paparan smk3 (pp 50)

59
Sistem Manajemen Keselamatan dan kesehatan kerja oleh: Sri Budi Wahyuningsih dalam Sosialisasi K3 Tahun 2012 Palembang

Upload: jack

Post on 28-Jan-2016

624 views

Category:

Documents


106 download

DESCRIPTION

PAPARAN

TRANSCRIPT

Sistem ManajemenKeselamatan dan kesehatan kerja

oleh:Sri Budi Wahyuningsih

dalam Sosialisasi K3 Tahun 2012Palembang

Tujuan Pembelajaran

• Peserta mampu memahami pengawasan norma SMK3

• Mampu menjelaskan tahapan-tahapan penerapan SMK3

• Mampu menjelaskan penilaian penerapan SMK3

• Mampu melakukan pembinaan SMK3

INDONESIA INDONESIA BERBUDAYA BERBUDAYA K3 TAHUN K3 TAHUN

20152015PROGRAM

STRATEGI

MISI

VISI

Misi K3 Misi K3 NasionalNasionalMeningkatkMeningkatk

an an pelaksanaapelaksanaa

n n pembinaan pembinaan

dan dan pengawasapengawasa

n K3n K3

MeningkMeningkatkan atkan

penerapapenerapan SMK3n SMK3

MeningkatMeningkatkan peran kan peran serta serta pengusahapengusaha, , Tenaga Tenaga Kerja & Kerja & masyarakamasyarakat untuk t untuk

mewujudkamewujudkan n kemandiriakemandirian dalam n dalam

pelaksanaapelaksanaan K3n K3

Meningkatkan jejaring dan peran serta instansi, lembaga, personil dan pihak-pihak terkait

Meningkatkan sarana dan

prasarana pengawasan K3Meningkatkan p

embinaan

penerapan SMK3

Men

yusu

n da

n

men

ingk

atka

n ke

bija

kan

K3

Menin

gkat

kan

Sum

ber D

aya

Manus

ia

di b

idan

g K3

Strategi K3Nasional

PeningkataPeningkatan produksi n produksi

dan dan produktivitproduktivit

asasTempat KerjaTempat Kerja

K3 bersifat K3 bersifat universaluniversal

Upaya yang dilakukan :•Penetapan UU, Peraturan dan Standar

•Pembinaan, pengawasan dan penyuluhan

Pengusaha dan

Tenaga Kerja

• AmanAman• SehatSehat• Bebas PencemaranBebas Pencemaran• Nihil Kecelakaan dan Nihil Kecelakaan dan

PAKPAK

FAKTOR-FAKTOR ANCAMANRESIKO KECELAKAAN KERJAFAKTOR-FAKTOR ANCAMANRESIKO KECELAKAAN KERJA

BAHAN ALAT

TENAGA KERJA

KESEHATAN KESELAMATAN

LINGKUNGANLINGKUNGAN

PROSESPROSES

Peningkatan Penggunaan B3Peningkatan Penggunaan B3

•> 1000 bahan kimia baru dihasilkan per tahun•500 - 10.000 bahan kimia yang diperdagangkan mengandung bahaya•150 - 200 kemungkinan penyebab kanker

(ILO)

Peningkatan Potensi Bahaya Mesin dan PeralatanPeningkatan Potensi Bahaya Mesin dan Peralatan

•Explosif•Flamable•Corrosif

•Oksidator•Toxsic

•Radioactif•dll

•Explosif•Noise•Vibration•Presure•Vertical ,Horizontal& Rotation Movement•Temperatur•Dust•dll

41315

16082

21256

Listrik

Uap dan BejanaTekanAngkat dan Angkut

Mesin dan Peralatan yg terdaftar thn 1998

Kondisi K3 di Indonesia - Potensi Bahaya

Kewajiban Penerapan ISM-CodeKewajiban Penerapan ISM-Code

Pemenuhan Social Accountability 8000 (SA 8000)Pemenuhan Social Accountability 8000 (SA 8000)

