswa menulis makna yang telah
dijelaskan di dalam buku cetaknya bukan dibuku catatan.
(Data no.01.14)
Data no.01.14 merupakan tuturan fungsi mengeluh. Hal ini tergambar pada
kalimat “Awwi kuboqna nacatat makna na” yang menunjukkan bahwa penutur
merasa susah atau kecewa atas tindakan mitra tutur. Maksud tuturan ini adalah
guru mengeluh terhadap siswa atas tugas yang diberikannya, siswa menulis tugas
75
tersebut dibuku cetak bukan dibuku catatan. Kata Awwi dalam bahasa Bugis juga
merupakan simbol yang menandakan bahwa tuturan ini merupakan fungsi
mengusulkan, dimana kata Awwi ini adalah dialeg dalam berbahasa Bugis yang
bermakna perasaan susah. Hal ini sesuai dengan pengertian fungsi mengeluh
dalam tindak asertif yaitu tuturan yang terjadi ketika penutur menyampaikan
tuturan kepada mitra tutur berupa pernyataan kekecewaan atau perasaan susah.
Penutur mengeluh kepada mitra tutur karena merasa kecewa atau merasa susah
terhadap tindakan atau perbuatan yang telah dilakukan oleh mitra tutur.
2) “Dewedding selesai tugasmu pa micawa tuttumo kutu”
Lontaraq : edwEdi sElEsai tugsmu p micw tutumo kutu. Terjemahan : “Tugasmu tidak akan selesai kalau kamu hanya tertawa
saja”
Konteks : Tuturan ini disampaikan oleh guru kepada siswa ketika
beberapa siswa bermain dan tertawa sementara jam
pelajaran sedang berlangsung. (Data no.01.36)
Data no.01.36 merupakan tuturan fungsi mengeluh. Hal ini tergambar pada
kalimat “Dewedding selesai tugasnu pa micawa tuttumo kutu” yang
menunjukkan bahwa sifat tuturan yang disampaikan oleh guru kepada siswa
mengandung tuturan yang bersifat mengeluh. Mitra tutur atau guru
menyampaikan tuturannya sebagai wujud perasaan susah atau kecewa atas
kelakuan siswa yang tengah diajar. Guru bermaksud mengeluh kelakuan siswa
yang bermain sementara jam pelajaran sedang berlamgsung.
3) “Na ugi’mo jeq tue manengka makku mupa tuh kalimatmu”
Lontaraq : n augimo ej tuea menK mku mup tu klimtEmu. Terjemahan : “Kalian itukan orang Bugis, kenaoa kalimat yang kalian
buat malah seperti itu.”
Konteks : Tuturan ini disampaikan oleh guru ketika mendapat
76
seorang siswa membuat kalimat bahasa Bugis yang tidak
sesuai dengan stuktur penulisan kalimat. (Data no.01.19)
Data no.01.19 merupakan tuturan fungsi mengeluh. Hal ini tergambar pada
kalimat “Na ugi’mo jeq tue manengka makku mupa tuh kalimatmu” yang
menunjukkan bahwa penutur merasa susah atau kecewa atas tindakan mitra tutur.
Maksud dari tuturan tuturan ini adalah guru mengeluhkan mengenai kalimat
bahasa Bugis yang dibuat oleh siswa tidak sesuai dengan struktur penulisan
kalimat sementara siswa itu sendiri adalah orang bugis. Hal ini sesuai dengan
pengertian fungsi mengeluh dalam tindak asertif yaitu tuturan yang terjadi ketika
penutur menyampaikan tutura kepada mitra tutur karena merasa kecewa atau
merasa susah terhadap tindakan atau perbuatan yang telah dilakukan oleh mitra
tutur.
f. Memprotes (mapperotes)
Arti kata memprotes dalam KBBI adalah ungkapan atau pernyataan
tidak menyetujui (menyatakan tidak setuju), menolak, tidak sependapat,
menentang dan menyangkal. Sedangkan fungsi tindak asertif memprotes adalah
tuturan yang disampaikan penutur kepada mitra tutur karena penutur tidak
sependapat atau menolak pernyataan yang disampaikan oleh mitra tutur. Dalam
penelitian ini ditemukan fungsi tindak asertif memprotes sebagai berikut:
1) “Manengka lima”
Lontaraq : mnEK lim. Terjemahan : “Kenapa bisa lima”
Konteks : Tuturan ini dituturkan oleh guru setelah bertanya jumlah
rukun iman kepada siswa. (Data no.01.07)
Data no.01.07 merupakan tuturan fungsi memprotes. Hal ini tergambar
pada kalimat “Manengka lima”. Tuturan ini menunjukkan penutur tidak setuju
77
dengan mitra tutur. Maksud tuturan ini adalah guru tidak setuju dan memprotes
jawaban yang diberikan oleh siswa mengenai jumlah rukun Islam. Tuturan ini
terjadi ketika mendengar jawaban dari salah seorang siswa yang telah salah dalam
menyebutkan jumlah rukun iman, siswa mengucapkan ada lima rukun Iman dan
kemudian guru memprotes jawaban tersebut karena didalam tuturan yang
dituturkan oleh guru mengandung maksud tidak sependapat dalam hal ini guru
menolak pernyataan dari mitra tutur siswa.
2) “Yatu mancaji masalah yaku bahasa ugi ipababahasa Indonesia maderri
sala-salang, ceddeka menrung ih sedikitka jatuh.”
Lontaraq : ytu mCji msl yku bhs augi aipbhs aidoeasia mdEri sl-sl, cEedk mERu ai sEdik jtu. Terjemahan : “Yang menjadi masalah adalah apabila bahasa Bugis
diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia, saya hampir
jatuh ihh saya sedikit jatuh.
Konteks : Tuturan ini disampaikan oleh guru ketika mendapat siswa
membuat kalimat yang tidak sesuai dengan strukturnya.
(Data no.01.23)
Data no.01.23 merupakan tuturan fungsi memprotes. Hal ini tergambar
pada kalimat “Yatu mamncaji masalah yaku bahasa ugi ipabahsa Indonesia
mederri sala-salang, ceddeka manrung ih sedikitka jatuh”. Tuturan ini terjadi
ketika guru mendapat siswa membuat kalimat yang tidak sesuai dengan
strukturnya, lantas guru memprotesnya. Karena tidak setuju dengan kalimat yang
telah di buat oleh siswa, guru kemudian menjelaskan tentang penggunaan bahasa
Indonesia dengan baik. Maksud dari tuturan ini sejalan dengan pengertian fungsi
mengusulkan dalam tindak asertif yakni tuturan yang disampaikan penutur kepada
mitra tutur karena penutur tidak sependapat atau menolak pernyataan yang
disampaikan oleh mitra tutur.
78
3) “Puah ye puiside dema i hapalaq kapang, i bacami.”
Lontaraq : pua ey puaisied edm ai hpl kp, ai bcmi. Terjemahan : “Puisi ini tidak dihafalkan, hanya dibaca saja.”
Konteks : Tuturan ini disampaikan oleh guru kepada siswa ketika
mendengar ungkapan siswa yang mengatakan bahwa ada
tugas menghafalkan puisi. (Data no.01.11)
Data no.01.11 merupakan tuturan fungsi memprotes. Hal ini tergambar
pada kalimat “Puah na ye puiside dema i hapalaq kapang, i bacami” Melalui
tuturan ini penutur menyatakan bentuk tidak setuju atas tindakan mitra tutur.
Tuturan ini terjadi ketika salah seorang siswa menyebutkan salah satu tugas yang
diberikan oleh guru yaitu tugas menghafal puisi, guru tidak sependapat dengan hal
tersebut kemudian menjelaskan bahwa tugas itu tidak dihafalkan melainkan hanya
dibacakan. Berdasarkan hal tersebut maka tuturan ini dapat dikatakan sebagai
fungsi memprotes dalam tindak asertif sesuai dengan definisinya.
4) “Nengka nappa nomoroq seddiq pura, na gampangna tue kamaneng ku
anuede boq e.”
Lontaraq : nEK np nomoro esdi pur, n gPn tuea kmnE ku anueaed bo ea. Terjemahan : “Kenapa yang selesai hanya nomor satu, padahal
semuanya gampang karena sudah ada dibuku.”
Konteks : Tuturan ini disampingkan oleh guru kepada siswa ketika
beberapa siswa terlambat menyelesaikan tugasnya.
(Data no.01.24)
Data no.01.24 merupakan tuturan fungsi memprotes. Hal ini dapat kita
lihat pada kalimat “Nengka nappa nomoroq seddi pura, na gampangna tue
kamaneng ku anuede boq e”. Tuturan ini menggambarkan bahwa penutur tidak
setuju dengan keadaan mitra tutur, dimana tuturan ini menunjukkan bahwa guru
memproses hasil kerja tugas yang dilakukan oleh siswa ketika tugas yang
diberikan belum selesai dikerjakan padahal tugas tersebut sangatlah mudah.
79
Berdasarkan tuturan ini penutur mengepresiasikan maksud memproses dengan
mengatakan tugas yang diberikan sangatlah gampang. Hal ini sejalan dengan
pengertian fungsi mengusulkan dalan tindak asertif yakni tuturan yang
disampaikan penutur kepada mitra tutur karena penutur tidak sependapat atau
menolak pernyataan yang disampaikan oleh mitra tutur.
5) “Tattimpa minasa, jadi buka di situ ya, diperbaiki tulisannya.
Konteks : Tuturan ini disampaikan oleh guru kepada siswa ketika
salah seorang siswa salah dalam membacakan kalimat
yang ada pada buku. (Data no.01.33)
Data no.01.33 merupakan tuturan fungsi memprotes. Hal ini dapat kita
lihat pada kalimat “Tattimpa minasa, jadi bukan disitu ya, perbaiki tulisannya”.
Pada tuturan ini menggambarkan bahwa penutur tidak setuju dengan apa yang di
ungkapkan mitra tutur. Tuturan ini menunjukkan bahwa guru bermaksud
mengatakan bahwa kalimat tersebut adalah salah dan perlu diperbaiki. Hal ini
sejalan dengan perngertian fungsi mengusulkan dalam tindak asertif yakni tuturan
yang disampaikan penutur kepada mitra tutur karena penutur tidak sependapat
atau menolak pernyataan yang disampaikan oleh mitra tutur.
6) “Tenya puisi asenna ye, puisi itu berbentuk bait bukan berbentuk pragraf.”
Konteks : Tuturan ini disampaikan oleh guru kepada siswa ketika
mendapatkan seorang siswa yang membuat puisi dalam
bentuk pragraf. (Data no.01.20)
Data no.01.20 merupakan tuturan fungsi memprotes. Hal ini dapat kita
lihat pada kalimat “Tenya puisi asenna ye, puisi berbentuk bait bukan berbentuk
pragraf”. Tuturan ini menggambarkan bahwa penutur tidak setuju dengan apa
yang dilakukan oleh siswa ketika tugas yang diberikan diberikan dibuat tidak
sesuai dengan apa yang sebelumnya dijelaskan oleh guru. Berdasarkan tuturan ini
80
penutur mengespresikan maksud memproses dengan mengatakan bahwa tugas
yang telah dibuat siswa bukan merupakan puisi karena puisi berbentuk bait bukan
pragraph. Hal ini sejalan dengan pengertian fungsi mengusulkan kepada mitra
tutur.
g. Melaporkan (mappicceng)
Arti kata melaporkan dalam KBBI adalah ungkapan yang sifatnya
memberitahukan. Sedangkan fungsi tindak asertif melaporkan adalah tuturan yang
dilakukan penutur kepada mitra tutur dengan maksud melaporkan atau
memberitahuan suatu kejadian atau peristiwa. Dalam penelitian ini ditemukan
fungsi tindak asertif melaporkan sebagai berikut:
1) “Oke, karena banyak yang belum selesai dan waktunya sudah habis jadi
minggu depan dilanjut, dikerjakan dirumahnya kemudian minggu depan
dibahas. Jadi PR!”
Konteks : Tuturan ini disampaikan oleh guru kepada siswa ketika
tugas yang diberikan oleh guru belum selesai dan waktu
jam pelajaran bahasa daerah sudah habis. (Data no.01.25)
Data no.01.25 merupakan tuturan fungsi melaporkan. Hal ini tergambar
pada kalimat “Oke, karena banyak yang belum selesai dan waktunya sudah habis
jadi minggu depan dilanjut, dikerjakan di rumahnya kemudian minggu depan
dibahas, Jadi PR!”. Tuturan ini menunjukkan penutur memberitahua kepada
mitra tutur atas kejadian pada tuturan. Maksud dari tuturan ini adalah guru
memberitahukan kepada siswa agar tugas-tugas yang diberikan diselesaikan
dirumah, karena waktu jam pelajaran telah habis dan kemudian akan dibahas pada
pertemuan selanjutnya. Pada kalimat yang dituturkan penutur berfungsi sebagai
informasi yang dilaporkan atau diberitahukan untuk mitra tutur, hal inilah yang
membuat tuturan ini termasuk dalam fungsi asertif melaporkan.
81
2) “Jadi itu Elong Ugi nanti kita akan mencari makna yang terkandung di
dalam Elong Uginya, makna kemudian amanat (Pappaseng). Aga
pappasenna kuro ilalenna Elong Ugi e”.
