paper i - spondilitis ankilosa

17
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Spondiloartropati seronegatif adalah satu kelompok gangguan yang berkaitan, dalam kelompok ini termasuk penyakit spondilitis ankilosa, arthritis psoriatik, dan sindrom Reiter. Gangguan-gangguan ini disebut seronegatif karena tidak ditemukan faktor rheumatoid pada serum. Selain itu ada hubungan antara gangguan-gangguan ini dengan HLA-B27. Artropati ini berbeda dengan yang lain karena menyerang sendi-sendi perifer dan sakro-iliaka dan biasanya lebih sering terdapat pada laki-laki. 1 Spondilitis ankilosa adalah suatu penyakit peradangan kronik progresif. Penyakit ini biasanya menyerang sendi-sendi sakroiliaka dan persendian pada Spondilitis Ankilosa | RSU Haji Medan 2014

Upload: ramon-woodard

Post on 22-Nov-2015

71 views

Category:

Documents


7 download

TRANSCRIPT

13

BAB IPENDAHULUAN

1.1. Latar belakangSpondiloartropati seronegatif adalah satu kelompok gangguan yang berkaitan, dalam kelompok ini termasuk penyakit spondilitis ankilosa, arthritis psoriatik, dan sindrom Reiter. Gangguan-gangguan ini disebut seronegatif karena tidak ditemukan faktor rheumatoid pada serum. Selain itu ada hubungan antara gangguan-gangguan ini dengan HLA-B27. Artropati ini berbeda dengan yang lain karena menyerang sendi-sendi perifer dan sakro-iliaka dan biasanya lebih sering terdapat pada laki-laki.1

Spondilitis ankilosa adalah suatu penyakit peradangan kronik progresif. Penyakit ini biasanya menyerang sendi-sendi sakroiliaka dan persendian pada tulang bealakang. Sendi panggul dan sendi kostovertebra juga dapat diserang oleh penyakit ini. Spondilitis ankilosa pernah diduga sebagai suatu varian dari artritis reumatoid. Tetapi sekarang anggapan ini tidak berlaku lagi. Tetapi sekarang anggapan ini tidak berlaku lagi, berdasarkan tidak adanya faktor reumatoid, nodul-nodul reumatoid, dan perbedaan dalam perubahan yang terjadi pada tulang belakang yang lebih progresif, dan lebih sering didiagnosis menderita spondilitis ankilosa. Hal ini membuat rasio berubah menjadi sekitar tiga laki-lai berbanding satu perempuan dengan keterlibatan pada tulang punggung. Spondilitis ankilosa lebih jarang terlihat pada orang-orang jepang dan orang Afrika, Amerika, tetapi lebih sering dijumpai pada suku Indian Pima.1 Spondilitis ankilosa menyerang rawan dan fibrokartilago sendi pada tulang belakang dan ligamen-ligamen paravertebral. Apabila diskus intervertebralis juga terinvasi oleh jaringan vascular dan fibrosa, maka akan timbul kalsifikasi sendi-sendi dan struktur artikular. Kalsifikasi yang terjadi pada jaringan lunak akan menjembatani satu tulang vertebra dengan vertebra lainnya. Jaringan synovial di sekitar sendi yang terserang akan meradang. Penyakit jantung juga dapat timbul bersamaan dengan spondilitis ankilosa.1

BAB IITINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Spondilitis ankilosa atau rheumatoid spondilitis adalah penyakit inflamasi kronis yang bersifat umum, terutama mengenai sendi-sendi tulang belakang dan sendi sakro-iliaka. Pada kelainan ini kadang-kadang terjadi osifikasi sendi/tulang sekitar sendi serta ankilosis tulang.2

Gambar 2.12.2. EpidemiologiPenyakit ini terutama mengenai kelompok umur 15-25 tahun dan 2-10 kali lebih banyak pada pria dibandingkan wanita. Dilaporkan sebanyak 0,2% dari eropa menderita spondilitis ankilosa dan pada orang jepang dan negro insidensinya lebih rendah. Spondilitis ankilosa berbeda dengan artritis rheumatoid dalam onset, insidens, distribusi penyakit, umur serta respon terhadap pengobatan.2