Aspek K3 dalam Standar ISO 9000:2000Aspek K3 dalam Standar ISO 9000:2000

Diberlakukannya Sertifikasi SA 8000 sebagai jaminan telah di penuhinya konvensi-konvensi Dasar ILO oleh Dunia Industri

Dicantumkannya Persyaratan aspek K3 di dalam Standar ISO 9000:2000

Diberlakukannya Kewajiban Sertifikasi International Safety Management-Code Untuk Kapal Laut (IMO)

Tuntutan Aspek K3 Dalam Perdagangan

LATAR BELAKANG LATAR BELAKANG KEBIJAKANKEBIJAKAN1. K3 masih belum mendapatkan perhatian yang

memadai semua pihak2. Kecelakaan kerja yang terjadi relative masih

tinggi3. Pelaksanaan pengawasan K3 masih bersifat

parsial dan belum menyentuh aspek manajemen4. Relatif rendahnya komitment pimpinan

perusahaan dalam hal K35. Kualitas tenaga kerja berkorelasi dengan

kesadaran atas K36. Tuntutan global dalam perlindungan tenaga

kerja yang diterapkan oleh komunitas perlindungan hak buruh internasional

7. Desakan LSM internasional dalam hal hak tenaga kerja untuk mendapatkan perlindungan

K3 masih belum mendapatkan perhatian yang memadai semua pihak:

8.Masalah K3 masih belum menjadi prioritas program9.Tidak ada yang mengangkat masalah K3 menjadi

issue nasional baik secara politis maupun sosial10.Masalah kecelakaan kerja masih dilihat dari aspek

ekonomi, dan tidak pernah dilihat dari pendekatan moral

11.Tenaga kerja masih ditempatkan sebagai faktor produksi dalam perusahaan, belum dirtempatkan sebagai mitra usaha

12.Alokasi anggaran perusahaan untuk masalah K3 relatif kecil

Sejarah Kebijakan SMK3

• Pelaksanaan K3 sesuai UU 1/1970 secara eksplisit merupakan pelaksanaan K3 secara sistem

• SMK3 dikeluarkan sejak 1996 melalui Permenaker No. 05/Men/1996

• Di Internasional perkembangan sistem manajemen K3 mulai berkembang melalui ILO Guidline Tahun 2001

• Ohsas dikembangkan pada tahun 2001

• SMK3 ditegaskan kembali dalam UU 13 tahun 2003 pasal 87

• Dan mengamanatkan pedoman penerapan melalui Peraturan Pemerintah No. 50 Tahun 2012 tentang Penerapan SMK3 (12 April 2012)

Pasal 27 (2) UUD1945

Undang-undang 13 Thn 2003

Pasal 86 Pasal 87

• UU No.1/1970 PP 50 Tahun 2012 ttg

Penerapan SMK3

Sanksi

DASAR HUKUM PENERAPAN SMK3

(2) Ketentuan mengenai penerapan sistem manajemen keselamatan dan kesehatankerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Pemerintah

DASAR HUKUM PENERAPAN SMK3

(1) Setiap perusahaan wajib menerapkan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja yang terintegrasi dengan sistem manajemen perusahaan

Pasal 87 UU

No.13/2003

PP NO. 50 TAHUN 2012Tanggal 12 April 2012

• 22 Pasal

• Lampiran 1 ttg Pedoman Penerapan SMK3

• Lampiran 2 ttg Pedoman Penilaian Penerapan SMK3

• Lampiran 3 ttg Laporan audit SMK3

PengertianPasal 1

• SMK3

bagian dari sistem manajemen perusahaan secara keseluruhan dalam rangka pengendalian risiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja guna terciptanya tempat kerja yang aman, efisien dan produktif.