Konteks : Tuturkan ini disampaikan oleh guru ketika ingin
memberikan tugas kepada siswa. (Data no.01.30)
Data no.01.30 merupakan tuturan fungsi melaporkan. Hal ini tergambar
pada kalimat “Jadi itu Elong Ugi nanti kita akan mencari makna yang terkandung
di dalam Elong Ugi nya, makna kemudian amanat (Pappaseng). Aga Pappasenna
kuro ilalenna Elong Ugi e”. Tuturan ini menunjukkan penutur memberitahukan
kepada mitra tutur atas tugas yang diberikan. Maksud dari tuturan ini adalah guru
menerangkan dan kemudian memberitahukan soal yang akan diberikan kepada
siswa, agar siswa paham dalam mengerjakannya. Pada kalimat yang dituturkan
penutur berfungsi sebagai informasi yang dilaporkan atau diberitahukan untuk
mitra tutur, hal inilah yang membuat tuturan ini termasuk dalam fungsi asertif
melaporkan sesuai dengan definisinya yaitu tuturan yang dilakukan penutur
kepada mitra tutur kepada mitra tutur dengan maksud melaporkan atau
memberitahukan suatu kejadian atau peristiwa.
3) “Jadi minggu depan dibahas yah, silahkan disiapkan”
Konteks : Tuturan ini disampaikan kepada guru kepada siswa ketika
jam pelajaran bahasa daerah telah habis sementara tugas
yang diberikan kepada siswa belum selesai semua.
(Data no.01.37)
Data no.01.37 merupakan tuturan fungsi melaporkan. Hal ini tergambar
pada kalimat “Jadi minggu depan dibahas yah, silahkan disiapkan!”. Tuturan ini
menunjukkan penutur menyampaikan suatu pemberitahuan kepada mitra tutur.
Guru memberitahukan kepada siswa bahwa siswa akan dibahas pada pertemuan
82
selanjutnya. Pada tuturan ini guru memberitahukan atau melaporkan suatu
kejadian atau suatu hal dan siswa mendengarkannya sebagai sebuah informasi.
4) “Oke, jadi kalau kemarin kita belajar mengenai Aksara Lontaraq, hari ini
kita belajar mengenai Elong Ugi”.
Konteks : Tuturan ini disampaikan oleh guru kepada siswa di awal
jam pelajaran bahasa daerah. (Data no.01.39)
Data no.01.39 merupakan tuturan fungsi melaporkan. Hal ini tergambar
pada kalimat “Oke, jadi kalau kemarin kita belajar mengenai Aksara Lontaraq,
hari ini kita akan belajar mengenai Elong Ugi.”. Tuturan ini menunjukkan
penutur menyampaikan suatu pemberitahuan kepada mitra tutur. Guru bermaksud
memberitahukan kepada siswa mengenai materi pelajaran sebelumnya dari materi
baru yang akan dibahas. Pada kalimat dituturkan penutur berfungsi sebagai
informasi yang melaporkan atau diberitahukan untuk mitra tutur, hal ini sesuai
dengan definisi fungsi mengusulkan yaitu tuturan yang dilakukan penutur kepada
mitra tutur dengan maksud melaporkan atau memberitahukan suatu kejadian atau
peristiwa.
5) “Iyya, 1-11 tapi dua minggu ndak satu mingguji deqna ciceng pertemuan
dua minggu wallekki wettu terserah dalam pertemuan minggu depannya 1-
6 dulu nanti pertemuan selanjutnya 7- 11, bisa sekaligu bagus lagi nilainya
bisa naik lebih bagus bisa dapat plus plus plus tapi yang harus
kupertemukan pertamai matu mengenai ini minimal 7.”
Konteks : Tuturan ini disampaikan oleh guru kepada siswa ketika
salah seorang siswa bertanya mengenai tugas-tugas yang
diberikan. (Data no.01.40)
Data no.01.40 merupakan tuturan fungsi melaporkan. Tuturan
menunjukkan penutur menjelaskan hal-hal mengenai tugas dan cara-cara
mengerjakannya. Guru bermaksud menginformasikan kepada siswa mengenai
tugas-tugas ditiap pertemuan yang bisa membuat siswa mendapatkan nilai yang
83
bagus. Pada kalimat yang dituturkan penutur berfungsi sebagai informasi yang
dilaporkan atau diberitahukan untuk mitra tutur, hal inilah membuat tuturan ini
termasuk dalam fungsi asertif melaporkan sesuai dengan definisinya yaitu tuturan
yang dilakukan penutur kepada mitra tutur dengan maksud melaporkan atau
memberitahukan suatu kejadian atau peristiwa.
2. Penggunaan bahasa daerah (Bugis) pada tindak tutur asertif guru
terhadap siswa dalam pembelajaran bahasa daerah (Bugis) kelas VII.A
SMP Negeri 3 Bungoro
Penggunaan bahasa Bugis dalam pembelajaran bahasa daerah
seringkali ditemukan peralihan dari satu bahasa ke bahasa yang lain atau
sebaliknya. Hal ini terjadi akibat dari penutur dan mitra tutur (masyarakat tutur)
menguasai lebih dari satu bahasa, terkhusus pada siswa kelas VII.A SMP Negeri 3
Bungoro yang dominan bersuku Bugis dan terbiasa menggunakan bahasa Bugis,
selain itu penggunaan bahasa Bugis dalam pembelajaran juga digunakan oleh guru
sebagai strategi yang dapat memudahkan siswa sebagai mitra tutur untuk
menerima materi yang disampaikan. Berkenaan dengan hal tersebut penelitian ini
mendeskripsikan penggunaan bahasa daerah (Bugis) pada tindak tutur asertif guru
terhadap siswa dalam pembelajaran bahasa daerah (Bugis) kelas VII.A SMP
Negeri 3 Bungoro berdasarkan:
a. Penggunaan bahasa Bugis dalam wujud alih kode
Wujud alih kode pada tindak tutur asertif guru terhadap siswa dalam
pembelajaran bahasa daerah (Bugis) kelas VII.A SMP Negeri 3 Bungoro adalah
alih kode yang berwujud alih bahasa. Alih kode tersebut berupa alih bahasa yang
84
meliputi peralihan bahasa Indonesia ke dalam bahasa Bugis dan peralihan bahasa
Bugis ke dalam bahasa Indonesia.
1) Alih kode dari bahasa Indonesia ke bahasa Bugis
Alih kode yang berwujud alih bahasa dari bahasa Indonesia ke bahasa
Bugis ditemukan pada tindak tutur asertif guru terhadap siswa dalam
pembelajaran bahasa daerah (Bugis) kelas VII.A SMP Negeri 3 Bungoro. Alih
kode tersebut akan dibahas sebagai berikut:
(a) “Jadi itu elong ugi nanti kita akan mencari makna yang terkandung di
dalam elong uginya, makna kemudian amanat (pappaseng) aga
pappasenna kuro ilalenna elong ugi e”. (Data no.01.30)
Data no.01.30 merupakan tuturan fungsi melaporkan yang dituturkan oleh
guru terhadap siswa ketikan ingin memberikan tugas. Pada tuturan ini guru
memberitahukan tentang bagaimana dan apa saja yang akan dikerjakan pada tugas
Elong Ugi dengan mula-mula menjelaskan dalam bahasa Indonesia kemudian
beralih menggunakan bahasa Bugis. Peralihan bahasa terjadi ketika guru
menjelaskan tentang amanat yang jika dalam bahasa Bugis disebut Pappaseng, hal
ini merupakan strategi penutur atau guru dalam menyampaikan penjelasan
mengenai materi dan tugas yang diberikan agar lebih mudah dipahami oleh siswa.
2) Alih kode dari bahasa Bugis ke bahasa Indonesia
Alih kode yang berwujud alih bahasa dari bahasa Bugis ke bahasa
Indonesia cukup banyak ditemukan pada tindak tutur asertif guru terhadap siswa
dalam pembelajaran bahasa daerah (Bugis) kelas VII.A SMP Negeri 3 Bungoro,
diantaranya sebagai berikut:
85
(a) “Cocokni tomatua macua, yammaragae? Apakah pengetahuan yang
umurnya sama dengan kita sama pengetahuannya dengan yang lebih
tua?” (Data no.01.32)
Data no.01.32 merupakan tuturan fungsi menyetujui yang
disampaikan oleh guru ketika mendengarkan jawaban dari seorang siswa yang
menjawab pertanyaan dari guru soal Tau Panrita. Pada tuturan ini guru
mengungkapkan tuturan dalam bahasa Bugis sebagai bentuk menyetujui atas
jawaban dari siswa, kemudian guru kembali menjelaskan dengan beralih bahasa
yang tadinya menggunakan bahasa Bugis kemudian beralih ke dalam bahasa
Indonesia. Hal ini bisa saja terjadi karena guru terbiasa menggunakan peralihan
bahasa sebagai wujud strategi dalam mengajar.
(b) “Jadi, tugasta matu kulesukiq tettokiq kuyolona camminge mappuisi
maraga gellona. Perhatikan wajah kalian masing-masing dan
mimiknya.” (Data no.01.02)
Data no.01.02 meupakan tuturan fungsi mengusulkan yang
disampaikan setelah guru menginformasikan kepada siswa mengenai tugas
membaca puisi. Pada tuturan ini guru bermaksud memberi saran kepada siswa
untuk berlatih di depan cermin saat sudah berada di rumah. Melalui tuturan ini
guru menjelaskan langkah-langkah latihan baca puisi dalam bahasa Bugis
kemudian beralih ke bahasa Indonesia untuk memperjelas maksud dari tuturan
guru.
(c) “Tenya puisi asenna ye, puisi itu berbentuk bait bukan berbentuk
paragraf.” (Data no.01.20)
Data no.01.20 merupakan tuturan fungsi memprotes, penutur
mengespresikan maksud memprotes dengan mengatakan bahwa tugas yang telah
dibuat siswa bukan merupakan bentuk puisi karena puisi berbentuk bait bukan
86
paragraph dalam bahasa Bugis kemudian melanjutkan menerangkan tentang puisi
dalam bahasa Indonesia.
b. Penggunaan bahasa Bugis dalam wujud campur kode
Masyarakat tutur dalam pembelajaran bahasa daerah (Bugis) pada kelas
VII.A SMP Negeri 3 Bungoro adalah masyarakat Dwibahasawan, artinya
menggunakan lebih dari satu bahasa antara lain bahasa Bugis dan bahasa
Indonesia. Pada penggunaan bahasa Bugis mislanya, penutur dan mitra tutur
kadang kurang memahami tingkat tutur bahasa Bugis sehingga seringkali
mencampurkan penggunaan bahasa Bugis ke dalam bahasa Indonesia atau
sebaliknya. Dalam penelitian ini ditemukan campur kode yang berwujud
penyisipan kata dan frasa.
1) Campur kode berupa penyisipan kata
(a) “Elong Ugi yarega kalau di dalam bahasa Indonesia adalah puisi,
kalau di dalam bahasa daerah yaitu elongugi.” (Data no. 01.01)
Data no.01.01 merupakan tuturan fungsi menyatakan. Tuturan ini terjadi
setelah ada beberapa penjelasan mengenai Elong Ugi, guru memperjelas
mengenai terjemahan Elong Ugi di dalam bahasa Indonesia. Campur kode berupa
wujud penyisipan kata yang terdapat pada tuturan ini dapat kita pada kata yarega.
(b) “Kan kopura siki makkapalaq purasaiki stress-stres otakta sibawa
baca puisi pressi pemeng pikiraqta toh.” (Data no.01.27)
Data no.01.27 merupakan tuturan fungsi menyatakan. Tuturan ini
disampaikan oleh guru kepada siswa ketika mengeluh mengenai tugas. Campur
kode berupa wujud penyisipan kata yang terdapat pada tuturan ini dapat kita lihat
pada stress-stres dan baca puisi.
87
(c) “Akkutana memenni pragraf siaga deqmanessa sebelum ulekki
tugas, akkutanaki pa ku deqyakutana deqtu u wisseng anu kegi deq
tapahangi.” (Data no.01.10)
Data no.01.10 merupakan tuturan fungsi menyatakan. Tuturan ini
disampaikan oleh guru sebelum memberi tugas kepada siswa. Campur kode
berupa wujud penyisipan kata yang terdapat pada tuturan ini dapat kita lihat pada
kata paragraf; sebelum; tugas .
(d) “Jamani joloq nomoroq seddi lettu nomoroq lima, yaro wajib
makkekuange. (Data no.01.12)
Data no.01.12 merupakan tuturan fungsi mengusulkan. Tuturan ini
sampaikan oleh guru kepada siswa ketika melihat salah satu siswa menuliskan
makna yang telah dijelaskan didalam buku cetaknya bukan dibuku catatan.
Campur kode berupa wujud penyisipan kata yang terdapat pada tuturan ini dapat
kita lihat pada kata makna.
(e) “Awwi kuboqna nacatat makna na.” (Data no.01.14)
Data no.01.14 merupakan tuturan fungsi mengeluh. Tuturan ini
disampaikan oleh guru kepada siswa ketika melihat salah satu siswa menulis
makna yang telah dijelaskan didalam buku cetaknya bukan dibuku catatan.
Campur kode berupa wujud penysipan kata yang terdapat pada tuturan ini dapat
kita lihat pada kata makna.
(f) “Yaro kopura masemmeng akkutanaki ku silotta kode engkaga
tugasta bahasa daerah atau maraga, supaya nilaitta deqna
ketinggalan.” (Data no.01.15)
Data no.01.15 merupakan tuturan fungsi mengusulkan. Tuturan ini
disampaikan oleh guru kepada siswa ketika salah satu siswa tidak mengerjakan
88
tugas karena alasan sudah sakit. Campur kode berupa wujud penyisipan kata yang
terdapat pada tuturan ini dapat kita lihat pada kata tugas,ata, dan ketinggalan.
(g) “Na ugi’mo jeq tue manengka makku mupa tuh kalimatmu”.
(Data no.01.19)
Data no.01.19 merupakan tuturan fungsi mengeluh. Tuturan ini
disampaikan oleh guru ketika mendapat seorang siswa mambuat kalimat bahasa
Bugis yang tidak sesuai dengan struktur penulisan kalimat. Campur kode berupa
wujud penyisipan kata yang terdapat pada tuturan ini dapat kita lihat pada kata
kalimatmu.