2.3. Etiologi Faktor predisposisi genetik memegang peranan penting pada spondilitis ankilosa. Penyakit ini sering ditemukan pada kelompok keluarga dengan HLA B-27, meskipun demikian tidak setiap orang dengan HLA B-27 menderita spondilitis ankilosa sehingga diduga ada faktor pemicu lainnya. Penyakit ini sering terjadi bersama dengan penyakit saluran pencernaan (colitis ulseratif) dan saluran kemih (penyakit Reiter).2 Penyebab dari Spondilitis ankilosa masih belum diketahui. Kelihatannya ada faktor genetik yang terlibat. Saat ini kira-kira 90% pasien yang didiagnosis sebagai Spondilitis ankilosa juga memiliki antigen HLA-B27 positif.1 Antigen HLA-B27 dikettahui sebagai faktor predisposisi dan penanda tumor. Gejala pertama yang timbul adalah nyeri pinggang bawah yang tidak menghilang dengan istirahat dan bertambah nyeri pada latihan fisik. Didapat nyeri lokal sendi sakroiliaka, spasme otot tulang belakang, dan hilangnya lordosis lumbal normal. Penderita dapat juga mengeluh nyeri pada insersi tendo Achilles di kalkaneus. Dalam satu tahun atau lebih, penyakit ini biasanya sudah menyebar sepanjang tulang belakang yang menyebabkan punggung kaku dan kerusakan kostovertebra sehingga nyeri sewaktu bernafas dalam.3

2.4. Gambaran klinis Umumnya, gambaran klinis spondilitis ankilosa berupa kekakuan tulang belakang yang mengenai sendi sakroiliaka dan spinal dengan osifikasi di sekelilingnya. Penyakit ini jarang didapat, predominan pada pria muda. Pada wanita muda ditemukan bentuk tidak berat yang kadang disertai artritis rheumatoid.3 Awitan Spondilitis ankilosa biasanya timbul perlahan-lahan, dimulai dengan rasa lelah dan nyeri intermiten pada tulang belakang bawah dan panggul. Bisa juga terjadi kekakuan pada pagi hari yang dapat hilang denggan sedikit berolahraga. Gejala-gejalanya dapat sedemikan ringan dan tidak progresif sehingga banyak penederita penyakit ini yang tidak terdiagnosis. Selain itu, gejala-gejala Spondilitis ankilosa bisa dikacaukan dengan gangguan mekanik pada tulang belakang.1 Spondilitis ankilosa biasanya ditemukan pada laki-laki muda dengan gejala awal berupa rasa nyeri yang tersamar pada tulang belakang mulai dari leher dan daerah dada dan berlangsung selama beberapa tahun. Nyeri terutama dirasakan pada pagi hari atau setelah istirahat dari aktivitas. Pada tingkat selanjutnya terjadi kekakuan pada tulang belakang.2 Pada stadium dini ditemukan sklerosis pada kartilago sakroiliaka yang dapat dilihat pada foto rontgen. Osifikasi annulus fibrosis dari sendi intervertebra memberi gambaran radiologi tulang belakang seperti sebatang bambu. Manifestasi kllinis berupa kelainan sistemik ringan, kehilangan berat badan, dan suhu meningkat sedikit.3

2.5. Patologi dan patogenesis Ada dua kelainan utama yang terjadi,yaitu : 1. Sinovitis pada sendi diatrodial 2. Inflamasi pada hubungan fibro-oseus dari sindesmosis sendi dan tendo Sinovitis sendi sakroiliaka dan permukaan sendi intervertebral menyebabkan destruksi tulang rawan dan tulang peri-artikuler. Tidak jarang sendi kostovertebral juga terkena dan menyebabkan gangguan pada saat inspirasi dalam.2 Perubahan patologis terjadi dalam tiga tahap yaitu : Tahap I Terjadi inflamasi disertai infiltrasi sel-sel bulat. Selanjutnya terjadi pembentukkan jaringan granulasi dan erosi pada tulang ynag berdekatan. Tahap II Jaringan granulasi yang berbentuk selanjutnya akan digantikan oleh jaringan fibrosa Tahap III Jaringan fibrosa akan mengalami osifikasi dan akhirnya terjadi ankilosis sendi.