PengertianPasal 1

• K3

segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi keselamatan dan kesehatan tenaga kerja melalui upaya pencegahan kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja

PengertianPasal 1

• Audit SMK3

pemeriksaan secara sistematis dan independen terhadap pemenuhan kriteria yang telah ditetapkan untuk mengukur suatu hasil kegiatan yang telah direncanakan dan dilaksanakan dalam penerapan SMK3 di perusahaan.

TUJUAN PENERAPAN SMK3 Pasal 2

a. meningkatkan efektifitas perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja yang terencana, terukur, terstruktur, dan terintegrasi;

b. mencegah dan mengurangi kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja dengan melibatkan unsur manajemen, pekerja/buruh, dan/atau serikat pekerja/serikat buruh; serta

c. menciptakan tempat kerja yang aman, nyaman, dan efisien untuk mendorong produktivitas.

Kebijakan Nasional tertuang dalam Lampiran 1, Lampiran 2 dan Lampiran 3

PENERAPAN SMK3 DILAKUKAN BERDASARKAN KEBIJAKAN NASIONAL

Ketentuan UmumPasal 3

2. Instansi Pembina Sektor dapat mengembangkan Kebijakan Nasional sebagai pedoman perusahaan dalam menerapkan SMK3

Ketentuan UmumPasal 4

1. Kebijakan Nasional sebagai pedoman perusahaan dalam menerapkan SMK3

• Wajib bagi perusahaan: – memperkerjakan pekerja/buruh paling sedikit 100

(seratus) orang; atau

– mempunyai tingkat potensi bahaya tinggi.

• Ketentuan mengenai tingkat potensi bahaya tinggi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan

• Dlm menerapkan SMK3 memperhatikan peraturan perUU, konvensi atau standar internasional

Pasal 5

Penerapan SMK3 meliputi

1. penetapan kebijakan K3;

2. perencanaan K3;

3. pelaksanaan rencana K3;

4. pemantauan dan evaluasi kinerja K3; dan

5. peninjauan dan peningkatan kinerja SMK3.

Pasal 6

1. Penetapan kebijakan K3

a. melakukan tinjauan awal kondisi K3, meliputi: • identifikasi potensi bahaya, penilaian dan pengendalian risiko;

• perbandingan penerapan K3 dengan perusahaan dan sektor lain yang lebih baik;

• peninjauan sebab akibat kejadian yang membahayakan;

• kompensasi dan gangguan serta hasil penilaian sebelumnya yang berkaitan dengan keselamatan; dan

• penilaian efisiensi dan efektivitas sumber daya yang disediakan.

b. memperhatikan peningkatan kinerja manajemen K3 secara terus-menerus; dan

c. memperhatikan masukan dari pekerja/buruh dan/atau serikat pekerja/serikat buruh.

Kebijakan K3 paling sedikit memuat

a. visi;

b. tujuan perusahaan;

c. komitmen dan tekad melaksanakan kebijakan; dan

d. kerangka dan program kerja yang mencakup kegiatan perusahaan secara menyeluruh yang bersifat umum dan/atau operasional.

Pengusaha harus menyebarluaskan kebijakan K3 yang telah ditetapkan kepada seluruh pekerja/buruh, orang lain selain pekerja/buruh yang berada di perusahaan, dan pihak lain yang terkait

Disusun untuk menghasilkan rencana K3 mengacu pada kebijakan K3

Mempertimbangkan :

a. hasil penelaahan awal;

b. identifikasi bahaya, penilaian, dan pengendalian risiko; peraturan perundang-undangan dan persyaratan lainnya; dan

c. sumber daya yang dimiliki.

2. Perencanaan K3

Paling sedikit memuat :

a. tujuan dan sasaran;

b. skala prioritas;

c. upaya pengendalian bahaya;

d. penetapan sumber daya;

e. jangka waktu pelaksanaan;

f. indikator pencapaian; dan

g. sistem pertanggungjawaban.

Rencana K3

3. Pelaksanaan Rencana K3

• Di dukung oleh sumber daya manusia di bidang K3, prasarana dan sarana.