2) Campur kode berupa penyisipan frasa
(a) “Iyya, 1-11 tapi dua minggu ndak satu mingguji deqna ciceng pertemuan
dua minggu walekki wettu terserah dalam pertemuan minggu depannya
1-6 dulu nanti pertemuan selanjutnya 7-11, bisa sekaligus bagus lagi
nilainya bisa naik lebih bagus bisa dapat plus plus plus tapi yang harus
ku pertemuan pertamai matu mengenai materi ini minimal 7.”
(Data no.01.40)
Data no.01.40 merupakan tuturan fungsi melaporkan.Tuturan ini
disampaikan oleh guru kepada siswa ketika salah seorang siswa bertanya
mengenai tugas-tugas yang diberikan. Pada tuturan ini peristiwa campur kode
berupa penyisipan frasa terjadi, hal ini dapat kita lihat pada tuturan guru yang
tanpa sengaja mencampurkan penggunaan bahasa Bugis dan bahasa Indonesia
dengan maksud memberitahuan kepada siswa hal-hal mengenai tugas dan cara-
cara mengerjakannya, guru menginformasikan kepada siswa mengenai tugas-
tugas di tiap pertemuan yang bisa membuat siswa mendapatkan nilai yang bagus.
Peristiwa tuturan ini juga sebagai wujud stragi guru dalam menyampaikan
89
pelajaran kepada siswa, dengan tanpa sengaja mencampurkan dua bahasa dalam
tuturannya diharapkan dapat mempermudah siswa dalam menerima pelajaran.
(b) “Yaku makkeda tabbaleq kapang, lebih tepat kupakeki kata gareq.”
(Data no.01.22)
Data no.01.22 merupakan tuturan fungsi mengusulkan. Tuturan ini
disampaikan oleh guru ketika mendapati kalimat yang dibuat oleh siswa masih
perlu diperbaiki. Pada tuturan ini peristiwa campur kode berupa penyisipan frasa
terjadi, hal ini dapat kita lihat pada tuturan guru yang tanpa sengaja
mencampurkan penggunaan bahasa Bugis dan bahasa Indonesia dengan maksud
agar dalam pembuatan kalimatnya mengganti kata “kapang” menjadi kata
“gareq”.
(c) “Yatu mancaji masalah apabila bahasa ugi ipabbahasa indonesia
mederri sala-salang, ceddeka menrrung ih sedikitka jatuh”.
(Data no.01.23)
Data no.01.23 merupakan tuturan fungsi memprotes. tuturan ini
disampaikan oleh guru ketika mendapat siswa membuat kalimat yang tidak sesuai
dengan strukturnya. Pada tuturan ini peristiwa campur kode berupa penyisipan
frasa terjadi, hal ini dapat kita lihat pada tuturan guru yang tanpa sengaja
mencampurkan penggunaan bahasa Bugis dan bahasa Indonesia dengan maksud
memproses siswa karena tidak menggunakan struktur kalimat yang baik.
90
B. Pembahasan Hasil Penelitian
Setelah melakukan analisis sesuai dengan teknik analisis data,
ditemukan data-data berupa tindak tutur asertif guru terhadap siswa yang
digunakan dalam pembelajran bahasa daerah Bugis di kelas VII.A SMP Negeri 3
Bungoro. Pembagian tuturan berdasarkan fungsi tindak tutur asertif dalam
penelitian ini dibedakan berdasarkan klasifikasi yang dikemukakan oleh Searle
(dalam buku Rusminto 2001:74) yang mengemukakan bahwa tindak tutur asertif
adalah tindak tutur yang melibatkan pembicara pada kebenaran proposisi yang
diekspresikan, seperti tindak tutur asertif fungsi mengusulkan, menyatakan,
menyetujui, membual, mengeluh, memprotes dan melaporkan.
Berdasarkan penggolongan fungsi tindak tutur asertif, dalam penelitian
ini ditemukan tuturan yang termasuk dalam fungsi tindak tutur asertif diantaranya
yaitu fungsi mengusulkan, fungsi menyatakan, fungsi menyetujui, fungsi
membual, fungsi mengeluh, fungsi memprotes, dan fungsi melaporkan pada
tuturan guru terhadap siswa di kelas VII.A SMP Negeri 3 Bungoro.
Adapun penggunaan bahasa daerah (Bugis) pada tindak tutur asertif
guru terhadap siswa dalam pembelajaran bahasa daerah (Bugis) di kelas VII.A
SMP Negeri 3 Bungoro diidentifikasi berdasarkan berdasarkan penggunaan
bahasa Bugis dalam wujud alih kode dan campur kode; (a) pada penggunaan
bahasa daerah (Bugis) dalam wujud alih kode ditemukan tuturan yang termasuk
tindak asertif berupa wujud alih kode dari bahasa Indonesia ke bahasa Bugis, dan
tuturan yang termasuk tindak asertif berupa wujud alih kode dari bahasa Bugis ke
91
bahasa Indonesia. (b) pada penggunaan bahasa daerah (Bugis) dalam wujud
campur kode, ditemukan tuturan yang termasuk tindak asertif dalam wujud
campur kode berupa penyisipan kata, dan tuturan yang termasuk tindak asertif
dalam wujud campur kode berupa penyisipan frasa. Hal ini dapat kita lihat dari
uraian berikut:
1. Fungsi tindak tutur asertif guru terhadap siswa dalam pembelajran
bahasa daerah (Bugis) kelas VII.A SMP Negeri 3 Bungoro
a. Mengusulkan (mappapile)
Berdasarkan hasil penelitian ditemukan fungsi mengusulkan. Fungsi
megusulkan adalah suatu tuturan yang dilakukan penutur ketika menyampaikan
sesuatu hal yang bersifat menyarankan, baik berupa suatu pendapat atau saran
kepada mitra tutur. Berdasarkan tuturan tersebut, mitra tutur meresponnya.
Tuturan yang disampaikan oleh penutur kepada mitra tutur dapat berupa hasil
kutipan langsung dari pembicaraan seseorang yang sama persis seperti apa yang
dikatakan atau apa yang dimaksud dari tuturannya dengan maksud mitra tutur
akan merespon tuturan dan melakukan apa yang diperintahkan atau maksud dari
penutur. Pada saat tuturan itu diungkapkan mitra tutur bisa jadi melakukan
perintah atau maksud penutur bias pula tidak dilakukannya. Dengan demikian
tindak mengusulkan yang dilakukan oleh guru dalam penelitian ini merupakan
sebuah tindak perilaku berbahasa yang santun. Hal ini diperkuat dari wujud
representasi kesantunan guru dalam menyampaikan tuturan kepada siswa.
Tuturan ini sesuai dengan pendapat Saleh (2009) bahwa tindak tutur
merupakan bagian dari peristiwa komunikasi. Melalui peristiwa komunikasi
92
manusia dapat menyampaikan informasi berupa pikiran, gagasan, makna,
maupun perasaan kepada orang lain. Dari pproses komunikasi, akan
menghasilkan peristiwa tutur atau tindak tutur. Peristiwa tindak tutur terjadi
karena penutur tidak hanya menyatakan sebuah tuturan melainkan dalam tuturan
tersebut memiliki fungsi yang beragam. Fungsi tersebut mempresentasikan
adanya kekuatan yang ditimbulkan oleh penggunaan suatu tuturan seperti
perintah, pendapat, pernyataan, dan sebagainya sebagai wujud kesantunan
berbahasa.
b. Menyatakan (maqkeda)
Berdasarkan hasil penelitian ditemukan fungsi menyatakan. Fungsi
menyatakan adalah fungsi mengemukakan atau menyampaikan pikiran yang
dilakukan penutur dan mitra tutur mendengarkan. Dilihat dari fungsinya kalimat
itu berfungsi menyatakan sesuatu dari penutur kepada mitra tutur. Dengan
demikian, tuturan itu mempunyai fungsi menyatakan atau mengemukakan
sesuatu yang dilakukan oleh mitra tutur.
Berkaitan dengan tuturan menyatakan yang disampaikan oleh guru
terhadap siswa yang menyatakan bahwa “Iyya, jadi tattambani tugasta, paqna
lotoni mabbaca puisi, lotoni jamai tugasta, lotoni makkapalaq.” Pada tidak
tutur tersebut guru tidak hanya menginformasikan sesuatu tetapi juga mengacu
siswa untuk melakukan sesuatu. Hal ini senada dengan apa yang dituturkan oleh
Nadar (2009:14) bahwa tindakan ilokusi tidak hanya bermakna untuk
menginformasikan sesuatu hal tetapi juga mengacu untuk melakukan sesuatu.
93
c. Menyetujui (isicocoki)
Berdasarkan hasil penelitian ditemukan fungsi menyetujui. Fungsi
menyetujui adalah suatu fungsi yang dilakukan penutur kepada mitra tutur
dengan maksud agar mitra tutur menyetujui sesuatu yang diusulkan oleh penutur.
Dilihat dari fungsinya, tuturan yang ditemukan termasuk kalimat yang
menyatakan menyetujui sesuatu yang disampaikan penutur kepada mitra tutur.
d. Membual (maccacca)
Berdasarkan hasil penelitian ditemukan fungsi membual. Fungsi
membual adalah suatu fungsi yang dilakukan penutur sebagai sesuatu yang tidak
masuk akal sehingga menimbulkan ketidakpercayaan mitra tutur sesuai dengan
konteks pada saat tuturan tersebut terjadi. Hal ini sejalan dengan apa yang
dikemukakan Mulyana (2005:21) menyatakan bahwa konteks ialah situasi atau
latar terjadinya suatu komunikasi, segala sesuatu yang berhubungan dengan
tuturan sangat bergantung konteks yang melatarbelakangi peristiwa tutur itu.
e. Mengeluh (maqdareke)
Berdasarkan hasil penelitian ditemukan fungsi mengeluh. fungsi
mengeluh adalah suatu fungsi yang dilakukan penutur ketika menyampaikan
tuturan kepada mitra tutur karena merasa kecewa terhadap tindakan atau
perbuatan yang telah dilakukan mitra tutur. Kalimat tersebut berfungsi
menyampaikan sesuatu kepada mitra tutur, namun sesuatu yang disampaikan
oleh mitra tutur berupa keluhan kepada mitra tutur karena merasa tidak senang
dengan apa yang telah dilakukan oleh mitra tutur.
94
Temuan dalam fungsi ini sesuai dengan pendapat Malinowski (dalam
Aslinda dan Leni, 2010:30) semua tuturan dalam sebuah peristiwa tutur selalu
terkait dengan konteks. Dengan demikian, dapat dipastikan bahwa setiap adanya
peristiwa tutur yang wajar tidak bias terjadi tanpa adanya konteks. Oleh karena
itu, wujud, fungsi, dan maksud suatu pembicaraan selalu berhubungan secara
kontekstual. Tanpa konteks, maka sering terjadi maksud yang diungkapkan dari
peristiwa tutur kurang tepat karena berdasar pada makna struktur kalimat
(sentences meaning) bukan maksud penutur (speakers meaning).
f. Memprotes (mapperotes)
Berdasarkan hasil penelitian ditemukan fungsi memprotes. Fungsi
memprotes adalah salah satu fungsi asertif yang dilakukan antara penutur dan
mitra tutur ketika melakukan interaksi. Fungsi memprotes timbul karena penutur
tidak sependapat atau menolak pernyataan yang disampaikan oleh mitra tutur,
tuturan yang disampaikan penutur kepada mitra tutur berupa penolakan karena
tidak sependapat dengan apa yang disampaikan oleh mitra tutur.
Temuan dalam fungsi ini sesuai dengan pendapat Navis (dalam Aslinda
dan Leni, 2010:55) bahwa tuturan menurun adalah penggunaan bahasa oleh orang
yang lebih tua dan status sosialnya lebih tinggi kepada penutur yang lebih muda
atau status sosialnya lebih rendah.
g. Melaporkan (mappicceng)
Berdasarkan hasil penelitian ditemukan fungsi melaporkan. Fungsi
melaporkan adalah suatu fungsi yang dilakukan penutur kepada mitra tutur
95
dengan maksud melaporkan suatu kejadian atau peristiwa. Tuturan yang
ditemukan berfungsi melaporkan suatu kejadian atau peristiwa kepada mitra tutur.
Hal ini sejalan dengan apa yang dikemukakan oleh Levinson (dalam Suyono,
1990:5) menjelaskan bahwa tindak tutur asertif merupakan tindak tutur yang
menjelaskan apa dan bagaimana sesuatu itu apa adanya.
2. Penggunaan bahasa daerah (Bugis) dalam tindak tutur asertif guru
terhadap siswa dalam pembelajran bahasa daerah (Bugis) kelas VII.A
SMP Negeri 3 Bungoro
a. Penggunaan bahasa Bugis dalam wujud alih kode
Alih kode adalah peristiwa pergantian bahasa dari bahasa daerah Bugis
ke bahasa Indonesia dan sebaliknya yang terjadi dalam tindak tutur asertif guru
terhadap siswa dalam pembelajaran bahasa daerah (Bugis) kelas VII.A SMP
Negeri 3 bungoro. Alih kode yang ditemukan dalam penelitian ini merupakan
alih kode intern. Sejalan dengan yang diungkapkan Jendra (Padmadewi dkk,
2004:64-65) yang mengacu pada perubahan bahasa yang terjadi, alih kode bisa
dibagi menjadi dua macam yaitu alih kode ke dalam (Internal Code Switching)
dan alih kode ke luar (External Code Switching). Alih kode ke dalam adalah alih
kode yang terjadi bila pembicara dalam pergantian bahasanya menggunakan
bahasa-bahasa yang masih dalam ruang lingkup bahasa nasional atau antar
dialek-dialek dalam satu bahasa daerah atau anatara beberapa ragam dan gaya
yang ada dalam satu dialek. Dalam hal ini bahasa yang digunakan dalam tindak
tutur asertif guru terhadap siswa pada pembelajaran bahasa daerah (Bugis) kelas
VII.A SMP Negeri 3 Bungoro adalah bahasa Bugis dan bahasa Indonesia.
