paper geotek
DESCRIPTION
paperTRANSCRIPT
PAPER PRAKTIKUM
GEOLOGI TEKNIK
ACARA : GERAKAN TANAH
Disusun oleh:
Annita Kusuma Wardhani
21100111140100
LABORATORIUM GEOLOGI TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
OKTOBER 2013
BAB I
ARTIKEL
Lahan Bergerak, Jalan Tol Baru Retak
UNGARAN, KOMPAS.com - Badan jalan tol baru ruas Gedawang-
Susukan-Penggaron di Km 5.55 pada proyek jalan tol Semarang-Ungaran,
Minggu (19/12/2010) sore mengalami retak memanjang sekitar delapan meter.
Badan tol itu retak akibat kondisi lahan ambles setelah diguyur hujan terus
menerus sepanjang malam.
Pemantauan di lokasi badan jalan tol baru yang retak di Gedawang,
Kecamatan Banyumanik, Kota Semarang itu, berupaya untuk sementara ditutupi
kain terpal warna biru.
Menurut sejumlah pekerja di lapangan, retaknya badan jalan tol berada di
bekas lokasi kampung Pucung yang pernah longsor tahun 1984. Lokasi badan
jalan tol yang mengalami kerusakan itu, kata pengamat transportasi Fakultas
Teknik Unika Soegijapranata Semarang, Djoko Setijowarno, termasuk daerah
yang tanahnya labil. Saat ini, di lokasi itu masih belum sepenuhnya tersambung
badan jalan beton.
Jalan itu masih terputus, tak kurang 500 meter jalan calon tol masih berupa
tanah urugan. Pihak pelaksana proyek masih melakukan upaya menjadikan lahan
itu stabil, sengan pemancangan teknik bore pile.
Rencananya akan dipasang bore pile guna menstabilkan lahan dengan
satuan 150. Tiap pemancangan berkedalaman 60 meter. Proyek jalan tol
Semarang Ungaran, bagian dari proyek jalan tol Semarang Solo yang sudah
dikerjakan intensif sejak 2008 namun hingga Desember ini belum kelar. Proyek
tol itu sedianya menelan biaya Rp 7-8 triliun.
SUMBER:
http://regional.kompas.com/read/2010/12/19/21163072/Lahan.Bergerak.Jalan.Tol.
Baru.Retak
2
BAB II
PEMBAHASAN
Daerah badan tol Semarang Ungaran yang berada pada ruas Gedawang-
Susukan-Penggaron atau yang berada pada Km 5.55 mengalami keretakan
sepanjang kira-kira delapan meter. Keretakan yang terjadi ini dipicu oleh
konsentrasi tanah di bawah badan tol mengalami kejenuhan akibat semalaman
diguyur hujan. Sehingga tanah menjadi amblas dan badan jalan mengalami
ketidak-stabilan dan berakhir pada keretakan tersebut.
Gambar 2.1 Tiang Penyangga salah satu Jembatan yang akan dibangun pada salah satu
bagan tol
Selain itu, menurut referensi artikel daerah badan tol tersebut berada pada
lokasi Kampung Pucung yang pernah mengalami longsor pada tahun 1984. Tanah
bekas longsoran tersebut tentu sudah tidak stabil dikarenakan tanah longsoran
termasuk ke dalam tanah urugan. Tanah urugan sendiri tidak memiliki kekuatan
yang tidak kuat. Maka, melihat dari morfologi daerah tersebut yang juga cukup
terjal dan tanah yang merupakan tanah urugan maka sangat mungkin untuk terjadi
pergerakan tanah.
Selain itu, daerah ini berada pada formasi Kaligetas dimana juga terdapat
batuan lunak yaitu batulempung. Batulempung sendiri sangat licin apabila kita
menginjaknya begitu pula dengan pondasi dari beberapa jembatan di daerah tol
tersebut seperti Jembatan susukan yang mengalami keretakan akibat pergeseran
dari pondasi jembatan tersebut. Hal ini memang seharusnya tidak menggunakan
teknik bore pile karena apabila batuan dasarnya adalah batuan lunak seperti
3
batulempung ini. Maka, akan sangat merugikan jika membangun jembatan
menggunakan teknik tersebut di atas batuan lunak seperti itu.
Maka dari kedua masalah yang telah dijabarkan penyebabnya di atas
tersebut, dapat direncanakan langkah-langkah penanggulangan yang mungkin
dapat dilakukan untuk mencegah hal tersebut tidak menimbulkan bencana maupun
kerugian.
1. Badan jalan yang mengalami retakan
Dikarenakan tanah didaerah tersebut merupakan tanah urugan atau tanah
bekas dari longsor beberapa tahun lalu, maka diperlukan teknik
penanggulangan yang dapat memperkuat kondisi dari tanah tersebut.
Misalnya dapat menggunakan teknik “Anchor”. Teknik anchor sendiri
terdiri dari beberapa metode yaitu pembangunan tembok penahan pada
tepi-tepi dekat dengan lereng selain itu juga dibutuhkan drain untuk
mengurangi konsentrasi air pada tanah tersebut dengan membuat saluran
untuk membuang air yang masuk, sehingga tanah tidak mudah bergerak
karena kandungan air yang tinggi.
2. Jembatan yang mengalami pergerakan
Jembatan yang mengalami pergerakan dikarenakan pondasi yang
memakai teknik bore pile berada pada batuan dasar yang lunak yaitu satuan
batulempung. Sehingga, pondasi mudah mengalami pergerakan dan pada
akhirnya membuat struktur jembatan menjadi retak-retak. Untuk itu, tentunya
dapat menaruh pondasi pada batuan dasar yang lebih kuat sehingga tidak
mengalami pergerakan lagi. Atau dengan mengubah teknik bore pile menjadi
pembuatan fly over dengan rentangan sejauh 800 m menurut beberapa
sumber. Dan tentunya pondasi tidak pada formasi kerek yang menjadi lumpur
ketika musim hujan, kemudian mengalami keretakan pada musim kemarau.
Jadi, pondasi harus di luar formasi kerek.
4
Gambar 2.2 Teknik Bore pile di lapangan
Gambar 2.3 Teknik boor pile (bagan langkah-langkah)
5
BAB III
KESIMPULAN
Kasus bagan jalan tol yang mengalami retakan dikarenakan peletakan
pondasi menggunakan bore pile berada pada daerah satuab batuan lunak yaitu
batulempung yang berada pada formasi kerek. Formasi kerek sendiri sangat
labil karena mudah menyerap air menjadi lumpur pada musim hujan dan
mengalami keretakan pada musim kemarau. Sehingga pondasi mengalami
pergerakan dan tiang penyangga menjadi retak. Maka dari itu pondasi harus
berada di luar formasi kerek atau dapat pula dibangun fly over.
Selain itu juga dikarenakan pembangunan jalan tol berada pada tanah
bekas longsoran. Tanah ini tentu memiliki tingkat kerentanan pergerakan
tanah yang cukup tinggi. Sehingga diperlukan teknik yang dapat menyangga
sekaligus mengurangi jumlah pasokan air pada tanah tersebut. Misalnya teknik
“anchor”.
6
DAFTAR PUSTAKA
Suharyadi. 2006. Pengantar Geologi Teknik Edisi ke 5. Universitas Gadjah Mada.
Yogyakarta
http://www.bisnis-jateng.com/index.php/2011/03/penanganan-keretakan-dan-
amblesnya-tol-seksi-i-sia-sia/ (Diakses pada tanggal 1 Oktober 2013, pukul
05.41 WIB)
7