• Sumber daya manusia harus memiliki:

– kompetensi kerja yang dibuktikan dengan sertifikat; dan

– kewenangan di bidang K3 yang dibuktikan dengan surat izin kerja/operasi dan/atau surat penunjukkan dari instansi yang berwenang.

• Prasarana dan sarana sebagaimana paling sedikit terdiri dari:

– organisasi/unit yang bertanggung jawab di bidang K3;

– anggaran yang memadai;

– prosedur operasi/kerja, informasi,

dan pelaporan serta pendokumentasian;

– instruksi kerja.

3. Pelaksanaan Rencana K3

• Dalam melaksanakan rencana K3 harus melakukan kegiatan dalam pemenuhan persyaratan perUU.

• Kegiatan tersebut :

a. Tindakan pengendalian

b. perancangan (design) dan rekayasa;

c. prosedur dan instruksi kerja;

d. penyerahan sebagian pelaksanaan pekerjaan;

e. pembelian/pengadaan barang dan jasa;

f. produk akhir;

g. upaya menghadapi keadaan darurat kecelakaan dan bencana industri; dan

h. rencana dan pemulihan keadaan darurat

3. Pelaksanaan Rencana K3

• Kegiatan a – f dilaksanakan berdasarkan identifikasi bahaya, penilaian dan pengendalian risiko.

• Kegiatan g dan h dilaksanakan berdasarkan potensi bahaya, investigasi dan analisa kecelakaan

3. Pelaksanaan Rencana K3

• Agar seluruh kegiatan bisa berjalan, maka harus :a. Menunjuk SDM yang kompeten dan berwenang dibidang

K3

b. Melibatkan seluruh pekerka/buruh

c. Membuat petunjuk K3

d. Membuat prosedur informasi

e. Membuat prosedur pelaporan

f. Mendokumentasikan seluruh kegiatan

• Pelaksanaan kegiatan diintegrasikan dengan kegiatan manajemen perusahaan

4. Pemantauan dan Evaluasi Kinerja

• melalui pemeriksaan, pengujian, pengukuran dan audit internal SMK3 dilakukan oleh sumber daya manusia yang kompeten

• Dalam hal perusahaan tidak mempunyai SDM dapat menggunakan pihak lain

4. Pemantauan dan Evaluasi Kinerja

• Hasil pemantauan dilaporkan kepada pengusaha

• Hasil tersebut digunakan untuk untuk melakukan tindakan pengendalian

• Pelaksanaan pemantauan & Evaluasi dilakukan berdasarkan peraturan PerUU

5. Peninjauan dan Peningkatan Kinerja SMK3

• menjamin kesesuaian dan efektifitas penerapan SMK3,

• dilakukan terhadap kebijakan, perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi

5. Peninjauan dan Peningkatan Kinerja SMK3

• Hasil peninjauan digunakan untuk perbaikan dan peningkatan kinerja,

• Perbaikan dan peningkatan kinerja dilaksanakan dalam hal :– terjadi perubahan peraturan perundang-undangan;– adanya tuntutan dari pihak yang terkait dan pasar;– adanya perubahan produk dan kegiatan perusahaan;– terjadi perubahan struktur organisasi perusahaan;– adanya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi,

termasuk epidemiologi;– adanya hasil kajian kecelakaan di tempat kerja;– adanya pelaporan; dan/atau– adanya masukan dari pekerja/buruh.