96
Berdasarkan hasil temuan , alih kode yang terjadi dominan tersusun
dalam wujud kalimat dan klausa dengan dua jenis bahasa yang digunakan, yaitu
bahasa Bugis dan bahasa Indonesia. Berikut diuraikan mengenai hal tersebut:
1) Alih kode dari bahasa Indonesia ke bahasa Bugis
Menurut Suwito (1983:68) alih kode adalah peristiwa peralihan kode
yang satu ke kode yang lain, jadi apabila seseorang penutur mula-mula
menggunakan kode A (misalnya bahasa Indonesia), dan kemudian beralih
menggunakan kode B (misalnya bahasa Bugis), wujud alih kode yang
ditemukan dalam tindak tutur asertif guru terhadap siswa pada pembelajaran
bahasa daerah (Bugis) kelas VII.A SMP Negeri 3 Bungoro yakni peristiwa
pergantian bahasa dari bahasa Indonesia ke bahasa Bugis yang dilakukan
dalam berinteraksi. Dengan demikian, alih kode dari bahasa Indonesia ke
bahasa Bugis yang ditemukan dalam penelitian ini terdapat pada data tuturan
nomor 01.30.
2) Alih kode dari bahasa Bugis ke bahasa Indonesia
Alih kode dari bahasa Bugis ke bahasa Indonesia yang dimaksud yaitu
peristiwa berubahnya situasi pembicaraan bahasa daerah Bugis sebagai sarana
komunikasi dalam menyampaikan suatu pesan atau suatu maksud ke bahasa
Indonesia yang berwujud kalimat dan klausa yang dituturkan dalam tindak
tutur asertif guru terhadap siswa pada pembelajaran bahasa daerah (Bugis)
kelas VII.A SMP Negeri 3 Bungoro. Alih kode dari bahasa bahasa Bugis ke
bahasa Indonesia yang ditemukan dalam penelitian ini terdapat pada data
tuturan nomor 01.02, 01.32, dan data nomor 01.33.
97
b. Penggunaan bahasa Bugis dalam wujud campur kode
Penggunaan bahasa pada pembelajaran pembelajaran bahasa daerah
(Bugis) kelas VII.A SMP Negeri 3 Bungoro, yaitu bahasa Indonesia dan bahasa
Bugis sangat berpeluang bercampur kode, hal ini dikarenakan penutur dan mitra
tutur adalah dominan masyarakat bersuku Bugis yang sehari-harinya terbiasa
menggunakan bahasa daerah Bugis. Namun demikian dalam pembelajaran
bahasa daerah ini guru dan siswa tetap menggunakan bahasa Indonesia sebagai
bahasa penetral bagi beberapa siswa yang tidak terlalu fasih dan paham dalam
menggunakan bahasa Bugis. Bahasa Indonesia juga digunakan sebagai strategi
dalam pembelajaran tersebut guna untuk memperjelas maksud dari setiap
tuturan guru.
Campur kode adalah memasukkan atau meyisipkan tuturan secara
sengaja/sadar dalam bentuk kata dan frasa dari bahasa daerah Bugis ke bahasa
Indonesia begitupun sebaliknya pada pembelajran bahasa daerah (Bugis) di
kelas VII.A SMP Negeri 3 Bungoro. Peristiwa bilingualisme pada penelitian ini
menyebabkan terjadinya peristiwa campur kode yang terdapat pada pembelajran
bahasa daerah (Bugis) di kelas VII.A SMP Negeri 3 Bungoro, yakni berwujud:
1) Campur kode berupa penyisipan kata
Kata merupakan unsur bahasa yang diucapkan atau dituliskan dengan
perwujudan perasaan dn pikiran yang dapat digunakan dalam berbahasa.
Dalam bidang linguistik kata adalah satuan terkecil yang dapat berdiri
sendiri. Suandi (2014:141) mengungkapkan bahwa campur kode berupa
penyisipan kata pada tataran kata merupakan campur kode yang paling
98
banyak terjadi pada setiap bahasa. Campur kode pada tataran kata bias
berwujud kata dasar (kata tunggal), bias berupa kata kompleks, kata
berulang dan kata majemuk. Dari hasil penelitian ini ditemukan bahwa
campur kode berupa penyisipan kata yang termasuk dalam tindak tutur
asertif guru terhadap siswa pada pembelajran bahasa daerah (Bugis) di kelas
VII.A SMP Negeri 3 Bungoro, yaitu pada data nomor 01.01, 01.10, 01.12,
01.14, 01.15, 01.19, dan 01.27.
2) Campur kode berupa penyisipan frasa
Frasa adalah satuan gramatikal yang berupa gabungan kata yang
bersifat non predikatif, atau lazim disebut gabungan kata yang mengisi salah
satu fungsi sintaksis di dalam kalimat. Pada penelitian ini ditemukan bahwa
campur kode berupa penysisipan frasa yang termasuk dalam tindak tutur
asertif guru terhadap siswa pada pembelajran bahasa daerah (Bugis) di kelas
VII.A SMP Negeri 3 Bungoro, yaitu terdapat pada data nomor 01.35, 01.22,
dan 01.23. Sejalan dengan pendapat Suandi (2014:141) campur kode pada
tataran frasa setingkat lebih rendah dibandingkan dengan campur kode pada
tataran kata.
99
BAB V
PENUTUP
Berdasarkan paparan hasil peneilitian dan pembahasan pada bab IV,
berikut ini simpulan dan saran hasil penelitian Tindak Tutur Asertif Guru
Terhadap Siswa dalam Pembelajaran Bahasa Daerah (Bugis) Kelas VII.A SMP
Negeri 3 Bungoro yang berkaitan dengan tindak tutur asertif.
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan Tindak Tutur Asertif Guru
Terhadap Siswa dalam Pembelajaran Bahasa Daerah (Bugis) Kelas VII.A SMP
Negeri 3 Bungoro yang telah dilakukan, maka dapat diambil kesimpulan sebagai
berikut:
Pertama, fungsi tindak tutur asertif guru terhadap siswa dalam
pembelajaran bahasa daerah (Bugis) kelas VII.A SMP Negeri 3 Bungoro
ditemukan tuturan guru yang termasuk dalam fungsi tindak tutur asertif. Fungsi
tindak tutur asertif tersebut meliputi; fungsi mengusulkan, fungsi menyatakan,
fungsi menyetujui, fungsi membual, fungsi mengeluh, fungsi memprotes, dan
fungsi melaporkan.
Kedua, penggunaan bahasa daerah (Bugis) pada tindak tutur asertif guru
terhadap siswa dalam pembelajaran bahasa daerah (Bugis) kelas VII.A SMP
Negeri 3 Bungoro diidentifikasi berdasarkan penggunaan bahasa Bugis dalam
wujud alih kode dan campur kode. Penggunaan bahasa Bugis dalam wujud alih
kode, ditemukan tuturan asertif yang termasuk dalam wujud alih kode dari bahasa
Indonesia ke bahasa Bugis, dan tuturan asertif yang termasuk dalam wujud alih
100
kode dari bahasa Bugis ke bahasa Indonesia. Selanjutnya penggunaan bahasa
daerah Bugis dalam wujud campur kode, ditemukan tuturan asertif yang termasuk
wujud campur kode berupa penyisipam kata, dan tuturan asertif yang termasuk
wujud campur kode berupa penyisipan frasa.
B. Saran
Adapun saran yang dapat dikemukakan oleh peneliti terkait penelitian ini
tindak tutur asertif guru terhadap siswa dalam pembelajaran bahasa daerah
(Bugis) kelas VII.A SMP Negeri 3 Bungoro yaitu:
1. Bagi guru bahasa daerah, mengetahui tentang tindak tutur asertif atau kajian
pragmatik yang dapat dimasukkan ke dalam kurikulum pelajaran bahasa
daerah, khususnya keterampilan berbicara.
2. Bagi mahasiswa, skripsi ini digunakan sebagai sarana pendorong dalam
memahami kajian tindak tutur asertif dalam pembelajaran.
3. Bagi peneliti selanjutnya, dalam melakukan penelitian sebaiknya meneliti
tindak tutur selain tindak tutur asertif dalam pembelajaran bahasa daerah
Sehingga dapat mengetahui tindak tutur yang lain yang terdapat dalam
pembelajaran bahasa daerah.
101
DAFTAR PUSTAKA
Alwasilah, C.A. 1990. Sosiologi Bahasa. Bandung: Angkasa.
Aslinda dan Leni Syafyahya. 2007. Pengantar Sosiolinguistik. Bandung: PT
Refika Aditama.
Austin, J.L. 1962. How To Do Things With Words. New York: Oxford University
Pres.
Bungin, Burhan. 2007. Penelitian Kualitatif. Jakarta: Prenada Media Group.
Chaer, Abdul. 2010. Sosiolinguistik Perkenalan Awal. Jakarta: Rineka Cipta
Chaer, Abdul dan Leoni Agustina. 2004. Linguistik Umum. Jakarta: PT. Rineka
Cipta.
Cummingg, Louise. 2007. Pragmatik.Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Hasan, Alwi dkk. 2010. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai
Pustaka.
Leech, Geoffrey. 1993. The Principles of Pragmatic. Terjemahan. Oka, M.D.D.
dan Setyadi Setyapranata (Penerjemah). 1993. Prinsip-Prinsip Pragmatik.
Jakarta: Universitas Indonesia Press.
Milles, B. Mathew dan Michael, Huberman. 1992. Analisis Data Kualitatif Buku
Sumber Tentang Metode-metode Baru. Jakarta: UIP.
Moleong, L. J. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Mulyana. 2005. Kajian Wacana. Yogyakarta: Tiara wacana.
Nababan. 1978. Ilmu Pragmatik, Teori, Penerapannya. Jakarta: DepDikBud.
Nadar, FX. 2009. Pragmatik & Penelitian Pragmatik. Yogyakarta. Graha Ilmu
Padmadewi, dkk. 2014. Sosiolinguistik. Yogyakarta: Graha Ilmu
Purwo, Bambang Kaswanti. 1990. Pragmatik dan Pengajaran Bahasa.
Yoggyakarta: Penerbit Kanisius.
102
Rohmadi, Muhammad. 2004. Pragmatik: Teori dan Analisis. Yogyakarta: Lingkar
Media.
Rusminto, N.E. 2009. Analisis Wacana Indonesia (Buku Ajar) Bandar. Lampung:
Universitas Lampung.
Rusminto, N.E. dan Sumarti. 2006. Analisis Wacana Bahasa Indonesia (Buku
Ajar). Universitas Lampung: Lampung.
Rahardi, Kunjana. 2005. Pragmatik Kesatuan Imperatif Bahasa Indonesia.
Jakarta: Erlangga.
Saleh, Muhammad dkk. 2017. Sosiolinguistik. Makassar: Badan Penerbit
Universitas Negeri Makassar.
Saleh, Muhammad dkk. 2018. Tindak Tutur Ilokusi Wacana Rubric Sudut Pada
Surat Kabar Harian Fajar Makassar. Tesis. Pendidikan Bahasa Indonesia,
Program Pascasarjana Universitas Negeri Makassar.
(http://eprints.unm.ac.id/11333/)
Saleh, Muhammad. 2009. Representasi Kesantunan Berbahasa Mahasiswa
Dalam Wacana Akademik: Kajian Etnografi Komunikasi di Kampus
Universitas Negeri Makassar. Disertasi S3. Malang. Universitas Negeri
Malang. (http://karyailmiah,unm.ac.id/index.php/disertasi/article/1874)
Sari, Ririn Riana. 2016. Tindak Tutur Asertif Pada Proses Pembelajaran bahasa
Indonesia Kelas IX SMP Negeri 17 Pesawaran. Skripsi. Tidak Diterbitkan.
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan, Universitas Lampung. (jurnal.fkip.unila.ac.id)
Schiffrin, Deborah. 2007. Ancangan Kajian Wacana. Yogyakarta: Pustaka
pelajar.
Searle, John R. 2001. Klasifikasi Ilokusi. Cambridge: Cambridge University Press.
Suandi, I Nengah. 2014. Sosiolinguistik. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:
ALFABETA.
Suwito. 1983. Sosiolinguistik Pengantar Utama. Surakarta: Universitas Sebelas
Maret.
Suyono. 1990. Pragmatik Dasar-Dasar dan Pengajaran. Malang: IKIP Malang.
103
Tarigan, Henry Guntur. 2009. Pengajaran Pragmatik. Bandung: Angkasa.
Wijana, I Dewa Putu. 1996. Dasar-Dasar Pragmatik. Yogyakarta: Andi Offset.
Yahya, Iwan Khairi. 2013. Tindak Tutur Direktif Dalam Interaksi Belajar
Mengajar Mata Pelajaran Bahasa Dan Sastra Indonesia Di Sma Negeri 1
Mlati Sleman Yogyakarta (Skripsi). Yogyakarta: Universitas Negeri
Yogyakarta.
Yule, George. 1996. Pragmatics. New York: Oxford University Press.
Terjemahan. Indah Fajar Wahyuni (penerjemah). 2006. Pragmatik.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Yule, George. 2006. Pragmatik. Yogyakarta: PustakaPelajar.
104
105
LAMPIRAN I
TRANSKRIP REKAMAN
PERCAKAPAN PADA PROSES
PEMBELAJARAN
106
Hari, tanggal : Senin, 05 Agustus 2019
Materi : Elong Ugi
Guru : Maulinda Abri, S.Pd
Kelas : VII. A
Transkip percakapan pada proses pembelajaran bahasa daerah Bugis di
kelas VII.A
Guru : “Siapkan dulu temannya!”