2.6. Diagnosis Pada pemeriksaan fisik didapat seorang yang pada dasarnya sehat tetapi memiliki riwayat sakit punggung yang persisten dengan awitan yang perlahan-lahan. Pasien biasanya berusia di bawah 40 tahun. Nyeri punggung akan membaik apabila berolahraga dan menjadi lebih berat apabila beristirahat, dan adanya radiasi difus di seluruh punggung bagian bawah dan derah bokong.1 Pemeriksaan fisik tidak menemukan adanya skoliosis, berkurangnya kemampuan gerak yang simetris, nyeri difus, dan tes mengangkat kaki dalam posisi lurus negatif. System saraf perifer biasanya tidak mengalami perubahan. Dengan semakin beratnya penyakit, maka lordosis lumbal normal menjadi hilang, fusi tulang punggung dorsal menimbulkan kifosis, dan pengembangan toraks yang terbatas. Pada tahap yang lebih lanjut terdapat fusi tulang belakang yang dapat menyebabkan kontraktur fleksi panggul, sehingga pasien harus memfleksikan lututnya untuk mempertahhankan posisi tubuh agar tetap tegak. Nyeri biasanya menghilang setelah ankilosis menjadi komplet, dan sinovitis berkurangnya nyata.1 Pada pemeriksaan ditemukan adanya gangguan pergerakan tulang belakang ke segala arah yang biasanya dimulai dengan gangguan ekstensi dan sekaligus merupakan gangguan paling berat. Gangguan ekspansi rongga dada ketika melakukan inspirasi dalam juga dapat ditemukan. Selain gangguan pada sendi vertebra, terdapat gangguan pergerakan sendi sakroiliaka dan dan kelainan pada sendi panggul, bahu dan lutut pada 30% penderita. Kelainan ekstra-artikuler yang sering terjadi adalah uveitis yang ditemukan pada 20% pendirita.2

2.7. Temuan laboratorium Tidak ada uji laboratorium spesifik untuk mendiagnosis spondilitis ankilosis. Laju endap darah (LED) biasanya meningkat selama penyakit berada dalam fase aktif. Faktor reumatoid biasanya negatif. Antigen HLA-B27 biasanya positif, tetapi ini tidak spesifik untuk spondilitis ankilosis.1 1. Biasanya rheumatoid factor negatif 2. Peninkatan laju endap darah (LED) pada stadium aktif penyakt 3. HLA-B27 positif pada 90% penderita.

2.8. Temuan radiologik Terdapat perubahan-perubahan radiologis yang khas pada spondilitis ankilosa. Pada tahap awal penyakit, mungkin hanya terlihat adanya gambaran yang kabur pada sendi sakroiliaka dan osteoporosis difus pada tulang belakang. Bila penyakit berlanjut, terdapat erosi sendi, bentuk vertebra menjadi lebih persegi, dan penyempitan ruang antar vertebra. Pada tahap akhir penyakit, terjadi kalsifikasi diskus dan ligamen paravertebra. Bisa juga didapatkan pertumbuhan tulang secara vertikal, disebut sindesmofit yang menjembatani ruang antar vertebra. Sekitar 25% pasien spondilitis ankilosa, mengalami fusi tulang belakang komplet, termasuk juga tulang belakang bagian leher (servikal).1 Pada stadium awal dapat terlihat perkabutan dan erosi sendi sakro-iliaka. Pada tahap selanjutnya terlihat seklerosis peri-artikuler vertebra. Bagian depan vertebra yang normalnya berbentuk konkaf berubah menjadi datar. Terdapat osifikasi diskus intervertebralis yang membentuk jembatan di antara vertebra yang memberi gambaran seperti rruas bamboo (Bamboo Spine).2