Pembuktian Penerapan SMK3

Audit EksternalInternal

Dilakukan perusahaan

Dilakukan oleh Lembaga Audit (yang

telah ditunjuk Menakertrans)

Pasal 16

Penilaian melalui Audit SMK3

meliputi:

1. pembangunan dan terjaminnya pelaksanaan komitmen;

2. pembuatan dan pendokumentasian rencana K3;

3. pengendalian perancangan dan peninjauan kontrak;

4. pengendalian dokumen;

5. pembelian dan pengendalian produk;

6. keamanan bekerja berdasarkan SMK3;

7. standar pemantauan;

8. pelaporan dan perbaikan kekurangan;

9. pengelolaan material dan perpindahannya;

10. pengumpulan dan penggunaan data;

11. pemeriksaan SMK3; dan

12. pengembangan keterampilan dan kemampuan Pasal 16

• Untuk perusahaan yang memiliki potensi bahaya tinggi wajib melakukan penilaian penerapan SMK3 sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

• Hasil audit sebagai bahan pertimbangan dalam upaya peningkatan SMK3

Pasal 16

KRITERIA AUDIT SMK3

• Penilaian tingkat awal sebanyak 64 kriteria;

• Penilaian tingkat transisi sebanyak 122 kriteria;

• Penilaian Tingkat Lanjutan 166 kriteria;

NO ELEMEN TINGKAT AWAL TINGKAT TRANSISI

(Seluruh tingkat awal dan

transisi)

TINGKAT LANJUTAN (Seluruh

tingkat awal, transisi dan lanjutan)