Siswa : “Seluruhnya siap gerak, beri salam. Assalamualaikum Warahmatullahi
Wabarakatuh. Doa dimulai.”
Guru : “Siapa yang tidak hadir?”
Siswa : “Hadir semua Bu.”
Guru : “Oke, jadi kemarin kita belajar mengenai Aksara Lontaraq, hari ini kita
akan belajar mengenai Elong Ugi. Tapi sebelum kita pindah kemateri yang baru
kemarin ada tugasnya yang belum selesai toh?”
Siswa :“Iyyek Bu”
Guru : “Coba angkat tangannya yang belum selesai, ayo berani jujur. Daripada
ibu yang dapat tidak selesai. Selesai manenni ga?”
Siswa :“Iyyek Bu”
Guru : “ Sebentar ibu paraf satu-satu bukunya, kemudian kemarin ada tugas juga
mengenai Elong Ugi. Dapat semua?”
Siswa : “Iyek Bu”
Guru : “ Ada yang tidak dapat?”
Siswa : “Apa Bu?”’
Guru : “Elong Ugi”
Siswa : “Puisi Bu”
Guru : “Iya puisi. Siapa lagi yang tidak dapat Elong Ugi?”
Siswa : (angkat tangan)
Guru : “ Siapa lagi?”
Siswa : “saya Bu”
Guru : “Satu, dua, tiga orang.”
107
Guru : “Elong Ugi yarega kalau di dalam bahasa Indonesia adalah puisi, kalau
dalam bahasa daerah yanitu Elong Ugi. Jadi itu Elong Ugi nanti kita akan mencari
makna yang terkandung didalam Elong Uginya, makna kemudian amanat
(pappaseng) aga pappasenna kuro ilalenna Elong Ugie. Jelas toh?”
Siswa : “Iyek Bu”
Guru : “tetapi yang dicari bukan puisi yang dibawa, buka bukunya halaman 47,
elong tau panrita. Ayaseng tau panrita?”
Siswa : “Aga Bu”
Guru : “Kalau elong kan jelas puisi, kalau tau panrita agayaseng?”
Siswa : “Tau iyyae”
Guru : “Tau iyya magae, ya macuae? Kalau macua bisa diartikan bagaimana?”
Siswa : “Matua, orang tua Bu”
Guru : “Cocokni tomatua macua, yamaragae? Apakah pengetahuan yang
umurnya sama dengan kita sama pengetahuannya dengan yang lebih tua?”
Siswa : “Tidak Bu”
Guru : “Jadi aga kira-kira tau panrita?”
Siswa : “Tomatua ya maega paddisengenna”
Guru : “Ya. Sudah bisa, tapi harus menjurus ke, losi ipatteru menjurus ke yang
bagaimana ya maega paddisengenna bahasa Indonesiana ulama . E iteppunihe jadi
ulama, jadi tau panrita iyyanaritu ulama iyya maega paddisengenna mengenai
agamae, mengertimi semua?”
Guru : “ Jadi minggu depan sesuai dengan yang ingin kita capai adalah membaca
indah puisi, jadi yang mau indah selayaknya orang baca puisi yaitu elong tau
panrita. Jadi tugasta matu kulesuki tettokki matu kuyolona camminge mappuisi
maraga gellona. Perhatikan wajah kalian masing-masing dan mimiknya.”
Siswa : “Ya yebbue Bu?”
Guru : “Nda, ini elong panrita yang mau ibaca indah, mengertimi toh! Kenapa
tidak langsung saya kasih karena kemarin saya lupa sampakan jadi harus ada
persiapan dulu karena harus dikasi masuk nilainya. Loi ipattama nilaita jaji
latihan mettoni kubolata kuyolona camminge iyagai ekspresita namagallona
maraga tettotta supaya magelloi, namagellotowi matu nilaitta, ok ni?”
Siswa : “Iyek Bu”
Guru : “Coba Efendi baca bait satu dan dua elong tau panrita”
108
Siswa : (membaca)
Guru : “Tatimpa minasa, jadi bukan disitu ya, diperbaiki tulisannya. Artinya bait
pertama mattuntuki riteppeqmu ajjamuallimpilling rikasiangmu, makna yang
terkandung dibait pertama akkatenning masseki riagamamu ajjaq mukalimpilling
itu artinya plinpan, jangan plinplan di dalam keyakinanmu. Jadi harus berpegang
teguh dengan agama yang sesuai dengan keyakinanmu.”
Siswa : “Ragu Bu?”
Guru : “Iyyek, ragu dengan keyakinannya. Orang yang plinpan dengan
keyakinannya di dalam hati kemudian tattunru-tunru makasiang ripuange tatimpa
minasa, orang yang percaya kepercayaannya dengan Tuhan itu akan
mendatangkan kebaikan minasa kebaikan. Tatimpa minasa tabbukani deceng.
Jadi, itu kemudian.”
Guru : “Siapa lagi? Iqranul husnah bait tiga dan empat.”
Siswa : (membaca)
Guru : “oke, artinya lima berarti lima rukun islam yang harus kita pegang dengan
teguh. Pertama apa?”
Siswa : “Sembahyang Bu”
Guru : “Iyya sembahyang. Nappa agasi?”
siswa : “Mappuasa, sekkeq”
Guru : “Agayaseng sekkeq?”
Siswa: “Zakat Bu, nappa haji”
Guru : “Iyya naik haji bagi orang yang mampu”
Siswa : “Membaca dua kalimat syahadat”
Guru : “Iya, jadi orang yang memegang teguh kelima rukun islam ini akan
mendatangkan kebaikan. Bambang Adi Kusuma bait ketiga dengan, sory bait
kelima dengan bait keenam.”
Siswa : (membaca)
Guru : “Oke, riallalengemmu disini adalah kehidupan, sininna tau mateppeq e
passinrasei bokong riallalengemmu, orang yang penuh dengan keyakinan akan,
ayaseng bokong? Tennyatu bokong anu iyyanre”
Siswa : “Bekal”
Guru : “Bekal apa?”
109
Siswa : “Bekal amal”
Guru : “Betul amal, bokong (amal), jadi disisni yang mempunyai keyakinan akan
akhirat adalah perjalanan hdup kita menuju ke akhirat harus menyiapkan amal
baik maksudnya disini jadi orang yang mempunyai keyakinan akan
mempersiapkan dirinya dengan amal baiknya. Ajjaq muassese alenu
riteppuangmu bokong riallalengemmu, jadi jangan menyesal ketika suatu saat
nanti akan mendapatkan balasannya selain dari amal kebaikanmu, berarti kalua
ada amal kebaikan jelas ada juga balasan amal buruk.”
Guru : “Lanjut bait selanjutnya, siapa lagi? Sitti Hartina Nur.”
Siswa : (membaca)
Guru : “Jadi jelas disini masagala artinya banyak jelas ini masagala bisa
bermakna sesuatu bisa bermakna hal yang disakralkan, bisa bermakna hak, bisa
bermakna banyak, bisa bermakna tidak ada, jadi masagala disini tergantung dari
konteks kalimat atau kata yang mengikutinya. Jadi kumakkue masagala bisa
berarti banyak mega tau missengi paqgoncinna suruga banyak orang yang
mengetahui kunci atau pintu untuk memasuki pintu surga, kemudian makna dari
bait selanjutnya goncinna surugae yanaritu syahada’e, sempajange, zakat
hajjinge kata lainnya adalah lima rukun islam.”
Siswa : “Enneng Bu”
Guru : “Siaga rukun imanmu iko?”
Siswa : “Lima Bu”
Guru : “Manenga lima”
Siswa : “Dewaseng Bu.”
Guru : “Siaga rukun Iman?”
Siswa : “Enam”
Guru : “Jadi bedakan ya rukun Iman dengan rukun Islam, rukun Iman ada enam
dan rukun Islam ada lima, jadi paqgoncinna suruga iyanaritu rukun Islam mega
tau missengi paqgoncinna surugae tetapi deqnapegaui. Contoh kecil saya kasi
contoh kecil disini kan ada jadwal sembahyang satu kali satu minggu itupun
nisseni keda massempajangki lolongekki appalang massempajangki hadirki,
engka hadir jokkaki yahsengi hadirki lolongeng topi appalang lino akheraq
ilolongeng, tapi toh kenyataannya mega mupa mega alasanna apalagi
makkunrainna alasan klasik halanganka Bu halanganka Pak, laki-lakinya deq pak
upacce lipaq deq uwassulara lampeq. Padahal nisseng makkeda kumattamaka
massempajang lolongekka pahala hadirka lino akheraq uduppa. Itu maksudnya
dibait pertama tadi yang dibaca banyak orang yang mengetahui hal yang menuntut
kita masuk ke surga tetapi tidak diikuti tidak dikerjakan. Jadi kalau mau
110
mendapatkan kebaikan dunia akhirat taatlah dan tunduklah lima perkara tadi atau
kata lainnya rukun islam siapa yang tunduk dan taat di rukun Islam ini Insya Allah
dunia akhirat didapat, engkatu elong ugi di makkeda assempajangki-
assempajangki, engkatu elong makkuro di”.
Sisiwa : “Iyyek Bu”
Guru : “Aga intinna disitu? Sempajang goncinna sininna decenge, jadi siapa yang
mau membuka, jadi anggapna rilalenna iyyahe kelas ede anggapni engkamanenni
sininna decenge engka manenni iyya idam-idamkan’e tapi deq gaga goncinna
mullega tama malai?”
Siswa : “Deq Bu”
Guru : “Deq toh! Begitu juga contoh kecil di dunia, ajjaqna jolo mabbicara
khaerakumi lino itaro duita rilalenna lemari nappa igoncing natakkalpuki tegi
itaro goncinna, mule malai duita?”
Siswa : “Deq Bu”
Guru : “Iya deq wedding toh! Sama halnya ko massidekkaki, poleki mekka,
mappuasaki riuleng ramalang tapi deq nengka massempajang yaro semua
tersimpan dengan baik di dalam surga menanti anda tetapi tidak pernah
melakukan sembahyang, jelas tidak bisa masuk paqgoncinna metto suruga yahe
yasenge sampajang karena sembahyang itu bisa mewakili empat bersedekah,
puasa, naik haji, syahadat. Seseorang tidak akan sah shalatnya ketika dia makan ,
iga tau massempajang manre? Deq gaga toh? Kemudia apa artinya puasa
menahan tidak minum dan tidak makan kemmasempajangki deqyandre deqyenung
jadi mattanama toni puasa kuro, sedekahnya salam kiri salam kanan passalamaq
kiri passalamaq kanan itu maksudnya.”
Guru : “Lanjut bait selanjutnya, siapa yang mau baca? Iga lo mabbaca?”
Siswa : “Iyyaq Bu”
Guru : “Silahkan!”
Siswa : (membaca)
Guru : “Oke, jadi iko maneng sellengede kalau kau mengatakan dirimu islam
kerjakan 5 hal itu jangan plinplan dalam keyakinanmu sendiri, jadi salah satu
kesyukuran yang pertama yang harus kita syukuri adalah kita terlahir sebagai
Islam. Lahir pertama Islam, jadi kalimat pertama yang didengar yaitu Islam kalau
diadzankan tetapi kenyataannya sekarang adalah Islam statusnya hanya sekedar
Islam saja, deq nengka massempajang , deq nengka nassidekka semau-maunya
padahal yang harus kita syukuri disisni adalah kita terlahir Islam dari awal kita
sudah Islam, Islam adalah agama pembawa keselamatan. Jadi idiq kuede maneng
yang beragama islam apakah tidak ada nasrani atau nonislam. Tidak ada?”
111
Siswa : “Ada”
Guru : “Oiya ada, mohon maaf mudah-mudahan ada hidayah bisa masuk Islam.
Tidak mengucilkan non islam tetapi kenyataannya semuanya didalam baca Al-
Quran dan terjemahannya ada semua disitu mega tau maelo muttama suruga deq
nulle jama-jamange iyya napparentange puangtaala, mega tau meloq tama
suruga tapi iyyamto najama iyya menunge, botoni, megello menengga yero
cappaqna?”
Siswa : “Deq Bu”
Guru : “Semua yang diharamkan oleh Tuhan pasti ada dampak yang tidak baik
untuk diri kita dan hati kita, contoh sekarang ini diperdebatkan mengenai rokok,
orang yang merokok itu katanya diharamkan ada yang sebagian ulama yang
mengharamkan untuk rokok, kenapa? Karena rokok katanya itu tembakau itu
jadinya dari kencing jin katanya, entahlah wallahu’lam menurut yang pernah saya
dengar ini ucapan ustadz uppaletturengmeki kenyataannya sekarang kalau mau
kita urut sekarang kesehatan kita yang perokoknya adakah orang perokok yang
sekarang yang tidak kena struk? Kalau paru-paru? Kalau muda-muda begini tidak
masalah karena fisik masih kuat, tapi kumacuani? Magani? Dan yang lebih fatal
adalah perokok pasif, itu yang lebih bebahaya resikonya untuk kena penyakit
daripada perokok aktif, paidiq pasif e yamanenni majaq e yemmau apa yang
dikeluarkan CO2 semua manami zat-zat yang berbahaya idiq miso manenggi
sedangkan yang di dalam filternya itu rokok ada penawarnya alena naanu I kuro
ilalenna idiq yemmau manenni , makanya yatu ko sideppeki perokok e itutu
makkue ingetta (sambil mencontohkan). Jadi kembali kematerinya mau masuk
masuk surga tidak mau mengerjakan hal yang diperintahkan jusrtu mengerjakan
hal yang dilarang atau diharamkan, contohnya tadi minungi yae minunge deqna
namaelo massempajang, kena cobaan sedikit menyalahkan Tuhan, kena penyakit
sedikit juga menyalahkan Tuhan, padahal penyakit bisa sebagai penggugur dosa.