2.9. Penatalaksanaan Penatalaksanaan spondilitis ankilosa bersifat multifokal dan berkaitan dengan tahap penyyakit. Intervensi terarah bertujuan untuk meningkatkan pengertian tentang penyakit baik oleh pasien sendiri maupun keluarganya. Perubahan pola kerja mungkin diperlukan, karena membungkuk, mengangkat, dan posisi statik yang lama akan terasa sulit oleh pasien. Pemberian obat bertujuan untuk mengurangi sinovitis dan nyeri yang ditimbulkannya. Obat-obat anti inflamasi nonsteroid (OAINS) dipakai untuk tujuan ini, terutama jenis-jenis yang memiliiki kemampuan hambat prostaglandin yang tinggi dan waktu paruh yang lama. Indometasin sering menjadi obat pilihan. Kortikosteroid, obat-obat yang bekerja lambat, dan relaksan otot tidak banyak manfaatnya. Seringkali suatu program fisik aktif dapat membantu, difokuskan pada latihan pernafasan, memperkuat otot, mempertahankan atau memperbaiki posisi tubuh, dan latihan jangkauan gerakan. Penopang atau bidai dapat dipakai untuk jangka waktu terbatas untuk mengurangi nyeri dan spasme otot.1

Pengobatan spondilitis ankilosa pada prinsipnya sama dengan penyakit artritis reumatoid yaitu :2 Mengurrangi / menghilangkan nyeri serta tiidak ada pengobatan yang kausatif. Mencegah progresivitas penyakit Fisioterapi berupa latihan tulang belakang untuk mencegah deformitas Terapi okupasi Pada keadaan lanjut, osteotomi tulang belakang dapat dipertimbangkan dan apabila ada gangguan / deformitas yang hebat pada panggul dapat dipertimbangkan artroplasti panggul.Antagonis TNF juga digunakan untuk terapi spondilitis ankilosa (SA) berdasarkan fakta bahwa TNF- banyak diekspresikan pada sendi sakroiliaka pasien SA. Infliksimab dan etanercept dilaporkan memberikan perbaikan klinis dan gambaran radiologis yang bermakna pada pasien SA. Pasien SA yang mendapat etanercept selama 3 bulan menunjukkan respons klinis dan perbaikan mobilitas spinal yang lebih 12 minggu pada pasien SA juga menunjukkan perbaikan klinis yang bermakna dibandingkan dengan placebo, disamping juga memperbaiki status fungsional dan kualitas hidupnya.4 2.10. PrognosisSekitar 20% pasiien spndilitis ankilosa berkembang ke tingkat penyakit yang berat sehingga menjadi cacat. Sekitar setengah dari pasien ini mengalami perjalanan penyakit yang berjalan perlahan dan dapat berlangsung selama berpuluh-puluh tahun. Sejumlah pasien lainnya dapat berhasil diobati dengan suatu program penyuluhan, pemberian obat, dan fisioterapi. Pasien-pasien ini dapat memiliki pola hidup dalam keterbatasan yang disebabkan oleh penyakitnya.kurang dari 5% pasien mengalami manifestasi fatal dari perkembangan penyakit.1

Daftar Pustaka

1. Price Sylvia A. Wilson LM. Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. 6th ed volume 2. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta : 2006.75;1407-9.2. Rasjad C. Prof, MD,PhD. Pengantar Ilmu Bedah Ortopedi : Spondilitis Ankilosis. Penerbit PT. Yarsif Watampone (Anggota IKAPI). Jakarta. 2007.161-3. 3. Sjamsuhidajat R. De Jong W. Buku Ajar Ilmu Bedah 2nd ed. Spondilitis Ankilosis. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta. 2005. 913.4. Sudoyo AW, dkk. Buku Ilmu Penyakit Dalam Jilid III 5th ed. InternaPublishing. Jakarta. 2009; 2764.

Spondilitis Ankilosa | RSU Haji Medan 2014