1 2 3 4 5

1 Pembangunan dan pemeliharaan komitmen 1.1.1, 1.1.3, 1.2.2, 1.2.4, 1.2.5,

1.2.6, 1.3.3, 1.4.1, 1.4.3, 1.4.4,

1.4.5, 1.4.6, 1.4.7, 1.4.8, 1.4.9

1.1.2, 1.2.1, 1.2.3, 1.3.1, 1.4.2 1.1.4, 1.1.5, 1.2.7, 1.3.2, 1.4.10,

1.4.11

2 Strategi pendokumentasian 2.1.1, 2.4.1 2.1.2, 2.1.3, 2.1.4, 2.2.1, 2.3.1,

2.3.2, 2.3.4

2.1.5, 2.1.6, 2.2.2, 2.2.3, 2.3.3

3 Peninjauan ulang desain dan kontrak 3.1.1, 3.2.2 3.1.2, 3.1.3, 3.1.4, 3.2.1 3.2.3, 3.2.4

4 Pengendalian dokumen 4.1.1 4.1.2, 4.2.1 4.1.3, 4.1.4, 4.2.2, 4.2.3

5 Pembelian 5.1.1, 5.1.2, 5..2.1 5.1.3 5.1.4, 5.1.5, 5.3.1, 5.4.1, 5.4.2

6 Keamanan bekerja berdasarkan SMK3 6.1.1, 6.1.5, 6.1.6, 6.1.7, 6.2.1,

6.3.1, 6.3.2, 6.4.1, 6.4.2, 6.4.3,

6.4.4, 6.5.2, 6.5.3, 6.5.4, 6.5.7,

6.5.8, 6.5.9, 6.7.4, 6.7.6, 6.8.1,

6.8.2

6.1.2, 6.1.3, 6.1.4, 6.2.2, 6.2.3,

6.2.4, 6.2.5, 6.5.1, 6.5.5, 6.5.6,

6.5.10, 6.7.1, 6.7.2, 6.7.3,

6.7.5, 6.7.7

6.1.8, 6.6.1, 6.6.2, 6.9.1

7 Standar pemantauan 7.1.1, 7.2.1, 7.2.2, 7.2.3, 7.4.1,

7.4.3, 7.4.4, 7.4.5

7.1.2, 7.1.3, 7.1.4, 7.1.5, 7.1.6,

7.1.7, 7.4.2

7.3.1, 7.3.2

8 Pelaporan dan perbaikan 8.3.1 8.1.1, 8.2.1, 8.3.2 8.3.3, 8.3.4, 8.3.5, 8.3.6, 8.4.1

9 Pengelolaan material dan perpindahannya 9.1.1, 9.1.2, 9.2.1, 9.2.3, 9.3.1,

9.3.3, 9.3.4

9.1.3, 9.1.4, 9.3.5 9.2.2, 9.3.2

10 Pengumpulan dan penggunaan jasa 10.1.1, 10.1.2, 10.2.1, 10.2.2 10.1.3, 10.1.4

11 Audit SMK3 11.1.1, 11.1.2, 11.1.3

12 Pengembangan keterampilan dan

kemampuan

12.2.1, 12.2.2, 12.3.1, 12.5.1 12.1.2, 12.1.4, 12.1.5, 12.1.6,

12.3.2, 12.4.1

12.1.1, 12.1.3, 12.1.7, 12.3.3

Kriteria pada Tingkat Penerapan SMK3Kriteria pada Tingkat Penerapan SMK3

Kategori Perusahaan

Tingkat Pencapaian Penerapan

0-59% 60-84% 85-100%

Kategori tingkat awal (64 kriteria)

Tingkat Penilaian Penerapan Kurang

Tingkat Penilaian Penerapan Baik

Tingkat Penilaian Penerapan

Memuaskan

Kategori tingkat transisi (122

kriteria)

Tingkat Penilaian Penerapan Kurang

Tingkat Penilaian Penerapan Baik

Tingkat Penilaian Penerapan

Memuaskan

Kategori tingkat lanjutan (166

kriteria)

Tingkat Penilaian Penerapan Kurang

Tingkat Penilaian Penerapan Baik

Tingkat Penilaian Penerapan

Memuaskan

PENILAIAN TINGKAT PENERAPAN SMK3PENILAIAN TINGKAT PENERAPAN SMK3

Penilaian Tingkat Penerapan SMK3 Penilaian Tingkat Penerapan SMK3

PENILAIAN KRITERIAPENILAIAN KRITERIA

• Kategori Kritikal Temuan yang mengakibatkan fatality/kematian.

• Kategori MayorTidak memenuhi ketentuan peraturan perundang-undangan; Tidak melaksanakan salah satu prinsip SMK3; danTerdapat temuan minor untuk satu kriteria audit di beberapa lokasi.

• Kategori MinorKetidakkonsistenan dalam pemenuhan persyaratan peraturan perundang-undangan, standar, pedoman, dan acuan lainnya.

• Kategori Kritikal Temuan yang mengakibatkan fatality/kematian.

• Kategori MayorTidak memenuhi ketentuan peraturan perundang-undangan; Tidak melaksanakan salah satu prinsip SMK3; danTerdapat temuan minor untuk satu kriteria audit di beberapa lokasi.

• Kategori MinorKetidakkonsistenan dalam pemenuhan persyaratan peraturan perundang-undangan, standar, pedoman, dan acuan lainnya.

Sertifikasi SMK3

• Dikeluarkan oleh Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi setelah tim Evaluasi melakukan penilaian terhadap hasil audit eksternal yang lakukan secara independen oleh Badan Audit SMK3.

PENGAWASAN

• Pengawasan SMK3 dilakukan oleh pengawas ketenagakerjaan pusat, provinsi dan/atau kabupaten/kota sesuai dengan kewenangannya.

• Pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:

1. pembangunan dan terjaminnya pelaksanaan komitmen;

2. organisasi;

3. sumber daya manusia;

4. pelaksanaan peraturan perundang-undangan bidang K3;

5. keamanan bekerja;

6. pemeriksaan, pengujian dan pengukuran penerapan SMK3;

7. pengendalian keadaan darurat dan bahaya industri;

8. pelaporan dan perbaikan kekurangan; dan

9. tindak lanjut audit.

Pasal 18

KETENTUAN PERALIHAN

• Pada saat Peraturan Pemerintah telah berlaku, perusahaan yang telah menerapkan SMK3, wajib menyesuaikan dengan ketentuan Peraturan Pemerintah ini paling lama 1 (satu) tahun

Pasal 21

Sanksi AdministratifPasal 190 UU No 13 Tahun 2003

(1) Pelanggaran pasal 87 dikenakan sanksi administratif(2) Sanksi administratif berupa :

a. teguran;b. peringatan tertulis;c. pembatasan kegiatan usaha;d. pembekuan kegiatan usaha;e. pembatalan persetujuan;f. pembatalan pendaftaran;g. penghentian sementara sebagian atau seluruh alat

produksi;h. pencabutan ijin.