Kegagalan tappa deq I rengkeng seddi noqki rengking tellu jangan langsung
menyalahkan gurunya, Puah gurutta sedding sekkena malekki nilai, misalnya.
Padahal mungkin karena terlalu nyaman dengan kondisi semester lalu cara
belajarnya sama sedangkan tidak ditingkatkan sedangkan materi semester ini agak
rumit dibandingkan materi semester lalu. Jadi inti dari Elong Tau Panrita itu siapa
yang mau masuk surga siapa yang mau memegang kunci surga siapa yang mau
dunia akhiratnya bagus salama kerjakan lima perkara di dalam rukun Islam yang
pertama tadi apa? Syahadat, kemudian sembahyang, puasa dibulan Ramadhan dan
naik haji bagi orang yang mampu. Maksudnya disini mampu waramparang
mampu watakkale jangan dipaksakan. Jelas disini toh! Engka pakkutana? Jadi
terjemahannya disisni saya tidak menerjemahkan perkatanya tapi saya langsung
menerjemahkan perbaitnya, kuyoki onnang yarodo makna dari perbaitnya jelas
iyessinni matu makna apa yang terkandung. Jelas! Akkutana memenni paragraf
siaga deq manessa sebelum uwalekki tugas , akkutanaki pa ku deqyakkutana
deqtu uwissengi anu kegi deq tapahangi. Oleh karena itu tidak ada yang bertanya
semuanya jelas silahkan dikerja kegiatan siswa satu, dua, tiga, empat, dan lima
112
tapi sebelumnya nanti keburu waktu lagi itu halaman 49-50 sebelum
menterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia terlebih dahulu iyapalaq i.”
Siswa : “Yamaneng Bu”
Guru : “Iya, 1-11 tapi dua minggu ndak satu mingguji deqna ciceng pertemuan
dua minggu walekki wettu terserah dalam pertemuan minggu depannya 1-6 dulu
nanti pertemuan selanjutnya 7-11, bisa sekaligus bagus lagi nilainya bisa naik
lebih bagus bisa dapat plus plus plus tapi yang harus kupertemuan pertamai matu
mengenai materi ini minimal 7.”
Siswa : “Siaga maksimalna Bu?”
Guru : “Maksimal 1-11”
Siswa : “Makkafalaq ni mappuisi toni.”
Guru : “Puah na ye puiside dema I hapalaq kapang, ibacami.”
Siswa : “Iyya Bu”
Guru : “Jamani jolo tugasta mengertini toh!”
Siswa : “Tapi deqpa ijamai iyyede Bu”
Guru : “Agade sayang?”
Siswa : “ Ini Bu”
Guru : “Iyya deqpa iterjemahkan, I yapala jolo nappa iterjemahkan”
Guru : “Jamani jolo nomoro seddi lettu lima iyyro waji makekuange”
Siswa : “Iyyek Bu. Ipparessatoni iyyade Bu?”
Guru : “Deqna loma paraf I yade”
Siswa : “Oiyyeq Bu.”
Guru : “ Yang foto copy atau dapat dibuku yang lain dikumpulkan ininya yah,
bikin sendiri silahkan dipelihara sendiri.”
Siswa : “Deq sedding wulle kapeih boqku Bu”
Guru : “Magai, kan bisa ditulis ulang”
Siswa : “Woki ulanni Bu?”
Guru : “Ajjasanna jamani jolo tugasmu”
Siswa : “Iyya Bu.”
113
Guru : “Kareba manessa sibawa temmanessa”
Guru : “Awwi kuboqna nacatat maknana”
Siswa : “Uleddama matu Bu”
Guru : “Ledda memeng matu ye da”
Siswa : “Iyyeq Bu”
Guru : “Tegi tugasta idiq?”
siswa : “Masemmenga Bu”
Guru : “Masemmengki, minggu depan na, yaro kopuraki masemmeng akkutanaki
ku silotta kade engkaga tugasta bahasa daerah atau maraga, supaya nilaita
deqna katinggalan.”
Guru : “Idiq deqgaga nilai anutta di baca tulis Lontara?”
Siswa “Iyyeq Bu”
Siswa : “Ibu yang ini diapakan?”
Guru : “Siagaro rukunna sellenge, nenia teppui joloq nappa iyyokiq, rukun islam
siaga nappa yokini”
Siswa : “Isappai Bu?”
Guru : “Deq, engka kutu, ada dibait berapa itu didepan–depan.”
Siswa : “Syahadat, sembahyang.”
Guru : “Ajjana muteppu makkuitu bareq deqn padapada tugasmu matu, okiqni
bawang ajaq marukka pa loi tu iparessa.”
Siswa : “Iya Bu”
Guru : “Tegi boqta, boq riolota?”
Siswa : “Engkahe bu”
Guru : “Anuidi ipasijeppei, pak deqtu napura uparessa keseluruhan boqta.”
Siswa : “Iyyeq Bu”
Guru : “Minggu depan kumpul bukuya, jadi itu yang tidak selesai ada ketinggalan
tugasnya ta catat maneng mettoni, okiq maneng mettoni”
Guru : “Naugi mo jeq tue manengka makkumopatu kalimatmu”
Siswa : “Iyyeq Bu”
114
Guru : “Iyyatu mancaji masala apabila bahasa ugi ipabbahasa Indonesia maderri
salng-salang, ceddeka menrung ih sedikitka jatuh.”
Siswa : “Siapa yang pakena (ketawa)”
Guru : “Kalimatmu mi jeq murubah mupasi tamba-tamba I bawang nakata-katan
tettemi he.”
Siswa : “Iyyeq Bu”
Guru : “Tenya puisi asenna ye, puisi itu berbentuk bait bukan paragraf.”
Siswa : “Iyyeq Bu”
Guru : “Engkagamma natanaiki matu guru bahasa Indonesita makkeda aga
yaggurui Elong Ugi, anupa paragraf tenyyatu paragraf tapi bait”
Siswa : “Iyyek Bu”
Guru : “Makkeda ga tauwe jajiwi, jajini”
Siswa : “Jajini”
Guru : “Yatu makkeda tabbale kapang, lebih tepat kupakeki kata gareq”
Siswa : “Iyya gareq, lima apomi”
Guru : “Kalau itu kata untuk kapang lebih tepatnya digunakan yeku makkedaki
magampang laddeqni kapang.”
Siswa : “Bu aga jawabanna iyyade?”
Guru : “Allalangeng agaro, masa demuissengi”
Siswa : “Bu kutega mondro bokonge? Demeng ga Bu Iyolai kutu?”
Guru : “Aganna?”
Siswa : “Bokong.”
Guru : “Bokong aganna?”
Siswa : “Gare bokong aganna napakkelori riase, yokiq manengga Bu yaro?”
Guru : “Kalau saya kasi jawaban sekarang kalau uparessani deqnatu gaga matuq
uparessa.”
Siswa : “Deqpa bu nappa seddi ijama Bu e.”
Guru : “Nengka nappa nomoro seddi selesai nagampanna te engka maneng
kuanude boq e”
115
Siswa : “Na deyisseng Bu sedding pasikennai”
Guru : “Agajenna onnang upau tudang yolo tapi masa deyissengi yacataq-cataq
onnang wettuna ijelaskan perbaitna”
Siswa : “Deq Bu”
Guru : “Yatu masalahna apana deq icatat I”
Guru : “Jamani tugasta naselesai gatti”
Siswa : “Iyyeq Bu”
Guru : “Dewedding selesai tugasmu apa micawa tuttumo kutu”
Siswa :”Iyya pale Bu”
Guru : “Purani?”
Siswa : “Deqpa Bu”
Guru : “Coba angkat tangan dulu yang belum selesai “
Siswa : “Saya bu”
Guru : “Kasi tinggi-tinggi dulu tangannya yang belum selesai”
Siswa : (angkat tangan)
Guru : “Oke karena banyak yang belum selesai dan waktunya sudah habis jadi
minggu depan dilanjut, dikerjakan dirumah kemudian minggu depan dibahas. Jadi
PR!.”
Siswa : “Jadi makkapala toni kuro Bu?”
Guru : “Iyya jadi tattambani tugasta, paqna lotoni maqbaca puisi, lotoni jamai
tugasta, lotoni maqkapala”
Siswa : “Awwe mega tongeng Bu”
Guru : “Kan kupurasiki makkapalaq purasi stres-sters otakta sibawa baca puisi
pressi pemeng pikkiriqta toh”
Siswa : “Iya Bu”
Guru : “Jadi minggu depan dibahas yah, silahkan disiapkan!”
116
LAMPIRAN II
LEMBAR KARTU DATA
117
Nomor Data : (01.01)
Hari, tanggal : Senin, 05 Agustus 2019
Kelas : VII.A
Materi : Elong Ugi
Guru : Maulinda Abri, S.Pd
Bentuk : Menyatakan (makkedai) Bahasa : Indonesia dan Bugis
Data :
“Elong Ugi yarega kalau di dalam bahasa
Indonesia adalah puisi, kalau di dalam
bahasa daerah yaitu elong ugi.”
Konteks :
Setelah ada beberapa penjelasan mengenai
elong ugi, guru memperjelas mngenai
terjemahan elong ugi di dalam bahasa
Indonesia.
Maksud Tuturan :
Guru memperjelas mengenai terjemahan elong ugi dalam bahasa Indonesia.
Nomor Data : (01.02)
Hari, tanggal : Senin, 05 Agustus 2019
Kelas : VII.A
Materi : Elong Ugi
Guru : Maulinda Abri, S.Pd
Bentuk : Mengusulkan (mappappile) Bahasa : Bugis dan Indonesia
Data :
“Jadi, tugasta matu kulesukiq tettokiq
kuyolona camminge mappuisi maraga
gellona. Perhatikan wajah kalian masing-
masing dan mimiknya.”
Konteks :
Setelah guru menginformasikan kepada
siswa mengenai tugas membaca puisi.
Maksud Tuturan :
Guru menyuruh siswa untuk latihan membaca puisi dirumahnya.
118
Nomor Data : (01.03)
Hari, tanggal : Senin, 05 Agustus 2019
Kelas : VII.A
Materi : Elong Ugi
Guru : Maulinda Abri, S.Pd
Bentuk : Menyatakan (makkedai) Bahasa : Indonesia
Data :
“Oke, artinya lima berarti lima rukun
islam yang harus kita pegang dengan teguh.
Pertama apa?”
Konteks :
Setelah guru memberikan pertanyaan
mengenai jumlah rukun islam yang harus
dipegang teguh.
Maksud Tuturan :
Guru memperjelas mengenai jumlah rukun islam yang harus dipegang teguh.
Nomor Data : (01.04)
Hari, tanggal : Senin, 05 Agustus 2019
Kelas : VII.A
Materi : Elong Ugi
Guru : Maulinda Abri, S.Pd
Bentuk : Menyetujui (isicocoki) Bahasa : Indonesia
Data :
“Iya naik haji bagi orang yang mampu”
Konteks :
Tuturan ini disampaikan oleh guru yang
sangat setuju dengan jawaban seorang
siswa.
Maksud Tuturan :
Guru menyetujui jawaban yang diberikan oleh seorang siswa, karena jawaban siswa
tersebut sangat tepat.
119
Nomor Data : (01.05)
Hari, tanggal : Senin, 05 Agustus 2019
Kelas : VII.A
Materi : Elong Ugi
Guru : Maulinda Abri, S.Pd
Bentuk : Menyetujui (isicocoki) Bahasa : Indonesia
Data :
“Iya, membaca dua kalimat syahadat”
Konteks :
Tuturan ini disampaikan oleh guru yang
sangat setuju dengan jawaban seorang
siswa.
Maksud Tuturan :
Guru menyetujui jawaban yang diberikan oleh seorang siswa, karena jawaban siswa
tersebut sangat tepat.
Nomor Data : (01.06)
Hari, tanggal : Senin, 05 Agustus 2019
Kelas : VII.A
Materi : Elong Ugi
Guru : Maulinda Abri, S.Pd
Bentuk : Menyatakan (makkedai) Bahasa : Indonesia
Data :
“Jadi disini yang mempunyai keyakinan
akan akhirat adalah perjalanan hidup kita
menuju ke akhirat harus menyiapkan amal
baik maksudnya disini jadi orang yang
mempunyai keyakinan akan
mempersiapkan dirinya dengan amal
baiknya.”
Konteks :
Tuturan ini dituturkan oleh guru ketika
memberikan penjelasan tentang keyakinan
akan datangnya hari akhir.
Maksud Tuturan :
Maksud dari tuturan tersebut adalah orang yang ingin mendapatkan kenyamanan di
akhirat maka harus menyiapkan amal baik di dunia.
120
Nomor Data : (01.08)
Hari, tanggal : Senin, 05 Agustus 2019
Kelas : VII.A
Materi : Elong Ugi
Guru : Maulinda Abri, S.Pd
Bentuk : Mengusulkan (mappappile) Bahasa : Indonesia
Data :
“Jadi, bedakan rukun Iman dengan rukun
islam, rukun iman ada enam rukun Islam
ada lima.”
Konteks :
Tuturan ini dituturkan oleh guru ketika
beberapa siswa sulit membedakan antara
jumlah rukun Iman dan rukun Islam.
Maksud Tuturan :
Guru memberikan pemahaman kepada siswa mengenai jumlah rukun iman dan rukun
islam karena ada beberapa siswa yang sulit untuk membedakan antara keduanya.
Nomor Data : (01.07)
Hari, tanggal : Senin, 05 Agustus 2019
Kelas : VII.A
Materi : Elong Ugi
Guru : Maulinda Abri, S.Pd
Bentuk : Memprotes (mapperotes) Bahasa : Bugis
Data :
“Manengka lima”
Konteks :
Tuturan ini dituturkan oleh guru setelah
bertanya jumlah rukun iman kepada siswa.
Maksud Tuturan :
Guru memprotes jawaban yang diberikan oleh siswa mengenai jumlah rukun iman.
121
Nomor Data : (01.09)
Hari, tanggal : Senin, 05 Agustus 2019
Kelas : VII.A
Materi : Elong Ugi
Guru : Maulinda Abri, S.Pd
Bentuk : Menyatakan (makkedai) Bahasa : Indonesia
Data :
“Semua yang diharamkan oleh Tuhan
pasti ada dampak yang tidak baik untuk
diri kita dan hati kita.”
Konteks :
Tuturan ini disampaikan oleh guru ketika
menjelaskan mengenai hal yang diharamkan
oleh Allah SWT.
Maksud Tuturan :
Maksud dari tuturan tersebut adalah segala sesuatu yang diharamkan oleh Allah SWT
pasti ada dampak yang tidak baik untuuk diri kita.
Nomor Data : (01.10)
Hari, tanggal : Senin, 05 Agustus 2019
Kelas : VII.A
Materi : Elong Ugi
Guru : Maulinda Abri, S.Pd
Bentuk : Mengusulkan (mappappile) Bahasa : Bugis
Data :
“Akkutana memenni paragrap siaga deq
manessa sebelum ulekki tugas, akkutanaki
pa ku deq yakkutana deqtu uwisseng anu
kegi deq tapahangi.”
Konteks :
Turuan ini disampaikan oleh guru sebelum
memberikan tugas kepada siswa.
Maksud Tuturan :
maksud dari tuturan ini adalah guru mengusulkan kepada siswa agar kiranya bertanya
mengenai apa yang belum dipahami oleh siswa sebelum diberikan tugas.
122
Nomor Data : (01.11)
Hari, tanggal : Senin, 05 Agustus 2019
Kelas : VII.A
Materi : Elong Ugi
Guru : Maulinda Abri, S.Pd
Bentuk : Memprotes (maccacca) Bahasa : Bugis
Data :
“Puah na ye puiside dema i hapalaq
kapang, ibacami.”
Konteks :
Tuturan ini disampaikan oleh guru kepada
siswa ketika salah satu siswa mengeluh
mengenai tugas yang disampaikan.
Maksud Tuturan :
Maksud dari tuturan ini bahwa tugas yang diberikan memang banyak tapi baca puisi tidak
dihafal atau dikerja hanya dibaca saja.
Nomor Data : (01.12)
Hari, tanggal : Senin, 05 Agustus 2019
Kelas : VII.A
Materi : Elong Ugi
Guru : Maulinda Abri, S.Pd
Bentuk : Mengusulkan (mappappile) Bahasa : Bugis
Data :
“Jamani joloq nomoroq seddi lettu
nomoroq lima, yaro wajib makkekuange.”
Konteks :
Tuturan ini disampaikan oleh guru kepada
siswa ketika beberapa siswa bertanya
mengenai beberapa tugas yang lain.
Maksud Tuturan :
Guru mengusulkan agar siswa segera mengerjakan nomor satu sampai nomor lima, sesuai
dengan apa yang telah diperintahkan sebelumnya.
123
Nomor Data : (01.13)
Hari, tanggal : Senin, 05 Agustus 2019
Kelas : VII.A
Materi : Elong Ugi
Guru : Maulinda Abri, S.Pd
Bentuk : Mengusulkan (mappappile) Bahasa : Indonesia
Data :
”Kan bisa ditulis ulang”
Konteks :
Tuturan ini disampaikan oleh guru kepada
siswa ketika salah satu siswa mengeluh
mengenai tugas yang sudah ditulis
dibukunya dan diwajibkan untuk dikumpul
perlembar.
Maksud Tuturan :
Guru mengusulkan agar siswa memindahkan tugasnya di kertas selembar yang akan
dikumpul.
Nomor Data : (01.14)
Hari, tanggal : Senin, 05 Agustus 2019
Kelas : VII.A
Materi : Elong Ugi
Guru : Maulinda Abri, S.Pd
Bentuk : Mengeluh (maqdareke) Bahasa : Bugis
Data :
“Awwi kuboqna nacatat makna na.”
Konteks :
Tuturan ini disampaikan oleh guru kepada
siswa ketika melihat salah satu siswa
menulis makna yang telah dijelaskan
didalam buku cetaknya bukan dibuku
catatan.
Maksud Tuturan :
Maksud tuturan ini adalah guru mengeluh terhadap siswa yang menulis dibuku cetak
bukan dibuku catatan.
124
Nomor Data : (01.15)
Hari, tanggal : Senin, 05 Agustus 2019
Kelas : VII.A
Materi : Elong Ugi
Guru : Maulinda Abri, S.Pd
Bentuk : Mengusulkan (mappappile) Bahasa : Bugis
Data :
“Yaro kopuraki masemmeng akkutanaki ku
silotta kade engkaga tugaseta bahasa
daerah atau maraga, supaya nilaitta deqna
ketinggalan.”
Konteks :
Tuturan ini disampaikan oleh guru kepada
siswa ketika salah satu siswa tidak
mengerjakan tugas karena alasan sudah
sakit.
Maksud Tuturan :
Maksud dari tuturan ini adalah guru menyarankan bahwa kalau kita sudah sakit kita
haruslah bertanya pada teman kita apakah ada tugas bahasa daerah atau bagaimana, agar
nilai kita tidak ketinggalan.
Nomor Data : (01.16)
Hari, tanggal : Senin, 05 Agustus 2019
Kelas : VII.A
Materi : Elong Ugi
Guru : Maulinda Abri, S.Pd
Bentuk : Mengusulkan (mappappile) Bahasa : Bugis
Data :
“Siagaro rukunna sellenge, nennia teppui
teppui joloq nappa iyokiq , rukun sellenge
siaga nappa yokiqni.”
Konteks :
Tuturan ini disampaikan oleh guru kepada
siswa ketika salah satu siswa bertanya
bagaimana cara mengerjakan tugas yang
diberikan.
Maksud Tuturan :
Guru mengusulkan kepada siswa agar kiranya menyebutkan lima rukun islam tersebut
kemudian dituliskan.
125
Nomor Data : (01.17)
Hari, tanggal : Senin, 05 Agustus 2019
Kelas : VII.A
Materi : Elong Ugi
Guru : Maulinda Abri, S.Pd
Bentuk : Mengusulkan (mappappile) Bahasa : Bugis
Data :
Ajjaqna muteppu makkuitu bareq deqna
padapada tugasmu matuq, okiqni
bawang ajaq marukka pa loi tu
iparessa.
Konteks :
Tuturan ini disampaikan oleh guru kepada
siswa ketika beberapa siswa mendengar
suara keras menyebutkan rukun islam.
Maksud Tuturan :
Guru mengusulkan agar siswa menyebutkan dalam hati agar tidak mengganggu
temannya, kemudian menuliskannya.
Nomor Data : (01.18)
Hari, tanggal : Senin, 05 Agustus 2019
Kelas : VII.A
Materi : Elong Ugi
Guru : Maulinda Abri, S.Pd
Bentuk : Mengusulkan (mappappile) Bahasa : Bugis
Data :
“Anuidi ipasijeppei, pa deqtu napura
uparessa keseluruhan boqta.”
Konteks :
Tuturan ini disampaikan oleh guru kepada
siswa ketika mendapat seorang siswa sudah
mengganti buku tugasnya karena sudah
penuh.
Maksud Tuturan :
Guru mengusulkan agar siswa menempelkan buku barunya dengan buku latihan yang
lama karena semua tugas belum dikasi masuk nilainya.
126
Nomor Data : (01.19)
Hari, tanggal : Senin, 05 Agustus 2019
Kelas : VII.A
Materi : Elong Ugi
Guru : Maulinda Abri, S.Pd
Bentuk : Mengeluh (maqdareke) Bahasa : Bugis
Data :
“Na ugi’mo jeq tue manengka makku
mupa tuh kalimatmu”
Konteks :
Tuturan ini disampaikan oleh guru ketika
mendapat seorang siswa mambuat kalimat
bahasa Bugis yang tidak sesuai dengan
struktur penulisan kalimat.
Maksud Tuturan :
Guru mengeluhkan mengenai kalimat bahasa Bugis yang dibuat oleh siswa tidak sesuai
dengan struktur penulisan kalimat sementara siswa itu sendiri adalah orang bugis.
Nomor Data : (01.20)
Hari, tanggal : Senin, 05 Agustus 2019
Kelas : VII.A
Materi : Elong Ugi
Guru : Maulinda Abri, S.Pd
Bentuk : Memprotes (mapperotes) Bahasa : Bugis
Data :
“Tenya puisi asenna ye, puisi itu
berbentuk bait bukan berbentuk
paragraf.”
Konteks :
Tuturan ini disampaikan oleh guru kepada
siswa ketika mendapat seorang siswa
membuat kalimat yang semuanya hampir
mirip.
Maksud Tuturan :
Guru menyampaikan agar siswa dapat membuat kalimatnya sendiri tanpa harus melihat
contoh atau tugas dari siswa lain agar hasil tugas yang dikerjakan tidak ada kemiripan.
127
Nomor Data : (01.21)
Hari, tanggal : Senin, 05 Agustus 2019
Kelas : VII.A
Materi : Elong Ugi
Guru : Maulinda Abri, S.Pd
Bentuk : Mengusulkan (mappappile) Bahasa : Bugis
Data :
“Makkeda ga tawe jajiwi, jajini?”
Konteks :
Tuturan ini disampaikan oleh guru kepada
siswa ketika guru membaca tugas dari
salah satu siswa.
Maksud Tuturan :
Guru menyarankan agar siswa menggunakan kata “jajini” bukan “jajiwi” karena itu tidak
sesuai dengan konteks kalimatnya.
Nomor Data : (01.22)
Hari, tanggal : Senin, 05 Agustus 2019
Kelas : VII.A
Materi : Elong Ugi
Guru : Maulinda Abri, S.Pd
Bentuk : Mengusulkan (mappappile) Bahasa : Bugis
Data :
“Yaku makkeda tabbaleq kapang , lebih
tepat kupakeki kata gareq.”
Konteks :
Tuturan ini disampaikan oleh guru kepada
siswa ketika mendapat kalimat yang dibuat
oleh siswa masih ada yang perlu
diperbaiki.
Maksud Tuturan :
Guru mengusulkan agar dalam pembuatan kalimatnya mengganti kata “kapang” menjadi
kata “gareq”.
128
Nomor Data : (01.23)
Hari, tanggal : Senin, 05 Agustus 2019
Kelas : VII.A
Materi : Elong Ugi
Guru : Maulinda Abri, S.Pd
Bentuk : Memprotes (mapperotes) Bahasa : Bugis
Data :
“Yatu mancajimasalah yaku bahasa ugi
ipabbahasa Indonesia mederri sala-salang,
ceddeka menrung ih sedikitka jatuh.”
Konteks :
Tuturan ini disampaikan oleh guru ketika
mendapat siswa membuat kalimat yang
tidak sesuai dengan strukturnya.
Maksud Tuturan :
Guru memprotes siswa karena tidak menggunakan struktur kalimat yang baik.
Nomor Data : (01.24)
Hari, tanggal : Senin, 05 Agustus 2019
Kelas : VII.A
Materi : Elong Ugi
Guru : Maulinda Abri, S.Pd
Bentuk : Memprotes (mapperotes) Bahasa : Bugis
Data :
“Nengka nappa nomoroq seddi selesai, na
gampangna tue kamaneng ku anuede boq
e.”
Konteks :
Tuturan ini disampaikan oleh guru kepada
siswa ketika beberapa siswa terlambat
menyelesaikan tugasnya.
Maksud Tuturan :
Guru memprotes kecepatan siswa mengerjakan tugasnya, karena tugas yang diberikan
oleh guru sangatlah gampang.
129
Nomor Data : (01.25)
Hari, tanggal : Senin, 05 Agustus 2019
Kelas : VII.A
Materi : Elong Ugi
Guru : Maulinda Abri, S.Pd
Bentuk : Melaporkan (mallaporoq) Bahasa : Indonesia
Data :
“Oke, karena banyak yang belum selesai
dan waktunya sudah habis jadi minggu
depan dilanjut, dikerjakan di rumahnya
kemudian minggu depan dibahas. Jadi PR!”
Konteks :
Tuturan ini disampaikan oleh guru kepada
siswa ketika tugas yang diberikan oleh
guru belum selesai dan waktu jam
pelajaran bahasa daerah sudah habis.
Maksud Tuturan :
Guru menegaskan kepada siswa agar menyelesaikan tugasnya di rumah.
Nomor Data : (01.26)
Hari, tanggal : Senin, 05 Agustus 2019
Kelas : VII.A
Materi : Elong Ugi
Guru : Maulinda Abri, S.Pd
Bentuk : Menyatakan (makkedai) Bahasa : Bugis
Data :
“Iyya, jadi tattambani tugasta, paqna
lotoni mabbaca puisi, lotoni jamai tugasta,
lotono makkapalaq.”
Konteks :
Tuturan ini disampaikan oleh guru kepada
siswa ketika siswa mengeluh mengenai
tugas-tugas yang diberikan.
Maksud Tuturan :
Guru menyatakan kepada siswa kalau memang ada beberapa tugas yang harus segera
diselesaikan.
130
Nomor Data : (01.27)
Hari, tanggal : Senin, 05 Agustus 2019
Kelas : VII.A
Materi : Elong Ugi
Guru : Maulinda Abri, S.Pd
Bentuk : Menyatakan (makkedai) Bahasa : Bugis
Data :
“Kan kopurasiki makkapalaq purasiki
stress-stres otakta sibawa baca puisi pressi
pemeng pikkiriqta toh.”.