MANFAAT PENERAPAN SMK3

• Bagi Perusahaan:1. Mengetahui pemenuhan perusahaan

terhadap peraturan perundangan dibidang K3

2. Mendapatkan bahan umpan balik bagi tinjauan manajemen dalam rangka meningkatkan kinerja SMK3

3. Mengetahui efektifitas, efisiensi dan kesesuaian serta kekurangan dari penerapan SMK3

4. Mengetahui kinerja K3 di perusahaan5. Meningkatkan image perusahaan yang pada

akhirnya akan meningkatkan daya saing perusahaan

6. Meningkatkan kepedulian dan pengetahuan tenaga kerja mengenai K3 yang juga akan meningkatkan produktivitas perusahaan

7. Terpantaunya bahaya dan risiko di perusahaan

8. Penanganan berkesinambungan terhadap risiko yang ada diperusahaan

9. Mencegah kerugian yang lebih besar kepada perusahaan

10. Pengakuan terhadap kinerja K3 diperusahaan atas pelaksanaan SMK3

• Bagi Pemerintah:1. Sebagai salah satu alat untuk melindungi

hak tenaga kerja di bidang K32. Meningkatkan mutu kehidupan bangsa dan

image bangsa di forum internasional3. Mengurangi angka kecelakaan kerja yang

sekaligus akan meningkatkan produktifitas kerja/nasional

4. Mengetahui tingkat penerapan terhadap peraturan perundangan

Identifikasi dan Penilaian Risiko

Untuk mengenali tahapan kegiatan dan bahaya, ada beberapa informasi kunci yang diperlukan, seperti:

Apa yang harus diketahui? Bagaimana mendapatkan informasi?

Dimana pekerjaan dilakukan? Denah lokasi pekerjaan/lay out

Siapa yang melakukan pekerjaan?

Data pekerja, Observasi

Peralatan dan bahan yang digunakan?

Daftar alat dan bahan yang digunakan, LDKB dll

Bagaimana urutan pekerjaan? Diagram alir/Instruksi Kerja Tindakan kendali yang telah

ada? Laporan kecelakaan /PAK

Apakah ada peraturan terkait yang mengatur?

Peraturan Perundang-undangan, Standar, dan Pedoman

Wawancara, Inspeksi, Audit dll

Formulir Identifikasi Bahaya (Form-1)Unit : Bengkel/Workshop MaintenancePekerjaan : Pengelasan

No Kegiatan Utama Potensi Bahaya Akibat Kecelakaan/PAK

1 2 3 41 Persiapan Alat

dan BahanUap C2H2 Keracunan kronik

Kebakaran/PeledakanBotol Baja Cedera/Luka MemarMaterial besi Cedera/Luka MemarPanas Dehidrasi/Heat Stress

2 Pengelasan Uap C2H2 KeracunanKebakaran/Peledakan

Botol Baja Cedera/Luka MemarPartikel Gram Gangguan pernafasan &

mataPanas Dehidrasi/Heat Stress

Kilatan Sinar/Sparks Fotokeratitis3 Penyelesaian

PekerjaanUap C2H2 Keracunan

Kebakaran/PeledakanBotol Baja Cedera/Luka MemarPanas Dehidrasi/Heat Stress

Evaluasi risiko pada dasarnya adalah melakukan pengukuran. Pengukuran dalam pedoman ini dilakukan dengan metode semi-kuantitatif, yaitu dengan menilai seberapa besar Peluang dan Konsekuensi apabila suatu risiko benar-benar terjadi.

54

IdentifikasiBahaya

IdentifikasiBahaya11

Evaluasi Risiko

Evaluasi Risiko22

Pengendalian Risiko

Pengendalian Risiko33

Identifikasi dan Penilaian Risiko

Pengukuran peluang:• Penentuan skala peluang dengan melihat jenis kegiatan,

yaitu:• kegiatan operasional rutin yang berulang setiap waktu atau dengan hasil

kegiatan yang sama atau hampir sama, atau• kegiatan operasional non-rutin yang tidak berulang yang dilakukan

untuk masa tertentu dengan hasil kegiatan yang tidak-sama.

• Jika suatu sumber risiko dinilai mempunyai skala peluang berbeda, maka yang digunakan adalah skala peluang yang paling tinggi.

• Penentuan peluang kejadian dilakukan menggunakan Tabel-1.

55

Identifikasi dan Penilaian Risiko

Pengukuran konsekuensi:

1. Skala Konsekuensi ditentukan berdasarkan penjumlahan terhadap 5 (lima) sub konsekuensi : Dampak terhadap manusia, Pendapatan, Kerusakan Aset, dan Lingkungan Hidup serta Gangguan Usaha;

2. Jika sumber risiko dinilai mempunyai skala konsekuensi berbeda, gunakan skala konsekuensi yang paling tinggi;

3. Untuk skala sub konsekuensi pendapatan dan kerusakan aset mengikuti skala K3, apabila belum ditetapkan nilai dari suatu unit kerja oleh pengurus;

4. Penentuan skala konsekuensi dilakukan menggunakan berikut

Rating Skala

A 5-19

B 20– 39

C 40– 69

D 70– 99

E 100- 125

TABEL – 1: PELUANG

Skala Sifat

Rutin Non Rutin

1 Secara teori bisa terjadi, tetapi belum pernah mengalami atau pernah mendengar terjadi.

Secara teori bisa terjadi, tetapi yakin tidak akan terjadi selama pekerjaan berlangsung

2 Pernah terjadi sekali pada suatu waktu yang tidak diketahui dengan pasti

Bisa terjadi, tetapi sangat kecil kemungkinan akan terjadi sekali selama pekerjaan berlangsung

3 Pernah terjadi dalam waktu 5 (lima) tahun terakhir

Bisa terjadi paling banyak 1 kali selama pekerjaan berlangsung

4 Pernah terjadi dalam masa 3 (tiga) tahun terakhir

Bisa terjadi 2-3 kali selama pekerjaan berlangsung

5 Pernah terjadi dalam masa 1 (satu) tahun terakhir

Bisa terjadi lebih dari 3 kali selama pekerjaan berlangsung

TABEL – 2: KONSEKUENSI

Skala Sub Konsekuensi

Manusia Pendapatan

Aset Lingkungan Gangguan Usaha

1 Tindakan P3K

< 5% < 5% nilai aset

< BML <5% < 2 X 24 jam

2 Perawatan medis

5-15% 5-15% nilai aset

Dapat pulih dengan sendirinya < setahun

5-15% > 2 X 24 jam

3 Cacat permanen 1 orang

15-30% 15-30% nilai aset

Dapat dipulihkan dengan intervensi manusia dalam waktu <12 bulan

15-30% > 2 X 24 jam

4 Kematian 1 orang; cacat permanen > 1 orang

30-50% 30-50% nilai aset

Dapat dipulihkan dengan intervensi manusia dalam waktu lama >12 bulan

30-50% > 2 X 24 jam

5 Kematian > 1 orang

>50% >50% nilai aset

Tidak dapat dipulihkan dengan cara apapun.

>50% > 2 X 24 jam

R = P X Σ (K1+K2+K3+K4+K5)

Identifikasi dan Penilaian Risiko

Langkah terakhir untuk mendapatkan profil unit kerja, dilakukan dengan cara:1.Mengumpulkan semua rating risiko yang didapatkan (A, B, C, D dan E);2.Jika hanya terdapat rating A, B, dan C ditetapkan dengan memilih yang terbanyak yaitu A atau B atau C;3.Jika terdapat rating D dan E, ditetapkan dengan memilih yang terburuk, yaitu E