Konteks :
Tuturan ini disampaikan oleh guru kepada
siswa ketika beberapa siswa mengeluh
mengenai tugas.
Maksud Tuturan :
Guru mengatakan bahwa bahwa memang tugas itu banyak tapi ada yang susah da nada
juga yang gampang
Nomor Data : (01.28)
Hari, tanggal : Senin, 05 Agustus 2019
Kelas : VII.A
Materi : Elong Ugi
Guru : Maulinda Abri, S.Pd
Bentuk : Membual (maccacca) Bahasa : Bugis
Data :
“Mega tau tau meloq tama suruga tapi
yamato najama iyya minuge,botoni,
magello maneng gayaro cappaqna.
Konteks :
Tuturan ini disampaikan oleh guru kepada
siswa ketika mendapati beberapa siswa
kurang paham mengenai rukun Islam.
Maksud Tuturan :
Guru menjelaskan rukun Islam dan hal-hal yang dapat membuat kita dapat masuk surga.
131
Nomor Data : (01.29)
Hari, tanggal : Senin, 05 Agustus 2019
Kelas : VII.A
Materi : Elong Ugi
Guru : Maulinda Abri, S.Pd
Bentuk : Mengusulkan (mappappile) Bahasa : Bugis
Data :
“Ajaq maccule tuttuq, jamani tugasta
naselesai gatti.”
Konteks :
Tuturan ini disampaikan oleh guru kepada
siswa ketika beberapa siswa hanya bermain
dan tidak mengerjakan tugasnya.
Maksud Tuturan :
Guru mengusulkan kepada siswa untuk mengerjakan tugasnya agar selesai secepatnya
Nomor Data : (01.30)
Hari, tanggal : Senin, 05 Agustus 2019
Kelas : VII.A
Materi : Elong Ugi
Guru : Maulinda Abri, S.Pd
Bentuk : Melaporkan (mallaporoq) Bahasa : Bugis dan Indonesia
Data :
“Jadi itu elong ugi nanti kita akan
mencari makna yang terkandung di
dalam elong uginya, makna kemudian
amanat (Pappaseng) aga pappasenna
kuro ilalenna elong ugi e.“
Konteks :
Tuturan ini disampaikan oleh guru
ketika ingin memberikan tugas kepada
siswa.
Maksud Tuturan :
Guru menerangkan dan kemudian memberitahukan soal tugas yang akan
diberikan kepada siswa, agar siswa paham dalam mengerjakannya.
132
Nomor Data : (01.31)
Hari, tanggal : Senin, 05 Agustus 2019
Kelas : VII.A
Materi : Elong Ugi
Guru : Maulinda Abri, S.Pd
Bentuk : Menyatakan (makkedai) Bahasa : Bugis dan Indonesia
Data :
“Kalau Elong kan jelas puisi, kalau Tau
Panrita agayaseng?”
Konteks :
Tuturan ini dituturkan ketika tidak ada
siswa yang mengetahui tentang tau
panrita
Maksud Tuturan :
Guru menjelaskan tentangelong dan kemudian bertanya kepada siswa mengenai
pengertian atau apa itu tau panrita agar kiranya siswa tahu.
Nomor Data : (01.32)
Hari, tanggal : Senin, 05 Agustus 2019
Kelas : VII.A
Materi : Elong Ugi
Guru : Maulinda Abri, S.Pd
Bentuk : Menyetujui (isicocoki) Bahasa : Indonesia dan Bugis
Data :
“Cocokni tomatua macua,
yammaragae? Apakah pengetahuan
yang umurnya sama dengan kita sama
pengetahuannya dengan yang lebih
tua?”
Konteks :
Tuturan ini disampaikan oleh guru
ketika mendengar jawaban dari seorang
siswa yang menjawab pertanyaan dari
guru soal tau panrita.
Maksud Tuturan :
Guru menyatakan setuju terhadap jawaban salah seorang siswa yang telah
menjawab pertanyaan yang diberikannya.
133
Nomor Data : (01.33)
Hari, tanggal : Senin, 05 Agustus 2019
Kelas : VII.A
Materi : Elong Ugi
Guru : Maulinda Abri, S.Pd
Bentuk : Memprotes (mapperotes) Bahasa : Bugis dan Indonesia
Data :
“Tattimpa minasa, jadi bukan disitu ya,
diperbaiki tulisannya.”
Konteks :
Tuturan ini disampaikan oleh guru
kepada siswa ketika salah seorang
siswa salah dalam membacakan kalimat
yang ada pada buku.
Maksud Tuturan :
Guru memprotes kalimat yang dituturkan oleh siswa karena dianggap tidak sesuai
dengan konteksnya.
Nomor Data : (01.34)
Hari, tanggal : Senin, 05 Agustus 2019
Kelas : VII.A
Materi : Elong Ugi
Guru : Maulinda Abri, S.Pd
Bentuk : Menyetujui (isicocoki) Bahasa : Bugis
Data :
“Iya deqpa iterjemahkan, i iyapalaq
jolo nappa iterjemahkan.”
Konteks :
Tuturan ini disampaikan oleh guru
kepada siswa ketika salah seorang
siswa bertanya mengenai tugas yang
diberikan.
Maksud Tuturan :
Guru bermaksud setuju dengan pertanyaan siswa berupa pernyataan tugas yang
belum akan dikerjakan.
134
Nomor Data : (01.35)
Hari, tanggal : Senin, 05 Agustus 2019
Kelas : VII.A
Materi : Elong Ugi
Guru : Maulinda Abri, S.Pd
Bentuk : Mengusulkan (mappappile) Bahasa : Indonesia
Data :
“Jadi kalau mau mendapatkan kebaikan
dunia akhirat taatlah dan tunduklah
pada lima perkara tadi atau kata lainnya
rukun Islam”
Konteks :
Tuturan ini disampaikan oleh guru
kepada siswa saat tengah menerangkan
tentang rukun Islam.
Maksud Tuturan :
Guru menjelaskan mengenai rukun Islam dan memberikan salah satu contoh dari
rukun Islam dengan maksud memberikan sebuah saran bahwa jika ingin masuk
surge kita harus melakukan hal-hal yang baik.
Nomor Data : (01.36)
Hari, tanggal : Senin, 05 Agustus 2019
Kelas : VII.A
Materi : Elong Ugi
Guru : Maulinda Abri, S.Pd
Bentuk : Mengeluh (maqdareke) Bahasa : Bugis
Data :
“Dewedding selesai tugasnu pa micawa
tuttumo kutu”
Konteks :
Tuturan ini disampaikan oleh guru kepada
siswa ketika beberapa siswa bermain dan
tertawa sementara jam pelajaran sedang
berlangsung.
Maksud Tuturan :
Guru mengeluhkan kelakuan beberapa siswa yang bermain sementara jam pelajaran
sedang berlangsung.
135
Nomor Data : (01.37)
Hari, tanggal : Senin, 05 Agustus 2019
Kelas : VII.A
Materi : Elong Ugi
Guru : Maulinda Abri, S.Pd
Bentuk : Melaporkan (mallaporoq) Bahasa : Indonesia
Data :
“jadi mingguu depan dibahas yah, silahkan
disiapkan!”
Konteks :
Tuturan ini disampaikan oleh guru kepada
siswa ketika jam pelajaran bahasa daerah
telah habis sementara tugas yang diberikan
kepada siswa belum selesai semua.
Maksud Tuturan :
Guru memberitahukan kepada siswa bahwa tugas yang diberikan akan dibahas pada
pertemuan selanjutnya..
Nomor Data : (01.38)
Hari, tanggal : Senin, 05 Agustus 2019
Kelas : VII.A
Materi : Elong Ugi
Guru : Maulinda Abri, S.Pd
Bentuk : Menyetujui (isicocoki) Bahasa : Indonesia
Data :
“Ya, sudah bias”
Konteks :
Tuturan ini disampaikan oleh guru kepada
siswa ketika salah seorang siswa menjawab
pertanyaaan dari guru.
Maksud Tuturan :
Guru bermaksud setuju atas jawaban yang diberikan siswa.
136
Nomor Data : (01.39)
Hari, tanggal : Senin, 05 Agustus 2019
Kelas : VII.A
Materi : Elong Ugi
Guru : Maulinda Abri, S.Pd
Bentuk : Melaporkan (mallaporoq) Bahasa : Indonesia
Data :
“Oke, jadi kalau kemarin kita belajar
mengenai Aksara Lontaraq, hari ini kita
akan belajar mengenai Elong Ugi”
Konteks :
Tuturan ini disampaikan oleh guru kepada
siswa di awal jam pelajaran bahasa daerah.
Maksud Tuturan :
Guru memberitahukan kepada siswa mengenai materi pelajaran sebelumnya dan materi
yang baru.
Nomor Data : (01.40)
Hari, tanggal : Senin, 05 Agustus 2019
Kelas : VII.A
Materi : Elong Ugi
Guru : Maulinda Abri, S.Pd
Bentuk : Melaporkan (mallaporoq) Bahasa : Bugis dan Indonesia
Data :
“Iyya, 1-11 tapi dua minggu ndak satu
mingguji deqna ciceng pertemuan dua
minggu walekki wettu terserah dalam
pertemuan minggu depannya 1-6 dulu
nanti pertemuan selanjutnya 7-11, bisa
sekaligus bagus lagi nilainya bisa naik
lebih bagus bisa dapat plus plus plus
tapi yang harus ku pertemuan pertamai
matu mengenai materi ini minimal 7.”
Konteks :
Tuturan ini disampaikan oleh guru
kepada siswa ketika salah seorang
siswa bertanya mengenai tugas-tugas
yang diberikan
Maksud Tuturan :
Guru memberitahukan hal-hal mengenai tugas dan cara-cara mengerjakannya.
Guru bermaksud menginformasikan kepada siswa mengenai tugas-tugas di tiap
pertemuan yang bisa membuat siswa mendapat nilai yang bagus.
137
LAMPIRAN III
LEMBAR TABEL REKAM DATA
138
Tabel Rekam Data Bentuk Tindak Tutur Asertif dan Bahasa yang
Digunakan
Kode
Data
Fungsi Tindak Tutur Asertif Penggunaan Bahasa Bugis
Men
gu
sulk
an
Men
yata
kan
Men
yet
uju
i
Mem
bu
al
Men
gel
uh
Mem
pro
tes
Mel
ap
ork
an
Dalam wujud alih kode Dalam wujud campur
kode
Bahasa
Indonesia
ke bahasa
Bugis
Bahasa
Bugis ke
bahasa
Indonesia
Penyisipan
kata
Penyisipan
frasa
01.01
01.02
01.03
01.04
01.05
01.06
01.07
01.08
01.09
01.10
01.11
01.12
01.13
01.14
01.15
01.16
01.17
01.18
01.19
01.20
01.21
139
01.22
01.23
01.24
01.25
01.26
01.27
01.28
01.29
01.30
01.31
01.32
01.33
01.34
01.35
01.36
01.37
01.38
01.39
01.40
140
LAMPIRAN IV
DOKUMENTASI PENELITIAN
141
142
143
144
145
146
LAMPIRAN V
BERKAS PERSURATAN
147
148
149
150
151
152
153
154
155
156
157
158
159
160
161
162
163
164
165
166
167
168
169
170
RIWAYAT HIDUP
Nurdelisa. Lahir di Kalukku, Kabupaten Mamuju
Provinsi Sulawesi Barat pada tanggal 9 Sepetember
1996. Anak pertama dari pasangan Abdullah. S dan Hj.
Ummu Kalsum. Mulai menempuh pendidikan pada
tahun 2002-2008 di SD Negeri Ganno Kecamatan
Simboro Kabupaten Mamuju. Penulis melanjutkan
pendidikan di SMP Negeri 1 SIMKEP Kabupaten
Mamuju pada tahun 2008-2011. Tahun 2011-2014
penulis menempuh pendidikan dengan mengambil
jurusan Teknik Gambar Bangunan Arsitektur di SMK
Negeri 1 Rangas Mamuju. Pada tahun 2014 penulis
mendaftarkan diri pada salah satu Perguruan Tinggi Swasta dengan mengambil
jurusan Ilmu Pemerintahan Fakultas Sosial dan Politik Universitas Indonesia
Timur. Dan pada tahun 2015 penulis kembali mendaftar pada Perguruan Tinggi
Negeri dan dinyatakan lulus sebagai mahasiswa Program Studi Pendidikan
Bahasa dan Sastra Daerah Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Bahasa
dan Sastra Universitas Negeri Makassar, dengan menempuh jalur mandiri non
bidikmisi.
Selama menjalani hidup sebagai mahasiswa, penulis aktif di beberapa
organisasi, baik intra maupun ekstra kampus. Lembaga Kesenian Bengkel Sastra
(BESTRA DEMA JBSI FBS UNM periode 2018-2019). Korps Adventure
Pencinta Alam Kalomang (KAPAK SULBAR). Dewan Kerja Saka Bhayangkara
Cabang Mamuju. Dewan Kerja Pramuka tingkat Cabang (DKC) kota Mamuju.
Member Sanggar Prasbhara Manakarra. Himpunan Mahasiswa Program Studi
Pendidikan Bahasa dan Sastra Daerah (HMPS PBSD FBS UNM periode 2016-
2017). Ikatan Mahasiswa Bahasa dan Sastra Daerah Se-Indonesia (IMBASADI
periode 2017-2018 dan periode 2018-2019).
Atas berkat rahmat dan berkat dari Allah SWT, penulis dapat menyelesaikan
studi di Fakultas Bahasa dan Sastra Universitas Negeri Makassar dengan
tersusunnya skripsi yang berjudul “Tindak Tutur Asertif Guru Terhadap Siswa
dalam Pembelajaran Bahasa Daerah (Bugis) Kelas VII.A SMP Negeri 3 Bugoro”.